DAKWAH PADA HIJABERS COMMUNITY

(Studi Kasus Hijabers Community )

Di ajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister pengkajian Islam dalam Konsentrasi Dakwah dan Komunikasi

Oleh : TRIASARI NIM: 21161200000086

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Murodi, MA

JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI SEKOLAH PASCA SARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

i

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : TRIASARI NIM : 21161200000086 Judul tesis :Dakwah Pada Hijabers Community (Studi Kasus Hijabers Community Jakarta).

Menyatakan bahwa draf tesis telah di verifikasi oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 20 Maret 2018

Draf tesis ini telah diperbaiki sesuai saran verifikasi meliputi: 1. Penulisan yang benar 2. Memperbanyak Jurnal sebagai rujukan 3. Mempertajam isi tesis/ hasil penelitian Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat dijadikan pertimbangan untuk menempuh ujian pendahuluan

Jakarta, Juli 2020 Saya yang membuat pernyataan

Triasari

ii

Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmatNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga , sahabat dan para pengikutnya.

Penelitian merupakan tugas akhir sekaligus syarat kelulusan studi Program Magister dalam bidang Dakwah dan Komunikasi pada Sekolah Pascasarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengucapkan banyak terimaksih sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas ini, diantaranya:

1. Dosen Pembimbing, Prof. Dr. Murodi, MA yang telah bersedia membimbing, mengarahkan dan memotivasi dalam penyelesaian tesis ini. 2. Para Dosen di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan saran, masukan dan kritik yang membangun guna perbaikan dan penyelesaian tesis yang baik. 3. Suami tersayang yang tiada henti membantu, memotivasi dan mendoakan selalu dalam penyelesaian tesis ini hingga meraih mimpi. You are the best Ilove you more 4. Anak- anak ku kebanggaan bunda , kakak Affan Elfatih Aryasatya dan adik Ayra Shofie Azkadyna yang telah menjadi cambuk penyemangat bunda dalam menyelesaikan studi. Proud of you always 5. Ibu yang senantiasa berdoa untuk anak perempuan terakhirnya dalam diam maupun cara nya tersendiri 6. Staf Sekolah Pascasarjana yang selalu bersabar dengan banyak pertanyaan terkait adminitrasi dan penyelesaian tesis. 7. Teman-teman diskusi di Pascasarjana, Uswatun Khasanah, mbk Rahmi, mbk Wina, bu Maya, Mbak Vina, Aprianif semoga menjadi kebaikan 8. Keluarga Hijabers Community Pusat Jakarta, Kak Syifa Fauzia, kak Putri, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk terus menggali informasi dan pengetahuan semoga menjadi kebaikan. 9. Keluarga besar SSR ‗Aisyiyah TB-HIV Care Kabupaten Gunungkidul yang merelakan dan mengijinkan peneliti untuk bolak-balik Jogja-Jakarta di akhir- akhir penyelesaian, mendoakan tiap kali tahap ujian. Dan tentu semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu disini, terimaksih atas bantuan, dorongan, motivasi dan kebaikan semua. Mudah- mudahan Allah memberikan kemudahan, Kesehatan dan rizki yang baik kepada kalian semua.

Yogyakarta, Juli 2020

Penulis

Triasari

iii

PERYATAAN BEBAS PLAGIARISME Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Triasari

NIM : 21161200000086

No HP :0813 2824 1358

Menyatakan bahwa tesis yang berjudul ―Dakwah pada Hijabers Community (Studi Kasus Hijabers Community Jakarta)‖ adalah hasil karya sayasendiri. Ide/ gagasan orang lain yang ada dalam karya ini saya sebutkan sumber pengambilannya. Apabila di kemudian hari terdapat hasil plagiarisme maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan dan sanggup mengembalikan gelar dan ijazah yangsaya peroleh sebagimana peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, Juli 2020

Yang membuat pernyataan

Triasari

iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis yang berjudul ―Dakwah pada Hijabers Community (Studi Kasus Hijabers Community Jakarta)‖ di tulis oleh Triasari NIM 21161200000086 telah melalui pembimbingan dan work in progress sebagaimana ditetapkan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta sehingga layak diajukan untuk Ujian Tesis

Jakarta , Juli 2020

Pembimbing,

Prof. Dr. Murodi, MA.

ABSTRAK

v

Tesis ini membuktikan bahwa hijab eksis sebagai gerakan dakwah maupun gerakan gaya hidup fashion karena para hijabers, sebagaimana yang tergabung dalam Hijabers Community Jakarta, mampu mengambil nilai-nilai modernitas sekaligus nilai-nilai agama ke dalam hijab yang fashionable. Hijabers Community telah mampu menjadikan gaya hidup sebagai media untuk mengajak muslimah untuk melihat gaya hidup modern sebagai sesuatu yang syar‘i dan pantas diikuti. Saat yang sama, Hijabers Community juga menawarkan gaya hidup dalam mengisi praktik sosial keagamaan yang lebih menarik.Hijab menjadi ikon muslimah yang aktif dalam sejumlah kegiatan sosial keagamaan di ruang publik sehingga bukan lagi merupakan bentuk pengekangan terhadap muslimah. Tesis ini mendukung teori yang diusung oleh Pierre Boudieu (1984) tentang habitus, modal, arena, praktik dan distinction. Habitus tampak dari nilai-nilai religi dan gaya hidup melekat dalam diri para pegiat Hijabers Community yang kebanyakan adalah para desainer muda. Para pegiat hijabers ini memiliki cukup modal untuk tampil di arena gaya hidup sehingga mampu menampilkan busana muslimah yang fashionable. Praktik-praktik sosial yang dilakukan sebagaimana tampak pada aktivitas hijabers sehari-hari maupun di dalam komunitas hijabers menegaskan eksistensi hijab di kalangan muslimah muda di perkotaan. Aktivitas komunitas ini, melalui media sosial mampu menyalurkan selera-selera mereka sebagai suatu yang unik, baru, dan menarik sehingga menjadi pembeda dari fashion yang lain. Keberadaan hijab tidak hanya menunjukkan dinamika keberagamaan muslimah, tetapi juga perubahan dalam berbusana serta perkembangan gaya hidup muslimah. Penelitian ini mengkaji dan menganalisis Hijabers Community dalam mengemas modernitas dalam bentuk fashion yang syar‘i serta mengkaji nilai-nilai religi yang disampaikan melalui hijab. Tesis ini menolak pendapat Fatima Mernissi yang menganggap bahwa hijab merupakan bukti kongkrit adanya pengucilan dan pengasingan perempuan di ruang publik. Objek penelitian ini adalah Hijabers Community Jakarta. Sebuah komunitas muslimah yang berkumpul dan belajar dalam aktivitas keagaaman dan sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data-data primer diperolah melalui observasi dan wawancara kepada pengurus Hijabers Community Jakarta. Sedangkan data-data sekunder diperoleh melalui tulisan-tulisan mengenai HijabersCommunity dan dakwah, baik berupa jurnal, buku, majalah dan blog.

vi

ABSTRACT

This thesis prove that the hijab exists as an outreach and fashion lifestyle movement, as hijabers, as represented in the Hijabers Community Jakarta, are able to incorporate the values of modernity as well as the values of religion into fashionable hijab. The Hijabers Community has been able to create a lifestyle as a medium to invite Muslim women to view the modern lifestyle as Sharia-compliant and worth following. At the same time, the Hijabers Community also offers a lifestyle by providing more interesting social-religious practices. The hijab becomes an icon for Muslim women who are active in a number of social religious activities in the public sphere to the point that it is no longer a means of repressing Muslim women. This thesis supports the theory expounded by Pierre Bourdieu (1984) about habitus, capital, arena, practice, and distinction. Habitus is visible from the religious and lifestyle values of the Hijabers Community activists, most of whom are young designers. These hijaber activists have sufficient capital to emerge in the lifestyle arena and be able to present fashionable Muslim women‘s clothing. The social practices as seen by the daily activities of the hijabers and inside the hijaber community attest to the existence of the hijab in the circles of urban Muslim women. This community‘s activities through social media are able to channel their tastes as something unique, new, and attractive and to become a fashion differentiator. The presence of the hijab not only demonstrates the dynamism of Muslim women‘s religiosity but also changes in the dress and evolution of Muslim women‘s lifestyles. This study examines and analyzes the Hijabers Community in packaging modernity in the form of Sharia-compliant fashion, and it examines the religious values conveyed through the hijab. This thesis rejects the opinion of Fatima Mernissi, who considered the hijab to be concrete proof of the exclusion and exile of women from the public sphere. The object of this research is the Hijabers Community Jakarta, a Muslim women‘s community that gathers and studies in religious and social activities. This is a qualitative study. The primary data was obtained through observation of and interviews with organizers of the Hijabers Community Jakarta, while the secondary data was obtained from writings about the Hijabers Community and outreach materials, including journals, books, magazines, and blogs.

vii

الملخص

هذل البحث ٌبٌن أن الحجاب ٌبقى لحركة الدعوة ونمط الحٌاة ذلك بأن المحجوبات كما تجتمع فً

HijabersCommunity بجاكرتا تستطٌع الجمع بٌن التعالٌم الحدٌثة والتعالٌم اإلسالمٌة فً شرٌعة الحجاب.

تستطٌع Hijabers Community جعل نمط الحٌاة وسٌلة فً دعوة المسلمات لكوٌن نمط حٌاتهم نمطا شرعٌا ٌنبغً اتباعه. فً نفس الوقت، مجموعة المحجوبات ٌعرض نمط الحٌاة فً تطبٌق الشرٌعة تطبٌقا جذابا. ٌكون الحجاب شٌمة المسلمات التً نشطت فً نشاط إنسانً دٌنً عند المجتمع، وال ٌكون الحجاب لجاما للمسلمات.

وٌؤٌد هذا البحث النظرٌة التً ذهب إلٌها Perre Boudieu )1984( عن العادات والمجال والفرقات. وقد توضحت العادات من التعالٌم الدٌنٌة ونمط الحٌاة فٌمن كان نشط فً Hijabers Community ، وأكثرههن من الشبابات. هن ٌستطعن جمع رأس المال الكثٌر لتبرٌز نمط الحٌاة حتى ٌستطعن تعرٌض المالبس الحدٌثة. ونشاطهن فً المجال اإلنسانً ٌشدد مكان الحجاب عند المسلمات فً المدٌنة. نشاط هذه الجماعة فً وسائل التواصل اإلجتماعً مستطٌع جعل آرائهن شٌئا عجٌبا حدٌثا جذابا، ولذلك حجابهن مختلف حجابا آخر. كٌنونة الحجاب ال ٌدل على نوعٌة المسلمات فحسب، ولكن ٌدل على التطور فً اللباس وتقدمه مطابقا غلى نمط المسلمات. وٌبحث هذا البحث Hijabers Community فً تدخٌل الحدٌثة باللباس الشرعً، وٌبحث تعالٌم دٌنٌة تتوضح بالحجاب.

رفض هذا البحث قول Fatima Mersini حٌث أنه ٌزمع أن الحجاب دلٌل واضح على تنزٌع المسلمات وتغرٌبهن من العموم.

والمفعول من هذا البحث هو Hijabers Community بجاكرتا، تعنً مجموعات من المسلمات اآلئ تجتمع وتتدارس فً النشاط الدٌنً واإلنسانً. هذا البحث هو بحث نوعً. وتوجد حقائق رئٌسً بالمراقبة والمقابلة مع لجنة Hijabers Community بجاكرتا. وأما حقائق فرعً فوجدها الباحث من الكتب والمجالت والجرٌدات التً لها عالقة ب Hijabers Community.

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 januari 1988 No: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan أ

Bā' b be ب

Tā' t te ت

Śā' ś es titik di atas ث

Jim j Je ج

h Hā' ha titik di bawah ح ∙

Khā' kh ka dan ha خ

Dal d de د

Źal ź zet titik di atas ذ

Rā' r er ر

Zai z zet ز

Sīn s es س

Syīn sy es dan ye ش

Şād ş es titik di bawah ص

d Dād de titik di bawah ض ∙

Tā' ţ te titik di bawah ط

ix

z Zā' zet titik di bawah ظ ∙

(Ayn …‗… koma terbalik (di atas' ع

Gayn g ge غ

Fā' f ef ف

Qāf q qi ق

Kāf k ka ك

Lām l el ل

Mīm m em م

Nūn n en ن

Waw w we و

Hā' h ha ه

Hamzah …‘… apostrof ء

Yā y ye ي

B. Konsonan rangkap karena tasydīd ditulis rangkap: ّ ditulis muta‗āqqidīn نٌدقاعتم ditulis ‗iddah ةدع

C. Tā' marbūtah di akhir kata. 1. Bila dimatikan, ditulis h: ditulis hibah ةبه

ditulis jizyah ةٌزج

(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t: ditulis ni'matullāh هللا ةمعن

ditulis zakātul-fitriرطفال ةاكز

x

D. Vokal pendek ditulis darabaبرض fathah) ditulis a contoh) ditulis fahima مهف kasrah) ditulis i contoh)____ ّ ّ ditulis kutiba بت ك dammah) ditulis u contoh) E. Vokal panjang: 1. fathah + alif, ditulis ā (garis di atas) ditulis jāhiliyyah ةٌلهاج

2. fathah + alif maqşūr, ditulis ā (garis di atas) ditulis yas'ā ٌعسً

3. kasrah + ya mati, ditulis ī (garis di atas) ditulis majīd دٌجم

4. dammah + wau mati, ditulis ū (dengan garis di atas) ditulis furūd ضورف

F. Vokal rangkap: 1. fathah + yā mati, ditulis ai ditulis bainakum مكنٌب

2. fathah + wau mati, ditulis au ditulis qaul لوق

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof. ditulis a'antum متناا

ditulis u'iddat تدعا

ditulis la'in syakartumمتركش نئل

H. Kata sandang Alif + Lām 1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- ditulis al-Qur'ān نارقال

ditulis al-Qiyās ساٌقال

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, ditulis dengan menggandengkan huruf syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l-nya

ditulis asy-syams سمشال

'ditulis as-samā ءامسال

xi

I. Huruf besar Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

J. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut penulisannya ditulis zawi al-furūd ضورفال ىوذ

ditulis ahl as-sunnah ةنسال لها

xii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar iii Penyataan Bebas Plagiasi iv Persetujuan Pembimbing v Abstrak vi Transliterasi ix Daftar Isi xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1 B. Permasalahan 11 C. Penelitian Terdahulu yang relevan 12 D. Tujuan Penelitian 15 E. Signifikansi Penelitian 15 F. Metodologi penelitian 15 G. Sistematika Penulisan 16

BAB II HIJAB DI ANTARA ARENA DAKWAH DAN GAYA HIDUP MODERN

A. Agama dan Gaya Hidup Modern 18 B. Dinamika Dakwah 27 C. Hijab Sebagai Sarana Dakwah 32 1. Hijab dalam Perspektif Islam 32 2. Hijab dan Persoalan Batasan Aurat Perempuan 35 3. Fenomena Hijabers dan Dakwah Perempuan 36 D. Habitus dan Kapital Komunitas Hijaber dalam Arena Dakwah 39

BAB III HIJABERS COMMUNITY JAKARTA 42 A. Menyambut Trend Fashion Hijab 42 B. Menata Organisasi 46 C. Memperkuat Jejaring Komunitas dan Bisnis 54

xiii

BAB IV INSPIRASI ARENA BARU GERAKAN DAKWAH A. Arena Baru dalam Dakwah 59 1. Arena Gaya Hidup fashion 59 2. Arena Pasar 66 3. Arena Dunia Maya 75 B. Hijabers CommunityMenebar Inspirasi 19 BAB V MENGAYUH DAKWAH DAN GAYA HIDUP A. Praktik Dakwah Hijabers: Di Antara Misi Dakwah dan Gaya Hidup 84 1. Hijabers dalam Kegiatan Majelis Taklim 84 2. Hijabers dalam Bersosial Media 89 3. Gaya Hidup Hijabers 93 4. Sikap dan Perilaku Hijabers Community 96 B. Kekuatan Simbolik Islam 100 1. Simbol Muslimah Kelas Menengah Atas 101 2. Simbol Muslimah Terpelajar 105 3. Simbol Syar‘i 107 C. Negosiasi Hijabers terhadap Modernitas 109

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan 121 B. Saran 122

DAFTAR PUSTAKA 123

LAMPIRAN I HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN II FOTO KEGIATAN HIJABERS COMMUNITY

GLOSSARIUM

INDEKS

BIODATA PENULIS

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan informasi, membawa setiap negara pada kemudahan dalam mengakses informasi. Segala informasi dibelahan dunia manapun dapat diakses oleh masyarakat dunia dengan mudah dan cepat. Revolusi media informasi telah membawa manusia pada babak baru. Karena itu, manusia tidak lagi khawatir dengan jarak ketika berkomunikasi dengan sesamanya. Manusia juga tidak lagi merasa kesulitan untuk mengakses berbagai informasi di seluruh dunia pada saat yang bersamaan secara real time. Manusia telah terbiasa dengan siaran langsung pertandingan sepakbola liga favorit melalui televisi. Berbagai macam peristiwa yang terjadi di berbagai belahan duniajuga dapat diakses dengan mudah menggunakan internet.1 Namun, kemudahan-kemudahan yang dibawa oleh globalisasi ini tidak selamanya memberikan kenyaman. Sebuah konsekuensi harus diantisipasi, sebagai dampak negatif oleh kemudahan-kemudahan di atas. Kemudahan dalam mengakses informasi dari berbagai belahan negara, harus disikapi dengan bijaksana.Seperti yang kitatahu, kondisiekonomi, hukum sosial dan budaya antara negara yang satudannegara yang lain tidaklahsama. Filterisasi nilai dalam hal ini dibutuhkan agar budaya negaratidak tergeser oleh arus globalisasiyang tidak sesuai. Nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia. Keputusan benar-salah, baik-buruk, indah-tidak indah pada wilayah ini merupakan hasil dari serentetan proses psikologis yang kemudian mengarahkan individu pada tindakan dan perbuatan yang sesuai dengan nilai pilihannya.2 Nilai memberi motivasi atau dorongan sekaligus sebagai acuan untuk melakukan sesuatu yang lebih berkualitas.Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial untuk membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai.3 Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu ke dalam dirinya serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknya. Nilai merupakan standar konseptual yang relatif stabil yang secara eksplisit atau implisit membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai serta aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologisnya. Menurut Myers ―Values differ not only across time but also across cultures‖.4Nilai akan berbeda tidak hanya karena waktu tetapi juga lintas budaya.

1 Much Fachrurozi, ―Dakwah Islam dan Inovasi Media:Ancaman dan Peluang media Global Atas dakwah Islam‖, Jurnal dakwah dan Komunikasi, 4, no. 1 (Januari-Juni 2010): 121-129. 2Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung, Alfabeta, 2004), 9 3 M. Asrori, Psikologi pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), 152 4John D. Delamater dan Daniel J. Myers,Social psychology. (McGraw Hill, New York, 2010), 10. 1

Nilai akan selalu berubah dan mempengaruhi sikap dan tindakan. Nilai yang bersumber pada manusia atau disebut nilai insaniah akan selalu berubah-ubah mengikuti peradaban manusia.5Nilai-nilai fundamental yang bersumber pada keyakinan pada Tuhan tidak akan mengalami perubahan.6 Sehingga selalu menjadi pedoman bagi manusia bersikap dan bertingkah laku. Banyak ayat- ayat al Quran yang menegaskan agar umat Islam berpedoman kepada agama dalam bersikap atau berperilaku, beberapa di antaranya dikutip di bawah ini.

ٍَ ِْ ُٝ ِط ِغْ اى َّش ُس٘ َهْ فَقَ ذْ أَ َطا َعْ َّّللاَْ ْۖ َٗ ٍَ ِْ جَ َ٘ىَّ ْٚ فَ َا أَ س َس يَْا َكْ ػَيَ ٞ ِٖ ٌْ َحفِٞ ًظا

―Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.‖ (Q. S. al-Nisa‘ : 80).

َٗ ٍَا آجَا ُم ٌُْ اى َّش ُس٘ ُهْ فَ ُخ ُزُْٗٓ َٗ ٍَا ََّٖا ُم ٌْ ػَ ُْْٔ فَا ّحَُٖ٘ا ْۖ َٗاجَّقُ٘ا َّّللاَْ ْۖ إِ َُّْ َّّللاَْ َش ِذٝ ُذْ ا ى ؼِقَا ِبْ

―Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.‖ (Q.S. al-Hasyr : 7)

Nilai-nilai Illahi yang fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku pribadi maupun anggota masyarakat, serta tidak berkecenderungan untuk berubah mengikuti selera hawa nafsu manusia.Nilai-nilai fundamental ini mengalami tentangan dari dinamika masyarakat yang terus berubah seiring dengan kemajuan teknologi di informasi. Kemajuan teknologi telah mengantarkan manusia pada peradaban yang terus berkembang sehingga nilai-nilai juga mengalami perkembangan dan perubahan. Kemajuan teknologi media komunikasi ini, membawa masyarakat dunia kepada sebuah trend baru, yaitu trend masyarakat mampu menembus ruang dan waktu sehingga nyaris tidak ada batas dalam memperoleh informasi. Untuk sebagian masyarakat yang tidak mengikuti dianggap tradisional dan ketinggalan zaman. Internet sebagai media komunikasi yang baru, menjadi gerbang besar untuk memasuki berbagai informasi, pengetahuan dan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia. Berbagai informasi dan nilai-nilai modernitas sebagai salah satu produk yang dilahirkan globalisasi membawa manusia untuk terus menyesuaikan diri agar tidak terjebak dalam kubang hitam modernisasi.7 Karena modernisasi menjadi sebuah

5 Nilai insani ialah nilai yang tumbuh atas dasar kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban manusia, nilai ini bersifat dinamis. Nilai-nilai insani yang kemudian melembaga menjadi tradisi-tradisi yang diwariskan turun-temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya, dalam Muhaimain dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 112. 6 Nilai-nilai bersumber dari Tuhan sebagaimana terdapat dalam ajaran agama. Nilai juga dapat bersumber dari manusia (insani). Nilai yang bersumber dari Tuhan atau disebut nilai Ilahi adalah nilai yang difitrahkan Tuhan melalui para rasul-Nya yang berbentuk iman, takwa, adil, yang diabadikan dalam wahyu Illahi, Muhaimain dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 111. 7Modernitas merupakan usaha dari manusia modern untuk melakukan perubahan. Modernitas merupakan sebuah natur/fitrah manusia untuk melakukan perbaikan hidup. 2 keniscayaan bagi setiap negara diberbagai belahan dunia. Mau tidak mau kita harus menghadapinya karena, kita tidak mampu menghindari modernisasi. Untuk menjaga stabilitas dibutuhkan kerja keras dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM).Hal ini dilakukan agar negara kita tidak selalu menjadi korban adanya modernisasi. Manusia sebagai subjek sekaligus objek pelaksanaan modernitas dihadapkan dengan berbagai tantangan yang harus disikapi dengan bijak. Karena, pada dasarnya modernitas merupakan suatu keniscayaan bagi setiap negara. Modernitas sendiri memiliki dua wajah yang tidak bisa dilepas antara satu dengan lainnya, Pertama,wajah yang menjanjikan kemakmuran dan kesejahteraan hidup, yang Kedua adalah wajah yang memberi ancaman dalam mempertahankan diri dari dampak negatif modernitas8. Dua hal di atas yang ditawarkan oleh hadirnya modernitas harus disikapi dengan bijak. Baik dampak positif maupun dampak negatif yang dihasilkan oleh adanya modernitas pada dasarnya memberikan konsekuensi tersendiri terhadap keadaan suatu negara atau suatu masyarakat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibarengi lahirnya modernisme, melahirkan terjadinya revolusi industri dan revolusi pengetahuan. Modernisme merupakan kritik pandangan pra modern yang bersifat mistis dan feodal, berubah menjadi pandangan yang bersifat rasional dan demokratis. Modernisme telah mengubah posisi manusia yang suborninat terhadap kekuatan alam dan kekuatan adikodrati, berubah menjadi aktor yang punya otoritas penuh dalam membuat sejarah.9 Salah satu ciri khas masyarakat modern adalah dominasi sifat inginberkuasa maka, tidak aneh ketika muncul persaingan yang cukup ketat dalam perebutan kekuasaan. Untuk mencapai ambisi ini tidak jarang dari mereka menggunakan segala cara. Ironisnya, kekuasaan yang telah mereka peroleh tidak mengantarkan mereka pada kesejahteraan dan kebahagiaan. Bahaya era globalisasi adalah ancaman perang nilai. Masuknya nilai budaya asing yang dapat merusak budaya kita datang secara diam-diam. Senjatanya adalah materi hiburan, pergaulan bebas, mode yang datang dengan seperangkat teknologi. Masuknya nilai budaya asing dengan mudah akan cepat diadopsi oleh masyarakat, hal ini dikarenakan oleh adanya bantuan teknologi. Seperti handphone, televisi dan internet. Korbannya adalah masyarakat, keluarga, dan anak-anak, rumah tidak lagi menjadi hijab dan pelindung yang tepat, karena alat teknologi komunikasi dan informasi tersimpan dalam rumah kita.10

Modernitas dipandang sebagai sebuah kelanjutan wajar dan logis dalam sejarah dan perkembangan kehidupan manusia. Hanya saja ketika modernitas memiliki hubungan sejarah dengan Barat yang Kristen (given Barat), maka yang Islam. Terdapat isu besar yang diusung dari modernitas, di antaranya tentang, pertama, kapitalisme-materialisme, kedua, desakraslisasi-sekulerisme, dan ketiga, rasionalisme-teknikalisme. Lihat selengkapnya pada Enung Ismaya, ―Modernitas dan tantangan Terhadap Pelaksanaan Dakwah‖, Jurnal Dakwah dan Komunikasi,.3, no. 1, (Januari-Juni 2009): 46-62 8 Enung Ismaya, “Modernitas dan Tantangannya terhadap Pelaksanaan Dakwah‖, Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 3, no. 1, (Januari-Juni 2009): 46-62 9 Prasidh Raj sigh dalam Muh. Hanif ―Studi Media dan Budaya Populer dalam Perspektif Modeernisme dan Postmodernisme‖ Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 5, no. 2, (Juli-Desember 2011): 235-251 10 Norma Dg. Siame, ―Tantangan Muslimah di Era Globalisasi‖, Jurnal Hunafa, 4, no.2, (Juni 2007): 175-184 3

Dampak negatif inilah yang akan mengalirkan nilai-nilai kemungkaran yang semakin lama dapat merusak semangat kebaikan pada manusia dan sebaliknya membawa pada aspek perilaku yang buruk dan terjadinya pengaburan nilai dalam masyarakat. Sebagaimana dikatakan seorang ulama Syekh Ali Mahfudz, ulama dan pemikir dakwah terkemuka, memandang bahwa salah satu faktor yang dirasakan mengancam eksistensi manusia modern di era globalisasi ini adalah rusaknya fitrah yang menyebabkan manusia suka pada kebathilan (al-bathil) dan benci pada kebenaran (al-haqq). Oleh karena fitrah telah rusak, makajanganheran jika manusia memandang kebaikan sebagai keburukan, dan sebaliknya, keburukan dipandang sebagai kebaikan. Bahkan, ada sebagian orang dengan sengaja dan bangga mempertontonkan dosa-dosa dan kejahatannya tanpa rasa malu sedikit pun.11 Era globalisasi yang salah satunya ditandai dengan kemajuan teknologi informasiini diyakini telah menggerus nilai-nilai agama (Islam), sehingga memunculkan kekhawatiran terhadap sebagaian orang untuk mengangkat nilai-nilai Islam agar tetap eksis. Dengan kata lain, globalisasi memunculkan arena baru gerakan dakwah. Gerakan dakwah melangkah lebih gesit di ranah teknologi dan informasi. Munculnya situs-situs Islam di media populer seperti internet seakan berlomba menawarkan produk dan nilai agar diminati oleh penikmatnya, munculnya da‟i- da‟i di televisi dengan mengemas dakwah yang unik dan menghibur telah membawa warna baru dalam dakwah sehingga dakwah dapat diterima oleh masyarakat serentak dalam waktu yang bersamaan. Meminjam istilah Marshal Mc Luhan „a global village‟ dikatakan bahwa kemajuan teknologi cukup memberikan dampak kepada akses berbagai informasi secara cepat sehingga nilai-nilai agama terus berbenturan dengan nilai-nilai baru yang tersebar melalui media.Teknologi komunikasi mutakhir telah menciptakan apa yang disebut ―publik dunia‖12. Masyarakat seolah telah terhegemoni akan penggunaan teknologi, sehingga perkembangan inipun telah mengubah cara pandang manusia dan gaya hidup seseorang. Dalam masyarakat modern gaya hidup (lifestyle) membantu mendefinisikan mengenai sikap, nilai-nilai dan kekayaan serta status sosial seseorang.13Dalam masyarakat modern untuk mengetahui identitas

11 Fatmawati, ―Paradigma Dalam Mengemas dakwah Melalui Media Televisi Di Era Globalisasi‖, Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 3, no. 2, (Juli-Desember 2009): 184-194 12Komunikasi massa telah mencapai publik dunia secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini secara teoritis kita akan mampu memperlihatkan satu gambar, memperdengarkan satu suara kepada tiga milyar manusia diseluruh dunia secara simultan. Komunikator hanya tinggal menyambungkan alat pemancar dan jutaan orang tinggal menyetel alat penerima. Secara teknis hal ini sudah lama dapat dilakukan. Yang masih diperdebatkan ialah: komunikator mana yang harus berbicara dan gambar apa yang harus diperlihatkan. Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Rosdakarya, 2000), 186. 13 Paling tidak fenomena gaya hidup masyarakat Indonesia bisa dijelaskan sebagi berikut:pertama, masyarakat konsumen Indonesia tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai munculnya banyak pusat perbelanjaan, kedua, globalisasi industri media dari mancanegara dengan modalnya yang besar seperti munculnya majalah majalah mode dengan menawarkan berbagai gaya hidup yang tidak mungkin terjangkau oleh sebagian masyarakat Indonesia ,ketiga,di kalangan sebgian masyarakat menawarkan gaya hidup alternatif seakan akan kembali alam, gaya hidup spritualisme yang baru sebagai antitesis kehidupan glamour. 4 seseorang, kita cukup melihat bagaimana gaya hidup mereka. Karena, gaya hidup mereka secara tidak langsung akan memposisikan mereka pada kelas sosial tertentu. Proses perubahan masyarakat terjadi karena manusia adalah makhluk yang berfikir dan bekerja. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dan memperbaiki nasibnya.14Kenyataan inilah yang menjadikan manusia mengalami sebuah perubahan atau mengikuti perkembangan zaman yang ada. Maka, dengan perubahan tersebut, dakwah perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk mendampingi geliat perkembangan teknologi yang semakin tidak terbendung. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi membawa kondisi agama pada nuansa baru dan beraneka ragam khususnya yang terdapat dalam media massa. Kondisi inilah yang menuntut umat Islam untuk bisa memanfaatkan kemajuan sebagai sebuah media dalam menyampaikan kebaikan. Kita dapat melihat pemuka- pemuka agama dalam menyampaikan nilai-nilai agamanya dalam media massa. Hal ini sebagai isyarat bahwa masyarakat modern mulai membutuhkan nilai-nilai agama. Dalam Islam misalnya, mulai muncul situs-situs Islam dengan kemasan dan penyampaian yang cukup menarik dan unik seakan memberi warna dalam memberikan informasi keagamaan bagi masyarakat. Banyaknya da‟i muda yang muncul di televisi dengan gaya dan cirikhas yang berbeda- beda hal ini, menjadi sebuah daya tarik tersendiri dalam penyampaian pesan-pesan agama. Saat ini, agar seseorang dapat disebut ustadz, dia tidak harus memiliki sebuah pondok pesantren, penghafal Al-Qur‘an atau sesorang yang mampu membaca kitab kuning. Munculnya da‟i-da‟i gaul yang mampu menyampaikan pesan-pesan agama dengan bahasa yang ringan dan dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat sudah dapat disebut ustadz. Pada era modern ini, dakwah tidak hanya dapat ditemui di masjid-masjid, majelis ta‘lim, atau pondok pesantren. Nilai-nilai agama sudah dapat kita peroleh diberbagai tempat dengan beraneka macam bentuk dan cara. Hal ini menandakan bahwa aktivitas dakwah tidak terkesan sempit dan eksklusif. Islam merupakan agama dakwah yang senantiasa menyebarkan seruan- seruan kebaikan. Keharusan menyebarkan agama kepada segenap manusia, terlebih- lebih pada masa sekarang, telah menjadi keharusan kemanusiaan karena menjadi kebutuhan universal dan asasi. Kemajuan tehnologi dan ilmu pengetahuan yang menyubur mental materialis dan hedonis dan banyaknya goncangan dan gangguan psikis manusia telah memperkokoh eksistensi agama sebagai alternatif yang terlupakan dalam mengatasi persoalan-persoalan ini.15Sifat materialistik yang melekat pada masyarakat modern harus dinetralisir dengan nilai-nilai agama. Seperti kita ketahui materialisme dapat membunuh rasa kemanusiaan manusia. Maka, disinilah dibutuhkan eksistensi pelaku pemuka agama atau pelaku dakwah. Dakwah diharapkan menjadi sebuah penyeimbang dalam pergolakan nilai dan tatanan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini tidak lepas dari adanya perkembangan dan dinamika masyarakat yang semakin maju dan beradab. Untuk menghadapi tantangan dunia masa depan, beberapa budayawan dan

Semangat spritualisme yang dipoles lebih canggih dari budaya konsumen. Dalam Retno Hendariningrum, M.Edy susilo ―Fashion dan Gaya Hidup:Identitas dan komunikasi.‖ Jurnal Ilmu Komunikasi, 6, no.1, (2014): 26-27 14 Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 203. 15 Acep Aripudin, Sosiologi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 48. 5 pengamat sosial politik menaruh harapan untuk bangkitnya agama-agama. Agama yang mampu menyuguhkan alternatif untuk menyelamatkan umat manusia dari kehancuran adalah agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, yang bersifat ritual tetapi juga, yang mengatur hubungan sosial kemasyarakatan dan dengan segala aspeknya.16 Dakwah harus terus berbenah diri dari yang awalnya hanya menyampaikan materi-materi seputar masalah agama pada materi-materi dakwah yang dibutuhkan masyarakat kekinian. Materi-materi dakwah yang relevan dengan masyarakat sekarang harus mencakup semua aspek masalah kehidupan yaitu, ekonomi, hukum, seni budaya, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Jika hal ini disadari oleh seorang da‘i bukan tidak mungkin akan tercipta masyarakat yang sejahtera, damai dengan tidak melupakan ajaran-ajaran agama. Keberadaan dakwah bisa diterima oleh masyarakat yang telah menghadapi banyak pergolakan dandahsyatnya semburan nilai-nilai materialisme dan kapitalisme. Dakwah pada masa kontemporer dihadapkan pada berbagai tantangan dan problematika yang semakin komplek.17 Kemajuan teknologi dan informasi menjadi tantangan tersendiri akan keberlangsungan dakwah. Karena, permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat modern cukupkomplekdanbervariasi. Wajah baru dakwah yang semakin cantik, menarik dalam persaingan nilai yang ditawarkan dimediabaru-baru ini menjadi sebuah keniscayaan. Dakwah harus mampu memasuki ke dalam ruang-ruang gelap kehidupan glamour yang disebarkan oleh virus kapitalisme dan meterialisme. Dakwah yang tidak hanya menyajikan tausiyah-tausiyah yang berbentuk ceramah namun, dakwah sebagaimana kita temukan sekarang ini yaitu melalui bentuk-bentuk baru seperti musik-musik Islami, film-film serta obrolan seputar kajian keislaman. Fenomena ini menjadi satu bukti bahwa masyarakat mulai peka dan cerdas terhadappeluang yang ada.Tentu hal ini harus diapresiasi demi terciptanya situasi

16 Islam memiliki itu semua sehingga diharapkan menjadi salah satu alternatif atau bahkan satu-satunya untuk menjawab tantangan tersebut dalam semua aspek kehidupan manusia. Hal ini akan terwujud melalui aktivitas dakwah yang terencana, tertata rapi dan dikelola secara professional, dengan dukungan Sumber Daya Manusia (da‘i) yang berkualitas. Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah (Yogyakarta: Teras 2006),104 . 17 Sekurangnya ada tiga problematika besar yang dihadapi dakwah pada era kontemporer: pertama pemahaman masyarakat pada umummnya, dakwah diartikan sebagai aktivitas yang bersifat oral communication (tabligh) sehingga aktivitas dakwah hanya berorentasi pada kegiatan ceramah saja. Kedua, problematika yang bersifat epistemoligis. Seharusnya dakwah pada masa sekarang tidak hanya bersifat rutinitas, temporal dan instran tetapi, dakwah membutuhkan paradigma keilmuan. Dengan adanya keilmuan dakwah tentunya hal-hal yang terkait dengan langkah-langkah strategis dan teknis dapat dicari rujukan memalui teori-teori dakwah karena, karena aktivitas dakwah yang berjalan selama ini tidak menggunakan kerangka teori yang jelas akibatnya dakwah berjalan tanpa perencanaan dan evaluasi. Ketiga, problem yang menyangkut Sumber Daya Manusia (SDM), dakwah dikerjakan sambil lalu atau hanya sebagai pekerjaan sampingan sehingga dampaknya banyak muncul da‘i-da‘i yang kurang professional, rendahnya penghargaan masyarakat terhadap profesi da‘i dan lemahnya managerial yang dilakukan oleh da‘i dalam mengemas kegiatan dakwah. banyak da‘i yang gagap dengan teknoligi yang sedang berkembang, tidak adanya penelitian dan perencanaan yang matang secara sistemis dan kurangnya koordinasi antar organisasi dan perguruan tinggi yang bergerak dibidang dakwah. Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer , ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 3-5. 6 dan kondisiagamis dalam lingkungan masyarakat. Baru beberapa tahun lalu kita dihadapkan dengan fenomena yang cukup mencengangkan, terkait dengan diperbolehkannya pakaian muslimah atau dalam kata lain jilbab bagi polisi perempuan dilingkungan Kepolisian.18 Masalah jilbab bukanlah hal baru, sepuluh tahun terakhir jilbab telah menempati posisi yang cukup strategis. Jilbab atau pakaian muslimah sekarang tidak lagi dianggap sebagai pakaian yang kuno atau kampungan, sehingga keberadaanya telah banyak diterima oleh masyarakat muslim. Bahkan pakaian muslim ini telah menjadi sebuah trend berbusana, dilihat dengan menjamurnya pakaian muslimah di pusat-pusat perbelanjaan seperti Mall, butik dan toko-toko pakaian. Sedangkan di Jakarta FashionWeek 2014 telah menjadikan pakaian muslim mendunia yaitu ingin dijadikannya Indonesia sebagai pusat trend Busana muslim.19Selera para muslimah terhadap hijab telah menjadikan hijab bukan sekedar urusan agama, tetapi juga identitas sosial mereka. Maka tidak heran jika kemudian sebagian dari wanita-wanita cerdas di perkotaan menjadikan jilbab tidak hanya sebagai pakaian muslimah. Namun, mereka telah menjadikan jilbab sebagai media mereka untuk berkumpul, berkomunikasi dan saling menginspirasi dalam suatu kelompok. Sebagimana yang dikemukakan oleh Littlejohn dan Foss, bahwa dengan tidak disadari manusia bisa menghabiskan waktu mereka berkomunikasi dalam kelompok sehingga membentuk struktur waktu dan pengalaman anggota yang berafiliasi dapat mempengaruhi apa yang akan dilakukan dalam suatu kelompok.20 Praktik berhijab telah memunculkan pengalaman dalam diri para muslimah dalam mengekspresikan nilai-nilai agama maupun nilai estetika dalam berpakaian. Estetika merupakan bahasan tentang hakekat keindahan alam yang dihadirkan sebagai sesuatu yang sudah indah, atau sesuatu yang indah yang sengaja dihadirkan dalam karya seni.21 Sesuatu yang estetis lebih bersifat insani sehingga nilai-nilai estetis akan terus berubah-ubah seiring dengan hawa nafsu manusia. Praktik hijab mengandung nilai estetis sehingga berhijab dapat saja tergelincir untuk menuruti keindahan yang terus diciptakan melalui kreativitas dan rasa seni manusia yang tiada habis-habisnya. Hijab memperlihatkan identitas sebagai bagian dari masyarakat muslim. Relasi sosial yang mendunia sebagai efek globalisasi memunculkan kesadaran terhadap identitas sosial masing-masing di samping kebutuhan untuk tetap menjadi bagian dari masyarakat dunia.22 Berangkat dari perspektif globalisasi ini, kesadaran untuk berhijab tidak lepas dari kesadaran muslimah tentang pentingnya menunjukkan identitas sosial dirinya di tengah masyarakat global. Kesadaran ini

18http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/12/17/mxwu9c-polwan-tak- perlu-tunggu-2015-untuk-berjilbab diakses tgl 16 Desember2013. 19http://www.jakartafashionweek.co.id/id/content/news/busana .muslim.indonesia.makin.mendunia/001/002/142 di akses tgl 16 Desember 2013 20 Morissan, Teori Komunikasi Individu hingga Massa, (Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2013), hal 332-33 21Hadiyatno, Menyoal Kehadiran Keindahan Dan Seni, Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.1, No.2, (Oktober 2016), 95-106 22 Social globalism memengaruhi kesadaran individu dan sikapnya terhadap budaya, politik, dan identitas sosial maupun personal. Keohane, Robert O. dan Joseph S. Nye Jr., 2000. ―Globalization: What‘s New? What‘s Not? (And So What?),‖ dalam Foreign Policy, Spring, 118: 104-119. 7 merupakan respon positif atas ancaman globalisasi yang dapat melunturkan nilai- nilai baik nilai budaya maupun nilai agama. Kesamaan terhadap selera berpakaian serta kesadaran untuk menampilkan identitas memudahkan hijaber untuk berinteraksi, bahkan membentuk komunitas seperti diperlihatkan oleh hijaber community. Hijaber Community adalah sebuah komunitas atau kelompok muslimah berhijab yang berkumpul dan melakukan berbagai aktifitas termasuk aktifitas dakwah. Hijaber Community sebagai sebuah wadah bagi perempuan muslimah berhijab yang menginspirasi muslimah lain untuk menggunakan hijab serta melakukan kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islam seperti talk show atau kajian ke-Islaman. Muslimah melalui hijab menemukan arena aktivitas baru di mana praktik-praktik sosial keagamaan dijalankan sesuai dengan selera dirinya sebagai bagian dari komunitas hijaber. Komunitas ini didirikan oleh beberapa muslimah dengan berbagai latarbelakang dan profesi yang kemudian memiliki keinginan bersama untuk terus melakukan kegiatan-kegiatan sosial keIslaman tanpa harus membuka hijab dan justru memberikan atau berbagi tips untuk tetap berhijab dengan cantik, baik dan stylis.Praktik-praktik sosial dalam berhijab memperlihatkan adanya nilai-nilai maupun kebiasaan hijabers terhadap agama. Perempuan muslimah di Hijaber Community mendapat tempat dalam mengenal, bersosialisasi dan bagaimana meningkatkan kualitas diri dalam bidang keagamaan. Hijaber Community juga mengkampanyekan cara berhijab yang fashionable atau stylis. Cara berhijab demikian memperlihatkan adanya relasi muslimah dengan mode dan gaya hidup modern.Saat yang sama, hijab juga memperlihatkan fashion yang berbeda dibandingkan mode fashion budaya Barat. Perempuan muslimah ini melakukan komunikasi melalui sosial media seperti blog, dan facebook. Penggunaan sosial media ini menjadikan komunitas hijaber mampu menjalin interaksi sosial dengan lebih cepat dan lebih luas sehingga terbentuk relasi-relasi sosial yang luas, banyak dan intens, sekaligus juga mencerminkan gaya hidup modern dalam berkomunikasi.23 Relasi sosial tersebut merupakan salah satu faktor atau modal hijaber dalam melakukan berbagai kegiatan sosial maupun keagamaan. Hijaber Community memiliki visi dan berkomitmen dalam menginspirasi para muslimah untuk berhijab dengan jargon tetap syar‟i dan stylis. Selain itu para muslimah ini melakukan pemberdayaan perempuan dalam bidang agama yaitu dengan melakukan beberapa agenda tentang pengkajian Islam yang dikemas dalam seminar atau talk show. Siapa saja perempuan muslimah dapat bergabung dalam kegiatan yang dilakukan oleh Hijaber Community. Sejak berdirinya, komunitas ini hingga sekarang makin banyak perempuan muslimah yang bergabung untuk menjadi anggota. Anggota Hijabers ini terdiri dari perempuan muslimah sudah berhijab atau belum berhijab dan terbuka untuk semua umur dan profesi.24 Melalui

23 Situs jejaring sosial memberi kesempatan kepada orang untuk berhubungan kembali dengan teman lama, rekan kerja dan teman mereka. Ini juga membantu orang untuk membuat teman baru, berbagi konten, gambar, audio, video di antara mereka. Media sosial juga mengubah gaya hidup masyarakat, Shabnoor Siddiqui & Tajinder Singh, ―Social Media its Impact with Positive and Negative Aspects‖, International Journal of Computer Applications Technology and Research, 5, no. 2 (2016), 71 – 75. 24 http://hijaberscommunity.id/how-to-join/ , diakses tanggal 10 Agustus 2018 8 jaringan media sosial, facebook dan twitter Hijaber Community melakukan perekrutan bagi siapa saja muslimah yang berhijab untuk bergabung sebagai anggota dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan. Hijaber Community yang beranggotakan oleh muslimah dengan latarbelakang dan profesi yang berbeda-beda berkumpul dalam satu tujuan yang sama, yaitu bagaimana menginspirasi perempuan-perempuan muslimah untuk berhijab dan selanjutnya dalam komunitas ini diharapkan dapat mengaktualisasikan kelebihan yang dimiliki.25 Di sisi lain, Hijaber Community ini sering dianggap sebagi ajang nongkrong dan gaul bagi perempuan muslimah diperkotaan, dengan melihat anggota dari komunitas ini terdiri dari perempuan menengah ke atas sehingga terkesan tertutup. Melihat sejarah perempuan di masa lalu, seorang perempuan tidak sepenuhnya mendapat hak-haknya. Misalnya kebebasan perempuan dalam berekspresi. Seperti adanya peraturan larangan menggunakan hijab yangterjadi di Belanda, dan negara-negara di Timur Tengah telah mengundang protes berbagai pihak. Termasuk Indonesia, terkait dengan kebijakan Orde Baru yang melarang penggunaan jilbab di sekolah-sekolah dan ruang publik.26 Ini menggambarkan bagaimana perempuan muslimah saat itu dengan pakaian muslimahnya atau hijabnya terkungkung dalam ruang gelap kekuasaan. Keberadaan perempuan dengan pakaian muslimahnya tidak dianggap existensinya di ruang publik. Sebagaimana diketahui peraturan larangan berjilbab menjadi salah satu syarat dalam kelulusan di suatu sekolah dalam prosedur pengambilan foto yang harus melepaskan jilbab sehingga nampak seluruh kepalanya. Larangan menggunakan jilbab juga berlaku di tempat kerja, dimana melepas kerudung menjadi salah satu syarat memasuki dunia kerja. Hal ini tentu saja berkaitan dengan cara pandang masyarakat tentang fashion atau pakaian yang dianggap modern pada saat itu. Perkembangan budaya yang mengubah penampilan perempuan, misalnya dengan seperangkat pakaian dan aksesoris yang seronok, yang justru dapat memancing nafsu biologis laki-laki sehingga sudah barang tentu laki-laki akan sulit menghargai perempuan yang bertingah laku dan berpenampilan semacam ini.27. Muslimah saat itu kurang mendapatkan tempat di ruang publik sehingga keberadaannya dianggap tidak sesuai dengan perkembangan. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan jaman, citra jilbab sebagai pakaian muslimah berubah, yaitu sejak dikeluarkannya peraturan pemerintah tahun 1991 yaitu SK No. 100 yang intinya membolehkan penggunaan jilbab di setiap lembaga pendidikan.28Sejak saat itulah penggunaan jilbab banyak terlihat hampir di sekolah- sekolah atau Universitas. Sekarang ini, nampak perkembangan pakaian muslimah seolah tak terbendung. Perempuan berjibab memenuhi ruang-ruang publik, sebagaimana yang diulas media massa tentang dibolehkannya penggunaan jilbab untuk Polisi Wanita Republik Indonesia. Fenomena penggunaan jilbab atau hijab ini telah menyedot

25 Hasil wawancara dengan Monika Jufri, wakil ketua Hijaber Community, 15 September 2013 26Lintang Ratri , Cadar, media dan identitas seorang muslim https://www.google.co.id/#q=cadar%2Cmedia+dan+identitas++muslim 27 Norma Dg Siame, ―Tantangan Muslimah di Era Globalisasi‖, Jurnal Hunafa, 4, no. 2, (Juni 2007): 175-184 28 Dedi Ahmadi dan Nova Yohana,‖ Konstruksi Jilbab sebagai simbol keIslaman‖, Mediator vol. 8 No 2, Desember 2007 9 perhatian masyarakat perkotaan sehingga menjadi media dalam berdakwah. Sekaligus ini menjadi media untuk memperbaiki citra perempuan dalam media massa. Jilbab menjadi identitas baru bagi perempuan muslim di Indonesia. Jilbab tidak lagi menjadi sesuatu yang asing, menakutkan dan identik dengan kehidupan masyarakat Arab, justru menambahkan nilai positif dikaitkan dengan peningkatan kualitas keimanan.29 Sebagaimana banyak media menjadikan perempuan sebagai komoditi untuk menawarkan suatu produk yang kadang kala tidak ada kaitannya dengan perempuan, hal ini dikarenakan perempuan masih dianggap mampu menyedot perhatian masyarakat didalam iklannya. Perempuan dan tubuhnya tampil untuk menonjolkan kenikmatan minuman, kelincahan dan keanggunan mobil, kemewahan sebuah berlian, dan sebagainya. Bagi para praktisi periklanan, keberadaan perempuan dalam iklan adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Sementara bagi sebagian orang lainnya berpendapat bahwa menyertakan perempuan dalam iklan lebih merupakan eksploitasi atas tubuh perempuan. Melalui ekonomi politik tubuh, tandadanhasrat, ekonomi kapitalis menjadikan tubuh perempuanhanya potongan tanda-tanda (signs) yang satu per satu menjadi komoditas melalui media iklan.30Sehingga dewasa ini, telah banyak kita temui pemandangan perempuan- perempuan muslim yang berhijab menghiasi media massa. Dengan berjilbab, bisa dikatakan menjadi suatu bentuk ketidaksetujuan atau penolakan akan budaya asing yang terjadi di negeri ini.31 Penggunaan jilbab tidak lagi hanya dipakai di lingkungan pondok Pesantren atau perempuan muslim yang memiliki faktor keagamaan yang tinggi namun, belakangan pakaian muslimah telah banyak dipakai oleh masyarakat umum baik remaja maupun dewasa. Tidak jarang fenomena berjilbab dengan anekamodel ini memenuhi ruang publik seperti pasar dan mall. Hal ini tidak terlepas peran Hijaber Community sebagai komunitas yang terus meng-up date bagaimana berjilbab dari segi bentuk dan cara memakainya. Hijaber Community sering kali menjadi trend setter bagi mereka dalam menggunakan jilbab, dan hal ini tidak hanya terjadi pusat pusat kota namun sampai di perkampungan pun tren berbusana muslim yang modis telah diminati. Hadirnya komunitas ini seolah menjadi sebuah ajang berkumpulnya perempuan-perempuan muslim kota dengan label Islam dengan menyajikan budaya- budaya glamour untuk terus bisa selalu tampil cantik, modis dan update. Fenomena ini disebut sebagai sebuah bentuk sosialita muslimah, secara garis besar sosialita

29Lntang Ratri, “Cadar, Media, dan Identitas Perempuan Muslim,” ejournal.undip.ac.id/index.php/forum/article/download/3155/283, akses 20 Maret 2017 30Sarah santi, http://www.esaunggul.ac.id/article/perempuan-dalam-iklan-otonomi- atas-tubuh-atau-komoditi/ diakses tgl 6 Desember 2013. 31 Oleh Sayyid Hussain Nashr mengatakan wanita yang berjilbab seolah-olah melawan modernisme yang memisahkan muslim dengan yang Pusat yang Illahi. Dalam bukunya ia mengatakan ―Islam tradisional menganjurkan wanita berpakaian yang sopan yang umumnya mengenakan jilbab untuk menutupi rambutnya. Hasilnya adalah sejajaran pakaian wanita dari Maroko sampai Malaysia, sebagian besar pakaian ini sangat indah dan memantulkan femininitas sesuai dengan etos Islam, yang menekankan keselarasan dengan sifat materi dan karenanya maskulinitas kaum pria dan feminitas kaum wanita. Kemudian datang perubahan-perubahan modernis yang membuat para wanita menanggalkan jilbab mereka, menampakkan rambut mereka dan mengenakan pakaian Barat, paling tidak di kawasan dunia Islam http://setetesrahmat.blogspot.com/2011/11/fenomena-jilbab.html. 10 muslim dapat dicirikan sebagai berikut: menampilkan atribut fesyen yang trendy dan tidak kampungan, dan memiliki kelompok pengajian atau ta‟lim sehingga mendapatkan muatan positif bagi pencerahan pemikiran yang nantinya akan berimbas pada perubahan dan kemajuan baik secara individu maupun masyarakat.32 Fenomena banyaknya perempuan Islam menggunakan jilbab dan bergabung dalam komunitas-komunitas hijaber memperlihatkan adanya selera-selera yang berbeda dengan selera umum dalam fashion. Selera terhadap estetika hijab dalam dunia fashion telah mengantarkan hijab sebagai fashion berkelas dan menjadi kebutuhan bagi setiap muslimah. Hijab di samping fashionable dan prestise juga memperlihatkan strata sosial mereka. Fenomena hijaber menarik untuk diteliti dan dikaji lebih dalam lagi terkait dengan eksistensi hijab dalam arena fashion, praktik- praktik keagaamaan terkait dengan dakwah.

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah diperlukan agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuannya. Adapun identifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut: a. Masih minimnya komunitas hijabers yang dapat dijadikan inspirasi bagi muslimah b. Motivasi hijabers yang banyak menonjolkan sisi fashion daripada substansi c. Pemahaman dakwah di masyarakat masih bersifat konvensional d. Adanya perbedaan pandangan ulama kontemporer dan klasik terhadap makna hijab e. Hijabers Community dapat mengedukasi bagi pelaku dakwah terhadap isu-isu dakwah kontemporer f. Media sosial dapat menjadi salah satu alternatif menjamurnya komunitas hijabers

2. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak melebar, maka perlu dilakukan pembatasan. Penelitian ini fokus pada aktivitas Hijabers Community di Jakarta yang dipandang sebagai model dakwah. Penelitian dilakukan tahun 2013 sampai 2018.

3. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, fokus penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Hijabers Community menginspirasi muslimah dalam penggunaan dan pemaknaan hijab? 2. Bagaimana bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan oleh Hijabers Community?

C. Penelitian Terdahulu

32 Mutia Andriani dan Ni‘matuzahroh, ―Konsep Diri dengan Konfromitas pada Komunitas Hijabers‖, Jurnal Psikologi Terapan Vol. 01, No.01, Januari 2013. 11

Penelitian ini tidak lepas dari penelitian sebelumnya, namun, penelitianini fokus pada kemasan dakwah yang relevan dengan masyarakat perkotaan. Pertama, Zulkifli Abd. Latief dan Fatin Nur Sofia Zainal Alam,“The Role of Media in Influencing Woman Wearing Hijab:an Analysis”. Penelitian ini menggali data dengan menyebarkan angket kepada perempuan usia 13 tahun ke atas baik pelajar maupun perempuan pekerja yang tinggal di area Syah Alam. Penelitian ini menyimpulkan bahwa media cenderung lebih hanya menyampaikan busana muslimah sebagai fashion, tidak memberikan pemahaman hijab sebagai sebuah ajaran agama.33 Penelitian Zulkifli Abd. Latief dan Fatin Nur Sofia Zainal Alam memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya, terletak pada ketertarikan tentang penggunan hijab yang makin meluas di kalangan muslimah. Perbedaannya, penelitian ini melihat komunitas muslimah berhijab dalam mengemas modernitas sekaligus mengikuti nilai-nilai Islam. Secara metodologi, perbedaan juga terletak pada penelitian ini yang menerapkan metode kualitatif. Penelitian ZulkifliAbd. Latief dan Fatin Nur Sofia Zainal Alam mengungkapkan ada bagian ruang lanjutan yang belum terjawab yaitu apakah ada sebuah usaha yang telah dilakukan wanita muslimah yang berhijab selain mengikuti fashion. Kedua,Annurahim Faqieh,“Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Motivasi Berbusana Muslimah Mahasiswa UII‖ hasil penelitian Annurahim Faqieh dkk. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Berdasarkan faktor-faktor yang berkaitan dengan motivasi berbusana muslimah mahasiswi UII adalah : Pertama, faktor latar belakang pendidikan. Kedua, faktor pembinaan keagamaan. Ketiga, faktor dukungan instansi. Keempat, faktor perilaku keagamaan (keberagamaan). Kelima, faktor lingkungan pergaulan. Keenam,faktor persepsi tentang kewajiban berbusana muslimah.Ketujuh, faktor gaya hidup.Kedelapan, faktor media massa.34 Penelitian Annurahim Faqieh hanya mengungkap sejumlah faktor yang memotivasi muslimah mahasiswa menggunakan hijab. Upaya atau aktivitas muslimah yang sudah berhijab tidak diteliti. Pada penelitian ini, penulis justru berfokus pada persoalan bagaimana muslimah atau hijaber mengikuti modernitas namun dengan tetap melakukan aktivitas dengan berpegang pada ajaran Islam. Ketiga, Fadwa El-Guindi “ Veil :Modesty, Privaci and Resistance” dalam penelitiannya ditemukan bahwa Jilbab bisa berfungsi sebagai bahasa penyampai pesan sosial budaya. Bagi penganut Kristen Protestan, jilbab merupakan simbol bermuatan ideologis. Di kalangan umat Katolik, jilbab menandai pandangan tentang kewanitaan dan kesalehan. Dengan melepaskan kajian jilbab dari pendekatan studi kawasan-wanita-agama, lalu mewadahinya dalam pendekatan antropologi pakaian, El Guindi menepis stereotip picik dan

33Zulkifli Abd. Latief dan Fatin Nur Sofia Zainal Alam, ―The Roles of Media in Influencing Woman Wearing Hijab:an Analysis‖Journal of Image and Graphics, Volume 1, No. 1 March 2013, 50-54 34 Annurahim Faqieh dkk. ―Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Motivasi Berbusana Muslimah Mahasiswa UII‖ Fenomena, 4, no. 1. (Maret, 2006). 12

keterasingan yang melingkupi studi jilbab sekaligus menjadi kritik atas pendekatan parsial pengkaji Barat dan kalangan feminis.35 Persamaan karyaFadwa El-Guindi dengan penelitian ini terletak pada kajian terkait dengan hijab. Perbedaannya, penelitian ini juga mengungkap aktivitas para pemakai hijab dilihat dari modernitas dan ketaatan terhadap nilai-nilai agama. Dengan demikian, penelitian ini dapat mengungkap lebih banyak tentang makna hijab di tengah modernitas. Keempat, Asifa Siraj“Meanings of modesty and the hijab amongst Muslim women in Glasgow, Scotland.”Penelitian ini dilakukan di Glasgow Skotlandia dengan mewawancarai 30 perempuan yang pernah maupun masih berhijab. Makna hijab diungkap melalui wawancara mendalam. Asifa Siraj mengungkapkan bahwa hasil penelitiannya terhadap perempuan muslim berjilbab dan yang telah melepas jilbab menyimpulkan bahwa perempuan yang memakai hijab dipandang sebagai bentuk kesopanan. Sehingga berdasarkan penelitiannnya ditemukan persamaan dan perbedaan pada perempuan berjilbab dan tidak menggunakannya.36 Penelitian Asifa Siraj berbeda dengan penelitian ini baik dari sisi fokus kajian, teori maupun metodologi. Penelitian ini fokus pada bagaimana muslimah mengemas hijab sehingga tampil modern serta mengungkap aktivitas muslimah berhijab dalam menjalani aktivitas sebagai muslimah menurut nilai-nilai Islam. Kelima, Annurrofoq Dawan ― Jilbab dalam Perpsiktif Sosial Budaya” Hasil tulisan yang diperoleh kesimpulan bahwa fenomina jilbab di Indonesia: Pertama jilbab bukan budaya Indonesia, kedua kometmen keagamaan, keimanan, dan ketaqwaan serta keindonesia menjadi alasan masyarakat Indonesia mengenakan jilbab. Yang ketiga, perempuan yang mengenakan jilbab secara konsisten berarti mereka membuktikan komitmennya terhadap agama Islam.37Persamaan karyaAnnurrofoq Dawan dengan penelitian ini terletak pada kajian terkait dengan hijab. Perbedaannya, penelitian Annurrofoq Dawan mengkaji hijab dari sudut pandang sosial budaya, sedangkan penelitian ini mengungkap aktivitas para pemakai hijab dilihat dari modernitas dan ketaatan terhadap nilai-nilai agama. Dengan demikian, penelitian ini dapat mengungkap lebih banyak tentang makna hijab di tengah modernitas. Keenam, Retno Hendariningrum ―Fashion dan Gaya Hidup: Identitas dan Komunikasi‖ kesimpulan yang diperoleh adalah maraknya fashion ditengah-tengah masyarakat tidak lain karena batuan media massa, dimana media massa telah melakukan interpretasi tentang gaya hidup, fashion dan trend di tengah-tengah masyarakat, secara perlahan namun pasti masyarakat pada akhirnya akan mengimitasi apa yang telah diinterpretasikan oleh media.38 Persamaan karya Retno Hendariningrum dengan penelitian ini terletak pada

35 Fadwa El Guindi, Veil: Modesty, privacy and resistance, (New York: Berg, 1999), 148- 169. 36 Asifa Siraj ― The Meanings of modesty and the hijab amongst Muslim women in Glasgow, Scotland” Gender, Place & Culture: A Journal of Feminist Geography, 18, 6, (2011), 716–731. 37 Annurrofoq Dawan ― Jilbab dalam Perpsiktif Sosial Budaya‖ Innovatio, 6, no. 2 (Juli-Desember 2007), 365-377. 38 Retno Hendariningrum ―Fashion dan Gaya Hidup: Identitas dan Komunikasi‖ Ilmu Komunikasi, 6, no. 1 (Januari-Apri 2008), 25-32. 13

kajian terkait dengan fahsion dan gaya hidup. Bagaimanapun juga hijab merupakan bagian dari fashion dan gaya hidup. Perbedaannya, penelitian Retno Hendariningrum melihat fashion secara umum, sedangkan penelitianini mengkaji fashion secara spesifik pada hijab serta mengungkap aktivitas para pemakai hijab dilihat dari modernitas dan ketaatan terhadap nilai-nilai agama. Dengan demikian, penelitian ini dapat mengungkap lebih banyak tentang makna hijab di tengah modernitas Ketujuh, Rini Rinawati ―Lifestyle‖ Muslimah. Secara teoritis dan relevansinya di lapangan ditemukan bahwa gaya hidup ―gaul‖ menjadi trend remaja muslimah saat ini. Kedua, globalisasi massa saat ini mempengaruhi hidup remaja muslimah. Dan yang terakhir adalah, proses belajar ―ala pesantren‖ yang berdasarkan syari‘at Islam secara benar dapat dijadikan upaya untuk mengislamisasi pengaruh dari budaya pop yang sedang trend, sehingga mereka menjadi muslimah yang gaul tapi tidak keluar dari ajaran Islam.39 Persamaan karyaRini Rinawati dengan penelitian ini terletak pada kajian terkait dengan gaya hidup muslimah. Perbedaannya, penelitian Rini Rinawati tidak melihat fashion hijab sebagai bagian dari dakwah, sedangkan penelitianini mengkaji fashion secara spesifik pada hijab serta mengungkap aktivitas para muslimah sebaai pemakai hijab dilihat dari modernitas dan ketaatan terhadap nilai-nilai agama. Dengan demikian, penelitian ini dapat mengungkap lebih banyak tentang makna hijab di tengah modernitas Kedelapan, penelitian oleh Mutia Andriani dan Ni‘matuzahroh dalam ‗ Konsep Diri dengan Konformitas pada Komunitas Hijabers‟ bahwa ada hubungan kearah negatif yang signifikan antara konsep diri dengankonformitas pada komunitas Hijabers Banjarmasin.Hal ini menunjukan bahwa pada subyek yang memiliki konsep diri positif, makakonformitas pada komunitas Hijabers rendah. Sebaliknya pada subyek yang memilikikonsep diri negatif, maka konformitas pada komunitas Hijabers tinggi. Dengandemikian dapat dikemukakan bahwa hipotesapenelitian ini terbukti dan diterima.Adapun sumbangan efektif yang diberikan konsep diri terhadap konformitas padakomunitas Hijabers Banjarmasin sebesar 22% dan sebesar 78% disebabkan oleh faktor lain yang tidakditeliti dalam penelitian ini.40 Persamaan karyaRini Rinawati dengan penelitian ini terletak pada kajian terkait dengan muslimah. Perbedaannya, penelitian Mutia Andriani dan Ni‘matuzahrohtidak melihat fashion hijab sebagai bagian dari dakwah, sedangkan penelitianini mengkaji fashion secara spesifik pada hijab serta mengungkap aktivitas para muslimah sebagai pemakai hijab dilihat dari modernitas dan ketaatan terhadap nilai-nilai agama. Dari hasil penelitian sebelumnya, masih belum ada penelitian yang membahas tentang pakaian muslimah sebagai media dakwah. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji hijab sebagai media dakwah dalam arena yang relatif baru yaitu arena gaya hidup modern, khususnya di dunia fashion.

D. Tujuan Penelitian

39Rini Rinawati ―Lifestyle‖ Muslimah‖ Mediator, 8 no. 1 (2007), 65-76. 40Mutia Andriani dan Ni‘matuzahroh ― Konsep Diri dengan konformitas pada Komunitas Hijabers‖ Jurnal Psikologi Terapan, 1, no.01, (Januari 2013), 110-126. 14

1. Tujuan Umum Untuk menganalisis dan mengkaji strategi dakwah Hijabers Community Jakarta melalui hijab fashion. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan oleh Hijabers Community Jakarta.

E. Signifikansi Penelitian 1. Memperluas khasanah keilmuan, khususnya tentang model-model dakwah yang berkembang di masyarakat saat ini. Bahwa dakwah tidak selalu disampaikan dalam bentuk ceramah. Dakwah dapat dikemas dalam bentuk yang lain. 2. Sebagai referensi bagi pelaku dakwah (da‟i) atau lembaga dakwah dalam menentukan bentuk dakwah agar dapat diterima dengan baik, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mad‟u. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang metode atau kiat-kiat meningkatkan kualitas dan kuantitas umat.

F. Metodologi penelitian 1. Metode penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan fenomenologi. Penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Pendekatan fenomenologis didasarkan pada sebuah paradigma pengetahuan pribadi dan subjektivitas, serta menekankan pentingnya perspektif dan interpretasi pribadi. Kajian fenomenologi mendeskripsikan makna pengalaman-pengalaman yang dialami (lived experiences) setelah mengeksplorasi struktur-struktur kesadaran di dalam pengalaman manusia.41 Peneliti fenomenologi mencari struktur dasar (atau esensi) atau makna sentral yang mendasari dari pengalaman ini dan menekankan intensionalitas kesadarandi mana pengalaman mengandung penampakan ke luar dan kesadaran ke dalam berdasarkan memori, gambaran, dan makna.42 Dalam fenomenologi, intensionalitas kesadaran selalu diarahkan pada suatu objek. Realitas dari suatu objek selalu berkaitan dengan kesadaran seseorang mengenainya. Realitas dari suatu objek hanya dipahami dalam makna pengalaman seorang individu.43

2. Sumber Data a. Data Primer Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai pihak yang mengetahui tentang Hijaber Community ini secara mendalam, yaitu pihak pendiri atau perintis dan anggota dari Hijaber Community.

41 John W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. (USA: Sage Publications Inc, 1998), 51 42 John W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. (USA: Sage Publications Inc, 1998),, 52 43 John W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. (USA: Sage Publications Inc, 1998),, 53 15

b. Data Sekunder Sumber data ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu baik dari media audio visual, majalah, buku, jurnal dan artikel-artikel yang berkaitan dengan tema dalam penelitian ini. 3. Tehnik Pengumpulan Data a. Observasi Yaitu melakukan pengamatan dan menganalisa kegiatan- kegiatan yang diadakan oleh Hijaber Community, kegiatan yang bersifat online melalui media sosial dan kegiatan face to face dalam bentuk suatu agenda yang melibatkan seluruh anggota Hijaber Community. Dalam observasi ini peneliti terlibat langsung dalam beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Hijaber Community. b. Wawancara Wawancara adalah percapakan dengan tujuan tertentu. Tujuan wawancara adalah mengkonstruksi terkait orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan kebutuhan lain.44 Wawancara pada penelitian ini dilakukan terhadap orang-orang yang kompeten yaitu penyelenggara Hijaber Community, dan pihak- pihak yang mendukung berdirinya Hijaber Community. Wawancara dilakukan kepada Ketua Hijabers Community pada Acara Hijaber Community Day Tahun 2016 dan ditemui saat Kajian Rutin Hijabers Community. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti.45 Selain itu observasi juga didefinisikan sebagi perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala atau sesuatu dengan maksud mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya dan menemukan kaidah- kaidah yang mengaturnya.46 Maka observasi atau pengamatan dalam hal inidilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang ada dalam Hijaber Community.

G. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran penelitian yang sistematis, terarah dan logis sehingga sesuai dengan tujuan, tesis ini dibagi dalam enam bab, diuraikan dalam sistematika sebagi berikut: Bab I merupakan pendahuan tesis yang berisi tentang latar belakang penulis melakukan penelitian, mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, membatasi masalah agar penelitian ini tetap fokus

44 Lexy J. Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 135. 45 Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 143. 46 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2011), 37-38. 16 yang kemudian ditemukan rumasan masalah. Mengkaji penelitian yang relevan dan sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan sebagai bahan untuk menentukan mind mapping penelitian,dan selanjutnya menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta terakhir metode penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan. Bab II menjelaskan hijab yang berada di arena agama dan gaya hidup modern. Untuk mengetahui fenomena ini, peneliti mengumpulkan beberapa penelitian atau data yang berkaitan dengan tema ini. Dalam bab ini pula dijelaskan tentang perkembangan dakwah kekinian, penggunaan metode atau media yang up to date yang digunakan oleh para dai. Pengkajian hijab dari berbagai pandangan baik ulama kontemporer dan klasik. Disini pula terdapat penjelasan batasan aurat yang disepakati oleh jumhur ulama Bab III menjalaskan tentang profil Hijabers Community. Siapa saja masyarakat yang terlibat dalam komunitas ini dan sejauh mana masyarakat mengetahui dan merespon adanya Hijabers Community. Dalam bab ini dijelaskan mengenai konsep hijab oleh Hijabers Community.Serta pembahasan mengenai trend fashion hijab yang disambut oleh muslimah melalui hijabers Community ini. Bab IV merupakan pembahasan dan analisa mengenai inspirasi arena baru gerakan dakwah yang berkembang. Hal ini juga menjadi analisa gerakan dakwah alternatif yang dilakukan oleh hijabers community Jakarta. Hijab fashion sebagai alternatif media yang bisa ditawarkan sebagai pendekatan dakwah kepada muslimah. Bab V menjelaskan tentang praktik-praktik keagamaan dalam komunitas hijaber serta gaya hidupnya. Bab ini mengkaji dari sudut pandang teoritik Pierre Bourdieu menggunakan konsep habitus, modal, arena, praktik serta distinction. Bab ini mengungkapkanpertama Hijab sebagai gerakan dakwah alternatif di masyarakat perkotaan; kedua, Hijab sebagai counter pakaian konvensional; ketiga, Hijaber ini menginspirasi gaya hidup Islami bagi masyarakat luas. Bab VI merupakan bab penutup, terdiri dari kesimpulan yangmenjawab isi dari rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan, dan saran berupa rekomendasi atas hasil yang didapatkan.

17

BAB II

HIJAB DI ANTARA ARENA DAKWAH DAN GAYA HIDUP MODERN

Hijab sebagai pakaian muslimah yang terdiri dari pakaian yang menutup seluruh tubuh atau aurat dan jilbab sebagai penutup kepala bukan lagi menjadi barang baru. Inspirasi berpakaian berkembang di kalangan Muslimah ini tidak hanya sekedar berfungsi sebagai tren busana melainkan tren nilai agama.

A. Agama dan Gaya Hidup Modern Hubungan manusia dan agama tampaknya merupakan hubungan yang bersifat kodrati. Agama itu sendiri menyatu dalam fitrah penciptaan manusia. Fitrah manusia yang menghasilkan penilaian positif serta pandangan yang optimis tentang manusia. Fitrah menjadi pangkal adanya segi-segi yang positif tentang manusia dan kemanusiaan. Segi-segi yang fitri ini merupakan kenyataan asasi manusia yaitu berkenaan dengan watak dan nalurinya yang asli dan alami mengenali kebaikan dan keburukan, keaslian dan kepalsuan, kesucian dan kekejian.47 Terwujud dalam bentuk ketundukan, kerinduan ibadah, serta sifat- sifat luhur. Manakala dalam menjalankan kehidupannya manusia menyimpang dari nilai-nilai fitrahnya, maka secara psikologis ia akan merasa adanya semacam hukuman moral. Lalu spontan akan muncul rasa bersalah atau rasa berdosa (sense of guilty).48 Definisi agama, terlebih yang berlaku dan dapat diterima oleh semua agama sangat tidak mudah dirumuskan, karena selain sangat ditentukan oleh sudut pandang masing-masing agama juga karena setiap agama mempunyai sudut pandang yang berbeda satu sama lain. Dalam bahasa Arab, agama berasal dari kata al din dan al milah. Al din dapat memiliki arti al mulk (kerajaan), al khidmat (pelayanan), al „izz (kejayaan), al dull (kehinaan), al ikrah (pemaksaan), al ikhsan (kebajikan), al ibadat (pengabdian), al qahr wa al sulthan (kekuasan dan pemerintahan), al tadalul wa al khudu (tunduk dan patuh), al islam at tauhid (penyerahan dan mengesakan Tuhan). Sedangkan pengertian ad din berarti agama, adalah nama yang bersifat umum ditujukan tidak untuk satu agama atau kepercayaan tertentu.49 Dalam ilmu sosisologi, agama merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan individu ataupun kelompok. Keduanya mempunyai hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung dengan semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial di masyarakat mana pun.

47.Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan KeIndonesiaan, (Bandung: Mizan, 2008), 28. 48 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama (Jakarta: Rajawali Press,2010), 159. 49 Wahyuni, ―Peranan Agama dalam Perubahan Sosial‖, Jurnal Al Fikr, 16, no. 1 (2012), 191 18

Menurut Karl Mark, agama merupakan bangunan atas, yang pembentukannya dipengaruhi oleh bangunan pokok yaitu struktur ekonomi.50 Dalam masyarakat modern yang identik dengan pendangan global mempunyai cara tersendiri dalam menempatkan agama. Agama berfungsi dalam kehidupan seseorang mengalami perbedaan atau pengaruh yang tidak sama. Agama mengalami pergeseran makna sehingga nilai-nilai di dalamnya menjadi plihan hidup yang mengatur kehidupan bukan menjadi sebuah doktrin atau pedoman hidup. Hal ini sangat dipengaruhi oleh makin meningkatnya arus modernitas pada masyarakat modern. Wacana manusia modern merupakan wacana universal, baik masyarakat Muslim ataupun Kristen, Timur atau Barat.51 Perbedaan cara pandang masyarakat tentang agama bergantung pada pengetahuan, pengalaman dan kehidupan sosial budayanya. Pemahaman masyarakat pada agama terus mengalami perkembangan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Mc Guire, diri manusia memiliki bentuk sistem nilai tertentu. Sistem nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sistem ini dibentuk melalui belajar dan proses sosialisasi, serta dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi pendidikan dan masyarakat luas.52 Dalam kehidupan modern yang sangat dekat dengan pengaruh globalisasi yang membawa budaya hedonisme, materialisme dan sebagainya memberikan dampak pada kehidupan seseorang sehingga agama menjadi nilai yang terus mengalami pergolakan dan tantangan dalam memaknai perilaku. Pengaruh agama dalam kehidupan modern memunculkan corak yang berbeda dengan kehidupan tradisional yang jauh dari kehidupan yang penuh teknologi dan budaya asing. Ini menunjukkan bahwa manusia telah ditempatkan Tuhan dengan harkat dan martabat yang tinggi. Akan tetapi, dalam kitab suci juga dijelaskan bahwa manusia akan jatuh menjadi makhluk yang rendah derajatnya, kecuali beriman dan beramal soleh sebagaimana dinyatakan dalam Q.S. At Tin: 4 -6

50 Wahyuni, ―Peranan Agama dalam Perubahan Sosial‖, Jurnal Al Fikr, 16, no. 1 (2012), 187. 51 Ada beberapa ciri manusia modern: 1) memiliki sikap terbuka terhadap informasi dan pengalaman baru, 2) memiliki kesiapan mental untuk melakukan perubahan, 3) memliki kemampuan untuk selalu mengembangkan pemikirannya, 4) memiliki sikap energik untuk mencari informasi baru dan fakta yang melandasinya, 5) selalu disiplin dalam penggunaan waktu, 6) memiliki sikap tangguh, memiliki perencanaan yang matang, 7) penuh perhitungan, 8) menghargai kemampuan teknik, 9) sadar perlunya kerja keras, 10) sangat kuat usahanya dalam mengejar cita-cita, pendidikan dan kedudukan, 11) mengakui dan menghargai martabat seseorang berdasarkan kualitas yang dicapai, 12) sadar akan pentingnya produksim dan 13) sadar pentingnya kedudukan materi, dalam Enung Ismaya, ―Modernitas dan Tantangan terhadap Pelaksanaan Dakwah,‖ Jurnal Keomunika, 3, no. 1 (Januari-Juni 2009), 46-62. 52 Nilai adalah daya pendodorng dalam hidup yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang, Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grfindo Persada, 2011), 318-319. 19

ىَقَ ذْْ َخيَ قَْْاْٱ ِلّْ َْٰ َِْفِ ْْٜأَ حْ َٰ ِِْجَ قْ ِٝ٘ ٤ٌْْْثُ ٌَّْ َس َد دَُّْْْٔأَ سْفَ َوْ َْسفِيِٞ ٥َِْْْإِ ََّّلْٱىَّ ِزٝ َِْ َءا ٍَُْ٘ اْ

َٗ ػَ َِيُ٘ اْٱى َّصْيِ َحْ ِثْفَيَُٖ ٌْْأَ جْ ٌشْ َغ ْٞ ُشْ ٍَ َُُْْ٘ ٦ْ

―Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah- rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tidak ada putusnya.”

Dalam ayat lain, kitab suci juga menjelaskan bahwa manusia telah dianugrahkan fitrah yang baik sebagai makhluk yang mulia, dalam perkembangannya dan dengan kelemahannya, manusia akan menjadi makhluk hina kecuali ia memiliki semangat ketuhanan (rabbaniyyah atau ribbiyyah) dan beramal saleh. Dalam perjalanan sejarah manusia, akan melakukan perjuangan hidupnya untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya sehingga tidak jatuh dengan sendirinya.53 Manusia, dalam kitab suci, adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan sebaik-baik ciptaan. Ini menunjukkan bahwa manusia telah ditempatkan Tuhan dengan harkat dan martabat yagn tinggi. Akan tetapi, dalam kitab suci juga dijelaskan bahwa manusia akan jatuh menjadi makhluk yang rendah derajatnya, kecuali beriman dan beramal soleh. Dalam ayat lain, kitab suci juga menjelaskan bahwa manusia telah dianugrahkan fitrah yang baik sebagai makhluk yang mulia, dalam perkembangannya dan dengan kelemahannya, manusia akan menjadi makhluk hina kecuali ia memiliki semangat ketuhanan (rabbaniyyah atau ribbiyyah) dan beramal saleh. Dalam perjalanan sejarah manusia, akan melakukan perjuangan hidupnya untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya sehingga tidak jatuh dengan sendirinya.54 Kebutuhan manusia akan adanya Tuhan tidak dapat dielakkan, manusia sebagai makhluk ciptaannya, bagaimanapun sangat tergantung pada sang Pencipta. Ketergantungan ini dikarenakan memang potensi tersebut sudah ada dalam diri manusia. Pada benda-benda mati potensi ini disebut watak yang menunjukkan ciri khas atau karakteristik makhluk itu masing-masing. Sedangkan pada hewan disebut naluri (al gharuzah), sedangkan pada manusia adalah fitrah.55 Kebutuhan manusia pada Tuhan diawali ketidakmampuannya menyelesaikan permasalahan dalam hidupnya,

53 Enung Ismaya, ―Modernitas dan Tantangan terhadap Pelaksanaan Dakwah,‖ Jurnal Keomunika, 3, no. 1 (Januari-Juni 2009), 46-62. 54 Enung Ismaya, ―Modernitas dan Tantangan terhadap Pelaksanaan Dakwah,‖ Jurnal Keomunika, 3, no. 1 (Januari-Juni 2009), 46-62. 55 Murtadha Muthahari, Fitrah, terj. Afif Muhammad (Jakarta: Lentera, 1998), 19- 22. 20

ketidakmampuan ini kemudian manusia mencari hal yang ghaib yang diharapkan mampu menolongnya. Potensi ketuhanan inilah yang terus ada dalam diri manusia sehingga secara sadar menggerakkan seseorang kepada kekuatan tertentu meski hidup dalam hiruk pikuk tingginya kemajuan zaman. Modernisme lahir bersamaan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang memungkinkan terjadinya revolusi industri dan revolusi pengetahuan. Modernisme merupakan kritik pandangan pra modern yang besifat mistis dan feodal berubah menjadi pandangan yang bersifat rasional dan demokratis. Modernisme telah mengubah posisi manusia yang semula subordinat terhadap alam dan adi kodrati, menjadi aktor yang punya kekuatan adi kodrati, bahkan menjadi aktor yang punya otoritas penuh dalam membuat sejarah.56 Kecanggihan teknologi dan informasi tidak mampu menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat modern, sehingga masyarakat modern mulai mencari keberadaan Tuhan. Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah 30-33 yang artinya:

―Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : ―Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.‖ Mereka berkata: ―Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?‖ Allah berfirman: ―Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak Engkau ketahui.‖ Dia mengajar kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian memaparkannya kepada para malaikat, lalu berfirman: ―Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu, jika kamu ‗orang-orang‘ yang benar.‖ Mereka berkata: ―Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.‖ Allah berfirman: ―Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini!‖ Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: ―Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan kamu sembunyikan?‖57

Ayat tersebut di atas menjelaskan ketetapan Allah menjadikan manusia sebagai khalifah Allah yaitu makhluk Allah yang mendapat kepercayaan untuk menjalankan kehendak Allah dan menerapkan ketetapan-ketetapan- Nya di muka bumi.58 Kemampuan manusia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang sangat maju tidak lepas dari kehendak Allah untuk menunjukkan kuasaNya. Namun, sehebat-hebat ilmu dan teknologi

56 Muh Hanif, ―Studi Media dan Budaya Populer,‖ Jurnal Dakwah dan Komunikasi Jurnal Komunika, 5, no. 2 (Juli –Desember 2011), 235-251 57 Wahib Mu‘thi, Penciptaan Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi, Pusat Studi al Quran, 2012, dalam psq.or.id, diakses tanggal 20 Juni 2018 58 Wahib Mu‘thi, Penciptaan..... dalam psq.or.id, diakses tanggal 20 Juni 2018 21

tidak mampu menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat modern, sehingga masyarakat modern mulai mencari keberadaan Tuhan. Modernisasi telah menyebabkan agama dipaksa untuk merekonstruksi makna sedemikian rupa untuk kemudian simbol-simbol maupun ritual agama direproduksi menjadi komoditas yang diperjualbelikan. Agama tidak lagi sakral dan privat. Agama muncul dalam bentuk simbol-simbol yang dikendalikan oleh kekuasaan, yang dalam hal ini adalah pihak produsen. Agama telah mengalami komodifikasi, yaitu sebuah peristiwa di mana terjadi perluasan (dengan cara mensimulasi, mereproduksi, merekonstruksi) dan dengan mengarah pada simbol tertentu kemudian dijadikan produk yang diperjualbelikan.59 Dengan hingar bingar teknologi, manusia dihadapkan pada suatu kehiduapn yang serba instan, canggih dan terbuka. Terbuka terhadap budaya dan nilai-nilai yang datang silih berganti menghampiri dalam kehidupan. Manusia dituntut untuk mengikuti tren yang ada secara tidak sadar sehingga kadangkala arus yang berkembang terlalu kuat mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri. Memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dalam kehidupan masyarakat telah menjadi tren, dan memiliki nilai (prestise) atau kelas dalam kehidupan sosial dan budaya. Akibatnya, seseorang yang tidak dapat beadaptasi dengan kecangggihan teknologi dianggap sebagai kelompok masyarakat tradisional, konservatif, dan kuno. Saat ini, pemanfaatan teknologi sudah menjadi tanda konsumerisme, yang telah menghegemoni kehidupan masyarakat sebagai sebuah keniscayaan.60 Tanpa terkecuali agama ketika masuk ke dalam ruang publik beriringan dengan canggihnya teknologi, sebagaimana munculnya simbol-simbol agama di ruang publik ketika ramadhan. Hampir semua saluran televisi menayangkan program serupa tentang keislaman atau dakwah Islam. Ruang-ruang publik seperti mall dibuat seperti perkampungan Islam dengan iringan musik-musik Islami. Modernisasi tidak hanya tampak pada teknologi dan konsumerisme. Modernisme memiliki cakupan sangat luas meliputi segala aspek kehidupan. Pada aspek kehidupan ekonomi, modernisasi sering digambarkan tumbuh seiring dengan budaya kapitalisme yang bergerak di antara tiga poros lingkaran produksi, distribusi dan konsumsi.61 Budaya produksi menekankan pada proses produksi terus menerus untuk menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Bahkan ada proses reproduksi melalui simbol-simbol yang

59 Moch. Fahruroji, ―Dakwah Islam dan Inovasi Budaya,‖ Jurnal Komunika, 4, no. 1 (Januari-Juni 2010), 121-129 60 Aris Saefullah, ―Dakwahtainment,‖ Jurnal Komunika, 3, no. 2 (Juli-Desember 2009), 255-269 61 Budaya konsumen perlu dipelihara untuk mempertahankan proses produksi. Dengan melakukan kegiatan konsumtif, masyarakat akan terjebak pada rutinitas kosong atau nihil. Dikatakan nihil karena kegiatan produktif akan habis dikonsumsi, sedangkan kegiatan konsumsi hanyalah pengulangan konsumsi sebelumnya atas produk dan citra yang diciptakannya sendiri. Rose Poole, Moralitas dan Modernitas Di bawah Bayanag-bayang Nihilisme, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 113. 22

mengesankan suatu produk sebagai sesuatu yang baru. Proses reproduksi simbol-simbol ini dikuatkan selama proses distribusi (pemasaran) dengan mengangkat citra-citra modern serta berbagai impian menjadi modern sebagaimana dijanjikan dalam iklan. Iklan menawarkan sistem pembentukan ide yang berlapis-lapis dan terintegrasi yang mencakup, menginterpretasi dan memproyeksikan citra-citra produk yang saling bergantung.62 Proses produksi maupun distribusi pada akhirnya mendorong terus tumbuhnya konsumsi. Konsumsi bukan lagi berdasarkan kebutuhan terhadap kegunaan atau manfaat suatu produk, tetapi hanya berdasarkan keinginan dan citra-citra yang terus direproduksi. Aktivitas produksi, distribusi maupun mereproduksi membutuhkan kapital besar berupa uang, intelektual, sosial dan budaya. Kapital berupa uang merupakan kapital yang sangat fleksibel untuk dikonversikan ke berbagai kapital yang lain. Dengan uang, pemilik modal (kapitalis) dapat membayar kaum intelektual untuk memikirkan kepentingan kapitalis. Dengan uang, kapitalis juga dapat membeli dukungan sosial bahkan dukungan dan fasilitasi dari negara bagi kepentingan usahanya. Dengan uang pula kapitalis dapat membayar budayawan mengemas pesan-pesan kultural yang berpihak kepada kepentingan kapitalis.63 Hal ini memperlihatkan bahwa modernisasi telah melahirkan struktur dominasi baru yang menempatkan pemilik kapital berada pada strata teratas. Keberhasilan memproduksi suatu produk hingga berhasil diterima oleh masyarakat luas juga membutuhkan modal sosial yang kuat. Modal sosial merupakan sumber-sumber daya, aktual atau virtual (tersirat) yang berkembang pada seorang individu atau sekelompok individu karena kemampuan untuk memiliki suatu jaringan yang dapat bertahan lama dalam hubungan-hubungan yang lebih kurang telah diinstitusikan berdasarkan pengetahuan dan pengenalan timbal balik64. Modal sosial sebagai aset produktif yang dibangun melalui investasi pada hubungan sosial; memerlukan waktu, usaha, bahkan uang untuk mengakumulasinya. Sekali terbangun, seperti modal lainnya (fisik maupun manusia), modal sosial kembalian, terdepresiasi oleh waktu, dan harus terus dijaga agar tidak berhamburan dan menjadi usang. Modal sosial merupakan fitur-fitur kehidupan sosial, seperti jejaring, norma, dan kepercayaan yang dapat digunakan oleh pemiliknya untuk mengupayakan sesuatu secara lebih efektif

62 Michael R Olsson, ―Making Sense of Shakespeare: a Cultural Icon for Contemporary Audiences,‖ Cosmopolitan Civil Societies Journal, 10, no. 3, (2013), 16-19. 63 Orang yang memiliki modal berupa uang dapat menggunaan uang untuk mendapatkan kapital lainnya, misalnya, kapital sosial berupa posisi sosial di dalam organisasi sosial ataupun partai politik,Pierre Bourdeau, Distinction A Social Critique Of The Judgement Of Taste, (Cambridge: Harvard University Press, 1996), 291 64Pierre Bourdieu, The Field of Cultural Production, (Florida: Columbia University Press, 1993), 9

23

untuk mencapai tujuan bersama.65 Hubungan sosial yang ada menyediakan hal-hal yang mampu mendukung saat dibutuhkan. Modal sosial sering sangat dibutuhkan ketika seseorang ingin masuk atau naik dalam posisi penting secara sosial. Dalam membangun citra produk, produsen dapat memanfaatkan jejaring sosial yang dimiliki untuk menguatkan legitimasi kualitas produk sebagai suatu yang dibutuhkan, layak dipercaya, pilihan terbaik, dan citra- citra lain yang mendukung kepentingan kapitalis selaku produsen. Kapitalisme menjadi dominan dalam mengarahkan perubahan sosial tanpa disadari oleh masyarakat. Masyarakat teralienasi oleh dominasi ini karena kapitalisme juga menghadirkan banyak pilihan, kemajuan dan kebaruan. Masyarakat merasa diuntungkan dari pilihan-pilihan tersebut karena selera-seleranya dapat disalurkan. Namun, masyarakat lupa bahwa dirinya hanyalah sebagai konsumen yang dikondisikan untuk selalu mengkonsumsi segala produk yang ditawarkan kapitalis. Selera-selera dan keterbatasan kemampuan mengkonsumsi melahirkan pola hidup berdasarkan pilihan-pilihannya sendiri sehingga melahirkan gaya hidup modern. Aktivitas mengkonsumsi dalam era modern tidak lepas dari adanya produk yang dijadikan komoditas. Komoditas mempunyai fungsi material dan fungsi budaya. Fungsi material merupakan fungsi esensial dari suatu komoditas, misalnya fungsi material dari hijab adalah sebagai penutup aurat bagi kaum hawa yang beragama Islam, melindungi diri dari kemaksiatan, sebagai bentuk pengamalan dalam beragama. Fungsi budaya suatu komoditas menekankan pada makna dan nilai yang terkandung pada sebuah komoditas, misalnya orang memakai hijab untuk menunjukkan identitasnya sebagai umat Islam, atau kemudian memakai hijab model tertentu agar lebih terlihat cantik dan terlihat modern. Semua komoditas dapat digunakan oleh konsumen untuk mengkonstruksi makna dari diri, identitas sosial, dan hubungan sosial. Nilai budaya yang melekat pada sebuah komoditas kemudian dimanfaatkan para kapitalis untuk menangguk keuntungan materi berupa uang. Praktik seperti inilah yang disebut sebagai komodifikasi. Fakta di atas memperlihatkan dominasi kapitalisme dalam kehidupan modern. Gaya hidup modern, mau tidak mau berada dalam kungkungan kapitalisme. Dalam konteks ini, gaya hidup modern hadir di semua lapisan masyarakat sebagai suatu fakta yang tidak terelakkan dan harus diikuti. Gaya beraktivitas seperti tampak pada gaya berbelanja, gaya berkomunikasi, gaya berbusana, gaya berlibur, gaya bertransportasi dan sebagainya memperlihatkan pilihan setiap orang untuk menjadi modern. Persoalan gaya adalah sesuatu yang penting. Semua manusia adalah performer. Setiap orang diminta untuk bisa memainkan dan mengontrol peranan mereka sendiri. Gaya pakaian, dandanan rambut, segala macam aksesoris yang menempel, selera musik, atau pilihan-pilihan kegiatan yang dilakukan,

65 Robert Putnam,Democracies in Flux: The Evolution of Social Capital in Contemporary Society (New York: Oxford University Press, Inc.), 2002, 24

adalah bagian dari pertunjukan identitas dan kepribadian diri. Gaya hidup (lifestyle) membantu mendefinisikan mengenai sikap, nilai-nilai, kekayaan, serta posisi sosial seseorang. Dalam masyarakat modern istilah ini mengkonotasikan individualisme, ekspresi diri, serta kesadaran diri untuk bergaya. Tubuh, busana, cara bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, bahkan pilihan sumber informasi, dan seterusnya dipandang sebagai indikator dari selera-selera individualistis.66 Modernisasi di sisi lain telah menggerus tradisi.67 Segala hal yang berbau tradisional seperti tampak tidak berharga, kecuali dapat direproduksi menjadi komoditas baru dengan makna baru. Bahkan tradisi agama pun terkena ancaman serupa. Agama-agama katolik dan kristen yang berada di pusat-pusat kapitalisme dunia telah terlebih dulu terkena dampaknya. Ibadah- ibadah berubah menjadi perayaan gaya hidup hedonis sehingga agama kehilangan makna.68 Ceramah maupun khotbah-khotbah agama di gereja- gereja di dunia Barat menjadi usang dan ditinggalkan.69 Ini menandakan ajaran agama disingkirkan oleh rasionalitas hidup modern. Modernisasi di dunia Timur termasuk Indonesia juga dirasakan sebagai ancaman sekaligus harapan. Modernisasi menjadi ancaman bagi tradisi keberagamaan yang berpotensi mengeliminasi makna ibadah. Teriakan takbir pada malam hari raya Idul Fitri maupun Idul Qurban tidak lengkap dan tidak menarik tanpa disertai dengan karnaval yang penuh hiasan pada pakaian, kendaraan, bahkan hiasan pada wajah peserta takbir. Selama karnaval, masjid tidak lagi ramai karena jamaah memilih tumpah ruah di jalanan. Seiring dengan perubahan ke arah kehidupan yang semakin modern, tampak pula terjadinya perubahan aktivitas beragama.

66 Retno Hendaningrum dan M. Edi Susilo, ―Fashion dan Gaya Hidup,‖ Jurnal Komunikasi, 6, no. 1, (Januari-April 2008), 25-32 67 Ketika nilai-nilai modernisasi diagung-agungkan oleh para pendukungnya, maka saat itu pula terjadi proses penggiringan nilai-nilai budaya tradisional masyarakat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya split dan kegamangan nilai, Ni Putu Suwardani, ―Pewarisan Nilai-nilai Kearifan Lokal untuk Memproteksi Masyarakat Bali dari Dampak Negatif Globalisasi,‖ Jurnal Kajian Bali, 05, no. 02, (Oktober 2015), 247–264. 68 Keyakinan agama dan praktik magis kalah dalam semua bidang aktivitas manusia; Mereka digantikan oleh pemikiran rasional berdasarkan pengalaman logika dan empiris dan norma etika yang berkaitan dengan masalah manusiawi duniawi, bukan pada kehidupan abadi jiwa abadi Hans Geser, Work Values and Christian, ―Religiosity,‖ Journal of Religion and Society, 11 (2009), 1-36. 69 Gereja-Gereja yang bertebaran di seluruh negeri Barat terpaksa tutup karena kekurangan para jemaatnya yang dahulu sangat setia dan loyal untuk gereja. Di Selandia Baru dan Australia, di Leverton, Melbourne, masjid di Westall Australia, masjid The Monash University Australia sangat banyak gereja yang dijual. The Ecclesiological Society, yayasan penjaga gereja, menyebutkan, 4 gereja dari 4.000 ribu gereja hanya dihadiri tak lebih dari 20 jemaat. Laporan ini mengindikasikan kemungkinan ditutupnya banyak gereja karena sedikitnya jemaat pengikut. Francius Matu, Gereja Sedang Menuju Kehilangan Jemaatnya, http://www.kompasiana.com, diposting tahun 2016, akses tanggal 20 Juni 2017 25

Modernisasi tidak selalu bermakna negatif ketika perangkat teknologi modern maupun material lainnya hanya digunakan sebagai sarana untuk memudahkan aktivitas manusia, termasuk aktivitas dakwah. Saat ini, teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet telah memunculkan dakwah melalui berbagai media berbasis internet seperti facebook, twitter, instagram, line, blog, whatsapp dan sebagainya. Media sosial seperti blog, facebook, twitter dan sejenisnya menjadi arena baru untuk melakukan interaksi sosial sehingga terbentuk komunitas-komunitas di dunia maya. Hal ini terjadi karena setiap orang di dunia maya merupakan individu yang bebas untuk aktif menunjukkan eksistensi dan perannya. Dakwah selama ini didominasi aktivitas penyampaikan ajaran agama secara teks berupa lisan dan tulisan. Dominasi dakwah demikian bukan hanya ada dalam aktivitas dakwah berupa majelis taklim di masjid-masjid, tetapi juga dakwah melalui media berbasis internet. Dakwah melalui media berbasis internet memperlihatkan sisi positif berupa mudahnya pengetahuan agama didapatkan melalui internet. Sosialisasi nilai-nilai agama tampak menyebar masif dengan adanya internet. Sosialisasi nilai-nilai agama di internet tidak hanya disampaikan berupa ceramah agama atau tampilan teks tertulis, tetapi juga berupa aktivitas gaya hidup seseorang atau suatu komunitas. Kegiatan-kegiatan oleh suatu komunitas dapat lebih diterima oleh orang-orang yang tertarik dan merasa cocok dengan kegiatan tersebut. Sifat media internet yang memungkinkan proses komunikasi terjadi secara interaktif memberi ruang kebebasan bagi setiap orang untuk memberi respon dengan cepat, misalnya dengan memberikan tanda suka atau membangun interaksi lebih lanjut atau bergabung dalam komunitas tersebut. Kemunculan komunitas-komunitas hijaber merupakan bukti nyata dari kegiatan dakwah melalui aktivitas gaya hidup berhijab. Hijab atau pakaian muslimah merupakan perwujudan nilai-nilai Islam dalam hal berpakaian. Sosialisasi hijab telah berlangsung lama, namun baru muncul semarak pada dua dekade terakhir hingga berkembang menjadi gaya hidup fashion pada sepuluh tahun terakhir. Hijab menjadi trend dalam dunia fashion bukan semata-mata karena pemanfaatan media berbasis internet, tetapi juga karena sudah ada internalisasi nilai-nilai dalam diri perempuan tentang estetika dan nilai-nilai agama tentang pakaian yang menutup aurat. Hijab menjadi sesuatu yang tidak saja dinilai dari sudut pandang agama, tetapi juga dari sudut pandang estetika sehingga hijab diterima sebagai sesuatu yang fashionable. Peran modebusana muslimah dengan kreativitas para desainernya telah memenuhi sebagian dari tuntutan zaman dimana trend modern menuntut masyarakat berbudaya masuk dalam komunitasnya. Kondisi yang demikian telah merubah citra kuno dalam berpenampilan muslim (muslimah) menjadi berpenampilan lebih modern. Bahkan lebih jauh lagi yaitu jilbab merupakan

26

upaya pemenuhan kebutuhan akan tanda-tanda. Orang tidak lagi mengkonsumsi nilai guna yaitu untuk menutup aurat tetapi untuk mendapatkan nilai tanda-tandanya.70 Saat ini busana muslimah tidak hanya menjadi simbol kepatuhan agama seseorang, pada perkembangan berikutnya pakaian muslimah telah menjadi mode yang diminati oleh berbagai kalangan. Hijab bukan saja sebagai fashion, tetapi juga sebagai simbol indentitas yang menunjukkan eksistensi komunitas beragama di tengah-tengah kemodernan. Komunitas-komunitas hijaber dengan segala aktivitasnya tampil beda di tengah gaya hidup modern yang didominasi oleh kapitalis dunia. Saat yang sama, aktivitas komunitas mengadakan berbagai kegiatan yang kemudian dipublikasikan memperlihatkan bahwa kegiatan dakwah bukan lagi dominasi lembaga-lembaga yang sudah mapan.

B. Dinamika Dakwah Dakwah sebagai salah satu upaya penyebaran misi keagamaan memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman dan pengertian dakwah tidak hanya dibatasi pada konteks dakwah bil lisan, di mana dakwah diidentikkan dengan kegiatan ceramah, khutbah yang berisi nasihat-nasihat tentang nilai-nilai keagamaan terutama masalah aqidah, akhlak dan ibadah yang bersifat ideologis. Pengertian dakwah harus menyangkut dakwah sebagai sebuah tindakan (dakwah bil hal). Kegiatan dakwah tidak cukup hanya dengan memberi nasehat, petuah-petuah keagamaan tetapi menuntut adanya tindakan yang nyata, tindakan yang dapat dijadikan sebagai contoh dalam mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.71 Tindakan dakwah yang paling tepat adalah memberikan keteladan. Dalam hadist dikatakan ―Barangsiapa yang membuat tradisi baik, maka baginya pahala atas apa yang dilakukannya serta pahala orang lain yang mengikuti tradisi tersebut tanpa mengurangi pahala mereka yang mengikutinya sedikitpun. Dan barangsiapa yang membuat tradisi buruk, maka baginya dosa serta dosa yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa para pengikutnya sedikitpun.‖ (HR. Muslim).72

Dakwah bukan sebuah tindakan atau perbuatan yang bersifat instan, sekali jadi dan selesai namun merupakan proses panjang yang terus ada sebagai upaya seseorang atau kelompok dalam menyeru kebaikan. Seseorang atau kelompok inilah kemudian sebagai pelaku dakwah atau disebut da‘i. Dalam arti luas, da‘i bukan hanya seorang yang ceramah di masjid-masjid

70 Atik Catur Budiati ,―Jilbab: Gaya Hidup Baru Kaum Hawa“ Jurnal Sosiologi Islam, 1, no.1, (April 2011), 59-70 71 Nur Kholik Afandi, Dakwah dalam Perspektif Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, Jurnal Penelitian P3M STAIN Samarinda, 2, no. 1 (Juni 2010), 1. 72Mujetaba Mustafa, Kewajiban Berdakwah Menurut Al-Qur'an, Jurnal al-Asas, Vol. III, No. 1, April 2015, 151-164. 27

atau mushola namun mereka yang berkomitmen untuk mengajak kepada kebaikan sesuai dengan pengertian dakwah yaitu mengajak. Ini terkait dengan pekembangan jaman yang terus mengalir dalam mempengaruhi kehidupan manusia. Perubahan masyarakat yang semakin terdeferensiasi ke dalam berbagai struktur sosial yang semakin majemuk menuntut adanya bentuk-bentuk maupun jenis dakwah yang sesuai dengan kondisi kehidupan manusia sehingga dakwah mencapai sasaran dengan tepat. Dakwah di kalangan sosialita akan lebih tepat dilakukan dengan mendatangi forum-forum yang dibentuk oleh sosialitas itu sendiri. Pesan dakwah juga perlu disampaikan dengan bahasa atau budaya yang diterima oleh kaum sosialita, misalnya da‘i harus berpakaian yang keren. Demikian pula dengan dakwah di kalangan eksekutif muda, da‘i harus menyesuaikan diri. Hal yang sama juga ketika seorang da‘i akan berdakwah di kalangan orang tua tentu berbeda dengan dakwah di kalangan remaja maupun anak-anak. Ketika komunitas-komunitas bermunculan berdasarkan minat, maka da‘i masuk ke komunitas dengan membawa pesan yang sesuai dengan minat komunitas bersangkutan. Dakwah merupakan proses mengkomunikasikan pesan-pesan agama kepada umat manusia. Keberhasilan dakwah bergantung pada bagaimana proses komunikasi berjalan efektif. Pengalaman dari walisongo mempunyai sikap yang moderat terhadap kebudayaan lokal. Mereka mengadopsi kebudayaan dan tradisi lokal, dan mengisinya dengan dengan nilai-nilai Islam. Walisongo juga menggunakan kesenian wayang untuk membangun konstruksi sosial, yakni membangun masyarakat yang beradab dan berbudaya.73 Artinya, dalam berdakwah memperhatikan masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Perubahan masyarakat yang fenomenal, seharusnya diimbangi dengan adanya perubahan cara berdakwah yang dilakukan oleh para da‘i. Dakwah tidak boleh jalan di tempat dengan menggunakan cara-cara konvensional melainkan harus dinamis, progresif dan penuh dengan inovasi.74 Walisongo pada masa itu telah mengambil langkah-langkah progresif dan inovatif dalam berdakwah. Para sunan dengan keahlian masing-masing menggunakan seni untuk mendekatkan diri dengan masyarakatnya. Seni merupakan sesuatu yang indah sebagai bagian dari kebutuhan naluriah manusia. Setiap manusia pasti menginginkan dan tertarik pada keindahan sehingga sunan lebih mudah diterima. Satu contoh yang fenomenal hingga sekarang adalah pengadopsian wayang menjadi budaya Islam, dan kreasi seni Islam yang bernuansa lokal.75 Walisongo mengembangkan tembang-tembang macapat yang sudah dikenal dan berkembang luas di masyarakat. Walisongo memasukkan nilai-

73 Suparjo, Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Masyarakat Muslim Indonesia, Komunika, Vol.2 No.2 (Jul-Des 2008),178-193 74 Abdul Basit, ―Dakwah Cerdas di Era Modern‖, Jurnal Komunikasi Islam, 3, no 1, (Juni 2013), 77. 75 Suparjo, Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Masyarakat Muslim Indonesia, Komunika, Vol.2 No.2 (Jul-Des 2008),178-193 28

nilai Islam ke dalam tembang tersebut, di antaranya macapat yang dikembangkan Walisongo adalah gambuh, sinom, mijil, dan dandang gula. Selain itu, Walisongo menciptakan lagu-lagu pelipur lara (uyon-uyon), seperti ilir-ilir bagi masyarakat umum. Untuk kalangan anak dan remaja, Walisongo menciptakan lagu-lagu dolanan, seperti jublak-jublak suweng dan jamuran. Walisongo juga menciptakan model permainan (dolanan) untuk anak-anak dan remaja, seperti jitungan. Lagu-lagu dan mainan tersebut banyak dilakukan di sekitar masjid sehingga mendekatkan remaja dan anak-anak kepada masjid.76 Seni budaya yang berkembang di masyarakat menjadi media dakwah yang terbukti efektif ketika pendakwah atau da‘i mampu memodifikasi dan memasukkan nilai-nilai Islam di dalamnya. Ketika teknologi terus berkembang semakin maju, dakwah juga dituntut untuk menyesuaikan diri, misalnya dengan menjadikan acara-acara televisi sebagai medianya seperti acara sinetron, film, talkshow, atau liputan yang mengabarkan tentang ajaran- ajaran Islam. Dakwah pada era teknologi informasi dan komunikasi memiliki dinamika yang sangat berbeda dengan masa walisongo. Era teknologi informasi dan komunikasi dilalui melalui kekuatan ekonomi kapitalistik yang menekankan pada kekuatan material sebagai sumber nilai untuk mengukur suatu keberhasilan atau kemajuan. Aktivitas dakwah yang sarat dengan nilai- nilai ketuhanan bertemu dengan nilai-nilai kapitalistik. Bentuk-bentuk kegiatan dakwah akan dinilai dari dua sisi, sisi insani yang didominasi sifat kapitalistik dan sisi ketuhanan atau ilahiyah. Ledakan teknologi dan informasi di tengah-tengah masyarakat saat ini dapat dijadikan media dakwah yang menyebarkan nilai-nilai keislaman. Saat ini masyarakat kita tidak sekedar menjadi pengguna dan penonton, namun mereka telah bergerak dan cukup kritis. Teknologi informasi memudahkan setiap orang untuk mendapatkan berbagai informasi, termasuk informasi tentang agama Islam. Saat yang sama, orang juga dapat dengan mudah menyebarkan informasi agama kepada orang lain. Setelah jaringan internet semakin berkembang, setiap orang adalah juga sebagai subjek yang aktif menyeleksi informasi dan subjek yang dapat berbagi informasi kepada orang lain sehingga nilai-nilai agama yang selama ini hanya disampaikan melalui aktivitas dakwah konvensional telah menyebar ke segala arah. Masyarakat kita tidak hanya menganut satu nilai, mereka bisa memilih dan menilai dan pada akhirnya menentukan sikap.77 Dinamika dakwah akan terus terjadi seiring dengan perkembangan pemikiran manusia di era modern yang kapitalistik. Hal ini terkait dengan terus berkembangnya pengetahuan, teknologi dan nilai-nilai budaya yang masuk silih berganti dalam kehidupan seseorang. Dalam konteks inilah, dakwah terus dilakukan secara kreatif dan

76 Suparjo, Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Masyarakat Muslim Indonesia, Komunika, Vol.2 No.2 (Jul-Des 2008),178-193 77 Fatmawati, ―Paradigma Baru mengemas Dakwah melalui Media Telvisi di Era Globalisasi‖ Dakwah dan Komunikasi, 3, no. 2 (Juli-Desember 2009), 184-194 29

inovatif sehingga nilai-nilai Islam tetap melekat dalam kehidupan umat manusia. Disadari atau tidak, seringkali aktivitas dakwah menjadi hambar dan gagal karena terbawa arus nilai-nilai kapitalistik. Sebagai contoh, sinetron religi bermaksud menyampaikan pesan dakwah, tapi saat yang sama juga ingin menjadi hiburan yang menarik lebih banyak penonton. Pada akhirnya, sinetron lebih banyak menampilkan adegan yang bertentangan dengan nilai Islam meskipun di bagian akhir ingin menunjukkan kebenaran Islam. Sinetron religi, sebagaimana berbagai program tayangan belum mampu keluar dari kuatnya dominasi kapitalisasi media sehingga pesan-pesan sinema masih cenderung terbelenggu dengan kepentingan komersil media.78 Islam sebagai sebuah nilai ajaran berkehidupan tentu memiliki peran yang cukup besar dan memberikan pengaruh positif bagi pemeluknya. Namun ketika proses menyampaikan pesan-pesan dakwah terkooptasi oleh komersialisasi, maka pesan agama yang disajikan dalam aktivitas dakwah menjadi kabur. Islam yang penuh ramah dan damai serta mudah diterima oleh masyarakat tidak boleh larut dalam komersialisasi yang merupakan anak kandung kapitalisme. Artinya, rahmatan lil alamin bukan berarti berkompromi dengan sesuatu yang bertentangan dengan Islam. Ajaran Islam Rahmatan lil Alamin bukan hal baru dalam konsep pemikiran Islam dan memiliki basis yang kuat dalam teologi Islam. Kata ―Islam‖ berasal dari kata aslama yang berakar kata salama. Kata Islam adalah bentuk infinitif dari kata aslama ini. Dari kata itulah, Islam memiliki varian makna yang diafirmasi oleh al-Qur‘an sendiri, meliputi: damai (Qs. al-Anfâl/8: 61 dan Qs. al- Hujurȃt/49: 9), menyerah (Qs. al-Nisâ/4: 125 dan Qs. Ali Imrân/3: 83), penyerahan diri secara totalitas kepada-Nya (Qs. al-Baqarah/2: 208 dan Qs. al-Shaffât/37: 26), bersih dan suci (Qs. al-Syu‘arâ‘/26: 89, Qs. al-Maidah/5: 6 dan Qs. al-Shaffât/37: 84), selamat dan sejahtera (Qs. Maryam/19: 47).79 Al- Qur‘an pun turut mengafirmasi makna-makna di atas: ―Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam‖ (Qs. al-Anbiyâ‘/21: 107).80

Idealnya, ajaran Islam yang rahmatan lil „alamin di sepanjang jaman mampu menjadi filter dalam mengontrol, memperkuat keimanan seseorang sehingga dakwah Islam tampil elegan, menarik dan up to date. Islam Rahmatan lil Alamin mampu membuat para muballighin (penyebar dan pembawa agama) yang membawakan Islam dengan penuh keramahan, kedamaian dan kebijaksanaan, mudah diterima oleh masyarakat dengan sukarela tanpa perlawananan dan kekerasan. Dakwah harus mampu

78Ropingi el Ishaq, “Sinema Religi dalam Pusaran Industri Media‖,Komunika,Vol.5 No.2 (Juli - Desember 2011), 279-290 79 Muhammad Makmun Rasyid, Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektif Kh. Hasyim Muzadi, Epistemé, Vol. 11, No. 1, Juni 2016 80 Muhammad Makmun Rasyid, Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektif Kh. Hasyim Muzadi, Epistemé, Vol. 11, No. 1, Juni 2016 30

memasuki ruang-ruang gelap modernitas yang glamor sehinga memberikan cahaya yang terang dalam bingkai ajaran Islam. Guna mencapai tujuan tersebut, kreativitas dan inovasi gerakan dakwah dibutuhkan. Dakwah tentu membicarakan beberapa unsur dakwah seperti da‘i sebagai pelaku, materi keislaman sebagai dakwah, metode atau cara berdakwah. Ketiga hal tersebut merupakan bagian terpenting karena dakwah membutuhkan proses yang panjang. Aktivitas dakwah merupakan kegaaan yang berorientasi pada proses penyampaian pesan dan interpretrasi makna. Dakwah menurut Andi Faisal Bakti harus memiliki unsur tabligh, (tanzir, ta‟aruf), taghyir (nafs, qaum, ummah, tawhid, Amar ma‟ruf nahi munkar (amanu, amal saleh, al haq, al sabr), akhlaq (al mau, Izah, al hikmah ahsanu Mujadalah, al karimah, lafinah la zhan, la ta‟awun, musharah/Shura). Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Hamid Maulana yang menyatakan bahwa dakwah (tabligh) merupakan sebuah teori komunikasi dan etika. Toto Tasmara dengan bahasa lain menambahkan bahwa dakwah adalah komunikasi khas yang berbeda dengan komunikasi lainnya, terutama berkaitan dengan cara dan tujuan yang akan dicapai.81 Modernitas dengan berbagai macam gaya hidup secara cepat. Dakwah sedang memasuki era baru yaitu era jejaring internet sehingga media sosial dan surat kabar online menjadi pilihan untuk mendapatkan berbagai informasi. Melalui media sosial, setiap orang dapat menjadi subjek sekaligus objek dakwah atau seruan dari orang lain. Orang menjadi subjek ketika memiliki kemampuan untuk memproduksi maupun mereproduksi informasi untuk disampaikan kepada orang lain melalui media sosial. Seseorang hanya sebagai menjadi objek ketika tidak mampu memilih atau memilah informasi sehingga terbawa arus kepentingan pihak lain. Melalui media sosial, informasi dapat disampaikan baik melalui tulisan, gambar, maupuan suara sehingga media sosial dapat dimanfaatkan hal-hal positif dan konstruktif maupun sebaliknya destruktif. Dakwah di media sosial menjadi salah satu kreativitas untuk mengisi ruang dunia maya dengan nilai-nilai Islam. Up date status maupun postingan aktivitas public figur yang dipandang berkompeten menyampaikan nilai-nilai Islam menjadikan dakwah di dunia maya dapat tampil interaktif karena sosial media menyediakan fitur untuk melakukan dialog, terutama dalam bentuk tulisan. Dakwah melalui media sosial semakin penting karena semakin banyak pengguna aplikasi seperti facebook, twitter, instagram, path, dan blog. Akun- akun tersebut dapat diakses baik melalui personal computer maupun melalui smartphone yang telah menjadi bagian sehari-hari dari kehidupan masyarakat luas. Internet tidak hanya memberikan informasi satu arah, namun juga dua arah karena ada interaksi antarpengguna di dalamnya. Dengan makin berkembangnya penggunaan internet yang demikian pesat, maka arus

81Abdul Basit, ―Dakwah Cerdas di Era Modern‖, Jurnal Komunikasi Islam, 3, no 1, (Juni 2013),8 31

pertukaran informasi dapat terjadi dalam hitungan detik. Sumber informasi datang dari sumber resmi maupun tidak resmi. Banyak akun pribadi dapat memberikan informasi yang kemudian dibaca dan dipercaya oleh banyak pengguna seperti halnya akun milik para pegiat HC Jakarta. Dengan demikian banyak kemudian muncul akun-akun pribadi atau akun tak resmi yang kemudian terkenal karena perannya memberikan informasi di dunia maya.

C. Hijab sebagai Sarana Dakwah Terlepas dari gaya hidup modern yang fashionable, hijab tetap merupakan simbol keislaman. Kehadiran hijab melalui berbagai aktivitas komunitas hijaber menunjukkan hijab dapat digunakan sebagai sarana dakwah. 1. Hijab dalam Perspektif Islam Hijab dalam bahasa Arab berarti penghalang. Kata ―hijab‖ di negara- negara Barat merujuk pada kerudung yang dipakai oleh wanita Muslim. Kata hijab merujuk pada kata jilbab, yaitu busana Muslim terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki dan wajah yang biasa dikenakan oleh wanita Muslim. Syaikh Ibnu Taimiyah mengatakan pengertian jilbab adalah baju wanita yang berukuran panjang.82 Pembicaraan dan praktik berhijab ini telah ada sejak kebudayaan pra Islam. Seperti dalam kitab Taurat dalam agama Yahudi, sudah dikenal beberapa istilah yang semakna dengan jilbab seperti tiferet, begitu juga dalam kitab Injil dalam agama Nasrani ditemukan istilah redid, zammah, re‟lafah, zaif, mitpahat yang semakna dengan istilah jilbab.83 Bahkan pakaian tertutup (seluruh badan) bukanlah monopoli masyarakat Arab dan bukan pula berasal dari budaya mereka namun telah dikenal di kalangan bangsa-bangsa kuno dan lebih melekat pada orang-orang Sassan Iran, dibandingkan dengan di tempat-tempat lain.84 Dalam Islam, ada bahasan tersendiri mengenai hijab baik tentang persoalan makna hijab, hukum berhijab dan syarat-syarat hijab yang disesuaikan dengan syariat.85 Pembahasan hijab ini tentu menuai banyak pendapat di kalangan ulama ahli

82 Syaikh Ibnu Taimiyah, Jilbab dan Cadar, terjemaha oleh Abu Said Al Anshori (Jakarta: Tim YPIP), 5 83 Nasarudin Umar, ―Antropologi Jilbab‖, dalam Jurnal Ulumul Qur‟an, 6, no. 5 (1996), 36 84 M. Quraish Shihab, Jilbab: Pakaian wanita Muslimah (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 40. 85 Dalam surat al Ahzab ayat 53 dikatakan: ―apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka, maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Ayat ini menjadi nash (ketetapan) yang jelas atas kewajiban berhijab bagi kaum perempuan terhadap kaum laki-laki. Demikian pula dalam suat al Ahzab ayat 59: ―Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengeluarkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Syaikh Ibnu Taimiyah dkk, Jilbab dan Cadar dalam Al-Quran dan As-sunnah, terjemah Abu Said al Anshori, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), 60 32

fiqih karena banyaknya kontroversi mengenai batasan aurat wanita yang wajib ditutup dan tidak. Sebagian pendapat mengatakan bahwa hijab hanya merupakan identitas seorang Muslim namun hukum berhijab dianggap kabur. Ada pendapat bahwa hijab hanya masuk dalam urusan harga diri dan bukan mengenai halal atau haram.86 Banyak pendapat bahwa pakaian merupakan produk budaya sehingga penerapannya sangat dipengaruhi oleh kondisi masyarakatnya. Menurut Murtadha Muthahari, arti hijab sesungguhnya adalah tidak berkaitan dengan apakah baik atau tidak baik bagi perempuan untuk tampil di masyarakat, tertutup atau terbuka. Hal terpenting adalah apakah perempuan dan kebutuhan laki-laki terhadapnya, pergaulan bebas atau tidak. Islam melihat hakikat masalah ini menjawab bahwa ada batasan pemuasan hasrat laki-laki itu hanya terhadap istri dengan hukum menikah yang sah.87 Pendapat yang cukup rasional terhadap wajibnya penggunaan hijab bagi wanita muslimah, yaitu Islam dipahami sebagai agama yang memuliakan perempuan terhadap kekerasan seksual dalam dirinya. Hukum penggunaan hijab ini terlalu banyak pembahasan dan perbedaan pendapat, namun di dalam tesis ini hanya fokus pada hukum diwajibkannya wanita menutup seluruh tubuh dengan pakaian longgar atau disebut hijab atau jilbab yang telah disepakati oleh banyak ulama, bahwa menutup aurat bagi wanita baligh baik dalam keadaan sholat atau pun tidak adalah wajib.88 Terkait dengan diwajibkannya hijab bagi muslimah ini adalah bagaimana kemudian muslimah menggunakan pakaian lebih kepada tujuan terhadap fungsi pakaian itu sendiri yaitu sebagai penutup aurat.89 Menurut Syaikh Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa dalam A1 Qur‘an Allah swt, memerintahkan kaum wanita supaya mengenakan hijab atau penutup dan mengharuskan mereka tetap di rumah. Dalam A1 Qur‘an Surat A1 Ahzab: 53 ditegaskan:

َٗإِ َرا َسأَ ىحُ َُُٕ٘ َِّْ ٍَحَا ػًا فَا سأَىُُٕ٘ َِّْ ٍِ ِْ َٗ َسا ِءْ ِح َجا ٍبْ ْۖ َرىِ ُن ٌْ أَ طَٖ ُشْ ىِقُيُ٘تِ ُن ٌْ َٗقُيُ٘تِ ِٖ َِّْ ْۖ

86 Muhammad Syahrur, Kitab wa Al Qur‟an: Qira‟ah Muashirah, 1992, hal 146 87 Murtadha Muthahari, Fitrah, terj. Afif Muhammad (Jakarta: Lentera, 1998), 6. 88 Dalam Surat An Nur ayat 31 dinyatakan: ―Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya dan jangan menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya (aurat) kecuala keapda suami dan .... Pernyataan ini merupakan firman Tuhan yang merupakan norma ideal bagi umat manusia di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang sebagaimana dijelaskan Rifaat Hasan, Feminisme dan Al Quran, dalam Jurnal Ulumul Qur‘an Vol 11 tahun 1991/1411 h., hlm 87 89 Dalam Qur‘an surat Al A‘raf ayat 26 dikatakan: ―Wahai putra-putri Adam. Kami telah menurunkan kepada kamu pakaian yang berfungsi menutupi aurat kamu dan bulu (sebagaimana pakaian indah dan perhiasan).‖ Ayat ini mengisyaratkan dua fungsi pakaian yaitu menutup aurat serta sebagai perhiasan bagi pemakainya. Hal ini dijelaskan dalam Quraish Shihab, Jilbab pakaian wanita muslimah,(Tangerang: Lentera Hati, 2004), cetakan 1, 50. 33

“Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka, maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.‖

Ayat inilah yang menjadi nash (ketetapan) yang jelas atas kewajiban berhijab bagi kaum wanita terhadap kaum lelaki. Mereka harus tertutup auratnya dari pandangan lelaki. Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa dengan mengenakan hijab, akan lebih membersihkan hati lelaki dan wanita.90 Pendapat serupa dari Muhammad Nasirudin al Albani menegaskan bahwa cadar tidaklah wajib, yang wajib adalah memakai jilbab dengan membuat syarat jilbab yang sesuai syariat.91 Ali bin Thalhah telah meriwayatkan dari Ibn Abbas, bahwa Allah menyuruh istri-istri kaummukminat apabila keluar dari rumah-rumah mereka untuk suatu keperluan, supaya mereka menutup wajah mereka dari atas kepala mereka dengan jilbab-jilbab dan tidak memperlihatkan bagian- bagian tubuhnya yang dapat menimbulkan fitnah.92Selanjutnya bisa dipahami bahwa dalam perintah menutup aurat ditujukan kepada seluruh manusia tidak terbatas mukmin dan mukminatdan aurat merupakan sesuatu yang harus ditutupi yaitu dengan menggunakan pakaian sebagai penutupnya , akan tetapi sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. Ini berarti bahwakewajiban selain menutup aurat dengan pakaian , kualitas ketakwaan juga mesti diperhatikan sebagai pakaian atau sesuatu landasan yang dipakai dalam kehidupan. Demikian halnya pendapat Abu al Ala Maududi dalam kitabnya mengatakan bahwa jika orang-orang memperhatikan perintah tentang jilbab ini dengan seksama, maka akan diperolah kesimpulan bahwa jilbab yang diperkenalkan Islam bukanlah kebiasaan zaman jahiliyah, tetapi merupakan suatu aturan yang rasional.93 Sedangkan pendapat berbeda datang dari ulama kontemporer, M. Quraish Shihab yang membahas hijab lebih kepada fungsi pakaian sebagai pembeda antara seseorang dengan yang lainnya dalam sifat dan profesinya. Meski kesepatan ulama menyatakan perintah jilbab merupakan tuntunan kepada isteri-isteri Nabi dan kaum muslimat, sementara ulama kontemporer memahaminya hanya berlaku pada zaman nabi. Dimana ketika itu ada perbudakan dan diperlukan adanya pembedaan antara mereka dan wanita-wanita merdeka, serta bertujuan menghindarkan

90 Syaikh Ibnu Taimiyah, Jilbab dan Cadar, terjemahan oleh Abu Said Al Anshori (Jakarta: Tim YPIP, 1994), 60 91 Muhammad Nasirudin al Albani, Jilbab Wanita Muslimah, alih bahasa Abu Syafiya, (Yogyakarta: Media Hidayah, 2002), 3. 92Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tafsir al Maraghi, vol(Beirut:Daral-Fikr, 1974)62 93 Abu al A‘la Maududi, al Hijab, penerjemah Ahmad Noer Z. (Bandung: Gema Risalah Press, 1992), 287. 34

dari lelaki usil.94 Hal serupa dikatakan oleh Qosim Amin yang menyatakan bahwa tidak ada ketetapan (Nash) yang mewajibkan pakaian khusus (Hijab atau jilbab) sebagaimana yang dikenal selama ini dalam masyarakat Islam. Pakaian yang dikenal itu menurutnya adalah adat kebiasaan yang lahir akibat pergaulan masyarakat Mesir dengan bangsa-bangsa lain yang mereka anggap baik karena itu menirunya dan menganggapnya sebagai tuntunan agama.95 Pakaian muslimah atau sering disebut hijab ini menjadi sebuah pembicaraan yang menarik dan cukup menjadi perhatian bagi para akademisi maupun ulama untuk mengkajinya, sehingga pakaian menjadi sarat makna bagi setiap pemakainya. Model berpakaian seseorang bisa menjadi sebuah identitas pribadi sekaligus ekspresi diri. Pakaian bisa dikatakan sebagai bagian dari fashion yang sangal melekat bagi diri seseorang terutama bagi masyarakat modern. Dan menurut Polhemus dan Procter menunjukan bahwa dalam masyarakat kontemporer barat, fashion sering digunakan untuk sinonim dari istilah dandanan, gaya dan busana. Sementara dalam masyarakal modern, gaya hidup (life style) ini membantu mendefinisikan sikap, nilai-nilai, kekayaan dan posisi sosial seseorang.96 Inilah kemudian pakaian muslimah atau hijab ini menuai banyak pertanyaan dan pengkajian dari berbagai disipiin ilmu terkait dengan peliknya persoalan yang mengiringinya. Dewasa ini di Indonesia pakaian muslimah tidak lagi sekedar menjadi sebuah simbol ketaatan seseorang dalam beragama. Hal ini seiring dengan munculnya kebebasan atau ruang terbuka bagi muslimah untuk mengenakan pakaian tertutupnya atau hijab di ruang publik. Kontroversi mengenai jilbab disebabkan sebagian orang muslim menganggapnya sebagai perintah Allah yang diberikan lewat al Qur‘an dan sebagian yang lain, baik muslim maupun non muslim menganggapnya sebagai praktek yang tidak beradab.97

2. Hijab dan Persoalan Batasan Aurat Perempuan Tema hijab selalu menarik dan banyak pembahasan didalam nya. Ada banyak pendapat mengenai batasan aurat. Menurut Murtadha Muthahari, sebagian ulama terkemuka berpendapat bahwa dua tangan hingga pergelangan adalah sama dengan wajah, yakni tidak dianggap sebagai aurat. Malik bin Anis Syafi‘i, Uwaz‘i dan Sufyan Sauri sependapat dengan pendapat ini berdasarkan riwayat dari Abu Abbas yang

94 M. Quraish Syihab, Jilbab: Pakaian wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 43. 95 M. Quraish Syihab, Jilbab: Pakaian wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 166 96 Retno Hendaningrum dan M. Edi Susilo, Fashion dan Gaya Hidup, Jurnal Komunikasi Vol. 6, No. 1, Januari-April 2008, 25-32 97 Asghar Ali Enginer, Matinya Perempuan (Transformasi Al Quran, Perempuan dan Masyarakat Modern), terj. Ahmad Affandi cet 1, (Yogyakarta, IRCIS OD, 2003), 103 35

meriwayatkan dari Rasulullah saw: wajah dan tangan adalah termasuk pengecualian. Namun menurut Ahmad bin Hambal dan Dawud Zahiri, dua tangan harus ditutup.98 Dalam pandangan yang lain, menurut Ali bin Sa‘id Al-Ghamidi batasan aurat terbagi menjadi lima hal yaitu:99 1. Aurat wanita ketika berhadapan dengan laki-laki secara umum Para ulama bersepakat bahwa perempuan yang telah haid atau mencapai usia baligh, tubuhnya tidak boleh dilihat oleh laki-laki. Sebagian ulama berpendapat hanya wajah dan kedua tangan yang boleh terlihat. 2. Aurat pada waktu sholat Batasan aurat wanita ketika solat jika bersama jamaah laki-laki maka harus di tutup seluruh tubuhnya , namun apabila hanya dengan jamaah peremuan boleh menampakkan wajah dan telapak tangan 3. Aurat ketika bersama mahramnya Para ulama berselisih pendapat dalam hal ini , ada yang keras sehingga tetap mewajibkan menutup aurat seperti halnya berada di lingkungan bukan mahram namun ada yang membolehkan sebagian anggota tubuh yang terbiasa terlihat untuk terbuka 4. Aurat ketika bersama suaminya Semua ulama sepakat bahwa wanita boleh memakai apa saja kecuali pakaian yang menyerupai orang kafir.Nabi bersabda:‖Jagalah auratmu, kecuali untuk istrimu atau budakmu‖(HR Abu Dawud) 5. Aurat ketika bersama dengan sesama wanita Sebagian ulama membolehkan aurat wanita terbuka kecuali dubur dan qubul namun ini mengundang perdebatan karena dikhawatirkan akan ada mudhorat sehingga tetap menganjurkan menutup aurat dalam rangka bertakwa kepada Allah SWT. Imam Nawawi menyatakan pula bahwa aurat itu wajib ditutupi dari pandangan manusia dan ini adalah ijma‘ (kata sepakat ulama). Ibnu Qasim Al Ghozzi berkata, ―Aurat itu wajib ditutupi dari pandangan manusia ketika berada bukan hanya di dalam shalat, namun juga di luar shalat. Juga aurat tersebut ditutup ketika bersendirian kecuali jika dalam keadaan mandi.‖ Adapun aurat wanita disinggung oleh Imam Nawawi yaitu seluruh badan kecuali wajah dan kedua telapak tangan.100

3. Fenomena Hijabers dan Dakwah Perempuan

98 Murtadha Muthahari, Fitrah, terj. Afif Muhammad (Jakarta: Lentera, 1998), 120 99 Ali bin Sa‘id Al-Ghamidi, Fikih Wanita :Panduan Ibadah Wanita (Solo: Aqwam,2017)354-356 100 https://rumaysho.com/8452-aurat-wanita-menurut-madzhab-syafii.html 36

Islam dan dakwah adalah dua istilah yang melekat satu dengan yang lain. Dakwah bisa dikatakan pokok ajaran dalam Islam. Istilah dakwah diambil dari kata du‟a yang artinya memanggil, menyeru dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya. Menurut istilah, dakwah adalah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara beramar makruf nahi munkar.101 Menurut Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatun Mursyidin mengatakan bahwa dakwah mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk agama, menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan yang munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.102 Pengertian dakwah Islam adalah menyeru ke jalan Allah yang melibatkan unsur-unsur penyeru, pesan media, metode, orang yang diseru, dan Tuhan. Dakwah Islam berarti mengubah suatu situasi ke situasi yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Islam.103 Dakwah memiliki dua dimensi besar. Pertama mencakup penyampaian pesan kebenaran, yaitu dimensi kerisalahan (bi ahsan al qawl) merupakan tuntutan dari Q.S. al Maidah 67:

ُ َٝا أَ َُّٖٝا اى َّش ُس٘ ُهْ تَيِّ غْ ٍَا أ ّ ِض َهْ إِىَ ٞ َلْ ٍِ ِْ َستِّ َلْ ْۖ َٗإِ ُْ ىَ ٌْ جَ ف ؼَ وْ فَ َا تَيَّ غ َثْ ِس َساىَحَُْٔ ْۖ َٗ َّّللاُْ ؼ َٝ ِص َُ َلْ ٍِ َِْ اىَّْا ِطْ ْۖ إِ َُّْ َّّللاَْ ََّلْ َٝ ٖ ِذٛ ا ىقَ ٘ ًَْ ا ى َنافِ ِشٝ َِْ ―Wahai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang kafir‖,

Pernyataan tentang dakwah juga disebutkan di dalam Q.S. Ali Imran 104: ―Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari mungkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung.‖ Dimensi kerisalahan dakwah mencoba menumbuhkan kesadaran diri tentang kebenaran nilai dan pandangan hidup secara Islam sehingga proses internalisasi nilai-nilai Islam sebagai nilai hidupnya. Dengan kata lain dakwah kerisalahan dalam praktiknya merupakan proses mengkomunikasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam hal

101 Muhammad Sayyidn Al Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, (Jakarta: Akademi Pressindo, 2002), 1-2 102 Wahyu Ilahi, M. Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group cetakan ke 2, 2009), 19. 103 Salah satu di antara bidang dakwah kerisalahan adalah tabligh yang secara bahasa berarti menyampaikan informasi atau berita (khabar). Fatmawati, ―Paradigma baru menggagas Dakwah dalam televisi,‖ Jurnal Komunika, 3. No 2 (9Juli –Desember 2009), 184-194. 37

ini a) Islam merupakan sumber nilai, dan b) Dakwah sebagai proses alih nilai. Kedua, mencakup pengaplikasian nilai kebenaran yang merupakan ―kerahmatan‖ (bi ahsan al ‗amal), mengacu pada firman Allah Q.S. Al Anbiya 107:

َٗ ٍَا أَ س َس يَْا َكْ إِ ََّّلْ َس ح َةًْ ىِ ي ؼَاىَ َِٞ َِْ ―Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.‖

Dakwah kerahmahan ini merupakan upaya mengaktualisasikan Islam sebagai rahmat (jalan hidup yang menyejahterakan, membahagiakan, dan sebagainya) dalam kehidupan umat manusia. Dengan begitu, kalau dalam dimensi kerisalahan dakwah lebih cocok sebagai ―mengenalkan Islam‖, sedangkan dalam dimensi kerahmatan, dakwah merupakan upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan. Selanjutnya, dari dimensi kerisalahan terdapat dua bidang besar, yaitu 1) tabligh, dan 2) Irsyad, sedangkan dalam dimensi kerahmatan terdapat dua bidang besar yaitu 1) tadbir dan tathwir. Dari beberapa istilah di atas tampak dakwah identik dengan kegiatan yang dilakukan di atas membar dan di depan orang banyak dengan tujuan menyiarkan agama Islam dan dilakukan oleh orang-orang yang paham tentang agama. Oleh karena itu, maka pelaku dakwah dibatasi oleh jenis kelamin, pengetahuan, profesi, maupun batasan lainnya. Melihat eksistensi perempuan dalam media massa pada khusunya, perempuan lebih banyak digambarkan sebagai makhluk lemah dan tidak berdaya, pemuas pandangan kaum Adam atau sekedar bintang iklan sebuah produk. Hal in dapat kita lihat pada sinetron-sinetron yang bernuansakan religi di mana perempuan yang menggunakan jilbab dikesankan sebagai lemah atau pada kontes kecantikan yang menonjolkan kecantikan dan keindahan tubuh. Pada beberapa kasus, perempuan yang terlibat dalam media dilatarbelakangi oleh keinginan dirinya utnuk menunjukkan eksistensinya, faktor ekonomi, maupun hanay sekedar ingin terkenal. Perempuan dianggap sebagai makhluk yang hanya bermodalkan daya tarik seksual.104 Belakangan kita menjumpai pemandangan yang cukup berbeda pada media massa khususnya televisi yaitu kemunculan perempuan-perempuan cerdas seperti Dian Pelangi, seorang desainer yang menampilkan pakaian muslimah. Pakaian muslimah atau lebih dikenal dengan hijab yang berkembang saat ini bukanlah hasil budaya Indonesia. Hijab merupakan keteladanan muslimah dunia yang kemudian menularkan komitmen keagamaan, keyakinan, keimanan, dan ketaqwaan seorang muslimah.105

104 Wulandari, B. Tjandra, ―Perempuan dan Pornografi Sebuah Seni ataukah Eksploitasi.‖ Jurnal Legality (2010), 9 105 Ainurrofiq Dawam,‖Jilbab dalam Perspektif Sosial Budaya.‖ Innovatio, 5, no. 12 (Juli-Desember 2007). 38

Dalam pandangan ahli fiqih, jilbab menjadi kewajiban bagi perempuan muslimah yang telah akil baligh, namun dalam perkembangannya, jilbab tidak hanya bukti kepatuhan seorang muslimah kepada ajaran agamanya, tetapi juga memiliki multifungsi. Jilbab pada awalnya merupakan penegasan dan pembentukan identitas keberagamaan, namun dalam perkembangannya kemudian mengalami pergeseran makna yang signifikan. Jilbab bukan lagi sebatas identitas dalam arena religiusitas, tetapi juga dalam arena budaya, sosial, politik ekonomi dan gaya hidup. Dalam perspektif sosial budaya, jilbab telah menjadi trend di masyarakat Indonesia. Jilbab telah berhasil masuk pada setiap lapisan masyarakat, melihat kembali sejarah jilbab sebelumnya di mana jilbab selalu diidentikkan dengan kelas sosial tertentu. Di masyarakat Barat, jilbab diidentikkan dengan simbol agama Islam yang sulit diterima. Dakwah sebagai kegiatan penyebaran nilai-nilai agama Islam memiliki peran dan fungsi yang cukup urgen dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarkat. Kegiatan dakwah tidak lagi hanya sekedar kegiatan memberikan nasehat atau ceramah di atas mimbar, tetapi lebih luas lagi, dakwah merupakan tindakan nyata dalam mengaplikasikan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari.106 Dalam media massa aau masyarakat metropolitan, jilbab dapat digunakan sebagai media dakwah yang dapat dilakukan oleh perempuan-perempuan Islam yagn sudah akil baligh. Hal ini juga bisa menjadi salah satu contoh dakwah bil hal, kelompok-kelompok dakwah tidak hanya memberikan keteladanan pada pakaian muslimah saja, lebih luas hal ini terdapat dalam keteladanan dalam berperilaku dan bersikap. Hal ini dikatakan pula bahwa hendaklan mereka (wanita) menahan pandangannya dan memelihara kehormatannya, serta tidak menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak padanya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.107 Hakikatnya jilbab digunakan untuk menutup aurat seseorang, sementara di luar sana cukup banyak perempuan yang enggan mengenakan jilbab dan masih mengumbar kecantikan atau kemolekannya. Kita mengakui bahwa perempuan menjadi sumber keindahan dan kesenangan laki-laki, maka untuk mendapatkan kesenangan dan keindahan ini, laki-laki akan melakukan banyak cara untuk mendapatkannya.

106 Proses dakwah seharusnya dapat memberikan perubahan positif dari segi kualitas maupun kuantitas dalam kehidupan bermasyarakat dengan mengfungsikan agama di tengah-tengah masyarkat. Nur Kholik Afandi, ―Dakwah dalam perspektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat‖ Penelitian P3M STAIN Samarinda, 2, no. 1 (Juni 2010). Lihat juga pada ―Dakwah Pembangunan (sebuah model Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan)‖ Studi Islam dan Budaya, 2, no 2. (Januari-Juni), 43-54. 107 M. Muhyidin, Membedah Lauan Jilban. (Yogyakarta: Diva Press, 2007), 234- 235 39

Seorang wanita yang mengenakan jilbab dengan benar dan sesuai syari‘at agama, maka secara otomatis telah melakukan dakwah kepada sesamanya.108 Jilbab menjadi salah satu bentuk dakwah yang dilakukan dalam bentuk tindakan oleh seorang wanita. Jilbab juga menjadi simbol kepatuhan wanita kepada Tuhannya. Karena menjadi simbol kepatuhan, maka idealnya seorang yang telah mengenakan jilbab terlebih dahulu memperbaiki sikapnya, sifat maupun perilakunya yang kurang terpuji. Bahwa kebaikan tidak mampu bergerak sendirian , kebaikanmerupakan pemahaman yang perlu disebarluaskan, dipraktikan, dibawa dan diserukan kepada makklukAllah sebagai nilai pedoman yang harus dibawa oleh para da‘i, penyuluh, dan komunitas besar.109

D. Habitus dan Kapital Komunitas Hijaber dalam Arena Dakwah Dakwah selama ini berada dalam wilayah mainstream dilakukan oleh orang yang menguasai ilmu agama yang sangat memadai seperti para ulama yang berjuluk ustadz maupun kyai. Fenomena hijaber memunculkan arena baru dalam berdakwah yaitu melalui arena gaya hidup berupa fashion. Eksistensi komunitas hijaber dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan adanya perubahan struktural dalam masyarakat di mana posisi dan peran baru dalam berdakwah bukan lagi monopoli ulama, tetapi juga dapat dijalankan oleh komunitas hijaber. Arena dakwah yang dimasuki pun berada pada arena gaya hidup fashion yang tidak dapat dimasuki oleh ulama. Hal ini memperlihatkan bahwa komunitas hijaber memiliki habitus110 dan modal yang kuat sehingga mampu eksis menjalankan peran dakwah tersebut. Kehadirannya bukan hanya berbeda dari sisi dakwah, tetapi juga berbeda dari sisi fashion. Dari sisi fashion, kehadiran komunitas hijaber berangkat dari habitus mereka untuk tampil modern namun sekaligus juga mengikuti nilai-nilai yang telah diyakininya sejak kecil tentang bagaimana seorang muslimah seharusnya berpakaian. Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan muslim telah menerima sosialisasi yang masif dan dalam waktu lama tentang pakaian muslimah. Saat yang sama, perempuan muslim juga menerima sosialisasi dengan gaya berpakaian yang modis. Kondisi ini memunculkan hijab sebagai mode. Kekuatan hijab sebagai mode dalam dunia fashion selain dorongan nilai-nilai berbusana muslimah yang ingin dipertahankannya, juga karena adanya

108 Yasmin Siddik, Tampil Gaya dengan Jilbab, (Jakarta: PT Agro Media Pustaka, 2007), 12 109Dr. Taufik al- Wa‘iy, Dakwah ke Jalan Allah muatan, sarana dan tujuan (Jakarta:Rabbani Press,2010), 46 110Boudieu menjelaskan bahwa habitus adalah nilai-nilai sosial yang dihayati oleh manusia, dan tercipta melalui proses sosialisasi nilai-nilai yang berlangsung lama, sehingga mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang menetap di dalam diri manusia tersebut. Habitus seseorang begitu kuat, sampai mempengaruhi tubuh fisiknya. Habitus yang sudah begitu kuat tertanam serta mengendap menjadi perilaku fisik disebutnya sebagai Hexis.

40

kekuatan kapital. Kekuatan kapital atau modal menurut Bourdieu meliputi empat macam modal yaitu: modal ekonomi, kultural (berbagai pengetahuan yang sah), sosial (hubungan yang bernilai antara individu) dan simbolik dari kehormatan dan prestise seseorang.111 Artinya, fenomena hijaber perlu dijelaskan dari aspek habitus maupun aspek kapital. Habitus dalam diri pada muslimah terbentuk melalui sosialisasi nilai-nilai tentang busana muslimah sudah berlangsung lama di masyarakat, namun tidak dapat serta merta muncul sebagai trend. Pada masa kontemporer, sosialisasi busana muslimah ini telah dimulai sejak awal tahun 1990-an namun belum menjadi suatu gaya hidup yang demikian massif. Hal ini membuktikan bahwa habitus saja tidak cukup memunculkan perubahan yang memunculkan fenomena hijaber. Kemunculan komunitas hijaber bukan semata-mata karena habitus, tetapi juga karena adanya kekuatan kapital. Bourdieu menjelaskan bahwa kapital adalah modal yang memungkinkan kita untuk mendapatkan kesempatan- kesempatan di dalam hidup. Ada banyak jenis kapital, seperti modal ekonomi (uang), modal sosial, modal budaya (latar belakang dan jaringan) dan modal simbolik.112 Modal budaya atau modal kultural tampak dari latar belakang pendidikan, kemampuan intelektual dalam membuat karya. Dilihat dari aspek modal, kemunculan komunitas hijaber jelas didukung oleh adanya sejumlah sejumlah modal tersebut. Komunitas hijaber menjadi berbeda dari yang lain karena adanya perlawanan terhadap dominasi fashion yang cenderung tidak syar‘i. Perlawanan yang dimaksudkan yaitu suatu perubahan yang berbeda dengan arus utama fashion maupun arus utama dakwah. Hal ini menunjukkan adanya perubahan struktural genetis sehingga muncul struktur baru di masyarakat yaitu suatu komunitas hijaber yang melembaga. Struktural genetis pada batas-batas tertentu merupakan produk dari perpaduan struktur sosial; yang juga tidak dapat dipisahkan dari analisis struktur sosial ini: ruang sosial, dan kelompok yang menguasainya, adalah produk dari perjuangan historis. Dalam proses perjuangan historis tersebut agen berpartisipasi menurut posisi mereka dalam ruang sosial dan menurut struktur mental yang mereka gunakan untuk memahami ruang sosial tersebut. 113 Agen dalam konteks teori ini yaitu orang-

111 Modal ekonomi, misalnya berupa uang dapat diakumulasikan dan dapat digunakan untuk memperbanyak modal yang lainnya seperti modal kultural, modal sosial maupun modal simbolik, Pierre Bourdieu, The Field of Cultural Production, (Florida: Columbia University Press, 1993), 7. 112 Modal ekonomi yang mencakup alat-alat produksi (mesin, tanah, dan buruh), materi (pendapatan dan benda-benda), dan uang; modal budaya (keseluruhan kualifikasi intelektual yang bisa diproduksi melalui pendidikan formal maupun warisan keluarga); modal sosial atau jaringan sosial; modal simbolik (segala bentuk prestise, status, otoritas dan legitimasi yang terakumulasi sebagai bentuk). Pierre Bourdieu, The Field of Cultural Production, (Florida: Columbia University Press, 1993), 9

41

orang yang merepresentasikan sebagai bagian dari struktur yaitu masyarakat muslimah. Struktur genetis yaitu gen-gen struktur yang mereproduksi struktur. Menurut Bourdieau, struktur dibentuk oleh habitus, modal yang ada di suatu arena yang kemudian muncul dalam praktik perilaku sosial sehari-hari.114 Habitus para agen setelah menemukan modal yang tepat dan memadai pada arena yang tepat maka muncul praktik-praktik berhijab hingga menjadi suatu trend gaya hidup di dunia fashion. Kemunculan hijab dalam dunia fashion merupakan pembeda dari fashion yang lain. Hijaber berani tampil beda dengan terus mengembangkan diri dalam arena fashion hingga diterima menjadi bagian dari gaya hidup. Pembeda ini dapat dikaji dengan menggunakan konsep Boudieu tentang distinction.115Distinction atau pembedaan berarti tindakan membedakan diri yang dilakukan untuk menunjukkan kelasnya dalam masyarakat. Biasanya, pembedaan dilakukan oleh kelas menengah ekonomi ke atas yang kemudian diterima secara luas oleh masyarakat. Komunitas hijaber juga berbeda karena mampu memberikan warna dakwah yang lebih modern dengan mengenalkan gaya hidup yang lebih modern tanpa harus meninggalkan nilai-nilai agama. Selera-selera muslimah yang tergabung dalam komunitas hijaber memperlihatkan adanya pembeda dalam hal berdakwah. Selera-selera dalam berdakwah para hijaber ini berbeda dengan selera umum tentang dakwah.

113 Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (Terjemahan Nurhadi). Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010), 578. 114 Praktik sosial merupakan integrasi antara habitus dikalikan modal dan ditambahkan ranah. Praktik sosial dapat dirumuskan sebagai beikut: (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Modal merupakan sebuah konsentrasi kekuatan spesifik yang beroperasi dalam ranah dan setiap ranah menuntut individu untuk memiliki modal khusus agar dapat hidup secara proporsional dan bertahan di dalamnya. dalam Mohammad Adib, ―Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu‖, Jurnal BioKultur, 1, no.2 (Juli- Desember 2112), 91- 110. 115Distinction merupakan sesuatu yang membedakan dari yang lain. Pembeda ini bermula dari selera-selera yang mencirikan kelas sosial tertentu. Sesuatu yang menjadi distinction bagi yang lain akan memperlihatkan adanya oposisi atau bergaining terhadap struktur dominan. Struktur kelas dibedakan oleh persepsi dunia sosial serta selera-selera estetis. Lihat Bourdieu, Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste (Cambridge: Harvard University Press, 1984), xiii-xiv. 42

BAB III

HIJABERS COMMUNITY JAKARTA

Misi dakwah yang dilakukan oleh Hijabers Community telah berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah anggota dari waktu-ke waktu serta dibukanya cabang-cabang di daerah. Selain itu, dengan adanya berbagai inovasi dan varian kegiatan yang dibuat Hijabers Community menunjukkan semakin kuatnya karakter misi dakwah komunitas ini. A. Trend Fashion Hijab Hijab bagi muslimah bukan barang baru karena memakai hijab merupakan bagian dari memenuhi tuntunan syari‘at Islam. Jauh sebelum Indonesia merdeka, di Aceh, muslimah telah banyak yang memakai hijab. Pada tahun 1980-an, kebutuhan untuk berhijab semakin banyak sehingga menimbulkan pro dan kontra. Pelajar SMA bahkan melakukan demo menuntut dibolehkannya pemakaian hijab. Pada tahun 1990-an, semakin banyak pelajar dan mahasiswa yang memakai hijab. Bahkan sekarang, banyak sekolah negeri yang mewajibkan siswa muslimah untuk memakai hijab. Kehadiran hijab yang semakin luas diterima oleh publik tidak lepas dari iklim politik yang juga semakin kondusif terhadap hal-hal yang merepresentasikan Islam ditandai dengan terbentuknya ICMI, surat kabar Republika.116 Pemakaian hijab semakin marak pada tahun 2000-an awal. Penelitian Elizabeth Raleigh pada tahun 2004 memaparkan bahwa pemakaian busana Muslim semakin hari semakin meluas. Hal ini seiring dengan berkembangnya industri busana Muslim mulai dari produksi, distribusi, dan konsumsi busana Muslim. Pemakaian hijab oleh sejumlah selebrita papan atas dan kiprah para perancang busana Muslim di Indonesia juga mewarnai perbincangan di masyarakat.117 Sejumlah selebritis papan atas ikut mempromosikan hijab stylis pada awal tahun 2000-an. Di antaranya, Zaskia Mecca yang mulai memakai hijab tahun 2005, Oki Setiana Dewi mulai berhijab tahun 2005, Inneke Koesherawati mulai berhijab tahun 2001.118 Saat artis-artis papan atas mulai banyak yang berhijab, sinetron-sinetron maupun film bertema religi juga ikut menandai maraknya pemakaian hijab. Misalnya, sinetron Kiamat Sudah Dekat tahun 2003, Para Pencari Tuhan yang mulai tayang tahun 2007 dan terus berlanjut

116Lina Meilinawati Rahayu, Jilbab: Budaya Pop dan Identitas Muslim di Indonesia, Ibda‟, Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 14, No. 1, Januari - Juni 2016, 139-155 117Lina Meilinawati Rahayu, Jilbab: Budaya Pop dan Identitas Muslim di Indonesia, Ibda‟, Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 14, No. 1, Januari - Juni 2016, 141 118 Inneke Koesherawati, dari artis panas hingga akhirnya berhijab, https://www.merdeka.com (akses 20 Mei 2017). 43

setiap bulan Ramadhan. Film bertema religi di antaranya yaitu film Ketika Cinta Bertasbih tahun 2009 dan Perempuan Berkalung Sorban tahun 2009. Perkembangan hijab ini disambut sebagai peluang bisnis oleh para desainer hijabers seperti Dian Pelangi, Jenahara, dan Ria Miranda. Belum terhitung para hijabers yang mencoba meraih untung dari trend hijab ini. Sejumlah komunitas hijabers juga bermunculan ikut menyemarakkan budaya hijab di Indonesia. Selain Hijabers Community, ada komunitas sejenis di antaranya Hijaber United, Hijabers Mom Community, Hijab Syar‘i Community, dan Indonesian Hijab Blogger.119 Trend hijab dan kepeloporan para desainer hijab dalam membentuk komunitas hijaber membuktikan bahwa kelahiran Hijabers Community tidak luput dari konteks trend hijab yang telah mengemuka sejak beberapa tahun sebelumnya. Para desainer hijab juga tidak sebatas membuat desain, tapi juga berpikir bagaimana karya-karyanya terkenal, diterima publik, dan akhirnya menghasilkan keuntungan finansial. Paparan di atas memperlihatkan bahwa lahirnya hijabers community tidak semata-mata sebagai organisaasi dakwah, tetapi juga organisasi yang mengkampanyekan produk-produk hijab, baik langsung maupun tidak langsung. Jika dilihat dari kemunculan sejumlah selebritis papan atas yang berhijab dan diikuti oleh muslimah kelas atas, dapat dikatakan bahwa trend hijab berasal dari masyarakat kelas atas yang kemudian diikuti oleh lapisan kelas menengah yang semakin tertarik pada hijab. Dapat dikatakan bahwa kehadiran Hijaber Community tidak lepas dari semakin maraknya perhatian perempuan muslim kelas menengah terhadap hijab. Perhatian ini sejalan dengan maraknya pengajian-pengajian yang digelar terbatas di kalangan menengah atas serta munculnya budayaMuslim populer. Budaya ini muncul sebagai bentuk pengaruh modernisasi terhadap nilai-nilai budaya Islam dalam masyarakat.120 Kalangan Muslim Kelas Menengah ingin diakui sebagai masyarakat modern dengan menggunakan simbol-simbol modern. Namun demikian, modernitas yang tidak simetris dengan adanya liberalisme, dan hedonisme. Hasilnya, kelas menengah Muslim mengusung budaya populer yang syar‘i seperti tampak pada hijab dan konsumsi produk-produk syar‘i. Masyarakat kelas menengah Muslim Indonesia hadir paska 1998 yang menampilkan cita dan citra kelas menengah yang adaptif dengan negara. Islam menjadi identitas yang bisa dinegosiasikan dengan negara seraya masih mempertahankan identitas muslim mereka. Kemunculan kelas menengah muslim di Indonesia dapat dilacak dari adanya relasi antara kelompok borjuis dan intelektual dalam masyarakat muslim dalam menghadapi ketidakadilan terhadap Islam. Namun perlawanan dilakukan dengan melakukan perubahan di

119 ―5 Komunitas Hijab yang Sudah Dikenal‖ http://diaryhijaber.com (diakses 20 Juli 2017). 120 Wasisto Raharjo Jati, ―Islam Populer sebagai Pencarian Identitas Muslim Kelas Menengah Indonesia,‖ Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 5, 1, (Juni 2015), 139-163. 44

arena kehidupan sosial dan budaya dengan tampil moderat dan damai sehingga diterima oleh negara.121 Kehadiran kelas menengah di arena sosial dan budaya ini tampak dari semakin maraknya produk-produk halal seperti bank, hotel, salon, toko, restoran, pakaian termasuk hijab, kosmetik, dan sebagainya.122 Hijab kini telah menjadi trend fashion. Fenomena Pemakaian hijab di Indonesia dengan berbagai variasi mode hingga membentuk sebuah trend sebenarnya belum diketahui secara pasti kapan terjadinya di Indonesia. Namun, jelas hijab sebagai fashion telah lebih dulu ada sebelum terbentuknya Hijabers Community (HC) pada tanggal 27 November 2010. HC berdiri atas inisiasi sejumlah muslimah yang berasal dari kelas menengah seperti artis dan desainer. Beberapa di antaranya yaitu Jenahara yang juga putri artis Ida Royani dan Dian Pelangi.123 Jenahara pada mulanya membuat komunitas hijab sebagai ajang bagi dirinya dan teman-temannya yang berjilbab berkumpul serta saling bertukar informasi tentang berbagai hal. Ternyata banyak orang yang semakin antusias hingga akhirnya pada bulan Maret 2011 komunitas ini resmi didirikan. Jenahara yang juga pemain film 'Hijabers in Love' itu merasa bahwa perkembangan pesat hijaber merupakan hal yang sangat positif. Sekarang anak- anak muda mulai terbiasa dengan berhijab. Aktivitas hijabers membuktikan bahwa berhijab sama sekali bukan penghalang untuk beraktivitas maupun berkarya. Hijabers Community Jakarta bisa dibilang merupakan penerima estafet kepengurusan yang baru dari Hijabers Community. Di tahun 2010, beberapa muslimah berhijab seperti Jenahara, Ria Miranda, Dian Pelangi, dan lain-lain berkumpul karena memiliki keinginan untuk mendalami agama dan kesenangan

121 Wasisto Raharjo Jati, ―Islam Populer sebagai Pencarian Identitas Muslim Kelas Menengah Indonesia,‖ Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 5, 1, (Juni 2015), 139-163. 122 Muslim kelas menengah Indonesia ditunjukkan oleh semakin banyaknya bermunculan produk syar‘i untuk ditawarkan kepada muslim kelas menengah. Hal ini dijelaskan dalam tulisan Wildan Sena Utama, ―Incorporating Spirituality and Market: Islamic Sharia Business and Religious Life in Post New Order Indonesia,‖ Masyarakat Jurnal Sosiologi, 20, 2, (Juli 2015), 113-137 123 Dian Pelangi adalah seorang desainer yang cukup berpengaruh dalam trend fashion Muslim di tanah air. Dia merupakan seorang desainer utama Dian Pelangi Company, salah satu perusahaan busana Muslim yang berada di Indonesia. Dia juga salah satu lulus dari Ecole Superieur des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD) pada 2008. Dian Pelangi meraih penghargaan sebagai satu-satunya wanita berhijab dari 500 Inspirator kelas Dunia versi Business of Fashion dan mejadi wanita muslimah pertama sebagai inspirator busana muslim serta penggerak muslimah untuk berhijab sebagaimana ditulis dalam https://trendjilbabers.blogspot.co.id. Dian Pelangi juga penghargaan dari What Women Want Awards 2014 sebagai Most Wanted Instagram Personality of the year 2014. Dalam penghargaan ini, Dian bahkan berhasil mengalahkan artis-artis ternama Indonesia, seperti Agnes Monica dan Raisa, ditulis dalam Nurul Haromaini, Studi Analisis Pemaknaan Hijabers Community Surabaya Terhadap Hijab Dalam Film 99 Cahaya Di Langit Eropa, Commonline Departemen Komunikasi, 3, no. 2, (2013), 595-607. 45

yang sama. Dalam kegiatan kumpul-kumpul itu mereka kerap berfoto bersama, dan mempostingnya di media sosial. Foto di media itu mendapatkan respons yang sangat besar dari masyarakat. Dian Pelangi dan kawan-kawan desainer hijab mendapat inspirasi, bahwa berhijab dapat terlihat fashionable dan modern. Dan ini menjadi awal mula cikal bakal terbentunya Hijabers Community. Dalam perjalanannya, oleh karena kebanyakan pendiri Hijabers Community berkecimpung di dunia fashion, mereka lantas disibukkan dengan mengelola bisnis brand baju masing-masing. Kesibukan bisnis menyebabkan mereka tidak memiliki cukup waktu sehingga Hijabers Community jarang mengadakan kegiatan. Beberapa pendiri Hijaber Community yang merasa sayang memberi solusi dengan membentuk komunitas serupa namun dengan lingkup lokal, dan dengan kegiatan yang lebih rutin dan dijalankan oleh pengurus yang memiliki cukup waktu untuk mengelola kegiatan. Akhirnya, Syifa Fauzia ditawari untuk menjadi ketua, sedangkan pengurus yang lain direkrut secara terbuka dari para hijabers.124 Hijabers Community Jakarta dikelola oleh 22 orang pengurus dan berdiri pada November 2012. Oleh karena orang-orangnya masih baru, banyak ide-ide segar dan antusiasme untuk mengadakan berbagai kegiatan. Pengurus baru menginginkan setiap kegiatan Hijabers Community Jakarta bisa bermakna, bukan sekedar acara kumpul-kumpul biasa. Pada bulan Mei 2013 HC Jakarta membuat grand launchingHijabers Community Jakarta. Acara grand launching diisi dengan tausiyah, talkshow, sekaligus mengadakan bazar bertempat di Skeeno GandariaCity Mall. Acara ini sangat berhasil dibuktikan dengan jumlah yang hadir mencapai sekitar 4.000-an orang. Padahal pengurus hanya menargetkan 2000-an orang yang akan hadir. Berangkat dari fashion, gaya jilbab dan segala sesuatu yang akan membuat kaum muslimah menjadi lebih baik, komunitas ini terus menarik minat muslimah untuk bergabung. Di dalam komunitas ini, setiap muslimah bisa bertemu teman baru, saling mengenal satu sama lain dan saling belajar. Komunitas hijaber ini mampu menarik anggota-anggota berjiwa muda, dinamis, energik, dan kreatif untuk berkumpul dan berkegiatan positif dan mengasyikan. Sejumlah kegiatan yang menarik di antaranya yaitu workshop fashion, class kecantikan tata rias make up, program charity dan lain-lain dan yang pasti pengajian rutin. Dilihat dari gaya fashionnya, para hijaber sangat kreatif dalam menciptakan style-style baru yang lain dari biasanya. Hal ini karena hijab didesain mudah dikreasi dalam model-model yang dinamis. Beberapa style merupakan adaptasi dan perpaduan dari style fashion muslimah dari Timur Tengah. Dari semula style ala muslimah Timur Tengah, hijaber berhasil menciptakan tren fashion style ala hijabers yang unique, modern dan stylish, mendobrak pakem berhijab selama ini. Hijab stylis membuktikan bahwa berbusana Muslim justru akan menambah cantik dan penampilan seorang muslimah. Melalui fashion, seorang muslimah akan

124 Wawancara dengan Syifa Fauzia, (Sabtu, 28 Mei 2016 jam 10.00-11.30) 46

lebih mencintai Islam. Hijabers Community tidak hanya berkembang di Jakarta. Pada beberapa kota besar di Indonesia contohnya Hijabers Community Yogyakarta, Hijabers Community Bandung, Hijabers Community Surabaya, Hijabers Community Palembang. Komunitas Hijaber saat ini telah memiliki banyak anggota maupun followers sehinggabanyak muslimah yang mengikuti berbagai kegiatan HC yang digelar seperti belajar make up, tutorial hijab, sharing seputar hijab, fotografi, dan sebagainya. Hijabers Community Jakarta adalah bagian dari Hijabers Community yang menjadi wadah berkumpul untuk para muslimah berhijab di Jakarta & sekitarnya. Hijabers Community Jakarta diresmikan sebagai HijabersCommunity pusat pada tanggal 4 November 2012 diresmikan oleh para pendiri dengan sebuah kepengurusan yang baru.

B. Menata Organisasi Semula, tidak ada bayangan bahwa komunitas hijaber ini akan mendapat sambutan luas dari masyarakat di berbagai kota. Untuk itu, Hijabers Community membentuk kepengurusan. Komite atau pengurus HC Jakarta diisi oleh muslimah berusia muda, baik yang sudah berkeluarga maupun masih lajang. Susunan struktur organisasi dari Hijabers Community Jakarta terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan sejumlah divisi seperti divisi acara, charity, teknologi informasi, humas, Sekretariat &internal relation dan dokumentasi.125 Aktivitas HC Jakarta dikelola oleh komite atau pengurus yang dibagi ke dalam sejumlah divisi di atas. Pengurus adalah agen yang sikap dan perilakunya merepresentasikan komunitas hijaber. Nilai-nilai maupun kebiasaan yang telah melekat dalam diri agen, serta modal yang dimiliki agen menjadi modal bagi HC Jakarta sehingga mampu melaksanakan sejumlah kegiatan. Masing-masing pengurus memiliki habitus dan sejumlah modal sehingga dirinya memiliki kapasitas untuk mengelola komunitas. Modal yang dimiliki komite tampak dari jaringan sosial, pendidikan, finansial, serta modal simbolik yang melekat pada dirinya. Setiap pengurus HC Jakarta memiliki kriteria sebagai pengurus yaitu: 1) muslimah yang berpegang pada Al Quran dan sunnah Rasulullah SAW, 2) usia minimal 20 tahun, maksimal 30 tahun, 3) berpengalaman dalam berorganisasi, 4) memiliki tanggung jawab, loyalitas, keikhlasan, dan komitmen tinggi, 5) kreatif, terampil, dan berwawasan luas, 6) berdomisili di Jabodetabek, 7) memenuhi kriteria per-divisi HC, 8) tidak sedang terlibat dengan organisasi serupa.126 Kompetensi pengurus berbeda-beda di masing-masing divisi. Divisi IT memiliki kemampuan mengisi konten website dan blog serta memahami coding HTML, SEO dan hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan website

125 Hijabers Committee, http://hijaberscommunity.blogspot.co.id. (diakses 20 Juni 2017). 126 ―Open Recruitment Committee Hijabers Community Official ( Jakarta Area)‖ http://hijaberscommunity.blogspot.co.id/2017/02 (akses 20 Juli 2017). 47

lainnya. Divisi Desain dan Dokumentasi memiliki sejumlah kompetensi sebagai berikut: 1) menguasai adobe photoshop, ilustrator, corel dan sejenisnya, 2) mempunyai pengalaman membuat desain grafis, 3) mampu menggunakan kamera dan 4) mempunyai digital camera/DSLR atau sejenisnya. Kompetensi ini memperlihatkan pengurus di divisi IT memiliki modal kultural yaitu pendidikan dan keahliannya, serta modal ekonomi yaitu finansial yang cukup untuk membeli kamera DSLR.127 Sekretariat dan Internal Relation memiliki kompetensi berikut: 1) Teliti dalam mengelola data, 2) mampu menguasi dan menggunakan Bahasa Indonesia serta Bahasa Inggris dengan baik dan benar, 3) mampu mengkoordinir hubungan komite dan anggota HC Pusat, dan 4) Menguasai Ms.Office dan Ms. Excel. Kompetensi ini juga memperlihatkan adanya modal kultural yang kuat. Divisi Event memiliki kompetensi yaitu: kreatif, mampu bekerja dalam tim, sigap dan cekatan, mampu bekerja keras dalam tekanan, dan berpengalaman dalam bidang event organizer dan sejenisnya. Divisi Humas memiliki kualifikasi yaitu berpengalaman dalam bidang humas, komunikasi, dan mampu berkomunikasi dengan baik dalam mewakilkan HC serta mempunyai kemampuan menulis.128 Sebagaimana pengurus di divisi lain, pengurus di divisi event juga memiliki modal kultural. Selain modal kultural, dilihat dari praktik-praktik sosial atau aktivitas pengurus di komunitas hijabers memperlihatkan bukan hanya modal kultural yang dimiliki, tetapi juga modal sosial, modal finansial dan modal simbolik. Modal kultural yang dimiliki yaitu berupa pendidikan dan keahlian di bidang IT. Modal sosial yaitu berupa jejaring sosial maupun pergaulan yang luas, bukan hanya di antara hijaber, tetapi juga pergaulan dengan masyarakat di luar hijabers. Modal finansial tampak dari kemampuan mereka dalam mengikuti gaya hidup modern sehingga pada saat yang sama juga memiliki modal simbolik yang kuat untuk mengelola HC Jakarta. Beberapa figur pengurus HC Jakarta dapat memperjelas modal yang dimiliki pengurus. Ketua HC Jakarta, Syifa Fauzia berasal dari keluarga yang sangat Islami. Dia adalah putri dari Dr. Hj. Tuty Alawiyah, Mantan Menteri Negara Peranan Wanita yang juga dikenal sebagai pendakwah. Syifa kuliah di Curtin University, mengambil jurusan Film and TV. Saat pulang ke Indonesia, ia sempat mendapatkan beasiswa S2 ke Westminser University di London.129 Sepulang dari London Syifa lalu diterima bekerja di stasiun televisi Trans 7 dan ditempatkan di divisi news. Ia bertugas menjadi wartawan istana. Pekerjaannya mengikuti Presiden SBY kemanapun. Setahun menjadi reporter, ia kemudian diberi tantangan untuk menjadi presenter acara berita Redaksi

127 ―Open Recruitment Committee Hijabers Community Official (Jakarta Area)‖ http://hijaberscommunity.blogspot.co.id/2017/02 (akses 20 Juli 2017).

128 ―Open Recruitment Committee Hijabers Community Official (Jakarta Area)‖ http://hijaberscommunity.blogspot.co.id/2017/02 (akses 20 Juli 2017). 129―Profil Ketua Hijaber Community (akses 21 Juli 2017) 48

Pagi. Syifa berasal dari keluarga yang kental dengan agama Islam. Kakeknya adalah KH Abdullah Syafi‘ie yang mendirikan pesantren yatim piatu As- Syafi‘iyah yang berdiri pada tahun 1965. Di pesantren ini, Syifa memegang peranan sebagai Kepala Pendidikan Yayasan Perguruan Tinggi As-Syafi‘iyah. Syifa mengakui peran keluarga sangat besar dalam membentuk kepribadiannya. Sejak kecil ibunya sudah melibatkan dirinya dan kakak-kakaknya dalam kegiatan bernafaskan islami dan charity. Paling tidak, seminggu dua kali ada pengajian bersama anak-anak pesantren. Ibunya pun selalu mendorongnya untuk selalu berbuat baik, di wadah yang sudah dimiliki keluarganya.130 Karena sebetulnya banyak orang yang memiliki uang tapi masih bingung mau disalurkan ke mana. Latar belakang keluarga memperlihatkan Syifa Fauzia telah memiliki habitus kuat dalam hal beragama. Pendidikan dan profesinya di bidang media dan jurnalistik merupakan modal kultural bagi Fauzia. Pergaulan Fauzia dalam berbagai aktivitas baik di dunia jurnalistik, pesantren, maupun dunia pendidikan merupakan modal sosialnya. Upaya memantapkan Hijabers Community sebagai organisasi selain dengan membentuk pengurus juga menetapkan logo, tujuan, visi dan misi serta program kerja sebagaimana layaknya organisasi formal. Komunitas ini terdaftar sebagai organsasi berbentuk perkumpulan dengan nama Hijabers Community berkedudukan di Jakarta. Motto dari Hijabers Community Jakarta adalah ―Proud to be Muslimah‖ (Bangga menjadi Muslimah). Motto ini menunjukkan hijab sebagai suatu kebanggaan yang mencerminkan kebanggaan terhadap nilai-nilai agama Islam. Kebanggaan sebagai muslim bukan hanya dinyatakan terbatas pada pemakaian hijab, tetapi juga para praktik-praktik lain dalam kehidupan sehari-hari yang mencerminkan ajaran Islam. Motto tersebut, sekedar pernyataan pelengkap atau benar-benar menjadi bagian penting dari identitas HC Jakarta dapat dilihat dari aspek kegiatan komunitas ini. Tujuan dari Hijabers Community Jakarta yaitu: 1) Sebagai forum muslimah, dan 2) Sebagai sarana untuk muhasabah, silaturahim dan fastabiqul khairat. HC Jakarta bertujuan sebagai forum muslimah. Hal ini menegaskan konsep pemisahan laki-laki dan perempuan dalam melakukan aktivitas, bukan semata-mata dalam masalah berbusana. Secara sosiologis, perempuan memang berada pada posisi sub ordinat terhadap laki-laki ketika berada di ruang publik karena peran-peran publik lebih banyak dijalankan oleh laki-laki. Sebaliknya, perempuan dengan kodratnya melahirkan keturunan lebih terikat pada peran- peran domestik, terutama dalam mengasuh anak. Dalam kondisi demikian, forum muslimah tampak lebih menarik bagi muslimah kosmopolitan daripada aktif dalam sejumlah organisasi khusus bagi muslimah yang sudah ada seperti Aisyiyah, Nasyiatul ‗Aisyiah, Muslimat NU atau organisasi muslimah lainnya. Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikan dengan

130―Profil Ketua Hijaber Community (akses 21 Juli 2017) 49

menilai diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi diri.131Muhasabah (penilaian atau perhitungan) tentang diri sendiri sehingga dilakukan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan dalam memahami keyakinan, amal perbuatan dan dengan muhasabah dapat menyaksikan sepenuhnya amal perbuatan masing- masing.132 Melalui muhasabah, seorang muslim menilai dirinya, apakah dirinya lebih banyak berbuat baik ataukah lebih banyak berbuat kesalahan dalam kehidupan sehari-harinya. Seorang muslim harus objektif melakukan penilaiannya dengan menggunakan Al Qur‘an dan Sunnah sebagai dasar penilaiannya bukan berdasarkan keinginan diri sendiri. Muhasabah juga dimaknai sebagai kesanggupan seorang muslim untuk mawas diri dan mengevaluasi atas segala ucapan, sikap, dan perilaku dalam ibadah kepada Allah dan muamalah dengan sesama makhluk. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk selalu berintrospeksi diri dengan meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT dan sanggup berkaca dari masa lalu untuk kejayaan masa depan.133 Konsep muhasabah berorientasi pada perbaikan ke dalam diri atau bersifat internal. Ketika muhasabah disandingkan dengan silaturahmi dan fastabiqul khairat, maka tujuan HC Jakarta juga bersifat eksternal. Menurut Inayatul Ulya, fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) dalam konteks masayarakat multikultural, bertujuan untuk dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap agama, nusa dan bangsa.134 Visi dari Hijabers Community Jakarta adalah syiar dan silaturahim muslimah. Hijabers Community menjadi wadah para muslimah untuk terus belajar menjadi muslimah yang berkualitas baik keislaman maupun wawasan dan pengetahuan yang luas.135 Visi berasal dari bahasa Inggris, yakni vision yang berarti pengelihatan, pandangan, impian. Visi berarti pandangan ke depan yang mampu memberikan arah terhadap gerak atau aktivitas HC Jakarta dalam melakukan kegiatan-kegiatannya. Visi erat hubungannya dengan misi. The Alexander Consultan Group menyebut misi sebagai : ‖Mission is a statement of what company or destination to day, what kind of bussiness it does and the way it does it.”136 Misi adalah sebuah langkah tujuan dari perusahaan, menentukan bisnis atau perihal apa yang mereka pilih dan bagaimana mereka menjalankan hal tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Misi dari Hijabers Community Jakarta adalah sebagai berikut:

131 ―Muhasabah,‖ http:www.ipb.ac.id/~kajianislam/pdf, (diakses 20 Juli 2017) 132 ―Sholat: Kunci Mawas Diri dan Pengembangan Pribadi,‖ Khotbah Jum‟at, Vol. VI, Nomor 26, Tanggal 15 Ihsan 1391 HS/Juni 2012, hlm 3-32 133 Yasir Abdul Rahman, Implementasi Konsep Muahadah Mujahadah, Muraqabah, Muhasabah Dan Mu‘aqabah Dalam Layanan Customer, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 8, no. 2, (Juni 2014), 123-134. 134Inayatul Ulya, Pendidikan Islam Multikultural Sebagai Resolusi Konflik Agama di Indonesia, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, 4, no. 1, (2016), 20-35. 135 Wawancara dengan Syifa Fauzia, (Sabtu, 28 Mei 2016) 136Oka A. Yoeti, Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisatra.(Jakarta: Pradaya Paramita, 2005), 30 50

1. Menginspirasi dan memotivasi saudara muslim, di Jakarta dan di tempat lain di seluruh dunia, untuk melihat Islam dengan jilbab. 2. Membangun silaturahmi antara saudara muslimah di Jakarta dan di kota lainnya. 3. Bersama mengeksplorasi dan memahami Islam dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari 4. Menyelenggarakan kegiatan yang Islam dan sosial Misi berasal dari kata mission yang berarti tugas atau peran. Misi dapat dipahami sebagai penjabaran dari segala hal yang dimaksudkan untuk bergerak menuju ke arah yang diperlihatkan dalam rumusan visi. Misi nomor 1 menegaskan adanya peran yang dijalankan guna menginspirasi dan memotivasi umat dengan memakai jilbab. Misi ini menegaskan hijab sebagai simbol yang memiliki kekuatan untuk merepresentasikan Islam. Misi nomor 2 menunjukkan peran HC Jakarta dalam membangun silaturahmi.137 Silaturahmi merupakan bagian dari ajaran Islam yang sangat dianjurkan. Silaturahmi tidak hanya mempererat persaudaraan, tetapi juga dapat memperluas rezeki, memperpanjang umur, dikenang kebaikannya, diperpanjang umurnya. Silaturahmi dengan sesama muslimah di berbagai kota menjadi lebih mudah dilakukan karena adanya media sosial. Dalam hal ini, HC Jakarta memanfaatkan blog, facebook, twetter, dan instagram dalam menjalin komunikasi dengan anggota maupun muslimah lainnya. Misi nomor 3 menyatakan perannya untuk selalu mempelajari Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menegaskan HC Jakarta bukan komunitas penghobi atau pecinta suatu produk, tetapi lebih dari itu, sebagai komunitas belajar dan komunitas dakwah. Penekanan pada pengamalan ajaran Islam tampak dari misi nomor 4 yang menyatakan tentang pentingnya kegiatan Islam dan kegiatan sosial. Keseluruhan misi tersebut memperlihatkan HC Jakarta berada di dalam arena keagamaan. Kegiatan-kegiatan keagamaan lebih banyak dipraktikkan HC Jakarta. HC Jakarta memiliki tujuan utama untuk menyiarkan Islam ini mempunyai kegiatan rutin yang melibatkan para muslimah se-Jabodetabek. Salah satu di antaranya adalah pengajian setiap bulan yang bisa dihadiri oleh siapa saja serta acara tahunan yang bertajuk 'Hijab Day'. Selain itu, HC Jakarta juga mengadakan pelatihan atau workshop tematik, dan kegiatan bakti sosial dengan mengunjungi panti asuhan dan.

137 Kalimat silaturahim dari bahasa Arab, tersusun dari dua kata silah yaitu, alaqah (hubungan) dan kata alrahmi yaitu, Al-qarabah (kerabat) atau mustauda Al-Janin artinya ―rahim atau peranakan‖. (Al-Munawir, 1999: 1638,1668) kata Al-rahim seakar dengan kata Al- Rahmah dari kata rahima ―menyayangimengasihi‖ jadi secara harfiah silaturahim artinya menghubungkan tali kekerabatan, menghubungkan kasih sayang. Dijelaskan dalam tulisan Althaf Aulia Chisty dan Siti Inayatul Faiza, Peranan Silaturahim dalam Komunikasi Bisnis Pada Kesuksesan Pengusaha Batik Jetis Sidoarjo,JESTT, 1, No. 10 (Oktober 2014), 704-719. 51

Hijabers Community Jakarta mengatur Jadwal Rutin Kegiatan pada hari Minggu pagi pukul 09.00 - 12:00 WIB (sebelum tengah hari / waktu dzuhur) yang disebut sebagai Sunday Fun. Jenis Sunday Fun: 1. Sunday Fun I: "Tadarus dan Pemahaman Al-Quran" 2. Sunday Fun II: "Acara Kemuslimahan / Keputrian" Berbagi pengetahuan dan berbagai tips seputar dunia perempuan serta pengetahuan lainnya (pengetahuan populer, ilmu pengetahuan, dan lain- lain), dalam rangka meningkatkan kualitas muslimah. 3. Sunday Fun III: "Tausyiah" Dengan mengundang Ustadz atau Ustadzah, dalam rangka meningkatkan pengetahuan agama dan peningkatan iman Islam. 4. Sunday Fun IV: "Kegiatan Sosial" Menyalurkan dana infaq yang telah dikumpulkan dari pertemuan sebelumnya ke yayasan sosial, panti asuhan dan lain-lain yang membutuhkan bantuan. Selain kegiatan yang dilaksanakan mingguan, ada pula kegiatan yang rutin dilakukan setiap bulan atau beberapa bulan maupun setahun sekali. Kegiatan rutin yang in syaa Allah bermanfaat, seperti : 1. Pengajian Rutin Bulanan Waktu : Tentatif mengikuti ketersediaan Masjid / Venue Tempat : Masjid (Biasanya kami di Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia atau Masjid Al-Azhar)Gratis & tidak perlu registrasi. 2. Hijabers Community Day Acara tahunan Hijabers Community. Waktu pelaksanaan tentatif. 3. Hijab Day Out Kegiatan 3-4 bulan sekali dengan kegiatan seperti workshop dengan jumlah peserta terbatas demi pelaksanaan kegiatan yang kondusif & berbayar. 4. Ngabuburit HC Acara buka puasa bersama member HC 5. Anniversary HC Acara syukuran HC bulan November 6. Hijab Tutorial HC Jakarta membuka kesempatan kepada instansi atau kelopok yang ingin mengundang Hijabers Community kelas Hijab Tutorial. Penamaan komunitas yaitu Hijabers Community serta penamaan kegiatan dengan sebutan Sunday fun mengesankan komunitas ini sebagai komunitas yang kosmopolitan.138 HC Jakarta sebagai bagian dari warga universal yang plural, tempat di mana Islam memang harus berkiprah secara luas. Hal ini sejalan dengan dampak globalisasi pada relasi-relasi sosial yang tidak lagi terperangkap pada perbedaan kultur individu, kelompok dan

138 Secara etimologi kosmopolitan berasal dari kata kosmos yang berarti jagat raya, sedangkan kosmopolitan itu sendiri merupakan penduduknya dari berbagai penjuru; yang memiliki wawasan atau pengetahuan yang luas sebagaimana ditulis Pius aportanto, M Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkolla. 2001), h. 376 52

bangsa. Pilihan kata untuk menamai suatu kegiatan di atas memperlihatkan adanya kesadaran hijabers sebagai bagian dari masyarakat dunia sekaligus juga sebagai seorang muslim. Kegiatan HC Jakarta seperti tadarus Al Quran, tausyiah, kemuslimahan, serta kegiatan sosial memperlihatkan peran dakwah yang kuat sehingga tidak dapat dipungkiri, HC Jakarta juga dapat disebut sebagai lembaga dakwah sekalipun penampilannya lebih memperlihatkan praktik gaya hidup modern. Gaya hidup modern jelas terlihat dari pilihan dalam mengkomunikasikan diri, baik tentang diri hijaber maupun tentang kegiatan- kegiatan HC Jakarta serta perilaku hijaber sehari-hari. Contoh dari informasi kegiatan yang dilakukan seperti terlihat pada kutipan berikut: Acara ini tentunya FREE jadi bebas bawa temen, saodara, suami, semuanya boleh dibawa. Selain pengajian yang kali ini akan dibawakan oleh Ustadz Fatih Karim, kita juga mengundang the inspiring woman, Fifi Alvianto, Adhitya Putri, dan juga ketua HC Syifa Fauzia untuk sharing. Yang serunya lagi, kamu juga boleh bawa anak karena akan ada acara dongeng bersama kak Awam dan juga tasyakur bersama anak-anak yatim. Ditambah dengan mini bazaar food &fashion, tentunya kamu gak akan mau melewatkan acara ini. Jadi, Sampai ketemu ya insyaallah sabtu, 29 November, di menara 165.139 Setiap kali kegiatan, selalu dikomunikasikan melalui poster yang diposting di http://hijaberscommunity.blogspot.co.id, blog HC yaitu sehingga setiap hijaber dengan mudah mengetahui adanya rencana kegiatan tersebut. Pilihan kata, bentuk dan cara bertutur, serta konteks yang tersirat dari cara mengkomunikasikan kegiatan memperlihatkan identitas hijaber sebagai komunitas kosmopolitan. Pilihan tempat kegiatan di Andalusia Room Menara 165 juga memperlihatkan hijaber sebagai bagian dari muslim kelas menengah atas. Contoh lain dari cara mengkomunikasikan kegiatan seperti di bawah ini. Assalammualaikum, sisters! Come and Join HIJAB DAY 2014 by Hijabers Community Jakarta140 Seluruh anggota HC Jakarta adalah muslimah sehingga ada agenda acara kemuslimahan/keputrian. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan keterampilan sebagai muslimah misalnya tentang parenting, fotografi, make up, dan sebagainya. Kegiatan keputrian biasanya dikemas dengan menghadirkan narasumber dan sponsor dari produk-produk kecantikan seperti Wardah Kosmetik, Ponds dan Clear. Bahkan ada produk perbankan yaitu bank Mega Syariah.

139 Kutipan di atas merupakan catatan di bawah poster ulang tahun Hijaber Community ke 5 yang diposting di http://hijaberscommunity.blogspot.co.id (diakses 20 Juni 2017). 140HIJAB DAY 2014 by HC Jakarta, http://hijaberscommunity.blogspot.co.id. (diakses 20 Juni 2017). 53

Observasi terhadap sejumlah poster digital atau desain media sosialisasi kegiatan HC Jakarta, tampak selalu menggunakan bahasa kekinian yang begitu dinamis. Bahasa pada dasarnya merupakan simbol-simbol yang digunakan untuk menyatakan gagasan, ide, dan perasaan seseorang kepada orang lain. Mulai dari bangun tidur, makan, mandi, sampai tidur lagi, atau melakukan berbagai aktivitas manusia lainnya; semua tidak luput dari adanya penggunaan bahasa. Dengan bahasa pula manusia dapat saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, dan saling belajar dari yang lain sehingga kemampuan intelektualnya terus berkembang. Penggunaan bahasa dalam menginformasikan berbagai kegiatan selalu menggunakan bahasa-bahasa kekinian, bukan bahasa yang sudah dibakukan. Pemakaian bahasa Indonesia di zaman sekarang ini sudah banyak divariasikan dalam pengucapan pembicaraannya. Penyampaian kata-katanya pun sudah tidak baku lagi, hal ini disebabkan oleh era globalisasi yang berkembang pesat di Indonesia dengan pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia (termasuk cara gaya bicaranya). Pengaruh arus globalisasi ini termasuk di dalamnya pendidikan, kebudayaan (termasuk di dalamnya bahasa), yang sering mengutamakan penggunaan bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Selain itu, istilah atau kata-kata yang digunakan menunjukkan gaya atau ragam akrab yaitu variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab antar anggota keluarga atau antar teman yang sudah karib.141 Penggunaan bahasa di komunitas HC Jakarta juga mencerminkan variasi bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Artinya, secara bahasa para hijabers sudah mencerminkan diri sebgai bagian dari kelas sosial ekonomi tertentu. Perkumpulan Hijabers Community melengkapi identitas perkumpulan dengan menggunakan logo. Logo merupakan suatu bentuk gambar atau sekedar sketsa dengan arti tertentu dan memiliki suatu arti dari perusahaan, daerah, perkumpulan, produk, negara dan hal-hal lainnya yang dianggap membutuhkan hal yang singkat dan mudah diingat sebagai pengganti dari

141 Variasi bahasa terbagi atas lima macam gaya yaitu 1) Gaya atau ragam beku (frozen); Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah dimesjid, dan sebagainya. 2) Gaya atau ragam resmi (formal); Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, dan lain sebagainya. 3) Gaya atau ragam usaha (konsultatif); Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekolah, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. 4) Gaya atau ragam santai (casual); Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya. 5) Gaya atau ragam akrab (intimate); Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab antar anggota keluarga atau antar teman yang sudah karib, sebagaimana dijelaskan Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik ; Perkenalan Awal. (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), 700.

54

nama sebenarnya.142 Logo yang dipergunakan oleh Hijabers Community Jakarta adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Logo Hijabers Community Jakarta

Layaknya suatu perkumpulan, Hijabers Community Jakarta juga memiliki anggota. Perkumpulan ini terbuka dalam menerima anggota. HC Jakarta tidak mengharuskan anggotanya memakai hijab sehari-hari. Alasannya, orang butuh proses sebelum mengenakan hijab. Seandainya anggota belum siap tapi ingin berada di lingkungan teman-teman yang berhijab, maka tetap diperbolehkan ikut. Meski tidak diharuskan, sering terjadi, anggota yang belum berhijab lambat laun akan meminta diajari cara menutup aurat yang benar. Sampai sekarang belum ada hitungan pasti berapa jumlah keanggotaan Hijabers Community Jakarta. Tapi biasanya yang selalu datang ke kegiatan pengajian bulanan ada 100 sampai 150 orang. Sedangkan di Twitter, sudah ada 5000-an orang followers. Saat sedang ada acara charity atau bazar, yang datang dan mengisi formulir keanggotaan juga bisa mencapai 4000-an orang. Penambahan jumlah anggota tersebut di dasarkan pada jumlah anggota yang pendaftar menjadi anggota pada saat ada event yang diselenggarakan oleh HC Jakarta. Oleh karena itulah, kadang anggota baru yang mendaftar, nama mereka tidak langsung masuk dalam data base HC Jakarta.

C. Memperkuat Jejaring Komunitas dan Bisnis Komite HC Jakarta yang merupakan HC pusat tidak terlepas dengan para founder HC. Para pendiri Hijabers Community seperti Dian Pelangi, Janahera, dan Ria Miranda tetap berkontribusi terhadap HC Jakarta. Artinya, HC Jakarta memiliki modal sosial, modal kultural dan modal simbolik yang kuat dari keberadaan figur-figur tersebut. Seperti Janahera dan Dian Pelangi, Ria Miranda adalah juga seorang desainer baju muslim yang trensetter. Ria memiliki bisnis hijab dengan merek Riamiranda. Laris sebagai pembicara pada seminar fashion Muslim. Dirinya menjadi salah satu trendsetter bagi jutaan hijaber di tanah air. Ria Miranda memiliki 47 ribu pengikut di media sosial

142 Caniago, Ferri, Cara Mutakhir Jago Desain Logo. (Jakarta Timur: Niaga Swadaya, 2012), 3. 55

Twitter serta lebih dari 50 ribu orang di microbloging Facebook.143 Sebelumnya, Ria Miranda bekerja menjadi fashion stylish pada salah satu majalah muslim ternama. Di situ dia berkenalan dengan sejumlah desainer muslim yang sudah kondang. Dari para desainer itu Ria memetik banyak ilmu dan pengalaman. Peranan media sosial seperti twitter dan facebook sangat membantu penyebaran syiar hijaber sehingga sekarang tercatat sudah lebih dari 97 ribu anggota secara tidak langsung telah tergabung ke dalam komunitas ini. Penggunaan media sosial seperti twitter dan facebook sangat membantu berkembang pesatnya hijabers community. Bahkan sejak Hijabers Community belum terbentuk dan masih berupa kumpulan pertemanan di antara para muslimah desainer, mereka telah mengenalkan foto-foto kegiatannya melalui facebook.144 Disadari atau tidak, aktivitas para hijaber yang juga desainer dengan mengunggah kegiatan di facebook tersebut telah membentuk identitas mereka sebagai desainer hijab sekaligus sebagai hijabers. Identitas dalam suatu masyarakat yang memiliki banyak anggota merupakan hal yang sangat penting sebagai pembeda. Identitas membuat suatu gambaran mengenai seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Identitas tampak pada penampilan fisik, ciri ras, warna kulit, bahasa yang digunakan, penilaian diri, dan faktor persepsi yang lain, yang semuanya digunakan dalam mengkonstruksi identitas budaya. Aktivitas hijabers dengan facebook-nya dengan memasang foto-foto diri maupun aktivitasnya merupakan suatu proses hijabers dalam mengkonstruksi identitas budayanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Klap145 bahwa identitas meliputi segala hal pada seseorang yang dapat menyatakan secara sah dan dapat dipercaya tentang dirinya sendiri – statusnya, nama, kepribadian, dan masa lalunya. Selain facebook, para pegiat hijabers community juga memanfaatkan

143 ―Desainer (4) Ria Miranda: Sukses karena Sindiran‖ https://www.dream.co.id. (akses 21 Juli 2017) 144 Facebook adalah sebuah situs jejaring sosial yang paling banyak digunakan. Pertumbuhan penggunanya sangat pesat, termasuk di Indonesia. Jejaring sosial ini menjadi peluang untuk memasarkan produk baik barang atau jasa melalui facebook. Konsep dasar Facebook adalah untuk pertemanan. Facebook sudah memberikan fasilitas untuk berbisnis, sehingga setiap orang yang sudah memiliki akun facebook dapat menggunakannya. Fasilitas untuk berbisnis melalui facebook di antaranya yaitu fan page, shar, dan iklan. Fan Page atau halaman penggemar sudah disediakan oleh facebook untuk membangun merk atau kesadaran pengguna facebook akan produk atau merk produk yang dipromosikan. Namanya juga Fan Page, orang-orang bergabung di halaman produk adalah penggemar atau fan. Share menjadi sarana untuk berbagi informasi kepada banyak orang atau group. Dengan berbagi, orang akan merasakan manfaat dari promosi yang dilakukan secara halus. Trik yang paling mudah ialah dengan share isi blog melalui profil. Bisa juga dengan menggunakan fan page, ini lebih bagus karena jangkauan Fan Page tidak terbatas bisa punya jutaan penggemar, sementara teman hanya 5.000 saja. Jika punya kartu kredit, bisa memasang iklan berbayar. Keuntungannya lebih mudah dibanding Google Adword dan biayanya lebih murah. Promosi dengan mudah bisa mengarahkan iklan ke target pasar tertentu, baik negara, usia, interest, dan sebagainya sebagaimana ditulis oleh Rahmat, Rahmat, Cara yang Benar Promosi di Facebook, dalam http://www.rahmatst.info/ bisnis/, ditayangkan 2010, (diakses 29 Juli 2017). 145 Berger, Arthur Asa, Pengantar Semiotika Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010), 125. 56

twitter yang dekat dengan gaya hidup anak muda.146 Penggunaan media sosial menjadikan hijabers cepat menjadi viral.147 Pemasaran Viral adalah strategi dan penyebaran pesan elektronik yang menjadi saluran untuk mengkomunikasikan informasi suatu produk kepada masyarakat secara meluas dan berkembang. Pemasaran viral berlangsung melalui jaringan internet seperti kerja sebuah virus komputer. Pemasaran viral merupakan salah satu metode pemasaran online yang murah dan efektif. Kesadaran tentang media dikuatkan oleh bukti yaitu keharusan kualifikasi pengurus Divisi IT memahami coding HTML, SEO (search engine optimization) dan hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan website. SEO merupakan cara agar suatu produk atau kegiatan yang telah diunggah di situs internet dengan cepat banyak dikunjungi atau dilihat banyak orang sehingga produk atau kegiatan yang ingin dikenalkan menjadi brand. Communitas Hijabers tidak lepas dari keberadaan anak muda yang umumnya sangat familiar dengan new media dalam menjalin komunikasi. Blog hijaberscommunityjakarta.blogspot.co.id terhubung pada laman media sosial dari masing-masing personal HC Jakarta. Dilihat dari tampilan masing-masing personal HC Jakarta, tampak keaktifan meraka dalam menggunakan media sosial. Twitter Syifa Fauzia memiliki lebih dari 7000 followers dan Arinda Yunita dengan 600 follower. Dafina Malina aktif menggunakan dafinamalina.blogspot.co.id untuk mengenalkan usaha kulinernya. Selain melalui personal pengurus HC Jakarta juga memiliki sejumlah akun media sosial sendiri yaitu di Facebook, Twitter, Instragram, dan youtube.148

146 Kehadiran Twitter membuka peluang besar untuk melakukan promosi brand kepada dan melalui segmen muda karena nge-tweet (tweeting berarti tindakan posting pada sebuah microblog pada saat ini merupakan bagian dari gaya hidup dan kebiasaan anak muda (Bilgihan & Nusair, 2009). Peluang besar itu tercipta karena Twitter merupakan media promosi yang penting mengingat segmen muda yang mencari informasi dan mereka gemar bertukar informasi melalui internet sebagaimana dijelaskan Tapscott, D. Grown up digital: how the Web is changing your world (McGraw Hill USA, 2009), p. 45 147 Untuk suksesnya sebuah pemasaran viral harus memenuhi 3 kriteria sebagai berikut: a. Banyak individu yang memiliki akses kesejumlah besarpasar informasi dan proaktifterlibat dalam diskusi dengan konsumenlain untukmenyebarkan informasiini. Dengan demikian, banyak orang yang bertindak untuk menyampaikan pesan yang sedang dikampanyekan. Orang ini harus mempunyai jaringan sosial yang cukup luas dan dipercaya dan media yang gampang diakses oleh semua orang. b. Pesan atau ajakan yang akan dikampanyekan yang mudah diingat dan menggugah orang untuk mengikutinya. Hanyapesanyangdiingat dan cukupmenarik untukdisampaikan kepadaorang lainmemiliki potensiuntuk memacufenomenaviral marketing. c. Lingkungan sosial yang mendukung dan momentum yang tepat untuk melancarkan program viral marketing. Hal ini dijelaskan dalam Andreas M. Kaplan &Michael Haenlein, Two hearts in three-quarter time: How to waltz the social media/viral marketing dance, Business Horizons, 54, (2011), 253—263. d. 148 Dapat dilihat langsung di situs hijaberscommunityjakarta. blogspot.co.id. (diakses 20 Juni 2017). Blog ini terhubung ke sejumlah media sosial serta akun pribadi dari masing- masing personel HC Jakarta. 57

Dilihat dari latar belakang figur HC, baik yang di Pusat maupun di Jakarta menunjukkan figur-figur muslimah kelas menengah ke atas. Rata-rata berusia lebih kurang 30 tahun. Mereka sudah sangat familiar dengan smartphone dan internet sehingga memainkan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Dian Pelangi, Janahera dan Ria Miranda merupakan desainer muda berpendidikan sehingga lebih kuat dalam hal fashion, sedangkan Syifa Fauziah lebih kuat dalam hal agama mengikuti tradisi keagamaan yang dipegang kuat oleh keluarga besarnya. Secara keseluruhan, pegiat hijabers tersebut memiliki habitus dalam hal gaya hidup dan fashion. Praktik sehari-hari mereka menampilkan diri sebagai muslimah kelas menengah atas. Modal agama yang begitu kuat dan gaya hidup kelas menengah telahmemunculkan gaya hidup di dunia fashion yang khas kelas menengah ke atas. Selera-selera kelas menengah ini bukan hanya dalam hal fashion, tetapi juga dalam bersosial media. Pada setiap kesempatan kegiatan, mereka rajin mengunggah kegiatannya di sosial media. Saat penelitian ini dilakukan, posisi figur-figur tersebut telah semakin mapan di puncak atas desainer muslim di Indonesia, bahkan di dunia seperti ditunjukkan oleh Dian Pelangi dengan sejumlah pengharagan yang didapatnya.149 Praktik sosial sebagaimana tampak pada aktivitas sehari-hari para pegiat hijaber community Jakarta memperlihatkan eksistensi gaya hidup hijaber di arena fashion di tanah air, bahkan di Indonesia. Hal ini memperlihatkan adanya distinction atau pembeda terhadap fashion mainstream dunia. Penggunaan media sosial oleh para pendiri Hijaber Community sudah tentu tanpa disadari. Artinya, dengan sadar mereka yang juga para desainer muslimah tersebut dengan sengaja menggunakan media sosial untuk mempromosikan hijab dengan berbagai motif, bisa motif ekonomi, sosial, spiritual, budaya ataupun yang lain. Dilihat dari motif atau alasan ekonomi, bergabung dengan media sosial, manfaatnya sangat banyak yaitu menghubungkan pembeli potensial dengan pemasar. Perancang yang baru muncul menggunakan media sosial sebagai salah satu strategi pemasaran mereka. Dengan merek dan desainer besar di industri ini menggunakan media sosial untuk menciptakan hype dan buzz150 dari peragaan dan acara mode sebelum diluncurkan. Industri fashion sedang mengalami transformasi dengan memasukkan media sosial sebagai bagian fundamental dari strategi pemasaran mereka. Karena antara desainer dan konsumen bisa merasa dekat dan terikat secara pribadi melalui media sosial. Analisa di atas memperlihatkan bahwa penggunaan new media berupa Facebook, Twetter, Blog, Instagram atau yang lainnya bukan hanya

149 Sejumlah penghargaan di antatara: Melbourne Indonesian Fashion Festival 2009- 2010, Expo Arabia 2010 fashion participant, Pilihan Femina 2010, Best Selling Desainer from IIFC 2011, Teiwei Most Inspiring people 2011, Largest Transactions in IFW 2011, Nominasi Tokoh Industry Kreatif Seputar Indonesia 2012, Biggest Transaction award in Indonesian Fashion Week JCC 2012, AMD Ambassador 2011, Wardah Cosmetics Ambassador 2010-20xx, dan Pertamina Pertamax Ambassador 2012, sebagaimana ditulis di halaman https://www.facebook.com/pg/Dian-Pelangi. 150 Berarti Terus terngiang di ingatan banyak orang dan dibicarakan banyak orang karena unik. 58 mengkonstruksi identitas, tetapi juga sebagai sarana melakukan komunikasi pemasaran. Dalam hal ini ada logika ekonomi yang digunakan yaitu menawarkan komoditas baru berupa hijab untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Berangkat dari logika tersebut, aktivitas HC Jakarta tidak hanya kegiatan dakwah, tetapi juga kegiatan bisnis. Bagi sebagian hijabers anggota HC Jakarta generasi awal yaitu para inisiator HC, sosialisasi melalui media sosial akan menghasilkan peluang-peluang bisnis baru yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan. Bagi hijabers generasi berikutnya, penggunaan media sosial tidak selalu bermotif ekonomi karena segala kemungkinan dapat terjadi dan sah adanya. Artinya, tidak ada sesuatu yang dilanggar karena pada prinsipnya hanya mengkomunikasikan kegiatan hijabers kepada publik terutama komunitas folower maupun pertemanan di antara mereka sendiri. Penggunaan new media lebih tepat sebagai suatu konstruksi identitas budaya yang kemudian memiliki fungsi ekonomi karena identitas budaya sebagai hijabers menjadi bagian dari gaya hidup mereka. Identitas hijaber melekat pada mereka sehingga memudahkan mereka dalam menjalin relasi dalam kegiatan ekonomi. Misalnya, jual beli asesoris hijab, jual beli kosmetik, jual beli peralatan perawatan tubuh, dan sebagainya. Dalam hal ini ada relasi antara kegiatan hijabers di arena dakwah dan di arena ekonomi yang diangkat di dunia maya. Kegiatan HC menjadi arena ekonomi tampak jelas dari hadirnya para produsen yang menjajakan berbagai macam produk melalui stand-stand yang tersedia di arena kegiatan HC Jakarta.

59

BAB IV

INSPIRASI DI ARENA BARU GERAKAN DAKWAH

Gerakan dakwah yang dilakukan oleh Hijabers Community setidak-tidaknya merupakan terobosan model dakwah dimana selama ini dakwah disampaikan lebih pada metode ceramah, sedangkan Hijabers Community mengambil metode dari tren busana yang selalu berkembang pesat. Hijabers Community mengetahui bahwa akhir-akhir ini ada perhatian sangat besar masyarakat muslim terhadap fashion, sehingga peluang inilah yang ditangkap oleh Hijabers Community untuk dikembangkan sebagai arena dakwah. A. Arena Baru bagi Gerakan Dakwah Perubahan sosial terus berlangsung ditandai dengan berkembangnya struktur sosial yang semakin kompleks dan majemuk. Struktur sosial tidak hanya kompleks karena adanya deferensiasi kerja maupun spesialisasi profesi, tetapi juga oleh adanya kesamaan identitas sosial. Hal ini tampak dari munculnya komunitas-komunitas yang terbentuk berdasarkan ikatan-ikatan berupa kesamaan pilihan atau kegemaran yang lebih menunjukkan sisi gaya hidup seperti kegemaran terhadap olah raga tertentu, hewan peliharaan, tanaman, mainan, dan bahkan juga pakaian seperti halnya hijab. Komunitas- komunitas tersebut melembaga dan melekat menjadi bagian dari struktur sosial yang sudah ada. Gerakan dakwah dituntut untuk masuk ke berbagai sudut dan lapisan struktur sehingga dakwah tidak cukup hanya disajikan dalam bentuk aktivitas konvensional seperti pengajian di masjid-masjid. Kemunculan Hijabers Community dan sambutan publik yang begitu luas terhadap hijab hingga melembaga dan menjadi bagian dari kultur masyarakat membuktikan bahwa Hijabers Community mampu masuk ke dalam arena baru masyarakat modern. Masyarakat modern secara kultural tidak lepas dari gaya hidup, masyarakat pasar, dan dunia maya. Istilah arena sinonim dengan istilah ranah menurut Bourdieu. Arena merupakan konsep yang menunjuk pada pertarungan para pemilik modal agar mampu eksis dan diperhitungkan dalam struktur sosial.151 Para pemilik modal dapat bertarung di berbagai arena sehingga seseorang eksis di berbagai arena. Hijabers Community, menurut peneliti merupakan komunitas yang mampu menembus dan eksis di tiga arena sekaligus yaitu arena gaya hidup, arena pasar, dan arena dunia maya.

1. Arena Gaya Hidup Fashion Hijab merupakan satu model berpakaian bagi muslimah. Hijab menjadi salah satu pilihan gaya hidup berpakaian sekaligus pilihan syar‘i

151―Dian Pelangi Populer di Instagram, Koleksinya Semakin Laris,‖ https://wolipop.detik.com/read /2014/05/07/180641/2576351/233, (diakses 19 Agustus 2017).

60

karena hijab mampu menutup aurat muslimah. Berbagai aktivitas hijabers dari awal hingga penelitian ini dilakukan tidak lepas dari modal yang mereka miliki, baik modal ekonomi, modal budaya, modal sosial, dan modal simbolik. Eksistensi Hijabers Community juga karena habitus dalam diri pada pendiri maupun pegiat komunitas ini. Dian Pelangi152, Janahera, Ghaida Tsuraya153, Ria Miranda, bersama sejumlah desainer muslimah lainnya jelas memiliki modal ekonomi yang cukup kuat untuk terjun di dunia fashion. Dian dan Ria Miranda adalah lulusan dari sekolah mode terkenal, yaitu Ecole Superieur des Arts et Techniques de la Mode(ESMOD).154 Pilihan belajar mode di ESMOD dan aktif dalam berbagai kegiatan fashion show membuktikan pegiat hijabers tidak hanya kuat secara ekonomi, tetapi juga kuat secara budaya, sosial maupun simbolik. Berbagai modal tersebut dibutuhkan dalam pertarungan di arena gaya hidup modern, khususnya dalam dunia fashion. Gaya hidup merupakan pilihan-pilihan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan hidup hijaber. Pilihan aktivitas dalam masyarakat modern, gaya hidup (life style) ini membantu mendefinisikan sikap, nilai-nilai, kekayaan dan posisi sosial seseorang.155 Gaya hidup (lifestyle) membantu mendefinisikan mengenai sikap, nilai-nilai, kekayaan, serta posisi sosial seseorang. Dalam masyarakat modern istilah ini mengkonotasikan individualisme, ekspresi diri, serta kesadaran diri untuk bergaya. Tubuh, busana, cara bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, bahkan pilihan sumber informasi, dan seterusnya dipandang sebagai indikator dari selera-selera individualistis.156 Berhijab saat ini telah menjadi gaya hidup bagi muslimah dimana dapat melakukan pilihan-pilihan model berhijab.Muslimah menggunakan jilbab bukan menunjukkan keterkungkungan secarasosial, melainkan menunjukkan suatu kebebasan dan modernitas bentuk baru. Temuan ini mematahkan argument dari Batkorwski dan Read(2000; 2003)yang mengatakan bahwa penggunaan jilbab adalah bentuk opresigender terhadap perempuan dan perasaan terkungkung sebagai perempuan karena menggunakan jilbab, walaupun perbedaan variasi jilbab berimplikasi pada

152 Keluarga Dian Pelangi memiliki pabrik tekstil di Pekalongan, Jawa Tengah. Dirinya kuliah 1 tahun di ESMOD atas arahan orang tua. 153 Ghaida yang merupakan anak da‘i terkenal Abdullah Gymnastiar ini terkenal sangat lembut dan santun 154 ESMOD adalah sekolah fashion internasional tertua. ESMOD mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 1996, dan terfokus pada bidang fesyen dan bisnis. * Agenda tahunan sekolah tinggi ini antara lain adalah ESMOD Jakarta Fashion Festival yang menampilkan karya mahasiswa serta alumni, serta lomba fashion ESMOD Jakarta Fashion Design Challenge. ESMOD juga beberapa kali ikut serta dalam gelaran Jakarta Fashion Week. Perkuliahan di ESMOD banyak dibawakan dalam bahasa Inggris. 155 Retno Hendaningrum dan M. Edi Susilo, Fashion dan Gaya Hidup, Jurnal Komunikasi Vol. 6, No. 1, Januari-April 2008, 25-32 156 Retno Hendaningrum dan M. Edi Susilo, ―Fashion dan Gaya Hidup,‖ Jurnal Komunikasi, 6, no. 1, (Januari-April 2008), 25-32 61

terjadinya sekat sosial antara satu kelompok dengan kelompok lainnya dan kontestasi satu sama lain.157 Penggunaan jilbab merupakan realitas sosial yang sangat kompleks meliputi berbagai aspeksosial. Individu menggunakan jilbab bukan hanya karena komitmen teologi, melainkan juga karena komitmen terhadap kelompok yang dimanifestasikan melalui symbol jilbab yang mereka gunakan sesuai dengan konstruksi dari pemilik otoritas agama yang terlegitimasi secarasosial. Komitmen terhadap kelompok tersebut diejawantahkan melalui konformitas yang dilakukan individu agar mendapatkan ruang untuk berpartisipasi lebih jauh didalam tiap kelompok tersebut,158 Pertarungan di arena gaya hidup fashion sebenarnya telah dimulai sejak para pendiri Hijabers Community terjun di dunia fashion. Dian Pelangi mulai menggelar fashion show di luar negeri pada Mei 2009, di Melbourne, Australia. Awalnya, busana karyanya ditampilkan dalam sebuah majalah muslim nasional. Ide mendisain pakaian tergantung mood dan perkembangan fashion, tetapi Dian mengaku tidak begitu memperhatikan perkembangan tren fashion. Justru Dian ingin menciptakan tren. Seperti tujuan APPMI, yang ingin menjadikan busana muslim Indonesia sebagai kiblat fashion busana muslim dunia. Dian mampu bertarung di arena fashion karena habitus Dian saat masih kecil seperti dikemukakan dalam wawancara dengan wartawan tabloid Nova di bawah ini. Sejak kecil saya sudah suka menggambar baju. Bahkan kalau ingin baju baru, Ibu selalu menyuruh saya untuk mendesain sendiri baju yang saya inginkan. Kata Ibu, "Buat apa beli kalau kita sendiri penjahit dan punya bahannya?" Begitu selalu Ibu menasehati saya. Jadi, sejak kecil saya sudah biasa menggambar busana. Awalnya memang terpaksa bikin baju, tapi lama-lama jadi senang.159

Dian sejak anak-anak sudah mulai proses terjun di arena fashion meski masih di lingkungan keluarga yang setiap hari bergulat di dunia pertekstilan. Meski bukan dari keluarga pengusaha fashion, Janahera, Ghaida Tsuraya, Ria Miranda, Syifa Fauzia berasal dari keluarga yang secara ekonomi berada pada level menengah ke atas. Ida Royani sebagai ibu Janahera, AA Gym sebagai ayah Ghaida Tsuraya, dan Tuty Alawiyah sebagai ibu Syifa Fauzia sudah cukup membuktikan bahwa mereka sangat

157Eveline Ramadhini 2017.―Jilbab sebagai Representasi Simbolik Mahasiswi Muslimdi Universitas Indonesia.‖MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi22(1):81-103

158Eveline Ramadhini 2017.―JilbabsebagaiRepresentasi Simbolik Mahasiswi Muslimdi Universitas Indonesia.‖MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi 22(1):81-103 159 ―Dian Pelangi, Anak Bawang Yang Menembus Dunia‖, Nova, 30 Maret 2010, http://nova.grid.id/Profil, (diakses 25 Juli 2017). 62 mendukung kiprah anak-anak mereka terjun dalam dunia fashion. Jejaring sosial Ida Royani, AA Gym dan Tuty Alawiyah diakui atau tidak telah menjadikan anak-anak mereka pun mudah dikenal oleh para relasi sosial orang tua mereka. Sudah umum di masyarakat Timur, ketika orang yang masih belia, apalagi belum menikah akan selalu dikait-kaitkan dengan status orang tua mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa para hijabers tersebut memiliki modal sosial yang kuat dari keluarganya di samping modal sosial yang dibangun oleh pergaulan mereka sendiri selama mereka bersekolah mulai dari SD, SMP, SMA, hingga selama mereka kuliah. Modal ekonomi merupakan modal yang dapat dikonversi menjadi modal lain seperti modal kultural, modal sosial dan modal simbolik. Dian Pelangi sebagai anak pengusaha tekstil di Pekalongan sadar betul tentang berbagai modal tersebut sehingga Dian Pelangi didorong untuk sekolah di SMK program keahlian busana dan didorong untuk melanjutkan ke ESMOD. Modal ekonomi yang kuat menjadikan Dian Pelangi memiliki banyak kesempatan untuk belajar tentang fashion, bahkan sejak kecil. Pendidikan yang ditempuh dan ilmu maupun skill yang didapat merupakan modal kultural bagi Dian Pelangi. Modal ekonomi juga dapat dikonversi menjadi modal simbolik. Modal simbolik tampak dari praktik-praktik dalam hubungan sosial Dian Pelangi, Janahera, Ghaida Tsuraya, Ria Miranda, Syifa Fauzia. Praktik sehari-hari mereka memperlihatkan bahwa mereka memiliki kekuatan simbolik untuk disebut sebagai kelas menengah, orang kaya, orang terpelajar dan modern. Secara simbolik, mereka dipandang sebagai bagian dari masyarakat kelas atas yang sudah mapan dalam banyak hal sehingga memiliki kuasa untuk bertarung dalam arena gaya hidup fashion. Terkait dengan modal simbolik ini, secara lebih dalam dikaji dalam sub bab tentang kekuatan simbolik Islam. Arena gaya hidup fashion merupakan pertarungan orang-orang yang secara simbolik menunjukkan dirinya bagian dari kelas atas yang melek mode, secara ekonomi cukup kuat untuk mengikuti perkembangan mode, secara kultural mampu memenuhi skill yang dibutuhkan untuk memasuki arena fashion. Melalui fashion show, mereka mampu menunjukkan karya- karyanya berupa busana muslimah sehingga model hijab masuk ke dalam arena fashion. Sebelum hijab menjadi suatu ikatan komunitas, gaya hijab masih sangat simpel dengan menggunakan ciput, lalu jilbab dipasangkan di kepala dan dipasangkan peniti di bawah dagu. Jilbab sangat sederhana dan dengan gaya yang juga sederhana. Muslimah yang tidak terlalu suka dengan model jilbab yang dipandang kurang praktis, masih memilih model jilbab ini sebagai pilihan berbusana. Tren jilbab ini mulai muncul sekitar awal tahun 2000-an sampai sekarang, ketika mulai banyak fashion designer Muslimah yang memerkenalkan jilbab dengan macam-macam bentuk dengan padu padan busana yang keren. Kebanyakan jilbab jenis ini sangat disukai oleh anak- 63

anak muda yang menyukai hal-hal baru. Kreasi jilbab ini semakin berkembang mengikuti tren dari tahun ke tahun, bahkan banyak mengeluarkan model-model baru. Walaupun memakainya terkesan rumit, tapi ini nggak membuat mereka bosen mencobanya. Jilbab memasuki arena fashion terutama sejak Dian Pelangi mengusung hijab. Dian Pelangi merupakan desainer busana Muslim dari generasi pertama Indonesia Fashion Forward.160 Dian lulus pada tahun 2008 dan membawa angin segar dalam dunia fashion yang penuh warna ke panggung busana Muslim di Indonesia maupun mancanegara. Hijab dipandang sebagai mode kreativ dalam dunia fashion yang memiliki daya beda atau distinction dalam istilah Pierre Boudieu. Nilai dakwah hijabers berangkat dari nilai keindahan yang ditawarkan dalam hijab. Sebagai suatu seni, hijab mampu menarik perhatian dunia fashion internasional. Dian Pelangi dipandang sebagai pelopor fashion muslimah di dunia. Dian banyak diundang dalam banyak kesempatan fashion show sehingga nilai keindahan dalam hijab lebih dikenal oleh khalayak secara luas. Interaksi hijab dengan para model di berbagai negara dengan sendirinya mengkomunikasikan nilai-nilai Islam dalam berbusana. Hal ini tampak dari komentar-komentar model di sejumlah negara yang dipercaya memperagakan hijab. Misalnya, komentar para model yang memperagakan hijab karya Dian Pelangi dalam acara DC Fashion Week Amerika Serikat di bawah ini. "Ya Tuhan, aku merasa sangat cantik malam ini. Aku bukan muslim tapi aku mau pakai gaun ini ke pesta,"(diucapkan oleh Lakisha).161 "Di Amerika aku biasa show untuk baju kasual dan formal yang simpel urban, tapi baru kali ini aku merasa seperti putri dari Timur Tengah.

160 Program Indonesia Fashion Forward adalah inisiatif nirlaba yang berfokus pada pengembangan kapasitas label fashion Indonesia untuk siap bersaing di pasar internasional. Program ini merupakan kolaborasi dari Jakarta Fashion Week, Departemen Pariwisata Republik Indonesia, British Council dan Centre for Fashion Enterprise (CFE). Berbasis di London, CFE adalah inkubator bisnis fashion yang mendukung pengembangan label baru dan desainer untuk menjamin kelangsungan hidup dan sukses di pasar internasional. Para desainer dilatih oleh ahli mode kelas dunia untuk mempertajam kreativitas, mengidentifikasi masalah dan solusi yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis, serta memahami branding, analisis penjualan, kemitraan strategis dan taktik untuk menembus pasar global, diuraikan dalam tulisan Zeynita Gibbons, ―Dian Pelangi perkenalkan hijab fashion kepada dunia,‖ Antara, Rabu, 25 Februari 2015, http://www.antaranews.com/berita/481899, (diakses 20 Agustus 2017). . 161 Model berkulit hitam yang menjadi salah satu model dari Dian Pelangi di DC Fashion Week sebagaimana ditulis dalam liputan berjudul ―Wolipop & Dian Pelangi Goes To New York: Kesan Para Model Amerika Peragakan Busana Muslim Karya Dian Pelangi,‖ http://m.detik.com, (diakses 21 Agustus 2017). 64

Regal (mewah ala kerajaan-red), menawan dan penuh kharisma (diucapkan oleh Martha).162 "Ya, aku nyaman memakainya. Tidak seperti yang pertama kubayangkan saat melihat pertamakali di gantungan baju," (diucapkan oleh Alice)163 Ungkapan para model hijab tersebut memperlihatkan pesan dakwah bahwa pakaian yang baik tidak sekedar indah tetapi juga menutup aurat seperti ditegaskan Allah dalam Q.S. Al A‘rof: 26

َٝثَِْ ْٚ َءا َد ًَْ قَ ذْ أَّ َض ىَْا ػَيَ ٞ ُن ٌْ ىِثَا ًسا ُٝ َ٘ ِسٙ َس ٘ َءجِ ُن ٌْ َٗ ِسٝ ًشا ْۖ َٗىِثَا ُطْ ٱىحَّ ق َ٘ ْٙ َرىِ َلْ َخ ٞ ٌشْ ْۖ َرىِ َلْ ٍِ ِْ َءا َٝ ِثْ ٱ َّّللِْ ىَ ؼَيَُّٖ ٌْ َٝ َّز َّم ُشٗ َُْ ―Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah- mudahan mereka selalu ingat.‖ Nilai keindahan hijab telah menjadi daya tarik yang menjadikan para model merasa senang untuk memperagakannya. Keindahan ini pula yang juga diterima oleh banyak muslimah yang kemudian merasa nyaman dan merasa lebih cantik dengan memakai hijab. Ungkapan ―nyaman penuh kharisma‖ tidak lepas dari nilai dalam hijab itu sendiri yang menjadikan orang lain merasa hormat dan segan untuk mengganggu sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. al Ahzab: 59.

َٝا أَ َُّٖٝا اىَّْثِ ُّْٜ قُ وْ ِِلَ ص َٗا ِج َلْ َٗتََْاجِ َلْ َِّٗ َٰا ِءْ ا ى َُ ؤ ٝ َِْ ٍُِِْٞ ذػَ َِْ ِّٞيَ ٞ ِٖ َِّْ ٍِ ِْ َج ََلتِٞثِ ِٖ َِّْ ْۖ َرىِ َلْ أَ دَّ ْٚ أَ ُْ ؼ ُٝ َش ف َِْ فَ ََلْ ُٝ ؤ َر ٝ َِْ ْۖ َٗ َما َُْ َّّللاُْ َغفُ٘ ًسا َس ِحٞ ًَا

―Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang‖

162 Model keturunan Amerika Latin yang menjadi salah satu model dari Dian Pelangi di DC Fashion Week. Ungkapan Marta terlontar saat diwawancarai TV voice of America sebagaimana ditulis dalam liputan berjudul ―Wolipop & Dian Pelangi Goes To New York: Kesan Para Model Amerika Peragakan Busana Muslim Karya Dian Pelangi,‖ http://m.detik.com, (diakses 21 Agustus 2017). 163 Model berambut pirang yang baru pertama kali memakai hijab, dalam liputan berjudul ―Wolipop & Dian Pelangi Goes To New York: Kesan Para Model Amerika Peragakan Busana Muslim Karya Dian Pelangi,‖ http://m.detik.com, (diakses 21 Agustus 2017).

65

Ayat tersebut adalah ketentuan Islam untuk membedakan pakaian perempuan sesudah Islam dengan pakaian perempuan Jahiliyyah. Sebelum ayat ini turun, tidak berbeda pakaian muslimah dengan wanita bukan Islam, antara pakaian merdeka dan hamba, antara pakaian perempuan baik-baik dan pakaian wanita pelacur, semua sama. Oleh karena itu, untuk membedakan keduanya, lanjutan ayat itu berbunyi:‖yang demikian itu supaya mereka dikenal, maka tidaklah mereka akan diganggu orang‖. Karena dengan hijab menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang terhormat.164 Husein Muhammad juga menjelaskan bahwa ayat tersebut menyerukan memakai jilbab dimaksudkan sebagai cara untuk memperlihatkan identitas perempuan-perempuan merdeka dari wanita- wanita hamba (atau wanita budak, yang menurut penulis wanita yang tidak berhijab adalah wanita yang diperbudak oleh nafsu). Dimana wanita-wanita hamba dalam tradisi masa itu, dianggap hina dan dipandang tidak sama dengan perempuan merdeka, sehingga mereka mudah menjadi korban gangguan seksual (sexual harassment).165 Dengan berhijab, perempuan baik-baik akan lebih mudah dikenali sebagai perempuan merdeka dan terhormat sehingga mereka tidak diganggu. Dengan kata lain, perempuan berhijab lebih memiliki kharisma. Pada dasarnya, kehadiran hijab dalam panggung-panggung fashion show dunia membuktikan adanya nilai-nilai dalam hijab yang diterima oleh publik secara universal. Sejumlah event dunia yang menampilkan hijab di antaranya adalah: a. New York Fashion Week (NYFW) yang dilaksanakan di Manhattan Selasa 13 September 2016 yang menampilkan busana hijab karya Anisa Hasibuan. Banyak pengunjung yang senang dan memberikan standing applaus dalam peragaan busana tersebut.166 b. The International Fair of Muslim World di Paris oleh Dian Pelangi. c. Haute Arabia di London, oleh Dian Pelangi pada d. Couture Fashion Week 2015, New York City e. Los Angeles Fashion Week 10 Oktober 2014

Dian mampu mengubah mindset atau pola pikir masyarakat yang memandang jilbab syar‘i yang dikesankan kuno menjadi sesuatu yang fashionable. Nilai-nilai dakwah yang berhasil disampaikan melalui hijab adalah pandangan tentang busana muslimah sebagai suatu yang busana yang fashionable. Hijab tidak berhenti dimaknai hanya sebagai suatu fashion, tetapi juga sebagai identitas. Tajfel mengklasifikasikan tiga proses dasar dalam membentuk identitas sosial, yaitu:1)identifikasi sosial, 2)kategorisasi social

164 Hamka. Tafsir al-Azhar. (Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1980), 128. 165 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan: Refleksi Kiyai Atas Wacana Agama dan Gender, (Yogyakarta: LKiS, 2001), 209-210. 166 ―Jilbab 'Made in Indonesia' di New York Fashion Week Disorot Dunia,‖ http://global.liputan6.com, (diakses 21 Agustus 2017). 66

dan3)perbandingan sosial. Sedangkan G.H. Mead menjelaskan bahwa identitas kedirian seseorang berasal dari sudut pandang kelompok sosialnya berada.Mead pada dasarnya menekankan bahwa kelompok merupakan hal yang penting karena setiap anggota akanmenjalankan perannya sehingga dapat berinteraksi dengan orang lain.167Jenkins168mengklasifikasikan kajian identitas dalam tiga hal, yaitu (1)Primaryidentity, yaitu bagaimana individu atau kelompok mendefinisikan dirinya,(2)Publicimage dan selfimage, yaitu bagaimana individu atau kelompok menunjukkan identitas dirinya,dan(3)Group identification dan categorisation, yaitu bagaimanasuatuidentitas dikonstruksisecara kolektif melalui kekuasaan dan politik. Suatu identitas personal dapat terbentuk beriringan dengan pertumbuhan seseorang melalui materialistik historisyang didalamnya terkandung interaksi antara individu.169

2. Arena Pasar Pasar fashion sangat luas di tengah 250 juta penduduk Indonesia yang berstatus muslimah. Jika 80% beragama Islam dan setengahnya adalah perempuan, maka potensi pasar di Indonesia sendiri mencapai 40% dari total penduduk Indonesia yaitu sebanyak 100 juta muslimah. Semakin tingginya minat para muslimah tanah air untuk memakai jilbab, membuat permintaan akan model-model hijab semakin tinggi. Para perancang pun bermunculan untuk memenuhi permintaan para muslimah tersebut. Mereka berlomba-lomba untuk menghadirkan model-model hijab yang cantik namun masih tetap tampil syar‘i. Brand- brand pun bermunculan, dan setiap brand memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berikut ini adalah brand-brand hijab terkenal kreasi anak negeri yang memproduksi kerudung, jilbab, gamis, atau busana muslim lainnya dengan karakter kuat dan kualitas yang bagus. Fashion di Indonesia sudah sangat berkembang pesat, ini ditandai dengan munculnya berbagai merek dan brand, termasuk hijab. Setidaknya ada 25 brand hijab yang dikenal saat ini yaitu: Brand Dian Pelangi (DP)170, Meccanism171, Ria Miranda, Kami Idea, Jenahara172,

167Ritzer,GorgedanDouglasJ.Goodman.TeoriSosiologiModern. Jakarta:PenerbitKencana, 2003. 168Jenkins,Richard.SocialIdentity.3rded.Londonand NewYork: TaylorandFrancis, 2008. 169Parekh,Bhikhu.ANewPoliticsofIdentity:PoliticalPrinciplesforanInterdpendent World.NewYork,USA:PalgraveMacmillan, 2008. 170 Brand Dian Pelangi (DP) didirikan oleh Dian Wahyu Utami. Sesuai dengan nama mereknya, karya-karya DP mempunyai ciri khas dalam permainan warna-warna pelangi. Disamping warna-warna pelangi yang terang, Dian juga suka menambahkan ciri khas Nusantara dalam rancangannya, seperti batik, songket, jumputan, dll. DP tidak menjual produk-produknya secara online, melainkan hanya dijual di butik-butik resminya yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. ―25 Brand-brand Hijab Terkenal di Indonesia‖ http://jilbabflowidea.com, (akses 2 Desember 2017) 67

Rabbani173, Flow Idea, Elzatta, Zoya174, Shasmira, Hijab Alila175, Syahida Hijab, Shafira176, Apple Hijab Brand, Fiori Design, Arniz, Such177, Mezora, Ukhti, Sayra, Irna La Perle, Tuneeca, Nuhijab, dan Rani Hatta. Sejumlah hijab branded tersebut tentu saling bersaing di pasar fashion hijab. Pada saat yang sama para produsen hijab juga salig bersinergi meramaikan dunia fashion. Tentunya sinergi di antara mereka menjadikan masyarakat muslim begitu mudah mendapatkan informasi fashion hijab. Dari sejumlah brand tersebut, beberapa di antaranya merupakan brand milik pegiat Hijabers Community seperti Dian Pelangi, Ria Miranda, dan Jenahara. Fashion telah menjadi barang industri yang terus diusahakan oleh para pengusaha agar terus eksis. Disadari atau tidak, masing-masing produsen berusaha mengambil keuntungan dari trend fashion sehingga

171 Meccanism merupakan brand hijab milik Zaskia Adya Mecca, artis papan atas Indonesia. Meccanisme menawarkan produk busana muslim seperti dress, bawahan, jibab, dan inner. ―25 Brand-brand Hijab Terkenal di Indonesia‖ http://jilbabflowidea.com, (akses 2 Desember 2017) 172 Jenahara didirikan oleh Nanida Jenahara Nasution, seorang desainer muda, putri dari aktris kondang Ida Royani. Dia mencintai dunia fashion sejak berusia kanak-kanak, dengan pengaruh ibundanya yang seorang aktris sekaligus perancang busana. Desain karya Jenahara sering menggunakan gaya minimalis asimetris, namun bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari. ―25 Brand-brand Hijab Terkenal di Indonesia‖ http://jilbabflowidea.com, (akses 2 Desember 2017) 173 Rabbani adalah salah satu perusahaan kerudung instan terbesar di Indonesia dengan cabang yang tersebar di seluruh negeri hingga ke kota-kota kecil. Nama Rabbani diambil dari sebuah kata yang tercantum di Al Qura‘an surat Ali Imran ayat 79. Rabbani sendiri artinya adalah pengabdi Tuhan, mempunyai ilmu pengetahuan tentang Tuhan; dengan kata lain, hamba yang dekat dengan Allah. ―25 Brand-brand Hijab Terkenal di Indonesia‖ http://jilbabflowidea.com, (akses 2 Desember 2017) 174 Zoya dikenal serius dalam mempromosikan brand-nya. Hal ini ditandai dengan direkrutnya artis-artis ternama Indonesia untuk jadi Brand Ambassador-nya, yaitu Eriska Rein, Soraya Larasati, Lula Kamal, Indah Nevertari, dan . ―25 Brand- brand Hijab Terkenal di Indonesia‖ http://jilbabflowidea.com, (akses 2 Desember 2017) 175 Brand hijab yang satu ini di-inisiasi oleh ustad Felix Siauw bersama istrinya. Hijab Alila khusus memproduksi baju-baju syar‘i dengan nuansa warna yang sederhana namun tetap cantik. ―25 Brand-brand Hijab Terkenal di Indonesia‖ http://jilbabflowidea.com, (akses 2 Desember 2017) 176 Shafira didirikan oleh Feny Mustafa pada tanggal 8 Januari 1989 di Masjid Salman, ITB Bandung. Nama Shafirs diambil dari kata ―shaf‖ yang tidak hanya berarti barisan, namun juga mengandung arti organisasi yang terstruktur dengan baik. Sejak awal berdirinya, Shafira terus berkembang hingga memiliki 24 showroom yang tersebar di 24 kota besar di Indonesia. Shafira memproduksi busana-busana Muslim, baik pria maupun wanita, yang simpel dan elegan dengan hasil karya yang bisa dikenakan baik untuk suasana formal maupun casual. ―25 Brand-brand Hijab Terkenal di Indonesia‖ http://jilbabflowidea.com, (akses 2 Desember 2017) 177 Such! didirikan pada tanggal 10 Maret 2011 oleh Suci Utami, seorang blogger yang mendalami dunia fashion dan hijab. Dalam mendesain karyanya, Suci Utami sering menambahkan elemen garis, kurva, dan warna-warni sebagai inspirasinya. ―25 Brand-brand Hijab Terkenal di Indonesia‖ http://jilbabflowidea.com, (akses 2 Desember 2017) 68 persaingan pasar fashion semakin kompetitif. Kebutuhan akan informasi dunia fashion dimanfaatkan oleh pelaku mediauntuk mengisi berita-berita atau ulasan tentang fashion. Majalah-majalah pun banyak yang membicarakan tentang fashion. Televisi sendiri sudah menjadi acuan dan contekan untuk berpakaian pada saat ini. Masyarakat sendiri pun sudah semakin sadar terhadap fashion. Publisitas hijab akan sangat menguntungkan secara ekonomi bagi para pelaku bisnis hijab, mulai dari desainer, produsen, distributor maupun pedagang hingga para penjual pengecer. Hijabers Community mau tidak mau bergerak di arena pasar. Konsep pasar secara mendasar adalah pertemuan antara penjual dan pembeli. HC memang tidak dimaksudkan untuk menjual atau membeli karena HC dibentuk bukan bertujuan untuk bisnis. Meski demikian, secara tidak langsung HC menjadi modal bagi para hijabers untuk bertarung di arena pasar mode. Orientasi untuk bertarung di pasar mode sudah jelas sejak awal HC berdiri. Mode-mode yang diciptakan hijabers generasi pertama HC bukan untuk dipakai sendiri tetapi untuk ditawarkan kepada publik. Untuk itulah mereka, para desainer muslimah yang tergabung dalam HC aktif mengikuti fashion show seperti dilakukan Dian Pelangi, Ria Miranda, Jenahara dan Annisa Hasibuan. Arena pasar sejatinya bukan dunia baru karena sebagian hijabers yang tergabung dalam HC Jakarta sejak sebelum komunitas ini terbentuk telah memiliki motivasi untuk berbisnis di dunia fashion. Motif paling kuat ditunjukkan oleh Dian Pelangi yang memang sejak kecil telah memiliki bakat bisnis seperti halnya orang tuanya di Pekalongan. Bebarapa pegiat HC juga serius belajar mode di sekolah mode ternama seperti halnya Ghadia Tsurayya. Ghaida Tsurayya salah satu pegiat HC Jakarta sejak duduk di semester tiga bangku kuliah pada tahun 2009 sudah memulai bisnis fashion dengan membuat brand sendiri. Dirinya menggunakan sumbangan pernikahannya untuk modal bisnisnya. Demikian pula dengan Dian Pelangi yang sudah lulus dari ESMOD tahun 2008. Jenahara memulai debutnya di dunia bisnis fesyen muslim pada tahun 2006, lalu merilis label pertamanya ―Jenahara‖ di tahun 2011. Ria yang memulai perjalanan bisnis fashion pada tahun 2009. Artinya, sejak sebelum HC terbentuk, para pegiat HC sudah memulai bisnis fashion. Hijab identik dengan busana muslimah syar‘i. Semakin banyak muslimah yang tahu dan sadar tentang hijab, maka pasar semakin terbuka lebar. Dalam hal ini, menyampaikan ajaran Islam tentang kewajiban berhijab sangat penting dalam memenangkan pertarungan di pasar. Kesibukan para pegiat hijabers yang juga sebagai desainer menjadi salah satu alasan mereka untuk meminta Syifa Fauzia yang bukan desainer untuk menjadi ketua HC. 69

Syifa Fauzia senang mengenakan berbagai model hijab rancangan teman-temannya. Bahkan Syifa Fauzia gemar memposting gaya-gaya berhijabnya di media sosial. Ini suatu kampanye yang bagus untuk mengajak muslimah agar berhijab. Para hijabers seperti Syifa Fauzia yang gemar memposting gaya hijab sertai keseharian berhijab merupakan bentuk keteladanan dalam mengikuti syariat Islam dalam berbusana. Teladan dalam term al-Quran disebut dengan istilah ―uswah― dan ―Iswah‖ atau dengan kata ―al-qudwah‖ dan ―al qidwah‖ yang memiliki arti suatu keadaan ketika seseorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan, dan kejelekan. Namun keteladanan yang dimaksudkan di sini adalah keteladanan yang baik atau uswatun hasanah. Keteladanan merupakan ajakan kepada orang lain untuk berbuat baik dengan terlebih dulu dirinya sendiri melakukannya sebagaimana diingatkan dalam al Quran Surat al Baqarah: 44.

أَجَأ ٍُ ُشٗ َُْ اىَّْا َطْ تِا ىثِ ِّشْ َٗجَ ْ َٰ ٘ َُْ أَ ّفُ َٰ ُن ٌْ َٗأَ ّحُ ٌْ جَ حيُ٘ َُْ ا ى ِنحَا َبْ ْۖ أَفَ ََلْ جَ ؼقِيُ٘ َُْ ―Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaikan sedang kamu melupakan dirimu sendiri, dan kamu membaca kitab tidak kamu pikirkan?

Ayat tersebut sebenarnya merupakan teguran bagi orang yang menyuruh orang lain beriman kepada Rasulullah, tetapi dirinya sendiri tidak beriman. Dalam konteks ajakan kebaikan, sejalan dengan ayat tersebut, hijabers memakai hijab terlebih dulu sebelum mengajak muslimah lain berhijab. Pesan ayat tersebut menunjukkan perlunya diri sendiri mengerjakan kebaikan sebelum menyuruh orang lain melakukan kebaikan. Berhijab tidak saja syar‘i tetapi juga fashionable, menjadikan muslimah tampak lebih cantik dan menarik. HC menjadi komunitas yang menunjang bisnis mereka. Tidak ada yang salah dengan orientasi pada pasar karena Islam pun mengajarkan untuk berdagang. Kesadaran untuk memenangkan pertarungan di arena pasar mengkondisikan para hijabers untuk berjibaku agar menarik perhatian publik melalui keikutsertaan mereka di berbagai ajang fashion show. Misalnya, dalam fashion show bergengsi di New York Fashion Week, Annisa Hasibuan rela mengeluarkan dana Rp 2,3 miliar.178 Arena fashion merupakan arena pasar yang membutuhkan modal besar sebagaimana diuraikan oleh manajer ESMOD di bawah ini.

178 Annisa Hasibuan dituduh mengadopsi hijab Dian Pelangi. Annisa Hasibuan sebagai pendatang baru di dunai fashion diduga menyuap pemerintah untuk diikutsertakan dalam New York Fashion Week, Ini diungkap dalam berita berjudul ―Terungkap! Ternyata Segini Banyaknya Uang yang Digelontorkan Anniesa Hasibuan Demi Tampil di NYFW‖, http://style.tribunnews.com/2017/08/22, (diakses 23 Agustus 2017). . 70

"Biaya sekolah fesyen memang tinggi sekali. Misalnya, di ESMOD per tahunnya setidaknya butuh Rp 85 juta. Itu belum termasuk biaya praktik. Kalau mau jadi desainer, memang harus berbakat, punya niat, serta berkantong tebal."179 Fashion show identik dengan promosi dan penjualan fashion dengan harga yang mahal bahkan sangat mahal untuk ukuran orang Indonesia. Dalam setiap kali show di luar negeri, Annisa Hasibuan maupun Dian Pelangi selalu membawa stok hijab. Annisa membawa stok baju dengan harga bervariasi mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 200 juta. Dian Pelangi mengaku membawa stok baju dari harga Rp 500 ribu hingga termahal Rp 50 juta. Kedua desainer muda ini tampil pada Mercedes-Benz Fashion Week Doha (MBFWD) yang berlangsung dari tanggal 28 November hingga 1 Desember di Hotel Hilton Doha, Qatar.180 Hal ini menunjukkan bahwa pasar hijab begitu luas, tidak hanya di antara muslimah di Indonesia tetapi juga muslimah di luar negeri. Bahkan Dian Pelangi telah melakukan penetrasi pasar ke kawasan Timur Tengah sejak 2009, sebelum HC berdiri. Ini membuktikan bahwa hijab memang berada di arena pasar fashion. Posisi HC sendiri sebagai komunitas bukan hanya produsen, tetapi lebih sebagai komunitas konsumen hijab karya para pendiri HC ini. Jejaring konsumen memang sangat dibutuhkan untuk mendongkrak popularitas dan menjadikan suatu produk viral di masyarakat. Karena itu, pertarungan hijab di arena pasar ini hanya akan dimenangkan oleh mereka yang memiliki modal kuat, baik secara ekonomi, sosial, budaya, maupun modal simbolik. Modal sosial tampak berupa sumber-sumber daya, aktual atau virtual (tersirat) yang berkembang pada seorang individu atau sekelompok individu karena kemampuan untuk memiliki suatu jaringan yang dapat bertahan lama dalam hubungan-hubungan yang lebih kurang telah melembaga. Jejaraing sosial melalui Hijabers Community merupakan salah satunya yang menjadi modal bisnisnya. HC telah begitu melembaga dan menyebar luas terutama melalui dunia maya. HC disadari atau tidak telah memfasilitasi bisnis orang-orang yang telah bergiat merintis Hijabers Community. Dian Pelangi, Jenahera dan para pegiat HC Jakarta tidak hanya memiliki jaringan-jaringan sosial di kalangan hijabers tetapi juga di kalangan pebisnis, norma-norma dan kepercayaan yang menyanggupkan

179 Penjelasan Marketing and Event Manager ESMOD, Maria Tinche kepada CNN Indonesia di Jakarta Fashion Week, Senayan City, sebagaimana dituliskan dalam berita berjudul ―7 Saran Sukses Membangun Bisnis Fesyen,‖ https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141107183032-277-10342/7, (diakses 18 Agustus 2017). 180 Dian Pelangi maupun Annisa Hasibuan aktif mengadakan fashion show di luar negeri sehingga harga hijab hingga puluhan juta rupiah pun dapat terjual, dalam tulisan berjudul ―Anniesa Hasibuan dan Dian Pelangi Tangkap Peluang Pasar Busana Muslim di Doha, Qatar‘‖ , http://www.gomuslim.co.id, (diakses 18 Agustus 2017). 71 para partisipan untuk bertindak bersama lebih efektif untuk mengejar tujuan-tujuan bersama. Dian Pelangi dan para pegiat HC Jakarta tentu memiliki banyak teman, kolega, dan lebih umum kontak lewat siapa pun yang membuka peluang bagi pemanfaatan modal ekonomi dan manusia. Akkumulasi dari beragam tipe dari aspek sosial, psikologi, budaya, kelembagaan, dan aset yang tidak terlihat (intangible) yang memengaruhi perilaku kerjasama yang menguntungkan para pegiat komunitas hijabers ini. Bisnis tanpa dukungan kolega sulit untuk berkembang atau mungkin membutuhkan waktu lama. Jejaring sosial yang dibangun telah mengakumulasi dengan cepat seiring dengan prestasi-prestasi yang mereka raih. Prestasi di bidang fashion ditunjukkan dengan kreativitas dan produktivitas mereka dalam menghasilkan desain-desain baru. Praktik-praktik para hijabers di arena pasar seperti mengikuti fashion show di New York, Doha, Sidney Australia dan sebagainya tercapai karena para hijabers tersebut memilki modal yang kuat di samping habitusnya yang kuat dalam bidang fashion. Mengingat pentingnya produk menjadi viral, membentuk komunitas merupakan langkah cerdas untuk menviralkan produk-produk mereka sehingga masyarakat konsumen mengenal hijab dengan baik. Keputusan mengangkat hijab melalui sosial media juga merupakan langkah tepat untuk memviralkan hijab. Sesutau menjadi viral ketika banyak orang merasa membutuhkan untuk menyampaikan atau membicarakan tentang sesuatu tersebut kepada orang lain. Sesuatu tersebut bisa berupa orang, benda, peristiwa, atau suatu karya. Dalam arena pasar, kualitas produk yang dibicarakan oleh banyak orang akan mendapatkan banyak keuntungan karena akan semakin banyak orang tertarik dan akan membeli. Viral hijab terjadi ketika orang berfikir ingin membagikan konten tentang hijab, mereka mempertimbangkan nilai sosial ketika membagikan konten tersebut. Apabila konten tersebut membuat mereka tampak pintar atau cerdas, mereka dengan suka rela membagikan konten tersebut ke teman-temanya dan followersnya. Orang lebih senang dengan konten informasi yang singkat. Ulasan singkat tentang hijab dan foto-foto hijab menarik menjadikan orang lebih suka untuk membagikannya pada orang lain karena lebih simpel dan menarik. Ulasan singkat menjadikan muslimah merasa mendapatkan informasi baru tentang hijab dengan mudah dan merasa tertarik untuk berbagai informasi kepada orang lain. Viral terbentuk dengan cepat melalui media sosial seperti facebook, tweeter, facebook, instagram, path dan lain-lain karena sifat interaktif di dalam media sosial. Kegiatan hijaber sendiri merupakan event pasar. Pada acara Hijab Day, selalu hadir berbagai stand pameran maupun penjualan berbagai macam produk seperti kosmetik, fashion dengan berbagai asesoris, produk perawatan kesehatan, bahkan produk berupa perbankan syariah. Hijab Day menjadi arena jual beli meskipun di dalamnya juga terdapat acara talkshow dan fashion show. Pada arena yang dihadiri oleh hampir 100% muslimah ini, hijab menjadi suatu benda dengan identitas budaya yang dominan 72

dicari oleh hijabers. Dalam hal ini, HC memberikan warna menonjol bahwa Hijab Day sebagai arena pasar yang menarik bagi produsen, bukan hanya produsen hijab, tetapi juga produsen lain. Dengan kata lain, HC telah berhasil menciptakan momentum atau peristiwa yang bernilai tinggi bagi keberhasilan pemasaran produk hijab. Keberhasilan hijab di arena pasar tidak cukup mengandalkan jejaring sosial melalui media sosial atau komunitas-komunitas, tetapi juga didukung dengan modal kultural yang kuat. Bourdieu181 membedakan modal budaya menjadi tiga bentuk, yaitu bentuk embodied, objektif, dan institusional yang berwujud. Pada kasus HC Jakarta, terutama dari para pegiat hijabers yang juga desainer, bentuk embodied, misalnya pengetahuan, keahlian, atau ketrampilan teknis, selera, dan disposisi artistik baik sebagai hijabers maupun sebagai desainer. Bentuk obyektif, misalnya pilihan padu padan warna, desain, formula bisnis, pemahaman tentang teknologi informasi dan komunikasi. Penggunaan secara bermakna modal budaya obyektif ini mengandaikan dimilikinya modal budaya embodied. Artinya, pengetahuan, keahlian,dan keterampilan teknis yang sudah dimiliki seiring dengan budaya embodied. Kebiasaan hijabers seperti Syifa Fauzia, Jenahara, Ria Miranda dan yang lainnya dalam membeli dan menikmati barang seni sebagai modal budaya obyektif mengandaikan dimilikinya disposisi artistik (bentuk embodied). Ketiga, modal budaya dalam bentuk institusional yang berwujud, misalnya, sertifikat atau ijazah. Ijazah lulusan sekolah mode, sejumlah piagam penghargaan atau bukti telah mengikuti berbagai event merupakan modal budaya yang menguatkan mereka untuk masuk ke pasar fashion hijab. Modal simbolik sebagai desainer, hijabers, bahkan simbol sebagai pegiat komunitas-komunitas telah menjadikan pegiat HC Jakarta menjadi sumber inspirasi dalam bisnis hijab di tanah air bahkan di dunia internasional. Dian Pelangi dan Jenahara akan selalu menjadi referensi bagi siapapun ketika membahas fashion hijab. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki modal simbolik yang mengukuhkan dirinya berada di papan atas struktur masyarakat muslimah terutama terkait dengan fashion hijab. Ketika mereka merintis, mensponsori, membuka event HC di berbagai kesempatan, maka disadari atau tidak telah menguatkan modal simbolik yang sangat mereka butuhkan untuk semakin kuat menancapkan kukunya di arena pasar fashion hijab. Inovasi hijab tiada henti dari waktu ke waktu telah memperkuat eksistensi Hijabers Community untuk selalu berhasil menarik pengunjung datang ke event-event yang diadakan oleh HC. Keberhasilan ini tidak lepas dari kemampuan menghadirkan sejumlah orang-orang kenamaan yang selama ini menjadi publik figur. Pada Hijab Day 2016 misalnya, Hijabers

181 Bourdieu, Pierre, ―Forms of Capital‖ p. 280-291 in Economic Sociology. Nicole Woosley Biggart (Ed.), Malden, (Massachusetts: Blackwell Publishers, Ltd, 2002),282 73

Community untuk bintang tamu dari berbagai bidang seperti artis, designer, pengusaha, politikus, hafidz Alquran, dan penyanyi. Mereka akan berbagi cerita di Hijab Day 2016 ini untuk menginspirasi muslimah yang aktif dan berkarya. Di anatara para bintang tamu yang hadir adalah Laudya Chyntia Bella, Zaskia Sungkar, Shireen Sungkar, Zaskia Adya Mecca, Soraya Larasati, Marsha Natika, Tania Ray Mina, Chiki Fawzi, Nuri Maulida, Wirda Yusuf Mansyur, Okky Asokawati, dan Haykal Kamil.182 Kehadiran para public figur tersebut memperkuat daya tarik pengunjung untuk hadir. Selebriti sebagai bagian terpenting dalam dunia hiburan, dijadikan sebagai model guna menarik minat masyarakat. Popularitas selebriti mampu menjadikannya memiliki banyak penggemar pula. Penggemar yang fanatik cenderung mengembangkan hubungan parasosial dengan selebriti idolanya, hal ini biasa disebut dengan celebrity worship.183 Orang bersedia membayar untuk bertemu dengan selebriti atau publik figur yang mereka senangi. Rasa senang ini, bukan sebatas menemui tetapi pada tingkat tertentu ada keinginan untuk menirukan apa yang disukai oleh publik figur, misalnya dalam hal berpakaian. Kehadiran pengunjung hingga ribuan orang juga menarik pelaku ekonomi lainnya untuk mengambil kesempatan untuk ikut hadir dalam event tersebut. Artinya, HC juga memiliki dimensi sebagai segmen pasar yang menarik bagi produsen karena memberikan peluang keuntungan. Jejaring kapitalisme yang selama ini proaktif mempromosikan gaya hidup modern dan konsumtif ikut hadir dalam event Hijabers Community. Arena pasar dengan arena dunia maya nyaris tanpa batas karena di dunia maya juga menjadi arena untuk transaksi jual beli, manawarkan produk dan membeli produk. Bisnis online telah menjadi pilihan yang paling efisien untuk membangun branonline telah menjadi pilihan yang paling efisien untuk membranding produk maupun membranding diri sendiri. Hal ini tampak jelas pada sejumlah akun instagram milik pegiat hijabers seperti Jenahara pada Gambar 2 dan Dian Pelangi pada Gambar 3. Setiap unggahan disertai dengan caption menarik.

182 ―Hijab Day 2016: Proud With Your Hijab,‖ http://www.gomuslim.co.id/read/news (diakses 20 September 2017). 183 Maltby, Jhon & Day, Liza (2011). Celebrity worship and incidence of elective cosmetic surgery: evidence of a link among young adults. Journal of Adolescent Health, 49 (5), 483- 489 74

Gambar 2. Unggahan Baju Ulos Jenahara

Gambar 2. Unggahan Baju Kembaran Dian Pelangi 3. Arena Dunia Maya Popularitas begitu mudah didapat melalui media sosial. Tapi kenyataan membuktikan tidak setiap orang yang ada di media sosial dapat 75

mencapai popularitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa dunia maya juga merupakan arena pertarungan. Hanya mereka yang memiliki habitus dan modal kuat saja yang mampu memanfaatkan media sosial untuk meraih popularitasnya. Para pegiat HC memanfaatkan media sosial untuk membangun personal branding. Personal branding merupakan brand yang dibangun untuk membangun citra manusia, bukan barang atau produk yang mempunyai identitas yang pasti agar orang bersangkutan memiliki nilai jual. Ada dua hal yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin membentuk brand personal dirinya, yaitu entitas yang mudah dikenali dan menjanjikan nilai tertentu.184 Nilai tertentu yang dimaksud misalnya nilai ekonomi, nilai sosial, dan prestise sehingga banyak orang tertarik untuk menerima atau mengikuti pendapat, saran, atau karya-karya orang bersangkutan. Personal branding merupakan strategi public relation yang diterapkan bagi individu. Strategi ini berbeda dengan strategi yang diterapkan bagi organisasi. Personal branding yang mereka lakukan dapat mengontrol cara pandang/ persepsi orang lain terhadap diri mereka, sehingga dengan melakukan Personal branding maka para pegiat HC Jakarta dapat mempengaruhi pandangan orang lain terhadap dirinya sesuai dengan kehendaknya. Pegiat HC Jakarta mampu memperoleh personal brand yang baik karna memiliki produk yang baik. Produk yang dimaksud yaitu berupa keahlian, attitude, penampilan, cara bicara dan yang terpenting yaitu reputasi. Setelah itu, mereka juga berhasil mengkomunikasikan reputasi atau produk tersebut di berbagai forum diskusi, fashion show, maupun melalui media sosial dan memiliki online networking atau blog dan sebagainya. Kemunculan media sosial sebagai new media (media baru) memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Media baru secara langsung telah mengubah pola kehidupan masyarakat, budaya, cara berpikir, dan hampir semua aspek dalam kehidupan manusia. Hal karena media baru mampu mengkombinasikan teks, gambar, suara dan video yang serupa tetapi berbeda dari media tradisional (media lama). Media baru memposisikan setiap pengguna media adalah subjek aktif yang ikut memproduksi dan menyebarkan informasi sehingga setiap pengguna dapat memanfaatkan media baru ini untuk membangun citra personalnya atau lebih dikenal dengan istilah personal branding. Personal branding bukan hanya untuk public figure, tetapi semua orang dapat menggunakan personal branding. Personal branding tidak hanya menjadi sebuah strategi atau taktik seorang selebriti, produsen bisnis, dan dalam dunia politik, tetapi mediaonline juga sangat penting dan diperbolehkan sebagai sarana personal branding dalam kehidupan sehari- hari. Dian Pelangi menggunakan media sosial sebagai media promosi,

184 Nicolino, Patricia F., The Complete Ideal‟s Guide Brand Management, (Jakarta: Prenada, 2004), 153. 76

penjualan, pembelian produk, maupun sebagai media eksistensi dirinya. Dian Pelangi menggunakan media sosial sebagai bentuk pencitraan dirinya sendiri dengan menggunakan berbagai macam produk fashion muslimya. Kepopuleran Dian dipengaruhi oleh keaktifannya di media sosial, terutama instagram. Dian Pelangi melakukan manajemen impression atau manajemen kesan yaitu suatu upaya yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar untuk menggambarkan gambaran dirinya kepada lawan bicaranya. Biasanya kesan yang akan diberikannya merupakan kesan yang baik agar lawan bicara dapat mempercayainya. Impression management awalnya dikembangkan oleh Goffman.185 Goffman menjelaskan bahwa dalam pengelolaan kesan manusia memiliki sisi depan dan sisi belakang. Pada sisi depan ditunjukkan dengan melakukan hal-hal yang dapat membuat dirinya disukai oleh orang lain, sedangkan pada sisi belakang merupakan sisi pribadi oleh orang tersebut yang tidak akan ditampilkan secara terang-terangan kepada orang lain. Pada tahun 1982 Jones dan Pittman186 membuat alat ukur dari manajemen kesan menjadi lima bagian, yaitu ingratiation, self-promotion, exemplification, intimidation dan supplication. Ingratiation berarti pemberian kesan pada seseorang yang didasarkan pada sanjungan-sanjungan. Self promotion berarti mempromosikan informasi positif tentang diri sendiri dengan cara memberitahukan kualitas diri kepada orang lain. Exemplification berarti presentasi diri yang dirancang untuk mencontohkan sebuah persepsi kepada orang lain. Intimidation berarti untuk memperoleh kekuatan dan menimbulkan rasa takut pada orang lain dengan meyakinkan orang lain bahwa dirinya memiliki kekuatan atau kuasa. Supplication berarti membiarkan orang lain mengetahui kelemahan dan ketergantungan diri dengan tujuan mendapatkan bantuan dari orang lain. Manajemen kesan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara langsung maupun dengan menggunakan media. Media sosial merupakan salah satu media yang saat ini banyak digunakan. Tanpa disadari media sosial juga merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menujukkan kesan kepada orang lain. Salah satu media sosial tersebut adalah instagram. Saat ini, instagram merupakan media sosial yang sangat digemari oleh masyarakat. Sebagai contoh, taktik manajemen kesan yang dilakukan Dian Pelangi pada akun instagram (@Dianpelangi). Dian Pelangi menggunakan empat taktik manajemen kesan. Dalam postingannya diketahui bahwa Dian paling banyak menggunakan taktik manajemen kesan ingratiation, kemudian ada beberapa taktik yang juga digunakan Dian

185Nushrat Tashmin, Art of Impression Management on Social Media, World Scient i f ic News, 30 (2016), 89-102 186 Jones, E.E. & Pittman, T.S. (1982). Toward a general theory of strategic self- presentation. In J. Suls (Ed.), Psychological Perspective on The Self, .231-236. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum 77

seperti Self-Promotion, dan Supplication. Ketiga taktik yang digunakan Dian membuatnya terlihat baik, menarik, kompeten. Eksistensi Dian di dunia maya berpengaruh terhadap bisnis fashionnnya. Semakin Dian populer dan memiliki banyak followers, berbagai koleksinya juga semakin laris. Selain berpengaruh terhadap penjualan, eksistensi Dian di media sosial juga membantu dirinya menjalin pertemanan dengan para hijabers dunia. Sekitar 40% followers Dian berasal dari Timur Tengah. Ketika ia diundang ke Dubai, desainer dan fashion blogger asal Timur Tengah banyak yang datang untuk bertemu dengan Dian.187 Dian di acara gathering hijabers menyarankan kepada para wanita yang ingin terus berkembang hingga ke ranah international agar aktif di media sosial. Dengan selalu eksis di media sosial maka akan membangun citra diri semakin baik lagi. "Menurut aku sekarang harus banyak esksis di media sosial kayak Instagram itu sangat happening banget. Buktinya Saif Adam tahu aku dari video wedding aku di YouTube. Untuk muslimah yang ingin eksis kita harus maintain media kita dengan baik,"188 Jenahara sama dengan Dian Pelangi dalam memanfaatkan media sosial. Jenahara aktif sekali di Twitter dan Instagram sehingga jumlah followers-nya terus bertambah sampai saat ini. Ketika baru launching, Jehan juga mengeluarkan kampanye video fashion muslimah yang cukup menggebrak.189 Sejak awal terjun di arena gaya hidup fashion, para hijaber telah sadar tentang pentingnya media sosial dalam membangun personal branding serta mengenalkan aneka produk rancangannya. Pada dasarnya personal branding lebih banyak terkait dengan bagaimana persepsi publik terhadap seseorang. Ini sama dengan brand yang melekat pada barang atau jasa. Dengan demikian personal branding adalah menempuh proses membangun persepsi publik tentang seseorang. Persepsi itu lebih penting dari realitas dan seringkali persepsi dipandang sebagai realitas itu sendiri. Oleh karena itu, dalam membentuk personal branding perlu menjalin komunikasi dan membangun sebuah persepsi yang benar tentang dirinya. Hal ini dilakukan oleh para hijabers dengan memanfaatkan media sosial instagram.

187 Diuraikan dalam tulisan artikel berjudul ―Dian Pelangi Populer di Instagram, Koleksinya Semakin Laris‖ https://wolipop.detik.com/read /2014/05/07/180641/2576351/233, (diakses 19 Agustus 2017). 188 Diuraikan dalam tulisan artikel berjudul ―Dian Pelangi Populer di Instagram, Koleksinya Semakin Laris,‖ https://wolipop.detik.com/read /2014/05/07/180641/2576351/233, (diakses 19 Agustus 2017). 189 Diuraikan dalam tulisan artikel berjudul ―Dian Pelangi Populer di Instagram, Koleksinya Semakin Laris,‖ https://wolipop.detik.com/read /2014/05/07/180641/2576351/233, (diakses 19 Agustus 2017).

78

Personalbranding seseorang dan kariernya adalah tanda sebagai sebuah merek, tanda ini menonjol sebagai satu ciri keahliannya dalam memenangkan persaingan. Ketika orang lain berinteraksi dengan para hijabers secara otomatis membentuk asosiasi mental yang menghubungkan hijabers dengan label tertentu. Keberhasilan mereka memperlihatkan bahwa para hijabers juga memiliki modal kultural yang kuat berupa skill dalam menggunakan teknologi komunikasi dan informasi. HC sebagai suatu komunitas juga rajin memposting berbagai kegiatan HC. Para pendiri HC sendiri, seperti halnya Jenahara sendiri merasa terbantu oleh kegiatan HC dalam membesarkan binsisnya. Penggunaan media massa telah memudahkan sosialisasi hijab kepada masyarakat di dunia maya. Sosial media menjadi media komunikasi yang efektif dan murah untuk menyampaikan sejumlah informasi tentang hijab dan gaya hidup. Kegiatan HC dalam memberikan tutorial hijab secara tidak langsung mendidik konsumen hijab sehingga para produsen hijab merasa terbantu. Para pegiat HC berusaha melakukan presentasi diri dengan memanfaatkan media sosial baik facebook, tweeter, instagram, maupun blog. Akun media sosial yang mereka miliki terhubung dengan akun HC Jakarta. Presentasi diri secara online menjadikan seluruh konten diatur oleh pelaku presentasi diri. Media sosial sangat berbeda dengan teknologi media massa lainnya, penggunanya bukan hanya sebagai konsumen konten tetapi juga produser dan protagonis. Situs-situs media sosial dirancang untuk membantu terciptanya interaksi di lingkungan virtual dengan menyediakan ruang berbagi informasi (share), yaitu pada halaman profil pribadi pengguna. Halaman profil pengguna biasanya berisi foto dan informasi pribadi yang mendeskripsikan minat dan ketertarikan dirinya. Melalui fitur berbagi informasi diri tersebut, pengguna dapat menyembunyikan karakter dan ciri-ciri fisik yang tidak diinginkan. Dalam konteks ini, arena dunia maya banyak membantu proses pencitraan produk apapun, termasuk individu yang ingin menawarkan dirinya baik berupa sikap, penampilan, keahlian, prestasi atau pun yang lainnya. Presentasi diri maupun secara lebih luas lagi manajement impression dengan mudah dilakukan dan akan semakin mudah ketika para pegiat HC mampu menunjukkan sikap, penampilan dan keahlian bahkan prestasinya sebagai sesuatu yang memiliki nilai jual. Dengan kata lain, modal kultural dan modal simbolik sebagaimana tampak pada sikap, penampilan, keahlian, prestasi akan menguatkan kekuatan modal ekonominya. Secara sederhana, Dian Pelangi mampu mencitrakan diri sebagai pribadi yang baik dan berprestasi, ketika menyatakan pendapat tentang fashion akan lebih diterima dan diikuti sehingga fashion hijab yang diciptakannya diterima oleh pasar.

79

Proses manajemen impression diakui atau tidak telah menampilkan citra muslimah yang ideal bagi sebagian orang, yaitu muslimah yang menarik, cantik, cerdas, kaya, modern, berprestasi sekaligus terlihat taat beragama. Nilai-nilai yang melekat pada idealitas tersebut tampak nyata di dunia maya meskipun belum tentu real dalam dunia nyata. Terlepas dari realitas dalam kehidupan nyata para hijabers190, eksistensi mereka di dunia maya telah menyampaikan suatu pesan bahwa muslimah tetap dapat mengikuti gaya hidup modern tanpa kehilangan identitasnya sebagai muslim. Dunia maya sejatinya tidak dapat dilepaskan dari dunia nyata. Sesuatu yang dikesankan baik di dunia sosial media akan selalu dikonfirmasi kebenarannya di dalam dunia nyata. Ketika konfirmasi menghasilkan kesamaan realita maka media sosial akan memberikan pengaruh yang semakin kuat. Sebaliknya, ketika konfirmasi menghasilkan hal sebaliknya, maka pengaruh akun media sosial bersangkutan akan berkurang. Dalam lingkup HC Jakarta di arena dunia maya, realitas yang dibangun HC Jakarta melalui berbagai kegiatannya adalah sebagaimana yang dipublikasikan melalui media sosial. Indrajit191 dalam laporannya menyebutkan bahwa dunia maya dan dunia nyata semakin terkait erat. Dunia maya memberi pengaruh pada dunia nyata, demikian pula sebaliknya. Ketika transaksi melalui dunia maya mulai terjadi, interaksi sosial antar individu semakin menggejala, penyebaran budaya terjadi secara intensif, keterbukaan politik dan kebebasan media mendominasi kehidupan sehari-hari, batas antara dunia maya dan dunia nyat semakin tipis. Hal ini menegaskan bahwa HC Jakarta di arena dunia maya selalu menampilkan yang terbaik, namun saat yang sama juga melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata sehingga reputasi dan kredibilitas tetap terjaga.

B. Hijabers Community Menebar Inspirasi Nilai-nilai agama yang disampaikan melalui aktivitas berhijab modis atau stylis tidak disampaikan melalui ucapan berupa ceramah, tetapi dari penampilan mereka sehari-hari. Muslimah lain yang peduli pada image, status sosial, suka belajar dan hal-hal baru serta menyukai hal-hal yang berbau spiritual akan lebih

190 Dian Pelangi melayangkan gugatan cerai terhadap suami, Tito Haris Prasetyo ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Dalam berkas gugatannya, Dian Pelangi mengaku tak nyaman lagi menjalankan rumah tangga dengan sang suami. ―Suami Dian Pelangi Bicara Perceraian‖, http://showbiz.liputan6.com/read/2581413 (akses 2 November 2017). Selain iut, Hijaber lain yang terkena kasus yaitu Annisa Hasibuan. Desainer sekaligus pemilik First Travel, Anniesa Hasibuan, ditetapkan sebagai tersangka kasus penipuan dan penggelapan dana calon jemaah umrah sejak Kamis, 10 Agustus 2017, ―Tersangka First Travel, Anniesa Hasibuan Kunci Akun Instagram‖, https://nasional.tempo.co/read/902418 (akses 2 November 2017). 191 Richardus Eko Indrajit , ―Relasi Dunia Nyata dan Dunia Maya dalam Konteks Menjaga Keamanan Internet,‖ http://www.eko-indrajit.com (akses 4 November 2017), 2 80 mudah menangkap pesan yang disampaikan melalui penampilan para hijabers tersebut sehingga muslimah yang ingin berhijab semakin banyak. Tidak dapat dipungkiri, hal-hal yang berbau dunia seperti image dan status sosial menjadi alasan muslimah memakai hijab modis, namun tidak dapat dipungkiri pula pilihan memakai hijab modis juga menggambarkan orientasi terhadap nilai-nilai agama. Fakta adanya orientasi agama ini membuktikan bahwa Hijabers Community, baik secara kolektif maupun bersama-sama ikut menyebarkan inspirasi kepada muslimah lain untuk ikut berhijab. Istilah ikut menunjukkan keikutsertaan dalam suatu aktivitas yang sedang berproses oleh pihak di luar dirinya. Artinya, HC ini bukanlah sebagai satu-satunya ataupun yang mempelopori, tetapi hanya mengikuti kencenderungan aktivitas yang sedang berlangsung. Setelah pada awal tahun 2000-an sejumlah selebritis papan atas memakai hijab, sinetron-sinetron dan film-film religi dengan mengenalkan hijab modis banyak mendapat apresiasi, pemakaian hijab cenderung terus berkembang semakin luas. Kecenderungan ini ditangkap oleh para desainer muslimah untuk melakukan sejumlah karya inovasi seputar hijab. Dian Pelangi, Ria Miranda, Jenahara adalah sedikit dari sekian banyak desainer muslimah yang produktif menawarkan desain hijab modis kepada masyarakat luas. Semula, komunitas hanya terbatas di kalangan para desainer muslimah dan teman-teman terdekat yang tertarik dengan perkembangan fashion hijab, lalu berkembang cepat semakin luas seiring dengan banyaknya respon dari followers mereka di media sosial. Hal ini membuktikan bahwa komunitas hijabers telah menginspirasi banyak muslimah untuk ikut berhijab atau menggunakan hijab stylis yang dikenalkan oleh komunitas hijabers. Respon publik muslimah yang begitu besar tampak dari permintaan untuk mendapatkan tutorial cara memakai hijab stylis. Selama ini hijab begitu sederhana dan mudah dikenakan sehingga tidak membutuhkan tutorial, berbeda dengan hijab stylis yang banyak gaya dan pilihan untuk mempercantik hijab yang dikenakannya. Adanya pilihan-pilihan gaya inilah yang menarik muslimah untuk mendapatkan tutorial cara memakai hijaber stylis. Seiring dengan Hijabers Community yang semakin mapan sebagai perkumpulan, kegiatan yang ditawarkan semakin bervariasi, bukan hanya tutorial tetapi juga kajian-kajian agama, fashion show, pameran, pasar murah, talk show dan sebagainya. Event- event Hijabers Community selalu ramai dikunjungi muslimah. Respon muslimah yang begitu antusias untuk mendatangi acara-acara hijabers communtiy memperlihatkan mereka tertarik pada berbagai hal yang ditawarkan Hijabers Community. Dengan kata lain, komunitas ini telah menginspirasi muslimah untuk kreatif dan melakukan aktivitas keagamaan sebagaimana diselenggarakan oleh Hijabers Community. Muslimah yang terinspirasi untuk mengikuti komunitas hijabers berasal dari berbagai kalangan mulai dari muslimah kelas atas yaitu para selebritas hingga kelas menengah terpelajar, bahkan dari kelas bawah. Sejumlah selebritas papan atas di antaranya yaitu , Alyssa Soebandono, Shireen 81

Sungkar. Dewi mengenakan hijab sejak 2013, semenjak berhijab, Dewi tertarik memperdalam ilmu keagaaman dengan mengikuti berbagai kegiatan keislaman, seperti majelis taklim, dan belajar membaca Iqro.192 Artis Alyssa Soebandono menceritakanb bahwa keyakinan untuk berhijab belum dirasakan sepenuhnya. Sampai ia menjalani sesi pemotretan untuk sebuah majalah muslimah. Alyssa Soebandono mencoba memakai hijab pertama kali saat mengikuti sesi pemotretan majalah muslimah. Semua model yang akan jadi cover di majalah itu, baik yang berhijab maupun enggak berhijab, harus memakai hijab. Alyssa Soebandono pun harus memakai hijab sehingga dirinya sempat merasa enak dan nyaman memakainya. Pengalaman pertama ini terus membayangi dirinya hingga akhirnya dirinya bulat memakai hijab pada tahun 2014 saat menikah dengan Dude Herlino.193 Shireen Sungkar memutuskan memakai hijab pada bulan puasa tahun 2014 setelah sebelumnya terus diingatkan oleh suami. Lingkungan keluarga baik ibu maupun kakaknya juga telah terlebih dulu memutuskan berhijab.194 Perkumpulan Hijabers Community menjadi salah satu komunitas hijabers yang ikut menginspirasi berkumpulnya para hijabers untuk bergabung dalam Hijabers Community maupun membentuk komunitas-komunitas hijabers lainnya. Hijab stylis telah menjadi satu identitas sosial yang menyatukan muslimah untuk berkumpul dan melakukan aktivitas bersama. Komunitas- komunitas hijaber bermunculan menyerupai sosialita. Berbeda dengan sosialita, komunitas hijaber ini menyukai fashion, barang-barang branded, hanya saja jenis barangnya seputar busana muslim, jilbab dan aksesoris pendukungnya yang menjadi acuan tren muslimah secara umum. Mereka juga memiliki gaya hidup Islami dan kontribusi bagi masyarakat muslim. Secara garis besar komunitas hijaber dapat dicirikan sebagai berikut: menampilkan atribut fesyen yang trendy dan tidak kampungan, dan memiliki kelompok pengajian atau ta‟lim sehingga mendapatkan muatan positif bagi pencerahan pemikiran yang nantinya akan berimbas pada perubahan dan kemajuan baik secara individu maupun masyarakat.195 Munculnya komunitas Hijabers dan muslimah lainnya telah membuat tren berbusana tersendiri yang akhirnya menjadi sesuatu yang menyenangkan karena dengan berhijab stylis dapat tampilmakin modis dan gaya. Alasan mereka menggunakan hijab hanya ingin mengikuti trend berbusana muslim ala Hijabers, sehingga modis dan gaya yang menjadi alasan utama mereka menggunakan hijab. Terlepas dari motif untuk tampil modis dan gaya, para

192 ―Dewi Sandra Ceritakan Alasannya Berhijab‖ http://hiburan.metrotvnews.com (20 Desember 2017). 193 ―Cerita Alyssa Soebandono Saat Memutuskan untuk Berhijab‖, https://kumparan.com (20 Desember 2017) 194 ―Kisah Shireen Sungkar Berhijab: Dapat Teguran Allah di Masa Kehamilan‖, https://kumparan.com (20 Desember 2017). 195Mutia Andriani dan Ni‘matuzahroh, Konsep Diri Dengan Konfromitas Pada Komunitas Hijabers , Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No.01, Januari 2013, 111 82

hijabers juga terus diajak untuk mengikuti berbagai kegiatan keagamaan yang diadakan pengurus. Sejumlah kegiatan HC Jakarta lebih bervariasi tidak hanya melulu soal hijab tetapi juga kegiatan untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan yang dibutuhkan muslimah. Inspirasi yang muncul dari aktivitas HC Jakarta lebih banyak pada inspirasi untuk mengikuti gaya hidup guna membangun image dan status sosial muslimah. Gaya hidup muslimah secara positif tampak dari pilihan aktivitas muslimah. Aktivitas hijabers mengikuti berbagai kegiatan komunitas hijabers, memperbincangkan hijab dengan segala aksesorisnya, membicarakan masalah- masalah agama, atau hanya sekedar berkumpul dengan komunitas hijabers. Aktivitas ini memberikan ruang bagi hijabers untuk mengisi waktu dengan kegiatan yang positif. Dilihat dari aspek hijab sebagai komoditas, maka Hijabers Community telah ikut menginspirsi gaya hidup konsumtif bagi sebagian muslimah, terutama dari kalangan menengah ke atas. Muslimah dengan sumber daya yang memadai baik dari sisi ekonomi, pendidikan dan kesehatan serta berorientasi pada status maupun tindakan cenderung lebih tertarik untuk memakai hijab sebagai bagian dari gaya hidup konsumen. Dilhat dari klasifikasi konsumen baikExperiencer, Fullfilled,Achievers, Strivers dan actualliser, aktivitas hijabers lebih banyak menginspirasi muslimah untuk peduli image, mengangkat status sosialnya, mengikuti tren dan mencoba hal-hal baru, dan menuruti perilaku konsumtif mereka. Hijabers Community dengan segala aktivitasnya bukan hanya inspirasi untuk mengikuti aktivitas keagamaan tetapi juga aktivitas gaya hidup mereka. Hal ini pula yang sering memunculkan persepsi bahwa komunitas hijabers tidak lebih sebagai kelompok sosialita muslimah daripada sebuah komunitas dakwah. Hijab hanya dipandang sebagai dresscode saat menghadiri acara-acara komunitas hijabers. Penelitian tentang komunitas hijabers di Makassar mengungkapkan bahwa mereka menggunakan hijab hanya karena alasan mengikuti trend berbusana muslim ala Hijabers, sehingga modis dan gaya yang menjadi alasan utama mereka menggunakan hijab. Bahkan dalam komnunitas Hijabers Banjarmasin itu sendiri masih terdapat anggota yang on-off dalam menggunakan hijab. Komitmen dalam menggunakan hijab yang rendah membuat individu menggunakan hijab hanya ketika mengikuti kegiatan komunitas. Hal ini juga dapat dilihat pada saat diadakan pertemuan rutin setiap bulan yaitu kegiatan pengajian untuk anggota komunitas Hijabers. Kegiatan ini bukan hanya bertujuan sebagai sarana silaturahmi para anggota tetapi juga sebagai upaya menyeimbangkan agar tidak hanya fisik yang didandani tetapi juga rohani. Namun setiap diadakannya kegiatan pengajian tersebut hanya sebagian anggota yang hadir, yang lain tidak hadir dengan berbagai macam alasan, padahal pengurus komunitas selalu mencari pembicara dan topik yang menarik dan kegiatan tersebut tidak dipungut biaya tidak seperti kegiatan hijab

83

class yang diadakan setiap 3 bulan dan dipungut biaya minimal Rp. 250,000,00 namun anggota yang mengikutinya lebih banyak daripada kegiatan pengajian yang diadakan setiap bulan dan free.196

196Mutia Andriani dan Ni‘matuzahroh, Konsep Diri Dengan Konfromitas Pada Komunitas Hijabers , Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No.01, Januari 2013, 114 84

BAB V

MENGAYUH DAKWAH DAN GAYA HIDUP MODERN

Gerakan dakwah yang dilakukan oleh Hijabers Community adalah mengusung modernitas dalam bentuk fashion syar‘i yang didalamnya dikemas penyampaian-penyampaian nilai religi sebagaimana misi dakwah pada umumnya. A. Praktik Dakwah Hijabers: Di Antara Misi Dakwah dan Gaya Hidup Timbul pertanyaan, sebenarnya aktivitas HC dan para anggotanya masuk kategori berdakwah atau bisnis. Dakwah mengandung pengertian mengajak orang untuk melakukan kebaikan, berakhlak mulia dan mentaati ajaran agama. Proses mengajak berarti mengkomunikasikan nilai-nilai Islam kepada masyarakat. Dakwah merupakan perkara yang wajib untuk dilaksanakan sebagaimana ditegaskan dalam hadits berikut. "Dari Abu Sa‘id al-Khudriy radhiyallahu ‗anhu beliau berkata: saya pernah mendengar Rasulullah salla Allahu ‗alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa di antara kamu melihat sesuatu kemungkaran, maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya (dengan kekuatan), jika dia tidak sanggup demikian (lantaran tidak mempuyai kekuatan atau kekuasaan), maka dengan lidahnya (teguran dan nasihat), jika (pun) tidak sanggup demikian (lantaran serba lemah), maka dengan hatinya, dan yang (terakhir) ini adalah selemah-lemahya iman (iman yang paling lemah).‖197

Dari ‗Abdullah bin ‗Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda, :Sampaikanlah yang (kamu terima) dariku, walaupun satu ayat‛ (HR. Bukhari)198

Praktik dakwah HC yang paling jelas terlihat tampak dari kegiatan majelis taklim yang rutin dilakukan. Sedangkan proses mengkomunikasikan nilai-nilai Islam melalui sosial media di satu sisi merupakan praktik dakwah, pada sisi yang lain merupakan ajakan untuk mengikuti gaya hidup melalui hijabatau busana muslimah kekinian sehingga mudah diterima di kalangan muslimah secara umum.

1. Hijabers dalam Kegiatan Majelis Taklim Pengertian majelis taklim menurut Harizah Hamid adalah suatu wadah atau organisasi yang membina kegiatan keagamaan yaitu agama Islam199. Majelis taklim adalah ―lembaga yang menyelenggarakan tempat kegiatan

197 Muslim bin Hajjaj Al-Naisabury, Sahih Muslim, (Beirut: Da>r Al-Ih}ya‘ Turath} Al-‗Araby, ttp), Juz. 1, 69 198 Muhammad bin Isma‘il Al-Bukhary, Sahih Al-Bukhary, (Beirut: Da>r Al-Ih}ya‘ TurathAl-‗Araby, ttp), Juz. 4, 170. 199 Harizah Hamid, Majelis Ta‟lim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 14 85

belajar mengajar agama Islam‖.200 Menurut Hasbullah, majelis taklim adalah suatu tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian Islam.201 Pendapat lain yang memperkuat ketiga pendapat di atas yaitu pernyataan Ramayulis bahwa majelis taklim adalah lembaga pendidikan non formal untuk memberikan pengajaran agama Islam‖.202 Dengan demikian, majelis taklim adalah tempat pendidikan agama Islam yang dilakukan secara non formal biasanya diikuti oleh komunitasnya sendiri. Biasanya majelis Taklim dibentuk oleh komunitas untuk kegiatan belajar komunitas itu sendiri. Demikian pula dengan majelis taklim yang dibentuk oleh komunitas hijabers. Sejak awal mulai berdirinya, para pendiri HC telah biasa berkumpul di rumah Jenahara maupun Syifa Fauzia untuk belajar agama. Spirit belajar beragama ini terus berlanjut dan menjadi bagian dari HC. Kegiatan belajar agama melalui forum atau majelis-majelis taklim ini di satu sisi meningkatkan pemahaman beragama sekaligus menjadi arena berkumpul para hijabers. Majelis taklim merupakan suatu forum yang sudah mentradisi dalam kegiatan dakwah Islam. Dari majelis-majelis taklimlah orang belajar agama dari narasumber yang dianggap menguasai ilmu agama Islam seperti alim ulama maupun ustadz. Ada dua misi majelis taklim para hijabers ini. Pertama, sebagaimana umumnya majelis taklim yaitu memiliki maksud untuk belajar agama bagi komunitas hijabers. Para pemakai hijab belum semuanya memiliki pemahaman agama meskipun sudah senang untuk berhijab setiap hari. Diakui atau tidak, terlepas dari kekurangan dalam pemahaman agama, keputusan untuk berhijab merupakan langkah maju dalam mengamalkan nilai-nilai Islam. Untuk itu HC merasa perlu untuk memberikan pembelajaran agama kepada para hijabers. Kedua, sebagaimana majelis taklim yang diselenggarakan oleh HC juga menjadi event ekonomi karena di dalamnya ada kegiatan perdagangan. Lebih dari itu diakui atau tidak, keberadaan majelis taklim yang diikuti oleh para hijabers juga merupakan forum bersama para konsumen hijab. Kedekatan dengan para konsumen merupakan bentuk pembinaan hubungan baik dengan konsumen sehingga peluang terjadi pembelian ulang dapat diupayakan. Magnet majelis taklim dilakukan dengan tema-tema menarik dan mengundang narasumber ternama. Majelis taklim atau pengajian dengan mengundang narasumber dilakukan sebulan sekali. Sebagai contoh, pengajian dengan tema ―Menggapai Hidayah Allah,‖ dengan narasumber Irene Handono pada bulan Desember 2014. Sebulan sebelumnya, mengangkat tema ―amalan wanita penghuni syurga,‖ dengan narasumber ustadz Asep Fikri. Bulan oktober pada tahun 2014, HC mengusung tema pengajian ―investasi akhirat‖ dengan narasumber ustadz M. Karim Faqih. HC Jakarta selalu memposting agenda kegiatan majelis taklim ini di facebook, twitter, maupun blog. Para pengurus HC Jakarta juga menshare undangan untuk

200 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 50 201 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1995), hlm. 202 202 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 142 86

menghadiri majelis taklim di grup-grup yang mereka miliki. Majelis taklim rutin dilaksanakan sebulan sekali di masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia. Selain acara rutin bulanan, HC Jakarta juga mengadakan aktivitas tahunan. Perhelatan tahunan diberi nama Hijab Day menuai sukses dari tahun 2013 hingga tahun tahun berikutnya. Dengan membawa konsep one day event, HC Jakarta menghadirkan serangkaian kegiatan bagi para pengunjung, mulai dari talkshow, bazar, sampai fashion show. Misalnya, pada Hijab Day 2016 berlangsung di The Kasablanka Hall, Mall Kota Kasablanka, Jakarta pada Sabtu 9 April 2016. Acara tersebut mendapat apresiasi masyarakat ditunjukkan dengan kurang lebih 4000 orang hadir untuk menikmati suasana Hijab Day yang berisikan pilihan kegiatan menarik selama satu hari. Tema yang diusung dalam Hijab Day 2016 adalah ―Proud With Your Hijab‖ yang mengingatkan kembali kepada para muslimah, bahwa dengan berhijab bukanlah suatu halangan untuk tetap berkarya dan berprestasi. Tema tersebut menjadi alasan bagi Hijabers Community untuk menghadirkan bintang tamu dari berbagai bidang seperti artis, designer, pengusaha, politikus, hafidz Alquran, dan penyanyi. Mereka akan berbagi cerita di Hijab Day 2016 ini untuk menginspirasi muslimah yang aktif dan berkarya. Di anatara para bintang tamu yang hadir adalah Laudya Chyntia Bella, Zaskia Sungkar, Shireen Sungkar, Zaskia Adya Mecca, Soraya Larasati, Marsha Natika, Tania Ray Mina, Chiki Fawzi, Nuri Maulida, Wirda Yusuf Mansyur, Okky Asokawati, Haykal Kamil, dan lainnya203 Sebagaimana umumnya majelis taklim, HC Jakarta juga mengadakan berbagai kegiatan keagamaan selama bulan ramadhan seperti tadarus, pengajian, dan buka puasa bersama. Kegiatan ramadhan juga diisi dengan berbagai kegiatan pengembangan diri, di antaranya fashion, entertainment, iftar serta menyalurkan bantuan sosial (charity). Majelis taklim HC Jakarta juga menjadi bagian dari Badan Koordinasi Majelis Taklim (BKMT) yang memiliki kepengurusan di 33 provinsi dan 400 kabupaten. Bahkan Syifa Fauzia sebagai ketua HC Jakarta dipercaya sebagai ketua BKMT tersebut.204 Keberadaan Syifa Fauzia, majelis taklim HC Jakarta dan BKMT dalam kegiatan dakwah membuktikan bahwa HC diterima sebagai bagian dari lembaga dakwah. Kegiatan majelis taklim merupakan kegiatan dakwah yang sarat dengan nilai-nilai agama. Nilai-nilai yang disampaikan meliputi nilai ketuhanan dan nilai kemanusiaan. Dimensi nilai ketuhanan ini biasa dikenal dengan jiwa rabbaniyah atau rububiyah. Sehingga subtansi jiwa ketuhanan adalah lebih cenderung pada internalisasi nilai-nilai keagamaan pribadi yang harus ditanamkan kepada anak. Kegiatan penanaman nilai-nilai itulah yang

203 Diuraikan dalam artikel berita berjudul ―Hijab Day 2016: Proud With Your Hijab,‖ http://www.gomuslim.co.id/read/news/2016/04/11/188, (diakses 20 Juli 2017). 204 Dijelaskan dalam berita berjudul Syifa Fauzia, Ketua Umum BKMT, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/10/21/ ofe2cn313, (diakses 29 Juli 2017). 87

sesungguhnya menjadi inti pendidikan keagamaan. Di antara nilai-nilai itu yang sangat mendasar ialah: iman, islam, ihsan, takwa, ikhlas, tawakal, syukur dan sabar. Iman adalah sikap batin yang penuh dengan kepercayaan kepada Tuhan. Jadi tidak cukup hanya percaya kepada adanya Tuhan, melainkan harus meningkat menjadi sikap mempercayai kepada adanya Tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya. Islam adalah sikap pasrah kepada Allah dengan menyakini bahwa apapun yang datang dari Allah, tentu mengandung hikmah kebaikan. Ihsan adalah kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir untuk berada bersama hambanya di manapun berada. Berkaitan dengan ini, menginsafi bahwa Allah selalu mengawasi hamba-Nya, harus dijadikan sebagai pijakan untuk selalu taat kepada-Nya. Menurut Muslim Nurdin, ihsan dapat diaktualiasikan dalam bentuk pengorbanan, yakni memberikan apa yang terbaik yang dimiliki secara tulus agar dapat memberikan manfaat bagi lingkungan masyarakat sekitar.205 Takwa adalah sikap yang sadar sepenuhnya, bahwa Allah selalumengawasi hambanya, dan sebagai hamba, maka harus berbuat hanya pada sesuatu yang diridhai Allah, dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya. Takwa inilah yang mendasari budi pekerti luhur (al-akhlak al-karimah). Ikhlas adalah niat hati yang murni hanya untuk memperoleh keridhaan Allah semata-mata. Ikhlas adalah sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh ridha Allah, dan bebas dari pamrih lahir dan batin. Dengan sikap ikhlas, seseorang akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinnya dan karya lahiriahnya, baik pribadi maupun sosial.206 Tawakkal adalah sikap senantiasa bersandar kepada Allah, dengan penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa Dia akan menolong hamba-Nya dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik. Karena seorang hamba mempercayai atau menaruh kepercayaan kepada Allah, maka tawakkal adalah suatu keharusan. Syukur adalah sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan atas segala nikmat dan karunia yang diberikannya. Sikap syukur sebenarnya sikap optimis kepada hidup ini dan pandangan senantiasa berpengharapan kepada Allah. Dimensi kemanusiaan meliputi: silaturahmi, persamaan, adil, baik sangka, rendah hati, tempat janji, lapang dada, dapat dipercaya, perwira, hemat, dan dermawan. Silaturrahmi (dari bahasa Arab, shilat al-rahm), yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antara saudara, kerabat, handai taulan, tetangga, dan seterusnya. Sifat utama Tuhan adalah kasih (rahm, rahmah) sebagai satu-satunya sifat Illahi yang diwajibkan sendiri atas diri-Nya. Maka manusiapun harus cinta kepada sesamanya agar Allah cinta kepadanya.

205 Muslim Nurdin dkk.,Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Afabeta, 2001), 266. 206 Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‘allim, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1998), hlm. 10. 88

Persaudaraan adalah semangat persaudaraan, lebih-lebih antara sesama kaum beriman (biasa disebut ukhuwah Islamiyah) seperti disebutkan dalam al- Qur‘an, yang intinya ialah hendaknya kita tidak mudah merendahkan golongan yang lain, kalau-kalau mereka itu lebih baik daripada kita sendiri; tidak saling menghina, saling mengejek, banyak berprasangka, suka mencari-cari kesalahan orang lain, dan suka mnegumpat (membicarakan keburukan seseorang yang tidak ada di depan kita). Dermawan adalah sikap kaum beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia, terutama mereka yang kurang beruntung (para fakir miskin) dan terbelenggu oleh perbudakan dan kesulitan hidup lainnya (raqabah) dengan mendermakan sebagian dari harta benda yang dikaruniakan dan diamanatkan Tuhan kepada mereka. Sebab manusia tidak akan memperoleh kebaikan sebelum mendermakan sebagian dari harta-harta yang dicintainya itu. Kegiatan majelis taklim yang diadakan rutin207 oleh HC menunjukkan bahwa sekalipun dunia semakin maju dengan teknologi informasi, kebutuhan untuk bertemu dalam suatu majelis tetap menjadi kebutuhan. Artinya, metode dakwah bil lisan tetap dibutuhkan.Kata al-lisan secara etimologi dapat diartikan denganlidah untuk berucap atau berkata.208 Menurut Hamzah Yakub yangtermasuk al-Lisan adalah ucapan atau perkataan yang biasa disampaikandengan khutbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah,nasehat, pidato-pidato di radio, ramah tamah dalam ajang sana danobrolan.209Dapat dikatakan bahwa dakwah bi lisanadalah suatu cara yang disampaikan oleh da‘i dalam berdakwahuntuk menyampaikan pesan dakwah dalam bentuk ceramah, tanya jawab, diskusi(obrolan) bebas kepada jama‘ah pengajian melalui hal yang baik. Ceramah adalah suatu tekhnik atau metode dakwah yang banyak diwarnaioleh ciri karakteristik bicara oleh seseorang da‘i/mubaligh pada suatu aktivitas dakwah.Metode Tanya jawab adalah penyampaian materi dengan cara mendorongsasaran (obyek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belumdimengerti dan mubaligh/ da‘inya sebagai penjawab-nya, metode ini dimaksudkanuntuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Sebab dengan bertanyaberarti orang ingin mengerti dan dapat mengamalkannya, oleh karena itu jawabanpertanyaan sangat diperlukan kejelasan dan pembahasan yang sedalam-dalamnyaPercakapan antara pribadi atau individual conference adalah percakapan bebasantara seseorang da,i atau mubaligh dengan individu-individu sebagai sasarandakwahnya. Percakapan pribadi bertujuan untuk menggunakan kesempatan yangbaik di dalam percakapan atau mengobrol (ngomong bebas) untuk aktivitasdakwah.

207 208 Hamzah Yakub. publistik Islam; Teknik Dakwah dan leadership (Cet. II; Bandung:Diponogoro, 1981 ), h. 47-48. 209 Hamzah Yakub. publistik Islam; Teknik Dakwah dan leadership (Cet. II; Bandung:Diponogoro, 1981 ), h. 47-48. 89

Dakwah seperti ini akan lebih efektif biladisampaikan berkaitan dengan hari ibadah, seperti khutbah jum‘at atau khutbahhari raya, kajian yang disampaikan berkaitan masalah ibadah praktis, kontekssajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan jama,ah.210 Sejalan dengan kebutuhan hijabers yang terpelajar dan modern, kegiatan majelis taklim tidak melulu ceramah, tetapi juga disertai dengan tanya jawab, diskusi. Dalam kegitan ini juga kadang-kadang dilakukan dengan talkshow yaitu mengundang beberapa narasumber sekaligus. Kegiatan majelis taklim HC biasanya diikuti oleh mereka yang terpelajar sehingga model ceramah dengan tanya jawab atau diskusi lebih sering dilakukan. Pengurus HC Jakarta menjadikan majelis taklim sebagai sarana untuk membina keimanan dan keislaman anggota. Majelis ini sangat penting bagi semua anggota, terutama hijabers yang belum memiliki pengetahuan agama yang cukup. Fakta bahwa tidak semua hijaber memakai hijab didasari oleh pengetahuan agama yang memadai. Hijab tidak identik dengan tingkat religiusitas anggota, tetapi lebih identik dengan gaya hidup. Pilihan hijabers tentang gaya hidup berhijab bukan suatu kesalahan, tetapi sebagai awal untuk mengenal agama lebih baik lagi sehingga religiusitas hijabers akan lebih baik. Kajian-kajian di dalam majelis taklim berfungsi untuk membekali hijabers dengan pengetahuan agama yang lebih baik.

2. Hijabers dalam Bersosial Media Hijab sebagaimana dipakai para hijabers cepat dikenal luas karena parahijabers sendiri merasa lebih eksis dengan memakai hijab stylis sebagaimana dipakai oleh para desainer hijab. Sosok Jenahera, Dian Pelangi, dan Ria Miranda menjadikan media sosial sebagai cara mengkomunikasikan hijab rancangannya kepada publik. Facebook, Twitter dan Instagram. Demikian pula para pengurus HC Jakarta menjadikan media sosial sebagai sarana untuk bersosialisasi, termasuk untuk menampilkan gaya hidupnya sehari-hari. Penggunaan sosial media di satu sisi bermanfaat untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah. Bagi pengurus HC Jakarta, media sosial tidak hanya untuk menyampaikan pesan dakwah tetapi juga untuk membangun personal branding diri masing-masing sehingga tidak melulu masalah hijab. Beberapa postingan Syifa Fauzia seperti di bawah ini. Bismillahirrahmaanirrahiim, Saya Muslimah, Saya Beriman pada Al- Qur'an, Saya Pilih Pemimpin Muslim (diposting 7 Februari 2017). Alhamdulillah wa syukrulillah.. #FamilyFirst #MyVips

210 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar dan Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al- IKhlas: 1983 ), h. 29. 90

#PriorityOfLife (with Rilla at Crissy Field) [pic]211 Alhamdulillah pembukaan selesai *MasaTaarufMahasiswaBaruRegulerUIA (at Universitas Islam Assyafiiyah)212

Defina Amalina, salah satu pengurus HC Jakarta memilih blognya ditautkan pada blog HC Jakarta. Ketika blog defina dibuka juga memberikan alamat facebook atau twitternya. Pengurus lainnya, Fika Fitriyana menautkan alamat twitter di blog HC Jakarta. Arinda Yunita juga menautkan twitternya sebagai pengurus di HC Jakarta. Selain memposting kegiatan pribadi, Arina Yunita juga memposting kegiatan-kegiatan HC Jakarta.213 Para hijabers yang menjadi pengurus HC Jakarta telah aktif di media sosial sejak sebelum HC Jakarta terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing pengurus telah memiliki jaringan pertemanan yang luas di media sosial. Misalnya, Syifa Fauzia memiliki 7000 follower yang menunjukkan jumlah cukup besar, dan Arina Yunita memiliki 600 follower. Follower belum termasuk yang di facebook. Ketikan pengurus HC memposting dirinya dalam penampilan yang mencitrakan diri dalam pose yang stylis, maka sejatinya HC Jakarta sedang mengajak muslimah untuk mengikuti gaya hidup. Hijabers menjadikan sosial media sebagai media untuk berkomunikasi dan membangun jejaring sosial sehingga HC Jakarta memiliki jejaring komunitas yang luas. Munculnya HC di berbagai kota seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Medan dan kota-kota besar lainnya di Indonesia merupakan hasil dari pertemanan di media sosial. Komunikasi dengan HC Jakarta dengan HC di daerah-daerah juga menggunakan sosial media. Meskipun pertemuan khusus antar-regional hanya dilakukan pada saat acara besar saja, kekompakan antar cabang selalu terjaga. Hal tersebut dilakukan melalui beberapa group chatting yang ada serta berkomunikasi langsung dengan Syifa sebagai ketua. Sementara untuk mengurus keperluan setiap cabang atau regional sudah disediakan divisi khusus percabangan. Media sosial yang paling banyak digunakan yaitu instagram.Keunggulan instragram berupa kemudahan saat pengunggahan foto. Foto yang diunggah bisa diperoleh melalui kamera ataupun di album ponsel. Instagram dapat langsung menggunakan efek-efek untuk mengatur pewarnaan dari foto yang dikehendaki. Instagram memiliki ciri menarik yakni ada batas foto ke bentuk persegi, mirip dengan gambar Kodak Instamatic dan Polaroid, yang sangat berbeda dengan rasio aspek 16:9 sekarang, yang biasanya digunakan oleh

211 Diposting 5 Januari 2017.Syifa Fauziah memposting foto dirinya, suami dan anaknya sedang liburan ke luar negeri. 212 Diposting 20 September 2016 di twitter Syifa Fauzia. 213 Diambil dari http://hijaberscommunityjakarta.blogspot.co.id serta tautan pribadi dari pengurus HC Jakarta. 91

kamera ponsel214. Setiap pegiat hijabers menggunakan instagram untuk mengenalkan gambaran aktivitasnya karena instagram lebih mudah menyajikan gambaran secara visual. Misalnya Dian Pelangi menggunakan akun@dianpelangi. Syifa Fauzia menggunakan akun @syifaf, Jenahara menggunakan akun @jenaharanasution, dan sebagainya. Dikaitkan dengan dakwah, instagram mengenalkan adanya fitur follower yang akan menerima unggahan foto maupun caption dari pemilik akun. Dalam hal ini, Dian Pelangi, Syifa Fauzia, Jenahara maupun pengurus HC Jakarta seperti Defina Amalina akan dengan mudah menyampaikan pesan melalui instagram, setidaknya kepada para followersnya. Akun @dianpelangi memiliki followers hingga 4.800.000 orang, @syifaf memiliki follower hingga 18.700 orang, @jenaharanasution memiliki follower hingga 337.000 orang. Para followers tersebut dengan sendirinya merupakan sasaran dakwah yang potensial mengikuti pesan-pesan yang disampaikan oleh para hijabers tersebut. Foto atau video yang dibagikan oleh akun @dianpelangi, @syifaf, @jenaharanasution nantinya akan terpampang di feed pengguna lain yang menjadi followers masing-masing. Dengan puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan hampir 5 juta followers, maka setiap kali memposting foto mereka berhijab atau aktifitas lainnya maka postingan tersebut akan muncul di feed follower dan diketahui oleh jutaan followernya. Karena ada di feed follower maka relasi dari para follower juga akan mengetahui. Istagram menyediakan fitur hashtag dan caption yang paling banyak digunakan. Foto atau video di media sosial yang disertai dengan caption beserta tanda tagar atau hashtag (#) punya maksud tertentu. Fungsi hashtag yang pertama yaitu untuk pengelompokan konten. Hashtag bisa digunakan untuk ditambahkan pada postingan berupa teks, foto, video, event, dan lain- lain.Sebagai contoh, Syifa Fauzia menggunakan hashtag#FamilyFirst, #MyVips dan #PriorityOfLife. Caption merupakan penjelasan yang disisipkan pada sebuah gambar. Caption berisi keterangan maupun cerita yang mewakili objek yang diambil pada potret. Banyak dari pengguna Instagram yang tidak hanya senang pada foto atau video saja, tapi juga caption. Apapun jenis caption yang sesuai dengan foto atau kondisi hati pengguna akan lebih dibanjiri like bahkan followers.Pengguna dapat menambahkan kata-kata yang menggambarkan foto yang diunggah dengan dapat pula menambahkan hashtag dalam caption tersebut. Pada umumnya caption lebih bersifat untuk memperkuat karakter atau pesan yang ingin disampaikan pada foto tersebut. Panjang karakter tulisan juga tidak ditentukan atau tidak ada aturannya.215Pesan yang ingin disampaikan

214 Salbino, S., Buku Pintar Gadget Android Untuk Pemula, Jakarta: KunciKomunikasi, 2014, hlm 47.

215 Atmoko, B.D. Instagram Handbook. Jakarta: PT. Trans Media, 2012, hlm. 52 92

ditulis sebagai caption yaitu pesan singkat yang mendiskripsikan gambar produk. Pesan singkat yang disertai dengan gambar akan lebih mudah dipahami oleh followers. Contoh unggahan Dian Pelangi disertai dengan caption dan hashtag dalam unggahan di bawah ini.

Gambar 2. Unggahan Foto Dian Pelangi

Selamat hari senin from Balii! Dari beragam aktivitas yang menuntutku untuk sering berpegian ke luar kota maupun negeri, tentu harus mulai cermat menentukan beli tiket pesawat dimana. Untungnya aku sekarang dengan mudah bisa beli tiket di @tokopedia, karena khusus hari ini lagi ada promo #SENINTRAVEL dan kalian bisa dapetin cashback 25% up to Rp 300.000 untuk tiket pesawat & 15% up to Rp 65.000 dengan code promo : SENINTRAVEL. Lumayan banget kan? Langsung deh #MulaiAjaDulu click link yang ada di bio aku & follow @tokopedia untuk info lebih lanjut ya! #SENINTRAVEL #MULAIAJADULU216

Tampak pada caption tersebut, Dian Pelangi menyertakan hashtag #SENINTRAVEL #MULAIAJADULU. Aktivitas Dian Pelangi tidak hanya menjelaskan aktivitasnya tetapi juga ikut mempromosikan Tokopedia. Hal ini menunjukkan hijabers tidak hanya mengenalkan hijab tetapi juga berbisnis yaitu busana muslimah dan perlengkapannya. Penggunaan media sosial menjadi kebutuhan bersosialisasi karena menjadikan komunikasi berlangsung interaktivitas. Interaktivitas merupakan komunikasi antara dua individu pada satu waktu yang bisa memiliki peran ganda seperti menjadi komunikator sekaligus dapat bertukar peran menjadi

216Diambil dari akun @dianpelangi, 20 Juni 2018 93

komunikan. Konsep interaktivitas yang dipaparkan oleh McMillan tersebut meliputi user to user, user to document, user to system (dalam Aprilya, 2017).217

3. Gaya Hidup Hijabers Gaya hidup tampak dari pilihan aktivitas, minat, pandangan seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain serta karakter-karakter dasar. Gaya hidup menurut VALS (Value and Lifestyle) dapat dilihat dari orientasi hidup dan sumber daya yang dimiliki. Orientasi diri dibagi menjadi tiga bagian yakni prinsip (principle), status dan tindakan. Sumber daya melihat dari sisi pendapatan (income), pendidikan, kepercayaan diri, kesehatan, keinginan membeli dan energi. Orang yang berorientasi pada prinsip terdiri dari dua kelompok yaitu: kelompok believers dengan minim sumber daya dan kelompok Fullfilleds dengan sumber daya berlimpak. Bilievers cenderung memiliki pola pikir yang kolot dan tradisional, sulit untuk beradaptasi terhadap hal-hal baru, memiliki suatu rutinitas yang cenderung tetap untuk jangka waktu yang lama. Fullfilleds memiliki pola pikir dan sikap yang lebih bijak terhadap hal-hal yang bernilai secara spiritual, tidak terlalu memikirkan image dan gengsi, suka belajar dan mengenai sesuatu yang baru.218 Orang dengan orientasi status terdiri dari dua kelompok yaitu Achievers dengan sumber daya yang lebih berlimpah. Kelompok achievers memiliki sikap dan gaya hidup yang peduli image, mudah dipengaruhi, tertarik pada produk- produk mahal dan suka segala hal yang dapat mengangkat status sosialnya. Kelompok kedua yaitu Strivers dengan sumber daya yang tidak sebanyak kelompok pertama. Strivers memiliki sikap peduli image namun mereka masih memiliki semangat dan ambisi untuk meraih apa yang diinginkannya dengan segala usaha sendiri yang keras, mereka pintar mencari uang. Orang dengan orientasi pada tindakan terdiri dari dua kelompok yaitu experiencers dan makers. Experiencers merupakan kelompok dengan sumber daya yang besar atau melimpah. Experiencer umumnya adalah orang-orang yang suka mengikuti tren dan mencoba hal-hal baru, perilaku konsumtif mereka terhadap hal-hal baru sangat agresif dan tidak disertai pertimbangan. Makers merupakan kelompok orang yang tidak tertarik pada kemewahan dan apa yang orang pikir terhadap mereka namun suka untuk berbelanja hal-hal yang bernilai dan tahan lama untuk kenyamanannya sendiri. Orang yang borientasi sumber daya dibagi menjadi dua yaitu actualiser dan strugglers. Actualisers merupakan orang dengan tingkat pendapatan yang tertinggi dan memiliki banyak sumber daya besar sehingga dapat menuruti keinginannya sendiri, image menjadi sangat penting bagi mereka sehingga cenderung membeli produk yang lebih baik dalam hidup. Strugglers merupakan

217 218 Rao, V.R. & Steckel, J.H. (1998).Analysis for strategic marketing. Addison Wesley Longman, Inc. dalam Angga Sandy Susanto: Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup), Jurnal JIBEKA, Volume 7, No. 2, Agustus 2013 : 1 - 6 94

orang dengan tingkat pendapatan yang terendah dan sumber yang sedikit untuk mengikuti orientasi selera konsumen. Kemampuan ekonomi yang terbatas membuat mereka mudah untuk loyal terhadap merk produk yang berorientasi pada harga yang murah.219 Tipologi gaya hidup konsumen di atas dapat digunakan untuk melihat kecenderungan gaya hidup komunitas hijabers, termasuk juga Hijabers Community. Dilihat dari sumber daya yang dimiliki, baik berupa dari sisi pendapatan (income), pendidikan, kepercayaan diri, kesehatan, keinginan membeli dan energi, hijab modis bermula dari muslimah papan atas sekalipun hijab sendiri tidak mengenal perbedaan orientasi antara mereka yang memiliki sumber daya kuat dan sumber daya lemah atau kurang. Hijab modis tidak hanya berorientasi pada tertutupnya aurat sebagaimana ditetapkan dalam syari‘at Islam. Artinya, para pemakai hijab modis merupakan kelompok muslimah yang peduli image, tertarik pada produk-produk mahal dan suka segala hal yang dapat mengangkat status sosialnya, suka mengikuti tren dan mencoba hal-hal baru, lebih bijak terhadap hal-hal yang bernilai secara spiritual, dan suka belajar dan mengenai sesuatu yang baru. Karena itu, hijab modis umumnya dipakai oleh muslimah yang berpendidikan, kaya, percaya diri, memiliki sumber daya untuk menjaga kesehatan dan sumber daya untuk mendapatkan produk-produk yang dapat meningkatkan atau menjaga status sosialnya. Gaya hidup hijaber tampak dari sejumlah aktivitas yang dijalani oleh para hijabers. Dalam setiap kali aktivitasnya, HC Jakarta memperlihatkan gaya hidup modern. Hal ini tampak pada isi kegiatan, kemasan kegiatan, gaya komunikasi dalam menyampaikan kegiatan HC Jakarta, serta penampilan hijabers sehari-hari. Isi atau konten kegiatan yang ditawarkan HC Jakarta tampil modern yaitu dengan isi yang tidak hanya berwarna kegiatan keislaman, tetapi juga konten gaya hidup. Di antaranya konten220 berupa wisata ke Jungleland, public speaking class, ngabuburit di Grand Sahid Hotel, blogging competition, fashion show, fashion bazar dan tutorial hijab. Isi kegiatan yang ditawarkan juga dikemas dengan kemasan gaya hidup modern. Sebagai contoh, untuk menghadiri suatu acara HC Jakarta mengingatkan peserta untuk memakai dresscode. Gaya mengkomunikasikan kegiatan HC Jakarta memperlihatkan bahwa acara ditujukan bagi kaum terpelajar perkotaan, muslimah muda dan produktif. Pilihan kata maupun istilah yang digunakan menunjukkan bahwa acara HC Jakarta adalah acara bagi muslimah dengan karakteristik di atas, apalagi ditambah dengan keharusan memakai dresscode. Kesan yang muncul adalah pengelolaan acara yang profesional dan acara yang bermutu. Kegiatan-kegiatan HC Jakarta seperti Hijab Day selalu disertai dengan berbagai kegiatan promosi dari pihak ketiga seperti dari produk shampo dan

219Angga Sandy Susanto: Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup), Jurnal JIBEKA, Volume 7, No. 2, Agustus 2013 : 1 - 6 220 95

perawatan kecantikan yang mempromosikan berbagai produk kebutuhan muslimah. Gaya hidup yang mencitrakan muslimah sebagai sosok yang sehat, cantik, terpelajar, berpikiran modern dilekatkan pada produk yang ditawarkan. Promosi dalam berbagai acara HC Jakarta mengajak muslimah untuk tampil dengan gaya hidup sebagaima ditawarkan, meskipun saat yang sama juga mengajak muslimah untuk hidup islami. Nilai-nilai hidup modern sebagaimana ditawarkan produk perawatan kecantikan dan fashion muslimah diterima oleh muslimah karena dipandang sejalan dengan nilai-niali islami. Gaya hidup merupakan pilihan-pilihan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan hidup hijaber. Pilihan aktivitas dalam masyarakat modern, gaya hidup (life style) ini membantu mendefinisikan sikap, nilai-nilai, kekayaan dan posisi sosial seseorang.221 Gaya hidup hijabers lebih mudah menerima modernitas dilihat dari aktivitasnya, seperti tempat beraktivitas di mall, cara berbelanja, memilih makanan, dan sebagainya. Salah satu nilai modernitas yang kontroversial adalah gaya hidup konsumtif. Perilaku konsumtif sulit dihindari di tengah modernisasi. Modernisasi telah memunculkan perubahan, baik di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, kesenian, sosial dan hal lainnya. Modernisasi menunjukkan adanya berbagai tahapan perkembangan sosial yang didasarkan pada industrial, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa yang modern, urbanisasi, infrastruktur atau tata kota dan lain sebagainya. Modernisasi telah melahirkan keragaman kebutuhan manusia semakin meningkat. Berbagai perubahan ini menjadi peluang bagi produsen untuk berlomba-lomba memberikan inovasi baru. Produk yang menarik dengan kualitas yang baik menjadi incaran bagi setiap konsumen, sehingga semakin banyak produk-produk maupun jasa yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen. Setidak-tidaknya, HC Jakarta termasuk komunitas hijaber sejenis telah memanfaatkan modernisasi sebagai arena untuk melakukan aktualitasi melalui berbagai aktivitas yang mencerminkan diri sebagai bagian dari komunitas masyarakat modern. Kebutuhan untuk berkumpul atau bersosialisasi dengan sesama hijabers telah menciptakan kebiasaan-kebiasaan baru terutama dalam berbusana serta menghadiri kegiatan-kegiatan komunitas hijaber. Berbagai kegiatan HC Jakarta dapat dilihat sebagai ekspresi yang mengartikulasikan diri sebagai bagian dari masyarakat sebagai satu kesatuan.222 Kelompok atau komunitas yang mengartikulasikan diri sebagai bagian dari masyarakat ini secara otomatis juga merepresentasikan masyarakat tertentu sehingga ingin menegaskan identitas sosial dirinya sebagai muslimah. Relasi para hijabers menegaskan identitas sosial mereka sebagai muslimah yang modern dan terpelajar. Identitas ini terbentuk dari adanya hubungan yang mengidentifikasikan dirinya dengan lingkungan sosialnya. Proses terbentuknya identitas sosial berlangsung melalui

221 Retno Hendaningrum dan M. Edi Susilo, Fashion dan Gaya Hidup, Jurnal Komunikasi Vol. 6, No. 1, Januari-April 2008, 25-32 222 Chris Barker, Cultural Studies, (terj. Nurhadi), (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011), 56 96

simbol-simbol yang melekat pada gaya hidup, penampilan dan sikap yang ditampilkan oleh lingkungan sosial atau komunitas yang dimasukinya. Orang pada umumnya memperlihatkan identitas sosial yang diinginkan yaitu yang lebih memberikan pengakuan sosial kepada individu bersangkutan.223

4. Sikap dan Perilaku Hijabers Community Sikap dan perilaku hijabers perlu dipahami dalam konteks aktivitas di dalam komunitas hijabers. Sikap dan perilaku mencerminkan habitus hijabers. Tentu tidak semua hijabers yang berjumlah ribuan di Jakarta dapat diteliti. Dalam hal ini, setidaknya merupakan representas beberapa pegiat HC cukup memberikan gambaran bagaimana sikap dan perilaku HC Jakarta. HC telah mengadakan kegiatan-kegiatan rutin seperti pengajian, talk show, fashion show, bakti sosial, dan sebagainya. Berbagai kegiatan tersebut secara umum dimaksudkan untuk membina hijabers agar lebih mendalami dan mengamalkan ajaran Islam. Sejauhmana keberhasilan berbagai kegiatan tersebut tampak pada sikap dan perilaku hijabers. Sebagaimana telah disebut pada subbab di atas, tidak semua hijabers memiliki religiusitas yang baik. Religiusitas memiliki banyak dimensi yang menunjukkan adanya kompleksitas dari konsep religius.224 Dengan demikian, religiusitas seseorang ada di dalam keyakinan seseorang yang dapat dibuktikan dengan konsistensinya dalam sikap dan perilaku orang bersangkutan. Sikap hijabers terhadap hijab masih belum sepenuhnya menunjukkan pengetahuan dan kepatuhan untuk tetap menjadikan hijab sebagai suatu kewajiban menutup aurat. Ada sebagian hijabers yang hanya memakai hijab untuk mendatangi acara-acara formal baik di komunitas hijabers, majelis taklim atau perkumpulan lainnya. Namun dalam keseharian di

223 LeBoeuf, R. A., Shafir, E., Bayuk J. B., ―The conflicting choices of alternating selves‖, Organizational Behavior and Human Decision Processes 111 (2010) 48–61

224Aspek religiusitas dapat dipilah menjadi 6 aspek: 1) Aspek iman menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan, malaikat, para nabi dan sebagainya. Aspek iman selaras dengan dimensi kepercayaan (belief). 2) Aspek Islam menyangkut freluensi, intensitas pelaksanaan ibadah yang telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat. Aspek Islam tampak dalam pelaksanaan ibadah seperti dijelaskan sebagai dimensi ritual sebagaimaan dikemukakan El Manouar yang menjelaskan sebagai pelaksanaan rukun Islam seperti sholat, zakat, puasa dan haji. 3) Aspek ihsan menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan, takut melanggar larangan dan lain-lain. Aspek ihsan selaras dengan pengertian devotion yaitu pengalaman berkomunikasi dengan Tuhan.atau experience menurut Glock , 4) Aspek ilmu yang menyangkut pengetahuan seseorang tentang ajaran- ajaran agama. Ilmu ini sejalan dengan dimensi pengetahuan dalam model Glock, 5) Aspek amal menyangkut tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya menolong orang lain, membela orang lemah, bekerja dan sebagainya. Aspek amal sejalan dengan pengalaman atau experience dalam kehidupan sehari-hari. 6) Aspek konsekuensi. Iman, Islam, ihsan, pengalaman dan serta ilmu memiliki konsekuensi keteraturan hidup sebagai orang Islam.Yasemin El-Menouar, The Five Dimensions of Muslim Religiosity. Results of an Empirical Study, methods, data, analyses | Vol. 8(1), 2014, pp. 53-78.

97

rumah dan lingkungan sekitar rumah, tidak merasa ada keharusan untuk memakai hijab. Pada saat HC Jakarta mengadakan kegiatan bakti sosial, ada sebagian kecil hijaber yang belum merasa terpanggil untuk memberikan infaq dari harta yang dimilikinya. Selama ini, muslimah berhijab selalu dipersepsikan sebagai muslimah sempurna, minimal memiliki kelebihan dalam hal sikap dan perilaku sehari-hari yang lebih baik daripada muslimah yang belum berhijab. Persepsi ini mendapatkan pembenaran karena secara umum muslimah memutuskan untuk berhijab karena telah memiliki pengetahuan agama yang memadai, bahkan dipandang lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Ketika hijab telah menjadi bagian dari trend di masyarakat, keputusan berhijab tidak selalu didasari oleh pemahaman maupun kesadaran beragama, tetapi karena mengikuti mode, menjaga image, ataupun mengidentikkan dirinya sebagai bagian dari komunitas muslimah yang lebih modern dan maju, berbeda dengan komunitas majelis taklim ibu-ibu di kampung-kampung. Latar belakang dan pengalaman muslimah sebelum memakai hijab menunjukkan ada sejumlah perbedaan dengan muslimah berhijab pada periode sebelum muncul hijab stylis. Setelah berhijab stylis, belum semua hijabers menunjukkan ketaatan dalam menjalankan sholat lima waktu dengan tertib. Ada waktu-waktu sholat yang terlewatkan dengan berbagai alasan. Setelah berhijab, tidak sedikit hijabers yang masih menunjukkan sikap cinta dunia secara berlebihan dengan berpenampilan glamour dan mewah. Bahkan lebih mengutamakan penampilan luar daripada isi. Kesempatan untuk menambah pengetahuan agama dengan mengikuti kegiatan majelis taklim sering dilewatkan, tetapi kegiatan yang bersifat gaya hidup seperti talkshow, fashion show, atau kegiatan lain yang memiliki nilai manfaat untuk menunjang penampilan diri sebagai hijabers lebih banyak menarik perhatian. Hal ini membuktikan bahwa penampilan sebagai hijabers belum menjamin adanya perubahan sikap dan perilaku yang religius. Dapat dikatakan bahwa hijabers menyikapi hijab lebih didasarkan pada pilihan gaya hidup daripada kesadaran beragama. Keputusan untuk berhijab tidak selalu berangkat dari dalam diri sendiri, tetapi karena lingkungan sosial di sekitarnya maupun hasil dari interaksinya dengan dunia luar baik langsung maupun melalui berbagai media, baik media massa maupun media sosial. Skinner225 menyimpulkan hasil studinya bahwa manusia itu berperilaku karena digerakkan oleh situasi dan kondisi lingkungan sekitar. Berdasarkan hal ini, maka perilaku manusia dibedakan dalam dua jenis; (1) perilaku alami (innate bahavior), dan (2) perilaku operan (operant behavior). Perilaku alami adalah perilaku yang dibawa seseorang sejak lahir, yakni berupa refleks dan insting yang terjadi secara tiba-tiba atau spontan, sedangkan perilaku operan ialah perilaku menuasia yang dibentuk melalui proses belajar yang dikendalikan oleh kesadaran (otak). Perilaku berhijab bagi

225 Bimo Walgito. Psikologi Sosial; Suatu Pengantar, Yogyakarta. (Yogyakarta: Andi Offset, 2009), 15 98

sebagian hijabers lebih dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Berpijak pada pemikiran Skinner, maka dalam realitas terlihat tampilan perilaku manusia lebih dominan kepada perilaku yang dipelajari, dibentuk, atau diperoleh melalui proses belajar (operan). Pengalaman sejumlah selebriti seperti Sareen Sungkar membuktikan bahwa berhijab melalui proses belajar. Pengalaman lain juga membuktikan bahwa berhijab juga tidak selalu berangkat dari rasa keimanan, tetapi lebih sebagai perilaku sosial. Setiap muslimah tentu membutuhkan dirinya diterima oleh lingkungan sosialnya sehingga tergerak untuk melakukan konformitas. Konformitas adalah penyesuaian yang dilakukan dengan mengubah perilaku sesuai dengan kelompok. Dasar utama dari konformitas adalah ketika individu melakukan aktifitas dimana terdapat tendensi yang kuat untuk melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya. Bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut maka disebut konformitas. Konformitas terjadi apabila individu mengadopsi sikap atau perilaku orang lain karena merasa didesak orang lain (baik desakan nyata atau hanya bayangannya saja). Sehingga konformitas merupakan usaha terus menerus dari individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok.226 Hijaber tidak hanya belajar dari kelompok atau lingkungan sosial di sekitarnya, tetapi juga melalui media massa. Media massa telah menjadi bagian kehidupan masyarakat modern dewasa ini baik media massa konvensional maupun media baru. Media tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga membentuk perilaku imitasi sebagaimana model yang ditampilan oleh media. Perilaku imitasi tersebut meliputi cara berbicara, baik cara pengucapan maupun kata yang yang diucapkan hingga gaya berbusana. Dewasa ini busana tidak hanya berfungsi sebagai penutup dan pelindung tubuh, tetapi juga identitas modernitas seseorang. Perkembangan trend busana selalu diminati berbagai kalangan masyarakat sebagai lambang identitas gaya hidup modern. Ketika trend busana merambah ke gaya busana muslimah yaitu hijab, maka hijab banyak dipilih sebagai gaya berbusana. Trend hijab tidak lepas dari peran media massa yang terus membahas seputar fashion hijab sehingga hijab stylis menjadi populer. Masyarakat meniru pemodelan media massa tersebut, yang menyebabkan hijab menjadi bagian dari budaya populer.227 Dilihat dari konsep budaya populer, ada kesan mengunggulkan media massa sebagai pelaku utama yang memang menghendaki hijab menjadi populer. Dilihat dari kaca mata Bourdieu, munculnya hijab stylis di tengah dunia fashion merupakan hasil dari kekuatan

226Mutia Andriani dan Ni‘matuzahroh, Konsep Diri Dengan Konfromitas Pada Komunitas Hijabers , Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No.01, Januari 2013, 118 227 Budaya populer adalah budaya yang lahir atas kehendak media. Artinya, jika media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan menyerapnya dan menjadikannya sebagai sebuah bentuk kebudayaan. Dominic Strinati, 2009, Popular Culture, (Yogyakarta: Ar-Ruuzz Media), 26-28 99

modal yang dimiliki oleh para pegiat hijabers sendiri. Media massa dan dunia massa merupakan arena pertarungan ide, gagasan dan wacana di mana hijab menjadi salah satu diusung oleh para pegiat hijab agar tampil dan diterima oleh masyarakat luas. Dalam hal ini, perilaku hijabers sendiri tidak cukup hanya diukur dari aspek amal perbuatan maupun praktik ibadah, tetapi juga harus diukur dari sikap dan perilaku hijabers dalam memproduksi produk berupa hijab. Kata produksi disini bukan hanya dalam arti produk material, tetapi juga produk berupa ide atau gagasan yang mencerminkan substansi yaitu nilai-nilai ajaran Islam. Misalnya, hijab syar‘i, yang tentu saja berbeda dengan hijab stylis. Sikap dan perilaku pada desain hijab, komunitas-komunitas hijabers termasuk juga HC Jakarta dalam mempopulerkan hijab merupakan tindakan yang dilakukan menggunakan sumber daya-sumber daya yang dimiliki para hijaber sendiri yaitu: modal ekonomi, kultural (berbagai pengetahuan yang sah), sosial (hubungan yang bernilai antara individu) dan simbolik yaitu kehormatan dan prestise seseorang.228 Kemunculan muslimah di kalangan selebritas yang berhijab baik dalam dunia nyata sehari-hari maupun dalam panggung berupa film maupun sinetron telah memperbesar modal para pegiat hijabers. Dalam konteks ini, sikap hijabers dalam mengusung gagasan hijab stylis juga mencerminkan kekuatan habitus yang dimiliki oleh para hijabers. Habitus merupakan nilai-nilai sosial yang dihayati oleh manusia, dan tercipta melalui proses sosialisasi nilai-nilai yang berlangsung lama, sehingga mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang menetap di dalam diri manusia tersebut. Sikap dan perilaku hijabers baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas, sekalipun dalam aspek religius tampak masih kurang, tetapi memperlihatkan sebagai suatu kekuatan yang menentukan diterimanya gagasan hijab stylis. Upaya mengenalkan hijab stylis tidak harus diawali dengan perilaku taat muslimah untuk sholat wajib lima waktu. Tindakan memakai hijab dan mengenalkan hijab bukan monopoli muslimah dengan religiusitas tinggi dilihat dari ritual ibadah karena berhijab juga memiliki dimensi sosial. Artinya, berhijab juga merupakan ungkapan sebagai makhluk sosial yang berbudaya, sama halnya dengan pilihan untuk memakai model pakaian yang lainnya. Ketika berhijab dipandang sebagai wujud ekspresi ketundukkan kepada Allah, dimensi sosial itu tidak boleh diabaikan. Dalam hal ini, para hijabers yang menjadi penggerak HC Jakarta menyadari betul sehingga perlu ada sejumlah aktivitas guna menguatkan sisi keagamaan dalam kegiatan komunitas sehingga hijabers yang semula hanya memakai hijab dari persektif sosial dapat memperoleh makna yang lebih kuat tentang hijab ketika memiliki pengetahuan dan pengalaman agama yang lebih baik.

228 Modal ekonomi, misalnya berupa uang dapat diakumulasikan dan dapat digunakan untuk memperbanyak modal yang lainnya seperti modal kultural, modal sosial maupun modal simbolik, Pierre Bourdieu, The Field of Cultural Production, (Florida: Columbia University Press, 1993), 7. 100

Sikap dan perilaku hijabers di satu sisi merupakan bagian dari persaingan nilai, ide maupun gagasan tentang fashion. Saat yang sama, sebagian hijabers juga terpengaruh budaya populer dalam arus modernitas. Perilaku berhijab sedikit banyak telah ikut mempopulerkan hijab sebagai busana yang lebih bernilai islami daripada model busana lainnya. Ide maupun gagasan tentang ragam keindahan hijab stylis telah menjadi daya tarik muslimah secara luas sehingga hijab stylis banyak dipakai oleh muslimah. Ketika model-model muslimah berhijab ditampilkan di berbagai acara dan media, maka hijab stylis menjadi budaya populer sehingga para muslimah yang memutuskan berhijab setelah melihat berbagai paparan media bisa dipastikan karena terpengaruh oleh budaya populer. Sekali lagi, keputusan berhijab karena pertimbangan sosial bukan suatu kesalahan karena ada banyak alasan orang mengenakan pakaian meskipun sebagian muslimah berpandangan bahwa berhijab sebagai suatu kewajiban sesuai syari‘at. Hijab menurut agama Islam adalah pakaian yang wajib dikenakan perempuan untuk menutupi aurat yakni rambut, dada, dan bagian tubuh lainnya, sebagaimana tertulis dalam Al Qur‘an, ―Hendaklah mereka menutupkan khumur (kerudung-nya) ke dadanya”. (Al-Qur‘an, An Nuur :31). Ini menunjukkan bahwa upaya mengenalkan hijab merupakan bagian dari upaya menerapkan syari‘at Islam dalam hal berpakaian. Islam mengajarkan hidup sederhana termasuk dalam berpakaian, dengan model yang sederhana dan tidak mengenakan perhiasan yang berlebihan.

B. Kekuatan Simbolik Islam Simbol merupakan suatu tanda yang menggambarkan tentang sesuatu mislanya ide. Simbol juga merupakan sesuatu yang menggambarkan kehidupan masyarakat atau aspek kehidupan tertentu yang sangat spesifik. Dalam istilah sosiologi katasimbol didefinisikan sebagai: (1). ―A sign, in which the connection between the meaning and the sign is conventional rather than natural‖, (2). ―An indirect representation of an underlying meaning, syndrome, etc, as for example, in religious symbolism and ritual.229 Sebuah simbol tidak selamanya mengandung makna universal karena pemaknaan terhadap simbol tergantung pada komunitas masyarakat dimana simbol tersebut digunakan. Gaya hidup stylis sebagaimana tampak pada penampilan dirinya ketika mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan HC Jakarta maupun aktivitas sehari-hari telah mencitrakan diri sebagai muslimah kelas menengah atas, terpelajar, modern, dan syar‘i. Meksipun mengikuti gaya hidup modern, citra diri sebagai muslimah tetap melekat sehingga hijabers juga mengusung simbol bagi Islam itu sendiri, bahkan menjadikan dirinya sebagai simbol Islam. Dengan kata lain, hijab stylis disamping simbol Islam juga simbol kelas sosial tertentu dalam masyarakat Islam. Hijab tidak lagi hanya dimaknai dari nilai guna hijab sendiri, tetapi juga nilai simbolik yang melekat di dalamnya. Menurut

229 D.Jary, and Jary, J, Collins,Dictionary of Sociology, (Harper Collin: Great Britain,1991), hlm. 645 101

Baudrillard230, fungsi utama objek-objek konsumer bukanlah pada kegunaan atau manfaatnya, melainkan lebih pada fungsi sebagai nilai-tanda atau nilai- simbol yang disebarluaskan melalui iklan-iklan gaya hidup berbagai media. Stylis maupun tidak stylis merupakan konstruksi sosial yang dibangun oleh masyarakat kelas atas yang memiliki sumber daya kuat untuk mengkonstruksi makna. Dalam hal ini, para desainer dan pemilik media, atas dasar kesepakatan bisnis baik langsung maupun tidak bekerjasama untuk mendapatkan keuntungan bersama dari produksi hijab stylis. Istilah produksi dalam hal ini tidak terbatas pada produksi hijab saja, tetapi juga konstruksi makna yang dilekatkan pada benda hijab. Hijab semakin bervariasi dilihat dari bentuk dan bahan serta cara menggunakannya, misalnya ada jibab bergo231, jilbab segi empat232, Jilbab Syiria (jilbab instan)233 dan sebagainya. Konstruksi makna terjadi melalui pemaknaan oleh desainer, pengamat, maupun oleh masyarakat luas berdasarkan di mana hijab tersebut dilekatkan sehingga menghasilkan kualitas simbolis pada hijab. Pada akhirnya, perhatian masyarakat lebih terpusat pada simbol, citra, sistem tanda dan bukan lagi pada manfaat dan harga komoditi.234 Pemakaian jilbab oleh seorang muslimah dipengaruhi oleh kepercayaan eksistensial. Sebuah teori yang dikembangkan oleh Fowler dalam bukunya yang berjudul Stagesof Faith: The Psychology ofHuman Development and Th eQuestfor Meaning. Kepercayaan eksistensial ini merupakan konsep multidimensionalyang meliputi kegiatan menciptakan makna (MeaningMaking). Jadi kepercayaan eksistensial ini sangat erat hubungannya dengan kebutuhan manusia dalam mencari dan menciptakan makna235 Menurut penulis, muslimah memakai hijab karena

230Daryl Y. Mendoza, Commodity, Sign, and Spectacle: Retracing Baudrillard‘s Hyperreality, Kritike, Volume 4. Number 2. December 2010, page 45-59 231 Jilbab bergo ini dikenal sangat praktis, tidak hanya digunakan untuk saat-saat santai tetapi bias juga digunakan dalam acara formal. Cara memakainya tinggal memasukan kepala saja. Jika ingin memodifikasi bias ditambahkan bros atau pin, akan mempercantik kerudung ini tidak poloh begitu saja namun ada bordiran, rampel, tali maupun pita. Ukurannya beraneka dari yang kecil hingga besar sampai betis. Ada yang berbahan spandek, kaos, katun, dan sebagainya. ―Macam Macam Hijab Trend Kekinian.‖ http://muharamil.blogitek.com (diakses 25 Desember 2017). 232 Bentuknya segi empat dan bias juga disebut pashmina. Biasanya sebelum dipakai dilipat sehingga membentuk segitiga . Jilbab ini digunakan untuk acara semiformal atau acara formal. Kerudung jenis ini adalah kerudung standar yang bias dipakai para hijabers. ―Macam Macam Hijab Trend Kekinian.‖ http://muharamil.blogitek.com (diakses 25 Desember 2017). 233 jilbab model ini termasuk salah satu aneka macam jilbab instan dan mudah dipakai. Model jilbab syiria hamper sama dengan model bergo, sama-sama langsung dipakai. Bedanya di jilbab syiria tidak ada bergo atau bantalan busa diujung kepala. ―Macam Macam Hijab Trend Kekinian.‖ http://muharamil.blogitek.com (diakses 25 Desember 2017). 234 Paul de Gay, Stuart Hall, Linda Janes, Hugh Mackay & Keith Negus, Doing cultural studies, The Story of the Sony Walkman, (London: Sage Publication, 1997), 102 235DianaMumpuni, Analisisfaktor-faktor Psikologisyangmemengaruhi death anxiety,Jakarta:UniversitasIslam NegeriJakarta,2014), hal. 41 102

meyakini hidup akan lebih bermakna karena hijab memiliki banyak makna baik ditinjau dari aspek religious maupun sosial. 1. Simbol Muslimah Kelas Menengah ke Atas Simbol muslimah tidak lepas dari simbol keagamaan. Simbol keagamaan' adalah semua atribut, gejala, dan atau penanda yang digunakan manusia untuk menunjukkan keberadaan serta ciri tertentu suatu agama. Dalam teori sosial, disebutkan: "Religious symbols may embody or condense moods, feelings and values, but symbols may also refer to specific places, persons or events in history". Pemaknaan manusia terhadap nilai-nilai simbolik dalam agama sering dihadapkan dengan praktek keagamaan yang dianut oleh kelompok penganut agama, karena dalam kenyataannya praktek keagamaan yang berkembang dalam masyarakat bisa bervariasi sesuai dengan kelompok atau kelas sosial.236 Dalam hal ini simbol hijabers sebagai muslimah kelas menengah ke atas akan tampak dari atribut atau penanda tertentu. Kalangan Muslim Kelas Menengah ingin diakui sebagai masyarakat modern dengan menggunakan simbol-simbol modern. Namun demikian, modernitas yangsimetris dengan adanya liberalisme, hedonism ,dan pengaruh westernisasi memberikan ruangn egosiasi bagi Muslim Kelas Menengahberimprovisasi. Hasilnyakemudian Muslim Kelas Menengah yang memegang nilai shar„î sebagai pedoman nilai dann orma. Adapun Islam Populer sebagai ―habitus‖ dimaknai sebagai bentuk perilaku yang kemudian berkembang menjadi kebiasaan tersendiri yang membedakan dengan kelas lainnya. Konstruksi habitus itulah yang kemudian menjadikan posisi Muslim Kelas Menengah mengalami diferensiasi tersendiri. Pada akhirnya, pembahasan Muslim Kelas Menengah yang dibingkai dalam paradigm ―IslamPopuler‖ berkembang sebagaikomunitas hybrid yang memadukan unsur Islam dan modernitas.237 Muslimah kelas menengah tidak memiliki batasan yang jelas dan tegas untuk disepakati, namun dengan mudah dapat diketahui dari kemampuan muslimah dalam mengikuti gaya hidup modern. Klasifikasi kelas menengah secara ekonomi maupun sosial memang sulit diidentifikasi karena belum adanya kesepakatan, tetapi simbolisasi kelas menengah ke atas begitu mudah ditandai dari gaya berpakaian, gaya berlibur, cara mengisi waktu luang, berbelanja maupun barang-barang yang digunakan atau dikonsumsi sehari-hari. Dalam analisa tentang Islam popular, Islam Populerdapat diartikan sebagai bentuk hadirnyabudayaIslam dalam ruang public yang diinisiasi oleh Muslim Kelas Menengah. Ruang-ruang tersebut perlu dihadirkan sebagaiupaya untuk mengenalkan Islam secara inklusif. Hadirnya Muslim Kelas Menengah memang memiliki hubungan fluktuatif dengan negara. Kajian Noorhaidi

236 237 WasistoRaharjoJati, Islam Populer sebagai Pencarian Identitas Muslim Kelas Menengah, Teosofi:JurnalTasawufdanPemikiranIslam Volume5,Nomor 1,Juni2015; 140- 163

103

Hasan238menyebutkan bahwa Islam Populer yang berkembang dalam Kelas Menengah Indonesia juga tidak terlepas dari politik akomodasi negara dengan penerapan asas tunggal. Hal itulah yang kemudian menarik peran politik Islam menjadi lebih mengarah pada pembangunan sosial. Kondisi itulah yang kemudian menciptakan ―habitus‖ yang mengedepankan komoditisasi dan komodifikasi Islam secara berulang sebagai modal kultural sekaligus sebagai suatu identitas. Islam Populer sebenarnya adalah modal kultural yang ingin diekspresikan Muslim Kelas Menengah dalam relasi sosialnya. Modal kultural tersebut merupakan bentuk komersialisasi dan komodifikasi terhadap simbol-simbol religios dalam komunitas Muslim. Munculnya masyarakat Muslim Kelas Menengah sendiri juga merupakan bagian dari proses emborjuaisasi kalangan santri-priyayi. Ekspresi symbol religius tersebut memang bagian dari proses pluralisme politik yang terjadi selepas Orde Baru dimana setiap unsur budaya dan politik ingin mendapatkan ruang berekspresi.239 Figur para pendiri Hijabers Community seperti Dian Pelangi, Jenahara, Ria Miranda bahkan sudah dapat dikategorikan sebagai kelas atas dilihat dari kiprahnya di forum-forum fashion show internasional di luar negeri. Hal ini membuktikan bahwa HC memiliki kekuatan simbolik untuk melakukan aktivitas dakwah terutama mengajak masyarakat luas untuk melihat bahwa Islam tidak mengekang perempuan muslim untuk berkiprah dalam bisnis di ruang publik. Jika selama ini Islam diidentikkan dengan ajaran yang mengekang perempuan, menolak modernisasi, menentang gaya hidup modern, kurang terpelajar, kurang menghargai seni, maka figur-figur hijaber tersebut adalah jawaban yang membalikkan persepsi publik, terutama publik Barat. Publik Barat yang selama ini lebih melihat Islam sebagai suatu sub budaya yang marginal tentu akan mendapatkan sudut pandang yang berbeda. Dalam kesimpulannya, penelitian Nanang Rizali, guru besar Seni Rupa Universitas Sebelas Maret menuliskan bahwa seni sebagai bahasa universal diharapkan mampu dijadikan sarana untuk mengajak berbuat baik (ma‘ruf), dan mencegah perbuatan tercela (munkar) serta membangun kehidupan yang berkeadaban dan bermoral. Di samping itu diharapkan dapat mengembangkan dan menumbuhkan perasaan halus, keindahan dan kebenaran menuju keseimbangan ‗material- spiritual‘. Dengan demikian seni mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani, serta dapat memberi kepuasan secara fisik dan psikis.240

238 Noorhaidi Hasan,The Making of Public Islam: Piety, Democracy,and Youth in Indonesian Politic(Yogyakarta:SUKAPress,2013),145-147.

239 Wasisto Raharjo Jati, Islam Populer sebagai Pencarian Identitas Muslim Kelas Menengah, Teosofi:Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam Volume 5,Nomor 1,Juni2015; 140- 163 240 Nanang Rizali, Kedudukan Seni Dalam Islam, TSAQAFA, Jurnal Kajian Seni Budaya Islam Vol. 1, No. 1, Juni 2012, 1-8 104

Persepsi Barat terhadap Islam bersumber dari interaksi mereka terhadap orang-orang Islam maupun berita tentang orang Islam di media massa. Sebagai contoh adalah interaksi masyarakat Eropa dengan imigran muslim. Nikolaos van Dam di harian Republika tahun 2009 menuliskan bahwa keberadaan imigran Muslim di Eropa dengan latar belakang budaya yang sangat berbeda. Keberadaan mereka amat sangat mempengaruhi pendapat orang Eropa terhadap Islam dan Muslim pada umumnya. Banyak para imigran ini datang dari pelosok desa miskin atau bahkan termiskin di negara mereka sehingga mereka hanya berpendidikan rendah daripada negara di mana mereka berimigrasi. Sering mereka juga tidak mempunyai posisi bersaing dalam hal ekonomi.241 Penjelasan Nicolaos tersebut memperlihatkan betapa muslim dipandang sebagai komunitas marginal. Kehadiran hijab dalam arena gaya hidup fashion di kancah internasional seperti di New York Fashion Week, London Fashion Week, dan sejumlah fashion show lain di luar negeri seperti di Sidney termasuk di dalam negeri sendiri seperti Jakarta Fashion Week memberi sudut pandang baru tentang Islam yang lebih baik. Bahkan citra tentang wanita muslim juga lebih baik. Hijab stylis menunjukkan bahwa wanita muslim memiliki ruang yang luas untuk mengekspresikan dirinya. Hijab sebagai simbol kelas menengah atas tidak hanya tercermin dari Hijabers Community, tetapi telah dimulai sebelumnya. Artinya, konstruksi hijab stylis di kalangan menengah atas tidak hanya dilakukan oleh komunitas ini, tetapi jauh sebelumnya oleh para selebritis papan atas seperti Inneke Kusherawati, Zaskia Mecca dan Oki Setiana Dewi. Selain hadirnya para hijabers dari selebritis dalam kehidupan nyata, konstruksi simbol hijab juga dilakukan oleh berbagai media dalam berbagai berita dan tayangan seperti film, sinetron, talkshow, dan sebagainya. Dalam hal ini, Hijabers Community bukan pemain tunggal dalam memaknai hijab. Sejumlah majalah muslimah seperti Alisha, Hijabella, Muslimah magazine (MusMagz), Paras, Scarft Magazine. Majalah-majalah ini menjanjikan para muslimah yang merasa dirinyadinamic, active, smart, dan confident tentang make-up, tutorial hijab, dan padu padan gaya berpakaian untuk kaum urban (perkotaan), fashion mode, gaya hidup, parenting dan lain sebagainya.242 Kontribusi berbagai media tersebut juga menegaskan bahwa hijab stylis dikonstruksi untuk mencitrakan muslimah kelas menengah atas. Dalam pemetaan konsumen, muslimah hijabers dapat diidentifikasikan sebagai achievers, strivers, dan fullfilleds dengan sumber daya yang memadai bahkan lebih berlimpah. Kelompok achievers memiliki sikap dan gaya hidup yang peduli image, mudah dipengaruhi, tertarik pada produk- produk mahal dan suka segala hal yang dapat mengangkat status sosialnya. Kelompok kedua yaitu Strivers dengan sumber daya yang tidak sebanyak

241Nikolaos van Dam, Islam dalam Pandangan Barat, Republika, Kamis, 29 Oktober 2009. 242 ―Rekomendasi 6 Majalah Islami untuk Fashion Muslimah‖, http://abiummi.com (akses 20 Desember 2017) 105

kelompok pertama. Strivers memiliki sikap peduli image namun mereka masih memiliki semangat dan ambisi untuk meraih apa yang diinginkannya dengan segala usaha sendiri yang keras, mereka pintar mencari uang. Fullfilleds memiliki pola pikir dan sikap yang lebih bijak terhadap hal-hal yang bernilai secara spiritual, tidak terlalu memikirkan image dan gengsi, suka belajar mengenai sesuatu yang baru.243 Simbol kelas menengah atas tampak pada gaya hidup hijabers, sedangkan simbol muslimah tetap merupakan bagian dari simbol Islam. Simbol muslimah tidak lepas dari sumber tekstual yang pada hakekatnya bersifat permanen- doktrinal yang tidak bisa dirubah sesuai dengan perspektif para penafsir agama. Piliang menjelaskan bahwa untuk mengkaji hal-hal tersebut, makadiperlukan sebuah pemahaman bahwa agama memang menggunakan duabentuk tanda, yaitu (1) tanda-tanda yang wajib diterima secara ideologissebagai hal yang bersifat transenden, dan (2) tanda-tanda yang telahditerima secara sosial meskipun sesungguhnya tanda-tanda tersebut masihterbuka lebar bagi ruang interpretasi.244 Model-model hijab yang dikenakan merupakan tanda sebagai muslimah, sedangkan tanda-tanda sosial yang tampak dari perilaku para hijbers menggambarkan diri sebagai kelas menengah atas. Simbol muslimah kelas menengah atas merepresentasikan bahwa umat Islam berada pada strata sosial yang tinggi. Islam jika dikaitkan dengan budaya populer secara sederhana dapat dijabarkan sebagai bentuk komoditas barang maupun ritualyang diterima secara komersial dan komunal sebagai bagian pembentuk Muslim Kelas Menengah. Gejala komoditisasi barang melalui simbol Islam sebenarnya dapat dilihat dari sejak adanya liberalisasi aturan yang memungkinkan Islam. Relasi muslimah dengan modernitas mendorong transformasi identitas jilbab yang, semula hanya dimaknai secara teologis, kinis udah merambah pada relasi sosial kemasyarakatan. Implikasinya adalah bahwa jilbab diterimas ebagai bagian dari budaya populer massadi kalangan wanita masa kini.

2. Simbol Muslimah Terpelajar Hijabers Community merupakan komunitas muslimah perkotaan karena memang hanya ada di kota-kota besar dengan jumlah perempuan terpelajarnya relatif besar. Komunikasi antar anggota melalui media sosial serta pilihan bahasa metropolitan memperlihatkan para hijaber memiliki simbol-simbol sebagai muslimah terpelajar. Berbagai kegiatan maupun tema acara HC Jakarta seperti parenting, public speaking, dan charity sudah membuktikan bahwa HC berisikan muslimah yang terpelajar. Fakta ini menegaskan laporan Divisi Riset Kongres Amerika Serikat tahun 2005 yang mengungkapkan bahwa populasi

243 Rao, V.R. & Steckel, J.H. (1998).Analysis for strategic marketing. Addison Wesley Longman, Inc. dalam Angga Sandy Susanto: Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup), Jurnal JIBEKA, Volume 7, No. 2, Agustus 2013 : 1 - 6 244 Y.A Piliang, , Post Realitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Post- Metafisika,(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hlm. 308. 106

wanita muslim berpendidikan tinggi di dunia tumbuh pesat dalam dua puluah tahun terakhir.245 Simbol sebagai muslimah terpelajar merupakan modal simbolik dalam suatu gerakan dakwah di arena modernintas saat ini yang banyak diwarnai dengan persaingan gaya hidup. Simbol-simbol sebagi muslimah yang stylis juga menjadi modal simbolik bagi HC untuk melakukan dakwah di arena gaya hidup modern. Konsep gaya hidup dan modern sering bertukar tempat karena modernitas menyediakan berbagai pilihan gaya hidup. Ketika memutuskan untuk mengikuti suatu gaya, maka dengan sendirinya secara simbolik menjadikan dirinya tampak modern. Dilihat dari perspektif dakwah, masuknya hijab dalam arena gaya hidup modern memperlihatkan bahwa Islam merupakan agama yang terbuka, menerima berbagai unsur budaya, termasuk gaya hidup modern sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Ada ruang titik temu antara nilai- nilai ajaran Islam dan nilai-nilai modernitas serta gaya hidup. Islam mengajarkan adanya kesederhanaan, simpel, mengutamakan manfaat, kebersamaan, kebersihan, kerapian dan keindahan. Modernitas juga menghendaki hal yang kurang lebih sama, paling tidak seperti tampak pada hijab. Hijab yang simple, rapi dan indah mengesankan kesesuaian hijab dengan gaya hidup modern.Dengan demikian, nilai-nilai agama tidak hanya diajarkan di majelis-majelis dakwah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari dalam berpakaian. Nilai-nilai agama sudah dapat kita peroleh di berbagai tempat dengan beraneka macam bentuk dan cara. Hal ini menandakan bahwa aktivitas dakwah tidak terkesan sempit dan eksklusif. Tidak ada yang salah dengan cara-cara bedakwah sepanjang disampaikan dengan baik sebagaimana dinyatakan dalam QS. An-Nahl: 125:

ا د ُعْ إِىَ ْٚ َسثِٞ ِوْ َستِّ َلْ تِا ى ِح ن َ ِةْ َٗا ى َ ٘ ػِ َظ ِةْ ا ى َح ََْٰ ِةْ ْۖ َٗ َجا ِد ىُٖ ٌْ تِاىَّحَٜ ِٕ ِْٜ أَ ح َٰ ُِْ ْۖ إِ َُّْ َستَّ َلْ ُٕ َْ٘ أَ ػيَ ٌُْ تِ َ ِْ َض َّوْ ػَ ِْ َسثِٞيِ ِْٔ ْۖ َُٕٗ َْ٘ أَ ػيَ ٌُْ تِا ى َُ ٖحَ ِذٝ َِْ ―Serulah kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, mauidzah hasanah, dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik, Tuhanmu Maha Mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan ia Maha Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.‖

Bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan atas dasar persuasif. Karena dakwah bersifat human oriented, maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat informatif. Bi al hikmah akan memberikan banyak manfaat sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Baqarah: 269

ُٝ ؤجِٚ ٱ ى ِح ن َةَْ ٍَِ َٝ َشا ُءْ ْۖ َٗ ٍَِ ُٝ ؤ َتْ ٱ ى ِح ن َةَْ فَقَ ذْ أُٗجِ َْٚ َخ ٞ ًشا َمثِٞ ًشا ْۖ َٗ ٍَا َٝ َّز َّم ُشْ إِ َّ َّلْ أُ ۟ٗىُ٘۟اْ ٱ ِلَ ى ثَ ِةْ

245 Federal Research Division, Women In Islamic Societies: A Selected Review Of Social Scientific Literature, Washington: Library Kongres, 2005, i. 107

―Ia memberi hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, barang siapa yang diberi hikmah berarti telah diberi kebaikan yang banyak‖.

Gaya hidup menyajikan aneka pilihan bebas bagi perempuan untuk beraktifitas baik di ruang privat maupun di ruang publik. Pilihan bebas juga disajikan melalui hijab dan dibuktikan melalui aktivitas para hijabers sendiri. Muslimah bebas dalam memilih hijab. Bahkan padu padan dalam berhijab begitu sangat bervariasi karena model hijab berupa potongan sehingga dapat dibuat kombinasi hijab yang stylis sesuai dengan selera muslimah itu sendiri. Ada ekspresi seni ketika muslimah melakukan padu padan hijab agar menghasilkan hijab yang stylis. Berangkat dari hijab ini, muncul kegiatan tutorial hijab menjadi daya tarik tersendiri karena msulimah dapat mengekspresikan seni dalam berpakaian sekaligus juga menjadi tertarik untuk belajar tentang cara berpakaian.

3. Simbol Syar’i Hijab merupakan simbol Islam, simbol ketaatan terhadap syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Bagi muslimah, berhijab dapat mencitrakan diri sebagai muslimah yang taat. Hijab secara awam ditandai dengan pemakaian kerudung pada kepala sehingga orang yang telah memakai kerudung atau jilbab dipandang telah berhijab. Pandangan awam ini memunculkan cara berhijab yang tidak syar‘i, misalnya memakai jilbab dengan tetap menonjolkan lekuk tubuh yang menampilkan kesan seksi, di antaranya menonjolkan bagian dada maupun pantat. Hal ini memunculkan istilah hijab syar‘i yaitu hijab yang dapat menutup lekuk-lekuk tubuh. Secara syar‘i, ada sejumlah syarat hijab dianggap syar‘i yaitu dapat menutup seluruh aurat.246 Meski sudah menutup, apabila menimbulkan kesan menonjolkan bagian-bagian tubuh yang seharusnya ditutup tidak disebut sebagai syar‘i. Meski demikian, pengamatan terhadap berbagai tutorial yang disampaikan oleh Dian Pelangi maupun Jenahera lebih menekankan pada pemakaian kerudung di kepala sedangkan pakaian syar‘i yang menutup badan tidak pernah disampaikan dalam tutorial. Cara pemakaian hijab, lebih sempit lagi tentang cara memakai kerudung tidak selalu menjadikan bagian dada tertutup. Bahkan kain kerudung hanya sebatas pada leher, tidak sampai menutup bagian dada. Kenyataan bahwa citra hijab syar‘i tetap melekat pada praktik berhijab para hijaber, bukan pada teks-teks syari‘at. Dalam hal ini bisa kita lihat di beberapa media poster pengajian rutin Hijaber Community ditulis syarat dress code agar menutup aurat , tidak ketat dan tidak transparan. Hal ini

246 Ada banyak pendapat mengenai batasan aurat. Sebagian ulama terkemuka berpendapat bahwa dua tangan hingga pergelangan adalah sama dengan wajah, yakni tidak dianggap sebagai aurat. Malik bin Anis Syafi‘, Uwaz‘i dan Sufyan Sauri sependapat dengan pendapat ini berdasarkan riwayat dari Abu Abbas yang meriwayatkan dari Rasulullah saw: wajah dan tangan adalah termasuk pengecualian. Namun menurut Ahmad bin Hambal dan Dawud Zahiri, dua tangan harus ditutup. Murtadha Muthahari, Fitrah, terj. Afif Muhammad (Jakarta: Lentera, 1998),120. 108

menunjukkan adanya proses dialog antara nilai-nilai ideal dengan kebutuhan berbusana. Urusan berbusana dalam ajaran Islam bukan semata-mata masalah budaya, namun lebih jauh dari itu merupakan tindakan ritual yang dijanjikan pahala sebagai imbalannya.247 Oleh karena itu dalam masalah busana, Islam menetapkan batasan-batasan tertentu5 tentang bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh dibuka. Batasan ini yang dikenal dengan istilah aurat. Kehadiran hijab stylis yang diusung oleh berbagai kekuatan baik desainer, pemilik media, maupun komunitas-komunitas hijaber memang telah memunculkan perluasan nilai dan makna hijab. Namun demikian, nilai syar‘i dari suatu hijab tidak pernah larut. Sebaliknya, kehadiran hijabersstylis menegaskan tentang keindahan nilai-nilai yang diajarkan Islam, terutama dalam hal berbusana. Orientasi religious adadua yaitu orientasi ekstrinsik dan intrinsik. Orientasi ekstrinsik adalah sebuah orientasi religiusyang memanfaatkan, mementingkan diri sendiri, berpusat pada keselamatan, status kenyamanan, dan protektifitas penganutnya. Sedangakn orientasi intrinsik adalah penginternalisasian keyakinan dan mengikuti ajaran-ajaran agamanya sehingga orang yang memiliki oreintasi intrinsik sering disebut sebagai orang yang sudah menemukanmotif dasardalam beragama.248 Jilbabmemilikiduadimensi,yaitu materidanrohani,jilbab materi berupa penutupan tubuh. Sedangkan jilbab rohani adalah kondisi dimana perempuanditengahkehidupan masyarakattidakberusahatampildengan dandanan yang menarik perhatian, dalam artian bahwa jilbab rohani ini adalah pencegah dari penyimpangan dan kemerosotan akhlak dan perilaku. Keduadimensi ini dikatakan saling terikat dan memengaruhi, jilbab materi berfungsi sebagai imunitas atau kekebalan yang bersifat preventif sehingga jilbab rohani punakan terjaga dengan terjaganya jilbab materi.249 Perkembangan jilbab bukan sebatas dipahami sebagai sebuah kewajiban agama. Namun meluas menjadi gaya hidup sebagaian perempuan. Jilbab akhirnya tidak hanya sebuah perwujudan kesalehan sebagaimana yang diharapkan perintah agama. Jilbab di sisi lain merupakan manifetasi dari fenomenasosial. Halini diperkuat dengan maraknya penggunaan jilbab pada

247 Tentang hijab ini, Faizol Riduwan dalam tulisannya berjudul Makna Jilbab Bagi Komunitas Hijabers Surabaya, Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 3, No.1, April 2013, 65-87 menjelaskan bahwa hijab sebagai produk budaya yang diciptakan sebagai bagian dari proses interaksi simbolik dalam realitas sosial, meskipun dilandasi oleh keyakinan agama seperti diuraikan Nina Surtiretna, Anggun Berjilbab, (Bandung : Mizan, 1997),18.

248DianaMumpuni, Analisisfaktor-faktor Psikologisyangmemengaruhi death anxiety,Jakarta:UniversitasIslam NegeriJakarta,2014), hal. 41 249SayidMuhammad Husain Fadhlullah, Dunia Wanita dalam Islam. Jakarta: Lentera, 2000, hlm 109.

109

sebagian masyarakat karena alasan politik, hukum, danl ainnya.Beragama alasan yang melatarbelakangi penggunaan jilbab di kalangan muslimah. Realitas ini pada akhirnya merujuk padasebuah kesimpulan bahwa jilbab bukan semata-mata representasi kesalehan muslimah. Tetapi jilbab juga menjadi lifestyle bagi sebagian muslimah agar terkesan atau menghadirkan suasana religious dalam kehidupanyang dijalaninya.250

C. Negosiasi Hijabers terhadap Modernitas Modernitas menunjukkan pada segala hal yang modern, baik teknologi, sistem maupun budaya. Budaya modern adalah kehidupanumatmanusiayang dipengaruhiolehperubahan sistem politik, keagamaan, ekonomi psikologi, ilmu pegetahuan, kemajuan teknologi dan informasi. Modernitas tidak dapat dihindari karena di dalamnya mengandung manfaat yang besar bagi umat manusia. UmatIslamtidak perlu menolak budaya, karena adanya budaya ini menunjang manusia untuk memeluk agamanya dengan erat. Memang dalam kasat mata budaya merupakan urusan dunia, tetapi Islam melihat budaya tidak secara parsial dan sebelah mata. Dibalik budaya yang ada tersimpan sejuta manfaat untuk kelangsungan umat beragama, karena berbagai produk budaya seperti hijab, mukena, sajadah, sarung, peci,baju,celana merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk beribadah. Pada abad modern ini, nilai-nilai agama, cara hidup atau aktivitas umat beragama berganti begitu cepat, yang ditimbulkan dari rasa tidak menentu banyaknya kejutan-kejutan yang datang, dan memisahkan manusiadari kepastian moral dan etnis tradisional. Banyaknya kejutan mengenai perubahan yang telah terjadi, membuat relasi agamadengan budaya modern semakin kabur, sehingga perlu adanya format relasi yang bisa dijadikan ebagai patokan untuk membangun relasi yang baik. Secara umum, relasi agama dan budaya modern dibangun berdasarkan dua konsep relasi,yaitu relasi secara vertikal, yakni dengan Allah dan relasisecara horizontal. Relasi bentuk pertamadiwujudkan dalam hal ibadah, sedangkan relasi kedua diwujudkan melalui kesalehan sosial. Berangkat darirelasi tersebut,para ahli kemudian menerjemahkan relasi agama dengan budaya modern menjaditiga relasi, yaitu pribumisasi, negosiasi dan konflik.251 Agama selain memiliki dimensi keimanan kepada Tuhan yang mutlak, juga memiliki dimensi lain berupa kebudayaan yang melahirkan berbagai symbol ritus. Islam yang muncul di Arab tentu memiliki dimensi budaya Arab. Ketika Islam sampai ke Indonesia, maka dimensi lokal Indonesia juga turut mewarnai praktik ibadah umat Islam. Begitu juga ketika Islam bertemu dengan modernisasi, maka

250Safitri Yulikhah, 2016 , Jilbab Antara Kesalehan Dan Fenomena Sosial, JURNAL ILMU DAKWAH,Vol.36,No.1,Januari–Jun, 96-117

251 Mangun Budiyanto dkk,,―Pergulatan Agama dan Budaya: Pola Hubungan Islamdan Budaya Lokal di Masyarakat Tutup Ngisor Lereng Merapi Magelang Jawa Tengah‖,Jurnal Penelitian Agama,Vol.XVII, No.3, 2008,hlm.652

110

Ketika Islam bertemu dengan modernitas, umat Islam jugadapat bernegosiasi. Dalam negosiasi,segenap perangkat doktrin agama berdialektika dengan bermacam- macam budaya yang sudah ada dalam masyarakat, maka di sana ada upaya untuk bersama-sama mengubah tradisiyang sudah dimiliki. Dalam wilayah inilah negosiasi berlangsung, tentunya negosiasi ini terbatas pada hal-hal tertentu yang berujung pada perubahan tradisi. Dalam relasi ini ada salah satu yang harus mengalah untuk mengikuti tradisi lainnya.252Kelompok Islam yang bernegosiasi menjadikan agama sebagai landasan utama untuk menghadapi budaya modern, karena agama tidak bertentangan dengan budaya modern,sehingga kelompok ini ingin menginterpretasikan agama sesuai dengan kebutuhan budaya modern. Negosiasi terjadi di dalam arena dakwah dan gaya hidup. Hijab stylis merupakan hasil dari negosiasi. Hijabers melakukan negosiasi karena merasa memiliki bergaining position atau posisi tawar menawar ketika berhadapan dengan gaya hidup modern, terutama dalam hal fashion. Bergaining position hijabers cukup kuat untuk menjadikan hijab mewarnai, bahkan mendominasi pasar fashion. Pertama, hijab merupakan pakaian muslimah yang memiliki makna religius di mata masyarakat muslim Indonesia yang mencapai 200 juta jiwa. Kedua, proses edukasi tentang busana muslimah telah begitu massif di berbagai institusi pendidikan setidaknya sejak awal tahun 2000-an. Bahkan sosialisasi di komunitas-komunitas dengan majelis taklimnya. Jumlah penduduk muslim yang besar dan meyakini hijab sebagai busana muslimah yang pantas telah menjadi arena bagi siklus bisnis yang akan terus hidup mulai dari memproduksi, mendistribusi dan mengkonsumsi atau menggunakan hijab. Dua hal tersebut juga membuktikan bahwa kehadiran hijab sebagai suatu mode dan kehadiran komunitas hijbers tidak berdiri sendiri karena ditopang oleh ekspresi religiusitas masyarakat muslim di Indonesia. Dunia modern tidak hanya menampilkan gaya hidup positif dan konstruktif menurut kaca mata Islam, tetapi juga menawarkan yang sebaliknya yang berujung pada perbudakan oleh nafsu materialisme. Hijaber hidup di dunia modern berada di antara spirit beragama dan materialism. Dalam hal ini, manusia akan dimuliakan seperti pada penciptaannya, tetapi juga dapat terjerumus ke dalam derajat yang rendah. Sikapdanpreferensi Muslim Kelas Menengah, ditengah membanjirnya berbagai macam produk budaya populer sendiri. Terdapat empat karakteristik perilaku Muslim Kelas Menengah yang perlu ditinjau dan dianalisis dari penerimaan mereka terhadap Islam yakni rasionalis, universalis, apatis,dan konformis. Kelas Menengah universalis merupakan kelompok Muslim Kelas Menengah yang seimbang baik dalam pengajaran substansi agama mapunjuga prakteknya di lapangan. Kelompok Kelas Menengah ini bisa dikatakan sebagai kelompok Kelas Menengah religious sekaligus juga puritan. Hal ini dikarenakan cara pandang merekadalam melihat, menganalisis, dan menyelesaikan masalah berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Padaumumnya, merekamerupakan hasil

252 MangunBudiyantodkk,,―PergulatanAgamadanBudaya:Pola Hubungan IslamdanBudayaLokaldiMasyarakat TutupNgisorLereng MerapiMagelang JawaTengah‖,JurnalPenelitianAgama,Vol.XVII, No.3, 2008,hlm.652 111 didikan dakwah majelis taklimyangtersebardiberbagaikotasehinggamerekamemiliki cara padangsesuaidengan ajarandakwah yang mereka anut.253 Pada dasarnya manusia telah ditempatkan Tuhan dengan harkat dan martabat yang tinggi namun juga dapat menjadi rendah derajatnya. Dalam kitab suci dijelaskan bahwa manusia akan jatuh menjadi makhluk yang rendah derajatnya, kecuali beriman dan beramal soleh sebagaimana dinyatakan dalam Q.S. At Tin: 4 -6

ۡ ۡ َٰ َ ۡ َٰ َ َٰ َٰ َٰ َل َقۡد َخ َلق َنا ٱۡل ن َس َن ف ًٓ أ ۡح َس ن َتق وٌ م ٤ ث َّم َر َدۡد َن ه أ ۡس َف َل َسف ل ٌ َن ٥ إ ََّّل ٱلَّ ذٌ َن َءا َم نو ْا َو َع مل و ْا ٱل َّصل َح ت َف َل ه ۡم أَ ۡج ٌر َغ ٌۡ ر َم ۡم نون ٦ ―Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah- rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tidak ada putusnya.”

Dalam ayat lain, kitab suci juga menjelaskan bahwa manusia telah dianugrahkan fitrah yang baik sebagai makhluk yang mulia, dalam perkembangannya dan dengan kelemahannya, manusia akan menjadi makhluk hina kecuali ia memiliki semangat ketuhanan (rabbaniyyah atau ribbiyyah) dan beramal saleh. Dalam perjalanan sejarah manusia, akan melakukan perjuangan hidupnya untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya sehingga tidak jatuh dengan sendirinya.254 Negosiasi merupakan cara bagi para hijabers agar tidak terjerumus ke dalam materialisme, tetapi juga dapat diterima oleh jaman modern. Hasil negosiasi inilah yang kemudian menghasilkan suatu keunikan yang diterima oleh komunitas hingga mendunia. Pegiat hijab khususnya para desainer muslimah memiliki komunitas, memiliki modal kuat, serta memiliki distinction atau pembeda yang unik. Sebagai muslimah tentu saja bagian dari masyarakat muslim yang mayoritas di Indonesia bahkan di dunia.255 Pangsa pasar hijab sangat luas di Indonesia bahkan mendunia.

253 WasistoRaharjoJati, Islam Populer sebagai Pencarian Identitas Muslim Kelas Menengah, Teosofi:JurnalTasawufdanPemikiranIslam Volume5,Nomor 1,Juni2015; 140- 163

254 Enung Ismaya, ―Modernitas dan Tantangan terhadap Pelaksanaan Dakwah,‖ Jurnal Keomunika, 3, no. 1 (Januari-Juni 2009), 46-62. 255 Populasi muslim di dunia berada di sekitar 1,2 – 1,6 milyar jiwa dari sekitar 7,5 milyar populasi penduduk dunia. Namun, jumlah muslim tersebut belum dihitung dari masyarakat Barat yang diklaim sebagai penganut kristen yang mencapai 2 milyar jiwa seperti diungkapkan dalam Peter J. Hotez, ―The World‘s Great Religions and Their Neglected Tropical Diseases,‖ DOI:10.1371/ journal.pntd.0004544, July 28, 2016, 1-5. Perlu diingat orang atheis juga semakin banyak di masyarakat Barat, namun tidak ada sensus yang menguatkan pendapat ini, kecuali tetap diklaim sebagai kristen. Diprediksi, jumlah penduduk muslim terus bertambah hingga menjadi 2,7 milyar hampir sama dengan penduduk kristen yang akan mencapai 2,9 milyar jiwa pada tahun 2050. Jika dihitung dari 2017, maka dalam 40 tahun yang akan datang penduduk muslim akan bertambah sebanyak 1,1 milyar jiwa atau tumbuh sebesar 73% sebagaimana ditulis dalam Pew Research Center, 112

Para desainer hijab di Indonesia seperti Jenahara, Dian Pelangi, Ria Miranda dan yang lain-lainnya sudah memiliki gambaran luasnya pasar hijab. Sebagai desainer, mereka mampu mengkonstruksi simbol dan makna yang melekat pada hijab rancangan mereka. Mereka juga mampu memahami kebutuhan hijab bagi muslimah karena mereka sendiri bagian dari komunitas muslimah. Kebutuhan muslimah tidak sekedar menutup aurat, tetapi juga tampil fashionable. Para desainer hijab pun aktif menciptakan trend. Tren hijab tidak sebatas pada ragam variasi tampilan kerudung, tetapi juga beragam jenis pendukung hijab mulai dari baju atasan, baju bawahan, gaun, jaket atau blazer, hingga sepatu, tas dan aksesorinya. Tampil berhijab tidak lagi kaku dan membosankan. Perempuan memakai hijab mampu tampil elegan dan modis sehingga semakin banyak perempuan berhijab di ruang-ruang publik dengan tampilan modis, bahkan dengan asesoris bermerek.256 Banyaknya variasi tersebut menjadikan hijab sebagai komoditas yang tidak akan pernah habis. Hijab memiliki daya pembeda atau distinction yang cukup kuat untuk eksis di pasar fashion karena begitu banyak bagian dari sisi hijab yang dapat dipadupadan sehingga menghasilkan variasi hijab yang selalu fashionable. Konsumen atau pemakai hijab akan terus bertambah seiring dengan semakin kuat dan gencarnya ajaran Islam untuk mengenakan hijab. Hal ini merupakan pasar yang sangat menjanjikan sehingga bukan hanya desainer muslimah saja yang tertarik pada hijab, tetapi juga para pelaku bisnis fashion di negara-negara maju. Menurut data dari Kementerian Dalam Negeri, sejumlah negara seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang, Tiongkok, Berlgia dan Swiss menjadi pasar yang potensial untuk memasarkan industri fashion Indonesia. Sebagian desainer hijab Indonesia melebarkan sayap ke negara-negara maju tersebut. Negara-negara maju tersebut merupakan destinasi wisata wisatawan dari Timur Tengah. 257 Komunitas-komunitas yang mendukung eksistensi hijab di dunia fashion serta jejaring bisnis yang terbentuk telah menguatkan bergaining hijab di arena gaya hidup fashion. Komunitas yang paling menonjol di tingkat konsumen seperti komunitas hijab tumbuh subur di Indonesia. Jejaring bisnis mulai dari desainer dan asosiasinya, pengusaha butik, pedagang fashion pendukung hijab ikut terlibat dalam membesarkan hijab di dunia fashion. Bahkan pemerintah dan asosiasi perancang busana berharap Indonesia menjadi pusat fashion muslim dunia.258 Fakta-fakta tersebut memperlihatkan bahwa posisi tawar hijab di dunia fashion semakin kuat. Eksistensi hijab di arena gaya hidup fashion semakit kuat juga berimplikasi pada eksistensi komunitas-komunitas hijaber seperti HC Jakarta. Sebagai

April 2, 2015, ―The Future of World Religions: Population Growth Projections 2010-2050,‖ http://www.pewforum.org/2015/04/02, (diakses 20 Agustus 2017). 256 Diulas dalam tulisan berjudul ―Tawaran laba legit dari bisnis hijab yang cantik‖, Kontan, 28 Januari 2014, http://peluangusaha.kontan.co.id/news, (diakses 21 Agustus 2017). 257 Diulas dalam tulisan berjudul ―Lebarkan Bisnis ke Pasar Internasional, Norma Hauri Incar Inggris,‖ kumparan.com, (diakses 21 Agustus 2017). 258 Potensi hijab membawa Indonesia sebagai kiblat mode muslim dunia diulas dalam Tajuk Utama berjudul ― Potensi Kiblat Mode Muslim Dunia, ― Warta Ekspor, April 2015, 5-9. 113 komunitas, HC Jakarta tidak hanya berfokus pada fashion hijab, tetapi juga melakukan aktivitas dakwah sebagai wujud komitmen untuk meningkatkan kualitas seorang muslimah, baik sebagai pribadi maupun sebagai istri maupun sebagai ibu rumah tangga. Dalam konteks ini, kegiatan dakwah HC Jakarta diminati oleh banyak muslimah karena dakwah yang dilakukan lebih menarik. Daya tarik kegiatan dakwah di HC Jakarta seperti fun day, majelis taklim, parenting, dan public speaking benar-benar menampilkan sisi kebutuhan muslimah yang tidak mampu diberikan dalam kegiatan pengajian pada umumnya. Artinya, di dalam kegiatan dakwah pun, kegiatan HC Jakarta memiliki daya pembeda (distinction) yang menjadikan kegiatan dakwahnya diminati oleh jamaah, terutama dari kalangan muslimah. Dalam konteks ini, hijab juga melakukan negosiasi dengan dakwah mainstream yang lebih menonjolkan sisi ceramah dan dialog tentang agama. Dengan negosiasi tersebut, HC memiliki ruang dakwah yang luas, bukan hanya di dalam lingkup majelis taklim tetapi juga meliputi arena yang lebih luas yaitu arena gaya hidup, arena pasar, dan arena dunia maya. Strategi dakwah yang paling tepat adalah dakwah bil hal atau dakwah pembangunan. Dalam pengertian yang lebih luas dakwah bil-hal, merupakan keseluruhan upaya mengajak orang untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntunan Islam, yang berarti banyak menekankan pada masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah259. Dakwah bilhal dengan istilah dakwah bil- Qudwah yang berarti dakwah praktis dengan cara menampilkan akhlaq al- karimah. Sejalan dengan ini seperti apa yang dikatakan oleh Buya Hamka260 bahwa akhlaq sebagai alat dakwah, yakni budi pekerti yang dapat dilihat orang, bukan pada ucapan lisan yang manis serta tulisan yang memikat tetapi dengan budi pekerti yang luhur. Dakwah pembangunan akan berhasil ketika memenuhi sejumlah ketentuan berikut: mampu menjawab kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat luas, terpadu dalam arti melibatkan banyak unsur di masyarakat, partisipatif, memecahkan masalah, menggunakan teknologi tepat guna, dan ada swadaya dari masyarakat. Ketentuan ini penulis adopsi dari tulisan Nawawi tentang strategi dakwah.261

259Akhmad Sagir, Dakwah Bil-Hal: Prospek dan Tantangan Da‟i, Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol.14 No.27, Januari-Juni 2015, 15-27 260Akhmad Sagir, Dakwah Bil-Hal: Prospek dan Tantangan Da‟i, Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol.14 No.27, Januari-Juni 2015, 15-27 261 Nawawi, Strategi Dakwah Studi Pemecahan Masalah, Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto, KOMUNIKA, 2, no.2 (Jul-Des 2008), 269-276. Nawawi pada akhir bahasannya menuliskan bahwa strategi pembangunan masyarakat Islam yang dipilih berorientasi pada ketentuan-ketentuansebagai berikut: 1. Dimulai dengan mencari kebutuhan masyarakat, bukan saja kebutuhan yang secara objektif memang memerlukan pemenuhan, tetapi juga kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat setempat perlu mendapat perhatian. 2. Bersifat terpadu dengan pengertian bahwa berbagai aspek kebutuhan masyarakat di atas dapat dijangkau oleh program, dapat melibatkan berbagai unsur yang ada dalam 114

Dilihat dari ketentuan dakwah yang dijelaskan Nawawi, hijab merupakan salah satu strategi dakwah bil hal yang fenomenal. Dikatakan fenomenal karena seluruh ketentuan ideal di atas terpenuhi dalam gerakan hijab. Hijab mampu menjawab kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat luas. Setiap muslimah membutuhkan pakaian yang menutup aurat tetapi juga dapat tampil modis di berbagai aktivitas. Jika sebelumnya hijab hanya dikenakan terbatas untuk kegiatan pengajian atau acara-acara keagamaan, maka sekarang setiap muslimah tampak fashionable dengan hijab modis di berbagai aktivitas hidup modern seperti kerja atau bisnis, meeting, belanja, jalan-jalan atau liburan bahkan ke pesta perayaan. Hijab mampu menggerakkan banyak orang untuk terlibat secara terpadu mulai dari perancang, penjahit, fashion show, butik, komunitas-komunitas hijab, tutorial hijab, dan seluruh distribusi pendukung fashion hijab. Keterpaduan tersebut saling sambung menyambung menciptakan ketergantungan satu dengan yang lain sehingga satu sama lain juga berusaha untuk saling menghidupi. Saat yang sama, hijab juga bersifat partisipatif dalam arti mendorong setiap muslimah untuk terlibat dan menjadi bagian dari hijabers atau muslimah berhijab secara sukarela tanpa ada bujukan maupun paksaan dari pihak lain. Model-model hijab yang fashionable sudah cukup menarik muslimah yang belum berhijab untuk berhijab. Gerakan dakwah melalui hijab juga memenuhi ketentuan sebagai mampu memecahkan masalah bagi muslimah secara luas. Hijab yang tampak kaku, kolot atau konvensional merupakan masalah bagi muslimah yang ingin tampil modis di era modern saat ini. Kehadiran hijab stylis memberi solusi bagi muslimah untuk tampil berhijab secara fashionable di segala kesempatan dan kondisi. Hijab sebagai gerakan dakwah telah menggunakan teknologi tepat guna, dalam arti memanfaatkan teknologi yang mampu memberikan nilai yang lebih baik

masyarakat dan penyelenggaraan program itu sendiri merupakan rangkaian yang tidak terpisah. 3. Pendekatan partisipasi dari bawah, dimaksudkan bahwa ide yang ditawarkan mendapat kesepakatan masyarakat atau merupakan ide masyarakat itu sendiri. 4. Melalui proses sistematika pemecahan masalah, artinya program yang dilaksanakan oleh masyarakat sejauh mungkin diproses menurut aturan/langkah-langkah pemecahan masalah. Dengan demikian, masyarakat dididik untuk bekerja secara berencana, efisien dan mempunyai tujuan yang jelas; 5. Menggunakan teknologi yang sesuai dengan tepat guna, maksudnya teknologi dalam perangkat lunak maupun perangkat keras yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terjangkau oleh pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sekaligus dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, dapat meningkatkan produktivitas dan tidak mengakibatkan pengangguran. 6. Program dilaksanakan melalui tenaga lapangan yang bertindak sebagai motivator. Fungsi tenaga lapangan ini dilakukan oleh para da‘i, khususnya tenaga dari organisasi/Iembaga masyarakat yang berpartisipasi; 7. Azas swadaya dan kerjasama masyarakat, maksudnya bahwa pelaksanaan program harus berangkat dari kemampuan diri sendiri dan merupakan kerjasama dari potensi- potensi yang ada. Dengan demikian, setiap bantuan dari pihak luar hanya dianggap sebagai pelengkap dari kemampuan dan potensi yang sudah ada.

115 tentang hijab di mata masyarakat luas. Hijab dikenalkan melalui berbagai event fashion show, melalui berbagai media sosial, kegiatan tutorial baik melalui televisi, serta forum-forum pertemuan telah memberikan citra bahwa dakwah melalui hijab lebih efektif dan efisien dalam mengenalkan nilai-nilai Islam. Hijab bukan lagi sesuatu yang tertutup, dan membatasi ruang gerak bagi muslimah namun sebaliknya dengan hijab, muslimah mampu mengispirasi bagi muslimah yang lain yang belum berhijab. Hijabers Community mampu memberikan ruang berekspresi dan menggali potensi bagi muslimah di ruang publik sebagi sebuah syiar. Lebih menarik lagi, gerakan dakwah dalam bentuk hijab mampu menumbuhkan swadaya dari masyarakat. Letak keswadayaan masyarakat, terutama yang muslimah tampak dari kesediaan untuk mengusahakan sendiri untuk memiliki hijab. Muslimah membelanjakan uang untuk mendapatkan hijab yang sesuai dengan kebutuhannya, belajar mengenakan hijab dan mengikuti tutorial hijab. Dengan kata lain, hijab stylis hasil rancangan para hijaber pegiat Hijabers Community telah berhasil memotivasi masyarakat muslimah untuk berswadaya memakai hijab. HC Jakarta sebagai bagian dari komunitas hijab berkontribusi dalam memberikan tutorial hijab termasuk mempertemukan para muslimah secara langsung dengan para desainer dalam forum-forum dialog. Hal ini membuktikan bahwa hijab di samping sebagai suatu gaya hidup juga sebagai gerakan dakwah. Eksistensi hijab saat ini merupakan hasil negosiasi hijab di arena dakwah maupun di arena gaya hidup fashion. Negosiasi terjadi karena dari kedua arena tersebut terdapat kesamaan nilai-nilai yang dapat memperkuat modal bagi komunitas hijaber. Terminologi modal atau kapital dalam konsep teori Bourdieu menunjuk pada empat modal yaitu modal sosial, modal ekonomi, modal kultural dan modal simbolik. Hijab sebagaimana direpresentasikan oleh HC Jakarta merupakan wujud gerakan di arena dakwah sekaligus di dalam arena gaya hidup. Dunia yang terbagi antara dunia nyata dan dunia maya pun mengkondisikan HC Jakarta masuk ke dalam arena dunia maya. Kiprah HC Jakarta melalui para pegiat HC pada dasarnya merupakan hasil dari proses negosiasi mereka ketika menghadapi realitas yang terus berubah. Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Karena itu, keputusan benar-salah, baik- buruk, indah-tidak indah pada wilayah ini merupakan hasil dari serentetan proses psikologis yang kemudian mengarahkan individu pada tindakan dan perbuatan yang sesuai dengan nilai pilihannya.262Nilai menjadi penuntun hidup seseorang yang berhubungan dengan seluruh aspek-aspek perilaku.263 Nilai memungkinkan individu atau kelompok sosial untuk membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai.264 Nilai merupakan konstruk yang melibatkan proses kognitif (logis dan rasional) dan proses ketertarikan dan penolakan menurut kata hati. Nilai selalu berfungsi secara

262 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung : Alfabeta, 2004), 9 263 Ali, S. Prediksi perilaku ramah lingkungan yang dipengaruhi oleh nilai dan gaya hidup konsumen , Jurnal Perspektif Bisnis,1, no.1, (Juni 2013), 112-125 264 Asrori, M Psikologi pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima, 2008),153 116 potensial, tetapi selalu tidak bermakna apabila diverbalisasi. Apabila hal itu berkenaan dengan budaya, nilai diungkapkan dengan cara yang unik oleh individu atau kelompok. Menurut Myers ―Values differ not only across time but also across cultures‖.265 Nilai akan berbeda tidak hanya karena waktu tetapi juga lintas budaya. Nilai akan selalu berubah dan mempengaruhi sikap dan tindakan. Dalam hal ini, maka ada negosiasi untuk menghasilkan kompromi sehingga ada nilai-nilai yang sama yang dapat diterima. Dakwah mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk agama, menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan yang munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.266 Berangkat dari pengertian dakwah tersebut, maka nilai yang ingin dicapai melalui dakwah yaitu kebaikan dan mengikuti petunjuk agama (Islam).Aktivitas hijaber mulai dari pakaian hingga aktivitas sosial di dalam komunitas hijaers mencerminkan nilai-nilai ajaran Islam seperti nilai kebaikan atau ihsan yaitu bersih, rapi, indah, produktif, dan memberi manfaat bagi orang lain. Dilihat dari aspek iman, berhijab juga mencerminkan ajakan untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan, misalnya dengan lebih aktif di dalam majelis taklim. Dilihat dari aspek ber-Islam, berhijab juga mengajak masyarakat untuk lebih mencintai Islam. Tidak jarang, hijabers juga melakukan aktifitas bakti sosial yang menunjukkan ajakan untuk beramal atau peduli kepada nasib orang lain. Kebaikan-kebaikan dalam praktik sehari-hari oleh hijaber boleh jadi sejalan dengan petunjuk agama yang dijadikan pedoman hidup. Terbuka pula praktik sehari-hari yang dijalani dan disukai tersebut tidak sesuai dengan agama Islam. Dalam konteks inilah, terjadi proses negosiasi sehingga menghasilkan titik temu antara keduanya. Praktik sosial sehari-hari HC Jakarta sebagaimana tampak pada level personal maupun kolektif menunjukkan kebaikan-kebaikan yang sejalan dengan pedoman agama Islam. Secara personal, anggota HC atkif mengenalkan hijab dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perintah Allah swt untuk menutup aurat dan menjauhi zinah. Dengan memakai hijab, seorang hijaber merasa terpanggil untuk lebih bisa menjaga diri dalam pergaulan sehingga ada kesan positif tentang muslimah. Secara kolektif, HC Jakarta mempraktikkan kegiatan-kegiatan yang sangat dianjurkan oleh agama Islam seperti belajar dalam kegiatan majelis taklim, memberikan santunan dalam bakti sosial, maupun kegiatan pengembangan diri seperti publik speaking dan parenting. Berbagai kegiatan tersebut memperlihatkan kuatnya nilai-nilai dakwah dalam kegiatan JC Jakarta yaitu mengajak kebaikan melalui cara-cara yang baik. Dakwah dalam arti cara mengajak pada kebaikan telah memperlihatkan nilai-nilai yaitu nilai ukhuwah islamiah dan muamalah. Ajakan untuk berhijab dengan memberikan contoh hijab stylis dan syar‘i serta memberikan layanan tutorial hijab merupakan bentuk ajakan yang halus dan sangat manusiawi. Ajakan tersebut menyentuh pada ketertarikan atau minat

265Myers, DG. Social psychology. (New York: McGraw Hill, 2010), 10. 266 Wahyu Ilahi, M. Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group cetakan ke 2, 2009), 19. 117 muslimah untuk tampil modis dan syar‘i. Cara mengajak berhijab demikian mengandung nilai ukhuwah Islamiyah yang disampaikan secara nonverbal dalam bentuk tindakan. Bahasa nonverbal dalam mengajak berhijab tampak lebih mudah diterima oleh komunitas yang menjadi sasaran dakwah. Aspek nonverbal dalam hijab ini tampak dari gesture, ekspresi wajah, perilaku ataupun bahasa tubuh lainnya.267 Perilaku berhijab termasuk tindakan hijabers dalam memberikan tutorial hijab ini melengkapi pesan verbal tentang ajakan berdakwah. Ekspresi ceria dalam setiap pose yang ditunjukkan para hijabers di media sosial mencitrakan bahwa berhijab menjadi bagian dari keceriaan yang mereka dapatkan. Para hijabers seakan menegaskan diri sebagai representasi muslimah yang gaul, taat, bahagia dengan hijab stylis yang mereka kenakan.268 Konsep stylis mengandung arti hijab yang modis atau gaya. Faizol Riduwan269 dalam tulisannya menguraikan bahwa gaya berbusana merupakan suatu kebudayaan dari suatu masyarakat, artinya cara berbusana antar masyarakat akan berbeda karena dipengaruhi adat istiadat, keadaan geografis, dan kebutuhan yang lainnya. Keanekaragaman budaya mendapat tempat terhormat dalam Islam. Dalam sejarahnya, Islam datang dan tersebar di tengah mayarakat yang telah memiliki budaya tertentu, karena itu interaksi sosial akan terjadi antara agama dan kebudayaan yang berbeda.6 Dalam menghadapi perbedaan semacam ini, Islam dikenal sebagai agama yang sangat fleksibel. Demikian juga dalam hal berbusana, Islam memanang bahwa seseorang diizinkan untuk memakai busana dengan model apapun asalkan tetap mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Islam, dalam sejarahnya, mampu mensikapi pluralisme budaya dengan sikap yang akomodatif. Ketika mode terus berubah dari waktu ke waktu, maka ada kebutuhan untuk selalu mengenakan hijab stylis sehingga muncul kesan hijab adalah bagian dari praktik gaya hidup konsumtif hijabers. Dalam kehidupan moderns yang kapitalistik, tidak dapat dipungkiri ajakan hidup konsumtif menjadi godaan tersendiri karena menjanjikan kesenangan dunia. Di dalam Islam, manusia dilarang untuk berlebih-lebihan, sebaiknya melakukan konsumsi seperlunya saja. (QS. Al- A‘raf: 31). Berdasarkan ayait inilah Islam mengajarkan umat Islam mengurangi kemubadziran, pamer, mengkonsumsi barang-barang yang tidak perlu, dan berlebihan. Maka pola konsumsi Islam lebih didorong oleh fakta kebutuhan (needs) daripada keinginan (wants). Konsumsi berlebihan hanya menuruti keinginan menunjukkan adanya gaya hidup konsumtif telah mengiringi kehidupan hijabers. Dapat dikatakan bahwa gaya hidup konsumtif merupakan residu dari maraknya hijab. Figur-figur hijabers papan atas seperti Dian Pelangi, Jenahara, Anisa

267Komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi yang dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata atau nonlinguistik, dalam Budyatna, Muhammad. Teori Komunikasi Antarpribadi. (Jakarta: Kharisma, 2011), 110 268 Modis, taat, dan bahagia serta gaul merupakan bagian dari identitas sosial yang dibangun sebagai citra diri mereka sebagai muslimah berhijab. Representasi merupakan ekspresi yang mengartikulasikan diri sebagai bagian dari masyarakat sebagai satu kesatuan, Chris Barker, Cultural Studies, (terj. Nurhadi) (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011), 56. 269 Diuraikan Faizol Riduwan dalam tulisannya berjudul Makna Jilbab Bagi Komunitas Hijabers Surabaya, Jurnal Sosiologi Islam, 3, no.1,( April 2013), 65-87 118

Hasibuan, dan yang lainnya telah memamerkan gaya hidup papan atas sedemikian rupa untuk menimbulkan keinginan public mengenakan hijab sebagaimanan yang dikenakan para pabluk figur tersebut. Dilihat dari kacamata ekonomi pasar sebagai turunan dari paham kapitalisme, munculnya hijabers papan atas dengan berbagai gaya dan desain hijab terbarunya memamg dimaksudkan untuk menimbulkan keinginan muslimah untuk mengikuti apa yang dipertontonkan oleh para hijabers papan atas terus menerus sehingga siklus ekonomi dari mulai produksi dan konsumsi terus berjalan. Saat yang sama, Islam mengajarkan untuk mengkonsumsi seperlunya sesuai kebutuhan. Pandangan Islam ini dalam praktik para hijabers berpotensi terbawa arus konsumtif. Masyarakat yang aktif menjalankan kegiatannya yang konsumtif harus mendapatkan penghormatan sebagai orang yang bercitra positif, yaitu sukses, terhormat, dan penuh dengan nuansa hidup modern sehingga budaya konsumen perlu dipelihara untuk mempertahankan proses produksi. Aktivitas manusia di atas telah menuai banyak kritikan, terutama dari kaum agamawan karena dengan melakukan kegiatan konsumtif, masyarakat akan terjebak pada rutinitas kosong atau nihil.270 Dikatakan nihil karena kegiatan produktif akan habis dikonsumsi, sedangkan kegiatan konsumsi hanyalah pengulangan konsumsi sebelumnya atas produk dan citra yang diciptakannya sendiri. Perlu dicatat penulis masih melihatnya sebagai potensi sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut tentang hal ini. Pandangan di atas sejalan dengan pandangan Boudrillard271yang menjelaskan bahwa perilaku konsumtif bertentangan dengan tujuan-tujuan konsumsi itu sendiri karena setiap kali kegiatan konsumsi dilakukan selalu muncul kebutuhan baru yang ingin dipenuhi. Demikian juga, setiap produk diciptakan untuk mengingkari produk yang sudah ada. Tawaran konsumsi yang tadinya menjanjikan kenikmatan pada akhirnya hanya memberikan pertanda adanya kekurangan-kekurangan yang harus diselesaikan atau diatasi dengan cara mengkonsumsi lebih lanjut. Bagi masyarakat industri, budaya konsumen dapat ditempatkan sebagai sumber kekuatan produktif untuk menciptakan benda-benda atau produk baru. Ketika motivasi mengkonsumsi suatu barang adalah untuk mendapatkan simbol-simbol sosial dalam rangka mempertegas status sosialnya dalam suatu kelompok masyarakat, maka perilaku konsumsi sebagai bagian dari wujud budaya konsumen tidak akan mengenal kata akhir. Orang tidak akan pernah terpuaskan dengan mengkonsumsi suatu barang karena begitu mendapatkan yang satu, akan muncul lagi keinginannya yang lain demikian seterusnya. Madzab Frankfurt berpandangan bahwa industri yang menghasilkan barang- barang berarti akan berperan sebagai industri budaya yang pada gilirannya akan menghasilkan budaya massa.272 Kemampuan masyarakat untuk mempelajari citra, makna atau simbol dari suatu barang bersumber dari perkembangan rasionalitas

270 Rose Poole, Moralitas dan Modernitas Dibawah Bayanag-bayang Nihilisme. Kanisius, Yogyakarta. 1993, 113. 271Jean Boudrillard, Masyarakat Konsumsi, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2004, 86. 272Dominic Strinati, An Introduction to Theories of Popular Culture, Routledge, London,1995, 64.

119 yang semakin modern. Kaum terpelajar telah menjadi perantara dalam mengenalkan persepsi baru tentang barang, simbol dan realitas kehidupan kelas terpelajar. Apa yang mereka ciptakan akan dengan mudah diikuti dan diidealkan oleh masyarakat. Temuan-temuan baru atau perspektif-perspektif baru di bidang fashion, estetika, dan teknologi yang dilekatkan pada suatu benda merupakan karya cipta dari kaum intelektual. Mereka juga mampu mengkomunikasikannya kepada khalayak melalui kemasan iklan di berbagai media massa. Iklan juga telah menjadi karya seni yang banyak dikaji dan menimbulkan penghormatan oleh khalayak terhadap pencipta iklan Dalam Islam, kepuasan konsumsi dikenal dengan maslahah dengan pengertian terpenuhi kebutuhan baik bersifat fisik maupun spritual. Islam sangat mementingkan keseimbangan fisik dan dan non fisik yang didasarkan atas nilai- nilai syariah. Seorang muslim untuk mencapai tingkat kepuasan harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu barang yang dikonsumsi adalah halal, baik secara zatnya maupun cara memperolehnya, tidak bersifat israf (royal) dan tabzir (sia-sia). Kepuasan seseorang tidak didasarkan banyak sedikitnya barang yang dikonsumsi, tetapi didasarkan atas berapa besar nilai ibadah yang didapatkan dari yang dikonsumsinya.273 Dalam kesimpulannya, Novi Indriyani Sitepu274 menuliskan bahwa meningkatnya jenis volume produk industri memudahkan masyarakat bersikap konsumptif dan materialistis. Perilaku konsumtif ini menjadi kebiasaan semua masyarakat dari berbagai kelas sosial. Impikasi sikap konsumptif ini dapat membuat penghasilan masyarakat sebagian besar hanya untuk konsumsi, sehingga tidak adanya tabungan dan investasi baik itu untuk dunia maupun akhirat seperti zakat dan sebagainya. Islam menawarkan pola konsumsi yang seimbang yaitu tidak tabdjir dan tidak ishraf. Hijab stylis yang selalu berubah dari waktu ke waktu mengadung unsur nilai- nilai konsumtif, tetapi sekaligus juga mengusung nilai-nilai menutup aurat. Dalam menyajikan realitas empirik, para pegiat HC Jakarta selalu mengunakan media. Media memiliki bahasa tersendiri, bahasa yang dibentuk oleh pertautan antara komponen-komponen yang terintegrasi dalam sistem organisasi dan institusi media, teknologi, modal, profesionalisme, efisiensi, iklan, pasar, bahkan idiologi.275 Dalam realitas tersebut pencitraan tanda ataupun simbol oleh media ataupun iklan memperkuat budaya konsumen dan membentuk budaya baru yaitu budaya konsumerisme (konsumen). Dapat dikatakan, nilai-nilai Islam melalui aktivitas HC Jakarta berjalan seiring dengan konsumerisme itu sendiri. Unsur konsumtif dalam praktik hijab dapat dibantah oleh fakta bahwa model hijab berubah karena cara pemakaian yang berubah-ubah. Hal inilah yang menjadikan acara atau tayangan tutorial hijab menjadi sesuatu yang menarik bagi

273 Rozalinda, Ekonomi Islam; Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2015, 99. 274 Novi Indriyani Sitepu, Perilaku Konsumsi Islam Di Indonesia, Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, Volume 2 Nomor 1, Maret 2016, 91-106 275Ratna Noviani, Jalan Tengah Memahami Iklan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2002, 65 120 muslimah. Berbagai model seperti hijab untuk bersantai, hijab untuk pesta, hijab untuk liburan, hijab untuk acara resmi lebih banyak dibentuk dari cara memakai hijab. Berbeda dengan pakaian yang harus berganti-ganti menyesuaikan dengan acara. Kegiatan HC Jakarta seperti fashion show, tutorial hijab maupun talkshow tentang kecantikan di satu sisi menawarkan gaya hidup namun pada sisi lain juga mengenalkan nilai ukhuwah islamiyah dan muamalah. Aspek nilai ukhuwah tampak oleh adanya pertemuan rutin mingguan untuk mengikuti pengajian atau majelis taklim. Penggunaan media sosial sebagai sarana komunikasi menjadikan ukhuwah islamiah lebih mudah terwujud. Persaudaraan Islam atau ukhuwah islamiah melalui forum-forum HC Jakarta tampak menonjol karena forum yang ada merupakan forum taklim atau mencari ilmu, bukan sebagai forum politik pengambilan keputusan. Nilai muamalah dalam berbagai kegiatan HC Jakarta tampak dari transaksi di antara pada hijabers. Sebelum atau sesudah pertemuan anggota HC Jakarta yang dilaksanakan sebulan sekali, ada semacam kegiatan pameran atau promosi di lokasi kegiatan. Transaksi di antara mereka lebih banyak mengusung nilai-nilai muamalah di samping ukhuwah Islamiah. Dapat dikatakan bahwa pertemuan di antara para hijabers, baik di forum resmi HC Jakarta maupun di antara para individu anggotanya merupakan wujud adanya nilai muamalah. Ukhuwah islamiah maupun muamalah dalam kegiatan berbagai kegiatan di atas menambah modal sosial HC Jakarta sekaligus juga memperlihatkan nilai dakwah Islam. Islam mengajarkan tentang akhlak, moral dan etika dan estetika. Nilai etika dan estetika menjadi pedoman HC Jakarta dalam bertingkah laku. Etika berpakaian dan keindahan (estetika) berpakaian berjalan seiring dengan akhlak muslimah. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam gaya hidup berhijab terdapat nilai-nilai yang sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya dorongan untuk berlaku konsumtif dengan motif untuk mencapai estetika tertentu.

121

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hijab merupakan gerakan dakwah sekaligus gerakan gaya hidup di dunia fashion. Dilihat dari sudut pandang teori Pierre Bourdieu, hijab mampu eksis sebagai gerakan dakwah maupun gerakan gaya hidup fashion karena para hijabers, sebagaimana yang tergabung dalam Hijabers Community (HC) Jakarta, mampu mengambil nilai- nilai modernitas sekaligus nilai-nilai agama ke dalam hijab yang fashionable. Berdasarkan kajian di atas, diambil beberapa kesimpulan berikut: 1. Nilai-nilai modernitas dalam bentuk fashion syar‘i Modernitas dalam fashion syar‘i bukan hanya tampak pada wujud fisik hijab, tetapi juga tercermin pada aktivitas hijabers. Bentuk fisik hijab dengan menutup seluruh aurat menunjukkan nilai syar‟i, saat yang sama nilai-nilai keindahan yang melekat pada hijab mencitrakan modernitas. Warna hijab dengan warna-warna pastel, berwarna warni, modifikasi hijab yang begitu kaya variasi mencerminkan nilai-nilai kebaruan dan fashionable sehingga selalu tampak indah dipandang. Bentuk hijab sedemikian rupa mencitrakan hijabers sebagai muslimah yang aktif dan berpikiran terbuka. Aktivitas hijabers bukan hanya di rumah sebagai ibu rumah tangga ataupun istri, tetapi lebih menampilkan diri sebagai muslimah perkotaan yang juga beraktifitas di luar rumah. Kenyataannya, hijabers kebanyakan aktif di luar rumah baik sebagai mahasiswa, dosen, dokter, pekerja profesional lainnya termasuk sebagai wirausahawan. Hijab sama sekali tidak menghalangi para hijabers untuk melakukan berbagai aktifitas di luar rumah baik bekerja maupun aktivitas sosial kemasyarakatan. Hijabers mengesankan diri sebagai sosok muslimah yang aktif dan produktif. Nilai-nilai modernitas berpijak pada dua nilai pokok materialisme yaitu produksi dan konsumsi. Manusia modern sangat menghargai produktivitas dalam banyak hal sehingga efektivitas dan efisiensi menjadi ukuran untuk menilai aktivitas seseorang. Aktivitas produksi dinilai tinggi ketika mampu menghasilkan uang. Semakin efisien dan efektif aktivitas produksi, maka semakin banyak uang yang diperoleh. Para ikon hijabers community adalah muslimah produktif dengan sejumlah karya fashion yang sangat mengagumkan. Para pengurus HC Jakarta yang kebanyakan memiliki aktivitas wirausaha juga membuktikan nilai-nilai modernitas yang dianut oleh para hijaber. Nilai produksi selalu bergandeng dengan nilai konsumsi. Aktivitas konsumsi tidak kalah penting dengan aktivitas produksi. Karya karya hijab yang terus berkembang dan berganti-ganti dari waktu ke waktu telah ikut mendorong aktivitas konsumsi. Sejumlah aktivitas yang digelar HC Jakarta sedikit banyak juga menonjolkan sisi gaya hidup sebagai masyarakat konsumen. Hanya saja,

122

nilai-nilai konsumtif yang ditunjukkan lebih diarahkan untuk membangun kolektivitas sebagai komunitas, bagian dari masyarakat muslimah. Gaya hidup konsumtif yang menyertai pembudayaan hijab oleh komunitas hijabers dapat menjadi residu yang mengganggu pesan nilai-nilai ajaran Islam sampai kepada publik. Residu ini tampak luput dari perhatian publik sehingga hijab yang begitu marak tampak sempurna sebagai wajah masyakat muslim yang humanis namun di sisi lain gaya hidup konsumtif yang dijalani sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Islam.

2. Nilai-nilai religi yang disampaikan melalui hijab oleh Hijaber Community. Hijab menjadi ikon muslimah yang aktif dalam sejumlah kegiatan sosial keagamaan. Hijab-hijab yang ditawarkan dalam arena gaya hidup fashion juga menawarkan nilai syar‘i yang diperintahkan dalam ajaran Islam. Bukan semata- mata ketertutupan aurat yang ditawarkan dalam hijab tetapi juga nilai keindahan, nilai solidaritas atau ukhuwah, nilai keilmuan serta penghargaan terhadap waktu. Islam sangat menghargai keindahan. Hijab yang indah tampak pada aneka modifikasi hijab meskipun dari hijab yang sama. Tutorial hijab memperlihatkan nilai keindahan yang terus diproduksi sekaligus juga menutup aurat. Saat yang sama, hijab juga menampilkan nilai-nilai solidaritas dan ukhuwah. Hal ini tampak pada seringnya para hijaber berkumpul. Silaturahmi merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan karena di dalamnya mengandung nilai ukhuwah islamiah. Hijab secara tidak langsung juga menjadi sarana mengajak muslimah untuk mengutamakan menutup aurat. Saat yang sama juga mengajak muslimah untuk belajar. Berbagai kegiatan komunitas-komunitas hijabers tidak berhenti pada pemenuhan kebutuhan hijab tetapi juga kebutuhan untuk lebih banyak mengenal agama. Berbagai kegiatan kajian keislaman yang diadakan rutin setiap minggu membuktikan nilai keilmuan dalam hijab. 3. Hijabers Community sebagai pelaku negosiasi terhadap modernitas Misi dakwah yang dimiliki menjadi warna dalam membangun langkah kongkret di Hijabers baik untuk pengurus dan anggota secara luas. Negosiasi menawarkan Modernitas sebagai pintu masuk mengenal dakwah , pengkajian nilai-nilai Islam. Upaya ini dilakukan secara berkelanjutan dengan baik secara virtual maupun kegiatan nyata yang dilakukan bersama.

B. Saran-Saran 1. Bagi HC Jakarta, sebaiknya aktivitas komunitas tidak tergerus oleh gaya hidup konsumtif sekalipun dalam berbagai kegiatan sering menjadi arena promosi sejumlah produk konsumtif. 2. Sebaiknya, nilai-nilai agama tetap menjadi rujukan tanpa harus meninggalkan arena gaya hidup modern.

123

3. Hijab perlu dipahami bahwa Hijab is not only a fashion but also a medium of dakwah sehingga Dakwah menjadi landasan dalam berpakaian dan sebaik-baik pakaian adalah yang menutup aurat dan ketakwaan yang melekat pada dirinya.

124

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Basit, Abdul. Wacana Dakwah Kontemporer, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006

Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik ; Perkenalan Awal.Jakarta:

Rineka Cipta, 2004

Maududi, Abu al A‘la. al Hijab, penerjemah Ahmad Noer Z. Bandung : GemaRisalah Press, 1992

Aripudin, Acep. Sosiologi Dakwah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Hambal, Ahmad dan Dawud Zahiri, dua tangan harus ditutup. Murtadha Muthahari,Fitrah, terj. Afif Muhammad, Jakarta: Lentera, 1998.

Asrori, M Psikologi pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2008

Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‘allim, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, Yogyakarta : UII Press, 1998

Berger, Arthur Asa. Pengantar Semiotika Tanda-Tanda Dalam KebudayaanKontemporer, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010.

Walgito, Bimo. Psikologi Sosial; Suatu Pengantar, Yogyakarta, Yogyakarta: Andi Offset, 2009

Bourdieu, Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste, Cambridge:

Harvard University Press, 1984

Bourdieu, Pierre. ―Forms of Capital‖ p. 280-291 in Economic Sociology. Nicole Woosley Biggart (Ed.), Malden, Massachusetts: Blackwell Publishers, Ltd, 2002

Budyatna, Muhammad. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kharisma, 2011

Caniago, Ferri, Cara Mutakhir Jago Desain Logo. Jakarta Timur: Niaga Swadaya, 2012

Barker, Chris. Cultural Studies, (terj. Nurhadi), Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011 125

Strinati, Dominic. Popular Culture, Yogyakarta: Ar-Ruuzz Media, 2009

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta:Raja

GrafindoPersada, 2011

Guindi, Fadwa El. Veil: Modesty, privacy and resistance, New York: Berg, 1999

Federal Research Division, Women In Islamic Societies: A Selected Review Of

Social Scientific Literature, Washington: Library Kongres, 2005

Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grfindo Persada, 2011

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Rosdakarya, 2000

John D. Delamater dan Daniel J. Myers, Social psychology. McGraw Hill, New

York, 2010

Creswell, John W. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five

Traditions, USA: Sage Publications Inc, 1998

Jones, E.E. & Pittman, T.S.. Toward a general theory of strategic self-presentation. In J. Suls (Ed.), Psychological Perspective on The Self, Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum, 1982

Lexy J. Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000

M. Asrori, Psikologi pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2008

M. Muhyidin, Membedah Lauan Jilban. Yogyakarta: Diva Press, 2007

Syihab, M. Quraish. Jilbab: Pakaian wanita Muslimah, Jakarta: Lentera Hati, 2004

Morissan, Teori Komunikasi Individu hingga Massa, Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2013

Muhaimain dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda

Karya, 1993

Albani, Muhammad Nasirudin al. Jilbab Wanita Muslimah, alih bahasa Abu Syafiya, Yogyakarta: Media Hidayah, 2002

Wakil, Muhammad Sayyidn Al. Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Jakarta: Akademi Pressindo, 2002

Syahrur, Muhammad. Kitab wa Al Qur‟an: Qira‟ah Muashirah, 1992

Muthahari, Murtadha. Fitrah, terj. Afif Muhammad, Jakarta: Lentera, 1998

Muslim Nurdin dkk.,Moral dan Kognisi Islam, Bandung: Afabeta, 2001

Myers, DG. Social psychology. New York: McGraw Hill, 2010 126

Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Nicolino, Patricia F., The Complete Ideal‟s Guide Brand Management, Jakarta:

Prenada, 2004 Surtiretna, Nina. Anggun Berjilbab, Bandung : Mizan, 1997

Madjid, Nurcholis. Islam Kemodernan dan KeIndonesiaan, Bandung: Mizan, 2008

Yoeti, Oka A. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisatra, Jakarta:

Pradaya Paramita, 2005

Bourdeau,Pierre. Distinction A Social Critique Of The Judgement Of Taste, Cambridge: Harvard University Press, 1996

Paul de Gay, Stuart Hall, Linda Janes, Hugh Mackay & Keith Negus, Doing culturalstudies, The Story of the Sony Walkman, London: Sage Publication, 1997

Bourdieu,Pierre. The Field of Cultural Production, Florida: Columbia University Press, 1993

Pius aportanto, M Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkolla, 2001

Shihab, Quraish. Jilbab pakaian wanita muslimah, Tangerang: Lentera Hati, 2004

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (Terjemahan Nurhadi). Teori Sosiologi:

Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010

Putnam, Robert. Democracies in Flux: The Evolution of Social Capital in

Contemporary Society, New York: Oxford University Press, Inc, 2002Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung : Alfabeta, 2004 Poole, Rose. Moralitas dan Modernitas Di bawah Bayanag-bayang Nihilisme,Yogyakarta: Kanisius, 1993

Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah, Yogyakarta: Teras 2006

Syaikh Ibnu Taimiyah dkk, Jilbaba dan Cadar dlam AlQuran dan Assunnah,

terjemah Abu Said al Anshori, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996

Taimiyah, Syaikh Ibnu. Jilbab dan Cadar, terjemahan oleh Abu Said Al Anshori, Jakarta: Tim YPIP, 1994

Enginer, Asghar Ali. Matinya Perempuan (Transformasi Al Quran, Perempuan dan Masyarakat Modern), terj. Ahmad Affandi cet 1, Yogyakarta : IRCIS OD, 2003 127

Tapscott, D. Grown up digital: how the Web is changing your world. McGraw Hill USA, 2009 Wahyu Ilahi, M. Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group cetakan ke 2, 2009), 19.

Siddik, Yasmin. Tampil Gaya dengan Jilbab, Jakarta: PT Agro Media Pustaka, 2007

JURNAL

Abdul Basit, ―Dakwah Cerdas di Era Modern‖, Jurnal Komunikasi Islam, 3, no 1, (Juni 2013),8

Ainurrofiq Dawam,‖Jilbab dalam Perspektif Sosial Budaya.‖ Innovatio, 5, no. 12 (Juli-Desember 2007).

Ali, S. Prediksi perilaku ramah lingkungan yang dipengaruhi oleh nilai dan gaya hidup konsumen , Jurnal Perspektif Bisnis,1, no.1, (Juni 2013), 112-125

Althaf Aulia Chisty dan Siti Inayatul Faiza, Peranan Silaturahim dalam Komunikasi Bisnis Pada Kesuksesan Pengusaha Batik Jetis Sidoarjo, JESTT, 1, No. 10 (Oktober 2014), 704-719.

Andreas M. Kaplan & Michael Haenlein, Two hearts in three-quarter time: How to waltz the social media/viral marketing dance, Business Horizons, 54, (2011), 253—263.

Angga Sandy Susanto: Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup),

Jurnal JIBEKA, Volume 7, No. 2, Agustus 2013 : 1 - 6

Annurahim Faqieh dkk. ―Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Motivasi Berbusana Muslimah Mahasiswa UII‖ Fenomena, 4, no. 1. (Maret, 2006).

Annurrofoq Dawan ― Jilbab dalam Perpsiktif Sosial Budaya‖ Innovatio, 6,no. 2 (Juli-Desember 2007), 365-377.

Aris Saefullah, ―Dakwahtainment,‖ Jurnal Komunika, 3, no. 2 (Juli- Desember2009), 255-269

Asifa Siraj ―The Meanings of modesty and the hijab amongst Muslim women in Glasgow, Scotland”

Atik Catur Budiati ,―Jilbab: Gaya Hidup Baru Kaum Hawa“Jurnal Sosiologi Islam, 1, no.1, (April 2011), 59-70

128

Gender, Place & Culture: A Journal of Feminist Geography,18, 6, (2011), 716– 731.

Daryl Y. Mendoza, Commodity, Sign, and Spectacle: Retracing Baudrillard‘s Hyperreality, Kritike, Volume 4. Number 2. December 2010, page 45-59

Dedi Ahmadi dan Nova Yohana,‖ Konstruksi Jilbab sebagai simbol keIslaman‖, Mediator vol. 8 No 2, Desember 2007

Enung Ismaya, ―Modernitas dan tantangan Terhadap Pelaksanaan Dakwah‖, JurnalDakwah dan Komunikasi,.3, no. 1, (Januari-Juni 2009): 46-62

Faizol Riduwan, Makna Jilbab Bagi Komunitas Hijabers Surabaya, Jurnal SosiologiIslam, 3, no.1,( April 2013), 65-87

Fatmawati, ―Paradigma Dalam Mengemas dakwah Melalui Media Televisi Di Era Globalisasi‖, Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 3, no. 2, (Juli-Desember 2009): 184-194

Hadiyatno,Menyoal Kehadiran Keindahan Dan Seni, Jurnal Pendidikan danKajian Seni, Vol.1, No.2, (Oktober 2016), 95-106

Hans Geser, Work Values and Christian, ―Religiosity,‖ Journal of Religion andSociety, 11 (2009), 1-36.

Inayatul Ulya,Pendidikan Islam Multikultural Sebagai Resolusi Konflik Agama di Indonesia, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, 4, no. 1, (2016), 20-35.

Keohane, Robert O. dan Joseph S. Nye Jr., 2000. ―Globalization: What‘s New? What‘s Not? (And So What?),‖ dalam Foreign Policy, Spring, 118: 104- 119.

LeBoeuf, R. A., Shafir, E., Bayuk J. B., ―The conflicting choices of alternating selves‖, Organizational Behavior and Human Decision Processes 111 (2010) 48–61

Lina Meilinawati Rahayu, Jilbab: Budaya Pop dan Identitas Muslim di Indonesia, Ibda‟, Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 14, No. 1, Januari - Juni 2016, 141

129

Maltby, Jhon & Day, Liza (2011). Celebrity worship and incidence of elective cosmeticsurgery: evidence of a link among young adults. Journal of Adolescent Health, 49 (5), 483-489 Michael R Olsson, ―Making Sense of Shakespeare: a Cultural Icon for Contemporary Audiences,‖ Cosmopolitan Civil Societies Journal, 10, no. 3, (2013), 16-19.

Moch. Fahruroji, ―Dakwah Islam dan Inovasi Budaya,‖ Jurnal Komunika, 4, no. 1 (Januari-Juni 2010), 121-129

Mohammad Adib, ―Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu‖, JurnalBioKultur, 1, no.2 (Juli- Desember 2112), 91-110.

Muh Hanif, ―Studi Media dan Budaya Populer,‖ Jurnal Dakwah dan KomunikasiJurnal Komunika, 5, no. 2 (Juli–Desember 2011), 235-251

Mutia Andriani dan Ni‘matuzahroh ― Konsep Diri dengan konformitas pada Komunitas Hijabers‖ Jurnal Psikologi Terapan, 1, no.01, (Januari 2013), 110-126.

Nasarudin Umar, ―Antropologi Jilbab‖, dalam Jurnal Ulumul Qur‟an, 6, no. 5 (1996), 36

Nawawi, Strategi Dakwah Studi Pemecahan Masalah, Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto, KOMUNIKA, 2, no.2 (Jul-Des 2008), 269-276.

Ni Putu Suwardani, ―Pewarisan Nilai-nilai Kearifan Lokal untuk Memproteksi Masyarakat Bali dari Dampak Negatif Globalisasi,‖ Jurnal Kajian Bali, 05, no. 02, (Oktober 2015), 247–264.

Norma Dg. Siame, ―Tantangan Muslimah di Era Globalisasi‖, Jurnal Hunafa, 4, no.2, (Juni 2007): 175-184

Nur Kholik Afandi, ―Dakwah dalam perspektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat‖ Penelitian P3M STAIN Samarinda, 2, no. 1 (Juni 2010).

Film 99 Cahaya Di Langit Eropa, Commonline Departemen Komunikasi, 3, no. 2, (2013), 595-607.

Nushrat Tashmin, Art of Impression Management on Social Media, World Scient i fic News, 30 (2016), 89-102

Prasidh Raj sigh dalam Muh. Hanif ―Studi Media dan Budaya Populer dalam

Perspektif Modeernisme dan Postmodernisme‖ Jurnal Dakwah dan

130

Komunikasi, 5, no. 2, (Juli-Desember 2011): 235-251

Rao, V.R. & Steckel, J.H. (1998).Analysis for strategic marketing. Addison Wesley Longman, Inc. dalam Angga Sandy Susanto: Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup), Jurnal JIBEKA, Volume 7, No. 2, Agustus 2013 : 1 - 6

Retno Hendariningrum, M.Edy susilo ―Fashion dan Gaya Hidup:Identitas dan komunikasi.‖ Jurnal Ilmu Komunikasi, 6, no.1, (2014): 26-27

Rifaat Hasan, Feminisme dan Al Quran, dalam Jurnal Ulumul Qur‘an Vol 11 tahun 1991/1411 h., hlm 87

Rini Rinawati ―Lifestyle‖ Muslimah‖ Mediator, 8 no. 1 (2007), 65-76.

Ropingi el Ishaq, “Sinema Religi dalam Pusaran Industri Media‖, Komunika, Vol.5 No.2 (Juli - Desember 2011), 279-290

Shabnoor Siddiqui & Tajinder Singh, ―Social Media its Impact with Positive and Negative Aspects‖, International Journal of Computer ApplicationsTechnology and Research, 5, no. 2 (2016), 71–75.

Suparjo, Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Masyarakat Muslim Indonesia, Komunika, Vol.2 No.2 (Jul-Des 2008),178-193

Wahyuni, ―Peranan Agama dalam Perubahan Sosial‖, Jurnal Al Fikr, 16, no. 1 (2012), 187.

Wasisto Raharjo Jati, ―Islam Populer sebagai Pencarian Identitas Muslim Kelas Menengah Indonesia,‖ Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 5, 1, (Juni 2015), 139-163.

Wildan Sena Utama, ―Incorporating Spirituality and Market: Islamic Sharia Business and Religious Life in Post New Order Indonesia,‖ MasyarakatJurnal Sosiologi, 20, 2, (Juli 2015), 113-137

Wulandari,B. Tjandra, ―Perempuan dan Pornografi Sebuah Seni ataukah Eksploitasi.‖ Jurnal Legality (2010), 9

Yasemin El-Menouar,The Five Dimensions of Muslim Religiosity. Results of an Empirical Study, methods, data, analyses | Vol. 8(1), 2014, pp. 53-78.

131

Yasir Abdul Rahman, Implementasi Konsep Muahadah Mujahadah, Muraqabah, Muhasabah Dan Mu‘aqabah Dalam Layanan Customer, Jurnal Ekonomidan Bisnis Islam, 8, no. 2, (Juni 2014), 123-134.

Zulkifli Abd. Latief dan Fatin Nur Sofia Zainal Alam, ―The Roles of Media in Influencing Woman Wearing Hijab:an Analysis‖ Journal of Image andGraphics, Volume 1, No. 1 March 2013, 50-54

INTERNET

―Anniesa Hasibuan dan Dian Pelangi Tangkap Peluang Pasar Busana Muslim di Doha, Qatar‘‖ , http://www.gomuslim.co.id, (diakses 18 Agustus 2017).

― Potensi Kiblat Mode Muslim Dunia, ― Warta Ekspor, April 2015, 5-9.

―25 Brand-brand Hijab Terkenal di Indonesia‖ http://jilbabflowidea.com, (akses 2 Desember 2017)

―5 Komunitas Hijab yang Sudah Dikenal‖ http://diaryhijaber.com(diakses 20 Juli 2017).

―7 Saran Sukses Membangun Bisnis Fesyen,‖ https://www.cnnindonesia.com/gaya- hidup/20141107183032-277-10342/7, (diakses 18 Agustus 2017).

―Cerita Alyssa Soebandono Saat Memutuskan untuk Berhijab‖, https://kumparan.com(20Desember 2017)

―Desainer(4) Ria Miranda: Sukses karena Sindiran‖ https://www.dream.co.id. (akses 21 Juli 2017)

―Dewi Sandra Ceritakan Alasannya Berhijab‖ http://hiburan.metrotvnews.com(20 Desember 2017).

―Dian Pelangi Populer di Instagram, Koleksinya Semakin Laris,‖ https://wolipop.detik.com/read/2014/05/07/180641/2576351/233,(diakses 19 Agustus 2017).

―Dian Pelangi, Anak Bawang Yang Menembus Dunia‖, Nova, 30 Maret 2010, http://nova.grid.id/Profil, (diakses 25 Juli 2017).

―Hijab Day 2016: Proud With Your Hijab,‖ http://www.gomuslim.co.id/read/news (diakses 20 September 2017). ―Inneke Koesherawati, dari artis panas hingga akhirnya berhijab,‖ https://www.merdeka.com(akses20 Mei 2017).

132

―Jilbab 'Made in Indonesia' di New York Fashion Week Disorot Dunia,‖ http://global.liputan6.com, (diakses 21 Agustus 2017).

―Kisah Shireen Sungkar Berhijab: Dapat Teguran Allah di Masa Kehamilan‖, https://kumparan.com(20Desember 2017).

―LebarkanBisnis ke Pasar Internasional, Norma Hauri Incar Inggris,‖ kumparan.com, (diakses 21 Agustus 2017).

―Macam Macam Hijab Trend Kekinian.‖ http://muharamil.blogitek.com (diakses 25 Desember 2017).

―Muhasabah,‖ http:www.ipb.ac.id/~kajianislam/pdf, (diakses 20 Juli 2017)

―Open Recruitment Committee Hijabers Community Official ( Jakarta Area)‖ http://hijaberscommunity.blogspot.co.id/2017/02(akses20 Juli 2017).

―Profil Ketua Hijaber Community-Jakarta,‖ http://indonesia- feature.blogspot.co.id/2013/11 (akses 21 Juli 2017)

―Rekomendasi 6 Majalah Islami untuk Fashion Muslimah‖, http://abiummi.com (akses 20 Desember 2017)

―Sholat: Kunci Mawas Diri dan Pengembangan Pribadi,‖ Khotbah Jum‟at, Vol. VI, Nomor 26, Tanggal 15 Ihsan 1391 HS/Juni 2012, hlm 3-32

―Suami Dian Pelangi Bicara Perceraian‖, http://showbiz.liputan6.com/read/2581413 (akses 2 November 2017).

―Syifa Fauzia, Ketua Umum BKMT‖,http://www.republika.co.id/berita/dunia- islam/islam-nusantara/16/10/21/ofe2cn313,(diakses 29 Juli 2017).

―Tawaran laba legit dari bisnis hijab yang cantik‖, Kontan, 28 Januari 2014, http://peluangusaha.kontan.co.id/news, (diakses 21 Agustus 2017).

―Tersangka First Travel, Anniesa Hasibuan Kunci Akun Instagram‖,

https://nasional.tempo.co/read/902418(akses2 November 2017).

―Terungkap! Ternyata Segini Banyaknya Uang yang Digelontorkan Anniesa

Hasibuan Demi Tampil di NYFW‖, http://style.tribunnews.com/2017/08/22, (diakses 23 Agustus 2017).

133

KEGIATAN HIJABER COMMUNITY

1

2

Pengajian Rutin Hijabers Community Jakarta

2014 - 2016

Tahun /Bulan Tema ustadz Tempat Jumlah peserta Januari 2014 Doa yang diijabah Ustadzah Erika Masjid Bank 150- 300 peserta Suryani dan Indonesia sharing bersama Jakarta Pusat Ghaida Maret Sabar dan Syukur Ustadzah Erika Masjid Bank Suyani dan Indonesia sharing dengan Yulia Rahman Mei Halal dan haram Ust. Dr Khoiron Masjid Al dan sharing Bina Senayan dengan Aisha Maharani Juni Ramadhan, Are We Ustzah.Badriyah Aula TK Al ready? Fayumi Azhar Kebayoran Agustus Istiqomah dalam Ustadzah Sasya Panti Sosial berhijab Werdha Budi Mulia Oktober Investasi Akhirat Ustadz Fatih Masjid Bank Karim Indonesia November Amalan Wanita Ust. Asep Aula TK Al penghuni Surga Fakhri dan Azhar sharing bersama Zaskia Audia Mecca Desember Menggapai Hidayah Ustadzah irena Masjid Baitul Allah Handoyo Ikhsan 2015 Januari Sakinah Mawaddah Ustadzah. Tuti Masjid Baitul Warahmah Alawiyah Ikhsan Fabruari Menjemput Jodoh Asep Fakhri Masjid Baitul dalam taat Ikhsan Maret Indahnya Qiyamullail Ust. Fatih Masjid Al Karim Bina Senayan April Belajar dari Ummul Ustadzah Masjid Al Mukminin Aisyah Lulung Latif Pasaraya Agustus Manjaga Kemulian Ust. Asep Masjid Bank Fakhri Indonesia September Qurban mendekatkan Ust. Masjid Bank yang jauh Rahmatullah Indonesia Oktober Memahami dan Ust. Hmad Masjid Bank mempersiapkan hati Bukhori Indonesia Desember Toleransi beragama Ust Ahmad Masjid Cut dalam pandangan Murodi Meutia 3

Islam Menteng 2016 Mengelola Hawa Usth. Erika Masjid Cut Januari Nafsu Meutia Februari 5 Kali sehari yang Ust. Rizki Masjid Cut terlupakan Marwan Umar Meutia Maret Belajar Hebat dari Ust. Ali Bahar Masjid Cut Sahabat Meutia Mei Satu Bulan Untuk Ust.Rizky Masjid Cut Selamanya marwan Umar Meutia Agustus Sunnah di hatiku Ust. Oemar Masjid Cut Mita,Lc Meutia September Bisnis Ala Rasulullah Ust.Ali Bahar Masjid Bank Indonesia Oktober Pemimpin pilihan Ust. Rizky Masjid Baitul marwan Ikhsan November Menggenggam kuat Prof.Dr Amani Masjid Cut Aqidah Lubis meutia Desember Mata melihat Hati Ust. Asep Masjid Cut merasa Fakhri Meutia

4

HASIL WAWANCARA

Hasil Wawancara dengan Syifa Fauzia (Ketua Hijabers Community)

Tanya : Apa latarbelakang terbentuk nya Hijabers Community?

Jawab :Hijabers Community itu terbentuk karena berawal dari sering berkumpulnya para founder atau pendiri seperti Dian Pelangi,Ria Miranda dan jenahara. Mereka memiliki keinginan untuk mendalami agama dan kesenangan yang sama, yaitu dunia fashion. Mereka bertiga karena seorang Disainer jadi sering memposting agenda atau kegiatan yang mereka lakukan di media sosial. Dari keinganan bersama inilah mereka kemudian bersama 30 teman yang lain membentuk Komunitas ini untuk berkumpul dan sebagai wadah mereka untuk terus mengembangkan potensi. Selain itu juga, Hijabers Community bisa sebagai tempat para muslimah muda untuk belajar dan sharing yang nyaman.

Tanya : Apa Visi dan Misi Hijabers Community ?

Jawab : Jadi Visi dariHijabers Community ini adalah syiar dan silaturahim yaitu bagaimana Komunitas ini bisa menjadi perkumpulan muslimah yang menarik sehingga bisa mengajak kepada muslimah yang lain untuk kemudia terus belajar dan meningkatkan kualitas nya sebagai muslimah. Muslimah selain sholihah mestinya juga memiliki wawasan dan pengetahuan.

Misi dari Hijabers Community Jakarta adalah sebagai berikut: 5. Menginspirasi dan memotivasi saudara muslim, di Jakarta dan di tempat lain di seluruh dunia, untuk melihat Islam dengan jilbab. 6. Membangun silaturahmi antara saudara muslimah di Jakarta dan di kota lainnya. 7. Bersama mengeksplorasi dan memahami Islam dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari 8. Menyelenggarakan kegiatan yang Islam dan sosial

Tanya : Sasaran Hijabers Community ini untuk siapa saja ?

Jawab : Hijabers Community ini lebih ke segmen muslimah muda dan Ibu muda dari usia 18 th.

Tanya : Apa ada syarat khusus tentang keanggotaan Hijabers Community ini? Harus berhijab mungkin?

Jawab :Syarat utama adalah muslimah, tidak mesti sudah berhijab dalam keseharian namun memang di acara tertentu seperti pengajian rutin ya mesti berhijabyang sesuai. Karena Hijab itu juga sebuah proses untuk muslimah, tapi memang kebetulan kalau untuk komite selama ini ya sudah sehari-hari berhijab.

5

Tanya : Ada berapa devisi di kepengurusan Hijabers Community ini?

Jawab : Selain wakil ketua, sekretaris dan bendahara ada 6 devisi yaitu devisi Acara, Devisi charity,devisi tehnologi informasi, Humas, Internal relation dan dokumentasi

Tanya : Apakah ada kriteria pengurus Hijabers Community ?

Jawab : Kalau untuk komite memang beda ya dengan keanggotaan jadi ada beberapa kriteria yang di tentukan yaitu:

1. Muslimah yang berpegang teguh pada Al-qur‘an dan Sunnah 2. Usia minimal 20 tahun dan maksimal 30 tahun 3. Berpengalaman dalam organisasi 4. Memiliki tanggungjawab, loyalitas, keilkhlasan dankomitmen tinggi 5. Kreatif, Terampil dan berwawasan luas 6. Berdomisili di Jabodetabek 7. Memenuhi kriteria per-devisi 8. Tidak sedang terlibat dengan oranisasi serupa

Tanya : Ada kah terget khusus atau harapan diHijabers Community ini Kak syifa?

Jawab : target khusus tidak ada, tapi memang lebih bagaimana HC ini bisa menjadi tempat para muslimah untuk terus belajar, sebagaimana yang bisa dilakukan oleh Ibu-Ibu Majelis Ta‘lim misalnya tapi dengan tempat dan konsep yang berbeda dan lebih menarik bagi muslimah sekarang. Muslimah yang terus memberi inspirasi kepada muslimah yang lain sebagimana visi HC yaitu untuk syiar

Tanya : Ada berapa cabang HC di seluruh Indonesia ini?

6

Jawab : Sementara sudah ada 6 cabang atau daerah yang membentuk Hijabers Community danmasih menunggu untuk proses dibeberapa daerah lain.

Tanya :kegiatan apa saja yang diadakan oleh Hijabers Community dalam rangka mewujudkan visi dan misi ini?

Jawab : Jadi kami di Hc ini ada beberapa agenda yitu agenda tahunan seperti di bulan Ramadhan, agenda rutin bulanan seperti pengajian dan juga kegiatan-kegiatan yang bersifat pengetahuan seperti seminar, cooking class dan parenting class. Selain itu juga ada kegiatan sosial dan event dengan tema-tema up to date karena muslimah modern mestinya juga memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.

Tanya : kalau dikatakan HC menjadi komunitas yangbertujuan untuk syiar , biasanya melalui apa HC ini bisa menyebarkan informasi nya ke masyarakat?

Jawab : Hijabers Community memang lebih banyak berkomunikasi dan menyampaikan informasi melalui media sosial, bahkan HC ini dikenal dan besar melalui media sosial seperti facebook, twitter dan Website, untuk sekarang ini memang media sosial cukup efektif ya untuk menyampaiakan banyak hal ke muslimah yang lebih luas tanpa kita bertemu langsung. Teman-teman yang berada di daerah misalnya masih tetep bisa menyimak kegiatan kita tanpa harus hadir yaitu dengan melalui video streaming.

Tanya :Menurut kak syifa hijabers Community ini merupakan Komunitas sosial, komunitas fashion atau apa ?

Jawab : Hijabers Community saya kira bukan komunitas fashion ya tapi merupakan komunitas keagamaan yang didalam nya tujuan utama yaitu syiar atau mengajak muslimah utnuk terus memperdalam agama. Tentu saja didalam nya nanti kita tidak hanya membahas ibadah tapi juga bisa sharing apasaja termasuk fashion, perempuan dan banyak hal.

GLOSARIUM

Hijab : sesuatu yang menghalangi atau menutupi

Globalisasi : proses integrasi internasional yang terjadi karena

pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan

aspek-aspek kebudayaan lainnya.

Viral : kata sifat yang berhubungan dengan internet yang

artinya adalah untuk menggambarkan sesuatu yang sangat

cepat menjadi populer di kalangan pengguna internet

dengan cara mempublikasikan atau mengirim e-mail ke

orang-orang. Misalnya foto, video atau informasi lainnya.

Online : istilah saat kita sedang terhubung dengan internet atau

dunia maya, baik itu terhubung dengan akun media sosial

kita, email dan berbagai jenis akun lainnya yang kita pakai

atau gunakan lewat internet

Dakwah : kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan

memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah

sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam.

Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata

kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan

Konservatif : sikap dan perilaku politik yang tidak menginginkan

adanya perubahan berarti (mendasar) dalam sebuah sistem

Agar kekuasaan mereka bertahan lama,

kaum konservatif lebih cenderung mempertahankan dan

melestarikan system yang sudah ada

Negosiator : Orang yang melakukan negosiasi

Konsumerisme : Paham atau ideologi yangmenjadikan seseorang atau

kelompok yang menjalankan proses konsumsi atau

pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan

atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.

Hedonisme :Doktrin yang menyatakan bahwa kebikan yang pokok

dalam kehidupan adlah kenikmatan

Kapitalisme : Sistem perekonomian yang berdasarkan hal milik yang

menekankan kebebasan dalam lapangan produksi.

Kebebasan dalam membelanjakan pendapatan,

bermonopoli dan sebagainya,sedang alat-alat produksi

berada pada kaum kapitalis

Komoditas : sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan,

dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu

jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan

produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya

dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa

berjangka.

Modifikasi : cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang

menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan

fungsi aslinya,serta menampilkan bentuk yang lebih bagus

dari aslinya

Modernitas : jargon yang digunakan dalam ilmu humaniora dan ilmu

sosial untuk menyebut sebuah periode sejarah (era

modern) dan campuran norma, perilaku, dan praktik

sosial-budaya tertentu yang muncul di Eropa pasca-abad pertengahan dan berkembang di seluruh dunia sejak saat itu.

INDEKS

agama 2, 4, 5, 6, 7, 8, 12, 13, 14, 15, Hijab 1 17, 18, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 28, Hijabers 1 30, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 41, 44, Hijabers Community 12, 39, 41, 42, 45, 46, 48, 54, 72, 73, 75, 76, 77, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 79, 84, 85, 87, 88, 91, 93, 95, 98, 72, 96, 101 99, 101, 102

ICMI 39 budaya 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 19, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 30, 34, 35, 37, 39, 40, 50, 52, 54, 55, 56, 57, 64, 65, 66, 68, 72, 86, 87, 90, 91, 93, 97, 99 informasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 15, 19, 20, 21, 23, 24, 27, 28, 29, 34, 41, 43, 49, 52, 53, 62, 65, 66, 68, 69, 70, Community 8, 9, 10, 11, 15, 16, 17, 40, 71, 86, 98 41, 42, 43, 44, 45, 46, 49, 51, 54, Islam1, 2, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 93, 102 15, 17, 18, 20, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 39, 40, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 58, 59, dakwah 1, 3, 4, 5, 6, 8, 11, 12, 14, 15, 60, 63, 76, 77, 78, 79, 81, 84, 87, 17, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 47, 49, 98, 99, 100, 102 55, 56, 59, 60, 75, 76, 77, 79, 89, 91, 93, 95, 96, 97, 98, 100, 101 kapitalisme 2, 4, 6, 21, 22, 23, 24, 67 Kapitalisme 1 Elizabeth Raleigh 39

Materialisme 1 Era 1, 3, 4, 9, 27, 28, 29 media 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 24, 25, 27, 28, 29, 33, 34, 35, 41, 45, 47, 50, 52, 53, 54, Fashion4, 7, 14, 23, 32, 39, 41, 54, 56, 55, 62, 63, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 57, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 82, 90 71, 72, 73, 76, 79, 80, 85, 86, 88, Fenomena 1 90, 91, 93, 96, 99, 100

globalisasi 1, 2, 3, 4, 7, 14, 19, 49, 50 modal 8, 17, 21, 22, 36, 37, 38, 43, 44, 45, 52, 56, 58, 62, 63, 64, 65, 66,

67, 70, 71, 86, 87, 91, 93, 97, 99, 100 Modal 1 modernisme 3, 10 muslimah 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 25, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 49, 52, 54, 56, 58, 59, 60, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102

Nabi 30, 32 Perempuan 1, 8, 10, 33, 34, 39, 94 Pierre 1, 17, 22, 37, 59, 66, 87, 101 psikis 5

revolusi 3, 20

syar‘i. 37, 40, 61, 63, 88, 92, 98 Syifa Fauzia 42, 44, 45, 46, 49, 54, 57, 58, 63, 66, 76, 77, 79, 80

teknologi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 19, 20, 21, 24, 27, 28, 43, 66, 70, 71, 83, 95, 96, 99 trend 2, 7, 11, 14, 25, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 62, 74, 75, 85, 86, 94

ulama 3, 30, 32, 33, 36, 76, 92 ustadz 36, 76

Zaskia 39, 61, 67, 77, 90

RIWAYAT HIDUP

Nama : Triasari Kelahiran : Gunungkidul, 18 Mei 1983 Alamat : Wareng 2, Rt 02 Rw 02 Wareng Wonosari Gunungkidul Telpon/Hp :0813 2824 1358 Email :[email protected] Suami : Sumadi, SH Anak : 1. Affan El Fatih Aryasatya 2. Ayra Shofie Azkadyna

Pendidikan : 1. SD Siraman 2 Wonosari 2. Mts Negeri Wonosari 3. SMK Muhammadiyah I Wonosari 4. S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pekerjaan : 1. Pengajar di STAI Darul Kalam Pulogebang Jakarta tahun 2010-2012 2. Pengajar di Jakarta Islamic International School(Jisc) 2011-2012 3. Koordinator TB-HIV SSR ‗Aisyiyah Kabupaten Gunungkidul 2016- Sekarang 4. Trainer Lembaga Psikologi Terapan (Lpt) Inspirasi Gunungkidul Yogyakarta 2017-sekaran