Jurnal Biologi 6 (3): 415-428 (2010)

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota , : Suatu Analisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi

Roemantyo

Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Jl. Raya Jakarta – Bogor, Km 46, Cibinong Science Centre, Cibinong. Email: [email protected]

ABSTRACT

Land Use Model of Moti Island, Ternate, Moluccas: A Vegetation Based Spatial Design Analysis. The Moti Island was dominated by mountain areas and humitropepts soil type which have high organic matter and low subsoil base saturated values. Geologically, it is a volcanic rock with andesite composition includes lava, breccias and tuffs volcanic. Combined with high rainfall, width of island (24.6 km2) and very steep mountain (950 m asl.) the island has become fragile when not well managed. Compared to the other district, the productivity of this area was low because the natural resources have not been well developed yet. The shortage of biodiversity data of Moti Island has become major obstacles in developing Moti Island. This research was conducted to develop land use models as basic knowledge for spatial design analyses of Moti Island. Detail discussion on developing Digital Elevation Model of land use and slope area based on vegetation data was presented in this paper.

Key words: Moti, land use, digital elevation model (DEM), spatial designing analyses

PENDAHULUAN pulau lain yang ukurannya lebih kecil seperti pulau Maka, Mano dan Gurida Pulau Moti merupakan salah satu statusnya tidak dihuni (Kantor Statistik dari gugusan sederetan pulau-pulau kecil Kota Ternate, 2008). Secara geografis kepulauan yang terletak di pulau ini membentang pada koordinat 127, sebelah barat pulau besar Halmahera. 38 – 127, 44 derajat bujur timur dan 0,43 Pulau-pulau tersebut antara lain adalah – 0,48 derajat lintang utara yang dibatasi pulau Ternate, , Mare, Moti, laut Maluku di sebelah utara, barat dan , serta pulau-pulau lain yang selatan dan selat Halmahera di sebelah terletak di sebelah selatannya. Secara timur. Jarak pulau ini dengan ibukota administratif pemerintahan, pulau Moti Kota Ternate sekitar 29 km yang hanya masuk di dalam Kota Ternate. Luas pulau dapat dicapai dengan kapal selama Moti sekitar 24,6 km2 dan tergolong telah kurang lebih 1 – 2 jam pelayaran. dihuni sejak lama seperti pulau lain di Penduduk kawasan pulau Moti ini dalam wilayah Kota Ternate yaitu pulau umumnya merupakan penduduk asli Ternate, Hiri, Mayau, Tifure. Sedangkan dengan jumlah populasi kira-kira 4797

415 Roemantyo jiwa pada tahun 2007 (Kantor Statistik pembangunannya. Untuk maksud Kota Ternate 2008) yang jika tersebut penggunaannya harus ditata dibandingkan dengan seluruh penduduk sehingga dapat mendukung secara yang ada di 4 kecamatan Kota Ternate mandiri kebutuhan masyarakat adalah yang paling kecil jumlahnya (2 setempat dengan aman dan berke- – 3 %). Jika menggunakan perkiraan lanjutan. Dengan demikian produkti- pertambahan jumlah penduduk Indo- vitasnya dapat lebih ditingkatkan nesia dengan pertumbuhan rata-rata dengan tanpa mengganggu kualitas 1,1 % (Badan Pusat Statistik Republik sistem ekologi setempat. Ketergan- Indonesia 2009), maka pada tahun 2010 tungan akan pangan yang mengakibat- ini jumlah penduduk pulau Moti akan kan biaya hidup tinggi dapat dihindarkan mencapai angka kira-kira lebih dari sehingga produk yang dihasilkan oleh 5000 jiwa. Penduduk ini tersebar di masyarakat setempat selain untuk seluruh kawasan pulau terutama di menunjang kehidupan juga dapat sekitar kawasan pantai dengan mata disisihkan sebagian untuk meningkat- pencaharian sebagian besar sebagai kan kualitas sumber daya masyarakat nelayan dan petani kebun pala dan setempat baik dari segi ekonomi, tingkat cengkeh. Secara administratif pulau sosial dan pengetahuan melalui Moti berada di wilayah kecamatan pendidikan yang lebih baik. Penelitian Moti dengan 6 kelurahan, yaitu ini dilakukan untuk mendapatkan data Motikota, Figur, Tadenas. Tafaga, dasar sebagai modal pembuatan model Tafamutu, dan Takofi sesuai dengan pemanfaatan lahan untuk kawasan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 10 pulau Moti ini. Model yang diperoleh Tahun 2001 tentang pembentukan akan di analisis secara spasial untuk Kecamatan Moti. mendapatkan tata ruang yang cocok Kawasan ini tampak belum berbasis pada data vegetasi, sehingga tereksplorasi dengan baik sumberdaya kawasan ini dapat lebih diberdayakan alamnya, meskipun potensi kawasan ini secara aman dan berkelanjutan. secara tradisional telah dikembangkan seperti pada sektor perkebunan, BAHAN DAN CARA KERJA pertanian lahan kering dan perikanan. Belum tertatanya dengan baik Bahan yang diperlukan adalah pemanfaatkan lahan kawasan serta peta-peta yang meliputi peta digital rupa terbatasnya data sumberdaya alam bumi dan topografi 1: 250.000 kawasan ini menjadi salah satu kendala (Bakosurtanal 1999), AMS sheet NA untuk pengembangan wilayah ini 52 1944 1: 1.000.000 (US Army sehingga produktifitasnya kawasan ini Tophographic Command 1970), peta masih rendah hingga saat ini. Sebagai tutupan lahan, peta status lahan dan pulau yang berukuran sedang (24.6 sistem lahan 1 : 250.000 (Re PPProt km2), pulau Moti memiliki sumber daya 1989), peta geologi 1: 1.000.000 alam yang cukup untuk mendukung (Clarke, 1989), citra satelit topografi

416 Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate,

(SRTM) dan citra satelit Ikonos Juni, lahan dan interpretasi akhir. Dengan 2006. Data sekunder lain dikumpulkan menggunakan parameter fisik dari Badan Pusat Statistik (2009) untuk kemiringan lereng, jenis tanah menurut data kependudukan, pertanian, kepekaannya terhadap erosi dan curah perikanan, dan perkebunan, serta data hujan harian rata-rata kemudian curah hujan yang dikumpulkan dari dianalisis status penggunaan lahannya. Stasiun Meteorologi Baabulah Ternate Penetapan penggunaan satuan lahan (Kantor Statistik Ternate 2008) dan kemudian mengikuti metode dan kriteria data iklim tahunan dari Agro-Climatic yang digunakan oleh Balai Rehabilitasi Map of Maluku and Irian Jaya 1 : Lahan dan Konservasi Tanah, 4.500.000 (Oldeman dkk 1980). Departemen Kehutanan dan Peraturan Data primer dikumpulkan di Pemerintah Republik Indonesia No. 26 lapangan dengan cara mengambil Tahun 2008 tentang Rencana Tata cuplikan tentang pola penggunaan lahan Ruang Nasional (Asdak 2002 dan yang ada untuk dicatat posisi koordinat, Departemen Pekerjaan Umum 2008.). ketinggian serta pemanfaatannya Satuan lahan dengan skor lebih dari 175 lahannya dengan menggunakan GPS. diklasifikasikan sebagai kawasan Berdasarkan data lapangan tersebut lindung. Satuan lahan dengan skor kemudian hasil cuplikan dipetakan pada antara 125 dan 174 diklasifikasikan citra ikonos dengan memperhitungkan sebagai kawasan penyangga. Satuan faktor perubahan fisik pemanfaatan lahan dengan skor kurang atau sama kawasan dan tutupan lahan (vegetasi). dengan 124 diklasifikasi dengan Hal ini diperlukan mengingat ada kawasan budidaya tanaman tahunan perbedaan waktu antara pengambilan seperti perkebunan, tanaman industri. data di lapangan dan data Citra Ikonos. Sedangkan satuan lahan dengan Catatan perubahan fisik merupakan kriteria seperti dalam penetapan data baru sehingga perubahan- kawasan budidaya tahunan serta perubahan yang terjadi dapat dipantau terletak di tanah milik, tanah adat dan dengan membandingkan kondisi tanah negara diklasifikasikan sebagai sebelumnya pada citra Ikonos. kawasan tanaman budidaya semusim. Selanjutnya data peta (spasial) dan data Penentuan penggunaan lahan juga penggunaan lahan dan perubahannya mempertimbangkan hal-hal khusus lain sebagai data tekstual dianalisis untuk seperti yang diatur dalam Peraturan mendapatkan peta tata ruang kawasan. Pemerintah No. 26 Tahun 2008 pasal Proses penentuan pengabungan data 55. spasial dan tekstual dapat dilihat pada Koreksi geometrik dilakukan bagan alir seperti pada Gambar 1. dengan menggunakan perangkat lunak Analisis terhadap kawasan lindung, Erdas Imagine 9.1 dimana peta rupa penyangga, dan pemanfaatan atau bumi (Bakosurtanal 1999) dipakai budidaya tanaman tahunan dilakukan sebagai referensi. Sedangkan citra terhadap hasil digitasi pemanfaatan SRTM diolah dengan menggunakan

417 Roemantyo

Gambar 1: Bagan alir kerja analisis Tata Ruang pulau Moti perangkat lunak Global Mapper9 untuk bergunung-gunung dan berbatu. mendapatkan data topografi dengan Kawasan yang tertinggi pulau ini beda ketinggian 5 m. Analisis data mencapai ketinggian sekitar 930 – 950 spasial dan tektual selanjutnya m dpl yaitu terletak di puncak gunung menggunakan perangkat lunak Tuanane (lihat Gambar 2). Secara ArcView 3.3 untuk mendapatkan nilai umum pulau Moti ini merupakan bagian sudut dan arah kelerengan lahan. dari lingkup lempeng bergerak bumi Sedangkan perangkat lunak Microsoft aktif yang dimulai dari Kepulauan access digunakan untuk memudahkan Filipina, Sangihe Talaud dan Minahasa proses query dan pengelompokkan dan yang dikelilingi oleh lengkung Sulawesi penggabungan data spasial dan dan Pulau Sangihe di mana keduanya tekstual. berkarakter vulkanis (Clarke 1989). Umumnya lahannya memiliki tipe HASIL tanah humitropepta dengan karakteristik agak lapuk dan kaya akan Kondisi fisiografi kawasan P. Moti bahan organik, sedikit berkapur dengan Dari citra SRTM (Shuttle Radar tingkat kejenuhan basa tanah bawah Topographic Mission), tampak dengan bernilai rendah. Sedangkan di dataran jelas bahwa pulau Moti merupakan yang lebih rendah bercampur dengan kawasan dengan permukaan yang tanah liat dan abu vulkanis. Di kawasan

418 Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, dataran lebih tinggi sering dipenuhi yang cukup tinggi, dimana hampir dengan bebatuan vulkanis (andesit) selama 3-4 bulan penuh kawasan ini dengan ukuran yang cukup besar di cukup lembab (Oldeman dkk. 1980). lereng-lereng maupun di bagian Jumlah hari hujan dan curah hujan lembahnya berupa pecahan-pecahan dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. yang lebih kecil bercampur dengan Meskipun data curah hujan dan hari tanah liat dan kapur (RePPProt 1989). hujan diambil dari Stasiun Meteorologi Air tanah sangat dalam dan langka Baabulah di pulau Ternate yang terutama di kawasan pegunungan atau berjarak 29 km, namun dari peta dataran yang lebih tinggi, namun di Isohyat, pulau Moti masih masuk dataran yang lebih rendah air cukup dalam tipe yang sama (Oldeman, dkk., dangkal dan mudah diperoleh. Dari data 1980). Dari histogram hari hujan dan iklim, kawasan ini tergolong dalam curah hujan dapat diperoleh gambaran kawasan yang mempunyai curah hujan secara umum bahwa sebagian

Gambar 2: Citra Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM)

419 Roemantyo kawasan pulau Moti ini tergolong cukup Vegetasi tinggi intesitas dan curah hujannya. Dari peta tutupan lahan dan status Hampir di sepanjang tahun ada hujan lahan yang dipublikasikan tahun 1989 dan curah hujan dengan intensitas hujan oleh Direktorat Jendral Penyiapan tinggi tampak terjadi pada bulan Pemukiman, Departemen Transmigrasi Nopember hingga Januari dan sekitar (RePPProt 1989), sebagian besar bulan Juni. Sedang pada bulan Pebruari kawasan pulau Moti diklasifikasikan hingga Mei curah hujan dan sebagai kawasan yang ditutupi oleh intensitasnya sedang. hutan. Hutan tersebut tumbuh pada

Gambar 3 : Histogram hari hujan tiap bulan dari tahun 2003 – 2007. Sumber: Stasiun Meteorologi Baabulah Ternate (Kantor Statistik Ternate, 2008)

Gambar 4: Histogram curah hujan bulanan dari tahun 2003 – 2007. Sumber: Stasiun Meteorologi Baabulah Ternate (Kantor Statistik Ternate, 2008)

420 Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, lahan pegunungan berkapur dan Ikonos dengan mengacu pada cuplikan belukar dengan status sebagai hutan pengamatan langsung di lapangan lindung di bagian tengah pulau dan menunjukkan bahwa kebun pala dan hutan produksi yang dapat dikonversi cengkih sudah merambah sampai pada di bagian dekat dengan perkampungan. daerah-daerah yang beresiko tinggi Sedangkan data dari Dinas Pertanian terhadap bencana tanah longsor (lihat dan Kehutanan Kota Ternate (Kantor Gambar 4). Dari citra Ikonos tampak Statistik Kota Ternate 2008) pula lahan-lahan baru yang dibuka menyebutkan bahwa kawasan untuk ditanami dengan tanaman hutannya hanya meliputi luas 6937,32 perkebunan seperti pala, cengkih dan hektar (kira-kira 9% dari luas pulau) kakao. Sedangkan di dataran rendah sebagian besar (4914,7 hektar) masih umumnya ditanami dengan kelapa, digolongkan sebagai hutan lindung yang beberapa jenis buah-buahan dan jenis- tumbuh di atas batu kapur dan sebagian jenis tanaman pangan penghasil yang lain (2022,62 hektar) merupakan karbohidrat seperti ubi kayu, ubi jalar hutan yang dapat dikonversi terutama dan pisang. di dataran rendah dekat pantai. Jika ditinjau dari pemanfaatannya Pembagian dan batas hutan lindung dan tampak sebagian besar kawasan pulau hutan yang dapat dikonversi di telah digunakan sebagai ladang lapangan masih kurang jelas, mengingat pertanian lahan kering, kebun pala sebagian besar kawasan telah di miliki (Myristica fragans) dan cengkih dan ditanami penduduk. Bagian puncak (Syzygium aromaticum). Di beberapa gunung dan lereng-lereng curam saja tempat kedua jenis pohon tersebut yang tampak sebagian masih utuh sudah tumbuh besar dengan diameter vegetasinya dengan jenis-jenis pohon pohon lebih dari 40 cm. Memang secara hutan yang berukuran besar. Jika alami pala dan cengkih merupakan dibandingkan dengan data peta tutupan tumbuhan asli kawasan ini (Backer dan lahan dan status lahan (RePPProt, Bakhuizen van den Brink 1968), 1989), tampaknya telah terjadi konversi sehingga tidak mengherankan jika hutan lindung menjadi lahan budidaya kedua jenis ini cukup mendominasi di pertanian dan perkebuan atau area kawasan ini. Identifikasi terhadap citra penggunaan lain (APL). Observasi Satelit Ikonos menunjukkan bahwa lapangan dan interpretasi citra Ikonos indeks vegetasi cukup tinggi, karena 2006 menunjukkan bahwa hutan hampir seluruh pulau Moti tertutup dengan densitas tinggi (primer) masih dengan tetumbuhan (lihat Gambar 4), tampak tersisa di puncak-puncak baik yang tumbuh liar maupun yang gunung dan lembah lembah yang ditanam (Utaminingrum 2010). Namun curam. Sedangkan kawasan yang jika dilihat dari data statistik, relatif datar dan dataran rendah sudah produktifitas hasil pertanian dan berupa kebun/ladang, semak dan perkebunan kawasan ini masih sangat belukar. Selanjutnya interpretasi citra rendah. Tidak banyak komoditi

421 Roemantyo pertanian dan perkebunan yang titik lokasi, (3) pemanfaatan lahan diusahakan di sini. Kalaupun untuk usaha perikanan 1 lokasi, (4) diusahakan, produksinya masih lebih fasilitas umum dan pemukiman 88 lokasi rendah jika dibandingkan dengan dan (5) lahan yang tidak dimanfaatkan daerah lain di Kota Ternate (Kantor (lahan terbuka) 100 lokasi. Statistik Kota Ternate, 2008). Beberapa jenis tanaman pangan yang ditanam di 1. Pemanfaatan lahan untuk hutan sini antara lain jagung (Zea mays), ubi Kawasan ini merupakan hutan kayu (Manihot utilissima), ubi jalar lindung, maupun kawasan hutan lain (Ipoemoea batatas). Sedang tanaman yang terdapat mulai dari pantai hingga perkebunan yang ditanam antara lain puncak gunung. Di daerah pantai kelapa (Cocos nucifera), pala terdapat hutan mangrove dan hutan (Myristica fragans), cengkih pantai. Hutan mangrove terdapat di 39 (Syzygium aromaticum) dan kakao lokasi sedangkan hutan pantai ada di (Theobroma cacao). Sedangkan 6 lokasi. Di daratan terdapat semak RePPProt, (1989) telah mengidentifikasi belukar, hutan sekunder dan hutan lahan-lahan yang memiliki kesesuaian primer. Semak, semak belukar dan untuk dikembangkan sebagai lahan hutan sekunder biasanya terletak di produktif di dataran rendah kurang dari dataran yang lebih rendah, sedangkan 450 m dpl sebagai ladang atau lahan hutan primer umumnya terletak di pertanian lahan kering. Pada saat itu puncak-puncak gunung atau dilereng- vegetasi yang teridentifikasi adalah lerang yang terjal. Semak belukar padang rumput, belukar, dan di biasanya terdapat dari ketinggian 5 – beberapa tempat tanpa vegetasi, 700 m dpl., sedangkan hutan sekunder sehingga kawasan ini dapat dengan ditemukan pada ketinggian 50 – 875 m mudah dikonversi untuk tanaman dpl. Hutan-hutan primer ditemukan pertanian pada ketinggian 195 – 930 m dpl.

Pemanfaatan Lahan 2. Pemanfaatan lahan untuk kebun Interpretasi pemanfaatan lahan Pada saat pegamatan tercatat ada dengan citra Ikonos dan data cuplikan beberapa jenis tanaman keras kebun lapangan selain mendapatkan nilai yang diusahakan di pulau Moti, yaitu indeks vegetasi juga diperoleh cengkih, durian (Durio zibethinus), gambaran tentang pemanfaatan lahan. kakao, kelapa, kenari (Canarium sp.), Kawasan yang berhasil diidentifikasi pala, dan jeruk (Citrus sp.). berjumlah 5085 titik pemanfaatan lahan Kemungkinan tanaman kenari yang ada yang kemudian dikelompokkan dalam berasal dari tumbuhan liar, namun 5 golongan besar, yaitu: (1) karena bijinya memiliki nilai ekonomi, pemanfaatan lahan untuk hutan maka jenis ini kemudian dipelihara. sebanyak 1449 titik lokasi, (2) Selain tanaman keras ada beberapa pemanfaatan lahan untuk kebun 3447 jenis tanaman yang berumur pendek

422 Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, yang diusahakan antara lain pisang 4. Pemanfaatan lahan untuk fasilitas (Musa acuminata × balbisiana) dan umum dan pemukiman singkong. Selain itu masih ada beberapa Pemukiman dan fasilitas umum jenis tumbuhan liar yang kemudian meliputi kawasan perkampungan, dimanfaatkan sebagai sumber pangan sarana jalan, bagunan/gedung yaitu sagu (Metroxylon sagu) yang pemerintah dan sekolah, tempat mata banyak tumbuh di tempat-tempat yang air, sarana dan tempat ibadah , makam sedikit berair dan lembab. Pemanfaatan dan sarana olah raga. Fasilitas umum lahan untuk kebun dapat ditemukan dan pemukiman ini umumnya terletak mulai dari pinggir pantai hingga di dataran rendah di dekat pantai. ketinggian 770 m dpl. 5. Lahan yang tidak dimanfaatkan 3. Pemanfaatan lahan untuk usaha (lahan terbuka). perikanan Lahan terbuka disini adalah lahan Usaha perikanan lebih banyak yang tidak atau belum dimanfaatkan. dilakukan oleh nelayan di laut, namun Lahan-lahan terbuka di kelurahan tercatat ada usaha baru yaitu dengan Motikota umumnya terletak dari pembukan kolam untuk pemancingan di ketinggian 45 hingga 520 m dpl. Moti Kota. Sedangkan di kelurahan lain seperti

Gambar 4: Tampilan indeks vegetasi pada Citra Satelit Ikonos 2006

423 Roemantyo

Tadenas, Tafaga, Tafamutu, Figur dan Selain itu beberapa jenis tanaman Takofi terletak pada ketinggian kurang palawija juga tercatat di tanam di dari 130 m dpl. Lahan terbuka di kawasan ini seperti jagung, kacang kelurahan Tadenas, Tafaga, Tafamutu, tanah, singkong, ubi jalar dan vanili Figur dan Takofi cenderung untuk meskipun jumlahnya tidak begitu dipersiapkan sebagai kebun atau banyak. Pengembangan kolam ladang. Sedangkan di Motikota lebih perikanan sudah mulai tampak, sering merupakan lahan yang meskipun masih dalam taraf untuk diterlantarkan atau lahan yang pemancingan. Usaha ini ditemukan di disiapkan untuk dibangun gedung. kelurahan Motikota. Jika dibandingkan diantara status Pada peta model kelerengan pemanfaatan lahan yang ditemukan pemanfaatan lahan (lihat Gambar 7) selama survai lapangan, maka lahan tampak bahwa kawasan hutan untuk kebun adalah yang paling banyak umumnya merupakan kawasan yang ditemukan yaitu mencapai 67,8 %, berelereng lebih dari 40 %. Kawasan kemudian diikuti dengan lahan untuk tersebut meliputi hampir suluruh hutan (28,50 %), lahan terbuka tidak puncak bukit dan beberapa punggung atau belum dimanfaatkan (1,96 %), bukit di kelurahan Tafaga, Takofi, Figur fasilitas umum (1,73%) dan perikanan dan Tafamutu. Sedangkan di kawasan (0.01%). Analisis terhadap hasil digitasi kelurahan Motikota dan Tadenas sudut pemanfaatan lahan yang ditumpang kelerengan pada umumnya kurang dari susunkan pada peta model elevasi 40 % (DEM = Digital Elevation Model) diperoleh gambaran pemanfaatan lahan PEMBAHASAN secara 3 dimensi seperti pada Gambar 6. Dari data yang terkumpul, Dari peta Model Elevasi Digital, kawasan pulau Moti tergolong sebagai tampak jelas bahwa usaha tani untuk kawasan bergunung vulkanis dari perkebunan tanaman keras sudah lempeng bergerak bumi aktif. masuk ke dalam kawasan hutan hingga Banyaknya batuan andesit yang besar sampai pada ketinggian 700 m dpl. dan pecahan-pecahan batuan yang Kawasan yang banyak dipakai sebagai lebih kecil karena mudah lapuk dan kebun umumnya berada di sebelah bercampur dengan tanah liat dan kapur timur, yaitu antara kelurahan Motikota mengakibatkan kawasan ini sangat dan Tadenas. Kebun di kedua peka terhadap erosi atau lepasnya kelurahan ini lebih beragam batuan (Clarke 1989). Kekayaan tanah dibandingkan dengan 4 kelurahan lain akan unsur hara yang bercampur dimana beberapa jenis tanaman industri dengan abu vulkanis, menjadikan lahan selain kelapa, pala dan cengkih ditanam kawasan ini cukup subur, sehingga dan dikembangkan jenis lain antara lain memudahkan jenis-jenis tetumbuhan seperti durian, jeruk, kenari, dan kakao. cepat mengalami permudaan.

424 Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate,

Ditunjang dengan curah hujan yang (semak belukar, hutan sekunder, relatif cukup tinggi, serta keadaan yang maupun di hutan-hutan primer ditebang cukup lembab selama 3 – 4 bulan habis) maka ancaman terhadap erosi (Oldeman, dkk., 1980) maka beberapa sangat tinggi. Hal ini mengingat di jenis pohon dapat tumbuh dengan baik, kawasan pegunungan biasanya meskipun lahannya cukup berpori dan merupakan kawasan dengan sudut sulit untuk mendapatkan air tanah kelerengan lebih dari 40 %. Jika terutama di kawasan pegunungan. vegetasi telah dibuka maka dengan Tampaknya faktor-faktor kesuburan curah hujan yang tinggi dapat tanah dan iklim tersebut mendorong menyebabkan banjir bandang karena air masyarakat untuk terus merambah hujan akan langsung turun ke dataran kawasan hutan lindung untuk ditanami yang lebih rendah tanpa ada dengan jenis-jenis pohon penghasil tetumbuhan yang menghambat. Dalam devisa negara seperti cengkeh, pala, jangka waktu yang lama, jika terdapat kenari dan kakao. Pada saat penyiapan tanah-tanah yang terbuka maka lahan dengan pembukaan lahan hutan kemampuan lahan untuk menahan dan

Gambar 6: Peta Model Elevasi Digital (DEM – Digital Elevation Model) Pemanfaatan Lahan Pulau Moti

425 Roemantyo menyimpan air akan berkurang dan bandang, juga untuk konservasi air terganggu. Dengan demikian fungsi tanah bagi pulau Moti. Dari Model hidrologi kawasan ini dalam Elevasi Digital (DEM) sudut mengkoservasi air menurun dengan kelerengan bukit Pulau Moti, dapat akibat air tanah untuk keperluan diperoleh gambaran awal kawasan masyarakat menjadi terbatas. mana saja yang harus segera dibatasi Mengacu pada Peraturan Peme- penggunaannya. Demikian pula melalui rintah Nomor 26 tahun 2008 tentang peta tersebut dapat dengan mudah Rencana Tata Ruang Wilayah diidentifikasi kawasan mana saja yang Nasional, dengan memperhitungkan cocok dan aman digunakan untuk usaha criteria kawasan lindung, sebagian pertanian dan perkebunan. Dari warna besar kawasan hutan di pulau Moti ini lagenda pada peta tersebut (lihat memiliki nilai skor diatas 175. Karena Gambar 7), kawasan aman untuk usaha itu maka kawasan tersebut harus budidaya diindikasikan dengan spot segera dibatasi penggunaannya, selain warna hijau dengan skor sama dengan untuk mengurangi ancaman terhadap atau lebih kecil dari 124. Sedangkan bencana alam tanah longsor, banjir spot warna warna kuning merupakan

Gambar 7: Peta Model Elevasi Digital (DEM) Sudut Kelerengan Bukit Pulau Moti

426 Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, kawasan penyangga dengan skor ketinggian di atas 600 m dpl. dengan antara 125 dan 174. Sedangkan tingkat kelerengan lebih dari 40% dan kawasan yang berwarna jingga hingga telah terlanjur diusahakan oleh kemerah-merahan menunjukkan penduduk dengan menanami kenari, kawasan tersebut kurang aman untuk cengkeh dan pala, disarankan untuk dijadikan kawasan budidaya dengan tidak dipanen. Hal ini dimaksudkan agar skor di atas 175. Karena itu kawasan ketiga jenis pohon tersebut tumbuh ini harus ditetapkan sebagai kawasan meliar kembali untuk kemudian menjadi lindung. stok bibit maupun plasma bagi Dari peta-peta yang dihasilkan pengembangan jenis tumbuhan di masa pada penelitian ini, terutama peta Model yang akan datang. Elevasi Digital (DEM – Digital Tingkat kerusakan hutan dan Elevation Model) Pemanfaatan Lahan ekosistem kawasan pulau Moti masih Pulau Moti dan peta Model Elevasi dapat dihambat lajunya, yaitu dengan Digital (DEM) Sudut Kelerengan Bukit membangun model pengembangan Pulau Moti, maka penyusunan model kawasan dengan membuat rencana tata ruang untuk pegembangan tata ruang yang lebih rinci. Data awal kawasan dapat dilakukan dengan lebih telah terkumpul berupa peta-peta mudah. model elevasi digital penggunaan lahan dan kelerengan bukit yang berbasis KESIMPULAN vegetasi.

Pemanfaatan lahan di kawasan UCAPAN TERIMA KASIH pulau Moti perlu ditata dengan baik untuk mengurangi resiko bencana alam Penulis mengucapkan terima kasih tanah longsor, banjir bandang pada saat kepada Pusat Penelitian Biologi – LIPI hujan, krisis air dimasa yang akan sehingga penulis memperoleh datang. Kawasan hutan perlu kesempatan melakuan penelitian ini dipertahankan keberadaaannya, hingga selesai. Disamping itu kepada terutama yang terletak di ketinggian di sdr Hetty I.P. Utaminigrum S.Kom. atas 600 m dpl. dan memiliki tingkat yang telah banyak membantu penulis kelerengan lebih dari 40 %. Kemudian dalam mengumpulkan data lapangan kawasan ini ditetapkan sebagai dan memproses digitalisasi peta. kawasan lindung. Selain sebagai daerah Pengambilan dala lapangan dibiayai untuk menangkap air hujan, hutan ini oleh DIPA Puslit Biologi-LIPI dan juga diperlukan sebagai sumber bibit IPTEKDA LIPI. dan plasma nutfah beberapa jenis tanaman perkebunan yang ditanam oleh DAFTAR PUSTAKA masyarakat setempat seperti kenari, pala dan cengkih. Pada beberapa Asdak, C. 2002. Hidrologi dan tempat di kawasan pengunungan pada Pengelolaan Daerah Aliran

427 Roemantyo

Sungai. Gajah Mada University Kantor Statistik Kota Ternate, 2008. Press. Cetakan Kedua. 618 Data Curah Hujan Harian dan halaman. Hari hujan di Stasiun Meteoro- Backer C. A and R.C. Bakhuizen van logi Babullah. Kantor Statistik den Brink, 1968. Flora of Java Ternate, Kota Ternate. I. N.V.P. Noordhoff, Groningen, Oldeman, L.R., R. Irsal, and Muladi. Netherlands. 1980. Agroclimatic Map of Badan Pusat Statistik, 2009. Statistik Maluku and Irian Jaya.Central Indonesia 2009. Badan Pusat Research Institute for Agricul- Statistik, Republik Indonesia. ture, Indonesia. Bakosurtanal, 1999. Peta Rupa Bumi Space Imaging 2006, IKONOS, Level Digital, Tata Guna Lahan, Standard Geometrically Corrected, Status Lahan dan Topografi. GeoEye, 6/6/2006. Skala 1: 250.000. Bakosurtanal. Re PPProt, 1989. Review of Phase I Clarke, M.C.G. 1989, Geological Map Results, Java and Bali. Land of Indonesia: With Emphasis on Resources Departement, Over- Lithology. Atlas of The Lands seas Development Administration Resources of Indonesia. A United Kingdom and Direktorat National Review. Ministry of Jendral Bina Program. Direk- Transmigration, Directorate torat Jendral Penyiapan Pemu- General of Settlements Prepara- kiman, Depatemen Transmigrasi. tion. Jakarta. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, 2008. US Army Tophographic Command. Peraturan Pemerintah Repu- 1970. Map of Ternate. Departe- blik Indonesia Nomor 26 Tahun men of Defense, United State of 2008 Tentang Rencana Tata America, Washington DC. 1302 Ruang Wilayah Nasional. Edition 4 TPC. Departemen Pekerjaan Umum, Utaminingrum HIP. 2010. Pengumpu- Direktorat Jendral Penataan lan dan Pengolahan Data Tutupan Ruang. Jakarta. Lahan Pulau Moti, Ternate. Laporan Perjalanan Penelitian di Pulau Moti, Maluku Utara, Pusat Penelitian Biologi LIPI, 2010

Memasukkan: Juni 2010 Diterima: Agustus 2010

428