JSM 5 (1) (2016)

JURNAL SENI MUSIK

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsm

SEJARAH DAN ENKULTURASI MUSIK KROMONG DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI Marissa Renimas Harlandea

Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak ______Sejarah Artikel: Pemerintah Daerah DKI Jakarta mewujudkan sebuah wilayah pelestarian budaya Betawi, kini Diterima Mei 2016 dikenal dengan Perkampungan Budaya Betawi yang lokasinya berada di Jakarta Selatan, tepatnya Disetujui Juni 2016 di daerah Setu Babakan, kelurahan Srengseng Sawah. Dalam wilayah Perkampungan Budaya Dipublikasikan Juni 2016 Betawi terdapat Sanggar Seni Betawi Setu Babakan, sanggar tersebut mengadakan pelatihan ______kesenian yang salah satunya adalah Gambang Kromong. Penelitian ini bertujuan mengetahui Keywords: bagaimana perjalanan sejarah Gambang Kromong yang ada di wilayah Perkampungan Budaya Enculturation, gambang Betawi ini, dan bagaimana proses enkulturasi yang berjalan di wilayah tersebut sebagai usaha kromong, betawi cultures. pewarisan kesenian tradisi kepada generasi penerusnya. Menggunakan pendekatan penelitian ______deskriptif kualitatif, data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi dokumen. Data yang diperoleh diperiksa keabsahannya dengan teknik triangulasi kemudian dianalisis dengan model deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menemukan fakta bahwa musik Gambang Kromong telah ada di wilayah Setu Babakan sejak sebelum ditetapkannya Perkampungan Budaya Betawi di wilayah ini, dan proses enkulturasi kesenian Gambang Kromong terjadi melalui proses informal dan nonformal. Enkulturasi secara informal terjadi melalui proses pelaziman terhadap anak dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Sedangkan enkulturasi secara nonformal di Sanggar Seni Betawi Setu Babakan berjalan secara terprogram dalam ratihan rutin. Proses pewarisan Gambang Kromong di Sanggar Seni Betawi Setu Babakan dilakukan melalui tahap perkenalan, melihat, meniru, kemudian tahap pembinaan. Abstract ______DKI Government actualizes a Betawi culture preservation area, now known as the Betawi Cultural Village which is located in South Jakarta, precisely in the area of Setu Babakan, Srengseng Sawah district. In the Betawi Cultural Village there is a Betawi Art Studio Setu Babakan. This studio held art training one of which is Gambang Kromong. This study aims to know how the Gambang Kromong history goes in this Betawi Cultural Village, moreover, how the process of enculturation goes as the effort of inheriting the art tradition to the next generation. By using descriptive qualitative research method, the data is collected by using observation, interview, documentation, and document study techniques. The validity of the collected data then being examined by using triangulation technique and analyzed by using descriptive qualitative method. The result of this study found a fact that Gambang Kromong music has been in Setu Babakan since Betawi Cultural Village hasn’t established yet, moreover, enculturation process of Gambang Kromong happened through informal and non-formal processes. Informal enculturation happens through the children’ habitually process in a family and social surroundings. Meanwhile, non-formal enculturation in Betawi Art Studio Setu Babakan goes programmatically in a daily practice. The inheriting process of Gambang Kromong at Betawi Art Studio Setu Babakan held through introduction, see, imitate, and development steps. © 2016 Universitas Negeri Semarang  Alamat korespondensi: ISSN 2301- 4091 Gedung B2 Lantai 2 FBS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected]

22

Marissa Renimas Harlandea/ Jurnal Seni Musik 5 (1) (2016)

PENDAHULUAN atau masyarakat Betawi (Castle dalam Sukotjo 2012). Kesenian yang dimiliki suku bangsa Globalisasi membawa proses sosial yang Betawi itupun beragam, mulai dari seni rupa, seni berakibat pembatasan geografis pada keadaan tari, maupun seni musik. Salah satu seni musik sosial budaya menjadi kurang penting. Hal tradisi Betawi yang masih eksis ditengah tersebut membawa dampak negatif bagi sebuah maraknya globalisasi adalah Gambang Kromong. kebudayaan, karena dapat menyingkirkan budaya Gambang Kromong adalah sebuah orkes yang dari masyarakat pemiliknya, dan budaya tersebut diadopsi dari musik kaum Tionghoa peranakan, tidak lagi menjadi sebuah warna yang khas bagi yang kemudian disesuaikan dengan kondisi musik masyarakat bersangkutan. Koentjaraningrat Nusantara, hingga kini menjadi musik yang (1990) mendefinisikan budaya sebagai “daya melekat dengan tradisi Betawi. Perpaduan yang budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa. harmonis antara unsur Pribumi dan Cina, hal Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, tersebut tampak pada instrumen-instrumen pokok karsa, dan rasa itu. Corak khas dari suatu penyusunnya yaitu, gambang, kromong, , kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu tehyan, kongahyan, sukong, ningnong, kecrek, menghasilkan suatu unsur kecil, berupa suatu gendang, dan . Seperti halnya musik unsur kebudayaan fisik dengan bentuk yang Tionghoa dan kebanyakan musik Timur yang khusus, atau karena diantara pranata-pranatanya lain, Kwa (2005) menerangkan bahwa Gambang terdapat suatu pola sosial yang khusus, atau dapat Kromong hanya memakai lima nada (pentatonis), juga karena warganya menganut suatu tema yang masing-masing mempunyai nama dalam budaya yang khusus. Berdasarkan corak khusus bahasa Tionghoa: tersebut, suatu kebudayaan dapat dibedakan dengan kebudayaan lain. Istilah etnografi untuk liuh 六 = sol (g), u五= la (a), siang 上 = do (c), suatu kebudayaan dengan corak khas adalah che 叉= re (d), dan kong工= mi (e) “suku bangsa” atau dalam bahasa Inggris adalah “ethnic group” (Fathoni, 2006). Terdapat unsur- Tidak ada nada fa = f dan si = b seperti usur pokok yang terkandung dalam kebudayaan, dalam musik diatonis, yakni utamanya musik dimana salah satu unsur tersebut adalah kesenian. Barat, larasnya adalah salendro yang khas Kesenian tradisi dapat diartikan sebagai kesenian Tionghoa, sehingga disebut Salendro Cina, atau masa lalu yang diciptakan oleh nenek moyang ada pula yang menyebutnya Salendro dan sampai sekarang masih dijalankan atau Mandalungan. Kesenian Gambang Kromong dimainkan oleh masyarakat kontemporer. turut terpojokkan akibat dari globalisasi sosial Kondisi sosial budaya DKI Jakarta masa budaya. Dalam kondisi terpojokkan oleh kini yang telah tersentuh globalisasi, keadaan, orkes ini masih tetap ada walaupun mengakibatkan terpinggirkannya budaya dalam jumlah yang tidak seramai dulu. masyarakat asli Jakarta yaitu suku bangsa Betawi, Menghadapi hal tergusurnya kebudayaan termasuk unsur budayanya yaitu kesenian tradisi Betawi beserta unsur-unsur budaya di dalamnya, Betawi. Akulturasi yang terjadi dengan adanya pihak Pemerintah Daerah DKI Jakarta para pendatang tersebut menjadikan sebuah mewujudkan sebuah wilayah pelestarian budaya komunitas tersendiri dari masyarakat Jakarta. Betawi, kini dikenal dengan Perkampungan Percampuran penduduk multi etnis itu Budaya Betawi yang lokasinya berada di Selatan memberikan suatu nuansa dari kehidupan kota kota Jakarta tepatnya di daerah Setu Babakan, Batavia yang heterogen. Dalam kelurahan Srengseng Sawah. Melalui perkembangannya (abad XIX) terjadilah sebuah pembangunan Perkampungan Budaya ini, perpaduan antar masyarakat yang ada di Batavia pemerintah berperan serta membina setiap dengan suatu melting pot antar etnis yang berasal macam kegiatan kebetawian yang ada di dari nusantara dan mancanegara sehingga Perkampungan Budaya ini, baik itu fisik maupun menjadikan suatu kelompok etnis yang nonfisik. Di Perkampungan Budaya Betawi kita mempunyai ciri khas, masyarakat etnis tersebut dapat menjumpai penduduk asli Betawi, menamakan komunitasnya dengan sebutan orang arsitektur rumah adat Betawi, makanan khas

Marissa Renimas Harlandea/ Jurnal Seni Musik 5 (1) (2016)

Betawi, pernak-pernik atau souvenir khas Betawi, hadir di tengah masyarakat bukan dengan mudah dan berbagai kesenian tradisi Betawi. Jalan tetap berdiri tegak, para kelompok musik pemerintah untuk merevitalisasi budaya tradisi Gambang Kromong tersebut telah melakukan Betawi melalui reka cipta wilayah Setu Babakan, usaha-usaha diantaranya dengan melakukan Srengseng Sawah ini dirasa sejalan dengan perubahan dalam penyajian musiknya. pendapat Tindaon (2012) mengenai kesenian Perubahan-perubahan yang dilakukan tersebut tradisi dan revitalisasi, yang menyatakan: tentunya dilakukan dengan tujuan sebagai upaya pemertahanan kebudayaan tradisi agar tetap bisa “Kebudayaan akan menjadi sesuatu eksis diterima masyarakat. yang bermakna bagi masyarakat jika Berdasarkan pemaparan panjang di atas, dikelola dan dipandu secara sadar, agar penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pada akhirnya kebudayaan itu dapat lebih dalam mengenai bagaimana kisah panjang berfungsi sebagai suatu sarana identitas perjalanan sejarah musik Gambang Kromong di yang bersifat mengangkat martabat Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, manusia. Banyak pihak yang sebenarnya dan bagaimana cara yang ditempuh dalam rangka berkepentingan dan seharusnya proses enkulturasi musik Gambang Kromong di bertanggung jawab mengenai wilayah Perkampungan Budaya Betawi tersebut perkembangan kebudayaan, pihak-pihak hingga musik ini masih tetap bisa bertahan dan utama dalam masyarakat yang berkembang dalam kondisi masyarakat global bertanggung jawab dalam proses saat ini. Dengan diperolehnya hasil dari kebudayaan antaralain orang tua atau penelitian ini, tersisip harapan untuk pendidik, dan pihak-pihak lain yang pengembangan ke arah yang lebih baik tentang memang berkompeten dalam hal itu.” hal strategi adaptif budaya dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan masyarakat yang Enkulturasi atau proses pembudayaan bersangkutan. dapat dilihat sebagai suatu usaha mewariskan dan/atau mentradisikan sesuatu (nilai, METODE PENELITIAN pengetahuan, keyakinan, norma, sikap, perilaku, keterampilan) agar menjadi kebiasaan atau adat Berdasarkan kajian masalah yang diangkat, istiadat (budaya) untuk dimiliki dan diteruskan penelitian ini bersifat kualitatif, oleh sebab itu dari satu generasi ke generasi penerusnya supaya digunakan metode yang sesuai dengan jenis tetap bertahan dan berkelanjutan (Triyanto, penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif 2015). Muara dari enkulturasi ini adalah agar kualitatif, dimana data-data yang diperoleh budaya tersebut tetap ada, bertahan, dan lestari. dinyatakan sebagaimana adanya atau bersifat Hal enkulturasi ini terjadi pada musik Gambang naturalistik. Data yang dikumpulkan berbentuk Kromong yang ada di wilayah Perkampungan kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Menurut Budaya Betawi Setu Babakan, yang oleh Bogdan dan Taylor, sebagaimana yang dikutip karenanya musik ini masih tetap bisa hadir dan oleh Moleong (2000), penelitian kualitatif adalah berkembang di tengah masyarakat. Kelompok prosedur penelitian yang menghasilkan data Gambang Kromong tersebut tentunya telah deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari melalui perjalanan yang panjang dalam hal orang-orang dan perilaku yang diamati. mempertahankan maupun mengembangkan Dalam hal pengumpulan data, penulis musik ini, hingga musik ini masih bisa diwariskan terjun langsung pada objek penelitian untuk kepada generasi penerusnya masa kini. Hasanah mendapatkan data yang valid, dan melakukan (2012) melakukan penelitian studi kasus di pengumpulan data dengan teknik observasi, Gambang Kromong Mustika Forkabi tentang wawancara, dokumentasi, dan studi dokumen. strategi adaptasi kelompok musik Gambang Observasi dilakukan dengan datang ke lokasi Kromong dalam menghadapi perubahan sosial, penelitian yaitu, Perkampungan Budaya Betawi dan menemukan kenyataan bahwa kelompok Setu Babakan Jakarta Selatan. Sesuai dengan musik Gambang Kromong yang kini masih bisa jenis penilitian yang bersifat kualitatif, maka

Marissa Renimas Harlandea/ Jurnal Seni Musik 5 (1) (2016) penelitian ini menggunakan jenis wawancara berada di dalam wilayah Perkampungan Budaya terbuka. Dengan wawancara terbuka yang bersifat Betawi. Pembinaan kesenian tersebut mencakup semi terstruktur, dimana dalam pelaksanaannya pengadaan pelatihan dari bidang seni musik yaitu lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara Gambang Kromong, seni tari, dan seni teater terstruktur, peneliti mampu menemukan jawaban yaitu Lenong. Program pembinaan kesenian dari secara lebih terbuka. Penelitian ini menggunakan Pemerintah rupanya membangkitkan kesadaran kriteria derajat kepercayaan dalam memeriksa dan semangat masyarakat Perkampungan Budaya keabsahan datanya. Teknik pemeriksaan Betawi untuk terus mempelajari dan melestarikan triangulasi dipilih oleh penulis untuk memastikan kesenian tradisinya. Hal tersebut tampak dari derajat kepercayaan dari data kualitatif yang antusiasme dari para remaja dan juga orang-orang diperoleh. Proses analisis data penelitian ini tua yang mengikuti program pembinaan dari menggunakan teknik analisis data model Pemerintah tersebut. deskriptif kualitatif. Langkah analisis data Musik Gambang Kromong sebenarnya deskriptif kualitatif meliputi; reduksi data, bukan baru muncul di Setu Babakan karena penyajian data, dan verifikasi. Proses analisis data adanya program pembinaan kesenian dari ini berlangsung secara terus menerus selama Pemerintah. Gambang. Sebelum Perkampungan penelitian ini berlangsung, dan peneliti juga Budaya Betawi dibuat oleh Pemerintah Provinsi menganalisis data-data yang baru dengan dasar DKI Jakarta, di daerah Setu Babakan sudah ada hasil analisis data yang sebelumnya. beberapa grup kesenian Betawi yang dibuat oleh kelompok-kelompok masyarakat, diantarnya ada HASIL DAN PEMBAHASAN grup Lenong dan grup Gambang Kromong. Seiring berjalannya waktu dan modernisasi yang Sejarah Gambang Kromong di Perkampungan kian mewabah di Ibu Kota Jakarta, maka grup- Budaya Betawi grup kesenian tradisi tersebut mengalami Perkampungan Budaya Betawi Setu kevakuman. Vakumnya grup kesenian tersebut Babakan terletak di daerah Selatan Ibu Kota berangkat dari pemikiran para pemain bahwa Jakarta tepatnya pada kelurahan Srengseh Sawah, berkecimpung di dunia kesenian tradisi sudah Kecamatan Jagakarsa. Perkampungan Budaya tidak digemari lagi oleh masyarakat dan sudah Betawi adalah program pembangunan tidak menguntungkan secara ekonomi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka Pemikiran-pemikiran tersebut menjadi wajar, memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 melihat kondisi masyarakat pada waktu itu yang (Pasal 28 ayat 2b) dan Undang-Undang Republik memang sudah terpengaruh budaya-budaya luar, Indonesia nomor 29 tahun 2007-Bab V pasal 26 membuat kesenian tradisi Betawi di wilayah ayat 6, yang isinya: “Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya tidak lagi laku seperti dulu. Jakarta melestarikan dan mengembangkan Program pembinaan kesenian dari budaya masyarakat Betawi serta melindungi pemerintah berjalan dengan baik sepanjang 1 berbagai budaya masyarakat daerah lain yang ada tahun awal, dengan lamanya masa program 2 di daerah Provinsi DKI Jakarta.”. Proses tahun. Tampak semangat para remaja yang penetapan Perkampungan Budaya Betawi oleh tertarik mengikuti program tersebut. Masyarakat Pemda DKI Jakarta telah melalui perjalanan yang Perkampungan Budaya Betawi yang terpacu panjang dan usaha kuat dari seluruh pihak karena ingin pelatihan kesenian-kesenian Betawi pendukung, sehingga Perkampungan Budaya terus berjalan di wilayah mereka, akhirnya secara Betawi ditetapkan di daerah Setu Babakan, swadaya masyarakat berinisiatif melakukan kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, revolusi dengan mendirikan sebuah sanggar seni tepatnya pada tanggal 20 Januari 2001. yang diberi nama “Sanggar Seni Betawi Setu Seiring ditetapkannya Perkampungan Babakan”. Pada tahun 2002 Sanggar Seni Betawi Budaya Betawi di wilayah Setu Babakan, Pemda Setu Babakan resmi dibentuk atas ide dan DKI melalui Dinas Kebudayaan, mengadakan dukungan masyarakat yang memiliki semangat sebuah kegiatan pembinaan kesenian yang tinggi untuk membuat suatu wadah kesenian diperuntukan khususnya bagi masyarakat yang tradisi Betawi di wilayah Setu Babakan. Secara

Marissa Renimas Harlandea/ Jurnal Seni Musik 5 (1) (2016) administrasi anggota sanggar ini kini sudah Saat ini para pemain Gambang Kromong mencapai ±1000 peserta secara keseluruhan. sudah sampai pada generasi yang ke-4, dimana Sanggar Seni Betawi Setu Babakan membuka generasi ke-4 ini beranggotakan anak-anak usia pelatihan seni musik tradisi Betawi (Gambang SD sampai SMP. Generasi ke-3 masih tetap eksis Kromong), seni bela diri Betawi silat beksi (yang keberadaannya, bahkan generasi ke-3 ini adalah baru dimulai tahun 2007), seni teater tradisi yang sedang aktif-aktifnya mengikuti banyak Betawi (Lenong), dan beragam seni tari tradisi event kebudayaan. Untuk generasi ke-2 Gambang Betawi. Lokasi kantor sanggar ini berada di Kromong dari sanggar seni Betawi Setu Babakan, dalam wilayah Perkampungan Budaya Betawi kini sudah mulai habis seiring berjalannya waktu. tepatnya di Jalan Setu Babakan nomor 35. Kantor Hilangnya para pemain Gambang Kromong dari sanggar tidak buka setiap hari, waktu buka generasi terdahulu terjadi karena banyak faktor, pelayanannya mengikuti jadwal latihan, yaitu salah satunya karena pemain Gambang Kromong hari Rabu mulai pukul 16.00, dan Minggu mulai terdahulu banyak didominasi kaum wanita. pukul 08.00. Latihan-latihan kesenian biasa Selepas wanita tersebut menikah, maka menurut dilakukan di wilayah wisata budaya pengalaman yang sudah-sudah, para pemain Perkampungan Budaya Betawi. Waktu latihan tersebut akan berhenti bermain Gambang kesenian bisa menjadi kesempatan menarik bagi Kromong. Tanggung jawab wanita sebagai isteri para pengunjung. Pada hari Rabu sore atau dan ibu rumah tangga membuat kondisi untuk Minggu pagi saat pengunjung berkeliling wilayah terus berkesenian menjadi sulit bahkan tidak Perkampungan Budaya Betawi, mereka akan memungkinkan. disambut dengan suguhan penampilan anak-anak Gambang Kromong dari Sanggar Seni didik sanggar yang sedang berlatih. Bisa Betawi Setu Babakan, menjadi semakin hidup dikatakan para pengunjung akan dihibur dengan karena sanggar mereka berada di dalam wilayah menyaksikan pertunjukan mentah dari sanggar Perkampungan Budaya Betawi. Kunjungan- seni ini. kunjungan yang sering diterima oleh pihak Hasil dari sanggar ini terus terlihat dan Perkampungan Budaya Betawi, secara otomatis berkembang dengan cukup baik. Anggota sanggar akan turut melibatkan sanggar seni tersebut dalam terus bertambah, minat masyarakat sekitar menyajikan tampilan kesenian tradisi Betawi bagi wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu para tamunya berupa tari dan Gambang Babakan seperti daerah Pasar Minggu, daerah Kromong. Tamu-tamu tersebut banyak datang Depok, daerah Lenteng , dan sekitarnya, dari pihak sekolah yang membawa peserta terus meningkat. Prestasi anak didik dari sanggar didiknya untuk mengenal budaya Betawi, banyak ini juga terus berkembang. Gambang Kromong pula tamu dari badan Pemerintahan yang dari Sanggar Seni Betawi Setu Babakan secara berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi. berturut-turut, yaitu pada tahun 2003, 2004, dan 2005, memegang jabatan sebagai duta seni pelajar Enkulturasi Gambang Kromong di se-Jawa Bali. Tentunya adalah suatu kehormatan Perkampungan Budaya Betawi besar dan langka, tatkala Gambang Kromong dari Melalui kegiatan observasi dan wawancara sanggar seni Betawi Setu Babakan ini diberi yang penulis lakukan, ditemukan fakta lapangan kesempatan untuk menjadi duta seni pelajar se- bahwa proses enkulturasi Gambang Kromong di Jawa Bali selama 3 tahun. Pada tahun 2006, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan pencapaian yang baik kembali diraih oleh terjadi melalui jalur informal (keluarga dan Gambang Kromong dari Sanggar ini. Diantara lingkungan masyarakat) dan sebagian besar sekian banyak sanggar kesenian Betawi dan melalui jalur nonformal (sanggar). Proses banyak kelompok Gambang Kromong di Jakarta, enkulturasi Gambang Kromong di Gambang Kromong dari Setu Babakan dipilih Perkampungan Budaya Betawi melalui jalur untuk mewakili Provinsi DKI Jakarta dalam informal terjadi di dalam beberapa keluarga. acara musik tradisi nusantara yang diadakan di Proses enkulturasi di dalam keluarga berlangsung Taman Mini Indonesia Indah (TMII). dengan sendirinya tanpa disengaja. Melalui jalur ini, orang tua, seolah tanpa disadari, telah

Marissa Renimas Harlandea/ Jurnal Seni Musik 5 (1) (2016) membawa anaknya mempelajari Gambang besar, teman-teman, dan sahabat adalah termasuk Kromong dengan metode pelaziman. Orang tua agen-agen penting bagi banyak orang untuk yang adalah panjak (pemain musik), sering proses enkulturasi. Organisasi seperti sekolah, memutar lagu-lagu Gambang Kromong di rumah, lembaga keagamaan, dan kelompok-kelompok atau membawa anaknya ke lokasi latihan. sosial lainnya juga menjadi agen-agen penting Melalui hal tersebut, anak dari panjak menjadi dari proses ini. Kenyataannya, ketika kita belajar terbiasa akrab dengan musik Gambang Kromong, lebih banyak tentang proses enkulturasi, akan cara ini membawa anak untuk mendengar, menjadi kelihatan bahwa budaya dilaksanakan mengenal, menyenangi, dan lama kelamaan dan dikuatkan oleh banyak orang dan institusi. mencoba bermain Gambang Kromong. Metode Proses enkulturasi Gambang Kromong pelaziman yang terjadi secara tidak disengaja secara nonformal di Perkampungan Budaya tersebut terjadi bahkan sejak usia anak-anaknya Betawi terjadi melalui Sanggar Seni Betawi Setu masih balita. Orang tua yang mengajak anaknya Babakan. Proses pembelajaran Gambang ke lokasi latihan membuat anak tersebut terbiasa Kromong disampaikan oleh pelatih melalui melihat dan mendengar, bahkan bermain-main model pemberian contoh. Masing-masing subjek dengan instrumen-instrumen Gambang didik dengan masing-masing instrumennya, Kromong. Sedangkan proses enkulturasi dalam diberikan contoh cara permainan musik lingkungan masyarakat terjadi melalui aktivitas Gambang Kromong oleh pelatihnya, kemudian keseharian sosial dengan teman sebaya. anak tersebut akan memperhatikan, dan Lingkungan masyarakat sebagai media kemudian meniru apa yang telah dicontohkan enkulturasi terjadi pada anak dari ketua Sanggar pelatihnya. Melalui model pemberian contoh Seni Betawi Setu Babakan. Anak yang biasa tersebut, pelatih atau guru mengajarkan atau dibawa ayahnya saat memantau latihan menyampaikan segala sesuatu yang berkenaan Gambang Kromong, menjadi sering dengan konteks Gambang Kromong dalam mendengarkan musik tersebut, dan melihat kondisi latihan yang santai namun tetap serius teman-teman sebayanya latihan. Teman-teman disetiap waktu latihan. Para pemain atau subjek sebayanya tersebut kemudian mengajaknya untuk didik menerima yang diberikan pelatihnya ikut bermain musik Gambang Kromong, hal itu melalui praktik langsung bermain musik bersama membuat anak menjadi semakin tertarik dan teman-teman kelompoknya. menyukai musik ini karena ia bisa bermain musik Ada beberapa tahapan mengenai proses bersama teman-teman sebayanya, hingga pewarisan seni musik tradisi Betawi Gambang akhirnya sang anak ikut menjadi panjak sejak Kromong dalam Sanggar Seni Betawi Setu masih usia kanak-kanak. Babakan, yakni proses perkenalan, proses melihat, meniru, serta proses latihan atau pembinaan. Hal tersebut memang telah menjadi tradisi Sanggar Seni Betawi Setu Babakan dalam mewariskan musik Gambang Kromong dan beberapa jenis kesenian lainnya seperti tari, beksi, dan lenong, dalam upaya pewarisan kesenian Betawi. Proses pembelajaran Gambang Kromong di Sanggar Seni Betawi Setu Babakan, menggunakan repertoar lagu-lagu yang disusun oleh sang pelatih (bang Andi). Beliau Gambar 1. Proses Enkultulturasi dalam Keluarga membuatkan repertoar lagu tersebut agar anak Seorang Panjak lebih mudah mempelajari Gambang Kromong (Sumber: Dokumentasi Penulis) dengan cara membaca pada awalnya, setelah beberapa kali pertemuan proses pembinaan, anak Atoshoki (2011) menyampaikan akan hafal dengan sendirinya tanpa teks lagu lagi. pendapatnya bahwa orang tua bukanlah satu- Repertoar lagu tersebut disusun sendiri oleh sang satunya agen dari enkulturasi. Saudara, keluarga pelatih dengan menggunakan notasi angka tidak

Marissa Renimas Harlandea/ Jurnal Seni Musik 5 (1) (2016) baku. Memang sebenanya tidak ada teknik tampil dalam acara hajatan-hajatan biasa, dan penotasian dalam pewarisan musik tradisi, hal acara-acara pemerintahan seperti misalnya acara tersebut dinyatakan oleh Mustopo (dalam ulang tahun Jakarta, dalam acara di hotel-hotel Ejawati, 1998) dalam beberapa ciri musik tradisi untuk menyambut tamunya, dan sebagainya. salah satunya adalah proses pewarisannya yang Fungsi musik Gambang Kromong tidak berubah tidak mengenal cara-cara tertulis. sejak dahulu, yaitu tetap sebagai musik hiburan. Pertunjukan Gambang Kromong Sanggar Seni Betawi Setu Babakan pada masa kini secara urut dimulai dengan membawakan lagu-lagu dalem (klasik) yang berupa musik instrumental, setelah membawakan beberapa lagu dalem, dilanjutkan dengan memainkan lagu-lagu sayur dan modern. Vokalis dalam hal ini sudah bukan lagi Wayang Cokek, sudah ada vokalis sendiri untuk membawakan lagu-lagu Gambang Kromong. Beberapa instrumen kemudian ditambahkan dalam Gambang Kromong masa kini, instrumen tambahan tersebut disesuaikan dengan aransemen lagu yang dibuat dan kreativitas para pemain. Beberapa instrumen tambahan yang dipakai oleh Gambang Kromong di Sanggar Seni Betawi Setu Gambar 2. Proses Pemberian Contoh dalam Babakan diantaranya ada intrumen perkusi Latihan Sanggar seperti, , jimbe, ketimpring, sner drum, dan (Sumber: Dokumentasi Penulis) , dan untuk tambahan instrumen Barat modern seperti, gitar elektrik, bass elektrik, dan saxophone. Perubahan dalam unsur lagu, Gambang Kromong di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan saat ini menambahkan repertoar lagunya, yang awalnya hanya lagu-lagu dalem dan lagu sayur, kini ditambahkan lagu-lagu Betawi modern. Lagu dalem (klasik) masih tetap dimainkan hingga saat ini, biasanya lagu-lagu dalem dibawakan di awal penampilan, lagu tersebut diantaranya lagu centeh manis, renggong Gambar 3. Proses Latihan/Pembinaan dalam buyut, balo-balo, persi, dsb. Lagu sayur Sanggar diantaranya ada lagu kicir-kicir, sirih kuning, (Sumber: Dokumentasi Penulis) lenggang kangkung, dsb. Lagu modern yang biasa dibawakan dengan aransemen diantaranya seperti Gambang Kromong di Perkampungan lagu ondel-ondel, gang kelinci, jali-jali, mirek, dan Budaya Betawi Setu Babakan juga kian lagu-lagu dari Benyamin S. melakukan inovasi dalam musiknya. Inovasi yang dilakukan tentunya tidak mengubah rasa dari SIMPULAN Gambang Kromong tersebut, laras pentatonis juga berubah menjadi diatonis karena masuknya Musik Gambang Kromong yang saat ini instrumen-instrumen Barat. Dalam hal fungsi ada dan berkembang di Perkampungan Budaya musik, dahulu Gambang Kromong biasa hadir Betawi Setu Babakan, pada mulanya memang sebagai musik pengiring wayang cokek dalam sudah ada di tengah masyarakat tersebut sejak acara-acara seperti pesta tuan tanah, pesta-pesta sebelum ditetapkannya Perkampungan Budaya perkawinan masyarakat Cina, dan sebagainya, Betawi di wilayah mereka, namun dengan sedangkan saat ini Gambang Kromong bisa hadirnya Perkampungan Budaya Betawi,

Marissa Renimas Harlandea/ Jurnal Seni Musik 5 (1) (2016) pemerintah turut mengelola kesenian tradisi masyarakat sekitar Perkampungan Budaya Betawi di wilayah Setu Babakan melalui program Betawi, sehingga melalui swadaya masyarakat, pembinaan kesenian yang dibiayai oleh Pemda mereka telah mendirikan sebuah sanggar seni DKI Jakarta. Program pembinaan kesenian yaitu Sanggar Seni Betawi tersebut menjadi cambuk dan batu lompatan bagi Setu Babakan, yang didalamnya terdapat Ejawati, Ninik. 1998. Bentuk Penyajian dan Fungsi musik Gambang Kromong yang terus dikelola Kesenian Tradisional Odrot di Desa dengan baik dan hingga kini terus berkembang di Sumberejo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Skripsi. Semarang: Universitas tengah masyarakat. Negeri Semarang. Proses enkulturasi musik Gambang Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Antropologi Sosial Kromong di Perkampungan Budaya Betawi Setu Budaya. Jakarta: PT Rineka Cipta Babakan terjadi melalui proses informal (keluarga Hasanah, R. 2014. Strategi Adaptasi Kelompok dan lingkungan masyarakat) dan nonformal Musik Gambang Kromong Dalam (sanggar). Dalam hal proses enkulturasi informal, Menghadapi Perubahan Sosial (Studi Kasus keluarga seniman Gambang Kromong Kelompok Musik Gambang Kromong mewariskan kesenian tersebut melalui proses Mustika Forkabi). Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif pelaziman, dimana anak dibiasakan mengenal, Hidayatullah Jakarta. akrab, dan dengan sendirinya akan menyukai, Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu dan bermain musik Gambang Kromong tanpa Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta adanya paksaan. Proses enkulturasi melalui Kwa, David. 2005. “Lebih Dalam Tentang lingkungan masyarakat terjadi karena adanya Gambang Kromong dan Wayang interaksi sosial yang mempengaruhi individu lain Cokek”. Jurnal Kesenian untuk turut mempelajari kesenian Gambang Cisadane. Juni 2005. Nomor 5. Tangerang: Dewan Kesenian Kromong tersebut. Sedangkan proses enkulturasi Tangerang. melalui sanggar dilaksanakan secara teratur dan Moleong 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. terprogram dalam latihan rutin di Sanggar Seni Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Betawi Setu Babakan, yaitu pada hari Minggu _____, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. pagi dan Jumat malam. Tahapan proses Bandung: PT. Remaja Rosdakarya pewarisan Gambang Kromong di Sanggar Seni Soekotjo. 2012. “Musik Gambang Kromong Betawi Setu Babakan meliputi tahap perkenalan, dalam Masyarakat Betawi di Jakarta”. Jurnal Etnomusikologi Indonesia. Maret melihat, meniru, dan proses pembinaan. 2012. Vol 1. Nomor 1. Yogyakarta: ISI Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Tindaon, R. 2012. “Kesenian Tradisional dan Revitalisasi”. Jurnal Ekspresi Seni. November 2012. Vol 14. Nomor 2. Atoshoki, Antonius. 2011. “Enculturation Padang: ISI Padang Panjang Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Triyanto. 2015. Enkulturasi Perkeramikan Pada Pembentukan Perilaku Budaya Komunitas Perajin Desa Mayong Lor Individu”. Jurnal Humaniora. April 2011. Jepara: Strategi Adaptasi dan Vol 2. Nomor 1. Hlm. 139-150. Jakarta: Pemberlanjutan Potensi Kreatif Kebudayaan Bina Nusantara University. Lokal. Disertasi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.