Studi Kasus Merger Pada Bank Niaga Tbk
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Tugas Akhir - 2012 PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER BANK CIMB NIAGA TBK. (STUDI KASUS MERGER PADA BANK NIAGA TBK. DAN BANK LIPPO TBK.) Pricillya Aliwu¹, Cahyaningsih.², Se.³ ¹Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika), Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Bank Niaga Bank Niaga didirikan pada 26 September 1955, dan saat ini merupakan bank ke-7 terbesar di Indonesia berdasarkan aset serta ke- 2 terbesar di segmen Kredit Kepemilikan Rumah dengan pangsa pasar sekitar 9-10%. Bumiputra-Commerce Holdings Berhad (BCHB) memegang kepemilikan mayoritas sejak 25 November 2002, kemudian dialihkan kepada Commerce Investment Merchant Bank (CIMB) Group, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh BCHB , pada 16 Agustus 2007. Sebagai salah satu bank paling inovatif di Indonesia, Bank Niaga memperkenalkan layanan automatic tehnikal machine (ATM) pada tahun 1987 dan menerapkan sistem perbankan on-line pada tahun 1991. Dengan lebih dari 6.000 karyawan, Bank Niaga menawarkan rangkaian lengkap produk dan jasa perbankan, baik konvensional maupun Syariah melalui 256 kantor cabang di 48 kota di Indonesia. 2. Bank Lippo Bank Lippo didirikan pada bulan Maret 1948. Setelah Bank Lippo merger dengan PT Bank Umum Asia, Bank Lippo mencatatkan sahamnya di Bursa Efek pada November 1989. Pemerintah RI menjadi pemegang saham mayoritas di Bank Lippo melalui program rekapitalisasi yang dilaksanakan pada 28 Mei 1999. Pada tanggal 30 September 2005, setelah memperoleh persetujuan Bank Indonesia, Khazanah Nasional Berhad mengakuisisi kepemilikan mayoritas di Bank Lippo. 1 Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika) Tugas Akhir - 2012 3. Bank Commerce Investment Merchant Bank (CIMB) Niaga Bank CIMB Niaga berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Bank Niaga dikenal luas sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas yang terpercaya. Di tahun 1987, Bank Niaga membedakan dirinya dari para pesaingnya di pasar domestik dengan menjadi Bank yang pertama menawarkan nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di Indonesia. Bank Niaga menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini Bursa Efek Indonesia/BEI) pada tahun 1989. Pemerintah Republik Indonesia selama beberapa waktu pernah menjadi pemegang saham mayoritas Bank CIMB Niaga saat terjadinya krisis keuangan di akhir tahun 1990-an. Pada bulan November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di bulan Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking. Dalam transaksi terpisah, Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas Bank Lippo pada tanggal 30 September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal yang sama. Sebagai pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB Group) dan Bank Lippo, sejak tahun 2007 Khazanah 2 Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika) Tugas Akhir - 2012 memandang penggabungan (merger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar dapat mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penggabungan ini merupakan merger pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP. Pada bulan Mei 2008, nama Bank Niaga berubah menjadi Bank CIMB Niaga (blogdetik.com, 2008). Kesepakatan Rencana Penggabungan Bank CIMB Niaga dan Bank Lippo telah ditandatangani pada bulan Juni 2008, yang dilanjutkan dengan Permohonan Persetujuan Rencana Penggabungan dari Bank Indonesia dan penerbitan Pemberitahuan Surat Persetujuan Penggabungan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bulan Oktober 2008. Bank Lippo secara resmi bergabung ke dalam Bank CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD 1) yang diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas. Berdasarkan merger report CIMB Niaga 2009 bahwa Lippo Bank merger ke dalam Bank CIMB Niaga merupakan sebuah lompatan besar di sektor perbankan Asia Tenggara. Penggabungan ini menjadikan Bank CIMB Niaga menjadi bank terbesar ke-5 dari sisi aset, pendanaan, kredit dan luasnya jaringan cabang. 3 Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika) Tugas Akhir - 2012 1.2 Latar Belakang Penelitian “Bank adalah salah satu badan usaha finansial yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak” (Darmawi, 2011:1). Dari pengertian diatas fungsi perbankan adalah sebagai intermediasi / perantara antara masyarakat, pemilik dana dan pengusaha sebagai pihak yang membutuhkan dana. Agar fungsi bank ini berjalan dengan baik maka bank tersebut dituntut memiliki kinerja yang bagus, harus sehat dan memiliki kepercayaan dari masyarakat. “Pertengahan tahun 1997, perbankan nasional mengalami krisis yang berat, banyak banyak yang mengalami kesulitan likuiditas dan mengalami kemunduran kinerja bahkan banyak yang dilikuidasi karena krisis kepercayaan masyarakat”. Faktor yang mendorong terjadinya krisis perbankan adalah sebagai berikut : 1. Lemahnya fungsi pengawasan dan peraturan perbankan yang mengakibatkan sistem perbankan tidak berjalan dengan baik. 2. Terjadinya ekspansi kredit yang sangat tinggi dalam waktu yang singkat. 3. Lemahnya struktur permodalan perbankan. 4. Kurangnya penerapan integrated risk assessment baik dari segi operasional, transaksi dan risiko pasar. Dampak dari masalah perbankan pada tahun 1997 adalah banyak bank yang mengalami likuidasi atau penghentian kegiatan usaha dan banyak bank di merger dengan bank lain karena kekurangan modal (Capital Adequacy Ratio / CAR). Bank yang dilikuidasi adalah bank yang mempunyai CAR minus. Bank yang termasuk dalam kategori harus di merger adalah bank yang memiliki CAR kurang dari yang telah 4 Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika) Tugas Akhir - 2012 ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia NO.26/20/KEP/DIR sebesar 8% (Pangaribuan, 2007:172). Bertitik tolak dari masalah pada tahun 1997, Bank Indonesia mengeluarkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Kebijakan BI tersebut mendorong agar industri perbankan melakukan merger dan akuisisi atau melalui penambahan modal untuk dapat masuk kedalam kelompok yang lebih besar. Penataan struktur kepemilikan bank dimaksudkan untuk menciptakan struktur perbankan yang sehat sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat serta mendorong pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Sehubungan dengan hal tersebut, pada awal Oktober 2006, Bank Indonesia menerbitkan Paket Kebijakan Oktober, kebijakan tersebut mengenai Kepemilikan Tunggal Perbankan atau Single Present Policy (SPP) yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/16/PBI/2006 tanggal 5 oktober 2006. Kebijakan SPP merupakan salah satu rangkaian Bank Indonesia dalam menegakkan pilar API yaitu penguat struktur perbankan. Kebijakan pemilikan tunggal adalah kebijkan yang mengatur agar bank-bank yang dimiliki oleh perusahaan atau seseorang yang sama diharuskan di merger. Merger biasanya digunakan oleh pelaku bisnis antara lain untuk memperbesar asset dan penguasaan pasar. Merger dapat digunakan untuk menyembuhkan perusahaan yang sedang sakit, selain itu merger dapat digunakan untuk memenangkan persaingan serta menjaga perusahaan agar terus tumbuh dan berkembang secara sehat (Hariyani et al, 2011:5). Menurut Moin (2007 : 122) menyatakan bahwa merger dan akuisisi bisa didekati dari perspektif yaitu keuangan perusahaan (corporate finance) dan dari manajemen startegi (strategic management). Dari sisi keuangan perusahaan, merger dan akusisi adalah salah satu bentuk 5 Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika) Tugas Akhir - 2012 keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal/ capital budgeting) yang harus di investigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisninsnya. Sementara itu dari perspektif manajemen strategi, merger dan akuisisi adalah alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja suatu bank, umumnya alat yang digunakan adalah dengan melakukan analisa rasio kinerja bank, yaitu dengan melakukan rasio likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas (Loen & Ericson, 2007:118). Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan (Kusumo, 2008:111) Mengingat pentingnya kesehatan bank yang berpengaruh terhadap stabilitas moneter secara keseluruhan maka Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan di Indonesia mempunyai kewajiban untuk mencegah terulangnya kembali permasalahan pada tahun