PERENCANAAN PAKET WISATA KULINER BANDUNG DI GOLDEN RAMA

TOURS AND TRAVEL BANDUNG

PROYEK AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi pada Program Diploma IV

Oleh :

STEFANIE CHRISTINE SANTOSO Nomor Induk: 201218258

JURUSAN PERJALANAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENGATURAN PERJALANAN

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG

2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pariwisata adalah salah satu sektor penting dalam perekonomian

suatu negara, salah satunya adalah . Undang – Undang RI No. 10

Tahun 2009 menyatakan bahwa “pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.” Suwantoro

(2004: 3) mengungkapkan bahwa pariwisata adalah kepergian dari suatu

tempat ke tempat lainnya yang dibatasi oleh waktu.

Melihat dari pemaparan pariwisata itu sendiri, Komisi Liga Bangsa –

Bangsa dalam Muljadi (2009: 10) menambahkan bahwa keinginan seseorang

akan pariwisata biasanya untuk kesenangan, mengunjungi keluarga, kesehatan,

keperluan pertemuan – pertemuan atau tugas – tugas tertentu (ilmu

pengetahuan, tugas diplomasi, agama, olahraga, dan lain - lain) atau

pertemuan dalam hal bisnis.

Seiring berjalannya waktu, pariwisata pun mengalami pergeseran,

menurut Akbarwati (2013) pergeseran terjadi dari massive tourism (wisata

massal) menjadi special interest tourism (wisata minat khusus). Ismayanti

(2010: 155) menjelaskan pariwisata minat khusus adalah pariwisata yang

menawarkan kegiatan yang tidak bisa dilakukan oleh wisatawan pada

1

2

umumnya akan tetapi harus dilakukan oleh wisatawan yang memiliki keahlian atau ketertarikan akan suatu hal. Sebagai contohnya adalah wisata olahraga

(sport tourism), wisata kuliner (food tourism), wisata gua (cave tourism), wisata belanja (shopping tourism), dan lain – lain.

Salah satu wisata minat khusus yang sedang berkembang adalah aktivitas wisata dengan tujuan untuk menikmati makanan dan minuman atau food tourism yang biasanya dikenal dengan sebutan wisata kuliner.

Perkembangan food tourism (wisata kuliner) menurut Antara (2015) terlihat dari rata – rata pertambahan bruto sektor kuliner dari 2012 – 2013 naik 4.5%, pertumbuhan sebesar 26% dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor kuliner dan pertumbuhan terciptanya unit usaha sektor kuliner sebesar 0.9%.

Peningkatan pun terjadi kepada jumlah wisatawan domestik yang mengunjungi Bandung.

DIAGRAM 1

JUMLAH WISATAWAN DOMESTIK DI BANDUNG

5,000,000 4,242,294 4,000,000 3,882,010 3,726,447 3,000,000 3,024,666 3,354,857 2,000,000 1,000,000 - Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Wisatawan Domestik Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015.

3

Hermawan (2012: 8) mengungkapkan bahwa wisata kuliner adalah sebuah perjalanan di mana makanan dan suasana lingkungan daerah tersebut untuk dijadikan atraksi wisata. Ismayanti (2010: 157) mengungkapkan bahwa wisata kuliner dapat disebut sebagai wisata garstronomi di mana wisatawan yang datang memiliki tujuan untuk memanjakan perut serta mendapatkan pengalaman makan serta memasak makanan tersebut. Nuriata (2014: 64) menambahakan bahwa atraksi wisata yang menyajikan makasan dan minuman dapat dikelompokan menjadi gastronomic attraction yang bersumber dari produk, bahan dasar, resep, , cara membuat, cara menghidangkan dan cara mencicipi makanan dan minuman.

Lain halnya dengan Nurdiyansah (2014: 137) yang menjelaskan bahwa kata food tourism lebih banyak digunakan untuk membahas wisata kuliner karena food tourism memiliki definisi yang lebih luas dan tak terbatas pada makanan dan minuman yang lezat saja. Menurut Nurdiyansah (2014:

137) food tourism adalah perjalanan wisata dengan tujuan utamanya adalah makanan dan minuman dan tak memilih hanya makanan lezat saja yang dicicipi. Selain mencicipi makanan dan minuman, food tourism melihat nilai dan pengalaman dari makanan dan minuman itu sendiri. Nurdiyansah (2014:

142) pun menjelaskan bahwa pengalaman dan kegiatan dalam food tourism terdiri dari kunjungan ke tempat – tempat produksi dan pengolahan makanan, pembelajaran mengolah dan mempraktekan menu makanan lokal, ikut terlibat dalam kegiatan masyarakat lokal dalam produksi dan pengolahan bahan

4

makanan, datang ke acara budaya/ upacara adat/ ritual yang makanan menjadi sajian utama dalam acara tersebut dan mencicipi makanan dan minuman lokal.

Sesuai dengan pernyataan yang sudah diuraikan di atas penelitian ini akan difokuskan pada food tourism. Nurdiyansah (2014: 137) mengatakan bahwa food tourism adalah kegiatan wisata yang motivasi utamanya adalah melihat, mempelajari dan menikmati makanan/ minuman. Di Indonesia food tourism ini lebih dikenal dengan sebutan wisata kuliner.

Berkembangnya wisata kuliner ini bisa dilihat di salah satu kota yaitu :

Bandung. “Bandung bersama empat kota/daerah lainnya yakni Yogyakarta,

Solo, Semarang, dan Bali, ditetapkan sebagai destinasi wisata kuliner

Indonesia oleh Kementerian Pariwisata.” (Widianto, 2015). Dengan hal ini, menu masakan Bandung pun menyentuh Top 30 Ikon Kuliner Nusantara.

TABEL 1

TOP 30 IKON KULINER NUSANTARA

Rangking Nama Makanan

4 Serabi Bandung

26 Pisang Ubi Bandung

27 Lengkuas Bandung

Sumber : Nirwandar, 2014:108

Taslim (2015) pun mengungkapkan bahwa hampir semua daerah memiliki makanan khas yang bisa dikategorikam menjadi atraksi wisata akan

5

tetapi potensi besar ini belum digarap dengan serius untuk dijadikan aset wisata. Dengan potensi besar ini, untuk mengangkat kuliner sebagai aset wisata perlu bentuk kegiatan food tourism (atraksi dan event) yang dikombinasikan dengan atraksi wisata setempat.

Nuriata (2014: 2) menyatakan bahwa paket wisata dikategorikan sebagai produk, di mana paket wisata terbentuk dari proses peleburan dari transportasi, hotel, atraksi wisata dan komponen wisata lainnya. Diperkuat kembali oleh Nuriata (2014: 34) yang menyatakan bahwa paket wisata adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yaitu wisatawan, atraksi, fasilitas dan waktu yang setiap subsistem saling berhubungan.

Bila dilihat dari pemaparan di atas, Nuriata (2014: 13) paket wisata bisa dengan mudah didapat oleh wisatawan, karena paket wisata bisa dibeli langsung oleh wisatawan atau wisatawan dapat membelinya lewat peran perantara atau intermediary. Biasanya perantara atau intermediary lebih dikenal sebagai travel agent. Nuriata (2014: 16) mendefinisikan travel agent adalah perusahaan yang bekerjasama dengan tour operator atau perusahaan bisnis pariwisata (airlines, hotel, restoran, dan lain - lain) untuk menjual paket wisata kepada wisatawan. Yoeti (1996: 119) pun menegaskan wisatawan perlu bantuan travel agent wisatawan dapat menikmati dan puas akan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhannya.

Dengan pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa wisatawan tetap membutuhkan peranan dari travel agent untuk memenuhi keinginan wisatawan itu sendiri. Travel agent pun dipercaya bisa memuaskan kebutuhan

6

wisatawan. Tetapi begitu besar potensi wisatawan serta lokasi kuliner di

Bandung masih banyak travel agent yang belum berani mengambil

kesempatan ini untuk dijadikan peluang untuk meraih keuntungan yang besar.

Salah satu travel agent di Bandung menjual berbagai macam produk

wisata, yaitu Golden Rama Tours and Travel. Golden Rama Tours and Travel

pun melihat bahwa potensi wisata kuliner adalah peluang besar untuk industri

pariwisata. Peluang besar ini terlihat dari hasil awal observasi di Golden

Rama Tours and Travel Bandung bahwa adanya peningkatan wisatawan yang

menginginkan paket wisata kuliner Golden Rama Tours and Travel Bandung.

Akan tetapi mereka masih belum memiliki paket wisata dengan atraksi wisata

utamanya adalah makanan. Untuk itu penulis mencoba untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perencanaan Paket Wisata Kuliner Bandung di

Golden Rama Tours & Travel”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan,

maka penulis merumuskan bahwa belum tersediannya paket wisata kuliner

atau food tourism untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan wisatawan ke

Bandung, maka penulis merasa perlu adanya perencanaan paket wisata kuliner

Bandung.

7

C. Pembatasan Masalah

Penelitian kali ini akan dibatasi dari beberapa hal :

1. Wisatawan yang digunakan untuk menjadi sampel hanya terbatas pada

wisatawan domestik (wisatawan dalam negeri).

2. Komponen fasilitas wisata yang akan diteliti terbatas pada transportasi.

3. Penelitian ini pun tidak membahas perhitungan harga dalam paket wisata.

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, rumusan serta pembatasan

masalah maka penulis mengidentifikasi masalah penelitian kali ini menjadi :

1. Bagaimana profil wisatawan wisata kuliner Bandung?

2. Bagaimana atraksi wisata kuliner Bandung?

3. Bagaimana fasilitas wisata kuliner Bandung?

4. Bagaimana waktu untuk wisata kuliner Bandung?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Formal

Untuk tujuan formal dari penelitian ini adalah untuk memenuhi Proyek

Akhir Diploma IV di Jurusan Perjalanan Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung dalam program studi Manajemen Pengaturan Perjalanan.

8

2. Tujuan Operasional

Untuk tujuan operasional dari penelitian ini adalah :

a. Untuk meningkatkan kompetensi penulis dalam penyusunan paket

wisata agar bisa diterima oleh masyarakat.

b. Untuk dijadikan bahan pertimbangan paket wisata di Golden Rama

Tours and Travel Bandung.

c. Untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan penjualan

paket wisata Bandung di Golden Rama Tours and Travel Bandung.

F. Metode dan Teknik Penelitian

1. Teknik Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2003: 11) menyatakan bahwa penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari variabel

tanpa membuat perbandingan ataupun menghubungkan dengan variabel

lain. Dipertegas oleh Sukmadinata (2006: 72) yang menegaskan bahwa

penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan dan

menginterpretasikan suatu kondisi, pendapat atau suatu proses yang

sedang berlangsung.

Selain itu penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono

(2012: 11) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah metode

penelitian yang memiliki filsafat positivisme yang digunakan untuk

meneliti populasi atau sebuah sampel dengan tujuan untuk menguji

9

hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini diperkuat dengan

Saebani (2008: 128) yang menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian dan analisis data

untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik dan alat kumpul

data sebagai berikut:

a. Kuesioner/ Angket

Sugiyono (2012: 192) menjelaskan bahwa kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan atau

pernyataan kepada responden untuk dijawab. Kuesioner adalah teknik

yang baik untuk jumlah responden yang cukup besar dan tersebar di

wilayah yang cukup luas. Untuk penelitian ini, penulis akan

menggunakan kuesioner/ angket ke wisatawan ke Bandung khususnya

wisatawan di atraksi wisata kuliner Bandung.

b. Wawancara

Menurut Sedarmayanti dan Hidayat (2011: 80) wawancara adalah

cara umum untuk mengetahui suatu kebutuhan atau keinginan.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur, di mana peneliti akan

mengajukan pertanyaan yang jawabannya sudah dibatasi terlebih

dahulu. Selama observasi, penulis akan mewawancarai secara

10

terstruktur staff di Golden Rama Tours and Travel dan hasil

wawancara akan dijadikan sebagai data dukung dari penelitian ini.

c. Observasi

Hadi (1986, dalam Sugiyono, 2012: 196) mengatakan observasi

adalah proses mengamati dan mengingat akan sesuatu hal. Penulis

akan melakukan observasi di aktrasi wisata, fasilitas wisata serta

waktu yang digunakan untuk wisata kuliner Bandung. Selama

observasi, penulis akan menggunakan alat kumpul data yaitu checklist

(daftar periksa).

d. Studi Kepustakaan

Untuk mendukung penelitian, penulis pun melakukan studi

kepustakaan. Menurut Nazir (2005: 93) studi kepustakaan atau studi

literature. Untuk mendukung penelitian, juga perlu mengetahui ilmu

yang berhubungan dan perkembangan dari ilmu yang bersangkutan.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Di mana data tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sesuai

dengan Sugiyono (2004: 137) yang menjelaskan bahwa uji validitas

adalah menguji alat kumpul data itu dapat digunakan untuk mengukur apa

yang hendak diukur. Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 137)

mengatakan uji reliabilitas adalah untuk menetapkan alat kumpul data

dapat digunakan lebih dari satu kali dan dapat menghasilkan data yang

11

konsisten. Di mana nilai koefisien realibilitas dikatakan baik jika berada di atas 0,7 (dikatakan cukup baik) atau 0,8 (dikatakan baik).

TABEL 2

VALIDITAS DAN RELIABILITAS VISITING PLACES

n = 76

Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Keunikan 0,240 Bersih 0,771 Berwisata 0,779 Fasilitas 0,739 0,2257 Valid 0,778 Fasilitas Baik 0,695 Pemandu 0,633 Lokasi 0,622 Selera 0,585 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.

TABEL 3

VALIDITAS DAN RELIABILITAS COOKING/ MAKING

n = 64

Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Keunikan 0,499 Bersih 0,767 Berwisata 0,729 Fasilitas 0,761 0,2461 Valid 0,760 Fasilitas Baik 0,730 Pemandu 0,369 Lokasi 0,581 Selera 0,612 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.

12

TABEL 4

VALIDITAS DAN RELIABILITAS MEETING LOCAL PEOPLE

n = 53

Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Keunikan 0,466 Bersih 0,752 Berwisata 0,803 Fasilitas 0,885 0,2706 Valid 0,861 Fasilitas Baik 0,866 Pemandu 0,756 Lokasi 0,565 Selera 0,564 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.

TABEL 5

VALIDITAS DAN RELIABILITAS ENJOYING TRADITION

n = 58

Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Keunikan 0,499 Bersih 0,708 Berwisata 0,614 Fasilitas 0,746 0,2586 Valid 0,789 Fasilitas Baik 0,630 Pemandu 0,595 Lokasi 0,731 Selera 0,592 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.

13

TABEL 6

VALIDITAS DAN RELIABILITAS TASTING AND EATING

n = 100

Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Keunikan 0,469 Bersih 0,724 Berwisata 0,770 Fasilitas 0,788 0,1966 Valid 0,772 Fasilitas Baik 0,730 Pemandu 0,675 Lokasi 0,574 Selera 0,236 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.

TABEL 7

VALIDITAS DAN RELIABILITAS TRANSPORTASI

n = 100

Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Kondisi Jalan 0,865 0,1966 Valid 0,779 Aksesibilitas 0,855 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.

4. Teknik Analisis

Setelah data didapat maka akan menggunakan analisis kuantitatif

deskriptif. Penulis akan mengolah data berbentuk angka dan

menginterpretasikannya secara deskriptif. Purwanto dan Sulistyastuti

(2011: 109) analisa deskriptif dimaksudkan untuk memberikan informasi

mengenai data yang diamati agar bermakna dan komunikatif.

14

Data berbentuk angka penulis akan olah menggunakan SPSS dan

Micorsoft Excell. Selain itu, untuk mengukur akan sikap, pendapat dan

fenomena sosial peneliti menggunakan skala likert dengan gradasi dari

sangat negatif hingga sangat positif. (Sugiyono, 2012: 136).

Untuk skala likert, penulis akan mencoba menginterpretasikannya

dalam bentuk garis kontinum yang diambil dari Sugiyono (2006). Dengan

rumus sebagai berikut:

a. Nilai tertinggi = (a x b x c)

a adalah bobot nilai terbesar, b adalah jumlah pernyataan dan c adalah

jumlah wisatawan

b. Nilai terendah = (a x b x c)

a adalah bobot nilai terbesar, b adalah jumlah pernyataan dan c adalah

jumlah wisatawan

c. Rentang (R) = (nilai tertinggi – nilai terendah) : kelas interval

5. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Berdasarkan perkataan dari Sugiyono (2012: 119) yang

mengatakan bahwa populasi adalah obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Hal

ini diperkuat dengan pernyataan dari Gulö (2010: 76) yang

15

menyatakan populasi adalah suatu kumpulan obyek yang dijadikan

pusat perhatian yang setiap obyek memiliki informasi yang ingin

diketahui oleh peneliti.

Berdasarkan pemaparan di atas populasi penelitian ini adalah

wisatawan domestik (wisatawan nusantara) yang datang ke Bandung.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Bandung wisatawan domestik

(wisatawan nusantara) per tahun 2014 adalah 4.242.294 orang. b. Sampel

Berdasarkan jumlah wisatawan tersebut, maka penulis mengambil

sampel untuk diteliti. Sugiyono (2012: 120) menyatakan bahwa

sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili karakteristik dan

informasi dari populasi yang ditentukan. c. Teknik Pengambilan Sampel

Penulis akan menggunakan teknik purposive sampling, yang

dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan adanya pertimbangan terterntu terlebih dahulu.

(Sugiyono, 2012: 126). Dalam penelitian ini sampel yang akan dipilih

adalah wisatawan yang mengunjungi atraksi wisata kuliner di

Bandung.

Berdasarkan populasi yang dan menurut Isaac dan Michael

dalam Sugiyono (2012: 128) mengatakan ukuran sampel dapat

16

diperoleh melalui perhitungan dengan taraf kesalahan terdiri dari 1%,

5% dan 10%. Maka penulis akan menggunakan perumusan sebagai

berikut :

(1)2 X 4.242.294 X 0,5 X 0,5 S = (5%)2 X (4.242.294 - 1) + (1)2 X 0,5 X 0,5 1.060.573,5

S = 10.605,98250

S = 99.99767 ~ 100

Sehingga sampelnya adalah 100 orang wisatawan domestik yang

mengunjungi atraksi wisata kuliner di Bandung.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Pada penelitian kali ini, penulis memilih penelitian di Golden Travel

Tours and Travel Bandung yang berlokasi di Jl. Sunda No. 76D serta

beberapa atraksi wisata kuliner, yaitu: Kopi Aroma, PT. Ultrajaya Milk

Industry, Tbk, Teh Celup Walini, Pabrik Tahu Cibuntu, Serba Susu,

Lembah Palem, Ny. Liem, Kampung Cikidang, Kampung Areng, Cibadak

17

Culinary Night, Braga Culinary Night, Dusun Bambu Family Leisure Park,

Batagor Kingsley, Riri, Baso Tahu Tulen, Nasi Bancakan, Srabi

Tradisional dan Floating Market Lembang.

2. Waktu Penelitian

Pada penelitian kali ini, penulis akan melakukan penelitian selama

bulan Febuari sampai Juni 2016.

H. Sistematika Penulisan

Berikut adalah sistematika penulisan untuk penelitian perencanaan

paket wisata kuliner Bandung di Golden Rama Tours and Travel :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan kerangka umum dalam penelitian yang didalamnya

terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah,

identifikasi masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, lokasi

dan waktu penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori – teori yang mendasari penelitian ini. Teori –

teori tersebut digunakan sebagai acuan untuk meneliti masalah penelitian ini

dan untuk membantu pembuatan kesimpulan dan rekomendasi.

18

BAB III TINJAUAN OBJEK PENELITIAN DAN DATA

Bab ini berisikan data dari penelitian serta terdapat cara pengumpulan data, pengujian data penyajian data.

BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN

Bab ini berisikan analisis dari pengolahan data disertai dengan argumentasi, alasan, pendapat, tanggapan maupun akibat akan data yang diperolah selama penelitian, baik hasil observasi, wawancara, penyebaran angket dan lainnya.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian serta rekomendasi yang diberikan kepada pihak Golden Rama Tours and Travel Bandung.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Perencanaan

Perencanaan adalah proses kegiatan yang mempertimbangkan

beberapa aspek. Perencanaan merupakan kegiatan penyusunan suatu program,

baik yang berjangka waktu panjang maupun berjangka waktu pendek

(Wardiyanto dalam Baiquni. 2011: 41).

Wardiyanto dalam Baiquni (2011: 45) mengatakan bahwa perencanaan

di dalam pariwisata sangat dibutuhkan, karena:

1. Memberikan pengarahan, perencanaan digunakan untuk memahami arah

pariwisata (trend).

2. Membimbing kerjasama, perencanaan digunakan untuk menjalin

hubungan kerja baru.

3. Menciptkan koordinasi, perencanaan digunakan untuk menjadi bahan

pertimbangan untuk pengembangan pariwisata.

4. Mencapai tercapainya kemajuan, perencanaan digunakan untuk menjadi

salah satu kunci keberhasilan pengembangan pariwisata.

5. Memperkecil resiko kegagalan, perencanaan yang ada dijadikan sebagai

pedoman untuk mengembangkan pariwisata

19

20

6. Mendorong pelaksanaan, perencanaan yang ada bisa dijadikan pendorong

untuk melaksanaan apa yang telah direncanakan agar sesuai dengan

rencana yang telah disusun.

B. Konsep Produk

Nuriata (2014: 10) menyatakan bahwa produk adalah barang yang

sudah melewati proses masukkan (input) menjadi barang jadi yang siap dijual.

Dalam industri pariwisata, Medlik dan Middleton (1972, dalam Yoeti, 1996:

13) mengatakan “…The product covers the complete experience from the time

he leaves home to the time he returns to it.” Hal ini bisa disimpulkan menjadi

produk dari industri pariwisata adalah sebuah pengalaman yang dilengkapi

dengan semua jasa (services) yang dibutuhkan oleh wisatawan dari waktu

keberangkatan hingga waktu kepulangan ke tempat asalnya.

Lain halnya dengan produk wisata, Menurut Yoeti (2002: 211) produk

wisata memiliki 3 unsur penting, yaitu:

a. Daya tarik dari daerah tujuan wisata dan termasuk citra yang dibayangkan

oleh wisatawan.

b. Fasilitas dari daerah tujuan wisata, yaitu: akomodasi, restaurant,

transportasi, lahan parkir, rekreasi dan lain – lain.

c. Tingkat kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata.

21

Sedangkan menurut Nuriata (2014: 1) komponen produk wisata secara

umum terdiri dari transportasi, hotel, restoran, atraksi wista dan komponen

wisata lainnya.

C. Konsep Paket Wisata

Dari produk wisata akan terbentuk sebuah paket wisata. Nuriata (2014:

3) pun menjelaskan bahwa paket wisata adalah sebuah produk yang tidak

terlihat (intangible product) di mana yang dibeli dari paket wisata adalah

sebuah harapan.

Nuriata (2014: 3) mengungkapkan bahwa paket wisata adalah

intangible product, karena paket wisata memiliki sifat sebagai berikut:

a. Tidak berwujud, hal ini membuat kualitas dari paket wisata sukar untuk

ditebak.

b. Paket wisata tidak bisa dipisahkan dari tour operator yang menjadi

produsen.

c. Tidak bertahan lama, karena akan terus berubah – rubah seiring perubahan

lingkungan bisnis pariwisata itu sendiri.

d. Heterogenitas dari elemen maupun komponen wisata yang rentang akan

perubahan.

22

Di sisi lain, (Muljadi, 2009: 47) mengatakan bahwa paket wisata itu bukan hanya terdiri dari intangible product saja tapi di dalamnya terdapat rangkaian barang dan jasa yang bersifat ekonomis, sosial, psikologis dan alam.

Nuriata (2014: 34) menegaskan kembali, bahwa paket wisata adalah sebuah sistem yang terdiri dari subsistem wisatawan, atraksi wisata, fasilitas waktu dan waktu yang setiap subsistem saling berkaitan.

DIAGRAM 2

PAKET WISATA SEBAGAI SEBUAH SISTEM

Fasilitas Wisata Wisatawan

Paket Wisata (Produk)

Waktu Atraksi Wisata

Sumber : Nuriata, 2014: 35

Di mana:

1. Sub wisatawan adalah unsur penentu dari paket wisata itu sendiri karena

paket wisata akan bergantung kepada siapa wisatawannya,

2. Subsistem atraksi wisata adalah primadona dari penyusun produk paket

wisata.

23

3. Subsistem fasilitas wisata adalah fasilitas – fasilitas yang mendukung

paket wisata.

4. Subsistem waktu, merupakan sub-sistem yang membatasi atau merupakan

kendala dari gerak perjalanan paket wisata.

D. Konsep Komponen Paket Wisata

Berdasarkan pemaparan di atas, komponen paket wisata bisa dibagi menjadi:

1. Wisatawan

Menurut Ismayanti (2010: 3) secara sederhana menjelaskan bahwa

wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Pada mulanya wisatawan

yang berpergian didominasi oleh wisatawan pria, akan tetapi adanya isu

kesetaraan gender maka mulai bermunculan wisatawan wanita yang

berpergian (Ismayanti, 2010: 61). Menurut Kasali (2005: 176) dalam

Ismayanti (2010: 61) mengungkapkan beberapa perilaku wisatawan

berdasarkan gender, yaitu:

a. Laki-laki, tergolong menjadi pengambil keputusan, menyukai kegiatan

wisata yang unik dan aktif.

b. Wanita, menyukai kegiatan berbelanja, kegiatan wisata yang unik dan

aktif.

Dipertegas oleh WTO dalam Marpaung (2002: 36) yang mengatakan

bahwa wisatawan adalah orang dari tempat tinggalnya berkunjung ke

suatu tempat di negara yang sama dalam waktu kurang dari 24 jam dengan

24

tujuan untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan, olahraga, bisnis atau mengunjungi keluarga.

Selain WTO, Departemen Pariwisata dalam Marpaung (2002: 37) mengatakan wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dan menetap di tempat tujuannya untuk tujuan tertentu selain mencari pekerjaan selama sementara.

Menurut Suwantoro (2004: 4), wisatawan dapat dikelompokan menjadi:

1) Visitor (pengunjung) adalah setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali melakukan pekerjaan yang menerima upah. 2) Excursionist (pelancong) adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan jika lama tinggalnya kurang dari 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. 3) Tourist (wisatawan) adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan jika lama tinggalnya sekurang - kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi.

Arief (2005: 8) mengatakan seorang/ serombongan wisatawan/ pelancong untuk datang berkunjung ke suatu tempat/ daerah/ kota atau negara bukan sekedar untuk menginap, tetapi untuk melakukan keperluan lain-lain seperti : 1) Ingin berlibur atau rekreasi (vacation or recreation). 2) Ingin tahu keadaan tempat/ daerah/ kota/ negara lain (willing to know about something). 3) Ingin berbelanja atau shopping/ wisata belanja (purchase tourism). 4) Ingin berdagang atau bisnis (business tourism). 5) Ingin mengunjungi saudara/ sanak famili. 6) Ingin mengahadiri undangan/ tugas kenegaraan (mission). 7) Ingin mengikuti turnamen olahraga (sport tourism). 8) Ingin berobat/ istirahat untuk kesehatan (health tourism). 9) Ingin membuat film atau shooting (cinema tourism). 10) Ingin reset atau penelitian ilmiah (research tourism). 11) Ingin beribadah (haji) atau menyebar agama (religious tourism). 12) Ingin melanjutkan pendidikan (student tourism).

25

Diperjelas oleh Nuriata (2014: 45) motivasi wisatawan yang perlu dicermati adalah motivasi fisik yaitu motivasi untuk mencari kepuasan, motivasi budaya yaitu motivasi untuk memperdalam kecintaan akan budaya, motivasi interpersonal yaitu motivasi untuk memperkuat kehidupan sosial dengan orang lain dan yang terakhir adalah motivasi status (prestige) yaitu motivasi untuk memuaskan hasrat akan status.

Wisatawan pun dapat dikelompokan menjadi 4 bagian besar, menurut

Cohen dalam Swarbrooke dan Horner (1998, dalam Ismayanti, 2010: 33) yaitu:

1) Wisatawan Massal Kelompok (Organised Mass Tourist) yaitu

wisatawan yang bepergian dalam rombongan dan biasanya tujuan

wisatanya ke tempat yang popular.

2) Wisatawan Massal Individu (Individual Mass Tourist) yaitu wisatawan

yang sudah cukup kreatif merancang dan membuat keputusan

perjalanan sendiri dan biasanya tujuan wisatanya ke tempat popular.

3) Wisatawan Penjelajah (Explorer) yaitu wisatawan berkelompok

membuat rencana perjalanan sendiri dan memiliki tingkat

ketergantungan akan fasilitas dan pelayanan lebih rendah.

4) Wisatawan Petualang (Drifter) yaitu wisatawan yang senang dengan

hal – hal baru.

26

Dalam hal ini, perilaku wisatawan dapat dibagi menjadi 3 bagian besar,

yaitu:

TABEL 8

PERILAKU WISATAWAN

Indikator Remaja Standar Lansia Daya Tahan Tubuh Luar biasa Baik Menurun Dinamis Kurang dinamis Lemah Eksplorasi alam Eksplorasi alam Eksplorasi alam Aktivitas Wisata Rekreasi diluar dan Rekreasi diluar Rekreasi didalam didalam Sangat tinggi Sedang Tidak ditempuh Petualangan Penuh resiko Pertimbangan resiko - Tidak menjadi Persyaratan lebih Fasilitas Persyaratan utama persyaratan utama Waktu Tidak terbatas Dibatasi Terbatas Istirahat Untuk pemulihan Perlu Berulang kali Sumber : Nuriata, 2014: 38

Ismayanti (2010: 53, 64) menambahkan bahwa wisatawan berdasarkan

usia terbagi menjadi:

a. Babyboomlet disebut kanak-kanak, berusia 0-9 tahun. Mereka bersifat

dipengaruhi dengan teknologi, individual, egosentris dan

mengharapkan kemudahan dalam segala sesuatu maka mereka sering

meminta pihak ketiga untuk mengambil keputusan.

b. Babybuster disebut remaja, berusia 9-16 tahun. Mereka bersifat mau

berinteraksi sosial pada lingkungan, berkelompok dan senang

berwisata yang diorganisir, menyukai tantangan dan bereksperimen

dan motivasinya untuk melepaskan diri dari rutinitas.

27

c. Late babybooner disebut anak muda, berusia di atas 17 tahun. Mereka

memiliki keterbatasan waktu wisata karena mereka memiliki pekerjaan,

ingin mengenal daerah wisata lebih mendalam. d. Kelompok dewasa, berusia 24-50 tahun. Mereka memiliki penghasilan

yang tinggi, mengutamakan kegiatan sosialisasi dan senang berwisata

dengan keluarga. e. Worldwar babies disebut setengah baya. Mereka berada di usia yang

awal pensiun, senang bersosialisasi, senang mengembangkan

pengetahuan dan selalu belajar dari pengalaman wisata sebelumnya. f. Kelompok senior, berusia 50 tahun ke atas. Mereka memiliki

pengalaman hidup yang banyak, senang membayar dan tawar -

menawar dan mengutamakan nilai-nilai kekeluargaan.

Sedangkan menurut Coleman dalam Kotler (2006), Kasali (2005: 212) dalam Ismayanti (2010: 52) memaparkan sifat wisatawan dalam kelas sosial di Indonesia sebagai berikut:

28

TABEL 9

SIFAT DAN KELAS WISATAWAN INDONESIA Kelas Sosial Wisatawan Pengeluaran Wisatawan Sifat Wisatawan 1 Kaum elite, sejahtera dan terpandang. 2 Senang beramal. A+ > Rp 7.500.000 3 Senag berbelanja. 4 Berwisata untuk menunjukkan status. 5 Berada di Lingkungan tersendiri. 1 Penghasilan cukup tinggi melalui kerja Atas keras. 2 Aktif dalam kegiatan sosial. Rp 5.000.000 – Rp A 3 Berasal dari kelas menengah. 7.500.000 4 Wisata merupakan gengsi. 5 Pola konsumsi dari kemampuan daya beli. 6 Berupaya diterima di kelompok elite. 1 Tidak peduli akan status. 2 Fokus akan karir. Rp 3.000.000 – Rp 3 Pendidikan dan sosialisasi adalah hal B+ 4.999.999 utama. 4 Wisata adalah kebutuhan dan investasi. 5 Pola pemikiran luas. Menengah 1 Kelompok kerja yang memiliki pendapatan yang cukup. Rp 1.500.000 – Rp 2 Bergantung pada kondisi perekonomi. B 2.999.999 3 Senang melakukan sesuatu yang sudah direncanakan. 4 Wisata bukan kebutuhan utama. 1 Pekerja keras. 2 Wisata bukan kebutuhan. Rp 1.000.000 – Rp C+ 3 Standar kehidupan di atas garis kemiskinan. 1.499.999 4 Jenis pekerjaannya membutuhkan tenaga keras. Bawah 1 Kaum miskin. 2 Kadang-kadang tidak memiliki pekerjaan. C < Rp 1.000.000 3 Berwisata tidak ada dalam kamus kehidupan. 4 Sangat bergantung pada orang lain. Sumber : Coleman dalam Kotler (2006), Kasali (2005: 212) dalam Ismayanti (2010: 52) ditambahkan oleh finansialku.com (2014)

29

Karakteristik wisatawan juga bisa dilihat dari latar belakang

pendidikan setiap wisatawan. Ismayanti (2010: 59) pun menjelaskan

bahwa jika wisatawan yang berpendidikan rendah mereka relatif memiliki

pendapatan yang rendah yang membuat wisatawan terbatas untuk memilih

kegiatan wisata, pasrah akan fasilitas dan pelayanan dari kegiatan wisata

dipilih, tidak fleksibel dan jarang membangun hubungan dengan

masyarakat setempat karena relatif pemalu. Sedangkan wisatawan yang

berpendidikan tinggi mereka relatif memiliki pendapatan yang tinggi

maka mampu memilih kegiatan wisata yang dikehendaki, berminat

mendalami suatu kegiatan wisata, fleksibel, mampu bersosialisasi dengan

penduduk dan mereka menyukai fasilitas dan pelayanan yang berkualitas.

2. Atraksi Wisata

Nuriata (2014: 49) mendefinisikan atraksi wisata adalah sesuatu yang

berwujud maupun tidak yang bisa memikat orang untuk mengadakan

perjalanan ke atraksi tersebut dan memberikan kesan dan kepuasan bagi

orang yang mengunjungi.

Dalam hal ini Nuriata (2014: 54) membagi atraksi wisata menjadi :

1) Wisata Alam, seperti keindahan alam/ pemandangan/ panorama

(nature beauty/ scenic attraction), iklim/ cuaca (climate attraction),

atraksi air (water attraction) dan flora/ fauna.

30

2) Wisata Budaya, seperti tradisi, adat dan agama dari suatu daerah/

negara, contohnya: tempat – tempat nostalgia, tempat/ lembaga

pendidikan, sesuatu yang super (superior thing), tempat perbelanjaan,

tempat perjudian maupun event.

3) Wisata Kombinasi Alam dan Budaya.

3. Fasilitas Wisata

Fasilitas wisata adalah pelengkap yang harus ada di tempat tujuan

(Nuriata, 2014: 62). Maka dari itu, fasilitas wisata pada umumnya terdiri

atas:

a. Fasilitas Akomodasi, yang harus dipertimbangkan adalah :

a) Bentuk akomodasi (non bintang/ bintang, block system, cottage,

bungalow)

b) Kapasitas dan tingkat hunian

c) Harga dan kondisi akomodasi

d) Fasilitas dan pelayanan dari akomodasi

e) Lokasi akomodasi

f) Kemudahan pencapaian (aksesibilitas)

g) Sanitasi (hygiene)

h) Keunikan

i) Seasonal

b. Restoran/ Makan Minum, yang dipertimbangkan adalah:

a) Bentuk restoran (warung, café, restoran, didalam/ diluar hotel)

31

b) Kapasitas meja/ pengunjung

c) Harga dan menu makanan

d) Kondisi sarana restoran/ makan minum

e) Fasilitas dan pelayanan yang ada (self service, table set, buffet,

drive through)

f) Lokasi

g) Kemudahan (aksesibilitas)

h) Persediaan (adekuasi)

i) Keunikan

j) Sanitasi (hygiene)

k) Seasonal

l) Jam kerja/ operasional c. Transportasi, yang diperhitungkan adalah :

1) Moda yang akan digunakan

2) Kondisi moda transportasi : kapasitas tempat duduk, pelayanan di

darat (ground service) dan di atas kendaraan (on-board service),

bentuk, kecepatan dan load factor

3) Harga

4) Jadwal moda transportasi

5) Lokasi : jarak, rute dan titik awal/ tujuan

6) Kemudahan (aksesibilitas)

7) Persediaan (adekuasi)

8) Keunikan

32

9) Seasonal

4) Tempat pertunjukan, yang diperhitungkan adalah:

a) Fasilitas dan pelayanan

b) Bentuk pertunjukkan, kegiatan/ program acara, lama pertunjukkan

c) Harga

d) Lokasi

e) Pusat utama pertunjukkan dan tambahan (kostum, musik)

5) Tempat Belanja Wisatawan, yang diperhitungkan adalah:

a) Produk yang ditawarkan asli proses produk lokal/ nasional/

internasional

b) Sistem pengepakan dan pengiriman

c) Lokasi

d) Harga

4. Waktu

Dalam penyusunan paket wisata, waktu dapat menjadi pertimbangan

internal dan eksternal di mana waktu berkaitan dengan fasilitas, biaya,

tempat, kebosanan dan kelelahan wisatawan (Nuriata, 2014: 69).

Pengaturan waktu yang baik akan menjadi warna dalam paket wisata yang

bersangkutan.

33

DIAGRAM 2

DISTRIBUSI WAKTU DALAM PAKET WISATA

Waktu Untuk Tambahan Pemakaian Waktu Untuk Pencapaian Waktu Untuk Tujuan Aktitas Tour

Sumber : Nuriata, 2014: 69

Dalam pengaturan waktu, Nuriata (2014: 71) menegaskan bahwa waktu untuk aktivitas tour harus paling lama karena dalam kegiatan perjalanan wisata, waktu untuk pencapaian ke daerah tujuan bisa sangat lama atau pun tidak. Kebosanan dalam perjalanan wisata bisa dimanfaatkan oleh keberadaannya pramuwisata. Serta wisatawan akan mendapatkan waktu tambahan yang disebut rest time yaitu untuk memotret, mengumpulkan peserta, istirahat, dan lain – lain.

Kenward dan Whittington (1999, dalam Ismayanti, 2010: 58) menjeleaskan bahwa waktu wisata ditentukan dari usia wisatawan yang bersangkutan, untuk wisatawan berumur muda dan tua cenderung memiliki waktu libur yang lebih banyak daripada wisatawan dewasa yang setengah baya yang lebih sedikit waktu berlibur.

34

E. Konsep Wisata Kuliner

Ismayanti (2010: 155) menjelaskan bahwa wisata kuliner adalah salah

satu wisata minat khusus. Dalam hal ini wisata minat khusus adalah

pariwisata yang menawarkan kegiatan yang tidak bisa dilakukan oleh wisata

pada umumnya akan tetapi harus dilakukan oleh orang yang memiliki

keahlian atau ketertarikan akan suatu hal.

Ismayanti (2010: 157) menegaskan bahwa wisata kuliner merupakan

wisata gastronomi di mana wisatawan memanjakan perut dengan berbagai

masakan dari negara tujuan dan mendapatkan pengalaman makan dan

memasak yang istimewa.

Nuriata (2014: 64) memperjelas gastronomy attraction adalah atraksi

wisata dari sebuah perjalanan adalah makanan dan minuman yang daya

tariknya terlihat dari produk, bahan dasar, resep, bumbu, cara memasak, cara

menghidangkan dan cara mencicipi makanan dan minuman.

Sedangkan Nurdiyansah (2014: 137) mengatakan wisata kuliner lebih

popular dengan kata food tourism. Nurdiyansah (2014:142) mengungkapkan

bahwa pengalaman dari food tourism beragam, yaitu :

1. Mengunjungi tempat produksi dan pengolahan makanan (experience of

visiting places).

2. Mengikuti pembelajaran untuk mengolah masakan/ minuman lokal

(experience of cooking/ making foods/ drinks).

35

3. Terlibat dalam kegiatan masyarakat setempat dalam memproduksi bahan

makanan (experience of meeting local people).

4. Mendatangi acara kebudayaan/ upacara adat/ ritual yang makanan adalah

sajian utamanya. (experience of enjoying tradition)

5. Mencicipi kuliner lokal (experience of tasting eating foods).

Hall dan Sharples (2003: 11) menambahkan bahwa ada beberapa bentuk/ varian dari food tourism yaitu : a. Rural/ Urban Tourism yaitu kegiatan berkunjung ke restoran/ tempat

makan/ festival makanan saat berwisata dengan tujuan utamanya adalah

bukan menikmati makanan dan minuman tetapi hanya berwisata. b. Culinary Tourism yaitu kegiatan berkunjung ke pasar tradisional/ pasar

lokal/ festival makanan saat datang ke destinasi wisata dengan menikmati

makanan dan minuman hanya dianggap aktivitas dari gaya hidup. c. Gastronomic Tourism/ Cuisine Tourism/ Gourmet Tourism yaitu

berpergian ke suatu destinasi khusus untuk menikmati makanan dan

minuman lokal, festival makanan, mempelajari makanan dan minuman

lokal dan menikmati/ mempelajari makanan dan minuman lokal yang

dianggap sebagai daya tarik utama dari sebuah perjalanan wisata.

BAB III

TINJAUAN OBJEK PENELITIAN DAN DATA TEMUAN

A. Tinjauan Objek Penelitian

Golden Rama Tours and Travel adalah salah satu travel agent ternama

di Indonesia yang telah bergerak sejak 1973. Memiliki kantor pusat di Jalan

Tanah Abang II No. 73-75, Jakarta Pusat dengan nama perusahaan PT.

Golden Rama Express. Dengan seiring berjalannya waktu, PT. Golden Rama

Express terus memperluas lokasi perusahaannya, yaitu di Kelapa Gading,

Simatupang, Puri, Kebayoran, Menteng, Bandung, Surabaya dan Bali. Pada

kesempatan ini, objek penelitian berada di kantor cabang Bandung yang

berlokasi di Jalan Sunda No. 76G yang akan berpindah ke Jalan Pajajaran No.

6.

GAMBAR 1

LOGO PERUSAHAAN

Sumber: Golden Rama Tours and Travel

Golden Rama Tours and Travel pun memiliki komitmen, yaitu selalu

memberikan pengalaman perjalanan yang terbaik untuk setiap pelanggannya.

36

37

Tercatat selama 45 tahun berada di dunia biro perjalanan wisata Golden Rama

Tours and Travel setiap tahunnya membawa setiap pelanggannya untuk mengunjungi destinasi yang luar biasa, memiliki mitra kerja dengan maskapai penerbangan serta hotel di seluruh dunia dan mampu memberikan pengalaman perjalanan samudera dengan 12 kapal pesiar.

Golden Rama Tours and Travel selalu memelihara komitmennya dengan cara selalu menjadi travel agent terdepan. Golden Rama Tours and

Travel menggunakan teknologi yang mampu memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya, mengutamakan kualitas pelayanan yang berasal dari hati dan memberikan layanan yang terintegrasi.

Golden Rama Tours and Travel memiliki beragam produk perjalanan wisata yang mampu menjadi solusi untuk pelanggannya.

37

38

Untuk struktur organisasi Golden Rama Tours and Travel Bandung adalah sebagai berikut:

DIAGRAM 4

STRUKTUR ORGANISASI

President Director

Managing Director

Hotel & Ticketing Accountin Tour Dept Dept g

Domestic Inbound Outbound Messenger

Sumber: Golden Rama Tours and Travel

Beberapa penjelasan dari struktur organisasi dari Golden Rama Tours and

Travel Bandung:

1. Hotel and Tour Department, divisi ini mengelola paket - paket wisata dan

mendukung divisi yang lainnya. Contohnya: menjual tiket, membuat

dokumen perjalanan dan menjual akomodasi. Didalam divisi ini terdapat

tour manager, supervisor dan staff.

2. Ticketing Department, divisi ini mengelola tiket - tiket untuk berwisata,

baik tiket penerbangan domestik maupun internasional.

3. Accounting, divisi ini mengurus keuangan dari Golden Rama Tours and

Travel.

39

Produk dari Golden Rama Tours and Travel terdiri dari:

1. Tiket penerbangan domestik dan internasional.

2. Voucher hotel domestik dan internasional.

3. Paket tour domestik, internasional, cruise, oversear tour, excursions,

meeting, incentive travel, conference dan exhibition yang tersedia untuk

individual, grup maupun perusahaan.

4. Dokumen perjalanan baik itu untuk perizinan, konvensi dan pameran.

B. Data Temuan

1 Profil Wisatawan

Data profil wisatawan didapatkan melalui penyebaran kuesioner

terhadap 100 orang wisatawan yang berkunjung ke Bandung secara

langsung. Dalam kuesioner terdapat beberapa aspek penting untuk

mengatahui profil wisatawan adalah:

a. Aspek Geografi DIAGRAM 5

ASAL WISATAWAN

Bandung dan sekitarnya 32% 44% Jawa Barat

Luar Jawa 24% Barat

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

40

Berdasarkan diagram 5, wisatawan yang berwisata di Bandung 44%

berasal dari Bandung dan sekitarnya, 32% berasal dari Luar Jawa

Barat dan 24% berasal dari Jawa Barat.

b. Aspek Demografi

1) Jenis Kelamin (Gender)

DIAGRAM 6

JENIS KELAMIN

Laki-laki 46% Perempuan 54%

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

Berdasarkan diagram 6, wisatawan yang berwisata ke Bandung

paling banyak adalah wisatawan perempuan dengan perolehan

persentase sebesar 54% sedangkan wisatawan laki-laki

memperoleh persentase sebesar 46%.

41

2) Usia

DIAGRAM 7

USIA

2% 12-16 tahun 20% 17-23 tahun 43% 24-50 tahun 35% > 50 tahun

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

Berdasarkan diagram 7, wisatawan yang berwisata ke Bandung

43% adalah wisatawan yang berusia 17 – 23 tahun, 35% adalah

wisatawan yang berusia 24 – 50 tahun, 20% adalah wisatawan

yang berusia lebih dari 50 tahun dan 2% adalah wisatawan yang

berusia 12 – 16 tahun.

3) Jenjang Pendidikan

DIAGRAM 8

PENDIDIKAN

1% 3% SD

SMP/SLTP 26% SMA/ 70% sederajat Perguruan Tinggi

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

42

Berdasarkan diagram 8, wisatawan yang berwisata di Bandung

berlatar belakang pendidikan 70% SMA/ sederajat, 26% perguruan

tinggi, 3% SMP/ SLTP dan 1% SD.

4) Pekerjaan

DIAGRAM 9

PEKERJAAN

6% Pegawai Negeri 15% Pegawai Swasta 48% 18% Wiraswasta Ibu Rumah Tangga 13% Pelajar/ Mahasiswa

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

Berdasarkan diagram 9, wisatawan yang berwisata di Bandung

memiliki profesi sebagai pelajar sebesar 48%, 18% wiraswasta, 15%

pegawai swasta, 13% ibu rumah tangga dan 6% adalah pegawai

negeri.

43

5) Pengeluaran

DIAGRAM 10

PENGELUARAN PER BULAN

> Rp 7.500.000 10% 22% Rp 5.000.000 - Rp 7.500.000

18% Rp 3.000.000 - Rp 4.999.999

20% Rp 1.500.000 - Rp 2.999.999 15% Rp 1.000.000 - Rp 1.499.999 15% < Rp 1.000.000

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

Berdasarkan diagram 10, wisatawan yang berwisata di

Bandung pengeluaran per bulannya 22% pengeluarnnya kurang

dari Rp 1.000.000, 20% pengeluarannya Rp 1.000.000 – Rp

1.499.999, 18% pengeluarannya Rp 5.000.000 – Rp 7.500.000, 15%

pengeluarannya Rp 3.000.000 – Rp 4.999.999 dengan persentase

yang sama 15% pengeluaran wisatawan per bulan ada di range Rp

1.500.000 – Rp 2.999.999 dan 10% pengeluaran per bulannya

lebih dari Rp 7.500.000

44

c. Aspek Psikografi

1) Frekuensi kedatangan ke Bandung

DIAGRAM 11

FREKUENSI KEDATANGAN KE BANDUNG

27% 1-5 kali 44% 6-10 kali > 10 kali 29%

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

Berdasarkan diagram 11, wisatawan 44% sudah lebih dari 10

kali beriwsata di Bandung, 29% sudah 6 – 10 kali dan masih 27%

yang 1 - 5 kali.

2) Penggunaan paket wisata

DIAGRAM 12

PENGGUNAAN PAKET WISATA

15% Iya

85%

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

45

Berdasarkan diagram 12, untuk berwisata di Bandung 85%

memilih untuk tidak menggunakan paket wisata dan 15% memilih

menggunakan paket wisata.

3) Teman untuk berwisata

DIAGRAM 13

TEMAN PERJALANAN

12% Sendirian 31% 17% Pasangan Keluarga/ saudara 40% Teman

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

Berdasarkan diagram 13, wisatawan berwisata di Bandung 40%

akan bersama keluarga/ saudara, 31% akan bersama teman, 17%

akan bersama pasangan dan 12% memilih untuk berwisata

sendirian.

46

4) Jumlah teman perjalanan

DIAGRAM 14

JUMLAH TEMAN PERJALANAN

12% < 15 orang

15 orang 88% atau lebih

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

Berdasarkan diagram 14, untuk berwisata wisatawan memilih

untuk berwisata kurang dari 15 orang sebesar 88% dan 12%

memilih berwisaya bersama dengan 15 orang atau lebih.

5) Motivasi

DIAGRAM 15

MOTIVASI WISATAWAN

3% 3% 12% Bersenang-senang Mengunjungi keluarga Kesehatan 82% Bisnis

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

47

Berdasarkan diagram 15, motivasi wisatawan untuk berwisata

di Bandung 82% adalah untuk bersenang-senang, 12% untuk

mengunjungi keluarga dan 3% adalah untuk melaukan bisnis atau

pun untuk alasan kesehatan.

Berdasarkan pedoman wawancara No. 1, profil wisatawan yang

menjadi konsumen di Golden Rama Tours and Travel berasal dari

Indonesia maupun mancanegara. Baik dalam berbentuk group (minimal

15 orang) maupun individual yang memilih untuk menggunakan paket

wisata dengan by request.

2 Atraksi Wisata

Berikut adalah atraksi wisata yang berada di Bandung yang

dikategorikan dalam beberapa kategori atraksi wisata kuliner. Setiap

kategori akan ditemukan data tentang daya tarik wisata, kondisi fisik,

fasilitas, pelayanan dan sanitasi (hygiene), sebagai berikut:

48

a. Experience of Visiting Places

1) Daya Tarik TABEL 10

PENILAIAN DAYA TARIK VISITING PLACES

Nama Atraksi Penilaian Wisata Koffie Fabriek Kopi Aroma memiliki keunikan akan desain dari bangunan tua Aroma (Kopi khas Belanda serta alat produksi yang masih menggunkan alat Aroma) produksi tradisional. Pabrik Tahu Cibuntu memiliki keunikan akan citarasa tahu Pabrik Tahu yang diproduksi. Citarasa tahu yang nikmat tersebut didapatkan Cibuntu dari proses pembuatan yang manual serta tidak menggunakan bahan pengawet. PT. Ultrajaya PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk memiliki keunikan akan Milk Industry, proses pengolahan susu kemasan yang menggunakan alat Tbk produksi tercanggih se-ASEAN. Teh Celup Teh Celup Walini memiliki keunikan akan proses pengolahan Walini teh dari pucuk hingga menjadi beberapa produk teh. Sumber: Hasil checklist, 2016. 2) Kondisi Fisik TABEL 11

PENILAIAN KONDISI FISIK VISITING PLACES

Nama Atraksi Penilaian Wisata Koffie Fabriek Kondisi fisik dari Kopi Aroma ini termasuk dalam kondisi baik. Aroma (Kopi Baik dalam hal daya tampung serta lokasi Kopi Aroma yang Aroma) mudah ditemukan. Kondisi fisik dari Pabrik Tahu Cibuntu ini termasuk dalam Pabrik Tahu kondisi yang cukup baik. Cukup untuk daya tampung serta lokasi Cibuntu Pabrik Tahu Cibuntu yang cukup mudah ditemukan. PT. Ultrajaya Kondisi fisik dari PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk ini termasuk Milk Industry, dalam kondisi yang baik. Dengan pabrik yang dapat menampung Tbk dalam jumlah yang banyak serta lokasi yang mudah ditemukan. Kondisi fisik dari Teh Celup Walini ini termasuk dalam kondisi Teh Celup yang baik, karena Teh Celup Walini dapat menampung Walini wisatawan dalam jumlah yang banyak dan lokasi mudah ditemukan Sumber: Hasil checklist, 2016.

49

3) Fasilitas

TABEL 12

PENILAIAN FASILITAS VISITING PLACES

Nama Atraksi Penilaian Wisata Koffie Fabriek Fasilitas yang ada di Kopi Aroma dalam kondisi baik dan adanya Aroma (Kopi alat-alat produksi yang tradisional, toilet, tempat parkir, serta Aroma) lokasi untuk pembelian kopi. Fasilitas yang ada di Pabrik Tahu Cibuntu dalam kondisi cukup Pabrik Tahu baik dan adanya alat-alat produksi tahu dalam kondisi terawat Cibuntu serta toilet dan tempat parkir yang bersih. PT. Ultrajaya Fasilitas yang ada di PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk ini dalam Milk Industry, kondisi sangat baik dan terawat. Alat - alat produksi yang dijaga Tbk kebersihannya dan toilet serta lahan parkir yang memadai. Teh Celup Fasilitas yang ada di Teh Celup Walini dalam kondisi yang baik. Walini Alat produksi, toilet dan lahan parkir tersedia dengan baik. Sumber: Hasil checklist, 2016. 4) Pelayanan

TABEL 13 PENILAIAN PELAYANAN VISITING PLACES Nama Atraksi Penilaian Wisata Koffie Fabriek Di Kopi Aroma, wisatawan dapat dipandu oleh pemilik dari Kopi Aroma (Kopi Aroma untuk mengelilingi tempat produksi. Aroma) Pabrik Tahu Pabrik Tahu Cibuntu belum memiliki pemandu wisata yang dapat Cibuntu menemani tamu saat melakukan kunjungan perusahaan. PT. Ultrajaya Di PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk wisatawan bisa menemukan Milk Industry, pemandu wisata. Pemandu wisata tersebut sudah disediakan untuk Tbk wisatawan yang hendak mengelilingi tempat produksi. Teh Celup Walini memiliki beberapa staff untuk dijadikan Teh Celup Walini pemandu wisata saat wisatawan ingin mengetahui lebih akan proses pembuatan teh. Sumber: Hasil checklist, 2016.

50

5) Sanitasi (hygiene)

TABEL 14 PENILAIAN SANITASI VISITING PLACES Nama Atraksi Penilaian Wisata Koffie Fabriek Kebersihan dari tempat produksi dan penjualan kopi ini sangat Aroma (Kopi dijaga kebersihannya. Aroma) Pabrik Tahu Pabrik Tahu Cibuntu dapat dikatakan dalam kategori cukup bersih, Cibuntu baik tempat produksi dan penjualan tahu. PT. Ultrajaya PT. Ultrajaya Milk Indusrty, Tbk ini memiliki lokasi yang bersih Milk Industry, dan terawat. Tbk Teh Celup Teh Celup Walini memiliki kebersihan yang baik dan lokasi Walini tersebut terawat dengan baik. Sumber: Hasil checklist, 2016. Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dari 100 wisatawan, 76

wisatawan pernah melakukan aktivitas ini. 24 wisatawan belum

pernah mengikuti kegiatan ini. Berikut adalah penilaian dari

pengalaman wisatawan saat mengunjungi tempat produksi dan

pengolahan dan makanan.

51

TABEL 15

PENGALAMAN WISATAWAN VISITING PLACES

n = 76

Jenis Atraksi Wisata: Produksi & pengolahan STS TS C S SS TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Tempat tersebut memiliki keunikan akan makanan/ 3x1 3x2 24x3 36x4 10x5 275 3,62 minuman yang diproduksi Tempat tersebut dalam kondisi 5x2 23x3 37x4 11x5 282 3,71 bersih Tempat tersebut dapat menampung para pengunjung 1x1 8x2 13x3 43x4 11x5 283 3,72 untuk berwisata Terdapat fasilitas pendukung kegiatan wisata (AC, alat – alat 1x1 7x2 13x3 46x4 9x5 283 3,72 produksi, WC, tempat parkir, dll) Penilaian akan fasilitas pendukung kegiatan wisata 1x1 4x2 22x3 45x4 4x5 275 3,62 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) baik Teradapat pemandu selama 1x1 13x2 18x3 35x4 9x5 266 3,50 berwisata Lokasi mudah ditemukan 1x1 5x2 18x3 42x4 10x5 283 3,72 Sesuai dengan selera Anda 1x2 17x3 40x4 18x5 303 3,99 JUMLAH NILAI 2250 29,61 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016 Dengan nilai rata - rata tertinggi 3,99 dalam aspek sesuai selera

dan terendah 3,50 dalam aspek ketersediaan pemandu wisata di tempat

produksi dan pengolahan makanan dan minuman yang ada di Bandung.

52

b. Experience of Cooking/ Making Foods and Drinks

1) Daya Tarik

TABEL 16

PENILAIAN DAYA TARIK COOKING/ MAKING

Nama Atraksi Penilaian Wisata Setiap wisatawan yang berkunjung akan memiliki pengalaman Lembah Palem untuk menjalani kehidupan masyarakat pedesaan. Wisatawan pun akan memasak makanan khas Sunda, . Wisatawan bisa melihat dan ikut serta dalam pengolahan Serba Susu berbagai macam produk olahan susu, dari cair hingga menjadi produk susu yang padat. Sumber: Hasil checklist, 2016. 2) Kondisi Fisik

TABEL 17

PENILAIAN KONDISI FISIK COOKING/ MAKING

Nama Atraksi Penilaian Wisata Dengan kehidupan masyarakat pedesaan dan berada di alam Lembah Palem bebasuntuk daya tampungnya sendiri tergolong untuk wisatawan dalam jumlah yang banyak. Dengan lokasi yang berada dipinggir jalan, Serba Susu mudah Serba Susu ditemukan dan daya tampung wisatawan cukup banyak. Sumber: Hasil checklist, 2016. 3) Fasilitas TABEL 18 PENILAIAN FASILITAS COOKING/ MAKING Nama Atraksi Penilaian Wisata Fasilitas yang disediakan di Lembah Palem cukup sederhana Lembah Palem dan mudah digunakan oleh para wisatawan. Fasilitas yang ada tergolong modern dan wisatawan sangat Serba Susu mengerti untuk penggunaan fasilitas tersebut. Sumber: Hasil checklist, 2016.

53

4) Pelayanan

TABEL 19

PENILAIAN PELAYANAN COOKING/ MAKING

Nama Atraksi Penilaian Wisata Lembah Palem memiliki pelayanan yang ramah dan beberapa Lembah Palem dari masyarakat desa bisa menjadi pemandu untuk para wisatawan. Serba Susu memberikan pelayanan dengan cepat dan beberapa Serba Susu staff bisa menjelaskan dengan lancar. Sumber: Hasil checklist, 2016. 5) Sanitasi (hygiene)

TABEL 20

PENILAIAN SANITASI COOKING/ MAKING

Nama Atraksi Penilaian Wisata Lembah Palem Lembah Palem memiliki kebersihan yang cukup terjaga. Baik dari alat untuk memasak maupun lingkungannya. Serba Susu Serba Susu memiliki kondisi lingkungan yang bersih dan fasilitas yang terawat. Sumber: Hasil checklist, 2016. Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dari 100 wisatawan, 64

wisatawan pernah melakukan aktivitas ini. 36 wisatawan belum

pernah melakukan aktivitas ini. Berikut adalah penilaian dari

pengalaman wisatawan saat mememasak atau membuat makanan dan

minuman sebelum mencicipinya.

54

TABEL 21

PENGALAMAN WISATAWAN COOKING/MAKING

n = 64

Jenis Kegiatan Wisata: Memasak/ membuat makanan dan minuman

STS TS C S SS TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Makanan yang dibuat 3x2 23x3 20x4 18x5 245 3,83 memiliki kekhasan Tempat tersebut dalam kondisi 2x2 25x3 33x4 4x5 231 3,61 bersih Tempat tersebut dapat menampung para pengunjung 3x2 25x3 35x4 1x5 226 3,53 untuk berwisata Terdapat fasilitas pendukung kegiatan wisata (AC, alat – alat 4x2 23x3 33x3 4x5 229 3,58 produksi, WC, tempat parkir, dll) Penilaian akan fasilitas pendukung kegiatan wisata 4x2 26x3 31x4 3x5 225 3,52 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) baik Teradapat pemandu selama 1x1 18x2 24x3 19x4 2x5 195 3,05 berwisata Lokasi mudah ditemukan 4x2 27x3 27x4 6x5 227 3,55 Sesuai dengan selera Anda 1x2 20x3 33x4 10x5 244 3,81 JUMLAH NILAI 1822 28,47 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016

Dengan nilai rata - rata tertinggi 3,83 dalam aspek keunikanan

makanan dan minuman yang dibuat atau dimasak dan terendah 3,05

dalam aspek ketersediaan pemandu wisata didalam kegiatan memasak

atau membuat makanan dan minuman.

55

c. Experience of Meeting Local People

1) Daya Tarik

TABEL 22

PENILAIAN DAYA TARIK MEETING LOCAL PEOPLE

Nama Atraksi Penilaian Wisata Sebuah atraksi wisata yang memiliki kegiatan kursus untuk Ny. Liem pembuatan / cake dalam berbagai varian yang langsung diajarkan oleh menantu dari Ny. Liem yaitu Ny. Chendawati. Serupa dengan Lembah Palem, Kampung Areng pun menawarkan kehidupan masyarakat pedesaan. Wisatawan dapat Kampung Areng merasakan kegiatan memasak menggunakan alat masak tradisional, yaitu hawu. Kampung Cikidang pun menawarkan kehidupan masyarakat Kampung pedesaan. Wisatawan akan memasak nasi liwet dengan Cikidang penduduk lokal. Sumber: Hasil checklist, 2016. 2) Kondisi Fisik

TABEL 23

PENILAIAN KONDISI FISIK MEETING LOCAL PEOPLE

Nama Atraksi Penilaian Wisata Dengan kegiatan kursus, daya tampung dari tempat ini cukup besar Ny. Liem dan aksesibilitasnya mudah. Untuk daya tampung dari Kampung Areng sendiri cukup dan Kampung Areng aksesibilitasnya cukup sulit. Kampung Untuk daya tampung dari Kampung Cikidang cukup baik dan Cikidang aksesibilitasnya cukup sulit. Sumber: Hasil checklist, 2016.

56

3) Fasilitas

TABEL 24

PENILAIAN FASILITAS MEETING LOCAL PEOPLE

Nama Atraksi Penilaian Wisata Fasilitas yang ada sangat dirawat serta dalam kondisi yang baik Ny. Liem dan modern. Kampung Areng Fasilitas yang ada cukup terawat dan tradisional. Kampung Fasilitas yang ada cukup terawat dan cukup sederhana. Cikidang Sumber: Hasil checklist, 2016. 4) Pelayanan

TABEL 25

PENILAIAN PELAYANAN MEETING LOCAL PEOPLE

Nama Atraksi Penilaian Wisata Wisatawan dapat berinterkasi dengan Ny. Chendawati dengan Ny. Liem mudah. Kampung Areng Wisatawan diberikan pelayanan yang sederhana dan ramah. Kampung Wisatawan diberikan pelayanan yang sederhana dan ramah. Cikidang Sumber: Hasil checklist, 2016. 5) Sanitasi (hygiene)

TABEL 26

PENILAIAN SANITASI MEETING LOCAL PEOPLE

Nama Atraksi Penilaian Wisata Ny. Liem Ny. Liem menjaga alat memasak dan kebersihan lingkungan dengan sangat baik. Kampung Areng Kampung Areng menjaga kebersihan dari lokasi wisata sampai rumah masyarakat pedesaan tersebut. Kampung Kampung Cikidang dalam kondisi yang terawat dan bersih. Cikidang Sumber: Hasil checklist, 2016.

57

Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dari 100 wisatawan, 53

wisatawan pernah melakukan aktivitas ini. Berikut adalah penilaian

dari pengalaman wisatawan saat mememasak bersama penduduk lokal.

TABEL 27

PENGALAMAN WISATAWAN MEETING LOCAL PEOPLE

n = 53

Jenis Kegiatan Wisata: Memasak bersama penduduk lokal STS TS C S SS TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Makanan yang dibuat 12x 1x2 15x3 25x4 207 3,91 memiliki kekhasan 5 Tempat tersebut dalam 4x2 21x3 24x4 4x5 187 3,53 kondisi bersih Tempat tersebut dapat menampung para 5x2 18x3 25x4 5x5 189 3,57 pengunjung untuk berwisata Terdapat fasilitas pendukung kegiatan wisata 9x2 17x3 22x4 5x5 182 3,43 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) Penilaian akan fasilitas pendukung kegiatan wisata 10x2 17x3 24x4 2x5 177 3,34 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) baik Teradapat pemandu selama 9x2 17x3 23x4 4x5 181 3,42 berwisata Lokasi mudah ditemukan 1x1 3x2 23x3 22x4 4x5 184 3,47 Sesuai dengan selera Anda 2x2 16x3 28x4 7x5 199 3,75 JUMLAH NILAI 1.506 28,42 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016

58

Dengan nilai rata - rata tertinggi 3,91 dalam aspek keunikan

makanan dan minuman yang diolah bersama penduduk lokal dan

terendah 3,34 dalam aspek penilaian fasilitas di lokasi kegiatan

tersebut.

d. Experience of Enjoying Tradition

1) Daya Tarik

TABEL 28

PENILAIAN DAYA TARIK ENJOYING TRADITION

Nama Atraksi Penilaian Wisata Kegiatan di mana wisatawan dapat mencicipi makanan yang dikelompokkan dalam tiga zona. Saat wisatawan mengelilingi Festival Braga stand makanan dan minuman yang ada, wisatawan pun dapat Culinary Night menikmati keunikan dari gedung-gedung di sepanjang Jl. Braga. Kegiatan di mana wisatawan dapat mencicipi makanan yang Festival Cibadak terdiri dari makanan ringan hingga berat. Saat berkeliling Culinary Night wisatawan dapat melihat dekorasi khas Tionghoa. Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016 2) Kondisi Fisik

TABEL 29

PENILAIAN KONDISI FISIK ENJOYING TRADITION

Nama Atraksi Penilaian Wisata Untuk akesebilitas sangat mudah karena berlokasikan di tengah Festival Braga kota. Dengan kegiatan yang terselenggarakan di jalan raya Culinary Night makan dapat menampung wisatawan dengan jumlah yang sangat banyak. Festival Cibadak Dengan aksesibilitas ke Cibadak mudah wisatawan pun setiap Culinary Night eventnya tergolong sangat banyak. Sumber: Hasil checklist, 2016.

59

3) Fasilitas

TABEL 30

PENILAIAN FASILITAS ENJOYING TRADITION

Nama Atraksi Penilaian Wisata Festival Braga Fasilitas yang ada di acara ini belum terlalu memadai. Culinary Night Festival Cibadak Fasilitas yang ada belum seluruhnya bisa memenuhi kebutuhan Culinary Night wisatawan. Sumber: Hasil checklist, 2016. 4) Pelayanan

TABEL 31

PENILAIAN PELAYANAN ENJOYING TRADITION

Nama Atraksi Penilaian Wisata Festival Braga Pelayanan baik dari pihak stand maupun staff yang ada cukup Culinary Night membantu. Festival Cibadak Pelayanan yang ada sepanjang acara tergolong cukup Culinary Night membantu. Sumber: Hasil checklist, 2016. 5) Sanitasi (hygiene)

TABEL 32

PENILAIAN SANITASI ENJOYING TRADITION

Nama Atraksi Penilaian Wisata Festival Braga Kebersihan lingkungan sangat dijaga tapi tidak semua stand Culinary Night menjaga kebersihannya. Festival Cibadak Acara ini cukup mampu menjaga kebersihan stand dan Culinary Night lingkungannya. Sumber: Hasil checklist, 2016. Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dari 100 wisatawan,58

wisatawan pernah melakukan aktivitas ini. Berikut adalah penilaian

60

dari pengalaman wisatawan saat mengunjungi sebuah acara (seperti:

upacara adat/ rituall/ dan lain-lain) yang tema utamanya adalah

makanan atau minuman.

TABEL 33

PENGALAMAN WISATAWAN ENJOYING TRADITION

n = 58

Jenis Kegiatan Wisata: Mengunjungi acara dengan tema utama makanan/minuman STS TS C S SS TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Makanan yang dibuat 17x3 29x4 12x5 227 3,91 memiliki kekhasan Tempat tersebut dalam 3x2 13x3 38x4 4x5 217 3,74 kondisi bersih Tempat tersebut dapat menampung para 2x2 10x3 39x4 7x5 225 3,88 pengunjung untuk berwisata Terdapat fasilitas pendukung kegiatan wisata 1x1 3x2 16x3 36x4 2x5 209 3,60 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) Penilaian akan fasilitas pendukung kegiatan wisata (AC, alat – alat produksi, 1x1 3x2 13x3 41x4 210 3,62 WC, tempat parkir, dll) baik Teradapat pemandu selama 15x2 16x3 23x4 4x5 190 3,28 berwisata Lokasi mudah ditemukan 8x2 14x3 29x4 7x5 209 3,60 Sesuai dengan selera Anda 1x2 15x3 31x4 11x5 226 3,90 JUMLAH NILAI 1.713 32,32 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016 Dengan nilai rata-rata tertinggi 3,91 dalam aspek keunikanan

makanan dan minuman yang dijadikan tema utama dalam acara yang

61

bersangkutan dan terendah 3,28 dalam aspek ketersediaan pemandu

wisata didalam acara tersebut. e. Experience of Tasting and Eating Foods

Dalam wisata kuliner tentu kegiatan mencicipi dan makan

makanan maupun minuman dari daerah kuliner sudah tidak akan

terlewatkan.

DIAGRAM 16

REKAPITULASI MAKANAN MINUMAN BANDUNG YANG DICARI WISATAWAN DI BANDUNG

50 45 40 46 35 30 39 25 30 20 27 22 23 22 15 19 10 15 13 11 8 14 9 2 5 0 Frekuensi …

Serabi Cireng Comro Batagor Lainnya Colenak Bandros Peuyeum Baso Tahu Baso Mie KocokMie Ayam Goreng Ayam Kolak Pisang Pisang Kolak Ubi

Nasi Tutug OncoomNasi Tutug Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016. Pada kuesioner ini, setiap wisatawan diberikan kebebasan untuk

memilih 3 menu makanan atau minuman yang dicari setiap berwisata

ke Bandung. Dilihat dari diagram 16 bisa dilihat bahwa 3 menu yang

mendapatkan skor tertinggi adalah serabi dengan 46 poin, batagor

dengan 39 poin dan baso tahu dengan 30 poin. Untuk menu lainnya

adalah .

62

Berikut adalah beberapa aspek penilaian dari kegiatan mencicipi

makanan:

1) Daya Tarik

TABEL 34

PENILAIAN DAYA TARIK TASTING AND EATING

Nama Atraksi Penilaian Wisata Wisatawan dapat mencicipi batagor dalam dua varian, yaitu Batagor Kingsley kering dan kuah serta mencicipi maupun mie yamien. Wisatawan dapat mencicipi batagor kuah maupun kering, Batagor Riri selain itu terdapat baso malang dan siomay. Wisatawan dapat mencicipi siomay, tahu, paria, kol, telur dan Baso Tahu Tulen kentang yang dibumbui saus kacang. Dusun Bambu Wisatawan dapat mencicipi makanan khas Indonesia, Family Leisure contohnya: nasi timbel. Makan di beberapa tempat makan yang Park unik. Floating Market Wisatawan dapat mencicipi makanan khas Indonesia, Lembang contohnya: dengan konsep pasar terapung. Wisatawan akan menikmati makanan khas Sunda dengan Nasi Bancakan peralatan makanan yang tradisional serta suasa tempat makan yang khas Sunda. Serabi Wisatawan dapat mencicipi serabi dengan beragam topping, Tradisional baik topping yang sederhana sampai modern. Cihapit Sumber: Hasil checklist, 2016.

63

2) Kondisi Fisik

TABEL 35

PENILAIAN KONDISI FISIK TASTING AND EATING

Nama Atraksi Penilaian Wisata Cukup banyak menampung wisatawan dan aksesibilitasnya sangat Batagor Kingsley mudah. Wisatawan yang dapat ditampung cukup banyak serta lokasi dari Batagor Riri Batagor Riri mudah ditemukan. Cukup banyak menampung wisatawan dan cukup mudah menemukan Baso Tahu Tulen lokasi Baso Tahu Tulen. Dusun Bambu Bisa menampung wisatawan dalam jumlah yang sangat besar dan Family Leisure aksesibilitasnya mudah ditemukan. Park Floating Market Lokasinya sangat mudah ditemukan dan dapat menampung Lembang wisatawan dalam jumlah yang banyak. Lokasinya sangat mudah ditemukan dan cukup menampung Nasi Bancakan wisatawan. Serabi Tradisional Lokasinya cukup mudah ditemukan dan lokasinya cukup bisa Cihapit menampung wisatawan. Sumber: Hasil checklist, 2016. 3) Fasilitas

TABEL 36

PENILAIAN FASILITAS TASTING AND EATING

Nama Atraksi Penilaian Wisata Batagor Kingsley Fasilitas yang ada cukup baik dan terawat dengan baik. Batagor Riri Fasilitas cukup memadai wisatawan. Baso Tahu Tulen Fasilitas cukup memadai wisatawan. Dusun Bambu Fasilitasnya sangat beragam dan memadai wisatawan. Family Leisure Park Floating Market Fasilitas cukup banyak dan memadai dan memadai wisatawan. Lembang Nasi Bancakan Fasilitas yang ada tergolong tradisional dan memadai wisatawan. Serabi Tradisional Fasilitas yang ada tergolong sederhana dan cukup memadai Cihapit wisatawan. Sumber: Hasil checklist, 2016.

64

4) Pelayanan

TABEL 37

PENILAIAN PELAYANAN TASTING AND EATING

Nama Atraksi Penilaian Wisata Batagor Kingsley Wisatawan dilayani dengan cepat untuk pemesanan makanan. Batagor Riri Wisatawan dilayani dengan cepat untuk pemesanan makanan. Baso Tahu Tulen Wisatawan dilayani dengan cepat untuk pemesanan makanan. Dusun Bambu Wisatawan dilayani dengan baik dalam hal makanan maupun Family Leisure aktivitas yang ada di dalam lingkunan Dusun Bambu. Park Floating Market Wisatawan diberikan pelayanan yang ramah, cepat dan mudah. Lembang Nasi Bancakan Wisatawan diberikan pelayanan yang cukup cepat dan ramah. Serabi Wisatawan dilayani dengan cepat untuk pemesanan makanan. Tradisional Cihapit Sumber: Hasil checklist, 2016. 5) Sanitasi (hygiene)

TABEL 38

PENILAIAN SANITASI TASTING AND EATING

Nama Atraksi Penilaian Wisata Batagor Kingsley Tempat ini terawat dan dalam keadaan yang bersih. Batagor Riri Tempat ini terawat dan dalam keadaan yang bersih. Baso Tahu Tulen Tempat ini terawat dan dalam keadaan yang bersih. Dusun Bambu Tempat ini sangat luas dan bisa menjaga kebersihan dan Family Leisure Park keterawatannya. Floating Market Tempat ini terawat dan bersih setiap. Lembang Nasi Bancakan Tempat ini cukup terawat dan cukup bersih. Serabi Tradisional Tempat ini cukup terawatt dan cukup bersih. Cihapit Sumber: Hasil checklist, 2016.

Selain itu, wisatawan pun menilai beberapa aspek dari kegiatan ini, yaitu:

65

TABEL 39

PENGALAMAN WISATAWAN TASTING AND EATING

n = 100

Pernyataan: STS TS C S SS TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Makanan yang dibuat memiliki 1x2 13x3 50x4 36x5 421 4,21 kekhasan Tempat tersebut dalam kondisi 6x2 33x3 53x4 8x5 363 3,63 bersih Tempat tersebut dapat menampung para pengunjung 1x1 6x2 32x3 54x4 7x5 360 3,60 untuk berwisata Terdapat fasilitas pendukung kegiatan wisata (AC, alat – alat 8x2 31x3 56x4 5x5 358 3,58 produksi, WC, tempat parkir, dll) Penilaian akan fasilitas pendukung kegiatan wisata 7x2 32x3 54x4 7x5 361 3,61 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) Teradapat pemandu selama 7x1 36x2 22x3 32x4 3x5 288 2,88 berwisata Lokasi mudah ditemukan 1x1 3x2 29x3 56x4 11x5 373 3,73 Sesuai dengan selera Anda 1x2 17x3 57x4 25x5 406 4,06 JUMLAH NILAI 2930 2,93 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016 Dengan nilai rata - rata tertinggi 4,21 dalam aspek keunikan

makanan dan minuman yang dicicipi dan terendah 2,88 dalam aspek

ketersediaan pemandu wisata di dalam kegiatan mencicipi atau

merasakan makanan.

66

Dengan pemaparan atraksi wisata kuliner tersebut bisa ditemukan

bahwa nilai untuk kegiatan untuk mengunjungi tempat produksi atau

pengolahan makanan atau minuman (experience of visiting places)

mendapatkan nilai total tertinggi, yaitu 29,61 dan di sisi lain nilai total

terendah didapatkan untuk kegiatan memasak bersama penduduk lokal

(experience of meeting local people).

Golden Rama Tours and Travel pun menambahkan bahwa kegiatan

wisata kuliner ini tersebar di Bandung bagian utara dan Bandung bagian

selatan. Golden Rama Tours and Travel memilih menggunakan wisata

kuliner untuk menjadi tempat makan siang ataupun malam. Bandung

bagian selatan pun terkenal akan produksi makanan olahan.

3 Transportasi

Berikut adalah moda transportasi yang digunakan oleh wisatawan saat

berwisata di Bandung.

a. Moda transportasi

DIAGRAM 17 MODA TRANSPORTASI 10% Motor Mobil pribadi/ 23% 17% keluarga Rental mobil 50% Angkutan umum

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.

67

Transportasi yang digunakan wisatawan didominasi oleh mobil

pribadi/ keluaraga dengan persentase sebesar 50%, 23% wisatawan

menggunakan motor, 17% wisatawan menggunakan rental mobil dan

10% wisatawan menggunakan angkutan umum.

TABEL 40

PENILAIAN WISATAWAN MENGENAI TRANSPORTASI

n = 100

STS TS C S SS Pernyataan TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Kondisi jalan baik 1x1 2x2 39x3 52x4 6x5 360 3,60 Aksesibilitas ke atraksi wisata 1x1 6x2 33x3 53x4 7x5 359 3,59 kuliner Jumlah Nilai 719 7,19 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.

b. Kondisi fisik

Dilihat dari tabel 40, kondisi jalan di Bandung dalam kondisi yang

cukup baik.

c. Aksesibilitas ke atraksi wisata kuliner

Dilihat dari tabel 40, dengan kondisi jalan di Bandung yang cukup

baik maka aksesibilitas pun tergolong cukup mudah.

68

4 Waktu

Berikut adalah waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan

wisata.

DIAGRAM 18

WAKTU BERWISATA

11% < 2 hari 49% 2 - 5 hari 40% > 5 hari

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016. Dari diagram 18, 49% wisatawan hanya memiliki waktu kurang dari 2

hari untuk berwisata.

Selama penelitian, penulis menemukan data dari beberapa aspek dari

waktu, yaitu: lama waktu perjalanan dan lama waktu kegiatan.

69

TABEL 41

DISTRIBUTION OF TIME HARI PERTAMA

Duration Ground From To On Board Tour Activities Activities Rest Tour Gardujati Koffie Aroma 15 60 10 min 85 min min min Koffie Aroma Baso Tahu Tulen 30 20 min 50 min min Baso Tahu Tulen Batagor Riri 30 10 min 40 min min Batagor Riri Batagor Kingsley 30 10 min 40 min min Batagor Kingsley Nasi Bancakan 60 15 min 75 min min Nasi Bancakan Serabi Tradisional 45 15 min 60 min Cihapit min Serabi Tradisional Gardujati 30 min 30 min Cihapit Grand Total in Minutes 60 380 110 min 210 min min Grand Total In Hours 6, 33 1, 83 hr 3,5 hr 1 hr hr Sumber: Hasil checklist, 2016 TABEL 42 DISTRIBUTION OF TIME HARI KEDUA Duration From To On Board Ground Activities Tour Activities Rest Tour Gardujati Pabrik Tahu 120 30 min 15 min 75 min Cibuntu min Pabrik Tahu Toko Kue Ny. 45 min 30 min 60 min 135min Cibuntu Liem Toko Kue Ny. Jalan Braga 15 min 60 min 75 min Liem Jalan Braga Jalan Cibadak 20 min 60 min 80 min Jalan Cibadak Gardujati 5 min 5 min Grand Total in Minutes 165 135 415 115 min min min min Grand Total In Hours 1, 92 hr 2, 75 hr 2, 25 hr 6, 92 hr Sumber: Hasil checklist, 2016

70

TABEL 43 DISTRIBUTION OF TIME HARI KETIGA Duration Ground From To On Board Tour Activities Activities Rest Tour Gardujati Dusun Bambu Family 60 60 210 90 min Leisure Park min min min Dusun Bamubu Family Serba Susu 45 90 180 45 min Leisure Park min min min Serba Susu Floating Market 30 60 120 30 min min min min Floating Market Kampung Cikidang 30 90 165 45 min min min min Kampung Cikidang Kampung Areng 30 90 165 45 min min min min Kampung Areng Gardujati 105 105 min min Grand Total in Minutes 195 390 945 360 min min min min Grand Total In Hours 3, 25 15, 75 6 hr 6, 5 hr hr hr Sumber: Hasil checklist, 2016 TABEL 44 DISTRIBUTION OF TIME HARI KEEMPAT Duration Ground From To On Board Tour Activities Activities Rest Tour 40 90 214 Gardujati Teh Celup Walini 120 min min min min The PT. Ultrajaya Milk 40 100 260 Celup 120 min Industry, Tbk min min min Walini PT. Ultrajaya Milk 60 Gardujati 60 min Industry, Tbk min Grand Total in Minutes 80 190 534 240 min min min min Grand Total In Hours 1, 33 3, 16 4 hr 8, 9 hr hr hr Sumber: Hasil checklist, 2016

71

Kuesioner penelitian ini pun diakhiri dengan ketertarikan wisatawan terhadap kegiatan wisata kuliner.

DIAGRAM 19

KETERTARIKAN WISATAWAN AKAN WISATA KULINER

6%

Iya Tidak 94%

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016

Dari diagram 18, 94% wisatawan tertarik akan wisata kuliner dan 6% tidak tertarik dengan wisata kuliner.

BAB IV

ANALISIS PERMASALAHAN

A. Analisis Pofil Wisatawan

Berdasarkan data temuan yang didapat selama penulis berada di lapangan,

dapat dianalisis beberapa aspek dari profil wisatawan, yaitu:

1. Aspek Geografi

Berdasarkan diagram 5, wisatawan yang berwisata di Bandung

mayoritas masih dari Bandung dan sekitarnya dengan persentase 44%.

Wisatawan dari Bandung dan sekitarnya adalah wisatawan yang berasal

dari kota Bandung, kabupaten Bandung, kabupaten Bandung Barat dan

kota Cimahi.

Dalam hal ini, mereka tetap bisa dikatakan wisatawan karena mereka

berkunjung ke suatu tempat dengan kurun waktu kurang dari 24 jam

dengan tujuan berekreasi, berlibur, mengunjungi keluarga dan lainnya.

(WTO dalam Marpaung, 2002: 36).

Dengan mayoritas wisatawan Bandung dan sekitarnya mereka tidak

membutuhkan fasilitas hotel, karena tempat yang dituju masih berada

dalam satu daerah yang sama dengan tempat tinggalnya.

72

73

2. Aspek Demografi

a. Jenis Kelamin (Gender)

Berdasarkan diagram 6, terlihat persentase antara wisatawan laki-

laki maupun perempuan tidak memiliki perbedaan yang jauh. Terbukti

bahwa seiring dengan pertumbuhan zaman wisatawan wanita pun

menyukai perjalanan wisata (Ismayanti 2010: 61).

Walaupun demikian, wisatawan laki-laki maupun wisatawan

perempuan menyukai kegiatan wisata yang unik dan aktif. Biasanya

untuk pengambil keputusan dalam hal berwisata yang lebih berperan

adalah wisatawan laki-laki. Sedangkan wisatawan perempuan

menyukai kegiatan berbelanja. (Kasali (2005: 176) dalam Ismayanti,

2010: 61).

Dengan karakteristik tersebut, wisata kuliner dapat dikatakan

cocok untuk semua gender. Hal ini disebabkan oleh wisata kuliner

memiliki kegiatan wisata yang unik, aktif dan bagi wisatawan

perempuan dapat menikmati kegiatan berbelanja.

b. Usia

Berdasarkan diagram 7, wisatawan didominasi oleh wisatawan

berusia 17-23 tahun dengan persentase 43%. Dengan rentang usia 17-

23 tahun, wisatawan bisa dikategorikan sebagai kelompok anak muda

(late babybooner). Dalam hal ini wisatawan lebih dewasa

dibandingkan remaja, lebih menggunakan logika, menyukai kegiatan

73

74

yang aktif dan mereka sudah dikatakan dalam usia produktif karena

meraka sudah memasuki usia kerja yang membuat mereka sangat

mempergunakan waktu liburnya untuk menambah pengalaman.

(Ismayanti: 2010, 54).

Untuk mempergunakan waktu liburnya, wisatawan late

babybooner cocok dengan wisata kuliner. Dalam wisata kuliner

mereka dapat menemukan pengalaman berwisata akan kuliner dan

menambah wawasan akan pengolahan suatu makanan/ minuman.

c. Jenjang Pendidikan

Bedasarkan diagram 8, wisatawan didominasi oleh wisatawan

yang memiliki latar belakang pendidikan SMA/ sederajat dengan

persentase 70% dan 1% adalah wisatawan dengan latar pendidikan SD.

Dengan latar pendidikan SMA/ sederajat hal ini dikategorikan

pendidikan tinggi dibandingkan dengan yang latar belakang SD atau

SMP. Dengan latar pendidikan yang tinggi, wisatawan lebih bisa

memilih beberapa varian dari kegiatan wisata yang hendak diikuti dan

lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru (Ismayanti, 2010:

59).

Sedangkan yang berlatar belakang SMP hal ini didukung dengan

data usia di penjelasan sebelumnya. Adanya wisatawan yang berusia

12-16 tahun, rentang usia tersebut masih menjadi pelajar di SMP maka

wisatawan tersebut masih dikategorikan wisatawan berlatar belakang

75

SD. Wisatawan ini tergolong berpendidikan rendah, mereka tidak

dapat memilih sendiri untuk kegiatan berwisata (Ismayanti, 2010: 59).

d. Pekerjaan

Berdasarkan diagram 9, wisatawan didominasi oleh wisatawan

yang berprofesi sebagai pelajar/ mahasiswa dengan persentase 48%

dan 6% wisatawan dengan profesi sebagai pegawai negeri.

Profesi pelajar/ mahasiswa ini didukung dengan data usia di

penjelasan sebelumnya. Profesi pelajar/ mahasiswa ini berada di usia

17-24 tahun, mereka dalam kategori usia produktif dan menyukai

kegiatan yang aktif.

Sedangkan yang berprofesi sebagai pegawai negeri, bisa dikatakan

berada di usia 24-50 tahun ini sudah memiliki pekerjaan dan waktu

liburan pun harus direncanakan dari jauh-jauh hari dikarenakan

berkaitan dengan waktu cuti (Ismayanti, 2010: 55).

e. Pengeluaran

Berdasarkan diagram 10, mayoritas pengeluaran wisatawan per

bulan adalah kurang dari Rp 1.000.000 dengan persentase 22% diikuti

dengan pengeluaran wisatawan Rp 1.000.000 – Rp 1.499.999 dengan

persentase 20% dan minoritas pengeluaran wisatawan per bulan adalah

lebih dari Rp 7.500.000 dengan persentase 10%.

76

Mayoritas pengeluaran berada di kurang dari Rp 1.000.000 hal ini

sangat berhubungan dengan usia dan pekerjaan wisatawan yang masih

berusia 17–23 tahun dengan pekerjaannya pelajar/ mahasiswa. Maka

bisa dikatakan mereka masih dalam kelompok orang berkerja keras

serta masih tergantung dengan orang lain.

Dalam usia ini, bisa dilihat bahwa mereka akan ketergantungan

dengan orang tua. Maka paket wisata yang sesuai dengan mereka

adalah paket wisata dengan harga yang relatif murah.

3. Aspek Psikografi

a. Frekuensi kedatangan ke Bandung

Berdasarkan diagram 11, mayoritas wisatawan sudah lebih dari 10

kali berwisata di Bandung dengan persentase 44% dan 27% wisatawan

baru 1-5 kali berwisata di Bandung.

Berdasarkan pengamatan saat penulis berada di lapangan, dengan

kondisi mayoritas wisatawan yang berwisata berasal dari Bandung dan

sekitarnya hal ini tak menutup kemungkinan bahwa mereka sudah

berwisata di Bandung lebih dari 10 kali. Seringkali wisatawan yang

sudah berwisata lebih dari 10 kali biasanya akan mencari sesuatu hal

yang baru dan tidak mau mengunjungi atraksi wisata yang sudah

pernah dikunjungi sebelumnya,

Berbeda halnya dengan wisatawan yang baru 1-5 kali maupun 6-

10 kali, wisatawan tersebut baru mengetahui atraksi-atraksi wisata di

77

Bandung dan mereka masih berminat untuk mengunjungi atraksi-

atraksi wisata tersebut berulang-ulang. Dengan kata lain, wisatawan

yang sudah berkunjung kurang dari 10 kali belum jenuh atau bosan

berwisata di Bandung.

Maka kegiatan wisata di Bandung harus terus berkembang dan

berinovasi baik mengikuti tren yang sudah ada maupun tidak agar

kegiatan wisata di Bandung terus meningkat.

b. Penggunaan paket wisata

Berdasarkan diagram 12, wisatawan masih memilih berwisata

tanpa menggunakan paket wisata dengan persentase 85% dan sisanya

memilih berwisata menggunakan paket wisata.

Dari keterangan tersebut bisa dilihat bahwa paket wisata Bandung

belum bisa memenuhi keinginan setiap wisatawan. Hal itu yang

membuat wisatawan lebih memilih berwisata tanpa menggunakan

paket wisata.

Padahal penggunaan paket wisata memiliki keuntungan bagi para

penggunanya, seperti harga perjalanan wisata bisa lebih ekonomis,

pelaksanaan kegiatan wisata lebih konsisten dan memuaskan

pengalaman perjalanan wisata tersebut. (Nuriata, 2014: 17)

Maka sebaiknya ada inovasi paket wisata Bandung yang dapat

memuaskan keinginan setiap wisatawan, contohnya paket wisata

kuliner Bandung.

78

c. Teman untuk berwisata

Berdasarkan diagram 13, wisatawan dengan persentase 40% akan

bersama dengan keluarga/ saudara saat berwisata dan 12% wisatawan

memilih untuk berwisata sendirian.

Dengan mayoritas wisatawan berusia 17-23 tahun dengan

pengeluaran kurang dari Rp 1.000.000 yang berarti kelompok

wisatawan ini masih bergantung dengan orang lain, dalam hal ini

adalah keluarga.

Maka mereka akan lebih condong berwisata bersama keluarga/

saudara. Kegiatan wisata yang ditawarkan pun seharusnya bisa

dilakukan bersama keluarga/ saudara.

d. Jumlah teman perjalanan

Berdasarkan diagram 14, wisatawan berwisata di Bandung kurang

dari 15orang dengan persentase 88% dan sisanya berwisata bersama

15 orang atau lebih.

Hal ini berkaitan dengan penjelasan di aspek sebelumnya,

wisatawan memilih berwisata bersama keluarga/ saudara. Di Indonesia

pada umumnya 1 keluarga terdiri dari 4 orang yaitu ayah, ibu dengan

dua orang anak, jumlah ini jelas kurang dari 15 orang.

79

e. Motivasi

Berdasarkan diagram 15, mayoritas wisatawan berwisata di

Bandung untuk bersenang-senang dan hanya sedikit wisatawan yang

memiliki motivasi untuk alasan kesehatan maupun bisnis.

Berdasarkan pengamatan selama di lapangan penulis melihat

bahwa motivasi untuk bersenang-senang tersebut termasuk dalam

motivasi pertama yang disebutkan oleh Arief (2008: 8) yaitu untuk

berlibur atau rekreasi. Berlibur atau rekreasi tersebut membuat

wisatawan bisa bersenang-senang dari rutinintasnya. Bersenang-

senang pun tak dibatasi oleh waktu dan jarak.

Maka jika dilihat dari pemaparan di atas wisatawan yang

berkunjung adalah wisatawan yang berasal dari Bandung dan

sekitarnya. Dengan motivasinya untuk bersenang-senang, mereka

hendak melepas diri dari rutinitasnya dan bersenang-senang dengan

atraksi wisata yang ada di Bandung.

Pihak Golden Rama Tours and Travel terhitung mampu menangani profil

segala jenis wisatawan dikarenakan tidak adanya spesifikasi wisatawan yang

dijadikan target pasar.

B. Atraksi Wisata

Dalam menganalisis atraksi wisata ini, untuk penilaian akan setiap atraksi

wisata, penulis akan menggunakan justifikasi atraksi wisata. Untuk nilai

80

tertingginya adalah 40 poin, didapatkan dari 5 poin X 8 pernyataan dan nilai terendahnya adalah 8 poin didapatkan dari 1 poin x 8 pernyataan. Nilai tengahnya adalah 20 poin. Untuk hasil penilaian yang diperoleh adalah 25-40, sehingga atraksi wisata tersebut bisa dikategorikan atraksi wisata kuliner

(modifikasi dari Nuriata, 2014: 52)

1. Experience of Visiting Place

Berikut adalah hasil justifkasi atraksi wisata yang diteliti:

a. Koffie Fabriek Aroma (Kopi Aroma)

TABEL 45

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA KOPI AROMA

Nama Atraksi Wisata : Kopi Aroma Jenis Atraksi Wisata : Produksi & pengolahan Menu : Kopi STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 5 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 3 Fasilitas dalam kondisi baik 4 Terdapat pemandu wisata 5 Atraksi dalam kondisi bersih 4 JUMLAH NILAI 33 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016

81

Dengan hasil 33, Kopi Aroma termasuk dalam atraksi wisata yang

layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung. Hal ini dikarenakan

kopi aroma yang memiliki keunikan akan proses pengolahan kopi. b. Pabrik Tahu Cibuntu

TABEL 46 JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA PABRIK TAHU CIBUNTU Nama Atraksi Wisata : Pabrik Tahu Cibuntu Jenis Atraksi Wisata : Produksi & pengolahan Menu Makanan/ Minuman : Tahu STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 3 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 3 Terdapat fasilitas 3 Fasilitas dalam kondisi baik 3 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 3 JUMLAH NILAI 24 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016 Dengan hasil 24, penulis merasa atraksi wisata ini dapat dijadikan

atraksi wisata kuliner.

82

c. PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk

TABEL 47

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA PT. ULTRAJAYA MILK

INDUSTRY, Tbk

Nama Atraksi Wisata : PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk Jenis Atraksi Wisata : Produksi & pengolahan Menu Makanan/ Minuman : Susu STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 3 Lokasi nyaman 5 Lokasi mudah ditemukan 3 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 5 Terdapat pemandu wisata 4 Atraksi dalam kondisi 5 bersih JUMLAH NILAI 32 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016 Dengan hasil 32, PT. Ultrajaya Milk Indusrty, Tbk termasuk dalam

atraksi wisata yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.

83

d. Teh Celup Walini

TABEL 48

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA TEH CELUP WALINI

Nama Atraksi Wisata : Teh Celup Walini Jenis Atraksi Wisata : Produksi & pengolahan Menu Makanan/ Minuman : The STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 5 Lokasi mudah ditemukan 2 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 5 Terdapat pemandu wisata 4 Atraksi dalam kondisi bersih 5 JUMLAH NILAI 32 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016 Dengan nilai 32, Teh Celup Walini termasuk dalam atraksi wisata

yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.

Berdasarkan justifikasi tersebut, kegiatan mengunjungi tempat pengolahan atau produksi ini dinilai dari segi: a. Daya Tarik

Berdasarkan tabel 10, setiap atraksi wisata memiliki keunikan

masing-masing yang sangat menonjol. Baik dalam hal produksi, cita

rasa hingga alat produksi yang digunakan. Daya tarik ini disebut juga

kekhasan ataupun keunikan dari atraksi wisata.

84

Terlihat dari tabel 45 - 48, atraksi Kopi Aroma memiliki nilai daya

tarik tertinggi. Hal ini diperlihatkan dari bentuk bangunan tua khas

Belanda, proses dan alat produksi yang digunakan masih tradisional.

Jika dibandingkan dengan atraksi Pabrik Tahu Cibuntu yang khas

dengan cita rasanya serta PT.Ultrajaya Milk Indusrty dan Teh Celup

Walini yang khas akan proses produksinya, tentu Kopi Aroma

memiliki keuinikan yang lebih.

Dengan daya tarik Kopi Aroma yang lebih tinggi dibandingkan

atraksi wisata lainnya maka kunjungan ke Kopi Aroma lebih menarik.

b. Kondisi Fisik

Berdasarkan tabel 11, pada umumnya atraksi wisata ini memiliki

kondisi yang baik. Untuk melihat kondisi fisik sendiri, bisa dilihat dari

aspek daya tampung (kenyamanan) serta lokasi dari atraksi wisata.

Dilihat dari tabel 45 - 48 aspek daya tampung (kenyamanan) nilai

tertinggi diperoleh PT. Ultrajaya Milk Indusrty, Tbk dan Teh Celup

Walini, hal ini terlihat dari lokasi dari tempat pengolahan atau

produksi jauh dari pusat kota. Dengan jauhnya lokasi dari pusat kota

membuat atraksi wisata ini memungkinkan untuk memiliki fasilitas

yang lebih banyak dibandingkan dengan atraksi wisata yang berada di

daerah pusat kota.

Tetapi untuk aspek lokasi dari atraksi wisata nilai tertinggi

diperoleh Kopi Aroma, hal ini terlihat dari lokasi dari Kopi Aroma

85

berada di daerah pusat kota (Jalan Banceuy) di mana lokasi ini dekat

dengan atraksi-atraksi wisata lainnya. Dengan hal ini, wisatawan akan

mudah menemukan atraksi wisata ini.

Maka bisa dilihat bahwa lokasi dari atraksi wisata menentukan

daya tampung (kenyamanan) dari atraksi wisata. Jika wisatawan dalam

jumlah yang banyak, untuk mengunjungi Kopi Aroma sendiri akan

dibagi dalam beberapa kelompok kecil saat melakukan tour,

dikarenakan tempat/ daya tampung dari atraksi wisata tidak

memungkinkan untuk menampung semuanya dalam 1 kali tour. Lain

halnya dengan kunjungan ke PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk serta

Teh Celup Walini yang memungkinkan menampung wisatawan

tersebut dalam jumlah banyak 1 kali tour.

c. Fasilitas

Berdasarkan tabel 12, terlihat bahwa setiap tempat pengolahan

memiliki fasilitas yang beragam terlihat ada yang menggunakan alat

produksi tradisional sampai modern. Pada umumnya, setiap atraksi

wisata memiliki fasilitas seperti lahan parkir maupun toilet dan dalam

kondisi yang bersih.

Nilai tertinggi untuk segi fasilitas diperoleh oleh PT. Ultrajaya

Milk Industry, Tbk dan Teh Celup Walini, mereka memiliki fasilitas

dalam jumlah yang lebih besar dan banyak dikarenakan gedung dari

tempat produksi atau pengolahan produk tersebut lebih besar jika

86

dibandingkan dengan Kopi Aroma maupun Pabrik Tahu Cibuntu.

Dengan nilai tradisional yang dipegang oleh Kopi Aroma dan Pabrik

Tahu Cibuntu mereka memiliki fasilitas yang terbilang sederhana dan

tradisional.

Hal tersebut tergantung dari jauh dekatnya lokasi atraksi wisata

dari pusat kota, karena atraksi wisata yang berada jauh dari pusat kota

akan lebih leluasa mengatur dan memfasilitasi atraksi wisata tersebut.

Berbeda dengan yang berada di daerah pusat kota ataupun yang berada

di pinggir jalan. Contohnya untuk lahan parkir di Kopi Aroma akan

lebih sulit dicari dikarenakan berada di pinggir jalan yang

memungkinkan menghalangi pengguna jalan lainnya. Berbeda dengan

Teh Celup Walini yang memiliki lahan sendiri untuk para

wisatawannya yang tidak menghalangi pengguna jalan lainnya.

d. Pelayanan

Terlihat dari tabel 13, pelayanan kali ini terlihat dari segi ada

tidaknya pemandu wisata dalam atraksi tersebut.

Untuk hal pemandu wisata, Kopi Aroma unggul dibandingkan

atraksi wisata lainnya. Hal ini terlihat dari pemilik toko, yaitu Bapak

Widyapratama yang selalu siap menjadi pemandu wisata saat kegiatan

tour berlangsung. Berbeda dengan atraksi lainnya yang biasa menjadi

pemandu wisatanya bukan dari pemilik tempat pengolahan akan tetapi

87

biasanya adalah seorang pekerja yang memiliki pengetahuan akan

tempat tersebut.

Melihat dari perbedaan pihak yang menjadi pemandu, Kopi Aroma

memiliki keunikan yang lebih yaitu dipandu oleh pemiliki Kopi

Aroma sendiri. Hal ini bisa membuat wisatawan merasa lebih dekat

dan nyaman.

e. Sanitasi (hygiene)

Terlihat dari tabel 14, kebersihan dari sebuah atraksi wisata

sangatlah penting. Dalam hal ini setiap memiliki standar kebersihan

masing-masing. Dalam hal ini strandar kebersihan yang tertinggi

diperoleh oleh PT. Ultraja Milk Industry, Tbk dan Teh Celup Walini

dengan skor 5. (Tabel 47 - 48).

Kebersihan kedua tempat produksi ini tertinggi disebabkan oleh

dengan banyaknya fasilitas yang tersedia maka harus terjaga dengan

baik kebersihannya. Dengan terjaganya kebersihan dari atraksi wisata

dapat membuat wisatawan merasa nyaman.

Dengan pemaparan di atas, beberapa wisatawan yang pernah mengalami kegiatan ini memberikan penilaian dengan skala likert yang akan diinterpretasikan menggunakan perhitungan dari Sugiyono (2006).

Berdasarkan tabel 15, maka dapat diukur pengalaman wisatawan akan

88

kegiatan mengunjungi tempat produksi atau pengolahan makanan (visiting

places) sebagai berikut:

TABEL 49

PERHITUNGAN VISITING PLACES

Nilai Tertinggi = (5 x 76 x 8) = Nilai Terendah = (1 x 76 x 8) = 608 3040 Untuk pengukuran rentang : R = (3040 – 608) : 5 = 486,40 Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016

DIAGRAM 20

ANALISIS VISITING PLACES

2.250

STS TS C S SS

608 1.094,40 1.580,80 2.067,20 2,553,60 3.040

Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016

Berdasarkan tabel 15, visiting places mendapatkan total penilaian

sebesar 2.250 yang berada di rentang 608-3.040. Dengan penilaian ini bisa

dikatakan wisatawan setuju jika pengalaman wisatawan akan kegiatan

visiting places atau mengunjungi tempat produksi makanan atau minuman

memiliki adalah baik. Pengalaman baik ini bisa terlihat dari

89

ketidakasingan wisatawan akan kegiatan wisata seperti ini dan kegiatan ini

tergolong kegiatan wisata yang sesuai dengan selera wisatawan.

Dengan usia wisatawan yang tergolog usia anak muda dengan

karakteristik menyukai kegiatan yang aktif, kunjungan ke tempat produksi

sangat cocok untuk dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung. Dilihat

selama observasi kegiatan untuk mengunjungi tempat produksi pun tidak

mengeluarkan banyak biaya.

2. Experience of Cooking/ Making Foods and Drinks

Berikut adalah hasil justifkasi atraksi wisata yang diteliti:

a. Lembah Palem

TABEL 50

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA LEMBAH PALEM

Nama Atraksi Wisata : Lembah Palem Jenis Atraksi Wisata : Memasak/ membuat makanan dan minuman Menu Makanan/ Nasi liwet Minuman : STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 3 Lokasi nyaman 5 Lokasi mudah ditemukan 3 Terdapat fasilitas 5 Fasilitas dalam kondisi 5 baik Terdapat pemandu wisata 3 Atraksi dalam kondisi 3 bersih JUMLAH NILAI 33 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016

90

Dengan nilai 33, Lembah Palem termasuk dalam atraksi wisata

yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.

b. Serba Susu

TABEL 51

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA SERBA SUSU

Nama Atraksi Wisata : Serba Susu Jenis Atraksi Wisata : Memasak/ membuat makanan dan minuman Menu Makanan/ Minuman : Susu STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 5 Fasilitas dalam kondisi baik 5 Terdapat pemandu wisata 4 Atraksi dalam kondisi bersih 4 JUMLAH NILAI 34 Sumber: Hasil checkslist atraksi wisata, 2016. Dengan nilai 34, Serba Susu termasuk dalam atraksi wisata yang

layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.

Berdasarkan justifikasi tersebut, kegiatan mengunjungi tempat memasak/ membuat makanan dan minuman ini dinilai dari segi: a. Daya Tarik

Dengan skor keunikan sama yaitu 4 (tabel 50-51) maka bisa

dikatakan atraksi wisata ini memiliki keunikan yang dijadikan sumber

91

daya tarik untuk menarik wisatawan berkunjung ke Lembah Palem

maupun Serba Susu.

Dengan pemaparan pada tabel 16 dan penilaian pada tabel 50,

atraksi wisata Lembah Palem membuat wisatawan bisa mempelajari

proses memasak nasi liwet. Sedangkan Serba Susu akan membuat

wisatawan mempelajari proses pengolahan susu cair dan membuat

susu cair tersebut menjadi produk susu (tabel 16 dan 51).

Dengan keunikan tersebut, atraksi wisata ini dapat dengan mudah

menarik wisatawan untuk berkunjung dan melakukan aktivitas disana.

b. Kondisi Fisik

Dengan kondisi lingkungan Lembah Palem yang berada dialam

bebas makan wisatawan bisa merasakan udara segar dengan

pemandangan pedesaan yang indah. Maka aktivitas wisata ini bisa

dilakukan di alam bebas yang membuat wisatawan bisa refreshing dari

atraksi wisata yang berada di dalam gedung.

Sedangkan untuk Serba Susu sendiri berada di pinggir jalan

dengan lahan depan memiliki ruang yang besar, di mana wisatawan

dalam jumlah banyak bisa dialokasikan di ruang terbuka. Aktvitas

wisata di sana bisa dibagi menjadi dua. Ada kegiatan memasak produk

olahan susu di dalam ruangan karena produk tersebut adalah produk

jualan Serba Susu sendiri serta memasak di luar ruangan biasanya

wisatawan dalam bentuk kelompok memasak kue.

92

Dengan kondisi tersebut, wisatawan dapat beraktivitas dengan

leluasa untuk mencoba mengolah/ memasak makanan dari setiap

atraksi wisata.

c. Fasilitas

Dengan perhitungan aspek fasilitas dari tabel 50-51 terlihat bahwa

Lembah Palem memiliki penilaian yang tinggi. Hal ini memudahkan

wisatawan untuk menemukan fasilitas dengan mudah dan tersedia

dalam kondisi yang bersih.

Walaupun perbedaan nilai tersebut tidak jauh, kedua atraksi wisata

ini memiliki fasilitas yang memadai dan dalam kondisi yang bersih.

Hal ini bisa membuat para wisatawan nyaman saat berwisata.

d. Pelayanan

Pelayanan dalam hal ini adalah adanya pemandu wisata dalam

kegiatan wisata. Kedua atraksi wisata memiliki penduduk lokal

maupun pekerja yang bisa dijadikan pemandu wisata. Pemandu wisata

ini berfungsi menjelaskan proses dari pengolahan makanan yang ada.

Tetapi untuk di Lembah Palem sendiri belum cukup banyak pemandu

wisatanya dibandingkan dengan Serba Susu yang bisa dengan cepat

dan lancar menjelaskan proses pengolahan produksi.

Dengan pelayanan yang ada, dalam aspek pemandu wisata, Serba

Susu lebih unggul dibandingkan dengan Lembah Palem.

93

e. Sanitasi (hygiene)

Dengan lokasi yang berbeda, Lembah Palem yang berada di alam

bebas dan suasana pedesaan kebersihnnya cukup terjaga. Dengan alat

masak memasak yang cukup terawat seperti alat masak memasak

rumahan pada umumnya.

Sedangkan Serba Susu dengan lingkungan produksi yang lebih

modern dan luas maka fasilitas yang ada sudah pasti terawat. Dengan

ada tidaknya wisatawan yang berkunjung ke Serba Susu untuk

kegiatan memasak/ mengolah makanan, Serba Susu tetap harus

memproduksi produk olahan susu dengan kondisi fasilitas tersebut

bersih dan terawat.

Dengan pemaparan di atas, beberapa wisatawan pernah mengalami kegiatan ini. Mereka pun memberikan penilaian pengalaman mereka dengan skala likert yang akan dihitung dengan rumus yang akan diinterpretasikan menggunakan perhitungan dari Sugiyono (2006).

Berdasarkan tabel 13, maka dapat diukur pengalaman wisatawan akan kegiatan memasak atau mengolah makanan sebelum mencicipinya

(cooking/ making) sebagai berikut:

94

TABEL 46

PERHITUNGAN COOKING/ MAKING FOODS AND DRINKS

Nilai Tertinggi = (5 x 64 x 8) = Nilai Terendah = (1 x 64 x 8) = 512 2560 Untuk pengukuran rentang : R = (2560 – 512) : 5 = 409.60 Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016.

DIAGRAM 21

ANALISIS COOKING/ MAKING FOODS AND DRINKS

1.822

STS TS C S SS

512 921,60 1.331,20 1.740,80 2.150,40 2.560

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.

Berdasarkan tabel 21, untuk kegiatan cooking/ making foods and drink

total penilaian wisatawan adalah 1.822 dari rentang 512 - 2560. Skor

tersebut dapat terlihat bahwa wisatawan setuju, bahwa pengalaman

wisatawan saat melakukan aktivitas tersebut baik. Dalam dimensi

cooking/ making foods and drinks skor tertinggi adalah aspek keunikan.

Berdasarkan pengamatan saat berada di lapangan, keunikan tersebut

dapat terlihat dari bahan dasar yang diolah oleh wisatawan. Biasanya

kegiatan memasak sebelum mencicipi makanan ini lebih mudah

95

ditemukan untuk memasak masakan Jepang contohnya suki. Maka untuk

mengolah susu dan mengolah beras menjadi nasi liwet adalah hal yang

menarik saat berkuliner di Bandung.

Dengan mayoritas wisatawan berjenis kelamin wanita, kegiatan

memasak ini tergolong kegiatan yang aktif, maka kegiatan ini cocok bagi

wisatawan perempuan dan tak menutup kemungkinan untuk wisatawan

laki-laki karena keduanya sama-sama menyukai kegiatan wisata yang aktif.

3. Experience of Meeting Local People

Berikut adalah hasil justifkasi atraksi wisata yang diteliti:

a. Ny. Liem

TABEL 53

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA NY. LIEM

Nama Atraksi Wisata : Ny. Liem Jenis Atraksi Wisata : Memasak bersama penduduk lokal Menu Makanan/ Minuman : Kue STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 5 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 5 Fasilitas dalam kondisi baik 5 Terdapat pemandu wisata 4 Atraksi dalam kondisi 5 bersih JUMLAH NILAI 35 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016.

96

Dengan nilai 35, Ny. Liem termasuk dalam atraksi wisata yang

layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung. b. Kampung Areng

TABEL 54

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA KAMPUNG ARENG

Nama Atraksi Wisata : Kampung Areng Jenis Atraksi Wisata : Memasak bersama penduduk lokal Menu Makanan/ Minuman : Memasak dengan hawu STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 4 Lokasi mudah ditemukan 2 Terdapat fasilitas 3 Fasilitas dalam kondisi baik 4 Terdapat pemandu wisata 3 Atraksi dalam kondisi bersih 3 JUMLAH NILAI 27 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016. Dengan nilai 27, Kampung Areng termasuk dalam atraksi wisata

yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.

97

c. Kampung Cikidang

TABEL 55

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA KAMPUNG CIKIDANG

Nama Atraksi Wisata : Kampung Cikidang Jenis Atraksi Wisata : Memasak bersama penduduk lokal Menu Makanan/ Minuman : Memasak nasi liwet STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 4 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 4 Terdapat pemandu wisata 3 Atraksi dalam kondisi 4 bersih JUMLAH NILAI 31 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016. Dengan nilai 31, Kampung Cikidang termasuk dalam atraksi

wisata yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.

Berdasarkan justifikasi tersebut, kegiatan memasak bersama penduduk lokal ini dinilai dari segi: a. Daya Tarik

Berdasarkan tabel justifikasi 53 - 55, keunikan dari ketiga atraksi

wisata ini sama-sama memiliki nilai 4. Perbedaan terlihat dari

lingkungannya, Ny. Liem pada umumnya akan melakukan kegiatan

bersama di dalam satu ruangan dengan nuansa modern. Sedangkan

98

Kampung Areng dan Cikidang akan melakukannya dengan suasana

pedesaan.

Di Ny. Liem wisatawan bisa memasak kue (cake) bersama,

Kampung Areng sendiri unggul dengan proses memasak dengan alat

tradisional yaitu hawu dan Kampung Cikidang hampir mirip dengan

Lembah Palem yaitu akan memasak bersama nasi liwet dan akan

melakukan botram ketika nasi liwetnya sudah matang.

Dengan adanya kegiatan ini, wisatawan dapat berinteraksi dan

mendapatkan sesuatu pengetahuan yang baru. Hal ini sangat selaras

dengan karakteristik wisatawan dalam usia anak muda, di mana

mereka senang mendalami sesuatu kegiatan untuk menambah

pengalaman. b. Kondisi Fisik

Keadaan dari setiap atraksi wisata ini terawat, karena mereka

menjaganya untuk menjadi atraksi wisata yang berkelanjutan. Kondisi

fisik ini dilihat pula aspek kemudahan menemukan lokasi atraksi

wisata.

Dilihat dari Ny. Liem, atraksi wisata ini lebih mudah ditemukan

dan hal ini memudahkan wisatawan yang ingin mengunjungi toko ini,

baik untuk kursus maupun membeli kue. Berbeda halnya dengan

Kampung Areng dan Cikidang yang berada di daerah Lembang

aksesibilitas masih terhitung lebih sulit dibandingkan dengan Ny.

Liem.

99

Tapi dengan perbedaan medan perjalanan akan menimbulkan

pengalaman yang berbeda dan nuansa memasak yang berbeda. Dengan

profil wisatawan dalam usia anak muda dan masih aktif, perjalanan ke

Kampung Areng maupun Cikidang tidak akan menjadi masalah yang

besar. c. Fasilitas

Dilihat dari segi fasilitasnya, setiap atraksi wisata memiliki

fasilitas yang beragam. Jika dilihat dari fasilitas untuk memasak, Ny.

Liem jelas memiliki fasilitas yang modern, Kampung Areng sangatlah

tradisional karena menggunakan hawu dan Kampung Cikidang yang

fasilitasnya sederhana karena berada di perkampungan.

Walaupun demikian fasilitas yang ada di setiap atraksi wisata tetap

terjaga dan terawat, karena merka menciptakan atraksi wisata yang

berkelanjutan. d. Pelayanan

Untuk segi palayanan, memang ketiga atraksi wisata ini tidak

memiliki pemandu wisata selama kegiatan berlangsung. Akan tetapi

mereka tetap bisa berinteraksi dengan orang di lingkungan atraksi

wisata dengan mudah dan respon mereka pun ramah.

Untuk wisatawan usia anak muda ini, kegiatan ini sangatlah cocok

karena karakteristik wisatawan yang menyukai sosialisasi.

100

e. Sanitasi (hygiene)

Kebersihan atraksi wisata ini sangatlah terjaga. Hal ini dikarenakan

setiap tempat produksi atau penngolahan makanan dan minuman harus

terjaga kebersihan makanan dan minuman yang dibuat. Maka jika

atraksi wisata tidak bersih, wisatawan bersama penduduk lokal tidak

bisa membuat makanan dan minuman yang sehat maupun bersih.

Dengan pemaparan diatas, beberapa wisatawan pernah mengalami kegiatan ini. Mereka memberikan penilaian dengan skala likert yang akan diinterpretasikan menggunakan perhitungan dari Sugiyono (2006).

Berdasarkan tabel 21, maka dapat diukur pengalaman wisatawan akan kegiatan memasak bersama penduduk lokal (experience of meeting local people:

TABEL 56

PERHITUNGAN MEETING LOCAL PEOPLE Nilai Tertinggi = (5 x 53 x 8) = Nilai Terendah = (1 x 53 x 8) = 424 2.120 Untuk pengukuran rentang : R = (2120 – 424) :5 = 339,20 Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016.

101

DIAGRAM 22

ANALISIS MEETING LOCAL PEOPLE

1.506

STS TS C S SS

424 763,20 1.102,40 1.441,60 1.780,80 2.120

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.

Bersadarkan hasil penilaian pada tabel 27 didapatkan total skor

penilaian 1.506 dari rentang 424 – 2.120. Dalam hal ini wisatawan setuju

bahwa pengalaman wisatawan akan kegiatan memasak bersama penduduk

lokal dinilai baik. Para wisatawan pun merasa kegiatan ini sangat

bermanfaat. Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan terus menambah

pengetahuan akan sesuatu hal dan membuat para wisatawan bisa

berinteraksi satu dengan yang lain.

102

4. Experience of Enjoying Tradition

Berikut adalah hasil justifkasi atraksi wisata yang diteliti:

a. Festival Braga Culinary Night

TABEL 57

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA FESTIVAL BRAGA

CULINARY NIGHT

Nama Atraksi Wisata : Festival Braga Culinary Night Jenis Atraksi Wisata : Acara dengan tema utama makanan Menu Makanan/ Minuman : Festival makanan dan minuman STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 2 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 2 Fasilitas dalam kondisi baik 2 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi 2 bersih JUMLAH NILAI 22 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 22, Festival Braga Culinary Night penulis atraksi

wisata ini bisa dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.

103

b. Festival Cibadak Culinary Night

TABEL 58

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA FESTIVAL CIBADAK

CULINARY NIGHT

Nama Atraksi Wisata : Festival Cibadak Culinary Night Jenis Atraksi Wisata : Acara dengan tema utama makanan Menu Makanan/ Minuman : Festival makanan dan minuman STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 3 Fasilitas dalam kondisi baik 3 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi 3 bersih JUMLAH NILAI 26 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 26, Festival Cibadak Culinary Night termasuk

dalam atraksi wisata yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di

Bandung.

Berdasarkan justifikasi tersebut, kegiatan menikmati tradisi suatu derah ini dinilai dari segi: a. Daya Tarik

Festival yang diadakan memiliki daya tarik yaitu wisatawan dapat

membeli dan mencicipi beragam makanan dalam kurun waktu

104

beberapa jam saja. Kegiatan ini pun membuat wisatawan menikmati

tradisi yang berbeda di setiap festival yang diadakan.

Pada dasarnya Festival Braga Culinary Night selain menyuguhkan

makanan khas Sunda, wisatawan dimanjakan dengan keindahan

penataan Jalan Braga sendiri. Dikelilingi gedung-gedung dengan

desain yang menarik dan memiliki sejarah membuat wisatawan tak

hanya membeli makanan tetapi berfoto dan menikmati keindahan

salah satu spot terbaik di Bandung.

Food festival bisa ditemukan di Jalan Cibadak dengan nama acara

Festival Cibadak Culinary Night. Untuk festival ini sendiri, wisatawan

akan dimanjakan dengan menu makanan khas Sunda, western dan asia.

Di luar acara food festivalnya sendiri setiap hari Jalan Cibadak selalu

menjadi tempat yang diburu oleh wisatawan untuk dijadikan salah satu

pilihan saat mencari makan malam. Di Jalan Cibadak wisatawan dapat

menemukan makanan dari makanan halal sampai makanan non halal.

Dengan profil wisatawan mayoritas adalah wisataawan perempuan

yang memiliki karakteristik menyukai kegiatan berbelanja, kegiatan

ini sangat cocok. Karena selain menikmati makanan yang ada,

wisatawan perempuan dapat berbelanja makanan yang ada. b. Kondisi Fisik

Acara ini biasanya dilaksanakan di jalan raya. Kondisi fisik dari

jalan tersebut memungkinkan untuk menampung wisatawan dalam

105

jumlah yang sangat banyak serta memiliki lahan parkir yang

mengakomodir para wisatawan.

Dengan berlangsungnya acara di jalan raya, stand makanan dan

minuman yang ada pun terbatas dan sudah diberikan ruang tersendiri

dengan kondisi setiap stand makanan dan minuman dalam keadaan

yang bersih, layak dan mampu menampung makanan dan minuman

yang ada.

Hal ini membuat kegiatan wisata ini sangat disukai oleh banyak

kalangan. c. Fasilitas

Acara ini difasilitasi ruang kosong yang bisa diisi oleh stand

(tenant) dari makanan maupun minuman yang ada. Untuk ketersedian

toilet sendiri ini cukup sulit ditemukan. Acara di Jalan Braga terbantu

dengan keberadaan Braga Citywalk yang memungkinkan untuk

menampung wisatawan yang jenuh maupun memerlukan toilet. Tapi

lain halnya dengan yang berada di Jalan Cibadak dikarenakan di kiri

kanan dari jalan tersebut mayoritas adalah rumah penduduk maka

membuat wisatawan kesulitan untuk menemukan toilet.

Untuk wisatawan usia anak muda ini, ketersediaan fasilitas ini

menjadi hal yang tidak terlalu dipertimbangkan. Maka kegiatan ini

cocok untuk mereka.

106

d. Pelayanan

Pelayanan yang diberikan dari festival ini berupa para staff di

setiap tenant yang terus menerus memberikan beberapa promosi dari

tenant mereka. Sedangkan selama kegiatan berlangsung, peranan dari

pemandu wisata tidak ada.

Hal tersebut membuat wisatawan memiliki pengetahuan yang

minim atas makanan dan minuman yang dicicipinya. Kejadian ini bisa

membuaat wisatawan merasa kekurangan akan informasi yang bisa

didapatkan saat menikmati makanan maupun minuman yang ada. e. Sanitasi (hygiene)

Berdasarkan pengamatan saat festival berlangsung untuk kegiatan

yang berada di luar ruangan, wisatawan cenderung tidak bisa menjaga

kebersihan dari tempat tersebut. Dengan keberadaan festival yang

berada di pinggir jalan membuat wisatawan relatif sulit menemukan

tempat sampah, hal ini membuat wisatawan tidak peduli akan

kebersihan di setiap festival culinary night yang diadakan.

Dengan pemaparan di atas, beberapa wisatawan pernah mengalami kegiatan ini yang dinilai dengan skala likert yang akan diinterpretasikan menggunakan perhitungan dari Sugiyono (2006). Berdasarkan tabel 33 maka dapat diukur pengalaman wisatawan akan kegiatan enjoying tradition sebagai berikut:

107

TABEL 59

PERHITUNGAN ENJOYING TRADITION

Nilai Tertinggi = (5 x 58 x 8) = Nilai Terendah = (1 x 58 x 8) = 464 2320 Untuk pengukuran rentang : R = (2320 – 464) : 5 = 371,20 Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016.

DIAGRAM 22

ANALISIS ENJOYING TRADITION

1.713

STS TS C S SS

464 835,20 1.206,40 1.577,60 1.948,80 2.320

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.

Kegiatan enjoying tradition ini adalah kegiatan di mana wisatawan

mendatangi suatu acara (seperti: upacara adat/ ritual/ dan lain - lain) yang

tema utama dari acara tersebut adalah makanan. Di Bandung acara

bertemakan utama makanan biasaya adalah food festival. Acara tersebut

bukan suatu rutinitas dan biasanya ditemukan minimal 1 bulan 1 kali.

Terlihat dari tabel 33, penilaian pengalaman yang mendapatkan skor

1.713 dari rentang 464 – 2.320. Melihat skor yang cukup baik ini penulis

mengganggap kegiatan menikmati acara bertema utama makanan lebih

mudah ditemukan di Bandung karena iklan atau promosi yang dilakukan

sangat gencar dan pemilihan tema acara sangat kreatif dan mengikuti

108

trend. Dibandingkan promosi yang dilakukan oleh beberapa kegiatan di

atas.

Sesuai dengan penjelasan akan kegiatan ini, maka food festival ini

dapat ditemukan di beberapa waktu tapi tidak bisa tiap hari. Karena acara

ini biasanya diadakan beberapa hari atau pun satu hari penuh.

5. Experience of Tasting and Eating Foods

Berikut adalah hasil justifkasi atraksi wisata yang diteliti:

a. Batagor Kingsley

TABEL 60

JUSTIFIKASI ATRAKSI BATAGOR KINGSLEY

Nama Atraksi Wisata : Batagor Kingsley Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Batagor STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 4 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 4 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 4 JUMLAH NILAI 27 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan perolehan skor 27, penulis optimis atraksi wisata ini bisa

dijadikan atraksi wisat kuliner.

109

b. Batagor Riri

TABEL 61

JUSTIFIKASI ATRAKSI BATAGOR RIRI

Nama Atraksi Wisata : Batagor Riri Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Batagor STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 4 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 4 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 3 JUMLAH NILAI 27 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan perolehan skor 27, penulis optimis atraksi wisata ini bisa

dijadikan atraksi wisat kuliner.

110

c. Baso Tahu Tulen

TABEL 62

JUSTIFIKASI ATRAKSI BASO TAHU TULEN

Nama Atraksi Wisata : Baso Tahu Tulen Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Baso tahu STS TS C S SS NILAI Keunikan/ Kekhasan 3 Fasilitas Bersih 4 Lokasi Nyaman 4 Terdapat Fasilitas 4 Fasilitas Layak Pakai 4 Pemandu Wisata 2 Aksesibilitas 4 Sesuai Selera 5 JUMLAH NILAI 27 Sumber: Hasil checklist, 2016 Dengan perolehan skor 27, penulis optimis atraksi wisata ini bisa

dijadikan atraksi wisat kuliner.

111

d. Dusun Bambu Family Leisure Park

TABEL 63

JUSTIFIKASI ATRAKSI DUSUN BAMBU FAMILY LEISURE

PARK

Nama Atraksi Wisata : Dusun Bambu Family Leisure Park Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Khas Indonesia STS TS C S SS NILAI Keunikan/ Kekhasan 4 Fasilitas Bersih 5 Lokasi Nyaman 5 Terdapat Fasilitas 5 Fasilitas Layak Pakai 5 Pemandu Wisata 2 Aksesibilitas 4 Sesuai Selera 4 JUMLAH NILAI 34 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 34, penulis optimis bahwa atraksi wisata ini bisa

dimasukkan dalam kategori atraksi wisata kuliner.

112

e. Floating Market Lembang

TABEL 64

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA FLOATING MARKET

LEMBANG

Nama Atraksi Wisata : Floating Market Lembang Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Khas Indonesia STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 5 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 5 Fasilitas dalam kondisi baik 5 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 4 JUMLAH NILAI 27 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 25, penulis merasa atraksi wisata ini cukup

memungkinkan untuk dijadikan atraksi wisata kuliner.

113

f. Nasi Bancakan

TABEL 65

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA NASI BANCAKAN

Nama Atraksi Wisata : Nasi Bancakan Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Khas Sunda STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 3 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 3 JUMLAH NILAI 26 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 26, penulis optimis atraksi wisata ini dapat dijadikan

atraksi wisata kuliner.

114

g. Serabi Tradisional Cihapit

TABEL 66

JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA SERABI TRADISIONAL

CIHAPIT

Nama Atraksi Wisata : Serabi Tradisional Cihapit Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Serabi STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 3 Fasilitas dalam kondisi baik 3 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 3 JUMLAH NILAI 26 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 26, penulis optimis atraksi wisata ini dapat dijadikan

atraksi wisata kuliner.

Berdasarkan justifikasi tersebut, kegiatan mencicipi makanan ini dinilai dari segi: a. Daya Tarik

Keunikan dari kegiatan wisata ini lebih dilihat dari citarasa

makanan yang dicicipi. Keunikan dari atraksi wisata untuk kegiatan

tasing and eating adalah batagor dengan saus kacang, batagor dengan

115

kuah gurih, baso tahu dengan saus kacang, makanan khas Indonesia,

makanan khas Sunda serta serabi dengan berbagai topping.

Dengan banyaknya menu makanan saat berkunjung di Bandung,

atraksi wisata ini tidak dapat ditemukan nilai tertinggi untuk hal

keunikan. Di balik kegiatan mencicipi ini, ada kegiatan berbelanja

makanan, kegiatan ini selaras dengan karakteristik perempuan yang

menyukai aktivitas berbelanja. b. Kondisi Fisik

Dusun Bambu Family Leisure Park menempati ranking pertama

untuk kondisi fisik. Hal ini dikarenakan lokasi dari Dusun Bambu

Family Leisure Park yang berada di kawasan Lembang yang mampu

menawarkan pemandangan alam dan udara yang segar. Dusun Bambu

sendiri memiliki beragam lokasi dan aktivitas yang mendukung

kegiatan mencicipi makanan. Dengan area yang luas ini wisatawan

yang berkunjung bisa mendapatkan kenyamanan.

Jika Dusun Bambu Family Leisure Park dibandingkan dengan

Floating Market walaupun sama-sama berada di kawasan Lembang

dan mampu menawarkan pemandangan alam dan udara yang segar,

reaung bergerak selama berada di pasar terapung tergolong padat.

Sedangkan atraksi wisata lainnya hanya berada di dalam ruangan, baik

didesain secara tradisional, Sunda hingga modern.

116

c. Fasilitas

Hampir serupa dengan atraksi wisata lainnya yang berada di luar

daerah pusat kota, atraksi wisata tersebut bisa terbangun dengan area

yang lebih luas dibandingkan atraksi wisata di daerah pusat kota.

Dengan keuntungan tersebut, atraksi wisata dapat mempunyai fasilitas

- fasilitas yang lebih banyak, contohnya Dusun Bambu Family Leisure

Park.

Terlihat dalam tabel 63 nilai fasilitas lebih tinggi dibandingkan

nilai fasilitas dari atraksi wisata lainnya. Hal ini terlihat dari

banyaknya café, restoran sampai lokasi-lokasi yang bisa digunakan

untuk beraktivitas.

Dengan usia wisatawan yang mayoritas anak muda dengan

karakteristik senang beraktivitas, Dusun Bambu Family Leisure Park

cocok dijadikan atraksi wisata kuliner saat berwisata ke Bandung. d. Pelayanan

Pelayanan yang diberikan disetiap atraksi wisata adalah kecepatan

dan keramahan para staff saat melayani wisatawan yang berkunjung ke

atraksi wisata tersebut. Aspek pelayanan ini dianggap penting

dikarenakan mereka adalah gambaran dari atraksi wisata kita.

Tetapi aspek pemandu wisata (guide) belum ada. Maka dari itu,

wisatawan akan kurang mengerti akan informasi - informasi dari

makanan yang dicicipi.

117

e. Sanitasi (hygiene)

Untuk sanitasi, atraksi wisata dalam keadaan yang bersih dan

terawat. Hal ini bisa terjadi karena atraksi wisata yang dikunjungi

adalah untuk mencicipi makanan maupun minuman, jika lokasi yang

dikunjungi dalam keadaan kotor, itu bisa membuat wisatawan jera

untuk berkunjung kembali ke atraksi wisata tersebut. Selain lokasi

yang harus dijaga kebersihannya, atraksi wisata pun menjaga

kebersihan atas makanan yang disajikan serta fasilitas yang ada.

Dengan kebersihan yang dijaga dengan baik, wisatawan akan merasa

nyaman dan bisa menjadi wisatawan yang setia ke atraksi wisata

tersebut.

Dengan pemaparan di atas, beberapa wisatawan pernah mengalami kegiatan ini yang menilai dengan skala likert yang akan diinterpretasikan menggunakan perhitungan dari Sugiyono (2006). Berdasarkan tabel 39, maka dapat diukur pengalaman wisatawan akan kegiatan mencicipi dan makanan sebagai berikut:

118

TABEL 64

PERHITUNGAN TASTING AND EATING FOODS

Nilai Tertinggi = (5 x 100 X 8) = Nilai Terendah = (1 x 100 x 8) = 2930 800

Untuk pengukuran rentang : R = (2930 – 800) : 5 = 640 Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016.

DIAGRAM 23

ANALISIS TASTING AND EATING FOODS

2.930

STS TS C S SS

800 1.440 2.080 2.720 3.360 4.000

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.

Tiga menu makanan yang dicari wisatawan saat mengunjungi

Bandung yaitu batagor, baso tahu dan serabi. Ketiga makanan ini sangat

digemari oleh wisatawan (diagram 16). Terlihat dengan didapatkannya

nilai sebesar 2.930 dari rentang 800 – 4.000, wisatawan pun memberikan

skor yang tinggi dalam hal keunikan makanan atau minuman yang dicicipi.

Dengan cita rasa yang sangat kuat, wisatawan akan mencari batagor di

Batagor Riri ataupun Batagor Kingsley. Hal ini disebabkan oleh rasa yang

dibuat sangat membuat para tidak jenuh untuk mencicipinya berulang kali

119

Untuk baso tahu sendiri, Bandung terkenal dengan Baso Tahu Tulen.

Wisatawan akan merasakan batagor sebelum digoreng. Serabi pun tak

luput dari pencarian wisatawan untuk berkuliner. Dengan modifikasi akan

topping yang ada, serabi Bandung kian lama kian tersohor. Dengan

ketenaran tiga menu makanan ini, wisatawan sangat mungkin untuk terus

menerus mencicipi makanan tersebut saat berkunjung ke Bandung untuk

berwisata kuliner.

Dengan pemaparan dari komponen atraksi wisata dapat diperjelas kembali bahwa atraksi wisata kuliner ini dibagi menjadi 5 jenis kegiatan wisata kuliner.

Dengan perolehan nilai dari ke 5 jenis kegiatan wisata kuliner tersebut, ditemukan bahwa kegiatan tasting and eating foods menduduki peringkat pertama.

TABEL 68

RANKING KEGIATAN WISATA KULINER

Kegiatan Wisata Kuliner Poin Experience of Tasting and Eating Foods 2.930 Experience of Visiting Places 2.250 Experience of Cooking/ Making Foods and Drinks 1.822 Experience of Enjoying Tradition 1.713 Experience of Meeting Local People 1.506 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.

120

Hal ini bisa terjadi dikarenakan wisatawan pada umumnya mengenal

bahwa wisata kuliner itu mencicipi dan menikmati makanan ataupun

minuman dari satu daerah yang dikunjungi. Kurang informasinya dan

pengemasan paket wisata kuliner adalah salah satu faktor yang membuat

wisatawan lebih mengenal kegiatan mencicipi makanan.

C. Transportasi

Dengan profil wisatawan yang didapatkan, mayoritas masih berusia 17 -

23 tahuN. Dengan usia seperti itu masih bergantung dengan orang lain. Maka

wisatawan tersebut akan memilih berwisata bersama keluarga di mana moda

transportasi yang digunakan adalah mobil pribadi/ keluarga.

Untuk masalah aksesibilitas ke atraksi wisata dikarenakan menggunakan

mobil pribadi/ keluarga, wisatawan lebih leluasa menggunakan transportasi

tersebut. Keleluasaan tersebut terlihat dari penggunaan mobil tanpa batas jam

dan keleluasaan akan memilih jalan untuk menemukan atraksi wisata kuliner.

Hal ini akan sama dirasakan saat berwisata menggunakan motor.

Penggunaan motor saat berwisata di Bandung pun sangat membawa

keuntungan karena wisatawan akan merasa bebas mengendarainya.

Akan tetapi bagi wisatawan yang menggunakan angkutan umum akan

sedikit lebih sulit saat mengunjungi beberapa atraksi wisata dikarenakan tidak

semua jalan di Bandung dapat dilalui oleh angkutan umum.

121

DIAGRAM 24

ANALISIS TRANSPORTASI

719

STS TS C S SS

200 360 520 680 840 1000

Sumber: Hasil checklist. 2016.

Dengan penilaian 719 dari rentang 200 – 1.000, aspek transportasi di

Bandung tergolong baik. Baik dalam hal kondisi jalan maupun kemudahan

aksesibilitas dari setiap atraksi saat berkunjung ke Bandung.

Dengan kondisi atraksi wisata yang menyebar baik di pusat kota atau tidak,

kondisi jalan di Bandung pun harusl dalam kondisi yang baik agar

mempermudah perjalanan wisata. Jika kondisi jalan baik, walaupun lokasi

sulit ditemukan dan jauh, wisatawan akan merasa lebih nyaman dibanding

kondisi jalan yang buruk.

Akan tetapi untuk mengakomodir profil wisatawan dengan adanya pihak

Golden Rama Tours and Travel bisa memberikan fasilitas transportasi dengan

berbagai jenis sesuai dengan kebutuhan wisatawan.

122

D. Waktu

Dengan lokasi atraksi wisata kuliner yang tersebar, baik di kota Bandung

maupun kabupaten Bandung penulis mencoba mengestimasi waktu untuk

berwisata mengunjungi atraksi wisata di atas. Atraksi wisata kuliner saat

penelitian ini terdiri dari beberapa bagian, diataranya adalah Lembang,

Burangrang, Banceuy, Buah Batu dan lainnya.

Dengan persebaran lokasi atraksi wisata tersebut, atraksi wisata kuliner

tersebut tidak memungkinkan untuk dikunjungi seluruhnya dalam kurun

waktu kurang dari 2 hari. Maka atraksi-atraksi wisata kuliner tersebut bisa

dijadikan beberapa pilihan paket wisata kuliner.

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Profil Wisatawan

Profil wisatawan kuliner di Bandung adalah wisatawan yang berasal

dari Bandung dan sekitarnya yang perbandingngan jenis kelamin antara

laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Rata-rata wisatawan berusia

17 - 23 tahun yang masih menjadi pelajar/ mahasiswa dengan pengeluaran

wisatawan per bulannya kurang dari Rp 1.000.000. Pada umumnya

wisatawan berasal dari Bandung dan sekitarnya, hal ini memungkinkan

bahwa wisatawan pun sudah berwisata di Bandung lebih dari 10 kali.

Mayoritas dari wisatawan berpergian dengan jumlah kurang dari 15 orang

dengan motivasinya untuk bersenang - senang.

2. Atraksi Wisata

Berdasarkan hasil analisis, atraksi wisata kuliner terbagi menjadi lima

jenis kegiatan wisata, yaitu: experience of visiting places, experience of

cooking/ making foods and drinks, experience of meeting local people,

experience of enjoying tradition dan experience of tasting and eating

foods. Di mana kegiatan experience of tasting and eating secara

keseluruhan (dilihat pada tabel 68) termasuk kegiatan wisata yang disukai

wisatawan (dengan poin 2.930).

123

Berikut ini adalah tabel kesimpulan dari penilaian terhadap masing –

masing atraksi wisata kuliner yang disusun berdasarkan nilai tertinggi.

TABEL 69

RANKING ATRAKSI WISATA

VISITING PLACES: a. Kopi Aroma, 33 poin b. PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk, 32 poin c. Teh Celup Walini, 32 poin d. Pabrik Tahu Cibuntu, 24 poin. COOKING/ MAKING: a. Serba Susu, 34 poin b. Lembah Palem, 33 poin LOCAL PEOPLE: a. Ny. Liem, 35 poin b. Kampung Cikidang, 31 poin c. Kampung Areng, 31 poin ENJOYING TRADITION: a. Cibadak Culinary Night, 26 poin b. Braga Culinary Night, 22 poin EATING AND TASTING: a. Dusun Bambu Family Leisure Park. 34 poin b. Batagor Kingsley, 27 poin c. Batagor Riri, 27 poin d. Baso Tahu Tulen, 27 poin e. Nasi Bancakan, 26 poin f. Srabi Tradisional, 26 poin g. Floating Market Lembang, 25 poin Sumber : Hasil checklist, 2016 3. Transportasi

Rata - rata wisatawan berasal dari Bandung dan sekitarnya yang

memilih berwisata bersama keluarga/ saudara. Maka transportasi yang

digunakan adalah mobil pribadi/ keluarga.

124

125

4. Waktu

Mayoritas wisatawan berasal dari Bandung dan sekitarnya. Hal ini

membuat para wisatawan lebih memilih paket wisata yang kurang dari 2

hari.

B. Rekomendasi

Berdasarkan data temuan dan analisis maka penulis merekomendasikan

beberapa hal:

1. Dengan adanya perencanaan paket wisata kuliner, diharapkan menjadi

inovasi untuk pembuatan dan penjualan paket wisata di Bandung.

2. Paket wisata yang ditawarkan seharusnya memiliki kegiatan wisata yang

aktif dan unik.

3. Atraksi wisata di dalam paket wisata kuliner jangan hanya menunjukkan

kenikmatan dari makanan yang bisa dicicipi. Atraksi wisata kuliner bisa

dilaksanakan dalam bentuk kegiatan mengujungi tempat produksi

(experience of visiting places), memasak/ mengolah makanan sebelum

mencicipinya (experience of cooking/ making drinks dan experience of

meeting local people) serta datang dan menikmati acara yang bertema

utama makanan (experience of enjoying tradition dan experience of eating

and tasting foods).

4. Sebaiknya untuk wisata kuliner, wisatawan diberikan pemandu wisata.

Pemandu wisata diharapkan bisa memberikan informasi yang lebih akan

kuliner yang akan diolah maupun dinikmati.

126

5. Atraksi wisata kuliner harus terjaga kebersihannya. Kebersihan tersebut

dilihat dari kebersihan fasilitas dan lokasi kuliner.

6. Dalam perencanaan paket wisata kuliner Bandung, kegiatan untuk festival

Braga atau Cibadak akan dijadikan optional tour.

7. Bagi para wisatawan yang berwisata tidak menggunakan mobil pribadi/

keluarga, wisatawan dapat meminta bantuan dari Golden Rama Tours and

Travel dalam hal penyewaan transportasi.

8. Rekomendasi paket wisata ini bisa dipromosikan di internet maupun

media sosial. Dengan promosi tersebut diharapkan paket wisata lebih

mudah ditemukan oleh wisatawan.

Dengan rekomendasi tersebut, penulis membuat 5 beberapa perencanaan paket wisata kuliner di Bandung, yaitu:

1. Tea & Co.Tour

2. The Great Milk Tour

3. TOTO - Tour

4. Classic Food Tour

127

Name of Tour : Tea & Co. Tour Highlight : Teh dan kopi Minimum pax : 2 pax Transportasi : Mobil Keberangkatan : Senin – Sabtu ITINERARY JAM AKTIVITAS DURASI Bertemu di meeting point di Golden Rama Tours 07:00 and Travel Bandung. 07:15 – 09:15 Berangkat menuju Teh Celup Walini 120’ Wisatawan akan diajak melihat proses pembuatan teh celup. Proses dari daun teh 60’ 09:15 – 10:30 sampai pengepakan teh celup. Wisatawan dapat membeli produk olahan teh 30’ Walini dan berfoto di perkebunan teh. Berangkat menuju Nasi Bancakan, untuk makan 10:30 – 12:30 120’ siang. Makan siang dengan makanan khas Sunda serta alat makan dan minumannya masih 12:30 – 13:00 30’ menggunakan yang tradisional. Selain itu bisa menikmati menu es kopi nyereng. 13:00 – 13:30 Berangkat menuju Kopi Aroma 30’ Wisatawan akan melihat proses produksi kopi yang langsung dipandu oleh sang pemiliki, Bapak Widya Pratama. 45’ 13:30 – 14:30 Melihat tempat penyimpanan biji kopi, alat dan bahan baku untuk roasting kopi. Wisatawan dapat berbelanja Kopi Aroma dalam 15’ 2 varian, yaitu robusta dan arabica. 14:30 – 15:00 Kembali ke meeting point (Jalan Gardujati) 30’ TOUR SELESAI Paket Termasuk: Paket Tidak Termasuk: Entrance fee, parking fee, pemandu wisata Makanan/ minuman di atraksi wisata dan transportasi dan tipping Sumber: Hasil rekomendasi, 2016.

128

Name of Tour : The Great Milk Tour Highlight : Susu Minimum pax : 5 pax Transportasi : Mobil Keberangkatan : Senin – Jumat ITINERARY JAM AKTIVITAS DURASI Bertemu di meeting point di Golden Rama Tours 08:00 and Travel Bandung. Berangkat menuju PT. Ultrajaya Milk Industry, 08:00 – 09:00 60’ Tbk. Melihat pemerahan sapi secara otomatis. Serta 09:00 – 11:00 120’ melihat proses susu sapi menjadi susu UHT. Berangkat menuju Dusun Bambu Family Leisure 11:00 – 12:30 90’ Park Wisatawan dapat menikmati makan siang dengan makanan khas Indonesia maupun 60’ makanan internasional. Wisatawan dapat menikmati makanan di beberapa spot cantik. Setelah mencicipi makanan, wisatawan dapat 12:30 – 14:30 berjalan – jalan menikmati udara Lembang. Serta wisatawan dapat berfoto di sekeliling 60’ Dusun Bambu Family Leisure Park. Di sana terdapat pula tempat untuk membeli snack atau pun oleh – oleh 14:30 – 15:30 Berangkat menuju Serba Susu 60’ Wisatawan dapat melihat proses pengolahan 60’ susu cair menjadi beberapa produk Serba Susu. Wisatawan dapat mencoba membuat noughat 15’ 15:30 – 17:00 susu. Selesai mempelajari produk susu, wisatawan dapat berbelanja beberapa produk olahan susu 15’ milik Serba Susu. 17:00 – 18:00 Kembali ke meeting point (Jalan Gardujati) 60’ TOUR SELESAI Paket Termasuk: Paket Tidak Termasuk: Entrance fee, parking fee, pemandu wisata Makanan/ minuman di atraksi wisata dan transportasi dan tipping Sumber: Hasil rekomendasi, 2016.

129

Name of Tour : TOTO – TOFU TOUR Highlight : Produk olahan tahu Minimum pax : 4 pax Transportasi : Mobil Keberangkatan : Setiap hari ITINERARY JAM AKTIVITAS DURASI Bertemu di meeting point di Golden Rama 08:00 Tours and Travel Bandung. 08:00 – 08:30 Berangkat menuju ke Pabrik Tahu Cibuntu 30’ Wisatawan melihat proses pembuatan tahu. Dari kedelai menjadi susu kedelai hingga 60’ 08:30 – 09:45 pencetakan tahu. Wisatawan dapat membeli tahu untuk oleh – 15’ oleh. 09:45 – 10:15 Berangkat menuju ke Baso Tahu Tulen 30’ Wisatawan akan mencicipi produk tahu yang telah diproses menjadi baso tahu.Untuk baso 60’ tahu, wisatawan dapat mencicipi siomay, tahu, 10:15 – 11:45 kol, paria dan telur Selain mencicipi baso tahu, wisatawan dapat membeli baso tahu untuk disantap di rumah 30’ atau pun oleh – oleh. 11:45 – 12:15 Berangkat menuju Batagor Kingsley. 30’ Wisatawan akan mencicipi produk tahu lainnya, yaitu baso tahu yang digoreng. Makanan ini lebih dikenal batagor. 60’ Wisatawan bisa mencicipi batagor dalam dua 12:15 - 13:45 varian, yaitu batagor dengan saus kacang atau dengan kuah gurih. Selain mencicipi batagor, wisatawan dapat membeli batagor untuk disantap di rumah atau 30’ pun dijadikan oleh – oleh. 13:45 – 14:15 Kembali ke meeting point (Jalan Gardujati) 30’ TOUR SELESAI Paket Termasuk: Paket Tidak Termasuk: Entrance fee, parking fee, pemandu wisata Makanan/ minuman di atraksi wisata dan transportasi dan tipping Sumber: Hasil rekomendasi, 2016.

130

Name of Tour : Classic Food Tour Highlight : Maestro Bandung Minimum pax : 5 pax Transportasi : Mobil Keberangkatan : Sabtu dan Minggu ITINERARY JAM AKTIVITAS DURASI Bertemu di meeting point di Golden Rama 10:30 Tours and Travel Bandung. 10:30 – 11:30 Berangkat menuju ke Ny. Liem 60’ Wisatawan bisa melihat kue dan roti yang diproduksi di Ny. Liem. Selain bisa melihat, 30’ wisatawan bisa membeli dan mencicipi kue dan roti tersebut. 1:30 – 16:00 Wisatawan akan mengikuti kelas membuat kue. Dalam kelas ini, wisatawan akan mempelajari 5 hingga 6 macam kue. Kelas ini akan dipimpin 240’ oleh menantu dari sang maestro Ny. Liem, yaitu Ny. Chendawati. 16:00 – 16:30 Berangkat menuju Jalan Cihapit. 30’ Wisatawan dapat melihat proses pembuatan serabi serta menikmati makanan tradisional Bandung. Wisatawan dapat mencicipi serabi 60’ 16:30 – 18:00 Bandung dengan beragam topping. Mulai dari topping yang tradisional hingga yang modern. Wisatawan dapat membeli serabi untuk disantap 30’ di rumah atau dijadikan oleh – oleh. 18:00 – 18:30 Kembali ke meeting point (Jalan Gardujati) 30’ TOUR SELESAI Paket Termasuk: Paket Tidak Termasuk: Entrance fee, parking fee, pemandu wisata Makanan/ minuman di atraksi wisata dan transportasi dan tipping Sumber: Hasil rekomendasi, 2016.

DAFTAR PUSTAKA

Akbarwati, I. (2013, November 30). Selasar Ekonomi Connecting Ideas. Dipetik March 21, 2016, dari selasar.com: https://www.selasar.com/ekonomi/wisata- minat-khusus-ceruk-pasar-pariwisata-indonesia

Antara. (2015, November 23). Bisnis Indonesia Group of Media (BIG Media). Dipetik March 21, 2016, dari Bisnis.com: http://traveling.bisnis.com/read/20151123/224/494815/lima-destinasi-wisata- kuliner-di-indonesia-

Arief, A. R. (2005). Pengantar Dunia Perhotelan dan Restoran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2015). Kota Bandung Dalam Angka. Bandung: Badan Pusat Statistik Kota Bandung.

Finansialku. (2014, September 1). Finansialku.com. Dipetik Juni 4, 2016, dari http://www.finansialku.com/: http://www.finansialku.com/siapa-saja-kelas- menengah-indonesia/

Gulö, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.

Hermawan, H. (2012). Terawang. Jakarta: KEMENPAREKRAF.

Hidayat, S. d. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.

Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Marpaung, H. (2002). Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.

Muljadi, A. J. (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

131

132

Nirwandar, S. (2014). BUILDING WOW : Indonesia Tourism and Creative Industry. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nurdiyansah. (2014). Peluang dan Tantangan Pariwisata Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Nuriata. (2014). Penyusunan Produk dan Perhitunggan Harga . Bandung: Alfabeta.

Nuriata. (2014). Perencanaan dan Pelaksanaan Perjalanan Wisata Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Saebani, B. A. (2008). Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sharples, H. d. (2003). Food Tourism Around The World 1st Edition. Butterworth: Heunemann.

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.

Sugiyono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2006). Metodologi Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Sulistyastusi, P. d. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan Masalah - Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media.

Suwantoro, G. (2004). Dasar - Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Taslim. (2015, June 22). Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Rejang Lebong. Dipetik March 21, 2016, dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Rejang Lebong:

133

http://pariwisata.rejanglebongkab.go.id/potensi-wisata-makanan-food- tourism-2/

Wardiyanto, B. d. (2011). Perencanaan Pengembangan Pariwisata. Bandung: CV. Lubuk Agung.

Widianto, S. (2015, November 23). PikiranRakyat. Dipetik February 15, 2016, dari PikiranRakyat.com: http://www.pikiran- rakyat.com/wisata/2015/11/23/350975/bandung-ditetapkan-sebagai-destinasi- wisata-kuliner-indonesia

Yoeti, O. A. (1996). Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Yoeti, O. A. (2002). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramita.