PERENCANAAN PAKET WISATA KULINER BANDUNG DI GOLDEN RAMA
TOURS AND TRAVEL BANDUNG
PROYEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi pada Program Diploma IV
Oleh :
STEFANIE CHRISTINE SANTOSO Nomor Induk: 201218258
JURUSAN PERJALANAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENGATURAN PERJALANAN
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pariwisata adalah salah satu sektor penting dalam perekonomian
suatu negara, salah satunya adalah Indonesia. Undang – Undang RI No. 10
Tahun 2009 menyatakan bahwa “pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.” Suwantoro
(2004: 3) mengungkapkan bahwa pariwisata adalah kepergian dari suatu
tempat ke tempat lainnya yang dibatasi oleh waktu.
Melihat dari pemaparan pariwisata itu sendiri, Komisi Liga Bangsa –
Bangsa dalam Muljadi (2009: 10) menambahkan bahwa keinginan seseorang
akan pariwisata biasanya untuk kesenangan, mengunjungi keluarga, kesehatan,
keperluan pertemuan – pertemuan atau tugas – tugas tertentu (ilmu
pengetahuan, tugas diplomasi, agama, olahraga, dan lain - lain) atau
pertemuan dalam hal bisnis.
Seiring berjalannya waktu, pariwisata pun mengalami pergeseran,
menurut Akbarwati (2013) pergeseran terjadi dari massive tourism (wisata
massal) menjadi special interest tourism (wisata minat khusus). Ismayanti
(2010: 155) menjelaskan pariwisata minat khusus adalah pariwisata yang
menawarkan kegiatan yang tidak bisa dilakukan oleh wisatawan pada
1
2
umumnya akan tetapi harus dilakukan oleh wisatawan yang memiliki keahlian atau ketertarikan akan suatu hal. Sebagai contohnya adalah wisata olahraga
(sport tourism), wisata kuliner (food tourism), wisata gua (cave tourism), wisata belanja (shopping tourism), dan lain – lain.
Salah satu wisata minat khusus yang sedang berkembang adalah aktivitas wisata dengan tujuan untuk menikmati makanan dan minuman atau food tourism yang biasanya dikenal dengan sebutan wisata kuliner.
Perkembangan food tourism (wisata kuliner) menurut Antara (2015) terlihat dari rata – rata pertambahan bruto sektor kuliner dari 2012 – 2013 naik 4.5%, pertumbuhan sebesar 26% dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor kuliner dan pertumbuhan terciptanya unit usaha sektor kuliner sebesar 0.9%.
Peningkatan pun terjadi kepada jumlah wisatawan domestik yang mengunjungi Bandung.
DIAGRAM 1
JUMLAH WISATAWAN DOMESTIK DI BANDUNG
5,000,000 4,242,294 4,000,000 3,882,010 3,726,447 3,000,000 3,024,666 3,354,857 2,000,000 1,000,000 - Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Wisatawan Domestik Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015.
3
Hermawan (2012: 8) mengungkapkan bahwa wisata kuliner adalah sebuah perjalanan di mana makanan dan suasana lingkungan daerah tersebut untuk dijadikan atraksi wisata. Ismayanti (2010: 157) mengungkapkan bahwa wisata kuliner dapat disebut sebagai wisata garstronomi di mana wisatawan yang datang memiliki tujuan untuk memanjakan perut serta mendapatkan pengalaman makan serta memasak makanan tersebut. Nuriata (2014: 64) menambahakan bahwa atraksi wisata yang menyajikan makasan dan minuman dapat dikelompokan menjadi gastronomic attraction yang bersumber dari produk, bahan dasar, resep, bumbu, cara membuat, cara menghidangkan dan cara mencicipi makanan dan minuman.
Lain halnya dengan Nurdiyansah (2014: 137) yang menjelaskan bahwa kata food tourism lebih banyak digunakan untuk membahas wisata kuliner karena food tourism memiliki definisi yang lebih luas dan tak terbatas pada makanan dan minuman yang lezat saja. Menurut Nurdiyansah (2014:
137) food tourism adalah perjalanan wisata dengan tujuan utamanya adalah makanan dan minuman dan tak memilih hanya makanan lezat saja yang dicicipi. Selain mencicipi makanan dan minuman, food tourism melihat nilai dan pengalaman dari makanan dan minuman itu sendiri. Nurdiyansah (2014:
142) pun menjelaskan bahwa pengalaman dan kegiatan dalam food tourism terdiri dari kunjungan ke tempat – tempat produksi dan pengolahan makanan, pembelajaran mengolah dan mempraktekan menu makanan lokal, ikut terlibat dalam kegiatan masyarakat lokal dalam produksi dan pengolahan bahan
4
makanan, datang ke acara budaya/ upacara adat/ ritual yang makanan menjadi sajian utama dalam acara tersebut dan mencicipi makanan dan minuman lokal.
Sesuai dengan pernyataan yang sudah diuraikan di atas penelitian ini akan difokuskan pada food tourism. Nurdiyansah (2014: 137) mengatakan bahwa food tourism adalah kegiatan wisata yang motivasi utamanya adalah melihat, mempelajari dan menikmati makanan/ minuman. Di Indonesia food tourism ini lebih dikenal dengan sebutan wisata kuliner.
Berkembangnya wisata kuliner ini bisa dilihat di salah satu kota yaitu :
Bandung. “Bandung bersama empat kota/daerah lainnya yakni Yogyakarta,
Solo, Semarang, dan Bali, ditetapkan sebagai destinasi wisata kuliner
Indonesia oleh Kementerian Pariwisata.” (Widianto, 2015). Dengan hal ini, menu masakan Bandung pun menyentuh Top 30 Ikon Kuliner Nusantara.
TABEL 1
TOP 30 IKON KULINER NUSANTARA
Rangking Nama Makanan
4 Serabi Bandung
26 Kolak Pisang Ubi Bandung
27 Ayam Goreng Lengkuas Bandung
Sumber : Nirwandar, 2014:108
Taslim (2015) pun mengungkapkan bahwa hampir semua daerah memiliki makanan khas yang bisa dikategorikam menjadi atraksi wisata akan
5
tetapi potensi besar ini belum digarap dengan serius untuk dijadikan aset wisata. Dengan potensi besar ini, untuk mengangkat kuliner sebagai aset wisata perlu bentuk kegiatan food tourism (atraksi dan event) yang dikombinasikan dengan atraksi wisata setempat.
Nuriata (2014: 2) menyatakan bahwa paket wisata dikategorikan sebagai produk, di mana paket wisata terbentuk dari proses peleburan dari transportasi, hotel, atraksi wisata dan komponen wisata lainnya. Diperkuat kembali oleh Nuriata (2014: 34) yang menyatakan bahwa paket wisata adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yaitu wisatawan, atraksi, fasilitas dan waktu yang setiap subsistem saling berhubungan.
Bila dilihat dari pemaparan di atas, Nuriata (2014: 13) paket wisata bisa dengan mudah didapat oleh wisatawan, karena paket wisata bisa dibeli langsung oleh wisatawan atau wisatawan dapat membelinya lewat peran perantara atau intermediary. Biasanya perantara atau intermediary lebih dikenal sebagai travel agent. Nuriata (2014: 16) mendefinisikan travel agent adalah perusahaan yang bekerjasama dengan tour operator atau perusahaan bisnis pariwisata (airlines, hotel, restoran, dan lain - lain) untuk menjual paket wisata kepada wisatawan. Yoeti (1996: 119) pun menegaskan wisatawan perlu bantuan travel agent agar wisatawan dapat menikmati dan puas akan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhannya.
Dengan pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa wisatawan tetap membutuhkan peranan dari travel agent untuk memenuhi keinginan wisatawan itu sendiri. Travel agent pun dipercaya bisa memuaskan kebutuhan
6
wisatawan. Tetapi begitu besar potensi wisatawan serta lokasi kuliner di
Bandung masih banyak travel agent yang belum berani mengambil
kesempatan ini untuk dijadikan peluang untuk meraih keuntungan yang besar.
Salah satu travel agent di Bandung menjual berbagai macam produk
wisata, yaitu Golden Rama Tours and Travel. Golden Rama Tours and Travel
pun melihat bahwa potensi wisata kuliner adalah peluang besar untuk industri
pariwisata. Peluang besar ini terlihat dari hasil awal observasi di Golden
Rama Tours and Travel Bandung bahwa adanya peningkatan wisatawan yang
menginginkan paket wisata kuliner Golden Rama Tours and Travel Bandung.
Akan tetapi mereka masih belum memiliki paket wisata dengan atraksi wisata
utamanya adalah makanan. Untuk itu penulis mencoba untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perencanaan Paket Wisata Kuliner Bandung di
Golden Rama Tours & Travel”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan,
maka penulis merumuskan bahwa belum tersediannya paket wisata kuliner
atau food tourism untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan wisatawan ke
Bandung, maka penulis merasa perlu adanya perencanaan paket wisata kuliner
Bandung.
7
C. Pembatasan Masalah
Penelitian kali ini akan dibatasi dari beberapa hal :
1. Wisatawan yang digunakan untuk menjadi sampel hanya terbatas pada
wisatawan domestik (wisatawan dalam negeri).
2. Komponen fasilitas wisata yang akan diteliti terbatas pada transportasi.
3. Penelitian ini pun tidak membahas perhitungan harga dalam paket wisata.
D. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, rumusan serta pembatasan
masalah maka penulis mengidentifikasi masalah penelitian kali ini menjadi :
1. Bagaimana profil wisatawan wisata kuliner Bandung?
2. Bagaimana atraksi wisata kuliner Bandung?
3. Bagaimana fasilitas wisata kuliner Bandung?
4. Bagaimana waktu untuk wisata kuliner Bandung?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Tujuan Formal
Untuk tujuan formal dari penelitian ini adalah untuk memenuhi Proyek
Akhir Diploma IV di Jurusan Perjalanan Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung dalam program studi Manajemen Pengaturan Perjalanan.
8
2. Tujuan Operasional
Untuk tujuan operasional dari penelitian ini adalah :
a. Untuk meningkatkan kompetensi penulis dalam penyusunan paket
wisata agar bisa diterima oleh masyarakat.
b. Untuk dijadikan bahan pertimbangan paket wisata di Golden Rama
Tours and Travel Bandung.
c. Untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan penjualan
paket wisata Bandung di Golden Rama Tours and Travel Bandung.
F. Metode dan Teknik Penelitian
1. Teknik Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2003: 11) menyatakan bahwa penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari variabel
tanpa membuat perbandingan ataupun menghubungkan dengan variabel
lain. Dipertegas oleh Sukmadinata (2006: 72) yang menegaskan bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan dan
menginterpretasikan suatu kondisi, pendapat atau suatu proses yang
sedang berlangsung.
Selain itu penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono
(2012: 11) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang memiliki filsafat positivisme yang digunakan untuk
meneliti populasi atau sebuah sampel dengan tujuan untuk menguji
9
hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini diperkuat dengan
Saebani (2008: 128) yang menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian dan analisis data
untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik dan alat kumpul
data sebagai berikut:
a. Kuesioner/ Angket
Sugiyono (2012: 192) menjelaskan bahwa kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan atau
pernyataan kepada responden untuk dijawab. Kuesioner adalah teknik
yang baik untuk jumlah responden yang cukup besar dan tersebar di
wilayah yang cukup luas. Untuk penelitian ini, penulis akan
menggunakan kuesioner/ angket ke wisatawan ke Bandung khususnya
wisatawan di atraksi wisata kuliner Bandung.
b. Wawancara
Menurut Sedarmayanti dan Hidayat (2011: 80) wawancara adalah
cara umum untuk mengetahui suatu kebutuhan atau keinginan.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur, di mana peneliti akan
mengajukan pertanyaan yang jawabannya sudah dibatasi terlebih
dahulu. Selama observasi, penulis akan mewawancarai secara
10
terstruktur staff di Golden Rama Tours and Travel dan hasil
wawancara akan dijadikan sebagai data dukung dari penelitian ini.
c. Observasi
Hadi (1986, dalam Sugiyono, 2012: 196) mengatakan observasi
adalah proses mengamati dan mengingat akan sesuatu hal. Penulis
akan melakukan observasi di aktrasi wisata, fasilitas wisata serta
waktu yang digunakan untuk wisata kuliner Bandung. Selama
observasi, penulis akan menggunakan alat kumpul data yaitu checklist
(daftar periksa).
d. Studi Kepustakaan
Untuk mendukung penelitian, penulis pun melakukan studi
kepustakaan. Menurut Nazir (2005: 93) studi kepustakaan atau studi
literature. Untuk mendukung penelitian, juga perlu mengetahui ilmu
yang berhubungan dan perkembangan dari ilmu yang bersangkutan.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Di mana data tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sesuai
dengan Sugiyono (2004: 137) yang menjelaskan bahwa uji validitas
adalah menguji alat kumpul data itu dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur. Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 137)
mengatakan uji reliabilitas adalah untuk menetapkan alat kumpul data
dapat digunakan lebih dari satu kali dan dapat menghasilkan data yang
11
konsisten. Di mana nilai koefisien realibilitas dikatakan baik jika berada di atas 0,7 (dikatakan cukup baik) atau 0,8 (dikatakan baik).
TABEL 2
VALIDITAS DAN RELIABILITAS VISITING PLACES
n = 76
Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Keunikan 0,240 Bersih 0,771 Berwisata 0,779 Fasilitas 0,739 0,2257 Valid 0,778 Fasilitas Baik 0,695 Pemandu 0,633 Lokasi 0,622 Selera 0,585 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.
TABEL 3
VALIDITAS DAN RELIABILITAS COOKING/ MAKING
n = 64
Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Keunikan 0,499 Bersih 0,767 Berwisata 0,729 Fasilitas 0,761 0,2461 Valid 0,760 Fasilitas Baik 0,730 Pemandu 0,369 Lokasi 0,581 Selera 0,612 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.
12
TABEL 4
VALIDITAS DAN RELIABILITAS MEETING LOCAL PEOPLE
n = 53
Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Keunikan 0,466 Bersih 0,752 Berwisata 0,803 Fasilitas 0,885 0,2706 Valid 0,861 Fasilitas Baik 0,866 Pemandu 0,756 Lokasi 0,565 Selera 0,564 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.
TABEL 5
VALIDITAS DAN RELIABILITAS ENJOYING TRADITION
n = 58
Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Keunikan 0,499 Bersih 0,708 Berwisata 0,614 Fasilitas 0,746 0,2586 Valid 0,789 Fasilitas Baik 0,630 Pemandu 0,595 Lokasi 0,731 Selera 0,592 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.
13
TABEL 6
VALIDITAS DAN RELIABILITAS TASTING AND EATING
n = 100
Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Keunikan 0,469 Bersih 0,724 Berwisata 0,770 Fasilitas 0,788 0,1966 Valid 0,772 Fasilitas Baik 0,730 Pemandu 0,675 Lokasi 0,574 Selera 0,236 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.
TABEL 7
VALIDITAS DAN RELIABILITAS TRANSPORTASI
n = 100
Indikator Rtabel Rhitung Keterangan Reliabilitas Kondisi Jalan 0,865 0,1966 Valid 0,779 Aksesibilitas 0,855 Sumber: Hasil olah SPSS, 2016.
4. Teknik Analisis
Setelah data didapat maka akan menggunakan analisis kuantitatif
deskriptif. Penulis akan mengolah data berbentuk angka dan
menginterpretasikannya secara deskriptif. Purwanto dan Sulistyastuti
(2011: 109) analisa deskriptif dimaksudkan untuk memberikan informasi
mengenai data yang diamati agar bermakna dan komunikatif.
14
Data berbentuk angka penulis akan olah menggunakan SPSS dan
Micorsoft Excell. Selain itu, untuk mengukur akan sikap, pendapat dan
fenomena sosial peneliti menggunakan skala likert dengan gradasi dari
sangat negatif hingga sangat positif. (Sugiyono, 2012: 136).
Untuk skala likert, penulis akan mencoba menginterpretasikannya
dalam bentuk garis kontinum yang diambil dari Sugiyono (2006). Dengan
rumus sebagai berikut:
a. Nilai tertinggi = (a x b x c)
a adalah bobot nilai terbesar, b adalah jumlah pernyataan dan c adalah
jumlah wisatawan
b. Nilai terendah = (a x b x c)
a adalah bobot nilai terbesar, b adalah jumlah pernyataan dan c adalah
jumlah wisatawan
c. Rentang (R) = (nilai tertinggi – nilai terendah) : kelas interval
5. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Berdasarkan perkataan dari Sugiyono (2012: 119) yang
mengatakan bahwa populasi adalah obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Hal
ini diperkuat dengan pernyataan dari Gulö (2010: 76) yang
15
menyatakan populasi adalah suatu kumpulan obyek yang dijadikan
pusat perhatian yang setiap obyek memiliki informasi yang ingin
diketahui oleh peneliti.
Berdasarkan pemaparan di atas populasi penelitian ini adalah
wisatawan domestik (wisatawan nusantara) yang datang ke Bandung.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Bandung wisatawan domestik
(wisatawan nusantara) per tahun 2014 adalah 4.242.294 orang. b. Sampel
Berdasarkan jumlah wisatawan tersebut, maka penulis mengambil
sampel untuk diteliti. Sugiyono (2012: 120) menyatakan bahwa
sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili karakteristik dan
informasi dari populasi yang ditentukan. c. Teknik Pengambilan Sampel
Penulis akan menggunakan teknik purposive sampling, yang
dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan adanya pertimbangan terterntu terlebih dahulu.
(Sugiyono, 2012: 126). Dalam penelitian ini sampel yang akan dipilih
adalah wisatawan yang mengunjungi atraksi wisata kuliner di
Bandung.
Berdasarkan populasi yang ada dan menurut Isaac dan Michael
dalam Sugiyono (2012: 128) mengatakan ukuran sampel dapat
16
diperoleh melalui perhitungan dengan taraf kesalahan terdiri dari 1%,
5% dan 10%. Maka penulis akan menggunakan perumusan sebagai
berikut :
(1)2 X 4.242.294 X 0,5 X 0,5 S = (5%)2 X (4.242.294 - 1) + (1)2 X 0,5 X 0,5 1.060.573,5
S = 10.605,98250
S = 99.99767 ~ 100
Sehingga sampelnya adalah 100 orang wisatawan domestik yang
mengunjungi atraksi wisata kuliner di Bandung.
G. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Pada penelitian kali ini, penulis memilih penelitian di Golden Travel
Tours and Travel Bandung yang berlokasi di Jl. Sunda No. 76D serta
beberapa atraksi wisata kuliner, yaitu: Kopi Aroma, PT. Ultrajaya Milk
Industry, Tbk, Teh Celup Walini, Pabrik Tahu Cibuntu, Serba Susu,
Lembah Palem, Ny. Liem, Kampung Cikidang, Kampung Areng, Cibadak
17
Culinary Night, Braga Culinary Night, Dusun Bambu Family Leisure Park,
Batagor Kingsley, Batagor Riri, Baso Tahu Tulen, Nasi Bancakan, Srabi
Tradisional dan Floating Market Lembang.
2. Waktu Penelitian
Pada penelitian kali ini, penulis akan melakukan penelitian selama
bulan Febuari sampai Juni 2016.
H. Sistematika Penulisan
Berikut adalah sistematika penulisan untuk penelitian perencanaan
paket wisata kuliner Bandung di Golden Rama Tours and Travel :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan kerangka umum dalam penelitian yang didalamnya
terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah,
identifikasi masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, lokasi
dan waktu penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan teori – teori yang mendasari penelitian ini. Teori –
teori tersebut digunakan sebagai acuan untuk meneliti masalah penelitian ini
dan untuk membantu pembuatan kesimpulan dan rekomendasi.
18
BAB III TINJAUAN OBJEK PENELITIAN DAN DATA
Bab ini berisikan data dari penelitian serta terdapat cara pengumpulan data, pengujian data penyajian data.
BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN
Bab ini berisikan analisis dari pengolahan data disertai dengan argumentasi, alasan, pendapat, tanggapan maupun akibat akan data yang diperolah selama penelitian, baik hasil observasi, wawancara, penyebaran angket dan lainnya.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini berisikan kesimpulan penelitian serta rekomendasi yang diberikan kepada pihak Golden Rama Tours and Travel Bandung.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan yang mempertimbangkan
beberapa aspek. Perencanaan merupakan kegiatan penyusunan suatu program,
baik yang berjangka waktu panjang maupun berjangka waktu pendek
(Wardiyanto dalam Baiquni. 2011: 41).
Wardiyanto dalam Baiquni (2011: 45) mengatakan bahwa perencanaan
di dalam pariwisata sangat dibutuhkan, karena:
1. Memberikan pengarahan, perencanaan digunakan untuk memahami arah
pariwisata (trend).
2. Membimbing kerjasama, perencanaan digunakan untuk menjalin
hubungan kerja baru.
3. Menciptkan koordinasi, perencanaan digunakan untuk menjadi bahan
pertimbangan untuk pengembangan pariwisata.
4. Mencapai tercapainya kemajuan, perencanaan digunakan untuk menjadi
salah satu kunci keberhasilan pengembangan pariwisata.
5. Memperkecil resiko kegagalan, perencanaan yang ada dijadikan sebagai
pedoman untuk mengembangkan pariwisata
19
20
6. Mendorong pelaksanaan, perencanaan yang ada bisa dijadikan pendorong
untuk melaksanaan apa yang telah direncanakan agar sesuai dengan
rencana yang telah disusun.
B. Konsep Produk
Nuriata (2014: 10) menyatakan bahwa produk adalah barang yang
sudah melewati proses masukkan (input) menjadi barang jadi yang siap dijual.
Dalam industri pariwisata, Medlik dan Middleton (1972, dalam Yoeti, 1996:
13) mengatakan “…The product covers the complete experience from the time
he leaves home to the time he returns to it.” Hal ini bisa disimpulkan menjadi
produk dari industri pariwisata adalah sebuah pengalaman yang dilengkapi
dengan semua jasa (services) yang dibutuhkan oleh wisatawan dari waktu
keberangkatan hingga waktu kepulangan ke tempat asalnya.
Lain halnya dengan produk wisata, Menurut Yoeti (2002: 211) produk
wisata memiliki 3 unsur penting, yaitu:
a. Daya tarik dari daerah tujuan wisata dan termasuk citra yang dibayangkan
oleh wisatawan.
b. Fasilitas dari daerah tujuan wisata, yaitu: akomodasi, restaurant,
transportasi, lahan parkir, rekreasi dan lain – lain.
c. Tingkat kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata.
21
Sedangkan menurut Nuriata (2014: 1) komponen produk wisata secara
umum terdiri dari transportasi, hotel, restoran, atraksi wista dan komponen
wisata lainnya.
C. Konsep Paket Wisata
Dari produk wisata akan terbentuk sebuah paket wisata. Nuriata (2014:
3) pun menjelaskan bahwa paket wisata adalah sebuah produk yang tidak
terlihat (intangible product) di mana yang dibeli dari paket wisata adalah
sebuah harapan.
Nuriata (2014: 3) mengungkapkan bahwa paket wisata adalah
intangible product, karena paket wisata memiliki sifat sebagai berikut:
a. Tidak berwujud, hal ini membuat kualitas dari paket wisata sukar untuk
ditebak.
b. Paket wisata tidak bisa dipisahkan dari tour operator yang menjadi
produsen.
c. Tidak bertahan lama, karena akan terus berubah – rubah seiring perubahan
lingkungan bisnis pariwisata itu sendiri.
d. Heterogenitas dari elemen maupun komponen wisata yang rentang akan
perubahan.
22
Di sisi lain, (Muljadi, 2009: 47) mengatakan bahwa paket wisata itu bukan hanya terdiri dari intangible product saja tapi di dalamnya terdapat rangkaian barang dan jasa yang bersifat ekonomis, sosial, psikologis dan alam.
Nuriata (2014: 34) menegaskan kembali, bahwa paket wisata adalah sebuah sistem yang terdiri dari subsistem wisatawan, atraksi wisata, fasilitas waktu dan waktu yang setiap subsistem saling berkaitan.
DIAGRAM 2
PAKET WISATA SEBAGAI SEBUAH SISTEM
Fasilitas Wisata Wisatawan
Paket Wisata (Produk)
Waktu Atraksi Wisata
Sumber : Nuriata, 2014: 35
Di mana:
1. Sub wisatawan adalah unsur penentu dari paket wisata itu sendiri karena
paket wisata akan bergantung kepada siapa wisatawannya,
2. Subsistem atraksi wisata adalah primadona dari penyusun produk paket
wisata.
23
3. Subsistem fasilitas wisata adalah fasilitas – fasilitas yang mendukung
paket wisata.
4. Subsistem waktu, merupakan sub-sistem yang membatasi atau merupakan
kendala dari gerak perjalanan paket wisata.
D. Konsep Komponen Paket Wisata
Berdasarkan pemaparan di atas, komponen paket wisata bisa dibagi menjadi:
1. Wisatawan
Menurut Ismayanti (2010: 3) secara sederhana menjelaskan bahwa
wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Pada mulanya wisatawan
yang berpergian didominasi oleh wisatawan pria, akan tetapi adanya isu
kesetaraan gender maka mulai bermunculan wisatawan wanita yang
berpergian (Ismayanti, 2010: 61). Menurut Kasali (2005: 176) dalam
Ismayanti (2010: 61) mengungkapkan beberapa perilaku wisatawan
berdasarkan gender, yaitu:
a. Laki-laki, tergolong menjadi pengambil keputusan, menyukai kegiatan
wisata yang unik dan aktif.
b. Wanita, menyukai kegiatan berbelanja, kegiatan wisata yang unik dan
aktif.
Dipertegas oleh WTO dalam Marpaung (2002: 36) yang mengatakan
bahwa wisatawan adalah orang dari tempat tinggalnya berkunjung ke
suatu tempat di negara yang sama dalam waktu kurang dari 24 jam dengan
24
tujuan untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan, olahraga, bisnis atau mengunjungi keluarga.
Selain WTO, Departemen Pariwisata dalam Marpaung (2002: 37) mengatakan wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dan menetap di tempat tujuannya untuk tujuan tertentu selain mencari pekerjaan selama sementara.
Menurut Suwantoro (2004: 4), wisatawan dapat dikelompokan menjadi:
1) Visitor (pengunjung) adalah setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali melakukan pekerjaan yang menerima upah. 2) Excursionist (pelancong) adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan jika lama tinggalnya kurang dari 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. 3) Tourist (wisatawan) adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan jika lama tinggalnya sekurang - kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi.
Arief (2005: 8) mengatakan seorang/ serombongan wisatawan/ pelancong untuk datang berkunjung ke suatu tempat/ daerah/ kota atau negara bukan sekedar untuk menginap, tetapi untuk melakukan keperluan lain-lain seperti : 1) Ingin berlibur atau rekreasi (vacation or recreation). 2) Ingin tahu keadaan tempat/ daerah/ kota/ negara lain (willing to know about something). 3) Ingin berbelanja atau shopping/ wisata belanja (purchase tourism). 4) Ingin berdagang atau bisnis (business tourism). 5) Ingin mengunjungi saudara/ sanak famili. 6) Ingin mengahadiri undangan/ tugas kenegaraan (mission). 7) Ingin mengikuti turnamen olahraga (sport tourism). 8) Ingin berobat/ istirahat untuk kesehatan (health tourism). 9) Ingin membuat film atau shooting (cinema tourism). 10) Ingin reset atau penelitian ilmiah (research tourism). 11) Ingin beribadah (haji) atau menyebar agama (religious tourism). 12) Ingin melanjutkan pendidikan (student tourism).
25
Diperjelas oleh Nuriata (2014: 45) motivasi wisatawan yang perlu dicermati adalah motivasi fisik yaitu motivasi untuk mencari kepuasan, motivasi budaya yaitu motivasi untuk memperdalam kecintaan akan budaya, motivasi interpersonal yaitu motivasi untuk memperkuat kehidupan sosial dengan orang lain dan yang terakhir adalah motivasi status (prestige) yaitu motivasi untuk memuaskan hasrat akan status.
Wisatawan pun dapat dikelompokan menjadi 4 bagian besar, menurut
Cohen dalam Swarbrooke dan Horner (1998, dalam Ismayanti, 2010: 33) yaitu:
1) Wisatawan Massal Kelompok (Organised Mass Tourist) yaitu
wisatawan yang bepergian dalam rombongan dan biasanya tujuan
wisatanya ke tempat yang popular.
2) Wisatawan Massal Individu (Individual Mass Tourist) yaitu wisatawan
yang sudah cukup kreatif merancang dan membuat keputusan
perjalanan sendiri dan biasanya tujuan wisatanya ke tempat popular.
3) Wisatawan Penjelajah (Explorer) yaitu wisatawan berkelompok
membuat rencana perjalanan sendiri dan memiliki tingkat
ketergantungan akan fasilitas dan pelayanan lebih rendah.
4) Wisatawan Petualang (Drifter) yaitu wisatawan yang senang dengan
hal – hal baru.
26
Dalam hal ini, perilaku wisatawan dapat dibagi menjadi 3 bagian besar,
yaitu:
TABEL 8
PERILAKU WISATAWAN
Indikator Remaja Standar Lansia Daya Tahan Tubuh Luar biasa Baik Menurun Dinamis Kurang dinamis Lemah Eksplorasi alam Eksplorasi alam Eksplorasi alam Aktivitas Wisata Rekreasi diluar dan Rekreasi diluar Rekreasi didalam didalam Sangat tinggi Sedang Tidak ditempuh Petualangan Penuh resiko Pertimbangan resiko - Tidak menjadi Persyaratan lebih Fasilitas Persyaratan utama persyaratan utama Waktu Tidak terbatas Dibatasi Terbatas Istirahat Untuk pemulihan Perlu Berulang kali Sumber : Nuriata, 2014: 38
Ismayanti (2010: 53, 64) menambahkan bahwa wisatawan berdasarkan
usia terbagi menjadi:
a. Babyboomlet disebut kanak-kanak, berusia 0-9 tahun. Mereka bersifat
dipengaruhi dengan teknologi, individual, egosentris dan
mengharapkan kemudahan dalam segala sesuatu maka mereka sering
meminta pihak ketiga untuk mengambil keputusan.
b. Babybuster disebut remaja, berusia 9-16 tahun. Mereka bersifat mau
berinteraksi sosial pada lingkungan, berkelompok dan senang
berwisata yang diorganisir, menyukai tantangan dan bereksperimen
dan motivasinya untuk melepaskan diri dari rutinitas.
27
c. Late babybooner disebut anak muda, berusia di atas 17 tahun. Mereka
memiliki keterbatasan waktu wisata karena mereka memiliki pekerjaan,
ingin mengenal daerah wisata lebih mendalam. d. Kelompok dewasa, berusia 24-50 tahun. Mereka memiliki penghasilan
yang tinggi, mengutamakan kegiatan sosialisasi dan senang berwisata
dengan keluarga. e. Worldwar babies disebut setengah baya. Mereka berada di usia yang
awal pensiun, senang bersosialisasi, senang mengembangkan
pengetahuan dan selalu belajar dari pengalaman wisata sebelumnya. f. Kelompok senior, berusia 50 tahun ke atas. Mereka memiliki
pengalaman hidup yang banyak, senang membayar dan tawar -
menawar dan mengutamakan nilai-nilai kekeluargaan.
Sedangkan menurut Coleman dalam Kotler (2006), Kasali (2005: 212) dalam Ismayanti (2010: 52) memaparkan sifat wisatawan dalam kelas sosial di Indonesia sebagai berikut:
28
TABEL 9
SIFAT DAN KELAS WISATAWAN INDONESIA Kelas Sosial Wisatawan Pengeluaran Wisatawan Sifat Wisatawan 1 Kaum elite, sejahtera dan terpandang. 2 Senang beramal. A+ > Rp 7.500.000 3 Senag berbelanja. 4 Berwisata untuk menunjukkan status. 5 Berada di Lingkungan tersendiri. 1 Penghasilan cukup tinggi melalui kerja Atas keras. 2 Aktif dalam kegiatan sosial. Rp 5.000.000 – Rp A 3 Berasal dari kelas menengah. 7.500.000 4 Wisata merupakan gengsi. 5 Pola konsumsi dari kemampuan daya beli. 6 Berupaya diterima di kelompok elite. 1 Tidak peduli akan status. 2 Fokus akan karir. Rp 3.000.000 – Rp 3 Pendidikan dan sosialisasi adalah hal B+ 4.999.999 utama. 4 Wisata adalah kebutuhan dan investasi. 5 Pola pemikiran luas. Menengah 1 Kelompok kerja yang memiliki pendapatan yang cukup. Rp 1.500.000 – Rp 2 Bergantung pada kondisi perekonomi. B 2.999.999 3 Senang melakukan sesuatu yang sudah direncanakan. 4 Wisata bukan kebutuhan utama. 1 Pekerja keras. 2 Wisata bukan kebutuhan. Rp 1.000.000 – Rp C+ 3 Standar kehidupan di atas garis kemiskinan. 1.499.999 4 Jenis pekerjaannya membutuhkan tenaga keras. Bawah 1 Kaum miskin. 2 Kadang-kadang tidak memiliki pekerjaan. C < Rp 1.000.000 3 Berwisata tidak ada dalam kamus kehidupan. 4 Sangat bergantung pada orang lain. Sumber : Coleman dalam Kotler (2006), Kasali (2005: 212) dalam Ismayanti (2010: 52) ditambahkan oleh finansialku.com (2014)
29
Karakteristik wisatawan juga bisa dilihat dari latar belakang
pendidikan setiap wisatawan. Ismayanti (2010: 59) pun menjelaskan
bahwa jika wisatawan yang berpendidikan rendah mereka relatif memiliki
pendapatan yang rendah yang membuat wisatawan terbatas untuk memilih
kegiatan wisata, pasrah akan fasilitas dan pelayanan dari kegiatan wisata
dipilih, tidak fleksibel dan jarang membangun hubungan dengan
masyarakat setempat karena relatif pemalu. Sedangkan wisatawan yang
berpendidikan tinggi mereka relatif memiliki pendapatan yang tinggi
maka mampu memilih kegiatan wisata yang dikehendaki, berminat
mendalami suatu kegiatan wisata, fleksibel, mampu bersosialisasi dengan
penduduk dan mereka menyukai fasilitas dan pelayanan yang berkualitas.
2. Atraksi Wisata
Nuriata (2014: 49) mendefinisikan atraksi wisata adalah sesuatu yang
berwujud maupun tidak yang bisa memikat orang untuk mengadakan
perjalanan ke atraksi tersebut dan memberikan kesan dan kepuasan bagi
orang yang mengunjungi.
Dalam hal ini Nuriata (2014: 54) membagi atraksi wisata menjadi :
1) Wisata Alam, seperti keindahan alam/ pemandangan/ panorama
(nature beauty/ scenic attraction), iklim/ cuaca (climate attraction),
atraksi air (water attraction) dan flora/ fauna.
30
2) Wisata Budaya, seperti tradisi, adat dan agama dari suatu daerah/
negara, contohnya: tempat – tempat nostalgia, tempat/ lembaga
pendidikan, sesuatu yang super (superior thing), tempat perbelanjaan,
tempat perjudian maupun event.
3) Wisata Kombinasi Alam dan Budaya.
3. Fasilitas Wisata
Fasilitas wisata adalah pelengkap yang harus ada di tempat tujuan
(Nuriata, 2014: 62). Maka dari itu, fasilitas wisata pada umumnya terdiri
atas:
a. Fasilitas Akomodasi, yang harus dipertimbangkan adalah :
a) Bentuk akomodasi (non bintang/ bintang, block system, cottage,
bungalow)
b) Kapasitas dan tingkat hunian
c) Harga dan kondisi akomodasi
d) Fasilitas dan pelayanan dari akomodasi
e) Lokasi akomodasi
f) Kemudahan pencapaian (aksesibilitas)
g) Sanitasi (hygiene)
h) Keunikan
i) Seasonal
b. Restoran/ Makan Minum, yang dipertimbangkan adalah:
a) Bentuk restoran (warung, café, restoran, didalam/ diluar hotel)
31
b) Kapasitas meja/ pengunjung
c) Harga dan menu makanan
d) Kondisi sarana restoran/ makan minum
e) Fasilitas dan pelayanan yang ada (self service, table set, buffet,
drive through)
f) Lokasi
g) Kemudahan (aksesibilitas)
h) Persediaan (adekuasi)
i) Keunikan
j) Sanitasi (hygiene)
k) Seasonal
l) Jam kerja/ operasional c. Transportasi, yang diperhitungkan adalah :
1) Moda yang akan digunakan
2) Kondisi moda transportasi : kapasitas tempat duduk, pelayanan di
darat (ground service) dan di atas kendaraan (on-board service),
bentuk, kecepatan dan load factor
3) Harga
4) Jadwal moda transportasi
5) Lokasi : jarak, rute dan titik awal/ tujuan
6) Kemudahan (aksesibilitas)
7) Persediaan (adekuasi)
8) Keunikan
32
9) Seasonal
4) Tempat pertunjukan, yang diperhitungkan adalah:
a) Fasilitas dan pelayanan
b) Bentuk pertunjukkan, kegiatan/ program acara, lama pertunjukkan
c) Harga
d) Lokasi
e) Pusat utama pertunjukkan dan tambahan (kostum, musik)
5) Tempat Belanja Wisatawan, yang diperhitungkan adalah:
a) Produk yang ditawarkan asli proses produk lokal/ nasional/
internasional
b) Sistem pengepakan dan pengiriman
c) Lokasi
d) Harga
4. Waktu
Dalam penyusunan paket wisata, waktu dapat menjadi pertimbangan
internal dan eksternal di mana waktu berkaitan dengan fasilitas, biaya,
tempat, kebosanan dan kelelahan wisatawan (Nuriata, 2014: 69).
Pengaturan waktu yang baik akan menjadi warna dalam paket wisata yang
bersangkutan.
33
DIAGRAM 2
DISTRIBUSI WAKTU DALAM PAKET WISATA
Waktu Untuk Tambahan Pemakaian Waktu Untuk Pencapaian Waktu Untuk Tujuan Aktitas Tour
Sumber : Nuriata, 2014: 69
Dalam pengaturan waktu, Nuriata (2014: 71) menegaskan bahwa waktu untuk aktivitas tour harus paling lama karena dalam kegiatan perjalanan wisata, waktu untuk pencapaian ke daerah tujuan bisa sangat lama atau pun tidak. Kebosanan dalam perjalanan wisata bisa dimanfaatkan oleh keberadaannya pramuwisata. Serta wisatawan akan mendapatkan waktu tambahan yang disebut rest time yaitu untuk memotret, mengumpulkan peserta, istirahat, dan lain – lain.
Kenward dan Whittington (1999, dalam Ismayanti, 2010: 58) menjeleaskan bahwa waktu wisata ditentukan dari usia wisatawan yang bersangkutan, untuk wisatawan berumur muda dan tua cenderung memiliki waktu libur yang lebih banyak daripada wisatawan dewasa yang setengah baya yang lebih sedikit waktu berlibur.
34
E. Konsep Wisata Kuliner
Ismayanti (2010: 155) menjelaskan bahwa wisata kuliner adalah salah
satu wisata minat khusus. Dalam hal ini wisata minat khusus adalah
pariwisata yang menawarkan kegiatan yang tidak bisa dilakukan oleh wisata
pada umumnya akan tetapi harus dilakukan oleh orang yang memiliki
keahlian atau ketertarikan akan suatu hal.
Ismayanti (2010: 157) menegaskan bahwa wisata kuliner merupakan
wisata gastronomi di mana wisatawan memanjakan perut dengan berbagai
masakan dari negara tujuan dan mendapatkan pengalaman makan dan
memasak yang istimewa.
Nuriata (2014: 64) memperjelas gastronomy attraction adalah atraksi
wisata dari sebuah perjalanan adalah makanan dan minuman yang daya
tariknya terlihat dari produk, bahan dasar, resep, bumbu, cara memasak, cara
menghidangkan dan cara mencicipi makanan dan minuman.
Sedangkan Nurdiyansah (2014: 137) mengatakan wisata kuliner lebih
popular dengan kata food tourism. Nurdiyansah (2014:142) mengungkapkan
bahwa pengalaman dari food tourism beragam, yaitu :
1. Mengunjungi tempat produksi dan pengolahan makanan (experience of
visiting places).
2. Mengikuti pembelajaran untuk mengolah masakan/ minuman lokal
(experience of cooking/ making foods/ drinks).
35
3. Terlibat dalam kegiatan masyarakat setempat dalam memproduksi bahan
makanan (experience of meeting local people).
4. Mendatangi acara kebudayaan/ upacara adat/ ritual yang makanan adalah
sajian utamanya. (experience of enjoying tradition)
5. Mencicipi kuliner lokal (experience of tasting eating foods).
Hall dan Sharples (2003: 11) menambahkan bahwa ada beberapa bentuk/ varian dari food tourism yaitu : a. Rural/ Urban Tourism yaitu kegiatan berkunjung ke restoran/ tempat
makan/ festival makanan saat berwisata dengan tujuan utamanya adalah
bukan menikmati makanan dan minuman tetapi hanya berwisata. b. Culinary Tourism yaitu kegiatan berkunjung ke pasar tradisional/ pasar
lokal/ festival makanan saat datang ke destinasi wisata dengan menikmati
makanan dan minuman hanya dianggap aktivitas dari gaya hidup. c. Gastronomic Tourism/ Cuisine Tourism/ Gourmet Tourism yaitu
berpergian ke suatu destinasi khusus untuk menikmati makanan dan
minuman lokal, festival makanan, mempelajari makanan dan minuman
lokal dan menikmati/ mempelajari makanan dan minuman lokal yang
dianggap sebagai daya tarik utama dari sebuah perjalanan wisata.
BAB III
TINJAUAN OBJEK PENELITIAN DAN DATA TEMUAN
A. Tinjauan Objek Penelitian
Golden Rama Tours and Travel adalah salah satu travel agent ternama
di Indonesia yang telah bergerak sejak 1973. Memiliki kantor pusat di Jalan
Tanah Abang II No. 73-75, Jakarta Pusat dengan nama perusahaan PT.
Golden Rama Express. Dengan seiring berjalannya waktu, PT. Golden Rama
Express terus memperluas lokasi perusahaannya, yaitu di Kelapa Gading,
Simatupang, Puri, Kebayoran, Menteng, Bandung, Surabaya dan Bali. Pada
kesempatan ini, objek penelitian berada di kantor cabang Bandung yang
berlokasi di Jalan Sunda No. 76G yang akan berpindah ke Jalan Pajajaran No.
6.
GAMBAR 1
LOGO PERUSAHAAN
Sumber: Golden Rama Tours and Travel
Golden Rama Tours and Travel pun memiliki komitmen, yaitu selalu
memberikan pengalaman perjalanan yang terbaik untuk setiap pelanggannya.
36
37
Tercatat selama 45 tahun berada di dunia biro perjalanan wisata Golden Rama
Tours and Travel setiap tahunnya membawa setiap pelanggannya untuk mengunjungi destinasi yang luar biasa, memiliki mitra kerja dengan maskapai penerbangan serta hotel di seluruh dunia dan mampu memberikan pengalaman perjalanan samudera dengan 12 kapal pesiar.
Golden Rama Tours and Travel selalu memelihara komitmennya dengan cara selalu menjadi travel agent terdepan. Golden Rama Tours and
Travel menggunakan teknologi yang mampu memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya, mengutamakan kualitas pelayanan yang berasal dari hati dan memberikan layanan yang terintegrasi.
Golden Rama Tours and Travel memiliki beragam produk perjalanan wisata yang mampu menjadi solusi untuk pelanggannya.
37
38
Untuk struktur organisasi Golden Rama Tours and Travel Bandung adalah sebagai berikut:
DIAGRAM 4
STRUKTUR ORGANISASI
President Director
Managing Director
Hotel & Ticketing Accountin Tour Dept Dept g
Domestic Inbound Outbound Messenger
Sumber: Golden Rama Tours and Travel
Beberapa penjelasan dari struktur organisasi dari Golden Rama Tours and
Travel Bandung:
1. Hotel and Tour Department, divisi ini mengelola paket - paket wisata dan
mendukung divisi yang lainnya. Contohnya: menjual tiket, membuat
dokumen perjalanan dan menjual akomodasi. Didalam divisi ini terdapat
tour manager, supervisor dan staff.
2. Ticketing Department, divisi ini mengelola tiket - tiket untuk berwisata,
baik tiket penerbangan domestik maupun internasional.
3. Accounting, divisi ini mengurus keuangan dari Golden Rama Tours and
Travel.
39
Produk dari Golden Rama Tours and Travel terdiri dari:
1. Tiket penerbangan domestik dan internasional.
2. Voucher hotel domestik dan internasional.
3. Paket tour domestik, internasional, cruise, oversear tour, excursions,
meeting, incentive travel, conference dan exhibition yang tersedia untuk
individual, grup maupun perusahaan.
4. Dokumen perjalanan baik itu untuk perizinan, konvensi dan pameran.
B. Data Temuan
1 Profil Wisatawan
Data profil wisatawan didapatkan melalui penyebaran kuesioner
terhadap 100 orang wisatawan yang berkunjung ke Bandung secara
langsung. Dalam kuesioner terdapat beberapa aspek penting untuk
mengatahui profil wisatawan adalah:
a. Aspek Geografi DIAGRAM 5
ASAL WISATAWAN
Bandung dan sekitarnya 32% 44% Jawa Barat
Luar Jawa 24% Barat
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
40
Berdasarkan diagram 5, wisatawan yang berwisata di Bandung 44%
berasal dari Bandung dan sekitarnya, 32% berasal dari Luar Jawa
Barat dan 24% berasal dari Jawa Barat.
b. Aspek Demografi
1) Jenis Kelamin (Gender)
DIAGRAM 6
JENIS KELAMIN
Laki-laki 46% Perempuan 54%
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
Berdasarkan diagram 6, wisatawan yang berwisata ke Bandung
paling banyak adalah wisatawan perempuan dengan perolehan
persentase sebesar 54% sedangkan wisatawan laki-laki
memperoleh persentase sebesar 46%.
41
2) Usia
DIAGRAM 7
USIA
2% 12-16 tahun 20% 17-23 tahun 43% 24-50 tahun 35% > 50 tahun
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
Berdasarkan diagram 7, wisatawan yang berwisata ke Bandung
43% adalah wisatawan yang berusia 17 – 23 tahun, 35% adalah
wisatawan yang berusia 24 – 50 tahun, 20% adalah wisatawan
yang berusia lebih dari 50 tahun dan 2% adalah wisatawan yang
berusia 12 – 16 tahun.
3) Jenjang Pendidikan
DIAGRAM 8
PENDIDIKAN
1% 3% SD
SMP/SLTP 26% SMA/ 70% sederajat Perguruan Tinggi
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
42
Berdasarkan diagram 8, wisatawan yang berwisata di Bandung
berlatar belakang pendidikan 70% SMA/ sederajat, 26% perguruan
tinggi, 3% SMP/ SLTP dan 1% SD.
4) Pekerjaan
DIAGRAM 9
PEKERJAAN
6% Pegawai Negeri 15% Pegawai Swasta 48% 18% Wiraswasta Ibu Rumah Tangga 13% Pelajar/ Mahasiswa
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
Berdasarkan diagram 9, wisatawan yang berwisata di Bandung
memiliki profesi sebagai pelajar sebesar 48%, 18% wiraswasta, 15%
pegawai swasta, 13% ibu rumah tangga dan 6% adalah pegawai
negeri.
43
5) Pengeluaran
DIAGRAM 10
PENGELUARAN PER BULAN
> Rp 7.500.000 10% 22% Rp 5.000.000 - Rp 7.500.000
18% Rp 3.000.000 - Rp 4.999.999
20% Rp 1.500.000 - Rp 2.999.999 15% Rp 1.000.000 - Rp 1.499.999 15% < Rp 1.000.000
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
Berdasarkan diagram 10, wisatawan yang berwisata di
Bandung pengeluaran per bulannya 22% pengeluarnnya kurang
dari Rp 1.000.000, 20% pengeluarannya Rp 1.000.000 – Rp
1.499.999, 18% pengeluarannya Rp 5.000.000 – Rp 7.500.000, 15%
pengeluarannya Rp 3.000.000 – Rp 4.999.999 dengan persentase
yang sama 15% pengeluaran wisatawan per bulan ada di range Rp
1.500.000 – Rp 2.999.999 dan 10% pengeluaran per bulannya
lebih dari Rp 7.500.000
44
c. Aspek Psikografi
1) Frekuensi kedatangan ke Bandung
DIAGRAM 11
FREKUENSI KEDATANGAN KE BANDUNG
27% 1-5 kali 44% 6-10 kali > 10 kali 29%
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
Berdasarkan diagram 11, wisatawan 44% sudah lebih dari 10
kali beriwsata di Bandung, 29% sudah 6 – 10 kali dan masih 27%
yang 1 - 5 kali.
2) Penggunaan paket wisata
DIAGRAM 12
PENGGUNAAN PAKET WISATA
15% Iya
85%
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
45
Berdasarkan diagram 12, untuk berwisata di Bandung 85%
memilih untuk tidak menggunakan paket wisata dan 15% memilih
menggunakan paket wisata.
3) Teman untuk berwisata
DIAGRAM 13
TEMAN PERJALANAN
12% Sendirian 31% 17% Pasangan Keluarga/ saudara 40% Teman
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
Berdasarkan diagram 13, wisatawan berwisata di Bandung 40%
akan bersama keluarga/ saudara, 31% akan bersama teman, 17%
akan bersama pasangan dan 12% memilih untuk berwisata
sendirian.
46
4) Jumlah teman perjalanan
DIAGRAM 14
JUMLAH TEMAN PERJALANAN
12% < 15 orang
15 orang 88% atau lebih
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
Berdasarkan diagram 14, untuk berwisata wisatawan memilih
untuk berwisata kurang dari 15 orang sebesar 88% dan 12%
memilih berwisaya bersama dengan 15 orang atau lebih.
5) Motivasi
DIAGRAM 15
MOTIVASI WISATAWAN
3% 3% 12% Bersenang-senang Mengunjungi keluarga Kesehatan 82% Bisnis
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
47
Berdasarkan diagram 15, motivasi wisatawan untuk berwisata
di Bandung 82% adalah untuk bersenang-senang, 12% untuk
mengunjungi keluarga dan 3% adalah untuk melaukan bisnis atau
pun untuk alasan kesehatan.
Berdasarkan pedoman wawancara No. 1, profil wisatawan yang
menjadi konsumen di Golden Rama Tours and Travel berasal dari
Indonesia maupun mancanegara. Baik dalam berbentuk group (minimal
15 orang) maupun individual yang memilih untuk menggunakan paket
wisata dengan by request.
2 Atraksi Wisata
Berikut adalah atraksi wisata yang berada di Bandung yang
dikategorikan dalam beberapa kategori atraksi wisata kuliner. Setiap
kategori akan ditemukan data tentang daya tarik wisata, kondisi fisik,
fasilitas, pelayanan dan sanitasi (hygiene), sebagai berikut:
48
a. Experience of Visiting Places
1) Daya Tarik TABEL 10
PENILAIAN DAYA TARIK VISITING PLACES
Nama Atraksi Penilaian Wisata Koffie Fabriek Kopi Aroma memiliki keunikan akan desain dari bangunan tua Aroma (Kopi khas Belanda serta alat produksi yang masih menggunkan alat Aroma) produksi tradisional. Pabrik Tahu Cibuntu memiliki keunikan akan citarasa tahu Pabrik Tahu yang diproduksi. Citarasa tahu yang nikmat tersebut didapatkan Cibuntu dari proses pembuatan yang manual serta tidak menggunakan bahan pengawet. PT. Ultrajaya PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk memiliki keunikan akan Milk Industry, proses pengolahan susu kemasan yang menggunakan alat Tbk produksi tercanggih se-ASEAN. Teh Celup Teh Celup Walini memiliki keunikan akan proses pengolahan Walini teh dari pucuk hingga menjadi beberapa produk teh. Sumber: Hasil checklist, 2016. 2) Kondisi Fisik TABEL 11
PENILAIAN KONDISI FISIK VISITING PLACES
Nama Atraksi Penilaian Wisata Koffie Fabriek Kondisi fisik dari Kopi Aroma ini termasuk dalam kondisi baik. Aroma (Kopi Baik dalam hal daya tampung serta lokasi Kopi Aroma yang Aroma) mudah ditemukan. Kondisi fisik dari Pabrik Tahu Cibuntu ini termasuk dalam Pabrik Tahu kondisi yang cukup baik. Cukup untuk daya tampung serta lokasi Cibuntu Pabrik Tahu Cibuntu yang cukup mudah ditemukan. PT. Ultrajaya Kondisi fisik dari PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk ini termasuk Milk Industry, dalam kondisi yang baik. Dengan pabrik yang dapat menampung Tbk dalam jumlah yang banyak serta lokasi yang mudah ditemukan. Kondisi fisik dari Teh Celup Walini ini termasuk dalam kondisi Teh Celup yang baik, karena Teh Celup Walini dapat menampung Walini wisatawan dalam jumlah yang banyak dan lokasi mudah ditemukan Sumber: Hasil checklist, 2016.
49
3) Fasilitas
TABEL 12
PENILAIAN FASILITAS VISITING PLACES
Nama Atraksi Penilaian Wisata Koffie Fabriek Fasilitas yang ada di Kopi Aroma dalam kondisi baik dan adanya Aroma (Kopi alat-alat produksi yang tradisional, toilet, tempat parkir, serta Aroma) lokasi untuk pembelian kopi. Fasilitas yang ada di Pabrik Tahu Cibuntu dalam kondisi cukup Pabrik Tahu baik dan adanya alat-alat produksi tahu dalam kondisi terawat Cibuntu serta toilet dan tempat parkir yang bersih. PT. Ultrajaya Fasilitas yang ada di PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk ini dalam Milk Industry, kondisi sangat baik dan terawat. Alat - alat produksi yang dijaga Tbk kebersihannya dan toilet serta lahan parkir yang memadai. Teh Celup Fasilitas yang ada di Teh Celup Walini dalam kondisi yang baik. Walini Alat produksi, toilet dan lahan parkir tersedia dengan baik. Sumber: Hasil checklist, 2016. 4) Pelayanan
TABEL 13 PENILAIAN PELAYANAN VISITING PLACES Nama Atraksi Penilaian Wisata Koffie Fabriek Di Kopi Aroma, wisatawan dapat dipandu oleh pemilik dari Kopi Aroma (Kopi Aroma untuk mengelilingi tempat produksi. Aroma) Pabrik Tahu Pabrik Tahu Cibuntu belum memiliki pemandu wisata yang dapat Cibuntu menemani tamu saat melakukan kunjungan perusahaan. PT. Ultrajaya Di PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk wisatawan bisa menemukan Milk Industry, pemandu wisata. Pemandu wisata tersebut sudah disediakan untuk Tbk wisatawan yang hendak mengelilingi tempat produksi. Teh Celup Walini memiliki beberapa staff untuk dijadikan Teh Celup Walini pemandu wisata saat wisatawan ingin mengetahui lebih akan proses pembuatan teh. Sumber: Hasil checklist, 2016.
50
5) Sanitasi (hygiene)
TABEL 14 PENILAIAN SANITASI VISITING PLACES Nama Atraksi Penilaian Wisata Koffie Fabriek Kebersihan dari tempat produksi dan penjualan kopi ini sangat Aroma (Kopi dijaga kebersihannya. Aroma) Pabrik Tahu Pabrik Tahu Cibuntu dapat dikatakan dalam kategori cukup bersih, Cibuntu baik tempat produksi dan penjualan tahu. PT. Ultrajaya PT. Ultrajaya Milk Indusrty, Tbk ini memiliki lokasi yang bersih Milk Industry, dan terawat. Tbk Teh Celup Teh Celup Walini memiliki kebersihan yang baik dan lokasi Walini tersebut terawat dengan baik. Sumber: Hasil checklist, 2016. Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dari 100 wisatawan, 76
wisatawan pernah melakukan aktivitas ini. 24 wisatawan belum
pernah mengikuti kegiatan ini. Berikut adalah penilaian dari
pengalaman wisatawan saat mengunjungi tempat produksi dan
pengolahan dan makanan.
51
TABEL 15
PENGALAMAN WISATAWAN VISITING PLACES
n = 76
Jenis Atraksi Wisata: Produksi & pengolahan STS TS C S SS TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Tempat tersebut memiliki keunikan akan makanan/ 3x1 3x2 24x3 36x4 10x5 275 3,62 minuman yang diproduksi Tempat tersebut dalam kondisi 5x2 23x3 37x4 11x5 282 3,71 bersih Tempat tersebut dapat menampung para pengunjung 1x1 8x2 13x3 43x4 11x5 283 3,72 untuk berwisata Terdapat fasilitas pendukung kegiatan wisata (AC, alat – alat 1x1 7x2 13x3 46x4 9x5 283 3,72 produksi, WC, tempat parkir, dll) Penilaian akan fasilitas pendukung kegiatan wisata 1x1 4x2 22x3 45x4 4x5 275 3,62 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) baik Teradapat pemandu selama 1x1 13x2 18x3 35x4 9x5 266 3,50 berwisata Lokasi mudah ditemukan 1x1 5x2 18x3 42x4 10x5 283 3,72 Sesuai dengan selera Anda 1x2 17x3 40x4 18x5 303 3,99 JUMLAH NILAI 2250 29,61 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016 Dengan nilai rata - rata tertinggi 3,99 dalam aspek sesuai selera
dan terendah 3,50 dalam aspek ketersediaan pemandu wisata di tempat
produksi dan pengolahan makanan dan minuman yang ada di Bandung.
52
b. Experience of Cooking/ Making Foods and Drinks
1) Daya Tarik
TABEL 16
PENILAIAN DAYA TARIK COOKING/ MAKING
Nama Atraksi Penilaian Wisata Setiap wisatawan yang berkunjung akan memiliki pengalaman Lembah Palem untuk menjalani kehidupan masyarakat pedesaan. Wisatawan pun akan memasak makanan khas Sunda, nasi liwet. Wisatawan bisa melihat dan ikut serta dalam pengolahan Serba Susu berbagai macam produk olahan susu, dari cair hingga menjadi produk susu yang padat. Sumber: Hasil checklist, 2016. 2) Kondisi Fisik
TABEL 17
PENILAIAN KONDISI FISIK COOKING/ MAKING
Nama Atraksi Penilaian Wisata Dengan kehidupan masyarakat pedesaan dan berada di alam Lembah Palem bebasuntuk daya tampungnya sendiri tergolong untuk wisatawan dalam jumlah yang banyak. Dengan lokasi yang berada dipinggir jalan, Serba Susu mudah Serba Susu ditemukan dan daya tampung wisatawan cukup banyak. Sumber: Hasil checklist, 2016. 3) Fasilitas TABEL 18 PENILAIAN FASILITAS COOKING/ MAKING Nama Atraksi Penilaian Wisata Fasilitas yang disediakan di Lembah Palem cukup sederhana Lembah Palem dan mudah digunakan oleh para wisatawan. Fasilitas yang ada tergolong modern dan wisatawan sangat Serba Susu mengerti untuk penggunaan fasilitas tersebut. Sumber: Hasil checklist, 2016.
53
4) Pelayanan
TABEL 19
PENILAIAN PELAYANAN COOKING/ MAKING
Nama Atraksi Penilaian Wisata Lembah Palem memiliki pelayanan yang ramah dan beberapa Lembah Palem dari masyarakat desa bisa menjadi pemandu untuk para wisatawan. Serba Susu memberikan pelayanan dengan cepat dan beberapa Serba Susu staff bisa menjelaskan dengan lancar. Sumber: Hasil checklist, 2016. 5) Sanitasi (hygiene)
TABEL 20
PENILAIAN SANITASI COOKING/ MAKING
Nama Atraksi Penilaian Wisata Lembah Palem Lembah Palem memiliki kebersihan yang cukup terjaga. Baik dari alat untuk memasak maupun lingkungannya. Serba Susu Serba Susu memiliki kondisi lingkungan yang bersih dan fasilitas yang terawat. Sumber: Hasil checklist, 2016. Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dari 100 wisatawan, 64
wisatawan pernah melakukan aktivitas ini. 36 wisatawan belum
pernah melakukan aktivitas ini. Berikut adalah penilaian dari
pengalaman wisatawan saat mememasak atau membuat makanan dan
minuman sebelum mencicipinya.
54
TABEL 21
PENGALAMAN WISATAWAN COOKING/MAKING
n = 64
Jenis Kegiatan Wisata: Memasak/ membuat makanan dan minuman
STS TS C S SS TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Makanan yang dibuat 3x2 23x3 20x4 18x5 245 3,83 memiliki kekhasan Tempat tersebut dalam kondisi 2x2 25x3 33x4 4x5 231 3,61 bersih Tempat tersebut dapat menampung para pengunjung 3x2 25x3 35x4 1x5 226 3,53 untuk berwisata Terdapat fasilitas pendukung kegiatan wisata (AC, alat – alat 4x2 23x3 33x3 4x5 229 3,58 produksi, WC, tempat parkir, dll) Penilaian akan fasilitas pendukung kegiatan wisata 4x2 26x3 31x4 3x5 225 3,52 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) baik Teradapat pemandu selama 1x1 18x2 24x3 19x4 2x5 195 3,05 berwisata Lokasi mudah ditemukan 4x2 27x3 27x4 6x5 227 3,55 Sesuai dengan selera Anda 1x2 20x3 33x4 10x5 244 3,81 JUMLAH NILAI 1822 28,47 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016
Dengan nilai rata - rata tertinggi 3,83 dalam aspek keunikanan
makanan dan minuman yang dibuat atau dimasak dan terendah 3,05
dalam aspek ketersediaan pemandu wisata didalam kegiatan memasak
atau membuat makanan dan minuman.
55
c. Experience of Meeting Local People
1) Daya Tarik
TABEL 22
PENILAIAN DAYA TARIK MEETING LOCAL PEOPLE
Nama Atraksi Penilaian Wisata Sebuah atraksi wisata yang memiliki kegiatan kursus untuk Ny. Liem pembuatan kue/ cake dalam berbagai varian yang langsung diajarkan oleh menantu dari Ny. Liem yaitu Ny. Chendawati. Serupa dengan Lembah Palem, Kampung Areng pun menawarkan kehidupan masyarakat pedesaan. Wisatawan dapat Kampung Areng merasakan kegiatan memasak menggunakan alat masak tradisional, yaitu hawu. Kampung Cikidang pun menawarkan kehidupan masyarakat Kampung pedesaan. Wisatawan akan memasak nasi liwet dengan Cikidang penduduk lokal. Sumber: Hasil checklist, 2016. 2) Kondisi Fisik
TABEL 23
PENILAIAN KONDISI FISIK MEETING LOCAL PEOPLE
Nama Atraksi Penilaian Wisata Dengan kegiatan kursus, daya tampung dari tempat ini cukup besar Ny. Liem dan aksesibilitasnya mudah. Untuk daya tampung dari Kampung Areng sendiri cukup dan Kampung Areng aksesibilitasnya cukup sulit. Kampung Untuk daya tampung dari Kampung Cikidang cukup baik dan Cikidang aksesibilitasnya cukup sulit. Sumber: Hasil checklist, 2016.
56
3) Fasilitas
TABEL 24
PENILAIAN FASILITAS MEETING LOCAL PEOPLE
Nama Atraksi Penilaian Wisata Fasilitas yang ada sangat dirawat serta dalam kondisi yang baik Ny. Liem dan modern. Kampung Areng Fasilitas yang ada cukup terawat dan tradisional. Kampung Fasilitas yang ada cukup terawat dan cukup sederhana. Cikidang Sumber: Hasil checklist, 2016. 4) Pelayanan
TABEL 25
PENILAIAN PELAYANAN MEETING LOCAL PEOPLE
Nama Atraksi Penilaian Wisata Wisatawan dapat berinterkasi dengan Ny. Chendawati dengan Ny. Liem mudah. Kampung Areng Wisatawan diberikan pelayanan yang sederhana dan ramah. Kampung Wisatawan diberikan pelayanan yang sederhana dan ramah. Cikidang Sumber: Hasil checklist, 2016. 5) Sanitasi (hygiene)
TABEL 26
PENILAIAN SANITASI MEETING LOCAL PEOPLE
Nama Atraksi Penilaian Wisata Ny. Liem Ny. Liem menjaga alat memasak dan kebersihan lingkungan dengan sangat baik. Kampung Areng Kampung Areng menjaga kebersihan dari lokasi wisata sampai rumah masyarakat pedesaan tersebut. Kampung Kampung Cikidang dalam kondisi yang terawat dan bersih. Cikidang Sumber: Hasil checklist, 2016.
57
Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dari 100 wisatawan, 53
wisatawan pernah melakukan aktivitas ini. Berikut adalah penilaian
dari pengalaman wisatawan saat mememasak bersama penduduk lokal.
TABEL 27
PENGALAMAN WISATAWAN MEETING LOCAL PEOPLE
n = 53
Jenis Kegiatan Wisata: Memasak bersama penduduk lokal STS TS C S SS TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Makanan yang dibuat 12x 1x2 15x3 25x4 207 3,91 memiliki kekhasan 5 Tempat tersebut dalam 4x2 21x3 24x4 4x5 187 3,53 kondisi bersih Tempat tersebut dapat menampung para 5x2 18x3 25x4 5x5 189 3,57 pengunjung untuk berwisata Terdapat fasilitas pendukung kegiatan wisata 9x2 17x3 22x4 5x5 182 3,43 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) Penilaian akan fasilitas pendukung kegiatan wisata 10x2 17x3 24x4 2x5 177 3,34 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) baik Teradapat pemandu selama 9x2 17x3 23x4 4x5 181 3,42 berwisata Lokasi mudah ditemukan 1x1 3x2 23x3 22x4 4x5 184 3,47 Sesuai dengan selera Anda 2x2 16x3 28x4 7x5 199 3,75 JUMLAH NILAI 1.506 28,42 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016
58
Dengan nilai rata - rata tertinggi 3,91 dalam aspek keunikan
makanan dan minuman yang diolah bersama penduduk lokal dan
terendah 3,34 dalam aspek penilaian fasilitas di lokasi kegiatan
tersebut.
d. Experience of Enjoying Tradition
1) Daya Tarik
TABEL 28
PENILAIAN DAYA TARIK ENJOYING TRADITION
Nama Atraksi Penilaian Wisata Kegiatan di mana wisatawan dapat mencicipi makanan yang dikelompokkan dalam tiga zona. Saat wisatawan mengelilingi Festival Braga stand makanan dan minuman yang ada, wisatawan pun dapat Culinary Night menikmati keunikan dari gedung-gedung di sepanjang Jl. Braga. Kegiatan di mana wisatawan dapat mencicipi makanan yang Festival Cibadak terdiri dari makanan ringan hingga berat. Saat berkeliling Culinary Night wisatawan dapat melihat dekorasi khas Tionghoa. Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016 2) Kondisi Fisik
TABEL 29
PENILAIAN KONDISI FISIK ENJOYING TRADITION
Nama Atraksi Penilaian Wisata Untuk akesebilitas sangat mudah karena berlokasikan di tengah Festival Braga kota. Dengan kegiatan yang terselenggarakan di jalan raya Culinary Night makan dapat menampung wisatawan dengan jumlah yang sangat banyak. Festival Cibadak Dengan aksesibilitas ke Cibadak mudah wisatawan pun setiap Culinary Night eventnya tergolong sangat banyak. Sumber: Hasil checklist, 2016.
59
3) Fasilitas
TABEL 30
PENILAIAN FASILITAS ENJOYING TRADITION
Nama Atraksi Penilaian Wisata Festival Braga Fasilitas yang ada di acara ini belum terlalu memadai. Culinary Night Festival Cibadak Fasilitas yang ada belum seluruhnya bisa memenuhi kebutuhan Culinary Night wisatawan. Sumber: Hasil checklist, 2016. 4) Pelayanan
TABEL 31
PENILAIAN PELAYANAN ENJOYING TRADITION
Nama Atraksi Penilaian Wisata Festival Braga Pelayanan baik dari pihak stand maupun staff yang ada cukup Culinary Night membantu. Festival Cibadak Pelayanan yang ada sepanjang acara tergolong cukup Culinary Night membantu. Sumber: Hasil checklist, 2016. 5) Sanitasi (hygiene)
TABEL 32
PENILAIAN SANITASI ENJOYING TRADITION
Nama Atraksi Penilaian Wisata Festival Braga Kebersihan lingkungan sangat dijaga tapi tidak semua stand Culinary Night menjaga kebersihannya. Festival Cibadak Acara ini cukup mampu menjaga kebersihan stand dan Culinary Night lingkungannya. Sumber: Hasil checklist, 2016. Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dari 100 wisatawan,58
wisatawan pernah melakukan aktivitas ini. Berikut adalah penilaian
60
dari pengalaman wisatawan saat mengunjungi sebuah acara (seperti:
upacara adat/ rituall/ dan lain-lain) yang tema utamanya adalah
makanan atau minuman.
TABEL 33
PENGALAMAN WISATAWAN ENJOYING TRADITION
n = 58
Jenis Kegiatan Wisata: Mengunjungi acara dengan tema utama makanan/minuman STS TS C S SS TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Makanan yang dibuat 17x3 29x4 12x5 227 3,91 memiliki kekhasan Tempat tersebut dalam 3x2 13x3 38x4 4x5 217 3,74 kondisi bersih Tempat tersebut dapat menampung para 2x2 10x3 39x4 7x5 225 3,88 pengunjung untuk berwisata Terdapat fasilitas pendukung kegiatan wisata 1x1 3x2 16x3 36x4 2x5 209 3,60 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) Penilaian akan fasilitas pendukung kegiatan wisata (AC, alat – alat produksi, 1x1 3x2 13x3 41x4 210 3,62 WC, tempat parkir, dll) baik Teradapat pemandu selama 15x2 16x3 23x4 4x5 190 3,28 berwisata Lokasi mudah ditemukan 8x2 14x3 29x4 7x5 209 3,60 Sesuai dengan selera Anda 1x2 15x3 31x4 11x5 226 3,90 JUMLAH NILAI 1.713 32,32 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016 Dengan nilai rata-rata tertinggi 3,91 dalam aspek keunikanan
makanan dan minuman yang dijadikan tema utama dalam acara yang
61
bersangkutan dan terendah 3,28 dalam aspek ketersediaan pemandu
wisata didalam acara tersebut. e. Experience of Tasting and Eating Foods
Dalam wisata kuliner tentu kegiatan mencicipi dan makan
makanan maupun minuman dari daerah kuliner sudah tidak akan
terlewatkan.
DIAGRAM 16
REKAPITULASI MAKANAN MINUMAN BANDUNG YANG DICARI WISATAWAN DI BANDUNG
50 45 40 46 35 30 39 25 30 20 27 22 23 22 15 19 10 15 13 11 8 14 9 2 5 0 Frekuensi …
Serabi Cireng Comro Bajigur Batagor Lainnya Colenak Bandros Bandrek Peuyeum Baso Tahu Baso Mie KocokMie Ayam Goreng Ayam Kolak Pisang Pisang Kolak Ubi
Nasi Tutug OncoomNasi Tutug Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016. Pada kuesioner ini, setiap wisatawan diberikan kebebasan untuk
memilih 3 menu makanan atau minuman yang dicari setiap berwisata
ke Bandung. Dilihat dari diagram 16 bisa dilihat bahwa 3 menu yang
mendapatkan skor tertinggi adalah serabi dengan 46 poin, batagor
dengan 39 poin dan baso tahu dengan 30 poin. Untuk menu lainnya
adalah nasi timbel.
62
Berikut adalah beberapa aspek penilaian dari kegiatan mencicipi
makanan:
1) Daya Tarik
TABEL 34
PENILAIAN DAYA TARIK TASTING AND EATING
Nama Atraksi Penilaian Wisata Wisatawan dapat mencicipi batagor dalam dua varian, yaitu Batagor Kingsley kering dan kuah serta mencicipi siomay maupun mie yamien. Wisatawan dapat mencicipi batagor kuah maupun kering, Batagor Riri selain itu terdapat baso malang dan siomay. Wisatawan dapat mencicipi siomay, tahu, paria, kol, telur dan Baso Tahu Tulen kentang yang dibumbui saus kacang. Dusun Bambu Wisatawan dapat mencicipi makanan khas Indonesia, Family Leisure contohnya: nasi timbel. Makan di beberapa tempat makan yang Park unik. Floating Market Wisatawan dapat mencicipi makanan khas Indonesia, Lembang contohnya: mie kocok dengan konsep pasar terapung. Wisatawan akan menikmati makanan khas Sunda dengan Nasi Bancakan peralatan makanan yang tradisional serta suasa tempat makan yang khas Sunda. Serabi Wisatawan dapat mencicipi serabi dengan beragam topping, Tradisional baik topping yang sederhana sampai modern. Cihapit Sumber: Hasil checklist, 2016.
63
2) Kondisi Fisik
TABEL 35
PENILAIAN KONDISI FISIK TASTING AND EATING
Nama Atraksi Penilaian Wisata Cukup banyak menampung wisatawan dan aksesibilitasnya sangat Batagor Kingsley mudah. Wisatawan yang dapat ditampung cukup banyak serta lokasi dari Batagor Riri Batagor Riri mudah ditemukan. Cukup banyak menampung wisatawan dan cukup mudah menemukan Baso Tahu Tulen lokasi Baso Tahu Tulen. Dusun Bambu Bisa menampung wisatawan dalam jumlah yang sangat besar dan Family Leisure aksesibilitasnya mudah ditemukan. Park Floating Market Lokasinya sangat mudah ditemukan dan dapat menampung Lembang wisatawan dalam jumlah yang banyak. Lokasinya sangat mudah ditemukan dan cukup menampung Nasi Bancakan wisatawan. Serabi Tradisional Lokasinya cukup mudah ditemukan dan lokasinya cukup bisa Cihapit menampung wisatawan. Sumber: Hasil checklist, 2016. 3) Fasilitas
TABEL 36
PENILAIAN FASILITAS TASTING AND EATING
Nama Atraksi Penilaian Wisata Batagor Kingsley Fasilitas yang ada cukup baik dan terawat dengan baik. Batagor Riri Fasilitas cukup memadai wisatawan. Baso Tahu Tulen Fasilitas cukup memadai wisatawan. Dusun Bambu Fasilitasnya sangat beragam dan memadai wisatawan. Family Leisure Park Floating Market Fasilitas cukup banyak dan memadai dan memadai wisatawan. Lembang Nasi Bancakan Fasilitas yang ada tergolong tradisional dan memadai wisatawan. Serabi Tradisional Fasilitas yang ada tergolong sederhana dan cukup memadai Cihapit wisatawan. Sumber: Hasil checklist, 2016.
64
4) Pelayanan
TABEL 37
PENILAIAN PELAYANAN TASTING AND EATING
Nama Atraksi Penilaian Wisata Batagor Kingsley Wisatawan dilayani dengan cepat untuk pemesanan makanan. Batagor Riri Wisatawan dilayani dengan cepat untuk pemesanan makanan. Baso Tahu Tulen Wisatawan dilayani dengan cepat untuk pemesanan makanan. Dusun Bambu Wisatawan dilayani dengan baik dalam hal makanan maupun Family Leisure aktivitas yang ada di dalam lingkunan Dusun Bambu. Park Floating Market Wisatawan diberikan pelayanan yang ramah, cepat dan mudah. Lembang Nasi Bancakan Wisatawan diberikan pelayanan yang cukup cepat dan ramah. Serabi Wisatawan dilayani dengan cepat untuk pemesanan makanan. Tradisional Cihapit Sumber: Hasil checklist, 2016. 5) Sanitasi (hygiene)
TABEL 38
PENILAIAN SANITASI TASTING AND EATING
Nama Atraksi Penilaian Wisata Batagor Kingsley Tempat ini terawat dan dalam keadaan yang bersih. Batagor Riri Tempat ini terawat dan dalam keadaan yang bersih. Baso Tahu Tulen Tempat ini terawat dan dalam keadaan yang bersih. Dusun Bambu Tempat ini sangat luas dan bisa menjaga kebersihan dan Family Leisure Park keterawatannya. Floating Market Tempat ini terawat dan bersih setiap. Lembang Nasi Bancakan Tempat ini cukup terawat dan cukup bersih. Serabi Tradisional Tempat ini cukup terawatt dan cukup bersih. Cihapit Sumber: Hasil checklist, 2016.
Selain itu, wisatawan pun menilai beberapa aspek dari kegiatan ini, yaitu:
65
TABEL 39
PENGALAMAN WISATAWAN TASTING AND EATING
n = 100
Pernyataan: STS TS C S SS TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Makanan yang dibuat memiliki 1x2 13x3 50x4 36x5 421 4,21 kekhasan Tempat tersebut dalam kondisi 6x2 33x3 53x4 8x5 363 3,63 bersih Tempat tersebut dapat menampung para pengunjung 1x1 6x2 32x3 54x4 7x5 360 3,60 untuk berwisata Terdapat fasilitas pendukung kegiatan wisata (AC, alat – alat 8x2 31x3 56x4 5x5 358 3,58 produksi, WC, tempat parkir, dll) Penilaian akan fasilitas pendukung kegiatan wisata 7x2 32x3 54x4 7x5 361 3,61 (AC, alat – alat produksi, WC, tempat parkir, dll) Teradapat pemandu selama 7x1 36x2 22x3 32x4 3x5 288 2,88 berwisata Lokasi mudah ditemukan 1x1 3x2 29x3 56x4 11x5 373 3,73 Sesuai dengan selera Anda 1x2 17x3 57x4 25x5 406 4,06 JUMLAH NILAI 2930 2,93 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016 Dengan nilai rata - rata tertinggi 4,21 dalam aspek keunikan
makanan dan minuman yang dicicipi dan terendah 2,88 dalam aspek
ketersediaan pemandu wisata di dalam kegiatan mencicipi atau
merasakan makanan.
66
Dengan pemaparan atraksi wisata kuliner tersebut bisa ditemukan
bahwa nilai untuk kegiatan untuk mengunjungi tempat produksi atau
pengolahan makanan atau minuman (experience of visiting places)
mendapatkan nilai total tertinggi, yaitu 29,61 dan di sisi lain nilai total
terendah didapatkan untuk kegiatan memasak bersama penduduk lokal
(experience of meeting local people).
Golden Rama Tours and Travel pun menambahkan bahwa kegiatan
wisata kuliner ini tersebar di Bandung bagian utara dan Bandung bagian
selatan. Golden Rama Tours and Travel memilih menggunakan wisata
kuliner untuk menjadi tempat makan siang ataupun malam. Bandung
bagian selatan pun terkenal akan produksi makanan olahan.
3 Transportasi
Berikut adalah moda transportasi yang digunakan oleh wisatawan saat
berwisata di Bandung.
a. Moda transportasi
DIAGRAM 17 MODA TRANSPORTASI 10% Motor Mobil pribadi/ 23% 17% keluarga Rental mobil 50% Angkutan umum
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016.
67
Transportasi yang digunakan wisatawan didominasi oleh mobil
pribadi/ keluaraga dengan persentase sebesar 50%, 23% wisatawan
menggunakan motor, 17% wisatawan menggunakan rental mobil dan
10% wisatawan menggunakan angkutan umum.
TABEL 40
PENILAIAN WISATAWAN MENGENAI TRANSPORTASI
n = 100
STS TS C S SS Pernyataan TOTAL MEAN (1) (2) (3) (4) (5) Kondisi jalan baik 1x1 2x2 39x3 52x4 6x5 360 3,60 Aksesibilitas ke atraksi wisata 1x1 6x2 33x3 53x4 7x5 359 3,59 kuliner Jumlah Nilai 719 7,19 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.
b. Kondisi fisik
Dilihat dari tabel 40, kondisi jalan di Bandung dalam kondisi yang
cukup baik.
c. Aksesibilitas ke atraksi wisata kuliner
Dilihat dari tabel 40, dengan kondisi jalan di Bandung yang cukup
baik maka aksesibilitas pun tergolong cukup mudah.
68
4 Waktu
Berikut adalah waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan
wisata.
DIAGRAM 18
WAKTU BERWISATA
11% < 2 hari 49% 2 - 5 hari 40% > 5 hari
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016. Dari diagram 18, 49% wisatawan hanya memiliki waktu kurang dari 2
hari untuk berwisata.
Selama penelitian, penulis menemukan data dari beberapa aspek dari
waktu, yaitu: lama waktu perjalanan dan lama waktu kegiatan.
69
TABEL 41
DISTRIBUTION OF TIME HARI PERTAMA
Duration Ground From To On Board Tour Activities Activities Rest Tour Gardujati Koffie Aroma 15 60 10 min 85 min min min Koffie Aroma Baso Tahu Tulen 30 20 min 50 min min Baso Tahu Tulen Batagor Riri 30 10 min 40 min min Batagor Riri Batagor Kingsley 30 10 min 40 min min Batagor Kingsley Nasi Bancakan 60 15 min 75 min min Nasi Bancakan Serabi Tradisional 45 15 min 60 min Cihapit min Serabi Tradisional Gardujati 30 min 30 min Cihapit Grand Total in Minutes 60 380 110 min 210 min min Grand Total In Hours 6, 33 1, 83 hr 3,5 hr 1 hr hr Sumber: Hasil checklist, 2016 TABEL 42 DISTRIBUTION OF TIME HARI KEDUA Duration From To On Board Ground Activities Tour Activities Rest Tour Gardujati Pabrik Tahu 120 30 min 15 min 75 min Cibuntu min Pabrik Tahu Toko Kue Ny. 45 min 30 min 60 min 135min Cibuntu Liem Toko Kue Ny. Jalan Braga 15 min 60 min 75 min Liem Jalan Braga Jalan Cibadak 20 min 60 min 80 min Jalan Cibadak Gardujati 5 min 5 min Grand Total in Minutes 165 135 415 115 min min min min Grand Total In Hours 1, 92 hr 2, 75 hr 2, 25 hr 6, 92 hr Sumber: Hasil checklist, 2016
70
TABEL 43 DISTRIBUTION OF TIME HARI KETIGA Duration Ground From To On Board Tour Activities Activities Rest Tour Gardujati Dusun Bambu Family 60 60 210 90 min Leisure Park min min min Dusun Bamubu Family Serba Susu 45 90 180 45 min Leisure Park min min min Serba Susu Floating Market 30 60 120 30 min min min min Floating Market Kampung Cikidang 30 90 165 45 min min min min Kampung Cikidang Kampung Areng 30 90 165 45 min min min min Kampung Areng Gardujati 105 105 min min Grand Total in Minutes 195 390 945 360 min min min min Grand Total In Hours 3, 25 15, 75 6 hr 6, 5 hr hr hr Sumber: Hasil checklist, 2016 TABEL 44 DISTRIBUTION OF TIME HARI KEEMPAT Duration Ground From To On Board Tour Activities Activities Rest Tour 40 90 214 Gardujati Teh Celup Walini 120 min min min min The PT. Ultrajaya Milk 40 100 260 Celup 120 min Industry, Tbk min min min Walini PT. Ultrajaya Milk 60 Gardujati 60 min Industry, Tbk min Grand Total in Minutes 80 190 534 240 min min min min Grand Total In Hours 1, 33 3, 16 4 hr 8, 9 hr hr hr Sumber: Hasil checklist, 2016
71
Kuesioner penelitian ini pun diakhiri dengan ketertarikan wisatawan terhadap kegiatan wisata kuliner.
DIAGRAM 19
KETERTARIKAN WISATAWAN AKAN WISATA KULINER
6%
Iya Tidak 94%
Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2016
Dari diagram 18, 94% wisatawan tertarik akan wisata kuliner dan 6% tidak tertarik dengan wisata kuliner.
BAB IV
ANALISIS PERMASALAHAN
A. Analisis Pofil Wisatawan
Berdasarkan data temuan yang didapat selama penulis berada di lapangan,
dapat dianalisis beberapa aspek dari profil wisatawan, yaitu:
1. Aspek Geografi
Berdasarkan diagram 5, wisatawan yang berwisata di Bandung
mayoritas masih dari Bandung dan sekitarnya dengan persentase 44%.
Wisatawan dari Bandung dan sekitarnya adalah wisatawan yang berasal
dari kota Bandung, kabupaten Bandung, kabupaten Bandung Barat dan
kota Cimahi.
Dalam hal ini, mereka tetap bisa dikatakan wisatawan karena mereka
berkunjung ke suatu tempat dengan kurun waktu kurang dari 24 jam
dengan tujuan berekreasi, berlibur, mengunjungi keluarga dan lainnya.
(WTO dalam Marpaung, 2002: 36).
Dengan mayoritas wisatawan Bandung dan sekitarnya mereka tidak
membutuhkan fasilitas hotel, karena tempat yang dituju masih berada
dalam satu daerah yang sama dengan tempat tinggalnya.
72
73
2. Aspek Demografi
a. Jenis Kelamin (Gender)
Berdasarkan diagram 6, terlihat persentase antara wisatawan laki-
laki maupun perempuan tidak memiliki perbedaan yang jauh. Terbukti
bahwa seiring dengan pertumbuhan zaman wisatawan wanita pun
menyukai perjalanan wisata (Ismayanti 2010: 61).
Walaupun demikian, wisatawan laki-laki maupun wisatawan
perempuan menyukai kegiatan wisata yang unik dan aktif. Biasanya
untuk pengambil keputusan dalam hal berwisata yang lebih berperan
adalah wisatawan laki-laki. Sedangkan wisatawan perempuan
menyukai kegiatan berbelanja. (Kasali (2005: 176) dalam Ismayanti,
2010: 61).
Dengan karakteristik tersebut, wisata kuliner dapat dikatakan
cocok untuk semua gender. Hal ini disebabkan oleh wisata kuliner
memiliki kegiatan wisata yang unik, aktif dan bagi wisatawan
perempuan dapat menikmati kegiatan berbelanja.
b. Usia
Berdasarkan diagram 7, wisatawan didominasi oleh wisatawan
berusia 17-23 tahun dengan persentase 43%. Dengan rentang usia 17-
23 tahun, wisatawan bisa dikategorikan sebagai kelompok anak muda
(late babybooner). Dalam hal ini wisatawan lebih dewasa
dibandingkan remaja, lebih menggunakan logika, menyukai kegiatan
73
74
yang aktif dan mereka sudah dikatakan dalam usia produktif karena
meraka sudah memasuki usia kerja yang membuat mereka sangat
mempergunakan waktu liburnya untuk menambah pengalaman.
(Ismayanti: 2010, 54).
Untuk mempergunakan waktu liburnya, wisatawan late
babybooner cocok dengan wisata kuliner. Dalam wisata kuliner
mereka dapat menemukan pengalaman berwisata akan kuliner dan
menambah wawasan akan pengolahan suatu makanan/ minuman.
c. Jenjang Pendidikan
Bedasarkan diagram 8, wisatawan didominasi oleh wisatawan
yang memiliki latar belakang pendidikan SMA/ sederajat dengan
persentase 70% dan 1% adalah wisatawan dengan latar pendidikan SD.
Dengan latar pendidikan SMA/ sederajat hal ini dikategorikan
pendidikan tinggi dibandingkan dengan yang latar belakang SD atau
SMP. Dengan latar pendidikan yang tinggi, wisatawan lebih bisa
memilih beberapa varian dari kegiatan wisata yang hendak diikuti dan
lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru (Ismayanti, 2010:
59).
Sedangkan yang berlatar belakang SMP hal ini didukung dengan
data usia di penjelasan sebelumnya. Adanya wisatawan yang berusia
12-16 tahun, rentang usia tersebut masih menjadi pelajar di SMP maka
wisatawan tersebut masih dikategorikan wisatawan berlatar belakang
75
SD. Wisatawan ini tergolong berpendidikan rendah, mereka tidak
dapat memilih sendiri untuk kegiatan berwisata (Ismayanti, 2010: 59).
d. Pekerjaan
Berdasarkan diagram 9, wisatawan didominasi oleh wisatawan
yang berprofesi sebagai pelajar/ mahasiswa dengan persentase 48%
dan 6% wisatawan dengan profesi sebagai pegawai negeri.
Profesi pelajar/ mahasiswa ini didukung dengan data usia di
penjelasan sebelumnya. Profesi pelajar/ mahasiswa ini berada di usia
17-24 tahun, mereka dalam kategori usia produktif dan menyukai
kegiatan yang aktif.
Sedangkan yang berprofesi sebagai pegawai negeri, bisa dikatakan
berada di usia 24-50 tahun ini sudah memiliki pekerjaan dan waktu
liburan pun harus direncanakan dari jauh-jauh hari dikarenakan
berkaitan dengan waktu cuti (Ismayanti, 2010: 55).
e. Pengeluaran
Berdasarkan diagram 10, mayoritas pengeluaran wisatawan per
bulan adalah kurang dari Rp 1.000.000 dengan persentase 22% diikuti
dengan pengeluaran wisatawan Rp 1.000.000 – Rp 1.499.999 dengan
persentase 20% dan minoritas pengeluaran wisatawan per bulan adalah
lebih dari Rp 7.500.000 dengan persentase 10%.
76
Mayoritas pengeluaran berada di kurang dari Rp 1.000.000 hal ini
sangat berhubungan dengan usia dan pekerjaan wisatawan yang masih
berusia 17–23 tahun dengan pekerjaannya pelajar/ mahasiswa. Maka
bisa dikatakan mereka masih dalam kelompok orang berkerja keras
serta masih tergantung dengan orang lain.
Dalam usia ini, bisa dilihat bahwa mereka akan ketergantungan
dengan orang tua. Maka paket wisata yang sesuai dengan mereka
adalah paket wisata dengan harga yang relatif murah.
3. Aspek Psikografi
a. Frekuensi kedatangan ke Bandung
Berdasarkan diagram 11, mayoritas wisatawan sudah lebih dari 10
kali berwisata di Bandung dengan persentase 44% dan 27% wisatawan
baru 1-5 kali berwisata di Bandung.
Berdasarkan pengamatan saat penulis berada di lapangan, dengan
kondisi mayoritas wisatawan yang berwisata berasal dari Bandung dan
sekitarnya hal ini tak menutup kemungkinan bahwa mereka sudah
berwisata di Bandung lebih dari 10 kali. Seringkali wisatawan yang
sudah berwisata lebih dari 10 kali biasanya akan mencari sesuatu hal
yang baru dan tidak mau mengunjungi atraksi wisata yang sudah
pernah dikunjungi sebelumnya,
Berbeda halnya dengan wisatawan yang baru 1-5 kali maupun 6-
10 kali, wisatawan tersebut baru mengetahui atraksi-atraksi wisata di
77
Bandung dan mereka masih berminat untuk mengunjungi atraksi-
atraksi wisata tersebut berulang-ulang. Dengan kata lain, wisatawan
yang sudah berkunjung kurang dari 10 kali belum jenuh atau bosan
berwisata di Bandung.
Maka kegiatan wisata di Bandung harus terus berkembang dan
berinovasi baik mengikuti tren yang sudah ada maupun tidak agar
kegiatan wisata di Bandung terus meningkat.
b. Penggunaan paket wisata
Berdasarkan diagram 12, wisatawan masih memilih berwisata
tanpa menggunakan paket wisata dengan persentase 85% dan sisanya
memilih berwisata menggunakan paket wisata.
Dari keterangan tersebut bisa dilihat bahwa paket wisata Bandung
belum bisa memenuhi keinginan setiap wisatawan. Hal itu yang
membuat wisatawan lebih memilih berwisata tanpa menggunakan
paket wisata.
Padahal penggunaan paket wisata memiliki keuntungan bagi para
penggunanya, seperti harga perjalanan wisata bisa lebih ekonomis,
pelaksanaan kegiatan wisata lebih konsisten dan memuaskan
pengalaman perjalanan wisata tersebut. (Nuriata, 2014: 17)
Maka sebaiknya ada inovasi paket wisata Bandung yang dapat
memuaskan keinginan setiap wisatawan, contohnya paket wisata
kuliner Bandung.
78
c. Teman untuk berwisata
Berdasarkan diagram 13, wisatawan dengan persentase 40% akan
bersama dengan keluarga/ saudara saat berwisata dan 12% wisatawan
memilih untuk berwisata sendirian.
Dengan mayoritas wisatawan berusia 17-23 tahun dengan
pengeluaran kurang dari Rp 1.000.000 yang berarti kelompok
wisatawan ini masih bergantung dengan orang lain, dalam hal ini
adalah keluarga.
Maka mereka akan lebih condong berwisata bersama keluarga/
saudara. Kegiatan wisata yang ditawarkan pun seharusnya bisa
dilakukan bersama keluarga/ saudara.
d. Jumlah teman perjalanan
Berdasarkan diagram 14, wisatawan berwisata di Bandung kurang
dari 15orang dengan persentase 88% dan sisanya berwisata bersama
15 orang atau lebih.
Hal ini berkaitan dengan penjelasan di aspek sebelumnya,
wisatawan memilih berwisata bersama keluarga/ saudara. Di Indonesia
pada umumnya 1 keluarga terdiri dari 4 orang yaitu ayah, ibu dengan
dua orang anak, jumlah ini jelas kurang dari 15 orang.
79
e. Motivasi
Berdasarkan diagram 15, mayoritas wisatawan berwisata di
Bandung untuk bersenang-senang dan hanya sedikit wisatawan yang
memiliki motivasi untuk alasan kesehatan maupun bisnis.
Berdasarkan pengamatan selama di lapangan penulis melihat
bahwa motivasi untuk bersenang-senang tersebut termasuk dalam
motivasi pertama yang disebutkan oleh Arief (2008: 8) yaitu untuk
berlibur atau rekreasi. Berlibur atau rekreasi tersebut membuat
wisatawan bisa bersenang-senang dari rutinintasnya. Bersenang-
senang pun tak dibatasi oleh waktu dan jarak.
Maka jika dilihat dari pemaparan di atas wisatawan yang
berkunjung adalah wisatawan yang berasal dari Bandung dan
sekitarnya. Dengan motivasinya untuk bersenang-senang, mereka
hendak melepas diri dari rutinitasnya dan bersenang-senang dengan
atraksi wisata yang ada di Bandung.
Pihak Golden Rama Tours and Travel terhitung mampu menangani profil
segala jenis wisatawan dikarenakan tidak adanya spesifikasi wisatawan yang
dijadikan target pasar.
B. Atraksi Wisata
Dalam menganalisis atraksi wisata ini, untuk penilaian akan setiap atraksi
wisata, penulis akan menggunakan justifikasi atraksi wisata. Untuk nilai
80
tertingginya adalah 40 poin, didapatkan dari 5 poin X 8 pernyataan dan nilai terendahnya adalah 8 poin didapatkan dari 1 poin x 8 pernyataan. Nilai tengahnya adalah 20 poin. Untuk hasil penilaian yang diperoleh adalah 25-40, sehingga atraksi wisata tersebut bisa dikategorikan atraksi wisata kuliner
(modifikasi dari Nuriata, 2014: 52)
1. Experience of Visiting Place
Berikut adalah hasil justifkasi atraksi wisata yang diteliti:
a. Koffie Fabriek Aroma (Kopi Aroma)
TABEL 45
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA KOPI AROMA
Nama Atraksi Wisata : Kopi Aroma Jenis Atraksi Wisata : Produksi & pengolahan Menu : Kopi STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 5 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 3 Fasilitas dalam kondisi baik 4 Terdapat pemandu wisata 5 Atraksi dalam kondisi bersih 4 JUMLAH NILAI 33 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016
81
Dengan hasil 33, Kopi Aroma termasuk dalam atraksi wisata yang
layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung. Hal ini dikarenakan
kopi aroma yang memiliki keunikan akan proses pengolahan kopi. b. Pabrik Tahu Cibuntu
TABEL 46 JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA PABRIK TAHU CIBUNTU Nama Atraksi Wisata : Pabrik Tahu Cibuntu Jenis Atraksi Wisata : Produksi & pengolahan Menu Makanan/ Minuman : Tahu STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 3 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 3 Terdapat fasilitas 3 Fasilitas dalam kondisi baik 3 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 3 JUMLAH NILAI 24 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016 Dengan hasil 24, penulis merasa atraksi wisata ini dapat dijadikan
atraksi wisata kuliner.
82
c. PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk
TABEL 47
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA PT. ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY, Tbk
Nama Atraksi Wisata : PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk Jenis Atraksi Wisata : Produksi & pengolahan Menu Makanan/ Minuman : Susu STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 3 Lokasi nyaman 5 Lokasi mudah ditemukan 3 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 5 Terdapat pemandu wisata 4 Atraksi dalam kondisi 5 bersih JUMLAH NILAI 32 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016 Dengan hasil 32, PT. Ultrajaya Milk Indusrty, Tbk termasuk dalam
atraksi wisata yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.
83
d. Teh Celup Walini
TABEL 48
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA TEH CELUP WALINI
Nama Atraksi Wisata : Teh Celup Walini Jenis Atraksi Wisata : Produksi & pengolahan Menu Makanan/ Minuman : The STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 5 Lokasi mudah ditemukan 2 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 5 Terdapat pemandu wisata 4 Atraksi dalam kondisi bersih 5 JUMLAH NILAI 32 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016 Dengan nilai 32, Teh Celup Walini termasuk dalam atraksi wisata
yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.
Berdasarkan justifikasi tersebut, kegiatan mengunjungi tempat pengolahan atau produksi ini dinilai dari segi: a. Daya Tarik
Berdasarkan tabel 10, setiap atraksi wisata memiliki keunikan
masing-masing yang sangat menonjol. Baik dalam hal produksi, cita
rasa hingga alat produksi yang digunakan. Daya tarik ini disebut juga
kekhasan ataupun keunikan dari atraksi wisata.
84
Terlihat dari tabel 45 - 48, atraksi Kopi Aroma memiliki nilai daya
tarik tertinggi. Hal ini diperlihatkan dari bentuk bangunan tua khas
Belanda, proses dan alat produksi yang digunakan masih tradisional.
Jika dibandingkan dengan atraksi Pabrik Tahu Cibuntu yang khas
dengan cita rasanya serta PT.Ultrajaya Milk Indusrty dan Teh Celup
Walini yang khas akan proses produksinya, tentu Kopi Aroma
memiliki keuinikan yang lebih.
Dengan daya tarik Kopi Aroma yang lebih tinggi dibandingkan
atraksi wisata lainnya maka kunjungan ke Kopi Aroma lebih menarik.
b. Kondisi Fisik
Berdasarkan tabel 11, pada umumnya atraksi wisata ini memiliki
kondisi yang baik. Untuk melihat kondisi fisik sendiri, bisa dilihat dari
aspek daya tampung (kenyamanan) serta lokasi dari atraksi wisata.
Dilihat dari tabel 45 - 48 aspek daya tampung (kenyamanan) nilai
tertinggi diperoleh PT. Ultrajaya Milk Indusrty, Tbk dan Teh Celup
Walini, hal ini terlihat dari lokasi dari tempat pengolahan atau
produksi jauh dari pusat kota. Dengan jauhnya lokasi dari pusat kota
membuat atraksi wisata ini memungkinkan untuk memiliki fasilitas
yang lebih banyak dibandingkan dengan atraksi wisata yang berada di
daerah pusat kota.
Tetapi untuk aspek lokasi dari atraksi wisata nilai tertinggi
diperoleh Kopi Aroma, hal ini terlihat dari lokasi dari Kopi Aroma
85
berada di daerah pusat kota (Jalan Banceuy) di mana lokasi ini dekat
dengan atraksi-atraksi wisata lainnya. Dengan hal ini, wisatawan akan
mudah menemukan atraksi wisata ini.
Maka bisa dilihat bahwa lokasi dari atraksi wisata menentukan
daya tampung (kenyamanan) dari atraksi wisata. Jika wisatawan dalam
jumlah yang banyak, untuk mengunjungi Kopi Aroma sendiri akan
dibagi dalam beberapa kelompok kecil saat melakukan tour,
dikarenakan tempat/ daya tampung dari atraksi wisata tidak
memungkinkan untuk menampung semuanya dalam 1 kali tour. Lain
halnya dengan kunjungan ke PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk serta
Teh Celup Walini yang memungkinkan menampung wisatawan
tersebut dalam jumlah banyak 1 kali tour.
c. Fasilitas
Berdasarkan tabel 12, terlihat bahwa setiap tempat pengolahan
memiliki fasilitas yang beragam terlihat ada yang menggunakan alat
produksi tradisional sampai modern. Pada umumnya, setiap atraksi
wisata memiliki fasilitas seperti lahan parkir maupun toilet dan dalam
kondisi yang bersih.
Nilai tertinggi untuk segi fasilitas diperoleh oleh PT. Ultrajaya
Milk Industry, Tbk dan Teh Celup Walini, mereka memiliki fasilitas
dalam jumlah yang lebih besar dan banyak dikarenakan gedung dari
tempat produksi atau pengolahan produk tersebut lebih besar jika
86
dibandingkan dengan Kopi Aroma maupun Pabrik Tahu Cibuntu.
Dengan nilai tradisional yang dipegang oleh Kopi Aroma dan Pabrik
Tahu Cibuntu mereka memiliki fasilitas yang terbilang sederhana dan
tradisional.
Hal tersebut tergantung dari jauh dekatnya lokasi atraksi wisata
dari pusat kota, karena atraksi wisata yang berada jauh dari pusat kota
akan lebih leluasa mengatur dan memfasilitasi atraksi wisata tersebut.
Berbeda dengan yang berada di daerah pusat kota ataupun yang berada
di pinggir jalan. Contohnya untuk lahan parkir di Kopi Aroma akan
lebih sulit dicari dikarenakan berada di pinggir jalan yang
memungkinkan menghalangi pengguna jalan lainnya. Berbeda dengan
Teh Celup Walini yang memiliki lahan sendiri untuk para
wisatawannya yang tidak menghalangi pengguna jalan lainnya.
d. Pelayanan
Terlihat dari tabel 13, pelayanan kali ini terlihat dari segi ada
tidaknya pemandu wisata dalam atraksi tersebut.
Untuk hal pemandu wisata, Kopi Aroma unggul dibandingkan
atraksi wisata lainnya. Hal ini terlihat dari pemilik toko, yaitu Bapak
Widyapratama yang selalu siap menjadi pemandu wisata saat kegiatan
tour berlangsung. Berbeda dengan atraksi lainnya yang biasa menjadi
pemandu wisatanya bukan dari pemilik tempat pengolahan akan tetapi
87
biasanya adalah seorang pekerja yang memiliki pengetahuan akan
tempat tersebut.
Melihat dari perbedaan pihak yang menjadi pemandu, Kopi Aroma
memiliki keunikan yang lebih yaitu dipandu oleh pemiliki Kopi
Aroma sendiri. Hal ini bisa membuat wisatawan merasa lebih dekat
dan nyaman.
e. Sanitasi (hygiene)
Terlihat dari tabel 14, kebersihan dari sebuah atraksi wisata
sangatlah penting. Dalam hal ini setiap memiliki standar kebersihan
masing-masing. Dalam hal ini strandar kebersihan yang tertinggi
diperoleh oleh PT. Ultraja Milk Industry, Tbk dan Teh Celup Walini
dengan skor 5. (Tabel 47 - 48).
Kebersihan kedua tempat produksi ini tertinggi disebabkan oleh
dengan banyaknya fasilitas yang tersedia maka harus terjaga dengan
baik kebersihannya. Dengan terjaganya kebersihan dari atraksi wisata
dapat membuat wisatawan merasa nyaman.
Dengan pemaparan di atas, beberapa wisatawan yang pernah mengalami kegiatan ini memberikan penilaian dengan skala likert yang akan diinterpretasikan menggunakan perhitungan dari Sugiyono (2006).
Berdasarkan tabel 15, maka dapat diukur pengalaman wisatawan akan
88
kegiatan mengunjungi tempat produksi atau pengolahan makanan (visiting
places) sebagai berikut:
TABEL 49
PERHITUNGAN VISITING PLACES
Nilai Tertinggi = (5 x 76 x 8) = Nilai Terendah = (1 x 76 x 8) = 608 3040 Untuk pengukuran rentang : R = (3040 – 608) : 5 = 486,40 Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016
DIAGRAM 20
ANALISIS VISITING PLACES
2.250
STS TS C S SS
608 1.094,40 1.580,80 2.067,20 2,553,60 3.040
Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016
Berdasarkan tabel 15, visiting places mendapatkan total penilaian
sebesar 2.250 yang berada di rentang 608-3.040. Dengan penilaian ini bisa
dikatakan wisatawan setuju jika pengalaman wisatawan akan kegiatan
visiting places atau mengunjungi tempat produksi makanan atau minuman
memiliki adalah baik. Pengalaman baik ini bisa terlihat dari
89
ketidakasingan wisatawan akan kegiatan wisata seperti ini dan kegiatan ini
tergolong kegiatan wisata yang sesuai dengan selera wisatawan.
Dengan usia wisatawan yang tergolog usia anak muda dengan
karakteristik menyukai kegiatan yang aktif, kunjungan ke tempat produksi
sangat cocok untuk dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung. Dilihat
selama observasi kegiatan untuk mengunjungi tempat produksi pun tidak
mengeluarkan banyak biaya.
2. Experience of Cooking/ Making Foods and Drinks
Berikut adalah hasil justifkasi atraksi wisata yang diteliti:
a. Lembah Palem
TABEL 50
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA LEMBAH PALEM
Nama Atraksi Wisata : Lembah Palem Jenis Atraksi Wisata : Memasak/ membuat makanan dan minuman Menu Makanan/ Nasi liwet Minuman : STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 3 Lokasi nyaman 5 Lokasi mudah ditemukan 3 Terdapat fasilitas 5 Fasilitas dalam kondisi 5 baik Terdapat pemandu wisata 3 Atraksi dalam kondisi 3 bersih JUMLAH NILAI 33 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016
90
Dengan nilai 33, Lembah Palem termasuk dalam atraksi wisata
yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.
b. Serba Susu
TABEL 51
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA SERBA SUSU
Nama Atraksi Wisata : Serba Susu Jenis Atraksi Wisata : Memasak/ membuat makanan dan minuman Menu Makanan/ Minuman : Susu STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 5 Fasilitas dalam kondisi baik 5 Terdapat pemandu wisata 4 Atraksi dalam kondisi bersih 4 JUMLAH NILAI 34 Sumber: Hasil checkslist atraksi wisata, 2016. Dengan nilai 34, Serba Susu termasuk dalam atraksi wisata yang
layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.
Berdasarkan justifikasi tersebut, kegiatan mengunjungi tempat memasak/ membuat makanan dan minuman ini dinilai dari segi: a. Daya Tarik
Dengan skor keunikan sama yaitu 4 (tabel 50-51) maka bisa
dikatakan atraksi wisata ini memiliki keunikan yang dijadikan sumber
91
daya tarik untuk menarik wisatawan berkunjung ke Lembah Palem
maupun Serba Susu.
Dengan pemaparan pada tabel 16 dan penilaian pada tabel 50,
atraksi wisata Lembah Palem membuat wisatawan bisa mempelajari
proses memasak nasi liwet. Sedangkan Serba Susu akan membuat
wisatawan mempelajari proses pengolahan susu cair dan membuat
susu cair tersebut menjadi produk susu (tabel 16 dan 51).
Dengan keunikan tersebut, atraksi wisata ini dapat dengan mudah
menarik wisatawan untuk berkunjung dan melakukan aktivitas disana.
b. Kondisi Fisik
Dengan kondisi lingkungan Lembah Palem yang berada dialam
bebas makan wisatawan bisa merasakan udara segar dengan
pemandangan pedesaan yang indah. Maka aktivitas wisata ini bisa
dilakukan di alam bebas yang membuat wisatawan bisa refreshing dari
atraksi wisata yang berada di dalam gedung.
Sedangkan untuk Serba Susu sendiri berada di pinggir jalan
dengan lahan depan memiliki ruang yang besar, di mana wisatawan
dalam jumlah banyak bisa dialokasikan di ruang terbuka. Aktvitas
wisata di sana bisa dibagi menjadi dua. Ada kegiatan memasak produk
olahan susu di dalam ruangan karena produk tersebut adalah produk
jualan Serba Susu sendiri serta memasak di luar ruangan biasanya
wisatawan dalam bentuk kelompok memasak kue.
92
Dengan kondisi tersebut, wisatawan dapat beraktivitas dengan
leluasa untuk mencoba mengolah/ memasak makanan dari setiap
atraksi wisata.
c. Fasilitas
Dengan perhitungan aspek fasilitas dari tabel 50-51 terlihat bahwa
Lembah Palem memiliki penilaian yang tinggi. Hal ini memudahkan
wisatawan untuk menemukan fasilitas dengan mudah dan tersedia
dalam kondisi yang bersih.
Walaupun perbedaan nilai tersebut tidak jauh, kedua atraksi wisata
ini memiliki fasilitas yang memadai dan dalam kondisi yang bersih.
Hal ini bisa membuat para wisatawan nyaman saat berwisata.
d. Pelayanan
Pelayanan dalam hal ini adalah adanya pemandu wisata dalam
kegiatan wisata. Kedua atraksi wisata memiliki penduduk lokal
maupun pekerja yang bisa dijadikan pemandu wisata. Pemandu wisata
ini berfungsi menjelaskan proses dari pengolahan makanan yang ada.
Tetapi untuk di Lembah Palem sendiri belum cukup banyak pemandu
wisatanya dibandingkan dengan Serba Susu yang bisa dengan cepat
dan lancar menjelaskan proses pengolahan produksi.
Dengan pelayanan yang ada, dalam aspek pemandu wisata, Serba
Susu lebih unggul dibandingkan dengan Lembah Palem.
93
e. Sanitasi (hygiene)
Dengan lokasi yang berbeda, Lembah Palem yang berada di alam
bebas dan suasana pedesaan kebersihnnya cukup terjaga. Dengan alat
masak memasak yang cukup terawat seperti alat masak memasak
rumahan pada umumnya.
Sedangkan Serba Susu dengan lingkungan produksi yang lebih
modern dan luas maka fasilitas yang ada sudah pasti terawat. Dengan
ada tidaknya wisatawan yang berkunjung ke Serba Susu untuk
kegiatan memasak/ mengolah makanan, Serba Susu tetap harus
memproduksi produk olahan susu dengan kondisi fasilitas tersebut
bersih dan terawat.
Dengan pemaparan di atas, beberapa wisatawan pernah mengalami kegiatan ini. Mereka pun memberikan penilaian pengalaman mereka dengan skala likert yang akan dihitung dengan rumus yang akan diinterpretasikan menggunakan perhitungan dari Sugiyono (2006).
Berdasarkan tabel 13, maka dapat diukur pengalaman wisatawan akan kegiatan memasak atau mengolah makanan sebelum mencicipinya
(cooking/ making) sebagai berikut:
94
TABEL 46
PERHITUNGAN COOKING/ MAKING FOODS AND DRINKS
Nilai Tertinggi = (5 x 64 x 8) = Nilai Terendah = (1 x 64 x 8) = 512 2560 Untuk pengukuran rentang : R = (2560 – 512) : 5 = 409.60 Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016.
DIAGRAM 21
ANALISIS COOKING/ MAKING FOODS AND DRINKS
1.822
STS TS C S SS
512 921,60 1.331,20 1.740,80 2.150,40 2.560
Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.
Berdasarkan tabel 21, untuk kegiatan cooking/ making foods and drink
total penilaian wisatawan adalah 1.822 dari rentang 512 - 2560. Skor
tersebut dapat terlihat bahwa wisatawan setuju, bahwa pengalaman
wisatawan saat melakukan aktivitas tersebut baik. Dalam dimensi
cooking/ making foods and drinks skor tertinggi adalah aspek keunikan.
Berdasarkan pengamatan saat berada di lapangan, keunikan tersebut
dapat terlihat dari bahan dasar yang diolah oleh wisatawan. Biasanya
kegiatan memasak sebelum mencicipi makanan ini lebih mudah
95
ditemukan untuk memasak masakan Jepang contohnya suki. Maka untuk
mengolah susu dan mengolah beras menjadi nasi liwet adalah hal yang
menarik saat berkuliner di Bandung.
Dengan mayoritas wisatawan berjenis kelamin wanita, kegiatan
memasak ini tergolong kegiatan yang aktif, maka kegiatan ini cocok bagi
wisatawan perempuan dan tak menutup kemungkinan untuk wisatawan
laki-laki karena keduanya sama-sama menyukai kegiatan wisata yang aktif.
3. Experience of Meeting Local People
Berikut adalah hasil justifkasi atraksi wisata yang diteliti:
a. Ny. Liem
TABEL 53
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA NY. LIEM
Nama Atraksi Wisata : Ny. Liem Jenis Atraksi Wisata : Memasak bersama penduduk lokal Menu Makanan/ Minuman : Kue STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 5 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 5 Fasilitas dalam kondisi baik 5 Terdapat pemandu wisata 4 Atraksi dalam kondisi 5 bersih JUMLAH NILAI 35 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016.
96
Dengan nilai 35, Ny. Liem termasuk dalam atraksi wisata yang
layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung. b. Kampung Areng
TABEL 54
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA KAMPUNG ARENG
Nama Atraksi Wisata : Kampung Areng Jenis Atraksi Wisata : Memasak bersama penduduk lokal Menu Makanan/ Minuman : Memasak dengan hawu STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 4 Lokasi mudah ditemukan 2 Terdapat fasilitas 3 Fasilitas dalam kondisi baik 4 Terdapat pemandu wisata 3 Atraksi dalam kondisi bersih 3 JUMLAH NILAI 27 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016. Dengan nilai 27, Kampung Areng termasuk dalam atraksi wisata
yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.
97
c. Kampung Cikidang
TABEL 55
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA KAMPUNG CIKIDANG
Nama Atraksi Wisata : Kampung Cikidang Jenis Atraksi Wisata : Memasak bersama penduduk lokal Menu Makanan/ Minuman : Memasak nasi liwet STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 4 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 4 Terdapat pemandu wisata 3 Atraksi dalam kondisi 4 bersih JUMLAH NILAI 31 Sumber: Hasil checklist atraksi wisata, 2016. Dengan nilai 31, Kampung Cikidang termasuk dalam atraksi
wisata yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.
Berdasarkan justifikasi tersebut, kegiatan memasak bersama penduduk lokal ini dinilai dari segi: a. Daya Tarik
Berdasarkan tabel justifikasi 53 - 55, keunikan dari ketiga atraksi
wisata ini sama-sama memiliki nilai 4. Perbedaan terlihat dari
lingkungannya, Ny. Liem pada umumnya akan melakukan kegiatan
bersama di dalam satu ruangan dengan nuansa modern. Sedangkan
98
Kampung Areng dan Cikidang akan melakukannya dengan suasana
pedesaan.
Di Ny. Liem wisatawan bisa memasak kue (cake) bersama,
Kampung Areng sendiri unggul dengan proses memasak dengan alat
tradisional yaitu hawu dan Kampung Cikidang hampir mirip dengan
Lembah Palem yaitu akan memasak bersama nasi liwet dan akan
melakukan botram ketika nasi liwetnya sudah matang.
Dengan adanya kegiatan ini, wisatawan dapat berinteraksi dan
mendapatkan sesuatu pengetahuan yang baru. Hal ini sangat selaras
dengan karakteristik wisatawan dalam usia anak muda, di mana
mereka senang mendalami sesuatu kegiatan untuk menambah
pengalaman. b. Kondisi Fisik
Keadaan dari setiap atraksi wisata ini terawat, karena mereka
menjaganya untuk menjadi atraksi wisata yang berkelanjutan. Kondisi
fisik ini dilihat pula aspek kemudahan menemukan lokasi atraksi
wisata.
Dilihat dari Ny. Liem, atraksi wisata ini lebih mudah ditemukan
dan hal ini memudahkan wisatawan yang ingin mengunjungi toko ini,
baik untuk kursus maupun membeli kue. Berbeda halnya dengan
Kampung Areng dan Cikidang yang berada di daerah Lembang
aksesibilitas masih terhitung lebih sulit dibandingkan dengan Ny.
Liem.
99
Tapi dengan perbedaan medan perjalanan akan menimbulkan
pengalaman yang berbeda dan nuansa memasak yang berbeda. Dengan
profil wisatawan dalam usia anak muda dan masih aktif, perjalanan ke
Kampung Areng maupun Cikidang tidak akan menjadi masalah yang
besar. c. Fasilitas
Dilihat dari segi fasilitasnya, setiap atraksi wisata memiliki
fasilitas yang beragam. Jika dilihat dari fasilitas untuk memasak, Ny.
Liem jelas memiliki fasilitas yang modern, Kampung Areng sangatlah
tradisional karena menggunakan hawu dan Kampung Cikidang yang
fasilitasnya sederhana karena berada di perkampungan.
Walaupun demikian fasilitas yang ada di setiap atraksi wisata tetap
terjaga dan terawat, karena merka menciptakan atraksi wisata yang
berkelanjutan. d. Pelayanan
Untuk segi palayanan, memang ketiga atraksi wisata ini tidak
memiliki pemandu wisata selama kegiatan berlangsung. Akan tetapi
mereka tetap bisa berinteraksi dengan orang di lingkungan atraksi
wisata dengan mudah dan respon mereka pun ramah.
Untuk wisatawan usia anak muda ini, kegiatan ini sangatlah cocok
karena karakteristik wisatawan yang menyukai sosialisasi.
100
e. Sanitasi (hygiene)
Kebersihan atraksi wisata ini sangatlah terjaga. Hal ini dikarenakan
setiap tempat produksi atau penngolahan makanan dan minuman harus
terjaga kebersihan makanan dan minuman yang dibuat. Maka jika
atraksi wisata tidak bersih, wisatawan bersama penduduk lokal tidak
bisa membuat makanan dan minuman yang sehat maupun bersih.
Dengan pemaparan diatas, beberapa wisatawan pernah mengalami kegiatan ini. Mereka memberikan penilaian dengan skala likert yang akan diinterpretasikan menggunakan perhitungan dari Sugiyono (2006).
Berdasarkan tabel 21, maka dapat diukur pengalaman wisatawan akan kegiatan memasak bersama penduduk lokal (experience of meeting local people:
TABEL 56
PERHITUNGAN MEETING LOCAL PEOPLE Nilai Tertinggi = (5 x 53 x 8) = Nilai Terendah = (1 x 53 x 8) = 424 2.120 Untuk pengukuran rentang : R = (2120 – 424) :5 = 339,20 Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016.
101
DIAGRAM 22
ANALISIS MEETING LOCAL PEOPLE
1.506
STS TS C S SS
424 763,20 1.102,40 1.441,60 1.780,80 2.120
Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.
Bersadarkan hasil penilaian pada tabel 27 didapatkan total skor
penilaian 1.506 dari rentang 424 – 2.120. Dalam hal ini wisatawan setuju
bahwa pengalaman wisatawan akan kegiatan memasak bersama penduduk
lokal dinilai baik. Para wisatawan pun merasa kegiatan ini sangat
bermanfaat. Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan terus menambah
pengetahuan akan sesuatu hal dan membuat para wisatawan bisa
berinteraksi satu dengan yang lain.
102
4. Experience of Enjoying Tradition
Berikut adalah hasil justifkasi atraksi wisata yang diteliti:
a. Festival Braga Culinary Night
TABEL 57
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA FESTIVAL BRAGA
CULINARY NIGHT
Nama Atraksi Wisata : Festival Braga Culinary Night Jenis Atraksi Wisata : Acara dengan tema utama makanan Menu Makanan/ Minuman : Festival makanan dan minuman STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 2 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 2 Fasilitas dalam kondisi baik 2 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi 2 bersih JUMLAH NILAI 22 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 22, Festival Braga Culinary Night penulis atraksi
wisata ini bisa dijadikan atraksi wisata kuliner di Bandung.
103
b. Festival Cibadak Culinary Night
TABEL 58
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA FESTIVAL CIBADAK
CULINARY NIGHT
Nama Atraksi Wisata : Festival Cibadak Culinary Night Jenis Atraksi Wisata : Acara dengan tema utama makanan Menu Makanan/ Minuman : Festival makanan dan minuman STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 3 Fasilitas dalam kondisi baik 3 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi 3 bersih JUMLAH NILAI 26 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 26, Festival Cibadak Culinary Night termasuk
dalam atraksi wisata yang layak dijadikan atraksi wisata kuliner di
Bandung.
Berdasarkan justifikasi tersebut, kegiatan menikmati tradisi suatu derah ini dinilai dari segi: a. Daya Tarik
Festival yang diadakan memiliki daya tarik yaitu wisatawan dapat
membeli dan mencicipi beragam makanan dalam kurun waktu
104
beberapa jam saja. Kegiatan ini pun membuat wisatawan menikmati
tradisi yang berbeda di setiap festival yang diadakan.
Pada dasarnya Festival Braga Culinary Night selain menyuguhkan
makanan khas Sunda, wisatawan dimanjakan dengan keindahan
penataan Jalan Braga sendiri. Dikelilingi gedung-gedung dengan
desain yang menarik dan memiliki sejarah membuat wisatawan tak
hanya membeli makanan tetapi berfoto dan menikmati keindahan
salah satu spot terbaik di Bandung.
Food festival bisa ditemukan di Jalan Cibadak dengan nama acara
Festival Cibadak Culinary Night. Untuk festival ini sendiri, wisatawan
akan dimanjakan dengan menu makanan khas Sunda, western dan asia.
Di luar acara food festivalnya sendiri setiap hari Jalan Cibadak selalu
menjadi tempat yang diburu oleh wisatawan untuk dijadikan salah satu
pilihan saat mencari makan malam. Di Jalan Cibadak wisatawan dapat
menemukan makanan dari makanan halal sampai makanan non halal.
Dengan profil wisatawan mayoritas adalah wisataawan perempuan
yang memiliki karakteristik menyukai kegiatan berbelanja, kegiatan
ini sangat cocok. Karena selain menikmati makanan yang ada,
wisatawan perempuan dapat berbelanja makanan yang ada. b. Kondisi Fisik
Acara ini biasanya dilaksanakan di jalan raya. Kondisi fisik dari
jalan tersebut memungkinkan untuk menampung wisatawan dalam
105
jumlah yang sangat banyak serta memiliki lahan parkir yang
mengakomodir para wisatawan.
Dengan berlangsungnya acara di jalan raya, stand makanan dan
minuman yang ada pun terbatas dan sudah diberikan ruang tersendiri
dengan kondisi setiap stand makanan dan minuman dalam keadaan
yang bersih, layak dan mampu menampung makanan dan minuman
yang ada.
Hal ini membuat kegiatan wisata ini sangat disukai oleh banyak
kalangan. c. Fasilitas
Acara ini difasilitasi ruang kosong yang bisa diisi oleh stand
(tenant) dari makanan maupun minuman yang ada. Untuk ketersedian
toilet sendiri ini cukup sulit ditemukan. Acara di Jalan Braga terbantu
dengan keberadaan Braga Citywalk yang memungkinkan untuk
menampung wisatawan yang jenuh maupun memerlukan toilet. Tapi
lain halnya dengan yang berada di Jalan Cibadak dikarenakan di kiri
kanan dari jalan tersebut mayoritas adalah rumah penduduk maka
membuat wisatawan kesulitan untuk menemukan toilet.
Untuk wisatawan usia anak muda ini, ketersediaan fasilitas ini
menjadi hal yang tidak terlalu dipertimbangkan. Maka kegiatan ini
cocok untuk mereka.
106
d. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan dari festival ini berupa para staff di
setiap tenant yang terus menerus memberikan beberapa promosi dari
tenant mereka. Sedangkan selama kegiatan berlangsung, peranan dari
pemandu wisata tidak ada.
Hal tersebut membuat wisatawan memiliki pengetahuan yang
minim atas makanan dan minuman yang dicicipinya. Kejadian ini bisa
membuaat wisatawan merasa kekurangan akan informasi yang bisa
didapatkan saat menikmati makanan maupun minuman yang ada. e. Sanitasi (hygiene)
Berdasarkan pengamatan saat festival berlangsung untuk kegiatan
yang berada di luar ruangan, wisatawan cenderung tidak bisa menjaga
kebersihan dari tempat tersebut. Dengan keberadaan festival yang
berada di pinggir jalan membuat wisatawan relatif sulit menemukan
tempat sampah, hal ini membuat wisatawan tidak peduli akan
kebersihan di setiap festival culinary night yang diadakan.
Dengan pemaparan di atas, beberapa wisatawan pernah mengalami kegiatan ini yang dinilai dengan skala likert yang akan diinterpretasikan menggunakan perhitungan dari Sugiyono (2006). Berdasarkan tabel 33 maka dapat diukur pengalaman wisatawan akan kegiatan enjoying tradition sebagai berikut:
107
TABEL 59
PERHITUNGAN ENJOYING TRADITION
Nilai Tertinggi = (5 x 58 x 8) = Nilai Terendah = (1 x 58 x 8) = 464 2320 Untuk pengukuran rentang : R = (2320 – 464) : 5 = 371,20 Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016.
DIAGRAM 22
ANALISIS ENJOYING TRADITION
1.713
STS TS C S SS
464 835,20 1.206,40 1.577,60 1.948,80 2.320
Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.
Kegiatan enjoying tradition ini adalah kegiatan di mana wisatawan
mendatangi suatu acara (seperti: upacara adat/ ritual/ dan lain - lain) yang
tema utama dari acara tersebut adalah makanan. Di Bandung acara
bertemakan utama makanan biasaya adalah food festival. Acara tersebut
bukan suatu rutinitas dan biasanya ditemukan minimal 1 bulan 1 kali.
Terlihat dari tabel 33, penilaian pengalaman yang mendapatkan skor
1.713 dari rentang 464 – 2.320. Melihat skor yang cukup baik ini penulis
mengganggap kegiatan menikmati acara bertema utama makanan lebih
mudah ditemukan di Bandung karena iklan atau promosi yang dilakukan
sangat gencar dan pemilihan tema acara sangat kreatif dan mengikuti
108
trend. Dibandingkan promosi yang dilakukan oleh beberapa kegiatan di
atas.
Sesuai dengan penjelasan akan kegiatan ini, maka food festival ini
dapat ditemukan di beberapa waktu tapi tidak bisa tiap hari. Karena acara
ini biasanya diadakan beberapa hari atau pun satu hari penuh.
5. Experience of Tasting and Eating Foods
Berikut adalah hasil justifkasi atraksi wisata yang diteliti:
a. Batagor Kingsley
TABEL 60
JUSTIFIKASI ATRAKSI BATAGOR KINGSLEY
Nama Atraksi Wisata : Batagor Kingsley Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Batagor STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 4 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 4 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 4 JUMLAH NILAI 27 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan perolehan skor 27, penulis optimis atraksi wisata ini bisa
dijadikan atraksi wisat kuliner.
109
b. Batagor Riri
TABEL 61
JUSTIFIKASI ATRAKSI BATAGOR RIRI
Nama Atraksi Wisata : Batagor Riri Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Batagor STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 3 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 4 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 4 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 3 JUMLAH NILAI 27 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan perolehan skor 27, penulis optimis atraksi wisata ini bisa
dijadikan atraksi wisat kuliner.
110
c. Baso Tahu Tulen
TABEL 62
JUSTIFIKASI ATRAKSI BASO TAHU TULEN
Nama Atraksi Wisata : Baso Tahu Tulen Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Baso tahu STS TS C S SS NILAI Keunikan/ Kekhasan 3 Fasilitas Bersih 4 Lokasi Nyaman 4 Terdapat Fasilitas 4 Fasilitas Layak Pakai 4 Pemandu Wisata 2 Aksesibilitas 4 Sesuai Selera 5 JUMLAH NILAI 27 Sumber: Hasil checklist, 2016 Dengan perolehan skor 27, penulis optimis atraksi wisata ini bisa
dijadikan atraksi wisat kuliner.
111
d. Dusun Bambu Family Leisure Park
TABEL 63
JUSTIFIKASI ATRAKSI DUSUN BAMBU FAMILY LEISURE
PARK
Nama Atraksi Wisata : Dusun Bambu Family Leisure Park Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Khas Indonesia STS TS C S SS NILAI Keunikan/ Kekhasan 4 Fasilitas Bersih 5 Lokasi Nyaman 5 Terdapat Fasilitas 5 Fasilitas Layak Pakai 5 Pemandu Wisata 2 Aksesibilitas 4 Sesuai Selera 4 JUMLAH NILAI 34 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 34, penulis optimis bahwa atraksi wisata ini bisa
dimasukkan dalam kategori atraksi wisata kuliner.
112
e. Floating Market Lembang
TABEL 64
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA FLOATING MARKET
LEMBANG
Nama Atraksi Wisata : Floating Market Lembang Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Khas Indonesia STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 5 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 5 Fasilitas dalam kondisi baik 5 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 4 JUMLAH NILAI 27 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 25, penulis merasa atraksi wisata ini cukup
memungkinkan untuk dijadikan atraksi wisata kuliner.
113
f. Nasi Bancakan
TABEL 65
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA NASI BANCAKAN
Nama Atraksi Wisata : Nasi Bancakan Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Khas Sunda STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 5 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 4 Fasilitas dalam kondisi baik 3 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 3 JUMLAH NILAI 26 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 26, penulis optimis atraksi wisata ini dapat dijadikan
atraksi wisata kuliner.
114
g. Serabi Tradisional Cihapit
TABEL 66
JUSTIFIKASI ATRAKSI WISATA SERABI TRADISIONAL
CIHAPIT
Nama Atraksi Wisata : Serabi Tradisional Cihapit Jenis Atraksi Wisata : Mencicipi makanan/ minuman Menu Makanan/ Minuman : Serabi STS TS C S SS NILAI Keunikan/ kekhasan 4 Sesuai dengan selera 4 Lokasi nyaman 3 Lokasi mudah ditemukan 4 Terdapat fasilitas 3 Fasilitas dalam kondisi baik 3 Terdapat pemandu wisata 2 Atraksi dalam kondisi bersih 3 JUMLAH NILAI 26 Sumber: Hasil checklist, 2016. Dengan nilai 26, penulis optimis atraksi wisata ini dapat dijadikan
atraksi wisata kuliner.
Berdasarkan justifikasi tersebut, kegiatan mencicipi makanan ini dinilai dari segi: a. Daya Tarik
Keunikan dari kegiatan wisata ini lebih dilihat dari citarasa
makanan yang dicicipi. Keunikan dari atraksi wisata untuk kegiatan
tasing and eating adalah batagor dengan saus kacang, batagor dengan
115
kuah gurih, baso tahu dengan saus kacang, makanan khas Indonesia,
makanan khas Sunda serta serabi dengan berbagai topping.
Dengan banyaknya menu makanan saat berkunjung di Bandung,
atraksi wisata ini tidak dapat ditemukan nilai tertinggi untuk hal
keunikan. Di balik kegiatan mencicipi ini, ada kegiatan berbelanja
makanan, kegiatan ini selaras dengan karakteristik perempuan yang
menyukai aktivitas berbelanja. b. Kondisi Fisik
Dusun Bambu Family Leisure Park menempati ranking pertama
untuk kondisi fisik. Hal ini dikarenakan lokasi dari Dusun Bambu
Family Leisure Park yang berada di kawasan Lembang yang mampu
menawarkan pemandangan alam dan udara yang segar. Dusun Bambu
sendiri memiliki beragam lokasi dan aktivitas yang mendukung
kegiatan mencicipi makanan. Dengan area yang luas ini wisatawan
yang berkunjung bisa mendapatkan kenyamanan.
Jika Dusun Bambu Family Leisure Park dibandingkan dengan
Floating Market walaupun sama-sama berada di kawasan Lembang
dan mampu menawarkan pemandangan alam dan udara yang segar,
reaung bergerak selama berada di pasar terapung tergolong padat.
Sedangkan atraksi wisata lainnya hanya berada di dalam ruangan, baik
didesain secara tradisional, Sunda hingga modern.
116
c. Fasilitas
Hampir serupa dengan atraksi wisata lainnya yang berada di luar
daerah pusat kota, atraksi wisata tersebut bisa terbangun dengan area
yang lebih luas dibandingkan atraksi wisata di daerah pusat kota.
Dengan keuntungan tersebut, atraksi wisata dapat mempunyai fasilitas
- fasilitas yang lebih banyak, contohnya Dusun Bambu Family Leisure
Park.
Terlihat dalam tabel 63 nilai fasilitas lebih tinggi dibandingkan
nilai fasilitas dari atraksi wisata lainnya. Hal ini terlihat dari
banyaknya café, restoran sampai lokasi-lokasi yang bisa digunakan
untuk beraktivitas.
Dengan usia wisatawan yang mayoritas anak muda dengan
karakteristik senang beraktivitas, Dusun Bambu Family Leisure Park
cocok dijadikan atraksi wisata kuliner saat berwisata ke Bandung. d. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan disetiap atraksi wisata adalah kecepatan
dan keramahan para staff saat melayani wisatawan yang berkunjung ke
atraksi wisata tersebut. Aspek pelayanan ini dianggap penting
dikarenakan mereka adalah gambaran dari atraksi wisata kita.
Tetapi aspek pemandu wisata (guide) belum ada. Maka dari itu,
wisatawan akan kurang mengerti akan informasi - informasi dari
makanan yang dicicipi.
117
e. Sanitasi (hygiene)
Untuk sanitasi, atraksi wisata dalam keadaan yang bersih dan
terawat. Hal ini bisa terjadi karena atraksi wisata yang dikunjungi
adalah untuk mencicipi makanan maupun minuman, jika lokasi yang
dikunjungi dalam keadaan kotor, itu bisa membuat wisatawan jera
untuk berkunjung kembali ke atraksi wisata tersebut. Selain lokasi
yang harus dijaga kebersihannya, atraksi wisata pun menjaga
kebersihan atas makanan yang disajikan serta fasilitas yang ada.
Dengan kebersihan yang dijaga dengan baik, wisatawan akan merasa
nyaman dan bisa menjadi wisatawan yang setia ke atraksi wisata
tersebut.
Dengan pemaparan di atas, beberapa wisatawan pernah mengalami kegiatan ini yang menilai dengan skala likert yang akan diinterpretasikan menggunakan perhitungan dari Sugiyono (2006). Berdasarkan tabel 39, maka dapat diukur pengalaman wisatawan akan kegiatan mencicipi dan makanan sebagai berikut:
118
TABEL 64
PERHITUNGAN TASTING AND EATING FOODS
Nilai Tertinggi = (5 x 100 X 8) = Nilai Terendah = (1 x 100 x 8) = 2930 800
Untuk pengukuran rentang : R = (2930 – 800) : 5 = 640 Sumber: Hasil olah data kuesioner,2016.
DIAGRAM 23
ANALISIS TASTING AND EATING FOODS
2.930
STS TS C S SS
800 1.440 2.080 2.720 3.360 4.000
Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.
Tiga menu makanan yang dicari wisatawan saat mengunjungi
Bandung yaitu batagor, baso tahu dan serabi. Ketiga makanan ini sangat
digemari oleh wisatawan (diagram 16). Terlihat dengan didapatkannya
nilai sebesar 2.930 dari rentang 800 – 4.000, wisatawan pun memberikan
skor yang tinggi dalam hal keunikan makanan atau minuman yang dicicipi.
Dengan cita rasa yang sangat kuat, wisatawan akan mencari batagor di
Batagor Riri ataupun Batagor Kingsley. Hal ini disebabkan oleh rasa yang
dibuat sangat membuat para tidak jenuh untuk mencicipinya berulang kali
119
Untuk baso tahu sendiri, Bandung terkenal dengan Baso Tahu Tulen.
Wisatawan akan merasakan batagor sebelum digoreng. Serabi pun tak
luput dari pencarian wisatawan untuk berkuliner. Dengan modifikasi akan
topping yang ada, serabi Bandung kian lama kian tersohor. Dengan
ketenaran tiga menu makanan ini, wisatawan sangat mungkin untuk terus
menerus mencicipi makanan tersebut saat berkunjung ke Bandung untuk
berwisata kuliner.
Dengan pemaparan dari komponen atraksi wisata dapat diperjelas kembali bahwa atraksi wisata kuliner ini dibagi menjadi 5 jenis kegiatan wisata kuliner.
Dengan perolehan nilai dari ke 5 jenis kegiatan wisata kuliner tersebut, ditemukan bahwa kegiatan tasting and eating foods menduduki peringkat pertama.
TABEL 68
RANKING KEGIATAN WISATA KULINER
Kegiatan Wisata Kuliner Poin Experience of Tasting and Eating Foods 2.930 Experience of Visiting Places 2.250 Experience of Cooking/ Making Foods and Drinks 1.822 Experience of Enjoying Tradition 1.713 Experience of Meeting Local People 1.506 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2016.
120
Hal ini bisa terjadi dikarenakan wisatawan pada umumnya mengenal
bahwa wisata kuliner itu mencicipi dan menikmati makanan ataupun
minuman dari satu daerah yang dikunjungi. Kurang informasinya dan
pengemasan paket wisata kuliner adalah salah satu faktor yang membuat
wisatawan lebih mengenal kegiatan mencicipi makanan.
C. Transportasi
Dengan profil wisatawan yang didapatkan, mayoritas masih berusia 17 -
23 tahuN. Dengan usia seperti itu masih bergantung dengan orang lain. Maka
wisatawan tersebut akan memilih berwisata bersama keluarga di mana moda
transportasi yang digunakan adalah mobil pribadi/ keluarga.
Untuk masalah aksesibilitas ke atraksi wisata dikarenakan menggunakan
mobil pribadi/ keluarga, wisatawan lebih leluasa menggunakan transportasi
tersebut. Keleluasaan tersebut terlihat dari penggunaan mobil tanpa batas jam
dan keleluasaan akan memilih jalan untuk menemukan atraksi wisata kuliner.
Hal ini akan sama dirasakan saat berwisata menggunakan motor.
Penggunaan motor saat berwisata di Bandung pun sangat membawa
keuntungan karena wisatawan akan merasa bebas mengendarainya.
Akan tetapi bagi wisatawan yang menggunakan angkutan umum akan
sedikit lebih sulit saat mengunjungi beberapa atraksi wisata dikarenakan tidak
semua jalan di Bandung dapat dilalui oleh angkutan umum.
121
DIAGRAM 24
ANALISIS TRANSPORTASI
719
STS TS C S SS
200 360 520 680 840 1000
Sumber: Hasil checklist. 2016.
Dengan penilaian 719 dari rentang 200 – 1.000, aspek transportasi di
Bandung tergolong baik. Baik dalam hal kondisi jalan maupun kemudahan
aksesibilitas dari setiap atraksi saat berkunjung ke Bandung.
Dengan kondisi atraksi wisata yang menyebar baik di pusat kota atau tidak,
kondisi jalan di Bandung pun harusl dalam kondisi yang baik agar
mempermudah perjalanan wisata. Jika kondisi jalan baik, walaupun lokasi
sulit ditemukan dan jauh, wisatawan akan merasa lebih nyaman dibanding
kondisi jalan yang buruk.
Akan tetapi untuk mengakomodir profil wisatawan dengan adanya pihak
Golden Rama Tours and Travel bisa memberikan fasilitas transportasi dengan
berbagai jenis sesuai dengan kebutuhan wisatawan.
122
D. Waktu
Dengan lokasi atraksi wisata kuliner yang tersebar, baik di kota Bandung
maupun kabupaten Bandung penulis mencoba mengestimasi waktu untuk
berwisata mengunjungi atraksi wisata di atas. Atraksi wisata kuliner saat
penelitian ini terdiri dari beberapa bagian, diataranya adalah Lembang,
Burangrang, Banceuy, Buah Batu dan lainnya.
Dengan persebaran lokasi atraksi wisata tersebut, atraksi wisata kuliner
tersebut tidak memungkinkan untuk dikunjungi seluruhnya dalam kurun
waktu kurang dari 2 hari. Maka atraksi-atraksi wisata kuliner tersebut bisa
dijadikan beberapa pilihan paket wisata kuliner.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Profil Wisatawan
Profil wisatawan kuliner di Bandung adalah wisatawan yang berasal
dari Bandung dan sekitarnya yang perbandingngan jenis kelamin antara
laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Rata-rata wisatawan berusia
17 - 23 tahun yang masih menjadi pelajar/ mahasiswa dengan pengeluaran
wisatawan per bulannya kurang dari Rp 1.000.000. Pada umumnya
wisatawan berasal dari Bandung dan sekitarnya, hal ini memungkinkan
bahwa wisatawan pun sudah berwisata di Bandung lebih dari 10 kali.
Mayoritas dari wisatawan berpergian dengan jumlah kurang dari 15 orang
dengan motivasinya untuk bersenang - senang.
2. Atraksi Wisata
Berdasarkan hasil analisis, atraksi wisata kuliner terbagi menjadi lima
jenis kegiatan wisata, yaitu: experience of visiting places, experience of
cooking/ making foods and drinks, experience of meeting local people,
experience of enjoying tradition dan experience of tasting and eating
foods. Di mana kegiatan experience of tasting and eating secara
keseluruhan (dilihat pada tabel 68) termasuk kegiatan wisata yang disukai
wisatawan (dengan poin 2.930).
123
Berikut ini adalah tabel kesimpulan dari penilaian terhadap masing –
masing atraksi wisata kuliner yang disusun berdasarkan nilai tertinggi.
TABEL 69
RANKING ATRAKSI WISATA
VISITING PLACES: a. Kopi Aroma, 33 poin b. PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk, 32 poin c. Teh Celup Walini, 32 poin d. Pabrik Tahu Cibuntu, 24 poin. COOKING/ MAKING: a. Serba Susu, 34 poin b. Lembah Palem, 33 poin LOCAL PEOPLE: a. Ny. Liem, 35 poin b. Kampung Cikidang, 31 poin c. Kampung Areng, 31 poin ENJOYING TRADITION: a. Cibadak Culinary Night, 26 poin b. Braga Culinary Night, 22 poin EATING AND TASTING: a. Dusun Bambu Family Leisure Park. 34 poin b. Batagor Kingsley, 27 poin c. Batagor Riri, 27 poin d. Baso Tahu Tulen, 27 poin e. Nasi Bancakan, 26 poin f. Srabi Tradisional, 26 poin g. Floating Market Lembang, 25 poin Sumber : Hasil checklist, 2016 3. Transportasi
Rata - rata wisatawan berasal dari Bandung dan sekitarnya yang
memilih berwisata bersama keluarga/ saudara. Maka transportasi yang
digunakan adalah mobil pribadi/ keluarga.
124
125
4. Waktu
Mayoritas wisatawan berasal dari Bandung dan sekitarnya. Hal ini
membuat para wisatawan lebih memilih paket wisata yang kurang dari 2
hari.
B. Rekomendasi
Berdasarkan data temuan dan analisis maka penulis merekomendasikan
beberapa hal:
1. Dengan adanya perencanaan paket wisata kuliner, diharapkan menjadi
inovasi untuk pembuatan dan penjualan paket wisata di Bandung.
2. Paket wisata yang ditawarkan seharusnya memiliki kegiatan wisata yang
aktif dan unik.
3. Atraksi wisata di dalam paket wisata kuliner jangan hanya menunjukkan
kenikmatan dari makanan yang bisa dicicipi. Atraksi wisata kuliner bisa
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan mengujungi tempat produksi
(experience of visiting places), memasak/ mengolah makanan sebelum
mencicipinya (experience of cooking/ making drinks dan experience of
meeting local people) serta datang dan menikmati acara yang bertema
utama makanan (experience of enjoying tradition dan experience of eating
and tasting foods).
4. Sebaiknya untuk wisata kuliner, wisatawan diberikan pemandu wisata.
Pemandu wisata diharapkan bisa memberikan informasi yang lebih akan
kuliner yang akan diolah maupun dinikmati.
126
5. Atraksi wisata kuliner harus terjaga kebersihannya. Kebersihan tersebut
dilihat dari kebersihan fasilitas dan lokasi kuliner.
6. Dalam perencanaan paket wisata kuliner Bandung, kegiatan untuk festival
Braga atau Cibadak akan dijadikan optional tour.
7. Bagi para wisatawan yang berwisata tidak menggunakan mobil pribadi/
keluarga, wisatawan dapat meminta bantuan dari Golden Rama Tours and
Travel dalam hal penyewaan transportasi.
8. Rekomendasi paket wisata ini bisa dipromosikan di internet maupun
media sosial. Dengan promosi tersebut diharapkan paket wisata lebih
mudah ditemukan oleh wisatawan.
Dengan rekomendasi tersebut, penulis membuat 5 beberapa perencanaan paket wisata kuliner di Bandung, yaitu:
1. Tea & Co.Tour
2. The Great Milk Tour
3. TOTO - Tofu Tour
4. Classic Food Tour
127
Name of Tour : Tea & Co. Tour Highlight : Teh dan kopi Minimum pax : 2 pax Transportasi : Mobil Keberangkatan : Senin – Sabtu ITINERARY JAM AKTIVITAS DURASI Bertemu di meeting point di Golden Rama Tours 07:00 and Travel Bandung. 07:15 – 09:15 Berangkat menuju Teh Celup Walini 120’ Wisatawan akan diajak melihat proses pembuatan teh celup. Proses dari daun teh 60’ 09:15 – 10:30 sampai pengepakan teh celup. Wisatawan dapat membeli produk olahan teh 30’ Walini dan berfoto di perkebunan teh. Berangkat menuju Nasi Bancakan, untuk makan 10:30 – 12:30 120’ siang. Makan siang dengan makanan khas Sunda serta alat makan dan minumannya masih 12:30 – 13:00 30’ menggunakan yang tradisional. Selain itu bisa menikmati menu es kopi nyereng. 13:00 – 13:30 Berangkat menuju Kopi Aroma 30’ Wisatawan akan melihat proses produksi kopi yang langsung dipandu oleh sang pemiliki, Bapak Widya Pratama. 45’ 13:30 – 14:30 Melihat tempat penyimpanan biji kopi, alat dan bahan baku untuk roasting kopi. Wisatawan dapat berbelanja Kopi Aroma dalam 15’ 2 varian, yaitu robusta dan arabica. 14:30 – 15:00 Kembali ke meeting point (Jalan Gardujati) 30’ TOUR SELESAI Paket Termasuk: Paket Tidak Termasuk: Entrance fee, parking fee, pemandu wisata Makanan/ minuman di atraksi wisata dan transportasi dan tipping Sumber: Hasil rekomendasi, 2016.
128
Name of Tour : The Great Milk Tour Highlight : Susu Minimum pax : 5 pax Transportasi : Mobil Keberangkatan : Senin – Jumat ITINERARY JAM AKTIVITAS DURASI Bertemu di meeting point di Golden Rama Tours 08:00 and Travel Bandung. Berangkat menuju PT. Ultrajaya Milk Industry, 08:00 – 09:00 60’ Tbk. Melihat pemerahan sapi secara otomatis. Serta 09:00 – 11:00 120’ melihat proses susu sapi menjadi susu UHT. Berangkat menuju Dusun Bambu Family Leisure 11:00 – 12:30 90’ Park Wisatawan dapat menikmati makan siang dengan makanan khas Indonesia maupun 60’ makanan internasional. Wisatawan dapat menikmati makanan di beberapa spot cantik. Setelah mencicipi makanan, wisatawan dapat 12:30 – 14:30 berjalan – jalan menikmati udara Lembang. Serta wisatawan dapat berfoto di sekeliling 60’ Dusun Bambu Family Leisure Park. Di sana terdapat pula tempat untuk membeli snack atau pun oleh – oleh 14:30 – 15:30 Berangkat menuju Serba Susu 60’ Wisatawan dapat melihat proses pengolahan 60’ susu cair menjadi beberapa produk Serba Susu. Wisatawan dapat mencoba membuat noughat 15’ 15:30 – 17:00 susu. Selesai mempelajari produk susu, wisatawan dapat berbelanja beberapa produk olahan susu 15’ milik Serba Susu. 17:00 – 18:00 Kembali ke meeting point (Jalan Gardujati) 60’ TOUR SELESAI Paket Termasuk: Paket Tidak Termasuk: Entrance fee, parking fee, pemandu wisata Makanan/ minuman di atraksi wisata dan transportasi dan tipping Sumber: Hasil rekomendasi, 2016.
129
Name of Tour : TOTO – TOFU TOUR Highlight : Produk olahan tahu Minimum pax : 4 pax Transportasi : Mobil Keberangkatan : Setiap hari ITINERARY JAM AKTIVITAS DURASI Bertemu di meeting point di Golden Rama 08:00 Tours and Travel Bandung. 08:00 – 08:30 Berangkat menuju ke Pabrik Tahu Cibuntu 30’ Wisatawan melihat proses pembuatan tahu. Dari kedelai menjadi susu kedelai hingga 60’ 08:30 – 09:45 pencetakan tahu. Wisatawan dapat membeli tahu untuk oleh – 15’ oleh. 09:45 – 10:15 Berangkat menuju ke Baso Tahu Tulen 30’ Wisatawan akan mencicipi produk tahu yang telah diproses menjadi baso tahu.Untuk baso 60’ tahu, wisatawan dapat mencicipi siomay, tahu, 10:15 – 11:45 kol, paria dan telur Selain mencicipi baso tahu, wisatawan dapat membeli baso tahu untuk disantap di rumah 30’ atau pun oleh – oleh. 11:45 – 12:15 Berangkat menuju Batagor Kingsley. 30’ Wisatawan akan mencicipi produk tahu lainnya, yaitu baso tahu yang digoreng. Makanan ini lebih dikenal batagor. 60’ Wisatawan bisa mencicipi batagor dalam dua 12:15 - 13:45 varian, yaitu batagor dengan saus kacang atau dengan kuah gurih. Selain mencicipi batagor, wisatawan dapat membeli batagor untuk disantap di rumah atau 30’ pun dijadikan oleh – oleh. 13:45 – 14:15 Kembali ke meeting point (Jalan Gardujati) 30’ TOUR SELESAI Paket Termasuk: Paket Tidak Termasuk: Entrance fee, parking fee, pemandu wisata Makanan/ minuman di atraksi wisata dan transportasi dan tipping Sumber: Hasil rekomendasi, 2016.
130
Name of Tour : Classic Food Tour Highlight : Maestro Bandung Minimum pax : 5 pax Transportasi : Mobil Keberangkatan : Sabtu dan Minggu ITINERARY JAM AKTIVITAS DURASI Bertemu di meeting point di Golden Rama 10:30 Tours and Travel Bandung. 10:30 – 11:30 Berangkat menuju ke Ny. Liem 60’ Wisatawan bisa melihat kue dan roti yang diproduksi di Ny. Liem. Selain bisa melihat, 30’ wisatawan bisa membeli dan mencicipi kue dan roti tersebut. 1:30 – 16:00 Wisatawan akan mengikuti kelas membuat kue. Dalam kelas ini, wisatawan akan mempelajari 5 hingga 6 macam kue. Kelas ini akan dipimpin 240’ oleh menantu dari sang maestro Ny. Liem, yaitu Ny. Chendawati. 16:00 – 16:30 Berangkat menuju Jalan Cihapit. 30’ Wisatawan dapat melihat proses pembuatan serabi serta menikmati makanan tradisional Bandung. Wisatawan dapat mencicipi serabi 60’ 16:30 – 18:00 Bandung dengan beragam topping. Mulai dari topping yang tradisional hingga yang modern. Wisatawan dapat membeli serabi untuk disantap 30’ di rumah atau dijadikan oleh – oleh. 18:00 – 18:30 Kembali ke meeting point (Jalan Gardujati) 30’ TOUR SELESAI Paket Termasuk: Paket Tidak Termasuk: Entrance fee, parking fee, pemandu wisata Makanan/ minuman di atraksi wisata dan transportasi dan tipping Sumber: Hasil rekomendasi, 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Akbarwati, I. (2013, November 30). Selasar Ekonomi Connecting Ideas. Dipetik March 21, 2016, dari selasar.com: https://www.selasar.com/ekonomi/wisata- minat-khusus-ceruk-pasar-pariwisata-indonesia
Antara. (2015, November 23). Bisnis Indonesia Group of Media (BIG Media). Dipetik March 21, 2016, dari Bisnis.com: http://traveling.bisnis.com/read/20151123/224/494815/lima-destinasi-wisata- kuliner-di-indonesia-
Arief, A. R. (2005). Pengantar Dunia Perhotelan dan Restoran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2015). Kota Bandung Dalam Angka. Bandung: Badan Pusat Statistik Kota Bandung.
Finansialku. (2014, September 1). Finansialku.com. Dipetik Juni 4, 2016, dari http://www.finansialku.com/: http://www.finansialku.com/siapa-saja-kelas- menengah-indonesia/
Gulö, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.
Hermawan, H. (2012). Terawang. Jakarta: KEMENPAREKRAF.
Hidayat, S. d. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.
Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Marpaung, H. (2002). Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
Muljadi, A. J. (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
131
132
Nirwandar, S. (2014). BUILDING WOW : Indonesia Tourism and Creative Industry. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nurdiyansah. (2014). Peluang dan Tantangan Pariwisata Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Nuriata. (2014). Penyusunan Produk dan Perhitunggan Harga . Bandung: Alfabeta.
Nuriata. (2014). Perencanaan dan Pelaksanaan Perjalanan Wisata Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Saebani, B. A. (2008). Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Sharples, H. d. (2003). Food Tourism Around The World 1st Edition. Butterworth: Heunemann.
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.
Sugiyono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2006). Metodologi Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Sulistyastusi, P. d. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan Masalah - Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media.
Suwantoro, G. (2004). Dasar - Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Taslim. (2015, June 22). Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Rejang Lebong. Dipetik March 21, 2016, dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Rejang Lebong:
133
http://pariwisata.rejanglebongkab.go.id/potensi-wisata-makanan-food- tourism-2/
Wardiyanto, B. d. (2011). Perencanaan Pengembangan Pariwisata. Bandung: CV. Lubuk Agung.
Widianto, S. (2015, November 23). PikiranRakyat. Dipetik February 15, 2016, dari PikiranRakyat.com: http://www.pikiran- rakyat.com/wisata/2015/11/23/350975/bandung-ditetapkan-sebagai-destinasi- wisata-kuliner-indonesia
Yoeti, O. A. (1996). Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.
Yoeti, O. A. (2002). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramita.