JURNAL KALATANDA 177

HIBRIDITAS DALAM KULINER BANDUNG: CITARASA RAMEN

Patra Aditia1, Amaliatun Saleha2, Elly Setiawan Sutawikara3

1Universitas Telkom, 2Universitas Padjadjaran, 3Universitas Padjadjaran Email : [email protected]

ABSTRAK

Sudah umum diketahui orang bahwa Kota Bandung adalah surga bagi pecinta kuliner. Meski demikian, dalam keragaman tersebut, sulit jika mengatakan bahwa kuliner-kuliner tersebut murni berasal dari Bandung, termasuk ramen. Di Bandung, restoran ramen semakin banyak. Diantaranya yang terkenal adalah Jigoku Ramen, Mie Reman, Ramen House, Nobu Ramen, Udin Ramen, Shifu Ramen, Ramen Cemen, Kuma Ramen, hingga yang dijual di restoran Jepang umum seperti Gokkana Tepan, Suki Soba Restaurant dan Marugame Udon. Berdasarkan observasi, wawancara mendalam, dan studi literatur terhadap sejumlah restoran ramen di Bandung, maka dapat diperoleh simpulan bahwa “Ramen Bandung” mempunyai pertimbangannya sendiri dalam hal citarasa, terkait dengan selera masyarakat di Kota Bandung pada umumnya yang tidak mengonsumsi daging babi dan tidak terlalu bisa menyesuaikan diri dengan rasa makanan Jepang yang asli. Sehingga dibuat berbagai variasi yang menjauhi rasa “ramen Jepang” yang asli. Selain itu, “Ramen Bandung” mempertahankan hibriditas dalam persoalan estetika restoran dan nama-nama pada menu, dengan cara mempertahankan aspek ke-Jepang-an. Hal tersebut menunjukkan bahwa hal-hal terkait Jepang, di mata masyarakat Kota Bandung, masih merupakan hal yang tinggi, menarik, sekaligus juga berkarakter. Secara estetika, masyarakat tidak perlu bersusah payah untuk mengenali sebuah unsur kebudayaan yang berasal dari Jepang.

Kata kunci: Ramen, Hibriditas, estetika, Citarasa.

178 Jurnal KalaTanda, Vol.1 No.2, Desember 2016

warganya yang beragama Islam sehingga I. PENDAHULUAN tidak memakan daging babi-. Dengan sendirinya, maka , sebagai makanan Sudah umum diketahui bahwa Kota yang berinovasi dari yang digoreng, Bandung adalah salah satu surga pilihan bagi tidak lepas juga dari pengaruh Cina di pecinta kuliner, mengingat kondisi cuacanya dalamnya. Demikian halnya dengan , yang berhawa sejuk dan ragam tanaman yang di Jawa juga mempunyai istilah surobi, yang bisa tumbuh subur di lahan-lahan dan keberadaannya konon terpengaruh oleh sekitarnya menambah keragaman bentuk, panekuk asal Belanda. sajian dan citarasa. Selain jenis jajanan yang bervariasi, harganya pun terjangkau. Pada Tak terkecuali dengan ramen, yang bulan November tahun 2015, predikat sekarang mulai populer di Kota Bandung. tersebut diresmikan oleh Kementrian Ramen sendiri merupakan makanan khas Pariwisata Republik , yang Jepang yang asal muasalnya terbagi ke dalam mengatakan bahwa Bandung, bersama dua versi: berasal dari Cina, atau merupakan empat kota lain di Indonesia, yaitu temuan asli Jepang pada awal abad ke-20. Yogyakarta, Bali, Solo, dan Semarang, sebagai Meski demikian, satu fakta yang tidak Kota Destinasi Wisata Kuliner Indonesia. bisa dibantah, bahwa hingga sekitar tahun Makanan yang dikatakan sebagai kuliner 1950an, ramen disebut sebagai shina soba Bandung diantaranya serabi, pisang coklat, atau mie Cina. Nama ramen sendiri berasal cimol, siomay Bandung, bandros, nasi tutug dari kata lamian yang merupakan salah satu , peuyeum, , , cireng, jenis mie asal Cina. Pada perkembangannya colenak, batagor, bondon, lotek, kemudian, istilah ramen digunakan untuk comro, misro, rujak cuka, dan lain menggantika shina soba karena istilah Cina di sebagainya. beberapa kalangan menjadi peyoratif.

Meski demikian, dalam keragaman Di Bandung, restoran ramen semakin tersebut, sulit jika mengatakan bahwa banyak. Diantaranya yang terkenal adalah kuliner-kuliner tersebut murni berasal dari Jigoku Ramen, Mie Reman, Ramen House, Bandung. Alasannya, kuliner, sebagai suatu Nobu Ramen, Udin Ramen, Shifu Ramen, turunan dari kebudayaan, pasti mengalami Ramen Cemen, Kuma Ramen, hingga yang berbagai macam akulturasi dalam dijual di restoran Jepang umum seperti perkembangannya. Seperti misalnya, dalam Gokkana Tepan, Suki Soba Restaurant dan akulturasi budaya Cina dan Indonesia, Marugame Udon. Diantara ramen-ramen dikenal istilah “kuliner peranakan” yang tersebut, terdapat perbedaan-perbedaan berarti kuliner hasil perkawinan antara penyajian, yang jika dibagi ke dalam dua makanan Indonesia dan Cina. Beberapa aliran besar, dikategorikan sebagai berikut: contohnya antara lain siomay, yang di Cina Restoran ramen yang ingin semirip mungkin merupakan salah satu (makanan penyajiannya dengan aslinya, dan restoran kecil) dengan daging babi dibungkus kulit ramen yang ingin melakukan akulturasi terigu, dimatangkan dengan cara dikukus, budaya sehingga rasa ramen tersebut dapat disajikan dengan cocolan cuka atau kecap diterima oleh lidah orang Bandung pada asin. Di Indonesia, daging babi tersebut umumnya, meski kemudian menjauhi rasa diganti dengan daging ayam atau ikan – aslinya, bahkan hingga tidak bisa dikatakan mengingat populasi sebagian besar ramen –dalam definisi ramen pada kuliner Patra Aditia, Amaliatun Saleha dan Elly etiawan Sutawikara, 179 Hibriditas dalam kuliner Bandung: Citarasa Ramen

Jepang-. Atas dasar itu, peneliti tertarik Udin Ramen, Metro Gokkana Tepan, Jalan untuk menelaah ramen dalam hibriditas Indah Mal, Jalan Cihampelas no. 160 kuliner di Bandung. Soekarno Hatta no. 590 II. RUMUSAN Ramen Cemen, Jalan Nobu Ramen & Sushi, Wira Angun-Angun Jalan Gegerkalong no. 36 Hilir nomor 01 Berdasarkan latar belakang di atas, Kuma Ramen, Jalan maka pertanyaan penelitian yang diajukan Cipaganti adalah sebagai berikut: Bagaimana ramen Shifu Ramen, Jalan menjadi bagian dari hibriditas kuliner di Purwakarta no. 33 Bandung? Giant Ramen, Jl. Cihampelas III. METODOLOGI Komodifikasi tersebut dilakukan untuk Penelitian ini menggunakan metode menyempitkan objek penelitian. deskriptif dengan pendekatan Diasumsikan bahwa restoran yang fenomenologis. Peneliti berusaha menjadikan ramen sebagai salah satu menu memaparkan fakta-fakta yang ada, disertai disamping menu-menu yang lain, tidak dengan analisis terhadap data yang menjadikan ramen sebagai sesuatu yang diperoleh dari observasi, wawancara mendapat perhatian lebih dalam hal inovasi mendalam, dan juga studi literatur. makanan. Sedangkan restoran yang khusus menjual ramen, kemungkinan selalu IV. PEMBAHASAN berinovasi dengan ramen karena memang itulah menu unggulannya. Diasumsikan Berdasarkan observasi dan juga studi bahwa dengan persaingan yang ketat literatur, terdapat sejumlah restoran Ramen diantara restoran ramen yang lain, maka di Kota Bandung. Sejumlah restoran tersebut dibutuhkan upaya-upaya penyesuaian kemudian dibagi ke dalam dua kategori. dengan lidah konsumen, yang melibatkan Kategori pertama adalah restoran yang riset juga diantara para pemilik restoran. khusus menjual ramen saja, sedangkan Asumsi ini diperkuat dengan hasil kategori kedua adalah restoran yang wawancara mendalam terhadap pemilik menjadikan ramen sebagai salah satu menu, Ramen Cemen, Moh. Agil (36) dan pemilik disamping makanan-makanan Jepang yang Jigoku Ramen, Krisna Utama (26). lain. Jika dilakukan kodifikasi, maka hasilnya Menurutnya, riset yang dilakukan adalah adalah sebagai berikut: sebagai berikut:

Restoran Khusus Ramen sebagai 1. Mencari tahu citarasa ramen yang Ramen Salah Satu Menu asli di Jepang Jigoku Ramen, Jalan Midori, Jalan Sultan 2. Mencari tahu selera warga Bandung Cikutra no. 143 Agung Tirtayasa pada umumnya Mie Ramen, Jalan Suki Soba Braga no. 36 Restaurant, Jalan Kepatihan no. 18 Meski secara umum ramen Jepang Ramen House, Jalan Marugame Udon; sendiri sudah mempunyai berbagai varian, Ir. H. Juanda 185 Trans Studio Mall, Jl. namun berdasarkan wawancara tersebut, RE. Martadinata 112 kemudian dapat ditarik sebuah 180 Jurnal KalaTanda, Vol.1 No.2, Desember 2016

perbandingan antara “ramen Jepang” dan seksama, dalam perkembangannya, kian “ramen Bandung” yang secara umum sebagai menjauhi citarasa ramen Jepang yang asli. berikut:

No. “Ramen Jepang” “Ramen Bandung” 1. Menggunakan Tidak memberikan daging babi opsi daging babi dalam salah satu dalam pilihan pilihan taburan (topping). taburannya (topping) 2. Opsi penggunaan Tidak menjadikan shoyu sebagai shoyu sebagai sumber rasa sumber rasa yang yang paling utama, bahkan di Foto 1. Warung Ramen Cemen klasik sekaligus beberapa restoran, Sumber foto: dokumentasi pribadi

paling digemari. shoyu ini dihilangkan. 3. Kuah secara Tidak ada unsur umum daging babi. mengandung unsur daging babi, meski ada juga yang mengandung

daging ayam. Foto 2. Warung Jigoku Ramen 4. Topping yang Topping tidak Sumber foto: dokumentasi pribadi umum: Chāshū, terbatas, mulai dari menma, daun bulgogi, baso ikan, Meski demikian, ramen sebagai sebuah bawang, telur otak-otak, chicken rebus, nori, katsu, telur dadar, kuliner Jepang tetap dipertahankan dalam kakuni, dan banyak lagi. ornamen-ornamen di restoran, ataupun narutomaki nama-nama di dalam menu. Estetika ini 5. Umumnya dibuat Bahan mie tidak dipertahankan justru untuk menunjukkan dari empat terlalu terikat. hibriditas yang jelas antara makanan Jepang bahan utama Kadang bisa dan makanan Indonesia. Bisa saja, misalnya, yaitu: gandum, menggunakan mie asal usul itu sudah terlalu melebur, seperti air, garam, dan seperti yang halnya dalam siomay, batagor, atau serabi, kansui. digunakan pada sehingga merasa tidak perlu lagi mie kocok menunjukkan estetika dari bangsa dan kebudayaan lain, karena sudah sepenuhnya Berdasarkan wawancara tersebut dan diserap oleh kebudayaan yang berkembang setelah mengetahui perbandingan umum di Kota Bandung. Estetika juga menjadi antara “Ramen Jepang” dan “ramen penting sebagai penanda bahwa kebudayaan Bandung”, maka dapat dilihat bahwa ramen Jepang masih dianggap sebagai kebudayaan Bandung lambat laun mempunyai tinggi di mata orang-orang Indonesia, citarasanya sendiri. Hal ini, jika dilihat lebih sehingga hal-hal terkait dengannya, dapat Patra Aditia, Amaliatun Saleha dan Elly etiawan Sutawikara, 181 Hibriditas dalam kuliner Bandung: Citarasa Ramen

dengan mudah dikenali sekaligus dikagumi. mengonsumsi daging babi dan tidak terlalu Sebagai perbandingan, bisa saja seseorang bisa menyesuaikan diri dengan rasa membuka semacam restoran makanan dari makanan Jepang yang asli. Sehingga dibuat negara Malaysia atau Singapura, tapi sulit berbagai variasi yang menjauhi rasa “ramen sekali bagi orang Indonesia untuk mengenali Jepang” yang asli. Perkembangan variasi ini estetika yang khas dari kedua negara bahkan dapat membuat masyarakat di Kota tersebut, secara ornamentatif dalam hal Bandung tidak bisa mengenali lagi rasa dekorasi restoran, ataupun dari segi citarasa “ramen Jepang” yang asli, sehingga ketika kuliner. mereka mencicipi rasa “ramen Jepang” yang asli, mungkin bisa merasa tidak cocok sama sekali.

V. KESIMPULAN “Ramen Bandung” mempertahankan hibriditas dalam persoalan estetika restoran Berdasarkan observasi, wawancara dan nama-nama pada menu, dengan cara mendalam, dan studi literatur terhadap mempertahankan aspek ke-Jepang-an. Hal sejumlah restoran ramen di Bandung, maka tersebut menunjukkan bahwa hal-hal terkait dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: Jepang, di mata masyarakat Kota Bandung, masih merupakan hal yang tinggi, menarik, “Ramen Bandung” mempunyai sekaligus juga berkarakter. Secara estetika, pertimbangannya sendiri dalam hal citarasa, masyarakat tidak perlu bersusah payah terkait dengan selera masyarakat di Kota untuk mengenali sebuah unsur kebudayaan Bandung pada umumnya yang tidak yang berasal dari Jepang.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Orkin, Ivan. 2013. Ivan Ramen: Love, Obsession, and Recipes from Tokyo's Most Unlikely Noodle Joint. Berkeley, Calif.: Ten Speed Press. [2] Adventures in ramen: Japan's ever-changing soup scene CNN Travel-February 10, 2015 http://edition.cnn.com/travel/article/cnngo-japan-ramen/index.html [3] Definition of "ramen". The Collins American English Dictionary. Collins. https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/ramen [4] Widianto, Satrio. Bandung Ditetapkan sebagai Destinasi Wisata Kuliner Indonesia. Dimuat di: http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2015/11/23/350975/bandung- ditetapkan-sebagai-destinasi-wisata-kuliner-indonesia tanggal 23 November 2015 182 Jurnal KalaTanda, Vol.1 No.2, Desember 2016

Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah, tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs arkeologi di Indonesia, telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius seperti upacara dan penguburan tembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya menggunkan tangan, yang berciri adonan kasar dan bagian pecahannya dipenuhi oleh jejak-jejak tangan (sidik jari), selain itu bentuknya kadang tidak simetris. Selain dibuat dengan teknik tangan, tembikar yang lebih modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar.

Tembikar adalah alat keramik yang dibuat oleh perajin. Tembikar dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu objek. Alat tembikar yang paling dasar adalah tangan.

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia.

KERAJINAN GERABAH NUSANTARA

ilustrasi oleh Dimas Krisna Aditya, Desember 2016