PERENCANAAN PAKET WISATA KULINER BANDUNG DI GOLDEN RAMA TOURS AND TRAVEL BANDUNG PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi pada Program Diploma IV Oleh : STEFANIE CHRISTINE SANTOSO Nomor Induk: 201218258 JURUSAN PERJALANAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENGATURAN PERJALANAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pariwisata adalah salah satu sektor penting dalam perekonomian suatu negara, salah satunya adalah Indonesia. Undang – Undang RI No. 10 Tahun 2009 menyatakan bahwa “pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.” Suwantoro (2004: 3) mengungkapkan bahwa pariwisata adalah kepergian dari suatu tempat ke tempat lainnya yang dibatasi oleh waktu. Melihat dari pemaparan pariwisata itu sendiri, Komisi Liga Bangsa – Bangsa dalam Muljadi (2009: 10) menambahkan bahwa keinginan seseorang akan pariwisata biasanya untuk kesenangan, mengunjungi keluarga, kesehatan, keperluan pertemuan – pertemuan atau tugas – tugas tertentu (ilmu pengetahuan, tugas diplomasi, agama, olahraga, dan lain - lain) atau pertemuan dalam hal bisnis. Seiring berjalannya waktu, pariwisata pun mengalami pergeseran, menurut Akbarwati (2013) pergeseran terjadi dari massive tourism (wisata massal) menjadi special interest tourism (wisata minat khusus). Ismayanti (2010: 155) menjelaskan pariwisata minat khusus adalah pariwisata yang menawarkan kegiatan yang tidak bisa dilakukan oleh wisatawan pada 1 2 umumnya akan tetapi harus dilakukan oleh wisatawan yang memiliki keahlian atau ketertarikan akan suatu hal. Sebagai contohnya adalah wisata olahraga (sport tourism), wisata kuliner (food tourism), wisata gua (cave tourism), wisata belanja (shopping tourism), dan lain – lain. Salah satu wisata minat khusus yang sedang berkembang adalah aktivitas wisata dengan tujuan untuk menikmati makanan dan minuman atau food tourism yang biasanya dikenal dengan sebutan wisata kuliner. Perkembangan food tourism (wisata kuliner) menurut Antara (2015) terlihat dari rata – rata pertambahan bruto sektor kuliner dari 2012 – 2013 naik 4.5%, pertumbuhan sebesar 26% dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor kuliner dan pertumbuhan terciptanya unit usaha sektor kuliner sebesar 0.9%. Peningkatan pun terjadi kepada jumlah wisatawan domestik yang mengunjungi Bandung. DIAGRAM 1 JUMLAH WISATAWAN DOMESTIK DI BANDUNG 5,000,000 4,242,294 4,000,000 3,882,010 3,726,447 3,000,000 3,024,666 3,354,857 2,000,000 1,000,000 - Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Wisatawan Domestik Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015. 3 Hermawan (2012: 8) mengungkapkan bahwa wisata kuliner adalah sebuah perjalanan di mana makanan dan suasana lingkungan daerah tersebut untuk dijadikan atraksi wisata. Ismayanti (2010: 157) mengungkapkan bahwa wisata kuliner dapat disebut sebagai wisata garstronomi di mana wisatawan yang datang memiliki tujuan untuk memanjakan perut serta mendapatkan pengalaman makan serta memasak makanan tersebut. Nuriata (2014: 64) menambahakan bahwa atraksi wisata yang menyajikan makasan dan minuman dapat dikelompokan menjadi gastronomic attraction yang bersumber dari produk, bahan dasar, resep, bumbu, cara membuat, cara menghidangkan dan cara mencicipi makanan dan minuman. Lain halnya dengan Nurdiyansah (2014: 137) yang menjelaskan bahwa kata food tourism lebih banyak digunakan untuk membahas wisata kuliner karena food tourism memiliki definisi yang lebih luas dan tak terbatas pada makanan dan minuman yang lezat saja. Menurut Nurdiyansah (2014: 137) food tourism adalah perjalanan wisata dengan tujuan utamanya adalah makanan dan minuman dan tak memilih hanya makanan lezat saja yang dicicipi. Selain mencicipi makanan dan minuman, food tourism melihat nilai dan pengalaman dari makanan dan minuman itu sendiri. Nurdiyansah (2014: 142) pun menjelaskan bahwa pengalaman dan kegiatan dalam food tourism terdiri dari kunjungan ke tempat – tempat produksi dan pengolahan makanan, pembelajaran mengolah dan mempraktekan menu makanan lokal, ikut terlibat dalam kegiatan masyarakat lokal dalam produksi dan pengolahan bahan 4 makanan, datang ke acara budaya/ upacara adat/ ritual yang makanan menjadi sajian utama dalam acara tersebut dan mencicipi makanan dan minuman lokal. Sesuai dengan pernyataan yang sudah diuraikan di atas penelitian ini akan difokuskan pada food tourism. Nurdiyansah (2014: 137) mengatakan bahwa food tourism adalah kegiatan wisata yang motivasi utamanya adalah melihat, mempelajari dan menikmati makanan/ minuman. Di Indonesia food tourism ini lebih dikenal dengan sebutan wisata kuliner. Berkembangnya wisata kuliner ini bisa dilihat di salah satu kota yaitu : Bandung. “Bandung bersama empat kota/daerah lainnya yakni Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Bali, ditetapkan sebagai destinasi wisata kuliner Indonesia oleh Kementerian Pariwisata.” (Widianto, 2015). Dengan hal ini, menu masakan Bandung pun menyentuh Top 30 Ikon Kuliner Nusantara. TABEL 1 TOP 30 IKON KULINER NUSANTARA Rangking Nama Makanan 4 Serabi Bandung 26 Kolak Pisang Ubi Bandung 27 Ayam Goreng Lengkuas Bandung Sumber : Nirwandar, 2014:108 Taslim (2015) pun mengungkapkan bahwa hampir semua daerah memiliki makanan khas yang bisa dikategorikam menjadi atraksi wisata akan 5 tetapi potensi besar ini belum digarap dengan serius untuk dijadikan aset wisata. Dengan potensi besar ini, untuk mengangkat kuliner sebagai aset wisata perlu bentuk kegiatan food tourism (atraksi dan event) yang dikombinasikan dengan atraksi wisata setempat. Nuriata (2014: 2) menyatakan bahwa paket wisata dikategorikan sebagai produk, di mana paket wisata terbentuk dari proses peleburan dari transportasi, hotel, atraksi wisata dan komponen wisata lainnya. Diperkuat kembali oleh Nuriata (2014: 34) yang menyatakan bahwa paket wisata adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yaitu wisatawan, atraksi, fasilitas dan waktu yang setiap subsistem saling berhubungan. Bila dilihat dari pemaparan di atas, Nuriata (2014: 13) paket wisata bisa dengan mudah didapat oleh wisatawan, karena paket wisata bisa dibeli langsung oleh wisatawan atau wisatawan dapat membelinya lewat peran perantara atau intermediary. Biasanya perantara atau intermediary lebih dikenal sebagai travel agent. Nuriata (2014: 16) mendefinisikan travel agent adalah perusahaan yang bekerjasama dengan tour operator atau perusahaan bisnis pariwisata (airlines, hotel, restoran, dan lain - lain) untuk menjual paket wisata kepada wisatawan. Yoeti (1996: 119) pun menegaskan wisatawan perlu bantuan travel agent agar wisatawan dapat menikmati dan puas akan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhannya. Dengan pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa wisatawan tetap membutuhkan peranan dari travel agent untuk memenuhi keinginan wisatawan itu sendiri. Travel agent pun dipercaya bisa memuaskan kebutuhan 6 wisatawan. Tetapi begitu besar potensi wisatawan serta lokasi kuliner di Bandung masih banyak travel agent yang belum berani mengambil kesempatan ini untuk dijadikan peluang untuk meraih keuntungan yang besar. Salah satu travel agent di Bandung menjual berbagai macam produk wisata, yaitu Golden Rama Tours and Travel. Golden Rama Tours and Travel pun melihat bahwa potensi wisata kuliner adalah peluang besar untuk industri pariwisata. Peluang besar ini terlihat dari hasil awal observasi di Golden Rama Tours and Travel Bandung bahwa adanya peningkatan wisatawan yang menginginkan paket wisata kuliner Golden Rama Tours and Travel Bandung. Akan tetapi mereka masih belum memiliki paket wisata dengan atraksi wisata utamanya adalah makanan. Untuk itu penulis mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul “Perencanaan Paket Wisata Kuliner Bandung di Golden Rama Tours & Travel” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka penulis merumuskan bahwa belum tersediannya paket wisata kuliner atau food tourism untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan wisatawan ke Bandung, maka penulis merasa perlu adanya perencanaan paket wisata kuliner Bandung. 7 C. Pembatasan Masalah Penelitian kali ini akan dibatasi dari beberapa hal : 1. Wisatawan yang digunakan untuk menjadi sampel hanya terbatas pada wisatawan domestik (wisatawan dalam negeri). 2. Komponen fasilitas wisata yang akan diteliti terbatas pada transportasi. 3. Penelitian ini pun tidak membahas perhitungan harga dalam paket wisata. D. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang, rumusan serta pembatasan masalah maka penulis mengidentifikasi masalah penelitian kali ini menjadi : 1. Bagaimana profil wisatawan wisata kuliner Bandung? 2. Bagaimana atraksi wisata kuliner Bandung? 3. Bagaimana fasilitas wisata kuliner Bandung? 4. Bagaimana waktu untuk wisata kuliner Bandung? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Tujuan Formal Untuk tujuan formal dari penelitian ini adalah untuk memenuhi Proyek Akhir Diploma IV di Jurusan Perjalanan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung dalam program studi Manajemen Pengaturan Perjalanan. 8 2. Tujuan Operasional Untuk tujuan operasional dari penelitian ini adalah : a. Untuk meningkatkan kompetensi penulis dalam penyusunan paket wisata agar bisa diterima oleh masyarakat. b. Untuk dijadikan bahan pertimbangan paket wisata di Golden Rama Tours and Travel Bandung. c. Untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan penjualan paket wisata Bandung di Golden Rama Tours and Travel Bandung. F. Metode dan Teknik Penelitian 1. Teknik Penelitian Pada penelitian ini, penulis menggunakan
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages134 Page
-
File Size-