BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Vans
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Vans merupakan Brand Sneakers yang melegenda dan mendunia sampai saat ini. Vans membuka tokonya pertama kali pada 16 Maret 1966, di jalan 704E Broadway, di Anaheim, California. Paul Van Doren dan tiga sahabatnya ketika itu mereka menamakan wearhouse store mereka Van Doren Rubber Company, dan sangat unik ketika itu karena mereka langsung memproduksi sepatu mereka disana dan menjualnya langsung kepada publik, seperti toko roti yang membuat roti dadakan dan langsung menjualnya secara langsung ke konsumen dimana konsumen bisa melihat proses pembuatannya secara langsung. Nama series sepatu pertama mereka The Vans #44 deck shoes, yang sekarang dikenal sebagai Vans Authentic, yang dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut. Gambar 1.1 Vans Authentic Sumber: website vans Pada tahun 1970 pemain skateboard di Southern California pada awal tahun 1970 hampir semuanya menyukai dan memakai sepatu Vans. Salah satunya 1 adalah model Vans # 95 atau yang sekarang dikenal sebagai Vans Era yang dirancang oleh Tony Alva dan Stacy Peralta. Dengan bagian kerah yang empuk dan kombinasi warna yang berbeda, Vans Era menjadi sepatu pilihan bagi generasi pemain skateboard pada masa itu. Bentuk Vans Era dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut. Gambar 1.2 Vans Era 1975 Sumber: Vansevolution, 2019 Meskipun penjualan sepatu Vans dapat dikatakan laris manis, berbagai macam polemik yang dihadapi seperti jumlah produk yang diproduksi sangat besar, dan menyerap sumber daya yang besar serta manajemen perusahaan yang kurang baik memaksa Vans Company memiliki hutang yang besar dan mengalami kebangkrutan pada tahun 1983. Hanya berselang tiga tahun dari kebangkrutannya, Vans telah membayar kembali semua kreditur dan keluar dari kebangkrutannya. Kemudian, pada tahun 1988 pemilik asli Vans menjual perusahaan Vans ke sebuah perusahaan investasi perbankan, dan dengan dukungan finansial pemilik baru, Vans memperluas dan meningkatkan eksistensinya di seluruh dunia hingga saat ini. Vans membuat fashion dengan pengaruh subkultur skateboard menjadi trend, straight pants, hoodie, wallet, trucker cap, oversized t-shirt. Vans menjadi salah satu merk yang hadir paling awal merespons hal ini. (tirto.id, 2019). Seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.3 berikut. 2 Gambar 1.3 Produk vans Sumber: vans.com, 2019 Untuk penyebaran official store di indonesia, tersedia di kota-kota besar seperti, Bandung (Paris Van Java Mall), Bekasi (Summarecon Mall Serpong), Jakarta (Mall Kota Kasablanka, Kemang Village, Mall Pondok Indah II, Mall Kelapa Gading, Mall Grand Indonesia, Mall Plaza Senayan. Vans juga bisa didapatkan di beberapa retailer resmi yang menjual sepatu Vans seperti di zalora.co.id, lazada.co.id, poinbreak, SOGO atau Skate Shop lokal di kota-kota besar biasanya menjual Original product atau personal seller di forum-forum jual belia tau social media. tapi yang pasti jika kita membeli sepatu Vans dari Personal seller mesti jeli karena banyak sekali penjual sepatu vans yang menjual sepatu replika. 1.1.1 Visi “Our purpose is to embody and represent the creativity and self expression at the core of action sports and youth culture.” 1.1.2 Logo Vans Dalam setiap perusahaan memiliki logo, dalam logo itu mempunyai makna tersendiri, seperti halnya Vans. 3 Gambar 1.4 Logo Vans Sumber : Triangletowncenter.com Gambar 1.4 menggambarkan makna logo yang bertuliskan Vans yaitu huruf V yang ada pada logo tipografi itu, mengesankan keunikan karena paling menonjol dan memberi naungan garis menyambung di atas huruf lainnya. Sementara itu, warna merah di logo Vans mewakili, semangat, energi dan sukacita, sedangkan warna putih berarti keanggunan dan kemurnian produk perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan istilah "Off the Wall" itu bermula dari para pemain skateboard bermain di beton kolam renang, seperti melawan gravitasi, lalu melakukan pose di udara, kemudian meluncur lagi ke bawah kolam renang. (tirto.id, 2019) 1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri fashion di Indonesia khususnya untuk produk sneakers untuk saat ini sangatlah pesat, baik itu produk lokal ataupun dari luar. Awalnya sepatu jenis ini dikenal sebagai sepatu olahraga. Namun, kini sneakers menjelma jadi alas kaki yang dikenakan dalam berbagai kesempatan, bahkan acara formal sekalipun. Sneakers seolah 'bunglon' yang mampu beradaptasi dengan beragam situasi hingga busana sang pemakai. (terasjakarta.id,2019). tren penggunaan sneakers lebih berkembang di luar negeri dibandingkan Indonesia. Sederet label kenamanaan pun hadir dari mancanegara seperti Adidas, Nike, Puma, Vans, dan masih banyak lagi. Budaya berjalan kaki yang berkembang di negeri-negeri Barat, dilihat Sayed, sebagai salah satu faktor perkembangan sneakers yang pesat. Mereka membutuhkan sepatu yang nyaman dikenakan untuk berjalan kaki. Sayed melihat, ada perubahan gaya hidup yang 4 terjadi selama 10 tahun terakhir. Jika dulu para pekerja wajib mengenakan busana formal, kini mulai banyak dari mereka yang memilih berdandan kasual dan menjadikan sneakers sebagai padanannya.Sneakers perlahan berubah, dari sepatu fungsional, khusus untuk olahraga, menjadi sepatu 'serba bisa'. (terasjakarta.id,2019). Dengan adanya trend sneakers yang sangat pesat, maka dari itu produsen sepatu memanfaatkan peluang dalam kenyataan ini dengan berlomba-lomba mengeluarkan berbagai jenis dan merek yang dikeluarkan di Indonesia. Kepribadian seseorang pun dapat dilihat dari model sepatu yang mereka gunakan sehari-hari, seperti orang yang biasa menggunakan sepatu sneakers merupakan ciri kepribadian orang yang lincah, bernergi dan bersemangat. Dan biasanya ciri- ciri seperti itu terdapat di dalam fase remaja sampai dewasa (Merdeka.com, diakses pada Maret 2019). Invasi vans di Indonesia melalui musisi independen yang menggunakan produk dari vans dan juga vans menjadi sponsor di dalam sebuah event independen. Satu lagi jalur invasi brand ini di tanah air adalah dari budaya pop Jepang yang bisa dikonsumsi kawula muda lewat majalah-majalah impor, rupanya ada juga yang terpengaruh oleh style fashion Jepang. Meski jumlahnya jauh lebih dikit, tapi mereka adalah orang-orang yang memang suka fashion, banyak membaca buku atau majalah yang memang menjadikan gaya Jepang sebagai referensi. Faktanya memang, kehadiran yang dibawa oleh arus streetwear Jepang itu sama sekali nggak mengganggu atau bahkan mempengaruhi pemakai yang datang dari kalangan skateboard atau musik. Mereka cukup nggak peduli sama gaya Jepang itu, karena mereka sesungguhnya menganggap vans sebagai sneakers yang fungsional untuk bermain skate. (hai.grid.id, 2019) Pada awalnya masyarakat Indonesia mendapatkan sepatu vans melalui kolektor dan pebisnis yang membelinya dari luar negeri untuk kemudian dijual kembali di Indonesia. Pada tahun 1990-an penyebarannya masih hanya kepada 5 kalangan tertentu, seperti kehidupan permainan skateboard, atau kehidupan para pecinta musik independen. Barulah pada tahun 2013 Vans membuka store pertamanya di Kota Kasablanka, Jakarta (hai.grid.id, 2019). Gambar 1.5 Gerai vans Kota Kasablanka, Jakarta Sumber: (Ishared.id, diakses pada 2019) Di hampir penghujung tahun 2014 ini, akhirnya Vans membuka gerai pertama diluar Jakarta yaitu di Paris Van Java, Bandung pada 1 November 2014. Gambar 1.6 Gerai Vans Paris Van Java, Bandung Sumber: (pinterest.at, diakses pada 2019) Pada 31 Mei 2019, vans menutup took resmi nya karena distributor vans yaitu PT. Gagan Indonesia dinyatakan bangkrut setelah gagal menjadwal ulang tagihan dari pihak kreditor sebesar Rp273,69 miliar, setara 86,11 persen dari total utang perusahaan. Berdasarkan analisis beberapa pihak, toko resmi Vans di Indonesia gagal bersaing dengan reseller online serta membanjirnya Vans versi 6 replika. Selain itu, hal yang mempengaruhi citra vans yaitu stock best seller yang selalu tidak ada karena adanya staff dari vans itu sendiri berbuat curang dengan mengambil produk untuk dijual kembali, menurut salah satu pecinta vans di Jakarta. (vice.com, 2019) Vans memiliki kompetitor yang sangat kuat didalam industri sepatu, yaitu Nike, Adidas, dan Converse. Penulis melakukan wawancara terhadap 30 orang pengguna sneakers di Kota Bandung mengenai pilihan untuk sneakers yg mereka gunakan, yang memiliki hasil sebagai berikut 2% Vans 33% 30% Adidas Nike Converse Other 13% 17% Gambar 1.7 Kompetitor Sepatu Vans Sumber: Wawancara penulis Berdasarkan gambar 1.7 di atas, diketahui bahwa Vans memiliki beberapa kompetitor yang cukup kuat di kalangan masyarakat. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, dapat dilihat Vans (33%) bersaing dengan converse (30%) mengenai pilihan dari konsumen, karena menurut konsumen, Vans dan Converse lebih mudah ditemui dan harga dari Vans dan Converse cenderung lebih terjangkau. Sementara untuk Adidas (17%) dan Nike (13%) memiliki presentase yang lebih rendah dibandingkan Vans dan Converse, karena jenis dari sepatu yang banyak diminati oleh konsumen sebagian besar tidak masuk ke Indonesia, dan 7 konsumen harus membeli lewat reseller dengan harga yang lebih tinggi dari harga retail nya. Sementara seagian kecil nya sebesar 2% memilih sepatu merek New Balance. bahwa kompetitor vans lebih dulu memasarkan produknya dibandingkan vans. Vans bisa mendapat persentase yang lebih tinggi dari kompetitor lain di dalam wawancara peneliti tersebut karena Vans memiliki desain yang tidak kalah menarik dibandingkan pesaingnya dan Vans memiliki puluhan varian warna sehingga memenuhi kebutuhan para konsumen. Istilah untuk orang-orang yang menggilai trend fashion yaitu Hypebeasts, biasanya orang-orang dengan sebutan