25 Struktur Semiotik Cerita Ken Arok Karya

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

25 Struktur Semiotik Cerita Ken Arok Karya Struktur Semiotik Cerita Ken Arok (Martutik) 25 STRUKTUR SEMIOTIK CERITA KEN AROK KARYA TJAHYANINGTYAS DAN ZHAENAL FANANI TEORI TODOROV Martutik SMPN2 Sumberrejo Hp 081330471856 Abstrak : Penelitian dengan judul Struktur Semiotik Cerita Ken Arok Karya Tjahyaningtyas dan Zhaenal Fanani, Teori Todorov.Novel “Ken Aok ken dedes karya tjahyaningtyas dan Ken arok sumelang Gandring Karya Zhaenal Fanani” ini bertujuan untuk menganalisis struktur semiotik. Penelitian ini merupakan penelitian Pendekatan Obyektif dalam metode struktural semiotik.. Sumber data ini adalah Roman ken arok ken dedes karya Tjahyaningtyas dan ken Arok Sumelang Gandring karya Zhaenal Fanani. Penelitian difokuskan pada permasalahan yang berkaitan struktur dan semantiknya.dalam kajian ini akan dianalisis dengan tiga aspek, yaitu aspek semantik, aspek sintaksis, dan aspek verbal. Hasil penelitian sebagai berikut.Pertama, Aspek Sintaksis yang yang menganalisis terdiri dari urutan Spasial, urutan logis, dan urutan kronologis.Kedua,Aspek Semantik yang menganalisis yaitu hubungan sintakmatik (in presentia) dan hubungan paradigmatik (in absentia). Ketiga, Aspek verbal yang menganalisis hal yang berkenan dengan empat kategori, yaitu kategori modus dan kala, kategori sudut pandang, kategori pencerita, dan kategori ragam bahasa. Kata kunci : Sintaksis, Semantik,Verbal Abstract: The tittle of this reserch is “Struktur Semiotik cerita Ken Arok karya Tjahyaningtyas and Zhaenal Fanani, Todorov Teori.” Novel Ken Arok Ken Dedes made of Tjahyaningtyas, and Ken Arok Sumelang Gandring made of Zhaenal Fanani. “Have the goal, this goal is to analiyse semiotic struktur. This reserch is the objective semiotic struktur methode. The source of the data is ken arok ken dedes made of Tjahyaningtyas and ken arok sumelang gandring made of zhaenal Fanani. The focuse of the resech in the problem related to the structure ang semantic. In this written will be analysed by 3 aspec, thera are : sematic aspec, sintacsis aspec, and verbal aspec. The result of the research are : First, sintacsis aspep analyse, consist of coherence of part of thd data, logic coherence, and cronologic coherence, second semantic aspec analyse relationship beetween semantic (in presense) and relationship paradigmatic (in absense), Therd verbal aspect, analyse someting related to the 4 categories, They are : Modus and time categories, knowledge categories, teller categories and, kinds of the language categories. Keywords : Sintacsise, Semantic, Verbal. 26 EDU-KATA, Vol.6, No. 1, Februari 2019 PENDAHULUAN akan mengkaji struktur beserta Sebuah karya sastra merupakan semantiknya. Dalam kajian ini akan bagian dari kesenian yang menggunakan dianalisis dengan tiga aspek, yaitu aspek bahasa sebagai proses imaginatif dan sintaksis, aspek verbal, dan aspek selalu berada dalam peradaban semantik. kebudayaan manusia. Karya-karya sastra Tujuan yang hendak dicapai dalam merupakan sebuah sarana untuk penelitian ini adalah untuk mengungkap menyampaikan ide-ide atau gagasan yang aspek sintaksis, semantik dan aspek verbal berisi tentang nilai-nilai moral, sosial dalam Cerita Ken Arok, Karya kemasyarakatan, adat istiadat, dan kritik Tjahyaningtyas dan Zhaenal Fanani sosial. Dengan adanya karya sastra berdasarkan strukturalisme semiotik tersebut manusia akan lebih bijak dalam Todorov. memahami pesan moral yang didapatkannya dalam suatu karya sastra METODE PENELITIAN atau sebuah cerita. Dalam penelitian ini pendekatan Dan salah satu karya sastra yang penelitian yang digunakan adalah menjadi kajian dalam analisis ini adalah pendekatan objektif dalam metode cerita Ken Arok, yang menyimpan potensi struktural semiotik. multitafsir. Bisa menyisipkan perihal keris Metode struktural semiotik adalah bernama sumelang gandring buah karya metode gabungan antara metode struktural Empu Sutapasana, tetapi bisa juga dan metode semiotik.Metode struktural eksplorasi jiwa Mpu Gandring yang was- semiotik bertujuan memaparkan secermat was,sumelang terhadap perilaku Ken mungkin fungsi dan keterkaitan antar Arok. Ini tentu menarik. Lebih-lebih berbagai unsur karya sastra dan tanda penulisnya, Tjahyaningtyas dan Zhaenal bahasa secara bersama-sama fanani, sudah mengangkat Ken Arok: menghasilkan sebuah makna yang utuh. cinta dan Tahta (2013). Keduanya akan Analisis karya sastra ini memperkaya ruang imajinasi kita yang menggunakan teori strukturalisme sebelumnyansudah diisi informasi perihal semiotik model Todorov yang memuat kediri dan Singosari dati persektif sejarah. aspek-aspek yaitu aspek sintaksis, Tjahyaningtyas dan Zhaenal Fanani semantik, dan aspek verbal. Teori ini sebagai pengarang berusaha untuk dipilih karena dapat digunakan untuk memetik unsur-unsur yang lebih otentik mengkaji dengan lengkap unsur-unsur dari tawaran tafsir penulisnya atas realitas dalam karya sastra, sehingga isi dan kontemporer terkait persoalan eksternal maksud dalam cerita Ken Arok, dapat sosial politik ataupuninternal psikologis diketahui lebih mendalam. tokoh-tokohnya yang barangkali tidak Teknik pengumpulan data yang jauh berbeda dengan realitas hidup psiko- digunakan dalam analisis ini adalah teknik sosial kita saat ini. Tjahyaningtyas dan studi pustaka Zhaenal Fanani menggunakan bahasa Indonesia dalam bukunya. Hal ini HASIL PENELITIAN bertujuan agar semakin banyak kalangan Analisis Aspek Sintaksis yang mampu memahami cerita. Wacana sastra merupakan sebuah Dalam analisis Cerita Ken Arok, teks naratif yang terdiri atas rangkaian Karya Tjahyaningtyas dan Zhaenal Fanani peristiwa. Rangkaian peristiwa tersebut ini, pengarang menggunakan kajian memiliki hubungan kausalitas dan struktural semiotik model Todorov yang hubungan kronologis. Dalam teks naratif Struktur Semiotik Cerita Ken Arok (Martutik) 27 Ken Arok, karya Tjahyaningtyas dan S-6 Ken Endok bertemu kembali dengan Zhaenal fanani ini, akan dianalisis urutan lelaki yang mengaku sebagai Dewa tekstual, urutan logis, dan urutan Brahma. kronologisnya. 6.1 Ken Endok diberitahu oleh lelaki tersebut jika kelak anaknya akan Urutan tekstual menjadi seorang raja. Urutan tekstual dalam Ken Arok, S-7 Gajah Para dibunuh oleh orang yang karya Tjahyaningtyas dan zhaenal fanani tidak dikenal. dapat dijelaskan ke dalam bentuk sekuen- 7.1 Gajah Para meminta Ken Endok sekuen sebagai berikut: untuk melayaninya, tetapi Ken S-1 Ken Endok menikah dengan Gajah Endok menolaknya. Para, seorang pemuda telat kawin. 7.2 Seseorang datang secara tiba-tiba 1.1 Ken Endok belum nenunjukkan dan menghantam tubuh Gajah Para tanda-tanda kehamilan padahal hingga meregang nyawa. sudah berumah tangga selama dua S-8 Ken Endok melahirkan seorang tahun dengan Gajah Para anak laki-laki. S-2 Ken Endok dihadang oleh dua lelaki S-9 Ken Endok meninggalkan bayinya di Tegal Lelateng ketika akan di sebuah makam. mengirim makanan untuk Gajah S-10 Bayi Ken Endok ditemukan oleh Para di sawah. seorang gembong pencuri bernama 2.1 Ken Endok bertengkar mulut Lembong. dengan kedua lelaki yang tak S-11 Ken Endok mendatangi Lembong dikenalnya. untuk mengakui bahwa bayi yang 2.2 Ken Endok hampir diperkosa oleh ditemukan oleh Lembong adalah kedua lelaki tersebut. anak kandungnya. S-3 Seorang lelaki yang mengaku 11.1 Ken Endok tetap menyerahkan anak sebagai Dewa Brahma (Tunggul tersebut kepada Lembong. Ametung) datang dan 11.2 Bayi tersebut diberi nama menyelamatkan Ken Endok dari Ken Arok. kedua lelaki yang berusaha S-12 Ken Arok tumbuh menjadi anak memperkosanya. yang nakal dan suka berjudi. 3.1 Ken Endok terpesona dengan lelaki 12.1 Ken Arok menghabiskan harta yang mengaku sebagai Dewa kekayaan Lembong untuk berjudi. Brahma karena dia sangat hebat dan 12.1.1 Ken Arok menjual kerbau yang memiliki harta banyak. dititipkan kepala desa kepadanya S-4 Ken Endok dibawa oleh Tunggul dan Lembong yang mengganti Ametung ke sebuah gubuk dan kerugiannya. mendapati dirinya telah terjamah. 12.2 Ken Arok diusir oleh Lembong S-5 Ken Endok mendapati dirinya hamil karena Lembong kesal dengan muda. semua tingkah laku Ken Arok. 5.1 Ken Endok bingung akan ayah S-13 Ken Arok bertemu dengan Bango kandung dari anak yang sedang Samparan, seorang penjudi dari desa dikandungnya. Karuman di tengah jalan. 13.1 Ken Arok diajak oleh Bango Samparan ke tempat perjudian. 28 EDU-KATA, Vol.6, No. 1, Februari 2019 Urutan Logis Hubungan In Presentia (Hubungan Urutan logis dari sekuen-sekuen Sintagmatik) pembentuk cerita Ken Arok, Pendiri Hubungan in presentia atau disebut Dinasti Singasari adalah sebagai berikut: dengan hubungan sintakmatik merupakan Peristiwa S-2 (Ken Endok dihadang oleh hubungan antar unsur-unsur yang hadir dua lelaki di Tegal Lelateng ketika akan bersama dalam teks cerita untuk mengirim makanan untuk Gajah Para di digunakan untuk menelaah struktur sastra sawah.) menyebabkan terjadinya dengan menekankan pada urutan satuan- peristiwa pada sekuen S-3 (Seorang lelaki satuan makna karya sastra yang dianalisis. yang mengaku sebagai Dewa Brahma Dalam anlisis hubungan sintakmatik cerita (Tunggul Ametung) datang dan Ken Arok, ini akan diuraikan tentang menyelamatkan Ken Endok dari kedua tokoh, penokohan, yang kemudian lelaki yang berusaha memperkosanya.) dilanjutkan dengan latar belakang tokoh. sampai dengan33. Peristiwa S-86 Ken Arok (Rangga Wuni menduduki tahta kerajaan Watak dan latar belakang Ken Arok Tumapel dan mendapat gelar dapat digambarkan pada kutipan berikut Wisnuwardana) menyebabkan S-87 ini. Dari kutipan tersebut tergambar jelas (Rangga Wuni berhasil memimpin akan watak Ken Arok yang tumbuh Tumapel menjadi tenteram dan aman, menjadi seorang laki-laki yang sangat serta mengubah nama Tumapel menjadi
Recommended publications
  • Erfina Prabandari110110201010
    Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember RELASI KUASA DAN REPRESENTASITOKOH “KEN AROK” DALAM NASKAH DRAMA KEN AROK KARYA SAINI K.M., NASKAH PARARATON, DAN NASKAH NAGARAKRETA- GAMA: PENDEKATAN INTERTEKSTUALITAS SKRIPSI Oleh Erfina Prabandari NIM 110110201010 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JEMBER 2016 i Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember RELASI KUASA DAN REPRESENTASITOKOH “KEN AROK” DALAM NASKAH DRAMA KEN AROK KARYA SAINI K.M., NASKAH PARARATON, DAN NASKAH NAGARAKRETA- GAMA: PENDEKATAN INTERTEKSTUALITAS SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Sastra Indonesia (S1) dan mencapai gelar Sarjana Sastra Oleh Erfina Prabandari NIM 110110201010 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JEMBER 2016 ii Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahan untuk: 1. ayah Syamsul Arifin, Ibu Ermiyati serta nenek Siti Muryana yang tercinta; 2. almamater Fakultas Sastra Universitas Jember; 3. guru-guru sejak taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. iii Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember MOTO You are the main character in your live, then live well so you will be remembered as the good figure.1 Terjemahan: Kamu merupakan tokoh utama dalam hidupmu, maka hiduplah dengan baik agar kamu dikenang sebagai tokoh yang baik. Grote dingen zijn niet gedaan door impuls maar een reeks van kleine dingen bij elkaar gebracht.2 Terjemahan: Karya besar tidak dikerjakan oleh dorongan, namun oleh rangkaian hal-hal kecil yang dibawa bersama-sama. 1 Moto karya penulis (Erfina Prabandari), sebelumnya belum pernah diterbitkan atau ditulis dalam media apapun. 2 Tulisan Vincent van Gogh (pelukis terkenal dari Belanda) dalam suratnya untuk Theo van Gogh (Oktober 1882).
    [Show full text]
  • Introduction to Old Javanese Language and Literature: a Kawi Prose Anthology
    THE UNIVERSITY OF MICHIGAN CENTER FOR SOUTH AND SOUTHEAST ASIAN STUDIES THE MICHIGAN SERIES IN SOUTH AND SOUTHEAST ASIAN LANGUAGES AND LINGUISTICS Editorial Board Alton L. Becker John K. Musgrave George B. Simmons Thomas R. Trautmann, chm. Ann Arbor, Michigan INTRODUCTION TO OLD JAVANESE LANGUAGE AND LITERATURE: A KAWI PROSE ANTHOLOGY Mary S. Zurbuchen Ann Arbor Center for South and Southeast Asian Studies The University of Michigan 1976 The Michigan Series in South and Southeast Asian Languages and Linguistics, 3 Open access edition funded by the National Endowment for the Humanities/ Andrew W. Mellon Foundation Humanities Open Book Program. Library of Congress Catalog Card Number: 76-16235 International Standard Book Number: 0-89148-053-6 Copyright 1976 by Center for South and Southeast Asian Studies The University of Michigan Printed in the United States of America ISBN 978-0-89148-053-2 (paper) ISBN 978-0-472-12818-1 (ebook) ISBN 978-0-472-90218-7 (open access) The text of this book is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License: https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/ I made my song a coat Covered with embroideries Out of old mythologies.... "A Coat" W. B. Yeats Languages are more to us than systems of thought transference. They are invisible garments that drape themselves about our spirit and give a predetermined form to all its symbolic expression. When the expression is of unusual significance, we call it literature. "Language and Literature" Edward Sapir Contents Preface IX Pronounciation Guide X Vowel Sandhi xi Illustration of Scripts xii Kawi--an Introduction Language ancf History 1 Language and Its Forms 3 Language and Systems of Meaning 6 The Texts 10 Short Readings 13 Sentences 14 Paragraphs..
    [Show full text]
  • RESEARCH NOTES Javanese Names During the Height Of
    KEMANUSIAAN Vol. 20, No. 2, (2013), 81–89 RESEARCH NOTES Javanese Names during the Height of the Hindu-Buddhist Kingdoms in Java: An Ethnolinguistic Study SAHID TEGUH WIDODO Universitas Sebelas Maret, Indonesia. [email protected] Abstract. Javanese names have undergone numerous developments throughout the course of human civilisation. The study of names is an important means of discovering the desires, cultural tastes and lifestyles of the Javanese from one period to another. This study used a qualitative descriptive research method. The data for the research were obtained from Indonesian historical sources, the story of Babad Tanah Jawa, epigraphs and selected informants. The techniques used to collect the data were content analysis and interviews with a number of historical and language experts. The analysis resulted in a description of the development of the form and structure of Javanese names. Based on the historical context, these names were strongly influenced by the Sanskrit language of the centuries- old Hindu and Buddhist traditions in India. The influence of the ancient Javanese language on Javanese names began to appear at the beginning of the Javanese Hindu era, along with a decline in the Hindu-Buddhist influence in Java. This influence was marked by the appearance of elements in names that do not exist as syllables in Sanskrit. This phenomenon indicates an acculturation of the Javanese, Hindu and Buddhist cultures. Ancient Javanese influences are still found today in modern Javanese names, such as in the use of the names Dyah, Jaya, Dewi/Devi, Wardhana, Arya and Rangga. Keywords and phrases: name, Javanese, Hindu, Buddhist, Sanskrit Introduction The height of the Hindu and Buddhist era in Java was marked by the establishment of large kingdoms and a high level of civilisation.
    [Show full text]
  • 128 BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian Mengenai Novel Ken
    BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian mengenai novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah dan legenda “Gunung Kemukus” serta implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMK telah selesai dilakukan. Hasil dari penelitian disimpulkan dalam uraian berikut ini. Novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah memiliki struktur yang padu dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Satu unsur dengan unsur yang lain dalam struktur novel ini saling mendukung sehingga membentuk makna yang dapat dianalisis secara keseluruhan. Strukur yang membangun novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah antara lain tema, tokoh dan penokohan, alur, dan latar. Tema dalam novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah adalah realita perjuangan kehidupan dan sepak terjang Ken Arok, sebagai pendiri Kerajaan Singasari. Kisah yang diwarnai dengan suasana penuh intrik dan konflik, romantisme cinta, siasat licik, api dendam permusuhan, pertumpahan darah. Dimulai dari kisah kelahirannya sebagai bayi buangan, lalu menapaki masa remaja sebagai anak angkat sebuah keluarga pencuri, kemudian masa dewasa sebagai pemimpin komplotan bromocorah yang paling ditakuti di Tumapel. Tokoh yang terdapat dalam novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah antara lain Ken Arok sebagai tokoh utama, Akuwu Tunggul Ametung, Kebo Ijo, Empu Gandring, Begawan Loh Gawe, Ken Endok, Raden Anusapati, Panji Tohjaya, Raden Ranggawuni, Mahisa Campaka, Raden Kertanegara, dan Ken Dedes sebagai tokoh yang menjadi dambaan hati Ken Arok. Masing-masing tokoh tersebut memiliki peran yang mendukung cerita secara keseluruhan. Alur yang menjadi rangkaian cerita dalam novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah adalah alur maju atau progresif.
    [Show full text]
  • Kerajaan Singasari
    Era Kerajaan: Kerajaan Singasari Sumber sejarah tentang Kerajaan Singasari di Jawa Timur adalah kitab-kitab kuno, seperti Pararaton (Kitab Raja-Raja) dan Negarakertagama. Kedua kitab itu berisis sejarah raja-raja. Kerajaan Singasari dan majapahit yang saling berhubungan erat. Ketika Ken Arok berkuasa di Tumapel, di Kerajaan Kediri berlangsung perselisihan antara Raja Kertajaya dengan para Brahmana. Para Brahmana tersebut melarikan diri ke Tumapel. Namun, dalam pertempuran di Ganter, ia mengalami kekalahan dan meninggal. Kemudian, Ken Arok menyatukan Kerajaan Kediri dan Tumapel, serta mendirikan Kerajaan Singasari. Ia bergelar Sri Rangga Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindrawangsa di Jawa Timur. Dari istri yang pertamanya yang bernama Ken Umang, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu Mahisa Wong ateleng, Panji Sabrang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimbu. Ken Arok juga memiliki seorang anak tiri, yaitu Anusapati yang merupakan anak Tunggal Tunggul ametung dan Ken Dedes. Tunggul Ametung adalah Bupati Tumapel yang dibunuh Ken Arok. Pada tahun1227, masa pemerintahan Ken Arok berakhir ketika ia dibunuh oleh anak tirinya Anusapati, sebagai balas dendam terhadap kematian Ayahnya. Diceritakan bahwa Ken Arok dibunuh dengan menggunakan keris Mpu Gandring yang di pakai untuk membunuh Tunggul Ametung. Kemudian Ken Arok dimakamkan di Kagenengan (sebelah selatan Singasari). Setelah Ken Arok wafat, Anusapati yang bergelar Amusanatha, naik tahta sebagai raja kedua Kerajaan Singasari. Anusapati memerintah sampai tahun 1248. Tohjaya yang mengetahui bahwa ayahnya dibunuh oleh Anusapati, merencanakan pembalasan dendam. Tohjaya membunuh Anusapati juga dengan mengunakan keris Mpu Gandring. Setelah Wafat, jenazahanusapati diperabukan di Candi Kidal.
    [Show full text]
  • Kerajaan Singasari.Pdf
    Kerajaan Singasari AWAL BERDIRINYA KERAJAAN Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok.Asal usul Ken Arok tidak jelas.Menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang wanita tani dari Desa Pangkur (sebelah timur Gunung Kawi).Para ahli sejarah menduga ayah Ken Arok seorang pejabat kerajaan, mengingat wawasan berpikir, ambisi, dan strateginya cukup tinggi.Hal itu jarang dimiliki oleh seorang petani biasa.Pada mulanya Ken Arok hanya merupakan seorang abdi dari Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Ken Arok setelah mengabdi di Tumapel ingin menduduki jabatan akuwu dan sekaligus memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Dengan menggunakan tipu muslihat yang jitu, Ken Arok dapat membunuh Tunggul Ametung.Setelah itu, Ken Arok mengangkat dirinya menjadi akuwu di Tumapel dan memperistri Ken Dedes yang saat itu telah mengandung. Ken Arok kemudian mengumumkan bahwa dia adalah penjelmaan Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Hal itu dimaksudkan agar Ken Arok dapat diterima secara sah oleh rakyat sebagai seorang pemimpin. Tumapel pada waktu itu menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Kediri yang diperintah oleh Raja Kertajaya atau Dandang Gendis. Ken Arok ingin memberontak, tetapi menunggu saat yang tepat. Pada tahun 1222 datanglah beberapa pendeta dari Kediri untuk meminta perlindungan kepada Ken Arok karena tindakan yang sewenang-wenang dari Raja Kertajaya. Ken Arok menerima dengan senang hati dan mulailah menyusun barisan, menggembleng para prajurit, dan melakukan propaganda kepada rakyatnya untuk memberontak Kerajaan Kediri. Setelah segala sesuatunya siap, berangkatlah sejumlah besar prajurit Tumapel menuju Kediri.Di daerah Ganter terjadilah peperangan dahsyat.Semua prajurit Kediri beserta rajanya dapat dibinasakan. Ken Arok disambut dengan gegap gempita oleh rakyat Tumapel dan Kediri. Selanjutnya, Ken Arok dinobatkan menjadi raja.Seluruh wilayah bekas Kerajaan Kediri disatukan dengan Tumapel yang kemudian disebut Kerajaan Singasari.Pusat kerajaan dipindahkan ke bagian timur, di sebelah Gunung Arjuna.
    [Show full text]
  • Kris Nusantara: Kris As a Bond of Socio-Cultural Values Shifts Into Individual-Cultural Bonds and As Assets in Business Alternatives
    KRIS NUSANTARA: KRIS AS A BOND OF SOCIO-CULTURAL VALUES SHIFTS INTO INDIVIDUAL-CULTURAL BONDS AND AS ASSETS IN BUSINESS ALTERNATIVES Dharsono1 1 Indonesian Insitute of the Arts Surakarta, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRACT Kris as an artifact is an expression of community culture in the form of artifacts as the result of ideas and human behavior in the community (in this case Javanese society). Kris which was originally used as a bond in socio-cultural values turned into individual-cultural bonds that could be used as assets in business alternatives. To reach the objectives, the steps of research that are carried out with a qualitative research model with a cultural approach are needed, referring to the teachings of Javanese culture in accordance with the philosophy of Javanese culture. This research produces preservation kris, which is stored and treated as one of the culture of kelangenan, as a cultural heritage, and in conservation, namely conservation by trying to develop values in accordance with the social institutions of the community. Kris as a national cultural asset leads to a conservation-progressive force. The tough kris that develops in the kris community is revitalizing conservation (sanggit), vitally still referring to traditional art as its main reference. Kris in the latest development has become a trend in the development of the art business. Keywords: Kris, socio-cultural, conservation, and business. ABSTRAK Keris merupakan ekspresi budaya masyarakat dalam bentuk artefak, hasil dari gagasan dan perilaku manusia Jawa. Pada awalnya, keris yang digunakan sebagai ikatan dalam nilai-nilai sosial-budaya berubah menjadi ikatan individu-budaya yang dapat digunakan sebagai aset dalam alternatif bisnis.
    [Show full text]
  • Nilai-Nilai Karakter Dalam Perjuangan Ken Arok Mendirikan Kerajaan
    Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, Vol. 4 No. 1 Tahun 2021 URL : http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/bihari P-ISSN : 2655-3600, E-ISSN: 2714-7908 Nilai-Nilai Karakter Dalam Perjuangan Ken Arok Mendirikan Kerajaan Singasari Tahun 1222 Roberto Nainggolan a, 1 *, Anny Wahyudi b , Budi Purnomo c a b c Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia 1 [email protected]; * Corresponding author Abstrak Ken Arok merupakan seorang raja dari kerajaan Singasari. Sebelum menjadi raja, ia merebut kekuasaan dari seorang Akuwu di Tumapel yang terkenal kejam bernama Tunggul Ametung. Perlawanan Ken Arok terhadap Tunggul Ametung merupakan upaya perebutan kekuasaan pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kisah ini bahkan diadopsi dalam karya sastra sehingga fakta dari kejadian sejarah pada abad ke-13 ini dapat diteladani dalam kehidupan di abad ke-21 ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang mencakup heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan jika Ken Arok mulanya merupakan seorang rakyat biasa yang mengabdi pada Tunggul Ametung. Pada perkembangannya, ia berhasil mengambil alih kekuasaan Tumapel dan bahkan menaklukan Kerajaan Kediri untuk mendirikan kerajaan Singasari. Nilai karakter yang dapat dipelajarai oleh tokoh Ken Arok adalah pekerja keras, kepemimpinan, dan gagah berani. Kata Kunci: Ken Arok, Tunggul Ametung, Singasari, Nilai Karakter Abstract Ken Arok is a king of the Singasari kingdom. Before becoming king, he seized power from an Akuwu in Tumapel who was famous for being cruel, named Tunggul Ametung. Ken Arok's fight against Tunggul Ametung was the first attempt to seize power in the history of the Indonesian nation. This story is even adopted in literary works so that the facts of historical events in the 13th century can be imitated in life in the 21st century.
    [Show full text]
  • Plagiat Merupakan Tindakan Tidak Terpuji Plagiat
    PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PENYIMPANGAN PERISTIWA SEJARAH DALAM NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI TUMAPEL KARYA GAMAL KOMANDOKO DENGAN TAFSIR SEJARAH NAGARAKRETAGAMA KARYA SLAMET MULJANA PENDEKATAN HISTORIS Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Athalia Wika Ningtyas NIM : 054114023 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PENYIMPANGAN PERISTIWA SEJARAH DALAM NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI TUMAPEL KARYA GAMAL KOMANDOKO DENGAN TAFSIR SEJARAH NAGARAKRETAGAMA KARYA SLAMET MULJANA PENDEKATAN HISTORIS Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Athalia Wika Ningtyas NIM : 054114023 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 i PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI TUGAS AKHIR PENYIMPANGAN PERISTIWA SEJARAH DALAM NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI TUMAPEL KARYA GAMAL KOMANDOKO DENGAN TAFSIR SEJARAH NAGARAKRETAGAMA KARYA SLAMET MULJANA PENDEKATAN HISTORIS Oleh Athalia Wika Ningtyas 054114023 Telah disetujui oleh: Pembimbing I Drs. B. Rahmanto, M.Hum. tanggal, 6 Desember 2010 Pembimbing II S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. tanggal, 6 Desember 2010 ii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI TUGAS AKHIR PENYIMPANGAN PERISTIWA SEJARAH DALAM NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI TUMAPEL KARYA GAMAL KOMANDOKO DENGAN TAFSIR SEJARAH NAGARAKRETAGAMA KARYA SLAMET MULJANA PENDEKATAN HISTORIS Dipersiapkan dan ditulis oleh Athalia Wika Ningtyas NIM: 054114023 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 24 Januari 2011 dan dinyatakan memenuhi syarat SUSUNAN PANITIA PENGUJI Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Drs.
    [Show full text]
  • Unity in Diversity’: a Reading of Ken Arok and Ken Dedes Narratives1
    Surviving Legend, Surviving ‘Unity in Diversity’: a Reading of Ken Arok and Ken Dedes Narratives1 Novita Dewi (National University of Singapore) Abstrak Tulisan ini mengkaji interpretasi-interpretasi ulang atas cerita Ken Arok dan Ken Dedes dalam drama yang ditulis oleh Muhammad Yamin, Ken Arok dan Ken Dedes (1928) dan Pramoedya Ananta Toer novel Arok Dedes (1999). Kedua teks ditafsirkan dengan berlatarbelakang masalah-masalah di Indonesia saat ini, yaitu pelestarian ideologi nasional yang dirumuskan berdasarkan prinsip bhinneka tunggal ika. Pembahasan berkisar seputar alasan-alasan reproduksi narasi tersebut untuk melihat apakah beragam representasi yang terkandung di dalamnya merefleksikan ketegangan dalam sejarah, masyarakat, dan politik Indonesia. Yamin menjadikan kebudayaan Jawa sebagai dasar dari karyanya, sedangkan Pramoedya menggunakan bahan yang sama dengan beberapa pemikiran baru. Sementara fokus drama Yamin adalah pada kesatuan nasional, Arok Dedes karya Pramoedya menekankan pada sikap kritisnya terhadap kondisi politik. Dalam hal ini jelaslah, wacana seringkali mengabaikan kenyataan bahwa ide-ide lokal dibentuk sebagai tanggapan terhadap berbagai bentuk otoritas. Myths, legends, hikayat, babad2 and vari- and socio-political messages were woven into ous other types of folk stories from the ancient these court texts at the time of production. As kingdoms have become familiar backdrops in such, these texts can be treated as referential literary works and stage performances through- and meaningful through the specific cultural, out Indonesian archipelago. Moral, cultural religious and political environments that pro- duced them. 3 Given that these folk stories travel 1 This article is a revised version of the paper pre- sented in the panel on: ‘Unity in Diversity in Folk- lore’ at the 3rd International Symposium of the Jour- tween two controversial heroes, Hang Tuah (embodi- nal ANTROPOLOGI INDONESIA: ‘Rebuilding Indo- ment of loyalty to authority) and Hang Jebat (symbol nesia, a Nation of “Unity in Diversity”: Towards a of outlawry).
    [Show full text]
  • Ken Angrok Pendiri Wangśa Rājasa
    KEN ANGROK PENDIRI WANGŚA RĀJASA Devan Firmansyah 1) Program Studi Pendidikan Sejarah dan Sosiologi Ikip Budi Utomo Malang [email protected] Yahmin 2) IKIP Budi Utomo Malang [email protected] ABSTRACT This research have a purpose to reveal Ken Angrok’s figure in establish Tumapĕl’s Kingdom and also Wangśa Rājasa’s cause Ken Angrok establish this family’s name in 13th Century. In this research, have a research’s methods can be use, that is historiography’s methods. Historiography’s methods consist of four stage. This stage is: 1) Heuristic (aggregation of data source, that is ancient inscription, manuscript, foreign’s report and folklore); 2) Criticical Source (verify to accurate data source); 3) Interpretation (declension to various sata source); and 4) Historriography (writing about result’s research into form about scientific activities). This research can be conclusion that is Ken Angrok succesfull fall out Kaḍiri’s Kingdom and establish his kingdom and the new dynasty’s name. Successful from Ken Angrok because the right political strategy and with support from the clergy, the leader from local’s area and the leader from vilages in the east Kawi’s Mountain and the legitimacy from politics pass through his wedding with Ken Dĕḍĕs. Keyword: Ken Angrok, Wangśa Rājasa, Kerajaan Tumapĕl. PENDAHULUAN Setelah pembagian Kerajaan Pertentangan tersebut terjadi Mĕdang yang dilakukan oleh Raja sampai masa Kerajaan Kaḍiri akhir. Airlangga menjadi dua yaitu Keraja-an Keraja-an Kaḍiri sendiri adalah penerus Janggala dan Paṅjalu kepada para Kerajaan Paṅjalu, yang keberadaan putranya pada tahun 1052 M (Hinzler & awalnya dapat diketahui lewat pra-sasti Schoterman, 1979:483; Kusumadewi, Padlĕgan tahun 1038 Śaka (11 Januari 1988:74 dan Riana, 2009:333), di Jawa 1117 M) bersama dengan para rajanya telah terjadi dis-integrasi sosial-politik dan menghiasi panggung sejarah Jawa (Tim juga da-lam beberapa aspek-aspek Penulisan Sejarah Nasional II, 2010:286).
    [Show full text]
  • Download Article
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 542 Proceedings of the 2nd Annual Conference on Social Science and Humanities (ANCOSH 2020) The Power of the King of Java in the Indonesian Novel Gatot Sarmidi*, Suryantoro Universitas PGRI Kanjuruhan Malang Malang, Indonesia *[email protected], [email protected] Abstract—Indonesian literature reflects and represents the The subject of power is commonly discussed in critical power narrated by the figures of the kings of Java. The narrative discourse analysis, namely the discussion of power discourse. can be seen in the novels of Airlangga, Arok Dedes, and Minak In literature, there is a discourse on power in the discussion of Jinggo Sekar Kedaton. Research that uses socio-historical hegemony and the representation of power politics in literature. approach is analysed based on critical discourse analysis and As a discourse, a novel is a form of the author's way of interpreted using hermeneutics as a qualitative descriptive describing, saying and discussing the reality of life events in research method. The result of this study are in the form of human life that are represented imaginatively. descriptive and power conflicts of Javanese kings in the Airlangga, Arok Dedes, and Minak Jinggo Sekar Kedaton novels Novel as a discourse is a fixation and stabilization of from the ideological, sociological, and cultural aspects which reality, events or experiences into writing. As a discourse, presented critically according to their review. Ideologically, novels are structured, determined and controlled by a particular sociologically and culturally presented in the novel Airlangga, episteme or represented by appreciation, reflection, reminder, Arok Dedes, and Minak Jinggo Sekar Kedston are nostalgic thoughts, ideas and views of reality, events, life experiences representations of history and heroism, Javanese human history and even human life and life itself.
    [Show full text]