Dampak Perkembangan Bisnis Transportasi Udara Dalam Rangka Asean Open Sky Terhadap Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2015-2017

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Dampak Perkembangan Bisnis Transportasi Udara Dalam Rangka Asean Open Sky Terhadap Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2015-2017 DAMPAK PERKEMBANGAN BISNIS TRANSPORTASI UDARA DALAM RANGKA ASEAN OPEN SKY TERHADAP EKONOMI POLITIK INDONESIA TAHUN 2015-2017 Oleh : Erido B Surbakti [email protected] Pembimbing : Dr. Pazli, S.IP. M.Si Bibliografi : 12 Buku, 10 Jurnal, 19 Website, Skripsi 1 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru, Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277 Abstract The ASEAN member states have agreed to implement the ASEAN open sky policy in 2015. This policy gives an impact on the aviation world, especially on the freedom to fly across the ASEAN countries. This paper examines the impact of air transport business in order Asean open sky to economic growth and politic Indonesia , Indonesia airline industry conditions, the position of the Indonesian aviation industry compared to other ASEAN countries. The study uses qualitative descriptive approach where secondary data used as the basis of analysis. The study concludes that air transport has a positif impact on economic growth development and image of aviator Indonesia in global . arising from both supply and demand side. Indonesia itself has a great potential for the development of air transport due its position, which is more profitable than other ASEAN countries. In this regard, government itself should pay attention to the problem of air traffic management and airport infrastructure development in a sustainable manner in order to deal with ASEAN open sky. Keywords: ASEAN, open sky, aviation, economic growth development JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 1 PENDAHULUAN berfokus pada tiga pilar utama bagi Penelitian ini akan membahas ASEAN yaitu ASEAN Political-Security mengenai bagaimana “ Dampak Community (APSC), ASEAN Economic Perkembangan Bisnis Transportasi Community (AEC), dan ASEAN 8 Udara Dalam Rangka ASEAN OPEN Socio-Cultural Community. Ketiga pilar SKY Terhadap Ekonomi Politik ini dianggap dapat menjadi stimulus Indonesia Tahun 2015-2017” yang di bagi percepatan integrasi ASEAN. mulai sejak tahun 2015 . Transportasi Salah satu pilar ekonomi yang menjadi merupakan bagain yang tidak dapat peluang bagi Indonesia adalah open sky dipisahkan dari aktivitas manusia. policy yang merupakan blueprint yang Menurut Morlok (1978), transportasi mengatur sektor transportasi udara didefinisikan sebagai kegiatan sebagai sarana pendukung mobilisasi memindahkan atau mengangkut sesuatu masyarakat ASEAN. Pada tahun 2015 dari suatu tempat ketempat lain1 diadakan ASEAN Open Sky yang Aktivitas manusia sendiri pada dasarnya merupakan kebijakan untuk membuka merupakan gabungan dari pemenuhan wilayah udara antar sesama anggota kebutuhan primer dan sekunder (bahkan ASEAN.Kebijakan ini merupakan tersier) dalam klaster obyektivitas bentuk liberalisasi angkatan udara yang ekonomi, sosial, politik, hankam dan telah menjadi komitmen kepala negara budaya. dari masing-masing anggota dalam Bali Kesemuanya itu akan mengerucut pada Concord II yang dideklarasikan pada pencapaian kemakmuran dan KTT ASEAN tahun 20032. Tujuan dari kesejahteraan sebagai indikator digagasnya open sky policy adalah peningkatan taraf hidup manusia yang untuk meliberalisasi jasa transportasi lebih baik. Secara pinsipnya, aktivitas udara secara penuh. Liberalisasi manusia yang muncul dapat penerbangan ini merupakan strategi dikategorikan dalam dua aspek yaitu mobilisasi masyarakat ASEAN yang aspek produksi dan aspek konsumsi. nantinya akan mempermudah masuknya Interaksi aktivitas produksi dan investasi serta turis asing yang menjadi konsumsi yang dilakukan melahirkan sumber pasar bagi Indonesia. adanya hubungan aktivitas yang Liberalisasi penerbangan di memerlukan media pelayanan ASEAN juga dapat dijadikan sebagai pergerakan apabila kedua lokasi stimulus bagi persaingan yang akan aktivitas tersebut dibatasi oleh kondisi timbul di setiap maskapai domestik geografi dan keterbatasan sumber daya. masing-masing negara anggota. Dalam Sistem transportasi yang berkembang kerja sama open sky, terdapat hingga saat ini (terutama di Indonesia ) sekumpulan aspek kebijakan yang telah memberikan pelayanan dalam dilakukan secara berbeda, misalnya berbagai bentuk pergerakan deregulasi kapasitas dan penghapusan mekanis.Salah satu sistem transportasi kendali pemerintah atas harga yang tersebut adalah sistem transportasi ditetapkan, sehingga akan berdampak berbasis moda udara. Yang hinnga saat pada melonggarnya peraturan-peraturan ini menjadi Transportasi yang favorit di kalangan masyarakat yang ingin 2 berpergian ASEAN Charter yang http://www.asean.org/archive/5187-10.pdf ( di akses pada oktober 2018 ) 1 http://e- journal.uajy.ac.id/7732/3/TA213706.pdf (di akses agustus 2018) JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 2 dalam industri jasa transportasi udara. yaitu PUPR dan Perhubungan , antara Secara khusus, open sky mendorong lain jalan tol, bandara, stasiun , terjadinya kompetisi yang Namun, pelabuhan yang merupakan faktor konsekuensi dari diratifikasinya open penunjang aksesbitilitas masyarakat sky pada tahun 2015 diantaranya adalah untuk beraktifitas. Dalam rangka ketidak seimbangan jumlah armada ASEAN OPEN SKY pemerintah penerbangan yang dimiliki negara- Indonesia membangun beberapa jalan negara ASEAN, intensitas dan jumlah tol dan kereta api untuk menuju dan dari rute penerbangan pada negara – negara bandara antara lain jalan tol Medan – yang mengimplementasikan open sky, kuala Namu , Denpasar – Ngurah rai , serta volume penumpang. Secara garis Seokarno hatta- Jakarta. Antara tahun besar, kesiapan suatu negara dalam 2015 sampai 2017, sudah terbangun implementasi open sky akan jalur kereta api yang panjang mempengaruhi peluang dan tantangan akumulatif-nya sekitar 369 kilometer bagi negara yang meratifikasinya. selain spoor rel kereta, sudah terbangun 11 itu Dampak lain yang di timbulkan bandara baru, dan 397 kilometer jalan ASEAN OPEN SKY terhadap tol yang sudah ‎ranopsarepo4. Selain itu Indonesia anatar lain . ASEAN OPEN SKY juga berdampak 1. Secara Analisis pada sekor pariwisata yang merupakan Sektor penerbangan nasional salah satu sektor pemasukan bagi dinilai belum siap untuk Indonesia.Liberalisasi pada sektor udara mengimplementasikan rezim ASEAN membuat penerbangan langsung ke Open Sky. Dampak terburuk dari tempat wisata lebih mudah dan liberalisasi angkutan udara bagi membawa efek positif bagi industri Indonesia adalah lemahnya posisi pariwisata ,jumlah wistawan asing ( Indonesia yang memiliki jumlah wisman ) yang masuk ke Indonesia bandara internasional terbanyak di memalui pintu masuk bandara pada antara negaranegara ASEAN, dengan tahun 2015 yaitu , 888.080 dan pada 29 bandara. Situasi ini dapat membuat tahun 2016 sekitar 976.000 Indonesia berakhir menjadi pasar bagi pengunjung atau naik sekitar 10,20% negara-negara ASEAN lainnya. dan pengunjung ASEAN Situasi tersebut diperparah Menyumabang 25 % total wisatawan dengan kondisi infrastruktur bandara yang masuk ke indonesia 5,meyumbang internasional di Indonesia. Oleh karena Devisa dari sektor pariwisata pada 2016 itu Presiden Jokowi ingin membenahi sebesar US$ 13,568 miliar6. Oleh infrastruktur bandara internasional di karena itu pemerintah Indonesia di Indonesia . Oleh karena itu dalam bawah pemerintahan Jokowi ingin rangka mengahadapi ASEAN OPEN menjadikan ASEAN OPEN SKY SKY pemerintahan Jokowi mengglontorkan APBN negara sekitar 4 3 21 Triliun dari APBN . dimanfaatkan https://www.liputan6.com/bisnis/read/3620394/ untuk membiayai sektor-sektor 11-bandara-baru-hingga-397-km-jalan-tol- produktif dalam pembangunan. Sektor- dibangun-di-era-jokowi ( di akses pada oktober sektor Produktif yang di kembangkan 2018) 5 Statistic wisman http://www.kemenpar.go.id (di akses pada oktober 2018) 3 6 https://finance.detik.com/berita-ekonomi- http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2016/10/2 bisnis/d-3687715/tiga-tahun-jokowi-jk- 0/2-tahun-jokowi--jk-kerja-nyata-id1- pariwisata-sumbang-devisa-terbesar-kedu ( di 1476944594.pdf ( di akses pada oktober 2018) akses pada oktober 2018) JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 3 bukan sebagai tantangan dan hambatan dimana dalam bab ini juga akan melainkan sebagai peluang untuk membahas penegertian dan sejarah pemasukan devisa negara. Asean open sky dapengetian Asean . Bandara internasional di Indonesia open sky . perkembangan bisnis yang dibuka untuk open sky yaitu transportasi udara di Indonesia yang Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, begittu pesat dan pengunaan moda Bandara I Gusti Ngurah Rai di transportasi udara yang terus meningkat Denpasar, Bandara Ir. Juanda di bahkan menjadi salah kebutuhan pokok Surabaya, Bandara Sutan Hassan udin dalam kehidupan global saaai ini dalam di Makassar, dan Bandara Kuala Namu bab ini akan mejelaskan pengertian di Medan. Dengan demikian kelima transportasi sejarah tansportasi di bandara tersebut merupakan bandara Indonesi dan serta bagaiamna yang memiliki kebijakan liberalisasi perkembangan bisnis transportasi udara penerbangan dengan wilayah negara di Indonesia ASEAN Open Sky Policy ASEAN yang lainnya. Sebagai sebuah Pada Desember 1995 bertepatan rezim internasional, ASEAN Open Sky dengan berlangsungnya The Fifth Policy mendeklarasikan pasar tunggal Summit di Bangkok di mana para ASEAN Single Aviation Market pemimpin ASEAN memutuskan untuk (ASAM) pada Desember 2015. memasukkan perkembangan terhadap 2. Secara Mekanis open sky dalam The Plan of Action for Dalam pekembangan bisnis Transport and Communication (1994- tranportasi udara dalam rangkan 1996). Di tahun yang sama pula ASEAN OPEN SKY
Recommended publications
  • Liste-Exploitants-Aeronefs.Pdf
    EN EN EN COMMISSION OF THE EUROPEAN COMMUNITIES Brussels, XXX C(2009) XXX final COMMISSION REGULATION (EC) No xxx/2009 of on the list of aircraft operators which performed an aviation activity listed in Annex I to Directive 2003/87/EC on or after 1 January 2006 specifying the administering Member State for each aircraft operator (Text with EEA relevance) EN EN COMMISSION REGULATION (EC) No xxx/2009 of on the list of aircraft operators which performed an aviation activity listed in Annex I to Directive 2003/87/EC on or after 1 January 2006 specifying the administering Member State for each aircraft operator (Text with EEA relevance) THE COMMISSION OF THE EUROPEAN COMMUNITIES, Having regard to the Treaty establishing the European Community, Having regard to Directive 2003/87/EC of the European Parliament and of the Council of 13 October 2003 establishing a system for greenhouse gas emission allowance trading within the Community and amending Council Directive 96/61/EC1, and in particular Article 18a(3)(a) thereof, Whereas: (1) Directive 2003/87/EC, as amended by Directive 2008/101/EC2, includes aviation activities within the scheme for greenhouse gas emission allowance trading within the Community (hereinafter the "Community scheme"). (2) In order to reduce the administrative burden on aircraft operators, Directive 2003/87/EC provides for one Member State to be responsible for each aircraft operator. Article 18a(1) and (2) of Directive 2003/87/EC contains the provisions governing the assignment of each aircraft operator to its administering Member State. The list of aircraft operators and their administering Member States (hereinafter "the list") should ensure that each operator knows which Member State it will be regulated by and that Member States are clear on which operators they should regulate.
    [Show full text]
  • RASG-PA ESC/29 — WP/04 14/11/17 Twenty
    RASG‐PA ESC/29 — WP/04 14/11/17 Twenty ‐ Ninth Regional Aviation Safety Group — Pan America Executive Steering Committee Meeting (RASG‐PA ESC/29) ICAO NACC Regional Office, Mexico City, Mexico, 29‐30 November 2017 Agenda Item 3: Items/Briefings of interest to the RASG‐PA ESC PROPOSAL TO AMEND ICAO FLIGHT DATA ANALYSIS PROGRAMME (FDAP) RECOMMENDATION AND STANDARD TO EXPAND AEROPLANES´ WEIGHT THRESHOLD (Presented by Flight Safety Foundation and supported by Airbus, ATR, Embraer, IATA, Brazil ANAC, ICAO SAM Office, and SRVSOP) EXECUTIVE SUMMARY The Flight Data Analysis Program (FDAP) working group comprised by representatives of Airbus, ATR, Embraer, IATA, Brazil ANAC, ICAO SAM Office, and SRVSOP, is in the process of preparing a proposal to expand the number of functional flight data analysis programs. It is anticipated that a greater number of Flight Data Analysis Programs will lead to significantly greater safety levels through analysis of critical event sets and incidents. Action: The FDAP working group is requesting support for greater implementation of FDAP/FDMP throughout the Pan American Regions and consideration of new ICAO standards through the actions outlined in Section 4 of this working paper. Strategic Safety Objectives: References: Annex 6 ‐ Operation of Aircraft, Part 1 sections as mentioned in this working paper RASG‐PA ESC/28 ‐ WP/09 presented at the ICAO SAM Regional Office, 4 to 5 May 2017. 1. Introduction 1.1 Flight Data Recorders have long been used as one of the most important tools for accident investigations such that the term “black box” and its recovery is well known beyond the aviation industry.
    [Show full text]
  • U.S. Department of Transportation Federal
    U.S. DEPARTMENT OF ORDER TRANSPORTATION JO 7340.2E FEDERAL AVIATION Effective Date: ADMINISTRATION July 24, 2014 Air Traffic Organization Policy Subject: Contractions Includes Change 1 dated 11/13/14 https://www.faa.gov/air_traffic/publications/atpubs/CNT/3-3.HTM A 3- Company Country Telephony Ltr AAA AVICON AVIATION CONSULTANTS & AGENTS PAKISTAN AAB ABELAG AVIATION BELGIUM ABG AAC ARMY AIR CORPS UNITED KINGDOM ARMYAIR AAD MANN AIR LTD (T/A AMBASSADOR) UNITED KINGDOM AMBASSADOR AAE EXPRESS AIR, INC. (PHOENIX, AZ) UNITED STATES ARIZONA AAF AIGLE AZUR FRANCE AIGLE AZUR AAG ATLANTIC FLIGHT TRAINING LTD. UNITED KINGDOM ATLANTIC AAH AEKO KULA, INC D/B/A ALOHA AIR CARGO (HONOLULU, UNITED STATES ALOHA HI) AAI AIR AURORA, INC. (SUGAR GROVE, IL) UNITED STATES BOREALIS AAJ ALFA AIRLINES CO., LTD SUDAN ALFA SUDAN AAK ALASKA ISLAND AIR, INC. (ANCHORAGE, AK) UNITED STATES ALASKA ISLAND AAL AMERICAN AIRLINES INC. UNITED STATES AMERICAN AAM AIM AIR REPUBLIC OF MOLDOVA AIM AIR AAN AMSTERDAM AIRLINES B.V. NETHERLANDS AMSTEL AAO ADMINISTRACION AERONAUTICA INTERNACIONAL, S.A. MEXICO AEROINTER DE C.V. AAP ARABASCO AIR SERVICES SAUDI ARABIA ARABASCO AAQ ASIA ATLANTIC AIRLINES CO., LTD THAILAND ASIA ATLANTIC AAR ASIANA AIRLINES REPUBLIC OF KOREA ASIANA AAS ASKARI AVIATION (PVT) LTD PAKISTAN AL-AAS AAT AIR CENTRAL ASIA KYRGYZSTAN AAU AEROPA S.R.L. ITALY AAV ASTRO AIR INTERNATIONAL, INC. PHILIPPINES ASTRO-PHIL AAW AFRICAN AIRLINES CORPORATION LIBYA AFRIQIYAH AAX ADVANCE AVIATION CO., LTD THAILAND ADVANCE AVIATION AAY ALLEGIANT AIR, INC. (FRESNO, CA) UNITED STATES ALLEGIANT AAZ AEOLUS AIR LIMITED GAMBIA AEOLUS ABA AERO-BETA GMBH & CO., STUTTGART GERMANY AEROBETA ABB AFRICAN BUSINESS AND TRANSPORTATIONS DEMOCRATIC REPUBLIC OF AFRICAN BUSINESS THE CONGO ABC ABC WORLD AIRWAYS GUIDE ABD AIR ATLANTA ICELANDIC ICELAND ATLANTA ABE ABAN AIR IRAN (ISLAMIC REPUBLIC ABAN OF) ABF SCANWINGS OY, FINLAND FINLAND SKYWINGS ABG ABAKAN-AVIA RUSSIAN FEDERATION ABAKAN-AVIA ABH HOKURIKU-KOUKUU CO., LTD JAPAN ABI ALBA-AIR AVIACION, S.L.
    [Show full text]
  • Profil Asosiasi
    PROFIL ASOSIASI NOPEMBER 2019 ISI DASAR HUKUM VISI & MISI STRUKTUR ORGANISASI UMUM JUMLAH & PERAN ANGGOTA PROGRAM KERJA ASOSIASI EXECUTIVE COMMITTEES ANNUAL GENERAL MEETINGS DASAR HUKUM DAN REFERENSI KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP / 5 / AU 701 / PHB – 89 TENTANG ASOSIASI PENERBANGAN NASIONAL ATAU INDONESIA NATIONAL AIR CARRIERS ASSOCIATION TANGGAL 23 NOPEMBER 1989 AKTE NOTARIS TITIEK IRAWATI S.S.H. , PERIHAL AKTA : PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT TENTANG ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENERBANGAN NASIONAL ATAU DISEBUT INDONESIA NATIONAL AIR CARRIERS ASSOCIATION (INACA) NO.: 8.- TAHUN 2000 (lihat akte 15 feb 2010) pasal 10) AKTE NOTARIS TITIEK IRAWATI S.S.H. , PERIHAL AKTA : PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT TENTANG ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENERBANGAN NASIONAL ATAU DISEBUT INDONESIA NATIONAL AIR CARRIERS ASSOCIATION (INACA) NO.: 42.- TANGGAL 15 JUNI 2006 AKTE NOTARIS TITIEK IRAWATI S.S.H. , PERIHAL AKTA : PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT TENTANG ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENERBANGAN NASIONAL ATAU DISEBUT INDONESIA NATIONAL AIR CARRIERS ASSOCIATION (INACA) NO.: 69.- TANGGAL 15 FEBRUARI 2010 AKTE NOTARIS TITIEK IRAWATI S.S.H. , PERIHAL AKTA : PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT TENTANG ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENERBANGAN NASIONAL ATAU DISEBUT INDONESIA NATIONAL AIR CARRIERS ASSOCIATION (INACA) NO.: 44.- TANGGAL 28 SEPTEMBER 2010 AKTE NOTARIS TITIEK IRAWATI S.S.H. , PERIHAL AKTA : PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT TENTANG ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENERBANGAN NASIONAL ATAU DISEBUT INDONESIA NATIONAL AIR CARRIERS ASSOCIATION
    [Show full text]
  • RASMAG/21−WP25 14-17/06/2016 International Civil Aviation Organization the Twenty-First Meeting of the Regional Airspace Safet
    RASMAG/21−WP25 14-17/06/2016 International Civil Aviation Organization The Twenty-First Meeting of the Regional Airspace Safety Monitoring Advisory Group (RASMAG/21) Bangkok, Thailand, 14-17 June 2016 Agenda Item 5: Airspace Safety Monitoring Activities/Requirements in Asia/Pacific Region ESTIMATE OF RVSM LONG TERM HEIGHT MONITORING BURDEN FOR THE AUSTRALIAN AIRSPACE MONITORING AGENCY (AAMA) (Presented by Australia) SUMMARY This paper presents the current monitoring burden for aircraft registered and operated by Australia, Indonesia, the Solomon Islands and Papua New Guinea to meet Annex 6 requirements. 1. Introduction 1.1. The Long Term Height Monitoring Impact Statement developed by RASMAG was endorsed by APANPIRG/20 in September 2009. That statement included a determination by each of the Asia/Pacific Regional Monitoring Agencies (RMAs) of the anticipated monitoring burden for each State within the region. RASMAG/12 tasked the RMAs to review and update that data and subsequent meetings have seen RMAs report accordingly. The Australian Airspace Monitoring Agency (AAMA) last provided anticipated monitoring burden data at RASMAG/20. This current paper provides an update to that data. 2. Discussion 2.1 The AAMA has previously supplied data on its anticipated monitoring burden following the implementation of long term height monitoring in November 2010. The data was based on a review of the current RVSM approvals data for the State airspaces that the AAMA is responsible for, taking into account completed successful monitoring activity. 2.2 A review of the most recent RVSM approvals databases maintained by the AAMA on behalf of ICAO determined that the total number of RVSM approved aircraft totalled 1135 as at 8 June 2016.
    [Show full text]
  • EU) No 659/2013 of 10 July 2013 Amending Regulation (EC
    L 190/54 EN Official Journal of the European Union 11.7.2013 COMMISSION IMPLEMENTING REGULATION (EU) No 659/2013 of 10 July 2013 amending Regulation (EC) No 474/2006 establishing the Community list of air carriers which are subject to an operating ban within the Community (Text with EEA relevance) THE EUROPEAN COMMISSION, the framework of Regulation (EC) No 2111/2005 and its implementing Regulation (EC) No 473/2006, with competent authorities and air carriers of the states of Having regard to the Treaty on the Functioning of the European Curaçao & St Maarten, Republic of Guinea, India, Iran, Union, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Mozambique and Nepal. The Air Safety Committee also received updates from the Having regard to Regulation (EC) No 2111/2005 of the Commission about technical consultations with the European Parliament and the Council of 14 December 2005 Russian Federation and concerning monitoring of on the establishment of a Community list of air carriers subject Bolivia, Tajikistan and Turkmenistan. to an operating ban within the Community and on informing air passengers of the identity of the operating carrier, and repealing Article 9 of Directive 2004/36/CE ( 1 ), and in particular (6) The Air Safety Committee has heard presentations by Article 4 thereof ( 2), EASA about the results of the analysis of audit reports carried out by the International Civil Aviation Organi­ sation ('ICAO') in the framework of ICAO’s Universal Whereas: Safety Oversight Audit Programme ('USOAP'). Member States were invited to prioritize ramp inspections on (1) Commission Regulation (EC) No 474/2006 of 22 March air carriers licensed by states in respect of which 2006 ( 3 ) established the Community list of air carriers Significant Safety Concerns ('SSC') have been identified which are subject to an operating ban within the by ICAO or in respect of which EASA concluded that Union referred to in Chapter II of Regulation (EC) No there are significant deficiencies in the safety oversight 2111/2005.
    [Show full text]
  • CHANGE FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION CHG 2 Air Traffic Organization Policy Effective Date: November 8, 2018
    U.S. DEPARTMENT OF TRANSPORTATION JO 7340.2H CHANGE FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION CHG 2 Air Traffic Organization Policy Effective Date: November 8, 2018 SUBJ: Contractions 1. Purpose of This Change. This change transmits revised pages to Federal Aviation Administration Order JO 7340.2H, Contractions. 2. Audience. This change applies to all Air Traffic Organization (ATO) personnel and anyone using ATO directives. 3. Where Can I Find This Change? This change is available on the FAA website at http://faa.gov/air_traffic/publications and https://employees.faa.gov/tools_resources/orders_notices. 4. Distribution. This change is available online and will be distributed electronically to all offices that subscribe to receive email notification/access to it through the FAA website at http://faa.gov/air_traffic/publications. 5. Disposition of Transmittal. Retain this transmittal until superseded by a new basic order. 6. Page Control Chart. See the page control chart attachment. Original Signed By: Sharon Kurywchak Sharon Kurywchak Acting Director, Air Traffic Procedures Mission Support Services Air Traffic Organization Date: October 19, 2018 Distribution: Electronic Initiated By: AJV-0 Vice President, Mission Support Services 11/8/18 JO 7340.2H CHG 2 PAGE CONTROL CHART Change 2 REMOVE PAGES DATED INSERT PAGES DATED CAM 1−1 through CAM 1−38............ 7/19/18 CAM 1−1 through CAM 1−18........... 11/8/18 3−1−1 through 3−4−1................... 7/19/18 3−1−1 through 3−4−1.................. 11/8/18 Page Control Chart i 11/8/18 JO 7340.2H CHG 2 CHANGES, ADDITIONS, AND MODIFICATIONS Chapter 3. ICAO AIRCRAFT COMPANY/TELEPHONY/THREE-LETTER DESIGNATOR AND U.S.
    [Show full text]
  • Perpustakaan.Uns.Ac.Id Digilib.Uns.Ac.Id Commit to User CHAPTER I INTRODUCTION A. Background Tourism Is a Journey for Holiday Or
    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CHAPTER I INTRODUCTION A. Background Tourism is a journey for holiday or activity out of town or even overseas which can be done alone or group by using land, sea or air transportation. Tourism is very important for a country to advance his country; including Indonesia. Besides increasing the foreign reserves of the country, tourism can also provide new jobs for the local people who live in the tourism area. The existence of those new jobs will also increase people and the government’s income. It also can encourage governments and local communities to develop the necessary facilities and infrastructure for the tourism regions. Indonesia is the number four world’s most populated country because Indonesia has a total population for about 250 million people. Indonesia is also the largest archipelago country in the world because it has 13.466 islands. Economic Impact Report by 2014 issued by the WTTC pointed out that there was an increase in international visitors as much as 15.1% in domestic tourism in Indonesia last year. As we know, to do the activity of tourism in Indonesia we need some kinds of transportation because Indonesia has many areas that are separated by mountains and seas. There are three types of transportation in Indonesia, namely; land, sea and water transportation. Of these three types of such transportation, air transportation is extremely beneficial for some people especially for people who love traveling everywhere and for a businessman who has to travel from one place to another because it is very efficient.
    [Show full text]
  • Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember
    DigitalDigital RepositoryRepository UniversitasUniversitas JemberJember LIBERALISASI INDUSTRI PENERBANGAN INDONESIA STUDI KASUS: DAMPAK BEROPERASINYA LOW COST CARRIER TERHADAP PERTUMBUHAN PARIWISATA DI BALI (AVIATION INDUSTRY LIBERALISATION IN INDONESIA CASE STUDY: LOW COST CARRIER OPERATION’S IMPACT TOWARDS TOURISM GROWTH IN BALI) SKRIPSI Oleh REZKA NUR AULIA NIM 100910101054 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER 2017 i DigitalDigital RepositoryRepository UniversitasUniversitas JemberJember LIBERALISASI INDUSTRI PENERBANGAN INDONESIA STUDI KASUS: DAMPAK BEROPERASINYA LOW COST CARRIER TERHADAP PERTUMBUHAN PARIWISATA DI BALI (AVIATION INDUSTRY LIBERALISATION IN INDONESIA CASE STUDY: LOW COST CARRIER OPERATION’S IMPACT TOWARDS TOURISM GROWTH IN BALI) SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi Program Ilmu Hubungan Internasional (S1) dan mencapai gelar Sarjana Sosial Oleh REZKA NUR AULIA NIM 100910101054 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER 2017 2 DigitalDigital RepositoryRepository UniversitasUniversitas JemberJember MOTO Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah berserta kita (At Taubah:40)1 1 Departemen Agama Republik Indonesia. 2004. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: PT Sya’amil Cipta Media. 3 DigitalDigital RepositoryRepository UniversitasUniversitas JemberJember SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rezka Nur Aulia NIM : 100910101054
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Garuda Indonesia (persero) Tbk adalah maskapai penerbangan milik negara atau bisa disebut juga perusahaan BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ). Perusahaan ini pertama kali beroperasi pada 28 Desember 1949 yang terbang dari Jakarta menuju Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Namun Garuda Indonesia resmi menjadi perusahaan BUMN pada tahun 1950. Sepanjang tahun 1980 hingga 2000 garuda berniat untuk meningkatkan daya saing dengan maskapai lainnya agar tidak tertinggal dalam hal pelayanan dan juga keselamatan. Oleh sebab itu pada tahun - tahun ini diadakan revitalisasi dan juga restrukturisasi perusahaan dan untuk mendorong keinginan untuk dapat bersaing maka dibuatlah tempat pelatihan yang diberi nama Garuda Indonesia Training Center yang terletak di Jakarta barat. Pada awal tahun 2005 Garuda Indonesia memiliki tim manajemen baru dan langsung membuat perencanaan baru bagi perusahaan. Manajemen ini melakukan evaluasi dan merestrukturisasi perusahaan secara menyeluruh untuk meningkatkan efisiensi kegiatan operasional perusahaan, dan membangun ulang kekuatan keuanganya yang pada akhirnya berhasil dalam menyelesaikan restrukturisasi hutang, memperbaiki pelayanan kepada pelanggan dan memperbarui dan membangkitkan semangat karyawan Garuda Indonesia. Adapun visi dan misi dari Garuda Indonesia adalah : 1 1. Visi Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia. 2. Misi Sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang professional. Pada 11 Februari 2011 akhirnya Garuda Indonesia resmi mencatatkan diri di BEI ( Bursa Efek Indonesia ) untuk menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham perusahaan kepada masyarakat. Salah satu hal yang mendorong Garuda Indonesia melemparkan sahamnya ke publik adalah karena penyelesaian restrukturisasi hutang perusahaan.
    [Show full text]
  • No 619/2009 of 13 July 2009 Amending Regulation (EC)
    L 182/4 EN Official Journal of the European Union 15.7.2009 COMMISSION REGULATION (EC) No 619/2009 of 13 July 2009 amending Regulation (EC) No 474/2006 establishing the Community list of air carriers which are subject to an operating ban within the Community (Text with EEA relevance) THE COMMISSION OF THE EUROPEAN COMMUNITIES, 16 December 1991 on the harmonization of technical requirements and administrative procedures in the field of civil aviation ( 3 ). Having regard to the Treaty establishing the European Community, (5) The authorities with responsibility for regulatory oversight over the air carriers concerned have been Having regard to Regulation (EC) No 2111/2005 of the consulted by the Commission as well as, in specific European Parliament and of the Council of 14 December cases, by some Member States. 2005 on the establishment of a Community list of air carriers subject to an operating ban within the Community and on informing air transport passengers of the identity of the operating air carrier, and repealing Article 9 of Directive (6) Regulation (EC) No 474/2006 should therefore be amended accordingly. 2004/36/EC ( 1 ), and in particular Article 4 thereof, Whereas: Community carriers (7) Following information resulting from SAFA ramp checks carried out on aircraft of certain Community air carriers, (1) Commission Regulation (EC) No 474/2006 of 22 March as well as area specific inspections and audits carried out 2006 establishing the Community list of air carriers by their national aviation authorities, some Member which are subject to an operating ban within the States have taken certain enforcement measures.
    [Show full text]
  • RASMAG/18−WP16 01-04/04/2013 International Civil Aviation
    RASMAG/18−WP16 01-04/04/2013 International Civil Aviation Organization The 18th Meeting of the Regional Airspace Safety Monitoring Advisory Group (RASMAG/18) Bangkok, Thailand, 01 – 04 April 2013 Agenda Item 5: Airspace Safety Monitoring Activities/Requirements in the Asia/Pacific Region MAAR ASSESSMENT OF NON-RVSM APPROVED AIRCRAFT (Presented by the Monitoring Agency for Asia Region) SUMMARY This paper presents an assessment of aircraft operating in the WPAC/SCS and/or BOB RVSM airspace without proof of RVSM approval for the period of December 2012 based on the RVSM approvals data received from State CAAs and other RMAs. Strategic Objectives: A: Safety – Enhance global civil aviation safety Global Plan Initiatives: GPI-2 Reduced vertical separation minima 1. INTRODUCTION 1.1 As part of the Regional Monitoring Agency (RMA) duties and responsibilities, MAAR conducts an assessment on aircraft compliance with State approval requirements in Asia airspace where the RVSM is applied. 1.2 The purpose of this paper is to provide an assessment of aircraft operating within the RVSM airspace with no RVSM approval records available. 2. DISCUSSION 2.1 The Traffic Sample Data (TSD) for the month of December 2012 was used in the assessment. Table 1 contains a summary of TSD from States under MAAR's responsibility. RASMAG/18−WP16 01-04/04/2013 States FIR Name Status Aircraft Registraion Afghanistan Kabul Received Available Bangladesh Dhaka Received Available Cambodia Phnom Penh Received Available China Sanya Received Available Hong Kong Received Available
    [Show full text]