Politik Desentralisasi Di Indonesia Kutipan Pasal 72 UU Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Politik Desentralisasi di Indonesia Kutipan Pasal 72 UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana den- gan pidana penjara masing-masing paling singkat (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau men- jual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana pen- jara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Politik Desentralisasi di Indonesia Pertarungan Kepentingan dalam Proses Perumusan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh Asran Jalal PENERBIT PENJURU ILMU Politik Desentralisasi di Indonesia : Pertarungan Kepentingan dalam Proses Perumusan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh Asran Jalal Desain sampul dan Penata Isi: Tim design Penjuru Ilmu Cetakan 1, 2019 Diterbitkan oleh PENERBIT PENJURU ILMU Jl Matahari 76, Jatibening Permai, Pondok Gede, Bekasi 17412 Email: [email protected] Twitter: @penjuruilmu ISBN : 978-602-0967-42-4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR /9/ BAB 1 PENDAHULUAN /13/ A. Latar Belakang Permasalahan /13/ B. Pokok Masalah dan Fokus Studi /18/ C. Kerangka Teori /31/ D. Metode Penelitian /48/ E. Sistematika Penulisan /51/ BAB 2 DINAMIKA POLITIK HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN ACEH /55/ A. DI/TII dan Kebijakan Pemerintah Pusat/56/ 1. Latar Belakang /56/ 2. Kebijakan Pemerintah Pusat /62/ B. GAM dan Kebijakan Pemerintah Pusat /68/ 1. Latar Belakang /68/ 2. Kebijakan Pemerintah Pusat /73/ a. Pemerintahan Orde Baru /73/ b. Pemerintahan Presisen B.J. Habibie /77/ c. Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid /86/ d. Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri /91/ e. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono/100/ 5 BAB 3 PROSES POLITIK PEMBAHASAN ISU TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DAN CALON PERSEORANGAN /115/ A. Sikap dan Pandangan Pemerintah Tentang Partai Politik Lokal dan Calon Perseorangan /115/ 1. Partai Politik Lokal /115/ 2. Calon Perseorangan /119/ B. Sikap dan Pandangan Fraksi-Fraksi Tentang Partai Politik Lokal /125/ 1. Isu Partai Politik Lokal pada Rapat Pansus 12 April 2006 /126/ 2. Isu Partai Politik Lokal pada Rapat Pansus 24 April 2006 /126/ C. Sikap dan Pandangan Fraksi-Fraksi Tentang Calon Perseorangan /162/ 1. Isu Calon Perseorangan pada Rapat Pansus 20 April 2006 /163/ 2. Isu Calon Perseorangan pada Rapat Pansus 24 April 2006 /175/ D. Pandangan Masyarakat Sipil Tentang Partai Politik Lokal dan Calon Perseorangan /187/ BAB 4 PROSES POLITIK PEMBAHASAN ISU TENTANG HUBUNGAN KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH ACEH /205/ A. Sikap dan Pandangan Pemerintah Tentang Hubungan Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh /205/ 1. Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh /205/ 6 2. Relasi Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh ................. /211/ B. Sikap dan Pandangan Fraksi-Fraksi Tentang Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh /215/ C. Sikap dan Pandangan Fraksi-Fraksi Tentang Relasi Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh /243/ D. Pandangan Masyarakat Sipil Tentang Hubungan Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh /266/ BAB 5 PENUTUP /287/ A. Kesimpulan /287/ B. Temuan Hasil Penelitian /295/ C. Implikasi Teori /296/ EPILOG /300/ DAFTAR PUSTAKA /305/ TENTANG PENULIS /316/ 7 8 KATA PENGANTAR DENGAN mengucapkan syukur kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, akhirnya buku yang berjudul “Politik Desentralisasi di Indonesia Pertarungan Kepentingan dalam Proses Perumusan Undang-Undang No.11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh” dapat penulis selesaikan. Buku ini merupakan revisi dari disertasi penulis untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Politik pada Program Pascasarjana Ilmu Politik, Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Meskipun terjadi revisi dan penyesuaian, secara substansi bentuk aslinya tidak berubah. Buku ini karena berasal dari disertasi yang direvisi, terima kasih tetap akan penulis sampaikan kepada guru dan dosen penulis yang telah menghantarkan dan membimbing penulis menyelesaikan karya dan memperoleh gelar Doktor. Terima kasih kepada yang terhormat Prof. Dr. Burhan D. Magenda selaku Promotor, dengan kepakaran beliau telah memberikan bimbingan dalam bentuk koreksian, masukan terhadap perbaikan dan kesempurnaan ketika penulis disertasi.Terima kasih kepada Dr. Isbodroini Suyanto, MA selaku Ko-Promotor, telah banyak memberikan bimbingan, koreksian dan arahan. Terima kasih kepada Prof. Dr. Maswadi Rauf, MA yang telah memberikan koreksian dan arahannya. Koreksian yang diberikan merupakan masukan yang sangat berharga dalam membangun logika penulis. Terima kasih kepada Chusnul Mar’iyah, Ph.D, Dr. Kamarudin, M.Si, Dr. Ir Akbar Tandjung selaku penguji disertasi 9 ini, telah banyak memberikan koreksian dan perbaikan untuk menyempurnakan karya ini. Semua masukan yang diberikan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi penulis. Dalam kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada Irmadi Lubis (F-PDIP). Dr. Ahmad Farhan Hamid (F-PAN), Dr. Benny Kabur Harman (F-PD), Drs. M. Nasir Jamil (F-PKS), Syaifullah Ma’shum (F-PKB), Drs. Ferry Mursyidan Baldan (F-PG), Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H, Fachrul Razi Selaku Juru Bicara Partai Aceh, atas kesedian waktunya memberikan sejumlah informasi yang penulis perlukan untuk keperluan disertasi ini. Kesan yang tidak mungkin dilupakan terhadap yang bersangkutan adalah dalam kesibukannya masing-masing, bersedia meluangkan waktu untuk penulis wawancarai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Rektor Universitas Nasional (Unas) Dr. El Amry Bermawi Putera, yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi Doktor di Universitas Indonesia. Terima kasih atas semua dukungan moril dan materiil yang diberikan, hal ini merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Dukunganya Rektor Unas untuk menerbitkan buku in merupakan sesuatu penghargaan dan sekaligus tantangan bagi penulis. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. TB Massa Djafar Ketua Program Doktor Ilmu Politik Unas dan Dr. M. Alfan Alfian selaku Ketua Program Magister Ilmu Politik Unas atas dukungan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan karya ini. Terima kasih kepada Istri tercinta Ade Kurnia Sari, atas kesabarannya dalam mendampingi penulis disertai doanya merupakan karunia Allah yang tiada terhingga. Terima kasih kepada ananda tersayang Adib Fadholi dan Thifal Naurah, atas pengertian yang diberikan selama menyusun menulis karya ini, 10 merupakan sesuatu yang menyenangkan dan sekaligus sebagai dorongan untuk menyelesaikannya. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada berbagai pihak, yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil yang tidak dapat disebutkan satu persatu, sehingga buku ini dapat diselesaikan. Semoga Allah memberikan balasan kepada semua yang telah membantu. Penulis menyadari, buku ini hanyalah ibarat sebutir pasir di tengah padang pasir, betapapun kecilnya, harapannya adalah semoga karya ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu politik di Indonesia. Jakarta, November 2019 Asran Jalal 11 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan HUBUNGAN pemerintah pusat dengan Aceh menyajikan suatu gambaran yang unik dalam sejarah politik Indonesia. Salah satu kekhasan hubungan dimaksud adalah selalu diwarnai konflik, sehingga menjadikan Aceh daerah khas yang harus dihadapi pemerintah pusat dalam menyelesaikan konflik. Pada tanggal 21 September 1953 muncul gerakan sekelompok masyarakat di Aceh, yang dikenal dengan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Pemimpinnya adalah Teungku Muhammad Daud Beureueh (Daud Beureueh) seorang ulama Aceh. DI/TII menghendaki provinsi Aceh menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) pimpinan Kartosuwiryo. Munculnya DI/TII disebabkan kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah pusat yang menggabungkan provinsi Aceh ke dalam provinsi Sumatera Utara.1 Pada tanggal 4 Desember 1976 lahir gerakan separatisme dari sekelompok masyarakat di Aceh. Gerakan ini dikenal dengan nama Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pemimpinnya adalah Teungku Hasan M. Di Tiro (Hasan Tiro). GAM menghendaki Aceh sebagai suatu daerah yang merdeka. Munculnya GAM ini didasari ketidakpuasan terhadap perlakuan pemerintah pusat 1 Nazaruddin Sjamsuddin, Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul Islam Aceh, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1990, hlm, 34-49. 13 terhadap pembangunan di Aceh. Pemerintah pusat dianggap tidak memiliki kesungguhan dalam pembangunan Aceh, pada hal Aceh memiliki sumber daya alam yang cukup yang salah satunya adalah Liquified Natural Gas (LNG) di Aceh Utara.2 Menghadapi GAM, pemerintahan Orde Baru menjalankan pendekatan militer dan represif, dengan menjadikan wilayah Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM). Dengan adanya reformasi yang berlangsung di Indonesia pada tahun 1998 yang ditandai tumbangnya rezim Presiden Soeharto, tuntutan masyarakat untuk memperbesar desentralisasi semakin menguat. Sejalan dengan hal tersebut, terjadi perubahan pendekatan untuk menyelesaikan konflik antara pemerintah pusat dengan Aceh. Perubahan pendekatan dimaksud adalah dari pendekatan keamanan ke pendekatan perdamaian. Pada pemerintahan transisi