STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK HIGIENE DAN SANITASI PADA ALAT PENGOLAH MAKANAN GADO-GADO DI LINGKUNGAN PASAR JOHAR KOTA SEMARANG TAHUN 2012

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Nunik Agustin Rahayu NIM. 6450408102

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

i

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Februari 2013

ABSTRAK

Nunik Agustin Rahayu, Studi Deskriptif Karakteristik Higiene dan Sanitasi Pada Alat Pengolah Makanan Gado-gado di Lingkungan Pasar Johar Kota Semarang tahun 2012 Vi+77 halaman+13 tabel+3 gambar+26 lampiran

Permasalahan dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi awal dan uji pendahuluan terhadap 5 sampel alat pengolah makanan gado-gado (cobek), diketahui 2 (40%) alat pengolah makanan gado-gado mengandung positif bakteri E.coli. Tujuan untuk mengetahui gambaran studi deskriptif karakteristik higiene dan sanitasi alat pengolah makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012. Sampel secara total sampling berjumlah 10 pedagang gado-gado. Instrumen yang digunakan yaitu uji laboratorium usap alat, Observasi dan check list. Analisis dilakukan secara univariat. Hasil penelitian higiene penjamah makanan buruk 4 responden (40%), higiene penjamah baik 6 responden (60%), praktek pencucian buruk 3 responden (30%), praktek pencucian baik 7 responden (70%), menggunakan keadaan air tidak mengalir untuk pencucian peralatan 10 responden (100%), memiliki kualitas fisik air bersih tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau sebanyak 7 responden (70%), 3 responden yang tidak memiliki kualitas fisik persediaan air bersih tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau. kondisi warung memenuhi syarat 6 responden (60%), 4 responden (40%) tidak memenuhi syarat. kategori positif keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado sebanyak 3 responden (30%). 7 responden (70%) kategori negatif. Saran yang diberikan dari dinas pasar yaitu memberikan sosialisasi dan penyuluhan tentang cara pemilihan, pencucian, penyimpanan bahan baku yang benar, proses pengolahan dan cara praktek pencucian alat yang benar.

Kata kunci: alat pengolah, Escherichia coli, higiene, sanitasi Kepustakaan: 46 (1986-2012)

ii

Department of Public Health Faculty of Sport Science Semarang State University February 2013

ABSTRACT

Nunik Agustin Rahayu, Study Descriptive Characteristics Hygiene and Sanitation In Food Processing Equipment in Gado-gado Environmental Johar Semarang City Market in 2012 Vi +77 +13 page tables +26 +3 image attachments

Problems in the study were from the early observations and preliminary test of the 5 samples of food processing equipment gado-gado (mortar), note 2 (40%) of food processing equipment hodgepodge contains bacteria E.coli positive. The purpose of descriptive studies to describe the characteristics of hygiene and sanitary food processing equipment in the gado-gado Pasar Johar Semarang in 2012. This research is a quantitative descriptive. The population of all the traders in the gado-gado Pasar Johar Semarang in 2012. Total sampel were 10 traders sampling hodgepodge. The instrument used is a laboratory test swab tool ,Observation and check list. Performed univariate analysis. The results hygiene of food handlers bad 4 respondents (40%), good hygiene handlers 6 respondents (60%), poor laundering 3 respondents (30%), good laundering 7 respondents (70%), using state of the water is not flowing to wash equipment 10 respondents (100%), have the physical quality of water is colorless, tasteless, odorless by 7 respondents (70%), 3 respondents who did not have the physical quality of water supply is a colorless, tasteless, odorless. stall condition qualifies 6 respondents (60%), 4 respondents (40%) are not eligible. Escherichia coli positive category presence in food processing equipment hodgepodge much as 3 respondents (30%). 7 respondents (70%) negative category. The advice given from the local market which provide socialization and counseling on how to vote, washing, proper storage of raw materials, processing and laundering means the correct tools.

Keywords: Processing devices, Escherichia coli, hygiene, sanitation Bibliography: 46 (1986-2012)

iii

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan panitia sidang ujian skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama Nunik Agustin Rahayu NIM. 6450408102 dengan judul “Studi Deskriptif Karakteristik Higiene dan Sanitasi pada Alat Pengolah Makanan Gado-gado di Lingkungan Pasar Johar Kota Semarang tahun 2012”.

Pada hari : Kamis Tanggal : 28 Februari 2013

Panitia Ujian

Ketua Panitia Sekretaris

Drs. H.Harry Pramono, M.Si Sofwan Indarjo, S. KM, M.Kes NIP. 19591019.198503.1.001 NIP. 19760719.200812.1.002

Dewan Penguji Tanggal Persetujuan

Ketua Penguji 1. Eram Tunggul P, S.KM, M. Kes NIP. 19740928.200312.1.001

Anggota Penguji 2. Galuh Nita P, S. KM, M. Si (Pembimbing Utama) NIP. 19800613.200812.2.002

Anggota Penguji 3. Irwan Budiono, S. KM, M. Kes (Pembimbing Pendamping) NIP. 19751217.200501.1.003

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian manapun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam daftar pustaka.

Semarang, Februari 2013

Peneliti

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena

didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun

kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh)

 Manisnya keberhasilan hanya bisa dirasakan oleh dia yg mampu keluar dari

pahitnya kegagalan (Mario Teguh)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Papah (Tateng Jaelani), Mamah (Teti Lesmiati),

terimakasih atas doa yang terus mengalir, kasih sayang,

pengorbanan, dan dorongan semangat yang tak pernah

berhenti.

Adikku (Teguh dan Reneta) tercinta yang selalu

menyayangi, memotivasi dan mendukungku selalu

menjadi semangatku.

Almamater Universitas Negeri Semarang.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga skripsi dengan judul

“Studi Deskriptif Karakteristik Higiene dan Sanitasi Pada Alat Pengolah Makanan

Gado-gado di Lingkungan Pasar Johar Kota Semarang Tahun 2012” dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai tersusunnya skripsi ini, dengan rasa rendah hati disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. H.

Harry Pramono, M.Si.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, Dr. dr. Hj. Oktia Woro K.H, M.Kes., atas

persetujuan penelitian.

3. Dosen Pembimbing I, Ibu Galuh Nita Prameswari, S.KM, M.Si., atas

bimbingan, arahan, saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dosen Pembimbing II, Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes., atas bimbingan,

arahan, saran dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen Penguji Proposal Skripsi, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S.KM,

vii

M.Kes., atas bimbingan, arahan, saran dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Sungatno, atas arahan dan bantuan dalam mengurus perijinan.

7. Kepala Kesbangpolinmas Kota Semarang, Drs. Bambang Sukono, MM, atas

ijin penelitian.

8. Kepala Dinas Pasar Kota Semarang, atas ijin observasi yang diberikan.

9. Kepala Dinas UPTD Pasar Johar Kota Semarang, Bapak Kemis, SH atas ijin

observasi yang diberikan.

10. Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Kota Semarang, Ibu Elly Karlina,

S.KM, atas ijin dan observasi yang diberikan

11. Petugas Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Kota Semarang, Ibu

Yudar, Bapak Jimanto atas bimbingan dan bantuannya dalam penelitian ini

12. Papah Tateng Jaelani dan Mamah Teti Lesmiati, serta Adikku tersayang

Teguh dan Reneta atas do’a, segala perhatian, kasih sayang, nasehat

dukungan moral maupun materil dan motivasi yang sungguh berarti bagi

peneliti hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

13. Keluarga besarku (Bapak Amang, Mamah Amang, Mbah Buyut, Om Tatang,

Tante Erni, Nenek udi, adek Devi ,Vitka, Rafi, teh Astri) atas do’anya.

14. Sahabatku tercinta (Anggie, Aripta, Retno, Indra)

15. Teman Diskusi (Lucky, mbk Nelly, Vina, Fina, Eka, Evy, Erna, Tia,

Crispurwandari, Prima, Kristawansari, Retno.p, Fera, Endah, Ika yuli dan

seluruh teman-teman peminatan KLKK) atas kebersamaan, semangat,

motivasi dan keakraban yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Keluarga kecil ku Aura Kost (Laras, Muam, Nurma, Ovi, Nihla, Ela, Ita,

Novi, Aya, Nia, terimakasih atas do’a, motivasi, semangat, keakraban,

viii

bantuan dan kerjasamanya yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi

ini.

17. Teman-teman IKM 2008, atas kebersamaan, semangat dan keakraban yang

telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

18. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga segala amal baik dari semua pihak yang membantu tersusunnya skripsi ini mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Meskipun demikian, penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi yang penulis susun masih banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis, serta dapat menambah khasanah pengetahuan, khususnya pada kesehatan masyarakat.

Semarang, Februari 2013

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...... i

ABSTRAK ...... ii

ABSTRACT ...... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...... iv

PERNYATAAN ...... v

MOTT DAN PERSEMBAHAN ...... vi

KATA PENGANTAR ...... vii

DAFTAR ISI ...... x

DAFTAR TABEL...... xiv xiv

DAFTAR GAMBAR ...... xv

DAFTAR LAMPIRAN...... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang Masalah...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 5

1.2.1 Rumusan Masalah Umum...... 6

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus...... 6

1.3 Tujuan Penelitian...... 7

1.3.1 Tujuan Umum...... 7

1.3.2 Tujuan Khusus...... 7

1.4 Manfaat Penelitian...... 8

x

1.4.1 Bagi Penjamah Makanan...... 8

1.4.2 Bagi Masyarakat sekitar di lingkungan Pasar Johar...... 8

1.4.3 Bagi Peneliti...... 8

1.4.4 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat...... 9

1.5 Keaslian Penelitian ...... 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian...... 11

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat...... 11

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu...... 11

1.6.3 Ruang Lingkup Materi...... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...... 12

2.1 Landasan Teori...... 12

2.1.1 Escherichia coli...... 12

2.1.1.2 Klasifikasi Escherichia coli...... 13

2.1.1.3 Morfologi Escherichia coli...... 14

2.1.1.4 Fisiologi Escherichia coli...... 14

2.1.1.5 Epidemiologi Escherichia coli...... 15

2.1.1.6 Golongan dan Patogenesis...... 16

2.1.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Escherichia coli...... 18

2.1.1.8 Keberadaan Escherichia coli...... 22

2.1.1.9 Bakteri Indikator Pencemaran Pangan...... 23

2.1.2 Higiene Penjamah Makanan...... 25

2.1.3 Persyaratan Penjamah Makanan...... 30

xi

2.1.4 Hubungan Higiene Penjamah Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli

pada Alat Pengolah Makanan Gado-gado...... 31

2.1.5 Pengertian Gado-gado...... 36

2.1.6 Pencucian...... 36

2.1.7 Persediaan Air Bersih...... 39

2.1.8 Kondisi Warung Gado-gado Terhadap Sumber Pencemaran...... 43

2.2 Kerangka Teori...... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...... 45

3.1 Kerangka Konsep ...... 45

3.2 Variabel Penelitian ...... 45

3.3 Definisi Operasional dan SkalaPengukuran Variabel...... 45

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian...... 48

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ...... 48

3.5.1 Populasi ...... 48

3.5.2 Sampel...... 48

3.6 Sumber Data Penelitian ...... 48

3.6.1 Data Primer...... 48

3.6.2 Data Sekunder...... 49

3.7 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data...... 49

3.8 Prosedur Penelitian ...... 54

3.9 Teknik Analisis Data...... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN...... 57

xii

4.1 Gambaran Umum Penelitian...... 57

4.2 Hasil Penelitian...... 58

4.2.1 Karakteistik Responden...... 58

4.2.2 Analisis Univariat...... 59

4.2.2.1 Higiene Penjamah Makanan...... 59

4.2.2.2 Praktek Pencucian...... 60

4.2.2.3 Persediaan Air Bersih...... 60

4.2.2.4 Kondisi Warung Gado-gado Terhadap Sumber Pencemaran...... 62

4.2.2.5 Keberadaan Escherichia coli Pada Alat Pengolah Makanan Gado-gado...... 62

BAB V PEMBAHASAN ...... 63

5.1 Pembahasan ...... 63

5.1.1 Higiene Penjamah Makanan...... 63

5.1.2 Praktek Pencucian...... 66

5.1.3 Persediaan Air Bersih...... 69

5.1.4 Kondisi Warung Gado-gado Terhadap Sumber Pencemaran...... 71

5.1.5 Keberadaan Esherichia coli...... 72

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian...... 73

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN...... 74

6.1 Simpulan...... 74

6.2 Saran...... 75

DAFTAR PUSTAKA ...... 76

LAMPIRAN ...... 80

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1: Penelitian-penelitian terdahulu ...... 9

Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ...... 43

Tabel 3.2: Interpretasi Hasil Uji Biokimia atau Gula-gula...... 51

Tabel 4.1: Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin ...... 55

Tabel 4.2: Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan ...... 56

Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Higiene Penjamah Makanan...... 56

Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Praktek Pencucian ...... 57

Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi Kuantitas Persediaan Air Bersih ...... 57

Tabel 4.6: Distribusi Frekuensi Sumber Air yang Digunakan Untuk Mencuci

Peralatan...... 58

Tabel 4.7: Distribusi Responden Berdasarkan keadaan Air yang Digunakan dalam

Mencuci Peralatan...... 58

Tabel 4.8: Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Persediaan Air Bersih.58

Tabel 4.9: Distribusi Frekuensi Kondisi Warung Gado-gado Terhadap Sumber

Pencemaran ...... 59

Tabel 4.10: Distribusi Frekuensi Keberadaan Escherichia coli Pada Alat

Pengolah Makanan Gado-gado ...... 59

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1: Escherichia coli ...... 13

Gambar 2.3: Kerangka Konsep ...... 42

Gambar 3.1: Kerangka Konsep...... 43

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1:Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ...... 81

Lampiran 2: Surat Ijin Penelitian KESBANGPOLINMAS Kota Semarang ...... 82

Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian Dinas Pasar Pemerintah Kota Semarang ...... 83

Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian UPTD Pasar Johar Kota Semarang ...... 84

Lampiran 5: Form Pengajuan Ijin Penelitian ...... 85

Lampiran 6: Surat Keterangan Ijin Penelitian dari KESBANGPOLINMAS ...... 86

Lampiran 7: Surat Keterangan Ijin Penelitian dari Pemerintah Kota Semarang ..... 88

Lampiran 8: Permohonan Sebagai Responden Penelitian ...... 89

Lampiran 9: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPTD Pasar

Wilayah Johar ...... 90

Lampiran 10: Daftar Pengambilan Sampel Penelitian ...... 91

Lampiran 11: Daftar Pengambilan Sampel Penelitian...... 92

Lampiran 12: Daftar Pengambilan Sampel Penelitian...... 93

Lampitan 13: Daftar Pengambilan Sampel Penelitian...... 94

Lampiran 14: Surat Keterangan Telah Melakukan dari Dinas Pasar Kota

Semarang...... 95

Lampiran 15: Hasil Pemeriksaan Bakteriologi Usap Alat...... 96

Lampiran 16: Hasil Pemeriksaan Bakteriologi Usap Alat...... 97

Lampiran 17: Lembar Observasi Higiene Penjamah Makanan...... 98

Lampiran 18: Lembar Observasi Praktek Pencucian...... 100

xvi

Lampiran 19: Lembar Observasi Persediaan Air Bersih...... 101

Lampiran 20: Lembar Observasi Kondisi Warung Gado-gado...... 102

Lampiran 21: Kepmenkes RI No 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene

Sanitasi JasaBoga...... 103

Lampiran 22: Rekapitulasi Data Responden...... 105

Lampiran 23: Rekapitulasi Data Check list Higiene Penjamah Makanan...... 106

Lampiran 24: Rekapitulasi Data Check List Persediaan Air Bersih...... 107

Lampiran 25: Rekapitulasi Data Check list Praktek Pencucian...... 108

Lampiran 26: Rekapitulasi Data Check list Kondisi Warung Gado-gado...... 109

Lampiran 27: DOKUMENTASI...... 110

xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah diperuntukkan sebagai bahan makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan. Upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan tercemar baik dari cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, membahayakan kesehatan manusia (Badan POM RI, 2008:1).

Diketahui pada tahun 2008 Badan POM telah mencatat 197 kasus keracunan pangan di seluruh dengan 9022 penderita, yang meliputi 8943 orang sakit (dirawat dan yang meninggal dunia). Ditinjau dari kejadian KLB keracunan pangan disimpulkan bahwa 85 (43,15%) kasus belum diketahui penyebabnya, 54

(27,41%) kasus karena mikrobiologi, 37 (18,78%) kasus karena bahan kimia dan

21 (10,66%) kasus tidak ada sampel. Profil proporsi angka kesakitan dan angka kematian pada kasus KLB keracunan pangan tahun 2008 dapat disimpulkan bahwa jumlah kasus tertinggi dilaporkan terjadi di Jawa Barat sebanyak 3166

(35,40%), Jawa Tengah 1240 (13,87%) dan Kalimantan Tengah sebanyak 860

(9,62%). Dilihat dari jumlah kematian Jambi merupakan daerah dengan jumlah kematian tertinggi yaitu sebanyak 26 orang (32,91%) disusul berturut-turut Papua sebanyak 18 orang (22,78%), Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan dengan jumlah kematian sebanyak 7 orang (8,86%) ( Badan POM, 2003: 34).

1

2

Timbulnya bahaya keracunan dalam makanan dapat terjadi karena makanan telah terkontaminasi oleh bakteri patogen. Salah satu kontaminan yang paling sering dijumpai pada makanan adalah bakteri Escherichia coli. Escherichia coli merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk susu lainnya. Bakteri Escherichia coli berasal dari tinja manusia dan hewan, tertular ke dalam makanan karena perilaku penjamah makanan yang tidak higienis, pencucian peralatan yang tidak bersih, kesehatan para pengolah dan penjamah makanan serta penggunaan air pencuci yang mengandung Escherichia coli (Budi Hartono dan Dewi Susanna, 2003:22).

Golongan Escherichia coli mempunyai spesies dengan habitat dalam saluran pencernaan dan nonsaluran pencernaan, seperti tanah dan air. Biasanya bakteri Escherichia coli ditemukan di kotoran manusia atau hewan berdarah panas. Namun, adanya bakteri Escherichia coli dalam makanan tidak selalu menunjukkan kontaminasi yang berasal dari kotoran manusia atau hewan, melainkan juga dikarenakan kondisi sanitasi dan penanganan yang kurang baik dari penjamah makanan (Badan POM RI, 2008:3).

Penelitian yang dilakukan Ermayani (2004) mengenai pedagang nasi di Kelurahan Sumurboto dan Tembalang Semarang menyimpulkan bahwa praktek higiene pedagang yang berkaitan dengan praktek mencuci tangan dengan sabun ketika menyajikan makanan masih sangat kurang. Sebanyak

96,7% pedagang tidak mencuci tangannya. Dan diketahui ada 25 (83,3%) sampel

3

mengandung Escherichia coli dan 5 (16,7%) sampel tidak mengandung kuman

Escherichia coli.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Payastiti Yunita dan Ni Made

Utami Dwipayanti di (2010) mengenai kualitas mikrobiologis pada nasi jinggo diketahui bahwa 47,8% sampel makanan dengan kandungan positif

Escherichia coli. Tingginya kontaminasi Escherichia coli ini dapat disebabkan karena sanitasi rumah makan atau lingkungan yang masih sangat rendah, kontak langsung bahan makanan dengan tangan penjamah makanan sehingga memberi kesempatan bakteri Escherichia coli yang ada pada tangan penjamah yang tidak dicuci bersih untuk mencemari makanan.

Penelitian Supraptini (1996) mengenai makanan jajanan yang tidak dipanaskan seperti gado-gado, , , pecel, tahu, nasi rames, berisiko terhadap kesehatan konsumen karena lebih besar terkontaminasi mikroba dan zat kimia dibandingkan makanan jajanan yang panas.

Penjamah makanan mempunyai peran yang sangat besar dalam proses pengolahan makanan karena penjamah makanan dapat memindahkan bakteri

Esherichia coli pada makanan apabila mereka tidak menjaga higiene perorangan, seperti tidak mencuci tangan sebelum memegang makanan. Selain itu, kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat juga dapat menentukan kualitas makanan yang disajikan, karena berbagai penyakit dapat terjadi akibat kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat. Beberapa penyakit yang diakibatkan dari mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli dan kondisi sanitasi yang buruk adalah kejang perut, diare berdarah, gangguan ginjal

4

pada anak-anak (fatal), gangguan saraf pada lansia, kegagalan ginjal, gastroentritis, keracunan makanan (Nkere Chukwuemeka, et al, 2010:175). WHO

(2005:2) juga melaporkan bahwa sekitar 70% kasus diare yang terjadi di negara berkembang disebabkan oleh makanan yang telah terkontaminasi. Kontaminasi silang terjadi jika sarana, wadah atau alat pengolahan dan penyimpanan digunakan bersama-sama untuk bahan mentah maupun bahan matang. Kontaminasi ulang dapat disebabkan penggunaan air, sarana, wadah, alat pengolahan yang tercemar, serta penjamah yang tidak menjaga kebersihan diri (Purwiyatno Hariyadi dan

Ratih Dewayanti Hariyadi, 2009:25).

Pasar Johar merupakan Pasar tradisional terbesar yang dimiliki kota

Semarang dan warisan budaya peninggalan Belanda ini terletak di kawasan perdagangan di pusat kota Semarang, tepatnya di kawasan alun-alun lama kota

Semarang. Selain berdekatan dengan pusat kota Semarang, Pasar ini juga berdekatan dengan kawasan kota lama yang berkembang menjadi wisata sejarah di kota Semarang. Salah satu makanan yang harganya mudah dijangkau dan mudah didapat yaitu gado-gado yang ada di Pasar Johar. Sejauh ini belum ada data pasti mengenai kesehatan makanan dan minuman yang dijual di Pasar Johar khususnya kontaminasi E.coli pada alat pengolah makanan gado-gado. Gado-gado merupakan jenis makanan yang siap saji dengan beberapa campuran sayuran dan kuah kacang. pedagang lebih banyak menggunakan tangan secara langsung dalam meramu, menyajikan makanannya. Hal ini menyebabkan sangat rentanya gado-gado untuk terkontaminasi bakteri baik yang berasal dari bahan- bahan sayuran yang digunakan, piring, sendok, cobek, talenan, solet, uleg, pisau,

5

kain lap, air cuciaan dan perilaku penjamah yang tidak sehat (Budi Hartono dan

Dewi Susanna, 2003:23).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah diuji identifikasi E.coli pada alat pengolah gado-gado (cobek) pada tanggal 10 September 2012 di Balai

Laboratorium Kesehatan pada 5 sampel alat pengolah makanan gado-gado

(cobek), diketahui bahwa 40 % positif E.coli tidak memenuhi syarat pada alat pengolah makanan gado-gado. Berdasarkan Permenkes No

1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang kebersihan peralatan harus tidak ada kuman Escherichia coli dan kuman lainnya. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Studi Deskriptif

Karakeristik Higiene dan Sanitasi Pada Alat Pengolah Makanan Gado-gado di

Lingkungan Pasar Johar Kota Semarang tahun 2012”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirinci permasalahnnya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan Ermayani (2004) mengenai pedagang nasi pecel

di Kelurahan Sumurboto dan Tembalang Semarang diperoleh hasil bahwa

sampel yang mengandung kuman Escherichia coli 25 (83,3%).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Payastiti Yunita dan Ni Made Utami

Dwipayanti di Bali (2010) mengenai kualitas mikrobiologis pada nasi jinggo

diketahui bahwa 47,8% sampel makanan dengan kandungan positif

Escherichia coli. Tingginya kontaminasi Escherichia coli ini dapat

disebabkan karena sanitasi rumah makan atau lingkungan yang masih sangat

rendah, kontak langsung bahan makanan dengan tangan penjamah makanan

6

sehingga memberi kesempatan bakteri Escherichia coli yang ada pada

tangan penjamah yang tidak dicuci bersih untuk mencemari makanan.

3. WHO (2005:2) juga melaporkan bahwa sekitar 70% kasus diare yang terjadi

di negara berkembang disebabkan oleh makanan yang telah terkontaminasi

oleh patogen asal pangan dan asal air (waterborne) dengan penyebab yang

dipindahkan melalui perantara pangan.

4. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah diuji identifikasi E.coli pada alat

pengolah gado-gado (cobek) pada tanggal 10 September 2012 di Balai

Laboratorium Kesehatan pada 5 sampel alat pengolah makanan gado-gado

(cobek), diketahui bahwa 40% positif E.coli tidak memenuhi syarat pada

alat pengolah makanan gado-gado.

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Bagaimana gambaran studi deskriptif karakteristik higiene dan sanitasi pada

alat pengolah makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang

tahun 2012?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1. Bagaimana gambaran higiene penjamah makanan pada alat pengolah

makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?

2. Bagaimana gambaran praktek pencucian pada alat pengolah makanan gado-

gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?

3. Bagaimana gambaran persediaan air bersih pada alat pengolah makanan

gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?

7

4. Bagaimana gambaran kondisi warung pada alat pengolah makanan gado-

gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?

5. Bagaimana gambaran keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah

makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahu 2012?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran studi deskriptif karakteristik higiene dan

sanitasi alat pengolah makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota

Semarang tahun 2012?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran higiene penjamah makanan pada alat pengolah

makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?

2. Mengetahui gambaran praktek pencucian pada alat pengolah makanan gado-

gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?

3. Mengetahui gambaran persediaan air bersih pada alat pengolah makanan

gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?

4. Mengetahui gambaran kondisi warung pada alat pengolah makanan gado-

gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?

5. Mengetahui gambaran keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah

makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012?

8

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Penjamah Makanan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan kepada penjamah makanan agar lebih memperhatikan higiene perorangan, praktek pencucian, persediaan air bersih, kondisi warung untuk menjaga keamanan makanan yang dijualnya supaya makanan tersebut aman bagi kesehatan konsumennya.

1.4.2 Bagi Masyarakat sekitar di lingkungan Pasar Johar

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai higiene perorangan penjual gado-gado, persediaan air bersih, praktek pencucian, kondisi warung gado-gado dengan keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado- gado. Hal ini penting agar masyarakat dapat memilih tempat penjualan gado-gado yang memiliki kondisi higiene sanitasi warung dan praktik pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan.

1.4.3 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya yang terkait dengan higiene penjamah makanan, praktek pencucian, persediaan air bersih, kondisi sanitasi warung tempat pengelolaan makanan terhadap sumber pencemaran dengan keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado dilingkungan Pasar Johar kota Semarang Tahun

2012.

9

1.4.4 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dapat memberikan infomasi dan sebagai bahan masukan, dokumen data ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu serta dapat digunakan bahan perbandingan penelitian selanjutnya terutama untuk peneliti serupa di daerah lain.

1.5 KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini Tahun dan Judul Nama Jenis Variabel Hasil No Tempat Penelitian Peneliti Penelitian penelitian penelitian Penelitian 1 Hubungan Nely 2011, Pasar Survey Variabel Ada antara higiene Zulfa Johar kota analitik bebas: hubungan personal Semarang dengan Higiene antara pedagang pendekatan personal higiene dan cross pedagang, personal sanitasi sectional sanitasi pedagang makanan makanan dan sanitasi dengan Variabel makanan keberadaan terikat: dengan E.coli pada kandungan keberadaan nasi rames E.coli pada E.coli pada diPasar johar nasi rames nasi rames Kota diPasar Semarang Johar Kota Tahun 2012 Semarang Tahun 2011 2. Kajian Marlina 2007 Explanatoy Variabel Ada higiene Warung research, Bebas: hubungan Hubungan makan cross Kondisi antara kondisi Tembalang sectional sanitasi kondisi sanitasi Kota alat alat praktek semarang makan, makanan penjamah kondisi dengan makanan sanitasi E.coli dengan tempat pada kandungan penyajian tempe dan Escherichia Variabel sambal. coli pada Terikat: Ada tempe penyet Kandungan hubungan di warung E.coli pada antara makan tempe kondisi Tembalang penyet dan sanitasi

10

Semarang sambal tempat 2007 penyajian dengan kandungan E.coli pada tempe dan sambal 3 Hubungan Widhia 2011, Penelitian Variabel Ada higiene Dwi disekitar penjelasan bebas: hubungan penjamah Yunitasa Kampus dengan higiene higiene makanan dan ri UNNES pendekatan penjamah penjamah kondisi Cross makanan, makanan sanitasi Sectional sanitasi air dengan warung pecel bersih, kandungan dengan kondisi coliform kandungan pembuanga pada pecel Colifrom pada n sayur yang pecel sayur air limbah, di jual di yang dijual sanitasi sekitar di sekitar peralatan, Kampus 9 Kampus sanitasi UNNES (p UNNES tempat value= penyimpan 0,021). an Ada makanan, hubungan sanitasi kondisi tempat sanitasi penjualan warung variabel pecel terikat: dengan kandungan kandungan coliform coliform pada pecel pada pecel sayur. sayur yang dijual di sekitar Kampus UNNES (p value= 0,021). Beberapa perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: variabel bebas dalam penelitian ini yang diteliti adalah praktek pencucian, persediaan air bersih. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberadaan

11

Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado. Perbedaan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Nely Zulfa yaitu pada nasi rames, sedangkan pada penelitian ini adalah Alat pengolah Makanan gado-gado dan studi yang digunakan menggunakan studi penelitian deskriptif kuantitatif.

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun

2012.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 26 November 2012.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini merupakan penelitian dibidang Ilmu Kesehatan Masyarakat

yang materi penelitiannya termasuk dalam sanitasi makanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Escherichia coli

Escherichia coli merupakan kuman oportunitis yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers diarrhea, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh diluar usus (Agus Syahrurachman, 1994:163). Escherichia coli juga merupakan bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi karena bakteri ini adalah bakteri komensial pada usus manusia, umunya bukan patogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang merupakan medium paling ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E.coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan (Badan POM RI, 2008:3).

Beberapa galur E.coli seringkali diasosiasikan dengan air yang telah terkontaminasi oleh feses dan sejak lama menjadi penyebab diare pada anak-anak

(Suardana I.W dan Swacita I.B.N, 2009:226). Makanan yang sering terkontaminasi adalah susu, air minum, daging ayam, daging sapi, ikan dan makanan laut lainnya, telur, sayuran, buah-buahan. Alat yang digunakan dalam industri pengolahan pangan sering terkontaminasi bakteri E.coli yang berasal dari

12

13

air yang digunakan untuk mencuci ini merupakan suatu tanda praktek sanitasi yang kurang baik (Siti Fathonah, 2005:121).

Escherichia coli dari anggota famili Enterobacteriaceae ukuran sel dengan panjang 2,0-6,0 μm dan lebar 1,1-1,5μm. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora E.coli batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek biasanya tidak berkapsul. Bakteri ini aerobic dan dapat juga aerobic facultatif. E.coli merupakan bakteri facultatively anaerobic gram negatif berbentuk batang yang termasuk dalam famili enterobacteraceae kemudian dikenal bersifat komensial maupun berpotensi patogen (Arisman, 2009:93).

Gambar. 2.1 Eschericia Coli (Sumber: http//majalah kesehatan.com)

2.1.1.2 Klasifikasi Escherichia coli

Menurut Bergey’s Manual of Systemic Biology dalam Jawetz el al

(2005:58).

Kingdom : Procaryotae

Divisi : Gracilicutes

14

Kelas : Scotobacteria

Bangsa (Ordo) : Eubacteriales

Sukun (familia) : Euterobactericea

Marga (Genus) : Escherichia

Jenis (Spesies) : Escherichia coli

2.1.1.3 Morfologi Escherichia coli

Kuman berbentuk batang pendek (cocobacil), gram negatif ukuran 0,4 s/d

0,7 μm sebagian besar gerak positif dan beberapa strain memiliki kapsul dan tidak berspora. Pada biakan Escherichia coli membentuk koloni bulat, konveks halus dengan pingir-pinggir yang rata. Hemolisis pada agar darah dihasilkan oleh beberapa strain E.coli. dihasilkan oleh beberapa strain Escherichia coli dan mempunyai morfologi warna yang khas pada media pembeda seperti agar EMB

(Jawaetz, 2005:352).

2.1.1.4 Fisiologi Escherichia coli

Escherichia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa dipakai di laboratorium mikrobiologi. Pada media yang digunakan untuk isolasi kuman enterik sebagian besar strain E.coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta (Agus

Syahrurachman, 1994:163). Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang tidak membentuk spora, berbentuk batang anaerob facultatif dan tergolong ke dalam famili enterobacteriacea bakteri yang mesofilik ini akan tumbuh pada suhu 7-10°C sampai 50°C dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya adalah

37°C. kuman E.coli akan tumbuh pada kisaran pH 4,4-8,5. Nilai aw minimal 0,95

15

lebih resistensi terhadap asam. Bakteri ini relatif sangat sensitif terhadap panas dan inaktifkan pada suhu pasteurisasi atau selama pemasakan makanan (Siti

Fathonah, 2005:121).

2.1.1.5 Epidemiologi Escherichia coli

Kuman Escherichia coli termasuk kuman penghuni saluran pencernaan beberapa hari setelah lahir dan sejak itu merupakan bagian utama flora jasad renik aerobic normal dari tubuh. Mikroorganisme yang paling umum digunakan sebagai petunjuk atau indikator adanya pencemaran faeces dalam air adalah E.coli (Badan

POM RI, 2008:3)

Diare adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh kuman E.coli, hal ini disebabkan oleh sanitasi lingkungan dan higiene perorangan yang kotor.

Sumber kontaminasi potensial yaitu terdapat selama jam kerja dari para pekerja yang menangani makanan. Tangan pekerja mengadakan kontak dengan bagian tubuh yang mengandung stafilokoki, maka tangan tersebut akan mengkontaminasi makanan yang tersentuh. Perpindahan langsung mikroba dari alat pernafasan ke makanan. Organisme yang berasal dari alat pencernaan dapat melekat pada tangan pekerja yang mengunjungi kamar atau kamar kecil dan tidak mencuci tangannya dengan sabun sebelum kembali bekerja (Badan POM RI, 2003:6).

Beberapa penyakit yang disebabkan dari mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli dan kondisi sanitasi yang buruk adalah kejang perut, diare berdarah, gangguan ginjal pada anak-anak

(fatal), gangguan saraf pada lansia, kegagalan ginjal, gastroentritis, keracunan makanan (Nkere Chukwuemeka, et al, 2012:175). Berdasarkan WHO pada tahun

16

2005 juga melaporkan bahwa sekitar 70% kasus diare yang terjadi di negara berkembang disebabkan oleh makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri patogen asal pangan dan asal air (waterborne) dengan penyebab yang dipindahkan melalui perantara pangan.

Penyebaran kuman ini adalah dari manusia ke manusia lain. E.coli juga disebarkan oleh lalat, juga melalui tangan yang kotor, makanan yang terkontaminasi tinja. Dalam hal ini juga perlu diperhatikan kebersihan air minum dan dilakukan pengawasan serta khlorinasi sumber air minum (Badan POM RI,

2003:5).

2.1.1.6 Golongan dan Patogenesis

Escherichia coli yang berhubungan dengan penyakit dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik virulensinya dimana tiga kelompok menyebabkan penyakit dengan mekanisme yang berbeda. Sifat perlekatan pada sel epitel usus kecil atau besar dipengaruhi oleh gen dalam plasmid. Sama halnya dengan toksin yang merupakan plasmid atau phage mediated. E.coli yang dapat berhubungan dengan penyakit diare terdapat lima golongan yaitu Enterophatogenic E.coli

(EPEC), Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enterohaemorrhagic E.coli (EHEC),

Enteroinvasive E.coli (EIEC), dan Enteroagregative E.coli (EAEC).

1. Enterophatogenic E.coli (EPEC)

Menyebabkan diare berair akut (Acute watery diarrhoea) pada anak-anak dan bayi. Sumber kontaminasi terhadap makanan, yaitu penjamah makanan, pembuangan air limbah, lingkungan. EPEC merekat pada sel mukosa khusus kecil.

17

2. Enteroinvasive E.coli (EIEC)

Menyebabkan penyakit infasiv, colitis atau gejala seperti disentri. Waktu inkubasi adalah 8-44 jam (rata-rata 26 jam) dengan gejala-gejala antara lain: demam, dingin, sakit kepala, kejang perut, dan diare berair. Sumber kontaminasi terhadap makanan yaitu penjamah makanan dan pembuangan air limbah. E.coli juga menyebabkan penyakit yang mirip dengan shigellosis. Penyakit terjadi umumnya pada anak di negara berkembang dan dalam perjalanan ke negara tersebut.

3. Enterotoxigenic E.coli (ETEC)

E.coli menyebabkan umum diare pada musafir dan merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di negara berkembang. Beberapa starin

ETEC memproduksi suatu enterotoksin dalam usus halus dan menyebabkan penyakit seperti kolera atau enterotoksigenik pada manusia. Enterotoksigenik menyebabkan terjadinya diare pada bayi-bayi pada orang yang sedang menjalankan perjalanan (traveler’s diarrhoea). Waktu inkubasi adalah 8-24 jam dengan gejala yaitu diare, muntah-muntah, dan dehidrasi seperti kolera.

4. Enterohaemorrhagic E.coli (EHEC)

Memproduksi feterotoksin dinamakan berdasarkan efek sitotoksik pada sel fero yang merupakan biakan sel ginjal monyet hijau di afrika. Paling tidak 2 bentuk antigenetik dari toksin. Menyebabkan gejala diare yang disertai perdarahan. Sumber kontaminasi terhadap makanan yaitu kotoran ternak, peralatan pengolahan daging dan pabrik susu.

18

5. Enteroagregative E.coli (EAEC)

Menyebabkan penyakit diare yang akut dan kronis dalam jangka waktu 14 hari pada orang di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit karena makanan di negara industri (Jawetz el al, 2005:358-359).

2.1.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Escherichia coli

Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang penting dalam ekosistem pangan. Suatau pengetahuan dan pengertian tentang faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroorganisme, makanan, dan manusia.

Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan E.coli meliputi suhu, aktivitas air, Ph, dan tersedianya oksigen (Suardana dan Suacita, 2009; WHO,

2005).

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu optimum tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu optimum tertentu suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan. Mikroba dibedakan atas tiga kelompok sebagai berikut:

1) Psikrofil yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 0-

20°C.

2) Mesofil yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20-

45°C.

3) Termofil yaitu mikroba yang mempunyai suhu pertumbuhan diatas 45°C.

19

Suhu spesies bakteri yang digolongkan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu yaitu psikrofilik, mesofilik, termofilik. Sebagian besar bakteri adalah mesofilik dengan suhu optimal untuk berbagai bentuk yang hidup bebas sebesar 30°C. Suhu selain berpengaruh pada laju pertumbuhan juga membunuh mikroorganisme jika terlalu ekstrim (Jawetz et al, 2005: 92-95). E.coli dapat tumbuh range temperatur 7°C-50°C dengan suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah 37°C. E.coli dapat mati dengan pemasakan makanan pada temperatur 70°C

(WHO, 2005).

2. Aktivitas air

Aktivitas air menunjukkan jumlah air di dalam pangan yang digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Mikroba mempunyai kebutuhan aktivitas air minimal yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Dibawah aktivitas air minimal tersebut mikroba tidak dapat tumbuh dan berkembang biak. Semua organisme membutuhkan air untuk kehidupannya. Air berperan dalam reaksi metabolik dalam sel dan keluar sel. Semua kegiatan ini membutuhkan air dalam bentuk cair dan apabila air tersebut mengalami kristalisasi dan membentuk es atau terikat secara kimiawi dalam larutan gula atau garam, maka air tersebut tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme. Air murni mempunyai nilai aw= 1,0. Jenis mikroorganisme yang berbeda membutuhkan jumlah air yang berbeda pula untuk pertumbuhannya. Bakteri umumnya tumbuh dan berkembangbiak hanya dalam media dengan nilai aktivitas air tinggi (Suardana dan Swacita, 2009:27). E.coli dapat berkembangbiak pada makanan dengan nilai aktivitas air minimum 0,95

(WHO, 2005).

20

3. pH

Derajat keasaman yaitu nilai yang menunjukkan keasaman atau kebasahan.

Dengan menggunakan pH meter, nilai pH suatu bahan dapat diukur umumnya berkisar antara 0-14. Nilai pH 7 menunjukkan bahan bersifat netral, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan bersifat lebih asam, sedangkan nilai pH lebih dari 7 menunjukkan bahan bersifat basa. Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6-7 merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri. Derajat keasaman optimal secara empirik harus ditemukan untuk masing- masing spesies. Berdasarkan derajat keasaman, bakteri dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu netrofilik (pH 6,0-8,0), asodofilik (pH optimal serendah 3,0), alkalofilik (pH optimal setinggi 10,5). Akan tetapi sebagian besar organisme tumbuh dengan baik pada pH 6,0-8,0 (netrofilik) (Jawetz et al, 2005:92-95). E.coli dapat hidup di lingkungan makanan yang asam pada pH dibawah 4,4 (WHO,

2005).

4. Ketersediaan oksigen

Pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh gas-gas utama salah satunya adalah oksigen. Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu aerobik (bakteri memerlukan oksigen), anaerobik

(bakteri tidak memerlukan oksigen), anaerob fakultatif (bakteri dapat tumbuh pada keadaan aerob dan anaerob), anaerob obligat (bakteri dapat tumbuh dengan baik pada keadaan sedikit oksigen). Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen.

E.coli termasuk bakteri gram negatif yang bersifat anaerob facultatif sehingga

E.coli yang muncul di daerah infeksi bersifat seperti abses abdomen dengan cepat

21

mengkonsumsi seluruh persediaan oksigen dan mengubah metabolisme anaerob, menghasilkan lingkungan yang anaerob dan menyebabkan bakteri anaerob yang muncul dapat tumbuh dan menimbulkan penyakit (Jawetz et al, 2005:94; Pelczar dan Chan, 1986:140-141).

Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas empat kelompok sebagai berikut:

1) Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk

pertumbuhannya.

2) Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen untuk

pertumbuhannya.

3) Anaerob facultatif, yaitu mikroba yang tumbuh dengan atau tanpa adanya

oksigen.

4) Mikroearofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada

konsentrasi yang lebuh rendah dari pada konsentrasi oksigen yang

normal di udara.

5. Kelembaban

Pangan yan disimpan di dalam ruangan yang lembab akan mudah menyerap air sehingga nilai aktivitas air meningkat. Kenaikan aktivitas air akan mengakibatkan mikroba mudah tumbuh dan menyebabkan kerusakan pangan.

Salah satu kontaminasi yang paling sering dijumpai pada makanan adalah bakteri

Colifrom, E.coli, dan Faecal colifrom. Bakteri ini berasal dari tinja manusia dan hewan, tertular kedalam makanan karena penjamah makanan yang tidak higienis,

22

pencucian peralatan yang tidak bersih, kesehatan para pengolah dan penjamah makanan serta penggunaan air cuci yang mengandung Colifrom, Escherichia coli dan Faecal colifrom (Budi Hartono dan Dewi Susanna, 2003).

2.1.1.8 Keberadaan Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli adalah salah satu bakteri indikator untuk menilai pelaksanaan sanitasi makanan. Dalam Kepmenkes No. 715 tahun 2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi rumah makan dan restoran, angka bakteri E.coli dalam makanan jadi disyaratkan 0 per gram contoh makanan dan minuman disyaratkan angka bakteri E.coli harus 0 per 100 ml contoh minuman.

Organisme yang paling umum digunakan sebagai indikator adanya polusi adalah E.coli dan kelompok colifrom secara keseluruhan. Colifrom merupakan suatu grup bakteri heterogen bentuk batang, gram negatif, bakteri ini digunakan sebagai indikator adanya polusi yang berasal dari kotoran manusia atau hewan dan menunjukkan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air dan makanan (Imam

Supardi dan Sukamto, 1999:64).

Meurut Unus Suriwaria (1995:144) golongan bakteri colifrom merupakan bakteri indikator didalam substrat air, bahan makanan, dan sebagainya untuk kehadiran bakteri berbahaya. Makanan yang mengandung colifrom dianggap terkontaminasi dengan tinja manusia dan hewan. Berdasarkan asal dan sifatnya bakteri colifrom dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Coliform fekal, seperti Escherchia coli yang betul-betul berasal dari tinja

manusia dan hewan berdarah panas.

23

2. Coliform non fekal, seperti Aerobacter dan Klebsiella yang bukan berasal dari

tinja manusia, tetapi biasanya berasal dari tanah, air buangan, hewan/tanaman

yang mati.

Berdasarkan Siti Fathonah (2005:74) Bakteri colifrom digunakan sebagai bakteri indikator sanitasi karena:

1. Coliform tidak secara normal terdapat di dalam air/makanan. Mereka

dieksresikan dalam jumlah besar dari usus manusia, oleh karena itu adanya

dalam air/ makanan mengindikasikan telah terjadi kontaminasi tinja.

2. Colifrom mudah dideteksi dlam media kultur.

3. Daya tahan hidupnaya lebih lama dibandingkan bakteri patogen lainnya.

4. Resistensi lebih besar dalam proses pemurniaan air.

Namun, selain hidup di tinja manusia dan hewan bakteri colifrom juga dapat hidup dalam waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, adanya bakteri colifrom dalam makanan tidak selalu menunjukkan telah terjadi kontaminasi yang berasal dari tinja melainkan juga bisa karena kondisi sanitasi yang tidak memadai.

2.1.1.9 Bakteri Indikator Pencemaran Pangan

Bakteri indikator adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi faeces atau kotoran manusia atau hewan, karena bakteri tersebut merupakan organisme komensial didalam saluran pencernaan manusia atau hewan. Bakteri tersebut berguna untuk menunjukkan tingkat kebersihan dan menjadi peringatan tentang kemungkinan adanya patogen.

Syarat bakteri indikator adalah terdapat dalam jumlah besar di dalam kotoran (bakteri komensial), tumbuh dalam saluran pencernaan manusia atau

24

hewan berdarah panas (tidak pada saluran organisme lain) keberadaan E.coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan. Mikroorganisme yang paling umum digunakan sebagai petunjuk atau indikator adanya pencemaran feces dalam air adalah E.coli, serta bakteri dari kelompok kolifrom. Bakteri dari jenis tersebut selalu terdapat di dalam kotoran manusia, sedangkan bakteri patogen (penyebab penyakit) tidak selalu ditemukan. Mikroorganisme dari kelompok colifrom secara keseluruhan tidak umum hidup atau terdapat di dalam air, sehingga keberadaannya dalam air dapat dianggap sebagai petunjuk terjadinya pencemaran kotoran dalam arti luas, baik dari kotoran hewan maupun manusia

(Purnawijayanti, 2001:8).

Salah satu bakteri indikator yang digunakan untuk menilai keamanan dan mutu mikrobiologi makanan adalah bakteri Escherichia coli yaitu bakteri facultatively anaerobic gram-negative berbentuk batang yang masuk dalam famili

Enterobacteriaceace, yang merupakan penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar manusia. Bakteri ini bersifat komensial dan patogen

(Arisman, 2009:95).

Escherichia coli dalam jumlah banyak bersama-sama tinja, akan mencemari lingkungan. Escherichia coli thermotoleran adalah strain Escherichia coli yang dapat hidup pada suhu biakan 44,5°C dan merupakan indikator pencemaran air dan makanan oleh tinja. Escherichia coli dapat tumbuh pada suhu antara 10-40°C, dengan suhu optimum 37°C. pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 7,0-7,5 , pH minimum pada 4,0 dan maksimum pada pH 9,0. Nilai aw minimum untuk

25

pertumbuhan Escherichia coli adalah 0,96. Baktrei ini relatif sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinakifkan pada suhu pasteurisasi makanan atau selama pemasakan makanan (Imam Supardi dan Sukamto, 1999:184).

2.1.2 Higiene Penjamah Makanan

Berdasarkan (Depkes, 2000:1), Higiene adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan. Apabila ditinjau dari kesehatan lingkungan pengertian higiene adalah usaha kesehatan yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh faktor lingkungan (Siti Fathonah, 2005:1).

Higiene perorangan adalah sikap bersih perilaku penjamah/ penyelenggara makanan agar makanan tidak tercemar. Berkaitan dengan hal tersebut, higiene perorangan yang terlibat dalam pengolahan makanan perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan makanan dan mencegah terjadinya penularan penyakit melalui makanan. Purnawijayanti (2001:41) mengemukaan 25% dari semua penyebaran penyakit melalui makanan disebabkan penjamah makanan yang terinfeksi dan higiene perorangan yang buruk.

Dalam Kepmenkes RI No 1098 tahun 2003 penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Penjamah makanan yang menangani bahan makanan sering menyebabkan kontaminasi mikrobiologis. Mikroorganisme yang hidup di dalam maupun pada tubuh manusia dapat menyebabkan penyakit yang ditularkan

26

melalui makanan, yang terdapat pada kulit, hidung, mulut, saluran pencernaan, rambut, kuku dan tangan. Selain itu, penjamah makanan juga dapat bertindak sebagai carrier (pembawa) penyakit infeksi seperti, demam typoid, hepatitis A, dan diare (Siti Fathonah, 2005:10).

Makanan yang berada di rumah makan, restoran atau dipinggiran jalan akan menjadi media tempat penularan penyakit pathogen apabila tidak diolah dan ditangani dengan baik karena dalam penanganan makanan dapat memasukkan dan menyebarkan mikroorganisme patogen. Penularan penyakit tersebut dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kebersihan penjamah makanan dalam istilah populernya disebut higiene perorangan, merupakan kunci kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Dengan demikian, penjamah makanan harus mengikuti prosedur yang memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditanganinya. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolahan makanan adalah pencucian tangan, kebersihan dan kesehatan diri (Purnawijayanti,

2001:41).

2.1.2.1 Mencuci Tangan

Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feces, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja yang terlibat dalam penanganan makanan. Pencucian tangan, meskipun tampaknya merupakan kegiatan ringan dan sering disepelekan, terbukti cukup efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan. Pencucian tangan dengan sabun diikuti dengan pembilasan akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat

27

pada tangan. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokan dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotor yang banyak mengandung mikroba.

Langkah-langkah pencucian tangan yang memadai untuk menjamin kebersihan adalah sebagai berikut:

1. Membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun

2. Menggosok tangan secara menyeluruh selama sekurang-kurangnya 20 detik,

pada bagian-bagian meliputi punggung tangan, sela-sela jari, dan bagian bawah

kuku

3. Menggunakan sikat kuku untuk membersihkan sekeliling dan bagian bawah

kuku

4. Membilas dengan air mengalir

5. Mengeringkan tangan dengan handuk kertas (tissue) atau dengan alat

pengering

6. Menggunakan alas kertas tissue untuk mematikan tombol atau kran air dan

membuka pintu ruangan (Suardana I.W dan Swacita I.B.N, 2009:24).

Menurut Purnawijayanti (2001:43) Frekuensi mencuci tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya pencucian tangan dilakukan setiap saat, setelah tangan menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminasi atau cemaran. Berikut ini adalah beberapa pedoman praktis, bilamana pencucian tangan harus dilakukan :

1. Sebelum memulai pekerjaan dan pada waktu menangani kebersihan tangan

harus tetap dijaga

28

2. Sesudah waktu istirahat

3.Sesudah melakukan kegiatan-kegiatan pribadi misalnya merokok, makan,

minum, bersin, batuk, dan setelah menggunakan toilet (buang air kecil atau

besar)

4. Setelah menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan

misalnya telepon, uang, kain atau baju kotor, bahan makanan mentah ataupun

segar, daging, cangkang telur, dan peralatan kotor

5. Setelah mengunyah permen karet atau setelah menggunakan tusuk gigi

6. Setelah menyentuh kepala, rambut, hidung, mulut, dan bagian-bagian tubuh

yang terluka

7. Setelah menangani sampah serta kegiatan pembersihan, misalnya menyapu,

atau memungut benda yang terjatuh dilantai.

8. Sesudah menggunakan bahan-bahan pembersih dan atau sanitaiser kimia.

9. Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan kerja.

Kuku tangan sering sebagai sumber kontaminan atau mengakibatkan kontaminasi silang. Kuku harus dipotong dan dijaga kebersihannya. Kuku panjang dengan tepi yang tidak rata cenderung menjadi tempat sarang kuman (Siti Fathonah, 2005:15).

2.1.2.2 Kesehatan Rambut

Pencucian rambut dilakukan secara teratur. Rambut yang kotor akan menimbulkan rasa gatal pada kulit kepala yang dapat mendorong karyawan untuk menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran/ ketombe atau rambut dapat jatuh ke dalam makanan. Pada saat bekerja diharuskan menggunakan penutup kepala atau jala rambut. Penutup kepala membantu mencegah rambut ke dalam

29

makanan, membantu menyerap keringat yang ada di dahi, mencegah kontaminasi bakteri staphylococci, menjaga rambut bebas dari kotoran dapur. Setelah tangan menggaruk, menyisir atau menyikat rambut harus segera dicuci sebelum digunakan untuk menangani makanan.

2.1.2.3 Kebersihan Pakaian

Pakaian pengolah dan penyaji makanan harus selalu bersih, bila perlu pakaian khusus. Pakaian yang digunakan seharusnya digunakan adalah yang berlengan, menutupi bahu dan ketiak pekerja. Pakaian kerja dibedakan dengan pakaian harian, disarankan ganti setiap hari. Pakaian dipilih model yang dapat melindungi tubuh pada waktu memasak, mudah dicuci bewarna terang/ putih.

Umumnya pakaian yang berwarna terang atau putih sangat dianjurkan terutama bekerja di bagian pengolahan. Hal ini disebabkan karena warna putih akan lebih mudah terdeteksi adanya kotoran yang mungkin terdapat pada pakaian dan berpotensi untuk menyebar pada produk pangan yang sedang diolah. Disamping itu ukur pakaian hendaknya pas dan tidak terlalu besar. Pakaian yang terlalu besar bias berbahaya karena dapat berperan sebagai pembawa kotoran yang akan menyebabkan kontaminasi (Siti Fathonah, 2005:18).

2.1.2.4 Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup yang baik mendukung terciptanya higiene perorangan.

Kebiasaan hidup yang perlu diperhatikan saat memasak anatara lain:

1) Tidak merokok, makan atau mengunyah selama kativitas penanganan

makanan. Perokok mungkin menyentuh bibir dan ludahnya dapat dipindahkan

melalui jari dan dapat mengkontaminasi makanan. Disamping itu perokok

30

cenderung batuk, yang dapat mengeluarkan penyakit infeksi yang dapat

dideritanya kedalam makanan.

2) Tidak meludah atau membuang ingus di dalam daerah pengolahan.

3) Selalu menutup mulut dan hidung pada waktu batuk dan bersin. Batuk dan

bersin dapat menyebarkan sejumlah bakteri dari hidung dan kerongkongan. Hal

tersebut dapat secara langsung dan tidak langsung mengkontaminasi makanan.

4) Tidak mencicipi atau menyentuh makanan dengan tangan atau jari, gunakan

sendok bersih, spatula atau penjepit.

5) Sedapat mungkin tidak menyentuh bagian tubuh tertentu seperti mulut, telinga,

hidung.

6) Meninggalkan makanan dalam keadaan tertutup.

7) Menghindari penggunaan serbet untuk menyekat keringat atau lap tangan

setelah dari toilet.

8) Menghindari mencuci tangan pada bak cuci untuk persiapan makanan.

9) Jangan duduk diatas meja kerja (Siti Fathonah, 2005:15).

2.1.3 Persyaratan Penjamah Makanan

Penjamah makanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan harus memenuhi persyaratan antara lain:

1. Tidak menderita penyakit mudah menular misal: batuk, pilek, influenza,

diare, penyakit perut sejenisnya

2. Menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya)

3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian

4. Memakai celemek, dan tutup kepala

31

5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.

6. Menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas

tangan

7. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut

atau bagian lainnya)

8. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau

tanpa menutup mulut atau hidung (Kepmenkes No

942/Menkes/SK/VII/2003).

2.1.4 Hubungan Higiene Penjamah Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada Alat Pengolah Makanan Gado-gado

Higiene penjamah makanan dalam pengolahan makanan harus diperhatikan karena penjamah makanan merupakan sumber potensial dalam perpindahan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kontaminasi mikrobiologis pada makanan. Mikroorganisme yang hidup di dalam maupun pada tubuh manusia, seperti pada kulit, hidung dan mulut atau dalam saluran pencernaan, rambut, kuku, dan tangan dapat menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui makanan (food borne diseases) karena higiene perorangan penjamah makanan yang buruk (Siti Fathonah, 2005: 11). Dari seluruh sumber kontaminan tersebut penjamah makanan adalah paling besar pengaruh kontaminasinya. Kesehatan dan kebersihan pengolahan makanan mempunyai pengaruh besar pada mutu produk yang dihasilkannya, sehingga perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh (Purnawijayanti, 2005: 51-52). Sumber kontaminasi mikrobiologis ini terdapat selama jam kerja dari penjamah makanan yang menangani makanan. Setiap kali tangan penjamah makanan mengadakan

32

kontak dengan bagian-bagian tubuh yang mengandung mikroorganisme, maka tangan tersebut akan terkontaminasi dan akan segera mengkontaminasi makanan yang tersentuh. Perpindahan langsung mikroorganisme dari penjamah makanan berasal dari alat pencernaan makanan yang terjadi ketika tangan penjamah makanan tidak mencuci tangan dengan baik setelah dari toilet.

Dewayanti Haryadi (2009) menyatakan bahwa proses kontaminasi silang dapat terjadi jika sarana, wadah atau alat pengolahan makanan dan penyimpanan digunakan bersama-sama untuk bahan mentah maupun bahan matang.

Kontaminasi ulang terutama terjadi karena kurangnya sanitasi dan higiene.

Kontaminasi ulang disebabkan penggunaan air, sarana, wadah, alat pengolahan makanan dan penyimpanan yang tercemar serta penjamah yang tidak menjaga kebersihan diri. Bahkan di negara maju, kontaminasi ulang dari pekerja adalah faktor yang cukup sering (13%) berkontribusi pada peristiwa keracunan makanan.

Cemaran lainnya yaitu oleh pekerja dapat berasal dari usus yang mencemari secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air).

Kontaminasi oleh patogen E.coli yang sangat berbahaya terjadi dari kotoran manusia, misalnya melalui tangan atau pakaian yang tidak dicuci dengan bersih oleh karena itu, praktek pencucian tangan dan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya sesuai dengan cara produksi makanan yang baik merupakan metode untuk mengurangi risiko kontaminasi E.coli. Bakteri ini dapat menyebabkan gangguan perut dengan gejala demam dan diare. Selain itu, ada beberapa strain yang lebih berbahaya, misalnya E.coli yang memberikan gejala penyakit yang lebih

33

berbahaya, misalnya menyebabkan kegagalan ginjal (Purwiyatno Hariyadi dan

Ratih Dewayanti Hariyadi, 2009:17).

Berdasarkan Statistik penyakit bawaan makanan yang ada di berbagai negara industri saat ini menunjukkan bahwa 60% dari kasus yang ada disebabkan oleh buruknya teknik penanganan makanan, dan terkontaminasi pada saat disajikan di Tempat Pengelolaan Makanan (TPM). Kebersihan penjamah makanan merupakan kunci keberhasilan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat

(Depkes, 2001:97).

Menurut Titin Agustina (2005) menyatakan bahwa proses kontaminasi makanan oleh penjamah makanan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit adalah sebagai berikut:

1. Patogen dilepaskan melalui tinja, urin, atau dari hidung, telinga atau bagian-

bagian kulit lainnya dalam jumlah yang cukup banyak.

2. Patogen dipidahkan ke tangan atau bagian tubuh lain yang berkontak

langsung maupun tidak langsung dengan makanan.

3. Organisme bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama yang kemudian

pindah ke makanan.

4. Makanan yang terkontaminasi tidak diperlukan sedemikian rupa sehingga

organisme atau mikroorganisme yang ada sampai ketingkat konsumen.

5. Jumlah mikroorganisme dalam makanan telah mencapai dosis infektif atau

memproduksi racun dalam jumlah cukup banyak, sehingga menyebabkan

sakit.

34

Oleh karena itu, penjamah makanan yang menangani makanan harus mengikuti prosedur sanitasi yang memadai untuk mencegah kontaminasi mikrobiologis pada makanan yang ditangani. Prosedur yang penting bagi penjamah makanan adalah higiene perorangan (Siti Fathonah, 2005:13).

Dipandang dari kesehatan lingkungan, pengaruh makanan terhadap kesehatan sangat besar karena makanan atau minuman dapat berperan sebagai vektor agens penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan disebut sebagai penyakit bawaan makanan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi makanan baik secara langsung maupun tidak langsung (Wahit

Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, 2009:327):

1. Air

Air erat sekali hubungannya dengan makanan karena air diperlukan dalam

semua proses pengolahan makanan.

2. Air Kotor

Berbagai macam bahan organik dan anorganik terlarut dalam air kotor

yang merupakan sumber-sumber kuman patogen, terutama untuk kuman-kuman

yang berasal dari saluran pencernaan. Air kotor berperan penting sebagai sumber

pencemar bagi air dan makanan.

3. Tanah

Tanah mengandung mikroorganisme yang sangat besar baik jumlah

maupun jenisnya. Clostridium botulinum dan C. perfringens adalah bakteri yang

banyak ditemukan di tanah. Mikroorganisme ini dapat mempengaruhi

mikroorganisme yang berasal dari udara, air, tanaman, dan hewan. Tanah yang

35

mengandung mikroorganisme dapat masuk ke daerah persiapan atau pengolahan makanan dan penyimpanan makanan dengan cara melalui bahan makanan, pembungkusnya, pakaian, dan udara (debu) (Badan POM RI, 2003:11).

4. Udara

Mikroorganisme patogen yang berbentuk partikel bercampur debu dapat mengkontaminasi makanan, demikian juga percikan ludah akibat bersin atau batuk. Telah diketahui bahwa bakteri dapat disebarkan melalui batuk dan bersin dalam jarak yang cukup jauh, yaitu hingga 4,5 m (Badan POM RI, 2003: 12).

5. Manusia

Manusia merupakan sumber yang paten dari kuman-kuman

Staphylococcus aureus, Salmonella, Clostridium perfringens, Enterococcos.

6. Hewan atau ternak peliharaan

Saluran cerna hewan mengandung bakteri patogen, seperti Clostridium perfringens. Mikroorganisme seperti C.perfringens atau golongan dari

Salmonella dapat terbawa dalam hewan atau ternak.

7. Binatang Pengerat

Tikus merupakan masalah besar dalam pengolahan makanan karena tikus

dapat membawa Salmonella dan bakteri penyerang usus lainnya. Bakteri ini

dapat mengkontaminasi makanan melalui kontak antar tikus dan makanan atau

kontaminasi makanan oleh kotoran tikus tikus.

8. Serangga

Serangga khususnya lalat dapat mengkontaminasi makanan karena adanya mikroorganisme patogen melalui seluruh tubuhnya yang membawa tinja-tinja

36

manusia, air buangan, dan tempat sampah. Lalat-lalat yang sering berdekatan

dengan manusia dan paling sering ditemukan dalam pabrik makanan adalah

Musca domestica (Badan POM RI, 2003:9).

2.1.6 Pengertian Gado-gado

Makanan gado-gado merupakan jenis makanan yang siap saji dan dalam meramu atau meracik makanannya, penjual makanan tersebut lebih banyak menggunakan tangan secara langsung dan menggunakan beberapa campuran sayuran dengan kuah sambal kacang.

2.1.7 Pencucian

Menurut Kepmenkes No 1098 (2003:42) Praktek Pencucian Alat Pengolah terdiri dari bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bak pencucian yaitu mengguyur, menyabun, dan membilas. Seharusnya air yang digunakan untuk mencuci peralatan, apabila sudah terlihat kotor harus segera diganti dengan air yang baru karena jika airnya tidak diganti, dapat menyebabkan peralatan terkontaminasi bakteri colifrom dari air pencucian yang kotor dan pembersihan peralatan yang kurang baik. Selain itu air yang digunakan untuk keperluan pencucian peralatan juga harus cukup. Setelah dilakukan pencucian peralatan disimpan dengan baik, yaitu diletakkan di rak khusus dan penyimpananya harus terbalik. Peralatan dapat menjadi kontaminasi bagi makanan. Peralatan juga dapat terkontaminasi oleh bakteri E.coli jika dicuci dengan air yang tercemar. Peralatan dapur yang mengalami kontak langsung dengan makanan seharusnya didesain dan diletakkan sedemikian rupa untuk menjamin mutu dan keamanan produk yang dihasilkan. Peralatan yang digunakan untuk mengolah makanan atau penyajian

37

makanan jika tidak dibersihkan dengan benar dapat bertindak sebagai sumber kontaminasi makanan. Semua peralatan makanan harus dicuci bersih dengan menggunakan air dan sabun setelah digunakan dan kemudian disimpan pada tempat yang bersih, kering, tertutup dan bebas dari pencemaran.

Menurut Purnawijayanti (2001), tahapan pencucian peralatan yang benar adalah pembuangan sisa makanan dan pembilasan awal dengan tujuan agar air dalam bak-bak pencucian lebih efisisen penggunaannya. Bak pertama berisi larutan detergen hangat dengan bantuan spon yang bertujuan untuk membersihkan semua kotoran sisa makanan ataupun lemak, pembilasan dilakukan pada bak. kedua dengan menggunakan air hangat untuk menghilangkan sisa detergen dan kotoran dan desinfeksi dilakukan pada bak ketiga.

Bak air untuk pencucian peralatan tersebut digunakan sebagai bak pencucian dan bak pembilasan. Pencucian peralatan memiliki 2 tujuan yaitu untuk membuang sisa makanan dari peralatan yang dapat menyokong pertumbuhan mikroorganisme dan melepaskan mikroorganisme yang hidup sehingga alat tersebut dapat digunakan kembali dengan aman. Apabila peralatan makan digunakan kembali tanpa pencucian, potensi berpindahnya mikroorganisme dapat menjadi ancaman serius terhadap keamanan makanan. Idealnya sebelum dilakukan pencucian perlu dilakukan perendaman terlebih dahulu, sehingga sisa makanan yang menempel pada peralatan makan mudah dibersihkan.

Pencucian dan sanitasi dapat dilakukan secara manual maupun mekanis.

Adapun prosedur pembersihannya adalah sebagai berikut:

1. Pembuangan sisa makanan dan pembilasan awal

38

Pada tahap ini sisa makanan dibuang kemudian peralatan dibilas atau disemprot dengan air megalir. Tujuan tahap ini adalah menjaga agar air dalam bak-bak pencucian efisien penggunaannya.

2. Pencucian

Pencucian dilakukan dengan menggunakan pembersih (sabun/deterjen). Pada tahap ini diperlukan alat bantu sikat atau spon untuk membersihkan semua kotoran sisa makanan atau lemak. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah dosis penggunaan deterjen untuk mencegah pemborosan.

Proses pencucian alat pengolah makanan dengan metode sederhana hanya dilakukan dengan menggunakan satu bak yang prinsipnya dilakukan dengan membersihkan sisa makanan pada alat pengolah makanan, membersihkan dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa deterjen, kemudian baru meniriskan alat pengolah makanan basah pada rak (Annisa Andriyani,dkk,

2009:36).

Menurut prinsip-prinsip dasar pencucian peralatan makan yang terpenting adalah tersedianya sarana pencucian peralatan yang memiliki tiga bagian, yaitu bagian pencucian, bagian pembersihan/ pembilasan dan bagian desinfeksi. Bak pertama berisi air sabun, bak kedua berisi air bersih untuk membilas, dan bak ketiga berisi air yang diberi desinfeksi (Chairini Tri

Cahyaningsih, dkk,: 2009:186).

Berdasarkan Kepmenkes No 1098/MENKES/SK/VII/2003 Persyaratan cara pencucian peralatan adalah:

39

1. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/detergen air dingin, air panas

sampai bersih.

2. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau iodophor 12,5

ppm, air panas 80°C, dilap dengan kain.

Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan yaitu peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada arak-rak antim karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/ mesin dan tidak boleh dilap dengan kain.

2.1.8 Persediaan Air Bersih

Air merupakan unsur yang paling penting untuk bisa melakukan proses sanitasi dan higiene yang baik. Air penting di dalam sumber pangan karena tidak hanya digunakan untuk keperluan pembersihan dan sanitasi, tetapi juga diperlukan selama penanganan dan pengolahan produk. Secara garis besar terdapat 3 kriteria utama mutu air yang harus diperhatikan, yaitu kriteria fisik, kriteria kimia, kriteria mikrobiologi (Purwiyatno, 2009:54).

Persediaan air bersih merupakan Jumlah air yang cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap tempat kegiatan (Permenkes RI No.

304/MENKES/PER/IV/1989 tentang Kesehatan Rumah Makan dan Restoran).

Persediaan air bersih yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari. Air dalam pengolahan makanan perlu mendapatkan perhatian khusus karena berperan besar dalam semua tahapan proses. Mengingat pentingnya air maka itu perlu syarat air yang harus dipenuhi. Air yang dapat digunakan dalam pengolahan makanan minimal harus memenuhi persyaratan kesehatan. Agar air minum tidak

40

menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan antara lain:

1. Air bersih harus sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia yang berlaku

2. Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap tempat kegiatan

3. Memenuhi syarat kuantitas (jumlah) yang diperlukan air sebanyak 60-120 liter/orang/hari untuk rumah tangga. Sedangkan untuk jasa boga jumlahnya harus cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap tempat kegiatan.

4. Memenuhi syarat kontinuitas merupakan kebutuhan air bersih tiap harinya harus terpenuhi. Kualitas dan kuantitas air bersih, penggunaan air mengalir, penggunaan tempat cuci (ember) serta proses pengeringan yang dilakukan merupakan tahap-tahap pencucian sekaligus sebagai faktor yang saling menunjang dalam praktik pencucian alat makan karena bila salah satu faktor penunjang tersebut tidak sesuai syarat kesehatan yang dianjurkan kemungkinan besar alat makan tersebut akan tetap terkontaminasi oleh kuman yang menyebabkan alat makan tidak higienis.

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak mengandung bakteri golongan E.coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 coli/100 ml air. Air yang mengandung golongan

E.coli dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia (C.

Totok Sutrisno, 2006:23). Menurut Kepmenkes (2003), kondisi sanitasi yang dapat mempengaruhi keberadaan mikroorganisme pada makanan adalah:

41

Air merupakan salah satu salah satu kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia. Dalam proses pengolahan makanan air sangat penting karena berperan dalam semua tahapan proses. Air digunakan untuk merendam, membersihkan bahan makanan, untuk memasak selama proses pemasakan, komponen dari masakan, seperti kuah, sirup, untuk mencuci tangan dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan makanan.

Air yang dapat digunakan dalam pengolahan makanan minimal harus memenuhi syarat air yang dapat diminum. Adapaun syarat-syarat air yang dapat diminum adalah (Siti Fathonah, 2005:74):

1. Bebas dari bakteri berbahaya serta bebas dari ketidakmurnian kimiawi.

2. Bersih dan jernih.

3. Tidak berwarna dan berbau.

4. Tidak mengandung bahan tersuspensi (penyebab keruh).

5. Menarik dan menyenangkan untuk diminum.

Secara fisik air yang dapat digunakan untuk pengolahan makanan adalah air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan jernih dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman. Bila salah satu syarat fisik tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar air tersebut tidak sehat (zat kimia, zat organik dapat merubah warna, bau, rasa, dan kejernihan air). Sebaliknya jika semua syarat fisik terpenuhi, belum tentu baik untuk diminum, kemungkinan mengandung zat atau bibit penyakit yang membahayakan. Mikroorganisme yang paling umum digunakan sebagai petunjuk atau indikator adanya pencemaran tinja

42

dalam air adalah bakteri dari kelompok coliform dan Escherichia coli (Siti

Fathonah, 2005:74).

Pencemaran air dengan tinja dapat memasukkan berbagai jenis bakteri patogen, virus, protozoa, dan cacing yang ditularkan kepada manusia, jika air digunakan untuk minum dan penyiapan makanan. Air yang tercemar merupakan sumber infeksi utama dan akan menghalangi berbagai upaya yang dilakukan untuk mempraktikkan higiene perorangan dan higiene makanan yang baik serta dapat mengakibatkan penularan penyakit (Siti Fathonah, 2005:9).

Sanitasi air untuk proses pengolahan pangan dilakukan dengan tujuan menyediakan air yang memenuhi persyaratan serta menjamin tidak terjadinya kontaminasi makanan oleh air yang digunakan selama tahap preparasi, pengolahan maupun pencucian alat dan pekerja (Purnawijayanti 2001:12).

Fungsi air adalah sebagai pembawa detergen atau bahan pembersih ke permukaan alat tempat mengolah bahan pangan sekaligus melarutkan bahan cemaran dari permukaan tersebut. Ketersediaan air bersih menurut persyaratan yang telah ditetapkan oleh Permenkes yang berlaku, sebaiknya berjumlah cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap tempat kegiatan selain tidak mengandung jasad renik patogen. Selanjutnya, air jangan dibiarkan sebagai sumber pencemaran. Pasokan air bersih harus memenuhi standar baku analisis bakteriologis yang ditetapkan berdasarkan hitungan bakteri Escherichia coli, yaitu

2 per 100 cc selain penilaian terhadap sanitasi dan keadan lingkungan (Arisman,

2009:186).

43

Syarat tempat pengolahan dapur yang baik salah satunya yaitu harus tersedia persediaan air bersih yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan, karena air merupakan suatu medium transmisi dari beberapa penyakit yang dapat ditularkan lewat air (Ni Luh Payastiti, dkk, 2010:18)

Penyediaan sarana air bersih volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter/35-40 galon. Berdasarkan analisis

WHO pada negara-negara maju, setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari, sedangkan negara berkembang setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Wahid Iqbal Mubarak, dkk, 2009:299).

2.1.9 Kondisi Warung Gado-gado Terhadap Sumber Pencemaran

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1098/MENKES/SK/VII/ 2003. Kondisi warung gado-gado terhadap sumber pencemaran tempat penjualan adalah keadaan dimana lingkungan tempat jual terhindar dari pencemaran yang diakibatkan oleh debu atau asap, dinding dalam keadaan bersih, tidak ada lalat disekitarnya, terdapat tempat sampah yang memenuhi syarat yaitu dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, mempunyai tutup sehingga tidak dapat dihinggapi oleh lalat, kondisi lantai yang bersih (lantai dibuat kedap air, rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan), dan tempat jualan tidak berada pada jarak <100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau dan cemaran lainnya

Tempat penjualan yang bersih dan dipelihara dengan baik akan menjadi tempat yang higienis dan menyenangkan sebagai tempat kerja. Kebersihan tempat penjualan sangat menentukan mutu dan keamanan makanan yang dihasilkan.

Sebaliknya, mikroorganisme tumbuh dengan baik pada lingkungan yang lembab

44

dan hangat, mengandung zat gizi yang baik, seperti pada bahan makanan dan lingkungan yang kotor. Oleh karena itu, bahan makanan mudah sekali diserang mikroorganisme jika berada pada lingkungan yang kotor.

2.2 KERANGKA TEORI

Persediaan air Kondisi warung gado- Faktor-faktor bersih gado terhadap sumber yang pencemaran mempengaruhi pertumbuhan

E.coli: Praktek pencucian Keberadaan E.coli pada

alat pengolah alat pengolah makanan Suhu, makanan gado-gado gado-gado Aktivitas air, Ketersediaan oksigen, pH

Higiene penjamah makanan

Gambar 2.3: Kerangka Teori

(Sumber: Annisa Andriyani,dkk, 2009; Agus Syahrurachman, 1994; Chairini Tri

Cahyaningsih, dkk,: 2009; C. Totok Sutrisno, 2006; Unus Suriwiria, 1995; Siti

Fathonah, 2005; Arisman, 2009; Purnawijayanti, 2001; BPOM, 2003;

Kepmenkes, 2003; Titin Agustina, 2005; Kepmenkes, 1990; Kepmenkes, 2003;

Ni Luh Payastiti, 2006; Suardana dan Swacita, 2009; Budi Hartono dan Dewi

Susanna, 2003; Wahid Iqbal, 2009; WHO, 2005; Jawetz et al, 2005; Pelczar dan chan, 1986; Permenkes RI No. 304/MENKES/PER/IV/1989; Purwiyatno, 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 KERANGKA KONSEP

Variabel Penelitian

1. Higiene penjamah makanan 2. Praktek pencucian 3. Persediaan air bersih

4. Kondisi warung gado-gado 5. Keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 VARIABEL PENELITIAN

Variabel diteliti pada penelitian ini adalah higiene penjamah makanan, praktek pencucian, persediaan air bersih, kondisi warung gado-gado, keberadaan

Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado di lingkungan Pasar

Johar Kota Semarang Tahun 2012.

3.3 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel Definisi Alat No Cara Ukur Kategori Skala penelitian Operasional Ukur (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Higiene Perilaku Check list Observasi Buruk, jika Ordinal penjamah higiene skor makanan penjamah yang higiene meliputi: penjamah menjaga 0-10 kebersihan diri Baik, jika sendiri yang skor

45

46

dilakukan oleh higiene penjual seperti penjamah kebersihan 11-20 tangan, rambut, (Azwar S, pakaian, serta 2009:109) kebiasaan hidup yang baik. 2 Praktek Perilaku yang Check list Observasi Buruk, Ordinal pencucian ditujukan jika skor penjamah praktek makanan dalam pencucian proses 0-6 pencucian melalui tahapan Buruk, jika mulai dari sisa skor pembersihan praktek makanan, pencucian perendaman, 7-12 pencucian, (Azwar S, pembilasan 2009:109) terdiri dari 3 bak pencucian (Kepmenkes, No.1098/MEN KES/SK/VII/20 03 tentang persyaratan hygiene dan sanitasi rumah makan dan restoran) 3 Persediaan Penilaian Check list Observasi Buruk, jika Ordinal air bersih terhadap skor kualitas dan persediaan kuantitas air air bersih bersih 0-1 (Kepmenkes, No. Baik, jika 1096/MENKES skor /PER/VI/2011 persediaa Tentang n air Higiene bersih Sanitasi 2-3 Jasaboga) (Azwar S, 2009:109)

47

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 4 Kondisi Kondisi Check Observasi Tidak Ordinal warung warung List memenuhi gado-gado terhadap syarat, sumber apabila pencemaran skor yang meliputi kondisi keadaan tempat warung sampah, 0-5 keadaan warung, jarak Memenuhi (Kepmenkes syarat, jika RI skor No.1098/MEN kondisi KES/SK/VII/2 warung 6-9 003 Tentang (Azwar S, persyaratan 2009:109). hygiene sanitasi rumah makan dan restoran). 5 Keberadaan Kandungan Uji Metode Tidak Ordinal Escherichia pada alat laboratoriumpemeriksaan memenuhi coli pada pengolah swab alat/usap syarat, jika alat makanan gado- alat dengan kebersihan pengolah gado (cobek) media peralatan makanan hasil penyubur ada kuman gado-gado pemeriksaan (HIB) Escherichi (cobek) laboratorium a coli dan kuman lainnya (positif bakteri Escherichi a coli)

Memenuhi syarat, jika kebersihan peralatan tidak ada kuman Escherichi a coli dan kuman lainnya

48

(negatif bakteri E.coli) (Kepmenk es RI No. 1096/MEN KES/PER/ VI/2011) 3.4 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian ini merupakan Penelitian Deskriptif kuantitatif yang bertujuan melakukan mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor maupun efek atau hasil. Dengan menggunakan pendekatan

Cross Sectional yaitu peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 1995:55).

3.5 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.5.1 Populasi

Populasi adalah Keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,

2010:172). Populasi dalam penelitian ini yaitu pedagang gado-gado yang ada di lingkungan Pasar Johar Kota Semarang Tahun 2012 berjumlah 10 pedagang gado- gado.

3.5.2 Sampel

Oleh karena besar populasi kurang dari 30 yaitu hanya 10 pedagang gado- gado maka sampel penelitian ini diambil menggunakan teknik total sampling.

3.6 SUMBER DATA PENELITIAN

Dalam penelitian ini sumber yang digunakan:

3.6.1 Data Primer

49

Data jumlah pedagang gado-gado didapat dari observasi dan Check list pada pedagang gado-gado di lingkungan Pasar Johar Kota Semarang Tahun 2012 tentang higiene penjamah makanan, praktek pencucian, persediaan air bersih, kondisi warung gado-gado dan uji pendahuluan laboratorium bakteri Escherichia coli pada Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Semarang. Data mengenai keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado diketahui dengan menggunakan pemeriksaan uji laboratorium berupa identifikasi

Escherichia coli menentukan gas positif dan gas negatif Escherichia coli menggunkan media penyubur (HIB) dan swab alat atau usap alat pada alat pengolah makanan gado-gado (cobek).

3.6.2 Data Sekunder

1. Data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu data yang berasal dari jurnal-

jurnal penelitian yang mendukung.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan berbagai sumber tulisan yang berkenaan dengan

obyek penelitian.

3. Buku pemeriksaan mikrobiologi usap alat masak dan alat makan

Buku acuan yang berisi tentang cara pemeriksaan angka yang dilakukan oleh

Departemen Kesehatan RI Pusat Laboratorium Kesehatan Tahun 1991.

3.7 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK

PENGAMBILAN DATA

3.7.1 Lembar Observasi

50

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa tabel.

Lembar observasi ini untuk mendapatkan data mengenai higiene penjamah makanan, praktek pencucian, persediaan air bersih, kondisi warung gado-dao terhadap sumber pencemaran.

3.7.2 Alat dan Bahan Pemeriksaan Uji Laboratorium Usap Alat Bakteri

Escherichia coli

1. Tabung steril 5 m

2. Cairan buffer dalam botol

3. Kapas lidi steril

4. Sarung tangan steril

5. Spidol

6. Korek api

7. Label

8. Cobek yang siap dipakai

9. Pipet ukur steril volume 10 ml dan 1 ml

10.Batang pengaduk bengkok

11. Kaca steril

12. Inkubator

13. Nacl steril

14. Kertas saring

15. Lampu steril

16. Ose

17. Lemari es

51

18. Tabung durham

19. Waterbath

20. Petridish

21. Reagen oxidase

22. Reagen kovac’s

23. Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)

24. Media Mac Conkey

25. Media Kingler’s Iron Agar (KIA) miring

26. Mortility-Indole-Urea (MIU) agar pH

27. Garam buffer phosphat 7,2

3.7.3 Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan bakteri Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado (cobek).

Cara kerja sampel usap alat:

I. Pengambilan sampel usap alat

1. Sarung tangan steril, catatan pemeriksaan, alat pengolah (cobek) siap

pakai yang akan diperiksa dipersiapkan.

2. Sebelum digunakan lidi kapas steril disiapkan untuk digunakan usap

alat.

3. Lidi kapas steril tadi dicelupkan kedalam media penyubur HIB. Lidi

kapas steril diusapkan pada seluruh bagian cobek yang siap pakai untuk

mengolah.

52

4. Kemudian dimasukkan ke dalam media penyubur HIB lalu ditutup

rapat.

5. Setiap bidang pemakaian yang diusap dilakukan tiga kali berturut-turut

dan satu lidi kapas digunakan untuk satu kali alat yang akan diperiksa.

6. Setiap satu sampel atau alat digunakan satu usap alat.

7. Kertas label ditempelkan, kemudian etiket ditulis dengan spidol untuk

menandai sampel.

8. Tanggal pengambilan sampel: 26 November 2012.

9. Jam pengambilan sampel: 08.00-10.00 WIB.

10. Lokasi pengambilan sampel: Di lingkungan Pasar Johar Kota

Semarang

11. Nama sampel: Cobek

12. Sampel dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

II. Pemeriksaan sampel usap alat:

1) Uji pendahuluan (MC Agar Plate)

1. Siapkan media Mac Conkey Agar yang steril.

2. Dengan menggunakan ose, ambil 1 mata ose spesimen dari sampel

ditanam pada media MC inkubasi pada suhu 35-37°C selama 24 jam.

3. Siapkan media padat yang akan digunakan, apabila media tersebut

sebelumnya disimpan dalam lemari es, sebelum dipakai harus

dikeringkan sebentar pada inkubator untuk menghilangkan uap air dalam

media.

4. Amati koloni yang tumbuh pada masing-masing media isolasi.

53

Selanjutnya pada masing-masing koloni tersangka dilakukan oxidase test sebagai berikut:

1) Pada kertas saring diletakkan dalam petridish diteteskan 2-3 test reagen

oxsidase.

2) Dengan ose steril ambil koloni tersangka dan oleskan pada kertas

tersangka dan oleskan pada kertas saring tersebut. Dapat juga digunakan

apllicator stick.

III. Interpretasi Hasil

1) Uji media Mac Conkey, positif (+) bila terdapat koloni dengan ciri-ciri

timbul koloni berwarna ungu tua pada olesan diatas kertas saring tersebut

dalam waktu 10 detik terdapat sifat-sifat koloni yaitu koloni merah, jingga

atau pink-hitam metalik, smooth, cembung, mengkilat.

2) Tabel 3.2 Interpretasi Hasil Uji Biokimia/Gula-gula Reaksi Biokimia

Jenis No KIA MIU agar Kuman Ler Dasar H2S Gas Motility Indole Urease Oxidase eng 1 E.coli A A - + +/- + - - Keterangan:

K: Alkaline (merah)

A: Acid ()

+: Positif

-:Negatif

Uji biokimia negatif(-), bila tidak tumbuh dengan ciri-ciri koloni merah, jingga, atu pink-metalik, besar, smooth. cembung, mengkilat.

54

3.7.4 Observasi

Observasi merupakan suatu prosedur yang berencana, antara lain melihat dan mencatat jumlah taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:93). Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang variabel yang diteliti yaitu higiene penjamah makanan, praktek pencucian, persediaan air bersih, kondisi warung gado-gado terhadap sumber pencemaran yang ada di lingkungan Pasar Johar Kota Semarang

Tahun 2012.

3.7.5 Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data tentang higiene penjamah makanan, praktek pencucian, persediaan air bersih, kondisi warung gado-gado.

3.8 PROSEDUR PENELITIAN

Adapun langkah-langkah dalam prosedur penelitian ini adalah:

1. Pra penelitian

Pada tahap ini melakukan survey langsung pada tempat yang akan diteliti dengan melakukan observasi pendahuluan awal dan mengumpulkan materi-materi yang mendukung tema peneliti.

2. Penelitian

Pada tahap ini melakukan penelitian langsung dengan cara observasi, dokumentasi dan melakukan uji pemeriksaan laboratorium secara langsung terhadap alat pengolah makanan gado-gado yaitu cobek.

55

3. Pasca penelitian

Setelah data semua terkumpul tahap ini melakukan pembenahan berkas-berkas untuk yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.9 TEKNIK ANALISIS DATA

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian data yang telah terkumpul akan diolah dan dianalisis. Proses pengolahan data meliputi:

1). Editing adalah kegiatan untuk memeriksa kelengkapan data yang diperoleh

melalui observasi atau pengamatan.

2). Coding adalah kegiatan untuk memberikan kode pada semua variabel untuk

mempermudah pengolah data.

3). Entry adalah kegiatan untuk memberikan kode pada semua variabel untuk

mempermudah pengolahan data.

4). Tabulating adalah kegiatan untuk mengelompokkan data sesuai dengan

variabel yang akan diteliti guna memudahkan untuk disusun data ditata untuk

disajikan.

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:

1) Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian

dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui gambaran

terhadap variabel yang diteliti yaitu gambaran higiene penjamah makanan,

56

praktek pencucian alat pengolah, persediaan air bersih, kondisi warung gado-gado dengan keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado. Pada analisa ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:188).

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pasar Johar. Pasar Johar merupakan pasar tradisional terbesar yang dimiliki kota Semarang dan warisan budaya peninggalan Belanda. Ini terletak di kawasan perdagangan di pusat kota

Semarang, tepatnya di kawasan alun-alun lama kota Semarang. Selain berdekatan dengan pusat kota Semarang, Pasar ini juga berdekatan dengan kawasan kota lama yang berkembang menjadi wisata sejarah di kota Semarang. Salah satu makanan yang harganya mudah dijangkau dan mudah didapat yaitu gado-gado. Penjual gado-gado sangat mudah ditemui salah satunya yaitu di Pasar Johar.

Gado-gado merupakan jenis makanan yang siap saji dengan beberapa campuran sayuran dan kuah sambal kacang. penjual makanan tersebut lebih banyak menggunakan tangan secara langsung dalam meramu, menyajikan makanannya. Hal ini menyebabkan sangat rentannya gado-gado untuk terkontaminasi bakteri baik yang berasal dari bahan sayuran yang digunakan, piring, sendok, cobek, solet, talenan, uleg, pisau, air cucian dan perilaku penjamah yang tidak sehat. Uji laboratorium untuk mengetahui kandungan keberadaan bakteri Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado (cobek) dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Responden dalam penelitian ini adalah para pedagang gado-gado yang berjumlah 10 pedagang di lingkungan Pasar Johar kota Semarang. Sedangkan,

57

58

sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 10 sampel yang ada di lingkungan Pasar Johar kota Semarang. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan Check list, observasi langsung untuk mengetahui tentang higiene penjamah makanan, praktek pencucian, persediaan air bersih, kondisi warung gado-gado dan uji laboratorium identifikasi keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado (cobek).

4.2 HASIL PENELITIAN

4.2.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pedagang gado-gado yang ada di lingkungan Pasar Johar kota Semarang Tahun 2012. Sebanyak 10 responden dengan karakteristik sebagai berikut:

4.2.1.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Hasil wawancara dengan responden penelitian didapatkan gambaran umum mengenai Jenis Kelamin (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%) Perempuan 9 90,0 Laki-laki 1 10,0 Total 10 100 (Sumber:Data Penelitian 2012)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat mengenai proporsi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin. Jumlah responden yang memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 9 responden (90,0%), sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1 responden (10,0%).

59

4.2.1.2 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Penggolongan berdasarkan tingkat pendidikan pedagang gado-gado dapat dibedakan sebagai berikut (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekueansi Prosentase (%) Tidak Tamat SD 1 10,0 Tamat SD 7 70,0 Tamat SLTP 2 20,0 Tamat SLTA 0 0,0 Total 10 100 (Sumber:Data Penelitian 2012).

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden yang tidak tamat SD sebanyak 1 (10,0%), tamat SD sebanyak 7 (70,0%), tamat

SLTP sebanyak 2 (20,0%), tamat SLTA sebanyak 0 (0,0%).

4.2.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel yang diteliti yaitu gambaran higiene penjamah makanan, praktek pencucian, persediaan air bersih, kondisi warung gado-gado yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasenya.

4.2.2.1 Higiene Penjamah Makanan

Gambaran mengenai frekuensi kondisi higiene penjamah makanan gado- gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Higiene Penjamah Makanan Higiene Penjamah Makanan Frekuensi Prosentase (%) Buruk 4 40,0 Baik 6 60,0 Total 10 100 (Sumber: Data Penelitian 2012)

60

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 4 responden (40,0%) memiliki higiene penjamah makanan yang buruk, 6 responden (60,0%) memiliki higiene penjamah makanan yang baik.

4.2.2.2 Praktek Pencucian Gambaran mengenai frekuensi kondisi praktek pencucian pada pedagang gado-gado dilingkungan Pasar Johar kota Semarang Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Praktek Pencucian Praktek Pencucian Frekuensi Prosentase (%) Buruk 3 30,0 Baik 7 70,0 Total 10 100 (Sumber: Data Penelitian 2012)

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 responden (30,0%) memiliki praktek pencucian yang buruk, 7 responden (70,0%) memiliki praktek pencucian yang baik.

4.2.2.3 Persediaan Air Bersih

Gambaran mengenai frekuensi Kuantitas Persediaan Air Bersih pada pedagang gado-gado dilingkungan Pasar Johar kota Semarang Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kuantitas Persediaan Air Bersih Memenuhi Frekuensi Prosentase (%) Ya 7 70,0 Tidak 3 30,0 Total 10 100 (Sumber: Data Penelitian 2012)

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 7 responden (70,0%) yang memenuhi air untuk mencuci, dan 3 responden (30,0%) yang tidak memenuhi air.

61

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sumber Air Yang Digunakan Untuk Mencuci Peralatan Sumber Air Frekuensi Prosentase (%) Air Sumur 10 100,0 Air PDAM 0 0,0 Air Isi Ulang 0 0,0 Total 10 100 (Sumber: Data Penelitian 2012)

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 10 responden (100,0%) yang memakai sumber air sumur, sedangkan yang lainnya tidak memakai 0 responden

(0,0%), 0 responden (0,0%).

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Air Yang Digunakan Dalam Mencuci Peralatan Air Mengalir Frekuensi Prosentase (%) Ya 0 0,0 Tidak 10 100,0 Total 10 100 (Sumber: Data Penelitian 2012)

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 10 responden (100,0%) yang tidak menggunakan air yang mengalir.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Persediaan Air Bersih Air tidak berwarna, tidak Frekuensi Prosentase (%) berasa, tidak berbau Ya 7 70,0 Tidak 3 30,0 Total 10 100 (Sumber: Data Penelitian 2012)

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 7 responden (70,0%) yang memiliki kualitas fisik persediaan air bersih tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau. 3

(30,0%) yang tidak memiliki kualitas fisik persediaan air bersih tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau.

62

4.2.2.4 Kondisi warung gado-gado terhadap sumber pencemaran

Gambaran mengenai frekuensi kondisi warung gado-gado dilingkungan

Pasar Johar Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kondisi Warung Gado-gado Terhadap Sumber Pencemaran Kondisi Warung Frekuensi Prosentase (%) Memenuhi syarat 6 60,0 Tidak memenuhi syarat 4 40,0 Total 10 100 (Sumber: Data Penelitian 2012)

Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian terdapat 4 responden (40,0%) memiliki kondisi warung gado-gado terhadap sumber pencemaran yang tidak memenuhi syarat, 6 responden (60,0%) memiliki kondisi warung gado-gado yang memenuhi syarat.

4.2.2.5 Keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado (cobek)

Gambaran mengenai keberadaan Escherichia coli pada alat pengolah gado- gado (cobek) sesuai dengan uji laboratorium dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Keberadaan Escherichia coli Pada Alat Pengolah Makanan Gado-gado (cobek) Kategori Frekuensi Prosentase (%) Positif 3 30,0 Negatif 7 70,0 Total 10 100 (Sumber: Data Penelitian 2012)

Berdasarkan tabel 4.10, maka diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden dengan kategori positif keberadaan bakteri E.coli pada alat pengolah makanan gado-gado yaitu sebanyak 3 responden (30,0%), sedangkan responden dengan kategori negatif yaitu sebanyak 7 responden (70,0%).

BAB V PEMBAHASAN

5.1 PEMBAHASAN

5.1.1 Higiene Penjamah Makanan

Berdasarkan gambaran mengenai frekuensi kondisi higiene penjamah makanan gado-gado di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012. Dari

10 responden yang memiliki higiene penjamah makanan buruk terdapat 4 responden (40%), 6 responden (60%) yang memilki higiene penjamah makanan baik.

Hasil penelitian dilapangan diketahui 5 responden yang tidak menggunakan pakaian kerja dalam keadaan bersih dan rapih. Penelitian ini sesuai dengan yang dikemukaan oleh Siti Fathonah (2005:11) bahwa pakaian kerja yang bersih akan menjamin sanitasi dan higiene pengolahan makanan karena tidak terdapat debu atau kotoran melekat pada pakaian secara tidak langsung dapat menyebabkan pencemaran pada makanan.

Penelitian di lapangan terdapat 5 responden yang memiliki keadaan kuku pendek dan tidak bersih pada saat menjamah makanan, hal ini yang menyebabkan perpindahan bakteri dari tangan ke makanan langsung. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Budi Hartono dan Dewi Susanna (2003:27) yang menyatakan bahwa 36% responden memiliki kuku kotor. Penelitian tersebut meyatakan ada hubungan yang bermakna antara kuku tangan penjamah makanan dengan kontaminasi makanan. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Siti

63

64

Fathonah (2005:15) kuku tangan sering menjadi sumber kontaminasi atau mengakibatkan kontaminasi silang. 5 responden yang tidak memakai celemek saat menangani makanan. Hal ini sesuai dengan penelitian Budi Hartono dan Dewi

Susanna (2003) menyatakan 85% penjamah makanan tidak memakai celemek ketika menjamah makanan. diketahui 7 responden pada saat proses pengemasan tidak memakai sarung tangan atau alat bantu penjepit makanan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi

Hartono dan Dewi Susanna (2003) menyatakan bahwa 64% penjamah makanan tidak memakai alat bantu atau penjepit saat mengambil atau memegang makanan.

Sentuhan tangan merupakan penyebab yang paling umum terjadinya pencemaran makanan. Mikroorganisme yang melekat pada tangan akan berpindah ke dalam makanan dan berkembang biak dalam makanan, terutama dalam makanan jadi.

Selain itu, perilaku atau kebiasaan penjamah makanan yang buruk dapat juga mempengaruhi terjadinya kontaminasi bakteri Escherichia coli pada alat pengolah makanan atau minuman.

Diketahui 4 responden yang memakai cincin pada saat memasak tidak dilepas, hal ini akan mengakibatkan bakteri mudah tumbuh subur dan berkembang biak pada kulit dibagian perhiasan. Penggunaan cincin pada jari tangan penjamah sehingga tingkat kebersihannya kurang terjamin, kemungkinan tersimpan kotoran atau sisa makanan pada sela antara cincin dan jari tangan yang dapat mengkontaminasi makanan. penelitian ini sesuai dengan teori Purwiyatno H dan

Ratih D.H (2009:75) menyatakan bahwa saat menangani makanan semua perhiasan termasuk cincin harus dilepas, disimpan di tempat yang aman karena

65

kemungkinan perhiasan tersebut dapat lepas dan jatuh maka akan berpotensi untuk mengkontaminasi makanan. masih terdapat 5 responden yang menggaruk anggota badan, seperti hidung, mulut dan saat menangani makanan. 3 responden masih ada yang berbicara selama menyiapkan makanan gado-gado. Pada saat berbicara tanpa disadari percikan-percikan air ludah akan keluar dan mengkontaminasi makanan gado-gado.

Dari hasil penelitian 6 responden masih terdapat penjamah yang mencicipi makanan dengan tangan sebelum dijual, hal ini akan mengakibatkan terjadinya kontaminasi silang. Kontaminasi silang dapat terjadi selama makanan berada dalam tahap persiapan, pengolahan, pemasakan maupun penyajian. 5 responden masih ada yang tidak menggunakan air bersih dan mengalir untuk mencuci bahan makanan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Siti Fathonah

(2005:11) bahwa higiene penjamah makanan yang buruk dapat menyebabkan kontaminasi mikrobiologis pada makanan karena penjamah makanan merupakan sumber potensial dalam perpindahan mikroorganisme. Dari data statistik sekitar

90% penyakit yaitu pada manusia mempunyai keterkaitan dengan makanan sebanyak 25% penyebaran penyakit melalui makanan, diakibatkan oleh pekerja yang menderita infeksi dan higiene perorangan buruk (Purwiyatno H dan Ratih

D.H, 2009:13, Purnawijayanti, 2001:41). Hal ini disimpulkan menurut Titin

Agustina (2002) menyatakan bahwa sumber kontaminasi makanan yang paling besar pengaruhnya adalah pekerja. Penjamah makanan yang menangani makanan gado-gado harus mengikuti prosedur yang memadai untuk mencegah kontaminasi

66

bakteri Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado (cobek) yang ditanganinya. Prosedur penting bagi penjamah makanan adalah higiene perorangan dan kebiasaan hidup yang baik (Siti Fathonah, 2005:11), seperti selalu menjaga kebersihan tanga, selalu menggunakan alat penjepit atau alat bantu makanan saat menyajikan atau memegang makanan gado-gado dan membiasakan memakai celemek.

5.1.2 Praktek Pencucian

Berdasarkan gambaran mengenai distribusi frekuensi kondisi praktek pencucian pada pedagang gado-gado yang ada di lingkungan Pasar Johar kota

Semarang tahun 2012. Dari 10 responden distribusi praktek pencucian yang buruk terdapat 3 (30%), 7 (70%) responden yang memiliki praktek pencucian yang baik.

Hasil penelitian dilapangan 7 responden yang tidak segera mencuci peralatan yang kotor. Penelitian ini sesuai teori Purnawijayanti (2001:44) yang menyatakan bahwa peralatan yang kotor harus segera dicuci setelah digunakan dan selanjutnya didesinfeksi atau dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. 10 responden telah melakukan praktek pencucian peralatan, semua pedagang melakukan pencucian dengan bahan pembersih sabun atau deterjen. Hal ini sesuai teori Purnawijayanti (2001:32) menyatakan bahwa bahan dan peralatan dapur harus segera dibersihkan untuk mencegah kontaminasi silang pada makanan, baik pada persiapan, pengolahan, penyimpanan sementara maupun penyajian.

Berdasarkan hasil penelitian 8 responden yang tidak melakukan praktek pencucian dengan cara direndam terlebih dulu sebelum dicuci. Berdasarkan hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Chairini Tri Cahyaningsih, dkk (2009)

67

menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara perendaman dengan kualitas bakteriologis kemungkinan disebabkan sebagian responden 80% menyatakan tidak melakukan perendaman sebelum dicuci. Perendaman perlu dilakukan, dimaksudkan untuk memberi kesempatan peresapan air ke dalam sisa makanan yang menempel atau mengeras (karena kemungkinan sudah lama).

Sehingga akan lebih mudah untuk membersihkan atau terlepas dari permukaan alat. perendaman yang efektif adalah yang memakai air panas (60°C) dan waktu yang diperlukan adalah 30 menit sampai 1 jam. Diketahui 9 responden tidak ada pedagang yang mencuci peralatan dengan menggunakan air mengalir dalam praktek pencucian.

Diketahui 8 responden yang mempunyai kebiasaan setelah pencucian mereka tidak pernah melakukan pengeringan dengan cara dilap, 2 responden yang tidak menjaga kebersihan lap, 5 responden yng tidak memiliki rak khusus, 12 responden tempat penyimpanan peralatan tidak tertutup, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap kontaminasi silang bakteri pada makanan.

Pencucian peralatan yang tidak sesuai ketentuan juga mempunyai kerentanan cukup besar terhadap kontaminasi bakteri Escherichia coli pada alat pengolah makanan. 3 responden yang menggunakan air pencucian dengan cara berulang- ulang, padahal air tersebut sudah tampak kotor dan berminyak. Air memiliki kaitan erat dengan kualitas makanan karena air berperan dalam proses pengolahan.

Menurut Wahyu Dwi Atmiati (2012), air yang digunakan secara berulang- ulang dapat menjadi tempat berkumpulnya berbagai bahan pencemar, sehingga

68

peralatan atau alat pengolah makanan yang dicuci dengan air tersebut tidak menjadi bersih tetapi tempat berkumpulnya kuman. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat responden cenderung menggunakan air bersih yang tersedia digunakan secara berulang-ulang sehingga menyebabkan air tersebut akan terkontaminasi kuman patogen diantaranya bakteri Escherichia coli. Air yang digunakan pada proses pengolahan hendaknya air bersih yang memenuhi persyaratan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Penyakit-penyakit bawaan makanan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari penyakit-penyakit bawaan air. Makanan dan air merupakan suatu media yang dapat menyebabkan penyakit sampai dengan 70% semua penyakit diare (WHO:2005).

Berdasarkan Kepmenkes No 1098 (2003:42) bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bak pencuci yaitu mengguyur, menyabun, dan membilas. Seharusnya air yang digunakan untuk mencuci peralatan, apabila sudah terlihat kotor dan berminyak harus segera diganti dengan air yang baru, karena air yang tidak diganti dapat menyebabkan peralatan terkontaminasi bakteri Esecherichia coli.

Dari air pencucian yang kotor dan pembersihan peralatan yang kurang baik, selain air itu digunakan untuk keperluan pencucian juga harus memenuhi semuanya.

Setelah dilakukan pencucian peralatan disimpan dengan baik, yaitu letakkan di rak khusus dan penyimpanan harus terbalik. Hasil menunjukkan bahwa peralatan makan tidak disimpan dirak khusus dan hanya diatas meja sehingga mudah terkena debu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi

Hartono dan Dewi Susanna (2003) menyatakan bahwa penempatan piring pada

69

tempat terbuka akan dapat memberi kontribusi terhadap kontaminasi silang bakteri pada makanan. Cara pencucian dan penyimpanan perlatan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar peralatan selalu dalam keadaan bersih sebelum digunakan karena cemaran yang tertinggal akibat pencucian peralatan kurang baik akan menjadi media pertumbuhan mikroorganisme akibatnya dapat mengkontaminasi makanan.

5.1.3 Persediaan Air Bersih

Berdasarkan gambaran mengenai distribusi frekuensi kuantitas persediaan air bersih pada pedagang gado-gado yang ada di lingkungan Pasar Johar kota

Semarang tahun 2012. Dari 10 responden terdapat 7 responden (70%) yang memenuhi air kuantitas bersih, 3 responden (30%) yang tidak memenuhi kuantitas air bersih.

Hasil penelitian di lapangan dapat diketahui 10 (100%) responden menggunakan sumber air sumur, 10 (100%) responden sarana keadaan air yang digunakan untuk mencuci tidak mengalir, 3 (30%) responden kualitas parameternya air berwarna, berbau, berasa. 7 (70%) responden yang tidak memiliki kualitas fisik persediaan air bersih tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, 10 (100%) responden memenuhi persediaan air bersih. Berdasarkan penelitian yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Dwi Atmiati

(2012) menyatakan bahwa untuk menunjang higiene sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan di tempat penjualan makanan jajanan, salah satunya yaitu penyediaan air bersih. Sumber air bersih, tempat penampungan dan keadaan air secara fisik harus memenuhi syarat. Secara fisik air bersih yang digunakan harus

70

memenuhi kesehatan, hal ini tampak dari keadan air yang jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi

Hartono dan Dewi Susanna (2003) air merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas dari makanan karena air sebagai bahan baku untuk memasak, mencuci bahan makanan, mencuci alat makan dan alat masak. Apabila air tersedia tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan, maka kemungkinan makanan dan minuman bahkan alat yang diolah akan terkontaminasi oleh bakteri-bakteri paogen. Persyaratan kualitas air bersih untuk parameter fisik air adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna. Jika sumber air tercemar maka dampak kurang baik bagi kesehatan, sedangkan penularan bakteri Escherichia coli dapat terjadi melalui air yang digunakan untuk mencuci sayuran, buah, makanan dan alat makan.

Keberadaan Escherichia coli memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan. Pangan yang tercemar oleh patogen memiliki peranan sebagai timbulnya penyakit salah satunya yaitu penyakit diare. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Dwi Atmiati (2012) sebanyak 87,2% air yang digunakan untuk memproduksi es pada pedagang es keliling di Kodya

Semarang positif terkontaminasi bakteri Escherichia coli. Persediaan air bersih di tempat penjualan sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan penanganan makanan. sumber air bersih, sarana yang digunakan untuk mencuci peralatan, keadaan kualitas fisik air dan kuantitas air memenuhi syarat salah satunya yaitu persediaan air bersih.

71

5.1.4 Kondisi Warung Gado-gado

Berdasarkan gambaran mengenai distribusi frekuensi kondisi warung gado- gado yang ada di lingkungan Pasar Johar kota Semarang tahun 2012. Dari 10 responden yang memiliki kondisi warung gado-gado yang memenuhi syarat 6

(60%), 4 (40%) yang kondisi warungnya tidak memenuhi syarat.

Hasil penelitian yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi

Hartono dan Dewi Susanna (2003) menyatakan bahwa kemungkinan lain bahan makanan ini berasal dari lingkungan sekitar (udara dan air). Menurut Febria

Agustina, dkk (2009) menjajakan makanan dalam keadaan terbuka dapat meningkatkan risiko tercemarnya makanan oleh lingkungan, baik melalui udara, debu, bahkan serangga. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan diketahui 8 warung gado-gado yang tidak terhindar dari sumber pencemaran yang diakibatkan oleh debu, asap kendaraan bermotor, serangga, dan tikus. 10 warung gado-gado tidak terbebas dari lalat, 3 warung gado-gado tidak terdapat tempat sampah yang terbuat dari bahan kedap air, 1 warung yang tidak terdapat tempat sampah, 5 warung gado-gado yang jaraknya <100 meter hal ini dapat memungkinkan terjadinya pencemaran makanan.

Lalat merupakan salah satu serangga yang dapat mengkontaminasi makanan dengan berbagai bakteri patogen penyebab tifus, disentri, dan diare yang terdapat di bagian tubuhnya (Purwiyatno H dan Ratih D.H 2009:81). Berdasarkan BPOM

(2003:9) tempat-tempat yang paling disukai lalat untuk berkembang biak adalah sampah, selokan, dan kotoran manusia. Lalat-lalat tersebut merupaka sumber mikroorganisme patogen dan secara mekanik mengantarkan mikroorganisme dari

72

satu tempat ke tempat lain dengan cara hingga di atas permukaan yang kotor, kemudian berpindak ke makanan (Arisman, 2009:9). Oleh karena itu, untuk menciptakan agar gado-gado bebas dari kontaminasi bakteri Escherichia coli maka penjamah makanan harus menjaga dan meningkatkan kondisi warung untuk lebih baik. Upaya sanitasi warung yang dilakukan dengan cara mengatur faktor- faktor lingkungan warung yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit sehingga mencegah terjadinya penyakit disebabkan oleh makanan.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dapat diketahui hasil bahwa 10 responden yang kondisi warungnya tidak bebas dari lalat karena penjamah makanan meletakkan tempat sampah dibawah meja peracikan, dimana tempat sampah pada warung gado-gado tersebut tidak memenuhi syarat. 4 responden yang kondisi warungnya tidak terdapat tempat sampah tertutup, 3 responden yang tidak memilki tempat sampah terbuat dari bahan kedap air, 2 responden tempat sampah tidak memakai kantong plastik. Tempat sampah yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dapat menyebakan banyak lalat yang beterbangan dan hinggap di sekitar tempat sampah ditambah lagi jika kondisi meja peracikan tampak kotor. Tempat sampah yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dapat mengakibatkan banyak lalat yang beterbangan disekitar sampah dan dapat membawa mikroorganisme yang patogen. Selain tempat sampah yang terbuka dapat menjadi sarang tikus.

5.15 Keberadaan Eschericichia coli

Berdasarkan gambaran mengenai distribusi frekuensi keberadaan

Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado (cobek). Dari 10

73

responden yang memiliki 3 (30%) kategori positif keberadaan bakteri Escherichia coli yang 7 (70%) kategori negatif keberadaan bakteri Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado.

Hasil dari penelitian dilapangan penjamah makanan pada saat proses pengemasan tidak menggunakan sarung tangan atau penjepit makanan. kondisi tangan yang kurang bersih, pemakaian baju yang kotor dan kebiasaan melakukan kegiatan yang berbeda dengan tidak mencuci tangan terlebih dahulu. Secara umum dari 3 pedagang gado-gado yang dijual di lingkungan Pasar Johar yang mengandung positif keberdaan bakteri Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado (cobek) terlihat dari kondisi warung dan tempat pengolahan yang kotor.

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian

Penelitian ini tidak lepas dari beberapa hambatan dan kelemahan, yaitu:

1. Sebagian responden kurang berpartisipasi, kurangnya kerjasama, keseriusan,

dan kejujuran responden yang sangat menentukan hasil dari penelitian.

2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Cross sectional dimana data yang diambil pada saat itu saja. Pada penelitian ini, yang diteliti hanya kualitas fisik air, sehingga tidak diketahui secara mendalam mengenai kualitas mikrobiologi pada air.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pedagang gado-gado yang memiliki higiene penjamah makanan yang buruk

sebanyak 4 responden (40%), yang memiliki higiene penjamah baik sebanyak

6 responden (60%).

2. Pedagang gado-gado yang memiliki praktek pencucian yang buruk sebanyak 3

responden (30%), yang memiliki praktek pencucian yang baik 7 responden

(70%).

3. Pedagang gado-gado yang memenuhi kuantitas persediaan air bersih sebanyak

7 responden (70%), sedangkan yang tidak memenuhi kuantitas persediaan air

bersih 3 responden (30%).

4. Pedagang gado-gado yang menggunakan sumber air sumur sebanyak 10

responden (100%).

5. Pedagang gado-gado yang menggunakan keadaan air tidak mengalir untuk

pencucian peralatan sebanyak 10 responden (100%)

6. Pedagang gado-gado yang memilki kualitas fisik air bersih tidak berwarna,

tidak berasa, tidak berbau sebanyak 7 responden (70%), 3 responden yang

tidak memiliki kualitas fisik persediaan air bersih tidak berwarna, tidak berasa,

tidak berbau.

74

75

7. Pedagang gado-gado yang kondisi warung memenuhi syarat sebanyak 6

responden (60%), 4 responden (40%) yang tidak memenuhi syarat.

8. Pedagang gado-gado yang kategori positif keberadaan Escherichia coli pada

alat pengolah makanan gado-gado sebanyak 3 responden (30%). 7 responden

(70%) yang kategori negatif

6.2 SARAN

6.2.1 Bagi Dinas Pasar Kota Semarang

Bagi Dinas agar memberikan sosialisasi dan penyuluhan dari dinas terkait tentang cara pemilihan, pencucian, penyimpanan bahan baku yang benar, proses pengolahan dan cara praktek pencucian alat yang benar.

6.2.2 Bagi Pedagang

Diharapkan bagi pedagang sebaiknya melakukan perilaku hidup bersih dan sehat misalnya menjaga kebersihan tangan dengan membiasakan mencuci tangan sebelum memasak, menggunakan celemek dan menutup rambut saat memasak agar makanan tidak terkontaminasi.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu ada penelitian lebih lanjut dengan jenis desain penelitian dan variabel yang berbeda untuk mengetahui faktor lain yang berhubungan dengan keberadaan

Escherichia coli pada alat pengolah makanan gado-gado yang ada dilingkungan

Pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman, 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta: Bina Putra Aksara.

Annisa Andriyani, dkk, 2009, Efektifitas Penurunan Jumlah Angka Kuman Alat Makan dan Efisiensi Biaya yang digunakan pada Metode Pencucian Alat Makan di Rumah Sakit Kota Surakarta, Jurnal Gizi Klinik Indonesia Volume 6 No 1, Juli 2009, hlm 2.

Arisman, 2009, Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC.

Balai Pengawas Obat dan Makanan, 2002. Materi Penyuluhan Keamanan Makanan bagi Penyuluh Makanan Industri Rumah Tangga. Jakarta: BPOM.

Balai Pengawas Obat dan Makanan, 2003, Higiene dan Sanitasi Pengolahan Pangan. Jakarta: BPOM.

Balai Pengawas Obat dan Makanan, 2008, Melamin Dalam Produk Pangan, InfoPOM Vol.9, No.6 November 2008 (www.pom.go.id), diakses 25 Januari 2013.

Balai Pengawas Obat dan Makanan, 2008, Pengujian Mikrobiologi Pangan, InfoPOM Vol.9 No.2 Maret 2008 (www.pom.go.id), diakses 25 Januari 2013.

Budi Hartono dan Dewi Susanna, 2003. Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak dan Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok, Melalui Pemeriksaan Bakteriologis. MAKARA, Seri Kesehatan, Volume 7, Nomor 1, Juni 2003, hlm.21-29.

Chairini Tri Cahyaningsih, Haripurnomo Kushadiwijaya, Abu Tholib, 2009, Hubungan Higiene Sanitasi dan Perilaku Penjamah Makanan dengan Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan di Warung Makan. Berita Kedokteran Masyarakat: Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bagian Mikrobiologi, Volume 25, Nomor 4, Desember 2009, hlm.180-188.

C.Totok. Surtrisno, 2006, Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta

Depkes RI Pusat Laboratorium Kesehatan, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Usap Alat Masak dan Usap Alat Makan. Semarang.

76

77

Depkes RI Prinsip-Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan, 2000, Akademi Gizi Semarang.

Departemen Kesehatan RI, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Bagi Pengusaha Makanan dan Minuman, Jakarta:Yayasan Pelayanan Sanitasi Lingkungan Nasional (PESAN).

Ermayani, D.2004. Hubungan Antara Kondisi Sanitasi dan Praktik Penjamah Makanan dengan Kandungan Escherichia coli pada Nasi Pecel di Kelurahan Sumurbroto dan Tembalang Semarang. Semarang: FKM Undip.

Febria Agustina, dkk, 2009, Higiene dan Sanitasi Pada Pedagang Jajanan Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang Tahun 2009. Jurnal Penelitian Hygiene Sanitasi (online).http://uppm.fkm.unsri.ac.id/, diakses 30 November 2012.

Imam Supardi dan Sukamto, 1999, Mikrobiologi dan Keamanan Pangan, Bandung: Alumni.

Jawetz, Melnick,& Adelberg’s, 2005, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), Terjemahan oleh Eddy Mudihardi dkk. Jakarta: Salemba Medika.

Kepmenkes RI No. 304/MENKES/PER/IV/1989 tentang persyaratan kesehatan rumah makan dan restoran. http://www.depkes.go.id/download/SK304.03pdf, diakses pada 15 September

Kepmenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. http://www.depkes.go.id/download/PER416.03.pdf,diakses 16 September 2012.

Kepmenkes RI No. 715/MENKES/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi JasaBoga. http://www.depkes.go.id/download/SK71503.pdf, diakses pada 20 Maret 2012.

Kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. http://www.depkes.go.id/download/SK942.03.pdf, diakses pada 20 Maret 2012.

Kepmenkes RI No. 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.

78

http://www.depkes.go.id/download/SK1098.03.pdf, diakses pada 19 September 2012.

Kepmenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga. http://www.depkes.go.id/download/SK1098.03.pdf, diakses pada 20 September 2012.

Marlina, 2007. Hubungan Kondisi Sanitasi dan Praktik Penjamah Makanan dengan Kandungan Echerichia coli Pada Tempe Penyet di Warung Makan Tembalang Semarang 2007. Skripsi SI, Universitas Diponegoro.

Nely Zulfa, 2011. Hubungan Higiene Personal dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli Pada Nasi Rames di Pasar Johar Kota Semarang 2011. Skripsi SI, UNNES.

Ni Luh Payastiti Yunita dan Ni Made Utami Dwipayanti, 2006, Kualitas Mikrobiologi Nasi Jinggo Berdasarkan Angka Lempeng Total, Coliform Total, dan Kandungan Escherichia coli, Jurnal Biologi, Volume XIV No 1, Juni 2010, hlm 18.

Nkere Chukwuemeka, et al, 2010, Bacteriological Quality of Food and Water Sold by Vendours and in Restaurant in Nsukka, Nigeria: Assessment of Coliform Contamination, Journal of Food Technology 8 (4), hlm 175- 179.

Pelezar,M.J.,dan E.S.Chan,1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Terjemahan oleh Hadioetomo dkk. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Purnawijayanti, H., 2001, Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan, Yogyakarta: Kanisius.

Purwiyatno H dan Ratih D.H. 2009, Petunjuk Sederhana Memproduksi Pangan yang Aman. Jakarta. Dian Rakyat.

Siti Fathonah. 2005. Higiene dan Sanitasi Makanan. Semarang: UNNES Press.

Soekidjo Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Sopiyudin Dahlan, 2009, Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika.

Suardana dan Swacita, 2009, Higiene Makanan, Denpasar: Udayana University Press. Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 1995, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta: Binarupa Aksara.

79

Suharsimi Arikunto, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta.

Supraptini, 1996, Peranan Litbangkes Dalam Upaya Meningkatkan Pembinaan Penyelenggaraan JasaBoga, Restoran, dan Kudapan, Puslit Ekologi Kesehatan, Media Litbangkes, Vol VI No. 02.

Suriwiria Unus, 1995, Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.

Surya Dharma dan Gunawan, 2003, Higiene dan Sanitasi Makanan Jajanan Di Simpang Selayang Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntung Sumatera Utara, USU, Hal 42.

Saiffudin Azwar, 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Titin Agustina. 2005. Pentingnya Higiene Penjamah Makanan Tradisional, disajikan Nasional Membangun Citra Pangan Tradisional. Fakultas Teknik: UNNES.

Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Wahyu Dwi Atmiati, 2012, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli Pada Jajanan Yang Dijual Di Sekitar Pusat Kota Temanggung, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1047-1053.

WHO, 2005, Penyakit Bawaan Makanan, Fokus Pendidikan Kesehatan. Jakarta: ECG.

WHO, 2005, Escherichia coli.http://www.who.int/mediacevre/factsheets/fs125/en diakses 16 September 2012.

Widhia Dwi Yunitasari, 2011, Hubungan higiene penjamah makanan dan kondisi sanitasi warung pecel dengan kandungan Colifrom pada pecel sayur yang dijual di sekitar Kampus UNNES. Skripsi SI, UNNES.

80

81

Lampiran 1

82

Lampiran 2

83

Lampiran 3

84

Lampiran 4

85

Lampiran 5

86

Lampiran 6

87

88

Lampiran 7

89

Lampiran 8

PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada Yth : Responden Penelitian Di tempat

Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nunik Agustin Rahayu NIM : 6450408102 Status : Mahasiswa Program Sarjana (S1) Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Bermaksud mengadakan penelitian tentang “Studi Deskriptif Karakteristik Higiene dan Sanitasi Alat Pengolah Makanan Gado-gado di Lingkungan Pasar Johar Kota Semarang tahun 2012”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Saudara sebagai responden dengan berpartisipasi menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Untuk itu, saya mengharap kesediaan Saudara secara sukarela untuk menjadi partisipan dalam penelitian saya. Atas bantuan dan kesediaan Saudara menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Nunik Agustin Rahayu

90

Lampiran 9

91

Lampiran 10

92

Lampiran 11

93

Lampiran 12

94

Lampiran 13

95

Lampiran 14

96

Lampiran 15

97

Lampiran 16

98

Lampiran 17 LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN ESCHERICHIA COLI PADA ALAT PENGOLAH MAKANAN GADO-GADO DI LINGKUNGAN PASAR JOHAR TAHUN 2012 I. Identitas Responden : No. Responden : Nama : Alamat : II. Karakteristik Responden : Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan : a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SLTP d. Tamat SLTA Check list: HIGIENE PENJAMAH MAKANAN Hasil Observasi No Subyek yang di observasi Ya Tidak 1 Pakaian kerja dalam keadaan bersih dan rapi (tidak ada noda/ bau keringat) 2 Memakai celemek saat menangani makanan 3 Mengikat rambutnya 4 Menutup kepala 5 Kuku tangan pendek dan bersih 6 Berbicara saat menyiapkan makanan 7 Pedagang yang menangani/ mengolah makanan menggunakan perhiasan (gelang, cincin, kalung, anting/subang, jam tangan) 8 Pedagang merokok, makan atau minum pada saat sedang masak 9 Pada saat bekerja penjamah makanan mengunyah/makan 10 Sebelum menangani makanan/mengolah makanan, pedagang mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir 11 Menderita luka terbuka yang dapat menular melalui makanan 12 Kondisi tangan pedagang makanan dalam keadaan bersih 13 Memakai sarung tangan selama menangani/ mengolah makanan

99

14 Berkuku pendek, bersih dan menggunakan cat kuku 15 Memakai penjepit makanan atau sendok, garpu dalam menyajikan makanan 16 Memakai alas kaki saat bekerja 17 Air untuk mencuci tangan dalam keadaan mengalir 18 Mencuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir 19 Pedagang menggaruk-garuk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya) selama menganai/mengolah makanan 20 Pedagang mencicipi makanan dengan tangan

100

Lampiran 18

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN ESCHERICHIA COLI PADA ALAT PENGOLAH MAKANAN GADO-GADO DILINGKUNGAN PASAR JOHAR TAHUN 2012

Check list: PRAKTEK PENCUCIAN

Hasil observasi No Subyek yang di observasi Ya Tidak 1 Penjamah menghilangkan sisa-sisa makanan pada peralatan 2 Penjamah segera mencuci peralatan pengolah yang kotor 3 Sebelum di cuci peralatan dengan direndam dulu, baru disabun dan dibilas dengan air bersih 4 Mencucian peralatan memakai sabun/deterjen 5 Peralatan dicuci dengan air mengalir atau minimal menggunakan 3 bak pencucian 6 Mencuci peralatan dengan cara menggosok 7 Mencuci peralatan dengan air bersih dan digunakan secara berulang-ulang 8 Peralatan pengolah dicuci dengan menggunakan sabun dan sikat 9 setelah dicuci peralatan pengolah dikeringkan dengan cara dilap 10 Lap yang digunakan selalu dijaga kebersihannya 11 Peralatan di letakkan dirak khusus 12 Tempat penyimpanan peralatan tertutup

101

Lampiran 19

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN ESCHERICHIA COLI PADA ALAT PENGOLAH MAKANAN GADO-GADO DILINGKUNGAN PASAR JOHAR TAHUN 2012

Check list: PERSEDIAAN AIR BERSIH

No Obyek Pengamatan Kategori Ya Tidak Sumber Air

1. Air sumur 2. Air PDAM 3. Air Isi Ulang

P1 Sarana keadaan yang digunakan dalam mencuci

Air mengalir

P2 Kualitas parameter fisik air Air tidak berbau Air tidak berwarnaKualitas parameter fisik air Air tidak berasa Air tidak berbau Air terlihat bersih dan jernih Air tidak berasa

P3 Kuantitas air bersih Memenuhi

102

Lampiran 20

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN ESCHERICHIA COLI PADA ALAT PENGOLAH MAKANAN GADO-GADO DILINGKUNGAN PASAR JOHAR TAHUN 2012

Check list: KONDISI WARUNG GADO-GADO Jawab No Pertanyaan Ya Tidak 1. Warung terhindar dari sumber pencemaran yang diakibatkan oleh debu/asap, serangga dan tikus 2. Warung berdekatan dengan sumber pencemaran antara lain pembuangan sampah umum, WC umum, dan pengolahan limbah 3. Tersedia tempat sampah 4. Tempat sampah terbuat dari bahan kedap air 5. Tempat sampah dalam keadaan kondisi tertutup 6. Tempat sampah memakai kantong plastik 7. Warung terbebas dari lalat 8. Terdapat hewan peliharaan di warung tempat penjualan 9. Jarak terhadap sumber pencemaran ≥= 100 meter

103

Lampiran 21

104

105

Lampiran 22

REKAPITULASI DATA RESPONDEN

No Nama Jenis Kelamin Tingkat Alamat Pendidikan 1 Sri Atun PEREMPUAN SD Solo 2 Lasmi PEREMPUAN SD Blimbungan No.10 3 Yuni PEREMPUAN SD Genuk karanglo Rt 01 Inriastuti Rw 09 4 Mustika PEREMPUAN SD Semarang Johar 5 Sri PEREMPUAN SD Yogyakarta gorengan 6 Tini PEREMPUAN SD Semarang Johar 7 Min Laki-laki SLTP Jln. Kauman 8 Suryani PEREMPUAN SD Sragen 9 Endang PEREMPUAN SD Wedung Jetak 10 Mutiah PEREMPUAN SD Mranggen Bandungrejo

106

Lampiran 23

REKAPITULASI DATA CHECK LIST HIGIENE PENJAMAH MAKANAN

N o P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P R 1 1 1 1 1 1 1 Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 15 17 18 20 Kategori es 0 1 2 3 4 6 9 p R- 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 11 01 Baik R- 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 11 02 Baik R- 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 11 03 Baik R- 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 11 04 Baik R- 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 11 05 Baik R- 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 11 06 Baik R- 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 7 07 Buruk R- 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 08 Buruk R- 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3 09 Buruk R- 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5 Buruk 10

107

Lampiran 24

REKAPITULASI DATA CHECK LIST PERSEDIAAN AIR BERSIH

N No Sumber air Pertanyaan o Responden 1 2 3 P P P Air air Air 1 2 3 sumur PDA galon Kriteria M Jumlah 1 R-01 1 0 0 0 1 1 2 memenuhi 2 R-02 1 0 0 0 1 1 2 memenuhi 3 R-03 1 0 0 0 1 1 2 memenuhi 4 R-04 1 0 0 0 1 1 2 memenuhi 5 R-05 1 0 0 0 1 1 2 memenuhi 6 R-06 1 0 0 0 1 1 2 memenuhi 7 R-07 1 0 0 0 1 1 2 memenuhi 8 R-08 1 0 0 0 0 1 1 tidak memenuhi 9 R-09 1 0 0 0 0 1 1 tidak memenuhi 1 R-10 1 0 0 0 0 1 1 tidak 0 memenuhi

108

Lampiran 25

REKAPITULASI DATA CHECK LIST PRAKTEK PENCUCIAN

Pertanyaan N No Jumlah Kriteria Responden o P P P P P P P P P P P P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 R-01 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 7 Baik 2 R-02 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 8 Baik 3 R-03 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 Baik 4 R-04 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 7 Baik 5 R-05 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 Baik

6 R-06 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 Baik 7 R-07 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 8 Baik 8 R-08 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 4 Buruk 9 R-09 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 5 Buruk 10 R-10 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5 Buruk

109

Lampiran 26

REKAPITULASI DATA CHECK LIST KONDISI WARUNG GADO-GADO

Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 p8 p9 Total kategori R-01 0 0 1 1 1 1 0 1 1 Memenuhi 6 syarat R-02 1 0 1 1 1 1 0 0 1 Memenuhi 6 syarat R-03 0 0 1 1 1 1 0 1 1 Memenuhi 6 syarat R-04 0 0 1 1 1 1 0 1 1 Memenuhi 6 syarat R-05 1 1 1 1 0 1 0 1 0 Memenuhi 6 syarat R-06 0 0 1 1 1 1 0 1 1 Memenuhi 6 syarat R-07 0 0 0 1 1 0 0 1 0 Tidak memenuhi 3 syarat R-08 0 0 1 0 0 1 0 0 0 Tidak memenuhi 2 syarat R-09 0 1 1 0 0 0 0 1 0 Tidak memenuhi 3 syarat R-10 0 0 1 0 0 1 0 0 0 Tidak memenuhi 2 syarat

110

Lampiran 27

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Meminta izin kepada pedagang gado-gado

111

Gambar 2. Usap/swab alat pada alat pengolah (cobek)

112

Gambar 3. Wawancara dan observasi pada responden

113

Gambar 4. Kondisi air pencucian

114

Gambar 5. Tempat penampungan persediaan bersih

115

Gambar 6. Praktek pencucian yang dilakukan responden

116

Gambar 7. Kondisi warung gado-gado

Gambar 8. Kondisi lingkungan sekitar warung

117

Gambar 9. Tabung reaksi uji biokimia/gula-gula

Gambar 10. Tabung reaksi yang digunakan untuk identifikasi E.coli

118

Gambar 11. Hasil yang positif E.coli

Gambar 12. Hasil yang negatif E.coli

119

Gambar 13. Konsultasi dengan Pihak lab