Peningkatan Minat Terhadap Makanan Tradisional Melalui Modifikasi Topping Kue Lupis Bakar Kekinian
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PENINGKATAN MINAT TERHADAP MAKANAN TRADISIONAL MELALUI MODIFIKASI TOPPING KUE LUPIS BAKAR KEKINIAN Karina Anastasya Putri Program Studi Ilmu Teknologi Pangan [email protected] ABSTRAK Makanan tradisional adalah makanan yang dikonsumsi sejak generasi terdahulu yang menjadi khas suatu daerah dan telah disesuaikan dengan cita rasa serta selera masyarakat setempat. Kue lupis adalah salah satu contoh makanan tradisional di Pulau Jawa yang terbuat dari bahan baku beras ketan. Beras ketan merupakan bahan baku pangan yang kaya akan karbohidrat. Kue lupis pada umumnya berbentuk segitiga dengan bungkus daun pisang dan disajikan dengan guyuran saus gula merah dan parutan kelapa. Saat ini minat masyarakat terhadap makanan tradisional mulai menurun, oleh karena itu perlu modifikasi pada makanan tradisional untuk mengembalikan eksistensi makanan tradisional. Dilakukan modifikasi pada kue lupis dengan cara dibakar untuk meningkatkan daya simpannya. Kue lupis bakar kemudian diberi variasi topping untuk semakin menarik minat konsumen. Pada penelitian ini menggunkaan metode membandingkan minat masyarakat terhadap kue lupis biasa dengan kue lupis yang telah dimodifikasi. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa minat masyarakat terhadap makanan tradisional meningkat seiring dengan modifikasi yang dilakukan terhadap kue lupis. Kata Kunci : kue lupis, beras ketan, makanan tradisional, modifikasi, daya simpan, topping. ABSTRACT Traditional food has been consumed since previous generations that is typical of an area and has been adapted to the tastes of the local community. Lupis cake is an example of a traditional food on the Java Island made from raw glutinous rice. Glutinous rice is a food raw material that is rich in carbohydrates. Lupis cakes are generally triangular in a banana leaf wrapper and served with a splash of brown sugar sauce and grated coconut as its topping. At present the interest of the community towards traditional foods has begun to decline, therefore it is necessary to modify traditional foods to restore the existence of traditional foods. Modifications were made to the lupis cake by grilling it to increase its shelf life. Grilled lupis cakes are then given a variety of toppings to attract consumer interest. In this study using a method of comparing people's interest in ordinary lupis cakes with modified lupis cakes. From this comparison it can be seen that people's interest in traditional foods increases along with modifications made to lupis cakes. Keywords : lupis cake, glutinous rice, traditional food, modification, storability, topping. PENDAHULUAN Makanan tradisional muncul dari kebiasaan yang berlangsung bertahun- tahun. Untuk dapat diterima, makanan tradisional perlu proses panjang dalam menyesuaikan dengan kebiasaan dan kegiatan yang dilakukan suatu lingkungan masyarakat. Jadi, makanan tradisional dapat diartikan sebagai makanan yang dikonsumsi secara turun temurun dari generasi terdahulu yang sudah disesuaikan dengan cita rasa dan selera masyarakat pada suatu tempat (Sastroamidjojo, 1995). Makanan tradisional sebenarnya unggul dalam makna filosofis dan kandungan nutrisi, tetapi nyatanya kegemaran masyarakat terhadap makanan tradisional kian hari kian merosot. Saat ini penikmat makanan tradisional sebagian besar datang dari kalangan orang tua. Sementara dari kalangan muda sendiri masih kurang tertarik untuk mengonsumsi makanan tradisional. Kurangnya minat terhadap makanan tradisional ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena banyak makanan asing yang masuk ke Indonesia dan lebih bervariasi baik dari segi rasa, bentuk, warna, maupun kemasan. Selain itu, kebanyakan makanan tradisional juga memiliki daya simpan yang relatif singkat. Makanan tradisional biasanya berkaitan erat dengan komoditas utama di daerah setempat. Di Indonesia, beras ketan merupakan salah satu bahan pangan yang melimpah ketersediaannya. Menurut data, produksi per tahun beras ketan di Indonesia dapat mencapai angka 42000 ton (Lukman, Anggraini, Rahmawati, & Suhaeni, 2013). Pulau Jawa adalah salah satu daerah yang menjadi penghasil beras ketan, sehingga banyak ditemukan olahan makanan berbahan dasar beras ketan. Beras ketan (Oryza sativa glutinosa) termasuk bahan pangan sumber karbohidrat yang memiliki penyusun utama berupa pati. Karbohidrat dalam 100 gram beras ketan adalah sebesar 79,40% (Berlian, Aini, & Ulandari, 2016). Dalam beras ketan terdapat kandungan air sebesar 12%, lemak 0,7%, protein 6,7%, dan abu 0,2%. Selain itu beras ketan juga memiliki kandungan vitamin, seperti niacin, riboflavin, dan thiamin. Sementara untuk kandungan mineralnya meliputi zat besi, fosfor, dan kalsium (Aan, 2007). Dalam pengolahannya, beras ketan adalah salah satu bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan makanan tradisional, contohnya yaitu kue lupis. Kue lupis termasuk salah satu makanan tradisional berbahan dasar beras ketan yang dinikmati dengan guyuran saus gula merah dan taburan parutan kelapa. Kue lupis diperkirakan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Banyak daerah mengklaim kue lupis sebagai makanan khasnya, namun kue lupis di berbagai daerah tersebut tentunya memiliki perbedaan. Di awal eksistensinya kue lupis memiliki bentuk segitiga yang dibungkus dengan daun pisang, tetapi saat ini banyak ditemukan kue lupis memiliki bentuk lonjong menyerupai lontong. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa arti dibalik kue lupis yang berbahan dasar beras ketan dibungkus dengan daun pisang yang lengket adalah untuk mempererat tali persaudaraan (Latifah, 2019). Untuk meningkatkan eksistensi makanan tradisional di berbagai kalangan dalam masyarakat diperlukan inovasi pada makanan tradisional. Inovasi pangan yang dapat diterapkan pada makanan tradisional meliputi inovasi dalam mengembangkan makanan tradisional yang memiliki daya simpan lebih lama dengan variasi rasa yang lebih beragam. Salah satu upaya untuk menarik minat masyarakat terhadap makanan tradisional dapat melalui inovasi pada kue lupis. Untuk menarik minat masyarakat terhadap kue lupis dapat dilakukan dengan beberapa inovasi. Yang pertama, dikarenakan kue lupis merupakan kue basah yang memiliki umur simpan singkat maka perlu dimodifikasi dengan membuat kue lupis bakar. Kue lupis yang dibakar akan memiliki karateristik yang lebih kering, sehingga diharapkan memiliki umur simpan yang lebih lama. Lalu, untuk semakin menarik minat dari generasi muda maka perlu inovasi untuk membuat kue lupis menjadi makanan yang sesuai selera generasi muda, yang tentunya harus mengikuti tren yang sedang marak digemari. Tren makanan yang dapat diterapkan pada kue lupis bakar adalah variasi topping. METODE PENELITIAN Dalam Penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif dan metode penelitian komparatif. Metode analisis deskriptif merupakan metode pemberian gambaran dengan pengumpulan data kemudian membuat kesimpulan yang bersifat umum. Pengumpulan data yang dimaksud adalah dengan mengumpulkan data dari berbagai literatur seperti buku dan jurnal yang mendukung. Kemudian dilanjutkan dengan metode penelitian komparatif. Metode penelitian komparatif merupakan metode penelitian yang dilakukan untuk membandingkan objek hasil penelitian yang sudah diberi perlakuan berbeda dengan objek sebelum diberi perlakuan berbeda. Dalam hal ini objek yang dibandingkan adalah tingkat minat masyarakat terhadap kue lupis biasa dengan kue lupis yang telah dimodifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Peningkatan Daya Simpan Kue lupis pada umumnya memiliki daya simpan yang cukup singkat karena diolah menjadi kue basah. Oleh karena itu perlu perubahan dalam pengolahannya untuk meningkatkan daya simpan kue lupis, yaitu dengan membuat kue lupis bakar. Tahapan proses pembuatan kue lupis bakar yaitu menyiapkan beras ketan yang telah direndam minimal 2 jam lalu dikukus. Sambil menunggu kukusan beras ketan, dibuat saus gula merah dengan cara mencampur gula merah dengan air dan daun pandan kemudian dipanaskan hingga mencair. Setelah beras ketan matang, kemudian dibungkus dengan daun pisang membentuk segitiga dan dikunci dengan tusukan dari lidi. Tahap berikutnya yaitu membakar kue lupis yang sudah dibungkus dengan daun pisang. Pembakaran dilakukan hingga kue lupis mengeluarkan aroma khas bakaran dan teksturnya menjadi lebih kering. Selanjutnya kue lupis siap disajikan dengan guyuran saus gula merah dan parutan kelapa. Proses pembakaran kue lupis ini akan membuat kue lupis menjadi lebih kering, mikroorganisme sulit berkembang pada media kering sehingga kue lupis bakar memiliki daya simpan lebih lama dibanding kue lupis basah yang mudah dijadikan media berkembangnya mikroorganisme penyebab makanan cepat basi. Selain itu, dari proses pembakaran akan menimbulkan aroma khas bakaran yang menambah keunikan dari kue lupis bakar. 2. Modifikasi Topping Setelah dibuat kue lupis bakar yang memiliki daya simpan lebih lama, diperlukan perlakuan lebih lanjut untuk membuat masyarakat tertarik dengan kue lupis bakar. Untuk menarik minat masyarakat maka kue lupis bakar diberi variasi topping. Saat ini telah berkembang berbagai topping unik yang digemari masyarakat dari berbagai kalangan. Topping – topping ini dapat diterapkan pada kue lupis bakar untuk menarik minat masyarakat. Variasi topping tersebut antara lain : a. Aplikasi Topping Keju Varian topping keju dibuat dari cream cheese yang diguyurkan pada kue lupis bakar kemudian ditambah dengan taburan parutan keju. Aplikasi topping keju ini memberikan cita rasa gurih pada kue lupis. b. Aplikasi Topping Buah Pengaplikasian topping buah-buahan pada kue lupis bakar memiliki tujuan untuk memberikan cita rasa