177

Pembentukan Identitas Penggemar Melalui Media Baru (Studi Pada Remaja Penggemar Boyband K-Pop 2PM)

Citra Nuranisa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Al Azhar, Jakarta

Abstract: Nowadays, hallyu or Korean Wave is becoming a phenomenon in various coun­ tries including Indonesia. Indonesia is one of the country which became a target to spread one of Hallyu Wave Product which is K-Pop. K-Pop itself is a Korean which including various genre of music such as pop, rock, jazz, R&B, hip hop, and reggae. The presence of K-Pop in Indonesia through media is also a form of music globalization through media which can form someone’s new identity. This research tries to find out how fans’ identity formation through new media. This research used a descriptive qualitative method with in depth interview. This re­ search used globalization and media, popular culture, fans and popular culture, and self identity formation by Stone (1982). Informants in this research chosen with purposive sam­ ple, they are adolescent K-Pop fans from 19-22 years old. After doing this research, concluded that new media and intensity of its use contrib­ utes in forming users’ identity in media use aspect. Intensity of media using that used by informants could make them found many information and alternatives related to identity as K-Pop and 2PM fans. After being a fan of K-Pop, informants also formed their new identities that also change their life style which seen from their appearance, consumption behavior, and informants’ conversation topic.

Key Words: Hallyu, K-Pop, simbolic interaction,media and globalisation

allyu atau Korean Wave (gelombang Umumnya hallyu memicu banyak orang di Korea) adalah istilah yang diberikan negara tersebut untuk mempelajari bahasa dan Huntuk tersebarnya budaya pop Korea kebudayaan Korea.1 Dalam catatan Haryani, secara global di berbagai Negara di dunia. kegemaran akan budaya pop Korea dimulai

CommLine,CommLine, VOL. VI, VOL. NO. VI, 2, 2015NO. 2, 2015 177 178 Citra Nuranisa

di Republik Rakyat Cina dan Asia Tenggara sejak tahun 1990-an. Namun demikian, Hal­ mulai akhir 1900-an. Istilah Hallyu diadopsi lyu Wave berhasil menemukan momentum­ media Cina setelah musik pop Korea, nya, dan istilahnya baru banyak digunakan H.O.T dirilis di Cina. Serial TV drama Korea baru sekitar tahun 2000-an.3 mulai ditayangkan di Cina dan menyebar ke Pada waktu yang bersamaan, musik pop negara lain seperti Hongkong, Vietnam, Thai- Korea atau yang lebih dikenal dengan Kore- land, Indonesia, Filipina, Jepang, Amerika an pop (K-Pop) juga memproduksi beberapa Serikat, Amerika Latin dan Timur Tengah. musisi yang dikenal di dunia internasional, Drama Korea merupakan penyebab dimulain- di antaranya adalah H.O.T., BoA, dan Rain ya Hallyu di berbagai negara. (Bi). Media setempat menyebutnya sebagai Warga Korea Selatan dikenal suka me- budaya populer terbaru yang sangat feno­ nonton drama, film, dan mendengarkan menal. Kemunculan budaya pop Korea di musik. Perusahaan TV Korea mengeluarkan Asia menjadi bukti bagaimana kalimat-ka- biaya besar untuk memproduksi drama dan limat di drama Korea diikuti masyarakat beberapa di antaranya yang mencetak ke­ Asia dan bahkan menjadi kebiasaan hidup suksesan dan diekspor ke luar negeri. Dra- banyak orang Asia. Tersebarnya Budaya ma televisi yang memicu Hallyu antara lain, populer Korea di kancah internasional juga Winter Sonata, Dae Jang Geum, Stairway ternyata tidak terlepas dari campur tangan to Heaven, Beautiful Days, dan Hotelier. pemerintah Korea Selatan. Tentu, hal ini Film Korea, bersama drama TV dan musik juga meningkatkan pemasukan dalam bi­ pop, merupakan produk utama Hallyu yang dang ekonomi di Korea Selatan.4 dinikmati tidak hanya di dalam negeri, na- Bagaimana Korea bisa mengekspor pro- mun juga di berbagai negara. Dominasi film duk budaya popnya? Kim Hyun-ki, Direktur Hongkong di Asia, mendapat­kan saingan: Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta, mence­ Hallyu. Film produksi Korea Selatan dike- ritakan, awalnya Pemerintah Korea berpe­ nal karena alur ceritanya kuat dan varias ran banyak. Sekitar 20 tahun lalu, misalnya, genrenya. Hanya dalam waktu sekitar 2 ta- pemerintah memberi beasiswa besar-besar­ hun, masyarakat Korea membalikkan ke­ an kepada artis dari berbagai bidang seni adaan. Bila semula budaya Jepang kental untuk belajar di AS dan Eropa. Dari pro- terasa di Korea, belakangan negeri ini ber- gram itu lahirlah artis-artis berpengalaman. hasil menciptakan suatu budaya sendiri Seni pop Korea—termasuk K-Pop—pun ber­ yang sanggup menjadi tuan rumah di negeri kem­bang. Selanjutnya, K-Pop digerakkan sendiri dan bahkan berhasil membuat nega- sepe­nuhnya oleh pihak swasta. Kini, ada ra-negara tetangganya terpengaruh, tak ter- ratusan rumah produksi yang setiap tahun kecuali Jepang.2 mencetak banyak artis K-Pop. Yoon Jae- Fenomena Hallyu Wave ini tentu saja kwon menceritakan, semua artis K-Pop di- tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan pe- gembleng selama enam bulan hingga satu merintah Korea dalam memperbaiki pere- tahun.Tampilan fisik mereka juga dipoles konomian negaranya pasca dilanda perang sebelum diluncurkan sebagai artis tingkat selama bertahun-tahun. Mengenai awal ke- global. “Sistem pelatihan ini sudah ada seki- munculannya, Judy Park, seorang profesor tar tahun 1990-an dan sangat dirahasiakan. di Seoul National University menjelaskan Bahkan, calon penyanyi tidak akan tahu bahwa Hallyu Wave muncul pertama kali sistem itu sampai mereka ikut pelatihan.”

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 Pembentukan Identitas Penggemar 179

Korea kini memetik buah dari keseriusan Warga Korea menggarap industri pop mereka. Etnews. com, situs berita teknologi informasi Korea Selatan mengutip data The Korea Creative Content Agency, memprediksi, pendapatan Korea dikenal suka dari ekspor budaya pop, termasuk musik, si- menonton drama, film, netron, dan games, di seantero dunia tahun 2011 berjumlah sekitar 3,8 miliar dollar AS dan mendengarkan musik. atau sekitar Rp 35 triliun. Angka ini mening- kat 14 persen dibandingkan dengan 2010.5 Perusahaan TV Korea Seiring dengan semakin diterimanya dra- mengeluarkan biaya besar ma Korea di Indonesia, muncul pula kege- maran akan grup musik pria atau boyband untuk memproduksi drama Korea yang membawakan musik-musik K-Pop. Pada awal masuknya drama Korea di dan beberapa di antaranya Indonesia, di Korea juga baru saja terbentuk grup musik dari SM Entertainment, seper- yang mencetak ke­suksesan ti TVXQ dan Super Junior. Penyanyi Rain dan diekspor ke luar negeri. juga mulai dikenal karena serial drama Full House yang dibintanginya ditayangkan di stasiun televisi Indonesia. Sejak itu, peng- Live & Rockin’ yang digelar di JIEXPO Ke- gemar musik pop Korea dan drama Korea mayoran, 19 Maret 2011 lalu. Penampilan mulai ‘umum’ dijumpai di Indonesia. mereka menuai histeria para penonton yang Untuk kategori musik, lagu-lagu yang rata-rata berusia remajadan kebanyakan berasal dari negara gingseng ini pun sangat remaja putri. Glow stick diacungkan lebih digandrungi. Beberapa boyband maupun dari seribu fans 2PM khususnya dan fans girlband yang berasal dari Korea menjadi K-Pop pada umumnya. Sadar atau tidak, trendsetter bagi para penggemarnya, baik hal ini menimbulkan anggapan baru bahwa itu dari karakter musik, penampilan, style- ternyata peminat musik dan budaya K-Pop nya, dan lain-lain. Bahkan di Indonesia ter- makin tumbuh pesat di Indonesia. Berbagai dapat boyband dan girlband yang mengiku- majalah dan tabloid Korea beredar di toko ti jejak K-Pop, seperti 7 ICON. Dalam skala buku di hampir setiap sudut perkotaan. Tak internasional, artis-artis Korea memang be- ketinggalan, buku kord gitar. Jenis bacaan lum mampu menandingi kepopuleran artis responsif yang sering dikelakari banyak Amerika, misalnya. Namun demam Korea pihak sebagai salah satu barometer kesuk- mampu mendunia, bahkan beberapa tiket sesan sebuah grup ini bahkan sudah mulai konser internasional mereka juga habis ter- bergeser, dari lagu-lagu pop Melayu men- jual. jadi pop Korea, lengkap dengan lirik dan Perlahan tetapi pasti, demam K-Pop di kunci gitar. Begitu juga dengan tabloid lokal Tanah Air kian lama kian terasa. Salah satu Tanah Air, sampai majalah musik kaliber na- denyut yang mungkin bisa jadi diagnosis sional se­ring menampilkan satu dua atau le­bih awal ada pada saat salah satu boyband Ko- artikel tentang musik populer Korea, dari fe­ rea, 2PM tandang ke Jekarta dalam ajang nomena, gosip sampai profil artisnya.6

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 180 Citra Nuranisa

Fajar mengungkapkan setelah kehadiran rial Full House, ia juga seorang penyanyi 2PM di Indonesia, fenomena Korean Pop di sekaligus penari populer.8 Indonesia semakin meluas. Hal ini dibuk­ Daya tarik terbesar dari K-Pop bisa tikan dengan digelarnya acara KIMCHI ditemukan pada irama musiknya yang kuat pada 4 Juni 2011. Singkatan dari Korean serta penuh dengan penghiburan yang di- Idols Music Hosted in Indonesia, ini adalah kombinasikan dengan koreografi dan fash- konser musik akbar yang dimeriahkan oleh ion apik. Artis dan grup idola K-Pop, seperti boyband dan girlband kenamaan Korea, di BoA, Wonder Girls, 2PM, Girls’ Generation antaranya The Boss, Girl’s Day, Park Jung- (SNSD), Super Junior, dan Big Bang menja- min, Rookie X-5, dan Super Junior. di sangat populer di berbagai negara di Asia, Bagaimanapun ini membuktikan bahwa termasuk Indonesia dan sukses memukau peran media begitu besar. Media memenuhi fans di benua lainnya. Sejak itulah, bebera- kebutuhan hidup kita sehari-hari sehingga pa penggemar K-Pop di berbagai negara rela kita sering tidak lagi sadar dengan kehadiran, membuat sebuah demonstrasi berupa tarian apalagi dengan pengaruhnya. Media mem- flashmob yang menjadi cara mereka untuk beri informasi, menghibur, menyenangkan, bisa membawa konser para artis K-Pop ke tetapi sekaligus mengganggu kita. Media negara mereka. Secara global, kini musik menggerakkan emosi, menantang intelektu- K-Pop menyangkut berbagai genre musik, alitas, dan menghina intelegensi kita. Media termasuk pop, rock, R&B, rap, latin, dan menolong kita dalam mendefinisikan diri juga reggae.9 kita dan membentuk realitas kita. Ketika Korea Tourism Organization melakukan media ini adalah teknologi yang membawa survei online dalam websitenya (www.visit­ pesan kepada sejumlah orang besar seper­ti korea.or.kr) mengenai fenomena Hallyu surat kabar membawa kata-kata yang ter- atau Korean Wave pada bulan Juni 2011. Re- cetak serta radio membawa suara musik sponden survei tersebut berjumlah 12.085 dan berita, kita menyebutnya de­ngan pengunjung non-Korea dari 102 negara. Ha- media massa. Kita menggunakan me- sil survei tersebut menunjukkan K-Pop me­ dia massa secara teratur termasuk radio, rupakan faktor terbesar yang menyebabkan televisi, buku, majalah, surat kabar, film, berkembangnya Korean Wave di dunia. Ber- rekaman, dan jaringan komputer. Dalam dasarkan survei tersebut, perempuan Asia budaya kita, kita mempertukarkan peng- berusia 10-20 tahun merupakan fans K-Pop gunaan istilah media dan media massa un- terbesar di dunia (Yoon-mi 2011).10 tuk mengacu pada industri komunikasi itu Masuk nya genre musik ke Indonesia ini sendiri.7 pun kemudian banyak dipelajari oleh ang­ Infiltrasi gelombang budaya populer Ko- gota masyarakat dengan sangat mudah, rea (Korean Wave) melalui tayangan serial mengingat musik adalah salah satu produk drama televisi menjadi awal ekstensifikasi budaya yang mudah masuk karena bersifat budaya populer Korea lainnya di Indonesia, universal dan disukai oleh semua orang. Bu- yaitu musik pop Korea (K-Pop). Salah satu daya baru ini lah yang kemudian bisa mem- keunggulan artis-artis Korea umumnya se- bentuk sebuah identitas baru dalam diri se­ lain pandai berakting, mereka juga piawai seorang. K-Pop pun akhirnya semakin disu- menyanyi dan menari. Jeong Ji-hoon alias kai karena musiknya yang dinyanyikan oleh Rain misalnya, selain berperan dalam se- para grup idola yang biasa kita sebut dengan

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 Pembentukan Identitas Penggemar 181

boyband atau grup idola pria dan juga girl­ na. Kita mengalami dunia melalui bahasa band atau grup idola wanita. Boyband dan yang digunakan untuk mendefinisikan dan girlband tersebut pun telah dikemas dengan mengekspresikan dunia itu.12 penampilan visual yang dapat memanjakan Filsafat fenomenologi memusatkan per- mata para penontonnya. hatianya pada kesadaran. Charles Renouvi- Menurut Koentjaraningrat, bila dilihat er dalam teorinya fenomenalisme dan neo dari sifat mentalnya, masyarakat Indonesia kritism mengatakan bahwa realitas adalah memang sangat terbuka dalam menerima fakta kesadaran dan sistem hubungan an- produk budaya asing (Koentjaraningrat, tara fakta-fakta kesadaran (Wardi, 2006: 1974). Apalagi dalam hal ini, budaya Ko- 142). Teori fenomenologi tersebut kemu- rea yang notabene budaya timur yang se- dian dikembangkan oleh Edmund Husserl. cara normative memiliki kedekatan de­ngan Husserl lebih menekankan pada institusi karakter budaya masyarakat Indonesia.11 fe­no­mena sebagai dasar pendekatan an- Melihat budaya K-Pop yang bisa me- tara semua bentuk realitas. Metode Husserl munculkan sebuah fenomena yang begitu adalah memeriksa dan menganalisis ke- dahsyat dalam ‘menghipnotis’ para penik- hidupan batiniah individu, yakni pengalam­ matnya untuk melakukan hal apapun demi an-pengalamanya mengenai fenomena atau sang artis K-Pop pujaannya, peneliti tertar- penampakan-penampakan sebagaimana yang ik melihat lenih jauh proses pembentukan terjadi dalam arus kesadaran. identitas seorang penggemar artis K-Pop, mulai dari kegiatan perubahan interaksi Interaksi Simbolik hingga cara berpakaian dan sejauh mana Teori interaksi simbolik mewarisi tradisi ta­hapan pembentukan identitas mereka. dan posisi intelektual yang berkembang di Penelitian akan difokuskan pada para peng- Eropa pada abad 19 kemudian menyeberang gemar boyband 2PM. ke Amerika terutama di Chicago. Namun sebagian pakar berpendapat, teori ini, khu- Fenomenologi susnya George Herbert Mead, dikenal dalam Fenomenologi merupakan cara yang lingkup sosiologi interpretatif yang berada digunakan manusia untuk memahami du­ di bawah payung tindakan sosial (action the­ nia melalui pengalaman langsung. Mau- ory), yang dikemukakan oleh filosof besar, rice Merlau–Ponty, pakar dalam tradisi ini Max Weber. Mead dikenal sebagai ilmuwan menuliskan bahwa “semua pengetahuan paling populer sebagai peletak dasar teori akan dunia diperoleh dari beberapa pen- interaksionisme simbolik ini. Ralph LaRos- galaman di dunia.” Stanley Deetz menyim­ sa dan Donald C. Reitzes (dalam West dan pulkan 3 prinsip dasar fenomenologi. Turner, 2007:96) mencatat tujuh asumsi Pertama, pengetahuan ditemukan secara yang mendasari teori interaksionisme sim- langsung dalam pengalaman sadar. Kedua, bolik, yang memperlihatkan 3 tema besar, makna benda terdiri atas kekuatan benda yakni: (1) pentingnya makna bagi perilaku dalam kehidupan seseorang. Dengan kata manusia, (2) pentingnya konsep mengenai lain, bagaimana kita berhubungan dengan diri, dan (3) Hubungan antara individu dan benda maka hal tersebut akan menentukan masyarakat.13 makna nya bagi kita. Asumsi ketiga ada- Tentang relevansi dan urgensi makna, lah bahwa bahasa adalah kendaraan mak- Blumer (1969) memiliki asumsi bahwa:14

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 182 Citra Nuranisa

1. Manusia bertindak terhadap manusia ngan wacana. Pemberian nama secara lainnya berdasarkan makna yang diber- simbolik adalah basis terbentuknya ma­ ikan orang lain pada mereka syarakat. 2. Makna diciptakan dalam interaksi antar 3. Thought (Pemikiran): Process of Taking manusia the role of the other 3. Makna dimodifikasi dalam proses inter- Premis ketiga Blumer adalah bahwa pretif sebuah simbol interpretasi seseorang di- modifikasi oleh proses pemikiran seseo- Blumer mengemukakan tiga prinsip da­ rang tersebut. Secara sederhana proses sar interaksionisme simbolik yang berhu­ menjelaskan bahwa seseorang melakukan bungan dengan meaning, language, dan dialog dengan dirinya sendiri ketika berha- thought. Premis ini kemudian mengarah pada dapan dengan sebuah situasi dan berusaha kesimpulan tentang pembentukan diri seseo- untuk memaknai interaksi tersebut. Untuk rang (person’s self) dan sosialisasinya dalam bisa berpikir maka seseorang memerlukan komunitas (community) yang lebih besar:15 bahasa dan harus mampu berinteraksi se- 1. Meaning (makna): Konstruksi Realitas cara simbolik.Bahasa adalah software un- Sosial tuk bisa mengaktifkan mind. Blumer mengawali teorinya dengan premis bahwa perilaku seseorang terha- Kerja Identitas Diri dap sebuah obyek atau orang lain diten- Pengertian dasar yang ditemukan dalam tukan oleh makna yang ia pahami ten- konsep dasar kerja identitas dan pandang­ tang obyek atau seseorang tersebut. an interaksi simbolik secara umum adalah 2. Language (bahasa): The Source of Mean­ bahwa identitas itu tidak muncul atau ter- ing jadi begitu saja. Identitas lebih merupakan Seseorang memperoleh makna atas sebuah proses yang lahir dari upaya-upaya sesuatu hal melalui interaksi. Dengan komunikatif dan interpretatif seseorang. demikian dapat dikatakan bahwa makna Untuk membangun sebuah identitas, kon- adalah hasil interaksi sosial. Makna tidak sep diri dan orang lain harus ditunjukkan, melekat pada obyek, melainkan dinego- dikondisikan, dan ditempatkan (Stone, 1962). siasikan melalui penggunaan bahasa. Namun demikian, sebagaimana ditegaskan Bahasa adalah bentuk dari simbol. Oleh oleh Goffman (1959), citra tentang identi- karena itulah teori ini kemudian disebut tas ‘bawaan’ tidak selalu sama dengan citra sebagai interaksionisme simbolik. Ber- tentang identitas ‘yang dibentuk’, sehing- dasarkan makna yang dipahaminya, se­ ga butuh kerja keras untuk menselaraskan seorang kemudian dapat memberi nama keduanya. Pendeknya, identitas adalah hasil yang berguna untuk membedakan satu sebuah kerja atau upaya, karena ia merupa- obyek, sifat, atau tindakan lainnya. kan sesuatu yang harus dikomunikasikan Dengan demikian premis blumer yang dan diinterpretasikan. kedua adalah manusia memiliki ke­ Stone (1982) mengatakan bahwa iden- mampuan untuk menamai sesuatu. Sim- titas meliputi upaya mengungkapkan dan bol, termasuk nama, adalah tanda yang menempatkan individu-individu dengan arbriter. Percakapan adalah sebuah me- menggunakan­ isyarat-isyarta nonverbal se­ dia penciptaan makna dan pengemba­ perti penampilan dan pakaian. Wicklund

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 Pembentukan Identitas Penggemar 183

dan Gollwitzer berpendapat bahwa identitas tersebut berinteraksi dalam rangkaian em- berkisar sekitar upaya mengumpulkan dan pat tingkatan atau lapisan berikut ini:19 mempertontonkan simbol-simbol dengan 1. Personal Layer, yang terdiri dari rasa maksud untuk membuat label-label defini- akan keberadaan diri kita dalam suatu si diri yang lebih lengkap. Oleh karena itu, situasi sosial. Dalam situasi sosial ter- individu-individu yang mengalami iden- tentu seperti ketika menghadiri gereja, titas yang ambivalen dan tidak sempurna bermain dengan teman, atau berpergian biasanya menggunakan simbol untuk mem- bersama keluarga, kita melihat diri kita publikasikan identitas sosial mereka.16 dalam situasi sosial. Menurut Budi Susanto, identitas adalah 2. Enactment Layer, atau pengetahuan faktor penentu dari sebuah perilaku konsum- orang lain tentang diri kita berdasarkan si. Identitas bisa muncul dengan kepemilikan apa yang kita lakukan, apa yang kita miliki, dari barang-barang dan mengikuti aktivitas dan bagaimana kita bertindak. Penampi- tertentu yang tidak terlepas dari sebuah gaya lan kita adalah simbol-simbol aspek yang hidup tertentu. Perilaku sosial yang khusus lebih mendalam tentang identitas kita seperti misalnya cara makan, shopping atau serta orang lain akan memahami kita menggunakan barang-barang yang diingin­ melalui penampilan tersebut. kan membentuk sebuah ‘dunia baru’ untuk 3. Relational, atau siapa diri kita dengan individu. Hal tersebut dilakukan sebagai kaitannya dengan individu lain. Identitas penunjuk identitas diri individu tersebut dibentuk dalam interaksi kita dengan me­ atau cirri pembeda dengan orang lain.17 reka. Kita dapat melihat dengan sangat jelas Jadi, kerja identitas termasuk usaha se­ identitas hubungan ketika kita merujuk diri seorang untuk menginformasikan kepada kita secara spesifik sebagai mitra hubung­ orang lain tentang definisi dirinya, posisi an, seperti ayah, istri, suami, rekan kerja. sosialnya, pengalaman, prestasi masa lalu, Perhatikan bahwa identitas kita menjadi dan prospek/potensi nya pada masa yang terikat kepada peran tertentu yang ber­ akan datang. Seperti yang diungkapkan oleh hadap-hadapan dengan peran lain, seperti­ Wicklund dan Gollwitzer (1983:70), bahwa “bos”, “sahabat karib”, atau “konsuler”. sekali seseorang telah memiliki indikator, Oleh karena itu, pada tingka hubungan, rasa kesempurnaan diri harus ditingkat- identitas sangat tidak individualis, tetapi kan sampai pada tingkat di mana ia dapat terikat pada hubungan itu sendiri. memberi tahu lebih banyak orang tentang 4. Communal, tingkatan ini diikat pada hal tersebut. Atau pada tataran yang lebih kelompok atau budaya yang lebih besar. luas, ia memperbanyak jumlah atau cakupan Tingkat identitas ini sangat kuat dalam orang yang akan mengenal kesempurnaan banyak budaya Asia, misalnya, ketika definisi dirinya. Kerja identitas mencakup identitas seseorang dibentuk terutama pemberitahuan definisi diri baik verbal mau- oleh komunitas yang lebih besar dari pun non verbal. Pemberitahuan ini dapat be- pada oleh perbedaan individu di antara rupa artikulasi melalui percakapan, pakaian, manusia dalam komunikasi. Kapanpun penampilan, isyarat dan semacamnya.18 kita memerhatikan apa yang dipikirkan Hecht menguraikan identitas melebihi dan dilaksanakan oleh komunitas kita, pengertian sederhana akan dimensi diri dan maka kita akan menyesuaikan diri pada dimensi yang digambarkan. Kedua dimensi tingkatan identitas kita tersebut.

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 184 Citra Nuranisa

Globalisasi dan Media lokal, regional, dan nasional untuk dapat Globalisasi diidentifikasikan sebagai tren mencapai di luar batasan tersebut.Kita tidak yang berhubungan dengan pembangunan dapat lagi hidup di lingkungan yang teriso- teknologi media baru. Media menyediakan lasi dan dengan tidak dipengaruhi oleh aksi konten informatif dan tempat orang-orang yang berada di luar batasan masyarakat mencari informasi mengenai suatu acara sekitar. Globalisasi mengimplikasikan bahwa atau kejadian di tempat yang jauh dan tidak popu­lasi tidak dibatasi oleh kedekatan fisik. mungkin dijangkau. Media menjadi pusat Transportasi fisik ke seluruh penjuru dunia globalisasi karena perannya sebagai te- kini lebih mudah. Lebih penting lagi bahwa knologi komunikasi yang mampu mendistri- komunikasi melalui media elektronik sering busikan pesan secara internasional. Namun, lebih dikedepankan dibandingkan perjalan­ media global juga memiliki peran dalam an langsung ke tempat yang akan dituju.22 melemahkan budaya yang sudah melekat Dinamika globalisasi dianggap meme­ pada diri seseorang.20 ngaruhi kehidupan berbudaya kita. Terdapat Media merupakan pusat globalisasi. Tek­ observasi mengenai komodifikasi bentuk nologi media mengirimkan informasi, in- budaya, yaitu melalui program di televisi, dustri media merupakan pemimpin dalam film, Koran, dan media lainnya yang berge­ mendorong ekspansi global, media mengi- rak cepat ke seluruh belahan dunia atau rimnkan informasi dan gambar dari seluruh secara terus menerus ditransmisikan dan dunia. Kebangkitan media seperti internet dibuat di lokasi yang berbagai tempat. Hal dilihat sebagai ‘pemutus’ pemerintah dan ini diargumentasikan dapat membentuk kebudayaan di dalam suatu negara. Internet gaya hidup, pengalaman, acara, dan fashion juga digunakan sebagai pertukaran infor- yang ‘dibagikan’ oleh orang-orang dari luar masi dan mengatur organisasi non pemerin- yang bukan di sekitarnya. Anthony Giddens tah, aktivis politik, dan kebebasan politik.21 (1990) mengatakn bahwa globalisasi ada- Melalui media elektronik, ide-ide dan lah konsekuensi dari kehidupan yang mo­ citra dari kebudayaan yang berbeda memi- dern pada saat ini yang merupakan efek dari liki potensi untuk bisa tersebar luas dan penyebaran budaya modern yang pertama diterima oleh orang-orang di luar budaya kali dibawa oleh Barat, seperti kapitalisme, tersebut. Dalam hal ini, budaya menjadi industrialism (Giddens, 1990).23 dapat lebih luas dikonsumsi oleh orang- Salah satu contoh globalisasi melalui orang banyak. Komponen globalisasi bisa media massa yang mudah masuk adalah menjangkau ruang dan waktu. Globalisasi musik. Musik merupakan salah satu produk tidak hanya menyangkut inovasi teknolo- media yang paling mudah untuk dijual se- gi yang digunakan untuk berkomunikasi cara global karena bahasanya yang univer- jarak jauh. Lebih penting lagi, globalisasi sal. Media cetak bisa saja merupakan media merujuk pada pertukaran dan pembauran berskala internasional, namun media cetak budaya dari berbagai belahan dunia. Pro- memiliki keterbatasan bahasa dan literasi. duk suatu budaya bisa diakses secara glob- Oleh karena itu produser harus men-trans­ al karena globalisasi melalui media massa. late media cetak untuk dapat melintasi ba- Globalisasi di berbagai bidang telah mem- tas budaya, dan memberika literasi yang bawa kepada fakta bahwa interaksi dan sa- signifikan agar audiens dapat menerima ling ketergantungan telah melampaui batas produk tersebut. Media visual seperti tele-

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 Pembentukan Identitas Penggemar 185

visi dan film lebih mudah diakses karena daya. Pertama, ada konsep budaya populer audiens tidak perlu di’literasi’kan untuk yang menyatakan bahwa ada yang dipak- dapat menikmatinya. Kedua media terse- sakan kepada ‘orang-orang’ yang datang- but biasanya memiliki teks terjemahan atau nya dari luar dan karenanya merupakan disulih suarakan menggunakan bahasa lo- bentuk budaya yang ‘tidak otentik’, suatu kal setempat.Bagaimanapun, musik dapat budaya yang ‘sa­ngat dikendalikan’ “untuk diakses oleh siapa saja melewati batas na- orang-orang” (Bennet 1986, 19). Pemikiran sional dan budaya meskipun liriknya tidak ini sering dikaitkan dengan para perumus dapat dimengerti. Namun, musiknya lah teori budaya massa yang menyamakan bu- yang bisa ‘menjual’. Globalisasi musik telah daya populer dengan budaya massa yang menghasilkan setidaknya tiga pembangun­ dipaksakan. Dari sudut padang ini maka an. Pertama, musik yang pada normalnya tidak hanya merendahkan budaya popu­ sulit untuk diterima di luar budaya pada ler yang dihasilkan secara komersial, tetapi umumnya, saat ini sudah lebih bisa diteri­ma juga ‘orang-orang yang mengonsumsi dan oleh budaya lain yang berbeda. Contohnya, menikmati budaya populer tersebut harus pendengar dapat mendengar musik popu­ direndahkan karena aktivitas ini atau hidup ler Amerika di seluruh dunia. Pembeli dapat dalam keadaan “kesadaran yang salah” yang menemui kaset musisi Madonna di toko ka- permanen’ (Hall 1981, 232).25 set di Negara China. Pembangunan kedua Kedua, menurut Hall, ‘populer’ lebih ber- yaitu pertukaran elemen musik antara dua sifat hura-hura dan sering kali menyamakan budaya yang berbeda. Contohnya, musik budaya populer dengan budaya setempat, kontemporer pop dipadukan dengan gitar sesuatu yang dihasilkan dan dikonsumsi elektrik musik rock barat.Selanjutnya, glo- oleh ‘orang’. Makna budaya populer yang balisasi musik menghasilkan penggabung­ demikian sering kali dimanfaatkan para an beberapa budaya yang berbeda, misal­ kritikus sayap kiri untuk mengacu pada ‘bu- nya penggabungan antara melodi dan irama musik dari berbagai budaya yang berbeda dengan menggunakan berbagai macam ins­ trumen, musisi memproduksi musik yang Kekuatan K-Pop tidak dapat diidentifikasi dengan jelas dari tidak hanya budaya manakah musik tersebut berasal karena hasil penggabungan tadi.24 pada artisnya, Budaya Populer dan Penggemarnya tetapi juga pada manajemen Budaya adalah suatu tingkah laku yang yang membawahi mereka. dipelajari anggota suatu kelompok sosial. Kajian budaya sering kali didominasi oleh Perusahaan manajemen pertanyaan mengenai bagaimana ‘budaya populer’ telah terdefinisi. Bagaimana ‘popu­ tersebut memiliki permodalan ler’ telah terkonseptualisasi membentuk cara bagaimana populer dipelajari dan di­analisis, yang sangat kuat… dan akhirnya menghasilkan berbagai alas­ an yang berbeda-beda tentang politik bu-

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 186 Citra Nuranisa

daya yang murni, spontan, dan oposisional yang berlebihan. Jenson menunjuk dua tipe “pada masyarakat. Konsepsi ketiga menge- khas penggemar, yaitu ‘individu yang terob- nai ‘populer yang dibahas oleh Hall adalah sesi’ (biasanya laki-laki) dan ‘kerumuman ‘deskriptif’. Dalam definisi ini, populer disa- histeris’ (biasanya perempuan).29 makan dengan ‘semua hal yang orang-orang Kelompok penggemar melakukan aktivi- lakukan dan telah lakukan’ (Hall 1981, 234). tas kultural khalayak pop. Hal ini diperkuat Hall mengungkapkan bahwa ‘populer’ ada- dengan objek-objek kekaguman. Mereka lah sekadar bagian proses bagaimana teks memamerkan kesenangan mereka hingga diklasifikasi, akibatnya tidak ada teks atau menimbulkan perasaan emosional.30 praktik yang benar-benar memiliki karakter populer atau elit, tetapi akan bergerak di an- Korean Pop (K-Pop) tara kedua karakter tersebut sebagai perubah­ K-Pop merupakan kependekan dari Ko- an kondisi historis. Hall mendefinisikan bu- rean Pop atau musik populer Korea Selatan. daya populer sebagai suatu wilayah perjuang­ Boyband dan girlband yang sering dilihat an, tempat terjadinya konflik antara kelompok dan didengar adalah produk dari K-Pop.Se- dominan dan yang tidak dominan, dan perbe- benarnya K-Pop tidak hanya berisi boyband daan budaya dalam kelompok ini terus me- dan girlband saja, tetapi lebih tepatnya ada- nerus dikonstruksi dan direkonstruksi.26 lah semua produk musik Korea. Genre musik Menurut William seperti dikutip oleh yang diwakili oleh K-Pop adalah pop, dance, John Storey, istilah ‘populer’ dalam budaya electro-pop, hip hop, rock, dan R&B.31 populer memiliki beberapa maknya, yaitu Musik pop Korea pra-modern pertama ‘banyak disukai orang’, ‘karya yang dilaku- kali muncul pada tahun 1930-an akibat ma- kan untuk menyenangkan orang’, dan ‘bu- suknya musik pop Jepang yang juga turut daya yang dibuat oleh orang untuk dirinya memengaruhi unsur-unsur awal musik pop sendiri’. Ada satu titik awal yang menya- di Korea. Penjajahan Jepang atas Korea takan bahwa budaya populer merupakan juga membuat genre musik Korea tidak bisa budaya yang menyenangkan atau banyak berkembang dan hanya mengikuti perkem- disukai orang. Kita bisa menemukan bu- bangan budaya pop Jepang pada saat itu. daya populer pada apa yang banyak disukai Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pengaruh orang-orang.27 musik pop Barat mulai masuk dengan ba­ Budaya pop sebagai budaya massa memi- nyaknya pertunjukkan musik yang diadakan liki arti bahwa ia diproduksi massa untuk oleh pengkalan militer Amerika Serikat di Ko- dikonsumsi massa. Audiensnya adalah so- rea Selatan. Musik pop Korea awalnya terbagi sok-sosok konsumen yang tidak memilih. menjadi genre yang berbeda-beda, pertama Budaya ini dikonsumsi tanpa berpikir pan- adalah genre “oldies” yang dipengaruhi music jang dan tanpa adanya perhitungan.28 barat dan populer di era 60-an. Pada tahun Para penggemar adalah bagian paling 1970-an, music rock diperkenalkan dengan tampak dari khalayak teks dan praktik bu- pionirnya adalah Cho Yongpil. Genre lain daya populer. Menurut Joli Jenson (1992), yang cukup digemari adalah musik Trot yang kelompok penggemar (fandom) selalu di- dipengaruhi gaya musik enka dari Jepang.32 cirikan sebagai suatu kefanatikan yang po- Kebangkitan musik populer Korea dimu- tensial. Hal ini berarti bahwa kelompok lai pada tahun 1992. Saat itu boyband yang penggemar dilihat sebagai suatu perilaku terkenal adalah Seo Tai-ji & Boys, dengan

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 Pembentukan Identitas Penggemar 187

genre music rap, rock, dan techno. Kesuk- inginkan. Mereka meninggalkan sistem la­ sesan Seo Tai-ji & Boys diikuti oleh grup ma, menerka-nerka apakah seseorang mam­ penyanyi lain seperti Turbo, Panic, Solid, pu menjadi artis dan menjual. Proses pen­ca­ dan lainnya.33 rian bakat baru juga melalui informasi yang Tren musik ini turut melahirkan banyak mereka kumpulkan sehingga semuanya grup musik dan musisi berkualitas lain su­dah memiliki standar tertentu. Hasilnya hingga sekarang. Musik pop dekade 90-an adalah sebuah bakat baru yang sesuai de­ cenderung beraliran dance dan hip hop. ngan keinginan masyarakat dan tentu saja Pasar utamanya adalah remaja sehingga menjual. Boyband dan girlband yang sedang dekade ini muncul banyak grup idola muda terkenal saat ini adalah hasil dari standar yang sangat digilai seperti CLON, H.O.T., tersebut. Kekuatan K-Pop tidak hanya pada Sechs Kies, S.E.S, dan g.o.d. Kebanyakan artisnya, tetapi juga pada manajemen yang dari kelompok musik ini sudah bubar dan membawahi mereka. Perusahaan manajemen anggotanya bersolo karir. Di tahun 2000-an tersebut memiliki permodalan yang sangat pendatang-pendatang baru berbakat mulai kuat sehingga mampu untuk memoles dan bermunculan. Aliran musik R&B serta Hip ‘menjual’ artis mereka ke lingkungan lokal Hop yang berkiblat ke Amerika mencetak dan internasional. Beberapa perusahaan artis-artis semacam MC Mong, 1TYM, Rain, manajemen artis yang terbesar di Korea Se- Big Bang yang cukup sukses di Korea dan latan adalah SM Entertainment, YG Enter- luar negeri. Beberapa artis underground tainment, dan JYP Entertainment.35 seperti Drunken Tiger, Tasha (Yoon Mi-rae) Popularitas Korean Pop tidak hanya di­ juga mempopulerkan warna musik kulit hi- kenal lewat lirik lagunya atau personel­nya. tam tersebut. Musik rock masih tetap dige- Tarian mereka, juga dikagumi. Bahkan ini­ mari di Korea ditambah dengan kembalinya lah yang membuat fans mania suatu grup Seo Taiji yang bersolo karir menjadi musisi boyband atau girlband Korea membentuk rock serta Yoon Do Hyun band yang sering dance cover; ajang bagi fans menirukan ge­ menyanyikan lagu-lagu tentang nasionalisme rakan sesuai gerakan boyband atau girlband dan kecintaan terhadap Negara. Musik tech- idola. Dance cover adalah suatu grup penari no member nuansa modern yang tidak ha­nya yang lebih melatih gerakan sang boyband disukai di Korea saja, penyanyi Lee Jung­ atau girlband idola. Titik kesempurnaan hyun dan Kim Hyunjung bahkan mendapat dance cover juga berbeda dengan dance pengakuan di Cina dan Jepang.Musik balada modern, di mana bukan kreativitas namun masih tetap memiliki pendengar yang paling kemiripan dengan sang idola baik dalam banyak di Korea.Musik balada umumnya di- segi detail gerakan, kostum, serta eks­presi gemari karena sering dijadikan soundtrack yang ditampilkan di atas panggung.36 Ta- drama-drama televisi terkenal seperti Win­ hun 2011 bisa dikatakan sebagai tahun­ ter Sonata, Sorry I Love You, Stairway to nya K-Pop. Pada tahun itu, industri K-Pop Heaven, dan sebagainya. Kegandrungan sudah menyebar ke dunia. Asia Timur dan akan musik K-Pop merupakan bagian yang Asia Tenggara merupakan wilayah basis tak terpisahkan dari Demam Korea (Korean K-Pop terkuat saat ini, yaitu mencakup Je- Wave) di berbagai Negara.34 pang, Malaysia, Mongolia, Filipina, Indone- Tahun 2000, para pelaku dunia hiburan sia, Thailand, Taiwan, Singapura, Cina, dan mulai belajar tentang apa yang konsumen Vietnam.37

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 188 Citra Nuranisa

Metode Penelitian Budaya K-Pop tersebut berasal dari luar dan Pendekatan yang digunakan dalam pe- bisa hadir melalui sebuah media yang bisa nelitian ini adalah pendekatan kualitatif. disebut sebagai globalisasi media. Pendekatan kualitatif merupakan pendekat­ Seperti yang diungkapkan Terry Flew, an penelitian yang menghasilkan data des­ media merupakan pusat globalisasi di mana kriptif mengenai kata-kata lisan maupun teknologi media mengirimkan informa- tertulis, dan tingkah laku yang dapat diama- si, dan gambar dari seluruh dunia. Melalui ti dari orang-orang yang diteliti.(Taylor dan media elektronik, ide-ide dan citra dari ke- Bongdan, 1984: 5).38 budayaan yang berbeda memiliki potensi Penelitian ini bersifat deskriptif, karena untuk bisa tersebar luas dan diterima oleh peneliti bertujuan membuat deskripsi se- orang-orang di luar budaya tersebut dan cara sistematis, faktual, dan akurat tentang menjadi dapat lebih luas dikonsumsi oleh fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau ob- orang-orang banyak.41 Dalam penelitian ini, jek tertentu.39 Adapaun metode pengumpul­ budaya luar yang dimaksud adalah budaya an datanya adalah wawancara mendalam. K-Pop yang masuk ke Indonesia yang kemu- Wawancara mendalam adalah, seperti sur- dian diterima dan dipelajari oleh anggota vey, metode yang memungkinkan pewaw- masyarakat Indonesia. ancara untuk bertanya kepada responden Budaya populer merupakan hasil pro- dengan harapan untuk memperoleh infor- duksi budaya massa yang didominasi oleh masi mengenai fenomena yang ingin diteliti. produksi dan konsumsi produk yang datang­ Wawancara mendalam kebanyakan dibuat nya dari luar. Menurut Hall, ‘populer’ lebih semi terstruktur; peneliti dan partisipasn bersifat hura-hura dan secara spontan hadir berada dalam sebuah kolaborasi, di mana di masyarakat yang kemudian dikonsumsi apa yang ingin didiskusikan oleh partisipan secara massa.42 sama pentingnya dengan apa yang ingin di- Dalam pernyataan dari Citra M. Pra- diskusikan oleh pewawancara.40 mudya, K-Pop hadir dengan berbagai pro- duk musik serta boyband dan girlband yang Hasil Penelitian dan Diskusi menampilkan musik tersebut ke Indonesia. Penelitian melibatkan 5 (lima) informan Produk tersebut kemudian dikonsumsi se- remaja penggemar K-Pop, yakni MP (maha- cara massa sehingga dalam hal ini K-Pop siswa, 21 tahun), Js (siswa SMA, 19 tahun), disebut sebagai budaya populer.43 Atau juga Ste (mahasiswa, 21 tahun), Ie (mahasiswa, seperti yang diungkapkan M. Harris yang di- 19 tahun) dan Dl (mahasiswa, 21 tahun). kutip Stanley J. Baran, budaya adalah suatu Mereka adalah penggemar K-Pop khusus- tradisi dan gaya hidup yang dipelajari dan nya 2PM dan tergabung dalam komunitas didapatkan oleh anggota dalam suatu ma­ fanbase 2PM, All Indonesia Hottest United syarakat, termasuk cara berpikir, perasaan, (AIHU) dan JYP Nation Indonesia. dan tindakan yang terpola.44 Penelitian ini berusaha menunjukkan Lima informan dalam penelitian ini, bahwa budaya K-Pop atau Korean Pop atau yaitu MP, Js, Ste, Ie, dan Dl menunjukkan musik pop Korea sebagai budaya populer bagaimana proses pembentukan identitas yang hadir telah menjadi salah satu fenome- seorang anggota masyarakat setelah mem- na yang cukup dahsyat yang berperan terha­ pelajari dan memahami budaya populer dap pembentukan identitas diri seseorang. yang masuk, dalam hal ini adalah budaya

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 Pembentukan Identitas Penggemar 189

K-Pop. Seperti dikemukakan Blumer, sebe- K-Pop Super Junior yang berjudul ‘Sor­ lum mengarah pada pembentukan identitas ry Sorry’. Informan Js dan Ste mengenal diri, seseorang melewati 3 premis dalam in- K-Pop setelah menyaksikan drama-drama teraksi simbolik, yaitu meaning, language, Korea. Ie mengenal K-Pop setelah diajak dan thought.45 sang paman menonton konser artis K-Pop di Jakarta, sedangkan Dl mengenal K-Pop Meaning setelah dipengaruhi oleh teman-temannya Blumer mengawali teorinya dengan pre- untuk menyaksikan tayangan variety show mis bahwa perilaku seseorang terhadap se- artis K-Pop. Interaksi kelima informan buah obyek ditentukan oleh makna yang ia tersebut dilakukan dengan menggunakan pahami tentang obyek tersebut. Objek yang bahasa atau simbol-simbol. dimaksud dalam penelitian ini adalah budaya K-Pop dan bagaimana informan memaknai Thought budaya K-Pop tersebut. Sebelum memutus- Premis ketiga Blumer adalah bahwa se- kan untuk menjadi penggemar K-Pop, kelima buah simbol interpretasi seseorang dimo­ informan pun memaknai K-Pop sebagai se- difikasi oleh proses pemikiran seseorang suatu yang menyenangkan. Hal ini dibukti- tersebut. Untuk bisa berpikir maka seseo- kan lewat jawaban mereka saat ditanyakan rang memerlukan bahasa dan harus mampu mengenai alasan menyukai K-Pop. berinteraksi secara simbolik. Bahasa digu- Informan MP dan Dl menyukai K-Pop nakan untuk mengaktifkan pemikiran. Da- karena penampilan fisik para artisnya yang lam penelitian ini, setelah memaknai dan ber- bisa memanjakan mata. Sedangkan infor- interaksi lewat bahasa, informan mulai ber- man Josh, Ste, dan Ije menyukai K-Pop pikir diri mereka adalah seorang penggemar setelah mendengarkan lagu-lagu yang diba­ K-Pop. Ketiga tahapan yang telah dilalui wakan oleh para artisnya yang dianggap tersebut pun kemudian mengarah pada ke­ sangat enak untuk didengarkan sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk men- jadi penggemar K-Pop. Tahun 2011 bisa dikatakan sebagai Language: The Source of Meaning Kata Blumer, seseorang memperoleh tahun­nya K-Pop. makna atas suatu hal melalui interaksi. De­ ngan demikian dapat dikatakan bahwa mak- Pada tahun itu, industri K-Pop na adalah hasil dari interaksi sosial. Makna tersebut dinegosiasikan melalui bahasa sudah menyebar ke dunia. yang merupakan bentuk dari simbol. Ber- Asia Timur dan Asia Tenggara dasarkan makna yang dipahaminya, seseo- rang kemudian dapat menamai sesuatu. Se- merupakan wilayah basis K-Pop belum menamai diri mereka sebagai peng- gemar K-Pop, kelima informan melakukan terkuat saat ini, yaitu mencakup berbagai interaksi lewat sebuah bahasa. In- Jepang, Malaysia, Mongolia, forman MP mulai mengenal K-Pop setelah mendengarkan salah satu lagu boyband Filipina, Indonesia, ...

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 190 Citra Nuranisa

sim­pulan tentang pembentukan identitas ngetahuan orang-orang di sekitarnya men- diri seseorang dan sosialisasinya dalam ko- genai identitas informan sebagai penggemar munitas yang lebih besar. K-Pop lewat berbagai tindakan dan inter- Kelima informan pun telah masuk dalam aksi. Tahapan ini dialami kelima informan tahapan pertama dimensi identitas menurut lewat berbagai tindakan dan juga interak- Hecht, yaitu Personal Layer yang berarti si untuk memberitahu orang lain tentang seseorang mulai merasakan keberadaannya identitas dirinya sebagai penggemar 2PM. dalam situasi sosial. Situasi sosial yang di- Informan lebih banyak menggunakan in- maksud dalam penelitian ini adalah saat in- teraksi secara verbal. MP menimbulkan ke- forman mulai merasakan masuknya budaya hebohan tentang 2PM saat berinteraksi de­ K-Pop. ngan teman-temannya. Js juga lebih banyak Wicklunda dan Gollwitzer berpendapat membahas soal 2PM kepada teman-teman bahwa identitas berkisar sekitar upaya komunitas cover dance 2PM. Sementa- mengumpulkan dan mempertontonkan ra Ste lebih sering memasukkan pemba- simbol-simbol dengan maksud membuat hasan soal K-Pop khususnya 2PM saat label definisi yang lebih lengkap. Jadi kerja berbincang dengan teman-temannya dan identitas termasuk usaha seseorang untuk Dl sering memberikan pengaruh tentang menginformasikan kepada orang lain ten- 2PM kepada teman-temannya yang tidak tang definisi dirinya, posisi sosial, pengalam­ menyukai 2PM. an, prestasi, dan potensinya pada masa Interaksi yang dilakukan informan un- mendatang.46 tuk memberitahukan identitas nya sebagai Untuk menunjukkan identitasnya sebagai penggemar K-Pop tersebut juga sesuai de­ penggemar K-Pop, informan MP bergabung ngan kerja identitas menurut Goffman, menjadi anggota tim cover dance yang yaitu sebuah proses yang lahir dari upaya- membawakan lagu-lagu boyband K-Pop ya­ upa­ya komunikatif dan interpretatif sese­ itu 2PM. Informan Js juga menunjukkan orang.47 Sebagai penggemar K-Pop, kelima identitasnya sebagai penggemar 2PM den- informan banyak mengomunikasikan me­ gan bergabung dalam tim cover dance 2PM ngenai kegemaran mereka terhadap K-Pop serta bekerja sebagai liasion officer dalam kepada orang lain yang dalam hal ini adalah konser 2PM di Jakarta. Informan Ste juga teman-temannya. menunjukkan sebuah prestasi sebagai peng- Selanjutnya adalah tahapan Relational, gemar K-Pop dengan diterima magang di yaitu siapa diri kita kaitannya dengan indi- perusahaan milik konglomerat Korea, serta vidu lain. Identitas dibentuk dalam interak- informan Ije dan Dl yang bergabung dalam si kita dengan mereka. Kita dapat melihat komunitas penggemar 2PM bernama AIHU dengan sangat jelas identitas hubungan kita (All Indonesian Hottest United). ketika kita merujuk diri kita secara spesifik Tahapan dimensi pembentukan identi- sebagai mitra hubungan. Saat menemukan tas yang kedua adalah Enactment Layer, lingkungan pertemanan baru yaitu sesama atau pengetahuan orang lain tentang diri penggemar 2PM dan kemudian menjalin kita berdasarkan apa yang kita lakukan, apa suatu hubungan, maka identitas informan yang kita miliki, dan bagaimana kita ber- sebagai penggemar K-Pop menjadi terlihat tindak. Kelima informan membentuk pe­ sangat jelas.

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 Pembentukan Identitas Penggemar 191

Peran Media dalam yang dilakukannya untuk mencari informasi Pembentukan Identitas terkini mengenai 2PM. Masuknya budaya K-Pop melalui me- Informan Ie juga lebih sering menggu- dia, terutama media baru atau internet juga nakan gadget untuk mencari tahu informasi membuktikan bahwa peran media dalam tentang 2PM di internet. Menurut Did, in- membentuk identitas seseorang juga cukup formasi tentang 2PM lebih cepat didapatkan kuat. Hal ini terbukti saat kelima informan via media sosial yang diakses lewat sambung­ mengaku telah memiliki lingkungan per- an internet, sehingga Did kini lebih sering temanan yang lebih luas setelah mengak- mencari tahu soal 2PM di media sosial lewat ses sosial media via internet. Informan Ie ponselnya. Pernyataan informan mengenai mengungkapkan telah menemukan banyak intensnya menggunakan media dalam men- teman baru sesama penggemar 2PM yang cari informasi mengenai K-Pop pun secara berasal dari luar kota yang ia kenal lewat tidak sadar bisa melemahkan budaya yang media sosial yang diaksesnya melalui sam- telah melekat pada diri mereka. Seperti bungan internet. Informan Dl juga mengaku yang diungkapkan Terry Flew bahwa media banyak mendapatkan kenalan baru sesama memiliki peran dalam melemahkan identi- penggemar 2PM lewat media sosial seperti tas budaya yang telah melekat pada diri se­ Twitter. seorang. Tidak hanya itu, banyaknya informasi Kelima informan banyak mengonsumsi mengenai K-Pop yang masuk melalui media media elektronik untuk mengakses inter- terutama media baru atau internet, mem- net dan mendapatkan ide-ide dari kebu- buat para informan menjadi lebih intens da- dayaan yang berbeda, yaitu budaya K-Pop lam menggunakan media, terutama media hingga akhirnya bisa membentuk sebuah online yang diakses via sambungan internet. identitas baru yang juga akan mengarah ke- Jika dibandingkan dengan media yang telah pada pembentukan gaya hidup baru, mulai ada sejak lama, yaitu radio maupun televisi, dari penampilan serta barang-barang yang kelima informan lebih banyak mengakses dikonsumsi. media baru atau internet untuk mencari Sesuai dengan pernyataan Budi Susan- informasi tentang K-Pop. Informan MP to bahwa identitas adalah faktor penentu mengungkapkan bahwa setelah menyukai dari sebuah perilaku konsumsi. Identitas 2PM, ia lebih sering mencari informasi bisa muncul dengan kepemilikan dari ba- terkini dari 2PM lewat internet sehingga ia rang-barang dan mengikuti aktivitas ter- lebih intens dalam menggunakan media, tentu yang tidak terlepas dari sebuah gaya khususnya sosial media, seperti Facebook hidup tertentu. Perilaku sosial yang khusus atau Twitter. seperti misalnya cara makan, shopping atau Js mengonsumsi media, yaitu internet menggunakan barang-barang yang diing- ketika 2PM melakukan comeback atau me­ inkan membentuk sebuah ‘dunia baru’ un- rilis album untuk mencari informasi terkait tuk individu. Hal tersebut dilakukan sebagai hal tersebut. Informan Ste juga lebih sering penunjuk identitas diri individu tersebut menggunakan media internet, seperti situs atau ciri pembeda dengan orang lain.48 berbagai video YouTube untuk mengun- Hal ini terbukti saat peneliti menanya- duh video tentang 2PM dan Ste juga lebih kan apakah ada perubahan penampilan dan ba­nyak mengikuti fanbase 2PM di Twitter cara berpakaian setelah mengenal 2PM

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 192 Citra Nuranisa

kepada informan, MP mengaku jadi berse- patkan individu-individu dengan menggu- mangat untuk membentuk otot seperti para nakan isyarat nonverbal seperti pakaian dan personel 2PM. MP juga senang berpakaian penampilan.49 ala Korea namun tetap maskulin dan simpel Pernyataan Budi Susanto terkait iden- seperti yang dilakukan personil 2PM. titas yang bisa muncul lewat kepemilikan Js merupakan seorang anggota cover dari barang-barang tertentu juga terbukti dance dari 2PM, sehingga ia harus meng­ saat informan mengaku banyak membeli ikuti penampilan para member 2PM demi barang-barang yang ada kaitannya de­ngan tampil maksimal. Ia pernah mencukur 2PM yang dilakukan utnuk menunjuk- rambutnya hingga mirip dengan salah satu kan identitasnya sebagai penggemar 2PM. member 2PM. Informan Ie juga mengaku Setelah mengenal boyband K-Pop 2PM, terpengaruh dengan penampilan dan gaya informan MP mengaku bahwa semua ba- berpakaian ala Korea dan senang memakai rang yang ia miliki selalu ada hubungan- pakaian, seperti kaos yang ada hubungan­ nya dengan 2PM karena ia bangga dengan nya dengan 2PM. identitasnya sebagai penggemar 2PM atau Informan Dl mengaku bahwa semenjak Hottest. Js memiliki album-album 2PM dan menyukai K-Pop khususnya 2PM, Dl men- membeli kostum yang mirip dengan kostum jadi lebih senang memakai make up, namun 2PM saat tampil di atas panggung. gaya berpakaian tetap sama seperti sebe­ Informan Ie membeli barang serba 2PM, lumnya. Perilaku informan tersebut juga se- seperti kaos dan album 2PM. Dl juga tipe suai dengan identitas menurut Stone (1962) fans yang merasa tak harus memiliki ba- dalam Deddy Mulyana bahwa identitas me- rang-barang serba 2PM. Namun Dl mem- liputi upaya mengungkapkan dan menem- beli setiap album yang dirilis 2PM dan juga lightstick bertuliskan 2PM yang digunakan untuk menyaksikan konser 2PM. Hal tersebut pun menujukkan bahwa Masuknya identitas merupakan faktor penentu dari budaya K-Pop gaya hidup. Jika seseorang membentuk identitasnya yang baru, maka ia juga akan melalui media, membangun sebuah gaya hidup yang baru seperti yang diungkapkan oleh Budi Susanto terutama media baru atau bahwa identitas adalah faktor penentu dari sebuah perilaku konsumsi. internet juga membuktikan bahwa peran media dalam Musik K-Pop sebagai Produk Globalisasi membentuk identitas Dalam budaya K-Pop, musik-musik ter­ sebut dibawakan atau dinyanyikan oleh se- seseorang juga cukup kuat. buah grup yang dikenal sebagai grup idola pria atau boyband dan grup idola wanita atau girlband. Dalam penelitian ini, para informan menjadi penggemar sebuah boy- band yang membawakan musik-musik K-Pop,

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 Pembentukan Identitas Penggemar 193

yaitu 2PM. Dahsyatnya fenomena K-Pop di wanita, yaitu Ie, Ste, dan Dl yang sama-sama Indonesia juga dipengaruhi oleh latar be- menimbulkan kehebohan ketika memba- lakang para boyband dan girlband tersebut. has mengenai 2PM bersama teman-teman Saat debut, boyband dan girlband Korea di sekitarnya. Ketiga informan wanita juga telah melalui berbagai tahapan, mulai dari senang membeli barang-barang 2PM, na- audisi hingga proses training selama ber- mun tak berniat untuk meniru gaya sang tahun-tahun. Boyband dan girlband yang idola seperti yang dilakukan oleh dua infor- sudah terkenal saat ini adalah hasil dari man laki-laki, yaitu informan MP dan Js. standar tersebut. Hal ini pun membuat para penggemar terinspirasi untuk membentuk Kesimpulan sebuah tim cover dance dengan tujuan me- 1. Sesuai dengan teori mengenai interak- nirukan gaya tarian sang idola, seperti yang si simbolik dalam penelitian ini maka dilakukan oleh informan Bou dan informan didapatkan tiga pinsip dasar intraksi Josh. simbolik yang berhubungan dengan meaning (makna), language (bahasa), Perilaku Penggemar Budaya K-Pop dan thought (pemikiran). Mereka me- Joli Jenson seperti dikuti dari John Sto- maknai K-Pop sebagai sesuatu yang rey, mengatakan bahwa kelompok pengge- menyenangkan dan mulai memahami mar selalu dicirikan sebagai fanatisme yang K-Pop lewat interaksi dengan meng- potensial.50 Dalam budaya K-Pop, fanatisme gunakan bahasa, dan kemudian ber- para penggemar di sini terlihat ketika infor- pikir pemikiran bahwa mereka adalah man menunjukkan kegemarannya terhadap seorang penggemar K-Pop sebelum artis-artis yang membawakan lagu K-Pop, akhirnya mengarah pada pembentuk­ yaitu boyband 2PM, dimulai dari cara in- an identitas sebagai penggemar artis forman menceritakan tentang 2PM kepada K-Pop, yaitu boyband 2PM. teman-teman di sekitarnya hingga perilaku 2. Dilihat dari empat tahap pembentukan meniru gaya sang artis. identitas yang digunakan dalam pene- Joli Jenson juga menunjuk dua tipe khas litian ini, yaitu Personal Layer, Enact­ penggemar, yaitu ‘individu yang terobsesi’ ment Layer, Relational, dan Communal, (biasanya laki-laki) dan ‘kerumuman hister- penelitian ini hanya sampai pada tahap is’ (biasanya perempuan). Sebagai laki-laki, ketiga, yaitu Relational dan tidak sampai informan Bou dan Josh terobsesi untuk bisa pada tahap Communal. tampil seperti 2PM. MP mengatakan bahwa Personal Layer adalah ketika Infor- ia berusaha pergi ke pusat kebugaran atau man mulai merasakan berada dalam gym untuk bisa membentuk otot seperti situasi sosial, dalam penelitian ini situa­si para personil 2PM. Sedangkan Js rela meng- sosial yang dimaksud adalah lingkungan habiskan uang jutaan rupiah untuk membeli budaya K-Pop. kostum seperti yang dikenakan 2PM di atas Enactment Layer adalah ketika orang panggung dan juga mengubah gaya ram- lain mulai mengenal diri informan se- butnya mirip salah satu personil 2PM, yaitu bagai penggemar boyband 2PM berdasar- Wooyoung. kan simbol atau hal-hal yang dilakukan Tipe penggemar ‘kerumunan histeris’ oleh informan, mulai dari penampilan juga bisa terlihat dari jawaban tiga informan hingga tindakan yang ada hubungann-

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 194 Citra Nuranisa

ya dengan informan sebagai penggemar (Terjemahan). Yogyakarta: Jalasutra. boyband K-Pop yaitu 2PM. Croteau, David, & William Hoynes. 2003. Media Society: Industry, Images, and Audiences. Relational adalah tahapan di mana United States: Sage Publications. informan menemukan identitas nya se- Curran, James, Michael Gurevitch. 2000. Mass Me­ dia and Society, 3rd Edition. London: Arnold, a bagai penggemar 2PM saat berhubungan Mermer of the Holder Headline Group. dengan individu lain penggemar 2PM. Dahlan, Alwi M. 2008. Manusia Komunikasi, Ko­ Tahapan Communal adalah ketika munikasi Manusia. Jakarta: PT Media Kompas Nusantara. penggemar K-Pop diikat pada kelompok Danim, Sudarwan. 2002. Riset Keperawatan: Se­ atau budaya yang lebih besar. jarah & Metodologi. Jakarta: Penerbit Buku Ke- 3. Intensnya penggunaan media yang di­ dokteran EGC. Flew, Terry. 2002. New Media: an Introduction. lakukan informan untuk mencari infor- New York: Oxford University Press. masi tentang boyband K-Pop 2PM mem- Grein, Leila. 2010. The Internet: An Introduction to New Media. New York: Oxford International buktikan bahwa identitas bisa dibentuk Publishers. oleh media dan globalisasi ikut berper- Haryani, Ira. 2012. Korean Wanna Be. Yogyakarta: an dalam menyebarkan sebuah budaya Eazy Book. Hollows, Joanne. 2010. Feminisme, Feminitas, dan popu­ler. Budaya Populer. (Terjemahan). Yogyakarta: 4. Budaya K-Pop berperan dalam memben­ Jalasutra. tuk gaya hidup seseorang, mulai dari Indonesia, Hottest. 2012. Unofficial Book of 2PM, the Hottest Time. Jakarta: Wahyu Media. Kan- penampilan, cara berpakaian, hingga tcheva, Gergana. 2007. Representation of Ado­ perilaku konsumsi. lescence in Contemporary American Teen TV and Its Online Fandom. Berlin: Grin. Hal. 4 5. Latar belakang sebuah grup idola K-Pop Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset berperan besar terhadap pembentukan Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media identitas seseorang, seperti membuat Group. Lewis, Lisa A (ed.). 2001. Adoring Audience, Fan para penggemar menunjukkan fanatisme Culture and Popular Media. New York: Taylor nya dengan ikut meniru gaya dan gerak­ & Francis e- Library. an idola mereka tersebut. Little John, Stephen W, & Karen A Foss. 2009. Te­ ori Komunikasi. (Terjemahan). Jakarta: Salem- 6. Ditemukan dua tipe penggemar, yaitu ba Humanika. ‘individu yang terobsesi’ ingin meniru Mulyana, Deddy, Solatun (ed.). 2007. Metode Pe­ nelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Ros- gaya artis K-Pop yang diidolakannya dan dakarya. juga ‘kerumunan histeris’ saat tengah Pramudya, Citra M. 2012. Be a Star: K-Pop & membahas sang artis K-Pop yang di- K-Drama. Jakarta: One Books. Prianto, Budhi. 2012. Hits Korean Boy & Girlband. idolakannya. Depok: Kata Media. Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Peneli­ tian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. Daftar Pustaka Santoso, Edi, Mite Setiansah. 2010. Teori Komuni­ Buku kasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Andi, Fajar. 2012. Super Junior Power: From Ris­ Semiawan, Cony R. 2008. Metode Penelitian Kuali­ ing to Shining. Jakarta: Kaifa. tatif. Jakarta: Grasindo. Baran, Stanley J. 2012. Pengantar Komunikasi Storey, John. 2003. Teori Budaya dan Budaya Pop. Massa: Melek Media dan Budaya. (Terjemah- (Terjemahan). Yogyakarta: Penerbit Qalam. an). Cetakan ke: 5. Jakarta: PT. Gelora Aksara Storey, John. 2006. Cultural Studies & Kajian Bu­ Pratama daya Pop. (Terjemahan). Yogyakarta: Jalasutra. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Ko­ Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. munikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik, dan Bandung: Alfabeta. Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada . 2010. Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Media Group. Bandung: Alfabeta. Burton, Graeme. 1999. Media dan Budaya Populer. Susanto, Budi (ed.). 2005. Penghibur(an) Masa

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 Pembentukan Identitas Penggemar 195

Lalu dan Budaya Hidup Masa Kini Indonesia. 10.52 WIB Jakarta: Universitas Paramadina Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Rusata, Tatang. 2012. Fenomena K-Pop di Ten­ Suyanto, Bagong, & Sutinah (ed.). 2007. Pendeka­ gah Industri Musik Indonesia. http:// tan Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif bpsdparekraf.org/articles300-FENOM- Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media ENA-K-POP--DI-TENGAH-INDUS- Group. TRI-MUSIK-INDONESIA.html diakses pada Van Dijk, Jose. 2013. The Culture of Conectivity: A Kamis, 21 November 2013, pukul 10.43 WIB Critical History of Social Media. New York: Ox- ford University Press. Hal. 4 West, Richard, Lynn H Turner. 2008. Pengantar Catatan 1 Teori Komunikasi: Analisis & Aplikasi. (Ter- Ira Haryani S. 2012. Korean Wanna Be. Yogya- jemahan). Jakarta: Penerbit Salemba Humani- karta: Eazy Book, hal. 8. 2 ka. Ibid, hal. 8. 3Judy Park, PhD. The Aesthetic Styles of Kore­ Website: an Singers in Japan: A Review of Hallyu From the Kamil, Ati. 2012. ‘Gelombang Korea’ Menerjang Perspective of Fashion, dalam International Jour­ Dunia. Kompas Online. http://entertainment. nal of Businessand Social Science, Vol. , hal. 23 4 kompas.com/read/2012/01/15/18035888/.Ge- Chua Beng Huat & Koichi Iwabuchi. 2008. East lombang.Korea.Menerjang.Dunia Diakses pada Asian Pop Culture: Analysing the Korean Wave. Kamis, 2 Mei 2013, pukul 18.42 WIB Hong Kong: Hong Kong University Press, hal. 16 5 Korea Tourism Organization. 2012. K-Pop. http:// Ati Kamil. 2012. “Gelombang Korea” Mener­ www.korea.net/Government/Current-Affairs/ jang Dunia. Kompas.com. http://entertainment. Others/view?affairId=209&subId=292& -ar kompas.com/read/2012/01/15/18035888/.Gelom- ticleId=2927 diakses pada Kamis, 2 Mei 2013, bang.Korea.Menerjang.Dunia Diakses pada Kamis, pukul 19.02 WIB 2 Mei 2013, pukul 18.42 WIB 6 ES. 2012. 2PM Bakal Konser Lagi di Indonesia. Su- Fajar Andi. 2011. Super Junior Power: From ara Pembaruan. http://www.suarapembaruan. Rising to Shining. Jakarta: Kaifa, hal. 13-14 7 com/hiburan/2pm-bakal-konser-lagi-di-jakar- Stanley J. Baran.2012.Pengantar Komunikasi ta/25243 diakses pada Minggu, 17 November Massa: Melek Media dan Budaya. Jakarta: PT. Ge- 2013, pukul 11.26 lora Aksara Pratama, hal. 5 & 7 8 Redaksi. 2011. SUEDE [Live @ Live & Rockin’]: Tatang Rusata. 2012. Fenomena K-Pop di Ten­ Konser Musik Masyarakat Blackberry. Jur- gah Industri Musik Indonesia. http://bpsdparekraf. nallica.http://jurnallica.com/concert-report/ org/articles300-FENOMENA-K-POP--DI-TEN- item/704-suede-live-live-rockin%E2%80%99- GAH-INDUSTRI-MUSIK-INDONESIA.html diak- %E2%80%9Ckonser-musik-masyarakat- ses pada Kamis, 21 November 2013, pukul 10.43 blackberry%E2%80%9D#.Ut6pR_v-Kt8 diak- WIB 9 ses pada Selasa, 21 Januari 2013, pukul 23.00 K-Pop. 2012. http://www.korea.net/Gov- WIB ernment/Current-Affairs/Others/view?affair- Id=209&subId=292& articleId=2927 diakses pada Jurnal: Kamis, 2 Mei 2013, pukul 19.02 WIB 10 Jurnal Hong Kong University Press. 2008. East Lutviah. 2012. Pengaruh K-Pop Terhadap Asian Pop Culture: Analysing the Korean Identitas Remaja di Indonesia. https://knowl­ Wave. Hong Kong: Hong Kong University Press, edge.paramadina.ac.id/index.php?option=com_ hal. 16 jdownloads&Itemid=79&view=finish&cid=554&­ International Journal of Business and Social Sci- catid diakses pada Kamis, 21 November 2013, pukul ence. 2011. The Aesthetic Styles of Korean Sing­ 10.52 WIB 11 ers in Japan: A Review of Hallyu From the Per­ Tatang Rusata. 2012. Fenomena K-Pop di Ten­ spective of Fashion. Edisi No. 19/Oktober/2011. gah Industri Musik Indonesia. http://bpsdparekraf. Korea Selatan: Seoul National University org/articles300-FENOMENA-K-POP--DI-TEN- Jurnal Victoria University. 2011. K-Pop, Indonesian GAH-INDUSTRI-MUSIK-INDONESIA.html diak- Fandom, and Social Media. : Victoria ses pada Kamis, 21 November 2013, pukul 10.43 University, vol. 8 WIB 12 Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss. 2009. Working Paper: Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika, Lutviah. 2012. Pengaruh K-Pop Terhadap Identi­ hal. 57 13 tas Penggemar. https://knowledge.parama­ Edi Santoso & Mite Setiansah.2010.Teori Ko­ dina.ac.id/index.php?option=com_jdown­ munikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 20 14 loads&Itemid=79&view=finish&cid=554&catid Ibid, hal. 21 15 diakses pada Kamis, 21 November 2013, pukul Ibid.

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015 196 Citra Nuranisa

16Deddy Mulyana & Solatun. 2007. Metode Pe­ 34Ira Haryani S. Op Cit. 2012,hal. 96 nelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda- 35Citra M. Pramudya. Op. Cit. 2012, hal. 2 karya, hal. 221-222 36Ira Hryani S. 2012. Korean Wanna Be. Yogya- 17Budi Susanto. 2005. Penghibur(an) Masa karta: Eazy Book, hal. 97 Lalu dan Budaya Hidup Masa Kini Indonesia. Yo- 37Citra M. Pramudya. Op. Cit. 2012, hal. 3 gyakarta: penerbit Kanisius, hal. 88 & 92 38Bagong Suyanto & Sutinah.2007.Pendekatan 18Deddy Mulyana &Solatun .Op.Cit. 2007, hal. Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif Pendekatan. 223 Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 69 19Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss. 2009. 39Rachmat Kriyantono. 2008. Teknik Praktis Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika, Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Me- hal. 131-132 dia Group, hal. 67-68 20Terry Flew. 2002. New Media: an Introduc­ 40Richard West & Lynn H. Turner. 2008. Pen­ tion. New York: Oxford University Press, hal. 25 & gantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. 28 Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, hal. 83 21Ibid, hal. 200-201 41Terry Flew. 2002. New Media: an Introduc­ 22David Croteau & Williman Hoynes. 2003. Me­ tion. New York: Oxford University Press, hal. 25 & dia Society: Industries, Images, and Audiences. 28 United States: Sage Publications, hal. 340-342 42Graeme Burton. 1999. Media dan Budaya 23James Curran & Michael Gurevitch. 2000. Populer. Yogyakarta: Jalasutra, hal. 38-39 Mass Media and Society, 3rd Edition. London: Ar- 43Citra M. Pramudya. 2012. Be a Star: K-pop & nold, a Memer of the Hodder Headline Group, hal. K-drama. Jakarta: One Books, hal. 1 330-332 44Stanley J. Baran. 2008. Pengantar Komunika­ 24David Croteau & Williman Hoynes.Op.Cit. si Massa: Melek Media dan Budaya. Jakarta: PT. 2003, hal. 341-342 Gelora Aksara Pratama, hal 9 - 11 25Joanne Hollows. 2010. Feminisme, Feminitas, 45Edi Santoso & Mite Setiansah.2010. Teori Ko­ dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra, hal. 35 munikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 20 26Ibid, hal. 36-37 46Deddy Mulyana & Solatun. 2007. Metode Pe­ 27John Storey. 2003. Teori Budaya dan Budaya nelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda- Pop. Jakarta: Yogyakarta: Penerbit Qalam, hal. 10- karya, hal. 221-222 11 47Ibid. 28Ibid, hal. 15 48Budi Susanto. 2005. Penghibur(an) Masa 29John Storey. 2006. Cultural Studies dan Kaji­ Lalu dan Budaya Hidup Masa Kini Indonesia. Yo- an Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra, hal. 157 gyakarta: penerbit Kanisius, hal. 88 & 92 30Ibid, hal. 163 49Deddy Mulyana & Solatun. 2007. Metode Pe­ 31Citra M. Pramudya. 2012. Be a Star: K-Pop& nelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda- K-drama. Jakarta: One Books, hal. 1 karya, hal. 221-222 32Ira Haryani. Op. Cit. 2012, hal. 93-94 50John Storey. 2006. Cultural Studies dan Kaji­ 33Citra M. Pramudya. Op. Cit. 2012, hal. 1 an Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra, hal. 157

CommLine, VOL. VI, NO. 2, 2015