Bab I Pengetahuan Dan Kepercayaan Kemaritiman Masyarakat Bugis-Makassar
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LAUT, MANUSIA DAN KEBUDAYAAN LAUT, MANUSIA, DAN KEBUDAYAAN Prof. Dr. Hamka Naping, MA 16cm x 24cm, xxii + 314 halaman 1. Masyarakat Bugis. 2. Ekonomi Maritim Bugis. 3. Politik Maritim Bugis. 4. Teknologi Maritim Bugis. ISBN: 978-602-1508-64-0 Cetakan 1, September 2017 Editor: H. Lebba Kadorre Pongsibanne Layout: Kang Baha Desain Cover: Kaukaba Art Diterbitkan Oleh: Kaukaba Dipantara (Anggota Ikapi) Krapyak Kulon RT 05 No. 181 Sewon Bantul Yogyakarta 55188 Email: [email protected] Telp./Fax. (0274-387435 WA 085643706757 BB7D341FOF Prof. Dr. Hamka Naping, MA. LAUT, MANUSIA DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR PENULIS Laut adalah sebuah misteri menyimpan berbagai ragam masalah yang menarik untuk diungkap membuka tabir dan memberi penggambaran nyata bagi rasa keinginan tahu yang mendalam dari mahluk manusia. Bagi ilmu pengetahuan, laut merupakan gudang yang mengoleksi berbagai macam masalah yang memerlukan pengkajian dan analisis yang komprehensif sesuai dengan metode dan pendekatan masing-masing ilmu pengetahuan, sehingga terwujud sosok ilmu (body of knowledge) dengan uraian sistematis yang memudahkan ummat manusia menyelami berbagai kerumitan yang terdapat di dalam eksistensi laut. Secara sederhana ilmu pengetahuan dapat diklasifikasi paling sedikit atas tiga kelompok yakni, kelompok ilmu-ilmu ke alaman (natural science) yang mengkaji dan menelaah fenomena keteraturan dalam dunia alami, meliputi rumpun ilmu pengetahuan alam seperti, fisika, kimia, biologi, astronomi, klimatologi, dan sebagainya. Rumpun ilmu pertanian seperti, budi daya dan teknologi pertanian, kelautan, peternakan, kehutanan dan sebagainya. Rumpun ilmu kesehatan yang meliputi kedokteran, ilmu keperawatan, kesehatan masyarakat, farmasi dan sebagainya. Rumpun ilmu tekhnik dengan segala cabang yang dilingkupinya. Bahkan, merujuk pada filsafat ilmu pengetahuan ada fihak yang memasukkan ilmu matematika ke dalam kelompok v ini. Kelompok ilmu yang kedua adalah kelompok ilmu-ilmu social (social science) mengkaji dan menganalisis fenomena yang terkait dengan keteraturan dalam interaksi antara manusia dalam berbagai dimensi kehidupannya. Kelompok ilmu-ilmu social terdiri atas antara lain; ilmu ekonomi, politik, psikologi, sosiologi, antropologi, dan sejarah social. Kelompok ilmu yang ketiga adalah ilmu humaniora (humaties science) adalah kelompok ilmu yang menjelaskan dan menganalisis fenomena yang terkait dengan eksistensi manusia yang memiliki hati nurani dan sebagai mahluk yang berbudaya. Termasuk ke dalam kelompok ilmu ini adalah; ilmu-ilmu sastra, ilmu hukum, dan ilmu filsafat. Tidak dapat dipungkiri bahwa, hampir semua pengelompokan ilmu seperti disebutkan di atas memiliki relevansi yang sangat tegas dengan laut, semua cabang ilmu dapat menjadikan unsur- unsur atau bagian-bagian tertentu dari laut sebagai obyek kajian, baik secara mandiri maupun secara terintegrasi dengan disiplin ilmu lain. Antropologi adalah bagian dari ilmu social merupakan disiplin ilmu yang memiliki perhatian penuh terhadap manusia dengan segala dimensinya, secara sederhana dimensi manusia meliputi dimensi fisik biologis, dimensi social psikologis dan dimensi humanistis. Dalam kaitannya dengan laut ilmu antropologi mengkaji dengan menitik beratkan pada berbagai kelompok manusia yang melihat laut sebagai sumber daya (resources) dan manusia yang memandang laut sebagai sarana. Kelompok pertama menganalisis dan menjelaskan laut dengan melihat bagaimana kelompok masyarakat mengelola dan memanfaatkan lingkungan laut untuk memenuhi sejumlah kebutuhan, baik kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan social lainnya. Sedangkan vi Prof. Dr. Hamka Naping, MA. kelompok kedua menganalisis dan menjelaskan tentang bagimana masyarakat memanfaatkan lingkungan laut sebagai sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat lain. Sebagai sebuah kajian antropologis buku ini menjelaskan fenomena manusia dan laut dengan mengacu pada peng “unsur “ an kebudayaan seperti yang dijelaskan oleh Prof. Koentjaraningrat seorang peletak pondasi ilmu antropologi di Indonesia, pada dimensi laut sebagai sumberdaya dan laut sebagai sarana. Berdasar atas itu, buku ini menyajikan secara sederhana sekelumit wawasan berkenaan dengan system pengetahuan dan kepercayaan, system ekonomi, organisasi dan kelembagaan, dimensi politik, system teknologi, aspek seni, budaya passompe, dan konsep ruang dan waktu tentang kemaritiman bagi masyarakat busis Makassar di Sulawesi Selatan. Prilaku masyarakat bugis Makassar dalam mengelola dan memanfaatka lingkungan laut sangat dipengaruhi oleh bukan hanya kapasitas rasional yang mereka miliki tapi juga kepercayaan mereka tentang mahluk halus yang mendiami laut. Media untuk berhubungan dengan mahluk halus tersebut melalui upacara maccera tasie dengan maksud mencapai keselarasan hubungan antara mereka dengan kekuatan gaib yang menentukan keberhasilan dan kegagalan dalam pengelolaan lingkungan laut. Kegiatan upacara yang dilakukan nelayan selain mengandung aspek psikologi mempertebal rasa kepercayaan diri dalam mengelola dan memanfaatkan lingkungan laut yang penuh resiko dan bahaya, juga mengandung aspek social meningkatkan rasa kesetiakawanan para nelayan sehingga masalah yang sering timbul pada waktu melakukan penangkapan ikan dapat diselesaikan secara baik. Laut, Manusia dan Kebudayaan vii Memahami perilaku ekonomi suatu kelompok masyarakat nelayan, mencakup 3 hal pokok yaitu pola produksi, pola distribusi dan pola konsumsi. Ketiga hal tersebut diutarakan secara terintegrasi meliputi; Faktor produksi: tercantum di dalamnya mengenai peralatan produksi, proses produksi dan upacara- upacara dalam proses produksi. Faktor Distribusi: yang tercakup di dalamnya mengenai cara dan proses pendistribusian, tempat dan alat pendistribusian hasil produksi. Distribusi terbagi dua yaitu, distribusi langsung dalam bentuk hasil tangkapan ikan disalurakan langsungkekonsumen tanpaperantara, dankedua adalah distribusi tidak langsung, dimana hasil tangkapan disalurakan ke konsumen melalui pabbalu, paggadde dan paggandeng. Faktor konsumsi yang menyangkut perilaku konsumsi dari hasil produksi. Hasil pendapatan digunakan untuk: Pendapatan untuk aksi ekonomi: hasil yang didapatkan selain digunakan untuk kebutuhan primer (makan, minum, pakaina) juga untuk kebutuhan pelengkap (sekunder) seperti membeli kendaraan, membangun rumah dan memperkuat modal usaha nelayan. Pendapatan untuk aksi sosial: hasil yang didapat digunakan untuk kebutuhan social seperti menyumbang ke mesjid, keluarga atau tetangga. Pendapatan untuk aksi religi: Pendapatan digunakan untuk upacara-upacara adat atau acara syukuran dan untuk menunaikan ibadah haji. Organisasi dan kelembagaan masyarakat maritime tumbuh dan berkembang memenuhi fungsi secara spesifik terkait dengan berbagai masalah yang muncul dalam mengelola dan memanfaatkan lingkungan laut. Pola-pola kelembagaan yang ada tentu saja memiliki karakter kemaritiman karena secara determinan dipengaruhi oleh lingkungan laut. Unsur kelembagan dan organisasi yang paling menonjol pada masyarakat maritim di Sulawesi Selatan adalah kelembagaan ponggawa sawi. viii Prof. Dr. Hamka Naping, MA. Dalam dimensi politik buku ini menjelaskan bagaimana sosok pemimpin yang ideal bagi masyarakat bugis Makassar. Sulapa eppa (segi empat) adalah empat sifat yang mendominasi mentalitas orang Bugis yang harus dimiliki setiap pemimpin yang baik. Selain berasal dari keturunan yang tepat, orang yang ingin menjadi pemimpin yang baik harus pula warani (berani), macca (cerdas), sugi (kaya), dan panrita (saleh). Pada masyarakat maritin harus membekali diri dengan pengetahuan tentang kemaritiman dan masalah-masalah kelautan. Di samping itu ia juga harus mengerti petuah-petuah dan pantangan-pantangan dalam kepercayaan masyarakat maritim. Perubahan teknologi dan modernisasi merupakan proses perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi nelayan. Dalam kehidupan sosial terlihat makin meningkatnya jumlah kelompok-kelompok sosial berupa kerja kelompok dalam aktivitas penangkapan ikan yang keanggotaanya tidak hanya terbatas dalam lingkungan keluarga dan kerabat. Modernisasi perikanan terutama melalui introduksi teknologi baru menuntut modal uang yang lebih besar untuk investasi, karena hal ini dapat memperluas cakrawala pengetahuan ekonomis nelayan melalui pengenalan KIK, dan Bank. Khusus dalam usaha pemerintah memberikan bantuan permodalan dalam bentuk kredit untuk menjadikan nelayan mampu mengembangkan usaha-usahanya. Modernisasi dalam bidang peralatan seperti: mesin tempel, jaring, gillnet dan lain-lain. Ini terjadi institusi dalam bidang peralatan tradisional ke sistem peralatan modern. Terjadinya pergantian ini mengimplikasikan pula perubahan dalam pola tingkah laku nelayan yang biasanya mereka buat sendiri/bersama- sama (peralatannya) sekarang mereka membeli dalam hal ini Laut, Manusia dan Kebudayaan ix mencakup organisasi seperti terbentuknya unit-unit kelompok kerja, yang sebelumnya merupakan kesatuan-kesatuan kerja yang bersiafat tradisional. Demikian pula KIK berpengaruh pada bentuk organisasi sosial yang lain yang meleburkan diri menjadi unit-unit kelompok penerima KIK yang selanjutnya menjadi nelayan produktif. Dengan demikianm, terjadinya dinamika dan perubahan-perubahan dalam aktivitas dan perilaku nelayan, mereka mulai berkenalan dengan lembaga-lembaga lain seperti Bank, lembaga perikanan, PPL, TPI, Bengkel dan lain-lain. Berkenalan dengan Bank berarti telah mengetahui sistem kerja Bank. Hal ini berpengaruh pula pada perilaku nelayan, mereka mulai membiasakan diri menyisihkan/menabung sejumlah penghasilan untuk keperluan