<<

DRAMATARI GAYA BATUAN (TOKOH DAN KAKAN-KAKAN) Oleh I Made Sudarsana Dosen Fakultas Pendidikan Agama dan Seni Universitas Hindu [email protected]

ABSTRAK Seni pertunjukan di merupakan khasanah budaya yang sangat terikat dengan keanekaragaman bentuk maupun tujuan. Pulau Bali yang dijuluki sebagai Pulau Dewata, Pulau Khayangan ( Island of Paradise ) memiliki bermacam – macam tarian yang bervariasi bentuknya dan mempunyai hubungan yang erat dengan pelaksanaan upacara agama hindu yang merupakan agama yang paling besar jumlah penganutnya di Bali. Daya tarik Bali adalah kebudayaan yang unik, kehidupan masyarakat dan keindahan alamnya. Kehidupan kebudayaannya adalah menyatunya agama, kebudayaan, adat yang harmonis, cita rasa dan karsa sebagai unsur budi daya manusia yang menonjol mengambil bentuk keagamaan, estetika dan etika. Hal tersebut tercermin lewat seni budaya, solidaritas gotong – royong sebagai rasa kebersamaan. Sebagai sebuah tradisi keberadaan kesenian bali sejalan dengan seluruh aspek kehidupan. Secara terpadu akrab merefleksikan cita – cita masyarakat pendukungnya tidaklah berlebihan jika masyarakat bali menganggap jika kesenian ( seni tari, maupun ) adalah bagian integral dari kehidupannya yang selalu terikat dengan peristiwa – peristiwa ritual. Agama hindu yang memiliki unsur rasional,ritual, emosional dan kepercayaan sering menjadikan kesenian tersebut sebagai drama ritual menjadi sarana untuk memperkuat kepercayaan serta memformulasikan konsepsi agama dalam kehidupan masyarakat. Kata Kunci: Seni , Tradisi, Tari Gambuh, ,

ABSTRACT Performing art in Bali is a cultural repertoire that is very tied to the diversity of forms and goals. The island of Bali, dubbed the Island of the Gods, Khayangan Island (Island of Paradise) has a variety of dances that vary in shape and have a close relationship with the implementation of Hindu religious ceremonies which are the largest in number in Bali. The attraction of Bali is its unique culture, community life and natural beauty. Its cultural life is the unification of religion, culture, harmonious customs, taste and intention as a prominent element of human cultivation taking the form of religion, aesthetics and ethics. This is reflected through cultural arts, solidarity of mutual cooperation as a sense of togetherness. As a tradition, the existence of Balinese art is in line with all aspects of life. In an integrated manner, reflecting on the ideals of the supporting community is not excessive if the consider that art (dance, gamelan and wayang) is an integral part of their lives which is always bound by ritual events. Hinduism which has rational, ritual, emotional and belief elements often makes the art as a ritual drama a means to strengthen trust and formulate religious conceptions in people's lives. Keywords: art, Magis Fortress, gambuh dance

108

I. PENDAHULUAN juga tidak boleh sembarangan orang,hanya 1.1 Latar Belakang orang-orang pilihan saja yang bisa menari Seni pertunjukan di Bali merupakan dilingkungan istana.Contohnya orang-orang khasanah budaya yang sangat terikat dengan penari istana adalah mempunyai darah atau keanekaragaman bentuk maupun tujuan. Salah keturunan istana. satunya seni tari sebagai perwujudan dari Tari klasik merupakan pengembangan ekspresi jiwa, yang didalamnya terkandung dari gerak-gerak tari upacara yang sudah ada rasa estetik. Hal tersebut sering kita jumpai sebelumnya. Gerak-gerak tari tersebut dalam berbagai jenis tari sesuai klasifikasinya distilirisasi sehingga gerak tari klasik memiliki 2 antara lain, Tari Wali, Tari Bebali dan Tari nilai estetika yang tinggi (adi luhung). Selain Balih – balihan. Berbagai jenis tarian di Bali itu, tari klasik juga memiliki norma-norma senantiasa dalam pelaksanaannya selalu atau aturan-aturan yang sudah baku. Tari terkait dengan prosesi upacara yang ada di klasik juga digolongkan ke dalam tari bebali Bali. Hampir tidak ada upacara di Bali yang karena tidak berfungsi sebagai sarana upacara selesai tanpa adanya kesenian. Khususnya seni secara tidak langsung melainkan sebagai tari wali yang sangat erat kaitannya dalam hiburan bagi Tuhan dan masyarakat 3 ritual upacara. pendukungnya. Tari klasik/tradisional merupakan tari- Gambuh adalah sebuah drama klasik tarian yang memiliki perjalanan yang cukup bali yang lakonnya bersumber pada cerita lama, serta memiliki pola-pola dan panji.Drama tari ini berbentuk total teater perbendaharaan gerak yang sudah baku. Pada didalamnya terpadu secara harmonis unsure- umumnya, lebih menguatamakan nilai-nilai unsur seni tari,drama, music, dan sastra. artistik dan ungkapan budaya masa lampau, Mengenai asal mula gambuh diduga muncul khususnya masa-masa kerajaan.1 Tari pada abad ke-15.Awal abad ke-19 ketika klasik/tradisional juga dapat dikatakan sebagai Belanda menaklukan Bali, Gambuh mulai tarian istana karena muncul dan berkembang keluar dari lingkungan istana sehingga banyak di lingkungan istana untuk menghibur para bermunculan kelompok-kelompok Gambuh di raja dan , serta dilindungi oleh raja. berbagai daerah di Bali. Daerah-daerah yang Para raja biasanya memberikan tunjangan dan dimaksud, seperti Batuan (Gianyar), Padang memperkerjakan sekelompok seniman dan Aji dan Budakeling (Karangasem), Tumbak guru seni yang berketerampilan tinggi di 2 lingkungan istana.Penari dingkungan istana Y. Sumandiyo Hadi, Sosiologi Tari, Yogyakarta: Pustaka. 2007, p. 62. 3 I Made Bandem dan Fredrick Eugene deBoer, 1 I Wayan Dibia, Selayang Pandang Seni Kaja dan Kelod: Tarian Bali dalam Transisi, Pertunjukan Bali, Bandung: Masyarakat Seni Jogjakarta: Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta. Pertunjukan Indonesia (MSPI). 1999, p. 8-9. 2004, p.35. 109

Bayuh (Badung), Pedungan (Denpasar), serta Drama tari Gambuh kemungkinan Anturan dan Naga Sepeha (Buleleng).4 Di berasal dari tari Raket yang mengalami antara kelompok-kelompok Gambuh tersebut, evolusi dari abad 14 sampai 17. Banyak yang masih aktif hingga saat ini adalah tempat di Gianyar memiliki gambuh di masa Gambuh gaya Batuan dan Gambuh gaya lampau antara lain di Peliatan, Saba, Pedungan karena seiring dengan munculnya Blahbatuh dan Singapadu. Namun, sebuah bentuk-bentuk kesenian baru yang kelompok yang masih aktif terdapat di dikembangkan oleh para seniman. Kedisan sebuah desa pegunungan. Dalam pementasan Gambuh, ada Batuan adalah sebuah desa yang paling beberapa tokoh yang biasa ditampilkan, yaitu sering mempertunjukkan kesenian gambuh, Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya, Kade- menyajikan contoh bagaimana sejarah kadean, Panji (Matih Manis), Patih Keras organisasi sosial gambuh bisa dinilai. Pada (Prabangsa), Demang Tumenggung, Turas, 1980-an ada dua kelmpok gambuh (yang Panasar, dan Prabu. Dalam memainkan kemudian terpecah menjadi kelompok- perannya, para penari berdialog menggunakan kelompok kecil). Satu kelompok bercirikan bahasa Kawi, kecuali Condong, Turas, dan triwangsa dengan ketiga kelompok kasta Panasar yang menggunakan bahasa Bali alus, atas, dan satunya lagi bercirikan sudra atau madya, atau kasar.5 Adapun hal yang mendorong penulis jaba dengan penduduk biasa sebagai untuk mengkaji Gambuh gaya Batuan selain pendukungnya.Istilah yang dipergunakan untuk mengetahui identitasnya, juga orang Bali untuk menjelaskan kedua merupakan salah satu tarian klasik yang kelompok tersebut muncul dari pertikaian mengandung nilai – nilai luhur dan tarian ini sosial pada 1950-an dan 1960-an, ketika sangat unik dari segi fungsinya sebagai pembedaan Triwangsa. Sudra digunakan pelengkap upacara dan aspek – aspek seni untuk polarisasi kelompok-kelompok sosial lainnya. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam kaitannya dengan kegiatan politik. penulis mengangkat judul Drama tari Pemisahan ini berakar dari usaha Gambuh Gaya Batuan ( tokoh Condong dan transformasi masyarakat Bali oleh Belanda Kakan kakan ) sebagai suatu karya ilmiah. (Vickers, 1989). Pertikaian tertentu muncul II. PEMBAHASAN karena masalah ideologi kasta versus bobot 3.1 Sejarah Drama Tari Gambuh kecendikiaan selama masa revolusi Batuan Indonesia.Sisa-sisa kegetiran yang telah

4 membagi desa pada 1950-an dan 1960-an Ibid, p. 33. 5 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, masih ada, ditunjukkan oleh persaingan lain, Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia(ASTI). 1983. 110 sehingga kedua kelompok Gambuh tidak Tokoh Kakan-kakan bertipe watak akan bisa menyatu seperti sedia kala. sedikit keras lebih halus dari condong. Terlepas dari kegetiran itu, anggota Tokoh ini berperan sebagai pelayan wanita kelompok Gambuh dari masyarakat biasa kerajaan yang terdiri dari empat orang, tanpa mengakui bahwa kekuatan pokok di diantaranya : belakang pengelolaan Gambuh pada 1930- - Ken Bayan - Ken Sangit an, masa kejayaannya pada abad XXI adalah - Ken Pasiran, dan istana (puri). - Pangunengan Keempat tokoh ini bertugas sebagai Nyoman Kakul yang terkenal, emban, mengiringi saja putri bersama-sama menurut anak laki-lakinya, belajar pada dengan condong. Dewa Ketut Gedit. Dia menyatakan bahwa 3.3 Struktur dan Ragam Gerak Anak Agung Oka dilahirkan di istana Adapun struktur dan ragam gerak kerajaan Gianyar karena penguasa di Batuan tari Condong pada Gambuh gaya pada saat itu tidak memiliki keturunan, dan Batuan, antara lain : menyuruh istri kesayangannya menghadap 3.3.1 Condong Pepeson kepada raja Gianyar agar diberikan - Ngumbang memutar kekiri dan keturunan. Selanjutnya anak yang dilahirkan kekanan membentuk angka delapan, piles kaki kanan, nyogok kanan, ini akan menjadi penguasa di Batuan. Anak mungkah lawang (posisi agem Agung Oka mempelajari kesusastraan dan kanan) - Nyogok kiri, ngikal, ngileg, seledet tari di istana Gianyar, lalu membawa kanan (diulang 2x), posisi agem keterampilannya ke Batuan, tempat dia kanan - Kipek pojok kiri, kirig udang membangun tradisi tari yang sekarang yang dengan kaki kiri, pandangan ke disebut Gambuh. pojok kiri depan, ambil selendang dengan tangan kiri, diletakkan pada

tangan kanan, piles kanan, nyogok 3.2 Karakter Tokoh kanan, agem kanan, seledet kanan 3.2.1 Condong 2x Tokoh Condong bertipe watak keras - Tayung kaki kiri, sregseg ke kanan, ngileg hadap ke depan, piles kaki dan tegas, tokoh ini berperan sebagai kiri, nyogok kiri, agem kiri seorang pelayan wanita, dengan tegas - Nyogok kanan, ngikal, ngileg, seledet kiri 2x, posisi agem kiri menasehati dan menyembah raja putri. Dia - Kipek pojok kanan, kirig udang juga sebagai penerjemah ucapan yang dengan kaki kanan, pandangan ke pojok kanan depan, ambil selendang berbahasa kawi dalam bahasa Bali. dengan tangan kanan, diletakkan di 3.2.2 Kakan-kakan tangan kiri, piles kaki kiri, nyogok kiri, agem kiri, seledet 2x

111

- Tayung kaki kanan, sregseg ke kiri, kanan belakang kemudian ke kiri, ngileg hadap ke depan, piles kaki menghadap kesamping kanan kanan, nyogok kanan, agem kanan - Tayung kaki kiri dengan tangan kiri - Ngelung kanan dan kiri pelan 3x merentang ke kiri, ngileg - Tayung kaki kiri dengan tangan kiri menghadap ke samping kanan, merentang ke kiri, nyalud kanan, mulai dengan kaki kiri menghadap nyogok agem kanan (diulang 3x) ke depan dengan posisi agem kanan - Ngelung kanan dan kiri pelan - Nyogok kiri, ngikal, ngileg, seledet - Tayung kaki kiri, nyalud kanan, kanan (diulang 2x), posisi agem kedeng ngaed kanan jalan nyapi, kanan ngumbang ke kanan dan kiri - Kipek pojok kiri, kirig udang membentuk angka delapan dengan kaki kiri, pandangan ke - Tayung kaki kiri, ngileg menghadap pojok kiri depan, ambil selendang ke depan, piles kaki kanan, nyogok dengan tangan kiri, diletakkan pada kanan, langsung metimpuh dengan tangan kanan, piles kanan, nyogok posisi agem kanan kanan, agem kanan, seledet kanan - Nyogok kiri, ngikal, ngileg, seledet 2x kanan 2x dalam posisi agem kanan, - Tayung kaki kiri, sregseg ke kanan, metimpuh ngileg hadap ke depan, piles kaki - Kipek pojok kiri, kirig udang dalam kiri, nyogok kiri, agem kiri posisi metimpuh, pandangan ke - Nyogok kanan, ngikal, ngileg, pojok kiri depan, ambil selendang seledet kiri 2x, posisi agem kiri dengan tangan kiri, diletakkan pada - Kipek pojok kanan, kirig udang tangan kanan, agem kanan dalam dengan kaki kanan, pandangan ke posisi metimpuh, nyogok kanan, pojok kanan depan, ambil selendang ngileg, agem kiri dalam posisi dengan tangan kanan, diletakkan di metimpuh tangan kiri, piles kaki kiri, nyogok - Nyogok kanan, ngikal, ngileg, kiri, agem kiri, seledet 2x seledet 2x dalam posisi agem kanan - Tayung kaki kanan, sregseg ke kiri, metimpuh ngileg hadap ke depan, piles kaki - Kipek pojok kanan, kirig udang kanan, nyogok kanan, agem kanan dalam posisi metimpuh, pandangan - Ngelung kanan dan kiri pelan 3x pojok kanan depan, ambil selendang - Tayung kaki kiri dengan tangan kiri dengan tangan kanan, diletakkan merentang ke kiri, nyalud kanan, pada tangan kiri, agem kiri dalam nyogok agem kanan (diulang 3x) posisi metimpuh, nyogok kanan, - Tayung kaki kiri, nyalud kanan, ngileg, tayung kaki kanan, sregseg kadeng aed kiri, jalan nyapi dengan ke kiri, ngileg menghadap ke depan, ngumbang memutar ke kiri piles kaki kanan, nyogok kanan, belakang kemudian ke kanan agem kanan menghadap ke samping kiri - Ngelung kanan dan kiri pelan 2x - Tayung kaki kiri dengan tangan kiri - Tayung kaki kiri dengan tangan kiri merentang ke kiri, ngileg merentang ke kiri, nyalud kanan, menghadap ke samping kanan, nyogok kanan, agem kanan 2x mulai dengan kaki kanan - Ngelung kanan dan kiri pelan 2x menghadap ke depan, dengan posisi - Tayung kaki kiri dengan tangan kiri agem kiri merentang ke kiri, nyalud kanan, - Agem kiri (tangan kiri mentang kadeng aed kanan jalan nyapi laras), tangan kiri ngenjet 3x (kiri, dengan ngumbang memutar ke kanan, kiri), tangan kiri nayog ke

112

bawah diikuti dengan badan - Nyogok kiri, ngikal, ngileg, seledet merendah langsung ngenjet, ngileg kanan (diulang 2x), posisi agem - Nyogok kanan, nyalud dengan kaki kanan menyilang, nyogok kanan, agem - Kipek pojok kiri, kirig udang kanan(tangan kanan mentang laras) dengan kaki kiri, pandangan ke - Ucap-ucap Condong I pojok kiri depan, ambil selendang “Tidong nyento masliweran ditu” dengan tangan kiri, diletakkan pada “Sampingan-sampingang” tangan kanan, piles kanan, nyogok “Ide anake agung makere medal” kanan, agem kanan, seledet kanan - Menghadap ke belakang sambil 2x ucap-ucap Condong II - Tayung kaki kiri, sregseg ke kanan, “Tidong adin-adin mbok ajak ngileg menghadap ke depan, piles makejang” kaki kanan, nyogok kanan, agem “Dabdabang-dabdabang” kanan “Pasucian ide anake agung” - Ngelung kanan dan kiri pelan 2x - Jalan nyapi memutar ke kanan - Tayung kaki kiri dengan tangan kiri menghadap depan dengan kedua merentang ke kiri, nyalud kanan, tangan sidakep (kakan-kakan ucap- nyogok agem kanan 2x ucap) - Tayung kaki kiri, nyalud kanan - Nyalud kaki kanan, ngelung kanan kadeng aed kanan, jalan nyapi dan kiri pelan 2x dengan ngumbang ke kanan dan ke - Tayung kaki kiri dengan tangan kiri kiri membentuk angka delapan merentang ke kiri, nyalud kanan, - Tayung kaki kiri, ngileg menghadap nyogok agem kanan 2x ke depan, piles kaki kanan, nyogok - Kedeng ngaed kiri, jalan nyapi kanan, agem kanan (tangan kanan menghadap samping kanan, silang mentang laras) kaki kanan, nyogok kanan, tanjek kiri (posisi agem kanan) Pengawak : - Ulap-ulap ke pojok kanan depan, - Agem kanan (tangan kanan agem kanan (kedua tangan berada mentang laras), tangan kanan disamping kanan susu), nyeledet ngencet 3x (kanan, kiri, kanan), kanan 2x kemudian tangan kanan nayog ke - Nyengker, seledet 2x (diulang 3x), bawah diikuti dengan badan langsung kadeng aed kanan, merendah langsung ngenjet ngumbang menuju ke samping kiri - Jalan nyisir ke kiri, ngenjet, dengan memutar kiri ngengsog kanan, ngileg hadap ke - Nyogok kanan, ngikal, ngileg, depan seledet kiri 2x, posisi agem kiri - Kenser ke kiri, ngenjet kiri 2x, - Kipek pojok kanan, kirig udang kenser kanan, ngenjet kanan dan dengan kaki kanan, pandangan ke kiri, nyalud kiri, agem kiri (tangan pojok kanan depan, ambil selendang kiri mentang laras) dengan tangan kanan, diletakkan di - Sirang kaki kanan, nyogok kiri, tangan kiri, piles kaki kiri, nyogok tanjek kaki kanan, agem kiri dengan kiri, agem kiri, seledet 2x posisi menghadap samping kiri - Tayung kaki kanan, sregseg ke kiri, - Ulap-ulap ke pojok kiri depan, ngileg hadap ke depan, piles kaki agem kiri (kedua tangan berada kanan, nyogok kanan, agem kanan disamping kiri susu), nyeledet 2x - Nyengker, seledet 2x (diulang 3x), langsung kadeng aed, ngumbang ke

113

kiri kanan membentuk angka - Ngijik ke depan, kedeng aed kanan, delapan menghadap depan jalan nyapi ngumbang memutar ke - Tayung kaki kanan, sregseg ke kiri, kiri ke kanan membentuk angka 8, ngileg hadap ke depan, piles kaki mulai dengan kaki kiri, menghadap kanan, nyogok kanan, agem kanan ke depan - Ngelung kanan dan kiri pelan 2x - Nginjik ke depan langsung kaki - Tayung kaki kiri dengan tangan kiri kanan menutup di depan kaki kiri merentang ke kiri, nyalud kanan, dalam posisi tapak sirang, posisi nyogok agem kanan 2x agem ngedel kiri, ngetog kanan, - Jalan metayungan ke kiri ke kanan nyogok kanan, nanjek, posisi agem dengan membentuk angka delapan ngedel kiri enggot-enggot, tangan Pengecet : kanan mentang laras, tangan kiri - Piles kaki kanan, nyogok kanan, rendah oncer, kaki kiri mundur ke agem kanan, ngenjet sambil belakang kaki kanan dalam posisi merendah, ngeseh tapak sirang, nayog bersamaan - Egol kipekan capung kiri kana, dengan kaki kanan nanjek di tempat ngeseh langsung tanjek ke diagonal - Nyeregseg memutar ke kanan belakang, tangan kanan nyalud menghadap ke belakang 3x seledet bersamaan, kaki kiri nanjek di (ke kanan kiri dan kanan secara tempat langsung nanjek di bergantian menghadap kakan- belakang, ngijik ke depan 3x, kakan) ngetog kanan, ngogok kanan, - Nyeregseg memutar ke kanan enggot-enggot di ulang 3x menghadap ke belakang 3x seledet (ke kanan, kiri, kanan secara bergantian dan menghadap kakan- kakan), ngenjet, ngeseh Pengawak : - Nyeregseg memutar ke kanan - Tangan kanan mentang laras, menghadap depan, seledet, ngenjet, tangan kiri anadah oncer tangan ngeseh, nyalud kanan kanan ngenjet 3x (ke kiri, kanan, - Ngelung kanan dan kiri pelan 2x kiri) tangan kanan nayog ke bawah - Tayung kaki kiri dengan tangan kiri diikuti dengan badan ngenjet, jalan merentang ke kiri, nyalud kanan, nyisir ke kiri ngenjet, posisi agem nyogok agem kanan 2x ngedel ke kiri, nakep dada enggot- enggot di ulang 2x, kaki kiri Pekaad : mundur di beakang kaki kanan - Jalan metayungan ke depan (4 tapak sirang, ngetog kanan, nyogok langkah), memutar ke kanan, jalan kanan bersamaan dengan kaki metayungan ke belakang (7 kanan nanjek ke diagonal belakang, langkah) tayung tanjek, jalan tangan kanan mentang laras tangan metayungan (masih menghadap ke kiri anadah oncer diulang 3x tangan belakang) menuju ke belakang kanan nayog ke bawah diikuti dengan badan merendah langsung ngenjet tangan kanan nyalud 3.3.2 Ragam Gerak Kakan-kakan bersamaan dengan kaki kiri nanjek Pepeson : di tempat langsung ke belakang, - Posisi agem kiri keluar dengan jalan kaki kanan nginjik ke depan 3x, tetayungan pelan-pelan ke depan kaki kiri menutup kaki kanan dalam

114

posisi tapak sirang pada enggot- - Enggot-enggot ke kiri, ke kanan, enggot diulang 3x. seledet kiri, kanan ngenjet paa - Tangan kanan mentang laras, ngetog ngegol kipekan capung kiri tangan kiri anadah oncer, tangan kanan 8x, angsel ngejet pala, kanan ngenjet 3x, jalan nyisir nyeregseg 3x angsel ngejet pala ngenjet diulang 2x enggot-enggot, enggot-enggot angsel, ngenjet pala tangan kanan mentang laras tangan diulang 2x kaki kiri mundur ke kiri anadah oncer, tangan kanan belakang dalam posisi tapak sirang, ngenjet 3x tangan kanan nayog ke tangan kiri anadah oncer tangan bawah, ngenjet kaki kiri mundur kanan nayog diulang 3x. dalam posisi tapak sirang enggot- enggot diulang 3x, jalan nyapi Pekaad : ngumbang 8 langkah memutar ke - Kaki kiri mundur ke belakang kanan dan ke kiri menghadap ke dalam, tangan kiri anadah oncer, tengah tapak sirang, posisi agem nayog, kaki kanan nanjek nyalud di ngedel kiri, ngetog kanan, nyogok ulang 3x, ngetog, nyogok ngijik ke kanan bersamaan dengan kaki depan 3x, ngetog, nyogok tapak kanan nanjek memegang siku sirang, enggot-enggot ngijik 3x tangan condong, kaki kiri mundur ke belakang kaki kanan dalam 3.4 Ucap-ucap posisi tapak sirang ngambil Seperti yang telah disebutkan ngeukun diakhiri dengan kedua tangan nakep dada ngenjet ngetog sebelumnya, tokoh Condong menggunakan kanan, nyogok kanan, nanjek, suara tinggi dan nyaring dengan tempo enggot-enggot, tangan kanan mentang laras, tangan kiri anadah ucapan agak cepat dalam mengucapkan oncer, ngenjet 3x, nayog, kaki tapak kata-kata. Tokoh Condong berbicara dengan sirang, nayog, nyalud ninjik diulan 3x jalan nyapi dengan ngumbang bahasa Bali alus, madya, atau kasar (bahasa memutar ke kanan nyogok, nanjek Bali pada umumnya). tapak sirang ngikal anadah oncer tangan kanan nayog, nanjak, nyalud Adapun ucapan yang dikatakan oleh kaki kanan nijik ke depan 3x, tapak tokoh Condong, yaitu: sirang dada, enggot-enggot di ulang I. Tidong nyen to masliweran ditu. 4x Sampingang-sampingan, - Kedeng aed jalan nyapi ngumbang Ida anake agung makere medal. putar ke kiri dan ke kanan II. Tidong nyai adin-adin mbok ajak menghadap ke depan tukar tempat, makejang, ngetog kiri, nyogok kiri, nanjek, Dabdabang-dabdabang, ngikal anadah oncer, nayog, nyalud, Pasucian Ida anake agung. nanjek, ngijik ke depan 3x, ngetog, nyogok 4x, kedeng aed jalan nyapi Tokoh Kakan-kakan ngumbang membentuk angka 8 I. Aduh... tukar tempat ngijik ke depan 3x Sampun wacak saya, ngetog, nyogok enggot-enggot Kembang walang, tapak sirang. Suduk semaya. II. Aduh... Pengecet : Eeh... Ratu Mas, Daweg pasang tabe,

115

Sira ranten jeng inganika - Hiasan kepala : Gelungan tipe . pepudakan yang 3.5 Tata Rias dan Busana terbuat dari kulti 3.5.1 Condong dengan motif - Hiasan muka memakai tipe riras ukiran pugel, manis memakai - Hiasan kepala : Gelungan tipe pulasan(olesan) caplakan yang p[rada, garuda terbuat dari prif mungkur, (rambut) dan dilengkapi kulit dengan dengan dua motif ukiran, bancangan punggel dan (rangkaian) ban, memakai bunga kamboja, pulasan (olesan) daun pandan, prada, dan rambut dilengkapi panjang terurai, dengan 2 telinga memakai bancangan subeng (rangkaian) - Hiasan badan : Bapang kain bunga kamboja kecil, baju putih dan daun dengan gelang pandan, telinga kana di kedua memakai subeng pergelangan - Hiasan badan : Bapang, kain tangan, tutup kecil, baju putih dada, dua dengan gelang selendang kana pada dua digantung di pergelangan badan, stagen tangan, tutup dan ikat dada, dua buah pinggang prada lamak kecil yang bisanya yang terbuat dari kain berwarna prada, stagen kuning, ampok- dan ikat ampok kulit pinggang prada prada, dua oncer yang biasanya kain prada di berwarna pinggul. kuning, ampok- 3.6 Iringan ampok kulit Gambuh Batuan menggunakan iringan prada dan kain geguntangan yang terdiri dari : suling, rebab, prada yang berwarna merah krumpungan (lanang wadon), kajar, hijau (violet) klenang, kempur rincik, kenyir, gentorag, atau ungu gumarak, kangsi. 3.5.2 Kakan-kakan

- Tata rias hiasan muka memakai tipe III. PENUTUP rias manis

116

Simpulan Tokoh Condong dalam drama tari Drama tari Gambuh merupakan salah Gambuh ini kemudian dijadikan inspirasi satu jenis tarian klasik Bali yang peran Condong dalam tari (Lasem) mengandung unsur-unsur teatrikal lengkap, untuk menggambarkan suatu keagungan raja sehingga menjadi sumber dari seni atau istana. Penggagasnya, yaitu Ida Bagus pertunjukan yang muncul berikutnya. Pada Boda dan I Wayan Lotring dari Badung. awalnya drama tari ini merupakan kesenian Tokoh Kakan-Kakan merupakan yang dipertunjukan di puri-puri (istana) tarian yang berwatak yang sedikit keras, yang ada di Bali. Kemudian, berkembang lebih halus dari Condong. Tokoh ini menjadi kesenian yang dipertunjukan di berperan sebagai pelayan wanita kerajaan daerah Batuan dan menjadi milik yang terdiri dari 4 orang, diantaranya Bayan, masyarakat setempat.Selain itu juga gambuh Sangit, Pasirang, Pangunengan. Keempat Batuan sekarang boleh ditarikan dimana tokoh ini bertugas sebagai emban atau saja,selain diistana. pengiring atau mengiringi raja putri Dalam drama tari Gambuh Batuan, ada bersama-sama dengan condong. Bentuk beberapa tokoh yang berperan di dalamnya, tubuh langsing dan mata manis. Gerak- seperti tokoh Condong merupakan salah satu geriknya lincah dan tegas. Penggunaan suara tokoh yang terdapat dalam drama tari tinggi dan nyaring dengan tempo ucapan Gambuh. Tokoh ini berwatak keras dan agak lambat. tegas, serta berperan sebagai seorang DAFTAR PUSTAKA pelayan wanita dengan tugas menasihati dan Bandem, I Made dan Fredrik Eugene deBoer, mengemban Raja putri. Selain itu, Condong Kaja dan Kelod Tarian Bali Dalam Transisi, Yogyakarta, 2004. juga berperan sebagai penerjemah ucapan Bawa Atmaja, I Nengah. 1986. Metodelogi yang berbahasa Kawi ke dalam bahasa Bali. Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia. Dibia, I Wayan. 2006. Tari Komunal. Jakarta : Dari segi fisik, takoh Condong memiliki Lembaga Pendidikan Seni Nusantara. postur tubuh yang lebih pendek dari Kakan- Dibia, I Wayan. 1999. Seni Pertunjukan Bali. kakan dan Raja putri, serta memiliki mata Yogyakarta : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. yang bulat. Berkaitan dengan wataknya yang Dibia, I Wayan, Sinopsis Tari Bali, Sanggar keras dan tegas, tokoh ini memiliki gerak- Tari Bali Waturenggong, Denpasar, 1979. gerik yang lincah, tegas, lucu, dan dinamis. ______, Selayang Pandang, Masyarakat Seni Dalam ucapannya, biasanya menggunakan Pertunjukan Indonesia, Bandung, 1999. suara yang agak tinggi dan nyaring dengan Gulo, W. 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta tempo yang agak cepat. : PT. Grasindo.

117

1