Quick viewing(Text Mode)

Dramatari Gambuh

Dramatari Gambuh

Dramatari I MADE DJIMAT Gambuh adalah tarian dramatari yang dianggap paling tinggi mutunya dan juga merupakan dramatari klasik yang paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali. Gambuh adalah satu istilah yang digunakan untuk seni tari yang berbentuk drama tari, tembang dan . Kata “Gambuh” bisa ditemukan dalam bahasa Melayu, Jawa dan Sunda. Dalam bahasa Melayu istilah ini dihubungkan dengan perasaan “Terima Kasih”, dalam bahasa Sunda dihubungkan dengan hiasan kepala topeng yang juga dinamakan tekes. Sementara itu, dalam bahasa Jawa istilah ini merujuk pada nama pupuh dengan pada lingsa u, 10u, 12i, 8u, 80. Pada lingsa adalah patokan dalam satu bait lagu atau pupuh gending Bali (dikutip Bandem dkk 1975: 2-3) Diperkirakan Gambuh ini muncul sekitar abad ke-15 yang lakonnya bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk total teater karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya. Diiringi dengan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu. Tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan adalah , Kakan-kakan, Putri, Arya / Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog, umumnya bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya dan kasar. Pementasannya dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga , upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain sebagainya 1. Sebagai Tari Bebali (seremonial), yaitu sebagai pengiring upacara di pura-pura. Dramatari Gambuh sebagai tari lakon klasik tertua dalam khazanah tari Bali adalah merupakan bentuk total teater yang memiliki unsur seni, drama, music, dialog dan tembang. 2. Sebagai sarana dan pelaksanaan upacara-upacara besar terutama tingkatan upacara "mapeselang". Tarian Gambuh ditarikan pada waktu Ida Bhatara turun ke paselang 3. Sebagai sebuah hikayat yang menceritakan kehidupan, peperangan, roman dari raja-raja Jenggala, Kediri, Gegelang, dan sebagainya. Dalam pementasan dramatari, yang dipentingkan adalah pemahaman setiap pelaku terhadap alur cerita yang dibawakan yang akan berdampak pada pengenalan karakter tokoh yang ditarikan oleh pelaku pementasan. Bila tidak demikian, dapat dipastikan pementasan yang dibawakan kurang memiliki penjiwaan dan bahkan mungkin pesan ataupun amanat yang terkandung dalam cerita tersebut tidak sampai pada penonton yang menunjukkan pementasan tersebut boleh jadi dikatakan gagal. Dalam Gambuh tokoh Panji mempunyai peran yang sangat vital, mengingat ia merupakan tokoh utama yang menentukan alur cerita. Panji merupakan tokoh putra halus yang memiliki watak tenang dan manis. Dalam melantunkan wawankata, tokoh Panji memiliki kemiripan dengan tokoh Putri yaitu suaranya bernada tinggi datar, terkadang memperpanjang silabus kata dan gaya jalannya luwes. Namun demikian, penulis selalu menekankan sisi maskulinitas dari tokoh Panji tetap dikedepankan dalam setiap ragam gerak dan wawankatanya karena memang sebenarnya ia adalah seorang laki-laki. Sebagai tokoh yang memiliki karakter halus dan manis, rias dan busana tokoh Panji harus disesuaikan untuk mendukung karakter yang diinginkan. Dimulai dari rias wajah, Panji memiliki alis yang ramping dan pada bagian ujung dibentuk agak sedikit naik untuk tetap memperlihatkan sisi maskulinnya. Panji dalam rias wajahnya tidak memakai kumis buatan. Sementara busana tariannya memakai jenis sesaputan, dengan lelancingan yang dibuat agak panjang dibiarkan terseret. Bila diperkirakan, panjang kain untuk lelancingan ini kurang lebih 4 meter. Tokoh Panji menggunakan baju lengan panjang putih, badong manis, stewel hijau, celana panjang putih dan saput berwarna hijau. Warna hijau di sini dimaksudkan untuk memberi kesan kesejukan dan kedamaian sehingga dapat menunjuang karakter yang diinginkan. Lanjut pada hiasan kepala atau yang bisa disebut gelungan, Panji menggunakan hiasan kepala berbentuk Keklopingan dengan menggunakan bancangan / onggar ( susunan bunga berwarna putih atau kuning ) yang ditempatkan di kedua sisi gelungannya diletakkan lurus ke atas. Pada sisi kiri dan kanan gelungan tepat berada di atas telinga, terdapat perekapat dengan gelenternya yang berupa susunan pernik-pernik mote berwarna kuning emas. Terakhir, pada kedua telinga dipasangkan sepasang rumbing.

◦ Mungkah Lawang : gerakan seperti membuka langse yang biasanya ◦ Ngelangsut. dipakai untuk memulai suatu tarian condong. ◦ Ngerajeg : gerakan mencari rajeg yang biasanya berfungsi sebagai dekorasi di sudut-sudut arena tari. ◦ Ngeseh : gerakan sendi untuk menghubungkan agem kanan ke agem ◦ Nyeleyog : gerak perpindahan yang disertai dengan perputaran bahu dadn kiri. kemudian dilakukan bersama-sama dengan memindahkan arah hadap. ◦ Ngalih pajeng : gerakan pencari pajeng (paying) yang merupakan ◦ Anadab gelung : gerakan tangan untuk menyentuh bagian samping dari salah satu property dari tempat pementasan (kalangan). gelungan. ◦ Nayog : berjalan dengan ayunan tangan agak datar ke samping. ◦ Anadab karna : gerakan tangan untuk menyentuh telinga bagian atasnya. ◦ Anadah oncer : gerakan mengambil oncer. ◦ Nyambir : mengambil ujung (sisi) kampuh kanan dengan tangan kiri dan kanan kemudian diangkat bersama-sama setinggi dada (di muka ◦ Tayungan ngotes (kotes) : ayunan tangan tepat ke muka dan ke belakang. dada). ◦ Nakep dada : menutup dada dengan posisi tangan menyilang. ◦ Butangawasari : posisi berdiri dengan mengangkat sebelah kaki ◦ Milpil : berjalan cepat. (nengkleng) dengan tangan kanan ditekuk diatas kepala, sedangkan ◦ Malpal : berjalan cepat dengan langkah agak lebar dan berat. tangan kiri ditekuk ke samping. ◦ Ngulah : sejenis ngangsel namun dilakukan dengan melangkah ke depan. ◦ Gelatik nuut papah : meloncat kecil seperti burung gelatik baik ke ◦ Ngeger : semacam ngangsel namun dilakukan dalam batas lagu yang lebih kanan maupun ke kiri, sementara ditekuk datar ke samping kanan panjang. Ngeger ini juga disebut (ngopak lantang). maupun kiri. ◦ Kirig udang : gerakan semacam ngangsel yang dilakukan dengan menarik salahsatu kaki dengan tolehan stakato ke bawah. ◦ Nepuk : mengambil (menyentuh) kampuh pada pertengahan dada, baik oleh tangan kanan maupun tangan kiri.

Pada pementasan ini, lakon yang diambil masih bersumber pada kisah Malat yang menceritakan penyamaran Panji untuk menculik kekasihnya Dyah Ratna Merta. Tersebutlah Raden Panji dari kerajaan Jenggala putra mahkota dari Raja Jenggala. Beliau memiliki seorang kekasih yang sangat ayu rupanya bernama Dyah Ratna Merta. Oleh karena tidak disetujui oleh ayahnya, Raden Panji berupaya untuk melarikan diri bersama sang kekasih. Namun untuk menyamarkan tindakannya, Raden Panji berganti nama dan busana agar tidak diketahui orang. Selama dalam penyamaran, nama beliau adalah Kelana Carang Naga Puspa. Dengan dibantu para Arya, dibakarlah pasar kerajaan agar memperoleh kesempatan untuk melarikan diri di tengah kepanikan. Taktik ini berhasil, dimana Raden Panji berhasil mengajak lari kekasihnya. Tak lama diceritakan bagaimana galau hati sang raja mendengar putranya melarikan diri. Lalu diutuslah Patih Kebo Angun-angun untuk mencari dimana putra mahkotanya berada. Tugas berat itu sanggup diemban sang patih dengan dibantu oleh dua orang bawahannya yaitu Demang dan Tumenggung. Setelah lama pencarian, bertemulah patih dengan Kelana Carang Naga Puspa. Keduanya berdialog dengan tegang dan pecahlah pertempuran diantara patih Kebo Angun-Angun dengan Kelana Carang Naga Puspa. Disanalah penyamaran beliau terbongkar. Patih Kebo Angun-Angun tidak menyangka bahwa lawan yang ia hadapi adalah tuannya sendiri. Kebo Angun-Angun hanya bisa berlutut keheranan dan menyampaikan maksud dan tujuannya agar bisa kembali pulang ke kerajaan karena sang ayah sedang gelisah menunggu. Akhirnya, Raden Panji beserta kekasihnya kembali ke negaranya yaitu Kerajaan Jenggala. Gamelan Gambuh (Tabuh Pagambuhan; Pegambuhan) merupakan jenis Instrumen musik yang biasanya di Bali dipergunakan untuk mengiringi tarian atau tari gambuh dan dramatari gambuh seperti yang disebutkan , gambuh juga memiliki peralatan gamelan yang terdiri dari :

 Rebab (satu buah),  Suling berukuran besar (dua atau tiga buah),  (sepasang),  Kajar, (satu buah),  Klenang (satu buah),  Ricik atau cengceng kecil (satu buah),  Kenyir (satu tungguh),  Gentorang atau ogar (satu atau dua buah),  Gumanak (dua buah), Kangsi (sebuah).

Nama : I Made Djimat TTL : Gianyar, 5 Oktober 1948 Alamat : Br. Pekandelan, Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali No. HP : 082237787016 Penghargaan yang pernah didapatkan: -