STRATEGI MEMPERTAHANKAN DALAM PELESTARIAN BUDAYA BETAWI (Studi kasus Perguruan Cingkrik Rawa Belong, Barat)

Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Disusun Oleh: Radita Milati NIM. 1112015000009

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Radita Milati

NIM : 1112015000005

Jurusan : Pendidikan IPS/Sosiologi

Judul Skripsi : Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik dalam Pelestarian Budaya Betawi (Studi Kasus Perguruan Cingkrik Rawa Belong, Jakarta Barat) Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 April 2019

Radita Milati NIM. 1112015000009 ABSTRAK

Radita Milati, 1112015000009, “Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik dalam Pelestarian Budaya Betawi (Studi Kasus Sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong, Jakarta Barat)”, Skripsi, Konsentrasi Sosiologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini meneliti tentang strategi sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong dalam mempertahankan silat cingkrik untuk melestarikan budaya Betawi. Tujuannya adalah untuk mengetahui 3 tahapan strategi dalam mempertahankan silat cingkrik, yakni perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi yang digunakan oleh Perguruan Cingkrik Rawa Belong sebagai sebuah sanggar yang menggeluti bidang silat, terlebih silat cingkrik di Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan peneliti mengambil data dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menerangkan bahwa sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong memakai 3 tahapan strategi dalam mempertahankan sanggar tersebut. Yakni, perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Dalam perumusan strategi, yang dilakukan oleh sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong adalah (1) menentukan cakupannya terlebih dahulu agar memudahkan penyampaian sasaran, yakni remaja. (2) rencana melakukan pengenalan silat cingkrik melalui festival- festival budaya. (3) rencana tahapan pelaksanaan latihan. Dalam tahapan implementasi strategi sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong memasukkan silat cingkrik ke dalam ektrakulikuler di berbagai sekolah, karena sasaran yang ingin dirangkul adalah para remaja. Dan tahapan strategi yang ketiga adalah evaluasi strategi, dalam tahapan yang terakhir ini sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong melakukan evaluasi dari pelaksanaan setiap rencana yang dibuat. Menurut sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong mereka telah berhasil dalam melaksanakan semua rencana yang dibuat walau dengan beberapa hambatan dan kekurangan.

Kata kunci : Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA), Strategi, Budaya Betawi

i

KATA PENGANTAR

ِب ْس ِب ِهّلل ِبا ا َّرل ْس َم ِب ا َّرل ِب ْس ِب

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, aamiin. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang penulis ajukan adalah “Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik dalam Pelestarian Budaya Betawi (Studi Kasus Perguruan Cingkrik Rawa Belong, Jakarta Barat)”. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. 3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si. 4. Dosen pembimbing akademik, Drs. A. Banajid atas bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan. 5. Dosen pembimbing skripsi I, Bapak Dr. Abdul Rozak, M.Si yang sudah luar biasa sabar dalam memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berguna dalam menyelesaikan penelitian ini.

iii

6. Dosen pembimbing skripsi II, Ibu Cut Dhien Nourwahida, M.A yang sangat sabar dalam memberikan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 7. Seluruh dosen dan staf FITK yang sangat luar biasa, semoga ilmu-ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi penulis. 8. Ketua sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong Robi Indra yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di organisasi tersebut. 9. Seluruh badan pengurus dan anggota sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong yang telah berkenan menjadi informan wawancara dalam penelitian ini 10. Orang tua penulis, Bapak Hasanuddin dan Ibu Bazlah atas jasa-jasanya, kesabaran, serta do’a yang tidak pernah lelah mendidik dan memberi cinta yang tulus dan ikhlas kepada penulis semenjak kecil hingga saat ini. 11. Bikry Haitami (abang), Siti Mariatul Ulfa (kakak), M. Ahyat Syarofi (abang), Aisya Ridla (kakak), M. Fadhly Kamal (Adik), Baswara Raka Permana (keponakan), Damar Langit Sambara (keponakan), dan Alula Khanza Azkira (keponakan) yang selalu mewarnai hari-hari penulis di rumah dengan keceriaan dan kebahagiaan. 12. Desty Rahmayanti, Muhammad Hikmah Nikmatulloh, dan Nur Aini yang selalu mewarnai hari-hari penulis selama menyelesaikan skripsi dengan kebahagiaan yang tiada terkira dan selalu menjadi pelipur lara ketika penulis mulai sedih dan bosan. 13. Muhammad Fajar Rialdi yang tanpa ia tahu bahwa ia adalah salah satu semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan menjadi pelipur hati penulis dalam situasi apapun. 14. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2012 dan khususnya teman-teman SOSIOLOGI - ANTROPOLOGI 2012 yang telah memberikan ribuan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan

iv

15. Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR) dan rekan-rekan anggota yang telah membantu menyemangati penulis dalam melakukan penelitian ini khususnya untuk elemen Lingkar Sastra Tarbiyah dimana penulis belajar nari pertama kali. 16. Keluarga DDPAW; Desty, Dita, Feby, Aini, Winda yang menemani penulis selama kuliah dan memberikan kenangan indah yang tak akan pernah penulis lupakan. 17. Dori Alom Siregar dan Desi Sulistiani sahabat SMA yang selalu menjadi penghibur disaat penulis mulai kehilangan semangat. 18. Lisha Hasanah dan Julmy Ardiansyah saudara penulis yang selalu menyemangati untuk menyelesaikan skripsi ini. 19. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya, mudah-mudahan dapat bermanfaat khusunya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Jakarta, 22 April 2019

Penulis

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... vi BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Identifikasi Masalah ...... 6 C. Pembatasan Masalah ...... 6 D. Perumusan Masalah ...... 7 E. Tujuan Penelitian ...... 7 F. Manfaat Penelitian ...... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...... 9 A. Kajian Teori ...... 9 1. dalam Budaya Masyarakat Betawi ...... 9 2. Revitalisasi Budaya ...... 20 3. Strategi Mempertahankan Budaya ...... 21 B. Hasil Penelitian yang Relevan ...... 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...... 34 A. Tempat dan Waktu Penelitian ...... 34 B. Latar Penelitian (Setting) ...... 35 C. Metode Penelitian...... 36 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...... 37 1. Data dan Sumber Data ...... 37

vi

2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...... 39 a. Observasi ...... 39 b. Wawancara ...... 40 c. Studi Dokumentasi ...... 45 E. Pemeriksaan Keabsahan Data ...... 45 F. Analisis Data ...... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 49 A. Gambaran Umum Perguruan Cingkrik Rawa Belong ...... 49 1. Sejarah Singkat ...... 49 2. Karakteristik Informan ...... 50 B. Hasil Penelitian ...... 52 1. Hasil Observasi ...... 52 2. Hasil Wawancara ...... 54 a. Gambaran Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) ...... 54 b. Revitalisasi Budaya Pencak Silat Cingkrik ...... 59 c. Perumusan Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik Sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) ...... 62 d. Implementasi Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik Sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) ...... 65 e. Evaluasi Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) ...... 67 C. Pembahasan ...... 72 1. Gambaran Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) ...... 72

vii

2. Revitalisasi Budaya Pencak Silat Cingkrik ...... 73 3. Perumusan Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik Sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) ... 73 4. Implementasi Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik Sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) ... 74 5. Evaluasi Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) .. 75 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...... 77 A. Kesimpulan ...... 77 B. Implikasi ...... 78 C. Saran ...... 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

viii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah satu negara kepulauan di Asia Tenggara yang wilayahnya sangat luas, dari Sabang sampai Merauke, dengan penduduknya yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan bahasa, adat-istiadat, dan budaya yang berbeda. Salah satu dari suku bangsa yang banyak itu adalah suku Betawi yang merupakan penduduk asli di kota Jakarta dan wilayah sekitarnya.

Suku Betawi adalah penduduk asli di kota Jakarta, keberadaannya sedikit berbeda dengan suku-suku lain yang ada di Indonesia. Perbedaan yang paling mencolok adalah suku Betawi berada di Ibukota Jakarta dimana beragam suku, latar belakang budaya yang berbeda mendiami kota Jakarta. Suku Betawi ini terus berkembang dengan ciri-ciri budaya yang khas dan mudah dibedakan dengan suku-suku lainnya terutama dari bentuk-bentuk kesenian, bahasa, pakaian, serta beladirinya.

Suku Betawi sebagai penduduk yang berada di pusat kekuasaan sejak berabad-abad lalu, suku Betawi mempunyai keberuntungan dan ketidakberuntungan. Keberuntungan karena dapat berkenalan dengan berbagai suku yang datang dari seluruh wilayah Indonesia, seperti Sunda, Jawa, Batak, Makassar, Minang, dan Aceh. Mereka juga dapat berkenalan dengan berbagai ras asing, seperti Cina, India, Jepang, Arab, Eropa dan lain- lain. Mereka pun beruntung dapat mengikuti dan melihat sendiri berbagai pergolakan politik yang terjadi di pusat kekuasaan negeri ini.

Namun, ketidakberuntungannya adalah mengancam eksistensi etnis dan budaya Betawi itu sendiri. Sejak proklamasi kemerdekaan, datangnya

1

2

berbagai suku bangsa dari seluruh penjuru tanah air tampak seperti tidak terbendung. Suku Betawi yang bersifat toleransi dan egaliter turut larut dalam pergaulan dengan suku-suku tersebut. Dari waktu ke waktu terjadilah perkawinan campur antara suku Betawi dengan suku lain-suku lain. Perkawinan campuran yang jumlahnya relatif banyak dari tahun ke tahun melahirkan generasi yang melupakan budaya Betawi sebagai budaya asal mereka. Dari hal tersebut, menyebabkan suku Betawi telah termajinalkan oleh budaya dan suku lain dari Indonesia maupun luar.

Keberadaan budaya Betawi pada saat ini dirasakan mengalami kemunduran atau tidak terlihat lagi, mengingat semakin besar arus urbanisasi serta pembangunan kota tanpa berlandaskan wawasan lingkungan dan budaya yang terjadi di Ibu Kota DKI Jakarta. Apabila suku Betawi berdiam diri saja, kebudayaan Betawi lambat laun akan menurun eksistensinya. Keberadaan budaya Betawi di tengah-tengah berbagai macam kultur, agama, dan adat istiadat membuat suku Betawi sulit untuk berkembang di tengah-tengah berbagai macam kultur mengikuti perkembangan zaman yang ada.

Kota Jakarta memiliki jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya. Berikut Tabel 1.1 adalah jumlah penduduk DKI Jakarta.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk DKI Jakarta1 Tahun Jumlah Penduduk

1961 2.906.533

1971 4.576.018

1980 6.480.645

1990 8.227.745

2000 8.347.083

1 www.bps.go.id, Jumlah Penduduk DKI Jakarta, diakses pada 10 Juli 2016 3

2010 9.607.787

2014 10.075.030

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Jakarta

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat pertumbuhan penduduk Jakarta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Penduduk DKI Jakarta terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Terdapat lima besar etnis yang paling banyak berada di DKI Jakarta. Berikut ini adalah Tabel 1.2 yaitu Data penduduk berdasarkan suku bangsa di DKI Jakarta pada tahun 2010.

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk DKI Jakarta menurut Suku Bangsa2 Suku Bangsa Jumlah

Jawa 3.453.453

Betawi 2.700.722

Sunda 1.395.025

Tionghoa 632.372

Batak 326.645

Sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta 2010

Berdasarkan Tabel 1.2 hasil Sensus Penduduk 2010 tersebut mengungkapkan bahwa penduduk Provinsi DKI Jakarta didominasi oleh Suku Jawa (3,453 juta jiwa), baru pada posisi kedua sampai kelima berturut- turut ditempati oleh Suku Betawi (2,700 juta), Sunda (1,395 juta), Cina (632 ribu), dan Batak (327 ribu).

Peringkat 6-10 berturut-turut Suku Minangkabau (272 ribu), Melayu (92 ribu), Madura (80 ribu), Suku Asal Sumsel (72 ribu), dan Bugis (68 ribu), Peringkat 11-15 berturut-turut Suku Asal Lampung (45 ribu), Suku Asal Maluku (45 ribu), Minahasa (37 ribu), Suku Asal Kalimantan Lain (di

2 www.bps.go.id, Jumlah Penduduk DKI Jakarta menurut Suku Bangsa, diakses pada 10 Juli 2016

4

luar Suku Dayak dan Banjar, 33 ribu), dan Suku Asal Sulawesi Lain (di luar Suku Makassar, Bugis, Minahasa dan Gorontalo, 32 ribu).

Sedangkan peringkat 16-20 ditempati Suku Asal Aceh (30 ribu), Makassar (29 ribu), Suku Asal Nusa Tenggara Timur (29 ribu), Suku Asal (29 ribu), dan Suku Asal Sumatera Lain (24 ribu).3 Dengan demikian, sekitar 35,94 persen penduduk DKI Jakarta merupakan Suku Jawa, berikutnya 28,11 persen Suku Betawi, 14,62 persen Suku Sunda, dan 21,43 persen suku-suku lainnya.

Dapat dilihat bahwa suku yang paling banyak menghuni kota Jakarta adalah Suku Jawa sedangkan suku Betawi menempati urutan kedua sebagai suku terbesar yang menghuni kota Jakarta. Melihat hal ini semakin mengkhawatirkan tentang pelestarian budaya Betawi saat ini dikarenakan kelompok-kelompok Betawi sudah tidak ada lagi akibat penggusuran- penggusuran tanah Betawi untuk keperluan pembangunan, juga akibat banyaknya kawin campur antara suku Betawi dengan suku lain sehingga membuat budaya Betawi termarjinalkan. Terdapat banyak sekali kebudayaan dalam Betawi, seperti khasnya ondel-ondel, palang pintu, rumah adat, dan silat cingkrik. Dari semua khas budaya Betawi silat cingkrik sudah mulai tidak terlihat eksistensinya, padahal silat cingkrik ini yang mengangkat nama Betawi.

Silat merupakan beladiri rakyat Indonesia yang sampai sekarang masih bertahan. Silat Indonesia diperkirakan sudah ada sejak abad ke-6 Masehi. Pada waktu itu penduduk yang mendiami lebih dari 3000 buah pulau yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia masih hidup secara primitif karena pengetahuan mereka masih sangat rendah. Keganasan binatang buas, peperangan antar suku, penjarahan dan perampokan yang masih merajalela, selalu mengancam kelangsungan hidup mereka. Maka dibuatlah sebuah sistem pertahanan diri yang terinspirasi dari berbagai gerakan binatang yang

3 Hasan Na’im dan Hendry Syaputra, Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hail Sensus Penduduk 2010, (Jakarta:Badan Pusat Statistik) 5

ada di alam. Akhirnya sistem tersebut mengkristal dalam sebuah bentuk yang dinamakan sebagai Silat.

Terdapat banyak sejarah dari terbentuknya silat cingkrik ini, banyak masyarakat yang meyakini bahwa silat cingkrik ini adalah silat yang dipakai oleh si Pitung yang menjadi legenda di masyarakat Betawi. Pitung di masyarakat Betawi adalah pendekar dan pahlawan pembela kaum lemah dari kesewenang-wenangan penjajah Belanda dan Pitung diyakini menggunakan silat cingkrik dalam menghadapi para penjajah tersebut. Namun, banyak pula yang percaya bahwa silat cingkrik ini lahir jauh setelah zaman Pitung, yang ditemukan oleh Ki Maing. Ki Maing menemukan jurus silat cingkrik ini dari seekor Kera yang berhasil mencuri tongkat yang Ia bawa, sampai terjadi perebutan tongkat antara Ki Maing dan Kera tersebut yang kemudian gerakan-gerakan Kera itu dijadikan jurus-jurus dan dinamakan silat cingkrik.

Selain berfungsi sebagai sebuah sistem bela diri, silat cingkrik juga merupakan faktor penyatu dan pengikat dari masyarakat Betawi. Hal ini bisa dibuktikan bahwa silat cingkrik digunakan dalam adat Betawi pada acara perkawinan yaitu palang pintu. Banyak sekali masyarakat yang mengetahui dan mengenal palang pintu namun tidak mengetahui apa itu silat cingkrik yang dipakai dalam mengisi tradisi tersebut. Jika, eksistensi dari silat cingkrik semakin menurun dan sedikit demi sedikit menghilang maka budaya Betawi akan kehilangan satu ciri khasnya. Dan semakin lama budaya yang lain akan ikut menghilang dan digantikan oleh budaya luar yang disenangi oleh generasi-generasi zaman ini. Maka dari itu sangatlah dibutuhkan strategi dalam mempertahankan silat cingkrik ini di kalangan masyarakat terutama masyarakat Betawi untuk melestarikan budaya Betawi yang ada.

Dari paparan di atas, peneliti menarik untuk melakukan penelitian mengenai “Strategi mempertahankan silat cingkrik dalam pelestarian

6

budaya Betawi (studi kasus sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong, Jakarta Barat)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Rendahnya minat dan krisis kesadaran masyarakat Betawi untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai produk untuk melestarikan budaya Betawi. 2. Transformasi budaya asing mempunyai dampak yang luar biasa sehingga mempengaruhi kecintaan pada kebudayaan daerah, masyarakat enggan mempelajari budayanya sendiri. 3. Banyaknya sanggar silat cingkrik yang terancam tutup karena kekurangan guru, murid, dan dana. 4. Kurangnya strategi yang digunakan untuk mempertahankan silat cingkrik. 5. Kerjasama yang kurang baik antara Pemerintah daerah, lembaga Betawi, dan masyarakat Betawi terhadap pelestarian kebudayaan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah untuk menjelaskan permasalahan dan sekaligus menghindari ketidak fokusan dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis memberikan pembatasan masalah yaitu pada ruang lingkup upaya yang dilakukan Perguruan Silat Cingkrik (PERCIRA) dalam mempertahankan silat cingkrik untuk melestarikan budaya Betawi. 7

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah Strategi apa yang digunakan oleh Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) mempertahankan silat cingkrik dalam pelestarian budaya Betawi?

Sedangkan perumusan dasar dari masalah ini adalah:

1. Bagaimana perumusan strategi mempertahankan silat cingkrik Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)?

2. Bagaimana implementasi strategi mempertahankan silat cingkrik Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)?

3. Bagaimana evaluasi strategi mempertahankan silat cingkrik Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perumusan strategi mempertahankan silat cingkrik Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)

2. Implementasi strategi mempertahankan silat cingkrik Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)

3. Evaluasi strategi mempertahankan silat cingkrik Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi peneliti, bagi pembaca, dan peneliti lain. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

8

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, sehingga dapat mengetahui bagaimana strategi dalam mempertahankan silat cingkrik untuk melestarikan budaya Betawi.

b. Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang silat cingkrik dan strateginya dalam melestarikan budaya Betawi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan arahan dan minat serta motivasi untuk menjadi manusia yang kaya peduli dengan budaya yang ada demi tercapainya bangsa yang maju.

b. Bagi Sanggar Betawi, sebagai sumbangsi pemikiran dalam memajukan Budaya Betawi dan melestarikan silat cingkrik untuk generasi-generasi berikutnya.

c. Bagi PEMDA, diharapkan dapat menjadikan masukan dalam melaksanakan program kerja yang ada untuk melestarikan budaya Betawi.

d. Bagi seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Pencak Silat dalam Budaya Masyarakat Betawi a. Budaya dan Masyarakat Betawi “Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya berasal dari bahasa Sansakerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal”.1 Kebudayaan merupakan posisi penting dalam kehidupan manusia, masyarakat adalah sebuah wadah bagi kebudayaan tersebut dengan berbagai pendukungnya, sehingga fungsi kebudayaan itu sendiri dapat dijadikan sebagai faktor pendorong daalam perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau masyarakat dapat menentukan sikapnya sendiri terhadap dunia berdasarkan pada pengetahuan yang ada pada kebudayaan. Budaya atau kebudayaan menurut para tokoh antara lain: 1) E.B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 2) Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. 3) Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.2

1 Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008) hlm. 27 2Ibid, hlm. 27

9

10

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu: 1) Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai- nilai, norma-norma, dan peraturan. Wujud tersebut menunjukan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang, ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. 2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. 3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini disebut wujud fisik, di mana wujud budaya ini hampir seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyrakat).3

Koentjaraningrat berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia itu adalah: 1) Bahasa 2) Sistem pengetahuan 3) Organisasi sosial 4) Sistem peralatan hidup dan teknologi 5) Sistem mata pencaharian hidup 6) Sistem religi 7) Kesenian4 Masing-masing unsur kebudayaan sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan yang terurai di atas, yaitu wujudnya yang berupa sistem budaya, yang berupa sistem sosial, dan yang berupa

3 Ibid, hlm. 28-30 4 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Fa. Aksara Baru, 1983) cet. 4, hlm. 206 11

unsur-unsur kebudayaan fisik. Dalam penelitian ini penulis akan mencoba meneliti salah satu unsur kebudayaan Betawi yaitu dalam unsur kesenian budaya Betawi.

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat dan sebaliknya tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan sebagai wadah pendukungnya, walaupun secara teoritis dan untuk kepentingan analitis, kedua persoalan tersebut dapat dibedakan dan dipelajari secara terpisah. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.5

“Mayarakat adalah sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan dan aturan-aturan tertentu”.6 Dinamakan masyarakat jika lebih dari dua orang yang memiliki aturan tentang nilai dan norma yang disepakati bersama.

Menurut Hasan Shadily masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan atau karena sedirinya bertalian secara bergolongan atau pengaruh mempengaruhi satu sama lain.7 Masyarakat yang hidup bersama maka akan saling mempengaruhi satu sama lain dari pola pikir hingga gaya hidupnya. Pendapat ini didukung oleh Selo Sumardjan yang berpendapat masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.8 Masyarakat yang hidup bersama akan menghasilkan kebudayaan melalui nilai dan norma yang ada.

Pada dasarnya masyarakat mencakup beberapa unsur sebagai berikut:

5 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: LkiS, 2003), hlm. 3 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia 7 Hasan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 7 8 Ibid, hlm. 26 12

1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis angka minimalnya adalah dua orang yang hidup bersama. 2) Bercampur untuk waktu yang cukup lama. 3) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.9

Dari pengertian-pengertian di atas masyarakat dapat diartikan dua orang atau lebih yang berkumpul dalam waktu lama dan memiliki nilai dan norma yang mengaturnya.

Ketika kota Jakarta secara resmi dinyatakan sebagai ibukota negara, konon mulai muncul dan mengemukakan berbagai komunitas yang menamakan diri sebagai komunitas yang menamakan diri sebagai masyarakat Betawi. Diduga masyarakat Betawi sudah cukup lama bermukim di Jakarta, dan mereka diperkirakan sudah tinggal di Jakarta semenjak zaman prasejarah, yaitu zaman batu bara atau neolitikum. Diperkirakan mereka mulai tinggal di Jakarta tahun 2500 SM.10

“Suku Betawi adalah salah satu etnis di Indonesia yang dikenal sebagai penduduk asli kota Jakarta. Secara geografis suku Betawi tinggal di pulau Jawa, namun secara sosiokultural, mereka kelihatannya lebih dekat dengan budaya Melayu Islam”.11 Terdapat beberapa pendapat seputar suku Betawi ini. Pertama yaitu Yasmine Zaki Shahab seorang antropolog Universitas Indonesia, beliau memperkirakan bahwa etnis Betawi baru terbentuk sekitar tahun 1815-1893.

Kedua yaitu Parsudi Suparlan mengemukakan bahwa kesadaran mereka itu sebagai orang Betawi pada awal pembentukan etnis ini

9 Ibid, hlm. 26-27 10 Eni Setiati dkk, Ensiklopedia Jakarta 6, (Jakarta: PT. Lentera Abadi, 2009), hlm. 4 11 Ibid, hlm. 7 13

tampaknya belum mengakar. Ketiga yaitu Ridwan Saidi seorang sejarawan, budayawan, dan sekaligus seorang politikus asal Betawi beliau membantah pendapat kedua antropolog tersebut. Ia mengatakan bahwa orang-orang Betawi sudah ada jauh sebelum J.P Coen membakar Jayakarta tahun 1619 dan menjadikan Jayarkarta menjadi Batavia. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan menunjukkan keberadaan orang- orang Betawi secara geografis, arkeologis serta sejarah perkembangan bahasa dan budayanya.

Ada berbagai anggapan mengenai seseorang layak disebut orang Betawi atau masyarakat Betawi. Pertama seseorang layak disebut orang Betawi atau masyarakat Betawi apabila orang tersebut merupakan keturunan generasi ke-3, yang semuanya hidup di Jakarta. Kedua, yang dapat disebut sebagai orang Betawi atau masyarakat Betawi adalah orang yang lahir dan hidup persis seperti orang Betawi asli, entah bahasa maupun budayanya. Ada juga yang mengatakan bahwa seseorang itu lahir di Jakarta, tinggal di Jakarta, makan dan minum di bumi Jakarta. Namun bagi orang Betawi, polemik semacam itu tidak penting. Yang penting bagi mereka adalah memikirkan bagaimana mengisi kehidupan sebelum mereka meninggal. Ini dapat terjadi karena mereka memiliki keyakinan yang kuat terhadap agama Islam sebagai nafas hidup dan budaya mereka. Itulah sebabnya mengapa mereka toleran terhadap para imigran dari etnis lain yang masuk ke Jakarta.

Bagi mereka, kualitas manusia tidak ditentukan oleh keturunan siapa, tetapi oleh isi hati, dan perilakunya. Itulah sebabnya walaupun secara geografis mayoritas wilayahnya telah diambil orang lain sehingga mereka semakin tergusur, namun orang Betawi masih tetap eksis. Mereka tidak pernah merasa diri mereka tergusur dari Jakarta sebagai kampung halaman mereka. Mereka beranggapan bahwa selama 14

Jakarta masih ada, maka selama itu pula akan muncul orang-orang Betawi.12

Masyarakat Betawi dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: Betawi Tengah, Betawi Pinggir, dan Betawi Udik. Kelompok Betawi Tengah adalah penduduk Betawi yang bermukim daerah kota. Kebanyakan dari mereka tinggal secara berkelompok berdasarkan keturunan. Ada dua kelompok besar orang yang tinggal di kota, yaitu Betawi gedong dan Betawi kampung. Betawi gedong adalah mereka yang secara ekonomi tergolong mampu atau orang kaya dan tinggal di rumah-rumah mewah yang disebut gedong. Sedangkan Betawi kampung adalah mereka yang hidup sederhana dan tidak memiliki kekayaan yang dapat dibanggakan.

Betawi Pinggir memiliki nilai Islami yang sangat tinggi dibandingkan dengan kedua kelompok Betawi lainnya, cara pandang mereka adalah cara pandang Islam. Orang Betawi Pinggir menolak bila mereka dianggap tertinggal dalam bidang pendidikan, sebab mereka mempunyai prioritas pendidikan tersendiri, yaitu pesantren. Dan yang terakhir adalah Betawi Udik, kelompok Betawi Udik terbagi dalam dua kelompok, yaitu orang Betawi yang tinggal di Jakarta bagian utara, bagian barat Jakarta, dan Tangerang. Budaya mereka sangat dipengaruhi oleh budaya tionghoa. Kelompok kedua yaitu mereka yang tinggal di sebelah timur dan selatan Jakarta yang terpengaruhi budaya Jawa Barat.

Namun pada dasarnya semua masyarakat Betawi adalah masyarakat terbuka. Terutama setelah kedatangan Islam. Dalam hal perkawinan masyarakat Betawi tidak bersifat endogam, yang penting sama-sama beragama Islam. Tidak ada larangan pernikahan dengan suku budaya lain, bahkan oleh bangsa lainnya tetapi yang paling terpenting ada kesamaan agama yaitu Islam. Di masa lalu banyak

12 Ibid, hlm. 8 15

terjadi perkawinan perempuan Betawi dengan bangsa-bangsa Eropa setelah yang bersangkutan memnyatakan dirinya masuk ke dalam agama Islam.13

b. Pencak Silat sebagai Produk Budaya Betawi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Silat adalah “kepandaian berkelahi, seni bela diri yang berasal dari Indonesia dengan ketangkasan membela dan untuk pertandingan atau perkelahian”.14

Menurut Ochid Aj, Pencak Silat adalah istilah baku yang digunakan untuk menyebut sebuah seni bela diri khas Indonesia. Seni bela diri sendiri mengandung dua makna, yaitu seni dan pembelaan diri. Seni merujuk pada keindahan tata gerak, pola langkah, serang-bela, bahkan seni dalam pencak silat lebih khusus diartikan sebagai seni pertunjukan, dimana keindahan gerak dan langkah dipadu dengan iringan musik gendang pencak (nayaga). Seni juga diartikan sebagai teknik; teknik menyerang, teknik menghindar, menangkis, memukul, dan sebagainya.15

Pencak silat adalah salah satu cabang olahraga beladiri yang terdapat di Indonesia. Olahraga beladiri pencak silat adalah warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Karena pencak silat lahir dari kebudayaan bangsa Indonesia, maka perkembangannya dipengaruhi oleh watak, selera, dan bakat masyarakat yang ada di daerahnya masing-masing. Selain keadaan masyarakat dan sifatnya, faktor alam juga dapat memengaruhi perkembangan pencak silat itu sendiri, misalnya keadaan tempat, iklim, keadaan sosial, dan lain sebagainya. Pencak silat adalah suatu cara beladiri yang menggunakan akal sepenuhnya. Akal yang dimiliki manusia lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Oleh karena itu,

13 Ridwan Saidi, Potret Budaya Manusia Betawi, (Jakarta: Perkumpulan Renaissance Indonesia, 2011), hlm. 16 14 Ochid Aj, Bunga Rampai Pencak Silat, (Ebook, 2010), hlm. 8 15 Ibid, hlm. 8 16

tidak mustahil jika manusia dapat menguasai segala macam ilmu di dunia ini.16

Setiap daerah memiliki pengertian tentang silat yang berbeda-beda, berikut beberapa pengertian yang berkaitan dengan silat:

Menurut guru pencak silat Bawean, Abdus Syukur: “Pencak adalah gerakan keindahan dengan menghindar, yang disertakan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan sebagai sarana hiburan. Sedangkan, silat adalah unsur teknik bela diri menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan didepan umum”.

Penjelasan serupa diajukan pula oleh guru besar Hasan Habudin, yang juga pendiri Perguruan Pamur di Madura:

Pencak adalah seni bela diri yang diperagakan dengan diatur, padahal silat sebagai inti sari dari pencak silat tidak dapat diparagakan. Di kalangan suku Madura pencak dianggap berakar dari bahasa Madura “apengkarepang laju alonjak”, yaitu bergerak tanpa aturan sambil meloncat. Sedangkan silat berasal dari “seamaen alat mancelat”, yaitu sang pemain berloncat kian kemari seperti kilat. Ikatan Pencak Silat Indonesua (IPSI), memiliki pengertian sebagai berikut:

“Pencak adalah gerakan serang bela yang berupa taria dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu, yang biasa dipertunjukkan di depan umum. Silat adalah inti sari dari pencak, ilmu untuk perkelahian atau membela mati-matian yang tidak dapat dipertunjukkan di depan umum”.

Pendapat yang juga dilontarkan oleh Sukowandi, pendiri Perpi Harimukti, sebuah perguruan yang bertempat di Yogyakarta:

Pada waktu itu di tanah jawa istilah silat tidak terkenal. Rakyat hanya mengetahui istilah pencak. Pencak berasal dari istilah „pen‟

16 Ibid, hlm. 11 17

yang berarti titik atau tujuan, dan „cak‟ yang berarti tindakan. Yaitu tindakan yang memiliki tujuan, karena tindakan tanpa tujuan tidak ada artinya dalam bela diri. Istilah silat banyak diperkenalkan oleh penyadur Kho Ping Ho. Mulai menyebarkan komiknya mulailah istilah silat dikenal di Jawa. Sekarang kebanyakan orang mencampurbaurkan silat dengan pencak sehingga mereka bersatu. Perguruan Phasadja Mataram di Yogyakarta mendefinisikan kedua istilah tersebut sebagai berikut:

Pencak adalah gerakan bela-serang, yang teratur menurut sistem, waktu, tempat dam iklim dengan selalu menjaga kehormatan masing- masing dengan kesatria, tidak mau melukai perasaan. Jadi pencak lebih menunjuk kepada segi lahiriah. Silat adalah gerakan bela-serang yang erat hubungannya dengan rohani, sehingga menghidupsubukkan naluri, menggerakan hati nurani manusia, langsung menyerah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam kata pengamat pencak silat dan dosen ASKI Padang Panjang, Indra Utama:

Di minangkabau ada „pencak‟ dan ada pula „silek‟. Keduanya adalah serupa tetapi tidak sama. „pencak‟ tangko lape, artinya kunci dapat dilepas karena permainan sudah diatur sebagai pertunjukkan. Sedangkan „silek‟ menangkap mati, artinya kuncian tidak dapat dibuka, lawan ditangkap untuk dibunuh. Silek ini tidak dapat dipertunjukkan karena sangat berbahaya.17 Silat lebih banyak menitik beratkan pembentukan sikap dan watak kepribadian pesilat yang sesuai dengan falsafah budi pekerti luhur, karena ajaran falsafah budi pekerti luhur tersebut di perlukan agar silat sebagai ilmu “berkelahi” tidak di salah gunakan oleh orang-orang tertentu untuk membahayakan masyarakat dan mengganggu ketentraman masyarakat di sekitarnya.

17 O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, (Yogyakarta: Galang Press, 2000), cet. Ke-2, hlm. 4-8 18

Empat aspek dalam gerakan-gerakan khas silat yang terdiri dari beberapa komponen utama atau dasar, secara garis besar bisa dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

1) Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya. 2) Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional. 3) Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat. 4) Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.18

Dalam praktek, teknik-teknik dasar akan dikombinasikan sedemikian rupa bahwa mereka membentuk suatu kaidah yang sangat khas dimana mereka membentuk suatu kaidah yang sangat khas dimana gerak olah raga dan bela diri menyatu dengan unsur seni maupun nafas dan perasaan batin.

Dalam salah satu unsur kebudayaan yakni kesenian pencak silat adalah salah satu produk kebudayaan Betawi yang sudah sangat ternama. Dalam kebudayaan Betawi pencak silat terbagi lagi menjadi

18 Ibid, hlm. 10 19

banyak aliran silat. Terdapat beberapa aliran silat yang terkenal di kebudayaan Betawi ini, yaitu aliran silat Cingkrik, Gie Sau, , Kelabang Nyebrang dan Merak Ngigel, Naga Ngerem.

Silat Betawi terkenal dengan aliran silatnya yang beragam sesuai asal kampung atau daerah perkembangan aliranya. Karena itu pula masyarakat Betawi sering menyebut kelompok mereka berdasarkan tempat tinggalnya, seperti Orang Rawa Belong, Orang , atau Orang Senen. Perubahan penamaan berdasarkan daerah ini baru bergeser tahun 1923 sejak Moh Husni Thamrin dan tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkumpulan Kaum Betawi sebagai sebuah kelompok etnis sosial yang lebih luas dan dikenal dengan nama orang Betawi.

Hampir di setiap kampung di Betawi terdapat jagoan silat, mereka menjaga kampung dan disegani karena tingkah lakunya yang terpuji. Jagoan kampung ini menggunakan ilmu beladiri untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi kezaliman. Keberadaan mereka sangat di hormati masyarakat Betawi, terlebih karena dekat dengan ulama dan mengayomi masyarakat.

Saat ini salah satu aliran silat Betawi yang khas dan dikenal dengan cukup khas sebagai silat Betawi pada umumnya adalah silat cingkrik. silat cingkrik telah masuk ke berbagai pelosok kampung Betawi dan memiliki banyak turunan alirannya. Hal inilah yang membuat peneliti mengambil silat cingkrik sebagai obyek dalam penelitian ini.

2. Revitalisasi Budaya

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu 20

atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan sebagainya).19

Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program/kegiatan, atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalitas ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.

Dalam bidang kebudayaan pun masalahnya tentu mengalami pasang-surut, sama seperti bidang-bidang lainnya. Maka di saat-saat tertentu revitalisasi juga menjadi penting dilakukan. Hal ini bisa disebut bagian dari proses penyegaran agar cita-cita yang hendak dicapai bisa terus berlangsung. Revitalisasi dalam konteks kebudayaan adalah memaksimalkan semua unsur sebuah budaya menjadi lebih vital atau terbedaya lagi, sehingga sasaran dan tujuan dari sebuah budaya bisa dicapai dan dilangsungkan dengan maksimal pula.

3. Strategi Mempertahankan Budaya a. Pengertian Strategi “Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategos, yang berasal dari kata Stratos, yang berarti militer dan Ag, yang berarti memimpin. Dan pada konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang.20

Secara etimologi strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos yang berarti Jendral. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan

19 https://id.wikipedia.org/wiki/Revitalisasi, Pengertian Revitalisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses pada 6 Januari 2017 20 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkie flimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), hlm. 8 21

musuh. Namun, pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.21

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kegiatan tertentu.22 Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi, penulis mengedepankan pengertian strategi yang dikemukakan beberapa pakar diantaranya:

1) Menurut A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.23 2) Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai. 3) Menurut William F. Glueck, Strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat komprehensif terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sejarah dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya.24 4) Pengertian strategi menurut Dini Syamsudin mengandung arti antara lain:

21 Rafiudin dan Manan Abd. Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia), hlm. 76 22 Dikutip dari http://kbbi.web.id/, diakses pada 28 September 2015, pukul 07:43 23 A.M Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.), hlm. 58 24 Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000) Cet. Ke- 1, hlm. 4 22

a) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan. b) Seni dalam menyiasati pelaksanaan rencana atau program untuk mencapai tujuan. c) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan bertahap.25

Dari beberapa definisi strategi di atas, penulis menyimpulkan strategi adalah rencana yang akan dilakukan oleh suatu organisasi dimana strategi dapat dilakukan secara terencana atau yang telah disusun secara sistematis dan strategi yang timbul secara spontan.

Strategi dibutuhkan agar sesuatu yang telah terencana dengan sempurna dapat mencapai hasil yang diinginkan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengawasan terhadap hal-hal yang sifatnya dapat berubah. Dalam hal tersebut strategi yang dibutuhkan oleh suatu organisasi adalah strategi yang muncul secara spontan. Dimana hal-hal yang belum direncanakan harus dilakukan.

Dalam strategi mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan yang nyata dengan mengantisipasi perkembangannya. Kurangnya aplikasi atau penerapan sebuah strategi yang baik dapat menyebabkan strategi yang tersusun sempurna bukan saja akan meraih kesuksesan, melainkan dapat mengokohkan strategi yang pada awalnya diragukan. Hasil baik yang didapat bukan semata- mata karena strategi yang dimiliki, namun hal tersebut dikarenakan kemampuan dalam menerapkan strategi yang efektif.

b. Tahapan-tahapan Strategi

Joel Ross dan Michael mengungkapkan, bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi seperti kapal tanpa ada kemudinya, bergerak

25 Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Lagos, 2000) Cet. Ke-1, hlm. 127 23

berputus pada lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara tanpa adanya tujuan tertentu.26

Adapun tahapan-tahapan strategi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: 1) Perumusan Strategi Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya adalah pengembangan tujuan, menganali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi untuk dilaksanakan.27 Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam satu proses kegiatan. Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja berikut ini:

a) Tahap Input (masukan) Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merusmuskan strategi. b) Tahap Pencocokan Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.28 c) Tahap Keputusan Menggunakan semacam teknik, diperoleh dari input sasaran dalam mengevaluasi strategi alternatif yang telah diidentifikasikan dalam tahap kedua.29 Perumusan strategi haruslah selalu melihat ke arah depan dengan tujuan, artinya perencanaan amatlah penting dan mempunyai andil yang besar.

26 Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta, Prenhalindo, 2002) hlm. 3 27 Ibid, hlm. 15 28 Ibid, hlm. 183 29 Ibid, hlm. 198 24

2) Tahap Pengimplementasian Strategi Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk.30

Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi karena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi sebuah tindakan. Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasikan sumber daya dan mengembangkan budaya yang mendukung strategi merupakan usaha yang dilakukan dalam mengimplementasikan strategi. Implementasi yang sukses memerlukan dukungan disiplin, motivasi dan kerja keras.

Implementasi strategi merupakan proses pelaksanaan strategi. Yang mana dalam pelaksanaannya perlu konsistensi yang tinggi dari masing- masing anggota yang terlibat didalamnya. Komitmen serta kerjasama dari seluruh unit diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

3) Evaluasi Strategi Tahap akhir dalam strategi adalah evaluasi. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah:31 a) Meninjau faktor-faktor eksternal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi suatu hambatan dalam mencapai tujuan begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk dapat berkaibat pula bagi hasil yang akan dicapai.

30 Ibid, hlm. 5 31 Ibid¸ hlm. 104 25

b) Mengukur Prestasi (Membandingkan hasil yang diharpakan dengan kenyataan) Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat ke arah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk evaluasi strategi haruslah dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang telah terjadi. c) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi harus dirumuskan. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang direncanakan, maka disitulah tindakan korektif diperlukan.

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan. Evaluasi strategi mungkin berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak penekanan pada evaluasi strategi akan merugikan suatu hasil yang dicapai, evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.

Evaluasi perlu untuk semua organisasi dari semua kegiatan dengan mempertanyakan pertanyaan dan asumsi menejerial, harus memicu tinjauan dari nilai-nilai yang merangsang sebuah kreativitas. Evaluasi menjadi tolak ukur dari keberhasilan strategi yang akan diterapkan kembali dimasa mendatang oleh suatu organisasi. Manfaat evaluasi pada proses tahapan strategi ketiga ini adalah untuk:

26

a) Meninjau faktor eksternal dan internal b) Mengukur prestasi yang dicapai dengan cara membandingkan antara hasil yang ingin dicapai dengan kenyataan yang ada. c) Mengambil tindakan korektif bagi suatu organisasi.32

Kesadaran bagi setiap orang baik individu atau kelompok organisasi, baik organisasi sosial maupun organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan dirubah. Suatu usaha untuk mancapai tujuan tersebut dan usaha-usaha yang mengarahkan pada penyampaian tujuan disebut strategi.

Suatu strategi harus efektif dan jelas karena akan mengarahkan organisasi kepada tujuannya, untuk itu suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor penetapan strategi, diantaranya:

1) Lingkungan Lingkungan tak pernah berada pada kondisi tetap dan selalu berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara pikir tetapi tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan hidup. 2) Lingkungan Organisasi Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan kebijakan organisasi yang ada. Lingkungan dalam organisasi terdiri dari pemimpin, para pengikut pemimpin tersebut, atasan, rekan sejawat, organisasi dan tuntunan pekerjaan. Daftar itu tidaklah insklusif, tetapi berisi beberapa komponen yang saling berinteraksi yang penting diketahui pemimpin.33

32 S.P Siagian, Manajemen Modern. (Jakarta: Masagung, 1994) Cet. Ke-2, hlm. 21 33 Paul Harsey dan Ken Blanchard, Manajemen Prilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1982), edisi Ke-4, hlm. 149 27

3) Kepemimpinan S.P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni “Seorang pemimpin orang tertinggi dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal dan internal berbeda.34

B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang strategi mempertahankan suatu budaya ini, sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian yang terkait hal tersebut, diantaranya adalah:

1. Penelitian Doni Endri (2008) yang berjudul “Strategi Mempertahankan Silat Pauh (Studi Terhadap Tuo Silat Pauh Di Tapian Caniago Kel. Korong Gadang Kec. Kuranji Padang)” menyimpulkan Upaya mempertahankan ini dilakukan oleh para Tuo silat Pauh dengan beberapa hal yaitu mempermudah dalam penerimaan anak sasian, merubah metode pelatihan, melakukan propaganda kepada masyarakat luas, memasukkan silat Pauh pada upacara Urak Balabek, dan strategi lainnya adalah dengan berintegrasi dengan beladiri lain melalui kompetisi dengan beladiri lain seperti Judo, Karate, dan Taekwondo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan tipe deskriptif. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi dan wawancara. Pemilihan informan dilakukan dengan sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yang sesuai dengan tujuan penelitian.35

2. Penelitian Eka Yuliana (2014) yang berjudul “Strategi Mempertahankan Eksistensi Komunitas Virginity Jogja” menyimpulkan strategi yang dilakukan diantaranya dengan pemanfaatan media sosial secara maksimal, selalu memprioritaskan member yang aktif, sikap aktif yang ditunjukkan para member dalam usaha perekrutan anggota

34 S.P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), Cet. Ke-2, hlm. 9 35 Doni Endri, Strategi Mempertahankan Silat Pauh (Studi Terhadap Tuo Silat Pauh Di Tapian Caniago Kel. Korong Gadang Kec. Kuranji Padang), (Padang, 2008), hlm. iii 28

baru, dan yang terakhir adalah melakukan variasi kegiatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipan yang di dukung oleh wawancara mendalam dan dokumentasi. Sesuai dengan tujuan penelitian, subjek penelitian ditentukan dengan tekhnik purposive sampling untuk memilih informan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan peneliti yaitu pengurus Virginity Jogja dan para member. Validitas data pada penelitian ini diperkuat dengan triangulasi sumber. Sedangkan tekhnik analisis data menggunakan Model Interaktif Miles dan Hubberman yaitu pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.36

3. Penelitian Yulia Kartika (2008) yang berjudul “Peran Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dalam Melestarikan dan Mengembangkan Budaya Betawi” menyimpulkan Setu Babakan dapat dikatakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi karena Pelestarian dan Pengembangan yang dilakukan untuk kebudayaan Betawi baik dari segi sosial masyarakat, keagamaan dan kesenian yang menonjol adalah dalam bidang kesenian seperti: adanya pertunjukkan-pertunjukkan seni musik, teater, dan tari yang masing-masing mendapatkan pengaruh dari Negara lain seperti: pealtihan, lomba atau festival kesenian Betawi baik musik, teater, dan tari. Dalam bidang keagamaan dengan menyelenggarakan perayaan-perayaan hari besar Islam seperti: Maulid, Isra Mi‟raj, dan adanya sarana peribadatan Islam seperti masjid Baitul Ma‟mur dan mushollah PBB (Perkampungan Budaya Betawi), adanya kegiatan di bulan Ramadhan dan juga pekan lebaran dan sebagainya. Dalam bidang sosial masyarakat, masyarakat ikut berpatisipasi dengan cara mewariskan adat istiadat Betawi dengan ikut melestarikan budaya Betawi dengan membangun rumah-rumah tradisional Betawi serta lingkungan asri Betawi dengan penanaman pepohonan yang bermanfaat

36 Eka Yuliana, Strategi Mempertahankan Eksistensi Komunitas Virginity Jogja, (Yogyakarta, 2014), hlm. iii 29

yang kita jumpai apabila kita melihat film-film dokumenter Betawi tanaman-tanaman langka yang jarang kita lihat di kota-kota besar serta menjadi cerita-cerita orang-orang zaman dahulu. Setu Babakan dikatakan berhasil dalam Melestarikan dan Mengembangkan Budaya Betawi walaupun masih kurang disana sini misalnya fasilitas-fasilitas, keberhasilannya dapat dilihat dari banyaknya kegiatan-kegiatan seperti pelatihan-pelatihan pertunjukkan, festival, lomba, parade dan sebagainya. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan juga sudah dikalangan masyarakat mancanegara yang berkunjung kesana khususnya pada hari libur sabtu dan minggu bahkan pada hari besar Nasional. Walaupun demikian Tim Pengelola Setu Babakan tetap terus berusaha. Apabila terdengar kabar-kabar yang kurang enak itu karena para pengunjungnya yang kurang mengerti, memahami serta menghormati tempat ini dan yang menjadi tugas kita bersama untuk menjaga dari hal-hal tersebut.37

4. Penelitian Putri Cellia (2014), dengan judul peran “Peran Teater Lenong Betawi Dalam Pembentukan Identitas Budaya Masyarakat Betawi (Studi Kultural Historis: Teater Lenong Marong Group Di Ciater, Tangerang Selatan)”.38 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran teater lenong Marong dalam pembentukan identitas Betawi di Kelurahan Ciater. Penelitian ini dilaksanakan di perkumpulan teater lenong Marong yang berlokasi di Kelurahan Ciater. Penelitian ini merupakan suatu studi yang menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode yang digunakan meliputi observasi, wawancara dan studi pustaka terhadap masyarakat Betawi pada umumnya dan perkumpulan teater lenong Marong pada khususnya untuk mengungkapkan aspek historis dan fungsional teater lenong. Hasil

37 Yulia Kartika, Peran Perkampungan Setu Babakan dalam Melestarikan dan Mengembangkan Budaya Betawi, (Jakarta: 2008), hlm. iii 38 Putri Cellia, Peran Teater Lenong Betawi Dalam Pembentukan Identitas Budaya Masyarakat Betawi (Studi Kultural Historis: Teater Lenong Marong Group Di Ciater, Tangerang Selatan), Skripsi Program Studi Pendidikan IPS, FITK, Universitas Islam Negeri Jakarta (Jakarta: 2014), Tidak Diterbitkan 30

analisis atas temuan di lapangan menunjukkan bahwa perkumpulan teater lenong Marong berperan dalam pembentukan identitas Betawi dengan cara menunjukkan bahwa masyarakat Betawi sangat mencintai Islam dan sangat memegang teguh pedoman hidup tersebut, penggunaan dialek Betawi dalam pementasan, menampilkan karakter- karakter masyarakat Betawi, pakaian adat Betawi dan lain sebagainya dapat dijadikan sebuah bukti bahwa melalui teater Marong Budaya betawi dapat tetap lestari hingga saat ini.

Tabel 2.1 Tabel Hasil Penelitian yang Relevan Nama No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

Doni Strategi Penelitian ini Perbedaan Upaya Endri Mempertahankan sama-sama terdapat pada mempertahankan (2008) Silat Pauh (Studi untuk mencari obyek yang akan ini dilakukan Terhadap Tuo cara atau strategi diteliti, yakni oleh para Tuo Silat Pauh Di untuk Silat Pauh, silat Pauh Tapian Caniago mempertahankan sehingga dengan beberapa Kel. Korong suatu budaya membedakan hal yaitu Gadang Kec. pula tempat mempermudah Kuranji Padang) penelitiannya. dalam penerimaan anak sasian, merubah metode pelatihan, 1 melakukan propaganda kepada masyarakat luas, memasukkan silat Pauh pada upacara Urak Balabek, dan strategi lainnya adalah dengan berintegrasi dengan beladiri lain melalui kompetisi dengan beladiri 31

lain seperti Judo, Karate, dan Taekwondo. Eka Strategi Persamaan Perbedaan dalam Strategi yang Yuliana Mempertahankan dalam penelitian penelitian ini dilakukan (2014) Eksistensi ini sama-sama pada obyek yang diantaranya Komunitas mencari cara akan diteliti, dengan Virginity Jogja atau strategi peneliti meneliti pemanfaatan dalam apakah cara media sosial mempertahankan dalam secara maksimal, suatu hal mempertahankan selalu suatu budaya memprioritaskan 2 sedangkan member yang penelitian Eka aktif, sikap aktif Yuliana (2014) yang meneliti cara ditunjukkan para dalam member dalam memperthankan usaha perekrutan suatu komunitas. anggota baru, dan yang terakhir adalah melakukan variasi kegiatan. Yulia Peran Persamaan dari Perbedaan dari Setu Babakan Kartika Perkampungan penelitian ini penelitian ini dikatakan (2008) Budaya Betawi adalah bertujuan adalah penelitian berhasil dalam Setu Babakan untuk Yulia Kartika Melestarikan dan dalam melestarikan (2008) untuk Mengembangkan Melestarikan dan Budaya Betawi mengukur Budaya Betawi Mengembangkan apakah walaupun masih Budaya Betawi Perkampungan kurang disana Budaya Betawi sini misalnya Setu Babakan fasilitas-fasilitas, sudah berhasil keberhasilannya 3 dalam dapat dilihat dari melestarikan dan banyaknya mengembangkan kegiatan- budaya Betawi, kegiatan seperti sedangkan pelatihan- peneliti mencari pelatihan cara dalam pertunjukkan, melestarikan festival, lomba, budaya Betawi parade dan melalui silat sebagainya. cingkrik. Perkampungan Budaya Betawi 32

Setu Babakan juga sudah dikalangan masyarakat mancanegara yang berkunjung kesana khususnya pada hari libur sabtu dan minggu bahkan pada hari besar Nasional. Walaupun demikian Tim Pengelola Setu Babakan tetap terus berusaha. Apabila terdengar kabar- kabar yang kurang enak itu karena para pengunjungnya yang kurang mengerti, memahami serta menghormati tempat ini dan yang menjadi tugas kita bersama untuk menjaga dari hal-hal tersebut. Putri Peran Teater Persamaan Perbedaan dalam Hasil analisis Cellia Lenong Betawi dalam penelitian penelitian atas temuan di (2014) Dalam ini Putri Cellia peneliti, objek lapangan Pembentukan menggunakan yang diteliti menunjukkan Identitas Budaya pendekatan yang ialah silat bahwa Masyarakat sama yaitu cingkrik yang perkumpulan 4. Betawi (Studi kualitatif. Dan ada di Perguruan teater lenong Kultural juga subjek yang Cingkrik Rawa Marong berperan Historis: Teater di teliti adalah Belong, dalam Lenong Marong suatu komunitas sedangkan pembentukan Group di Ciater, (organisasi) dalam penelitian identitas Betawi Tangerang yang Putri Cellia, dengan cara Selatan berkecimpung objek yang di menunjukkan 33

dalam teliti ialah Teater bahwa pelestarian Lenong Betawi. masyarakat budaya daerah, Betawi sangat yakni Teater mencintai Islam Lenong Marong. dan sangat Sedangkan memegang teguh peneliti, pedoman hidup organisasi tersebut. Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2016 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong atau sering disebut dengan PERCIRA, yang berlokasi di Aula Pasar Bunga Rawa Belong, Jalan Sulaiman, Kelurahan Sukabumi Utara, Kecamatan , Jakarta Barat.

Ada beberapa alasan yang membuat peneliti memilih tempat tersebut, yang paling mendasar adalah karena di tempat tersebut sudah mencakup aspek-aspek yang peneliti butuhkan dalam mengumpulkan data sehingga penelitian bisa berjalan dengan baik dan lancar.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan secara bertahap mulai dari kegiatan pendahuluan, pelaksanaan, sampai kegiatan akhir penelitian. Peneliti datang langsung kelapangan dengan maksud untuk observasi, wawancara serta studi dokumentasi terhadap objek yang diteliti. Waktu yang dibutuhkan dalam proses penelitian adalah enam bulan mulai Januari 2017 sampai dengan Juni 2017. Namun waktu dapat berubah mengikuti kebutuhan data peneliti, penelitian ini akan berakhir jika semua data telah cukup lengkap untuk diolah oleh penulis. Tetapi batas waktu tersebut masih bersifat tentatif, sehingga jika sewaktu-waktu masih memerlukan data, penulis dapat mengunjungi lokasi penelitian.

34

35

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Izin di lokasi √ Penelitian Observasi Lokasi √ √ √ Penelitian Penyusunan √ √ Bab 1-3 Pengumpula √ √ √ √ n Data Pengolahan Data dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Bab 4 Penarikan Kesimpulan √ √ √ dan Bab 5 Penulisan √ Laporan

B. Latar Penelitian (Setting)

Penelitian ini dilaksanakan di sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) Jakarta Barat. terdapat lebih dari 10 perguruan silat cingkrik yang tersebar di Kabupaten Jakarta Barat. Dipilihnya Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) sebagai tempat penelitian karena Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) telah masuk ke sekolah-sekolah dan menjadi salah satu ekstrakulikuler di sekolah-sekolah tersebut. Ada 7 sekolah yang sudah menjadikan silat cingkrik Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) sebagai ekstrakulikuler, yaitu SD Alhasanah, SMP Alhasanah, SMPN 189, SMPN 191, SMPN 17, SMAN 112, dan SMP 1 Meruya. Selain pusatnya yang berada di Aula 36

Pasar Bunga Rawa Belong, Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) juga memiliki cabang di tempat-tempat lain, yakni Domang, Harun, Sasak, Kemandoran, Joglo, Salam, Jl Zakaria, dan Gelanggang Olahraga Kebon Jeruk.

Perguruan Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) telah berdiri sejak tahun 2009 dan resmi terdaftar atau heregitrasi dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada Oktober 2012, serta telah terdaftar di Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) pada 4 Maret 2016. Perguruan yang didirikan oleh Suawarno atau yang biasa dikenal dengan sebutan “Babe Warno” ini telah memiliki total murid 450 anggota, yang terdiri dari bermacam-macam usia dan berasal dari berbagai daerah.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan penulis adalah metode kualitatif. Sugiyono mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan maksa daripada generalisasi.1

Secara umum dalam penelitian kualitatif terdapat hal-hal berikut:

1. Data disikapi sebagai data verbal atau sebagai sesuatu yang dapat ditransposisikan sebagai data verbal. 2. Diorientasikan pada pemahaman makna baik itu merujuk pada ciri, hubungan sistematika, konsepsi, nilai, kaidah, dan abstraksi formulasi pemahaman. 3. Mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan hal yang diteliti.

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), cet ke-21, hlm. 9 37

4. Mengutamakan peran peneliti sebagai instrumen kunci. 2

Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan. Dalam hal ini Bodgan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.3 Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik. Sependapat dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.4

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan model studi kasus, yakni sebuah model penelitian kualitatif yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” (bounded system) pada satu kasus / beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks.5 Bogdan mendefiniskan studi kasus sebagai kajian yang rinci atas suatu latar/ peristiwa tertentu.6 Model penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu tempat secara lebih mendetai dan rinci.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Data dan Sumber Data

Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian, tidak semua informasi atau keterangan merupakan data penelitian. Data hanyalah

2 Baswori dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008) hlm. 20 3 Ibid, hlm. 21 4 Ibid, hlm. 21 5 Haris Herdiyansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) hlm. 76 6 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 57 38

sebagian saja dari informasi, yakni hanya hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.7 Dalam penelitian ini data yang akan di cari adalah strategi mempertahankan silat cingkrik dalam pelestarian budaya Betawi.

Adapun sebagai sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder sebagai berikut :

a. Sumber data primer

Data primer adalah data dari penelitian yang langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitian. Adapun dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan sumber data primer adalah, sumber data yang diperoleh dari pihak pertama yaitu pendiri, ketua, dan anggota Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA), dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan tidak terstruktur dan melakukan observasi pada bagian yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung atau penunjang dalam penelitian ini. Data ini berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Data yang diperoleh dari penelitian, namun berbeda dengan data primer, data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen yang ada, contoh data yang ada pada sekretariat Sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA), seperti banyaknya pelatih, banyaknya anak didik dan hal-hal mengenai informasi terkait kegiatan Sanggar tersebut.

Berikut ini rincian data dan sumber data penelitian yang akan diperoleh di lapangan.

7 Baswori dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 61 39

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data

No Variabel Data Teknik

Strategi

mempertahankan silat - Wawancara - Primer 1 cingkrik dalam - Observasi - Sekunder pelestarian budaya - Dokumentasi Betawi

2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh ketepatan data dan keakuratan informasi yang mendukung penelitian, peneliti akan melakukan pengumpulan data melalui beberapa cara diantaranya:

a. Observasi

Menurut Nasution Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.8 Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan.

Observasi yang dilakukan adalah jenis pengamat penuh (the complete observer), peneliti dengan bebas mengamati secara jelas subyeknya sedangkan subyek sama sekali tidak mengetahui apakah mereka sedang

8 Ibid, hlm. 226 40

diamati atau tidak.9 Penulis melakukan observasi dengan mengikuti kegiatan sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA).

b. Wawancara

Esterberg mendefinisikan Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.10 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Maksud diadakannya wawancara ditegaskan oleh Lincoln dan Guba antara lain, mengonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekonstruksi kebulatan-kebulatan harapan pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia; dan memverifikasi, mengubah, dan memperluas kosntruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.11

Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur. Wawancara ini mirip dengan percakapan informasi. Metode ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk informasi, tetapi susunan kata urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap instrumen. Pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Tujuan dari wawancara tak berstruktur adalah untuk menentukan permasalahan secara terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam wawancara ini penulis perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Penulis melakukan wawancara berbentuk dialog dengan

9 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, hlm. 146 10 Baswori dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 231 11 Ibid, hlm. 127 41

informan, dengan tetap berpatokan kepada sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan. Wawancara mendalam dilakukan kepada narasumber yaitu ketua, dan anggota Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA). Untuk wawancara, sumber dan data yang dikumpulkan dapat dijabarkan melalui tabel berikut.

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara

No Dimensi Variabel Informan Indikator

1. Sejarah perkembangan silat cingkrik di daerah sekitar Sanggar

2. Posisi silat cingkrik dalam masyarakat Ketua Perguruan Betawi setempat Konteks Sejarah Cingkrik Rawa 3. Awal terbentuknya 1. dan Perkembangan Belong perguruan silat (PERCIRA) cingkrik Rawa Belong

4. Alasan dalam membentuk perguruan silat cingkrik Rawa Belong

1. Pandangan Ketua Perguruan mengenai Revitalisasi Cingkrik Rawa 2. revitalisasi silat Budaya Belong Betawi (PERCIRA) 2. Pandangan 42

seberapa penting sebuah revitalisasi

3. Pandangan seberapa penting silat cingkrik dalam kehidupan

4. usaha yang dilakukan untuk revitalisasi budaya

5. Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk revitalisasi budaya

6. Harapan yang hendak dicapai dalam upaya revitalisasi

Ketua Perguruan 1. Tahapan Cingkrik Rawa Perumusan Strategi

Belong 2. Tahapan (PERCIRA), Pengimplementasi 3. Tahapan Strategi Anggota an Strategi

Perguruan Cingkrik 3. Tahapan Evaluasi Rawa Belong Strategi (PERCIRA

Faktor penghambat Ketua Perguruan 1. Faktor penghambat 4. pelaksanaan Cingkrik Rawa dalam strategi Belong melaksanakan 43

(PERCIRA), strategi

Anggota 2. Faktor yang terkait Perguruan Cingkrik dengan masyarakat Rawa Belong pendukung (PERCIRA) kebudayaan

3. Faktor yang terkait dengan di luar masyarakat pendukung kebudayaan

4. Tindakan dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat

5. Pandangan silat cingkrik sebagai produk budaya yang harus dipertahankan

1. Motivasi untuk mengikuti silat cingkrik Anggota Perguruan 2. Sistem Orientasi Cingkrik Rawa 5. pembelajaran silat Pembelajaran Belong cingkrik di sanggar (PERCIRA) PERCIRA

3. Kegiatan yang telah diikuti di 44

PERCIRA

4. Pandangan tentang kegiatan yang dilaksanakan di PERCIRA

5. Pandangan tentang seberapa penting pelestarian budaya

6. Pandangan seberapa penting pendidikan budaya

7. Tujuan mengikuti silat cingkrik

8. Harapan yang hendak dicapai dalam keikutsertaan dalam silat cingkrik

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.12 Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

Penyusunan form pencatatan dokumen perlu dilakukan, supaya data dari sesuatu sumber/dokumen bisa dikumpulkan secara terseleksi sesuai

12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), cet ke-21, hlm. 240 45

dengan keperluan peneliti yang bersangkutan. Dengan adanya form dokumentasi yang telah disiapkan, peneliti hanya tinggal mencatat data tertentu yang diperlukan pada form yang telah disusun dan dipersiapkan oleh peneliti. Dengan demikian dokumentasi bisa lebih sistematis dan terfokus.

Dalam penelitian ini dokumen-dokumen yang diperlukan adalah dokumentasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

E. Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan comfirmability (obyektivitas).13

Uji kreadibilitas data antara lain dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan membercheck.14 Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji kreadibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Triangulasi data yaitu bertujuan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Data-data dalam penelitian ini diperoleh oleh peneliti melalui berbagai prosedur, mengingat data-data tersebut sangat dibutuhkan sebagai rangkaian penopang hasil penelitian. Data-data terkait dengan program kerja, visi-misi, struktural, jumlah anggota, dan kegiatan-kegiatan silat cingkrik peneliti peroleh dari Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) milik Bapak Suwarno. Berdasarkan data tersebut peneliti mengkroscek informasi tersebut dengan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan.

13Ibid, hlm. 247 14 Ibid, hlm. 270 46

Peneliti melakukan triangulasi dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Pada metode triangulasi dapat diperoleh dengan cara:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2. Membandingkan apa yang dikatakan narasumber yang satu dan yang lainnya

F. Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang lain.15

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah aktifitas yang dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung, dilakukan mulai pengumpulan data sampai pada tahap penulisan laporan.16

Teknik analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu Observasi, Wawancara, yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan dan Dokumentasi. Langkah berikutnya adalah mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan, sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan di akhir penelitian. Creswell menyarankan bahwa peneliti kualitatif sebaiknya sudah berpikir dan

15 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 85 16 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 176 47

melakukan analisis ketika penelitian kualitatif baru dimulai.17 Dalam penelitian ini, penulis mulai melakukan pengumpulan data dengan studi pendahuluan ke sekolah dengan mewawancarai ketua Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA).

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.18 Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian. Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Dalam proses reduksi data ini peneliti benar-benar mencari data yang valid, ketika peneliti menyangsikan kebenaran data yang diperoleh akan dicek ulang dengan informan lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui.

3. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, matriks, grafik dan sejenisnya.19 Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Miles dan Huberman, bahwa yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.20 Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan, sehingga sajiannya harus tertata dengan apik.

17 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hlm. 129 18 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), cet ke-21, hlm. 247 19 Ibid, hlm. 249 20 Ibid, hlm. 249 48

4. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan bersifat interaktif, hipotesis, atau teori.21 Penarikan kesimpulan ini adalah langkah ketiga dalam analisis data.

Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah berikutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan temuan baru yang berbeda dari temuan yang sudah ada.22

21 Ibid, hlm. 253 22 Baswori dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008) hlm. 210 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perguruan Cingkrik Rawa Belong 1. Sejarah Singkat

Aliran silat cingkrik merupakan aliran silat yang diciptakan tahun 1920-an oleh Ki Maing1. Nama "Cingkrik" sendiri diambil dari kata bahasa Betawi jingkrak-jingkrik atau cingrak-cingkrik, yang artinya lincah, yaitu menggambarkan gerakan lincah sang monyet 2 .Ki Maing mempunyai tiga murid utama, yaitu Ki Saari, Ki Ajid, dan Ki Ali3. Dari ketiga murid utama Ki Maing tersebutlah Silat Cingkrik kemudian menyebar dari Rawa Belong ke berbagai tempat lainnya di Jakarta melalui murid-murid selanjutnya.

Perguruan Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) merupakan perguruan silat di bawah asuhan danbimbingan Suwarno yang biasa di kenal dengan sebutan “Babe Warno”. Babe Warno mempelajari silat cingkrik dari H. Uming yang mendapatkan ilmu silat langsung dari Ki Ajid, salah satu murid utama Ki Maing. Pada awalnya, silat cingkrik hanya diwariskan & diajarkan hanya kepada kerabat sendiri ataupun dengan kata lain merupakan silat keluarga. Namun seiring berjalannya waktu, semakin banyak masyarakat yang mendaftar sebagai murid sehingga muncullah inisiatif dari para siswa untuk membentuk suatu perguruan pencak silat.

Pada tahun 2009, terbentuklah Perguruan Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA).PERCIRA resmi terdaftar di Lembaga Kebudayan Betawi (LKB) dengan No. Pend : 039 1104 04 B 16 pada tanggal 4 Maret

1Windoro Adi,Batavia 1740: menyisir jejak Betawi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 35. 2 G.J. Nawi,Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016), hlm. 103-104. 3Erik R. Prabowo, Silat Nusantara (Jakarta: Litera, 2016), hlm. 22.

49

50

2016.Perguruan Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) terletak di Jl. Sulaiman, Aula Pasar Bunga Rawa Belong Sukabumi Utara, Kebon Jeruk Jakarta Barat.

2. Karakteristik Informan

Berikut merupakan gambaran mengenai informan yang diwawancarai oleh peneliti.

a. Subjek A (Robi Indra)

Subjek A adalah seorang yang berusia 28 tahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek A tinggal di Jalan Salam II yang mengemban amanah sebagai ketua Perguruan Silat Cingkrik Rawa Belong.

b. Subjek B (Indri Hariyanto)

Subjek B alah seorang yang berusia 20 ahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek B tinggal di Jalan Pulomawar 1 No.32 RT.004/004, Kelurahan Grogol Utara Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta. Subjek B menjabat sebagai asisten pelatih di Perguruan Silat Cingkrik Rawa Belong.

c. Subjek C (Bazar Rizkillah)

Subjek C adalah seorang yang berusia 15 tahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek C tinggal di Jalan Daud 1 No.680 Jakarta Barat dan merupakan murid ekstrakurikuler SMPN 189.

d. Subjek D (Imam Achmad Mirza)

Subjek D adalah seorang yang berusia 16 tahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek D tinggal di Jalan Yunus no. 30, RT. 002 RW. 006, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang mengemban amanah sebagai asisten pelatih cabang SMPN 71 Jakarta Pusat.

51

e. Subjek E (Mega Nur Halimah)

Subjek E adalah seorang yang berusia 16 tahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek E tinggal di Jalan Kelapa 2, gg. Hj. Kemet No. 57, RT.007/005II. Subjek E merupakan murid PERCIRA.

f. Subjek F (Aditya Saputra)

Subjek F adalah seorang yang berusia 20 tahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek F tinggal di Jalan Sasak II dalam, Rt.004/002, Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang mengemban amanah sebagai anggota.

g. Subjek G (Romi)

Subjek G adalah seorang yang berusia 28 tahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek G tinggal di Jalan Salam Raya, Rawa Belong yang mengemban amanah sebagai anggota.

h. Subjek H (Ruslandi)

Subjek H adalah seorang yang berusia 27 tahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek H tinggal di Madrasah I yang mengemban amanah sebagai anggota.

i. Subjek I (Alfian)

Subjek I adalah seorang yang berusia 25 tahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek I tinggal di Jalan Sasak II yang mengemban amanah sebagai anggota.

j. Subjek J (Udin)

Subjek J adalah seorang yang berusia 28 tahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek J tinggal di Jalan Salam Raya, Rawabelong yang mengemban amanah sebagai asisten pelatih.

52

k. Subjek K (Fairuz)

Subjek K adalah seorang yang berusia 26 tahun yang tergabung dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong. Subjek K tinggal di Masjid Al-Madinah, yang mengemban amanah sebagai asisten pelatih.

B. Hasil Penelitian 1. Hasil Observasi

Pada penelitian ini, penulis melakukan observasi pada sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) Jakarta Barat dan juga dua sekolah tempat kegiatan ekstrakurikuler silat Cingkrik, yaitu SMPN 189 dan SDN 02 Kelapa Dua. Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) adalah sanggar betawi yang fokus kepada silat cingkrik yang melakukan latihan di sanggar maupun sekolah-sekolah dengan cara memasukkan silat cingkrik ke dalam salah satu ektrakulikuler mereka. Dalam perjalanannya Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) sudah memiliki banyak perkembangan yang cukup pesat termasuk mengembangkan potensi para remaja berbentuk silat cingkrik sehingga budaya Betawi tetap terjaga dan dapat dilestarikan.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, dapat dijelaskan sebagai berikut :

Hasil Kegiatan Observasi

Waktu Kegiatan Keterangan Kamis, 5 Januari Mengamati latihan Latihan silat cingkrik dilakukan di aula 2017 PERCIRA disanggar pasar Rawa Belong, diawali dengan Rawa Belong berdoa bersama sebagai pembukaan. Kemudian latihan dipimpin oleh ketua PERCIRA sampai akhirnya dibagi menjadi beberapa level dan dipimpin oleh masing-masing mentor dari level- level tersebut. Anggota yang datang cukup banyak, dan latihan berlangsung dari pukul 19.00- 22.00 WIB. 53

Waktu Kegiatan Keterangan Sabtu, 7 Januari Mengamati latihan Latihan ekstrakulikuler silat cingkrik 2017 ekstrakulikuler silat yang berlangsung di SMPN 189 dimulai cingkrik di SMPN 189 pada pukul 10.00 WIB. Banyak murid- murid dari sekolah tersebut yang datang untuk mengikuti ekstrakulikuler silat cingkrik ini. Mereka memakai baju seragam hitam bertuliskan PERCIRA dan sabuk. Pada saat itu peserta yang mengikuti ekstrakulikuler ini lebih banyak perempuan dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Latihan dimulai dengan berdoa bersama dan kemudian dibagi menjadi beberapa level dengan pelatih di masing-masing levelnya. Latihan selesai pada pukul 12.00 WIB Selasa, 10 Januari Mengamati latihan Latihan dimulai pada sore hari yaitu 2017 ekstrakulikuler silat pukul 16.00 WIB, sehingga murid-murid cingkrik di SDN 02 peserta ekstrakulikuler silat cingkrik ini Kelapa Dua memakai baju bebas tanpa seragam. Latihan diawali dengan berdoa yang kemudian melakukan pemanasan. Latihan untuk siswa SDN 02 Kelapa Dua ini tidak dibagi menjadi beberapa kelompok dikarenakan masih mempelajari geraka dasar sehingga dipimpin oleh 2 orang pelatih dan melakukan latihan gerakan dasar bersama-sama. Latihan berlangsung selama jam dan selesai pada pukul 17.00 WIB. Kamis, 12 Januari Mengamati latihan Latihan dilakukan di aula pasar Rawa 2017 PERCIRA disanggar Belong. Latihan didatangi oleh para Rawa Belong pelatih yang mengisi ekstrakulikuler di sekolah-sekolah. Awal latihan adalah pembincangan mengenai kondisi ektrakulikuler di masing-masing sekolah yang mereka latih. Perbincangan dibuka oleh ketua PERCIRA yaitu Robi Indra, dan diakhiri dengan pencarian solusi dari hambatan-hambatan yang telah dibicarakan. Latihan diteruskan dengan pemanasan dan pembagian kelompok. Latihan berlangsung pada pukul 19.00- 23.00 WIB.

54

Waktu Kegiatan Keterangan Minggu, 15 Mengamati jalannya Pada tiga bulan sekali PERCIRA Januari 2019 latihan gabungan di mengadakan latihan gabungan yang GOR Kecamatan Kebon berisi dari gabungan-gabungan sekolah Jeruk yang didalamnya sudah terdapat ekstrakulikuler. Latihan dimulai pada pukul 08.00 WIB di GOR Kecamatan Kebon Jeruk. Latihan dimulai dengan pengenalan tiap anggota dan pelatih dari Perguruan Cingkrik Rawa Belong tersebut. Sebelum melakukan gerakan fisik, kegiatan yang dilakukan adalah perbincangan dan pembagian kelompok tiap level. Level dibagi menjadi 3, (1) gerakan dasar, (2) gerakan inti, (3) gerakan lanjutan. Latihan fisik dimulai dengan pemanasan dan dilanjutkan dengan duel satu lawan satu menggunakan gerakan yang telah dipelajari di ekstrakulikuler sekolah masing-masing. Latihan selesai pada pukul 11.00 WIB. Sumber: Olahan Peneliti

2. Hasil Wawancara

Peneliti melakukan wawancara untuk mengumpulkan informasi mengenai strategi yang dilakukan Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) dalam mempertahankan budaya silat Cingkrik. Berikut merupakan uraian hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti terhadap 11 orang responden.

a. Gambaran Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)

Perguruan Cingkrik Rawa Belong atau yang dikenal dengan PERCIRA dibentuk pertama kali oleh Babe Warno. Perguruan Silat Cingkrik Rawa Belong sempat vakum, dan bangkit kembali pada tahun 2005 dan terus berkembang. Hingga tahun 2007, murid-murid silat Cingkrik mencoba mengikuti atraksi sebagai lomba hingga akhirnya terbentuklah jadwal latihan. 55

Hal ini memberi gambaran bahwa Perguruan Cingkrik Rawa Belong merupakan perguruan turun menurun dan sebagai budaya leluhur seruapa dengan penuturan yang diungkapan oleh responden.

“Jadi PERCIRA ini dibentuk pertama kali sama Babe Warno namanya. Babe Warno dulu sempat menjadi salah satu tenaga pengajar perguruan tumbal pitung jat ayu membantu kong uming mengajar cingkrik rawa belong di lapangan bola kecap bango rawa belong bersama bang hasan kumis sampai tahun dari tahun 1974 s/d 1976 dikarnakan beberapa hal latihan tidak dilanjutkan. Namun Babe warno terus mengembang silat cingkrik di daerah (di bendhil, tanah abang, pluit, kebayoran baru, kemayoran, cidodol, kemondoran,sukabumi ilir, kemanggisan) Sejak tahun (1973)s/d (1978). Tapi karena kecelakaan mobil Babe Warno ga bisa lanjut ngelatih dan istirahat selama dua tahun. Tahun 2005 Baba Warno udah mulai ngelatih lagi dengan murid yang sedikit dan akhirnya ga berjalan lagi. Sampai akhirnya tahun 2007 saya bersama teman-teman saya sebagai murid Baba Warno diminta buat ikut atraksi, akhirnya kita buat jadwal latihan lagi dan berlangsung sampe sekarang.”4

Pembelajaran di Perguruan Cingkrik Rawa Belong memiliki dasar- dasar yang meliputi sambut, bombang, detik dan lain sebagainya dimana setiap teknik memiliki manfaat tersendiri. “Jadi pertama dari dulu basicnya kita ajarin jurus dulu, setelah menguasai jurus baru kita fokus sama sambut, sambut ini adalah simulasi buat bertarung. Nah kalau udah naik tingkat dari sambut nanti kita pelajarin yang namanya Bombang, bombang itu gabungan dari beberapa jurus dijadikan satu kemudian naik tingkat lagi namanya sambut detik, sambut detik itu maksudnya kalau lawan sekali nyerang nanti sudah dipastikan lawan itu akan langsung jatuh. Nah masih banyak lagi sih yang lainnya kurang lebih ada 5 tingkatan, selepas dari 5 tingkatan itu kita masih bisa gali lagi karena sebenarnya ilmu silat cingkrik itu gak monoton jadi bisa digali dan digali lagi”.5

Selain sebagai ilmu bela diri, di perguruan Perguruan Cingkrik Rawa Belong juga diajarkan mengaji dimana dengan mengaji tersebut memberikan nilai positif bagi anggotanya.

4 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 5Hasil wawancara dengan Indri Hariyanto pada 12 Januari 2017 pukul 20.30-21.30 WIB di Sanggar PERCIRA 56

“Tujuan awal masuk PERCIRA karena memang ingin memperdalam beladiri asli Betawi ini, dan juga untuk menjalin silaturahmi, dan mengembangkan diri. Kalau dibilang fungsi mah banyak ya fungsinya dalam kehidupan, selain satu untuk bela diri kan yang pasti, kedua kan yang namanya orang Betawi itu dari dulu ga pernah lepas sama yang namanya ngaji, jadi disini itu sebelum kita latihan silat kita pengajian dulu, ibaratnya silat itu goloknuya sedangkan ngaji itu sarung goloknya jadi bisa buat menahan diri.”6

Perguruan Cingkrik Rawa Belong awalnya tidak memiliki administrasi akan tetapi dengan berjalannya waktu dan berlajar dari pengalaman maka sudah terbentuk susuan organisasi yang baik dan tercatat administrasi. Saat ini, Perguruan Cingkrik Rawa Belong sudah memiliki cabang perguruan dimana-mana. “Awalnya pasti belum ya, karena dulu ya sekedar latihan aja. Tapi semakin berjalan kita memperbaiki cara administrasi kita. Dari dibentuk susunan organisasi sampai akhirnya seperti yang dilihat sekarang PERCIRA sudah memiliki cabang yang lumayan banyak.”7

Selain itu, Pencak Silat Cingkrik juga merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di beberapa sekolah, antara lain SMPN 189 dan SMPN 71.Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong digunakan sebagai ekstrakurikuler karena pencak silat ini memiliki fungsi banyak diantaranya menambah percaya diri, kesehatan serta teman karena dapat menjalin silahturahmi antara sesama. “Apa ya? Sebenernya sih jadi nambah percaya diri, buat kesehatan juga bagus sih jadi lebih tinggi deh sekarang setelah 2 tahun masuk PERCIRA karena olahraga terus, nambah temen juga jadi banyak temennya sekarang”.8 “Kekeluargaannya kuat banget, saya jadi punya keluarga kedua disini. Disini juga seru aja gitu gak kayak yang lain, kalau yang lain kan

6Hasil wawancara dengan Indri Hariyanto pada 12 Januari 2017 pukul 20.30-21.30 WIB di Sanggar PERCIRA 7Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 8Hasil wawancara dengan Bazar Rizkillah pada 12 Januari 2017 pukul 15.30-16.45 WIB di SMPN 189 57

menangin gengsi kalau disini engga, kita sama-sama belajar. Makanya saya mau masuk sini dan akhirnya nyaman dan bertahan disini.”9

Selain itu, keikutsertaan siswa juga didasari pada pengaruh dari lingkungan sekitar. Siswa mempelajari silat Cingkrik salah satunya karena mengikuti teman-teman di lingkungan sekitar yang juga mempelajari pencak silat Cingkrik karena tinggal di sekitar wilayah Rawa Belong.

“Alasannya sih dulu niat pengen punya mainan juga, yang kedua karena dari lingkungan sendiri, tinggal kan di Rawa Belong nah disetiap gang itu punya mainannya dan rata-rata semuanya itu Silat Cingkrik Rawa Belong.”10

Siswa mengikuti ekstrakulikuler pencak silat tidak hanya sebagai keikutsertaan saja, akan tetapi juga atas dasar ingin melestarikan budaya pencak silat dengan perkembangan pencak silat yang ada. Siswa pun berharap dapat terus mempelajari silat Cinkrik hingga menjadi atlit beladiri.

“Saya tuh mikirnya pengen majuin tuh budaya Indonesia sendiri, jangan sampai tuh budaya Indonesia punah dimakan waktu”.11 “Harapan saya tuh awalnya pengen nambah keluarga dan saya benar- benar menemukan itu di PERCIRA, sampai akhirnya timbul keinginan untuk menjadi atlet beladiri”12

“Alasan ikut percira untuk mempertahankan budaya leluhur orang- orang Rawa Belong.”13

Mengenai sistem pembelajaran, pencak silat Cingkrik Rawa Belong dilakukan bertahap satu persatu dari dasar, tahap menengah hingga tahap tinggi. Sistem pembelajaran pun disesuaikan dengan kemampuan siswa.

9Hasil wawancara dengan Mega Nur Halimah pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 10Hasil wawancara dengan Udin pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 11Hasil wawancara dengan Imam Achmad Mirza pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di SMPN 71 12Hasil wawancara dengan Imam Achmad Mirza pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di SMPN 71 13Hasil wawancara dengan Aditya Saputra pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 58

“Cara latihannya sih yang pasti harus sabar dulu yang penting, karena yang namanya ngajarin orang itu gak gampang. Itu setiap mau ngelakuin satu jurus aja itu ada step-stepnya dulu, berupa pemanasan dulu baru nanti kita praktek. Dan kalau sekali ngajarin juga pasti rada susah kalau ngajarinnya anak yang pertama kali ikut, itu wajar. Udah gitu murid juga kadang-kadang kan kemampuannya beda-beda ada yang sekali langsung ngerti tapi ga dikit juga yang harus berkali-kali. Nah, disini guru-gurunya baik-baik dan sabar-sabar dalam ngajarin kita jadi kitanya juga nyaman dalam latihannya”.14 “Sistem pembelajaran disini itu enak, gimana ya. Gak terlalu keras ga terlalu lembut jadi sedang-sedang aja. Kita juga ngukur anak dari segi jurusnya, kan kita mengarah ke tradisional jadi kita kerahkan semuanya nih apapun yang kita bisa tuh latihan-latihan jadi ga ngerasa bosen, biasanya kan anak tuh kalau latihan bilangnya, ya gini gini doang. Sedangkan kalau kita tuh kenalin kalau ada event, kita kenalin ini loh festival Betawi, ini loh jurus-jurus Betawi”.15

Selain itu, sistem pembelajaran dalam silat Cingkrik mengenal sosok guru yang dituakan, yang menjadi panutan bagi murid-murid hingga dianggap sebagai sosok pengganti orang tua.Sistem pembelajaran dalam silat Cangkrik juga menekankan pada kedisiplinan, adab terhadap guru dan senior, serta semangatuntuk latihan. “Sistem pembeljarannya itu gurunya itu menjadi sosok orang tua dengan memberi ajaran yang positif dan saran yang baik dan mengajarkan dengan metode kekeluargaan.”16

“Kalau dari sistem pembelajaran ga jauh beda, dari saya pribadi kita tekanin banget kedisiplinan, kedua jaga adab sama senior-senior terutama sama guru, ketiga ya ngasih semangat biar rajin latihannya. Tapi kalau jurus turun temurun dikasih sama Baba Warno yang dikasih ya yang kita ajarin jadi turun temurun.”17

Subjek juga menuturkan bahwa dahulu anak-anak memiliki minat untuk belajar. Akan tetapi seiring dengan waktu, anak-anak terahlikan dengan

14Hasil wawancara dengan Bazar Rizkillah pada 12 Januari 2017 pukul 15.30-16.45 WIB di SMPN 189 15Hasil wawancara dengan Imam Achmad Mirza pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di SMPN 71 16Hasil wawancara dengan Romi pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 17Hasil wawancara dengan Fairuz pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 59

dunia lain sehingga mereka enggan untuk latihan. Hal ini yang menyebabkan sistem Perguruan Cingkrik Rawa Belong mengalami perubahan dengan mencoba mengajak anak-anak muda lain buat ikut partisipasi di silat ini dan teman-temannya dapat ikut. Sistem ini pun mampu menarik minat anak-anak remaja. “Kalau menurut saya pribadi nih, dulu silat sangat bagus karena emang anak-anaknya minat buat belajar. Tapi makin kesini anak-anak penerus kita ini udah semakin gak mau gitu buat ikut hal-hal kayak gini, karena mereka merasa ada yang lebih menyenangkan daripada silat. Makanya disini saya mengajak anak-anak muda lain buat ikut partisipasi di silat ini, jadi nanti temen-temennya yang lain bisa ikutan. Dan alhamdulillah udah mulai keliatan hasilnya.”18

b. Revitalisasi Budaya Pencak Silat Cingkrik

Perguruan Cingkrik Rawa Belong atau yang dikenal dengan PERCIRA merupakan budaya Betawi. Budaya Betawi memiliki banyak macamnya seperti silat, seni tari, alat musik dan lainnya. Akan tetapi dalam perkembangannya Ondel-Ondel dan kerak telor yang sangat familiar di masyarakat sebagai budaya Betawi. Hal inilah yang membuat silat yang menjadi budaya Betawi sedikit terlewatkan dan tidak dikenal oleh anak-anak remaja setempat. “Pandangannnya sih jadi budaya Betawi itu mempunyai ciri khasnya masing-masing dan mempunyai keunikannya masing-masing, jadi juga intinya sih budaya Betawi itu selain hal-hal yang dapat dibanggakan itu masyarakat Betawi sangat kental dengan Agama”19

“Wah ngomongin budaya Betawi, budaya Betawi ini banyak ya gak cuma silat aja, ada seni tarinya, alat musiknya, macem-macem dah. Tapi coba sekarang kita liat. Yang dikenal orang cuma Ondel-ondel sama kerak telor palingan. Palang pintu aja banyak yang ga tau kalau bukan orang sini. Seprihatin itu budaya Betawi sekarang ini. Padahal sangat beragam dan bermanfaat. Ini kayak yang tadi saya bilang, sangat memprihatinkan. Mentang-mentang di Jakarta adanya. Dan

18 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 19Hasil wawancara dengan Indri Hariyanto pada 12 Januari 2017 pukul 20.30-21.30 WIB di Sanggar PERCIRA 60

rawan banget masuk budaya-budaya lain sampe akhirnya budaya sendiri dilupain.”20

“Kebetulan saya juga bukan orang Betawi tapi orang Jawa yang besar di Betawi ini, yang saya liat budaya Betawi itu banyak beragam. Udah gitu semua budayanya itu unik-unik mulai dari ondel-ondel, dari lagunya juga semua keren gitu. Dan kalau buat penampilannya itu semua unik-unik dan khas kalau buat nunjukin asal dari daerah Betawi itu sendiri.”21

Alasan mengapa budaya silat Cingkrik harus dipertahankan karena silat Cingkrik merupakan salah budaya nenek luhur serta memiliki manfaat banyak bagi diri sendiri yang mengamalkan maupun orang lain yang berada disekitar kita. “Silat cingkrik ini salah satu budaya yang zaman dulu paling disenangi orang-orang dan yang paling banyak manfaatnya bagi diri sendiri maupun buat orang lain. Jadi kalau ditanya apa yang bikin silat ini harus dipertahankan? Ya tadi itu. Segala sesuatu yang baik itu harus dipertahankan.”22

Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Revitalisasi budaya merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengembalikan silat Cingkrik ke masa kejayaannya. “Itu salah satu cara paling ampuh untuk buat ngembaliin silat cingkrik ke masa jayanya.”23

Revitalisasi budaya merupakan suatu hal penting sebab dengan revitalisasi kita mampu mengangkat kembali budaya terdahulu. Dengan melestarikan silat Cingkrik, masyarakat turut membantu dalam revitalisasi budaya khususnya budaya Betawi.

20 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 21Hasil wawancara dengan Bazar Rizkillah pada 12 Januari 2017 pukul 15.30-16.45 WIB di SMPN 189 22 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 23 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 61

“Penting lah, karena kan budaya itu aset negara yang cuma dipunyai oleh negara itu sendiri, jadi simbol khasnya Indonesia ya pencak silat. Apalagi dari Betawi yang terkenal ya pencak silat.”24

“Sangat penting. Dan menurut saya yang sedang saya lakukan itu juga revitalisasi budaya kan.”25

“Ya kalau menurut saya sendiri sih itu penting banget, jadi ya kita sebagai anak muda penerus bangsa kan orang-orang terdahulu leluhur-leluhur kita yang menciptakan silat cingkrik ini, kalau ga ada leluhur-leluhur kita yang sudah berjuang maka Indonesia pasti ga bisa merdeka, ibaratnya gitu kan. Jadi kenapa kita ga berterimakasih dengan terus melestarikan apa yang mereka ciptakan, itu intinya sih”26

“Sangat sangat penting bahkan bisa dikatakan wajib untuk kita sebagai generasi muda melestarikan budaya Betawi”27

Pentingnya revitalisasi budaya antara lain juga agar mencegah pengakuan budaya oleh negara lain. Selain itu, responden juga berpendapat bahwa warisan budaya adalah untuk diturunkan kepada anak cucu kelak. Perkembangan silat Cingkrik yang cukup pesat juga membuat silat Cingkrik dikenal sebagai ikon dari Rawa Belong. “Sangat penting dikarenakan apabila kita tidak melestarikan akan ada resiko pengakuan budaya oleh negara lain, seperti banyak contoh yang sudah terjadi”28

“Oh penting, biar ga punah. Kita kan pasti bakal punya keturunan kayak kita punya anak punya mantu punya cucu. Nah kita jaga buat mereka”29

“Kalau pandangannya, pada perkembangannya sangat pesat terutama di bidang silat untuk di Rawa Belong ya, terutama silat cingkriknya ini

24Hasil wawancara dengan Bazar Rizkillah pada 12 Januari 2017 pukul 15.30-16.45 WIB di SMPN 189 25 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 26Hasil wawancara dengan Indri Hariyanto pada 12 Januari 2017 pukul 20.30-21.30 WIB di Sanggar PERCIRA 27Hasil wawancara dengan Imam Achmad Mirza pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di SMPN 71 28Hasil wawancara dengan Ruslandi pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 29Hasil wawancara dengan Udin pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 62

sendiri seperti yang saya bilang tadi setiap gang itu punya pegangan mainannya sendiri, itu bohong kalau dia gak punya. Bahkan ini fakta sendiri saya naik Grabbike itu orangnya orang Jagakarsa dia nanya dari mana? Saya jawab dari Rawa Belong, terus dia bilang wah saya pernah belajar Cingkrik itu susah bener. Nah dari sini keliatan kan kalau Cingkrik emang udah jadi iconnya Rawa Belong”30

Revitalisasi budaya diimbangi dengan tiga tahapan yang terdiri tahapan perumusan, tahapan implementasi dan tahapan evaluasi strategi. Masing-masing tahapan akan dijelaskan dalam uraian berikut.

c. Perumusan Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)

Dalam upaya mempertahankan silat Cingkrik, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan cakupanya terlebih dahulu agar memudahkan penyampaian sasaran. “Yang pertama kita pikirin dulu, yang mau kita rangkul siapa? Cakupan apa? Anak-anakkah, remajakah, atau orang dewasa? Itu yang paling penting.karena kalau kita udah nemuin siapa yang mau kita rangkul kita baru bisa pakai cara apa buat mengambil perhatian dan membuat mereka ingin gabung ke kita.”31

Revitalisasi silat PERCIRA ini adalah dengan merangkul remaja- remaja. Sasarannya remaja karena remaja merupakan elemen yang paling berpengaruh dalam pembawaan budaya kedepannya. Sementara kalau anak- anak agak susah pemahamannya sementara orang dewasa sudah agak sibuk dengan rutinitasnya sehingga agak sulit menerapkannya. Selain itu ruang lingkup remaja juga luas untuk dijangkau, salah satunya melalui festival- festival yang merupakan tempat remaja-remaja untuk berkumpul. “Nah ini, setelah kita tentuin kita mau rangkul remaja-remaja nih, karena menurut kita remaja ini yang paling berpengaruh nantinya. Kalau anak-anak kan mereka belum terlalu ngerti, sedangkan orang

30Hasil wawancara dengan Fairuz pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 31 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 63

dewasa ya sudah sedikit susah karena sibuk kan. Karena ruang lingkup kita nih remaja, ya caranya kita ngadain festival-festival dimana remaja-remaja itu kumpul. Atau kita ajak ngobrol yang akhirnya bikin dia mau ikutan. Dan cara yang paling mateng yang kita pikirin itu adalah masukin silat cingkrik ini ke ekstrakulikuler di sekolah- sekolah.”32

Setelah ditentukan bahwa sasaran utama silat Cingkrik adalah remaja, kemudian anggota PERCIRA menentukan tahap berikutnya yang harus dilakukan yaitu pengenalan. Pengenalan silat Cingkrik juga bertujuan untuk meluruskan asumsi yang selama ini beredar di masyarakat bahwa silat Cingkrik bertujuan untuk membunuh, padahal semestinya silat Cingkrik digunakan untuk membela diri. “Berawal dari pengenalan, kita dari awal harus ngenalin dulu apa tuh silat cingkrik dan silat cingkrik ini adalah budaya ali dari Betawi. Silat cingkrik dikenal jurusnya bisa ngebunuh orang jadi orang-orang apalagi orang tua takut untuk ngasih anaknya belajar silat cingkrik, nah disitu kita harus beri penjelasan bahwa itu salah, walaupun emang bener jurus-jurusnya mematikan dan dapat membunuh orang tapi disini kita juga mengajarkan cara menahan dirinya dan belajar silat ini bukan dengan tujuan membunuh tapi untuk pertahanan diri sekaligus melestarikan budaya asli punya kita sendiri”33

Pengenalan pencak silat Cingkrik pada remaja salah satunya dilakukan dengan memasukkan silat Cingkrik sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di beberapa sekolah. Hal tersebut bertujuan untuk menarik minat remaja usia sekolah untuk mempelajari ataupun sekedar mengetahui tentang silat Cingkrik.

“Strateginya kan kayak masuk ke sekolah-sekolah kayak gini, terus nih buat orang minat buat masuk sini mesti buat lebih banyak pertunjukan festival-festival gitu buat narik minat orang lain, jadi kita harus narik minat orang-orang dulu buat tau apa itu silat cingkrik soalnya masih banyak yang gatau silat cingkrik itu apa”34

32 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 33Hasil wawancara dengan Imam Achmad Mirza pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di SMPN 71 34Hasil wawancara dengan Bazar Rizkillah pada 12 Januari 2017 pukul 15.30-16.45 WIB di SMPN 189 64

Selain itu, pengenalan juga dilakukan dengan mengajarkan silat Cingkrik pada masyarakat sekitar khususnya masyarakat di Rawa Belong. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat lebih mengenal tentang warisan budaya di daerah tempat tinggalnya.

“Saya akan mengajarkan atau melestarikan silat cingkrik disekitar tempat tinggal dan mengikuti acara acara yang diadakan atau dilombakan”35

“Karena didaerah rawa belong terkenal dengan silat cingkring dan kebanyakan orang-orang dirawa belong mempertahan silat cingkrik dan saya juga warga rawa belong”36

Setelah dilakukan pengenalan, barulah direncanakan tahapan pelaksanaan latihan silat Cingkrik khususnya bagi remaja. Para pelatih juga harus bersiap dengan kemungkinan hambatan dari pelaksanaan latihan silat Cingkrik. “Kalau sudah pengenalan kan banyak yang masuk, dari sini proses pelaksaannya baru dapat dimulai, kerjasama kita sebagai pengurus harus kuat apalagi dengan seleksi alam yang pasti akan muncul, banyak anak-anak mulai jenuh dengan latihannya, nah tugas kita adalah mencari cara latihan yang efektif lagi sehingga anak-anak ini tidak kembali bosan dan semangat lagi latihannya”37

Responden yang merupakan asisten pelatih juga mengungkapkan kunci strategi dalam silat Cingkrik, di antaranya adalah disiplin, adab terhadap guru, dan mengikuti metode pembelajaran dari guru. “Satu disiplin dari senior-senior yang ngajarin dan anak-anak yang diajar, kedua jaga adab sama guru, ketiga ya metode-metode pembelajaran dari guru-guru kita sendiri khususnya dari Baba Warno seperti itu ngajarnya ya kita ngikutin. Jadi semakin berkembang dan berfikirnya nyari berkahnya dulu aja itu semua kunci strategi kita”38

35Hasil wawancara dengan Alfian pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 36Hasil wawancara dengan Romi pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 37Hasil wawancara dengan Imam Achmad Mirza pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di SMPN 71 38Hasil wawancara dengan Udin pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 65

d. Implementasi Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)

Pengelola Perguruan Cingkrik Rawa Belong mencoba untuk mempertahankan budaya Betawi dengan merangkul anak-anak muda agar tidak lupa dengan budaya sendiri khususnya silat ini. Salah satu cara merangkul anak-anak muda adalah dengan menerapkan silat PERCIRA ini sebagai ekstrakurikuler di sekolah dengan hal ini anak-anak akan lebih mudah mengenal dan memahaminya. “Usaha saya ya salah satunya membangun PERCIRA ini ya. PERCIRA saya bangun bersama teman-teman saya dan kami merangkul anak- anak muda supaya mereka gak lupa dengan budaya mereka sendiri. Budaya yang ada di daerah mereka. Kita berusaha mati-matian membuat silat cingkriknya diterima di sekolah-sekolah sebagai ekstrakurikuler dan kami gak membatasi siapapun yang ingin mengikuti silat cingkrik ini walau bukan dari orang Betawi.”39

Proses pengenalan silat Cingkrik dilakukan dengan berbagai cara, utamanya adalah memberi informasi pada masyarakat mengenai kegunaan dan sistem pembelajaran dari silat Cingkrik. “Prosesnya kita ngasih tau kegunaan dan sistem pembelajaran, jurusnya, presentasiin manfaatnya jadi bisa membuat orang-orang tertarik. Seperti presentasi ke sekolah-sekolah, lalu kekampung- kampung bisa lewat festival atau undang orang-orang pentingnya”40

Sedangkan dari pihak siswa, implementasi pelestarian budaya silat Cingkrik adalah dengan cara ikut berpartisipasi secara aktif dalam mempelajari dan mengembangkan aliran pencak silat ini. “Mungkin usaha pertama ya ikut ini, ikut pencak silat ini. Saya kan generasi muda saya ikut ini dan ingin mengembangkan diri disini untuk mempertahankan budaya Betawi ini jangan sampai hilang sampai nanti-nanti. Dan nanti saya ingin buka di sekolah-sekolah lain juga, mungkin kalau sekarang masih di Jakarta Barat, tapi nanti kita akan

39 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 40Hasil wawancara dengan Fairuz pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 66

menyebar kita akan buka di seluruh Jakarta, pokoknya nanti di seluruh Jakarta insha Allah akan ada nama PERCIRA.”41

Anggota PERCIRA juga berupaya untuk memperluas organisasi, salah satunya dengan membuka cabang PERCIRA di Jakarta Pusat. Hal tersebut dilakukan agar silat Cingkrik semakin meluas dan menyebar. Selain itu, anggota PERCIRA juga sering berkumpul di acara Car Free Daydi Bundaran HI, dengan tujuan untuk memperkenalkan silat Cingkrik sebagai budaya Betawi. “Saya mencoba membuka cabang PERCIRA di Jakarta Pusat untuk membuat nama PERCIRA semakin meluas dan menyebar, dari awalnya saya ikut PERCIRA, ngembangin diri disini, belajar lagi-dan lagi, menangin perlombaan-perlombaan itu adalah usaha saya untuk mengharumkan nama Betawi. Kami juga suka berkumpul dengan tema 1000 pesilat biasanya kami kumpul di HI, kenapa di HI? Karena sengaja biar yang lagi pada carfreeday liat ini loh Betawi ini loh budaya Betawi jadi secara gak langsung kita juga ngenalin dan jadi pusat perhatian disitu”42

Hal tersebut dilakukan karena anggota PERCIRA sadar bahwa silat Cingkrik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan agar tidak putus asal usulnya. “Yang namanya warisan ya, warisan ini sebagaimana ilmu yang diwariskan dari guru ke kita itu biar gak putus, harus kita kembangin ke orang yang lain lagi. Biar, ilmu itu tetep ada, ga mati gak padam. Jadi harus diturunin ke generasi yang baru, karena kalau ga ada penerusnya sudah dapat dipastikan silat cingkrik ini akan punah”43

Kemudian, PERCIRA juga membuka cabang di berbagai daerah tempat tinggal murid dengan tujuan untuk memperluas silat Cingkrik ke wilayah lain selain Rawa Belong. Selain itu, murid silat Cingkrik juga mengajak warga sekitar wilayah tersebut untuk turut bergabung dalam aliran silat tersebut.

41Hasil wawancara dengan Bazar Rizkillah pada 12 Januari 2017 pukul 15.30-16.45 WIB di SMPN 189 42Hasil wawancara dengan Imam Achmad Mirza pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di SMPN 71 43Hasil wawancara dengan Mega Nur Halimah pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 67

“Strategi yang dilaksanakan di PERCIRA ini dengan membuka beberapa cabang diantara tempat murid tinggal, jadi di setiap murid- murid yang belajar silat cingkrik dibuka beberapa cabang, jadi murid- murid yang dibuka cabang bisa ngajak warga sekita untuk bergabung ke silat cingkrik ini”44

Perkembangan cabang-cabang di wilayah lain pun selalu dipantau, untuk mengetahui kemajuan dari cabang-cabang tersebut dan strategi yang tepat untuk mengembangkan silat Cingkrik di wilayah tersebut. “Dalam proses pelaksanannya kita akan melihat perkembangan cabang tempat silat cingkrik yang udah dibuka, jadi apabila ada cabang yang menglami kemajuan dalam menarik minta warga sekitar kita akan terapin metode ke cabang yang kurang maju”45

Dalam pelaksanaannya, pengelola dan juga siswa PERCIRAselalu berupaya memperbaiki kondisi internal dan meningkatkan kekeluargaan sehingga dapat konsisten melakukan pelatihan silat. Selain itu juga dilakukan kerjasama antar anggota untuk merangkul orang lain agar ikut bergabung dan tertarik untuk mempelajari silat Cingkrik tersebut. “Dalam prosesnya sih pasti ada kekurangan disana-sini, tapi karena kami konsisten dalam jalanin strategi yang sudah dirembukan kekurangannya bisa dikurangin, terus juga kerjasama tiap anggota disini kuat dan mereka ngerjainnya tulus jadi proses pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar”46

e. Evaluasi Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik Perguruan Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) Setelah implementasi dilakukan, maka penting untuk melakukan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan pada organisasi sehingga segera dapat dicari pemecahan masalahnya. Menurut responden, ecara umum

44Hasil wawancara dengan Aditya Saputra pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 45Hasil wawancara dengan Romi pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 46Hasil wawancara dengan Bazar Rizkillah pada 12 Januari 2017 pukul 15.30-16.45 WIB di SMPN 189 68

strategi yang dilakukan dalam mempertahankan silat Cingkrik dianggapsudah berhasil meskipun masih terdapat kekurangan. “Menurut saya sih sudah berhasil, tapi ya ada aja kurangnya, dan dari dalam diri kita juga pasti banyak kurangnya, evaluasi itu penting biar kita tau mana yang salah dan apa yang harus dibenerin. Biasanya kita bikin rapat rame-rame, biacarain sambil ngobrol dan sekalian benerin internalnya, karena biasanya yang bikin hancur sebuah organisasi bukan dari luar melainkan dari dalam dan itu lebih sulit untuk dibenahi. Makanya harus banget jaga kekompakan”47

“Untuk saat ini sih semua sudah berhasil ya, tapi tetep ga mau puas karena kita yakin kita bisa lebih dari ini dan berkembang lagi dan lagi”48

Responden lain juga berpendapat bahwa penerapan silat Cingkrik dalam kegiatan ekstrakurikuler telah mengalami keberhasilan sehingga dapat saling menguntungkan pihak sekolah maupun PERCIRA. “Alhamdulillah saya rasa kita mengalami keberhasilan tapi belum besar, namun cukup buat bikin orang sadar kalau kita ada. Karena setelah masuk di ekstrakulikuler sekolah sekolah ini kita bisa ajak mereka buat ikut pertandingan-pertandingan yang akhirnya mengangkat nama silat dan sekolah itu juga. Jadi sama-sama menguntungkan gitu.”49

Responden menilai bahwa silat Cingkrik berhasil dalam memberi dampak positif bagi dirinya, yaitu memperluas pertemanan hingga pengalaman berorganisasi, serta memperdalam ketaatan dalam beragama. “Hasil yang sudah saya dapatkan yaitu makin banyak teman-teman, pengalaman belajar di silat cingkrik, mengerti caranya dalam berorganisasi dan mendapatkan prestasi yang sudah didapat”50

“Kalau bicara hasil mah udah banyak banget hasil yang didapetin, dari temen baru, saudara baru, murid baru, pribadi baru, lebih taat

47Hasil wawancara dengan Imam Achmad Mirza pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di SMPN 71 48Hasil wawancara dengan Udin pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 49 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 50Hasil wawancara dengan Alfian pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 69

pada agama karena ditanamanin semua hal yang baik selain silatnya”51

Responden berpendapat bahwa keberhasilan silat Cingkrik juga dapat dilihat dari berkembangnya jumlah anggota PERCIRA.Meskipun demikian responden mengakui bahwa masih terdapat kekurangan dalam dalam organisasi. Namun, anggota PERCIRA selalu melakukan musyawarah untuk membahas mengenai kekurangan-kekurangan tersebut. “Kalau menurut saya sudah berhasil ya, karena bisa dilihat dari yang anggotanya hanya sedikit bisa menjadi banyak seperti ini, lalu juga bisa dari yang hanya latihan ngampung jadi bisa berorganisasi sampai ikut IPSI dan tercatat di LKB juga, walau banyak kekurangan ya kita musyawarahin apa yang kurang”52

“Kalau dilihat sekarang di cabang cabang yang udah dibuka alhamdulillah sih cukup berhasil, jadi cabang yang sepi peminatnya setelah di evaluasi mengalami peningkatan dalam menarik minat warga sekitar”53

Beberapa hambatan yang dialami berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari anggota, dimana anggotanya sendiri sering malas untuk latihan.Rasa malas dari para anggotanya seringkali disebabkan karena rasa jenuh dan kelelahan akibat kesibukan lain selain belajar silat Cingkrik. “Satu ada sifat jenuh, Kedua jenuh itu datangnya karena cape, Ketiga ya karena kesibukan masing-masing soalnya semua disini sibuk bukan karena di cingkrik aja bukan karena di sanggar aja, pasti punya acara lain keperluan lain, seperti kerja terus pulang kerja dia cape”54

“Ya paling faktor dari dalam diri sendiri sih mungkin, soalnya sih ya kan orang kalau sudah terlalu lama gitu dia suka jenuh itu mungkin ngelakuin latihannya, terus juga kayak punya kesibukan yang lain,

51Hasil wawancara dengan Udin pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 52Hasil wawancara dengan Bazar Rizkillah pada 12 Januari 2017 pukul 15.30-16.45 WIB di SMPN 189 53Hasil wawancara dengan Ruslandi pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 54Hasil wawancara dengan Fairuz pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 70

seneng ngelakuin yang lain daripada silat ini namanya seleksi alam. Dari yang anggotanya banyak terus berkurang-berkurang”55

Selain itu, masalah eksternal yang dihadapi salah satunya adalah kesulitan dalam mengajukan perizinan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Terlebih, silat identik dengan kekerasan jika dilihat oleh orang awam. “Banyak banget ya, dari masalah internal yang kadang anggotanya sendiri yang suka males dateng buat latihan, sampai ke masalah eksternal ketika kita mengajukan silat ini sebagai ekstrakulikuler di sekolah. Banyak sekolah yang awalnya menolak karena dirasa ga memberikan manfaat apapun dan mereka mikirnya kekerasan karena silat ya mereka mikirnya berantem.”56

Selain itu, responden berpendapat bahwa minat masyarakat untuk mempelajari silat Cingkrik masih rendah. Hambatan lain adalah adanya stigma negatif dari masyarakat bahwa silat Cingkrik digunakan untuk membunuh. Hal tersebut menyebabkan sebagian orangtua tidak mengijinkan anaknya untuk mengikuti latihan silat Cingkrik, terlebih jika latihan dilakukan pada malam hari. “Yaitu kemauan atau minat masyarakat dalam mempelajari silat cingkrik”57

“Selain yang tadi ya banyak orang suka salah paham sama silat cingkrik yang dibilang tujuannya untuk ngebunuh orang, faktor penghambat yang lainnya itu kita suka ga dikasih latian sama orang tua apalagi kalau latihannya malam, itu kadang susah untuk diizinin. Masalah waktu dan tempat itu paling rumit”58

Meskipun demikian, anggota PERCIRA tetap berupaya untuk mengajarkan silat Cingkrik kepada masyarakat secara perlahan-lahan. Anggota PERCIRA juga berupaya untuk meyakinkan orangtua bahwa silat Cingkrik

55Hasil wawancara dengan Bazar Rizkillah pada 12 Januari 2017 pukul 15.30-16.45 WIB di SMPN 189 56 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 57Hasil wawancara dengan Aditya Saputra pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 58Hasil wawancara dengan Imam Achmad Mirza pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di SMPN 71 71

merupakan kegiatan positif yang memiliki banyak manfaat. Hal tersebut dilakukan sembari meminta restu dari orangtua sebelum melakukan latihan. “Cara menghadapinya kita harus pelan pelan dalam mengajari silat cingkrik dan mengajarkan manfaat yang didapat di silat cingkrik”59

“Kita minta ridho dulu sama orang tua sebelum berangkat latian, tanya dulu boleh atau engga. Kalau engga ya kenapa? Apa alsannya kalau emang ternyata salah paham kan kita udah paham nih udah tau yang benernya apa ya jelasin pelan-pelan kalau ini kegiatan yang positive daripada habisin waktu buat mabok-mabokan, narkoba, sedangkan kegiatan ini malah olahraga dan menyehatkan badan. Kalau masih ga dibolehin untuk latihan malam kan sudah ada ekskul jadi anak-anak itu bisa ikut di ekskul karena ekskul ini kan latihannya gak mungkin malam dan berurusan dengan sekolah juga”60

Adapun permasalahan internal dapat diatasi dengan mengingatkan secara pribadi, sementara masalah eksternal dilakukan dengan mendaftarkan silat Cingkrik ke IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) untuk memperoleh pengakuan sehingga pihak sekolah maupun orangtua dapat mempercayai. “Untuk internal tadi saya hanya melakukan pendekatan secara pribadi aja, karena saya yang mimpin dan saya ga mau ngomongin temen- temen saya di depan banyak orang karena nanti dia yang ada ga mau gabung lagi. Jadi saya ajak ngomong sendiri-sendiri. Kalau masalah eksternalnya itu bisa dilewatin dengan kerja sama yang bagus di Organisasi ini. Kita berjuang mendaftarkan silat kita ke IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), kita juga buat presentasi yang nunjukin manfaat-manfaat dari silat cingkrik ini apa, dan susunan organisasi kita yang rapi. Pokoknya ga nyerah itu kuncinya, sampai akhirnya sekolah itu ngizinin kita buat masukin ekstrakulikuler ini ke sekolah.”61

59Hasil wawancara dengan Romi pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 60Hasil wawancara dengan Mega Nur Halimah pada 12 Januari 2017 pukul 18.45-19.30 WIB di Sanggar PERCIRA 61 Hasil wawancara dengan Robi Indra pada 12 Januari 2017 pukul 19.30-20.45 WIB di Sanggar PERCIRA 72

C. Pembahasan 1. Gambaran Perguruan Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)

Pencak silat adalah salah satu cabang olahraga beladiri yang terdapat di Indonesia. Olahraga beladiri pencak silat adalah warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Karena pencak silat lahir dari kebudayaan bangsa Indonesia, maka perkembangannya dipengaruhi oleh watak, selera, dan bakat masyarakat yang ada di daerahnya masing-masing. Selain keadaan masyarakat dan sifatnya, faktor alam juga dapat memengaruhi perkembangan pencak silat itu sendiri, misalnya keadaan tempat, iklim, keadaan sosial, dan lain sebagainya.

Dalam salah satu unsur kebudayaan yakni kesenian pencak silat adalah salah satu produk kebudayaan Betawi yang sudah sangat ternama. Dalam kebudayaan Betawi pencak silat terbagi lagi menjadi banyak aliran silat. Terdapat beberapa aliran silat yang terkenal di kebudayaan Betawi ini, yaitu aliran silat Cingkrik, Gie Sau, Beksi, Kelabang Nyebrang dan Merak Ngigel, Naga Ngerem.

Silat Betawi terkenal dengan aliran silatnya yang beragam sesuai asal kampung atau daerah perkembangan aliranya. Karena itu pula masyarakat Betawi sering menyebut kelompok mereka berdasarkan tempat tinggalnya, seperti Orang Rawa Belong, Orang Kemayoran, atau Orang Senen. Perubahan penamaan berdasarkan daerah ini baru bergeser tahun 1923 sejak Moh Husni Thamrin dan tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkumpulan Kaum Betawi sebagai sebuah kelompok etnis sosial yang lebih luas dan dikenal dengan nama orang Betawi.

Saat ini salah satu aliran silat Betawi yang khas dan dikenal dengan cukup khas sebagai silat Betawi pada umumnya adalah silat Cingkrik. silat Cingkrik telah masuk ke berbagai pelosok kampung Betawi dan memiliki banyak turunan alirannya. Hal inilah yang membuat peneliti mengambil silat Cingkrik sebagai obyek dalam penelitian ini. 73

2. Revitalisasi Budaya Silat Cingkrik

Melihat perkembangan zaman saat ini, revitalisasi budaya diperlukan guna melestarikan budaya. Revitalisasi dalam konteks kebudayaan adalah memaksimalkan semua unsur sebuah budaya menjadi lebih vital atau terbedaya lagi, sehingga sasaran dan tujuan dari sebuah budaya bisa dicapai dan dilangsungkan dengan maksimal pula.

Oleh sebab itu diperlukan strategi khusus untuk merevitalisasi budaya Betawi pencak silat ini. Terdapat tahapan strategi yang meliputi perumusan strategi, pengimplementasikan strategi dan evaluasi stategi.

3. Perumusan Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik

Menurut Joel Ross dan Michael Kami Perumusan strategi termasuk didalamnya adalah pengembangan tujuan, menganalisis peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam satu proses kegiatan.

Dalam hal ini Perguruan Cingkrik Rawa Belong merumuskan untuk menentukan target yang ingin dituju terlebih dahulu supaya dapat menghasilkan strategi yang sesuai untuk dilaksanakan dalam mencapai tujuan, dan target yang dipilih yaitu anak-anak usia remaja meliputi usia sekolah SD, SMP dan SMA karena dengan usia remaja masa depan Silat Cingkrik masih bisa dipertahankan dan tetap dilestarikan ketika mereka dewasa nanti. Setelah menentukan target maka langkah selanjutnya adalah dilakukan penyusunan rencana pelaksanaan yang meliputi mencoba memasukan Silat Cingkrik ke dalam ekstrakulikuler sekolah-sekolah, mengadakan festival-festival yang bertempat dimana remaja-remaja mudah ditemukan, salah satunya adalah Taman Kota dan penetapan di lembaga silat untuk memperoleh pengakuan. 74

Selain itu, pengenalan juga dilakukan dengan mengajarkan silat Cingkrik pada masyarakat sekitar khususnya masyarakat di Rawa Belong. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat lebih mengenal tentang warisan budaya di daerah tempat tinggalnya.

4. Implementasi Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik

Menurut Joel Ross dan Michael Kami implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk. Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi karena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi sebuah tindakan. Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasikan sumber daya dan mengembangkan budaya yang mendukung strategi merupakan usaha yang dilakukan dalam mengimplementasikan strategi. Implementasi yang sukses memerlukan dukungan disiplin, motivasi dan kerja keras.

Implementasi strategi merupakan proses pelaksanaan strategi. Yang mana dalam pelaksanaannya perlu konsistensi yang tinggi dari masing-masing anggota yang terlibat didalamnya. Komitmen serta kerjasama dari seluruh unit diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Dalam Perguruan Cingkrik Rawa Belong Implementasi yang dilakukan adalah dengan melaksanakan rencana yang telah dibuat pada tahapan perumusan strategi yaitu door to door ke sekolah-sekolah untuk menjadikannya sebagai ekstrakurikuler sekolah. Dengan hal ini remaja akan mengenal dan belajar sehingga revitalisasi dapat tercapai. Kegiatan ini pula telah membuahkan hasil dimana banyak remaja mendaftar dan digunakan sebagai ilmu wawasan. 75

Selain itu, anggota PERCIRA telah melakukan perluasan cabang di berbagai daerah, salah satunya adalah Jakarta Pusat. Hal tersebut dilakukan untuk memperkenalkan silat Cingkrik kepada masyarakat selain di wilayah Rawa Belong. Pengenalan silat Cingkrik juga dilakukan dengan berpartisipasi pada Car Free Day yang berlokasi di Bundaran HI.

5. Evaluasi Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik

Menurut Joel Ross dan Michael Kami, Evaluasi perlu untuk semua organisasi dari semua kegiatan dengan mempertanyakan pertanyaan dan asumsi menejerial, harus memicu tinjauan dari nilai-nilai yang merangsang sebuah kreativitas. Evaluasi menjadi tolak ukur dari keberhasilan strategi yang akan diterapkan kembali dimasa mendatang oleh suatu organisasi. Evaluasi yang dilakukan meliputi mengamati internal dan mencoba memperbaiki internal sehingga dapat bekerjasama membangun kekeluargaan dan para anggota betah untuk bertahan dan melestarikannya.

Strategi mempertahankan silat Cingkrik dinilai telah berhasil karena hingga saat ini, jumlah anggota Perguruan Silat Cingkrik Rawa Belong terus mengalami peningkatan. Namun dalam pelaksanaanya, strategi yang telah dilakukan memiliki banyak kekurangan, antara lain rasa malas dan jenuh yang timbul pada siswa yang mempelajari silat Cingkrik. Selain itu, masyarakat masih memiliki stigma negatif terhadap ilmu silat yang identik dengan kekerasan. Sehingga, tidak jarang orangtua yang tidak memperbolehkan anaknya dalam mengikuti latihan silat Cingkrik.

Permasalahan-permasalahan tersebut diatasi diantaranya dengan cara mengingatkan secara pribadi pada anggotanya, serta berupaya mendaftarkan silat Cingkrik pada Ikatan Persatuan Silat Indonesia (IPSI) agar memperoleh kepercayaan dari pihak sekolah dan orangtua, serta memberikan penjelasan lebih kepada sekolah dan orang tua bahwa Silat Cingkrik bertujuan untuk menjadi pertahanan diri dan melestarikan Budaya, dan Perguruan Cingkrik 76

Rawa Belong selalu memberikan arahan kepada para muridnya untuk menggunakan latihan-latihan yang telah dipelajari dengan baik.

Perguruan Cingkrik Rawa Belongpun mengadakan latihan gabungan setiap 3 bulan sekali yang bertujuan untuk membuat murid-murid semakin semangat karena bertemu dengan orang baru dari berbagai sekolah. Hal ini diharapkan dapat mengatasi hambatan-hambatan internal karena berkumpul bersama dengan berbagai sekolah dapat membuat masing-masing sekolah belajar segala hal baru dari sekolah-sekolah yang lain. Mereka dapat berbagi pengalaman, berbagi ilmu, berbagi cerita, dan berbagi solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada.

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Peguruan Silat Cingkrik Rawa Belong merupakan salah satu warisan budaya Betawi yang penting untuk dilestarikan. Revitalisasi budaya perlu dilakukan dengan beberapa strategi yang meliputi:

1. Perumusan strategi, yaitu dengan cara menentukan sasaran pengenalan pencak silat Cingkrik, dalam hal ini adalah remaja, dan langkah selanjutnya adalah dilakukan penyusunan rencana pelaksanaan yang meliputi mencoba memasukan Silat Cingkrik ke dalam ekstrakulikuler sekolah-sekolah, mengadakan festival-festival yang bertempat dimana remaja-remaja mudah ditemukan, salah satunya adalah Taman Kota dan penetapan di lembaga silat untuk memperoleh pengakuan.

2. Implementasi strategi, yaitu dengan cara mengenalkan silat Cingkrik kepada remaja salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler serta festival-festival budaya.

3. Evaluasi strategi, dalam hal ini menilai bahwa strategi yang digunakan telah berhasil dengan pembuktian Silat Cingkrik yang telah masuk ke 7 sekolah dan memiliki anggota sebanyak 450 anggota. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat kekurangan dari pelaksanaan silat Cingkrik, salah satunya adalah permasalahan internal yaitu berasal dari anggotanya dan juga permasalahan eksternal terkait dengan perizinan. Dan diselesaikan dengan cara mendaftarkan Silat Cingkrik pada IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) dan memberikan penjelasan kepada Orang Tua dan Sekolah tentang baiknya mempelajari Silat Cingkrik sebagai pertahanan diri agar mendapatkan kepercayaan dari Orang Tua dan Sekolah. Serta, melaksanakan kegiatan latihan gabungan setiap 3

77

78

bulan sekali guna menyelesaikan hambatan internal dengan berbagi solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada.

B. Implikasi

Dari hasil penelitian tentang Strategi mempertahankan silat cingkrik dalam pelestarian budaya Betawi yang dilaksanakan pada Perguruan Cingkrik Rawa Belong, Jakarta Barat dapat dilihat adanya dampak baik penggunaan tahapan strategi itu sendiri pada keberlangsungan Perguruan Cingkrik Rawa Belong dalam mempertahankan Silat Cingkrik. Denagn tahapan pertama yaitu perumusan masalah Perguruan Cingkrik Rawa Belong dapat membuat cakupan dan target yang jelas sebelum pada akhirnya memikirkan strategi apa yang cocok digunakan untuk menarik orang-orang mendaftar pada sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong tersebut. Kemudian, dilanjutkan dengan memilih strategi yang cocok untuk mengenalkan silat cingkrik pada target yang sudah ditentukan yakni para remaja dengan cara membuat festival-festival ditempat para remaja berkumpul, hingga akhirnya membuat rumusan strategi memasukkan silat cingkrik pada ekstrakulikuler-ekstrakulikuler sekolah.

Rumusan strategi tidak akan berjalan tanpa adanya implementasi strategi. Implementasi strategi adalah pelaksanaan dari rumusan strategi yang telah dibuat oleh Perguruan Cingkrik Rawa Belong, yakni membuat festival- festival budaya Betawi dan mendatangi sekolah-sekolah untuk memasukkan silat cingkrik ke dalam ekstrakulikuler sekolah.

Dalam pelaksanaan implementasi strategi ditemukan beberapa hambatan yang membuat strategi harus dievaluasi sehingga tujuan awal dapat tercapai. Disinilah fungsi dari tahapan ketiga yakni evaluasi strategi dibutuhkan. Pada Perguruan Cingkrik Rawa Belong ditemukan beberapa hambatan yaitu perizinan dari orang tua dan masalah-masalah internal seperti jenuh dan bosan. Pada evaluasi strategi ditemukan solusi yakni mendaftarkan Perguruan Cingkrik Rawa Belong pada IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) 79

dan menjelaskan kepada orang tua tentang hal positif dalam mempelajari silat cingkrik sehingga orang tua tidak merasa khawatir ketika sang anak mempelajari silat cingkrik ini. Perguruan Cingkrik Rawa Belong juga melaksanakan latihan gabungan stiap 3 bulan sekali sehingga jenuh dan bosan dapat diatasi dengan bertemu orang-orang baru, dan tempat latihan yang berbeda seperti biasanya, selain itu juga dapat saling berbagi solusi dengan masalah-masalah yang ada.

Dengan hal-hal yang disebutkan diatas, tahapan-tahapan strategi pada teori yang dipaparkan oleh Joel Ross dan Michael Kami sangat berdampak baik dalam keberlangsungan Perguruan Cingkrik Rawa Belong dalam mempertahankan silat cingkrik dalam pelestarian budaya Betawi.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka berikut merupakan saran yang dapatdiberikan oleh penulis.

1. Bagi Perguruan Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)

Diharapkan Perguruan Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA) mampu mempertahankan atau bahkan mengembangkan strategi yang telah dilakukan untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Betawi silat Cingkrik di mata masyarakat.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian lanjutan yang lebih mendetail mengenai persepsi masyarakat tentang silat Cingkrik sebagai warisan budaya Betawi untuk mengetahui sejauh mana silat Cingkrik dikenal oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU: Adi, Windoro. Batavia 1740: Menyisir Jejak Betawi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2010 Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers. 2015 Aj, Ochid. Bunga Rampai Pencak Silat. (Ebook). 2010 Amirullah dan Budi Cantika, Sri. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2000 Baswori dan Suwardi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2008 David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta, Prenhalindo. 2002 Emzir. Metodologi Penelitian Kualiatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers. 2010 Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. 2013 Hari Purnomo, Setiawan dan Zulkieflimansyah. Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI. 1999 Harsey, Paul dan Blanchard, Ken. Manajemen Prilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga. 1982 Herdiyansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. 2012 Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 2009 Kardiman, A.M. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: Prohalindo, t.t Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009 Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 1995 Liliweri, Alo. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LkiS. 2003 Maryono, O’ong. Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Galang Press, Cet 2, 2000 M. Setiadi, Elly. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. 2008 Na’im, Hasan dan Syaputra, Hendry. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. 2012 Nawi, G.J. Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2016 Prabowo, Erik R. Silat Nusantara. Jakarta: Litera. 2016 Rafiudin dan Abd. Djaliel Manan. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia, 1997 Saidi, Ridwan. Potret Budaya Manusia Betawi. Jakarta: Perkumpulan Renaissance Indonesia. 2011 Setiati, Eni dkk. Ensiklopedia Jakarta 6. Jakarta: PT. Lentera Abadi. 2009 Shadily, Hasan. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1998 Siagian, S.P. Manajemen Modern. Jakarta: Masagung. 1994 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Bandung: Alfabeta. 2014 Syamsudin, Din. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Lagos. 2000 Tamburaka, Rustam E. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat & Iptek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002

PENELITIAN dan SKRIPSI: Cellia, Putri. Peran Teater Lenong Betawi Dalam Pembentukan Identitas Budaya Masyarakat Betawi (Studi Kultural Historis: Teater Lenong Marong Group Di Ciater, Tangerang Selatan), Skripsi Program Studi Pendidikan IPS, FITK, Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta: 2014, tidak dipublikasikan Endri, Doni. Strategi Mempertahankan Silat Pauh (Studi Terhadap Tuo Silat Pauh Di Tapian Caniago Kel. Korong Gadang Kec. Kuranji Padang), Padang: 2008, tidak dipublikasikan Yuliana, Eka. Strategi Mempertahankan Eksistensi Komunitas Virginity Jogja. Yogyakarta: 2014, tidak dipublikasikan Kartika, Yulia. Peran Perkampungan Setu Babakan dalam Melestarikan dan Mengembangkan Budaya Betawi. Jakarta: 2008, tidak dipublikasikan

WEBSITE: www.bps.go.id, Jumlah Penduduk DKI Jakarta, diakses pada 10 Juli 2016 www.bps.go.id, Jumlah Penduduk DKI Jakarta menurut Suku Bangsa, diakses pada 10 Juli 2016 https://id.wikipedia.org/wiki/Revitalisasi, Pengertian Revitalisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses pada 6 Januari 2017

LAMPIRAN SURAT BIMBINGAN SKRIPSI, SURAT IZIN PENELITIAN

KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082 UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 1 Maret 2010 FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1 SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/...... /2019 Jakarta, 01 Februari 2016 Lamp. : - Hal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth.

1. Dr. Abdul Rozak, M.Si 2. Cut Dhien Nourwahida, M.A

Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi Pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa: Nama : Radita Milati NIM : 1112015000009 Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Sosiologi Semester : VIII (Delapan) Judul Skripsi : Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik dalam Pelestarian Budaya Betawi (Studi Kasus Perguruan Cingkrik Rawa Belong, Jakarta) Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 11 Januari 2016, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. apabila perubahan subtansi dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082 UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 1 Maret 2010 FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1 SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN SKRIPSI

Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Mahasiswa yang bersangkutan

KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082 UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 1 Maret 2010 FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1 SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/...... /2017 Jakarta, 6 Januari 2017 Lamp : Proposal Penelitian Hal : Permohonan Izin Penelitian

Kepada Yth. Ketua PERCIRA (Perguruan Cingkrik Rawa Belong) di Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama : Radita Milati NIM : 1112015000009 Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Sosiologi) Semester : IX (Sembilan) Judul Skripsi : Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik dalam Pelestarian Budaya Betawi (Studi kasus sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong, Jakarta Barat) adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di sanggar Bapak pimpin.

Untuk itu kami mohon Bapak dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Bapak, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan 4. Jurusan Pendidikan IPS

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA, KISI-KISI WAWANCARA, TRANSKIP WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

No Dimensi Variabel Informan Indikator

1. Sejarah perkembangan silat cingkrik di daerah sekitar Sanggar

2. Posisi silat cingkrik dalam masyarakat Ketua Perguruan Betawi setempat Konteks Sejarah Cingkrik Rawa 3. Awal terbentuknya 1. dan Perkembangan Belong perguruan silat (PERCIRA) cingkrik Rawa Belong

4. Alasan dalam membentuk perguruan silat cingkrik Rawa Belong

1. Pandangan mengenai revitalisasi silat Ketua Perguruan Betawi Revitalisasi Cingkrik Rawa 2. 2. Pandangan Budaya Belong seberapa penting (PERCIRA) sebuah revitalisasi

3. Pandangan seberapa penting silat cingkrik dalam kehidupan

4. usaha yang dilakukan untuk revitalisasi budaya

5. Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk revitalisasi budaya

6. Harapan yang hendak dicapai dalam upaya revitalisasi

Ketua Perguruan 1. Tahapan Cingkrik Rawa Perumusan Strategi

Belong 2. Tahapan (PERCIRA), Pengimplementasi 3. Tahapan Strategi Anggota an Strategi

Perguruan Cingkrik 3. Tahapan Evaluasi Rawa Belong Strategi (PERCIRA

Ketua Perguruan 1. Faktor penghambat Cingkrik Rawa dalam Faktor penghambat Belong melaksanakan 4. pelaksanaan (PERCIRA), strategi

strategi Anggota 2. Faktor yang terkait Perguruan Cingkrik dengan masyarakat Rawa Belong pendukung (PERCIRA) kebudayaan

3. Faktor yang terkait dengan di luar masyarakat pendukung kebudayaan

4. Tindakan dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat

5. Pandangan silat cingkrik sebagai produk budaya yang harus dipertahankan

1. Motivasi untuk mengikuti silat cingkrik

2. Sistem pembelajaran silat Anggota Perguruan cingkrik di sanggar Orientasi Cingkrik Rawa 5. PERCIRA Pembelajaran Belong (PERCIRA) 3. Kegiatan yang telah diikuti di PERCIRA

4. Pandangan tentang kegiatan yang dilaksanakan di PERCIRA

5. Pandangan tentang seberapa penting pelestarian budaya

6. Pandangan seberapa penting pendidikan budaya

7. Tujuan mengikuti silat cingkrik

8. Harapan yang hendak dicapai dalam keikutsertaan dalam silat cingkrik

KISI-KISI WAWANCARA

Anggota dan Murid Perguruan Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong (PERCIRA)

1. Apa alasan terkuat Anda untuk bergabung dengan PERCIRA?

2. Apakah Anda hanya mengikuti silat cingkrik di PERCIRA?

3. Apa tujuan Anda ikut serta dalam PERCIRA?

4. Bagaimana fungsi silat cingkrik dalam hidup Anda?

5. Apa harapan yang hendak Anda capai dalam keikutsertaan di PERCIRA?

6. Bagaimana sistem pembelajaran silat cingkrik PERCIRA?

7. Menurut Anda, apakah melestarikan budaya itu penting?

8. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi?

9. Apa pandangan Anda terhadap perkembangan budaya Betawi saat ini?

10. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

11. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan?

12. Apa pandangan Anda mengenai revitalisasi budaya?

13. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting?

14. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

15. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya? 16. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

17. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA?

18. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

19. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

20. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut?

21. Apa harapan Anda untuk sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong?

DATA RESPONDEN

Nama : Robi Indra Umur : 28 Tahun Tanggal : 23 Januari 2017 Alamat : Jalan Salam II Jabatan : Ketua PERCIRA

PERTANYAAN

1. Bagaimana awal terbentuknya Perguruan Cingkrik Rawa Belong ini?

“Jadi PERCIRA ini dibentuk pertama kali sama Baba Warno namanya. Babe Warno dulu sempat menjadi salah satu tenaga pengajar perguruan tumbal pitung jat ayu membantu kong uming mengajar cingkrik rawa belong di lapangan bola kecap bango rawa belong bersama bang hasan kumis sampai tahun dari tahun 1974 s/d 1976 dikarnakan beberapa hal latihan tidak dilanjutkan. Namun Babe warno terus mengembang silat cingkrik di daerah (di bendhil, tanah abang, pluit, kebayoran baru, kemayoran, cidodol, kemondoran,sukabumi ilir, kemanggisan) Sejak tahun (1973)s/d (1978). Tapi karena kecelakaan mobil Babe Warno ga bisa lanjut ngelatih dan istirahat selama dua tahun. Tahun 2005 Baba Warno udah mulai ngelatih lagi dengan murid yang sedikit dan akhirnya ga berjalan lagi. Sampai akhirnya tahun 2007 saya bersama teman-teman saya sebagai murid Baba Warno diminta buat ikut atraksi, akhirnya kita buat jadwal latihan lagi dan berlangsung sampe sekarang.”

2. Sejak kapan Anda menjabat sebagai Ketua Perguruan Cingkrik Rawa Belong ini?

“Menjabat jadi ketua dari dibentuk dan alhamdulillah sampe sekarang masih pada percaya. Jadi dari tahun 2009, karena tahun 2009 itu PERCIRA resmi dibentuk dan terdaftar di IPSI.”

3. Apa Perguruan Cingkrik Rawa Belong memiliki administrasi yang baik? “Awalnya pasti belum ya, karena dulu ya sekedar latihan aja. Tapi semakin berjalan kita memperbaiki cara administrasi kita. Dari dibentuk susunan organisasi sampai akhirnya seperti yang dilihat sekarang PERCIRA sudah memiliki cabang yang lumayan banyak.”

4. Menurut Anda, bagaimana perkembangan silat cingkrik dari tahun ke tahun?

“Kalau menurut saya pribadi nih, dulu silat sangat bagus karena emang anak-anaknya minat buat belajar. Tapi makin kesini anak-anak penerus kita ini udah semakin gak mau gitu buat ikut hal-hal kayak gini, karena mereka merasa ada yang lebih menyenangkan daripada silat. Makanya disini saya mengajak anak-anak muda lain buat ikut partisipasi di silat ini, jadi nanti temen-temennya yang lain bisa ikutan. Dan alhamdulillah udah mulai keliatan hasilnya.”

5. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi?

“Wah ngomongin budaya Betawi, budaya Betawi ini banyak ya gak cuma silat aja, ada seni tarinya, alat musiknya, macem-macem dah. Tapi coba sekarang kita liat. Yang dikenal orang cuma Ondel-ondel sama kerak telor palingan. Palang pintu aja banyak yang ga tau kalau bukan orang sini. Seprihatin itu budaya Betawi sekarang ini. Padahal sangat beragam dan bermanfaat.”

6. Apa pandangan Anda terhadap perkembangan budaya Betawi saat ini?

“Ini kayak yang tadi saya bilang, sangat memprihatinkan. Mentang- mentang di Jakarta adanya. Dan rawan banget masuk budaya-budaya lain sampe akhirnya budaya sendiri dilupain.”

7. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

“Usaha saya ya salah satunya membangun PERCIRA ini ya. PERCIRA saya bangun bersama teman-teman saya dan kami merangkul anak-anak muda supaya mereka gak lupa dengan budaya mereka sendiri. Budaya yang ada di daerah mereka. Kita berusaha mati-matian membuat silat cingkriknya diterima di sekolah-sekolah sebagai ekstrakulikuler dan kami gak membatasi siapapun yang ingin mengikuti silat cingkrik ini walau bukan dari orang Betawi.”

8. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan?

“Silat cingkrik ini salah satu budaya yang zaman dulu paling disenangi orang-orang dan yang paling banyak manfaatnya bagi diri sendiri maupun buat orang lain. Jadi kalau ditanya apa yang bikin silat ini harus dipertahankan? Ya tadi itu. Segala sesuatu yang baik itu harus dipertahankan.”

9. Apa pandangan Anda mengenai revitalisasi budaya?

“Itu salah satu cara paling ampuh untuk buat ngembaliin silat cingkrik ke masa jayanya.”

10. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting?

“Sangat penting. Dan menurut saya yang sedang saya lakukan itu juga revitalisasi budaya kan.”

11. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

“Yang pertama kita pikirin dulu, yang mau kita rangkul siapa? Cakupan apa? Anak-anakkah, remajakah, atau orang dewasa? Itu yang paling penting.karena kalau kita udah nemuin siapa yang mau kita rangkul kita baru bisa pakai cara apa buat mengambil perhatian dan membuat mereka ingin gabung ke kita.”

12. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya? “Nah ini, setelah kita tentuin kita mau rangkul remaja-remaja nih, karena menurut kita remaja ini yang paling berpengaruh nantinya. Kalau anak- anak kan mereka belum terlalu ngerti, sedangkan orang dewasa ya sudah sedikit susah karena sibuk kan. Karena ruang lingkup kita nih remaja, ya caranya kita ngadain festival-festival dimana remaja-remaja itu kumpul. Atau kita ajak ngobrol yang akhirnya bikin dia mau ikutan. Dan cara yang paling mateng yang kita pikirin itu adalah masukin silat cingkrik ini ke ekstrakulikuler di sekolah-sekolah.”

13. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

“Alhamdulillah saya rasa kita mengalami keberhasilan tapi belum besar, namun cukup buat bikin orang sadar kalau kita ada. Karena setelah masuk di ekstrakulikuler sekolah sekolah ini kita bisa ajak mereka buat ikut pertandingan-pertandingan yang akhirnya mengangkat nama silat dan sekolah itu juga. Jadi sama-sama menguntungkan gitu.”

14. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA?

“Kalau untuk diri saya sendiri yang pasti kebanggan sebagai orang Betawi ya, dan gak lupa juga kesehatan yang pasti bagus karena mengikut silat. Dua hal itu yang membuat saya gak bisa lepas dari PERCIRA ini.”

15. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

“Ada, dan banyak.”

16. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

“Banyak banget ya, dari masalah internal yang kadang anggotanya sendiri yang suka males dateng buat latihan, sampai ke masalah eksternal ketika kita mengajukan silat ini sebagai ekstrakulikuler di sekolah. Banyak sekolah yang awalnya menolak karena dirasa ga memberikan manfaat apapun dan mereka mikirnya kekerasan karena silat ya mereka mikirnya berantem.”

17. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut?

“Untuk internal tadi saya hanya melakukan pendekatan secara pribadi aja, karena saya yang mimpin dan saya ga mau ngomongin temen-temen saya di depan banyak orang karena nanti dia yang ada ga mau gabung lagi. Jadi saya ajak ngomong sendiri-sendiri. Kalau masalah eksternalnya itu bisa dilewatin dengan kerja sama yang bagus di Organisasi ini. Kita berjuang mendaftarkan silat kita ke IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), kita juga buat presentasi yang nunjukin manfaat-manfaat dari silat cingkrik ini apa, dan susunan organisasi kita yang rapi. Pokoknya ga nyerah itu kuncinya, sampai akhirnya sekolah itu ngizinin kita buat masukin ekstrakulikuler ini ke sekolah.”

18. Seberapa penting silat cingkrik bagi kehidupan Anda?

“Sangat penting, karena tahun-tahun produktif saya, saya habiskan untuk membangun silat cingkrik demi penerus selanjutnya.”

19. Bagaimana implementasi nilai-nilai budaya Betawi dalam kehidupan sehari-hari Anda?

“Saya nerapinnya di kehidupan sehari-sehari lewat hal-hal kecil aja.”

20. Apa harapan Anda untuk sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong?

“Harapan saya, supaya silat ini ga berenti dan ilang dimakan zaman, setelah saya pensiun dari silat semoga ada banyak anak-anak lain yang meneruskan perjuangan kami membangun kembali budaya Betawi.”

DATA RESPONDEN

Nama : Indri Hariyanto Umur : 20 tahun Tanggal : 12 Januari 2017 Alamat : Jalan Pulomawar 1 no.32 Rt.004/004, Kelurahan Grogol Utara Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Jabatan : Asisten Pelatih

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda bergabung dalam silat cingkrik PERCIRA?

“Pertama kali masuk PERCIRA itu dari kelas 3 SMP sampai sekarang kurang lebih sih sekitar 7 atau 8 tahun gabungnya, berarti dari tahun 2009an. Pada saat itu organisasi udah tersusun baru saya masuk”.

2. Apa alasan terkuat Anda untuk bergabung dengan PERCIRA?

“Alasan yang paling kuat sih bisa dibilang kan dulu pengen belajar bela diri juga kan pengen ngelestariin juga, emang dulu pengen belajar bela diri tapi bingung beladiri apa. Kebetulan nemu bela diri silat cingkrik ini yang memang asli dari Betawi, saya itu langsung tertuju sama yang namanya silat cingkrik terus saya juga mikir daripada saya belajar beladiri dari tempat lain kenapa ga saya pelajari aja bela diri asli dari Indonesia ini gitu. Kebetulan saya orang Jawa tapi udah netep disini lama jadi saya mau ambil bagian untuk melestarikan salah satu kearifan lokal dari daerah sini”.

3. Apakah Anda hanya mengikuti silat cingkrik di PERCIRA?

“Kebetulan dulu sebelum di PERCIRA pernah saya ikut silat-silat ditempat lain, ada sekitar 3 sampai 4 sanggar yang saya ikuiti sebelum masuk sini. Tapi tertarik masuk ke PERCIRA dan nyaman karena disini orang-orangnya asik-asik Betawi asik, terus yang kedua orangnya open mereka terbuka buat nerima dan mau ngajarin kita dengan baik”. 4. Apa tujuan Anda ikut serta dalam PERCIRA?

“Tujuan awal masuk PERCIRA karena memang ingin memperdalam beladiri asli Betawi ini, dan juga untuk menjalin silaturahmi, dan mengembangkan diri”.

5. Bagaimana fungsi silat cingkrik dalam hidup Anda?

“Kalau dibilang fungsi mah banyak ya fungsinya dalam kehidupan, selain satu untuk bela diri kan yang pasti, kedua kan yang namanya orang Betawi itu dari dulu ga pernah lepas sama yang namanya ngaji, jadi disini itu sebelum kita latihan silat kita pengajian dulu, ibaratnya silat itu goloknuya sedangkan ngaji itu sarung goloknya jadi bisa buat menahan diri”.

6. Apa harapan yang hendak Anda capai dalam keikutsertaan di PERCIRA?

“Harapannya sih pengen biar PERCIRA mampu bersaing dengan pencak silat dari luar Jakarta sebagai menyumbang potensi atlit dan juga bisa mengharumkan nama Betawi itu sendiri. Sebenarnya kita sering mengikuti pertandingan di IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) tapi yang mengikuti bukan orang asli Betawi, padahal kita dulu punya pahlawan silat namanya Bang Pitung ya kan, nah kenapa kita gak bawa brand dia buat nunjukin nih orang-orang Betawi, nih silatnya Betawi obornya pun gak padam sampai sekarang”.

7. Bagaimana sistem pembelajaran silat cingkrik PERCIRA?

“Jadi pertama dari dulu basicnya kita ajarin jurus dulu, setelah menguasai jurus baru kita fokus sama sambut, sambut ini adalah simulasi buat bertarung. Nah kalau udah naik tingkat dari sambut nanti kita pelajarin yang namanya Bombang, bombang itu gabungan dari beberapa jurus dijadikan satu kemudian naik tingkat lagi namanya sambut detik, sambut detik itu maksudnya kalau lawan sekali nyerang nanti sudah dipastikan lawan itu akan langsung jatuh. Nah masih banyak lagi sih yang lainnya kurang lebih ada 5 tingkatan, selepas dari 5 tingkatan itu kita masih bisa gali lagi karena sebenarnya ilmu silat cingkrik itu gak monoton jadi bisa digali dan digali lagi”.

8. Menurut Anda, apakah melestarikan budaya itu penting?

“Ya kalau menurut saya sendiri sih itu penting banget, jadi ya kita sebagai anak muda penerus bangsa kan orang-orang terdahulu leluhur- leluhur kita yang menciptakan silat cingkrik ini, kalau ga ada leluhur- leluhur kita yang sudah berjuang maka Indonesia pasti ga bisa merdeka, ibaratnya gitu kan. Jadi kenapa kita ga berterimakasih dengan terus melestarikan apa yang mereka ciptakan, itu intinya sih”.

9. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi pada saat ini?

“Pandangannnya sih jadi budaya Betawi itu mempunyai ciri khasnya masing-masing dan mempunyai keunikannya masing-masing, jadi juga intinya sih budaya Betawi itu selain hal-hal yang dapat dibanggakan itu masyarakat Betawi sangat kental dengan Agama”.

10. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

“Kalau usaha yang pengen dilakukan sih, Alhamdulillah kan kita udah masuk ke ekskul-ekskul sekolah, dengan memperkenalkan silat cingkrik dan budaya-budaya lainnya kepada generasi muda itu sangat efektif untuk mempertahankan budaya Betawi”.

11. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan?

“Kenapa harus dipertahanin nih ya, yang pertama kan karena ini warisan dari leluhur kita, yang kedua nih ciri khas dari daerah Rawa Belong juga ya salah satu pahlawan kita Bang Pitung kan juga dari Rawa Belong lantas kenapa kita gak bangga sama silat dari Rawa Belong ini, kenapa kita malah bangga sama bela diri bela diri yang ada di luar Indonesia ini”. 12. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting?

“Penting banget, Ya emang tugas kita sebagai penerus bangsa buat terus melestarikan salah satu ciri khas dari budaya Betawi ini dan kenapa sih beberapa orang berfikir tidak begitu tertarik dengan masuk IPSI, masih banyak sanggar-sanggar yang tidak tertarik untuk masuk ke IPSI. Sekarang jadi modelnya gini, jaman dulu kan memang latihan silat itu gak dipungut biaya tapi zaman dulu sebelum silat harus nimba air dulu, harus cari kayu bakar dulu. Nah jadi kalau sekarang tuuh sistemnya tidak dengan pekerjaan seperti itu tapi diganti dengan ada beberapa sumbangsi kepada PERCIRA itu sendiri. Jadi, pesan buat sanggar-sanggar lain sih pokoknya jangan terpaku pada leluhur-leluhur kita yang dulu, kalau mau ngembangin ya dikembangin dengan mengikuti zaman sekarangnya jangan sampai silat di negeri kita padam dikalahkan oleh beladiri-beladiri dari luar Indonesia ini”.

13. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

“kalau dibilang strategi memang harus ada strategi, strategi pertama kita adalah memasukan silat cingkrik ini menjadi ekstrakulikuler di sekolah- sekolah, kami mengambil target anak-anak dan generasi muda karena merekalah yang nantinya akan meneruskan perjuangan kita dan orang- orang yang terdahulu, tapi beberapa orang berkata ada yang namanya tuh program kerja. Kalau menurut saya sendiri jangan terlalu terpaku pada program kerja dulu kalau ingin maju dan ngembangin. Intinya kita berani dulu buat ngajuin ngajuin silat kearifan lokal dari budaya Betawi ke sekolah-sekolah di Jakarta, kita berani dulu baru kita buat program kerja jadi pelan-pelan. Jadi gak harus kita punya program kerja dulu nih baru kita jalan, melainkan bebarengan ayo kita cari sekolahnya sama- sama, sekalian kita revisi lagi gimana caranya buat bikin program kerja. Jadi intinya niat, tekat, berani modal utama”.

14. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya?

“kalau dalam pelaksanaannya kita pelan-pelan berjalan sekalian kita revisi lagi, jadi pelaksanaannya boleh dari awal kita masih berantakan tapi pelan-pelan kita diskusiin lagi bareng-bareng sama perguruan apa nih jalan keluar yang baik dari masalah ini, ya kita rembukin, kasih nasihat. Ketika udah ketemu baru kita terapin, kalau masih gagal juga ya kita revisi lagi apa sih yang masih salah dalam program kerja kita ini kenapa ga jalan dan kenapa ga bekerja, kita revisi lagi sampai dirasa sudah cukup pas baru kita jalanin terus”.

15. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

“kalau diliat dari evaluasi strateginya mah, kira-kira udah 85% bisa dikatakan sudah berhasil ya, Alhamdulillah. Cuma masih ada beberapa kekurangan yang akan terus kita revisi karena itu adalah fungsi dari evaluasi sebuah strategi. Tetep dirembukin bersama-sama untuk mencari jalan keluar dari sebuah masalah. Kekurangan-kekurangan itu selain satu dari segi pelatihan, jadi kan kalau dibandingkan dari beladiri lain pencak silat itu kan memang dari kearifan budaya Indonesia jadi jatohnya ga begitu keras sama yang namanya fisik, apalagi kalau anak-anak kan kalau kita kerasin sedikit kadang-kadang males keluar nah gitu. Jadi ya kita lagi revisi bagaimana sih cara latihan fisik yang baik, terus kalau mau jadi atlit tuh mesti keras. Nah intinya gitu sih”.

16. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA?

“Alhamdulillah saya sebagai asisten pelatih ini mempunyai banyak murid kan, jadi semakin banyak sodara juga itungannya. Enaknya kalau ketemu dijalan juga kita bisa saling menegur sapa. Juga ibaratnya punya saudara dimana-mana jadi bisa lebih saling tolong-menolong kalau ada yang sedang dilanda musibah atau kesusahan”.

17. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

“Faktor penghambatnya pasti ada, malah banyak”.

18. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

“Nah salah satunya nih tenaga pengajar kita. Jadi kan penghasilan dari para pelatih kan gak cuma dari sini mereka juga harus bekerja diluar juga, lalu anak-anaknya juga masih pada males, kalau dikasih tau juga masih pada kurang paham padahal kan niatnya baik untuk mereka. Lalu ada juga yang kurang seneng sama tekhnik pengajaran kita. Ada juga yang bilang kalau PERCIRA salah nih kenapa silat cingkrik dimasukan ke IPSI dibuat untuk bertanding, walaupun emang bener kalau silat-silat yang lain kan jurus mereka tidak mematikan, sedangkan kalau silat cingkrik ini Alhamdulillah semua jurusnya tuh mematikan. Nah, jadi yang namanya pertandingan kan ada aturannya, nah ada aturan yang membuat silat cingkrik ga bisa ikut pertandingan karena jurusnya mematikan semua”.

19. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut?

“Cara menghadapinya kita rembukin kembali bareng-bareng sama perguruan dengan cara yang lebih baik dalam melakukan pembelajaran baiknya gimana, dan pinter-pinter bagi waktu bagi kami para pelatih untuk disini dan juga bekerja diluar yakinin hati kalau kami memang berniat untuk mengabdi. Kalau masalah IPSI itu ya kita kembangi jurus- jurus kita kan ada tahapan untuk menjadi jurus yang mematikan, kita berhenti sampai jurus kita tidak mematikan dan juga harus ada latihan menahan diri itu dia fungsinya kita buat pengajian juga, jadi tahu menahan diri dalam memakai jurus tersebut”.

20. Apa harapan Anda untuk sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong?

“Harapannya sih yang pasti semoga PERCIRA makin sukses, terus juga bisa ngangkat nama silat cingkrik dan silat cingkrik ini mengangkat nama budaya Betawi, jadi masih bisa nunjukin ini loh Bbetawi itu belum padam dan masih bisa bangkit lagi dan lebih baik lagi dari silat silat atau beladiri dari luar”.

DATA RESPONDEN

Nama : Bazar Rizkillah Umur : 15 tahun Tanggal : 12 Januari 2017 Alamat : Jalan Daud 1 no. 680, Jakarta Barat Jabatan : Murid ekstrakulikuler sekolah SMPN 189

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda bergabung dalam silat cingkrik PERCIRA?

“Dari awal dibuka disekolah ini, sudah sekitar 2 tahun yang lalu. Pas PERCIRA bikin ekstrakulikuler langsung berminat untuk masuk PERCIRA”.

2. Apa alasan terkuat Anda untuk bergabung dengan PERCIRA?

“Awalnya sih emang minatnya lebih ke pencak silat daripada ekskul ekskul yang lain, lebih tertarik untuk ngembangin bealdiri”.

3. Apakah Anda hanya mengikuti silat cingkrik di PERCIRA?

“dari awal sampai sekarang cuma di PERCIRA aja satu-satunya”.

4. Apa tujuan Anda ikut serta dalam PERCIRA?

“Tujuannya karena emang pengen beladiri, dan ikut silat gara-gara asik banyak temennya, udah gitu orang-orangnya juga baik-baik dan nyaman dalam melaksanakannya”.

5. Bagaimana fungsi silat cingkrik dalam hidup Anda?

“Apa ya? Sebenernya sih jadi nambah percaya diri, buat kesehatan juga bagus sih jadi lebih tinggi deh sekarang setelah 2 tahun masuk PERCIRA karena olahraga terus, nambah temen juga jadi banyak temennya sekarang”.

6. Apa harapan yang hendak Anda capai dalam keikutsertaan di PERCIRA? “Harapannya sih saya mau jadi salah satu yang melestarikan ini, dan berharap lebih banyak lagi yang mau ngelestariin silat ini. Dan saya pengen banget jadi atlit”.

7. Bagaimana sistem pembelajaran silat cingkrik PERCIRA?

“Cara latihannya sih yang pasti harus sabar dulu yang penting, karena yang namanya ngajarin orang itu gak gampang. Itu setiap mau ngelakuin satu jurus aja itu ada step-stepnya dulu, berupa pemanasan dulu baru nanti kita praktek. Dan kalau sekali ngajarin juga pasti rada susah kalau ngajarinnya anak yang pertama kali ikut, itu wajar. Udah gitu murid juga kadang-kadang kan kemampuannya beda-beda ada yang sekali langsung ngerti tapi ga dikit juga yang harus berkali-kali. Nah, disini guru-gurunya baik-baik dan sabar-sabar dalam ngajarin kita jadi kitanya juga nyaman dalam latihannya”.

8. Menurut Anda, apakah melestarikan budaya itu penting?

“Penting lah, karena kan budaya itu aset negara yang cuma dipunyai oleh negara itu sendiri, jadi simbol khasnya Indonesia ya pencak silat. Apalagi dari Betawi yang terkenal ya pencak silat”.

9. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi pada saat ini?

“Kebetulan saya juga bukan orang Betawi tapi orang Jawa yang besar di Betawi ini, yang saya liat budaya Betawi itu banyak beragam. Udah gitu semua budayanya itu unik-unik mulai dari ondel-ondel, dari lagunya juga semua keren gitu. Dan kalau buat penampilannya itu semua unik-unik dan khas kalau buat nunjukin asal dari daerah Betawi itu sendiri”.

10. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

“Mungkin usaha pertama ya ikut ini, ikut pencak silat ini. Saya kan generasi muda saya ikut ini dan ingin mengembangkan diri disini untuk mempertahankan budaya Betawi ini jangan sampai hilang sampai nanti- nanti. Dan nanti saya ingin buka di sekolah-sekolah lain juga, mungkin kalau sekarang masih di Jakarta Barat, tapi nanti kita akan menyebar kita akan buka di seluruh Jakarta, pokoknya nanti di seluruh Jakarta insha Allah akan ada nama PERCIRA”.

11. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan?

“Kalau menurut saya pribadi mah di daerah sini kan emang terkenalnya silat cingkrik, jadi ditiap daerah punya aliran silatnya masing-masing, nah saya sebagai orang sini membuat silat cingkrik itu harus dipertahanin, karena kalau bukan kita yang orang sini terus siapa lagi”.

12. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting?

“Penting banget, kan kita generasi-generasi muda yang memang harus mempertahankan apa yang sudah diperjuangin sama orang-orang terdahulu, kayak cingkrik kan udah digunakan buat mempertahankan daerah buat lawan penjajah juga, masa kita ga mau ngidupin lagi dan biarin itu hilang gitu aja”.

13. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

“Strateginya kan kayak masuk ke sekolah-sekolah kayak gini, terus nih buat orang minat buat masuk sini mesti buat lebih banyak pertunjukan festival-festival gitu buat narik minat orang lain, jadi kita harus narik minat orang-orang dulu buat tau apa itu silat cingkrik soalnya masih banyak yang gatau silat cingkrik itu apa”.

14. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya?

“Dalam prosesnya sih pasti ada kekurangan disana-sini, tapi karena kami konsisten dalam jalanin strategi yang sudah dirembukan kekurangannya bisa dikurangin, terus juga kerjasama tiap anggota disini kuat dan mereka ngerjainnya tulus jadi proses pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar”.

15. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

“Kalau menurut saya sudah berhasil ya, karena bisa dilihat dari yang anggotanya hanya sedikit bisa menjadi banyak seperti ini, lalu juga bisa dari yang hanya latihan ngampung jadi bisa berorganisasi sampai ikut IPSI dan tercatat di LKB juga, walau banyak kekurangan ya kita musyawarahin apa yang kurang”.

16. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA?

“Pertama sih ya rasa percaya diri yang makin tinggi itu pasti, saya dulu buat mimpin diri-diri didepan orang banyak itu takut gak berani,tapi lama kelamaan karena dibuat nyaman dan jadi kebiasaan bisa deh kayak sekarang ini. Pokoknya rasa takut dan deg-degan itu udah ilang. Kedua juga bisa nambah temen banyak, jadi kenal-kenal juga. Murid baru juga jadi cepet kenal dari berawal demo ekskul sampe akhirnya deket”.

17. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

“Faktor penghambatnya sih ada ya”.

18. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

“Ya paling faktor dari dalam diri sendiri sih mungkin, soalnya sih ya kan orang kalau sudah terlalu lama gitu dia suka jenuh itu mungkin ngelakuin latihannya, terus juga kayak punya kesibukan yang lain, seneng ngelakuin yang lain daripada silat ini namanya seleksi alam. Dari yang anggotanya banyak terus berkurang-berkurang”.

19. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut? “Hadapinnya pake konsisten sih ya, konsisten kalau kita udah milih ini ya dijalanin dengan sebaik-baiknya. Terus juga kalau seleksi alam kan walau berkurang anggota berarti anggota-anggota yang tersisa itu yang paling kuat mentalnyadan yang dibutuhkan itu ya orang-orang yang seperti itu. Karena kalau kita jalaninnya konsisten dan nunjukin anggota-anggota yang setia lama kelamaan juga bertambah lagi orang-orangnya sedikit demi sedikit”.

20. Apa harapan Anda untuk sanggar PERCIRA?

“Harapannya moga-moga perguruannya bisa jadi lebih luas lagi, moga- moga semua gurunya bisa saling bantu dan tolong menolong juga. Sukses terus buat perlombaan-perlombaannya”.

DATA RESPONDEN

Nama : Imam Achmad Mirza Umur : 16 tahun Tanggal : 12 Januari 2017 Alamat : Jalan Yunus no. 30, Rt. 002 Rw. 006, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Jabatan : Asisten pelatih cabang SMPN 71 Jakarta Pusat

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda bergabung dalam silat cingkrik PERCIRA?

“Ikut PERCIRA udah dari kelas 8 dari tahun 2014, waktu masih sekolah disini (SMPN 189) sampai lulus dan nerusin latihan di pusatnya”.

2. Apa alasan terkuat Anda untuk bergabung dengan PERCIRA?

“Saya tuh mikirnya pengen majuin tuh budaya Indonesia sendiri, jangan sampai tuh budaya Indonesia punah dimakan waktu”.

3. Apakah Anda hanya mengikuti silat cingkrik di PERCIRA?

“Saya ditempat lain juga, saya baru masuk ditempat lain namanya Setia Hati Terate, saya pengen ngembangin tuh pengen nunjukin kalau anak Betawi tuh bisa, bisa ngelampaui silat cingkrik dan buat seluruh perguruan silat cingkrik itu dikenal sama seluruh Indonesia, pengen ngasih tahu taringnya anak-anak Betawi”.

4. Apa tujuan Anda ikut serta dalam PERCIRA?

“Saya dari dulu mau jadi atlet”.

5. Bagaimana fungsi silat cingkrik dalam hidup Anda?

“Ya selain buat beladiri, kita juga bisa tahu apa yang namanya saudara, apa itu silat, apa itu beladiri. Kita juga diajarin kita ditanamin tuh sikap disiplin. Selain itu kita juga mau ngembangin, jadi dikasih tau caranya gimana nih ngembangin yang namanya budaya Indonesia. Kita diadain festival untuk mengenal lagi budaya Indonesia itu. Menurut saya ini berguna sekali untuk hidup saya dan PERCIRA ini bermakna banyak banget buat saya”.

6. Apa harapan yang hendak Anda capai dalam keikutsertaan di PERCIRA?

“Harapan saya tuh awalnya pengen nambah keluarga dan saya benar- benar menemukan itu di PERCIRA, sampai akhirnya timbul keinginan untuk menjadi atlet beladiri”.

7. Bagaimana sistem pembelajaran silat cingkrik PERCIRA?

“Sistem pembelajaran disini itu enak, gimana ya. Gak terlalu keras ga terlalu lembut jadi sedang-sedang aja. Kita juga ngukur anak dari segi jurusnya, kan kita mengarah ke tradisional jadi kita kerahkan semuanya nih apapun yang kita bisa tuh latihan-latihan jadi ga ngerasa bosen, biasanya kan anak tuh kalau latihan bilangnya, ya gini gini doang. Sedangkan kalau kita tuh kenalin kalau ada event, kita kenalin ini loh festival Betawi, ini loh jurus-jurus Betawi”.

8. Menurut Anda, apakah melestarikan budaya itu penting?

“Sangat sangat penting bahkan bisa dikatakan wajib untuk kita sebagai generasi muda melestarikan budaya Betawi”.

9. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi pada saat ini?

“Saya ini Betawi tulen, Bapak saya asli Rawabelong dan Ibu saya orang asli Kemanggisan. Budaya Betawi itu sudah menjadi jati diri saya sendiri, Betawi ini sendiri udah seperti singkatan BETAh di WIlayah. Tapi kurang gimana ya, orang Betawi jaman sekarang itu udah jarang keliatan, udah kegusur sama orang yang merantau dari daerah, lama kelamaan tersingkir sedikit demi sedikit jumlah orang Betawi asli berkurang padahal di daerah kita sendiri, tapi saya salut sama orang-orang luar yang bukan orang Betawi sendiri malah mau ngembangin, pelajarin dan ngelestariin budaya kita”. 10. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

“Saya mencoba membuka cabang PERCIRA di Jakarta Pusat untuk membuat nama PERCIRA semakin meluas dan menyebar, dari awalnya saya ikut PERCIRA, ngembangin diri disini, belajar lagi-dan lagi, menangin perlombaan-perlombaan itu adalah usaha saya untuk mengharumkan nama Betawi. Kami juga suka berkumpul dengan tema 1000 pesilat biasanya kami kumpul di HI, kenapa di HI? Karena sengaja biar yang lagi pada carfreeday liat ini loh Betawi ini loh budaya Betawi jadi secara gak langsung kita juga ngenalin dan jadi pusat perhatian disitu”.

11. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan?

“Yang namanya warisan ya, warisan ini sebagaimana ilmu yang diwariskan dari guru ke kita itu biar gak putus, harus kita kembangin ke orang yang lain lagi. Biar, ilmu itu tetep ada, ga mati gak padam. Jadi harus diturunin ke generasi yang baru, karena kalau ga ada penerusnya sudah dapat dipastikan silat cingkrik ini akan punah”.

12. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting?

“Benar kalau dibilang silat ini butuh revitalisasi, karena anak-anak jaman sekarang lebih senang sama teknologi lebih seneng main game berantem di hp di laptop daripada bener-bener ngembangin diri mereka di dunia nyatanya, jadi sangat penting untuk merevitalisasi budaya ini, tunjukin kalau disini banyak manfaatnya, bisa beladiri, bisa nambah saudara, bisa banggain orang tua lewat prestasi yang dia dapetin disini, banyak kegiatan yang lebih baik dan bermanfaat daripada dia harus main gadget, main sosmed terus-terusan yang gak ada gunanya”.

13. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

“Berawal dari pengenalan, kita dari awal harus ngenalin dulu apa tuh silat cingkrik dan silat cingkrik ini adalah budaya ali dari Betawi. Silat cingkrik dikenal jurusnya bisa ngebunuh orang jadi orang-orang apalagi orang tua takut untuk ngasih anaknya belajar silat cingkrik, nah disitu kita harus beri penjelasan bahwa itu salah, walaupun emang bener jurus- jurusnya mematikan dan dapat membunuh orang tapi disini kita juga mengajarkan cara menahan dirinya dan belajar silat ini bukan dengan tujuan membunuh tapi untuk pertahanan diri sekaligus melestarikan budaya asli punya kita sendiri”.

14. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya?

“Kalau sudah pengenalan kan banyak yang masuk, dari sini proses pelaksaannya baru dapat dimulai, kerjasama kita sebagai pengurus harus kuat apalagi dengan seleksi alam yang pasti akan muncul, banyak anak- anak mulai jenuh dengan latihannya, nah tugas kita adalah mencari cara latihan yang efektif lagi sehingga anak-anak ini tidak kembali bosan dan semangat lagi latihannya”.

15. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

“Menurut saya sih sudah berhasil, tapi ya ada aja kurangnya, dan dari dalam diri kita juga pasti banyak kurangnya, evaluasi itu penting biar kita tau mana yang salah dan apa yang harus dibenerin. Biasanya kita bikin rapat rame-rame, biacarain sambil ngobrol dan sekalian benerin internalnya, karena biasanya yang bikin hancur sebuah organisasi bukan dari luar melainkan dari dalam dan itu lebih sulit untuk dibenahi. Makanya harus banget jaga kekompakan”. 16. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA?

“Saya Alhamdulillah sudah mengikuti pertandingan-pertandingan, dari 3 kali saya ikut pertandingan Alhamdulillah saya mendapatkan satu perunggu dan satu mendali emas. Saya juga bisa mendapatkan mendali- mendali itu dengan melewati proses yang berat, dengan selalu ditanamkan hal-hal yang baik, diajarkan bagaimana untuk jadi orang yang berguna, dan harus wajib taat sama orang tua. Jadi banyak hasil-hasil positif yang saya dapatkan disini”.

17. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

“Faktor penghambat disetiap langkah kita pasti ada”.

18. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

“Selain yang tadi ya banyak orang suka salah paham sama silat cingkrik yang dibilang tujuannya untuk ngebunuh orang, faktor penghambat yang lainnya itu kita suka ga dikasih latian sama orang tua apalagi kalau latihannya malam, itu kadang susah untuk diizinin. Masalah waktu dan tempat itu paling rumit”.

19. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut?

“Kita minta ridho dulu sama orang tua sebelum berangkat latian, tanya dulu boleh atau engga. Kalau engga ya kenapa? Apa alsannya kalau emang ternyata salah paham kan kita udah paham nih udah tau yang benernya apa ya jelasin pelan-pelan kalau ini kegiatan yang positive daripada habisin waktu buat mabok-mabokan, narkoba, sedangkan kegiatan ini malah olahraga dan menyehatkan badan. Kalau masih ga dibolehin untuk latihan malam kan sudah ada ekskul jadi anak-anak itu bisa ikut di ekskul karena ekskul ini kan latihannya gak mungkin malam dan berurusan dengan sekolah juga”. 20. Apa harapan Anda untuk sanggar PERCIRA?

“Harapan saya buat PERCIRA, agar lebih dari ini, lebih dari sekedar silat Betawi yang biasa, lebih dari segalanya deh. Bagi saya dari sini saya dapat banyak sekali pengalaman dan saya ingin sekali PERCIRA bisa sukses dan sukses lagi kedepannya”.

DATA RESPONDEN

Nama : Mega Nur Halimah Umur : 16 tahun Tanggal : 12 Januari 2017 Alamat : Jalan Kelapa 2, gg. Hj. Kemet no. 57, Rt.007/005 Jabatan : Murid

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda bergabung dalam silat cingkrik PERCIRA?

“Dari kelas 8, saya sudah ikut sekitar 3 tahun. Tapi karena sekarang udah lulus jadi ikutnya gak ekskul lagi, sekarang ikutnya latihan di pusat yang di aula pasar kembang”.

2. Apa alasan terkuat Anda untuk bergabung dengan PERCIRA?

“Kekeluargaannya kuat banget, saya jadi punya keluarga kedua disini. Disini juga seru aja gitu gak kayak yang lain, kalau yang lain kan menangin gengsi kalau disini engga, kita sama-sama belajar. Makanya saya mau masuk sini dan akhirnya nyaman dan bertahan disini”.

3. Apakah Anda hanya mengikuti silat cingkrik di PERCIRA?

“Di PERCIRA aja sampai sekarang”.

4. Apa tujuan Anda ikut serta dalam PERCIRA?

“Saya punya mimpi untuk jadi atlet”.

5. Bagaimana fungsi silat cingkrik dalam hidup Anda?

“Pertama buat ngejaga diri juga sih, kan kita cewek tuh suka dijail-jailin sama cowok jadi buat jaga diri. Terus yang kedua itu buat ngejar impian karena saya punya mimpi jadi atlet, dan disini dikasih wadah buat ikut perlomabaan-perlombaan jadi bisa bikin prestasi, saya juga udah sering ikut lomba-lombanya”.

6. Apa harapan yang hendak Anda capai dalam keikutsertaan di PERCIRA? “Harapan awalnya emang pengen jadi atlet, tapi setelah masuk dan dapat kekeluargaan yang kentel jadi pengen ngembangin PERCIRA, pengen terus disini sampai bisa kasih hal yang bermanfaat buat PERCIRA”.

7. Bagaimana sistem pembelajaran silat cingkrik PERCIRA?

“Sebenernya asik, asik banget sih. Kita kan dibedain tuh apalagi sabuk- sabuknya, jadi belajarnya juga cepet sesuai kemampuan masing-masing orang karena ga disama ratain, ajdi buat yang belum ngerti masih bisa terus belajar sedangkan yang udah ngerti langsung dikasih naik jenjang yang lebih tinggi”.

8. Menurut Anda, apakah melestarikan budaya itu penting?

“Pentinglah kan kita lahir disini, kita juga tinggal disini, masa kita udah diizinin buat tinggal disini tapi gak mau ngelestariin budaya nya juga, toh kita ngelestariin bukan buat diri kita aja tapi buat orang lain juga”.

9. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi pada saat ini?

“Saya ini asli Jawa, orang tua campuran Madura dan Surabaya. Tapi saya disini sudah dari saya lahir. Sebenernya budaya Betawi itu seru, budaya ini ngajarin kita buat tetep sopan sama orang dan sampai saat ini yang saya lihat budaya masih kentel, masih kuat supaya gak ilang. Budaya Betawi itu beragam”.

10. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

“Kalau dari PERCIRA nya sendiri, kan PERCIRA suka jual-jualin souvenir-souvenir gitu kayak miniatur ondel-ondel nah kita disini juga bantu kan, yang ceweknya juga dikembangin lagi silatnya diajak ikut event juga, terus kita juga bikin latihan gabungan biar orang-orang tahu dan bisa bersatu walaupun dari bermacam-macam perguruan, itu biasanya di senayan, dan bundaran HI”.

11. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan? “Menurut aku sih karena silat ini salah satu budaya yang udah ada dari lama ya, walau bukan cuma ini aja yang harus dipertahanin tapi kalau orang daerah sini mah wajib buat pertahanin silat cingkrik karena cingkrik juga asalnya dari sini”.

12. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting?

“Penting, hampir mirip sama pertahanin. Kita mah wajib buat hidupin lagi karena kita emang sadar kalau silat cingkrik ini udah hampir hilang kalau ga dihidupkan lagi kasian yang nanti-nanti gatau sama sekali tentang silat cingkrik ini”.

13. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

“Sebelum kita kaitin sama strategi kita juga harus sadar sama diri kita sendiri dulu, soalnya kita yang ngejalanin kita yang ngerasain manfaatnya buat kita juga, sadarin itu dulu baru kita bisa buat strategi untuk narik orang-orang datang. Kita bisa buat festival buat narik orang-orang, terus dengan masuk ke sekolah-sekolah gini bisa nambah anggota juga. Pokoknya yang penting awalnya sadarin diri kita sendiri dulu kalau kita emang mau ngembangin dan ngelestariin budaya ini”.

14. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya?

“Nah kalau udah yakin dan niat awal kita udah bener, kita juga udah tau targetnya mau siapa, baru deh kita harus konsisten jalanin prosesnya ini, jangan sampai nanti kita udah punya anggota banyak malah pengurusnya yang males-malesan, dan sosok pemimpin ini penting banget buat berjalanannya strategi biar bisa berjalan terus. Alhamdulillahnya disini kita punya pemimpin yang baik dan bijak dalam semua halnya deh. Disini kita bikin event-event yang bisa narik orang-orang dan diadakan sama hadiahnya juga, jadi kan kita tunjukin kalau disini bukan cuma latian- latian aja tapi bisa buat nambah penghasilan juga, jadi orang tertarik. Bukan cuma orang-orang dewasa aja, anak-anak juga bisa dapat penghasilan dari sini”.

15. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

“Alhamdulillah udah nih ka, udah berhasil sih menurut aku. Buktinya udah banyak cabang-cabang yang kita buka, ekskul-ekskul juga udah, dari awalnya niat, yakin, dilanjut dengan konsisten dan tekun, bisa berakhir dengan keberhasilan yang bisa dibanggakan. Kita ga akan pernah sempurna tapi ya, jadi kita harus tetep terus-terusan berevaluasi dari kekurangan-kekurangan yang ada buat nutupin kesalahan itu dan walau gak sempurna seenggaknya bisa menghampiri kesempurnaan itu”.

16. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA?

“yang pasti itu aku jadi lebih ngerti gimana pentingnya ngelestariin hal yang udah ada dari dulu ka, ada rasa bangga tersendiri gitu, apalagi kan ini budaya aku, budaya Betawi. Dan karena aku aktif, aku jadi lebih kenal banyak orang lagi dan bisa ikut event-event yang diadain sama PERCIRA ini”.

17. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

“Banyak ya kalau penghambatnya mah”.

18. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

“Kayak sekarang nih ka, kan aku sekolah dan pulangnya sore, sedangkan kalau disini latihannya jam 3 sedangkan aku pulang jam 3 lewat belum juga sama rapat-rapat dan keperluan-keperluan yang lain, jadi suka ketinggalan latihan. Dan bukan cuma saya aja yang ngerasain kayak gini masih banyak angggota-anggota lain yang ngerasa kayak gini”.

19. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut?

“Kalau saya ngambil solusinya saya pindah jam latihan, jadi saya ambil latihan yang malam. Karena di PERCIRA ini mereka nyediain waktu buat yang ga bisa latihan sore bisa latihan malam, dan sebaliknya yang ga diizinin latihan malam bisa latihan sore di ekskul sekolahnya. Jadi saya pinter-pinter bagi waktu aja, sore saya undah sempetin belajar rapi-rapi dan beres-beres rumah, jadi malamnya saya bisa fokus sama latihan aja dan ga mengganggu apapun itu”.

20. Apa harapan Anda untuk sanggar PERCIRA?

“Harapan saya suatu saat nanti, kalau saya bener-bener udah bisa wujudin itu, saya pengen banget bener-bener bikinin sanggar buat PERCIRA. Banyak banget kan perguruan yang udah punya sanggar sendiri, jadi kalau mau kumpul atau mau ketemu anggota lain gampang dan bisa kapan aja, sedangkan kalau PERCIRA masih ga punya kita masih pindah-pindahan tempatnya dari tempat satu ke tempat yang lainnya makanya saya mau banget bikin sanggar supaya chemistry kita bisa dapet dan kita bisa saling berbagi soalnya yang namanya organisasi penting banget untuk menjalin intern yang lebih baik supaya bisa bertahan lebih lama dan kita bisa satu visi satu tujuan buat ngembangin PERCIRA buat lebih sukses lagi dan lagi.

DATA RESPONDEN

Nama : Aditya Saputra Umur : 20 tahun Tanggal : 17 Januari 2017 Alamat : Jalan Sasak II dalam, Rt.004/002, Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Jabatan : Anggota

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda bergabung dalam silat cingkrik PERCIRA?

“Masuk PERCIRA udah ada 3 tahun, sekitar tahun 2014”.

2. Apa alasan terkuat Anda untuk bergabung dengan PERCIRA?

“Kalau alasan buat masuk PERCIRA itu satu dari silat cingkrik ya khususnya nih kan cingkrik kalau ditanya tanah kelahirannya kan ada disini nih Rawabelong nih, saya juga orang Rawabelong asli gitu ya mau mempertahankan warisan dari leluhur yang ada”.

3. Apakah Anda hanya mengikuti silat cingkrik di PERCIRA?

“Cuman di PERCIRA kalau silat cingkrik sih sampai sekarang”.

4. Apa tujuan Anda ikut serta dalam PERCIRA?

“Tujuannya yang pasti ya pengen beladiri dulu, terus juga pengen ngembangin lagi budaya-budaya Betawi sedangkan didaerah sini ya budaya nya silat cingkrik”.

5. Bagaimana fungsi silat cingkrik dalam hidup Anda?

“Ya kalau di cingkrik jangan naro mainsetnya buat berantem doang gitu ya, tapi masukin unsur-unsur yang lain kayak sabar, terus tenang hadepin masalah itu juga dipelajarin di silat jadi bukan cuma buat beladiri”.

6. Apa harapan yang hendak Anda capai dalam keikutsertaan di PERCIRA? “Harapannya sih ya pengen buat diri sendiri itu bisa lebih sabar, lebih kuat lagi, terus bisa jadi salah satu orang yang melestariin budaya Betawi ini”.

7. Bagaimana sistem pembelajaran silat cingkrik PERCIRA?

“Kegiatan belajar mengajarnya sih sama kayak abang ngajarin adek, jadi kalau gak bisa nanya pokoknya dari guru khususnya ngasih jurus nih ntar diterapin kita yang mau ngajarin jalanin dulu jurus-jurusnya ntar baru dikasih liat ke murid-murid berstep-step. Sistem pembelajaran kita pake kekeluargaan jadinya”.

8. Menurut Anda, apakah melestarikan budaya itu penting?

“Penting sih, soalnya ini kan aset kalau udash gak ada mati gitu punah yang dibawahan kita kaga tau yang namanya silat Betawi, tari topeng, makanan Betawi, dan adat istiadatnya”.

9. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi pada saat ini?

“Budaya Betawi alhamdulillah ya kalau sekarang udah maju, ya cuman agak harus diperhatiin lagi buat masalah di budayanya, soalnya ini aset juga buat kita. Jangan sampe dah orang Jakarta kehilangan orang pribuminya. Ya kan orang Jakarta ya pribuminya itu orang Betawi”.

10. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

“Kalau buat usaha-usahanya palingan nih kita nih buat semacem alhamdulillah sekarang banyak acara-acara, bikin pagelaran buat nunjukin silat-silatnya gimana, pokoknya banyakin tampil-tampil dah buat ngenalin budaya budaya Betawi ini”.

11. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan?

“Kan cingkrik lahirnya dari Rawabelong, sedangkan kita dari Rawabelong juga ya udah harus di pertahanin”. 12. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting?

“Penting banget ya, soalnya kan budaya ini harus banget dipertahanin terus kalau dibiarin mati dan hilang generasi setelah kita ga bisa ngapa- ngapain dong taunya main gadget aja”.

13. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

“Ya awalnya sih ngenalin dulu apaan sih itu cingkrik, jadi prosesnya kalau kita liat misalnya dia masih sekelas SD masih kecil gitu kita ajak main dulu, kita kasih liat, lama-lama kan dia ketertarikan tuh, lama-lama dia makinan rasa pengen taunya lebih tinggi lagi. Abis itu biarin dia cerita ke orang tuanya, kan jadi kena juga ke orang tua apalagi yang Betawi juga pasti kalau pernah belajar silat bakal kangen lagi. Ya intinya awalnya kita rangkul dulu aja orang-orang”.

14. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya?

“Kita harus saling nguatin satu sama lain, kita yang dari pengurusnya langsung ini harus kuat internnya, dari kepemimpinannya, kekompakannya, kekeluargaannya, saling ngehargain tiap masukan orang lain. Kunci proses di PERCIRA ya itu”.

15. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

“Alhamdulillah si udah ya, yang jadi kebanggaan banget buat PERCIRA nih kita udah resmi terdaftar di IPSI, kita juga punya sertifikat label dari Lembaga Kebudayaan Betawi ya, ya prestasi-prestasi kita udah keliatan dah. Tapi tetep kita masih jalan, masih mau berhasil-berhasil lagi”. 16. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA?

“Hasil yang didapet? Ya satu sih awalnya nih nambah saudara udah pasti dah, apalagi disekitar sini kegiatan anak kecil nih ngumpul maen ngerinya kan zaman sekarang ngumpulnya yang ga bener mending kita ajak buat kegiatan yang manfaat ye kan, disini juga Alhamdulillah banyak kegiatannya, jadi hasil yang didapet buat diri sendiri ya banyak banget apalagi buat pribadi yang lebih baik itu hasil yang pertama”.

17. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

“Faktor penghambat ya? Kalau kita bicara di budaya ya ada”.

18. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

“Palingan kalau gini sih urusan hati, penghambatnya sih dari diri sendiri tentang kepedulian kita tentang budaya ini sendiri. Kadang kita mikir buat apaan ga ada untungnya buat kita ngurusin hal-hal begituan”.

19. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut?

“Caranya nih ya, ya sadar diri kita ini orang pribumi, giliran budaya diambil orang marah kalau gamau diambil ya pertahanin harusnya. Dan inget terus kebanyakan masalah yang paling berbahaya itu dari dalam bukan dari luar. Yang bisa menghancurkan budaya itu kita bukan orang lain. Nah kalau udah inget ini mudah-mudahan bisa semangat lagi buat ngelestariin budaya kita”.

20. Apa harapan Anda untuk sanggar PERCIRA?

“Ya semoga aja PERCIRA semakin kedepan semakin berhasil semakin sukses, dan temen-temen yang senior ini semakin semangat buat ngajarin adek-adeknya, pokoknya makin makin lagi dah”.

DATA RESPONDEN

Nama : Ruslandi Umur : 27 tahun Tanggal : 17 Januari 2017 Alamat : Madrasah I Jabatan : Anggota

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda bergabung dalam silat cingkrik PERCIRA?

“Di percira sudah sekitar 8 tahun, sejak 2009 saat itu kelas 1 SMA”.

2. Apa alasan terkuat Anda untuk bergabung dengan PERCIRA?

“Alasan ikut percira untuk mempertahankan budaya leluhur orang-orang Rawa Belong”.

3. Apakah Anda hanya mengikuti silat cingkrik di PERCIRA?

“Selama 8 tahun ini saya hanya mengikuti silat cingkrik di percira tidak pernah di tempat lain”.

4. Apa tujuan Anda ikut serta dalam PERCIRA?

“Tujuan awal ikut PERCIRA adalah untuk memperdalam ilmu beladiri cingkrik dan memperbanyak teman-teman”.

5. Bagaimana fungsi silat cingkrik dalam hidup Anda?

“Fungsi cingrik ini untuk menyambung silaturahmi pada saudara- saudara atau temen temen dan juga untuk menjaga diri dan juga bisa untuk mencari rezeki”.

6. Apa harapan yang hendak Anda capai dalam keikutsertaan di PERCIRA?

“Harapannya semoga semakin banyak orang orang untuk belajar dalam mempertahankan budaya silat cingkrik ini dan juga semoga semakin meluas”. 7. Bagaimana sistem pembelajaran silat cingkrik PERCIRA?

“Sistem pembeljarannya itu gurunya itu menjadi sosok orang tua dengan memberi ajaran yang positif dan saran yang baik dan mengajarkan dengan metode kekeluargaan”.

8. Menurut Anda, apakah melestarikan budaya itu penting?

“Sangat penting dikarenakan apabila kita tidak melestarikan akan ada resiko pengakuan budaya oleh negara lain, seperti banyak contoh yang sudah terjadi”.

9. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi pada saat ini?

“Sepertinya semakin lama semakin mengurang minat seseorang untuk mengikuti atau melestarikan budaya betawi dikarenakan kurang moderan”.

10. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

“Saya akan mengajarkan atau melestarikan silat cingkrik disekitar tempat tinggal dan mengikuti acara acara yang diadakan atau dilombakan”.

11. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan?

“Karena didaerah rawa belong terkenal dengan silat cingkring dan kebanyakan orang-orang dirawa belong mempertahan silat cingkrik dan saya juga warga rawa belong”.

12. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting?

“Sangat penting, dikarenakan ini adalah warisan nenek moyang kita , kalo bukan kita sebagai pemuda yang nerusin warisan siapa lagi yang akan melestarikan budaya silat cingkrik ini”.

13. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

“Strategi yang dilaksanakan di PERCIRA ini dengan membuka beberapa cabang diantara tempat murid tinggal, jadi di setiap murid-murid yang belajar silat cingkrik dibuka beberapa cabang, jadi murid-murid yang dibuka cabang bisa ngajak warga sekita untuk bergabung ke silat cingkrik ini”.

14. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya?

“Dalam proses pelaksanannya kita akan melihat perkembangan cabang tempat silat cingkrik yang udah dibuka, jadi apabila ada cabang yang menglami kemajuan dalam menarik minta warga sekitar kita akan terapin metode ke cabang yang kurang maju”.

15. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

“Kalau dilihat sekarang di cabang cabang yang udah dibuka alhamdulillah sih cukup berhasil, jadi cabang yang sepi peminatnya setelah di evaluasi mengalami peningkatan dalam menarik minat warga sekitar”.

16. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA?

“Hasil yang sudah saya dapatkan yaitu makin banyak teman-teman, pengalaman belajar di silat cingkrik, mengerti caranya dalam berorganisasi dan mendapatkan prestasi yang sudah didapat”.

17. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

“Faktor penghambat mah pasti ada dalam mempertahankan budaya cingkrik”. 18. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

“Yaitu kemauan atau minat masyarakat dalam mempelajari silat cingkrik”.

19. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut?

“Cara menghadapinya kita harus pelan pelan dalam mengajari silat cingkrik dan mengajarkan manfaat yang didapat di silat cingkrik”.

20. Apa harapan Anda untuk sanggar PERCIRA?

“Harapannya supaya meluas silat cingkrik ini dijakarta, makin banyak yang belajar dan makin banyak prestasi yang didapat dan semakin terkenal”.

DATA RESPONDEN

Nama : Alfian Umur : 25 tahun Tanggal : 17 Januari 2017 Alamat : Salam II Jabatan : Anggota

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda bergabung dalam silat cingkrik PERCIRA?

“Ikut percira dari tahun 2011 sudah lima tahun sampe sekarang”.

2. Apa alasan terkuat Anda untuk bergabung dengan PERCIRA?

“Mengembangkan budaya betawi agar tidak punah tertelan zaman”.

3. Apakah Anda hanya mengikuti silat cingkrik di PERCIRA?

“Awalnya pernah ikut belajar ditempat lain tapi belom mateng banget, setelah itu baru saya ikut ke percira matengin semua jurus jurus”.

4. Apa tujuan Anda ikut serta dalam PERCIRA?

“Tujuan saya sih awal ikut cingkrik di PERCIRA untuk nerusin silat yang pernah saya belajar di tempat lain”.

5. Bagaimana fungsi silat cingkrik dalam hidup Anda?

“Fungsinya untuk menyambung silaturahim dari silat ini kita bisa banyak temen dan nambah temen dan juga bisa menjaga diri”.

6. Apa harapan yang hendak Anda capai dalam keikutsertaan di PERCIRA?

“Pengen dapet ilmu dan ngembangin budaya betawi agar maju”.

7. Bagaimana sistem pembelajaran silat cingkrik PERCIRA?

“Sistemnya itu bagus karna menaungi muridnya dan guru gurunya pun dekat dengan muridnya ”.

8. Menurut Anda, apakah melestarikan budaya itu penting? “Penting banget dong, apalagi saya sebagai orang asli betawi udah kewajiban saya untuk ngelestariin budaya betawi”.

9. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi pada saat ini?

“Budaya Betawi semakin maju karna silat betawi sudah masuk ke ikatan silat indonesia”.

10. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

“Usahanya yah harus dilestarikan kepada anak cucu dan warga – warga betawi tentang budaya betawi supaya berkembang budaya betawi, jadi kita sama sama melestarikan”.

11. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan?

“Karna saya orang asli orang rawa belong dan cingkrik asli rawa belong makannya saya harus pertahin dan sudah sepatutnya sebagai pemuda kita melestarikan budaya betawi”.

12. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting?

“Penting banget lah, karna di zaman sekarang ini banyak kebudayaan betawi yang sudah hampir hilang seperti contohnya ketimpring ”.

13. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

“Strategi yang dilakuin itu mengikuti festival, ikut lomba – lomba dan banyak acar acara kebudayaan silat biar bisa dapet juara dan dikenal orang”.

14. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya? “Pelaksanainnya mah jadi kalo ada lomba di suatu tempat yah kita ikut aja walau emang ga bisa juara intinya kita kenalin dulu cingkri PERCIRA ke semua orang kalo untuk bisa juara kita bisa evaluasi dari kesalahan dan yang pentingnya itu orang lain udah kenal dan tau cingkri kita jadi banyak orang penasaran dan mau gabung ke kita jadi secara ga langsung kita undah pertahanin silat cingkrik”.

15. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

“Kalo menurut saya sih sudah berhasil tetapi kita ga boleh puas diri jadi harus terus maju”.

16. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA?

“Banyak banget yang saya dapetkan di PERCIRA, saya bisa jadi jaga diri, bisa nambah penghasilan sampingan dan paling penting sih bisa tambah banyak temen dan saudara”.

17. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

“Menurut saya sih faktor yang menjadi penghambat mungkin dari segi pemerintah kurang mendukung dalam melestarikan budaya betawi”.

18. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

“Hambatannya sih dalam pertahanin silat cingkrik sih yah kemajuan zaman, karna sekarang pemuda sekarang kurang suka namanya belajar silat cingkrik lebih suka nongkrong ke mall, ikut geng-geng motor”.

19. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut?

“Cara nyiasatinnya yah kita masukin silat cingkrik ini ke eskul eskul biar anak-anak muda yang masih pada sekolah tertarik mencoba, jadi kan dari awanlnya hanya pengen coba-coba lama-kelamaan jadi demen dah tuh silat cingkrik”.

20. Apa harapan Anda untuk sanggar PERCIRA?

“Semoga PERCIRA bisa pergi go international, bisa menjadi juara di tiap-tiap lomba yang diikuti”.

DATA RESPONDEN

Nama : Ka Udin Umur : 28 tahun Tanggal : 21 Januari 2017 Alamat : Salam Raya, Rawa Belong Jabatan : Asisten Pelatih

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda bergabung dalam silat cingkrik PERCIRA?

“Kalo bergabung di PERCIRA insha Allah kalau gak khilaf, ane udah dari tahun 2009 akhir”.

2. Apa alasan terkuat Anda untuk bergabung dengan PERCIRA?

“Kalau kenapa mau masuk PERCIRA, soalnya disini silaturahminya kuat jarang ada di perrguruan-perguruan lain. Pertama, eee sebelum mulai belajar silat diutamain ngaji kita bentuk akhlaknya dulu, selain dihari latihan ngajinya PERCIRA juga suka buat pengajian dihari-hari lain. Disini itu persaudaraannya, silaturahminya kuat saling tolong-menolong, apalagi dalam segi pembelajaran disini ga terfokus guru langsung turun tangan itu enggak, tapi sesama temen atau gimana kalau mereka tau mereka ngasih tau kita jadi kita gak nebak-nebak, ga terpaku sama guru kalau temen bisa ya kita diajarin sama temen. Seperti itu”.

3. Apakah Anda hanya mengikuti silat cingkrik di PERCIRA?

“Sebelumnya pernah, sebelum masuk PERCIRA ane ngikut persilatan- persilatan Betawi laen atau Jawa Baratan. Pertama ikut silat Jawaan sekitar setahun, kemudian pindah beralih ke silat Tanah Abang Sabeni, terakhir disini di PERCIRA”.

4. Apa tujuan Anda ikut serta dalam PERCIRA? “Tujuan ane ya awalnya emang bener-bener buat pegangan diri sendiri sampai akhirnya ternyata ane bisa dapatkan yang lebih dari yang ane inginkan”.

5. Bagaimana fungsi silat cingkrik dalam hidup Anda?

“Nah istilah kasarnye laki ini kan harus punya pegangan ya atau mainan buat jaga diri sendiri, kan hidup ini ga mungkin lurus-lurus aje. Kalau dulu masih kecil kita dilindungin orang tua, pas disekolah kita dijagain sama guru, ya kalau dijalan yang jagain siapa? Kan diri kita sendiri yang bisa jaga. Kita belajar beladiri untuk diri sendiri dan bisa lindungin orang lain pula”.

6. Apa harapan yang hendak Anda capai dalam keikutsertaan di PERCIRA?

“Harapannya sih dulunya emang murni buat pegangan diri sendiri, tapi sekarang liat kondisi yang saat ini itu hal-hal yang seperti demikian itu udah bertambah lagi, udah bukan buat lindungin diri sendiri lagi tapi untuk melestarikan budaya”.

7. Bagaimana sistem pembelajaran silat cingkrik PERCIRA?

“Sistem pembelajaran disini istilahnya simple ya ga susah-susah amat dibanding yang lain, eeee tetep urut dasar setiap latihan seni beladiri gak langsung masuk ke jurus, itu dasar yang mana dasar-dasarnya ini menyangkut ke jurus. Jadi belum tentu nih kita udah latihan sebulan bisa masuk ke jurus, kadang ampe setahun juga baru dapet 11 jurus atau berapa”.

8. Menurut Anda, apakah melestarikan budaya itu penting?

“Oh penting, menurut ane penting apalagi ane orang Betawi ya, nah kenapa penting? Karena kan yang namanya budaya itu aset gitu ya, harta, warisan, dari orang tua terdahulu bisa dikatakan sebagai sejarah. Dan kita ini ada karena sejarah, maka dari itu kita harus melestarikan dan menjaga sejarah tersebut ”. 9. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi pada saat ini?

“Budaya Betawi yang ane liat saat ini udah banyak banget ya udah ada kemajuan apalagi sekarang dibantu dari pemerintah, disekolah-sekolah juga sekarang udah wajib pelajaran bahasa Betawi ya, atau jenis-jenis beladirinya juga. Udah ada kemajuan bocah-bocah sekarang udah banyak yang ikutan latihan silat gak kayak beberapa tahun belakangan susah banget kayaknya. Terus orang tua itu pemikirannya maaf-maaf ya masih berfikir kalau silat ini boleh dituruninnya kekeluarga aja ga boleh ke orang lain. Nah dengan perkembangan zaman akhirnya mulai sadar mulai memikirkan bagaimana mau berkembang kalau hanya itu-itu aja yang tau baru dah diajarin ke yang lain jadi ruang lingkupnya luas”.

10. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

“Usaha-usahanya ya itu tadi ngajar murid-murid dari kampung ke kampung, dari sekolah ke sekolah, dari sekolah kita ajak ke GOR Bulungan kita kasih liat kita presentasiin kenapa sih harus dipelajari silat cingkrik ini, manfaatnya apa kegunaannya apa, sampai akhirnya kan Alhamdulillah sekarang PERCIRA udah banyak masuk di sekolah- sekolah”.

11. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan?

“Sebenernya yang harus dipertahankan gak harus silat cingkrik aja, tapi masih banyak silat-silat Indonesia lain yang harus dipertahankan, karena ada 300 lebih yang masih ada dan sisanya sudah mati sudah punah. Cuma, memang kita kan ini tertariknya tergeraknya sama silat Betawi ini cingkrik kan setiap orang punya kesukaan yang beda-beda, entah tariannya entah apanya tapi itu gak masalah yang penting sama-sama mengembangkan budaya Betawi”.

12. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting? “Sangat penting dong, apalagi dalam merevitalisasi silat cingkrik ini”.

13. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

“Pertama pendekatan kita adain pemdekatan ke anak-anak ataupun ke remaja-remajanya dari ngobrol-ngobrol yang lama-lama menyangkut ke silat ini, maka muncullah keinginan darin orang tersebut untuk ikut, istilahnya ketika pentas-pentas seni kan kita bakal tampilin keahlian kita. Nah disitu kita tampilan sebaik-baiknya, sebagus-bagusnya sehingga menarik minat anak-anak kecil. Seperti itu”.

14. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya?

“Yang pertama, kita lari ke kampung-kampung, yang kedua ke sekolah- sekolah kita masuk ke sekolah merangkul semua generasi dari anak-anak di tingkat SD sampai ke tingkat SMA, dan yang paling penting pula kita harus membuat sampul yang dapat menarik orang lain, nuat sampul sebagus-bagusnya supaya pada melirik kekita dan gak kalah sama budaya-budaya luar”.

15. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

“eeee berhasil bisa dibilang berhasil, ga sedikit yang akhirnya tertarik dan ikut bergabung sama kita dari cara-cara yang kita lakuin, banyak yang cari tahu dan kita jelaskan dengan baik bagaimana cara bergabung dan lain sebagainya”.

16. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA? “Ane disini udah ngikutin banyak kegiatan PERCIRA yang gak bisa disebutin satu persatu, seperti festival, pernikahan, dan lain-lain jadi hasilnya ya banyak ya, bisa nambah pemasukan juga”.

17. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

“Faktor penghambat sudah pasti ada untuk ini”.

18. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

“Faktor penghambatnya itu ya yang paling besar rasa malas aja sih, karena kan anak-anak ini gampang jenuhnya, tiap hari kayak gini latihan jadi rasa malas”.

19. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut?

“Nah itu yang sedang kita cari caranya, untuk saat ini sih kita imbangi kegiatan-kegiatannya seperti dengan pengajian terus kegiatan lainnnya yang bisa membuat rasa jenuh mereka hilang, misalnya kita biasanya setahun sekali pergi tour untuk lebih mendekatkan diri satu sama lain”.

20. Apa harapan Anda untuk sanggar PERCIRA?

“Harapan ane sih PERCIRA ini harus lebih bangkit lagi, dalam hati ane, ane pengen banget PERCIRA ada dimana-mana, gak harus di Jakarta aja kalau bisa diluar jakarta juga. Intinya PERCIRA harus ada dimana- mana”.

DATA RESPONDEN

Nama : Ka Fairuz Umur : 26 tahun Tanggal : 21 Januari 2017 Alamat : Masjid Al-Madinah Jabatan : Asisten Pelatih

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda bergabung dalam silat cingkrik PERCIRA?

“Genapin aja ya, belajar dan gabung dari tahun 2010, sebenernya pas aliyah pernah ikut ini silat cingkrik Baba Warno tapi setahun atau dua tahun sempet vakum dan akhirnya tahun 2009 akhir itu aktif lagi setelah dibentuk organisasinya PERCIRA di Aula Pasar Kembang Rawa Belong”.

2. Apa alasan terkuat Anda untuk bergabung dengan PERCIRA?

“Alasannya sih dulu niat pengen punya mainan juga, yang kedua karena dari lingkungan sendiri, tinggal kan di Rawa Belong nah disetiap gang itu punya mainannya dan rata-rata semuanya itu Silat Cingkrik Rawa Belong”.

3. Apakah Anda hanya mengikuti silat cingkrik di PERCIRA?

“PERCIRA aja, dari awal kenal sama silat juga dikenalin sama Baba Warno langsung, jadi ga pernah kemana-mana dan mengabdi disini”.

4. Apa tujuan Anda ikut serta dalam PERCIRA?

“Tujuan masuk PERCIRA awalnya karena penasaran, dan ngeliat-liat tertarik belajar sampai akhirnya nyaman disini”.

5. Bagaimana fungsi silat cingkrik dalam hidup Anda?

“Fungsi silat cingkrik, satu buat silaturahim, kedua buat olahraga juga kesehatan, dan ketiga kita ga menutup kemungkinan main silat itu buat jaga diri juga”. 6. Apa harapan yang hendak Anda capai dalam keikutsertaan di PERCIRA?

“Harapan awalnya mah cuma biar bisa jaga diri aja, karena awal ngeliatnya kan buat beladiri aja tapi nyatanya lebih dari itu dapet kekeluargaan dan penanaman pribadi yang baik dan taat agama”.

7. Bagaimana sistem pembelajaran silat cingkrik PERCIRA?

“Kalau dari sistem pembelajaran ga jauh beda, dari saya pribadi kita tekanin banget kedisiplinan, kedua jaga adab sama senior-senior terutama sama guru, ketiga ya ngasih semangat biar rajin latihannya. Tapi kalau jurus turun temurun dikasih sama Baba Warno yang dikasih ya yang kita ajarin jadi turun temurun”.

8. Menurut Anda, apakah melestarikan budaya itu penting?

“Oh penting, biar ga punah. Kita kan pasti bakal punya keturunan kayak kita punya anak punya mantu punya cucu. Nah kita jaga buat mereka”.

9. Apa pandangan Anda terhadap budaya Betawi pada saat ini?

“Kalau pandangannya, pada perkembangannya sangat pesat terutama di bidang silat untuk di Rawa Belong ya, terutama silat cingkriknya ini sendiri seperti yang saya bilang tadi setiap gang itu punya pegangan mainannya sendiri, itu bohong kalau dia gak punya. Bahkan ini fakta sendiri saya naik Grabbike itu orangnya orang Jagakarsa dia nanya dari mana? Saya jawab dari Rawa Belong, terus dia bilang wah saya pernah belajar Cingkrik itu susah bener. Nah dari sini keliatan kan kalau Cingkrik emang udah jadi iconnya Rawa Belong”.

10. Apa saja usaha yang Anda lakukan untuk mempertahankan budaya Betawi?

“Kalau diliat usaha dari saya sendiri, saya sampai saat ini dan untuk beberapa tahun kedepan akan terus aktif dibidang kayak palang pintunya dan silatnya ini kayak ngajar-ngajar anak-anak barunya, ya kurang lebih gitu dan doain bisa berkembang dan bisa ngajar di sekolah-sekolah lainnya”.

11. Menurut Anda, Apa yang membuat silat cingkrik harus dipertahankan?

“Kenapa? Jawabannya karena silat cingkrik ini salah satu silat asli Betawi yang sudah populer dikalangan silat-silat lain. Ya jadi kalau sampai ga dilestariin sama orang asli Betawinya sendiri ya sayang dan bodoh aja kalau sampai diem”.

12. Revitalisasi budaya adalah proses atau cara menghidupkan kembali kebudayaan yang perlahan menghilang. Menurut Anda apa itu penting?

“Oh sangat penting dong, kalau ga kayak gitu pasti udah hilang seperti silat-silat yang sudah ga kedengeran lagi namanya atau bisa dibilang dibawa mati karena punah”.

13. Dalam melaksanakan strategi terdapat tiga tahapan, tahapan perumusan, pengimplementasian, dan tahapan evaluasi strategi. Pada awal membentuk sebuah strategi apa yang Anda rumuskan dalam strategi yang ingin dilaksanakan?

“Satu disiplin dari senior-senior yang ngajarin dan anak-anak yang diajar, kedua jaga adab sama guru, ketiga ya metode-metode pembelajaran dari guru-guru kita sendiri khususnya dari Baba Warno seperti itu ngajarnya ya kita ngikutin. Jadi semakin berkembang dan berfikirnya nyari berkahnya dulu aja itu semua kunci strategi kita”.

14. Dalam melaksanakan strategi untuk mempertahankan silat cingkrik disanggar Anda, Bagaimana proses pelaksaannya?

“Prosesnya kita ngasih tau kegunaan dan sistem pembelajaran, jurusnya, presentasiin manfaatnya jadi bisa membuat orang-orang tertarik. Seperti presentasi ke sekolah-sekolah, lalu kekampung-kampung bisa lewat festival atau undang orang-orang pentingnya”. 15. Menurut Anda, setelah melaksanakan strategi yang Anda rancang apakah mengalami keberhasilan?

“Untuk saat ini sih semua sudah berhasil ya, tapi tetep ga mau puas karena kita yakin kita bisa lebih dari ini dan berkembang lagi dan lagi”.

16. Apa saja hasil yang Anda dapatkan dalam kemajuan silat cingkrik di sanggar PERCIRA?

“Kalau bicara hasil mah udah banyak banget hasil yang didapetin, dari temen baru, saudara baru, murid baru, pribadi baru, lebih taat pada agama karena ditanamanin semua hal yang baik selain silatnya”.

17. Adakah faktor penghambat dalam upaya revitalisasi budaya?

“Faktor penghambat udah pasti ada ya, segala sesuatunya pasti ada faktor penghambatnya”.

18. Hambatan apa saja yang Anda alami dalam usaha untuk mempertahankan silat cingkrik sebagai kebudayaan Betawi?

“Satu ada sifat jenuh, Kedua jenuh itu datangnya karena cape, Ketiga ya karena kesibukan masing-masing soalnya semua disini sibuk bukan karena di cingkrik aja bukan karena di sanggar aja, pasti punya acara lain keperluan lain, seperti kerja terus pulang kerja dia cape”.

19. Apa tindakan Anda dalam menghadapi dan menyiasati faktor penghambat tersebut?

“Cara ngadepinnya ya balik ke pribadi masing-masing lagi, jadi harus pinter-pinter bagi waktu dan jaga kesehatan juga karena itu penting banget”.

20. Apa harapan Anda untuk sanggar PERCIRA?

“Harapannya semoga makin sukses, makin kompak, jaga kekeluargaan dan silaturahminya”.

LAMPIRAN FOTO DOKUMENTASI

Foto-foto Dokumentasi

1. Proses Wawancara bersama Anggota sanggar Perguruan Cingkrik Rawa Belong

2. Proses Latihan sanggar Perguruan Cingrik Rawa Belong dalam ekstrakulikuler sekolah.

3. Proses latihan Perguruan Cingkrik Rawa Belong di sanggar Rawa Belong

BIODATA PENULIS

Penulis yang bernama lengkap Radita Milati, lahir di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1995 dari pasangan Bapak Hasanuddin dan Ibu Bazlah. Penulis anak ke 3 dari 4 bersaudara dengan keturunan Betawi. Penulis tinggal di Qrisdoren 1 no. 14c, yang terletak di daerah Jakarta Barat. Penulis menempuh pendidikan di RA Al-Hidayah, Madrasah Ibtidaiyah Al-Fakhriyyah, Madrasah Tsanawiyah Negeri 12 Jakarta, Madrasah Aliyah Negeri 22 Jakarta. Setelah lulus SMA penulis melanjutkan ke UIN Jakarta jurusan Pendidikan IPS konsentrasi Sosiologi-Antropologi. Selama kuliah, penulis aktif organisasi di Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR) sebagai anggota dan diberi kesempatan menjabat sebagai Koordinator elemen Lingkar Sastra Tarbiyah (periode 2014-2015).

Skripsi yang berjudul “Strategi Mempertahankan Silat Cingkrik dalam Pelestarian Budaya Betawi (Studi kasus Perguruan Cingkrik Rawa Belong, Jakarta Barat)” ini di bawah bimbingan Bapak Dr. Abdul Rozak, M.Si dan Ibu Cut Dhien Nourwahida, M.A. Diharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan.

Info lebih lanjut: @raditamilati_ (IG)