Jurnal Bahasa Dan Budaya
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ISSN 1978-8118 (Print) ISSN 2460-710X (Online) LinguaLingua cultura Jurnal Bahasa dan Budaya Jurnal Jakarta ISSN 1978-8118 (Print) Hlm. 1-74 Lingua Cultura Vol. 9 Nol. 1 May 2015 ISSN 2460-710X (Online) ISSN 1978-8118 (Print) ISSN 2460-710X (Online) Vol. 9 No.1 May 2015 DAFTAR ISI Agustinus Sufianto; Sugiato Lim; Andyni Khosasih Akulturasi Unsur Kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi (Acculturation of Chinese Kungfu in Betawi Pencak Silat)...................................................................... 1-6 Ayu Trihardini Kesalahan Penggunaan Kata Bantu Bilangan Bahasa Mandarin pada Siswa Indonesia Tingkat Prapemula (Errors in The Use of Mandarin Measure Words on Indonesian Pre-beginner Level Students).............. 7-12 Dian Natashia Wacana Iklan Parodi Jepang Fanta Gakuen Sensei Series (Discourse of Parody Advertisement on Japan’s Gakuen Sensei Series)................................................... 13-20 Aprilia Ruby Wikarti Kesalahan Struktur Frasa Subordinatif Bahasa Mandarin (Errors of Subordinate Phrase Structure on Chinese Language).............................................................. 21-27 Hendy Reginald Cuaca Dharma Representasi Budaya Kawaii dalam Chara-Bentou (Representation of Kawaii Culture in Chara-Bentou)............................................................................... 28-34 Billy Nathan Setiawan Cina Benteng: The Latest Generations and Acculturation...................................................................... 35-39 Joice Yulinda Luke The Use of Code-Mixing among Pamonanese in Parata Ndaya Closed-Group Facebook........................ 40-46 Nana Yuliana; Amelia Rosa Luziana; Pininto Sarwendah Code-Mixing and Code-Switching of Indonesian Celebrities: A Comparative Study................................ 47-54 Rudi Hartono Manurung Gaya Bahasa Enkyokuhou dalam Novel Nihon Kogyou Ginkou Karya Ryo Takasugi (Enkyokuhou Figure of Speech in Ryo Takasugi’s Nihon Kogyou Ginkou)................................................. 55-66 Evert H. Hilman The Translation of Indonesian Cultural Lexicons in the Novel Saman.................................................... 67-74 AKULTURASI UNSUR KUNGFU TIONGKOK DALAM PENCAK SILAT BETAWI Agustinus Sufianto1; Sugiato Lim2; Andyni Khosasih3 1, 2, 3Chinese Department, Faculty of Humaniora, Bina Nusantara University Jln. Kemanggisan Ilir III No.45, Kemanggisan–Palmerah, Jakarta Barat 11480 [email protected]; [email protected] ABSTRACT This study aimed to examine the influence of acculturation of Chinese Kungfu elements on Pencak Silat Betawi. The study used qualitative method and observation with interview and literature study by looking up Betawi and Pencak Silat on Batavia literature. Research finds out that the origins and influence of acculturation of Chinese Kungfu in Pencak Silat Betawi can be seen from a reciprocal relationship between the Chinese community and Betawi through the exchange of knowledge between Chinese martial arts champion and Betawi champion, or brought directly by Chinese Muslims as Master Ong and Kwee Tang Kiam. In addition, there are elements of acculturation both in naming or some movements adopted from Chinese kungfu as Chinese way in Maen Pukul Sabeni that uses two fingers (index and middle), the use of symbols that are closely related to Chinese culture symbols in the logo of Pencak Silat Sabeni, respect technique with Baoquan Li shape as in Mustika Kwitang, and so on. Keywords: Pencak Silat Betawi, Chinese Kungfu, acculturation ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana akulturasi unsur kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan observasi dengan wawancara ke tokoh Pencak Silat Betawi serta studi pustaka terhadap Pencak Silat Betawi. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa dari asal dan pengaruh akulturasi Kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi terdapat hubungan timbal balik antara masyarakat Tionghoa dengan Betawi melalui pertukaran ilmu antara jagoan Kungfu Tiongkok dan jawara Betawi atau dibawa langsung oleh muslim Tionghoa seperti Guru Ong dan Kwee Tang Kiam. Selain itu, terdapat unsur akulturasi baik dalam penamaan maupun beberapa gerakan yang mengadopsi kungfu Tiongkok, seperti cara Tiongkok dalam Maen Pukul Sabeni yang menggunakan dua jari (telunjuk dan jari tengah), penggunaan simbol yang erat kaitannya dengan simbol budaya Tiongkok dalam logo Pencak Silat Sabeni, teknik hormat dengan bentuk Baoquan Li seperti pada aliran Mustika Kwitang, dan lain-lain. Kata kunci: akulturasi, Kungfu Tiongkok, Pencak Silat Betawi Akulturasi Unsur Kungfu... (Agustinus Sufianto; dkk) 1 PENDAHULUAN dalam kesenian bela diri lokal Nusantara, yaitu pencak silat. Etnis Tionghoa telah ada di Nusantara sejak ribuan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tahun lalu. Awal-awal kedatangan etnis Tionghoa adalah pengertian pencak adalah permainan (keahlian) untuk untuk berniaga serta mengadu nasib untuk mendapat mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, kehidupan yang lebih baik atau sebagai buruh tambang mengelak, dsb. Sementara silat adalah cabang olahraga yang terampil tapi murah. Ada juga sebagai utusan yang menonjolkan pada kepandaian berkelahi; seni bela langsung dari dinasti yang berkuasa di Tiongkok untuk diri khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri membina persahabatan dengan negara-negara sekitarnya, dan menyerang untuk pertandingan atau perkelahian seperti Laksamana Cheng Ho. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Menurut Suhandinata (2009), penduduk Tionghoa Berdasarkan arti dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, dari provinsi Tiongkok bagian Tenggara telah beremigrasi pencak silat merupakan olahraga yang mengutamakan ke kepulauan di Indonesia sejak masa kolonialisasi kepandaian berkelahi, menangkis, mengelak yang Belanda. Imigrasi massal pertama (1860-1890) terdapat dibutuhkan dalam pertandingan atau perkelahian. Terlebih sekitar 318.000 pendatang baru; 40% jumlah itu (128.000) lagi, yang perlu digarisbawahi, silat merupakan seni bela bermukim di Jawa, sedangkan 60% (190.000) menambah diri khas Indonesia. populasi Tionghoa di pulau-pulau lain—terutama pesisir Terdapat beberapa definisi pencak silat dari timur Sumatra, Bangka dan Belitung. Meskipun ada para guru pencak silat. Menurut guru Pencak Bawean, gelombang pendatang baru dalam jumlah besar dalam Bapak Abdus Sjukur, pencak silat juga mengandung periode ini, komunitas didominasi oleh keturunan unsur komedi. Pencak dapat dinikmati sebagai hiburan Tionghoa kelahiran lokal, yang umum dikenal dengan dan silat mengandung teknik bela diri untuk membela sebutan peranakan (Suhandinata, 2009:31). diri, menyerang, dan mengunci lawan yang tidak Bersamaan dengan kedatangan massal penduduk dipertunjukkan di depan publik. Guru perguruan Pamur, Tiongkok ke Indonesia baik sebagai pedagang, buruh, yaitu Bapak Hasan Habudin di Madura, memberikan penambang, dll., terdapat pula para ahli bela diri Kungfu definisi yang sejenis dengan Bapak Abdus Sjukur Tiongkok yang ikut dalam gelombang massal pendatang (Maryono, 2002:4). Akan tetapi, kombinasi kedua baru. Biasanya, keahlian mereka merupakan keahlian kata tersebut pada umumnya menghasilkan arti unsur- yang diwariskan secara turun-temurun dari keluarga. unsur gerakan bela diri yang dapat dipakai baik untuk Keahlian tersebut bersifat tersembunyi dan digunakan pertunjukan keindahan dalam hiburan saja maupun hanya dalam keadaan yang diperlukan. Menurut Kiong gerakan yang dipakai pertandingan atau gerakan-gerakan (1960), yang merupakan salah satu ahli dalam seni bela yang khusus hanya untuk perkelahian serta merupakan diri Tiongkok, pedagang Tiongkok sering diserang oleh salah satu seni bela diri khas Indonesia. bajak laut dalam perjalanan atau perdagangan mereka ke Jika ditelusuri dalam sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara. Oleh karena itu, untuk mempertahankan diri di Nusantara, pencak silat memainkan peranan penting. serta barang dagangan atau harta berharga yang dibawa, Pencak silat dalam sejarah kerajaan tersebut digunakan mereka turut membawa serta para ahli bela diri Tiongkok. untuk menjaga, mempertahankan, bahkan untuk Selain itu, pada zaman dinasti Qing beberapa berperang. Selain itu, pencak silat berkembang luas pemberontak dari perkumpulan atau sekte yang melawan dengan berbagai macam aliran dan bentuk. Dengan kata pemerintah mempunyai kemampuan bela diri. Di antara lain, pencak silat merupakan salah satu bentuk kekayaan mereka ada juga yang melarikan diri ke Asia Tenggara budaya suku bangsa di Indonesia. dan membawa serta ilmu mereka. Karena ingin membantu Kendati demikian, pada masa orde baru, karena mengembangkan kungfu Tiongkok di luar negeri sebagai latar belakang politik saat itu sangat antitesis bahkan salah satu muatan budaya Tiongkok, ada juga yang sampai tahap antipati terhadap semua yang bernapaskan datang ke Asia Tenggara. Salah satu contohnya adalah Tionghoa, bentuk-bentuk budaya Tiongkok pun Huo Dongge yang berlayar ke Surabaya dan mendirikan menghadapi banyak tekanan. Tekanan tersebut termasuk perkumpulan olahraga Jingwu di Surabaya, Jakarta, Solo, seni bela diri Tiongkok yang saat itu mulai tersebar luas Bandung, dan beberapa kota lainnya. Huo Dongge dan di kalangan masyarakat etnis Tionghoa maupun etnis perkumpulannya mempertunjukkan keahlian bermain non-Tionghoa. Selain keharusan bagi nama perguruan salah satu aliran kungfu yang dikenal dengan nama Mi kungfu untuk diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Zong. (Li Xiang, 2013) seperti Siao Chong San di Papua menjadi Naga Mas, Kedatangan etnis Tionghoa dalam periode waktu penggunaan