Jurnal Bahasa Dan Budaya

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Jurnal Bahasa Dan Budaya ISSN 1978-8118 (Print) ISSN 2460-710X (Online) LinguaLingua cultura Jurnal Bahasa dan Budaya Jurnal Jakarta ISSN 1978-8118 (Print) Hlm. 1-74 Lingua Cultura Vol. 9 Nol. 1 May 2015 ISSN 2460-710X (Online) ISSN 1978-8118 (Print) ISSN 2460-710X (Online) Vol. 9 No.1 May 2015 DAFTAR ISI Agustinus Sufianto; Sugiato Lim; Andyni Khosasih Akulturasi Unsur Kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi (Acculturation of Chinese Kungfu in Betawi Pencak Silat)...................................................................... 1-6 Ayu Trihardini Kesalahan Penggunaan Kata Bantu Bilangan Bahasa Mandarin pada Siswa Indonesia Tingkat Prapemula (Errors in The Use of Mandarin Measure Words on Indonesian Pre-beginner Level Students).............. 7-12 Dian Natashia Wacana Iklan Parodi Jepang Fanta Gakuen Sensei Series (Discourse of Parody Advertisement on Japan’s Gakuen Sensei Series)................................................... 13-20 Aprilia Ruby Wikarti Kesalahan Struktur Frasa Subordinatif Bahasa Mandarin (Errors of Subordinate Phrase Structure on Chinese Language).............................................................. 21-27 Hendy Reginald Cuaca Dharma Representasi Budaya Kawaii dalam Chara-Bentou (Representation of Kawaii Culture in Chara-Bentou)............................................................................... 28-34 Billy Nathan Setiawan Cina Benteng: The Latest Generations and Acculturation...................................................................... 35-39 Joice Yulinda Luke The Use of Code-Mixing among Pamonanese in Parata Ndaya Closed-Group Facebook........................ 40-46 Nana Yuliana; Amelia Rosa Luziana; Pininto Sarwendah Code-Mixing and Code-Switching of Indonesian Celebrities: A Comparative Study................................ 47-54 Rudi Hartono Manurung Gaya Bahasa Enkyokuhou dalam Novel Nihon Kogyou Ginkou Karya Ryo Takasugi (Enkyokuhou Figure of Speech in Ryo Takasugi’s Nihon Kogyou Ginkou)................................................. 55-66 Evert H. Hilman The Translation of Indonesian Cultural Lexicons in the Novel Saman.................................................... 67-74 AKULTURASI UNSUR KUNGFU TIONGKOK DALAM PENCAK SILAT BETAWI Agustinus Sufianto1; Sugiato Lim2; Andyni Khosasih3 1, 2, 3Chinese Department, Faculty of Humaniora, Bina Nusantara University Jln. Kemanggisan Ilir III No.45, Kemanggisan–Palmerah, Jakarta Barat 11480 [email protected]; [email protected] ABSTRACT This study aimed to examine the influence of acculturation of Chinese Kungfu elements on Pencak Silat Betawi. The study used qualitative method and observation with interview and literature study by looking up Betawi and Pencak Silat on Batavia literature. Research finds out that the origins and influence of acculturation of Chinese Kungfu in Pencak Silat Betawi can be seen from a reciprocal relationship between the Chinese community and Betawi through the exchange of knowledge between Chinese martial arts champion and Betawi champion, or brought directly by Chinese Muslims as Master Ong and Kwee Tang Kiam. In addition, there are elements of acculturation both in naming or some movements adopted from Chinese kungfu as Chinese way in Maen Pukul Sabeni that uses two fingers (index and middle), the use of symbols that are closely related to Chinese culture symbols in the logo of Pencak Silat Sabeni, respect technique with Baoquan Li shape as in Mustika Kwitang, and so on. Keywords: Pencak Silat Betawi, Chinese Kungfu, acculturation ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana akulturasi unsur kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan observasi dengan wawancara ke tokoh Pencak Silat Betawi serta studi pustaka terhadap Pencak Silat Betawi. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa dari asal dan pengaruh akulturasi Kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi terdapat hubungan timbal balik antara masyarakat Tionghoa dengan Betawi melalui pertukaran ilmu antara jagoan Kungfu Tiongkok dan jawara Betawi atau dibawa langsung oleh muslim Tionghoa seperti Guru Ong dan Kwee Tang Kiam. Selain itu, terdapat unsur akulturasi baik dalam penamaan maupun beberapa gerakan yang mengadopsi kungfu Tiongkok, seperti cara Tiongkok dalam Maen Pukul Sabeni yang menggunakan dua jari (telunjuk dan jari tengah), penggunaan simbol yang erat kaitannya dengan simbol budaya Tiongkok dalam logo Pencak Silat Sabeni, teknik hormat dengan bentuk Baoquan Li seperti pada aliran Mustika Kwitang, dan lain-lain. Kata kunci: akulturasi, Kungfu Tiongkok, Pencak Silat Betawi Akulturasi Unsur Kungfu... (Agustinus Sufianto; dkk) 1 PENDAHULUAN dalam kesenian bela diri lokal Nusantara, yaitu pencak silat. Etnis Tionghoa telah ada di Nusantara sejak ribuan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tahun lalu. Awal-awal kedatangan etnis Tionghoa adalah pengertian pencak adalah permainan (keahlian) untuk untuk berniaga serta mengadu nasib untuk mendapat mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, kehidupan yang lebih baik atau sebagai buruh tambang mengelak, dsb. Sementara silat adalah cabang olahraga yang terampil tapi murah. Ada juga sebagai utusan yang menonjolkan pada kepandaian berkelahi; seni bela langsung dari dinasti yang berkuasa di Tiongkok untuk diri khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri membina persahabatan dengan negara-negara sekitarnya, dan menyerang untuk pertandingan atau perkelahian seperti Laksamana Cheng Ho. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Menurut Suhandinata (2009), penduduk Tionghoa Berdasarkan arti dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, dari provinsi Tiongkok bagian Tenggara telah beremigrasi pencak silat merupakan olahraga yang mengutamakan ke kepulauan di Indonesia sejak masa kolonialisasi kepandaian berkelahi, menangkis, mengelak yang Belanda. Imigrasi massal pertama (1860-1890) terdapat dibutuhkan dalam pertandingan atau perkelahian. Terlebih sekitar 318.000 pendatang baru; 40% jumlah itu (128.000) lagi, yang perlu digarisbawahi, silat merupakan seni bela bermukim di Jawa, sedangkan 60% (190.000) menambah diri khas Indonesia. populasi Tionghoa di pulau-pulau lain—terutama pesisir Terdapat beberapa definisi pencak silat dari timur Sumatra, Bangka dan Belitung. Meskipun ada para guru pencak silat. Menurut guru Pencak Bawean, gelombang pendatang baru dalam jumlah besar dalam Bapak Abdus Sjukur, pencak silat juga mengandung periode ini, komunitas didominasi oleh keturunan unsur komedi. Pencak dapat dinikmati sebagai hiburan Tionghoa kelahiran lokal, yang umum dikenal dengan dan silat mengandung teknik bela diri untuk membela sebutan peranakan (Suhandinata, 2009:31). diri, menyerang, dan mengunci lawan yang tidak Bersamaan dengan kedatangan massal penduduk dipertunjukkan di depan publik. Guru perguruan Pamur, Tiongkok ke Indonesia baik sebagai pedagang, buruh, yaitu Bapak Hasan Habudin di Madura, memberikan penambang, dll., terdapat pula para ahli bela diri Kungfu definisi yang sejenis dengan Bapak Abdus Sjukur Tiongkok yang ikut dalam gelombang massal pendatang (Maryono, 2002:4). Akan tetapi, kombinasi kedua baru. Biasanya, keahlian mereka merupakan keahlian kata tersebut pada umumnya menghasilkan arti unsur- yang diwariskan secara turun-temurun dari keluarga. unsur gerakan bela diri yang dapat dipakai baik untuk Keahlian tersebut bersifat tersembunyi dan digunakan pertunjukan keindahan dalam hiburan saja maupun hanya dalam keadaan yang diperlukan. Menurut Kiong gerakan yang dipakai pertandingan atau gerakan-gerakan (1960), yang merupakan salah satu ahli dalam seni bela yang khusus hanya untuk perkelahian serta merupakan diri Tiongkok, pedagang Tiongkok sering diserang oleh salah satu seni bela diri khas Indonesia. bajak laut dalam perjalanan atau perdagangan mereka ke Jika ditelusuri dalam sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara. Oleh karena itu, untuk mempertahankan diri di Nusantara, pencak silat memainkan peranan penting. serta barang dagangan atau harta berharga yang dibawa, Pencak silat dalam sejarah kerajaan tersebut digunakan mereka turut membawa serta para ahli bela diri Tiongkok. untuk menjaga, mempertahankan, bahkan untuk Selain itu, pada zaman dinasti Qing beberapa berperang. Selain itu, pencak silat berkembang luas pemberontak dari perkumpulan atau sekte yang melawan dengan berbagai macam aliran dan bentuk. Dengan kata pemerintah mempunyai kemampuan bela diri. Di antara lain, pencak silat merupakan salah satu bentuk kekayaan mereka ada juga yang melarikan diri ke Asia Tenggara budaya suku bangsa di Indonesia. dan membawa serta ilmu mereka. Karena ingin membantu Kendati demikian, pada masa orde baru, karena mengembangkan kungfu Tiongkok di luar negeri sebagai latar belakang politik saat itu sangat antitesis bahkan salah satu muatan budaya Tiongkok, ada juga yang sampai tahap antipati terhadap semua yang bernapaskan datang ke Asia Tenggara. Salah satu contohnya adalah Tionghoa, bentuk-bentuk budaya Tiongkok pun Huo Dongge yang berlayar ke Surabaya dan mendirikan menghadapi banyak tekanan. Tekanan tersebut termasuk perkumpulan olahraga Jingwu di Surabaya, Jakarta, Solo, seni bela diri Tiongkok yang saat itu mulai tersebar luas Bandung, dan beberapa kota lainnya. Huo Dongge dan di kalangan masyarakat etnis Tionghoa maupun etnis perkumpulannya mempertunjukkan keahlian bermain non-Tionghoa. Selain keharusan bagi nama perguruan salah satu aliran kungfu yang dikenal dengan nama Mi kungfu untuk diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Zong. (Li Xiang, 2013) seperti Siao Chong San di Papua menjadi Naga Mas, Kedatangan etnis Tionghoa dalam periode waktu penggunaan
Recommended publications
  • Pustaka-Obor-Indonesia.Pdf
    Foreign Rights Catalogue ayasan Pustaka Obor Indonesia, a modestly sized philanthropy active in the Yfield of cultural and intellectual development through scholarly publishing. It’s initial focus to publish books from various languages into the Indonesian language. Among its main interest is books on human and democratic rights of the people. Yayasan Pustaka Obor Indonesia was set up as an Indonesian legal entity in 1978. The Obor Indonesia office coordinates the careful work of translation and revision. An editorial Board is in charge of program selection. Books are published locally and placed on the market at a low subsidized price within reach of students and the general reader. Obor also plays a service role, helping specialized organizations bring out their research in book form. It is the Purpose of Yayasan Pustaka Obor Indonesia, to widen and develop the perspective of Indonesia’s growing intellectual community, by publishing in Bahasa Indonesia -- and other appropriate languages -- literate and socially significant works. __________________ Contact Detail: Dian Andiani Address: Jl. Plaju No. 10 Jakarta Indonesia 10230 E-mail: [email protected]/[email protected] Web: www.obor.or.id mobile: +6281286494677 2 CATALOGUE Literature CATALOGUE 3 Harimau!Harimau!|Tiger! Tiger! Author: Mochtar Lubis | ISBN: 978-979-461-109-8 | “Tiger! Tiger!” received an award from ‘Buku Utama’ foundation as the best literature work in 1975. This book illustrated an adventurous story in wild jungle by a group of resin collector who was hunted by a starving tiger. For days, they tried to escape but they became victims. The tiger pounced on them one by one.
    [Show full text]
  • The Practice of Pencak Silat in West Java
    The Politics of Inner Power: The Practice of Pencak Silat in West Java By Ian Douglas Wilson Ph.D. Thesis School of Asian Studies Murdoch University Western Australia 2002 Declaration This is my own account of the research and contains as its main content, work which has not been submitted for a degree at any university Signed, Ian Douglas Wilson Abstract Pencak silat is a form of martial arts indigenous to the Malay derived ethnic groups that populate mainland and island Southeast Asia. Far from being merely a form of self- defense, pencak silat is a pedagogic method that seeks to embody particular cultural and social ideals within the body of the practitioner. The history, culture and practice of pencak in West Java is the subject of this study. As a form of traditional education, a performance art, a component of ritual and community celebrations, a practical form of self-defense, a path to spiritual enlightenment, and more recently as a national and international sport, pencak silat is in many respects unique. It is both an integrative and diverse cultural practice that articulates a holistic perspective on the world centering upon the importance of the body as a psychosomatic whole. Changing socio-cultural conditions in Indonesia have produced new forms of pencak silat. Increasing government intervention in pencak silat throughout the New Order period has led to the development of nationalized versions that seek to inculcate state-approved values within the body of the practitioner. Pencak silat groups have also been mobilized for the purpose of pursuing political aims. Some practitioners have responded by looking inwards, outlining a path to self-realization framed by the powers, flows and desires found within the body itself.
    [Show full text]
  • An Analysis of Symbolic Meanings in Palang Pintu Tradition of the Betawi Wedding Ceremony Rahman1*, Zakaria2, NKD Tristiantari3, Asri Wibawa Sakti1
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 509 4th International Conference on Language, Literature, Culture, and Education (ICOLLITE 2020) An Analysis of Symbolic Meanings in Palang Pintu Tradition of the Betawi Wedding Ceremony Rahman1*, Zakaria2, NKD Tristiantari3, Asri Wibawa Sakti1 1Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia 2Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAI, Binamadani Tangerang Indonesia 3Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha Bali Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT Palang Pintu tradition is one of the Betawi ethnic cultural heritage which is performed in the process of a wedding ceremony. Besides enacted as a performance to entertain people, Palang Pintu is loaded with cultural literacy. The purpose of the study is to find out a comprehensive description of symbolic meanings and literary appreciation learning in Palang Pintu tradition of the Betawi wedding ceremony. The performance process of Palang Pintu contains remarkable values namely reading salawat indicating that the Betawi people always obey the Islamic value., The pukul/beklai (a form of martial arts) is a symbol that a man as the head of the family and must be able to protect his household; and lantunan sike (reciting the verses of the Holy Qur’an) implies that a man is a leader in his household. Furthermore, berbalas pantun (pantun speech) in Palang Pintu tradition is one form of the literary appreciation. The method used is the descriptive analysis of literature studies, observation and interviews with experts were done as the triangulation of the data. The study found that Palang Pintu tradition has symbolic values such as leadership, religiosity that can be used as an opportunity for children’s literacy appreciation learning.
    [Show full text]
  • LANGGA Beladiri Tradisional Masyarakat Gorontalo
    Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) LANGGA Beladiri Tradisional Masyarakat Gorontalo Hartono Hadjarati Gorontalo, 2018 IP.070.011.2018 LANGGA Beladiri Tradisional Masyarakat Gorontalo Hartono Hadjarati Pertama kali diterbitkan Oleh Ideas Publishing, November 2018 Alamat: JalanPangeranHidayat No. 110 Kota Gorontalo Surel: [email protected] AnggotaIkapi, No. 0001/ikapi/gtlo/II/17 ISBN : 978-602-5878-44-2 Penyunting: Abdul Rahmat Penata Letak: WisnuWijanarko Sampul: WisnuWijanarko Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit ii Prakata Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan buku berjudul LANGGA Beladiri Tradisional Masyarakat Gorontalo. Alhamdulillah buku ini lahir dalam rentetan usaha dan niat baik dalam rangka melestarikan budaya asli daerah Gorontalo. Berharap buku ini dapat memberikan informasi tambahan kepada kita semua khususnya kepada mahasiswa dan masyarakat. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan buku ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah Swt., senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Gorontalo, November 2018 Penulis iii iv DAFTAR ISI Prakata ..................................................................
    [Show full text]
  • Mitos Silat Beksi Betawi (Yuzar Purnama) 283 MITOS SILAT BEKSI BETAWI MYTHS in BEKSI SELF-DEFENSE ARTS of BETAWI
    Mitos Silat Beksi Betawi (Yuzar Purnama) 283 MITOS SILAT BEKSI BETAWI MYTHS IN BEKSI SELF-DEFENSE ARTS OF BETAWI Yuzar Purnama Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung 42094 Tep/Fax. e-mail: [email protected] Naskah Diterima: 16 April 2018 Naskah Direvisi: 18 Juli 2018 Naskah Disetujui: 10 September 2018 Abstrak Silat beksi adalah penamaan dunia persilatan pada masyarakat Betawi. Silat beksi merupakan ilmu bela diri maen pukulan dengan empat pertahanan tubuh dari serangan lawan. Ilmu bela diri ini merupakan percampuran antara jurus silat Betawi dengan jurus-jurus bela diri dari Negeri Cina. Silat beksi sampai sekarang masih tumbuh dan berkembang pada masyarakat Betawi dibuktikan dengan adanya 120 sanggar silat beksi di Jakarta, hal inilah yang menarik bagi penulis untuk mengkaji apa yang menyebabkan produk budaya ini dapat bertahan bahkan berkembang. Ruang lingkup penulisan mencakup, Apakah yang dimaksud masyarakat Betawi? Apakah silat beksi itu? Adakah mitos silat beksi? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskripsi. Kesimpulan penelitian, silat beksi bagi masyarakat Betawi memiliki nilai keagungan dan keluhuran, sehingga untuk mengungkapkannya munculah mitos-mitos misalnya ilmu ini diajarkan oleh makhluk jelmaan macan putih atau harimau. Kata kunci: mitos, Silat Beksi, dan masyarakat Betawi. Abstract Beksi silat is the name of the martial world in the Betawi community. Beksi silat is a martial arts style with four body defenses against opponents. This martial art is a mixture of Betawi and China martial arts. Beksi silat is still growing and developing in the Betawi community as evidenced by the existence of 120 Beksi silat studios in Jakarta.
    [Show full text]
  • Konstruksi Sosial Pemaknaan Pangsi Jawara Betawi: Penguatan Identitas Etnis Betawi Dalam Menghadapi Globalisasi Ini Dapat Terselesaikan Dengan Baik
    KONSTRUKSI SOSIAL PEMAKNAAN PANGSI JAWARA BETAWI: PENGUATAN IDENTITAS ETNIS BETAWI DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S. Sos) Oleh Wiqoyatul Amanah NIM: 1113111000046 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H ABSTRAK Skripsi ini menganalisa konstruksi sosial yang terjadi pada pangsi Betawi dan penguatan identitas yang dilakukan oleh etnis Betawi dalam menghadapi globalisasi. Tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan bagaimana pangsi Betawi dikonstruksi secara sosial, baik oleh jawara Betawi maupun masyarakat secara umum dan resistensi yang dilakukan Betawi sebagai upaya penguatan identitasnya sebagai budaya lokal-daerah yang bertahan dalam lingkaran globalisasi saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi sebagai data primer serta studi dokumentasi dan studi pustaka sebagai data pendukung. Kerangka teori yang digunakan adalah teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thoman Luckmann. Temuan dari penelitian ini adalah pada fase eksternalisasi berawal dari melakukan kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan dan memberdayakan budaya Betawi seperti berdagang pangsi, membuka Padepokan dan mengajar silat, serta melakukan kegiatan bakti sosial. Fase berikutnya yakni objektivasi dimana jawara Betawi melakukan ritual yang lambat
    [Show full text]
  • Investment of Self-Confidence in Cingkrik Rawa Belong Pencak Silat for Elementary School Students
    Al-Adzka: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah p-ISSN: 2088-9801 | e-ISSN: 2597-937X Vol. 11, No. 1 (June 2021), PP. 10 – 18 INVESTMENT OF SELF-CONFIDENCE IN CINGKRIK RAWA BELONG PENCAK SILAT FOR ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS Sa'odah1* and Mamat Supriatna2 1,2Primary Education Department, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia *Email: [email protected] Website: https://jurnal.uinantasari.ac.id/index.php/adzka Received: 2 October 2020; Accepted: 20 April 2021; Published: 23 June 2021 DOI: 10.18952/aladzkapgmi.v11i1.3983 ABSTRACT This article aims to describe thoroughly the value of self-confidence in Pencak Silat activities for elementary school students. The scope includes the value of self-confidence in Pencak Silat Cingkrik Rawa Belong. The research method used is a literature review and field visits that include observation and interviews. The research subjects were the head of the Lengkong Arts and Culture House Foundation and the research object was elementary school students who were active in Pencak Silat activities in elementary schools. The research sites are the Cingkrik Rawa Belong Lengkong Cultural Art House and the Primary School in Tangerang. The instruments used were interviews and observation. The result of this research is that the value of self-confidence in Pencak Silat activities is the value obtained by children from training or Pencak silat activities and then retrained through the experience of the championships that have been followed The use-value contained in the Cingkrik Pencak Silat activity can be used as learning to instill confidence in elementary school students. Keywords: cingkrik pencak silat; self-confidence values; elementary school INTRODUCTION Pencak Silat is the result of the culture of Indonesian people in terms of self-defense, self-defense, and the surrounding environment to achieve harmony in life to increase faith and piety (Pratama, 2018; Gristyutawati, Earrings Dien, 2012; and Mardotillah & Zein, 2017).
    [Show full text]
  • Editors Issue 4
    ISSUE 4 EDITORS Summer 2017 Paul Bowman ISSN 2057-5696 Benjamin N. Judkins MARTIAL ARTS STUDIES IS MARTIAL ARTS FIGHTING WORDS: FOUR NEW DOCUMENT FINDS STUDIES TRIVIAL? REIGNITE OLD DEBATES IN TAIJIQUAN HISTORIOGRAPHY Bowman & JUDKINS DOUGLAS WILE VIRTUALLY LEGITIMATE: USING DISEMBODIED MEDIA TO POSITION ONESELF IN AN EMBODIED COMMUNITY LAUREN MILLER GRIFFITH TRANS-REGIONAL CONTINUITIES OF FIGHTING TECHNIQUES IN MARTIAL RITUAL INITIATIONS OF THE MALAY WORLD GABRIEL FACAL FROM REALISM TO REPRESENTATIVENESS: CHANGING TERMINOLOGY TO INVESTIGATE EFFECTIVENESS IN SELF-DEFENCE STALLER, ZAISER & Körner ABOUT THE JOURNAL Martial Arts Studies is an open access journal, which means that all content is available without charge to the user or his/her institution. You are allowed to read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full texts of the articles in this journal without asking prior permission from either the publisher or the author. The journal is licensed under a Creative Commons Attribution- NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License. C b n d Original copyright remains with the contributing author and a citation should be made when the article is quoted, used or referred to in another work. Martial Arts Studies is an imprint of Cardiff University Press, an innovative open-access publisher of academic research, where ‘open-access’ means free for both readers and writers. cardiffuniversitypress.org Journal DOI 10.18573/ISSN.2057-5696 Issue DOI 10.18573/n.2017.10182 Accepted for publication 30 June 2017 Martial Arts Studies Journal design by Hugh Griffiths MARTIAL issue 4 ARTS STUDIES SUMMER 2017 1 Editorial Is Martial Arts Studies Trivial? Paul Bowman and Benjamin N.
    [Show full text]
  • Biography of Bapak O'ong Maryono He Was Born on July 28, 1953 in Bondowoso, East Java, Indonesia
    Biography of Bapak O'ong Maryono He was born on July 28, 1953 in Bondowoso, East Java, Indonesia. Since he was 9 years old he learned pencak silat Madura and Bawean and practiced Kuntao. When pencak silat was introduced as a competitive sport in 1973, O'ong Maryono started his carrier as "fighter" winning the regional championships in the regency of Bondowoso. In the same year he moved to Jakarta where he also trained karate, yudo,aikido, ju jitsu and tae kwon do, besides training pencak silat in the school of the Keluarga Pencak Silat Nusantara with Master Mohammad Hadimulyo. From 1979 until 1987 he won national and international competitions and was never defeated. Among his international achievements, he became twice world champion pencak silat in the free class in 1982 and 1984. He also won the first prize in the same category in the South East Asia Games XIV held in 1987 in Jakarta. In between 1982 and 1985 O'ong also dominated national Taek Won Do competitions as champion in the heavy weight class. After he concluded his carrier as athlete because of age limits, O'ong worked as instructor in Brunei Darussalam, Holland and more recently in the Philippines. O'ong also began a profession as freelance writer and researcher on martial arts. In 1998 he published a book entitled "Pencak Silat Merentang Waktu" (literally "Pencak Silat Stretched Across Time) on the socio-cultural aspects of pencak silat and its historical development which has received wide public recognition. O'ong Maryono 42#Ponce street, San Lorenzo Village 1223 Makati City The Philippines Tel/Fax: 63-2-8170147 1 | P a g e Acculturation at the Core of Pencak Silat By O'ong Maryono Rapid journal Vol.4 No.4 As we discussed in the previous article (O'ong Maryono 1999:38-39), Malay myths concur that pencak silat was originally developed by tribal groups in the archipelago through the observation of animal movements and other natural phenomena, in an effort to defend themselves from wild creatures and other environmental dangers.
    [Show full text]
  • Trans-Regional Continuities of Fighting Techniques in Martial Ritual Initiations of the Malay World Gabriel Facal
    After obtaining a Master of Social Anthropology at the École des CONTRIBUTOR Hautes Études en Sciences Sociales in Paris (2009), Gabriel Facal completed his doctoral thesis (2012) at Aix-Marseille University as a member of the Institut de recherches Asiatiques (IrAsia, Marseille) under the supervision of Professor Jean-Marc de Grave. He carried out a dozen fieldwork expeditions for a total duration of thirty-seven months in Southeast Asia. His research initially focused on ritual initiation groups and their links with religious organizations and political institutions in the West of Java and the South of Sumatra (Indonesia). Since 2013, he has completed several additional trips in different regions of Indonesia, Malaysia and Brunei Darussalam to establish a comparative perspective. TRANS-REGIONAL CONTINUITIES OF FIGHTING TECHNIQUES IN MARTIAL RITUAL INITIATIONS OF THE MALAY WORLD GABRIEL FACAL DOI ABSTRACT 10.18573/j.2017.10186 This article explores continuities in fighting techniques of martial ritual initiations found across the Malay world (Dunia Melayu). Comparison with other neighboring Asian and Southeast Asian regions shows that these techniques follow patterns and principles that can be considered as ‘properly KEYWORDs Malay’. I argue that ‘Malayness’ is socially and politically consolidated through these initiations, not least because Techniques, initiation, ritual, martial the techniques mobilize local cosmologies and notions of practice, purity, efficacy. the ‘person’. These cosmologies and notions are mainly articulated through conceptions of space and time, an aspect that is underlined by the transmission processes themselves. Transmission steps show parallels with life processes such as CITATION maturation, growing and purification. The correspondences between these processes are also expressed through a specific Facal, Gabriel.
    [Show full text]
  • Laporan Penelitian
    1 LAPORAN PENELITIAN Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Betawi Sumber Dana : PT. Maton Selaras 2018 Kode : 123-FEUP Daftar Isi Daftar Isi .............................................................................................................................. i Daftar Tabel ....................................................................................................................... iv Daftar Gambar .................................................................................................................... v Bab - 1 Pendahuluan ........................................................................................................ 1-1 1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1-1 1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................. 1-2 1.3. Maksud dan Tujuan.................................................................................. 1-4 1.3.1. Maksud ....................................................................................... 1-4 1.3.2. Tujuan ........................................................................................ 1-4 1.4. Target/Sasaran ........................................................................................ 1-4 1.5. Ruang Lingkup/Lokasi Kegiatan ............................................................... 1-4 Bab - 2 Metode Pelaksanaan............................................................................................ 2-1 2.1. Kerangka
    [Show full text]
  • Warna Lokal Betawi Dalam Novel Kronik Betawi Karya Ratih Kumala Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sma
    WARNA LOKAL BETAWI DALAM NOVEL KRONIK BETAWI KARYA RATIH KUMALA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh ROBBY RINALDI NIM 11160130000051 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI WARNA LOKAL BETAWI DALAM NOVEL KRONIK BETAWI KARYA RATIH KUMALA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh Robby Rinaldi NIM. 11160130000051 Menyetujui Pembimbing Ahmad Bahtiar, M. Hum. NIP. 19760118 200912 1 002 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 ABSTRAK Robby Rinaldi, NIM. 11160130000051, “Warna Lokal Betawi dalam Novel Kronik Betawi Karya Ratih Kumala dan Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dosen Pembimbing: Ahmad Bahtiar, M. Hum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui warna lokal Betawi yang terdapat dalam novel Kronik Betawi karya Ratih Kumala yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan subjek warna lokal dan menggunakan pendekatan sosiologi sastra karena karya sastra lahir dari masyarakat dan nilai yang ada di karya sastra akan kembali kepada masyarakat sehingga penciptaan karya sastra mengandung nilai manfaat kepada para pembaca. Berdasarkan temuan dan hasil analisis yang dilakukan novel ini, dapat diketahui bahwa novel Kronik Betawi memuat unsur sosial dan unsur budaya.
    [Show full text]