Pencak Silat

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pencak Silat KILAU BUDAYA INDONESIA SELAMAT DATANG OLAHRAGAWAN ASIA JEJAK TAPAK PENDEKAR SILAT NUSANTARA PERMAINAN TRADISIONAL RAGAM KARAPAN SAPI; LONCAT BATU; VOL 3 PANJAT PINANG 2018 MOZAIK INDONESIA MASYARAKAT; KULINER; PAKAIAN; BANGUNAN BUDAYA; BAINDONESIANAHASA - vol 3/2018 i Editorial Nadjamuddin Ramly Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud emangat itu akan coba kami alirkan pula kepada ENERGI ASIA S Anda, para pembaca, melalui INDONESIANA, GAIRAH DAN SEMANGAT KEBUDAYAAN BARU TERPENDAR DARI PESTA majalah yang terbit berkala sejak OLAHRAGA ASIAN GAMES YANG PADA 2018 INI DIHELAT DI INDONESIA. 2014. Mengambil momen Asian UMBUL-UMBUL, SPANDUK, BALIHO, DAN BERAGAM ASESORIS ASIAN Games, majalah ini menyajikan GAMES LAINNYA, TERLIHAT SEMARAK DI MANA-MANA. SEBAGAI olahraga dan permainan sebagai topik TUAN RUMAH, KOTA JAKARTA DAN PALEMBANG PUN BERSOLEK, utamanya. Untuk itu, lebih separuh MEMPERCANTIK DIRI PADA SETIAP SUDUTNYA, DENGAN MEMBUAT majalah ini secara khusus membahas TAMAN-TAMAN BERSIH DAN INDAH. INI TENTU BAKAL MENGHADIRKAN pencak silat, salah satu olahraga SATU BENTUK KEHIDUPAN KOTA YANG SANGAT BERBUDAYA, YANG beladiri khas Indonesia yang untuk SEMANGATNYA AKAN MENGALIR KE KOTA-KOTA LAIN DI INDONESIA. pertama kalinya dipertandingkan sebagai cabang olahraga baru Asian Games. Di dalamnya terdapat membandingkannya dengan Barat. yang sangat diperlukan oleh semangat budaya baru, suatu Asia memiliki “energi” besar orang-orang Asia dalam upaya kecerdasan dan kerja keras yang untuk maju. Mahbubani mencatat, mereka menemukan keseimbangan menggumpal menjadi energi Asia. ledakan ekonomi terjadi di Asia antara dunia global dengan akar “Energi Asia” dipilih sebagai berkat kecerdasan dan kerja keras, dan kesadaran tentang identitas moto untuk membangkitkan suatu modal yang juga menentukan leluhur mereka. Itulah upaya untuk semangat pembangunan di segala keberhasilan di olahraga. Ekonomi mendefiniskan identitas personal, bidang secara merata di Asia. Para Asia tumbuh lebih cepat dan sosial dan nasional yang sejalan peserta tak hanya mempertontonkan konsisten dibanding kelompok dengan bangkitnya rasa percaya diri kehebatan capaian mereka di bidang regional negara lain di dunia sejak mereka dalam percaturan dunia yang olahraga, tapi diharap menggelorakan 1960 hingga 1990. Pertumbuhan per saling terkoneksi di era teknologi obor peradaban maju di Asia. Kita kapita rata-rata negara Asia mencapai informasi saat ini. tahu, Jepang sudah lebih dulu 5,5%, mengalahkan performa Beberapa negara Asia telah diakui dunia berkat teknologinya. Amerika Latin dan subsahara Afrika. mencapai standar taraf kehidupan Kehebatannya diikuti Korea Selatan, Pada masa lalu, di awal modernisasi, tinggi tanpa harus mengikuti Barat. Taiwan, Hongkong, India, Singapura, para tokoh negara Asia bekas jajahan Ambil contoh Cina dan Singapura dan belakangan Cina. seperti Jawaharlal Nehru dan Sun yang, dalam tata kelola pemerintahan, Kemajuan begitu fenomenal Yat Sen berkesimpulan bahwa untuk tidak menerapkan demokrasi dicapai Cina hingga diprediksi mengejar ketertinggalan, kita hanya liberal, namun menjalankannya akan menjadi raksasa ekonomi perlu mengikuti Barat. Namun, kini dengan sistem meritokrasi. Tata dunia pada 2020, mengalahkan Asia tak lagi melihat Barat sebagai kelola pemerintahan yang baik tak Amerika Serikat. Pertanyaan contoh yang mesti ditiru dan harus mengikuti cara Barat dengan “mampukah Asia menyaingi Barat” diteladani. Di Asia muncul semangat demokrasi liberalnya. Asia punya yang diajukan Kishore Mahbubani baru untuk menghubungkan kembali caranya sendiri tanpa harus terjebak dalam _Can Asians Think_ (2009) dirinya dengan masa lalu, mengikat dalam arus pemikiran Barat. tampaknya terjawab, “bisa.” kembali tali yang terputus sejak masa Kita di Indonesia harus merespons Guru besar dan mantan diplomat kolonial dan dominasi pandangan secara positif energi dan semangat Asia ini pun mengurai fenomena dunia Barat. baru yang muncul di Asia tersebut. kebangkitan negara-negara Asia dan Semangat baru itu menjadi energi Indonesia yang secara global sudah ii INDONESIANA - vol 3/2018 mencapai tahapan yang baik Nadjamuddin Ramly dalam hal-hal tertentu, terutama Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Dewan Redaksi Kemendikbud proses demokratisasinya yang terus Majalah Indonesiana membaik, sudah saatnya membenahi VOL 3 persoalan-persoalan mendasar 2018 lainnya seperti masalah kesenjangan Pengarah sosial dan ekonomi, kemiskinan, Hilmar Farid, pelayanan publik dan jaminan sosial, Direktur Jenderal Kebudayaan ketersediaan lapangan kerja, korupsi Penanggung Jawab dan oligarki, serta lebih utama lagi di Nadjamuddin Ramly, bidang pendidikan. Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Indonesia dapat mencontoh bagaimana negara-negara sesama Koordinator Umum Asia seperti Jepang, Korea dan Roseri Rosdy Putri, Singapura meningkatkan taraf Kasubdit Program, Evaluasi, pendidikan mereka. Negara-negara ini dan Dokumentasi terus menggenjot tingkat pendidikan mereka hingga melahirkan ahli-ahli Pemimpin Redaksi terbaik di bidang masing-masing. Ahmadie Thaha Tak terkecuali di bidang bidang Redaktur Pelaksana olahraga. Kita dapat meneladani Agam Radjawali bagaimana negara-negara tersebut meningkatkan skala pertumbuhan Redaktur sekaligus menaikkan standar Nora Ekawani, Anom Astika, kehidupan rata-rata masyarakat Syaefudin Simon, Ahmad Gabriel melalui peningkatan pendidikan mereka. Editor Naskah & Foto Demikianlah, majalah Lambertus Berto Tukan INDONESIANA ini menampilkan topik olahraga dan permainan karena Tim Teknis ia mengandung energi besar. Kita KEMENTERIAN PENDIDIKAN Koordinator tahu, di olahraga terdapat kompetisi, DAN KEBUDAYAAN Waluyo Agus Priyanto REPUBLIK INDONESIA kejujuran, adu kekuatan, adu strategi, Anggota bahkan perang. Tapi, di olahraga juga Jl. Jenderal Sudirman Kav. 4–5 Febbie Ardilla, Andi Handriana, terdapat persahabatan, persaudaraan, Senayan, Jakarta Catherine Krige Mandalika, dan kekeluargaan. Bahkan olahraga Nalada Paramatatya mampu menciptakan persatuan yang memadukan dan mengharmoniskan Tim Administrasi seluruh bangsa tanpa mengenal (021) 5725047, (021) 5725035 Koordinator ras dan warna kulit. Pada level Sinatriyo Danuhadiningrat kejuaraan dunia, olahraga mampu menyatukan semua bangsa, dan (021) 5725564, (021) 5725578 Anggota mampu menggerakkan mereka untuk Ambar Kusumawati bersama-sama mencapai satu tujuan, Amir Hamudin @ [email protected] yaitu kemenangan dan keberhasilan. Sirkulasi Pandu Pradana http://kebudayaan.kemdikbud.go.id Anggoro Cahyadi Febry Yanti INDONESIANA - vol 3/2018 Sambutan MEMAJUKAN KEBERAGAMAN BUDAYA LEWAT OLAHRAGA Hilmar Farid Direktur Jenderal Kebudayaan lahraga adalah ekspresi mustahil lahir etos keolahragaan yang sehat. Pun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan budaya masyarakat. juga sebaliknya, tanpa tradisi olahraga yang kuat Republik Indonesia O Kekayaan khazanah kita sulit melahirkan manusia yang merealisasikan olahraga suatu hidup sepenuhnya. masyarakat menggambarkan Seperti dikatakan oleh pemikir budaya, aktivis kekayaan khazanah budayanya. kemerdekaan sekaligus Menteri Pendidikan dan Ada hubungan yang akrab antara Kebudayaan pertama Republik Indonesia, Ki Hadjar keduanya. Kepiawaian mengolah Dewantara, pengembangan diri manusia yang utuh tubuh mensyaratkan kebijaksanaan mensyaratkan bukan hanya “olah cipta” (refinement dalam memaknai setiap laku hidup. of the mind) dan “olah rasa” (refinement of the Di sini, olahraga bertumpu pada intution), tetapi juga “olah karsa” (refinement of keluasan dan kedalaman falsafah the will). Lewat olah karsa, manusia dituntun untuk hidup masyarakat: nilai-nilainya, mengendalikan nafsu, mendisiplinkan tubuh, atau praktik kesehariannya, aspirasinya apa yang dalam budaya Jawa disebut sebagai “mati yang terdalam. Tanpa penghargaan raga”: latihan olah tubuh yang keras agar dapat yang tinggi pada kebudayaan dengan tenggelam dalam kontemplasi hidup. Di situ lah segala keberagaman aspeknya, terletak hakikat dari olahraga dalam pandangan Ki 2 INDONESIANA - vol 3/2018 Medali Asian Games 2018 yang dirancang sebagai cerminan keragaman di Indonesia. interaksinya dengan berbagai tradisi lokal, berkembanglah ratusan varian dari pencak silat yang berbeda di seluruh Indonesia. Nyaris setiap daerah di Indonesia memiliki sebutan sendiri untuk cabang olahraga tersebut. Riwayat ini kembali membuktikan bagaimana keberagaman budaya turut Hadjar Dewantara. Dengan demikian, diselenggarakan secara bebarengan memperkaya khazanah olahraga menjadi jelas bahwa olah raga dan di ibukota Jakarta dan kota Indonesia. Dalam dekade terakhir kebudayaan saling terhubung satu Palembang. Para atlet dari 46 negara ini, pencak silat juga masuk ke sama lain. Indonesia adalah contoh akan bertanding di 40 cabang dalam imajinasi kultural dunia paling gamblang dari kesaling- olahraga. berkat diangkatnya tradisi pencak hubungan ini. Ini adalah kali kedua Indonesia silat dalam sejumlah film Holywood. Terdiri dari 1.340 suku bangsa, menjadi tuan rumah Asian Games. Dengan dipertandingkannya diperkaya oleh 742 bahasa daerah, Pada tahun 1962, Asian Games ke-4 pencak silat untuk pertama kalinya Indonesia adalah salah satu negeri digelar di Jakarta. Dilangsungkan dalam ajang Asian Games ke-18, dengan tingkat keberagaman setelah Konferensi Asia-Afrika di masyarakat olahraga Asia dapat budaya paling tinggi di dunia. Aneka Bandung, perhelatan itu diliputi melihat sendiri kekuatan sekaligus ragamnya budaya yang berkembang semangat perayaan bangsa-bangsa keindahan seni beladiri yang di Indonesia berperan penting Asia yang baru saja merdeka dari ditempa
Recommended publications
  • The Revival of Tradition in Indonesian Politics
    The Revival of Tradition in Indonesian Politics The Indonesian term adat means ‘custom’ or ‘tradition’, and carries connotations of sedate order and harmony. Yet in recent years it has suddenly become associated with activism, protest and violence. Since the resignation of President Suharto in 1998, diverse indigenous communities and ethnic groups across Indonesia have publicly, vocally, and sometimes violently, demanded the right to implement elements of adat in their home territories. This book investigates the revival of adat in Indonesian politics, identifying its origins, the historical factors that have conditioned it and the reasons for its recent blossoming. The book considers whether the adat revival is a constructive contribution to Indonesia’s new political pluralism or a divisive, dangerous and reactionary force, and examines the implications for the development of democracy, human rights, civility and political stability. It is argued that the current interest in adat is not simply a national offshoot of international discourses on indigenous rights, but also reflects a specifically Indonesian ideological tradition in which land, community and custom provide the normative reference points for political struggles. Whilst campaigns in the name of adat may succeed in redressing injustices with regard to land tenure and helping to preserve local order in troubled times, attempts to create enduring forms of political order based on adat are fraught with dangers. These dangers include the exacerbation of ethnic conflict, the legitimation of social inequality, the denial of individual rights and the diversion of attention away from issues of citizenship, democracy and the rule of law at national level. Overall, this book is a full appraisal of the growing significance of adat in Indonesian politics, and is an important resource for anyone seeking to understand the contemporary Indonesian political landscape.
    [Show full text]
  • The Olympics
    THE ECONOMIC WEEKLY November 7, 1964 Letter from Tokyo The Olympics S the flags of Greece, Japan and If is well known that the Japanese each other (hockey, basketball, water A Mexico were raised over the Olympic Committee was very anxious polo, football, volleyball). 6 events; 75,000 spectators in the closing cere­ to have them admitted as fellow Asian competitive events in which individuals mony of the Olympic Games, most of countries. A special Japanese delegation oppose each other (fencing, judo, wrest­ the participants felt that a really im­ flew to England to try to change the ling, boxing, canoeing and yachting), 53 portant and memorable Olympics had stand of the International Amateur events; events based only on style (gym­ been completed. Since the first modern Athletic Federation President, but with­ nastics and equestrian sports), 19 Olympics held in Athens in 1896, the out success. They then enforced the events; events also among individual Games have seen many ups and downs. ruling of the Olympic Committee by competitors but with emphasis on bet­ In the early period the Games were refusing to allow any members of the tering established records (swimming often used as a means to boost some North Korean and Indonesian Olympic and diving, track and held events, commercial fair, as occurred in Paris teams who had participated in GANEFO modern pentathlon, rowing and weight- and St Louis in the United States, In to enter the Olympic village even lifting), 74 events. There is no doubt the second period, between the two though this was against their own wish­ that in terms of absolute achievement wars, the Games got dangerously mixed es.
    [Show full text]
  • Commercial Header Terrible Abuse They Yast Upon the Autoists of This State
    V J TfCiHiUt-tel Thr Newark Star Ledger has joined the fight to weigh thr C e n t s value Of auto inspections. The Leader newspapers, which have vigorously opposed thr inspections over the years, wel­ comes the newcomer aboard the campaign train. But it is thc pe«p/c who must act. By writing your governor and your legislators you can tell them what you leei about the Commercial Header terrible abuse they yast upon the autoists of this state. As long as you are silent thr Irgisiators. who perpetuate the imi THE SOUTH BUtOEN REVIEW inspections by voting fresh funds for them each year have a right to believe you favor them. IRIXM •• ...... «UM— matt*' -• m i it, tm . •« «m *>«•« o a » « \..l 38— .No. 3 I.YNDHl KST. N. J.. JI I ^ 26. \'K,h at RvtMrfM, N- J . IM •(< - - . MOSQUITO SW ARMS SW EEP INTO BERGEN HOMES, TRAPS SHOW INFLUX IS EIGHT TIMES ABOVE NORMAL YEARS Lo cal C irl C e ls J o b at T h e B -D Plant BISHOP PRONOUNCES RULES On FEASTS Cnmflalnts I lu- raping fight over street festivals in I viidhur*! Hack in tli»* lu.r-c and htiggy days, when H-l) wa> one Kmploy met t Iftit e must find tin right person for the riglil took another turn thi*- week when tin Sarred Heart \\ I of Ui«* firm- thal pioneered industry iu South Bergen, the v Piling Op joh. < hurch received a new listing nf rule* from the secrelarv that l\ hiring of a prospective employee was un unfailingly sim­ Daily, dozens «»f interested applicants are screened of \rchhishop Boland D u .
    [Show full text]
  • 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Setiap Wilayah
    1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di setiap wilayah Indonesia terdapat kebudayaan yang beragam dan memiliki nilai serta keunikannya sendiri, baik itu pakaian, bangunan rumah, tarian, alat musik hingga acara adat. Kebudayaan tersebut merupakan sebuah potensi dan aset yang tak ternilai harganya dan patut dijaga serta dilestarikan. Dewasa ini, pemerintah dan masyarakat setempat bergotong-royong mengupayakan pelestarian setiap keberagaman budaya, seperti dengan membuka museum budaya, menjadikannya sebagai alternatif destinasi wisata budaya, melakukan upaya promosi hingga mengemasnya dalam sebuah rangkaian festival budaya nasional bertaraf internasional. Di samping itu, selain menjadi bentuk upaya pelestarian, hal ini berguna untuk meningkatkan daya tarik wisata yang berpengaruh terhadap peningkatan sektor ekonomi dan pariwisata wilayah tersebut. Namun, di tengah gencarnya upaya pelestarian yang dilakukan di berbagai wilayah Indonesia, nyatanya masih terdapat wilayah dengan potensi yang belum dikelola, dikembangkan serta dipromosikan dengan maksimal. Karimunjawa adalah sebuah wilayah kepulauan di Laut Jawa, tepatnya sekitar 90 km ke arah barat laut Kota Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah ini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata pantai dan laut yang sangat indah karena wilayah kepulauan ini dikelilingi oleh lautan luas yang kaya akan biota laut. Selain itu, terdapat banyak wisata darat yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, seperti makam sunan-sunan, hutan bakau, Bukit Love dan lain-lain. Dengan kekayaan alam yang ada, Karimunjawa memiliki daya tarik wisata kelas dunia. Wisata alam dan bahari Karimunjawa menjadi wisata yang lebih dikenal karena merupakan pilihan wisata utama yang dipromosikan oleh berbagai biro wisata sebagai konten promosi jasanya kepada calon konsumen. Informasi wisata tersebut juga disebarkan oleh wisatawan melalui 1 Universitas Kristen Petra perbincangan dari mulut ke mulut hingga cuplikan perjalanan di media sosial berupa tulisan blog, unggahan foto serta vlog.
    [Show full text]
  • The Legacy of the Games of the New Emerging Forces' and Indonesia's
    The International Journal of the History of Sport ISSN: 0952-3367 (Print) 1743-9035 (Online) Journal homepage: http://www.tandfonline.com/loi/fhsp20 The Legacy of the Games of the New Emerging Forces and Indonesia’s Relationship with the International Olympic Committee Friederike Trotier To cite this article: Friederike Trotier (2017): The Legacy of the Games of the New Emerging Forces and Indonesia’s Relationship with the International Olympic Committee, The International Journal of the History of Sport, DOI: 10.1080/09523367.2017.1281801 To link to this article: http://dx.doi.org/10.1080/09523367.2017.1281801 Published online: 22 Feb 2017. Submit your article to this journal View related articles View Crossmark data Full Terms & Conditions of access and use can be found at http://www.tandfonline.com/action/journalInformation?journalCode=fhsp20 Download by: [93.198.244.140] Date: 22 February 2017, At: 10:11 THE INTERNATIONAL JOURNAL OF THE HISTORY OF SPORT, 2017 http://dx.doi.org/10.1080/09523367.2017.1281801 The Legacy of the Games of the New Emerging Forces and Indonesia’s Relationship with the International Olympic Committee Friederike Trotier Department of Southeast Asian Studies, Goethe University, Frankfurt am Main, Germany ABSTRACT KEYWORDS The Games of the New Emerging Forces (GANEFO) often serve as Indonesia; GANEFO; Asian an example of the entanglement of sport, Cold War politics and the games; Southeast Asian Non-Aligned Movement in the 1960s. Indonesia as the initiator plays games; International a salient role in the research on this challenge for the International Olympic Committee (IOC) Olympic Committee (IOC). The legacy of GANEFO and Indonesia’s further relationship with the IOC, however, has not yet drawn proper academic attention.
    [Show full text]
  • MFS Meridian® Funds
    Shareholder Semiannual Report 31 July 2021 MFS Meridian® Funds Luxembourg-Registered SICAV RCS: B0039346 SICAV-UK-SEM-7/21 MFS Meridian® Funds CONTENTS General information .................................................................... 3 Shareholder complaints or inquiries .......................................................... 3 Schedules of investments ................................................................. 4 Statements of assets and liabilities ........................................................... 130 Statements of operations and changes in net assets ............................................... 135 Statistical information ................................................................... 140 Notes to financial statements .............................................................. 179 Addendum .......................................................................... 217 Directors and administration ............................................................... 223 Primary local agents ................................................................ back cover MFS Meridian® Funds listing The following sub-funds comprise the MFS Meridian Funds family. Each sub-fund name is preceded with “MFS Meridian Funds –” which may not be stated throughout this report. Asia Ex-Japan Fund ® Blended Research European Equity Fund Continental European Equity Fund Contrarian Value Fund Diversified Income Fund Emerging Markets Debt Fund Emerging Markets Debt Local Currency Fund Emerging Markets Equity Fund Emerging Markets
    [Show full text]
  • Analisis Dan Perancangan Asset Game Rumah Dan Pakaian Adat Bali Berbasis Pixel Art 2D
    Jurnal Adat dan Budaya, Vol.2, No.2 Tahun 2020 ISSN: E-ISSN 2615-6156, P-ISSN: 2615-6113 Jurnal Homepage: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/index ANALISIS DAN PERANCANGAN ASSET GAME RUMAH DAN PAKAIAN ADAT BALI BERBASIS PIXEL ART 2D Jasson Prestiliano 1, Debora Puspita Sarisih 2, Birmanti Setia Utami3 123Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Satya Wacana E-mail: [email protected] Abstrak Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki khasanah budaya yang sangat luas dan kaya. Kebudayaan Bali memiliki filosofi yang mendalam, khususnya dalam pakaian adat dan rumah adatnya. Namun belum banyak pelaku seni modern, khususnya perancang seni game yang mengetahui makna dan filosofi setiap bentuk dan warna tersebut. Hal ini membuat mereka merancang sejauh yang mereka lihat saja. Penelitian ini membahas tentang perancangan asset game berbasis pixel art 2D dengan ciri khas Bali. Tujuan penelitian ini adalah membuat asset pixel art 2D dengan menggunakan ciri khas Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan strategi linear. Didapatkan hasil bahwa Pakaian dan Rumah adat Jawa memiliki ciri khas yang berbeda-beda serta memiliki berbagai filosofi yang berbeda dalam setiap bentuknya, sehingga hasil perancangan ini dapat menjadi panduan desain pixel art 2D bagi para pengembang game dan perancang seni game agar tidak menghilangkan filosofinya. Manfaat untuk para pemain game hasil perancangan ini dapat memberikan ilmu budaya tentang pakaian adat dan rumah adat Bali. Kata Kunci: Kebudayaan Bali; Pakaian Adat Bali; Rumah Adat Bali; Aset game, pixel art 2D Abstract Bali is one of the islands in Indonesia that has a rich and wide culture.
    [Show full text]
  • Modul I – Pengertian Dan Kriteria Cagar Budaya
    PENGANTAR A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, terutama pada Bab VI Bagian Kesatu pasal 28, 29, dan pasal 30 mengamanatkan perlunya dilakukan pendaftaran sebagai bagian dari proses penyusunan Register Nasional. Penyusunan Register Nasional merupakan upaya penting untuk mengetahui jumlah kekayaan Cagar budaya secara nasional. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan pendaftaran sebagai langkah awal dalam pencatatan Objek yang akan diusulkan sebagai Cagar Budaya kepada Pemerintah Kabupaten/Kota atau perwakilan Pemerintah Republik Indonesia di luar negeri. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, kegiatan pendaftaran menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Lebih lanjut agar pelaksanaan pendaftaran dapat berjalan secara terpadu antara Pemerintah Pusat dan Daerah maka perlu disusun sistem dan jejaring pendaftaran Cagar Budaya yang tepat dan berkesinambungan. Guna mempersiapkan sistem dan jejaring tersebut, perlu dipersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu melakukan pendaftaran Cagar Budaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai tahap awal dalam mempersiapkan tenaga pendaftar, dibutuhkan SDM yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang Cagar Budaya. Menindaklanjuti hal tersebut, dirasakan perlu tenaga pelatih pendaftaran Cagar Budaya, khususnya di tingkat provinsi. Pencapaian kemampuan tenaga pendaftar Cagar Budaya memerlukan bahan ajar berupa modul bagi tenaga pelatih pendaftaran dan tenaga pendaftar Cagar Budaya. B. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta pelatihan petugas pendaftar mampu: 1. Memahami pengertian Cagar Budaya. 2. Memahami proses dan prosedur pendaftaran Cagar Budaya. 3. Mampu mengimplementasikan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendaftaran Cagar Budaya. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta pelatihan petugas pendaftar mampu: 1. Menjadi petugas pendaftar Cagar Budaya yang kompeten.
    [Show full text]
  • Rooted Future
    ROOTED FUTURE RESURFACING LOST IDENTITY NORTH SUMATERA NORTH MALUKU EAST KALIMANTAN In this post-modern world where architects continuously crave ITINENARY to find different forms of inspiration, looking back at forgotten culture WEST PAPUA might be one way to learn and create a rooted and substantiated design. SUMATERA DAYS 1-5 CENTRAL SULAWESI NORTH SUMATERA WEST SUMATERA After 350 years of colonization, Indonesia gained its WEST SUMATERA independence in 1945. Immediately following the event, the first president, Sukarno, promulgated the idea of revolution to all aspects of Indonesians life, JAVA DAYS 6-14 CENTRAL KALIMANTAN including its architectural agenda. Sukarno, once educated as civil engineer WEST JAVA SOUTHEAST SULAWESI and architect, desired to reject the colonialist architecture that has been EAST JAVA WEST NUSA TENGGARA embedded deep inside Indonesian architecture identity for centuries by WEST NUSA TENGGARA adapting the modernization trend in the world at the time. International style KALIMANTAN DAYS 14-18 WEST JAVA was applied to all the building projects after the independence. Ironically, this EAST JAVA CENTRAL KALIMANTAN sudden “injection” of the international style has prolonged the oppression EAST KALIMANTAN of the rich local culture that had also been suppressed since the start of colonization. SULAWESI DAYS 19-26 figure 1 - Travel Route Across Indonesian Archipelago CENTRAL SULAWESI Indonesia, an archipelago country containing over 18,000 islands, SOUTHEAST SULAWESI have multifarious and rich culture across many regions. Each region, having NORTH MALUKU their own distinctive ethnic group and custom, owns highly characteristic indigenous architecture form. These are called Rumah Adat (Traditional PAPUA DAYS 27-30 Home) (figure 3).
    [Show full text]
  • Pustaka-Obor-Indonesia.Pdf
    Foreign Rights Catalogue ayasan Pustaka Obor Indonesia, a modestly sized philanthropy active in the Yfield of cultural and intellectual development through scholarly publishing. It’s initial focus to publish books from various languages into the Indonesian language. Among its main interest is books on human and democratic rights of the people. Yayasan Pustaka Obor Indonesia was set up as an Indonesian legal entity in 1978. The Obor Indonesia office coordinates the careful work of translation and revision. An editorial Board is in charge of program selection. Books are published locally and placed on the market at a low subsidized price within reach of students and the general reader. Obor also plays a service role, helping specialized organizations bring out their research in book form. It is the Purpose of Yayasan Pustaka Obor Indonesia, to widen and develop the perspective of Indonesia’s growing intellectual community, by publishing in Bahasa Indonesia -- and other appropriate languages -- literate and socially significant works. __________________ Contact Detail: Dian Andiani Address: Jl. Plaju No. 10 Jakarta Indonesia 10230 E-mail: [email protected]/[email protected] Web: www.obor.or.id mobile: +6281286494677 2 CATALOGUE Literature CATALOGUE 3 Harimau!Harimau!|Tiger! Tiger! Author: Mochtar Lubis | ISBN: 978-979-461-109-8 | “Tiger! Tiger!” received an award from ‘Buku Utama’ foundation as the best literature work in 1975. This book illustrated an adventurous story in wild jungle by a group of resin collector who was hunted by a starving tiger. For days, they tried to escape but they became victims. The tiger pounced on them one by one.
    [Show full text]
  • Kemajuan Aliran Pencak Silat Tradisional Bakti Jang Pat Petulai Daerah Tunggang Ulau Dues
    Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga Volume 2, Nomor 1, Juli-Desember 2018 e-ISSN : 2597-6567 p-ISSN : 2614-607X DOI : https://doi.org/10.31539/jpjo.v2i1.434 KEMAJUAN ALIRAN PENCAK SILAT TRADISIONAL BAKTI JANG PAT PETULAI DAERAH TUNGGANG ULAU DUES Helvi Darsi1, Muhammad Supriyadi2 Dosen STKIP-PGRI lubuklinggau1,2 [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menelaah aliran Pencak Silat Tradisional Bakti. Jenis penelitian ini adalah Kualitatif, data diambil melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan tekhnik bola salju melalui informan kunci yaitu seorang Tua Silat Bakti, dari informan itu di kembangkan informan lainnya sehingga terpenuhi semua data yang dibutuhkan, kemudian dianalisis menggunakan kata yang bisa disusun dalam teks yang diperluas atau melakukan analisis dari data yang diambil dari lapangan dan selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian, pencak silat tradisional bakti ini berasal dari kata berbakti yang pertama mengembangkannya adalah nenek monyang, Pencak Silat Ini berkembang dengan pesat pada tahun 1965 s/d 1990, dan masyarakat Tunggang mulai kurang mempelajari Pencak Silat Tradisional Bakti Jang Pat Petulai sejak tahun 1987. Simpulan, bentuk pokok gerakan Pencak Silat ini akan terlihat pada kecepatan serta ketepatan elakan dan serangan pedang (pedang), elakan dan serangan piseu (pisau), serta ketepatan dan serangan dengan tangen kosong (tangan kosong). Kata Kunci: Pencak Silat Tradisional, Jang Pat Petulai ABSTRACT This study aimed to examine Traditional Bakti martial arts flow. This type of research was qualitative, the data were taken through observation and interviews using snowball techniques through key informant namely Tua Silat Bakti, other informants were expanded from that informant so that all the data needed was completed, then the data was analyzed by using words which could be arranged in expanded text or did an analysis of data taken from the field and then it was described in narrative form.
    [Show full text]
  • The Practice of Pencak Silat in West Java
    The Politics of Inner Power: The Practice of Pencak Silat in West Java By Ian Douglas Wilson Ph.D. Thesis School of Asian Studies Murdoch University Western Australia 2002 Declaration This is my own account of the research and contains as its main content, work which has not been submitted for a degree at any university Signed, Ian Douglas Wilson Abstract Pencak silat is a form of martial arts indigenous to the Malay derived ethnic groups that populate mainland and island Southeast Asia. Far from being merely a form of self- defense, pencak silat is a pedagogic method that seeks to embody particular cultural and social ideals within the body of the practitioner. The history, culture and practice of pencak in West Java is the subject of this study. As a form of traditional education, a performance art, a component of ritual and community celebrations, a practical form of self-defense, a path to spiritual enlightenment, and more recently as a national and international sport, pencak silat is in many respects unique. It is both an integrative and diverse cultural practice that articulates a holistic perspective on the world centering upon the importance of the body as a psychosomatic whole. Changing socio-cultural conditions in Indonesia have produced new forms of pencak silat. Increasing government intervention in pencak silat throughout the New Order period has led to the development of nationalized versions that seek to inculcate state-approved values within the body of the practitioner. Pencak silat groups have also been mobilized for the purpose of pursuing political aims. Some practitioners have responded by looking inwards, outlining a path to self-realization framed by the powers, flows and desires found within the body itself.
    [Show full text]