Warna Lokal Betawi Dalam Novel Kronik Betawi Karya Ratih Kumala Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sma

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Warna Lokal Betawi Dalam Novel Kronik Betawi Karya Ratih Kumala Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sma WARNA LOKAL BETAWI DALAM NOVEL KRONIK BETAWI KARYA RATIH KUMALA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh ROBBY RINALDI NIM 11160130000051 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI WARNA LOKAL BETAWI DALAM NOVEL KRONIK BETAWI KARYA RATIH KUMALA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh Robby Rinaldi NIM. 11160130000051 Menyetujui Pembimbing Ahmad Bahtiar, M. Hum. NIP. 19760118 200912 1 002 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 ABSTRAK Robby Rinaldi, NIM. 11160130000051, “Warna Lokal Betawi dalam Novel Kronik Betawi Karya Ratih Kumala dan Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dosen Pembimbing: Ahmad Bahtiar, M. Hum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui warna lokal Betawi yang terdapat dalam novel Kronik Betawi karya Ratih Kumala yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan subjek warna lokal dan menggunakan pendekatan sosiologi sastra karena karya sastra lahir dari masyarakat dan nilai yang ada di karya sastra akan kembali kepada masyarakat sehingga penciptaan karya sastra mengandung nilai manfaat kepada para pembaca. Berdasarkan temuan dan hasil analisis yang dilakukan novel ini, dapat diketahui bahwa novel Kronik Betawi memuat unsur sosial dan unsur budaya. Hasil analisis unsur sosial; pertama, kelas sosial dipandang dari segi profesi yakni profesi tukang ojek dalam Betawi dipandang rendah daripada menjadi juragan kontrakan yang dinilai lebih tinggi; kedua, dinamika sosial berupa pengendalian sosial berupa Islam menjadikan masyarakat Betawi menjadi satu dan penyimpangan sosial yakni dominasi kaum lelaki pasca menikah; ketiga, kelompok sosial ditemukan kelima penari yang ingin pergi ke luar negeri untuk menari; keempat, lembaga sosial Setia Warga pimpinan. Hasil analisis selanjutnya dari segi unsur budaya; pertama, sistem religi Betawi seperti melepas haji, nyambut haji, selametan, tradisi lebaran, pemberian nama Islam; kedua, sistem pengetahuan Betawi seperti Si Pitung, Si Doel, roti buaya, Piare Calon None Pengantin, dan Haji Bokir; ketiga, teknologi tradisional Betawi seperti golok dan bale; keempat, sistem kemasyarakatan Betawi seperti Betawi terbentuk dari masyarakat heterogen yang berada lama di Batavia, pasca menikah biasanya orang Betawi tinggal tidak jauh dari keluarga besarnya, penghormatan kepada yang lebih tua saat tradisi lebaran idul fitri, panggilan sapaan kepada yang lebih tua atau muda dalam Betawi; kelima, mata pencarian orang Betawi seperti usaha sapi perah, juragan kontrakan, kesenian sebagai mata pencarian, dan profesi modern seperti pengusaha percetakan; keenam, kesenian Betawi seperti tari topeng, tanjidor, ondel-ondel, gambang kromong, lenong, pencak silat, rebana, lagu kicir-kicir, lagu keroncong Kemayoran, makanan sayur asem, rendang, opor ayam, kue pancong, combro; ketujuh, bahasa Betawi seperti penggunaan bahasa Betawi dialek kota atau tengah dan variasi bahasa Betawi. Kata kunci: Warna Lokal, Novel Kronik Betawi, Kualitatif, Unsur Sosial- Budaya. i ABSTRACT Robby Rinaldi, NIM. 11160130000051, "Betawi Local Colors in Kronik Betawi a Novel written by Ratih Kumala and Its Implications to Learn Indonesian Language and Literature in High School", Department of Indonesian Language and Literature Education in Faculty of Education and Teacher Training, Syarif Hidayatullah Islamic State University, Jakarta. Supervisor: Ahmad Bahtiar, M. Hum. This study aims to determine the local Betawi colors contained in the novel Kronik Betawi by Ratih Kumala, which is expected to be used as learning material in High School. This Research used qualitative method, with the subject of local colors and used the sociology of literature approach because literature works created from society. Than, the values that exist in literature will be back to the community, so the creation of literature works contains useful values for the readers. Based on the findings and results of the analysis carried out by this novel, it can be seen that the Kronik Betawi novel contains social elements and cultural elements. The results of the analysis of social elements; first, social class was seen from a professional point of view, call it that the driver of motorcycle in Betawi considered lower than being a landlord which is looked higher upon; second, social dynamics, in the form social control, Islam makes Betawi people become one and the form of social deviations, domination of men after marriage; third, social group such as five dancer want to abroad; fourth, the social institution is Setia Warga group. The results of the subsequent cell analysis in terms of cultural elements; first, the Betawi religious system, such as welcome departure the hajj, welcome home the hajj, Selametan, Eid tradition in Betawi, giving name of Islam; second, the Betawi knowledge system such as Si Pitung, Si Doel, crocodile bread, Piare Calon None Pengantin, Haji Bokir; third, Betawi traditional technology such as golok and bale ; fourth, the Betawi social system such as Betawi is formed from heterogeneous communities that have been living in Batavia for a long time, after marriage Betawi people usually live not far from their big family, respect for the elders during the Eid al-Fitr tradition, the nickname for the older or younger in Betawi; fifth, the livelihoods of the Betawi people, such as a cattle raiser, rented skipper, art as a livelihood, and a fashion profession such as a printing business; sixth, Betawi arts such as topeng dance, tanjidor, ondel-ondel, gambang kromong, lenong, pencak silat, rebana, kicir-kicir songs, Kemayoran keroncong songs, sayur asem food, rendang, opor, pancong cake, combro; seventh, the Betawi language, such as the use of the city or middle dialect of the Betawi language and variations of the Betawi language. Keywords: Local Color, Kronik Betawi Novel , Qualitative , Socio-Cultural Elements. ii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, serta nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Warna Lokal Betawi dalam Novel Kronik Betawi Karya Ratih Kumala dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA”. Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Dengan demikian, skripsi ini dapat terwujud dari berbagai pihak yang membantu penulis. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Sururin, M. Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Novi Diah Haryanti, M. Hum., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ahmad Bahtiar, M. Hum., dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Rosida Erowati, M. Hum., dosen penasihat akademik yang telah membantu masalah akademik. 6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk penulis selama perkuliahan. 7. Orangtua yang sangat terhormat Bapak Nawiri dan Ibu Munawaroh, serta Kanda Lina Silvi Agtari dan Bripka Totok Setiawan, dan seluruh keluarga besar. iii 8. Calon istri atau pacar yang mendampingi dan memotivasi penulis selama proses penyusunan skripsi. 9. Kanda dan Yunda HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat yang telah memberikan pengalaman berharga seperti 3A: Akademis, Aktivis, dan Asmara. 10. Teman-teman tongkrongan sekaligus ngopi yakni: Dudodit, Paris Adventure, Geng Kapak (PES Football), Bocah Jambu Trubus 3, IRSOS, Anak Kosan Bu RT Pisangan, dan yang lain, yang telah menjadi tempat penyegaran otak selama penulis pusing mengerjakan skripsi. 11. Teman-teman seperjuangan PBSI B angkatan 2016, khususnya M. Bagus Aldhino, Rizky A. Imansyah, M. Roihan, Ahmad Fahri, Malik Abdul Karim yang selalu berdialektika selama proses perkuliahan. 12. Para ilmuwan dan ahli yang membantu penulis selama proses pencarian data sehingga namanya penulis gunakan dalam catatan kaki. 13. Semua pihak yang memberikan motivasi dan doa kepada penulis. Semoga semua nilai positif yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT. Dengan segala hormat, penulis selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran terkait skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi manfaat bagi semua pihak. Jakarta, 24 Januari 2021 Penulis iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN
Recommended publications
  • Jajanan Tradisional Asli Indonesia
    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jajanan Tradisional Asli Indonesia Paskalina Oktavianawati Bacaan untuk Anak Setingkat SD Kelas 4, 5, dan 6 i MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Jajanan Tradisional Asli Indonesia Paskalina Oktavianawati Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jajanan Tradisional Asli Indonesia Penulis : Paskalina Oktavianawati Penyunting : Puji Santosa Penata Letak : Dyanjar Diterbitkan pada tahun 2017 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun Jakarta Timur Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Katalog Dalam Terbitan (KDT) PB 641.595 98 Oktavianawati, Paskalina OKT Jajanan Tradisional Asli Indonesia/ Paskalina j Oktavianawati; Puji Santosa (Penyunting), Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. x; 55 hlm.; 21 cm. ISBN: 978-602-437-249-1 MASAKAN – INDONESIA Sambutan Sikap hidup pragmatis pada sebagian besar masyarakat Indonesia dewasa ini mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai luhur budaya bangsa. Demikian halnya dengan budaya kekerasan dan anarkisme sosial turut memperparah kondisi sosial budaya bangsa Indonesia. Nilai kearifan lokal yang santun, ramah, saling menghormati, arif, bijaksana, dan religius seakan terkikis dan tereduksi gaya hidup instan
    [Show full text]
  • Pedoman Kriteria Cemaran Pada Pangan Siap Saji Dan Pangan
    PEDOMAN KRITERIA CEMARAN PADA PANGAN SIAP SAJI DAN PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2012 Pedoman Kriteria Cemaran pada Pangan Siap Saji dan Pangan Industri Rumah Tangga Jakarta : Direktorat SPP, Deputi III, Badan POM RI, 2012 34 hlm : 15 cm x 21 cm PEDOMAN KRITERIA CEMARAN PADA PANGAN SIAP SAJI DAN PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA ISBN 978-602-3665-11-2 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman atau cara apapun tanpa izin tertulis sebelumnya dari Badan POM RI. DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA Diterbitkan oleh Direktorat Standardisasi Produk Pangan, Deputi Bidang Pengawasan BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat – 10560. Telepon (62-21) 42875584, REPUBLIK INDONESIA Faksimile (62-21) 42875780, E-mail: [email protected] 2012 TIM PENYUSUN PENGARAH Pedoman Kriteria Cemaran pada Pangan Siap Saji dan DR. Roy A. Sparringa, M.App, Sc. Ir. Tetty H. Sihombing, MP Pangan Industri Rumah Tangga KATA SAMBUTAN KETUA Makanan yang bergizi saja tidak cukup untuk membentuk generasi penerus Ir. Gasilan bangsa yang sehat dan cerdas. Keamanan dari pangan yang dikonsumsi juga perlu diperhatikan karena dampak dari pangan yang tercemar dapat mengakibatkan SEKRETARIS berbagai kerugian seperti food borne diseases, penyebaran penyakit menular, keracunan, dan lain-lain. Pratiwi Yuniarti M., STP Berkembangnya berbagai aneka Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) NARA SUMBER dapat meliputi Pangan Siap Saji (PSS) dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
    [Show full text]
  • Pergub DIY No. 25 Tahun 2017 Ttg Standardisasi Makanan
    SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa anak sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa, perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial; b. bahwa untuk mendukung tumbuh kembang anak secara optimal perlu asupan makanan yang aman, sehat, bergizi dan layak dikonsumsi di lingkungan tumbuh kembangnya; c. bahwa masih ditemukan makanan jajanan anak sekolah yang tercemar bahan berbahaya baik fisik, kimia maupun kandungan mikrobiologi melebihi batas serta bakteri patogen; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf e perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Standardisasi Jajanan Makanan Anak Sekolah; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 3 Jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 827); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5339); 6.
    [Show full text]
  • The Betawi Society's Socio-Cultural Reflections
    THE BETAWI SOCIETY’S SOCIO-CULTURAL REFLECTIONS IN THE BATIK BETAWI PATTERN Ayoeningsih Dyah Woelandhary Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Unversitas Paramadina Jl. Jendral Gatot Soebroto, Kav 97, Mampang, Jakarta Selatan, 1279 [email protected] Abstrak Batik di wilayah Jakarta berkembang dari pendatang wilayah dari pesisir Jawa yang menyebar. Keberadaan batik di wilayah Betawi tumbuh dari kumpulan kaum pendatang dari beragam wilayah ini tidak sama dengan kehadiran batik di wilayah Jawa, yang erat dan sering dkaiitkan dengan status sosial dan kaum priyayi/menak dan kerajaan. Batik Betawi muncul dengan refleksi masyarakat terhadap apa yang dilihat dan tumbuh bersama disekitar mereka. Motif Ngangon Kebo, Demenan, Nglajo, Demprak dan lainnya memperlihatkan sisi budaya dari kehidupan masyarakat setempat yang dituangkan dalam visual sederhana namun penuh makna dan mengandung filosofi. Visual yang hadir merekam aktivitas dari keseharian, penanda kota, Gedung, jalan, alat musik, alat jualan, kesenian dan lainnya. Masyarakat Betawi membuat identitas kuat bagi karya batiknya, dalam perjalannya kini, banyak sentra batik bertumbuh dan menguatkan identitas serta ciri khas yang telah hadir pada masa pertumbuhannya. Pada masa pandemic, beberapa sentra batik pun merespon dengan menghadirkan motif yang berkait dengan keresahan masyarakat terhadap keberadaan virus Covid 19, tentu ruang eskpresi tersebut dapat menjadi refleksi serta jejak sejarah dalam perkembangan batik Betawi. Kata kunci : Sosio Budaya, Betawi Betawi, Pandemik Abstract Batik in the Jakarta area developed from regional immigrants from the Java coast who spread. The existence of batik in the Betawi region grew from a collection of immigrants from various regions. This is not the same as the presence of batik in the Java region, which is closely and often associated with social status and the priyayi / conqueror and kingdoms.
    [Show full text]
  • BAB II TINJAUAN MUSEUM DAN MUSIK NASIONAL 2.1 Museum 2.1.1 Definisi Museum Definisi Museum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
    BAB II TINJAUAN MUSEUM DAN MUSIK NASIONAL 2.1 Museum 2.1.1 Definisi Museum Definisi museum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud museum yaitu gedung yang digunakan untuk pameran tetap benda-benda yang patu mendapat perhatian umum, seperti peninggalan bersejarah, seni dan ilmu; tempat penyimpanan barang kuno1. Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan. Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan llmu Pengetahuan. Definisi lain museum adalah Kata Museum berarti “Candi para Dewi Muse“, Orang Yunani Kuno membangun sebuah candi kecil bagi Sembilan Dewi Muse (Dewi Pengkajian) di atas sebuah bukit kecil di luar kota Athena. Setiap Dewi mempunyai pengikut yang sering memberinya hadiah. Ditahun 280 SM Raja Ptolemy di Mesir membuka museum di Istananya di kota Iskandariah, dimana para Sarjana terbesar pada zaman itu bertemu dan bekerja. “Muse“ sendiri berarti rumah pemujaan bagi sembilan bersaudara (mousi), anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan seni murni dan ilmu pengetahuan. Jadi kata Museum selalu dikaitkan dengan pengkajian.2 Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
    [Show full text]
  • Rijstaffel 2013
    INDONESIAN NIGHT MARKET DINNER AT DONBIU EVERY SUNDAY NIGHT SOUP RAWON BUNTUT SAPI Oxtail Soup with Black nuts and salted duck eggs STARTERS & SALAD KEKALAS KANCANG PANJANG URAPAN SAYURAN Spicy long bean salad Blanched vegetables with coconut dressings SEMUR TERONG BETAWI BALA BALA Marinated spicy eggplant salad Deep fried battered vegetables ORAK ARIK DENGAN SUUN GADO GADO GULUNG Stir fried cabbage, carrot, eggs with glass noodles Rolled vegetables, bean cake, bean curds with peanut sauce REMPEYEK TERI & KACANG COMBRO SINGKONG & OTAK OTAK PANGGANG Homemade peanut & dried anchovies crackers Deep fried cassava with shrimps & fish terrine in banana leaf CHAFING DISHES AYAM PANGGANG RICA RICA IGA SAPI BUMBU CABAI HIJAU Grilled marinated spicy chicken Boneless beef ribs with chunky green chilli sauce TEMPE, TAHU & TELOR BALADO KARE BABI Bean cake, bean curds & eggs in tomato chili sauce Coconut braised pork IKAN BAKAR MANADO EMPAL DAGING SAPI Grilled mackerel steak with tomato & chili relish Deep fried marinated beef TONGSENG KAMBING MIE GORENG SARI LAUT Spicy lamb stew Fried noodles with seafood NASI GORENG MERAH BEBEK GORENG KERING Stir fried brown rice with chicken Deep fried crispy duck UDANG ASAM PEDAS (LIVE COOKING STALL) SAYUR LODEH Stir fried spicy & sour prawns Simmered vegetables in coconut curry sauce CARVING STATION BABI GULING SAMBAL BAWANG TABIA SERE URUTAN BALI, KRUPUK AYAM & Balinese roast suckling pig Shallot & chili relish GORENGAN Balinese sausage, chicken crackers & fried intestines GRILL STATION LONTONG SATE AYAM MADURA,
    [Show full text]
  • The Practice of Pencak Silat in West Java
    The Politics of Inner Power: The Practice of Pencak Silat in West Java By Ian Douglas Wilson Ph.D. Thesis School of Asian Studies Murdoch University Western Australia 2002 Declaration This is my own account of the research and contains as its main content, work which has not been submitted for a degree at any university Signed, Ian Douglas Wilson Abstract Pencak silat is a form of martial arts indigenous to the Malay derived ethnic groups that populate mainland and island Southeast Asia. Far from being merely a form of self- defense, pencak silat is a pedagogic method that seeks to embody particular cultural and social ideals within the body of the practitioner. The history, culture and practice of pencak in West Java is the subject of this study. As a form of traditional education, a performance art, a component of ritual and community celebrations, a practical form of self-defense, a path to spiritual enlightenment, and more recently as a national and international sport, pencak silat is in many respects unique. It is both an integrative and diverse cultural practice that articulates a holistic perspective on the world centering upon the importance of the body as a psychosomatic whole. Changing socio-cultural conditions in Indonesia have produced new forms of pencak silat. Increasing government intervention in pencak silat throughout the New Order period has led to the development of nationalized versions that seek to inculcate state-approved values within the body of the practitioner. Pencak silat groups have also been mobilized for the purpose of pursuing political aims. Some practitioners have responded by looking inwards, outlining a path to self-realization framed by the powers, flows and desires found within the body itself.
    [Show full text]
  • Betawi Ornament for Interior Furniture in Efforts to Strengthen National
    International Conference on Social and Political Issues (ICSPI 2016) International Conference on Social and Political Issues (the 1st ICSPI, 2016) “Knowledge and Social Transformation” Volume 2018 Conference Paper Betawi Ornament for Interior Furniture in Efforts to Strengthen National Branding and Entreprenuership in Jakarta Polniwati Salim School of Design, Bina Nusantara University Abstract The study observes Betawi culture the wood material in order for it to be applied into furniture design, exposing the roles of traditional Betawi decorative styles. Most of the ornament decorations in Indonesia simply takes a basic shape and sticks it onto a certain product or media. The opportunity to develop it into a new variation with a touch of design on the furniture product is highly possible to be realized. The market of furniture industry in Indonesia, especially Jakarta, never dies. With that fact on our mind, efforts should be made in developing designs with Betawi Received: 19 March 2018 ornaments, therefore it will be able to promote economic development by the Accepted: 27 July 2018 Published: 29 August 2018 means of additional employment. To address this purpose, the methods used in this study are content analysis, observations, interview, and experimental design, Publishing services provided by Knowledge E proposed by social, cultural and psychological approaches. The results of this analysis showed it is a worthy attempt to improve the potential of the furniture industry Polniwati Salim. This article is distributed under the terms of in general, and wooden industry in particular by developing the Betawi ornament the Creative Commons designs on furniture. These Betawi ornament designs would most likely by manual Attribution License, which carvings, which will ultimately lead to an increase in need of human resources.
    [Show full text]
  • Chapter Ii Literature Review
    CHAPTER II LITERATURE REVIEW In this chapter the writer presents about the information of layer cake, the information of cassava, the information of rice flour, recipe of rice flour layer cake, the function of the ingredients, information of taste, information of texture and information of aroma. 2.1 Layer Cake Indonesia has many kinds of famous cake such as Kue Pancong, Onde- onde, Bika Ambon, Kue Cucur, Apem, Bakpia, Lapis Surabaya, and Kue Lapis. Octaviani (2013) said that layer cake (kue lapis) is traditional food or cake of Indonesia. Layer cake has layers with many color variation and also interesting taste. The process of making layer cake needs a patience to make layer in every layer levels to be sheer layers of layer cake. Layer cake is easy to find in traditional event of Indonesia, for example, yasinan, syukuran, wedding party and etc. Layer cake has different types and ingredients. There are Rice layer cake and Legit layer cake. Bloem in Sompotan (2011) said that spekkoek is the first name of layer cake which means layers in Dutch. Indonesian societies make cake by using rice and it is called rice layer cake. Then they do combination to layer cake by put spices and flours and it become legit layer cake. In addition Yuono (2013) stated that legit layer cake or thousands layer cake in English has original name spekkoek which means layer of lard in Dutch, but actually legit layer cake does not contain lard in its main ingredient. Many people love legit layer cake because it has typical taste and unique process of making.
    [Show full text]
  • An Analysis of Symbolic Meanings in Palang Pintu Tradition of the Betawi Wedding Ceremony Rahman1*, Zakaria2, NKD Tristiantari3, Asri Wibawa Sakti1
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 509 4th International Conference on Language, Literature, Culture, and Education (ICOLLITE 2020) An Analysis of Symbolic Meanings in Palang Pintu Tradition of the Betawi Wedding Ceremony Rahman1*, Zakaria2, NKD Tristiantari3, Asri Wibawa Sakti1 1Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia 2Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAI, Binamadani Tangerang Indonesia 3Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha Bali Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT Palang Pintu tradition is one of the Betawi ethnic cultural heritage which is performed in the process of a wedding ceremony. Besides enacted as a performance to entertain people, Palang Pintu is loaded with cultural literacy. The purpose of the study is to find out a comprehensive description of symbolic meanings and literary appreciation learning in Palang Pintu tradition of the Betawi wedding ceremony. The performance process of Palang Pintu contains remarkable values namely reading salawat indicating that the Betawi people always obey the Islamic value., The pukul/beklai (a form of martial arts) is a symbol that a man as the head of the family and must be able to protect his household; and lantunan sike (reciting the verses of the Holy Qur’an) implies that a man is a leader in his household. Furthermore, berbalas pantun (pantun speech) in Palang Pintu tradition is one form of the literary appreciation. The method used is the descriptive analysis of literature studies, observation and interviews with experts were done as the triangulation of the data. The study found that Palang Pintu tradition has symbolic values such as leadership, religiosity that can be used as an opportunity for children’s literacy appreciation learning.
    [Show full text]
  • Download This PDF File
    PERANCANGAN FILM DOKUMENTER TENTANG FENOMENA EKSISTENSI JAJANAN TRADISIONAL RANGIN DI ERA MODERN Yunggy Wibisono1, Hendro Ariyanto2, Bernadette Dian Arini M.3 1. Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, Jalan Siwalankerto 121-131 Surabaya Email: [email protected] Abstrak Jajanan Tradisional kue rangin merupakan salah satu jajanan yang akrab di telinga orang Surabaya. Rangin menyimpan nilai sejarah serta fenomena yang jarang diketahui orang. Perkembangan zaman serta globalisasi yang begitu pesat, memunculkan banyak jajanan baru yang mulai menggeser rangin. Berdasarkan hal tersebut, perancangan film dokumenter ini bertujuan untuk mengekspos fenomena dari eksistensi kue rangin melalui karya audio visual sebagai salah satu bentuk media yang mempertunjukan nilai-nilai terpendam dari salah satu jajanan tradisional Indonesia Kata kunci : dokumenter, modern, kue rangin, fenomena. Abstract Documentary Film Design About the Phenomenon of Traditional Snack Rangin In Modern Era Rangin cake is one of the traditional snack or street food that is familiar to the people of Surabaya. This snack has historical values and phenomena that are rarely known to people. However, with the era of accelerated development and globalization, many new snacks begin to replace rangin. Based on this problem, the documentary film aims to expose the phenomenon of rangin snacks through audiovisual that can uncover the hidden values of this traditional snack of Indonesia. Keywords : documenter, modern, rangin snack, phenomenon. Pendahuluan Indonesia yang memiliki berbagai macam kebudayan dan suku bangsa. Sekitar 1.500 makanan tradisional Negara Indonesia merupakan negara dengan Indonesia menyebar di seluruh bagian Negara keanekaragaman yang berlimpah, mulai dari budaya, Indonesia, dan lebih dari setengahnya merupakan bahasa, adat istiadat maupun dalam bidang kuliner.
    [Show full text]
  • Por-Tugu-Ese? the Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia
    School of Social Sciences Department of Anthropology Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia. Raan-Hann Tan Thesis specially presented for the fulfilment of the degree of Doctor in Anthropology Supervisor: Brian Juan O’Neill, Full Professor ISCTE-IUL March, 2016 School of Social Sciences Department of Anthropology Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia. Raan-Hann Tan Thesis specially presented for the fulfilment of the degree of Doctor in Anthropology Jury: Dr. Shamsul Amri Baharuddin, Distinguished Professor, Institute of Ethnic Studies, National University of Malaysia Dr. Maria Johanna Christina Schouten, Associate Professor, Department of Sociology, University of Beira Interior Dr. Ema Cláudia Ribeiro Pires, Assistant Professor, Department of Sociology, University of Évora Dr. António Fernando Gomes Medeiros, Assistant Professor, Department of Anthropology, School of Social Sciences, ISCTE- University Institute of Lisbon (ISCTE-IUL) Dr. Marisa Cristina dos Santos Gaspar, Research Fellow, Orient Institute, School of Social and Political Sciences, University of Lisbon (ISCSP-UL). Dr. Brian Juan O’Neill, Full Professor, Department of Anthropology, School of Social Sciences, ISCTE-University Institute of Lisbon (ISCTE-IUL) March, 2016 ABSTRACT Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia Keywords: Mardijkers, Betawi, Portuguese identity, Christian village, Keroncong Tugu Although many centuries have passed since Portugal’s Age of Discoveries, enduring hybrid communities are still surviving in places where the Portuguese had been present. Portuguese identity in Malacca, Larantuka, and East Timor, for example, has always been associated with Catholicism. But in Batavia, the Portuguese-speaking population (the Mardijkers, slaves, and Burghers) was converted to Calvinism under Dutch colonization, forming the Protestant Portuguese community in Indonesia.
    [Show full text]