KONSTRUKSI SOSIAL PEMAKNAAN PANGSI

JAWARA BETAWI: PENGUATAN IDENTITAS ETNIS

BETAWI DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S. Sos)

Oleh

Wiqoyatul Amanah

NIM: 1113111000046

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa konstruksi sosial yang terjadi pada pangsi Betawi dan penguatan identitas yang dilakukan oleh etnis Betawi dalam menghadapi globalisasi. Tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan bagaimana pangsi Betawi dikonstruksi secara sosial, baik oleh jawara Betawi maupun masyarakat secara umum dan resistensi yang dilakukan Betawi sebagai upaya penguatan identitasnya sebagai budaya lokal-daerah yang bertahan dalam lingkaran globalisasi saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi sebagai data primer serta studi dokumentasi dan studi pustaka sebagai data pendukung. Kerangka teori yang digunakan adalah teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thoman Luckmann. Temuan dari penelitian ini adalah pada fase eksternalisasi berawal dari melakukan kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan dan memberdayakan budaya Betawi seperti berdagang pangsi, membuka Padepokan dan mengajar silat, serta melakukan kegiatan bakti sosial. Fase berikutnya yakni objektivasi dimana jawara Betawi melakukan ritual yang lambat laun menjadi suatu pembiasaan, selain itu penggunaan atribut pangsi yang selalu dikenakan dalam kehidupan sosial sebagai proses identitasnya sebagai jawara Betawi. Pada fase terakhir yakni internalisasi menjelaskan bahwa munculnya perasaan senang karena lahir dan dibesarkan di lingkungan Betawi, sehingga rasa cinta pada budayanya memunculkan perasaan gengsi dan bangga pada diri jawara Betawi. Makna pangsi Betawi pada awal sebelum adanya konstruksi sosial dianggap sebagai sebuah trend yang kuno, jadul, dan tidak dianggap modern sehingga minat pada pangsi Betawi menurun. Setelah adanya konstruksi yang beriringan dengan munculnya Perda tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi No. 4 Tahun 2015, makna pangsi Betawi bergeser dan dianggap sebagai pakaian yang nge-trend, keren, dan modis sehingga memiliki nilai estetika yang tinggi. Terakhir, dalam menanggapi isu globalisasi, reaksi yang dilakukan penggiat seni dan jawara Betawi adalah melakukan penguatan terhadap identitas Betawi dengan beberapa cara seperti membuat buku tentang Betawi, website Betawi, silaturrahmi antar komunitas Betawi, mengadakan festival, lebaran pendekar Betawi, pesta rakyat Betawi, dan parade Kebetawian juga menggunakan simbol atribut pangsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara tersebut sebagai salah satu upaya dalam menguatkan identitas Kebetawiannya di tengah homogenisasi budaya. Kata kunci: Konstruksi sosial, makna pangsi, jawara Betawi, Penguatan, etnis Betawi dan Globalisasi.

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulisan Skripsi dengan judul: Konstruksi Sosial Pemaknaan Pangsi Jawara Betawi: Penguatan Identitas Etnis Betawi Dalam Menghadapi Globalisasi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan dan idola sesungguhnya, sekaligus sang reformasi sejati kehidupan sosial dan politik hidup umat manusia.

Penulisan skripsi ini dalam prosesnya telah dilakukan secara maksimal, namun penulis menyadari sebagai manusia dengan keterbatasan dan kekurangannya tentu masih jauh dari kata sempurna. Banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi penulis, begitu juga tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuannya, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, diantaranya sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA,. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah .

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si,. selaku Ketua Program Studi Sosiologi

(FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si,. selaku Sekretaris Program Studi

Sosiologi (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus yang

memberikan saya inspirasi. Terimakasih ya bu.

4. Bapak Kasyfiyullah, M.Si,. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

berperan sangat penting dalam proses penyelesaian skripsi ini. Tidak

hanya memberikan masukan dan arahan kepada penulis, serta bahan-

vi

bahan bacaan meski berbahasa Inggris, namun juga selalu memotivasi

penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini. Dosen terasik rasa temen

best Pak Kesep!

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu,

motivasi, inspirasi, dan bimbingannya selama masa perkuliahan.

6. Keluarga penulis yang penulis sayangi, Engkong H. Madrofi, Abeh H.

Hasan Basri, Ibu Hj. Siti Hazami, Kakak Penulis yaitu Yuli Ulfah, Nurul

Huda, Yayah Syukriyah, dan Syifa Fauziah, yang telah memberikan

motivasi, doa dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada

penulis.

7. Seluruh keluarga besar Engkong H. Madrofi termasuk saudara-saudara,

keponakan dan sepupu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

yang telah memberikan semangat dan tidak berhenti mendoakan penulis.

8. Keluarga kedua penulis “Daebak Omo” yaitu Istiqomah Aisyiyah, Jita

Wanodya, Shofia Khoerunnisa, dan Titi Tahdinani Nasyiriyyah yang

telah memberikan waktu dan tenaganya untuk berdiskusi serta saling

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. Dan juga

terimakasih untuk canda tawa dan tiap kekonyolan yang sudah kita

lakukan sehingga dapat membuat penulis beristirahat sejenak mengingat

penyelesaian skripsi ini. Thank you guys!

9. Terima kasih kepada seseorang yang spesial, ananda M.A. Chaidar

Nurhawary yang selalu siap menemani penulis dalam mencari data

vii

skripsi ini, menjadi penasehat dan guru terbaik dalam kehidupan penulis,

serta memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teman-teman yang menyemangati dan membantu penulis yaitu Dewi

Nuraeni, Wahyu Kholilah, Alby Ibrahim, Meilia PS, dan ka Ella. Sukses

untuk kalian guys!

11. Terima kasih kepada teman-teman Sosiologi B angkatan 2013 meskipun

tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah menjadi rekan diskusi

selama ini.

12. Para informan yang telah meluangkan waktu khususnya Jawara Betawi

Ncang Ali, Bang Yahya, Ncang Ayyub, dan lain-lain yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, dan umumnya masyarakat yang bersedia

penulis wawancarai, semua yang telah memberikan informasi terkait

tema skripsi ini serta bersedia berbagi pengalaman kepada penulis.

Semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan dicatat sebagai amal shalih dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Aaamin ya Robbal alamin. Demikian ucapan terimakasih ini penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, bidang studi Sosiologi dan semua pihak yang membutuhkannya.

Aaamiin.

Jakarta, 03 Mei 2018

Wiqoyatul Amanah

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... v

KATA PENGANTAR ...... vi

DAFTAR ISI ...... ix

DAFTAR GAMBAR ...... xi

DAFTAR TABEL ...... xii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

A. Pernyataan Masalah ...... 1 B. Pertanyaan Penelitian ...... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 4 D. Tinjauan Pustaka ...... 5 E. Kerangka Pemikiran ...... 13 F. Kerangka Teoritis ...... 14 G. Definisi Konseptual ...... 16 H. Metode Penelitian ...... 20 I. Teknik Pengumpulan Data ...... 24 J. Metode Analisis Data ...... 25 K. Sistematika Penulisan ...... 26

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BETAWI ...... 28

A. Sejarah Singkat Kota Jakarta ...... 28 B. Orang Betawi ...... 30 C. Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi ...... 44

BAB III JAWARA BETAWI ...... 48

A. Transformasi Jawara ...... 48 B. Rekam Jejak Aliran Silat Betawi ...... 50 C. Atribut Busana Khas Jawara Betawi Sebagai Simbol ...... 52

ix

BAB IV KONSTRUKSI MAKNA PANGSI JAWARA BETAWI ...... 62

A. Pangsi Betawi Sebelum Adanya Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi ...... 62 1. Pangsi Sebagai Trend Kuno ...... 65 B. Munculnya Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi ...... 68 1. Tahap Eksternalisasi ...... 68 2. Tahap Objektivasi ...... 81 3. Tahap Internalisasi ...... 94 C. Pangsi Betawi Setelah Adanya Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi ...... 97 D. Konstruksi Makna Pangsi Betawi: Reaksi Terhadap

Globalisasi...... 99

BAB V PENUTUP ...... 107

A. Kesimpulan ...... 107 B. Saran ...... 109

DAFTAR PUSTAKA ...... 111

LAMPIRAN

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.I.E Kerangka Pemikiran ...... 13

Gambar 2.III.C. Pangsi di Luar yang artinya siap berduel...... 54

Gambar 3.III.C. Pangsi di Dalam yang artinya pesilat Betawi ...... 54

Gambar 4.III.C. Peci Kembang Kol ...... 55

Gambar 5.III.C. Peci Ji’ih ...... 55

Gambar 6.III.C. Penampilan Jawara Zaman Dahulu ...... 56

Gambar 7.III.C. Penampilan Jawara Zaman Sekarang ...... 56

Gambar 8.III.C. Gesper atau Kopel Persilatan Betawi...... 57

Gambar 9.III.C. Golok Betawi ...... 59

Gambar 10.III.C. Cincin Batu Khas Betawi ...... 59

Gambar 11.III.C. Gelang Bahar ...... 60

Gambar 12.III.C. Pin Betawi...... 61

Gambar 13.III.C. Sendal Ji’ih ...... 61

Gambar 14.IV.B. Warna Pangsi Masih Dua Warna ...... 72

Gambar 15.IV.B. Warna-warni Pangsi Sekarang ...... 72

Gambar 16.IV. B. Sarung/ Selendang Motif Batik ...... 74

Gambar 17.IV.B. Sarung/ Selendang Motif Ondel-ondel ...... 74

Gambar 18. IV. B. Bagian Koleksi Cincin Jawara Betawi yang dipakai...... 89

Gambar 19. IV. C. Tahap-tahap Konstruksi Sosial Kostum Pakaian Pangsi

Betawi ...... 106

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.I.D. Perbandingan Literatur ...... 10

Tabel 2.I.H. Profil Informan ...... 22

Tabel 3.II.B. Penduduk Batavia dan Sekitarnya ...... 32

Tabel 4.II.B. Jumlah Populasi Orang Betawi ...... 35

Tabel 5.II.B. Jumlah Penyebaran Suku Betawi...... 36

Tabel 6.III.A. Kriteria Jawara ...... 49

Tabel 7.III.C. Tingkatan Ilmu Berdasarkan Warna Sabuk...... 57

xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Hasil analisis sejarah yang telah dibuat oleh Lance Castles dalam Suparlan

(1966), identitas orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnik mulai dikenal sejak abad ke-19 (dagh register 1873). Sebagian besar sejarawan sepakat menyatakan bahwa kebudayaan dan etnis Betawi terbentuk dari hasil peleburan beberapa etnis yang mendiami pada abad ke-17 hingga abad 18. Meski demikian “cikal bakal” kebudayaan dan etnis Betawi secara perlahan telah terbentuk mulai abad 4 hingga

10, pada masa peralihan kekuasaan dari Kerajaan Salakanagara dan Tarumanagara

(Nawi,2016: 295).

Betawi merupakan hasil dari suatu melting pot atau percampuran dari berbagai kelompok etnik yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia dan luar

Indonesia. Salah satu unsur hasil pembauran beragam kebudayaan itu adalah maen pukulan atau Betawi. Berdasarkan data sesepuh PPS Putra

Betawi, A. Sanusi dalam Nawi (2016) sekitar 600-800 aliran pencak silat di

Indonesia, hampir separuhnya (317 aliran) berada di Betawi. Kesemuanya merupakan pengembangan dari 100-200 pecahan aliran silat dari empat aliran inti yaitu gerak cepat, gerak kuat, gerak teguh, dan gerak rasa.

Pada awal berdirinya kota Batavia, pengaruh ilmu bela diri etnis imigran dapat dilihat dari penyebaran penduduk imigran secara komunal. Namun seiring perkembangan zaman yang semakin modern maka disadari atau tidak budaya

1 yang dimiliki selalu mengalami perubahan baik direncanakan atau pun tidak.

Perubahan sosial (social change) merupakan perubahan lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, dan perilaku individu dan kelompoknya. Dinamika sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat disebabkan karena globalisasi yang kemudian berpengaruh terhadap kondisi seni budaya tradisi, dimana masyarakat dituntut untuk menjadi modern secara keseluruhan dalam kehidupan masyarakat. Teknologi yang kian canggih semakin membuka peluang untuk siapa saja menikmati konten apapun sehingga masuknya budaya-budaya materiil mengancam kelangsungan budaya lokal. Hal tersebut membuat kekhawatiran bagi masing-masing budaya termasuk disini adalah

Betawi, sehingga dengan adanya dampak tersebut, seni budaya tradisi Betawi tidak hanya harus berkompetisi dengan budaya-budaya materiil yang dianggap modern. Tetapi juga harus melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan budayanya, sebagai bentuk penguatan dalam mengukuhkan identitasnya sebagai budaya lokal-daerah.

Seiring perkembangan waktu, Betawi patut bersyukur karena munculnya

Peraturan daerah nomor 4 tahun 2015 mengenai Pelestarian Kebudayaan Betawi yang menjamin terpeliharanya kelangsungan budaya Betawi, dan terbitnya

Peraturan gubernur No.11 tahun 2017 tentang Ikon Budaya Betawi dimana terdapat 8 ikon antara lain ondel-ondel, kembang kelapa, ornamen gigi balang, baju sadariyah, kebaya kerancang, batik Betawi, kerak telor, dan bir pletok.

Munculnya kebijakan tersebut memiliki dampak positif bagi perkembangan budaya Betawi yang selama beberapa tahun terakhir sempat mengalami

2 penurunan. Salah satu yang mendapat dampak kebijakan tersebut adalah pangsi, dengan bangkitnya pesilat-pesilat Betawi serta kewajiban bagi pegawai pemerintahan memakai budaya khas Betawi membuat pamor pangsi Betawi naik, meskipun pangsi ini tidak termasuk dalam ke-delapan ikon Betawi yang telah disebutkan tadi, namun dalam perkembangannya pangsi Betawi mendapat rating yang cukup baik untuk menarik minat masyarakat tentang budaya Betawi ini.

Pangsi dianggap sebagai pakaian kebesaran orang Betawi, dahulu pangsi biasa dipakai oleh para juware atau jagoan Betawi (orang yang pandai berkelahi).

Fashion pangsi begitu melekat pada image tokoh yang melegenda contohnya si

Pitung. Pitung adalah salah satu dari nama ketokohan jawara Betawi yang menempati urutan pertama di ingatan masyarakat. Pangsi juga kerap dipakai sebagai identitas masyarakat kota Jakarta dan sekitarnya.

Busana pangsi merupakan satu identitas yang melekat pada diri jawara

Betawi meliputi atribut dan kostum yang sering kali dikenakan, dengan desain baju pangsi tanpa kerah dengan panjang tangan yang mengatung serta celana besar mengatung disertai aksen warna cerah dan tidak jarang terlihat ngejreng.

Sesuai perkembangannya pakaian pangsi telah banyak dipakai oleh komunitas pesilat, organisasi masyarakat, perusahaan, instansi dan sering dijumpai di acara palang pintu atau acara pernikahan adat Betawi, festival dan sanggar-sanggar seni budaya Betawi. Geliat pangsi semakin terlihat dari permintaan pangsi yang meningkat tidak hanya saat festival atau sehari-hari tetapi juga meningkat ketika menjelang lebaran.

3

Dalam hal ini penulis memiliki ketertarikan untuk meneliti konstruksi sosial pangsi Betawi. Hal ini untuk melihat bagaimana kondisi pangsi Betawi dan jawara saat ini seperti yang telah diketahui berada atau menetap di wilayah DKI

Jakarta yang merupakan pusat perkotaan sehingga menjadi tempat perpaduan budaya. Terlebih dengan pengaruh globalisasi yang menjadi tantangan ketahanan budaya lokal sehingga penulis ingin melihat konstruksi sosial makna pangsi

Betawi serta penguatan identitas budaya Betawi. Fokus penelitian ini pada bagaimana konstruksi makna pangsi Betawi sebagai salah satu bagian dari kebudayaan Betawi dan bagaimana pangsi Betawi mempertahankan keberadaannya agar tidak terjadi hal yang sama dimana dahulu pangsi Betawi sempat menghilang.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana proses konstruksi sosial makna pangsi Betawi?

2. Apa makna pangsi sebelum dan sesudah munculnya Perda Pelestarian

Kebudayaan Betawi?

3. Bagaimana upaya penguatan identitas Betawi melalui pangsi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari pertanyaan penelitian di atas, terdapat beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian, antara lain:

1. Menganalisa konstruksi sosial makna pangsi Betawi khususnya kelompok

jawara Betawi dan umumnya di masyarakat.

4

2. Mengetahui pemaknaan pangsi Betawi sebelum dan sesudah munculnya

Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi.

3. Melihat bagaimana upaya yang dilakukan sebagai bentuk pengukuhan

identitas Betawi dalam menghadapi dunia globalisasi.

Sehingga manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya

yang akan menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan serta

menjadi literatur dalam kajian mengenai pangsi Betawi dalam studi sosiologi.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

referensi yang bermanfaat bagi pemerintah daerah setempat atau pihak-pihak

lain yang terkait sebagai sarana dalam penentu kebijakan pelestarian

kebudayaan lokal.

D. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ilmiah diperlukan sebuah tinjauan pustaka dari penelitian sebelumnya. Pembuatan tinjauan pustaka dapat membantu peneliti dan juga pembaca mengenai topik yang akan diteliti dalam suatu penelitian. Berbagai kajian literatur yang ada, khususnya mengenai konstruksi sosial setidaknya dijadikan referensi ataupun panduan dalam menganalisa permasalahan yang ada.

5

Pada bagian ini, dikemukakan tentang kajian yang telah lebih dulu dilakukan.

Adapun beberapa penelitian yang membahas tentang konstruksi sosial ini setidaknya dapat dijadikan dasar bagi penelitian adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Reza Pahlevi dkk. dengan judul

“Konstruksi Makna Tato pada Anggota Komunitas Paguyuban Tattoo Bandung”.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan bantuan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Penelitian ini menemukan bahwa (1). Realitas makna tato menurut pandangan anggota komunitas Paguyuban Tattoo Bandung yaitu sebagai identitas, karya seni, dan bisnis. Makna tato sebagai sebagai identitas menunjukkan identitas mereka sebagai pecinta dan penggemar tato. Makna tato sebagai seni meliputi hobi, ekspresi, kreativitas, dan gaya hidup. Sedangkan makna tato sebagai bisnis yaitu sumber penghasilan. (2). Faktor yang melatar belakangi ketertarikan anggota komunitas Paguyuban Tattoo Bandung terhadap tato dibagi dalam ranah individu dilatar belakangi oleh empat faktor yaitu motivasi, internal, eksternal dan tujuan.

Sedangkan ranah komunitas dilatarbelakangi oleh tiga faktor yaitu orientasi terdahulu, sekarang dan masa depan. Makna tato mengalami pergeseran dari dulu hingga saat ini mulai dari tradisional, pop, hingga konsumsi dan komersial. Saat ini penggunaan tato lebih kepada trend fashion dan gaya hidup.

Kedua, jurnal yang ditulis oleh Andreas Sandinata (2013) dengan judul

“Konstruksi Sosial Waria Tentang Diri (Studi pada Waria (Wanita-Pria) di

Surabaya)”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Luckmann. Hasil penelitian ini

6 menunjukkan bahwa ada sebagian informan yang belum dapat menunjukkan jati dirinya sebagai waria sebab mereka takut dikucilkan di masyarakat, sedangkan sebagian informan lainnya sudah dapat mengekpresikan jati dirinya sebagai waria karena hal tersebut memang menjadi jati diri mereka.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Latifah Dinar Dwitama (2017) dengan judul “Konstruksi Sosial Makna Kultural Batik Betawi (Studi Kasus:

Batik Betawi Teronggong”. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann. Hasil penelitiannya bahwa pendiri batik Betawi Terogong melakukan tahap (1). Eksternalisasi, dengan kegiatan memodifikasi batik dan membuat motif, warna, dan tampilan yang baru dari sebelumnya, (2). Objektivasi, dengan membiasakan komunitasnya tidak meninggalkan motif batik kuno dan tidak membuat batik printing, (3).

Internalisasi, dimana komunitas membawa identitasnya dengan membiasakan diri tidak membuat batik dengan printing. Faktor eksternal yang menyebabkan kemunduran Batik Betawi adalah munculnya batik printing yang murah dan variasi warna yang banyak sedangkan faktor internalnya adalah pengusaha batik tidak melakukan inovasi produk.

Keempat, jurnal yang ditulis oleh Fadillah Saleh dan M. Sabrais (2015) yang berjudul “Peggambaran Etnik Betawi Dalam Film Bajaj Bajuri The Movie”.

Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif-semiotik. Hasil analisisnya adalah yang pertama (1). Betawi memiliki kebudayaan yang beraneka ragam mulai dari pakaian, kesenian hingga adat istiadatnya. Laki-laki Betawi memiliki beberapa pakaian khas diantaranya pakaian jas abang Jakarta, pakaian

7 jas tutup atau ujung serong dan pakaian sadariyah. Sementara pakaian perempuan

Betawi memiliki khas diantaranya Kebaya None, kebaya panjang atau kebaya nyak dan kebaya kerancang. Dari segi kesenian antara lain Tanjidor, dan seni bela diri palang pintu. (2). Dalam pernikahan Betawi terdapat beberapa proses pernikahan Betawi yaitu akad nikah dan ngebesan. Kenyataannya laki-laki Betawi menggunakan baju koko dan peci hitam dalam kegiatan sehari-harinya. Laki-laki

Betawi juga sering menggunakan cincin batu akik pandan sebagai hiasan mereka.

Kebiasaan orang Betawi menggunakan waktu shalat fardu menjadi patokan jam.

Karenanya terkadang kita mendengar orang Betawi jika membuat janji mengatakan “abis zuhur” atau ketika ada acara diadakan “abis isya”.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Brian M. Howell (2006), yang berjudul “Globalization, Ethnicity, and Cultural Authenticity: Implications for

Theological Education”. Dalam tulisannya terdapat beberapa sub judul yang menjadi pembahasannya namun penulis tertarik dengan sub judul “Ethnicity in the Global Sphere” dan “Christian in Global-Local Context” dimana dalam penelitiannya bahwa Agama dalam kasus ini adalah Kristen yang mengalami kekhawatiran dalam menghadapi dunia globalisasi. Untuk itu mereka melakukan upaya-upaya dalam menghadapi globalisasi diantaranya: (1). Mengoperasikan pusat pembelajaran bahasa Mandarin, (2). Menawarkan kebaktian malam minggu dengan berbahasa Inggris untuk generasi muda, (3). Pada tingkat nasional mereka menerbitkan buletin-buletin dalam bahasa Cina dan Inggris, (4). Mereka berafiliasi dengan konveksi seperti CCOWE dan Misi Filipina-Cina tahun 2000 agar terhubung ke seluruh gereja di dunia, (5). Membuat koneksi ke gereja

8

Tionghoa di seluruh Asia dengan menyewa pendeta dari negara-negara Asia seperti Hongkong dan Malaysia, (6). Karena perkembangan generasi yang tidak cocok lagi dengan tradisi Cina, (7). Menulis publikasi CCOWE dan EnRAWGen

(generasi membaca dan menulis bahasa Inggris) hampir seluruh aspek memakai bahasa Inggris karena generasi muda lebih suka membaca bernyanyi dan membaca alkitab berbahasa Inggris.

Beberapa penelitian yang telah dipaparkan di atas mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu mengenai hal kosntruksi sosial pemaknaan. Penelitian-penelitian tersebut juga menggunakan teori yang sama oleh penulis yaitu teori Konstruksi Sosial Berger dan Luckmann dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian yang dilakukan oleh ketiga penulis menunjukkan bahwa kajian yang diteliti memiliki makna proses konstruksi sosial yang sampai saat ini tetap berlangsung. Dalam hal ini, penelitian yang akan penulis teliti pun mempunyai persamaan fokus antar keempatnya dengan menekankan pada proses konstruksi sosial makna pangsi Betawi.

Penelitian tersebut mempunyai perbedaan dengan penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan Reza Pahlevi dkk. Memfokuskan penelitian pada konstruksi makna tato bukan sekitar konstruksi sosial tentang budaya. Lokasi penelitian ini pun berbeda dengan penelitian yang penulis teliti karena penelitian- penelitian tersebut bukan di daerah Jakarta seperti yang penulis teliti hal ini cukup berpengaruh mengingat jawara Betawi bertempat di wilayah Jakarta yang merupakan pusat perkotaan dan pembauran budaya. Perbedaan mencolok adalah pada subjek penelitian terakhir oleh Howell yang meneliti tentang upaya

9

penguatan Agama dalam menghadapi globalisasi. Sedangkan pada pembahasan

terakhir, penulis membahas tentang budaya Betawi yang melakukan upaya

penguatan dalam menghadapi globalisasi.

Tabel 1.I.D. Perbandingan Literatur

No Penulis dan Temuan Penelitian Metode Teori Persamaan Perbedaan . Judul Penelitian Penelitian 1. Reza Hasil menunjukkan Kualitatif- Konstruksi Sama-sama Fokus Pahlevi, dkk. bahwa makna tato Fenomenolo- Sosial menggunak penelitian Konstruksi anggota komunitas gi Berger dan an tidak sama Makna Tato Paguyuban Tato Bandung Luckmann pendekatan jika pada yaitu sebagai identitas, kualitatif penelitian ini Anggota karya seni, dan bisnis. dan teori kajiannya Komunitas Faktor yang melatar yang adalah tato, Paguyuban belakangi ketertarikan digunakan sedangkan Tattoo anggota komunitas sama yaitu fokus kajian Bandung”. Paguyuban Tato Bandung teori penulis terhadap tato dibagi, Konstruksi adalah dalam ranah individu sosial pangsi yaitu motivasi, internal, Berger Betawi eksternal dan tujuan. Sedangkan ranah komunitas yaitu orientasi terdahulu, sekarang dan masa depan. Makna tato mengalami pergeseran dari dulu hingga saat ini mulai dari tradisional, pop, hingga konsumsi dan komersial. Saat ini penggunaan tato lebih kepada trend fashion dan gaya hidup. 2. Andreas Terdapat sebagian Kualitatif Konstruksi Sama-sama Fokus kajian Sandinata. informan yang belum sosial menggunak disini tentang “Konstruksi dapat menunjukkan jati Berger dan an diri waria Sosial Waria dirinya sebagai waria Luckmann pendekatan sedangkan Tentang Diri sebab mereka takut kualitatif penulis (Studi pada dikucilkan di masyarakat, dengan tentang

10

Waria sedangkan sebagian teori Berger pangsi (Wanita- informan lainnya sudah Betawi Pria) di dapat mengekpresikan jati Surabaya”. dirinya sebagai waria karena hal tersebut memang menjadi jati diri mereka. 3. Latifah Dinar Hasil menunjukkan Kualitatif Konstruksi Sama-sama Fokus dalam Dwitama. bahwa pada tahap sosial membahas penelitian ini “Konstruksi eksternalisasi yaitu Berger dan tahapan adalah Sosial pendiri batik Betawi Luckmann proses konstruksi Makna Terogong melakukan (1). realitas mengenai Kultural eksternalisasi dengan sosial yang Betawi dan Batik Betawi kegiatan memodifikasi dilakukan faktor (Studi Kasus: batik dan membuat motif, tokoh eksternal dan Batik Betawi warna, dan tampilan yang penggiat internal yang Teronggong” baru dari sebelumnya, (2). Betawi terjadi pada . Objektivasi dengan tentang batik Betawi membiasakan pelestarian Teronggong komunitasnya tidak Betawi sedangkan meninggalkan motif batik penulis kuno dan tidak membuat tentang batik printing, (3). pangsi Internalisasi dimana Betawi dan komunitas membawa upaya identitasnya dengan penguatan membiasakan diri tidak identitas membuat batik dengan etnis Betawi. printing. Faktor eksternal yang menyebabkan kemunduran Batik Betawi adalah munculnya batik printing yang murah dan variasi warna yang banyak sedangkan faktor internalnya adalah pengusaha batik tidak melakukan inovasi produk. 4. Fadillah Dalam analisis penelitian Kualitatif- - Pendekatan Penelitian ini Saleh dan M. ini ditemukan bahwa laki- Deskriptif- yang menggunaka Sabrais.“Pen laki Betawi memiliki Semiotik digunakan n unit g-gambaran beberapa pakaian khas sama-sama analisis Etnik Betawi diantaranya pakaian jas menggunak audio dan

11

Dalam Film abang Jakarta, pakaian jas -an video dari Bajaj Bajuri tutup atau ujung serong kualitatif- Bajaj Bajuri The Movie”. dan pakaian sadariyah. deskriptif. the Movie. Sementara pakaian Dan Sedangkan perempuan Betawi terdapat unit analisis memiliki khas diantaranya bagian penulis Kebaya None, kebaya yang mirip adalah panjang atau kebaya nyak membahas jawara dan dan kebaya kerancang. mengenai masyarakat. Kenyataannya laki-laki pakaian Betawi menggunakan tardisional baju koko dan peci hitam Betawi dan dalam kegiatan sehari- atribut harinya. Laki-laki Betawi Betawi juga sering menggunakan cincin batu akik pandan sebagai hiasan mereka 5. Brian M. Hasil penelitian ini - Glokalisasi Terdapat Fokus Howell. menunjukkan bahwa bagian penelitian ini “Globalizati agama pun memiliki yang adalah on, Ethnicity, kekhawatiran dalam memiliki bagaimana and Cultural menghadapi perubahan kesamaan Kristen Authenticity: yang disebabkan yaitu sama- menghadapi Implications globalisasi oleh karenanya sama perubahan for Kristen melakukan upaya membahas akan Theological penguatan yaitu dengan upaya globalisasi Education”. cara (1). Mengoperasikan penguatan karena itu pusat pembelajaran dalam agama dalam bahasa Mandarin, (2). menghadap kasus ini Menawarkan kebaktian i perubahan Kristen malam minggu dengan globalisasi melakukan berbahasa Inggris untuk upaya-upaya generasi muda, (3). Pada penguatan, tingkat nasional mereka sedangkan menerbitkan buletin- fokus penulis buletin dalam bahasa Cina adalah dan Inggris, (4). Mereka tentang berafiliasi dengan budaya konveksi seperi CCOWE Betawi dan Misi Filipina-Cina dalam tahun 2000 agar menghadapi terhubung ke seluruh perubahan gereja di dunia, (5). globalisasi Membuat koneksi ke

12

gereja Tionghoa di seluruh Asia dengan menyewa pendeta dari negara-negara Asia seperti Hongkong dan Malaysia, (6). Karena perkembangan generasi yang tidak cocok lagi dengan tradisi Cina, (7). Menulis publikasi CCOWE dan EnRAWGen (generasi membaca dan menulis bahasa Inggris)

E. Kerangka Pemikiran Gambar 1.I.E. Kerangka Pemikiran

Budaya

Tradisi

Pangsi Betawi

Atribut Pangsi Magis Betawi Makna

Konstruksi Sosial Makna Pangsi

Penguatan Identitas Etnis Betawi

13

F. Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan

Thomas Luckmann sebagai pisau analisis:

Teori konstruksi sosial (social construction) Berger dan Luckmann merupakan teori sosiologi kontemporer yang berpijak pada sosiologi pengetahuan.

Kenyataan adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang diakui memiliki keberadaan (being)-nya sendiri sehingga tidak tergantung kepada kehendak manusia, sedangkan pengetahuan adalah kepastian bahwa fenomena- fenomena itu nyata (real) dan memiliki karalteristik yang spesifik (Berger &

Luckmann.1990:1).

Menurut Berger dan Luckmann, terdapat dua obyek pokok realitas yang berkenaan dengan pengetahuan, yakni realitas subyektif dan realitas obyektif.

Realitas subyektif berupa pengetahuan individu. Disamping itu, realitas subyektif merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui poses internalisasi. Realitas subyektif yang dimilik masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi itulah individu secara kolektif berkemampuan melakukan obyektivikasi dan memunculkan sebuah konstruksi realitas obyektif yang baru.

(Margaret. M. Polomo, 2010:301). Disamping itu realitas obyektif merupkan suatu kompleksitas definisi realitas serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang

14 telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum sebagai fakta.

Berger dan Luckmann mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. meskipun institusi sosial dan masyarakat terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi.

Berger dan Luckmann mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.(Burhan Bungin, 2008: 14-15)

1. Eksternalisasi: “People externalize themselves because humans show

themselves through activity. He will always devote himself to where he

is”. Bagian penting dalam kehidupan individu dan menjadi bagian dari

dunia sosio-kulturalnya. Eksternalisasi adalah usaha pengekspresian diri

yang dilakukan oleh individu ke dalam dunia, berupa kegiatan-kegiatan

mental maupun kegiatan-kegiatan fisik. Proses ini merupakan bentuk

ekspresi diri untuk menguatkan keberadaan individu dalam masyarakat.

Eksternalisasi terjadi pada tahap yang sangat mendasar. Melalui

eksternalisasi manusia berusaha mengekspresikan diri dengan

membangun dunianya serta menguatkan eksistensi individu dalam

masyarakat. Pada tahap ini manusia dilihat sebagai produk manusia.

2. Objektivasi: “Activity experiencing the process of habit that will continue

to experience institutionalization”. Yaitu ketika interaksi tersebut terjadi

pada tahap sebelumnya kemudian melalui tahapan pelembagaan. Pada

15

tahap ini, aktivitas-aktivitas yang dilakukan manusia pada tahap

eksternalisasi tadi membentuk suatu pola dan pembiasaan yang pada

akhirnya dilembagakan. Pada tahap ini masyarakat adalah suatu realita

objektif. (Fithri Muta’afi, 2015:2)

3. Internalisasi : “Absorption of value contained in the habit”. Dimana

individu tersebut mengindentifikasikan dirinya berada di dalam lembaga

atau organisasi sosial yang dimana individu tersebut menjadi bagian di

dalamnnya. Pengetahuan tentang insitusi dan struktur sosial diserap

kembali ke dalam individu yang kemudian di wujudkan sebagai bagian

dari kontruksi sosial mereka. Pada tahapan ini Berger & Luckhmann

menekankan bagaimana manusia merupakan produk masyarakat sendiri.

(Fithri Muta’afi, 2015:2)

Peneliti menggunakan teori konstruksi sosial yang diperkenalkan oleh

Berger dan Luckmann sebagai kerangka teori untuk menjelaskan proses pembentukan realitas dalam melihat pangsi jawara Betawi. Tahapan yang dipaparkan meliputi eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi dianggap sesuai dalam upaya menjelaskan bagaimana proses konstruksi dibentuk dan dijalankan oleh jawara Betawi.

G. Definisi Konseptual

1. Konstruksi Sosial

Konstruksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan atau susunan dan hubungan kata

16 dalam kelompok kata (KBBI, 2005: 590). Sedangkan menurut kamus komunikasi, definisi konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan diukur. (Effendy, 1989: 264).

Konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur.

Sedangkan konstruksi sosial adalah pandangan bahwa semua nilai, ideologi, dan institusi sosial adalah buatan manusia. Juga merupakan sebuah pernyataan keyakinan serta sebuah sudut pandang bahwa kandungan dari kesadaran dan cara berhubungan dengan orang lain itu diajarkan oleh kebudayaan dan masyarakat (Ngangi, 2011: 1).

2. Makna

Makna dalam KBBI adalah arti, maksud pembicara atau penulis. Makna adalah proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan. Makna yang berkaitan dengan komunikasi pada hakikatnya merupakan fenomena sosial.

Makna sebagai konsep komunikasi, mencakup lebih dari sekedar penafsiran atau pemahaman seorang individu saja. Makna selalu mencakup banyak pemahaman seorang individu saja. Makna selalu mencakup banyak pemahaman, aspek-aspek pemahaman yang secara bersama dimiliki para komunikator (Fisher, 1986: 355).

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa konstruksi sosial makna dalam konteks penelitian ini adalah kumpulan atau bangunan mengenai arti yang terbentuk dari proses penafsiran seseorang sebagai bentuk pemahamannya mengenai pangsi Betawi.

17

3. Pangsi

Busana pangsi dahulu biasa dipakai oleh para jagoan dan jago. Menurut kamus bahasa Indonesia, jagoan adalah orang yang pandai berkelahi, sedangkan jago adalah seorang pemuka atau pejuang. Dalam Chaer (2012), busana pangsi memiliki ciri, leher baju yang bundar dan dibuat dengan lengan panjang.

“Celananya dari dengkul ke mata kaki. Atau orang Betawi biasa bilang, ke atas takut hujan, ke bawah takut cacing”.

4. Jawara Betawi

Jawara dapat disebut sebagai guru maen pukulan di Betawi. jawara Betawi muncul akhir abad ke 19. Secara umum jawara memiliki definisi sebagai orang yang memiliki kepandaian bermain silat dan memiliki keterampilan tertentu seperti ilmu kebal. Berbeda dengan jagoan, kata ini berasal dari kata “jago” yang menurut Ridwan Saidi merupakan loanword dari bahasa Portugis Jogo yang artinya “champion” atau juara (Saidi, Glosari Betawi: 43). Secara hirarki jagoan lebih rendah kedudukannya dibanding jawara, namun dalam perkembangannya masyarakat sering menyamakan jawara dengan jagoan karena sama-sama memiliki keahlian bela diri. Sebagai identitas bahwa seseorang disebut jago terdapat pakaian atau busana khusus yang sering kali dikenakan yaitu atribut pangsi, berbeda dengan preman kemampuan-kemampuan yang dipergunakan oleh para jawara bertujuan untuk membela dan menciptakan rasa aman dan ketenangan di lingkungannya.

18

5. Penguatan Identitas

Sesuai dengan makna kata dasarnya “kuat”, penguatan (reinforcement) mengandung makna menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum begitu kuat. Makna tersebut ditujukan kepada tingkah laku individu yang perlu diperkuat.

Sedangkan identitas berasal dari kata “identity” yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat ada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan orang lain. Sedangkan dalam terminolog antropologi kata “identitas” diartikan sebagai sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri sendiri, golongan, kelompok, komunitas atau negara lain (Zul

Fikri, www.academia.edu). Menurut Richard Jenkins, identity memiliki dua makna dasar: (1). The sameness of object, as in A1 is identical to A2 but not to B1.

(2). The consistency or continuity over time that is the basis for establishing and grasping the definiteness and distinctiveness of something. Dari definisi tersebut yang dimaksud adalah “persamaan” dan “perbedaan” (Jenkins, 2008: 17).

Penekanan relasi antara identitas individual dan identitas sosial menjadi semakin jelas ketika memperhatikan pendapat Jenkins bahwa seluruh identitas manusia ditentukan oleh definisi identitas sosial (h. 4).

6. Etnis Betawi

Betawi merupakan suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya yang termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini biasa disebut ‘Orang Betawi’, Melayu Betawi, atau ‘Orang Jakarta’ ( Rosyadi,

19

2006: 212). Ciri khas dari orang Betawi adalah pandangan dan pedoman hidup mereka yang sarat akan pengaruh Islam. Dari kesukubangsaan, orang Betawi yang berdiam di Jakarta memiliki latar belakang sejarah yang melewati rentang waktu yang cukup panjang. Sejak lebih dari 400 tahun yang lalu, masyarakat Betawi yang kemudian menjadi masyarakat yang dihasilkan dari proses asimilasi berbagai unsur budaya dan bangsa di Indonesia (Saidi & Maman, 2002: 9).

7. Globalisasi

Globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal.

Masyarakat di seluruh dunia menjadi saling tergantung di semua aspek kehidupan: politik, ekonomi, dan budaya. Yang menjadi dasar dari gejala globalisasi yaitu tidak ada satu negara pun di dunia ini yang mampu mencukupi kebutuhannya sendiri (Sztompka, 2007: 101). Globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat domestik/ lokal ke dalam komunitas global di berbagai bidang (Arfani, 2004: 1).

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk menjelaskan mengenai konstruksi sosial pangsi Betawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

20 yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:

6).

Penulis mempertimbangkan metode kualitatif atas dasar fenomena yang diteliti. Sebab hasil dari metode penelitian kualitatif ini dapat membuat penulis memperoleh titik temu deskripsi dan informasi penting secara lebih detail mengenai sesuatu hal dari sudut pandang masyarakat yang diteliti tersebut.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia (Moleong, 2007). Sehingga penelitian deskriptif ini mempelajari mengenai masalah-masalah yang ada dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk mengenai hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Whitney, dalam Moh. Nazir, 2002).

2. Informan Penelitian

Dalam penentuan informan penelitian, penulis menggunakan teknik

Purposive sampling yaitu penentuan sampel penelitian sesuai dengan beberapa pertimbangan-pertimbangan penulis sehingga dapat memenuhi data yang penulis butuhkan. Purposive sampling digunakan atas dasar; 1). Mendapatkan data kasus yang terbilang unik dan spesifik, 2) menyeleksi anggota populasi subjek

21 penelitian guna mendapatkan data yang akurat, 3) mengidentifikasi beragam informasi dengan investigasi yang mendalam (Neuman, 2007: 143).

Penulis menentukan kriteria subjek penelitian sebagai berikut: 1). Jawara asal Betawi asli; 2). Pedagang pangsi Betawi; 3). Masyarakat yang dibagi atas dua kategori yaitu masyarakat Betawi asli dan masyarakat di luar suku Betawi.

Kriteria tersebut sebagai acuan penulis guna mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai konstruksi sosial pangsi Betawi.

Disini penulis pertama-tama mencari pedagang yang berjualan pangsi

Betawi, kemudian di lain waktu penulis mendapatkan informasi tentang festival budaya Betawi tepatnya di daerah Condet, Jakarta Timur dan festival budaya

Betawi di daerah Kota Tua, Jakarta Barat. Kemudian setelah itu penulis mendatangi festival tersebut, penulis melakukan interaksi dengan masyarakat yang berkunjung ke festival tersebut dan mencari tahu melalui koordinator panitia penyelenggara festival tentang jawara Betawi yang bermain di panggung dan menggali informasi dari narasumber. Atas informasi dan observasi lapangan tersebut penulis menemukan informan mengenai profil informan sebagai berikut:

Tabel 2.I.H. Profil Informan

No. Nama Jenis Kelamin Posisi/ status 1. Ncang Ali Laki-laki Jawara Rorotan, pedagang pangsi dan pendiri Padepokan Macan Seliwa 2. Bang Yahya Laki-laki Jawara Condet dan Kepala Padepokan Rompes si Pecut 3. Bang Baim Laki-laki Pedagang pangsi Betawi 4. Ncang Hasnawi Laki-laki Pedagang pangsi dan jawara Tanah Kusir 5. Ncang Renai Laki-laki Jawara Rorotan 6. Ncang Ayyub Laki-laki Jawara Tanah Abang

22

7. Bang Ojih Laki-laki Jawara Condet 8. Babeh Wahid Laki-laki Masyarakat (suku Jawa) 9. Bang Jaka Laki-laki Masyarakat (suku Jawa) 10. Mpok Nisa Perempuan Masyarakat (suku Betawi) 11. Mba Lutfi Perempuan Masyarakat (suku Sunda) 12. Bapak Owi Laki-laki Masyarakat (suku Jawa) 13. Adi Laki-laki Masyarakat (Suku Betawi) 14. Mardanih Laki-laki Masyarakat(asal Karawang) 15. Tio dan Supri Laki-laki Murid Persilatan Macan Seliwa 16. Ncang Nur Fadillah Laki-laki Panitia Penyelenggara Festival Betawi Condet

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang telah dilaksanakan bertempat di Rorotan dan

Malaka Jakarta Utara, Condet Jakarta Timur, Kota Tua Jakarta Barat, dan

Marunda Jakarta Utara. Penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan mengenai fokus penelitian penulis yang ditujukan untuk melihat perkembangan pangsi Betawi. Selain itu, di wilayah-wiilayah tersebut juga terdapat jawara Betawi yang menetap di daerah tersebut.

4. Waktu Penelitian

Penelitian lapangan ini dilakukan kurang lebih selama lima bulan yang dilakukan pada bulan Juli, September, Oktober, November, dan Desember. Pada akhir bulan Juli penulis langsung melakukan observasi lapangan, awal Agustus peneliti mencari fokus penelitian yang sesuai dengan data yang didapatkan di lapangan dan terus berinteraksi dengan masyarakat. Seterusnya penulis menggali informasi mendalam terhadap informan-informan yang ada.

23

I. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam pengumpulan data yang digunakan untuk melihat indikator penelitian tersebut, dibagi menjad dua jenis data, ayitu:

1. Data primer, adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini

harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu

orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai

sarana mendapatkan informasi atau pun data (Narimawati, 2008: 98)

Data primer ini diperoleh atas dasar wawancara langsung dan observasi yang

dilakukan di lapangan. Pertama, wawancara. Dalam teknik wawancara ini

penulis mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada

informan. Bentuk wawancara ini terbagi dua yaitu 1). Wawancara terstruktur

dimana penulis menggunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan yang

telah penulis susun dan bantuan alat rekam, 2). Wawancara tidak struktur

dimana wawancara ini tidak terbatasi oleh struktur wawancara, jadi

wawancara ini dapat meluas dan tidak membatasi informan. Sehingga penulis

pun dapat menggali lebih jauh informasi-informasi yang didapat dari informan

untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang diteliti, seperti dengan

melakukan perkenalan diawal berlanjut dengan menanyakan point-point kunci

sesuai fokus kasus yang dicari penulis yaitu konstruksi makna pangsi Betawi.

Kedua, observasi. Menurut Susan dalam Sugiyono (2006) dalam observasi

partisipatif peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa

yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Adanya

24

pengambilan data melalui observasi dengan secara langsung ke lokasi

penelitian, penulis dapat melakukan pengamatan langsung sehingga dapat

memperoleh data mengenai permasalahan dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan penelitian. Penulis menggunakan observasi partisipatif

karena melalui observasi partisipatif ini diharapkan mendapatkan data yang

lebih lengkap dan akurat, serta adanya fakta bahwa penulis merupakan orang

Betawi yang hidup di lingkungan Betawi. Sedangkan observasi yang penulis

lakukan di lapangan yaitu mengenai realitas konstruksi pangsi Betawi melalui

kehidupan sehari-hari jawara Betawi dan pedagang pangsi Betawi.

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh untuk mendukung keperluan data

primer seperti buku-buku, literatur dan studi pustaka terkait. Dapat dikatakan

data sekunder bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan,

SMS, foto-foto, dan lain-lain (Arikunto, 2010:22).

Dalam data sekunder ini penulis menggunakan dokumentasi dimana

penulis menggunakan sumber-sumber tertulis yang berasal dari bahan-bahan

kepustakaan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian.

J. Metode Analisis Data

Setelah data dan informasi yang didapatkan telah cukup, data yang didapat selanjutnya dipilih dan disesuaikan dengan tema serta kondisi pada penelitian ini dengan menggunakan Reduksi data, kemudian data yang diperoleh tersebut ditelaah dan diolah dengan menganalisa lebih jauh dengan teknik deskriptif kualitatif yang diikuti dengan teori para ahli. Selanjutnya dengan penyajian data

25 berupa gambar, skema, dan tabel serta wawancara informan dan terakhir penarikan kesimpulan.

K. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah dalam memahami isi penelitian, maka penulis membuat sistematika khusus yang terdiri atas lima bab. Adapun sistematika penelitian tersebut sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan: Dalam Bab pendahuluan ini memaparkan

mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, definisi

konsep, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, metode

data dan sistematika penulisan.

BAB II Gambaran Umum: Dalam Bab gambaran umum ini dipaparkan

mengenai masyarakat Betawi yang ada di Jakarta baik

klasifikasi orang Betawi, religiuitas dan kehidupan sosial

masyarakat Betawi serta gambaran umum jawara Betawi.

BAB III Temuan Hasil Lapangan: Dalam Bab ini akan dipaparkan

mengenai transformasi perubahan makna jawara zaman

dahulu dan sekarang, macam-macam silat, kisah-kisah jawara

Betawi, serta simbol-simbol atribut yang dipakai oleh jawara

Betawi.

BAB IV Analisa Temuan Lapangan: Dalam Bab ini akan menjelaskan

mengenai analisa penulis mengenai proses konstruksi sosial

26

pangsi Betawi serta perubahan makna pangsi Betawi dan

dinamika internal serta eksternal pangsi Betawi.

BAB V Kesimpulan: Bagian penutup ini berisikan mengenai

kesimpulan dan saran. Kesimpulan menjelaskan ringkasan dari

hasil penelitian yang telah dilakukan, sedangkan saran

mengemukakan pendapat penulis mengenai hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

27

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT BETAWI DI IBUKOTA

A. Sejarah Singkat Kota Jakarta

Jakarta merupakan Ibukota Negara sekaligus sebagai pusat kegiatan bagi pertumbuhan ekonomi, industri, dan pembangunan. Sebelum menjadi kota yang besar seperti saat ini, Jakarta telah mengalami banyak hal dari awal pembentukannya mulai dari perebutan kekuasaan hingga pertumpahan darah.

Abad ke-16 merupakan titik mulai perkembangannya ketika Portugis tertarik pada Pelabuhan Sunda Kelapa yang sejak abad ke-12 menjadi Pusat perdagangan penting di Nusantara. Kemudian Portugis melakukan perjanjian dengan Raja Padjajaran yang isinya mengizinkan Portugis membangun

Bentengnya di Sunda Kelapa. Saat itu arus kekuatan urbanisasi dimulai dan mengubah wajah asli Jakarta yang semula dengan potret Keraton menjadi kota berwajah “Eropa”.

Pelabuhan Kalapa banyak disinggahi Kapal-kapal dari berbagai daerah bahkan Kapal-kapal dari Asia pun tertarik untuk berlabuh. Misi yang dibawa orang-orang pun bermacam-macam seperti misi perdagangan dan ada pula yang berniat untuk menyebarkan paham religius seperti China dan India yang mengirimkan pendeta Hindu atau Budha, juga bangsa Arab dan Persia yang berdakwah menyebarkan Islam (Dimyati, t.tp: 63). Sejak saat itu takdir menjadi area yang diperebutkan oleh banyak pihak begitu melekat pada Sunda Kelapa.

28

Kemudian cengkraman Portugis nyata dengan mendirikan kantor perdagangannya di sana. Kerajaan Islam di Demak tidak rela dengan kondisi yang ada, kemudian mengirimkan bala tentaranya yang dipimpin oleh Fatahillah menantunya. Kemenangan berada dipihak Fatahillah dan kemudian ia mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya “Kemenangan yang Berjaya”, dalam bahasa Sansekerta Jayakarta berarti “Telah Membuat Kemenangan”

(Dimyati, t.tp: 65).

Oleh sebab itu sejak tanggal 22 Juni 1527 diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta sampai sekarang. Berganti masa ke masa penjajahan Belanda,

Jayakarta berganti nama menjadi Batavia (1619-1942). Batavia menjadi pemasuk pendapatan yang luar biasa untuk Belanda (h.47). Terakhir pada masa penjajahan

Jepang tepatnya tahun 1942, nama Batavia diubah menjadi nama Jakarta seperti yang kita kenal hingga saat ini. Sementara Sunda Kelapa disematkan menjadi nama Pelabuhan pada masa Orde Baru pada tahun 1974.

Sebelum Perang Dunia II tahun 1942, penduduk Jakarta hanya setengah jiwa kemudian tahun 1950-an Jakarta mulai dipadati penduduk. Tidak sampai satu dawarsa, penduduk naik dua kali lipat dengan fasilitas yang masih rusak, tiap tahun kebanjiran dan lalu lintas macet sementara penduduknya sudah sekitar 10 juta jiwa (Shahab, 2009). Komposisi penduduk tahun 1950-an mulai diwarnai multi etnis dan multi ras, karena masih banyaknya warga Belanda dan beberapa penduduk Eropa. Sejak tahun 1966 hingga sekarang, Jakarta semakin berkembang dan menjadi kota yang sangat modern dengan arus urbanisasi yang terus meningkat dan banyaknya bangunan-bangunan yang menjulang tinggi.

29

B. Orang Betawi

1. Definisi Betawi

Menurut Yasmine Z. Shahab (2004, x) bahwa tidak ada definisi tunggal yang mendefinisikan Betawi sebagai etnis. Kata Betawi merujuk pada kata

Batavia, yaitu nama baru dari Jayakarta pada zaman J.P. Coen. Kata ini disebut pertama kali oleh Van Raay pada tahun 1619 dan berasal dari kata “Batawieren” yang berarti nenek moyang Belanda (Aziz, 2002: 73).1

Betawi merupakan suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta termasuk wilayah Jawa Barat yang disebut “Orang Betawi”, Melayu Betawi” atau orang Jakarta atau Jakarte menurut logat setempat. Dari kesukubangsaan, orang

Betawi yang berdiam di Jakarta memiliki latar belakang sejarah yang melewati rentang waktu yang panjang. Sejak lebih dari 400 tahun yang lalu, masyarakat

Betawi kemudian dikenal merupakan hasil dari proses asimilasi dari berbagai suku bangsa di Indonesia (Rosyadi, 2006: 212).

Sedangkan mengenai asal usul kata Betawi terdapat tiga versi yakni pertama, Betawi berasal dari kata Pitawi (bahasa Melayu Polynesia Purba) yang artinya larangan. Kata tersebut mengacu pada sebuah bangunan Candi Batu Jaya di Karawang. Candi tersebut adalah batas antara kota suci dan kota terbuka.

Kedua, berasal dari bahasa Melayu Brunei dimana kata Betawi digunakan untuk menyebut Giwang. Nama itu mengacu pada ekskavasi di Babelan, Bekasi. Banyak

1 Menurut Colen Brander, Batavia pertama kali digunakan untuk merujuk daerah benteng VOC yang berada di sungai Ciliwung. Kemudian kata Batavia merujuk ke beberapa tempat daripada sebelumnya. Pada saat ini, orang Betawi tidak hanya berada di Jakarta, dimana Batavia sebagai tempat yang pertama, namun orang Betawi telah menyebar ke Bekasi, Depok, dan beberapa bagian di Tangerang.

30 giwang yang berasal dari abad 11 M. Ketiga, Betawi berasal dari nama Flora

Guling Betawi (cassia glauca) atau tanaman perdu dengan ciri-ciri kayu bulat seperti guling dan mudah diraut serta kukuh. Batang tanaman ini sering dipakai untuk membuat gagang keris atau pisau. Versi inilah yang lebih dipercaya oleh para Sejarahwan karena nama-nama pepohonan banyak diambil untuk pemberian nama daerah di Jakarta seperti Gambir, Kreo, Bintaro, Condet, dll

(https://merahputih.com/post/read/ternyata-kata-betawi-berasal-dari-nama-pohon).

2. Pembentukan Karakter Betawi

Banyak versi tentang sejarah munculnya etnis Betawi di Jakarta.

Keberagaman versi telah dipublikasikan oleh peneliti lokal seperti Ridwan Saidi,

Yasmin Z. Shahab dan Prof. Dr. Parsudi Suparlan hingga Lance Castels dari

Australia.

Pada April 1967 di majalah Indonesia terbitan Cornell University,

Amerika, Castels mengumumkan penelitiannya mengenai asal-usul orang Betawi yang berjudul “The Ethnic Profile of Jakarta”. Dalam buku ini Lance Castles mengatakan bahwa Betawi adalah suku bangsa baru yang terbentuk di akhir abad

19 dari percampuran ras dan budaya sehingga terjadi peleburan identitas antara budak belian Belanda yang berasal dari daerah Timur Indonesia (Bali, Sulawesi

Selatan, Sumbawa, Flores, Sumba, Timor, Nias, Kalimantan dan Pampanga di kepulauan Luzon) serta para budak belian dari daerah Asia Selatan yaitu dari pantai Coromandel, Malabar, Bengal dan Arakan di Burma (Castles, 2007).

31

Berikut ini tabel yang disusun oleh Lance Castles dalam pencatatan tahun

1893:

Tabel 3.II.B. Penduduk Batavia dan Sekitarnya

Golongan Tahun 1673 1815 1893 Orang Belanda dan Indo 2.750 2.028 9.017 Orang China 2.747 11.854 2.659 Orang Mardjikers 5.362 Orang Arab 318 Orang “Moors” 6.339 119 2.842 Orang Jawa (termasuk Orang 3.331 Sunda) Orang-orang Sulawesi Selatan 4.139 Orang Bali 981 7.720 7.221 Orang Sumbawa 232 Orang Ambon dan Banda 82 Orang Melayu 611 3.155 Budak 13.278 14.249 JUMLAH 32.068 47.211 10.69 Sumber: Parsudi Suparlan, 1996. Antropologi Perkotaan.Latar Belakang Budaya Orang Betawi. Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.h.4-7 (tidak diterbitkan). Penelitian Castles sebagai dasar penelitian lanjutan yang dilakukan oleh

Yasmine Z. Shahab (Castles, 2007) memperkirakan etnis Betawi terbentuk antara

1815-1893. Zaman Belanda, pemerintah melakukan sensus berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Pada tahun 1930, kategori orang Betawi ada sebagai kategori baru dalam sensus tahun itu. Jumlahnya sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia saat itu.

Versi lain oleh Ridwan Saidi (oleh J.J Rizal dalam Kampung Betawi,

2008), Saidi menentang pendapat Castles. Menurut Ridwan orang Betawi bukanlah orang “kemaren sore”. Tidak membenarkan jika ada yang mengatakan orang Betawi itu keturunan budak yang didatangkan Kompeni untuk mengisi

32 intramuros alias kota benteng Batavia. Orang Betawi telah ada jauh sebelum J.P.

Coen membakar Jayakarta tahun 1619 dan mendirikan di atas reruntuhan Batavia.

Sejarah kedatangan penduduk dari luar Jakarta terbukti dari munculnya berbagai nama daerah yang menggunakan nama asli etnis di Jakarta seperti

Kampung Melayu, Kampung Bandan, Matraman, Kampung Makassar, Kampung

Jawa, Kampung Bali, dan sebagainya. Kemudian yang banyak penduduknya melebur menjadi orang Betawi. Cukup banyak orang Betawi yang berasal dari

Bali, terbukti banyaknya kosa kota bahasa Betawi yang berasal dari bahasa Bali seperti tumben, totok, topeng, godot, begadang, tonggos, dan lain-lain. Juga akhiran –in di belakang kata kerja seperti masukin. Ini pernah diteliti oleh Kay

Ikranegara tahun 1970-an (Lubis, 2008: 69).

Tahun 1961, suku Betawi mencakup kurang lebih 22,9% dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu, karena proses asmilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang pulalah suku Betawi hadir di bumi Nusantara (Kanumosoyo dalam Castles, 2007).

3. Klasifikasi Orang Betawi

Berdasarkan dialeknya, orang Betawi yang tersebar dibedakan menjadi

Betawi Tengah, Betawi Pinggir, Betawi Udik, dan Betawi Pesisir (Shahab dalam

Prabowo, 2003) antara lain:

a. Betawi Tengah, mendiami wilayah sekitar Gambir, Menteng, Senen, , Sawah Besar, dan Taman Sari.

33

b. Betawi Pinggir, mendiami wilayah sekitar Pasar Rebo, Pasar Minggu, Pulo Gadung, Jatinegara, Kebayoran, Condet dan Mampang Prapatan. c. Betawi Udik, mendiami wilayah sekitar Cengkareng, Tangerang, Batu Ceper, Cileduk, Ciputat, Sawangan, Cimanggis, Pondok Gede, Bekasi, , Kebayoran Lama, Cilandak, Keramat Jati, dan Cakung. d. Betawi Pesisir, mendiami wilayah sekitar Teluk Naga, Mauk, Japad, Tanjung Priuk, Marunda, Kalapa, dan Kepulauan Seribu.

Berdasarkan kebudayaan, Betawi dibagi menjadi dua yaitu Betawi Tengah

(Betawi Kota) dan Betawi Pinggiran yang pada masa pemerintahan Hindia

Belanda disebut Betawi Ora. Dalam bidang kesenian, masyarakat Betawi Kota menikmati keroncong Tugu, Gambus, Qasidah, orkes Rebana. Mereka menggemari cerita bernafaskan Islam seperti cerita Seribu Satu Malam. Dalam bidang kesenian, mereka menikmati keroncong Tugu. Dialek Betawi Kota bervokal akhiran e seperti kenapa menjadi kenape (Purbasari, 2010: 3).

Sedangkan Betawi Pinggiran (Udik/Ora) terdiri dari dua kelompok yaitu pertama, kelompok dari bagian Utara dan Barat serta Tangerang yang dipengaruhi oleh kebudayaan Cina. Kedua, kelompok dari bagian Timur dan Selatan Jakarta,

Bekasi, dan Bogor yang dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat Sunda.

Umumnya, Betawi Pinggiran berasal dari ekonomi kelas bawah yang bertumpu pada bidang pertanian dan berpendidikan rendah, namun pada perkembangannya masyarakat Betawi Pinggiran mengalami perubahan baik pola pekerjaan dan pendidikan yang lebih baik. Dalam bidang kesenian, yang dihasilkan adalah

Gambang Kromong, Lenong, Wayang, Topeng, dan lainnya. Mereka menyenangi cerita seperti Sam Kok dan Tiga Negeri (pengaruh Tionghoa). Dialek Betawi

34

Pinggiran tidak terdapat perubahan vokal a menjadi e, misalnya: kenapa menjadi ngapa. Keberadaan dan kebudayaan disebabkan oleh banyak faktor seperti perbedaan latar belakang sejarah, ekonomi, sosiologi, dan etnis (h.3).

4. Jumlah Populasi orang Betawi

Tabel 4.II.B. Jumlah Populasi Orang Betawi Tiap Wilayah Di DKI Jakarta Wilayah Persentase Daerah Populasi dan daerah Populasi konsentrasi orang Betawi (dalam persen) Jakarta Barat 31%  Kecamatan yang penduduknya dominan orang Betawi dari total populasi komposisi etnis: Kebon Jeruk (41.6%) dan Kalideres (40.3%).

 Kecamatan yang merupakan daerah konsentrasi orang Betawi dari total luas wilayah: Cengkareng (21.1%) dan Kalideres (21.2%). Jakarta Utara 18.7%  Kecamatan yang penduduknya dominan orang Betawi dari total populasi komposisi etnis: Kepulauan Seribu (82.3%)

 Kecamatan yang merupakan daerah konsentrasi orang Betawi dari total luas wilayah: Cilincing (27.8%) Jakarta Selatan 35.5%  Kecamatan yang penduduknya dominan orang Betawi dari total populasi komposisi etnis: Jagakarsa (46.7%)

 Kecamatan yang merupakan daerah konsentrasi orang Betawi dari total luas wilayah: jagakarsa (15.7%) Jakarta Timur 29.8%  Kecamatan yang penduduknya dominan orang Betawi dari total populasi komposisi etnis: Cipayung (41%)

 Kecamatan yang merupakan daerah konsentrasi orang Betawi dari total luas wilayah: Cakung (19.3%). Sumber: Shahab, dalam Prabowo (2003)

35

Kemudian data BPS tahun 2010 menunjukkan jumlah populasi Betawi tersebar ke seluruh wilayah di Jakarta yang disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5. II. B. Jumlah Penyebaran Suku Betawi

Wilayah Jumlah suku Betawi Kepulauan Seribu 8.765 Jakarta Selatan 659.593 Jakarta Timur 795.772 Jakarta Pusat 302.229 Jakarta Barat 677.441. Jakarta Utara 257.733 JUMLAH 2.701.533 Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 2010

5. Identitas Etnis Betawi

Ciri khas yang menjadi suatu identitas bagi etnis Betawi yaitu dapat dilihat dari segi bahasa atau penggunaan dialek, desain rumah, mata pencaharian, hingga kehidupan kemasyarakatannya. Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnik baru muncul setelah didirikan Perkoempoelan Koem

Betawi oleh tokoh masyarakat Betawi Moh. Hoesni Thamrin tahun 1923, dengan didirikannya perkumpulan tersebut, maka muncul kesadaran bahwa mereka tergolong sebagai orang Betawi. Menurut Suparlan dalam (Suparlan, 1996: 4-10) gambaran ciri-ciri identitas etnis Betawi sebagai berikut:

“Penggunaan ciri-ciri yang menyolok dari kebudayaan bagi identitas etnik orang Betawi yang terwujud sebagai stereotip oleh golongan etnik lainnya sebenarnya telah dilakukan secara tidak sadar dan hanya untuk kepentingan kemudahan interaksi antar etnik yang menuntut adanya penempatan peranan dari masing-masing pelaku dalam stuktur interaksi, baik secara konsepsi maupun dalam kehidupan yang nyata.”

36

Berikut ini pembahasan mengenai ciri khas identitas etnis Betawi sebagai

berikut:

5.1 Bahasa dan Dialek Betawi

Ciri pelafalan atau tata ucapnya ditandai dengan banyaknya ditemukan vokal e pada kosa katanya contohnya seperti pada kata: ape, ade, aye, dan lain- lain (Muhadjir, 2000: 62). Selain itu ciri khas lainnya adalah suffiks -in di akhir kata (ibid: 64). Contohnya rasain, bayarin, shalatin dll. Pada tataran kalimat yakni menggunakan kata sambung seperti dong, deh, kok, si, kek, dll (ibid: 65).

5.2 Kuliner

Beragamnya kuliner Betawi menandakan bahwa etnis Betawi memang sangat terbuka dengan berbagai kebudayaan, namun tetap ingin mempertahankan budaya aslinya. Inilah yang kemudian menjadikan kuliner Betawi sangat beragam tapi tetap tidak melepaskan karakter kuliner Betawi. nama kuliner yang unik adalah sayur babanci, dan sayur belande kecebur, juga mengindikasikan sikap humoris orang Betawi. beragamnya bahan dan rempah yang digunakan untuk memasak mengindikasikan orang Betawi dinamis dan mudah menerima orang asing. Misalnya sayur pucung, birpletok, soto tangkar, dan sayur asem

(Suswandari, 2016).

5.3 Bentuk Rumah

Zaman dahulu perkampungan yang ditinggali orang Betawi berupa rawa- rawa. Hal itu menyebabkan rumah berbentuk panggung. Dalam bahasa Betawi, kawasan publik yang berupa ruang tanpa dinding ini kawasan amben, ruang

37 tengah yang didalamnya ada kamar yang disebut pangkeng, paling belakang adalah dapur atau srondoyan. Terdapat kesakralan dalam arsitektur Betawi yakni konstruksi tangga yang diistilahkan balaksuji. Sayangnya ini agak sulit ditemukan di rumah Betawi. rumah darat kadang-kadang juga punya, jika lantaran “kultur rumah panggung”, membuat pemilik rumah sengaja meninggikan lantai rumahnya dari permukaan tanah sekitar kemudian membuat balaksuji, tangga menuju rumah

(Betawi: 15).

5.4 Profesi

Orang Betawi seperti di Kampung Kemanggisan dan sekitar Rawabelong banyak yang berprofesi sebagai sebagai petani kembang (anggrek dan kamboja jepang). Secara umum banyak yang menjadi peternak, guru, ustad, pengajar dan tenaga pendidik antara lain K.H. Djunaedi, dan K.H, Suit. Selain menjadi tenaga pengajar ada pula yang menjadi pedagang dan pembatik termasuk yang banyak digeluti (http://jakartasehat.pedia.id/asal-usul-betawi.html).

5.5 Perilaku dan Sifat

Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi yang jarang berhasil baik dalam segi ekonomi maupun pendidikan nyatanya tidak lah benar. Beberapa dari mereka terbilang berhasil seperti tokoh Benyamin Sueb, M. Husni Thamrin, dan Fauzi Bowo. Beberapa hal yang positif dari orang Betawi antara lain jiwa sosial mereka yang tinggi, meskipun terkadang dalam beberapa hal memiliki gengsi yang tinggi, dan cenderung tendesius (ibid).

38

5.6 Kepercayaan

Sebagian besar orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen, Protestan, dan Katolik hanya sedikit, diantara suku

Betawi yang beragama Kristen ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduudk lokal dengan bangsa Portugis. Komunitas

Portugis sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta

Utara. Mereka lebih baik mati bunuh diri daripada terpaksa melepas status sebagai seorang pemeluk agama Islam.

Perilaku yang dilarang untuk dilakukan demi usaha memgejar pahala dalam Adi (2010) yaitu tidak melukai dan merugikan orang lain, mabuk, judi, zinah, mencuri, melawan orang tua, tidak sembahyang-mengaji, dan riba. Maka dari itu penting bagi orang Betawi untuk memperdalam ilmu agama.

5.7 Kaitan Religiuitas Islam dan Kehidupan Betawi

Masyarakat Betawi kebanyakan adalah pemeluk agama Islam yang taat.

Oleh karena itu, tata cara kehidupan mereka sehari-hari pun bernafaskan Islam.

Islam memang sejak lama telah mewarnai kehidupan penduduk Batavia. Terdapat tiga fase yang menunjukkan eksistensi Islam di Batavia, pertama saat Sunda

Kelapa berhasil ditaklukkan oleh Fatahillah. Pada fase ini seluruh kehidupan sosial, ekonomi, politik di Jayakarta didasari pada ajaran Islam dan mendapat pengawasan langsung dari Kesultanan Cirebon (Iqbal, 2002: iii). Kedua, sejak banyaknya Masjid dan pusat-pusat kegiatan Islam yang didirikan pada abad ke 18

M (Azis, 2002: 45). Ketiga, semakin populernya penggunaan bahasa Melayu

39

Betawi pada abad ke 19. Penggunaan bahasa Melayu Betawi ini berkaitan erat dengan proses Islamisasi orang Betawi. Mereka tidak hanya menggunakan bahasa

Melayu menjadi bahasa komunikasi sehari-hari, tetapi juga mereka telah menagdopsi Islam sebagai pandangan hidup.

Betawi dan Islam memang merupakan dua sisi dari sebuah mata uang

(Shahab, 2004: 119). Peran Islam yang signifikan dan pengaruhnya pada setiap kehidupan masyarakat Betawi nampak pada peneguhan identitas Betawi dengan

Islam. Beberapa contoh bagaimana agama Islam menyatu dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

 Apapun yang sedang mereka lakukan, bila waktu shalat tiba mereka menghentikan kegiatannya  Bila ada anggota keluarga atau kerabat yang meninggal dunia diusahakan dikubur hari itu juga  Bagi anak keluarga yang memiliki anak gadis yang sudah cukup dewasa harus segera dinikahkan  Tuan rumah akan memberi suguhan kepada tamu sesuai kemampuan  Dalam bersalaman, mereka lebih dahulu mengulurkan tangan dan paling akhir menariknya.

Ciri khas masyarakat Betawi asli dapat dilihat pada masyarakat yang tinggal di Pesisir Utara, mulai dari Pesisir Bekasi sampai Teluk Naga Tangerang di bagian Selatan Condet, Pasar Minggu, dan perbatasan Kabupaten Bogor. Selain itu banyak juga yang berdiam diri di Tanah Abang, Kebon Jeruk, Kebayoran

Lama dan Cileduk Tangerang (https://www.scribd.com/doc/76409570/Betawi).

40

Dalam perspektif masyarakat Betawi, orang Betawi yang telah melaksanakan ibadah haji tingkatan status sosialnya dalam masyarakat menanjak naik dibandingkan statusnya sebelum berangkat menunaikan haji. Pandangan orang-orang Betawi terhadap orang yang telah berhaji disematkan dalam status sosial dengan sebutan atau panggilan “Haji”. Status sosial yang dianggap terhormat menjadikan salah satu faktor pendorong terkait keutamaan orang-orang berhaji dalam masyarakat Betawi. Naiknya status stratifikasi sosial seseorang bukan hal utama dari esensi berhaji, status tersebut hanya sebagai bentuk dari apresiasi masyarakat agar semangat orang-orang lainnya dapat tercapai.

Pelaksanaan prinsip bisa pergi haji, pertama dilakukan dengan rajin bekerja, mengumpulkan uang yang didapat sedikit demi sedikit dicelengin

(ditabung), hingga jumlahnya cukup untuk melaksanakan ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima. Dengan adanya prinsip bisa pergi haji, anak

Betawi menjadi rajin bekerja karena jika mereka bermalas-malasan mereka tidak akan mempunyai uang yang banyak untuk membiayai perjalanan ibadah haji

(Chaer, 2012: 7).

Selain itu adanya kepercayaan atau pituah yang berlaku di masyarakat

Betawi, dimana ketika orang yang baru saja pulang dari tanah suci diyakini masih bersama malaikat karena itu orang-orang berebut mencium tangan orang yang berhaji dengan tujuan mendapat keberkahan dan berharap keberkahan tersebut akan pindah ke orang yang mencium tuan haji tersebut (nular pergi haji).

Kemudian kepercayaan bahwa peci putih dianggap sangat suci dan dijunjung tinggi oleh karena itu peci putih hanya dipakai oleh orang-orang yang sudah

41 pernah merasakan ke Mekkah atau tanah suci, diibaratkan untuk memakai peci putih sama dengan seseorang yang ingin memiliki pangkat harus diuji terlebih dahulu sebagai contoh anggota Kopasus yang ingin mendapatkan baret, harus diuji dan berjalan ke Gunung untuk mendapatkan baret tersebut.

Jika seseorang mengenakan peci putih namun belum pernah pergi haji maka ia akan sangat malu dan mendapat stigma jelek dari masyarakat.

Kepercayaan masyarakat pada tingginya nilai peci putih mengindikasikan bahwa orang yang berhaji memang benar-benar niat karena Allah. Akan tetapi dalam masa sekarang makna dan kepercayaan tersebut bergeser seiring perkembangan zaman, hal itu disebabkan karena sebagian besar masyarakat generasi sekarang tidak mengerti makna sesungguhnya dari peci putih sehingga mereka tidak menjaga nilai tersebut yang kemudian memakai dan tidak merasa malu meskipun belum pernah pergi haji.

Pada awal tahun 1990-an hingga sekarang prinsip gigih berhaji seakan memudar berganti dengan sebutan “Haji Meteran” yaitu orang yang tidak ingin bersusah payah mengumpulkan uang dan akhirnya menjual tanahnya untuk pergi haji. Sebab salah satu faktor utama itulah sebagian besar orang Betawi sudah tidak memiliki tanah lagi padahal orang Betawi terkenal dengan “Juragan Tanah” dahulunya. Kalimat ungkapan “biar tekor, asal kesohor” seolah menjadi bagian dari prinsip masyarakat Betawi.

Lain hal dalam segi kebudayaan dan kesenian Betawi keduanya tumbuh dan berkembang beriringan. Dalam menjalani kehidupan setidaknya ada tiga hal

42 yang dianggap penting dalam masyarakat Betawi yaitu Khitanan, kawinan, dan kematian. Adat hidup yang banyak bertopang pada agama Islam sekaligus ritual yang sarat unsur agamisnya.

5.7 Sistem Kemasyarakatan

Dalam Adi (2010), kehidupan sehari-hari hubungan antara sesama warga dapat tercermin dalam hubungan keluarga dimana anak-anak patuh terhadap orang tuanya karena pada masyarakat Betawi orang yang lebih tua sangat dihormati.

Sebagai adat kebiasaan pada masyarakat Betawi, bila mereka saling bertemu dengan anggota warganya selalu saling menyapa. Begitu juga dengan hidup bertetangga, mereka memegang teguh adat tradisi dalam kebiasaan memberi sedekah atau punjungan makanan kepada para tetangga di waktu tertentu misalnya hajatan perkawinan atau sunatan.

5.8 Media Sosialisasi

Orang tua, pranata pendidikan (madrasah, pesantren), aktivitas keagamaan

(pengajian), dan main pukul (silat Betawi). bagi orang Betawi pranata pendidikan berbasis agama seperti pengajian, madrasah dan pesantren serta kesenian Main pukul merupakan media trasnfer ilmu akidah. Disini orang Betawi meyakini bahwa ketika berbuat baik tidaklah perlu mengharapkan pamrih mereka cukup berpegang pada keyakinan bahwa Allah sudah memberikan ganjaran tersendiri bagi orang yang berbuat kebaikan dan dipetik di akhirat (ibid).

43

C. Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan

Betawi

Dalam Peraturan Daerah tentang pelestarian kebudayaan Betawi ini terdapat 10

Bab dan 49 pasal yang menjelaskan tentang pelestarian kebudayaan Betawi. Berikut ini penjelasan isi Perda tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi secara umum sebagai berikut:

Kebudayaan suatu bangsa merupakan indikator dan mencirikan tinggi atau rendahnya martabat dan peradaban suatu bangsa. Kebudayaan tersebut dibangun oleh berbagai unsur, seperti bahasa, sastra dan aksara, kesenian, dan berbagai sistem nilai yang tumbuh dan berkembang dari masa ke masa.

Kebudayaan Nasional dibangun atas berbagai kebudayaan daerah yang beragam warna dan corak, sehingga satu rangkaian yang harmonis dan dinamis. Oleh karena itu, tidak disangkal bahwa bahasa, sastra, aksara, kesenian, dan nilai tradisi budaya Betawi merupakan unsur penting dari kebudayaan yang menjadi rangkaian kebudayaan nasional.

Nilai-nilai dan ciri budaya kepribadian bangsa merupakan faktor strategis dalam upaya mengisi dan membangun jiwa, wawasan dan semangat bangsa Indonesia sebagaimana tercermin dalam nilai-nilai luhur Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945.

Kebudayaan Betawi merupakan bagian dari budaya nasional dan sekaligus menjadi aset nasional memiliki nilai dan norma sosial budaya yang melandasi pemikiran dan prilaku warganya. Sikap dan filosofi hidup orang Betawi diekspresikan dalam keyakinan, kesenian, kesusastraan, kenaskahan, dan adat istiadat. Orang Betawi mengintegrasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga Islam menjadi jati diri orang Betawi. ajaran itu dinyatakan dalam kesenian, kesusteraan, kenaskahan dan

44 adat istiadat.

Sikap dan filosofi hidup masyarakat Betawi yang memiliki nilai-nilai kehidupan bermasyarakat yang luhur dan sangat penting untuk dipelihara, dilestarikan, dan diwariskan kepada generasi penerus, dan harus dipertahankan keberadaannya walaupun terjadi perubahan global.

Berdasarkan hal-hal sebagaimana tersebut di atas, dan mengingat kebudayaan

Betawi termasuk di dalamnya kesejarahan, kepurbakalaan, kesenian, kenaskahan, kebahasaan, adat istiadat, dan falsafah hidup benda-benda yag bernilai budaya Betawi merupakan kebanggaan masyarakat Betawi yang mencerminkan jati diri masyarakat

Betawi, maka perlu dilakukan serangkaian upaya dalam rangka melestarikan dengan kegiatan untuk melindungi, mengembangkan kebudayaan Betawi, yang pada akhirnyadiharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan peranan nilai-nilai budaya tersebut dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan, kelangsungan pembangunan dan peningkatan ketahanan daerah serta nasional, mendorong upaya mensejahterakan masyarakat, sekaligus menunjang dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk turut serta dan bertanggungjawab dalam menjaga serta memelihara kebudayaan Betawi. agar pelestarian kebudayaan Betawi dapat dilaksanakan dan berjalan sebagaimana diharapkan, perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

Inti perhatian yang berkaitan dengan skripsi penulis yaitu berkenaan dengan busana pangsi Betawi yang ada dalam Perda tentang Pelestarian

Kebudayaan Betawi tersebut setidaknya tertuang dalam pasal-pasal sebagai berikut:

45

Tujuan Pelestarian Kebudayaan Betawi untuk: a. Melindungi, mengamankan, dan melestarikan budaya Betawi; b. Memelihara dan mengembangkan nilai-nilai tradisi Betawi yang merupakan jati diri dan sebagai perlambang kebanggaan masyarakat Betawi dalam masyarakat yang multikultural; c. Meningkatkan pemahaman kesadaran masyarakat terhadap kebudayaan Betawi; d. Meningkatkan kepedulian, kesadaran, dan aspirasi masyarakat terhadap peninggalan budaya Betawi; e. Membangkitkan semangat cinta air, nasionalisme, dan patriorisme; f. membangkitkan motivasi, memperkaya inspirasi, dan memperluas khasanah bagi masyarakat dalam berkarya dalam bidang kebudayaan; dan g. Mengembangkan kebudayaan Betawi untuk memperkuat jati diri kebudayaan nasional.

BAB IV PENYELENGGARAAN PELESTARIAN Bagian Kesatu Umum Pasal 9 Pelestarian Kebudayaan Betawi diselenggarakan melalui: a. Pendidikan b. Perlindungan c. Pengembangan d. Pemanfaatan e. Pemeliharaan dan f. Pembinaan, pemantauan, dan evaluasi.

Pasal 10 Penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ditujukan pada unsur: a. Kesenian

46

b. Kepurbakalaan, c. Permuseuman d. Kesejarahan, e. Kebahasaan dan kesusastraan f. Adat istiadat g. Kepustakaan dan kenaskahan h. Perfilman i. Pakaian adat j. Kuliner k. Ornamen/arsitektur dan l. Souvenir/cinderamata.

PASAL 29 Pemerintah Daerah bersama-sama dengan tokoh masyarakat Betawi menetapkan antara lain: a. Pakaian adat Betawi dan kelengkapannya b. Ornamen/arsitektur khas Betawi pada bangunan c. Upacara perkawinan adat Betawi d. Bahasa Betawi e. Souvenir/cinderamata, dan f. Kuliner.

PASAL 30 (1). Penggunaan pakaian adat Betawi, dipakai pada: a. Peringatan Ulang Tahun Kota Jakarta b. Lebaran Betawi, dan hari kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu minggu bagi Aparatur Pemerintah Daerah (2). Dalam rangka pelestarian dan pengembangan pakaian adat Betawi, Pemerintah Daerah bersama-sama tokoh masyarakat Betawi menetapkan jenis pakaian adat Betawi yang dapat digunakan dalam acara tertentu oleh warga masyarakat.

47

BAB III

JAWARA BETAWI

A. Transformasi Jawara

Gelar sebagai jawara dianggap sebagai suatu bentuk kehormatan sekaligus kebanggaan bagi seseorang yang menyandangnya. Sejatinya seseorang yang mendapatkan gelar jawara adalah ia yang memiliki keahlian bela diri. Biasanya jawara pada masa dahulu menggunakan keahlian bela dirinya untuk perbuatan amar ma’ruf nahi munkar yaitu membantu rakyat kecil dan tertindas. Jawara merupakan sebuah simbol perlawanan heroik terhadap penjajah kolonial. Mereka sangat terkenal menguasai Pasar, parkiran, dan sering berkelahi melawan musuh- musuh, terlebih jika bertemu dengan Perguruan silat orang yang sebutannya

“maen pukul” tersebut kudu “disambut”. Makna sambut dalam bahasa jawara artinya wajib berkelahi (kudu berantem) tujuannya tidak lain untuk membuktikan siapa yang lebih jago dan hebat, selain itu akan membuat namanya terkenal di mata masyarakat.

Keberpihakan pada pada rakyat kecil yang tertindas membuat jawara dicintai rakyat, keberadaannya sangat dibutuhkan untuk melindungi rakyat yang terjajah. Jawara sangat mudah dikenali hanya dengan pakaian khas yang dikenakannya yakni pakaian pangsi sebagai wujud identitas dan kepercayaan diri ketika memakainya.

Seiring berjalannya waktu, makna kata jawara mengalami pergeseran setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, jawara yang biasanya suka berkelahi

48 melawan kompeni Belanda saat ini lebih kepada makna ja-wa-ra artinya “Jauh- jauh Nyari Sodara”. Seperti yang dilontarkan oleh Ali Pangsi sebagai berikut:

Kemana aja kita kembangin dan kita cari persaudaraan. Jawara dulu sama sekarang beda-beda kalo dulu emang sistemnya engga ada hukum, ibarat mukul matiin orang engga masalah. Kalo sekarang intinya kita ngatain orang aja masuk buih bisa dibendeh. Jawara sekarang artinya jauh-jauh nyari sodare (wawancara pada 26 Jui 2017). Pergeseran fungsi jawara saat ini lebih kepada sebagai alat persatuan untuk menjaga daerah kampungnya masing-masing dan lebih terorganisasi dimana mereka memiliki organisasi persatuan jawara sebagai wujud keakraban, persatuan dan menjalin persaudaraan. Berikut tabel kriteria perbedaan jawara dahulu dan jawara zaman sekarang:

Tabel 6.III.A Kriteria Jawara Jawara Zaman Dahulu Jawara Zaman Sekarang

Membantu rakyat yang tertindas Tidak lagi membantu rakyat yang tertindas setelah kemerdekaan, rakyat tidak lagi dikuasai Belanda Suka berkelahi dengan musuh Menjalin hubungan baik untuk mendapatkan persaudaraan Menguasai tempat-tempat seperti Pasar, Memegang wilayah Kampung tempat Parkiran, Kampung dll tinggal di daerahnya masing-masing Suka adu keahlian ilmu untuk Menjadi palang pintu di acara-acara membuktikan siapa yang lebih ahli atau Kebetawian seperti Pernikahan orang jago dalam ilmu bela diri yang Betawi, Khitanan, Acara Festival bertujuan agar namanya terkenal Budaya, dll. Rata-rata dari mereka mampu sendiri Sebagian besar jawara tergabung atau bisa berkelompok seperti Pitulung dengan Ormas seperti FBR, selain itu tujuh atau Pitung mereka membentuk Persatuan Jawara. Identik dengan berpakaian pangsi Pangsi yang dipakai bervariasi warna hitam warnanya karena sekarang sudah banyak pilihan warna.

Sumber: Data diolah oleh Penulis

49

B. Rekam Jejak Aliran Ilmu Silat Betawi

Pencak silat termasuk dalam seni bela diri yang merupakan salah satu tuntutan anak Betawi selain bisa ngaji dan pergi haji. Tari pencak silat sebenarnya hanya gerakan-gerakan “kembang” dari isi silat sebenarnya yaitu silat sebagai alat bela diri sedangkan tari pencak silat adalah sebuah pertunjukkan. Silat inilah yang diwariskan secara turun temurun hingga kepada generasi selanjutnya (Chaer,

2012: 203).

Dalam masyarakat Betawi memiliki keahlian bela diri merupakan kemustian atau kewajiban terutama untuk anak laki-laki Betawi. Sejak dahulu masyarakat Betawi memang dikenal dengan ilmu silat dan ngajinya. Pada masa pemerintahan Belanda remaja Betawi selalu dituntut untuk beribadah dan mempelajari ilmu bela diri karena pada masa penjajahan, anak Betawi dilarang keras berlatih silat maka yang dilakukan mereka hanya dua cara pertama, berlatih di malam hari dengan pakaian pangsi serba hitam tujuannya agar tidak terlihat, kedua, berlatih di dapur rumah masing-masing.

Dalam (Nawi, 2016:2) Kalapa berfungsi sebagai pelabuhan laut penting pada masa Kerajaan Tarumanegara karena itu selalu mendapat perlindungan militer Kerajaan Tarumanegara dari ancaman asing. Budaya ilmu bela diri pasukan Kerajaan Tarumanegara kemungkinan turut melandasi ilmu bela diri yang menjadi cikal bakal ilmu bela diri masyarakat Jawa bagian barat, termasuk masyarakat Betawi. Ketika Kalapa berubah menjadi Jayakarta dan berada di bawah pemerintah Kesultanan , peranan para praktisi ilmu bela diri sangat

50 besar dalam memperkuat pasukan Pangeran Jayakarta yang terkenal tangguh, meski tidak banyak. Diperkirakan tahun 1618 jumlah prajurit Jayakarta sekitar

6.000-7.000 orang (Tjandrasasmita, 1977: 14). Umumnya seorang praktisi ilmu bela diri yang mumpuni diangkat menajdi senopati, mengepalai beberapa prajurit, atau pengawal terdekat raja.

Pada masa Jayakarta beralih nama menjadi Batavia, tampuk pemerintah dipegang oleh kolonial Belanda lewat usaha dagang VOC (Vereniging Oost

Compagnie). Keberadaan pasukan pribumi Nusantara di tubuh VOC ikut andil dalam pembentuk ilmu bela diri di tanah yang kemudian dikenal bernama Betawi.

Awal keberadaan pasukan berjumlah 30 orang Ambon di tahun 1656, yang diangkut oleh Oudschoorn setelah berhasil mengakhiri perang di Kepulauan

Ambon sejak tahun 1630-an. Pasukan kecil dipimpin oleh Condottieri (kepala pasukan) Kapitan Tahalele dari Pulau Luhu. Dalam pasukan ini terdapat Jongker dari Suku Salehua di Tumalehu yang penduduknya beragama Islam. Jongker menggantikan Tahalele sebagai pimpinan. Berangsur menyusul pasukan pribumi lain dari Makassar, Bugis, dan Bali yang tentu saja membawa kebudayaan ilmu bela diri masing-masing. Belum lagi prajurit VOC seperti orang Moor yang ahli gulat dan pedang, Papanger (orang Pampanga di Luzon, Filiphina Selatan) dan serdadu Jepang (Nawi, 2016: 4-5).

Tahun 1628 dan 1629 Mataram Islam gagal melakukan penyerbuan ke

Batavia, banyak menyisakan prajurit-prajuritnya di Batavia. Prajurit yang berasal dari berbagai etnis enggan menetap dan kembali, hingga berkawin mawin dan berketurunan, yang mayoritas di sekitar daerah pinggiran Batavia. Sebagaimana

51 keberadaan etnis-etnis yang mendiami kota Batavia yang terus berevolusi pada waktu itu, ilmu bela diri yang dibawa mengalami proses pencairan identitas. Satu sama lain berevolusi dan berasimilasi membentuk identitas ilmu bela diri baru yang terlepas dari unsur ilmu bela diri aslinya. Memiliki banyak macam karakter dan penggayaan yang seolah-olah mewakili ilmu bela diri dari tiap-tiap etnis yang membentuknya, yang belakangan disebut sebagai pencak silat khas Betawi (h.6).

C. Atribut Busana Khas Jawara Betawi Sebagai Simbol

Sebagai identitas bahwa seseorang disebut jago, terdapat pakaian atau busana khusus yang sering kali dikenakan. Pada zaman dahulu para jagoan Betawi biasa memakai celana panjang berwarna krem atau kuning, jas tutup berwarna putih, bersarung ujung serang, peci hitam atau destar, kaki berterompah, dan golok yang disisipkan di pinggang tertutup jas. Atribut Betawi adalah pendukung atau penyokong penampilan yang memberikan kesan dan kekhasan seseorang yang dapat mengidentitaskan orang tersebut sebagai sang Jawara. Berikut ini atribut-atribut yang umumnya dipakai oleh jawara saat ini, antara lain:

1. Baju Pangsi

Busana khas jawara Betawi adalah baju pangsi, pangsi dianggap sebagai pakaian kebesaran orang Betawi. Awalnya baju pangsi terinspirasi dari film-film pendekar Betawi yang berpenampilan jawara seperti dalam tokoh Pitung. Kata pangsi bermakna celana ukuran besar, gede, atau komprang (dalam bahasa

Betawi).

52

Dahulu membeli pakaian terbilang masih sulit karena faktor ekonomi yang terbatas, pada waktu itu pakaian sangat mahal harganya, juga faktor jarak karena baju masih sangat jarang dijual dan jarak yang ditempuh relatif jauh. Untuk itu pangsi merupakan pilihan utama masyarakat Betawi, selain simple dan fleksibel dalam arti cocok dipakai dalam keadaan apapun terutama shalat.

Mengacu pada sejarahnya, baju pangsi hanya memiliki tiga warna yaitu warna merah, hitam dan ungu. Warna merah identik dengan tokoh Pitung, hitam identik Ji’ih dan ungu identik Jampang. Dalam versi lain hanya ada satu warna yaitu hitam karena mengacu pada kejawaraan sesungguhnya di Betawi. Pada dasarnya pangsi untuk pesilat memakai warna hitam. Seiring berjalannya waktu warna-warna pada baju pangsi mengalami perkembangan dan muncul berbagai warna-warna pilihan seperti warna hijau, biru muda, biru tua, orange, dll. Seperti yang dijelaskan Ali Pangsi sebagai berikut:

“Aslinya pangsi itu kaya film-film pendekar Betawi kaya Pitung, Ji’ih, Jampang mayoritas tiga warna. Item, merah ama ungu. Nah kalo warna-warna sekarang udah banyak kita ngembangin warna Betawi sekarang tuh modern gitu bukan Betawi jadul lagi kenanya”. (Wawancara pada 29 Juli 2017)

Untuk dapat melihat lebih jelas pemaknaan tentang pakaian pangsi yang dipakai oleh jawara ada dua kriteria yang dapat dibedakan yang terlihat dari kerapihan si pemakai. Apabila pakaian pangsi yang dikenakan keluar dan gesper di dalam, hal tersebut bermakna bahwa seorang jawara tersebut siap disambut.

Kata sambut dalam Persilatan Betawi artinya berduel atau beradu ilmu silat untuk mengetahui siapa yang lebih jago. Sedangkan apabila pakaian pangsi yang dikenakan rapih tidak keluar dan gesper atau sabuk yang dipakai di luar maka bermakna bahwa seseorang tersebut adalah pesilat tradisi Betawi.

53

Gambar 2.III.C. Pangsi di Luar Gambar 3.III.C. Pangsi di Dalam yang yang artinya siap berduel artinya pesilat Betawi

Sumber: Observasi 19 September 2017

2. Peci

Peci merupakan bagian dari atribut pakaian jawara, karena peci memiliki perlambang dan kekhasan dari orang Betawi. Lambang peci sangat melekat pada diri orang Betawi yang tidak jauh dari tiga kata yaitu shalat, silat, dan shalawat atau disingkat 3S. Baik sebodoh-bodohnya orang Betawi pasti dapat mengaji.

Dalam hal ini peci pada tahun 90-an memiliki makna yang berlaku antara jawara satu dengan jawara lainnya. Dalam cerita yang dikemukakan oleh Bang

Yahya bahwa peci memiliki pengaruh terutama memakai peci Ji’ih. Ketika seorang jawara memakai peci ini maka dia menandakan dirinya adalah seorang jawara yang bermakna bahwa ia siap untuk diadu atau ‘disambut’ oleh jawara lain. Sebagai contoh jawara Condet ke wilayah Senayan memakai peci Ji’ih maka jawara lain langsung mengenalinya sebagai jawara dan ‘kudu disambut’, namun tidak jarang orang yang memakai peci Ji’ih khususnya jawara memang bertujuan agar diajak ‘sambut’. Akan tetapi, makna tersebut telah bergeser akibat perubahan zaman.

54

Peci Betawi terbagi menjadi dua macam yaitu peci ji’ih dan peci kembang kol. Peci kembang kol hanya sebutannya saja dahulu yang membuat populer adalah si Pitung. Penamaan kembang kol karena motif pecinya berbentuk kembang kol. Peci jenis hanya untuk fashionable saja tidak memiliki makna seperti peci Ji’ih. Peci populer ciri khas Betawi juga terletak pada warnanya yaitu warna merah dan hitam.

Gambar 4.III.C. Peci Kembang Kol Gambar 5.III.C. Peci Jiih

Sumber: Observasi 19 September 2017

3. Sarung

Selain memiliki fungsi untuk shalat dan senjata pusaka sang jawara, sarung yang diletakkan di pundak menandakan seseorang tersebut berasal dari

Betawi udik. Sedangkan pemakaian sarung di pinggang artinya dari Betawi

Kulon. Umumnya zaman dahulu sarung yang diletakkan pada pundak bermakna ilmu kebatinnya sudah matang.

55

Gambar 6.III.C. Penampilan Jawara Zaman Dahulu

Sumber: Buku Prahara Tanah Tjondet oleh Muh. Yulius

Gambar 7.III.C Penampilan Jawara Zaman Sekarang

Sumber: Observasi 16 Desember 2017

4. Gesper atau Kopel

Gesper merupakan salah satu unsur penting dalam hal menentukan tingkatan ilmu sang jawara. Menurut informan Ali atribut yang menentukan tingkatan ilmu jawara bukan terletak pada warna bajunya melainkan pada warna gesper yang terdiri dari empat macam warna yaitu warna hijau, merah, hitam dan putih masing-masing memiliki maknanya, seperti pada tabel di bawah ini:

56

Tabel 7.III.D Tingkatan Ilmu Berdasarkan Warna Sabuk No. Warna Tingkatan Ilmu

1. Sabuk Hijau Pada tingkat ini sabuk hijau menandakan masih kelas bawah atau basic biasanya disebut murid. 2. Sabuk Merah Pada tingkat ini sabuk merah menandakan pelatih atau guru 3. Sabuk Hitam Pada tingkat ini sabuk hitam ini bermakna seorang jawara atau Guru besar. 4. Sabuk Putih Pada tingkat ini ilmu silat sang jawara sudah tinggi dan ilmu kebatinannya sudah benar-benar kuat. Sumber: Data Lapangan

Gambar 8.III.C. Gesper atau Kopel Persilatan Betawi

Sumber: Observasi 19 September 2017

5. Golok

Orang Betawi memiliki senjata khasnya yaitu golok Betawi. Golok bagi masyarakat Betawi dahulu, biasanya digunakan para jawara sebagai senjata

57 membela diri atau melawan penjajah. Sedangkan di rumah fungsi golok sebagai alat yang membantu dalam pekerjaan di ladang dan memotong hewan.

Masyarakat Betawi membagi golok dalam dua kategori yaitu golok kerja

(gablongan bendo atau golok dapur) biasanya untuk keperluan rumah tangga kedua golok simpenan (sorenan). Golok sorenan dibedakan menjadi dua yaitu

‘sorenan simpanan’ dan untuk memotong hewan dan ‘sorenan pinggang’ untuk bela diri atau biasanya golok ini hanya disimpan dan mendapat perlakuan khusus.

Sedangkan dalam tradisi Betawi terdapat tiga jenis golok, yaitu:

1. Golok Gobag: baha utama golok gobag ini adalah tembaga. Bentuk dari

golok gobak ini cenderung pendek. Golok gobag memiliki bentuk ujung

yang rata serta melengkung di bagian punggung golok.

2. Golok Ujung Turun: golok ujung turun memiliki ujung lancip. Biasanya

golok ini menggunakan wafak (ukir) pada bilahnya serta terdapat ukiran

hewan pada gagangnya. Adapun gambar hewan yang diwafak digolok

mencerminkan kepercayaan orang Betawi akan hewan yang dianggapnya

keramat. Hewan yang paling dikeramatkan misalnya macan. Golok jenis

ini sering dibawa dan diselipkan di sarung jawara.

3. Golok Betok (badik-badik). Golok ini mempunyai bentuk pendek sama

seperti golok gobag dan berfungsi sebagai senjata pusaka. Golok ini

sering dibawa jawara bersama golok ujung turun. Orang Betawi

menganggapnya pisau serut.

58

Gambar 9.III.C. Golok Betawi

Golok Gobag Golok Ujung Turun

Sumber: Observasi 19 September 2017

6. Cincin Batu Pandan

Cincin batu pandan merupakan salah satu pakaian atau ciri khas orang Betawi.

Batu pandan pun bermacam-macam seperti cincin batu pandan merah (batu pandan kapas. Jika mengikuti tradisi dahulu cincin batu ini bisa terdapat khodam di dalamnya seperti macan, dan lain-lain. ada pula seperti yang dialami bang

Yahya,saat membangun Padepokan Silat secara tidak sengaja beliau mendapatkan cincin berjumlah dua yang didapat dari dalam tanah tersebut, penemuan cincin tersebut karena beliau sering melakukan tarikat malam.

Gambar 10.III.C. Cincin Batu Khas Betawi

Sumber: 19 September dan 02 Oktober 2017

59

7. Gelang Bahar

Gelang bahar merupakan gelang penghias yang biasanya dipakai oleh jawara Betawi. Gelang bahar terbuat dari akar karang dan mengambilnya pun cukup sulit karena diambil dari akar di pedalaman laut. Cara mengambilnya pun tidak asal, bila melihat akar ini kita disebutkan harus berpura-pura tidak sengaja mengambilnya dalam bahasa Betawi “ngambilnya harus meleng” dan dikagetin.

Jika tidak maka akar tidak bisa dipetik dan akar tersebut semakin terikat dan semakin susah untuk diambilnya.

Fungsi asli gelang bahar adalah untuk pengobatan biasanya untuk orang tua yang sakit encok, asam urat, untuk melancarkan haid, pegal-pegal, dll, sampai sekarang gelar bahar masih dipakai dan dipercaya dapat membantu menyembuhkan penyakit tersebut. Gelang bahar merupakan salah satu jenis binatang yang hidup di Kedalaman laut. Arti bahar adalah Laut, untuk itu gelang ini dinamakan gelang bahar. Gelang bahar yang dipakai pun masih hidup meski telah dipanaskan berkali-kali, semakin lama dipakai manfaatnya dapat masuk ke dalam pori-pori. Umumnya gelang ini cocok untuk orangtua bagi yang mudah pegal-pegal dan lelah. Untuk wanita saat haid gelang ini sangat bagus untuk memperlancar haid, dan penyakit dalam seperti asam urat.

Gambar 11.III.C. Gelang Bahar

Sumber: Observasi 19 September dan 02 Oktober 2017

60

8. Pin Betawi

Pin Betawi merupakan bagian dari atribut kekhasan penampilan sang jawara. Pin yang terpasang di peci merupakan lambang dari seorang jawara. Pin

Betawi dibagi menjadi dua yaitu pin golok dan pin kujang. Pin golok merupakan kekhasan kental yang menandakan seseorang tersebut jawara Betawi biasanya pin golok dipakai di daerah Jakarta. Sedangkan pin kujang mayoritas dipakai di daerah Bekasi, pinggiran Kerawang, Depok, Tangerang, Bogor, dan Banten karena daerah tersebut mendapat pengaruh Sunda.

Gambar 12.III.C. Pin Betawi

Sumber: Observasi 19 September 2017

(a). Kiri adalah pin golok (b). Kanan adalah pin kujang

9. Sendal Jiih

Penamaan sendal Jiih karena pada zamannya yang membuat populer sendal ini adalah Jiih yang merupakan bagian dari Pitulung Tujuh. Bahan dari sendal Jiih ini adalah karet ban yang didaur ulang.

Gambar 13.III.C. Sendal Jiih

Sumber: Observasi 19 September 2017

61

BAB IV

KONSTRUKSI MAKNA PANGSI JAWARA BETAWI

Dalam bab sebelumnya, penulis telah menjelaskan paparan temuan data di lapangan mengenai kostum pakaian pangsi Betawi serta makna yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, dalam bab ini penulis akan lebih menganalisa dan mengaitkan kenyataan sosial yang terdapat dalam kostum pakaian pangsi Betawi mengacu pada temuan data tersebut.

A. Pangsi Betawi Sebelum Adanya Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi

Pakaian dapat mempresentasikan diri seseorang dan status sosial yang mereka miliki, contohnya melalui pangsi. Saat itu pangsi diidentikkan sebagai pakaian masyarakat kelas bawah, hal ini dikarenakan sebagian besar pakaian pangsi dikenakan oleh masyarakat dengan status ekonomi rendah. Sedangkan jaskoko dan beskap diidentikkan sebagai pakaian masyarakat kelas atas, karena jaskoko dan beskap hanya dikenakan oleh masyarakat dengan status ekonomi atas seperti bangsawan (menir) Belanda dan petinggi jawara.

Seperti penuturan dari bang Baim mengatakan bahwa “jas koko biasanya kalo jaman dulu itu bangsawan yang pake jadi kalangannya bukan menengah ke bawah, tapi menengah ke atas” (wawancara pada 29 Juli 2017).

“Beskap itu termasuk dewan... kalo itu dulu kenaikan pangkat yang pake kalangan penggede dulu itu istilahnya orang ngelawan niup aja mental kita yang dipake menir beskap kalo orang petinggi cirinya begitu, engga diliat dari pangsi keliatan orang beradanya itu pertama, kedua kalo dia berkecimpung di dunia persilatan dia udah termasuk ini jendral yang pake kalo sekarang buat laki perempuan dia buat pemandunya” (Bang Yahya, wawancara pada 02 Oktober 2017).

62

Pangsi dan jaskoko atau beskap sama-sama merupakan pakaian, namun pakaian tersebut sengaja dikonstruksi agar terlihat mana kalangan atas dan mana kalangan bawah dengan menggunakan tolak ukur pangsi dan jaskoko.

Sebagaimana yang tersirat bahwa fashion dan pakaian merupakan bagian dari proses yang di dalamnya dikonstruksi pengalaman kelompok-kelompok sosial atas tatanan sosial. Status sosial seseorang tidak bisa lepas dari apa yang namanya status ekonomi. Menurut Roach dan Eicher dalam Barnard (2011: 90-91) menghias seseorang bisa merefleksikan hubungan dengan sistem produksi, yang merupakan karakteristik ekonomi tertentu dimana orang itu tinggal. Fashion dan pakaian merefleksikan bentuk organisasi ekonomi tempat seseorang hidup di samping merefleksikan statusnya dalam ekonomi itu. Aspek pakaian dan fashion bisa digambarkan sebagai penandaan ekonomi.

Dari keterangan di atas maka jelaslah pada masa penjajahan, pakaian dan fashion dijadikan sebagai penanda kelas sosial seseorang, dan kerap membuat penilaian terhadap nilai sosial atau status orang lain berdasarkan apa yang dipakai orang tersebut (Barnard, 2011: 86). Ada banyak bahasa busana yang berbeda, yang masing-masing memiliki kosa kata dan tata bahasanya masing-masing (h.

39-40). Fashion sebagai identitas menentukan posisi dan peran seseorang dalam kelompok sosial tertentu.

Awalnya pakaian pangsi hanya memiliki dua variasi warna yaitu warna merah dan hitam, kedua warna tersebut masing-masing memiliki makna yang berbeda seperti bang Baim berikut ini:

63

“Kalo untuk warna baju pangsi dan peci dulunya di sejarah itu, warna merah itu mengibaratkan tamu, hitam itu tuan rumahnya atau yang punya wilayahnya, jadi kalo ada orang pake baju warna merah pangsi kan, ente dari mana mau ke mana gitu tapi yang item itu identik tuan rumah kalo untuk warna-warna yang laen itu seni. Itu jatohnya warna yaa, jadi kalo ada yang jualan pangsi tapi dia ga ngerti berarti dia engga baca sejarah gitu kan” (wawancara pada 29 Juli 2017). Seseorang dapat diidentifikasi dari warna pangsi dan peci yang dipakai, yang memberikan kesan makna siapa orang tersebut. Artinya jika ia memakai pangsi senada dengan warna peci berwarna merah dapat dimaknai ia adalah seorang tamu, dan jika ia memakai pangsi dan peci berwarna hitam dapat dimaknai ia adalah seorang tuan rumah atau tuan wilayah di daerah tersebut.

Sedangkan menurut ncang Hasnawi makna pakaian pangsi memang ada namun hanya satu warna yaitu hitam yang berarti mengacu pada kejawaraan sesungguhnya.

“....Biasanya kalo kita mengacu dulu mengacu sejarah baju pangsi itu cuma satu warnanya item karena mengacu kejawaraan sesungguhnya untuk Betawi ya, .., tapi pada dasarnya pangsi untuk pesilat itu warnanya hitam pake baju hitam- hitam” (wawancara pada 29 Juli 2017). Fashion pakaian juga melibatkan tanda dan kode. Tanda adalah material atau tindakan yang menunjuk pada ‘sesuatu’, sementara kode adalah sistem dimana tanda-tanda diorganisasikan dan menentukan bagaimana tanda dihubungkan dengan yang lain. Sesuai dengan pernyataan Fiske (1990) bahwa komunikasi atau interaksi sosial dapat dilakukan melalui pesan. Hal inilah yang menyebabkan segala macam atribut yang kita pakai dapat memiliki makna tersendiri baik itu berupa bahan pakaian, jenis pakaian, warna pakaian hingga aksesoris yang dikenakan.

64

Saat masa penjajahan berganti tepatnya setelah kemerdekaan, pangsi dianggap sebagai pakaian tradisional keseharian orang-orang Betawi. Pangsi biasanya dipakai saat berladang, berkebun, ke Sawah, dan belajar silat. Hal ini dirasakan oleh ncang Hasnawi yang saat kecil sering melihat orangtua Betawi berpakaian pangsi.

“....Dulu saya sering liat engkong, baba, orang-orang gitu pake pakaian pangsi, emang pada dasarnya pangsi itu pakaian tradisional masyarakat yang sering ke kebon, sering ke sawah, coba liat pakaian dia kalo ke kebon pasti pakaiannya begini (pangsi) kenapa? Biar lebih gampang bukanya kalo gerah itu doang. Jadi orang Betawi dulu pake pakaian pangsi tetapi buat orang yang ke kebon, ke sawah, sama maen silat gitu” (wawancara pada 29 Juli 2017). Pakaian pangsi umumnya dipakai oleh seluruh masyarakat utamanya orang tua Betawi, sehingga disini pangsi belum dipandang sebagai fokus dari ciri identitas pakaian jawara. Pangsi umumnya lebih dinilai sebagai bagian dari ciri khas berpakaian masyarakat Betawi saat itu.

1. Pangsi Sebagai Trend Kuno

Seiring perkembangan zaman menuju era modern, pangsi bergeser dan digantikan oleh industri pakaian kaos. Kaos ini muncul antara akhir abad 19 hingga awal abad ke 20 dan menjadi populer di kalangan anak muda pada paruh kedua era 1950-an (Bangsawan, 2014: 29), sehingga pangsi hanya dipakai oleh orang tua Betawi dan jawara Betawi.

Sebelum munculnya Perda mengenai pelestarian kebudayaan Betawi, seniman dan penggiat pencak silat Betawi sempat meredup dikarenakan tidak adanya dukungan baik dari pemerintah maupun masyarakat yang memadai untuk

Betawi tampil di permukaan, begitu juga dengan pakaian pangsi yang dinilai

65 sebagai pakaian kuno dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Seperti yang diceritakan informan Ali berikut ini:

“...Emang seni budaya khususnya tradisi penampilan orang Betawi di sini mati lima tahun yang lalu. Tadinya kita sebelum dagang disini dagangnya di Terminal Priuk, di Terminal Priuk itu kaga jalan sama sekali satu pun orang kaga ada yang engeh karena di Jakarta Utara mayoritas kita apa namanya penduduknya Betawinya tinggal 3.5%, asli pendatang semua apa aja ada di Jakarta Utara khususnya pendatang apa aja suku apa aja di Jakarta Utara. Jadi Betawinya kita berpenampilan pangsi juga itu pada diketawain dikatain norak termasuk warga Betawi asli sinih, kita dagang beginian aja tuh dikatain, dikatainnya dagang baju begituan mana laku, baju orang dulu, karena dia kaga tau budaya” (wawancara pada 26 Juli 2017). Saat tengah berbincang-bincang dengan ncang Ali ternyata beliau merupakan salah satu jawara di Jakarta Utara yang sekaligus berdagang pangsi

Betawi, bahkan sebelum muncul Perda beliau sudah berdagang pangsi di daerah

Terminal Tanjung Priuk, Jakarta Utara tahun 2011. Selama berdagang pakaian pangsi di tempat tersebut, usahanya tidak mengalami perkembangan yang pesat, jarang sekali orang yang membeli pakaian pangsi yang ia jual bahkan bukannya mendapat keuntungan, beliau justru mendapat celaan oleh orang-orang yang melihatnya berjualan pangsi dengan nada meremehkan “dagang baju begituan mana laku? Baju orang dulu”. Akhirnya karena tidak mengalami perkembangan beliau mencoba pindah ke daerah Rorotan, Jakarta Utara tahun 2012.

Pada tahun-tahun tersebut pangsi memang masih dipandang sebelah mata, hal ini diperkuat dengan pendapat masyarakat khususnya kaum muda yang mengatakan bahwa pakaian pangsi tidak modern dan tidak nge-trend. Seperti yang diungkapkan mba Lutfi (22) bahwa “pangsi itu yang pakaian jadul ya? Kalo kata anak jaman sekarang mah engga nge-trend mba” (wawancara pada 19

66

November 2017). Menurut pandangan mba Lutfi pangsi dinilai sebagai pakaian zaman dahulu dan tidak ng-trend lagi pada masa sekarang, sebabnya pangsi tidak mengikuti model dan motif sebagaimana model anak muda saat ini. Sedangkan menurut Adi (24) sebelum Perda diberlakukan mengatakan “awalnya pakaian pangsi modelnya biasa saja jadi kurang tertarik mau membeli engga belajar silat juga” (wawancara pada 19 November 2017). Juga mpok Nisa (38), “keliatannya norak yaa, masih aja dipake gitu modelnya juga begitu-gitu aja” (wawancara pada 16 Desember 2017). Sedangkan menurut babeh Wahid (suku Jawa) sebelum adanya kebijakan pemerintah, pangsi belum banyak dikenal oleh masyarakat selain Betawi.

“Kalo sebelum adanya istilah-istilah jawara yaa yang pas belum ada kebijakan pemerintah itu saya pikir menurut saya yaa banyak yang belum tahu pangsi itu apa, tidak terkenal gitu ibaratnya jadi asing juga dan kalo beli emang buat apa?tau sih tau ya cuman engga ngerti toh sekarang banyak kaos” (wawancara pada 30 Oktober 2017). Dari keterangan ncang Ali, mba Lutfi, Adi, mpok Nisa dan babeh Wahid menunjukkan bahwa makna pakaian pangsi sebelum adanya Perda memiliki berbagai macam makna yaitu pertama, pakaian pangsi dipandang sebelah mata oleh masyarakat khususnya kalangan muda yang beranggapan bahwa pakaian pangsi sudah tidak nge-trend dan kuno di zaman yang serba modern ini. Sejatinya fungsi pakaian adalah melindungi tubuh dari cuaca panas maupun dingin. Namun seiring perjalanan waktu modernitas tidak dapat dielakkan sehingga muncul berbagai macam pilihan fashion dan trend yang lebih menarik dan sudah menjadi sifat alamiah manusia mencoba sesuatu yang baru.

67

Kedua, model pakaian pangsi yang sederhana membuat pangsi tidak memiliki daya tarik. Meskipun Adi berasal dari suku Betawi ia lebih suka model baju kemeja atau kaos dengan motif terkini. Ia pun belum berminat untuk belajar silat dan membeli pangsi saat itu. Mode fashion dapat berubah dengan pengaruh invansi teknologi yang semakin modern. Dominasi anak muda secara tidak langsung juga mempengaruhi gaya berbusana masyarakat umum, demikian budaya memakai celana jeans dan kaos oblong yang sedang populer.

Ketiga, karena kurangnya sosialisasi pengetahuan mengenai kebudayaan daerah kepada masyarakat khususnya kebudayaan Betawi, salah satunya adalah pakaian pangsi ini maka pangsi masih terlihat asing sehingga membuat minat dari masyarakat untuk membeli masih menurun.

B. Munculnya Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi

Setelah mengetahui makna mengenai pakaian pangsi Betawi yang ada di masyarakat sebelum adanya Perda tentang pelestarian budaya Betawi, disini penulis akan menganalisa lebih jauh mengenai kenyataan realitas sosial yang dibagi dalam tiga tahap proses sosial yaitu tahap eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi dengan menggunakan teori konstruksi sosial pemikiran Peter L.

Berger dan Thomas Luckmann.

1. Tahap Eksternalisasi

Pada proses pertama yaitu eksternalisasi seperti yang diungkapkan Berger, bahwa manusia mengeksternalisasi dirinya karena manusia menunjukan dirinya

68 melalui aktivitas. Ini sudah menjadi sifat mendasar manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat di mana ia berada.

1.1. Mendirikan Konveksi, Memodifikasi, dan Berdagang Pangsi Betawi

Jawara Betawi adalah bagian dari para penggiat-penggiat seni kebudayaan salah satunya dalam bidang silat Betawi, mereka memiliki beberapa organisasi seperti FBR, FORKABI, dan MPKB (Majelis Pesilat Betawi) sebagai simbol persaudaraan dan persatuan jawara. Tujuan umum para jawara Betawi adalah ingin melestarikan dan mempertahankan budaya Betawi khususnya silat dan kostumnya pangsi yang sudah hampir punah.

“The Ongoing outpouring of human being into the world, both in the physical and the mental activity of people”.

Dalam hal ini sebagian besar jawara Betawi melakukan upaya untuk melestarikan pangsi Betawi diantaranya adalah dengan memproduksi sekaligus berdagang pangsi. Seperti yang dikemukakan oleh Ali, Hasnawi, dan Baim yang memiliki tujuan sama dalam berdagang yakni utamanya untuk melestarikan budaya Betawi, salah satunya melalui kostum pakaian pangsi ini dan beberapa ornamen Betawi lainnya. Bagi mereka dengan berdagang pangsi dengan tujuan tersebut adalah sebagai bentuk rasa cinta pada budayanya yaitu Betawi. Ali dan

Hasnawi memiliki background jawara karenanya mereka pun ingin melestarikan

Betawi melalui pakaian pangsi dengan cara mendirikan konveksi, memproduksi, dan menjualnya langsung bahkan telah merambah ke dunia online.

69

Dunia manusia adalah dunia yang dikonstruksikan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Tak berhenti dengan mendirikan konveksi para produsen pangsi pun melakukan eksternalisasi dengan melakukan kegiatan memodifikasi variasi warna pada pakaian pangsi namun tetap mempertahankan style pada pakaian pangsi.

“Nah kalo warna-warna sekarang udah banyak kita ngembangin warna, Betawi sekarang tuh modern gitu bukan Betawi jadul lagi kenanya” (Ncang Ali wawancara pada 26 Juli 2017). Pada awalnya pangsi hanya memiliki dua warna yaitu merah dan hitam.

Untuk mendongkrak pakaian pangsi maka variasi warna-warni pangsi sangat penting dengan tujuan untuk menarik minat pembeli dengan menyediakan beragam varian warna yang menarik dan mencolok seperti warna hijau, ungu, biru, pink, orens, putih, kuning, coklat cream dan lain-lain.

Pemilihan warna-warna yang cerah dan terkesan ngejreng pada pakaian pangsi dapat terikat dengan pola perilaku masyarakat Betawi sebagai simbol orang Betawi yang memiliki sifat ceria dan jenaka. Hal ini sekiranya sesuai dengan pendapat Ian Paterson (2004:3) bahwa warna adalah singkatan yang kuat untuk menyampaikan ide-ide dan informasi. Hal ini diperkuat dengan penelitian

(Budiyono, 2016) yang meneliti klasifikasi warna masyarakat Betawi di Marunda,

Jakarta Utara. Hasil penelitiannya adalah bahwa masyarakat Betawi memiliki penggolongan warna berdasarkan 11 kategori yaitu buah, alat berat, minuman, makanan, bagian tubuh, bagian mobil, warna, wajah, alam, tingkat kecerahan, dan tumbuhan. Namun penyebutan tingkat kecerahan paling dominan di semua warna.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Betawi melihat warna berdasarkan tingkat kecerahan yaitu tua dan muda.

70

Pagelaran Design Week yang berisi tentang talkshow berjudul Psikologi

Warna pada Bangunan Betawi (31 Juli-2 Agustus 2015) oleh Kristin, menjelaskan bahwa warna-warni dalam etnis Betawi menjadi merah yang memiliki karakteristik passion, kemauan yang besar dalam belajar, dan dinamis.

Warna kuning yang melambangkan harmoni, biru artinya konservatif, putih artinya murni dan religius, dan hitam yang artinya petualang, imajinatif, dan misterius. Jika dihubungkan dengan perilaku masyarakat Betawi, warna-warni ini bisa diindikasikan sebagai perilaku yang senang berkelompok, supel, mudah bergaul, dan jujur atau mudah berterus terang. (Ikatan Arsitek Indonesia Jakarta,

Stasiun Beos Jakarta: 31 Juli-02 Agustus 2015, tersedia dalam papasemar.com/menelaah-budaya-betawi-dari-psikologi-warna-dan-bentuk- bangunan/).

Dalam perkembangannya modifikasi warna tersebut diikuti oleh orang lain dan menyebar ke seluruh produksi pakaian pangsi. Meskipun style yang ada pada pakaian pangsi tidak boleh diubah untuk menunjukkan keidentikkan dan ciri khas pangsi.

“...Baju pangsi orang Betawi makanya baju pangsi sebenernya engga boleh ada bordiran karena identik. Kalo bordiran berarti udah laen lagi jatohnya . Kalo dari dulu model baju pangsi emang engga ada perubahan” (informan Baim wawancara pada 29 Juli 2017).

71

Gambar 14.IV.B. Warna Pangsi Masih Dua Warna

Pangsi Hitam Pangsi Merah

Sumber: Observasi 19 September 2017

Gambar 15.IV.B. Warna-warni Pangsi Sekarang

Sumber: Observasi 19 September 2017

Varian atribut pangsi selanjutnya adalah peci, umumnya peci yang dipakai oleh masyarakat Betawi adalah peci polos atau sebutannya peci Ji’ih. Dahulu sebelum tahun 1990 peci Ji’ih dimaknai untuk mencari lawan beradu ilmu.

“...itu begitu betawi 90 ke bawah kalo jawara bisa berantem pake peci begini misalnya dari Condet nih maen ke Senayan jagoan Senayan siapa emang sengaja nyari jagoan Senayan” (wawancara bang Yahya pada 02 Oktober 2017).

72

Pada masa sekarang makna peci Ji’ih dianggap tidak lagi berlaku, karena telah mengalami pergeseran makna yang disebabkan perubahan zaman serta berlakunya hukum sehingga jawara tidak lagi menggunakan keahlian bela diri untuk berantem tetapi keahlian tersebut lebih dijadikan sebagai simbol persatuan dan persaudaraan antara jawara satu dengan jawara yang lain. Peci Ji’ih merupakan peci khas dari jawara masa lampau, nama Ji’ih diambil dari salah satu tokoh jawara Betawi bernama Roji’ih, karena masyarakat Betawi suka menyingkat kata maka kata Roji’ih disingkat menjadi Ji’ih sehingga kita mengenalnya dengan sebutan peci Ji’ih. Kemudian peci berkembang dan memunculkan peci dengan motif baru dengan nama kembang kol. Sebutan kembang kol karena motif peci yang berbentuk bunga itu mirip dengan tanaman kembang kol. Biasanya peci kembang kol ini sering dipakai oleh masyarakat

Betawi khususnya jawara kalangan usia tua.

“Kebanyakan yang pake kembang itu orangtua pake pantesnya bukan anak muda bukan ABG bukan anak-anak kalo sekarang kalo dulu engga tau dah kalo buat sekarang kalo yang berhubungan dengan orang tua itu pantesnya yang ada kembang kembangnya” (ncang Ali, wawancara pada 19 September 2017). Selain pangsi dan peci, kegiatan modifikasi juga dilakukan pada sarung.

Saat ini sarung atau selempang jawara sudah banyak tersedia motif, corak, dan warna-warni yang menggambarkan khas kebetawian salah satu contohnya adalah motif ondel-ondel dan batik. Hal ini dilakukan agar atribut pangsi dapat berkembang dan modern serta menarik minat masyarakat.

73

Gambar 16.IV.B. Sarung/ Selendang Motif Batik

Sumber: sewabusanabetawi.blogspot.co.id/2012/05/selendang-batik-cukin.html?m=1

Gambar 17.IV.B. Sarung/ Selendang Motif Ondel-Ondel

Sumber: Observasi 16 Desember 2017

Pengaruh kebijakan tentang pelestarian kebudayaan Betawi berdampak pada meningkatnya minat masyarakat salah satunya pesilat Padepokan dan

Persilatan. Selain itu kewajiban berpakaian adat Betawi diberlakukan bagi pegawai pemerintahan. Penjual pangsi merasakan perbedaan setelah kebijakan tersebut diberlakukan yakni pangsi menjadi laris dan permintaan pesanan

74 meningkat. Banyak diantara mereka yang berminat untuk membeli seperti yang diungkapkan ncang Ali sebagai berikut:

Hampir semua suku udah, bukan cuma orang Betawi aja tapi non Betawi juga, ya karena ada tradisi Betawi yang emang lagi bener-bener naek dan diliatnya juga penampilan begini praktis kaya gini dan buat olahraga juga enak karena celananya gede, dari semua kalangan ya alhamdulillah aparat, apalagi pegawai negri itu udah diwajibin seminggu bisa 2x atau sekali. Yang perempuan kadang kebaya sama gamis. Hampir semua suku juga, cuma kalo perbedaan di suku yang laen perbedaannya hanya di peci aja. Karena kalo peci dari dulu emang melambangkan orang Betawi ga jauh dari 3S. Shalat, silat, shalawat. Ngajinya itu pasti. Segebleg-gebleknya orang Betawi ngajinya bisa gitu (wawancara pada 29 Juli 2017). Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kini peminat pangsi tidak hanya dari suku Betawi saja, namun menarik minat suku-suku lain di luar

Betawi untuk membeli pangsi. Begitu juga dengan bang Baim yang pernah mendapat pesanan atribut peci yang dianggap sebagai sebagai simbol oleh-oleh khas Jakarta.

“Non Betawi ada pernah ada yang borong peci saya tuh buat ke Cirebon untuk oleh-oleh, buat bangga gitu mereka dari Jakarta, sekodi gitu...karna dia juga ingin meramaikan budaya Betawi juga dia harusnya ikut serta gitu, jadi buat oleh-oleh karna di sana ga ada. Peci merah ini adanya cuma di sini ijo, merah cuma disini aja” (wawancara pada 29 Juli 2017).

Saat ini mereka merasakan adanya peningkatan baik dari omset dan meningkatnya pesanan. Kira-kira omset yang didapatkan jika 1x membuka stand pada saat event berkisar Rp. 18 juta seperti yang dialami ncang Ali. Pada hari biasa rata-rata penghasilan Rp.1 juta dan Rp.3-4 juta dari harga pangsi kisaran antara Rp.150-170 ribu untuk satu stelnya. Usaha pakaian pangsi kini berjalan bahkan telah merambah ke dunia maya sebagai contoh ncang Ali yang memiliki cabang di daerah Bekasi dan saat ini telah merambah bisnis online yang dikerjakan oleh karyawannya. Tidak hanya Ali, Hasnawi pun melakukan hal yang

75 sama yaitu dengan membuka toko secara online dan usahanya dapat dilihat di youtube dengan sandi “pangsi di pinggir jalan”. Dengan kemajuan teknologi yang ada semakin memudahkan mereka terlebih jika ada acara Festival, penjualan makin tinggi dan tidak menutup kemungkinan omset yang didapat semakin berlipat dibanding hari biasa.

1.2.Mendirikan Padepokan dan Mengajar Silat

Selain melakukan kegiatan berdagang, kegiatan rutin yang dilakukan sebagian besar jawara Betawi yang penulis temui adalah berlatih dan mengajar silat kepada murid-murid di Padepokan. Silat sudah menjadi suatu tradisi bagi mereka, sebelum kemerdakaan faktor kewajiban mempelajari silat adalah untuk melawan penjajahan Belanda. Sebagaimana dalam (Chaer, 2012: 203), Pencak silat termasuk dalam seni bela diri yang merupakan salah satu tuntutan anak

Betawi selain bisa ngaji dan pergi haji juga harus bisa bela diri. Silat inilah yang diwariskan secara turun temurun hingga kepada generasi selanjutnya. Mirisnya pada tiga dawarsa terakhir silat mengalami kepunahan (destroy gradual change).

Sebelum Betawi naik seperti saat ini, silat Betawi tidak begitu banyak yang melirik. Padahal dahulunya silat Betawi merupakan suatu kebanggaan dimana silat diikutsertakan dan dipertandingkan di PON VIII tahun 1973 (IPSI,

Kejuaraan Putra Betawi, Desember 1987). Karena itulah para penggiat silat

Betawi tidak ingin jika silat warisan khas Betawi punah kembali.

Sebenarnya ada aturan bahwa silat Betawi hanya boleh diwariskan pada satu garis keturunan saja, tanpa mendapatkan mandat dari pencipta jurus silat

76 tersebut maka tidak diperbolehkan untuk diajarkan selain pada keturunannya.

Artinya silat Betawi tidak diperuntukkan diajarkan kepada orang lain, sebagai contoh ncang Ali yang mengalami kejadian sebelum akhirnya mendapat mandat untuk mengajar silat.

Sebelum membuka Padepokan, Ali sempat mengalami kejadian seperti mati suri karena tanpa seizin dari abahnya, beliau mengajarkan silat pada keponakannya dan setelah itu, beliau mengalami mati suri pada tahun 2005.

Kejadian itu dialami cukup lama bahkan berbulan-bulan hingga kemudian melalui perantara, beliau dirukyat dan disyariatkan oleh abah dan gurunya. Setelah sembuh, diceritakanlah sebab musabab ncang Ali mengalami hal tersebut.

Sebabnya adalah bahwa (alm. Sesepuh) yang mempunyai silat macan seliwa itu sangat marah karena tanpa seizinnya ncang Ali dianggap lancang mengajarkan ilmu silat tersebut kepada orang lain. “Itu silat tradisi betawi kalo belom dapet mandat untuk ngajar itu jangan sekali-kali karena tarohannya nyawa akan kemakan sama ilmu lu sendiri itu traumanya” (wawancara pada 19 September

2017). Kemudian beliau mengutarakan niat baiknya untuk mengembangkan silat tersebut tujuannya adalah untuk mengembangkan budaya Betawi dari silat tersebut, karena niat baik beliau akhirnya diberi kesempatan oleh abahnya, setelah itu ncang Ali terlebih dahulu menjalankan peraturan berupa amalan-amalan untuk mendapatkan mandat yaitu dengan melakukan tawasulan rasulan dimana doa yang dipanjatkan harus sampai pada pendahulunya yang pertama kali menciptakan silat macan seliwa, kemudian membaca surat Al-Fatihah.

77

“...Karena silat tradisi betawi silat khusus keturunan itu pake tawasulan rasulan doanya tuh gini seumpama ncang ncang bisa berkat siapa babeh, babeh juga berrkat siapa engkong, engkong juga berkat siapa buyut, buyut berkat siapa. Itu itu yang namanya silat tradisi keturunan tawasulan itu kita tawasulin dari alfatehahin dari asli yang punya ini bin ini ini bin ini itu namanya asli silat tradisi keturunan ilmunya pun begitu sesuai kalo maenan ncang masih asli keturunan ncang. (Wawancara pada 19 September 2017). Berdasarkan uraian di atas kita dapat melihat bagaimana mereka ingin terus mempertahankan tradisi tersebut sebagai sesuatu yang harus ada dalam prosesi menjalankan amanat silat tradisi Betawi sehingga silat tradisi begitu kental dan sarat dengan makna filosofi yang indah yang tentunya harus dilestarikan agar terjaga kelangsungannya meskipun dengan sedikit sentuhan magis di dalamnya.

Niat yang mengakar atas dasar mencintai budaya Betawi dan keinginan mengembangkan budaya selain dengan menjual pangsi, diimplementasikan juga dengan membuka Padepokan, dengan membuka Padepokan gerak untuk melestarikan silat pun lebih leluasa. Ncang Ali akhirnya dapat membuka

Padepokan silat dan beliau pun menjadi kepala dari dua Padepokan yang beliau dirikan yaitu di Jakarta dan Bekasi sekaligus guru besar Silat Macan Seliwa meskipun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah dalam mendirikannya.

“2006 ncang dicoba ama orang luar ama orang Jawa Timur ncang disantet kena tuh lagi kerja enak2 ncang, seluruh badan seluruh pori-pori keluar darah ncang ke dokter di suntik 3x jarumnya patah kaga dipegang dari jam 12 sampe jam 5 subuh darah bukan darah yang keluar darah warna pink ini ncang cerita aja sejarah ncang ngembangin ternyata ini ujian gua ngembangin budaya gua udah dicoba diapain aja sama orang” (wawancara Ncang Ali, pada 19 September

2017). Sedangkan bang Yahya, jawara Condet memiliki tujuh cabang Padepokan

78 yang berpusat di Condet. Cabang-cabangnya diantaranya daerah Ayamah,

Olahraga, Cililitan, Lubang Buaya, Pengadegan, Kampung Jawa, dan Kebagusan.

Padepokan ini dinamakan Rompes si Pecut. Bang Yahya merupakan Kepala

Padepokan sekaligus Guru Besar silat Rompes si Pecut menggantikan almarhum gurunya.

Kegiatan di Padepokan masing-masing adalah mengajarkan seni silat yang masing-masing mempunyai guru khusus tergantung tingkat kesulitan masing- masing. Padepokan Rompes si Pecut contohnya memiliki kurang lebih 800 murid yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, anak kecil usia 5 tahun, remaja hingga dewasa usia 50 tahunan. Dalam mengajarkan ilmu silat ini, baik dari ncang Ali dan bang Yahya menerapkan ilmu yang telah ditanamkan sejak kecil yaitu ikhlas dan slogan yang selalu mereka ikuti yaitu “jadilah padi, semakin berisi semakin merunduk”. Semakin tinggi ilmunya maka semakin rendah hati, nilai-nilai inilah yang ditanamkan juga kepada murid-muridnya agar kelak ketika merasa telah memiliki ilmu yang mumpuni mereka tidak menjadi orang yang sombong. Begitu juga murid-murid yang mereka ajarkan tidak dimintai uang untuk membayar para guru-gurunya. Semua yang mengajarkan ilmu silat baik di Padepokan Ali dan

Yahya tidak memungut biaya kecuali iuran seikhlasnya khusus untuk keperluan mereka sendiri apabila anggotanya ada yang sakit atau mengalami musibah.

Penerapan ilmu ikhlas dalam mengajarkan ilmu telah tertanam sejak kecil ajaran guru masih melekat di hati mereka dan karena bertujuan untuk mengembangkan budaya.

79

“Engga dimintain bayaran ka kita gratis” (informan Tio dan supri, wawancara pada 28 Oktober 2017). Konfirmasi penulis lakukan, dari keterangan informan Tio dan Supri yang merupakan salah satu dari murid Padepokan silat macan seliwa mengakui bahwa kegiatan silat yang mereka jalani tidak memungut biaya.

Adapun Berger dan Luckmann (1990: 67-73) menyatakan bahwa hubungan antara manusia dengan lingkungannya bercirikan keterbukaan dunia sehingga memungkinkan manusia melakukan berbagai aktivitas. Adanya keterhubungan manusia dengan lingkungannya seperti itu, membuat ia mengembangkan dirinya bukan berdasarkan naluri tetapi melalui banyak macam kegiatan terus-menerus penuh variasi. Maka itu, dalam mengembangkan dirinya manusia tidak hanya berhubungan secara timbal-balik dengan lingkungan alam tertentu tetapi juga dengan tatanan sosial dan budaya yang spesifik, yang dihubungkan dengan melalui perantaraan orang-orang yang berpengaruh

(significant others). Perkembangan manusia sejak kecil hingga dewasa memang sangat ditentukan secara sosial.

1.3. Bakti Sosial

Selain berdagang, mendirikan Padepokan, dan mengajar silat, yang dilakukan jawara Betawi untuk mencurahkan dirinya adalah melalui kegiatan bakti sosial. Kegiatan ini dilakukan oleh para jawara ketika ada bencana alam seperti banjir, kebakaran, dan lain-lain. Mereka berkoordinasi dengan masyarakat dan donasi tersebut bisa berasal dari masyarakat, anggota Organisasi, dan lain- lain, hal ini juga menjadi bentuk dari upaya eksistensi jawara di masyarakat.

80

“Kita lebih deket dengan orang masyarakat miskin gitu jaga lingkungan bakti sosial. Kalo saya di organisasi itu ikut forum komunikasi anak betawi (FORKABI) saya anggota, kegiatannya bakti sosial lebih kepedulian ke masyarakat juga. Ya ngumpulin dari anak-anak aja semua, masukan dari temen-temen, terutama dari orang lingkungan situ tetangga depan rumah” (Ncang Ayyub, wawancara pada 16 Desember 2017).

Keberadaan manusia harus terus-menerus mengeksternalisasikan diri dalam aktivitas (Berger dan Luckmann, 1990: 70). Melalui eksternalisasi manusia berusaha mengekspresikan diri dengan membangun dunianya serta menguatkan eksistensi individu dalam masyarakat. Usaha pengekspresian diri yang dilakukan oleh aktor jawara Betawi ini, berupa kegiatan-kegiatan mental maupun kegiatan- kegiatan fisik sebagi bentuk ekspresi diri untuk menguatkan keberadaannya di dalam masyarakat. Manusia secara bersama-sama menghasilkan suatu lingkungan manusiawi, dengan totalitas bentukan-bentukan sosio kultural dan psikologisnya.

Semua bentukan itu merupakan hasil dari aktivitas produktif manusia. Oleh karena itu manusia membutuhkan kestabilan dalam hidupnya maka keterbukaan dunia eksistensi manusia harus ditransformasikan ke dalam tatanan sosial. Dengan demikian, tatanan sosial merupakan produk manusia yang berlangsung terus- menerus, sepanjang eksternalisasinya juga terus-menerus berlangsung. Tatanan sosial tidak diberikan secara biologis, tidak diberikan oleh lingkungan alam, tidak merupakan kodrat alam, dan tidak dapat dijabarkan dari hukum alam. Tatanan sosial ada sebagai produk aktivitas manusia (Berger dan Luckmann, 1990: 74-75).

2. Proses Objektivasi

Berger (1994: 11-12), dunia yang diproduksi manusia memperoleh sifat realitas objektif (society is an objective reality). Seperti yang sudah dijelaskan

81 pada proses eksternalisasi, dimana produk eksternalisasi manusia adalah aktivitas.

Lanjut dalam (Berger & Luckmann, 1990:75-76), aktivitas tersebut dapat mengalami proses pembiasaan (habitualisasi) yang nantinya (Berger dan

Luckmann, 1990:75-76) berlanjut mengalami pelembagaan (institusionalisasi).

Dalam hal ini kegiatan eksternalisasi telah berlangsung dilakukan, kemudian berlanjut pada tahap pengobjektivasian dimana dalam kegiatan tertentu menyebabkan suatu pembiasaan yang lambat laun menjadi suatu pelembagaan yang dilakukan jawara Betawi.

2.1 Tradisi Ritual Menjadi Sebuah Kebiasaan

Secara tradisi jawara Betawi taat pada pituah-pituah. Konon pada masa lampau, jawara Betawi tidak hanya memiliki keahlian dalam bela diri tetapi juga dalam ilmu batiniah. Mereka terkenal dengan ilmu ghaibnya bahkan dalam visualisasi cerita tokoh Pitung misalnya diframing sebagai orang yang memiliki kekuatan ghaib yang dapat menghilang. Ilmu yang dimiliki bertujuan sebagai penunjang keahlian dan penjaga mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan atribut pakaian dapat membuat jawara seolah sakti. Seperti yang diungkapkan oleh bang Yahya, “jawara dulu engga sembarangan itu baju udah diisi” (wawancara pada 02 Oktober 2017).

Saat ini, sebagian generasi dari jawara Betawi masih ada yang menjadikannya sebuah tradisi agar tetap terjaga dan dijalankan dengan sebaik mungkin. Sebuah warisan dari leluhur yang dipatuhi dan diikuti karena pituah dari orang terdahulu diyakini sebagai suatu kebaikan untuk kehidupan mereka.

Contohnya bang Yahya memiliki 20 jenis benda rawatan diantaranya cincin,

82 golok, mangkok, ayat kursi, dan galih asem. Barang-barang tersebut ia miliki baik dari pengalaman spiritual maupun pemberian dari orang lain. Selain itu, ada pula yang melakukan amalan seperti berpuasa selama 7 hari, membaca Al-Quran, witir dan lainnya sebagai bentuk untuk pertahanan diri atau melindungi diri, dapat juga dengan menggunakan media cincin dan golok.

Kepercayaan terhadap dunia ghaib dan praktek ilmu magis, dalam hal ini

O’Keefe (1982:1) berpendapat bahwa kepercayaan terhadap magis tidak hanya ditemukan pada zaman batu dan pada masyarakat primitif saja, tapi juga ditemui di hampir setiap masa.

Atribut cincin berfungsi sebagai penglaris dagangan sedangkan atribut golok berfungsi sebagai pelindung diri dan keluarga. Alasan menggunakan kedua media tersebut oleh dua faktor, pertama untuk penguat keahlian bela diri

(pendamping dan memperkuat kekebalan bela diri), kedua, sebagai benteng dari kejahatan yang datang kapan saja sehingga kita selalu siap menghadapinya.

Seperti dalam berdagang ncang Ali menghadapi preman-preman yang usil ingin menghancurkan dagangannya, selain itu untuk menjaga diri dimana pun beliau berada. Gelar, atribut dan wibawa sebagai jawara mengundang tantangan tersendiri baginya sehingga diperlukan perisai selain dapat memiliki keahlian bela diri.

“Ncang dagang disini aja banyak yang iri padahal engga ada saingan yang jailin banyak preman yang nyoba banyak. intinya mah dulu pedagang kaya ncang jadi guru minimal punya maen pukul bisa juga” (informan Ali, wawancara pada 19 September 2017).

83

Amalan bergantung pada niatnya bertujuan untuk apa, jika untuk melindungi diri, maka jawara memiliki golok rawatan yang tentu telah diisi makhluk khodam, sehingga golok tersebut diperlakukan secara khusus seperti rutinitas memberi makan untuk golok dengan memberi minyak misik atau minyak kobra lalu dioleskan pada golok tersebut. Setelah itu dimandikan dengan bunga tujuh rupa, dan ditambah dengan wirid. Kegiatan tersebut dilakukan sesuai jadwalnya misalnya rutin setiap malam jumat kliwon atau setiap tanggal 1

Muharram. Larangannya tidak boleh lupa atau sengaja tidak memberi makan jika hal tersebut terjadi maka kejadian yang tidak diinginkan dapat menimpa pada diri sendiri atau keluarga bahkan rumah.

Edmund Leach, sebagaimana dikutip oleh Eller (2007:110), dalam hal ini mendefinisikan ritual sebagai perilaku yang membentuk sebagian sistem tanda dan yang bertugas untuk mengkomunikasikan informasi. Chaterine Bell dalam bukunya (1992: 74) berjudul Ritual Theory, Ritual Practice berpendapat bahwa ritualisasi merupakan suatu hal dari beragam strategi yang secara kultural bersifat khusus untuk mengatur beberapa aktifitas berganti dengan yang lain, untuk menciptakan dan memberikan hak istimewa bagi suatu perbedaan yang bersifat kualitatif antara sacred (yang suci) dan the profane (yang biasa) dan untuk menganggap perbedaan-perbedaan itu berasal dari pemikiran realitas manusia melebihi kekuatan-kekuatan manusia sebagai pelaku.

Norma dan nilai agama tidak pernah luput dari kehidupan jawara dimana dalam tradisi ini agama berusaha untuk disisipkan diantaranya larangan melakukan hal-hal maksiat. Dengan menjauhkan diri dari tiga hal yang paling

84 fatal yaitu minum-minuman, berjudi, dan maen perempuan (berzinah), karena tiga hal tersebut menurut ncang Ali adalah dosa yang paling tidak dapat ditolerir, jika hal tersebut dilakukan maka berdampak pada menurunnya ilmu atau bahkan ilmu yang telah didapat menghilang sehingga akan lebih berat lagi jika mengulanginya.

“Ncang perlakuannya khusus ada amalannya ada wiridannya berat jangan disepelehin dan jangan kotor juga disebut kotor juga maksudnya kita jauhin perbuatan maksiat yang paling dibenci bangat itu bahasanya maen ama perempuan di luar nikah bahasanya bukan muhrimnya, judi, ama minuman paling utama dari dulu tradisi bener-bener” (informan Ali, wawancara pada 19 September 2017). Selain ilmu batiniah dan khodam yang ada pada benda, ada juga pemeliharaan benda yang disebut wapak. Wapak adalah benda yang diberi isian dan doa yang diselipkan biasanya pada sabuk. Wapak dapat berbentuk kertas, kulit hewan, minyak wangi, kain, dan sebagainya. Rentan waktu ke-ampuhannya tergantung pada guru yang memberikannya misalnya bertahan selama kurun waktu 3 bulan, setelah 3 bulan maka benda tersebut mesti diisi kembali. Tidak hanya pada benda wapak, pakaian pangsi pun dapat dijadikan sebagai wapak sehingga baju pangsi bukan baju sembarangan, biasanya ini bertujuan untuk anti peluru atau anti bacok sehingga pakaian tersebut dianggap sebagai pakaian kebesarannya seperti yang diungkapkan bang Yahya, “dianggap udah baju dia lah baju kebesaran dia, kan baju ada juga yang ada isiannya kan jawara dulu engga sembarangan itu baju udah diisi” (wawancara pada 02 Oktober 2017).

Sebagai bentuk konsekuensinya, pantangan-pantangan yang dilakukan terbilang unik contohnya pantang berjalan di bawah jemuran atau pantang memakan umbi- umbian seperti ubi jalar dan pepaya. Jika dilanggar maka kekebalan yang telah didapat dapat memudar atau bahkan hilang.

85

“...Gitu dia juga ada larangannya pantangan-pantangannya makanan atau apa gitu kan ada yang engga boleh lewat jemuran, engga boleh makan ubi, engga boleh makan paya masing-masing ininya pantangannya” (informan Yahya, wawancara pada 02 Oktober 2017). Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap magis adalah sebuah fenomena sosial yang ada baik pada masyarakat tradisional maupun modern. Rudolf Otto seorang ahli teologi berpendapat bahwa semua sistem religi, kepercayaan, dan agama di dunia berpusat kepada suatu konsep tentang hal yang gaib yang dianggap maha dahsyat dan keramat oleh manusia (dalam Pritchard,

1984:49-50).

“Any action that its repeated frequently becomes cast into a pattern, which can then be reproduced with an economy of effort and which, ipso facto, is apprehended by its performer as that pattern” (Berger dan Luckmann, 1966: 70- 71).

2.2 Intensitas Pemakaian Atribut Pangsi Menjadi Simbol Identitas

Setelah membahas segi magis, kini beralih pada simbol pemakaian atribut pangsi. Umumnya bagi murid dan pelatih di Padepokan wajib menggunakan pakaian pangsi pada saat latihan silat karena pakaian pangsi diyakini membuat semangat mereka semakin ghiroh dan bertambah senang. Sebagian besar

Perguruan silat Betawi mewajibkan pakaian pangsi sebagai pakaian wajib dalam berlatih silat.

“Karena gini seragam itu kenapa harus pake seragam? Karena seragam itu bikin kita kalo begerak semangat giroh” (informan Yahya, wawancara pada 02 Oktober 2017).

“Suka banget enak dipakenya. Kalo ada acara-acara sama latihan” (informan Tio dan Supri Murid Persilatan Macan Seliwa, pada 28 Oktober 2017).

“Yang namanya jawara engga mungkin juga pake baju batik pada dasarnya dulu pada jaman-jamannya pahlawan betawi ya pitung pake itu, mungkin kalo bang pitung pake batik kita pake batik hehehe... ya kan dalam artian gini pitung kan

86

pahlawan Betawi terus identik dengan pake pakaian pangsi , golok, cincin, gelang bahar, yaa entah tadinya juga gimana kita engga tau dasarnya kaya gitu yaudah kita ikut juga kaya gini. Jadi kita ngikutin sejarahnya aja perjalanan dia aja. (informan Ojih, wawancara pada 16 Desember 2017). Tidak hanya dalam kegiatan-kegiatan sosial, jawara Betawi pun aktif dalam acara palang pintu baik di pernikahan Betawi atau panggilan-panggilan acara, kegiatan-kegiatan Festival dan acara Kebetawian itu mereka selalu mengenakan atribut pangsi dalam setiap kehidupan sosialnya sehingga pengukuhan identitas jawara Betawi dapat terbentuk melalui atribut pangsi ini.

Fashion digunakan sebagai usaha seseorang untuk masuk dan dianggap sebagai bagian dari kelas sosial tertentu, dengan fashion tersebut seseorang dapat mengkonstruksi dan mengkomunikasikan identitasnya sehingga dapat diterima oleh lingkungan kelompok sosial dan untuk mempertahankan posisi dan peran seseorang dalam kelompok sosial itu, perilaku dan selera juga akan disesuaikan.

Sedangkan atribut-atribut yang sering dipakai dan tidak pernah dilupakan oleh jawara dalam kegiatan sehari-hari antara lain:

1. Pakaian pangsi

Kegiatan sosial disalurkan melalui memberikan bantuan sosial seperti bencana alam yang bekerjasama dengan FORKABI contohnya saat terjadi banjir dan kebakaran. Para jawara yang tergabung dalam anggota FORKABI ikut andil dalam kegiatan tersebut seperti mencari dana dan terjun langsung ke lokasi bencana.

Uniknya mereka memakai pakaian pangsi serta atribut yang lengkap saat kegiatan sosial ini. Biasanya pangsi yang mereka kenakan itu terdapat logo

87 persilatan yang memperlihatkan asal Persilatan mereka umumnya tepat di dada depan atau di lengan tangan, dan di punggung badan. Seperti informan Ayyub:

“...Hampir setiap hari kita pake, kalo kondangan kaga. Setiap hari ya kaya acara kegiatan-kegiatan sosial juga kita pake. ...Karena emang dari dulu yang disebut jawara pakenya pakaian pangsi gitu. Karena pada dasarnya pangsi itu emang dipake jawara Betawi jaman dulu. Kehidupan sehari-harinya emang pake pangsi gitu” (informan Ayyub, wawancara pada 16 Desember 2017).

“Celana pangsi ini engga pernah ketinggalan nih, enak soalnya dipakenya adem buat jalan juga enak dalam artian kita punya beberapa lah, jadi walaupun engga pake pakaiannya celana tetep...... Pangsi, kopel, kaos oblong, bahar, cincin ga pernah lepas (informan Ojih, wawancara pada 16 Desember 2017). Kemudian terbentuk pengobjektivasian di masyarakat bahwa yang menjadi ciri identitas jawara dapat dilihat melalui atribut pangsi sebagai berikut:

“Identiknya pake pangsi, itu kan mengidentikkan setiap itu pasti ada ciri khas pangsi padahal pangsi bukan pakaian jawara tapi pakaian bela diri pakaian silat tapi suka dipake jawara kan kalo jawara identik item” (Babeh Jaka, wawancara pada 18 November 2017).

“Pake pakaian pangsi warna merah biasa gitu item kaya pencak silat begitu pake pake peci” (Bapak Owi, wawancara pada 18 November 2017).

“Serem juga sih hehehee... seneng juga liatnya karena kan kaya jaman dulu gitu kan penampilannya. Kalo liat orang pake peci, pangsi, wah dia jawara (Mpok Nisa, wawancara pada 16 Desember 2017). Terbentuknya pola pengidentifikasian ciri khas jawara Betawi melalui pakaian pangsi sebagaimana dalam karya The Silent Language, Edward T. Hall

(1990: 57) menyinggung soal fashion sebagai perpanjangan tubuh atau tepatnya bagian tertentu tubuh. Sedangkan menurut Malcolm Bernard (1995: 86) dalam karyanya “Fashion as Communication” menjelaskan bahwa fashion merupakan fenomena kultural, dalam artian fashion merupakan cara yang digunakan suatu kelompok atau individu untuk mengkonstruksi dan mengkomunikasikan identitasnya dan orang cenderung membuat penilaian berdasarkan atas apa yang dipakai oleh orang lain.

88

2. Cincin

Bagi jawara, memiliki dan memakai cincin khas Betawi ini seolah menjadi kebutuhan baginya, umumnya penggunaan cincin minimal berjumlah dua di jari mereka. Cincin merupakan aksesoris yang tidak pernah tertinggal bagi sang jawara, bahkan diantara mereka ada yang menggunakan cincin ke seluruh jarinya sebagai berikut:

Gambar 18.IV.B. Bagian Koleksi Cincin Jawara Betawi yang dipakai

Sumber: Observasi pada 28 Oktober 2017

“Iya neng, saya mah udah kebiasaan pake cincin, suka banget sama cincin makanya saya pake semuanya banyak koleksi cincin saya. kalo engga pake malah kaya ada yang kurang” (informan Renai, wawancara pada 28 Oktober 2017).

“...Cincin kaga pernah lepas makanya tuh beda kan ini engga pernah lepas dari tangan saya udah gini aja mau di rumah mau jalan kondangan kita pake aja” (informan Ojih, wawancara pada 16 Desember 2017).

3. Peci

Peci adalah salah satu atribut pangsi yang biasanya dipakai jawara kemana pun ia pergi. Peci yang berwarna merah maroon dan merah cabai sangat identik dengan Betawi. Peci Betawi yang paling populer adalah peci Ji’ih karena peci

89

Ji’ih identik dengan peci yang dipakai jawara-jawara zaman dahulu dan peci kembang kol yang sering dipakai oleh engkong-engkong Betawi atau jawara- jawara lanjut usia. Peci adalah perlambang anak Betawi, umumnya peci hanya dipakai oleh kalangan Betawi saja sehingga kita dapat mengidentifikasi seseorang melalui atribut peci karena seperti yang diungkapkan bahwa peci melekat dengan slogan 3S yaitu shalat, silat dan shalawat. Perbedaan mencolok yang dapat kita lihat antara jawara Betawi dengan jawara lain terletak pada kepalanya.

“Peci sarung gesper pasti selalu karena digunakan sehari-hari untuk shalat karena emang udah melekat. Betawi sama agama gitu .... Cuma simbol aja sih kalo udah pake begini maka dia orang Betawi gitu sama gesper” (informan Ayyub, wawancara pada 16 Desember 2017).

Sehingga terlihat perbedaan antara jawara Betawi dengan Sunda melalui kepala, jawara Sunda biasanya mengenakan ikat kepala sedangkan jawara Betawi mengenakan peci.

“Berpakaian pangsi, golok, sabuk, peci merah” (informan Tio, wawancara pada 28 Oktober 2017)

“Dari baju pangsinya sama peci keliatan” (informan Mardanih, wawancara pada 18 November 2017). Pembentukan identitas jawara dengan peci terbentuk cukup familiar di masyarakat dalam melihat perbedaan antara jawara Betawi dengan jawara yang lain.

4. Golok

Pada masa kolonial Belanda, golok Betawi merupakan salah satu senjata yang identik dengan masyarakat Betawi terutama untuk menjaga diri. Dengan golok tersebut para jawara selalu melindungi dan mengayomi masyarakat di

90 zamannya saat itu sehingga sampai saat ini golok masih melekat pada diri jawara

Betawi yang kemana-mana selalu menyisipkan golok di balik sabuknya. Kriteria golok Betawi yang sebenarnya adalah memenuhi Sejati yang artinya “sejengkal tiga jari”.

“Sejati sejengkal tiga jari tau nih artinya apa? Ini golok Betawi. golok Betawi itu panjangnya harus sejengkal tuh tiga jari. Sejati makanya lambangnya golok” (informan Hasnawi, wawancara pada 29 Juli 2017). Golok Betawi dengan golok Banten memiliki persamaan dimana dalam tatanan masyarakat Banten dimasa lalu golok memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat bantu kerja sehari-hari seperti berkebun dan bertani, kedua sebagai pelindung.

Dalam memilih golok masyarakat Banten memiliki syarat tertentu dalam memilih golok baik untuk penggunaan sehari-hari maupun sebagai pelindung.

“...Betawi ciri khasnya golok makanya kalo kemana mana pake golok supaya buat jaga diri mana tau ada orang kalo orang masih bisa diatasin kalo binatang buas kan binatang dengan manusia kan beda” (informan Wahid, wawancara pada 19 September 2017).

“Kebanyakan yang pake golok yaa. ada seremnya, kebanyakan kan jawara gimana gitu mukanya” (informan Lutfi, wawancara pada 18 November 2017). Golok juga menempati peringkat atribut yang paling dikenal dan diingat oleh masyarakat karena penggambaran sosok Jawara selalu melekat pada golok sebagai senjata pamungkas seorang jagoan. Meskipun saat ini jawara Betawi jarang yang membawa golok saat bepergian karena adanya aturan tetapi hal tersebut tidak hilang dan masih melekat di masyarakat.

91

5. Gelang Bahar

Banyak sekali jawara yang mengenakan gelang bahar sebagai aksesorisnya baik dari jawara, pesilat hingga masyarakat umumnya. Akar bahar atau biasa disebut sebagai black coral berasal dari tanaman laut yang merambat dan tumbuh di atas kerang. Bentuk akarnya memanjang dan akan menjadi kaku jika dikeringkan. Bagian yang keras ini adalah asli bawaan tumbuhan yang menjadi fosil dan mengeras. Konon tumbuhan akar bahar mampu menjaga kesehatan seperti mengobati encok, asam urat dan panas serta menimbulkan kekuatan tubuh bagi pemakainya. Secara fisik gelang bahar dapat menambah kharisma yang sangat luar biasa bagi jawara yang memakainya.

Dahulu akar bakar bahar bukan hal yang mudah sehingga jawara yang memiliki gelang bahar ini dianggap sebagai jagoan karena usahanya memiliki gelang bahar. Akar bahar biasanya didapat di dasar laut dengan kedalaman 600 meter. Saat ini gelang bahar dapat dibeli tanpa harus mengambilnya di dasar laut, namun karena tingkat kesulitan pada saat mengambil akar bahar dengan kedalaman laut yang cukup dalam serta pembuatannya maka harga gelang bahar dapat terbilang cukup mahal setara dengan usahanya. Untuk ukuran sedang gelang asli dihargai Rp. 150 ribu sedangkan untuk ukuran kecil seperti lidi yang biasa dipakaikan untuk anak-anak dihargai Rp.50 ribu.

Ada empat macam akar bahar yaitu akar bahar hitam, akar bahar kelabu, akar bahar putih, dan akar bahar merah. Biasanya dulu kalangan masyarakat

Betawi yang menggunakan aksesoris adalah centeng dan para jagoan Betawi.

92

“Diliatnya biasanya dia pake gelang bahar, gelang bahar lebih ke pemantes pelengkap gitu kaya kayu tau kan gelang yang dari kayu pake pakean gitu biasanya gitu” (informan Wahid, wawancara pada 19 September 2017).

Setelah melakukan pembiasaan yang dihasilkan eksternalisasi, kemudian dapat berlanjut ke tahap pelembagaan. Dalam proses pelembagaan terdapat proses tipifikasi, dimana tipifikasi tidak hanya dilakukan pada tindakan saja, tetapi juga pelakunya. Proses pembiasaan yang dilakukan oleh jawara-jawara Betawi adalah membiasakan diri mereka dengan menggunakan atribut-atribut pangsi seperti cincin yang tidak pernah lepas dari tangan mereka, celana pangsi, peci, sarung dan gesper. Dengan melakukan pembiasaan seperti hal itu, mereka membuat perbedaan antara masyarakat biasa dan jawara khas Betawi. Dalam lingkup pelembagaan, manusia menghadapi masyarakat sebagai suatu realitas objektif.

Masyarakat hadir dalam realitas manusia tersebut terlepas manusia itu berpihak kepadanya atau tidak. Kemudian jawara Betawi sendiri menghadapi realitas objektifnya, seperti tidak semua masyarakat menerima bahwa apa yang dilakukan oleh para jawara Betawi tidak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh mereka.

Akan tetapi meskipun begitu, mereka tetap berjalan sesuai dengan aktivitas yang telah dibangun di komunitasnya. Tindakan yang sudah dijadikan kebiasaan namun tetap mempertahankan sifatnya yang bermakna bagi masyarakat.

Jawara Betawi melalui simbol-simbol atribut yang mereka kenakan membentuk pandangan dan diferensiasi di mata masyarakat ketika melihat seorang jawara. Hal tersebut diperoleh karena habit yang mereka selalu lakukan dengan menampilkan atribut pangsi dalam kegiatan interaksi sosial. Dari sini pakaian pangsi dan atribut lainnya menjadi modal simbolik yang mereka miliki

93 karena mampu mengobjektivasikan selera pangsi yang mereka miliki menjadi sebuah pakaian trend khas jawara Betawi.

Posisi dominan mereka yang menjadi sorotan akan menjadi selera baru dalam memakai pangsi yang mereka definisikan ke ranah yang lebih modern dan mendapat apresiasi di masyarakat. Dengan banyak diikuti masyarakat maka akan memperkuat posisi sosial jawara Betawi baik di ranah industri (produksi pakaian pangsi) dan ranah sosial (posisi sosial jawara dalam masyarakat yang menciptakan identitasnya sebagai jawara). Keuntungan yang mereka dapatkan yaitu semakin kuat identitas yang mereka miliki dan menguntungkan untuk label pakaian pangsi sendiri.

3. Proses Internalisasi: Penanaman Makna Pangsi Sebagai Nilai Gengsi dan

Kebanggaan

Tahap terakhir dalam menjelaskan realitas dikonstruksikan secara sosial adalah proses internalisasi. Internalisasi merupakan penyerapan nilai-nilai yang terkandung dalam kebiasaan pada masyarakat agar kesadaran mereka terbentuk mengenai apa yang sudah diobjektifkan oleh masyarakat. Hal ini dijelaskan oleh

Berger:

Titik awal dari proses ini adalah internalisasi: pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa obyektif sebagai pengungkapan suatu makna; artinya, sebagai suatu manifestasi dari proses-proses subyektif orang lain yang dengan demikian menjadi bermakna secara subyektif bagi saya. (Berger dan Luckmann, 2013:177) Pada proses internalisasi, perlu adanya usaha jawara untuk menanamkan makna pangsi ke dalam masyarakat, dan hal itu mereka lakukan dengan cara

94 mensosialisasikannya. Sosialisasi merupakan bentuk upaya mengenalkan dan mempertahankan nilai yang ada untuk diteruskan ke generasi mendatang. Selain dapat mempertahankan dan melestarikan budaya Betawi, mereka bertujuan untuk menjadikan Betawi sebagai tuan rumah lagi di Jakarta. Sebagaimana tujuan ormas

FBR yang lahir atas dasar persamaan senasib.

“Kalo FBR ini berdiri karena ibarat kata alm. Kyai, para pendiri dia engga tegaan ngeliat orang Betawi tertindas dan tersingkirkan kok orang pendatang kampung kita malah bisa nyatu bisa berkumpul. Perkumpulannya kuat kenapa kita yang punya kampung sendiri engga bisa begitu. Tempat kita gede, tempat kita dilahirin, tempat kita makan kok bisa kita sendiri yang keusir gitu” (ncang Ali, wawancara pada 26 Juli 2017). Adanya perasaan gengsi yang menganggap bahwa orang Betawi lah tuan rumah sebenarnya menjadikan mereka berusaha untuk merebut kembali apa yang diklaim sebagai milik mereka sendiri melalui didirikannya organisasi FBR yang dianggap dapat mengangkat harkat dan martabat orang Betawi.

“Emang punya ya emang parkiran apa semuanya. Pas FBR lahir kebentuk jadi apa-apa semua direbut jadi ibaratnya semua tentang budaya kita harus punya kita sendiri. yang punya mau apa kek PT kek harus kita yang megang yang punyanya gitu. Itu fungsi FBR disitu. Jadi kalo dulu kan FBR wah udah takut aja sekarang mah engga udah kompak. Maen golok maen bunuh-bunuhan udah lama tahun 2001. Kan serentak itu kejadiannya kaya di Kalimantan juga. yang menang sih ga ada tapi istilahnya betawi naek di tenangin sama ketua-ketuanya gitu” (informan Renai, wawancara pada 28 Oktober 2017). Pernyataan yang dikemukakan oleh sejarawan Sagiman MD bahwa penduduk Betawi telah mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru atau zaman Neolitikum yaitu 1500 SM. Maka dari itu perasaan gengsi yang ada pada diri masyarakat Betawi pun muncul dan terbentuklah Ormas FBR yang sudah berdiri kira-kira 16 tahun yang lalu.

Internalisasi adalah proses bagaimana individu memahami dan juga menafsirkan peristiwa yang dihadapinya dan juga mengurai makna yang

95 terkandung. Realita objektif ini kemudian ditransformasikan ke dalam suatu realita subjektif, di mana realita tersebut diserap ke dalam diri mereka sebagai identitas. Dalam suatu struktur sosial, individu akan berinteraksi dengan orang- orang yang nantinya akan memberi pengaruh pada kehidupannya ke depan melalui proses sosialisasi. Orang tersebut akan memilih-milih aspek apa saja yang akan ditularkan pada individu itu sesuai dengan individu tersebut. Individu yang tergabung dalam komunitas jawara Betawi membawa ciri khasnya ke dunia nyatanya bahwa komunitas jawara Betawi adalah komunitas yang di dalamnya adalah orang-orang yang ingin melestarikan kebudayaan salah satunya melalui pakaian pangsi. Terlebih budaya Betawi sedang naik pamor saat ini, maka pangsi adalah salah satu aspek yang memunculkan perasaan bangga dan percaya diri utamanya untuk pemakainya. Berikut ini tuturan dari para narasumber.

“Luar biasa girohnya, karena emang adat betawi seperti itu beda gitu yaa pangsi itu ciri khas Betawi begitu kebanggaan orang betawi begitu. semangat giroh kita sudah sejak awal” (informan Ayyub, wawancara pada 16 Desember 2017).

“Saya sebagai orang betawi nih dapet orang betawi engkong nyai saya betawi bangga lah betawi bangkit ya mungkin kita sebagai orang betawi ya mungkin orang-orang yang bukan betawi tinggal di betawi saya di lingkungan saya ada orang jawa, sunda nah kalo lingkungan kita enak kita juga bangga dong kita bawa nama baik aja orang baik ya baik” (informan Ojih, wawancara pada 16 Desember 2017).

“Kalo kita sih namanya asli orang Betawi yaa suatu kebanggaan kalo kita engga punya baju Betawi kayanya gimana gitu istilahnya kalo kita shalat ga punya baju shalat kayanya gimana kan?” (informan Baim, wawancara pada 29 Juli 2017).

“Iya kalo jawara dulu kemana-mana emang pake pangsi udah khas pakaian dia mau ke pasar mau kemana selalu itu namanya jawara tuh yang menunjukkan dirinya tuh jagoan. Bukan bangga lagi dianggap udah baju dia lah baju kebesaran dia. Kan baju ada juga yang ada isiannya kan jawara dulu engga sembarangan itu baju udah diisi” (bang Yahya, wawancara pada 02 Oktober 2017).

96

Rasa bangga adalah salah satu potensi (kemampuan) yang terdapat di dalam jiwa manusia, yaitu merasa senang, lega, dan puas (feeling of statisfaction) yang muncul dalam hati seseorang sebagai reaksi atas keberhasilan melakukan sesuatu perbuatan. Rasa bangga selalu muncul dengan pola yang sama dan menajdi unsur penting dalam menentukan jati diri seseorang. Sehingga terdapat dorongan untuk mengaktualisasi diri yaitu keinginan untuk menggunakan semua kemampuan dirinya untuk mencapai apapun yang mereka inginkan.

“The reappropriation of humans of this same reality, transforming it once again from structures of objective world into structures of the subjective consciousness (socialization). Man is a social product”.

Dengan tetap makna lalu membiasakan pribadi masing-masing dengan menggunakan pangsi sebagai simbol kejawaraannya adalah sebagai bentuk pengungkapan dari rasa bangga terhadap budayanya, maka mereka menginternalisasi nilai yang tertanam pada dirinya, bukan hanya pada dirinya tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan sehari-harinya.

C. Pangsi Setelah Adanya Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi

Setelah mengetahui proses konstruksi atas realitas pembentukan makna pangsi, maka perubahan makna pangsi pun terjadi. Perubahan tersebut menjadikan pandangan sebelumnya mengenai pangsi berubah sehingga perilaku masyarakat terhadap pangsi pun berubah. Misalnya pada saat dahulu pangsi dikenal sebagai pakaian yang kuno dan tidak modern karena tidak mampu mengikuti perkembangan zaman, maka setelah adanya Perda, konstruksi pun

97 terbentuk dan pandangan masyarakat pun ikut berubah ketika melihat pakaian pangsi.

“Keliatannya gagah apalagi pas liat atributnya semuanya dipake gagah banget betawi banget” (mpok Nisa, wawancara pada 16 Desember 2017).

“Saya udah beli pangsi nih jadi pengen ikutan juga pake pangsi kalo liat jawara kayanya berwibawa gitu sampe niat juga pengen ngikut silat” (Adi, wawancara pada 19 November 2017).

Umumnya pandangan makna pangsi yang didapat dari konstruksi sosial sebagai nilai estetika. Nilai estetika dari atribut pangsi menjadikan pangsi yang dipakai oleh jawara membuat pandangan bahwa jawara terlihat seperti gagah, keren, dan berwibawa juga dapat dilihat seram ditambah dengan penampilan jawara misalnya karena berkumis tebal. Sehingga makna atribut pakaian pangsi saat ini dapat dipengaruhi juga oleh kebijakan yang membuat pamor budaya

Betawi naik dan berdampak pada kostum pakaian pangsi baik dalam segi ekonomi dimana kostum pakaian pangsi menjadi banyak dan laris di Pasaran. Tidak hanya itu, produsen pakaian pangsi menjadi lebih kreatif untuk berinovasi sebagai bentuk untuk menarik minat pembeli baik dalam segi modifikasi warna dan motif- motif yang menarik dengan tetap memasukkan unsur budaya Betawi di dalamnya.

Dengan unsur-unsur pendukung tersebut, maka kostum pakaian pangsi lebih diminati masyarakat dan membuat perubahan makna dan pandangan masyarakat bahwa pangsi yang dahulunya dipandang sebagai pakaian norak, kuno dan tidak modern, maka setelah konstruksi sosial ini pandangan masyarakat dapat berubah seperti memandang pangsi sebagai pakaian yang unik, sangat kaya ciri

98 khas Betawi, keren, dan gagah sehingga jawara yang memakai kostum pakaian pangsi pun terlihat berwibawa.

D. Konstruksi Makna Pangsi Betawi: Reaksi Terhadap Globalisasi

Globalisasi merupakan suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak secara terus menerus dalam masyarakat global. Kehadiran teknologi dan informasi mempercepat akselerasi dan menyentuh ke seluruh sendi- sendi kehidupan. Held (1999) dalam Datta (2004), Proses globalisasi yang melanda seluruh negara di dunia pasca Perang Dingin telah mendorong peningkatan upaya homogenisasi dalam sistem internasional. Keohane dan Joseph menyebut globalisasi sebagai proses kontemporer dari bentuk globalism. Salah satu yang ditingkatkan oleh globalisasi adalah social and cultural globalism.

Hingga pada level tertinggi, social globalism ini mempengaruhi kesadaran individu dan sikapnya terhadap budaya, politik, dan identitas personal (Koehane

& Joseph, 2000: 104-119).

Manuel Castells (1996) mengatakan bahwa meluasnya jejaring komunikasi menyebabkan hubungan antar masyarakat di seluruh dunia berjalan secara cepat dan dekat menimbulkan dilema antara tetap bertahan dalam identitas asli (the self) atau ikut melebur dalam identitas masyarakat yang mengidentifikasi diri sebagai masyarakat jaringan global (the net). Krisis semacam ini dialami oleh banyak negara, terutama negara-negara miskin dan berkembang, termasuk

Indonesia. Globalisasi merupakan proses dimana perubahan sosial terjadi dan tidak dapat dielakkan.

99

Dalam waktu yang relatif singkat, globalisasi dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, seperti penyerapan budaya-budaya materiil contohnya jenis-jenis hiburan serapan budaya lain lebih dipilih masyarakat ketimbang hiburan budaya lokal, bahkan pentas seni yang ada di Jakarta pun lebih diminati jika mendatangkan public figure dari luar negeri. Hal tersebut tentunya merupakan bagian dari perubahan karena adanya globalisasi kepada kelangsungan budaya-budaya asli lokal, khususnya Betawi. Upaya homogenisasi sangat gencar dilakukan sehingga budaya materiil ini mampu mengganti budaya lokal-daerah.

Selain itu anggapan bahwa budaya materiil lebih modern dibandingkan budaya lokal-daerah mengubah cara pandang masyarakat dan dapat mendorong masyarakat untuk melupakan budaya asalnya.

Upaya penguatan sebagai bentuk reaksi atas perubahan yang terjadi pada aspek sosial budaya saat ini sejatinya untuk mempertahankan eksistensi dan kearifan lokal bagi Betawi. Disamping itu, pemanfaatan teknologi dan media menjadi bagian dari cara mereka merevitalisasi budaya Betawi contohnya Ondel- ondel yang kini bangkit kembali, ondel-ondel kini kian banyak dijumpai dimana saja, bahkan dijadikan sebagai sumber penghasilan ekonomi, dan menjadi ikon selamat datang di tempat-tempat pemerintahan seperti di Kelurahan dan Walikota.

Memang ondel-ondel merupakan bagian dari delapan ikon Betawi, hasil penelitian

Kleden-Probonegoro (2003) dan Shahab (2001) dapat terlihat bahwa kesenian di dalam masyarakat Betawi tidak dapat lepas dari permasalahan identitas masyarakat itu, kesenian kemudian menjadi alat untuk mencerminkan identitas mereka. Selain itu Badan Musyawarah Betawi (Bamus) dan tokoh seniman

100

Betawi lainnya melakukan upaya penguatan antara lain dengan membuat buku tentang Betawi, website atau blog tentang Betawi, berkunjung ke komunitas- komunitas Betawi, dan mengadakan acara-acara seperti Festival dan Parade

Kebetawian seperti banyak yang kita jumpai saat ini.

Sebagai contoh penelitian tentang Lenong Marong sebagai pembentukan identitas Betawi oleh Ceilia, dimana hasil analisisnya perkumpulan teater lenong

Marong berperan dalam pembentukan identitas Betawi dengan cara menunjukkan bahwa masyarakat Betawi sangat mencintai Islam dan sangat memegang teguh pedoman tersebut, penggunaan dialek Betawi dalam pementasan, menampilkan karakter-karakter masyarakat Betawi, pakaian khas Betawi, alat tradisional Betawi seperti golok, dan kesenian seperti silat, gambang kromong, tarian Betawi dan lagu-lagu Betawi (Celia, 2014). Tidak sampai disitu, penguatan Betawi juga dapat dilihat dari keberadaan batik Betawi asli salah satunya sanggar batik Betawi

Teronggong yang lahir pada tahun 2012 di Jakarta Selatan. Batik Teronggong ini didirikan oleh sekelompok keluarga Betawi yang peduli terhadap survive-nya kebudayaan Betawi di tengah-tengah Jakarta bahkan sempat pada tahun 1960-an, banyak warga Teronggong yang menjadi pekerja di industri batik kemudian menjadi pengrajin batik. Tahun-tahun tersebut dapat dikatakan tahun keemasan batik Betawi yang dikenal sebagai batik Jakarta yang kemudian tahun 1970-an vakum termasuk sanggar ini dan perkembangan terakhir pendiri sanggar batik

Teronggong merintis kembali pada tahun 2012 sampai saat ini. Alasan mendirikan sanggar batik Betawi ini adalah atas dasar keinginan menghidupkan kembali batik yang pernah ada di Jakarta disamping rasa cintanya yang besar terhadap budaya

101

Betawi serta niat memberdayakan perempuan Betawi di kampung Teronggong.

Untuk itu dalam menjaga kelestarian budaya Betawi, mereka membiasakan menggunakan teknik tulis (Dwitama, 2017).

Kemudian adanya Perkampungan budaya Betawi yang telah berdiri sejak tahun 2000 pada masa Gubernur Sutiyoso berlokasi di Setu Babakan, Jagakarsa.

Tempat tersebut ditujukan untuk pelestarian dan kemajuan seni dan budaya

Betawi-penduduk asli Jakarta, hingga saat ini telah dikembangkan berbagai kesenian dan pertunjukan budaya Betawi yang ditampilkan secara reguler. Kita juga dapat melihat upacara tradisional dan menikmati makanan Betawi (jakarta- tourism.go.id/2015/node/483?language=id). Semua kebudayaan Betawi direkacipta, dipertahankan, dan dibuat dalam satu tatanan permukiman yang berlandaskan murni kebudayaan nenek moyang, dan kampung ini terdengar sebagai kampung percontohan.

Selain itu, maraknya acara Festival Kebetawian yang rutin setiap tahunnya, biasanya acara seperti ini diadakan atas kerjasama koordinator- koordinator penggiat Betawi dan juga jawara. Mereka bahu-membahu mengadakan acara Festival yang bisa diadakan beberapa kali dalam satu tahun.

Seperti wawancara Ncang Nur Fadilah (Panitia Penyelenggara Event Festival

Betawi Condet), sudah 2x Festival di tahun 2016 dan 2017 yang dilakukan baik secara bergantian dan secara serentak di berbagai lokasi seperti Festival Betawi

Condet Jak-Tim pada 29-30 Juli 2017, Festival Betawi Setu Babakan Jak-Sel.

Kemudian Festival Palang Pintu Kemang 12 di sepanjang Jalan Raya Kemang-

Jaksel pada 6-7 Mei 2017, Festival Tangerang 30 Juli 2017, Festival Keriaan

102

Betawi Jatinegara pada Oktober 2017, Festival Betawi Muda Bangkit pada

Desember 2017 dan Festival Bintaro 3 sepanjang Jalan Bintaro Taman Barat sektor 2 Jakarta Selatan pada 13-14 Mei 2017. Acara yang ditampilkan khusus tentang kebudayaan Betawi seperti uraian Ncang Fadillah, “silat, gambang kromong, tari-tarian Betawi, semua budaya betawi, kuliner, qasidah di panggung lain kalo panggung ini khusus silat” (wawancara pada 29 Juli 2017, Lokasi

Condet, Jak-Tim). Tidak hanya itu, para pedagang pangsi pun ikut meramaikan dagangan mereka di acara Festival tersebut, selain ajang mencari keuntungan secara ekonomi, lewat berdagang pangsi diharapkan dapat memperkenalkan dan menumbuhkan minat masyarakat terhadap budaya Betawi melalui pangsi.

Tujuan diadakannya event Festival ini menurut ncang Fadillah adalah untuk menjaga budaya Betawi dan sebagai bentuk usaha dalam melestarikannya.

Dalam beberapa kali mengadakan acara festival Kebetawian, nampak dampak positif yang diterima seperti wawancara berikut:

“Yang positif dari diadakan event ini salah satu dampaknya yaa menambah kesadaran masyarakat betawi khususnya di Condet, kedua melestarikan dan menjaga budayanya” (wawancara pada 29 Juli 2017).

Selain itu, adanya Parade Perguruan Silat Betawi di kawasan Car Free

Day di Monas Jak-Pus pada November 2017, dihadiri oleh 1000 peserta terdiri dari anggota Perguruan Silat, Komunitas Pelestarian Seni Budaya Betawi, Ulama,

Ormas, serta masyarakat Jakarta yang menampilkan atraksi seni maen pukul

Betawi, pentas seni dan budaya Betawi. Tujuan acara tersebut adalah untuk memotivasi pemuda dalam melestarikan dan menumbuh kembangkan seni budaya

Betawi sekaligus ajang silaturrahmi perguruan silat (lapan6online.com/brigade-

103 jawara-betawi-jawara-ulama-bersatu-menuju-kota-jakarta-maju-berakhlak-serta- berbudaya/). Dari beberapa contoh yang telah disebutkan tadi, intensitas dan penyebaran informasi acara-acara yang diadakan penggiat-penggiat Betawi nampak indikator seni Betawi makin gemilang saat ini.

Hal lain dari peran jawara Betawi yang menganggap bahwa mereka memiliki kewajiban untuk melestarikan budaya salah satunya dengan penguatan simbol Kejawaraan melalui pangsi. Simbol-simbol dipakai dalam setiap kegiatan sehari-hari baik dalam kegiatan berdagang, interaksi, acara-acara Kebetawian,

Festival, keseharian, bahkan saat melakukan kegiatan bakti sosial. Ini mengindikasikan bahwa simbol tersebut menjadi penguatan dan membentuk ketokohan jawara yang melekat pada atribut pangsinya.

“...Kita juga yang tadinya betawi mati terus diangkat lagi kita sebagai jawara juga harus langsung bisa menjadi sosok yang menjaga dan melestarikan bener-bener itu langsung diisi, jadi kalo ada yang kena bencana juga, yang kesusahan kita juga harus siap membantu gitu” (wawancara ncang Ayyub, pada 16 Desember 2017).

Menjadi sosok jawara secara tidak langsung memberikan posisi dan kewajiban untuk ikut andil dalam melestarikan Betawi. Rasa memiliki tanggung jawab ini muncul akibat adanya ethnic identity sebagaimana menurut Tafjel

(1981), Ethnic Identity adalah bagian dari self-concept individu yang berasal dari pengetahuan atau informasi yang dia miliki mengenai kelompoknya dan terkandung di dalamnya value dan keterikatan emosional terhadap kelompok tersebut. Atribut pangsi dimaksudkan untuk memberikan impresi bahwa mereka adalah bagian dari kelompok jawara sejati yang ingin memperkenalkan, membumikan budaya, melestarikan Betawi sekaligus menguatkan simbol

104 kejawaraannya melalui kostum pakaian pangsi. Dengan demikian pakaian tidak hanya sekadar berfungsi menutupi tubuh tetapi juga untuk memperlihatkan dari mana afiliasi budaya mereka berasal, maka pakaian pun berkekuatan untuk memperlihatkan eksistensi diri jawara Betawi.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing penggiat seni tradisi Betawi ini menjalankan peran sesuai fungsinya masing-masing yang bergabung dalam satu wadah, bahu-membahu dan bermuara pada satu tujuan yaitu mempertahankan dan mengukuhkan pelestarian budaya Betawi di tengah arus globalisasi saat ini.

105

Gambar 19. IV. C. Tahap-tahap Konstruksi Sosial Kostum Pakaian Pangsi Betawi

Proses Eksternalisasi antara lain:

 Berdagang Pangsi  Modifikasi Atribut Pangsi  Mendirikan Padepokan  Mengajar Berlatih Silat  Kegiatan Bakti Sosial

Konstruksi Sosial Pakaian Proses Objektivasi antara lain:

Pangsi  Petuah dan Aturan Betawi  Penggunaan simbol-simbol Kejawaraan (dresscode)  Stigma Positif dari Masyarakat (Pangsi menjadi modal simbolik)

Proses Internalisasi antara lain:

 Pride dan perasaan gengsi

Sumber: Data diolah oleh Penulis

106

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai makna konstruksi sosial kostum pangsi Betawi, dapat ditarik kesimpulan atas penemuan data dan hasil analisis sebagai berikut:

Konstruksi sosial pemaknaan pangsi jawara Betawi di bagi dalam tiga tahap proses yaitu pertama, eskternalisasi. Dalam tahap eksternalisasi ini yang dimaksud adalah jawara mengeskpresikan dirinya dengan melakukan kegiatan- kegiatan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya sebagai contoh dengan membuka usaha konveksi pangsi Betawi dan memodifikasi warna-warni pangsi yang khas dengan aksen cerah dan ngejreng. Tidak hanya dengan baju pangsi, mereka juga memodifikasi sarung/ selendang misalnya dengan motif Batik dan Ondel-ondel. Kemudian motif peci yang baru yaitu peci kembang kol. Tidak hanya sebatas itu, untuk melestarikan kebudayaan Betawi, para informan jawara membuka Padepokan yang diisi dengan kegiatan mengajar dan berlatih silat.

Selain itu, mereka juga mengdakan kegiatan bakti sosial jika terjadi bencana alam dan kebakaran. Melalui tahap eksternalisasi ini mereka berusaha menguatkan eksistensi diri di dalam masyarakat.

Kedua, dalam proses objektivasi ini aktor jawara membiasakan tradisi leluhur dengan mengikuti pituah-pituah orang terdahulu seperti amalan berpuasa selama tujuh hari, membaca Al-Qur’an, witir dan wirid bahkan melakukan amalan

107 dengan media cincin dan golok. Media golok dapat berisi khodam (isian) sehingga wajib dilakukan ritual seperti pemberian makan dengan cara memberi minyak misik atau minyak kobra dan setelah itu dimandikan dengan bunga ditambah dengan wiridan. Kegiatan tersebut rutin setiap malam jumat Kliwon atau setiap 1

Muharram bulan hijriyah. Pembiasaan ritual ini rutin dilakukan sehingga membentuk pola pembiasaan dan dilembagakan pada diri aktor. Selain rutin melakukan tradisi ritual, para jawara selalu membiasakan diri mereka menggunakan atrbiut-atribut pangsi Betawi dalam kehidupan sehari-hari terlebih saat acara festival, acara Kebetawian dan palang pintu seperti pangsi, peci, cincin, sarung/selendang, gelang bahar dan golok. Intensitas penggunakan kostum pangsi

Betawi bertujuan untuk mengukuhkan identitasnya sebagai jawara Betawi sehingga mereka telah sampai pada tahap ini.

Ketiga, terakhir proses internalisasi. Dalam tahap ini rasa gengsi dan bangga terhadap budayanya membuat mereka harus menjaga dan melestarikan budaya

Betawi contohnya melalui pangsi ini. Perasaan bangga muncul karena Betawi merupakan tuan rumah Jakarta sehingga mereka berbangga hati dengan itu. Selain rasa bangga, gengsi pun hadir mereka menganggap bahwa Betawi lah yang memiliki tanah di sini sehingga muncul organisasi FBR merupakan yang merupakan bentuk ekspresi dari resistensi bahwa apa yang mereka anggap sebagai milik mereka harus mereka miliki kembali. Hal ini merupakan salah satu unsur penting yang menentukan jati diri seorang jawara sehingga terdapat dorongan untuk mengaktualisasikan diri dengan kemampuan mereka dalam melestarikan kebudayaan Betawi untuk mencapai tujuan mereka.

108

Sebelum adanya Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi, pangsi dianggap sebagai trend pakaian kuno, jadul, dan tidak menarik namun setelah adanya Perda

Pelestarian Kebudayaan Betawi yang beriringan dengan proses konstruksi dan usaha-usaha untuk melestarikan Betawi, mengalami perubahan makna dan mengubah cara pandang masyarakat mengenai pangsi Betawi yaitu pangsi dilihat sebagai pakaian yang keren, berwibawa, dan gagah khususnya jika dipakai oleh jawara Betawi.

Terakhir, dalam menghadapi dunia globalisasi, proses penguatan identitas

Kebetawian sangat diperlukan hal ini untuk menjamin kelangsungan dan eksistensi budaya Betawi melalui penerbitan buku, website, silaturrahmi antar komunitas, mengadakan acara dan berpartisipasi pada Festival Kebetawian,

Parade Perguruan Silat Betawi, dan penggunaan atribut simbolisasi Kejawaraan.

Kesemuanya sebagai bentuk dari upaya pengakuan bahwa Betawi mampu bertahan di tengah globalisasi yang melingkarinya.

B. Saran

Penulis memberikan saran-saran yang diharapkan menjadi bahan renungan dan masukan kepada semua pihak terkait adalah:

1. Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan dan sigap dalam melestarikan

budaya-budaya lokal, untuk dapat membuat kebijakan agar budaya khas

daerah dan kearifan lokal yang terdapat di dalamnya terus terjaga

pelestariannya, dan mengembalikan kebudayaan yang sempat hilang dalam

penelitian ini adalah budaya Betawi khususnya kostum pangsi Betawi.

109

2. Warga Jakarta khususnya agar lebih mempedulikan budayanya sendiri agar

tetap bahu-membahu mempertahankan eksistensi kebudayaan daerah dan

lebih menghargai juga mencintai produk kebudayaan sendiri khususnya

Betawi serta dapat dengan bijak memfilter/ menyaring kembali budaya-

budaya asing yang masuk sehingga tidak menghilangkan identitas budaya

lokalnya.

3. Untuk penelitian selanjutnya diharap dapat mengekplorasi lagi mengenai

khazanah dan kebudayaan Betawi seperti contoh mengkaji Perda Pelestarian

Betawi mengenai delapan ikon kebudayaan Betawi yang disebutkan di dalam

Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi tersebut.

110

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, S. 2010. Prosuder Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Aziz, Abdul. 2002. Islam dan Betawi. Jakarta: Logos

Azis, Abdul. 2002. Islam dan Masyarakat Betawi. Jakarta: LP3S.

Barnard, Malcolm, 2011. Fashion Sebagai Komunikasi. Jogjakarta: Jalasutra.

Bell, Catherine. 1992. Ritual Theory, Ritual Practice. Oxford: Oxford University Press. Berger, Peter L. & Thomas Luckmann. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan:Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan (terj. dari buku asli The Social Construction of Reality oleh Hasan Basari). Jakarta: LP3ES. Berger, Peter L & Thomas Luckmann. 1994. Langit Suci: Agama Sebagai Realitas Sosial (diterjemahkan dar buku asli Sacred Canoppy oleh Hartono). Jakarta: Pustaka LP3ES. Berger, Peter L. & Thomas Luckmann. 2013. Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES. Bungin, Burhan 2008, Konstruksi Sosial Media Massa ,Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Castells, Manuel. 1996. The Rise of the Network Society. Massachussetts: Blackwell Publishers Ltd. Chaer, Abdul. 2012. Folklor Betawi. Jakarta Masup Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka. Datta, Anup. 2004,“Globalization in International Relations”, dalam Majumdar, Anindyo J. dan Shibashis Chatterjee. Understanding Global Politics, Issues & Trends. New Delkhi: Lancer’s Books. Dimyati, Edi. 2010. Wisata Kota Tua Jakarta. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.

111

Eller, Jack David. 2007. Introducing Antropology of Religion. Culture to The Ultimate. New York. London: Routledge. Fisher, Aubrey. 1986. Teori-teori Komunikasi (terj. Soerjono Trimo). Bandung: Remaja Rosda Karya Jenkins, Richard. 2008. Social Identity. London & New York: Routledge Taylor & Group. Lubis, Firman. 2008. Jakarta 1950-an Kenangan Semasa Remaja. Jakarta: Komunitas Bambu. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhadjir. 2000. Bahasa Betawi Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media. Nawi, G.J. 2016. Maen Pukulan Pencak Silat Betawi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Nazsir, Nasrullah. 2008. Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Widya Padjajaran.

Neuman, W. Laawrence. 2013. Metode penelitian sosial. Jakarta: PT. Indeks

O’Keefe, Daniel L. 1982. Stolen Lightning: The Social Theory of Magics. New York: Continuum. Paterson, Ian.2003.Dictionary of Colour. India: Replika Press.

Polomo, Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Rajawali Press

Rosyadi. 2006. Profil Budaya Betawi. Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. Shahab, Alwi. 2009. Batavia Kota Banjir. Jakarta: Penerbit Republika.

Shahab, Yasmine Zaki. 2004. Identitas dan Otoritas: Rekonstruksi Tradisi Betawi. Depok: Laboratorium Antropologi FISIP UI. Saidi, Ridwan. 2007. Glosari Betawi. Jakarta: Komunitas Bambu.

Saidi, Ridwan & Maman S. Mahyana. 2002. Ragam Budaya Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman.

112

Sugiono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Suparlan, Parsudi. 1996. Antropologi Perkotaan. Latar Belakang Budaya Orang Betawi. Jurusan Antropologi FISIP UI (tidak diterbitkan). Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. Tafjel, H. 1981. Human Groups and Social Categories: Studies in Social Psycology. Cambridge: Cambridge University Press. Tjandrasasmita, Uka. 1977. Pasang Surut Perjuangan Pangeran Jayakarta Wijayakrama. Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Whitney.2009. Metode Penelitian.dikutip oleh Moh. Nazir. Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yulius, Muhammad. 2014. Prahara Tanah Tjondet. Jakarta: Museum Sejarah Jakarta. (tidak dipublikasi).

Jurnal, Skripsi dan Penelitian Ilmiah Adi, Sasmito. 2010. Betawi Tumbuh Seperti Pohon Salak: Studi Pengalaman Akulturasi Orang Betawi Condet Balekambang Dalam Perspektif Psikologi. Prodi Psikologi. Universitas Sanata Dharma. Yogjakarta. Arfani, Riza Noer. 2004. Globalisasi. Ekonomi Politik Journal Al-Manar edisi I (tersedia di http://mirror.unpad.ac.id/orari/library/cd-al-manaar- digilib/bahan/8.%2520EKONOMI52520POLITIK/1/%2520Globalisasi 52520karakteristik%2520dan 52520implikasi.pdf&ved=2ahUKEwi8gfONwJPbAhXHP48KhfxpAV4 QFegQIAhAB&AovVaw3Szmm-8HM4AsfsJrSyGlsZ). Bangsawan, Arjuna. 2014. Lokalitas Konten dalam Visual Kaos Cak-Cuk Surabaya. Surabaya: Institut Informatika Indonesia (IKOADO). BPS. 2010. Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik. Cellia, Putri. 2014. Peran Teater Lenong Betawi Dalam Pembentukan Identitas Budaya Masyarakat Betawi (Studi Kultural Historis: Teater Lenong Marong Group di Cianter, Tangerang Selatan). Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Tarbiyah, UIN Jakarta. Dwitama, Latifa Dinar. 2017. Konstruksi Sosial Makna Kultural Batik Betawi (Studi Kasus: Batik Betawi Terogong). Prodi Sosiologi. UIN Jakarta. Fadillah, Saleh & M. Sabrais. 2015. Penggambaran Etnik Betawi Dalam Film Bajaj Bajuri The Movie. Jurnal visi komunikasi. Vol. 12, No.02.

113

Fithri Muta’afi, 2015, Konstruksi Sosial Masyarakat Terhadap penderita Kusta, Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya. Howell, Briam M. 2006. Globalization, Ethnicity, and Cultural Authenticity: Implications for Theological Education. Cristian Scholar’s Review. Holland Vol. 35, Iss. 3. Spring. Iqbal, Muhammad Zafar. 2002. Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan Budaya Betawi. Jakarta: Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN. Kleden-Probonegoro, Ninuk. 2003. Tanda Budaya Propinsi dan Politik Identitas” artikel (belum diterbitkan). Koehane, Robert. O & Joseph Nye. Jr. 2000. “Globalization: What’s New? What’s Not? (and So What?) dalam Foreign Policy, Spring Ngangi, R. Charles. 2011. Konstruksi Sosial Dalam Realitas Sosial- volume 7 Nomor 2. Pahlevi, Reza dkk. T.tp. Konstruksi Makna Tato Pada Anggota Komunitas “Paguyuban Tatoo Bandung”.Prodi Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.

Perda No. 4 Tahun 2015 Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi.

Pergub No. 11 Tahun 2017 Tentang Ikon Betawi.

Prabowo, Hendro. 2003. Socio-Economic Marginalization of The Indigenous Betawinese Farmer in Jakarta. Diambil dari http://www.indiana.edu/`iascp/bali/papers/Prabowo Hendro.pdf/2003. Purbasari, Mita. 2010. Indahnya Betawi. Jurusan Desain Komunikasi Visual. Fakultas Komunikasi dan Multimedia. Universitas Bina Nusantara. Saleh, Fadillah dan M. Sabrais. Penggambaran Etnik Betawi Dalam Film Bajaj Bajuri The Movie”. Jurnal Visi Komunikasi/l. 14 no.02 November 2015.

Sandinata, Andreas. 2013. Konstruksi Sosial Waria Tentang Diri Studi Pada Waria (Wanita-Pria) Di Surabaya. Diunduh 05 Mei 2018 (http://journal.unair.ac.id/konstruksi-sosial-waria-tentang-diri-studi-pada- waria-(wanita-pria)-di-surabaya-article-5515-media-135-category-8.html) Suswandari. 2016. Pemahaman Sejarah, Budaya, dan Kearifan Lokal Etnik Betawi Pada Guru Sekolah Dasar di Wilayah DKI Jakarta. Prosiding Kolokium Doktor dan Seminar Hasil Penelitian Hibah.

114

Internet http:///jakartasehat.pedia/asal-usulBetawi.html http//merahputih.com/post-read-ternyata-kata-Betawi-berasal-dari-nama-pohon. http://www.scribd.com/doc/76409570/betawi

Ikatan Arsitek Indonesia Jakarta, Design Week 3.2, Psikologi Warna Pada Bangunan Betawi, Stasiun Beos Jakarta: 31 Juli-02 Agustus 2015, tersedia dalam papasemar.com/menelaah-budaya-betawi-dari-psikologi- warna-dan-bentuk-bangunan/). Jakarta.turism.go.id/2015/node/483language=id

Lapan6onlie.com/brigade-jawara-betawi-jawara-ulama-bersama-menuju-kota- jakarta-maju-berakhlak-serta—berbudaya/ sewabusanabetawi.blogspot.co.id/2012/05/selendang-batik-cukin.html?m=1 akses pada 02 April 2018 pukul 03.00 WIB www.academia.edu/23685726/Pengertian_identitas_Nasional_menurut_para_ahli akses 01 Mei 2018 pukul 20.00 WIB

WAWANCARA

Wawancara pribadi dengan Ncang Ali 26 Juli dan 19 September 2017 Wawancara pribadi dengan Bang Yahya 02 Oktober 2017 Wawancara pribadi dengan Ncang Fadillah 29 Juli 2017 Wawancara pribadi dengan bang Baim 29 Juli 2017 Wawancara pribadi dengan Ncang Hasnawi 29 Juli 2017 Wawancara pribadi dengan Ncang Renai 28 Oktober 2017 Wawancara pribadi dengan Tio dan Supri 28 Oktober 2017 Wawancara pribadi dengan Babeh Wahid 19 September 2017 Wawancara pribadi dengan bang Jaka, Bapak Ojih, Mardanih, Adi dan Lutfi 18 November 2017 Wawancara dengan Ncang Ayyub dan Bang Ojih 16 Desember 2017.

115

LAMPIRAN I SALINA!'! I

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 4 TAHUN 2015

TENTANG

PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang a. bahwa kebudayaan Betawi merupakan bagian dari budaya nasional dan merupakan aset bangsa, maka keberadaannya perlu dijaga, diberdayakan, dibina, dilestarikan, dan dikembangkan sehingga berpernn dalam upaya menciptakan masyarakat yang memiliki jatidiri, berakhlak mulia, berperadaban dan mempertinggi pemahaman terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa budaya masyarakat Betawi yang merupakan sist<:m nilai, adat istiadat yang dianut oleh masyarakat Betawi, yang di dalamnya terdapat pengetahuan, keyakinan, nilai-nilai, sikap, dan tata cara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupan warga masyarakatnya;

c. bahwa dalam rangka menjamin terpeliharanya kebudayaan Betawi dan untuk mewujudkan maksud sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pelestarian KebudFlyFlan Betawi;

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomar 3418);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman (Lembaran Negara Rcpublik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3473);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85, TnmbRh'1n l,emhnrF\l1 Npf~nrn Rr:pvhljk fnrIOll13:ij" Nnmor 4??O): 2

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ,130] );

6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744);

7. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4774);

8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

12. Unclang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 54(0);

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Repllblik lndonesiq Nomor 5679);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Usaha Perfilman (Lembaran Negara Republik lnclonesia Tahun 1994 Nomor 11, Tambahan Lembaran NegarA. Nnffior :'3fi'1 J);

IS. Peraturan Pemerimah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum (LembafAn Negar8 Republik Indonesia TRhun 1995 NOffior 35, T~lnlh.:,h~~!'l LI"n-lhnr~II' Nt·;lJllt'll Nnrr1111' 'lnqrJ ); 1 .'

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pedoman Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kebudayaan, Keraton, dan Lembaga Adat Dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman Bagi Kepala Daerah Dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat;

19. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 42 Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan;

20. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PMAOj UM. 001 j MKP j 2009 tentang Pedoman Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Situs;

21. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PMA5jUM.00ljMKPj2009 tentang Pedoman Permuseuman;

22. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PMA7 jUM.00ljMKPj2009 tentang Pedoman Pemetaan Sejarah;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

24. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1999 Nomor 26);

25. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2004 Nomor 65);

26. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2006 Nomor 8);

27. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2010 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Nomor 1) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2013 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2013 Nomor , Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah IhllkntH ,Jfilm.rrtl !'J"lI'j'lfll' ',Jon:;»; 4

28. Peraruran Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2014 Nomor 201, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 204);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI.

BAB I

KETENTUAN lJMUM

Bagian Kc~a tu Pengert i~1n

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota JRkarta.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

5. Dinas adalah Dinas yang tugas dan fungsinya di bidang kebudayaan.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7. Unit Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat UKPD adalah unit kerja atau subordinat SKPD.

8. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya manusia danl atau kelompok manusia baik bersifat fisik maupun non fi~ik yang diperoleh melalui proses belajar dan adaptasi terhadap lingkungannya.

9. Pelestarian adalah upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan yang dinamis.

10. Perlindungan adalah upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap tindakan yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian, atau kepunahan kebudayaan dan adat istiadat, yang berupa gagasan, perilaku, dan karya budaya termasuk harkat dan martabat serta hak budaya yang diakibatkan aleh perbuatan manusia ataupun proReR Alam.

------5

11. Pengembangan adalah upaya dalam berkarya, memungkinkan terjadinya penyempurnaan gagasan, perilaku, dan karya budaya bcrupa perubahan, penambahan, atau penggantian sesuai tata dan norma yang berlaku pada komunitas pemiliknya tanpa mengorbankan keasliannya.

12. Pemanfaatan adalah upaya penggunaan karya budaya untuk kcpentingan pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan it'll sendiri.

13. Jatidiri bangsa adalah karakter budaya dan karakter sosial yang menjadi eiri pengenal bangsa tertentu.

14. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan pemahaman serta tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan budaya Betawi.

15. Kcsenian adalah kesenian tradisional masyarakat Betawi berupa nilai estetika hasil perwujudan kreatifitas daya eipta, rasa, karsa dan karya yang hidup seeara turun-temurun dalam mayarakat Betawi.

16. Kepurbakctlaan adalah semua peninggalan budaya masyarakat Betawi masa lalu yang bereorak Prasejarah, Hindu-Budha, Islam maupun kolonial.

17. Kesejarahan adalah dinamika peristiwa budaya Betawi yang tejadi di masa lalu dalam berbagai aspek kehidupan dan hasil rekonstruksi peristiwa-peristiwa tersebut, serta peninggalan masa lalu dalam bentuk pemikiran ataupun teks tertulis, tidak tertulis dan tradisi lisan.

18. Permuseuman adalah segala seluk beluk atau hal yang menyangkut museum budaya Betawi.

19. Nilai tradisi atau adat istiadat adalah konsep abstrak mengenai masalah dasar kemanusiaan yang amat penting dan berguna dalam hidup dan kehidupan manusia yang tereermin dalam sikap dan perilaku yang selalu berpegang teguh pada adat istiadat masyarakat Betawi.

20. Bahasa Betawi adalah bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan interaksi antar masyarakat Betawi.

21. Perpustakaan adalah institusi kepustakaan pengelola koleksi karya tulis, karya eetak, danlatau karya rekam seeara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

22. Perfilman adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan, jasa teknik, pengeksporan, pengimporan, pengedaran, pertunjukan, danlatau penayangan film.

23. Pakaian Betawi adalah pakaian adat Betawi dan seluruh kelengkapannya atau aksesoris yang; digunakan parla aeara. rcsmi I3etnwi. (J

24. Souvenir atau cinderamata adalah benda yang bercirikan kebetawian sebagai oleh-oleh, tanda mata, danlatau kenang-kenangan.

25. Ornamen atau arsitektur adalah bangunan atau bagian dari bangunan atau lambang-lambang atau simbol-simbol yang mencirikan kebctawian.

26. Kuliner adalah segala jenis makanan yang bercirikan kebetawian.

27. Badan Musyawarah Masyarakat Betawi yang selanjutnya disebut dengan Bamus Betawi adalah selaku organisasi induk masyarakat Betawi yang merupakan representatif untuk ditunjuk sebagai mitra Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan seluruh kegiatan Pelestarian KcbudayRal1 Betawi.

Bagian Kedua T1.~juan dan Prinsip

Pasal 2

Tujuan Pelestarian Kebudayaan Betawi untuk : a. melindungi, mcngamankan, dan melestarikan budaya Betawi; b. mcmelihara dan mcngembangkan nilai-nilai tradisi Betawi yang merupakan jatidiri dan sebagai perlambang kebanggaan masyarakat Betawi dalam masyarakat yang multikultural; c. meningkatkan pemahaman kesadaran masyarakat terhadap kebudayaan Betawi; d. meningkatkan kepedulian, kesadaran, dan aspirasi masyarakat terhadap peninggalan budaya Betawi; e. membangkitkan semangat cinta tanah air, nasionalisme, dan patriotisme; f. mcmbangkitkan motivasi, memperkaya inspirasi, dan memperluas khasanah bagi masyarakat dalam berkarya dalam bidang kebudayaan; dan g. mengembangkan kebudayaan Betaw! untuk memperkuat jatidiri kebudayRRn nasional.

P:1fln 1 3

Pi')1f'At8rian KebudayRan BetRwi diAeJen.~gr).rRkan berdasarkan prinsir: a. kcterbukann; b. akuntabilitas; c. kepastian hukum; d. keberpihakan; dan c. kc!.1crlanjuIHn. 7

BAB II

TUGAS DAN WEWENANG

Pasal4

(1) Tugas Pemcrintah Dacrah dalam Pelestarian Kebudayaan Betawi sebagai bcrikut:

a. menumbuhkembangkan partisipasi dan kreativitas masyarakat; b. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat Jakarta tcrhadap Pelestarian Kebudayaan Betawi; c. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam upaya Pelestarian Kebudayaan Betawi; dan d. mengoordinasikan pelaksanaan Pelestarian Kebudayaan Betawi dengan daerah sekitarnya.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah mempunyai wewenang:

a. merumuskan dan menetapkan kebijakan serta strategi Pelestarian Kebudayaan Betawi berpedoman pada kebijakan nasional; b. mcnyclenggarakan Pclestarian Kebudayaan Betawi sesuai norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan Pemerintah; c. melakukan kerja sama antar daerah, kemitraan, dan jejaring dalam Pclestarian Kebudayaan Betawi; d. melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan Pelestarian Kebudayaan Betawi; e. menetapkan kawasan kebudayaan Betawi;dan f. memfasilitasi penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi yflllg disclenggarakan masyarakat Betawi.

Pasal5

(1) Untuk mcncapai tujuan pelestarian kebudayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pemerintah Daerah menyusun Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Betawi dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.

(2) Rcncana induk Pelcstarian Kebudayaan Betawi sebagaimana dimFlksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya memuat:

a. arah, kebijakan, dan strategi dalam mencapai target penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi; b. target yang ingin dicapai dalam Pelestarian Kebudayaan Betawi; c. pengembangan kerjasama, kemitraan, dan partisipasi aktif masyarakat dalam penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi; dan d. kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat.

(3) Rencana induk Pelestarian Kebudayaan Betawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan perkembangan krb\.ldnynnl1 dnernh Inin yon£,; ndH eli dE\')mh. 8

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Setawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal6

(1) Rencana induk Pelestarian Kebudayaan Betawl sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dituangkan dalam:

a. Rencana Aksi Daerah (RAD) Pelestarian Kebudayaan Betawi; dan b. Rencana Strategis Dinas dan SKPD /UKPD terkait.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Aksi Daerah (RADl Pelestarian Kebudayaan Betawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diatur dengan Peraturan Gubernur.

(3) Rencana Strategis Dinas dan SKPD/UKPD terkait dalam Pelestarian Kebudayaan Betawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undan~an.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Pasal 7

Masyarakat bnhak: a. mcnggunakan seluruh aspek kebudayaan Betawi sesuai fungsinya; b. memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi; c. turut serta dalam menetapkan kebijakan kebudayaan Betawi; dan d. memilih aspek kebudayaan Setawi untuk kepentingan pengungkapan pengalaman dan estetisnya.

Pasa) 8

Masyarakat berkewajiban menjaga kelestarian budaya Betawi dan dapat turut serta dalam upaya Pelestarian Kebudayaan Betawi terutama pada: a. inventarisasi nilai-nilai tradisi budaya Betawi; b. inventarisasi aset kekayaan budaya dan penggalian sejarah Betawi; c. peningkatan kegiatan Pelestarian Kebudayaan Betawi; d. sosialisasi dan publikasi nilai-nilai tradisi budaya Betawi; dan e. fasilitasi pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam Pclcstarian Kebudayaan SetawL 9

BABIV

PENYELENGGARAAN PELESTARIAN

BARi8n K0Rf.ltU Um \Hn

Pasal9

Pelestarian Keb1..1dayaan Setawi diselenggarakan melal1..1i: a. pendidikan; b. perlind1..1ngan; c. pengembangan; d. pemanfaatan; c, pemeliharaan; dan f. pembinaan, pemanta1..1an clan eval1..1asi.

Pasal 10

Penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Setawi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dit1..1j1..1kan pada 1..1ns1..1r: a. kesenian; b. kep1..1rbakalaan; c. perm1..1se1..1man; d. kesejarahan; e. kebahasaan dan kes1..1sastraan; f. adat istiadat; g. kcpustakaan dan kcnaskahan; h. perfilman; i. pakaian aclat; j. k1..1liner; k. ornamen/ arsitektur; dan l. !\l)l,.lvrnir! cinrlerarnAt.fl.

BagiR.n Kedua Kcseninn

Pasal 11

(1) Pelestarian kesenian Setawi sebagaimana dalam Pasal 10 hur1..1f a, bcrtujuan unt1..1k :

a. meningkatkan kesinambungan usaha pengelolaan, penelitian, peningkatan mutu, penyebarl1..1asan kesenian, peningkatan daya cipta dan daya penampilan, serta peningkatan apresiasi kesenian Setawi; b. meningkatkan kreativitas dan produktivitas seniman 1..1nt1..1k berkarvH bagi kC'H"niroln B<>.tnwi; dAn 10

c. meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap kesenian Betawi melalui pendidikan dan apresiasi seni di sekolah dan di luar sckoJah.

(2) Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah bersama-sama dengan masyarakat mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a. mewujudkan iklim kesenian tradisional Betawi dan kontemporer yang sehat, bebas, dan dinamis; b. meningkatkan kesejahteraan dan terlindunginya hak cipta dan hak kekayaan dan intelektual seniman Betawi; c. menata lembaga kesenian yang kreatif, responsif, proaktif dan dinamis terhadap kebutuhan dan pertumbuhan kesenian Betawi; d. meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian Betawi; e. meningkatkan profcsionalisme penyelenggaraan kesenian Betawi; f. mendorong dan memfasilitasi perkumpulan seni dan organisasi atau lembaga kemasyarakatan dalam pelestarian kesenian Betawi; g. mengembangkan sistem pemberian penghargaan; h. memanfaatkan ruang publik, hotel, tempat perbelanjaan, kantor pemerintahan, gedung kesenian, gedung sekolah dan media massa sebagai upaya pelestarian kesenian Betawi; i. mendorong tumbuhnya industri alat kesenian Betawi; j. merefieksi dan mengevaluasi kegiatan penyelenggaraan pelestarian kesenian Betawi; dan k. membina dan memfasilitasi perkumpulan atau paguyuban kesenian Betawi.

Pasal 12

(1) Dalam pC'nyelenggaraan pelestarian kesenian Betawi, Pemerintah Dncrnh meJakukan :

a. penerapan kesenian Betawi dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah dengan memasukkan mata pelajaran muatan lokal kesenian Betawi yang setara dengan mata pelajaran lain; b. meningkatkan kualitas pendidik dan bahan ajar kesenian Betawi serta pamong seni; dan c. memenuhi fasilitas yang diperlukan dalam peJaksanaan pendidikan keseninn Betawi.

(2) Penyelenggaraan pelestarian kesenian Betawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi tugas KepaJa SKPD yang membidangi pendidikan berkoordinasi dengan Kepala SKPD yang membidangi kebudayaan dengan mengikutsertakan masyarakat di bidang pcnrlidilmn.

[1, 1: if': I 1:.~

Pemerintah Daerah melakukan pengembangan program dan kegiatan pelestarian kesenian Betawi dengan melibatkan masyarakat, seniman, pflrn nhli, dnn pih.. k Jilin YH1:"1~ br;rk"l'!pentil1(!FlI1. JJ

Pasal 14

Dalam rangka meningkatkan apresiasi kegiatan kesenian Betawi, Pemerintah Daerah danlatau masyarakat melaksanakan: a. lomba kesenian Betawi yang diselenggarakan secara periodik dan berjenjang; b. perge!aran kesenian Betawi pada acara resmi tertentu; c. kegiatan Jain yang berfungsi sebagai sarana dan media apresiasi kesenian Betawi; dan d. memberikan penghargaan dan jaminan sosia! kepada seniman.

Pi1s£ll 15

Gubernur memfasilitasi karya seni tradisional danlatau karya seni Betawi yang be!um diketahui penciptanya dan wajib di!indungi sesuai dengan ketentuRn peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

(1) Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam melestarikan kesenian Betawi harus melakukan pelestarian:

a. kesenian yang dianggap hampir punah atau !angka yang memi!iki ciri khas Betawi; dan b. kesenian kontemporer dan kreasi baru yang selaras dengan nilai budaya Betawi.

(2) Pelestarian kcscnian Bctawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diarahkan pada norma dan nilai kemajuan yang bermanfaat bagi terwujudnya pembangunan manusia yang beriman dan bertaqwa se'rtn herakhlAk mulio..

Pasal 17

Ketentuan !ebih lanjut mengenai penyelenggaraan pelestarian kesenian Betawi sebagaimana diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasa! 16 diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Ketiga K""purhi' kl1lnnn

Pa~.ial 1K

Pelestarian kepurbakalaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, diselenggarakan Pemerintah Daerah danlatau Masyarakat melalui 1{f\~iH.rlo1n: 12 a. pendataan, pencatatan, dan pendokumentasian terhadap tinggalan budaya Setawi yang tersebar di daerah danlatau di luar daerah danlatau yang telah dikuasai masyarakat; b. penyelamatan penemuan tinggalan budaya Setawi yang berada di atas dan masih terpendam/terkubur di dalam tanah; c. pengkajian ulang penemuan tinggalan budaya Setawi; d. pengaturan pemanfaatan kcpurbakalaan bagi kepentingan sosial, pendidikan, pariwisata; dan e. mensosialisasikan penemuan tinggalan budaya Setawi kepada masyarakat secara berkala.

Pasal 19

(1) Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi kepurbakalaan sesuai standar teknis arkeologi secara Juas, sistematis, dan terarah.

(2) Pelaksanaan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melibatkan masyarakat, para ahli, danlatau pihak lain yang berkepcntingan.

Pasal20

(1) Hasil penemuan tinggalan budaya Setawi dalam bentuk benda bergerak danlatau tidak bergerak disimpan di museum.

(2) Hasil temuan tinggalan budaya Betawi dalam bentuk benda tidak bergerak berada di atas tanah milik perorangan diberi penggantian sesuai ketentuan perRturan penmdang-undangan.

Pasal 21

(1) Sagi masyarakat yang menemukan danlatau menyimpan benda tinggalan budaya wajib didaftarkan kepada Gubernur melalui Kepala Dinas.

(2) Kepala Dinas mendokumentasikan hal ikhwal benda tinggalan budaya yang disimpan oleh masyarakat.

(3) Tinggalan budaya Setawi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, kepariwisataan, kegiatan ilmiah dan permuseuman.

Pasal '22

Ketentuan lebih lanjut mengenai peJestarian kepurbakalaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 dan Pasal 21 diatur dengan Peraturan Gubernur. 13

Bagian Keempat Permuseumnn

Pasal 23

(1) Penyelenggaraan permuseuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 humf c, melalui kegiatan pengumpulan, pengkajian, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda dan situs bernilai budaya dan ilmu pengetahuan sejarah dan lingkungan.

(2) Penyelenggaraan permuseuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diselenggarakan oleh masyarakat dan badan hukum setelah mendapatkan izin dari Gubernur.

(3) Pemerintah Daerah wajib memiliki museum Betawi.

Pasa124

(1) Setiap benda yang menjadi koleksi di museum hams memperhatikan kriteria sebagai berikut:

a. memiliki nilai budaya, sejarah dan ilmiah; b. memiliki identitas menurut bentuk dan wujudnya, tipe dan gayanya, fungsi dan asalnya secara historis, geografis, genus dalam orde biologi atau periodisasi dalam geologi; dan c. dapat menjadi monumen dalam sejarah dan budaya Betawi.

(2) Koleksi museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hams didokumentasikan secara verbal dan visual sesuai ketentuan teknis pcrmuseuman melalui kegiatan pengkajian dan penyajian pameran.

Pasal25

(1) Pemanfaatan koleksi museum dapat dilakukan untuk kepentingan antara lain pendidikan, penelitian, rekreasi atau pariwisata, sepanjang tidak menimbulkan kerusakan terhadap koleksi museum.

(2) Penyelenggara museum harus menetapkan kebijakan pemanfaatan kolekRi ml.lSeUm sc,nJai kctentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal26

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan permuseuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25, diatur dcngan Peraturan Gubernur. III

Br,lgil'111 I

Pasa1 27

(1) Pemerintah Daerah bcrkewajiban menyelenggarakan pelestarian kesejarahan Betawi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d, mclalui :

a. pemeliharaan, perlindungan dan pengkajian sumber sejarah sebagai bahan penulisan sejarah Betawi; b. penelitian dan penulisan sejarah daerah secara obyektif dan ilmiah serta ilmiah populer, dan sastra sejarah Betawi; c. pemilahan dan pemeliharaan hasil penulisan sejarah Betawi; dan d. pemanfaatan hasil penulisan sejarah Betawi harus disosialisasikan melalui pendidikan dasar dan menengah, media massa penerbitan berkala dan sarana publikasi lain yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.

(2) Pemerintah Daerah berkewajiban memfasilitasi penulisan kesejarahan Betawi yang dilakukan oleh masyarakat,

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pelestarian kesejarahan dan penulisan kesejarahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Keenam Nilai Tradisi dan Adat lstiadat

Pflsal 28

(1) Pemerintah Daerah bersama-sama masyarakat melestarikan nilai tradisi Betawi dan adat istiadat yang berkembang dalam kehidupan l1111syarakat Betawi.

(2) Pelestarian nilai tradisi dan adat istiadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melall.li kegifltan:

a, pengkajian, pemeliharaan dan pengembangan nilai tradisi dan adat istiadat Betawi yang dipedomani oleh masyarakat dalam berperilaku dan bcrtindak, yang meliputi aspek ungkapan, peribahasa, upacara, cerita dan permainan rakyat, naskah kuno, pcngetahuan, sistern kemasyarakatan, masyarakat kampung budaya Betawi, dan nilai tradisi lainnya yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Betawi; b. pemilahan dan pemeliharaan terhadap nilai tradisi dan adat istiadat yang disesuaikan dengan perkembangan zaman; c. perlindungan terhadap masyarakat yang menggunakan dan mengembangkan nilai tradisi serta adat istiadat dalam kehidupannya; dan d. m

(3) Kegiatan pelestarian nilai tradisi dan adat istiadat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hams memperhatikan:

a. nilai agama; b. tradisi, nilai, norma, etika, dan hukum adat; c. sifat kerahasiaan dan kesucian unsur-unsur budaya tertentu yang dipertahankan oleh masyarakat; d. kepentingan umum, kcpentingan komunitas, dan kepentingan kelompok dalam masyarakat; e. jatidiri daerah dan bangsa; f. kemanfaatan bagi masyarakat; dan g. peraturan perundang-undangan.

Pasal29

Pemerintah Daerah bersama-sama dengan tokoh masyarakat Betawi menetapkan antara lain: a. pakaian adat Betawi dan kelengkapannya; b. ornamen/arsitektur khas Betawi pada bangunan; c. upacara perkawinan adat Betawi; d. bahasa Betawi; e. souvenirI cinderamata; dan f. kuliner.

Pasal30

(1) Penggunaan pakaian adat Betawi, dipakai pada :

a. peringatan Ulang Tahun Kota Jakarta; b. lebaran Betawi; dan c. hari kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu minggu bagi Aparatur Pemerintah D8erah.

(2) Dalam rangka pelestarian dan pengembangan pakaian adat Betawi, Pemerintah Daerah bersama-sama tokoh masyarakat Betawi menetapkan jenis pakaian adat Betawi yang dapat digunakan dalam antra tertcntu oleh warga masyarakA.t.

Pasal :) 1

(1) Ornamen bercirikan khas budaya Betawi keberadaan dan pemakaiannya harus dipelihara dan dikembangkan atas izin Pemerintah Daerah melalui car" :

a. pemakaian ornamen khas budaya Betawi pada bangunan publik, gedung yang sudah ada/berdiri dan yang akan dibangun miIik Pemerintahan Daerah; dan b. mcnempatkan ornamen khas Budaya Betawi pada bagian dinding gapura danI atau tugu yang berfungsi sebagai batas wilayah l~.oh-Jl·nhF\l1, l~pc[.J.mn.r.nn, kotn/knhnpntlm i'lc;lminif'trl;il'i, c.!fln d."o[llth, 16

(2) Ketemuan lebih lanjut mengenai pemakaian dan penempatan ornamen bereirikan khas budaya Betawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal32

Upaeara perkawinan adat Betawi keberadaannya harus dijaga, dipelihara dan dikembangkan oleh Pemerintah Daerah dan Masyarakat Betawi.

Pasa! 33

Bahasa Betawi sclain digunakan bagi masyarakat Betawi danlatau masyarakat Jakarta, dapat digunakan pada aeara resmi bereiri khas budaya Betawi dan aeara resmi lain.

Pasal 34

(1 ) Pengelola danlatau penyelenggara tempat hiburan, hotel, restoran, biro perjalanan wajib menyediakan, memberikan souvenirI einderamata Betawi kepada pengunjung.

(2) Para pengelola hotel pada minggu keempat setiap bulan, Hari Ulang Tahun Jakarta dan Lebaran Betawi wajib menampilkan kesenian Betawi, serta menghidangkan makanan khas Betawi pada Hari Ulang Tnhun Jakarta dan Lebaran SetawL

Pasal35

(1 ) Pemerintah Daerah dan masyarakat mengembangkan dan meningkatkan industri keeil kerajinan dan makanan khas Betawi sebagai oleh-oleh Betawi danlatau Jakarta.

(2) Pemerintah Daerah wajib menghidangkan makanan khas Betawi pada peringatan Ulang Tahun KotH ,h,kRrta. dan lebRran BetawL

Pasal 36

Ketentuan lebih !anjut mengenai pelestarian nilai tradisi dan adat istiadat Betawi sebagaimana dimaksud dalam Pasa! 30 sampai dengan Pasal 35 diatur dengan Peraturan Gubernur.

Ragian Kctujuh Pr>rf.ilrnnn

.) 1 ",,,,~ 1 d~)tl .. ) (

(1) Dalam rangka Pelcstarian Kebudayaan Betawi, Pemerintah daerah bcrkewajiban memfasilitasi pembuatan film dokumenter tentang wl'lrisf\I\ h1.1dnyn Bemwi. 17

(2) Untuk melaksanakan kcwajiban scbagaimana dimaksud pada ayat (I), Pemerintah Dacrah menetapkan serta melaksanakan kebijakan dan rencana perfilman daerah, serta menyediakan prasarana dan sarana untuk pengembangan dan kemajuan perfilman dokumenter budaya SetawL

Pasal38

Gubernur dapat memberikan insentif berupa keringanan pajak daerah dan retribusi daerah tertentu untuk film dokumenter budaya Betawi.

Pasal39

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelestarian perfilman dokumenter budaya Betawi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 38, diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB V

DATA DAN INFORMASI

Pasal 40

(1) Pcmerintah Daerah mengcmbangkan data dan informasi Pelestarian Kebudayaan Betawi sekurang-kurangnya memuat :

a. jenis kesenian Betawi; b. kesejarahan Betawi; c. permuseuman Bctawi; d. kebahasaan dan kesusastraan Betawi; e. nilai tradisi dan adat istiadat Betawi; f. kepustakaan dan kenaskahan Betawi; g. perfilman Betawi; h. pakaian adat Betawi; i. kuliner khas Betawi; j. arsitektur Betawi; dan k. data dan informasi lain yang diperlukan dalam Pelestarian Kebudayaan Betawi.

(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhubung dalam satu jejaring secara nasional.

(3) Penyediaan data dan informasi Pelestarian Kebudayaan Betawi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan bagian tugas Kepala Dinas yang membidangi urusan kebudayaan berkoordinasi dengan Kepala SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang knmllni\<:nt'li dnn i.nformn~1i.

P~"tSJ! 41

Ketentuan lebih lanjut mengenai data dan informasi kebudayaan Betawi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, diatur dengan Peraturan Gl!lwrnur. 18

BAB VI

PEMBINAAN

Bagirl!l Kesl'ltu PembinL18.n

Pnsa142

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meIaIui kegiatan sebagai berikut: a. sosialisasi; b. bimbingan teknis, supervisi, dan konsuItasi; c. pendidikan dan pelatihan; d. penelitian dan pengembangan; e. pengembangan sistem informasi dan komunikasi; f. penyebarluasan informasi kepada masyarakat; dan g. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

PasaI43

Pembinaan Pelestarian Kebudayaan Betawi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dapat dilakukan oleh masyarakat.

Bagian Kedua Pcmentauan dnl'l Evaluflsi

Pailill'iA

(1) Pemerintah Daerah melakukan pemantauan penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi.

(2) Pemerintah Daerah melakukan evaluasi penyeIenggaraan pekstarian huciaya BetAwi SCCAm herkalA.

PA14 VII

PIT; IVI. III IIY1\1'-. f\j

r~'i:-\l\l ",,:!

Pembiayaan Pelestarian Kebudayaan Betawi yang diIakukan oleh Pemerintah Daerah berasal dad Anggaran PendapFttan dan BeJanjft D"wcn 11. 19

Pf.\1ml 413

(1) Pembiayaan kegiatan Pelestarian Kebudayaan Betawi yang dilaksanakan masyarakat menjadi tanggung jawab masyarakat.

(2) Pemerintah Oaerah dapat memberikan bantuan untuk kegiatan Pelestarian Kebudayaan Betawi yang dilakukan oleh masyarakat.

BAB VIII

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

PasaI47

(1) Perselisihan dalam Pelestarian Kebudayaan Betawi antar perorangan, antar organisasi kemasyarakatan bidang kebudayaan, dan/atau forum komunikasi masyarakat kebudayaan diselesaikan secara musyawarah para pihak.

(2) Musyawarah para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui mediasi dan rekonsiliasi.

(3) Oalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak tercapai, Gubernur dapat memfasilitasi proses penyelesaian perselisihan.

(4) Oalam hal musyawarah dan fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), tidak tercapai, penyelesaian perselisihan dapat dilakukan melalui proses hukum.

BAB IX

SANKS! AOMINISTRASI

PasaI48

(1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan Pasal 21, Pasal 23 ayat (2) dan Pasal 34 dikenakan sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat hf'rurn :

a. teguran lisan; b. peringatan tertulis; dan c. penundaan pemberian layanan publik.

(3) Sanksi administratif diberikan oleh Gubernur berdasarkan usulan Kepala Oinas.

(4) Pelaksanaan pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undan15an. 20

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal49

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Oaerah Khusus Ibukot.a Jakarta.

Ditetapkan eli Jakarta pada tanggal 9 September 2015

GUBERNUR PROVINSI OAERAH KHUSUS IAUKOTA ,JAKARTA,

tte!.

BASUKI T. PURNAMA

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 September 2015

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

tte!.

SAEFULLAH

LEMBARAN OAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2015 NOMOR 104

NOREG PERATURAN OAERAH PROVINsr OKI ,JAKARTA: (4/2015) 2.1

PEN,JELASAN

I\TAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 4 TAHUN 2015

TENTANG

PELESTARIAN KEBUDAYAAN BETAWI

I. UMUM

Kebudayaan suatu bangsa merupakan indikator dan mencirikan tinggi atau rendahnya martabat dan peradaban suatu bangsa. Kebudayaan tersebut dibangun oleh berbagai unsur, seperti bahasa, sastra dan aksara, kesenian, dan berbagai sistem nilai yang tumbuh dan berkembang dari masa ke masa.

Kebudayaan Nasional dibangun atas berbagai kebudayaan daerah yang beragam warna dan corak, sehingga satu rangkaian yang harmonis dan dinamis. Oleh karena itu, tidak disangkal bahwa bahasa, sastra, aksara, kesenian dan nilai tradisi budaya Betawi merupakan unsur penting dari kebudayaan yang menjadi rangkaian kebudayaan nasiona!.

Nilai-nilai dan ciri budaya kepribadian bangsa merupakan faktor strategis dalam upaya mengisi dan membangun jiwa, wawasan dan semangat bangsa Indonesia sebagaimana tercermin dalam nilai-nilai luhur Pancasila dan Undang­ Undang Dasar 1945.

Kebudayaan Betawi merupakan bagian dari budaya nasional dan sekaligus menjadi asset nasional memiliki nilai dan norma sosial budaya yarg melandasi pemikiran dan prilaku warganya. Sikap dan filosofi hidup orang Betawi diekspresikan dalam keyakinan, kesenian, kesusasteraan, kenaskahan, dan adat istiadat. Orang Betawi mengintegrasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga Islam menjadi jati diri orang Betawi. Ajaran itu dinyatakan dalam kesenian, kesusateraan,kenaskahan dan adat istiadat.

Sikap dan filosofi hidup masyarakat Betawi yang memiliki nilai-nilai kehidupan bermasyarakat yang luhur dan sangat penting untuk dipelihara, dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus, dan harus dipertahankan keberadaannya walaupun terjadi perubahan globa!.

Berdasarkan hal-hal sebagaimana tersebut di atas, dan mengingat kebudayaan Betawi termasuk di dalamnya kesejarahan, kepurbakalaan, kesenian, kenaskahan, kebahasaan, adat istiadat, dan falsafah hidup serta benda-benda yang bernilai budaya Betawi merupakan kebanggaan masyarakat Betawi yang mencerminkan jati diri masyarakat Betawi, maka perlu dilakukan serangkaian upaya dalam rangka rnelestarikan dengan kegiatan untuk melindungi, mengembangkan kebudayaan Betawi yang pada akhirnya diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan peranan nilai-nilai budaya tersebut dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan, k",langRun~lltl p'>mpangllpnn cl"n p!'nit'1~KAtlln ketill"lPnilfl rl.l'll"filh ~"'rtl'1 ",7~

nasional, mendorong upaya mensejahterakan masyarakat, sekaligus menunjang dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk turut serta dan bertanggungjawab dalam menjaga serta memelihara kebudayaan Betawi.

Agar Pelestarian Kebudayaan Betawi dapat dilaksanakan dan berjalan sebagaimana diharapkan, perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

II. PASAI. DEMI PASAL

PnBnl 1. Culmp jelr.\s.

Pasa] 2 Cu1

Pasal3 Cukup jelas.

Pnsf\14 CllkllP jelas.

Pasal5 Cukup jelas.

Pnnnl r;

Cl.lkup jclas.

Pasa] 7 CUkup jelas.

Pasal 8 Huruf a Yang dimaksud dengan inventarisasi adalah kegiatan pencatatan keseluruhan unsur kebudayaan yang ada di suatu wilayah, baik yang dimiliki oleh masyarakat maupun yang sudah tercatat bersifat fisik maupun non fisiko

HUl'uf b Cl.1ltup jt'lil'l.

Hurur c elJkup jdflli.

Huruf d Cukup jclas.

Hl.1ruf' (, r'j i1fllrl jr·I;.:t',.

}')jlNt=lj ~) r ·tl/q.q-l .1"1'1". 23

Pasa! 10 Cukup je!as.

Pasal 11 Cukup jelas.

Pasa! 12 Cukup je1as.

PFtsal I 3 Cukup jclas.

Pasa! 14 Huruf a Yang dimaksud dengan secara periodik ada!ah sekurang­ kurangnya setiap tahun sekali.

Yang dimaksud dengan berjenjang ada!ah lomba kesenian tingkat kelurahan, kecamatan, kotalkabupaten administrasi, dan daerah atau provinsi.

Huruf b Yang dimaksud acara resmi tertentu antara lain HUT Proklamasi, Hari Kartini, HUT Kota Jakarta.

Huruf c Cukup je!as.

Huruf d Cukup jelas.

Pasal 15 Cukup jelafL

Pf\sRI 16 i\ynt.(l) Huruf a Cukup jelas.

Hurufb Yang dimaksud dengan kesenian kontemporer ada!ah kesenian yang merupakan kreasi baru dari para penggarap kesenian masa kini yang te!ah memperoleh pengaruh budaya lain baik dari daerah lain maupun luar negeri.

Ayat (2) CUk\-IP jelAI'<.

PFl ~rd 1'! ('1 i10IP ,it;!I'HL

Pr1SF.I.I 18 r; l1)q IP jr·lIH'. 24

Pasal 19 Cukup jelas.

Pasal20 Cukup jelas.

Pasal21 Ayat(l) Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan mendokumentasikan adalah upaya menghimpun, mengolah, dan menata informasi dalam bentuk rekaman berupa tulisan, gambar, foto, film, suara, atau gabungan unsur-unsur tersebut (multimedia).

Ayat (3) Cukup jclas

PaSil] 22 Cukup jelas.

Pasal23 Ayat (1) Yang dimaksud dengan situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda eagar budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.

Pasnl 2'1 'ukup jelas.

Pased 25 Cukup jclFlR.

Pasal26 Cukup jelas.

Pasn] 27 Ayat (I) Hurufa Yang dimaksud dengan sumber sejarah adalah bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan penulisan sejarah daerah yang terdiri atas sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber sejarah dari saksi sejarah yang memiliki tingkat kebenaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber sekunder. Sedangkan sumber sekunder adalah sumber sejarah yang bukan berasal dari saksi sejarah, tetapi berasal dari buku­ buku sejarah, artikel sejarah, film sejara.h, dan sebagainya. 25

Huruf b C\.lkup jclns.

Hurur c Cukup jclas,

Huruf d Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasol2R Cukup jclas.

Pasal29 Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat Betawi adalah tokoh yang tergabung dalam Badan Musyawnrah Masyarakat Betawi.

Pasal30 Cukup jelas.

Pasal 31 Cukup jclas.

Pasnl32 Cukup jelas.

Pasal33 Cukup jclas.

Pasn! 34 Cukup jclAS

Pasa135 Cukup jelas.

Pasa! 36 Cukup jclnfl.

Pn·'nl :37 C'lll'l If"> jrl;lh.

PAf'fl! :lEI Cllkllp .i"'I"h,

Pasnl 39 Cl1kup j(;ln',.

Pas'.d 1\0 CI.I!

Pasal41 CUkup jdes.

Pasal42 Cukup jelas.

Pasal43 Cukup .ie1es.

Pnsal44 Culcup jelas.

Pasal 45 Culmp .i"'lns.

PasEl! 46 Cl1!mp j ~~ 1m\.

Pasal47 Cukup jelas.

Pasal48 Cukup jelas.

Pasfll49 Cukup .iclas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1021 LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA

Nama: Bang Baim (40 tahun) Status: Pedagang atribut pangsi Betawi Hari/Tanggal: Sabtu, 29 Juli 2017 Waktu/Tempat: 10.00 WIB/ Festival Betawi Condet

Peneliti Bang baim asli darimana? Informan Asli Betawi, bapak saya dari Dukuh, emak saya dari Menteng jadi asem manis kan hehee Peneliti Bang alasan menjual pangsi Betawi karena apa? Informan Ya karena kita buat, ya biar budaya kita kaga mati gitu, di samping kita nyari nafkah di samping itu juga kita menghidupkan budaya yang kurang Peneliti Sebelumnya emang udah jualan pangsi dari dulu? Apa abang jawara juga? Informan Dulu saya kerja tapi ya saya pikir budaya kita kadang kurang dan saya juga hobi dengan kebudayaan, pertama kita jualnya peralatan palang pintu, terus baju pangsi. Engga tapi emang kalo orang Betawi dituntut buat bisa bela diri Peneliti Kalau jualan pangsi laris engga sih bang? Informan Kalo untuk event begini ya lumayan, lebaran, hari-hari biasa laku juga kalo peci bisa setengah kodi, satu kodi cukup lah. Peneliti Biasanya yang minat beli baju pangsi siapa aja bang? Informan Biasanya kalangan-kalangan Betawi lah hhee, bapak-bapak, anak-anak, masalahnya kan bukan untuk event ini aja hari raya ini aja, ini kan namanya lebaran Betawi juga kan jadi biasanya ini kita Kartinian, 17an, itu kan ada istilah pawai-pawai begitu yaa, nah itu juga minat. Peneliti Jadi bang Baim jualan atribut baju pangsi atau ada jual yang lain? Informan Iya, saya biasanya jual pangsi, sabuk, sendal Pitung, saya juga jual batu pandan itu batu asli Betawi batu cincin batu pandan dia agak panjang bentuknya, tapi karna sekarang batu agak merosot saya ga berani Peneliti Tapi ada juga engga sih yang dari kalangan non Betawi yang minat? Informan Non Betawi ada, pernah ada yang borong peci saya tuh buat ke Cirebon untuk oleh-oleh, buat bangga gitu mereka dari Jakarta, sekodi gitu. Seorang non Betawi pun juga ngerasa kalo yang punya Jakarta tuh Betawi. Karena dia juga ingin meramaikan budaya Betawi juga dia harusnya ikut serta gitu, jadi buat oleh-oleh karna di sana ga ada. Peci merah ini adanya cuma di sini ijo, merah cuma disini aja. Peneliti Itu emang khas warna Betawi ya bang? Informan Kalo untuk warna baju pangsi dan peci dulunya di sejarah itu, warna merah itu mengibaratkan tamu, hitam itu tuan rumahnya atau yang punya wilayahnya, jadi kalo ada orang pake baju warna merah pangsi kan ente darimana mau kemana gitu tapi yang item itu identik tuan rumah kalo untuk warna-warna yang laen itu seni. Itu jatohnya warna yaa. Jadi kalo ada yang jualan pangsi tapi dia ga ngerti berarti dia ga baca sejarah gitu kan Peneliti Rata-rata keuntungan yang didapat untuk penjualan baju pangsi? Informan 25% paling. Kan ini langka jarang yang jualannya juga jarang, makanya kalo kita ngambil kecil hanya 10% atau 5% paling kayanya kalo pedagang kelontong mungkin ya karna kebutuhan pokok sehari-hari kalo ini kan engga jadi rata-rata 25% Peneliti Kan sekarang ada pemberlakuan pertauran DKI yang mewajibkan PNS memakai baju pangsi, apakah ada dampak untuk penjualan pangsi ini bang? Informan Ada, ada itu kadang-kadang ada pesenan juga gitu hanya yang tau aja, karna kita buka juga jarang mungkin kalo saya buka online ga begitu mengerti komputer hhee yang laen temen-temen pada buka online ya lumayan emang untungnya

xiii

agak tipis tapi lumayan Peneliti Jadi yang nyari ini juga bukan cuma bapak2 atau anak2 tapi PNS juga bang apakah benar? Informan Iya, iya PNS juga ada, seperti karyawan Taman Mini , Taman Mini itu dulu setiap minggu pake pake baju budaya nih terutama budaya Betawi kan itu banyak. Cuma kita ada kesulitan juga nih buat masuk ke mereka itu agak sulit tau pemerintahnya atau kitanya kurang koordinasi sama orang pemerintahan agak sulit kita masukinnya seperti saya kan di Anjungan DKI kan saya pernah pengen masukin kan jadi disitu Cuma ada kuliner doang saya mao masukin baju sama peci itu agak sulit, dia bilang sih lahannya agak terbatas Peneliti Sejarah baju pangsi ini seperti apa sih bang dahulu? Informan Kalo sejarah baju pangsi itu yaa emang kalo orang-orang dulu kan beli baju-baju kan agak susah kalo pangsi ini kan istilahnya simple dan fleksibel gitu buat shalat boleh, tapi kalo bisa shalat pake daleman kadang-kadang kan orang pake sarung disini kalo shalat itu dipake jadi dalemannya celana pangsi kalo baju koko itu kan aslinya China baju pangsi orang Betawi makanya baju pangsi sebenernya ga boleh ada bordiran karna identik. Kalo bordiran berarti udah laen lagi jatohnya. kalo dari dulu model baju pangsi emang ga ada perubahan. Kalo kaya jas gitu itu untuk kalangan beda. Itu namanya jasko. Jas koko biasanya kalo jaman dulu itu bangsawan yang pake jadi kalangannya bukan menengah ke bawah, tapi menengah ke atas dan dia bukannya disebut pangsi soalnya dia celananya pun biasa lurus dan nyampe mata kaki kalo pangsi kan di atas mata kaki celananya jadi dia pake kancing jasko kantongnya sini-sini sama pake bandul biasanya dia hitam warnanya kalo saat ini dia dipake buat MC, buat nikahan orang Betawi,bukan hanya jas yaa jangan salah kalo jas aja udah identik dengan modern dulu tuh jasko maksudnya jas koko, koko yang berbentuk jas. Kalo dulu pangsi dipake buat kelas menengah ke bawah, kalo jasko buat kelas menengah ke atas. Kalo untuk sekarang udah berubah justru kalo yang jasko itu sekarang menurun karna jasko itu stelannya agak susah dan engga membudaya ke masyarakat. Kalo jasko sekarang nih biasanya saat ini misalnya seperti dipake buat palang pintu yang pake itu cuma satu karna jasko itu celananya itu untuk gerakan dia robek tuh gampang, gampang robek kalo pangsi kan buat silat bisa bat apa-apa bisa, buat gerak-gerak bisa lah didesain buat bebas lah gitu. Kalo utnuk harga jasko lebih mahal untuk stelan jasko kenanya 250rb kalo satu stel 350rb dan jasko itu bukan pake sendal tapi pake sepatu makanya kalo ada orang pake jasko tapi dia pake sendal berarti dia ga cocok saltum kalo kata kita salah kostum hhe. Kalo jasko itu pun Betawinya dari Belanda ya dari para menir-menir dulu. Kalo jasko emang dari budaya campuran. Peneliti Bang jualan pangsi pernah engga dibilang norak misalkan? Informan Justru itu yang di Betawi itu yang norak itu petenar, peci merah itu peci norak, merah cabe itu kalo diliat lu norak bangat tapi noraknya itu yang antik itulah keunikan Betawi dan jangan salah kalo orang semakin lama itu semakin antik semakin mahal di Betawi, seperti peci merah, peci item, peci item kan lama-lama bule tuh ya engga? warnanya agak kemarung-marung gitu itu makin mahal karna sering dipake shalat, segala macem semakin mahal Peneliti Kalo buat bang Baim sendiri baju pangsi tuh maknanya apa sih? Informan Kalo kita sih namanya asli orang Betawi yaa suatu kebanggaan kalo kita engga punya baju Betawi kayanya gimana gitu istilahnya kalo kita shalat ga punya baju shalat kayanya gimana kan? kalo kata orang Betawi istilahnya Betawi KTP. paling kaga kita punya satu stel lah, kalo saya alhamdulillah di rumah yaa, dagang pun biasanya saya pake baju pangsi, makanya dari taun ke taun kaya TV taun kemaren ngambilnya ke saya, ngeliput saya waktu itu karna saya pakenya baju Betawi.

xiv

Nama: Ncang Hasnawi Status: Jawara Betawi Tanah Kusir dan Pedagang Pangsi Hari/Tanggal: Sabtu/ 29 Juli 2017 Waktu/Tempat: 11.00 WIB/ Festival Betawi Condet

Peneliti Ncang asalnya darimana? Informan Saya asalnya dari Cipulir, Tanah Kusir tinggalnya disitu juga, Insyaallah Alhamdulillah Betawi asli keturunannya ga ada campurannya Peneliti Apa ncang salah satu jawara Betawi juga nih? Informan Kata orang Betawi sih gitu Peneliti Untuk cerita Pitung ncang, sebenarnya gimana sih? Informan Pitung itu sebenarnya bukan nama orang, kaya dia saya, namanya jelas Hasnawi bang Defi, tapi Pitung tuh bukan, pitulung tujuh jadi ada tujuh orang yang menjadi suka menolong orang itu namanya pitung. Pitulung tujuh sekelompok orang bukan satu orang satu orang tapi tujuh orang malah yang terkenal itu Ji’ih. Ji’ih itu padahal masuk dalam satu rumpun si Pitung. Pitung itu sekelompok orang Betawi, Betawi asli itu mereka kebanyakannya dari Pesisir, kaya Rawabelong, ini kan menyusuri Sungai Cisadane gitu makanya yang terkenal di sana Masjid Al-A’lam di Marunda nah itu dasarnya dari situ kebanyakan dari pesisir kebanyakan Pitung itu. Jadi kalo ada yang tertindas dengan kegagahan dia dengan dia pinternya maen silat ilmu raganya bisa jadilah penolong. Bela rakyat kecil dan itu masuk dalam perjuangan kemerdekaan. Rawa Rontek itu bukan Pitung Jaka Sembung Rawa Rontek itu bukan kita. Peneliti Kalo bahas sejarah pangsi dulu seperti apa sih ncang? Informan Pangsi itu sebenernya banyak pakaian tradisional tetapi di Betawi itu dijadikan ikon walaupun tidak ada dalam Pemda. Di Jakarta itu ada namanya Pemda nah ikon pemda itu ada 9 item, ondel-ondel, kerak telor, kembang kelapa, baju batik betawi, pangsi tuh engga masuk justru karna pangsi ini coba ke Jawa barat masih ada sama engga masuk dia, tetapi orang Betawi inilah yang mengorbitkan, yang mempublikasi kalo pakaian pangsi nih Betawi tapi bukan ikon paham maksudnya. Karna kan suka liat Jawa Barat pasti ada, Jawa tengah juga ada, .... Dulu saya sering liat engkong, baba, orang-orang gitu pake pakaian pangsi, emang pada dasarnya pangsi itu pakaian tradisional masyarakat yang sering ke kebon, sering ke sawah, coba liat pakaian dia kalo ke kebon pasti pakaiannya begini kenapa? Biar lebih gampang bukanya kalo gerah itu doang. Jadi orang Betawi dulu pake pakaian pangsi tetapi buat orang yang ke kebon, ke sawah, sama maen silat gitu tapi misalkan bangsawan yaa ini jaskap sekarang model lagi namanya jasko jas koko Peneliti Kenapa memilih menjual baju pangsi? Informan Karena untuk sementara ini diliat dari kurun waktu 2010 an yaa udah mulai banyak lagi diaktifkan pesilat-pesilat akhirnya kita hidupkan lagi pangsi ini, sebenernya tujuan sesungguhnya untuk melestarikan budaya pada hakekatnya tapi pada syariatnya pangsi ini bukan jadi ikon Betawi Peneliti Emang ncang udah jualan pangsi berapa lama? Modal sendiri atau gimna? Informan Udah lima tahun, modal sendiri konveksi sendiri Peneliti Didistribusiin ke yang laen engga? Informan Ada banyak kita minta ada juga mereka yang minta ya kita jualin ke mereka dan mereka menjual sendiri ada beberapa temen-temen kita ya yang ngambil sama kita dia jualan dimana dimana gitu. Peneliti Kira-kira ada berapa orang tuh yang kerjasama sama ncang? Informan Lima orang Peneliti Jualan online juga ga ncang? Informan Ya inilah kita rencana mau merambah ke arah sana. Udah ada sih namanya buka youtube pangsi di pinggir jalan

xv

Peneliti Rata-rata yang beli baju pangsi ini siapa aja ncang? Informan Relatif de. Tapi kebanyakan anak-anak, saya berasa alhamdulillah sekarang anak- anak pegiat-pegiat Betawi ibu-ibunya pada mao beliin anaknya baju pangsi minimal bisa menjaga budaya sendiri Peneliti Apakah baju pangsi ini punya makna? Informan Biasanya kalo kita mengacu dulu mengacu sejarah baju pangsi itu cuma satu warnanya item karna mengacu kejawaraan sesungguhnya untuk Betawi ya, merah dikasih warna yang begini aja karena orang lebih suka aku suka warna ini kaya saya nih pake baju ijo, tapi pada dasarnya pangsi untuk pesilat itu warnanya hitam pake baju hitam-hitam Peneliti Kalo jualan ncang apa aja nih selain baju pangsi? Informan Pecinya, gesper, sejati sejengkal tiga jari tau nih artinya apa? Ini golok Betawi. golok Betawi itu panjangnya harus sejengkal tuh tiga jari. Sejati makanya lambangnya golok. Kalo temen2 Pake golok disini nih (peci) Peneliti Ncang pakai baju pangsi kapan aja biasanya? Informan Kalo lagi ada acara dan lagi pengen meskipun engga pake bajunya tapi celana pangsinya pake, kecuali kalo ada acara-acara begini kita wajib pake penggiat betawi minimal menampakkan dirinya dengan memakai pakaian Betawi Peneliti ncang dapet gelar jawara dari masyarakat sekitar apa gimana? Informan artinya gini dulu jawara dulu itu terkenal dari dia berkelahi dia berantem dia megang pasar itu namanya disebut jawara. Jawara itu asal katanya juara sebenernya kalo sekarang jawara sekarang itu kita berkelompok ini pesilat ini pesilat yang bisa silat dan sering aksi itu namanya jawara Peneliti tapi ada perbedaan engga nih ncang jawara dahulu dengan sekarang? Informan Owh jauh, kemaren itu kalo ada yang songong-songong kita babat kalo sekarang engga khusus apa namanya kalo kita sering maen silat maen pukul sana maen pukul sinih, pertandingan yang palang pintu sana yang palang pintu sinih itu yang akhirnya jadi jawara menguasai beberapa jurus silat itu namanya jawara. Kalo dulu emang beda kalo dulu emang kita berkelahi berantem Peneliti jadi yang khas dari jawara sekarang apa ncang? Kan baju pangsi udah bisa dipake orang jadi gimana tuh Informan Makanya sekarang ada yang namanya MPKB (majelis pesilat betawi) alhamdulillah saya ikut ada nama saya itu. Jadi kategori jawara dulu dengan yang sekarang beda. Kalo sekarang agak melunak dan tidak berantem sana tidak berantem sinih engga megang pasar, engga megang parkiran, engga megang apa- apa laen yang kita kategorikan jawara sekarang ini yang berkelompok, orang yang bermain silat dan mau memprogresifkan silat itu yang namanya jawara. Kalo dulu dimana ada pasar gua lawan dia atau ada orang sedikit jagoan kita lawan itu jagoan itu jawara. Jawara dulu dengan jawara sekarang berbeda walaupun pada hakekatnya tukang berantem

Nama: Ncang Ali Pangsi Status: Jawara Betawi Rorotan, Pedagang pangsi dan Pendiri Padepokan Macan Seliwa Hari/Tanggal: Rabu/26 Juli 2017 dan Selasa/19 September 2017 Waktu/Tempat: 18:30 WIB/ Tempat berdagang Ali di BKT Rorotan, Jakarta Utara

Wawancara Pertama Peneliti Ncang namanya siapa? (Perkenalan) Informan Nama kita Ali Pangsi se-Jabodetabek kenal semua sama kita guru silat macan siliwa Peneliti Betawi asli nih ncang? Informan asli tujuh turunan kita tinggalnya di Rorotan Marunda, masih kampung kita ini Rorotan Karang Tengah. Peneliti Kenapa milihnya dagang di sini (Pinggiran BKT)?

xvi

Informan Karena kita milih perbatesan emang masih warga Betawi asli tadinya kan emang seni budaya khususnya tradisi penampilan orang Betawi disini mati Lima tahun yang lalu, tadinya kita sebelum dagang disini dagangnya di terminal Priuk. Di terminal Priuk itu kaga jalan sama sekali satu pun orang kaga ada yang engeh karena di Jakarta Utara mayoritas kita apa namanya penduduknya Betawinya tinggal 3.5%, asli pendatang semua apa aja ada di Jakarta Utara khususnya pendatang apa aja suku apa aja di Jakarta Utara jadi Betawinya kita berpenampilan Pangsi juga itu pada diketawain dikatain norak termasuk warga Betawi asli sinih, kita dagang beginian aja tuh dikatain, dikatainnya dagang baju begituan mana laku, baju orang dulu, karena dia kaga tau budaya. Kita pun ngembangin seniman pukul, kita angkat tradisi kita disini ya Alhamdulillah udah berjalan 12 tahun kita ngembangin, kalo ini (jualan baju pangsi) kita ngembangin udah enam tahun, disini dagang baru lima tahun khusus disini, awalnya kan kita di Priuk pindah kita juga punya cabang di Bekasi, jualan online juga kita anak buah ada semua namanya ada tapi yang pake nama Ali Pangsi khusus disini aja. Peneliti Selain jual baju pangsi jualan apa lagi ada engga ncang? Informan Semua yang berhubungan dengan atribut Betawi, pangsi kita jual semua. Peneliti Ncang ngajar silat dimana aja kalo boleh tau? Informan Iya, ngajar di Jakarta ama di Bekasi. Kalo di Jakarta kita ngajar khususnya malem Minggu di Padepokan sendiri. Kalo malem seperti malem senen, malem rabu, malem kamis, malem sabtu itu di daerah Bekasi. Seminggu bisa 4-5 kali kita full. Udah jalanin udah 12 tahun. Peneliti Ngajar silat apa saja ncang? informan Silat khusus tradisi. Kita silat macan siliwa khusus tradisi Betawi engga masuk ipsi kalo tradisi Betawi. karena kalo silat tradisi Betawi itu emang masuk ke silat Nasional. Kalo orang dulu emang ngajar seni pukul tradisi itu di depan dapur khusus bela diri untuk sendiri. Bahasanya kalo mao ngadepin orang mati matiin sekalian patah patahin kalian ga masuk ke ipsi nasional ga masuk itu masuknya tradisi. Peneliti Yang ikut silat siapa saja ncang? Informan dari anak di bawah umur sampai orang dewasa bapak-bapak. Empat tahun udah bisa kita latih udah. Ngajar silat gratis kaga dibayar. Peneliti Pendirinya atau ketuanya siapa ncang? Informan Iya ketuanya, guru besarnya. Peneliti Berarti ncang bisa disebut jawara juga ya? Informan Ya Alhamdulillah, kalo bahasa Jabodetabek sapah sih yang kaga kenal Ali Pangsi dari Macan Siliwa Pedagang pangsi juga di BKT Marunda. Peneliti Ngomong-ngomong jual begini modal sendiri atau gimana ncang? Dan buat sendiri atau ngambil dari orang ncang? Informan Alhamdulillah modal sendiri. Awalnya kita ngambil di daerah Tanah Abang dari perguruan silat Sabenih sama Mat Pangsi. Awalnya cuma sekedar bergabung di persilatan, terus ujung-ujungnya dia nawarin jasa. Jadi kita disini awalnya cabangnya di Tanah Abang gitu, udah merasa ini kata dia udah buka aja ncing sendiri, udah punya modal sendiri akhirnya alhamdulillah pakaian kita jual sendiri punya konveksi sendiri intinya. Peneliti Kalo keuntungan rata-rata berapa nih ncang? Informan Kalo bahas keuntungan tergantung sepi ramenya, kalo lagi rame ya contoh kaya buka Stand gitu yaak. Buka stand nih di acara-acara kaya Kebetawian-betawian itu yang kita alamin dah paling gede pernah dapet 18 juta sekali buka Stand. Sesepi- sepinya kaya disini dah paling sepi kita dapet 1 juta. Kalo rame- ramenya bisa 3-4 juta. Peneliti Owh gitu, kalo untuk satu stel baju rata-rata berapa harganya? Informan harga mayoritas tergantung ukuran. Yang anak-anak beda, yang dewasa beda. Begitu juga yang dewasa masing-masing ukuran size. Paling mahal kita jual

xvii

Rp. 150.000 ukuran L-XL. Baju celana aja satu stel. Gesper beda peci beda. Peneliti Alasan jual baju pangsi apa ncang? Informan untuk mengangkat budaya Betawi khususnya karena Betawi udah agak pudar/ mati. Peneliti Ada perubahan model baju pangsi engga sih dulu dan sekarang? Informan Engga kalo pangsi emang dari dulu modelnya begini cuma beda di warna aja kita banyakin. Aslinya pangsi itu kaya film-film pendekar Betawi kaya Pitung, Ji’ih, Jampang mayoritas tiga warna. Item, merah ama ungu. Nah kalo warna- warna sekarang udah banyak kita ngembangin warna Betawi sekarang tuh modern gitu bukan Betawi jadul lagi kenanya. Peneliti Jadi baju pangsi ini terinspirasi sama pendekar-pendekar jaman dulu? Kenapa harus contoh mereka? Informan Iya betul. Karena Betawi mayoritas itu penampilannya penampilan Jawara. Menariknya begitu. Ciri khas paling utama Betawi berpenampilan ginih. Peneliti Awal sejarah baju pangsi ini gimana ncang? Informan Sejarah baju pangsi dulunya orang Betawi pake pangsi. Sebetulnya pangsi itu artinya celana ukuran besar. Itu orang dulu emang semua pake celana pangsi semua. Celana ukuran besar, gede, komprang tu pangsi disebutnya. Kalo pangsi sekarang ada bajunya. Makanya kita sebut ada celananya ada bajunya. Stelan pangsi berarti ada bajunya. Kalo pangsi doang itu disebutnya celana. Celana besar celana komprang. Peneliti Biasanya nih ncang, yang beli baju pangsi ini siapa aja? Informan Hampir semua suku udah, bukan cuma orang Betawi aja tapi non Betawi juga, ya karena ada tradisi Betawi yang emang lagi bener-bener naek dan diliatnya juga penampilan begini praktis kaya gini dan buat olahraga juga enak karena celananya gede, dari semua kalangan ya alhamdulillah aparat, apalagi pegawai negri itu udah diwajibin seminggu bisa 2x atau sekali. Yang perempuan kadang kebaya sama gamis. Hampir semua suku juga, Cuma kalo perbedaan di suku yang laen perbedaannya hanya di peci aja. Karena kalo peci dari dulu emang melambangkan orang Betawi ga jauh dari 3S. Shalat, silat, shalawat. Ngajinya itu pasti. Segebleg-gebleknya orang Betawi ngajinya bisa gitu. Peneliti Apakah warna dari baju pangsi menentukan tingkatan ilmu seorang Jawara? Informan Engga, yang menentukan ilmu Jawara itu ada pada Gespernya (sabuk). Sabuknya ada 3 warna. Merah, item, hijau. Kalo hijau itu standar ibarat di persilatan Betawi juga sabuk ini yang menentukan buka sabuk iket kaya ipsi bukan. Itu kenanya jawara di sabuk itu penampilan pangsi. Hijau ibaratnya tingkat awal / dasar ibarat murid. Merah itu pelatih. Item itu Jawara atau guru besar. Kalo yang putih itu kenanya udah tingkat paling tinggi. Ibaratnya lahir batin udah punya semua. Kebatinannya bener-bener kuat. Dari dulu juga begitu. Kita juga tau dari pengalaman kita pernah ngalamin kumpi, engkong, baba, ampe ke kita ngalamin. Kalo pake merah udah jawara bener engga juga. Pake putih disangkanya bener-bener pendekar atau dukun bahasanya engga juga. Peneliti Selain baju pangsi ncang, misalnya sarung dan pin itu fungsinya untuk apa? Informan Fungsi sarung aslinya diklempangin kalo kenanya di Jawara itu sebetulnya sarung kaen itu sebetulnya senjata pusakanya jawara itu jangan sepelehin sarung diklempang bukan senjata. Kalo kita bawa golok bisa dikenain polisi ini kaen fungsinya kaen ini mematikan. Fungsinya utama buat shalat yang kedua buat senjatanya jawara. Cincin, pin golok (Betawi), pin kujang (Sunda). Karena betawi di Jawa Barat khususnya Bekasi pinggiran Karawang kan ada dia pun pake pin kujang jawara Bekasi biasanya pake pin Kujang. Depok, Bogor, ama Tangerang Banten banyakan pake pin kujang. Sendal juga disebutnya sendal pitung Ji’ih, sendal talepan sendal lili kalo yang jaman dulu. Peneliti Kalo untuk golok ncang, saya dengar golok punya jawara keramat ya cang bener engga? Informan Itu kalo golok kenanya itu punya pegangan masing-masing ada isinya juga tapi

xviii

dia jalanin juga. Ibaratnya ghaib-ghaib juga gitu. Kalo di golok intinya itu tergantung golok pegangan masing-masing yang orang punya kebatinan juga. Kalo kosong ya paling sekedar sorenan. Sorenan itu hanya pemantes hanya dibuat latihan maen pukul khususnya. Peneliti Owh gitu, kalau makna baju pangsi untuk ncang sendiri apa? Informan Hampir tiap hari kita di rumah pake baju pangsi dari dulu kita udah berpenampilan pangsi. Justru kita pake levis kaga suka kemeja juga ga suka. Lebaran pun dari dulu dari kita emang udah di keluarga kita hanya kita doang sendiri. Kita karena emang udah bener-bener menjiwai biar kata orang apa norak lu apa lu apa kita tetep demi budaya kita gitu. Kalo bahasa kita maknanya udah luar biasa udah alhamdulillah bisa ngembangin ya bahasanya kita udah punya perbuatan yang mulia tadinya orang engga kenal bisa kenal. Tadinya orang engga suka lama kelamaan bisa suka. Peneliti Kalau membahas jawara, sejarah jawara yang ncang tau gimana? Informan Sebetulnya Jawara itu udah ada sebutan semenjak ada film layar lebar aja yaak. Zaman dulu ga ada sebut istilah jawara-jawara-an. Kalo bahasanya namanya dulu kita ditindas di kuasain Belanda timbullah itu segerombolan Pitung. Pitung itu kan aslinya segerombolan orang. Pitung itu bukan jagoan tapi sekumpulan orang tapi aslinya bukan orang Betawi dari luaran semua umumnya Bugis ada. Makanya banyak orang yang tau sejarah Pitung itu sebetulnya hanya omongan belaka. Kuburannya pun dikata ada di sonoh ada di sonoh. Rumah pitung juga itu. Kalo bahasanya itu persinggahan. Bagaimana bisa ada cerita si Pitung itu dari mana? Karena rakyat ditindas ibaratnya kita punya keahlian bela diri jadi kita bela kita bantu orang yang tertindas. Sebetulnya walaupun udah merdeka rakyat masih dijajah. Dijajahnya dari ibaratnya kata dari etika, keuangan, dari situ dari segi apapun kita masih aja di tindas. Peneliti Jawara itu yang seperti apa sih ncang? Informan Yang namanya jawara itu pasti punya maenan. Maenan itu maen pukul kalo orang Betawi itu silat. Udah bisa maen silat itu bisa dikatakan jawara. Pokoknya intinya dasarnya bisa maen silat bela diri. itu kenanya jawara. Laen pendekar kalo pendekar masih bawahan jawara. Peneliti Ada perubahan makna engga ncang dari jawara dahulu sama sekarang? Informan Beda. Kalo jawara dulu dia begitu ketemu sama perguruan silat atau orang yang maen pukul kudu disambut. Disambut itu kudu berantem adu maen tua-tuaan bahasanya ya pokoknya biar terkenal. Kalo sekarang Jawara itu kenanya ya itu yang kita bilang tadi jauh-jauh nyari sodara kemana aja kita kembangin dan kita cari persaudaraan. Jawara dulu sama sekarang beda-beda kalo dulu emang sistemnya engga ada hukum Peneliti Ncang kan jawara nih ikut FBR engga ncang? Tujuan dari jawara dan FBR itu apa sih ncang? Informan Alhamdulillah ini kita ngikut. Pengurus juga megang wilayah juga. Kalo FBR ini berdiri karena ibarat kata alm. Kyai, para pendiri dia engga tegaan ngeliat orang Betawi tertindas dan tersingkirkan kok orang pendatang kampung kita malah bisa nyatu bisa berkumpul. Perkumpulannya kuat kenapa kita yang punya kampung sendiri engga bisa begitu. Tempat kita gede, tempat kita dilahirin, tempat kita makan kok bisa kita sendiri yang keusir gitu. Peneliti Ncang berapa lama latihan silat? Informan Kalo kita latihan silat ukuran masuk SMP. Ama engkong. Engkong udah almarhum kita truun ke baba. Khusus ngembangin ini pribadi kita sendiri yang khusus ngajar ampe ke wilayah luar dari 2005 (ngembangin silat mulai ngajar) umur 25 itu pun kita udah berkeluarga kita ngembangin sampe sekarang alhamdulillah. Umurnya kelahiran 80 skrang 37 tahun. Peneliti Sejak kapan ncang dipanggil jawara? Informan Disebut Jawara itu semenjak persilatan betawi lagi naek dan budaya juga naek. Sebetulnya kita dijuluki guru juga belom pantes disebut jawara juga belom

xix

pantes karena kita bahasa orang dulu bocah korengan belom pantes kita disebut guru kita disebut di panggil murid Ncang guru.

Wawancara Kedua Peneliti Ncang, setau saya pangsi di Sunda juga ada, jadi pangsi di Betawi ini apakah perpaduan dari pangsi Sunda atau seperti apa? Informan Semua ada cuman awalnya yang bikin pangsi terkenal itu orang Betawi karena dulu yang pake khusus pendekar atau jawara betawi. pangsi sebenernya sebutan buat celana gede komprang. Iya pangsi betawi perpaduan dari pangsi Sunda kalo bahas suku emang Betawi paling bontot, Sunda lebih duluan tapi yang bikin populer dan terkenal itu orang Betawi jadi semuanya kena Betawi. Peneliti Owh begitu, jadi bedanya pangsi Betawi dan pangsi Sunda letaknya dimana ncang? Informan Dari atas peci kalo Betawi pake peci kalo Sunda pake inih slayer iketan dah ibarat madura sakerah kenanya. Kalo peci emang udah dari dulu khasnya jawara Betawi Peneliti Kalau zaman dahulu ada kriteria khas dari jawara zaman dahulu engga ncang? Dari segi warna atau hal lain Informan Ada, itu pitung item itu jampang ungu atau biru itu ji’ih. Ji’ih kan itu berderetan sama pitung kalo jampang engga. Umumnya item itu perguruan silat kemana mana item kemanapun itu mayoritasnya. Peneliti Kalau peletakan sarung ncang apakah hanya di pundak? Ada maknanya engga ncang? Informan Engga juga khasnya Betawi itu sarung yang di pundak sama yang buat sorenan disini kalo yang di pundak bahasanya Betawi udik kalo Betawi kulon dia disni kaen itu ciri khasnya karna Betawi itu ada kasar ada halus kenanya pun kalo kaen disini sebetulnya jawara bisa pendekar bisa jadi kebanyakan kalo posisi nya di pundak ilmu kebatinannya bener-bener ada kalo di pinggang itu jawara yang siap diadu sambut jawara Betawi atau pendekar yang siap diadu sambut karena posisinya ngablak kalo yang namanya ngablak itu udah siap disambut ini kan ncang udah pake celana pangsi nih ini kan posisi bajunya biru posisinya di luar begini ini sabuknya di dalam bajunya di luar ngablak artinya siap di sambut kalo bajunya di dalam sabuknya di luar itu pesilat tradisi Betawi itu ciri khasya kalo mao negesinnya makanya kalo orang bahasa penampilan dari baju pangsi ini. Bajunya kudu sama kalo engga namanya sanggar dia harus se stel harus sama. Kalo ncang ciri khasnya emang begini (sambil dipraktekkan) Peneliti Kalau di peci, pin itu fungsinya untuk apa ncang ada maknanya engga? Informan Kalo itu hanya melambangkan keinian aja sekarang kalo dulu ga ada sekarang aja. Seumpama golok berarti melambangkan orang Betawi dia Peneliti Kalo dulu pamoran jasko apa pangsi ncang? Informan Owh pangsi tetep pangsi kalo jasko itu kan khusus bahasanya orang yang pake jasko kalo jaman sekarang itu juragan atau mandor orang yang banyak duit kalo jaman dulu Demang namanya jaman pendekar kaya pitung itu demang. Kalo jasko kebanyakan umumnya orang2 yang berduit dah intinya itu dia kita bilang intinya juragan. Kalo pangsi bisa menengah ke bawah bisa menengah ke atas juga kebanyakan pada pake pangsi karena dia merasa punya maenan gitu. Peneliti Owh gitu, kalo sekarang jasko gimana cang? Informan Jarang peminatnya kalo jasko Peneliti Karena apa tuh ncang? Informan Satu mahal bisa 2x lipet dari pangsi bisa 350 se stel. Kedua paling dia buat acara doang kaya kondangan kalo ncang terus terang kondangan pake jasko jarang pake pangsi tapi kalo acara sehari-hari acara yang berbau-bau betawi ncang pakenya pangsi terus karena emang dari dulu ciri khas betawi dari dulu menang pangsi Peneliti Kemarin yang kaya ncang bilang wawancara sebelumnya, gesper hijau berarti

xx

basic merah berarti pelatih nah itu berlakunya apa hanya di persilatan atau dimana mana? Informan Hanya di persilatan aja khususnya persilatan silat tradisional betawi ya bukan di persilatan yang lain Peneliti Kalo kaya di masyarakat begini berlaku engga ncang? Informan Engga dia bebas dia nyesuain penampilan aja Peneliti Untuk peci ada berapa macam ncang di Betawi? Informan Owh kalo peci banyak tapi yang populer ciri khas betawi punya itu item sama merah. Kembang kol cuma sebutan aja kalo dulu sebetulnya yang bikin populer ini si pitung tapi kalo item item udah dari dulu item polos dari dulu ampe dari presiden pertama Soekarno pakenya item ga pernah lepas kan dari peci itu kenapa foto-foto di Indonesia khusus penggede-penggede Indonesia khususnya di wilayah jakarta pulau wilayah wilayah semua pejabat pake peci karena tenarnya semua orang betawi. kalo peci kembang kol karna orang sekarang nyebutnya mirip kembang kol aslinya. Peci pitung ininya kaga ada kembangnya polos begini karena ada bentuk bunga yang mirip kembang kol makanya disebutnya kembang kol Peneliti Ada artinya engga ncang penamaan kembang kol kenapa harus motif kembang kol? Informan Engga kalo kembang kol terus terang aja ncang aja ga suka pake ini karena apa? Kebanyakan yang pake kembang itu orangtua pake pantesnya bukan anak muda bukan ABG bukan anak-anak kalo sekarang kalo dulu engga tau dah kalo buat sekarang kalo yang berhubungan dengan orang tua itu pantesnya yang kembang kembangnya. Yang populer jiih yang polos yang bener-bener ciri khas Betawi itu merah sama item. Merah udah kemariannya item paling pertama dan kembang kol. Peneliti Atibut kaya cincin ncang yang khas jawara namanya apa? Informan Banyak neng cincin batu pandan misalnya. kalo ncang engga suka batu pandan itu pandan emang sebetulnya pakaian orang betawi kalo ncang pake batu cincin pandan kurang pantes itu namanya pandan merah itu pandan kapas? Nah ini lagi apa namanya kalo ncang terus terang pake batu ngikutin tradisi dahulu ada khodamnya khodam itu ada isinya ada orangnya ya bahasanya kaya makhluk halus Peneliti Naah itu tujuannya untuk apa tuh ncang kalo ada isiannya? Informan Buat jaga-jaga bisa, ya kadang ada pengaruhnya juga karna mayoritasnya orang ada buat usaha tapi kita jangan terlalu percaya sama gituan musrik cuma kupas tuntas tradisi orang dulu kan begitu Peneliti Owh semacam tradisi. Itu ada amalannya ncang? Seperti apa? Informan Ada pokoknya, baca-bacaan kaya bacaan Al-Quran Peneliti Apakah bisa disamakan dengan jimat ncang? Informan Iya jimat betul. jimat itu pegangan buat kita penjaga diri buat jaga diri itu kenanya Peneliti Apakah semua jawara punya jimat ncang umumnya atau hanya sebagian jawara tertentu saja? Informan Umumnya punya semua rata rata apa itu berbentuk batu apa itu berbentuk wapak apa itu berbentuk gesper golok gesper bisa itu yang disebut angkin. Gesper sabuk. Kalo gesper itu angkin ya itu yang ada di kantongnya itu yang berbentuk wapak bisa berbentuk batu bisa berbentuk kertas bisa sejenis Al- Quran kecil ditumpuk2 cuma tulisan tulisan kecil bisa tulisan tangan bahasanya amalan itu yang udah diamalin ngikutin tradisi Betawi. Kalo ncang Alhamdulillah semua diikutin tradisi jaman dulu bermanfaat ampe sekarang contoh model pengobatan ncang ke dokter berobat kaga bae2 pas ngikutin tradisi dulu alhamdulillah pake 1. Jimat 2. Amalan. Anaknya sakit sodara sakit bacain doa-doa bikin aer bacain doa-doa itu kenanya amalan disitu Peneliti Owh, apakah berlaku juga dengan gesper? Kaya yang ncang bilang gesper putih

xxi

paling tinggi ilmunya nah ada kaitannya engga sama urusan jimat yang nantinya makin berat juga amalannya? Informan bukan kalo amalan terus terang tergantung itu kan ilmu kebatinan itu tergantung kebatinan sama amalannya ini untuk apa, apa buat penjaga diri, buat apa nih apa buat ngelumpuhin musuh, apa buat pengobat, beda beda tiap orang kalo ncang buat nyembuhin penyakit semuanya alhamdulillah semua kalo bahasa kalo ncang nih kalo disebut bahasanya ncang sederajat standar guru besar atau kyai ncang cuma ncang masih punya guru ncang kaga mao dipanggil guru karena ncang masih punya guru guru ncang ini masih baba masih orang tua ncang tuh makanya orang pada bangga disebut guru sebetulnya berat orang dipanggil guru beratnya minta ampun tuh banyak yang nyoba banyak yang ngusilin banyak banget yang iri Peneliti Owh begitu, kalo gesper itu bener ncang kantongnya ada 8? Informan owh itu modelnya itu disebutnya sabuk amben orang dulu jawara dulu amben jawara dulu beda sama gesper ini, lebih mahal lagi harganya itu bisa di atas 200, 300 bahkan 400. Peneliti Ada engga ncang amben disini? Informan Bukan engga ada, ada tapi itu khusus yang beli bahasanya orang yang berilmu kita mayoritas jual untuk yang umum aja kalo ncang kantong-kantong gesper atau amben itu bisa buat naro-naro jimat Peneliti Bentuknya seperti apa ncang kalo boleh tau? Informan Bisa macem-macem cincin, batu, Al-Quran, kertas. Kalo cincin kan ada batunya juga, berbentuk Al-Quran berbentuk kaen, berbentuk minyak bisa kaya minyak bahasanya bisa dari kulit binatang Peneliti Kebanyakan yang dibeli warna apa ncang kalo gesper kopel ini? Informan Ijo paling sering yang umum kalo item juga sebetulnya jarang. Umumnya ijo sama merah karena kebanyakan yang disebut pelatih atau senior udah mulai pake merah jadi bedain. Putih jarang kebanyakan umumnya ulama. Peneliti Dari segi harga ncang sama atau beda? Informan Sama aja ibarat putih yang model biasa apa putih yang bagus yang kulit. Itu yang biasa yang ukuran anak-anak. Kalo anak-anak bebas itu terus terang itu mao pake warna apa aja ga masalah karna dia nyetelin ngembangin budaya khusus atribut pangsi. Peneliti Sekarang kalau bahas golok nih ncang, saya masih penasaran. Sebenarnya golok mistis engga sih ncang? Informan Umumnya mistis sama aja ada isiannya khodam kenanya khodam itu kan isian. Kalo buat koleksi namanya kesorenan golok sorenan , buat latihan, buat pajangan, buat genggeman, buat pegangan, buat bawa bawa, tapi bahasa golok yang ada khodamnya itu golok rawatan bahasanya itu ga bisa dibawa-bawa khusus buat penunggu rumah. Perlakuannya beda perawatannya juga dia bisa kadang kaya tiap malem jumat kliwon intinya diempanin bahasa diempanin itu dikasih makan, makannya tuh tergantung pake minyak. Minyak misik minyak kobra minyak apa aja yaa itu diolesin. Diolesinnya pun ada triknya ada amalannya. Kalo engga diempanin ada aja kendala atau kejadian ada aja di rumah kita atau sama diri kita sendiri. Bahasanya kita majikannya dia nih budak kita. Ncang perlakuannya khusus ada amalannya ada wiridannya berat jangan disepelehin dan jangan kotor juga disebut kotor juga maksudnya kita jauhin perbuatan maksiat yang paling dibenci bangat itu bahasanya maen ama perempuan di luar nikah bahasanya bukan muhrimnya ama minuman paling utama dari dulu tradisi bener-bener. Makanya kalo dulu bahasa di keagamaan itu yang paling kentel paling pulen itu agama orang betawi sebejat bejatnya segoblok gobloknya ngerti agama orang betawi bisa ngaji sebangor-bangornya Peneliti Kalau atribut pangsi lainnya seperti gelang bahar seperti apa ncang? Informan Iya nih gelang bahar. Gelang baharnya pun itu ada yang asli ada yang abal-abal palsu. Kalo yang asli itu sebetulnya bukan jawara pake intinya orang dulu lagi

xxii

bahasanya. Kalo ncang juga ga tau bahasanya pendekar itu pae gelang bahar padahal ncang gelang bahar warisan dari engkong intinya dulu dipake buat encok aslinya sama ngilangin panas Peneliti Itu dari apa ncang aslinya? Informan Itu dari akar karang ngambilnya pun di dalam laut ngambilnya pun jangan diliatin pura-pura engga liat kalo kita sengaja ngambil dia keiket kita pura2 meleng aja engga tau seumpama dia disonoh kita disini kalo akar gimana sih akar kaya akar ganggang gitu di aer begerak itu kita ngambil kaya orang dikagetin. Lah ncang kan jual gelang bahar banyak jual ncang asli semua dari bangka malah sama kalimantan. Aslinya emang buat pengobatan gelang bahar makanya ncang dari dulu ga ngerasain pegel nah kalo bahasa orang sekarang bilang bahasanya gelang bahar pengertiannya di kiri kanan ada kalo di kanan intinya punya maenan ama daleman lahir batin di kanan kalo dikiri kebanyakan pada punya permainan doang silat dalemannya belom belom tentu makanya engga sembarangan orang pake gelang bahar juga. Engga sembarangan ada khodamnya juga Peneliti Jadi ncang jual ada isinya gitu? Informan Ada. Isi juga khusus kalo orang yang paham dia intinya kebanyakan yang beli juga jawara pesilat ama orang yang ga paham itu buat encok biar engga pegel buat hiasan tangan umumnya gitu Peneliti Maksudnya ncang bikin nih nah tu ncang taroin khodamnya? Informan Engga emang kalo gelang bahar asli mah udah ada dari sananya. Itu kan bahasanya binatang gelang bahar ini mah binatang idup dipake masih idup jadi dia makin dipake makanya dia kalo bagus kena ke pori-pori masuk jangan dilepas-lepas mao tidur mao ngapain aja ini dia buat perlindungan kita jadi makin kenceng makin meresap apalagi kalo udah keringet masuk pori2 itu malah bagus bukan penyakit jangan bilang itu penyakit itu pengobatan kebanyakan emang orang tua yang make karena bagus buat pengobatan engga mudah pegel engga mudah cape. Buat penyakit dalem asem urat buat cewe juga bagus memperlancar haid buat anak-anak juga bagus buat panas sebetulnya. Anak juga kalo lagi panas bagus bini juga kalo lagi datang bulan ncang pakein. Jadi banyak manfaatnya ibaratnya ada karomahnya Peneliti Yang ncang pakai itu ncang sendiri yang buat? Informan Kalo ncang pribadi ini warisan kalo yang buat jual itu ncang beli itu kita sendiri yang melinting kita panasin dia kalo kita engga panasin itu dia kaku jadi kudunya dipanasin biar engga kaku dilipet-lipet begini engga panas. Itu akar karang. Bahar itu kan artinya lautan kalo bahasa arab akar bahar akar lautan artinya Peneliti Mahal engga ncang harganya? Informan Mahal harganya kaga murah ini kaya gini aja bisa 150rebu yang kecil paling murah itu 50rebu paling kecil yang buat anak-anak kaya lidi dah. Peneliti Ngomong soal pin Betawi ncang, apakah dipakenya di peci? Informan Iya di peci itu. Mayoritasnya pin golok pin kujang dua suku Betawi sama sunda. Peneliti Kenapa pin kujang bisa dijadiin pin Betawi ncang? Kan kujang dari Sunda? Informan Karena mayoritas kan wilayah jawa barat kan kaya depok jawa barat bogor bekasi betawinya banyak banten tangerang kenanya sunda karna mayoritas sunda. Kalo pin golok khususnya jabodetabek. Pin golok sama pin kujang udah mayoritas untuk pemantes peci bisa dipake di kanan di kiri. Nah kalo pin kujang rata rata dipasangnya bediri kalo golok miring ada jga yang bediri. Kalo posiisnya miring mayoritas betawi kalo bediri mayoritas betawi bekasi jawara gabus bekasi. Kalo begini umum betawi (miring). Kalo kujang rta2 bediri semua karna kalo miring ga bsa dia kan di jawa barat kan ada patung kujang semua bediri kalo miring dia ga pantes pantesnya tegak kalo tegak orang udah paham berarti kujang kalo kiring sepintas kaya tulisan Allah bener engga? Kalo

xxiii

bulan tsabit itu celurit khas madura kalo banten juga ya ini kujang juga sebetulnya dia kan harusnya Sunda terpisah tapi dia ga mau maunya betawi. golok nah golok ada dua model sejengkal tiga jari gagangnya rata beginih nah lebarnya 3 jari itu khas betawi kalo khas Banten dia lebarnya Peneliti Terakhir dari atribut pangsi ncang sendal Jiih, kenapa namanya sendal Jiih ncang? Informan Karena yang bikin populer jamannya jiih pitung. Karna bahasanya dulu kan pitung yang ngelanjutin perjuangan ampe sekarang emang Jiih yang silat bahasanya maenannya juga ketauan. Jiih itu Rojiih. Peneliti Bahannya dari apa ncang sendal Jiih ini? Informan Dari karet ban. Jadi dijadiin di daur ulang makanya sekarang engga ada bahasa limbah kalo limbah sebutan dulu sekarang mah limbah bisa dijadiin duit Peneliti Wawancara sebelumnya ncang bilang kan latihan silat gratis ya, nah itu kenapa ngajar engga mau dibayar ikhlas aja gitu ncang? Informan Karena tujuan ncang tujuan yang mulia ngembangin budaya kalo bahasa ncang tardisi keturunan tadinya silat ncang ini khusus keturunan ga boleh ngemabngin ke yang lain. itu silat tradisi betawi kalo belom dapet mandat untuk ngajar itu jangan sekali kali karena tarohannya nyawa akan kemakan sama ilmu lu sendiri itu traumanya. Makanya kenapa sekarang perguruan padepokan sanggar udah banyak karna sekedar latihan doang engga ampe turun mandat kalo ncang engga tersebar kemana mana kaya cingkrik dimana mana karena silat tradisi betawi silat khusus keturunan itu pake tawasulan rasulan doanya tuh gini seumpama ncang ncang bisa berkat siapa babeh, babeh juga berrkat siapa engkong, engkong juga berkat siapa buyut, buyut berkat siapa. Itu itu yang namanya silat tradisi keturunan tawasulan itu kita tawasulin dari alfatehahin dari asli yang punya ini bin ini ini bin ini itu namanya asli silat tradisi keturunan ilmunya pun begitu sesuai kalo maenan ncang masih asli keturunan ncang. Ncang tadinya kaga boleh itu kemakan omongan sendiri tarohannya nyawah ngajar tanpa mandat hampir mati dulu tahun 2005 idup engga mati engga akhirnya disyariatin ama engkong ama baba ama guru kaya dirukyatin. Jadi awalnya ncang emang ga tau kalo silat tradisi betawi itu engga boleh dikasih orang khusus elu elu aja. Jadi ncang dulu idup engga mati engga karena ngajarin ponakan ncang ncang masih dalam latihan akhirnya pas udah begitu dirukyatin di syariatin ama guru ama engkong. Abis itu ngapah lu bangor bangat ini kan khusus elu buat elu marah bangat yang punya ceritanya akhirnya yaudh kalo emang niat elu mulia ngembangin budaya nih gua kasih amalan elu ketemu dah ama kumpi lu ama uyut lu di dalem mimpi lu berlatih algi nah ini silat ncang terus terang perpaduan antara kumpi, engkong, uyut, baba gede, baba kandung, lewat mimpi, lewat bahasa logat omongan ncang yang bergerak, 2006 ncang dicoba ama orang luar ama orang jawa timur ncang disantet kena tuh lagi kerja enak2 ncang, seluruh badan seluruh pori-pori keluar darah ncang ke dokter di suntik 3x jarumnya patah kaga dipegang dari jam 12 sampe jam 5 subuh darah bukan darah yang keluar darah warna pink ini ncang cerita aja sejarah ncang negmbangin ternyata in ujian gua ngemabngin gua udah dicoba diapain aja sama orang yaudah tuh dikasih amalan puasa 7 hari makanya ncang puasa apaan yang ncang belom lakuin makanya ncang punya murid ratusan ga ada yang 100% yang nurunin ilmu ncang bukan berat lagi makanya tantangan buat jadi guru tarohannya nyawa. Ncang dagang disini aja banyak yang iri padahal engga ada saingan yang jailin banyak preman yang nyoba banyak. intinya mah dulu pedagang kaya ncang jadi guru minimal punya maen pukul bisa juga.

Jadi kalo kepelan dijual, ilmu dijual makin lma makin tipis, padi makin berisi makan merunduk kalo gabug makin jelenger ga ada isinya.orang yang kecil jangan dianggap sepele jangan orang gede dibilang dia berisi gede-gede

xxiv

pendelean, kecil-kecil ati2 pentilannya Peneliti Kalo murid ncang mau ngembangin silatnya lagi gimana? Kalo semua mao pada ngembangin gimana? Informan yaa ncang kasih mandat dulu pake doa, ya engga bisa kan cang tau mana yang bener-bener mana yang kaga kecuali tujuannya buat ngembangin ke anaknya doanya kan ada. Ncang ngajar. Kalo ncang ngajar engga mandang orang kecil ncang 3 4 tahun udah ncang ajarin. Anak SMEA, SMP, ncang ajarin sepantaran situ.

Nama: Bang Yahya Status: Jawara Betawi Condet, dan Pendiri Padepokan Rompes si Pecut Hari/Tanggal: 02 Oktober 2017 Waktu/Tempat: 09.00 WIB/ Rumah Bang Yahya di daerah Condet Jakarta Timur

Peneliti Bang, kalo ngomong Betawi di Betawi ada strata sosial engga, ada anggapan bahwa kalau sudah berhaji di Betawi lebih dihormati atau yang punya tanah misalnya bener engga seperti apa sih gambarannya? Informan orang dulu kalo mao pegih haji nih kumpulin dulu berapa taun begitu dulu makanya haji mabrur sambil dia merawat diirnya sambil dia shalat malam, beribadah tiap malam. Kalo sekarang haji napsu jual tanah pulang haji ngontrak. Kalo dulu makanya hajinya mabrur kayanya kita pengen nyium tanah kalo kata orang dia pulang masih bawa malaikat makanya kita cium tangan biar keberkahannya pindah ke kite Orang condet tuh kaya model begitu yakin sebagai pitua yaa pitua itu sama ilmu kan lebih tua pitua makanya yakin tapi dijalanin ama dia patuh gitu mana yang dilarang kaga dia jalanin gitu. Memang belakangan dari tahun 90 awal lah mulai itung- itungannya itu udah haji meteran makanya haji itu hasil jual tanah memang mayoritas kaya gitu makanya sekarang kalo nyari ornag condet banyak di Depok yang orang asli bener-bener sinih larinya ke depok ke pinggir semua aslinya justru mereka punya tanah disini asli depok, citayem, bojong gede di condet yang bener-bener asli sinih Cuma gitu kadang-kadang pengen haji jual tanah makanya haji meteran pokoknya awal-awal 90 usatazah lilah tuh udah mulai dah tuh haji meteran sampe abis orang-orang asli sinih. Kalo orang dulu mana berani pake peci putih kalo belom ngerasain ke Mekkah kalo sekarang liat dimana mana udah menjatohkan nama haji. Kalo dulu ada kepercayaannya begitu engga sembarangan engga berani pake peci putih kalo belom ngerasain ke mekkah malu kalo orang sekarang manah pada pake peci peci semua kita liatnya juga yaaah Allah. Sama aja kaya Kopasus kita liat dia punya baret itu engga sembarangan diuji dulu dia ke gunung kemana akhirnya orang pake baret ya harus ada iniannya sanksinya. Sama juga kaya orang pake peci putih harus pegih haji dulu. Peneliti Kalo bahas Padepokan bang Yahya nih, Padepokannya emang disini yang bang? Informan Saya ada tujuh cabang di Ayamah, Olahraga, Cililitan, Lubang Buaya, Pengadegan, Kampung Jawa, Kebagusan, sama disini Condet pusatnya. Insyaallah doain jadi seragam tetep. Kan saya lagi buat baju seragam khusus warna coklat berapa cabang saya baru buat lagi ampe 25 juta. Udah 5 juta anak murid udah lebih 800 emang sulit juga buat begini kalo akur enak kalo kaga akur kita yang puyeng. Peneliti Bang ini kalo ngomongin jawara ya dulu konstruksi kata jawara awalnya gimana sih bang? Informan Ya identiknya begini jawara ini kan termasuk orang pemain silat yang udah berseragam item-item mungkin kalo dulu yang dibilang jawara dia ada perbedaan kali masalah tentang ilmunya. Owh dia udah jawara berarti

xxv

ilmunya udah tinggi Peneliti Kalo jawara apakah memang pakaiannya khas pangsi bang? Informan Iya kalo jawara dulu kemana mana emang pake pangsi udah khas pakaian dia mau ke pasar mau kemana selalu itu namanya jawara tuh yang menunjukkan dirinya tuh jagoan bukan bangga lagi. Dianggap udah baju dia lah baju kebesaran dia. Kan baju ada juga yang ada isiannya kan jawara dulu engga sembarangan itu baju udah diisi. Kalo jawara dulu kan engga sembarangan Peneliti Itu perbedaan antara pangsi dan jasko atau beskap gimana bang? Informan Nah kalo itu dulu kenaikan pangkat yang pake kalangan penggede dulu itu istilahnya rang ngelawan niup aja mental kita yang dipake menir beskap kalo orang petinggi cirinya begitu ga diliat dari pangsi kaliatan orang beradanya itu pertama, kedua kalo dia berkecimpung di dunia persilatan dia udah termasuk ini jendral yang pake kalo sekarang buat laki pr dia buat pemandunya Peneliti Kalo sekarang jawara masih sama tuh bang atau sekarang ada perubahan? Informan Jawara dulu mao diajak berantem kapan aja siap. Kalo sekarang pada kebanyakan seni buat naik panggung kalo dulu ada “olah kupas mangga taro dimeja catnya item belajar silat bukan buat olahrga emang sengaja buat berantem” Peneliti Kalo bang Yahya pake pakaian pangsi kapan aja? Informan Saya paling palang pintu, undangan, acara-acara kaya Festival, baju saya banyak putih, merah, item, banyak baju saya tergantung ini yang banyak yang mana nih disesuain juga. Kalo merah palang pintu, saya nimpalin dah dia coklat saya putih Peneliti Kemudian untuk membedakan jawara dengan orang biasa yang pakai pangsi gimana? Informan Perguruan paling ya logo misalkan Rompes Condet itu kan ada logonya yang satu disini yang satu di belakang Peneliti Kalo latihan pake pangsi bang? Informan Iya pangsi. Harus pake, Karena gini seragam itu kenapa harus pake seragam? Karena seragam itu bikin kita kalo begerak semangat. Giroh. Peneliti Jawara dulu kriterianya gimana sih bang? Apakah golok kan jadi khas banget ya setau saya. Kalo sekarang gimana? Informan Kalo orang dulu engga ada yang engga bawa golok. Sekarang ditangkep hhaaaa. Sekarang sih kalo ada urusan engga pake helm jalan aja bawa golok di Bekasi polisi juga tau sering saya bawa tapi polisi engga berani. Kalo yang nahan saya jendral kaya saya ditahan bapak saya buru buru nih begitu bediri saya telpon aja gubernur Foke langsung dia yang ngangkat nih bapak mau terima apa engga yaudah sana sana jalan makanya itu engga boleh sembarangan sama orang seni mah apalagi yang make orang kampung orang angkatan gimana cuma polisi sih ngerti Peneliti Pernah engga bang diadu sama jawara Banten misalnya? Informan Tapi kalo jawara jawara sekarang engga ada hal-hal begitu kalo sekarang persatuan yang ada persatuan makanya nih kita disuruh tiap jagoan jagoan yang ada di daerah pojok-pojok misalnya itu harus akur makanya sekarang udah sampe ke Bandung ya boleh dikatakan silat priangan itu kan dulu orang bandung pojok belah marih itu sesepuh dulu Dteng waktu di HI Peneliti Ngomong-ngomong atribut pangsi seperti peci Betawi ada berapa sih bang? Informan Kalo dulu peci jarang yang pake item semua item kembang kol kembang warna biasanya sih warnanya monoton ketemunya krem item sama krem atau pink udah itu aja. Ini saya punya peci 500 rebu pewaris engga saya kasih saya dikasih guru ini baju semuanya. Tambahannya peci kembang kol. Ini kalo jawara ciri tingkatannya ada. Pake peci ini kalo yang tau mah ini kita pake ini artinya bisa dicoba orang diajak berantem apa aja jadi kalo kemana mana pake ini bisa dicoba orang (peci jiih) di daerah orang nih kita pake peci ginian

xxvi

daerahnya daerah jawara udah dites orang udah tau dia wah nih anak jawara nih gitu. Kadang kala pake paci ini juga emang nyari. Kalo kembang kol model baru aja warna ada ijo ada apa kalo dulu identik hitam tambahannya kembang kol ini. Engga ada warna lain. itu begitu Betawi 90 ke bawah kalo jawara bisa berantem pake peci begini misalnya dari condet nih maen ke Senayan jagoan Senayan siapa emang sengaja nyari jagoan Senayan, kalo sekarang sih udah engga. Cerita peci jaman dulu kalo pake peci begini tuh udah pasti dites orang kalo sekarang kan banyak yang pake peci begini ga ada yang ngetes. Peci juga ada pengaruhnya Peneliti Eemmmm... kalo atribut yang lain seperti sarung jawara peletakannya yang benar dimana bang? Informan Kalo dulu pake sarung engga dilipet kalo jawara dulu udah dimasukin aja tengahnya gitu kan ada dulu modelnya nih kalo Betawi dulu begini aslinya yaa aslinya. Diklempang. Kalo cerita dulu ada isiannya baju aja engga kena dibacok. Kalo itu bisa dibuat senjata umpama orang maen golok terus senjatanya piso senjatanya sarung Peneliti Kalau cincin Betawi yang gimana bang? Apakah termasuk ciri khas atribut pangsi? Informan Iya pandan tuh termasuk batu tua yaa pandan, yang begitu emang batu jawara kalo duri bulan itu batu penghias makanya batu paling cakep batu condet. Duri bulan, duri embun, anggur bulan, cempaka, kalimaya, akik madu, pandan nanas, panca warna madu sama pandan biasa tuh badar asem, kalo badar asem punya khas juga tuh ada isiannya. Ini khas condet nih semua. Buahnya buah duku buah salak sekarang udah engga ada. Peneliti Itu rata rata jawara punya cincin ada isiannya beneran kaga bang? Informan Ada yang ada isiannya ada yang engga. Kalo dulu pasti ada isiannya jawara dulu yaa engga ada yang engga semua yang dia pegang pasti ada bela diri belajar pukul bela diri emang sengaja dibuat berkelahi. Peneliti Isinya apa tuh bang yang ada di cincin? Macan atau apa gitu? Informan Engga dia kebanyakan anti tembak, anti bacok, anti pukul (kekebalan lah intinya) kalo macan itu laen kalo macan itu engga sembarangan keturunan itu dia Peneliti Kalau cincin ada isiannya punya perlakuan khusus engga? Informan Kalo ada yang isiannya ya paling tiap 1 muharram dikasih dibersihin bendanya kalo ilmu engga kalo isian engga kecuali dia punya benda keris golok owh golok darimana nih dari Banten itu kan dia punya wapak yaa kalo ini yang megang udah siliwangi macan kan nah itu dia harus tau dia mandiin tiap tahun makannya apa makanannya bisa minyak bisa kembang Peneliti Apakah gesper sama bang berkaitan dengan jimat juga? Informan Yang punya jimat yaa iya buat naro jimat mdelnya wapak ya itu tadi dia mao nyari anti peluru misalnya golok kebal itu isian beda. Kalo isian langsung ke badan kalo wapak itu ada jarak jarak waktu jangkauannya dia ada waktunya kalo wapak. Kan kalo wapak kan dari guru kita nih misalkan nih simpen nih di gesper situ nanti sekian bulan dateng lagi kemari diisi lagi sama dia begitu itu kalo pengisian kalo kita isi badan laen kekuatannya ada ukurannya. Wapak identiknya kaya laon dijait isinya kaya ayat kursi aa apa kita engga tau. laon ngerti engga laon ntar engga ngerti lagi. Laon tuh bahan dijait (tu kan bahasa betawi itu) wapak itu udah diisi bacaan2 apa gitu Peneliti Jadi antara jimat dan wapak beda ya bang? Informan Kalo jimat kan ya hampir sama sih cuman dia engga dibilang jimat aja wapak untuk apa kegunaannya berarti identiknya nih gua punya jimat tapi berbentuk wapak sama itu kalo jimat kan kata2 orang dulu bilang nih pake jimat gua simpen lu gunakan jangan sembarangan kan gitu dia juga ada larangannya pantangan2nya makanan atau apa gitu kan ada yang engga boleh lewat jemuran, engga boleh makan ubi, engga boleh makan paya masing-masing

xxvii

ininya pantangannya. Peneliti Pengaruhnya apa tuh bang sampai engga boleh makan ubi, pepaya, lewat jemuran? Informan Engga ampuh lagi ilmunya engga ampuh lagi pokoknya Peneliti Apakah golok sama mistisnya bang? Informan Kalo golok ada yang ngisi ada juga yang engga kan golok ada yang punya pengaruh ada yang engga kan golok ada yang isi ada yang kosong. Makanya kalo isi kita juga bawa engga sembarangan juga harus ada waktu waktu tertentu Peneliti Waktu tertentu misalnya seperti apa? Informan Kan kalo golok itu mah seumpamanya kita punya lawan lah berat tangguh kita punya satu keyakinan golok ini seperti ini kan golok ada yang ebgitu kita nyabut dia ga bisa ngomong ada apalagi ada pengaruhnya begitu. Ada pengaruhnya harus makan orang ada makanya kalo golok engga boleh disembarangin juga dia juga ada kan kalo harus dibuka begini makan orang kita tanggung jawab engga kalo udah begitu itu untuk perang itu kalo golok dulu begitu itu kan klao golok dirawat diisi ada ilhamnya ada orangnya maka itu dia dirawat kalo dirawat diaksih makanan dah itu yang kaya saya bilang tadi tiap taun dimandiin minumnya apa makannya apa kembang itu orangnya berilmu dalemnya apan aja. Itu kan isinya jin setan itu. Kalo orang dulu mah kawat-kawat begitu dia punya ilmu begitu dia punya alquran kenapa saya begitu karna saya ngalamin banyak yang ngasih saya ada 20. Peneliti Kalo gelang bahar bang? Informan Untuk pelengkapan untuk pakain jawara. Batu, gelang. Buat untuk unsur pengobatan juga encok. Itu dari kayu emang udh ada pengobatannya dari laut. Memang di dasar laut juga engga sembarangan itu kan dibakar dulu dipanasin dulu. Peneliti Ada maknanya engga bang gelang bahar? Informan Engga juga di kanan kurang pantes aja. Kalo batu cincin di kiri pantes. Kalo di kanan cocoknya gelang. Sifatnya emang orang tua dasarnya orang silat dia pake karena apa untuk pengobatan mengalirkan darah darah tinggi. Peredaran darah encok. Peneliti Atribut pangsi lainnya seperti pin Betawi ada apa aja bang? Informan Pin golok kalo kujang sih jarang. Kalo pin golok rata2 jakarta. Kujang di bekasi tergantung daerahn2nya. Setau saya gini [pin baru baru ini aja keluar pin dipake di peci biar ditandain lagi lebih ke ciri. Klalo disini jarang. Paling di acara aja. Golok harus miring dikit itu aturannya pantesnya aja kalo bediri kurang pantes. Pin kan beli aja juga banyak. lebih penambahan aksesoris. Pecinya ada goloknya, gespernya warna ijo. Peneliti Untuk sendal Jiih bang penamaan Jiih gimana apakah ada sejarahnya? Untuk perempuan namanya sendal lili ya bang? Informan Karena yang populerin jawara Ji’ih. Jawara pada pake sendal Jiih. Kalo lili iya buat perempuan dia dari karet kalo Jiih dari ban ada juga dari kulit. Modelnya kan begini termasuk khas Betawi dulu ada juga yang ada jempolnya kebanyakan dari dulu.

Nama : ncang Renai Status: Jawara Betawi Rorotan Hari/Tanggal: 28 Oktober 2017 Waktu/Tempat: 19.00 WIB/ Tempat latihan silat Macan Seliwa

Peneliti Ncang nama aslinya siapa? Informan Orang-orang manggil gua Renai nama asli gua Didi Suryadi. Renai panggilan dari SD. umur 37 thn Peneliti Ncang Renai ikut organisasi engga nih macam FBR mungkin? Kalo iya apa

xxviii

alasan ikut Organisasi tersebut Informan Iya ikut FBR. Alasannya seneng aja soalnya FBR mengangkat harkat martabat orang Betawi Peneliti Kegiatannya apa aja ncang selama ikut FBR? Informan kaya ada bencana bantu-bantu sosial, galang dana dari FBR sendiri ada yang nyumbang dari PT juga. Peneliti Memang ncang udah berapa lama ikut FBR? Informan Selama FBR berdiri 16 tahun itu yang perang suku Madura Peneliti Itu kenapa ncang bisa terjadi perang antar suku apa yang memicunya? Informan ga tau dah itu masalahnya perebutan lahan atau apa gitu. Cang mah ikut-ikut aja. Kaya perang suku kaya di kalimantan kalimantan kan kaya perang suku Peneliti Perang lahan yang seperti apa ncang apakah lahan tersebut milik FBR tadinya namun direbut atau seperti apa yang ncang tau? Informan Emang punya ya emang parkiran apa semuanya. Pas FBR lahir kebentuk jadi apa-apa semua direbut jadi ibaratnya semua tentang budaya kita harus punya kita sendiri. Yang punya mau apa kek PT kek harus kita yang megang yang punyanya gitu. Itu fungsi FBR disitu. Jadi kalo dlu kan FBR wah udah takut aja sekarang mah engga udah kompak. Maen golok maen bunuh-bunuhan udah lama tahun 2001. Kan serentak itu kejadiannya kaya di Kalimantan juga. Yang menang sih ga ada tapi istilahnya betawi naek di tenangin sama ketua- ketuanya gitu. Udah taunya gitu doang Peneliti Ngomong soal pangsi ncang emang pakaian pangsi buat sehari-hari ya ncang? Kenapa alasannya? Informan Iya kemana-mana emang selalu pake semuanya sebagai ciri khas betawi aja kita terus kalo ada adat betawi pake, latihan pake, kalo ketemu cewe masa pake pangsi ya jas. Hehe Peneliti Ncang jawara juga nih? Informan Yaa sama sih kaya ncang Ali saya kan temennya dia. Hehee Peneliti Ngajar silat juga dong ncang sama kaya ncang Ali? Informan Kalo saya masih belajar sama dia hehee murid aja saya murid Peneliti Udah sampe mana ncang belajarnya sabuk apa nih? Informan saya mah masih dasar neng orang baru setahun belajarnya masih sabuk ijo hehe Peneliti Owh gitu, kalo atribut pangsi yang engga pernah ketinggalan sama ncang apa aja nih? Cincin yaa itu banyak Informan Iya neng, saya mah udah kebiasaan pake cincin, suka banget sama cincin makanya saya pake semuanya banyak koleksi cincin saya. kalo engga pake malah kaya ada yang kurang. Hampir semuanya dipake sih pin Betawi, peci, pangsi apalagi ampe sendal Jiih mao kemana-mana beli nasi uduk kek hahaa udah terbiasa aja pake pakaian gini enak Peneliti Owh gitu berarti semuanya ya ncang? Emang sejak kapan cang pake pakaian pangsi? Informan Iya semuanya. Pas masuk Persilatan aja gitu Peneliti Yang ncang rasain pas kalo pake pangsi begini gimana? Informan Lebih percaya diri aja gitu apalagi kalo latihan semangat aja Peneliti Kalo orang-orang liat ncang pake pakaian begini reaksinya gimana? Informan Yaa kaga ngapah-ngapah si neng, malah kalo saya pake pangsi begini lebih mudah aja dikenal orang gitu bukan mengara dibilang jawara sih tapi kalo ketemu temen dia jadi ngenalin nih pasti Renai nih dipanggil gituh

Nama : Tio dan Supri Status: Murid di Padepokan Macan Seliwa Hari/Tanggal: 28 Oktober 2017 Waktu/Tempat: 20.00 WIB/ Tempat latihan silat Macan Seliwa

xxix

Peneliti De, namanya siapa? Informan Umar Prasetyo, panggilan Tio 12 tahun kelas 6 SD Supri, panggilannya Upi umur 13 tahun kelas 6 SD. Peneliti Ikut silat Betawi ini alasannya apa sih? Informan biar bisa bela diri, terus ngembangin budaya. Peneliti Owh pengen bela diri apa selama ini ada yang gangguin jadi pengen punya keahlian bela diri? Informan Ada, suka ngusilin saya kaya nonjok-nonjok gitu kan kalo saya bisa ngelawan dia jadi engga berani lagi hehee Peneliti Owh gitu, emang belajar silat udah berapa lama? Informan engga tau dari TK sekarang udah tamat udah full jurus-jurusnya. Peneliti Sabuknya sekarang apa? Informan Merah ka Peneliti Kenapa sih mau ikut silat Betawi ini kan masih ada bela diri lain tuh kaya taekwondo, merpati putih dll. Alasannya apa? informan karena orang betawi saya betawi tulen jadi mau ngembangin betawi Peneliti Jadi ikut silat ini kemauan sendiri atau disuruh? Informan Kemauan sendiri terus diizinin sama orang tua Peneliti Kalo menurut kalian nih kalo melihat seseorang tuh jawara dari apanya? Informan berpakaian pangsi, golok, sabuk, peci merah. Emang ciri khas betawi klao golok. Pin kujang pin golok. Kalimantan kaya mandong Peneliti Kalo kalian suka pake pakaian pangsi engga? Informan suka banget enak dipakenya. Kalo ada acara-acara sama latihan. Peneliti Kalo latihan kaya gini, ada iurannya engga bayar berapa? Informan Engga dimintain bayaran ka kita gratis

Nama : ncang Ayyub Status: jawara Tanah Abang/ Murid Persilatan Sabenih Hari/Tanggal: Sabtu/16 Desember 2017 Waktu/Tempat: 09.00 WIB/ Festival Betawi Jawara di Kota Tua, Jakarta Barat

Peneliti Nama asli siapa ncang? Informan bang Ayyub Sholahuddin dari Persilatan Sabenih Tanah Abang Peneliti Menurut ncang nih, pakaian jawara yang seperti apa? Informan owh itu, peci, kopiah, sarung dan seragam pangsi, cincin, gelang bahar juga termasuk Peneliti Ada filosofinya engga ncang dari atribut tersebut? Informan karena emang dari dulu yang disebut jawara pakenya pakaian pangsi gitu. Karena pada dasarnya pangsi itu emang dipake jawara Betawi jaman dulu. Kehidupan sehari-harinya emang pake pangsi gitu. Peneliti kalo ncang sering pake pakaian pangsi engga? Informan Betul. Hampir setiap hari kita pake, kalo kondangan aja yang kaga. Setiap hari ya kaya acara kegiatan-kegiatan sosial juga kita pake Peneliti dari semua atribut pangsi yang paling engga ketinggalan apa cang? Informan peci, peci sarung gesper pasti selalu karena digunakan sehari-hari untuk shalat karena emang udah melekat. Betawi sama agama gitu kalo cincin Cuma hiasan aja gitu, cincin sih selalu pake. Cuma simbol aja sih kalo udah pake begini maka dia orang Betawi gitu sama gesper Peneliti Kalau pake pakaian pangsi atau atribut lainnya ada kesan engga sih ncang pas pake pangsi itu? Informan Luar biasa girohnya, karena emang adat betawi seperti itu beda gitu yaa pangsi itu ciri khas Betawi begitu kebanggaan orang betawi begitu. semangat giroh kita sudah sejak awal

xxx

Peneliti Ncang di Tanah Abang nih ngajar silat atau gimana? Informan Persilatan ada Sabenih sebagai murid juga Peneliti Ncang ikut organisasi engga? Informan Kalo saya di organisasi itu ikut forum komunikasi anak betawi (FORKABI) saya anggota, kegiatannya bakti sosial lebih kepedulian ke masyarakat juga Peneliti Seperti apa tuh ncang kegiatan kepedulian ke masyarakat? Informan Ya bakti sosial gitu, penanggulangan bencana segala macem kita datangin gitu kita tunjukin bahwa kita tuh peduli ama masyarakat gitu. kita lebih deket dengan orang masyarakat miskin gitu jaga lingkungan bakti sosial Peneliti Setiap kapan tuh ncang rutin engga? Informan Ya kalo misalkan ada bencana-bencana kaya kebanjiran atau kebakaran kita inisiatif sama temen-temen gitu Peneliti Dananya darimana ncang? Informan ya ngumpulin dari anak-anak aja semua, masukan dari temen-temen, terutama dari orang lingkungan situ tetangga depan rumah Peneliti Kalo ke masyarakat nih ncang sering engga bersosialisasi dan ngumpul gitu? Informan Iya mendekatkan diri ke masyarakat kita mah dan justru kita sebagai jawara ngasih contoh yang baik, mencontohkan yang baik merangin tindak kejahatan, Kita juga yang tadinya betawi mati terus diangkat lagi kita sebagai jawara juga harus langsung bisa menjadi sosok yang menjaga dan melestarikan bener-bener itu langsung diisi, jadi kalo ada yang kena bencana juga, yang kesusahan kita juga harus siap membantu gitu Peneliti Kalo kegiatan bakti sosial dll pangsi dipake engga ncang? Informan Waah dipake harus itu bahkan kalo kita lagi turun gitu ya ke lokasi kita emang pake pakaian pangsi

Nama : ncang Ojih Status: jawara Condet Hari/Tanggal: Sabtu/16 Desember 2017 Waktu/Tempat: 11.00 WIB/ Festival Betawi Jawara di Kota Tua, Jakarta Barat

Peneliti Menurut ncang Ojih seperti apa sih pakaian jawara? Informan atribut jawara ya kaya pangsi, kople, golok, peci, sendal identik. Gelang bahar, cincin Peneliti Ada filosofinya engga ncang? Informan kalo bicara filosofi ginih yang namanya jawara engga mungkin juga pake baju batik pada dasarnya dulu pada jaman-jamannya pahlawan betawi ya pitung pake itu, mungkin kalo bang pitung pake batik kita pake batik hehehe... ya kan dalam artian gini pitung kan pahlawan Betawi terus identik dengan pake pakaian pangsi , golok, cincin, gelang bahar, yaa entah tadinya juga gimana kita engga tau dasarnya kaya gitu yaudah kita ikut juga kaya gini. Jadi kita ngikutin sejarahnya aja perjalanan dia aja. Peneliti Kalo ncang sehari-hari pake pakaian pangsi engga? Informan ya sementara ini kan emang lagi digalakkin nih ya emang kita dasarnya dari pemerintah jadi hari apa kita pake pangsi hari apa pake apa insyaallah bisa berguna. Kalo saya sehari-hari selalu pake pangsi ini engga pernah saya tinggal nih (kople/ gesper) isinya kalo dulu buat tembakau jaman dulu ya ada juga tempat yang namanya lopa-lopa. Tembakau rokok yang dibuat dari tiker pandan buat tembakau rokok linting bikin ndewek itu lopa-lopa. Kalo sekarang kan rokoknya begni udah modern dikit. Peneliti Kalau atribut yang engga pernah ketinggalan tuh apa aja? Informan celana pangsi ini engga pernah ketinggalan nih, enak soalnya dipakenya adem buat jalan juga enak dalam artian kita punya beberapa lah, ajdi walaupun engga pake pakaiannya celana tetep, kalo di rumah yaa sama kaos oblong putih, kalo

xxxi

kondangan masa pake pangsi, gesper. Cincin kaga pernah lepas makanya tuh beda kan ini engga pernah lepas dari tangan saya. Suka aja seneng aja kita pake jarang saya lepas udah gini aja mau di rumah mau jalan mao kondangan kita pake aja. Peci kalo di rumah engga harus pake peci. Kalo shalat. Kalo kondangan kalo acara-acara ebtawi. Kalo sekedar buat jalan. Kalo sudah digalakkan mungkin kemana pun pake peci. Pangsi, kople kaos oblong bahar cincin ga pernah lepas. Peneliti Kegiatan sehari-hari ngapain aja ncang? Informan alhamdulillah saya sama bang yahya sama abang saya yang satu lagi dari tahun 90 lah kita udah bergerak lebih besar di seni maen pukul betawi . Alhamdulillah nurunin dari keluarga sekarang kita punya sanggar, kalo dulu maen pukul perkembangannya cuma sampe situ makanya kita coba tambah dengan kegiatan-kegiatan seni, seni palang pintu, seni pantun, segala macem supaya apa biar dia lebih berkembang. Kalo orang jaman dulu kan latiannya ngumpet- ngumpet karna kalo ketauan ditangkep kalo sekarang engga kalo perlu kita ayo anak-anak ngumpul daripada nongkrong-nongkrong kita bikin kegiatan yang positif sama temen-temen. di Persilatan, di seni juga kaya palang pintu. Festival pernah di Kemang itu alhamdulillah sekalipun bukan juara satu kita dapet juara tiga, itu di festival lomba itu lomba nasional. Ya kalo mau kita teru-terus saya juga kan masih belajar ya mudah-mudahan kalo kita masih belajar ada perubahan

Nama : mpok Nisa Status: masyarakat suku Betawi Hari/Tanggal: Sabtu/16 Desember 2017 Waktu/Tempat: 12.00 WIB/ Festival Betawi Jawara di Kota Tua, Jakarta Barat

Peneliti Menurut mpok pakaian jawara yang seperti apa? Informan golok, pangsi, peci, cincin yang gede-gede, sama kalung yang batunya kecil. Peneliti Sebelum Perda dan Betawi jadi naik tuh mpok di tahun-tahun 2011 dan 2012 yaa kira-kira mpok liat pangsi seperti apa sih? Ada perubahan pandangan engga kira-kira setelah Betawi naik? Informan Owh iyaa, kalo dulu sih buat orang awam keliatannya norak yaa, masih aja dipake gitu modelnya juga begitu-gitu aja Peneliti Kalo sekarang mpok masih sama engga nih melihat pangsi sebagai sesuatu yang norak bahkan setelah Perda sudah ada? Informan Berubah sih yaa hehee jadi melihat ternyata Betawi unik engga norak. Apalagi kalo jawara pake pangsi serem juga sih hehehee... seneng juga liatnya karena kan kaya jaman dulu gitu kan penampilannya. Kalo liat orang pake peci, pangsi, wah dia jawara Peneliti Jadi kalau liat jawara gimana mpok? Informan keliatannya gagah apalagi pas liat atributnya semuanya dipake gagah banget betawi banget Peneliti Menurut mpok nih, lebih hebatan mana sih jawara Betawi sama jawara Sunda misalnya atau Banten? Informan jawara betawi lah kan jawara betawi engga pake sendal hahahaa...

Nama : Babeh Wahid (62 tahun) Status: masyarakat suku Jawa Hari/Tanggal: Selasa, 19 September 2017 Waktu/Tempat: 16.00 WIB/ Lokasi dekat dengan tempat dagang Ali pangsi BKT

Peneliti Menurut babeh pakaian jawara seperti apa sih? Babeh kalo liat jawara melihatnya dari sisi apa?

xxxii

Informan iya tau jawara pake pangsi kan pake gesper pake peci diliatnya biasanya dia pake gelang bahar, gelang bahar lebih ke pemantes pelengkap gitu kaya kayu tau kan gelang yang dari kayu pake pakean gitu biasanya gitu Peneliti Sebelum adanya kebijakan pemerintah dan Betawi belum naik seperti apa beh melihat pangsi? Informan Kalo sebelum adanya istilah-istilah jawara yaa yang pas belum ada kebijakan pemerintah itu saya pikir menurut saya yaa banyak yang belum tahu pangsi itu apa, tidak terkenal gitu ibaratnya jadi asing juga dan kalo beli emang buat apa? Peneliti Kalo babeh sendiri melihat jawara Betawi seperti apa beh? Informan pokoknya sih ya biasa aja cuma keliatannya punya wibawa ada magisnya soalnya Peneliti Babeh tau tentang magis? Informan ya engga tau hanya liat globalnya aja kaya punya amalan, sebagai muslim kan kita percaya adanya tuhan, kebanyakan mayoritas jawara pada percaya begituan punya Al-quran dan hadits mayoritasnya jawara ngambil dari Al-quran dan hadits makanya jawara tuh hatinya bersih, betul karena jawara itu kalo engga dicolek engga akan bales ini pengalaman loh yaa jadi engga ditunjukkan Peneliti Kalo babeh minat pake pakaian pangsi? Informan saya kalo di rumah emang pake pangsi saya pangsi betawi saya pake. Saya mah sama aja kemana mana juga pangsi Peneliti biasanya yang beli pangsi siapa aja beh? Informan dari komuitas-komunitas Padepokan, biasanya anak anak sekolah juga pake tradisional kan kalo ada acara-acara bawanya baju tradisional sebetulnya dia melestarikan budaya, ada pendapatan untuk menggali yang lain ini kan banyak budaya ini tradisi gitu. Sebenernya saya ga tau banyak tentang betawi tapi karena saya deket sama Ali saya tau nih ga sekedar pitung aja, jiih, jampang juga.

Nama : Mba Lutfi (22 tahun) Status: masyarakat suku Jawa dan Sunda Hari/Tanggal: Sabtu, 18 November 2017 Waktu/Tempat: 16.00 WIB/ Lokasi Marunda di Festival Rakyat Betawi

Peneliti Menurut mba melihat jawara seperti apa sih? Informan kebanyakan yang pake golok yaa Peneliti Menurut mba pakaia pangsi gimana sih? Sebelum adanya Perda yang Betawi belum naik Informan Pangsi itu yang pakaian jadul ya? Kalo kata anak jaman sekarang mah engga nge-trend mba. Peneliti Sekarang setelah adanya Perda nih Betawi kan saat ini lagi naik, apakah mengubah cara pandang mba tentang pangsi ini? Informan Owh iya, skearang banyak sih ya mba jadi nge-trend sekarang malah udah engga norak lagi keliatannya Peneliti Kalo liat jawaranya gimana mba? Informan ada seremnya, kebanyakan kan jawara gimana gitu mukanya hehee Peneliti menurut mba lebih hebatan jawara mana betawi apa banten? Informan sama aja sih semua jawara yaa, tapi kayanya yang lebih ini Banten yaa yang paling diunggulkan Banten yaa kayanya lebih jago gitu

Nama : babeh Jaka Status: masyarakat suku Jawa Hari/Tanggal: Sabtu, 18 November 2017 Waktu/Tempat: 14.00 WIB/ Lokasi Marunda di Festival Rakyat Betawi

xxxiii

Peneliti Menurut babeh kalau orang terlihat jawara yang seperti apa? Informan identiknya pake pangsi, itu kan mengidentikkan setiap itu pasti ada ciri khas pangsi padahal pangsi bukan pakaian jawara tapi pakaian bela diri pakaian silat tapi suka dipake jawara kan kalo jawara identik item Peneliti Kalau melihat jawara seperti apa beh? Informan biasa aja contoh-contohnya kaya Pitung ga ada yang serem itu kan identifikasi aja orangnya serem berkumis hehehe padahal biasa aja tapi untuk menambah kesan jadi dari wajah dan pembawaannya Peneliti Jawara di masyarakat terutama babeh Jaka seperti apa? Informan kalo dulu kan jawara disebut pendekar yaa suka bantuin orang, kalo sekarang jatohnya preman kalo dulu orang yang mempunyai kemampuan dalam hal bela diri dan membantu rakyat kecil

Nama : Mardanih Status: masyarakat suku Jawa Hari/Tanggal: Sabtu, 18 November 2017 Waktu/Tempat: 13.00 WIB/ Lokasi Marunda di Festival Rakyat Betawi

Peneliti Jawara di masyarakat terutama bapak seperti apa? Informan kalo dulu kan masa Pitung menolong rakyat kecil itu masa penjajahan sekarng mah beda, awalnya dari Pitung kan kentel sekarang walaupun beda tapi tetap mengikuti jejak Pitung sebagian ada ya jadi intinya tetap baik sih Peneliti Menurut bapak seseorang terlihat jawara yang seperti apa? Informan dari baju pangsinya sama peci keliatan Peneliti Menurut bapak lebih hebatan jawara Betawi atau jawara Banten misalnya Informan Kalo lebih jago mana tergantung wilayah masing-masing sih hehe

Nama : Bapak Owi Status: masyarakat suku Jawa Hari/Tanggal: Sabtu, 18 November 2017 Waktu/Tempat: 13.00 WIB/ Lokasi Marunda di Festival Rakyat Betawi

Peneliti Menurut bapak pakaian jawara yang seperti apa? Informan pake pakaian pangsi warna merah lah biasa gitu item kaya pencak pencak silat begitu pake pake peci Peneliti menurut bapak kesan liat jawara gimana? Informan ya kekar lah dari segi badan walaupun serem juga kalo letoy ya tetep aja seperti buser aja walaupun badannya gede kalo engga keker tetep aja Peneliti menurut bapak lebih hebatan jawara betawi apa jawara banten pak? Informan sama jawara mah dari turunan itu juga kan dulu jawara pertama dari sonoh dari jampang pecah pecah itu

Nama : Adi Status: masyarakat suku Betawi Hari/Tanggal: Minggu, 19 November 2017 Waktu/Tempat: 17.00 WIB/ Lokasi Marunda di Festival Rakyat Betawi

Peneliti Menurut bang Adi pakaian jawara yang seperti apa? Informan Pake pangsi, peci, sarung gitu Peneliti Sebelum adanya Perda dan Betawi naik, bagaimana pandangan anda tentang pangsi? Informan awalnya pakaian pangsi modelnya biasa saja jadi kurang tertarik mau membeli engga belajar silat juga lebih seneng kaos sama kemeja lah ya Peneliti Kalau sekarang kan Betawi sudah naik nih dan adanya Perda juga, geliat pangsi

xxxiv

lebih terlihat saat ini, apakah ada perubahan pandangan tentang pangsi Betawi atau tidak? Informan Mengubah juga sih, karena sekarang kan emang Betawi udah naik ya pangsi juga udah banyak yang beli jadi engga kuno lagi lah jatohnya. Malah saya udah beli pangsi nih jadi pengen ikutan juga pake pangsi kalo liat jawara kayanya berwibawa gitu sampe niat juga pengen ngikut silat hehe

Nama : ncang Nur Fadillah Status: Panitia penyelenggara Festival Betawi Condet Hari/Tanggal: sabtu, 29 Juli 2017 Waktu/Tempat: 11:30 WIB/ Festival Betawi Condet

Peneliti Ncang tujuan diadakan festival Betawi seperti ini untuk apa ncang? Informan Buat menjaga budaya kita, melestarikan Peneliti Apa saja yang disuguhkan dari acara Festival ini? Informan silat, gambang kromong, tari-tarian Betawi semua budaya betawi, kuliner, qasidah di panggung lain kalo ini khusus silat Peneliti ada kesulitan engga ncang ketika mengkoordinasikan semuanya sampe acara jadi? Informan alhamdulillah yaa dengan keterbatasan malah kita niat malah lancar Peneliti udah berapa kali event ncang? Informan udah dua kali sama tahun kemaren Peneliti Dampak diadakannya event ini apa ncang ? Informan yang positif dari diadakan event ini salah satu dampaknya yaa menambah kesadaran masyarakat betawi khususnya di Condet, kedua melestarikan dan menjaga budayanya.

xxxv