<<

Capita — Sclecta":

PEMBINAAN KESATUAN BANGSA

( 28 Oktober 1928 — 28 Oktober 1964)

DALAM RANGKA NATION-BUILDING & . f

CHARACTER-BUILDING

%

f / ^ p r ; . KOMPARTIM.FN JPk'RBU^UNGAN DEN GAN RAKJAT {'J ^ jnbags Pembin^aii Kesatuan Bangsa

' • .Viw7TV'-n--

apita Selecta:

PEMBINAAN k e sa t u a iv iia n g sa

( 28 Oktober 1928 —* 28 Oktiober 1964)

DALAM r a n g k a NATION-BUILDING & CHARACTER-BUILDING

'T n < j f •\

/ / V 5 r

kompartimen p e r h u b u g a n d e n g a n r a k j a t Lembaga. Pembinaan Kesatuan Bangsa

PEEPUSTASAAIf p M IULTA8 9A8TRH

DIPERSEMBAHKAN UNTUK

HIASAN SANGGUL IBUNDA PERTIWI P.J.M. Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi ,

D r If DAFTAR ISI‘

Halaman :

Pengantar kata dari penjusun ...... 5 Pra-Kata Pd. Kepala L.P.K.B. Pusat ...... 6

BAB I. PENDAHULUAN

1. Putusan Kongres Pemuda Indonesia ke-II 28 Oktober 1928 9 2. Amanat Pemimipin Besar Revolusi ttg. Nation-Building 11 3. Hanj'a Bangsa jang mempunjai kepertjajaan mendjadi Bangsa abadi : Presiden Sukarno ...... 12 4. Genta Suara Revolusi Indonesia (kutipan singkat) ...... 15 5. Tahun "vivere pericoloso” (kutipan singkat) ...... 16 6. Persoalan Tionghoa di Indonesia diselesaikan dengan usaha integrasi dan assimilasi ...... 17

BAB II. KEBANGKITAN NASIONAL

1. Gerakan Rakjat menudju Kemerdekaan sedjak Hari Kebarigkitan sampai Hari Proklamasi : Ki Hadjar Dewantoro ...... 19 2. 20 Mei Beginsel Persatuan Membuat Kekuatan : Ir. Sukarno ...... 30 3. Djadikanlah 20 Mei sebagai hari kesetiaan terhadap tjita- tjita Revolusi Indonesia : Dr. H. Roeslan Abdulgani ...... 46 4. Mendjadilah Persatuan Bangsa Indonesia : Prof. H. Mu- CO hammad Yamin, S.H...... 5. Hari Kebangunan Nasional : Ki Hadjar Dewantoro ...... 61

BAB III. SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU BAHASA INDONESIA

1. Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) detik kelahiran Bangsa Indonesia sebagai satu Nasion : Soe Hole Gie 65 2. Kesatuan dan Persatuan Bangsa sjarat mutlak dalam membina Bangsa k itaP d . Presiden Dr. J. Leimena ...... 72 3. Peristiwa besar melemparkan bajangannja kemuka : Dr. H. Roeslan Abdulgani ...... 9® 4. Sumipah Pemuda terus berkuimandang dan mengiringi Revolusi Nasional : Ment./Sekd. Front Nasional Sudibjo 79 5. Semangat Sumpah pemuda supaja dinjalakan terus untuk mentjapai tjita-tjita Revolusi : Dep. Penerangan R.I...... 82 6. . Arti Sumpah Pemuda dalam perdjuangan Bangsa Indo­ nesia : Panitia Nasional Hari Sumpah Pemuda 1961 ...... 86 7. Njalakan terus apinja Sumpah Pemuda: , Dr. H. Roeslan Abdulgani ...... 94

BAB IV. INDONESIA BAGIKU ADALAH SATU ' TOTALITAS

. 1. Saja tidak mengadakan perbedaan antara asli dengan tidak asli ...... 101 2 . Indonesia tidak mengenal minoritas ...... 106 3. Nataia dan Agama adalah urusan pribadi ...... 110

BAB V. PEMBINAAN KESATUAN BANGSA: Dr. H. Roeslan Abdulgani ...... 112

BAB VI. INDONESIA TIDAK MENGHENDAKI WARGANEGARANJA PUNJA ’’DUBBEL VADERLAND”: Dr. H. Roeslan Abdulgani ...... * 131 PENGANTAR KATA DARI PENJUSUN

Dengan penuh kegembiraan dan semangat kami sambut dan kami laksanakan tugas jang diberikan oleh Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa untuk menjusun Brosur ini, agar supaia dapat dipergunakan sebagai bahan tambahan indoktrinasi dibidang nation-building dan character-building. Dengan Keputusan Prcsiden Republik Indonesia No. 140 tahun 1963 dibe.ntuklah Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa dengan Tugas Pokok : "Mengusahakan Pembinaan Kesatuan Bangsa dian- tara golongan2 warganegara Indonesia, sehingga Bangsa Indonesia merupakan bangsa jang bulat, tunggal dan kokoh-kuat, sesuai dengan tudjuan revolusi Indonesia, Masjarakat adil dan m akm ur-' Djalan jang ditentukan untuk melaksanakan Tugas Pokok itu antara lain jalah : ,,Memberikan .penerangan/indoktrinasi jang intensip dan berentjana kepada masjarakat jang seluas-luasnja ten- tang mutlaknja penjatuan Bangsa Indonesia dengan djalan pem- bauran (assimilasi) dan menghilangkan sifat serta tjara hidup jang menjendiri (eksklusivisme)”. Karena itu perlulah adanja Brosur pegangan dalam bidang ini bagi petuga^2 jang bersangkutan chususnja dan bagi Kader Bangsa dan Rakjat Indonesia pada umumnja, sebagai bekal perdjalanan dalam menunaikan sebagian tugas mentjapai tudjuan revolusi Indonesia mengemban A m an at Penderitaan Rakjat menudju Masjarakat adil dan makmur. Dengan maksud itulah maka Brosur ini disusun, dengan bahan2 jang berupa dckumentasi resmi, karangan2 jang tersebar dalam harian- dan madjallah2, pidato2 dan lain2 jang7 ada sebelum dan sesu dah Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia. ■ Djakarta, 20 Mei 1964s I Penjusun: C.S.T. KANSIL S.H. WIGNJOSUMARSOtf O SOE HOK GIE ANIS IBRAHIM / - 5 - PRA KATA Pd. KEPALA L.P.K.B.

9 i Suatu bahan'penecangan pokok jang tertulis seperti iang di- maksudkan dengan buku ini senantiasa merupakan sumbangan penting untuk mendjernihkan suasana dan salah pengertian tentang maksud. tudjuan dan tugas pokok L.P.K.B. Tidak dapat disangkal bahwa L.P.K.B. djustru lahir dalam suasana jang diliputi oleh pertentangan-pertentangan pendapat antara pro dan contra assimilasi serta pro dan contra L.P.K .B. sebagai alat untuk memperlantjar proses assimilasi.

Dikeluarkannja amanat Pemimpin Besar Revolusi tgl. 15 Djuli 1963 ditetapkanrtja L.P.K.B. sebagai alat pemerintah, dus 'djuga alat revolusi resmi dengan Keputusan Presiden No. 140/1963 dimana dengan tegas djuga dinjatakan bahwa politik Pemimpin Besar Revolusi ditudjukan untuk rriemperlantjar proses assimilasi dalam usaha membina persatuan dan keutuhan bangsa dalam rang- ka nation-building dan charactef-building Indonesia, telah mem- bawa pengaruh jang positip untuk meredakan suara-suara contra assimilasi dan contra L.P/K.B. Namun begitu masih terasa adanja suasana assimilasi-phobi dan L.P.K.B.-phobi jclng disebabkan oleh penerangan-penerangan golongan-golongan jang,hendak memberi kesan seolah-blah pemerintah hendak memaksakan kawin tjam- puran, ganti agama, ganti nama dalam rangka ,.assimilasi total/ paksa’’ dengan L.P.K.B. sebagai alatnja !

Bagi mereka jang pandai mengikuti seluruh kebidjaksanaan Pemimpin Besar Revolusi dalam usahanja untuk mentjapai masja- rakat adil dan makmur atau sosialisme Pantja-Sila djelaslah bahwa penerangan-penerangan sematjam itu sangat merugikan djalannja revolusi. Masjarakat akan mendjadi bingung dan kehilangan ke- pertjajaan terhadap Pemimpin Besar Revolusi serta alat-alat pem- bantunja. Oleh karena itulah buku ini adalah sangat perlu dan penting sekali unttik mendjelaskan kepada masjarakat apa sebenarnja jang dimaksud oleh pemerintah dengan assimilasi dan apa maksud dan tudjuan dari L.P.K.B. dalam rangka penjelesaian revolusi kita. Melantjarkan proses assimilasi, pembauran atau pengleburan tak ada sangkut pautnja langsung dengan perkawinan, melainkan terutama dengan penjesuaian diri dari djiwa seseorangNdalam alam kebudajaan, alam fikiran Indonesia. Suatu sikap dan tjara hidup Indonesia jang walaupun beraneka warna dan banjak tjoraknja, toh tetap ,,chas Indonesia”. Inilah merupakan inti masalahnja. Seperti ditegaskan oleh Jang Mulia Dr. H. Roeslan Abdulgani "masalah assimilasi meliputi bidang-bidang Politik, sosial, ekonomi kebudajaan dan terutama pendidikan”. Mendidik adalah tugas untuk membentuk djiwa, alam fikiran dan tjara hidu$ seseorang. Oleh karena itu seperti djuga ditegaskan oleh Pak Roeslan, maka soal kawin, soal agama dan nama adalah semata-mata urusan pribadi jang bukan termasuk tugas L.P.K.B. Tugas L.P.K.B. sebagarmana dikehendaki oleh Paduka Jang Mulia meliputi 3 bidang pokok jaitu : a. masalah minoritgs' keturunan asing, b. masalah sukuisme dan provinsialisme, c. masalah phobi-phobian. Dalam menghadapi tiga masalah pokok tersebut maka fungsi

L.P.K.B. adalah :

1. sebagai alat penerangan dan indoktrinasi, 2. sebagai alat untuk menilai keadaan dan me'mberikan usul2 kepada pedjabat-pedjabat jang berwenang untuk menjele- saikan segala sesuatu jang berkenaan dengan 3 masalah pokok tersebut diatas, 3. sebagai alat untuk mentjiptakan suasana dan faktor-faktor positip dan meniadakan suasana dan faktor-faktor negatip terhadap 3 masalah pokok tersebut diatas.

Penegasan ini perlu diberikan agar chalajak ramai djangan lagi dibingungkan cleh pelbagai matjam penerangan. Mudah-mudahan dengan terbitnja buku ini bagi masjarakat mendjadi djelas bahwa L.P.K.B. dibentuk untuk kepentingan masjarakat dan oleh karena itu djuga mengharapkan _bantuan dari masjarakat demi penjelesaian tugas pokok dengan sebaik-baiknja. Didalam melakukan tugas kemasjarakatan maka hubungan orang perseorangan, human relations, merupakan salah satu faktor jang paling pokok,- Dimana manusia dengan manusia dapat ber- temu, berbitjara dengan hati terbuka raengenai masalah-masalah kemanusiaan, disanalah akan timbul saling pengertian jang akan menghilangkan segala ketjurigaan dan prasangka. Karena .pada hakekatnjalah setiap manusia mengingini kebahagiaan didalam penghidupannja. Dan salah satu unsur kebahagiaan ialah, perasaan memiliki suatu ,,home", suatu ..national home” dimana dia bisa hidup tenteram dan bahagia dan oleh karenanja djuga sanggup berdjuang untuknja dan membelanja terhadap serangan2 dari dalam maupun luar.

Disinilah letak salah satu tugas pokok L.P.K.B. memberi keba­ hagiaan kepada seluruh warganegara Indonesia tanpa membeda- bedakan antara ..asli” dan „tidak asli” maupun antar suku, antar penganut agama apapun atau antar penganut ideologie-ideologie manapuii jang telah diakui sah dalam negara Pantja-Sila kita. ,

Sama-sam^_penghuni ,,National Home” jaitu Tanah Air Indo­ nesia harus. bisa hidup rukuh, aman dan sentausa berdasarkan nasib dan kepentingan jang sama. Tanpa rasa prasangka ataupun irihati terhadap satu sama lain. Bukankah ,.Mankind is one” senan­ tiasa ditekankan oleh Presiden kita halmanapun dengan sendirinja mendjadi pegangan bagi^L.P.K.B.

Satu Nusa, Satu Bang sa, Satu Bahasa Indonesia.

Djakarta, achir Februari 1964 SINDHUNATHA 1 I

~ 8 — ) B A B I

PENDAHULUAN B A B I

PENDAHULUAN

1. Putusan Kongres Pemuda Indonesia ke II ^ tanggal 28 Oktober 1928 di Djakarta

Pada tbnggal 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia menja- takan tekad untuk bersatu dan mengaku berbangsa, berbahasa dan bertanah air jang satu. Saat ini sangat penting untuk sedjarah per- satuan bangsa Indonesia, karena pada malam itu ternjata politik divide and rule dari Belanda telah ditentang setjara sadar oleh pemuda2 Indonesia.

Dalam keputusan ini "ditjantumkan sebagai alasan pertama untuk bersatu ialah kemauan, jang mengatasi keempat alasan lain- nja. Usaha2 sebelumnja untuk imempersatukan pemuda gagal karena para utusan2 daerah terlalu banjak menondjolkan ke-aneka-an dan perbedaan2. Tetapi pada kongres ke II dari organisasi2 pemuda sebagai dasar persatuan jang dikemukakan ialah persamaan2 jang ada dan kemauan.

Putusan.

Kerapatan pemuda-pemuda Indonesia jang diadakan oleh per- kumpulan-perkumpulan pemuda Indonesia jang berdasarkan ke- bangsaan, dengan namanja Jong Java, Jong Sumatra '(Pemuda Sumatra), Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Bataksbond, Jong Selebes, Pemuda Kaum Betawi dan Per- himpunan peladjar-peladjar Indonesia; Membuka rapat pada tang- _ gal 27 dan 28 October 1928, dinegeri Djakarta;

Sesudahnja mendengar pidato2 dan pembitjaraan jang dia- i dakan dalam kerapatan tadi; Sesudahnja menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini; Kerapatan lalu mengambil putusan :

— 9 — r PERTAMA. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah-daral jang satu, tanah. Indonesia.

KEDUA

( Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa jan< satu, bangsa Indonesia*

. K E T IG A .

f. ■ Kami putera dan puteri Indonesia mendjundjung bahasa per- satuan, bahasa Indonesia.

Setelah mendengar putusan ini, kerapatan mengeluarkan keja- kinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkumpulan-perkum- pulan kebangpaan Indonesia. \ ^ I Mengeluarkan kejakinan persatuan Indonesia diperkuat de­ ngan memperhatikan dasar-dasar persatuannja : Kemauan Sedjarah Bahasa Hukum adat Pendidikan dan kepanduan. '

Dan mengeluarkan pengharapan, supaja putusan ini disiarkan a am segala surat kabar dan dibatjakan dimuka rapat perkum- pulan-perkumpulan kita.

(dikutip dari Soeloeh Rakjat Indonesia 7 N opem ber 1928).

PEBPUSTA^AAH T'AKUY.T^ S ; 'TI? > / i , v < ~ 10 — PRESIOEN

REPUBLIK INDONESIA r

AMANAT PEMIMPIN BESAR REVOLUSI

1. Dalam amanat saja, Lahirnja Pantjasila, saja telah mcngemu- kakan fikiran-fikiran jang mendasari proses ’’NATION BUILDING", jaitu adanja keinginan bersama untuk mem- bangunkan djiwa bangsa jang bersatu, persatuan karakter karena persamaan nasib dan patriotisme. 2. Proses ’’NATION BUILDING” itu terus-menerus memerlu- kan aktivitas jang dinamis, pemupukan mental dan djiwa djiwa jang ingin bersatu, persamaan watak atas dasar persamaan nasib, patriotisme, rasa setia-kawan dan rasa loyal terhadap Tanah Air Indonesia. Siapa jang tidak berdiri diatas landasan ’’NATION BUILDING tadi, sesungguhnja dihinggapi oleh penjakit ,,retak dalam djiwa”, karena mungkin djiwanja dikuasai oleh > lcyalitas-kembar atau loyalitas-ganda. 3. Saja membenarkan usaha-usaha djiwa muda dalam pembinaan kesatuan Bangsa ini, dengan menghilangkan sikap-sikap dan sifat-sifat menjendiri (eksklusivisme), dengan djalan penja- tuan, pembauran (assimilasi) dalam tubuh Bangsa Indonesia. 4. Saja gandrung akan kesatuan da'n persatuan Bangsa Indonesia, saja tidak mau .mengenal pembatasan ,,asli” dan ,,tidak asli”, persukuan, serta pementjilan-pementjilan jang berupa £papun dalam kesatuan tubuh Bangsa Indonesia, Bogor, 15 Djuli 1963. PEMIMPIN BESAR REVOLUSI BANGSA INDONESIA,

(SUKARNO).

— 11 - 3. Hanja Bangsa jang rnqmpunjai Kepertjajaan mendjadi Bangsa abadi. (Amanat Presiden Sukarno kepada Peserta2 Kongres Kerdja Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa di Istana Bogor, 18 Djuli — 1964). Saudara-saudara sekalian, Uraian Pak Ruslan Abdulgani sudah saja dengarkan dan pernjataan jang dibatja oleh Sdr. Sindhunata saja dengarkan pula dengan minat jang amat mendalam. Saja amat terharu dan terima kasih atas usaha saudara-2 seka­ lian. Usaha jang berarti sumbangan jang amat berharga, amat penting, bahkan mutlak perlu untuk pembinaan bangsa kita, bangsa jang kuat, bangsa jang makmur, bangsa jang sedjahtera, bangsa jang dihormati oleh bangsa2 lain diseluruh dunia. Bahkan bangsa jang sebagai berulang-ulang kukatakan mendjadi mertjusuar dari- pada perdjuangan bangsa-2 lain. Bahwa kita harus;mendjadi bangsa kembali, saja kira saudara-2 sekalian telah mejakini dengan kejakinan jang sedalam-dalamnja. Hal itu memang sudah saja katakan lebih dari 40 tahun jang lalu. Sjarat mutlak ialah kesatuan bangsa. Malahan saja berulang-ulang katakan. apa bangsa itu, apa bangsa itu ? Sering saja citeer utjapan dari Ernest Renan, profesor sedjarah, profesor hal ilmu kebangsaan di Paris beberapa puluh tahun jang lalu. Dia berkata demikian", bangsa a

— 12 — itu tiap2 hari, tiap2 djam, tiap2 menit. Ernest Renan namanja profe- sor jang aku sebut tadi berkata, de tous les jours. De tous les jours artinja, tiap2 hari. Mefmang hanja bangsa jang mempunjai solidari- tas antara satu sama lain, de tous les jours, tiap2 hari, hanja bangsa jang demikian itulah mendjadi satu bangsa jang besar, kuat seterus2-nja. Malahan saja selalu berkata, bahwa bangsa taukan hanja satu sciidaritas de tous les jours, tiap2 hari, tapi satu solidaritas jang berdasarkan atas satu kejakinan atau satu geloof. Djikalau kita hendak mengganjang Malaysia, kemudian kita solider mengadakan solidaritas hanja untuk mengganjang Malaysia itu. karena perdjoangan menghadapi musuh menghendaki kita bersatu, lantas kita bersatu, solidaritas jang demikian itu belum tiukup sdr2. Itu adalah satu solidaritas opportune, satu solidaritas jang dimustikan, diperlukan supaja kita bisa menang dari musuh. Atau sciidaritas waktu kita berdjoang memasukkan Irian Barat kedalam wilajah kekuasaan Republik. Itupun sekedar solidaritas. djikalau hanja demikian, satu solidaritas jang berdasarkan atas opportunisme. Aku menghendaki agar supaja bangsa Indonesia ini benar2 satu solidaritas de tous les jours, jang benar2 timbul daripada kesatuan kepertjajaan, kesatuan, bahasa Inggrisnja faith, Bahasa Belandanja geloof. Bangsa jang tidak mempunjai' faith, tidak mempunjai geloof, tidak mempunjai kepertjajaan, tidak mempunjai kejakinan, tidak mempunjai azas djiwa, bangsa jang demikian itu, meskipun pada waktu ia hendak menggempur m,usuh solider, meskipun pada waktu ia menghadapi bahaja solider, bangsa jang demikian itu akan bubar kembali s^sudah bahaja hilang, &esudah perdjoangan untuk memasukkan misalnja, Irian Barat kedalam wilajah kekuasaan Republik. Kita ingin mendjadi satu bangsa jang terus menerus sampai achir djaman berdiri sebagai ■— bangsa. Nah, hanja bangsa jang mempunjai geloof, mempunjai faith, mempunjai kepertjajaan, mempunjai isi djiwa b&rsama. hanja bangsa jang demikian bangsa jang abadi, mendjadi bangsa abadi. Barangkali sdr2, karena dari sdr2 anggota banjak iang berasal dari kalangan apa jang dulu dinamakan kalangan Tionijhoa, beberapa kali telah mendengar citat2 dari Kong Hu Chu, Nabi \ Kong Hu Chu, Confucius, Ko Fu Tse.

— 13 ~ \ Apa Kong Hu Chu kata ? Tjeritanja begini, pada satu hari Kong Hu Chu sebagai seorang guru, jang tinggi martabat dan wibawa dan ilmu, didatangi seorang murid. Murid ini bertanja kepada Kong Hu Chu, apa, ja Bapak Guru, sjarat untuk mendjadi bangsa jang kuat, sjaratnja itu apa ? Kong Hu Chu mendjawab, tiga, sjaratnja tiga. Satu, bangsa jang demikian itu harus mempunjai tentara jang kuat. Kedua, bangsa jang demikian itu harus mempu­ njai makanan jang tjukup. Ketiga, bangsa jang demikian itu harus mempunjai faith, geloof, kepertjajaan, isi djiwa. Satu, tentara; dua. makanan; tiga, kepertjajaan. Kong Hu Chu berkata, kalau bangsa mempunjai tiga sjarat ini, bangsa jang demikian itji ialah bangsa jang tidak biasa terkalahkan. Murid ini pinter, lantas bertanja, ja Pak Guru, djikalau dari tiga sjarat ini satu harus ditanggalkan, dibuang, tidak bisa dilak- sanakan, apa jang harus ditanggalkan lebih dahulu ? Hah, apakah tentara, apakah makanan, apakah faith, apakah geloof ? Kong Hu Chu mendjawab, tentara, nah itu boleh engkau buang. Bangsa tanpa tentara masih bisa mendjadi bangsa jang kuat. Nomor satu jang tidak begitu perlu tentara. Murid mengedjar lagi kepada guru, ja Pak Guru, kalau dari dua sisa ini, makanan tjukup dan faith, geloof, lagi satu harus dibuang, mana jang harus dibuang ? Benar, Kcng Hu Chu mendjawab, makanan, makanan tjukup, itu tidak begitu perlu. Ja makanan, asal...... asal...... ••, tapi makanan tjukup, mewah. tidak perlu. Bangsa tanpa makanan tju­ kup masih bisa berdiri. Tapi ah ini, bangsa tidak bisa tanpa geloof; faith tidak bisa ditanggalkan. A nation without faith cannot stand. Satu bangsa tanpa geloof, satu bangsa tanpa kepertjajaan, satu bangsa tanpa isi djiwa, tidak bisa berdiri. Nah saja mengharap agar bangsa Indonesia mendjadi satu bangsa jang memiliki geloof, faith, bahwa kita adalah satu bangsa, bahwa kita adalah menudju kepada satu djaman jang gilang gemi- lang, bahwa kita adalah satu satu bangsa jang benar2 bisa mendjadi mertjusuar daripada semua bangsa, bahwa kita mempunjai Manipol, bahwa kita mempunjai Usdek, bahwa kita adalah bangsa jang mempunjai isi djiwa. Dengan demikian kita mendjadi satu bangsa jang kuat. Sekian. , Terima kasih sdr2. * 4. GENTA SUARA REVOLUSI INDONESIA

(Pidato Presiden Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1963)

”...... Imperialisme dunia, disatu fihak mempunjai persa­ tuan atau persekutuan, tetapi dilain fihak mempunjai djuga per­ petjahan, pertjektjokan, innerlijke conflicten. Kita, sebaliknja, tidak perlu mempunjai perpetjahan, dan kalau ada perpetjahan, maka S3ja dalam perdjoangan melawan imperialisme itu selalu berichtiar menggembleng kegotong-rojongan nasional revolusioner, meng­ gembleng samenbundeling van alle revolusionaire krachten in de natie, menggembleng persatuan revolusioner berporoskan Nasa- kom, — djangan phobi-phobian, djangan nasionalisto-phobi, dja- ngan Islamophobi, djangan komunisto-phobi, djangan rakjat-phobi, djangan lain-lain phobi lagi jang mengakibatkan kekurangkompa- kan. Sebab kekurangkompakan nasional revolusioner berarti ,,ka- lah mapan” terhadap kepada imperialisme dan ini berarti menarfg- nja imperialisme, dan menangnja imperialisme berarti gagalnja kita- punja Revolusi, dan gagalnja kitapunja Revolusi berarti kita men­ djadi bangsa tempe. Nauzubillahi minasjaitonirrodjim !

Ketjuali itu,, kesatuan dan persatuan jang saja maksudkan itu adalah satu tuntutan daripada NATIONBUILDING dan CHA- RACTERBUILDING. Dapatkah Nation terbentuk djikalau dika- _ langan Nation itu sengadja dipupuk phobi-phobian antara kita dengan kita ? '

SAJA TELAH MEMBENTUK L.P.K.B., — LEMBAGA PEMBINAAN KESATUAN BANGSA — UNTUK MEMPER- TJEPAT NATIONBUILDING DAN CHARACTERBUILDING ITU, DAN PIMPINANNJA HARI-HARI SAJA SERAHKAN KEPADA WAMPA RUSLAN ABDULGANI. SALAH SATU PESANAN SAJA KEPADA SDR. ROESLAN IALAH, UNTUK MEMBERI PENGERTIAN TENTANG SALAHNJA PHOBI- PH O BIA N IT U ...... ”

j — 15 — 5. TAHUN ’’VIVERE PERICOLOSO” (Pidato Presiden R.I. tanggal 17 Agustus 1964)

...... Belakangan ini djuga ada diskusi mengenai nation- uilding dan character-building. Kita semua boleh bergeinbira ahwa setelah PRRI-Permesta” kita tumpas, sukuisme-daerah- sme-provinsialisme sudah sangat berkurang. Djuga sesudah rasia- isme 10 M ei tahun jang lalu kita tindak, maka rasialisme itu seka- ipun masih latent tidak akut lagi. Seperti saudar-a-saudara sekalian ahu, jang selalu saja impi-impikan adalah kerukunan Pantjasilais- vlanipolis dari segala sulcubangsa, segala agama, Segala aliran ^olitik, segala kepertjajaan. Kerukunan dari segala suku, artinja ermasuk suku-suku peranakan atau keturunan asing, — Arabkah iia, Europakah dia, Tionghoakah dia, Indiakah dia, Pakistankah iia, Jahudikah dia. Untuk mentjapai ini saja mengandjurkan inte- grasi maupun asimilasi kedua-duanja. Djuga dalam hal ini kita tak >sa sekedar memenuhi keinginan keinginan subjektif kita. Kita ^arus tahu hukum-hukumnja! Tak, bisa misalnja kita ■—■ djangankan generasi, ig generasipun tak bisa — imeniadakan ’’rahang g 1^, ’ a*"au ” sipit Tionghoa”, atau "mantjung A rab ”, atau ’’lidah 1 atau kuninglangsat Menado”, atau ”ikal Irian”, dan seba- ^alah3 ^ eman9 bukan ini jang mendjadi soal . Jang mendjadi soal bina mem^ina kerukunan, membina persatuan, /nem- ai h j3n^Sa’ ^iantara semuanja, dan dari semuanja. Untuk mentja- ^ lni’ maka disamping tiap-tiap suku djuga harus menerima ngan sumbangan positip, tiap2 suku djuga harus menerima sum angan2 positip dari suku2 lain. Pendeknja semua suku harus mengintegrasikan diri mendjadi suatu keluarga besar bangsa Indo­ nesia. Bhinneka Tunggal Ika harus kita pahami sebagai suatu ke­ satuan dialektis ! Jang terpenting adalah mengikis habis sisa2 rasia- isme. Oleh sebab itulah saja perintahkan kepada pengadilan untuk mempertjepat pemeriksaan perkara2 rasialisme, jang hanja mem- ikin malu kita sadja. Sebagai bangsa dihadaoan manusia didunia ini...... ” •••”

— 16 — 6. PERSOALAN TIONGHOA DI INDONESIA DISELESAI- KAN DENGAN USAHA INTEGRASI DAN ASSIMILASI

Amanat Presiden Sukarno .pada pembukaan penggemblengan Kader, Revolusi Angkatan ,,Dwikora” pada tanggal 31 Agustus 1964 di Istana Negara, Djakarta.

...... ’’Saja tanja kepada Tengku, ■— nah, tulis ini •—■ dan saja minta orang-orang Tionghoa di "M alaysia”, zogenaamd "Malaysia” sekarang, dengarkan omongan saja ini !, Saja tanja kepada Tengku : Buat apa diadakan "Malaysia” ? Disitu Tengku berkata demikian : "M alaysia” kami adakan untuk jang berikut : Di Singapore adalah satu majority Tionghoa, 90% daripada'rakjat di Singapore itu berdarah Tionghoa. Nah, pada waktu itu di K.T.T. Singapore itu akan disatukan dengan wilajah Malaya. Kalau hanja Singapore dan Malaya sadja, maka djumlah orang Tionghoa niasih lebih banjak dari djumlah orang Melaju. Dus| kajau tjuma Singa­ pore dan Malaya sadja,orang Melaju-nja akan kalah dengan orang Tionghoa, sedikitnja kalah setem dengan orang Tionghoa. Karena itu diperlukan daerah Kalimantan Utara jang penduduknja keba- njakan Melaju, dimasukkan dalam satu gabungan jang kemudian dinamakan "MalausYa” itu. Kalau dus Malaya, Singapore, Sera- wak, Brunei, Sabah didjadikan satu kesatuan, maka djumlah orankj Melaju diwilajah besar ini akan lebih besar dari pada djumlah Tionghoa jang ada di Singapore dan Malaya sekarang. Tulis ! Ini dus adalah satu usaha untuk menindas orang Tionghoa. Ini dus adalah satu usaha untuk overvote —• ov£rvote artinja ngalah-setemkan .— orang Tionghoa. Saja harap orang Tionghoa, kawan-kawan Tionghoa, Saudara-Saudara Tionghoa jang berdiam di Singapore mengerti akan hal ini, bahwa "M alay­ sia” diadakan ialah untuk overvote mereka dengan suara Mela­ ju...... ’’ ...... Wah-, lha kalau begini kan ndak beres ini,

— 17 — satu negara diadakan untuk menekan satu bagian daripada pen- duduknja, untuk mengalahkan satu bagian daripada penduduknja, dan saja sekarang ini terang-terangan andjurkan kepada semua orang Ticnghoa di Singapore untuk tidak mau membantu negara „Malavsia” jang berdiri diatas dasar jang demikian ini. Nah, Tengku menanja kepada saja : Republik Indonesia djuga kan mempunjai Chinese problem, kan di Indonesia djuga banjak orang Tionghoa. Saja mendjawab di Tokyo : Bukan dengan djalan begitu kami akan memetjahkan zoogenaamd persoalan Tionghoa, tidak. Kami di Indonesia memetjahkan persoalan Tionghoa ini dengan usaha: integrasi dan assimilasi. Orang Tionghoa jang ber- diam disini dan jang mendjadi warganegara Republik Indonesia kita integrasikan, kita assimilasikan, sehingga rnereka itu benar- benar mendjadi warganegara Republik Indonesia jang didalam segala halnja adalah orang Indonesia. Itu tjara Indonesia, tjara • kami, tidak seperti tjaramu, untuk overvote merelca itu...... ” I B A B I! KEBANGKITAN NASIONAL B A B II

KEBANGKITAN NASIONAL

1. GERAKAN RAKJAT MENUDJU KEMERDEKAAN

Sedjak hari Kebangunan sampai hari Proklamasi (Oleh : Ki Hadjar Dewantara)

Hari 20 Mei 1908 adalah hari berdirinja ”Budi Utama (B.U.). Hari itu kini disebut "Hari Kebangunan Nasional , karena berdiri­ nja B.LI. tadi merupakan suatu peristiwa jang sangat penting, Peristiwa, jang mendjadi petmulaan gerakan rakjat Indonesia, menudju kemerdekaan nusa dan bangsa. Peringatan hari 20 Mei bukannja berarti hanja memperingati tjita2 B.U., tetapi bermaksud mengenangkan semua golongan dan orang2 jang berdjasa kepada nusa dan bangsa, sedjak "Hari Kebangunan itu sampai pada Hari Proklamasi” 17 Agustus 1945. Djar.gan dilupakan, bahwa lama sebelum 20 Mei 1908, banja!< peristiwa2 telah •membuktikan adanja perlawanan2, dalam segala bentuk dan segala tjara, dari nenek mojang kita terhadap tiap pendjadjah dari luar. Nama2 Sultan Hasanuddin, Patimura, Dipo- negoro, Sultan Agung, Teuku Umar, Imam Bondjol dan banjak lain2nja kita kenal. Dan hingga zaman sekarang tetap kita muliakan. Ketahuilah, bahwa pada 20 Mei 1908 itu telah lahirlah Budi Utama", suatu badan perhimpunan, jang untuk pertama kali setjara modern didirikan oleh bangsa kita di Djawa dan Madura. Maksud B.U. pun modern pula, jaitu memperhatikan segala kepentingan hidup dan penghidupan dalam arti jang seluas-luasnja, ja ni menu- rut istilahnja : "cultureel” dan "sociaal . Adapun tudjuannja ialah . mempertinggi deradjat kebangsaan' kita. Demikian maksud dan tudjuan B.U. menurut statutennja. Pada 20 Mei 1908 itu B.U. lahir di Djakarta, sebagai buah usaha para peladjar di S.t.o.v.i.a., (school tot opleiding van inland- sche artsen) sekolah tabib tinggi, jang didjaman itu ada di Djakarta. Jang mendirikan ialah para pemuda peladjar Sutcmo, Gunawan

— 19 — Mangunkusumo dan banjak kawan2 lainnja. Peladjar2 dari seko- lah2 menengah lain (Landbouwschool dan Veeartsenschocl di Bogor, semua O.s.v.i.a. diseluruh Djawa, djuga Kweekschool2, H.B.S. dll.) menjambut berdirinja B.U. dengan gembira. Mereka segera mendirikan tjabang2 ditempat mereka masing2. Berkat kebidjaksanaan pemuda d.k.k.nja, jang meng- hendaki supaja B.U. mendjadi ,,perhimpunan nasional”, jang umum (djadi bukan "Jeugdvereniging”) maka pemuda2 kita di Djakarta tadi segera mentjari hubungan dengan pemimpin2 tua. Mereka sanggup dan ber-ichlas hati untuk menjerahkan pimpinan dan organisasi-nja kepada golongan tua. Dinjatakan bahwa waktu itu B.U. merupakan sebuah badan sementara dan bermaksud terus tumbuh sebagai badan perhimpunan nasional umum. Sifat B.U. jang ,,sementara” itu nampak amat ,,Nasionalistis’ dan "progressif”, malahan kadang2 agak "revolusioner”. Ini dapat dimengerti, bila kita ingati tingkatan ketjerdasan para peladjar kita di S.t.o.v.i.a., waktu itu perguruan bagi bangsa kita jang tertinggi. Pada zaman itu sebenarnja dipelbagai kalangan diselurub Djawa dan Madura sudah kelihatan tanda2 kebangunan nasional; iteristimewa di Jogjakarta dan Surakarta. Di Jogja misalnja ada suatu golongan orang2 terkemuka, jang sibuk berusaha menjiapkan berdirinja "Studiefonds” dan badan2 sosial lainnja. Diantaranja jang patut disebut ialah para marhum Pangeran Nctodiredjo, R. Dwidjosewojo, Mas Budiardjo, R. Sosrosoegondo dan lain-lain. Adapun pusat dari golongan itu bukan lain dari pada M as N g a- behi Sudirohusodo alias Dokter Wahidin. Untuk mempropaganda- kan berdirinja Studiefonds tadi, pada tahun 1906 Dr. V/ahidin mengelilingi seluruh Djawa, guna menarik perhatian para bupati dan orang2 terkemuka. Inilah sebabnja ada hubungan antara beliau dengan pemuda2 Sutomo, Gunawan Mangunkusumo d.k.k. Dr. W ahidin sanggup ,,'mengoper” gerakan nasional jang diselengga- rakan para pemuda tadi. Begitulah B.U. mendjadi perhimpunan besar dan umum, berdasarkan azas nasional dan menudju kearah kemuliaan bangsa. Dengan begitu imaka B.U. itu sebenarnja ditiip- takan oleh pemuda, dioper oleh kaum tua, lalu diselenggarakan bersama.

— 20 — Kongres para pemimpin, jang diadakan di Jogjakarta pada bulan-liburan Puasa 1908 itu, disebut ’’Eerste Jong-Javanen- congres” jang sangat menarik perhatian umum. Dalam pada itu dapatlah dimengerti, bahwa bersuanja kaum tua dengan kaum muda tadi menimbulkan banjak pertentangan faham, sikap dan laku. Para pemuda dapat bantuan penuh dari beberapa kaum ’’setengah tua (diantaranja : marhum Dr. Tjipto Mangunkusumo, Sutopo W ono- bojo, Sumarsono, jang kini kita kenali sebagai ”Ki Tjokrodirdjo dll.) Hasil dari pada pertentangan antara golongan "revolusioner nasionalis" dengan kaum "konservatief' ialah terbentuknja pengu- rus besar. pertama jang bertjorak "koalisi”, sedangkan Budi Utama untuk seterusnja tetap bersifat ’’kultureel-nasional" akan tetapi dengan penuh politieke — tendenzen. Berhubung dengan hebatnja pertentangan antara tua dan mu^ da, maka marhum Dr. Wahidin (saat,itu beliau menangis) meno- lak, ketika dipilih mendjadi ketua. "Saja akan bekerdja, tidak sang- gup memimpin", kata beliau. Tetapi kemudian beliau toh mene- rima kedudukan wakil-ketua. Jang mendjadi pemimpin ialah mar­ hum bupati Karanganjar Tirtokusumo. Baik disini diperingati adanja opposisi jang sangat hebat pada Kongres jang ke II, tahun 1909, di Jogjakarta djuga, jang menuntut turunnja Pengurus Besar. Dari kaum tua hanja Dr. Wahidin jang dipertahankan oleh sajap-muda. Sebagai ketua baru, dipilih marhum Pangeran Notodiredjo dari Pakualaman, jang sudah lama ber-sama2 dengan Dr. Wahidin melakukan persiapan untuk berdirinja ”Stu- die-fonds" dan kemudian berdirinja "Neutrale Schoolvereenig- ing”. Salah satu sebab jang menimbulkan opposisi jang hebat itu, ialah karena pemerintah kolonial dapat menjelundupi gerakan na­ sional B.U. setjara "infiltrasi”. Mengingati peristiwa2 tadi ada perlu, agar kita dapat mengerti, apa sebabnja makin lama makin banjak anggauta2 jang "revolu­ sioner” atau ’’progressif” meninggalkan organisasi B.U., untuk menggabungkan diri pada perhimptinan2 baru jang kemudian me- njusul : jaitu "Sarikat-Islam” dan ’’Indische Party”. Ada pula orang2 jang berdjoang selaku "wilde politici” (politicus merdeka); jaitu diluar lingkungan organisasi. Ada djuga kaum-tua dan sete­ ngah tua, jang berhaluan ”kiri” dan masih terus berdjoang dalam organisasi B.U., misalnja : Bapak2 Wurjaningrat, Sutatmo, Surjo- kusumo, Sutopo W onobojo, Sumarsono Tjokrodirdjo, dan banjak lain-lainnja. Sesudah kita tahu bahwa Budi-Utama, sebagai organisasi modern jang pertama, sudah bertjorak pclitik (meskipun sifat wutuhnja kultureel), lagi pula mendjadi pangkalan pertama dari tjalon2 nasionalis-revolusioner, maka tepatlah saat berdirinja B.U.' pada hari 20 Mei 1908 itu kini dianggap "Hari Nasional”. M alah sudah pada tahun 1918, ulang tahun B.U. jang ke 10, oleh studen- ten kita jang ada di Nederland hari 20 Mei tadi dirajakan sebagai ’’hari kebangsaan” djuga. Ketua Panitya ketika itu adalah marhum Dr. Tumbelaka, seorang putera Minahasa, jang waktu itu tinggal dinegeri Belanda untuk menjiapkan diri sebagai specialist dalam ilmu penjakit urat-sjaraf. Meskipun B.U. masih bersifat ”Jong-Javanenbond” (perhim­ punan Djawa^muda) namun tak boleh disebut "provincialistis”. Djaman itu belum ada bentuk kebangsaan Indonesia wutuh, walau- pun rasa se-bangsa sebenarnja sudah ada. Ini terbukti dengan ada- nja hubungan jang baik dengan perhimpunan2 di-daerah2 diseluruh kepulauan Indonesia, jang kemudian menjusul. Menurut statutennja sebetulnja B.U. boleh menerima orang2 sebagai anggauta, jang berasal dari Maluku, Sulawesi, Bali, Borneo, dll., jang berada di Djawa. (Bukanlah hingga pada petfmulaan djaman Indonesia M er- deka masih ada perhimpunan2 ’’Pasundan”, "Gerakan Rakjat Indo­ nesia Sunda-Ketjil”. "Pemuda Indonesia Sulawesi” dll. sebagai- nja ? !) Bukti jang njata, bahwa B.U. tidak "prcvincialistid" ialah berfungsinja dengan P.B.I. dan perhimpunan2 lainnja, mendjadi ' Pariridra ’. Jaitu sesudah nama "Indonesia”, disjahkan oleh Rakjat, dengan dipelopori oleh pemuda2 kita, jang pada tahun 1929 ber- su'mpah satu Negara, satu Bangsa, satu Bahasa”, serta melebur organisasi2nja Jeng Java, Jong Ambon, Jong-Sumatranenbond dsb. lalu mendjadi Indonesia-Muda”. Mulai saat itu bentuk2 kedaerah- an baru dapat ditinggalkan.

Sesudah B.U. lahir maka rakjat nampak mulai bangun dan . sadar. Banjak perkumpulan2 didirikan, baik dengan tjorak agama maupun sosial, ekonomi, kesenian, pendidikan, journalistik, olah- raga, dan sebagainja. Begitu djuga rakjat mulai memberanikan I - 22 —

I diri untuk mendirikan perseroan2 dagang, tanggung djiwa, crediet- bank, tabungan, pertanian dll. Tahun 1911; inilah tahun jang istimewa. Pada tahun ini timbul gerakan baru jang ingin mewudjudkan tjita2 politik. Marhum Umar Said Tjokroaminoto, jang berdjiwa nasionalis-islam-revolusioner, sesudah bertemu dengan Hadji Samanhudi (jang waktu itu mempunjai perserikatan dagang, jang bernama Sarikat Dagang Islam di Solo jang bertjorak Islam dan progressif atau revolu­ sioner pula) dapat membentuk badan baru ialah Sarikat Islam . Dalam waktu jang pendek sadja S.I. dapat mengumpulkan ang- gauta2 sedjumlah sedjuta orang. Pemerintah kolonial sangat gelisah. Disamping penjelundupan atau ,,infiltrasi biasa, pemerintah kolo­ nial mengirimkan dr. A. Rinkes (pembantu adviseur voor inlandsche zaken) kedalam lingkungan Sarikat Islam. Akibatnja . S.I. hanja dibolehkan berdiri.sebagai organisasi-crganisasi lokal (setempat2), dan tidak boleh saling berhubungan setjara organisatoris . Akan tetapi Tjokroaminoto serta pemimpin2 lainnja (diantaranja H.A. Salim, Soerjopranoto, Soekiman, Abdul Moeis. Sangadji, H. Fach rudin, H. Samanhudi, Sosrokardono dan banjak lain2nja) tak dapat digertak begitu sadja. Mereka mendirikan perhimpunan baru, jaitu ’’C.S.I.” berarti ’’Centrale Sarikat Islam”, sedangkan jang men­ djadi anggauta2nja ialah semua ”S.I. lokal . Pada waktu itu ,,Sar.kat Islam" belum terus terang berudjud partai politik , masih bersi at ke-agamaan, ke-ekonomian dan ke-sosialan, sekalipun sudah me ngandung tjorak2 politik dan progressif atau revolusioner . . . Pada tahun 1912 lahir "Indische Party” (terkenal dengan singkatannja "I.P.”), didirikan^oleh E.F.E. Douwes Dekker (jang didjaman Republik Indonesia terkenal dengan namanja Dr. Danu- dirdjo Setyabudhy) dengan ka\van2nja. I.P. adalah partai po iti jang pada pertama kali didirikan se-

— 23 — turut2 ke Timor (Kupang), B^nda dan Bangka. Akan tetapi mereka dibolehkan meninggalkan tanah-airnja dengan sukarela; djadi se- tjara ’’externering” 'manusia. W aktu itu terdjadilah peristivva jang mengharukan. Anggauta2 B.U. dan Sarikat Islam, menganggap korban2 jang pertama sedjak 1908 itu, sebagai pengorbanan mereka sendiri. Segera mereka mengutnpulkan uang untuk memungkinkan ”tiga-serangkai I.P." ("driemanschap I.P.) itu menghindarkan internering-nja dan perg.i keluar-negeri, agar mereka dimana dapat meneruskan aksinja kearah kemerdekaan Indonesia. Begitulah Dede Tjip dan Suwardi dengan segenap keluarganja pada tgl. 6 Sep­ tember 1913 dapat berangkat dari Tandjung-Priuk, menudiu Nederland. Jang mendjadi sebab pemerintah kolonial menggunakan "exor­ bitant recht” atau ”hak leluasa”-nja ialah karena Suwardi Surya- ningrat menulis brosurnja ”Als ik Nederlander was”. Untuk mem- protes akan diadakannja perajaan ’’Kemerdekaan Nederland 100 tahun” (dari penindasan dalam zaman Napoleon pada tahun 1813). Lebih2 karena untuk perajaan itu sampai didesa2, rakjat diharuskan mengumpulkan uang. Sambil berprotes maka ’’Panitya Nasional” jang didirikan oleh S. Suryaningrat d.k.k. Hi Bandung itu. menun- tut adanja parlemen. ,,Indische Party" kemudian dilarang sebagai partai, lalu semua anggautanja masuk kedalam suatu organisasi jang telah mempunjai hak "Rechtspersoon”, dan terbuka bagi segala orang Indonesia, jaitu ’’Insulinde”. Tapi hanja untuk sementara, karena "Insulinde” bukan Politik. Setelah Dr. Tjipto dibolehkan pulang dari Nederland pada tahun 1914 (karena sakit), maka dibentuk organisasi baru dengan nama N.I.P. (National Indische Party). Party tsb. pada tahun 1922 dilarang lagi oleh pemerintah kolonial. Putjuk pimpinan N.I.P. memutuskan : ( a. tidak mendirikan partai baru; b. mengandjurkan sekalian anggautanja memasuki salah satu party kepunjaan rakjat jang ada (B.U., S.I., P.K.I. dll). Atau umumnja ikut usaha atau perdjuangan jang bersifat nasio­ nal. Tjipto meneruskan penerbitannja harian dalam bahasa Djaw a ^anggugah” di Solo; D.D. mendirikan ”Ksatryan-Instituut”nja di Bandung dan Suwardi Suryaningrat membentuk "Taman- Siswa -nja di Jogjakarta. Sesudah B.U. dan I.P..sebagai organi-

— 24 — sasi2 jang pokok, melakukan pembangunan pertama, menjusul lambat laun kesedaran serta keinsjafan, jang menjebabkan timbul- nja "differensiasi”. Para pemuda (Dr. Satiman d.k.k.) mendirikan organisasi2 umum . "Tri-Koro-Darmo” di Djawa, perkumpulan mana achirnja mendjadi ’’Jong Java” jang terkenal. Berdiri pula ’’Jong Sumatra- nenbond”, Jong Ambon”, "Jong Islamietenbond” dll. Pada th. 1928 perhimpunan2 jang berdasarkan kedaerahan berfungsi mendjadi ’ Indonesia Muda’\ Waktu itu adalah waktu jang sangat penting. Djustru pemimpin2 tua sedangnja ber-tengkar-tengkaran dan ber- petjah-belah, maka para pemuda kita berhasil menggalang kesatuan jang kokoh dan kuat. Dimuka sudah'kita singgung tentang sumpah mereka : "Satu Negara, Satu Bangsa, Satu Bahasa”. Sumpah ini besar sekali pengaruhnja. Terbuktilah, bahwa pemuda2 kita ditahun 1928 sudah dapat merumuskan dengan ringkas namun djelas, apa jang akan mendjadi inti-sari "Indonesia Merdeka” tjiptaan Revo- lusi Nasional kita 17 Agustus 1945. Jang dipelopori djuga oleh para pemuda. Kita tahu siapa pemuda2 angkatan 1945, baik jang kini masih hidup di-tengah2 kita, maupun jang sudah meninggalkan kita lebih dahulu sebagai pahlawan bangsa. Siapakah kiranja pemuda2 ang­ katan 1928. jang seperti telah kita katakan diatas, se-olah-olah sudah dapat merumuskan pokok isi kemerdekaan nasional kita. Dengan sumpahnja jang sutji murni, dengan lagunja "Indonesia Raya", jang ditjiptakan salah seorang dari pada mereka : Rudolf W a g e Soepratman. I.agu mana kini telah diresmikan sebagai ”Lagu Kebangsaan” kita, jang kita muliakan. Ketahuilah, bahwa pemim­ pin2 gerakan pemuda disekitar tahun 1928 itu, tak bukan dan tak lain dari pada mereka, jang kini masih tetap aktif baik didalam pelbagai usaha pembangunan, maupun didalam badan-badan peme- rintahan negara kita. Nama-namanja ? Amat banjak untuk disebut satu demi satu. Mereka itu antara lain ialah : M r. Moh. Yamin, S. Mangunsarkoro, Mr. Soejono Hadinoto, Mr. Soemanang, Mr. Hendromartono marhum dan banjak lain2nja. Adapun para puteri dizaman itu diantaranja ialah : Soewarni, Siti Soendari, Soejati, Soejatin, Roesti Soerjodiningrat, dan lain2nja. Djuga Kepanduan tumbuh dengan suburnja. Semua pemuda2 kita memasuki organisasi satu2nja jang waktu itu ada, jaitu N.I.P.V,

- 25 — * (Nederlands Indische Padvinders-vereeniging), jang telah disjah- kan selaku anggauta Kepanduan Sedunia. Lambat laun nampak keinginan para pemuda kita untuk /mempunjai badan kepanduan sendiri. Lebih2 karena didalam nama N.I.P.V. ada termaktub se- • butan "Nederlands Indisch”. Berdirilah I.N.P.O. (Indonesia N a­ tional Padvinders Organisasi) dibawah pimpinan pemuda Usman Sastroamidjojo. (Sekarang Mr. Usman Sastrcamidjojo, mendja- bat duta besar kita di Kanada). Kemudian timbul K.B.I. (Kepan­ duan Bangsa Indonesia); S.I.A.P. (Sarikat Islam Afdeling Pandu), Hizbulwattcn, Pandu Katholik dan lain-lainnja. ' Perhimpunan sosial terus pesat kemadjuannja. Jang berdasar atas agama misalnja "Muhammadijah” dengan "AisjiaYi”-nja, di­ bawah pimpinan Kiaji H. Ahmad Dahlan beserta Njai Hadji Dahlan; "Nachdatul-Ulama" "Persatuan Ummat Islam" dan lain- lainnja. Semuanja mempunjai bagian usaha perguruan. Dalam soal usaha pendidikan jang berdasarkan kebudajaan bangsa jang paling terkenal ialah Taman-Siswa dengan systimnja pendidikan dan organisasi jang memakai dasar kulturil nasional. T.S. didirikan pada 3 Djuli 1922 di Jogjakarta oleh Suwardi Sur- yaningrat, jang sedjak ia berusia 40 tahun, berganti nama Ki Hadjar Dewantara. Usaha-usaha perguruan lainnja ada pula, di­ antaranja "Adhi-Darmo” (didirikan dan dipimpin Soerjopranoto). Neutrale Sclfroolvereeniging” (kepunjaan golongan B.U.). Is- lamijah” dan banjak lagi lain2-nja. Di Sumatra jang sangat ter­ kenal ialah I.N.S. (Indonesisch Nederlandse School) jang didiri­ kan oleh M oham m ad Sjafei di Kajutanam, dengan systim pendi- dikannja : beladjar dan bekerdja (Arbeitschule). Terkenal pula perguruan "Adabijah”, jang didirikan oleh perhimpunan "Sjarikat Usaha di Padang. Djuga perguruan Islam puteri, jaitu sekolah Diniah berdiri dibawah pimpinan Entjik Rahmah Ei Junusiah di Padang Pandjang.

Para wanita tak suka ketinggalan; banjak organisasi2 perem - puan berdiri. Diantaranja : ,,Wanito~Utomo" dengan pemimpin2- nja njonja2 Sukonto, AbduTkadir, Gondoatmodjo dll. di Jog jak arta; Isteri Sedar (dipimpin antara lain oleh nj. Soew arni Pringgo- digdo, nj. S. Soekemi, dll.). Masih ada perhimpunan-perhimpunan wanita lainnja. Perhimpunan-perhimpunan itu kemudian berfede-

— 26 — rasi dalam organisasinja P.P.I. (Perserikatan Perempuan Indone­ sia), jang kemudian mendjadi P.P.1.1. (Perikatan Perkumpulan2 Isteri Indonesia). P.P.I. didirikan pada tahun 1927 di Jogjakarta, Perhimpunan2’ Wanita jang waktu itu ada dan hadlir serta mendjadi anggauta Kongres P.P.LI. jang ke II di Jogja (atau Kongres Perempuan ke IV), ialah : Wanita Utomo, Pusara Wanita Katholik, W^anita Taman Siswa, Aisjiah (semuanja di Jogja), Panti Krido Wanito di Pekalongan, Darma Laksmi di Salatiga, Margi­ ning Kautamen di Djakarta, Puteri Budi Sedjati di Surabaja. Per­ satuan Puteri Indonesia di Surabaja, Santjojo Rini di Sclo, Sarikat Kaum Ibu Sumatra di Padang Pandjang. Isteri Budi Sedjati di Djember, Rukun Isteri di Djakarta dan Perkumpulan Isteri Djauhari di Pasuruan. -> Selain itu masuk banjak lagi organisasi2 wanita jang meng- hadiri kongres, namun belum tergabung dalam P.P.1.1. Misalnja : Vroedvrouwen dan Verpleegstersbond, Puteri Wandowo Sura­ karta, K.I.M. (Keputerian Indonesia Muda), Studiefonds Seri- Darma, P.4.A. dll. (LihAtlah Madjalah "Isteri”, No. 11 —-12 th, ke III, M aret — April 1932). Pemimpin2 gerakan wanita jang terkenal selain jang telah ter- sebut diatas adalah antara lain nj. Soewandi, nj. mr. Maria U lfah Santosa. nj. Sri Mangunsarkoro, nj. Soedirman, nj. Poeger, nj. S. Mangunpuspito dan banjak lain-lainnja. Differensiasi dalam pergerakan rakjat kita jang paling penting ialah tumbuhnja Sarikat2 Buruh, jang kebanjalcan dipimpin kaum S.I. Soerjopranoto, Samaun, Muso, Alimin Darsono dll.). Pada periode itu mulai tersebar benih2 Socialisme jang berpusat di Serna- rang dengan I.S.D.V. (Indische Sociaal-Democratische Vereenig- ir»g) sebagai induk pangkalannja, dibawah pimpinan Ir. Baars, H. Sneevliet dll. Organisasi inilah jang kemudian mendjadi P.K.I. (Partai Komunis Indonesia) dengan S.R. (Sarikat Rakjat) sebagai ondergrond” atau* lapisan bawahnja. Berhubung dengan timbulnja "perselisihan2” dan ,,perpetja~ ban2 ’ maka sementara kali dilakukan usaha- untuk mempersatu- kan tenaga, jang dianggap perlu guna mempertahankan kepenting- an2 rakjat. B.U. di tahun 1913 mengadakan "Kongres Nasional” untuk menghadapi Perang Dunia ke-1 (1914). "Radicale Concen-

— 27 — trasi” dibentuk P.P.P.K.I., Permu£akatan Partai2 Politik Kemerde­ kaan Indonesia) dapat diberdirikan di Surabaja. Di Surabaja marhum Dr. Sutomo d.k.k., mendirikan "Studie- club" jang sebenarnja adalah suatu bibit partai politik. Kemudian Studieclub tersebut mendjadi P.B.I. (Persatuan Bangsa Indonesia), jang letaknja berfungsi dengan B.U. Tirtajasa, Kaum Betawi, Sari­ kat Sumatra dan Partai Sarikat Selebes, lalu mendjadi ’’Parindra” (Partai Indonesia Raja). Partai ini mementingkan kebudajaan serta ke-ekonomian disamping politik. Disinilah berkumpulnja pemimpin2 Wurjaningrat, Scetopo Wonobojo, Soeroso, Soendjoto, Soedirman, Mr. Latuharhari, J.D. Syranamual, Sukardjo Wirjopranoto, M.H. Thamrin, Mr. Singgih, S. Brodjonagoro, dan banjak lain-lainnja. Mereka jang merasa lebih progressif atau radikal dari pada kaum ’’moderate” (jang masuk kedalam Parindra), mendirikan. partai baru jang semata2 mementingkan perdjuangan politik dengan dasar nasional. Dibawah pimpinan umum Ir. Soekarno berdirilah ’’Indonesische Studieclub”, jang kemudian mendjadi P/N.I. (Partai Nasional Indonesia). Pemimpin2 P.N.I. lainnja diantaranja ialah Drs. Moh. Hatta, Mr. , Mr. Sartono, Soetan Sjahrir, Mr. Sujudi, Mr. Amir Sjarifudin, Mr. Iskaq Tjokroadi- soerjo, Gat.ot Mangkuprodjo, Mr. Sastromuljono, Mr. Iwa Koesoe- masoemantri, Mr. Soebardjo, S. Mangunsarkoro, Soewirjo, Mr. Hendromartono, Soewandhie, Maskun, Mr. Moh. Yamin dan ba­ njak lain-lainnja. Kemudian P.N.I. petjah mendjadi dua, jaitu ’’” (Partai Indonesia) dan jang lain terus memakai sing- katan P.N.I., tetapi lengkapnja berbunji ’’Pendidikan N asional Indonesia”. Biasanja orang menamakan golcngannja ini dengan sebutan "Pendidikan”. Ir. Soekarno, Mr. Sartono, Mr. Sujudi dll., masuk kedalam ’’Partindo”, sedarigkan Hatta dengan kaw an2nja sefaham, antara lain Soetan Sjahrir memilih ’’Pendidikan”. Ada pula pemimipin2 dari golcngan. P.N.I. lama, jang kemu- di'an mendirikan partai sendiri, jaitu ’’Gerindo” (Gerakan R akjat Indonesia), jang dipimpin antara lain oleh M r. Amir Sjarifudin, Mr. Moh. Yamin, S. Mangunsarkoro dll. Dalam waktu ini timbul beberapa perselisihan2 pula. Pun dirasai perlunja mengadakan lagi usaha2 untuk pemusatan tenaga _Gappi (Gabungan Partai2 Politik Indonesia) dibentuk : gerakan Indonesia Berparlemen” dilakukan; demikian seterusnja.

— 28 Orang merasa perlu melakukan diferensiasi. Ini menimbulkan Perselisihan dan perpetjahan, namun .para pemimpin tetap giat ^nembentuk badan2 persatuan. Perserikatan2 jang berusaha dalam lapangan Kebudajaan, makin lama makin tambah djumlahnja. Dimana-mana timbul gera­ kan kesenian, baik jang nasional maupun jang bersifat umum. Ada jang ’’tradisicnil”, ada pula jang ’’progressif". Misalnja golongan Pudjangga Baru” dengan pemimpin2nja Mr. Sutan Takdir Ali- sjahbana, Sanusi Pane dan adiknja Armijn Pane dll. bekerdja giat 9una perkembangan kesusasteraan baru. Patut disebut pula adanja gerakan pemuda2 peladjar jang mulai rnerupakan masjarakat mahasiswa nasional di Djakarta. Kebanja^ kan peladjar2 kita tadinja tergabung dalam satu2nja organisasi jang ada, jaitu U.S.I. (Unitas Studiosorum Indonesia) namun kemudian mereka jarig berfaham nasionalistis progressif, mendirikan P.P.P.I. (Persatuan Peladjar-Peladjar Indonesia). Jang aktif dalam gera­ kan ini antara lain Sumanang, Hendromartono, Soejono Hadinoto, Soegondo dan banjak lain-lainnja sewaktu mereka masih student. Dilapangan journalistik terdapat pula kemadjuan jang pesat. Dulu, kira2 tahun 1895. di Jogjakarta dan Solo sudah ada surat- surat-kabar berkala. Di Jogja terbit "Retnodumilah , jang dipim- Pin oleh marhum Dr. Wahidin Sudirohusodo; di Solo ’’Djawi- Kando”, ’’Bromartani” dll. Semuanja masih bertjorak "literair , ja ni kesusasteraan. Kira2 pada tahun berdirinja B.U. ada seorang wartawan modern, jang menarik perhatian, karena lantjarnja dan tadjamnja pena jang ia pegang. Orang itu ialah Djokomono, kemu­ dian bernama Tirtoadisurjo, bekas murid S.t.o.v.i.a., jang waktu itu bekerdja sebagai redacteur harian Tionghwa Bintang-Betawi (jang kemudian bernama ’’Berita Betawi’ ), lalu memimpin redaksi ’’Medan Prijaji” dan ’’Suluh Pengadilan” Beliau boleh disebut ,,pe- lopor” dalam lapangan journalistiek kita. Tjukup sekianlah ichtisar gerakan rakjat, mulai ’’Hari Keba- ngunan” 20 Mei 1908 sampai ’’Hari Proklamasi” 17 Agustus 1945 .

(’’P U S A R A ” No. 1-2 th. 1954).

—29 2. 20 MEI BEGINSEL PERSATUAN MEMBUAT KEKUATAN.

O leh: Dr. Ir. SO E K A R N O

MEMPERINpATI, bahwa pada 20 Mei 1908 kita buat per­ tama2 kali, meski lambat2, mulai sedar akan arti persatuan. Sebab, apa jang terdjadi pada hari 20 Mei 1908 itu ? Pada hari itu kita mulai memasuki satu tjara baru untuk melaksanakan satu Idee , satu naluri-pokok daripada bangsa Indonesia; naluri-pokok ingin mexdeka; naluri-pokok ingin hidup berharkat sebagai manusia dan sebagai bangsa; naluri-pokok ingin miskin, tid'ak papa, tidak seng sara. Dan apakah tjara baru itu ? Tjara baru itu ialah tjara menge djar sesuatu maksud dengan alat organisasi politik, tjara berdjoang dengan perserikatan dan perhimpunan politik, — tjara berdjoang dengan tenaga persatuan. Tjara berdjoang dengan tenaga persa tuan dalam organisasi politik itu adalah tjara baru, oleh karena sebelum 20 Mei 1908 itu kita belum pernah mejmakai tjara itu, melainkan tjara lainlah jang kita pakai : sebelum 20 M ei 1908 itu tjara kita ialah tjara mentaklid kepadd seseorang jang kita kira dan seorang Ratu Adil, atau tjara memohon dan merekes kepada Kandjeng Gubernemen dengan surat2 permchonan jang amat me- rendah, atau tjara ,,mengeraman” dengan sendjata dibawah pim­ pinan seseorang jang kita kefamatkan. Njata, perobahan tjara ini adalah satu kemadjuan. K aren itulah maka hari 20 Mei adalah satu hari kegembiraan, satu hari untuk memperingati satu kemadjuan. Banjak hari hari peringa jang diperingati oleh pelbagai bangsa, tjorak dan artinja, a^ a pula tjara-memperingati itu, tetapi pada umumnja peringatan-' i u ada\aV> untuk memperingati saat* lahirnja satu kemadjuan. 17 Agustus 1945 bagi kita, 14 Djuli — penjerangan Bastille — bagi bangsa Perantjis, 7 Ncpember bagi Russia, 1 M ei bagi kaum buruh seluruh dunia, - semua itu adalah mijl-paal2 k e m a d j u a n dalam evolusinja sedjarah masing2. 17 Agustus 1945 adalah satu

- 30 - kemadjuan oleh karena pada saat itu kita pindah dari keadaan t'erdjadjah kepada keadaan merdeka : 14 Djuli adalah satu kema­ djuan, oleh karena pada hari itu kedaulatan rakjat mulai menga- tasi absolutisme; 7 Nopember adalah satu kemadjuan, oleh karena pada hari itu kollektivisme mulai diichtiarkan diatas pedangnja pelaksanaan; 1 Mei adalah satu kemadjuan, oleh karena pada 1 Mei itu azas keadilan bagi kaum buruh mulai menang dan diakui umum. ”En daarom was de 10 urige arbeidsdag niet zoo zeer een groot practisch succes, het was de overwinning van een beginsel", — demikian Marx mentjakapkan arti 1 Mei itu didalam satu kalimat.

Maka bagi kita pun 20 Mei itu tidak per-tama2 dan tidak se-mata2 hanja "een grcot practisch-succesnja lahirnja satu per- * kumpulan ketjil dari kaum prijaji jang bernama Budi Utomo —■ ia adalah berarti lahirnja dan menangnja satu ’’beginsel” : beginsel hak-dan-adilnja berserikat dan berkumpul meski dibawah antja- man pentung kolonialisme pun, beginsel hak-dan-adilnja manusia ingin berharkat manusia dan bangsa ingin berharkat bangsa, begin­ sel bahwa dialam ' kolonialisme tiap2 perobahan hanjalah dapat diperoleh dengan desakannja satu kekuatan dan tidak sekedar dengan bermohon sadja, beginsel bahwa kekuatan ini harus di- susun menurut tjaranja organisasi perserikatan, beginsel bahwa organisasi perserikatan inilah djalan' jang utama untuk memenuhi adjaran ’’rukunagawe santosa”, ’’persatuan membuat kekuatan .

Diatas persadanja. beginsel inilah, — beginsel, sekali lagi beginsel, dan bukan sekedar "practisch succes” lahirnja Budi Utomo — maka pergerakan nasional kita makin lama makin tumbuh, makin lama makin mekar. Diatas persadanja beginsel inilah memassal, Nationaal Indische Partij menghikmati dunia keterlandjuran. Pegujuban Pasundan mendjelma, ISDV dan PKI menjebarkan idee socialisme dan komunisme, Parindra bergerak, Muhammadijah dan Nahdatul Ulama mereformir masjarakat Muslimin, Indonesia Muda dan Jong Islamieten Bond meresapi alam pemuda, Partai Nasional Indonesia dan Pendidikan Nasional Indonesia meng-kobar2kan kesadaran nasional. Diatas persadanja beginsel itulah pula pemimpin2 kita dizaman Djepang dengan susah- pajah memelihara naluri-pokok nasional dengan mendirikan Putera

- 31' — dan Hcokookai, dengan Barisan Pelopor dan Barisan Peta. Dan sebagai ftasil pelaksanaan beginsel itulah kita pada 17 Agustus 1945 memproklamirkan kemerdekaan, dan lima tahun lamanja kemudian dari pada itu mempertahankan dan membela kemerdekaan itu mati2an. Apakah ini berarti bahwa dus Budi Utomo tiada berartf, dan Wahidin Sudiro Husodo tiada berdjasa ? Samasekali tidak. Kita berterimakasih kepada Budi Utomo oleh karena Budi Utomo ada­ lah pendobrak daripada pintu jang menudju kepada tjara baru itu, dan kita menghormati D.r. Wahidin Sudiro Husodo oleh karena beliaulah jang memberikan komando pertama untuk pendobrakan itu : Beliau berdiri disitu sebagai penundjuk djalan, dan tangannja menundjuk kedjurusan arah jang benar. Aku pernah berdiri ditepi dua sumber, dua mata-air jang amat ketjil: sumbernja sungai Berantas dan sumbernja sungai Seraiu. Alangkah ketjilnja dua sumber itu ! Tetapi aku merasa dinikmati oleh rasa hormat, dan aku berdiri disitu dengan diam tiada ber­ kata2 : sebab sumber ketjil itu adalah Sumber-Ibunja dua sungai jang besar, satu diantaranja Keradjaan2 Kediri, Djanggala, Singa- sari, Madjapahit, rasa jang demikian itulah malah mendjadi Sungai-Ibunja pula merighikmati kalbu saja, kalau saja ingat ke­ pada Dr. Wahidin Sudiro Husodo itu. Ia berdiri ditepinja satu sumber. Sungguh, hidupnja ialah satu hidup jang tidak ter-sia2. Sumber ketjil kitapun telah mendjadi Sungai-Besar jang maha dah sjat! Ia telah m'endjadi lebih besar daripada Berantas, lebih besar daripada Musi dan Barito dan Kapuas, daripada Gangga dan Brahmaputera dan Hoang Ho dan Amazone dan W olga ! Sebab ia achirnja telah menjapu dengan gelombangnja jang maha dahsjat itu satu gedung kolonialisme jang luasnja meliputi Nusantara dan tingginja mentjakar langit dan umurnja tiga abad limapuluh tahun dan ia dapat berbuat demikian itu oleh karena ia sedari mulanja telah berdiri diatas kekuatan jang timbul dari djumlah jang disatu- kan : individu bersatu mendjadi djumlah ketjil, djumlah2 ketjil diper- satukan mendjadi djumlah besar, persatuan2 'ketjil dipersatukan mendjadi persatuan besar, dan persatuan besar ini achirnja meliputi seluruh djumlah 75.000.000 jang mengisi seluruh tanah air Indonesia, — mentjapai klimaks tenaganja, m enggelom bang menghantam, menggelombang merevolusi pada 17 Agustus 1945

— 32 — menggugurkan kekuasaan pendjadjah dengan suara gugur jang maha dahsjat. Disinilah dengan njata terlihat, 1945 adalah perhubungannja satu sama lain. Tidak mungkin ada 17 Agustus kalau tidak ada 20 M ei 1908 lebih dahulu. Tidak mungkin mentjapai 1000 mijl kalau tidak langkah pertama lebih dahulu : Tidak mungkin. ada sungai mentjapai lautan kalau tidak ada mata-air lebih dahulu. Karena itu, djanganlah se-kali2 kita berkata : ,,Buat apa memu- liakan Budi Utomo atau tingkatan jang sudah2, jang satu-persatu- nja toch tidak memuaskan lagi hati kita dizaman sekarang !’ Utjapan jang demikian itu sama sadja pitjiknja dengan utjapannja seorang2 jang mentjemoohkan manusia, bahwa manusia itu anak ketjil lebih dahulu. Ja memang, kebangunan kita didalam waktu empat puluh empat tahun itu meliwati beberapa tingkatan, jang satu lebih tinggi dari pada jang lain. Budi Utomo, Sarekat Islam, Parin- dra, Partai Nasional Indonesia, dan lain2 sebagainja, semuanja adalah fase2 dalam Kebangunan kita. Tetapi tidakkah Revolusi Perantjis djuga melalui fase2 dan tingkatan2, — tingkatan Mirabeau, Robespierre, Maraat, Hebert. Baboeuf ? Tidakkah Revolusi Russia pula melalui tingkatan2. sediak dari Kerensky sampai ke Lenin, sedjak dari Trotsky sampai ke Stalin ? Kita sebagai orang2 jang mengerti adanja hukum Panta Rei” didalam sedjarah, kita harus dapat menghargai djasa daripada semua. Kita harus menghargai tingkatan2 itu sebagai mata2 didalam satu rantai, jang bersambung satu sama lain tiada putusnja. Victor Hugo, penulis Perantjis jang masjhur itu, mengagungkan persam- bungan tingkatan2 dalam Revolusi Perantjis dengan kata2 : "Pada satu tempat-kalbu jang tidak kita ketahui, Mirabeau merasakan akan datangnja Robespierre; Robespierre merasakan Maraat; Maraat merasakan Hebert; Hebert merasakan Bebceuf”. Marilah kita djuga mengagungkan semua tingkatan dalam Kebangunan kita itu. Marilah kita tidak mengagungkan muara sungai sadja, marilah kita mengagungkan seluruh sungainja ! Disinilah tempatnja aku mengandjurkan kepada pemuda dan pemudi kita untuk lebih mengetahui sedjarahnja dan djasa2nja pemimpin2 kita jang. sudah mangkat. Banjak pemuda-pemudi k’ta jang tidak tahu siapa Tjokroaminoto, siapa Tjipto Mangunkusumo,

— 33 — siapa Kjai Dahlan siapa Setiabudi, siapa Sutomo Surjokusumo. Keadaan demikian itu harus diperbaiki selekas mungkin ! Panta Rei 1 Tetapi, ja, sudah barang tentu, perbedaan azas antara partai2 dan golongan2 dizaman sebelum kemerdekaan itu tentu ada. Sudah barang tentu sedari mulanja ada diversiteit di- alam kebangunan kita. Ada aliran nasionalis ada aliran sosialis ada aliran keigamaan, seperti sekarang. Dan sudah barang tenti pula terutama sekali perbedaan taktik-melawan pendjadjahanlal' sering menimbulkan perselisihan dan perpisahan. Politik antitest contra politik assosiasi, non-cooperaticn versus cooperation. Te tapi Wahju Persatuan selalu menang P.P.P.K. mengatasi perpe^ tjahan, GAPI pun mengatasi perpetjahan. Dan persatuan itu sema kin rapat, tiap2 kali perdjoangan mendekati sesuatu klimaksnja Demikian dizaman B e l a n d a , demikian dizaman Djepang. Demikia: pula dizaman sesudah Proklamasi, sebelum kedaulatan kita diaku oleh Belanda dan dunia internasional.

Pada tanggal 27 Desember 1949 selesailah separoh daripad, tudjuan perdjoangan kita, dan mulailah perdjoangan jang separo lagi jang memang baru mungkin pelaksanaannja, manakala bagia pertama telah selesai. Kini kemerdekaan tanah-air ■— ketjuali Iria —■ telah tertjapai; kini perdjoangan menggugurkan kolonialism ditanah air kita — ketjuali Irian — telah selesai. Tetapi apa jan kita lihat ?

Empatpuluh tahun kita berdjoang untuk kemerdekaan, teta] hasilnja ialah terasanja ber-bagai2 paradox, sebagai jang ternjal dari -^'R\a^«i\-,ofcrsama jang ditandatangani oleh saudai se^alian. Kita mengira kemerdekaan berarti enjahnja kolonialisn samasekali dari bumi tanah air kita, tetapi di Irian B arat mas ada kolonialisme meradjalela. Kita mengira kemerdekaan sege: mendatangkin berlakunja demokrasi jang sempurna, tetapi samp sekarang sistim itu belum dapat berdjalan sempurna karena belu terdjamin keamanan dan belum diadakan pemilihan umum. Ki mengira kemerdekaan segera mendatangkan kesedjahteraan rakj dan keadilan sosial, tetapi sampai sekarang kita masih harus me djerit2 memanggil kesedjahteraan rakjat dan keadilan sosial, Ki mengira kemerdekaan segera dapat melenjapkan ikatan2 deng: negara2 jang merugikan rakjat dan Negara, tetapi sampai sekarai

— 34 — Unie Indonesia Belanda masih ada. Kita mengira kemerdekaan berarti berhentinja serangan elemen2 reaksioner masih menjerang dengan terang2an dan dengan diam2 dari dalam dan dari luar. Kita mengira kemerdekaan menambah keamanan dunia se-mata2, tetapi bahaja peperangan dunia ke-III malah makin menghintai di tjakrawala. Kita mengira kemerdekaan mendatangkan "freedom from’ fear”, tetapi gerombolan2 bersendjata dibeberapa tempat meniadakan tiap rasa "freedom from fear". Kita mengira kemer­ dekaan mendatangkan keberesan disemua lapamgan, tetapi dida­ lam banjak hal belum ada samasekali keberesan. Kita mengira ke­ merdekaan meninggikan kegiatan bekerdja, tetapi dibanjak kala- ngan njata merosot sekali prestasi pekerdjaan. Kita...... kita tadinja berdjoang mati2an untuk mentjapai kemerdekaan. tetapi sekarang kadang2 kita mengeliih bahwa...... terlalu banjak ke­ merdekaan.

Apa sebab ? Sekali lagi apa sebab ? Sebabnja ialah oleh kare­ na kita kurang insjaf, bahwa kemerdekaan sekedar membuka ke- mungkinan untuk mendatangkan kemakmuran, keamanan, kebaha­ giaan, — dan tidak mendjamin adanja segala keberesan itu. Kita kurang mau mengerti, bahwa tidak benar : „sekarang. merdeka, sekarang beres”, tidak benar: "sekarang merdeka, makmur . Keberesan dan kemakmuran itu adalah hasil usaha mati2an mem- pergunakan kemungkinan jang diberi oleh ikemerdekaan itu, hasil usaha membanting tulang "uitbuiten” kemungkinan jang diberikan oleh kemerdekaan itu. Keberesan dan kemakmuran itu datangnja kemudian daripada kemerdekaan itu, sesudah berusaha, sesudah membanting tulang. Kalau usaha-matran itu tidak ada, kalau pembantingan tulang itu tidak ada, ■—■ seribu kemerdekaan tak akan dapat mendatangkan kemakmuran dan keberesan.

Karena itulah maka saja amat bergembira dan berterima- kasih bahwa saudara2 dalam Pernjataan-Bersama jang diutjapkan tadi itu telah memutuskan (ad 3) : ,,Menjatakan kesediaan untuk segera melaksanakan pemba­ ngunan nasional, dalam arti pembangunan sosial, ekonomi dan kebudajaan untuk kepentingan segenap Rakjat”. Bahwa pembangunan sosial, ekonomi dan kebudajaan itu ada­ lah untuk kepentingan segenap Rakjat, ja bahwa pembangunan

— 35 — itu harus untuk kepentingan segenap Rakjat, itu adalah satu barang jang semestinja satu barang jang sesuai dengan tjita- kita dan malahan adalah satu barang jang didjamin oleh LIndang2 Dasar Negara kita.. Kewadjiban seluruh rakjatlah untuk mendjaga supaja keten- tuan2 didalam Undang2 Dasar itu tidak didurhakai orang Kewa­ djiban kita sem'ualah untuk mendjaga supaja ketentuan2 itu ditaati dan dihcrmati, dan kenjataan, bahwa kesedjahteraan itu dikerdja- kan. Tetapi primair adalah tak djatuh dari langit, tetapi harus dibangun. Primair adalah pernjataan Tuan2 kenjataan. bahwa kesedjah­ teraan itu jang saja hargai, bahwa Tuan2 bersedia untuk segera melaksanakan pembangunan nasional itu. Djikalau semua kita bekerdja keras untuk melaksanakan pembangunan bekerdja keras dengan penuh keinsafan dan kesedaran, maka akan berachirlah kekurangan2 kita satu demi satu. Sebaliknja, djikalau kita tidak bekerdja keras, maka kekurangan2 kita itu akan tetap ada, bahkan akan iber-tambah2 makin lama makin ngeri, sebagai misalnja dalam hal urusan beras. Sembojan setengah orang, "perbaikilah nasib kita dulu, baru kita bekerdja keras”, adalah satu sembojan jang berdiri diatas kepalanja. Nasib kita tidak bisa mendjadi baik, kalau tidak dibeli dengan usaha. Karena itu sembojan kita harus kebalikannja dari sembojan jang salah itu, dan harus berbunji : M ari bekerdja keras, agar nasib mendjadi baik”. Demikian pula maka adanja dari keputusan bersama itu saja hargai : menggalang kesatuan sikap program serta tindakan ,,untuk melaksanakan demokrasi, untuk kesedjahteraan dan keadilan sosial, untuk menghapuskan perdjandjian2 jang merugikan rakjat, untuk kembalinja Irian Barat". Memang kita dimana mungkin harus lekas melaksanakan dem o­ krasi disegala lapangan; memang kesedjahteraan R akjat dan ke­ adilan sosial harus wcndjadi kenjataan jang dapat diraba se- 'te'kci$ -n{n; memang segala perdjandjian2 jang merugikan R ak jat dan Negara harus segera diichtiarkan hapusnja atau robohnja; memang Irian Barat harus mutlak masuk kedalam kekuasaan Republik Indonesia. Bahwa sampai sekarang demokrasi itu ibelum dapat dilaksana- kan disegala lapangan, itu adalah oleh karena kita belum dapat

36 — mengadakan pemilihan umum dan oleh karena keamanan dibanjak tempat belum terdjamin. Oleh karena itulah maka kita harus ber- usaha ber-sama2 agar supaja kondisi2 untuk dapat diadakan pemi­ lihan umum lekas tertjipta, dan agar supaja keamanan umum dimana-mana lekas terselenggara pula. Demikian pula kita semua harus bekerdja keras untuk men- tjiptakan segala kcndisi2nja kesedjahteraan dan keadilan sosial. Sebab sungguh, tidak ada sesuatu hal didunia ini jang begitu ter- gantung kepada kondisi, daripada kesedjahteraan dan keniakmur- an. ' Ook w.elvaart moest geschapen wcrden”, ■—■ djuga kemak- muran harus ditjipta, derriikianlah Marx berkata. Dan tentang ’’keadilan”, itupun ditentukan dalam Undang- Dasar kita dan kewadjiban kita-semualah, — kewadjiban, kewa­ djiban saudara-saudara, kewadjiban rakjat, kewadjiban kita-semua tua-muda — untuk mendjaga supaja ketentuan itu dilaksanakan. Tentang perdjandjian2 dengan Negara2 lain, — siapa tidak merasa sebagai kewadjiban, untuk menindjau kembali segala per­ djandjian jang merugikan Rakjat dan Negara ? Baik Unie Indo­ nesia Belanda maupun beberapa ketentuan2 lain hasil K.M.B., maupun perdjandjian2 lain apapun djuga, jang merugikan Rakjat, jang merugikan Negara, harus kita ichtiarkan rebahnja atau ha- pusnja, dengan djalan jang sesuai dengan kederadjatan Negara, oleh karena kita telah ber-Negara. Dan Irian ? Sudah semestinjalah saudara2 memasukkan hal Irian-Barat itu dalam putusan saudara2 itu. Irian adalah wilajah kita, dan Irian harus dikembalik^n mutlak kedalam kekuasaan kita. Alasan“ tak perlu saja tambahkan disini, saudara2 sendiri tentunja sudah ..pe­ nuh alasan” untuk menuntut kembalinja Irian-Barat itu, dan — untuk menggalang kesatuan sikap, program dan tindakan (seba­ gai saudara2 putuskan) untuk memperkuat tuntutan itu. Denqan nanti ’’menggalang sikap, program dan tindakan” untuk mengem- balikan Irian-Barat kedalam kekuasaan Republik kita itu, saudara2 memang sekadar mendjalankan kewadjiban saudara2 sebagai bangsa jang terhormat. Saja hanja ingin menambah sekedar kata tcrhadap rakjat Negeri Belanda dan rakjat2 diseluruh ■ Dunia- Luaran. Kata itu ialah : Keadaan dunia semakin bertambah men- dung. Tapi apinja aspirasi2 nasional tidak ada jang padam karena

- 37 - tebalnja mendung itu. "Api Irian” didalam kalbu kitapun tetap menjala. Api itu malahan makin "memeras”. Manakala kami pada waktu sekarang ini menunda perundingan kami' dengan fihak Belanda mengenai status Irian-Barat itu — menunggu selesainja pemilihan umum dinegeri Belanda — , itu djanganlah diartikan kami menunda claim nasional kami. Perundinganlah jang kami tunda, perundinganlah jang kami hentikan buat sementara, tetapi claim kami itu tetap, claim itu tetap menghikmati segenap kami punja djiwa, dan akan kami kemukakan lagi dan kemukakan lagi, dengan dibantu segenap dynamisnja kami punja bangsa, sampai Irian- Barat diberikan kembali kedalam kekuasaan Republik Indonesia. • Saudara2, demikianlah maka fasal2 a-b-c-d dalam keputusan saudara2 ad 2 itu saja hargai. Tinggal sekarang melaksanakannja. Tinggal sekarang mengangkat hal2 jang termaktub dalam a-b-c-d itu mendjadi tugas jang harus dikerdjakan. Dan bitjara tentang tugas ■—, lebih dahulu telah kukatakan sering-sering, bahwa kita, sesudah pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949 itu belum berada dalam keadaan ”boleh-leha2- dan-gojang-kaki”, tetapi sebaliknja masih menghadapi tugas ber- matjam2, jang dapat digolongkan dalam tiga golongan jang terang dan njata :

1. Mengatasi semua akibat2 perdjoangan kita jang telah lambat. 2. Menjempurnakan dan memberi isi kepada kemerdekaan kita sesuai dengan tjita2 nasional. 3.- Menjelamatkan kemerdekaan kita dalanji hamuknja taufan internasional jang mungkin akan datang. Tegasnja, iibarat kita baru mendapat kembali kita punja rumah, jang selama ini ditangan musuh, maka kita belum boleh gojang kaki, tetapi masih harus bekerdja keras :

1. Memperbaiki (mereparasi) rumah itu karena banjak keru- sakannja dalam perdjoangan merebutnja kembali; 2. MemperJengkapi rumah itu dengan bagian2 jang masih ditangan musuh, serta mengisi rumah itu dengan segala perabct dan segala bekal2 keperluan hidup; 3. Menjelamatkan rumah itu djangan nanti ia rusak kembali atau musna kalau ada apa2 diluar pagar. f

Lihat : Fasal a-

- 39 - "ketakutan akan datangnja perang-dunia ke-III — plus sebab2 lain .— antaranja bahaja kelaparan, penjakit kekatjauan, mernun- tjaknja harga2 barang, krisis achlak, perpetjahan antara kita. dari lain2 sebagainja — menimbulkan keinginan untuk mengadakan peringatan Hari Kebangsaan Nasional jang sedang kita langsung- kan sekarang ini”.

Ja, memang, — kalau perang-dunia ke-III itu petjah, nistjaja ia akan mengantjam keselamatan kemanusiaan, nistjaja ia akan mengantjam keselamatan Rakjat Indonesia dan Negara Indonesia, se-dikit2nja akan amat menjulitkan keadaan kita. Siapa jang senang kepada peperangan, peperangan jang berarti kebentjanaan. Oleh karena itulah, maka banjak sekali anggota PBB (U .N .O .) ber- ichtiar menenteramkan kegentingan2. Oleh karena itulah, maka Republik Indonesia pun, Republik jang masih amat muda ini dan ingin hidup selamat-sentausa buat se-lama2nja, Republik "perike- manusiaan", mendjalankan satu politik-perdamaian jang aktif, satu "actieve vredespolitiek” jang kuat untuk ikut2 membantu terelaknja malapetaka kedunia itu. Oleh karena itulah pula kita m endjalan­ kan politik-luar-negeri jang bebas, dengan tidak ikut kepada blok jang ini atau kepada blok jang itu. Dan kalau perang-dunia ke-III toch meledak ? Moga Tuhan mengelakkan perang-dunia ke-III itu ! Tetapi kalau perang-dunia ke-III toch meledak, kalau diluar pagar kita hamuk dan hantam mulai berdjalan, maka dari saja sendirinja telah sering kuberikan amanat dengan tegas : "selam at- kanlah kemerdekaan kita dalam hamuknja taufan internasional itu !” Selamatkanlah rumahmu sendiri, kalau dikanan-kirimu rumah2 lain terbakar! Tetapi bantulah pula sedapat mungkin, untuk memadamkan kebakaran itu. Kalau mereka mulai meledak, ja — tetap Insja Allah, kita akan meneruskan vredes-politiek dan politik bebas. Tetap, Insja Allah, kita tidak akan ikut blok ini atau blok itu. Tetap, Insja Allah, kita tidak akan diserang. D an tetap pula, Insja Allah, kita meneruskan semua tugas2 nasional kita dapat menangkis bahaja2 jang hendak menimpa cliri kita nanti, agar kita ^/S Wem^cl- n^an Semua tugas2 nasional, tepat ara harus menggalang kesatuan ! Meng- ga/ang Kesatuan sikap, program dan tindakan, •— sekali lagi : menggalang kesatuan sikap, program, dan tindakan !

— 40 — Dan kesatuan atau persatuan ini, bukan sadja untuk meng­ hadapi bahaja jang mengantjam kita dari peperangan itu, tetapi, sebagai saudara2 katakan sendiri, djuga untuk melaksanakan keputusan saudara2 ad 2 a-b-c-d serta keputusan saudara2 ad 3 pula. Mendjadi : baik tertindjau dari sudut luar negeri, maupun tertindjau dari sudut dalam negeri, kita ini dikonfrontir dengan keharusan-mutlak akan persatuan. Wayout lain memang tidak ada ! Satu2nja waycut adalah persatuan ini ! Galanglah persatuan dan kesatuan itu inikali benar2 !

Djangan seperti didalam tahun 1948, jang persatuan dan kesatuan itu kemudian tidak terwudjud sama sekali ! Didalam pidatonja tadi Ki Hadjar Dewantara tentang tahun 1948 itu ber­ kata : "Sajang seribu sajang ! Pelbagai bahaja jang tadinja hanja mengantjam, datanglah menjerbu dengan se-konjong2...... sebelum Front Nasional jang kita rumuskan mendjadi kenjataan. Dika- langan itu sendiri timbul ke-ragu2an tentang sifat, bentuk dan isi ke;satuan perdjoangan. Sisa2 perselisihan jang satu dengan jang lain, karena tidak segera diwudjudkan Front Nasional tadi, dapat kesempatan untuk tumbuh kembali. Pada saat datangnja bahaja, k.'ta tidak siap. Bahaja jang satu, disusul bahaja jang lain, begitu seterusnja. Kita tjukup berdaja untuk menolaknja. Sebaliknja per- p^tjahan nampak timbul kembali......

Demikianlah keluhan Ki Hadjar, dan demikian pulalah kelu- hanku. Djanganlah pengalaman-sedih dari tahun 1948 itu terulang kembali ! Kini-ini malam mengadakan peringatan Hari Kebangunan Nas'onal buat apa kita mengadakan peringatan itu, kalau tidak untuk mengambil pengadjaran2 dari pengalaman jang sudah2 ? Ja, ada persamaan2 antara pergerakan nasional kita sebelum Prokla­ masi dan perbedaan2nja. Persamaannja ialah, sebagai tadi telah kukatakan, adanja diversiteit antara partai2, baik mengenai ideolo- gi, maupun mengenai deologi, maupun tjara memperdjoangkan tudjuan. Dulu ada diversiteit itu, sekarang ada diversiteit itu Itulnh persamaan. Tetapi ada pula perbedaan antara dulu dan sekarang : Dulu, sebelum Proklamasi, dalam istilah ’’gescheiden samengaan” diletakkanlah tekanan-kata kepada samengaan, kepada djalan berbareng kepada persatuan. Ingat P.P.P.K.I., ingat GAPI ! Seka- rang, sesuda’n Proklamasi, — tidaklah tekanan kata terlalu dile- takkan kepada gescheiden, kepada perpisahan ?

Djikalau saudara2 benar2 ingin menggalang persatuan, dja- nganlah nanti ada sesuatu partai jang selalu ingin ’’main menang”. Djanganlah ada sesuatu partai jang selalu ingin ’’main jang diper- tuan”. Persatuan menghendaki "goodrelationship”, menghendaki menghargai satu sama lain. Persatuan Nasional menghendaki disip- line nasional, dan tidak menekankan accent kepada disipline partai. Persatuan Nasional tidak dapat berdjalan, djikalau sesuatu partai ingin memainkan dominasi partainja diatas partai2 jang lain didalam persatuan itu. Djikalau main dominasi, nistjaja nanti persatuan b u b a r! Saja melihat bahwa belum semua jang menandatangani per- niataan bersama tanggal 20 Mei 1964 di Djakarta dulu, turut menandatangani perniataan sekarang ini. Saja tidak mengetahui sebab2nja. Saja berharap, kalau memang ada sebab2, djangan itu terdjadi karena terasa ber-lain2an niat diantara jang sama2 menan­ datangani, sehingga akan kandaslah usaha didalam pelaksanaan- nja nanti. Dengan demikian bukanlah kesatuan jang akan mendjad: buah, tetapi perpetjahan jang lebih besar, seperti jang telah dibuk- tikan oleh sedjarah Negara kita sesudah Mei 1948. Memang dalan saat seperti sekarang ini diperlukan sekali adanja persatuan djiwc dan tenaga dari pada seluruh lapisan masjarakat dalam usahanjc memperkokoh dan membangun Negara, tetapi dalam kesempatan- nja itu tmdakan2 harus sesuai dengan Martabat Negara jang sudal merdeka dan Rakjat jang sudah merdeka !

Ketjuali dari pada itu, masih adalah pesananku jang lain : . Benar, sebagai jang tertulis dalam PERTIMBANGAN saudara2 fasal b, partai2 dan Organisasi2 tidak harus dihapuskan partai2 dan organisasi2 tetap ada, tugas kewadjiban masing2 tidal dihentikan, dasar2 dan azas masing2 tidak dilahirkan, tetapi per mintaan saja kepada saudara2 ialah, supaja persatuan itu betul betul mengandung persatuan-batin, artinja tidak hintai-menghintE satu sama lain, dan supaja saudara2 dalam pada memelihara partai dan organisasi2 itu toch mengutamakan Negara diatas partai2 da organisasi2 saudara-saudara itu. Ini bukan berarti aku tak menger pcrtumbuhan partai-partai dan organisasi2 dalam alam demokras

— 42 — bukan : inipun tidak berarti aku meremehkan partai2 dan organi­ sasi- jang sekarang ada, samasekali tidak, — ini hanja berarti aku mengatakan bahwa bagi kita Negara haruslah primair : Tidak mungkin partai2 dan organisasi- kita berg-erak seperti sekarang ini, kalau tidak ada Negara Repjiblik kita ! Oleh karena itu saja ulangi disini citaat-Quezcn jang sudah saja sitirkan dalam sidang K.N.I.P. plenc di Malang beberapa tahun jang lalu : ”My loyalty to my party ends, where my loyalty to my country begins”.

Ja kita hidup dalam zaman demokrasi, dan demokrasi berarti kemerdekaan berfikir. dan malahan kita memutuskan untuk "melaksanakan demokrasi dalam segala lapangan”. Tetapi demo- krasipun harus tahu membatasi diri. Demokrasi bukan sesuatu hal jang tiada ikatan samasekali, demokrasi ongebondeheid. Ketahui- lah, bahwa demokrasi bukanlah doel, melainkan sekedar satu bumi- dasar, satu djalan, satu tjara untuk mentjapai sesuatu. Untuk mentjapai sesuatu apa ? Untuk mentjapai kesentausaan dan kese- hatan Negara, untuk mentjapai kesentausaan dan kesehatan Bangsa untuk mentjapai kesedjahteraan dan kemakmuran masja- rakat. Ibarat badan Negara sekarang sedang sakit, maka djalan mengcbatinja ialah djalan demokrasi, dan bukan misalnja djalan fascisme atau djalan feodalisme. Djanganlah djalan mengobati sesuatu badan jang sakit: diutamakan diatas badan jang sakit itu. Djanganlah obat dilebih pentingkan dari pada tubuh. Djanganlah badan sakit itu dikorbankan kepada djalan mengobatinja itu. Mendjadi, saudara2, kesimpulan kita ialah : marilah kita benar2 sutji bersatu, marilah kita sama mengutamakan Negara, marilah kita bekerdja konstruktif dalam arti benar2 melaksanakan Pembangunan Nasional.

Marilah kita "sepi hing pamrih rame hing gawe", marilah kita mensulat kepada keichlasan pemimpin2 dan perdjoangan2 kita jang telah mangkat, — keichlasan jang begitu indah menjinari Kebangunan Nasional jang malam ini kita peringati ber-sama2. Ach, saudara2, aku pernah melawat Tjokroaminoto dalam gubuk- nja-miskin di Kedungdjati, aku pernah meguru kepada Setiabudi waktu beliau berdagang telur-ajam di Selatan Bandung, aku pernah mengundjungi mereka dalam keadaan sakit didalam pendjara, aku pernah berkorespondensi bertahun-tahun dengan Tjipto Mangun-

- 43 - kusumo ditempat pembuangannja di Pulau Banda, aku pernah bergaul dengan K'las Maru dirumahnja ketjil dikampung Keprabon Solo, aku pernah menerima surat dari dua pemimpin kita jang hendak mendjalani hukuman mati, aku pernah melihat penderlta- annja ber-puluh2 pemimpin2 lain besar dan ketjil, — pemimpin jang kadang2 tidak mempunjai apa2 melainkan sedikit pakaian jang menutupi tubuhnja belaka, — ach, saudara2, siapa dari kita sekarang jang seichlas mereka itu ? En toch, saudara2, mereka jang melarat dan menderita itulah arsitek2nja Kebangunan Nasional kita jang telah lampau, mereka dus arsitek2nja Kemerdekaan kita dizaman sekarang. Mereka jang ketjil-ketjil tubuh itu adalah raksasa2 keichlasan, dan oleh karena itulah mereka raksasa2 pembinaan. Tundukkanlah kepala kita terhadap keichlasan mereka itu dan tundukkan pula kepala kita terhadap keichlasannja, semua pedjoang2 kita jang telah gugur dipadang perdjoangan. Tunduk­ kanlah kepala kita, dalam arti menjedari tjatjad2 kita sendiri. dan dalam arti hendak mentaulad dan mentjcntoh keichlasan-budi mereka itu. Ja, mereka orang2 jang besar, sebagaimana didalam sedjarah- nja bangsa2 jang besar selalu adalah orang2 jang besar. Mereka orang2 jang besar, tetapi sungguhpun begitu, lebih besar lagi dari­ pada mereka adalah Idee Tjita2 jang bersemajam didalam mereka punja kalbu. Idee itulah jang memberi tenaga kepada m ereka untuk berkorban, untuk tetap bersenjum meski menderita kemis- k.nan, tetap bersenjum meski meringkuk didalam pendjara atau dialam pembuangan, tetap bersenjum meski menghadapi tiang- Pen99antungan, Idee itulah Wahju Tjakraningrat mereka, dan meski mereka telah mati, Idee Itulah terus hidup. Idee itulah malah mewahju kita pula dizaman sekarang. Idee itulah M ata-airn ja Sungai Kebangunan Nasional, jang kini telah mengalir 44 tahun. Maka, mengalirlah Sungai itu terus ! Mengalirlah tak terta- han ! Panta Rei! Kelautan terlaksananja Tjita2 ! Mengalirlah ia terus, dengan kita di dalamnja, dengan gene- rasi jang akan datangpun didalamnja, mengalirlah ia terus, ke Lautan Besar, — Lautan Besarnja keagungan bangsa, Lautan Besarnja kesentausaan bangsa, Lautan Besarnja kesentausaan negara, Lautan Besarnja kesedjahteraan masjarakat, Lautan Besar­ nja kebahagiaan kemanusiaan.

— 44 — Mengalirlah ia terus — terus —, karena setia kepada Asalnja Sebagai kukatakan di Surabaja tempo hari.

D cor de zee op te zoeken, is de rivier trouw aan haar bron.

Dengan mengalirnja kelautan, sungai setia kepada sumbernja !

Moga2 Tuhan memberkatinja!

_ 45 — 3. Djadiltanlah 20 Mei sebagai hari kesetiaan terhadap tjita-tjita Revolusi Indonesia.

(PIDATO SAMBUTAN ROESLAN ABDULGANI, WAKIL KETUA DEWAN NASIONAL)

a. Pendahuluan

Para pendengar sekalian. Didalam sedjarah sebenarnja tidak ada suatu tanggal dan hari, jang lepas dan berdiri dari tanggal-tanggal dan hari-hari lain. Demikianlah halnja dengan hari 20 Mei Besok lusa, jang akan kita rajakan sebagai setengah abad usianja Hari Kebangkitan Nasional. Hari 20 Mei 1908 — lima puluh tahun janglalu ■—■ bukanlah suatu hari jang berdiri sendiri; bukanlah suatu hari jang dapat kita lihat lepas 0tau dapat kita lepaskan dari pada perpu- taran masa dan sedjarah pada waktu itu. Memang benar pada hari 20 Mei 1908 terdjadi suatu peristiwa jang sederhana. Didirikannja suatu perkumpulan para pemuda peladjar dengan tudjuan jang tersimpul dalam nama : BUDI- UTOMO, adalah suatu peristiwa sederhana. Itu bukan suatu peristiwa jang berliku-liku atau berbelit-belit. Tapi djustru kesederhanaannja itulah mengandung kebesaran; e esaran jang wadjar. Kebesaran jang tidak dibuat-buat; melainkan sesuatu kebesaran sesuai "dengan besarnja zam an jang waktu itu meliputi seluruh Nusantara kita.

b. Suasana 50 tahun jang lalu.

Apakah zaman 50 tahun berselang itu ? Zaman itu adalah zaman kelahiran zaman baru; adalah zaman Kebangkitan Bangsa Indonesia; adalah zaman Kebangkitan benua Asia; atau lebih tepat lagi zaman itu adalah zaman bangkitnja bangsa kita didalam rangka kebangkitan bangsa-bangsa seluruh Asia.

— ,46 — Asia pada waktu itu adalah korban Eropa. Imperialisme EroDa telah membagi-bagi Asia mendjadi berbagai-bagai tanah djadjahan. Keunggulan techniek bangsa Eropa telah menaklukkan Radja- radja Asia, mendjadikan kekajaan alam Asia sebagai sumber penghisapan, dan mendjadikan rakjat Asia sebagai pekerdja murah jang harus di perbodoh. Demikianlah keadaan Asia pada umumnja, dari Tiongkok di Utara sampai Nusantara di Selatan, dari Marokko di Barat sampai Merauke di Timur. ' koleksi c. Kolonialisme mclaluiJgi tkjaJEase& a^ascH D K G ( E j

Indonesia sendiri pnHn wnlitu if11 mr iujnlnmi nn~ib Jnng serupa. Sedjak tahun 1500 kekajaan rempah-rempah menarik bangsa Portugis dan Spanjol kemari; disusul kemudian dengan bangsa Belanda pada tahun 1600 jang mulai dengan usaha kolonialismenja, didjalankan setingkat demi setingkat. Fase pertama adalah dengan menghantjurkan kekuasaan pedagang2 kita dipesisir seluruh kepu- lauan Indonesia; fase kemudian adalah dengan usaha mereka menghantjurkan keradjaan-keradjaan agraris jang masih bertahan didaerah-daerah pedalaman; dan fase berikutnja adalah dengan mengexploitir Indonesia setjara langsung dan modern. Ini terdjadi pada pertengahan abad ke 19.

Sudah barang tentu proses penghisapan itu tidak berlaku tanpa perlawanan. Bangsa kita telah melawan. Dalam fase pertama, dibawah pimpinan kaum feodal pesisir, jang sumber kekuasaannja adalah perdagangan dan pelajaran, dalam fase jang kedua adalah dibawah pimpinan kaum fecdal pedalaman jang menguasai masja­ rakat agraris; dan didalam fase jang ketiga dibawah pimpinan rakjat sendiri, jang bersumber kepada kekuatan rakjat banjak.

Dalam fase ketiga itulah kita harus melihat hari 20 Mei 1908. Memang benar, bahwa dorongan-dorongan utama adalah keme- nangan Djepang di Porth Arthur atas Czarist-Rusia pada tahun 1905 dan Gerakan Turki Muda tahun 1908, tetapi semuanja itu tidak akan menimbulkan hari 20 Mei, kalau peristiwa-peristiwa itu tidak menemui suatu masjarakat jang memang sudah mcngan- dung semangat perlawanan rakjat banjak terhadap penindasan dan penghisapan. d. Asia menggugat dan Indonesia bangkit.

Saudara-saudara sekalian. - Dcmikianlah keadaan dan suasana 50 tahun jang lalu di Indonesia chususnja dan di Asia umumnja. Udara Asia penuh dengjfn gugatan-gugatan (indictment) terhadap Eropa. Asia tidak ingin hidup terus-menerus dalam belenggunja zaman jang lama, jang dipaksakan oleh Eropa, Asia ingin melahirkan zaman baru. Dan didalam gugatan-gugatan demikianlah. Eropa sendiri 6 tahun kemudian, jaitu pada tahun 1914, mengalami bentjana perang. Pada kita diadjarkan bahwa perang itu adalah perang dunia jang pertama dari tahun 1914-1918. Tapi sebenarnja itu bukan perang dunia didalam arti seluruh ummat manusia didunia ini tersangkut. • Apa jang terdjadi itu sebenarnja adalah perang saudaranja bangsa-bangsa Eropa, disebabkan karena pertentangan-perten- tangan didalam tubuh benuanja sendiri. Ia adalah perangnja bangsa Eropa jang sudah memiliki djadjahan di Asia melawan bangsa Eropa lainnja jang belum dan ingin memiliki djadjahan di Asia. Perang saudaranja bangsa Eropa itu berpengaruh besar atas kelandjutan semangat perdjoangan bangsa kita, jang telah dibang- kitkan pada tanggal 20 Mei 1908 tersebut tadi. Eropa mulai redup sinarnja; dan dengan redupnja sinar dari Barat, maka lebih terang- lah sinarnja Timur. Asia lebih sadar lagi. Rakjatnja lebih berani dan tangkas mengorganisir dirinja untuk melandjutkan perlawan- annja. Proklamasi Indonesia pelopor bagi kemerdekaan lain-lain negara Asia. Dengan melintasi fase peperangan Pacific pada tahun 1941- 1945 dimana Djepang sebagai Negara Asia terlibat dalam pepe­ rangan Eropa jang kedua, maka kita kemudian memproklamirkan kemerdekaan kita pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan dida- hului dua hari oleh Proklamasi Vietnam M erdeka pada tanggal 15 Agustus 1945, maka hari Proklamasi kita tanggal 17 Agustus itu merupakan tanda permulaan kemerdekaan Negara-negara Asia lainnja. Bandingkanlah tanggal-tanggal kemerdekaan beberapa Nega­ ra Asia lainnja, jakni :

— 48 — a. Filipina ...... 4 Djuli 1946.

b. Pakistan ...... 14 Agustus 1947.

c. India ...... 15 Agustus 1947.

d. Birma ...... 4 Djanuari 1948.

e. Ceylon ...... 4 Februari 1948 dan

f. R .R .T . ' ...... 1 Oktober 1949.

dan saudara-saudara sekalian akan melihat bahwa tanggal 17 Agustus 1945 adalah tanggal jang mendahului dan mempelopori tanggal-tanggal tadi. e. Dulu dan sekaranr.

Saudara-saudara sekalian. Djikalau lukisan sedjarah dewasa ini kita sambungkan kem­ bali dengan fase ketiga, jang telah saja sebut terdahulu, maka zaman kemerdekaan dewasa ini terang masih termasuk dalam fase-nja Kebangkitan Nasicnal diseluruh Asia; jaitu fasenja guga- tan dan perlawanan rakjat dipimpin oleh rakjat sendiri. Bedanja jalah, bahwa bila 50 tahun jang lalu perdjoangan dilakukan dengan alat organisasi-erganisasi rakjat kini perdjoangan itu kita landjut- kan dengan Negara sebagai alat.

Perbedaan kedua jalah bahwa jang mengemudikan perdjoang- an itu adalah generasi lain dari pada jang dulii. Djangka waktu 50 tahun sebenarnja melintasi lebih dari dua generasi; sebab . sekalipun usia manusia rata-rata adalah 60 tahun, tetapi periode activiteit seseorang jalah lebih kurang disekitar 25 tahun.

Rasanja perlu kedua perbedaan ini saja kemukakan. untuk lebih menjadari lagi peranan kita masing-masing didalam menjum- bangkan dharma-bakti kita bagi kelandjutan perdjoangan dewasa ini. Tanpa mengenai perbedaan-perbedaan ini, kita tidak akan dapat mengerti pula kesulitan-kesulitan jang dewasa ini seringkali kita hadapi didalam barisan generasi-generasi jang dulu dan kini termasuk dalam generasi jang memimpin; baik jang memimpin dilapangan kenegaraan •maupun jang memimpin didalam lapangan kemasjarakatan. , f. T a k usali ketjewa.

Prof. Romein dan Prof. Wertheim pernah menamakan zaman kemerdekaan dewasa ini sebagai "the period of fulfilment and of disappointment”, jakni periode tertjapainja tjita-tjita, tapi djuga periode keketjewaan. Pendapat ini mengandung segi-segi kebenarannja; terutama bila kita lihat peristiwa-peristiwa jang sedjak 17 Agustus 1945 kita alami dinegara kita ini. Pembercntakan berkali-kali terhadap Negara, dimana tersangkut orang-crang dari barisan pimpinan dimasa lampau, memperkuat pendapat itu. Tetapi sebenarnja kata : disappointment (keketjewaan) itu seharusnja tidak ada, bila kita tidak mengenal kata : fulfilment (tertjapai). Atau dengan lain per- kataan, bagi mereka jang menjadari bahwa perdjoangan kita belum selesai dan karena itu tudjuan kita belum tertjapai, maka tidak mungkin kita mer'asa ketjewa. Lebih-lebih keketjewaan itu dapat kita hindarkan, bila kita semua tetap menginsjafi dalam fase apa kita dewasa ini berada, tanpa melupakan fase-fasenja jang terdahulu, dan "last but not least” tanpa melupakan dan mengingkari apa jang mendjadi tjita- tjita dan tudjuan perdjoangan generasi-generasi jang terdahulu. Tjita-tjita dan tudjuan itu jalah sederhana, dan tidak lain dan tidak bukan : menudju kesuatu masjarakat jang adil dan makmur, dengan menghilangkan segala sisa-sisa systeem penghisapan dan pemerasan; dulu 'dengan alat pergerakan dan perkumpulan, kini dengan alat Negara; dulu bersama-sama dengan rakjat-banjak jang menderita, kini tetap dengan rakjat-banjak itu; dulu setjara revolusicner, kini tetap revolusioner; dulu pertjaja kepada kekuatan diri sendiri, kini tetap pertjaja kepada diri sendiri. Tjita-tjita dan tudjuan semula tidak memperkenankan penje- lewengan; dan tidak ptila memperkenankan usaha-usaha mendiri­ kan Negara dalam Negara atau Pemerintahan lain didalam Negara; sebab semiia ini akan berakibat menghantjurkan Negara sebagai alat perdjoangan, dan Negara sebagai perumahan bangsa. Lebih-lebih didalam memperingati dan merajakan setengah abad Hari Kebangkitan Nasional dewasa ini, hal-hal ini harus kita sadari dan kita insjafi; kita sedang hidup dalam zaman peralihan dan ditengah-tengahnja pergolakan internasional, jang bersumber

— 50 — kepada pertentangan kedua blok raksasa, jang masing-masing tentunjt. memperhitungkan keadaan Indonesia dalam strategie dan taktieknja masing-masing. g. Penutup.

Karena itu, mari kita semua, terutama dari golongan generasi jang kini berada diambang-pintu tanggung djawab bagi masa sekarang dan masa depan, merenungkan hal-hal ini bersama, dan mendjadikan Hari Kebangkitan ini sebagai :

1. Hari Kesetiaan terhadap tjita-tjita Proklamasi dan Revolusi Indonesia.

2. Hari kewaspadaan Nasional terhadap bahaja-bahaja jang mengantjam keutuhan Negara dan Bangsa, baik dari dalam dan luar Negeri.

Sekianlah dan terima kasih. Selamat malam !

- 51 — 4. Mendjadilah Persatuan Bangsa Indonesia.

(PIDATO SAMBUTAN PROF. MR. H. MOHAMAD YAM1N ANGGOTA DEWAN NASIONAL)

Pendengar-pendengar jang terhormat, Bangsa Indonesia diseluruh dunia, Pada hari Selasa Kliwon Anggarakasih tanggal 20 Mei 1958

ini, kita merajakan dengan istimewa kesekian kalinja Hari Kebang. kitan Nasional. Sangatlah istimewa hari perajaan itu, karena melihat usia Hari Kebangkitan sudah 50 tahun genap dan melihat suasana nasional dan internasional jang meliputi Bangsa kita pada waktu ini. Melihat usianja, maka perajaan jang serupa ini berlaku hanja dua kali dalam seratus tahun, dua kali dalam satu abad-centuria. Satu angkatan-manusia jang sangat terbatas umur-usianja meng- alami perajap.n setengah abad jang seperti ini biasanja hanjalah sekali sadja, dalam seumur hidupnja. Dan keistimewaan jang lain, jaitu karena memperhatikan suasana jang menjelubungi B angsa dan Negara Republik Indonesia disekitar tanggal 20 Mei 1958, berkat rahmat Tuhan Jang "Mahakuasa sudahlah pada hari ini bintang harapan bagi keselamatan Bangsa dan Negara gemilang terbit kembali dengan segala kemegahan. Kita terhindar dari pada cijurang malapetaka berkat semangat perdjuangan membela tanah- air Jang satu, terhindar dari pada perpetjahan dan keruntuhan, sedangkan djalan menudju kebesaran dan persatuan sudah terbuka kembali. Bintang harapan dan persatuan bersinar kembali dilangit Jiidjau perdjuangan, • pada hari kita merajakan 50 tahun H ari Kebangkitan Nasional. Hari Kebangkitan Nasional jalah Bangkitnja Bangsa Indo­ nesia pada permulaan Abad ke-20 jang kita huni. Bangsa Indonesia pada permulaan Abad Proklamasi berdaja menegakkan negara kesatuan Republik Indonesia pada hari Proklamasi 1945, setelah

- 52 — 37 tahun berdjuang dengan segala. penderitaan Tlan keuletan tenaga.

Tahun 1908 adalah tarich jang sangat berbahagia dan ber- sedjarah dalam perdjuangan Kemerdekaan Indonesia dalam Abad Proklamasi jang gempar gemilang. Dalam tahun itulah berdirinja perkumpulan Budi Utomo ditanah Indonesia dan Indische Veree- niging pelopor Perhimpunan Indonesia diluar negeri. Pada tahun itulah berdirinja dikota Semarang perkumpulan buruh V.S.T.P., (Vereeniging van Spoor ean Tramwegpersoneel), .dan pada tahun 1908 itu telah memfadjar akan berdirinja Sarekat Dagang Islamiah sebagai pelopor Sarekat Islam. Djadi tahun 1908 adalah berisi suatu komando waktu inilah mendirikan organisasi politik, buruh ^konomi dan kebudajaan_disegala lapangan masjarakat jang hendak melepaskan diri dari ikatan dan tindasan Jcclonialisme dan imperialisme.

Tahun 1908 jalah tahun kebangkitan. Tanggal 20 Mei 1908 jalah tanggal penetapan berdirinja perkumpulan Budi Utomo dalam lingkungan tembok Stovia dikota Djakarta. Pengandjurnja jang paling terkemuka jalah dokter Djawa Mas Wahidin Sudiro Husodo, jang dalam tahun 1906 dan 1907 sebagai seorang dokter pensiun telah mengelilingi pulau Djawa untuk mendirikan organi­ sasi Budi Utomo itu. Djadi tanggal 20 Mei jalah tanggal jang bersedjarah membentuk organisasi perdjuangan, dalam tahun 1908 jang sangat berbahagia, karena bangkitnja Bangsa Indonesia ditanah Indonesia dan diluar negeri dengan serentak. Oleh sebab itu beralasanlah tanggal 20 Mei 1908 itu didjadikan Hari Kebang­ kitan Bangsa Indonesia jang bersedjarah dan membuat sedjarah.

Sungguhlah memperingati Hari Kebangkitan Nasional, dalam 50 tahun jang lampau, menundjukkan djalan jang pandjang dalam mentjapai kebahagiaan dan kemakmuran dalam abad ke X X ini.

Marilah kita renungkan sebentar djalan jang sudah ditempuh sedjak hari bangkitnja Bangsa Indonesia sampai hari Kebangunan Bangsa Indonesia, tanggal 28 Oktober, 20 tahun hingga lamanja. Kemudian sedjak hari Kebangunan sampai hari Proklamasi. antara tahun 1928 dan 1945, 17 tahun hingga lamanja. Achirnja kita renungkan pula sebentar djalan jang ditempuh sedjak hari Prok-

— 53 - lamasi sampai kini, 13 tahun lamanja dalam kantjah revolusi Kemerdekaan jang belum selesai. Antara tiga tunggak-tjagak perdjuangan jang meliputi ruangan waktu selama 50 tahun genap terbentanglah tiga bagian per­ djuangan jaitu : dewasa pertama menjusun Rakjat Indonesia dan Tanah-Air Indonesia dari bawah kalangan rakjat didaerah atau berpulau-pulau, sampai meliputi seluruh Indonesia senusantara. Dewasa kedua jaitu mewudjudkan kesatuan-bangsa dan Tanah-Air dengan idee: satu bangsa, satu tanah-air dan satu bahasa, dalam rangka Kebangsaan Indonesia menudju satu negara, sedjak tahun 1928 sampai hari Proklamasi, 17 tahun lamanja. Dewasa ketiga, memproklamasikan Republik Indonesia pada permulaan Revolusi Kemerdekaan jang bergolak sampai kini, sudah 13 tahun pula lamanja. Demikianlah perdjuangan Bangsa Indonesia dalam abad ke-20 ini, jang berkesanggupan menegakkan negara kesatuan Republik Indonesia jang dapat dibanggakan dalam perdjalanan sedjarah Indonesia jang rodanja masih berputar dengan derasnja. Roda sedjarah revolusi kemerdekaan beberapa kali terganggu deras puterannja oleh gangguan dari luar dan dari dalam, Irian Barat masih diduduki oleh pendjadjah Belanda dan pada waktu usaha dari luar bekerdja sama dengan tusukan pengchia- natan dari dalam dan dari luar sudah mulai menurun, berkat kuatnja tenaga negara dan rakjat Indonesia. Marilah kita peringati hari Kebangkitan ini dengan ’'Membangkit batang tarandam jaitu Membangkit Tiang Sokoguru” jang terpendam dalam air himpur dizaman jang lalu. Lebih dahulu saja kemukakan, bahwa djalan raja jang ditem- puh Bangsa Indonesia dalam ruangan waktu selama 50 tahun, jalah djalan jang penuh paku dan duri, djalan meliwati penderitaan dan penghinaan, djalan dari pendjara kependjara, djalan jang melalui pendigulan, pembuangan dan penjingkiran. D jalan itu tidaklah bertabur dengan emas dan intan, tanpa bunga mawar, melati dan tjempaka; malahan penuh dengan debu dan deru, berlumur dengan darah dan air mata. Tetapi achirnja perdjuangan itu sampai djuga menegakkan negara jang merdeka, berdaulat jang lepas dari ikatan feodalisme, kolonialisme dan i.mperialisme. Indonesia oleh kekuatan pendjadjahan Ercpah Barat dimulai pada awal ke-16, setelah negara Indonesia jang kedua runtuh- tenggelam menghadapi disintegration total pada tahun 1525, jang didahului perebutan kekuasaan Banda M alaka pada tahun 1511 oleh pendjadjahan Portugis. Kolonialisme belumlah mati, belum mati semuanja di Indonesia sampai hari ini, karena di Indonesia masih ada sisa-sisanja dalaim masjarakat, sedangkan wilajah kita jang bernama Irian Barat masih ditindas oleh pendjadjahan Belanda jang bertjokol dipantai Samudera Pasifik dengan bantuan kompo- rador-ikomporador kolonial jang lalim. ■Setelah tiga abad lamanja kakuasaan kolonial bertindak sewenang-wenang ditanah air kita, maka masuklah bangsa Indo­ nesia kedalam abad ke-20, Jang dibawanja jalah penderitaan masjarakat jang dihantjurkan oleh kekuasaan ikolonial-imperialisme dalam abad ke-19. Abad ke-19 jalah abad pemberontakan nasional melawan kolonialisme Belanda, diseluruh Indonesia pemberontakan itu menegakkan kepala seperti Perang Kemerdekaan Atjeh, Perang Kemerdekaan Padri dan Perang Kemerdekaan Diponegoro. Masja­ rakat jang berlumur dengan darah dan penderitaan itu diwarisi. oleh Bangsa Indonesia abad ke-19 jang terpetjah-petjah dan tak mengenai koordinasi interinsulair, kepada Bangsa Indonesia abad ke-20. Pertukaran abad kini berarti pertukaran taktik dan pertu- karan suasana. Bangunlah bangsa Indonesia dipintu gerbang abad ke-20. Mulailah Bangsa mengadakan organisasi jang mewudjudkan koordinasi senusantara dan seluruh Bangsa. De sojioone slaapster is ontwaakt, kata Mr. van Deventer, sebagai djeritan djiwa etis kepada Bangsa Belanda jang mendjadjah tanah Indonesia pada waktu sudah 3 abad lamanja. "W anita jang tjantik molek” bangunlah pada permulaan abad „ ke-20. Tetapi tidaklah sadja rakjat Indonesia tersentak bangun, dan tegak berdiri, menegakkan kepala kepada sipendjadjah Belanda melainkan djuga dengan segera bangkit dari kenistaan hidup kolonial dan bangkit hendak mendjatuhkan imperialisme jang men­ djadi akar perampas kemerdekaan nasional. Maka bangkitlah Bangsa Indonesia, bangkit djiwa-raganja, menjusun kembali po- tensi nasional dan tenaga rakjat berupa organisasi sosial, kebuda-

— 55 —

4 \

jaan dan partai politik beraneka-warna. Berdirilah pengandjur- pengandjur Indonesia, pelopor abad ke-20 seperti : Raden Adjeng Kartini, dengan saudara Doctorandus Sosrokartcno. Dckter Rivai, Doktor Radjiman, Dewidjowewojo, H.O.S. Tjokroaminoto, Sa- manhudi dan Doktor Ratulangi jang semuanja sudah wafat. Tahun 1908 sungguhlah suatu tahun jang sangat berbahagia, karena pada tarich 1908 itu sungguh-sungguhlah menurut kenjataan Bangsa Indonesia mendjadi ’’Wanita tjantik dan molek sudahlah bangun dari perbajangan, de schoone slaapster is ontwaakt , dan rakjat Indonesia masuklah kedalam abad ke-20 jang gemilang dan meninggalkan abad ke-19 penuh kegelapan. Tepat sekali pertu- karan suasana dan pertukaran abad dilukiskan oleh pengarang wanita Indonesia Raden Adjeng Kartini : ’ Dari gelap-gulita menudju tjahaja terang. Van Duisternis tot licht . Sungguhlah peringatan hari Kebangkitan Nasional menundjukkan djalan.jang pandjang dalam mentjapai kebahagiaan dan kemakmuran dengan perdjuangan bangsa Indonesia dalam abad ke-20 ini. Marilah kita renungkan sebentar djalan jang sudah ditempuh sedjak hari muJai bangkitnja Bangsa Indonesia sampai hari kebangunan bangsa Indonesia, jaitu hari Sumpah Bangsa tanggal 28 Oktcber 1928, 20 tahun lamanja. Kemudian sedjak hari kebangunan sampai hari Proklamasi, antara tahun 1928 dan 1945, 17 tahun lamanja; marilah kita renungkan pula sebentar djalan jang telah ditempuh sedjak hari Proklamasi sampai kini, 13 tahun lamanja. Antara tiga tunggak-tjagak perdjuangan itu terkembang tiga bagian per­ djuangan jaitu lebuh pertama menjusun organisasi perdjuangan bangsa dan tanah air Indonesia; lebuh kedua jaitu membentiik bangsa Indonesia jang bernegara-merdeka, sedjak tahun 1928 sampai 1945 dan lebuh ketiga menjusun dan m em elihara negara kesatuan Republik Indonesia sampai kini. Perdjuangan jang sangat t hebat, jang dapat dibanggakan dalam perdjalanan sedjarah Indo­ nesia jang rodanja masih berputar, sudah 50 tahun la’.manja. Saja tidak akan menjebutkan nama-nama perkumpulan nasio­ nal, sosialis dan agama, ekonomi, persekclah dan kebudajaan jang didirikan antara 1908 dan 1928; hampir semuanja sudah dilebur atau sudah mendjelma kembali sedjak hari proklamasi. Adanja berpuluh-puluh perkumpulan dalam dewasa pertama, antara 1908 dan 1928 bekerdja dengan tangkas dan giat, adalah kelahiran

— 56 —

I rasa agama, socialisme dan dikalangan bangsa Indonesia jang bangun dan bangkit kembali. Setelah dewasa-pertama timbullah dewasa-kedua, jang ber­ dasarkan rasa-kebangsaan Indonesia. Kongres pemuda Indonesia jang ditutup pada 28 Oktober 1928 dikota Djakarta Raya melahirkan idee Indonesia Muda jang dibajangkan keatas kelir Indonesia Raja, berkat kebangkitan tahun 1908. Rakjat Indonesia memperingati nanti hari Kebangun­ an, 28 Oktober itu karena sudah 30 tahun us'ianja, bahwa pada waktu itu dalam suasana pendjadjahan lahirlah berkat kebangkitan idee hendak bertanah air jang merdeka-berdaulat; tanah air itu bernama tumpah darah' Indonesia. Rakjat Indonesia akan memperingati hari kebangunan tanggal 28 Oktober 1928 tahun ini perajaan jang ke-30 kali, karena pada waktu itulah dalam suasana pendjadjahan lahirnja 30 tahun jang lampau idee hendak berbangsa Indonesia, jang bersatu-padu atas kesatuan, jang bernama Bangsa Indonesia. Rakjat Indonesia memperingati nanti tanggal 28 Oktober 1928, karena pada waktu itulah dalam suasana pendjadjahan lahirnja berkat kebangkitan idee hendak berbahasa persatuan, bahasa Indonesia, jang akan mendjadi alat-ruhani dalam hubungan bangsa Indonesia jang tegak berdiri. Rakjat Indonesia memperingati tanggal 28 Oktober 1928, karena pada waktu itulah berkat kebangkitan dalam suasana pen­ djadjahan pertama kalinja lajiir lagu-kebangsaan Indonesia Raja, jang mendjadi lagu .'melambangkan suara kebesaran dan kemegahan Indonesia Raja, jang kelihatan datang melambai. Dan achirnja rakjat Indonesia memperingati tanggal 28 Okto­ ber 1928, karena pada waktu itulah berkat kebangkitan dalam suasana pendjadjahan pertama kalinja bendera Merah Putih dikibarkan sebagai lambang warna Indonesia Merdeka jang telah menjilau gilang-gemilang. Hari kebangkitan merintis djalan dari dunia pendjadjahan kebumi merdeka dengan negara Indonesia jang merdeka-berdaulat tanpa imperialisme. Sebelum perang dunia II, maka kelahiran dunia tjita-tjita 1908 dan 1928 itu besar sekali pengaruhnja bagi per­ djuangan Indonesia, jang menindjau kembali dan menjusun kembali

— 57 — seluruh pergerakan dan organisasi, jang kini lalu berdasar Indo­ nesia dan membuang segala jang berkerangka sempit. Sesudah perang dunia II dan sesudah tentara faqisme Djepang bertekuk lutut kepada kekuasaan demokrasi, maka datanglah realisasi idee Indonesia Raja dalam negara Indonesia Merdeka. Dan realisasi itu dimungkinkan oleh utjapan Proklamasi Kemerdekaan jang bertuah-keramat itu, pada 17 Agustus 1945. Dan realisasi dari pada idee Kebangkitan tahun 1908, dan idee kebangunan adalah menuliskan pada hari Proklamasi tahun 1945 segala memenangkan perdjuangan berupa rohani dan djas- mani, bersama-sama negara, masjarakat, lambang bendera dan lagu Indonesia Raja. Maka mendjadilah persatuan Bangsa Indonesia jang diidam- idamkan sedjak tahun 1908 djadi bangsa-negara Indonesia; dan mendjadilah tumpah-darah Indonesia jang telah beratus-ratus tahun lamanja meringkuk sebagai tanah djadjahan mendjadi wilajah negara Republik Indonesia. Maka idee Indonesia Merdeka dalam lingkungan Indonesia Raja lahirlah mendjadi organisasi kemerdekaan jang bernama pemerintahan negara Republik Indo­ nesia, berkat kebangkitan 1908. Segala idee dan benda ruhani pada tahun 1908 dan 1928 semuanja mendjadi bahan mutlak bagi pembentukan negara Republik Indonesia pada hari Proklamasi, jaitu setelah 37 tahun berdjuang 'dan dengan melalui pula suasana Revolusi kemerdekaan Indonesia jang gemilang, jang sampai kini telah 13 tahun pula lamanja. Apabila kita memperingati babakan 50 tahun sedjak 20 Mei 1908, jang terbagi atas zaman pertama dan zaman kedua dan zaman ketiga dengan Proklamasi tjagak pertengahan, maka dengan sendirinja alalm lingkungan mempe­ ringati hari Kebangkitan Indonesia kita renungkan pergolakan Revolusi Kemerdekaan dalam waktu 13 tahun jang lampau. Kita merenungkan babakan pertama, kedua dan ketiga. pada tingkatan peristiwa Revolusi jang masih berdjalan karena belum selesai. Djelaslah bahwa tiap-tiap kegiatan hendak meruntuhkan tjita- tjita Indonesia Merdeka dan negara kesatuan Republik Indonesia, adalah penjelewengan dari tudjuan Perdjuangan Kemerdekaan dan tudjuan Revclusi Kemerdekaan Indonesia. Penjelewengan itu pada hakekatnja adalah anti Indonesia Merdeka dan kontra-revolu- sioner perdjuangan kemerdekaan menegakkan negara kesatuan Republik Indonesia atas adanja Indonesia Merdeka. Penjelewengan dari pada dasar dan tudjuan itu adalah perbuatan tjedera dan nista. Sekali ini oleh sebab itu kita merajakan Hari Kebangkitan pada waktu jang istimewa. Dari dewasa jang lama, 50 tahun rakjat Indonesia berdjuang, maka 13 tahun lainnja bergelora dalam Revolusi Kemerdekaan, dan babakan Abad Proklamasi itu sung- guhlah penuh keperwiraan dan . kepahlawanan bangsa; bangsa Indonesia jang cjagah perkasa ini menudju tudjuan kedjajaan, kemakmuran, keselamatan, kesedjahteraan ruhani dan djasmani atas perdjuangan dan perdjuangan, sekali lagi atas perdjuangan. Bangsa Indonesia masuk kembali kedalam taraf perdjuangan jang lepas dari pada penjelewengan. menudju kebesaran jang djaja dan gemilang. Selandjutnja orang Indonesia berpikir dengan hati dan berasa dengan djantung. Baiklah sebagai penutup saja tjurahkan perasaan saja dengan sja’ir jang pernah didengungkan sebagai suara-pemberontakan ketika pendudukan Djepang pada tahun 1945, waktu mendjelang fadjar Proklamasi dan Negara Republik Indonesia, sebagai puntjak Perdjuangan Kemerdekaan Indonesia dalam abad ke-20 ini, setelah 37 tahun berdjuang sedjak hari Kebangkitan 1908 :

’’REPUBLIK INDONESIA”

Abadilah Republik Indonesia Untuk selama-lamanja, Jang melindungi tumpah darah Benua kepulauan jang indah, Antara tjakrawala langit jang murni Dengan bumi tanah jang sakti.

Disamping teman, dihadapan lawan Negara berdiri ditakdirkan Tuhan, Untuk keselamatan seluruh bangsa Supaja berbahagia segenap ketika, ' Berbudi setia, yenaga Merdeka Dengan mendjundjung kedaulatan Negara.

— 59 — Diatas abu Negara kedua Kami membentuk negara ketiga, Diiringkan lagu Indonesia Raya, Dibawah kibaran bendera bangsa, Disanalah Rakjat hidup berlindung, Berdjiwa Merdeka, tempat bernaung. * Kami segenap ketika, Dengan darah, djiwa 'dan raga, Membela Negara diundjungan tinggi, Penuh hiasan lukisan hati.

Melur tjempaka dari daratan Awan angkasa putih kelihatan Buih gelombang dari lautan

Hati jang mukmin selalu meminta Kepada Tuhan Jang Maha Esa. Supaja Negara Republik Indonesia : Kuat dan kokoh selama-lamanja Melindungi Rakjat, makmur selamat Hidup bersatu dilaut-didarat.

Sekianlah uraian peringatan Hari Kebangkitan Nasional jang ke-50, untuk pengisi udara-angkasa dan djantung-sanubari, dise- luruh Indonesia, dari Sabang sampai M erauke.

Beoaslah Irian Barat !

M E R D E K A !

- 60 - K.H. DEW ANTARA:

5. HARI KEBANGUNAN NASIONAL

Dalam nomor ini djuga akan kami sadjikan sebuah ichtisar kisah perdjuangan rakjat kita, dengan kemadjuannja sedjak ber­ dirinja ”Budi-Utama” pada tanggal 20 Mei 1908, ichtisar mana * pasti djauh dari pada lengkap, karena banjak jang tidak bersandar ,,dokumentasi”, hanja berupa kenang-kenangan dari satu orang sadja. Hendaknja para pemimpin2 tua lainnja, suka melengkapkan kisah- tadi, teristimewa jang berhubungan dengan lingkungan- lingkungan mereka masing-masing.

Karena pergerakan rakjat kita sedjak 20 Mei 1908 itu menu- dju kearah kemerdekaan nusa 'dan bangsa Indonesia, maka sebe-i narnja pada hari 17 Agustus 1945 sudah selesailah pergerakan itu. Tudjuan jang terachir sudah tertjapai. Ini tidak berarti sele- sainja ’’perdjuangan” bangsa kita. Pertama kali haruslah diingati, bahwa untuk membangun negara, jang baru berdiri dan dalam segala hal masih dalam keadaan sangat sederhana itu, masih perlu kita melandjutkan perdjuangan kita. Berdjuang untuk membangun ! Kedua kalinja tak sekali-kali boleh dilupakan, bahwa pendjadjahan jang tidak kurang dari 3K abad lamanja itu, tidak mungkin dapat musnah dengan sekali gus, hanja dengan ,,proklamasi” sadja. Sisa2 pelbagai tradisi atau keadaan dan tenaga2 kolonial, sisa2 sikap djiwa dan suasana pendjadjahan barang tentu masih ada; baik karena kekuasaan a'dat kebiasaan, maupun karena dengan sengadja, mungkin sebagai siasat jang tertentu. Nederland tidak akan \menjerahkan kedudukannja sebagai ’’pemilik” Indonesia jang kaja raja itu dengan suka-rela, jakni dengan ichlas dan rela. Boleh dipastikan, Belanda masih akan men-tjoba2 mempertahankan kedudukannja itu dengan mati-matian, mungkin dengan bantuan dari negara2 "B arat” lainnja, jang banjak sedikit akan ikut tang- gung rugi. Untuk menghadapi itu semua, perlulah rakjat kita selalu

— 61 — siap sedia, untuk meneruskan perdjuangannja, djuga setjara mati- matian.

Dugaan-dugaan itu dibenarkan oleh kenjataan2nja. Zaman ’’Linggardjati” datang dengan tjampur tangannja Luar Negeri. W aktu itu terbukalah pintu untuk kembalinja pendjadjahan, seka- 4 lipun setjara "semi-kolonial”. Sebagai akibat mutlak timbullah ’perang-kolonial” jang ke I. Pihak Luar-Negeri merasa perlu pula untuk bertjampur-tangan dan me-nekan2 atau me-maksa2 terlak- sananja ’’persetudjuan Renville", Timbullah ' "perang-kolonial" jang ke-II. Atas putusan "Persatuan Bangsa-bangsa” datanglah zaman K.M.B. dengan persetudjuannja, jang seperti persetudjuan- persetudjuan Linggardjati dan Renville, hanja dapat disjahkan sebagai persetudjuan jang berdasax ,,compromis”. Sjukurlah Tuhan tetap terus melindungi kita. Tentara Nasional kita, bersama-sama dengan para pemuda, bahkan dengan seluruh rakjat dapat meru- pakan ’’tentara-gerilja”, jang amat ditakuti oleh Belanda dan kawan-kawannja Luar-Negeri. Segala apa jang ditjiptakan oleh , pihak Belanda, jakni perpetjahan dan perpisahan rakjat, berdirinja daerah2 dan negara2 bagian diseluruh Indonesia, kemudian runtuh semua. Pada saat ini, saat akan hapusnja ”Uni Indonesia- Nederland", Negara Kesatuan menurut proklamasi 17 Agustus akan pulih kembali. Ini semua adalah buah dari siap sedianja rakjat kita. untuk meneruskan perdjuangannja, setjara mati-matian. Dan inilah buah pemeliharaan serta latihan semangat perdjuangan, sedjak 20 Mei 1908, jang disebut "Hari Kebangunan Nasional”, .empatpuluh enamtahun jang lampau.

Marilah pada hari 20 Mei ini kita merenungkan, peladjaran aPakah kiranja jang dapat kita pungut dari sedjarah perdjuangan kita sedjak 20 M ei 1908 itu. Dapatlah kiranja peladjaran itu kita simpulkan demikian :

L terbuktilah, bahwa seluruh rakjat, dalam segala lapisannja, menghendaki kemerdekaan nusa dan bangsa, lepas dari pen­ djadjahan dari siapapun;

2. perpetjahan2 jang terdjadi dikalangan pergerakan kita itu sebenarnja adalah perpisahan2 differensiasi, untuk memurnikar atau menggiatkan usaha masing-masing;

— 62 — 3. hasrat untuk bersatu, berhubung adanja pokok2 kepentingan bersama jang dirasai .benar2, selalu timbul dimana ada bahaja mengantjam dari luar;

4. kekuasaan dan kekuatan dari pihak pendjadjah hanja dapat menguasai kita, selama kita berpetjah belah;

5. dimana ada kesatuan tekad dan laku, disitulah kita dapat mendesak dan mengalahkan musuh kita bersama;

6. tetap adanja sisa2 pendjadjahan, mengharuskan kita untuk tetap terus awas dan waspada serta siap sedia untuk terus berdjuang;

7. tetap Tuhan melindungi kita, selama kita melakukan perdjuang­ an kita dengan dasar Pantja-Sila. Kenjataan2 jang tudjuh matjam itulah kiranja, jang pada tahun 1948 oleh Presiden Sukarno (tidak sebagai "Kepala Negara", namun selaku "Pemimpin Besar") dipakai sebagai alasan untuk mengandjurkan, agar rakjat mendjun'djung 'hari 20 M ei itu mendjadi hari jang dimuliakan; sebagai hari jang tak boleh dilupakan. Ketahuilah, bahwa djustru tahun 1948 itu adalah tahun jang penuh bahaja, baik bahaja jang mengantjam maupun jang telah menimpa rakjat. Pihak Belanda \va$tu itu sedangnja *melakukan pelbagai siasat untuk memetjah-belah bangsa dan negara kita, Untuk meng­ hantjurkan Republik Indonesia kita. Untuk dapat berkuasa kembali sebagai pendjadjah. Disana-sini sudah nampak berhasilnja siasat Belanda tadi, berkat bantuan dari kawan-kawannja golongan "Sekutu” Perpetjahan dikalangan rakjat terus mendjadi, sehingga perlu sekali segala kesempatan jang baik, kita pergunakan untuk memulihkan kembali kesatuan rakjat, seperti jang pernah terdjadi disekitar Hari Proklamasi kita, 17 Agustus 1945. Itulah sebenarnja maksud dan tudjuan Bung Karno, ketika ia mengandjurkan supaja hari 20 Mei tahun 1948 dirajakan setjara besar-bcsaran. Hari itu olehnja dianggap sebagai hari bangunnja rakjat, hari sadarnja serta bangkitnja rasa kebangsaan Indonesia, pada tahun 1908, empat puluh tahun sebelum itu. Adjakan Bung Karno tadi terbukti sangat ditaati oleh semua golongan rakjat. Mulai golongan2 jang berada diluar gerakan politik, sampai dengan partai2, mulai jang paling kanan sampai jang paling kiri, ikut sei'ta

— 63 — setjara aktif. dan bersama-sama merajakan hari 20 Mei tahun itu sebagai "Hari Kebangunan Nasional", sebagai Hari Kesatuar Rakjat Indonesia. Diputuskan oleh rakjat waktu itu, untuk mem­ peringati hari jang mulia itu pada tiap2 tanggal 20 Mei, sedangkar perajaan setjara besar-besaran akan dilakukan 10 tahun sekali.

Sedjak tahun 1948 itu Hari Kebangunan N asional tetap dipe ringati se-tahun2-nja, dengan tjara jang disesuaikan dengan segal; keadaan pada waktunja masing2. Menurut kenjataannja maka har 20 Mei itu dianggap sebagai ’’Hari Kesatuan". Dan ini berarti bahwa tiap2 tahun pada hari itu seluruh rakjat pada umumnja chususnja gclcfngan2 dan partai2 (lebih2 jang biasa melakukai pertengkaran2) diingatkan akan sangat perlunja untuk Nusa dai Bangsa kita bersama.

Sekali merdeka, tetap merdeka !

— 64 B A B III SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU BAHASA I INDONESIA Dan perasaan historis pemuda sebagai pendobrak kematjetan3 masih terus berdjalan. b. Dari daerahisme kepersatuan Indonesia.

Sedjarah gerakan pemuda tidak dapat terlepas dari perkem- bangan masjarakatnja. Apa2 jang ada dalam masjarakatnja akan berpengaruh pula pada gerakan pemuda. Perkumpulan pemuda pertama ialah Tri Koro Darmo jang didirikan pada 15 M aret 1915. • Tudjuannja hanja mempersatukan pemuda2 Djawa, djadi, sifatnja kedaerahan. T fi Koro Darmo ini pada 12 Djuni 1918 berubah mendjadi Jong Java. Tahun2 selandjutnja djuga melihat kelahiran gerakan2 pemuda provinsialistis seperti Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Selebes, Jong Minahasa dTl.

Dalam pada itu dunia politik di Indonesia berdjalan terus. Idee2 kedaerahan makin lama makin terdesak dan keharusan ber- satu makin dirasakan perlunja. Dikalangan pemuda sendiri (umum- nja anggauta2 gerakan pemu'da berasal ‘ dari murid2 sekolah menengah) terdjadi perlawanan jang keras terhadap sifat2 konser- patip. Mereka lebih dapat menerima idea2 baru jang dinamis dan idea itu adalah persatuan Indonesia. "Perlahan2” gerakan2 pemuda provinsialistis ini berobah, se-tidak2nja dalam pendekatan pada persoalan2 kesatuan. Misalnja pada tahun 1920, tudjuan Jong Java ialah untuk ’’menjatukan anggauta2nja untuk kemudian menjum- bang pembentukan Djawa Raja jang meliputi golongan2 bumi putra dari Diawa, Madura, Bali untuk mentjapai kesedjahteraan rohani/ djasmani jang lebih besar”, tetapi pada 1926 diubah mendjadi : bertudjuan untuk memadjukan rasa persatuan diantara anggauta2- nja dengan selmua golongan penduduk Indonesia dengan kerdja sama dengan organisasi2 pemuda lainnja, meluaskan dan memper- kuat kesadaran persatuan Indonesia”.

Dikalangan Jong Sumatra tokoh2 seperti Hatta, Yamin, dika­ langan Jong Batak bond seperti Amir Sjarifudin membawa peru- bahan besar dalam membelokkan dari daerahisnje mendjadi Indonesianisme. Usui pertama kali untuk mengadakan sebuah badan kerdja- » sama, bahkan persatuan pemuda datang dari Perhimpunan Pemuda

— 66 — Peladjar Indonesia. PPPI .mengusulkan Pembentukan Perhim- punan Masa Mu'da Indonesia (PM M I). Sebagai kelandjutan dari idea persatuan pemuda maka pada tgl. 30 April .— 2 Mei 1926 berlangsung Kongres Pemuda Indonesia Pertama, dengan dihadiri oleh perkumpulan2 pemuda tersebut diatas.

Persoalan dalam kongres itu adalah persoalan bagaimana mempersatukan gerakan pemuda di Indonesia. Inisiatip Kongres datang dari Jong Java dan dalam' kongres ini Jong Java djuga mengusulkan persatuan. Tetapi usul ini belum dapat diterima. Persoalan status perkumpulan "kedaerahan” rupanja masih hangat. Persatuan ini menimbulkan pertanjaan, apakah dalam bentuk federasi atau dalam bentuk kesatuan 2 Walaupun Kongres Pemuda tidak berhasil melahirkan suatu persatuan pemuda, tetapi gagasan untuk bersatu telah meresapi hati setiap pemuda.

Pada tgl. 31 Agustus 1926 berdirilah Jong Indonesia, sebuah perkumpulan pemuda jang berdasarkan ke Indonesiaan, tanpa kedaerahan. Idea persatuan terbukti keunggulannja dengan Pemuda Indonesia (nama baru dari Jong Indonesia), karena perkumpulan ini tidak hanja subur di Djakarta, Bandung dan kota2 sematjam ini sadja ('dimana segala pemuda daerah bertemu dan merasa Indonesia), tetapi djuga di-kota2 didaerah seperti di Jogja, Solo dan sebagainja. c. Menangnja Nasionalisme 1927 — 1928.

Pada awal 1927 terdja'di pemberontakan rakjat dibawah P.K.I. Tahun ini djuga merupakan awal dari masa pergerakan nasiona­ lisme Indonesia. Bila sebelum 1927 (atau 1926) pergerakan rakjat digerakkan oleh semangat kedaerahan atau Pan Asia, Pan Islam, djuga oleh internasionalisme, setelah 1927 nasionalismelah jang lebih unggul. Nasionalisme dalam ljentuk jang moderen ini (setelah I,P. jang pendek) lahir pada PNI, dibawah Ir. Soekarno PN I mengadjarkan supaja rakjat bersatu daft pertjaja pada diri sendiri.

Hanja dengan kekuatan sendiri kita dapat merdeka dan karena itu politik kcoperasi tidak ada gunanja. Dan salah satu sjarat untuk ini ialah persatuan. Ir. Soekarno berhasil mejakinkan

— 67 — idea2nja tentang persatuan-ke-mana2 terutama dikalangan pemud Dasar ke Indonesiaanlah jang dapat meniadakan, perbedaa: agama, daerah dan ideologi. Sebagai realisasi dari tjita2-nja m al pemuda Soekarno lmenghimpun segenap aliran2 dalam se b u s badan Perhimpunan Partai2 Politik Indonesia (PPPK I). Di-m an; terdjadi demam ’’persatuan” dan terutama dikalangan pemuda. d. Persiapan Kongres.

Atas inisiatip PPPI maka diadakan kongres Pemuda Indonesi ke-II. Berbulan-bulan sebelumnja telah disusun pengurus K ongre Ketua: Soegondo (PPPI dari Fak. Hukum). W k. I: Djokonarsaid (Jong Java Fak. Hukum). Sekretaris : Moh. Jamin (Jong Sumatra). Bendahara : Amir Sjarifudin (Jong Batak Bond). Sedang para pembantunja t.a. Djohan Mochamad Tjai (Jon Islamiten Bond), Kotjosoengkono (Pemuda Indonesia), Sendu (Jong Celebes). J. Leimena (Jong Ambon) dan Rohjani (Pemud Kaoem Betawi). Thema persoalan tetap sama, bagaimana mem persatukan pemuda2 Indonesia. PPPI mengusulkan supaja semu. gerakan pemuda jang "nasional” (termasuk jang b ersifat k e d a e rahan) bersatu. Persatuan ini lalu mengadakan federasi d en g ai perkumpulan2 pemuda jang berdasarkan keagam aan m en d jad federasi pemuda Indonesia. Sebaliknja Pemuda Indonesia (walaupun tudjuannja sama] menolak djalan ini. P.I. ingin supaja P.I. berfusi d engan setiaf perkumpulan pemuda jang imau berfusi. W alau pu n h a n ja adz sebuah perkumpulan pemuda jang mau berfusi hal ini haru! didjalankan (sebutlah X ), sedang jang tidak mau berfusi haru£ mendirikan Federasi Pemuda (sebutlah Y ). Dan jang telah ber­ fusi tadi (X) bergabung dalam federasi ini. Baru setelah ini federasi tadi berfusi dan dengan ini tertjapai tudjuan persatuan.

e. Belanda menjabot Kongres.

Pada tanggal 27-28 Oktober diadakanlah Kongres jang telah dipersiapkan berbulan2 sesuai dengan keadaan suasana p ersatuan taaka-thema pokok dari Prasaran-prasaran ialah persatuan. Salah seorang pemrasaran ialah Mochamad Jamin, ketua Pemuda Sumatera. Dalam prasarannja pemuda Jamin mentjoba membukti- kan bahwa berdasarkan sedjarah, hukum adat, bahasa dan seba- gainja maka persatuan Indonesia sebenarnja sudah ada. Dan kita tak dapat menolak sesuatu jang telah ada ialah persatuan ini. Dari prasaran Jamin ini rupa2nja didjadikan dasar dari sumpah pemuda seperti jang tertjantum dalam teks aslinja. Dalam Kongres ini djuga diperdengarkan lagu Indonesia Raya tjiptaan komponis W age Rudolf Soepratman *). Lagu ini merupa- kan salah satu lagu jang diperdengarkan dalam kongres itu tetapi karena keindahannja maka lagu ini serentak didjadikan lagu Kebangsaan Indonesia x). Oleh panitia sebenarnja direntjanakan untuk mengadakan pawai. Tetapi Belanda dengan segala usahanja berusaha untuk mentjegahnja. Pawai obor ini direntjanakan akan memeriahkan Sumpah Pemuda, dan akan diikuti oleh segenap. pemuda, peladjar, mahasiswa dll.nja. Memang Belanda mengidjinkan pawai ini tetapi dengan sjarat jang sangat di-buat2. Semua peserta harus ditjatat namanja, harus mempunjai surat keterangan anu dll. jang tudjuannja se-mata2 untuk merepotkan sadja. Dan sjarat jang ,,aneh” jang diadjukan ialah : a. Pawai obor harus sudah selesai sebelum djam 6 sore. b. Selama pawai tidak diperkenankan omeniup/menabuh alat2 musik, djuga bernjanji. Dihadapi dengan sjarat aneh ini Panitia memutuskan untuk tidak djadi pawai. Karena hanja orang „gila” sadja jang mengadakan pawai obor dibawah terik matahari. Sjarat kedua akan mendjadikan pawai jang riang gembira ini mendjadi iringan djenazah. Dalam Kongres ini golongan Pemuda Indonesia dengan idea fusi mengamati kemenangan. Ternjata Pemuda Sumatra, Jong Java mendukungnja dan ketiga perkumpulan ini menjatakan setudju untuk fusi. f. Achirnja persatuan jang menang.

Berdasarkan untuk niat fusi maka ketiga perkumpulan ini membentuk suatu komisi besar jang akan merupakan badan per- siapan kearah fusi. Komisi besar tadi terdiri 'dari Tong Tava (Kognt4enr~Poerho- pranoto Djaksadipoero, SudimatT)7‘’T?emu^^%d|>itesSa' (Joesoep-

elc-o E H O K O' andi Danoehadiningrat, Assaat, Mochamad Tamzil) dan Pemucj Sumatra (Moechamad Jamin, Sjahrial dan Adnan Gani). Tugas komisi ini ialah „melahirkan” kumpulan pemuda jan bersatu jang akan dinamakan Indonesia Muda. Kemudian Jon Celebes djuga bergabung. Sebelum Komisi Besar ini dibentu ketiga organisasi tersebut mengadakan Kongres, meminta pers« tudjuan tjabang2 apakah mereka setudju -pembubaran organisa, masing2 dan bergabung dalam Indonesia Muda. Setelah perdt batan jang hebat bahkan ada seorang anggota delegasi jan menjumpahi pemimpin2 tua jang berani merintangi persatuai achirnja idea persatuan menang. - Pemu'da Indonesia dalam kongresnja di D jakarta (2 5 -1 2 -1 9 2 8 Jong Java dalam kongresnja di Mataram (26-12-1928) dan Pemud Sumatra (17-3-1929) menerima keputusan Sumpah Pemuda da pembentukan Indonesia Muda. Setelah lama achirnja perkumpulan2 tadi mengadakan pern bubaran diri masing2 (Jong Java pada tgl. 27-12-1929 di S e m a rang. Pemuda Indonesia di Mataram 31-12-1929, Pemuda Celebe di Djakarta pada 15-3-1930 dan Pemuda Sumatra 25-3-1930 Djakarta pula). Dalam pembubaran tadi diputuskan bahwa setelah Indonesi; Muda berdiri ke-empat perkumpulan2 itu tidak ada lagi. Setelal itu diadakan pertemuan di Solo dan pada tengah malam 31 D e sember 1930 mendjelang 1 Djanuari 1931, lahirlah Indonesi? Muda dengan didukung oleh keempat organisasi tadi. P en d iri2njs adalah Koentjoro Poerbopranoto, Moch. Jamin, Joesoepandi Sjahrial, Assaat Soewardi, Prawirodihardjo, Adnan Gani, Tamsil Soerjadi dan Pantan. Tjita2 Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa telah dilaksanakan.

9- Kemauan untuk bersatu.

Dalam Kongres Pemuda Indonesia ke-II ini telah dilahirkar beberapa hal-hal jang penting. Pertama Sumpah Pem uda itu sen­ diri, lagu Indonesia Raya 'dan djuga berhasil m em persatukar perkumpulan2 kedaerahan mendjadi perkumpulan nasional. Dalam suatu struktur masjarakat kolonial m aka Belaiida memetjah belah Indonesia setjara sistimatis. Setiap perbedaan-

— 70 — perbedaan daerah, keturunan, status sosial, agama dll. diperguna- kan setjara effisien untuk memetjah. Gagasan2 tentang persatuan selalu dikonfrontir dengan perbedaan2 jang ada ini, sehingga dalam pembentukan nation Indonesia masalah2 sematjam ini sulit diatasi. Sumpah Pemuda dengan tegas dapat memetjahkan masalah ini. Dalam alasan2 dikemukakan bahwa sjarat jang terpenting ialah "kemauan", baru jang lain2nja. Bung Karno selalu menekefn- kan bahwa sjarat pembinaan bangsa ialah le desir d’etre ensemble. Semua ketidak samaan tadi bukanlah persoalan lagi dengan adanja kemauan untuk bersatu. Hal ini, tekad persatuan jang diikrarkan pemuda, merupakan serangan langsung untuk membongkar sendi2 masjarakat kolonial jang berdasarkan colorline (istilah Raymond Kennedy). Kejakinan dan api Sumpah peimuda djuga merupakan sumber ilham gerakan assimilasi dewasa ini. Perbedaan keturunan, status sosial, agama dll. tidaklah merupakan alasan untuk menolak assimilasi. Jang penting ialah ke'mauan bersatu.

SOE HOK GIE (Dikutip dari Mingguan Djaja 26 Oktober 1963 x) Teks asli lagu kebangsaan Indonesia Raja agak berbeda dengan teks resmi sekarang. Kata "Merdeka, Merdeka” dalam refrein diganti dengan ’’Moelia, Moelia” (karena larangan PID ?), tetapi dalam pemuatan dalam madjalah2 pemuda diberikan tjatatan, agar kata "moelia, moelia” itu dinjanjikan "merdeka, merdeka" (Soeloeh Rakjat Indonesia, Nopember 1928). Dalam madjalah "Djaja” 16 Agustus 1963, dalam karangan tentang W .R . Soepratman, disebutkan bahwa lagu ini pertama kali diterbitkan oleh ’ Sin Po”. Hal ini kurang benar, karena dalam terbitan pertama jang asli tertulis ’’Terkarang dan diterbitkan oleh W .R. Soepratman, publicist. Weltevreden (Java). Kemudian diba- wahnja hanja nampak ”Typ Sin Po. Batavia”. Djadi agaknja Soepratman sendiri jang menerbitkannja dan Sin Po hanja mentjetak belaka.

— 71 — 2. Kesatuan dan Persatuan Bangsa sjarat mutlak dalam membina Bangsa kita.

(Pidato Pd. Presiden Dr. J. Leimena pada Hari Sumpah Pemuda digedung Olah Raga Ikada Djakarta, 28 Okt. 1961).

Saudara-Saudara sekalian, terutama para pemuda dan pemudi, Saja merasa gembira dan saja djuga merasa lega, pada malam hari ini bersama-sama dengan saudara-saudara para pemuda dan pemudi memperingati hari Sumpah Pemuda. Sekalipun hudjan telah turun, tapi hudjan jang turun ini sudah dinanti-nantikan rakjat Indonesia. Dan saja harap dengan turunnja hudjan ini harga- harga dipasaran bisa turun. Terutama harga beras dan polowidjo. Dan sajur-sajuran dan buah-buahan. Tapi, memang saudara- saudara, hal ini banjak tergantung daripada para petani dan para pedagang, agar supaja mereka itu bisa turut serta mempunjai sedi- kit perasaan sosial terhadap rakjat lainnja jang menderita oleh karena kenaikan harga-harga dipasar ini. Saudara-Saudara sekalian, tadi saja sebutkan bahwa saja ■merasa gembira dan berbahagia bersama-sama dengan para pemuda dan pemudi dan saudara-saudara -lainnja memperingati ,,H ari Sumpah Pemuda” 28 Oktober 1928, jaitu 33 tahun jang lalu, pada waktu diadakan Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia jang ke-2 jang saja sendiri turut hadir pada waktu itu. Sau d ara-Saud ara pada waktu itu saja imasih muda remadja, seperti para pemuda dan pemudi jang ada disini. Tetapi sekalipun demikian sekarang djuga saja masih merasa muda, sekalipun didalam hati sadja, sebab rambutnja sudah putih ! Saudara-Saudara, sekalipun saja pada waktu itu masih muda remadja, namun ada dua hal jang tetap tinggal terpaku didalam hati sanubari saja dan alam fikiran saja.

— 72 — Jang pertama ialah Lagu Indonesia Raya jang pada waktu itu diumumkan dan dinjanjikan oleh almarhum Rudolf Wage Supratman. Dan kedua, Sumpah Pemuda, jaitu seperti tadi oleh para pemuda dan pemudi kita telah dibatjakan ,,Kami Putra Putri Indonesia, mengakui Berbangsa Satu, jaitu Bangsa Indonesia. Mengakui mempunjai hanja Satu Tanah Air, Tanah Tumpah Darah Indonesia. Dan mempunjai Satu Bahasa, jaitu Bahasa Indonesia.” Dua hal ini saudara-saudara jang mendjadikan saja berdiri dimuka microphone. Sonder peristiwa 28 Oktober 1928 tak mung­ kin saja berdiri dimuka microphone ini.

Apa isinja daripada Sumpah Pemuda itu ? Dengan diikrarkan- nja Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, maka para pemuda dan pemu'di Indonesia pada waktu itu mengumumkan dan mendengungkan suatu idee, satu idee kebangsaan, satu idee nation- alisme jang rrturni. Tapi idee nationalis/me jang murni ini adalah suatu bahagian dari satu idee jang lebih besar jang mentjetuskan peristiwa-peristiwa jang penting didalam sedjarah perdjoangan bangsa Indonesia. Apa idee jang besar itu ? Idee jang besar itu ialah membentuk suatu negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sa- bang sampai ke Merauke, jang didalam negara Kesatuan Republik Indonesia itu membangun satu masjarakat jang adil dan jang makmur.

Dan jang ketiga, bersama-sama dengan bangsa-bangsa jang lain didunia diadakan suatu persahabatan jang seerat-eratnja, jang menudju kepa'da perdamaian dunia. Saudara-saudara sekalian, untuk idee jang besar ini rakjat kita berpuluh-puluh tahun telah berdjoang, telah menderita dan telah berkorban, dan idee jang besar ini disampaikan kepada generasi kita sekarang ini dan seterusnja kita mau merealisasi idee tersebut itu. Karena itu didalam sedjarah perdjoangan bangsa Indonesia, kita dapat imelihat suatu garis jang tegas laksana suatu benang merah jang membudjur dari masa kemasa, jang memberikan suatu ketegasan kepada kita. Dan didalam garis ja^ig besar itu laksana benang merah terdapat titik-titik jang penting. .Apa titik-titik jang penting itu? Titik-titik jang penting itu ialah 20 Mei 1908 Hari Kebangkitan Nasional. Titik jang lain,

— 73 — 28 Oktcber 1928 Sumpah Pemuda. 17 Agustus 1945 Hari P r o k l a ­ masi Kemerdekaan Indonesia. Titik jang lain 5 Djuni 1959 D ekrit Presiden, dimana diumumkan bahwa kita'. kembali kepada U U D '45. Titik jang lain 17 Agustus 1959 diumumkan Manifesto Politik dengan inti sari jang disebutkan U S D E K itu. Saudara-Saudara sekalian, inilah titik-titik jang penting janq kita ketemui didalam benang merah sedjarah Indonesia itu. D an sedjarah saudara-saudara, dengan tidak melepaskan falsafah ke­ pada sedjarah, sedjarah adalah suatu rangkaian daripada peristiwa- peristiwa jang penting didalam kehidupan sesuatu b an g sa. D a n tiap-tiap peristiwa mempunjai hubungan satu sama lain. Ja n g satu adalah akibat daripada jang lain. Jang satu adalah pelaksanaan daripada jang lain. Maka dengan demikian Hari Sum pah P e m u d a 28 Oktober 1928 tidak bisa kita lepaskan daripada tanggal 28 M ei 1908. Dan tanggal 17 Agustus 1945 kita tidak bisa melepaskannja daripada 28 Oktober 1928 itu. Karena itu saudara-saudara sekalian, sedjarah seperti tadi saja sebutkan itu, sedjarah adalah m em b eri- kan peladjaran jang baik bagi kita. Dan bagi saja sendiri s a ja p e r­ tjaja kepada dua hal.

Hal jang pertama ialah usaha manusia; manusia h aru s b e r - usaha sekeras-kerasnja untuk mentjapai tjita-tjitanja; dan jang Ue~ dua ialah pertolongan Tuhan Jang Maha Kuasa. Saja p ertjaja k e p a ­ da dua hal ini, usaha manusia dengan sekeras-kerasnja dan p e r to ­ longan Tuhan Jang Maha Kuasa, jang mematangkan, m em atangkan segala sesuatu. Didalam bahasa falsafah disebutkan kalau w a k tu sudah tiba, maka akan terdjadi hal-hal jang d in an ti-n antikan. Didalam bahasa asing ”als de tijden rijp zijn” maka ak an terd jad i hal-hal jang dinanti-nantikan. Maka dengan demikian djuga k a la u \ Waktu sudah tiba, maka terdja'dilah peristiwa kebangkitan n asio n al. Dengan usaha manusia jang mempeloporinja, kalau w aktu su d ah tiba, maka pemuda dan pemudi mengikrarkan Sumpah Pemudn- nja. Kalau waktu sudah tiba. maka timbullah revolusi n a s io n a l, jang dipelopori oleh Sumpah Pemuda itu. Karena itu saudara-saudara, Hari Sumpah Pemuda 28 O ktober 1928 memberikan kepada bangsa Indonesia suatu ketegasan, suatu ketegasan mengenai konsepsi perdjoangannja, jaitu Indonesia M e r ­ deka sekarang djuga, pada waktu itu.

— 7 4 — Kedua, ia memberikan suatu ketegasan mengenai tjara melak- sanakan perdjoangan itu, jaitu dengan persatuan dan kesatuan bangsa. Maka oleh karena itu saudara-saudara, sekalian persatuan bangsa dan kesatuan bangsa ini adalah satu sjarat mutlak didalam menjelesaikan revolusi nasional kita. Seperti ia mendjadi suatu sjarat mutlak didalam menegakkan proklamasi kita pada tanggal 17 Agustus 1945, jang memberikan kepada kita selengkap-lengkapnja suatu negara jang mendjadi alat perdjoangan. Jang memberikan kepada kita Pantja Sila jang mendjadi dasar negara. Jang memberi­ kan kepada kita tjita-tjita daripada masjarakat, ialah masjarakat adil dan makmur. Jang memberikan kepada kita tjita-tjita inter- nasional kita, ialah persahabatan antara bangsa-bangsa dan per- damaian dunia. Saudara-Saudara, kesatuan dan persatuan bangsa ini djuga mendjadi suatu sjarat mutlak dalam membina bangsa kita pada waktu ini dan seterusnja. Mendjadi sjarat mutlak didalam mem- bangun negara kita setjara besar-besaran. Dan ia mendjadi suatu sjarat mutlak bagi perdjoangan Irian Barat. Sebab saudara-saudara, zonder persatuan dan kesatuan bangsa, djanganlah kita bitjarakan hal perdjoangan Irian Barat. Kuntji daripada perdjoangan Irian Barat untuk memasukkan kembali Irian Barat kedalam wilajah kekuasaan Republik Indonesia adalah persatuan bangsa dan ke­ satuan bangsa. Karena itu pada hari ini kita memperingati Hari Sumpah Pemuda. Kita harus kembali kepada persatuan dan ke­ satuan bangsa didalam memperdjoangkan ini. Didalam hal perdjo­ angan Irian Barat saudara-saudara sekalian, saja kira saudara- saudara sekalian telah mengerti bahwa pendirian daripada peme­ rintah telah tegas. Pendirian daripada Delegasi Indonesia di PBB sudah tegas. Pendirian daripada D PR -G R telah tegas. Sebentar kita akan dengar daripada Pemuda dan Pemudi tekad daripada Pemuda dan Pemudi, tegas Pendirian daripada Angkatan Perang kita sudah tegas. Pendirian daripada lapisan-lapisan masjarakat lainnja djuga sudah tegas. Ketegasan itu tidak lain dan tidak bukan, seperti saudara-sau­ dara telah ketahui, ialah bahwa kita telah menjatakan kepada du­ nia dan kepada pihak Belanda bahwa soal Irian Barat adalah seng- keta antara Belanda dan Indonesia. Tiap-tiap penjelesaian daripada soal Irian Barat tanpa Indonesia bukan suatu penjelesaian. Dan

— 75 - kalau Belanda mau menjelesaikan soal Irian Barat ini tanpa Indone­ sia, Indonesia telah bersedia menjelesaikan Irian Barat tanpa Belanda. Saja harap bahwa pada tempat ini diumumkan kepada seluruh dunia termasuk pihak Belanda, bahwa apa jang saja sebutkan ini adalah atas nama rakjat Indonesia. Dan bahwa apa jang saja sebut­ kan ini bukan suatu ”bluf” daripada orang-orang Indonesia, melainkan suatu hal jang sangat serieus. Supaja djangan dianggap oleh fihak Belanda dan pihak-pihak lainnja bahwa ini omong- omong kosong daripada orang-orang Indonesia sadja. Saudara- Saudara, hal ini adalah ’’dodelijke ernst” Kalau Bangsa Indonesia sudah menjatakan demikian, maka ia berteriak minta untuk ber- korban. Memang claim atas wilajah Irian Barat ini, adalah suatu claim jang a'dil, jang keadilannja sudah diakui bukan sadja oleh negara-negara sosialis, melainkan djuga oleh pemimpin-pemimpin negara daripada negara-negara barat. Oleh karena itu kita tidak bisa lengah didalam memperdjoang- kan Irian Barat ini dengan sesungguh-sungguhnja. Dan tiap-tiap kemenangan saudara-saudara, tiap-tiap kemenangan tidak bisa ter­ djadi dengan sonder pengorbanan. Dan pada tempat ini saja minta kepada saudara-saudara sekalian, disini dan diseluruh Indonesia, kalau benar-benar kita betul-betul- serieus didalam perdjoangan Irian Barat ini, kita harus bersedia untuk berkorban. Sebab dengan mengutjapkan semangat dan tekad sadja, saja kira itu tidak tju­ kup. Tiap-tiap kemenangan harus disertai dengan suatu pengor­ banan. Dan pengorbanan ini seperti saudara-saudara sudah mengerti, akan terletak sekadar dibidang perekonomian. Tapi saja jakin dan pertjaja, bahwa didalam mengedjar tjita-tjita untuk menjempurnakan Republik Indonesia dengan membawa Irian Barat masuk didalam wilajah kekuasaan Republik Indonesia, rakjat Indonesia bersedia untuk berkorban. Saudara-saudara sekalian, Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, mempunjai refleksi djuga didalam sedjarah dunia. Kalau Hari Sumpah Pemuda di Indonesia ini mengakibatkan kemudian bahwa Indonesia merdeka, maka sesudah Indonesia merdeka, maka kita lihat bahwa didalam tahun-tahun jang belakang ini negara- negara jang baru timbul, independent countries, jang merupakan, apa jang disebutkan, ’’the emerging forces”. Jang timbul menen-

— 76 - tang ’’the old established forces”, jang mempunjai kedok impe­ rialisme dan kolonialisme. Dan "the newly independent nations” ini menuntut kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa dan ke­ adilan sosial. Dan didalam hal ini kita bisa bangga, bahwa Republik Indonesia dan pemimpin-pemimpinnja terutama Pemim­ pin Besar Revolusinja, Presiden Sukarno, mendjalankan suatu peranan jang penting, baik di Konperensi Asia-Afrika didalam tahun 1955, maupun didalam Konperensi K T T di Beogra'd didalam bulan September 1961. Karena itu saudara-saudara sekalian, kalau kita memperingati Hari Sumpah Pemuda, maka memperingati Hari Sumpah Pemuda itu berarti pembulatan daripada semangat kesatu­ an dan persatuan bangsa. Dan jang berarti djuga pembulatan dari­ pada tekad bangsa Indonesia untuk menjelesaikan revolusi nasio- nalnja. Dengan kesadaran akan Amanat Penderitaan Rakjat, dengan kejakinan akan Pantja Sila, dengan kekuatan daripada bangsa Indonesia sendiri, dengan suatu disiplin nasional, dengan suatu kewaspadaan nasional, jang seluruhnja itu berada dibawah satu pimpinan. Saudara-saudara, kalau saja pada tanggal 28 Oktober. 1928 masih seorang pemuda, jang muda-remadja, ”toen was ik nog jong en schoon”, sekarang saja diberikan anugerah oleh Tuhan Jang Maha Kuasa untuk turut serta didalam pimpinan negara, bersama- sama dengan pemimpin-pemimpin lain-lainnja. Kita telah mempunjai satu negara, negara Republik Indonesia, dan kita hendak mengisi negara itu dengan satu masjarakat jang mempunjai tjita-tjita adil dan makmur, makmur dan adil. Tapi ada satu hal, jang perlu saja kemukakan kepada semua pemuda dan pemudi diseluruh Indonesia dan bukan sadja kepada para pemuda dan pemudi, tetapi djuga kepada orang-orang dewasa. Didalam perdjalanan saja dengan Presiden Sukarno kepelbagai negeri, saja beladjar beberapa hal jang penting. Pertama, tanah Rusia dianggap oleh orang Rusia, oleh orang di Sovjet Uni sebagai tanah jang sakti dan jang sutji. Tanah Polan- dia dianggap oleh orang Polandia sebagai tanah jang sakti dan jang sutji, jang ia membawa dimana ia pergi diseluruh dunia ini. Kedua, "the American Flag is sacred”, bendera Amerika Serikat dianggap oleh orang Amerika sebagai bendera jang sakti dan jang sutji.

- 77 - Ketiga bangsa Djepang mendapat kekuatannja didalam kesa­ tuan bangsa. Demikianlah saja harapkan dan doakan, bahwa kita semua, pemuda pemudi, orang dewasa, wanita dan pria, menganggap tanah air kita ini suatu tanah air jang sakti dan sutji dan tiap-tiap orang jang berani melanggar garis-garisnja kita akan gempur. D an ben- dera Merah-Putih, bendera Merah-Putih adalah bendera jang sakti dan jang sutji. Tiap-tiap orang jang mau mengotori bendera M erah- Putih ini kita akan gempur. Bangsa kita, bangsa Indonesia, adalah bangsa jang mau bersatu dan dengan persatuan dan kesatuan bangsa ini kita mau menjelesaikan bersama-sama Revolusi Nasional kita. Hai, pemuda dan pemudi, dari generasi tahun 1961. Pada waktu pemuda dan pemudi didalam tahun 1928 mengikrarkan Sumpah Pemuda-nja kita telah jakin, bahwa kita bukan sadja orang-orang jang mengangkut batu-batu jang ketjil-ketjil, bukan sadja merupakan ”de sjouwers van de stenen”, melainkan kita merupakan ”de bouwers van de tempels", jaitu orang jang mem­ bangun keatas, gedung jang sutji murni. Maka pada hari ini saja doakan dan harapkan supaja semangat daripada Sumpah Pemuda itu berdengung sepandjang masa dari generasi satu kepada generasi jang lain. Supaja ia mendjadi suatu landasan bagi negara kita, negara Republik Indonesia jang merdeka dan berdaulat, sempurija, adil dan makmur. Sekianlah sambutan saja pada Hari Sumpah Pemuda ini. Merdeka !

— 78 4. Sumpah Peir.uda terus berkumandang dan mengiringi Revolusi Nasional.

(Pidato Radio Menteri/Sekdjen Front Nasional Sudibjo Selaku Ketua Panitia Nasional Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 27 Oktober 1961).

Saudara-saudara sebangsa dan setanah-air.

Tanggal 28 Oktober jang kita penngati pada tiap-tiap tahun sebagai Hari Sumpah Pemuda tidaklah terlepas hubungannja dengan perdjoangan bangsa dan rakjat Indonesia. Baik pada waktu kedjadiannja pada tanggal 28 Oktober 1928 dimana sumpah itu diutjapkan. Diutjapkan digedung Kramat 106 Djakarta pada waktu sidang penutup dari Kongres Indonesia Muda. Dan menurut tjatatan riwajat, dalam kongres itu lahirlah lagu Indonesia Raya dan dalam sidang kongres itu pula dikibar- kan pertama kalinja bendera Sang Merah Putih sebagai bendera persatuan.

Kedjadian itu tidak serba kebetulan, melainkan ia adalah sedjalan dengan prosesnja perdjoangan bangsa dan rakjat Indone­ sia sebagai djawaban terhadap tantangan kolonialisme Belanda. Sumpah itu pula kemudian mengantarkan kita kepad? Prokla­ masi dan terbentuknja Negara Republik Indonesia jang bcrwilajah dari Sabang sampai Merauke. Malahan apabila kita ikuti sedjarah perdjoangan rakjat Indonesia pada zaman Diponegoro, Tengku Umar, dll., kemudian disusul dengan perdjoangan Budi Utomo, Sjarikat Islam, Sjarikat Rakjat, dll., njatalah bahwa Sumpah Pemuda itu adalah termasuk dalam rentetan perdjoangan sedjarah bangkitnja Rakjat jang tertindas jang menudju ke Indonesia Merdeka. Indonesia Merdeka jang berlandaskan kepada sumpah jang tiga :

I — 79 - Pertama : Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa jang satu, Bangsa Indonesia. Kedua : Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertanah air jang satu, Tumpah Darah Indonesia. Ketiga : Kami putera dan puteri Indonesia mendjundjung tingai bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Sumpah itu terns berkumandang luas dan mengiringi Revolusi Nasional kita dengan memenuhi /kewadjiban-kewadjiban seperti disebut dalam Manifesto Politik, jaitu : Kesatu : Pembentukan satu Negara Republik Indonesia jang berbentuk Negara-Kesatuan dan Negara-Kebangsaan. jang demckratis, dengan wilajah kekuasaan dari Sabang sampai ke Merauke. Kedua : Pembentukan satu masjarakat jang adil dan , makmur materiil dan spirituil dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia itu. Ketiga : Pembentukan satu persahabatan jang baik antara Re­ publik Indonesia dan semua negara didunia, terutama sekali dengan negara-negara Asia-Afrika, atas dasar hormat-menghor>mati satu sama lain, dan atas dasar bekerdjasama membentuk satu Dunia Baru jang bersih dari imperialisme dan kolonialisme, menudju kepada Perdamaian Dunia jang sempurna. Oleh karena itu Sumpah Pemuda tidaklah berdiri sendiri. Ia adalah bagian dari Amanat Penderitaan Rakjat. Amanat tentang penderitaan dari segenap Rakjat Indonesia seperti diakibatkan oleh keganasan dan kezaliman imperialisme, kolonialisme dan feodalisme beratus-ratus tahun lamanja dalam bentuk penghisapan, pendjadjahan, perbudakan, penindasan dan pengekangan, jang menimbulkan kebodohan dan ketjurangan kemiskinan dan kenis- taan, kelaparan dan kesengsaraan serta aneka duka dan derita lahir-bathin lainnja, jang hampir-hampir melenjapkan Kepri- badian Indonesia. Maka memperingati Sumpah Pemuda tanpa n^elaksanakan Amanat Penderitaan Rakjat, perdjoangan kita tidaklah lengkap. Saudara-saudara sekalian. (

— 80 — Selain itu apabila kita perhatikan isi sumpah pertama, jaitu : Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa satu, Bangsa Indonesia, maka satu hal jang belum dapat kita penuhi ialah, kern- balinja Irian Barat kedalam wilajah kekuasaan Republik Indonesia. Tentang Irian Barat jang tak dapat diganggu-gugat oleh siapa- pun, adalah masuk wilajah Hindia-Belanda dulu dan Rakjat Irian adalah Bangsa Indonesia. Tidaklah sadja menurut Proklamasi Irian Barat itu masuk Indonesia, tetapi malahan djuga masuk lingkungan tanah-air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa-persatuan bahasa Indo­ nesia, seperti lebih dahulu sudah termaktub dalam sumpah pemuda 1928. Indonesia tanpa Irian Barat adalah berarti menjetudjui kolcnialisme-imperialisme jang harus diruntuhkan atas dasar Proklamasi tahun 1945 dan menurut pesanan mukaddimah Undang- undang Dasar 1945. Maka apabila sekarang ini Belanda hendak bermain api dengan soal wilajah Indonesia jaitu Irian Barat, hendak mentjoba- tjoba menginternasicnalisasikan Irian Barat dan melakukan politik Balkanisasi, maka Belanda pada hakekatnja akan berhadapan dengan seluruh bangsa dan Rakjat Indonesia jang telah menjatakan sumpahnja : — Satu Bangsa, Bangsa Indonesia. — Satu Tanah-air, Tumpah Darah Indonesia. — Satu Bahasa, Bahasa Indonesia. Maka Front Nasional sebagai penggalang kekuatan-kekuatan Revolusioner, baik jang tergabung dalam Front Pemuda, Buruh, Tani, Angkatan Bersendjata, Golongan-golcngan Politik dan Golongan-golcngan Karya lainnja kali ini pula akan mendjawab tantangan Belanda itu, jakni kcnfrontasi disegala bidang. Dan hal ini adalah kebulatan tekad kita bersama.

Sekian dan selamat berdjoang.

- 81 — 5. Semangat Sumpah Pemuda supaja dinjalakan terus untuk mentjapai tjita-tjita revolusi. (Uraian Departemen Penerangan)

Hari ini, tanggal 28 Oktober, kita memperingati Hari jang bersedjarah ialah HARI SUMPAH PEMUDA. Mengapa Hari Sumpah Pemuda diperingati setjara chidmat pada tiap-tiap tanggal 28 Oktober ? Untuk mendjawab ini, baiklah kita renungkan arti jang penting dari Sumpah Pemuda itu. Tiga puluh tiga tahun jang lalu, pada penutupan Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 di Djakarta, untuk pertama kalinja diikrarkan Sumpah Pemuda jang terkenal, ialah : — Kami Pemuda Indonesia bersumpah : Berbangsa satu, Bangsa Indonesia ■— Berbahasa satu, Bahasa Indonesia — Bertanah-Air satu, Tanah-Air Indonesia. Dengan dikumandangkannja Sumpah Pemuda itu, maka telah dilenjapkan rasa kesukuan dan rasa kepulauan, jang amat ber- pengaruh bagi perdjoangan masing-masing, jang merasa dirinja sebagai kesatuan mutlak. Masing-masing memikirkan keselamatan dan kepentingan suku atau daerah semata-mata. Pemuda-pemudi jang bertekad-bulat dalam kongresnja pada tahun 1928, telah mendobrak semangat kesukuan atau kepulauan itu. Dan turunlah idee baru mewahjui angkatan pemuda waktu itu, ja kemudian seluruh bangsa Indonesia, jaitu idee persatuan dan kesatuan bangsa,* kesatuan bahasa dan kesatuan tanah-air. Semangat persatuan tegas dikumandangkan dalam Sumpah Pemuda, dimana Pemuda hanja mengakui satu Bangsa, satu bahasa dan satu tanah-air Indonesia. Tiap memperingati Hari Sumpah Pemuda itu, selajaknjalah kita mengenangkan kembali djiwa jang keramat dari padanja. Sebab peristiwa bersedjarah tanggal 28 Oktober 1928 itu me- rupakan titik permulaan mentjetusnja tjita-tjita kebangsaan. Dan

- 82 - kemudian meningkat lagi kepada perdjoangan bangsa untuk men- tjapai kemerdekaan dan membentuk negara nasional Indonesia. Ini dibuktikan dengan perdjoangan sesudah tahun 1928, dengan banjak pengorbanan dan penderitaan, sampai mentjetusnja Proklamasi tanggal 17 Agustus. Dus proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu ada­ lah pangkal pelaksanaan bagi idee Kebangsaan Indonesia jang bulat dan bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. M aka kalau pada tahun 1928, seperti dinjatakan tadi ialah lahirnja idee Kebangsaan, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 ialah sebagi pelaksanaan dari idee Kebangsaan itu. Tjita-tjita kebangsaan dan kemerdekaan itulah jang kita per- djoangkan dan pertahankan dengan banjak korbanan sampai pada saat ini, — dan seterusnja, sampai tertjapai tjita-tjita masjarakat adil dan makmur. Oleh sebab itu sudah selajaknja pada tiap-tiap tahun, pada tiap saat, lebih-lebih pada waktu pembangunan. Negara kita seka­ rang, senantiasa kita ingat kepada djiwa jang keramat dari Sumpah Pemuda itu. Kita pernah menghadapi jnalapetaka karena tindakan-tindakan. penjelewengan terhadap Sumpah Pemuda dan mengantjam keutu- han Negara dan Bangsa. Pada saat-saar itulah kita ingat pula akan keramatnja djiwa- persatuan jang di-ikrarkan dalam Sumpah Pemuda tahun 1928. Kita berusaha dan berdjoang sekuat tenaga menegakkan kembali djiwa-persatuan itu, sehingga terhindar dari bahaja keruntuhan dan dapat dipertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945. Itulah pula suatu bukti, bahwa kita dapat (menjelamatkan negara djika tetap berpedoman kepada djiwa persatuan. Sjukurlah bahwa dekrit Presiden 5 Djuli 1959 dan kembali kepada U U D 1945, dapat menggalang kembali persatuan, kembali memupuk kesadaran nasional, jang tersimpul dalam Sumpah Pe­ muda tahun 1928 dan kembali kepada rel Revolusi untuk menerus­ kan tjita-tjita nasional itu. Kesadaran nasional itu ditegaskan dalam tiga segi kerangka Manifesto Politik jang sudah mendjadi haluan negara kita. Jaitu:

- 83 - K esatu :

Pembentukan satu Negara Republik Indonesia jang berbentuk Negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan, jang demokratis, dengan wilajah kekuasaan dari Sabang sampai ke Merauke. K ed u a:

Pembentukan satu masjarakat jang adil dan makmur materiil dan spirituil wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia itu.

Ketiga :

Pembentukan satu persahabatan jang baik antara Republik Indonesia dan semua negara didunia, terutama sekali dengan negara-negara Asia-Afrika, atas dasar hormat-menghormati satu sama lain, dan atas dasar bekerdja-sama membentuk satu Dunia Baru jang bersih dari imperialisme dan kolonialisme, menudju kepada Perdamaian Dunia jang sempurna. Djika kita menjadari sedalam-dalamnja tiga-segi kerangka, kerangka-kerangka Manipol itu, maka mau tidak mau kita akan menjadari pula pentingnja isi Sumpah Pemuda itu. K arena dalam tiga-segi kerangka Manipol jang mendjadi haluan Revolusi kita sekarang, tersimpulkan tjita-tjita persatuan. Jaitu tjita-tjita jang menjinari bangsa Indonesia sedjak tahun 1928. Sumpah Pemuda bukan mendjadi geloof atau kepertjajaan dari pemuda-pemudi sadja, melainkan sudah mendjadi kepertjajaan dari segenap bangsa Indonesia. Oleh sebab itu sudah selajaknja kita semua memuljakan Sumpah Pemuda itu, dengan satu pendirian, ialah untuk melandjutkan perdjoangan bangsa. Untuk mentjapai idee nasional itu tadi. Ingatlah. bahwa selama Irian Barat masih dalam kekuasaan pendjadjahan Belanda, idee Negara Kesatuan R.I. belum 100% terpenuhi — dan tjita-tjita masjarakat adil dan makmur tesus ter- hambat selama masih ada pendjadjahan dibagian wilajah tanah-air kita. Sebagai dikatakan tadi, bahwa Sumpah Pemuda mendjadi satu kepertjajaan bangsa Indonesia, adalah sangat penting artinja. Sebab kepertjajaan adalah satu sjarat-mutlak untuk berdirinja

— 84 — sesuatu bangsa, untuk hidupnja sesuatu bangsa, dan untuk kekal- abadinja sesuatu bangsa. Maka memperingati Hari Sumpah Peimuda jang keramat itu, hendaknja tidak sekedar mendjadi peringatan sadja, tapi marilah kita hidupkan djiwa Sumpah Pemuda itu, mempertebal kesadaran nasional, guna keselamatan Negara dan Bangsa. Penting pula dikemukakan disini, bahwa pada'saat-saat kita mendjelang peringcitan Sumpah Pemuda, telah .menggelora pula semangat perdjoangan jang menjala-njala terutama dari kalangan Pemuda untuk 'melandjutkan perdjoangan guna membebaskan Irian Barat dari kekuasaan pendjadjahan Belanda. Marilah kita luaskan semangat perdjoangan itu, dengan mem­ pertebal kesadaran nasional dan semangat persatuan untuk men- tjapai tjita-tjita Revolusi itu. Dan marilah kita peringati Hari Sumpah Pemuda dengan chidmat dan semangat perdjoangan.

Sekian.

\

- 85 - "1

6. Arti Sumpah Pemuda dalam perdjuangan bangsa Indonesia (Uraian Panitia Nasional Hari Sumpah Pemuda)

Hari tanggal 28 Oktober 1961 adalah ulang tahun ke-33 dari Sumpah Pemuda, jang diikrarkan oleh Pemuda2 Indonesia jang 'mewakili Seluruh Bangsa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 di Djakarta dengan mengambil tempat di Gedung Djalan Kramat N o. 106. Mengenai sedjarah perkembangan Sumpah Pemuda 1928 itu menurut Prof. Mr. Moch. Yamin didalam bukunja jang berdjudul ,,Sumpah Tanah Air” adalah merupakan Sumpah Indonesia jang ke-III dalam sedjarah bangsa Indonesia didalam perkembangan mendjadi bangsa. Ada)pun uraiannja sbb. : Sumpah Pertama diutjapkan dikaki Bukit Siguntang untuk ■membentuk masjarakat Negara pada tahun 683. Sumpah dan susunan Negara itu dipakatkan dalam suatu tulisan berbahasa Indonesia lama. Sedjak itu tersusunlah negara Sriwidjaja jang usianja sampai keabad 13. Negara itu adalah kuat dan djaja. Sumpah kedua diutjapkan oleh Patih Gadjahmada dikaki Gunung Penanggungan ditanah Madjapahit pada tahun 1331, ketika Negara hendak meningkat kekuasaannja dibawah lindungan Perabu Wanita Tribuana, maka meriahlah masjarakat dan Negara Madjapahit memantjarkan sinar dikepulauan Nusantara dan negara itu mengalami kemundurannja baru pada Tahun 1525. Negara itu kuat dan djaja. Sumpah ketiga ialah Sumpah Indonesia Raya jang melahirkan Sumpah Pemuda, Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa ialah Indonesia. Sumpah Pemuda jang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu adalah merupakan hasil perkembangan dari perdjuangan

I — 86 — bangsa Indonesia sebelumnja dan merupakan kekuatan jang men- dorong terbentuknja Indonesia sebagai bangsa. Djadi lahirnja Sumpah Sakti ,,Satu Nusa. Satu Bangsa dan Satu Bahasa” itu tidak bisa dilepaskan dari perdjuangan para perintis2 perdjuangan rakjat sebelumnja. Malahan Sumpah Pemuda itu sendiri telah mendorong bangsa menudju kearah Kemerdekaan Nasional, jaitu Proklamasi 17 Agustus 1945. Sumpah Pemuda telah lahir dibawah penindasan dan kedjajaan Imperialisme Belanda disatu pihak, dan dibawah ratap tangis kesengsaraan rakjat Indonesia dipihak jang lain. Maka dari itu ia merupakan Sumpah jang keramat, murni keluar dari hati nurani rakjat jang ingin bebas dan ingin hidup jang lajak. Dilihat dari segi politik pada waktu itu, sumpah pemuda merupakan dja- waban jang tepat terhadap politik devide et impera jang didja- lankan dengan kedjam oleh Pemerintah Belanda. Ia merupakan perlawanan jang tegas kepada usaha Pemerintah Belanda untuk memperlemah persatuan rakjat agar dengan demfkian rakjat tidak mampu melawan penindasan dan pemerasan mereka. Tetapi dengan ikrar itu pclitik Pemerintah Belanda tersaipu bersih. sebaliknja ikrar itu memberikan lampu terang bagi kegelapan hari depan bangsa Indonesia pada waktu itu. Perkembangan selandjutnja menundjukkan bahwa Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa merintis kearah Kemerdekaan Nasional sekali gus memberikan bentuk kesatuan kepada bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan ipada 17 Agustus 1945 djuga meru­ pakan perkembangan jang tertinggi. Dari api Sumpah Pemuda itu sendiri. Baik dalam Proklamasi 1945, sumpah Pemuda tahun 1928, maupun perkembangan sebelumnja selalu terdjalin didalamnja semangat pemuda jang menjatukan dirinja dengan penderitaan rakjat atau amanat penderitaan rakjat. Tentang bagaimana besar arti api sumpah Pemuda didalam mendjiwai bangsa Indonesia dalam perkembangannja mendjadi bangsa dapat kita lihat.

Pertama pada waktu revolusi bersendjata di'mana seluruh bangsa menolak kembalinja kekuasaan bersendjata Betanda dengan kekerasan bersendjata.

— 87 — Sehingga dengan derilikian tidak ada satu kekuasaan Politik imperialisme Belanda jang sanggup berdiri dengan aman diwilajah Indonesia. Kedua peristiwa pembentukan R.I.S. ala Van Mook itu dalam waktu jang sangat singkat dircbek-robek oleh bangsa Indonesia dan kembali pada bentuk kesatuan seperti diinginkan oleh djiwa Sumpah Pemuda. Ketiga dalam menghadapi kesuraman liberalisme dibawah U.U.S.R.I., peranan sumpah Pemuda tetap menerangi seluruh bangsa kearah tudjuan jang djelas, ialah kemerdekaan penuh dan kemakmuran rakjat. Pada waktu setelah kembali kearah U.U.D. 1945, api keramat itu, mendjelma mendjadi tudjuan jang tambah kongkrit seperti apa jang tertjantum dalam tiga kerangka tudjuan Revolusi Indo­ nesia dalam Manifesto Politik. Satu Nusa Satu Bangsa didalam Manifesto Politik meningkat mendjadi interpretasi jang djelas, jaitu negara kesatuan Indonesia jang berwilajah dari Sabang sampai Merauke. Begitu djuga sesuai dengan perkembangan Revolusi, api sumpah pemuda mengalami perkembangan kongkritasi tudjuan dibidang sosial ialah .pengisian negara kesatuan Indonesia dengan satu masjarakat adil dan makmur atau masjarakat sosialis Indonesia. Ikrar Sumpah Pemuda 1928 itu disamping melahirkan idea- lisme Politik, Sosial dan Kebudajaan, djuga sekali gus melahirkan lagu Indonesia Raya jang sangat terkenal itu. Satu lagu jang lahir dari komponis rakjat jang menderita akibat penindasan imperialisme Belanda pada waktu itu. Namun ternjata penindasan jang kedjam itu tidak dapat mematikan gelora hati bangsa Indonesia untuk bebas merdeka dan berbahagia seperti jang dimanifestasikan dalam Lagu Kebangsaan Indonesia Raya itu. Seperti diketahui lagu Indonesia Raya adalah hasil tjip- taan W age Rudolf Soepratman, seorang komponis jang termasuk diantara berdjuta-djuta rakjat jang sengsara. Pada tanggal 28 Oktober 1961 dalam waktu dan tempat jang sama Indonesia Raya diikrarkan oleh Pemuda2 mendjadi lagu kebangsaan Indonesia.

- 88 — Didalam perkembangannja lagu Indonesia Raya itu telah turut mengobarkan dan membadja sumpah pemuda itu pada setiap dada patriot Indonesia. Tidak sadja sampai disitu, Indonesia 'Raya sudah masuk di- hati rakjat Indonesia dan mendjadi darah daging bangsa. Kiranja tjukup sekian uraian arti sumpah pemuda dalam perdjoangan bangsa Indonesia, mudah2an akan mendjadi sekedar petundjuk pada peringatan hari sumpah Pemuda ke 33 ini.

Djakarta, 28 Oktober 1961. Panitia Nasional Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1961

t - 89 - 3. Peristiwa besar melemparkan bajangannja kemuka.

Sambutan Menteri/Wk. Ketua DPA Dr. Roeslan Abdulgani pada Hari Sumpah Pemuda

Hari ini masjarakat dan rakjat seluruh Indonesia akan mem­ peringati hari Sumpah Pemuda. Tiap peringatan dan tiap upatjara perajaan sebenarnja selalu mengandung djiwa solidariteit, djiwa setiakawan. Kesetiakawanan pada Sumpah jang diutjapkan pada fanggal 28 Oktcber 1928. Dan kalau kita jang sekarang ini sudah keluar clari alam kepemudaan menengok sebentar kepada kedja- dian-kedjadian pada tahun 26, 27 dan 28 itu, maka kita dapat menjadari bahwa pemuda-pemuda Indonesia pada waktu itu merasa dirinja harus mendjalankan satu ,,historische taak”, satu tugas sedjarah. Dan tugas sedjarah pada waktu itu ialah ditengah- bergelcranja semangat perdjoangan daripada rakjat, jang tidak mau ketinggalan dalam mempelopori semangat perdjoangan itu. Terutama diwaktu menghebatnja usaha kaum kolonialis dan peme- rintah Hindia Belanda. Hasil daripada perdjoangan itulah maka pada tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah SUMPAH jang terkenal sebagai trilogi, satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Dan pemuda pada waktu itu tidak mengakui lain nusa daripada tanah air Indonesia, tidak mau mengakui lain bangsa selain daripada bangsa Indonesia, dan tidak mau mengakui lain bahasa selain daripada bahasa Indonesia. Kini kita berada pada Hari Peringatan 28: O kto­ ber jang bersedjarah itu, peringatan jang ke-33. Situasinja berbeda dengan situasi 33 tahun jang lalu tetapi tugas sedjarahnja masih sama. Maka perlu kita ini bersum.pah hanja mempunjai satu nusa, satu bangsa, satu bahasa ? Baik kini kita tambah 3 unsur kepada sumpah itu, jaitu : kita sudah memiliki satu negara dan selain dari­ pada satu negara maka sedjak kita kembali kepada UUD 45 kita djuga bersama-sama telah kembali kepada satu ideologi negara ja’ni Negara Pantja Sila dan dapat ditambahkan lagi dengan satu

— 90 — haluan negara jang kita beri nama MANIPOL/USDEK. Ini adalah tanda meningkat dan memang perdjoangan pemuda Indonesia dan perdjoangan rakjat Indonesia selalu meningkat dan terus mening­ kat. tetapi didalam kita menjadari bahwa kita mempunjai peranan meningkat itu kita harus pula pandai melihat pada peristiwa- peristiwa besar jcjng sedang mengelilingi kita. Ada seorang Pudjangga Inggeris jang mengatakan : ,,Great events forcast their shadows”, peristiwa besar melemparkan bajangannja kemuka. Dan memang kalau kita pandai melihat keadaan dewasa ini, tanah air kita, negara kita, diliputi oleh peris- tiwa-^peristiwa besar jang bajangan-bajangannja itu sudah dapat kita lihafc dewasa ini. Didalam negara peristiwa besar itu mendjelma didalam kema­ djuan, dibidang pelaksanaan keamanan dan disamping itupun kita menghadapi pergolakan didalam peristiwa besar, jaitu menjelesai­ kan perdjoangan Irian Barat dan Sandang Pangan. Diluar soal-soal ini maka peristiwa besar-jang meliputi dunia internasional ialah makin kuatlah kekuatan-kekuatan negara A-A, makin kuatlah ke- kuatan-kekuatan daripada rakjatnja jang berdjoang melawan penindasan, melawan ketidak-adilan dan melawan kemelaratan. Karena itu djikalau pemuda Indonesia dewasa ini memperingati Hari Sumpah Pemuda, maka tadi saja tekankan bahwa kita harus memilila satu djiwa. jaitu djiwa setia-kawan dengan djiwa dari 2S Oktober 1928 dahulu itu. Apakah kesetiakawanan itu? Kesetia- kawanan itu ialah kita harus pandai mempelopori didalam keada­ an peristiwa-peristiwa besar jang sedang melemparkan bajongannia kemuka itu. Didalam mempelopori perdjoangan pada dewasa ini maka soalnja bukan lagi mentjari satu nusa, satu bangsa, satu bn- hasa, bukan lagi mentjari negara, tetapi melandjutkan ideoloc: Pantja Sila

- 91- daknja menjongsong Hari Pemuda ini dengan 2 niat. Niat pertama, jaitu untuk melandjutkan retooling didalam keorganisasian sau­ dara-saudara sendiri terutama didalam Front Pemuda didalam kerangka Front Nasional. Kedua supaja djuga disadari dengan niat jang kuat, bahwa keorganisasian itu mau tidak mau selain didjiwai oleh semangat kepemudaan harus pula disertai dengan usaha pere- madjaan. Djangan sampai dibidang organisasi kepemudaan kita menghadapi pemuda-pemuda Indonesia jang menurut usianja ' sebetulnja sudah harus dapat memberikan dharma bhaktinja di­ dalam bidang karya lain. Oleh karena itu mau tidak mau sekalipun kita jang tua ini selalu mengatakan bahwa djiwa dan kepemudaan itu bukan monopoli daripada pemuda-pemuda jang usianja muda. Tetapi untuk retooling didalam keorganisasian dan didalam bidang peremadjaan mau tidak mau batas umur harus kita perhatikan bersama. Demikianlah konsekwensi daripada keinginan sekiranja kita sudah berniat melaksanakan MANIPOL. Sebab M ANIPOL adalah penuh dengan program retooling. Dan dewasa ini aparatur negara- pun mengadakan retooling, aparatur masjarakatpun mengadakan retooling, djiwa kitapun mengadakan retooling. Siapa jWng mene- rima MANIPOL tetapi tidak menjetudjui retooling adalah seorang jang sebenarnja hanja menerima MANIPOL itu diatas bibir. Retooling didalam perumusan M A N IP O L dikatakan „adalah meru­ pakan satu herordening totaal, mengatur barisan setjara totaal, setjara baru, agar supaja alat perdjoangan kita mendjadi stryd- waardig dan strydvaardig, ada nilainja untuk berdjoang dan ada ketangkasan untuk berdjoang. Organisasi pemudapun harus terus memiliki nilai-nilai untuk dapat diteruskan sebagai alat per­ djoangan dan pula mempunjai ketangkasan didalam perdjoangan itu. Dan ini merupakan sjarat mutlak bagi retooling didalam ke­ organisasian dan retooling didalam bidang peremadjaan”. Karena itu saja berseru kepada para pemuda jang berada ditanah air maupun diluar negeri jang hari ini bersama-sama merajakan Hari Sumpah Pemuda ,,rajakanlah Hari Pemuda ini dengan 3 perasaan, 1) rajakanlah Hari Sumpah Pemuda itu dengan perasaan sjukur kepada Tuhan Jang Maha Kuasa, bahwa kita semua masih dapat ikut merajakan Hari Sumpah Pemuda dengan niat menebus ,pula segala apa jang mendjadi tjita-tjita daripada

— 92 — pemuda tahun 1928 waktu mendjalankan tugas sedjarah mereka; 2) teruskanlah, himpunlah dan suburkanlah kesadaran, bahwa peristiwa-peristiwa besar sekarang ini masih meliputi kita dan jang menempatkan kita sekalian didalam satu posisi untuk mau tidak mau mendjalankan pula suatu historische taak didalam tahun 1961 ini; 3) dan achirnja pesan saja jang ketiga ini jang hendaknja saudara-saudara djadikan pegangan dalam merajakan Hari Sumpah Pemuda ini ialah kita semua harus berdiri diatas kesadaran, bahwa untuk mendjalankan historische taak itu dengan baik pemuda perlu tetap memiliki djiwa pelopor, mempelopori didalam mener- tibkan keorganisasiannja dan penertiban didalam peremadjaannja daripada barisan keanggotaannja”.

- 93 - NJALAKAN TERUS APINJA SUMPAH PEMUDA

Pidato Radio Wampa Chusus/Menpen Dr H. Roeslan Abdulgani

Saudara-saudara pendengar diseluruh Tanah Air, dan djuga para pendengar diluar negeri. Besck Senen tanggal 28 Oktober kita akan merajakan lagi Hari Sumpah Pemuda. Ini kali Hari Sumpah Pemuda itu berusia 35 tahun. Dan apabila 35 tahun jang lalu Sumpah Pemuda hanja ditje- tuskan dalam suatu lingkungan jang terbatas dalam kungkung- annja kolonialisme Hindia Belanda, maka kini kita akan mera- jakannja dalam alam-luas-bebas. Api dan djiwanja tidak akan kita njalakan hanja dipelosok-pelosok dari Sabang sampai Merauke, tetapi djuga diluar negeri dimana setiap petugas, peladjar dan patriot Indonesia berada. Dan berkali-kali akan ditekankan /dimana-mana. hendaknja kita semua dalam merajakan Hari Sumpah Pemuda itu djangan sekali-kali menggenggam Abunja sadja, tetapi djuga supaja kita semua terus menjalakan warisan Apinja. Apakah jang dimaksudkan dengan Apinja Hari Sumpah Pemuda itu? \ Untuk dapat memahaminja, terutama bagi generasi pemuda sekarang, lebih-lebih jang dilahirkan dalam alam kemerdekaan ini, dan jang dus tidak .pernah mengalami zamannja kolonialisme Hindia Belanda dan zamannja Perang Pacifik dengan pendudukan Djepang, maka perlu kiranja kita menengok sebentar kepada situasi dan kondisi perdjoangan Rakjat kita pada umumnja dan per­ djoangan pemuda pada chususnja, sekitar tahun 1928 dulu itu. Tahun 1928 adalah dipengaruhi oleh tahun-tahun sebelumnja, dan generasi pemuda sekarang hendaknja menjadari, betapa hebatnja ,pukulan-pukulan kolonialisme Belanda dilantjarkan sedjak

- 94 - tahun 1926 terhadap pergerakan Rakjat kita dan pergerakan Pemuda kita. Tahun-tahun 1926 — 1927 adalah tahun-tahun memuntjaknja tindakan reaksioner dari kolonialisme, tetapi iapun adalah tahun-tahun memuntjaknja kekuatan-kekuatan revolusioner dari pada nasionalisme Indonesia. Malahan djustru karena kekuat­ an-kekuatan revolusioner meningkat, kekuatan-kekuatan reaksio­ ner bersiap-siap. Tahun 1926 — 1927: pukulan kolonialisme Hindia Belanda terhadap gerakan rakjat jang terus menaik.

Apakah zaman 1926 — 1927 itu?

Ia adalah zaman Internationale Democratische Congres di Biervielle, dimana Perhimpunan Indonesia, terdiri dari mahasiswa kita di Negeri Belanda, bekerdja sama dengan kaum sosialis Internasional. Ia adalah zamannja kongres Liga melawan penindasan kolo­ nialisme di Brussel, dimana mahasiswa- mahasiswa seluruh Asia bertemu dengan gerakan progressip Internasional; sambil me- njalakan vom Palais Egmont, jaitu menjalakan dan melemparknn semangat nasionalisme keluar dari Istana Eg, di Brussel. Demikian kedjadian diluar negeri. Adapun didalam negeri, maka tahun 1926 — 1927 adalah pasang naiknja gerakan rakjat jang revolusioner, baik jang menandaskan asas perdjuangannja kepada adjaran nasionalisme, adjaran Islam mau.pun Marxisme Tetapi tahun 1926 — 1927 adalah djuga zamannja peng- hantaman dan pemukulan kolonialisme terhadap gerakan kemer­ dekaan nasional kita. Di Indonesia, P.K.I. dihantam; Sarekat Islam dihalang-halangi, nasionalis Dr. Tjipto Mangunkusumo dibuang. Dinegeri Belanda mahasiswa-mahasiswa-Indonesia seperti Hatta, Ali Sastroamidjcjo, Nasir Pamontjak dan Abdulmadjid dari Perhimpunan Indonesia diproses dan ditahan dalam pendjara. Namun demikian, sesuai dengan hukum dialektikanja se­ djarah, maka pada tahun 1926 lahirlah Nahdhatul Ulama dan ,pada tahun 1927 adalah pula zaman lahirnja adjaran sosialisrre- nja dan sosial-demokrasinja Bung Karno, jang dengan madjallah- madjallahnja ,,Suluh Indonesia Muda" dan ,,Fikiran Rakjdt’1

- 95 - menundjukkan djiwa muda namakanlah djiwa ’’the young emer­ ging force” pada waktu itu penuh dengan djiwa persatuan Indo­ nesia dan djiwa kerakjatan. Dan tahun berikutnja, jaitu tahun 1928 adalah tahun lahir­ nja Hari Sumpali Pemuda, jang hanja mungkin dapat tumbuh dan bersemi karena ada pupuk-pupuknja penderitaan Rakjat pada tahun-tahun sebelumnja. Itulah suasana, situasi dan kondisi sang-zaman dan sang- waktu jang mendahului lahirnja Hari Sumpah Pemuda itu. Tetapi memeriksa tahun-tahun sebelumnja tahun 1928 padja tidak tjukup. Pemuda generasi sekarang harus pandai pula mengikuti tahun-tahun berikutnja. Tahun 1929 : mengamuknja kolonialian.c akibat krisis dunia kapitalisme. Dan apabila kita semua melihat kepada tahun 1929 dengan adanja krisis-ekonomi internasional diseluruh sistim ka.pitalisme- internasional, maka kita dapat mengerti sebab apa kemudian tahun 1929 itu tefkenal pula dengan ,pukulan-pukulannja kolonialisme Hindia-Belanda terhadap P.N.I.-nja Bung Karno dengan revo- lusioner-nasionalismenja, jang berdjiwa persatuan Indonesia, ke­ rakjatan dan berintikan sosio-nasionaligme dan sosio-demokrasi, dan jang sebenarnja adalah pengawal dan pelindungnja Api Sum,pah Pemuda setahun sebelumnja. Tetapi sekalipun pergerakan kemerdekaan nasional pada tahun 1929 itu mengalami pukulan-pukulan jang hebat, namun persatuan kita tidak makin berantakan, melainkan makin pesat. Setjara dinamis-dialektis, maka pada tahun 1930 itu djuga terdjadi realisasi Sumpah Pemuda itu, sewaktu perkumpulan- perkumpulan kedaerahan seperti ,,Jong Java”, ,,Jong Sumatera”, ..Sekar Rukun” dan lain-lain lagi'meleburkan diri dalam ,,Indonesia M uda”. Nama ,.Indonesia Muda” itu adalah hasil penjuluhannja Bung Karno dengan madjalahnja „Suluh Indonesia M uda”, dan nama itu selain mentjerminkan djiwa-ke-muda-annja nasionalistne Indo­ nesia, djuga menjinarkan djiwa-tanggung-djawabnja dibidang internasionalisme, dengan selalu menjeragamkan keseimbangan antara ,,National interest” dengan ,,international responsibility”.

- 96 — Dan achirnja dengan melalui tahun-tahun 1930 sampai tahun 1942. sewaktu kolonialisme Hindia-Belanda masih sadja meng- halang-halangi nasionalisme Indonesia itu; dengan melalui pula zaman Djepang pada tahun 1942-1945 sewaktu Djepang meng- gunakan nasionalisme Indonesia untuk kepentingan dominasi dan hegemoninja di Asia-Timur-Raya, maka achirnja nasiona­ lisme Indonesia jang didjiwai oleh Sumpah Pemuda kita pada tahun 192S dulu itu 'mentjapai formulasi jang positip-tegas dan konstruktip-djelas dalam Pantja Sila kita bersama pada 1 Duili 1945. Apabila kita kemudian selama Revolusi kita sedjak tahun 1945 dulu itu, achirnja dengan mengalami berbagai-bagai pasang- surut datang kepada Manipol/Usdek sebagai pemantjarannja Pantja Sila itu, maka sebenarnja Apinja Sumpah Pemuda kita jalah tidak hanja sekedar berisi : Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa, •melainkan sudah djauh menjinar kedepan dengan tiga- unsur ketegasan persatuan Indonesia, jaitu : Satu dasar Negara, jaitu : Pantja Sila; satu Haluan Negara, jaitu : Manipol/Usdek, dan satu tudjuan, jaitu : Sosialisme Indonesia.

Inilah jang saja maksud dengan Apinja Hari Sumpah Pemuda itu. Dan kita harus terus imenjalakan Apinja itu. Kita tidak boleh berhenti atau ,,mandeg” sekedjap mata-pun. Ini memerlukan suatu pemupukan dan pem'binaan setiap hari, sebab ’ nation- building” dan "character-building” adalah hakekatnja pembinaan- nja suatu solidaritas-agung jang harus dikerdjakan setiap hari.

Bahwa pembinaan djiwa kesatuan dan persatuan bangsa itu tidak mudah, dan harus dikerdjakan setiap hari setjara kontinu, terbukti dari pada pidato-pidato Bung Karno, baik, didalam Lahirnja Pantja Sila, maupun didalam Amanatnja tertanggal 15 Djuli tahun ini, dan diberbagai-bagai pidatonja lagi.

Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa.

Dengan Keputusan Presiden No. 140 tahun 1963 maka tugas dan usaha pembinaan ini dipertjajakan kepada diri saja selaku W am pa Chusus dengan dibentuknja suatu Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa di Pusat, jang kemudian disusul oleh beberapa

— 97 - pesanan Presiden Sukarno dalam pidatonja Gesuri tanggal 17 Agustus 1963 jang baru lalu. Kesemuanja ini saja terima sebagai suatu penghormatan, dan mulai Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1863 sekarang ini, saja telah menginstruksikan kepada para Tjatur Tunggal melalui para Gubernur -untuk mendirikan Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa didaerah2 Daswati tingkat I, dan dibeberapa tempat jang kita anggap vital. Adapun chusus untuk Djawa Barat, seminggu jang lalu telah saja dahului mendjadikan L.P.K.B. daerah Djawa Barat sebagai suatu ’’pilot projek”. Assimilasi tanpa paksaan, apalagi jang Jiengenai soal-soal prive. Memang tugas-pokok dari L.P.K.B. itu jalah' pembinaan ke­ satuan Bangsa diantara golongan-golongan warga-negara Indo­ nesia, untuk mendjadikannja Bangsa Indonesia bangsa jang bulat, tunggal dan kokoh-kuat, sesuai dengan tudjuan Revolusi kita. Diantara berbagai usaha-usaha kearah itu, maka perlu ditekankan kepada perlunja pembauran atau assimilasi, sambil menghilangkan sifat-sifat serta tjara hidup menjendiri atau exclusivisme. Tetapi perlu saja tekankan disini, bahwa pembauran atau assimilasi itu adalah menjangkut bidang-bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudajaan, terutama dilapangan pendidikan. Diluar bidang itu seperti soal agama dan kepertjajaan, soal perkawinan. soal nama dan adat-istiadat dan sebagainja adalah soal pribadi, jang tidak masuk dalam tugas L.P.K.B.; melainkan masuk soal- soal prive, dalam mana penggunaan paksaan dan antjaman sama sekali bertentangan dengan djiwa Pantja Sila kita. Pantja Sila kita mengandung didalamnja sila-perikemanusiaan, dan ini harus pula kita djundiung tinggi dan hidupkan. Pantja Sila tidak mengenal rasialisme dan suku-isme, tidak mengenal pula mincritas atau majoritas. Karena itu, marilah kita semua dari Sabang sampai Merauke ikut 'membantu Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi kita, Bung Karno, dalam usaha raksasa ’’nation-building” dan "character-building" ini. Dan marilah kita mendjadikan Lem­ baga Pembinaan Kesatuan Bangsa jang telah ibeliau adakan itu, suatu tempat perpaduannja pendapat untuk memberikan bantuan itu dengan sebaik-baiknja sedjudjur-djudjurnja dan se-tepat2nja.

— 98 — Inipun masuk dalam arti: „menjalakan terus Apinja Sumpah Pemuda”. Memang kita masih harus terus berdjoang. Dan kita merasa bangga. bahwa kita berdjoang terus dengan djiwa dan landasan- landasan jang kokoh-kuat. Sebagai bangsa, kita telah memiliki suatu sedjarah jang du!u- nja gilang-gemilang. Kemudian kita telah mengalami kemunduran akibat imperialisme dan kolonialisme. Kini kita telah bangun kembali, dan dengan Negara Republik serta Pemerintahan demo- kratis sebagai alat-revolusi, kita tampil kedepan, menudju kearah kemadjuan, kesedjahteraan, kemakmuran dan keadilan. Dan sedjak 'beberapa tahun berselang ini kita sebagai bangsa harus terus berdjoang melawan pembercntakan-pemberontakan, aksi-aksi subversip, intervensi asing; dan kini sambil berdjoang mematahkan kepungan neo-kolonialisme Malaysia, djuga berkdli- kali mengadakan "Games” baik ditingkat nasional dengan PO N - nja, maupun ditingkat internasional dengan Asian Games dan Games of the New Emerging Forces. Kita silih berganti, berdjoang dan bermain; bermain dan berdjoang malahan seringkali bersamaan. Bangsa Indonesia adalah ’’natio-sapiens”, "natio-faber”, . ’’natio-economicus” dan "natio-socius”.

Dalam meneliti perkembangan bangsa kita itu, saja sering terpikat dengan bandingan-bandingan evolusinja manusia. Manusia itu pernah digambarkan semula sebagai ”homo-sa- piens”, manusia-berdjiwa dan ber-roch; kemudian meningkat dan mcmperlengkapi dirinja mendjadi "homo-faber”. manusia ber-alat dan, ber-perkakas achirnja menudju kearah ’’homo-economicus’ , manusia jang menjadari ketubuh ekonominja, untuk terus menudju kearah ”homo-socius”, manusia-kawan atau manusia-sosial dalam ' hubungannja dengan manusia-manusia lain. Seorang cultureel-socioloog Barat bernama Huizinga pernah menambahkan, bahwa dalam keseluruhan usaha manusia untuk memperkembangkan kebudajaannja itu ada ”spelelement”-nja ada ’’play-element” atau "game'element", jaitu unsur permainan.- Karena itu rantai nama-nama "homo-sapiens”, "homo-faber”, homo-economicus” dan "homo-socius" itu kemudian ditambah

I — 99 — pula dengan kata ”homo-ludens”, ’’the playing-human being’ , ”de spelende mens’1, manusia jang sedang bermain. Dengan Ganefo-nja, Bangsa Indonesia adalah djuga ’’natio- ludens”. Mendjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda itu, jang tahun ini chusus bertema : pengganjangan neo-kolonialisme ..Malaysia”, dan mensukseskan Ganefo, maka saja terpikat benar-benar kepada bandingannja perkembangan bangsa kita dengan evolusi kemanu- siaan itu tadi. Saja merasa bahwa-bangsa kita ini dengan Sumpah Pemudanja, dengan Pantja-Silanja, dan dengan Manipol/Usdeknja adalah suatu totalitas dari ”homo-sapiens”, dus suatu ’’natio- sapiens”, suatu bangsa berdjiwa, ber-roch; dan bahwa kita dengan memiliki Negara Republik Kesatuan, dengan seluruh apparatuur Negaranja baik sipil -maupun militer, dan dengan Pemerintahan jang berdemokrasi terpimpin sebagai alat perkakas revolusi adalah sebenarnja kita ini suatu totalitas homo-faber, dus suatu ’’natio-faber”, bangsa beralat dan berperkakas dan bahwa kita dengan tudjuan masjarakat adil dan makmur sebenarnja adalah suatu ’’natio-economicus” dan ”natio-socius’’ dan bahwasanja kita kemudian dengan semangat kita sekarang untuk terus berdjoang dibidang pengganjangan ,.Malaysia” dan mensukseskan Ganefo, adalah pada hakekatnja pula suatu ’’natio-ludens”, bangsa jang berdjoang dan menganggap perdjoailgan itu sebagai sematjam suatu permainan; tidak dalam arti-kata main-main setjara sembro- no, melainkan sebagai suatu permainan serieus, jang berdjiwa 'ever onward”, terus madju, dan bertekad : ,,no retreat”, tidak mengenal mundur. Karena itu saja harapkan seimoga kita semua dari Sabang sampai Merauke, dan dimanaipun diluar negeri kita berada, merajakan Hari Sumpah Pemuda tahun ini, dengan memelihara Djiwa dan Apinja seperti jang saja terangkan tadi itu. Dan marilah kita terus memelihara semangat persatuan dan semangat kesatuan, jang kokoh-kuat, dan terus menuntut Rakjat kita madju kedepan mentjapai tingkat-penghidupan jang materiil dan moril, djasmanijah dan rochanijah jang terus tnenaik; menempa suatu bangsa jang berwibawa dan berkarakter. Sekian dan terima kasih. Selamat malam. - 100 - v B A B IV INDONESIA - BAGIKU ADALAH SATU TOTALITAS /

B A B IV INDONESIA — ADALAH SATU TOTALITAS

(Amanat Presiden Sukarno pada pembukaan Kongres Nasional ke-VIII Baperki di Istana Olahraga Gelora „Bung Karno”, Djakarta, tanggal 14 Maret 1963).

1. Saja tidak mengadakan perbedaan antara asli dengan tidak asli...... Saja tadi berkata, saja berpidato disini bukan sadja sebagai Bung Karno jang tertjinta, tetapi sebagai Presiden Republik Indonesia, Presiden daripada Republik Indonesia, jang didalam LIndang-undang Dasar '45 —- saja tadi belum tjeritakan, dibatjakan Proklamasi tanggal 17 Agustus '45, keesokan harinja, 18 Agustus 45, diterimalah dengan resmi oleh Musjawarah Pemimpin2, ULID 45. Djadi U U D ’45 itu sebetulnja resmi lahirnja pada tgl. 18 Agus­ tus ’45. Nah, didalam U U D '45 ini ada ditulis satu hal. Dan hanja sekali itu disebut, Saudara-saudara, perkataan "asli", jaitu bahwa Presiden Republik Indonesia harus seorang Indonesia asli. Ditu- liskan didalam U U D 45, Presiden harus orang Indonesia asli. Saja dianggap orang Indonesia asli. Garis tiga dibawah perkataan dianggap itu. Nah, taruh garis tiga dibawah perkataan dianggap Dianggap, strip, strip, strip, ”drie strepen onder dat wood” dianggap orang Indonesia asli. Saja sendiri menanja diri saja kadang-kadang. He Sukarno, apa kowe iki bener-bener asli ? Ja, engkau itu dianggap asli Indo­ nesia. Tetapi apakah saja betul-betul asli itu? Mboten sumerep. (Tidak tahu — Red.). Saja tidak tahu, Saudara-saudara. Tjobalah, siapa bisa menundjukkan asli atau tidak asli daripada darahnja itu. Saja ini tidak tahu, Saudara2, dianggap asli. Tetapi mungkin saja itu djuga -10%, 5%, 2%, ada darah Tiongh oa didalam badan saja ini ! Kalau melihat sifatnja sadja. Saudara-saudara, saja ini sedikit- sedikit rupa Tionghoa. Nah, terang-terangan, saja ini kan rupanja

- 101 - /

sadja sudah kelihatan sedikit Tionghoa ! Lain dengan Tjak Roeslan, sedikit Keling dia itu ! Djadi siapa bisa imenjebutkan dirinja asli atau tidak, itu sebetulnja tidak ada, 'Saudara-saudara. Kalau melihat djaman dekat sadja, Saudara-saudara, djaman dekat, saja ini adalah anak hasil perkawinan dari orang suku Djawa dengan orang suku Bali. Ibu saja itu orang Bali, bapak saja orang Djawa. Saja sudah belasteran antara Bali dan Djawa. Belasteran. Ja maklum, Tjak Siauw ^bitjara Djawa Timur, saja djuga Djawa Timur Djawa Timuran, arek Surobojo ! Ibu saja itu orang Bali. Katanja orang Bali itu ada darah dari Madjapahit. Madjapahit itu ada darah dari Hindu. Bahkan orang Madjapahit itu banjak sekali turunan dari Tjampa, Saudara- saudara. Barangkali Saudara-saudara pernah batja didalam kitab sedjarah, di Madjapahit itu banjak sekali puteri-puteri dari Tjam pa. Putri Tjempo, kata orang Surabaja. Djadi mungkin didalam tubuh ibu itu sudah imengalir darah Tjampa. Sajapun katanja dari suku Djaw a, tapi bapak itu siapa tahu, tjamipuran, tjampuran. Ajo, aku tanja kepada Saudara jang duduk disini dengan dasi jang baik itu. Apa Saudara bisa mengatakan dengan djelas, darah apa jang mengalir didalam tubuh Saudara? Tidak bisa. M aka itu, Saudara-saudara, kalau saja sendiri, lho, sebagai persoon, saja sendiri tidak tahu asli atau tidak asli itu. Saja sendiri tidak mengadakan perbedaan antara asli dengan tidak asli. Tidak. Saja mau tjerita satu rahasia, tatkala saja masih muda. Saudara-saudara, hampir-hampir saja ini kawin dengan orang Nio ! Saja tjuma sebut naima, she-nja tidak saja sebutkan. Saja tidak sebutkan she-nja ja, ada she, lantas Thiam Nio. Hampir- hampir sadja. Tapi, jaitu, pada waktu itu masih berdjalan alam kolonial, alam pre-'merdeka. Orang tuanja Thiam Nio ■—■ she-nja tidak saja sebutkan — dia berkata : ,,Masak kawin sama orang Djawa ! Saja dikatakan orang Djawa. Sepihak daripada orang tua saja berkata : ,,Masak kawin sama orang Tionghoa, Peranakan Tionghoa !” Alam demikian pada waktu itu, sehingga tidak terdjadilah perkawinan antara Sukarno dengan...... Thiam Nio itu. He, tapi satu rahasia, lho ! Djadi,saja, Saudara-saudara, saja sendiri tidak berdiri diatas asli atau tidak asli, tidak, tidak, sama sekali tidak !

— 102 — Karena itu maka saja pada tanggal 1 Djuni 1945, sebelum kita mengadakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 19-15, bahkan pada waktu itu dibawah antjaman bajonet Djepang, Saudara- saudara, saja telah utjapkan ,,Lahirnja Pantjasila", jang tadi dite- rangkan pada pokok-pokok oleh Tjak Roeslan Abdulgani. Lantas Tjak Roeslan Abdulgani bertanja kepadamu sekalian, engkau angg'cta-anggota Baperki, apakah betul-betul engkau memegang teguh kepada nasionalisme ? ! Memegang teguh kepada Pantjasila?! Sebagai diutjapkan beberapa ka.li.

Djawab Saudara-saudara sekalian ialah, ja, kita berpegang teguh keipada Pantjasila. Kita oleh karenanja tjinta kepada tanah- air, bangsa Indonesia ini dari Sabang sampai ke Merauke.

Didalam ’’Lahirnja Pantjasila" memang saja terangkan hal jang demikian itu. Saja siteer Ernest Renan. Kemudian saja koreksi. Ernest Renan adalah terlfilu sempit. Saja koreksi dengan Otto Bauer, jang mengatakan, bahwa "Eine nation ist eine aus Schicksal- gemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft", sebagai jang diterangkan oleh Tjak Roeslan. Ja, tapi Otto Bauer-pun saja koreksi, saja bawa landjut kepada persatuan daripada tanah-air, hubungan antara manusia dengan buminja.

Itu tahun ’45, Saudara-saudara. Sekarang bagi saja sendiri, bahkan lebih daripada itu. Saja adalah nasionalis Indonesia. Saja adalah orang Indonesia. Saja adalah pentjinta daripada bangsa dan tanah-air Indonesia ini, bukan hanja oleh karena nasionalisme- ku adalah satu djiwa ingin bersatu, Renan, ’le desir d etre ensemble , jaitu keinginan untuk bersatu. Inginkah kita bersatu ini, aku dengan engkau, dengan engkau, dengan engkau, dengan engkau, dengan engkau, dengan-kita sekalian dari Sabang sampai Merauke ? Lebih daripada itu, kataku.

Otto Bauer berkata, bukan sekadar ingin bersatu, bukan sekadar satu djiwa, un ame, artinja djiwa, tidak. Bukan sekadar itu, tetapi adalah .persatuan perangai, Charaktergemeinschaft. Kita mempunjai kepribadian sendiri, karakter, karakter Indonesia. Ada- kah engkau daripada kepribadian ini ? ! Adakah engkau daripada karakter ini ? Adakah karaktermu, karakterku, karaktermu, sama ? Lebih daripada itu sekarang, Saudara-saudara.

- 103 — Didalam "Lahirnja Pantjasila" sudah saja tambahkan lagi per­ satuan antara manusia dengan buminja, jang bumi Indonesia ini oleh Tuhan Jang Maha Esa telah dikumpulkan mendjadi satu antara dua benua dan dua samudra. Ini satu petundjuk. Dan bukan sadja itu, kita dilahirkan dibumi ini, kita hidup dibumi ini, kita akan mati dibumi ini. Adakah persatuan antaramu dengan bumi jang disatu- kan oleh Tuhan ini dari Sabang sampai ke Merauke ? Satu pernja- taan pula.

Sekarang aku tambah lagi, bagiku sendiri bukan sekadar per­ satuan antaraku dengan bumiku, dengan /Sabangku, dengan Suma- teraku, dengan Djawaku, dengan Kalimantanku, dengan Baliku, dengan Lombokku, dengan Sumbawaku, dengan Malukuku, dengan Irian Baratku, tidak. Bukan sekadar hubunganku, dus hubunganmu, mu, mu, mu, dengan geografi jang bernama Indonesia. Tidak.

Aku sudah naik kelas jang lebih tinggi daripada itu, naik kelas kepada apa jang saja pernah utjapkan disini, digedung ini, Sporthall Senajan, 'bahwa bagiku Indonesia adalah sudah lebih lagi daripada satu geografi, bahwa bagiku Indonesia sudah lebih lagi daripada rasa d’etre ensemble, bahwa bagiku Indonesia sudah lebih daripada satu Charaktergemeinschaft. Sebab apa, kataku ? Aku berkata setjara poetis didalam pidatoku itu waktu, kalau aku mentjium, ' Indonesia. Kalau aku berdiri dipinggir pantai selatan dan aku menutupkan aku_punja mata dan aku mendengarkan lautan sana itu bercmbak, bergelora membanting dipantai itu, aku mendengar­ kan Indonesia. Djikalau aku melihat awan putih berarak diatas gunung Tangkubanprahu, aku melihat awan-awan Indonesia, jang lain dengan awan-awan di Zwitserland atau awan-awan di Amerika. Kalau aku mendengarkan burung perkutut menjanji dipe- puhunan, aku mendengarkan Indonesia. Kalau melihat sinar rnata- nja anak-anak jang berdiri dipinggir djalan, sinar mata anak-anak jang berteriakkan "Merdeka Pak, Merdeka, Merdeka”, aku meli­ hat Indonesia, bahkan aku melihat hari depan daripada Indonesia. Indonesia bagiku adalah sudah satuNtotaliteit, bukan sekadar satu geografi, bukan sekadar satu desir d’etre ensemble, bukan sekadar satu Gemeinschaft daripada karakter. Nah, Indonesia sudah satu totaliteit bagiku. Awan, awan Indonesia. Bumi, bu-mi Indonesia. Laut, laut Indonesia. Geloranja laut itu, geloranja laut

104 — Indonesia. Suara burung, burung Indonesia. Sinar mata manusia, sinar mata Indonesia. Segala angin jang berbisik mengelilingiku ini, angin Indonesia. Dan itu semuanja kutjintai.

Nah, aku bertanja kepada anggota-anggota Baperki, sudahkah baudara-saudara sekalian demikian ? Sebab kita ini semuanja sudah seia-sekata mengabdi Revolusi, mengabdi kepada Amanat Pende­ ritaan Rakjat jang harus dilaksanakan berdasarkan atas Manipol, berdasarkan atas Usdek dan lain-lain sebagainja.

Persatuan bangsa jang saja sebutkan berulang-ulang itu sebe­ narnja sekadar alat, Saudara-saudara. Saja berkata di DJAREK, D JA R E K itu singkatan daripada ’’Djalannja Revolusi Kita”, jang saja katakan seperti malaikat, — didalam DJAREK saja sudah berkata, persatuan adalah mutlak, absolut untuk mentjapai tudjuan kita. Djikalau kita benar-benar hendak menjelesaikan Revolusi kita, kita harus bersatu. Djikalau kita hendak benar- benar ingin mendjadi mertjusuar didalam hidup manusia didunia ini, kita harus bersatu. Dan didalam hal persatuan ini saja berkata, saja menghendaki supaja didalam persatuan ini segala unsur dari­ pada bangsa Indonesia itu disatukan. Suku apapun, ja suku Sumaffera, ja suku Djawa, ja suku Kalimantan, ja suku Bali, ja suku apapun, bersatulah. Agama apapun jang dipeluk oleh rakjat Indonesia ini, bersatulah, dan djanganlah berpetjah-belah diatas perlainan-perlainan agama itu. Asli atau tidak asli, bersatulah. Persatuan adalah mutlak, Saudara-saudara. .

Nah, maka oleh karena itu didalam kita sekarang hendak 'melandjutkan Revolusi kita ini berlandaskan Manipol dan LIsdek, dalam pada saja berkata, persatuan tetap mutlak, maka saja meng­ hendaki agar supaja seluruh warganegara, tanpa perbedaan asli atau tidak asli, tanpa perbedaan agama, tanpa perbedaan suku, semuanja di-Manipol-kan, semuanja kita mengerdjakan Manipol dan Usdek itu ! Sampai kepada sekolah-sekolah, djanganpun uni- versitas-universitas, kepada sekolah-sekolah, jang sedang melatih kita punja tjindil-tjindil abang, Saudara-saudara, harus sudah di- Manipolkan. Tjindil-tjindil kita jang duduk dibangku sekolah. Manipolkan. Apalagi jang sudah gerang-gerang (besar-, tua bangka) seperti kita ini, Manipolkan semuanja...... !”

— 105 — 2. Indonesia tidak mengenai minoritas.

”...... Kalau Saudara ingin mengetahui terdjadinja minority, jang dinamakan minority Peranakan Tionghoa, minority Tionghoa di Indonesia ini, pemuda-pemuda, batjalah kitabnja Prof. de H^an. Prof. de Haan menulis kitab tebal, tiga djilid, titelnja jaitu ,,Pria- ngan", ditulis oleh Prof. de Haan. Dan disitu Prof. de Haan mene- rangkan, 'bahwa pihak Belanda dari djaman Jan Pieterszoon Coen membentuk satu minority untuk kepentingan mereka itu. Satu minority jang terdiri daripada orang-orang Tionghoa dan Perana­ kan Tionghoa. Dengan sengadja di'pisahkan daripada (majority. Dengan sengadja dipergunakan untuk kepentingan pihak Belanda sendiri. Dan ini merembes terus-menerus sampai djaman jang achir-achir ini, rasa tidak senang antara minority dan majority terhadap kepada minority. Sampai-sampai jang ...... Thiam Nio itu tadi tidak bisa kawin dengan Bung Karno ! Ja, dari pihaknja tidak mau, tidak boleh kawin sama orang Djawa, dari pihak sajapun tidak boleh kawin dengan Peranakan Tionghoa. Saudara-saudara, bagaimanapun djuga ini adalah akibat dari­ pada kolonialisme, akibat daripada imperialisme. M aka oleh karena itu, Saudara-saudara, kita didalam Republik Indonesia, didalam alam baru ini kita harus sama sekali tinggalkan dasar jang salah ini. Kita membentuk nation Indonesia jang 'baru, jaitu sebetulnja punt kelima daripada Pantjamuka daripada Revolusi Indonesia ini. Dan didalam hal ini Baperki bisa bekerdja keras, bisa memberi sumbangan jang sebesar-besarnja. Terus terang sadja, Saudara-saudara, saja pernah bitjara de­ ngan, bukan sadja bitjara, saja pernah berada dibeberapa negara sosialis. Ja di Sovjet Uni, ja di Rumania, ja di Bulgaria, ja di Vietnam Utara, ja di Tjekoslowakia, ja di Polandia. Malah saja dinegara-negara itu berkata, hh, Republik Indonesia lebih djauh daripada kamu disini. Pernah dikota Hanoi, ibukota negara Vietnam Utara, saja dengan Pak Ho, Paman Ho, Ho Chi Minh. Datanglah suatu dele- gasi, Saudara-saudara, satu delegasi daripada satu golongan minority. Dan kelihatan, imemang ini tidak sama dengan rakjat Vietnam jang lain. Ini kelihatannja agak kemelaju-melajuan, I

potongan badannja, roman mukanja, pakaiannja dan lain-lainnja kelihatan benar, ini adalah beda daripada rakjat Vietnam Utara jang lain-lain. Pak Ho, Ho Chi Minh, Paman Ho dengan bangga berkata kepada saja : ,,Bung Karno, ini adalah delegasi daripada minority, ingin bertemu muka dengan Bung Karno”. Saja berkata kepada delegasi itu, dan kepada Pak Ho saja berkata, sebetulnja di Indo­ nesia kita tidak mengenal minority. Dan saja tidak mau mengenal minority di Indonesia. Di Indonesia kita hanja mengenal suku-suku. Saja tidak akan berkata, suku itu adalah minority suku itu adalah minority, suku itu adalah minority, suku Dajak adalah minority, suku Irian Barat adalah minority, suku jang di Sumatera Selatan ltu — suku Kubu .— adalah minority, suku Tionghoa adalah minority, tidak ! Tidak ada minority, hanja ada suku-suku, sebab manakala ada minority, ada majority. Dan biasanja kalau ada majority, dia lantas exploitation de la minorite par la majorite, exploitatie daripada minoriteit oleh majoriteit. Saja tidak mau apa jang dinamakan golongan Tionghoa, Pera- nakari Tionghoa itu di-exploitation oleh golongan jang terbesar daripada rakjat Indonesia ini, tidak ! Tidak ! Engkau adalah bangsa Indonesia, engkau adalah bangsa Indonesia, engkau adalah bangsa Indonesia, kita semuanja adalah bangsa Indonesia. Itu. jang duduk disana, djenggot ganteng ubel-ubel itu ...... Bung dari mana, Bung ? Dari Medan ? Dari mana ?...... Tjoba sini ! Siapa namanja ? Djawabnja, Amar Singh, katanja. Warga Indonesia. Haa, Indonesia! For me you are not a minority, you are just an Indonesian. Haa, ini orang Indonesia, Saudara-saudara, bukan minoriteit! Saja . kata sama Paman Ho, di Indonesia itu paling-palmg ada suku-suku. Suku itu apa artinja ? Suku itu artinja sikil, kaki, Ja, suku artinja kaki. Djadi bangsa Indonesia itu banjak kakinja, seperti luwing, Saudara-saudara. Ada kaki Djawa, kaki Sunda, kaki Sumatera, kaki Dajak, kaki Bali, kaki Sumba, kaki Peranakan Tionghoa, kaki Peranakan. Kaki daripada satu tubuh, tubuh bang­ sa Indonesia. i Nah, Pak Ho, kataku, demikianlah Indonesia. ,,Ja. that is better”, kata Pak Ho.

— 107 — i Ja memang, itu ada lebih baik, Saudara-saudara, karena itu aku tadi berkata, ja kami bangga, Indonesia lebih, lebih daripada dinegara-negara sosialis atau negara-negara jang kita kenal seba­ gai sosialis. Tetapi, Saudara-saudara, segala hal itu sebagai saja katakan didalam pidato Front Nasional, adalah satu perdjoangan. Djangan mengharap segala sesuatu itu beres, datang dari langit seperti embun diwaktu malam, tidak ! Perdjoangan ! Djikalau umpamanja Saudara-saudara atau rakjat Indonesia semuanja ingin supaja didalam U U D '45, U U D kita sekarang ini djanganlah ditulis ,,Presiden Republik Indonesia harus orang Indonesia asli”, ber- djoanglah agar supaja hilang perkataan ini! Rakjat Indonesia berdjoang bersama-sama supaja perkataan ,,asli” daripada UUD '45 ini ditjoret sama sekali. Begitu pula, kalau Saudara-saudara menghendaki sekarang ini hilangnja perasaan tidak enak daripada majority atau minority, — kalau Saudara merasakan dirinja minority .—, itupun memerlu- kan perdjoangan. Perdjoangan agar supaja hilang rasa tidak senang kepada minority. Sebaliknjapun minority saja minta berdjoang, ber- djcang, sekali lagi berdjoang, agar supaja tidak ada rasa keben- tjian dari minority kepada majority. Terus terang sadja, Saudara-saudara, saja pernah didalam gedung Senaat Washington, Capitol Washington, saja pernah menggugat, apakah benar Amerika itu berdiri diatas demokrasi. ,,Yes", kata orang-orang jang ada disitu, senator-senator, Saudara- saudara. orang-orang biasa. ..Amerika berdiri diatas dasar demo­ krasi. Y es”. Amerika menulis didalam "Declaration of Independence”-nja, jang ditulis oleh Thomas Jefferson dalam 1776, bahwa semua manusia itu dilahirkan sama. "That all men are created equal'’. Benarkah begitu ? ) ,,Yes. This is written in our Declaration of Independence, that all men are created equal”. Sama. Tidak ada perbedaan antara manusia dengan' manusia. Bahwa manusia itu karena samanja, tiap-tiap manusia mempunjai hak untuk life, liberty, the pursuit of happiness. D&mikianlah tertulis didalam "Declaration of Independence” Amerika. Bahwa manusia created equal, bahwa manusia semuanja itu mempunjai hak, hak jang premordial, hak jang terbawa dari sebelum ia lahir didunia ini.

— 108 — sudah membawa hak tiga : life; liberty, kemerdekaan; the pursuit of happiness, mentjari, mengedjar kebahagiaan. Manusia tidak dilahirkan untuk tidak ’ life , manusia tidak dilahirkan didunia ini untuk ,,tidak hidup . Manusia tidak dila­ hirkan untuk tidak ,,liberty”, untuk tidak ,,merdeka . Manusia tidak dilahirkan didunia ini untuk dari ketjilnja sudah membawa rantai dikakinja, tidak bisa bergerak kemana-^nana oleh karena ia orang tidak merdeka. Manusia tidak dilahirkan didunia ini untuk tidak boleh pursuit of happiness, mengedjar kebahagiaan. Is it true, in your declaration of independence is written life liberty and the pursuit of happiness? "Yes, it is true”, kata senator-senator itu. Djadi drakui. Ada pertanjaan; bahwa all 'men are created equal, manusia di­ lahirkan sama, that all men boleh mengedjar kepada life, liberty, and the pursuit of happiness. Boleh, semuanja sama. , W aktu itu, perdebatan antara saja dengan senator-senator itu mengenai Irian Barat, ^audara-saudara, sebab salah satu senator itu kulitnja agak hitam. memang dia adalah kulitnja agak hitam, dia membantah, kenapa kok Indonesia mau meng-claim Irian Barat . Sebab orang Irian Barat itu kulitnja hitam, lain ras dari pada Indonesia jang kebanjakan, kata senator itu. Saja berkata, ha, Amerika mengatakan all men are created equal. Amerika mengatakan that'"all men boleh m e n g e d j a r kepada life, liberty, and the pursuit of happiness. Kenapa kok mengadakan pernjataan demikian, kataku. Apakah .bangsa itu terdiri d a r i p a d a satu warna kulit ? Sebaliknja kumenanja kepadamu, kenapa i Amerika masih ada segregation ? Segregation jaitu orang Negro dibeberapa tempat masih di&nggap sebagai orang jang inferieur. Restoran, only for white men, orang hitam tidak boleh masu restoran. Movie, only for white men, tidak boleh orang hitam masuk didalam movie itu. Autobus ditulis, only for white m e n . Tidak boleh orang Negro naik diautobus itu. Saja berkata demikian. Djawabnja bagaimana ? Djawabnja ialah, ja, segala hal itu harus kami perdjoangkan. Itu kan undang- undang jang mengatakan, bahwa all men are created lequal. Didalam ’’Declaration of Independence” itu dia punja mukad- dimah daripada pernjatagn kemerdekaan ialah ditulis, tulis zwarf op wit, tetapi toch kertas, Saudara-saudara, that all men are created

— 109 — equal. Diatas kertas ditulis, bahwa tiap-tiap manusia itu mempu­ njai hak atas life, liberty, and the pursuit of happiness, diatas kertas, but in the reality of life, masih harus diperdjoangkan. Segala itu adalah hasil dari perdjoangan. Dan senator itu ber­ kata : ,,Ja, kami sen3 tor-senator — kami jang duduk disini ini — kami memperdjoangkan agar supaja di Amerika ini tidak ada segregation.-Kami memperdjoangkan agar supaja orang Amerika semuanja suka menerima warganegara Amerika jang berkulit hitam sebagai warganegara jang full dan sedjati”. Saja berkata, I can appreciate it. Saja bisa mengerti ini dan saja bisa appreciate ini. Sebaliknja aku berkata .kepada bangsa Indonesia tempo hari, tatkala aku mengadakan pidato Front Nasional, djangan lupa, segala sesuatu itu adalah perdjoangan, harus kita perdjoangkan. perdjoangkan. Aku berkata, Pantja Program itu bagikupun satu perdjoangan, saja harus mengerahkan segenap rakjat, mengerah- kan segenap rakjat, mengerahkan segenap menteri2, mengerahkan segenap pegawai2, mengerahkan segenap jDetugas-petugas daripada Republik Indonesia ini untuk mendjalankan, melak^anakan Pantia- Program daripada Front Ngsional. Mengerahkan perdjoangan ! Karena itu, Saudara-saudara, saja berkata djikalau rakjat Indo­ nesia menghendaki supaja didalam UUD-nja djangan ditulis ”asli- aslian" sebagai Presiden, perdjoangkan hal ini, kerahkanlah sege­ nap tenaga, agar supaja hilang dari U U D kita. Djika bangsa Indonesia tidak mau mengenai adanja minoriteit dan majoriteit. djikalau bangsa Indonesia memang hanja mengenai satu bangsa Indonesia jang tiada majority dan tiada minority, perdjoangkan hal ini bersama-sama dengan saja, bersama-sama dengan perge- rakan-pergerakan jang ada di Indonesia ini. Sebab itu tadi Pak Roeslan berkata, tanpa effort tidak bisa kita mentjapai sesuatu hal...... ”

3. Nama dan Agama adalah urusan pribadi. / ...... Namapun, nama saja sendiri itu Sukarno, apa itu nama Indones’a asli ? Tidak. Itu asalnja Sanskrit, Saudara-saudara. Sukarna. Nah itu Abdulgani, Arab. Ja, Tjak Roeslan namanja asal Arab, Abdulgani. Nama saja asal Sanskrit, Sukarna. Pak Ali itu tjampuran, Ali-nja Arab, Sastraamidjaja itu Sanskrit, tjampuran dia If 11 .

— 110 — Nah karena itu Saudara-saudarapun .— ini perasaan saja persoonlijk, persoonlijk, pribadi — what is in a name? Kalau Saudara misalnja mau mendjadi orang Indonesia, tidak per!u ganti nama. Mau tetap nama...... Thiam Nio, boleh, boleh sadja. Saja sendiri djuga nama Sanskrit, Saudara-saudara. Tjak Roeslan . namanja nama Arab, Pak Ali namanja tjampuran, Arab dan Sanskrit. Buat apa saja mesti menuntut, jang orang Peranakan Tionghoa jang mau mendjadi anggota negara Republik Indonesia, mau mendjadi orang Indonesia, mau robah namanja, ini sudah bagus kok ...... Thiam Nio kok mesti didjadikan Sulastri atau Sukartini. Jah tidak ? Tidak. Itu urusan prive. Agamapun prive, saja tidak tjampur- tjampur. Jang saja minta jaitu, Saudara-saudara, supaja benar- benar kita mendjadi orang Indonesia, benar-benar kita mendjadi warganegara Republik Indonesia. Bahkan sebagai kukatakan tadi mbok ja seperti saja ini, kalau boleh saja pakai tjontoh, bukan sekadar Renand, bukan sekadar Otto Bauer, bukan sekadar ( geografi, kataku, lebih daripada ini, lebih daripada ini, lebih dari­ pada geografi. Indonesia bagiku adalah satu totalitas, ja burungnja, ja udaranja, ja suaranja, ja gelora lautnja, segala-galanja ialah Indonesia, Indonesia, Indonesia, dan untuk-mu aku hidup disini, ketjuali disamping jaitu untuk Allah S W T . Saudara-saudara, kalau tidak salah, duduk dimuka saja ini penari ulung, apa betul ? Dari Bandung ? Apa betul dari Bandung ? Dia itu, siapa namanja, lupa lagi saja. Tan Tian Ie, nah sini nak, sinj. Ini T an Tian Ie misalnja kalau menari, Saudara-saudara, menari tari2an Sunda ...... hh, banjak wanita-wanita Sunda itu kalah sama dia. Dan dia betul-betul merasa Indonesia, sampai jaitu, segala tari-tarian jang lembut-lembut dia bisa narikan. Apa pernah saja berkata kepadamu, Tan Tian Ie, kau mesti robah namamu ? ! Tidak. Tetaplah engkau bernama Tan Tian Ie. Ini pendirian. saja persoonlijk, pribadi. Saudara-saudara. Baik saja mentjurahlcan rasa hatiku terhadap kepada Saudara- saudara agar supaja Saudara-saudara jang\berkata kepadaku, Bung Karno jang tertjinta, mengetahui betul-betul Bung Karno ini apa ! Bung Karno ini ketjuali ini, daging, darah, tulang ialah rupa begini, isi hatinja ialah demikian...... ”

1 -'111 — B A B V '

PEMBINAAN KESATUAN BANGSA Menko/Menteri Penerangan/Pemim pin Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa

' Di. H. Roeslan Abdulgani PEMBINAAN KESATUAN BANGSA l

Pidato Menko/Menteri Penerangan Dr H. Roeslan Abdulgani, sebagai Pemimpin Lembaga Pembinaan Ke­ satuan Bangsa, pada pembentukan tjabang L.P.K.B. di Bandung.

,,Pembinaan kesatuan bangsa sekarang tidak mungkin lagi \ selain daripada bersumber kepada Pantja-Sila”. P E M B IN A A N KESATUAN BANGSA

Saudara-saudara sekalian,

Terlebih dahulu saja menjatakan terima kasih atas segala apa jang telah didjalankan oleh pemerintahan daerah Djawa- Barat didalam usahanja ikut mempertjepat pembinaan kesatuan bangsa. Oleh karena itu maka dengan segala senang hati saja jang sedjak beberapa waktu jang lalu diserahi oleh Paduka Jang Mulia Presiden satu tugas baru, jaitu tugas disamping memimpin bidang .pemerintahan jang kita namakan Bidang Chusus, disam ping memimpin Departemen Penerangan, disamping memimpin Front Nasional jang sehari-harinja dipimpin oleh Menteri/Se ' jen, disamping djuga mengadakan hubungan-hubungan dengan para alim-ulama 'melalui Menteri Kijai Hadji Fatah Jasin dan menga dakan hubungan-hubungan dengan M.P.R.S., D.P.A., D-P- Depernas, jai\g tiap hari dilakukan oleh Menteri Domine umam bi, dan djuga harus sehari-hari memimpin Arsip Nasional, ma a djuga disamping sebagai Ketua Panitia Indoktrinasi, rupanja mu fungsi saja ini belum tjukup multinja, kalau tidak diserahi juga tugas Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa. Saudara mengetahui bahwa kalau saja membeberkan mul fungsi saja ini, tidak mau kemudian membeberkan seakan i saja menerima multi-salaris, jaitu kemudian mengakumulir semu salaris-salaris dari tiap-tiap menteri itu, tidak, tetapi apa i a p suatu hari dus Presiden Sukarno memanggil saja dan emu lan berkata, kamu saja serahi tugas baru lagi satu, jaitu tugas memimpin Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa, maka saja 'merasa ini bukan hanja sebagai satu beban, tetapi merasa sebagai satu kepertjajaan dan kehormatan, tidak hanja kepada diri kami, tetapi djuga, karena pada saat saja diangkat itu, L.P.K.B. jang lama dinjatakan masuk didalam urusan saja.

- 112 - Ini saja terangkan karena diluar ada keragu-raguan, ada dikatakan, bahwa L.P.K.B. jang lama itu adalah L.P.K.B. partikelir, dan Pak Roeslan adalah L.P.K.B. resmi. Orang jang mengatakan demikian ini adalah sebenarnja menarik garis jang tadjam antara Pemerintah dan bukan Pemerintah, antara resmi dan tidak resmi, antara Pemerintah dan Rakjat kalau kita teruskan. Dus, ia berdiri atas anti-tRese, maka itu wadjib kita peringatkan. Ee, djangan integrasikan diri kita dengan Rakjat, tetapi disamping berkata kalau orang jang menuduh begitu itu berkata, kita harus meng- integrasikan diri kita dengan Rakjat, tetapi disamping berkata mengintegrasikan diri dengan Rakjat, mengadakan perbedaan antara usaha Pemerintah jang resmi dan usaha jang tidak resmi, ini namanja orang jang munafik atau hypocrit. Nah, ini perlu saja terangkan kepada Saudara-saudara, sebab sekarang ini kalau kita mendengarkan utjapan orang, perlu utjapannja itu kita check dengan tindakannja. Sebab kalau kita tidak mengerti perbedaan. antara utjapan dan tindakan, maka kita nanti akan mengalami satu. confusion. Kita akan mengalami satu kesimpang-siuran didalam menilai persoalan ini. Oleh karena itu, Saudara-saudara sekalian, kalau saja membatja kembali apa sebetulnja jang telah ditugaskan oleh Presiden dengan Keputusan- nja nomer 140 tahun ’63, tertanggal 18 Djuli tahun 1963, maka Saudara mengetahui bahwa apa jang dikutip atau apa jang dinja- takan oleh Presiden pada tanggal 18 Djuli itu,-adalah terdjadi tiga hari setelah Presiden selaku Pemimpin Besar Revolusi memberikan amanatnja jang tadi dibatjakan pada permulaan itu. Djadi saja ulangi, apa jang dinjatakan oleh Presiden pada tanggal 15 Djuli ’63 ? Disitu Presiden berkata, bahwa didalam amanat Lahirnja Pantjasila, tahun ’45 didjaman Djepang, beliau mengemukakan pikiran-pikiran jang mendasari proses Nation Building. Dan kemudian beliau berkata bahwa Nation Building itu adalah keinginan untuk membangunkan djiwa bangsa jang bersatu, jang djuga mempunjai karakter persatuan, karena persamaan 'nasib dan patriotisme, demikian kata Presiden pada tanggal 15 Djuli. Kemudian beliau berkata, proses Nation Building itu terus- menerus memerlukan aktivitas jang dinamis, pemupukan mental dan djiwa jang ingin bersatu, ipersamaan watak atas dasar persa­ maan nasib, patriotisme, rasa setiakawan dan lojal terhadap tanah- air Indonesia. Ini setjara positif beliau katakan. Kemudian didalam amanat itu beliau mensinjalir beberapa sikap negatif, jaitu — apa sikap negatif itu ? — bahwa beliau tidak berdiri atas landasan jang dihinggapi oleh penjakit retak didalam djiwa. Karena djiwa demikian itu pada hakekatnja tidak mengintegrasikan dirinja dengan Rakjat dan Tanah-air Indonesia, tetapi masih ada satu splinter, bagian, jang sebetulnja verankerd, dilemparkan djauh sauhnja itu kelojalitas pada bangsa dan tanah-air diluar Indonesia ini. Ini disinjalir oleh Presiden Sukarno dengan terang. Mungkin djiwanja dikuasai oleh lojalitas kembar, dubbele loyaliteit, ja lojal sama sini, ja ja lojal saja jang dibelakang. Ja, kalau belakang bisa diketahui, tidak apa-apa; kita tidak tahu apa dibelakang kelir itu. Malahan ada kata Bung Karno, dikuasai tidak hanja oleh lojalitas kembar, tapi oleh lojalitas ganda. Itu artinja multi-lojal. Nah, lojal sama siapa ? Ja, kepada multi. Nah, multi itu bukan tanah-air. Nah apa itu ? ,,Ja, tunggu dulu, siapa jang menang akan saja ikuti". Bung Karno tegas2 disini berkata, mensinjalir siaipa jang tidak berdiri atas landasan Nation Building ini, maka sesungguhnja dihinggapi oleh retak didalam djiwa, karena djiwanja dikuasai oleh dubbele loyaliteit atau imulti-loyaliteit. Dan siapa jang kena penjakit dubbele loyaliteit atau imulti-loyaliteit, sebetul­ nja dia itu adalah seseorang jang dubbele national dan multi- nasicnal. Nah, ini berbeda dengan internasional, Saudara. Kata internasionalisme; tidak ada didalam Lahirnja Pantjasila dikatakan. bahwa nasionalisme Indonesia adalah djuga multi- nasicnalisme atau dubbele nasionalisme, tidak ada. Maka itu kemudian Bung Karno berkata : ,,Karena itu saja membenarkan usaha-usaha djiwa muda didalam pembinaan kesatuan bangsa ini, dengan menghilangkan sikap-sikap dan sifat-sifat menjendiri,. eksklusivisme, menjendiri". Kalau imenjendiri itu diam itupun barangkali tidak apa-apa, barangkali, ja. Sudah salah, tetapi ja, tidak aipa-apa. Tapi kadang-kadang menjendiri eksklusif ini untuk maksud jang gelap, sebab biasanja menjendiri di podjok-podiok jang gelap. Ja, ini tidak ditulis disitu, didalam buku Bung Karno. Tidak ada dan tidak ditulis. Sudah tentu Bung Karno tidak bisa menulis keadaan begitu. Kemudian Bung Karno berkata, positif dengan djalan apa, djalan penjatuan, dengan djalan pembauran, assimilasi didalam

— 114 — tubuh bangsa Indonesia. Dus, disini njata Bung Karno setudju kepada assimilasi. Dan Bung Karno berkata bahwa, untuk membina kesatuan bangsa jang positif: Pertama, pupuk rasa keinginan untuk bersatu. Pupuk rasa seperti jang beliau utjapkan didalam Lahirnja Pantjasila jang berkata, a la teorinja Ernest Renan : ’’Qu’isst ce qu’une nation ?” Apakah bangsa itu ? Bangsa itu bukan persamaan agama,, bangsa itu bukan. persamaan suku, bangsa itu bukan persamaan ras, bangsa itu bukan persamaan bahasa. Lihat kepada bangsa Swiss jang bahasanja tiga. Tetapi bangsa itu ada­ lah : ”le desir de vivre ensemble", keinginan untuk hidup bersama. keinginan mengenai djiwa. M aka itu Bung Karno berkata, mau persatuan bangsa, tim- bulkan keinginan untuk bersatu itu. Djikalau ada satu bangsa tidak mau bersatu, sudah tentu tidak akan terdjadi persatuan bangsa itu. Dus, ada free will, kebebasan, tetapi kebebasan di­ dalam apa jang beliau katakan unegrande solidarity de tous les jours, ia adalah satu kesetiakawaiian agung setiap hari jang harus kita bina. Ini setjara positif kalau mau menudju kepada kesatuan bangsa. Kedua, beliau kemudian mengutip teori daripada Otto Bauer, jang berkata bahwa eine nation, satu bangsa itu adalah aus eine Sicksal-gemeinschaft erwachsene karakter-gemeinschaft. Satu Karakter-gemeinschaft, persamaan watak jang timbul, erwach- seneaus eine Sicksal-gemeinschaft, satu persamaan watak jang tumbuh karena apa ?. Karena persamaan nasib. Kalau nasibnja tidak sama, tidak akan timbul watak jang sama. Adalah omong kosong, kalau orang kaja jang mengindjak-indjak orang melarat, berkata, mari kita bersatu! Itu sematjam bersatunja sipir atau pendjaga pendjara dengan orang-orang jang dipendjarakan. Tidak mungkin. Nasibnja mesti sama, mesti Sicksal-gemeinschaft. Atas dasar Sicksal-gemeinschaft itu akan tumbuh Karakter-gemeinschaft. Bfing Karno berkata, dua ini setjara positif harus ditumbuhkan. Bung Karno dalam Amanatnja pada tanggal 15 Djuli 1963, sebetulnja meringkaskan setjara padat : Satu, teorinja Renan, jaitu membangunkan djiwa bangsa jang bersatu; dua, teorinja Otto Bauer, persatuan karakter karena persatuan nasib. Djadi djangan­ lah dibatja dan djangan kemudian dikatakan persatuan karakter karena perbedaan nasib. Perbedaan nasib menimbulkan perbedaan karakter. Orang jang hidupnja mewah berlimpah-lim.pah, jang

— 115 — hidup daripada eksploitasi, sudah tentu berfilsafat lain daripada jang di-eksploiteer. Falsafahnja orang jang hidupnja mewah dengan orang jang hidupnja dimelaratkan oleh si-mewah, tentu lain karena ada pertentangan nasib. Pertentangan nasib menimbulkan perten- tangan kepentingan dan atas dasar pertentangan nasib dan per- tentangan kepentingan tidak mungkin ditumbuhkan persamaan karakter. M aka itu Presiden Sukarno berkata, usaha positif jang kedua adalah persatuan karakter karena persamaan nasib. Unsur jang ketiga adalah patriotisme. Apa patriotisme ini?. Kata Bung Karno didalam pendjelasannja, kalau kita mengikuti teori Renan sadja, Renan menentukan hubungan manusia de­ ngan manusia jaitu antara keinginan dengan keinginan. Otto Bauer demikian djuga, menentukan hubungan nasibnja manusia dengan nasibnja manusia. Tetapi Renan dan Otto Bauer tidak menentu­ kan hubungan manusia dengan bumi dimana ia hidup, dimana ia ditumbuhkan, dimana ia mendjadi manusia utama, ialah tanah-air itu dan dimana ia kemudian berani membela tanah-air jang mem- berikan kepada dia' segala kemungkinan untuk hidup. Ada orang jang berdiri tidak atas faham patriotisme. Kalaij Saudara batja Lahirnja Pantjasila, maka Bung Karno disitu menga- djukan pertanjaan : hubungan manusia dengan bumi ■atau tanah jang ia namakan tanah-air itu ditentukan oleh apa ?. Ditentukan pertama, oleh perasaan tjinta kepada tanah-air; kalau adjaran Islam berkata, ditentukan karena kamu ingin berbakti kepada Tuhan Jang Maha Kuasa. Maka itu adjaran Islam antara lain berkata, tjinta kepada tanah-air adalah masuk bagian d arip ad a iman, ’’hubbul wathan minal iman’ , tjinta pada Tanah-air adalah termasuk perintah Tuhan. Untuk apa kamu tjinta tanah-air, karena kamu oleh Tuhan dititahkan disinL Kalau dus Saudara sekarang membuka djiwa, dada, hati Saudara dan bertanja pada diri sendiri, kenapa kita harus unemupuk ketjintaan kepada tanah- air kita ini, saja minta Saudara selalu mendjawab : Karena memang ada satu hubungan gaib antara kita dengan bumi dimana kita sekarang berada”. Pernah oleh Dr Douwes Dekker — jang kemu­ dian namanja adalah Dr Setyabudhi — dikatakan : ”Het land dat gij voedt, is het land dat gij hoedt”, tanah-air dan negara jang membepkan hidup kepadamu adalah tanah-air dan negara jang harus kamu bela. Ini sama.

- 116 - Saja sering menanjakan kepada orang-orang : Kenapa kamu tjinta kepada tanah-air Indonesia ? Ada jang mendjawab demikian : Karena tanah-air kita adalah kaja-raja, fabelachtigrijk, kaja-raja. Karena tanah-air kita adalah indah-, idjo rojo-rojo, penuh dengan gunung-gunung, ipenuh dengan sungai-sungai, malahan menurut Multatuli, ia adalah ”een gordel van groen smaragd, dat zich slingert om de evenaar", ibarat sabuk zamrud jang ber- kilauan hidjau jang melingkari chatulistiwa. Apakah karena itu kita tjinta kepada tanah-air ? Kalau ini patriotisme dan Saudara kemudian mengukur patriotisme Saudara dengan bangsa-bangsa lain, saja takut, patriotisme jang hanja didasarkan kepada kekajaan dan keindahan tanah-air itu, akan kalah dengan patriotismenja orang Arab. Lihat orang Arab, negerinja tidak indah, tidak ada idjo rojo-rojo, tidak ada gunung-gunung, tidak ada sungai-sungai, tidak ada kekajaan alam seperti kita ini. Tapi djangan tjoba. sekalipun padang pasir sadja, kalau Saudara mau main gila disana, Saudara akan kena sepak oleh ontanja orang Arab. Djadi saja minta kepada Saudara-saudara sekalian, pupuk patriotisme ini, jang Bung Karno katakan didalam Lahirnja Pantja- sila, itu adalah ketjintaan jang didasarkan kepada hubu?igan gaib antara mahusia dengan bumi ini. Bukan sadja atas dasar itu, tapi ada tambahan, jaitu bahwa tanah-air kita adalah kaja raja. Tambahan ekstra tanah-air kita ini adalah indah-permai. Tam­ bahan ekstra lagi, ia adalah ibarat Zamrud jang berkilauan hidjau dan jang melingkari chatulistiwa. Adalah keterlaluan kalau kita dengan tambahan ekstra ini, apabila ada bandjir di Indonesia, atau ada kekurangan air hudjan, atau ada banjak serangan tikus, kemudian berkata, saja tjari tanah-air lain sadja, karena Indonesia ”een rotzooi”. Ini namanja orang jang pikir selamat dan enaknja sendiri sadja. Saja tahu, ada orang-orang jang bilang, ja Pak, vaderland rotzooi, tanah-air kita adalah rotzooi. Kenapa? W a h , banjak tikusnja. Apa lagi ? Sebentar lagi airnja tidak ada. Nah mau apa, mau kemana ?. Mau ke-Selatan, Saudara akan diterima oleh Njai Loro Kidul. Saja tidak melarang. Mau ke-Utara ? Apa Saudara mau ngenger (mengabdi, red) pada Tengku Abdul Rachman ?. Mau ke-Utara lagi ? Apakah Saudara mau ke-Sirikit ? Boleh. Apakah Saudara mau ke-Vietnam Selatan ? Boleh. Saja tidak

— 117 — keberatan, tapi djangan kembali lagi nanti, kalau disini tikusnja tidak ada lagi. Bcleh mau ke-Utara lagi, mau makan dan bakso di Peking, silahkan. Saja tidak keberatan, sajapun suka bakmi dan bakso, Saudara-saudara. Saja tidak keberatan, tetapr soalnja ialah siapa jang membesarkan tanah-air ini, siapa jang mendjajakan tanah-air ini? Kita, kita jang oleh Tuhan dititahkan menghidupi sepotong daripada bumi jang bulat ini. Karena itu Bung Karno berkata, kalau kita mau mendjajakan tanah-air kita ini, kita mesti berdiri atas persatuan bangsa. Dan mengenai persatuan bangsa ini dikatakan, supaja kita : Pertama, berpegangan kepada teorinja Ernest Renan. Kedua, berpegangan kepada teorinja Otto Bauer. Ketiga, supaja kita berpegangan kepada djiwa patriotisme. Tetapi kemudian Bung Karno berkata ditempat lain, inipun tidak tjukup, beliau malahan berkata, apa jang saja terangkan itu semua. adalah pada tahun '45. Didalam Lahirnja Pantjasila saja terangkan hal demikian itu, saja sitir Ernest Renan, kemu­ dian saja koreksi. Ernest Renan adalah terlalu sempit. Saja kdreksi dengan Otto Bauer, jang mengatakan, bahwa eine Nation ist.eine aus Sicksal-gemeinschaft erwachsene Charakter-gemeinschaft, se­ bagai jang diterangkan oleh Tjak Roeslan tadi (jang dimaksud adalah Pidato saja sebagai "voorrijder” mendahului pidato Bung K arn o). Kemudian Bung Karno berkata, ja, tapi Otto Bauer-pun saja koreksi dan saja berkata lebih landjut, bahwa kita mesti menen- tukan persatuan kita kepada tanah-air, hubungan antara manusia dengan buminja. Itu tahun 1945, Saudara-saudara sekalian. Sekarang bagi saja sendiri, bahkan lebih daripada itu, jaitu saja ini sekarang sudah merasa diri saja setjara poetis didalam pidatoku. Kalau aku mentjium Indonesia, aku telah melihat Indo­ nesia itu. Kalau aku berdiri dipinggir pantai Selatan, dan menu- tuipkan aku punja mata dan aku mendengarkan lautan di Selatan itu berombak, bergelora, membanting dipantai itu, aku mendengar­ kan Indonesia.Djikalau aku melihat awan putih berarak diatas Gunung Tangkubanperahu, aku melihat awan-awan Indonesia jang lain dari pada awan-awan di Switserland atau awan-awan di Amerika. Kalau aku mendengarkan burung perkutut itu tidak ada dimana-mana, selain di Indonesia. Kalau melihat sinar matanja

— 118 — anak-anak jang berdiri dipinggir djalan, sinar mata anak-anak jang berteriakan ’’Merdeka Pak, Merdeka", aku melihat Indonesia, bahkan aku melihat hari depan daripada fndonesia. Indonesia bagiku adalah satu totaliteit, bukan sekedar satu geografi, bukan sekedar satu desir ’d etre ensemble, bukan sekedar satu Gemein- schaft daripada karakter, tetapi satu totaliteit dari pada segata- galanja itu. Ini tambahan Bung Karno pada waktu beliau men- djelaskan soal itu. Tetapi kalau kemudian saja kembali kepada amanat beliau pada tanggal 15 Djuli 1963, maka beliau kemudian berkata, saja membenarkan usaha-usaha daripada djiwa muda jang ingin mendjalankan assimilasi untuk memperkuat persatuan Indonesia ini. Memang Bung Karno tidak pernah berkata, bahwa untuk Nation Building itu satu-satunja djalan hanja assimilasi sadja. Tidak. Tetapi kalau ada orang berkata, bahwa Nation Building dapat ditempuh dengan djalan^ bukan assimilasi, dan tegclijk dia berkata berdiri dibelakang Bung Karno, saja ragu-ragu apakah berdiri dibelakangnja itu untuk mendjerumuskan ataukah untuk menolong. Ja, ada crang jang berkata demikian. Memang Bung Karno tidak berkata bahwa assimilasi adalah satu-satunja djalan. Tidak. Bung Karno berkata positif, bahwa ada empat djalan. Jaitu pertama rasa persatuan, le desir d’etre ensemble; kedua, jaitu Karakter- gemeinschaft, persamaan watak, ■membimbing persamaan watak atas persamaan nasib; ketiga patriotisme; keempat, totaliteit. Terang djalan jang kesitu adalah bukan eksklusivisme; terang. Tetapi djuga terang Bung Karno berkata, ada djiwa muda jang sambil tnenentang eksklusivisme itu menjendiri dipodjok-podjok jang gelap, tapi terang-terangan mengandjurkan pembauran. assijinilasi. Soalnja ialah bagaimana kita sekarang menghadapi soal ini. i M aka itu kemudian Bung Karno berkata, saja gandrung akan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia, saja tidak mau menge­ nal pembatasan "asli” dan ’’tidak asli”, persukuan, serta pemen- tjilan-pementjilan jang berupa apapun dalam kesatuan tubuh Bangsa Indonesia. Dalam Undang-undang Dasar dikatakan, Presiden ialah orang Indonesia asli. Ah, itu Undang-undang Dasar tahun 1945. Tapi sebetulnja, apa sih asli itu. Bung Karno berkata, saja ini namanja Sukarno, berasal dari Karna, itu sebetulnja bukan kata asli Indonesia, itu bahasa Sanskerta dan kata Bung Karno, tjoba lihat diri saja ini, sedikit-sedikit mirip Tionghoa. Beda sama T ja k Roeslan, namanja sadja sudah aneh, Roeslaij. Roeslan itu apa, tidak tahu. Abdulgani itu Arab, rupanja seperti Keling, kata­ nja. Saja ini sering digarap oleh Bung Karno, tapi tidak apa-apa : kata garap itu artinja senda-gurau, kelakar. Apa sih asli itu, tidak ada, memang. Maka Bung Karno itu tidak menjetudjui. Nah, malahan beliau berkata, sajapun tidak mau mengenal pembatasan persukuan, serta pementjilan-pementjilan jang berupa apapun didalam kesatuan bangsa Indonesia. Malahan Bung Karno pada waktu itu mentjeritakan, saja tidak mengenal soal minori- teiten-probleem. Apa minoriteit itu, minoriteit itu adalah satu hasil artificial, satu hasil jang di-buat2 oleh sistim kolonialisme Hindia- Belanda. Malahan Bunc| Karno pada waktu itu berkata, imperia­ lisme dan kolonalisme, mau devide et impera, dengan apa ? Kekuatan-kekuatan fisik dan kekuatan-kekuatan rochani. Kita mendjawab, kita tidak mau di-devide et-imperakan. Kita ingin ber­ satu, dengan kekuatan apa ? Fisik dan mental. Karena itu beliau berkata machtsfactor daripada kaum impe- rialis adalah faktor power jang riil; tetapi lebih daripada faktor jang riil itu adalah machtsfactor jang abstrak, jang tidak bisa dilihat dan jang tidak bisa diraba. Dan apa machtsfactor jang abstrak ini ? Terutama sekali ialah devide and rule policy, pemc- tjah-belahan suku-suku jang satu dihasut supaja bentji kepada suku jang lain. Tidak ada persatuan dan tidak boleh ada persatuan. Tidak boleh persatuan antara majority dengan minority. Dipis3h- pisahkan majority dari minority. Malahan dibentuk satu minority jang bentji kepada majority, dan majority ini dibuat agar bentji kepada minority. Selandjutnja Bung Karno berkata, kalau Saudara ingin mengetahui terdjadinja minority jang dinamakan minority Peranakan Tionghoa ■— ada minority banjak. misalnja minority peranakan Arab-Hadramaut —■ batjalah kitabnja Prof. de Haan. Prof. de Haan menulis kitab tebal, tiga djilid, titelnja jaitu ”Pria- ngan”. Dan disitu Prof. de Haan menerangkan, bahwa pihak Belanda dari djaman Jan Pieterszoon Coen membentuk satu mino­ rity untuk kepentingan mereka itu. Satu minority jang terdiri dari­ pada orang-orang Tionghoa dan Peranakan Tionghoa.

— 120 — Dengan sengadja dipisahkan daripada majority. Dengan se­ ngadja dipergunakan untuk kepentingan pihak Belanda sendiri. Dan ini merembes terus-menerus sampai djaman jang achir-achir ini, rasa tidak senang antara minority dan majority, majority terhadap kepada minority. Terus terang sadja, Saudara-saudara, saja pernah bitjara, bukan sadja bitjara, saja pernah berada dibeb'erapa negara sosialis. Ja di Sovjet Uni, ja di Rumania, ja di Bulgaria, ja di Vietnam Utara, ja di Tjekoslowakia, ja di Polandia. Malah saja dinegara- negara itu berkata, bahwa Republik Indonesia adalah lebih djauh daripada kamu disini. Pernah ketika dikota Hanoi, ibukota negara Vietnam Utara, saja sedang bersama dengan Pak Ho, Paman Ho, Ho Chi Minh, datanglah suatu delegasi, Saudara-saudara, satu delegasi dari pada satu golongan minority. Dan kelihatan, memang ini tidak sama dengan rakjat Vietnam jang lain. Ini kelihatannja agak kemelaju-melajuan, potongan badannja, roman mukanja, pakaian- nja dan lain-lainnja kelihatan benar, ini adalah beda dari pada rakjat Vietnam Utara jang lain-lain. Bac Ho, Ho Chi Minh, Paman Ho dengan bangga berkata kepada saja : ,.Bung Karno, ini adalah delegasi daripada minority, ingin bertemu muka dengan Bung Karno”. Saja berkata kepada delegasi itu, dan kepada Pak Ho saja berkata, sebetulnja di Indo­ nesia kita tidak mengenai minority. Dan saja tidak mau mengenai minority di Indonesia. Di Indonesia kita hanja mengenai suku-suku. Saja tidak akan berkata, suku itu adalah minority, suku itu adalah minority, suku itu adalah minority, suku Dajak adalah minority, suku Irian Barat adalah minority, suku jang di Sumatera Selatan itu — suku Kubu — adalah minority, suku Tionghoa adalah minority, tidak !. Tidak ada minority, hanja ada suku-suku, tetapi suku-suku itupun sudah mengubwrkan diri pada tanggal 28 O kto­ ber 1928. Kita hanja mengenai satu Kesatuan bangsa, bebas dari pada exploitation de minority par la majority, atau sebalikr.ja, bebas daripada exploitation de _majcrity par la minority. Apa kemudian kata Bac Ho kepada Bung Karno. Kemudian kata Bac Ho : "Yes, I think, that is better”. Nah. Saudara-saudara sekalian, kalau saja mengungkap kembali beberapa utjapan Bung Karno jang lebih dulu daripada — 121 — Amanat beliau pada tanggal 15 Djuli 1963 ini, maka Saudara mengetahui gedachten-wereld apa, dunia alam-pikiran apa jang mendorong Bung Karno untuk membuat Amanatnja pada tang­ gal 15 Djuli itu. Dan setelah Amanat itu ditulis, kontan tiga hari kemudian, jaitu pada tanggal 18 Djuli di Djakarta beliau menge- luarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 140, dimana beliau berkata, menimbang, Pertama, bahwa pembinaan kesatuan bangsa Indonesia didalam rangka pembinaan kesatuan bangsa Indonesia jang kokoh kuat dan bersatu, merupakan salah satu pokok didalam menjelesaikan Revolusi Indonesia berlandasan Pantjasila, sehingga oleh karena itu memerlukan tjampur tangan, tuntutan dan bimbingan fangsung dari Pemerintah. Dua, bahwa berhubung dengan hal jang tersebut diatas, perlu membentuk satu lembaga, jang chusus dapat melakukan kegiatan- kegiatan seluas-luasnja dalam pembinaan kesatuan bangsa sesuai dengan tudjuan dan dinamika Revolusi; mengingat pasal sekian; Memutuskan, menetapkan pembentukan Lembaga Pembinaan Ke­ satuan Bangsa, disingkat L.P.K.B. jang tugasnja ialah mengusa- hakan pembinaan kesatuan bangsa diantara golongan-golongan warganegara Indonesia, sehingga bangsa Indonesia merupakan bangsa jang bulat, tunggal dan kokoh-kuat, sesuai dengan tudjuan Revolusi Indonesia, masjarakat adil dan makmur. dengan djalan mengadakan penilaian, memberikan penerangan indoktrinasi jang intensif dan berentjana kepada masjarakat jang seluas-luasnja tentang mutl^knja penjataan bangsa Indonesia dengan djalan assimilasi dan menghilangkan sifat-sifat serta tjara hidup menjen­ diri. Dan saja ditugaskan oleh Bung Karno sekarang ini untuk menerangkan, mengindoktrinasi kepada masjarakat Indonesia, mutlaknja penjatuan bangsa dengan djalan assimilasi. Ketiga, usaha-usaha lain jang tidak bertentangan dengan tugas pokok. kemudian pasal 3, L.P.K.B. dipimpin oleh seorang kepala jang diangkat dan dihentikan oleh Presiden. Kepala L.P.K.B. berada dibawah danbertanggung-djawab kepada Wakil Menteri-I Bidang Chusus/Menteri Penerangan/Ketua Panitia Indoktrinasi. Bentuk, susunan dan tjara kerdja L.P.K.B. ditetapkan oleh Wampa Chusus/Menteri Penerangan/Ketua Panitia Indoktrinasi. Tiga hal ini ditanda-tangani dan rupanja Bung Karno masih perlu lagi mengatakan didalam pidato Gesuri tanggal 17 Agustus 1963 :

— 122 Ketjuali itu kesatuan dan persatuan jang saja maksudkan itu adalah satu tuntutan daripada Nation-Building dan Character- Building, Dapatkah nation terbentuk djikalau dikalangan nation itu sengadja dipupuk phobi-phobian antara kita dengan kita. Saja telah membentuk L.P.K.B., Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa, untuk mempertjepat Nation-Building dan Character-Building itu dan pimpinannja sehari-hari saja serahkan kepada Wampa Roeslan Abdulgani. Salah satu pesanan saja kepada Saudara Roeslan ialah memberi pengertian tentang salahnja phobi-phobian itu, termasuk assimilasi-phobi. Oleh karena itu, Saudara-saudara sekalian, djikalau kesemua- nja ini sudah saja beberkan, kemudian ada putusan lagi dari Presiden, jaitu tentang siapa pembantu saja untuk mengurus L.P.K.B. ini. Maka beliau pada tanggal 18 Djuli itu berkata, terhitung mulai ditetapkan Keputusan ini, mengangkat Saudara Letnan H.K.A.L. Sindhunata SH sebagai Pedjabat Kepala Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa. Orangnja ada disini, Nah, tjoba lihat, type apa dia, type Kelingkah, type Arab Hadramautkah, type apa ? Pokoknja, ada jang bilang Korea, Korea jang mana ? Utara apa Selatan ?. Tapi terang typologi tidak menentukan, jang menentukan adalah djiwa jang kemudian harus tertiermin didalam tindak-tanduknja setiap hari. Oleh karena itu, Saudara-saudara sekalian, saja pada malam ini Saudara minta menjambut, terutama oleh Pak W akil Gubernur terhadap apa jang Saudara kerdjakan, setjara formil dimulai pada tanggal 11 Mei, tetapi jang tadi menurut laporan sebetulnja djauh sebelum Mei itu sudah dibentuk. Sebenarnja mengenai pembinaan kesatuan bangsa itu selalu Pemerintah kalah, kedahuluan oleh aktivitas didalam masjarakat sendiri. Dan kita selaku Pemerintah. memang harus mengakui ada baiknja kadang-kadang Pemerintah itu sendiri kalah atau kedahuluan. Memang Rakjat lebih revolu- sioner daripada apa jang dipikirkan oleh Pemerintah. Setjara kebetulan pula djusteru di Djawa Barat soal ini dida- hulukan. Saja belum pernah datang kedae'rah lain dimana Guber­ nur dengan Tjatur Tunggal kemudian menjerahkan kepada saja salah satu tjabang daripada L.P.K.B., terketjuali di Bandung. Sebab apa ? Itu bukan setjara kebetulan, karena kalau kita melihat apa jang tadi dikatakan oleh Bung Karno, batja Prof. De Haan,

— 123 — tja sedjarah Priangan, maka devide et impera melalui peng- gunaan peranakan Tionghoa sebagai mincritas djusteru adalah pertama-lama jang paling tadjam digerakkan di Djawa Barat. D arfena itu tidak setjara kebetulan pula bahwa Sumpah emuda adalah dilahirkan djuga didaerah Djawa Barat, pada 28 U ktober dulu. Nama seperti Douwes Dekker jang ikut mentjetus- v. *ama a Pa )an 9 dia namakan nation Indonesia atau et Indische volk sebelum ada Indonesia, adalah djuga seorang pedjoang dikota Bandung. Dan kalau pada tahun 1927 Bung arno mu ai dengan memupuk persatuan Indonesia, ia djuga karena menghirup udara di Djawa Barat disini. Itulah sebabnja maka kalau kita melihat kepada sedjarah p r era ^ngan-pertumbuhan kesatuan bangsa ini, saja dapat menja si an bertahun-tahun pada permulaan abad ke-20 ini, memang ari Kebangunan Nasional selalu dikatakan pada tanggal 0 M en tahun 1908, pada waktu Budi Utomo didirikan. ^ karCna itu kalau kita melihat tahun 1911, 1912, kita 1 at het Javaans prijaji nationalisme, diperkuat oleh het religieus nationalisme. diperkuat oleh het politieke nationalisme. Bung Kaxno pernah mengirim satu kawat utjapan seiamat kepada Dr. Setvabudi, Douwes Dekker dan berkata : Ernest, ~ kalau dia panggil Nest, -.rnest •, kamu bagi saja adalah de vader van het politieke nationalisme. Sebab kamu adalah bapaknja nasionalisme jang memberikan arti dan inti kepolitikannia. Kemudian dikatakan, anak-anak pribumi jang masuk disitu tidak boleh sarungan, anak-anak pribumi jang masuk disitu tidak boleh datang dengan kain, pada waktu itu tahun 1912, 1913. Pada waktu itu mahasiswa-mahasiswa Budi Utomo, semua pakai — lihat fotonja sadja — pakai djarit, kain pakai ikat kepala jang ber- mondolan,^ dan mondolan itu dinamakan ’’granat”, sebesar tclor asin dan granatnja” ada dibelakang. Ja, ini mengedjekf sedikit, Saudara, karena Saudara tahu pada waktu revolusi fisik di Jogia, kota Jogja — kotapja Pak Sultan Hamengku Buwono —- keda- tangan orang pesisir jang ,,tidak tahu aturan”, masuk kekota Jogia, dan berkata kepada orang Jogja lenggang kangkung didjalan M alioboro : Apa itu, djaman perdjoangan, granatnja tidak dilem- parkan, tetapi disimpan dibelakang kepala. Ini anak'pesisir tidak ngerti, bahwa itu bukan granat.

~ 124 - Setelah melihat pada kebiasaan prijaji nationalisme, Douwes' Dekker berkata : ,,Hilangkan dan buanglah itu semua". Saja pernah bertanja kepada Pak Dcuwes Dekker sewaktu hidupnja Ouweheer — saja menjebut Ouweheer —, kenapa begitu itu, dulu ? Djawab­ nja ”Och, Roeslan, Onze jongens moeten brutaal zijn even brutaal als de Nederlanders ...... ” W aktu itu masjarakat Islam sedang meluaskan dasarnja, dan disusul pada tahun 1926 dan 1927, Bung Karno mengeluarkan teori Marhaenismenja. Dan apa kata Bung Karno? Het Javaans prijaji nationalisme terlalu sempit, het religieus nationalisme tidak mentjakup semuanja. Het politiek nationalisme daripada Douwes Dekker hanja bergerak disatu bidang sadja, het Marxistisch nationalisme terlalu' banjak internasionalnja dan tjdak menekan- kan kepada keagamaan. Islam, Sarekat Islamnja djuga kurang. Maka itu beliau berkata, kalau kita mau bersatu melawan kolonia­ lisme ini, minoritas mental, minoriteiten conduct, minoriteiten hanja prijajisme, hanja politik sadja, hanja Islam sadja, hanja Marxisme sadja, tidak tjukup untuk mempersatukan. Jang diper- lukan adalah nasionalisme jang, ja politik revolusioner, ja sosial revolusioner, ja djuga ekonomi revolusioner. Dan beliau kemudian berkata, ini sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dan ini adalah Marhaenisme. Bung Karno mengemukakan itu, pada tahun 1927. Orang tua-tua biasanja — biasanja, tidak semua — tergolong kepada The Old Established Mental Forces. Djiwa muda —■ tadi amanat- nja Bung Karno djuga menjinggung golongan muda — , djiwa muda tergolong The New Emerging Mental Forces. Dan The New Emerging Mental Forces pada tahun 1928 didalam bulan Oktober, melihat adanja Jong Java, Sumatranen Bond, adanja Sekar Rukun daripada De Jong Sundanezen, adanja Jong Maluku, adanja Jong Minahasa, ada matjam-matjam Jong. Namanja muda, tetapi ter- petjah-belah. Saja selalu mengandjurkan, kglau kita berdjiwa muda, djangan terpetjah-belah, djangan bingung melihat semua gerak. itu artinja Saudara-saudara adalah mendjadi oude heertjes van twintig jaar, umurnja duapuluh tahun, tetapi tingkah-lakunja ada­ lah sudah kena penjakit aderverkalking. Kalau pemuda Indonesia demikian, djangan Saudara merasa menjesal kalau nanti akan tim­ bul de jongelui van zestig jaar. Pemuda-pemuda umurnja enam- puluh tahun, tudjuh-puluh tahun, salahnja pemuda-pemuda umur dua-puluh tahun sendiri! Tetapi kalau demikian, kata pemuda-pemuda — saja melihat djuga pada tahun 1928 partai-partai politik terpetjah-belah, ada ini, ada itu, diadakan P.P.P.K.I. boleh, mau demokrasi sadja boleh, mau apa kemudian, kata pemuda Indonesia pada tahun 1928 itu tadi. Dia berkata, gugur itu Jong Java, gugur Jong Sumatra, gugur Sekar Rukun, gugur provinsialisme, dan dirikan diatas nisan dari­ pada kuburan itu, satu suara. penuh dengan kemegahan, bersinar merah, sama merahnja dengan tulisan disini, satu Nusa, satu Bangsa dan satu Tanah-air Indonesia. Dua-puluh delapan tahun jang dulu, politik nasionalisme telah berkembang mendjadi sosial revolusioner nasionalisme. mendjadi ekonomi revolusioner nasionalisme. Dan achirnja pada waktu Bung Karno pada tahun 1929 diproses, kemudian tahun 1930, 1931 dima- sukan dibui di Sukamiskin disini, kemudian keluar lagi, tahun 1 1933, 1934 mengadakan aksi-aksi politiknja terus didaerah Bandung Selatan. Karena itu beliau selalu berkata : Tjak, nek nang Lembang odjo lali, djangan lupa kepada sebuah ikampung dimana beliau mengadakan rapat-rapat dalam rumah gedek. "K°hen indoktrinasi tak-kekno omah gedek 'nggak mau”. Demikian kalau saja mentjeritakan ini, untuk menundjukkan betapa sulitnja membina nasionalisme Indonesia itu, sehingga pada tahun 1934 Bung Karno menulis "Mentjapai Indonesia Merdeka , dibuang, pertama ke Flores, kemudian dibuang ke Bengkulu dan pada saat jang bersamaan djuga pembina-pembina kesatuan bang­ sa, baik namanja Bung Hatta, maupun namanja Sjahrir, maupun namanja Pak Iwa Kusuma Sumantri, semua dibuang ke Banda, ke Boven Digul semua tidak boleh membina kesatuan bangsa. Tetapi achirnja pada waktu tahun 1939, petjah perang di Eropa, 1941 mendjalar ke-Asia, dan Djepai|g pada tahun 1942 menduduki tanah-air kita ini. Bung Karno, Bung Hatta dilepaskan, Pak Iwa Kusuma Sumantri djuga dilepaskan. mereka semua dilepaskan. Achirnja pada zaman pendudukan itu, 1 Djuni tahun 1945, Bung Karno melihat Djepang akan mundur dan akan kalah, meng-' aajak kita sekarang menjiapkan kekuatan persatuan bangsa. Meng- ingatkan konkritisasi daripada pembinaan kesatuan bangsa itu dengan menjiapkan dasarnja untuk Indonesia merdeka. Maka pada

- 126 - tanggal 1 Djuni 1945 itu beliau mengusulkan, sebelum kita menju­ sun Undang-undang Dasar, sebelum kita menjusun detailering tiang-tiang daripada rumah Negara Republik Indonesia ini, agar supaja kita menjusun dulu dasarnja, fundamentnja. Apa dasarnja itu. M aka Bung Karno berkata, gali dari bumi Indonesia sendiri, Mutiara-mutiara jang kita ketemukan ialah : Pertama, persatuan bangsa, nasionalisme, Kedua, perikemanusiaan, internasionalisme. Kemudian demokrasi. Kemudian sosialisme, dan Kelima adalah kepertjajaan kepada zat diluar manusia jang ikut menentukan djalannja seluruh pertumbuhan alam semesta ini, jang kita rumus- kan mendjadi Ketuhanan Jang Maha Esa. Maka Bung Karno kemudian menamakan hari 1 Djuni tahun 1945 itu, Hari Lahirnja Pantjasila. Pembinaan kesatuan bangsa sekarang tidak mungkin lagi selain daripada bersumber kepada Pantjasila ini. Dan kalau kemu­ dian Bung Karno mengatakan, apakah Pantja Sila ini? Lima sila ini sebenarnja bukan barang import, bukan barang baru. Bung Karno berkata didalam Pantjasila : Saja selalu mengatakan, jaitu kalau nasionalisme sempit, tidak baik, nasionalisme mesti bergan- dengan tangan dengan internasionalisme. Dan ini jang beliau na- makan sosio-nasionalisme. Demokrasi jang tidak ditudjukan kepada pembangunan sosialisme. adalah liberale democratic. Karena itu demokrasi dengan keadilan sosial mesti didjadikan satu, dan ini adalah iang beliau namakan sosio-demokrasi. Dus, Pantjasila, kata Bung Karno, adalah sama dengan Trisila, sosio-nasionalisme, sosio- demckrasi dan Ketuhanan Jang Maha Esa. Ada orang jang kemudian bertanja sama saja : Pak Roeslan, kalai^ begitu sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi ini kan Marhaenisme, dus Bapak ini njeleweng, mengatakan dus Pantjasila itu adalah identik dengan Marhaenisme. Saja berkata, kita tidak menjeleweng, melainkan Pantjasila lahir, karena lebih dulu ada Marhaenisme dan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi itu. Memang kita ini pemberi, pemberi, pemberi, lebih baik memberi daripada menerima. Kitab Indjil berkata, het is beter te geVen dan te ontvangen. Djadi kita sekarang berdiri atas faham ini, nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme jang ber-Ketuhanan Jang Maha E sa,' nasionalisme jang berperi-kemanusiaan, nasionalisme jang

— 127 — berdemokrasi, nasionalisme jang berkeadilan sosial. Ketuhanan Jang M aha Esa didalam Pantjasila adalah Ketuhanan jang berperi- kemanusiaan, jang berkebangsaan, jang berdemokrasi dan jang rr.emerintahkan kita untuk berbuat membangunkan sosialisme. Siapa jang berdiri pada peri kemanusiaan didalam Pantjasila, internasio- nalisme Pantjasila adalah bersumber kepada Ketuhanan Jang Maha Esa, mementingkan nasionalisme sebagai kepentingan bangsa, berdemokrasi dan berkeadilan sosial. Demokrasi didalam Pantjasila tidak tjukup hanja dengan : ik ben democraat sadja, apa lagi ada orang jang berkata, saja pemuda demokrat atau wanita demokrat, maafkan, itu kadang-kadang ada, mengiranja sudah tjukup. Demo­ krasi didalam Pantjasila adalah demokrasi bersumber kepada Ketu­ hanan Jang Maha Esa, demokrasi jang berperi-kemanusiaan, jang mementingkan kebangsaan dan jang membangunkan keadilan sosial. Sosialisme didalam Pantjasila adalah sosialisme jang ber­ sumber kepada adjaran Ketuhanan Jang Maha Esa, jang berperi- kemanusiaan, untuk bangsa Indonesia dan didjalankan setjara demokratis, musjawarah dan mufakat. Ini adalah sangu, modal, bagi Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa. Dan kalau kemudian saja kembali lagi kepada Djawa Barat, tjoba lihat kesemuanja jang saja terangkan ini tadi, apa sumbangan daripada Djawa Barat kepada semuanja ini, banjak sekali. Pada tahun 1942, 1945 Djepang mengganas. Dimana ada pemberon­ takan terhadap pada Djepang ? Didua tempat jakni di Blitar dan di Singaparna.1 Tetapi mind You, awas kita dengan api ini. Kita djuga ber- sedia main api, kalau tuan mau menghalang-halangi kita. Apa jang menghalang-halangi kita ? Neo-kolonialisme Malaysia, jang sekarang sedang 'mau menghantam kita itu. Karena itu, Saudara- saudara sekalian, pembinaan kesatuan bangsa adalah djuga perlu untuk konfrontasi. Konfrontasi tidak akan mungkin, kalau kita didalam barisan kita tidak kuat didalam persatuannja. Konfrontasi terhadap kepada Malaysia, konfrontasi terhadap segala matj.im apapun djuga jang akan menentang timbulnja bangsa Indonesia ini, akan dapat kita tanggulangi, kalau kita membina persatuan dan kesatuan bangsa ini. Saja merasa sangat gembira bahwa Pak W akil Gubernur tadi berkata, bahwa didalam pembinaan kesatuan bangsa ini akan

\ — 128 — ditempuh apa jang telah ditugaskan dan ditegaskan didalam amanat Presiden. Empat hal, memupuk le desir d etre ensemble. Kedua, memupuk satu 'karakter-gemeenschap, satu persamaan watak, jang timbul daripada persamaan nasib. Ketiga, memupuk patriotisme. Keempat memupuk totaliteit. Tetapi assimilasi jang kita djalankan ini kita tegaskan djuga. Pak W akil Gubernur tadi, jaitu Pak Astra berkata, kita tegaskan, ja adalah dibidang politik dibidang sosial, dibidang ekonomi, dibidang kebudajaan, terutama dibidang pendidikan. Ini adalah satu langkah pemikiran jang lebih madju djuga. dan jang memudahkan pekerdjaan saja ditingkat nasidmal dan diatas.

Karena itu, setelah kita sekarang ditingkat national sudah menjelesaikan beberapa perlengkapan daripada Lembaga Pembi­ naan Kesatuan Bangsa ini jang ditugaskan kepada saja, maka saja akan mendjadikan djuga Djawa Barat satu pilot projek, didalam arti kata Djawa Barat jang selalu mengalami matjam-matjam teka, nan, matjam-matjam hal dari luar untuk memetjah persatuannja itu. Tetapi melihat kepada sedjarahnja didjaman Hindia Belanda dulu, djuga mempunjai satu peranan jang heroik didalam mem- persatukan seluruh barisan Rakjat kita ini. Tentunja sudah tepat, bahwa Djawa Barat memelopori didalam hal ini, supaja dengan demikian segala-galanja ini dapat kita djalankan, seperti apa jang pernah dipesankan oleh seorang pedjoang, jaitu : Mari, didalam kita menempuh djalan kedepan itu, kita getrent marschieren !. Kita berbaris setjara getrent, terus berbaris, getrent marschieren. bersatu didalam barisan, untuk apa ?. Untuk. vereinschlaaen, ber­ sama dan bersatu untuk memukul segala halangan-halangan itu.

Dan saja merasa senang, bahwa pada malam'didalam upatjara mi, saja melihat bukan hanja sinar daripada djiwa muda tetapi sinar daripada pemuda-pemuda, usia jang masih muda. Dan djustru disinilah. didalam kepemudaan didalam djiwa, kepemudaan didalam badanijah kita, Saudara-saudara selaku pemuda, didalam bulan Oktober menjongsong 28 Oktober nanti. Saudara didalam getrent marschieren dan vereinschlagen itu ^djangan marschieren kebela- kang, mundur, djangan berbaris dibelakang benderanja Revolusi. Bung Karno berkata, dibawah bendera Revolusi. Malahan saja mengoreksi sama Bung Karno : Bung, kaldu saja boleh mengoreksi.

— 129 — karena Bung Karno berkata djangan dibelakang bendera. ,.Diba­ wah Bendera Revolusi”, demikian nama buku beliau. Saja berkkta. Bung Karno, kalau pemuda, tidak mau dibawah bendera Revolusi. Dimuka bendera Revolusi !. Djiw a inilah saja minta Saudara miliki, dan dengan djiwa ini saja pertjaja, bahwa Saudara-saudara akan dapat memberikan sumbangan sebesar-besarnja didalam Nation-Building kita ini. Karena itu saja harapkan, supaja benar-benar jang dirinja merasa, merasa kena penjakit minoritas mental, jang satunja kena penjakit hoogmoed majoritas mental : Ja, aku golongan gede, saja golongan besar, mau apa jang ketjil-ketjil, saj^ kepruki. Beraninja karena golongannja banjak. Jang minoritas, mental djangan bereksklusif. Jang majoritas, mental djangan gemede, djangan kebesaran keba- wah, kakinja tidak ada, natinja apa lagi tidak ada. Tadi Pak Astra berkata, asli tidak asli, itu ada, ex asli, ex tidak asli tidak ada. Ada ex minoritas, ex majoritas. M ari bersama-sama terus memupuk dan membina, dan kalau ada kepalanja daripada neo-minoritas mau timbul, kepalanja daripada neo-majoritas timbul, djangan ragu-ragu, ambil obornja . daripada Revolusi tadi, bakar sadja kepala itu. Ini andjuran saja kepada Saudara-saudara sekalian, dan saja mengutjapkan diperbanjak terima kasih atas perhatian Saudara. Selamat bekerdja dan selamat berdjuang.

Terima kasih.

- 130 — B A B V I

INDONESIA TIDAK MENGHENDAKI WARGANEGARANJA PUNJA „DUBBEL VADERLAND” \

INDONESIA TIDAK MENGHENDAKI WARGANEGARANJA PUNJA „DUBBEL VADERLAND”

Sambutan J.M. Menko/Menppn dalam rapat L.P.K.B. di Surabaja.

” ...... Siapa jang didalam badannja berkiblat ke Indonesia, tetapi didalam djiwanja mengelirik kekiblat diluar negeri dibidang politik, dibidang sosial dan dibidang ekonomi dia adalah apa jang dikatakan oleh Bung Karno ^’retak didalam djiwa­ nja. Een gespleten persoonlijkheid dan een natie van gespleten persoonlijkheid adalah een gespleten natie. Dan dia punja denken, pemikiran, akan mendjadi gespleten denken, utjapannja Indonesia denken isinja Hollands denken, Arabis denken, Chinees denken, Russis denken atau Amerikaans denken”. IN D O N E S IA TIDAK MENGHENDAKI WARGANEGARANJA PUNJA ’’DUBBEL VADERLAND"

Saudara-saudara sekalian, saja menerima pimpinan rapat ini dari tangan saudara Wakil Gubernur Djawa Timur,'dan saja telah meminta saudara Sindhunatha untuk memberikan sekedar laporaiT singkat daripada apa jang akan terdjadi pada malam ipi. Sebenarnja peristiwa sore ini tidak masuk didalam rentjana kundjungan saja ke Surabaja ini. Tetapi memang sering, didalam kesibukan revolusi tidak mungkin setiap kedjadian itu adalah presiserings, tidak mungkin sesuatu musti berdjalan seperti kalen- der atau seperti de regelmaat van een kick; berdjalan seshai dengan regelmaatnja detik-detik daripada sebuah djam. Siapa jang mengadakan suatu time skedule daripada revolusi, mentjoba men- time-skedulekan revolusi itu, supaja misalnja seperti kalau bangun presis djam (pagi), kalau makan presis djam 1 siang, kalau sore ngaso 'sebentar, kemudian. tidur, orang demikian itu sebetulnja tidak meijgerti apa revolusi itu. Itulah sebabnja maka pada waktu Sabtu malam, siangnja saja datang di Surabaja, saja setjara incognito berdjalan-djalan dibe- berapa bagian dari kota jang ada hubungan nostalgia dengan diri kami, karena, seperti saudara-saudara maklum, saja dilahirkan dikota sini. Saja bukan seorang jang lokal-provinsialistis, tidak ada pada saja aspirasi Surabajans Nasionalisme. Saja tidak mau Sura- b£jans Denken, musti Indonesis Dehken. Meskipun demikian, tapi tch kadang^ saja ingin sebentar melih-at-lihat tempat-tempat dikota, seperti jang dikatakan oleh orang Inggris : ’’W here you have been born and fred”, dimana saudara "dilahirkan dan kemudian dibesarkan”, dknana saudara melihat kota ini dibakar, melihat kota ini bertempur, melihat kota mi mengalami kolonialisme Belanda,' mengalami kekedjaman fasisme <

Djepang, mengalami matjam-matjam itu, sudah barang tentu ada kalanja Sabtu-malam itu saja ini ingin melihat-lihat. Nah pada saat saja sedang berdjalan-djalan itu, saja ketemu dengan beberapa saudara jang mengatakan : "Pak kena apa L.P.K.B. di Djawa Timur dan di Surabaja ini kok tidak djalan- djalan Atas pertanjaan itu saja djawab bahwa, disebabkan itulah maka, adanja instruksi dari Presiden, jang memberikan tugas kepada saja untuk memimpin sehari-hari Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa ini, jang dus mendjadi Lembaga Negara jang resmi. Dulu dibawah W akil, Menteri Pertama Bidang Chusus, ' sekarang masuk Menteri Kcordinator Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat. Itulah sebabnja maka rasa kewadjibanlah kemudian jang menimbulkan kepada diri kami rasa untuk menjingkirkan sebentar keinginan saja ini melepaskan diri dari tugas itu tadi. M aka oleh karenanja malam itulah saja usulkan : marilah kita adakan rapat kerdja. Dan disini saja kemudian bersikap jang sebetulnja saja tidak sukai. Jakni bersikap "mumpung”. Mumpung ada di Surabaja, mumpung ada waktu, marilah saja selesaikan ini. Ini bukan "mumpung” dalam artian .mumpung saja berkuasa, atau misalnja mumpung saja memegang suatu perusahaan, atau mumpung saja anu, atau mumpung itu, karena mumpung itu lantas, mari kita peras sadja segala kekajaan negara untuk diri kami. Bukan mum­ pung dalam artian demikian itu. Jang saja maksud ialah mumpung didalam arti kata mumpung jang baik. Nah djadi karena mumpung jang baik itulah kemudian saja pada malam itu minta ditentukan kapan diadakan rapat. Didalam atjara saja pada hari-hari Minggu, Senin dan Selasa itu, ternjata bahwa pada Selasa malam inilah jang ada waktu. Malam itu djuga saja perintahkan kepada adjudan saja supaja menilpun Djakarta, untuk minta datang saudara Sindhunatha kemari karena saja ingin mendjewer saudara Sindhunatha; kena apa kok soal-soal ini-belum, djalan. Segera saja hubungan dengan Kantor Gubernur Djawa Timur. Jah, Kantor Gubernur Djawa Timur tidak bisa saja djewer, djadi kalau-halnja dengan sdudara Sindhunatha ia bisa saja djewer. Tetapi biarlah; perkara ’’djewer” ini kita kesampingkan dan kemu- dian saja minta mari kita melihat persoalan ini. Da,n ternjata memang saudara Sindhunatha tidak salah, Kantor Gubernur tidak

— 132 — salah. Memang ada usaha-usaha unt^k me-transformer pimpinan L .P.K .B. jang dulu kedalam gaja jang baru sesuai dengan instruksi Presiden. Hal ini ternjata masih memerlukan satu waktu, jang adalah memang saja akui tidak dapat kemudian begitu sadja dipaksakan. Sehingga setelah pada hari Minggu saja ketemu dengan saudara Gubernur, dan kemudian ketemu dengan wakil- wakil dari Kantor Gubernur dan mendengar persoalan ini, dan setelah saja melihat saudara Sindhunatha hari Senen pagi itu sudah siap, sekalipun kelihatan matanja belum terbuka betul karena baru tiba dengan kereta-api malam, tapi toh memerlukan lapor kepada saja, saja minta saudara Sindhunatha mentjoba menjelesaikan apa jang dapat diselesaikan. * Achirnja maka pada malam ini, seperti tadi dilaporkan oleh saudara Sindhunatha, maka kita dapat disini menentukan Bebe- rapa pedjabat sementara. Pertama untuk Kepala L.P.K.B.^Daerah T ingkat I Djawa Timur saudara Sahetapy S.H.. pedjabat semen­ tara Kepala L.P.K.B. Tjabang Kotapradja Surabaja Letnan Ang- katan Laut saudara Ir. Kwik Kian Djien. . Djadi saja malam ini mempunjai satu tugas untuk meresmikan. Meresmikan kesementaraan saudara. Tapi'hendaknja saudara ingat bahwa bukan keresmiannja jang sementara, bukan, resminja tetap, tetapi jang saja resmikan itu adalah kesementaraan saudara untuk bertindak, sebagai jang dalam istilah bahasa Inggris "care­ taker” . »pengemban pengasuh, pengatur. Care-taker itu sebetul- nja boleh dikatakan hampir sama dengan seseorang jang harus mendjalankan tugas itu. Djadi saja minta saudara Sahetapy dan saudara Kwik Kian^ Djien dengan ini, mulai saat sekarang, mendjalankan tugas sebagai :are~ta'ker dari L.P.K.B. Tingkat Daswati I Djawa Timur dan Kotapradja Surabaja ini, dengan permintaan dari saja untuk sele- cas mungkin melengkapkan dan. didalam melengkapkan itu. terus nendjalankan tugas dengan mengingat dan mempertimbangkan jetundjuk-petundju'k jang nanti akan datang dari L.P.K.B. Pusat lan sudah tentu dengan bantuan jang sebenar-benarnja dari Tjatur TunggaJ (disini, qhususnja saudara Gubernur Djawa Timur, lan sudah tentu djuga dari tokoh-tokoh pemikir-pemikir seperti ang saja lihat disini misalnja saudara Prof. Gafar Pringgodigdo. Dan saja tadi, kalau berkata "Tjatur Tunggal”, saja dengar, bahwa

■ — .133 — di Surabaja ini sebetulnja ada lebih dari Tjatur, malahan Sapta Tunggal, karena ada Angkatan Lautnja. Djadi saja harapkan pun djuga saudara dari Angkatan Laut Komandan Daerah Mantim disini akan pemberian segala bantuannja terhadap pada usalja ini. Setelah soal ini saja kemukakan, memang tepat apa jang dipesankan tadi itu oleh saudara Wakil Gubernur Djawa Timur dalam mengutip apa jang dinjatakan oleh Presiden didalam pidato Gesuri ifu. M alahan sebelum pesanan didalam pidato Gesuri itu diutjapkan, Presiden Sukarno telah memberikan satu amanat. Nah karena saja tidak hafal, saja sekarang batja sadja, untuk mendie- laskari apa sebetulnja amanat Presiden jang kemudian mendorong lahirnja L.P.K.B. ini. ' Amanat Presiden ini dibuat di Bogor pada tanggal 15 Djuli 1963 dan terutama dikeluarkan sebagai amanatnja Bung Karno dalam kedudukannja selaku Pemimpin Besar Revolusi. Saudara mengetahui, bahwa Presiden Sukarno itu mempunjai banjak kedu- dukan : Presiden Kepala Negara/Perdana Menteri/Kepala Ekse- kutif djuga Pemimpin Besar Revolusi. , Nah, terutama didalam kedudukannja selaku Pemimpin Besar Revolusi itulah beliau di Bogcr menanda tangani satu amanat terdiri dari 4 pokok jang bunjinja : SA T U . Didalam amanat saja, lahirnja Pantjasila, saja telah mengemukakan pikiran-pikiran jang mendasari proses Nation- Building”, jaitu adanja keinginan bersama untuk membangun djiwa Bangsa jang bersatu, persatuan karakter karena persamaan nasib dan patriotisme. Kalau saja boleh mengomentari amanat punt satu ini, ini tidak lain daripada pendapatan daripada apa jang beliau njatakan dalam lahirnja Pantjasila; Pantjasila lahirnja didjaman Djepang pada tanggal 1 Djuni 1945. Bung Karno mengemukakan satu teoritise fundasi daripada nasionalisme Indonesia dimana be­ liau menolak paham, bahwa nasionalisme itu adalah persamaan agama, nasionalisme itu adalah persamaan ras, menolak bahwa nasionalisme itu adalah persamaan daripada warna kulit, tetapi Bung Karno didalam Lahirnja Pantjasila tegas mengatakan bahwa nasionalisme Indonesia didasari oleh satu teorinja Renan, dua teorinja Otto Bauer, tiga oleh patriotisme.' Malahan pada waktu saja mengemukakan ulangan ini didalam rapat tahunannja Baperki di Djakarta, beliau mengatakan itu betul. Tjuma saja sekarang,

f - 134

I kata beliau, tahun 1962 itu sudah menambah lagi. Jaitu, bahwa bagi saja Indonesia itu adalah merupakan satu totaliteit, sehingga _ beliau berkata "Kalau saja mendengar gelombangnia daripada Lautan Indonesia membanting dipesisir-pesisir kita, saja mende­ ngar Indonesia. Kalau saja mendengar burung-burung jang dipagi hari atau malam sendja berkitjau, saja mendengar Indonesia. Kalau saja mendengar suara pukulan palunja kaum buruh jang sedang bekerdja dibengkel-bengkel, dan mendengar suara tantjapan tjang- kul kaum Tani jang diajunkan kedalam lumpur disawah-sawah, itu saja mendengar Indonesia. Kalau saja mendengar djuga djeritan rakjat Indonesia jang menderita itu adalah Indonesia. Djuga kalau saja mendengar suara pemuda-pemuda jang riang-gembira karena kesenangannja maka suara keriangan pemuda-pemuda jang senang itu bagi saja adajah suara Indonesia. Kalau saja mendengar, kata 'beliau, tentara kita berdjuang mati-matian membebaskan Irian Barat dan jang sekarang ini sedang mengganjang neo-kolonialisme Malaysia dengan dentuman sendjatanja, saja dengar Indonesia”. Sebaliknja, kata beliau, pantjaindra saja lainnja djuga mentjium Indonesia. Kalau saja mentjium keharumannja bunga melati, itu adalah Indonesia. Kalau saja melihat sinarnja mata pemuda-pemudi, r saja djuga disitu melihat Indonesia, dan kalau saja melihat awan- awan dari mega jang berarak-arakan diangkasa nan biru, itulah djuga Indonesia. ' ' Ke\ika Bung Karno mendjelaskan ini, saja masih ingat ada seorang Amerika jang . berkata, bahwa Bung Karno adalah mendjadi sentimentil. Tetapi saudara mengetahui bahwa sentimen- taliteit dan emcnsionaliteit adalah djuga masuk didalam soal Nation-Building. D an tidak betul, bahwa hanja Bung Karno sadja jang berkata demikian, saja berkata : Batjalah sjairnja Walt Withman, jf>ng menulis'sebuah buku, satu koleksi sjair jang diberi djttdul Leafs of grass" jaitu kalau kita mendengar kata Walt Withman jaitu a p a 'ja n g se.betulnja' on the grass Room, jaitu didalam rumput- rumputnja dimana djuga ada akar-akarnja daripada bumi-bumi jang ketjil-ketjil itu, maka lahirlah satu sjair jang indah sekali dimana W a lt W ithm an berkata : I hear America singing, I hear A m erica singing in the waves, I hear America singing in the work of the people. Begitu kira-kiranja. Saja tidak bisa menirunja. / n — 135 — / Djadi orang Amerika itu tadi njata tidak mengerti, bahwa sebetulnja tjita jang meletus daripada sanubari Bung Karno itu djuga pernah ada menggetar pada djiwa. seorang penjair di Amerika. Nah kemudian orang Amerika tanja : ”Is it true ?” Saja mendjawab ’yes it is true”. Dan karena ia tidak tahu maka kemu­ dian ia ingin menang. Kemudian berkata : ”So, your President has imitated W alt Withman”. Bukankah orang jang kalah itu sering bersikap demikian itu ? Tapi saudara-saudara, kita sebagai verdediger, kita sebagai pengawal, kita sebagai pemBela daripada tjita-tjita politik Bung Karno, jang kita terima tanpa reserve, dan jang kita,terima dengan segala keichlasan, dan jang ingin kita laksanakan dengan segala kedjudjuran, dengan ketulusan dengan ' sepi ing pamrih rame ing gawe”, harus melihat amanat jang per­ tama itu dari sudut itu tadi. Inilah jang ingin saja kemukakan, jakni arti amanat punt pertama tadi. > Amanat kedua jakni proses nation-building memerlukan terus menerus aktivitas dinamis terhadap pemupukan mental dan djiwa jang ingin bersatu. Persamaan watak atas dasar persamaan nasib ini adalah kalimat jang terkenal jang sering dikutip oleh Bung Karno dari teori Otto Bauer, jakni : eine Sicksalgemeinschaft erwachsene karakter-gemeinschaft, satu persamaan nasib atas da­ sar persamaan djiwa. Patriotisme, rasa setiakawan dan rasa loyal terhadap tanahair Indonesia. Siapa jang tidak berdiri diatas landa- san nation-building tadi, sesungguhnja dihinggapi oleh penjakit retak didalam djiwa, karena mungkin djiwanja dikuasai oleh loyali- tas kembar atau loyalitas ganda, dubbele loyalfteit disebabkan karena ada dubbele nasionaliteit. Dus een dubbel vaderland. Indo­ nesia tidak menghendaki warganegaranja punja dubbelvaderland. W ir wollen sein een einzigen Volk von brudern”, demikian ber­ kata orang Djerman, kita ingin mendjadi satu bangsa daripada saudara, saudara satu darah, satu nasib, satu tudjuan, satu dasar. Maka itu kita menolak tegas dubble nasionaliteit jang menghasil- kan dubbele loyaliteit. Kiblat kita lantas kemana kalau demikian ? Kiblat politik, kiblat sosial, kiblat ekonomi ? Kiblat kita adalah kiblat ketanahair Indonesia. Kata kiblat disini djangan diartikan kiblat agama. Kalau kiblat Islam, kita berkiblat ke Mekkah. Tidak bisa kita bersembahjang lantas berkiblat ke Borobudur kalau mengaku diri seorang Islam. Tapi kalau mengaku patriot

— 136 — Indonesia, kiblat kita politik, kiblat kita sosial, kiblat kita ekono- mis, kiblat kita adalah ditengah-tengah rakjat Indonesia dari Sabang-Merauke ini. Siapa jang didalam badannja berkiblat ke Indonesia, tetapi didalam djiwanja mengelirik kekiblat diluar negeri dibidang politik, dibidang sosial dan dibidang ekonomi dia adalah apa jang dikata- kan oleh Bung Karno "retak didala'm djiwanja”. Een> gespleten per­ soonlijkheid, dan een natie van gespleten persoonlijkheid, adalah een gespleten natie. Dan dia punja denken, pemikiran, akan men­ djadi gespleten denken, utjapannja Indonesia denken isinja Hol­ lands denken, Arabis denken, Chinees denken, Russis denken atau Amerikaans denken. Saudara-saudara sekalian telah mengetahui bahwa Bung Karno kalau berkata "Saja menentang dan kikis habis Hollands denken itu”, maksudnja adalah het-a-Indonesis denken, het-on- Indonesis denken, het-in-Indonesis denken djuga het-anti-Indonesis denken. Inilah apa jang dimaksud didalam Amanat jang kedua. Amanat ketiga ialah, bahwa saja membenarkan usaha-usaha djiwa muda dalam pembinaan kesatuan Bangsa ini, menghilangkan sikap-sikap menjendiri, exclusivisme dengan djalan penjatuan. dengan djalan pembauran, assimilasi didalam tubuh Bangsa Indo­ nesia. Dus.Bung Karno membenarkan penjatuan pembauran dida­ lam tubuh bangsa Indonesia, tetapi harus diingatkan, bahwa pem­ bauran ini tidak dalam artian biologis. Pembauran ini tidak didalam arti hal-hal lain, terketjuali didalam bidang • jang mehjangkut politik, ialah begrip seperti jang kita kehendaki didalam nation- building. Djadi kalau andaikata sampai L.P.K.B. jang resmi ini main paksaan, umpamanja Roeslan Abdulgani musti diganti nama­ nja karena Abdulgani itu adalah kata-kata asal Arab, itu adalah paksaan terhadap nama saja, mijn Indonesia zijn tidak akan ber- tarnbah kalau Abdulgani itu saja ganti umpamanja dengan Tjokro- kcesoemo. Nah, sajapun akan menjalahkan kalau sampai L.P.K.B. mengadakan paksaan. Tetapi andaikata saudara berkata, kok jo enak ganti nama, sudah tentu saja tidak dapat mengatakan djangan- djangan je bent geen Indonesier, kok ganti nama ? Saudara mengerti paksaan didalam persoalan ini tidak boleh. ksdau itu timbul dari kesadaran maka itu lain perkara. Nah inilah saja minta tSt’&dara mengertikan soal ini. Keempat. Saja gandrung akan kesatuan dan persatuan bangs; Indonesia. Saja tidak mau mengenai pembatasan asli dan tidal asli, ipersukuan serta pementjilan-pementjilan jang berupa apapur dalam kesatuan tubuh bangsa Indonesia. Eksklusivisme tidak dibe narkan oleh Presiden kita. Eksklusivisme jang menganggap dirinj. karena sesuatu hal exsklutif, jang umpamanja pernah oleh kaur kolonia'lis dinjatakan di Hongkong dan dikenal oleh umum, bahw. didalam Park ini ’’not allowecf dogs and Chinese”. Dan di Banduni dan Djakarta pernah djuga terdjadi, didjaman kolonial, dilarani untuk berenang disatu kolam renang miliknja orang Belanda de ngan tulisan ”niet tcegelaten voor honden en Inlanders”. Nah, ini karena apa? Karena ada satu klasse jang karen ekonomisnja baik jang memegang politik mengadakan eksklusiv isme, maka menganggap lain fihak itu sedikit, ja, sematjam eei ■ politieke 'melaatse. Orang sakit-kusta-politik at^u orang sakit kusta-sosial.

Saudara tahu orang sakit kusta itu dulu disingkiri oranc tapi bukan sakit fisik, dianggap sakit mental kustanja, kust mental, djadi disingkiri sadja. Inilah jang tidak benar. Oleh karena itu eksklusivisme menimbulkan rasialisme. Rasia lisme adalah anak kenibarnja jang ditimbulkan oleh karena eksklu sivisme mau memberantas rasialisme, berantaslah' naast rasialism djuga eksklusivisme. Nah saudara-saudara sekalian,. ini adalah beberapa pendje lasan daripada Amanat Presiden jang saja minta saudara pegan teguh.

, i Laksanakanlah, ditambah dengan apa jang dikutip ole saudara Dr. Satrio selaku W akil Gubernur jang mewakili Djaw Timur disini. Memang Bung Karno didalam Gesuri tnenjatakar jang saja sekarang tida*k mengutip, bagian jang dibatja oleh Pa Satrio tadi itu. Tetapi melihat didalam konteksnja didalam hubu ngan apa jang diutjapkan dalam pidato ini, jaitu didalam kontek waktu Bung Karno berkata ’’Kita sekajang menghadapi revolu: *fase baru, fase dimana kita menudju kesasaran-sasaran dan untu menjelesaikan, menanggulangi sasaran-sasaran ini agar supaj dapat tepat kena sasaran-sasaran itu, diperlukan : pertama, ala tjga ini .■

— 138 — 1). Alat Demokrasi Terpimpin, detnikian beliau berkata di Gesuri.

2). Alat-alat Kader Bangsa.

3). Alat Front Nasional.

Dan didalam mengontjeki alat Front Nasional Bung Karno kemudian mengatakan, bahwa Front Nasional mengemukakan Pantja Programnja dan salah satu dari Pantja Programnja ialah M eneruskan perdjuangan melawan kolonialisme dan neo-kolonial- isme berdasarkan persatuan nasional Revolusioner. Nah dalam hubungan ini kemudian Bung . Karno berkata, persatuan Nasional Revolusioner tidak dapat ditjapai kalau .masih ada diantara fihak nasionalis dan fihak agama dan fihak komunis atau sosialis itu mengadakan propokasi-prcpokasi untuk mengadu domba satu sama lain sehingga ditimbulkan ’’nasakom-phobi”. Si nasionalis di-phobi- ' kan terhadap kepada agama, si agama di-phobi-kan terhadap kepa­ da nasionalis, si komunis di-phobi-kan terhadap kepada agama dan terhadap pada nasionalis dan semuanja. Satu integraliteit ini, satu waar-schuwing dari Bung Karno, si nasionalis, si agama, si komunis, semua ketiga-tiga ini diminta agar menjadari supaja djangan mendjalankan propokasi-p^opokasi, djangan mengadakan perpetjahan, sehingga timbul phobi-phobian itu tadf. >

N ah, kemudian didalam rangka itu maka beliau berkata ’’karena itu teruskan galang persatuan nasional revolusioner . M alahan Bung Karno menggunakan istilah ’’kita menang mapan . Didalam kita melawan internasional kolonialisme itiy nasionalisme kita mesti dasarkan kepada kesatuan dan persatuan, djangan sampai retak. Djawaban kita atas politik devide et impera daripada kaum kolcnialis dan imperialis adalah persatuan nasional jang revolusioner. '

Kemudian beliau berkata ’’selain tuntutan menang mapan ini, nation-building dan character-building pun memerlukan persatuan nasional. Maka dari itu saja pesan kepada Wampa Chusus Roeslan Abdulgani jang saja serahi memimpin L.P.K.B. sehari-hari untuk menerangkan betapa tidak benarnja, betapa salahnja phobi-phobian itu tadi, jang tadi dikutip oleh saudara W akil Gubernur.

— 139 — Kalau saudara barangkali ragu-ragu Pak Roeslan itu b e n a r apa ndak ? Bcleh sadja saudara ragu-ragu terhadap saja. Dalam hal demikian silahkan batja lagi sadja Gesuri. Itu memang ada ditulis didalam Gesuri, bukan sadja apa jang saja terangkan. Djadi tepatlah jang dikutip oleh saudara W ak il Gubernur tadi itu. Disamping ini, dus diatasnja ini Amanat, Bung Karno berpesan kepada saja untuk menerangkan Eetapa s a la h n ja ’ phobi-phcbian disaat sekarang ini. Djadi karena pesan B u n g 'K a r n o itu, kepada saudara pesanan itu saja teruskan. Tidak hanja saja teruskan, tetapi ja djuga saja harus m e n g o n - ,■ trolnja. Awas kalau sampai saudara phobi-phobian!

Djadi saudara musti berani, djangan takut. Lho apa artinja phobi-phobian, kok takut, takut siapa ? Buka dada, rechtop van lijf rechtop van ziel, lha ini orang Londo. Orang Londo itu dalam. hal, ini ada baiknja. Djadi tidak dalam semua hal. Ini bukan Hollands denken, ini Hollands praten. Itu rechtop van lijf, rechtop van ziel, merupakan njanjian kita dulu. Djadi saja minta saudara- saudara, tegakkan saudara punja badan dan tegakkan saudara punja djiwa dan be proud to be an Indonesian. MendjaHilah bangga bahwa saudara bersama-sama dengan kita memUentuk kesatuan bangsa, nation-building dan' character-building itu. Saja didalam hal ini tidak menjempit, saja tidak mau melihat persoalan L-P-K.B. ini seakan-akan hanja soal apa jang dikatakan oleh orang Belanda oleh Victor Purcel jang pernah menulis buku the Chinese Problem. The remnant of the Chinese problem.

Saja tidak mau menjempitkan nation-building kepada soal itu, ^ ^ melainkan didalam d^iskusi dengan kader-kader inti di Djakarta dibawah pimpinan Panitya Pembina Djiwa Revolusi, saja minta supaja L.P.K.B. jang ditugaskap kepada saja itu kita beri dasar jang lebih landjut dimana kemudian dikemukakan beberapa pikiran- pikiran jang betul-betul nation-wide. Dan dimana didalam nation­ wide itu kita tidak mau berbitjara lagi tentang minoritas, tidak mau berbitjara tentang majoritas. Kita tidJik mau lagi ada eksklusivisme ■ dari sesuatu orang satu golongan jang ingin mempertahankan minoritasnja dan mendjalankan exploitation de majoritas par la ^minoritas, ja'toh ? Bukankah dulu di Indonesia ini ada exploitation de majoritas par la minoritas.

— 140 — Kita tahu di Amerika terhadap pada Negro problem ada exploitation de minoritas par la majoritas. Nah keadaan seperti itu kita di Indonesia sekarang tidak mau lagi, itu adalah djaman lampau ’’Revolution rejects yesterday” kata Bung Karno, ’’but projects tomorrow”, tetapi antara yesterday dan tomorrow ada to-day dan to-day ini udjudnja kita semua. Maka dari itu saja minta kepada saudara-saudara, tegakkan saudara punja badan, tegakkan saudara punja djiwa, be proud to be an Indonesian; dan- marilah kita menempa dengan patriotisme seperti jang pernah diutjapkan oleh Dr. Setyaboedi, namanja dulu adalah Douwes Dekker, jang utjapannja kepada saja masih njaring mendering didalam telinga. Saja, pacfe waktu itu saja masih di H.B.S. di Surabaja disini, dia sebagai seorang Indo Belanda, berkata ”ik ben Indier, ik ben Indonesier want het land dat mij voedt Nis het land t dat ik hoed”. Tanahair jang memberikan kepada saja makan, adalah tanah- . air jang saja bela. Dan andaikata pun tanahair kita ini tidak beri makanan, ja saja tekankan andaikata, djangan lantas kita bilajig wah geen makanan, geen pembelaan. Saja koreksi faham jang salah itu dan saja andaikata pun begitu, tidak, tetapi tanahair kita memberi makanan kepada kita. Tuhan mentjiptakan kita diatas . kepulauan ini dan siapa jang tawakkal dan menundukkan djiwa dan badannja hanja kepada Tuhan setjara dialektis djuga dia tidak mau menundukkan djiwa dan badannja terhadap pada setiap orang '■ lain. H anja terhadap pada dialektis. Islam itu selalu mengandjurkan siapa jang takut sama Tuhan dialektis berani terhadap pada lain daripada Tuhan”. Berani itu tidak berarti bongol, seperti djengkrik dikuku begitu lantas dimakani lombok, bukan. Tetapi berani itu dalam arti kata perasaan seperti jang tergambar didalam bendera kita merah-putih. M erah warna lambang berani, putih lambang daripada kesu- tjian, dan kita berani karena kita berdiri atas kesutjian prinsip, dan karena kita berdiri atas kesutjian prinsip itu timbul keberanian2 untuk melaksanakan ini. Dengan ini saja achiri s'ambutan ‘saja irti. Saja pertjajakan ’care-taker”~schap ini kepada dua saudara itu, dengan permintaan .supaja saudara bekerdja erat bersama-sama dengan pimpinan dari­ pada Saptatunggal disini. f — 141 — Malahan sebentar lagi akan saja bentuk ditingkat nasional satu Dewan Pertimbangan, terdiri daripada seluruh golongan/ aliran jang ada didalam masjarakat, baik golongan karya, jang mentjerminkan disitu jaitu satu pemikiran-pemikiran musjawarah/ mupakat, supaja dengan demikian itu kita nanti mendapat social- support, sociale-dekking jang se-penuh^ja. Maka dengan ini saja sekali lagi melantik dengan resmi kesementaraan saudara berdua itu. dan kepada Sapta Tunggal saja titipkan aktivitas mereka itu didalam bekerdjanja sehari-hari, dan mulai sekarang bekerdjalah dengan semangat seperti tadi dinjatakan oleh Amanat Presiden ditambah dengan pesanan itu.

S e k i a n, terima kasih.

— 142 - ! KIKISLAH HABIS RASA MENJENDIRI KIKISLAH HABIS RASA ; MENJENDIRI

Amanat J.M. Menko/Menferi Penerangan / Ketuav Panitya Pembina Djiwa Revolusi Dr. H. Roeslan Abdulgani, pada peresmian L.P.K.B. Tjabang Bogor, tanggal 6 Djuni 1963.

”...... pentingnja usaha L.P.K.B. ini, tidak hanja dalam rangka ’nation-building’ dan ’character- building’ pada dewasa ini, tetapi djuga dalam phase meningkatnja Revolusi Nasional kita jang pengaruhnja telah dirasakan diseluruh dunia pada umumnja, benua Afrika-Asia dan Asia-Tenggara pada chususnja. Dalam hubungan ini saja tak berhenti-hentinja untuk mengandjurkan supaja saudara-saudara semua mzmbatja kembali dan mexnahami serta menguasai seluruh isi dan djiwa amanat Pemimpin Besar Revolusi kita Bung Kamo pada tanggal 15 Djuli 1963, suatu amanat jang menekankan pentingnja usaha assimilasi proses dalam nation building itu, dan pentingnja mengikis habis rasa-menjendiri disebabkan karena loyalitas berganda sebagai akibat dari pada keretakan dji­ wa didalam beberapa golongan masjarakat kita”. KIKISLAH HABIS RASA MENJENDIRI

Terlebih dahulu saja ingin menjampaikan penjesalan saja bahwa saja tidak dapat datang sendiri untuk meresmikan L.P.K.B T jabang Bogor. jang meliputi wilajah Kotapradja dan Daeral Tingkat II Bdgor pada pagi ini Dalam pada itu saja ingin menjatakan penghargaan saja sepe nuhnja kepada Pantja Tunggal Daerah Kotapradja dan Daeral Tingkat II Bogor atas segala usaha dan bantuannja, sehingg; L.P.K.B. Tjabang Bogor dapat dibentuk. \ T a k perlu kiranja saja mendjelaskan disini pentingnja usah< L.P .K .B. i»ii, tidak hanja dalam rangka ’’nation building dai ’ character building” pada dewasa ini, tetapi djuga dalam phasi meningkatnja Revolusi Nasional kita jang pengaruhnja telah dira sakan diseluruh dunia pada umumnja. benua Asia-Afrika dai A sia-Tenggara pada chususnja. Dalam hubungan ini saja tal berhcnti-hentinja untuk mengandjurkan supaja saudara-saudaiv semua membatja kembali dan memahami serta menguasai selurul isi dan djiwa amanat Pemimpin Besar Revolusi kita Bung Karnc pada tanggal 15 Djuli 1963, suatu amanat jang menekankan pen­ tingnja usaha assimilasi proses dalam nation building itu, an pentingnja mengikis habis rasa-menjendiri disebabkan kdiuia loyalitas berganda sebagai akibat daripada kerctakan djiwa di a lam beberapa golongan dalam masjarakat kita. Tetapi tidak hanja amanat Pemimpin Besar Revolusi tangga. 15 Djuli 1963 sadja jang harus kita peladjari; djuga pi ato a j Pantja Sila pada tanggal 1 Djuni 1945 dan pidato-p- ato lainnja jang memantjarkan keinginan beliau^ untuk mem ina per satuan dan kesatuan Bangsa dhn Tanah air, perlu kita pe a jar dan kita pahami serta kita kuasai bersama. Atas dasar amanat-amanat Presiden inilah. maka kita harm melihat pembentukan L.P.K.B. dengan Keputusan Presiden nomo 140 tahun 1963, tanggal 18 Djuli dulu itu. Sehingga dengai demikian saja minta kepada semua pengasuh, pembimbing dan pengurus L.P.K.B. Tjabang Bogor beserta Pantja Tunggalnja hendaknja djangan ada jang ragu-ragu tentang landasan idiilnja daripada L.P.K.B. ini. Malahan landasan idiil itu adalah lebih mehdalam lagi, jaitu terletak pada ideologi kita bersama, jaitu Pantja-Sila kita jang dewasa ini sudah kita pantjarkan kedalam Manipol/Usdek kita; sehingga dengan demikian L.P.K.B. merupakan tidak hanja alat pembfna kesatuan Bangsa, tetapi djuga alat Revolusi jang harus selalu berada dibarisan depan. Sebab Revolusi Indonesia tak mungkin digerakkan tanpa ada­ nja persatuan dan kesatuan Bangsa; tak mungkin digerakkan tan­ pa ada rasa-tjinta kepada Tanah air atau patriotisme; tak mungkin digerakkan tanpa ada keinginan dan kemauan untuk benar-benar hidup bersatu; tak mungkin digerakkan tanpa adanja persamaan watak jang dilahirkan karena persamaan nasib; tak mungkin digerakkan tanpa adanja persatuan dasar serta persatuan tudjuan dan persamaan haluan. > Kesemuanja ini ada didalam Pantja-Sila kita dan Manipol/ Usdek kita. Karena itulah, maka landasan idiil L.P.K.B. adalah terletak djuga pada Pantja-Sila dan Manipol/Usdek itu.

Dimana kita semua mengetahui bahwa penggali Pantja-Sila itu adalah'Bung Karno, maka dapatlah saja tegaskan disini, bahw a1 L.P.K.B. harus pula sedjiwa dengan seluruh adjaran-adjaran Bung Karno. Dan dimana kita meresmikan L.P.K,B. Tjabang Bogor pada hari bertepatan dengan Hari Ulang Tahunnja Bung Karno, maka setjara simbclis kita dengan begitu ingin mengVratkan dasar kedji- • waan L.P.K.B. dengan seluruh adjaran-adjaran Bung Karno. Malahan tidak hanja setjara simbolis, tetapi djuga setjara riil i dan aktip kita harus meresapkan dan mengamalkan seluruh adjar- an-aajaran Bung Karno selaku Pemimpin Besar Revolusi kita.

Dari keseluruhan adjaran-adjaran serta garis-perdjoangan ^ )ang diberikan cleh Bung Karno, maka jang paling menoridjol dan diperdjoangkan dengan mati-matian ialah keganclrungannja dan kekrandjingannja akan persatuan persatuan...... sekali lagi per­ satuan! Persatuan untuk melawan kolonialisme, imperialisme, V persatuan untuk mentjapai Indonesia Merdeka.

— 144 — y I 1 ' ‘ ‘ Idee persatuan dan kesatuan inilah jang mendjadi djiwa dan inti daripada segenap konsepsi-kcnsepsi jang diberikan oleh Bung K arno kepada Revolusi kita! Idee persatuan dan kesatuan itu bagaikan benang-merah menggetari pidato-pidatonja jang berapi- api, tulisan-tulisan dan amanat-amdfcatnja, mulai dari karangannja jang berdjudul "Islamisme, Nasionalisme dan Marxisme ’ pada tahun 1926, selandjutnja idee persatuan dan kesatuan itu rheng- ilhami pidato pembelaannja didepan hakim kolonial di Bandung , pada tah6n 1930 dan jang terkenal dengan nama 'Indonesia i menggugat Idee persatuan dan kesatuan itu menggetari karang­ annja jang berdjudul "Mentjapai Indonesia Merdeka" pada tahun 1933, dan achirnja mendjelma dalam rumusan jang konkrit pada tanggal 1 Djuni 1945 jaitu medjelma dalam dasar falsafah negara'' P an tja-S ila jang diutjapkan oleh Bung Karno dalam-pidato "Lahir­ nja Pantja-Sila". Sesudah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. idee persatuan dan kegotong-rojongan segenap kekuatan Revolu­ sioner mendjelma dalam "Konsepsi Presiden" jang terkenal pada tahun 1957. Kemudian setelah terbukti bahwa alam liberalisme jang telah meletus sedjak tahun 1950 makin mendjadi-djadi meratjuni -per­ satuan dan kesatuan kita, ditambah dengan terdjadinja pemberon- t. ^akan separatistis P.R.R.I./Permesta dan lain-lain, maka demi , keutuhan dan persatuan diutjapkanlah Dekrit 5 Djuli 1959. Pene- gasan selandjutnja daripada Dektrit 5 Djuli itu adalah Manifesto Politik Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1959 jang bukan sadja digetari oleh idee persatuan dan kesatuan, melainkan bahkan m eletakkan dasar, tudjuan dan kewadjiban Revolusi Indonesia. Idee persatuan jang dirumuskan dalam Pantja-Sila sebenarnja dapat didjadikan landasan Bagi kehidupan Internasional. Dalam pidato Bung Karno dimuka sidang umum P.B.B. tanggal 30 Sep- , tember 1960 jaitu "To build The World Anew” (Membangun dunia kembali) antara lain dftegaskan bahw.a Pantja-Sila tidak h anja mengandung arti nasional sadja melainkan djauh daripada itu. Pantja-Sila mempunjai arti Universil, jang dapat digunakan dalam kehidupan Internasional Jan sanggup mempersatukan bang- sa-ban gsa diseluruh dunia. Pada hari ini patutlah pula kita mere- ' sapkan kembali amanat-amanat Bung Karno sesudah Manifesto

— .145 — Politik, jaitu Djarek 1960. Resopim tahun 1961, Takem tahun 1962 dan Gesuri tahun 1963, jang semuanja mengandung penegasan- penegasan lebih landjut daripada iConsepsi Revolusi kita. Dari keseluruhan adjaran-adjaran diatas itu, maka njataiah bahwa L.P.K.B. adalah tjotjok sekali dengan seluruh gagasan-gagasan Bung Karno sedjak dulu kala. Dan berhubung dengan kesemuanja ini, maka patutlah kita semua pada tanggal 6 Djuni 1964 dikota Bogor sekarang ini dalam meresmikan L.P.K.B. Tjabang Bogor memandjatkan doa kehadirat Tuhan Jang Maha Esa semoga Bung Karno Pemimpin Besar Revolusi kita dikaruniai dengan usia jang pandjang, diberi kekua­ tan rochaniah dan djasmaniah, agar supaja dapat membawa dan memimpin rakjat Indonesia menudju kepada tjita-tjita Revolusi, jaitu masjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantja-Sila; dan disamping memandjatkan doa itu marilah kita berdjandji pada diri kita sendiri untuk terus mengamalkan segala tjita-tjita Bung Karno tadi itu Saja jakin bahwa tidak ada satu hadiah ulang tahun jang an e i erharga bagi beliau selain pernjataan niat dan tekad i a untu setjara ichlas dan djudjur membantu beliau didalam Kevolusi sekarang ini. ,

- 146 - KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 140 TAHUN 1963.

KAMI. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

M> timbang : 1. bahwa pembinaan kesatuan Bangsa Indones: dalam rangka pembinaan kesatuan Bangj Indonesia jang kokoh-kuat dan bersatu, men | pakan salah satu tugas-pokok dalam menji lesaikan Revolusi Indonesia berlandaskc Pantjasila, sehingga oleh karena itu meme lukan tjampur tangan, pimpinan dan bimbingc langsung dari Pemerintah; 2. bahwa berhubung. dengan hal jang tersebi diatas, perlu membentuk sebuah lembaga, jan chusus 'dapat melakukan kegiatan-kegiata jang seluas-luasnja dalam Pembinaan Kesatua Bangsa jang sesuai dengan tudjuan dan din£ mika revolusi; M t lgingat : Pasal 4 ajat (1) Undang-undang Dasar Republi Indonesia;

/.MEMUTUSKAN:

^ letapkan i Pembentukan Lembaga Pembinaan Kesatuai Bangsa sebagai bcrikut ;

Pasal 1.

P ad a staf W a k il Menteri Pertama bidang Chusus/'Menter Pei erangan/Ketua Panitya Indoktrinasi dibentuk Lembaga Penv binnan Kesatuan Bangsa, disingkat L.P.K.B.

Tugas Pokok dari L.P.K.B. adalah: Mengusahakan pembinaan Kesatuan Bangsa diantan 9oiongan2 warga-negara Indonesia, sehingga Bangsa Indonesu 1 ■■ y merupakan bangsa jang bulat, tunggal dan kokoh-kuat, sesuai : dengan tudjuan revolusi Indonesia, Masjarakat adil dan makmur, dengan djalan : a Menqadakan penilaian keadaan sertai menjampaikan per- ’ timbangan-pertimbangan kepada W akil Menteri Pertama/ Menteri Penerangan/Ketua Panitya Indoktrinasi mengenai kebidjaksanaan pembinaan kesatuan Bangsa; b Memberikan penerangan/indoktrinasi jang intensip dan berentjana kepada masjarakat jang seluas-luasnja tentang mutlaknja penjatuan Bangsa Indonesia dengan djalan pem- bauran (assimilasi) dan menghilangkan sifat2 serta tjara hidup jang.menjendiri (eksklusivisme); c. Usaha-u.-aha lain jang tidak bertentangan dengan tugas, pokok. Pasal 3. (1)~L.P.K.B. dipimpin oleh seorang kepala jang diangkat dan diperhentikan oleh Presiden. (2) Kepala L.P.K.B. berada dibawah dan bertanggung djawab kepada Wakil Menteri Pertama Bi'dang Chusus/Menteri, Pene- .rangan/Ketua Panitya Indoktrinasi. (^) Bentuk susunan dan tata-kerdja dari L.P.K.B. ditetapkan oleh Wakil Menteri Pertama Bidang Chusus/Menteri Penerangan/ Ketua Panitya Indoktrinasi. Pasal 4. Pembiajaan dari L.P.K.B. dibebankan kepada staf W akil Men­ teri Pertama Bidang Chusus/Menteri Penerangan/Ketua^ Panitya Indoktrinasi. Pasal 5.

Keputusa\i ini mulai berlaku pada hari ditetapkan.

Ditetapkan di Djakarta pada tanggal 18 Djuli 1963 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. SUKARNO

— 148 —