Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan (Implementation Model of Poverty Awakeness Program in Lamongan Region)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
DIA, Jurnal Administrasi Publik Desember 2013, Vol. 11, No. 2, Hal. 197 - 214 Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan (Implementation Model of Poverty Awakeness Program in Lamongan Region) Oleh: Achmad Syafi’i Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya ABSTRACT Poverty reduction in Lamongan Regency is part of the policy priorities and part of the implementation of development in Indonesia. Operationally, implementation of policies to reduce poverty in Lamongan manifested in a variety of empowerment programs that centered on Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas). Considering the geographic and demographic conditions of Lamongan, the real problem of poverty is similar to other Regencys in East Java. The poor community are not only concentrated in urban communities but also scattered throughout the Lamongan regency, both in urban, rural and coast. Three of them require the different approaches of empowerment for the poor community programs and policy models. In this research focused on the implementation of poverty reduction programs in the regency Lamongan to determine model which used to avchieve success of poverty reduction with a qualitative approach. The results of research showed that the successful implementation of poverty reduction programs in Lamongan because of good communication between the implementor, the optimal use of resources, an attitude that is committed, an organized institutionalization, appropriate standards and targets as well as attention to social conditions of political. That success can be seen from the dimensions of economic empowerment, educational empowerment dimensions and the dimensions of empowerment participation. Depart from the reality of the results of this study, empowerment of the poor community in Lamongan Regency is done based on basic potential of poor community and always pay attention to local knowledge which integrated with synergistic programs among the institutions that touch the poor community to become independent. Key words: Awakeness of the poor PENDAHULUAN Pada era reformasi, banyak kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di masa Latar Belakang: orde baru dilanjutkan dan disempurnakan oleh Kemiskinan merupakan sebuah kondisi pemerintah meskipun sudah tidak sentalistik. yang dialami oleh seseorang atau sekelompok Salah satu diantaranya adalah program KUT. orang di masyarakat yang bersifat sementara Sejak tahun 2000, program KUT yang di- dan dinamis. Kemiskinan bukanlah suatu ka- anggap gagal total diganti pemerintah dengan rakteristik yang melekat pada diri seseorang program baru yaitu Kredit Ketahanan Pangan atau sekelompok orang secara terus menerus. (KPP) yang pelaksanaanya diserahkan sepe- Walaupun dapat berlangsung dalam waktu nuhnya kepada Bank, pemerintah hanya ber- yang cukup lama, namun secara umum kemis- tindak sebagai pemberi subsidi pada tahap kinan bukanlah suatu hal yang bersifat per- awal. Berdasarkan target pemerintah, program manen. 197 Achmad Syafi’i ini sukses pada tahun 2004, tetapi lagi-lagi lah penduduk miskin masih relative tinggi, mengalami kegagalan karena kesulitan bank dalam satu dekade ini angka kemiskinan menyalurkan kredit dan petani kesulitan mem- berkisar antara 17%-24%. Menurut Ritonga bayar bunga kredit. Disamping program KUT (2008) angka tersebut menunjukkan bahwa dan KKP juga ada Program Pengembangan progam penanggulangan kemiskinan selama Kecamatan (PPK). Program ini bertujan me- ini belum berhasil mangatasi masalah kemis- ngurangi kemiskinan di tingkat pedesaan, kinan di Indonesia, terutama untuk masyarakat sekaligus memperbaiki kinerja pemerintah desa, hal tersebut disebabkan oleh beberapa daerah dengan cara memberi bantuan modal kelemahan mendasar, yaitu (1) pembangunan dan pengadaan infra struktur. Inti dari program terlalu berorientasi pada pertumbuhan ekono- ini adalah perencanaan yang melibatkan ma- mi dan kurang memperhatikan aspek peme- syarakat, laki-laki perempuan yang termasuk rataan, (2) cenderung lebih menekankan pen- miskin. Program ini dirancang melalui meka- dekatan sektoral yang kurang terintegrasi, dan nisme musyawarah dari tingkat dusun hingga (3) kurang mempertimbangkan persoalan ke- ke tingkat kecamatan. Pelaksanaan program miskinan yang multidimensi. didampingi oleh seorang fasilitator kecamatan, Dalam hubungannya dengan kawasan di dua orang fasilitator desa, satu laki-aki dan mana mereka (penduduk/masyarakat tergolong satu perempuan ditiap desa, juga dibantu lem- miskin) tinggal yaitu kawasan terdapatnya baga pengelola yaitu Unit Penelola Keuangan sumber daya alam atau sumber kekayaan (UPK) di kecamatan yang melibatkan LMD. alam, maka upaya pemberdayaan dengan pe- Progam ini di beberapa daerah mengalami nekanan otonomi komunitas, kemandirian, dan kegagalan, karena tidak adanya perencanaan keswadayaan lokal perlu perumusan dan for- yang matang dan kurangnya transparansi pe- mulasi yang seksama. Perumusan dan formu- nggunaan dan alokasi anggaran kepada masya- lasi yang memadai diperlukan agar upaya rakat desa. pemberdayaan yang selama ini digulirkan de- Kisah kegagalan program yang dirancang ngan pembiayaan yang tidak sedikit dapat dan didanai oleh pemerintah di masa orde baru terdaya gunakan dengan tingkat efektivitas dan masa reformasi ini dapat dilihat pada yang tinggi (ekonomis, efisien, efektif, akun- berbagai program yang mengalami kegagalan tabel dan tepat sasaran). karena proses perencanaan, pelaksanaan dan Sasaran penanggulangan kemiskinan ter- penyaluran bantuan kepada desa, sangat ter- kait dengan sasaran pembangunan yang ter- gantung tim pendampingnya dan lebih bersifat cantum dalam agenda penanggulangan kemis- konsumtif (Reni dan Tjiptoheriyanto, 2004). kinan dalam tiga tahun (2009-2011) adalah Menurut Kuncoro Jakti (2004) dana untuk menurunnya penduduk miskin laki-laki dan pengentasan kemiskinan di Indonesia untuk perempuan dan terpenuhinya hak-hak masya- tahun 2004 diperkirakan mancapai 18 triliun rakat miskin secara bertahap, sasaran tersebut yang tersebar ke berbagai departemen. Bahkan secara rinci adalah sebagai berikut: (1) me- pada tahun 2008 pemerintah telah menaikkan nurunnya persentase penduduk yang berada di anggaran program Pengembangan Kecamatan garis kemiskinan, (2) terpenuhinya kecukupan (PPK) sebesar 4,3 triliun untuk penanggu- pangan yang bermutu dan terjangkau, (3) langan kemiskinan, PPK bersama beberapa terpenuhinya pelayanan kesehatan dan jami- program sejenis kemudian diintegrasikan ke- nan pelayanan kesehatan keluarga miskin dalam suatu wadah yaitu Program Nasional secara gratis dan bermutu, (4) tersedianya Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Melalui pelayanan pendidikan dasar secara gratis, PNPM sebanyak 2629 kecamatan di Indonesia bermutu dan merata, (5) terpenuhinya kebu- akan mendapatkan dana sekitar 3 milyar untuk tuhan perumahan dan sanitasi yang layak dan setiap kecamatan selama 3 tahun. sehat, serta terpenuhinya air bersih bagi ma- Meskipun telah banyak intervensi program syarakat miskin, (6) terbukanya kesempatan pengentasan kemiskinan namun realita kemis- kerja dan berusaha, (7) terbukanya akses per- kinan yang diukur berdasarkan indicator jum- modalan dalam menciptakan dan mengem- 198 Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan bangkan usaha, (8) terbangunnya pusat pe- kukan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur ngembangan cluster ekonomi kawasan pede- telah diimplementasikan sesuai dengan kebu- saan dan pembelajaran masyarakat miskin tuhan dasar masyarakat miskin. dalam pengembangan potensi ekonomi pede- Kabupaten Lamongan pada tahun 2009 dalam saan, (9) terpenuhinya sasaran dan mening- Program Pengentasan Kemiskinan mendapat- katnya kualitas pengelolaan program gerakan kan juara satu untuk tingkat propinsi Jawa terpadu pengentasan kemiskinan melalui pen- Timur, (Keputusan Gubernur Jawa Timur dekatan tridaya (Pembangunan manusia, usaha Nomor 188/467/KPTS/013/2009.) Kabupaten dan lingkungan), (10) peningkatan kapasitas Lamongan mampu menurunkan tingkat ke- kelembagaan desa dan kapasitas pokmas miskinan dari 17,2 % menjadi 15,6 %, (lapo- dalam mengelola usaha baik secara mandiri ran akhir Pelaksanaan Program Pengentasan maupun kolektif, (11) terbukanya akses Kemiskinan tahun 2009 oleh Bapemas Kabu- masyarakat miskin dalam pemanfaatan sum- paten Lamongan) sehingga menarik untuk di- berdaya alam dan terjaganya kualitas ling- teliti, kiat apa yang digunakan oleh Peme- kungan hidup, (12) meningkatnya partisipasi rintah Kabupaten Lamongan dalam melak- masyarakat miskin dalam pengambilan kepu- sanakan program pengentasan kemiskinan, tusan, dan (13) terjaminnya integrasi progam diharapkan penelitian ini menghasilkan sebu- sektoral yang secara tegas yang berorientasi ah model pengentasan kemiskinan di Jawa pada penciptaan lapangan kerja dan pengen- Timur, mengingat seluruh Kabupaten di Jawa tasan kemiskinan. Timur melaksanakan program yang sama, Berbagai progam pengentasan kemiskinan sementara Kabupaten Lamongan (pemenang yang telah dilakukan untuk mencapai sasaran juara) berhasil dengan baik tentu mempunyai tersebut di atas masih terdapat kendala– banyak keunggulan, yang dapat peneliti gali kendala dalam implementasinya yang antara lebih jauh hingga ditemukan model yang lain adalah: Kurang terfokusnya berbagai pro- dapat berlaku pada daerah-daerah lain khusus- gam kemiskinan pada akar masalah; Kurang nya di Jawa Timur, umumnya di Indonesia menyentuh pengembangan potensi desa, se- dalam upaya segera terlepas dari himpitan hingga belum mampu menggerakan sektor riil kemiskinan. di pedesaan, berbagai kebijakan sektor keu-