DIA, Jurnal Administrasi Publik Desember 2013, Vol. 11, No. 2, Hal. 197 - 214

Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan (Implementation Model of Poverty Awakeness Program in Lamongan Region)

Oleh: Achmad Syafi’i Universitas 17 Agustus 1945

ABSTRACT

Poverty reduction in Lamongan Regency is part of the policy priorities and part of the implementation of development in . Operationally, implementation of policies to reduce poverty in Lamongan manifested in a variety of empowerment programs that centered on Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas). Considering the geographic and demographic conditions of Lamongan, the real problem of poverty is similar to other Regencys in . The poor community are not only concentrated in urban communities but also scattered throughout the Lamongan regency, both in urban, rural and coast. Three of them require the different approaches of empowerment for the poor community programs and policy models. In this research focused on the implementation of poverty reduction programs in the regency Lamongan to determine model which used to avchieve success of poverty reduction with a qualitative approach. The results of research showed that the successful implementation of poverty reduction programs in Lamongan because of good communication between the implementor, the optimal use of resources, an attitude that is committed, an organized institutionalization, appropriate standards and targets as well as attention to social conditions of political. That success can be seen from the dimensions of economic empowerment, educational empowerment dimensions and the dimensions of empowerment participation. Depart from the reality of the results of this study, empowerment of the poor community in Lamongan Regency is done based on basic potential of poor community and always pay attention to local knowledge which integrated with synergistic programs among the institutions that touch the poor community to become independent.

Key words: Awakeness of the poor

PENDAHULUAN Pada era reformasi, banyak kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di masa Latar Belakang: orde baru dilanjutkan dan disempurnakan oleh Kemiskinan merupakan sebuah kondisi pemerintah meskipun sudah tidak sentalistik. yang dialami oleh seseorang atau sekelompok Salah satu diantaranya adalah program KUT. orang di masyarakat yang bersifat sementara Sejak tahun 2000, program KUT yang di- dan dinamis. Kemiskinan bukanlah suatu ka- anggap gagal total diganti pemerintah dengan rakteristik yang melekat pada diri seseorang program baru yaitu Kredit Ketahanan Pangan atau sekelompok orang secara terus menerus. (KPP) yang pelaksanaanya diserahkan sepe- Walaupun dapat berlangsung dalam waktu nuhnya kepada Bank, pemerintah hanya ber- yang cukup lama, namun secara umum kemis- tindak sebagai pemberi subsidi pada tahap kinan bukanlah suatu hal yang bersifat per- awal. Berdasarkan target pemerintah, program manen.

197

Achmad Syafi’i ini sukses pada tahun 2004, tetapi lagi-lagi lah penduduk miskin masih relative tinggi, mengalami kegagalan karena kesulitan bank dalam satu dekade ini angka kemiskinan menyalurkan kredit dan petani kesulitan mem- berkisar antara 17%-24%. Menurut Ritonga bayar bunga kredit. Disamping program KUT (2008) angka tersebut menunjukkan bahwa dan KKP juga ada Program Pengembangan progam penanggulangan kemiskinan selama Kecamatan (PPK). Program ini bertujan me- ini belum berhasil mangatasi masalah kemis- ngurangi kemiskinan di tingkat pedesaan, kinan di Indonesia, terutama untuk masyarakat sekaligus memperbaiki kinerja pemerintah desa, hal tersebut disebabkan oleh beberapa daerah dengan cara memberi bantuan modal kelemahan mendasar, yaitu (1) pembangunan dan pengadaan infra struktur. Inti dari program terlalu berorientasi pada pertumbuhan ekono- ini adalah perencanaan yang melibatkan ma- mi dan kurang memperhatikan aspek peme- syarakat, laki-laki perempuan yang termasuk rataan, (2) cenderung lebih menekankan pen- miskin. Program ini dirancang melalui meka- dekatan sektoral yang kurang terintegrasi, dan nisme musyawarah dari tingkat dusun hingga (3) kurang mempertimbangkan persoalan ke- ke tingkat kecamatan. Pelaksanaan program miskinan yang multidimensi. didampingi oleh seorang fasilitator kecamatan, Dalam hubungannya dengan kawasan di dua orang fasilitator desa, satu laki-aki dan mana mereka (penduduk/masyarakat tergolong satu perempuan ditiap desa, juga dibantu lem- miskin) tinggal yaitu kawasan terdapatnya baga pengelola yaitu Unit Penelola Keuangan sumber daya alam atau sumber kekayaan (UPK) di kecamatan yang melibatkan LMD. alam, maka upaya pemberdayaan dengan pe- Progam ini di beberapa daerah mengalami nekanan otonomi komunitas, kemandirian, dan kegagalan, karena tidak adanya perencanaan keswadayaan lokal perlu perumusan dan for- yang matang dan kurangnya transparansi pe- mulasi yang seksama. Perumusan dan formu- nggunaan dan alokasi anggaran kepada masya- lasi yang memadai diperlukan agar upaya rakat desa. pemberdayaan yang selama ini digulirkan de- Kisah kegagalan program yang dirancang ngan pembiayaan yang tidak sedikit dapat dan didanai oleh pemerintah di masa orde baru terdaya gunakan dengan tingkat efektivitas dan masa reformasi ini dapat dilihat pada yang tinggi (ekonomis, efisien, efektif, akun- berbagai program yang mengalami kegagalan tabel dan tepat sasaran). karena proses perencanaan, pelaksanaan dan Sasaran penanggulangan kemiskinan ter- penyaluran bantuan kepada desa, sangat ter- kait dengan sasaran pembangunan yang ter- gantung tim pendampingnya dan lebih bersifat cantum dalam agenda penanggulangan kemis- konsumtif (Reni dan Tjiptoheriyanto, 2004). kinan dalam tiga tahun (2009-2011) adalah Menurut Kuncoro Jakti (2004) dana untuk menurunnya penduduk miskin laki-laki dan pengentasan kemiskinan di Indonesia untuk perempuan dan terpenuhinya hak-hak masya- tahun 2004 diperkirakan mancapai 18 triliun rakat miskin secara bertahap, sasaran tersebut yang tersebar ke berbagai departemen. Bahkan secara rinci adalah sebagai berikut: (1) me- pada tahun 2008 pemerintah telah menaikkan nurunnya persentase penduduk yang berada di anggaran program Pengembangan Kecamatan garis kemiskinan, (2) terpenuhinya kecukupan (PPK) sebesar 4,3 triliun untuk penanggu- pangan yang bermutu dan terjangkau, (3) langan kemiskinan, PPK bersama beberapa terpenuhinya pelayanan kesehatan dan jami- program sejenis kemudian diintegrasikan ke- nan pelayanan kesehatan keluarga miskin dalam suatu wadah yaitu Program Nasional secara gratis dan bermutu, (4) tersedianya Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Melalui pelayanan pendidikan dasar secara gratis, PNPM sebanyak 2629 kecamatan di Indonesia bermutu dan merata, (5) terpenuhinya kebu- akan mendapatkan dana sekitar 3 milyar untuk tuhan perumahan dan sanitasi yang layak dan setiap kecamatan selama 3 tahun. sehat, serta terpenuhinya air bersih bagi ma- Meskipun telah banyak intervensi program syarakat miskin, (6) terbukanya kesempatan pengentasan kemiskinan namun realita kemis- kerja dan berusaha, (7) terbukanya akses per- kinan yang diukur berdasarkan indicator jum- modalan dalam menciptakan dan mengem-

198

Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan bangkan usaha, (8) terbangunnya pusat pe- kukan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur ngembangan cluster ekonomi kawasan pede- telah diimplementasikan sesuai dengan kebu- saan dan pembelajaran masyarakat miskin tuhan dasar masyarakat miskin. dalam pengembangan potensi ekonomi pede- Kabupaten Lamongan pada tahun 2009 dalam saan, (9) terpenuhinya sasaran dan mening- Program Pengentasan Kemiskinan mendapat- katnya kualitas pengelolaan program gerakan kan juara satu untuk tingkat propinsi Jawa terpadu pengentasan kemiskinan melalui pen- Timur, (Keputusan Gubernur Jawa Timur dekatan tridaya (Pembangunan manusia, usaha Nomor 188/467/KPTS/013/2009.) Kabupaten dan lingkungan), (10) peningkatan kapasitas Lamongan mampu menurunkan tingkat ke- kelembagaan desa dan kapasitas pokmas miskinan dari 17,2 % menjadi 15,6 %, (lapo- dalam mengelola usaha baik secara mandiri ran akhir Pelaksanaan Program Pengentasan maupun kolektif, (11) terbukanya akses Kemiskinan tahun 2009 oleh Bapemas Kabu- masyarakat miskin dalam pemanfaatan sum- paten Lamongan) sehingga menarik untuk di- berdaya alam dan terjaganya kualitas ling- teliti, kiat apa yang digunakan oleh Peme- kungan hidup, (12) meningkatnya partisipasi rintah Kabupaten Lamongan dalam melak- masyarakat miskin dalam pengambilan kepu- sanakan program pengentasan kemiskinan, tusan, dan (13) terjaminnya integrasi progam diharapkan penelitian ini menghasilkan sebu- sektoral yang secara tegas yang berorientasi ah model pengentasan kemiskinan di Jawa pada penciptaan lapangan kerja dan pengen- Timur, mengingat seluruh Kabupaten di Jawa tasan kemiskinan. Timur melaksanakan program yang sama, Berbagai progam pengentasan kemiskinan sementara Kabupaten Lamongan (pemenang yang telah dilakukan untuk mencapai sasaran juara) berhasil dengan baik tentu mempunyai tersebut di atas masih terdapat kendala– banyak keunggulan, yang dapat peneliti gali kendala dalam implementasinya yang antara lebih jauh hingga ditemukan model yang lain adalah: Kurang terfokusnya berbagai pro- dapat berlaku pada daerah-daerah lain khusus- gam kemiskinan pada akar masalah; Kurang nya di Jawa Timur, umumnya di Indonesia menyentuh pengembangan potensi desa, se- dalam upaya segera terlepas dari himpitan hingga belum mampu menggerakan sektor riil kemiskinan. di pedesaan, berbagai kebijakan sektor keu- angan belum mampu diakses oleh rumah Rumusan Masalah tangga miskin; Belum terintegrasinya program Dari uraian diatas dapat disusun rumusan antara Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota masalah yang akan diteliti: dalam satu skema yang terpadu, lokasi yang 1. Bagaimanakah pelaksanaan Program Pe- salah, kesalahan konsep, kebocoran dalam ngentasan Kemiskinan di Kabupaten Lamo- implementasi dan pertumbuhan angkatan kerja ngan. yang cepat. Dari berbagai permasalahan ter- 2. Bagiamankah model pelaksanaan Program sebut diduga berpengaruh terhadap belum Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten optimalnya manfaat yang dirasakan secara Lamongan (faktor yang menyebabkan ke- langsung oleh keluarga miskin. berhasilan) Agar pelaksanaan progam pengentasan ke- miskinan di Jawa Timur berjalan secara efektif Tujuan Penelitian: diperlukan upaya untuk mengetahui secara langsung terutama di tingkat Kabupaten (a) Tujuan atau sasaran yang akan dicapai bagaimana aktivitas yang telah dilakukan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: Dinas/Instansi yang secara langsung mena- 1. Tersusunnya sebuah model rumusan imple- ngani program pengentasan kemiskinan, (b) menasi Progam Pengentasan Kemiskinan di manfaat langsung yang dapat dinikmati oleh Kabupaten Lamongan keluarga miskin baik dalam jangka pendek, 2. Untuk medesain ulang pola Program Pe- jangka menengah, dan jangka panjang, dan (c) ngentasan Kemiskinan di Kabupaten Lamo- apakah progam kemiskinan yang telah dila- ngan Jawa Timur yang lebih efektif agar

199

Achmad Syafi’i

dapat mempercepat penurunan angka ke- lolaan irigasi. Peneliti melihat bahwa selama miskinan. ini kebijakan pemberdayaan petani melalui pengelolaan irigasi belum berhasil (belum TINJAUAN PUSTAKA mampu meningkatkan kinerja petani). Ber- dasarkan hasil penelitian, ternyata pengelolaan Penelitian Terdahulu irigasi berbasis masyarakat mampu mening- Pada uraian ini dipaparkan penelitian ter- katkan peran serta aktif petani dalam penen- dahulu tentang pengentasan kemiskinan di tuan: kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, berbagai daerah, serta hasil yang ingin dicapai dan pengawasan penggunaan air untuk mereka dalam penelitian ini, sekaligus sebagai pem- sendiri. Perkumpulan petani pemakai air yang beda antara penelitian terdahulu dengan pene- terhimpun dalam lembaga berbadan hukum litian ini. ‘Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA)’ me- Pertama, Mashoed, 2004. Kebijakan Pem- miliki otonomi, kemandirian dan benar-benar berdayaan Masyarakat Miskin di Desa Teri- mengakar di masyarakat, adalah lembaga yang solasi. Disertasi Mashoed sebagai hasil pene- tepat untuk sarana pemberdayaan petani dalam litian atas kebijakan pembuatan jalan tembus pengelolaan irigasi. Dalam penelitian ini me- yang dapat mengakses desa terisolasi di nitik beratkan kepada kelembagaan dalam hal Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Dinya- ini adalah HIPPA, seharusnya menekankan takan bahwa jalan tembus merupakan sarana kepada manajemen partisipatory, dengan parti- pemberdayaan masyarakat desa terisolasi. sipasi masyarakat pengguna air dalam proses Upaya tersebut semakin berhasil setelah di- perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dukung oleh perubahan status desa terisolasi dalam pengelolaan air kinerja petani akan dari ‘dusun’ ke ‘desa’. Perubahan tersebut me- lebih baik. Dalam metode participatory pende- mudahkan urusan kepemerintahan oleh para katan dan tehnik pelibatan masyarakat dalam warganya. Dalam penelitian ini memfokuskan proses-proses pemikiran yang berlangsung pada masyarakat terisolir, yang tidak bisa selama kegiatan-kegiatan perencanaan dan digeneralisasikan pada semua pedesaan, sara- pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi na prasarana merupakan faktor yang menun- program pembangunan masyarakat. Dalam jang dalam keberhasilan pemberdayaan di pendekatan ini mengedepankan lima dasar, masyarakat yang tersisolir, selain itu adanya yaitu penjajagan atau pengenalan kebutuhan, perubahan status dari dusun menjadi desa juga perencanaan kegiatan, pelaksanaan atau peng- ikut andil dalam memberdayakan masyarakat organisasian kegiatan, pemantauan kegiatan tersisolir, sehingga bukan saja karena dibuat- dan evaluasi kegiatan. kan jalan tembus sebagai penyebab terbeda- Ketiga, Qomaruddin, 2006. Implementasi yakannya masyarakat di daerah tersisolir, Kebijakan Perencanaan Pembangunan Parti- tetapi justru adanya peningkatan status desa sipatif dalam rangka Pemberdayaan Masya- dari dusun menjadi desa itulah yang menja- rakat di Kota Surakarta. Disertasi Qomarudin dikan terbedayakannya masyarakat di obyek tersebut merupakan hasil penelitian tentang penelitian. Karena dengan status desa mereka pemberdayaan masyarakat perkotaan. Wujud mempunyai pemerintahan desa yang otonom, terberdayanya masyarakat perkotaan sebagai mempunyai anggaran yang dikelola sendiri implementasi perencanaan pembangunan seca- dan memproduk kebijakan-kebijakan strategis ra partisipatif tersebut lebih banyak ditentukan dalam pembangunan di wilayahnya. oleh peran serta aktif mereka yang diwarnai Kedua, Raden Bagus Fatah Jasin, 2004. oleh kultur Jawa (patuh) dan akibat dominasi Kebijakan Pembangunan Irigasi: Studi ten- aktor komunitas agresif yang ada di perkotaan tang Kebijakan Pengelolaan Irigasi, Kelem- tersebut. Sehingga proyek yang merupakan bagaan dan Pemberdayaan Petani di Jawa ’block grant’ dapat terlaksana/sukses karena Timur. Disertasi Raden Bagus Fatah Jasin ter- tertunjang oleh kesediaan masyarakat berswa- sebut merupakan hasil penelitian tentang daya/berperan aktif. Dalam penelitian ini upaya pemberdayaan petani melalui penge- kurang memunculkan kelebihan dari sumber

200

Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan daya manusia, dimana masyarakat perkotaan Keenam, Mariapia Mendola, (2007) Agri- cenderung sumber daya manusianya lebih baik cultural technology adoption poverty reduc- dibanding dengan sumber daya masyarakat tion : a propencity score matching analysis for yang ada di pedesaan, ditunjang dengan parti- rural Bangladesh. Penduduk miskin umumnya sipasi aktif dari masyarakatnya, sehingga pro- berpendidikan rendah, bekerja sebagai petani yek block grant akan berjalan dengan baik dan bertempat tinggal di daerah pedesaan, karena kegiatan proyek tersebut sesuai dengan demikian juga penduduk miskin di Banglades. keinginan masyarakatnya. Untuk itu dalam mengurangi penduduk miskin Keempat Budi Wiyana 2009, Pemberda- menggunakan pendekatan dengan mengadopsi yaan Petani Miskin di Kabupaten Tuban, teknologi pertanian, karena hal itu sesuai de- Jawa Timur, disertasi Budi Wiyana tersebut ngan pekerjaan dan karakteristik tempat pemu- merupakan hasil penelitian tentang pember- kiman mereka. Namun ada kekhawatiran apa- dayaan masyarakat petani. Wujud terberdaya- kah dengan jalan mengadopsi teknologi perta- nya masyarakat tani miskin ini mampu me- nian itu mereka bisa melakukan, mengingat ningkatkan kesejahteraan mereka, pemberda- rata-rata mereka pendidikannya rendah. yaan ini dari sumberdaya manusianya, permo- Permasalahannya adalah apakah dengan dalan dan manajemen dalam pengelolaan mengadopsi teknologi pertanian bisa mengu- sistem pertaniannya maupun hasil usahanya. rangi angka kemiskinan? Adapun tujuan pene- Dalam penelitian kurang memperhatikan atau litiannya adalah untuk mengetahui pengaruh menampakkan unsur kesejahteraan dari ma- adopsi teknologi pertanian terhadap penurunan syarakat, apakah sejahteranya melalui program angka kemiskinan atau peningkatan kesejah- pemberdayaan atau melalui kinerja mereka teraan, dengan ditandai dengan peningkatan sendiri yang disupport oleh PPL yang selalu penghasilan keluarga petani. mendampingi petani dalam usaha peningkatan Teori yang digunakan dalam penelitian ini penghasilan. adalah, teori pembangunan klasik, David Kelima, Hardjo Soewito 2009, Ricardo: bahwa proses pertumbuhan ekonomi Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan Mela- dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya lui Pengelolaan Hutan Sosial yang Sinergis- tanah, sumber daya manusia, akumulasi modal Adaptif-Berkelanjutan di Jawa Timur, diser- dan kemajuan teknologi. tasi Sukarno-Hs tersebut merupakan hasil Hasil temuan dalam penelitian ini adalah penelitian tentang pemberdayaan masyarakat setelah mengadopsi teknologi pertanian ter- desa hutan. Wujud terberdayanya masyarakat dapat peningkatan produksi pertanian maupun desa pinggiran hutan adalah sinerginya antara pendapatan keluarga petani dan selanjutnya masyarakat pengelolan hutan dengan peme- mengurangi angka kemiskinan. Dalam pene- rintah yang dalam hal ini Perum Perhutani. litian ini terdapat adanya kontradiktif antara Dalam penelitian ini kurang tampak adanya masyarakat miskin yang identik dengan sum- unsur berkelanjutan. Dalam penelitian ini berdaya yang rendah dengan adopsi tehnologi tehnis pemberdayaannya khusus pada masya- pertanian yang membutuhkan kemampuan rakat desa hutan, artinya hanya cocok ketika sumber daya manusia yang memadai. Untuk dilakukan pada masyarakat desa hutan yaitu itu harus dimunculkan adanya peningkatan masyarakat desa yang wilayahnya merupakan sumber daya manusia sebelum mengadopsi perbatasan antara perkampungan dengan wila- tehnologi pertanian dan meruabah mind set yah hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani. mereka atau merubah paradigma mereka dari Hal ini tentu saja tidak serta merta metode tradisional murni ke paradigma tehnologi pemberdayaannya dapat digunakan dalam modern yang merupakan kebutuhan mutlak masyarakat perkotaan atau pedesaan yang jauh untuk bisa dikembangkan. dari wilayah hutan, karena karakter masya- Ketujuh, James R. Hargreaves (2007), rakat berbeda, kondisi lingkungan berbeda dan Hearing the Vices of the Poor: Assigning kondisi alampun juga berbeda. Poverty Lines on the Basic of Local Percep- tion of Poverty, A Quantitative of Qualitattive

201

Achmad Syafi’i

Data from Participatory Wealth Ranking in manakah model implementasi program pe- Rural South Africa. Persoalan penentuan garis ngentasan kemiskinan yang dilaksanakan di kemiskinan atau dalam rangka membedakan Kabupaten Lamongan sehingga bisa berjalan antara orang yang miskin dengan yang tidak secara efektif. miskin merupakan persoalan krusial. Penilaian Target yang ingin dicapai dalam penelitian atau pengukuran apakah orang itu termasuk ini diharapkan akan menghasilkan sebuah mo- miskin atau tidak menjadi prioritas utama del implementasi program pengentasan kemis- karena penilaian itu mempunyai implikasi kinan yang dapat digeneralisaikan dan dilak- yang erat dengan rencana mengurangi kemis- sanakan pada semua daerah yang mempunyai kinan maupun monitoring dampak dari pengu- karakteristik sama atau hampir sama dengan kuran kemiskinan. Penentuan kemiskinan sa- karakteristik daerah penelitian. lah maka akan berdampak buruk selanjutnya dalam mengatasi kemiskinan. Kerrangka Dasar Teori Selama ini penentuan kemikskinan melalui Dasar teoretik untuk membangun kerangka survey. Dalam penelitian ini di samping meto- konseptual penelitian disertasi ini adalah teori de survey dalam menentukan garis kemiskinan kebijakan publik, teori implementasi kebijakan juga menggunakan metode pemeringkatan ke- publik. kayaan secara partisipasi/PWR (Participatory Wealth Ranking). Penelitian ini difokuskan Kebijakan Publik kepada dua hal yaitu, mengidentifikasi sebe- rapa banyak keluarga yang tergolong miskin Tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan dan mengukur tingkat kemiskinan. bukanlah sekedar tercapainya tujuan secara Teori yang digunakan dalam penelitian ini efektif dan efisien, tetapi juga harus bertujuan adalah, teori pembangunan partisipatif, dengan untuk memberikan pelayanan yang memuas- melakukan pemeringkatan kekayaan secara kan sesuai dengan kepentingan masyarakat partisipasi akan ditemukan mana keluarga (satisfaction of preference). Di samping itu, di yang tergolong miskin dan mana yang masuk era good governance juga dimaksudkan agar dalah keluarga tidak miskin secara akurat. para penyelenggara negara dapat menampil- Dalam penelitian ini hanya menitik beratkan kan sosoknya yang “good” dalam arti bukan pada klasifikasi miskin dan tidak miskin, saja harus dapat menunjukkan kinerjanya sementara esensi dari pengentasan kemiskinan secara efektif dan efisien, tetapi juga mampu adalah adanya peningkatan kesejahteraan da- menampilkan sisinya yang bernuansa equity, lam hal ini adalah adanya perubahan kesejah- equality, democratic/participative, justice as teraan yang lebih baik dari kondisi sebelum- fairness, law enforcement. Hal senada disam- nya. paikan oleh Rosembloom (1989), yaitu mana- gerial, political and legal. Sementara itu H.G. Penelitian Disertasi Frederickson ( dalam Bellone, 1980) membagi Penelitian ini mengambil judul Model paradigma Administrasi publik dalam lima Implementasi Program Pengentasan Kemis- hal, yaitu, Clasic Bureaucratic, Neo-Bureau- kinan Di Kabupaten Lamongan. Pada pene- cratic, Institutional Model, Human Relations, litian ini, peneliti ingin menemukan model dan Public Choice Model. Lima paradigma itu implementasi Program Pengentasan Kemis- kemudian oleh M. Irfan Islamy (2002) ditam- kinan di kabupaten Lamongan yang secara bahkan Citizen Choice sebagai pencerminan regional tingkat provinsi Jawa Timur terpilih nilai demokratisasi dalam administrasi publik. sebagai kabupaten yang berhasil mengatasi Pada dewasa ini teori administrasi publik masalah kemiskinan. Sementara, di satu sisi terfokus pada masalah kebijakan publik yang semua daerah mendapatkan program dengan mencakup tiga sub bidang, yaitu policy ma- bantuan yang relatif sama, tetapi di sisi lain king, policy implementation, dan policy eva- dalam pelaksanaannya serta hasil yang dicapai luation. Studi tentang perumusan kebijakan berbeda-beda. Untuk itu menarik dikaji bagai- mencoba menjawab pertanyaan seperti bagai-

202

Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan mana proses perumusan kebijakan, bagaimana (1995), memerlukan kejelasan dan diketemu- perumus kebijakan memilih alternatif tertentu kannya sarana mengatasi masalah yang benar dan bukan yang lainnya, siapa saja aktor atas masalah yang benar. Dikatakannya lebih perumus kebijakan, dsb. Studi impelementasi lanjut, kegagalan sering kali terjadi oleh kare- kebijakan ingin mengkaji bagaimana suatu na kita memecahkan masalah yang salah kebijakan diimplementasikan, determinan apa ketimbang mendapatkan pemecahan yang sa- saja yang menentukan kinerja pelaksanaan lah terhadap masalah yang benar. Lalu apakah kebijakan, dan siapa implementatornya? Se- kebijakan publik itu? dang studi tentang evaluasi kebijakan meng- Dye (1992), mengartikan bahwa kebijakan kaji mengapa suatu kebijakan berhasil atau publik adalah apapun yang yang dipilih oleh gagal mencapai sasaran; faktor apa saja yang pemerintah untuk melaksanakan atau tidak memnentukan keberhasilan atau kegagalan melaksanakan. Pendapat yang senada disam- suatu kebijakan (Amir Santosa, 1998). Pada paikan oleh Edward III dan Sharkansky (da- sisi ini administrasi publik tidak lagi mene- lam Islamy, 1984), kebijakan publik adalah kankan perhatian pada persoalan “what should apa yang pemerintah katakan dan lakukan, be” seperti pada sifat awalnya sebagai norma- atau tidak lakukan. Kebijakan merupakan se- tive science, tidak pula memfokuskan perha- rangkaian tujuan dan sasaran program-pro- tiannya pada persoalan “what is” sebagaimana gram pemerintah, (what government say and dianut oleh paham administrasi publik sebagai do, or not do. It is the goals or propuse of go- behavioral science, tetapi menekankan pada vernment programs). persoalan “what is posible” atau “what is Seiring dengan laju perkembangan demokrati- probable” yang menjadi titik tekan ilmu admi- sasi di beberapa belahan dunia yang menjadi nistrasi publik sebagai policy science. parameter keberhasilan sistem pemerintahan Kebijakan publik dibuat dengan maksud dan satu sisi, pada sisi lain memacu tumbuh kem- tujuan tertentu, yaitu untuk memecahkan per- bangnya sejumlah tuntutan masyarakat keha- masalahan publik yang ada di masyarakat dapan publik, sehingga pada sudut aliran akhir yang terus bertambah dan semakin kompleks menuntut para birokrat atau pemerintah men- dalam intentisitas dan variasinya. Yang di- jadi pembuat kebijakan (policy maker) untuk maksud masalah publik manakala permasa- mengambil tindakan yang lebih profesional, lahan itu dapat menggerakkan banyak orang aplikatif, dan memenuhi segala aspek kepen- untuk ikut memikirkan dan mencari solusinya tingan dari pelbagai pihak. Pada realitasnya, yang dapat menghasilkan sebuah kebijakan kendatipun upaya yang telah dilakukan oleh publik (Walker, 1982). Selanjutnya Walker pemerintah secara optimal untuk mengambil membatasi apa yang dimaksud masalah publik langkah dalam bentuk pengambilan kebijakan, dapat menjadi kebijakan publik ketika; (1) tidak semua komponen yang terkait dengan mempunyai dampak yang besar bagi banyak kebijakan tersebut mau memahami, sehingga orang, (2) adanya bukti yang meyakinkan upaya yang telah diambil oleh pemerintah sehingga menjadi masalah yang harus diagen- tidak semua diresponnya secara positif, teru- dakan oleh lembaga legislatif, (3) adanya ke- tama masyarakat yang sebagian besar tidak mampuan untuk mengatasi masalah yang ber- mengerti esensi kebijakan. sangkutan Sehubungan dengan hal tersebut, yang perlu Sedangkan Jones (1984) memerikan sebagai diketengahkan dalam karya ilmiah ini adalah berikut;(1) ruang lingkup masalah mendapat bahwa persoalan kebijakan adalah persoalan dukungan publik, (2) permasalahannya di- tentang pilihan (choises). Dengan demikian, anggap penting, dan (3) ada peluang untuk semua problematika negara yang telah masuk dapat dipecahkan. dalam agenda setting dan agenda pemerintah Masalah publik itu oleh pemerintah diupaya- untuk mewakili agregasi kepentingan (interest kan untuk dapat dipecahkan melalui suatu of aggregation) tidak selalu dipilih dan ditin- kebijakan publik. Agar masalah publik itu dak lanjuti dalam implementasi atau pelak- betul-betul dapat dipecahkan, menurut Dunn sanaannya, terkadang agenda pemerintah ter-

203

Achmad Syafi’i sebut harus dibiarkan atau diambil tindakan disi sosial, dan politik, (6) sikap pelaksana. secara pasif, sebagaimana pandangan dari Implementasi kebijakan bisa juga berarti beru- Thomas R. Dye (1978) public policy is whate- saha untuk memahami apa yang senyatanya ver government choises to do or not to do” ada dan terjadi sesudah suatu program diber- (kebijakan publik adalah apa saja yang dipilih lakukan atau dirumuskan yaitu terjadinya sete- oleh pemerintah untuk diambil tindakan atau lah proses pengesahan kebijakan negara, yang tidak di ambil tindakan). menyangkut usaha untuk memberikan dampak tertentu dalam masyarakat. Teori Implementasi Kebijakan Publik George Edward III (1980) mendifinisikan Implementasi kebijakan public merupakan implementasi kebijakan sebagai tahapan da- salah satu tahapan dalam proses kebijakan lam proses kebijakan yang ada diantara taha- public (public policy process). Implementasi pan penyusunan kebijakan dan hasil atau kon- kebijakan dalam suatu studi kebijakan meru- sekwensi yang ditimbulkan oleh kebijakan itu pakan tahapan yang sangat crucial, karena (output, outcome). Prakondisi yang diperlukan idealnya suatu kebijakan apabila tidak diren- bagi suksesnya implementasi kebijakan serta canakan dan dipersiapkan dengan baik maka hambatan yang dihadapai dalam penerapannya tujuan kebijakan tersebut sulit untuk bisa tergantung pada faktor yang mempengaruhi tercapai. Implementasi dapat juga diartikan proses dan performance implementasi, yaitu; sebagai bentuk hubungan yang memungkin- Pertama komunikasi (comunication), variabel kan tujuan atau sasaran kebijakan public ini sangat penting, suatu kebijakan hanya da- diwujudkan sebagai hasil akhir kegiatan yang pat dilaksanakan dengan baik apabila kebija- dilakukan pemerintah (outcome). Proses im- kan tersebut jelas bagi pelaksananya. Hal ini plementasi kebijakan public hanya bisa di- menyangkut proses penyampaian informasi mulai apabila tujuan atau sasaran yang bersifat atau transmisi yang disampaikan dari pembuat umum telah terinci, program-program dan aksi kebijakan kepada pelaksana kebijakan. Komu- telah terancang, sejumlah dana dialokasikan nikasi dalam terminologi Edward III dipahami untuk mewujudkan tujuan dan sasaran terse- sebagai suatu instrumen kebijakan yang ber- but. Hal ini merupakan syarat pokok bagi fungsi untuk mengalirkan perintah dan arahan implementasi suatu kebijakan publik. dari pembuat kebijakan kepada pelaksana Menurut Van Mater dan Van Horn. Imple- kebijakan. Proses pengiriman informasi yang mentasi adalah suatu proses yang melibatkan berupa perintah dan arahan pelaksanaan kebi- sejumlah sumber, didalamnya termasuk manu- jakan kepada para pelaksana merupakan lang- sia, dana dan kemampuan organisasional yang kah yang penting. Tanpa ada mekanisme dilakukan baik oleh pemerintah maupun swas- pengiriman informasi yang teratur dan tidak ta untuk mencapai tujuan yang telah ditetap- bisa memahami isinya, para pelaksana tidak kan sebelumnya oleh pembuat kebijakan. Van akan mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Mater dan Van Horn (1975) merumuskan sua- tu abstraksi yang memperlihatkan hubungan Kedua sumberdaya (Resources), variabel sum- antara berbagai faktor yang mempengaruhi berdaya merupakan faktor yang berpengaruh hasil atau kinerja kebijakan. Kinerja kebijakan langsung terhadap efektifitas pelaksanaan ke- pada dasaranya merupakan penilaian atas bijakan. Suatu kebijakan betapapun telah didu- tingkat standar dan sasaran. Menurutnya seba- kung oleh perangkat hukum dan peraturan gai suatu kebijakan tentu memiliki standar dan yang kuat serta dirumuskan secara baik, apa- sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para bila tidak didukung oleh sumberdaya dalam pelaksana kebijakan. Faktor atau variabel yang jumlah yang memadai, akan sulit untuk di- mempengaruhi kinerja tersebut adalah (1) implementasikan sesuai dengan tujuan kebi- standar dan sasaran kebijakan, (2) sumber jakan. Pelaksanaan kebijakan yang disampai- daya, (3) komunikasi antar organisasi dan kan secara teratur, jelas dan konsisten tidak pengukuhan aktifitas, (4) karakteristik organi- dapat dijalankan secara efektif jika terdapat sasi dan komunikasi antar organisasi, (5) kon- ketimpangan sumberdaya yang diperlukan

204

Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan untuk menjalankan keputusan. Sumberdaya jakan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan manusia yang dibutuhkan sangat tergantung dikeluarkannya kebijakan itu. Kemauan atau pada tingkat pendidikan dan ketrampilan para niat ini merupakan motivasi psikologis dari staf pelaksana, pendelegasian, kewenangan para pelaksana, yang pada dasarnya meru- mereka dalam melaksanakan suatu keputusan pakan subordinat dari para pembuat kebijakan. dan fasilitas yang tersedia. Beberapa sumber- Namun dalam banyak hal dan cara mereka daya yang penting dalam implementasi suatu pada kenyataannya memiliki keleluasaan yang kebijakan publik antara lain; (1) staf, dalam besar untuk melaksanakan kebijakan sesuai konteks ini setiap staf harus memiliki keahlian dengan caranya sendiri yang berbeda dengan dan kemampuan serta mampu untuk melak- kemauan para pembuat kebijakan. Oleh karena sanakan tugas, anjuran dan perintah dari ata- itu untuk keberhasilan suatu kebijakan sangat san (pimpinan), disamping itu harus ada kete- ditentukan oleh sikap para pelaksana yang tapan, kelayakan antara jumlah staf yang mendukung dan mau melaksanakan kebijakan dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai tersebut sesuai dengan yang telah ditetapkan dengan tugas pekerjaan yang ditanganinya, (2) oleh pmbuat kebijakan, dana, diperlukan untuk membiayai operasiona- Keempat, Struktur Birokasi (Bureucratic lisasi implementasi kebijakan, (3) informasi, Structure). Jika suatu kebijakan diputuskan, informasi yang relevan dan cukup tentang maka kebutuhan sistem dan mikanisme untuk bagaimana cara mengimplementasikan suatu melaksanakan kebijakan tersebut adalah kebijakan dan kerelaan atau kesanggupan dari Struktur Birokrasi yarg meliputi karakteristik, berbagai pihak yang terlibat dalam imple- norma dan pola hubungan yang potensial mau- mentasi kebijakan tersebut. Hal yang demikian pun aktual, sangat berpengaruh terhadap ke- ini dimaksudkan agar pelaksana tidak akan berhasilan implementasi suatu kebijakan. Ada- melakukan sesuatu kesalahan dalam meng- nya hubungan dengan segala kegiatan peme- implementasikan tentang tata cara bagaimana rinah dibawah departemen maupun non depar- melaksanakan kebijakan tersebut disamping temen, baik pusat maupun daerah membuat itu informasi juga untuk menyadarkan orang- suatu kebijakan tidak dapat dipisahkan dari orang yang terlibat dalam pelaksanaan kebi- birokrasi. Dalam hubungan dengan imple- jakan agar diantara mereka mau melaksanakan mentasi kebijakan harus terdapat aliran peker- dan mematuhi apa yang menjadi tugas dan jaan dalam pelaksanaan kebijakan, agar kebi- kewajibannya, (4) kewenangan, diperlukan jakan dapat mencapai sasaran. untuk menjamin dan meyakinkan bahwa kebi- jakan yang akan dilaksanakan adalah sesuai METODE PENELITIAN dengan yang mereka kehendaki, (5) fasilitas, Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuali- merupakan sarana yang digunakan untuk ope- tatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini rasionalisasi implementasi suatu kebijakan diperoleh dari masyarakat yang melaksanakan yang meliputi, antar lain gedung, tanah, sarana Progam Pengentasan Kemiskinan, yang telah yang memudahkan untuk melaksanakan kebi- dilakukan di Kabupaten Lamongan Propinsi jakan. Jawa Timur baik yang dilakukan dengan dana Ketiga sikap pelaksana (Disposition), program APBD Kabupaten Lamongan, maupun APBD yang telah dibuat oleh pembuat kebijakan Propinsi Jawa Timur. Obyek penelitian adalah akan dapat diiplementasikan dengan baik apa- masyarakat miskin yang telah menerima ban- bila tersedia prakondisi yang memungkinkan tuan progam pengentasan kemiskinan, yang adanya mikanisme compliance. Agar suatu bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan. kebijakan dapat berjalan dengan baik harus Lokasi penelitian ini ditentukan secara purpo- mencakup faktor obyektif, seperti komunikasi, sive yaitu di Kabupaten Lamongan, karena sumberdaya, struktur birokrasi, akan tetapi Kabupaten Lamongan ini pada Tahun 2009 juga faktor subyektif, yaitu bagaimana sikap mendapatkan prestasi dalam mengentas ke- para pelaksana (disposisi) serta kemauan atau miskinan untuk tingkat Jawa Timur, untuk niat para pelaksana untuk melaksanakan kebi- penelitian ini mengambil lokasi tiga Keca-

205

Achmad Syafi’i matan yaitu Kecamatan Mantup, Kecamatan warga masyarakat miskin yang telah mene- Sukodadi dan Kecamatan Tikung. rima progam pengentasan kemiskina di desa Dalam penelitian sampel wilayah adalah sampel. Menggali tentang manfaat progam sampel representatif sedangkan sampel infor- pengentasan kemiskinan, kendala yang diha- man atau subyek penelitian menggunakan dapi, harapan terhadap progam pengentasan sampel teoritik yaitu sampel kelompok popu- kemiskinan di masa yang akan datang. lasi, peristiwa, kegiatan yang diperlukan untuk Untuk melakukan analisis terhadap pola diketahi perbedaan dan starteginya. Oleh pengelolaan gerdu taskin, digunakan teknis karena itu maka pemlihan informan harus da- analisis diskriptif kualitatif dengan langkah- pat menampilkan peristiwa yang berhubungan langkah sebagai berikut: Pertama melakukan dengan fokus yang sedang diteliti. Dengan pengumpulan data yang dihasilkan melalui pertimbangan itu maka subyek atau informan observasi, wawncara, analisis teks dan doku- dalam penelitian ini dibagi menjadi empat , men, data tersebut sejak penjaringan dikelom- yaitu, (1) mewakili kelompk negara (state), pokkan berdasarkan kategori dan kode ter- pejabat pemerintah dari instansi yang terkait tentu. Kedua reduksi data dilakukan dengan dengan penelitian ini, (2) mewakili kelompok penyederhanaan, pengabstraksian dan pen- UPK sebagai pelaksana dari program pengen- transformasian terhadap data yang diperoleh di tasan kemiskinan, (3) masyarakat yang men- lapangan yang dilakkan secara terus menerus dapatkan fasilitas program, dan (4) adalah para selama proses penelitian berlangsung dengan pakar dan akademisi yang menguasai masya- tujuan untuk menajamkan, menggolongkan, rakat yang mendapatkan bantuan program mengarahkan dan membuang yang tidak perlu pengentasan kemiskinan di Kabupaten Lamo- serta mengorganisasi data sehingga diharap- ngan Jawa Timur. kan kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat Teknik pengumpulan data dilakukan de- ditarik dan diverifikasi. Ketiga penyajian data ngan cara sebagai berikut; (1) studi dokumen- dilakukan dengan berbagai bentuk seperti tasi: dilakukan untuk mencari data tentang narasi, matriks, skema, diagram atau gambar- pelaksanaan program pengentasan kemiskinan gambar dengan tujuan untuk memudahkan meliputi besaran, tempat atau wilayah, penge- membuat kesimpulan. Keempat, menarik ke- lolaan, serta macam/bentuk bantuan yang aku- simpulan dan verifikasi seperti yang telah di- rat, serta dokumen tentang program pember- jelaskan diatas bahwa sejak tahap awal pe- dayaan masyarakat desa yang pernah dilak- ngumpulan data peneliti sudah berupaya untuk sanakan, (2) observasi; dilakukan dengan pe- mencari makna, mencatat keteraturan, pola- ngamatan langsung ke lokasi penelitian sejak pola, konfigurasi dan hubungan sebab akibat perencanaan hingga program berjalan , serta yang mungkin dijadikan sebagai suatu kesim- upaya-upaya yang mengindikasikan pember- pulan yang longgar tetap terbuka dan skeptis dayaan masyarakat desa, (3) wawancara: dila- sampai dengan berakhirnya penelitian, dengan kukan terstruktur kepada responden dan infor- menarik kesimpulan final. Sedangkan verifi- man terpilih, serta informan hasil pengem- kasi dilakukan dengan mengadakan peninjau- bangan di lapangan maupun di luar lapangan, an ulang pada catatan-catatan di lapangan. (4) Fokus Group Discution (FGD) yang Untuk mendiskripsikan masing-masing dilakukan dengan melibatkan institusi yang variabel kajian maupun hubungan antar varia- terlibat dalam program, Pendamping progam bel kajian, dengan tujuan memecahkan perma- pengentasan Kemiskinan. Membahas tentang salahan pokok dan cara mengatasinya perma- progam-progam pengentasan Kemiskinan salahan pelaksanaan progam sehingga progam yang pernah dilakukan di Kecamatan sampel, dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan uta- kendala yang dihadapi mulai dari proses ma yaitu dapat mengentas masyarakat miskin sosialisasi sampai implementasi progam serta yang ada di Kabupaten Lamongan Jawa evaluasi progam, keberhasilan dan harapan Timur, sehingga dengan adanya data baik terhadap progam kemiskinan dimasa yang kualitatif maupun kuantitatif tersebut dapat akan datang, (5) kuesioner dilakukan terhadap digunakan sebagai bahan untuk membentuk

206

Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan model pelaksanaan program pengentasan ke- memanfaatkan tehnologi, hal ini mencermin- miskinan di Kabupaten Lamongan. kan bagaimana tingkat kehidupan masyarakat yang ada di Kabupaten Lamongan. Analisis data ini digambarkan sebagai berikut; Masyarakat di kabupaten lamongan yang me- liputi nelayan, pertanian dan perdagangan, ketiganya ada perbedaan dari sisi kehidu- pannya. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan penduduk, Angka Partisipasi kasar (APK) bidang pendidikan dan Angka Pembangunan Manusia (APM), Masyarakat pesisir yang rata-rata nelayan, masyarakat pertanian dan perdagangan jelas berbeda sehingga penanga- nan pengentasan kemiskinan juga berbeda. Gambar 1. Dalam data Badan Pusat Statistik tahun 2008 Komponen-Komponen Analisis Data: jumlah rumah tangga miskin (RTM) berdasar- Model Interaktif kan klasifikasi: sangat miskin, miskin dan hampir miskin di Kabupaten lamongan seba- Data hasil penelitian yang telah dikumpul- gai berikut; kan, selanjutnya dianalisis secara kualitatif, integral dan komphrehensif. Analisis data Tebel 1 dilakukan setiap saat pengumpulan data di Rumah Tangga Miskin di kabupaten lapangan secara berkesinambungan (Miles dan Lamongan Huberman 1994). Diawali dengan proses kla- rifikasi data agar tercapai konsistensi, dilan- jutkan dengan langkah abstraksi-abstraksi teo- ritis terhadap informasi lapangan, dengan mempertimbangkan menghasilkan pernyataan- pernyataan yang sangat memungkinkan di- anggap mendasar dan universal. Gambaran atau informasi tentang peristiwa atas obyek yang dikaji tetap mempertimbangkan derajat koherensi internal, masuk akal, dan berhu- bungan dengan peristiwa faktual dan realistik. Dengan cara melakukan komparasi hasil temu- an observasi dan pendalaman makna, maka diperoleh suatu analisis data yang terus- menerus secara simultan sepanjang proses penelitian.

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHSAN 1. Jumlah Penduduk Miskin Berdasarkan letak geografis Kabupaten Lamongan terdiri dari pantai, daratan dan pegunungan. dilihat dari kultur mata penca- harian penduduk Kabupaten Lamongan meli- puti Nelayan, Pertanian, perdagangan, industry 2. Karakteristik Masyarakat Miskin di dan Pariwisata. Sumber penghasilan terbesar Kabupaten lamongan adalah hasil pertanian, ketergantungan dari Masalah kemiskinan di Kabupaten Lamo- pertanian dan nelayan biasanya masih dilaku- ngan bukan persoalan yang berdiri sendiri, kan secara tradisional dan belum sepenuhnya akan tetapi merupakan persoalan yang kom-

207

Achmad Syafi’i plek dari berbagai sector kehidupan. Untuk tase tidak terjadi kenaikan, namun dari sisi menggambarkan kompleksitas dan karakteris- besarnya anggaran meningkat pada setiap tik problem kemiskinan di Kabupaten Lamo- tahunnya, seperti pada grafik dibawah : ngan dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2 Gambar 2 Peningkatan Anggaran Program Pember- Karakteristik Masyarakat Miskin di dayaan Masyarakat di Kab.Lamongan Kabupaten lamongan

Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan dengan biaya murni APBD Sebab-sebab kemiskinan di Kabupaten Kabupaten adalah meliputi kegiatan : Lamongan secara teoritik dapat dibedakan - Pembangunan jalan poros desa menjadi dua, yaitu pandangan konservatif dan - Pembangunan jalan poros strategi pandangan modern. Pandangan konservatif - Anggaran pembangunan pada alokasi dana mengatakan bahwa kemiskinan yang ada di desa Kabupaten Lamongan diakibatkan oleh nilai Pelaksanaan Program dan kegiatan pengua- dan budaya, misalnya; malas, boros, cepat tan ekonomi produktif di kabupaten La- puas dan lain-lain. Sedangkan pandangan mongan didominasi oleh APBN dan APBD modern melihat kemiskinan yang ada di Kabupaten, pemerintah kabupaten begitu besar Kabupaten Lamongan disebabkan oleh adanya perhatiannya dalam upaya penanggulangan ketimpangan dari kepemilikan factor produksi kemiskinan dengan membangun usaha-usaha yang rendah, Sumber Daya Manusia rendah, ekonomi produktif yang bersifat kecil dan invertasi minim, ketidaksempurnaan pasar dan menengah, sehingga basis-basis ekonomi di lemahnya jiwa interprener. masyarakat dapat diperkuat. Hal ini dapat Dari seluruh anggaran program jaminan dilihat dari besarnya komitmen pemerintahan dan perlindungan sosial yang terealisasi di Kabupaten dalam mengalokasikan APBD Kabupaten Lamongan, baik dari sumber pada setiap tahunnya sebagai berikut : APBN, APBD Propinsi Jatim maupun APBD

Kabupaten Lamongan. Besarnya APBD Kabu- Tabel 3 paten terhadap program pemberdayaan masya- Alokasi Anggaran rakat yang terealisasi dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Tahun 2007 sebesar 60,96 % b. Tahun 2008 sebesar 58,71 % c. Tahun 2009 sebesar 60,00 % Dari seluruh anggaran program pember- dayaan masyarakat yang terealisasi did Kabu- paten Lamongan, baik dari sumber APBN, APBD Propinsi Jatim maupun APBD Kabu- paten Lamongan, meskipun dari sisi prosen-

208

Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan

Perbandingan alokasi APBD Kabupaten Dalam proses penyusunan Anggaran Pen- Lamongan terhadap kegiatan penguatan eko- dapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabu- nomi produktif di Kabupaten Lamongan pada paten Lamongan dimulai dengan mekanisme setiap tahunnya dapat dijelaskan sebagai beri- perencanaan sesuai dengan Undang-undang kut : Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Peren- a. Tahun 2007 sebesar 48,39% canaan Pembangunan Nasional (SPPN), yaitu b. Tahun 2008 sebesar 69,75% melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pem- c. Tahun 2009 sebesar 83,10% bangunan (Musrenbang). Dari seluruh anggaran program penguatan ekonomi produktif yang terealisasi di Kabu- 4. Pelaksanaan Dan Hasil Pengentasan paten Lamongan, kegiatan murni APBD terse- Kemiskinan but adalah terdiri dari : Pemerintah Kabupaten Lamongan beserta a. Penguatan modal kerja bagi industri kecil kelompok masyarakat yang peduli terhadap dan rumah tangga, koperasi dan pedagang program penanggulangan kemiskinan, melak- kaki lima sanakan publikasi program-program pena- b. Penguatan Mutu Intensifikasi (PMI), de- nggulangan kemiskinan melalui : ngan memberikan modal usaha tani untuk 1. Sosialisasi program mulai dari sosialisasi pembelian pupuk, bibit, benih dan lainnya tingkat Kabupaten, Kecamatan, Desa/Kelu- bagi petani, peternak dan petani tambak. rahan sampai RT / RW. c. Program Peningkatan Pendapatan Petani 2. Sosialisasi juga dilaksanakan dengan kerja- Kecil (P4K) adalah penguatan modal untuk sama Radio Suara Lamongan untuk talk petani kecil, usaha pracangan, olahan hasil show sosialisasi program-program kemis- pertanian, penjual nasi boranan (pemberian kinan secara, dan menghimpun permasa- penguatan modal bagi petani kecil dan lahan-permasalahan dari masyarakat dalam buruh tani) pelaksanaan program tersebut. d. Peningkatan Ketahanan Pangan, yaitu de- 3. Publikasi program dan keberhasilan pro- ngan memberikan penguatan modal bagi gram juga dilakukan melalui media Tabloid lumbung desa dan lumbung pangan. Bulanan suara Lamongan. e. Penguatan Lembaga Masyarakat Desa Hu- Berdasarkan keputusan Bupati tentang tan (LMDH), yaitu dengan memberikan pembentukan TKPKD dan Tugas serta ma- penguatan modal usaha tani khusus bagi sing-masing kelompok kerja, maka TKPKD petani di lahan perhutani. secara operasional telah melaksanakan kegia- tan sebagai berikut: 3. Pola-pola Strategik Pengentasan a. Melaksanakan sosialisasi terhadap pro- Kemiskinan di kabupaten Lamongan gram-program kemiskinan di Kabupaten Didalam pelaksanaan program Penanggu- Lamongan. langan Kemiskinan Tahun 2007-2009 di b. Melaksanakan rapat-rapat koordinasi secara Kabupaten Lamongan, Pemerintah Kabupaten rutin pada setiap bulannya baik dengan telah menyusun dokumen perencanaan pena- seluruh anggota TKPKD maupun masing- nggulangan kemiskinan yaitu strategi dan masing pekerja dengan agenda pembahasan Rencana Tindak Penanggulangan Kemiskinan sebagai berikut: (SRTPK) Tahun 2007-2009, adapun dalam 1) Review terhadap dokumen strategi dan proses penyusunannya dilakukan melalui Rencana Tindak Pengurangan kemis- serangkaian kegiatan diskusi, konsultasi, dan kinan Kabupaten Lamongan Tahun kajian lapangan secara partisipatif bersama 2007-2009 kalangan masyarakat miskin dan berbagai 2) Sinkornisasi program-program prioritas pihak yang terkait dengan persoalan kemis- penanggulangan kemiskinan dalam kinan. Penyusunan SRTPK dengan demikian RKPD Kabupaten Lamongan Tahun didasarkan atas Analisis Kemiskinan secara 2010 partisipatif (AKP).

209

Achmad Syafi’i

3) Koordinasi dan evaluasi pengembangan bagi warga miskin yang belajar di per- berbagai indikator kemiskinan Nasional guruan tinggi baik negara maupun swasta. dan Daerah 2. Pemberdayaan masyarakat, pendekatan pe- 4) Inventarisasi permasalahan kemiskinan nanggulangan kemiskinan dengan menga- di Kabupaten Lamongan jak serta warga masyarakat terutama warga 5) Evaluasi penggunaan anggaran untuk miskin untuk terlibat secara aktif untuk program-program penanggulangan ke- bangkit dari keterpurukan. Adapun pro- miskinan di daerah gram-program pemberdayaan ini meliputi 6) Persiapan pelaksanaan monitoring dan PNPM Mandiri, dan program pember- evaluasi penanggulangan kemiskinan dayaan lainnya. Pada kelompok ini, pro- 7) Evaluasi terhadap konsistensi kebijakan gram pembangunan jalan poros desa dan daerah dalam penanggulangan kemis- program pembangunan dalam Alokasi dana kinan di Kabupaten Lamongan. desa bersumber dari APBD Kabupaten 8) Persiapan penyusunan laporan pelaksa- Lamongan, yang dalam pelaksanaannya de- naan seluruh kegiatan penanggulangan ngan model padat karya dengan melibatkan kemiskinan di kabupaten Lamongan. masyarakat miskin secara penuh dalam c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi ter- perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan- hadap kegiatan-kegiatan program pena- nya. nggulangan kemiskinan di kabupaten La- 3. Penguatan Ekonomi Produktif, pendekatan mongan dengan mengajak seluruh anggota ini diutamakan bagi kelompok masyarakat Pokja untuk memantau secara langsung yang telah dilatih dan ditingkatkan keber- pelaksanaan kegiatan penanggulangan ke- dayaan serta kemandiriannya, program miskinan dengan mengambil sampel pelak- yang dilaksanakan adalah pemberian kredit sanaan di desa pada masing-masing keca- usaha mikro, PMI, Pembangunan pasar matan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan desa dan kegiatan lainnya. membentuk kelompok-kelompok sehingga pelaksanaannya bisa serentak. 5. Hasil Pengentasan Kemiskinan d. Penyusunan laporan pelaksanaan program Kebijakan dan Strategi Penanggulangan ke- kemiskinan di Kabupaten Lamongan dari miskinan berbagai sumber dana. Baik APBN, APBD Didalam melaksanakan upaya penanggu- Propinsi, maupun APBD Kabupaten. langan kemiskinan di kabupaten Lamongan, Realisasi pelaksanaan program penanggu- sesuai dengan dokumen strategi dan rencana langan kemiskinan di Kabupaten Lamongan tindak penanggulangan kemiskinan yang dila- dikelompokkan dalam 3 pendekatan yaitu; kukan melalui kebijakan :

1. Bantuan dan perlindungan sosial, yang a. Menyediakan Sarana dan prasarana pendi- mencakup program-program dan perlin- dikan dasar dan menengah yang digunakan dungan sosial yang dikhususkan untuk adalah meliputi: kelompok masyarakat sangat miskin atau 1) Merumuskan kebijakan daerah bersama Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), seluruh stakeholder tentang standart pe- seperti Bantuan Langsung Tunai, Raskin, layanan minimal pendidikan dasar. Bantuan Operasional Sekolah, dan asuransi 2) Menyelenggarakan pendidikan dasar Kesehatan. Pada kelompok bantuan dan yang berkualitas dan mudah diakses oleh perlindungan sosial yang khusus didanai semua usia anak sekolah. oleh APBD Kabupaten Lamongan adalah 3) Membuka unit layanan pendidikan se- pemberian biaya jalan gratis bagi warga tingkat SMP di desa Terpencil miskin yang bertobat di puskesmas, pembe- b. Menjamin pelayanan kesehatan yang ber- rian jaminan Askesda bagi warga miskin kualitas bagi keluarga miskin, adapun stra- yang tidak tercatat dalam deta RTM ter- tegi yang digunakan adalah meliputi : bitan BPS yang berobat di RSUD Dr. 1) Meningkatkan pelayanan jaminan asu- Sugiri Lamongan serta pemberian beasiswa ransi kesehatan bagi keluarga miskin.

210

Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan

2) Meningkatkan mutu pelayanan kese- e. Percepatan pembangunan masyarakat pi- hatan dasar baik di RSUD dan pus- nggiran hutan kesmas, pustu dan polindes 1) Penegakan superemasi hukum untuk me- 3) Mengoptimalkan tindakan prevntif ngatasi penerbangan liar dengan mela- untuk mencegah penyebarluasan penya- kukan kerjasama lintas sektor, antar apa- kit menular sejak dini melalui perbaikan rat penegak hukum, masyarakat sekitar gizi dan kesehatan lingkungan masya- hutan dan para pengusaha yang menggu- rakat nakan bahan baku dari hasil hutan. 4) Meningkatkan subsidi alat kontrasespsi 2) Mengembangkan pola kemitraan antara bagi keluarga miskin masyarakat sekitar hutan, perhutani pe- c. Meningkatkan produktifitas, memperluas ngusaha dan pemkab dalam pengelolaan perdagangan dan meningkatkan pemba- hutan ngunan infrastuktur. 3) Membuat peraturan daerah tentang pe- 1) Mendirikan Badan Usaha Milik Daerah ngelolaan kawasan hutan dengan meli- yang bergerak di sektor perbenihan dan batkan masyarakat sekitar hutan. pengadaan padi. f. Pengembangan kawasan Pantai 2) Meningkatkan produktivitas pertanian 1) Mendekatkan pusat-pusat distribusi melalui bantuan benih padi yang ber- BBM dengan nelayan dan subsidi bagi kualitas dan permodalan nelayan kecil 3) Meningkatkan produktivitas petani tam- 2) Perda perlindungan ekosistem dan sum- bak dengan menyediakan bibi berkwa- berdaya laut untuk melestarikan dan litas melindungi SDA laut dari pencemaran 4) Revitalisasi penyuluhan pertanian dan dan perusakan lingkungan. perikanan (dinas, kelembagaan petani), dan pelatihan teknik budaya bagi kelom- 6. Aspirasi Masyarakat Terhadap Progam pok tani untuk meningkatkan produksi Penanggulangan Kemiskinan. petani. Tanggapan masyarakat terhadap progam

5) Meningkatkan produktivitas pertanian pengentasan kemiskinan yang dilakukan pe- dengan menjamin ketersediaan sumber merintah untuk menanggulangi kemiskinan daya air bagi petani dan mengoptimal- mendapat tanggapan yang berbeda-beda. Ada kan HIPPA yang setuju dengan progam langsung karena

6) Membuka akses pemasaran hasil pro- langsung dapat dimanfaatkan oleh keluarga duksi pertanian dengan pembangunan miskin. Sedangkan difihak yang lain kurang jalan poros desa yang menghubungkan setuju karena tidak mendidik dan banyak tidak kota kecamatan dan kota kabupaten. tepat sasaran dan sering menimbulkan konflik.

7) Meningkatkan penanganan pasca panen Guna mengatasi kedua pendapat yang berbeda untuk memperbaiki kwalitas produksi tersebut masyarakat berpendapat sebaiknya hasil pertanian dan perikanan. progam pengentasan kedepan itu sifatnya tidak

8) Meningkatkan pelayanan yang cepat dan langsung, masyarakat miskin usia produktif mudah bagi dunia usaha sector informal harus meraih progam pengentasan kemiskinan bidang permodalan. lewat progam, apakah dengan cara padat

9) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan karya, melakukan usaha produktif dengan cara SDM bagi industri Rumah Tangga, pinjaman modal. Menurut pendapat masya- koperasi dan LKM. rakat Sumberagung Kecamatan Sukodadi se- d. Perluasan Kesempatan kerja dan berusaha benarnya yang paling dibutuhkan dalam

1) Meningkatkan aspek permodalan bagi penanggulangan kemiskinan adalah kestabilan masyarakat miskin harga. Menurutnya faktor yang paling do-

2) Mengembangkan usaha minan penyebab terjadinya kemiskinan adalah

3) Meningkatkan kesempatan kerja masya- rendahnya daya beli masyarakat akibat me- rakat miskin naiknya harga secara linier secara terus-

211

Achmad Syafi’i menerus dalam sepuluh tahun terakir. Bahkan observasi, peneliti sampai pada kesimpulan menurut kepala urusan kesejahteraan masya- bahwa model strategi implementasi yang di- rakat, masyarakat lebih senang memilih harga kembangkan oleh pemerintah kabupaten La- stabil dibandingkan progam pengentasan ke- mongan dalam mengimplementasikan pro- miskinan. Ini artinya aspirasi masyarakat ter- gram pengentasan kemiskinan dapat dipapar- hadap progam pengentasan kemiskinan tidak kan dalam bentuk bagan sebagai berikut. selamanya lewat progam lang sung tetapi lewat progam tak langsung dengan cara per- baikan ekonomi makro dengan cara mensta- bilkan harga barang, menstabilkan nilai rupiah dan perbaikan nilai rupiah dengan hasil-hasil pertanian. Dari berbagai data tersebut menunjukan bahwa strategi pengentasan kemiskinan yang selama ini dianggap tepat menurut pemerintah ternyata tidak tepat menurut masyarakat. Aspi- rasi yang berbeda antara pemerintah dan Gambar 3 masyarakat dalam mengatasi kemiskinan akan Model Empirik Implementasi Program menyebabkan terjadinya pemborosan keu- Pengentasan Kemiskinan angan negara. Hal ini terbukti dengan mening- di Kabupaten Lamongan katnya jumlah progam dan dana progam pe- ngentasan kemiskinan yang di berikan kepada masyarakat miskin ternyata tidak ada korelasi KESIMPULAN yang positip. Semakin besar dana yang diberi- kan pada progam kemiskinan tidak diikuti me- Berdasarkan latar belakang masalah, kajian nurunnya jumlah keluarga miskin. teoretik, dan hasil penelitian, serta analisis dan Jadi aspirasi masyarakat miskin terhadap interpretasi data yang telah dilakukan dapat progam pengentasan kemiskinan adalah pro- ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: gam yang tidak langsung yang berbasis tridaya (1) Implementasi Program Pengentasan Ke- yang diikuti progam makro ekonomi yaitu miskinan di Kabupaten Lamongan tingkat menstabilkan harga,menstabilkan nilai rupiah keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh dan menjaga nilai harga produk sektor pertani- kualitas pengelolaan terhadap faktor ko- an. Menurut masyarakat di ketiga desa menga- munikasi, sumber daya, disposisi, struktur takan bahwa progam tersebut sangat penting birokrasi, standar dan sasaran kebijakan, dilakukan pemerintah. Mereka berpendapat serta kondisi sosial politik. perbaikan ekonomi makro dan usaha sektor (2) Keberhasilan implementasi Program Pe- riil lebih dibutuhkan daripada bantuan lang- ngentasan Kemiskinan di kabupaten La- sung naupun tidak langsung yang akir-akir ini mongan ditunjukkan dengan adanya pe- semakin ditingkatkan jumlahnya. Oleh karena ningkatan income per capita, peningkatan itu fasilitasi di sektor riil atau swasta harus di- angka partisipasi sekolah, peningkatan tingkatkan karena yang paling banyak berpe- partisipasi masyarakat dalam upaya pe- ran dalam pembangunan ekonomi adalah ka- ngentasan kemiskinan, dan penurunan um swasta bukan pemerintah. tingkat kemiskinan dari 17,2 % menjadi 15,6 %. Temuan Empirik (3) Model implementasi Program Pengen- tasan Kemiskinan di daerah penelitian Dengan memperhatikan konsep-konsep bertumpu pada mekanisme yang dimulai yang dikembangkan oleh pemerintah kabu- dengan menetapkan sasaran program/ paten Lamongan serta pendapat tokoh masya- kebijakan; dilanjutkan dengan penguatan rakat dan anggota masyarakat yang dijaring kapasitas SDM, penataan sistem birokrasi oleh peneliti melalui kegiatan wawancara dan

212

Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan

dan disposisi, penyediaan saluran komuni- dan juga selalu memperhatikan kearifan kasi dan informasi, serta mempertim- lokal yang ada dalam masyarakat. Dengan bangkan kondisi sosial dan politik; beri- demikian masyarakat akan merasa memi- kutnya dilanjutkan dengan kegiatan teknis liki, baik dari sisi programnya maupun berupa penyaluran/pemanfaatan bantuan hasil dari program tersebut sehingga ke dana stimulan yang berasal dari peme- depan akan terus dipelihara dan dilestari- rintah dan swasta, serta pendampingan kan keberadaannya. kegiatan masyarakat sesuai dengan pro- gram Tri Daya yang melibatkan Tenaga DAFTAR PUSTAKA Pendamping Masyarakat (TPM) dan Adimihardja, Kusnaka. Budaya Tradisional Tenaga Fasilitator Kecamatan (TFK). dan Lokal di Tengah Multikultural danArus Globalisasi. www.forum-rektor.org/file/ REKOMENDASI artikel/def_artikel.jpg , Forum Rektor, 1995 Mengacu pada kesimpulan di atas dan demi Afriyanto, Y.M. 2007. Pemberdayaan Masya- tercapainya tujuan pengentasan kemiskinan di rakat dalam Pembangunan. Tesis. Malang: Kabupaten Lamongan khususnya dan Propinsi Unibraw. Jawa Timur pada umumnya diajukan saran- saran sebagai berikut: Asrani.Ekonomi Politik Sumberdaya Alam (1) Agar implementasi program pengentasan Indonesia Pada Era Orde baru. Studi kemiskinan berlangsung efektif hendak- Tentang Kelangkaan Struktural dan Konflik nya memperhatikan unsur-unsur: (a) ko- di Propinsi Kalimantan Tengah. Disertasi. munikasi dalam rangka memperjelas Surabaya: PPS-Untag, 2004 tentang program yang akan dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS). 2007. Data dan oleh masyarakat untuk menghindari kesa- Informasi Kemiskinan Tahun 2007. Jakarta: lahpahaman warga terhadap progam dan BPS pemanfaatan sumberdaya, (b) disposi-si dengan harapan akan muncul kesadaran Chambers, Robert. 1997. Pembangunan Desa yang tinggi dalam melaksanakan program, Mulai dari Belakang. Jakarta: LP3ES (c) struktur birokrasi untuk mengetahui Dewanta, A.S. 1995. Kemiskinan dan Kesen- proses dan prosedur pertanggungjawaban jangan di Indonesia. Yogyakarta: Aditya setiap program, (d) standar dan sasaran Media kebijakan dalam rangka tepat sasaran pada setiap program sehingga benar-benar Dunn, Edgar S. ‘Economic and Social Deve- dapat dinikmati oleh masyarakat yang lopment: A Process of Social Learning membutuhkan atau masyarakat miskin, (1971). dan (e) kondisi sosial politik untuk Dunn ,William N., 1994, Public Policy Analy- memperhatikan keadilan dan kesesuaian sis, Englewood, Cliffs, NJ: prantice, Hall, program. Inc. (2) Dalam penerapan model implementasi Dwiyanto, Agus "Kemitraan pemerintah- program pengentasan kemiskinan selain swasta dan relevansinya, 1996 memperhatikan pada unsur-unsur yang mempengaruhi implementasi hendaknya Easton, Peter, et,al, 2003, Rethinking Word juga memperhatikan serta menumbuh Bank Policy and Prsctice In Support of kembangkan unsur partisipasi dan nilai- Adult, and non formal Education, Working nilai kewirausahaan (entrepreneurship). Paper, May Washington, DC: Word Bank. (3) Dalam melaksanakan program pengen- Friedmann, Jonh, 1992, Empowermant, The tasan kemiskinan hendaknya juga mem- politic of alternatif development, massa- perhatikan potensi lokal, baik dari sum- cuhusetts; Blackwell Publisher. berdaya manusia, sumberdaya alam mau- pun kondisi demografis dan geografisnya,

213

Achmad Syafi’i

Islami, Irfan, 2002, Prinsip-Prinsip Peru- Sasmita, G.K. 1993. Kebijaksanaan dan Stra- musan Kebijakan Negara, Jakarta, Bumi tegi Pengentasan Kemiskinan. Malang: Aksara. Unibraw Jakti, Darojatun Kuncoro, 1994, Kemiskinan Scott, J.C. 1993. Perlawanan kaum Tani. Terj. Di Indonesia, Jakarta, Yayasan Obor Budi Kusworo dkk. Jakarta: Yayasan Indonesia. Obor Indonesia. Jamasy, O. 2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan. Soetrisno, R. 2001. Pemberdayaan Masyara- kat dan Upaya Pembebasan Kemiskinan. Jakarta: Belantika. Yogyakarta: Philosofi Press. Korten, David C. 1998. Pembangunan Ber- demensi Kerakyatan. Jakarta: Yayasan Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kua- litatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, Obor Indonesia 2007 Laver, Robert H. 1989. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Bina Baskara Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. Jakarta: Gramedia Mahbub, Ulhaq. 1995. Tirai Kemiskinan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Pustaka Utama. Nababan, Abdon 2003. Pengelolaan Sumber- Suparlan, P. 1993. Kemiskinan di Perkotaan. daya Alam Berbasis Masyarakat Adat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Tantangan dan Peluang (http://www.psda_ Tjokrowinoto, Moeljarto. "Bureaucracy and berb_ma_di_pplh_ipb.) social change: repositioning the bureau- cracy, 1998 Narayan, Deepa, 2002, Empowerment and Poverty reduction: a souscebook, May 1 Tjokrowinoto, Moeljarto. 1998. Human Cente- Washington, DC. : word Bank. red Paradigm dalam Micro-Optimism and Micro-Skepticism. Two Dimensions of Nico Schulte Nordholt, 1987, Ojo Dumeh, Indonesian Poverty Alleviation Politics. Kepemimpinan Lokal Dalam Pembangunan Tokyo: ILCAA. Pedesaan, Pustaka sinar Harapan, Jakarta Tjokrowinoto, Moeljarto. Pembangunan: Di- Osborn, David dan Peter Plastrik. Memangkas lema dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Birokrasi : Lima Strategi Menuju Pelajar, 2004 Pemerintahan, 2000 Todaro, Michael P. 1997. Pembangunan Osborne, David and Ted Gaebler, Reinventing Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erla- government: How the Entrepreneurial Spi- ngga rit is Transforming the Public Sector, 1992 Ujianto, H. 2004. Pembangunan Ekonomi dan Raharjo. 1995. Memberdayakan Rakyat dalam Perubahan Sosial. Malang:Wineka Media Pembangunan Indonesia. Yogyakarta: Wahyono, A. Dkk. 2001. Pemberdayaan P3PK-UGM Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: Media Salim, Emil. 1984. Perencanaan Pemba- Pressindo ngunan dan Pemerataan pendapatan. Wibawa, Samodra. Pembangunan Berkelan- Jakarta: Inti Idayu Press. jutan: Konsep dan Kasus., 1991 Santoso, Hary. 2000. Menciptakan Basis Mo- ral dan Material Masyarakat Desa Hutan. http://www.damar.or.id/artikel/artikel.php

214