Piagam Djakarta 1

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Piagam Djakarta 1 APPENDIX I PIAGAM DJAKARTA 1 Bahwa sesungguhnja kemerdekaan itu jalah hak segala bangsa, dan oIeh sebab itu maka pendjadjahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perdjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai­ (lah) kepada saat jang berbahagia dengan selamat-sentausa mengan­ tarkan rakjat Indonesia kedepan pintu gerbang Negara Indonesia jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Kuasa, dan dengan didorong­ kan oleh keinginan luhur, supaja berkehidupan kebangsaan jang bebas, maka rakjat Indonesia menjatakan dengan ini kemerdekaannja. Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia Merdeka jang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk memadjukan kesedjahteraan umum, mentjerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan keter­ tiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia jang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, jang berkedaulatan rakjat, dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknja, menurut dasar kemanusiaan jang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakjatan jang di­ pimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam permusjawaratan perwakilan serta dengan mewudjudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakjat Indonesia. Djakarta, 22-6-2605. Soekarno Mohammad Hatta A. A. Maramis Abikusno Tjokrosujoso Abdulkahar Muzakkir H. A. Salim Achmad Subardjo Wachid Hasjim Muhammad Yamin 1 The readings of the Charter as given in many publications show a number of small variants, in particular in the punctuation and the use of capitals. The fonn I give is based on Yamin, Naskah, I, p. 154, which may be closest to the original version, except for the use of "u" instead of a probable "oe". Compare also Yamin, Naskah, I, p. 401; Abikusno Tjokrosujoso, Ummat Islam, p. 7; Sidjabat, Religious Tolerance, p. 195. APPENDIX 11 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM PEMERINTAH NEGARA ISLAM INDONESIA NOTA RAHASIA Barang disampaikan Allah kiranja kepada jang terhormat: SAUDARA Ir. SOEKARNO PRESIDEN REPUBLIK INOONESIA, jang bersemajam di DJAKARTA. Assalamu'alaikum W.W., 1. Alhamdu li-Llah! Allahumma! I yaka na'budu, wa iyaka nasta'in, ihdinassirathal-mustaqim! Bismillahi, tawakkalna 'ala-Llah! Lahaula wala quwwata, iIla bi-Llah! 1 2. Dengan seputjuk surat jang berwudjudkan Nota-Rahasia ini, maka terkandunglah didalamnja keinginan Kami, jang - Insja Allah -­ tumbuh daripada hati jang sutji dan ni at jang ichlas dengan penuh rasa pertanggungan-djawab atas nasibnja bangsa Indonesia pada umumnja dan Ummat Islam Bangsa Indonesia pada chususnja, serta atas nasibnja Negara Indonesia, dimasa jang mendatang. 3. Lebih dulu baiklah kiranja Kami njatakan disini, bahwa segala peristiwa jang terdjadi diseluruh Indonesia dan sekitarnja, militer dan politis, nasional maupun internasional, terutama jang langsung mengenai Bangsa Indonesia dan Ummat Islam Bangsa Indonesia, senantiasa Kami ikuti dengan teliti dan seksama. Maka bolehlah agaknja Nota-Rahasia ini dianggap sebagai hasil dan natidjah dari­ pada pendjeladjahan dan analyse serta synthese daripadanja. 4. Mudah2an segala sesuatu jang hendak Kami rawaikan [= uraikan?] dibawah ini disertai dengan Hidajatu-Llah dan Hidajatut taufiq 1 The letter is opened with the basmala-fonnula: "In the Name of God, the Benefieent, the Merciful". After the greeting, "Peaee be with you and God's merey and His blessings be upon you", the Arabic phrases following in the first point are: Praise be to God! o God, Thee we worship and Thee we ask for help, Guide us in the straight path! (Sura 1 : 5-6). In the Name of God; we put trust in God (Sura 7 : 89; 10 : 85). There is no power and no strength save in God. APPENDIX 11 245 jang sempurna, sehingga bolehlah kiranja mendjadi obor dan pelita bagi tiap2 pemimpin Negara jang bertanggung-djawab. Insja Allah. Amin. Kemudian, chusus kepada Saudara, sebagai Kepala N egara Repu­ blik Indonesia, jang dipertjajakan orang memikul pertanggungan­ djawab jang amat besar atas hantjur dan luhurnja Negara dan Bangsa Indonesia, maka Kami ingin sekali menjatakan persilahan: Sudi apalah kiranja Saudara suka memperhatikan isi dan maksud Nota-Rahasia ini, dengan sepertinja. 5. Dalam Nota-Rahasia ini Kami tjukupkan dengan menindjau beberapa peristiwa politik dan militer, pada masa jang achir2 ini, ialah natidjah atau resultante daripada segala kedjadian (proces) dan keadaan (toestand), dikala jang telah lampau. 6. Sjahdan, maka masuknja Republik Indonesia mendjadi anggauta P.B.B. (Perserikatan Bangsa-Bangsa), seperti djuga tiap2 langkah dan tindakan politik jang lainnja, pastilah membawa hasil "untung" dan "rugi", manfaat dan mudlorotnja [= mudaratnja]. 7. Djika diperhitungkan benar2 dan sedalam-dalamnja, terutama djika mengingat kedudukan Republik Indonesia sebagai negara muda, maka masuk dan diterimanja Republik Indonesia sebagai anggauta P.B.B. itu, nistjajalah menimbulkan kerugian jang amat besar sekali, bagi Negara dan Bangsa serta Ummat, djika dibandingkan dengan keuntungan jang ta' seberapa besarnja dan bersifat semen­ tara itu. Lebih2, djika diingati akan letaknja Indonesia di-tengah2 negara2 besar, jang kini lagi 'asjik menjalakan api-peperangan, jang mem-bakar2 dibenua Asia. Demikianlah pendapat daripada umumnja politici golongan "mod­ erate". 8. Satu-dua resiko "ke-anggauta-an P.B.B." diwaktu ini, ialah: a. Bahwa Republik Indonesia, mau atau tidak mau, sengadja atau tidak sengadja, akan disorong kesatu arah dan djurusan jang tertentu, jang membawa dia kepada satu tingkatan: Memilih salah satu diantara dua Blok, jang lagi bertentangan. b. Kiranja tidak djauh daripada kenjataan (realiteit) dalam waktu jang dekat, djika orang meramalkan, bahwa Republik Indonesia akan masuk dalam Blok Amerika. c. Djika terdjadi jang demikian, maka "neutraliteitspolitiek" jang tempo hari dilahirkan oleh jang terhormat Saudara Drs. Mohd. Hatta, sebagai Perdana Menteri, dalam menegaskan haluan politik Pemerintah terhadap Luar Negeri, lenjaplah, laksana debu ditiup angin. Dan lebih landjut, Republik Indonesia akan mendjadi satu Negara jang anti-Blok-Rusia, atau anti Komunis. Kami jakin, bahwa semuanja itu telah masuk perhitungan Pemerin­ tah Republik Indonesia, sebelum melakukan langkah jang "sportief" itu. 246 APPENDIX 11 9. Berkenaan dengan jang tersebut dalam angka 8 diatas, maka Kami atas nama Pemerintah Negara Islam Indonesia menjatakan: Selamat! Terima Kasih! Dan, Alhamdu li-Llah! Karena dengan terbukanja "topeng" haluan politik Republik Indo­ nesia jang sesungguhnja itu, dari politik "neutral" beralih mendjadi politik "anti-Kom unis", maka Negara Islam Indonesia merasa mempunjai kawan jang sedjalan, dalam melaksanakan usaha mem­ basmi dan mengenjahkan lawan jang sama (gemeenschappelijke vijand), ialah: kaum Komunis. 10. Lebih djauh, Kami pertjaja dan jakin, bahwa Pemerintah Republik Indonesia telah lebih mengetahui akan sarang2 dan gerak-gerik kaum Komunis Indonesia didalam tiap2 lapangan dan lapisan masjarakat Indonesia, djuga didalam tubuh Pemerintah Republik Indonesia dan alat2 kekuasaannja sendiri, jang makin hari makin bertambah berbahaja bagi Negara Republik Indonesia. Agaknja ta' perlu lagi kami tundjukkan akan perbuatan2 mereka itu, dalam usahanja meruntuhkan negara, baik dalam lapangan politik dan militer maupun dalam lapangan ekonomi, keuangan, dIl-nja, legaal dan ilIegaaI. 11. Sebagai kawan sedjalan, semaksud dan setudjuan didalam mengha­ dapi bahaja-Komunisme di Indonesia itu, maka baik djuga agaknja, bila disini kami njatakan dengan terus-terang dan dengan hati jang terbuka, kepada Saudara, sebagai Kepala N egara Republik Indo­ nesia, kalau2 - dengan tolong dan kurnia Allah pula - akan mendjadi sebab terhindarnja Negara dan Bangsa Indonesia dari­ pada bahaja keruntuhan dan kedjatuhannja, dimasa jang akan datang. Pertimbangan dan andjuran dari pihak kami, ialah: a. Tiada satu djalan lain, jang menudju kearah "Keselamatan Negara dan Bangsa Indonesia", melainkan: "Djika Pemerintah Republik Indonesia mulai sekarang djuga, dengan tjepat dan tepat, membasmi Komunisme, dalam tiap2 lapangan, terutama sekali jang melekat didalam tu buh Pemerintah Republik Indo­ nesia dan alat2 kekuasaannja, dengan wudjud dan si/at apa dan manapun djuga". Lebih tjepat, lebih baik! b. Bilamana Republik Indonesia segan2 dan terlambat dalam melakukan tindakan dan usaha membasmi "bahaja" jang selalu mengantjam-antjam itu, maka terbukalah kemungkinan jang amat besar sekali, bahwa Republik Indonesia dalam waktu jang singkat akan djatuh sebagai Negara, seperti nasibnja Tiongkok ditahun-tahun jang achir2 ini, setelah kaum "merah" dapat mengusir kaum "Nasionalis", dari pusat tanah-tumpah-darahnja. c. Terutama djika kelambatan melakukan tindakan tersebut me­ mandjang hingga sampai kepada meletusnja Perang Dunia ke III, maka sepandjang perhitungan sjari'at [?], nistjajalah APPENDIX 11 247 Republik Indonesia akan menemui djalan buntu dan nasib malang, jang sedikitnja senisbat dengan nasib Korea pada dewasa ini. Bahkan, mungkin sekali lebih djelek dan lebih buruk daripada itu. Oleh sebab itu, maka sekali lagi Kami pertimbangkan dan serukan kepada Saudara: "Hendaknja disegerakanlah, melakukan tindakan jang tjepat dan tepat atas bahaja nasional dan internasional tersebut, jang pada hemat kami, tindakan jang serupa itu adalah salah satu tugas dan wadjib-mutlak bagi Pemerintah
Recommended publications
  • Oleh: FLORENTINUS RECKYADO
    PRINSIP-PRINSIP KEMANUSIAAN RERUM NOVARUM DALAM PERPEKTIF PANCASILA SKRIPSI SARJANA STRATA SATU (S-1) Oleh: FLORENTINUS RECKYADO 142805 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN WIDYA YUWANA MADIUN 2021 PRINSIP-PRINSIP KEMANUSIAAN RERUM NOVARUM DALAM PERPEKTIF PANCASILA SKRIPSI Diajukan kepada Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Widya Yuwana Madiun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Oleh: FLORENTINUS RECKYADO 142805 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN WIDYA YUWANA MADIUN 2021 PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Florentinus ReckYado NPM :142805 Programstudi : Ilmu Pendidikan Teologi Jenjang Studi : Strata Satu Judul skripsi : Prinsip-Prirsip Kemanusiaan Rerum Novarum ' Dalam Perpektif Pancasila Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini adalah mumi merupakan gagasan, mmusan dan penelitian saya sendiri tanpa ada bantuan pihak lain kecuali bimbingan dan arahan dosen pembimbing. 2. Skripsi ini belum pemah diajukan untuk mendapat gelat akademik apapun di STKIP Widya Yuwana Madiun maupun di perguruan tinggi lain- 3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan mencantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengamng dan mencantumkan dalam daftar pust*a. Demikianlah pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terbukti pemyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencbutan gelar yang telah diberikan melalui karya tulis ini se(a sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini. Madi !.fl... hs :!.t.1:'. t 74Y\ lvtETERAl TEMPEL DAJX198738966 Florentinus Reckyado 142805 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul "Prinsip-Prinsip Kemanusiaan Rerum Novarum Dalam Perpektif Pancasila", yang ditulis oleh Florentinus Reckyado telah diterima dan disetujui untuk diqji pada tanggal tA 3u\i eo3\ Oleh: Pembimbing Dr.
    [Show full text]
  • Oleh : SUCIYANI
    DISKURSUS TOKOH ISLAM DALAM PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA Oleh : SUCIYANI, S.H.I NIM : 1420311069 TESIS Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Sosial Program Studi Hukum Islam Kosentrasi Studi Politik dan Pemerintahan Islam YOGYAKARTA 2017 ABSTRAK Tesis ini menganalisis Tokoh nasionalis yang dianggap tidak mewakili umat Islam dalam perumusan Pancasila sebagai ideologi negara. Pengkatagorian dominasi kekuasaan dan pemikiran menjadi permasalahan di kalangan umat Islam. Dari permasalahan ini saya mengambil kajian mengenai diskursus tokoh Islam dalam perumusan Pancasila sebagai ideologi negara. Tujuan dari tesis ini untuk meneliti diskursus para tokoh Islam dalam perumusan Pancasila, seperti ide dan konsep serta korelasinya dengan kekuasaan dan politik saat itu. Studi ini lebih menekankan pada sebab dan akar masalah adanya penggolongan nasionalis Islam dan nasionalis sekuler. Teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan diatas dengan teori diskursus Michel Foucault dan dilanjutkan teori paradigma karakteristik pemikiran Islam. Kedua teori tersebut menjadi alat untuk memcari fakta dibalik diskursus tokoh Islam dengan menggunakan pendekatan sejarah. Melalui studi kepustakaan dengan menelaah tulisan-tulisan karya tokoh Islam yang terlibat dalam perumusan Pancasila. Penelitian ini hanya mengambil dua tokoh Islam sebagai fokus kajian. Dua Tokoh besar inilah yang menjadi kunci penentuan Pancasilayaitu KH. Abdul Wahid Hasyim dan Ki Bagus Hadikusumo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wacana keterlibatan tokoh Islam dalam perumusan Pancasila merupakan dampak dari kekuasaan. Tokoh Islam mempunyai budaya berperan dibalik layar, karena konsep dikotomi budaya Islam di Indonesia. Keislaman dipandang sebagai Pengetahuan daripada kekuasaan atau politik. Pokok permasalahannya adalah diskursus, yang mana penyebutan golongan nasionalis sekuler dan nasionalis Islam berada pada ide bukan kekuasaan.
    [Show full text]
  • Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945
    Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945 R. E. Elson* On the morning of August 18, 1945, three days after the Japanese surrender and just a day after Indonesia's proclamation of independence, Mohammad Hatta, soon to be elected as vice-president of the infant republic, prevailed upon delegates at the first meeting of the Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Committee for the Preparation of Indonesian Independence) to adjust key aspects of the republic's draft constitution, notably its preamble. The changes enjoined by Hatta on members of the Preparation Committee, charged with finalizing and promulgating the constitution, were made quickly and with little dispute. Their effect, however, particularly the removal of seven words stipulating that all Muslims should observe Islamic law, was significantly to reduce the proposed formal role of Islam in Indonesian political and social life. Episodically thereafter, the actions of the PPKI that day came to be castigated by some Muslims as catastrophic for Islam in Indonesia—indeed, as an act of treason* 1—and efforts were put in train to restore the seven words to the constitution.2 In retracing the history of the drafting of the Jakarta Charter in June 1945, * This research was supported under the Australian Research Council's Discovery Projects funding scheme. I am grateful for the helpful comments on and assistance with an earlier draft of this article that I received from John Butcher, Ananda B. Kusuma, Gerry van Klinken, Tomoko Aoyama, Akh Muzakki, and especially an anonymous reviewer. 1 Anonymous, "Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945: Pengkhianatan Pertama terhadap Piagam Jakarta?," Suara Hidayatullah 13,5 (2000): 13-14.
    [Show full text]
  • Studia Islamika
    Volume 24, Number 2, 2017 ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺍﻟﺮﺍﺑﻌﺔ ﻭﺍﻟﻌﺸﺮﻭﻥ، ﺍﻟﻌﺪﺩ ٢، ٢٠١٧ T R K S S O S S: E L, E G Achmad Ubaedillah ‘R’ N -S: A B B D Mehmet Özay E I S L C S T C اﻟﺤﺮﻛﺎت اﻟﻤﻨﺎﻫﻀﺔ ﻟﻠﻤﺸﺎﻳﺦ Raihani واﻟﻌﻠﻤﺎء اﻟﺤﻤﺮ ﻓﻲ Priangan: P E C D ( I I U P (PSII اﻻﺗﺤﺎد اﻷﺧﻀﺮ ١٩٤٢-١٩٢٠ ﻧﻤﻮذﺟﺎ Valina Singka Subekti ﳏﻤﺪ ﺇﺳﻜﻨﺪﺭ E-ISSN: 2355-6145 STUDIA ISLAMIKA STUDIA ISLAMIKA Indonesian Journal for Islamic Studies Vol. 24, no. 2, 2017 EDITOR-IN-CHIEF Azyumardi Azra MANAGING EDITOR Oman Fathurahman EDITORS Saiful Mujani Jamhari Didin Syafruddin Jajat Burhanudin Fuad Jabali Ali Munhanif Saiful Umam Ismatu Ropi Dadi Darmadi Jajang Jahroni Din Wahid INTERNATIONAL EDITORIAL BOARD M. Quraish Shihab (Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, INDONESIA) Tauk Abdullah (Indonesian Institute of Sciences (LIPI), INDONESIA) M.C. Ricklefs (Australian National University, AUSTRALIA) Martin van Bruinessen (Utrecht University, NETHERLANDS) John R. Bowen (Washington University, USA) M. Kamal Hasan (International Islamic University, MALAYSIA) Virginia M. Hooker (Australian National University, AUSTRALIA) Edwin P. Wieringa (Universität zu Köln, GERMANY) Robert W. Hefner (Boston University, USA) Rémy Madinier (Centre national de la recherche scientique (CNRS), FRANCE) R. Michael Feener (National University of Singapore, SINGAPORE) Michael F. Laffan (Princeton University, USA) ASSISTANT TO THE EDITORS Testriono Muhammad Nida' Fadlan Endi Aulia Garadian ENGLISH LANGUAGE ADVISOR Dick van der Meij Daniel Peterson ARABIC LANGUAGE ADVISOR Tb. Ade Asnawi COVER DESIGNER S. Prinka STUDIA ISLAMIKA (ISSN 0215-0492; E-ISSN: 2355-6145) is an international journal published by the Center for the Study of Islam and Society (PPIM) Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, INDONESIA.
    [Show full text]
  • Islamic Values Have Easily Existed Side by Side with Hdigenous Hdonesian Values, and Some
    TWE MODERNIZATION OF THE PESANTREN'S EDUCATIONAL SYSTEM TO MEET THE NEEDS OF INDONESIAN COMMUNITIES by Suprayetno Wagiman A thesis submitted to the Faculty of Graduate Studies and Research 'in partial fuifiilment of the requirements . for the degree of Master of Arts Institute of Xslamic Studies McGU University July 1997 8 Suprayetno Wagiman National Library Bibliothèque nationale l*l of Canada du Canada Acquisitions and Acquisitions et Bibliographie Services services bibliographiques 395 Wellington Street 395, nie Wellington Ottawa ON KIA ON4 Ottawa ON Kt A ON4 Canada Canada Your hle Votre relerence Our h& Notre réUrence The author has granted a non- L'auteur a accordé une licence non exclusive licence allowing the exclusive permettant à la National Library of Canada to Bibliothèque nationale du Canada de reproduce, loan, distribute or sell reproduire, prêter, distribuer ou copies of this thesis in microform, vendre des copies de cette thèse sous paper or electronic formats. la forme de microfiche/^, de reproduction sur papier ou sur format électronique. The author retains ownership of the L'auteur conserve la propriété du copyright in this thesis. Neither the droit d'auteur qui protège cette thèse. thesis nor substantid extracts fiom it Ni la thèse ni des extraits substantiels may be printed or otherwise de celle-ci ne doivent être imprimés reproduced without the author's ou autrement reproduits sans son permission. autorisation. ABSTRACT Au thor : Suprayetno Wagiman Title : The Modemization of The Pesantren's Educational System to Meet the Needs of Indonesian Communities. Department: hstitute of Lslamic Studies, McGill University Degree : Master of Arts. Indonesian archipelago facilitateci its dissemination throughout this region.
    [Show full text]
  • H. Bachtiar Bureaucracy and Nation Formation in Indonesia In
    H. Bachtiar Bureaucracy and nation formation in Indonesia In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 128 (1972), no: 4, Leiden, 430-446 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/26/2021 09:13:37AM via free access BUREAUCRACY AND NATION FORMATION IN INDONESIA* ^^^tudents of society engaged in the study of the 'new states' in V J Asia and Africa have often observed, not infrequently with a note of dismay, tihe seeming omnipresence of the government bureau- cracy in these newly independent states. In Indonesia, for example, the range of activities of government functionaries, the pegawai negeri in local parlance, seems to be un- limited. There are, first of all and certainly most obvious, the large number of people occupying official positions in the various ministries located in the captital city of Djakarta, ranging in each ministry from the authoritative Secretary General to the nearly powerless floor sweepers. There are the territorial administrative authorities, all under the Minister of Interna! Affairs, from provincial Governors down to the village chiefs who are electecl by their fellow villagers but who after their election receive their official appointments from the Govern- ment through their superiors in the administrative hierarchy. These territorial administrative authorities constitute the civil service who are frequently idenitified as memibers of the government bureaucracy par excellence. There are, furthermore, as in many another country, the members of the judiciary, personnel of the medical service, diplomats and consular officials of the foreign service, taxation officials, technicians engaged in the construction and maintenance of public works, employees of state enterprises, research •scientists, and a great number of instruc- tors, ranging from teachers of Kindergarten schools to university professors at the innumerable institutions of education operated by the Government in the service of the youthful sectors of the population.
    [Show full text]
  • History the Movement of Masjumi in Indonesia at 1943-1960
    1 HISTORY THE MOVEMENT OF MASJUMI IN INDONESIA AT 1943-1960 Utari Mariaty*,Drs. Ridwan Melay, M.Hum**,Drs. Marwoto Saiman, M.Pd *** Email:[email protected], [email protected] , [email protected] Cp: 085271393344 Social Science Departement History Education FKIP-University Of Riau Bina Widya Street, Km. 12,5 Pekanbaru Abstract: In the history of the process of political development in Indonesia, some of the political parties involved in the process of identity affirmation of Islam in Indonesian politics. One of the political party whose role is Masjumi. Masjumi trip since it was established on 7 November 1945 and disbanded in 1960 full of dynamics, both within the internal Masjumi or when dealing with the government and President Soekarno. This research have a purpose to know about (1) the early history of the founding of the Masjumi (2) political conditions in Indonesia before standing Masjumi (3) Masjumi role in government (4) because the dissolution Masjumi. This research use a qualitative method with approach history and techniques of data collection in the form of literature and documentation. The results of this research indicate that during its existence in Indonesia, Masjumi is a party that was involved in the administration. Masjumi relationship with President Sukarno had experienced a harmonious relationship, especially during the revolution. That relationship has shifted lead to conflicts, especially since the desire of the President to bury the political parties. Masjumi party leader's decision to break up, to be accepted by members of the Masjumi with no resistance to the leadership Masjumi. Keywords: Masjumi Party, The Presidential Decree of August 17, 1960 2 SEJARAH PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA TAHUN 1943-1960 Utari Mariaty*, Drs.
    [Show full text]
  • George Mc.T. Kahin
    S o m e R ecollections a n d R e f l e c t io n s o n t h e I n d o n e s ia n R e v o l u t io n George Mc.T. Kahin Editor's Note: On July 12-14 of this year, the Indonesian Institute of Sciences (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) and its journal, Sejarah (History) held an international conference in commemoration of the fiftieth anniversary of the Indonesian revolution entitled Revolusi Nasional: Kajian, Kenangan, dan Renungan (National Revolution: Studies, Recollections, and Reflections), at which George McT. Kahin, Emeritus Prcfessor cf International Studies at Cornell University, was invited to give a keynote address. The editors of Indonesia wish to express their gratitude to the Indonesian Institute cf Sciences for permission to publish this address. What can a foreign observer contribute to an understanding of Indonesia's revolution? Perhaps very little, but I would hope enough in terms of perspective and relevant, but now apparently forgotten, elements of history to justify a hearing. If I am at all successful in adding anything to an understanding of the revolution it would be because during one of its most critical periods I was in Yogyakarta and was fortunate enough to gain the confidence of and have numerous talks with some of the Republic's major leaders—and perhaps, from the standpoint of history, because I usually took careful notes.1 My good fortune in meeting these men was probably largely because I was something of a curiosity. Not only was I one of the very few foreigners, and the only American, in Yogyakarta, but I had reached there in August, 1948 by driving a very old jeep flying American flags through the buffer zone and across the status quo line separating Dutch and Republican forces.
    [Show full text]
  • Information to Users
    INFORMATION TO USERS This manuseript has been reproduced from the microfilm master. UMI films the text directly from the original or copy submitted. Thus. sorne thesis and dissertation copies are in typewriter face, while others may be trom any type of computer printer. The quality of this reproduction is dependent upon the quality of the copy submitted. Broken or indistinct print. colored or paor quality illustrations and photographs, print bleedthrough. substandard margins. and improper alignment can adversely affect reproduction. ln the unlikely event that the author did not send UMI a complete manuscript and there are missing pages. these will be noted. Also. if unauthorized copyright material had to be removed. a note will indicate the deletion. Oversize materials (e.g., maps. drawings, charts) are reproduced by sectioning the original, beginning at the upper left-hand comer and continuing from left to right in equal sections with small overtaps. Photographs included in the original manuscript have been reproduced xerographically in this copy. Higher quality 6" x 9" black and white photographie prints are available for any photographs or illustrations appearing in this copy for an additional charge. Contact UMI directly to order. Bell & Howell Information and Leaming 300 North Zeeb Road, Ann Arbor. MI 48106-1346 USA 800-521-0600 MOHAMAD ROEM'S POLITICAL ACTIVITIES AND ISLAMIC POLITICAL VISION (1908-1983) by Hamdan Juhannis A thesis submitted to the Institute ofIslamic Studies Faculty ofGraduate Studies and Research, McGill University in partial fnlfilhnent ofthe requirement for the degree of Master ofArts Institute ofIslamic Studies McGill University .- ...• May 1999 ;.~ © Hamdan Juhannis National Library Bibliothèque nationale 1+1 of Canada du Canada Acquisitions and Acquisitions et Bibliographie Services services bibliographiques 395 Wellington Street 395.
    [Show full text]
  • West Java (1948-62): an Experience in the Historical Process*
    W EST JAVA Jndramayu KEY ELEVATION REGENCY BOUNDARIES ROADS RAILROADS THE DAR UL-ISLAM MOVEMENT IN WEST JAVA (1948-62): AN EXPERIENCE IN THE HISTORICAL PROCESS* Hiroko Horikoshi The Dar ul-Islam (Islamic State) movement, commonly referred to as the DI, which terrorized the mountainous areas of West Java between 1948 and 1962, has received comparatively little analysis despite the impact it had on the newly independent Indonesia. Such Western schol­ ars as Nieuwenhuijze and Kahin* 1 offered ideological and economic ex­ planations for the movement while it was still alive. Long after it was over, Jackson and Moeliono suggested that the course of action taken by the three Sundanese villages of West Java, which they studied with regard to their affiliation to the DI, derived from their adherence to a general Indonesian cultural ethos, bapakism (unquestioning loyalty and obedience of inferior to superior), rather than from any specific political orientation.2 On the Indonesian side there is the regional government report on the DI in 19543 and Pinardi's journalistic bi­ ography of the leader of the movement, Kartosuwirjo.4 In general, however, the Indonesian sources have tended to be hostile to the leader and the movement largely because of the atrocities committed by the DI in the villages and difficulties caused for the newly independent gov­ ernment, and perhaps also because of the latter's embarrassing inability to suppress the movement promptly. An unsatisfactory aspect of all these materials is their failure to recognize the movement as one that was born in an attempt to realize Islamic ideals in a time of political chaos and revolutionary war and one that had strong popular support at least at the initial stage of its development.
    [Show full text]
  • Set Madani # Isi 16X23.Pmd
    NEGARA MADANI Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang diatur dan diubah dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa: Kutipan Pasal 113 (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Dr. Idrus Ruslan, M.Ag.
    [Show full text]
  • Nana Setialaksana1
    PERANAN BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI) 1945 DALAM PROSES MENUJU KEMERDEKAAN INDONESIA Nana Setialaksana 1 Dosen Universitas Siliwangi (UNSIL) Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya 46115 Jawa Barat ABSTRAK Tujuan pembentukan BPUPKI oleh pemerintah Jepang, yaitu hanya menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan namun kenyataan sebenarnya ialah “Merancang Undang Undang Dasar Indonesia yang merdeka dan berdaulat”. Kiranya dapat dipahami bahwa BPUPKI yang mewakili seluruh bangsa Indonesia benar-benar mengambil nasibnya ditangan sendiri untuk menentukan persiapan kemerdekaannya, artinya tidak menurut saja kepada ketentuan Juridis formil dan keinginan kolonialis Jepang. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah suatu penelitian yang bersifat mejelajah. Karena yang diteliti adalah suatu masalah yang terjadi di masa lampau, penulis mempergunakan metode penelitian historis.. Metode penelitian historis adalah suatu metode untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektifitas, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Kata Kunci: BPUPK dan BPUPKI ABSTRACT The aim of Japan Government to establish the BPUPKI is not only to investigate the efforts of liberating Indonesia, but also “To Arrange an Independent Indonesia’s Constitution”. It is realized that BPUPKI which are represent the whole of Indonesian as the determinant in preparing Indonesia’s liberation. It means, they should decided it by themselves not according to Japan Colonialist’s desire or formal juridical decision. The research tends to exploration research since the object of the research is an issue which is happened in past time and historical research is used as the method of the research. Historical research method is a method to arrange the past time reconstruction systematically and objectively by collecting, evaluating, verifying, and synthesize the evidences to obtain a clear fact and a strong conclusion.
    [Show full text]