SEMIOTIKA PERLAWANAN KORUPSI FILM AKU PADAMU

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Agus Riyanto 108051000188

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULATAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH 1434 H / 2013 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 22 Januari 2013

Agus Riyanto ABSTRAK

Agus Riyanto Semiotika Perlawanan Korupsi Film Aku Padamu

Film Aku Padamu adalah film yang menggambarkan praktik-praktik korupsi. Film pendek ini merupakan hasil dari inisiatif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam memberantas korupsi yang bekerja sama dengan Transparency International (TII). Hal ini mengidentifikasi betapa sulitnya memberantas korupsi di negara demokrasi hanya melalui tindak pidana saja. KPK berharap nantinya film ini dapat merubah mind set pejabat pemerintah, pelaku bisnis, pejabat lembaga pendidikan, sebagai penerus bangsa hingga pejabat keagamaan sekalipun serta seluruh lapisan masyarakat sehingga memiliki mental yang kuat menolak korupsi. Dalam hal ini, peneliti bertujuan menemukan bagaiman proses dan praktik-praktik korupsi sehingga kita dapat mengantisipasinya. Aku Padamu memiliki adegan perlawanan terhadap praktik korupsi, yang secara teknis digunakan oleh sineas dalam membingkai dan menyajikan pesan perlawanan terhadap praktik korupsi. Selanjutnya pemaknaan secara konvensi yang divisualisasikan sineas melalui semiotika perlawanan korupsi film Kita vs Korupsi. Secara demografis, Indonesia lebih didominasi oleh pemeluk islam, dan mereka yang menduduki kursi pemerintahan pun didominasi oleh mereka yang beragama Islam, sehingga tidak layak jika banyak terjadi praktik korupsi didalamnya. Dewasa ini, korupsi telah merambah bukan hanya pada kalangan pemerintahan saja, melainkan sudah sampai tingkat bawahan yaitu rakyat. Perilaku yang curang dapat berorientasi pada praktik korupsi. Hal ini yang dikhawatirkan korupsi menjadi prilaku yang lumrah dan membudaya. Film ini mencoba memvisualisasikan dampak dan bagaimana proses korupsi itu terjadi. Semiotika merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis makna dan tanda-tanda yang sangat relevan dalam mengkaji pesan dalam film. Dalam film Aku Padamu terdapat tanda-tanda dan simbol-simbol yang mengandung interpretasi dan pesan simbolik, namun hal itu juga tidak terlepas dari bahasa film yang melengkapi, sehingga mempu menghasilkan interpretasi yang berbeda pada penonton. Dari hasil penelitian, peneliti mengidentifikasi setidaknya terdapat 13 elemen penting yang dapat membangun makna dalam film sebagai presentasi perlawanan terhadap praktik korupsi. Peneliti juga menemukan tanda-tanda dan kode yang mencul dalam adegan khusus di depan KUA dan adegan pendukung lainnya. Konvensi yang terdapat dalam film divisualisasikan mengguanakan beberap sekuen, adegan dan shot dalam durasi-surasi tertentu dalam film.

Keyword : Film, Perlawanan Praktik Korupsi, KUA, Semiotika dan Interpretasi.

i KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT.

Kepada-NYA lah kita bersandar, dan dari-NYA lah kenikmatan hidup tanpa batas,

Al-Aliimu wa Al-Qowiyyu tetap menghiasi asma-Nya, sehingga penulis diberikan pengetahuan dan kekuatan fisik dan dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Semiotika Perlawanan Korupsi Film Aku Padamu.

Shalawat beserta salam selalu terlantunkan kepada kekasih Allah Nabi

Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhid dan pencerah atas kegelapan manusia serta uswatunhasanahyang menjadikan dunia ini indah.

Iman dan mental merupakan pondasi keyakinan keyakinan dalam memberantas korupsi yang harus dimiliki dan dijaga agar tetap kokoh, karena jika tidak kita dapat dengan mudah kapan saja terjerumus dalam lingkaran korupsi yang dewasa ini terjadi hampir disetiap sistem dan tanggung jawab.

Pada kesempatan yang baikini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih pada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. Arief Subhan M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Drs. Wahidin Saputra M.A, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs.

Mahmud Djalal, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum

dan Drs. Studi Rizal, L.K, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

ii 2. Drs. Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam (KPI).

3. Dra. Umi Musyarofah, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasidan

Penyiaran Islam (KPI).

4. Drs. Sugiarto, M.A, selaku dosen penasehat akademik yang telah

memberikan bimbingan dan arahan praskripsi.

5. Dr. Rulli Nasrullah M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan

inspirasinya yang sangat berharga.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang selama ini telah

memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.

7. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Yang telah melayani penulis dalam mempergunakan

buku-buku dan literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi

ini.

8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Marsimin dan Raminah atas

segala kasih ayang, perhatian dan motivasi, yang tak pernah lelah dan

bosan dalam membiayai kuliah serta do’a yang selalu Engkau panjatkan

untuk buah hatimu ini.

9. Keluarga Besar Norihiko Isoda atas segala bantuan dan motivasi kepada

penulis dalam menempuh gelar S.Kom.I.

iii 10. Keluarga Besar Martoyo atas segala motivasi dan bantuannya kepada

penulis dalam menempuh gelar S.Kom.I.

11. Rekan-rekan seperjuangan KPI F 2008 yang tel;ah memberikan masukan,

motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

12. Seluruh teman seperjuang yang telah membantu terselesaikannya skripsi

ini.

Semoga segala partisipasi, dukungan dan motivasi serta doa kepada penulis dibalas oleh Allah SWT berupa kebaikan yang berlipat ganda. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna bagi wacana keilmuan dan ke-Islaman.

Akhirnya kepada-Nya lah segala urusanakan kembali dan kepada-Nya lah kita memohon hidayah dan taufiq serta ampunan.

Jakarta, 16 Januari 2013

Penulis,

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... vii DAFTAR GAMBAR ...... viii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Perumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 6 D. Metodologi Penelitian ...... 9 E. Sistematika Penulisan ...... 12

BAB II KERANGKA TEORI ...... 14 A. Film sebagai media kritik sosial ...... 14 B. Semiotika film ...... 33 C. Korupsi ...... 40

BAB III GAMBARAN UMUM FILM ...... 57 A. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ...... 57

v B. Sinopsis Film ...... 59 C. Profil Pemain ...... 62

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN HASIL ANALISIS...... 66 A. Analisis Judul Film ...... 66 B. Pengantar Adegan yang Diteliti ...... 67 C. Adegan yang Diteliti ...... 82 D. Konvensi Visualisasi Adegan Perlawanan Korupsi ...... 98 E. Interpretasi Adegan Perlawanan Korupsi...... 99

BAB V. PENUTUP ...... 103 A. Kesimpulan ...... 103 B. Saran-saran ...... 105

DAFTAR PUSTAKA ...... 107 LAMPIRAN

vi

vii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Genre Film Induk dan Primer ...... 21 Tabel 2.2 Analisis Film Steve Campsall ...... 37 Tabel 4.1 Analisis Film Steve Campsall ...... 69 Tabel 4.2 Ikon, Indeks dan simbol dalam Adegan “Rumah Laras menuju KUA” ...... 70 Tabel 4.3 Adegan kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah ...... 74 Tabel 4.4 Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah” ...... 75 Tabel 4.5 Adegan Perjuangan pak Markun melawan korupsi ...... 79 Tabel 4.6 Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan perjuangan pak Markun melawan korupsi ...... 80 Tabel 4.7 Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “Perlawanan korupsi” ..... 87 Tabel 4.8 Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi” ...... 88 Tabel 4.9 Temuan Analisis Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan Korupsi" ...... 95 Tabel 4.10 Konvensi Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi” .... 99

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Unsur Pembentuk Film ...... 16 Gambar 3.1 sebagai Nova ...... 62 Gambar 3.2 Revalina S Temat sabagai Laras ...... 63 Gambar 3.3 Agus Ringgo Rahman sebagai Pak Markun...... 64 Gambar 3.4 Norman Akyuwen sebagai Calo ...... 65

ix BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film Aku Padamu merupakan salah satu kumpulan film pendek dalam

tema besar film Kita vs Korupsi yang dilahirkan oleh Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) dan bekerja sama dengan Transparency Internsional Indonesia

(TII). Film yang tidak diluncurkan secara masal ke publik ini memiliki muatan

pesan yang berbeda, terlepas dari kepentingan pasar, kepemilikan juga

kepentingan beberapa pihak, melainkan film ini berpihak kepada hajat hidup

bangsa mengenai bagaimana praktik korupsi terjadi dan film tersebut berusaha

memetakan bagaimana bersikap dalam melawan korupsi.

Film kita vs korupsi terdiri dari empat film pendek dengan judul

berbeda-beda yang disutradarai oleh Chaerun Nissa, Emil Heradi, Lasja F.

Susatyo, dan Ine Febriyanti, serta diproduseri oleh M. Abdullah Aziz. Masing-

masing judul film itu adalah; Rumah Perkara (House of The Affair), Aku

Padamu (Im for you), Selamat siang, Rissa! (Good afternoon, Rissa!) dan

Pssssttt... Jangan bilang siapa-siapa (shhh... Don’t tell anyone) yang masing-

masing memiliki latar belakang berbeda namun tujuan yang ingin dicapai satu,

yaitu mengenalkan praktik-praktik korupsi.

Dalam judul rumah perkara praktik korupsi yang dikenalkan pada

level penyelenggara negara yang terjebak dalam lingkaran korupsi. Pada judul

Aku Padamu praktik korupsi terjadi pada level lembaga agama yaitu Kantor

1 2

Urusan Agama (KUA). Kemudian dalam judul selamat siang Rissa!, dalam film ini praktik korupsi yang dikenalkan pada level bawah yaitu penjaga gudang yang memiliki kuasa penuh terhadap gudang. Yang terakhir pada judul

Psss... jangan bilang siapa-siapa, korupsi terjadi pada level sekolah dan murid kepada orang tua. Kesemuanya ini adalah gambaran praktik korupsi yang terjadi dalam keseharian.

Film ini dibintangi oleh Nicholas Saputra yang berperan sebagai Vano, seorang pemuda yang hampir kehilangan impiannya meminang Revalina S

Temat sebagai Laras anak seorang kepala guru dengan mengajaknya kawin lari melalui bantuan calo KUA (Norman Akyuwen) untuk melacarkan pernikahan karena mereka tidak memiliki kartu keluarga. Ringgo Agus

Rahman yang juga bermain satu frame berperan sebagai seorang guru yang jujur bernama Markun, yang sampai akhir hayat statusnya masih sebagai guru honorer. Karena baginya sekolah itu fana seperti dunia ini. Ia lebih suka mengajar dan mendongeng di luar kelas, dibawah pepohonan dari pada menyuap kepala guru untuk menjadikannya guru PNS.

Dalam kesempatan ini, peneliti memilih film Aku Padamu sebagai objek penelitian. Alasan peneliti memilih film tersebut karena ide pokok dan pesan yang ditangkap peneliti terasa istimewa. Yaitu sikap perlawanan wanita muda dalam melawan korupsi.

Film Aku Padamu ini bertujuan untuk meredam atau memperkecil korupsi di negeri ini. Dewasa ini, korupsi bukan hanya dilakukan pada level pemerintahan atau umum saja melainkan sudah merambah pada hal yang berbau keagamaan seperti kasus korupsi pengadaan Alquran. Mengutip

Ungkapan Lord Acton yakni “power tends to corrupt, and absolut power

3

corrupts absolutely”, bahwa kekuasaan cendrung untuk korupsi dan

kekuasaan yang absolut cendrung korupsi absolut.1 Film ini merupakan

manisfestasi perjuangan dalam memberantas korupsi, dalam dakwah disebut

sebagai dakwah bil qalam.

Korupsi dalam Islam adalah kegiatan yang sangat diharamkan. Hal ini

sesuai dengan ayat Alquran surat Al-Baqarah ayat 188 yang berbunyi:

               

       

“Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.”

Pena atau qolam saat ini memiliki pemaknaan yang lebih luas, tidak

hanya sebatas sebagai alat tulis saja. Kemajuan alat teknologi komunikasi

yang memudahkan untuk menerima dan memberikan informasi juga sebagai

sarana dakwah menjadikan satu kesatuan perluasan makna pena dalam

dakwah.

Pada masa Orde Lama, pemberantasan korupsi ditangani oleh aparat

militer yang power full, namun upaya ini gagal bahkan semakin merebak.

Memasuki masa Orde Baru korupsi semakin subur selama 32 tahun

pemerintahan Presiden Soeharto. Penyelenggalaan pemerinta secara tertutup

dan perekonomian yang didominasi oleh Soeharto beserta keluarga dan

1 Drs. Emansjah Djaja, S.H., M.Si, Memberantas Korupsi Bersama KPK ―edisi kedua‖(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 2.

4

kroninya berdampak positif untuk pertumbuhan korupsi. Koruptor dielu-

elukan dan tidak diasingkan, karena sebagian hasil korupsi turut

disumbangkan ketempat ibadah dan lain-lain, seakan tuhan dapat dibohongi.

Sampai sini koruptor tidak dipandang sebagai penghianat bangsa melaikan

sebagai pahlawan.2

“...Corrruption is the root of the evil (Kwik Kian Gie)...,‖ korupsi

adalah akardari semua masalah.3 Beragam kasus korupsi yang terungkap,

menandakan bahwa korupsi di negeri ini terjadi diberbagai sektor dan level.

Film ini mencoba mengenalkan kita praktik korupsi yang dijalankan

disejumlah institusi sebagai bentuk pemahaman terhadap masyarakat tentang

praktik-praktik korupsi. Pesan ini yang kemudian membuat pikiran

masyarakat tergugahuntuk menghentikan atau tidak melakukan tindakan

korupsi. Sesuai dengan Pasal 41 Ayat 1Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 yang mengatakan ―...Masyarakat dapat berperan serta dalam membantu

upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi...‖.4

“...We can’t fight corruption just by enforcing law, but by changin

perspective as well. As show here in KvsK...”5 begitulah ungkapan Abraham

Samad (chief of KPK) sebagai testimoni yang tertera pada cover dvd tentang

film ini. Film memiliki pengaruh cukup besar sebagai sarana penanaman nilai

2 Prof. DR. Krisna Harahap, SH.,MH, Pemberantasan Korupsi Jalan Tiada Ujung, (Bandung, PT Graffiti Bandung, 2006), h. 40-41. 3 Kompas, Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 95. 4 Drs. Emansjah Djaja, S.H., M.Si, Memberantas Korupsi Bersama KPK (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 161. 5 Cover dvd film Aku Padamu

5

dan ideologi. Hal ini yang membuat film menjadi suatu bahan kajian yang menarik untuk mendalami salah satu unsur komunikasi, yaitu pesan.

Konstruksi pesan dalam film adalah melalui simbol atau tanda yang ditampilkan. Kajian yang secara khusus membahas mengenai tanda dan perangkat pesannya adalah semiotika atau yang lebih dikenal oleh ilmuwan eropa sebagai kajian semiologi. Semiotika memiliki beberapa model, hal ini dikarenakan masing-masing model memiliki karakteristik yang berbeda dan memiliki tokoh yang berbeda.

Film terdiri dari unsur audio visual, sehingga memungkinkan dimunculkan beragam interpretasi dalam pembuatannya. Beberapa institusi yang pernah menyaksikan film tersebut menyadari dampak positif yang didapat bagi institusi dan anggotanya. Praktik–praktik korupsi yang semakin menjamur baik dalam skala besar maupun kecil, baik pada tingkat atas maupun tingkat bawah yang berdampak buruk bagi kemaslahatan berbangsa dan bernegara, diharapkan dengan adanya sosialisasi praktik korupsi melalui skripsi ini membantu mengurangi dan memberantas praktik-praktik korupsi.

Dibeberapa institusi dan juga pada level masyarakat, praktik korupsi dalam skala kecil sering terlihat oleh mata kita namun hal tersebut seakan menjadi yang wajar, yang kemudian berdampak pada kebiasaan sehingga dibenarkan atau dianggap lumrah. Keadaan inilah yang ingin dikembangkan oleh penulis dalam dunia akademisi dalam memaparkan praktik–praktik korupsi yang direpresentasikan pada film yang dilahirkan KPK ―Aku Padamu‖ melalui cabang ilmu komunikasi yaitu semiotika sebagai objek penelitian skripsi untuk merubah paradigma tentang perilaku korup.

6

Berdasarkan pemikiran diatas, penulis memberi judul penelitian skripsi

ini Semiotika Perlawanan korupsi Film Aku Padamu.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Perumusan Masalah

Masalah pada penelitian ini mengacu pada representasi praktik-

praktk korupsi yang terdapat dalam film pada penggunaan simbol-simbol

dalam rangkaian gambar atau adegan (scene) film yang berhubungan

dengan cara praktik korupsi yang ditampilakan dalam film Aku Padamu.

2. Pembatasan Masalah

Peneliti memfokuskan permasalahan pada empat hal berikut:

a. Bagaimana tanda perlawanan praktik–praktik korupsi yang

direpresentasikan dalam film Aku Padamu?

b. Bagaimana kode perlawanan praktik–praktik korupsi yang

direpresentasikan dalam film Aku Padamu?

c. Bagaimana elemen perlawanan praktik korupsi yang

direpresentasikan dalam film Aku Padamu?

d. Bagaimana konvensi perlawanan praktik–praktik korupsi yang

direpresentasikan dalam film Aku Padamu?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana sign dan code praktik–pkartik korupsi

yang direpresentasikan dalam film Aku Padamu

7

b. Untuk menemukan apa saja elemen praktik korupsi yang

direpresentasikan dalam film Aku Padamu

c. Untuk mengetahui bagaimana convention yang muncul dalam praktik-

praktik korupsi yang direpresentasikan dalam film Aku Padamu

2. Manfaat Penelitian

a. Akademisi, peneliti mengaharapkan penelitian ini berguna dalam

perkembangan ilmu pengetahuan ilmiah khususnya dibidang dakwah

dan komunikasi serta dalam menggali makna yang terkandung dalam

sebuah produk media massa, khususnya film yang menggunakan pisau

analisis semiotika.

b. Praktisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pencerah bagi

institusi dan anggotanya juga masyarakat dalam mengenali praktik

korupsi. Menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi, aktivis

dakwah, dan peneliti sendiri serta bagi production house agar dapat

melahirkan film-film dan iklan yang lebih bermutu dan memiliki nilai

budaya yang tinggi, sehingga dapat memberikan pengetahuan baru

kepada masyarakat dan menjabarkan situasi yang sedang terjadi

dinegeri ini.

3. Tinjauan Pustaka

Film ―Aku Padamu‖ bukan film komersial dan akan diputar bukan

untuk maksud komersial. Pemutaran film dilakukan melalui kegiatan

roadshow di kota-kota besar di Indonesia yang dikemas dalam kegiatan

bedah atau diskusi film. Masyarakat juga bisa menginisiasi pemutaran film

8

ini dengan menghubungi pihak KPK ataupun TII6. Dalam proses

pembuatannya pun melibatkan masyarakat, mulai dari pembuatan skrip

dengan lomba ide cerita pada september 2011. Kemudian sutradara, aktor,

scriptwriter dan kru, yang tergerak untuk turut andil dalam upaya

pencegahan korupsi melalui sebuah film.

Perenelitian sejenis (Skripsi) mengenai kajian semiotika di jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, tidaklah sedikit. Salah satunya adalah skripsi

yang berjudul ―Analisis Semiotik terhadap film in the name of god‖ yang

ditulis oleh Hani Taqiyya (107051002739) mahasiswa KPI lulusan tahun

2011. Pada skripsinya tersebut, Hani menggunakan pisau analisis yang

sama dengan penelitian ini, yakni menggunakan pisau analisis Roland

Barthes. Adapun wacana yang ingin dibangun berbeda, yakni mengenai

konsep jihad yang mengatasnamakan tuhan.7

Kemudian pada skripsi yang berjudul ―Analisis Semiotika Film

Mighty Heart‖ yang ditulis oleh Rizky Akmalsyah (106051101939) yang

mengangkat kisah bagaimana jurnalis,intelejen bekerja dan budaya orang-

orang psiatan di Karachi. Analisis yang digunakan pada skripsi ini yaitu

menggunakan semiotika Roland Barthes,juga tidak ada persamaan

mengenai pembahasan isi dengan skripsi yang ditulis oleh peneliti.8

6http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2518 7Hani Taqiyya, ―Analisis Semiotik terhadap Film in the name of god,‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). 8Rizky Akmalsyah, ―analisis Semiotika Film A Mighty Heart‖, Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).

9

Skripsi yang diteliti oleh Puga Hilal Bayhaqie ( 104051101954)

dengan judul ―analisi Semiotika Ikaln Kampanye Politik Prabowo

Subianto di Televisi versi Stimulus bagi Rakyat‖. Skripsi ini bertujuan

mengupas ideologi iklan partai politik yang tercermin dari iklan ditelevisi.

Pada skripsi ini peneliti tidak menemukan pembahasan yang sama dengan

skripsi yang peneliti kerjakan.9

Selain itu ada pula skripsi dengan judul “Analisis semiotik film

animasi upin dan ipin” yang ditulis oleh Akhmad Bayhaki

(105051001885) mahasiswa KPI lulusan tahun 2009.10 Pisau analisis yang

digunakan serta wacana yang dibangun juga berbeda dengan penelitian ini.

Pada dasarnya, peneliti melihat bahwa setiap skripsi memiliki kelebihan

dan kekurangan masing-masing.

Namun perlu diketahui bahwa skripsi ini tidak sama dalam isi

maupun pembahasan dengan tujuan tersebut. Skripsi ini disusun

berdasarkan analisis yang peneliti lakukan dengan pengamatan terhadap

objek yang berkaitan yaitu mengenai semiotika praktik korupsi dalam film

Aku Padamu.

9 Puga Hilal Bayhaqie, ―Analisis Semiotika Iklan Kampanye Politik Di Televisi,‖ Skripsi S1 (jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010). 10 Akhmad Bayhaki, ―Analisis Semiotika terhadap Film Animasi Upin dan Ipin,‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).

10

D. Medodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori semiotika Roland

Barthes, Christian Metz dan Steve Campsall. Barthes menekankan

interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural

penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang

dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal

dengan “two order of signification”, mencakup denotasi (makna

sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari

pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan

Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified

yang diusung Saussure.

Konotasi Signifier Denotasi

Mitos Signified

Gambar 1.1 Samiotika Roland Barthes

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu ―mitos‖ yang

menandai suatu masyarakat. ―Mitos‖ menurut Barthes terletak pada

tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-

signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian

memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.

11

Selanjutnya teori Christian Metz yang mengatakan bahwa

setidaknya ada 3 mesin utama dalam memaknai film secara utuh sebagai

bahan penelitian, yaitu film sebagai industri, psikologi penonton, dan

penulis naskah film kritikus, sejarahwan, teoretikus. Jadi pengertian film

tidak terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja,

melainkan juga aspek lain di luar itu, sehinggan penonton dapat menjadi

salah satu bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai

kesatuan film yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam

wilayah psikologis.11

Steve Campsall yang meneruskan pemikiran Metz dengan

menekankan interaksi antara moving image texts dengan kesatuan bahasa

dan makna, memahami Moving Image Texts: ―Film Language‖. Seperti

percakapan, baginya film memiliki bahasa sendiri dalam menyampaikan

pesannya kepada penonton. Pergerakan audio visual yang dinamis di

dalam film, memunculkan komponen sendiri di dalam kajian

semiotikanya.

2. Tahapan Penelitian

a. Proseduran Penelitian

1) Kategorisasi, disini peneliti mengkategorisasikan tanda-tanda yang

ada atau yang muncul pada film Aku Padamu.

2) Observasi, Peneliti melakukan observasi langsung yakni dengan

melakukan pengamatan secara mendalam mengenai tanda-tanda

11 Indiwan, Semiotika Komunikasi, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011), h. 203.

12

pada film Aku Padamu guna memperoleh data-data yang

mendukung keakuratan hasil penelitian.

3) Dokumentasi, mencari data mengenai hal-hal atau variabel dengan

melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumen-

dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan

permasalahan yang diteliti oleh penulis. Dengan mempelajari dan

menganalisa bahan-bahan berupa tulisan atau gambar yang diambil

dari buku, arsip-arsip, foto-foto, rekaman-rekaman siaran dan lain

sebagainya untuk menguatkan penelitian atas kebenaran data yang

diperoleh melalui kategorisasi dan observasi. b. Pengolahan Data

1) Analisis Data, data yang diperoleh dari pengklasifikasian adegan-

adegan dalam film Aku Padamu secara deskriptif yang sesuai

dengan rumusan permasalahan dengan menggunakan model

semiotika Christian Metz, Steve Campsall dan Roland Barthes.

Kemudian membandingkan dengan menggambarkan keadaan yang

sebenarnya dan dianggap akurat serta menuangkannya kedalam

konteks penulisan karya ilmiah atau skripsi dengan cara

menjabarkan, menerangkan, memberikan gambaran serta

klasifikasi dan menginterpretasikan data-data yang terkumpul

secara apa adanya terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan

atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut.

13

2) Subjek dan Objek Penelitian, Objek penelitian ini adalah film.

Sedangkan unit analisisnya adalah potongan gambar, musik, dan

dialog yang terdapat di dalam film Aku Padamu yang berkaitan

dengan rumusan masalah penelitian. Subjek adalah sumber-sumber

tempat memperoleh keterangan. Dan dalam penelitian ini yang

menjadi subjek penelitian adalah teori semiotika Christian Metz,

Steve Campsall dan Roland Barthes. Sedangkan objeknya adalah

film Aku Padamu.

3) Teknik Penulisan, penelitian ini akan ditulis berdasarkan penulisan

Skripsi yang mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis, dan

disertasi yang berlaku di UIN Jakarta fakultas Dakwah dan

Komunikasi prodi Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2008-2009.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam mengklasifikasikan gambaran dan uraian skripsi ini, maka peneliti membaginya dalam sistematika penulisan dalam lima bab. Yang dalam bab-bab tersebut terdapat sub bab yang menggambarkan lebih terperinci mengenai pembahasan skripsi ini.

BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metodologi pnelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : Kerangka teori terdiri dari film sebagai media kritik sosial,

semiotika film dan korupsi.

14

BAB III : Gambaran umum film terdiri dari profil Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) sebagai lembaga pembuat film, sinopsis film,

profil pemain dan tim produksi film.

BAB IV : Temuan penelitian dan hasil penelitian terdiri dari analisis judul

film, pengantar adegan yang diteliti dan narasi yang diteliti.

BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan, saran, daftar pustaka dan

lampiran.

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Film Sebagai Media Kritik Sosial

1. Tinjauan Umum Tentang Film

a. Definisi

Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat

gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar

positif (yang akan dimainkan di bioskop) lakon (cerita) gambar hidup.1

Marselli Sumarno mendeskripsikan film sebagai:

:Film merupakan anak kandung teknologi yang terdiri dari unsur ukuran akurasi dan standarisasi, perkembangan unsur mengikuti perkembangan teknologi, serta teknologi perfilman yang membutuhkan standarisasi teknis agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.‖2

Sedangkan film yang baik adalah film yang mampu

mempresentasikan kenyataan sehari-hari sedekat mungkin, yakni yang

mampu merekam kenyataan sosial pada zamannya.3

Film juga merupakan bagian dari salah satu produk komunikasi

massa yang muatannya memiliki berbagai macam informasi baru.

Bentuk komunikasi dalam film adalah bentuk komunikasi semu, karena

pemberi makna yang sebenarnya bukanlah di film tersebut, melainkan

orang-orang dibalik film. Dengan demikian, konstruksi pesan di dalam

1 Anton Mabruri, Managemen Produksi Acara Televisi,( Mind 8 Publishing,2011), h. 2. 2 Marselli Sumarno, Job Descriptio Pekerja Film Versi 01, (jakarta: Fakultas Film dan Televisi IKJ, 2012). 3 Ade Irwansyah, Seandainya Saya Kritikus Film, (Yogyakarta, CV Homeira Pustaka, 2009), h 13.

15 16

film yang notabene bersifat audio visual, berbeda dengan konstruksi

pesan media yang lain yang kecenderungannya kepada satu jenis saja.

Pemaknaan mengenai film pun kini beragam, ada yang

memaknainya sebagai produk komersil, media propaganda, media

hiburan, bahkan dianggap sebagai agama.4 Namun ada juga yang

memaknai film sebagai media kritik sosial, karena film dianggap sebagai

media yang memiliki kekuatan besar untuk menginformasikan yang

terjadi disekitar, juga dalam membentuk pola pikir dan tingkahlaku

penontonnya.

Sebagian besar manusia sepakat bahwa komunikasi masa adalah

bagian terpenting dalam pembangunan peradaba manusia. Film sebagai

salah satunya menyimpan makna sebagai bagian dari pesan, juga

menjadi salah satu ragam proses komunikasi. Makna-makna simbolik

yang ditampilkan film, membawa penonton sebagai komunikan

merasakan sensasi yang berbeda dalam penyerapan pesan. Makna-makna

inilah yang akhirnya menjadi salah satu bagian dari unsur komunikasi,

yaitu message.

b. Unsur Film

Agar dapat mamahami term film secara keseluruhan, perlu

pengetahuan mengenai unsur-unsur pembentuk film. Adapun unsur-unsur

tersebut antara lain unsur naratif dan unsur sinematik. Seperti pada gambar

dibawah ini.

4 John C. Lyden, Film as Religion (New York: New York University Press, 2003), h. 11. Melalui https://filepost.com/file/m76mm97m/film_as_Religion_0814751814.pdf/ diakses pada 12 januari 2013.

17

FILM

Unsur Naratif Unsur Sinematik

Gambar 2.1.5 Unsur Pembentuk Film

1) Naratif

Unsur naratif film berhubungan dengan aspek cerita atau tema

film. Unsur ini meliputi tokoh, masalah, konflik, lokasi dan waktu.

a. Tokoh

Dalam film cerita, terdapat dua tokoh penting, yaitu utama dan

pendukung. Tokoh utama sering diistilahkan dengan tokoh

protagonis, sedangkan tokoh pendukung biasa disebut dengan

tokoh antagonis yang biasanya bertindak sebagai pemicu konflik.

b. Masalah dan Konflik

Masalah di dalam film dapat diartikan sebagai penghalang yang

dihadapi tokoh protagonis dalam meraih tujuannya. Permasalah ini

yang kemudian memicu konflik (konfrontasi) fisik atau batin dari

luar diri tokoh protagonis ataupun dari dalam diri tokoh protagonis

(konflik batin).6

5 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 2. 6 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 43-44.

18

c. Lokasi

Tempat/lokasi di dalam film biasanya berfungsi sebagai

pendukung narasi di dalam skenario. Pemilihan lokasi dapat

membangun cerita sehingga cerita dapat menjadi lebih realistis.

d. Waktu

Waktu dalam narasi film merupakan salah satu aspek penting

dalam membangun cerita. Pagi, siang, sore dan malam dalam film

memiliki makna sendiri sebagai pembangun suasana narasi film.

Unsur lainnya yang tidak lepas dalam film yaitu narasi. Dalam

kajian sastra, kajian narasi atau cerita di dalam suatu karya disebut

juga dengan kajian naratologi. Naratologi berasal dari kata narratio dan

logos (bahasa Latin). Narratio berarti cerita, perkataan, kisah, hikayat;

logos berarti ilmu. Naratologi juga disebut teori wacana (teks) naratif.

Baik naratologi maupun teori wacana (teks) naratif diartikan sebagai

seperangkat konsep mengenai cerita dan penceritaan. Naratologi

berkembang atas dasar analogi linguistik, seperti model sintaksis,

sebagaimana hubungan antara subjek, predikat, dan objek penderita.7

2) Sinematik

Senematik atau language of film berguna untuk menganalisi

textual dari beberapa rangkaian pendek film, video, atau televisi.

Bordwell dan Thompson membagi bahasa film menjadi empat

element, yaitu mise-en-scene, cinematography, editing dan sound.

7Asep Yusup Hudayat, Modul ‗Metode Penelitian Sastra‘ (Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, 2007), h. 72. Melalui web: Resource.unpad.ac.id/unpad- content/unpad/publikasi_dosen/metode_penelitian_sastra.PDF diakses pada 12 januari 2013.

19

Semua rangkaian ini saling membantu satu sama lainnya.8 Adapun

definisi mise en adegan (scene), Sinematografi, Editing dan Suara

sebagai berikut.9

a. Mise en Scene

Segala hal yang berada di depan kamera. Empat elemen pokok

Mise en Scene yaitu, setting atau latar, tata cahaya, kostum dan

make-up, serta akting dan pergerakan pemain.

b. Sinematografi

Perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera

dengan obyek yang diambil.

c. Editing

Transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya.

d. Suara

Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera

pendengaran.

Bahasa film ini bermanfaat sekali bagi kita dalam menganalisis

gaya sinematik film. Untuk beberapa rangkaian analisis yang lebih

detailnya diperlukan mencatat apa saja yang terjadi dalam setiap

kejadian dan pengambilan sudut gambar kamera. Untuk men-

transcribe setiap rangkaian diperlukan menonton lebih dari satu kali

rangkaian yang ada dalam film, pause suara film untuk mencatat. Ini

akan sangan membantu mengnalisis film tanpa menggunakan suara

sehingga kamu dapat lebih fokus kepada mise-en-scene (conten of the

8Micheal O‘Shaughnessy and Jane Stadler, Media and Society,(Oxford Universiy, Oxford University Press, 2005), h. 219. 9 Pratista, Memahami Film, h. 1-2.

20

shot), cinematography (how content is filmed), dan editing. Kemudian

dengarkan soundtrack tanpa melihat gambar sehinga kamu dapat fokus

kepada suara. Selanjutnya perhatikan dengan seksama dengan suara

kencang dan catatlah hubungan antara suara dan gambar. Kemudian,

masukan kedalam catatan eksra detail mengenai durasi sebuah adegan,

dan buat juga catatan tentang tata lampu (lighting), pertunjukan

(performance), serta pendapatmu setiap adegan.10 Dengan pengamatan

yang detail dapat diketahui bagaimana mise-en-scene, cinematography,

editing dan sound dalam sebuah film memiliki makna dan pengaruh

yang kuat.

c. Jenis Film

Lebih baik menonton acara-acara yang berkualitas. Tidak semua

film itu buruk tetapi ada beberapa film yang baik untuk ditonton. Dalam

hal ini kita lebih baik melihat acara apa yang direkomendasikan.

Contohnya, bila kita ingin menonton film, sangat baik bila kita membaca

resensinya dahulu sebelum kita tonton. Dalam hal ini diri kita sendiri yang

menjadi tauladan agar selektif dalam memilih film.

Film fiksi merupakan film yang memiliki struktur narasi yang

jelas. Berbeda dengan film dokumenter dan eksperimental yang tidak

memiliki struktur narasi yang jelas: 11

10Micheal O‘Shaughnessy and Jane Stadler, Media and Society,(Oxford Universiy, Oxford University Press, 2005), h. 219-220. 11 Pratista, Memahami Film,(Homeiran Pustaka, 2008) h. 4.

21

Secara singkat himawa memahami definisinya sebagai berikut:

1. Film Dokumenter

Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa,

dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan

suatuperistiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-

sungguh terjadi atau otentik.

2. Film Fiksi

Berbeda dengan film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi

cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian

nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak

awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas.

3. Film Eksperimental

Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan

dua jenis film lainnya. Film eksperimental tidak memiliki plot namun

tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting

subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin

mereka. Film-film eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan

tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka

menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.

Pratista menjelaskan metode yang paling mudah mengklasifikasikan film yaitu berdasarkan genre. Genre dalam film merupakan jenis atau klasifikasi sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas) seperti setting, isi dan subyek cerita. Saat ini

22

film-film di dunia telah memunculkan beberapa genre, di antaranya genre

aksi, horor, roman, noir, dan sebagainya. Sedangkan fungsi genre itu

sendiri untuk mempermudah penikmat film mengklasifikasikan film.

Hal yang perlu kita ketahui juga bahwa setiap film kebanyakan

memiliki genre lebih dari satu, bentuk ini biasa diistilahkan dengan genre

hibrida (genre campuran).12 Kebanyakan film memiliki genre yang

variatif, hal ini dikarenakan banyaknya klasifikasi genre yang muncul dan

dinamika cerita dalam sebuah film.

Berikut adalah tabel klasifikasi film berdasarkan genre.

Klasifikasi Genre Film Induk dan Primer Tabel 2.113

Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder Aksi Bencana Drama Biografi Epik Sejarah Detektif Fantasi Film noir Fiksi-ilmiah Melodrama Horor Olahraga Komedi Roman Kriminal dan Gangster Superhero Musikal Supernatural Petualangan Spionase Perang Perjalanan Western Thriller

Genre Induk Primer Genre merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan film di tahun 1900-an hingga 1930- an. Beberapa jenis genre induk primer masih berkembang saat ini, namun

12 Ibid, h. 9-11 13 Ibid

23

beberapa yang lain jauh lebih populer dan sukses di masa lalu. Sedangkan

genre Induk Sekunder merupakan pengembangan dari genre induk primer

yang memiliki karakter dan ciri-ciri khusus dibandingkan dengan genre induk

primer.

2. Manfaat Film

Film adalah media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan,

karena film adalah media komunikasi. Dalam Mukaddimah Anggaran Dasar

Karyawan Film dan Televisi 1995 dijelaskan bahwa film bukan semata-mata

barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan dan penerangan yang

mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat

revolusi dapat menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang

kesatuan dan persatuan nasional, membina nasionalitas dan character building

mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.

Media film sebenarnya memiliki kekuatan lebih dibandingkan media

lain dalam melakukan representasi terhadap kenyataan. Banyak teori

menyatakan bahwa film sebaiknya menjadi cerminan seluruh atau sebagian

masyarakatnya, atau dengan kata lain terdapat kritik sosial didalamnya. Film

sebaiknya mempresentasikan wajah masyarakatnya. Fungsinya sebagai arsip

sosial yang menangkap Zeitgeist (jiwa zaman) saat itu, sehingga penonton

terasa dekat dengan tema yang hadir dan bahkan serasa melihat dirinya

sendiri, bahkan diajak mentertawakan dirinya sendiri, mengkritik dirinya

sendiri.

24

Dengan menghadirkan wajah masyarakat yang sesungguhnya, maka film itu pelan-pelan akan memfungsikan dirinya menjadi sebuah kritik sosial.

Kalau kita setuju dengan hal ini, maka kita bisa menyatakan film seperti

Marsinah (Slamet Djarot), Eliana Eliana (), Bendera (Nan Achnas),

Arisan! (Nia Dinata), sebagai perjuangan awal kritik sosial generasi baru sineas Indonesia. Mungkin tidak setegas dan sekeras Gie, tapi ini adalah pilihan sang sutradara dalam mengemas kritik. a. Fungsi Film

Peneliti berargumen bahwa film yang baik adalah film yang

didalamnya terdapat pesan-pesan tertentu, termasuk di dalamnya kritik

sosial. Riri Riza dan menyatakan bahwa semangat utama

membuat Gie adalah karena ingin menyalurkan kegelisahannya. Rudy

Soedjarwo saat menggarap Mengejar Matahari menyatakan bahwa terlalu

sayang kalau film yang sangat ampuh dalam mempengaruhi seseorang itu

hanya untuk kepentingan komersial belaka.

Uni Soviet pernah menggunakan media film sebagai media

propaganda yang sangat efektif dengan pendekatan formalisme mereka.

Italia pernah mengenal neo-realisme yang mendekati problem-problem

stuktural kemiskinan pasca Perang Dunia Pertama. Perancis misalnya

pernah mengenal realisme puitis yang merespon kegelisahan pasca Perang

Dunia Kedua. Amerika tahun 1950-an dipenuhi oleh kisah fiksi ilmiah

yang menggadang ketakutan terhadap perang bintang akibat peluncuran

Sputnik oleh Uni Soviet.

25

Contoh diatas merupakan hanya sebuah gambaran bahwa negara- negara diberbagai belahan dunia telah memanfaatkan kejadian-kejadian disekitar masyarakat sebagai film yang kemudian digunakan sebagai senjata yang efektif atau sebagai penjabaran terhadap situasi yang sedang dihadapi masyarakat. Namun, hal ini tidaklah mudah mengingat proses tradisi yang panjang yang harus dilalui, baik dalam berkesenian secara umum maupun bertutur melalui film. Saat ini negeri ini belum memiliki keduanya. Paling tidak, cara tutur media film di negeri ini sama sekali belum ajeg dan belum memiliki tradisi yang panjang.

Dari faktor inilah mengapa media film di Indonesia dipandang sebelah mata dalam menyumbang pertukaran wacana kemasyarakatan yang penting, terlebih dalam melakukan kritik sosial. Dengan beragamnya persoalan bangsa yang sedemikian banyaknya, tidak pantas apabila pembuat film tutup mata terhadapnya.

Perjuangan film nasional dalam menyampaikan kritik sosial juga panjang. Dimulai oleh Usmar Ismail, di tahun 1950, mendirikan Perfini

(Perusahaan film nasional Indonesia) dengan Darah dan Doa sebagai produksi pertama yang memperlihatkan problematika para pejuang secara nyata, disusul dan Tamu Agung. Lantas, diantaranya, ada Asrul Sani (Bulan diatas Kuburan, Para Perintis Kemerdekaan),

Sjuman Djaya (Si Mamad, Si Doel Anak Modern, Si Doel Anak

Sekolahan), Nyak Abbas Akub (Cintaku di Rumah Susun, Inem Pelayan

Seksi), MT Risjaf (Naga Bonar), Chairul Umam (Kejarlah Daku Kau

26

Kutangkap, Ramadan dan Ramona), dan Arifin C. Noer (Yuyun Pasien

Rumah Sakit Jiwa, Taksi).14

Dalam suatu kesempatan, Usmar berdialog dengan Presiden

Soekarno dan meminta pendapat tentang gaya (propaganda) film yang

sesuai dengan revolusi Indonesia, apakah gaya Russia (yang kurang

menghibur namun padat dengan misi) ataukah Hollywood (yang punya

pesan yang longgar tapi sangat diminati, dan propagandanya masuk secara

halus). Bung Karno saat itu bilang: Ambil jalan tengah, yaitu menghibur

tapi kaya akan pesan, seperti neo-realisme Italia. Intinya, apa pun genre

atau alirannya, film bisa menjadi kritik sosial.15

Belakangan ini ada beberapa film dalam negeri yang memiliki

muatan kritik sosial, namun jumlahnya tidaklah banyak. Sebut saja film

Marsinahkarya , Catatan Akhir Sekolah karya Hanung

Bramantyo atau Virgin karya Hanny Saputra mereka mencoba

memberikan semacam komentar terhadap kenyataan yang mereka lihat.

Film-film ini memang memiliki kekuatan kritik sosial, meskipun yang

dilakukan hanya pada level melihat kenyataan sebagai sesuatu yang tidak

ideal dan masih terbatas menjadi semacam komentar sosial, social

commentary belum mencapai tingkat kritik yang tajam dan langsung.

Gie karya Riri Riza muncul sebagai sesuatu yang penting. Pembuat

film ini dengan sadar menggunakan kisah hidup seorang intelektual seperti

14 Benarkah film Indonesia langka dengan kritik sosial, diperoleh dari http://iechaeruvanoel.multiply.com/journal/item/11/Benarkah-Film-Indonesia-Langka-Akan- Kritik-Sosial, diakses pada 27 september 2012. 15Ibid.

27

Soe Hok Gie untuk berbicara tentang kondisi bangsa saat ini. Film seakan mengingatkan bahwa masih banyak agenda bangsa yang belum selesai dan masih dibutuhkan kaum intelektual yang setia pada pikiran lurus. Dengan tegas film ini memposisikan diri dalam konteks kepolitikan tahun 1960-an serta refleksinya pada kehidupan Indonesia kontemporer. Film ini berhasil menjawab kegelisahan mengenai keberadaan karya film yang seharusnya bicara kritis tentang kondisi bangsa.16

Film ini sudah berhasil membuka banyak tabu. Selain kritik yang tegas di ujung film terhadap kondisi politik kontemporer, film ini juga bisa jadi membuka wacana tentang pergulatan politik tahun 1965 serta peran

PKI di dalamnya. Selama ini hal terakhir ini dibicarakan masih dengan bisik-bisik dan penuh prasangka. Di sinilah menurut saya film seharusnya bisa menghadirkan wacana yang lebih terbuka dan bebas dari prasangka.17

Kekuatan film-film ini serasa memudar karena film-film yang lahir setelahnya sangat tidak berbobot dan lebih mengarah kepada semi- pornography. Seperti film Hantu Puncak Datang Bulan, Pelukan Janda

Hantu Gerondong, Suster Keramas 2, dan Pocong Mandi Goyang

Pinggul. Hal ini ironis mengingat kondisi politik yang kini relatif bebas untuk berekspresi. Para pembuat film bagai tak menyambut kondisi ini dengan memberi sumbangan yang lebih signifikan untuk kehidupan masyarakat yang lebih luas. Kebanyakan film lebih berorientasi mengejar

16 Harian Kompas, Minggu 17 Juli 2005, oleh Eric sasono 17Ibid.

28

keuntungan dan mengambil jalan mudah dalam mengungkapkan tema dan

mencari cara tutur yang baru.

Salah satu fungsi film adalah sebagai kritik sosial. James Monaco

dalam How to Read a Film menyatakan bahwa film bisa dilihat dalam tiga

kategori. Sebagai Cinema (dilihat dari segi estetika dan sinematografi),

Film (hubungannya dengan hal di luar film, seperti sosial dan politik), dan

Movies (sebagai barang dagangan). Saya kira, film sebagai ―Film‖ adalah

fungsi kritik sosial, sementara kita masih sering menduelkan antara

Cinema (art film) dengan Movies (film komersil). Padahal ketiganya bisa

saja bersatu di dalam satu film. Bahkan, film yang paling menghibur sekali

pun, seperti film-film laris dari Hollywood, punya pesan-pesan kuat

bahkan pengaruhnya lebih kuat dari film-film propaganda Russia seperti

yang pernah ditulis Usmar Ismail.18

b. Film Sebagai Produk Budaya

Melalui film sebenarnya kita banyak belajar tentang budaya. Baik

itu budaya masyarakat di mana kita hidup di dalamnya, atau bahkan

budaya yang sama sekali asing buat kita. Dan kita menjadi mengetahui

bahwa budaya masyarakat A begini dan budaya masyarakat B begitu,

terutama melalui film.

Film dalam negeri telah hanyut dengan adopsi budaya asing, baik

dari cara bicara, tingkah dan tata cara busana, sehingga tidak sedikit film

18 Benarkah film Indonesia langka dengan kritik sosial, diperoleh dari http://iechaeruvanoel.multiply.com/journal/item/11/Benarkah-Film-Indonesia-Langka-Akan- Kritik-Sosial, diakses pada 27 september 2012.

29

dalam negeri yang dikatakan sebagai film asal jadi dan asal laris karena

tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia.19

Oleh karena asuhan budaya ini, setiap individu akan mengalami

transformasi pemahaman atau penafsiran khas budaya yang nanti dianggap

paling normal, ketika ia menghadapi suatu realitas budayanya. Tidak ada

jawaban yang mutlak ketika kita berinteraksi dengan budaya lain,

meskipun terkadang kita merasa bahwa cara budaya kita adalah yang

paling alami. Hal itu menjadi kegagalan komunikasi, karena sering

menimbulkan kesalafahaman, kerugian bahkan malapetaka. Resiko

tersebut tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat

lembaga, komunitas dan bahkan negara.

Peran budaya sangat besar dalam kehidupan kita. Apa yang kita

bicarakan, bagaimana membicarakannya, apa yang kita lihat, perhatikan,

atau abaikan, bagaimana kita berpikir, dan apa yang kita pikirkan,

dipengaruhi oleh budaya kita. Seperti dikatakan Goodman, manusia telah

berkembang hingga ke titik yang memungkinkan, budaya menggantikan

naluri dalam menentukan setiap pikiran dan tindakan kita. Termasuk cara

kita berkomunikasi adalah hasil dari apa yang diajarkan dalam budaya

kita.20

Film dilihat sebagai media sosialisasi dan media publikasi budaya

memiliki kekuatan yang ampuh dan persuasif. Buktinya adalah dalam

ajang-ajang festival film semacam Jiffest (Jakarta International Film

19 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), h. 1. 20Ibid., h. 16.

30

Festival), dan sejenisnya merupakan ajang tahunan yang rutin di selenggarakan di Indonesia. Film-film yang disajikan dalam berbagai ajang festival tadi telah berperan sebagai duta besar kebudayaan mereka sendiri, untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang memiliki budaya yang tentunya berbeda dengan dari mana film tersebut berasal.

Begitu pula dengan audiensnya, mereka dengan sadar datang menonton film salah satunya untuk mengenal budaya pihak lainnya.

Mereka menonton film Iran karena ingin tahu bagaimana kehidupan sosial budaya masyarakat Iran dan berbagai dinamikanya. Belum lagi film Ceko,

Hongaria, Cile, Korea Utara, dan sebagainya.

Sangat disanyangkan unsur-unsur dan nilai budaya sering luput dalam sajian film nasional belakangan ini. Pembuat film merasa tidak bisa atau lebih tepatnya tidak merasa perlu untuk menyajikan nilai budaya sebagaimana yang tersajikan melalui media film. Bijaksana bila film dipahami sebagai representasi budaya. Film digunakan sebagai cerminan untuk mengaca atau untuk melihat bagaimana budaya bekerja atau hidup di dalam suatu masyarakat.

Ketika kita melihat film Ali Topan maka pada dasarnya kita sedang melihat cerminan dari budaya remaja yang terjadi pada era di mana Ali

Topan itu hidup. Dan ketika kita menonton film Ada Apa Dengan Cinta maka kita juga sedang melihat representasi budaya remaja era Dian Sastro dan Nicolas Saputra. saat menggarap ―Mengejar

Matahari” menyatakan bahwa terlalu sayang kalau film yang sangat

31

ampuh dalam mempengaruhi seseorang itu hanya untuk kepentingan

komersial belaka. c. Film sebagai Sarana Pembelajaran

Film Indonesia kian hari kian kehilangan kepercayaan diri. Seakan

menihilkan keberhasilan , Gie, atau Ada Apa dengan Cinta.

Publik pencinta gambar hidup di tanah air secara bertubi-tubi dijejalkan

puluhan film yang mengeksploitasi tubuh dan sensualitas.

Reaksi masyarakat terhadap film-film semacam itu memang tidak

selalu tunggal seperti layaknya tabiat film itu sendiri, yang menghendaki

munculnya multitafsir. Sebagian orang masih menikmati sebagai tontonan,

yakni hiburan di kala senggang demi melenyapkan kejenuhan. Banyak

pula yang melontarkan caci-maki serta argumen yang masuk akal. Bahkan,

ada juga kaum yang sudah kadung antipati tanpa pernah menonton. Perlu

diketahui bahwa sebagian besar dari penikmat film yang memilih film

bergenre semi-pornografi tersebut bisa jadi karena tidak ada alternatif film

lain.

Syamsul Lussa memaparkan komentar yang menyayangkan

kemunculan film-film berlatar semi-pornografi. "Sayang kalau menonton

film tanpa pesan moral," kata Direktur Perfilman pada Direktorat Nilai

Budaya Seni dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Joko

Anwar, sutradara muda berpengaruh Indonesia, segendang sepenarian

dengan sang Direktur Perfilman. Menurutnya, salah satu keunggulan film

adalah ia bisa jadi, "sarana pendidikan murah bagi masyarakat". Film yang

32

dibuat, dikemas, dan dikelola dengan baik akan memancing kesadaran

masyarakat akan suatu wacana.

Nilai Pendidikan, nilai pendidikan dalam sebuah film bermakna

semacam pesan-pesan, atau katakannlah moral film, yang semakin halus

penggarapannya akan semakin baik. Dengan demikian penonton tidak

merasa digurui. Hampir semua film mengajari, atau memberitahu kita

tentang sesuatu. Umpamanya seseorang dapat belajar bagaimana bergaul

dengan orang lain, bertingkah laku, lewat film-film yang disaksikan.

Film Hollywood pun kebanyakan berisi hiburan. Kaum terpelajar

dapat menikmatinya, lalu orang awam dapat mencernanya. Dengan resep

pengolahan seperti itu, film-film Hollywood memenuhi selera publik di

seluruh dunia.

Akan tetapi, jangan dilupakan banyak hiburan yang sekadar

membuat orang senang, seperti tertawa, tegang, dan bergairah dalam

menikmati sensasi gambar, selama satu-dua jam di gedung bioskop. Ada

pula hiburan yang lebih dalam yang tertuju pada pikiran maupun emosi.

Film dengan hiburan seperti memberikan semacam renungan kepada

penonton untuk dibawa pulang ke rumah.21

Levie & Lents dalam Azhar Arsyad mengemukakan empat fungsi

media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi

afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.22

21 Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, (jakarta, Gramedia, 1996), h. 96-98. 22 Prof. Dr. Azhar Arsyad. MA, Media Pembelajaran, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 16-17.

33

1) Fungsi Atensi

Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang

berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks

materi pelajaran. Media gambar atau animasi yang diproyeksikan

melalui LCD (Liquid Crystal Display) dapat memfokuskan dan

mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka

terima. Hal ini berpengaruh terhadap penguasaan materi pelajaran yang

lebih baik oleh siswa.

2) Fungsi Afektif

Fungsi afeksi media visual dapat terlihat dari tingkat keterlibatan

emosi dan sikap siswa pada saat menyimak tayangan materi pelajaran

yang disertai dengan visualisasi. Misalnya, tayangan video gambar

simulasi kegiatan pengelolaan arsip, video penggunaan mesin-mesin

kantor, dan sejenisnya.

3) Fungsi kognitif

Fungsi kognitif media visual terlihat dari kajian-kajian ilmiah yang

mengemukakan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau

pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi kompensatoris

Fungsi kompensatoris dari media pembelajaran dapat dilihat dari hasil

penelitian bahwa media visual membantu pemahaman dan ingatan isi

materi bagi siswa yang lemah dalam membaca.

34

Mendukung pendapat di atas, Sudjana & Rivai menyebutkan

bahwa media pembelajaran dalam proses belajar bermanfaat agar:23

1) Pembelajaran lebih menarik perhatian sehingga menumbuhkan

motivasi belajar siswa.

2) Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa.

3) Metode mengajar menjadi lebih variatif sehingga dapat mengurangi

kebosanan belajar.

4) Siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar

Sedangkan Arif S. Sadiman, dkk. menjelaskan kegunaan media

pembelajaran sebagai berikut:24

1) Memperjelas penyajian pesan.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.

3) Mengatasi sikap pasif, sehingga peserta didik menjadi lebih semangat

dan lebih mandiri dalam belajar.

4) Memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama

terhadap materi belajar.

B. Semiotika Film

Semiotika merupakan ilmu atau metode yang digunakan untuk

mengkaji tanda. Semiotika berasal dari bahasa Yunani ― semeion‖ yang berarti

―tanda‖, atau ―seme” yang berati ―penafsiran tanda‖. Semiotika berakar dari

studi klasik dan skolastika atas seni logika, retorika dan poetika. ―Tanda‖ pada

23 Sudjana & Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011) ,h. 2. 24 Arief S Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 17-18.

35

masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.

Contohnya, asap menandai adanya api.25

Hingga saat ini kajian mengenai semiotika dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah semiotika komunikasi. Pada semiotika komunikasi hal yang ditekankan adalah teori tentang produksi tanda yang salah satu diatanya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan

(hal yang dibicarakan).

Yang kedua adalah semiotika signifikasi. Pada jenis semiotika ini hal yang ditekankan adalah teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Namun tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi sehingga proses kognisi pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasi.

Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi—pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal

(things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.26

Studi tentang semiotika film pada awalnya terbatas pada permasalahan sintaksis, sintagma, gramtikal, yang cenderung pada studi kebahasaan.

Meskipun demikian banyak tokoh yang menggunakan trikotomi Peirce (ikon,

25Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung, PT.Rosda Karya, 2009), h. 16-17. 26Ibid. h. 15

36

indeks, dan symbol) tersebut. Semakin berkembang, ternyata kajian semiotika film semakin diminati dan akhirnya ditemukanlah sisi yang khas dari analisis semiotik film, yakni perbandingan percakapan, tulisan dan pesan teatrikal.

Dalam teks film ada banyak aspek yang bisa dijadikan sebagai unit analisis.

Seperti pada tataran visual, kita dapat memaknai teks-teks yang berupa ekspresi dan aksi langsung (acting) para aktornya, setting dimana adegan dibuat, lighting dan angle pengambilannya, serta artefak-artefak lain yang muncul dalam penggambaran ceritanya. Sedangkan pada tataran audio, aspek akustik/ musik, syair lagu, dialog, monolog, sound effect, atau jika ada voice over naratornya.

1. Semiotika Film Roland Barthes

Roland Barthes adalah salah satu tokoh semotika komunikasi yang

menganut aliran semiotika komunikasi strukturalisme Ferdinand de

Saussures. Semiotika strukturalis Saussures lebih menekankan pada

linguistik. Teori semiotika Barthes kerap digunakan untuk menelaah

tanda-tanda dalam bentuk iklan. Dengan teori ini, sebuah iklan tidak hanya

bisa ditelaah secara apa yang tersurat, melainkan juga yang bisa sampai

pada mitos di baliknya.

Semiotika Barthes adalah mengenai konotasi dan denotasi. Barthes

mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem tanda yang di

dalamnya mengansung unsur ekspresi (E) dalam hubungannya (R) dengan

isi (C).27

27 Indiwan, Semiotika Komunikasi, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011), h. 16.

37

Fiske menyebut menyebut model ini sebagai signifikasi dua tahap (two other of signification). Dimana kunci penting dari konsep semiotika Barthes adalah connotative. Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan Signified

(konten) didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itu yang disebut

Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sigh).

Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna ―harfiah‖ merupakan sesuatu yang bersifat alamiah.

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‗mitos‘ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.

38

Pemahaman mitos oleh Rolan Barthes muncul dikarenakan adanya

persepsi dari Roland sendiri bahawa dibalik tanda-tanda tersebut terdapat

makna yang misterius yang akhirnya dapat melahirkan sebuah mitos.

2. Semiotika Film Christian Metz

Christian Metz adalah orang pertama yang memperkenalkan film

sebagai sekumpulan tanda. Baginya film adalah sekumpulan bahasa yang

disampaikan dengan seperangkat tanda dan simbol.

Kontribusi penting Metz dalam memahami film terletak pada

bagaimana dia memperkenalkan sebuah konsep cinematis instutitution.

Melalui konsep tersebut Metz mengenalkan, bahwa pengertian film tidak

terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja, melainkan

juga aspek lain di luar itu, sehinggan penonton dapat menjadi salah satu

bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai kesatuan film

yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam wilayah psikologis.

Melalui konsep ini, Metz memaparkan setidaknya ada 3 mesin utama

dalam memaknai film secara utuh sebagai bahan penelitian, yaitu

outermachine (film sebagai industri), inner machine (psikologi penonton),

third machine (penulis naskah film - kritikus, sejarahwan, teoretikus).28

Bahasa film berbeda dengan bahasa tutur. Bahasa film terwujud dalam

kode-kode sinematik. Menurut Metz kode-kode sinematik film ada dua, yaitu

kode spesifik dan kode non-spesifik. Kode-kode yang spesifik terdapat pada

pergerakan gambar, suara, musik dan komponen film yang lain. Sedangkan

28Ibid, h. 203

39

kode sinematik non-spesifik adalah kode-kode dari ‗bahasa‘ lain yang di antaranya sejarah, sastra atau budaya.

Bahasa film, menurut Metz tidaklah berada pada serangkaian gambar yang bergerak di dalam film, melainkan kode-kode yang terkandung dalam setiap gerakan gambar yang tersaji di dalam film. Kode sendiri didefinisikan

Metz sebagai sekumpulan tanda yang tampak alami yang membentuk makna tertentu.

Tanda dan simbol tersebut yang nantinya akan mempengaruhi persepsi penonton. Tanda dan simbol yang ditampilkan oleh sineas nantinya akan ditangkap oleh penonton sebagai bahasa. Bahasa ini yang kemudian membentuk persepsi penonton mengenai tanda-tanda yang disajikan.

Perhatian utama semiotika film adalah bagaimana makna dibangkitkan dan disampaikan. Dua kunci ide semiotika adalah tanda dan hubungan- hubungannya dalam analisis semiotika, keputusan dan pemisahan (sementara) dibuat di antara isi dan bentuk, dan perhatian difokuskan pada sistem tanda yang menyusun teks. Misal: makanan yang ditampilkan dalam adegan film tidak bisa dilihat semata sebagai roti, nasi, steak atau lontong melainkan sebagai sistem tanda yang menyampaikan makna berhubungan dengan, misalnya status, selera, kecanggihan, sebuah sistem budaya atau kebangsaan tertentu.

40

3. Tabel Analisis Film Steve Campsall

Steve Campsall merupakan salah seorang pengajar Studi bahasa

Inggris dan Media di The Beauchamp College.29 Pemikirannya yang

mengadopsi pemikiran Metz mengatakan bahwa film adalah kesatuan bahasa

dan makna.

Ini kemudian dipahami Steve sebagai Moving Image Texts: ―Film

Language‖. Seperti percakapan, baginya film memiliki bahasa sendiri dalam

menyampaikan pesannya kepada penonton. Para kru dan sineas bekerja

menciptakan makna tersebut melalui gambar bergerak di dalam film, sehingga

kompleksitas komponen film membuatnya berbeda dengan media lain.

Pergerakan audio visual yang dinamis di dalam film, memunculkan

komponen sendiri di dalam kajian semiotikanya. Berikut adalah gambaran

atau skema analisi yang dibuat Campsall meneruskan pemikiran Metz:

Tabel Analisi Steve Campsall Tabel 2.2

Signs, Codes and Conventions Semiotika, merupakan sebuah jalan untuk menjelaskan bagaimana tanda itu diciptakan. Di dalam film, tanda-tanda tersebut diciptakan oleh para sineas film atau sutradara. Apa yang kita dengar, kita lihat dan kita rasakan merupakan sesuatu yang dapat kita persepsikan dan mengandung sebuah ide. Ide tersebutlah yang kemudian disebut dengan ‗meaning‘. Salah satu contoh pemaknaan penting, misalnya kata-kata pengecut, memiliki lawan heroik. Situasi ini memungkinkan penafsir memiliki

29Biografi Steve Campsall diperoleh dari http : / / educationforum . ipbhost . com / index .php?showtopic=1678, diakses pada Senin 2 Oktober 2012.

41

pendapat yang berbeda, dan ini dinamakan Binary Opposite. Ada beberapa komponen dalam memahami semiotika film.  Signs (tanda): unit makna terkecil yang bisa kita tafsirkan dan turut menentukan makna keseluruhan.  Code (kode): dalam semiotika, sebuah kode adalah sekumpulan tanda yang nampak, ―pas‖, sekaligus ―alami‖ dalam membentuk makna keseluruhan.  Convention (konvensi): istilah konvensi itu penting. Ia merujuk pada suatu cara yang sudah umum dalam mengerjakan sesuatu. Dan kita sering mengaitkan sesuatu yang konvensional dengan hasil yang pasti, dan menganggapnya natural. Perlu kita ketahui pula bahwa tipe tanda dan kode setidaknya terbagi atas 3:  Ikon : tanda dan kode yang dibuat untuk menunjukkan sesuatu yang melekat atau identik pada sesuatu.  Indeks : sistem penandaan yang menggunakan unsur kausalitas atau sebab-akibat  Simbol : pemaknaan terhadap sesuatu yang melepaskan secara total makna denotasi pada sesuatu tersebut. Hal lain yang juga penting untuk memahami tanda adalah melalui konvensi. Konvensi merupakan suatu kesepakatan umum yang melekat dalam masyarakat dan dijadikan jalan dalam melakukan suatu pekerjaan. Biasanya konvensi terwujud dalam suatu perbuatan. Mise-En-Adegan Mise-En-Adegan menjawab beberapa pertanyaan penting di dalam sebuah film. Pertanyaan tersebut meliputi efek apa? Makna apa? Bagaimana dia

42

memproduksi? Mengapa dia memproduksi? Dan apa tujuan yang ingin dicapai? Namun, sebenarnya Mise- En-Adegan merupakan segala sesuatu yang dihadirkan para Director atau sutradara ke dalam adegan-adegan, dan rekaman-rekaman yang termuat di dalam kamera melalui aspek Setting, Kostum, Tata Rias, dan Pencahayaan. Editing Editing merupakan suatu proses memotong dan menggabungkan beberapa potongan film menjadi satu. Membuat film tersebut menjadi cerita yang bersambung, dapat dipahami, realistis, mengalir dan naratif. Shot Types Shot merupakan pengambilan gambar untuk membangun sebuah potongan gambar yang naratif dan memberikan makna tersendiri terhadap objeknya. Biasanya shot terkait dengan pengambilan kamera. Seperti Close Up (CU), Point of View (POV) dan Middle Shot (MS). Camera Angle Sudut kamera, biasanya selalu menciptakan makna-makna yang signifikan dengan kondisi atau situasi objek. Seperti sudut kamera POV high angle shot yang mencerminkan superioritas atau kekuasaan. Camera Movement Pergerakan kamera merupakan suatu bentuk penciptaan makna yang dinamis. Perpindahan dari zoom out ke zoom in misalnya, memiliki nilai dan dinamika makna sendiri. Lighting Pencahayaan merupakan salah satu aspekpenting dalam film. Pencahayaan dapat menimbulkan suasana dan mood yang menegaskan makna. Kegelapan di hutan misalnya menciptakan makna ketakutan dan kengerian. Dieges And Sound Dieges atau diagenic sound di dalam film merupakan ‗dunia film‘. Dia merupakan bagian dari setiap aksi yang di jalankan aktor. Misalnya suara musik yang mengiringi jalannya aktor dan lainnya.

43

Visual Effects / SFX SFX merupakan gambar generasi komputer (CGI) yang mana tujuannya untuk menciptakan sebuah realitas dan makna melalui efek-efek gambar dan suara. Narrative Naratif, merupakan unsur film yang memuat cerita dan kisah khusus di dalam film. Genre Genre adalah ragam dari naratif yang sedang dibicarakan di dalam film. Iconography Ikonografi merupakan aspek penting dari genre. Hal inilah yang menjadi simbol-simbol pendukung genre. Seperti padang pasir yang mendukung karakter koboi. The Star System Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi bagiam penting dalam ikonografi dan menjadi penegas makna. Bisa menjadi penegas karakter dan aksi. Realism Media dapat menyuguhkan tingkat realitas yang sangat tinggi, sehingga sesuatu terkesan benar-benar nyata. Dengan layar yang jernih, jelas, sound yang kuat, dan ruang yang sengaja dibuat gelap, pemirsa dapat merasakan atmosfer realitas yang tinggi.

Demikian kompleksitas tabel analisis Campsall yang digunakan

sebagai acuan dalam menganalisis semiotika film.

C. Korupsi dalam Pandangan Islam

1. Definisi dan Komponen Korupsi

a. Definisi Korupsi dan Gratifikasi

Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus.

Corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua.

Dari bahasa latin tulah turun ke banyak bahasa eropa seperti inggris

44

yaitu corruption, corrupt; Perancis yaitu corruption; dan Belanda yaitu

corruptie, korruptie. Dari bahasa belanda ini kemudia turun menjadi

bahasa Indonesia korupsi. Dalam kamus bahasa Indonesia korupsi

diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan uang negara atau

perusahaan sebagai tempat seseorang bekerja untuk keuntungan

pribadi atau orang lain.30

Bung Hatta pernah menyatakan bahwa ― korupsi sudah menjadi

bagian dari ―budaya‖ kita‖. Pernyataan itu didukung oleh Mochtar

Lubis yang track record bersihnya sekaliber bung Hatta dengan

mengatakan. Pernyataan ini tidak dapat diartikan secara harfiah

melaikna sebagai perhatian yang begitu mendalam, juga tidak dapat

disebut laku budaya selama kebudayaan dipahami sebagai akulturasi

sistem nilai (sistem budi atau sistem kebajikan) tetaplah mustahil

menyebut korupsi sebagai laku budaya.31Helbert Edelherz

menggunakan istialah white collar crime untuk perbuatan pidana

korupsi. Dalam bukunya yang berjudul The Investigation of White

Collar Crime, A manual for Law Enforcement Agencies, disebutkan

sebagai berikut:

“White Collar Crime: an illegal act orservices of illegal communitted by nonphysical means and by concealment or guille, to obtain or property, to avoid the payment or loss of money or property, to obtain bussiness or personal advantage.” 32

30 KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h.12 31 Saldi isra, Kekuasaan dan Prilaku Korupsi, (PT. Kompas Media Nusantara, 2009), h. vii-x. 32 Helbert Edelherz, The Investigation of White Collar Crime, A manual for Law Enforcement Agencies, US Departement of Justice,(Office Regional Operation, Law Enforcement Assistance Administration,1977), h. 4. Melalui web: books.google.co.id/books?hl=id=9ZopjX_j1L0C&q=an+act+#search_anchor diakses pada 12 januari 2013

45

Kejahatan kerah putih: suatu perbuatan atau serentetan

perbuatan yang bersifat ilegal yang dilakukan secara fisik,tetapi

dengan akal bulus/terselubung untuk mendapatkan uang atau kekayaan

serta menghindari pembayaran/pengeluaran uang atau kekayaanatau

untuk mendapatkan bisnis/keuntungan pribadi.

Berdasarkan pemahaman pasal 2 UU nomor 31 tahun 1999

sebagaimana diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001, korupsi adalah

perbuatan secara melawan hukum dengan maksud memperkaya diri

sendiri atau orang lain (perseorangan atau korporasi) yang dapat

merugikan keuangan atau perekonomian negara.

Berdasarkan penjelasan pasal 12B UU nomor 31 tahun 1999

dan UU nomor 20 tahun 2001, Gratifikasi adalah pemberian meliputi

pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pijaman tanpa

bunga, tiket perjalanan, fsilitas penginapan, perjalanan wisata,

pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi yang

diterima didalam maupun luar negeri, yang dilakukan menggunakan

saran elektronik atau tanpa sarana elektronik. Gratifikasi merupakan

setiap penerimaan sesorang dari orang lain yang bukan tergolong

kedalam (Tindakan Pidana) Suap.33

33KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h. 21.

46

Gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang

berhubungan dengan jabatan atau kedudukan dianggap sebagai suap.

Rumus: Suap = Gratifikasi + Jabatan.34 b. Jenis-jenis Korupsi

Lord Acton mengatakan bahwa ―Power tends to corrupt, and

abolute power corrupt absolutely.” Kekuasaan cendrung untuk korupsi

dan kekuasaan yang absolute cendrung korupsi absolute. Piers Beirne dan

James Messerschimdt menjelaskan mengenai empat tipe perbuatan

korupsi.

Political beribery adalah kukuasaan dibidang legislatif sebagai

badan pembentuk undang-undang, yang secarapolitis badan tersebut

dikendalikan oleh suatu kepentingan karena ada dana yang dikeluarkan

saat pemilihan umum berkaitan dengan kegiatan perusahaan tertentu, yang

pada akhirnya mereka yang kini duduk diparlemen membuat perundang-

undangan yang menguntukangkan usaha atau bisnis mereka.

Political kickbacks adalah kegiatan korupsi yang berkaitan dengan

sistem kontrak pekerjaborongan, antara pejabat pelaksana dengan

perusahaan, yang memberikan kesmpatan atau peluang untuk

mendapatkan banyak uang bagi kedua belah pihak.

Elektion fraud adalah korupsi yang berkaitan langsung dengan

kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan pemilihan umum, baik yang

dilakukan oleh calon penguasa/anggota parlemen ataupun oleh lembaga

peaksana pemilihan umum.

34 Ibid.

47

Corrupt campaign practice adalah korupsi yang berkaitan dengan

kegiatan kampanye dengan menggunakan fasilitas negara bahkan

penggunaan uang negara oleh calon penguasa yang saat itu memegang

kukuasaan.35

Korupsi dapat dipandang dari berbagai aspek, tergantung disiplin

ilmu yang dipergunakan sebagaimana dikemukakan oleh Benveniste

dalam Suyatno,36 korupsi didefinisikan 4 jenis:

1) Discreationery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena

adanya kebebasan dalam menentukan kebijakansanaan, sekalipun

nampaknya bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima

oleh para anggota organisasi. Contoh: seorang pelayanan perizinan

Tenaga Kerja Asing memberikan pelayanan yang lebih cepat kepada

―calo‖, atau orang yang mau membayar lebih dengan alasan dapat

memberikan pendapatan tambahan, ketimbang para pemohon yang

biasa-biasa saja.

2) Illegal Corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud

mengacauan bahsa atau maksud-maksud hukum, peratuaran dan

regulasi tertentu. Contoh: didalam peraturan lelang dinyatakan bahwa

untuk pengadaan barang jenis tertentu harus melalui proses pelelangan

atau tender. Tetapi karena waktu mendesak (turunnya anggaran

terlambat), maka proses tender tersebut tidakmungkin dilakukan.

35 Drs. Emansjah Djaja, S.H., M.Si, Memberantas Korupsi Bersama KPK edisi kedua (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 20. 36 Suyatno, Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme (jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 17- 18

48

Untuk itu pimpinan proyek mencari dasar hukum dan pasal-pasal

dalam peraturan guna mendukung atau memperkuat sahnya

pelaksanaan pelelangan, sehngga tidak disalahkan oelh inspektur.

Misalnya ditemukan salah satu pasal perihal ―keadaan darurat‖ atau

―forca majeur‖. Dalam pasal ini dikatakan bahwa ―dalam keadaan

darurat, prosedur pelelangan atau tender dapat dikecualikan, dengan

syarat harus memperoleh izin dari oejabat yang berkompeten‖.dari

sinilah dimulainya illegal corruption.

3) Mercenery Corruption, adalah jenis tindakpidana korupsi yang

dimaksud memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan

wewenang dan kekuasaan. Contoh: Dalam sebuah persaingan tender,

seorang panitia lelang memiliki wewenang untukmeluluskan peserta

tender. Untuk itu, secara terselubung atau terang-terangan ia

mengatakan bahwa untuk memenangkan tender peserta harus bersedia

memberikan uang ―sogok‖ atau ―semir‖ dalamjumlah tertentu.

4) Ideological Corruption, ialah jenis korupsi ilegal mauoun discretionery

yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok. Contoh: Kasus

skandal Watergate, dimana sejumlah individu memberikan komitmen

merekakepada presiden Nixon ketimbang kepada undang-undang atau

hukum. Penjualan aset BUMN untuk mendukung pemenangan

pemillihan umum partai politik tertentu temasuk dalamcontoh korupsi

ini.

49

2. Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi

a. Pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Berikut adalah pasal yang berkitan dengan tindak pidana korupsi:

―Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka dan terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).‖37

Perbuatan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana

korupsi yang ditentukan dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999, terdiri antara lain sebagai berikut:

1) Dengan sengaja ―mencegah‖ secara langsung atau tidak langsung

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan

terhadap tersangka dan terddakwa ataupun para saksi dalam perkara

tindak pidana korupsi.

2) Dengan sengaja ―merintangi‖ secara langsung atau tidak langsung

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan

terhadap tersangka dan terddakwa ataupun para saksi dalam perkara

tindak pidana korupsi.

3) Dengan sengaja ―menggagalkan‖ secara langsung atau tidak langsung

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan

terhadap tersangka dan terddakwa ataupun para saksi dalam perkara

tindak pidana korupsi.

37 Suyatno, SH, Undang-Undang RI tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU NO. 20 Tahun 2001), (jakarta, Pancar Utama, 2001), h. 84.

50

b. Pasal 22 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Pasal selanjutnya yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi:

―Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).‖38

Perbuatan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana

korupsi yang ditentukan dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999, terdiri antara lain sebagai berikut:

1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 28 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999, yaitu pada saat dilakukan penyidikan tindak

pidana korupsi, tersangka dengan sengaja tidak memberikan

keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar mengenai

seluruh harta bendanya dan harta bendaisteri atau suami, anak, dan

harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan atau yang

diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi yang

dilakukan tersangka.

2) Tindak pidana sebagai mana dimaksud Pasal 29 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999, yaitu pada saat dilakukan penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tindak pidana

korupsi, tersangka dengan sengaja tidak memberikan keterangan atau

memberi keterangan yang tidak benar menganai seluruh harta

bendanya.

38 Ibid.

51

3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 35 Undang-Undang

Nomor 31 tahun 1999, yaitu pada saat pemeriksaan di sidang

pengadilan tindak pidana korupsi, saksi atau ahli dengan sengaja tidak

memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar.

4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 36 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999, yaitu pada saat pemeriksaan di sidang

pengadilan tindak pidana korupsi, berlaku juga terhadap meraka yang

menurut pekerjaan, harkat dan martabat atau jabatan diwajibkan

menyimpan rahasia.

3. Motivasi Korupsi

a. Ciri-ciri dan Faktor-faktor Penyebab

Praktik korupsi yang menggurita kronis di Indonesia tidak dapat

lagi disadari sebagai abnormalitas melainkan dihayati sebagai kenormalan

sehari-hari.39 Yang terjadi di Indonesia saat ini adalah penumbangan

paradigma lama tentang korupsi menggunakan paradigma baru, namun

kendala pada setiap sektor penegak hukum yang tidak kompak dalam

memberntas korupsi menjadikan penumbangan korupsi seakan hanya

kemuslihatan belaka.

Pejabat atau penyelenggara negara selama ini menganggap dirinya

sebagai penguasa (authorities), jarang dari mereka yang menyadari

perannya sebagai pelayan masyarakat (publicservant / service provider).

Budaya kekeluargaan (paternalistik) juga mengakibatkan turunnya

39 Kompas, Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 127.

52

kwalitas pelayanan publik, karena kecendrungan memberikan keistimewaan kepada orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan pejabat yang bersangkutan.40

Ciri-ciri tindak pidana korupsi:

1) Dilakukan lebih dari satu orang;

2) Merahasiakan motif; ada keuntungan yang ingin diraih;

3) Berhubungan dengan kekuasaan atau kewenangan tertentu;

4) Berlindung dibalik pembenaran hukum;

5) Melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum;

6) Menghianati kepercayaan

Kwik Kian Gie sudah sangat tepat ketika mengatakan: corrruption is the root of the evil. Korupsi adalah akar dari segala masalah. Syafii

Ma‘arif pernah mengatakan, negara kita tidaka akan pernah bisa maju karena Departemen Agama, Departemen Pendidikan, dan Departemen

Kesehatan---tiga departemen yang mengurusi pendidikan hati, pendidikan otak, dan pendidikan jasmasi justru tiga departemen yang paling korup kinerjanya.41

Beberapa faktor penyebab terjadi tindak pidana korupsi adalah:42

1) Penegakan hukum tidak konsisten: penegakan hukum hanya sebagai

make-up politik, sifatnya sementara, selalu berubah setiap berganti

pemerintahan.

40 KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h. 33. 41 Kompas, Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 95. 42 KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h. 23-24

53

2) Penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang, takut dianggap bodoh

kalau tidakmenggunakan kesempatan.

3) Langkanya lingkungan yang anti korup: sistem dan pedoman anti

korup hanya dilakukan sebatas formalitas saja.

4) Rendahnya pendapatan penyelengara negara. Pendapatan yang

diperoleh penyelenggara negara harus mampu memenuhi kebutuhan

penyelenggara negara, mampu mendorong penyelenggara negara

untuk berprestasi dan memberikan pelayanan tebaik bagi masyarakat.

5) Kemiskinan, keserakahan: Masyarakat kurang mampu melakukan

korupsi karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang

berkecukupan melakukan korupsi karena serakah, tidak puas dan

menghalalkan segalacara untuk mendapatkan keuntungan.

6) Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah.

7) Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah darpada keuntungan korupsi:

saat tertangkapmenyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau

setidaknya diringankan hukumannya.

8) Budaya permisif atau serba membolehkan; tidakmau tahu:

menganggap biasa bila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak

perduli orang lain,asal kepentingan sendiri terlindungi.

9) Gagalnya pendidikan agama dan etika: pendapat Franz Magnis Suseno

mengatakan bahwa agama telah gagalmenjadi pelidung moral bangsa

dalam mencegah korupsi karena perilaku pemeluk agama itu sendiri.

Pemeluk agama menganggap agama hanya berkutat pada tata car

54

beribadah saja. Sehingga agamanyaris tidak berfungsi dalam

memainkan peran sosial. Menurut Franz, sebenarnya agama bisa

memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial

dibandingakan institusi lainnya. Sebab, agama memiliki ralasi dan

hubungan emosional dengan pemeluknya. Jika diterapkan dengan

benar kekuatan yang dimiliki ralasi emotional yang dimiliki agama

bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak sangat

buruk.

Abdurrahman Hehamahua mendeskriptisikan perbedaan korupsi

dilihat dari aspek motivasi:

1) Korupsi karena kebutuhan;

2) Korupsi karena ada peluang;

3) Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri;

4) Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintahan; atau

5) Korupsi karena ingin menguasai suatu negara.

4. Korupsi menurut Islam

a. Korupasi dalam Islam

Pengertian korupsi yang banyak tersebut dilihat dari sudut pandang

fiqih Islam juga mempunyai dimensi-dimensi yang berbeda. Perbedaan ini

muncul karena beberapa defenisi tentang korupsi merupakan bagian-

bagian tersendiri dari fikih Islam. Adapun pengertian yang termasuk

makna korupsi dalam fiqih Islam adalah sebagai berikut: Pencurian (al-

sariqoh), penyelewengan harta negara (ghanimah), khianat (al-khiyanat),

55

perampasan (al-hirobah), penggunaan Hak orang lain tanpa izin (al-

ghosob), suap (al-risywah).

Hadiah dalam kamus artinya pemberian yang bisa bermaksud

kenang-kenangan, penghargaan dan penghormatan. Adapun hadiah dalam

pengertian fiqih Islam hampir sama dengan hibah, yaitu pemberian sesuatu

untuk memuliakan seseorang tanpa mengharap balasan.43

Pada Surat Al-Baqarah ayat 188 disebutkan secara umum bahwa

Allah SWT melarang untuk memakan harta orang lain secara batil.

Qurtubi memasukkan dalam kategori larangan ayat ini adalah: riba,

penipuan, ghosob, pelanggaran hak-hak, dan apa yang menyebabkan

pemilik harta tidak senang, dan seluruh apa yang dilarang oleh syariat

dalam bentuk apapun. Al-Jassas penulis buku Ahkam Alquran Jilid 1 yang

diterbitkan di Beirut oleh penerbit Dar al-Fikr tahun 1993 mengatakan

bahwa pengambilan harta orang lain dengan jalan batil ini bisa dalam 2

bentuk:

1) Mengambil dengan cara zhalim, pencurian, khianat, dan ghosob

(menggunakan hak orang lain tanpa izin).

2) Mengambil atau mendapatkan harta dari pekerjaan-pekerjaan yang

terlarang, seperti dari bunga/riba, hasil penjualan khamar, babi, dan

lain-lain.44

43 Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukum- pidana.html, diakses pada 25 November 2012. 44 Ibid.

56

Selanjutnya pada surat Ali Imran ayat 161 lebih spesifik

disebutkan tentang ghulul yang bermakna khianat.

  .                

      .  ―Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.‖

Maksudnya khianat adalah mengkhianati kepercayaan Allah SWT

dan manusia, terutama dalam pengurusan dan pemanfaatan harta

ghonimah. Lebih jelas Ibnu Katsir menyebutkan dari Aufy dari Ibnu Abbas

bahwa ghulul adalah membagi sebagian hasil rampasan perang kepada

sebagian orang sedangkan sebagian lagi tidak diberikan.45

Analog korupsi dengan ghulul menurut penulis adalah cukup dekat

dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1) Korupsi adalah penyalahgunaan harta negara, perusahaan, atau

masyarakat. Ghulul juga merupakan penyalahgunaan harta negara,

karena memang pemasukan harta negara pada zaman Nabi SAW

adalah ghonimah. Adapun saat ini permasalahan uang negara

berkembang tidak hanya pada ghonimah, tetapi semua bentuk uang

negara.

45 Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukum- pidana.html, diakses pada 25 November 2012.

57

2) Korupsi dilakukan oleh pejabat yang terkait, demikian juga ghulul

merupakan pengkhianatan jabatan oleh pejabat yang terkait.

Selanjutnya di dalam Surat Al-Maidah ayat 33 dan 38 disebutkan

secara khusus tentang hirobah dan suroqoh.

            

              

               

―Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.‖

                 

   

―Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‖

Ayat pertama adalah pengambilan harta orang lain dengan terang-

terangan yang bisa disertai dengan kekerasan, atau dengan cara melakukan

pengrusakan di muka bumi. Sedangkan yang kedua adalah pengambilan

harta orang lain atau pencurian dengan diam-diam.46Abdul Qodir Audah

46 Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukum- pidana.html, diakses pada 25 November 2012

58

mendefinisikan hirobah sebagai perampokan (qoth,u at-thuruq) atau

pencurian besar.47

Selanjutnya yang termasuk dalam kategori korupsi adalah ghosob.

Ayat 79 dari surat Al-Kahfi adalah menceritakan seorang raja yang zalim

yang akan mengambil kapal dari orang-orang miskin dengan jalan

ghosob.Seorang alim yang dikisahkan dalam ayat ini lantas

menenggelamkan kapal agar supaya tidak bisa dimanfaatkan dengan tidak

halal (ghosob) oleh raja yang zalim tersebut.

               

        ―Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan Aku bertujuan merusakkan bahtera itu, Karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.‖

Pengertian ghosob adalah menguasai harta orang lain dengan

pemaksaan dengan jalan yang tidak benar, lebih lanjut dijelaskan bahwa

ghosob dilakukan dengan terang-terangan sedangkan ketika dilakukan

dengan sembunyi-sembunyi maka dinamakan pencurian. Hanya ghosob ini

kadang berupa pemanfaatan barang tanpa izin yang kadang dikembalikan

kepada pemiliknya.48

Menganalogikan ghosob sebagai salah satu bentuk korupsi dengan

alasan bahwa ayat di atas menceritakan bagaimana seorang raja yang

47Ibid. 48 Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukum- pidana.html, diakses pada 25 November 2012

59

semena-mena dapat dengan seenaknya menggunakan hak milik rakyatnya yang miskin dengan memanfaatkan kapal yang dimiliki oleh rakyat untuk kepentingan pribadinya. Pada kasus ini ada unsur memperkaya diri atau pribadinya dengan menggunakan hak rakyatnya dengan jalan yang tidak benar.

Pengertian suap (risywah) menurut Ibnu al-Qoyyim adalah sebuah perantara untuk dapat memudahkan urusan dengan pemberian sesuatu atau pemberian untuk membatalkan yang benar atau untuk membenarkan yang batil.49 Ayat di atas mengaitkan kata suap dengan kata hukum. Bahwa penyuapan adalah dilakukan demi mengharapkan kemenangan dalam perkara yang diinginkan seseorang, atau ingin memudahkan seseorang dalam menguasai hak atas sesuatu.

49Ibid.

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM

A. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai Lembaga Pembuat Film

KPK atau komisi pemberantasan korupsi berdiri pada tahun 2003

bertugas menanggulangi, memberantas dan mencegah korupsi di indonesia.

Berdirinya komisi ini berdasarkan Undang-undang Republik Indonesi Nomor

30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Periode 2006-2011 KPK dipimpin bersama 4 orang dan wakilnya yakni,

Chandra Marta Hamzah, Bibit Samad Rianto, Mochammad Jasin, dan Hayono

Umar. Kemudian Pada 25 November 2010 M. Busyro Muqoddas terpilih

menjadi ketua KPK melalui proses pemungutan suara oleh Dewan Perwakilan

Rakyat. Pada 2011 Abraham Samad melanjutkan kepemimpinan.1

Menurut Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi emmpunyai

fungsi dan tugas sebagai berikut:2

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan

tindak pidana korupsi;

2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan

tindak pidana korupsi;

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak

pidana korupsi;

4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan

1 www.kpk.go.id, diakses pada 07-01-2013. 2 ibid

60 61

5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan

Korupsi berwenang :3

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak

pidana korupsi;

2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak

pidana korupsi;

3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi

kepada instansi yang terkait;

4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang

berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan

5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana

korupsi.

KPK bekerja sama dengan Transparency International Indonesia (TII) dan USAID meluncurkan film ―Kita versus Korupsi‖. Ketua KPK Abraham

Samad mengedukasi seluruh lapisan masyarakat bagaimana dampak dan mencegah korupsi melalui film ini.

Dalam film ini peran KPK hanya sebatas pemberi dana. Sedangkan untuk pengerjaannya KPK bekerja sama dengan TII. Kemudian Transparancy

International Indonesia menggaet beberapa produser, sutradara-sutradara ternama, penulis serta para aktor papan atas indonesia untuk bermain dalam film ini. Seperti Nicholas Saputra, Revalina S Temat, Ringgo Agus Rahman dan Aktor besar lainnya yang turut andil dalam menyelesaikan film ini.

3 ibid

62

Dalam mendapatkan skrip, TII mengadakan lomba menulis tentang

tema dan cerita yang nantinya akan dijadikan alur cerita film. Cerita yang

berhasil membuat produser dan sutradara jatuh hati dari Sinar Ayu Massie

yang juga dalam film ini membantu dalam bidang wardrobe stylist. Film ini

disutaradarai oleh Lasja F. Susatyo seorang sutradara wanita muda yang

pernah menyutradarai beberapa film populer indonesia, salah satunya adalah

Lovely Luna.

Film ini perdana diputar pada 26 Januari 2012 di Gedung Djakarta

Theater, Jl. Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Aktor dan aktris yang membintangi

film-film tersebut seperti , Nicholas Saputra, Revalina, dan

Ringgo Agus Rahman dan aktor kawakan lainnya tidak ingin dibayar

sepeserpun. Film ini juga tidak akan diputar secara komersil dibioskop-

bioskop, melainkan diputar secara road show, dan disaksikan di televisi. Film

ini juga biasa digunakan sebagai bahan seminal kampanye anti korupsi. Bagi

masyarakat Indonesia dibelahan daerah manapun yang ingin menyaksikan

film ini dapat langsung menghubungi KPK atau TII.

B. Sinopsis Film

Aku Padamu, film yang menceritakan tentang hubungan asmara yang

terjalin antara Vano (Nicholas Saputra) dan Laras (Revalina S. Temat).

Namun sayangnya hubungan mereka tidak disetujui oleh orang tua Laras.

Vano kemudian mengajak Laras kawin lari, karena mereka tidak memiliki

kartu keluarga terhentilah langkah mereka. Kemudian godaan menghampiri

63

datang dari seorang calo (Norman Akyuwen) yang menawarkan bantuan memperlancar proses pernikahan.

Laras teringat akan masa kecilnya tentang gurunya yang bernama Pak

Markun, guru yang menjadi korban keserakahan pemimpin yang menyalahgunakan wewenang dan sistem pendidikan yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.

Pak Markun yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman, begitulah orang-orang memanggil namanya. Seorang guru SD yang gigih mempertahankan prinsipnya tidak mau membayar untuk menaikan jabatannya sebagai guru tetap dari guru honorer. Ia lebih memilih mendidik dan mengambil hati anak didiknya dengan caranya sendiri yang pada saatnya nanti akan intergritas Pak Markun membekas dihati murid ketika dewasa.

Pada suatu scene didalam kamar, istri guru honorer tersebut berkali- kali mencibir setiap kali suaminya berdandan badut, berjualan balon dan dongeng suci ke anak-anak. Dalam adegan tersebut terdapat dialog seperti ini;

―Sudahlah pak..bayar saja, lagian kan kerja jadi honorer gini gajinya cekak, kalo tetep kan enak pak‖. Namun suaminya tetap pada pendiriannya.4

Baginya, sekolah itu fana seperti dunia ini. Sahabat-sahabat kecilnya pun begitu suka ria mendengarkan guru berhati lurus ini mengajar dan mendongeng di luar kelas, dibawah pepohonan. ―Ayo anak-anak, bapak sekarang punya kelas yang maha luas dan tembok yang tak terbatas. Atapnya awan, dindingnya pepohonan‖.

4 Film Aku Padamu, pada durasi 09:37

64

Pria dengan balon warna-warni itu kini harus terbaling untuk selamanya, karena penyakit kronis yang dideritanya. Perjuangannya mendidik sahabat kecilnya murid-murid sekolah dasarpun terpaksa terhenti untuk selamanya.

Namun intergritasnya ternyata tidak berhenti sampai disitu selamanya, melainkan tertanam dalam hati murid-muridnya ketika dewasa. Laras berani menolak ajakan kekasihnya menyogok oknum petugas KUA yang merayu mereka habis-habisan bahkan sampai mengutip ayat suci demi mendapatkan uang dari sejoli yang dimabuk cinta tersebut.

Tim produksi film ini terdiri dari:

Produser Eksekutif : Busyro Muqoddas

Juhanni Grossmann

Teten Msduki

Produser : M. Abdul Aziz

Produser Kreatif : Prima Rusdi

Sutradara : Lasja F. Susatyo

Penata Sinematografi : Ical Tanjung

Penulis Skenario : Sinar Ayu Massie

Penanggung Jawab Proyek : Dedie A. Rachim

Ary Nugroho

Ilham B. Saenong

Konsultan Penyunting Gambar : Sastha Sunu

Konsultan Tata Suara : Wahyu Tri Purnomo

65

Produser Pelaksana :Icang S Tisnamiharja

Koordinator Produksi : Age A. Maulan

Art Director/Graphic Designer : Rangga Sastrowardoyo

Musik untuk Title : Efek Rumah Kaca

C. Profil Pemain

1. Nicholas Saputra sebagai Vano

Di indonesia hampir tidak ada yang tidak mengenal aktor satu

ini.Debutnya di dunia perfilman Indonesia patut diacungi jempol. Telah

banyak penghargaan yang menghampirinya, seperti penghargaan bidang

akting oleh FFI, Aktor Terbaik Bali International Film Festival 2003 untuk

perannya dalam film , Most Favorite Actor versi MTV

Indonesia Movie Awards 2005 dan Aktor Terbaik Indonesian Movie

Awards 2007 dalam film dan penghargaan-penghargaan lainnya.

5 Gambar 3.1.

5http://www.indonesiabersih.org/wp-content/themes/wp- clear_basic%20v2.0/scripts/timthumb.php?src=http://www.indonesiabersih.org/wp- content/uploads/2012/02/antarafoto-1327740325--150x150.jpg&w=150&h=150&zc=1 diakses pada 24 November 2012.

66

Dalam film Aku Padamu, Nicolas saputra menjadi peran utama

yaitu sebagai Vano. Banyak adegan penting yang melibatkannya dalam

scine. Perdebatan dengan kekasihnya serta percakapannya dengan sang

calo ditambah telfon genggam yang terus berdering memperlihatkan

keadaan yang natural karena kelihayannya berakting.

2. Revalina S Temat sabagai Laras

Juara favorit lomba pemilihan GADIS Sampul tahun 1999 ini bernama

asli Revalina Sayuti Temat. Dara kelahiran Jakarta, 26 November 1985 ini

selain berkiprah didunia perfilman ia juga pernah menjadi model Indonesia

dan melebarkan karirnya dengan bermain disinetron seperti Percikan (2001),

Sangkuriang (2003) Cintaku di Kampus Biru 2 (2003-2004).

6 Gambar 3.2

Aktingnya dalam film layar lebar yang dibintanginya pun cukup

diterima dihati masyarakat. Seperti film Pocong 2 (2006), Cintaku Forever

(2007) dan Perempuan Berkalung Surban (2009). Revalina dalam film ini juga

menjadi peran utama wanita, perannyasebagai Laras anak seorang pejabat

6 http://www.republika.co.id/berita//tokoh/10/09/09/134212-revalina-s-temat-lebaran- tak-harus-pakai-baju-baru, diakses pada 24 November 2012.

67

pendidikan yang tak berdaya ketika melihat ayahnya menolak berkas guru

honorer Pak Markun karena tidak menyelipkan uang dalam berkasnya, serta

meloloskan beberapa guru honorer menjadi guru tetap yang memberikan uang

pelicin dalam berkasnya.

3. Agus Ringgo Rahman sebagai Pak Markun

Pria kelahiran Purwakarta 12 Agustus 1982 ini memulai karirnya

sebagai penyiar radio di bandung, kemudian melebarkan sayap sebagai

presenter TV, bintang iklan produk dan berakting dalam film. Film

pertamanyua yaitu Jomblo cerita novel laris karya Adhitya Mulya.

Gambar 3.37

Aktingnya dalam film ini dapat kita terima dihati, pasalnya perannya

sebagai Pak Markun cukup membuat kita bersedih hati karena perjuangannya

yang gigih tanpa terpengaruh oleh hal buruk yang dapat merusak generasi

penerus bangsa harus berakhir dengan kesedihan tanpa ada orang yang

memahami kecuali murid-muridnya hingga maut menjemput.

4. Norman Akyuwen sebagai Calo

Cukup sulit peneliti mendapatkan informasi tentang aktor satu ini. Pria

berusia 38 tahun ini bernama asli Norman Rivianto Akyuwen tinggal didaerah

7http://static.inilah.com/data/berita/foto/1869639.jpg diakses pada 24 November 2012.

68

Bekasi. Ia mengawali karirnya dengan bermain teater. Pria yang hobi olahraga

ini juga pernah bermain dibeberapa film seperti Rumah Surga karya Dedy

Mizwar, Batas karya Rudi Soedjarwo dan Gerbang 13 yang disutradarai oleh

Nanda Jumbara.

8 Gambar 3.4.

Perannya dalam film ini sebagai calo yang membujuk dan mengajak

dua pasangan yang sedang dimabuk asmara yaitu Vano dan Laras yang ingin

menikah namun tidak memiliki kelengkapan syarat karena pernikahannya

tidak disetujui oleh orang tua Laras, yang mana mereka memutuskan untuk

kawin lari. Dan disinilah terjadi pergulatan terjadi atau tidak terjadinya

transaksi korupsi yang melibatkan oknum lembaga agama yaitu KUA.

8http://www.indonesianfilmcenter.com/images/gallery/IdFC_gal_31072012_134049.jpg diakses pada 24 November 2012.

BAB IV

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis Judul film “Aku Padamu”

Cerita film Aku Padamu ditulis oleh Sinar Ayu, Lasja F. Susatyo dan

Pak Abdu. Landasan ide cerita film ini adalah segala perbuatan berasal dari

rumah, berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan di rumah. Jadi, apabila di

dalam rumah menanamkan nilai-nilai baik maka ia akan mengetam hasil baik

itu dimasa depan.

Yang menjadi target sasaran penyampaian pesan adalah wanita dan

lelaki dewasa yang masih muda ataupun para remaja yang beranjak dewasa.

Yaitu prilaku manusia dewasa muda saat ini yang serba ingin cepat, instan dan

diistimewakan sehingga berdampak pada prilaku yang menyimpang, disisi

lain birokrat negara menyediakan fasilitas ini untuk mengambil keuntungan

pribadi atau sekelompok semata tanpa memikirkan dampaknya. Namun, para

orang tua pun tidak luput dari penyampaian pesan moril positif yang

disampaikan dalam film ini karena posisi mereka sebagai kapten dalam

rumah.

Dewasa ini definisi korupsi sebagai kegiatan yang dibenci mungkin

hanya sebatas karena yang membenci tidak bisa melakukan hal yang sama.

Aku Padamu menggambarkan dua ank muda yang ingin menikah dan

dihadapkan dengan seorang calo KUA yang akan membantu proses

pernikahan karena syarat pernikahan yang kurang. Film ini mengajak kita

69 70

untuk memahami dan mengerti praktik dan dampak korupsi, terutama kaum

dewasa muda sebagai penerus tongkat estafet generasi bangsa. Film ini juga

mengajak berfikir bahwa korupsi adalah kegiatan yang salah dan merugikan

orang banyak bahkan diri sendiri.

B. Pengantar Adegan yang Diteliti

Praktik-praktik korupsi yang divisualisasikan dalam film Aku Padamu

terdapat dibeberapa scine film. Scine film tersebut terdiri dari beberapa adegan

yang langsung berkaitan dengan isi penelitian. Namun, sebelum memasuki

adegan utama film, peneliti akan menganalisis adegan-adegan penting yang

juga berkaitan dengan adegan utama, yaitu perjalanan menuju KUA tempat

tempat berlangsungnya praktik korupsi, sekaligus sebagai scine inti film ini.

Film yang beralur maju-mundur ini berdurasi cukup singkat karena tergolong

sebagai film pendek yaitu sekitar 16:35 menit atau setara dengan seperempat

jam.

Diawali dengan Vano yang menjemput laras dirumahnya untuk pergi

ke KUA melangsungkan pernikahan. Yang dilanjutkan scine dilokasi KUA

dan kemudian alur berpindah kemasa laras kecil yang menceritakan

perjuangan gurunya Pak Markun dan mengambarkan kondisi keluarganya,

praktik korupsi yang dilakukan ayahnya laras, dan kembali ke KUA

perdebatan antara Vano dan laras juga calo KUA yang akan melancarkan

pernikahan mereka tanpa kartu dan saksi keluarga. Peneliti akan menganalisis

narasi dan mendeskripsikan alur cerita film dengan menyertakan komponen

71

analisi film juga sedikit unsur semiotika didalamnya. Kemudian dilanjutkan secara detail dengan memaparkan bagaimana unsur film dan semiotika menjadi kesatuan naratif.

1. Adegan 1 ( rumah laras menuju KUA)

Adegan 1 yang juga merupakan adegan pembuka film dimana

Vano datang kerumah Laras menggunakan sepeda motor yang

dimodifikasi dengan knalpot racing yang menggambarkan karakter lelaki

masa kini yang tampan, smart dan jantan. Sutradara juga menggambarkan

karakter Vano yang romantis dengan memberikan seikat bunga yang

diselipkan dicelana bagian pingggang Vano, yang menandakan ia orang

yang simpel. Disaat bersamaan keluarlah Laras yang telah siap pergi ke

KUA dengan Vano dari lantai dua rumahnya, dengan hati-hati kemudian

turun melompati pagar lantai dua menuju atap mobil ayahnya dan

melompat dengan berpegangan pada bagian bawah pagar besi lantai atas

dan Vano telah bersiaga menangkap Laras yang melompat dari atap mobil

kemudian segera pergi dengan motor Vano karena sang ayah keluar untuk

mencegah mereka.

Adegan lain adalah perjalanan menuju KUA. Bagian ini

memperlihatkan dua anak manusia yang sedang dimabuk cinta dengan

perasaan bahagia karena akan melangsungkan pernikahan, meskipun

hanya kawin lari. Termasuk juga didalamnya aksi yang ditampilkan aksi

simbolik kebahagian mereka diats motor menuju KUA.1

1 Adegan ini terdapat pada durasi 01:24

72

Tabel 4.1.

Analisis Film Steve Campsall

Adegan Visualisasi Adegan Pemain Interpretasi Simbolik

1 Vano Menggambarkan pria dewasa yang matang dengan berpakaian rapi serta membawa bunga menuju KUA.

2 Vano Menggambarkan seorang dan anak yang broken home Laras dalam upaya melarikan diri menuju kawin lari yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua insan.

3 Ayah Memperlihatkan ketidak Laras setujuan sang ayah pada Vano yang berusaha mencegah Laras pergi dengan Vano.

4 Vano Kebahagian dua insan dan terbebas dari pencegahan Laras ayah laras dan sedang dimabuk cinta yang akan segera melangsungkan pernikahan.

73

5 Vano Kesungguhan dan menyatukan cinta dalam Laras ikatan pernikahan.

Tabel 4.2. Ikon, Indeks dan simbol dalam Adegan “Rumah Laras menuju KUA”

Ikon Ikon pada adegan ini diperlihatkan dengan beberapa setting yaitu situasi yang mendesak. Disini setting sebagai ikon dari kesiapan Vano yang matang untuk membawa laras keluar rumah menuju KUA. Disisi lain diperlihatkan desain rumah orang kota di indonesia dan kendaraan yang menunjukan terjadi dimasa kini. Indeks Terdapat percakapan antara Vano dan Laras yang mengisyaratkan kesiapan mereka untuk menyegerakan pernikahan dengan cara kawin lari karena tidak direstui orang tua Laras, serta kekecewaan Vano atas penolakan KUA karena ketidak lengkapan syarat yang berujung pada negosiasi dengan calo KUA. Ini dapat dilihat diadegan selanjutnya. Simbol Simbol didominasi oleh kedua pemeran. Vano dan Laras yang divisualisasikan sebagai pemuda masa kini yang matang, smart, romantis dan simpel. Dan laras yang divisualisasikan dengan wanita yang mencintai Vano dan ingin segera menikah agar terlepas dari prilaku korup ayahnya yang membuat ia broken home.

Secara kronologis, adegan pertama diawali oleh Vano yang menjemput

Laras dirumahnya. Disini sutradara menggunakan jarak kamera Long Shot

yang dilanjutkan dengan Close Up, yang mana sutradara ingin

memvisualisasikan Vano agar interpretasi dapat mudah dimaknai karena

keadaan Vano yang mengendarai motor dengan pakaian rapi dan kesiapannya

menikah.

Dipotongan shot yang kedua, memvisualisasikan Laras yang keluar

rumah tanpa izin kepada ayahnya karena tidak setuju dengan Vano dengan

74

cara melompati pagar lantai dua ke atap mobil kemudian melompat kebawah dengan Vano yang siap menangkapnya. Disini digunakan jarak kamera long shot karena sutradara ingin memperlihatkan setting latar keberadaan laras.

Dan yang menjadi pilihan sutradara adalah rumah yang bernuansa metropolitan dengan lantai dua yang menjorong keluar dan keberadaan mobil agar memudahkan laras turun.

Selanjutnya adalah adegan ayah Laras yang keluar dari rumah.

Visualisasi dilakukan dengan menggunakan jarak kamera close up, agar interpretasi yang diinginkan terwujud yaitu ayah Laras yang marah dengan raut wajah menunjukan kekesalan, penyesalan dan kemarahan karena tak dapat menghentikan laras pergi dengan Vano.

Kemudian potongan adegan selanjutnya memperlihatkan Vano dan laras yang bahagian lepas pencegahan ayahnya. Serta keakraban dan romantika diatas seperda motor menuju KUA. Adegan ini menggunakan jarak kamera long shot dan close up agar visualisasi tepat. Potongan adegan selanjutnya adalah tiba diKUA. Adegan ini menggunakan jarak kamera close up agar visualisali percakapan Vano dan laras mengena dengan akurat.

Secara keseluruhan tehnik pengambilan gambar dilakukan dengan beberapa tehnik sinematografi. Jarak kamera menggunakan long shot, close up, mid shot, knee shot, extreem close up, dan 2 shot. Sedangkan moving camera menggunakan tehnik framing in, panning, fading walking shot, fast road effect shot dan moving object. Pencahayaan yang digunakan menggunakan key light dan fill lightyang berfungsi memperjelas objek. Tata

75

suara tidak banyak menggunakan edit, hanya penambahan soundtrack yang

membuat suasana menjadi lebih hidup, selebihnya menggunakan dieges

sound.

Editing yang digunakan dalam sequen ini adalah Elliptical Editing

yang bertujuan mempersingkat waktu cerita film. Sedangkan dalam hal

camera angel, terdapat beberapa tehnik. Pada saat laras keluar dari atas

rumahnya, sutradara menggunakan tehnik low angel yang bertujuan

memvisualisasikan laras dengan kepercayaan diri yang kuat. Dan pada saat

ayah laras keluar dari dalam rumahnya untuk mengejar laras sutradara

menggunakan high angel untuk memvisualisasikan karakter ayahnya yang

terintimidasi.

Pemunculan simbol divisualisasikan beradasarkan narasi. Simbol pria

dewasa yang matang pada adegan 1. Simbol anak broken home atas prilaku

sang ayah yang korup di adegan 2. Simbol penolakan pada adegan 3. Simbol

pasangan yangsaling mencintai di adegan 4 dan simbol kesungguhan hati pada

adegan 5. Tanda lain yang didapat adalah lambang tulisan KUA pada sebuah

gedung yang menghasilkan interpretasi sebuah lembaga resmi urusan agama.

2. Adegan 2. (kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah)

Selanjutnya adalah adegan dimana kedua pasangan ini berselisih

pendapat. Setelah tiba di KUA, Vano pun langsung bergegas mengurus

pernikahannya dengan melapor ke pegawai KUA. Ternyata permintaanya

ditolak karena syarat utama yaitu kartu keluarga tidak dimiliki oleh mereka.

Vano kemudian berinisiatf menggunakan jasa calo untuk memperlancar

76

prosesi penikahan. Disisi lain, laras yang tidak membawa kartu keluarga karena tidak ingin pernikahannya dihadiri oleh sang ayah menolak untuk menggunakan jasa calo.

Diawal adegan, Vano dan laras yang terlihat bahagia seketika berubah setelah Vano keluar dari dalam KUA. Keadaan semakin berbeda setelah Vano mendesak lasar, juga telefon Vano yang terus berbunyi karena teman dan bosnya dikantor selalu bertanya tentang pekerjaan yang ditinggalkan sementara olehnya memudarkan kebahagiaan Laras secara perlahan.

Kemudian sang calo yang terus mendesak dengan menggunakan dalil-dalil agama untuk menyakinkan agar jasanyanya digunakan oleh mereka membuat laras semakin kesal.

Ada beberapa percakapan antara Vano dan Laras yang cukup menarik:

Vano : harus pake kartu keluarga lagi. Laras : yah, trus gimana dong? Telefon Vano berdering (Vano berbicara ditelefon) Vano : kamu enggak bawa KK? Laras : kan di papa Vano : yaudahlah pake orang dalem aja Laras : maksudnya? Telefon Vano berdering (Vano berbicara ditelefon) Vano : sorry, sorry.. iya orang dalem Laras : calo? Vano : iyalah, biar cepet Laras : kok gitu sih? Emang kita buru-buru mau kemana? Vano : kan mau ke flores Laras : ah...gak ada ah, pokoknya aku gk mau Vano :jangan marah dong, ini kan sepele Laras : hal gede itu mulainya dari yang kecil, kalau aku tau kamu begini, aku akan mikir dua kali buat bilang “iya, saya terima nikahnya”.

77

Dalam dialog ini, sutradara memvisualisasikan toko Vano sebagai

orang yang terbiasa dan tak sadar bahwa perbuatannya tersebut sudah masuk

dalam katergori korupsi, yang mana prilaku menyimpang tersebut telah larut

dalam kebiasaan sehari-hari sehingga dianggap lumrah. Dalam dialog ini

divisualisasikan tokoh Laras yang mencoba menyakinkan Vano untuk tidak

menggunakan calo, ia pun sungguh-sungguh menolak pernikahannya ternodai

dengan menggunakan jasa calo yang termasuk perbuatan korupsi. Hingga

akhirnya ia teringat akan kisahnya dimasa kecil tentang gurunya, yaitu pak

markun.

Tabel 4.3. Adegan kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah

Adegan Visualisasi Adegan Pemain Interpretasi

1 Vano dan Keresahan karena Laras gagal menikah.

2 Vano dan Tetap sibuk disela- Laras sela pernikahan yang tidak direncanakan dengan baik.

78

3 Vano dan Kebiasaan Laras menggunakan jasa calo yang dianggap lumrah.

4 Calo Calo yang tiada hentinya merayu.

5 Calo, Usaha seorang calo Laras dan yang gigih Vano menyakinkan kliennya dengan menghalalkan segala cara demi uang.

6 Calo, Ketidak setujaun Vano dan Laras Laras menggunakan jasa calo.

79

Tabel 4.4. Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah”

Ikon Ikon pada adegan ini terletak pada setting latar yang sengaja dipilih didepan kantor KUA. Terlihat jelas pada keterangn gedung yang bertuliskan KUA. Indeks Indeks pada adegan ini terdapat pada ungkapan Vano bahwa ―harus menggunakan kartu keluarga lagi‖ dengan nada mengeluh. Juga perkataan calo yang menggunakan dalil agama ―itu sudah fitrahnya Allah SWT‖ dengan penuh keyakinan. Simbol Simbol yang mencuat adalah keberadaan dan kebiasaan menggunakan calo yang dianggap lumrah untuk melancarkan proses. Secara konvensional, simbol-simbol kelemahan untuk melakukan hal yang benar terdapat pada tindakan yang disadari dari kebiasaan berfikir dan bertindak. Simbol lain adalah keteguhan hati laras yang tetap tidak ingin menyuap petugas KUA meskiput keluarga atau ayahnya melakukan hal tersebut.

Secara kronologis adegan ini menggunakan shot on location. Adegan

ini menceritakan kuartel antara Vano yang ingin menggunakan jasa calo dan

Laras yang menolak menggunakannya karena kurangnya kelengkapan

persyaratan nikah. Serangkaian adegan ini seolah menggambarkan kebiasan

masyarakat yang menggunakan jasa calo karena keberadaannya sudah terlalu

mainstream sehingga dianggap lumrah. Yang pada akhirnya lasar

menceritakan gurunya pak markun yang tidak mau menyuap ayanya agar

diangkat menjadi PNS pada adegan ke 3.

Mengenai tehnik jarak kamera atau ukuran gambar (framing size)

dalam adegan ini menggunakan beragam tehnik, yang bertujuan mendapatkan

hasil yang maksimal. Diantaranya adalah big clos up, ini terjadi ketika laras

menyesal dengan keputusan Vano yang ingin menggunakan jasa calo untuk

80

melancarkan prosesi nikah. Medium close up terdapat pada saat keduanya sedang berkuartel, adegan ini juga menggunakan 2 shot dan over shoulder shot dan mid shot.

Dalam adegan ini, editing yang digunakan adalah editing kontinuiti, yang bertujuan agar hubungan kontinuitas naratif antar shot tetap terjaga. Dan dalam tehnik editing ini aspek mise-en-scene dan sinematografi diperhatikan secara detail oleh sutradara, juga aspek 180°.

Full shot digunakan ketika Vano memasuki kantor KUA. Sedangkan long shot terjadi saat keduanya sedang duduk mendiskusikan mengenai jasa calo, tehnik ini berfungsi untuk menunjukan objek dan latar belakangnya.

Sedangkan moving camera menggunakan fading, dan framing. Pada pencahayaan menggunakan key light guna mendapatkan objek yang lebih jelas. Sedangkan pada tata suara, dalam adegan ini tidak ada tambahan suara, hanya menggunakan dieges sound.

Ada dialog yang menarik antara calo, laras dan Vano, namun Vano dan Laras hanya mendengarkan rayuan calo. Berikut dialog tersebut:

Calo : gimana mas, mau dibantuin gak? Mas, untuk keluarga mawaddah dan sakinah emang butuh bantuan. Biar cepat, iya kan? Ahaha..pasti embaknya ini juga udah gk sabar ya mau ngelayanin suami? Ahaha Itu sudah fitrahnya Allah SWT, iya kan mbak? Ahaha Gak usah malu-malu mbak, saya udah paham dah kalo orang udah ngebet banget pengen kawin. Ya itu sudah tertulis dalam Alquran, dari pada zina?

Percakapan ini membuat laras semakin kesal dengan keadaan, yang membuat Vano bingung harus berbuat apa dengan dtampilakan wajah Vano

81

dengan tehnik jarak camera mediun close up dengan latar belakang laras, calo

dan KUA.

3. Adegan 3 (Pemecatan dan perjuangan pak markun melawan korupsi)

Pada adegan selanjutnya adalah bagaimana pak markun berjuang tidak

mau menyuap agar diangkat sebagai PNS. Adegan ini sebenarnya masih

berhubungan dengan adengan sebelumnya, yaitu ketika laras bercerita kepada

Vano tentang pak Markun di KUA. Flash back adegan yang kembali kepada

masa laras kecil. Gurunya pak markun dengan setia mendidik anak didiknya

meski hanya sebagai guru honorer. Caranya mengajar membuat ia

didambakan sebagai guru yang paling pandai menyampaikan materi kepada

murid-muridnya.

Pilihannya untuk tidak menyuap pengangkatannya sebagai guru tetap

sekaligus sebagai pegawai neger sipil, membuat ia harus dikeluarkan, karena

sekolah telah mendapatkan guru pengajar yang telah dilantik sebagai guru

tetap disekolahnya mengajar. Kegigihannya mengajar tidak berhenti sampai

disitu, pak markun tetap mengajar meskipun sudah tidak menjabat sebagai

guru lagi. Terkadang ia ngamen berperan sebagai badut menghibur anak-anak

kelilingkampung untuk mendapatkan rezeki. Sementara istrinya dirumah

selalu mengeluhkan keteguhannya yang tidak mau membayar untuk

menjadikanya guru tetap dan PNS.

Kegigihannya tidak hanya sampai pada pemecatannya karena sekolah

sudah mendapatkan guru tetap. Dirumah, pak markun pun selalu dirayu oleh

istrinya untuk memberikan uang, agar segera diangkat menjadi guru tetap.

82

Namun pak markun tidak menghiraukannya dan hanya mendengarkan saja

tanpa memberikan argumen. Pasca pemecatanya, pak markun sering menjadi

badut untuk menghibur anak-anak dikampung-kampung dan sang isteri selalu

mengeluhkan kegigihannya itu.

Tabel 4.5 Adegan Perjuangan pak markun melawan korupsi

Adegan Visualisasi Adegan Pemain Interpretasi

1 Ayah laras Mengumpulkan uang hasil penyuapan oleh peserta calon guru tetap yang diselipkan dalam map.

2 Pak Pemecatan pak markun markun dan guru lain

3 Pak Keputusan pak markun markun menjadi dan istri badut dengan harapan mengambil hati murid-murid.

83

4 Pak Dilema batin oleh markun permintaan sang sitri yang juga menyuruhnya membayar sejumlah uang untuk mendapatkan SK guru tetap.

Tabel 4.6. Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan perjuangan pak markun melawan korupsi

Ikon Ikon yang terdapat dalam adegan ini tertera pada pemilihan setting lokasi yang menunjukan keadaan sekolah SD, terdapat pada adegan pemecatan pak markun. Indeks Indek dalam adegan ini terdapat pada serangkaian kata- kata pak markun, terutama pada ceritanya kepada murid- murid agak tidak menyerah untuk berbuat jujur. Simbol Dalam adegan ini, simbol yang ditunjukan adalah sikap gigih pak markun yang tetap mengajarkan kebaikan meski sudah tidak menjadi guru bagi murid-muridnya lagi, dan menolak permintaan istri untuk membayar sejumlah uang agar menjadi guru tetap, meski kondisi financial keluarga kurang baik.

Secar kronologis, adegan ini menceritakan keteguhan hati pak Markun menolak melakukan korupsi. Berkas yang ia serahkan sebagai persyaratan menjadi guru tetap tidak ia selipkan amplop yang berisakan uang seperti peserta lainnya. Meskipun dalam keadaan financial yang kurang baik ia tetap menolak melakukan korupsi, hingga sang istri merayu pun ia tetap tidak meng-amini perbuatan tersebut hingga akhirnya maut menjemput. Mood yang coba dibangun dalam adegan ini adalah kesedihan dan kekuatan batin untuk tetap berlaku jujur.

84

Untuk pengambilan gambar, dalam adegan ini banyak menggunakan penggabungan tehnik pengambilan gambar. Pada adegan dimana istri pak marku merayu untuk membayar sejumlah uang, tehnik pengambilan gambar menggunakan mid shot yang digabungkan denganover shoulder shot dalm 2 shot yang dipadukan dengan tehnik moving camera yaitu follow untuk mengikuti objek dalam bergerak searah. Kemudian adegan dimana laras yang mendatangi rumah pak markun karena sakit yang diderita pak markun, tehnik yang digunakan adalah door frame shot yang dipadu dengan camera angel, fungsinya untuk menyampaikan karakter objek (dalam hal ini laras) dalam keadaan tidak langsung pada objeknya. Kemudian dlam adegan lainnya banyak didominasi dengan menggunakan long shot.

Aspek lainnya yaitu pada pakaian. Pak Markun yang menggunakan kemeja biasa yang mengimplementasikan sebagai guru honorer, sedangkan dalam keadaan bersamaan terdapat seorang guru yang menggunakan pakaian dinas resmi. Kemudian juga ketika pak markun berdandan sebagai badut yang menggambarkan cara atas kegigihannya menjadi guru tetap dengan menolak menyuap dan lebih memilih mengambil hati murid-muridnya dengan mengajar yang baik dan benar. Editing dalam adegan ini menggunakan tehnik jump cut, seperti pada saat istri pak markun mendesak agar membayar sejumlah uang dengan tujuan diangkatnya sang suami menjadi guru PNS.

Komponen lainnya adalah tata cahaya. Di adegan ini banyak menggunakan kita dapat menganalisis pencahayaan dari arah datangnya cahaya. Frontlight atau pencahayaan dari depan terdapat pada adegan dimana

85

pak Markun bercerita kepada murid-muridnya, yang bertujuan memberikan

kesan yang rata tanpa dimensi dan efek bayangan yang relatif kecil. Adapun

jenis cahaya yang digunakan sebagai sumber cahaya adalah fill in light,

meskipun kebenarannya masih diragukan, yang berfungsi sebagai cahaya

pengisi yang digunakan untuk mengurangi kepekaan daerah-daerah gelap atau

berbayang yang ditimbulkan oleh main light untuk memunculkan detail

objeknya.

Pada tata suara, adegan ini banyak didominasi oleh dieges sound, yang

berarti suara didapatkan dari objek langsung. Namun pada adegan dimana pak

markun bekumpul dengan murid-muridnya untuk melepaskan balon terdapat

sound effect berupa music instrumental.

Sutradara memvisualisasikan karakter pak markun yang berjiwa

tangguh, ikhlas, gigih dan rendah hati. Dimana saat ini sulit sekali menemukan

orang berkarakter seperti pak markun yang berani melawan sistem yang

korup, melawannya dengan tetap berada dalam lingkungan sistem tersebut.

Namun na‘as, perjuangan dan kegigihan pak markun melawan korupsi harus

berakhir karena sakit dan meninggal dunia, sad ending.

C. Adegan yang Diteliti

Sebelum menganalisa secara detail narasi dalam adegan praktik

korupsi, peneliti akan lebih dulu memaparkan komponen-komponen naratif

yang menjadi acuan dalam memahami adegan khusus ini beradasarkan unsur

naratif film.

86

1. Tokoh

Dalam film ini tokoh utamanya adalah laras dan Vano. Laras

divisualisasikan sebagai seorang wanita modern yang bersifat angkuh terhadap

hal yang berkaitan dengan korupsi ia pun memiliki hati yang kuat dan teguh

pendirian. Hal ini dilatar belakangin oleh kehidupan keluarga laras yaitu

ayahnya yang melakukan korupsi dalam mengangkat guru honorer dan

memberikan SK untuk menjadi guru tetap. Yang mana, guru favoritnya yang

baik hati, ikhlas, jujur dan berdedikasi tinggi yaitu pak markun menjadi

korban korupsi ayahnya hingga akhirnya wafat dalam kejujurannya. Lain

halnya dengan Vano, meski ia menjadi lelaki yang ingin dinikahi Laras,

namun dalam adegan ini ia divisualisasikan sebagai pemuda yang tidak

memikirkan hal kecil yang lamabt laun dapat merusak sistem dan prilaku baik

manusia, ia pun menghalalkan segala cara dan dengan mudah mengamini

praktik korupsi agar dapat melancarkan proses pernikahannya dengan

menyuap seorang calo KUA.

2. Masalah dan Konflik

Terdapat dua masalah yang memicu atau keadaan yang memicu

terjadinya praktik korupsi. Yang pertama adalah ketika pengangkatan guru

honorer menjadi guru tetap. Disini keadaam yang dimanfaatkan ayah laras

sebagai penguasa sistem. Ia mengangkat guru honorer dan memberikannya SK

sebagai guru tetap bukan berdasarkan kompetensi guru, melainkan

berdasarkan uang yang diberikan padanya sebagai pelicin.

Yang kedua adalah keadaan atau masalah yang timbuk ketika laras dan

Vano akan melaksanakan pernikahan sedangkan syaratnya tidak terlengkapi.

87

Dalam keadaan seperti ini dimanfaatkan oleh calo untuk mencari uang. Calo

yang telah berkordinasi dengan oknum pegawai KUA memanfaatkan orang

yang sedang dalam berkeinginan tinggi menikah namun kekurangan syarat,

dengan berjanji akan mempermudah prosesi pernikahan meski syaratnya tidak

dilengkapi dengan memberikan sejumlah uang, dimana calo memprovokasi

mereka dengan dalil-dali agama.

3. Lokasi

Terdapat dua lokasi terjadinya praktik korupsi. Yang pertama adalah

rumah laras. Disini sutradara memvisualisasikan dengan baik, mulai dari

properti dan tata latar yang apik, sehingga memunculkan konstruksi realitas

yang apik.

Kemudian yang kedua adalah di depan kantor KUA. Tempat dimana

laras, Vano dan calo bernegosiasi. Dalam adegan ini pun properti yang dipakai

cukup lengkap dan menghasilkan konstruksi realitas yang rapih.

4. Waktu

Waktu yang digunakan dalam adegan ini terbagi menjadi bebrapa

bagian. Namun jika kita menarik jalur narasi film, adegan ini hanya terjadi di

siang hari. Yaitu saat dimana Vano menjemput Laras yang menurut

perhitungan peneliti terjadi di pagi hari menuju siang. Kemudian menuju

KUA. Disini terjadi kuartel antara Vano dan Laras yang disebabkan

kurangnya persyaratan untuk menikah. Vano ingin agar mereka segera

meresmikan hubungan mereka dengan pernikahan, namun Laras tidak setuju

karena Vano menghalalkan segara cara. Masing-masing mereka kecewa atas

88

perbedaan keputusan dari masing-masing yang tidak sejalan. Kekecewaan laras bertambah karena telfon Vano yang selalu berdering dari kantor menanyakan tentang pekerjaannya yang ditinggal sementara waktu. Ini menandakan waktu terjadinya adegan tersebut terjadi siang hari, karena masih terhitung jam kerja.

Flash back ke masa lampau dimana Laras ketika itu masih kecil, yaitu ketika sang ayah memeriksa berkas-berkas para guru yang terdaftar sebagai kandidat menjadi guru tetap, ini pun divisualisasikan terjadi pagi hari. Melihat dari faktor lighting yang menggunakan soft light atau denga kata lain agaar cahaya membuat objek tampak lebih tipis. Simbol lain yang mendukung adalah adanya kopi dimeja sang ayah yang menemaninya memeriksa berkas masih mengepul, juga adanya laras yang bermain-main disekitar ayahnya.Kemudian adegan kembali lagi KUA. Flash back selanjutnya pada adegan dimana Pak Markun bertemu murid-muridnya yang hendak menuju sekolah, ini pun terjadi pada pagi hari, ini dibuktikan dengan sinar matahari yang diproyeksikan ketika memasuki adegan ini, juga adanya pemain figuran sebagai petani yang melintas menuju sawah membawa pacul dan adanya dialog yang diucapkan salah seorang murid yaitu “selamat pagi Pak

Markun”. Adegan ini terdapat pada durasi 03:11 hingga 03:44.

Adegan kembali lagi ke KUA. Kurangnya syarat pernikahan dimanfaatkan oleh calo yang berjanji memberikan bantuan dengan memberikan sejumlah uang sebagai balasannya. Vano yang ingin sekali menyegerakan menikah dengan laras melaui terpancing dengan tawaran yang

89

menggiurkan. Karena ia merasa telah melakukan semua prosedur, dan hanya kurang kartu keluarga, sehingga bayar orang seperti ini kan biasa anggapnya.

Calo pun semakin semangat merayu dan menyakinkan kedua pasangan ini, namun laras yang memiliki pengalam pahit dengan korupsi memilih menolak melakukannya. Setelah perdebatan panjang, laras menceritakan kisah tentang gurunya yang menolak menyuap ayahnya demi mendapatkan SK sebagai guru tetap dan lebih memilih menarik hati murid-muridnya.

Pak markun, pada durasi 09:27 berada didalam kamar rumahnya berdandan badut untuk menghibur murid-muridnya. Tak bosannya sang istri terus meminta agar suaminya membayar saja SK tersebut, agar kehidupannya lebih bersahaja. Ia termangu mendengar perkataan istrinya, disatu sisi ia ingin membahagiakan istrinya dan dsisi lain ia tidak mau melakukan perbuatan korup tersebut. Namun pak markun tetap memilih jalannya sendiri.

Kemudiania menuju sekolah dengan berdandan badut dan membawa balon menanti murid-muridnya pulang sekolah dan memberikan pelajaran moral melalui kisah-kisah yang ia ceritakan. Ini pun terjadi pada siang hari, dengan simbol murid-murid yang telah menyelesaikan studinya di sekolah.2

Pada flash back terakhir adalah adegan pak markun terbaring sakit hingga akhirnya harus wafat. Adegan ini pun terjadi pada siang hari. Simbol yang memperkuat adegan ini terjadi siang hari adalah jendela yang terbuka dengan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan dan menyinari wajah pak markun. Pencahayaan ini bertujuan memvisualisasikan profil pak markun

2 Durasi 11:53

90

secara tidak langsung yang terbaring lemas diatas kasur, tehnik pengambilan

gambar adegan ini menggunakan door frame shot.

Semiotik dalam Adegan “Perlawanan Korupsi”

1. Tanda-Tanda dan Kode

Tanda-tanda dan simbol yang sengaja ditampilkan secara alami dalam

adegan ini memiliki makan tertentu. Yang mana kita mengetahui bahwa

pemaknaan tanda berbeda-beda dalam suatu wilayah, sehingga memerlukan

pemahaman mengenai konvensi dalam memaknainya. Dan dalam adegan ini,

tanda-tanda dan kode yang dimunculkan merupakan faktor kesengajaan yang

ditimbulkan.

Peneliti akan mencoba merangkai unsur tanda dan kode pada adegan

perlawanan korupsi dengan cara mengklasifikasikan tanda-tanda yang secara

tidak langsung memiliki makna, yang disebut konotasi. Peneliti memilih tanda

sebagai denotasi dan konotasi hanya berdasakan tingkat relevansi dengan

tujuan penelitian. Berikut konotasi dan denotasi adegan utama :

91

2. Denotasi dan Konotasi

Tabel 4.7 Analisis Tanda Denotasi dan Konotasi Dalam Skenario Tanda Denotasi Tanda Konotasi dan Mitos Map Sampul berkas atau data yang berupa kertas. Menjadi sekumpulan data-data. Amplop Sampul surat. Menjadi isyaratkan elemen korupsi yang berisikan uang. Uang Alat transaksi jual beli. Menjadi alat penyuapan KUA Tempat diselenggarakannya pernikahan secara resmi. Menjadi tempat terselenggara korupsi. Calo Perantara. Menjadi pencari keuntungan berorientasi kepada hal negatif. Sekolah Tempat belajar mengajar. Menjadi tempat terjadinya transfer ilmu Seragam SD murid. Menjadi identitas tingkat pendidikan. Menjadi Seragam guru Identitas guru. Menjadi identitas guru sebagai pengajar tetap atau PNS.

92

Kemeja Kerapihan. Menjadi simbol yang melambangkan guru honorer. Murid-murid Kehidupan sekolah. Menjadi lambangkan generasi penerus. Pohon Tumbuhan. Menjadi lambang kehidupan. Rokok Simbol kedewasaan. Menjadi keseriusan berfikir sebagai simbol mencar ketenangan dalam kepenatan. Badut Penghibur. Menjadi kelucuan yang disukai anak-anak. Balon Simbol anak-anak. Menjadi simbol kegembiraan dan benda yang disukai anak-anak. Bunga Tumbuhan kembang. Menjadi lambang uangkapan perasaan kasih sayang. Motor Alat transportasi modern. Menjadi simbol pria mandiri. Helm. Instrumen berkendara motor. Menjadi simbol orientasi keselamatan dan disiplin akan perarturan lalu-lintas. Taxi Alat transportasi umum modern. Menjadi alat transportasi tertentu dan dalam keadaan tertentu. Minuman botol Minuman kemasan yang dapat dibeli dimana saja. Menjadi waktu yang panjang pengurusan Vano di KUA. Dasi yang miring Ketidak rapihan menjadi kekacauan berfikir yang berorientasi pada situasional. Jabat tangan Produk budaya tertentu. Menjadi simbol kesepakatan antara kedua belah pihak. Telepon genggam Alat komunikasi modern jarak jauh. Menjadi tolak ukur mobilitas seseorang.

Tabel 4.8. Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “Perlawanan korupsi”

Ikon Perlawanan terhadap korupsi, yang hingga hal berkaitan dengan kesakralan agama pun masih dikorupsi. Calo yang ditampilkan merupakan visualisasi penyakit sistem yang menjamur diman- mana. Uang, KUA, guru, sekolah, pohon, guru yang menjadi badut, kancing kemeja yang terlepas dengan dasi yang miring. Dalam penelitian ini, peneliti ingi mengeksplorasi bentuk lain dari ikon sebagai batas kemiripan makna. Indeks Perkataan, ucapan dan dialog dalam narasi yang memiliki unsur kausalitas terhadap peristiwa. Dalam adegegan ini terdapat teks besar yang memunculkan indeks cukup dominan. Yaitu pada adegan dialog antara Vano dan laras setelah kemunculan calo yang merayu untuk digunakan jasanya. Berikut kata-kata tersebut: ―aku bisa baca dan aku suka baca, kaerna guru yang paling keren sedunia yang namanya pak markun selalu punya cerita menarik buat muridnya. Dia enggak bisa mengajar karena dia menolak

93

nyogok untuk bisa dapet SK jadi guru tetap. Tapi dia enggak nyerah gitu aja, dia rela jadi bahan tertawaan hanya karena untuk deket sam kita murid-muridnya. Dia rela jadi dirinya susah Cuma karena nolak nyogok papa aku‖.3 Setelah kata-kata yang diungkapkan dengan kesedihan dan pengalaman yang mendalam ini, perlahan Vano mulai menyadari perbuatannya. Simbol Mental yang pantang menyerah terhadap kebathilan, sopan santun pak markun yang mengagumkan, tutur dan perlakuan yang hangat kepada murid-murid pak markun serta kegigihannya menanamkan kebaikan kepada muridnya hingga akhir hayat sebagai simbol pengalaman pahit yang berharga yang menginspirasi laras.

Tabulasi Analisis Elemen Adegan

Sebelum memasuki penelitian elemen film, peneliti akan mamasukan

terlebih dahulu beberapa potongan shot yang berkaitan langsung dengan

permasalahan utama dalam penelitian ini, berikut visualisasinya:

Tabel 4.9. Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi”

Visualisasi Verbal dan Non Verbal Adegan Utama Adegan-Adegan Pendukung

Durasi 03:32 / 16:32

3 Percakapan ini terdapat pada durasi 11:14.

94

Durasi 06:22 / 16:32

Durasi 12:20 /16:32

Durasi 12:47 / 16:32

Durasi 09:07 / 16:32

95

Durasi 13:38 / 16:32

Durasi 16:03 / 16:32

a. Analisis Simbolik dan Narasi Antara Adegan Utama dan Pendukung

Pada Tabel 4.9.

Tabel diatas merupakan serangkaian narasi yang saling terkait satu

sama lain. Peneliti akan menganalisis simbolik dan narasi sesuai dengan

kebutuhan analisis film Metz. Dalam rangkaian gambar diatas, sutradara

mencoba menampilkan sebuah nilai penting mengenai sebuah perlawanan

terhadap korupsi dan dampak yang ditimbukan dengan alur film yang kilas-

balik. Yang mana seluruh adegan pendukung ini ditampilkan kilas balik mulai

dari perjalanan menuju KUA hingga akhir film dengan tujuan menimbulkan

dua kesan. Pertama kesan review flash back laras yang sedang berhadapan

dengan situasi korupsi yang dijadikan sebagai landasan penolakan melakukan

96

korupsi. Kedua adalah mempersingkat waktu narasi film yang menggunakan flash back yang digabung dengan tehnik elliptical editing.

Pada gambar 1 kolom 1 yang berfungsi sebagai peran utama mempunyai makna semiotik dan sinematik sendiri dibandingkan dengan adegan-adegan pendukung yang berfungsi sebagai pengantar naratif. Dalam gambar terlihat bagaimana laras melawan praktik korupsi yaitu dengan pergi meningkalkan Vano dan calo.

Pada kolom 2 baris pertama, terlihat adegan laras yang sedang berad dekat ayahnya yang sedang memeriksa isi amplop didalam berkas peserta calon guru tetap. Ketika itu laras yang masih kecil melihat map berkas gurunya pak markun diletakan dilantai, ia pun secara langsung mengatakan kepada ayahnya ―ini guruku‖ dan sang ayah kemudian memeriksa isi berkas tersebut dengan mencari amplop yang berisikan uang, ia bilang pada laras

―gak ada‖ kemudian diletakannya kembali berkas itu dilantai.

Adegan ini memvisualisasikan sebuah fakta sistem perekrutan yang dewasa ini banyak dimanfaatkan oleh penguasa sistem tersebut untuk merauk keuntungan pribadi tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya tersebut.

Pada baris 2 kolom 2, adegan pak markun yang secara sengaja disetting oleh sutradara bertemu dijalan dengan murid-muridnya yang sama- sama meuju ke sekolah. Dalam perjalanan melangkah ke sekolah ditampilkan dedikasi pak markun sebagai guru yang baik dengan memberikan pelajaran moral meskipun tidak sedang dalam sekolah. Berikut dialog dengan murid- murid ketika menuju sekolah yang diawali pada durasi 03:11:

97

Pak Markun : jadi, kita itukan cerminan dari rumah kita ya..kalau misalnya kita suka bohong dirumah, berarti kita juga diluar suka? Murid-murid : bohong...... (dengan serempak menjawab) Pak Markun : sudah pada ngerjain PR belom ini dirumah? Murid-murid : sudah....(menjawab bersamaan)

Dalam adegan ini shot yang digunakan adalah shot on location.

Kemudian efek kamera menggunakan tehnik pan, di mana kamera bergerak bergeser ke arah kiri untuk mendapatkan objek utama. Adegan selanjutnya adalah pada baris 3 kolom 3 dimana laras yang telah berada didalam kelas yang melihat keluar jendela kaca. Ia melihat pemecatan pak markun oleh guru setempat, karena posisinya sebagai guru penggganti telah terisi oleh guru baru yang telah mendapatkan SK. Laras yang divisualisasikan berada didalam kelas kemudian tehnik jarak kamera yang menggunakan close up bertujuan untuk mengangkat efek psikologis laras kecil yang telah mengetahui sebelumnya bahwa berkasnya tidak diterima oleh ayahnya. Ini pun bertujuan membangun aspek psikologi penonton mengenai dampak korupsi secara tidak langsung.

Kemudian adegan pendukung pada baris 4 kolom 4. Adegan ini adalah adegan yang mengingatkan laras akan sosok pak markun sebagai guru yang ikhlas, baik, dan selalu memiliki cara untuk mengajar dengan baik dan ceria meskipun tidak lagi berstatus sebagai gurunya disekolah. Dalam adegan ini tehnik tata suara menggunakan tehnik dieges sound yang diambil langsung dari lokasi shot, kemudian menambahkan ilustrasi musik agar suasana ceria lebih nampak realistis.

98

Selanjutnaya adalah adegan pada baris 5 kolom 5. Adegan ini sesungguhnya masih satu adegan dengan adegan sebelumnya, namun peneliti menilai ada makna konotasi yang berbeda didalamnya. Adalah adegan dimana pak markun yang sedang berdandan menjadi badut bercerita kepada murid- muridnya setelah pulang sekolah. Adapun cerita pak markun kepada muridnya yang yang sebelumnya diawali oleh percakapan antara murid-murid dan pak markun. Cerita ini teringat oleh laras hingga dewasa yaitu ketika ia berhadapan dengan praktik korupsi adalah sebagai berikut:

Murid-murid :Pak markun... Pak markun..(kemudian disambut beramai- ramai oleh murid-murid yang lain Pak markun : wah..masih kenal bapak, ada yang mau balon gak? Murid-murid : Mau.... (semua menjawab dengan bahagia)..pak cerita dong pak, cerita... Pak Markun : Cerita...mau denger cerita dari bapak? Murid-murid : mau..... (dengan riang gembira mereka kompak menjawab) Pak Markun : mau kekelas bapak yang lebih luas sekarang..atapnya aja awan, lampunya ada yang bisa tebak apa? Murid-murid : matahari Pak Markun : ketika kamu nanti mengalah, menyerah untuk jujur, matahari akan menangis...seperti apa menangisnya, huja...halilintar akan tertawa, geledeknya dimana- mana...duar duar duar..samapai akan membuat hati kecil kalian porak-poranda, tidak terdengar suaranya...ssss hening.

Pada adegan ini peneliti melihat kejanggalan, yaitu pada kostum murid-murid yang sebelumnya menggunakan seragam sekolah karena baru pulang sekolah yang berganti menjadi pakaian sehari-hari. Namun pesan yang ingin disampaikan sutradara adalah adegan cerita dan pesan cerita yang teringat oleh laras hingga dewasa.

99

Kemudian adegan pendukung selanjutnya adalah pada bari 6 kolom 6.

Adegan ini menampilkan ketegasa Laras dalam menolak korupsi. Terjadi perdebatan antara laras dan Vano yang berselisih pendapat antar keduanya.

Berikut ulasan dialog perdebatan mereka:

Vano : aku fikir kamu sudah siap waktu kamu bilang iya. Laras : kamu enggak ngerti berarti. Vano : bantu aku ngerti dong. Jangan marah terus ngambek gtu aja. Itu kamu banget tuh geleng-geleng. Aku ini serius, klo kamu belum apa-apa aja udah sabotase sendiri.... Laras : aku tu sedih, kita baru mau mulai aja kamu udah ngentengin. Vano : lho, aku bukan ngentengin, aku tu kalau bisa kawin sama kamu detik ini, ya aku maunya detik ini juga. Dan aku akan ngelakui apa saja untuk itu, itu salah? Laras : ya salah, karena kamu belum usaha yang besar, terus kamu mau nyogok orang dalam gitu aja, kalau Tuhan aja kamu sogok, gimana entar? Vano : lho, siapa yang mau nyogok Tuhan? Aku tu cuma mikirinnya kamu kok. Laras : makanya aku bilang, kamu itu enggak ngerti. Konsep hidup baru kamu itu aneh berarti. Vano : Kok aneh sih, gitu aja kok jadi masalah.

Dalam dialog ini memvisualisasikan keteguhan hati laras menolak melakukan korupsi.

Adegan selanjutnya pada baris 7 kolom 7. Adegan ini menampilkan akhir perjuangan pak markun melawan korupsi karena terbaring sakit hingga akhirnya wafat. Dalam adegan ini juga terdapat istri pak markun yang dalam kesedihannya menyesali perbuatannya selalu mendesak suaminya untuk melakukan korupsi dengan membayarkan sejumlah uang untuk mendapatkan

SK guru tetap. Ternik door frame shot yang digunakan yaitu teknik pengambilan gambar yang menunjukkan kamera perekam berada diluar lokasi

100

obyek berackting bertujuan menyampaikan karakter dan memvisualisasikan

secara tidak langsung keadaan batin laras berduka atas apa yang terjadi pada

gurunya.

Adegan selanjutnya yang merupakan adegan pendukung terkhir pada

baris 8 kolom 8. Didalam adegan ini nampak Vano dan Laras berjabar tangan

dengan senyum yang lebar menandakan kebahagiaan keduanya. Sutradara

memvisualisasikan adegan ini sebagai bentuk kesepakatan antara keduanya

karena Vano yang telah memahami pebuatanya serta dampak yang

ditimbulkan melalui cerita yang dikemas oleh Laras. Uangkapan kesepakatan

yang diawali oleh Vano terdengar penuh semangat pertentangan akan korupsi,

yaitu ―if you wanna do right thing, let’s do it right way‖.4

Tabel 4.10 Temuan analisis visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi”

No Elemen Temuan Analisis

1 Mise En Scane What : Contoh yang kongkret adalah pada simbol calo. Calo merupakan salah satu elemen yang dekat dengan praktik korupsi. Calo merupakan representasi dari lemahnya sistem dan hukum yang mana dewasa ini banyak meresahkan masyarakat. Kostum sekenanya saja yang digunakan memvisualisasikan ketidaksiapan mereka untuk menikah, atau dengan kata lain lebih membangun kesan realitas yang kuat untuk kawin lari. Ditambah bungan yang mengisyaratkan dua sejoli yang dilanda asmara. Laras yang pergi meninggalkan Vano dan calo karena tidak tahan dan tak ingin terseret dalam

4 Film Aku Padamu, pada durasi 15:57

101

perbuatan korupsi pada setting latar di Kantor Urusan Agama (KUA). What effect: Efek yang muncul dari serangkaian perpaduan mise en adegan adalah perwujudan setting on location yang lapang yang menghadirkan teras KUA. Kemudian penunjuk status sosial Laras, Vano dan calo serta penunjuk ruang dan waktu kejadian. Pencahayaan high key lighting, pembangunkarakter yang memadai serta aktor yang interpretatif dalam membangun narasi yang realistis. What meaning: Sistem makna yang ditampilkan yaitu melalui pendekatan konotasi dan denotasi. Pada adegan denotasi yang muncul adalah calo, KUA, kursi taman dan taxi. Sedangkan makna konotasi sudah dijelaskan sebelumnya diatas. How: Pembangunan mise en adegan yang dilakukan sutradara difokuskan pada aspek setting dan pemain. Settinga yang menampilkan realitas yaitu di teras KUA merupakan konstruksi mise en adegan pada adegan utama. Pemilihan yang selektif bertujuan membangun mood dengan baik agar sampai kepada penonton. Sama halnya dengan pemilihan pemain. Dalam adegan ini pemain telah terseleksi dengan baik terkait penampilan fisik maupun karater yang melekat pada pemain, atau biasa disebut seleksi materi dan non materi. Pupose: Dengan melihat adegan diatas, tampak bahwa tujuan sutradara adalah memvisualisasikan karakter Laras, Vano, calo dan berbagai pendukung narasi lainnya. Mood yang menyedihkan pada karakter laras yang kuat membuat rasa ingin tahu kelanjutan pada bagaimana sikap keputusan laras dalam melawan korupsi. 2 Editing Pada adegan ini tehnik yang digunakan didominasi oleh tehink 180° yang bertujuan agar kamera tidak melewati garis aksi ketika transisi shot (cut) dilakukan. Tehnik ini tidak berdiri sendiri, terdapat tehnik shot/reverse shot yang

102

saling bersinergi satu sama lain dalam tehnik editing 180°. Sekuen montas yang disajikan cukup menarik, karena dukungan narasi yang baik sehingga menciptakan ketegangan yang realistis. Misalnya pada adegan ketika calo, Laras dan Vano berada dalam satu frame shot, dimana calo merayu mereka kemudian berpindah kekursi yang dilanjutkan dengan perdebatan sengit antar keduanya. 3 Shot Types Terdapat beberapa tipe shot dalam adegan ini. pertama adalah medium close up. Medium close up digunakan ketika dialog antar Vano dan Laras yang menunjukan ekspresi keduanya secara bergantian untuk membangun karakter masing-masing Kedua adalah long shot yang memunculkan keduanya sedang duduk dikursi taman dengan menampilkan latar belakang KUA. Penggunaan shot ini juga digunakan ketika laras pergi meninggalkan Vano dan calo seperti pada adegan baris 1 kolom 1 diatas. 4 Camera Angel Sudut kamera. Tipe sudut. Tipe sudut yang digunakan adalah low angel, dimana sutradara memvisualisasikan objek afar nampak lebih besar, dominan dan percaya diri serta karakter yang kuat. Kemiringan Kemiringan dalam adegan ini digunakan dengan tujuan memvisualisasikan keadaan yang sedang kacau. Ketinggian Dalam adegan ini sutradara tidak menggunakan high Angel, dia lebih memilih menggunakan straigh Angel dimana ketinggian kamera yang sangat rendah dan nyaris sejajar dengan lantai serta lurus. 5 Camera Movement Pergerakan kamera dalam adegan ini didominasi oleh penggunaan tehnik pan.Yaitu pergerakan kamera kekiri dan kekanan, yang tujuannya adalah mengikuti pergerakan objek secara horizontal.

103

6 Lighting Terdapat tiga aspek yang digunakan untuk menganalisa pencahayaan 1. Kualitas Kualitas cahaya pada adegan ini adalah high key lighting yang menciptakan batasan yang tipis antara area gelap dan terang.

2. Arah pencahayaan Arah pencahayaan yang digunakan dalam adegan ini adalah Frontal lighting karena sutradara menginginkan menghapus bayangan dan menegaskan karakter pemain. 3. Sumber Cahaya Sumber cahaya pada adegan ini menggunakan key light. Yaitu sumber cahaya utama yang paling kuat, yaitu matahari. 7 Dieges and Sound Tipe suara yang digunakan dalam adegan ini adalah dieges sound. Tipe ini adalah suara diambil secara langsung ketikan take shot. 8 Visual Effet / SFX Tidak ada. 9 Narrative Unsur narasi dalam adegan adalah linear. Namun secara keseluruhan seperti yang telah djelaskan diatas bahwa unsur narasi film ini adalah non linear. 10 Genre Genre film ini adalah dokumentasi dimana fakta disajikan oleh sutradara untuk memvisualisasikan kenyataan kepada penonton. 11 Iconography Iconography yang dimunculkan yang mendukung adegan ini adalah calo yang merupakan salah satu elemen perantara korupsi dan KUA sebagai lokasi terjadinya korupsi. 12 The Star System Pemilihan bintang film dalam hal ini terasa matang sekali. Sutradara memilih aktor profesional muda berbakat Nicholas Saputra dan Revalina S Temat yang keduanya diakui kwalitas akting mereka didunia perfilman indonesia. 13 Realism Aspek realism biasanya dipelajari dari sistem budaya masyarakat setempat, termasuk aspek demografis dan kisah-kisah penting yang berkaitan dengan narasi fil, sehingga penonton dapat merasakan atmosfer pesan yang disampaikan melalui film. Dalam adegan ini penciptaan realitas cukup realism. Dapat dilihat pada beberapa shot yang seolah-olah benar

104

terjadi. Dalam adegan ini aspek realisme dibangun berdasarkan fakta yang terjadi dilingkungan sekitar kita yaitu negara indonesia. Dimana praktik korupsi menjamur dihampir seluruh lini pemerintahan. Dilm ini ditujukan sebagai gambaran praktik korupsi.

D. Konvensi Visualisasi Adegan Perlawanan Korupsi

Konvensi yang sebelumnya telah tertera pada bagian elemen akhir

akan dijelaskan kembali unsur-unsur konvensi secara lebih detail untuk

mempermudah penelitian.

Tabel 4.11

Tanda-tanda simbolik Pemain Konvensi

melawan korupsi Laras dan pak Memberantas korupsi menurut Dr. markun Ichsanuddin Noorsi adalah political will yang dimulai dari diri sendiri Mental pantang menyerah Laras Mental merupakan pondasi keyakinan dalam memberantas korupsi agar tetap kokoh, karena jika tidak. Akan mudah terjerumus dalam lingkaran sistem yang korup. Sopan santun Pak markun Saopan santun adalah prilaku positif yang merupakan implementasi dari budaya masyarakat indonesia. Sikap ini haruslah dimiliki oleh guru sebagai cerminan murid-murid generasi penenrus bangsa. Tutur kata bijak Pak markun Manifestasi dari guru yang baik

Kegigihan menanamkan Pak markun Manifestasi dari perjuangan guru sebagai pahlawan tanpa tanda kebaikan jasa.

Sikap pantang menyerah Calo Calo yang memiliki 1001 cara mendapatkanuang dengan caranya

105

yang berdampak merugikan orang lain. Penggunaan dalil agama Calo Dalil agama adalah syarat mutlak agar sesuatu hal menjadi halal dilakukan, dalam hal ini khususnya dalam ajaran islam. Menyerah pada keadaan Vano Kebiasaan meminta bantuan calo untuk memperlancar urusan atau masalah.

E. Interpretasi Adegan Perlawanan Korupsi

Peneliti menganalisi pesan yang coba disampaikan dalam film ini

menggunakan pisau semiotika Barthes. Analisis peneliti adalah bagaimana

sebaiknya bersikap pada korupsi. Bagaimanan pun keadaan kita, menki

sebagai pihak yang diuntungkan maupun yang dirugikan jangan pernah

menyerah pada korupsi. Seperti telah kia ketahui bahwa korupsi berdampak

merugikan pada orang banyak. Melihat kemasan film serta literasi produksi,

peneliti mengamati bahwa sutradara berupaya mneggambarkan keadaan

sekitar kita atau bahkan perilaku kita yang tanpa kita sadari adalah korupsi.

Kalau kita mengamati konten film ini, dapat dikatakan bahwa film ini

mecoba mempresentasikan perlawanan atau jihad terhadap korupsi. Hal ini

menandakan bahwa dalam melawan korupsi dapat dimulai dari diri kita

sendiri kemudian sekitar kita dan selanjutnya, yang bukan hanya berkata-kata

saja dengan orasi namun perilaku diri masih korupsi.

Saat ini perkembangan metode dakwah pesat. Film sebagai salah

satunya. Film sebagai media dakwah memiliki keunggulan beberapa aspek,

seperti gambar hidup, suara, penyerapan alur cerita yang lebih emotional,

106

konstruksi realitas yang dramatik sehingga pesan yang diterima lebih dapat diterima.

Perjuangan KPK sebagai lembaga pemberantas korupsi masih tidak hanya sebatas memberantas saja, melainkan menanamkan semangat bersama- sama pada masyarakat untuk bemberatas korupsi. Perjuangan gigih melawan korupsi telah digambarkan oleh pak markun dan laras dalam film ini. sikap ini ditampilkan dalam berbagai simbol dan kode-kode yang mudah dipahami dan diterima.

Pada adegan khusus didepan KUA, yaitu dimana Laras pergi meninggalkan calo dan Vano. pesan-pesan dalam adegan ini dibangun sutadara berdasarkan narasi dan bahasa sekenario. Seperti halnya ungkapan

Metz tentang bahasa film. Bahasa film merupakan serangkaian aspek dan komponen yang mendukung terjadinya proses produksi tanda dalam film.

Lokasi setting menjadi bukti kejelian sutradara memunculkan simbol- simbol dan kode-kode dalam film ini. Properti, pemain, dan bahasa film juga termasuk serangkaian adegan drama yang non linear kemudian ikon, indeks dan simbol didalamnya tetap dapat memberikan pemahaman yang mudah dimengerti.

Peneliti berpendapat bahwa penciptaan makna yaitu ikon, indeks dan simbol dalam film ini terlah berhasil disusun dalam sebuah karya seni yang bermuatan pesan positif.

Misalnya saja pada peristiwa pak markun mengajarkan kebaikan kepada murid-muridnya, meskipun statusnya bukan lagi ebagai guru. Hal ini tercermin dari firman Allah dalam alquran surat al-imran ayat 110:

107

              

               

    

―Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.‖

Ayat ini menganjurkan kita akan selalu menjalankan amal ma‘ruf nahi munkar agar mendapatkan derajat yang lebih mulia disisi Allah SWT.

Semangat dan perjuangan Pak Markun tumbuh pada generasi selanjutnya, dan semoga ini pun terjadi pada diri kita, ini yang diharapkan sineas pada pesan dalam film

Pada adegan khusu dimana Laras meninggalkan calo dan Vano. nilai- nilai yang terkandung dalam antara lain adalah keteguhan hati meninggalkan korupsi, seperti yang telah dijelaskan dalam Alquran surat al-maidah ayat 42:

            

                 

          ―Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram[418]. jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka Maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. dan jika kamu memutuskan perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.‖.

108

Memakan yang haram yang dimaksud dalam ayat ini adalah seperti uang sogokan atau sebagainya. Sedengakan sikap Laras meninggalkan calo dan Vano merupakan keteguahan hati berpaling dari perkara yang tidak adil dan memberikan mudharat.

Adapun kritik dari peneliti yaitu mengenai alur cerita non linear saja, yang mana belom dapat memberikan pemahaman terhadap narasi film cukup baik, khususnya untuk mereka yang kurang memahami film dan tentang alur film.

Selain itu, mengenai praktik korupsi yang dilakukan ayah laras.

Menurut peneliti masih ada adegan yang kurang meskipun adegan pendukung untuk menguatakan terjadi praktik korupsi dalam sistem perekrutan cukup kuat. Hal ini dimaksudkan agar menjadi gambaran dengan gamblang tentang praktik korupsi, seperti halnya perlawanan laras terhadap korupsi.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam menyimpulkan hasil skripasi ini, peneiti mengacu pada fokus

permasalahan yang ada. Dengan melihat pada pendekatan teori dan

implementasinya terhadap objek penelitian, maka peneliti menyimpulkan

sebagai berikut :

1. Sigh dan Code (tanda-tanda dan kode) yang terdapat pada film Aku

Padamu adalah verbal dan non verbal yaitu pada adegan melawan praktik

korupsi didepan KUA (kantor urusan agama) yang divisualisasikan pada

pertengan cerita. Sigh dan code yang dimunculkan berfokus pada adegan

laras ketika laeas berhadapan dengan calo didepan KUA. Melalui kajian

semiotika, peneliti menemukan 22 tanda dan kode yang signifikan

terhadap tujuan penelitian dalam perlawanan terhadap korupsi yang

dirangkum dalam tabel dentasi dan konotasi.

2. Elemen yang terdapat pada film Aku Padamu adalah pada 13 komponen

penting yang dapat menjelaskan. Pertama yaitu pada aspek mise en adegan

yang menjelaskan melalui setiing, kostum, tata rias dan tata pencahayaan

yang ditampilkan dalam shot kamera berfungsi sebagai penunjuk status

sosial, citra dan pununjuk ruang dan waktu. Kumudian melalui editing.

Pemaknaan melali editing terlihat dari pemilihan tehnik sutradara dalam

menampilkan berbagai shot pada sebuah adegan.

109 110

Selanjutnya yaitu Sot Types. Ini merupakan sebuah upaya

penampilan makna melalui tehnik jarak kamera, sudut, ketinggian dan

kemiringan kamera. Selanjutnya aspek camera angel yang menampilkan

makna melalui berbagai sudut kamera secara khusus. Camera movement

yang mengahadirkan pemaknaan melalui pegerakan kamera yang dinamis.

Selanjutnya adalah pemaknaan melalui lighthing yang memberikan suatu

makna dan kemudian menimbulkan efek dan mood tertentu dala adegan

film.

The Star Sistem merupakan sebuah cara yang bertujuan

menyesuaikan antara pemeran dengan cerita film. Selanjutnya adalah

Dieges and sound yang berfungsi menghidupkan makna melalui suara.

Suara yang dihasilkan merupakan suara langsung dari lokasi shot sehingga

menghadirkan unsur realitas yang kuat. Genre film ini adalah dokumenter

yang menghadirkan fakta.

Ikongrafisnya adalah benda-benda yang dapat dilihat dan

mempunyai kesamaan dekat terhadap genre. Sedangkan yang terkhir

adalah aspek realism. Komponen ini bertujuan membawa mood penonton

pada situali realism pada setiap adegan.

3. Konvensi dalam film Aku Padamu adalah melalui konvensi yang sudah

ada pada suatu konsensus yang sebelumnya telah dispakati bersama dalam

suatu wilayah. Konvensi dapat bersumber dari sejarah, mitos dan budaya

setempat yang memiliki relevansi sebagai konsensus disuatu masyarakat

yang kemudian dijadikan sebagai acuan umum dalam melakukan sesuatu.

111

Demografis indonesia saat ini banyak dari masyarakatnya yang

memanfaatkan lemahnya sistem serta memanfaatkan legitimasinya demi

kepentingan individu maupun kelompok. Perlawanan terhadap korupsi yang

dikemas naratif dibangun berdasarkan realitas dan bermaksud memberikan

gambaran pada masyarakat tentang praktik dan dampak yang ditimbulkan

oleh praktik korupsi untuk mempengaruhi persepsi, pola fikir dan

pandangan masyarakat yang bertujuan melawan korupsi bersama-sama.

B. Saran

Saran peneliti terhadap film ini adalah:

1. Saran peneliti kepada sutradara film: dinamika naratif film, dinamika film

dan sinematografi seharusnya menjadi kesatuan visualisasi yang lebih

dinamis sehingga film lebih terasa hidup. Elemen mise en adegan yang

baik juga mampu menghasilkan sistem tanda yang komprehensif dan

visualisasi realitas yang lebih halus. Sedangkan alur film yang non linear

cukup membuat film ini sulit dipahami, ditambah lagi dengan durasi yang

cukup singkat.

2. Saran peneliti buat pada Da‘i: pesan dakwah yang disampaikan dalam film

ini menurut peneliti sudah cukup dapat diterima dengan baik, sehingga

dapat dijadikan reverensi sebagai materi dakwah.

3. Saran peneliti kepada KPK: mengenai pendistribusi film yang tidak

ditayangkan secara masal melalui stasiun TV lokal menurut peneliti dapat

menghambat pesan moril yang ingin disampaikan.

112

4. Saran peneliti media pembuat berita: Mengenai masalah pendanaan film

ini, peneliti berpandangan bahwa ini hanya upaya dari pihak yang tidak

setuju dengan film yang bertujuan memberikan informasi terkait praktik-

praktik korupsi dan mempengaruhi publik untuk ikut berperan serta

memberantas korupsi.

Selebihnya peneliti hanya bisa memberikan apresiasi terhadap karya luar biasa ini. peneliti berharap dimasa selanjutnya sineas indonesia mampu menciptakan film-film dengan mengangkat tema sejarah bangsa, dinamika perpolitikan bangsa dan perkembangan bangsa sehingga mampu memberikan simulasi mengenai keadaan bangsa dan mampu meningkatkan kecintaan dan mengangkat nama serta derajat bangsa Indonesia dimata dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Akmalsyah, Rizky. ―analisis Semiotika Film A Mighty Heart.‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).

Arsyad, Azhar. ―Media Pembelajaran.‖ PT RajaGrafindo Persada, 2011.

Bayhaki, Akhmad. ―Analisis Semiotika terhadap Film Animasi Upin dan Ipin,‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Bayhaqie, Hilal, Puga. ―Analisis Semiotika Iklan Kampanye Politik Di Televisi.‖ Skripsi S1 (jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010).

Djaja, Emansjah. ―Memberantas Korupsi Bersama KPK.‖ Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Djaja, Emansjah, ―Memberantas Korupsi Bersama KPK (edisi kedua).‖ Jakarta:

Dkk, Sadiman. ―Media Pembelajaran.‖ Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011.

Edelherz, Helbert. ―The Investigation of White Collar Crime, A manual for Law Enforcement Agencies, US Departement of Justice.‖Office Regional Operation, Law Enforcement Assistance Administration,1977.

Harahap, Krisna. ―Pemberantasan Korupsi Jalan Tiada Ujung.‖ Bandung, PT Graffiti Bandung, 2006.

Harian Kompas, Minggu 17 Juli 2005, oleh Eric sasono.

Hudayat. Modul ―Metode Penelitian Sastra.‖ Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, 2007.

Indiwan. ―Semiotika Komunikasi.‖ Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011.

Irwansyah, Ade. “Seandainya Saya Kritikus Film.” Yogyakarta, CV Homeira Pustaka, 2009.

Isra, Saldi. ―Kekuasaan dan Prilaku Korupsi.‖ PT. Kompas Media Nusantara, 2009.

Kompas. ―Jihad Melawan Korupsi.‖ Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005.

113 114

KPK. ―Mengenal & Memberantas Korupsi.‖

Lyden, John C. Pdf ―Film as Religion.‖ New York: New York University Press, 2003.

Mabruri, Anton. Managemen Produksi Acara Televisi, Mind 8 Publishing, 2011.

Mulyana, Deddy. ―Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.‖ Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.

O‘Shaughnessy, Micheal and Stadler, Jane. ―Media and Society.‖ Oxford Universiy, Oxford University Press, 2005.

Pratista, Himawan. ―Memahami Film.‖ Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.

Sumarno, Marselli. ―Dasar-dasar Apresiasi Film.‖ jakarta, Gramedia, 1996.

Sumarno, Marselli. ―Job Descriptio Pekerja Film Versi 01.‖ (jakarta: Fakultas Film dan Televisi IKJ, 2012.

Sobur, Alex. “Semiotika Komunikasi.” Bandung, PT.Rosda Karya, 2009.

Sudjana dan Rivai, ―Media Pendidikan.‖ Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011.

Suyatno, ―Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.‖ jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.

Suyatno. ―Undang-Undang RI tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU NO. 20 Tahun 2001).‖ jakarta, Pancar Utama, 2001.

Taqiyya, Hany. “Analisis Semiotik terhadap Film in the name of god.” Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

115

DAFTAR PUSTAKA INTERNET

Benarkah film Indonesia langka dengan kritik sosial, diperoleh dari http://iechaeruvanoel.multiply.com/journal/item/11/Benarkah-Film- Indonesia-Langka-Akan-Kritik-Sosial, diakses pada 27 september 2012.

Biografi Steve Campsall diperoleh dari http : / / educationforum . ipbhost . com / index .php?showtopic=1678, diakses pada Senin 2 Oktober 2012.

Fazzan. KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam- perspektif-hukum-pidana.html, diakses pada 25 November 2012. http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2518

116

LAMPIRAN

Lampiran 1 : foto lembaga KPK

Lampiran 2 : foto dvd KvsK1

1http://3.bp.blogspot.com/- J0cTWtzqF4g/UHLtf21sg2I/AAAAAAAAAnU/y4RfumgIafw/s1600/Film-Kita-Vs-Korupsi1.jpg

117

Lampiran 3: Surat permohonan film Aku Padamu

118

Lampiran 4 : Surat Pengajuan