SEMIOTIKA PERLAWANAN KORUPSI FILM AKU PADAMU
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Agus Riyanto 108051000188
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULATAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 22 Januari 2013
Agus Riyanto ABSTRAK
Agus Riyanto Semiotika Perlawanan Korupsi Film Aku Padamu
Film Aku Padamu adalah film yang menggambarkan praktik-praktik korupsi. Film pendek ini merupakan hasil dari inisiatif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam memberantas korupsi yang bekerja sama dengan Transparency International Indonesia (TII). Hal ini mengidentifikasi betapa sulitnya memberantas korupsi di negara demokrasi hanya melalui tindak pidana saja. KPK berharap nantinya film ini dapat merubah mind set pejabat pemerintah, pelaku bisnis, pejabat lembaga pendidikan, sebagai penerus bangsa hingga pejabat keagamaan sekalipun serta seluruh lapisan masyarakat sehingga memiliki mental yang kuat menolak korupsi. Dalam hal ini, peneliti bertujuan menemukan bagaiman proses dan praktik-praktik korupsi sehingga kita dapat mengantisipasinya. Aku Padamu memiliki adegan perlawanan terhadap praktik korupsi, yang secara teknis digunakan oleh sineas dalam membingkai dan menyajikan pesan perlawanan terhadap praktik korupsi. Selanjutnya pemaknaan secara konvensi yang divisualisasikan sineas melalui semiotika perlawanan korupsi film Kita vs Korupsi. Secara demografis, Indonesia lebih didominasi oleh pemeluk islam, dan mereka yang menduduki kursi pemerintahan pun didominasi oleh mereka yang beragama Islam, sehingga tidak layak jika banyak terjadi praktik korupsi didalamnya. Dewasa ini, korupsi telah merambah bukan hanya pada kalangan pemerintahan saja, melainkan sudah sampai tingkat bawahan yaitu rakyat. Perilaku yang curang dapat berorientasi pada praktik korupsi. Hal ini yang dikhawatirkan korupsi menjadi prilaku yang lumrah dan membudaya. Film ini mencoba memvisualisasikan dampak dan bagaimana proses korupsi itu terjadi. Semiotika merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis makna dan tanda-tanda yang sangat relevan dalam mengkaji pesan dalam film. Dalam film Aku Padamu terdapat tanda-tanda dan simbol-simbol yang mengandung interpretasi dan pesan simbolik, namun hal itu juga tidak terlepas dari bahasa film yang melengkapi, sehingga mempu menghasilkan interpretasi yang berbeda pada penonton. Dari hasil penelitian, peneliti mengidentifikasi setidaknya terdapat 13 elemen penting yang dapat membangun makna dalam film sebagai presentasi perlawanan terhadap praktik korupsi. Peneliti juga menemukan tanda-tanda dan kode yang mencul dalam adegan khusus di depan KUA dan adegan pendukung lainnya. Konvensi yang terdapat dalam film divisualisasikan mengguanakan beberap sekuen, adegan dan shot dalam durasi-surasi tertentu dalam film.
Keyword : Film, Perlawanan Praktik Korupsi, KUA, Semiotika dan Interpretasi.
i KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT.
Kepada-NYA lah kita bersandar, dan dari-NYA lah kenikmatan hidup tanpa batas,
Al-Aliimu wa Al-Qowiyyu tetap menghiasi asma-Nya, sehingga penulis diberikan pengetahuan dan kekuatan fisik dan dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Semiotika Perlawanan Korupsi Film Aku Padamu.
Shalawat beserta salam selalu terlantunkan kepada kekasih Allah Nabi
Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhid dan pencerah atas kegelapan manusia serta uswatunhasanahyang menjadikan dunia ini indah.
Iman dan mental merupakan pondasi keyakinan keyakinan dalam memberantas korupsi yang harus dimiliki dan dijaga agar tetap kokoh, karena jika tidak kita dapat dengan mudah kapan saja terjerumus dalam lingkaran korupsi yang dewasa ini terjadi hampir disetiap sistem dan tanggung jawab.
Pada kesempatan yang baikini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih pada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr. Arief Subhan M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Drs. Wahidin Saputra M.A, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs.
Mahmud Djalal, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum
dan Drs. Studi Rizal, L.K, M.A, selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
ii 2. Drs. Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam (KPI).
3. Dra. Umi Musyarofah, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasidan
Penyiaran Islam (KPI).
4. Drs. Sugiarto, M.A, selaku dosen penasehat akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan praskripsi.
5. Dr. Rulli Nasrullah M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan
inspirasinya yang sangat berharga.
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang selama ini telah
memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.
7. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Yang telah melayani penulis dalam mempergunakan
buku-buku dan literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi
ini.
8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Marsimin dan ibunda Raminah atas
segala kasih ayang, perhatian dan motivasi, yang tak pernah lelah dan
bosan dalam membiayai kuliah serta do’a yang selalu Engkau panjatkan
untuk buah hatimu ini.
9. Keluarga Besar Norihiko Isoda atas segala bantuan dan motivasi kepada
penulis dalam menempuh gelar S.Kom.I.
iii 10. Keluarga Besar Martoyo atas segala motivasi dan bantuannya kepada
penulis dalam menempuh gelar S.Kom.I.
11. Rekan-rekan seperjuangan KPI F 2008 yang tel;ah memberikan masukan,
motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
12. Seluruh teman seperjuang yang telah membantu terselesaikannya skripsi
ini.
Semoga segala partisipasi, dukungan dan motivasi serta doa kepada penulis dibalas oleh Allah SWT berupa kebaikan yang berlipat ganda. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna bagi wacana keilmuan dan ke-Islaman.
Akhirnya kepada-Nya lah segala urusanakan kembali dan kepada-Nya lah kita memohon hidayah dan taufiq serta ampunan.
Jakarta, 16 Januari 2013
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... vii DAFTAR GAMBAR ...... viii
BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Perumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 6 D. Metodologi Penelitian ...... 9 E. Sistematika Penulisan ...... 12
BAB II KERANGKA TEORI ...... 14 A. Film sebagai media kritik sosial ...... 14 B. Semiotika film ...... 33 C. Korupsi ...... 40
BAB III GAMBARAN UMUM FILM ...... 57 A. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ...... 57
v B. Sinopsis Film ...... 59 C. Profil Pemain ...... 62
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN HASIL ANALISIS...... 66 A. Analisis Judul Film ...... 66 B. Pengantar Adegan yang Diteliti ...... 67 C. Adegan yang Diteliti ...... 82 D. Konvensi Visualisasi Adegan Perlawanan Korupsi ...... 98 E. Interpretasi Adegan Perlawanan Korupsi...... 99
BAB V. PENUTUP ...... 103 A. Kesimpulan ...... 103 B. Saran-saran ...... 105
DAFTAR PUSTAKA ...... 107 LAMPIRAN
vi
vii DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Genre Film Induk dan Primer ...... 21 Tabel 2.2 Analisis Film Steve Campsall ...... 37 Tabel 4.1 Analisis Film Steve Campsall ...... 69 Tabel 4.2 Ikon, Indeks dan simbol dalam Adegan “Rumah Laras menuju KUA” ...... 70 Tabel 4.3 Adegan kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah ...... 74 Tabel 4.4 Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah” ...... 75 Tabel 4.5 Adegan Perjuangan pak Markun melawan korupsi ...... 79 Tabel 4.6 Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan perjuangan pak Markun melawan korupsi ...... 80 Tabel 4.7 Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “Perlawanan korupsi” ..... 87 Tabel 4.8 Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi” ...... 88 Tabel 4.9 Temuan Analisis Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan Korupsi" ...... 95 Tabel 4.10 Konvensi Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi” .... 99
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Unsur Pembentuk Film ...... 16 Gambar 3.1 Nicholas Saputra sebagai Nova ...... 62 Gambar 3.2 Revalina S Temat sabagai Laras ...... 63 Gambar 3.3 Agus Ringgo Rahman sebagai Pak Markun...... 64 Gambar 3.4 Norman Akyuwen sebagai Calo ...... 65
ix BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film Aku Padamu merupakan salah satu kumpulan film pendek dalam
tema besar film Kita vs Korupsi yang dilahirkan oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan bekerja sama dengan Transparency Internsional Indonesia
(TII). Film yang tidak diluncurkan secara masal ke publik ini memiliki muatan
pesan yang berbeda, terlepas dari kepentingan pasar, kepemilikan juga
kepentingan beberapa pihak, melainkan film ini berpihak kepada hajat hidup
bangsa mengenai bagaimana praktik korupsi terjadi dan film tersebut berusaha
memetakan bagaimana bersikap dalam melawan korupsi.
Film kita vs korupsi terdiri dari empat film pendek dengan judul
berbeda-beda yang disutradarai oleh Chaerun Nissa, Emil Heradi, Lasja F.
Susatyo, dan Ine Febriyanti, serta diproduseri oleh M. Abdullah Aziz. Masing-
masing judul film itu adalah; Rumah Perkara (House of The Affair), Aku
Padamu (Im for you), Selamat siang, Rissa! (Good afternoon, Rissa!) dan
Pssssttt... Jangan bilang siapa-siapa (shhh... Don’t tell anyone) yang masing-
masing memiliki latar belakang berbeda namun tujuan yang ingin dicapai satu,
yaitu mengenalkan praktik-praktik korupsi.
Dalam judul rumah perkara praktik korupsi yang dikenalkan pada
level penyelenggara negara yang terjebak dalam lingkaran korupsi. Pada judul
Aku Padamu praktik korupsi terjadi pada level lembaga agama yaitu Kantor
1 2
Urusan Agama (KUA). Kemudian dalam judul selamat siang Rissa!, dalam film ini praktik korupsi yang dikenalkan pada level bawah yaitu penjaga gudang yang memiliki kuasa penuh terhadap gudang. Yang terakhir pada judul
Psss... jangan bilang siapa-siapa, korupsi terjadi pada level sekolah dan murid kepada orang tua. Kesemuanya ini adalah gambaran praktik korupsi yang terjadi dalam keseharian.
Film ini dibintangi oleh Nicholas Saputra yang berperan sebagai Vano, seorang pemuda yang hampir kehilangan impiannya meminang Revalina S
Temat sebagai Laras anak seorang kepala guru dengan mengajaknya kawin lari melalui bantuan calo KUA (Norman Akyuwen) untuk melacarkan pernikahan karena mereka tidak memiliki kartu keluarga. Ringgo Agus
Rahman yang juga bermain satu frame berperan sebagai seorang guru yang jujur bernama Markun, yang sampai akhir hayat statusnya masih sebagai guru honorer. Karena baginya sekolah itu fana seperti dunia ini. Ia lebih suka mengajar dan mendongeng di luar kelas, dibawah pepohonan dari pada menyuap kepala guru untuk menjadikannya guru PNS.
Dalam kesempatan ini, peneliti memilih film Aku Padamu sebagai objek penelitian. Alasan peneliti memilih film tersebut karena ide pokok dan pesan yang ditangkap peneliti terasa istimewa. Yaitu sikap perlawanan wanita muda dalam melawan korupsi.
Film Aku Padamu ini bertujuan untuk meredam atau memperkecil korupsi di negeri ini. Dewasa ini, korupsi bukan hanya dilakukan pada level pemerintahan atau umum saja melainkan sudah merambah pada hal yang berbau keagamaan seperti kasus korupsi pengadaan Alquran. Mengutip
Ungkapan Lord Acton yakni “power tends to corrupt, and absolut power
3
corrupts absolutely”, bahwa kekuasaan cendrung untuk korupsi dan
kekuasaan yang absolut cendrung korupsi absolut.1 Film ini merupakan
manisfestasi perjuangan dalam memberantas korupsi, dalam dakwah disebut
sebagai dakwah bil qalam.
Korupsi dalam Islam adalah kegiatan yang sangat diharamkan. Hal ini
sesuai dengan ayat Alquran surat Al-Baqarah ayat 188 yang berbunyi:
“Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.”
Pena atau qolam saat ini memiliki pemaknaan yang lebih luas, tidak
hanya sebatas sebagai alat tulis saja. Kemajuan alat teknologi komunikasi
yang memudahkan untuk menerima dan memberikan informasi juga sebagai
sarana dakwah menjadikan satu kesatuan perluasan makna pena dalam
dakwah.
Pada masa Orde Lama, pemberantasan korupsi ditangani oleh aparat
militer yang power full, namun upaya ini gagal bahkan semakin merebak.
Memasuki masa Orde Baru korupsi semakin subur selama 32 tahun
pemerintahan Presiden Soeharto. Penyelenggalaan pemerinta secara tertutup
dan perekonomian yang didominasi oleh Soeharto beserta keluarga dan
1 Drs. Emansjah Djaja, S.H., M.Si, Memberantas Korupsi Bersama KPK ―edisi kedua‖(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 2.
4
kroninya berdampak positif untuk pertumbuhan korupsi. Koruptor dielu-
elukan dan tidak diasingkan, karena sebagian hasil korupsi turut
disumbangkan ketempat ibadah dan lain-lain, seakan tuhan dapat dibohongi.
Sampai sini koruptor tidak dipandang sebagai penghianat bangsa melaikan
sebagai pahlawan.2
“...Corrruption is the root of the evil (Kwik Kian Gie)...,‖ korupsi
adalah akardari semua masalah.3 Beragam kasus korupsi yang terungkap,
menandakan bahwa korupsi di negeri ini terjadi diberbagai sektor dan level.
Film ini mencoba mengenalkan kita praktik korupsi yang dijalankan
disejumlah institusi sebagai bentuk pemahaman terhadap masyarakat tentang
praktik-praktik korupsi. Pesan ini yang kemudian membuat pikiran
masyarakat tergugahuntuk menghentikan atau tidak melakukan tindakan
korupsi. Sesuai dengan Pasal 41 Ayat 1Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 yang mengatakan ―...Masyarakat dapat berperan serta dalam membantu
upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi...‖.4
“...We can’t fight corruption just by enforcing law, but by changin
perspective as well. As show here in KvsK...”5 begitulah ungkapan Abraham
Samad (chief of KPK) sebagai testimoni yang tertera pada cover dvd tentang
film ini. Film memiliki pengaruh cukup besar sebagai sarana penanaman nilai
2 Prof. DR. Krisna Harahap, SH.,MH, Pemberantasan Korupsi Jalan Tiada Ujung, (Bandung, PT Graffiti Bandung, 2006), h. 40-41. 3 Kompas, Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 95. 4 Drs. Emansjah Djaja, S.H., M.Si, Memberantas Korupsi Bersama KPK (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 161. 5 Cover dvd film Aku Padamu
5
dan ideologi. Hal ini yang membuat film menjadi suatu bahan kajian yang menarik untuk mendalami salah satu unsur komunikasi, yaitu pesan.
Konstruksi pesan dalam film adalah melalui simbol atau tanda yang ditampilkan. Kajian yang secara khusus membahas mengenai tanda dan perangkat pesannya adalah semiotika atau yang lebih dikenal oleh ilmuwan eropa sebagai kajian semiologi. Semiotika memiliki beberapa model, hal ini dikarenakan masing-masing model memiliki karakteristik yang berbeda dan memiliki tokoh yang berbeda.
Film terdiri dari unsur audio visual, sehingga memungkinkan dimunculkan beragam interpretasi dalam pembuatannya. Beberapa institusi yang pernah menyaksikan film tersebut menyadari dampak positif yang didapat bagi institusi dan anggotanya. Praktik–praktik korupsi yang semakin menjamur baik dalam skala besar maupun kecil, baik pada tingkat atas maupun tingkat bawah yang berdampak buruk bagi kemaslahatan berbangsa dan bernegara, diharapkan dengan adanya sosialisasi praktik korupsi melalui skripsi ini membantu mengurangi dan memberantas praktik-praktik korupsi.
Dibeberapa institusi dan juga pada level masyarakat, praktik korupsi dalam skala kecil sering terlihat oleh mata kita namun hal tersebut seakan menjadi yang wajar, yang kemudian berdampak pada kebiasaan sehingga dibenarkan atau dianggap lumrah. Keadaan inilah yang ingin dikembangkan oleh penulis dalam dunia akademisi dalam memaparkan praktik–praktik korupsi yang direpresentasikan pada film yang dilahirkan KPK ―Aku Padamu‖ melalui cabang ilmu komunikasi yaitu semiotika sebagai objek penelitian skripsi untuk merubah paradigma tentang perilaku korup.
6
Berdasarkan pemikiran diatas, penulis memberi judul penelitian skripsi
ini Semiotika Perlawanan korupsi Film Aku Padamu.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
1. Perumusan Masalah
Masalah pada penelitian ini mengacu pada representasi praktik-
praktk korupsi yang terdapat dalam film pada penggunaan simbol-simbol
dalam rangkaian gambar atau adegan (scene) film yang berhubungan
dengan cara praktik korupsi yang ditampilakan dalam film Aku Padamu.
2. Pembatasan Masalah
Peneliti memfokuskan permasalahan pada empat hal berikut:
a. Bagaimana tanda perlawanan praktik–praktik korupsi yang
direpresentasikan dalam film Aku Padamu?
b. Bagaimana kode perlawanan praktik–praktik korupsi yang
direpresentasikan dalam film Aku Padamu?
c. Bagaimana elemen perlawanan praktik korupsi yang
direpresentasikan dalam film Aku Padamu?
d. Bagaimana konvensi perlawanan praktik–praktik korupsi yang
direpresentasikan dalam film Aku Padamu?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana sign dan code praktik–pkartik korupsi
yang direpresentasikan dalam film Aku Padamu
7
b. Untuk menemukan apa saja elemen praktik korupsi yang
direpresentasikan dalam film Aku Padamu
c. Untuk mengetahui bagaimana convention yang muncul dalam praktik-
praktik korupsi yang direpresentasikan dalam film Aku Padamu
2. Manfaat Penelitian
a. Akademisi, peneliti mengaharapkan penelitian ini berguna dalam
perkembangan ilmu pengetahuan ilmiah khususnya dibidang dakwah
dan komunikasi serta dalam menggali makna yang terkandung dalam
sebuah produk media massa, khususnya film yang menggunakan pisau
analisis semiotika.
b. Praktisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pencerah bagi
institusi dan anggotanya juga masyarakat dalam mengenali praktik
korupsi. Menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi, aktivis
dakwah, dan peneliti sendiri serta bagi production house agar dapat
melahirkan film-film dan iklan yang lebih bermutu dan memiliki nilai
budaya yang tinggi, sehingga dapat memberikan pengetahuan baru
kepada masyarakat dan menjabarkan situasi yang sedang terjadi
dinegeri ini.
3. Tinjauan Pustaka
Film ―Aku Padamu‖ bukan film komersial dan akan diputar bukan
untuk maksud komersial. Pemutaran film dilakukan melalui kegiatan
roadshow di kota-kota besar di Indonesia yang dikemas dalam kegiatan
bedah atau diskusi film. Masyarakat juga bisa menginisiasi pemutaran film
8
ini dengan menghubungi pihak KPK ataupun TII6. Dalam proses
pembuatannya pun melibatkan masyarakat, mulai dari pembuatan skrip
dengan lomba ide cerita pada september 2011. Kemudian sutradara, aktor,
scriptwriter dan kru, yang tergerak untuk turut andil dalam upaya
pencegahan korupsi melalui sebuah film.
Perenelitian sejenis (Skripsi) mengenai kajian semiotika di jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, tidaklah sedikit. Salah satunya adalah skripsi
yang berjudul ―Analisis Semiotik terhadap film in the name of god‖ yang
ditulis oleh Hani Taqiyya (107051002739) mahasiswa KPI lulusan tahun
2011. Pada skripsinya tersebut, Hani menggunakan pisau analisis yang
sama dengan penelitian ini, yakni menggunakan pisau analisis Roland
Barthes. Adapun wacana yang ingin dibangun berbeda, yakni mengenai
konsep jihad yang mengatasnamakan tuhan.7
Kemudian pada skripsi yang berjudul ―Analisis Semiotika Film
Mighty Heart‖ yang ditulis oleh Rizky Akmalsyah (106051101939) yang
mengangkat kisah bagaimana jurnalis,intelejen bekerja dan budaya orang-
orang psiatan di Karachi. Analisis yang digunakan pada skripsi ini yaitu
menggunakan semiotika Roland Barthes,juga tidak ada persamaan
mengenai pembahasan isi dengan skripsi yang ditulis oleh peneliti.8
6http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2518 7Hani Taqiyya, ―Analisis Semiotik terhadap Film in the name of god,‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). 8Rizky Akmalsyah, ―analisis Semiotika Film A Mighty Heart‖, Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
9
Skripsi yang diteliti oleh Puga Hilal Bayhaqie ( 104051101954)
dengan judul ―analisi Semiotika Ikaln Kampanye Politik Prabowo
Subianto di Televisi versi Stimulus bagi Rakyat‖. Skripsi ini bertujuan
mengupas ideologi iklan partai politik yang tercermin dari iklan ditelevisi.
Pada skripsi ini peneliti tidak menemukan pembahasan yang sama dengan
skripsi yang peneliti kerjakan.9
Selain itu ada pula skripsi dengan judul “Analisis semiotik film
animasi upin dan ipin” yang ditulis oleh Akhmad Bayhaki
(105051001885) mahasiswa KPI lulusan tahun 2009.10 Pisau analisis yang
digunakan serta wacana yang dibangun juga berbeda dengan penelitian ini.
Pada dasarnya, peneliti melihat bahwa setiap skripsi memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing.
Namun perlu diketahui bahwa skripsi ini tidak sama dalam isi
maupun pembahasan dengan tujuan tersebut. Skripsi ini disusun
berdasarkan analisis yang peneliti lakukan dengan pengamatan terhadap
objek yang berkaitan yaitu mengenai semiotika praktik korupsi dalam film
Aku Padamu.
9 Puga Hilal Bayhaqie, ―Analisis Semiotika Iklan Kampanye Politik Di Televisi,‖ Skripsi S1 (jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010). 10 Akhmad Bayhaki, ―Analisis Semiotika terhadap Film Animasi Upin dan Ipin,‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).
10
D. Medodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori semiotika Roland
Barthes, Christian Metz dan Steve Campsall. Barthes menekankan
interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural
penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang
dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal
dengan “two order of signification”, mencakup denotasi (makna
sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari
pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan
Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified
yang diusung Saussure.
Konotasi Signifier Denotasi
Mitos Signified
Gambar 1.1 Samiotika Roland Barthes
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu ―mitos‖ yang
menandai suatu masyarakat. ―Mitos‖ menurut Barthes terletak pada
tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-
signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian
memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.
11
Selanjutnya teori Christian Metz yang mengatakan bahwa
setidaknya ada 3 mesin utama dalam memaknai film secara utuh sebagai
bahan penelitian, yaitu film sebagai industri, psikologi penonton, dan
penulis naskah film kritikus, sejarahwan, teoretikus. Jadi pengertian film
tidak terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja,
melainkan juga aspek lain di luar itu, sehinggan penonton dapat menjadi
salah satu bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai
kesatuan film yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam
wilayah psikologis.11
Steve Campsall yang meneruskan pemikiran Metz dengan
menekankan interaksi antara moving image texts dengan kesatuan bahasa
dan makna, memahami Moving Image Texts: ―Film Language‖. Seperti
percakapan, baginya film memiliki bahasa sendiri dalam menyampaikan
pesannya kepada penonton. Pergerakan audio visual yang dinamis di
dalam film, memunculkan komponen sendiri di dalam kajian
semiotikanya.
2. Tahapan Penelitian
a. Proseduran Penelitian
1) Kategorisasi, disini peneliti mengkategorisasikan tanda-tanda yang
ada atau yang muncul pada film Aku Padamu.
2) Observasi, Peneliti melakukan observasi langsung yakni dengan
melakukan pengamatan secara mendalam mengenai tanda-tanda
11 Indiwan, Semiotika Komunikasi, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011), h. 203.
12
pada film Aku Padamu guna memperoleh data-data yang
mendukung keakuratan hasil penelitian.
3) Dokumentasi, mencari data mengenai hal-hal atau variabel dengan
melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumen-
dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan
permasalahan yang diteliti oleh penulis. Dengan mempelajari dan
menganalisa bahan-bahan berupa tulisan atau gambar yang diambil
dari buku, arsip-arsip, foto-foto, rekaman-rekaman siaran dan lain
sebagainya untuk menguatkan penelitian atas kebenaran data yang
diperoleh melalui kategorisasi dan observasi. b. Pengolahan Data
1) Analisis Data, data yang diperoleh dari pengklasifikasian adegan-
adegan dalam film Aku Padamu secara deskriptif yang sesuai
dengan rumusan permasalahan dengan menggunakan model
semiotika Christian Metz, Steve Campsall dan Roland Barthes.
Kemudian membandingkan dengan menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dan dianggap akurat serta menuangkannya kedalam
konteks penulisan karya ilmiah atau skripsi dengan cara
menjabarkan, menerangkan, memberikan gambaran serta
klasifikasi dan menginterpretasikan data-data yang terkumpul
secara apa adanya terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan
atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut.
13
2) Subjek dan Objek Penelitian, Objek penelitian ini adalah film.
Sedangkan unit analisisnya adalah potongan gambar, musik, dan
dialog yang terdapat di dalam film Aku Padamu yang berkaitan
dengan rumusan masalah penelitian. Subjek adalah sumber-sumber
tempat memperoleh keterangan. Dan dalam penelitian ini yang
menjadi subjek penelitian adalah teori semiotika Christian Metz,
Steve Campsall dan Roland Barthes. Sedangkan objeknya adalah
film Aku Padamu.
3) Teknik Penulisan, penelitian ini akan ditulis berdasarkan penulisan
Skripsi yang mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis, dan
disertasi yang berlaku di UIN Jakarta fakultas Dakwah dan
Komunikasi prodi Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2008-2009.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam mengklasifikasikan gambaran dan uraian skripsi ini, maka peneliti membaginya dalam sistematika penulisan dalam lima bab. Yang dalam bab-bab tersebut terdapat sub bab yang menggambarkan lebih terperinci mengenai pembahasan skripsi ini.
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi pnelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : Kerangka teori terdiri dari film sebagai media kritik sosial,
semiotika film dan korupsi.
14
BAB III : Gambaran umum film terdiri dari profil Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) sebagai lembaga pembuat film, sinopsis film,
profil pemain dan tim produksi film.
BAB IV : Temuan penelitian dan hasil penelitian terdiri dari analisis judul
film, pengantar adegan yang diteliti dan narasi yang diteliti.
BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan, saran, daftar pustaka dan
lampiran.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Film Sebagai Media Kritik Sosial
1. Tinjauan Umum Tentang Film
a. Definisi
Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat
gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar
positif (yang akan dimainkan di bioskop) lakon (cerita) gambar hidup.1
Marselli Sumarno mendeskripsikan film sebagai:
:Film merupakan anak kandung teknologi yang terdiri dari unsur ukuran akurasi dan standarisasi, perkembangan unsur mengikuti perkembangan teknologi, serta teknologi perfilman yang membutuhkan standarisasi teknis agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.‖2
Sedangkan film yang baik adalah film yang mampu
mempresentasikan kenyataan sehari-hari sedekat mungkin, yakni yang
mampu merekam kenyataan sosial pada zamannya.3
Film juga merupakan bagian dari salah satu produk komunikasi
massa yang muatannya memiliki berbagai macam informasi baru.
Bentuk komunikasi dalam film adalah bentuk komunikasi semu, karena
pemberi makna yang sebenarnya bukanlah di film tersebut, melainkan
orang-orang dibalik film. Dengan demikian, konstruksi pesan di dalam
1 Anton Mabruri, Managemen Produksi Acara Televisi,( Mind 8 Publishing,2011), h. 2. 2 Marselli Sumarno, Job Descriptio Pekerja Film Versi 01, (jakarta: Fakultas Film dan Televisi IKJ, 2012). 3 Ade Irwansyah, Seandainya Saya Kritikus Film, (Yogyakarta, CV Homeira Pustaka, 2009), h 13.
15 16
film yang notabene bersifat audio visual, berbeda dengan konstruksi
pesan media yang lain yang kecenderungannya kepada satu jenis saja.
Pemaknaan mengenai film pun kini beragam, ada yang
memaknainya sebagai produk komersil, media propaganda, media
hiburan, bahkan dianggap sebagai agama.4 Namun ada juga yang
memaknai film sebagai media kritik sosial, karena film dianggap sebagai
media yang memiliki kekuatan besar untuk menginformasikan yang
terjadi disekitar, juga dalam membentuk pola pikir dan tingkahlaku
penontonnya.
Sebagian besar manusia sepakat bahwa komunikasi masa adalah
bagian terpenting dalam pembangunan peradaba manusia. Film sebagai
salah satunya menyimpan makna sebagai bagian dari pesan, juga
menjadi salah satu ragam proses komunikasi. Makna-makna simbolik
yang ditampilkan film, membawa penonton sebagai komunikan
merasakan sensasi yang berbeda dalam penyerapan pesan. Makna-makna
inilah yang akhirnya menjadi salah satu bagian dari unsur komunikasi,
yaitu message.
b. Unsur Film
Agar dapat mamahami term film secara keseluruhan, perlu
pengetahuan mengenai unsur-unsur pembentuk film. Adapun unsur-unsur
tersebut antara lain unsur naratif dan unsur sinematik. Seperti pada gambar
dibawah ini.
4 John C. Lyden, Film as Religion (New York: New York University Press, 2003), h. 11. Melalui https://filepost.com/file/m76mm97m/film_as_Religion_0814751814.pdf/ diakses pada 12 januari 2013.
17
FILM
Unsur Naratif Unsur Sinematik
Gambar 2.1.5 Unsur Pembentuk Film
1) Naratif
Unsur naratif film berhubungan dengan aspek cerita atau tema
film. Unsur ini meliputi tokoh, masalah, konflik, lokasi dan waktu.
a. Tokoh
Dalam film cerita, terdapat dua tokoh penting, yaitu utama dan
pendukung. Tokoh utama sering diistilahkan dengan tokoh
protagonis, sedangkan tokoh pendukung biasa disebut dengan
tokoh antagonis yang biasanya bertindak sebagai pemicu konflik.
b. Masalah dan Konflik
Masalah di dalam film dapat diartikan sebagai penghalang yang
dihadapi tokoh protagonis dalam meraih tujuannya. Permasalah ini
yang kemudian memicu konflik (konfrontasi) fisik atau batin dari
luar diri tokoh protagonis ataupun dari dalam diri tokoh protagonis
(konflik batin).6
5 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 2. 6 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 43-44.
18
c. Lokasi
Tempat/lokasi di dalam film biasanya berfungsi sebagai
pendukung narasi di dalam skenario. Pemilihan lokasi dapat
membangun cerita sehingga cerita dapat menjadi lebih realistis.
d. Waktu
Waktu dalam narasi film merupakan salah satu aspek penting
dalam membangun cerita. Pagi, siang, sore dan malam dalam film
memiliki makna sendiri sebagai pembangun suasana narasi film.
Unsur lainnya yang tidak lepas dalam film yaitu narasi. Dalam
kajian sastra, kajian narasi atau cerita di dalam suatu karya disebut
juga dengan kajian naratologi. Naratologi berasal dari kata narratio dan
logos (bahasa Latin). Narratio berarti cerita, perkataan, kisah, hikayat;
logos berarti ilmu. Naratologi juga disebut teori wacana (teks) naratif.
Baik naratologi maupun teori wacana (teks) naratif diartikan sebagai
seperangkat konsep mengenai cerita dan penceritaan. Naratologi
berkembang atas dasar analogi linguistik, seperti model sintaksis,
sebagaimana hubungan antara subjek, predikat, dan objek penderita.7
2) Sinematik
Senematik atau language of film berguna untuk menganalisi
textual dari beberapa rangkaian pendek film, video, atau televisi.
Bordwell dan Thompson membagi bahasa film menjadi empat
element, yaitu mise-en-scene, cinematography, editing dan sound.
7Asep Yusup Hudayat, Modul ‗Metode Penelitian Sastra‘ (Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, 2007), h. 72. Melalui web: Resource.unpad.ac.id/unpad- content/unpad/publikasi_dosen/metode_penelitian_sastra.PDF diakses pada 12 januari 2013.
19
Semua rangkaian ini saling membantu satu sama lainnya.8 Adapun
definisi mise en adegan (scene), Sinematografi, Editing dan Suara
sebagai berikut.9
a. Mise en Scene
Segala hal yang berada di depan kamera. Empat elemen pokok
Mise en Scene yaitu, setting atau latar, tata cahaya, kostum dan
make-up, serta akting dan pergerakan pemain.
b. Sinematografi
Perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera
dengan obyek yang diambil.
c. Editing
Transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya.
d. Suara
Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera
pendengaran.
Bahasa film ini bermanfaat sekali bagi kita dalam menganalisis
gaya sinematik film. Untuk beberapa rangkaian analisis yang lebih
detailnya diperlukan mencatat apa saja yang terjadi dalam setiap
kejadian dan pengambilan sudut gambar kamera. Untuk men-
transcribe setiap rangkaian diperlukan menonton lebih dari satu kali
rangkaian yang ada dalam film, pause suara film untuk mencatat. Ini
akan sangan membantu mengnalisis film tanpa menggunakan suara
sehingga kamu dapat lebih fokus kepada mise-en-scene (conten of the
8Micheal O‘Shaughnessy and Jane Stadler, Media and Society,(Oxford Universiy, Oxford University Press, 2005), h. 219. 9 Pratista, Memahami Film, h. 1-2.
20
shot), cinematography (how content is filmed), dan editing. Kemudian
dengarkan soundtrack tanpa melihat gambar sehinga kamu dapat fokus
kepada suara. Selanjutnya perhatikan dengan seksama dengan suara
kencang dan catatlah hubungan antara suara dan gambar. Kemudian,
masukan kedalam catatan eksra detail mengenai durasi sebuah adegan,
dan buat juga catatan tentang tata lampu (lighting), pertunjukan
(performance), serta pendapatmu setiap adegan.10 Dengan pengamatan
yang detail dapat diketahui bagaimana mise-en-scene, cinematography,
editing dan sound dalam sebuah film memiliki makna dan pengaruh
yang kuat.
c. Jenis Film
Lebih baik menonton acara-acara yang berkualitas. Tidak semua
film itu buruk tetapi ada beberapa film yang baik untuk ditonton. Dalam
hal ini kita lebih baik melihat acara apa yang direkomendasikan.
Contohnya, bila kita ingin menonton film, sangat baik bila kita membaca
resensinya dahulu sebelum kita tonton. Dalam hal ini diri kita sendiri yang
menjadi tauladan agar selektif dalam memilih film.
Film fiksi merupakan film yang memiliki struktur narasi yang
jelas. Berbeda dengan film dokumenter dan eksperimental yang tidak
memiliki struktur narasi yang jelas: 11
10Micheal O‘Shaughnessy and Jane Stadler, Media and Society,(Oxford Universiy, Oxford University Press, 2005), h. 219-220. 11 Pratista, Memahami Film,(Homeiran Pustaka, 2008) h. 4.
21
Secara singkat himawa memahami definisinya sebagai berikut:
1. Film Dokumenter
Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa,
dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan
suatuperistiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-
sungguh terjadi atau otentik.
2. Film Fiksi
Berbeda dengan film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi
cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian
nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak
awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas.
3. Film Eksperimental
Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan
dua jenis film lainnya. Film eksperimental tidak memiliki plot namun
tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting
subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin
mereka. Film-film eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan
tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka
menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.
Pratista menjelaskan metode yang paling mudah mengklasifikasikan film yaitu berdasarkan genre. Genre dalam film merupakan jenis atau klasifikasi sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas) seperti setting, isi dan subyek cerita. Saat ini
22
film-film di dunia telah memunculkan beberapa genre, di antaranya genre
aksi, horor, roman, noir, dan sebagainya. Sedangkan fungsi genre itu
sendiri untuk mempermudah penikmat film mengklasifikasikan film.
Hal yang perlu kita ketahui juga bahwa setiap film kebanyakan
memiliki genre lebih dari satu, bentuk ini biasa diistilahkan dengan genre
hibrida (genre campuran).12 Kebanyakan film memiliki genre yang
variatif, hal ini dikarenakan banyaknya klasifikasi genre yang muncul dan
dinamika cerita dalam sebuah film.
Berikut adalah tabel klasifikasi film berdasarkan genre.
Klasifikasi Genre Film Induk dan Primer Tabel 2.113
Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder Aksi Bencana Drama Biografi Epik Sejarah Detektif Fantasi Film noir Fiksi-ilmiah Melodrama Horor Olahraga Komedi Roman Kriminal dan Gangster Superhero Musikal Supernatural Petualangan Spionase Perang Perjalanan Western Thriller
Genre Induk Primer Genre merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan film di tahun 1900-an hingga 1930- an. Beberapa jenis genre induk primer masih berkembang saat ini, namun
12 Ibid, h. 9-11 13 Ibid
23
beberapa yang lain jauh lebih populer dan sukses di masa lalu. Sedangkan
genre Induk Sekunder merupakan pengembangan dari genre induk primer
yang memiliki karakter dan ciri-ciri khusus dibandingkan dengan genre induk
primer.
2. Manfaat Film
Film adalah media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan,
karena film adalah media komunikasi. Dalam Mukaddimah Anggaran Dasar
Karyawan Film dan Televisi 1995 dijelaskan bahwa film bukan semata-mata
barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan dan penerangan yang
mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat
revolusi dapat menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang
kesatuan dan persatuan nasional, membina nasionalitas dan character building
mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.
Media film sebenarnya memiliki kekuatan lebih dibandingkan media
lain dalam melakukan representasi terhadap kenyataan. Banyak teori
menyatakan bahwa film sebaiknya menjadi cerminan seluruh atau sebagian
masyarakatnya, atau dengan kata lain terdapat kritik sosial didalamnya. Film
sebaiknya mempresentasikan wajah masyarakatnya. Fungsinya sebagai arsip
sosial yang menangkap Zeitgeist (jiwa zaman) saat itu, sehingga penonton
terasa dekat dengan tema yang hadir dan bahkan serasa melihat dirinya
sendiri, bahkan diajak mentertawakan dirinya sendiri, mengkritik dirinya
sendiri.
24
Dengan menghadirkan wajah masyarakat yang sesungguhnya, maka film itu pelan-pelan akan memfungsikan dirinya menjadi sebuah kritik sosial.
Kalau kita setuju dengan hal ini, maka kita bisa menyatakan film seperti
Marsinah (Slamet Djarot), Eliana Eliana (Riri Riza), Bendera (Nan Achnas),
Arisan! (Nia Dinata), sebagai perjuangan awal kritik sosial generasi baru sineas Indonesia. Mungkin tidak setegas dan sekeras Gie, tapi ini adalah pilihan sang sutradara dalam mengemas kritik. a. Fungsi Film
Peneliti berargumen bahwa film yang baik adalah film yang
didalamnya terdapat pesan-pesan tertentu, termasuk di dalamnya kritik
sosial. Riri Riza dan Mira Lesmana menyatakan bahwa semangat utama
membuat Gie adalah karena ingin menyalurkan kegelisahannya. Rudy
Soedjarwo saat menggarap Mengejar Matahari menyatakan bahwa terlalu
sayang kalau film yang sangat ampuh dalam mempengaruhi seseorang itu
hanya untuk kepentingan komersial belaka.
Uni Soviet pernah menggunakan media film sebagai media
propaganda yang sangat efektif dengan pendekatan formalisme mereka.
Italia pernah mengenal neo-realisme yang mendekati problem-problem
stuktural kemiskinan pasca Perang Dunia Pertama. Perancis misalnya
pernah mengenal realisme puitis yang merespon kegelisahan pasca Perang
Dunia Kedua. Amerika tahun 1950-an dipenuhi oleh kisah fiksi ilmiah
yang menggadang ketakutan terhadap perang bintang akibat peluncuran
Sputnik oleh Uni Soviet.
25
Contoh diatas merupakan hanya sebuah gambaran bahwa negara- negara diberbagai belahan dunia telah memanfaatkan kejadian-kejadian disekitar masyarakat sebagai film yang kemudian digunakan sebagai senjata yang efektif atau sebagai penjabaran terhadap situasi yang sedang dihadapi masyarakat. Namun, hal ini tidaklah mudah mengingat proses tradisi yang panjang yang harus dilalui, baik dalam berkesenian secara umum maupun bertutur melalui film. Saat ini negeri ini belum memiliki keduanya. Paling tidak, cara tutur media film di negeri ini sama sekali belum ajeg dan belum memiliki tradisi yang panjang.
Dari faktor inilah mengapa media film di Indonesia dipandang sebelah mata dalam menyumbang pertukaran wacana kemasyarakatan yang penting, terlebih dalam melakukan kritik sosial. Dengan beragamnya persoalan bangsa yang sedemikian banyaknya, tidak pantas apabila pembuat film tutup mata terhadapnya.
Perjuangan film nasional dalam menyampaikan kritik sosial juga panjang. Dimulai oleh Usmar Ismail, di tahun 1950, mendirikan Perfini
(Perusahaan film nasional Indonesia) dengan Darah dan Doa sebagai produksi pertama yang memperlihatkan problematika para pejuang secara nyata, disusul Lewat Djam Malam dan Tamu Agung. Lantas, diantaranya, ada Asrul Sani (Bulan diatas Kuburan, Para Perintis Kemerdekaan),
Sjuman Djaya (Si Mamad, Si Doel Anak Modern, Si Doel Anak
Sekolahan), Nyak Abbas Akub (Cintaku di Rumah Susun, Inem Pelayan
Seksi), MT Risjaf (Naga Bonar), Chairul Umam (Kejarlah Daku Kau
26
Kutangkap, Ramadan dan Ramona), dan Arifin C. Noer (Yuyun Pasien
Rumah Sakit Jiwa, Taksi).14
Dalam suatu kesempatan, Usmar berdialog dengan Presiden
Soekarno dan meminta pendapat tentang gaya (propaganda) film yang
sesuai dengan revolusi Indonesia, apakah gaya Russia (yang kurang
menghibur namun padat dengan misi) ataukah Hollywood (yang punya
pesan yang longgar tapi sangat diminati, dan propagandanya masuk secara
halus). Bung Karno saat itu bilang: Ambil jalan tengah, yaitu menghibur
tapi kaya akan pesan, seperti neo-realisme Italia. Intinya, apa pun genre
atau alirannya, film bisa menjadi kritik sosial.15
Belakangan ini ada beberapa film dalam negeri yang memiliki
muatan kritik sosial, namun jumlahnya tidaklah banyak. Sebut saja film
Marsinahkarya Slamet Rahardjo, Catatan Akhir Sekolah karya Hanung
Bramantyo atau Virgin karya Hanny Saputra mereka mencoba
memberikan semacam komentar terhadap kenyataan yang mereka lihat.
Film-film ini memang memiliki kekuatan kritik sosial, meskipun yang
dilakukan hanya pada level melihat kenyataan sebagai sesuatu yang tidak
ideal dan masih terbatas menjadi semacam komentar sosial, social
commentary belum mencapai tingkat kritik yang tajam dan langsung.
Gie karya Riri Riza muncul sebagai sesuatu yang penting. Pembuat
film ini dengan sadar menggunakan kisah hidup seorang intelektual seperti
14 Benarkah film Indonesia langka dengan kritik sosial, diperoleh dari http://iechaeruvanoel.multiply.com/journal/item/11/Benarkah-Film-Indonesia-Langka-Akan- Kritik-Sosial, diakses pada 27 september 2012. 15Ibid.
27
Soe Hok Gie untuk berbicara tentang kondisi bangsa saat ini. Film seakan mengingatkan bahwa masih banyak agenda bangsa yang belum selesai dan masih dibutuhkan kaum intelektual yang setia pada pikiran lurus. Dengan tegas film ini memposisikan diri dalam konteks kepolitikan tahun 1960-an serta refleksinya pada kehidupan Indonesia kontemporer. Film ini berhasil menjawab kegelisahan mengenai keberadaan karya film yang seharusnya bicara kritis tentang kondisi bangsa.16
Film ini sudah berhasil membuka banyak tabu. Selain kritik yang tegas di ujung film terhadap kondisi politik kontemporer, film ini juga bisa jadi membuka wacana tentang pergulatan politik tahun 1965 serta peran
PKI di dalamnya. Selama ini hal terakhir ini dibicarakan masih dengan bisik-bisik dan penuh prasangka. Di sinilah menurut saya film seharusnya bisa menghadirkan wacana yang lebih terbuka dan bebas dari prasangka.17
Kekuatan film-film ini serasa memudar karena film-film yang lahir setelahnya sangat tidak berbobot dan lebih mengarah kepada semi- pornography. Seperti film Hantu Puncak Datang Bulan, Pelukan Janda
Hantu Gerondong, Suster Keramas 2, dan Pocong Mandi Goyang
Pinggul. Hal ini ironis mengingat kondisi politik yang kini relatif bebas untuk berekspresi. Para pembuat film bagai tak menyambut kondisi ini dengan memberi sumbangan yang lebih signifikan untuk kehidupan masyarakat yang lebih luas. Kebanyakan film lebih berorientasi mengejar
16 Harian Kompas, Minggu 17 Juli 2005, oleh Eric sasono 17Ibid.
28
keuntungan dan mengambil jalan mudah dalam mengungkapkan tema dan
mencari cara tutur yang baru.
Salah satu fungsi film adalah sebagai kritik sosial. James Monaco
dalam How to Read a Film menyatakan bahwa film bisa dilihat dalam tiga
kategori. Sebagai Cinema (dilihat dari segi estetika dan sinematografi),
Film (hubungannya dengan hal di luar film, seperti sosial dan politik), dan
Movies (sebagai barang dagangan). Saya kira, film sebagai ―Film‖ adalah
fungsi kritik sosial, sementara kita masih sering menduelkan antara
Cinema (art film) dengan Movies (film komersil). Padahal ketiganya bisa
saja bersatu di dalam satu film. Bahkan, film yang paling menghibur sekali
pun, seperti film-film laris dari Hollywood, punya pesan-pesan kuat
bahkan pengaruhnya lebih kuat dari film-film propaganda Russia seperti
yang pernah ditulis Usmar Ismail.18
b. Film Sebagai Produk Budaya
Melalui film sebenarnya kita banyak belajar tentang budaya. Baik
itu budaya masyarakat di mana kita hidup di dalamnya, atau bahkan
budaya yang sama sekali asing buat kita. Dan kita menjadi mengetahui
bahwa budaya masyarakat A begini dan budaya masyarakat B begitu,
terutama melalui film.
Film dalam negeri telah hanyut dengan adopsi budaya asing, baik
dari cara bicara, tingkah dan tata cara busana, sehingga tidak sedikit film
18 Benarkah film Indonesia langka dengan kritik sosial, diperoleh dari http://iechaeruvanoel.multiply.com/journal/item/11/Benarkah-Film-Indonesia-Langka-Akan- Kritik-Sosial, diakses pada 27 september 2012.
29
dalam negeri yang dikatakan sebagai film asal jadi dan asal laris karena
tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia.19
Oleh karena asuhan budaya ini, setiap individu akan mengalami
transformasi pemahaman atau penafsiran khas budaya yang nanti dianggap
paling normal, ketika ia menghadapi suatu realitas budayanya. Tidak ada
jawaban yang mutlak ketika kita berinteraksi dengan budaya lain,
meskipun terkadang kita merasa bahwa cara budaya kita adalah yang
paling alami. Hal itu menjadi kegagalan komunikasi, karena sering
menimbulkan kesalafahaman, kerugian bahkan malapetaka. Resiko
tersebut tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat
lembaga, komunitas dan bahkan negara.
Peran budaya sangat besar dalam kehidupan kita. Apa yang kita
bicarakan, bagaimana membicarakannya, apa yang kita lihat, perhatikan,
atau abaikan, bagaimana kita berpikir, dan apa yang kita pikirkan,
dipengaruhi oleh budaya kita. Seperti dikatakan Goodman, manusia telah
berkembang hingga ke titik yang memungkinkan, budaya menggantikan
naluri dalam menentukan setiap pikiran dan tindakan kita. Termasuk cara
kita berkomunikasi adalah hasil dari apa yang diajarkan dalam budaya
kita.20
Film dilihat sebagai media sosialisasi dan media publikasi budaya
memiliki kekuatan yang ampuh dan persuasif. Buktinya adalah dalam
ajang-ajang festival film semacam Jiffest (Jakarta International Film
19 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), h. 1. 20Ibid., h. 16.
30
Festival), dan sejenisnya merupakan ajang tahunan yang rutin di selenggarakan di Indonesia. Film-film yang disajikan dalam berbagai ajang festival tadi telah berperan sebagai duta besar kebudayaan mereka sendiri, untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang memiliki budaya yang tentunya berbeda dengan dari mana film tersebut berasal.
Begitu pula dengan audiensnya, mereka dengan sadar datang menonton film salah satunya untuk mengenal budaya pihak lainnya.
Mereka menonton film Iran karena ingin tahu bagaimana kehidupan sosial budaya masyarakat Iran dan berbagai dinamikanya. Belum lagi film Ceko,
Hongaria, Cile, Korea Utara, dan sebagainya.
Sangat disanyangkan unsur-unsur dan nilai budaya sering luput dalam sajian film nasional belakangan ini. Pembuat film merasa tidak bisa atau lebih tepatnya tidak merasa perlu untuk menyajikan nilai budaya sebagaimana yang tersajikan melalui media film. Bijaksana bila film dipahami sebagai representasi budaya. Film digunakan sebagai cerminan untuk mengaca atau untuk melihat bagaimana budaya bekerja atau hidup di dalam suatu masyarakat.
Ketika kita melihat film Ali Topan maka pada dasarnya kita sedang melihat cerminan dari budaya remaja yang terjadi pada era di mana Ali
Topan itu hidup. Dan ketika kita menonton film Ada Apa Dengan Cinta maka kita juga sedang melihat representasi budaya remaja era Dian Sastro dan Nicolas Saputra. Rudy Soedjarwo saat menggarap ―Mengejar
Matahari” menyatakan bahwa terlalu sayang kalau film yang sangat
31
ampuh dalam mempengaruhi seseorang itu hanya untuk kepentingan
komersial belaka. c. Film sebagai Sarana Pembelajaran
Film Indonesia kian hari kian kehilangan kepercayaan diri. Seakan
menihilkan keberhasilan Laskar Pelangi, Gie, atau Ada Apa dengan Cinta.
Publik pencinta gambar hidup di tanah air secara bertubi-tubi dijejalkan
puluhan film yang mengeksploitasi tubuh dan sensualitas.
Reaksi masyarakat terhadap film-film semacam itu memang tidak
selalu tunggal seperti layaknya tabiat film itu sendiri, yang menghendaki
munculnya multitafsir. Sebagian orang masih menikmati sebagai tontonan,
yakni hiburan di kala senggang demi melenyapkan kejenuhan. Banyak
pula yang melontarkan caci-maki serta argumen yang masuk akal. Bahkan,
ada juga kaum yang sudah kadung antipati tanpa pernah menonton. Perlu
diketahui bahwa sebagian besar dari penikmat film yang memilih film
bergenre semi-pornografi tersebut bisa jadi karena tidak ada alternatif film
lain.
Syamsul Lussa memaparkan komentar yang menyayangkan
kemunculan film-film berlatar semi-pornografi. "Sayang kalau menonton
film tanpa pesan moral," kata Direktur Perfilman pada Direktorat Nilai
Budaya Seni dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Joko
Anwar, sutradara muda berpengaruh Indonesia, segendang sepenarian
dengan sang Direktur Perfilman. Menurutnya, salah satu keunggulan film
adalah ia bisa jadi, "sarana pendidikan murah bagi masyarakat". Film yang
32
dibuat, dikemas, dan dikelola dengan baik akan memancing kesadaran
masyarakat akan suatu wacana.
Nilai Pendidikan, nilai pendidikan dalam sebuah film bermakna
semacam pesan-pesan, atau katakannlah moral film, yang semakin halus
penggarapannya akan semakin baik. Dengan demikian penonton tidak
merasa digurui. Hampir semua film mengajari, atau memberitahu kita
tentang sesuatu. Umpamanya seseorang dapat belajar bagaimana bergaul
dengan orang lain, bertingkah laku, lewat film-film yang disaksikan.
Film Hollywood pun kebanyakan berisi hiburan. Kaum terpelajar
dapat menikmatinya, lalu orang awam dapat mencernanya. Dengan resep
pengolahan seperti itu, film-film Hollywood memenuhi selera publik di
seluruh dunia.
Akan tetapi, jangan dilupakan banyak hiburan yang sekadar
membuat orang senang, seperti tertawa, tegang, dan bergairah dalam
menikmati sensasi gambar, selama satu-dua jam di gedung bioskop. Ada
pula hiburan yang lebih dalam yang tertuju pada pikiran maupun emosi.
Film dengan hiburan seperti memberikan semacam renungan kepada
penonton untuk dibawa pulang ke rumah.21
Levie & Lents dalam Azhar Arsyad mengemukakan empat fungsi
media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi
afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.22
21 Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, (jakarta, Gramedia, 1996), h. 96-98. 22 Prof. Dr. Azhar Arsyad. MA, Media Pembelajaran, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 16-17.
33
1) Fungsi Atensi
Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
materi pelajaran. Media gambar atau animasi yang diproyeksikan
melalui LCD (Liquid Crystal Display) dapat memfokuskan dan
mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka
terima. Hal ini berpengaruh terhadap penguasaan materi pelajaran yang
lebih baik oleh siswa.
2) Fungsi Afektif
Fungsi afeksi media visual dapat terlihat dari tingkat keterlibatan
emosi dan sikap siswa pada saat menyimak tayangan materi pelajaran
yang disertai dengan visualisasi. Misalnya, tayangan video gambar
simulasi kegiatan pengelolaan arsip, video penggunaan mesin-mesin
kantor, dan sejenisnya.
3) Fungsi kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari kajian-kajian ilmiah yang
mengemukakan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau
pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris
Fungsi kompensatoris dari media pembelajaran dapat dilihat dari hasil
penelitian bahwa media visual membantu pemahaman dan ingatan isi
materi bagi siswa yang lemah dalam membaca.
34
Mendukung pendapat di atas, Sudjana & Rivai menyebutkan
bahwa media pembelajaran dalam proses belajar bermanfaat agar:23
1) Pembelajaran lebih menarik perhatian sehingga menumbuhkan
motivasi belajar siswa.
2) Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa.
3) Metode mengajar menjadi lebih variatif sehingga dapat mengurangi
kebosanan belajar.
4) Siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar
Sedangkan Arif S. Sadiman, dkk. menjelaskan kegunaan media
pembelajaran sebagai berikut:24
1) Memperjelas penyajian pesan.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
3) Mengatasi sikap pasif, sehingga peserta didik menjadi lebih semangat
dan lebih mandiri dalam belajar.
4) Memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama
terhadap materi belajar.
B. Semiotika Film
Semiotika merupakan ilmu atau metode yang digunakan untuk
mengkaji tanda. Semiotika berasal dari bahasa Yunani ― semeion‖ yang berarti
―tanda‖, atau ―seme” yang berati ―penafsiran tanda‖. Semiotika berakar dari
studi klasik dan skolastika atas seni logika, retorika dan poetika. ―Tanda‖ pada
23 Sudjana & Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011) ,h. 2. 24 Arief S Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 17-18.
35
masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.
Contohnya, asap menandai adanya api.25
Hingga saat ini kajian mengenai semiotika dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah semiotika komunikasi. Pada semiotika komunikasi hal yang ditekankan adalah teori tentang produksi tanda yang salah satu diatanya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan
(hal yang dibicarakan).
Yang kedua adalah semiotika signifikasi. Pada jenis semiotika ini hal yang ditekankan adalah teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Namun tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi sehingga proses kognisi pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasi.
Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi—pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal
(things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.26
Studi tentang semiotika film pada awalnya terbatas pada permasalahan sintaksis, sintagma, gramtikal, yang cenderung pada studi kebahasaan.
Meskipun demikian banyak tokoh yang menggunakan trikotomi Peirce (ikon,
25Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung, PT.Rosda Karya, 2009), h. 16-17. 26Ibid. h. 15
36
indeks, dan symbol) tersebut. Semakin berkembang, ternyata kajian semiotika film semakin diminati dan akhirnya ditemukanlah sisi yang khas dari analisis semiotik film, yakni perbandingan percakapan, tulisan dan pesan teatrikal.
Dalam teks film ada banyak aspek yang bisa dijadikan sebagai unit analisis.
Seperti pada tataran visual, kita dapat memaknai teks-teks yang berupa ekspresi dan aksi langsung (acting) para aktornya, setting dimana adegan dibuat, lighting dan angle pengambilannya, serta artefak-artefak lain yang muncul dalam penggambaran ceritanya. Sedangkan pada tataran audio, aspek akustik/ musik, syair lagu, dialog, monolog, sound effect, atau jika ada voice over naratornya.
1. Semiotika Film Roland Barthes
Roland Barthes adalah salah satu tokoh semotika komunikasi yang
menganut aliran semiotika komunikasi strukturalisme Ferdinand de
Saussures. Semiotika strukturalis Saussures lebih menekankan pada
linguistik. Teori semiotika Barthes kerap digunakan untuk menelaah
tanda-tanda dalam bentuk iklan. Dengan teori ini, sebuah iklan tidak hanya
bisa ditelaah secara apa yang tersurat, melainkan juga yang bisa sampai
pada mitos di baliknya.
Semiotika Barthes adalah mengenai konotasi dan denotasi. Barthes
mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem tanda yang di
dalamnya mengansung unsur ekspresi (E) dalam hubungannya (R) dengan
isi (C).27
27 Indiwan, Semiotika Komunikasi, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011), h. 16.
37
Fiske menyebut menyebut model ini sebagai signifikasi dua tahap (two other of signification). Dimana kunci penting dari konsep semiotika Barthes adalah connotative. Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan Signified
(konten) didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itu yang disebut
Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sigh).
Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna ―harfiah‖ merupakan sesuatu yang bersifat alamiah.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‗mitos‘ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.
38
Pemahaman mitos oleh Rolan Barthes muncul dikarenakan adanya
persepsi dari Roland sendiri bahawa dibalik tanda-tanda tersebut terdapat
makna yang misterius yang akhirnya dapat melahirkan sebuah mitos.
2. Semiotika Film Christian Metz
Christian Metz adalah orang pertama yang memperkenalkan film
sebagai sekumpulan tanda. Baginya film adalah sekumpulan bahasa yang
disampaikan dengan seperangkat tanda dan simbol.
Kontribusi penting Metz dalam memahami film terletak pada
bagaimana dia memperkenalkan sebuah konsep cinematis instutitution.
Melalui konsep tersebut Metz mengenalkan, bahwa pengertian film tidak
terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja, melainkan
juga aspek lain di luar itu, sehinggan penonton dapat menjadi salah satu
bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai kesatuan film
yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam wilayah psikologis.
Melalui konsep ini, Metz memaparkan setidaknya ada 3 mesin utama
dalam memaknai film secara utuh sebagai bahan penelitian, yaitu
outermachine (film sebagai industri), inner machine (psikologi penonton),
third machine (penulis naskah film - kritikus, sejarahwan, teoretikus).28
Bahasa film berbeda dengan bahasa tutur. Bahasa film terwujud dalam
kode-kode sinematik. Menurut Metz kode-kode sinematik film ada dua, yaitu
kode spesifik dan kode non-spesifik. Kode-kode yang spesifik terdapat pada
pergerakan gambar, suara, musik dan komponen film yang lain. Sedangkan
28Ibid, h. 203
39
kode sinematik non-spesifik adalah kode-kode dari ‗bahasa‘ lain yang di antaranya sejarah, sastra atau budaya.
Bahasa film, menurut Metz tidaklah berada pada serangkaian gambar yang bergerak di dalam film, melainkan kode-kode yang terkandung dalam setiap gerakan gambar yang tersaji di dalam film. Kode sendiri didefinisikan
Metz sebagai sekumpulan tanda yang tampak alami yang membentuk makna tertentu.
Tanda dan simbol tersebut yang nantinya akan mempengaruhi persepsi penonton. Tanda dan simbol yang ditampilkan oleh sineas nantinya akan ditangkap oleh penonton sebagai bahasa. Bahasa ini yang kemudian membentuk persepsi penonton mengenai tanda-tanda yang disajikan.
Perhatian utama semiotika film adalah bagaimana makna dibangkitkan dan disampaikan. Dua kunci ide semiotika adalah tanda dan hubungan- hubungannya dalam analisis semiotika, keputusan dan pemisahan (sementara) dibuat di antara isi dan bentuk, dan perhatian difokuskan pada sistem tanda yang menyusun teks. Misal: makanan yang ditampilkan dalam adegan film tidak bisa dilihat semata sebagai roti, nasi, steak atau lontong melainkan sebagai sistem tanda yang menyampaikan makna berhubungan dengan, misalnya status, selera, kecanggihan, sebuah sistem budaya atau kebangsaan tertentu.
40
3. Tabel Analisis Film Steve Campsall
Steve Campsall merupakan salah seorang pengajar Studi bahasa
Inggris dan Media di The Beauchamp College.29 Pemikirannya yang
mengadopsi pemikiran Metz mengatakan bahwa film adalah kesatuan bahasa
dan makna.
Ini kemudian dipahami Steve sebagai Moving Image Texts: ―Film
Language‖. Seperti percakapan, baginya film memiliki bahasa sendiri dalam
menyampaikan pesannya kepada penonton. Para kru dan sineas bekerja
menciptakan makna tersebut melalui gambar bergerak di dalam film, sehingga
kompleksitas komponen film membuatnya berbeda dengan media lain.
Pergerakan audio visual yang dinamis di dalam film, memunculkan
komponen sendiri di dalam kajian semiotikanya. Berikut adalah gambaran
atau skema analisi yang dibuat Campsall meneruskan pemikiran Metz:
Tabel Analisi Steve Campsall Tabel 2.2
Signs, Codes and Conventions Semiotika, merupakan sebuah jalan untuk menjelaskan bagaimana tanda itu diciptakan. Di dalam film, tanda-tanda tersebut diciptakan oleh para sineas film atau sutradara. Apa yang kita dengar, kita lihat dan kita rasakan merupakan sesuatu yang dapat kita persepsikan dan mengandung sebuah ide. Ide tersebutlah yang kemudian disebut dengan ‗meaning‘. Salah satu contoh pemaknaan penting, misalnya kata-kata pengecut, memiliki lawan heroik. Situasi ini memungkinkan penafsir memiliki
29Biografi Steve Campsall diperoleh dari http : / / educationforum . ipbhost . com / index .php?showtopic=1678, diakses pada Senin 2 Oktober 2012.
41
pendapat yang berbeda, dan ini dinamakan Binary Opposite. Ada beberapa komponen dalam memahami semiotika film. Signs (tanda): unit makna terkecil yang bisa kita tafsirkan dan turut menentukan makna keseluruhan. Code (kode): dalam semiotika, sebuah kode adalah sekumpulan tanda yang nampak, ―pas‖, sekaligus ―alami‖ dalam membentuk makna keseluruhan. Convention (konvensi): istilah konvensi itu penting. Ia merujuk pada suatu cara yang sudah umum dalam mengerjakan sesuatu. Dan kita sering mengaitkan sesuatu yang konvensional dengan hasil yang pasti, dan menganggapnya natural. Perlu kita ketahui pula bahwa tipe tanda dan kode setidaknya terbagi atas 3: Ikon : tanda dan kode yang dibuat untuk menunjukkan sesuatu yang melekat atau identik pada sesuatu. Indeks : sistem penandaan yang menggunakan unsur kausalitas atau sebab-akibat Simbol : pemaknaan terhadap sesuatu yang melepaskan secara total makna denotasi pada sesuatu tersebut. Hal lain yang juga penting untuk memahami tanda adalah melalui konvensi. Konvensi merupakan suatu kesepakatan umum yang melekat dalam masyarakat dan dijadikan jalan dalam melakukan suatu pekerjaan. Biasanya konvensi terwujud dalam suatu perbuatan. Mise-En-Adegan Mise-En-Adegan menjawab beberapa pertanyaan penting di dalam sebuah film. Pertanyaan tersebut meliputi efek apa? Makna apa? Bagaimana dia
42
memproduksi? Mengapa dia memproduksi? Dan apa tujuan yang ingin dicapai? Namun, sebenarnya Mise- En-Adegan merupakan segala sesuatu yang dihadirkan para Director atau sutradara ke dalam adegan-adegan, dan rekaman-rekaman yang termuat di dalam kamera melalui aspek Setting, Kostum, Tata Rias, dan Pencahayaan. Editing Editing merupakan suatu proses memotong dan menggabungkan beberapa potongan film menjadi satu. Membuat film tersebut menjadi cerita yang bersambung, dapat dipahami, realistis, mengalir dan naratif. Shot Types Shot merupakan pengambilan gambar untuk membangun sebuah potongan gambar yang naratif dan memberikan makna tersendiri terhadap objeknya. Biasanya shot terkait dengan pengambilan kamera. Seperti Close Up (CU), Point of View (POV) dan Middle Shot (MS). Camera Angle Sudut kamera, biasanya selalu menciptakan makna-makna yang signifikan dengan kondisi atau situasi objek. Seperti sudut kamera POV high angle shot yang mencerminkan superioritas atau kekuasaan. Camera Movement Pergerakan kamera merupakan suatu bentuk penciptaan makna yang dinamis. Perpindahan dari zoom out ke zoom in misalnya, memiliki nilai dan dinamika makna sendiri. Lighting Pencahayaan merupakan salah satu aspekpenting dalam film. Pencahayaan dapat menimbulkan suasana dan mood yang menegaskan makna. Kegelapan di hutan misalnya menciptakan makna ketakutan dan kengerian. Dieges And Sound Dieges atau diagenic sound di dalam film merupakan ‗dunia film‘. Dia merupakan bagian dari setiap aksi yang di jalankan aktor. Misalnya suara musik yang mengiringi jalannya aktor dan lainnya.
43
Visual Effects / SFX SFX merupakan gambar generasi komputer (CGI) yang mana tujuannya untuk menciptakan sebuah realitas dan makna melalui efek-efek gambar dan suara. Narrative Naratif, merupakan unsur film yang memuat cerita dan kisah khusus di dalam film. Genre Genre adalah ragam dari naratif yang sedang dibicarakan di dalam film. Iconography Ikonografi merupakan aspek penting dari genre. Hal inilah yang menjadi simbol-simbol pendukung genre. Seperti padang pasir yang mendukung karakter koboi. The Star System Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi bagiam penting dalam ikonografi dan menjadi penegas makna. Bisa menjadi penegas karakter dan aksi. Realism Media dapat menyuguhkan tingkat realitas yang sangat tinggi, sehingga sesuatu terkesan benar-benar nyata. Dengan layar yang jernih, jelas, sound yang kuat, dan ruang yang sengaja dibuat gelap, pemirsa dapat merasakan atmosfer realitas yang tinggi.
Demikian kompleksitas tabel analisis Campsall yang digunakan
sebagai acuan dalam menganalisis semiotika film.
C. Korupsi dalam Pandangan Islam
1. Definisi dan Komponen Korupsi
a. Definisi Korupsi dan Gratifikasi
Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus.
Corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua.
Dari bahasa latin tulah turun ke banyak bahasa eropa seperti inggris
44
yaitu corruption, corrupt; Perancis yaitu corruption; dan Belanda yaitu
corruptie, korruptie. Dari bahasa belanda ini kemudia turun menjadi
bahasa Indonesia korupsi. Dalam kamus bahasa Indonesia korupsi
diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan uang negara atau
perusahaan sebagai tempat seseorang bekerja untuk keuntungan
pribadi atau orang lain.30
Bung Hatta pernah menyatakan bahwa ― korupsi sudah menjadi
bagian dari ―budaya‖ kita‖. Pernyataan itu didukung oleh Mochtar
Lubis yang track record bersihnya sekaliber bung Hatta dengan
mengatakan. Pernyataan ini tidak dapat diartikan secara harfiah
melaikna sebagai perhatian yang begitu mendalam, juga tidak dapat
disebut laku budaya selama kebudayaan dipahami sebagai akulturasi
sistem nilai (sistem budi atau sistem kebajikan) tetaplah mustahil
menyebut korupsi sebagai laku budaya.31Helbert Edelherz
menggunakan istialah white collar crime untuk perbuatan pidana
korupsi. Dalam bukunya yang berjudul The Investigation of White
Collar Crime, A manual for Law Enforcement Agencies, disebutkan
sebagai berikut:
“White Collar Crime: an illegal act orservices of illegal communitted by nonphysical means and by concealment or guille, to obtain or property, to avoid the payment or loss of money or property, to obtain bussiness or personal advantage.” 32
30 KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h.12 31 Saldi isra, Kekuasaan dan Prilaku Korupsi, (PT. Kompas Media Nusantara, 2009), h. vii-x. 32 Helbert Edelherz, The Investigation of White Collar Crime, A manual for Law Enforcement Agencies, US Departement of Justice,(Office Regional Operation, Law Enforcement Assistance Administration,1977), h. 4. Melalui web: books.google.co.id/books?hl=id=9ZopjX_j1L0C&q=an+act+#search_anchor diakses pada 12 januari 2013
45
Kejahatan kerah putih: suatu perbuatan atau serentetan
perbuatan yang bersifat ilegal yang dilakukan secara fisik,tetapi
dengan akal bulus/terselubung untuk mendapatkan uang atau kekayaan
serta menghindari pembayaran/pengeluaran uang atau kekayaanatau
untuk mendapatkan bisnis/keuntungan pribadi.
Berdasarkan pemahaman pasal 2 UU nomor 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001, korupsi adalah
perbuatan secara melawan hukum dengan maksud memperkaya diri
sendiri atau orang lain (perseorangan atau korporasi) yang dapat
merugikan keuangan atau perekonomian negara.
Berdasarkan penjelasan pasal 12B UU nomor 31 tahun 1999
dan UU nomor 20 tahun 2001, Gratifikasi adalah pemberian meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pijaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fsilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi yang
diterima didalam maupun luar negeri, yang dilakukan menggunakan
saran elektronik atau tanpa sarana elektronik. Gratifikasi merupakan
setiap penerimaan sesorang dari orang lain yang bukan tergolong
kedalam (Tindakan Pidana) Suap.33
33KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h. 21.
46
Gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
berhubungan dengan jabatan atau kedudukan dianggap sebagai suap.
Rumus: Suap = Gratifikasi + Jabatan.34 b. Jenis-jenis Korupsi
Lord Acton mengatakan bahwa ―Power tends to corrupt, and
abolute power corrupt absolutely.” Kekuasaan cendrung untuk korupsi
dan kekuasaan yang absolute cendrung korupsi absolute. Piers Beirne dan
James Messerschimdt menjelaskan mengenai empat tipe perbuatan
korupsi.
Political beribery adalah kukuasaan dibidang legislatif sebagai
badan pembentuk undang-undang, yang secarapolitis badan tersebut
dikendalikan oleh suatu kepentingan karena ada dana yang dikeluarkan
saat pemilihan umum berkaitan dengan kegiatan perusahaan tertentu, yang
pada akhirnya mereka yang kini duduk diparlemen membuat perundang-
undangan yang menguntukangkan usaha atau bisnis mereka.
Political kickbacks adalah kegiatan korupsi yang berkaitan dengan
sistem kontrak pekerjaborongan, antara pejabat pelaksana dengan
perusahaan, yang memberikan kesmpatan atau peluang untuk
mendapatkan banyak uang bagi kedua belah pihak.
Elektion fraud adalah korupsi yang berkaitan langsung dengan
kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan pemilihan umum, baik yang
dilakukan oleh calon penguasa/anggota parlemen ataupun oleh lembaga
peaksana pemilihan umum.
34 Ibid.
47
Corrupt campaign practice adalah korupsi yang berkaitan dengan
kegiatan kampanye dengan menggunakan fasilitas negara bahkan
penggunaan uang negara oleh calon penguasa yang saat itu memegang
kukuasaan.35
Korupsi dapat dipandang dari berbagai aspek, tergantung disiplin
ilmu yang dipergunakan sebagaimana dikemukakan oleh Benveniste
dalam Suyatno,36 korupsi didefinisikan 4 jenis:
1) Discreationery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena
adanya kebebasan dalam menentukan kebijakansanaan, sekalipun
nampaknya bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima
oleh para anggota organisasi. Contoh: seorang pelayanan perizinan
Tenaga Kerja Asing memberikan pelayanan yang lebih cepat kepada
―calo‖, atau orang yang mau membayar lebih dengan alasan dapat
memberikan pendapatan tambahan, ketimbang para pemohon yang
biasa-biasa saja.
2) Illegal Corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud
mengacauan bahsa atau maksud-maksud hukum, peratuaran dan
regulasi tertentu. Contoh: didalam peraturan lelang dinyatakan bahwa
untuk pengadaan barang jenis tertentu harus melalui proses pelelangan
atau tender. Tetapi karena waktu mendesak (turunnya anggaran
terlambat), maka proses tender tersebut tidakmungkin dilakukan.
35 Drs. Emansjah Djaja, S.H., M.Si, Memberantas Korupsi Bersama KPK edisi kedua (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 20. 36 Suyatno, Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme (jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 17- 18
48
Untuk itu pimpinan proyek mencari dasar hukum dan pasal-pasal
dalam peraturan guna mendukung atau memperkuat sahnya
pelaksanaan pelelangan, sehngga tidak disalahkan oelh inspektur.
Misalnya ditemukan salah satu pasal perihal ―keadaan darurat‖ atau
―forca majeur‖. Dalam pasal ini dikatakan bahwa ―dalam keadaan
darurat, prosedur pelelangan atau tender dapat dikecualikan, dengan
syarat harus memperoleh izin dari oejabat yang berkompeten‖.dari
sinilah dimulainya illegal corruption.
3) Mercenery Corruption, adalah jenis tindakpidana korupsi yang
dimaksud memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan. Contoh: Dalam sebuah persaingan tender,
seorang panitia lelang memiliki wewenang untukmeluluskan peserta
tender. Untuk itu, secara terselubung atau terang-terangan ia
mengatakan bahwa untuk memenangkan tender peserta harus bersedia
memberikan uang ―sogok‖ atau ―semir‖ dalamjumlah tertentu.
4) Ideological Corruption, ialah jenis korupsi ilegal mauoun discretionery
yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok. Contoh: Kasus
skandal Watergate, dimana sejumlah individu memberikan komitmen
merekakepada presiden Nixon ketimbang kepada undang-undang atau
hukum. Penjualan aset BUMN untuk mendukung pemenangan
pemillihan umum partai politik tertentu temasuk dalamcontoh korupsi
ini.
49
2. Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi
a. Pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Berikut adalah pasal yang berkitan dengan tindak pidana korupsi:
―Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka dan terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).‖37
Perbuatan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi yang ditentukan dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999, terdiri antara lain sebagai berikut:
1) Dengan sengaja ―mencegah‖ secara langsung atau tidak langsung
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
terhadap tersangka dan terddakwa ataupun para saksi dalam perkara
tindak pidana korupsi.
2) Dengan sengaja ―merintangi‖ secara langsung atau tidak langsung
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
terhadap tersangka dan terddakwa ataupun para saksi dalam perkara
tindak pidana korupsi.
3) Dengan sengaja ―menggagalkan‖ secara langsung atau tidak langsung
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
terhadap tersangka dan terddakwa ataupun para saksi dalam perkara
tindak pidana korupsi.
37 Suyatno, SH, Undang-Undang RI tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU NO. 20 Tahun 2001), (jakarta, Pancar Utama, 2001), h. 84.
50
b. Pasal 22 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Pasal selanjutnya yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi:
―Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).‖38
Perbuatan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi yang ditentukan dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999, terdiri antara lain sebagai berikut:
1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 28 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999, yaitu pada saat dilakukan penyidikan tindak
pidana korupsi, tersangka dengan sengaja tidak memberikan
keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar mengenai
seluruh harta bendanya dan harta bendaisteri atau suami, anak, dan
harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan atau yang
diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi yang
dilakukan tersangka.
2) Tindak pidana sebagai mana dimaksud Pasal 29 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999, yaitu pada saat dilakukan penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tindak pidana
korupsi, tersangka dengan sengaja tidak memberikan keterangan atau
memberi keterangan yang tidak benar menganai seluruh harta
bendanya.
38 Ibid.
51
3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 35 Undang-Undang
Nomor 31 tahun 1999, yaitu pada saat pemeriksaan di sidang
pengadilan tindak pidana korupsi, saksi atau ahli dengan sengaja tidak
memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar.
4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 36 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999, yaitu pada saat pemeriksaan di sidang
pengadilan tindak pidana korupsi, berlaku juga terhadap meraka yang
menurut pekerjaan, harkat dan martabat atau jabatan diwajibkan
menyimpan rahasia.
3. Motivasi Korupsi
a. Ciri-ciri dan Faktor-faktor Penyebab
Praktik korupsi yang menggurita kronis di Indonesia tidak dapat
lagi disadari sebagai abnormalitas melainkan dihayati sebagai kenormalan
sehari-hari.39 Yang terjadi di Indonesia saat ini adalah penumbangan
paradigma lama tentang korupsi menggunakan paradigma baru, namun
kendala pada setiap sektor penegak hukum yang tidak kompak dalam
memberntas korupsi menjadikan penumbangan korupsi seakan hanya
kemuslihatan belaka.
Pejabat atau penyelenggara negara selama ini menganggap dirinya
sebagai penguasa (authorities), jarang dari mereka yang menyadari
perannya sebagai pelayan masyarakat (publicservant / service provider).
Budaya kekeluargaan (paternalistik) juga mengakibatkan turunnya
39 Kompas, Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 127.
52
kwalitas pelayanan publik, karena kecendrungan memberikan keistimewaan kepada orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan pejabat yang bersangkutan.40
Ciri-ciri tindak pidana korupsi:
1) Dilakukan lebih dari satu orang;
2) Merahasiakan motif; ada keuntungan yang ingin diraih;
3) Berhubungan dengan kekuasaan atau kewenangan tertentu;
4) Berlindung dibalik pembenaran hukum;
5) Melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum;
6) Menghianati kepercayaan
Kwik Kian Gie sudah sangat tepat ketika mengatakan: corrruption is the root of the evil. Korupsi adalah akar dari segala masalah. Syafii
Ma‘arif pernah mengatakan, negara kita tidaka akan pernah bisa maju karena Departemen Agama, Departemen Pendidikan, dan Departemen
Kesehatan---tiga departemen yang mengurusi pendidikan hati, pendidikan otak, dan pendidikan jasmasi justru tiga departemen yang paling korup kinerjanya.41
Beberapa faktor penyebab terjadi tindak pidana korupsi adalah:42
1) Penegakan hukum tidak konsisten: penegakan hukum hanya sebagai
make-up politik, sifatnya sementara, selalu berubah setiap berganti
pemerintahan.
40 KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h. 33. 41 Kompas, Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 95. 42 KPK, Mengenal & Memberantas Korupsi, h. 23-24
53
2) Penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang, takut dianggap bodoh
kalau tidakmenggunakan kesempatan.
3) Langkanya lingkungan yang anti korup: sistem dan pedoman anti
korup hanya dilakukan sebatas formalitas saja.
4) Rendahnya pendapatan penyelengara negara. Pendapatan yang
diperoleh penyelenggara negara harus mampu memenuhi kebutuhan
penyelenggara negara, mampu mendorong penyelenggara negara
untuk berprestasi dan memberikan pelayanan tebaik bagi masyarakat.
5) Kemiskinan, keserakahan: Masyarakat kurang mampu melakukan
korupsi karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang
berkecukupan melakukan korupsi karena serakah, tidak puas dan
menghalalkan segalacara untuk mendapatkan keuntungan.
6) Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah.
7) Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah darpada keuntungan korupsi:
saat tertangkapmenyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau
setidaknya diringankan hukumannya.
8) Budaya permisif atau serba membolehkan; tidakmau tahu:
menganggap biasa bila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak
perduli orang lain,asal kepentingan sendiri terlindungi.
9) Gagalnya pendidikan agama dan etika: pendapat Franz Magnis Suseno
mengatakan bahwa agama telah gagalmenjadi pelidung moral bangsa
dalam mencegah korupsi karena perilaku pemeluk agama itu sendiri.
Pemeluk agama menganggap agama hanya berkutat pada tata car
54
beribadah saja. Sehingga agamanyaris tidak berfungsi dalam
memainkan peran sosial. Menurut Franz, sebenarnya agama bisa
memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial
dibandingakan institusi lainnya. Sebab, agama memiliki ralasi dan
hubungan emosional dengan pemeluknya. Jika diterapkan dengan
benar kekuatan yang dimiliki ralasi emotional yang dimiliki agama
bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak sangat
buruk.
Abdurrahman Hehamahua mendeskriptisikan perbedaan korupsi
dilihat dari aspek motivasi:
1) Korupsi karena kebutuhan;
2) Korupsi karena ada peluang;
3) Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri;
4) Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintahan; atau
5) Korupsi karena ingin menguasai suatu negara.
4. Korupsi menurut Islam
a. Korupasi dalam Islam
Pengertian korupsi yang banyak tersebut dilihat dari sudut pandang
fiqih Islam juga mempunyai dimensi-dimensi yang berbeda. Perbedaan ini
muncul karena beberapa defenisi tentang korupsi merupakan bagian-
bagian tersendiri dari fikih Islam. Adapun pengertian yang termasuk
makna korupsi dalam fiqih Islam adalah sebagai berikut: Pencurian (al-
sariqoh), penyelewengan harta negara (ghanimah), khianat (al-khiyanat),
55
perampasan (al-hirobah), penggunaan Hak orang lain tanpa izin (al-
ghosob), suap (al-risywah).
Hadiah dalam kamus artinya pemberian yang bisa bermaksud
kenang-kenangan, penghargaan dan penghormatan. Adapun hadiah dalam
pengertian fiqih Islam hampir sama dengan hibah, yaitu pemberian sesuatu
untuk memuliakan seseorang tanpa mengharap balasan.43
Pada Surat Al-Baqarah ayat 188 disebutkan secara umum bahwa
Allah SWT melarang untuk memakan harta orang lain secara batil.
Qurtubi memasukkan dalam kategori larangan ayat ini adalah: riba,
penipuan, ghosob, pelanggaran hak-hak, dan apa yang menyebabkan
pemilik harta tidak senang, dan seluruh apa yang dilarang oleh syariat
dalam bentuk apapun. Al-Jassas penulis buku Ahkam Alquran Jilid 1 yang
diterbitkan di Beirut oleh penerbit Dar al-Fikr tahun 1993 mengatakan
bahwa pengambilan harta orang lain dengan jalan batil ini bisa dalam 2
bentuk:
1) Mengambil dengan cara zhalim, pencurian, khianat, dan ghosob
(menggunakan hak orang lain tanpa izin).
2) Mengambil atau mendapatkan harta dari pekerjaan-pekerjaan yang
terlarang, seperti dari bunga/riba, hasil penjualan khamar, babi, dan
lain-lain.44
43 Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukum- pidana.html, diakses pada 25 November 2012. 44 Ibid.
56
Selanjutnya pada surat Ali Imran ayat 161 lebih spesifik
disebutkan tentang ghulul yang bermakna khianat.
.
. ―Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.‖
Maksudnya khianat adalah mengkhianati kepercayaan Allah SWT
dan manusia, terutama dalam pengurusan dan pemanfaatan harta
ghonimah. Lebih jelas Ibnu Katsir menyebutkan dari Aufy dari Ibnu Abbas
bahwa ghulul adalah membagi sebagian hasil rampasan perang kepada
sebagian orang sedangkan sebagian lagi tidak diberikan.45
Analog korupsi dengan ghulul menurut penulis adalah cukup dekat
dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1) Korupsi adalah penyalahgunaan harta negara, perusahaan, atau
masyarakat. Ghulul juga merupakan penyalahgunaan harta negara,
karena memang pemasukan harta negara pada zaman Nabi SAW
adalah ghonimah. Adapun saat ini permasalahan uang negara
berkembang tidak hanya pada ghonimah, tetapi semua bentuk uang
negara.
45 Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukum- pidana.html, diakses pada 25 November 2012.
57
2) Korupsi dilakukan oleh pejabat yang terkait, demikian juga ghulul
merupakan pengkhianatan jabatan oleh pejabat yang terkait.
Selanjutnya di dalam Surat Al-Maidah ayat 33 dan 38 disebutkan
secara khusus tentang hirobah dan suroqoh.
―Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.‖
―Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‖
Ayat pertama adalah pengambilan harta orang lain dengan terang-
terangan yang bisa disertai dengan kekerasan, atau dengan cara melakukan
pengrusakan di muka bumi. Sedangkan yang kedua adalah pengambilan
harta orang lain atau pencurian dengan diam-diam.46Abdul Qodir Audah
46 Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukum- pidana.html, diakses pada 25 November 2012
58
mendefinisikan hirobah sebagai perampokan (qoth,u at-thuruq) atau
pencurian besar.47
Selanjutnya yang termasuk dalam kategori korupsi adalah ghosob.
Ayat 79 dari surat Al-Kahfi adalah menceritakan seorang raja yang zalim
yang akan mengambil kapal dari orang-orang miskin dengan jalan
ghosob.Seorang alim yang dikisahkan dalam ayat ini lantas
menenggelamkan kapal agar supaya tidak bisa dimanfaatkan dengan tidak
halal (ghosob) oleh raja yang zalim tersebut.
―Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan Aku bertujuan merusakkan bahtera itu, Karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.‖
Pengertian ghosob adalah menguasai harta orang lain dengan
pemaksaan dengan jalan yang tidak benar, lebih lanjut dijelaskan bahwa
ghosob dilakukan dengan terang-terangan sedangkan ketika dilakukan
dengan sembunyi-sembunyi maka dinamakan pencurian. Hanya ghosob ini
kadang berupa pemanfaatan barang tanpa izin yang kadang dikembalikan
kepada pemiliknya.48
Menganalogikan ghosob sebagai salah satu bentuk korupsi dengan
alasan bahwa ayat di atas menceritakan bagaimana seorang raja yang
47Ibid. 48 Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam-perspektif-hukum- pidana.html, diakses pada 25 November 2012
59
semena-mena dapat dengan seenaknya menggunakan hak milik rakyatnya yang miskin dengan memanfaatkan kapal yang dimiliki oleh rakyat untuk kepentingan pribadinya. Pada kasus ini ada unsur memperkaya diri atau pribadinya dengan menggunakan hak rakyatnya dengan jalan yang tidak benar.
Pengertian suap (risywah) menurut Ibnu al-Qoyyim adalah sebuah perantara untuk dapat memudahkan urusan dengan pemberian sesuatu atau pemberian untuk membatalkan yang benar atau untuk membenarkan yang batil.49 Ayat di atas mengaitkan kata suap dengan kata hukum. Bahwa penyuapan adalah dilakukan demi mengharapkan kemenangan dalam perkara yang diinginkan seseorang, atau ingin memudahkan seseorang dalam menguasai hak atas sesuatu.
49Ibid.
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM
A. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai Lembaga Pembuat Film
KPK atau komisi pemberantasan korupsi berdiri pada tahun 2003
bertugas menanggulangi, memberantas dan mencegah korupsi di indonesia.
Berdirinya komisi ini berdasarkan Undang-undang Republik Indonesi Nomor
30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Periode 2006-2011 KPK dipimpin bersama 4 orang dan wakilnya yakni,
Chandra Marta Hamzah, Bibit Samad Rianto, Mochammad Jasin, dan Hayono
Umar. Kemudian Pada 25 November 2010 M. Busyro Muqoddas terpilih
menjadi ketua KPK melalui proses pemungutan suara oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. Pada 2011 Abraham Samad melanjutkan kepemimpinan.1
Menurut Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi emmpunyai
fungsi dan tugas sebagai berikut:2
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi;
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
1 www.kpk.go.id, diakses pada 07-01-2013. 2 ibid
60 61
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan
Korupsi berwenang :3
1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak
pidana korupsi;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
kepada instansi yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi.
KPK bekerja sama dengan Transparency International Indonesia (TII) dan USAID meluncurkan film ―Kita versus Korupsi‖. Ketua KPK Abraham
Samad mengedukasi seluruh lapisan masyarakat bagaimana dampak dan mencegah korupsi melalui film ini.
Dalam film ini peran KPK hanya sebatas pemberi dana. Sedangkan untuk pengerjaannya KPK bekerja sama dengan TII. Kemudian Transparancy
International Indonesia menggaet beberapa produser, sutradara-sutradara ternama, penulis serta para aktor papan atas indonesia untuk bermain dalam film ini. Seperti Nicholas Saputra, Revalina S Temat, Ringgo Agus Rahman dan Aktor besar lainnya yang turut andil dalam menyelesaikan film ini.
3 ibid
62
Dalam mendapatkan skrip, TII mengadakan lomba menulis tentang
tema dan cerita yang nantinya akan dijadikan alur cerita film. Cerita yang
berhasil membuat produser dan sutradara jatuh hati dari Sinar Ayu Massie
yang juga dalam film ini membantu dalam bidang wardrobe stylist. Film ini
disutaradarai oleh Lasja F. Susatyo seorang sutradara wanita muda yang
pernah menyutradarai beberapa film populer indonesia, salah satunya adalah
Lovely Luna.
Film ini perdana diputar pada 26 Januari 2012 di Gedung Djakarta
Theater, Jl. Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Aktor dan aktris yang membintangi
film-film tersebut seperti Tora Sudiro, Nicholas Saputra, Revalina, dan
Ringgo Agus Rahman dan aktor kawakan lainnya tidak ingin dibayar
sepeserpun. Film ini juga tidak akan diputar secara komersil dibioskop-
bioskop, melainkan diputar secara road show, dan disaksikan di televisi. Film
ini juga biasa digunakan sebagai bahan seminal kampanye anti korupsi. Bagi
masyarakat Indonesia dibelahan daerah manapun yang ingin menyaksikan
film ini dapat langsung menghubungi KPK atau TII.
B. Sinopsis Film
Aku Padamu, film yang menceritakan tentang hubungan asmara yang
terjalin antara Vano (Nicholas Saputra) dan Laras (Revalina S. Temat).
Namun sayangnya hubungan mereka tidak disetujui oleh orang tua Laras.
Vano kemudian mengajak Laras kawin lari, karena mereka tidak memiliki
kartu keluarga terhentilah langkah mereka. Kemudian godaan menghampiri
63
datang dari seorang calo (Norman Akyuwen) yang menawarkan bantuan memperlancar proses pernikahan.
Laras teringat akan masa kecilnya tentang gurunya yang bernama Pak
Markun, guru yang menjadi korban keserakahan pemimpin yang menyalahgunakan wewenang dan sistem pendidikan yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.
Pak Markun yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman, begitulah orang-orang memanggil namanya. Seorang guru SD yang gigih mempertahankan prinsipnya tidak mau membayar untuk menaikan jabatannya sebagai guru tetap dari guru honorer. Ia lebih memilih mendidik dan mengambil hati anak didiknya dengan caranya sendiri yang pada saatnya nanti akan intergritas Pak Markun membekas dihati murid ketika dewasa.
Pada suatu scene didalam kamar, istri guru honorer tersebut berkali- kali mencibir setiap kali suaminya berdandan badut, berjualan balon dan dongeng suci ke anak-anak. Dalam adegan tersebut terdapat dialog seperti ini;
―Sudahlah pak..bayar saja, lagian kan kerja jadi honorer gini gajinya cekak, kalo tetep kan enak pak‖. Namun suaminya tetap pada pendiriannya.4
Baginya, sekolah itu fana seperti dunia ini. Sahabat-sahabat kecilnya pun begitu suka ria mendengarkan guru berhati lurus ini mengajar dan mendongeng di luar kelas, dibawah pepohonan. ―Ayo anak-anak, bapak sekarang punya kelas yang maha luas dan tembok yang tak terbatas. Atapnya awan, dindingnya pepohonan‖.
4 Film Aku Padamu, pada durasi 09:37
64
Pria dengan balon warna-warni itu kini harus terbaling untuk selamanya, karena penyakit kronis yang dideritanya. Perjuangannya mendidik sahabat kecilnya murid-murid sekolah dasarpun terpaksa terhenti untuk selamanya.
Namun intergritasnya ternyata tidak berhenti sampai disitu selamanya, melainkan tertanam dalam hati murid-muridnya ketika dewasa. Laras berani menolak ajakan kekasihnya menyogok oknum petugas KUA yang merayu mereka habis-habisan bahkan sampai mengutip ayat suci demi mendapatkan uang dari sejoli yang dimabuk cinta tersebut.
Tim produksi film ini terdiri dari:
Produser Eksekutif : Busyro Muqoddas
Juhanni Grossmann
Teten Msduki
Produser : M. Abdul Aziz
Produser Kreatif : Prima Rusdi
Sutradara : Lasja F. Susatyo
Penata Sinematografi : Ical Tanjung
Penulis Skenario : Sinar Ayu Massie
Penanggung Jawab Proyek : Dedie A. Rachim
Ary Nugroho
Ilham B. Saenong
Konsultan Penyunting Gambar : Sastha Sunu
Konsultan Tata Suara : Wahyu Tri Purnomo
65
Produser Pelaksana :Icang S Tisnamiharja
Koordinator Produksi : Age A. Maulan
Art Director/Graphic Designer : Rangga Sastrowardoyo
Musik untuk Title : Efek Rumah Kaca
C. Profil Pemain
1. Nicholas Saputra sebagai Vano
Di indonesia hampir tidak ada yang tidak mengenal aktor satu
ini.Debutnya di dunia perfilman Indonesia patut diacungi jempol. Telah
banyak penghargaan yang menghampirinya, seperti penghargaan bidang
akting oleh FFI, Aktor Terbaik Bali International Film Festival 2003 untuk
perannya dalam film Biola Tak Berdawai, Most Favorite Actor versi MTV
Indonesia Movie Awards 2005 dan Aktor Terbaik Indonesian Movie
Awards 2007 dalam film Janji Joni dan penghargaan-penghargaan lainnya.
5 Gambar 3.1.
5http://www.indonesiabersih.org/wp-content/themes/wp- clear_basic%20v2.0/scripts/timthumb.php?src=http://www.indonesiabersih.org/wp- content/uploads/2012/02/antarafoto-1327740325--150x150.jpg&w=150&h=150&zc=1 diakses pada 24 November 2012.
66
Dalam film Aku Padamu, Nicolas saputra menjadi peran utama
yaitu sebagai Vano. Banyak adegan penting yang melibatkannya dalam
scine. Perdebatan dengan kekasihnya serta percakapannya dengan sang
calo ditambah telfon genggam yang terus berdering memperlihatkan
keadaan yang natural karena kelihayannya berakting.
2. Revalina S Temat sabagai Laras
Juara favorit lomba pemilihan GADIS Sampul tahun 1999 ini bernama
asli Revalina Sayuti Temat. Dara kelahiran Jakarta, 26 November 1985 ini
selain berkiprah didunia perfilman ia juga pernah menjadi model Indonesia
dan melebarkan karirnya dengan bermain disinetron seperti Percikan (2001),
Sangkuriang (2003) Cintaku di Kampus Biru 2 (2003-2004).
6 Gambar 3.2
Aktingnya dalam film layar lebar yang dibintanginya pun cukup
diterima dihati masyarakat. Seperti film Pocong 2 (2006), Cintaku Forever
(2007) dan Perempuan Berkalung Surban (2009). Revalina dalam film ini juga
menjadi peran utama wanita, perannyasebagai Laras anak seorang pejabat
6 http://www.republika.co.id/berita//tokoh/10/09/09/134212-revalina-s-temat-lebaran- tak-harus-pakai-baju-baru, diakses pada 24 November 2012.
67
pendidikan yang tak berdaya ketika melihat ayahnya menolak berkas guru
honorer Pak Markun karena tidak menyelipkan uang dalam berkasnya, serta
meloloskan beberapa guru honorer menjadi guru tetap yang memberikan uang
pelicin dalam berkasnya.
3. Agus Ringgo Rahman sebagai Pak Markun
Pria kelahiran Purwakarta 12 Agustus 1982 ini memulai karirnya
sebagai penyiar radio di bandung, kemudian melebarkan sayap sebagai
presenter TV, bintang iklan produk dan berakting dalam film. Film
pertamanyua yaitu Jomblo cerita novel laris karya Adhitya Mulya.
Gambar 3.37
Aktingnya dalam film ini dapat kita terima dihati, pasalnya perannya
sebagai Pak Markun cukup membuat kita bersedih hati karena perjuangannya
yang gigih tanpa terpengaruh oleh hal buruk yang dapat merusak generasi
penerus bangsa harus berakhir dengan kesedihan tanpa ada orang yang
memahami kecuali murid-muridnya hingga maut menjemput.
4. Norman Akyuwen sebagai Calo
Cukup sulit peneliti mendapatkan informasi tentang aktor satu ini. Pria
berusia 38 tahun ini bernama asli Norman Rivianto Akyuwen tinggal didaerah
7http://static.inilah.com/data/berita/foto/1869639.jpg diakses pada 24 November 2012.
68
Bekasi. Ia mengawali karirnya dengan bermain teater. Pria yang hobi olahraga
ini juga pernah bermain dibeberapa film seperti Rumah Surga karya Dedy
Mizwar, Batas karya Rudi Soedjarwo dan Gerbang 13 yang disutradarai oleh
Nanda Jumbara.
8 Gambar 3.4.
Perannya dalam film ini sebagai calo yang membujuk dan mengajak
dua pasangan yang sedang dimabuk asmara yaitu Vano dan Laras yang ingin
menikah namun tidak memiliki kelengkapan syarat karena pernikahannya
tidak disetujui oleh orang tua Laras, yang mana mereka memutuskan untuk
kawin lari. Dan disinilah terjadi pergulatan terjadi atau tidak terjadinya
transaksi korupsi yang melibatkan oknum lembaga agama yaitu KUA.
8http://www.indonesianfilmcenter.com/images/gallery/IdFC_gal_31072012_134049.jpg diakses pada 24 November 2012.
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Analisis Judul film “Aku Padamu”
Cerita film Aku Padamu ditulis oleh Sinar Ayu, Lasja F. Susatyo dan
Pak Abdu. Landasan ide cerita film ini adalah segala perbuatan berasal dari
rumah, berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan di rumah. Jadi, apabila di
dalam rumah menanamkan nilai-nilai baik maka ia akan mengetam hasil baik
itu dimasa depan.
Yang menjadi target sasaran penyampaian pesan adalah wanita dan
lelaki dewasa yang masih muda ataupun para remaja yang beranjak dewasa.
Yaitu prilaku manusia dewasa muda saat ini yang serba ingin cepat, instan dan
diistimewakan sehingga berdampak pada prilaku yang menyimpang, disisi
lain birokrat negara menyediakan fasilitas ini untuk mengambil keuntungan
pribadi atau sekelompok semata tanpa memikirkan dampaknya. Namun, para
orang tua pun tidak luput dari penyampaian pesan moril positif yang
disampaikan dalam film ini karena posisi mereka sebagai kapten dalam
rumah.
Dewasa ini definisi korupsi sebagai kegiatan yang dibenci mungkin
hanya sebatas karena yang membenci tidak bisa melakukan hal yang sama.
Aku Padamu menggambarkan dua ank muda yang ingin menikah dan
dihadapkan dengan seorang calo KUA yang akan membantu proses
pernikahan karena syarat pernikahan yang kurang. Film ini mengajak kita
69 70
untuk memahami dan mengerti praktik dan dampak korupsi, terutama kaum
dewasa muda sebagai penerus tongkat estafet generasi bangsa. Film ini juga
mengajak berfikir bahwa korupsi adalah kegiatan yang salah dan merugikan
orang banyak bahkan diri sendiri.
B. Pengantar Adegan yang Diteliti
Praktik-praktik korupsi yang divisualisasikan dalam film Aku Padamu
terdapat dibeberapa scine film. Scine film tersebut terdiri dari beberapa adegan
yang langsung berkaitan dengan isi penelitian. Namun, sebelum memasuki
adegan utama film, peneliti akan menganalisis adegan-adegan penting yang
juga berkaitan dengan adegan utama, yaitu perjalanan menuju KUA tempat
tempat berlangsungnya praktik korupsi, sekaligus sebagai scine inti film ini.
Film yang beralur maju-mundur ini berdurasi cukup singkat karena tergolong
sebagai film pendek yaitu sekitar 16:35 menit atau setara dengan seperempat
jam.
Diawali dengan Vano yang menjemput laras dirumahnya untuk pergi
ke KUA melangsungkan pernikahan. Yang dilanjutkan scine dilokasi KUA
dan kemudian alur berpindah kemasa laras kecil yang menceritakan
perjuangan gurunya Pak Markun dan mengambarkan kondisi keluarganya,
praktik korupsi yang dilakukan ayahnya laras, dan kembali ke KUA
perdebatan antara Vano dan laras juga calo KUA yang akan melancarkan
pernikahan mereka tanpa kartu dan saksi keluarga. Peneliti akan menganalisis
narasi dan mendeskripsikan alur cerita film dengan menyertakan komponen
71
analisi film juga sedikit unsur semiotika didalamnya. Kemudian dilanjutkan secara detail dengan memaparkan bagaimana unsur film dan semiotika menjadi kesatuan naratif.
1. Adegan 1 ( rumah laras menuju KUA)
Adegan 1 yang juga merupakan adegan pembuka film dimana
Vano datang kerumah Laras menggunakan sepeda motor yang
dimodifikasi dengan knalpot racing yang menggambarkan karakter lelaki
masa kini yang tampan, smart dan jantan. Sutradara juga menggambarkan
karakter Vano yang romantis dengan memberikan seikat bunga yang
diselipkan dicelana bagian pingggang Vano, yang menandakan ia orang
yang simpel. Disaat bersamaan keluarlah Laras yang telah siap pergi ke
KUA dengan Vano dari lantai dua rumahnya, dengan hati-hati kemudian
turun melompati pagar lantai dua menuju atap mobil ayahnya dan
melompat dengan berpegangan pada bagian bawah pagar besi lantai atas
dan Vano telah bersiaga menangkap Laras yang melompat dari atap mobil
kemudian segera pergi dengan motor Vano karena sang ayah keluar untuk
mencegah mereka.
Adegan lain adalah perjalanan menuju KUA. Bagian ini
memperlihatkan dua anak manusia yang sedang dimabuk cinta dengan
perasaan bahagia karena akan melangsungkan pernikahan, meskipun
hanya kawin lari. Termasuk juga didalamnya aksi yang ditampilkan aksi
simbolik kebahagian mereka diats motor menuju KUA.1
1 Adegan ini terdapat pada durasi 01:24
72
Tabel 4.1.
Analisis Film Steve Campsall
Adegan Visualisasi Adegan Pemain Interpretasi Simbolik
1 Vano Menggambarkan pria dewasa yang matang dengan berpakaian rapi serta membawa bunga menuju KUA.
2 Vano Menggambarkan seorang dan anak yang broken home Laras dalam upaya melarikan diri menuju kawin lari yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua insan.
3 Ayah Memperlihatkan ketidak Laras setujuan sang ayah pada Vano yang berusaha mencegah Laras pergi dengan Vano.
4 Vano Kebahagian dua insan dan terbebas dari pencegahan Laras ayah laras dan sedang dimabuk cinta yang akan segera melangsungkan pernikahan.
73
5 Vano Kesungguhan dan menyatukan cinta dalam Laras ikatan pernikahan.
Tabel 4.2. Ikon, Indeks dan simbol dalam Adegan “Rumah Laras menuju KUA”
Ikon Ikon pada adegan ini diperlihatkan dengan beberapa setting yaitu situasi yang mendesak. Disini setting sebagai ikon dari kesiapan Vano yang matang untuk membawa laras keluar rumah menuju KUA. Disisi lain diperlihatkan desain rumah orang kota di indonesia dan kendaraan yang menunjukan terjadi dimasa kini. Indeks Terdapat percakapan antara Vano dan Laras yang mengisyaratkan kesiapan mereka untuk menyegerakan pernikahan dengan cara kawin lari karena tidak direstui orang tua Laras, serta kekecewaan Vano atas penolakan KUA karena ketidak lengkapan syarat yang berujung pada negosiasi dengan calo KUA. Ini dapat dilihat diadegan selanjutnya. Simbol Simbol didominasi oleh kedua pemeran. Vano dan Laras yang divisualisasikan sebagai pemuda masa kini yang matang, smart, romantis dan simpel. Dan laras yang divisualisasikan dengan wanita yang mencintai Vano dan ingin segera menikah agar terlepas dari prilaku korup ayahnya yang membuat ia broken home.
Secara kronologis, adegan pertama diawali oleh Vano yang menjemput
Laras dirumahnya. Disini sutradara menggunakan jarak kamera Long Shot
yang dilanjutkan dengan Close Up, yang mana sutradara ingin
memvisualisasikan Vano agar interpretasi dapat mudah dimaknai karena
keadaan Vano yang mengendarai motor dengan pakaian rapi dan kesiapannya
menikah.
Dipotongan shot yang kedua, memvisualisasikan Laras yang keluar
rumah tanpa izin kepada ayahnya karena tidak setuju dengan Vano dengan
74
cara melompati pagar lantai dua ke atap mobil kemudian melompat kebawah dengan Vano yang siap menangkapnya. Disini digunakan jarak kamera long shot karena sutradara ingin memperlihatkan setting latar keberadaan laras.
Dan yang menjadi pilihan sutradara adalah rumah yang bernuansa metropolitan dengan lantai dua yang menjorong keluar dan keberadaan mobil agar memudahkan laras turun.
Selanjutnya adalah adegan ayah Laras yang keluar dari rumah.
Visualisasi dilakukan dengan menggunakan jarak kamera close up, agar interpretasi yang diinginkan terwujud yaitu ayah Laras yang marah dengan raut wajah menunjukan kekesalan, penyesalan dan kemarahan karena tak dapat menghentikan laras pergi dengan Vano.
Kemudian potongan adegan selanjutnya memperlihatkan Vano dan laras yang bahagian lepas pencegahan ayahnya. Serta keakraban dan romantika diatas seperda motor menuju KUA. Adegan ini menggunakan jarak kamera long shot dan close up agar visualisasi tepat. Potongan adegan selanjutnya adalah tiba diKUA. Adegan ini menggunakan jarak kamera close up agar visualisali percakapan Vano dan laras mengena dengan akurat.
Secara keseluruhan tehnik pengambilan gambar dilakukan dengan beberapa tehnik sinematografi. Jarak kamera menggunakan long shot, close up, mid shot, knee shot, extreem close up, dan 2 shot. Sedangkan moving camera menggunakan tehnik framing in, panning, fading walking shot, fast road effect shot dan moving object. Pencahayaan yang digunakan menggunakan key light dan fill lightyang berfungsi memperjelas objek. Tata
75
suara tidak banyak menggunakan edit, hanya penambahan soundtrack yang
membuat suasana menjadi lebih hidup, selebihnya menggunakan dieges
sound.
Editing yang digunakan dalam sequen ini adalah Elliptical Editing
yang bertujuan mempersingkat waktu cerita film. Sedangkan dalam hal
camera angel, terdapat beberapa tehnik. Pada saat laras keluar dari atas
rumahnya, sutradara menggunakan tehnik low angel yang bertujuan
memvisualisasikan laras dengan kepercayaan diri yang kuat. Dan pada saat
ayah laras keluar dari dalam rumahnya untuk mengejar laras sutradara
menggunakan high angel untuk memvisualisasikan karakter ayahnya yang
terintimidasi.
Pemunculan simbol divisualisasikan beradasarkan narasi. Simbol pria
dewasa yang matang pada adegan 1. Simbol anak broken home atas prilaku
sang ayah yang korup di adegan 2. Simbol penolakan pada adegan 3. Simbol
pasangan yangsaling mencintai di adegan 4 dan simbol kesungguhan hati pada
adegan 5. Tanda lain yang didapat adalah lambang tulisan KUA pada sebuah
gedung yang menghasilkan interpretasi sebuah lembaga resmi urusan agama.
2. Adegan 2. (kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah)
Selanjutnya adalah adegan dimana kedua pasangan ini berselisih
pendapat. Setelah tiba di KUA, Vano pun langsung bergegas mengurus
pernikahannya dengan melapor ke pegawai KUA. Ternyata permintaanya
ditolak karena syarat utama yaitu kartu keluarga tidak dimiliki oleh mereka.
Vano kemudian berinisiatf menggunakan jasa calo untuk memperlancar
76
prosesi penikahan. Disisi lain, laras yang tidak membawa kartu keluarga karena tidak ingin pernikahannya dihadiri oleh sang ayah menolak untuk menggunakan jasa calo.
Diawal adegan, Vano dan laras yang terlihat bahagia seketika berubah setelah Vano keluar dari dalam KUA. Keadaan semakin berbeda setelah Vano mendesak lasar, juga telefon Vano yang terus berbunyi karena teman dan bosnya dikantor selalu bertanya tentang pekerjaan yang ditinggalkan sementara olehnya memudarkan kebahagiaan Laras secara perlahan.
Kemudian sang calo yang terus mendesak dengan menggunakan dalil-dalil agama untuk menyakinkan agar jasanyanya digunakan oleh mereka membuat laras semakin kesal.
Ada beberapa percakapan antara Vano dan Laras yang cukup menarik:
Vano : harus pake kartu keluarga lagi. Laras : yah, trus gimana dong? Telefon Vano berdering (Vano berbicara ditelefon) Vano : kamu enggak bawa KK? Laras : kan di papa Vano : yaudahlah pake orang dalem aja Laras : maksudnya? Telefon Vano berdering (Vano berbicara ditelefon) Vano : sorry, sorry.. iya orang dalem Laras : calo? Vano : iyalah, biar cepet Laras : kok gitu sih? Emang kita buru-buru mau kemana? Vano : kan mau ke flores Laras : ah...gak ada ah, pokoknya aku gk mau Vano :jangan marah dong, ini kan sepele Laras : hal gede itu mulainya dari yang kecil, kalau aku tau kamu begini, aku akan mikir dua kali buat bilang “iya, saya terima nikahnya”.
77
Dalam dialog ini, sutradara memvisualisasikan toko Vano sebagai
orang yang terbiasa dan tak sadar bahwa perbuatannya tersebut sudah masuk
dalam katergori korupsi, yang mana prilaku menyimpang tersebut telah larut
dalam kebiasaan sehari-hari sehingga dianggap lumrah. Dalam dialog ini
divisualisasikan tokoh Laras yang mencoba menyakinkan Vano untuk tidak
menggunakan calo, ia pun sungguh-sungguh menolak pernikahannya ternodai
dengan menggunakan jasa calo yang termasuk perbuatan korupsi. Hingga
akhirnya ia teringat akan kisahnya dimasa kecil tentang gurunya, yaitu pak
markun.
Tabel 4.3. Adegan kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah
Adegan Visualisasi Adegan Pemain Interpretasi
1 Vano dan Keresahan karena Laras gagal menikah.
2 Vano dan Tetap sibuk disela- Laras sela pernikahan yang tidak direncanakan dengan baik.
78
3 Vano dan Kebiasaan Laras menggunakan jasa calo yang dianggap lumrah.
4 Calo Calo yang tiada hentinya merayu.
5 Calo, Usaha seorang calo Laras dan yang gigih Vano menyakinkan kliennya dengan menghalalkan segala cara demi uang.
6 Calo, Ketidak setujaun Vano dan Laras Laras menggunakan jasa calo.
79
Tabel 4.4. Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah”
Ikon Ikon pada adegan ini terletak pada setting latar yang sengaja dipilih didepan kantor KUA. Terlihat jelas pada keterangn gedung yang bertuliskan KUA. Indeks Indeks pada adegan ini terdapat pada ungkapan Vano bahwa ―harus menggunakan kartu keluarga lagi‖ dengan nada mengeluh. Juga perkataan calo yang menggunakan dalil agama ―itu sudah fitrahnya Allah SWT‖ dengan penuh keyakinan. Simbol Simbol yang mencuat adalah keberadaan dan kebiasaan menggunakan calo yang dianggap lumrah untuk melancarkan proses. Secara konvensional, simbol-simbol kelemahan untuk melakukan hal yang benar terdapat pada tindakan yang disadari dari kebiasaan berfikir dan bertindak. Simbol lain adalah keteguhan hati laras yang tetap tidak ingin menyuap petugas KUA meskiput keluarga atau ayahnya melakukan hal tersebut.
Secara kronologis adegan ini menggunakan shot on location. Adegan
ini menceritakan kuartel antara Vano yang ingin menggunakan jasa calo dan
Laras yang menolak menggunakannya karena kurangnya kelengkapan
persyaratan nikah. Serangkaian adegan ini seolah menggambarkan kebiasan
masyarakat yang menggunakan jasa calo karena keberadaannya sudah terlalu
mainstream sehingga dianggap lumrah. Yang pada akhirnya lasar
menceritakan gurunya pak markun yang tidak mau menyuap ayanya agar
diangkat menjadi PNS pada adegan ke 3.
Mengenai tehnik jarak kamera atau ukuran gambar (framing size)
dalam adegan ini menggunakan beragam tehnik, yang bertujuan mendapatkan
hasil yang maksimal. Diantaranya adalah big clos up, ini terjadi ketika laras
menyesal dengan keputusan Vano yang ingin menggunakan jasa calo untuk
80
melancarkan prosesi nikah. Medium close up terdapat pada saat keduanya sedang berkuartel, adegan ini juga menggunakan 2 shot dan over shoulder shot dan mid shot.
Dalam adegan ini, editing yang digunakan adalah editing kontinuiti, yang bertujuan agar hubungan kontinuitas naratif antar shot tetap terjaga. Dan dalam tehnik editing ini aspek mise-en-scene dan sinematografi diperhatikan secara detail oleh sutradara, juga aspek 180°.
Full shot digunakan ketika Vano memasuki kantor KUA. Sedangkan long shot terjadi saat keduanya sedang duduk mendiskusikan mengenai jasa calo, tehnik ini berfungsi untuk menunjukan objek dan latar belakangnya.
Sedangkan moving camera menggunakan fading, dan framing. Pada pencahayaan menggunakan key light guna mendapatkan objek yang lebih jelas. Sedangkan pada tata suara, dalam adegan ini tidak ada tambahan suara, hanya menggunakan dieges sound.
Ada dialog yang menarik antara calo, laras dan Vano, namun Vano dan Laras hanya mendengarkan rayuan calo. Berikut dialog tersebut:
Calo : gimana mas, mau dibantuin gak? Mas, untuk keluarga mawaddah dan sakinah emang butuh bantuan. Biar cepat, iya kan? Ahaha..pasti embaknya ini juga udah gk sabar ya mau ngelayanin suami? Ahaha Itu sudah fitrahnya Allah SWT, iya kan mbak? Ahaha Gak usah malu-malu mbak, saya udah paham dah kalo orang udah ngebet banget pengen kawin. Ya itu sudah tertulis dalam Alquran, dari pada zina?
Percakapan ini membuat laras semakin kesal dengan keadaan, yang membuat Vano bingung harus berbuat apa dengan dtampilakan wajah Vano
81
dengan tehnik jarak camera mediun close up dengan latar belakang laras, calo
dan KUA.
3. Adegan 3 (Pemecatan dan perjuangan pak markun melawan korupsi)
Pada adegan selanjutnya adalah bagaimana pak markun berjuang tidak
mau menyuap agar diangkat sebagai PNS. Adegan ini sebenarnya masih
berhubungan dengan adengan sebelumnya, yaitu ketika laras bercerita kepada
Vano tentang pak Markun di KUA. Flash back adegan yang kembali kepada
masa laras kecil. Gurunya pak markun dengan setia mendidik anak didiknya
meski hanya sebagai guru honorer. Caranya mengajar membuat ia
didambakan sebagai guru yang paling pandai menyampaikan materi kepada
murid-muridnya.
Pilihannya untuk tidak menyuap pengangkatannya sebagai guru tetap
sekaligus sebagai pegawai neger sipil, membuat ia harus dikeluarkan, karena
sekolah telah mendapatkan guru pengajar yang telah dilantik sebagai guru
tetap disekolahnya mengajar. Kegigihannya mengajar tidak berhenti sampai
disitu, pak markun tetap mengajar meskipun sudah tidak menjabat sebagai
guru lagi. Terkadang ia ngamen berperan sebagai badut menghibur anak-anak
kelilingkampung untuk mendapatkan rezeki. Sementara istrinya dirumah
selalu mengeluhkan keteguhannya yang tidak mau membayar untuk
menjadikanya guru tetap dan PNS.
Kegigihannya tidak hanya sampai pada pemecatannya karena sekolah
sudah mendapatkan guru tetap. Dirumah, pak markun pun selalu dirayu oleh
istrinya untuk memberikan uang, agar segera diangkat menjadi guru tetap.
82
Namun pak markun tidak menghiraukannya dan hanya mendengarkan saja
tanpa memberikan argumen. Pasca pemecatanya, pak markun sering menjadi
badut untuk menghibur anak-anak dikampung-kampung dan sang isteri selalu
mengeluhkan kegigihannya itu.
Tabel 4.5 Adegan Perjuangan pak markun melawan korupsi
Adegan Visualisasi Adegan Pemain Interpretasi
1 Ayah laras Mengumpulkan uang hasil penyuapan oleh peserta calon guru tetap yang diselipkan dalam map.
2 Pak Pemecatan pak markun markun dan guru lain
3 Pak Keputusan pak markun markun menjadi dan istri badut dengan harapan mengambil hati murid-murid.
83
4 Pak Dilema batin oleh markun permintaan sang sitri yang juga menyuruhnya membayar sejumlah uang untuk mendapatkan SK guru tetap.
Tabel 4.6. Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan perjuangan pak markun melawan korupsi
Ikon Ikon yang terdapat dalam adegan ini tertera pada pemilihan setting lokasi yang menunjukan keadaan sekolah SD, terdapat pada adegan pemecatan pak markun. Indeks Indek dalam adegan ini terdapat pada serangkaian kata- kata pak markun, terutama pada ceritanya kepada murid- murid agak tidak menyerah untuk berbuat jujur. Simbol Dalam adegan ini, simbol yang ditunjukan adalah sikap gigih pak markun yang tetap mengajarkan kebaikan meski sudah tidak menjadi guru bagi murid-muridnya lagi, dan menolak permintaan istri untuk membayar sejumlah uang agar menjadi guru tetap, meski kondisi financial keluarga kurang baik.
Secar kronologis, adegan ini menceritakan keteguhan hati pak Markun menolak melakukan korupsi. Berkas yang ia serahkan sebagai persyaratan menjadi guru tetap tidak ia selipkan amplop yang berisakan uang seperti peserta lainnya. Meskipun dalam keadaan financial yang kurang baik ia tetap menolak melakukan korupsi, hingga sang istri merayu pun ia tetap tidak meng-amini perbuatan tersebut hingga akhirnya maut menjemput. Mood yang coba dibangun dalam adegan ini adalah kesedihan dan kekuatan batin untuk tetap berlaku jujur.
84
Untuk pengambilan gambar, dalam adegan ini banyak menggunakan penggabungan tehnik pengambilan gambar. Pada adegan dimana istri pak marku merayu untuk membayar sejumlah uang, tehnik pengambilan gambar menggunakan mid shot yang digabungkan denganover shoulder shot dalm 2 shot yang dipadukan dengan tehnik moving camera yaitu follow untuk mengikuti objek dalam bergerak searah. Kemudian adegan dimana laras yang mendatangi rumah pak markun karena sakit yang diderita pak markun, tehnik yang digunakan adalah door frame shot yang dipadu dengan camera angel, fungsinya untuk menyampaikan karakter objek (dalam hal ini laras) dalam keadaan tidak langsung pada objeknya. Kemudian dlam adegan lainnya banyak didominasi dengan menggunakan long shot.
Aspek lainnya yaitu pada pakaian. Pak Markun yang menggunakan kemeja biasa yang mengimplementasikan sebagai guru honorer, sedangkan dalam keadaan bersamaan terdapat seorang guru yang menggunakan pakaian dinas resmi. Kemudian juga ketika pak markun berdandan sebagai badut yang menggambarkan cara atas kegigihannya menjadi guru tetap dengan menolak menyuap dan lebih memilih mengambil hati murid-muridnya dengan mengajar yang baik dan benar. Editing dalam adegan ini menggunakan tehnik jump cut, seperti pada saat istri pak markun mendesak agar membayar sejumlah uang dengan tujuan diangkatnya sang suami menjadi guru PNS.
Komponen lainnya adalah tata cahaya. Di adegan ini banyak menggunakan kita dapat menganalisis pencahayaan dari arah datangnya cahaya. Frontlight atau pencahayaan dari depan terdapat pada adegan dimana
85
pak Markun bercerita kepada murid-muridnya, yang bertujuan memberikan
kesan yang rata tanpa dimensi dan efek bayangan yang relatif kecil. Adapun
jenis cahaya yang digunakan sebagai sumber cahaya adalah fill in light,
meskipun kebenarannya masih diragukan, yang berfungsi sebagai cahaya
pengisi yang digunakan untuk mengurangi kepekaan daerah-daerah gelap atau
berbayang yang ditimbulkan oleh main light untuk memunculkan detail
objeknya.
Pada tata suara, adegan ini banyak didominasi oleh dieges sound, yang
berarti suara didapatkan dari objek langsung. Namun pada adegan dimana pak
markun bekumpul dengan murid-muridnya untuk melepaskan balon terdapat
sound effect berupa music instrumental.
Sutradara memvisualisasikan karakter pak markun yang berjiwa
tangguh, ikhlas, gigih dan rendah hati. Dimana saat ini sulit sekali menemukan
orang berkarakter seperti pak markun yang berani melawan sistem yang
korup, melawannya dengan tetap berada dalam lingkungan sistem tersebut.
Namun na‘as, perjuangan dan kegigihan pak markun melawan korupsi harus
berakhir karena sakit dan meninggal dunia, sad ending.
C. Adegan yang Diteliti
Sebelum menganalisa secara detail narasi dalam adegan praktik
korupsi, peneliti akan lebih dulu memaparkan komponen-komponen naratif
yang menjadi acuan dalam memahami adegan khusus ini beradasarkan unsur
naratif film.
86
1. Tokoh
Dalam film ini tokoh utamanya adalah laras dan Vano. Laras
divisualisasikan sebagai seorang wanita modern yang bersifat angkuh terhadap
hal yang berkaitan dengan korupsi ia pun memiliki hati yang kuat dan teguh
pendirian. Hal ini dilatar belakangin oleh kehidupan keluarga laras yaitu
ayahnya yang melakukan korupsi dalam mengangkat guru honorer dan
memberikan SK untuk menjadi guru tetap. Yang mana, guru favoritnya yang
baik hati, ikhlas, jujur dan berdedikasi tinggi yaitu pak markun menjadi
korban korupsi ayahnya hingga akhirnya wafat dalam kejujurannya. Lain
halnya dengan Vano, meski ia menjadi lelaki yang ingin dinikahi Laras,
namun dalam adegan ini ia divisualisasikan sebagai pemuda yang tidak
memikirkan hal kecil yang lamabt laun dapat merusak sistem dan prilaku baik
manusia, ia pun menghalalkan segala cara dan dengan mudah mengamini
praktik korupsi agar dapat melancarkan proses pernikahannya dengan
menyuap seorang calo KUA.
2. Masalah dan Konflik
Terdapat dua masalah yang memicu atau keadaan yang memicu
terjadinya praktik korupsi. Yang pertama adalah ketika pengangkatan guru
honorer menjadi guru tetap. Disini keadaam yang dimanfaatkan ayah laras
sebagai penguasa sistem. Ia mengangkat guru honorer dan memberikannya SK
sebagai guru tetap bukan berdasarkan kompetensi guru, melainkan
berdasarkan uang yang diberikan padanya sebagai pelicin.
Yang kedua adalah keadaan atau masalah yang timbuk ketika laras dan
Vano akan melaksanakan pernikahan sedangkan syaratnya tidak terlengkapi.
87
Dalam keadaan seperti ini dimanfaatkan oleh calo untuk mencari uang. Calo
yang telah berkordinasi dengan oknum pegawai KUA memanfaatkan orang
yang sedang dalam berkeinginan tinggi menikah namun kekurangan syarat,
dengan berjanji akan mempermudah prosesi pernikahan meski syaratnya tidak
dilengkapi dengan memberikan sejumlah uang, dimana calo memprovokasi
mereka dengan dalil-dali agama.
3. Lokasi
Terdapat dua lokasi terjadinya praktik korupsi. Yang pertama adalah
rumah laras. Disini sutradara memvisualisasikan dengan baik, mulai dari
properti dan tata latar yang apik, sehingga memunculkan konstruksi realitas
yang apik.
Kemudian yang kedua adalah di depan kantor KUA. Tempat dimana
laras, Vano dan calo bernegosiasi. Dalam adegan ini pun properti yang dipakai
cukup lengkap dan menghasilkan konstruksi realitas yang rapih.
4. Waktu
Waktu yang digunakan dalam adegan ini terbagi menjadi bebrapa
bagian. Namun jika kita menarik jalur narasi film, adegan ini hanya terjadi di
siang hari. Yaitu saat dimana Vano menjemput Laras yang menurut
perhitungan peneliti terjadi di pagi hari menuju siang. Kemudian menuju
KUA. Disini terjadi kuartel antara Vano dan Laras yang disebabkan
kurangnya persyaratan untuk menikah. Vano ingin agar mereka segera
meresmikan hubungan mereka dengan pernikahan, namun Laras tidak setuju
karena Vano menghalalkan segara cara. Masing-masing mereka kecewa atas
88
perbedaan keputusan dari masing-masing yang tidak sejalan. Kekecewaan laras bertambah karena telfon Vano yang selalu berdering dari kantor menanyakan tentang pekerjaannya yang ditinggal sementara waktu. Ini menandakan waktu terjadinya adegan tersebut terjadi siang hari, karena masih terhitung jam kerja.
Flash back ke masa lampau dimana Laras ketika itu masih kecil, yaitu ketika sang ayah memeriksa berkas-berkas para guru yang terdaftar sebagai kandidat menjadi guru tetap, ini pun divisualisasikan terjadi pagi hari. Melihat dari faktor lighting yang menggunakan soft light atau denga kata lain agaar cahaya membuat objek tampak lebih tipis. Simbol lain yang mendukung adalah adanya kopi dimeja sang ayah yang menemaninya memeriksa berkas masih mengepul, juga adanya laras yang bermain-main disekitar ayahnya.Kemudian adegan kembali lagi KUA. Flash back selanjutnya pada adegan dimana Pak Markun bertemu murid-muridnya yang hendak menuju sekolah, ini pun terjadi pada pagi hari, ini dibuktikan dengan sinar matahari yang diproyeksikan ketika memasuki adegan ini, juga adanya pemain figuran sebagai petani yang melintas menuju sawah membawa pacul dan adanya dialog yang diucapkan salah seorang murid yaitu “selamat pagi Pak
Markun”. Adegan ini terdapat pada durasi 03:11 hingga 03:44.
Adegan kembali lagi ke KUA. Kurangnya syarat pernikahan dimanfaatkan oleh calo yang berjanji memberikan bantuan dengan memberikan sejumlah uang sebagai balasannya. Vano yang ingin sekali menyegerakan menikah dengan laras melaui terpancing dengan tawaran yang
89
menggiurkan. Karena ia merasa telah melakukan semua prosedur, dan hanya kurang kartu keluarga, sehingga bayar orang seperti ini kan biasa anggapnya.
Calo pun semakin semangat merayu dan menyakinkan kedua pasangan ini, namun laras yang memiliki pengalam pahit dengan korupsi memilih menolak melakukannya. Setelah perdebatan panjang, laras menceritakan kisah tentang gurunya yang menolak menyuap ayahnya demi mendapatkan SK sebagai guru tetap dan lebih memilih menarik hati murid-muridnya.
Pak markun, pada durasi 09:27 berada didalam kamar rumahnya berdandan badut untuk menghibur murid-muridnya. Tak bosannya sang istri terus meminta agar suaminya membayar saja SK tersebut, agar kehidupannya lebih bersahaja. Ia termangu mendengar perkataan istrinya, disatu sisi ia ingin membahagiakan istrinya dan dsisi lain ia tidak mau melakukan perbuatan korup tersebut. Namun pak markun tetap memilih jalannya sendiri.
Kemudiania menuju sekolah dengan berdandan badut dan membawa balon menanti murid-muridnya pulang sekolah dan memberikan pelajaran moral melalui kisah-kisah yang ia ceritakan. Ini pun terjadi pada siang hari, dengan simbol murid-murid yang telah menyelesaikan studinya di sekolah.2
Pada flash back terakhir adalah adegan pak markun terbaring sakit hingga akhirnya harus wafat. Adegan ini pun terjadi pada siang hari. Simbol yang memperkuat adegan ini terjadi siang hari adalah jendela yang terbuka dengan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan dan menyinari wajah pak markun. Pencahayaan ini bertujuan memvisualisasikan profil pak markun
2 Durasi 11:53
90
secara tidak langsung yang terbaring lemas diatas kasur, tehnik pengambilan
gambar adegan ini menggunakan door frame shot.
Semiotik dalam Adegan “Perlawanan Korupsi”
1. Tanda-Tanda dan Kode
Tanda-tanda dan simbol yang sengaja ditampilkan secara alami dalam
adegan ini memiliki makan tertentu. Yang mana kita mengetahui bahwa
pemaknaan tanda berbeda-beda dalam suatu wilayah, sehingga memerlukan
pemahaman mengenai konvensi dalam memaknainya. Dan dalam adegan ini,
tanda-tanda dan kode yang dimunculkan merupakan faktor kesengajaan yang
ditimbulkan.
Peneliti akan mencoba merangkai unsur tanda dan kode pada adegan
perlawanan korupsi dengan cara mengklasifikasikan tanda-tanda yang secara
tidak langsung memiliki makna, yang disebut konotasi. Peneliti memilih tanda
sebagai denotasi dan konotasi hanya berdasakan tingkat relevansi dengan
tujuan penelitian. Berikut konotasi dan denotasi adegan utama :
91
2. Denotasi dan Konotasi
Tabel 4.7 Analisis Tanda Denotasi dan Konotasi Dalam Skenario Tanda Denotasi Tanda Konotasi dan Mitos Map Sampul berkas atau data yang berupa kertas. Menjadi sekumpulan data-data. Amplop Sampul surat. Menjadi isyaratkan elemen korupsi yang berisikan uang. Uang Alat transaksi jual beli. Menjadi alat penyuapan KUA Tempat diselenggarakannya pernikahan secara resmi. Menjadi tempat terselenggara korupsi. Calo Perantara. Menjadi pencari keuntungan berorientasi kepada hal negatif. Sekolah Tempat belajar mengajar. Menjadi tempat terjadinya transfer ilmu Seragam SD Identitas murid. Menjadi identitas tingkat pendidikan. Menjadi Seragam guru Identitas guru. Menjadi identitas guru sebagai pengajar tetap atau PNS.
92
Kemeja Kerapihan. Menjadi simbol yang melambangkan guru honorer. Murid-murid Kehidupan sekolah. Menjadi lambangkan generasi penerus. Pohon Tumbuhan. Menjadi lambang kehidupan. Rokok Simbol kedewasaan. Menjadi keseriusan berfikir sebagai simbol mencar ketenangan dalam kepenatan. Badut Penghibur. Menjadi kelucuan yang disukai anak-anak. Balon Simbol anak-anak. Menjadi simbol kegembiraan dan benda yang disukai anak-anak. Bunga Tumbuhan kembang. Menjadi lambang uangkapan perasaan kasih sayang. Motor Alat transportasi modern. Menjadi simbol pria mandiri. Helm. Instrumen berkendara motor. Menjadi simbol orientasi keselamatan dan disiplin akan perarturan lalu-lintas. Taxi Alat transportasi umum modern. Menjadi alat transportasi tertentu dan dalam keadaan tertentu. Minuman botol Minuman kemasan yang dapat dibeli dimana saja. Menjadi waktu yang panjang pengurusan Vano di KUA. Dasi yang miring Ketidak rapihan menjadi kekacauan berfikir yang berorientasi pada situasional. Jabat tangan Produk budaya tertentu. Menjadi simbol kesepakatan antara kedua belah pihak. Telepon genggam Alat komunikasi modern jarak jauh. Menjadi tolak ukur mobilitas seseorang.
Tabel 4.8. Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “Perlawanan korupsi”
Ikon Perlawanan terhadap korupsi, yang hingga hal berkaitan dengan kesakralan agama pun masih dikorupsi. Calo yang ditampilkan merupakan visualisasi penyakit sistem yang menjamur diman- mana. Uang, KUA, guru, sekolah, pohon, guru yang menjadi badut, kancing kemeja yang terlepas dengan dasi yang miring. Dalam penelitian ini, peneliti ingi mengeksplorasi bentuk lain dari ikon sebagai batas kemiripan makna. Indeks Perkataan, ucapan dan dialog dalam narasi yang memiliki unsur kausalitas terhadap peristiwa. Dalam adegegan ini terdapat teks besar yang memunculkan indeks cukup dominan. Yaitu pada adegan dialog antara Vano dan laras setelah kemunculan calo yang merayu untuk digunakan jasanya. Berikut kata-kata tersebut: ―aku bisa baca dan aku suka baca, kaerna guru yang paling keren sedunia yang namanya pak markun selalu punya cerita menarik buat muridnya. Dia enggak bisa mengajar karena dia menolak
93
nyogok untuk bisa dapet SK jadi guru tetap. Tapi dia enggak nyerah gitu aja, dia rela jadi bahan tertawaan hanya karena untuk deket sam kita murid-muridnya. Dia rela jadi dirinya susah Cuma karena nolak nyogok papa aku‖.3 Setelah kata-kata yang diungkapkan dengan kesedihan dan pengalaman yang mendalam ini, perlahan Vano mulai menyadari perbuatannya. Simbol Mental yang pantang menyerah terhadap kebathilan, sopan santun pak markun yang mengagumkan, tutur dan perlakuan yang hangat kepada murid-murid pak markun serta kegigihannya menanamkan kebaikan kepada muridnya hingga akhir hayat sebagai simbol pengalaman pahit yang berharga yang menginspirasi laras.
Tabulasi Analisis Elemen Adegan
Sebelum memasuki penelitian elemen film, peneliti akan mamasukan
terlebih dahulu beberapa potongan shot yang berkaitan langsung dengan
permasalahan utama dalam penelitian ini, berikut visualisasinya:
Tabel 4.9. Visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi”
Visualisasi Verbal dan Non Verbal Adegan Utama Adegan-Adegan Pendukung
Durasi 03:32 / 16:32
3 Percakapan ini terdapat pada durasi 11:14.
94
Durasi 06:22 / 16:32
Durasi 12:20 /16:32
Durasi 12:47 / 16:32
Durasi 09:07 / 16:32
95
Durasi 13:38 / 16:32
Durasi 16:03 / 16:32
a. Analisis Simbolik dan Narasi Antara Adegan Utama dan Pendukung
Pada Tabel 4.9.
Tabel diatas merupakan serangkaian narasi yang saling terkait satu
sama lain. Peneliti akan menganalisis simbolik dan narasi sesuai dengan
kebutuhan analisis film Metz. Dalam rangkaian gambar diatas, sutradara
mencoba menampilkan sebuah nilai penting mengenai sebuah perlawanan
terhadap korupsi dan dampak yang ditimbukan dengan alur film yang kilas-
balik. Yang mana seluruh adegan pendukung ini ditampilkan kilas balik mulai
dari perjalanan menuju KUA hingga akhir film dengan tujuan menimbulkan
dua kesan. Pertama kesan review flash back laras yang sedang berhadapan
dengan situasi korupsi yang dijadikan sebagai landasan penolakan melakukan
96
korupsi. Kedua adalah mempersingkat waktu narasi film yang menggunakan flash back yang digabung dengan tehnik elliptical editing.
Pada gambar 1 kolom 1 yang berfungsi sebagai peran utama mempunyai makna semiotik dan sinematik sendiri dibandingkan dengan adegan-adegan pendukung yang berfungsi sebagai pengantar naratif. Dalam gambar terlihat bagaimana laras melawan praktik korupsi yaitu dengan pergi meningkalkan Vano dan calo.
Pada kolom 2 baris pertama, terlihat adegan laras yang sedang berad dekat ayahnya yang sedang memeriksa isi amplop didalam berkas peserta calon guru tetap. Ketika itu laras yang masih kecil melihat map berkas gurunya pak markun diletakan dilantai, ia pun secara langsung mengatakan kepada ayahnya ―ini guruku‖ dan sang ayah kemudian memeriksa isi berkas tersebut dengan mencari amplop yang berisikan uang, ia bilang pada laras
―gak ada‖ kemudian diletakannya kembali berkas itu dilantai.
Adegan ini memvisualisasikan sebuah fakta sistem perekrutan yang dewasa ini banyak dimanfaatkan oleh penguasa sistem tersebut untuk merauk keuntungan pribadi tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya tersebut.
Pada baris 2 kolom 2, adegan pak markun yang secara sengaja disetting oleh sutradara bertemu dijalan dengan murid-muridnya yang sama- sama meuju ke sekolah. Dalam perjalanan melangkah ke sekolah ditampilkan dedikasi pak markun sebagai guru yang baik dengan memberikan pelajaran moral meskipun tidak sedang dalam sekolah. Berikut dialog dengan murid- murid ketika menuju sekolah yang diawali pada durasi 03:11:
97
Pak Markun : jadi, kita itukan cerminan dari rumah kita ya..kalau misalnya kita suka bohong dirumah, berarti kita juga diluar suka? Murid-murid : bohong...... (dengan serempak menjawab) Pak Markun : sudah pada ngerjain PR belom ini dirumah? Murid-murid : sudah....(menjawab bersamaan)
Dalam adegan ini shot yang digunakan adalah shot on location.
Kemudian efek kamera menggunakan tehnik pan, di mana kamera bergerak bergeser ke arah kiri untuk mendapatkan objek utama. Adegan selanjutnya adalah pada baris 3 kolom 3 dimana laras yang telah berada didalam kelas yang melihat keluar jendela kaca. Ia melihat pemecatan pak markun oleh guru setempat, karena posisinya sebagai guru penggganti telah terisi oleh guru baru yang telah mendapatkan SK. Laras yang divisualisasikan berada didalam kelas kemudian tehnik jarak kamera yang menggunakan close up bertujuan untuk mengangkat efek psikologis laras kecil yang telah mengetahui sebelumnya bahwa berkasnya tidak diterima oleh ayahnya. Ini pun bertujuan membangun aspek psikologi penonton mengenai dampak korupsi secara tidak langsung.
Kemudian adegan pendukung pada baris 4 kolom 4. Adegan ini adalah adegan yang mengingatkan laras akan sosok pak markun sebagai guru yang ikhlas, baik, dan selalu memiliki cara untuk mengajar dengan baik dan ceria meskipun tidak lagi berstatus sebagai gurunya disekolah. Dalam adegan ini tehnik tata suara menggunakan tehnik dieges sound yang diambil langsung dari lokasi shot, kemudian menambahkan ilustrasi musik agar suasana ceria lebih nampak realistis.
98
Selanjutnaya adalah adegan pada baris 5 kolom 5. Adegan ini sesungguhnya masih satu adegan dengan adegan sebelumnya, namun peneliti menilai ada makna konotasi yang berbeda didalamnya. Adalah adegan dimana pak markun yang sedang berdandan menjadi badut bercerita kepada murid- muridnya setelah pulang sekolah. Adapun cerita pak markun kepada muridnya yang yang sebelumnya diawali oleh percakapan antara murid-murid dan pak markun. Cerita ini teringat oleh laras hingga dewasa yaitu ketika ia berhadapan dengan praktik korupsi adalah sebagai berikut:
Murid-murid :Pak markun... Pak markun..(kemudian disambut beramai- ramai oleh murid-murid yang lain Pak markun : wah..masih kenal bapak, ada yang mau balon gak? Murid-murid : Mau.... (semua menjawab dengan bahagia)..pak cerita dong pak, cerita... Pak Markun : Cerita...mau denger cerita dari bapak? Murid-murid : mau..... (dengan riang gembira mereka kompak menjawab) Pak Markun : mau kekelas bapak yang lebih luas sekarang..atapnya aja awan, lampunya ada yang bisa tebak apa? Murid-murid : matahari Pak Markun : ketika kamu nanti mengalah, menyerah untuk jujur, matahari akan menangis...seperti apa menangisnya, huja...halilintar akan tertawa, geledeknya dimana- mana...duar duar duar..samapai akan membuat hati kecil kalian porak-poranda, tidak terdengar suaranya...ssss hening.
Pada adegan ini peneliti melihat kejanggalan, yaitu pada kostum murid-murid yang sebelumnya menggunakan seragam sekolah karena baru pulang sekolah yang berganti menjadi pakaian sehari-hari. Namun pesan yang ingin disampaikan sutradara adalah adegan cerita dan pesan cerita yang teringat oleh laras hingga dewasa.
99
Kemudian adegan pendukung selanjutnya adalah pada bari 6 kolom 6.
Adegan ini menampilkan ketegasa Laras dalam menolak korupsi. Terjadi perdebatan antara laras dan Vano yang berselisih pendapat antar keduanya.
Berikut ulasan dialog perdebatan mereka:
Vano : aku fikir kamu sudah siap waktu kamu bilang iya. Laras : kamu enggak ngerti berarti. Vano : bantu aku ngerti dong. Jangan marah terus ngambek gtu aja. Itu kamu banget tuh geleng-geleng. Aku ini serius, klo kamu belum apa-apa aja udah sabotase sendiri.... Laras : aku tu sedih, kita baru mau mulai aja kamu udah ngentengin. Vano : lho, aku bukan ngentengin, aku tu kalau bisa kawin sama kamu detik ini, ya aku maunya detik ini juga. Dan aku akan ngelakui apa saja untuk itu, itu salah? Laras : ya salah, karena kamu belum usaha yang besar, terus kamu mau nyogok orang dalam gitu aja, kalau Tuhan aja kamu sogok, gimana entar? Vano : lho, siapa yang mau nyogok Tuhan? Aku tu cuma mikirinnya kamu kok. Laras : makanya aku bilang, kamu itu enggak ngerti. Konsep hidup baru kamu itu aneh berarti. Vano : Kok aneh sih, gitu aja kok jadi masalah.
Dalam dialog ini memvisualisasikan keteguhan hati laras menolak melakukan korupsi.
Adegan selanjutnya pada baris 7 kolom 7. Adegan ini menampilkan akhir perjuangan pak markun melawan korupsi karena terbaring sakit hingga akhirnya wafat. Dalam adegan ini juga terdapat istri pak markun yang dalam kesedihannya menyesali perbuatannya selalu mendesak suaminya untuk melakukan korupsi dengan membayarkan sejumlah uang untuk mendapatkan
SK guru tetap. Ternik door frame shot yang digunakan yaitu teknik pengambilan gambar yang menunjukkan kamera perekam berada diluar lokasi
100
obyek berackting bertujuan menyampaikan karakter dan memvisualisasikan
secara tidak langsung keadaan batin laras berduka atas apa yang terjadi pada
gurunya.
Adegan selanjutnya yang merupakan adegan pendukung terkhir pada
baris 8 kolom 8. Didalam adegan ini nampak Vano dan Laras berjabar tangan
dengan senyum yang lebar menandakan kebahagiaan keduanya. Sutradara
memvisualisasikan adegan ini sebagai bentuk kesepakatan antara keduanya
karena Vano yang telah memahami pebuatanya serta dampak yang
ditimbulkan melalui cerita yang dikemas oleh Laras. Uangkapan kesepakatan
yang diawali oleh Vano terdengar penuh semangat pertentangan akan korupsi,
yaitu ―if you wanna do right thing, let’s do it right way‖.4
Tabel 4.10 Temuan analisis visualisasi shot dari Adegan “Perlawanan korupsi”
No Elemen Temuan Analisis
1 Mise En Scane What : Contoh yang kongkret adalah pada simbol calo. Calo merupakan salah satu elemen yang dekat dengan praktik korupsi. Calo merupakan representasi dari lemahnya sistem dan hukum yang mana dewasa ini banyak meresahkan masyarakat. Kostum sekenanya saja yang digunakan memvisualisasikan ketidaksiapan mereka untuk menikah, atau dengan kata lain lebih membangun kesan realitas yang kuat untuk kawin lari. Ditambah bungan yang mengisyaratkan dua sejoli yang dilanda asmara. Laras yang pergi meninggalkan Vano dan calo karena tidak tahan dan tak ingin terseret dalam
4 Film Aku Padamu, pada durasi 15:57
101
perbuatan korupsi pada setting latar di Kantor Urusan Agama (KUA). What effect: Efek yang muncul dari serangkaian perpaduan mise en adegan adalah perwujudan setting on location yang lapang yang menghadirkan teras KUA. Kemudian penunjuk status sosial Laras, Vano dan calo serta penunjuk ruang dan waktu kejadian. Pencahayaan high key lighting, pembangunkarakter yang memadai serta aktor yang interpretatif dalam membangun narasi yang realistis. What meaning: Sistem makna yang ditampilkan yaitu melalui pendekatan konotasi dan denotasi. Pada adegan denotasi yang muncul adalah calo, KUA, kursi taman dan taxi. Sedangkan makna konotasi sudah dijelaskan sebelumnya diatas. How: Pembangunan mise en adegan yang dilakukan sutradara difokuskan pada aspek setting dan pemain. Settinga yang menampilkan realitas yaitu di teras KUA merupakan konstruksi mise en adegan pada adegan utama. Pemilihan yang selektif bertujuan membangun mood dengan baik agar sampai kepada penonton. Sama halnya dengan pemilihan pemain. Dalam adegan ini pemain telah terseleksi dengan baik terkait penampilan fisik maupun karater yang melekat pada pemain, atau biasa disebut seleksi materi dan non materi. Pupose: Dengan melihat adegan diatas, tampak bahwa tujuan sutradara adalah memvisualisasikan karakter Laras, Vano, calo dan berbagai pendukung narasi lainnya. Mood yang menyedihkan pada karakter laras yang kuat membuat rasa ingin tahu kelanjutan pada bagaimana sikap keputusan laras dalam melawan korupsi. 2 Editing Pada adegan ini tehnik yang digunakan didominasi oleh tehink 180° yang bertujuan agar kamera tidak melewati garis aksi ketika transisi shot (cut) dilakukan. Tehnik ini tidak berdiri sendiri, terdapat tehnik shot/reverse shot yang
102
saling bersinergi satu sama lain dalam tehnik editing 180°. Sekuen montas yang disajikan cukup menarik, karena dukungan narasi yang baik sehingga menciptakan ketegangan yang realistis. Misalnya pada adegan ketika calo, Laras dan Vano berada dalam satu frame shot, dimana calo merayu mereka kemudian berpindah kekursi yang dilanjutkan dengan perdebatan sengit antar keduanya. 3 Shot Types Terdapat beberapa tipe shot dalam adegan ini. pertama adalah medium close up. Medium close up digunakan ketika dialog antar Vano dan Laras yang menunjukan ekspresi keduanya secara bergantian untuk membangun karakter masing-masing Kedua adalah long shot yang memunculkan keduanya sedang duduk dikursi taman dengan menampilkan latar belakang KUA. Penggunaan shot ini juga digunakan ketika laras pergi meninggalkan Vano dan calo seperti pada adegan baris 1 kolom 1 diatas. 4 Camera Angel Sudut kamera. Tipe sudut. Tipe sudut yang digunakan adalah low angel, dimana sutradara memvisualisasikan objek afar nampak lebih besar, dominan dan percaya diri serta karakter yang kuat. Kemiringan Kemiringan dalam adegan ini digunakan dengan tujuan memvisualisasikan keadaan yang sedang kacau. Ketinggian Dalam adegan ini sutradara tidak menggunakan high Angel, dia lebih memilih menggunakan straigh Angel dimana ketinggian kamera yang sangat rendah dan nyaris sejajar dengan lantai serta lurus. 5 Camera Movement Pergerakan kamera dalam adegan ini didominasi oleh penggunaan tehnik pan.Yaitu pergerakan kamera kekiri dan kekanan, yang tujuannya adalah mengikuti pergerakan objek secara horizontal.
103
6 Lighting Terdapat tiga aspek yang digunakan untuk menganalisa pencahayaan 1. Kualitas Kualitas cahaya pada adegan ini adalah high key lighting yang menciptakan batasan yang tipis antara area gelap dan terang.
2. Arah pencahayaan Arah pencahayaan yang digunakan dalam adegan ini adalah Frontal lighting karena sutradara menginginkan menghapus bayangan dan menegaskan karakter pemain. 3. Sumber Cahaya Sumber cahaya pada adegan ini menggunakan key light. Yaitu sumber cahaya utama yang paling kuat, yaitu matahari. 7 Dieges and Sound Tipe suara yang digunakan dalam adegan ini adalah dieges sound. Tipe ini adalah suara diambil secara langsung ketikan take shot. 8 Visual Effet / SFX Tidak ada. 9 Narrative Unsur narasi dalam adegan adalah linear. Namun secara keseluruhan seperti yang telah djelaskan diatas bahwa unsur narasi film ini adalah non linear. 10 Genre Genre film ini adalah dokumentasi dimana fakta disajikan oleh sutradara untuk memvisualisasikan kenyataan kepada penonton. 11 Iconography Iconography yang dimunculkan yang mendukung adegan ini adalah calo yang merupakan salah satu elemen perantara korupsi dan KUA sebagai lokasi terjadinya korupsi. 12 The Star System Pemilihan bintang film dalam hal ini terasa matang sekali. Sutradara memilih aktor profesional muda berbakat Nicholas Saputra dan Revalina S Temat yang keduanya diakui kwalitas akting mereka didunia perfilman indonesia. 13 Realism Aspek realism biasanya dipelajari dari sistem budaya masyarakat setempat, termasuk aspek demografis dan kisah-kisah penting yang berkaitan dengan narasi fil, sehingga penonton dapat merasakan atmosfer pesan yang disampaikan melalui film. Dalam adegan ini penciptaan realitas cukup realism. Dapat dilihat pada beberapa shot yang seolah-olah benar
104
terjadi. Dalam adegan ini aspek realisme dibangun berdasarkan fakta yang terjadi dilingkungan sekitar kita yaitu negara indonesia. Dimana praktik korupsi menjamur dihampir seluruh lini pemerintahan. Dilm ini ditujukan sebagai gambaran praktik korupsi.
D. Konvensi Visualisasi Adegan Perlawanan Korupsi
Konvensi yang sebelumnya telah tertera pada bagian elemen akhir
akan dijelaskan kembali unsur-unsur konvensi secara lebih detail untuk
mempermudah penelitian.
Tabel 4.11
Tanda-tanda simbolik Pemain Konvensi
melawan korupsi Laras dan pak Memberantas korupsi menurut Dr. markun Ichsanuddin Noorsi adalah political will yang dimulai dari diri sendiri Mental pantang menyerah Laras Mental merupakan pondasi keyakinan dalam memberantas korupsi agar tetap kokoh, karena jika tidak. Akan mudah terjerumus dalam lingkaran sistem yang korup. Sopan santun Pak markun Saopan santun adalah prilaku positif yang merupakan implementasi dari budaya masyarakat indonesia. Sikap ini haruslah dimiliki oleh guru sebagai cerminan murid-murid generasi penenrus bangsa. Tutur kata bijak Pak markun Manifestasi dari guru yang baik
Kegigihan menanamkan Pak markun Manifestasi dari perjuangan guru sebagai pahlawan tanpa tanda kebaikan jasa.
Sikap pantang menyerah Calo Calo yang memiliki 1001 cara mendapatkanuang dengan caranya
105
yang berdampak merugikan orang lain. Penggunaan dalil agama Calo Dalil agama adalah syarat mutlak agar sesuatu hal menjadi halal dilakukan, dalam hal ini khususnya dalam ajaran islam. Menyerah pada keadaan Vano Kebiasaan meminta bantuan calo untuk memperlancar urusan atau masalah.
E. Interpretasi Adegan Perlawanan Korupsi
Peneliti menganalisi pesan yang coba disampaikan dalam film ini
menggunakan pisau semiotika Barthes. Analisis peneliti adalah bagaimana
sebaiknya bersikap pada korupsi. Bagaimanan pun keadaan kita, menki
sebagai pihak yang diuntungkan maupun yang dirugikan jangan pernah
menyerah pada korupsi. Seperti telah kia ketahui bahwa korupsi berdampak
merugikan pada orang banyak. Melihat kemasan film serta literasi produksi,
peneliti mengamati bahwa sutradara berupaya mneggambarkan keadaan
sekitar kita atau bahkan perilaku kita yang tanpa kita sadari adalah korupsi.
Kalau kita mengamati konten film ini, dapat dikatakan bahwa film ini
mecoba mempresentasikan perlawanan atau jihad terhadap korupsi. Hal ini
menandakan bahwa dalam melawan korupsi dapat dimulai dari diri kita
sendiri kemudian sekitar kita dan selanjutnya, yang bukan hanya berkata-kata
saja dengan orasi namun perilaku diri masih korupsi.
Saat ini perkembangan metode dakwah pesat. Film sebagai salah
satunya. Film sebagai media dakwah memiliki keunggulan beberapa aspek,
seperti gambar hidup, suara, penyerapan alur cerita yang lebih emotional,
106
konstruksi realitas yang dramatik sehingga pesan yang diterima lebih dapat diterima.
Perjuangan KPK sebagai lembaga pemberantas korupsi masih tidak hanya sebatas memberantas saja, melainkan menanamkan semangat bersama- sama pada masyarakat untuk bemberatas korupsi. Perjuangan gigih melawan korupsi telah digambarkan oleh pak markun dan laras dalam film ini. sikap ini ditampilkan dalam berbagai simbol dan kode-kode yang mudah dipahami dan diterima.
Pada adegan khusus didepan KUA, yaitu dimana Laras pergi meninggalkan calo dan Vano. pesan-pesan dalam adegan ini dibangun sutadara berdasarkan narasi dan bahasa sekenario. Seperti halnya ungkapan
Metz tentang bahasa film. Bahasa film merupakan serangkaian aspek dan komponen yang mendukung terjadinya proses produksi tanda dalam film.
Lokasi setting menjadi bukti kejelian sutradara memunculkan simbol- simbol dan kode-kode dalam film ini. Properti, pemain, dan bahasa film juga termasuk serangkaian adegan drama yang non linear kemudian ikon, indeks dan simbol didalamnya tetap dapat memberikan pemahaman yang mudah dimengerti.
Peneliti berpendapat bahwa penciptaan makna yaitu ikon, indeks dan simbol dalam film ini terlah berhasil disusun dalam sebuah karya seni yang bermuatan pesan positif.
Misalnya saja pada peristiwa pak markun mengajarkan kebaikan kepada murid-muridnya, meskipun statusnya bukan lagi ebagai guru. Hal ini tercermin dari firman Allah dalam alquran surat al-imran ayat 110:
107
―Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.‖
Ayat ini menganjurkan kita akan selalu menjalankan amal ma‘ruf nahi munkar agar mendapatkan derajat yang lebih mulia disisi Allah SWT.
Semangat dan perjuangan Pak Markun tumbuh pada generasi selanjutnya, dan semoga ini pun terjadi pada diri kita, ini yang diharapkan sineas pada pesan dalam film
Pada adegan khusu dimana Laras meninggalkan calo dan Vano. nilai- nilai yang terkandung dalam antara lain adalah keteguhan hati meninggalkan korupsi, seperti yang telah dijelaskan dalam Alquran surat al-maidah ayat 42:
―Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram[418]. jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka Maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. dan jika kamu memutuskan perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.‖.
108
Memakan yang haram yang dimaksud dalam ayat ini adalah seperti uang sogokan atau sebagainya. Sedengakan sikap Laras meninggalkan calo dan Vano merupakan keteguahan hati berpaling dari perkara yang tidak adil dan memberikan mudharat.
Adapun kritik dari peneliti yaitu mengenai alur cerita non linear saja, yang mana belom dapat memberikan pemahaman terhadap narasi film cukup baik, khususnya untuk mereka yang kurang memahami film dan tentang alur film.
Selain itu, mengenai praktik korupsi yang dilakukan ayah laras.
Menurut peneliti masih ada adegan yang kurang meskipun adegan pendukung untuk menguatakan terjadi praktik korupsi dalam sistem perekrutan cukup kuat. Hal ini dimaksudkan agar menjadi gambaran dengan gamblang tentang praktik korupsi, seperti halnya perlawanan laras terhadap korupsi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menyimpulkan hasil skripasi ini, peneiti mengacu pada fokus
permasalahan yang ada. Dengan melihat pada pendekatan teori dan
implementasinya terhadap objek penelitian, maka peneliti menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Sigh dan Code (tanda-tanda dan kode) yang terdapat pada film Aku
Padamu adalah verbal dan non verbal yaitu pada adegan melawan praktik
korupsi didepan KUA (kantor urusan agama) yang divisualisasikan pada
pertengan cerita. Sigh dan code yang dimunculkan berfokus pada adegan
laras ketika laeas berhadapan dengan calo didepan KUA. Melalui kajian
semiotika, peneliti menemukan 22 tanda dan kode yang signifikan
terhadap tujuan penelitian dalam perlawanan terhadap korupsi yang
dirangkum dalam tabel dentasi dan konotasi.
2. Elemen yang terdapat pada film Aku Padamu adalah pada 13 komponen
penting yang dapat menjelaskan. Pertama yaitu pada aspek mise en adegan
yang menjelaskan melalui setiing, kostum, tata rias dan tata pencahayaan
yang ditampilkan dalam shot kamera berfungsi sebagai penunjuk status
sosial, citra dan pununjuk ruang dan waktu. Kumudian melalui editing.
Pemaknaan melali editing terlihat dari pemilihan tehnik sutradara dalam
menampilkan berbagai shot pada sebuah adegan.
109 110
Selanjutnya yaitu Sot Types. Ini merupakan sebuah upaya
penampilan makna melalui tehnik jarak kamera, sudut, ketinggian dan
kemiringan kamera. Selanjutnya aspek camera angel yang menampilkan
makna melalui berbagai sudut kamera secara khusus. Camera movement
yang mengahadirkan pemaknaan melalui pegerakan kamera yang dinamis.
Selanjutnya adalah pemaknaan melalui lighthing yang memberikan suatu
makna dan kemudian menimbulkan efek dan mood tertentu dala adegan
film.
The Star Sistem merupakan sebuah cara yang bertujuan
menyesuaikan antara pemeran dengan cerita film. Selanjutnya adalah
Dieges and sound yang berfungsi menghidupkan makna melalui suara.
Suara yang dihasilkan merupakan suara langsung dari lokasi shot sehingga
menghadirkan unsur realitas yang kuat. Genre film ini adalah dokumenter
yang menghadirkan fakta.
Ikongrafisnya adalah benda-benda yang dapat dilihat dan
mempunyai kesamaan dekat terhadap genre. Sedangkan yang terkhir
adalah aspek realism. Komponen ini bertujuan membawa mood penonton
pada situali realism pada setiap adegan.
3. Konvensi dalam film Aku Padamu adalah melalui konvensi yang sudah
ada pada suatu konsensus yang sebelumnya telah dispakati bersama dalam
suatu wilayah. Konvensi dapat bersumber dari sejarah, mitos dan budaya
setempat yang memiliki relevansi sebagai konsensus disuatu masyarakat
yang kemudian dijadikan sebagai acuan umum dalam melakukan sesuatu.
111
Demografis indonesia saat ini banyak dari masyarakatnya yang
memanfaatkan lemahnya sistem serta memanfaatkan legitimasinya demi
kepentingan individu maupun kelompok. Perlawanan terhadap korupsi yang
dikemas naratif dibangun berdasarkan realitas dan bermaksud memberikan
gambaran pada masyarakat tentang praktik dan dampak yang ditimbulkan
oleh praktik korupsi untuk mempengaruhi persepsi, pola fikir dan
pandangan masyarakat yang bertujuan melawan korupsi bersama-sama.
B. Saran
Saran peneliti terhadap film ini adalah:
1. Saran peneliti kepada sutradara film: dinamika naratif film, dinamika film
dan sinematografi seharusnya menjadi kesatuan visualisasi yang lebih
dinamis sehingga film lebih terasa hidup. Elemen mise en adegan yang
baik juga mampu menghasilkan sistem tanda yang komprehensif dan
visualisasi realitas yang lebih halus. Sedangkan alur film yang non linear
cukup membuat film ini sulit dipahami, ditambah lagi dengan durasi yang
cukup singkat.
2. Saran peneliti buat pada Da‘i: pesan dakwah yang disampaikan dalam film
ini menurut peneliti sudah cukup dapat diterima dengan baik, sehingga
dapat dijadikan reverensi sebagai materi dakwah.
3. Saran peneliti kepada KPK: mengenai pendistribusi film yang tidak
ditayangkan secara masal melalui stasiun TV lokal menurut peneliti dapat
menghambat pesan moril yang ingin disampaikan.
112
4. Saran peneliti media pembuat berita: Mengenai masalah pendanaan film
ini, peneliti berpandangan bahwa ini hanya upaya dari pihak yang tidak
setuju dengan film yang bertujuan memberikan informasi terkait praktik-
praktik korupsi dan mempengaruhi publik untuk ikut berperan serta
memberantas korupsi.
Selebihnya peneliti hanya bisa memberikan apresiasi terhadap karya luar biasa ini. peneliti berharap dimasa selanjutnya sineas indonesia mampu menciptakan film-film dengan mengangkat tema sejarah bangsa, dinamika perpolitikan bangsa dan perkembangan bangsa sehingga mampu memberikan simulasi mengenai keadaan bangsa dan mampu meningkatkan kecintaan dan mengangkat nama serta derajat bangsa Indonesia dimata dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Akmalsyah, Rizky. ―analisis Semiotika Film A Mighty Heart.‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
Arsyad, Azhar. ―Media Pembelajaran.‖ PT RajaGrafindo Persada, 2011.
Bayhaki, Akhmad. ―Analisis Semiotika terhadap Film Animasi Upin dan Ipin,‖ Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Bayhaqie, Hilal, Puga. ―Analisis Semiotika Iklan Kampanye Politik Di Televisi.‖ Skripsi S1 (jakarta: Perpustakaan Umum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010).
Djaja, Emansjah. ―Memberantas Korupsi Bersama KPK.‖ Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Djaja, Emansjah, ―Memberantas Korupsi Bersama KPK (edisi kedua).‖ Jakarta:
Dkk, Sadiman. ―Media Pembelajaran.‖ Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011.
Edelherz, Helbert. ―The Investigation of White Collar Crime, A manual for Law Enforcement Agencies, US Departement of Justice.‖Office Regional Operation, Law Enforcement Assistance Administration,1977.
Harahap, Krisna. ―Pemberantasan Korupsi Jalan Tiada Ujung.‖ Bandung, PT Graffiti Bandung, 2006.
Harian Kompas, Minggu 17 Juli 2005, oleh Eric sasono.
Hudayat. Modul ―Metode Penelitian Sastra.‖ Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, 2007.
Indiwan. ―Semiotika Komunikasi.‖ Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011.
Irwansyah, Ade. “Seandainya Saya Kritikus Film.” Yogyakarta, CV Homeira Pustaka, 2009.
Isra, Saldi. ―Kekuasaan dan Prilaku Korupsi.‖ PT. Kompas Media Nusantara, 2009.
Kompas. ―Jihad Melawan Korupsi.‖ Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005.
113 114
KPK. ―Mengenal & Memberantas Korupsi.‖
Lyden, John C. Pdf ―Film as Religion.‖ New York: New York University Press, 2003.
Mabruri, Anton. Managemen Produksi Acara Televisi, Mind 8 Publishing, 2011.
Mulyana, Deddy. ―Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.‖ Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.
O‘Shaughnessy, Micheal and Stadler, Jane. ―Media and Society.‖ Oxford Universiy, Oxford University Press, 2005.
Pratista, Himawan. ―Memahami Film.‖ Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.
Sumarno, Marselli. ―Dasar-dasar Apresiasi Film.‖ jakarta, Gramedia, 1996.
Sumarno, Marselli. ―Job Descriptio Pekerja Film Versi 01.‖ (jakarta: Fakultas Film dan Televisi IKJ, 2012.
Sobur, Alex. “Semiotika Komunikasi.” Bandung, PT.Rosda Karya, 2009.
Sudjana dan Rivai, ―Media Pendidikan.‖ Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011.
Suyatno, ―Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.‖ jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.
Suyatno. ―Undang-Undang RI tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU NO. 20 Tahun 2001).‖ jakarta, Pancar Utama, 2001.
Taqiyya, Hany. “Analisis Semiotik terhadap Film in the name of god.” Skripsi S1 (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
115
DAFTAR PUSTAKA INTERNET
Benarkah film Indonesia langka dengan kritik sosial, diperoleh dari http://iechaeruvanoel.multiply.com/journal/item/11/Benarkah-Film- Indonesia-Langka-Akan-Kritik-Sosial, diakses pada 27 september 2012.
Biografi Steve Campsall diperoleh dari http : / / educationforum . ipbhost . com / index .php?showtopic=1678, diakses pada Senin 2 Oktober 2012.
Fazzan. KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http://universityofachehnese.blogspot.com/2011/06/korupsi-dalam- perspektif-hukum-pidana.html, diakses pada 25 November 2012. http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2518
116
LAMPIRAN
Lampiran 1 : foto lembaga KPK
Lampiran 2 : foto dvd KvsK1
1http://3.bp.blogspot.com/- J0cTWtzqF4g/UHLtf21sg2I/AAAAAAAAAnU/y4RfumgIafw/s1600/Film-Kita-Vs-Korupsi1.jpg
117
Lampiran 3: Surat permohonan film Aku Padamu
118
Lampiran 4 : Surat Pengajuan