PARTISIPASI PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK DALAM PERUBAHAN ORDE LAMA – ORDE BARU

SKRIPSI

ANDI PANDAPOTAN SAMOSIR 090906034

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ANDI PANDAPOTAN SAMOSIR (090906034)

PARTISIPASI PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA DALAM PERUBAHAN ORDE LAMA – ORDE BARU

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan tentang partisipasi organisasi PMKRI dalam perubahan orde lama menuju orde baru di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkap perjalanan dan perjuangan yang dilakukan organisasi-organisasi mahasiswa khususnya oleh PMKRI. Oleh sebab itu skripsi ini lebih melihat bagaimana organisasi mahasiswa memiliki posisi tawar dalam transisi perubahan orde lama menuju orde baru. Peneliti juga melihat adanya pengaruh PKI yang menghegemoni di Indonesia yang menjadi tantangan terbesar di masa itu. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode studi pustaka dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data dan penelitian ini mengandalkan hasil analisis dari data pustaka dan fakta yang diperoleh dari wawancara tokoh-tokoh yang berperan pada masa itu.

Data yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah bersumber dari buku – buku, surat kabar dan internet. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan menggambarkan, meringkaskan, dan menjelaskan dari berbagai kondisi dengan berbagai variabel yang timbul dalam objek penelitian ini dan mengungkapkan fakta melalui pengumpulan data untuk selanjutnya dipelajari, diolah, dianalisa dan kemudian disimpulkan dengan cara deskriptif.

Universitas Sumatera Utara Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori gerakan sosial, perubahan politik, dan gerakan mahasiswa yang menjadi pisau analisis oleh penulis dalam membahas materi penelitian ini. Sehingga skripsi ini bisa menjadi rangkum hingga selesai sampai sekarang.

Kata kunci : partisipasi, perjuangan, organisasi mahasiswa dan PMKRI.

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA POLITICAL SCIENCE FACULTY OF SOCIAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

ANDI PANDAPOTAN SAMOSIR (090906034)

CATHOLIC STUDENTS SOCIETY PARTICIPATION OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN THE OLD ORDER CHANGES - NEW ORDER

ABSTRACT

This study tried to describe the organization 's participation in the PMKRI old order changes to the new order in Indonesia. The purpose of this study was to uncover the journey and struggle of the student organizations in particular by PMKRI . Therefore this thesis more students see how the organization has a change of bargaining power in the transition towards the new order of the old order . Researchers also looked at the influence of the Communist Party hegemony in Indonesia is the biggest challenge in the future . Therefore, researchers using the method of literature study and interviews as data collection techniques and the study relies on the analysis of literature and the fact that the data obtained from the interviews were instrumental figures in the future . The data under discussion in this study is based on the book - books , newspapers and internet . The method of analysis used in this study is a qualitative research method is descriptive in describing , summarizing , and explaining of the various conditions that arise with different variables in the object of this study reveal the facts and data collection - data for later learned , processed , analyzed and then interpreted descriptively presented . Theory is used to explain these problems is the theory of social movements , political changes , and the student movement into a blade analysis by the authors in this study to discuss the material . So that this thesis can be summarized to finish until now . Keywords : participation , struggle , student organizations and PMKRI .

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan kasih-Nya, skripsi ini yang berjudul “Partisipasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia dalam Perubahan Orde Lama menuju Orde Baru” ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat menempuh ujian akhir Strata – I, jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara .

Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis hanturkan kepada :

1. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) USU 2. Terima Kasih kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU dan menjadi Dosen Pembaca yang telah memberikan banyak masukan, kritikan dan nasihat yang membangun kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Terima kasih kepada Bapak Tony P. Situmorang,M.Si selaku dosen pembimbing yang setia memberikan saran, kritik, dan motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. 4. Kedua orang tua saya, Bapak Tunggul Samosir dan Deminar Sianipar yang selalu memberikan saya semangat dan dukungan baik secara moril maupun materi, dan tidak bosan –bosannya mengawasi perkembangan skripsi saya dari awal sampai akhir, meskipun saya dalam kondisi sakit sekalipun. Apa yang sudah saya raih sampai pada hari ini,semua karena doa dan dukungan kalian berikan. Mungkin saya bukan anak yang baik tapi saya selalu berniat membuat kedua orang tua saya tersenyum.

Universitas Sumatera Utara 5. Kepada kakak saya Eva Tiurma Samosir (Semoga cepat nikah ya kak) dan buat kedua adikku Fransiskus Samosir (Semangat ya kuliahnya) dan Hendra Samosir (Cepat balek ya dari perantauan). Semoga kita bisa membahagiakan orang tua kita. 6. Untuk keluarga besar organisasi PMKRI baik kakanda maupun kawan-kawan juang yang memberikan saya banyak ilmu dan pengalaman untuk lebih memaknai hidup dengan berjuang tanpa henti dalam mewujudkan mimpi. Semoga kita tetap semangat dalam berorganisasi dan berjuang untuk membela kepentingan rakyat. Sehingga nanti ke depannya PMKRI bias menjadi organisasi mahasiswa terdepan seperti yang dilakukan pendahulu kita. 7. Untuk keluarga besar Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terutama angkatan 2009, Julwandri, Leonard, Ian, Desmon, Hebron, Alex, Albert, Samran dan Jimmy (Sahabat selamanya, sahabat seutuhnya, karena berbeda tak harus sama) Elisa, Dhea, Kafi (saingan dalam mengerjakan skripsi hahaha) Ira, Rian Indah, Sarah, Maya, Ingrace (buat wanita-wanitaku semangat mengerjakan skripsinya ya) dan teman-teman yang lain. 8. Untuk sahabat – sahabat terbaik saya, dr. Juan Carson Marbun, Leonardy Siringo-ringo SH, Aran Simarmata ST, Puji Pasaribu SE, Rudolfo Siahaan, Batara Sihotang, Albert Sinurat Sip, Bastian Sianipar dan Dewi Siregar ST semoga kalian tetap selalu menjadi teman yang menemani kehidupan ini. (sok puitis) 9. Untuk Keluarga Besar Mahasiswa Katolik yang menjadi keluarga untuk selalu bersyukur kepada Tuhan Yesus yang selalu member rahmatnya. Semoga keluarga ini akan selalu tetap utuh dan semakin berkembang ke depannya. 10. Untuk idola yang selalu menginspirasi saya, Kakanda Cosmas Batubara. Perjuangan hidup yang dilalui beliau selalu menjadi pegangan hidup bahwa hidup adalah perjuangan, karenanya ketika kita bermimpi kita sudah tiga langkah di depan dalam pencapaian cita-cita. Terima kasih juga buat beliau

Universitas Sumatera Utara yang memberikan saya buku gratis dan bersedia untuk saya wawancarai di tengah kesibukan yang begitu padat. 11. Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik yang tidak bisa disebut satu persatu dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih setulusnya, mohon maaf kalau tidak saya sebutkan karena keterbatasan saya, tapi hormat dan ucapan terima kasih saya ucapkan dengan hati yang murni. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dan jauh dari kesempurnaan baik dalam pengumpulan data, pengolahan data, serta penyajiaannya. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca walaupun terdapat banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih bagi semua pihak yang telah memberi bimbingan, masukan, bantuan, dan dukungan selama proses pengerjaan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Medan, 22 Oktober 2013

Andi Pandapotan Samosir

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………………….

ABSTRACT …………………………………………………………………………

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………….…..

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….ii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………………iii

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………1

1.1. Latar Belakang …………………………………..……………………..1 1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………..……...10 1.3. Pembatasan Masalah …………………………………………………...10 1.4. Tujuan Penelitian....……………………………………………………..10 1.5. Siginifikansi Penelitian ………………………………………………....11 1.6. Kerangka Teori ………………………………………………………....11 1.6.1. Gerakan Sosial ……………………………………………...…12 1.6.2. Perubahan Politik ………..………………………………….…15 1.6.3. Gerakan Mahasiswa ……………..………………………..…...19 1.7. Metodologi Penelitian …………………………………………………..23 1.7.1. Jenis Penelitian ………………………………………………..24 1.7.2. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………25 1.7.3. Teknik Analisa Data …………………………………………..26 1.8. Sistematika Penulisan …………………………………………………..26

BAB 2 DESKRIPSI ORGANISASI PERHIMPUNAN MAHASISWA

KATOLIK REPUBLIK INDONESIA dan PERUBAHAN POLITIK di

INDONESIA………………………………………………………………27

2.1. Sejarah PMKRI ………………………………………………………...27 2.2. Orientasi Gerakan PMKRI ………………………………………..……31 2.3. Suasana Perubahan Politik Orde Lama Menuju Orde Baru…..………...40

Universitas Sumatera Utara BAB 3 ANALISA DATA ...... …...... ……………………………………………..61

3.1. Perubahan Politik …………………………………..…………………...61 3.2. Peran Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Dalam Perubahan Orde Lama Ke Orde Baru……………………………………...68

BAB IV PENUTUP ………………………………………………………………..88

4.1. Kesimpulan ……………………………………………………………..88 4.2. Saran ……………………………………………………………………90

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………91

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Lembaga Kekuasaan PMKRI...... 33 Tabel 2.2. Tabel Peraturan PMKRI ………………………...... 34

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.Latar belakang Masa transisi dalam sebuah konstalasi politik negara merupakan periode rekonsolidasi antara kekuatan politik yang menghendaki perubahan. Rekonsolidasi dilakukan dalam level elite sekaligus upaya pelibatan basis massa rakyat sebagai pemegang legitimasi negara. Masa transisi merupakan periode menentukan dalam sebuah perkembangan politik, sehingga membutuhkan sebuah konsistensi, energi ekstra dan konsolidasi dari kelompok progresif. Sebab, rekonsolidasi tidak hanya sekadar menyatukan potensi kekuatan kelompok progresif, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mengantisipasi kekuatan status quo (konservatif). Bahkan, mengawal sebuah perubahan jauh lebih penting dari memulai perubahan. Indonesia setidaknya telah mencatat dua era transisi yang penting, yakni era peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan Orde Baru ke Reformasi. Peralihan rezim Orde Lama ke Orde Baru dalam skop nasional selama ini dipahami melalui buku-buku teks yang memuat kronologi sejarah nasional. Penulisan sejarah yang ‘monolog’ dan cenderung pro-pemerintah (buku putih Orde Baru). Sedangkan proses jatuhnya Orde Baru yang masih digolongkan sebagai sejarah kontemporer dapat diakses secara luas dan variatif. Indonesia yang menganut sistem negara kesatuan, dalam proses meraih legitimasinya hingga saat ini, kerap dihadapkan pada permasalahan disintegrasi. Kondisi geografis yang terdiri dari ribuan pulau, realitas multikultur, etnis, suku, dan agama menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kukuhnya integritas nasional. Dalam tinjauan historis, proses konsolidasi para pemuda dapat terwujud melalui ikrar Sumpah Pemuda pada tahun 1928, yang selanjutnya menjadi bekal peneguhan visi mewujudkan kemerdekaan, hingga lahirnya konsep negara kesatuan. Perjalanan sejarah lahirnya negara Indonesia

Universitas Sumatera Utara lahir melalui kesamaan visi melepaskan diri dari imprealisme sekaligus merupakan wujud ikatan emosionil sebagai bangsa bekas jajahan Belanda.

Ciri Orde Lama, yang dilakukan pada masa pemerintahan Soekarno adalah Yang Pertama, sistem Presidensial dengan artian Presiden sebagai kepala negara yang berjalan pada setiap priodik masa jabatan dan keseimbangan terhadap pemerintah dan rakyat. Yang Kedua, sistem Parlementer dengan artian perdana mentri sebagai kepala negara, tetapi ada kelemahannya yakni masa jabatannya sangat singkat dan pemerintahannya tidak stabil adapun kelebihannya pengakuan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sangat besar. Yang Ketiga, tentang Demokrasi Terpimpin dengan artian menjadi kepala negara seumur hidup dan hampir pemerintahannya sangat otoriter. Adapun kegagalan dan kelebihan pada Orde Lama ada, terutama kegagalan Orde Lama pada pemerintahan Soekarno adalah masalah ekonomi yang kian turun, stabilitas politik-keamanan sangat kurang, dan konstitusi yang tidak komitmen. Adapun keberhasilan pada Orde Lama adalah nation building yang sangat kuat dan diplomasi luar-negri yang sangat besar terhadap dunia. Akan tetapi menurut para politik ini semuanya gagal dalam pemerintahan Orde Lama. Ciri Orde Baru, yang dilakukan pada masa pemerintahan Soeharto adalah Yang Pertama, wawasan kebangsaan yang sangat lemah dan bersifat dogmatis atau doktrin yang terlalu berlebihan. Yang Kedua, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang meraja lela. Yang Ketiga, jiwa dan bathinnya yang kering. Adapun kegagalan dan kelebihan pada Orde Baru ada, terutama kegagalan Orde Baru pada pemerintahan Soeharto adalah ketidakadilan dalam sosial baik pemerintah maupun rakyat jelata sekalipun sehingga timbulah korupsi pada jiwa bangsa ini, kurangnya membangun keterbukaan politik. Adapun keberhasilan pada Orde Baru adalah pembangunan fisik, yang amat disayangkan ialah tidak melihat sisi bathin masyarakat pada masa itu, pertumbuhan ekonomi yang cukup baik saya kira pada era 1980 hingga 1996-an masyarakat masih merasakan rupiah pada waktu itu sampai kepada tahap no urut 8 besar, itupun masih

Universitas Sumatera Utara ada uang inggris yang tinggi pada waktu itu, lalu stabilitas politik-keamanan yang sangat kuat dibandingkan pada masa Orde Baru. Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya Orde Lama, ditandai dengan pertarungan perebutan pengaruh dan upaya penciptaan hegemoni pada pemerintahan. Kekuatan yang dominan dan memiliki pengaruh, diantaranya adalah Militer (Angkatan Darat), Masyumi, PNI, PKI, dan Soekarno. Namun, perkembangan situasi politik membawa perubahan yang lebih cepat. Semula berhembus isu Dewan Jenderal yang berada dalam tubuh Angkatan Darat dan dituduh akan melakukan kudeta. Peristiwa Gerakan Tiga Puluh September (G30S) telah membuka peta politik menjadi semakin teransparan. Saat itu, PKI menjadi satu-satunya kelompok yang dituduh sebagai dalang dari upaya kudeta tersebut. Puncak dari konstalasi politik tersebut menggiring PKI tertuduh sebagai dalang dan pelaku pemberontakan. Akibatnya, PKI tidak saja terdepak dari kedudukan politiknya di kabinet maupun di parlemen. Bahkan, militer di bawah kendali Soeharto bersama kelompok massa demonstran dari kalangan mahasiswa dan pelajar (KAMMI dan KAPPI) seakan terhipnotis terbawa isu untuk menghancurkan PKI dan jaringan Ormasnya. Peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan Orde Baru ke Reformasi dalam tinjauan geopolitik Indonesia makro adalah fakta pengulangan sejarah yang menempatkan sosok presiden sebagai subyek sekaligus obyek perubahan. Namun, secara kontekstual masing-masing memiliki faktor determinisme kausalitas yang berbeda. Praktik komunikasi politik selalu mengikuti sistem politik yang berlaku. Di negara yang menganut sistem politik tertutup, komunikasi politik pada umumnya mengalir dari atas (penguasa) ke bawah (rakyat). Komunikasi politik semacam itu menerapkan paradigma komunikasi top down. Penerapan pendekatan ini memang bukan satu-satunya, namun yang dominan dilaksanakan adalah pendekatan top down. Untuk mewujudkan paradigma tersebut, pendekatan komunikasi politik terhadap media massa bersifat transmisional.

Universitas Sumatera Utara Komunikasi politik semacam ini banyak dipraktikkan para penguasa ketika Indonesia menganut sistem politik tertutup. Ketika rezim Orde Lama berkuasa, pesan politik yang mengemuka di media massa pada umumnya berisi konflik, kontradiksi yang antagonistik, dan hiperbola. Pesan-pesan politik semacam itu kemudian jarang ditemui di media massa semasa Orde Baru berkuasa. Pada era ini, pesan-pesan politik lebih banyak bermuatan konsensus dan kemasan eufemisme. Meski pada dua era itu berbeda dalam penekanan pesan politiknya, namun hakikatnya tetap menerapkan komunikasi satu arah (linear).

Organisasi pada hakekatnya dijalankan dari sekumpulan orang yang memiliki dasar ideologi yang sama. Dasar ideologi yang dimaksud adalah pondasi yang dijadikan dasar dari pola pikir anggotanya. Keberadaan organisasi diinginkan untuk membantu setiap anggotanya keluar dari masalahnya. Sehingga adanya organisasi diharapkan ntuk mencari solusi dari visi dan misi organisasi itu. Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar kepada bangsa dan negaranya dimana mahasiswa harus bisa mengambil peran yang aktif. Gerakan mahasiswa yang menuntut pola pergerakan dari mahasiswa itu sendiri diciptakan untuk menjadi perpanjangan tangan dari masyarakat untuk menyalurkan kepentingannya. Organisasi kemahasiswaan merupakan suatu bentuk kegiatan di perguruan tinggi yang diselenggarakan dengan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa.1

Organisasi tersebut merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan peingkatan ilmu dan pengetahuan, serta integritas kepribadian mahasiswa. Organisasi kemahasiswaan juga sebagai wadah pengembangan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa diperguruan tinggi yang meliputi pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran mahasiswa itu

1 Sukirman, Silvia. 2004Tuntunan Belajar Di Perguruan Tinggi. : Pelangi Cendekia. . hal.29.

Universitas Sumatera Utara sendiri.2 Hal ini dikuatkan oleh Kepmendikbud RI. No. 155/U/1998 Tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, bahwa:

Organisasi kemahasiswaan intra-perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiaan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Sedangkan menurut Silvia Sukirman, organisasi kemahasiswaan adalah kegiatan tidak wajib atau pilihan yang penting diikuti oleh setiap mahasiswa selama studinya sehingga melengkapi hasil belajar secara utuh. Pilihan Kegiatan ekstrakurikuler harus sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa karena kegiatan tersebut merupakan sarana pelengkap pembinaan kemampuan pribadi sebagai calon intelektual di masyarakat nantinya.

Bertitik tolak dari berbagai penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keaktifan mahasiswa dalam kegiatan organisasi yaitu mahasiswa yang secara aktif menggabungkan diri dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi, menyalurkan bakat, memperluas wawasan dan membentuk kepribadian mahasiswa seutuhnya. Setelah kesemua itu diperoleh oleh mahasiswa, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya, sehingga kegiatan organisasi tidak menjadi faktor penghambat dalam memperoleh prestasi belajar yang baik. Namun sebaliknya, menjadi faktor yang dapat mempengaruhi untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Salah satu organisasi yang cukup berperan disitu adalah Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI)3.PMKRI yang lahir pada awalnya merupakan hasil fusi Federasi KSV (Katholieke Studenten Vereniging) dan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Yogyakarta. Federasi KSV yang ada saat itu meliputi KSV St. Bellarminus Batavia (berdiri di Jakarta, 10

2 Paryati, Sudarman. 2004. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi : Simbiosa Rekatama Media, , Cet. Ke-1, hlm. 48. 3 PMKRI.1993.Buku Saku PMKRI Bandung hal.12

Universitas Sumatera Utara November 1928), KSV St. Thomas Aquinas Bandung (berdiri 14 Desember 1947), dan KSV St. Lucas Surabaya (berdiri 12 Desember 1948). Federasi KSV yang berdiri tahun 1949 tersebut diketuai oleh Gan Keng Soei (KS Gani) dan Ouw Jong Peng Koen (PK Ojong) Salah Satu Pendiri Kompas. Adapun PMKRI Yogyakarta yang pertama kali diketuai oleh St. Munadjat Danusaputro, didirikan pada tanggal 25 Mei 1947. Adapun penentuan tanggal 25 Mei 1947 yang bertepatan sebagai hari Pantekosta, sebagai hari lahirnya PMKRI, tidak bisa dilepaskan dari jasa Mgr. Soegijapranata. Atas saran beliaulah tanggal itu dipilih dan akhirnya disepakati para pendiri PMKRI, setelah sejak Desember 1946 proses penentuan tanggal kelahiran belum menemui hasil. Alasan beliau menetapkan tanggal tersebut adalah sebagai simbol turunnya roh ketiga dari Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Roh Kudus kepada para mahasiswa katolik untuk berkumpul dan berjuang dengan landasan ajaran agama Katolik, membela, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. Sehingga keberadaan PMKRI diharapkan dapat menjadi membantu negara dalam proses mempertahankan dan memperjuangkan kedaulatannya, karena pada awalnya indonesia sempat diusik eksistensinya. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia yang biasa disingkat PMKRI adalah sebuah bentuk organisasi yang berjalan dalam ranah kemahasiswaan yang berbasiskan jiwa kepemudaan dan memiliki nilai-nilai kekatolikan yang mana organisasi ini berdasarkan ajaran agama katolik. Berazaskan Pancasila, dijiwai kekatolikan, dan disemangati kemahasiswaan. Artinya keberadaan Pancasila masih dijadikan pedoman ataupun acuan dalam melakukan kegiatan setiap harinya dengan penjiwaan yang didasari kekatolikan dimana letak kekuatannya didasari oleh para semangat santo yang menjadi pelindungnya dan untuk menyempurnakannya didorong semangat mahasiswa yang pada umumnya semangat mahasiswa adalah semangat berkobar yang sangat bergairah untuk menyalurkan kepentingan masyarakatnya.

Adapun landasan PMKRI, bukanlah organisasi primordial namun bersifat umum dimana semua kader boleh beragama dari mana saja. Artinya PMKRI

Universitas Sumatera Utara merangkum semua mahasiswa yang mau dikader dan dibina untuk menjadi kader yang tangguh, berani dan siap untuk berjuang membela dan mewujudkan kepentingan rakyat.Artinya disini PMKRI yang memiliki dasar di dalam agama katolik tidak menutup kemungkinan untuk menerima anggota maupun kader dari luar agama katolik sehingga tidak mengherankan bila nantinya di muka umum muncul pengurus yang bukan beragama katolik. karenanya organisasi ini bersifat terbuka dalam tumbuh dan berkembangnya di tengah dunia kemahasiswaan. Semua mahasiswa yang berkewarganegaran Republik Indonesia berhak menjadi anggota PMKRI. PMKRI bersifat inklusif/terbuka bagi semua mahasiswa, tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan mana pun. Asalkan bersedia menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Kekatolikan. Sehingga jelas PMKRI adalah organisasi masyarakat yang nasionalis, yang merangkum semua mahasiswa untuk ikut bergabung di dalamnya.

PMKRI adalah organisasi pengkaderan yang memiliki tujuan dalam membentuk dan membina setiap anggotanya menjadi kader yang memiliki kemampuan dan kapabilitas yang tangguh agar siap diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat. Kader yang memiliki sifat militan agar bisa ditempatkan di mana saja terkhusus di dalam masalah kampus, masyarakat maupun negara. Dimana pada awalnya munculnya PMKRI didasarkan dengan jiwa perjuangan para pahlawan kita yang rela mati di dalam merebut kemerdekaan di tangan penjajah. Dasar semangat inilah yang memberikan semangat bagi para pendirinya untuk bersama membentuk orang-orang yang mampu bertarung dalam mempertahankan keberadaan pancasila sebagai dasar negara. Karenanya dalam menjadi kader PMKRI akan menghadapi beberapa tahap pengkaderan agar menjadi anggota PMKRI yang utuh.

PMKRI yang organisasinya bersifat dalam bentuk sosial kemasyarakatan bertujuan untuk mengembangkan potensi diri dalam rangka mewiujudkan aspek- aspek sifat kemanusiaan yang sudah memudar di era sekarang ini. Potensi diri yang harusnya dimiliki para mahasiwa yang menjadi cikal bakal dari kreatifitas pola pikir dalam membantu kepedulian terhadap masalah-masalah yang dialami oleh

Universitas Sumatera Utara masyarakat, yang mana sikap acuh tak acuh sering ditemukan hampir di setiap diri mahasiswa. Sehingga diharapkan PMKRI hadir bertujuan mengembalikan semangat- semangat yang dulunya berkobar, ke tengah-tangah jiwa para anggotanya.

Selain itu, PMKRI hadir melibatkan posisi kader dalam melihat partisipasi sosial dengan cara menumbuhkan kepribadian yang bisa dihandalkan dan memiliki intelektualitas yang tinggi dengan cara memperkaya pengetahuan, meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kader – kader PMKRI harus memiliki kemampuan untuk berkarya dan peduli di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan mendapatkan posisi tawar dalam pergerakannya terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat.

Generalisasi sikap mahasiswa yang sering didendengungkan organisasi mahasiswa sebagai penyalur aspirasi masyarakat atau sering kita dengar dengan agent of change merupakan perwujudan yang ingin disampaikan oleh PMKRI sebagai salah satu dari bagiannya. PMKRI dalam keberadaannya ingin mengambil tempat untuk ikut terlibat dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat pada umumnya. Dengan langkah membantu sesuai ranah program yang ditetapkan oleh PMKRI, dan melalui sifat keikhlasan dari setiap kader. Maksudnya kader akan secara spontan membela ataupun ikut mengupayakan kepentingan masyarakat ketika hak masyarakat ditindas atau direbut tidak sesuai dengan perlakuan yang semestinya. Pencetusan sikap dan tindakan yang dilakukan anggota PMKRI diwujudkan dalam perjalanannya membantu menyelesaikan perselesihan maupun perdebatan yang sering terjadi di negara kita dimana PMKRI biasanya menempatkan posisinya berdekatan atau lebih kepada memperjuangkan pihak masyarakat.

Gerakan mahasiswa pada era orde lama yang hadir untuk melawan liarnya PKI(Partai Komunis Indonesia) yang bergerak bebas dalam menyalurkan ideologinya. PKI yang berbasiskan komunis sudah tak mampu lagi untuk ditepis keberadaannya bahkan sudah memasuki ke kehidupan bernegara. Bahkan, konsep

Universitas Sumatera Utara NASAKOM(Nasionalis, Agama, Komunis) yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno dinilai oleh para mahasiswa adalah cara Soekarno untuk membiarkan PKI dan hidup berkembang di Indonesia.

Kehidupan bernegara yang sempat berkecamuk, membuat banyak organisasi mahasiswa bersemangat untuk tetap berperang dalam mempertahankan kehidupan kenegaraan tetap bergerak dalam ranah pancasila, sebagai dasar negara yang harus dipegang teguh keberadaaannya. Keberadaan yang diinginkan disini bermaksud untuk tetap teguh dalam koridor atau jalan yang menjadi jalur yang harusnya dipegang sesuai dengan pancasila. Pokok inti ajaran pancasila yang harus dipegang dinilai para mahasiswa harus betul-betul dipegang karena pancasila adalah dasar dari keberadaan indonesia.

Konflik yang terjadi di indonesia memanglah diawali dengan hadirnya PKI yang ingin menguasai indonesia dengan menyalurkan ideologinya dan menyebarkan aliran komunis. Aliran komunis yang berasal dari Uni Soviet yang pada waktu itu bersaing dengan Amerika Serikat untuk menyebarluaskan ideologi Liberalisme sebagai tandingannya. Situasi inilah yang disebut perang dingin. Karena itu indonesia menjadi ajang pertarungan, ajang perdebatan dan wadah pertempuran ideologi saat itu.

Pendekatan yang dilakukan PKI terhadap Soekarno membuat Soekarno bersikap lebih cenderung memihak kearah PKI, dimana kebijakannya lebih mengarah dan menguntungkan PKI. PKI mendapatkan posisi tawar yang baik di kehidupan bernegara. Karenanya pada saat itu PKI bebas bergerak untuk menyebarkan ideologi komunisnya yang radikal. Dan juga ikut merusak eksistensi keberadaan negara kita termasuk di dalamnya pancasila. Tokoh-tokoh PKI yang mengelilingi Bung Karno dengan mudah mempengaruhi Pemimpin Besar Revolusi itu dalam setiap keputusan yang akan diambil.

Universitas Sumatera Utara Karenanya PMKRI yang hadir sebagai organisasi masyarakat yang memiliki tanggung jawab dalam usaha mempertahankan negara dari gangguan-gangguan baik bersifat kekerasan maupun ideologi yang terlibat di dalamnya. PMKRI dalam usahanya selalu mengupayakan agar negara indonesia dapat bergerak sesuai ranah pancasila sebagai dasar negara.

PMKRI bersama organisasi mahasiswa lainnya menentang kehadiran PKI yang berusaha menguasai Indonesia dengan cara penyebaran ideologi yang sempat merusak sendi-sendi dasar negara indonesia. Banyak langkah dan cara yang ditempuh dalam menempuh perlawanannya untuk tetap menjunjung tinggi kedaulatan negara kita. Hal ini menjadi dasar positif yang pada prosesnya mendapat tantangan- tantangan yang menyulitkan PMKRI untuk berusaha melawan keganasan-keganasan yang ditimbulkan PKI.

PMKRI melakukan gebrakan-gebrakan yang cukup berpengaruh pada saat itu diantaranya dalam setiap kaderisasi PMKRI selalu ditegaskan bahwa sikap politik PMKRI tidak dapat menerima konsep NASAKOM (nasional,agama, dan komunis), hal itu jelas mereka tantang karena di negara-negara komunis blok orang yang beragama selalu ditindas. Perlakuan itu terlihat di semua negara komunis yang melarang masyarakatnya beribadah. Selain itu, PMKRI berusaha mengambil peran bersama organisasi mahasiswa lainnya untuk ikut menentang kehadiran PKI yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada didalam PMKRI itu sendiri, Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini penulis tertarik untuk membahas tentang strategi PMKRI dalam perubahan politik orde lama- orde baru

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “Apa-apa saja peran yang dilakukan PMKRI dalam perubahan politik orde lama- orde baru ?.“

Universitas Sumatera Utara 3. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraian yang sitematis diperlukan adanya batasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu :

1. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana program organisasi PMKRI.

2. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana perubahan politik di Indonesia dimasa transisi orde lama ke orde baru.

3. Penelitian ini mengkaji tentang peran PMKRI dalam perubahan politik orde lama- orde baru.

4. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui bagaimana strategi PMKRI dalam perubahan politik orde lama - orde baru.

2. Mengetahui kekuatan yang dimiliki mahasiswa dalam perubahan politik tersebut.

5. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya mengembangkan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu syarat

Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S1) Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Secara pribadi penelitian mampu mengasah kemampuan peneliti dalam melakukan sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri.

3. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai gerakan mahasiswa, perubahan politik, sistem pemerintahan dan memberi solusi atas permasalahan bangsa.

4. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam Ilmu Politik, khususnya dalam hal ideologi politik, organisasi, dan perubahan politik di Indonesia serta menjadi referensi/kepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fisip USU.

6.Kerangka Teori

Salah satu unsur penting dalam sebuah penelitian adalah penyusunan kerangka teori, karena teori berfungsi sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari mana peneliti melhat objek yang di teliti sehingga penelitian dapat lebih tersistematis. Teori adalah rangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.4

4 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES, Hlm. 37

Universitas Sumatera Utara 6.1.Teori Gerakan Sosial

Adapun teori yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu teori gerakan sosial baru (New Social Movement) dan teori mobilisas sumber daya (Resource Mobilization Theory). Kata gerakan sosial identik dengan kata-kata perlawanan, perubahan sosial dan kata ideologi marxis. Sebelum menjelaskan teori gerakan sosial baru dan teori mobilisasi sumber daya, kita harus mengetahui tentang gerakan sosial secara umum.5 Gerakan sosial memiliki defenisi yang luas karena beragam ruang lingkup yang dimilikinya. Anthony Giddens menyatakan bahwa gerakan sosial adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) diluar ruang lingkup lembaga-lembaga yang mapan. Defenisi yang hampir sama juga di ungkapkan oleh Tarrow yang menempatkan gerakan sosial sebagai politik perlawanan yang terjadi ketika rakyat biasa bergabung dengan para kelompok masyarakat yang lebih berpengaruh menggalang kekuatan untuk melawan para elit, pemegang otoritas dan pihak-pihak lawan lainnya. Ketika perlawanan ini didukung oleh jaringan sosial yang kuat dan di gaungkan oleh resonansi kultural dan simbol-simbol aksi, maka perlawanan mengarah ke interaksi yang berkelanjutan dengan pihak lawan, dan hasilnya adalah gerakan sosial.6 Adapun menurut Mansour Fakih, secara harfiah gerakan sosial dapat diartikan sebagai kelompok yang terorganisir secara tidak ketat dalam rangka tujuan sosial terutama dalam usaha merubah struktur maupun nilai sosial. Gerakan sosial

5 Fadhillah Putra dkk. 2006 Gerakan Sosial, Konsep, Strategi, Actor, Hambatan dan Tantangan Gerakan Sosial di Indonesia.Malang : PLaCID’s dan Averroes Press, Hlm. 1 6 Ibid. Hlm. 1-2

Universitas Sumatera Utara merupakan gejala yang telah lama ada akan tetapi baru beberapa abad yang silam orang mulai memahami karakter dan wataknya.7 Lebih lanjut Blumer menyatakan bahwa gerakan sosial dapat dirumuskan sebagai sejumlah besar orang yang bertindak bersama atas nama sejumlah tujuan atau gagasan. Sedangkan Robert Mirsel menyatakan bahwa gerakan sosial didefenisikan sebagai seperangkat keyakinan dan tindakan yang tak terlembaga yang dilakukan sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi perubahan di dalam masyarakat.8Diantara defenisi tentang gerakan sosial diatas, kita menemukan benang merah bahwa gerakan sosial menginginkan perubahan atau menghalangi perubahan dengan beberapa tujuan, tidak terorganisir secara rapi dan memiliki tindakan kolektif serta bertindak diluar saluran-saluran yang mapan. Dalam memahami dan menjelaskan fenomena gerakan sosial, para ahli ilmu sosial terus mengembangkan wacana sehingga pada tataran teoritis telah melahirkan apa yang dimanakan teori gerakan sosial baru (New Social Movement) dan teori mobilisasi sumber daya (Resource Mobilization Theory). Gerakan sosial baru esensialnya merupakan perkembangan dari teori gerakan sosial yang ada sebelumnya, sebagaimana Laclau dan Mouffe menganggap gerakan sosial baru sebagai model dalam pencarian alternatif atas kemacetan pendekatan marxisme. Di dalam gerakan sosial baru terdapat slogan yang berbunyi there are many alternatives (ada banyak alternatif).9 Gerakan sosial baru atau new social movement mulai muncul dan berkembang sejak pertengahan tahun 1960 an. Gerakan sosial baru hadir sebagai alternatif lain dari prinsip-prinsip, strategi, aksi atau pun pilihan ideologi dari pandangan-pandangan teori marxis tradisional yang lebih menekankan pada perjuangan kelas.

7 Mansour Fakih.2002.Tiada Transformasi Sosial Tanpa Gerakan Sosial dalam Zaiyardam Zubir, Radikalisme Kaum Pinggiran : Studi Tentang Ideologi, Isu, Strategi dan Dampak Gerakan. Yogyakarta : Insist Press. Hlm.26 8 Robert Mirsel. 2004. Teori Pergerakan Sosial. Yogyakarta : Resist Book. Hlm. 6 9 Mansour Fakih. 1996.Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial, Pergolakan Ideologi LSM Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar . Hlm. 46

Universitas Sumatera Utara Secara keseluruhan gerakan social bertujuan mencapai target mereka di dalam masyarakat yang ada. Lebih lanjut Scott menjelaskan tentang perlawanan yang sesungguhnya bersifat: 1. Terorganisir, sistematis dan kooperatif 2. Berprinsip atau tanpa pamrih 3. Mempunyai akibat-akibat revolusioner 4. Mengandung gagasan dan tujuan yang meniadakan dasar dari dominasi itu sendiri.10 Dalam perspektif ini, beranggapan bahwa gerakan sosial lahir karena dukungan dari mereka yang terisolasi dan teralineasi di masyarakat. Gerakan sosial klasik ini merupakan cerminan dari perjuangan kelas di sekitar proses produksi, dan oleh karenanya gerakan sosial selalu dipelopori dan berpusat pada kaum buruh. Paradigma dalam gerakan ini adalah Marxist Theory , sehingga gerakan ini selalu melibatkan dirinya pada wacana idiologis yang meneriakkan ‘anti kapitalisme’, ‘revolusi kelas’ dan ‘perjuangan kelas’.Orientasi nya juga selalu berkutat pada penggulingan pemerintahan yang digantikan dengan pemerintahan diktator proletariat. Tetapi dalam konteks saat ini teori gerakan sosial klasik ini sudah jarang di jumpai di lapangan dan bahkan nyaris lenyap dari rohnya gerakan dan telah digantikan oleh tero gerakan sosial baru. Teori gerakan sosial baru adalah muncul sebagai kritik terhadap teori lama sebelumnya yang selalu ada dalam wacana idiologis kelas. Gerakan sosial baru adalah gerakan yang lebih berorientasi isu dan tidak tertarik pada gagasan revolusi. Dan tampilan dari gerakan sosial baru lebih bersifat plural, yaitu mulai dari gerakan anti rasisme, anti nuklir, feminisme, kebebasan sipil dan lain sebagainya. Gerakan sosial baru beranggapan bahwa di era kapitalisme liberal saat ini perlawanan timbul tidak hanya dari gerakan buruh, melainkan dari mereka yang tidak terlibat secara langsung dalam sistem produksi seperti misalnya, mahasiswa, kaum urban, kaum

10 James C. Scott. 1993. Perlawanan Kaum Tani, Jakarta: Diterjemahkan oleh Yayasan Obor Indonesia. Hlm. 302.

Universitas Sumatera Utara menengah. Karena system kapitalisme telah merugikan masyarakat yang berada di luar sistem produksi. Ada beberapa hal yang baru dari gerakan sosial, seperti berubahnya media hubung antara masyarakat sipil dan negara dan berubahnya tatanan dan representasi masyarakat kontemporer itu sendiri. Gerakan sosial baru menaruh konsepsi idiologis mereka pada asumsi bahwa masyarakat sipil tengah meluruh, ruang sosialnya telah mengalami penciutan dan digerogoti oleh kemampuan kontrol negara. Dan secara radikal Gerakan sosial baru mengubah paradigma marxis yang menjelaskan konflik dan kontradiksi dalam istilah kelas dan konflik kelas.Sehingga gerakan sosial baru didefenisikan oleh tampilan gerakan yang non kelas serta pusat perhatian yang non materialistik, dan karena gerakan sosial baru tidak ditentukan oleh latar belakang kelas, maka mengabaikan organisasi serikat buruh industri dan model politik kepartaian, tetapi lebih melibatkan politik akar rumput, aksi-aksi akar rumput. Dan berbeda dengan gerakan klasik, struktur gerakan sosial baru didefenisikan oleh pluralitas cita-cita, tujuan , kehendak dan orientasi heterogenitas basis sosial mereka. Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu yang bersumber dari masyarakat sipil, dan membidik domain sosial masyarakat sipil ketimbang perekonomian atau negara, dan membangkitkan isu-isu sehubungan demoralisasi struktur kehidupan sehari-hari dan memusatkan perhatian pada bentuk komunikasi dan identitas kolektif. Jean Cohen ( 1985:669 ) menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi diri dalam empat pengertian yaitu, (a) aktor-aktor gerakan sosial baru tidak berjuang demi kembalinya komunitas-komunitas utopia tak terjangkau dimasa lalu (b) aktornya berjuang untuk otonomi, pluralitas (c) para aktornya melakukan upaya sadar untuk belajar dari pengalaman masa lalu, untuk merelatifkan nilai-nilai mereka melalui penalaran, (d) para aktornya mempertimbangkan keadaan formal negara dan ekonomi pasar. Dengan demikian tujuan dari gerakan sosial baru adalah untuk menata kembali relasi negara, masyarakat dan perekonomian dan untuk menciptakan ruang

Universitas Sumatera Utara publik yang di dalamnya terdapat wacana demokratis otonomi dan kebebasan individual.

6.2. Teori Perubahan Politik Teori-teori baru mengenai perubahan politik dapat dibedakan dari pendekatan pendekatan dahulu berdasarkan beberapa ciri.11 Pertama, perubahan politik yang terjadi pada setiap taraf pembangunan. Kedua, kerangka kerangka tersebut tidak banyak berkaitan dengan proses modernisasi. Ketiga, variabel yang berhubungan dengan teori sebagian besar bersifat politik. Keempat, Kerangka-kerangka itu cukup flexsibel untuk menampung perubahan perubahan politik baik dari lingkungan dalam negeri ataupun lingkungan luar negeri. Kelima, pada umumnya teori-teori itu lebih kompleks dari pada teori teori modernisasi politik dan pembangunan politik. Huntington dalam bukunya yang berjudul Political Order in Changing Societies yang terbit pada tahun 1968 menjelaskan banhwa, fokus utama perubahan politik adalah hubungan antara partisipasi politik dan pelembagaan politik. Hubungan diantara kedua unsur tersebutlah yang mempengaruhi stabilitas sistem politik.12 Hal ini disebabkan karena kadar dari sebuah partisipasi politik yang diberikan oleh suatu masyarakat berkaitan erat terhadap legitimasi yang diperoleh lembaga lembaga politiknya. Apabila partisipasi yang dimaksud dalam bentuk dukungan, maka hal itu menunjukan bahwa kelembagaan politik tersebut memiliki tingkat kepercayaan yang baik. Begitu juga sebaliknya, jika partisipasi politik tersebut dalam bentuk kritikan, maka kelembagaan politk tersebut tidak mendapat respon yang baik dalam masyarakat. Analisa mengenai perubahan politik pertama-tama dapat diarahkan pada perubahan perubahan sederhana mengenai kekuasaan dan unsur-unsur dari sebuah sistem politik. Hal tersebut dapat meliputi perubahan mengenai gaya pemerintahan

11 Samuel P. Huntington. 1991. Perubahan ke Arah Perubahan: Modernisasi Pembangunan dan Politik dalam Pembangunan Politik dan Perubahan Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm. 109. 12 Samuel P. Hungtinton. 1968. Political Order in Changing Societies. Yale University Press.hlm.35

Universitas Sumatera Utara yang dipakai, sistem pemerintahan yang diterapkan dan segala bentuk lembaga- lembaga politik yang tersinkronisasi dalam sebuah sistem politik. Namun fokus dari perubahan politik bukanlah semata-mata terfokus pada perubahan kekuasaan. Melainkan yang lebih penting adalah permasaalahan hubungan yang ditimbulkan antara perubahan perubahan kekuasaaan masing-masing komponen dan unsur dengan perubahan dalam isinya. Perubahan politik dapat di klasifikasikan berdasarkan dua tingkatan. Pertama, Laju ruang lingkup dan arah perubahan sebuah komponen dapat dibandingkan dengan laju dan ruang lingkup komponen lainnya. Sebuah bentuk perbandingan yang demikian dapat menjelaskan pola-pola stabilitas dan kegoncangan dalam sistem poltiik. Sehingga jangkauan sebuah komponen berhubungan dengan perubahan atau tiadanya perubahan pada komponen lainnya. Misalnya kultur dan suatu sistem politik mungkin bisa dipandang sebagai hal yang lebih penting dibandingkan kelompok, pemimpin dan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan. Tingkatan kedua dari analisa perubahan politik adalah perubahan kekuasaan dari suatu unsur dalam sebuah komponen pada suatu sistem dapat dibandingkan denngan unsur unsur lain dari komponen yang sama. Hal ini dapat meliputi analisa mengenai bangkit redupnya ideologi dan kepercayaan, lembaga dan kelompok, pemimpin dan kebijaksanaan serta unsur-unsur yang terdapat dalam komponen tersebut yang telah mengalami perubahan. Hal ini berarti menyangkut kajian sebuah unsur-unsur tersebut yang bersifat dinamis sehingga harus terus dipantau perubahan- perubahannya.13 Perubahan politik merupakan salah satu varian dari gejala perubahan sosial. Perubahan politik senantiasa akan membawa suatu perubahan pada sebuah sistem sosial dalam sebuah kelompok masyarakat/ negara. Seperti yang dijelaskan oleh Kingsley Davis menjelaskan perubahan sosial merupakan perubahan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Karena perubahan tersebut

13 Hoogerwerf. 1985. Politikologi, Jakarta: Erlangga. Hlm. 257.

Universitas Sumatera Utara bersinggungan dengan fungsi masyarakat, Davis mengemukakan bahwa perubahan tersebut dapat menyebabkan perubahan dalam organisasi ekonomi maupun politik.14 Pengertian lain mengenai perubahan sosial dikemukakan oleh Mac Iver yang mendefenisikan perubahan perubahan sosial sebagai hubungan dalam perubahan sosial (sosial relations) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) dalam hubungan sosial.15 Hubungan sosial yang dimaksud merupakan hubungan antar individu ataupun antar kelompok dalam kehidupan bernegara. Johnson (1995) mengatakan perubahan sosial ditandai oleh empat hal penting, yaitu: pertama, hilangnya kepercayaan terhadap institusi-institusi sosial yang mapan terutama lembaga lembaga ekonomi dan politik, kedua, otoritas yang terdapat dalam institusi-institusi sosial utama dipertanyakan, ketiga, menurunnya etika tradisional, dan keempat penolakan secara luas terhadap teknokrasi dan berbagai segi organisasi birokrasi.16 Keempat hal ini lah yang kemudian menjadi gejala-gejala yang menandai terjadinya sebuah proses perubahansosial. Jika kita mengkaitkannya dengan keberadaan perubahan politik yang terjadi Indonesia yang dipengaruhi oleh keberadaan komunisme, maka apa yang dijelaskan oleh Johnson terrsebut mengarah kepada bagaimana institusi-intitusi sosial yang berhaluan komunis tidak lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat dan justru mendapat kecaman keras dari masyarakat itu sendiri. Institusi-intitusi komunis seperti PKI (dalam bidang politik) dan Lekra dll (dalam bidang sosial) telah dibubarkan oleh pemerintah dan membentuk image negatif terhadap institusi-intitusi tersebut dimata masyarakat. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi-intitusi yang berideologi komunis tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial di Indonesia. Menurut Mooris Ginsberg (1984) sebab sebab terjadinya perubahan sosial adalah sebagai berikut:

14 http://galihdanary.wordpress.com/2010/12/02/teori perubahan sosial yang diunduh pada 14 maret 2013 pukul 14.15 wib 15 Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas ekonomi Universitas Indonesia. Hlm.23 16 NgPhilipus & Nurul Aini. 2009. Sosiologi dan Politik, Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 57.

Universitas Sumatera Utara a. Keinginan individu dalam masyarakat untuk secara sadar mengadakan perubahan; b. Sikap sikap pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi kondisi yang berubah; c. Perubahan perubahan struktural dalam bidang sosial, ekonomi dan politik; d. Pengaruh eksternal; e. Munculnya pribadi pribadi dan kelompok yang menonjol dalam masyarakat (kelas menengah); f. Munculnya peristiwa peristiwa tertentu, seperti misalnya kekalahan perang, ataupun kekalahan sebuah kekuatan politik terhadap kekuatan politik yang lainnya; g. Tercapainya konsensus dalam masyarakat untuk meraih suatu tujuan bersama.

Perubahan sosial juga ada yang sifatnya dikehendaki (intended change) atau perubahan yang direncanakan (planed change) dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned change).17 Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang sebelumnya telah direncanakan dengan baik dan yang menjadi kemauan dari masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang terjadi secara spontan dan tidak ada rencana sebelumnya untuk melakukan sebuah perubahan. Dengan kata lain masyarakat sebelumnya tidak menyadari bahwa akan terjadi sebuah perubahan dalam kehidupan mereka. Perubahan politik merupakan salah satu bentuk dari sebuah perubahan sosial. Biasanya sebuah gejala perubahan sosial akan menjadi sebuah faktor bagi terjadinya sebuah perubahan politik. Jadi pembahasan mengenai perubahan sosial sangat dibutukan dalam menganalisa sebuah prubahan politik. 18Hal ini diperlukan untuk melihat gejala-gejala sosial seperti apa yang mempengaruhi sebuah perubahan sosial yang kemudian menjadi faktor bagi terjadinya sebuah perubahan politik.

17 Ibid, Hlm. 60 18 Charles F. Andrian, 1992. Kehidupan politik dan Perubahan sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana. Hlm.34

Universitas Sumatera Utara

6.3. Teori Gerakan Mahasiswa

Mahasiswa merupakan sebuah miniatur masyarakat intelektual yang memilki corak keberagaman pemikiran, gagasan dan ide-ide yang penuh dengan kreatifitas dalam rangka mewujudkan tri darma perguruan tinggi yakni; pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat.sungguh menarik memang jika kita kembali memperbincangkan persoalan kampus dan dinamikannya yang sangat dinamis. kampus merupakan tempat pengembangan diri yang memberikan perubahan pikiran, sikap, dan pencerahan, tempat mahasiswa lahir menjadi kaum pemikir bebas yang tercerah. Dengan sifat keintelektual dan idealismenya mahasiswa lahir dan tumbuh menjadi entitas yang memiliki paradigma ilmiah dalam memandang persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan. 19

Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebukan ada lima fungsi kaum intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan- bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.Arbi Sanit memandang, mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum intelektual di perkotaan merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang disebut reformasi. 20 Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan politik. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison yang luas diantara masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus

19 Ibid., hal.98. 20Asep setiawan. 2007. Gerakan Mahasiswa Tinjauan Teoritis, , globalisasi.wordpress.com hal.10

Universitas Sumatera Utara membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di Universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda.21 Gerakan mahasiswa merupakan bagian dari gerakan sosial yang didefinisikan Nan Lin sebagai upaya kolektif untuk memajukan atau melawan perubahan dalam sebuah masyarakat atau kelompok.22 Rudolf Heberle menyebutkan bahwa gerakan sosial merujuk pada berbagai ragam usaha kolektif untuk mengadakan perubahan tertentu pada lembaga-lembaga sosial atau menciptakan orde baru.23 Bahkan Eric Hoffer menilai bahwa gerakan sosial bertujuan untuk mengadakan perubahan. Teori awal menyebutkan, sebuah gerakan muncul ketika masyarakat menghadapi hambatan struktural karena perubahan sosial yang cepat seperti disebutkan Smelse. Teori kemacetan ini berpendapat bahwa “pengaturan lagi struktural dalam masyarakat seperti urbanisasi dan industrialisasi menyebabkan hilangnya kontrol sosial dan meningkatkan “gelombang menuju perilaku antisosial”. Kemacetan sistemik ini dikatakan menjadi penyebab meningkatnya aksi mogok, kekerasan kolektif dan gerakan sosial dan mahasiswa Pakar kontemporer tentang gerakan sosial mengkritik teori-teori kemacetan dengan alasan empirik dan teoritis. Denny JA juga menyatakan adanya tiga kondisi lahirnya gerakan sosial seperti gerakan mahasiswa. Pertama, gerakan sosial dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan bagi gerakan itu. Pemerintahan yang moderat, misalnya memberikan kesempatan yang lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintahan yang sangat otoriter. Kedua, gerakan sosial timbul karena meluasnya ketidakpuasan atas situasi yang ada. Perubahan dari masyarakat tradisional ke

21Arbi Sanit. 1984. Sistem Politik Indonesia, Jakarta, Rajawali,. hal.107 22 Nan Lin. 1998. Sosial Movement dalam Encyclopedia of Sociology.New York, MacMillan Publishing Company hal. 188 23Asep Setiawan. 1998.Gerakan Sosial, Jakarta, Jurusan Ilmu Politik, FISIP UMJ. hal.10

Universitas Sumatera Utara masyarakat modern, misalnya dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang makin lebar untuk sementara antara yang kaya dan yang miskin. Perubahan ini dapat pula menyebabkan krisis identitas dan lunturnya nilai-nilai sosial yang selama ini diagungkan. Perubahan ini akan menimbulkan gejolak yang dirugikan dan kemudian meluasnya gerakan sosial. Ketiga, gerakan sosial semata-masa masalah kemampuan kepemimpinan dari tokoh penggerak. Adalah sang tokoh penggerak yang mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan, membangun organisasi yang menyebabkan sekelompok orang termotivasi terlibat dalam gerakan. Gerakan mahasiswa mengaktualisikan potensinya melalui sikap-sikap dan pernyataan yang bersifat imbauan moral. Mereka mendorong perubahan dengan mengetengahkan isu-isu moral sesuai sifatnya yang bersifat ideal. Ciri khas gerakan mahasiswa ini adalah mengaktualisasikan nilai-nilai ideal mereka karena ketidakpuasan terhadap lingkungan sekitarnya.24 Gerakan moral ini diakui pula oleh Arief Budiman yang menilai sebenarnya sikap moral mahasiswa lahir dari karakteristiknya mereka sendiri. Mahasiswa, tulis Arief Budiman, sering menekankan peranannya sebagai “kekuatan moral” dan bukannya “kekuatan politik”. Aksi protes yang dilancarkan mahasiswa berupa demonstrasi di jalan dinilai juga sebagai sebuah kekuatan moral karena mahasiswa bertindak tidak seperti organisasi sosial politik yang memiliki kepentingan praktis.25 Arief Budiman juga menambahkan, konsep gerakan moral bagi gerakan mahasiswa pada dasarnya adalah sebuah konsep yang menganggap gerakan mahasiswa hanyalah merupakan kekuatan pendobrak, ketika terjadi kemacetan dalam sistem politik.Setelah pendobrakan dillakukan maka adalah tugas kekuatan-kekuatan politik yang ada dalam hal ini partai-partai atau organisasi politik yang lebih mapan yang melakukan pembenahan.26

24Denny JA,” Menjelaskan Gerakan Mahasiswa”, Kompas, 25 April 1998 25 Arief Budiman. 2005. Peranan mahasiswa sebagai Inteligensia dalam Cendekiawan dan Politik. Jakarta, LP3ES. 26 Arief Budiman. 2005. Catatan Kritis Mencoba Memahami Si Bintang Lapangan 1998, dalam Arbi Sanit, Pergolakan Melawan Kekuasaan, Jakarta, LP3ES, , hal.26

Universitas Sumatera Utara Sependapat dengan Arief Budiman, Arbi Sanit menyatakan komitmen mahasiswa yang masih murni terhadap moral berdasarkan pergulatan keseharian mereka dalam mencari dan menemukan kebenaran lewat ilmu pengetahuan yang digeluti adalah sadar politik mahasiswa.Karena itu politik mahasiswa digolongkan sebagai kekuatan moral. Kemurnian sikap dan tingkah laku ,mahasiswa menyebabkan mereka dikategorikan sebagai kekuatan moral, yang dengan sendirinya memerankan politik moral.27 Namun seperti halnya gerakan sosial umumnya senantiasa melibatkan pengorganisasian. Melalui organisasi inilah gerakan mahasiswa melakukan pula aksi massa, demonstrasi dan sejumlah aksi lainnya untuk mendorong kepentingannya. Dengan kata lain gerakan massa turun ke jalan atau aksi pendudukan gedung-gedung publik merupakan salah satu jalan untuk mendorong tuntutan mereka. Dalam mewujudkan fungsi sebagai kaum intelektual itu mahasiswa memainkan peran sosial mulai dari pemikir, pemimpin dan pelaksana. Sebagai pemikir mahasiswa mencoba menyusun dan menawarkan gagasan tentang arah dan pengembangan masyarakat. Peran kepemimpinan dilakukan dengan aktivitas dalam mendorong dan menggerakan masyarakat. Sedangkan keterlibatan mereka dalam aksi sosial, budaya dan politik di sepanjang sejarah merupakan perwujudan dari peran pelaksanaan tersebut. Bentuk lain dari aktualisasi peran gerakan mahasiswa ini dilakukan dengan menurunkan massa mahasiswa dalam jumlah besar dan serentak. Kemudian mahasiswa ini mendorong desakan reformasi politiknya melakukan pendudukan atas bangunan pemerintah dan menyerukan pemboikotan. Untuk mencapai cita-cita moral politik mahasiswa ini maka muncul berbagai bentuk aksi seperti umumnya terjadi dalam, gerakan sosial. Arbi Sanit menyatakan, demonstrasi yang dilakukan mahasiswa fungsinya sebagai penguat tuntutan bukan sebagai kekuatan pendobrak penguasa. Strategi demonstrasi diluar kampus merupakan bagian dari upaya membangkitkan semangat massa mahasiswa.

27 Arbi Sanit. 1998. Reformasi Politik. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. hal.267.

Universitas Sumatera Utara Arbi Sanit menyebutkan bahwa reformasi politik mahasiswa terfokus kepada suksesi kepemimpinan, penegakan pemerintahan yang kuat-efektif sehingga produktif, penegakan pemerintahan yang bersih, penetapan kebijakan puiblik yang adil dan tepat dan demokratisasi politik. Arbi menyajikan sebuah analisa sistematik mengenai peran strategis pembaharuan mahasiswa Asia dalam dekade 1990-an. Namun sayang, gerakan moral mahasiswa ini seringkali menimbulkan kerusuhan dan tindakan anarki, untuk itulah diperlukan strategi baru dalam melakukan aksi untuk menuntut perubahan kebijakan, yakni dengan menggunakan strategi negosiasi.28

6. Metodologi Penelitian

Penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif (melukiskan). Penelitian deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data-data yang ada. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.29 Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, seta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial. Karenanya pada penelitian deskriptif tidak menggunakan atau tidak melakukan

28 Arbi Sanit.1999. Pergolakan Melawan Kekuasaan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. hal.26

29 Bambang Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitaif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, , Hlm. 42

Universitas Sumatera Utara pengujian hipotesa seperti yang dilakukan pada penelitian ekspalanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori.30

7.1 Jenis Penelitian

Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi penelitian kualitaif ini adalah konsekuensi metodologis dari penggunaan metode deskriptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa ”metodelogi kualitaif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.31 Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi satu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia. Masalah yang akan diungkapkan dapat disiapkan sebelum mengumpulkan data atau informasi, akan tetapi mungkin saja berkembang dan berubah selama kegiatan penelitian dilakukan. Dengan demikian data/informasi yang dikumpulkan data terarah pada kalimat yang diucapkan, kalimat yang tertulis dan tingkah laku kegiatan. Informasi dapat dipelajari dan ditafsirkan sebagai usaha untuk memahami maknanya sesuai dengan sudut pandang sumber datanya. Maka informasi yang bersifat khusus itu, dalam bentuk teoritis melalui proses penelitian kualitatif tidak mustahil akan menghasilkan teori- teori baru, tidak sekedar untuk kepentingan praktis saja.

Secara khusus, penelitian yang penulis gunakan dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Fakta atau data yang

30 Sanafiah Faisal. 1995. Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Hlm. 20 31 . 1983.Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia,Hlm. 105

Universitas Sumatera Utara ada dikumpulkan, diklasifikasikan dan kemudian akan dianalisa. Pada penelitian deskriptif, penulis memusatkan perhatian pada penemun fakta-fakta sebagaimana keadaan yang sebenarnya ditemukan. Karena itu dalam penelitian ini, penulis mengembangkan konsep dan menghimpun berbagai data, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.

7.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melahirkan sebuah penelitian, ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data antara lain wawancara (interview), observasi (observation), dan dokumentasi (documentation). Tatang M. Arifin mengatakan, bahwa ada “data adalah segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian”. Dengan demikian tidak semua informasi atau keterangan merupakan data, hanyalah sebagian dari informasi, yakni berkaitan dengan penelitian.

Dalam suatu penelitian, disamping menggunakan metode yang tepat diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik dan alat pengumpul data ini sangat berpengaruh terhadap obyeksifitas hasil penelitian. Mempertimbangkan hal tersebut, dan keharusan untuk memenuhi validitas dan realibilitas dalam teknik pengumpulan datanya. Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain- lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara 1. Data Primer, yaitu Data yang diperoleh oleh Penulis dari arsip-arsip PMKRI dan data tersebut diperkuat oleh wawancara tokoh-tokoh yang terlibat pada saat itu. 2. Data Sekunder, yaitu penelitian kepustakaan (Library research) yaitu dengan mempelajari buku-buku, peraturan-peraturan, laporan-laporan serta bahan- bahan lain yang berkaitan dengan penelitian.

7.3. Teknik Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Artinya disini setelah penulis mengumpulkan buku-buku dan memperkuatnya dengan melakukan wawancara maka penulis melakukan penyederhanaan dengan mengkombinasikan keduanya untuk menjadi alat analisis bagi penulis.

7. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri kedalam 4 (empat) bab, yakni:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian, dan Sistematika penelitian.

Universitas Sumatera Utara BAB II : DESKRIPSI PMKRI DAN PERUBAHAN POLITIK DI INDONESIA

Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai profil PMKRI dan deskripsi lahirnya organisasi-organisasi mahasiswa di Indonesia serta situasi politik pada masa itu.

BAB III : ANALISIS DATA

Bab ini nantinya berisikan tentang penyajian data dan fakta yang diperoleh dari buku-buku, majalah, wawancara, dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis data dan fakta tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab – bab sebelumnya serta berisi adanya saran – saran yang peneliti peroleh setelah melakukan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA dan PERUBAHAN POLITIK di INDONESIA

2.1 SEJARAH PMKRI

Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) pada awalnya merupakan hasil fusi Federasi KSV (Katholieke Studenten Vereniging) dan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Yogyakarta. Federasi KSV yang ada saat itu meliputi KSV St. Bellarminus Batavia (berdiri di Jakarta, 10 November 1928), KSV St. Thomas Aquinas Bandung (berdiri 14 Desember 1947), dan KSV St. Lucas Surabaya (berdiri 12 Desember 1948). Federasi KSV yang berdiri tahun 1949 tersebut diketuai oleh Gan Keng Soei (KS Gani) dan Ouw Jong Peng Koen (PK Ojong). Adapun PMKRI Yogyakarta yang pertama kali diketuai oleh St. Munadjat Danusaputro, didirikan pada tanggal 25 Mei 1947.32

Keinginan Federasi KSV untuk berfusi dengan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Yogyakarta saat itu, karena pada pertemuan antar KSV dipenghujung 1949, dihasilkan keputusan bersama bahwa “….Kita bukan hanya mahasiswa Katolik, tetapi juga mahasiswa Katolik Indonesia …” Federasi akhirnya mengutus Gan Keng Soei dan Ouw Jong Peng Koen untuk mengadakan pertemuan dengan moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta.

Setelah mendapat saran dan berkat dari Vikaris Apostolik Batavia yang pro Indonesia, yaitu Mgr. PJ Willekens, SJ. Utusan Federasi KSV (kecuali Ouw Jong Peng Koen yang batal hadir karena sakit) bertemu dengan moderator pada tanggal 18 Oktober 1950 dan pertemuan dengan Ketua PMKRI Yogyakarta saat itu yaitu PK

32 PMKRI.1993.Buku Saku PMKRI Bandung hal.12

Universitas Sumatera Utara Haryasudirja bersama stafnya berlangsung sehari kemudian. Dalam pertemuan- pertemuan tersebut intinya wakil federasi KSV yaitu Gan Keng Soei mengajak dan membahas keinginan ”Mengapa kita tidak berhimpun saja dalam satu wadah organisasi nasional mahasiswa Katolik Indonesia ? Toh selain sebagai mahasiswa Katolik, kita semua adalah mahasiswa Katolik Indonesia. “

Maksud Federasi KSV ini mendapat tanggapan positif moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta. Dan dua keputusan lain yang dihasilkan adalah :

1. Setelah pertemuan tersebut, masing-masing organisasi harus mengadakan kongres untuk membahas rencana fusi. 2. Kongres Gabungan antara Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta akan berlangsung di Yogyakarta tanggal 9 Juni 1951.

Dalam kongres gabungan tanggal 9 Juni 1951, kongres dibuka secara resmi oleh PK Haryasudirja selaku wakil PMKRI Yogyakarta bersama Gan Keng Soei yang mewakili Federasi KSV. Diluar dugaan, Kongres yang semula direncanakan berlangsung hanya sehari, ternyata berjalan alot terutama dalam pembahasan satu topik, yakni penetapan tanggal berdirinya PMKRI.

Disaat belum menemui kesepakatan, Kongres Gabungan sempat diskors untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing organisasi untuk kembali mengadakan kongres secara terpisah pada tanggal 10 Juni 1951. Akhirnya Kongres Gabungan untuk fusi-pun kembali digelar pada tanggal 11 Juni 1950 dan berhasil menghasilkan 14 keputusan yaitu :33

1. Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta berfusi menjadi satu sebagai organisasi nasional mahasiswa katolik bernama:”Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia” yang kemudian disingkat PMKRI. Sebutan perhimpunan

33 PMKRI.1993.Buku Saku PMKRI Bandung hal.2

Universitas Sumatera Utara ini disepakati sebagai pertimbangan agar organisasi baru ini sudah bersiap-siap untuk mau dan mampu menampung masuk dan menyatunya organisasi- organisasi mahasiswa Katolik lain yang telah berdiri berlandaskan asas dan landasan lain, seperti KSV-KSV di daerah-daerah pendudukan Belanda guna menuju persatuan dan kesatuan Indonesia. 2. Dasar pedoman (AD/Anggaran Dasar) PMKRI Yogyakarta diterima sebagai AD sementara PMKRI hingga ditetapkannya AD PMKRI yang definitif. 3. PMKRI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 1947. 4. PMKRI berkedudukan ditempat kedudukan Pengurus Pusat PMKRI 5. Empat cabang pertama PMKRI adalah : PMKRI Cabang Yogyakarta, PMKRI Cabang Bandung, PMKRI Cabang Jakarta, dan PMKRI Cabang Surabaya. 6. Dalam ART setiap cabang PMKRI harus dicantumkan kalimat,”PMKRI berasal dari Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta yang berfusi tanggal 11 Juni 1951.” 7. Santo pelindung PMKRI adalah Sanctus Thomas Aquinas 8. Semboyan PMKRI adalah “Religio Omnium Scientiarum Anima” yang artinya Agama adalah jiwa segala ilmu pengetahuan. 9. Baret PMKRI berwarna merah ungu (marun) dengan bol kuning di atasnya. 10. Kongres fusi ini selanjutnya disebut sebagai Kongres I PMKRI. 11. Kongres II PMKRI akan dilangsungkan di Surabaya, paling lambat sebelum akhir Desember 1952 dan PMKRI Cabang Surabaya sebagai tuan rumahnya. 12. Masa kepengurusan PMKRI adalah satu tahun, dengan catatan: untuk periode 1951-1952 berlangsung hingga diselenggarakannya Kongres II PMKRI. 13. PP PMKRI terpilih segera mendirikan cabang-cabang baru PMKRI diseluruh Indonesia dan mengenai hal ini perlu dikoordinasikan dengan pimpinan Waligereja Indonesia. 14. PK Haryasudirja secara aklamasi ditetapkan sebagai Ketua Umum PP PMKRI periode 1951-1952.

Universitas Sumatera Utara Dengan keputusan itu maka kelahiran PMKRI yang ditetapkan pada tanggal 25 Mei 1947 menjadi acuan tempat PMKRI berdiri. PMKRI didirikan di Balai Pertemuan Gereja Katolik Kotabaru Yogyakarta di jalan Margokridonggo (saat ini Jln. Abubakar Ali). Balai pertemuan tersebut sekarang bernama Gedung Widya Mandala.34

Penentuan tanggal 25 Mei 1947 yang bertepatan sebagai hari Pantekosta, sebagai hari lahirnya PMKRI, tidak bisa dilepaskan dari jasa Mgr. Soegijapranata. Atas saran beliaulah tanggal itu dipilih dan akhirnya disepakati para pendiri PMKRI, setelah sejak Desember 1946 proses penentuan tanggal kelahiran belum menemui hasil. Alasan beliau menetapkan tanggal tersebut adalah sebagai simbol turunnya roh ketiga dari Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Roh Kudus kepada para mahasiswa katolik untuk berkumpul dan berjuang dengan landasan ajaran agama Katolik, membela, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.

2.2 ORIENTASI GERAKAN PMKRI

2.2.1 VISI PMKRI

Visi PMKRI: Terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.

2.2.2 MISI PMKRI

Berjuang dengan terlibat dan berpihak pada kaum tertindas melalui kaderisasi intelektual populis yang dijiwai nilai-nilai kekatolikan untuk mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.

34 Ibid hal.5

Universitas Sumatera Utara 2.2.3 ASAS

PMKRI dalam seluruh orientasi dan kegiatannya berasaskan Pancasila, dijiwai Kekhatolikan, disemangati oleh Kemahasiswaan (AD: pasal 2, 3, 4)

2.2.4 IDENTITAS KADER

Pada dasarnya pembinaan di PMKRI ditujukan untuk membantu membentuk para anggota PMKRI dalam mencapai keunggulan pribadi dengan integritas pribadi yang utuh. Integritas pribadi yang utuh, yang hendak dicapai dapat dicirikan oleh:

1. SENSUS CHATOLICUS

Rasa Kekatolikan.

2. SEMANGAT MAN FOR OTHERS

Panggilan hidup misioner yang menuntut sikap siap sedia. Bahwa setiap kegiatan hidup tidak hanya didasarkan pada kepentingan diri sendiri melainkan sejauh mungkin diabdikan pada kepentingan sesama yang lebih besar.

3. SENSUS HOMINIS

Rasa kemanusiaan, terdapat kepekaan terhadap segala unsur manusiawi yang meliputi solidaritas pada setiap pribadi manusia.

4. PRIBADI YANG MENJADI TELADAN

Kemampuan untuk menjadi pribadi yang menjadi garam dan terang dunia, dalam pola pikir, sikap, dan tingkah laku.

Universitas Sumatera Utara 5. UNIVERSALITAS

Sikap siap sedia untuk memasuki celah-celah dan dimensi kehidupan masyarakat yang paling membutuhkan dan menerobos tembok-tembok diskriminasi dalam bentuk apapun.

6. MAGIS SEMPER

Semangat lebih dari sebelumnya yang hanya dapat dicapai dengan kerja keras, mutu, magis, dan profesional. Pribadi demikian selalu mengacu pada on going formation.

Kelima ciri ini menjadi pembeda karakter seoarng kader PMKRI dengan yang lainnya. Kelima hal ini adalah terjemahan dari tiga benang merah PMKRI yang menjadi identitas PMKRI.35

2.2.5 STRUKTUR ORGANISASI

Lembaga kekuasaan PMKRI dipisahkan oleh tiga badan yang menjadi penggerak dari organisasi ini, dimana ketiga badan tersebut adalah

LEMBAGA KEKUASAAN PMKRI

EKSEKUTIF LEGISLATIF YUDIKATIF NASIONAL PP MPA MPA

CABANG DPC RUAC RUAC

Tabel 2.1 Tabel Lembaga Kekuasaan PMKRI Keterangan : PP = Pengurus Pusat

35 Ibid hal.21

Universitas Sumatera Utara DPC = Dewan Perwakilan Cabang MPA = Majelis Permusyawaratan Anggota RUAC = Rapat Umum Anggota Cabang

PERATURAN PMKRI

YURIDIS Anggaran Dasar KONSTITUSIONAL

Anggaran Rumah Tangga Nasional

Anggaran Rumah Tangga Cabang

Ketetapan MPA YURIDIS

OPERASIONAL Kesepakatan Rakernas

Keputusan Pengurus Pusat

Ketetapan RUAC

Keputusan DPC

Keputusan RUA Rayon

Keputusan BP Rayon

Ketentuan-ketentuan tak tertulis mengenai tata cara KONVENSI berorgansisasi yang telah menjadi kebiasaan di perhimpunan sepanjang tidak bertentangan dengan aturan formal yuridis dan operasional yang berlaku di perhimpunan. Konvensi atau kesepakatan ini

Universitas Sumatera Utara biasanya juga disebut sebagai Yurisprudensi.

Tabel 2.2. Tabel Peraturan PMKRI

Catatan :

- Sedapat mungkin ketentuan Anggaran Rumah Tangga Cabang sesuai dengan ketentuan Anggaran dasar dan Angaran Rumah Tangga PMKRI. Ini penting dalam menjaga hirarki aturan (asas hukum lex superior derogat legi inferior)

- Dalam pembuatan Surat ketetapan baik itu MPA/RUA atau surat keputusan PP/DPC dan atau jabatan sturkutral lainya dalam lembaga kekuasaan eksekutif PMKRI semua ketentuan mulai dari AD/ART/ARTC/Tap MPA/TAP RUA yang berhubungan dengan hal maksud dikeluarkannya surat keputusan dan atau ketetapan tersebut harus dicantumkan dengan disertai nomor dan bunyi pasal dimaksud. Ini dimaksudkan demi memperjelas dasar hukum dikeluarkan keputusan tersebut dan telah dipastikannya bahwa tidak ada ketentuan yuridis organsasi yang dilanggar.

2.2.6 JABATAN STRUKTURAL PMKRI

a. MANDATARIS MPA/FORMATUR/KETUA PRESIDIUM PP PMKRI

Berada ditingkat pusat/nasional, dipilih melalui sidang MPA.

b. PRESIDIUM PENGURUS PUSAT

Dalam tugas kesehariannya Ketua Presidium Pengurus Pusat dibantu oleh para pengurus harian, yang biasanya terdiri dari :

1. PRESIDIUM PENGEMBANGAN ORGANISASI 2. PRESIDIUM PENDIDIKAN 3. PRESIDIUM GERAKAN KEMASYARAKATAN

Universitas Sumatera Utara 4. PRESIDIUM HUBUNGAN ANTAR PERGURUAN TINGGI 5. SEKRETARIS JENDRAL 6. PRESIDIUM HUBUNGAN LUAR NEGERI

Secara fungsional dan berdasarkan asas kerja kolektif kolegial (kesetaraan dan kebersamaan) kedudukan antar presidium di atas adalah sejajar. Presidium-presidium tersebut dipilih oleh Mandataris MPA/Formatur/Ketua Presidium dan bertanggung jawab kepadanya.

c. BIRO PENGURUS PUSAT

Jabatan biro merupakan jabatan dibawah struktur presidium. Biro bertanggung jawab kepadanya. Jenis-jenis biro, dibentuk berdasarkan kebutuhan. Biro dipilih oleh Mandataris RUA/Formatur/Ketua Presidium.

Komposisi ditingkat pusat ini sedapat mungkin diikuti oleh cabang-cabang (AD PMKRI pasal 11 ayat 3.b)

d. KOMISARIS DAERAH (KOMDA)

Berada ditingkat regional, dipilih oleh cabang-cabang yang menjadi wilayahnya dan disahkan oleh Mandataris MPA, berkeudukan di daerah tingkat I (satu) atau di mana dianggap perlu.Fungsi KOMDA adalah mengkoordinir cabang- cabang di wilayahnya, dan menyampaikan laporan kegiatan pada tiap cabang setiap 3 (tiga) bulan sekali.

e. KOMISARIS “EX-OFFICIO”

Hanya berlaku untuk PMKRI Cabang DKI Jakarta dan dijabat secara otomatis oleh Ketua Presidium PMKRI DKI Jakarta. Pemberlakuan ini dikarenakan kedudukan PP PMKRI di Ibukota Republik Indonesia (Jakarta). Komisaris Ex-

Universitas Sumatera Utara officio artinya komisaris karena kedudukannya. Ketua Presidium PMKRI Cabang DKI Jakarta adalah anggota Pengurus Pusat dan kedudukannya sejajar dengan presidium yang lain sehingga memperoleh hak untuk menghadiri semua rapat PP PMKRI. Tujuan adanya komisaris ini adalah agar seluruh anggota PMKRI Cabang DKI Jakarta secara langsung dapat mendukung operasional program Pengurus Pusat.

f. MANDATARIS RUA/FORMATUR/KETUA PRESIDIUM DPC,

berkedudukan di cabang dan dipilih oleh Rapat Umum Anggota di cabang yang bersangkutan.

g. MANDATARIS RUA/FORMATUR/KETUA PRESIDIUM BADAN PENGURUS RAYON,berkedudukan di rayon dan dipilih oleh RUA di rayon yang bersangkutan. h. PRESIDIUM, presidium yang ada di PMKRI atau mereka yang di cabang sering disebut dengan PHC (PENGURUS HARIAN CABANG) biasanya terdiri dari:

1. PRESIDIUM PENGEMBANGAN ORGANISASI 2. PRESIDIUM PENDIDIKAN 3. PRESIDIUM GERAKAN KEMASYARAKATAN 4. PRESIDIUM HUBUNGAN ANTAR PERGURUAN TINGGI 5. SEKRETARIS JENDRAL

i. BIRO CABANG Biro ditingkat cabang, secara struktural kedudukannya dibawah presidium sehingga tanggung jawabnya kepada presidium yang bersangkutan. Jenis-jenis biro ditentukan berdasarkan kebutuhan cabang. Biro diangkat oleh Ketua Presidium Cabang.

Universitas Sumatera Utara Catatan: Pengurus PMKRI yang terdiri dari para presidium dan biro disebut juga dengan Dewan Pimpinan Cabang.

j. BADAN SEMI OTONOM (BSO)

DPC di PMKRI merupakan sebuah supratruktur. Sedangkan BSO merupakan infrastrukturnya. BSO didirikan dengan tujuan untuk mendukung program-program DPC. Aktivitas tertentu yang tidak dapat dikerjakan oleh DPC, dapat dilaksanakan oleh BSO. Aktivitas tertentu tersebut dikerjakan oleh BSO dalam rangka menambah profesionalisme kader. BSO didirikan berdasarkan kemampuan dan kebutuhan cabang. Misalnya PMKRI Cabang A, memiliki banyak kader yang berpotensi dan berbakat dalam bidang bisnis, maka didirikanlah jenis BSO Usaha. Meskipun DPC telah memiliki bendahara yang bertugas mencari dana. Tetapi dengan ada lembaga tersendiri yang secara khusus dan profesional menangani usaha tertentu dibidang bisnis, maka selain akan menguntungkan DPC (terbantu mencari dana) juga akan menambah keprofesionalan anggota dalam berwiraswasta. BSO dapat juga berfungsi sebagai lembaga mantel PMKRI. Terutama bagi kader-kader PMKRI yang telah usai menjalankan tugasnya sebagai DPC (eks fungsionaris) dalam satu atau beberapa periode. BSO dipilih oleh Mandataris/Formatur/Ketua Presidium dan bertanggung jawab kepadanya. Bukan kepada DPC. Kedudukan DPC dan BSO sejajar. BSO diperbolehkan untuk tidak menggunakan nama PMKRI untuk urusan keluar tetapi masih harus dalam koordinasi Ketua Presidium. BSO juga diadakan di tingkat Pengurus Pusat.

2.2.7 JABATAN FUNGSIONAL PMKRI

1. TIM PEMBINA/DEWAN PEMBINA

Universitas Sumatera Utara Merupakan beberapa anggota penyatu atau senior PMKRI berpengalaman yang dipilih dan ditetapkan berdasarkan SK Mandataris RUA untuk memberikan dukungan konseptual kepada PP/DPC mengenai masalah-masalah pembinaan anggota dan pengurus.

2. DEPERTIM (DEWAN PERTIMBANGAN)

Merupakan beberapa cendekiawan Katolik Indonesia yang diangkat oleh PP/DPC yang bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada pengurus yang bersangkutan, baik diminta atau tidak mengenai persoalan-persoalan yang dianggap penting.

3. PASTOR MODERATOR

Adalah pastor yang ditunjuk oleh Wali Gereja dengan permohonan pengurus PMKRI yang memiliki wewenang yang menentukan dalam hal penggembalaan dan pengembangan iman, moralitas, dan spiritualitas. Artinya memiliki wewenang dalam fungsi pastoral dan magisterium (kuasa mengajar Gereja). Dalam aspek keorganisasian fungsinya sebagai penasihat.

2.2 8 PROGRAM PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA DALAM PERUBAHAN ORDE LAMA KE ORDE BARU

1. PROGRAM KEROHANIAN

Sebagai salah satu organisasi yang berbasiskan keagamaan, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) tentu saja fokus dalam bidang keagamaan. PMKRI baik di pusat maupun di cabang selalu berkoordinasi dengan gereja dalam membangun spritualitas diri khususnya generasi orang muda katolik. Karenanya, baik di pusat maupun di cabang memiliki santo/santa yang menjadi panutan atau pedoman.

Universitas Sumatera Utara Sudah menjadi kebiasaan setiap sebelum dan mengakhiri suatu rapat harus dimulai dengan doa agar setiap kegiatan yang dilakukan diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kegiatan yang dilakukan untuk menunjang spritualitas setiap kader seperti forum diskusi, retreat maupun camping rohani. Hal ini dilakukan untuk membentuk mental yang kuat bagi setiap anggota.

2. PROGRAM KEMAHASISWAAN

Dalam kegiatan yang berorientasikan kemahasiswaan, PMKRI banyak melakukan program seperti aktif dalam memperjuangkan masyarakat dengan mengikuti aksi. Selain itu, PMKRI juga ikut terlibat dalam mendirikan organisasi mahasiswa bersama yaitu PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) namun karena organisasi ini dianggap cacat dan sudah menyeleweng dari tujuan utama maka organisasi ini dibubarkan dan dibentuklah KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) sebagai sarana bersama dalam memperjuangkan bangsa pada masa itu.

3.PROGRAM KEMASYARAKATAN – KENEGARAAN

Dalam hal ini, PMKRI melakukan banyak melakukan program-program pengabdian kepada masyarakat. PMKRI yang menjadi salah satu organisasi mahasiswa yang berperan aktif dalam membantu masyarakat menyalurkan kepentingannya merasa ikut bertanggung jawab untuk melakukan pendidikan politik terhadap masyarakat. PMKRI melihat memberikan pendidikan politik menjadi kewajiban yang harus dilakukan untuk memajukan dan memperbaharui pola pikir masyarakat.

Universitas Sumatera Utara Untuk melaksanakan tujuan tersebut, telah disusun program dalam berbagai bidang, yaitu : a) Program konsolidasi dan pembinaan intern organisasi serta hubungan dan koordinasinya. b) Program untuk memajukan struktur politik yang baru c) Program pembangunan masyarakat desa36

2.3 SUASANA PERUBAHAN POLITIK ORDE LAMA MENUJU ORDE BARU

Paham komunisme di Indonesia pada awalnya dibawa tokoh komunis Belanda , Sneevliet. Partai Komunis Indonesia (PKI) memberontak pertama kali melawan pemerintah kolonial Belanda tahun 1926. Kemudian memberontak di Tegal, Brebes, dan Pemalang tanggal 11 Desember 1945, dan di Madiun tanggal 18 September 1948. Dari tiga kali pemberontakan tersebut menunjukkan kecintaan sesungguhnya PKI terhadap negara dan bangsa Indonesia. Tetapi karena rakyat Indonesia tengah sibuk menghadapi kembalinya Belanda ke Indonesia melalui Nederland Indische Civil Administration (NICA), maka pemerintah dan rakyat Indonesia cepat sekali memaafkan dan melupakan kesalahan PKI. Sehingga PKI berkembang dengan cepat. Hasil kerja keras PKI tampak dalam hasil pilihan raya (pemilihan umum) tahun 1955, di mana PKI muncul sebagai kekuatan keempat terbesar setelah Partai Nasional Indonesia (PNI), Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), dan Nahdlatul Ulama (NU).

2.3.1 Berdirinya Organisasi-Organisasi Mahasiswa di Indonesia

Sejak Indonesia merdeka, muncul kebutuhan aliansi antara kelompok- kelompok mahasiswa, di antaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia

36 Cosmas Batubara. 2008. Panjangnya Jalan Politik : Jakarta : Jala Penerbit hlm 31

Universitas Sumatera Utara (PPMI) yang dibentuk melalui kongres mahasiswa pertama di Malang tahun 1947. Pada masa demokrasi liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk saat itu, oganisasi mahasiswa extra kampus sebagian besar merupakan organisasi di bawah partai-partai politik. Misalnya Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI) dengan Partai Katholik, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dengan Partai Nasional Indonesia(PNI), Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GEMSOS) dengan Partai Sosial Indonesia (PSI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan Nahdlatul Ulama, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain. 37CGMI paling menonjol tampil sebagai salah satu anak partai kuat hasil pemilihan umum tahun 1955. CGMI berani menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi-organisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha mempengaruhi PPMI, hal ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI, terutama dipicu karena banyak jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki CGMI dan GMNI khususnya setelah Kongres V tahun 1961.

2.3.2 Kekuatan Dan Pengaruh PKI

Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Soekarno menetapkan konstitusi ini di bawah Dekrit Presiden dengan dukungan penuh dari PKI. Lalu mengangkat para jendral ke posisi penting untuk memperkuat Angkatan Bersenjata. Soekarno menjalankan demokrasi terpimpin yang disambut hangat oleh PKI, dengan anggapan bahwa ia memiliki mandate untuk persekutuan konsepsi Nasional, Agama, dan Komunis (NASAKOM).

Di era "Demokrasi Terpimpin" kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional gagal menekan pergerakan-pergerakan independen kaum

37 Sulastomo, hari-hari yang panjang transisi orde lama ke orde baru : sebuah memoar jakarta : kompas hal 112

Universitas Sumatera Utara buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politik dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor turun, cadangan devisa turun, inflasi terus naik, korupsi birokrat dan militer mewabah.

Kekuatan PKI mencapai puncak ketika berhasil membangun beberapa perguruan rakyat seperti Panti Pengetahuan Rakyat (PANPERA), Balai Pengetahuan Rakyat (BAPERA), dan Mimbar Pengetahuan Rakyat (MIPERA) di hampir seluruh wilayah dan kota di Indonesia. PKI juga berhasil membangun perguruan tinggi, Akademi Ilmu Sosial Aliarcham, Instititut Pendidikan Harjono, Akademi Ilmu Sejarah Ronggowarsito, Akademi Ilmu Ekonomi Dr. Ratulangi, Akademi Ilmu Teknik Ir. Anwari, Universitas Bachtaruddin, dan IKIP Kujang di kota-kota di Jawa.

PKI pun mendirikan organisasi-organisasi Comite Daerah Besar (CDB) di tingkat propinsi, Comite Seksi (CS) di tingkat kabupaten dan kota, Comite Subseksi (CSS) di tingkat kecamatan, dan Comite Resort (CR) di tingkat kelurahan dan desa di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Bahkan PKI berhasil membentuk dan menggerakkan organisasi bagian dari sayapnya, antara lain : 1). Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (BEPERKI), untuk keahlian warga keturunan Cina. 2). PGRI Non Fak Sentral, untuk keahlian profesi guru-guru, untuk menandingi Persatuan Guru Republik Indonesia.3). Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), untuk keahlian buruh dan pekerja. 4). Barisan Tani Indonesia (BTI), untuk para petani dan nelayan.5). Persatuan Pamong Desa Indonesia (PPDI)untuk menampung keahlian para pegawai tingkat kelurahan/desa. 6). Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) untuk mahasiswa.7). Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI) untuk wanita. 8). Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI), untuk pelajar dan siswa.9). Pemuda Rakyat (PR) untuk pemuda dan belia. 10). Himpunan Sarjana Indonesia (HIS), untuk sarjana dan graduan perguruan tinggi.11). Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) untuk keahlian seniman dan budayawan.

Universitas Sumatera Utara Seluruh organisasi dan lembaga tersebut menghimpun tidak kurang dari 20 juta anggota dan simpatisan, terdiri dari 3,5 juta anggota, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya, pergerakan 3,5 juta anggota serikat buruh, 9 juta anggota barisan tani Indonesia, pergerakan wanita (GERWANI), organisasi penulis, artis, dan pergerakan sarjananya. Sehingga PKI menjadi salah satu partai komunis terbesar di dunia, setelah Cina dan Uni Sovyet. Untuk menyebarluaskan komunisme dan ajaran-ajarannya PKI menerbitkan tiga surat kabar, yaitu : Harian Rakyat, Warta Bhakti, dan Bintang Timur. PKI mampu mempengaruhi isi surat kabar lain seperti Harian Zaman Baru, Harian Republik, Pendorong, Sin Po, dan terompet Masyarakat. Untuk memperkuat kedudukannya PKI menguasai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan lembaga Kantor Berita Antara. Dan melalui tangan Soekarno, memperalat proses Nasakomisasi, PKI berhasil menguasai banyak lembaga negara, lembaga tinggi negara, dan angkatan udara. Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI semakin menghindari bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dengan polisi dan militer. Para pemimpin PKI mengutamakan kepentingan bersama polisi dan rakyat. Pemimpin PKI D. N. Aidit mengilhami slogan untuk ketentraman umum "Bantu Polisi". Pada bulan Agustus 1966, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dan tidak bersikap sectarian terhadap Angkatan Bersenjata, menghimbau semua pengarang dan seniman sayap kiri membuat "massa tentara" sebagai subjek karya-karya mereka.Akhir tahun 1964 dan awal tahun 1965, kaum buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik Amerika Serikat. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki pemerintahan secara resmi.Pada saat bersamaan jendral-jendral militer tingkat tinggi juga menjadi anggota kabinet, karena jabatannya di militer oleh Presiden Soekarno disamakan dengan mentri. Terbukti dengan adanya jabatan Mentri Panglima Angkatan Bersenjata (Menpangab), Mentri Panglima Angkatan Darat (Menpangad), dan lain-lain.

Menteri-menteri PKI yang duduk di sebelah para petinggi militer dalam kabinet Soekarno mendorong ilusi yang sangat berbahaya, bahwa angkatan bersenjata

Universitas Sumatera Utara merupakan bagian dari revolusi demokratis rakyat. Aidit pernah berceramah kepada sekolah angkatan bersenjata tentang "perasaan kebersamaan dan persatuan" yang semakin kuat setiap hari antara Tentara Nasional Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para komunis.Pada kunjungan Mentri Luar Negri Subandrio ke Cina, Perdana Mentri Zhou Enlai berjanji akan mempersenjatai dengan lengkap 40 batalyon Tentara Nasional Indonesia, gratis tanpa syarat. Kemudian dilaporkan kepada Presiden Soekarno, tetapi belum juga ditentukan waktunya sampai meletusnya G 30 S Pada awal tahun 1965 Bung Karno mengungkapkan ide pembentukan angkatan ke lima yang berdiri sendiri terlepas dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pandangan lain mengatakan PKI-lah yang mengusulkan pembentukan angkatan ke lima ini dan mempersenjatai mereka. Tetapi para petinggi Angkatan Darat tidak setuju, sehingga masalah ini menimbulkan nuansa saling mencurigai antara militer dan PKI. Rezim Soekarno, melarang aksi-aksi mogok para pekerja di industri. Kepemimpinan PKI tidak keberatan karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM. 38

2.3.3 Isu Dokumen Gilchrist

Dokumen Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia Andrew Gilchrist, beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu dewan jendral. Dokumen ini oleh beberapa pihak disebut sebagai pemalsuan oleh intelijen Ceko di bawah pengawasan Jendral Agayant dari KGB Rusia, menyebutkan adanya "Teman Tentara Lokal Kita" yang mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli pihak barat. Kedutaan besar Amerika Serikat juga dituduh memberikan daftar nama-nama anggota PKI kepada tentara untuk "ditindaklanjuti."

Dinas intelijen Amerika Serikat mendapatkan data-data dari berbagai sumber, salah satunya yang ditulis John Hughes, wartawan The Nation yang menulis buku "Indonesian Upheaval" yang dijadikan basis skenario film "The Year of Living

38 Ibid hal.120

Universitas Sumatera Utara Dangerously", ia sering menukar data-data yang ia kumpulkan untuk mendapatkan fasilitas teleks untuk mengirimkan berita.

2.3.4 Faktor Amerika Serikat

Amerika Serikat waktu itu terlibat perang Vietnam dan berusaha sekuat tenaga agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis. Peranan CIA dalam hal ini sebatas memberikan 50 juta rupiah (nilai uang saat itu) kepada dan walkie-talkie serta obat-obatan kepada tentara Indonesia. Politisi Amerika Serikat pada bulan-bulan menentukan ini dihadapkan pada masalah yang membingungkan karena mereka merasa ditarik oleh Soekarno ke dalam konfrontasi Indonesia- Malaysia. Menurut salah satu sumber bahwa peran Amerika Serikat dalam hal ini tidak besar, dapat dilihat dari telegram duta besar Green ke Washington tanggal 8 Agustus 1965 yang mengeluh karena usahanya melawan propaganda anti Amerika Serikat di Indonesia tidak berhasil dan tidak berguna.

Dalam telegram kepada Presiden Johnson tanggal 6 Oktober 1965, agen CIA menyatakan ketidakpercayaan kepada tindakan PKI yang tak masuk akal karena situasi politik Indonesia yang sangat menguntungkan mereka, hingga akhir Oktober 1965 masih terjadi kebingungan atas pembantaian di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali dilakukan oleh PKI, NU, atau PNI. Sumber lain, terutama dari kalangan korban insiden ini, menyebutkan bahwa Amerika Serikat menjadi aktor di balik layar, dan setelah dekrit Supersemar, Amerika Serikat memberikan nama-nama anggota PKI kepada militer untuk dibunuh. Namun hingga sekarang kedua sumber di atas tidak punya banyak bukti fisik.

2.3.5 Isu Bung Karno Sakit

PKI telah mengetahui persiapan-persiapan pembentukan rezim militer, lalu mengusulkan pendirian angkatan ke lima, di dalam angkatan bersenjata, terdiri dari para pekerja dan petani yang dipersenjatai. Bukan memperjuangkan mobilisasi massa

Universitas Sumatera Utara yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang berkembang, kepemimpinan PKI malah berusaha membatasi gerakan massa yang makin mendalam pada batas-batas hukum kapitalis negara.

Mereka di depan para jendral berusaha meyakinkan bahwa usul PKI itu akan memperkuat negara. Aidit melaporkan ke komite sentral PKI bahwa Nasakomisasi Angkatan Bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerja sama mendirikan angkatan ke lima. Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di Indonesia. Bulan Mei 1965, polit biro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparat militer dan negara sedang diubah untuk mempersempit aspek anti rakyat dalam alat-alat negara.

2.3.6 Isu Masalah Tanah Dan Bagi Hasil

Pada tahun 1960 terbit Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan Undang- Undang Pokok Bagi Hasil sebagai kelanjutan dari Panitia Agraria yang menghasilkan Undang-Undang Pokok Agraria terdiri dari wakil pemerintah dan wakil berbagai organisasi massa tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai politik saat itu. Namun tak ada yang melaksanakan undang-undang itu di daerah sehingga timbul gesekan- gesekan antara para petani penggarap dengan pihak pemilik tanah yang terkena UUPA, melibatkan sebagian massa pengikutnya yang dibacking aparat keamanan. Peristiwa yang menonjol dalam rangka ini adalah peristiwa Bandar Betsi di Sumatra Utara dan peristiwa di Klaten, sebagai aksi sepihak dan kemudian militer menggunakannya sebagai dalih untuk membersihkannya. Sementara di Jawa Timur juga terjadi keributan antara PKI dengan NU, PERSIS, dan Muhammadiyah, bahkan hamper di semua tempat di Indonesia. Kiai-kiai NU yang kebanyakan tuan tanah menolak gerakan PKI membagi-bagikan tanah kepada petani yang tak punya tanah. Di beberapa tempat PKI mengancam akan menyembelih para kiai setelah tanggal 30 September 1965 (ini membuktikan seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30 September 1965).

Universitas Sumatera Utara

2.3.7 Faktor Malaysia

Konfrontasi Indonesia-Malaysia, saat negara federal Malaysia baru terbentuk tanggal 16 September 1963, menyebabkan kedekatan Soekarno dengan PKI, menjelaskan motivasi para tentara yang bergabung dalam gerakan G 30 S/ PKI atau Gestok, juga akhirnya menyebabkan PKI menculik dan membunuh para petinggi Angkatan Darat.Sejak demonstrasi-demonstrasi anti Indonesia di Kuala Lumpur di mana para demonstran menyerbu gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia, merobek-robek photo Bung Karno, membawa lambang Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdurrahman, Perdana Mentri Malaysia saat itu dan memaksanya menginjaknya. Amarah Bung Karno terhadap Malaysia meledak.

Bung Karno mengutuk tindakan Tunku Abdurrahman dan penghinaan terhadap Indonesia itu, lalu membalasnya dengan gerakan "Ganyang Malaysia". Perintah Bung Karno kepada Angkatan Darat untuk mengganyang Malaysia ditanggapi dingin oleh para jendral saat itu. Di satu pihak Letnan Jendral tidak ingin melawan Malaysia yang dibantu Inggris dengan anggapan tentara Indonesia saat itu tidak memadai dalam skala tersebut. Sedangkan Kepala Staf Angkatan Darat Jendral A. H. Nasution menyetujui usulan Bung Karno karena ia mengkhawatirkan isu Malaysia ini ditunggangi PKI untuk memperkuat posisinya di percaturan politik Indonesia.

Posisi Angkatan Darat saat itu serba salah karena mereka tidak yakin dapat mengalahkan Inggris, dan mereka akan menghadapi Bung Karno yang akan mengamuk jika mereka tidak berperang. Akhirnya para pemimpin Angkatan Darat memilih berperang setengah hati di Kalimantan. Brigadir Jendral Supardjo, komandan pasukan di Kalimantan Barat, mengeluh, konfrontasi tidak dilakukan sepenuh hati dan ia merasa operasinya disabotase dari belakang. Operasi gerilya di Malaysia gagal, padahal sebenarnya tentara Indonesia sangat mahir dalam perang

Universitas Sumatera Utara gerilya.Mengetahui tentara Indonesia tak mendukungnya, Bung Karno kecewa dan mencari dukungan PKI untuk melampiaskan amarahnya kepada Malaysia. Bung Karno dalam otobiografinya, mengakui bahwa ia seorang yang memiliki harga diri sangat tinggi, dan tak ada yang dapat dilakukan untuk merubah keinginannya mengganyang Malaysia. PKI menjadi pendukung utama gerakan "Ganyang Malaysia" yang mereka anggap sebagai antek Inggris, antek neokolonialisme, PKI juga memanfaatkan kesempatan itu untuk keuntungan mereka sendiri, motif PKI mendukung kebijakan Soekarno tidak sepenuhnya idealis. Dari sebuah dokumen rahasia badan intelijen Amerika Serikat (CIA) yang baru dibuka tanggal 13 Januari 1965 menyebutkan adanya percakapan santai Bung Karno dengan para pemimpin sayap kanan bahwa ia masih membutuhkan dukungan PKI untuk menghadapi Malaysia sehingga tidak bisa menindak tegas mereka. Namun Bung Karno pun menegaskan bahwa suatu waktu giliran PKI akan tiba. "Bung Karno berkata,"Kamu bisa menjadi teman atau musuh saya. Itu terserah kamu...Untukku Malaysia itu musuh nomor satu. Suatu saat saya akan membereskan PKI, tetapi tidak sekarang." Kedudukan PKI semakin kuat dan menjadi ancaman serius bagi para penantangnya, ditambah hubungan internasional PKI dengan partai komunis sedunia, khususnya dengan adanya poros Jakarta-Beijing-Moskow- Pyongyang-Phnom Penh. Soekarno mengetahui hal ini, tetapi mendiamkannya karena ia masih meminjam kekuatan PKI untuk konfrontasi yang tengah berlangsung, karena posisi Indonesia melemah di lingkungan internasional sejak ke luar dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa pada 20 Januari 1965.

2.3.8 Gerakan 30 September 1965

Pada saat-saat genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan Jendral yang mengungkapkan bahwa beberapa petinggi Angkatan Darat tidak puas terhadap Soekarno dan berniat menggulingkannya. Menanggapi isu ini Soekarno disebut memerintahkan pasukan Cakrabirawa menangkap dan membawa mereka untuk diadili. Seluruh akumulasi kekuatan PKI menyimpulkan bahwa mereka telah

Universitas Sumatera Utara siap merebut kekuasaan, dan tinggal menunggu waktu. Dalam bahasa isyarat PKI menyebut kondisi dan kekuatan itu dengan, "Ibu telah hamil tua.", tinggal menunggu saat-saat melahirkan, waktunya tak lama lagi.PKI telah menyiapkan tiga pasukan utama, yaitu pasukan Pasopati yang bertugas menculik dan membunuh para jendral Angkatan Darat yang berlawanan dengan PKI. Pasukan Pringgodani bertugas menguasai lapangan udara Halim Perdana Kusuma dan sarana-sarana penting politik dan ekonomi.39 Pasukan Bima Sakti bertugas menguasai sekitar Monas, Istana Negara, Radio Republik Indonesia, dan Telekomunikasi, dan tempat-tempat strategis lain. Pada tanggal 30 September 1965 terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap enam pejabat tinggi militer Indonesia, seorang perwira pertama, dan beberapa orang lain, dalam suatu usah pemberontakan atau kudeta yang dituduhkan kepada para anggota PKI.Ke enam pejabat tinggi Angkatan Darat yang dibunuh tersebut adalah :

1). Letnan Jendral TNI Ahmad Yani (Mentri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi). 2). Mayor Jendral R. Suprapto (Deputi II Mentri /Panglima Angkatan Darat bidang Administrasi). 3). Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Mentri/Panglima Angkatan Darat bidang Perencanaan dan Pembinaan) 4). Mayor Jendral Suwondo Parman (Asisten I Mentri/Panglima Angkatan Darat bidang Intelijen). 5). Brigadir Jendral Donald Izaacus Panjaitan (Asisten IV Mentri/Panglima Angkatan Darat bidang Logistik)

6). Brigadir Jendral Sutoyo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jendral Angkatan Darat). Jendral TNI yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Tetapi, putrinya, Ade Irma Suryani

39 Tim Penyusun.1950. Terminologi sejarah, DEPDIKBUD, Jakarta : CV. DEFIT PRIMA KARYA

Universitas Sumatera Utara Nasution, dan ajudannya, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean gugur dalam peristiwa itu.

Ada beberapa orang lain yang menjadi korban,yaitu :

1). Bripka (pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Mentri II dr. J. Leimana)

2). Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas Yogya). 3). Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Umum Korem 072/Pamungkas Yogya).Para korban yang di Jakarta jenazahnya dibuang ke suatu lokasi (sumur tua) di daerah , Pondok Gede. Mayat mereka ditemukan pada tanggal 3 Oktober 1965.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 07.00 waktu Indonesia bagian Barat, PKI mengumumkan melalui siaran RRI Pusat, tentang pembentukan gerakan perjuangan yang berfungsi sebagai pemerintahan sementara, yang disebut Gerakan 30 September, yang dalam praktek sehari-hari dilaksanakan oleh Dewan Revolusi Indonesia, akan dibentuk Dewan Revolusi Propinsi, Dewan Revolusi Kabupaten, Dewan Revolusi Kecamatan.

Menurut pengamat sejarah, PKI dengan cepat membentuk Dewan Revolusi yang terdiri dari 45 orang, lima di antaranya bertindak sebagai presidium, selebihnya sebagai anggota. Tetapi hasil pemberontakan mereka hanya sampai pada tahap ini. Karena sebelum mereka dapat menguasai berbagai posisi dan lokasi pengambila keputusan serta proyek vital, mereka telah kehabisan energi dan akhirnya keadaan berbalik kea rah kehancuran mereka. Soekarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner para "pemberontak" dengan berpindah ke pangkalan udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan. Kesalahan kecil tetapi berpengaruh pada tahap operasi militer Gerakan 30 September 1965 adalah lolosnya Jendral A. H. Nasution dan tidak diperhitungkannya Komando

Universitas Sumatera Utara Strategi Angkatan Darat (KOSTRAD) yang dipimpin Mayor Jendral Soeharto. Dua Jendral yang kurang diperhitungkan inilah yang menjadi motor dan lokomotif penghancuran PKI. Mayor Jendral Soeharto langsung mengontak Panglima Angkatan Laut, Panglima Angkatan Kepolisian, Komandan Batalyon Kujang Siliwangi di Bandung, dan menggerakkan pasukan elit Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk merebut RRI Pusat dan Gedung Telkom. Pada pukul 19.00WIB tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto sudah tampil berbicara di corong radio, mengumumkan bahwa Gestapu/PKI dan Dewan Revolusioner adalah makar dan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah, dan meminta rakyat tidak melibatkan diri dalam pemberontakan tersebut. Inilah pertama kalinya seorang jendral menegaskan siapa kawan, siapa lawan, meminta rakyat menghancurkan pemberontakan tersebut.

Tanggal 6 Oktober 1965 Soekarno menghimbau rakyat menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan antara Angkatan Bersenjata dengan para korbannya dan penghentian kekerasan. Biro politik dan komite senttral PKI segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk mendukung "Pemimpin Revolusi Indonesia" dan tidak melawan Angkatan Bersenjata. Pernyataan ini dicetak ulang di Koran CPA bernama Tribune.

Tanggal 12 Oktober 1965, para pemimpin Uni Sovyet Brezhnev, Mikoyan, dan Kosygin, mengirim pesan khusus untuk Soekarno, "Kita dan rekan-rekan kita bergembira mendengar bahwa kesehatan Anda telah membaik... Kita mendengar dengan penuh minat tentang pidato Anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tenang dan menghindari kekacauan.Himbauan akan dimengerti secara mendalam." Tanggal 16 Oktober 1965, Soekarno melantik Mayor Jendral Soeharto menjadi Mentri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara. Dalam Konferensi Tiga Benua di Havana bulan Februari 1966, perwakilan Uni Sovyet berusaha dengan segala kemampuan mereka menghindari pengotakan atas penangkapan dan pembunuhan orang yang dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi terhadap rakyat

Universitas Sumatera Utara Indonesia.Pendirian mereka mendapat pujian dari rezim Soeharto. Parlemen Indonesia menegesahkan resolusi tanggal 11 Februari 1966, menyatakan penghargaan penuh atas usaha-usaha perwakilan-perwakilan dari Nepal, Mongolia, Uni Sovyet dan negara-negara lain di konferensi solidaritas negara-negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin, yang berhasil menetralisasi usaha-usaha para kontra revolusioner gerakan 30 September, dan para pemimpin serta pelindung mereka, untuk campur tangan terhadap urusan dalam negri Indonesia.

2.3.9 Asumsi Penangkapan Dan Pembunuhan

Pada bulan-bulan setelah peristiwa G 30 S - PKI, mereka yang dianggap simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang diketahui, ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh atau dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi untuk diinterogasi dan disiksa tanpa perlawanan. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November), dan Bali (bulan Desember) 1965. Tidak diketahui dengan pasti berapa orang dibantai? Perkiraan konservatif menyebutkan 500 ribu orang, sementara perkiraan lain menyebut dua sampai tiga juta orang. Namun diduga setidaknya satu juta orang menjadi korban bencana kemanusiaan enam bulan pasca kudeta itu. Tentara menghasut dan membantu kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-organisasi muslim sayap kanan seperti barisan Anshor NU dan Tameng Marhaenis PNI melakuakan pembunuhan missal, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya sampai di tempat-tempat tertentu terbendung mayat. Sewaktu regu-regu militer yang didukung CIA menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan dengan keji membantai mereka, majalah "Time" saat itu memberitakan, "Pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala besar sehingga pembuangan mayat menyebabkan persoalan sanitasi sangat serius di Sumatra Utara, di mana udara lembab membawa bau mayat membusuk. Orang-orang dari daerah ini bercerita kepada kita tentang sungai-sungai kecil yang terbendung mayat-mayat. Transportasi sungai terhambat secara serius.". Di

Universitas Sumatera Utara Bali, yang sebelum peristiwa G 30 S dianggap sebagai kubu PKI, sedikitnya 35.000 orang menjadi korban di awal tahun 1966. Di sana para Tamin, pasukan komando elit PNI adalah pelaku pembunuhan ini.Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa membunuh teman-teman mereka untuk membuktikan kesetiaan mereka. 40Di kota- kota besar perburuan rasialis "anti Tionghoa" terjadi. Para pekerja dan pegawai pemerintah yang mengadakan aksi mogok sebagai protes atas kejadian-kejadian kontra-revolusioner ini dipecat. Diperkirakan sekitar 110.000 orang masih dipenjarakan sebagai tahanan politik pada akhir tahun 1969. Eksekusi-eksekusi masih dilakukan, termasuk terhadap belasan orang sejak tahun 1980-an. Empat tahanan politik, Johannes Surono Hadiwiyino, Safar Suryanto, Simon Petrus Sulaeman, dan Nobertus Rohayan, dihukum mati hampir 25 tahun sejak kudeta itu.

2.3.10 Angkatan 66

Jauh sebelum pemberontakan Gestapu/PKI, sudah ada pihak dan golongan anti komunis, baik secara terang-terangan maupun diam-diam. Golongan-golongan itu antara lain adalah beberapa perwira Angkatan Darat, tokoh-tokoh Islam seperti bekas-bekas anggota Masyumi, HMI, PII, kalangan muda NU dan Muhammadiyah,bekas-bekas anggota PSI, tokoh-tokoh tertentu, Katholik/PMKRI, SOKSI, dan lain-lain, secara naluriah, kelompok inilah yang paling cepat terpanggil untuk memerangi PKI.Sulastomo, ketua umum Pengurus Besar HMI saat itu, bersama Syarifuddin Harahap, pada tanggal 1 Oktober 1965 pagi langsung menghubungi Subchan Z. E. ketua PBNU yang dekat angkatan muda, untuk menilai situasi dan menentukan sikap bersama. 41Atas inisiatif Subchan Z. E., diadakan rapat umum pertama untuk menentang, mengutuk Gestapu/PKI, menuntut pembubaran PKI dan antek-anteknya, di Taman Sunda Kelapa, Jakarta tanggal 4 Oktober 1965. Sore harinya, Subchan Z. E.bersama tokoh-tokoh anti komunis membentuk badan yang mengkoordinasikan aksi-aksi penumpasan PKI di kalangan sipil, yang dinamakan

40 ibid 41 Cosmas Batubara.2007. Sebuah Otobiografi Politik Kompas : Jakarta hal.88

Universitas Sumatera Utara "Kesatuan Aksi Pengganyangan Kontra Revolusi Gestapu" disingkat KAP Gestapu, merupakan kesatuan aksi pertama di Indonesia yang bertujuan menghancurkan komunisme di Indonesia, dengan alamat pejabatnya di Jl. No. 1 (Sekretariat PMKRI) dan juga Jl. Banyumas No. 4 (rumah Subchan Z. E.). KAP Gestapu ini didukung NU, Partai Katholik, Muhammadiyah, Angkatan Muda Muhammadiyah, GP Anshor, IPKI, HMI/KAHMI yang ikut dalam susunan pengurus KAP-Gestapu adalah Syarifuddin Harahap (Biro Keuangan), Ismael Hasan Metareum, Mar'ie Muhammad, Dahlan Ranumihardja, dan Sulastomo (anggota). KAP- Gestapu menjadi "dapur pemikiran" untuk menilai setiap perkembangan situasi dan mengolahnya menjadi berbagai program aksi, mulai dari aksi jalanan (demonstrasi) sampai pada pengiriman petisi dan utusan kepada lembaga yang berkepentingan. KAP-Gestapu memperkenalkan dan memulai aksi-aksi jalanan dan demonstrasi yang kemudian menjadi program rutin seluruh kesatuan aksi lainnya. Sejalan dengan itu, seluruh kantor induk pejabat PKI dan organisasi pendukungnya, dihancurkan oleh kelompok-kelompok PII, HMI, dan Pemuda Muhammadiyah, atau diserahkan kepada militer.Setelah tanggal 1 Oktober 1965 dan beberapa bulan berikutnya terjadi perubahan situasi yang luar biasa di dalam konstelasi politik di Indonesia. Dampaknya sangat terasa di dunia kampus. Bukan saja karena gelombang- gelombang politik selalu memukul-mukul dinding kampus, juga karena peranan mahasiswa sangat menonjol dalam peristiwa di sekitar peralihan 1965-1966. Berbagai aksi demonstrasi terjadi terus-menerus pada bulan-bulan terakhir 1965, menjadi salah satu indikator ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai kebijakan pemerintah, khususnya dalam menuntaskan krisis politik akibat G 30 S 1965. Krisis politik belum selesai, pemerintah pada tanggal 22 November 1965 memperparah krisis bidang ekonomi dengan menaikkan harga bensin dari Rp 4 per liter menjadi Rp 250 per liter. Sehingga berbagai harga kebutuhan pokok dan tarif angkutan umum melonjak. Indeks biaya hidup meningkat tajam dari 22.651 menjelang bulan November menjadi 36.347 menjelang bulan Desember 1965. Ekonomi masyarakat Indonesia waktu itu sangat rendah sehingga melemahkan dukungan rakyat kepada

Universitas Sumatera Utara Soekarno dan PKI. Mereka tidak sepenuhnya menyetujui kebijakan "ganyang Malaysia" yang dianggap akan semakin memperparah keadaan Indonesia.Inflasi yang mencapai 650% membuat harga makanan melambung tinggi, rakyat kelaparan dan terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Beberapa faktor yang berperan dalam kenaikan harga ini adalah keputusan Soeharto-Nasution untuk menaikkan gaji tentara 500% dan penganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa sehingga mereka kabur. Akibat inflasi, banyak rakyat Indonesia yang sehari-hari hanya makan bonggol pisang, umbi-umbian, gaplek, dan bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi lainnya, mereka juga memakai pakaian dari bahan karung. Belum sempat Indonesia sembuh dari berbagai luka politik, ekonomi, dan dampak yang disebabkan oleh peristiwa G 30 S 1965 masih menjadi trauma berkepanjangan bagi bangsa Indonesia, pada tanggal 3 Januari 1966 pemerintah menaikkan harga BBM. Harga bensin dinaikkan lagi secara drastis menjadi Rp 1.000,00 per liter. Minyak tanah yang menjadi kebutuhan rakyat Indonesia juga harganya naik menjadi lebih dari 100%, dari seratus lima puluh rupiah per liter menjadi empat ratus rupiah per liter. Diikuti kenaikan berbagai harga kebutuhan pokok dan tarif angkutan. Tarif bis, kereta api, dan pesawat terbang naik hingga 500%, tarif pos dan telekomunikasi naik hingga sepuluh kali lipat. Kenaikan harga BBM dan berbagai harga kebutuhan pokok yang menyengsarakan rakyat ini mengundang reaksi keras dari berbagai pihak, terutama dari para mahasiswa yang tampil menjadi moral force rakyat Indonesia. Pada tahun 1965-1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan mendirikan Orde Baru.

Gerakan ini disebut Angkatan 66, sebagai awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan.Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu antara lain Cosmas Batubara (Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi, ketiganya dari PMKRI, Akbar Tanjung dari HMI, dan lain-lain. Angkatan 66 mengangkat isu komunis sebagai bahaya laten Negara. Gerakan ini berhasil

Universitas Sumatera Utara membangun kepercayaan untuk mendukung mahasiswa menentang komunis yang ditukangi PKI. 42

2.3.11 Lahirnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia

Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada tanggal 25 Oktober 1965 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Mentri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayor Jendral dr. Syarief Thayeb, di antaranya adalah Perhimpunan Mahasiswa Kaolik Republik Indonesia (PMKRI) , Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI),Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI).43

Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa Indonesia dalam menggalang aksi dan melancarkan demonstrasi menuntut pembubaran PKI dan underbouw-underbouwnya, termasuk Central Gerakan Mahasiswa Indonesia, menjadi lebih terorganisasi, terkoordinasi, dan memiliki kepemimpinan.

Lahirnya KAMI diikuti berbagai kesatuan aksi lain, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain. Sejarah lahirnya KAMI berkaitan dengan peristiwa hamper sebulan sebelumnya, yaitu penculikan dan pembunuhan terhadap enam jendral dan satu perwira pertama oleh gerombolan Gerakan 30 S (G 30 S) yang dengan cepat berimbas terhadap sosial politik di tengah kehidupan bangsa Indonesia, termasuk kelompok mahasiswa saat itu.44

Tuduhan PKI sebagai dalang pun segera merebak. Terlebih setelah Angkatan Darat yang dipimpin Mayor Jendral Soeharto melarang surat kabar afiliasi terbit.

42 http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ diunduh 9 juni 2013 pukul 16.30 43 Cosmas Batubara.2007. Sebuah Otobiografi Politik Kompas : Jakarta hal.57 44 http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/.Op.cit;

Universitas Sumatera Utara Hanya koran Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha milik Angkatan Darat saja yang bebas menyiarkan berita yang umumnya provokatif. Beritanya seolah ditelan mentah- mentah tanpa knofirmasi itu kemudian memberi angin segar bagi kelompok anti komunis untuk melancarkan tuduhan dan serangan terhadap PKI dan underbouw- underbouwnya. Partai-partai yang bersebrangan dengan PKI seperti Partai Katholik, Partai Murba, IPKI, NU, mengecam tindakan PKI.

Di mana-mana didirikan front pembubaran PKI, hingga markas PKI di Jl. Kramat Raya Jakarta pun dibakar. Dunia mahasiswa, salah satu komponen masyarakat yang umumnya sudah dikotak-kotakkan dengan afiliasi partai politik- partai politik (termasuk seni, wanita, buruh, dan surat kabar) ketika itu mendirikan wadah anti PKI.

Dendam kalangan mahasiswa non komunis terhadap CGMI telah berlangsung lama sebelum peristiwa G 30 S. Sebab dengan naik daunnya PKI, karena kedekatannya dengan Presiden Soekarno membuat CGMI bersikap angkuh terhadap organisasi-organisasi mahasiswa lain. Perhimpunan Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PPMI) sebagai gabungan organisasi-organisasi mahasiswa dikuasai CGMI. Tindakan mereka yang paling tidak disukai adalah menuntut pembubaran HMI, padahal sama- sama tergabung dalam PPMI.

Tuduhan kepada HMI saat itu adalah HMI memiliki hubungan dengan Masyumi, partai terlarang pada pemerintahan Presiden Soekarno. Tetapi keputusan yang tinggal ditandatangani Soekarno itu tidak terjadi, karena "gertakan" Menteri Agama K. H. Saifuddin Zuhri. Dendam kesumat itu memuncak pasca G 30 S. Giliran HMI membabat CGMI. Kemudian sejarah mencatat, dengan bantuan Angkatan Darat aktivis CGMI ditangkapi dengan mata-mata mahasiswa anti PKI.45

45 http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/.Op.cit;

Universitas Sumatera Utara Seluruh elemen masa bergerak untuk membubarkan PKI meskipun Bung Karno bersikukuh mempertahankannya, tetapi tidak berhasil, wibawanya telah terkikis.HMI melibatkan diri dan menjadi pendukung utama kegiatan KAMI, mulai dari perencanaan kegiatan, persiapan sampai dengan pelaksanaan aksi dan kemudian evaluasi setiap aksi. Mulai dari penyusunan konsep, agenda, gagasan, dan ide, sampai pada mengerahkan massanya pada setiap kegiatan. Bahkan HMI, beberapa organisasi mahasiswa, dan pelajar dari kalangan Islam, menghiasi aksi-aksi jalanan dengan ucapan takbir membahana, sehingga aksi sangat bersemangat dan berwarna Ilahiah.

Dalam kepengurusan KAMI Pusat periode I 25 Oktober 1965-21 Juli 1966, HMI mengirimkan wakilnya Nazar E. Nasution (sebagai sekretaris jendral), dan Ismael Hadad (biro penerangan). Dalam kepengurusan periode II (mulai 21 Juli 1966), HMI mengirimkan Mar'ie Muhammad (sebagai salah seorang ketua), Farid Laksmana (sekretaris jendral), dan Ismael Hadad (biro penerangan), di mana peran HMI semakin kuat dan dominan di setiap kegiatan KAMI, karena dua hal yaitu pertama karena jumlah anggota (massa) HMI sanagat besar, sehingga setiap ada kegiatan aksi di jalan massa HMI yang ikut paling banyak. Kedua, HMI merupakan organisasi mahasiswa paling dibenci PKI dan bahkan dituntut untuk dibubarkan, sehingga bagi HMI komunisme adalah musuh sejak lama dan musuh sepanjang sejarahnya.

2.3.12 Aksi Tritura

Selanjutnya KAMI menuntut pemerintah agar meninjau berbagai kenaikan harga, lalu KAMI menggelar seminar untuk membahas masalah ekonomi Indonesia pada tanggal 10 Januari 1966, di Universitas Indonesia. Tampil sebagai pembicara antara lain Jendral A. H. Nasution, Letnan Jendral Soeharto, Syarief Thayeb, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Adam Malik, Subchan Zaenuri Echsan. Saat itu HMI melahirkan pemikiran pada aspirasi rakyat yang dikenal dengan Amanat Penderitaan Rakyat dan memperjuangkan berbagai keluhan, tuntutan, dan hati nurani rakyat.

Universitas Sumatera Utara Kemudian memformulasikannya menjadi Tritura, substansinya disusun oleh Cosmas Batubara , David Napitupulu (PMKRI, dan Mar'ie Muhammad (HMI), sedangkan redaksinya disusun oleh Ismid Hadad (Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia), dan Saverinus Suardi (PMKRI).46Tiga tuntutan rakyat yang mendasar kepada pemerintah itu mendapat dukungan penuh dari Angkatan Bersenjata. Isinya adalah

1). Bubarkan PKI beserta ormasnya. 2). Turunkan harga dan perbaiki sandang pangan. 3). Perombakan dan pembersihan kabinet Dwikora dari unsur PKI. Dari ketiga pasal tersebut, dua tuntutan pertama merupakan produk lama karena sebelumnya telah disuarakan Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September (KAP-Gestapu) sejak bulan Oktober 1965, sementara tuntutan terakhir merupakan produk baru. Keberadaan tuntutan yang ketiga dalam Tritura bernilai paling strategis karena langsung bersentuhan dengan kepentingan rakyat banyak. Keberhasilan KAMI memformulasikan Tritura dalam perkembangan selanjutnya mampu menyimbolkan perjuangan bersama seluruh kekuatan mahasiswa. Sejak dicetuskannya Tritura, aksi-aksi demonstrasi mahasiswa berkembang semakin membesar dan intens, menjadi semakin bermakna dengan dukungan penuh rakyat dan Angkatan Bersenjata. Aksi-aksi Tritura yang diperjuangkan mahasiswa secara konsisten sejak awal Januari 1966 akhirnya terbukti menjadi semacam kata sandi bagi berbagai perubahan politik mendasar di tanah air sepanjang pertengahan tahun 1960, termasuk suksesi kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto.47

Titik puncak keruntuhan wibawa Bung Karno salah satunya disebabkan aksi- aksi Tritura. Aksi-aksi Tritura sebagai reaksi terhadap keadaan politik, sosial, ekonomi, masyarakat dan pemerintahan waktu itu yang telah mengarah kepada kehancuran dan konflik di antara para elite politik yang berkuasa dalam pemerintahan. Timbul kecemasan rakyat di seluruh tanah air terhadap kelangsungan

46 ibid 47 http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/.Op.cit;

Universitas Sumatera Utara hidup negara. KAMI, organisasi extra universitas, memimpin menyampaikan aspirasi masyarakat dengan berdemonstrasi di pekarangan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kampus Salemba.

Didahului upacara yang diikuti pimpinan Resimen Para Komando Angkatan Darat, Kolonel Sarwo Edhie Wibowo beserta staff. Yang dipakai dalam aksi-aksi Tritura adalah panji-panji KAMI. Jaket kuning Universitas Indonesia menonjol dalam perjuangan menegakkan Orde Baru, disebabkan karena massa KAMI terbesar terdapat di UI dan diorganisasi oleh KAMI UI. Kampus UI merupakan pusat perjuangan Orde Baru, di mana berbagai kekuatan Orde Baru, khususnya mahasiswa dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia bertemu. Perjuangan angkatan 66 telah meluas dan melebar dari sekadar penghancuran komunisme di Indonesia, bukan sekadar masalah permukaan dan ringan, tetapi sudah masuk ke dalam perjuangan rakyat Indonesia.

Pemboncengan modus ekonomi ke politik menguntungkan KAMI, gelombang aksi mendapat dukungan luas ke daerah-daerah, sehingga KAMI menjadi kekuatan politik. Pemimpin-pemimpin KAMI Pusat seperti Cosmas Batubara, Sulastomo, Harry Tjan Silalahi, David Napitupulu, Arif Rahman, Mar'ie Muhammad menjadi idola baru tidak hanya di kalangan mahasiswa, tetapi juga di kalangan masyarakat umum.

Hasanuddin Haji Madjedi menjadi pahlawan Ampera pertama, gugur di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, gugur karena tembakan oknum tentara Batalyon K Kodam Jawa Tengah yang di-BKO-kan di Banjarmasin pada tanggal 10 Februari 1966. Ketika almarhum yang sedang memegang spanduk bertuliskan "Tak Ada Pilihan Lain, Menjadi Bangsa Indonesia atau Bangsa Asing", bersama rekan- rekan demosntran lain pulang dari berunjuk rasa di konsulat Republik Rakyat Tionghoa di Jl. Pacinan Laut (kini Jl. Kapten Pierre Tendean) Banjarmasin. Pahlawan Ampera ini dimakamkan satu kompleks dengan makam pahlawan nasional Pangeran

Universitas Sumatera Utara Antasari, di kawasan pekuburan muslim Jl. Masjid Jami' Banjarmasin. Puncak aksi terjadi pada tanggal 24 Februari 1966. Demo mahasiswa di depan istana negara berbuntut bentrok dengan pasukan Cakrabirawa. Pasukan Cakrabirawa mungkin telah kehilangan akal sehat menembak membabi buta kearah kerumunan hingga seorang mahasiswa kedokteran UI, Arif Rahman Hakim gugur tertembak. Revolusi membutuhkan korban.

Sang pahlawan yang kelak diberi gelar pahlawan Ampera itu membawa semangat baru di kubunya. Perjuangan KAMI dalam angkatan 66 mengalami suka duka, pahit manis, berhadapan dengan kekuatan, berhadapan dengan kekuatan penguasa militer yang memihak Soekarno (Orde Lama) dan PKI. Banyak mengambil resiko mulai dari kekurangan makan, tekanan, siksaan fisik, hingga kematian. Banyak korban tewas dalam perjuangan panjang menegakkan Orde Baru.

Dalam aksi tanggal 24 Februari 1966, gugur dua orang pejuang angkatan 66, Zubaedah (PII/KAPPI) dan Arif Rahman Hakim (HMI/KAMI). Rekan-rekan mereka mengantar jenazah mereka ke pemakaman tanggal 25 Februari 1966, dengan prosesi yang sangat sahdu dan mengharukan, seluruhnya memperkuat tekad dan semangat generasi muda untuk terus berjuang.

Para pejuang yang lain yang gugur dalam memperjuangkan Ampera pada saat itu antara lain Hasanuddin Noor (mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin) wafat tanggal 10 Februari 1966, Muhammad Syarif Al Kadri (mahasiswa Ujung Pandang) gugur tanggal 25 Februari 1966, Arismunandar (pelajar SMP Muhammadiyah X Yogyakarta), Margono (pelajar SPG Muhammadiyah I Yogyakarta) keduanya gugur tanggal 10 Maret 1966. Yusuf Hasim dan Dicky Oroh (pelajar di ) gugur tanggal 31 Maret 1966, Mohd. Syafi ‘I (pelajar Jakarta) gugur tanggal 9 Mei 1966, Yulius Usman (mahasiswa Fakutas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung) gugur tanggal 18 Agustus 1966, Ahmad Karim (pelajar STM Bukittinggi) gugur tanggal 11 Desember 1966, Zaenal Zakse (wartawan Harian

Universitas Sumatera Utara KAMI) gugur tanggal 8 Mei 1967. Mereka semua dicatat dengan tinta emas dalam sejarah sebagai pejuang yang membela hak-hak rakyat dan diangkat sebagai pahlawan Ampera, dan rakyat Indonesia tidak akan pernah melupakan perjuangan mereka.48

Mereka berkata Semuanya mereka gugur sebagai pahlawan perubahan yang menjadi inovator perjuangan. Konsep kepemimpinan selalu dimulai oleh oarng muda. Perubahan memang memerlukan pengorbanan. Angkatan 66 yang terdiri dari pejuang muda, baik dari organisasi mahasiswa, pelajar dan pemuda, atau dari kampus yang tergabung dalam berbagai organisasi seperti KAMI, Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia, Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia, Kesatuan Aksi Wanita Indonesia, bergabung dengan Angkatan 66. Mereka berjuang meluruskan arah dan tujuan bangsa Indonesia yang diselewengkan Orde Lama dan komunis.

48 Parakitri T. Simbolon Angkatan 66 Peluang Emas yang Sia-sia : socio- politica.com/2011/01/03/angkatan-66-peluang-emas-yang-sia-sia/ diunduh 10 juni 2013 pukul 11.30

Universitas Sumatera Utara BAB III ANALISA DATA

3.1 PERUBAHAN POLITIK

Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru yang dianggap tidak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen yang ditandai dengan diterapkannya Demokrasi Terpimpin di bawah kepemimpinan Soekarno. Presiden Soekarno sebagai tokoh sentral orde lama yaitu sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional kita adalah; 1.Pemberontakan PKI pada tahun 1948, 2.Demokrasi Terpimpin, 3.Pelaksanaan UUD Sementara 1950 4.Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965. Pada masa orde lama banyak sekali terjadi perubahan-perubahan system pemerintahan dan gejolak-gejolak serta pemberontakan akibat dari system pemerintahan yang tidak stabil tersebut. Penyimpangan lain dalam demokrasi terpimpin adalah campur tangan presiden dalam bidang Yudikatif seperti presiden diberi wewenang untuk melakukan intervensi di bidang yudikatif berdasarkan UUD No.19 tahun 1964 yang jelas bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan di bidang Legislatif berdasarkan Peraturan Presiden No.14 tahun 1960 dalam hal anggota DPR tidak mencapai mufakat mengenai suatu hal atau sesuatu rancangan Undang-Undang. Selain itu terjadi penyimpangan di bidang perundang-undangan di mana berbagai tindakan pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan Presiden (Panpres) yang memakai Dekrit 5 Juli 1959 sebagai sumber hukum. Didirikan pula badan- badan ekstra kontitusional seperti ‘front nasional’ yang ternyata dipakai oleh pihak

Universitas Sumatera Utara komunis sebagai arena kegiatan, sesuai denga taktik komunisme internasional yang menggariskan pembentukan front nasional sebagai persiapan ke arah terbentuknya demokrasi rakyat. Pada masa ini terjadi persaingan antara Angkatan Darat, Presiden, dan PKI. Persaingan ini mencapai klimaks dengan meletusnya perisiwa Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan oleh PKI.Partai Komunis Indonesia (PKI) menyambut "Demokrasi Terpimpin" Soekarno dengan hangat dengan anggapan bahwa PKI mempunyai hak untuk menyelesaikan persekutuan konsepsi yang sedang marak di Indonesia kala itu, yaitu antara ideologi nasionalisme, agama (Islam) dan komunisme yang dinamakan NASAKOM. Nasakom merupakan konsep dasar Pancasila pada masa pemerintahan orde lama. Konsep ini diperkenalkan oleh Presiden Soekarno yang menekankan adanya persatuan dari segala macam ideologi Nusantara untuk melawan penjajahan, dan sebagai pemersatu Bangsa untuk Revolusi rakyat dalam upaya memberantas kolonialisme Indonesia. Ia melihat bahwa nasionalisme dan Islam merupakan paham- paham yang kurang tajam untuk menganalisis keadaan, karena itulah dibutuhkan faham komunisme untuk menyokong dua ideologi tersebut untuk membangun Indonesia. Tetapi kedekatan dengan PKI malah menjadi bumerang tersendiri. Serta merta pihak PKI melakukan pemberontakan menuju Indonesia komunis. PKI berusaha menguasai ideologi Indonesia. Hal ini terjadi karena Soekarno yang pada masa itu menjadi Presiden yang ingin mempersatukan dan men- Pancasila-kan seluruh rakyat Indonesia dengan mengikutsertakan semua golongan dan aliran yang ada termasuk PKI dengan konsepsi NASAKOM ternyata disalahgunakan dan dikhianati oleh PKI, yang mempunyai itikad tidak baik terhadap Pancasila. Puncaknya Pada 1 Oktober 1965 dinihari pasukan pemberontak menyebar ke segenap penjuru Jakarta. Mereka berhasil membunuh dan menculik enam perwira tinggi Angkatan Darat. Enam perwira Angkatan Darat korban keganasan PKI seperti : 1. Letnan Jenderal Ahmad Yani,

Universitas Sumatera Utara 2. Mayor Jenderal R. Suprapto, 3. Mayor Jenderal S. Parman, 4. Mayor Jenderal M.T. Haryono, 5. Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan, dan 6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomihardjo. Jenderal Abdul Haris Nasution (Menteri Kompartemen/Kepala Staf Angkatan Bersenjata) yang menjadi sasaran utama berhasil meloloskan diri dari upaya penculikan. Akan tetapi, puterinya, Ade Irma Suryani meninggal setelah peluru penculikmenembus tubuhnya. Dalam peristiwa itu tewas pula Lettu Pierre Andreas Tendean, ajudan A.H. Nasution yang dibunuh karena melakukan perlawanan terhadap PKI. Demikian pula Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun yang tewas ketika mengawal rumah Wakil Perdana Menteri(Waperdam) II Dr. J. Leimena, yang rumahnya berdampingan dengan Jenderal A.H. Nasution. Di perkampungan Lubang Buaya para pemberontak PKI beramai-ramai menyiksa dan membunuh para perwira TNI AD. Mayat-mayat mereka dimasukkan ke dalam sumur kering dengan kedalaman 12 meter. Para pemberontak kemudian menyumbat lubang tersebut dengan sampah dan daun-daun kering. Menjelang akhir tahun 1965 pemerintah membuat kebijakan mendevaluasikan rupiah dan menaikkan harga minyak bumi. Kebijakan tersebut menyulut demontrasi besar-besaran dikalangan mahasiswa. Pada tanggal 10 Januari 1966 Mahasiswa melancarkan tuntutan yang dikenal dengan nama Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) meliputi: 1.Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI);

2.Retooling Kabinet;

3.Penurunan Harga/Perbaikan Ekonomi.

Tuntutan mahasiswa mendapat sambutan positif dari Team Pelaksana Musyawarah Exponen Angkatan ’45. Berita Antara 14 Januari 1966 memberitakan

Universitas Sumatera Utara bahwa Team tersebut telah mengemukakan pandangannya, bahwa tuntutan para mahasiswa akhir-akhir ini melalui demonstrasi-demonstrasi perlu mendapat sambutan baik atas dasar factor-faktor obyektif serta situasi kongrit dewasa ini. Tuntutan mahasiswa yang tercermin dalam demonstrasi terus-menerus setiap hari dan dipimpin oleh Kesatuan Aksi Mahsiswa Indonesia (KAMI) berpokok pada soal pembubaran PKI dan ormas-ormasnya, retooling Kabinet Dwikora dan penurunan kenaikan tarif- harga.

Masih terkait dengan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura), di Bandung hari kamis tanggal 13 Januari 1966 terjadi demonstrasi yang diikuti kurang lebih 2.000 mahasiswa dan pelajar untuk menuntut penurunan harga dan pembubaran PKI. Kurang lebih tiga jam mahasiswa-mahasiswa dan pelajar-pelajar Bandung berdemonstrasi di halaman kotapraja. Mereka dikoordinasi oleh KAMI, dan dalam kesempatan itu seorang pimpinannya membacakan petisi dan resolusi yang akan mereka sampaikan pula kepada Presiden/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. Dijelaskan dalam petisi dan resolusi tersebut bahwa tuntutan para mahasiswa dan pelajar Bandung ini adalah mengingat penderitaan rakyat dewasa ini. Disebutkan pula bahwa mahasiswa dan pelajar Bandung solider dengan aksi yang telah dilaksanakan mahasiswa-mahasiswa Ibukota baru-baru ini di Jakarta dalam membela kepentingan rakyat.

Menindaklanjuti demonstrasi mahasiswa yang semakin gencar di berbagai daerah Presidium Pusat KAMI telah menginstruksikan mahasiswa Indonesia khususnya yang berada di Jakarta dan yang bernaung di bawah panji KAMI untuk mempertinggi kewaspadaan dan jangan bertindak sendiri-sendiri. Instruksi itu diberikan berhubung dengan terjadinya insiden antara unsur-unsur Front Marhaenis (Ali-Surachman) dengan mahasiswa-mahasiswa dari kalangan KAMI ketika mereka sedang mendengar amanat Presiden/ Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno di Istana Merdeka. Insiden Istana Merdeka ini telah membawa korban, beberapa orang mahasiswi terpaksa diangkut ke rumah sakit karena terluka.

Universitas Sumatera Utara Kepada pimpinan organisasi-organisasi mahasiswa seperti PMII, PMKRI, GMKI, GMNI, IMADA, HMI, SEMMI, GERMAHII, MAPANTJAS, PELMASI, GMD, IMABA, CSB, GMS, GMRI, KAMI Universitas-Universitas, KAMI Akademi-Akademi, Dewan-Dewan Mahasiswa dan seluruh rakyat Indonesia diserukan oleh Presidium Pusat KAMI agar tetap siaga menghadapi kemungkinan terjadinya tindakan-tindakan kasar seperti yang terjadi pada demonstrasi mahasiswa sebelumnya.

Ketua Umum Presidium Pusat KAMI, Cosmas Batubara, dalam penjelasannya mengenai insiden di Istana Merdeka menerangkan antara lain bahwa beberapa rombongan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI ketika sedang khidmatnya mendengarkan amanat Presiden “telah dicegat dan dan diprovokasi dan akhirnya dikeroyok oleh segerombolan orang-orang yang bertindak liar dan mata gelap”. Terjadinya insiden tertsebut yang menurut Cosmas Batubara telah ditimbulkan oleh golongan Front Marhaenis yang menurut keyakinannya disusupi oleh anasir-anasir CGMI, telah dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Menurut pendapat anggota pimpinan KAMI tersebut, tindakan liar yang mengakibatkan terjadinya insiden tersebut telah menodai barisan Sukarno yang dikomandokan oleh Pemimpin Besar Revolusi untuk mempersatukan segenap kekuatan rakyat yang progresif revolusioner dalam menghancurkan nekolim dan “Gestapu”/PKI.

Dalam hubungan ini, pada tanggal 21 Januari 1966 ketua KAMI Pusat tersebut menginstruksikan kepada segenap mahasiswa yang tergabung dalam KAMI Pusat di seluruh kota-kota Universitas dan perguruan tinggi di Indonesia harus bersikap sebagai berikut:

1. Tetap merapatkan barisan perjuangan mahasiswa, tetap berdiri di belakang Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno;

Universitas Sumatera Utara 2. Menggalang kekompakan kesatuan segenap potensi mahasiswa dengan semangat rela berkorban, berdisiplin, serta ikhlas mengabdi menjadi satu front yang bisa diuji kemampuannya oleh Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno; 3. Terus meningkatkan penghayatan tritunggal Bung Karno-Rakyat-ABRI dalam satu front demi kepentingan rakyat, nusa dan bangsa menghadapi rongrongan nekolim dan unsur-unsur Gestapu/PKI; 4. Mendaftarkan dengan segera pada barisan pendukung Bung Karno pada Gabungan V KOTI untuk tingkat pusat dan Pepelrada setempat untuk tingkat daerah; 5. Tetap waspada akan usaha pecah belah, intrik, adu-domba serta pancingan- pancingan dari pihak nekolim ataupun antek-antek Gestapu/PKI.

Pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Sukarno mengumumkan reshuffle kabinet. Dalam kabinet itu duduk para simpatisan PKI. Kenyataan ini menyulut kembali mahasiswa meningkatkan aksi demonstrasinya. Tanggal 24 Februari 1966 mahasiswa memboikot pelantikan menteri-menteri baru. Dalam insiden yang terjadi dengan Resimen Cakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden Sukarno, seorang mahasiswa Arief Rahman Hakim Gugur. Pada tanggal 25 Februari 1966 KAMI dibubarkan, namun hal itu tidak mengurangi gerakan-gerakan mahasiswa untuk melanjutkan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

Akhirnya, Tujuan dari Tri Tuntutan Rakyat dapat terwujud dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang memerintahkan kepada Mayor Jenderal Suharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia dan ormas- ormasnya. Selain itu, Supersemar juga mengamanatkan agar meningkatkan perekonomian Indonesia sehingga dapat terwujud kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia.

16 Februari 1967, Pimpinan MPRS mengeluarkan Keputusan No. 13/B/1967 tentang Tanggapan Terhadap Pelengkapan Pidato Nawaksara, yang isinya:

Universitas Sumatera Utara MENOLAK PELENGKAPAN PIDATO NAWAKSARA YANG DISAMPAIKAN DENGAN SURAT PRESIDEN NO. 01/PRES./'67 TANGGAL 10 JANUARI 1967, SEBAGAI PELAKSANAAN KEPUTUSAN MPRS NO.5/MPRS/1966. Dan pada tanggal yang sama dikeluarkan pula Keputusan MPRS No.14/B/1967 tentang Penyelenggaran dan Acara Persidangan Istimewa MPRS.20 Februari 1967 Presiden Soekarno memberikan Pengumuman, yang isinya antara lain:KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/MANDATARIS MPRS/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA, Setelah menyadari bahwa konflik politik yang terjadi dewasa ini perlu segera diakhiri demi keselamatan Rakyat, Bangsa dan Negara, maka dengan ini mengumumkan:

Pertama: Kami, Presiden Republik Indonesia/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, terhitung mulai hari ini menyerahkan kekuasaan pemerintah kepada Pengemban Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966, dengan tidak mengurangi maksud dan jiwa Undang-undang Dasar 1945. Kedua: Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 melaporkan pelaksanaan penyerahan tersebut kepada Presiden, setiap waktu dirasa perlu. Ketiga: Menyerukan kepada seluruh Rakyat Indonesia, para Pemimpin Masyarakat, segenap Aparatur Pemerintahan dan seluruh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia untuk terus meningkatkan persatuan, menjaga dan menegakkan revolusi dan membantu sepenuhnya pelaksanaan tugas Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 seperti tersebut diatas.

Keempat: Menyampaikan dengan penuh rasa tanggung-jawab pengumuman ini kepada Rakyat dan MPRS. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindungi Rakyat Indonesia dalam melaksanakan cita-citanya mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur berdasarkan Pancasila." Pengumuman ini ditandatangani pada tanggal 20 Februari 1967 oleh Presiden Republik Indonesia/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi ABRI, Soekarno.

Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 7 Maret 1967, MPRS mengadakan sidang istimewa dengan menghasilkan 26 Ketetapan. Ketika sidang MPRS itu dilakukan, Mandataris duduk di barisan pimpinan MPRS yakni di sebelah kanan Ketua MPRS, tidak seperti biasanya duduk berhadapan dengan MPRS. Hasilnya, antara lain (seperti dituangkan dalam TAP MPR No. XXXIII/MPRS/1967), yakni Mencabut Kekuasaan Pemerintah dari Presiden Soekarno, dan mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden hingga dilaksanakannya Pemilu dan berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan Indonesia memasuki Orde Baru.49

3.2 PERAN PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA DALAM PERUBAHAN ORDE LAMA KE ORDE BARU

3.2.1 Mempertahankan Ideologi Pancasila

Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang- ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu perlu memiliki dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan rapuh.Ideologi secara praktis diartikan sebagai sistem dasar seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh Negara maka ideologi diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai individu, sosial, maupun dalam kehidupan bernegara.Pancasila dianalogikan seperti halnya air yang mutlak perlu dalam kehidupan kita. Namun ada perbedaan mendasar. Air mampu menjelmakan dirinya dalam bermacam bentuk, sedangkan Pancasila tidak. Pancasila tidak bisa

49 http://kata-waktu.blogspot.com/2012/05/saat-saat-jatuhnya-presiden-soekarno.html diunduh pada tanggal 2 Oktober 2013, pukul 12.45 Wib.

Universitas Sumatera Utara menjelmakan diri, akan tetapi penjelmaannya dalam bentuk-bentuk pelaksanaan yang dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia.50 Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahawa Pancasila merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu.Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara moderen yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila dilestarikan dari generasi ke generasi.51 Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan karena setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau dipindah- pindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis-hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-tingkat, dimana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.

Pancasila sebagai Ideologi nasional yang pada dasarnya menampilkan nilai-nilai universal menunjukan wawasan yang integral integratif dan sebagai ideologi modern mampu memberikan gairah dan semangat yang tinggi. Berbeda dengan ideologi- ideologi Barat, Pancasila yang dilahirkan dalam budaya dan sejarah peradapan timur sangat menjunjung tinggi peran religiusitas yang justru sangat didambakan dalam alam kehidupan dan peradapan teknokratis sekarang ini.

50 http://ideologinasional.blogspot.com/ diunduh pada 24 juli 2013 pukul 17.35 wib 51 http://denchiel78.blogspot.com/2010/05/pancasila-sebagai-ideologi-bangsa_371.html/ diunduh pada 24 juli 2013 pukul 17.47 wib

Universitas Sumatera Utara Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan kebenarannya. Pancasila digali dari budaya bangsa sendiri yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, Pancasila adalah khas milik bangsa Indonesia sejak keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-istiadat, kebudayaan, dan agama- agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai pandangan hidup mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.

Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila juga berperan sebagai pedoman dan penuntun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, ia menjadi sebuah ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk semua pihak Secara sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-gagasan dan nilai- nilai yang tersusun secara sistematis yang diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat dan diwujudkan di dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai yang tercermin di dalam pandangan hidup ditempatkan secara sistematis kedalam seluruh aspek kehidupan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan didalam upaya mewujudkan cita-citanya. Jadi, dengan kata lain ideologi berisi pandangan hidup suatu bangsa yang menyentuh segala segi kehidupan bangsa. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat membutuhkan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mereka memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup sebagai ideologi, sebuah bangsa akan membangun diri dan negerinya.52

52 Ahmad Kosasih Djahiri. 2008. Pancasila sebagai ideologi bangsa,Jakarta: Prenada Media,

Universitas Sumatera Utara Sebagaimana kita ketahui, kondisi masyarakat sejak permulaan hidup kenegaraan adalah serba majemuk. Masyarakat Indonesia bersifat multietnis, multireligius, dan multiideologis. Kemajemukan tersebut menunjukkan adanya berbagai unsur yang saling berinteraksi. Berbagai unsur dalam bidang-bidang kehidupan masyarakat merupakan benih-benih yang dapat memperkaya khazanah budaya untuk membangun bangsa yang kuat, tetapi sebaliknya dapat memperlemah kekuatan bangsa dengan berbagai percekcokan dan perselisihan.

Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Nasional untuk memberikan orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dihadapinya. Kemajuan ilmu pengetahuan, kecanggihan teknologi, dan pesatnya perkembangan sarana komunikasi membuat dunia makin kecil dan independensi di kalangan bangsa-bangsa di dunia semakin menguat.53

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Peran tersebut juga tetap disandang oleh pemuda Indonesia hingga kini; selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol social (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda Indonesia. Sebab, sebagai sebuah negara dengan wilayah yang besar dan pendidikan politik masyarakatnya yang relatif rendah, setiap pemerintahan yang

53 http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-sebagai-ideologi-nasional/ diunduh pada 24 juli 2013 pukul 17.25 wib

Universitas Sumatera Utara berkuasa di Indonesia akan cenderung melakukan penyimpangan dalam setiap kebijakannya. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat sebagai stakeholder Republik Indonesia secara politis belum cukup aktif dalam mengupayakan pengkontrolan terhadap kebijakan dan prilaku politik penguasanya, sehingga peran pemuda dalam hal ini menjadi sangat penting dalam menstimulus partisipasi politik rakyat dalam upaya mengontrol setiap kebijakan yang dibuat penguasa.

Dasar negara yang menjadi pedoman bangsa Indonesia dalam mengambil suatu keputusan menjadi harga mati untuk dipertahankan. Pancasila merupakan nyawa yang keberadaannya harus selalu diperhatikan dan merupakan citra kepada dunia bahwa pijakan dasar ini harus dihormati.

Seperti yang disebutkan di awal, yang ada di dalam kerangka teori bahwa perubahan politik yang terjadi di sebuah negara disebabkan karena adanya tekanan, baik dari dalam maupun dari luar. Hal ini terjadi mengingat adanya gesekan-gesekan yang terjadi di dalam ranah kekuasaan khususnya di pemerintah yang mana stabiltas politik menjadi terganggu dan seperti yang dijelaskan pada teori, masalah seperti itu terjadi karena kurangnya partisipasi politik dan pelembagaan politik yang tidak berjalan dengan baik.

Bangsa indonesia yang menjadi kekuatan baru dalam percaturan politik dunia terutama asia banyak didekati negara-negara yang melakukan perang dingin saat itu. Dimana dua kekuatan besar pada saat itu yaitu ideologi liberal yang dimotori oleh negara Amerika Serikat yang menjadi pemimpin dari blok barat dan ideologi komunis yang dimotori oleh Uni Soviet yang menjadi pemimpin dari blok timur berusaha saling menyebarkan ideologinya ke semua negara berkembang.

Salah satu kekuatan yaitu komunis berusaha masuk ke dalam negara indonesia untuk menjadi bagian dari aliansi kubunya mulai menjajah ke tegah-tengah masyarakat. Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya di bawah garis kemiskinan menggangap mereka sebagai teman senasib. Kekuatan komunis pun

Universitas Sumatera Utara begitu besar pada saat itu dan Partai Komunis Indonesia menjadi alat mereka untuk ikut berperan dalam percaturan politik di indonesia. Partai Komunis Indonesia yang pada tahun 1955 berhasil meraih suara terbanyak ketiga setelah PNI dan Masyumi.

Karena menjadi salah satu pemenang dari partai ketiga maka Soekarno mencetuskan ideologi NASAKOM menjadi ideologi yang boleh bergerak di negara indonesia. Nasakom yang menjadi kepanjangan dari ideologi Nasional, Agama, dan Komunis menjadi boomerang pemerintahan saat itu. Keberadaan komunis yang berusaha menguasai negara Indonesia sangat dirisaukan banyak orang karena akan merusak sendi-sendi dasar falsafah negara kita, yang mana komunis sendiri dalam keyakinannya tidak mengenal Tuhan atau yang sering disebut Atheis. Konsep sama rata dan sama rasa yang mereka anut tidaklah sesuai dengan ideologi negara kita.

Akibat dari kondisi politik saat itu yang semakin memanas apalagi menjelang peristiwa G30S/PKI, Kelompok komunis terus meningkatkan upayanya menekan kelompok yang antikomunis, terutama mahasiswa dan organisasi pemuda, menggalang kekuatan menghadapi gerakan kelompok komunis tersebut.

PMKRI yang menjadi salah satu organisasi mahasiswa yang berperan di masa itu sangat menentang kehadiran komunis di negera ini. Hal ini bukan tidak beralasan, PMKRI sangat berlawanan dengan ideologi komunis yang begitu ekstrem. PMKRI yang memiliki ideologi untuk menjalankan semua perintah Tuhan dengan menghargai setiap kebebasan yang harusnya dimiliki setiap manusia menentang keberadaan komunis yang memiliki konsep tak berTuhan yang tidak mengakui apalagi melarang orang-orang untuk beribadah. Dengan demikian pola pikir bahwa Negara Republik Indonesia yang berideologikan Pancasila harus berjuang agar kekuatan komunis jangan menjadikan kekuatan yang dominan di negeri ini.

PMKRI pada saat itu adalah organisasi yang sangat kuat untuk menentang garis-garis yang tidak sesuai dengan pancasila, apalagi aliran pandangan yang sangat

Universitas Sumatera Utara komunistis sifatnya. Untuk sikapnya yang tegas ini mereka selalu mendapat dukungan dari organisasi mahasiswa lainnya yang sesuai dengan aliran mereka.

Karenanya, melihat hal itu PMKRI semakin memantapkan kaderisasi terhadap mahasiswa katolik khususnya yang menjadi anggota organisasi tersebut. Salah satunya dengan melakukan kaderisasi di berbagai daerah dan menekankan kepada anggotanya di daerah agar tetap mengikuti dengan cermat perkembangan kelompok komunis. Jika ada hal – hal yang mencolok, kader –kader didaerah langsung berkoordinasi dengan PMKRI pusat dan melihat daerah mana yang menjadi basis kuat dari PKI.

Selain itu, PMKRI juga membuat dokumentasi mengenai perkembangan kegiatan komunis. Hal ini dilakukan untuk melihat dan mengamati langkah-langkah yang ditempuh PKI dalam melakukan setiap aksinya. PMKRI juga mengadakan hubungan dengan angkatan darat, ini dilakukan karena pada saat itu angkatan darat juga menentang secara keras keberadaan komunis yang dibawa oleh PKI. Angkatan darat dan tentara menggalang kekuatan dengan membentuk Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) pada 20 oktober 1964, sekber ini merupakan himpunan berbagai organisasi yang berseberangan dengan komunis.

PMKRI mendekati militer karena ini merupakan urgensi yang tidak terelakkan, hal yang pokok, karena mereka adalah kekuatan yang sangat dapat diandalkan untuk menghadapi komunis. Penggalangan kekuatan menghadapi komunis itu semakin ditingkatkan karena kelompok komunis mulai mengadakan latihan kemiliteran untuk pemuda rakyat (PR), buruh dan tani yang nantinya akan menjadi angkatan ke-5 setelah angkatan bersenjata,

PMKRI mendekati militer karena secara ideologis ada persamaan antara keduanya di samping penggalangan kekuatan kelompok tentara dan kelompok mahasiswa Katolik ini adalah jawaban terhadap perkembangan politik saat itu. Pihak

Universitas Sumatera Utara tentara sendiri merasa perlu mendekati kelompok-kelompok nonkomunis karena kekuatan ini dapat bergandengan tangan dengan mereka menghadapi musuh bersama.

PMKRI bersama organisasi mahasiswa lainnya berusaha menentang keberadaan komunis dan bersama-sama menumpas semua gerakan yang mereka lakukan. Kebebasan yang harusnya dimiliki setiap masyarakat ataupun warga negaranya sudah dilanggar oleh paham-paham yang komunis yang mereka bawa ke negara indonesia. Paham Pancasila yang selalu mengajarkan kepada setiap warganya untuk selalu menjunjung tinggi kebebasan dalam memeluk agama sangat bertolak belakang dengan keberadaan komunis.

Karenanya, PMKRI bersama semua gerakan mahasiswa yang berperan aktif pada saat itu menolak keras keberadaan mereka. Perjuangan yang dirasa sangat berat karena pada saat itu PKI yang menjadi tiga partai terbesar yang menjadi pemenang di tahun 1955 namun perjuangan yang keras dari seluruh elemen mahasiswa yang ingin mengembalikan negara ke jalur pancasila akhirnya membuahkan hasil. PKI akhirnya bisa ditumpas walaupun banyak jenderal yang wafat pada saat itu di pertempuran yang sering kita dengar lubang buaya.

Hal ini sejalan dengan wawancara saya dengan Japonti Sinaga yang mengatakan Sebenarnya PMKRI tidak antipati dengan pemerintah namun antipati terhadap komunis. Bukan menumbangkan pemerintah ataupun menumbangkan soekarno bukan pemerintah yang salah, langkah soekarno yang dianggap salah. Komunisme dianggap anti tuhan dan kita sangat percaya dengan tuhan. Soekarno terlalu dekat dengan komunis dan komunis memperalatnya karena nama soekarno selalu dijual oleh mereka. PMKRI tidak diarahkan ke berpolitik lebih kepada keterampilan dan etika. PMKRI mulai berpolitik setelah tahun 1965. PMKRI selalu mendapat berita terdepan mengenai pemerintah karena ada orang-orang katolik di dalamnya. PMKRiI saat itu lebih dekat dengan ABRI (angkatan darat).54

3.2.2.Menghimpun kekuatan gerakan mahasiswa

54 Wawancara dengan japonti sinaga pada tanggal 12 mei di rumah beliau

Universitas Sumatera Utara Gerakan Mahasiswa Indonesia selama ini dalam membela dan berjuang bersama rakyat tertindas tampaknya selalu mendapat hambatan. Refleksi dan munculnya kritik semakin menyadarkan mereka bahwa untuk melakukan perubahan secara ekonomi politik perlu dibangun kerja sama yang lebih luas dengan kekuatan elemen rakyat lainnya serta membuka jaringan yang sifatnya internasional. Peran politik mahasiswa berlainan sesetiap kurun waktu yang harus disesuaikan dengan kondisi objektif yang ada di sekitarnya.

Peristiwa Rengasdengklok terbukti ampuh mendesak dua tokoh bangsa untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Arah kehidupan politik Indonesia pun berubah sesuai kebutuhan zaman. Saat itu, kebutuhan adanya aliansi antarkelompok mahasiswa dirasakan cukup kuat. Pada 1947, Kongres Mahasiswa pertama di Malang mendeklarasikan kelahiran Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI). PMKRI dan organisasi mahasiswa lain awalnya membentuk PPMI sebagai wadah mereka untuk menyatukan semua spirasi untuk organisasi yang menjadi anggotanya. Perhimpunan ini awalnya dibentuk memiliki tujuan yang baik namun dengan berjalannya waktu, organisasi mahasiswa yang pada saat itu tidak bisa lepas dengan kehidupan politik mengalami pergeseran. Hal ini disebabkan perselisihan yang terjadi antara sesama anggota PPMI dimana organisasi ini terpecah mengikuti pola nasakom. Di perserikatan ini ada CGMI, organisasi mahasiswa yang merupakan underbouw dari PKI, ada GMNI yang nasionalis(pro Bung Karno), dan kelompok mahasiswa yang pro-pancasila seperti PMKRI, GMKI, dan Somal(Sekretariat Mahasiswa Lokal) dan organisasi lainnya.

Di antara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha memengaruhi PPMI, kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI dan, terutama dipicu karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh CGMI dan juga GMNI-

Universitas Sumatera Utara khususnya setelah Konggres V tahun 1961. Apalagi HMI dianggap sebagai organisasi kontra-revolusi. Tahun 1960-an (sampai tahun 1966) diperciri oleh dampak Marxisme dan dominasi kaum komunis dengan semboyan ”Politik adalah panglima”. Sudah barang tentu dengan ”politik” dimaksudkan politik Partai Komunis Indonesia (PKI) Dalam masa orde lama yang didominasi oleh PKI ini organisasi extra juga tetap menonjol. Hanya saja yang menonjol kaum komunis saja dengan satelit- satelitnya dan golongan yang ditolerir olehnya.

Organisasi extra yang didukung oleh pemerintah Orde Lama adalah organisasi extra “Nasakom” yang merupakan onderbouw daripada partai-partai Nasakom. Yang paling menonjol adalah Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dan GMNI-Asu, masing-masing sebagai onderbouw PKI dan PNI-Asu.

Organisasi extra lainnya, seperti HMI, PMKRI, GMKI tidak diberi angin atau bahkan dimusuhi. Organisasi lokal tergantung kepada pengurusnya. GMD misalnya karena opportunisme pengurusnya, masuk dalam orbit Orde Lama.Dalam suasana yang demikian itu perjuangan menegakkan identitas organisasi intra semakin berat. Upaya menangkis dominasi atau infiltrasi organisasi extra onderbouw atau satelit PKI itu menimbulkan reaksi yang hebat dari mereka, dan mengundang ”cap” kontra- revolusi, reaksioner dan Manikebu (Manifes Kebudayaan suatu dokumen yang dirumuskan oleh sekelompok budayawan yang menentang dominasi PKI, ”Manikebu” dimaksudkan sebagai maki-makian dengan konotasi anti PKI.

Dari sketsa sejarah itu kiranya jelas, perjuangan organisasi intra untuk menegakkan identitasnya tidaklah mudah. Namun dengan segala hambatan yang ada landasan identitas organisasi intra sebagai wadah bagi mahasiswa sebagai studerend wezen dapat ditegaskan.55

55 http://staff.blog.ui.ac.id/rani/2009/03/24/sejarah-organisasi-kemahasiswaan-bag2/ diunduh 25 juli 20013 pukul 17.55 wib

Universitas Sumatera Utara Pada pertengahan tahun 1960-an, setelah runtuhnya Orde Lama karena kesaktian Pancasila pada tanggal 1 Oktober 1965 didukung oleh aksi-aksi Tritura selama beberapa bulan sesudahnya, terjadi perubahann situasi yang luar biasa di dalam konstelasi politik di Indonesia. Sudah barang tentu dampaknya sangat terasa di kampus. Bukan saja karena gelombang-gelombang politik selalu memukul-mukul dinding kampus, juga karena peranan mahasiswa sangat menonjol dalam peristiwa- peristiwa di sekitar peralihan tahun 1965 -1966 itu.

Karena selalu terselip perselisihan di antara anggota organisasi mahasiswa yang terlibat didalamnya, apalagi setelah meletusnya peristiwa G30S/PKI maka PPMI akhirnya dibubarkan karena pimpinannya menjadi anggota Dewan Revolusi. Karenanya organisasi ini dianggap cacat oleh anggotanya, maka akhirnya mereka sepakat memutuskan untuk membubarkan PPMI. Dan akhirnya dibentuklah KAMI yang beranggotakan HMI, PMKRI, Mapancas, Somal, IMM, Semmi, PMII, GMKI, Pelmasi, dan IPMI. Dan setelah pembentukan KAMI, akhirnya GMNI akhirnya juga ikut tergabung dengan KAMI.

Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb. Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.

KAMI yang menjadi badan koordinasi aksi massa mahasiswa di masa pergolakan akhir Orde Lama setelah pemberontakan G-30-S; dibentuk 25 Oktober 1965 dengan restu menteri PTIP, dengan tujuan utama menumpas habis Gestapu/PKI. Organisasi ini secara formal hanya berusia 4 bulan, tetapi sempat menggetarkan Indonesia

Universitas Sumatera Utara dengan berbagai gerakan dan aksi-aksi selama 60 hari, sampai keluarnya keputusan KOGAM Keroncong No. 041/1966 yang mencabut ijin KAMI pada 25 Feb 1966.

Pokok perjuangan KAMI melawan Orde Lama dituangkan dalam Tri Tuntutan Rakyat (disingkat; Tritura) yang meliputi: 1) pembubaran PKI untuk jangka pendek; konsekuensi logis untukjangka panjang ialah pernyataan perang terhadap setiap bentuk dominasi kekuatan tertentu yang ingin memenangkan kehendak golongan tertentu; 2) penurunan harga, yang pada waktu pencetusan Tritura mempunyai esensi penurunan tingkat harga kebutuhan pokok sehari-hari secara nominal. Konsekuensi logis untuk jangka panjang ialah rehabilitasi dan stabilisasi ekonomi; 3) pembubaran atau perombakan Kabinet Dwikora dengan sasaran jangka panjang berupa pemerintahan yang efisien, kompak dan efektif.56

Betapapun besarnya gejolak yang terjadi pada masa peralihan 1965-1966 itu namun dikotomi extra-intra tetap nampak. Yang tampil ke muka di dalam aksi-aksi Tritura itu adalah organisasi extra, yang setelah layunya PPMI tergabung di dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).

Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari PMKRI,Akbar Tanjung dari HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk

56 www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1426/Kesatuan-Aksi-Mahasiswa-Indonesia/ diunduh 25 juli 20013 pukul 17.55 wib

Universitas Sumatera Utara mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabinet pemerintahan Orde Baru.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan sesuai dengan wawancara saya bersama Cosmas Batubara tentang partisipasi PMKRI di masa peralihan orde lama menuju orde baru. Menurutnya, pada saat itu katolik dianggap berperan penting dalam membangun kemerdekaan bangsa.PPMI melakukan kongres ke 5 di jakarta dan pada saat itu pimpinan sidang dianggap jadi presidium karena tidak mencapai kesepakatan. Sikap PMKRI jelas menolak PPMI tergabung dalam IUS, organisasi yg berhaluan kiri. Dengan GMKI karena dari dulu kita jadi observer. Teman-teman dari CGMI dan GMNI. Sikap PMKRI yg paling jelas adalah ketika rapat PPMI mengenai tuduhan- tuduhan CGMI dan GMNI bahwa HMI merupakan organisasi kontrarevolusi. PMKRI membela karena menurutnya HMI bukan organisasi kontrarevolusi yang tidak boleh dibubarkan. Kemudian setelah G30S/PKI PPMI dibawa2 namanya ke dewan revolusi oleh ketuanya bambang dan tergabung ke dalam saudara untung ke PKI. Karena itu organisasi ini dinilai tidak bisa digunakan lagi sebagai perjuangan mahasiswa. Karena itu dibentuklah KAMI dan PMKRI menjadi orang kedua setelah M.Zamroni dari PMII. Presidium pada saat itu periodik bergantian dan saya selaku presidium sering memimpin aksi 10 januari-16 maret dan dipimpin langsung oleh saya. Langkah khusus yang dilakukan PMKRI ketika MPA dan kongres tahun 1967 di bandung yang mengeluarkan deklarasi perlu melakukan perombakan politik. Hasilnya deklarasi mengeluarkan keputusan dimana PMKRI menilai partai politik harus program orientasi tidak perlu menggunakan katolik. Berpolitik tidak boleh dikaitkan dengan agama namun lebih dikaitkan dengan programnya karena PMKRI merupakan organisasi pengkaderan bukan sebagai tujuan. Artinya, PMKRI merupakan tempat mendidik dan melatih insan-insan yang ditempah untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat. Dia juga mengatakan menurutnya PMKRI sangat mengutuk dengan ideologi komunis karena gereja dimatikan di indonesia china unisoviet. Perjuangan menolak komunis sudah sangat lama dilakukan dan CGMI sebagai salah satu anak organisasi dari PKI tidak pernah setuju dengan kehadiran mereka. Karena pmkri merasa ideologi komunis sangat bertentangan dengan ideologi pancasila karena mengajarkan folosofi materialis dan atheis sehingga kader PMKRI selalu menolak kehadiran ideologi komunis.57

57 Wawancara dengan Cosmas Batubara ,tanggal 03 april 2013 pukul 07.18 di hotel J.W.Marriot

Universitas Sumatera Utara 3.2.3.Pendidikan Politik

Memahami pendidikan politik di masyarakat merupakan hal yang sangat menarik untuk diketahui. Karena pendidikan politik itu merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. Pendidikan politik mengajarkan masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya.

Dengan adanya pendidikan politik yang diberikan, maka masyarakat juga akan dapat memberikan partisipasi yang tepat bagi negaranya. Seperti berpartisipasi dalam memberikan suara pada pemilihan umum, baik pemilihan umum kepala daerah maupun pemilihan presiden.

Tujuan pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik yang pada gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran politik secara maksimal dalam suatu sistem politik. Pendidikan politik mempunyai dua tujuan utama. Pertama, pendidikan politik adalah untuk mengubah dan membentuk tata perilaku seseorang agar sesuai dengan tujuan politih yang dapat menjadikan setiap individu sebagai partisipan politik yang bertanggung jawab. Kedua, pendidikan politik dalam arti yang lebih luas untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang sesuai dengan tuntutan politik yang ingin diterapkan. Partisipasi politik merupakan aktifitas masyarakat yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang dalam posisinya sebagai warga Negara, bukan politikus atau pegawai negeri.

Universitas Sumatera Utara Partisipasi politik ini pun bersifat sukarela dan bukan dimobilisasi oleh Negara maupun partai yang berkuasa Dengan itu, maka kita mengetahui bahwa partisipasi politik itu merupakan suatu hal yang bersifat suka rela terhadap masyarakat yang aktif dalam perpolitikan di Indonesia ini. Disini dapat kita lihat bahwa masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan untuk ikut serta dalam menentukan keputusan yang menyangkut keputusan bersama (umum). Oleh karena itu di dalam mengambil keputusan dibutuhkannya kerja sama antara partai politik dan masyarakat untuk memberikan keputusan yang baik dalam perpolitikan bagi negaranya. Dalam memberikan pengetahuan mengenai politik, selain partai politik, sekolah dan keluarga, maka perang partai politik lah yang harus lebih di utamakan dalam memberikan pendidikan tersebut. Karena partai politik merupakan organisasi yang beroperasi dalam sistem perpolitikan. Salah satu fungsi partai politik adalah fungsi partisipasi pilitik, dimana fungsi partisipasi adalah fungsi partai politik untuk membawa warga Negara agar aktif dalam kegiatan perpolitikan. Jenis partisipasi politik yang ditawarkan oleh partai politik kepada warga negaranya adalah kegiatan kampanye, mencari dana bagi partai, memilih pemimpin, demonstrasi, dan debat politik. Reformasi yang dimaknai sebagai sebuah bentuk pemberontakan terhadap sistem tiran penguasa sebelumnya, justru menjadi tiran baru yang melumpuhkan demokrasi itu sendiri.Dalam wajah pendidikan politik bangsa kita setidaknya ada tigabentuk pendidikan politik, yaitu pendidikan formal danpendidikan informal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal politik ini dapat disebut bahwa hampir seluruh pendidikan formal, baik dari dasar hingga perguruan tinggi telah diperkenalkan secara mapan pendidikan politik ini. Begitu juga dalam konteks pendidikan informal politik kita juga banyak diajarkan politik dengan berbagai konteksnya seperti di lingkungan keluarga dan pergaulan dan lainnya. Demikian juga dalam pendidikan non formal pendidikan kita juga telah diperkenalkan dengan segala bentuk pendidikan politik,termasuk juga carut marutnya.Namun, ketiga bentuk pendidikan politik ini

Universitas Sumatera Utara justru terkesan gagal dalam mewujudkan masyarakat demokratis yang menjadi tujuan utama pendidikan politik. Jika demikian, tentu yang menjadi permasalahan adalah strategi dan konten pendidikan politik itu sendiri. Untuk dapat disebut misalnya setiap hari kita diajarkan pendidikan politik pragmatis sebagaimana yang kita baca di koran atau yang kita saksikan di TV hampir sepenuhnya menunjukkan kepada kita bahwa politik tidak lebihhanyalah persoalan kepentingan pribadi di dalamnya. Demikian juga seharusnya partai politik yang bertugas sebagai pensosialisasi utama bentuk pendidikan politik yang sehat.Namun, justru mengajarkan politik yang “mati rasa” meminjam istilah Ahmad Syafi’i Ma’arif, yang hanya mengedepankan kepentingan partai tanpa ada sedikitkan berpihak pada kepentingan masyarakat. Ini adalah wajah asli pendidikan politik yang diterima masyarakat setiap saatnya maka konsekuensi ini juga harus dibayar mahal oleh partai politik dengan munculnya kecenderungan untuk berperilaku buruk dalam politik bagi masyarakat dan selebihnya apatis terhadap politik.Dari kenyataan ini menguatnya angka Golput juga menjadi kenyataan yang tidak bisa dibantah bagaimana buruknya pendidikan politik kita yang dipraktekkan para politisi bangsa ini.Karena memang salah satu penyebab utama menguatnya angka Golput disebabkan hilangnya kepercayaan publik terhadap praktek pendidikan politik yang diajarkan para police maker inilah wajah pendidikan politik kita sebenarnya. Menimbang peran mahasiswa dalam merubah wajah pendidikan politik bangsa ini, jelas merupakan sesuatu yang sangat beralasan. Sebab, mahasiswa memiliki peran tersendiri dalam upaya mewujudkan pendidikan politik yang lebih baik dan moral dari apa yang tampilkan para politisi bangsa ini. Karena mahasiswa memiliki peran sosial sebagai • agent of change • agent of modernizing • agent of control

Universitas Sumatera Utara Maka tentu peran mahasiwa dalam mewujudkan pendidikan politik yang bermoral menjadi sangat penting.Dalam konteks pendidikan politik ini mahasiswa secara umum mendapatkan pendidikan politik formal di bangku kuliah—terlebih lagi yang mengambil konsentrasi politik—sebab teori-teori umum politik telah diajarkan secara kontiniu. Kemudian,pendidikan politik ini juga diperkuat lagi dengan adanya lembaga-lembaga organisasi kampus, yang sepenuhnyamahasiswa di dalamnya dapat mengekpresikan politiknya.Namun, pendidikan politik ini dapat disebut gagal dalam mewujudkan mahasiswa-mahasiswa yang dapat berpartisipasi secara baik dalam mempraktekkan perannya sebagai mahasiwa yang disebut memiliki peran sosial tersebut. Bahkan, justru sebaliknya praktek-praktek politik mahasiswa—baik di lingkungan kampus atau di luar kampus—menunjukkan perilaku politik yang sarat dengan kepentingan di dalamnya sebagai indikasi lain gagalnya pendidikan politik di kalangan mahasiswa.Kegagalan pendidikan politik ini tentu saja berkaitan khusus dengan kenyataan yang kita hadapi, yaitu hilangnya “uswah”dari para politisi tentang nilai atau etika politik. Untuk itu, tidak mengherankan terjadi karena memang “guru politik” para politikus tidak pernah berupaya untuk mengiklankan politik yang bermoral maka tentu saja wajar kalau mahasiswa juga mempraktekkan politik yang hampir sama.58 Dalam konteks lain yang penting di kemukan di sini, kita bisa menyebut praktek politik mahasiswa tidak lebih hanya sebagai“alat penekan” yang dimanfaatkan kelompok tertentu, yangt idak lebih hanya untuk memenangkan kepentingan tertentu pula. Inilah kenyataan yang harus kita akui maka tentu upaya yang serius dan sungguh untuk menyelamatkan peran mahasiwa dari hal ini tentu adalah upaya reposisi peran dan tanggung jawab mahasiswa sebagai bagian dari kelompok unit kampus, yang memiliki tugas utama untuk belajar dan politik hanyalah bagian dari aksesoris kehidupan mahasiswa.

58 Nurcholish Madjid. 2008. Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan.Bandung: Mizan, , hlm. 179

Universitas Sumatera Utara Untuk itu, tidak terlalu mengherankan kalau banyak asumsi miris masyarakat terhadap pendidikan politik kita. Karena memang harus diakui secara jujur pendidikan politik kita masih sangat buruk, maka hasil yang buruk dari pendidikan politik ini juga merupakan sesuatu konsekuensi logis dari kenyataan yang sesungguhnya yang harus kita terima. Sebab, tidak ada logika yang membenarkan sesuatu yang buruk akan menghasilkanyang baik.Melihat kenyataan ini, kaitannya dengan pendidikan politik yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat demokratis masih sangat jauh dari apa yang kita harapkan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi yang berwujudkan free society yang tidak terikat apapun, yang hanya dibatasi oleh kebebasan itusendiri. Inilah sebenarnya tujuan utama dari pendidikan politik tersebut maka tentu memulai mempraktekkan pendidikan politik yang baik harus kita mulai dari diri kita sendiri.59 Mengingat hal itu, PMKRI yang menjadi salah satu organisasi mahasiswa yang berperan aktif dalam membantu masyarakat, merasa ikut bertanggung jawab untuk melakukan pendidikan politik terhadap masyarakat. PMKRI melihat memberikan pendidikan politik menjadi kewajiban yang harus dilakukan untuk memajukan dan memperbaharui pola pikir masyarakat. Selain itu juga, PMKRI senantiasa bersentuhan langsung dengan masyarakat untuk bersama-sama berkoordinasi dalam memperjuangkan kebutuhan yang diperlukan masyarakat sehingga semua aspirasi masyarakat dapat ditampung dan bersama-sama diperjuangkan. Khususnya dalam menyelamatkan masyarakat dari serangan ideologi komunis yang begitu meng-hegemoni pada masa itu. PMKRI bersama organisasi mahasiswa lainnya berusaha menyelamatkan masyarakat agar tidak tergabung bersama mereka. Pengamalan P-4 disosialisasikan agar masyarakat tetap berada dalam koridor pancasila sehingga mereka tidak mudah terjerumus dengan ideologi komunis.

59 Arief Budiman. 2006. Kebebasan, Negara, Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965-2005.Jakarta: Pustaka Alvabet dan Freedom Institute hlm. 251

Universitas Sumatera Utara 3.2.4 Strategi Pembangunan Nasional

Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) sebagai lembaga yang bersentuhan langsung dengan realita masyarakat di level grass root, dituntut harus mampu melakukan pembacaan, memberikan pernahaman serta melakukan pendampingan dari perilaku dan ancaman yang akan menghegemoni masyarakatnya, baik secara fisik maupun pernikiran. Sebab sebagai sebuah lembaga yang berada di tengah-tengah antara penguasa (dalarn hal ini pemerintah dan lembaga public service lainnya) di satu sisi dan rakyat (masyarakat ataupun anggotanya) di sisi lain, Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) mampu menjadi lidah penyambung antara dua sisi yang sangat rentan terjadi konflik kepentingan. Sebagai lembaga yang berada di tengah-tengah (penyeimbang dari tindakan penguasa yang lebih superior di hadapan rakyat), Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) bersikap sebagai pihak yang independent, bukan malah memposisikan diri sebagai pembela rakyat maupun penguasa. Walaupun dalam banyak kasus rakyat selalu menjadi obyek derita dari kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa, namun ada juga rakyat yang secara semena-mena telah melakukan pengrusakan terhadap lingkungan hidup, misalnya, sehingga perlu diadakan pembinaan dan penyadaran kolektif masyarakat. Namun dalam kasus Korupsi, jelas Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) akan menjadi pelindung rakyat.

Ada beberapa langkah yang dilaksanakan Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) baik secara langsung bersarna-sama masyarakat ataupun melalui Birokrasi Pemerintahan yang terkait untuk mengikis habis praktik KKN dalarn kehidupan masyarakat. 1. Esensial Niat untuk menanggulangi korupsi harus menjadi tujuan bersama dari segenap komponen masyarakat. Artinya dengan niat suci ada semangat dan keberanian

Universitas Sumatera Utara untuk mengambil resiko apapun yang tidak mudah dihadapi, terutama di kalangan elite baru kemudian upaya yang lebih strategis dapat dilakukan. Hal ini bisa dilakukan dengan kampanye serta aksi solidaritas dlm skala nasional baik lewat mass media maupun dialog dan seminar. 2. Ideal Langkah ideal adalah upaya jangka panjang yang berkelanjutan, yaitu menanamkan nilai budaya dan moralitas kepada masyarakat,terutama generasi muda, untuk meyakini bahwa praktik korupsi itu adalah sesuatu yang buruk dan jahat, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat dan Negara. Upaya ini dapat dilakukan lewat pendidikan moral baik di tingkat masyarakat ataupun di kalangan birokrat. 3. Strategis Langkah ini dilakukan dengan upaya keras untuk menutup semua lubang dan kesempatan bagaimanapun kecilnya, yang memungkinkan digunakan untuk berlangsungnya praktik korupsi. Menegakkan kepastian hukum tanpa diskriminatif, optimalisasi lembaga pemberantasan korupsi menutup celah- celah penyimpangan & kesalahan interpretasi UU. (hukum) sehingga substansi hukum tidak dapat dipermainkan lagi oleh para lawyer.

Ada banyak teori tentang bagaimana membangun perencanaan strategis, langkah taktis serta manajerial issue dan komunikasi massa yang harus dilakukan oleh Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) agar misi dan target dapat tercapai. Namun yang paling penting, dalam mengaplikasikan segala teorinya tersebut, mulai dari Advokasi, MoU, class action dan lain sebagainya, seharusnya lebih ditujukan untuk meningkatkan nalar kritis (memberdayakan masyarakat) dengan meningkatkan keberanian masyarakat untuk berbicara dalam lingkaran struktur kekuasaan. Sehingga pada saat Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) tersebut lepas dari satu lembaga etalase dan beralih membina lembaga etalase yang lain, yang terjadi adalah pemberdayaan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara Ketergantungan masyarakat grass root kepada sebuah lembaga Pehimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) menjadi hilang dan keberanian untuk berbicara dalam struktur politik dapat muncul. Korupsi di Indonesia telah menjadi bagian dari budaya bangsa, sehingga budaya haruslah dilawan dengan budaya baru. PMKRI harus dapat membuat dan mendeklarasikan budaya baru (minimal membongkar budaya tersebut) yang lebih membawa masyarakat ke jenjang kehidupan yang lebih baik. Tutup seluruh celah dan peluang terjadinya praktik korupsi serta bersilhkan sedikit demi sedikit para oknum birokrasi dari budaya korupsi. Selamatkan mereka dari budaya yang salah dan menjerumuskan rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga menjadi para birokrat yang bersih dan bebas dari KKN.

Universitas Sumatera Utara BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PMKRI sangatlah berperan dalam perubahan Orde lama ke Orde baru. Untuk memberikan penjelasan atas penarikan kesimpulan tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipaparkan sebagai hasil analisis yaitu

1. Pada awal munculnya PMKRI didasarkan dengan jiwa perjuangan para pahlawan kita yang rela mati di dalam merebut kemerdekaan di tangan penjajah. Dasar semangat inilah yang memberikan semangat bagi para pendirinya untuk bersama membentuk orang-orang yang mampu bertarung dalam mempertahankan keberadaan pancasila sebagai dasar negara. Karenanya dalam menjadi kader PMKRI akan menghadapi beberapa tahap pengkaderan agar menjadi anggota PMKRI yang utuh. 2. PMKRI yang organisasinya bersifat dalam bentuk sosial kemasyarakatan bertujuan untuk mengembangkan potensi diri dalam rangka mewiujudkan aspek-aspek sifat kemanusiaan yang sudah memudar di era sekarang ini. Potensi diri yang harusnya dimiliki para mahasiwa yang menjadi cikal bakal dari kreatifitas pola pikir dalam membantu kepedulian terhadap masalah- masalah yang dialami oleh masyarakat, yang mana sikap acuh tak acuh sering ditemukan hampir di setiap diri mahasiswa. Sehingga diharapkan PMKRI hadir bertujuan mengembalikan semangat-semangat yang dulunya berkobar, ke tengah-tengah jiwa para anggotanya. 3. PMKRI merupakan perwujudan sebagai salah satu dari bagian dari perubahan politik di Indonesia. Pada masa perubahan orde lama ke orde baru dalam mempertahankan Ideologi Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dijadikan

Universitas Sumatera Utara sebagai azas tunggal bagi semua organisasi. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahwa Pancasila merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu. Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara modern yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila dilestarikan dari generasi ke generasi. 4. PMKRI Menghimpun kekuatan gerakan mahasiswa, Gerakan Mahasiswa Indonesia selama ini dalam membela dan berjuang bersama rakyat tertindas tampaknya selalu mendapat hambatan. Refleksi dan munculnya kritik semakin menyadarkan mereka bahwa untuk melakukan perubahan secara ekonomi politik perlu dibangun kerja sama yang lebih luas dengan kekuatan elemen rakyat lainnya serta membuka jaringan yang sifatnya internasional, bersama KAMI yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia yang beranggotakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Mapancas (Mahasiswa Pancasila), Somal (Sekretariat Mahasiswa Lokal), IMM ( Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), Semmi (Sekretariat Mahasiswa Muslimin Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), Pelmasi (Pelopor Mahasiswa Sosialis Indonesia), dan GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Seperti yang terjadi pada tahun 1960 ketika HMI dikeluarkan dari PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) karena HMI dinilai memiliki kekuatan kuat sehingga untuk mengantisipasinya kekuatan komunis berniat mengeluarkan mereka dari organisasi itu. PMKRI yang melihat HMI memiliki pandangan yang sama dengan menentang secara tegas terhadap komunis (antikomunis) memiliki

Universitas Sumatera Utara hubungan yang erat. PMKRI dengan tegas mendukung keberadaan HMI dan menolak jelas dari saran CGMI dengan mengatakan bahwa HMI “tidak kontrarevolusi” sehingga tidak ada alasan pemerintah untuk membubarkannya.

Kesimpulan tersebuat secara jelas mendeskripsikan PMKRI menjadi sebuah organisasi mahasiswa dengan sejarah yang panjang tentunya memiliki tempat tersendiri bagi perkembangan dan pembangunan di Indonesia tentunya akan terus berjuang demi kemajuan bangsa demi terciptanya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat didunia Internasional.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka yang menjadi saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Kehadiran pemerintah secara konkret diperlukan dimana perubahan mendasar yang perlu dilakukan adalah terhadap cara pandang negara (pemerintah) terhadap cara pandang melihat pancasila yang harus selalu dipertahankan dengan cara apapun. 2. Secara empirik, maka pemerintahan yang paling baik adalah pemerintahan yang bersumber dan bertujuan pada penghargaan terhadap kepentingan negara menjadi harga mati untuk diperjuangkan. 3. Mahasiswa yang menjadi agent of change haruslah bisa berbuat dan bertindak seperti para pendahulu kita. Kerinduan akan peran mahasiswa yang banyak melakukan penyelamatan terhadap negara seperti angkatan 66 dan angkatan 98 harusnya menjadi motivasi bagi mahasiswa sekarang untuk selalu berpihak kepada rakyat. Gerakan-gerakan mahasiswa haruslah berani demi

Universitas Sumatera Utara memperjuangkan aspirasi masyarakat maupun mempertahankan kebangsaan negara dan harus terarah langkahnya.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Batubara, Cosmas.2008.Panjangnya Jalan Politik, Jakarta : Jala Penerbit

Batubara, Cosmas.2007. Sebuah Otobiografi Politik, Jakarta : Kompas

Buku saku PMKRI. 1993.Bandung

Cendikia,Paryati,Sudarman. 2004. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi, Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Djahiri, Ahmad Kosasih.2008.Pancasila sebagai ideologi bangsa,Jakarta: Prenada Media.

Fakih, Mansour. 1996.Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial, Pergolakan Ideologi LSM Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Faisal, Sanafiah.1995.Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hoogerwerf. 1985.Politikologi, Jakarta: Erlangga. Huntington P Samuel.1991.Perubahan ke Arah Perubahan: Modernisasi Pembangunan dan Politik dalam Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mirsel, Robert. 2004. Teori Pergerakan Sosial, Yogyakarta : Resist Book Natsir ,Mohammad.1983. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia NgPhilipus & Aini, Nurul. 2009. Sosiologi dan Politik,Jakarta: Rajawali Pers.

Prasetyo, Bambang dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitaif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Putra, Fadhillah dkk.2006.Gerakan Sosial, Konsep, Strategi, Actor, Hambatan dan Tantangan Gerakan Sosial di Indonesia, Malang : PLaCID’s dan Averroes Press

Universitas Sumatera Utara

Scott C James. 1993. Perlawanan Kaum Tani, Jakarta: Diterjemahkan oleh Yayasan Obor Indonesia

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES.

Sukirman, Silvia. 2004. Tuntunan Belajar Di Perguruan Tinggi, Jakarta: Pelangi

Sulastomo. 2008. hari-hari yang panjang transisi orde lama ke orde baru : sebuah memoar, Jakarta : Kompas

Tim Penyusun.1950. Terminologi Sejarah, Jakarta : CV.DEFIT PRIMA KARYA

Featherstone, Mike, 1991. Consumer Culture and Posmoderism. London: Sage Pubication.

Muhammad, Mar’ie, 1999.”Korupsi, Kolusi dan Nepoteisme (KKN) dalam Birokrasi”, dalam Edy Suandi Hamid dan Muhammad Sayuti (ed), Menyingkap Korupsi, Kolusi dan Nepoteisme di Indonesia, Yogyakarta: Aditya Media.

Noer, Deliar, 1990. : Biografi Politik. Jakarta: LP3ES Raharjo, M. Dawam, 1999. Korupsi, Kolusi dan Nepoteisme (KKN) : Kajian Konseptual dan Kultural,dalam Edy Suandi Hamid dan Muhammad Sayuti (ed), Menyingkap Korupsi, Kolusi dan Nepoteisme di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media.

Internet :

Camila Bani Alawia. 2011, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ diunduh pada 9 juni 2013 pukul 16.30 Parakitri T. Simbolon 2011, Angkatan 66: peluang emas yang sia-sia socio politica.com/2011/01/03/angkatan-66-peluang-emas-yang-sia-sia/ diunduh 10 juni 2013 pukul 11.30 Siska Metasari 2013, Pancasila sebagai ideologi nasional http://ideologinasional.blogspot.com/ diunduh pada 24 juli 2013 pukul 17.35 wib

Universitas Sumatera Utara Deden El Razy 2010, Pancasila sebagai Ideologi bangsa http://denchiel78.blogspot.com/2010/05/pancasila-sebagai-ideologi bangsa_371.html/ diunduh pada 24 juli 2013 pukul 17.47 wib

Pusaka Indonesia 2013, Pancasila sebagai Ideologi Nasional http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-sebagai-ideologi-nasional/ diunduh pada 24 juli 2013 pukul 17.25 wib

Ensiklopedi Jakarta Dinas Komunikasi Informatika 1995, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1426/Kesatuan-Aksi Mahasiswa-Indonesia/ diunduh 25 juli 20013 pukul 17.55 wib

Desi Kata Waktu 2012, Saat-saat jatuhnya Presiden Soekarno http://kata waktu.blogspot.com/2012/05/saat-saat-jatuhnya-presiden soekarno.html/diunduh 2 oktober 2013 pukul 12.45 wib

Wawancara: Wawancara dengan japonti sinaga pada tanggal 12 mei di rumah beliau Wawancara dengan Cosmas Batubara ,tanggal 03 april 2013 pukul 07.18 di hotel J.W.Marriot

Universitas Sumatera Utara