G-Plasma Edisi Kali Ini Hadir Untuk Mengulas Sejarah Yang Membahas Kisah-Kisah G30/SPKI Dan Kesaktian Pancasila Dalam Cerita Yang Informatif Dan Menarik Untuk Dibaca

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

G-Plasma Edisi Kali Ini Hadir Untuk Mengulas Sejarah Yang Membahas Kisah-Kisah G30/SPKI Dan Kesaktian Pancasila Dalam Cerita Yang Informatif Dan Menarik Untuk Dibaca BULETIN PLASMA SejarahGESS Bangsa Jangan Dilupa, Generasi Muda Pelajari Kisahnya JAS MERAH “JANGAN SEKALI-KALI LUPAKAN SEJARAH” BANGSA Edisi Oktober 2020 1 SALAM REDAKSI Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah pusaka sakti yang harus dirawat dan dijaga dengan erat. Dalam sejarah Indonesia, ada beragam serangan terhadap Pancasila baik itu dari internal atau eksternal bangsa. Pahlawan Kita bahkan harus berkoban nyawa dalam mempertahankan Pancasila. Maka dalam peringatan mengenang sejarah bangsa, buletin G-Plasma Edisi kali ini hadir untuk mengulas sejarah yang membahas kisah-kisah G30/SPKI dan Kesaktian Pancasila dalam cerita yang informatif dan menarik untuk dibaca. Dalam buletin edisi kali ini, berisikan cerita Pahlawan hingga Peran generasi muda untuk bangsa. Besar harapan kami setelah membaca Buletin edisi kali ini, pembaca dapat memahami dan mempelajari kisah dan mana dibalik peristiwa G30/SPKI dan Kesaktian Pancasila. Kami jajaran Redaksi G-Plasma sangat menghargai segala bentuk saran dan kritik yang diberikan. Dengan saran dan kritik yang membangun, tentunya akan membuat karya-karya G-Plasma akan menjadi lebih baik untuk kedepannya. --Selamat Membaca-- Oktober, 2020 Redaksi UKM Pers G-Plasma SUSUNAN REDAKSI Pelindung Koordinator Muhammad Fajar Subkhan, S.T,.M.T. Winda Eka R Reporter Penannggung Jawab Tim Divisi Design & Layout, Prasetyo Yekti Utomo, S.E,.M.M Tim Divisi Litbang, Tim Divisi Reporter, Tim Divisi Editor, Pembina Tim Divisi Kominfo, Ardian Prima Atmaja S.Kom.,M.Cs. Tim Sekertaris dan Bendahara. Editor Pimpinan Umum Elvira Amri S, Murni Febri Rima Maulidya P, Jenny Refa AM, Pimpinan Redaksi Dany Sekty A, Indah Pranataning Tyas Winda Eka R, Hanisa Putri A. Design dan Layout Ahmad Hilal M 2 Ini Pahlawan Revolusi G30SPKI Peristiwa Penting Sejarah Indonesia 3 Gerakan 30 September Selain itu, beberapa orang merupakan gerakan yang bertujuan lainnya juga menjadi korban untuk menggulingkan pemerintahan pembunuhan. Mereka adalah Brigadir dan mengubah Indonesia menjadi Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun, negara komunis. Peristiwa ini terjadi Kolonel Katamso Darmokusumo, pada 30 September hingga 1 Oktober dan Letnan Kolonel Sugiyono 1965. Mangunwiyoto. Gerakan ini dipimpin oleh DN Setelah peristiwa G30S/PKI, Aidit yang waktu itu menjadi ketua dari rakyat menuntut Presiden Sukarno Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada 1 untuk membubarkan PKI. Kemudian Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung Soekarno memerintahkan Mayor yang merupakan anggota Cakrabirawa Jenderal Soeharto untuk membersihkan (pasukan pengawal Istana) memimpin semua unsur pemerintahan dari pasukan. Gerakan ini mengincar pengaruh PKI. Soeharto bergerak cepat perwira tinggi TNI. Tiga dari enam dan PKI dinyatakan sebagai penggerak orang yang menjadi target langsung kudeta dan para tokohnya diburu dan dibunuh di kediamannya. Sedangkan ditangkap, termasuk DN Aidit yang lainnya diculik dan dibawa menuju sempat kabur ke Jawa Tengah namun Lubang Buaya. kemudian berhasil ditangkap. Keenam perwira tinggi TNI Berbagai kelompok masyarakat Angkatan Darat yang menjadi korban juga menghancurkan markas PKI dalam peristiwa ini yaitu Letnan Jendral yang ada di berbagai daerah. Pada Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jendral akhir 1965, sekitar 500.000 hingga Raden Soeprapto, Mayor Jendral Mas satu juta anggota dan pendukung PKI Tirtodarmo Haryono, Mayor Jendral diduga menjadi korban pembunuhan. Siswondo Parman, Brigadir Jendral Sedangkan ratusan ribu lainnya Donald Isaac Panjaitan, dan Brigadir diasingkan di kamp konsentrasi. Jendral Sutoyo Siswodiharjo. Penulis: Tim Divisi Design dan Layout Sementara itu, Panglima TNI AH Nasution yang menjadi target Editor: Elvira Amri Saida utama berhasil meloloskan diri. Tapi, putrinya Ade Irma Nasution tewas tertembak. Sedangkan ajudannya, Lettu Pierre Andreas Tendean diculik dan ditembak di Lubang Buaya. Keenam Perwira Tinggi TNI AD di atas beserta Lettu Pierre Tendean ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. 4 Monumen Kresek Saksi Bisu Sejarah Bangsa yang ada di Madiun Pemberontakan PKI (Partai kemudian bergabung dengan PKI. Komunis Indonesia) di Madiun, berawal Musso kemudian memproklamasikan dari adanya perjanjian Renville yang Republik Soviet Indonesia di Madiun. ternyata merugikan Indonesia. Amir PKI melakukan teror dan ancaman Syarifuddin selaku Perdana Menteri kepada warga, siapapun yang tidak yang memimpin delegasi perjanjian ikut PKI maka akan dikubur hidup- tersebut kemudian dipaksa mundur hidup dan disembelih. dari jabatannya yang menjadikan Amir berada di pihak oposisi pemerintahan dan membentuk FDR (Front Demokrasi Rakyat). Kemudian pada tahun 1948, seorang tokoh komunis kembali dari Moskow Uni Soviet. Tokoh tersebut bernama Musso yang kemudian didapuk sebagai Ketua Umum PKI. Karena hubungan PKI dengan pemerintahan pada saat itu tidak terlalu baik, PKI pun menuduh pemerintah republik condong ke Barat dan berusaha untuk menyingkirkan PKI. FDR yang merasa mempunyai kesamaan visi misi dengan PKI pun 5 Untuk mengenang sejarah Di depan pintu masuk sebelah kekejaman PKI di Madiun pada selatan terdapat prasasti batu ukiran masa lampau, dibangunlah sebuah nama-nama prajurit TNI, Polri, pamong monumen yang diberi nama Monumen praja, tokoh masyarakat dan guru Kresek. Monumen ini dibangun pada yang menjadi korban keganasan PKI. tahun 1987 di atas tanah seluas lebih Di depan prasasti ukiran nama-nama dari tiga hektar area, bertempat di Desa korban, juga terdapat sumur tempat Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten pembuangan korban keganasan PKI Madiun. yang telah tertutup dan dibuat relief Bangunan patung paling atas korban-korban di atasnya. Pendopo adalah Patung Musso membawa di area Monumen Kresek merupakan pedang yang ingin memenggal bekas rumah penduduk/warga yang kepala seorang kiai yang dikenal dijadikan Markas PKI sebagai ajang dengan nama Husen. Di sebelah pembantaian para korban keganasan barat bangunan Patung Musso ada PKI. bangunan relief yang menggambarkan Penulis: Tim Divisi Litbang proses pemberontakan yang dilakukan oleh PKI. Di sebelah timur bangunan Editor: Rima Maulidya Pramesti patung Musso ada bangunan Patung Anak-Anak Korban PKI. Undak-undak masuk monumen Kresek menunjukkan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hari Kemerdekaan RI. 6 Pancasila Ideologi Bangsa, Akankah Tinggal Nama? Pancasila merupakan ideologi Hal tersebut dapat dibuktikan bangsa Indonesia. Menurut Wikipedia, dengan makin maraknya peristiwa- nama Pancasila berasal dari Bahasa peristiwa yang bertolak belakang Sansekerta yakni, pañca berarti lima dengan nilai Pancasila yang dan śīla berarti prinsip atau asas. sebenarnya. Seperti tawuran, balapan Sederhananya Pancasila merupakan liar, merokok, bahkan pesta minuman pedoman hidup bagi warga negara keras dan narkoba. Selain itu, Indonesia untuk bertindak dan penyebab memudarnya nilai Pancasila berperilaku. Nilai-nilai Pancasila di kalangan remaja karena adanya sebenarnya sudah diajarkan dan pengaruh globalisasi. ditanamkan sejak dibangku sekolah dasar. Dengan adanya akses internet yang mudah, generasi milenial dengan Namun dewasa ini, nilai- cepat mendapatkan segala informasi nilai Pancasila seolah tergerus oleh yang mereka inginkan. Informasi perkembangan era digital dan pola tersebut termasuk kebudayaan dan pikir yang kebarat-baratan. Pancasila pola hidup masyarakat dari berbagai yang sebenarnya memiliki fungsi penjuru dunia. Padahal, tidak semua sebagai pandangan hidup bangsa, kebudayaan tersebut dapat diterima dasar negara dan pemersatu bangsa dan cocok dengan nilai-nilai Pancasila. seolah hanya dijadikan pajangan saja. Terlebih untuk kaum milenial zaman Selain itu, karena kurangnya sekarang. pengetahuan dan bimbingan, kaum 7 milenial jadi tidak mampu menyaring Selain itu, terdapat cara lain untuk informasi yang didapat. Mereka menumbuhkan jiwa nasionalisme menganggap bahwa segala sesuatu seperti upacara bendera setiap Senin yang berbau barat itu keren dan layak yang rutin dilakukan saat di bangku dijadikan panutan. sekolah. Untuk itu sebagai penerus Kegiatan tersebut seharusnya bangsa, sudah sewajarnya untuk memberikan pemahaman tentang mengetahui beberapa cara yang dapat tujuan dilakukannya upacara bendera dilakukan untuk menumbuhkan jiwa sehingga jiwa nasionalisme siswa nasionalisme. Seperti mengenali tokoh semakin berkembang. sejarah dan keberagaman budaya bangsa serta dapat dimulai dari belajar Penulis: Tim Divisi Reporter pendidikan kewarganegaraan. Editor: Jenny Refa Arie Martyas Dapat juga dengan menjalankan napak tilas, ini dilakukan dengan melakukan perjalanan ke tempat-tempat bersejarah, membaca buku sejarah dan juga menonton film dokumenter perjuangan bangsa. 8 Awal Mula Pengibaran Bendera Setengah Tiang Indonesia Masih ingatkah kalian, peristiwa Bendera setengah tiang pun yang terjadi pada 30 September 1965 juga dikibarkan pada Hari Pahlawan, lalu? Kejadian tersebut menewaskan hari meninggalnya mantan presiden, tujuh perwira tinggi militer Indonesia hari bencana nasional dan hari duka juga ratusan ribu bahkan jutaan jiwa di cita nasional lainnya. Tahukah kamu, berbagai daerah di Indonesia. mengapa pemasangan bendera dilakukan setengah tiang? Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia yang disingkat Semuanya bermula pada G30S/PKI, dahulu juga disebut tahun 1612, ketika kapten kapal Gestapu (Gerakan September Tiga Inggris Heart’s Ease meninggal Puluh) ataupun Gestok (Gerakan Satu dunia dalam pelayarannya menuju Oktober). Peristiwa tersebut terjadi Kanada. Kemudian, para awak kapal pada malam hari tanggal 30 September mengibarkan bendera kebangsaan 1965 sampai dengan 1 Oktober 1965. mereka, The Union Jack,
Recommended publications
  • 50 Years Since 30 September, 1965: the Gradual Erosion of a Political Taboo
    ISSUE: 2015 NO.66 ISSN 2335-6677 RESEARCHERS AT ISEAS – YUSOF ISHAK INSTITUTE SHARE THEIR UNDERSTANDING OF CURRENT EVENTS Singapore | 26 November 2015 50 Years since 30 September, 1965: The Gradual Erosion of a Political Taboo. By Max Lane* EXECUTIVE SUMMARY This year marks the 50th anniversary of the events of 30 September, 1965 and its aftermath. Amidst heightened discussion of the matter, President Widodo, on behalf of his government, stated that there would be no state expression of being sorry for the large scale massacres of 1965. He attended conventional activities on the anniversary consistent with the long-term narrative originating from the period of Suharto’s New Order. At the same time, there are signs of a gradual but steady erosion of the hegemony of the old narrative and an opening up of discussion. This is not driven by deliberate government policy, although some government decisions have facilitated the emergence of a generation for whom the hegemonic narrative holds less weight. The processes weakening the old hegemony have also been fostered by: a) Increased academic openness on the history of the period, both in and outside of Indonesia. b) More activity by lawyers, activists, researchers as well as former political prisoners demanding state recognition of human rights violations in 1965 and afterwards. c) A general attitude to educational processes no longer dominated by indoctrination concerns. 1 ISSUE: 2015 NO.66 ISSN 2335-6677 Hegemony may be slowly ending, but it is not clear what will replace it. *Max Lane is Visiting Senior Fellow with the Indonesia Studies Programme at ISEAS- Yusof Ishak Institute, and has written hundreds of articles on Indonesia for magazines and newspapers.
    [Show full text]
  • Panduan Peserta PKKMB FIP UM
    PANDUAN PESERTA PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN 2019 Dibuat oleh : Team Chief Of Operation (COO) PKKMB “LASKAR API MUDA” FIP BEM FIP UM 2019 PKKMB FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2019 A. LATAR BELAKANG Dalam rangka menyiapkan mahasiswa baru melewati proses transisi menjadi mahasiswa yang dewasa dan mandiri, serta mempercepat proses adaptasi mahasiswa dengan lingkungan yang baru dan memberikan bekal untuk keberhasilannya menempuh pendidikan di perguruan tinggi maka dilakukan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Masa ini dapat dijadikan titik tolak inisiasi pembinaan idealisme, menanamkan dan memperkuat rasa cinta tanah air, dan kepedulian terhadap lingkungan, juga dalam rangka menciptakan generasi yang berkarakter religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, memiliki kejujuran, kepedulian, tanggung jawab, dan berintegritas serta memiliki kedisiplinan dalam kehidupan di kampus dan masyarakat. Dengan kata lain melalui PKKMB kita ingin memberikan bekal awal agar mahasiswa kelak akan menjadi alumni perguruan tinggi yang memiliki kedalaman ilmu, keluhuran ahlak, cinta tanah air dan berdaya saing global. PKKMB harus direncanakan secara matang agar dapat dijadikan momentum bagi mahasiswa baru untuk mendapat informasi yang tepat mengenai sistem pendidikan di perguruan tinggi baik bidang akademik maupun non-akademik. PKKMB juga diharapkan dapat menjadi penyadaran akan adanya hal-hal yang dapat menghambat studi mahasiswa baru termasuk bisa menghambat pencapaian tujuan nasional misalnya masalah radikalisme, terorisme, penyalahgunaan narkoba, plagiarisme, korupsi dan lainnya. Selain itu PKKMB juga diharapkan merupakan ajang penyadaran akan pentingnya pemahaman tentang globalisasi dan revolusi industri 4.0 yang menuntut mahasiswa untuk menjadi orang-orang yang menghayati dan memiliki literasi data, literasi teknologi dan literasi kemanusiaan serta kesiapan untuk penguasaan kompetensi yang diperlukan di abad 21.
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Tinjauan Psikoanalisis Sastra Konflik Ideologi Film G30s/Pki (Sutradara: Arifin C
    TINJAUAN PSIKOANALISIS SASTRA KONFLIK IDEOLOGI FILM G30S/PKI (SUTRADARA: ARIFIN C. NOER) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gunu Mencapai Gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar ANDI AGUS 10533783414 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018 MOTTO “Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu” (Imam Syafi‟i) “Kita boleh berbeda dalam pikiran karena pustaka kita „mungkin‟ berbeda namun selama lagu kebangsaanmu masih Indonesia Raya saya pastikan kita masih satu nusa satu bangsa (Indonesia)” (Andi Agus) Karya ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tuaku yang berkorban untukku Terkhusus ibundaku (Rachmawati) yang telah memotivasiku Sahabat-sahabatku yang berjuang bersamaku sejak tahun 2014 ABSTRAK Andi Agus. 2018. Tinjauan Psikoanalisis Sastra Konflik Ideologi Film Pengkhianatan G30S/PKI (sutradara: Arifin C. Noer). Skripsi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Salam dan Syekh Adiwijaya Latief. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konflik ideologi dan psikologi yang terdapat dapat film G30S/PKI (Sutradara: Arifin C. Noer). Terjadinya suatu konflik dikarenakan adanya oposisi dan manusia harus memilih (pilihan hidup) dan psikologi yang di dalamnya terdapat id, ego, dan superego yang ada dalam diri manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi konflik Ideologi antara pihak Pancasila dengan Komunisme. Film Pengkhianatan G30S/PKI (Sutradara: Arifin C. Noer) diterbitkan oleh Pusat Produksi Film Negara (PPFN) durasi waktu 03:37:15. Dinyatakan lulus sensor oleh Lembaga Sensor Film Indonesia dengan No. SLS: 557/VCD/2.2006/2001 di Jakarta, 23 Februari 2001 dan sasarannya: Remaja.
    [Show full text]
  • The Making of Politically Conscious Indonesian Teachers in Public Schools, 1930–42*
    Kyoto University The Making of Politically Conscious Indonesian Teachers in Public Schools, 1930–42* Agus Suwignyo** This paper deals with the emergence of political consciousness among Indonesian teachers and students in public Dutch-Indonesian teacher training schools (Hollands Inlandse Kweekschool, HIK) during the last colonial decade up to the beginning of the Japanese occupation in 1942. Most of the Indonesian teachers and students, who pursued careers and education respectively in government schools, had initially embarked from personal expectations of upward economic mobility. Yet, in the course of the 1930s, they grew in deliberate willingness and perception to engage in a wider scope of social dynamics without limiting themselves to the area of power politics. In this paper, the manner in which these students and teachers gave mean- ing to their daily lives inside and outside of school is identified and analyzed as the factor that critically contributed to the emergence of political consciousness among them. Although the transformation that the teachers underwent in their view of school education was a radical leap when seen from the perspective of the Indonesia- centric historiography of the 1930s, it did not actually show a process of transforma- tive pedagogy. The sense of citizenship that the teachers shared in the 1930s, albeit a dramatic shift from the motivation that had originally propelled them, did not reflect the notion of public education as an independent practice of cultural upbring- ing irrelevant to the state and state-formation ideology. Keywords: Indonesian teachers, the 1930s, Critical Pedagogy, political consciousness Introduction Existing studies on the relationship between Western education and changes in Indone- sian society in the early twentieth century feature the education of schoolteachers in the * Part of this paper was originally the author’s dissertation “The Breach in the Dike: Regime change and the standardization of public primary-school teacher training in Indonesia, 1893– 1969” (Leiden University 2012).
    [Show full text]
  • Rekonsiliasi Dan Keadilan Bagi Korban Tragedi 1965
    KEADILAN BAGI YANG BERBEDA PAHAM: REKONSILIASI DAN KEADILAN BAGI KORBAN TRAGEDI 1965 Manunggal Kusuma Wardaya* Abstract Abstrak Human rights enforcement is one impro- Penegakan HAM merupakan salah satu perly-accomplished agenda in this post-1998 agenda demokratisasi yang belum sepenuh- democratisation. Severe human rights viola- nya tercapai. Pelanggaran-pelanggaran tions such as 1965 Tragedy remain obscure, HAM berat seperti Tragedi 1965 masih nonlitigation resolution (e.g. recognition and belum jelas sehingga penyelesaian nonliti- compensation) is considered the best solu- gasi (pengakuan dan kompensasi), dianggap tion. Recognition also is a form of respect to sebagai solusi yang terbaik. Pengakuan human rights and a stepping stone to resolve tersebut merupakan bentuk tanggungjawab other tragedies. untuk menghormati HAM dan menjadi batu loncatan untuk mengungkap tragedi HAM lainnya. Kata Kunci: hak asasi manusia, tragedi 1965, keadilan, pelanggaran HAM berat. A. Pendahuluan mengaturnya. Kesemua pembaruan yang Lebih dari satu dasawarsa reformasi hingga kini masih berjalan secara evolutif telah dijalani oleh bangsa Indonesia didesain secara sadar menuju tercapainya setidaknya hingga tulisan ini dibuat. Selama kehidupan bernegara dan berbangsa yang kurun waktu tersebut, berbagai perubahan demokratis-berkeadilan sosial. Pengalaman dilakukan mulai dari perombakan secara berkonstitusi tanpa internalisasi paham mendasar hukum dasar tertulis (written konstitusionalisme yang membawa berbagai constitution) Undang-undang Dasar Negara opresi dan pengingkaran hak dasar manusia Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya: membangkitkan kesadaran pada bangsa UUD 1945) hingga penataan kembali baik ini akan satu hal utama pentingnya suatu infra- maupun suprastruktur politik melalui sistem yang meniscayakan akuntabilitas perubahan berbagai piranti hukum yang dan limitasi kekuasaan negara serta jaminan * Dosen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (e-mail: [email protected]).
    [Show full text]
  • Jadwal Kegiatan Operasional Bank Banking Operational Schedule
    Jadwal Kegiatan Operasional Bank Banking Operational Schedule Jadwal Kegiatan operasional PT Bank HSBC Indonesia sehubungan dengan Pilkada Serentak tahun 2018: PT Bank HSBC Indonesia operational schedule during District Election 2018 holiday: Hari & tanggal Keterangan Day & date Remarks Transaksi kliring berjalan seperti biasa Clearing will operate in regular basis Kantor cabang kami beroperasi secara terbatas di cabang-cabang berikut ini: Our branch offices are will be in limited operation on the following branches: - WTC Sudirman - Yogyakarta Mangkubumi - Kopi - Kudus Ahmad Yani - Melawai - Solo Suryopranoto - Kelapa Gading KGD - Bandung Asia Afrika - Bogor Pengadilan - Makassar Sudirohusodo Rabu, 27 Juni 2018 - Medan Graha Merah Putih - Manado Pierre Tendean Wednesday, 27 June 2018 - Medan Diponegoro - Pontianak Juanda - Medan Center Point - Samarinda Imam Bonjol - Pekanbaru Sudirman - Cirebon Yos Sudarso - Batam Raden Patah - Lampung Teluk Betung - Surabaya Raya Darmo - Palembang Basra - Surabaya Manyar - Pangkal Pinang Sudirman - Malang Pasar Besar - Banjarmasin Ahmad Yani - Semarang Wisma HSBC - Balikpapan Sudirman - Denpasar - Jambi - Purwokerto Seluruh kantor cabang kami kembali beroperasi seperti biasa Our branch offices will operate normally Kamis, 28 Juni 2018 Transaksi perbankan berjalan seperti biasa Thursday, 28 June 2018 Transaction will operate normally Layanan perbankan kami tersedia melalui HSBC Phone Banking, HSBC Internet Banking, HSBC Mobile Banking, dan ATM HSBC – termasuk di jaringan ATM Bersama, ATM Prima dan ATM Plus. Our banking services is available through HSBC Phone Banking, HSBC Internet Banking, HSBC Mobile Banking and HSBC ATM Services – including access to ATM Bersama, ATM Prima and ATM Plus network. Untuk keterangan lebih lanjut, nasabah perorangan dapat menghubungi Call Center kami di (+6221) 5291 4722 atau 64722 melalui telepon genggam.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Sebagai Suatu
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun dan mempertahankan keistimewaan suatu peristiwa, memilih peristiwa yang dianggap spektakuler (seperti perang).1 Bagi sejarawan yang ingin memahami perjalanan sejarah Indonesia Modern, hal yang terkadang menimbulkan rasa frustrasi ialah justru karena kejadian yang paling misterius ternyata merupakan salah satu babak kejadian yang terpenting. Kebenaran sejarah terletak dalam kesediaan sejarawan untuk meneliti sumber sejarah secara tuntas, sehingga dapat diharapkan sejarawan akan mengungkapkan secara objektif.2 Perjalanan sejarah banyak meninggalkan kesan faktual betapa pemikiran seorang tokoh mempunyai peran penting dan kontribusi di jamannya. Negara Indonesia lahir dan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Dwitunggal Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Sejak pengakuan kedaulatan, nyaris tidak ada hari tanpa konflik yang menerpa Indonesia. Peritiwa sejarah Indonesia ketika menghadapi Agresi Militer 1 Rhoma Dwi Aria Y, Fiktif Sejarah, Sejarah Fiktif, Istoria, vol. 2 nomor 1, September 2006, hlm.121. 2 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Budaya, 1955, hlm.13. 1 2 Belanda II3, setelah itu perang-perang menyusul menghantam Republik Indonesia sampai Indonesia terseret dalam konfrontasi merebut Papua Barat yang kemudian diberi nama Irian Jaya. Usai konflik ini melanda lahir kembali konfrontasi menentang pembentukan Federasi Malaysia4 tahun 1963. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat menguras energi nasional, kehidupan berbagai sektor tidak stabil. Namun bagi Angkatan Darat, keadaan ini membuka peluang untuk tampil sebagai benteng pertahanan Republik.5 Salah satu organ yang perlu dimiliki oleh Pemerintah suatu negara adalah Militer, yang merupakan satu kelompok orang-orang yang diorganisir dengan disiplin untuk melakukan pertempuran, yang diperbedakan dari orang-orang sipil.
    [Show full text]
  • Soeharto, Militer Dan G 30 S/Pki
    PERAN SOEHARTO DALAM PERISTIWA G 30 S/PKI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Abdul Ghofur 103033227773 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PERAN SOEHARTO DALAM PERISTIWA G 30 S/PKI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Abdul Ghofur 103033227773 Dibawah Bimbingan Dr. Nawiruddin, MA. NIP. 19720105 200112 1003 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA i KATA PENGANTAR Puji serta rasa syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan dan menunjukan jalan kebenaran yakni Islam kepada umat manusia di seluruh alam semesta. Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan dan pudarnya rasa semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini dalam rangka memperoleh gelar sarjana, namun berkat bantuan, dorongan dan semangat dari berbagai pihak, baik berupa moril dan materil, semua kesulitan tersebut dapat di atasi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Ketua Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendi, MA. 2. Sekretaris Jurusan Ilmu Politik Bapak Zaki Mubarak, MA. 3. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Dr. Nawirudin, MA. Terima kasih atas pengarahan dan kritikan kepada penulis sampai selesainya skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan yang berlimpah, amin.
    [Show full text]
  • The Contestation of Social Memory in the New Media: a Case Study of the 1965 Killings in Indonesia
    Aktuelle Südostasienforschung Current Research on Southeast Asia The Contestation of Social Memory in the New Media: A Case Study of the 1965 Killings in Indonesia Hakimul Ikhwan, Vissia Ita Yulianto & Gilang Desti Parahita ► Ikhwan, H., Yulianto, V. I., & Parahita, G. D. (2019). The contestation of social memory in the new media: A case study of the 1965 killings in Indonesia. Austrian Journal of South-East Asian Studies, 12(1), 3-16. While today’s Indonesian democratic government remains committed to the New Order orthodoxy about the mass killings of 1965, new counter-narratives challenging official history are emerging in the new media. Applying mixed-methods and multi-sited ethnography, this study aims to extend our collaborative understanding of the most re- cent developments in this situation by identifying multiple online interpersonal stories, deliberations, and debates related to the case as well as offline field studies in Java and Bali. Practically and theoretically, we ask how the tragedy of the 1965 killings is contest- ed in the new media and how social memory plays out in this contestation. The study finds that new media potentially act as emancipatory sites channeling and liberating the voices of those that the nation has stigmatized as ‘objectively guilty’. We argue that the arena of contestation is threefold: individual, public vs. state narrative, and theoretical. As such, the transborder space of the new media strongly mediates corrective new voices to fill missing gaps in the convoluted history of this central event of modern Indonesian history. Keywords: 1965 Killings; Master vs. Counter Narratives; Memory Studies; New Media; Southeast Asia INTRODUCTION Indonesia experienced one of the 20th century’s worst mass killings.
    [Show full text]
  • Studi Kasus Di Ruas Jalan Taman Simpang Kandis Kota Bengkulu)
    Analisa Simpang Tak Bersinyal (Studi Kasus Di Ruas Jalan Taman Simpang Kandis Kota Bengkulu) Rima S1, Endri Agustomi2, Elly Tri Pujiastutie 3 Email: [email protected] Abstract Intersection are knots in transportation network where two or more roads meet, in this area conflict is occurred, law of traffic are applied to handle this conflict to make sure who gets the priority to use the intersection first. Control Intersection make use of maximum capacity of the intersection, reducing and preventing accidents by reducing the number of conflicts. This research intend to analyse the traffic and calculate traffic flow at Taman Simpang Kandis road. To get data for this research purpose can get done by using direct observation, and count number of vehicle that passed the four arms intersection and three arms intersection. The result of this survey categorized by light vehicle, heavy vehicle, motorcycle, and non-motorized vehicle. Four arms intersection performance analysed by observe capacity, saturation degree, delay, queue chance is still below the standard based on MKIJI 1997. The best alternative for the four arms intersection are by combining installation the “prohibited to stop“ road sign and change 2 lanes with 2 directions to four arms intersection with 2 lanes and 1 direction. Three arms intersection performance analysed by observe capacity, saturation degree, delay, queue chance is still below the standard based on MKIJI 1997. The best alternative for this three arms intersection are by prohibited to turn left from Rustandi Sugianto 1 road and prohibited to turn right form Rustandi Sugianto 2 road where can make vehicle stacked on side of that road.
    [Show full text]
  • Kelas3 Ips Danangendarto.Pdf
    Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-Undang IPS Terpadu 3 Untuk SMP/MTs Kelas IX 300.7 ILM Ilmu Pengetahuan Sosial 3 : Untuk SMP/MTs Kelas ix / Danang Endarto…[et al] ; penyunting, Achmad Buchory, llustrator, Purwanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009. xii, 286 hlm. : ilus. ; 25 cm. Bibliografi : hlm. 279-280 Indeks ISBN 978-979-068-675-5 (no.jilid lengkap) ISBN 978-979-068-681-6 1. Ilmu-ilmu Sosial-Studi dan Pengajaran I. Judul II. Achmad Buchory III. Purwanto Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit CV. HaKa MJ Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009 Diperbanyak oleh ..... ii IPS Terpadu SMP dan MTs Kelas IX Kata Sambutan Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25 Juni 2007. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/ penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia. Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (down load), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
    [Show full text]