UJI ORGANOLEPTIK AMPLANG IKAN BANDENG (Chanos Chanos) YANG DIFORTIFIKASI DENGAN TEPUNG TULANG IKAN BELIDA
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
152 Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136 UJI ORGANOLEPTIK AMPLANG IKAN BANDENG (Chanos chanos) YANG DIFORTIFIKASI DENGAN TEPUNG TULANG IKAN BELIDA Andi Noor Asikin dan Indrati Kusumaningrum Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakulttas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman, Jalan Gunung Tabur Kampus Gn. Kelua Samarinda. Email: [email protected] ABSTRACT The purpose of the research was to determine the level of consumen acceptance to milkfish amplang fortified belida bone powder. Fortification of belida bone powder in order to increase the nutritional of product especially as calcium content. The method used experimental method by Completely Randomized Design with six treatments of belida bone powder concentration, i.e. 0%, 3%, 6%, 9%, 12% and 15%. Each treatments held in three replicated. The consumen acceptance level used organoleptic test included taste, aroma, color, texture and appearance. The result showed that the addition of 9% belida bone powder were preffered by panelist. Overall, amplang fortified 3% of belida bone powder showed the best panelist acceptance. Key words : milkfish amplang, fortification, belida fish bone powder PENDAHULUAN dimanfaatkan menjadi tepung tulang. Amplang merupakan salah satu Menurut Ramdany (2014), kandungan produk olahan berbahan baku ikan andalan mineral pada tulang ikan belida sebesar kota Samarinda. Semakin tingginya 42,18% dan pada tepung tulang ikan belida permintaan akan produk tersebut mendorong mengandung kalsium sebesar 30,93% tumbuhnya UKM-UKM baru. Sampai saat (Putranto et al., 2015). ini jenis ikan yang banyak dimanfaatkan oleh Tepung tulang ikan yang banyak pengolah adalah ikan belida dan ikan tengiri. mengandung kalsium sangat berpotensi Dalam proses pengolahan ikan menjadi untuk dimanfaatkan sebagai bahan tambahan produk tentu saja menyisakan limbah, karena pembuatan produk pangan. Tababaka (2004) hanya memanfaatkan daging ikan saja. melakukan penelitian fortifikasi tepung Sedangkan tulang, kulit, sisik dan isi perut tulang ikan patin (Pangasius sp) pada masih belum dimanfaatkan sehingga belum pembuatan kerupuk, Sari (2013) meneliti mendapatkan nilai tambah bahkan dapat tentang fortifikasi tepung tulang ikan lele (Clarias sp) pada susu jagung manis (zea mencemari lingkungan karena hanya mays saccharata), Pratama (2014) dibuang; Di sisi lain limbah berupa tulang ikan mengandung mineral kalsium yang memanfaatkan tepung tulang ikan janglius tinggi. yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. (Istiophorus sp) untuk fortifikasi pada Limbah tulang ikan belida sangat pembuatan biskuit dan tepung tulang ikan berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi patin (Pangasius hypothalamus) pada tepung tulang ikan. Tepung tulang ikan pembuatan cone es krim (Apriliani, 2010). adalah suatu produk padat kering yang Mutu produk tidak saja ditentukan oleh dihasilkan dengan cara mengeluarkan kandungan gizi, yang tidak kalah pentingnya sebagian besar cairan dan sebagian atau adalah produk yang dihasilkan dapat diterima seluruh lemak yang terkandung dalam tulang oleh konsumen. Salah satu cara untuk ikan. Berbagai jenis tulang ikan telah mengetahui tingkat penerimaan konsumen 153 Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136 terhadap produk yang dihasilkan adalah 1. Proses pembuatan tepung tulang ikan dengan uji organoleptik. Pengujian belida (Chitala sp.) organoleptik berperan penting dalam Proses pembuatan tepung tulang ikan pengembangan produk dengan meminimalkan belida mengacu metode yang telah dilakukan resiko dalam pengambilan keputusan tentang oleh Putranto. at al (2015). Tulang ikan penerimaan konsumen terhadap produk baru. belida (Chitala sp.) dicuci dari kotoran Uji organoleptik sering digunakan untuk sampai bersih dan ditiriskan, kemudian menilai mutu berbagai jenis makanan untuk tulang direbus selama 30 menit dengan suhu mengukur kesukaan penilai (panelis) sekitar 80ºC. Tujuannya untuk melepas terhadap produk baik dari segi rasa, warna daging, darah dan lemak yang masih dan kerenyahan. menempel pada tulang. Selanjutnya dicuci Tujuan penelitian adalah untuk kembali hingga tulang bebas dari daging mengetahui tingkat penerimaan terhadap yang masih menempel. Tulang ikan dipresto amplang ikan bandeng yang difortifikasi selama 3 jam agar tulang menjadi lunak dan tepung tulang ikan belida dan menentukan mudah dalam penepungan. Proses presto juga konsentrasi tepung tulang ikan belida terbaik bertujuan untuk menghilangkan lemak dan sebagai bahan fortifikasi pada amplang ikan mendenaturasi protein. Setelah proses presto, bandeng. Hasil penelitian ini diharapkan dilanjutkan perebusan sebanyak 2 kali dapat menjadi informasi ilmiah bagi dengan lama perebusan 30 menit setiap kali masyarakat tentang pemanfaatan tulang ikan perebusan. Tulang yang sudah direbus belida sebagai bahan fortifikasi sumber kemudian dilakukan proses ekstraksi basa kalsium dalam pengolahan berbagai produk NaOH dengan cara merendam tulang di pangan sehingga limbah pengolahan amplang dalam larutan NaOH 1,5 N selama 2 jam pada mendapatkan nilai tambah (added value). suhu 60ºC. ekstraksi basa ini bertujuan untuk menghilangkan protein yang terkandung METODE PENELITIAN dalam tulang ikan belida. Kemudian tulang dicuci menggunakan air mengalir dan Waktu dan Tempat selanjutnya dikeringkan dalam oven pada Penelitian ini dilakukan selama 3 suhu 65ºC selama 48 jam. Tulang ikan yang bulan di Laboratorium Teknologi Hasil sudah kering kemudian diblender dan diayak. Perikanan jurusan BDP, FPIK Unmul. 2. Pembuatan amplang ikan bandeng Bahan dan Alat yang difortifikasi dengan tepung Bahan yang digunakan adalah ikan tulang ikan belida bandeng (Chanos chanos) dan tepung tulang Proses pembuatan amplang dimulai ikan belida (Chitala sp.). Bahan lainnya yaitu dari penentuan konsentrasi penambahan tepung tapioka, garam, gula, bawang putih, tepung tulang ikan belida (perlakuan) telur ayam, dan soda kue dan minyak goreng. terhadap daging ikan bandeng yaitu mulai Alat yang digunakan antara lain dari 0% sebagai kontrol, 3%, 6%, 9%, 12% kompor, food processor, blender, panci dan 15%. Adapun rasio antara tepung tapioka presto, timbangan, wajan, spatula dan serok, dan daging ikan adalah 1:1. Setiap perlakuan baskom, talenan, cobek dan ulekan, toples, menggunakan 100 gram daging ikan. pisau, sendok, pinset, sarung tangan plastik, Bumbu-bumbu yang digunakan adalah dan plastik klip. bawang putih halus (7 gram), garam (5 gram), gula (10 gram). Semua bahan Prosedur Penelitian dicampur dan diuleni sampai kalis. Adonan Penelitian ini dilakukan dalam 3 amplang dibentuk dengan diameter sekitar 1 tahap, yaitu : cm dan panjang 2-2,5 cm. Amplang digoreng 154 Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136 dengan cara memanaskan minyak terlebih bewarna kuning-kecoklatan dan matangnya dahulu dengan suhu ± 80ºC sambil diaduk, merata,. Setelah matang amplang diangkat tujuannya agar panasnya merata. Amplang dan didinginkan, selanjutnya dilakukan dimasukkan kedalam wajan dan terus diaduk pengujian organoleptik. Diagram alir proses sampai mengembang, dengan tekstur agak pembuatan amplang ikan bandeng yang keras, dan bewarna kuning-kekuningan. difortifikasi tepung tulang ikan belida Selanjutnya api dikecilkan dan amplang disajikan pada Gambar 1. diaduk secara terus-menerus hingga amplang Ikan Bandeng Penyiangan ikan Tepung tulang ikan (%): Daging Ikan (%) Pengerikan dan penggilingan 0 : 100 3 : 97 6 : 94 Penimbangan (perbandingan komposisi tepung 9 : 91 tulang ikan belida dan daging ikan bandeng) 12 : 88 15 : 85 Pembuatan adonan dan pencetakan Tepung tapioka 100 gram dan bumbu-bumbu Penggorengan Amplang matang Uji kesukaan Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan amplang ikan bandeng fortifikasi tepung tulang ikan belida 3. Pengujian amplang ikan bandeng ikan belida yang telah diberi kode sesuai Pengujian tingkat kesukaan terhadap dengan perlakuannya dan panelis diminta amplang ikan bandeng yang difortifikasi untuk memberikan penilaian pada score sheet tepung tulang ikan belida dengan berbagai yang telah disediakan dengan parameter konsentrasi terhadap tingkat kesukaan tingkat kesukaan terhadap rasa, aroma, dilakukan berdasarkan metode Rahayu warna, kerenyahan dan keseluruhan. Skala (2001). Uji kesukaan atau uji hedonik hedonic yang digunakan1sampai 9, dimana bertujuan untuk mengetahui tanggapan 1=amat sangat tidak suka,2=sangat tidak panelis terhadap produk. Pelaksanaan uji ini suka 3 =tidak suka, 4=agak tidak suka 5= dengan menyajikan amplang tepung tulang 155 Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136 netral, 6= agak suka 7= suka, 8= sangat suka, yang difortifikasi tepung tulang ikan belida 9=amat sangat suka. mempunyai nilai berkisar antara 5,07 sampai Rancangan Penelitian dan Analisis Data 7,43 dan secara deskriptif panelis menilai Penelitian ini menggunakan netral sampai suka. Tingkat kesukaan rasa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 tertinggi terdapat pada amplang ikan bandeng pelakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan perlakuan A0 (7,43) dan tingkat kesukaan tersebut adalah konsentrasi penambahan terendah terdapat pada perlakuan A5 (5,07). tepung tulang ikan belida terhadap daging Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. ikan bandeng terdiri atas : A0 = penambahan Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai tepung tulang ikan belida 0%; A1 = rasa terhadap amplang ikan bandeng penambahan tepung tulang ikan belida 3%; cenderung mengalami penurunan seiring A2 = penambahan tepung tulang ikan belida dengan penambahan tepung tulang ikan 6%; A3 = penambahan tepung tulang