ISSN 2085-9937

Patanjala

Volume 9 Nomor 1 Maret 2017 Patanjala bermakna air sungai yang tiada hentinya mengalir mengikuti alur yang dilaluinya hingga ke muara. Seperti halnya karakteristik air sungai, manusia harus bekerja dan beramal baik, serta fokus pada cita-citanya. Patanjala adalah majalah ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian tentang nilai budaya, seni, dan film serta kesejarahan yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat di wilayah kerja Jawa Barat, DKI , Banten, dan Lampung. Redaksi juga menerima artikel hasil penelitian di pada umumnya. Patanjala diterbitkan secara berkala tiga kali setiap Maret, Juni, dan September dalam satu tahun. Siapa pun dapat mengutip sebagian isi dari jurnal penelitian ini dengan ketentuan menuliskan sumbernya. Pelindung Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Penanggung Jawab Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Redaksi Ketua : Iim Imadudin, S.S., M.Hum (Sejarah) Anggota : 1. Dra. Ria Intani T. (Antropologi) 2. Dra. Lina Herlinawati (Sastra Indonesia) 3. Dra. Lasmiyati (Sejarah) 4. Hary Ganjar Budiman, S.S. (Sejarah) 5. Erik Rusmana, S.S., M.Hum (Editor Bahasa Inggris) Redaktur Pelaksana Titan Firman, S.Kom. Mitra Bestari Prof. Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A. Dr. Ade Makmur K., M.Phil (Antropologi, UNPAD) Dr. T.M. Marwanti, Dra., M.Si (Antropologi, STKS) Dr. Mumuh Muhsin Z., M.Hum (Sejarah, UNPAD)

Diterbitkan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung – 40294 Telp./Faks. (022) 7804942 e-mail: [email protected] http://bpsnt-bandung.blogspot.com http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar

Penata Sampul: Hary Ganjar Budiman Gambar: Golok Ciomas Sumber: Dokumentasi Risa Nopianti

Dicetak oleh CV. IZDA PRIMA Permata Kopo E-33 Bandung Telp./Fax. : (022) 5435496, e-mail: [email protected]

Isi di luar tanggung jawab percetakan

PENGANTAR REDAKSI

Akulturasi, meski bukan gejala baru dalam masyarakat, masih menjadi tema yang menarik untuk dikaji. Pada Patanjala Vol. 9 No. 1, tema akulturasi mewarnai sejumlah artikel para penulis yang berasal dari latar belakang lembaga yang berbeda. Dalam pertemuan antarbudaya, ada unsur kebudayaan yang diterima dan diolah menjadi kebudayaan sendiri. Hasilnya, ada kebudayaan yang cenderung menunjukkan perubahan secara drastis, namun ada pula yang masih memperlihatkan bentuk aslinya. Interaksi antaretnik lokal menyumbang perubahan dalam kebudayaan yang saling memengaruhi. Ketika budaya kolonial masuk, berlangsung interaksi yang dinamis dengan budaya lokal. Budaya Indis mewarnai arsitektur bangunan pada kota-kota kolonial dan gaya hidup elit pribumi. Selain tema akulturasi di terbitan kali ini, ada pula artikel yang mengulas nilai-nilai dan etos kerja pengrajin tradisional. Di luar kedua tema itu, terdapat dua artikel dengan tema yang berbeda menggambarkan gejolak yang terjadi pada awal revolusi dan pengembangan objek wisata sejarah.

Miftahul Falah, Nina Herlina, dan Kunto Sofianto mengkaji perubahan morfologi kota-kota di Priangan Timur pada Abad XX-XXI. Kota-kota yang dimaksud, yaitu Kota Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya. Perubahan morfologi kota secara genetis dapat ditinjau melalui tata ruang dan infrastruktur kota, simbol kota, bangunan, dan ruang terbuka. Pada awal pertumbuhannya, karena pengaruh struktur kota tradisional, Kota Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya menunjukkan kecenderungan yang sama. Namun, dalam perkembangannya, kecenderungan keberbedaan lebih nampak, yang ditunjukkan dengan pengabaian struktur dan pola kota tradisional menuju kota kolonial. Meskipun demikian, terjadi perpaduan yang mengakomodasikan tata kota tradisional dan kota kolonial. Salah satunya, tampak pada arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi budaya Indis.

Ria Intani T. menulis kehidupan pembatik di Lembur Batik Cimahi. Kecenderungan menurunnya jumlah pembatik diamati oleh penulis. Dari belasan pembatik di sanggar tersebut, kini menyisakan seorang saja. Kebanyakan dari pembatik beralih profesi. Mereka bekerja di sektor informal. Peralihan profesi dilatarbelakangi oleh meningkatnya kebutuhan hidup. Dengan bekerja di sektor informal, mereka mendapat penghasilan yang lebih besar dibandingkan bekerja sebagai pengrajin. Sementara itu, sedikit saja dari pengrajin tetap bertahan. Hal ini boleh jadi dilatari rasa tanggung jawab dan kecintaan yang mendalam dengan dunia perbatikan.

Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, dan Yani Achdiani mengungkap internalisasi nilai-nilai dalam siklus hidup masyarakat Sunda. Pada masyarakat Sunda, sosialisasi nilai-nilai kehidupan bermula ketika masa kanak-kanak melalui kegiatan ngasuh budak. Setelah memasuki usia perkawinan dilakukan upacara ngeuyeuk seureuh yang bertujuan mempersiapkan anak muda menjadi pasangan suami istri. Kemudian, pada masa kehamilan diselenggarakan serangkaian upacara adat kehamilan, sehingga suami istri siap dalam menghadapi masa kehamilan dan menjadi orang tua. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, pendidikan informal pada keluarga melalui upacara tradisional mulai memudar dengan terjadinya perubahan struktur keluarga dan cara pandang terhadap pranata pendidikan.

Dwi Vina Lestari, Nina Herlina Lubis, dan R.M. Mulyadi meneliti gaya hidup elite Minangkabau di Afdeeling Agam (1837-1942). Sejak penetrasi arus kolonial makin intensif, elite Minangkabau di Afdeeling Agam mengalami perubahan, baik dalam hal status, kekuasaan, maupun sumber penghasilan. Gaya hidup elite Minangkabau dipengaruhi oleh adanya akulturasi budaya asli Minangkabau dengan budaya Barat. Gaya hidup elite tradisional Minangkabau yang menduduki jabatan kolonial mencerminkan statusnya sebagai pegawai pemerintah dan pemimpin sukunya masing-masing, sedangkan gaya hidup elite intelektual lebih banyak dipengaruhi budaya Barat. Meskipun demikian, baik elite tradisional maupun elite intelektual tetap menunjukkan identitasnya sebagai orang Minangkabau. Hal tersebut terefleksikan dari praktik keagamaan dan adat-istiadat yang tetap lestari sampai sekarang.

M. Halwi Dahlan menulis gejolak yang terjadi antara pejuang dengan militer Jepang pada permulaan revolusi kemerdekaan. Usaha para pejuang untuk melucuti senjata tentara Jepang terhambat oleh hukum perang internasional tentang tawanan perang. Di beberapa daerah sempat terjadi perampasan persenjataan tersebut, namun berhasil direbut kembali oleh militer Jepang. Militer Jepang yang mempertahankan senjata mereka berdasarkan konvensi Jenewa 1929, berhadapan dengan semangat kemerdekaan dari seluruh rakyat Indonesia. Di Jawa Barat, insiden perlucutan senjata tidak sempat meluas, karena solidnya pimpinan BKR/TKR mengontrol anggotanya.

Lia Nuralia dan Iim Imadudin menganalisis pengaruh akulturasi budaya terhadap dualisme sistem ekonomi masyarakat Kampung Tua di Kecamatan Abung Timur, Kabupaten Lampung Utara. Wujud akulturasi budaya antaretnik tercermin dalam arsitektur bangunan rumah tinggal, dua sistem adat lama (pepadun dan saibatin), benda-benda upacara adat Begawai. Dalam perkembangannya, akulturasi juga berpengaruh pada sistem ekonomi yang bersifat dualistik. Sistem ekonomi tradisional berdampingan modern secara bersamaan. Meskipun nilai-nilai baru masuk dan diterima sebagai akibat perkembangan zaman, nilai tradisi juga dipertahankan sebagai sumber kearifan lokal yang tetap terpelihara hingga saat ini.

Yuzar Purnama mendeskripsikan kehidupan pengrajin cetik di Kabupaten Lampung Barat. Pengrajin cetik jumlahnya tidak banyak. Kenyataan tersebut sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, mereka mengalami dilema antara kebutuhan hidup dengan tanggung jawab melestarikan budaya tradisional. Mereka tetap menggeluti pekerjaan tersebut walaupun hasilnya tidak mencukupi. Kedua, tidak semua orang dapat dengan mudah mempelajari cetik, apalagi untuk memasyarakatkannya. Namun dalam perkembangannya, setelah dimodifikasi dari pentagonis menjadi diatonis, cetik lebih mudah dipelajari. Semangat pengrajin cetik dalam melestarikan seni tradisionalnya dapat menjadi potret kegigihan pelaku pelestari budaya.

Risa Nopianti mengulas makna yang terkandung dalam ritual mulud golok Ciomas yang diselenggarakan setiap tanggal 12 Mulud. Ritual ini berfungsi sebagai ajang silaturahmi para pemilik golok Ciomas. Prosesi ritual ngoles atau ngulas pada golok Ciomas, dan tempa pada besi bakal golok merupakan filosofi bertemunya antara guru dan murid. Ritual yang didukung oleh pelibatan pande golok, pemimpin ritual, dan pemegang pusaka godam Si Denok turut mendorong meningkatnya popularitas golok Ciomas di kalangan masyarakat.

Nandang Firman mendeskripsikan pengembangan Gedung Merdeka sebagai objek wisata. Gedung yang mulanya bernama Societeit Concordia menyimpan sejarah panjang kejayaan Preanger planters hingga menjadi tempat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika 1955. Dengan nilai historisitas yang kuat, gedung ini semestinya dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang patut diperhitungkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menawarkan perlunya penguatan pada atraksi, aksesibilitas, dan amenitas yang ditopang manajemen organisasi yang baik.

Selamat membaca!

ISSN 2085-9937 Patanjala

Volume 9 Nomor 1 Maret 2017

DAFTAR ISI

Morfologi Kota-Kota di Priangan Timur pada Abad XX– XXI; 1 – 14 Studi Kasus Kota Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya Cities Morfologi in East Priangan of The 20th and 21 st Century: A Case Study of Garut, Ciamis and Tasikmalaya Miftahul Falah, Nina Herlina, Kunto Sofianto

Aktor di Balik Selembar Batik 15 – 30 (Studi Kasus di Lembur Batik Cimahi) Actor Behind A Piece of Batik A Case Study in Batik Village, Cimahi Ria Intani T.

Pranata Pendidikan pada Upacara Ngeuyeuk Seureuh, 31 – 44 Upacara Masa Kehamilan, dan Ngasuh Budak Education Institutions on Ngeuyeuk Seureuh Ceremony, Pregnancy Ceremony, and Ngasuh Budak (Child Care) Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani

Gaya Hidup Elite Minangkabau di Afdeeling Agam (1837-1942) 45 – 60 The Life Style of Minangkabau Elite in Afdeeling Agam (1837-1942) Dwi Vina Lestari, Nina Herlina Lubis, R.M. Mulyadi

Konfrontasi Republik Indonesia dengan Militer Jepang 61 – 76 Menjelang Masuknya Sekutu 1945-1946 Confrontation of Indonesia Republic with Japanese Military Ahead of The Entry of The Allies 1945-1946 M. Halwi Dahlan

Pengaruh Akulturasi Budaya Terhadap Dualisme Sistem Ekonomi 77 – 94 Masyarakat Kampung Tua di Kecamatan Abung Timur, Kabupaten Lampung Utara The Effect on Culture Acculturation Toward The Dualism of Kampung Tua Community Economic System in Eastern District of Abung, North District Lampung Lia Nuralia & Iim Imadudin

Antoni Pengrajin Cetik dari Kabupaten Lampung Barat; 95 – 110 Kajian Nilai Etos Kerja Antoni, A Cetik Craftsman from District of West Lampung; A Study on The Work Ethic Value Yuzar Purnama

Makna Ritual Mulud dalam Mewujudkan Popularitas Golok Ciomas 111 – 126 The Ritual Meaning of Mulud in Ciomas Machete Popularity Risa Nopianti

Gedung Merdeka Sebagai Objek Wisata di Kota Bandung 127 – 142 Merdeka Building as A Tourism Object in Bandung Nandang Firman Nurgiansyah & Miftahul Falah

Tinjauan Buku 143 – 145

Biodata Penulis

Pedoman Penulisan

Morfologi Kota-Kota di Priangan..... (Miftahul Falah, Nina H. Lubis, & Kunto Sofianto) 1

MORFOLOGI KOTA-KOTA DI PRIANGAN TIMUR PADA ABAD XX – XXI; STUDI KASUS KOTA GARUT, CIAMIS, DAN TASIKMALAYA

CITIES MORFOLOGI IN EAST PRIANGAN OF THE 20TH AND 21 ST CENTURY: A CASE STUDY OF GARUT, CIAMIS AND TASIKMALAYA

Miftahul Falah, Nina Herlina, Kunto Sofianto Program Studi Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran e-mail: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

Naskah Diterima:4 Januari 2017 Naskah Direvisi:10 Februari 2017 Naskah Disetujui: 17 Februari 2017

Abstrak

Tulisan ini akan mengkaji perubahan Morfologi Kota-Kota di Priangan Timur pada Abad XX-XXI dengan memfokuskan pada Kota Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya. Untuk mencapai tujuan itu, dalam penelitian ini digunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan morfologi kota dengan mengkaji tata ruang dan infrastruktur kota, simbol kota, bangunan, dan ruang terbuka di Kota Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Pada awalnya, struktur dan pola kota ketiganya menunjukkan kecenderungan yang sama karena mendapat pengaruh struktur kota tradisional. Akan tetapi, dalam perkembangannya menunjukkan perbedaan yang terlihat dari struktur dan pola Kota Tasikmalaya yang cenderung mengabaikan struktur dan pola kota tradisional. Unsur-unsur kota kolonial di ketiga kota tersebut cukup nampak sehingga terjadi perpaduan antara kota tradisional dan kota kolonial yang salah satunya terlihat dari bangunan yang mendapat pengaruh budaya indis. Kata kunci: morfologi kota, Garut, Ciamis, Tasikmalaya. Abstract This paper examines the morphology changes of Cities in East Priangan in the 20th and 21st century by focusing on the city of Garut, Ciamis and Tasikmalaya. To achieve that goal, this study uses historical method which includes four stages of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that the growth of the city by studying morphology and spatial infrastructure of the city, a symbol of the city, buildings and open spaces in the city of Garut, Ciamis and Tasikmalaya shows a different trend. At first, the structure and pattern of the three cities showed the same tendency as under the influence of traditional city structures. However, in its development shows the differences seen from the structure and pattern of Tasikmalaya which tends to undermine the structure and pattern of traditional town. The elements of the colonial city in the three cities are quite visible, causing a blend of traditional and colonial city. One of which is visible from the building that received cultural influences of Indies. Keywords: morphology city, Garut, Ciamis, Tasikmalaya.

A. PENDAHULUAN pemusatan dan distribusi pelayanan jasa Kawasan perkotaan merupakan pemerintahan, pelayanan sosial, dan sebuah kawasan yang memiliki kegiatan kegiatan ekonomi (Pontoh & Kustiawan, utama masyarakatnya bukan di sektor 2009: 8). Dengan demikian, harus pertanian. Oleh karena itu, sebuah wila- dibedakan antara kawasan perkotaan yah dikatakan sebagai kawasan perkotaan dengan kota karena istilah terakhir apabila wilayah tersebut memiliki fungsi merujuk pada wilayah yang jauh lebih luas sebagai kawasan pemukiman perkotaan, dari pada istilah pertama. Di sisi lain, 2 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 1-14 dalam struktur pemerintahan daerah, masing-masing wilayah. Oleh karena itu, terdapat istilah kota yang merujuk pada kajian atas morfologi kota Garut, Ciamis, wilayah adiministrasi pemerintahan tingkat dan Tasikmalaya sangat penting dilakukan dua yang dipimpin oleh seorang walikota. untuk melengkapi kajian historis yang Istilah ini tentu saja memiliki pengertian sudah ada sebelumnya. Selain itu, untuk dan makna yang berbeda dengan istilah dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebagaimana dikemukakan oleh Pontoh terhadap rencana tata ruang kota yang dan Kustiawan di atas. Meskipun berbasiskan historis. demikian, dalam tulisan ini, istilah kota ditujukan pula untuk kawasan perkotaan yang menjadi pusat pemerintahan pemerintahan kota dan kabupaten. Di Priangan Timur, terdapat bebe- rapa kota dan kawasan perkotaan utama yang berbanding lurus dengan jumlah wilayah pemerintahan kota dan kabu- paten. Di wilayah ini, terdapat lima kota dan kawasan perkotaan yang menjadi pusat Gambar 1. Lokasi Kota Garut, Tasikmalaya, pemerintahan kota atau kabupaten yaitu dan Ciamis Kota Garut, Ciamis, Kota Tasikmalaya, Sumber: M. Buys. 1891. Batavia, Buitenzorg, Kota Banjar, dan Kota Parigi. Kota-kota en de Preanger; Gids voor Bezoekers en tersebut telah tumbuh sedemikian rupa Toeristen. Batavia: G. Kolff & Co. sehingga memperlihatkan pola kota seperti saat ini. Tiga kota pertama, akan menjadi 2. METODE PENELITIAN objek kajian tulisan ini.1 Pertumbuhan Metode penelitian yang diper- tersebut sudah tentu mendapat pengaruh gunakan dalam penelitian ini adalah dari berbagai faktor, antara lain sejarahnya, metode sejarah yakni “The process of demografi, politik, ekonomi, sosial, dan citically examining and analyzing the budaya. Menarik untuk diteliti bagaimana records and survivals of the past. The perubahan morfologi ketiga kota tersebut imaginative reconstruction of the past from pada Abad XX melalui kajian bentuk the data derived by the process is called struktur, pola, dan simbol kota? historiography” (Gottschalk, 1968: 48). Dengan menggunakan pendekatan Dalam tataran operasional, metode sejarah morfologi kota, artikel ini dapat men- dilakukan dalam empat tahap. Pertama jelaskan secara historis perubahan mor- heuristik yakni proses mencari, fologi Kota Garut, Ciamis, dan Tasik- menemukan, dan menghimpun sumber malaya pada Abad XX. Kajiannya sejarah yang relevan dengan pokok difokuskan pada bentuk struktur dan pola masalah yang sedang diteliti. Heuristik kota (tata ruang kota), serta simbol kota dilakukan di berbagai perpustakaan, antara sebagai salah satu unsur pembentuk lain di Perpustakaan Nasional Republik identitas kota. Pemilihan ketiga kota Indonesia (Jakarta), Perpustakaan Pusat tersebut berdasarkan pada fakta historis TNI Angkatan Darat (Bandung), bahwa ketiganya memiliki sejarah yang Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Barat sangat panjang sebagai pusat aktivitas (Bandung), Perpustakaan Pusat Universitas politik, ekonomi, sosial, dan budaya di Padjadjaran (Bandung), Universiteits bibliotheek Leiden, Koninklijk Bibliotheek

(Den Haag), dan Bibliotheek Museum 1 Kajian morfologi ketiga kota tersebut merupa- kan bagian dari penelitian disertasi yang Volkenkunde (Leiden). Selain itu, heuristik mengkaji Pertumbuhan Morfologi Kota-Kota pun dilakukan dengan menelusuri sumber Pusat Pemerintahan di Priangan pada Abad di Arsip Nasional Republik Indonesia XX-XXI. (Jakarta), Nationaal Archief (Den Haag), Morfologi Kota-Kota di Priangan..... (Miftahul Falah, Nina H. Lubis, & Kunto Sofianto) 3 dan Tropenmuseum Royal Instituut menunjukkan perbedaan dengan penelitian (Amsterdam). ini. Dari heuristik yang telah dilakukan, Beberapa tulisan yang terdapat selain memeroleh sumber primer, juga dalam jurnal ilmiah, menyinggung ketiga diperoleh beberapa sumber sekunder kota yang dikaji dalam artikel ini. Pada berupa buku, disertasi, dan artikel ilmiah. 2009, Miftahul Falah menulis sebuah Beberapa buku menunjukkan keterkaitan artikel berjudul “Pertumbuhan Kota topik dengan artikel ini antara lain Garut Tasikmalaya (1820-1942); Dari Kota Kota Intan (Kunto Sofianto, 2001), Distrik menjadi Kota Kabupaten” yang Sejarah Kota Tasikmalaya, 1820-1942 diterbitkan oleh jurnal Metahumaniora. (Miftahul Falah, 2010), Sejarah Kota-Kota Pada 2012, penulis yang sama, menulis Lama di Jawa Barat (Nina Herlina Lubis artikel berjudul “Pers di Kota Tasikmalaya, et al., 2013), dan Sejarah Kabupaten 1900-1942” yang diterbitkan oleh jurnal Ciamis (Nina Herlina Lubis et al., 2013). Sosiohumaniora. Kedua artikel tersebut Buku-buku tersebut menguraikan secara memiliki kesamaan objek kajian dengan komprehensif pertumbuhan kota/kabupaten artikel ini, tetapi uraiannya tidak secara menyeluruh yang meliputi aspek membahas perubahan morfologi Kota politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Tasikmalaya. Sementara artikel ini Pertumbuhan morfologi kota tidak menjadi bertujuan mengkaji pertumbuhan kajian utama dalam buku-buku tersebut, morfologi Kota Tasikmalaya. sementara artikel ini bertujuan melakukan Dalam spasial yang luas, Mumuh kajian pertumbuhan kota secara Muhsin Zakaria menulis artikel berjudul morfologis. “Priangan Abad Ke-19, Tinjauan Sejarah Ada dua disertasi yang berkaitan dan Demografi” yang diterbitkan oleh dengan objek kajian dalam artikel ini. jurnal Metahumaniora pada 2010. Penulis Ronald Gilbert Gill pada 1995, menulis yang sama, menulis sebuah artikel disertasi yang berjudul De Indische Stad Dinamika Sosial Ekonomi Priangan Abad op Java en Madoera; Een Morfologische Ke-19 yang diterbitkan oleh jurnal Studie van haar Ontwikkeling yang Sosiohumaniora pada 2011. Kedua artikel membahas perkembangan dan struktur tersebut, menyinggung Kota Garut, bangunan bergaya Belanda, perencanaan Ciamis, dan Tasikmalaya, tetapi secara kota, dan penempatan alun-alun dalam spesifikasi tidak menjelaskan pertumbuhan konstelasi tata ruang kota-kota di Jawa dan morfologi ketiga kota tersebut. Madura. Dalam ruang terbatas, disertasi Dengan demikian, keempat artikel hanya menyinggung sepintas tata ruang ilmiah tersebut menunjukkan perbedaan Kota Garut dan Ciamis, karena objek dengan artikel ini. Dari sumber-sumber kajian disertasi ini kota-kota di Jawa sekunder/kontemporer tersebut, pertum- Tengah dan Jawa Timur. buhan morfologi Kota Garut, Ciamis, dan Lely Yulifar, di bawah arahan A. Tasikmalaya belum ada yang mengkaji. Sobana Hardjasaputra sebagai promotor, Umumnya, kajian yang dilakukan bersifat melakukan penelitian untuk penulisan general history atau thematic history. disertasi berjudul Kabupaten Galuh- Selain menghimpun sumber melalui Ciamis, 1809-1942. Dalam disertasi yang library research, proses heuristik berhasil dipertahankan pada 2014 itu, Lely dilakukan juga dengan melakukan field memfokuskan kajiannya pada dinamika reseach dilakukan untuk menghimpun Kabupaten Galuh yang pada 1 Januari jejak historis di kota-kota yang menjadi 1926 berubah nama menjadi Kabupaten kajian dalam penelitian ini. Pada saat Ciamis. Aspek morfologi Kota Ciamis sumber sejarah telah terhimpun, proses tidak dikaji secara khusus sehingga metode sejarah berlanjut dengan mela- kukan kritik sumber baik kritik ekstern 4 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 1-14

(untuk menentukan otentisitas sumber) urutan-urutan dalam pembentukan kota maupun kritik intern (untuk menentukan tersebut (Antariksa, 2008). Perubahan- kredibilitas sumber). Hasil kritik tersebut perubahan tata ruang kota tersebut adalah fakta sejarah yang kemudian dipengaruhi tiga faktor, yaitu dasar ekologi diinterpretasi yakni proses menafsirkan yang menguntungkan, teknologi maju baik secara verbalistis, teknis, faktual, (relatif pada bentuk-bentuk pra-perkotaan) logis, maupun psikologis. Hasil penafsiran dalam kedua suasana, baik agrikultur mau- tersebut kemudian dituangkan dalam pun non-agrikultur, dan organisasi sosial sebuah kisah sejarah yang ditulis secara yang kompleks dan di atas segalanya ada kronologis. Dalam penulisan kisah sejarah struktur kekuasaan yang betul-betul tersebut, diperlukan imajinasi untuk berkembang (Sjoberg, 1965). menghidupkan kisah masa lampau tersebut dalam bentuk historiografi. C. HASIL DAN BAHASAN Untuk menghasilkan historiografi 1. Priangan Timur dalam Arus Sejarah yang bersifat deskriptif-analitis, pende- Secara geografi, Priangan Timur katan yang dipergunakan dalam artikel ini merupakan wilayah geografis paling timur adalah morfologi kota. Secara teoretis, dari sebuah wilayah yang bernama fisik kota dapat terbentuk secara alamiah Priangan.2 Munculnya Priangan seiring dan dibuat melalui perencanaan. Kota jenis dengan keruntuhan Kerajaan Sunda pada pertama, tumbuh tanpa perencanaan, tetapi 1579 (Djajadiningrat, 1913/1983:102-103) dalam rentang waktu yang panjang tumbuh yang salah satu dampaknya adalah menjadi besar karena wilayahnya yang memunculkan pusat politik baru di Tatar subur dan memiliki penduduk yang ulet Sunda, di antaranya Sumedanglarang di dalam hubungannya dengan alam. Kota bawah pimpinan Prabu Geusan Ulun jenis kedua dibuat dengan perencanaan (Ekadjati (ed.), 1984:102; Lubis, 1998). atas perintah penguasa (pribumi atau Setelah tahta Kerajaan Sumedanglarang kolonial) untuk kepentingan tertentu diserahkan kepada Pangeran Suriadi- (Antariksa, 2008). Beberapa kota di wingsa I, pada 1620 eksistensi Kerajaan Priangan masuk ke dalam tipe kota yang Sumedanglarang lenyap dan hanya ber- dibangun atas perintah penguasa (kolonial) status sebagai kebupaten di bawah meskipun dalam tata ruang kota masih pengaruh politik Kesultanan Mataram memperlihatkan ekspresi sistem (Ekadjati, 1982: 257). Seiring dengan itu, keagamaan, sosial, dan budaya serta hubungan dengan lingkungan dalam 2 Priangan sebagai nama wilayah geografis di bentuk penataan komponen-komponen Jawa Barat sudah dikenal sejak abad XVII. kota di dalam ruang-ruang tertentu. Untuk Nama Priangan digunakan hingga sekarang memahami morfologi kota-kota di meskipun luas dan batas-batas wilayah ini Priangan jelas dibutuhkan pemahaman berubah-ubah. Luas wilayah Keresidenan yang utuh mengenai perubahan tata kota Priangan pada abad XIX kurang lebih secara diakronis. Perubahan tata kota yang seperenam Pulau Jawa (21.524 km2). Batas- terjadi di kota-kota pusat pemerintahan di batas wilayah Keresidenan Priangan adalah Priangan tidak dapat dilepaskan dari Keresidenan Batavia dan Cirebon di sebelah adanya perubahan sosial budaya Utara, Keresidenan Cirebon dan Banyumas di masyarakatnya, termasuk di dalamnya sebelah Timur, Samudera Hindia di sebelah selatan dan barat daya, dan Keresidenan perubahan pandangan terhadap alam Banten di sebelah Barat. Sementara itu, lingkungannya. Hal tersebut sejalan batas-batas alam wilayah ini adalah Gunung dengan pendapat yang mengatakan bahwa Salak & Gunung Gede, Sungai Citanduy di pada masa lalu, tata kota terwujud tidak sebelah Timur, Samudera Indonesia di secara instan, melainkan berjalan setahap sebalah Selatan, dan Pelabuhanratu dan demi setahap, sehingga dapat dikenali Ciletu di sebelah Barat (Muhsin, 2011: 9; Stibbe, 1919: 503). Morfologi Kota-Kota di Priangan..... (Miftahul Falah, Nina H. Lubis, & Kunto Sofianto) 5 nama Sumedanglarang berubah nama dijadikan sebagai salah satu wilayah menjadi Priangan.3 Wilayah Priangan,4 pemerintahan setingkat keresidenan.5 menjadi ajang perebutan di antara tiga Dalam kurun waktu 1800-1925, kekuatan, yaitu Banten, Mataram, dan perubahan wilayah pemerintahan di VOC. Dari ketiga kekuatan politik Priangan berjalan sangat dinamis. Pada tersebut, VOC tampil sebagai penguasa di 1925, Keresidenan Priangan dipecah Priangan setelah menerima wilayah menjadi tiga afdeeling, yaitu Priangan Priangan dari Mataram pada 19-20 Barat, Priangan Tengah, dan Priangan Oktober 1677 dan pada 5 Oktober 1705 Timur. Ketiga wilayah afdeeling itu hanya (van Rees, 1880: 50-55). Setelah VOC bertahan dari 1926-1931. Pada 1931, dibubarkan pada 1799, kekuasaan atas Pemerintah Hindia Belanda menghapus wilayah Priangan diambil alih oleh Afdeeling Priangan Barat, Priangan Pemerintah Hindia Belanda dan Priangan Tengah, dan Priangan Timur. Afdeeling West-Priangan digabung dengan Afdeeling Buitenzorg dan Afdeeling Midden dan Oost Priangan disatukan dengan nama Afdeeling Priangan. Pada tahun 1937, 3 Hageman (1869: 180-181) telah nama afdeeling diganti oleh residentie mengumpulkan arti kata ataupun asal-usul untuk menamai wilayah pemerintahan di nama Priangan dari berbagai sumber, salah bawah propinsi (Kleine, 1931: 134; satunya adalah sebagai berikut: kata priangan Dienaputra, 2004: 189; , 2002: 68). berasal dari kata prayangan yang artinya Dengan adanya reorganisasi tahun 1931, “memberikan atau menyerahkan dengan hati wilayah Residentie Priangan hanya yang suci”. Rupanya istilah ini dikaitkan meliputi lima kabupaten yaitu Bandung, dengan penyerahan diri Aria Suriadiwangsa Sumedang, Garut, Tasikmalaya, dan kepada Sultan Mataram ini. Dalam sumber- 6 sumber Belanda istilah ini mulai disebut Ciamis serta Staatsgemeente Bandung sekitar perempatan terakhir abad ke-17. (Dienaputra, 2004: 189; de Kleine, 1931: Menurut Otto van Rees (1880: 2), istilah ini 134; Suharto, 2002: 68). disebut-sebut oleh Komandan Jacob Couper tahun 1684 ketika ia atas perintah Gubernur Jenderal VOC memberikan acte van aan- 5 Pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal H. stellingen kepada para bupati Priangan. W. Daendels (1808-1811), Priangan menjadi Semen-tara itu, Ajatrohaedi (1969, No. 187: Pre-fectuur Preanger Regentscappen. Pada 23 & No. 195: 13) mengatakan bahwa istilah masa kekuasaan Raffles, Priangan dijadikan priangan merupakan sebuah kontraksi dari sebagai salah satu keresidenan berdasarkan kata parahyangan yang artinya “tempat Resolusi tertanggal 10 Agustus 1815. tinggal hyang (leluhur) yang harus Dibentuknya pembagian wilyah administratif dihormati”. seperti ini dimaksudkan selain untuk 4 Wilayah Priangan sangat subur karena kepertingan politik dan keamanan juga untuk merupakan daerah vulkanis yang dibentuk kepentingan ekonomi. Pada waktu itu, ibu oleh gunung-gunung berapi dengan kota Keresidenan Priangan di Cianjur. Pada ketinggian antara 1.800 hingga 3.000 m di 1864, ibu kota Keresidenan Priangan atas permukaan laut. Gunung-gunung dipindahkan ke Bandung berdasarkan Besluit tersebut di antaranya adalah Gunung Gede, Tanggal 17 Agustus 1864 No. 18 (de Klein, Gunung Galunggung, Gunung Papandayan, 1931: 12, 92). Keresidenan Priangan terdiri Gunung Salak, Gunung Burangrang, Gunung atas lima kabupaten, yaitu Cianjur, Bandung, Tangkuban Perahu, Gunung Guntur, dan Sumedang, dan Parakanmuncang, dan Gunung Cikuray. Kondisi alam itulah yang Sukapura (van Rees, 1869: 110-113; 129). mengakibatkan wilayah Priangan memiliki 6 Sebelum dimasukkan ke wilayah Priangan, pegunungan dan gunung api yang cukup Kabupaten Ciamis merupakan bagian dari banyak, suatu keadaan yang sangat jarang wilayah Keresidenan Cirebon. Sejak 1915, ditemukan di belahan dunia lainnya (Stibbe, Kabupaten Ciamis menjadi bagian dari 1919: 503). Keresidenan Priangan. 6 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 1-14

Kekuasaan Belanda di Priangan selanjutnya, wilayah pemerintahan ini berakhir tahun 1942 seiring dengan dihilangkan. Namun demikian, nama pengambilalihan wilayah Indonesia oleh Priangan tetap hidup dalam memori Jepang. Berdasarkan UU No. 29 Tahun kolektif masyarakat. 1942, Priangan dijadikan sebagai salah Meskipun perubahan wilayah satu syuu di Pulau Jawa dengan nama pemerintahan di Priangan berjalan sangat Priangan Syuu sebagai pengganti Resi- dinamis, namun sejak abad XX, pusat dentie Preanger (Kanpo, 1942: 10). Pada 2 pemerintahan Kabupaten Garut, Kabupaten September 1942 Kolonel Matsui diangkat Ciamis, dan Kabupaten Tasikmalaya tidak sebagai Syuucokan di Priangan, dengan mengalami perubahan, yakni di Kota wakilnya (Fuku Syucokan) adalah R. Garut, Kota Ciamis, dan Kota Tasikmalaya Puradireja (Tjahaja, 2 September, 1942: 1; (sejak 1901). Sebagai pusat pemerintahan, Kurasawa, 1993: 509). Setelah sudah tentu ketiga kota tersebut secara kemerdekaan Indonesia diproklamasikan morfologis berkembang relatif lebih tanggal 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan dinamis dibandingkan dengan kawasan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) perkotaan lainnya di Priangan Timur. mengadakan sidang di bekas gedung Raad Pertumbuhan morfologi ketiga kota van Indie pada tanggal 18 Agustus 1945. tersebut sebagai jawaban atas kebutuhan Dalam sidang itu ditetapkan Undang- penduduk kota terhadap pemukiman, pusat Undang Dasar Republik Indonesia (UUD rekreasi, pusat ekonomi, dan jaringan 1945), memilih Ir. dan Drs. transportasi. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, 2. Tata Ruang dan Infrastuktur membentuk Panitia Kecil yang diketuai Kawasan Perkotaan oleh Otto Iskandar di Nata yang akan Menurut Kunto Sofianto (2001: 11- bertugas menyusun rencana mengenai hal- 12), perkembangan fisik kawasan hal yang perlu segera mendapat perhatian perkotaan Garut dibagi dalam tiga periode pemerintah Republik Indonesia (Priangan yaitu periode pertama (1813-1920) yang Syuu, 20 Agustus 1945). menunjukkan perkembangan fisik kota Sebagai realisasi UUD 1945 dan PP secara linier. Pada periode ini, Pemerintah No. 2 tahun 1945 itu di Jawa Barat Hindia Belanda membangun berbagai kemudian dibentuk 5 keresidenan, 18 prasarana dan sarana perkotaan untuk kabupaten, dan 5 kotapraja. Kelima mengamankan kepentingannya di Kota keresidenan yang dibentuk itu adalah Garut. Pemukiman penduduk dibangun Keresidenan Banten, Jakarta, Priangan, memanjang mengikuti Societeit Straat (Jln. Bogor, dan Cirebon. Untuk menjalankan Societeit) ke arah Timur. Periode kedua roda pemerintahan di KNID Priangan (1920-1940) yang ditandai dengan memilih dan mengangkat R. Puradireja pertumbuhan kota yang cenderung sebagai Residen Priangan. Masing-masing berbentuk konsentris. Beberapa keresidenan terdiri atas beberapa infrastruktur kota mulai dibangun yang kabupaten dan kotapraja. Keresidenan lokasinya berada di pusat perkotaan. Priangan terdiri atas lima kabupaten dan Beberapa prasarana dan sarana perkotaan satu kotapraja, yaitu Kabupaten Bandung, dibangun oleh pemerintah, antara lain Garut, Sumedang, Tasikmalaya, dan stasiun kereta api, sekolah-sekolah, apotek, Ciamis, serta Kotapraja Bandung kantor pos, hotel, dan pertokoan yang (Indonesia, 1953: 50-153). Pada masa mayoritas dimiliki oleh orang-orang Cina, Pemerintahan RI, pada awalnya peme- Eropa, Jepang, dan India. Sementara itu, rintahan keresidenan dipertahankan de- pusat perekonomian masyarakat pribumi ngan istilah Wilayah Pembantu Gubernur. tetap di pasar. Dengan perubahan fisik kota Akan tetapi, dalam perkembangan seperti itu, kawasan perkotaan Garut Morfologi Kota-Kota di Priangan..... (Miftahul Falah, Nina H. Lubis, & Kunto Sofianto) 7 berkembang tidak hanya sebagai pusat Periode ketiga berlangsung dalam pemerintahan, melainkan juga sebagi pusat kurun waktu 1940-1960 yang menun- perekonomian, pendidikan, dan menjadi jukkan kecenderungan berkembang salah satu destinasi pariwisata. mengikuti teori inti berganda. Kondisi tersebut dapat dilihat adanya zona-zona perdagangan, pendidikan, pemukiman, dan kecenderungan pertumbuhan pen- duduknya. Pemukiman tidak hanya terkonsentrasi di sekitar pusat kota (wilayah sekitar alun-alun dan Jln. Jenderal A. Yani), melainkan juga dibangun di sekitar pusat kota, antara di Desa Kota

Kulon dan Desa Kota Wetan. Kedua wilayah pemukiman ini merupakan penyangga pusat kota sehingga orientasinya tetap ke pusat kota. Pusat- pusat pemukiman dibangun mengikuti arah jalan regional dan subregional sehingga Garut berkembang sebagai sebuah finger city. Kecenderungan ini dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas sehingga bisa Gambar 2. Hotel Papandayan (1915) dan Hotel memperlancar pergerakan orang maupun Villa Dolce (1930) barang. Pertumbuhan kota Garut Sumber: KITLV Collection. Colonial sebagaimana diuraikan tersebut, dapat Collection – KIT. Code Image 151253 dan 35795. Leiden: Universiteitsbibliotheek dilihat pada peta berikut. Leiden.

Gambar 4. Perubahan Fisik Kota Garut Tahun Gambar 3. Pasar Pribumi (1930) dan Toko 1850 - 1967 Jepang di Garut (1940) Sumber: Sofianto, 2001: 174. Sumber: KITLV Collection. Colonial

Collection – KIT. Code Image 119684 dan 5913. Leiden: Universiteitsbibliotheek Leiden. Dari peta tersebut jelas terlihat bahwa pertumbuhan pemukiman di Kota Garut menunjukkan kecenderungan ke arah selatan-timur. Hal tersebut dapat 8 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 1-14 dipahami karena tanahnya datar, se- dangkan ke arah utara-barat sulit untuk dijadikan sebagai peukiman mengingat terdapat gunung.

Gambar 5. Peta Topografi Pusat Kota Garut

dan Tasikmalaya pada Abad Ke-20 Sumber: Ronald Gilbert Gill. 1995. De Indische Stad Gambar 6. Pola Tata Ruang Pusat Kota Ciamis dan op Java en Madoera; Een Morfologische Studie van Tasikmalaya pada Abad Ke-20. haar Ontwikkeling. Delft: Technische Universiteit Sumber: Ronald Gilbert Gill. 1995. De Indische Stad Delft. Hlm. 210; Koleksi Arsip Kartografi Indonesia op Java en Madoera; Een Morfologische Studie van 1913-1946. No. 744/Blad 49 n/24. Jakarta: ANRI. haar Ontwikkeling. Delft: Technische Universiteit Delft. Hlm. 200; Diolah dari Koleksi Arsip Sementara itu, pada awal Abad XX, Kartografi Indonesia 1913-1946. No. 744/Blad 49 secara morfologis tata ruang Kota Ciamis n/24. Jakarta: ANRI. memperlihatkan pola kota lurus dengan pusatnya alun-alun yang meminjam istilah Pada Abad XIX, prasarana trans- R. G. Gill (1995: 200) dinamai horizontale portasi di Kota Garut umumnya masih ladder-structuur (struktur tangga berupa jalan tanah yang dipadatkan. horisontal). Pola kota seperti menunjukkan Kondisinya semakin membaik seiring bahwa sentral kota berada di alun-alun dan ditemukannya aspal untuk mengeraskan bangunan pemerintahan serta pemukiman jalan. Jaringan jalan di Kota Garut pada secara berjenjang ditempatkan membujur umumnya sudah bagus sehingga mem- ke arah barat dan timur sehingga perlancar pergerakan manusia dan barang. membentuk kawasan perkotaan yang Memasuki Abad XX, infrastruktur kota di horisontal. Garut semakin berkembang karena kedudukannya sebagai salah satu destinasi wisata.

Morfologi Kota-Kota di Priangan..... (Miftahul Falah, Nina H. Lubis, & Kunto Sofianto) 9

memiliki fungsi yang berbeda dengan alun-alun masa lampau. Apa sebenarnya alun-alun itu? Dalam Encyclopedie van Nederlandsch Indie (Paulus, 1917: 31) dituliskan bahwa di hampir setiap tempat kediaman bupati atau kepala distrik di Pulau Jawa, selalu dijumpai sebuah lapangan rumput yang luas, yang dikelilingi oleh pohon beringin di Gambar 7. Pengkolan dan Trem di Kota Garut Tahun 1930 tengahnya. Lapangan inilah yang Sumber: KITLV Collection. Colonial dinamakan ‘alun-alun’. Di Jawa Barat juga Collection – KIT. Code Image 1402233 dan terdapat alun-alun kecil di depan rumah 181842. Leiden: Universiteitsbibliotheek kepala desa, tetapi tidak setiap alun-alun Leiden. terdapat pohon beringin. Mesjid sering terdapat di sebelah barat dari alun-alun.

Gambar 9. Alun-alun Garut (1890) dan Alun- alun Ciamis (1933). Gambar 8. Jalan Utama dan Jalan Talun di Sumber: KITLV Collection. Colonial Collection – Garut, Tahun 1930 KIT. Code Image 106902. Leiden: Sumber: KITLV Collection. Colonial Universiteitsbibliotheek Leiden; Aloen-Aloen in Collection – KIT. Code Image 11913 dan Tjiamis. 1933. Koleksi Tropenmuseum. Amsterdam. 11914. Leiden: Universiteitsbibliotheek Leiden. Pada masa pra-kolonial, alun-alun merupakan bagian tak terpisahkan dari Selain itu, banyaknya areal perke- kompleks keraton atau tempat tinggal bunan di Garut Selatan menjadikan Kota penguasa daerah. Alun-alun merupakan Garut sebagai tempat penyimpanan hasil daerah sakral tempat pertemuan antara raja perkebunan. Hal tersebut memerlukan dengan para bawahannya atau kalau di prasarana dan sarana transportasi yang daerah antara bupati dengan para memadai. Untuk mendukung pergerakan bawahannya. Berbagai acara ritual, di- manusia dan barang, pemerintah mem- laksanakan di alun-alun sehingga alun-alun bangun jaringan transportasi trem se- tidak bisa disamakan dengan sebutan hingga mejadikan Garut lebih “ramai” lagi. sekarang “taman kota”. Alun-alun Baik di Kota Garut maupun Ciamis, merupakan pusat tata kota tradisional yang tata ruang kotanya masih menjadikan alun- dikelilingi oleh bangunan-bangunan sakral alun sebagai pusat aktivitas warganya. yakni keraton atau pendopo yang Namun demikian, saat ini alun-alun 10 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 1-14 melambangkan pusat kekuasaan mikro- karena bukanlah lagi sebagai tempat sakral kosmos dan mesjid sebagai lambang pusat (tempat pertemuan bupati dengan ba- kekuasaan makrokosmos. Posisi keraton wahan atau rakyatnya), melainkan difung- atau pendopo biasanya menghadap ke sikan sebagai taman kota, seperti yang Utara atau menghadap ke sebuah gunung terjadi di Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. yang dianggap keramat (Handinoto, 1992). Alun-alun di ketiga kota tersebut benar- benar telah berubah fungsi menjadi ruang publik, bukan lagi sebagai ruang sakral tempat “bercengkeramanya” bupati dengan rakyatnya (Handinoto, 1992).

4. Simbol-Simbol Kawasan Perkotaan Simbol kota merupakan simbol- simbol yang terbuka untuk umum sehingga masyarakat dapat mengaksesnya dan mencakup keseluruhan simbol, termasuk di dalamnya rumah-rumah penduduk (Nas, 1993: 61). Berkaitan dengan konsep itu, ada simbol kota yang memiliki keterkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu, ada juga simbol kota yang bersifat netral atau tidak terkait dengan kelompok masyarakat tertentu. Simbol kota menjadi salah satu media untuk mengenali identitas budaya Gambar 10. Pendopo Garut (1900) dan sebuah kota. Artinya, ketika suatu daerah Pendopo Tasikmalaya (1923). memiliki ciri khas tertentu yang kemudian Sumber: KITLV Collection. Colonial Collection – disimbolisasikan dalam bentuk monumen, KIT. Code Image 116454. Leiden: Universiteitsbibliotheek Leiden; Data Informasi gerbang kota, lambang kota, atau Arsip Foto. Koleksi KIT Wilayah Jabar. No. bangunan khas, maka masyarakat akan Inventaris. 0186/028. Jakarta: Arsip Nasional RI. tahu keterkaitan simbol-simbol itu dengan daerah tempat simbol kota itu dibangun. Pada masa kolonial, Pemerintah Hindia Belanda membiarkan keberadaan alun-alun karena dipandang dapat di- manfaatkan untuk kepentingan politiknya. Namun demikian, fungsi alun-alun sedikit demi sedikit mengalami pergeseran karena mulai dipakai sebagai kegiatan yang bersifat profan. Alun-alun sering dipergunakan sebagai pusat aktivitas Gambar 11. Monumen K. F. Holle di Alun- masyarakat kota, antara lain olah raga, Alun Garut (1910), Monumen Rafflesia di pertunjukan seni, dan sebagainya. Untuk Alun-Alun Ciamis; serta Monumen Mak Eroh kepentingan politiknya, Pemerintah Hindia dan Abdul Rojak di Alun-Alun Tasik. Belanda membangun rumah dan/atau Sumber: Monument van Karel Frederik Holle, Theeplanter, te Garoet. 1910. Colonial Collection – asisten residen di sekitar alun-alun juga. KIT. Code Image 103922. Leiden: Bibliotheek Hal itu dilakukan karena pemerintah Universiteit Leiden – KITLV Collection; kolonial memahami betul bahwa alun-alun Dokumentasi Peneliti, 2015. dengan bangunan sakral di sekitarnya merupakan pusat kekuasaan tradisional Di Garut, yang dikenal dengan (Handinoto, 1992). Ketika NKRI berdiri, perkebunan-perkebunan tehnya di daerah alun-alun benar-benar diubah fungsinya Garut Selatan, menjadikan daerah tersebut Morfologi Kota-Kota di Priangan..... (Miftahul Falah, Nina H. Lubis, & Kunto Sofianto) 11 banyak dikunjungi oleh wisatawan. Di sisi Di Kota Tasikmalaya, yang dikenal lain, keberadaan perkebunan-perkebunan dengan julukan kota santri, dibangun itu menjadikan Garut sebagai salah satu beberapa monumen yang memperlihatkan kabupaten penting dalam kaca mata politik nilai religi yang begitu kuat, antara lain ekonomi pemerintah kolonial. Masyarakat Monumen Asmaul Husna di ujung sebelah tahu bahwa ketika berbicara perkebunan di Selatan Jln. K. H. Mustofa (persimpangan Garut, maka selalu dikaitkan dengan Nagarawangi). Sementara di Bundaran Jln. seorang Belanda yang bernama Karel Mangkubumi-Ir. Juanda, dibangun sebuah Frederick Holle. Dialah yang merintis tugu peringatan perjuangan K. H. Zainal pembukaan perkebunan di Garut Selatan. Mustofa yang berjuang melawan Jepang Untuk mengenang jasanya, dibuatkanlah pada 1943. Menarik disimak bahwa di atas sebuah monumen di alun-alun Garut tugu atau monumen, baik yang lama berbentuk lingga yang diberi gambar maupun yang baru selalu ada lafadz Allah. wajah K. F. Holle. Hal ini merupakan penegasan terhadap Alun-alun Kota Ciamis dan Kota julukan sebagai Kota Tasikmalaya sebagai Tasikmalaya pun memiliki monumen yang kota santri. menggambarkan karakteristik kota Selain monumen yang menunjuk- tersebut. Alun-alun Kota Ciamis diper- kan perbedaan, terdapat juga monumen indah dengan monumen Bunga Rafflesia yang menunjukkan makna sama, yaitu sehingga alun-alun tersebut dikenal juga monumen Adipura sebagai simbol keber- dengan Taman Rafflesia. Sementara itu, hasilan meraih penghargaan dalam ke- alun-alun Kota Tasikmalaya dilengkapi bersihan kota. Pembangunan tugu tersebut dengan sebuah monumen yang berkaitan seakan menjadi keseragaman karena di dengan peraih Kalpataru, yakni Mak Eroh puncak tugu pasti terdapat replika piala dan Abdul Rojak. Adipura. Baik di Garut, Ciamis, maupun Selain monumen yang terletak di Tasikmalaya, dalam monumen tersebut alun-alun, kawasan perkotaan Garut dan tidak terdapat diorama yang menggam- Tasikmalaya diperindah pula dengan barkan perjuangan meraih Adipura. monumen-monumen yang memiliki hu- Pembangunan monumen tersebut lebih bungan dengan kondisi, karakter, atau ditujukan untuk mengingatkan masyarakat peristiwa tertentu. Di Garut, misalnya, tentang pentingnya menjaga kebersihan cukup banyak dibangun monumen yang dan keindahan kota. pada umumnya berkaitan dengan nilai-nilai historis kawasan perkotaan Garut, salah satunya monumen “Garut Kota Intan” di Simpang Kerkhof, Kota Garut. Monumen itu berbentuk tugu yang di puncaknya dibuatkan bentuk intan berwarna merah.

Gambar 13. Monumen Adipura di Kota Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2015.

D. PENUTUP

Gambar 12. Monumen Garut Kota Intan dan Dari pemaparan yang telah Monumen Pahlawan Nasional K. H. Z. dilakukan dapat disimpulkan bahwa secara Mustofa serta Monumen Asmaul Husna di morfologis, pertumbuhan kota Garut, Kota Tasikmalaya Ciamis, dan Tasikmalaya menunjukkan Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015 dan 2016. kecenderungan yang berbeda meskipun 12 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 1-14 sama-sama berangkat dari kota tradisional. Plein, vermoedelijk de aloen-aloen te Garoet. Dari aspek tata ruang kota, Kota 1890. Tasikmalaya sangat berbeda dengan Kota KITLV Collection. Colonial Collection – Garut dan Camis. Hal tersebut dapat dilihat KIT. Code Image 106902. Leiden: dari unsur pembentuk kota yang tidak Universiteisbibliotheek Leiden. sesuai dengan konsep tata ruang kota Staatsblad van Nederlandsch-Indie. No. tradisional. Selain itu, beberapa simbol 674/1918; No. 216/1922; No. 79/1924; kota menunjukkan keseragaman meskipun No. 386/1925; No. 387/1925; No. secara artistik memiliki perbedaan makna. 388/1925; No. 389/1925; No. 390/1925; Monumen-monumen yang dibangun di No. 391/1925; No. 392/1925; No. 369/1926. ketiga kota tersebut menunjukkan adanya keterkaitan dengan karakter masyarakat, Straatweg langs Hotel Villa Dolce met de julukan pihak luar terhadap kota tersebut, dependance van het hotel, Garoet. 1930. dan persitiwa yang pernah terjadi di kota- KITLV Collection. Colonial Collection – kota tersebut. KIT. Code Image 35795. Leiden: Universiteisbibliotheek Leiden.

DAFTAR SUMBER Taloenweg te Garoet. 1930. 1. Arsip, Fotografi, Kartografi, dan Sumber KITLV Collection. Colonial Collection – Resmi Tercetak KIT. Code Image 11914. Leiden: Aloen-Aloen in Tjiamis. 1933. Universiteisbibliotheek Leiden. Koleksi Tropenmuseum. Amsterdam. Tasikmalaja. De Pengkollan te Garoet. 1905. Koleksi Arsip Kartografi Indonesia 1913- KITLV Collection. Colonial Collection – 1946. No. 744/Blad 49 n/24. Jakarta: KIT. Code Image 1402233. Leiden: ANRI. Universiteisbibliotheek Leiden. Tram te Garoet 1930. De regentswoning te Garoet. 1900. KITLV Collection. Colonial Collection – KITLV Collection. Colonial Collection – KIT. Code Image 181842. Leiden: KIT. Code Image 116454. Leiden: Universiteisbibliotheek Leiden. Universiteisbibliotheek Leiden. Woning van de assistent-resident te Garoet. Hoofdweg te Garoet. 1930. 1904. KITLV Collection. Colonial Collection – KITLV Collection. Colonial Collection – KIT. Code Image 11913. Leiden: KIT. Code Image 10625. Leiden: Universiteisbibliotheek Leiden. Universiteitsbibliotheek Leiden.

Hotel Papandajan te Garoet. 1915. 2. Artikel, Buku, Disertasi, dan Tesis KITLV Collection. Colonial Collection – Antariksa. 2008. KIT. Code Image 151253. Leiden: Memahami Sejarah Kota; Sebuah Universiteisbibliotheek Leiden. Pengantar. Jakarta: t.p. Japaanse Toko te Garoet. 1940. Bijlagen Behoorende bij de Nota over eene KITLV Collection. Colonial Collection – Reorganisatie van het Binnenlandsch KIT. Code Image 5913. Leiden: Bestuur op Java en Madoera. 1907. Universiteisbibliotheek Leiden. Batavia: Landsdrukkerij. Monument van Karel Frederik Holle, Buys, M. 1891. Batavia, Buitenzorg, en de Theeplanter, te Garoet. 1910. Preanger; Gids voor Bezoekers en KITLV Collection. Colonial Collection – Toeristen. Batavia: G. Kolff & Co. KIT. Code Image 103922. Leiden: Universiteisbibliotheek Leiden. van der Chjis, J. A. 1880. Babad Tanah Pasundan. Terj. Raden Pasar te Garoet. 1930. Karta Winata. Batavia: Kantor Citak KITLV Collection. Colonial Collection – Gupernemen. KIT. Code Image 119684. Leiden: Universiteisbibliotheek Leiden. Morfologi Kota-Kota di Priangan..... (Miftahul Falah, Nina H. Lubis, & Kunto Sofianto) 13

Dienaputra, Reiza D. 2004. de Klein, Jacob Wouter. 1931. Cianjur: Antara Priangan dan Buitenzorg, Het Preangerstelsel (1677-1871) en zijn Sejarah Cikal Bakal Cianjur dan Nawerking. Delf: de NV Technische Perkembangannya hingga 1942. Boekhandel en J. Waltman Jr. Bandung: Prolitera. Kurasawa, Aiko. 1993. Djajadiningrat, R. A. Hoesein. 1913/1983. Mobilisasi dan Kontrol: Studi tentang Critische Beschouwing van de Sadjarah Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa Banten: Bijdrage ter Kenstscheteing van 1942-1945. Jakarta: Grasindo. de Javaansche Geschiedschrijving. Lubis, Nina H. 1998. Leiden: John Enschede en Zenen. Kehidupan Kaum Menak Priangan (1800- Ekadjati, Edi S. (ed.). 1984. 1042). Bandung: Pusat Informasi Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Kebudayaan Sunda. Jakarta: Girimukti Pasaka. Muhsin Z., Mumuh. 2010. Ekadjati, Edi S. 1982. “Priangan Abad Ke-19; Tinjauan Sejarah Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah dan Demografi”. Metahumaniora. Vol 1, Jawa Barat. Jakarta: Departemen Nomor 4, April 2010. Hlm. 367-378. Pendidikan dan Kebudayaan. ____. 2011. Falah, Miftahul. 2009. “Dinamika Sosial Ekonomi Priangan “Pertumbuhan Kota Tasikmalaya, 1820- Abad Ke-19. Sosiohumaniora. Vol 13, 1942; Dari Kota Distrik menjadi Kota Nomor 1, Maret 2011. Hlm. 96-107. Kabupaten”. Metahumaniora. Vol 1, No. _____. 2011. 2, Agustus 2009. Hlm. 200-216. Terbentuknya Keresidenan Priangan. ____. 2010. Bandung. Sejarah Kota Tasikmalaya, 1820-1942. Nash, Peter J.M (ed). 2011. Bandung: Uga Tata Sunda. Cities Full of Symbols; A Theory of Urban Falah, Miftahul. 2012. Space and Culture. Leiden: Leiden “Pers di Kota Tasikmalaya, 1900-1942”. Universiteit Press. Sosiohumaniora. Vol 14, No. 2, Juli 2012. Paulus. 1917. Hlm. 116-131. Encyclopaedie van Nederlandsch Indie (ENI). III deel.’s Gravenhage: Martinus Gill, Ronald Gilbert. 1995. Nijhoff. De Indische Stad op Java en Madoera; Een Morfologische Studie van haar van Rees, Otto. 1880. Ontwikkeling. Delft: Technische Overzigt van de Geschiedenis der Universiteit Delft. Preanger Regentschappen. Batavia. Gottschalk, Louis. 1968. Sjoberg, Gideon. 1965. Understanding History; A Primer of The Preindustrial City: Past and Present. Historical Method. 2nd Edition. New London: Collier-Macmillan York: Albert de Knopf. Sofianto, Kunto. 2008. Hageman, J. 1869. “Geschiedenis der Garut Kota Intan; Sejarah Kota Garut. Soendalanden”. TBG. XVI. Bandung: Satya Historika. Indonesia. Kementrian Penerangan. 1953. Stibbe, D. G. 1919. Propinsi Djawa Barat. Djakarta: “Tasikmalaja” dalam Encyclopaedie van Dewaruci Press. Nederlandsch-Indie. Tweede Druk. Veerde Deel (Soemb – Z). Hlm. 284-285. Kartodirdjo, . 1993. s’Gravenhage: Martinus Nijhoff. Pengantar Sejarah Indonesia Baru; Sejarah Pergerakan Nasional: dari Suharto. 2002. Kolonialisme sampai Imperialisme. Jilid Pagoejoeban Pasoendan 1927-1942; 2. Cet. Ke-3. Jakarta: Gramedia. Profil Pergerakan Etno-Nasionalis. Bandung: Lembaga Kajian Strategis

Paguyuban Pasundan. 14 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 1-14

Yulifar, Lely. 2014. Kabupaten Galuh-Ciamis, 1809-1942. (Pemerintahan, Sosial-Ekonomi, dan Politik). Disertasi. Bandung: Program PPs FIB Unpad. Yunus, Hadi Sabari 1982. Manajemen Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

3. Media Massa Kanpo, 1942. Priangan Syuu, 20 Agustus 1945. Tjahaja, 2 September, 1942.

Aktor di Balik Selembar Batik..... (Ria Intani T.) 15

AKTOR DI BALIK SELEMBAR BATIK (STUDI KASUS DI LEMBUR BATIK CIMAHI)

ACTOR BEHIND A PIECE OF BATIK A CASE STUDY IN BATIK VILLAGE, CIMAHI

Ria Intani T. Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung. e-mail: [email protected]

Naskah Diterima: 4 Januari 2017 Naskah Direvisi: 10 Februari 2017 Naskah Disetujui: 20 Februari 2017

Abstrak

Batik adalah selembar kain yang dibuat secara ditulis, dicap, atau penggabungan antara keduanya. Dulu, ketika batik hanya diproduksi untuk lingkungan keraton, pembuatnya masih terbatas. Manakala batik keluar dari lingkungan keraton, pembuat batik meluas. Itu dulu, zaman di mana orang masih memiliki banyak waktu luang dan jenis pekerjaan belum beragam. Saat ini apabila di antara sejumlah orang masih ada yang mendedikasikan dirinya untuk menggeluti batik sebagai pengrajinnya, tentu ada alasan yang melatarinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara perekrutan pengrajin, pengetahuan membatik, kondisi pengrajin, serta konsep kerja pengrajin. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan hasil penelitiannya dituangkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dedikasi menjadi pengrajin batik dilatari oleh rasa tanggung jawab dan kecintaan yang mendalam dengan dunia perbatikan. Dapatlah disimpulkan bahwa tanpa adanya keterlibatan hati, sulit bagi seseorang untuk dapat bertahan menjadi pengrajin. Mengingat, banyak jenis pekerjaan lain yang besaran penghasilannya lebih menjanjikan. Kata kunci: aktor, selembar batik. Abstract Batik is a cloth made in written, printed, or a combination between the two. In the past, when batik was only produced for the palace, the makers were still limited. Another case with when batik came out of the palace, batik makers were expanding. That was then, an era where people still had a lot of spare time and the type of work had not been varied. Today, if among a number of people consist of people who dedicate themselves as batik craftsmen, absolutely there is a reason behind of it. This study aims were to determine how the recruitment, knowledge, the condition, and working concept of batik craftsmen. This study uses qualitative research and the findings are outlined descriptively. The results shows that the dedication of batik craftsmen is backed by a sense of responsibility and a deep love with the world of batik. It can be concluded that without the involvement of their love, it is difficult for a person to be able to survive into a batik craftsman. Bearing in mind,there are many other types of work that have more promising incomethe amount of income is more promising. Keywords: actor, piece of batik.

A. PENDAHULUAN bermotifkan batik dapat disebut dengan Istilah batik dapat dipastikan tidak batik? Bagi mereka yang paham akan arti awam bagi sebagian besar masyarakat. batik, mereka hanya akan menyebut suatu Namun apa sesungguhnya batik itu, benda dengan istilah batik apabila benda pahamkah mereka yang menyebut-nyebut tersebut merupakan lembaran kain yang suatu benda dengan istilah batik itu? dibuat dengan cara ditulis, dicap, atau Apakah semua lembaran kain yang ditulis sekaligus dicap. Bahannya adalah 16 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 15-30 malam (lilin), sedangkan medianya berupa pencelupan rintang menurut corak khas ciri canting dan cap. batik Indonesia dengan menggunakan lilin Arti batik seperti tersebut di atas batik sebagai zat perintang. Definisi bersumber dari dua versi. Versi pertama tersebut selanjutnya dijadikan definisi oleh menyebutkan bahwa istilah batik diambil Standar Industri Indonesia (SII) dan dari istilah mbatik, sedangkan versi kedua dikeluarkan secara resmi oleh Departemen menyebutkan bahwa istilah batik berasal Perindustrian. dari kata “tik”. Sarmini memaparkan Tanggal 12 Maret 1996, pada (2009: 674), bahwa mbatik secara Seminar Nasional tentang batik di Jakarta, etimologi dikenal berasal dari frase Jawa: dilakukan standar nasional mengenai “amba titik”, yang berarti “menggambar pengertian batik. Batik diartikan sebagai titik”. Akhiran “tik” dapat berarti “titik kain yang menggunakan proses perintang kecil” dan proses mbatik dapat diartikan malam atau lilin sebagai bahan media sebagai proses penggambaran dengan untuk menutup permukaan kain dalam canting secara repetitif sedemikian proses pencelupan warna (Hayati, 2012: sehingga membentuk garis hingga 26). Dapat disimpulkan bahwa inti dari akhirnya memberi pola tertentu pengertian batik terletak pada penggunaan sebagaimana dapat kita apresiasi secara malam/lilin. utuh. Adapun kata “tik”, dijelaskan oleh Batik sebagai benda fungsional Sarmini (2009: 675) berarti titik. Batik ada mewujud dalam bentuk sandang dan hubungannya dengan titik dikarenakan dekorasi rumah. Oleh karena fungsinya dalam proses pembuatan batik melalui tersebut, batik menjadi tampak ada di tahapan penetesan malam (lilin) ke kain mana-mana. Apalagi untuk saat ini, saat di putih yang akan dijadikan batik nantinya. mana batik sudah mendapat pengakuan Saat proses penetesan tersebut, tetesan dari United Nations Educational Scientific malam (lilin) itu akan berbunyi “tik-tik- and Cultural Organization (UNESCO) tik” sehingga akhirnya lahirlah kata pada 2 Oktober 2009 sebagai warisan “batik”. budaya dunia takbenda. Serupa dengan apa yang terurai di Penetapan UNESCO atas batik atas, Hamzuri (1994: VI) mengatakan sebagai warisan budaya takbenda milik bahwa yang dimaksud dengan batik ialah Indonesia membawa konsekuensi bagi lukisan atau gambar pada mori yang dibuat segenap bangsa Indonesia untuk turut serta dengan alat bernama canting. Membatik melestarikan batik. Pelestarian batik tidak menghasilkan batikan berupa macam- hanya menjadi tanggung jawab macam motif dan mempunyai sifat-sifat pemerintah, melainkan segenap bangsa khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri. Indonesia. Konsep pelestarian di dalam Dalam perkembangannya dipergunakan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri alat lain untuk mempercepat proses dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pengerjaan, yakni dengan cap. Untuk Nomor 40 dan 42 Tahun 2009 adalah: membedakan masing-masing disebut “Pelestarian adalah upaya perlin- “batik tulis” dan “batik cap”. dungan, pengembangan, dan peman- Chusnul Hayati (2012: 25) dalam faatan kebudayaan yang dinamis. tulisannya tentang batik Pekalongan Perlindungan adalah upaya pence- menuliskan bahwa adanya pengertian gahan dan penanggulangan yang tentang batik yang bermacam-macam dapat menimbulkan kerusakan, maka selanjutnya Dewan Standarisasi kerugian, atau kepunahan kebuda- Tekstil Indonesia (DSTI) yaitu yayasan yaan berupa gagasan, perilaku, dan yang menangani standar tekstil dan batik karya budaya, termasuk harkat dan memberikan definisi tentang batik. Batik martabat serta hak budaya yang adalah kain tekstil hasil pewarnaan diakibatkan oleh perbuatan manusia Aktor di Balik Selembar Batik..... (Ria Intani T.) 17

ataupun proses alam. Pengembangan dengan perkembangan teknik modern adalah upaya dalam berkarya yang maka cara mengerjakan batik dimo- memungkinkan terjadinya penyem- dernisasi. Teknik modern ini menghasilkan purnaan gagasan, perilaku, dan kain dengan motif seperti batik, disebut karya budaya berupa perubahan, kain motif batik. Tidak disebut dengan penambahan, atau penggantian se- batik. Oleh karena jika peralatan dan cara suai tata dan norma yang berlaku pengerjaan dimodernisasi, predikat batik pada komunitas pemiliknya tanpa dan membatik akan hilang. mengorbankan keasliannya. Peman- “Batik” alias kain bermotif batik faatan adalah upaya penggunaan seperti itulah yang sekarang tampak lebih karya budaya untuk kepentingan mendominasi di pasaran. Rupanya pun, pendidikan, agama, sosial, ekonomi, pasar sangat menikmati. Entah karena ilmu pengetahuan, teknologi dan orang benar-benar tidak paham akan arti kebudayaan itu sendiri” batik, orang tidak peduli apakah itu batik (Purwaningsih, 2015: 466). dalam arti yang sebenarnya atau bukan, Mengacu pada konsep pelestarian atau karena harganya sangat terjangkau, di atas menunjukkan bahwa bangsa dan lain-lain. Indonesia harus menjaga keberlangsungan Bagi mereka yang ingin mengenal batik dengan cara: menciptakan generasi batik, untuk tidak terkecoh menilai antara baru pengrajin batik; batik tersebut dapat batik dan bukan batik, di antaranya diterima oleh sebagian besar masyarakat dicirikan dengan: lembaran kain bukan Indonesia; dan batik tersebut digunakan batik besaran harganya sangat miring, oleh sebagian besar masyarakatnya. motif tercetak sangat rapi, apabila Apabila salah satu dari ketiga ketentuan dilakukan pengulangan produksi antara tersebut tidak dapat dipenuhi maka ada satu kain dengan kain yang lain akan sama kemungkinan hilanglah pengakuan yang persis, dan teknik pembelian diukur secara sudah diberikan itu. meteran, bukan lembaran. Dampak positif dari penetapan Saat ini, batik yang semula hanya tersebut, di setiap kesempatan, di setiap dikonsumsi di lingkungan keraton, sudah kita melangkah, mata terantuk pada benda menjadi pakaian rakyat kebanyakan, baik yang oleh orang disebutnya begitu saja itu untuk batik tulis ataupun batik cap. sebagai batik. Batik yang dimaksud ada di Hanya saja untuk batik tulis, di mana mall-mall, pasar-pasar tradisional, di besaran harganya jauh lebih tinggi “toko-toko” yang berdiri di lingkungan dibandingkan besaran harga batik cap, perumahan, di “pasar kaget”, di “warung masih menjadi pilihan orang-orang berduit. berjalan” alias mobil, di penjaja keliling, Dilihat dari sisi peruntukan, fungsi batik dan lain-lain. Namun demikian apabila pada zaman dahulu masih terbatas sebagai merujuk pada pengertian batik yang kain, selendang, dan sarung. Dalam menjadi standar pemerintah, apakah semua perkembangannya, manakala batik keluar yang terlihat mata itu adalah batik dalam dari lingkungan keraton, selain menjadi arti yang sebenarnya? Tidak. pakaian sehari-hari ibu-ibu (pakaian tidur), Manakala permintaan batik sudah batik hanya difungsikan sebagai pakaian sangat besar, pabrikan membaca peluang untuk acara-acara resmi. Adapun saat ini dengan mencetak “batik” secara mesin boleh dikatakan fungsi batik tidak berbatas (printing) namun dengan tetap ruang dan waktu. Artinya, sekarang ini mempertahankan motif-motif yang biasa batik dapat dikenakan di mana saja dan digunakan dalam batik. Produk pabrikan kapan saja. Kalau dulu batik hanya ada di tersebut tidak dapat disebut dengan batik, acara hajatan, seminar, peresmian acara, melainkan kain bermotif batik. Seperti dan lain-lain, saat ini batik ada di kantor- yang dikatakan Hamzuri (1994: 3), sesuai kantor dan sekolah sebagai pakaian 18 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 15-30 seragam, batik ada di rumah-rumah ihwal tentang pengrajin tidak menjadi sebagai pakaian sehari-hari, batik ada di persoalan besar. Sebabnya, di daerah acara arisan, batik ada di acara reunian, perbatikan pada umumnya sanggar batik batik ada di acara perpisahan, batik ada di merupakan usaha yang sifatnya turun- acara keluarga, batik ada di acara jalan- temurun. Pengelolaan dan pewarisan ilmu jalan, batik ada di pasar-pasar, batik ada di diwariskan dengan pola satu turunan. acara melayat, batik ada di rumah sakit, Maksud dari pola satu turunan, seperti dan batik ada di berbagai acara dan tempat yang dipaparkan oleh Kasi Pengembangan lainnya. Balai Pengelolaan Taman Budaya Provinsi Pengenaan batik yang meluas Jawa Barat dalam rangka revitalisasi tersebut juga didukung dengan dicipta- kesenian yakni, pewarisan dilakukan oleh kannya model busana batik yang sangat orang tua kepada anggota keluarga yakni, beragam. Mulai dari model jadul alias kepada anak-anaknya atau kepada cucunya zaman dulu hingga kekinian yang atau kepada cicitnya dan seterusnya. cenderung berkiblat ke busana “Barat”, Apabila tidak ada keluarga, mencari dari model untuk acara resmi hingga acara tetangga, apabila tetangga juga tidak ada, santai. Bahkan seringkali, dari model- mencari siapa saja yang berminat (Intani, model yang sudah tercipta, peruntukannya 2016: 22). tidak lagi dibatasi. Artinya, mana busana Selanjutnya penelitian dibatasi resmi dan bukan resmi sifatnya samar- lingkup wilayahnya yakni, di Lembur samar. Batik Cimahi, sebuah sanggar batik yang Akibat dari meluasnya pengguna- terdapat di Kota Cimahi. Adapun ruang an batik, nyaris di tiap-tiap kota/kabupaten lingkup materinya meliputi: bagaimana di Provinsi Jawa Barat kemudian lahir cara sanggar batik merekrut pengrajin, ataupun lahir kembali sejumlah sanggar pengetahuan membatik, kondisi pengrajin, batik. Kalau dulu di Provinsi Jawa Barat dan konsep kerja. Selain juga gambaran hanya dikenal batik dari Cirebon (batik tentang batik Cimahi, sanggar batik, dan cirebonan, dengan Trusmi sebagai ragam bahan dan alat yang digunakan, ikonnya), Indramayu (batik dermayon alias sebagai data pendukung. Indramayu), Ciamis (batik ciamisan), Terkait dengan permasalahan Garut (batik garutan), dan Tasik (batik penelitian maka perlu dikemukakan konsep tasikan), kini ada batik dari Sumedang tentang pengrajin dan konsep tentang (batik kasumedangan), Sukabumi, Bogor, kerja. Istilah pengrajin di dalam Kamus Cianjur (batik cianjuran), Karawang, Besar Bahasa Indonesia (1988: 667) Purwakarta, Majalengka, Kota/Kabupaten diartikan sebagai orang yang pekerjaannya Bandung, dan Kota Cimahi (batik Cimahi). (profesinya) membuat barang kerajinan. Masing-masing daerah tersebut mencip- Adapun istilah “kerja” secara umum, takan motif dengan mengambil ikon atau dalam istilah baku, diartikan sebagai potensi yang ada di daerahnya sebagai kegiatan melakukan sesuatu; sesuatu yang upaya menunjukkan identitas daerah yang dilakukan untuk mencari nafkah; mata bersangkutan. pencaharian (Tim Redaksi KBBI, 2013: Eksistensi sanggar-sanggar batik 681). Adapun Sandra Wallman (1979: 1) yang ada saat ini, sudah tentu tidak lepas mengemukakan bahwa: dari faktor keberadaan pengrajin. Pengrajin “dalam setiap masyarakat “kerja” merupakan aktor di balik terciptanya mempunyai sejumlah arti yang selembar batik. Pengrajin merupakan titik berbeda. Kerja dapat dianalisa ke sentral di dalam keberlangsungan sanggar- dalam istilah transformasi fisik, sanggar batik. transformasi sosial, aktivitas eko- Bagi wilayah-wilayah yang nomi atau identitas pribadi. Untuk dikenal sebagai daerah perbatikan, hal pekerjanya sendiri kerja adalah Aktor di Balik Selembar Batik..... (Ria Intani T.) 19

suatu kebutuhan batiniah dan suatu beruntung, atau untuk menghasil- usaha dan alinasi. Suatu gambaran kan karya-karya agung. Banyak tentang kerja tidak hanya meng- pula kebudayaan yang mengajar- ingat akan apa yang dikerjakan, kan kepada warganya, bahwa bagaimana itu dikerjakan dan siapa manusia yang bekerja keras itu yang mengerjakannya, tetapi juga kelak mendapat karunia Tuhan. bagaimana dan oleh siapa kerja itu Dan, ada kebudayaan yang telah dievaluasi”. mengembangkan konsepsi bahwa Dimensi (unsur pokok) di dalam kerja, kepuasan hidup terletak dalam menurut Wallman (1979: 4-22) meliputi: kerja itu sendiri, serta kualitas dari - enerji (kekuatan yang digunakan untuk hasil kerjanya.” bekerja), Menyambung pendapatnya di atas, - insentif (perangsang untuk seseorang Koentjaraningrat menyatakan bahwa mau bekerja), kebudayaan itu terbagi atas kebudayaan - sumber (asal-muasal pengetahuan/ilmu agraris dan industri. Dan, dalam dan keterampilan), kebudayaan industri, makna karya adalah - value (penilaian tentang rekan kerja), manusia bekerja keras untuk mendapat - waktu (pemanfaatan waktu), rahmat Tuhan atau kepuasan dari hasil - tempat (pemanfaatan tempat), kerja. - orang (dorongan menjadi pekerja dan Adapun menurut Abdullah (1978: kriteria dalam memilih pekerja), 3), kerja bisa merupakan usaha komersial, - teknologi (peralatan serta cara yang dianggap sebagai suatu keharusan demi digunakan), dan hidup, atau sesuatu yang imperatif dari - sistem (pola keseluruhan dari langkah- diri, ataukah sesuatu yang terikat pada langkah kerja). identitas diri yang telah bersifat sakral. Sembilan unsur pokok kerja di Identitas diri dalam hal ini adalah suatu atas, tidak dibaca secara ranking, yang telah diberikan oleh agama. melainkan satu dan lainnya sebagai satu Terkait dengan masalah kerja, ada kesatuan. Persepsi tentang kerja, dijelaskan yang disebut dengan etos kerja. Kata oleh C. Kluckhohn (Kartawinata, 1994: 1), “etos” menurut Franz von Magnis termasuk salah satu dari soal-soal yang (Kartawinata, 1994: 1) menunjukkan arti paling tinggi nilainya dalam hidup manusia sikap kehendak. Dalam arti yang lebih luas dan secara universal ada dalam tiap kata “etos” berarti sikap kehendak yang kebudayaan di dunia. Dijelaskan bahwa dituntut terhadap kegiatan tertentu. Atau sedikitnya ada lima hal yang paling tinggi dengan kata lain menurut Franz von nilainya dalam hidup manusia, salah Magnis (Kartawinata, 1994: 2) etos kerja satunya adalah soal makna hidup dari adalah sikap yang dikehendaki seseorang pekerjaan, karya dan amal perbuatan terhadap kegiatan kerjanya atau bagaimana manusia. Terkait dengan hal tersebut ia menentukan sikapnya sendiri terhadap Koentjaraningrat (Kartawinata, 1994: 2) pekerjaannya. Dengan demikian, dengan berpendapat bahwa: menyimak pengertian di atas, dapatlah "ada banyak kebudayaan yang dikatakan bahwa kualitas kerja seseorang menganggap bahwa manusia bergantung dari etos kerjanya. bekerja untuk mencari makan. Di Penelitian tentang batik di Jawa lain pihak, banyak kebudayaan lain Barat, Jawa Tengah, dan Madura telah memberi makna yang lebih luas banyak dilakukan, di antaranya selain yang tentang bekerja, yakni manusia dilakukan oleh penulis secara mandiri aktif bekerja untuk beramal maupun tim, juga oleh beberapa penulis memperindah lingkungannya, lain. Seperti: penelitian tentang Batik menolong orang lain yang kurang Dermayon, memfokuskan pada ragam 20 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 15-30 motif. Penelitian ini dilakukan secara tim C. HASIL DAN BAHASAN oleh penulis dan kawan-kawan; Batik 1. Sekilas Daerah Penelitian Trusmi, memfokuskan pada sistem Kota Cimahi secara administratif teknologi. Penelitian ini dilakukan secara berada di Provinsi Jawa Barat. Kota ini tim oleh Dady Permadi dan kawan-kawan; terletak di antara 107°30‟30‟‟ BT– Batik Ciamisan, memfokuskan pada kajian 107°34‟30‟‟ dan 6°50‟00‟‟–6°56‟00‟‟ nilai yang terkandung di dalam motif- Lintang Selatan. motifnya. Penelitian ini dilakukan oleh Kota Cimahi berluas 40,2 km2 dan Lina Herlinawati; Batik Kasumedangan, menurut UU No. 9 Tahun 2001, kota ini memfokuskan pada corak dan teknik memiliki batas-batas administratif sebagai pembuatan. Penelitian ini dilakukan oleh berikut: penulis; Batik Cimahi, memfokuskan pada - Sebelah utara berbatasan dengan sejarah batik. Penelitian ini dilakukan oleh Kecamatan Parongpong, Kecamatan Lasmiyati; Batik Banyumasan, memfokus- Cisarua, dan Kecamatan Ngamprah kan pada simbol, makna, dan nilai Kabupaten Bandung Barat. filosofis. Penelitian ini dilakukan oleh - Sebelah barat berbatasan dengan Ariani; Batik Pekalongan, memfokuskan Kecamatan Padalarang, Kecamatan pada perkembangan batik Pekalongan. Batujajar, dan Kecamatan Ngamprah Penelitian ini dilakukan oleh Hayati; dan Kabupaten Bandung Barat. Batik Madura, memfokuskan pada faktor- - Sebelah timur berbatasan dengan faktor yang memengaruhi perkembangan Kecamatan Sukasari, Kecamatan industri batik Madura. Penelitian ini Sukajadi, Kecamatan, Cicendo dan dilakukan oleh Christriyati Ariani. Dengan Kecamatan Andir Kota Bandung. demikian dengan melihat penelitian yang - Sebelah selatan berbatasan dengan tersebut di atas, penelitian ini memiliki Kecamatan Marga Asih, Kecamatan fokus bahasan yang berbeda. Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, dan Bandung Kulon Kota Bandung. B. METODE PENELITIAN Kota Cimahi meliputi 3 keca- Metode yang digunakan dalam matan dan terdiri atas 15 kelurahan. penelitian ini adalah metode kualitatif Lebih rincinya sebagai berikut: dengan hasil penelitiannya dituangkan Kecamatan Cimahi Utara terdiri atas 4 secara deskriptif. Menurut Suyanto dan kelurahan, Kecamatan Cimahi Tengah Sutinah, juga Tylor dan Bogdan, metode terdiri atas 6 kelurahan, dan Kecamatan penelitian kualitatif adalah penelitian yang Cimahi Selatan terdiri atas 5 kelurahan. menghasilkan data deskriptif tentang kata- Berikut ini adalah daftar keca- kata lisan ataupun tertulis dan tingkah laku matan dan kelurahan di Kota Cimahi: yang diamati dari orang yang diteliti - Kecamatan Cimahi Selatan: Kelurahan (Garna, 2009: 46).Teknik pengambilan Cibeber, Kelurahan Cibeureum, Kelu- datanya dengan wawancara, pengamatan, rahan Leuwigajah, Kelurahan Melong, dan studi pustaka. dan Kelurahan Utama. Proses penelitian diawali dengan - Kecamatan Cimahi Tengah: Kelurahan studi pustaka. Studi ini selain dimaksudkan Baros, Kelurahan Cigugur Tengah, Kelu- sebagai referensi, juga untuk melengkapi rahan Cimahi, Kelurahan Karangmekar, data yang tidak didapat melalui Kelurahan Padasuka, dan Kelurahan wawancara. Tahap selanjutnya adalah studi Setiamanah. lapangan. Pada tahap ini dilakukan - Kecamatan Cimahi Utara: Kelurahan wawancara dan pengamatan. Materi Cipageran, Kelurahan Citeureup, Kelu- wawancara yang diangkat sesuai dengan rahan Pasirkaliki, dan Kelurahan ruang lingkup materi penelitian. Cibabat, yang merupakan kelurahan di

Aktor di Balik Selembar Batik..... (Ria Intani T.) 21

mana sanggar Lembur Batik Cimahi Mereka dihimpun dalam suatu wadah yang berdiri dinamai “Lembur Batik Cimahi”. (http://www.cimahikota.com/data- wilayah-kota-cimahi.html).

2. Batik Cimahi Lasmiyati (2012: 28) memaparkan bahwa batik Cimahi tercipta atas gagasan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Cimahi yang mengada- kan kompetisi tentang corak batik. Kompetisi ini diadakan untuk menemukan corak batik Cimahi disesuaikan dengan potensi yang ada di Kota Cimahi. Dari hasil kompetisi tersebut dihasilkan lima motif batik, yaitu: kujang, ciawitali, cireundeu, curug ‘air terjun‟ Cimahi, dan Pusdik (pusat pendidikan) militer. Dipaparkan oleh Lasmiyati (2012: 31-37), motif kujang diciptakan oleh Gambar 1. Batik Cimahi Mohamad Yaser. Motif kujang ada dua Sumber: Ria Intani, 2016. jenis, yakni: rereng kujang dan kujang cakra. Motif ciawitali atau motif bambu 3. Lembur Batik Cimahi diciptakan oleh Didi Sahadi. Motif ini Lembur Batik Cimahi merupakan diciptakan untuk menggambarkan potensi sebuah sanggar yang membuat batik bambu yang dimiliki Kota Cimahi, dengan motif khas Cimahi. Sanggar ini tepatnya di Kampung Ciawitali, Keca- berdiri pada 2009 dengan bertempat di matan Cimahi Tengah. Nama “ciawitali” suatu komplek perumahan, di rumah diambil dari kata awi yang artinya bambu. tinggal sang pengusaha. Hanya tiga bulan Motif cireundeu, motif ini diciptakan oleh di sana, selanjutnya sanggar batik Dadang. Cireundeu adalah nama kampung berpindah tempat ke Jalan Pesantren yang berada di Leuwigajah Cimahi Nomor 131, Kelurahan Cibabat, Keca- Selatan. Kampung ini memiliki kekhasan matan Cimahi Utara, Kota Cimahi. yakni, masyarakatnya mengkonsumsi Masih terbatasnya konsumen, sampeu „singkong‟ sebagai pengganti nasi. Lembur Batik Cimahi memproduksi batik Motif curug Cimahi, curug Cimahi Cimahi lebih banyak didasarkan oleh merupakan salah satu objek wisata air pesanan. Oleh karena itu untuk “meramai- terjun yang berlokasi di Cisarua. Motif kan” ruang pamer, batik non-Cimahi pun Pusdik, diciptakan sebagai gambaran turut digelar. bahwa Kota Cimahi merupakan kawasan militer. Setelah tercipta motif Cimahi, selanjutnya salah satu pengusaha di Kota Cimahi tertarik untuk mengggeluti dunia perbatikan. Ia lalu menghimpun generasi muda yang ada di sekitar tempat tinggalnya, khususnya yang belum memi- liki pekerjaan alias masih menganggur, untuk menggeluti dunia yang sama. 22 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 15-30

4. Ragam Bahan dan Alat Pembuatan Batik Bahan utama yang digunakan untuk membatik adalah malam/lilin. Kain yang digunakan sebagai dasar membatik ada kain mori, sutera, dan semi sutera. Adapun peralatan yang digunakan merupa- kan peralatan umum dalam membatik, yang tidak mengalami perubahan dari dulu hingga sekarang. Peralatan tersebut di antaranya adalah: - Canting, merupakan alat pokok untuk membatik, terbuat dari tembaga. Canting gunanya untuk menulis atau menorehkan malam atau lilin ke atas kain. Batik dari hasil menulis disebut dengan batik tulis.

- Cap, merupakan alat pokok kedua untuk membatik. Cap gunanya untuk menge- capkan motif ke atas kain, hasil batiknya Gambar 2. Sanggar Lembur Batik Cimahi disebut dengan batik cap. Sama halnya Sumber: Ria Intani, 2016. dengan canting, cap terbuat dari tembaga.

- Kompor, gunanya untuk memanaskan malam/lilin dalam katel. Kompor terbuat dari seng.

- Katel kecil, gunanya untuk wadah malam/lilin. Katel terbuat dari logam baja.

Gambar 3. Ruang Pamer Sumber: Ria Intani, 2016.

Gambar 4.Batik Motif Mega Mendung Turut “Meramaikan” Ruang Pamer Gambar 5. Katel sebagai Wadah Malam Sumber: Ria Intani, 2016. Sumber: Ria Intani, 2016. Aktor di Balik Selembar Batik..... (Ria Intani T.) 23

- Bak pewarnaan, gunanya untuk tempat pembatik mengambil malam/lilin dari mewarnai kain. Bentuknya pada umum- katel. nya persegi panjang, bahannya dari kayu.

- Penjemuran, untuk menjemur kain pada saat menghilangkan kanji atau usai proses pembatikan.

- Gawangan, gunanya untuk menyampir- kan kain pada saat membatik atau dengan kata lain berfungsi menyerupai tempat jemuran. Gawangan dapat dibuat dari bambu atau kayu. Gawangan dibuat sedemikian rupa hingga mudah diangkat untuk dipindahtempatkan.

Gambar 7. Celemek di Atas Paha Pembatik Sumber: Ria Intani, 2016.

Secara garis besar, batik Cimahi dibuat dengan melalui proses sebagai berikut: - Memotong kain, - menghilangkan kanji agar warna batik menempel. Caranya dengan mencuci, merebus, dan menjemur kain. Namun demikian cara ini tidak berlaku untuk kain sutera dan semi sutera, - memanaskan malam/lilin, - membuat pola, Gambar 6.Gawangan - pengecapan/penulisan, Sumber: Ria Intani, 2016. - menutup malam,

- pewarnaan, - Saringan, gunanya untuk menyaring - membuang malam/lilin (nglorod), kotoran yang terdapat di dalam - mencuci, malam/lilin panas. Kotoran yang tidak - menjemur, tersaring dapat menyebabkan tersum- - menyeterika. batnya malam/lilin pada cucuk canting. - Bangku, gunanya untuk tempat duduk pembatik pada saat membatik.

- Celemek, gunanya untuk menutup bagian paha pembatik agar tidak terkena tetesan malam/lilin. Baik pada saat malam/lilin ditiup oleh pembatik atau pada saat 24 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 15-30

5. Perekrutan Pengrajin Lembur Batik Cimahi pada awal pendiriannya memiliki 13 orang pekerja. Mereka terdiri atas: 3 orang bekerja pada bagian pola dan cap, kesemuanya laki-laki; 5 orang bekerja pada bagian pola dan nyanting, kesemuanya perempuan; dan 3 orang bekerja pada bagian celup, kesemuanya laki-laki. Kesebelas orang tersebut berkutat di bengkel kerja. Adapun untuk pelayanan di toko, dipekerjakan 2 orang perempuan. Keseluruhan pegawai tersebut berasal dari Jalan Pesantren dan sekitarnya. Rata-rata pendidikan mereka lulusan dari sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Tidak seorang pun dari mereka memiliki latar belakang pendidikan yang berbenang merah dengan pekerjaan sebagai pengrajin

batik ataupun pelayanan di toko. Misalnya Gambar 8. Menyanting dari sekolah menengah kejuruan (SMK) Sumber: Ria Intani, 2016. yang berbidang seni rupa, tekstil, jurusan

penjualan (PJ), atau akutansi. Lembur Batik Cimahi mempro- Perekrutan calon pengrajin diawali duksi batik Cimahi lebih banyak dengan memberdayakan seorang pegawai didasarkan oleh pesanan. Meskipun hanya yang membantu sang pengusaha batik di lima motif yang dibuat, namun demikian bidang usahanya yang lain, yang telah selanjutnya dari motif yang ada tersebut dirintis sebelumnya. Ia diminta oleh sang dikembangkan dengan cara dimodifikasi. pengusaha batik untuk merekrut orang Misalnya, motif ciawitali (motif dengan yang masih menganggur, yang tinggal di gambar bambu), penerapannya tidak sekitar sanggar. Mereka direkrut untuk melulu motif bergambarkan pohon-pohon dilatih sebagai pengrajin batik. Ia juga bambu. Melainkan, dalam satu lembar kain yang nantinya bertugas memberikan terdapat gambar pohon bambu dengan satu pembelajaran membuat batik kepada calon jenis benda yang berbahan bambu, pengrajin, seusai mengikuti kursus angklung misalnya. Contoh lain adalah membatik. Didapatlah kemudian 13 orang motif curug Cimahi. Motif ini dikembang- seperti tersebut di atas. kan dengan cara menambahkan gambar pohon bambu di sekitar gambar curug. 6. Pengetahuan Membatik Adanya pengembangan dalam motifnya, Manakala sang pengusaha ingin selanjutnya motif batik produksi Lembur membuka usaha batik, tidak seorang pun Batik Cimahi menjadi “berwarna”. dari keluarganya yang memiliki kemam- Demi meluaskan konsumen, bebe- puan membatik. Oleh karena itu, sang rapa pameran pernah diikuti mulai dari pengusaha kemudian mengkursuskan tingkat lokal (kota), provinsi, hingga membatik untuk pengrajin perintis. nasional. Selain di tempat pameran, konon Kursus membatik berlangsung selama pengunjung dan pembeli yang datang ke lebih kurang dua bulan, bertempat di salah sanggar masih terbatas warga Cimahi dan satu sanggar batik ternama di Kota sekitarnya. Bandung. Kursus dimulai dari nol, yakni

berupa pengenalan jenis bahan, kain, dan

Aktor di Balik Selembar Batik..... (Ria Intani T.) 25 peralatan yang digunakan, hingga proses rumah-rumah. Tugas utama sebagai pembuatan batik. Waktu kursus berlang- “pembantu lepas” adalah mencuci dan sung selama enam hari, dari Senin hingga menyeterika pakaian. Adapun tugas Sabtu, Minggu libur. Waktunya dari pukul lainnya adalah menyapu sekaligus 08.00-16.00 WIB. Dari dialah diharapkan mengepel lantai, dan mencuci piring. Jenis ilmu atau pengetahuan tentang perbatikan pekerjaan tersebut sesuai perjanjian di itu diwariskan kepada calon-calon awal melamar kerja antara pihak pekerja pengrajin. dengan majikannya. Kesepakatan tersebut Berikutnya, calon pengrajin diberi- biasanya berkaitan dengan besaran upah kan pembelajaran membatik sesuai yang akan diberikan majikan kepada bagiannya masing-masing selama lebih pekerjanya. Oleh karena jenis pekerjaan kurang dua minggu. yang harus ditangani sebagai “pembantu lepas” tidak banyak maka dalam satu 7. Kondisi Pengrajin keluarga (rumah tangga), mereka hanya Dari 11 orang calon pengrajin bekerja sekitar 3 jam saja. Sedangkan yang ikut dalam pembelajaran, tidak sebagai pengrajin batik, mereka harus semuanya bertahan. Pada bagian nyanting, bekerja seharian, dari pukul 08.00-16.00 mengalami keluar masuk orang. Pada WIB. Dengan waktu yang dimiliki sebagai bagian nyanting, ada yang berhasil diberi “pembantu lepas” sangat leluasa maka pembelajaran dalam waktu 2 minggu, mereka bisa mendapatkan penghasilan namun ada pula yang baru diberi pembe- yang lebih besar dibandingkan sebagai lajaran selama seminggu, sudah keluar. pengrajin batik. Mereka memanfaatkan Keluarnya mereka disebabkan sifat malas waktu yang ada untuk bekerja pada 2 atau kurang tekun. Padahal, bagian sampai 3 keluarga. Dengan demikian nyanting adalah bagian yang paling penghasilan per hari yang didapat bisa memerlukan ketekunan dan kesabaran. mencapai 2-3 kali lipat dari penghasilan Dua orang tersebut kemudian digantikan yang didapat sebagai pengrajin batik dalam oleh orang baru. Demikian beberapa kali 1 hari. kondisi seperti ini terjadi. Dengan keluarnya para penyan- Masalah yang berkenaan dengan ting, selanjutnya sang pengusaha batik pengrajin batik rupanya umum terjadi di tidak lagi merekrut warga sekitar yang mana-mana. Menurut Ariani (2013: 115), memang masih nol kemampuan. saat ini sulit mencari tenaga pembatik yang Alasannya, khawatir apabila sudah memiliki sifat sabar dan telaten. Keba- diberikan pembelajaran sampai mampu nyakan yang masih bertahan adalah para membatik, mereka keluar. Berikutnya, pembatik yang telah berusia 50 tahun ke pengrajin langsung diambil dari Cirebon atas. yang sudah siap pakai. Mereka berjumlah Tahun 2013, jumlah pengrajin lima orang. mengalami pengurangan. Dari 11 peng- Di tahun 2016, menjelang Hari rajin berkurang 4 orang, keseluruhannya Raya Idul Adha, pengrajin boleh dikatakan dari bagian nyanting, hingga tersisa 7 habis. Tujuh orang pada bagian pewarnaan pengrajin. Alasan keluarnya pengrajin dan cap beralih kerja. Alasannya, tidak lain bermacam-macam. Ada yang beralasan karena besaran penghasilan yang dirasakan karena sudah berumah tangga dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kemudian hamil, dan alasan lain lebih rumah tangga. Mereka yang beralih kerja, karena faktor penghasilan sebagai peng- sebagian menjadi pengrajin batik pada rajin yang dirasakan tidak cukup memadai. sanggar batik yang baru berdiri dengan Mereka yang memiliki alasan terkait iming-iming gaji lebih besar, sedangkan besaran penghasilan, selanjutnya lebih sebagian lagi menjadi tukang bangunan memilih menjadi “pembantu lepas” di dan lain-lain pekerjaan. Sementara 5 26 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 15-30 pengrajin dari Cirebon untuk sementara sangat besar. Ia menjadi sumber enerji. Ia pulang kampung terkait adanya rencana satu-satunya orang yang menguasai hal kepindahan lokasi sanggar. Demikian pula ihwal pekerjaan membatik. Dia berpikiran, bagian pelayanan toko juga keluar namun kalau tidak ada dia bagaimana atau siapa kemudian sudah mendapatkan penggan- lagi yang akan mengurusi pekerjaan tinya. Tinggallah pengrajin seorang lagi, membatik di sanggar. Kedua, dari rasa tak lain dan tak bukan adalah sang tanggung jawab memunculkan rasa pengrajin perintis. Dengan kondisi demi- memiliki. Ketiga, ikatan emosional yang kian, apabila ada pesanan, semua tahapan terjalin dengan sang pengusaha, setelah dalam pembuatan batik menjadi dikerjakan sekian lamanya bekerja dengan sang sendiri. Tidak heran kalau kemudian waktu pengusaha. Dari bekerja sebagai tukang penyelesaiannya menjadi lebih lama. bangunan, tukang kayu, tukang mebel Kondisi pengrajin seperti tersebut (sang pengusaha batik juga merupakan di atas, rupanya merupakan kendala yang pengusaha mebel), dan pamungkas sebagai umum dialami oleh sebuah usaha yang pengrajin batik. Keempat, dalam masih kecil. Seperti dipaparkan Haryadi perkembangannya, bukan saja rasa dan kawan-kawan (dalam Taryati, 2013: tanggung jawab, rasa memiliki, dan ikatan 69) bahwa: emosional yang merupakan kekuatannya, “kemampuan usaha kecil untuk melainkan rasa cinta dengan pekerjaan tumbuh dan berkembang sangat membatiknya yang kemudian muncul. dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan Oleh karena itu, di tengah beragamnya internal. Faktor eksternal yaitu jenis pekerjaan di masyarakat, adanya rasa kebijakan, struktur pasar yang bekerja, cinta akan pekerjaannya, membuatnya ajeg akses informasi dan pelayanan serta sebagai pengrajin batik. Menurutnya, jenis komoditas yang disediakan. hanya pengrajin yang bekerja dengan Sedangkan faktor internal seperti hatilah yang mampu mengabaikan jenis strategi pemasaran, pola-pola produksi, pekerjaan yang lain. Keluarnya para pengelolaan ketenagakerjaan serta pengrajin, tidak memengaruhi sang kewirausahaan.” pengrajin perintis untuk tetap bertahan Sumintarsih berpendapat sama dengan pekerjaannya. Bahkan ia berangan- bahwa kendala yang umum dialami oleh angan, andaikan ia kelak memiliki cukup usaha industri rumah tangga adalah modal, ia ingin mendirikan sanggar pemasaran, manajemen (dapat diartikan sendiri. manajemen keuangan, tenaga kerja dan Insentif, menurutnya, apabila lain-lain), dan juga modal (Herawati, 2013: berbicara pekerjaan sebagai pengrajin batik 10). dilihat dari kaca mata besarnya penghasilan, relatif tidak cukup. Namun 8. Konsep Kerja demikian menurutnya, kalaupun dia Berikut adalah gambaran konsep beralih pekerjaan dengan penghasilan yang kerja pengrajin yang masih bertahan di lebih besar, pasti rasa kurang atau tidak Lembur Batik Cimahi: cukup itu akan terus mengikuti. Sebabnya, Enerji, bekerjanya sang perintis manusia tidak akan pernah merasa puas menjadi pengrajin batik oleh karena ia dengan apa yang sudah didapatnya. memiliki “kekuatan” yang mampu Baginya, kalau pada awalnya bekerja menahannya untuk tidak beranjak dari semata-mata untuk mendapatkan tempatnya bekerja. “Kekuatan” yang penghasilan sebesar-besarnya, sekarang dimaksud, pertama adalah rasa tanggung tidak lagi. Kepuasan batin juga menjadi jawab. Posisi dia menjadi perintis, target dalam bekerja. Kepuasan batin ketiadaan sumber enerji di dalam keluarga, didapat manakala karya batik yang memunculkan rasa taggung jawab yang dibuatnya berkualitas, dapat memuaskan Aktor di Balik Selembar Batik..... (Ria Intani T.) 27 pemesan atau menawarkan daya tarik bagi Value, sang pengrajin perintis pembeli. Selanjutnya dengan berbekal melihat bahwa rekan kerja adalah orang konsep kerja seperti itu, menjadi pengrajin yang dihadirkan untuk saling melengkapi/ batik tidak lalu asal-asalan. Sebagai meringankan pekerjaan. Di dunia perba- pertanggungjawaban atas keputusannya tikan, pekerjaan membatik terbagi pada menjadi pengrajin, pengrajin menjadi beberapa bagian. Apabila salah seorang memiliki motivasi untuk dapat berkarya pekerja di suatu bagian tidak ada, akan lebih baik dan lebih baik lagi. menjadi pekerjaan tambahan alias beban Sumber, sebagai orang yang pada bagi yang lain. Bahkan, apabila tidak ada awalnya awam akan pembuatan batik, pekerja yang mampu mengerjakan menjadi keharusan ia untuk belajar pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya membatik. Tidak heran, ia mendapatkan sehari-hari tersebut maka produksi tidak ilmu membatik melalui kursus yang akan tuntas. Oleh karena itu antarrekan diikutinya selama dua bulan. Kursus atau kerja di semua bagian harus saling pembelajaran diawali dengan mengenal menghargai. Tidak harus memandang yang bahan, jenis kain, ragam peralatan satu lebih tinggi atau lebih rendah dari membatik, sampai dengan proses yang lainnya. pembuatan batik. Pembelajaran lebih Waktu, baginya, waktu sangat bersifat praktik, tidak teoritis. Dengan berharga. Oleh karena itu selagi ada waktu, demikian pengrajin tidak belajar di dia tidak mau ongkang-ongkang kaki alias bangku, melainkan di bengkel kerja. bersantai ria. Ia akan mengerjakan apa Sebenarnya menurut sang pengrajin, waktu saja. Maksudnya, apabila pekerjaan dua bulan tergolong singkat untuk membatiknya belum lagi ada pekerjaan, ia mempelajari semua materi. Hanya saja akan kerja serabutan. Membersihkan karena pada saat pembelajaran, ia relatif halaman sanggar misalnya, atau apa pun cepat menangkap dan mempraktikkan ilmu yang bisa dikerjakan, apalagi baginya yang diberikan maka waktu dua bulan tempatnya bekerja sudah seperti rumah menjadi cukup. Dari semua materi yang sendiri. diajarkan, praktik menyanting dirasakan Tempat, Sanggar Lembur Batik paling sulit. Menyanting „menorehkan/ Cimahi menempati suatu bangunan menuliskan malam/lilin dengan canting di berarsitektur Belanda yang cukup luas. atas kain‟, membutuhkan ketelitian, Baginya, tempat yang tersedia harus ketekunan, kesabaran, dan kelembutan dimanfaatkan semaksimal mungkin. dalam pengerjaannya agar hasilnya apik. Dengan tempat yang sudah artistik dari Tidak heran untuk selembar kain batik tulis bentuknya, satu nuansa dengan jenis memerlukan waktu lebih dari satu bulan barang yang diproduksi, diatur sedemikian untuk menyelesaikannya hingga berdam- rupa agar semua ruang termanfaatkan. pak pada harganya yang “tinggi”. Konon, Apabila tempat sudah tertata, hal yang pekerjaan menyanting lebih pas dilakukan tidak kalah pentingnya adalah masalah oleh perempuan karena perempuan kebersihan yang harus selalu dijaga. sifatnya lembut. Meskipun pengetahuan Orang (dorongan menjadi pekerja membatik sudah didapatkan di tempat tertentu/kriteria memilih pekerja), mem- kursusnya, ia menambahkan ilmunya batik merupakan pekerjaan yang dengan mencari dari berbagai sumber. Di membutuhkan sifat: sabar, tekun, dan teliti. antaranya, dari sesama pengrajin. Dalam Pada umumnya orang paham akan hal itu. hal ini pengrajin dari Cirebon yang Namun demikian manakala sang pengrajin didatangkan kemudian, yang dipandang perintis diberi tugas oleh sang pengusaha memiliki kemampuan lebih karena jam batik untuk merekrut pekerja, bukan sifat terbang di dunia perbatikan yang sudah seseorang yang menjadi pertimbangan lebih lama. utama. Melainkan, mereka yang tergolong 28 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 15-30 usia kerja tapi belum memiliki pekerjaan, Cara pembuatannya dapat dengan ditulis alias masih menganggur. Mereka yang menggunakan canting, dicap dengan masih menganggur dan mau terjun ke menggunakan cap, atau penggabungan dunia perbatikan, itulah yang “ditangkap”. antarkedua cara tersebut.Yakni, ditulis Soal rasa suka dengan pekerjaan dan sifat- sekaligus dicap. sifat yang umum harus dimiliki pengrajin Penetapan UNESCO membuat batik, menurutnya, akan terlihat pada saat batik menjadi booming. Sanggar batik diberikan pembelajaran nanti. Menurut- bermunculan, model busana batik nya, membatik memerlukan tingkat beragam, dan penggunaan batik menjadi kesabaran, ketekunan, dan ketelitian yang tak berbatas ruang dan waktu. Fenomena tinggi. Oleh karena itu, hanya mereka yang tersebut memenuhi tiga unsur yang memiliki rasa suka dengan pekerjaan terdapat di dalam konsep pelestarian, yakni membatik dan sifat-sifat seperti tersebut di pengembangan dan pemanfaatan. Satu atas yang akan dapat bertahan sebagai unsur lagi di dalam konsep pelestarian pengrajin batik. adalah perlindungan, yakni upaya pence- Teknologi, peralatan serta cara gahan dari kepunahan. Hal yang sekiranya yang digunakan untuk membatik di mampu menjaga batik dari kepunahan Sanggar Lembur Batik Cimahi, sama saja selain keberadaan konsumen, kunci dengan peralatan dan cara membatik yang awalnya tidak lain terletak pada digunakan pada umumnya di dunia keberadaan pengrajin. perbatikan. Pada prinsipnya, membatik Zaman yang sudah serba tek (baca: merupakan pekerjaan yang sifatnya masih teknologi), yang mana jenis pekerjaan tradisional. Pengerjaannya secara manual, sudah sangat beragam, menyurutkan orang dan peralatan yang digunakan relatif untuk menggeluti dunia perbatikan. Dunia sederhana dilihat dari kaca mata kekinian. yang memerlukan ketekunan, ketelitian, Sistem (pola keseluruhan dari dan kesabaran, juga rasa cinta. langkah-langkah kerja), pekerjaan Tidak seperti tempat perbatikan membatik dibagi bagian per bagian. pada umumnya yang mana sumber energi Meskipun demikian, tidak berarti setiap (tenaga ahli) ada di dalam lingkungan orang akan memegang satu bagian keluarga dan kemudian meluas pada pekerjaan. Ada satu orang yang merangkap masyarakat di sekitarnya. Di Lembur Batik lebih dari satu pekerjaan. Ada bagian yang Cimahi, energi (pekerja) “diciptakan”, mencuci kain untuk menghilangkan kanji. dengan mengambil orang untuk dikursus- Orang yang memiliki tugas di bagian ini, ia kan dan menyebarkan pada beberapa orang merangkap mengerjakan pembuatan pola untuk selanjutnya menjadikannya sebagai dan pengecapan misalnya. Bagian nyanting pengrajin batik. Namun demikian mana- merangkap mengerjakan pembuatan pola. kala materi menjadi pertimbangan nomor Pembagian pekerjaan tersebut sudah satu, tidak ada rasa memiliki, tidak ada dipertimbangkan berat dan ringannya, serta rasa cinta (bekerja tanpa hati), dan tidak ada benang merahnya atau tidak antara memiliki sifat yang dibutuhkan dalam satu bagian dengan bagian yang lain. dunia perbatikan, habislah pengrajin itu. Adapun sistem penggajian ada dua versi. Kiranya, konsep kerja pengrajinlah yang Ada yang dilakukan secara mingguan, ada mampu mempertahankan pengrajin batik pula secara bulanan. Sistem ini biasanya untuk tidak lari pada jenis pekerjaan yang berdasarkan kesepakatan. lain. Kerja memang untuk mencari nafkah. Namun demikian di mata pengrajin yang D. PENUTUP setia pada pekerjaannya, kerja tidak melulu Batik adalah kain yang mengguna- mengutamakan materi, melainkan juga kan proses perintang malam atau lilin harus dapat memberikan kepuasan sebagai bahan media untuk membuatnya. batiniah. Aktor di Balik Selembar Batik..... (Ria Intani T.) 29

Partisipasi warga masyarakat Masyarakat”, Makalah, Bandung, 25 dalam rangka menguatkan pengakuan dari Juni 1994. UNESCO dengan mendirikan sanggar, Lasmiyati. 2012. “Batik Cimahi”, dalam Bunga perlu didukung dan diapresiasi oleh Rampai Pelestarian Budaya dan pemerintah. Sehubungan dengan itu, Sejarah Lokal. terkait tidak banyaknya pengrajin batik di Purwaningsih, Ernawati. ”Pewarisan Tradisi luar daerah perbatikan, seperti halnya Kota Membatik di Desa Kotah, Sampang, Cimahi, ada baiknya instansi terkait Madura” dalam Patrawidya Vol. 16 mengadakan pelatihan secara cuma-cuma No. 4.Desember 2015.Hlm. 466. kepada warganya untuk menyiapkan Sarmini.“Pakaian Batik: Kulturisasi Negara tenaga kerja pembatik di daerahnya. dan Politik Identitas” dalam Jantra Dunia perbatikan yang kalah saing Vol. IV No. 8.Desember 2009. Hlm. dengan “batik” pabrikan, membuat 674-675. seringkali produksi tersendat-sendat. Kondisi seperti itu merupakan salah satu 2. Buku penyebab pada besarnya penghasilan Abdullah, Taufik. 1978. pengrajin yang tidak dapat maksimal. Atas Agama Etos Kerja dan Perkembangan kondisi tersebut, pemerintah setempat Ekonomi. Jakarta: LP3ES. berkewajiban menciptakan strategi, salah satunya dengan menggiring lebih banyak Ariani, Christriyati. 2013. Batik Gentongan Tanjungbumi lagi warganya untuk mengenakan batik Bangkalan Madura dalam Kerajinan Cimahi. Misalnya, dengan membuat Batik dan Tenun (Lono Lastoro kebijakan di mana pada hari-hari tertentu, Simatupang, Pengantar). BPNB setiap karyawan bukan saja di lingkungan Yogyakarta. pemerintah, namun juga swasta, dan sekolah yang berada di wilayah Garna, Yudistira K. 2009. Metoda Penelitian Kualitatif. administrasi Kota Cimahi, wajib Bandung: The Judistira Foundation mengenakan busana batik Cimahi. Dengan dan Primaco Akademika. demikian batik Cimahi akan terus menggeliat dan berujung pada semangat Hamzuri. 1994. pengrajinnya. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan. Herawati, Isni. 2013. UCAPAN TERIMA KASIH Kerajinan Kuningan di Bejijong Terima kasih diucapkan kepada Mojokerto: Bahan Baku, Teknologi Bapak Triwanto selaku pemilik Lembur Produksi dan Pemasaran dalam Batik Cimahi serta Bapak Somantri selaku Kerajinan Tradisional (Andri Kurniawan, Pengantar). BPNB pengrajin batik yang telah menyediakan Yogyakarta. waktu untuk diwawancara. Taryati. 2013. DAFTAR SUMBER Kerajinan Ukir Kayu di Desa Kanduluk Sumenep Madura dalam 1. Jurnal, Skripsi, Makalah Kerajinan Tradisional (Andri Hayati, Chusnul. “Batik Pekalongan: Besar Kurniawan, Pengantar).BPNB karena Benturan” dalam Patrawidya Yogyakarta. Vol. 13 No. 1.Maret 2012.Hlm. 25-26. Tim Redaksi KBBI. 1988. Intani, Ria. “Regenerasi Topeng Randegan” Kamus Besar Bahasa Indonesia. dalam Patanjala Vol. 8 No. 3. Jakarta: Gramedia. September 2016. Hlm. 22. Tim Redaksi KBBI. 2013. Kartawinata, Ade M. “Persepsi tentang Etos Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia. Kerja Kaitannya dengan Nilai Budaya 30 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 15-30

Wallman, Sandra. 1979. Social Anthropology of Work. London, New York Toronto Sydney San Francisco: Academic Press.

3. Internet http://www.cimahikota.com/data-wilayah-kota- cimahi.html, diakses tanggal 23 Desember 2016, pukul 19.10 WIB.

Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 31

PRANATA PENDIDIKAN PADA UPACARA NGEUYEUK SEUREUH, UPACARA MASA KEHAMILAN, DAN NGASUH BUDAK

EDUCATION INSTITUTIONS ON NGEUYEUK SEUREUH CEREMONY, PREGNANCY CEREMONY, AND NGASUH BUDAK (CHILD CARE)

Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jalan Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung e-mail: [email protected]

Naskah Diterima: 4 Januari 2017 Naskah Direvisi: 10 Februari 2017 Naskah Disetujui: 20 Februari 2017

Abstrak

Dalam pranata pendidikan dibahas mengenai pendidikan informal dalam keluarga di masyarakat Sunda. Tulisan ini menguraikan tentang bagaimana pendidikan informal diterapkan dalam sebuah keluarga dan mensosialisasikan nilai-nilai kehidupan kepada anak-anak mulai dari masa kanak-kanak melalui kegiatan ngasuh budak, memasuki masa perkawinan melalui ngeuyeuk seureuh, dalam rangka mempersiapkan anak menjadi pasangan suami istri, dan pada masa kehamilan dengan serangkaian upacara adat kehamilannya, sehingga suami istri siap dalam menghadapi masa kehamilan dan menjadi orang tua. Dalam perjalanan waktu, pendidikan informal pada keluarga mengalami perubahan seiring dengan perubahan struktur keluarga dan cara pandang terhadap pranata pendidikan. Hal itu dipengaruhi oleh tumbuhnya pranata sosial pendidikan sejenis pada masa kini, baik pada lingkup nasional maupun global.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara utuh dan mendalam tentang pranata pendidikan di masyarakat Sunda. Metode penelitian adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui observasi langsung dan wawancara. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pranata sosial merupakan himpunan norma yang mengatur kehidupan manusia secara bersama, tentunya dalam budaya Sunda memiliki beberapa pranata. Kata kunci: pranata pendidikan, ngeuyeuk seureuh, ngasuh budak, upacara kehamilan. Abstract In educational institutions it is discussed about informal education in the family of in Sundanese society. This paper describes on how informal education is are implemented in a family and how to socialize the values of life to children ranging from infancy through ngasuh budak/childbearing, entering a period of marriage through ngeuyeuk seureuh, in order to prepare children to become husband and wife, and during pregnancy with a series of pregnancy ceremonies, so that husband and wife are ready to face the pregnancy and parenthood. In the course of time, the informal education on family changes along with the changes in family structure and the perspective of the educational institutions. It is influenced by the growth of similar social education institutions at the present time, both national and global. The purpose of this study is to get a full and depth picture of educational institutions in the Sundanese society community.The research method is qualitative method with descriptive approach. The data are collected through direct observation and interviews The result shows that the social order is a set of norms that govern human life together, and Sundanese culture has several institutions that govern human life in their society. Keywords: education institution, ngeuyeuk seureuh, pregnancy ceremony, ngasuh budak (child bearing).

32 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44

A. PENDAHULUAN lingkungannya ditanamkan sejak si anak Proses pengembangan kebudayaan masih dalam kandungan ibunya, hingga si merupakan proses untuk mencapai suatu anak tahu akan dirinya. Kearifan orang tua kesadaran dan pendewasaan suatu bangsa dalam memperkenalkan segala sesuatunya menuju kemakmuran. Proses ini tidak dikemas dalam bentuk-bentuk simbol yang lepas dari akar sejarah, budaya, tradisi, dan pada akhirnya si anak akan sadar dengan nilai-nilai yang menjadi norma kehidupan sendirinya. Kesadaran hidup dan adanya yang dimilikinya. Untuk menuju suatu keterkaitan dengan alam sekitar, membuat bangsa yang maju, diperlukan penafsiran manusia berupaya menciptakan pranata kembali nilai-nilai tradisional dan sistem yang dapat mempertahankan hidupnya. budaya yang sesuai dengan perkembangan Upaya yang dilakukan oleh masyarakat bangsanya, sehingga kebudayaan suatu adalah dengan menciptakan dan meles- bangsa akan sangat menunjang terhadap tarikan tradisi yang telah berjalan. perkembangan bangsa itu sendiri. Apabila Manusia yang hidup di era disimpulkan dari sekian banyak pengertian sekarang, menganggap dirinya berada kebudayaan, maka kebudayaan adalah dalam masyarakat modern, namun tetap hasil kreativitas manusia untuk dirinya tidak lepas dari pengaruh-pengaruh keharmonisan hidupnya; atau merupakan orang tuanya terdahulu. Pengaruh itu dapat hasil akumulasi dari seluruh aspek berupa pola pikir yang ditanamkan sejak kehidupan masyarakat pendukungnya kecil, sehingga sulit sekali untuk dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh melepaskan diri dari pengaruh itu. karena itu, kebudayaan merupakan satu Pranata adalah aturan-aturan yang kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dikukuhkan dengan sanksi oleh anggota- kehidupan nyata. Aspek-aspek yang anggotanya. Aturan-aturan yang disepakati terkandung dalam kebudayaan tersebut bersama tersebut memudahkan koordinasi dapat dilihat antara lain dari tradisi yang dan kerjasama di antara penduduk dalam dimilikinya dan menjadi pedoman hidup pemakaian sumber daya yaitu dengan cara untuk tetap survive. Kebudayaan dapat membentuk harapan-harapan yang dipandang sebagai sesuatu yang berifat seyogyanya dimiliki oleh setiap orang dinamis, bukan sesuatu yang bersifat statis dalam berinteraksi dengan orang lain dan kaku. Kebudayaan bukan lagi sebagai (Hayami dan Kikuchi, 1987: 5). pengertian sekumpulan barang seni atau benda-benda, pranata menurut Yakub (2000:259) adalah tetapi kebudayaan akan selalu dikaitkan sistem tingkah laku sosial yang bersifat dengan gerak hidup manusia dalam resmi serta adat istiadat dan norma yang kegiatannya; seperti membuat peralatan mengatur tingkah laku itu dan seluruh hidup, norma-norma yang diciptakannya, perlengkapannya guna memenuhi berbagai sistem pengetahuan, sistem jaringan sosial, kompleks kebutuhan manusia dalam kehidupan ekonomi, sistem religi atau masyarakat. Hayami dan Kikuchi (1987: kepercayaan, adat istiadat, serta seperang- 5), membagi pranata menjadi dua sub kat aturan lainnya. Semua itu kategori yaitu pranata dasar atau pranata diaktualisasikan melalui sistem pengeta- primer dan pranata sekunder. Pranata dasar huan tradisional yang menjadi dasar dan merupakan seperangkat aturan keputusan pedoman akan kesadaran moral, keyakinan dasar yang dapat dispesifikasi ke dalam religius, kesadaran nasional, dan hukum formal atau prinsip-prinsip dasar kemasyarakatan yang berlaku dalam yang dianggap tradisi. Dalam lingkup kehidupan sehari-hari. komunitas desa, pranata dasar terutama Manusia sebagai makhluk sosial terdiri atas adat kebiasaan tradisional dan tidak dapat terlepas dari ketergantungan prinsip-prinsip moral, sehingga suatu kepada makhluk lainnya dan alam tatanan yang melanggar adat kebiasaan dan sekitarnya. Pengenalan terhadap alam dan moral tradisional akan dianggap tidak sah Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 33 oleh anggota komunitasnya. Contoh dan ngasuh budak, merupakan istilah lokal pranata dasar antara lain gotong royong, Jawa Barat yang berarti pola pengasuhan tolong menolong, juga pemerataan dalam anak. Jadi ketiga bagian ini, yaitu kesejahteraan dan pendapatan di antara ngeuyeuk seureuh, upacara masa penduduk setempat berdasarkan kehamilan, dan ngasuh budak merupakan pandangan lokal, seperti sistem bawon. rangkaian penanaman nilai-nilai yang Adapun pranata sekunder merupakan dilakukan oleh orang tua terhadap bentuk-bentuk persetujuan khusus, misal- anaknya. Ketiga bagian ini dalam budaya nya bagaimana cara-cara unit ekonomi Sunda merupakan suatu kegiatan yang tak dapat berkompetisi atau bekerja sama terpisahkan dalam proses kehidupan dan dalam pemakaian sumber daya. Dalam merupakan bagian penting dalam masyarakat desa, pranata sekunder antara rangkaian hidupnya yang tak lepas dari lain berupa bentuk-bentuk perjanjian adat istiadatnya. khusus untuk mempekerjakan tenaga kerja Berdasarkan pada uraian di atas, pada saat panen. dengan mempergunakan penggolongan Sementara itu Koentjaraningrat pranata berdasarkan pendapat 1996: 16) mengemukakan bahwa pranata Koentjaraningrat (1996:16 dan Yacub sosial adalah sistem norma atau aturan 2000:19) maka ngeuyeuk seureuh, upacara yang menyangkut suatu aktivitas masa kehamilan, dan ngasuh budak masyarakat yang bersifat khusus. Selanjut- tergolong sebagai pranata pendidikan. nya jika pranata dilihat berdasarkan fungsi Sedangkan menurut Hayami dan Kikuchi dalam memenuhi keperluan-keperluan (1987: 18) termasuk sebagai pranata dasar, sebagai warga masyarakat maka dapat sebab konsisten dengan prinsip-prinsip digolongkan sekurang-kurangnya menjadi moral masyarakat desa. delapan bentuk pranata, yaitu: 1) pranata Dalam pranata pendidikan, dibahas yang berfungsi untuk memenuhi keperluan mengenai pendidikan informal pada kehidupan kekerabatan, yang sering masyarakat Sunda. Tulisan ini menggam- disebut kinship atau domestic institutions; barkan bagaimana pendidikan informal contoh perkawinan, tolong- menolong yang diterapkan dalam keluarga masyara- antar kerabat, pengasuhan anak-anak, kat Sunda untuk mensosialisasikan nilai- sopan santun, pergaulan antar kerabat, nilai kehidupan kepada anak-anak, mulai sistem istilah kekerabatan, dan lain-lain. 2) memasuki masa perkawinan melalui Pranata ekonomi (economi constitutions); upacara ngeuyeuk seureuh dalam rangka 3) Pranata pendidikan (educational mempersiapkan anak menjadi pasangan institutions); 4) Pranata ilmiah (scientific suami istri, dalam menghadapi masa institutions); 5) Pranata untuk memenuhi kehamilan dan menjadi orang tua, dan keindahan dan rekreasi (aesthetic and ngasuh budak mulai dari masa kanak- recreation institutions); 6) Pranata kanak. Dalam perjalanannya, pendidikan keagamaan (religious institutions); 7) informal dalam keluarga Sunda ini Pranata politik (political institutions); 8) mengalami perubahan seiring dengan Pranata somatik, untuk memenuhi perubahan dalam struktur keluarga dan kebutuhan dan kenyamanan hidup (somatic cara pandang mereka terhadap pranata institutions). pendidikan tersebut. Hal ini dipengaruhi Ngeuyeuk seureuh merupakan oleh tumbuhnya pranata sosial pendidikan silaturahmi antara kedua calon mempelai sejenis pada masa kini, baik pada lingkup yang dilakukan oleh calon mempelai pria nasional maupun global. kepada calon mempelai wanita pada adat B. METODE PENELITIAN perkawinan Sunda. Upacara masa Penelitian ini menggunakan kehamilan merupakan rangkaian upacara metode kualitatif yaitu mendeskripsikan yang sarat dengan penanaman nilai-nilai, data yang diperoleh di lapangan. Penelitian 34 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44 ini didasarkan pada fenomena sosial yang Adapun analisis data yang digunakan terjadi pada masyarakat (Sunda). Peneli- antara lain: reduksi data, dan penyajian tian kualitatif yaitu penelitian yang data (display data). menghasilkan data deskripstif berupa kata- C. HASIL DAN BAHASAN kata tertulis atau lisan dari orang-orang Sistem kehidupan dalam komuni- atau pelaku yang dapat diamati. tas Sunda adalah tri tangtu di buana, yaitu Pendekatan ini diarahkan pada individu melaksanakan etika Sunda dan estetika yang utuh (Moeleong, 2001:4) Sunda yang terhimpun dalam tri tangtu di Metode pengumpulan data bumi, tri tangtu di lamba, dan tri tangtu di dilakukan penelitian lapangan yang jalma rea. (Atja, 1968: 17-43). dimaksudkan sebagai pelengkap, yaitu Kemampuan karuhun (leluhur masyarakat untuk mendukung dan menganalisis bentuk Sunda) dalam mencermati alam dan pengembangan kebudayaan serta perlin- harmonisasi hidupnya tergambar pada tata dungannya. Teknis pengumpulan informasi tingkah laku ‘etika moral’ dalam dilakukan dengan wawancara mendalam perikehidupannya. Tata tingkah laku ‘etika (indepth interview) terhadap sejumlah moral’ ini dilestarikan melalui pendidikan komunitas lokal seperti komunitas budaya, informal kepada generasi berikutnya komunitas seni dan tokoh-tokoh melalui lembaga keluarga atau kerabat. masyarakat lokal sebagai pemangku hak Penanaman etika moral menuju atas kebudayaan lokal. Metoda analisis hideng (mengerti dengan sendiri) tidak data dilakukan dengan pendekatan terlepas dari kaitannya dengan kualitatif, sehingga setiap informasi dan pengetahuan alam sekitarnya. Hukum alam data yang diperoleh atau berhasil dihimpun adalah hukum Tuhan yang harus dapat dideskripsikan yang kemudian dipatuhinya, semuanya diberikan dengan dianalisis. Dengan metode ini, diharapkan cara natural. Etika moral menjadi patokan terkumpul data yang berkaitan dengan hidupnya. Penanaman tata nilai dan tata deskripsi nilai-nilai budaya yang mengatur laku, tidak terbatas hanya ketika masa kehidupan masyarakat pendukungnya yang kanak-kanak (ngasuh budak), tetapi tercermin dalam kelakuan, tata kelakuan, ditanamkan pada saat-saat seseorang dan hasil kelakuan pada warga mengalami proses peralihan dalam status pendukungnya. dan perannya, misalnya ketika ia akan Lokasi penelitian di sekitar berkeluarga, akan menikah (ngeuyeuk pinggiran Kota Bandung, pemilihan lokasi seureuh) dan akan menjadi orang tua didasarkan pada pertimbangan bahwa (proses kehamilan) melalui berbagai tradisi ngeuyeuk seureuh, upacara upacara. kehamilan dan proses ngasuh budak, masih Nilai-nilai kehidupan yang dijadi- dilakukan oleh masyarakat pendukung kan pedoman hidup dalam penanaman tradisi tersebut. Data yang dihasilkan kesadaran akan jati diri bagi perkem- diambil dari dua sumber, yaitu primer dan bangan anak (baca: generasi penerus), skunder. Data primer adalah data yang diberikan dalam bentuk simbol yang diperoleh dari lapangan melalui sederhana. Etika moral yang digambarkan pengamatan dan wawancara, sedangkan dalam tata kehidupan bagi masyarakat data sekunder diambil dari buku, dokumen Sunda tertuang dalam kalimat yang hasil penelitian. Teknis anaslisis data sederhana, yaitu cageur (sehat), bageur digunakan dalam penelitian ini adalah (baik), bener (benar), dan pinter (pintar). analisis deskriptif kualitatif. Menurut Kegiatan ngasuh budak, upcara Patton (dalam Meoleong, 2001:208) adat ngeuyeuk seureuh, dan upacara adat analisis data merupakan proses mengatur dalam menjalani proses masa kehamilan urutan data, mengorganisasikan ke dalam merupakan bagian dari tata asuh dan tata suatu pola, kategori dan urutan suatu dasar. didik karuhun (nenek moyang) Sunda Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 35 untuk menanamkan tata nilai dan tata laku bersih; (e) membelah mayang jambe yang bagi generasi-generasi berikutnya. Melalui melambangkan suami harus perjalanan waktu seiring dengan kemaje- memperlakukan istrinya dengan hati-hati; mukan dan kompleksitas kehidupan (f) membelah pinang, yang melambangkan masyarakat Sunda (Jawa Barat, tempat suami istri harus seperti pinang dibelah dimana orang Sunda berada). dua, sareundeuk saigel sabobot sapihanean, silih asih, silih asah, dan silih 1. Ngeuyeuk Seureuh asuh (seia sekata saling menyayangi); (g) Perhatian orang tua kepada menumbukkan alu ke dalam lumpang, anaknya begitu besar, mulai dari masih yang melambangkan pendidikan seks bagi bayi hingga memasuki jenjang perkawinan calon mempelai; (h) menggulung daun tak lepas dari perhatian dan kasih sirih lungkun sebanyak tujuh buah, sayangnya. Sehari sebelum pernikahan kemudian dibagikan kepada handai taulan, dilaksanakan, ada acara yang disebut artinya bila nanti mendapat rezeki harus ngeuyeuk seureuh yaitu acara pertemuan dapat berbagi dengan keluarga; (i) atau silaturahmi yang dilaksanakan oleh membakar tujuh sumbu pelita, yang keluarga calon mempelai pria kepada melambangkan tujuh hari api kehidupan keluarga calon mempelai wanita. Pada jangan sampai padam; (j) membuang bekas acara ini biasanya dihadiri oleh para pangeuyeuk seureuh di perempatan jalan undangan, sanak saudara dan ibu-ibu yang artinya membuang hal-hal jelek dan jangan sudah menikah. Anak perempuan yang menengok ke belakang. Upacara ngeuyeuk belum dewasa atau belum nikah tidak seureuh selesai dan keesokkan harinya diperbolehkan untuk menyaksikan upacara upacara pernikahan dilangsungkan di ini, karena berkaitan dengan pendidikan hadapan para saksi dan wali dari calon seks bagi si calon pengantin. Demikian pengantin perempuan. juga wanita yang suka kawin cerai tidak diperkenankan untuk menghadiri upacara 2. Upacara Masa Kehamilan ini. Masa pernikahan telah dilalui Tujuan upacara ini adalah:(a) beberapa bulan terakhir maka tibalah masa meminta restu dari kedua orang tua; (b) kehamilan. Kehamilan dan kelahiran mengabarkan bahwa perkawinan ini merupakan dua kejadian dalam siklus direstui dan tidak ada paksaaan; (c) kehidupan perempuan yang telah menikah memberikan nasihat kepada kedua calon yang dianggap sebagai kodrat atau fitrah. mempelai melalui perlambang dari benda- Janin yang tumbuh dalam tubuh seorang benda yang ada saat upacara. ibu dan kelahirannya merupakan fenomena Pelaksanaan upacara ngeuyeuk yang wajar. Proses ini dilihat dari sudut seureuh: (a) pangeuyeuk (pimpinan kebudayaan yang ada di seluruh dunia upacara) memberikan benang kanteh memiliki persepsi yang berbeda-beda. (putih), ujungnya saling dipegang, Perbedaan persepsi dan respon kemudian menghadap kepada kedua orang perilaku masyarakat disebabkan oleh tua dari mempelai wanita dan pria untuk beberapa aspek kultural. Meutia (1998:24) meminta restu; (b) pangeuyeuk memberikan tiga aspek kultural yang mengiringinya dengan lagu kidung yang terkait dengan proses kehamilan, yaitu : (1) sarat dengan nasihat agar kedua mempelai bahwa masa kehamilan dianggap sebagai dapat hirup jeung hurip (hidup sejahtera); masa krisis dalam tahapan kehidupan. (c) kedua mempelai dikeprak dengan sapu Keadaan ini dapat bersifat nyata dan gaib, lidi diiringi petatah-petitih dalam masa kehamilan dianggap sebagai proses menghadapi rumah tangga; (d) kedua peralihan untuk menjadi orang tua dalam mempelai membuka kerudung putih memerankan seorang ibu. Rangkaian pangeuyeukan, sebagai lambang bahtera upacara yang dihadapi pada masa krisis rumahtangga yang akan dibina masih suci disebut crisis rites atau upacara peralihan 36 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44 disebut rites de passage, yaitu untuk kegembiraan. Ekspresi kegembiraan ini menolak bahaya gaib; (2) kehamilan disambut dengan berbagai upacara. merupakan suatu kondisi khusus yang Menurut Suryadi (1985: 15) pada dapat mendatangkan bahaya bagi ibu dan masyarakat Sunda terdapat tiga tahap bayi yang dikandungnya. Hal ini upacara kehamilan, yaitu: (a) hajat bangsal melahirkan serangkaian larangan bagi ibu upacara yang dilaksanakan pada masa hamil atau pantangan yang harus kehamilan tiga bulan; (b) tingkeban dilaksanakan, baik oleh ibu hamil maupun upacara yang dilaksanakan pada masa suami. Pantangan dapat berupa perbuatan kehamilan lima bulan; dan (c) hajat bubur atau makanan, apabila dilanggar maka lolos upacara yang dilaksanakan pada secara gaib dapat berakibat buruk; (3) masa kehamilan sembilan bulan. Namun berkaitan dengan citra perempuan. Bila bila si ibu masa mengandung melebihi seorang perempuan mampu melahirkan sembilan bulan, maka diadakan upacara anak, hal itu merupakan tolok ukur bagi kehamilan reuneuh munding. seorang istri untuk menunjukkan Upacara kehamilan tiga bulan, keberhasilannya dalam tugas budayanya perempuan yang hamil baru dua atau tiga yang mempersembahkan keturunan kepada bulan, belum disebut hamil tapi disebut sang suami. nyiram (ngidam). Baru kemudian setelah Suganda, (1982:14) mengatakan lebih dari tiga bulan disebut hamil. bahwa keadaan anak yang dikandung sejak Upacara yang dilaksanakan pada masa mulai mengidam sampai dilahirkan kehamilan tiga bulan ini memiliki makna menurut pandangan orang tua di Pasundan adanya percampuran antara nafsu laki-laki (Sunda) memiliki istilah, yaitu: masa dengan nafsu perempuan (ayah dan ibu) kandungan sebulan disebut ngaherang yang dilambangkan dengan bubur merah (jernih), masa kehamilan dua bulan disebut dan bubur putih. Hal ini mengisyaratkan lumenggang (kental), masa kehamilan tiga kepada suami agar berhati-hati dalam bulan disebut kumambang (mekar), masa menggauli istri. Kemudian dibacakan doa kehamilan empat bulan disebut gumulung nur buat (doa kesempurnaan) agar anak (menjadi satu), masa kehamilan lima bulan yang dikandung tumbuh sempurna jangan disebut mangrupa (berupa manusia), masa ada cacat. kehamilan enam bulan disebut usik Upacara hajat bangsal, dilaksana- (bergerak), masa kehamilan tujuh bulan kan pada masa kehamilan lima bulan. Kata disebut malik (sempurna berwujud bangsal (gabah), menunjukkan arti bahwa manusia), masa kehamilan delapan bulan keluarga ibu hamil harus memberikan disebut kumentar-kumentir (mencari jalan sedekah (Suryadi, 1985:35 dan Suganda, keluar), masa kehamilan sembilan bulan 1982:15). Hajat ini pula, dimaksudkan disebut ngaruang-ruang (memasuki jalan untuk meminta seorang paraji atau keluar). indung beurang (dukun beranak) agar Persepsi dan respon masyarakat mulai saat itu memeriksakan kandungan Sunda terhadap kehamilan terdapat dalam dan menangani saat kelahiran nanti. Makna berbagai pranata sosial yang terkandung upacara ini sebagai palakiah, supaya dalam upacara yang dilaksanakan pada leungit belang bengsalna diganti ku masa kehamilan. Respon tersebut secara waluya (penolak bala, agar hilang budaya ditujukan untuk keselamatan bagi malapetaka diganti dengan keselamatan). ibu dan anak, sedangkan respon yang Upacara tingkeban dilaksanakan diberikan oleh masyarakat yang mengatur pada masa kehamilan tujuh bulan, waktu kekerabatan dalam ikatan klen baik pelaksanaan biasanya harus jatuh pada patrilineal maupun matrilineal, kelahiran angka 7, misalnya tanggal 7, 17, 27, jam 7 seorang bayi merupakan kelangsungan dari baik pagi hari maupun petang hari. klen tersebut yang harus disambut dengan Tingkeb artinya tutup, mengandung makna Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 37 bahwa sejak upacara dilaksanakan hingga (digunakan untuk obat bayi), jukut palias 40 hari setelah melahirkan tidak boleh (untuk menolak kuntilanak) kemudian melakukan hubungan suami istri. Dalam dibungkus dalam kain yang diikatkan pelaksanaan upacara ini, banyak benda- sebagai kendit di pinggang. Makna dari benda yang dihadirkan, mulai dari rujak 7 upacara ini adalah memberikan rasa macam, bunga 7 macam, kain 7 macam percaya diri kepada ibu hamil dalam dan lain sebagainya. Makna yang menghadapi saat kelahiran. Di samping itu terkandung dalam upacara ini bahwa jimat yang dipakai sebagai kendit untuk manusia di dunia ini hidup tidak lama dan memberikan dorongan kekuatan agar tidak pasti kembali kepada-Nya (dilambangkan khawatir menghadapi berbagai gangguan dengan hanjuang). Hidup dan kehidupan baik nyata maupun gaib. harus dijalani dengan kebaikan Upacara reuneuh mundingeun, (dilambangkan dengan mayang jambe biasanya upacara ini dilaksanakan bila ibu berpadanan dengan kata hayang hade hamil melewati usia kehamilan lebih dari (ingin kebaikan harumnya seperti bunga sembilan bulan, bahkan sampai 10, 11 pinang). Anak yang dilahirkan harus bahkan 12 bulan. Kehamilan semacam ini, berkilau (dilambangkan dengan segeng- di tanah Sunda disebut sebagai reuneuh gam perhiasan mas), bunga 7 macam mundingeun, karena munding (kerbau) melambangkan hidup, kekuatan, pengli- biasanya memiliki masa kehamilan antara hatan, perkataan, perasaan, dan kemauan. 11 hingga 12 bulan. Maksud dan tujuan Rujak 7 macam melambangkan bahwa upacara ini dilaksanakan agar ibu hamil kesusahan, kepahitan hidup dapat dihadapi cepat melahirkan dan menjaga agar tidak dengan bijaksana. Begitu pula dengan rasa terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. pedas atau tidak rujak yang dihasilkan itu Berbeda dengan upacara-upacara lainnya, menunjukkan bila pedas bayi yang tempat penyelenggaraan upacara reuneuh dikandung laki-laki atau sebaliknya. mundingeun dilaksanakan di luar rumah. Upacara bubur lolos, dilaksanakan Ibu hamil dituntun mengelilingi rumah pada usia kehamilan delapan bulan. Bubur bahkan ada yang dibawa ke kandang lolos, artinya bubur yang cair, berharap kerbau. bahwa nantinya pada saat melahirkan Penanaman nilai baik untuk ibu mudah dan lancar seperti cairnya bubur hamil maupun bayi yang masih dikandung, lolos. Harapan lain dari adanya upacara ini tercermin pula dalam beberapa pantangan untuk membesarkan ibu hamil tidak takut selama masa kehamilan. Bagi seorang ibu menghadapi persalinan. yang sedang nyiram, di antaranya Pada saat pelaksanaan upacara dipantang untuk melihat sesuatu yang biasanya disediakan pelita sebagai menjijikkan, melihat orang cacat, lambang cahaya terang dan berharap menengok orang yang sakit dan orang bahwa nanti anak yang dilahirkan berhati yang meninggal, berziarah ke kuburan. dan berpikiran terang. Biasanya upacara ini Bagi seorang ibu yang sedang dilaksanakan dengan sangat sederhana hamil usia tiga bulan, dipantang untuk yang hanya menyediakan makanan bubur turun ke sungai, ke pemandian (di luar lolos yaitu bubur yang dibungkus dengan rumah pada waktu malam hari), tidak daun pisang yang dileumpeuh (dilayukan) boleh keluar rumah malam hari. Tidak dan diberi minyak kelapa agar semakin boleh tidur sembarangan dan tanpa bantal, licin. Harapannya bahwa nanti bayi yang hal ini akan menyulitkan melahirkan, tidak dilahirkan selicin seperti bubur ini. boleh duduk menjuntai karena dikhawa- Pada pelaksanaan upacara ini, tirkan anaknya sungsang saat dilahirkan, indung beurang membuat jimat untuk tidak boleh memakan buah-buahan bekas penolak bala ibu hamil, terdiri atas: kelelawar karena berakibat penyakit panglay (untuk menolak hantu), jaringao koreng kepada anak dan ibunya, tidak 38 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44 boleh mengisi bantal atau kasur dengan Dalam upacara hajat bangsal, istri kapuk karena bisa terjadi kelak anaknya dan suaminya harus diingatkan bahwa saat menjadi orang yang rakus. Begitu pula itu kondisi dia dalam keadaan mengandung bagi suami, selama istri mengandung seorang anak yang harus lahir sehat karena dipantang untuk tidak melakukan anak merupakan penerus keturunan. Untuk penyembelihan hewan, tidak boleh itu, sebagai calon orang tua harus membunuh atau menyakiti hewan dan bertanggungjawab untuk melindunginya. tidak boleh berburu. Selain itu, bagi suami harus pula menjaga Selama hamil, harus memperhati- istrinya dengan cara memperlakukannya kan pula gejala alam, seperti gerhana dan dengan baik agar selama masa kehamilan gempa bumi maka ibu hamil harus masuk istri selalu sehat. ke kolong sebentar, kemudian mandi, Dalam upacara tingkeb juga setelah itu makan dan minum. Jika tidak demikian, pasangan tersebut semakin berbuat demikian, dikhawatirkan akan diingatkan bahwa usia kehamilannya sudah terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki pada mencapai tujuh bulan, tidak lama lagi akan anak yang dikandungnya. Konon jika ada menjalani persalinan. Perempuan tersebut gerhana bulan, gerhana matahari, dan semakin harus berperilaku sehat. Sedang- gempa bumi, menurut kepercayaan kan bagi suaminya harus semakin masyarakat Sunda, telur yang sedang mendukung istrinya, seperti sejak saat dierami bisa mendadak busuk. Hal ini upacara tingkeb sampai 40 hari setelah diharapkan tidak terjadi pada manusia. persalinan, suami tidak menggauli istrinya. Gerhana dan gempa itu Pantangan-pantangan yang harus mengandung lambang atau makna bahwa dijalani tidak lain agar keduanya selalu gerhana adalah gelap dan gempa itu berperilaku santun baik bagi pasangannya bergoyang. Hal itu melambangkan bahwa maupun lingkungannya agar situasi yang jika orang yang sedang mengandung dan ditimbulkan selalu menyenangkan. Hal ini suaminya itu sedang gelap hati, sedang akan memperkokoh mental perempuan keduanya berbantah, haruslah salah tersebut yang akan menghadapi persalinan, seorang menjauh. Nanti jika menjauh hati dan juga mental pasangan tersebut yang menjadi tentram, seperti orang yang mandi akan berubah status menjadi orang tua, atau minum. sebagai ibu dan ayah. Upacara adat yang dilaksanakan Upacara bubur lolos, dimaksudkan selama masa kehamilan, tersirat maksud untuk menyenangkan hati perempuan dan tujuan serta makna dan pantangan hamil tersebut agar tidak khawatir yang harus dipatuhi. Pesan-pesan simbolis menghadapi persalinan. Upacara ini merupakan serangkaian norma yang mengingatkan bahwa persalinan adalah diharapkan dapat menjadi rujukan bagi kodrat perempuan, asalkan selalu pasangan tersebut dalam bertingkah laku, berperilaku baik maka persalinan tersebut karena norma yang tersirat tadi ditujukan bukan hal yang harus dikhawatirkan. untuk keselamatan baik bagi ibu yang Upacara reuneuh mundingeun sedang mengandung tersebut maupun anak pada usia kehamilan lebih dari sembilan yang sedang dikandungnya. Maksud dan bulan yang diselenggarakan secara khusus tujuan dari upacara adat tiga bulan, hajat bagi perempuan yang usia kehamilannya bangsal, tingkeb, hajat bubur lolos dan sekaligus mendoakan perempuan tersebut upacara reuneuh mundingeun (setelah usia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kehamilan sembilan bulan) adalah agar diinginkan. perempuan yang sedang hamil dapat Secara keseluruhan makna yang melalui masa kehamilannya dengan baik, terkandung dalam upacara adat tersebut selalu berada dalam situasi yang adalah penyampaian pesan agar perempuan menyenangkan, sehat lahir batin. hamil dan suaminya selalu menjaga Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 39 kehamilan tersebut. Suami selalu orang tua kepada bayi dengan permainan mendukung dengan menciptakan relasi ciluk...ba. yang menyenangkan baik dengan istri Umur bayi terus bertambah dan maupun lingkungannya sehingga terus berkembang pertumbuhannya, perempuan hamil tersebut siap menjalani sehingga ngasuh budak pun dilakukan proses persalinan dengan selamat dan semakin kompleks. Agar motorik bayi melahirkan anak yang sehat. semakin hari semakin baik dan dapat Sikap hidup harus selalu dijaga beradaptasi dengan lingkungannya maka sehingga dapat melahirkan dengan selamat orang tua akan memberikan cara bermain dan bayi yang dilahirkan sehat dan yang menuntut sistem motorik bayi. sempurna. Pesan simbolis ini pula Keterampilan motorik terus dikembangkan merupakan norma yang diharapkan dengan berbagai macam permainan yang menjadi rujukan bagi calon orang tua dilakukan orang tuanya. dalam bertingkah laku. Umur anak bertambah begitu pula dengan pertumbuhannya, dari merangkak 3. Ngasuh Budak mulai berlajar berdiri sambil dibantu orang Tangisan seorang bayi adalah tua dan diiringi nyanyian untuk menambah musik merdu yang didambakan oleh semangat anak untuk terus berjalan. pasangan suami istri yang baru nikah. Di Berjalan sedikit demi sedikit papay- samping itu kehadiran seorang anak papayan yaitu berjalan sambil berpe- merupakan tanggung-jawab yang sangat gangan pada benda-benda yang dapat berat dalam menghadapi perkembangan menopang untuk berjalan. Kasih sayang hidupnya. Orang tua harus menanamkan orang tua untuk memberi semangat anak nilai-nilai atau norma yang akan menjadi ketika sedang belajar berjalan dengan cara panutan dan pegangan hidup anak kelak. berjoget dan bernyanyi agar anak mau Untuk itu pendidikan yang dilaksanakan berjalan terus. Anak mulai berjalan tapi oleh orang tua terhadap anak dimulai dari masih belum stabil, kedua orang tua; ayah dalam kandungan hingga awal pernikahan. dan ibu duduk berhadapan dengan jarak Hubungan ibu dengan bayi akan kira-kira dua meter, si anak disuruh langsung dirasakan manakala bayi berjalan dari arah ayahnya ke ibunya, terus menangis, di sini pengenalan akan kasih dilakukan hingga anak merasa capek. sayang sudah mulai ditanamkan. Dengan Apabila anak jatuh maka orang tua akan penuh kasih sayang seorang ibu akan ngupahan (membujuk) dengan kata-kata mepende (meninabobokan) dengan cara tuh bangkongna luncat!! (kodoknya gendong sambil dinyanyikan agar bayi loncat!!) sambil diberi jampi: jampe-jampe terbuai dan cepat tidur. Biasanya lagunya harupat, geura gede geura lumpat, sambil adalah neleng-nengkung, ayun ambing dan mengusap bagian badan yang sakit, sambil dengkleung. Ketiga lagu itu berisikan berkata : cageur!! (sembuh!). Ketika anak harapan orang tua (ibu) kepada anaknya mulai lancar berjalan maka pengenalan agar kelak dapat menjadi orang yang lingkungan lebih luas lagi, tidak saja di berguna, berpendidikan, menjadi orang lingkungan rumah akan tetapi lingkungan yang kuat dalam menghadapi kehidupan. di luar rumah. Pertumbuhan bayi akan terlihat jelas ketika Memasuki usia sekolah, mulai dari bayi sudah dapat nyangigir (tidur miring), sekolah tingkat dasar hingga perguruan maka orang tua akan mengajak bicara tinggi tidak lepas dari pengasuhan orang dengan kata-kata yang agak jelas, seperti tua, bahkan sampai pada usia mejelang enen (meminta untuk menetek). Gerakan perkawinan. bayi kemudian dilanjutkan dengan 4. Tantangan Masa Kini nangkuban (tengkurap). Candaan dari Nilai-nilai tradisi yang menanam- kan etika dan moral tidak lagi menjadi 40 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44 konsumsi anak-anak. Dengan demikian pandangan hidupnya yang dimiliki oleh pendidikan formal menjadi sorotan umum, kebersamaan. padahal pendidikan dalam arti luaslah yang Untuk mengisi kehidupan global, dapat membina kepribadian anak didik. diisi dengan pola pikir yang ‘modern’. Revitalisasi dan proses enkulturasi Anak-anak tidak lagi ‘dininabobokan’ oleh yang terjadi kini terputus mata rantainya. nyanyian senandung rindu dongeng- Nilai-nilai tradisi yang menanamkan etika dongeng dari ibunya. Dongeng Sang moral tidak lagi menjadi konsumsi anak- Kancil atau dongeng yang mampu anaknya. Akibatnya banyak orang menanamkan etika dan moral tersebut jauh mengeluh, terutama bagi keluarga yang dari alam sanubari anak-anaknya. Nilai- strata sosialnya menengah ke atas, melihat nilai falsafah, norma, etika, estetika, tahu anak-anaknya tidak lagi menapak dalam akan diri, dan sebagainya merupakan akar budaya dan kepribadian dirinya. barang langka untuk diajarkan. Mereka lebih terkemas budaya asing yang Tantangan nasional dan global pun terus melanda. Bahkan lebih parah lagi melanda tidak saja dalam sistem masyarakat pedesaan sudah mulai terkena pendidikan tadi, kini dalam budaya seperti imbas oleh pesatnya perkembangan sistem upacara perkawinan adat Sunda pun terjadi informasi yang semakin rumit. pula. Upacara perkawinan adat Sunda Banyak keluarga harus melepas- merupakan bagian dari pendidikan infor- kan ikatan-ikatan kelompoknya yang mal pada masyarakat Sunda yang memiliki primordial dan kecil itu seraya melibatkan simbol dan sarat makna. Dewasa ini diri dengan ikatan-ikatan sosial yang lebih upacara tersebut tengah mengalami luas dan bersifat nasional, bahkan global. perubahan. Berubahnya tata cara perka- Sudah barang tentu hal tersebut winan adat Sunda saat ini, karena menimbulkan pergeseran dan perkem- berubahnya pandangan masyarakat terha- bangan sosial budaya yang tidak kecil dan dap nilai dan makna yang terkandung di menyangkut seluruh sektor kehidupan. dalamnya. Demikian pula yang terjadi Manusia adalah makhluk yang pada ngeuyeuk seureuh. membudaya. Hal itu tidak lebih dari Upacara ini merupakan upacara konsekuensi logis dan kenyataan bahwa yang dilaksanakan pada saat pra nikah manusia sebagai makhluk individual dan yang terutama berkaitan dengan sosial sekaligus. Manusia sebagai makhluk pendidikan seks dagi pasangan calon yang membudaya dapat dilihat dari pengantin, dengan tujuan agar nanti setelah kebersamaan dengan sesamanya. Begitu mereka menjadi pasangan suami istri dapat pula kaitannya antara manusia dengan melaksanakan perannya, baik sebagai alamnya terdapat suatu dorongan untuk suami maupun sebagai istri. Pada saat ini, mencari suatu kenyamanan hidupnya masalah seks bukanlah masalah yang tabu dengan cara penyesuaian diri dengan untuk dibicarakan. Masalah seks seharus- alamnya. Konsekuensi logis dari kenyataan nya sudah diperkenalkan sejak dini oleh ini maka salah satunya lahir karya-karya orang tua di rumah. Dan oleh para kreativitas manusia dalam bentuk budaya pendidik yang berkompenten di sekolah dengan nilai estetika yang ada dalam formal. Dengan mengetahui seks, mereka peradabannya. Kondisi demikianlah yang akan mengerti bagaimana melakukan nyata dan berpengaruh pada cara pandang pergaulan seks yang sehat menurut norma hidupnya yang berciri khas. Hasil karya dan nilai yang berlaku. Bagi calon suami yang bernilai estetis ini bisa menjadi ciri istri, masalah pendidikan seks, dapat mandiri dan sangat sinergi dengan diperoleh melalui penataran perkawinan. kehidupannya, sehingga apa yang tampil Dewasa ini, masyarakat lebih memen- adalah perilaku dan karya manusia sebagai tingkan nilai praktis, efisien dan ekonomis. Sehingga penyelenggaraan upacara Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 41 ngeuyeuk seureuh dianggap tidak praktis terhadap alam lingkungan sekitarnya. dan ekonomis karena mahal. Hubungan antarindividu yang pertama bagi Selain itu fungsi upacara ngeuyeuk si anak terjadi dengan orang tua sebagai seureuh sebagai media pendidikan orang terdekatnya. Hubungan ini akan informal dalam keluarga dan masyarakat menghasilkan suatu interaksi di antara Sunda semakin jauh dari yang diharapkan, kedua belah pihak. karena hanya sedikit dari mereka yang Namun kini, perubahan hidup melaksanakan upacara ini mengerti makna sedang berlangsung, bagi keluarga di dari ritual upacara tersebut; yang terjadi perkotaan, di mana lingkungan sosial yang sekarang adalah bahwa upacara ngeuyeuk modern sangat memengaruhi. Banyak seureuh hanya merupakan kelengkapan sudah kendala yang menjadikan hubungan upacara perkawinan belaka. antara anak dan orang tua terputus. Suami Begitu pula tantangan nasional dan dan istri sama-sama bekerja, sehingga global bagi kelangsungan upacara adat kesenjangan hubungan emosional, sosial, pada masa kehamilan yang notabene intelektual dan spiritual antara anak dan merupakan pendidikan informal bagi orang tua tidak lagi harmonis. Diperburuk keluarga dalam mensosialisasikan nilai- lagi dengan sistem informasi yang nilai yang bersifat kultural maupun sosial langsung ada pada setiap tangan anak dari proses kehamilan. Di antaranya adalah ‘gatged’ menjadikan si anak lebih terfokus munculnya kebijakan yang terkait dengan terhadapnya. Keterbatasan waktu itu kesehatan ibu dan anak. menyebabkan kesempatan bergaul dan berinteraksi kurang intens. Nilai-nilai, 5. Proses Perubahan Sosial yang norma-norma, dan pandangan hidup, etika Terjadi Masa Kini yang menjadi pedoman hidup baik bagi Secara kodrati, manusia adalah keluarga maupun masyarakat pada makhluk sosial ‘homo sapien’ yang selalu umumnya kurang dihayati secara wajar. bergantung pada makhluk lain. Sejak lahir Bahkan tidak kita sangkal bahwa nilai hingga dewasa manusia tidak lepas dari materialistik jauh mengalahkan nilai ketergantungan dari manusia lain dalam spiritual yang lebih memberikan lingkungan sosialnya. Perkembangan kemantapan dalam kehidupan manusia. seorang manusia selalu diawali dari Kenyataan ini Karl Jespers seorang ahli lingkungan keluarga. Keluarga dapat filsafat yang moderat mengatakan bahwa dikatakan sebagai lembaga pendidikan visi dan sikapnya terhadap munculnya era yang sangat membentuk karakter dan teknologi, memperingatkan bahwa kema- wawasan anggota keluarganya. Pendidikan juan teknologi mengakibatkan despiritua- itu akan memberikan keleluasaan kepada lisasi kehidupan serta kapitulasi manusia individu dalam mengembangkan pada kekuasaan mesin. pengalaman dan mencari pengalaman baru Upacara ngeuyeuk seureuh yang dan berusaha menyesuaikan diri dengan dilaksanakan sebelum pernikahan saat ini anggota keluarga lainnya. Dengan masih dilaksanakan, namun maknanya pengalaman itu pula, ia akan jadikan bekal mengalami perubahan. Hal itu disebabkan untuk menghadapi kondisi yang lebih luas, terjadinya pergeseran nilai dan pandangan yaitu masyarakat di sekitarnya. Orang tua hidup. Nilai menurut Garna (1996:168) sebagai orang pertama yang dikenal anak yaitu pembentukan konsep mentalita yang sangat dominan memberikan wawasan dan dirumuskan dari tingkah laku manusia pembentukan karakter individu si anak. sehingga menjadi sejumlah anggapan yang Child rering system yang dilakukan orang hakiki, baik dan perlu dihargai sebagai- tua kepada anaknya mengarah pada mana mestinya. Dengan adanya perubahan pendewasaan dan kemandirian anggota tersebut, maka pelaksanaan ritual upacara keluarganya di samping pengenalan ngeuyeuk seureuh pada perkawinan adat 42 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44

Sunda, bukan lagi merupakan upacara 6. Prediksi, Konteks Keilmuan dan yang penuh makna dan sakral akan tetapi Fraksis hanya merupakan sebuah simbolik belaka Merujuk pada teori Sistem Sosial dan pelengkap upacara. Pemaknaan dari Parson, (Poloma, 1987:181), bahwa ciri- upacara tersebut berubah, karena pan- ciri umum yang ada dalam seluruh sistem dangan masyarakat dan tata nilai yang yang hidup ialah prasyarat atau function sudah semakin berkembang. imperative. Menurut Parson, terdapat Pranata sosial yang terkait dengan fungsi-fungsi atau kebutuhan tertentu yang kesehatan ibu hamil sudah banyak yang harus dipenuhi oleh setiap sistem yang bergeser dan berubah. Hal ini semakin hidup demi kelestariannya. Dua pokok tidak dikenalnya upacara-upacara seperti penting yang termasuk dalam kebutuhan hajat bangsal, tingkeban, bubur lolos, dan fungsional itu adalah (a) yang reuneuh mundingeun. Mungkin hanya berhubungan dengan kebutuhan sistem upacara tingkeban (upacara 7 bulanan) internal atau kebutuhan sistem ketika yang masih dilaksanakan, itu pun hanya berhubungan dengan lingkungannya; (b) dilakukan oleh keluarga yang relatif yang berhubungan dengan pencapaian mampu dan mereka pun melaksanakan itu sasaran atau tujuan serta sarana yang perlu hanya sekadar mengenang upacara, karena untuk mencapai tujuan itu. Berdasarkan dahulu orang tuanya melaksanakan premis itu, secara deduktif Parson upacara ini. Mereka tidak mengetahui menciptakan empat kebutuhan fungsional makna atau pesan yang ada di balik yang dapat dirangkai dengan seluruh upacara itu. Dengan demikian, fungsi sistem yang hidup, yakni Latent pattern- sosialisasi pranata pendidikan ini yang maintenance (L); Integration (I); Goal menjadi tujuan dari upacara tersebut sudah attainment (G); dan Adaption (A). Untuk tidak lagi dapat dilaksanakan. memenuhi keempat kebutuhan fungsional Walaupun pasangan masih melak- tersebut, Parson mengetengahkan empat sanakan upacara, namun upaya perawatan sub sistem yang saling ketergantungan satu kesehatan selama masa kehamilan tetap sama lain, yaitu sistem kebudayaan, sistem mengikuti norma kesehatan modern sosial, sistem kepribadian, dan sistem dengan menyerahkan kepada tenaga medis. organisma perilaku. Sistem sosial Norma perawatan modern lebih dianggap merupakan sumber integrasi (integrtion) rasional dibandingkan dengan norma- sistem kepribadian memenuhi kebutuhan norma yang terkandung dalam upacara pencapaian tujuan (goal attainment), adat. Pandangan ini tidak hanya dimiliki sistem kultural mempertahankan pola-pola oleh masyarakat pedesaan, dimana fungsi dalam sistem (latent pattern-maintenance), Posyandu dan Puskesmas dalam pemberian dan sistem organisma perilaku memenuhi informasi dan penanganan kehamilan kebutuhan yang bersifat penyesuaian semakin ditingkatkan. (adaptation). Walaupun upacara-upacara ini Latent pattern-maintenance meru- hampir tidak pernah dilakukan, dan itu juk pada masalah bagaimana menjamin berarti pesan yang berisi pranata kesinambungan tindakan dalam sistem pendidikan dari upacara itu tidak lagi dapat sosial dengan beberapa aturan atau norma. tersosialisasikan pada pasangan yang baru Dalam sistem sosial latent pattern- pertamakali mengalami hamil tersebut, maintenance diselesaikan melalui fiduciary namun secara substansional nilai-nilai sub-system. Istilah fiduciary merujuk pada yang terkandung di dalamnya masih pengemban tradisi kultural maupun mereka selaras dan terus dipertahankan. yang memindahkan tradisi tersebut pada anggota masyarakat. Para pengemban tradisi tersebut di antaranya adalah keluarga. Pranata Pendidikan..... (Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, Yani Achdiani) 43

Upacara ngeuyeuk seureuh, orang mengabaikan fragmen yang lain. upacara-upacara masa kehamilan, dan Tradisi bertahan dalam jangka waktu ngasuh budak, merupakan tradisi tertentu dan mungkin lenyap bila benda masyarakat Sunda. Ketiganya merupakan material atau gagasan tersebut ditolak atau wujud dari peran sistem sosial yang dilupakan. Tradisi mungkin pula muncul bertujuan untuk menjamin kesinambungan kembali setelah sekian lama terlupakan. tindakan. Berkaitan dengan itu, keluarga Tradisi lahir dengan dua cara. Cara dan kerabat mempunyai kewajiban untuk pertama muncul dari bawah melalui melakukan sosialisasi nilai norma agar mekanisme kemunculan secara spontan menjadi rujukan bagi individu untuk dan tidak diharapkan, serta melibatkan berperilaku. Garna (1996: 57) mengemu- rakyat banyak. Cara yang kedua muncul kakan bahwa keluarga merupakan suatu dengan tradisi, dipilih dan dijadikan institusi sosial yang membuat bentukan perhatian umum, atau dipaksakan oleh pribadi, yaitu wadah ikatan emosi individu yang berpengaruh atau berkuasa. seseorang dan bentukan emosi sosial; hal Begitu terbentuk, tradisi mengalami ini dimungkinkan karena keduanya perubahan. Perubahan kuantitatifnya merupakan institusi yang membentuk, terlihat dalam jumlah penganut atau mendidik, memelihara anak-anaknya sejak pendukungnya. Anggota masyarakat dapat lahir sampai dewasa. ditarik untuk mengikuti tradisi tertentu Secara fungsional pranata pendi- yang kemudian memengaruhi masyarakat dikan upacara ngeuyeuk seureuh sarat atau suatu negara atau bahkan mencapai dengan unsur pendidikan yang secara tidak skala global. Sebaliknya anggota masyara- langsung memberikan pengarahan kepada kat mungkin bosan atau kecewa terhadap kedua calon mempelai dalam berperan dan tradisi tertentu, sehingga secara bertahap berperilaku dalam hidup berumahtangga. atau tiba-tiba meninggalkannya. Upacara pada masa kehamilan, merupakan Tradisi dapat mengalami sarana pendidikan bagi pasangan suami perubahan berkaitan dengan kualitas istri dalam menjalani proses kehamilan. psikologis pikiran manusia yang tanpa Dalam upacara itu terkemas pesan-pesan kenal lelah berjuang untuk mendapatkan dan doa agar selama proses kehamilan, ibu kesenangan baru dan keaslian, mewujud- dan bayi yang masih dalam kandungan kan kreativitas, semangat pembaharuan sehat dan selamat, sehingga dapat dan imajinasi. Cepat atau lambat tradisi melahirkan generasi yang memiliki potensi mulai dipertanyakan, diragukan dan diteliti yang baik. Demikian pula dengan ngasuh ulang. Persoalan akan timbul jika tradisi budak merupakan sebuah proses dilandasi oleh munculnya fakta baru, yakni pendidikan dan pembelajaran bagi si anak bila berbenturan dengan realitas, atau jika baik untuk pengenalan terhadap manusia, tradisi tersebut ditunjukkan sebagai sesuatu yaitu antara anak dengan orang tua, kasih yang tidak benar dan tidak berguna. sayang dari orang tua terhadap anak, atau Perubahan tradisi dapat terjadi juga karena pembelajaran terhadap alam sekitar. banyaknya tradisi yang saling bentrok Sebagai sebuah tradisi, upacara antara tradisi yang satu dengan tradisi ngeuyeuk seureuh, upacara pada masa saingannya. kehamilan dan ngasuh budak, akan Perubahan kualitas psikologis mengalami perubahan. Berbicara mengenai pikiran manusia sangat dimungkinkan tradisi dan perubahannya, kita dapat terjadi seiring dengan perubahan kebutuh- merujuk tulisan Sztompka (2007:71). an tersebut, yang terkait dengan perubahan Tradisi mempunyai pengertian kumpulan komposisi pada sebuah komunitas. benda material dan gagasan-gagasan yang Merujuk pada konsep perubahan sosial diberi makna khusus yang berasal dari menurut teori sistem, bahwa dalam sebuah masa lalu; tradisi dapat berubah ketika komunitas, dimensi-dimensi yang kemung- 44 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 31-44 kinan mengalami perubahan adalah pada DAFTAR SUMBER komposisinya, yang disebabkan oleh 1. Buku migrasi, kematian, atau bubarnya suatu Atja, 1978. kelompok; selain itu mungkin juga Naskah Siksa Kanda Ng Karesian. perubahan terjadi pada strukturnya; pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. fungsinya; pada batas-batasnya; misalnya terdapat penggabungan dengan kelompok Atja & Saleh Danasasmita. 1981. Sewaka Darma. Departemen Pendidikan lain dan sebagainya; perubahan pada dan Kebudayaan. hubungan antarsub sistemnya; atau perubahan pada lingkungannya (Sztompka, ____. 1981. 2007:4). Amanat Galunggung. Departemen Komposisi masyarakat di Jawa Pendidikan dan Kebudayaan. Barat, di mana masyarakat Sunda Ekadjati, Edi S. 2005. bertempat tinggal, saat ini sudah Kebudayaan Sunda. Jakarta: Pustaka mengalami perubahan yang sangat pesat. Jaya. Posisi Jawa Barat yang berdekatan dengan Hayami, Yujiro dan Masao Kikuchi. 1987. DKI Jakarta mengalami serbuan arus Dilema Ekonomi Desa: Suatu Pendekatan migrasi masuk (in migration) dari berbagai Ekonomi terhadap Perubahan Kelemba- suku bangsa lain. gaan di Asia. Zahara D. Noer (pener- jemah). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. D. PENUTUP Garna, Yudistira K. 1996. Pengalihan tradisi berupa gagasan, Ilmu-ilmu Sosial, Dasar-Konsep-Posisi. nilai, dan norma dari generasi terdahulu ke Program Pasca Sarjana. Bandung: generasi berikutnya penting dilakukan Universitas Padjadjaran. guna pemeliharaan pola perilaku. Hal ini Koentjaraningrat. 1996. diperlukan agar sistem sosial tersebut Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka dapat berlangsung sehingga setiap individu Cipta. yang menjadi anggota sistem sosial Moeleong, L.J. 2001. tersebut mencapai tujuannya. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sejalan dengan proses modernisasi Bandung: Remaja Rosdakarya. dalam setiap aspek kehidupan manusia yang menimbulkan pergeseran budaya, tata Suganda, R.Akip Prawira. 1982. nilai, adat istiadat dan perubahan lainnya Upacara Adat di Pasundan. Bandung: Sumur Bandung. yang sangat mendasar, tradisi itu sendiri dalam perjalanannya selalu mengalami Surjadi, A. 1985. pengujian, apakah masih dianggap ‘benar’ Masyarakat Sunda, Budaya, dan atau ’berguna’ oleh generasi berikutnya? Problema. Bandung: Alumni. Jika tidak memenuhi kriteria itu maka Swasono, Meutia F. 1998. (Ed) tradisi tadi akan ditolak dan dilupakan. Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu Demikian pula dalam pola asuh, dan Bayi dalam Konteks Budaya. Jakarta: ngeuyeuk seureuh, dan upacara pada masa Universitas Indonesia Press. kehamilan dalam masyarakat Sunda. Yakub, Dahlan. 2000. Proses modernisasi yang terus berjalan, Kamus Sosiologi dan Antropologi. menimbulkan perubahan-perubahan yang Sztompka, Piotr. 2007. cukup signifikan. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Gaya Hidup Elite Minangkabau..... (Dwi Vina Lestari) 45

GAYA HIDUP ELITE MINANGKABAU DI AFDEELING AGAM (1837-1942)

THE LIFE STYLE OF MINANGKABAU ELITE IN AFDEELING AGAM (1837-1942)

Dwi Vina Lestari1, Nina Herlina Lubis2, dan R.M. Mulyadi3 1Mahasiswa Ilmu Sejarah UNPAD, Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor 2, 3 Dosen Ilmu Sejarah UNPAD, Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor e-mail: [email protected]

Naskah Diterima:6 Januari 2017 Naskah Direvisi:10 Februari 2017 Naskah Disetujui:20 Februari 2017

Abstrak Elite Minangkabau di Afdeeling Agam mengalami perubahan, baik meliputi status, kekuasaan, maupun sumber penghasilan. Hal tersebut terjadi bersamaan dengan ditetapkannya kebijakan politik Pemerintahan Hindia Belanda di Sumatera Barat (1837-1942). Untuk menjabarkan persoalan tersebut diperlukan kajian historis menggunakan metode sejarah, terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Selain itu, untuk menghasikan karya yang bersifat analitis, dilakukan pendekatan ilmu antropologi dan sosiologi politik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, gaya hidup elite Minangkabau di Afdeeling Agam pada 1837-1942 tidak mengalami perubahan seutuhnya, melainkan terjadi akulturasi budaya asli Minangkabau dengan budaya Barat. Umumnya, gaya hidup elite tradisional Minangkabau yang menduduki jabatan kolonial mencerminkan statusnya sebagai pegawai pemerintah dan pemimpin sukunya masing-masing, sedangkan gaya hidup elite intelektual lebih banyak menyerap budaya Barat. Meskipun demikian, baik elite tradisional maupun elite intelektual tetap menunjukkan cirinya sebagai orang Minangkabau, dapat diperhatikan dari agama dan tradisi adat yang tetap dilakukan hingga saat ini. Kata kunci: elite tradisional Minangkabau, elite intelektual, Afdeeling Agam. Abstract Minangkabau Elite in Afdeeling Agam has been changed, including status, power, and income sources. It coincided with the enactment of the government policy in West Sumatra (1837-1942). To describe these issues, it needs historical study by using the historical method; it consists of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. In addition, to generate the analytical work, the writer does anthropology and political sociology approach. Based on the research, Minangkabau elite lifestyle in Afdeeling Agam in 1837-1942 did not change completely, but there were an acculturation between native Minangkabau and Western culture. Generally, the traditional Minangkabau elite lifestyle which has colonial positions reflected its status as government officials and leaders of their own people. Meanwhile, the intellectual elite lifestyle absorbed Western culture. Nonetheless, both the traditional elite and intellectual elite continued to show the character as the Minangkabau, it can be considered from the religious and customary traditions which are still being done until today. Keywords: Minangkabau Traditional elite, intellectual elite, afdeeling Agam.

A. PENDAHULUAN (Asnan, 2003: xv). Agam, yang menjadi Minangkabau identik dengan batasan spasial dalam penelitian ini wilayah administratif Provinsi Sumatera merupakan bagian dari Sumatera Barat. Barat saat ini, ditambah Kabupaten Wilayah tersebut terletak di kaki Gunung Kampar dan Kuantan di Provinsi Riau, Merapi dan Gunung Singgalang. Sejak serta dikurangi Kepulauan Mentawai Belanda memperkenalkan sistem pemerin- 46 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 45-60 tahannya, Agam memperoleh kedudukan terbatas pada daerah asal (Kato, 2005: sebagai daerah administratif setingkat 100). afdeeling dengan ibu kota Fort de Kock Pada 1914, sistem laras diganti (Asnan, 2003: 12). dengan sistem distrik yang dikepalai oleh Masyarakat Minangkabau meng- demang. Berbeda dengan kepala laras, anut sistem demokrasi. Strata sosial hanya seorang demang dipilih berdasarkan berlaku dalam sebuah desa sehingga tingkat pendidikan dan kemampuannya dikenal tiga lapisan masyarakat, yaitu (Zulqayyim, 2006: 47). Selain itu, juga bangsawan, orang biasa, dan orang paling terdapat elite intelektual. Golongan rendah (Junus, 1999: 158). Sementara itu, tersebut muncul akibat berkembangnya stratifikasi sosial di Pedalaman Sumatera pendidikan Barat di Sumatera Barat. Barat dibedakan berdasarkan tempat Kedudukan elite intelektual dan tinggal sehingga dikenal keluarga pendiri elite tradisional Minangkabau di Afdeeling kampung, pendatang yang mempunyai Agam membawa perubahan politik dan hak, dan pendatang yang tidak mempunyai sosial. Status sosial yang tinggi hak (Josselin, 1975: 11). Meskipun menentukan gaya hidup mereka. Pada demikian, banyak peneliti yang setuju hakikatnya, gaya hidup memuat suatu bahwa orang pertama pendiri nagari eksklusivisme yang menonjolkan adanya (bentuk khusus wilayah pemerintahan perbedaan status. Perbedaan tersebut menurut sistem hukum adat Minangkabau) sering dilambangkan sebagai larangan bagi memiliki status lebih tinggi. Mereka suatu golongan dan hak istimewa bagi mempunyai tanah yang lebih luas sehingga golongan tertentu (Kartodirdjo, et al., berbeda dengan masyarakat pada 1993: 53; Lubis, 1998: 3). Untuk itu, gaya umumnya (Kato, 2005: 50). hidup dapat dijadikan sebagai salah satu Sebelum Belanda berkuasa di cara untuk melihat perubahan kedudukan Sumatera Barat, masyarakat Minangkabau dan kekuasaan elite Minangkabau di tidak mengenal struktur politik pemerin- Afdeeling Agam pada masa Pemerintahan tahan yang lebih tinggi dari nagari Hindia Belanda yang dibahas dalam (Zulqayyim, 2006: 39). Tiap nagari bebas, penelitian ini. berdiri sendiri, dan tidak memiliki Pada penelitian terdahulu, Graves hubungan dengan nagari-nagari tetanggga, (2007) mengungkapkan tentang reaksi kecuali untuk keamanan bersama. Sistem bumiputra terhadap kekuasaan kolonial pemerintahan nagari tetap bertahan hingga Belanda di Minangkabau, khususnya dekade kedua abad ke-19. Dalam sistem berkenaan dengan perkembangan abad ke- pemerintahan ini, penghulu adalah ningrat, 19; Reid (2012) menguraikan pertikaian jabatan dengan hak istimewa dan gelar kelas, konflik, bentrok agama sebagai titik datuak yang digunakannya. Situasi balik menghilangnya kaum bangsawan, tersebut menyulitkan Belanda menerapkan raja dan sultan Aceh, sekaligus sebagai sistem politik kolonialnya. Untuk itu, tanda dimulainya perputaran sejarah dibentuk sistem pemerintahan supra modern di Sumatera; Sjarifoedin (2011) nagari (Amran, 1986: 187; Zulqayyim, memaparkan sejarah Minangkabau, mulai 2006: 39-40; Mansoer, et al., 1970: 13). dari awal berdirinya Minangkabau, Dalam sistem pemerintahan yang Kerajaan Minangkabau, Adityawarman, baru, Belanda membentuk jabatan baru di Kerajaan Pagaruyung, masuk dan luar adat, di antaranya kepala laras berkembangnya Islam, hingga kebangkitan (larashoofd), penghulu kepala, dan Islam; Hadler (2010) mendeskripsikan penghulu suku rodi. Umumnya, mereka mengenai sejarah ringkas Perang Paderi, berasal dari elite penghulu tradisional berakhirnya Perang Paderi hingga nagari yang sedang berkuasa. Meskipun kekalahan Tuanku Imam Bonjol, menyandang gelar baru, kekuasaannya masuknya Sumatera Barat ke dalam Hindia Gaya Hidup Elite Minangkabau..... (Dwi Vina Lestari) 47

Timur Belanda, perdebatan tentang fisik B. METODE PENELITIAN rumah, konsep keluarga, pendidikan anak- Penelitian ini menggunakan anak dalam masyarakat Minangkabau, metode sejarah yang terdiri atas heuristik, gagasan moralitas dan peran perempuan kritik, interpretasi, dan historiografi. pada awal abad ke-20, serta kontroversi Tahapan pertama dari metode sejarah publik antara matriarkat, Islam reformis, adalah heuristik, merupakan tahapan atau dan progresivisme yang mendominasi kegiatan menemukan dan menghimpun pergerakan masyarakat Minangkabau; sumber, informasi, jejak masa lampau Manan (1984) membahas tentang kehi- (Herlina, 2008: 7-15). Setelah sumber dupan penghulu andiko sebagai elite terhimpun, dilakukan tahapan kedua, yaitu tradisional di Minangkabau; Lubis (1998) kritik, terdiri atas kritik eksternal dan kritik menjelaskan berbagai aspek kehidupan internal. Kritik eksternal dilakukan dengan Kaum Menak Priangan pada 1800-1942, meneliti keaslian sumber dan kritik terutama berkaitan dengan gaya hidup internal dengan meneliti kredibilitas Kaum Menak yang meliputi gelar dan sumber (Kuntowijoyo, 2013: 77-78). nama, tempat tinggal, etiket dan bahasa, Sumber yang telah dikritik belum pusaka dan upacara, pendidikan, dianggap sebagai fakta sejarah. Untuk itu, perkawinan dan konkubinasi, kesenian dan perlu dilakukan koroborasi suatu sumber rekreasi, kebiasaan makan, serta agama sejarah dengan sumber lain yang bersifat dan kepercayaan. Penjelasan tersebut merdeka sehingga menghasilkan fakta dijadikan sebagai model dalam penelitian yang mendekati kepastian (centainty fact). ini dengan objek penelitian, batasan spasial Jika koroborasi tidak bisa dilakukan, dan temporal yang berbeda. Penelitian ini berlaku prinsip argumentum ex silentio, membahas dinamika gaya hidup elite sumber yang berisi data dianggap sebagai Minangkabau di Afdeeling Agam tahun fakta (Gottschalk, 2008: 130; Herlina, 1837-1942. Tahun 1837 dijadikan sebagai 2008: 34-35). titik awal penelitian, berkaitan dengan Tahapan ketiga disebut inter- pembentukan Gouvernement Sumatra’s pretasi, terdiri atas analisis (menguraikan) Westkust melalui Besluit Gouvernement dan sintesis (menyatukan). Untuk itu, pada Kommissaris Cochius pada 29 November tahapan ini, penulis harus mengambil jarak 1837 dan jatuhnya benteng terakhir Paderi dengan sumber agar tidak terlalu dekat dan di Bonjol. Jatuhnya benteng tersebut menimbulkan bias. Dalam hal ini dikenal dianggap petinggi sipil dan militer Belanda beberapa jenis interpretasi, yaitu di daerah tersebut sebagai awal baru dari interpretasi verbal, teknis, logis, kekuasaan mereka (Asnan, 2006: 43-44). psikologis, dan faktual. Selanjutnya, Tahun 1942 sebagai titik akhir penelitian tahapan akhir dari metode sejarah disebut berkaitan dengan berakhirnya masa historiografi (Herlina, 2008: 36-60). Pemerintahan Hindia Belanda di Sumatera Penjelasan yang bersifat analitis Barat. diperoleh melalui pendekatan ilmu Keluarga elite tradisional terkemuka di antropologi dan sosiologi politik. Afdeeling Agam yang dijadikan objek Pendekatan antropologi dapat mem- penelitian ini, yaitu Yahya Datuak Kayo pertajam analisis, menyangkut status sosial dari Koto Gadang, Djaa Datuak Batuah dan gaya hidup, serta aspek-aspek yang dari Tilatang, dan Sulaiman Datuak berkaitan dengan kedua unsur kultural Tumangguang (Datuak Tumangguang tersebut, termasuk meneliti latar belakang Sutan Sulaiman) dari Sungai Puar. budaya sehingga melahirkan suatu prilaku Sementara itu, elite intelektual yang politik. Pendekatan sosiologi politik dimaksud di antaranya, Haji Agus Salim, digunakan untuk menjelaskan hubungan , Abdul Muis, dan antara status dan kekuasaan, masalah Mohammad Hatta. otoritas, hubungan-hubungan sosial, dan 48 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 45-60 masalah birokrasi (Lubis, 1998: 12). Selain berdiri pada puncak piramida cabang itu, penulis juga menggunakan konsep kegiatannya. Ia membagi kelas elite gaya hidup dan elite. menjadi dua kelompok, yaitu elite yang Gaya hidup (style of life) memerintah (governing elite) dan elite mengandung pengertian yang meliputi yang tidak memerintah (non-governing karakteristik, kekhususan, dan tata cara elite). Elite memerintah terdiri dari dalam kehidupan suatu golongan individu-individu yang secara langsung masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan, gaya atau tidak langsung memainkan peranan hidup menunjukkan bagaimana orang besar dalam pemerintahan, sedangkan elite mengatur kehidupan pribadinya, hidup yang tidak memerintah merupakan sisanya. bermasyarakat, bertingkah laku di depan Kemudian, Gaetano Mosca menjelaskan umum, dan membedakan statusnya dari bahwa dalam setiap masyarakat dijumpai orang melalui lambang-lambang. Adapun dua kelas, yaitu kelas yang berkuasa dan aspek-aspek yang berkaitan dengan gaya kelas yang dikuasai. Kelas pertama hidup, di antaranya gelar dan nama, jumlahnya jauh lebih sedikit, melaksa- pakaian, tempat tinggal, etika dan bahasa, nakan fungsi politik, monopoli kekuasaan pusaka, upacara yang dijalankan selama dan menikmati keistimewaan yang hidup, pendidikan, perkawinan dan diberikan oleh kekuasaan. Sementara itu, konkubinasi, ikatan kekerabatan, serta kelas yang kedua jumlahnya lebih banyak, kesenian dan rekreasi (Lubis, 1998: 4 & diperintah, dan dikendalikan oleh yang 153). Dalam hal ini, gaya hidup dijadikan pertama. Meskipun demikian, baik Pareto sebagai petunjuk utama dari status maupun Mosca memusatkan perhatian (Kartodirdjo, et al., 1993: 53). Oleh karena pada elite dalam artian kelompok- itu, dalam penelitian ini konsep gaya hidup kelompok yang secara langsung meng- dan aspek-aspeknya digunakan untuk gunakan atau berada dalam posisi yang menguraikan perubahan kedudukan dan memberikan pengaruh kuat terhadap kekuasaan elite Minangkabau di Afdeeling penggunaan kekuataan politik. Pada saat Agam sehingga bisa membedakannya yang sama, mereka menyadari bahwa elite dengan masyarakat kebanyakan. Semen- memerintah atau kelas politik terdiri dari tara itu, konsep elite digunakan untuk kelompok-kelompok sosial berbeda menjelaskan kedudukan penghulu sebagai (Bottomore, 2006: 2-5). elite tradisional Minangkabau yang dianggap sebagai keluarga pendiri C. HASIL DAN BAHASAN kampung dan pegawai Pemerintah Belanda 1. Afdeeling Agam Abad XIX hingga di Sumatera Barat, serta elite intelektual Awal Abad XX sebagai elite baru. Daerah Dataran Tinggi Agam Istilah elite berasal dari bahasa disebut juga dengan Luhak Agam latin “eligere” yang berarti “memilih”. (Mansoer, et al., 1970: 2-3; Navis, 1986: Kata ini digunakan pada abad ke-17 untuk 28; Zulqayyim, 2006: 7). Wilayah tersebut menggambarkan barang-barang dengan terletak di kaki Gunung Merapi dan kualitas yang sempurna, penggunaannya, Singgalang (Asnan, 2003: 12). Sebelah kemudian diperluas untuk merujuk pada utara, Agam berbatasan dengan Kabupaten kelompok-kelompok sosial unggul. Pasaman, di timur laut dengan Kabupaten Menurut Oxford English Dictionary, kata Limapuluh Koto, di timur dengan elite digunakan sejak 1823 untuk Kabupaten Tanah Datar, di selatan dengan kelompok-kelompok sosial (Bottomore, Kabupaten Padang Pariaman, serta di 2006: 1). bagian barat dan tenggara menghadap ke Pareto menjelaskan bahwa setiap Lautan Hindia (Ensiklopedi Nasional cabang kegiatan manusia memiliki elite. Indonesia Jilid 1, 1988: 123). Pada hakikatnya, seorang elite mampu Gaya Hidup Elite Minangkabau..... (Dwi Vina Lestari) 49

Keadaan alam Agam cukup Lurah, dan Bonjol. Masing-masing beragam dan subur. Pantai baratnya berupa onderafdeeling terdiri atas beberapa dataran rendah subur dengan budi daya kelarasan dan setiap kelarasan terdiri atas kelapa dan makin ke timur tanahnya subur. beberapa nagari sebagai satuan politik (Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 1, terkecil. Pada 1913, dilakukan kembali 1988: 123). Wilayah tersebut dilalui reorganisasi wilayah administratif, banyak sungai, bersumber dari pinggang sehingga keberadaan Residentie Gunung Merapi, dua di antaranya Batang Padangsche Bovenlanden dan Padangsche Agam dan Batang Tambuo yang melewati Benedenlanden dihapuskan. Sejak saat itu, Bukittinggi (Zulqayyim, 2006: 15). Afdeeling Agam langsung berada di bawah Sungai-sungai tersebut digunakan untuk Residentie Sumatra’s Westkust (Asnan, mengairi sawah dan ladang para petani. 2006: 32-79; Regeeringsalmanak voor Perbedaan bentuk wilayah Agam Nederlandsch-Indie 1884-1942). mengakibatkan beraneka ragam kehidupan Penduduk Afdeeling Agam meng- perekonomian masyarakatnya. Nagari- alami peningkatan setiap tahunnya. Pada nagari yang terletak di kaki Gunung 1852 berjumlah 197.217 jiwa, terdiri atas Merapi dan Gunung Singgalang disebut 30 Eropa, 196.927 pribumi, 49 Cina, dan desa perbukitan (Canduang, Sungai Pua, 21 budak (Graves, 2007: 92). Pada 1920, Pandai Sikek, Koto Gadang, Guguak, mengalami peningkatan menjadi 353.823 Malalak, Balingka, Matua, dan Kamang). jiwa, terdiri atas 438 Eropa, 352.529 Penduduk yang mendiami nagari-nagari pribumi, 688 Cina, dan 168 bangsa lain. tersebut memenuhi kebutuhan hidup Sementara itu, berdasarkan sensus dengan menanam tanaman keras (kopi, penduduk tahun 1930, jumlah penduduk di indigo, dan kulit manis) dan sayur-sayuran wilayah tersebut meningkat menjadi (kentang dan buncis). Sementara itu, 434.209 jiwa, terdiri atas 693 Eropa, nagari-nagari yang terletak di daerah 431.997 pribumi, 1.208 Cina, 311 lainnya lembah disebut desa persawahan (IV yang tersebar di Onderafdeeling Ophir, Angkek, Kapau, dan Tilatang). Meskipun Lubuaksikaping, Oud Agam, dan demikian, sebagian dari masyarakat Agam Maninjau. Dengan demikian, penduduk bergerak dalam industri rumah tangga dan terbanyak berada di Onderafdeeling Oud perdagangan (Zulqayyim, 2006: 15-16). Agam dengan 191.707 jiwa penduduk dan Sebelum Belanda datang ke paling kecil berada di Onderafdeeling Sumatera Barat, daerah Agam telah Lubuk Sikaping dengan 51.553 jiwa berhubungan dengan pantai barat, terutama penduduk (Volkstelling 1930, 1935: 113). Pariaman untuk mendapatkan garam dan ikan kering (Asnan, 2003: 12). Kedatangan 2. Elite Minangkabau di Afdeeling Belanda untuk kedua kalinya pada 1819, Agam (1837-1942) mengakibatkan Agam memperoleh Elite Minangkabau yang dibahas kedudukan sebagai daerah administratif dalam penelitian ini terdiri atas elite setingkat afdeeling. tradisional dan elite intelektual. Elite Pada 1837, Agam merupakan tradisional (penghulu) merupakan seorang bagian dari wilayah Afdeeling van laki-laki yang dituakan dalam suku di Padangsche Bovenlanden. Dalam Minangkabau dan diberi gelar datuak. Ia perkembangannya, pada 1841, Agam bertanggung jawab serta berkewajiban memiliki status administratif setingkat memelihara anggota kaum, suku, dan afdeeling dan bagian dari Residentie nagari (Sjarifoedin, 2011: 140, Asnan, Padangsche Bovenlanden. Saat itu, 2003: 243). Pada masa kolonial, sebagian Afdeeling Agam terbagi atas beberapa besar penghulu menduduki jabatan dalam onderafdeeling, yaitu Oud Agam, Danau birokrasi Pemerintahan Hindia Belanda. Districten en Matoer, VIII Koto en VII Sementara itu, ciri utama dari elite 50 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 45-60 intelektual adalah seorang tamatan sekolah sekuler, tetapi tidak dapat ditemukan di 3. Gaya Hidup Elite Minangkabau di nagari asalnya karena mereka telah Afdeeling Agam (1837-1942) merantau (Graves, 2007: 241). a) Nama dan Gelar Elite tradisional Minangkabau di Laki-laki Minangkabau menggu- Afdeeling Agam yang dijadikan objek nakan nama pemberian orang tua dari lahir penelitian, di antaranya Sulaiman Datuak hingga usia tertentu dan setelah menikah ia Tumangguang, Yahya Datuak Kayo, dan akan mendapatkan gala (gelar). Hal Djaa Datuak Batuah. Sulaiman Datuak tersebut sesuai dengan pepatah ketek Tumangguang adalah seorang Kepala banamo, gadang bagala (Navis, 1986: Laras Sungai Puar (1870-1930). Ia 132). Dengan kata lain, laki-laki merupakan kepala laras terkemuka di Minangkabau menggunakan nama pembe- Minangkabau dan dikenal sangat dekat rian orang tua dari lahir hingga usia dengan Belanda (Suryadi, 2016). Yahya tertentu, setelah dewasa dan menikah ia Datuak Kayo adalah Kepala Laras IV Koto mendapatkan gelar, sehingga nama aslinya terakhir (Etek, et al., 2007: 6, 187-204; tidak digunakan lagi. Etek, et al., 2008: 1-6). Sementara itu, Gelar di Minangkabau dibedakan Djaa Datuak Batuah diangkat menjadi menjadi gala pusako (gelar pusaka) dan Kepala Distrik (districtshoofd) kelas 1 gala buatan (gelar buatan), serta gala Tilatang pada 7 Juni 1923. Keluarganya bapangkat (gelar berpangkat) dan gala merupakan keturunan kepala laras suduik mudo (gelar muda). Gelar pusaka basuik dan cukup berpengaruh di merupakan gelar sebenarnya yang Minangkabau (Suryadi, 2016). diturunkan berdasarkan sistem matrilineal; Elite intelektual di Afdeeling gelar buatan ditetapkan melalui persetu- Agam berada di nagari-nagari kecil yang juan keluarga induak (induk); gelar berada di kawasan perbukitan sekitar berpangkat menggunakan titel datuak yang Bukittinggi (Graves, 2007: 245). diturunkan berdasarkan sistem matrilineal; Bukittinggi merupakan kota kelahiran dan gelar muda menggunakan titel sutan. Mohammad Hatta. Ia merupakan anak dari Ukuran tua atau muda di Agam ditentukan Haji Mohammad Djamil (Syekh oleh kelahiran seorang cucu. Orang yang Batuhampar, ulama Minangkabau). belum memiliki cucu dianggap masih Sementara itu, berbagai unsur yang muda dan sebaliknya (Mansveld, 1876: mendorong minat pendidikan sekuler di 450-451). kawasan Dataran Tinggi Sumatera Barat Pada masa Pemerintahan Hindia terkonsentrasi di Koto Gadang. Wilayah Belanda, orang-orang yang memiliki tersebut dikenal sebagai tempat lahirnya jabatan tinggi, seperti kepala laras, tokoh nasionalis, seperti Haji Agus Salim, penghulu kepala, kepala nagari, penghulu Sutan Sjahrir, dan Abdul Muis. Haji Agus suku rodi, demang, dan asisten demang, Salim adalah anak dari Sutan Mohammad terkadang menggunakan gelar datuak Salim (hoofdjaksa Riau en sebagai sebuah penghormatan, tetapi tidak Onderhorigheden) dan Sutan Sjahrir bisa diwariskan (Navis, 1986: 135). adalah anak dari Mohammad Rasyad gelar Sebagian besar yang menduduki jabatan Maharaja Soetan (pernah menjadi juru tulis tersebut berasal dari kalangan adat yang di Alahan Panjang, hoofdjaksa di Talu, berkedudukan sebagai seorang penghulu. Rao, Padang Panjang, dan Medan). Abdul Meskipun mereka menyandang gelar-gelar Muis merupakan anak Sulaiman Datuak baru di luar adat, kekuasaannya masih Tumangguang (Kepala Laras Sungai terbatas pada daerah asal dan tidak bisa Puar), tetapi ibunya berasal dari Koto dipindahkan ke tempat lain (Kato, 2005: Gadang. 100).

Gaya Hidup Elite Minangkabau..... (Dwi Vina Lestari) 51

Umumnya, pemberian gelar di b) Tempat Tinggal Minangkabau sama. Salah satu contoh merupakan ba- dapat diperhatikan dari pemberian gelar ngunan terpenting di Minangkabau. kepada Yahja Datuak Kayo. Yahya Rumah gadang dikatakan gadang (besar) menerima gelar Datuak Kayo saat berumur bukan dilihat dari fisiknya, melainkan 20 tahun 9 bulan, setelah pamannya, karena memiliki fungsi yang besar (Navis, Landjadin Khatib Besar gelar Datuak Kayo 1986: 176-177). Bangunan tersebut terbuat meninggal dunia. Kedudukan Yahya dari kayu, didirikan di atas panggung, sebagai seorang penghulu suku di Koto atapnya membungkuk berbentuk pelana, Gadang, memberikannya kesempatan biasanya memiliki empat gonjong atau untuk menduduki jabatan kepala laras. lebih, ruang bagian bawah, dan ukuran Setelah dilakukan beberapa proses ditentukan oleh jumlah keluarga yang pemilihan, melalui Besluit Gubernur mendiaminya (Joustra, 1920: 166). Sumatera Barat 11 Mei 1895, Yahya Datuak Kayo resmi diangkat menjadi Kepala Laras IV Koto. Saat sistem kelarasan diganti dengan sistem demang, Yahya tetap menduduki jabatan dalam birokrasi Pemerintahan Belanda sebagai Demang Bukittinggi (1914), Demang Payakumbuh (1915), Demang Padang Panjang (1919-1928), dan Demang Air Bangis pada tahun 1927 (Etek, et al., 2007: 187-189; Etek, et al., 2008: 3-4). Meskipun demikian, selama menduduki jabatan- Gambar 1. Rumah Gadang dan Gudang Beras jabatan tersebut, ia tetap menggunakan Kepala Laras Sungai Puar Sumber: Joustra, M, 1920: 167. gelar datuak sebagai gelar pusaka. Namun, dalam kesehariannya, saat menjabat Atap rumah gadang dibuat sejajar sebagai kepala laras ia dipanggil dengan dengan jalan berdirinya rumah dan angku lareh, sedangkan saat menjabat dibengkokkan dalam bentuk tanduk sebagai demang dipanggil dengan angku kerbau. Atap khas Minangkabau juga demang. ditemukan pada lumbung padi Berbeda dengan elite intelektual, (), rumah tabuah, dan balai adat. Haji Agus Salim, Sutan Sjahrir, Abdul Dalam hal ini, rumah gadang bangsawan Muis, dan Mohammad Hatta tidak memiliki lebih dari dua gonjong, biasanya menggunakan gelar sesuai ketentuan adat empat atau enam. Di daerah Silungkang, Minangkabau. Mereka menggunakan nama Sulit Air, dan Koto Gadang, ruang bagian pemberian orang tua sebagai identitasnya. bawah digunakan untuk menenun. Selain Hal tersebut berkaitan dengan tradisi itu, bangunan rumah gadang memiliki merantau dan pendidikan Barat yang ukiran lebih rumit, ukuran lebih lebar, dijalaninya. Meskipun demikian, gelar anjuang pada kedua ujung rumah, serta sutan di depan nama Sjahrir adalah dihiasi dengan pahatan dengan warna yang pemberian orang tuanya (Mrazek, 1996: berbeda, sebagian merah, putih, hitam, 8). Berbeda dengan Hatta, ia tidak kadang-kadang biru, dan dilengkapi menggunakan gelar dan tidak mengetahui susunan cermin secara beraturan (Joustra, sukunya. Menurut kakek Hatta, hal 1923: 154; Kato, 2005: 52; Boomgaard, tersebut berkaitan dengan tradisi merantau 1929: 26). yang dilakukannya sejak umur 19 tahun Kedatangan bangsa Eropa ke dan baru kembali setelah 13 tahun Sumatera Barat pada abad ke-19, telah kemudian (Hatta, 1982: 268-271). mengubah ciri dari bangunan rumah 52 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 45-60 gadang. Sejak saat itu, masyarakat Pada 1895, seorang ilmuwan Jerman Minangkabau cenderung menggunakan menjelaskan keadaan arsitektur bangunan seng sebagai bahan dasar atap Rumah Gadang Sulaiman Datuak (Boomgaard, 1929: 22-27). Menurut Tumangguang dengan mengambil foto laporan seorang petualang, atap seng sudah kamar utama. Ia mendeskripsikan bahwa banyak digunakan oleh orang-orang ruangan tersebut memiliki tiang-tiang yang kampung di Minangkabau sekitar tahun diukir, lampu-lampu minyak yang 1907 (Kiyono, 1943: 283 dalam Kato, mengantung, dan klavir antik yang 2005: 39). Selain itu, kolonialisasi juga ditempatkan di sudut. Foto yang hampir memengaruhi motif-motif hiasan yang sama juga diambil Joustra sekitar tahun digunakan. Umumnya, bagian depan 1920 (Gambar 2) (Hadler, 2008: 89-91; dihiasi dengan berbagai ukiran warna- Asnan, 2006: 91). warni, biasanya memiliki motif tumbuh- tumbuhan. Selain itu, ditemukan peralatan rumah tangga bergaya Eropa, seperti meja, kursi, dan lampu minyak. Sebagian besar dari peralatan tersebut dibuat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan alam, di antaranya bambu, kayu, tanduk, kulit binatang, logam, besi, tembaga, dengan dekorasi dan warna yang berbeda (Joustra, Gambar 3. Rumah Kelahiran Mohammad Hatta 1923: 157). Namun, pengaruh Barat hanya Sumber: Hatta, 1982: 7. terjadi pada rumah-rumah orang kaya, kepala, dan pejabat pribumi. Berbeda dengan elite tradisional, Haji Agus Salim dan Sutan Sjahrir sejak kecil hidup di rantau sehingga mengharus- kan mereka tinggal di lingkungan Eropa. Sementara itu, Hatta tinggal di Bukittinggi, rumahnya terbuat dari papan, mengguna- kan atap seng, dan memiliki dua tingkat, seperti Gambar 3 (Hatta, 1982: 2).

c) Bahasa dan Etika

Gambar 2 Tengah Rumah Gadang Masyarakat Minangkabau meng- Sulaiman Datuak Tumangguang gunakan bahasa Minang untuk berkomuni- Sumber: Joustra, M, 1923; 112. kasi. Menurut penelitian ilmu bahasa, bahasa Minang dianggap sebagai rumpun Pengaruh Eropa ditemukan pada bahasa Melayu, namun telah mengalami bangunan Rumah Gadang Sulaiman perubahan dari bentuk asli, terutama Datuak Tumangguang, Kepala Laras berkaitan dengan dialek dan bunyi (Graaf Sungai Puar (1870-1930) (Gambar 1). & Stibbe, 1919: 494). Pada masa Rumahnya merupakan salah satu bangunan Pemerintahan Hindia Belanda, bahasa termewah saat itu. Selain mendapatkan gaji Melayu digunakan sebagai bahasa sebesar f.80,- per bulan, seorang kepala pengantar pada sekolah Melayu dan laras juga mendapatkan tunjangan bumiputra lainnya (Zulqayyim, 2006: 82- perbaikan rumah sebesar f.25,- per bulan 83). Menurut surat pemberitahuan dari s.p.t sehingga tidak mengherankan jika Directeur van Onderwijs en Eeredienst rumahnya berbeda dengan masyarakat pada 13 Maret 1831 no. 10152/D, bahasa Minangkabau lainnya. Ia mengizinkan Minang dipakai dalam pengajaran sekolah- orang-orang asing mengunjungi kediaman- sekolah nagari, sekolah-sekolah nya dan diabadikan dalam bentuk foto. gouvernement di Sumatra’s Westkust, dan Gaya Hidup Elite Minangkabau..... (Dwi Vina Lestari) 53

Normal School di Padang Panjang. Oleh sebaya. Meskipun demikian, di daerah ini karena itu, mulai tahun ajaran 1933/1934 tidak dikenal bahasa bangsawan dan pemerintah menerbitkan kamus bahasa bahasa rakyat. Perbedaannya hanya Minang (Soeloeh Agam, Mei 1934). terdapat pada cara pemakaian yang Sejak 1 Maret 1873, bahasa ditentukan oleh lawan berbicara sehingga Belanda mulai diajarkan kepada murid- bahasa Minangkabau tidaklah egaliter murid Kweekschool di Fort de Kock. (Navis, 1986: 101-102; Oktavianus & Ike Namun, pada 1894 mata pelajaran bahasa Revita, 2013: 26-31). Selain itu, tata karma Belanda dihapuskan dan secara resmi masyarakat Minangkabau juga dapat diajarkan kembali pada 1904 (Friederich, diperhatikan dari cara berpakaian. 1908: 17-28; Zulqayyim, 2006: 96). Dalam Dalam kehidupan sehari-hari, baik perkembangannya, menjelang abad ke-20, di tempat kerja maupun di rumah, bahasa Belanda dijadikan salah satu umumnya laki-laki di Minangkabau persyaratan agar bisa menjadi pegawai menggunakan pakaian sederhana, terdiri sipil (Graves, 2007: 213). Bahkan, atas penutup kepala, jaket atau jas, ikat keluarga Haji Agus Salim menjadikan pinggang, celana, dan saputangan (Joustra, bahasa Belanda sebagai bahasa ibu. Ia 1923: 162; Graaf & Stibbe, 1919: 384). mengajak dan mengajarkan anak-anaknya Dalam perkembangannya, saat menduduki untuk berbicara menggunakan bahasa jabatan pemerintah kolonial, mereka Belanda sejak lahir. Setelah berumur 3-4 cenderung menggunakan pakaian yang tahun, mereka hanya menggunakan bahasa lebih kurang hampir mirip dengan bangsa tersebut sebagai alat untuk berkomunikasi Eropa. (Panitia Buku Peringatan: 1984: 53). Berbeda dengan Yahja Datuak Kayo, sebagai seorang pejabat pemerintah kolonial, ia cenderung menggunakan bahasa Melayu daripada bahasa Belanda. Ia menggunakan bahasa Melayu (Indonesia) dalam pidato perdananya pada sidang Volksraad periode 1927-1931. Bahasa tersebut tidak lazim bagi anggota Volksraad yang berasal dari kalangan bumiputra pada saat itu. Selain itu, pada 1921-1923, Haji Agus Salim juga Gambar 4 Utusan Minangkabau dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam Kunjungan ke Pulau Jawa pidatonya, tetapi mendapat peringatan dari Sumber: Bintang Hindia, 1 Juni 1907: 38. Tuan Voorzitter. Oleh karena itu, dalam Pakaian yang digunakan menjelas- karyanya, Azizah Etek, Mursyid A.M, dan kan status politiknya sebagai pejabat Arfan B.R menjelaskan bahwa Haji Agus Pemerintahan Hindia Belanda dan Salim dan Yahja Datuak Kayo disebut pemimpin sukunya. Hal tersebut sebagai perintis penggunaan bahasa mengakibatkan mereka berbeda dengan Indonesia (Etek, et al., 2008: 29-32). masyarakat pada umumnya. Situasi Bahasa Minangkabau memiliki tersebut dapat diperhatikan dari kunjungan empat jenis tutur kata (kato nan ampek), pejabat pribumi Minangkabau ke Jawa yaitu kato mandaki (kata mendaki) pada awal abad ke-20, Angku Datuak digunakan kepada orang yang lebih tua, Batuah (Kepala Laras Tilatang), Angku kato manurun (kata menurun) kepada yang Datuak Bandaharo Pandjang (Kepala lebih muda, kato malereng (kata melereng) Laras Banoeahampoea), Angku Datuak kepada orang yang disegani, dan kato Kayo (Kepala Laras IV Koto), dan Angku mandata (kata mendatar) kepada teman Mas Warido (Menteri Kopi kelas I 54 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 45-60

Tilatang yang merangkap sebagai wakil pendidikan Barat. Saat menempuh Laras Mage‟ dan Salo) memakai pantalon pendidikan di Meer Uitgebreid Lager putih (celana panjang putih), jas hitam, Onderwijs (MULO), Hatta menggunakan sepatu hitam, deta saluak (penutup seragam sekolah, terdiri atas kopiah kepala), serta dua di antaranya (penutup kepala), baju putih, celana menggunakan sarung dan tongkat sebagai pendek putih, kaus kaki, dan sepatu, pelengkap pakaian, seperti Gambar 4 seperti Gambar 6. Sementara itu, dalam (Bintang Hindia, 1 Juni 1907: 38). kesehariannya, Haji Agus Salim tetap Perempuan Minangkabau tetap menggunakan baju teluk benggala, pakaian menggunakan pakaian asli, yang terdiri khas dari Minangkabau (Panitia Buku atas kain, baju, dan selendang (Gambar 5). Peringatan, 1984: 99). Pangaruh Barat hanya terjadi pada bahan baku kain yang digunakan diimpor dari d) Pusaka dan Upacara Eropa, seperti benang, kapas, dan lain-lain Kekayaan di Minangkabau diten- (Joustra, 1923: 170; Graaf & Stibbe, 1919: tukan oleh kepemilikan tanah keluarga. 483). Harta, kekayaan, dan sumber penghasilan lainnya disebut harta pusaka atau pusako (Graves, 2007: 13). Setiap harta yang telah menjadi pusaka harus dijaga agar tetap utuh, tidak bisa diperjual belikan, dan dikuasai secara pribadi. Menurut adat Minangkabau, harta pusaka terdiri atas, harta material dan harta moril. Adapun yang disebut sebagai harta material di antaranya sawah, ladang, rumah gadang, emas, perak, dan lain-lain. Sementara itu, gelar disebut sebagai harta Gambar 5. Minangkabau vrouwen moril yang diwarisi secara turun temurun uit Koto Gadang (1895) (Sjarifoedin, 2011: 97). Pewarisan gelar Sumber:media-kitlv.nl, kode foto 75252. Datuak Kayo dari Landjadin Khatib Besar kepada Yahya (kemenakannya) pada 1895 merupakan salah satu contoh dari harta pusaka moril. Namun, pada tahun yang sama ia juga menduduki jabatan Kepala Laras IV Koto, Oud Agam (Etek, et al., 2007: 189). Berbeda dengan gelar datuak yang diterimanya, jabatan kepala laras diberikan berdasarkan pertimbangan Pemerintahan Hindia Belanda dan tidak bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Pewarisan gelar di Minangkabau Gambar 6. Mohammad Hatta dan Dua dilakukan dengan serangkaian upacara adat Temannya Saat di Sekolah MULO Padang yang dikenal dengan batagak pangulu. Sumber: Hatta, 1982: 37. Upacara tersebut diadakan di lapangan terbuka dan perjamuan berlangsung selama Berbeda dengan elite tradisional, tiga hari berturut-turut (Navis, 1986: 146- kaum intelektual lebih cenderung meng- 147). Selain itu, dikenal upacara gunakan pakaian bergaya Barat. Pakaian perkawinan, kematian, batagak rumah tersebut digunakan saat menempuh Gaya Hidup Elite Minangkabau..... (Dwi Vina Lestari) 55

(mendirikan rumah), khatam Al-Qur‟an, paling tinggi terhadap pendidikan dan hari raya. ditemukan pada keluarga golongan Khatam Qur‟an (manamaikan kaji) menengah dengan tradisi merantaunya dilakukan jika seorang anak laki-laki atau (Graves, 2007: 202). Sulaiman Datuak perempuan sudah bisa membaca Al-Qur‟an Tumangguang memanfaatkan kedudukan- dan menyelesaikannya. Dalam perayaan nya sebagai Kepala Laras Sungai Puar tersebut si anak berpakaian layaknya (1870-1930-an), dengan mengirim anak- seorang haji yang baru pulang dari Mekah. nya, Abdul Muis untuk melanjutkan Acara berlangsung pada pagi, dimulai sekolah ke Batavia (Azmi, 1981: 1-7). dengan arak-arakan sepanjang jalan Cara yang berbeda dilakukan Landjadin kampung, dilanjutkan dengan membaca Khatib Besar gelar Datuak Kayo dalam Al-Qur‟an dan ditutup dengan makan menentukan pendidikan kemenakannya, besar, seperti Gambar 7 (Suryadi, 2016). Yahja Datuak Kayo. Ia lebih banyak memperkenalkan Yahya kepada birokrasi Pemerintah Hindia Belanda daripada melanjutkan pendidikan Barat ke luar wilayah Minangkabau. Pada 1882, Yahya bersekolah di Pasar Gadang. Satu tahun kemudian, ia pindah ke Sekolah Privat Bukittinggi. Sebenarnya, ia memiliki kesempatan untuk mengikuti ujian di Sekolah Raja Bukittinggi, namun Landjadin Khatib Besar melarangnya. Gambar 7. Keramaian Khatam Al-Qur‟an di Alasannya sederhana, jika Yahya masuk ke Batipuh, Padang Panjang Sekolah Raja, setelah lulus ia akan pergi Sumber: Pandji Poestaka, 12 Februari 1926. jauh merantau ke nagari lain. Landjadin berkeinginan agar kemenakannya bisa e) Pendidikan menjadi pemimpin di Nagari Koto Gadang Sebelum berdirinya sekolah seba- (Etek, et al., 2007: 187-189). gai pendidikan formal di Minangkabau, Berbeda dengan elite tradisional, dikenal sebagai lembaga pendidikan Haji Agus Salim, Sutan Sjahrir, Abdul Islam. Pada prinsipnya surau berfungsi Muis, dan Mohammad Hatta memilih untuk mensosialisasikan nilai-nilai agama melanjutkan pendidikan formal ke luar Islam kepada anak-anak Minangkabau. wilayah Minangkabau. Haji Agus Salim Kemudian, pada 1848 Steinmetz memulai pendidikan dengan masuk ke mendirikan Sekolah Melayu (Malaische Europeesche Lagere School (ELS), School) di Bukittinggi. Sekolah tersebut kemudian dilanjutkan ke Hogere Burger merupakan pendidikan formal pertama di School (HBS) di Batavia (Panitia Buku Bukittinggi dan Dataran Tinggi Padang Peringatan, 1884: 36-42). Sutan Sjahrir (Zulqayyim, 2006: 79-8; Steinmetz, 1850: memulai pendidikan sekulernya saat 305). Namun, kontribusi utama pemerintah berumur enam tahun. Pada 1915, ia masuk dalam pendidikan di Sumatera Barat ELS di Medan. Kemudian, melanjutkan dilakukan dengan pembangunan dan pendidikan ke MULO pada 1923 dan lulus pendanaan Sekolah Raja (Kweekschool) di pada musim panas tahun 1926. Pada 1927 Bukittinggi pada 1856 (Graves, 2007: ia melanjutkan pendidikan ke AMS 218). Bandung (Mrazek, 1996: 34-63). Abdul Perkembangan pendidikan di Muis memulai pendidikan formalnya di Sumatera Barat mendapat tanggapan yang Bukittinggi, kemudian melajutkan ke berbeda dari elite tradisional dan elite STOVIA pada 1902. Namun, setelah tiga intelektual di Afdeeling Agam. Minat tahun bersekolah, ia dikeluarkan karena 56 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 45-60 enggan melihat darah. Sementara itu, baju kuruang dan tilakuang sebagai pendidikan agama langsung diberikan penutup kepala, sedangkan mempelai laki- keluarga saat berada di kampung laki menggunakan jas dan saluak sebagai halamannya (Azmi, 1981: 1-7). Hatta penutup kepala, seperti pada Gambar 8 memulai pendidikan formalnya dengan (Etek, et al., 2007: 257). belajar di Sekolah Belanda Preman Tuan Lederboer. Tujuh bulan kemudian, saat berumur enam tahun, ia masuk ke Sekolah Rakyat. Setelah dua tahun di Sekolah Rakyat hingga pertengahan kelas tiga, ia pindah ke Sekolah Belanda dan langsung diterima di kelas dua, sesuai dengan kemampuannya dalam berbahasa Belanda. Pada pertengahan 1913, Hatta pindah ke

MULO Padang dan lulus pada Mei 1919. Gambar 8. Pernikahan Yahya Datuak Kayo Kemudian melanjutkan pendidikan ke dengan Syahrizan di Nagari Koto Gadang Prins Hendrik School dan Rotterdamse Sumber: Etek, et al. 2007: 256. Handelshogeschool pada 1921. Meskipun demikian, saat tinggal di Bukittingi, pada Sama halnya dengan Yahya siang harinya ia bersekolah dan setelah Datuak Kayo, Haji Agus Salim tidak magrib belajar mengaji di Surau Syekh menolak untuk dikawinkan dengan saudara Djambek (Hatta, 1982: 22-136). sepupunya berdasarkan adat Minangkabau. Perkawinan tersebut ideal menurut adat f) Perkawinan Minangkabau. Namun, tidak semua tradisi Perkawinan ideal di Minangkabau adat yang dijadikan sebagai acuan dalam terjadi antara awak samo awak (sesama upacara pernikahannya. Ia hanya menja- keluarga dekat). Perkawinan dengan orang lankan tradisi adat yang tidak bertentangan luar, terutama mengawini perempuan luar dengan ajaran agama Islam. Perhelatan dianggap dapat merusak struktur adat. berlangsung menurut tradisi adat, termasuk Sebaliknya, perkawinan perempuan acara diaraknya kedua mempelai melalui Minang dengan laki-laki luar diperboleh- jalan-jalan kampung dan diiringi dengan kan karena tidak akan mengubah struktur bunyi-bunyian dari rebana. Saat upacara adat, sehingga anak yang lahir tetap berlangsung, Haji Agus Salim mengguna- mengikuti suku yang ada di Minangkabau kan pakaian marapulai (mempelai pria) (Navis, 1986: 194-195). berwarna merah dan kuning keemasan, Menurut suatu laporan pada tahun serta dilengkapi dengan sorban sebagai 1910-an, Nagari Koto Gadang memaksa- penutup kepala. Sementara itu, mempelai kan perkawinan antara kerabat (endogami) wanita menggunakan baju kuruang dan (Mrazek, 1996: 15). Oleh karena itu, tilakuang sebagai penutup kepala khas dari sebagai salah satu elite tradisional Koto Gadang. Namun, prinsip tersebut terkemuka, Yahja Datuak Kayo mengikuti tidak berlaku bagi anak-anaknya. Ia tipe perkawinan tersebut. Ia memiliki tiga menginginkan kedelapan anaknya menikah istri. Pertama, Basiah dari Koto Gadang, dengan orang di luar Nagari Koto Gadang. merupakan anak mamaknya (pamannya) Menurut Agus Salim, perkawinan dengan yang berusia tujuh tahun lebih tua. Kedua, keluarga dekat tidak menguntungkan dari Rusiah dari Padang. Ketiga, Syahrizan dari segi keturunan. Hal tersebut dilakukan Koto Gadang dan menikah pada tanggal 20 untuk menghindari degenerasi pemurnian Maret 1924. Pada pernikahannya yang darah yang dialaminya (Panitia Buku ketiga, mempelai perempuan mengguna- Peringatan, 1984: 46- 51 & 97). kan pakaian khas Koto Gadang dengan Gaya Hidup Elite Minangkabau..... (Dwi Vina Lestari) 57 g) Kesenian dan Permainan intelektual lebih menirukan gaya Barat. Berbagai macam permainan mem- Pada saat menempuh pendidikan Barat, bedakan antara hiburan bagi anak-anak dan mereka tidak hanya dididik dalam berbagai orang tua. Umumnya, anak-anak di mata pelajaran, namun juga cara bersikap Minangkabau mengisi waktu luang dengan dan sopan santun. Keadaan tersebut bisa bermain gasiang (gasing), alang-alang diperhatikan dari keseharian para elite (layang-layang), berjalan menggunakan intelektual dalam mengisi waktu luang di batok kelapa, permainan katai (mengguna- sela-sela kesibukannya sebagai seorang kan dua tongkat), kelereng (menggunakan pelajar. Sjahrir mengisi waktu luangnya buah kemiri), pertengkaran, latihan perang, dengan bermain bola dan bermain musik petak umpet, atau menirukan orang (Mrazek, 1996: 38, 60-61). Sementara itu, dewasa; perempuan bermain congklak; dan Hatta lebih memilih bermain sepak bola laki-laki bermain catur. Meskipun dan menonton ke bioskop (Hatta, 1982: demikian, seseorang yang bermainan sepak 32-33). rogo (sejenis sepak bola) di alun-alun akan mendapat kehormatan besar. Permainan h) Cara Makan tersebut menggunakan bola anyaman dan Makanan masyarakat Minang- ditendang dari satu pemain ke pemain yang kabau dapat disebut sederhana. Nasi lain (Joustra, 1923: 172-173). Selain itu, merupakan bahan makanan utama dan dikenal berbagai jenis tarian, seperti ilau, tepung beras dijadikan untuk membuat tari salendang panjang, adau-adau, tari kue, kecuali pada acara-acara khusus piriang (tari piring), dan randai. mereka memiliki jenis makanan lain selain Tari piring merupakan salah satu nasi. Biasanya nasi dimakan tiga kali kesenian yang berasal dari Luhak Agam. sehari, pada pagi, siang, dan malam. Selain Tarian tersebut dimainkan secara tunggal itu, dikenal bahan makanan pokok berupa atau bersama-sama dengan meletakkan sagu, anau palem, sagu palem (roembio), piring porselen di telapak tangan dan jagung, sakoei (gula merah), dan berbagai cincin di ujung jari tengah. Cincin dan jenis sereal yang tidak dikenal. Mereka piring porselen digerakkan secara juga mengkonsumsi ubi dan umbi-umbian, bersamaan hingga menghasilkan bunyi. berbagai jenis terung, tomat, mentimun, Sementara itu, kaki membentuk hentakan kacang, daun matung, bayam, petai, dan dan membuat lingkaran. Gerakan tersebut jengkol. Sementara itu, sebagai pelengkap mengimprovisasi elang terbang; petani nasi digunakan lauk pauk. Dalam hal ini, membajak dan mencangkul; gadis berhias; kata lauk memiliki ekspresi kiasan. Untuk perempuan menjahit dan menenun; dan daerah pedalaman, kata tersebut berarti lain-lain. Setiap gerakan dilakukan secara daging dan di daerah pesisir berarti ikan. berulang hingga sebuah pantun selesai Untuk itu, di wilayah ini lauk pauk kering dinyanyikan atau satu gerakan memerlukan disebut dengan samba-samba, sedangkan satu empat kali dalam empat ketukan. lauk pauk yang terdiri atas saus atau sup Adakalanya, jika tarian tersebut dimainkan disebut gulai-gulai (Joustra, 1923: 175). pada malam hari, penari memasang lilin di Jika dilihat dari waktunya, anggota kedua piring. Tarian tersebut dimainkan dalam sebuah rumah gadang memiliki dalam suasana ceria, misalnya saat waktu makan yang berbeda antara satu dan dilakukan sunat rasul (sunatan), perni- yang lainnya. Perempuan yang tidak kahan, perkawinan, dan anak turun mandi bersuami makan di ruangan dekat dapur (Oetoesan Minangkabau: Sasaran dan perempuan yang bersuami makan Penghoeloe, Medan Ra’jat, Februari 1939: bersama suaminya masing-masing di ruang 3 & 39; Navis, 1986: 270- 271 ). tepat di hadapan kamar sendiri. Sementara Berbeda dengan elite tradisional, itu, makan secara bersama hanya dilakukan kesenian dan permainan para elite 58 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 45-60 saat kenduri yang diadakan rumah tersebut D. PENUTUP (Navis, 1986: 180). Berdasarkan uraian di atas, dapat Sama halnya dengan elite disimpulkan bahwa gaya hidup elite tradisional, elite intelektual juga menggu- Minangkabau di Afdeeling Agam tidak nakan nasi sebagai makanan pokok. banyak mengalami perubahan, melainkan Perbedaannya terdapat pada cara terjadi akulturasi antara budaya asli pengolahan dan bahan pelengkap nasi yang Minangkabau dengan budaya Barat. Dalam dipengaruhi budaya Barat. Keadaan hal ini, gaya hidup elite tradisional dan tersebut dapat diperhatikan dari kehidupan elite intelektual memiliki beberapa keluarga Haji Agus Salim yang menetap di perbedaan, diperhatikan dari nama dan rantau. Mereka tidak hanya mengenal gelar, tempat tinggal, etika dan bahasa, daging dan ikan sebagai lauk pauk, tetapi pusaka dan upacara, pendidikan, juga menggunakan kecap, susu, mentega, perkawinan, kesenian dan permainan, cara dan keju sebagai pelengkap nasi. Selain makan, serta agama dan kepercayaan. itu, mereka telah mengenal nasi goreng Elite tradisional Minangkabau di (Panitia Buku Peringatan, 1984: 80-81). Afdeeling Agam menggunakan nama dan gelar berdasarkan aturan adat i) Agama dan Kepercayaan Minangkabau, tinggal di rumah gadang, Elite Minangkabau di Afdeeling berbahasa Minang, menggunakan pakaian Agam menganut agama Islam. Yahya mirip bangsa Eropa dengan ciri khas Datuak Kayo, Sulaiman Datuak Minangkabau, menempuh pendidikan di Tumangguang, Haji Agus Salim, wilayah Minangkabau dan mengisi waktu Mohammat Hatta, Sutan Sjahrir, dan luang dengan berbagai kesenian dan Abdul Muis beragama Islam. Mereka permainan tradisional Minangkabau. mendapatkan pendidikan agama dari Sementara itu, elite intelektual tidak lingkungan keluarga sejak kecil. Haji Agus menggunakan gelar kebesaran datuak, Salim memperdalam pengetahuan agama tinggal dan menetap di luar wilayah Islam pada usia 22 tahun, saat ia menjabat Minangkabau (merantau), menempuh sebagai dragman (ahli penerjemah) pendidikan formal di luar wilayah Konsultan Belanda di Arab (Panitia Buku Minangkabau, dan mengisi waktu luang Peringatan, 1984: 43-44). Sutan Sjahrir dengan kesenian dan permainan Eropa. dan Mohammad Hatta belajar mengaji Meskipun demikian, baik elite tradisional setelah menempuh pendidikan Barat pada maupun elite intelektual di Afdeeling pagi hari (Mrazek, 1996: 40; Hatta, 1982; Agam pada masa Pemerintahan Hindia 1982). Abdul Muis memilih gerakan Belanda sama-sama memeluk agama Islam politik berdasarkan agama Islam (Azmi, dan melaksanakan tradisi adat 1982:6). Sementara itu, Yahja Datuak Minangkabau hingga saat ini. Kayo menjalankan hukum adat dan hukum Untuk kajian lebih lanjut, Islam secara bersamaan. Dalam pidatonya diperlukan penelitian daerah lain di pada Mei 1939, dijelaskan mengenai Sumatera Barat. Hal ini sebagai bahan fenomena adat dan agama di Minangkabau perbandingan sehingga menghasilkan tentang harta warisan. Ia berbicara dari karya yang lebih lengkap. sudut pandang adat dan agama, seolah-olah keduanya bertentangan. Namun, sebagai UCAPAN TERIMA KASIH umat Islam, ia sepenuhnya harus Penulis mengucapkan terimakasih mengerjakan agama Islam dan mengikuti kepada Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M.S. semua peraturan adat Minangkabau (Etek, dan Dr. R.M. Mulyadi yang telah et al., 2007: 249-255). memberikan arahan dan bimbingan dalam penelitian ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada staf Perpustakaan Gaya Hidup Elite Minangkabau..... (Dwi Vina Lestari) 59

Nasional Republik Indonesia (PNRI), Etek, Azizah; Mursyid; dan Arfan. 2007. Arsip Nasional Republik Indonesia Koto Gadang Masa Kolonial. (ANRI), Perpustakaan FIB UNPAD, Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera ______. 2008. Barat, Perpustakaan UNAND, Perpus- Kelah Sang Demang Jahja Datoek Kajo; takaan UNP, Pusat Dokumentasi dan Pidato Otokritik di Volksraad 1927- Informasi Budaya Minang (PDIKM), dan 1939. Yogyakarta: LKiS Pelangi semua pihak yang telah membantu dalam Aksara. pengumpulan sumber pada penelitian ini. Friederich, R. 1908. Gedenkboek Samengesteld bij DAFTAR SUMBER Gelegenheid van het 35jaring Bestaan 1. Arsip dan Dokumen Tercetak der Kweekschool voor Inlandsche Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie. Onderwijzers te Fort de Kock. Arnheim: 1884-1942. Eerste Gedeelte. Batavia: Threme. Landsdrukkerij. Gottschalk, Louis. 2008. Volkstelling 1930; deel IV Inheemsche Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho Bevolking van Sumatra. 1935. Batavia: Notosusanto. Jakarta: UI-Press. Departement van Economische Zaken. Graaf, S.de dan Stibbe, D.G (ed). 1919. Encyclopaedie van Nederlandsch Indie. 2. Disertasi „s.Gravenhage: Martinus Nijhoff. Manan, Imran. 1984. A Traditional Elite in Continuity and Graves, Elizabeth E. 2007. Change; The Chief of the Matrilineal Asal Usul Elite Minangkabau Modern; Lineages of the Minangkabau of West Respon terhadap Kolonial Belanda Sumatra, Indonesia. Thesis Doctor of Abad XIX/XX. Terj. Jakarta: Yayasan Philosophy. University of lllinois at Obor Indonesia. Urban Champaign. Hadler, Jeffrey. 2008. Sengketa Tiada Putus; Matriarkat, 3. Buku Reformisme Islam, dan Kolonialisme di Asnan, Gusti. 2003. Minangkabau. Terj. Jakarta: Freedom Kamus Sejarah Minangkabau. Padang: Institute. Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau. Hatta, Mohammad. 1982. Mohammad Hatta; Memoir. Jakarta: _____. 2006. Tintamas Indonesia. Pemerintahan Sumatera Barat dari VOC hingga Reformasi. Yogyakarta: Herlina, Nina. 2008. Citra Pustaka. Metode Sejarah. Bandung: Satya Historika. Amran, Rusli. 1986. Sumatera Barat Plakat Panjang. Josselin, de Jong P.E. 1975. Jakarta: Sinar Harapan. Social Organization of Minangkabau. Leiden: University of Leiden. Azmi. 1982. Joustra, M. 1923. Abdul Muis. Jakarta: Departemen Minangkabau Overzicht van Land, Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Geschiedenis en Volk. Martinis Nijhoff Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek „S-Gravenhage. Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Junus. 1999. “Kebudayaan Minangkabau”, dalam Bottomore, T.B. 2006. Koentjaraningrat (ed.). Manusia dan Elite dan Masyarakat. Terj. Jakarta: Kebudayaan di Indonesia. 1999. Jakarta: Akbar Tandjung Institute. Djambatan. Hlm. 248-265. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 1. 1988. Kartodirdjo, Sartono; A.Sudewo; dan Suhardjo Jakarta: Cipta Adi Pustaka. Hatmosuprobo. 1993. 60 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 45-60

Perkembangan Peradapan Priyayi. 4. Surat Kabar dan Artikel Yogyakarta: Gadjah Mada University “Baso (Tjaro) Minangkabau”. Soeloeh Agam, Press. Mei 1934, No 5, hlm 1-2. Kuntowijoyo. 2013. Boomgaard, S. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: “Het Adathuis In Minangkabau”, Onze Tiara Wacana. Aarde Geillustreerd Maandschrift. 1929, Kato, Tsuyoshi. 2005. hlm. 22-28. Adat Minangkabau dan Merantau dalam Joustra, M. Perspektif Sejarah. Terj. Jakarta: Balai “De Minangkabausche Maleiers; Naar Pustaka. gegevens van Amaroellag Galar Soetan Lubis, Nina H. 1998. Mangkoeto Bewerkt”. In de Volken van Kehidupan Kaum Menak Priangan Nederlandsch-Indie, 1920, hlm. 151- 1800-1942. Bandung: Pusat Informasi 176. Kebudayaan Sunda. “Kermaian Berchatam Koeran”. Pandji Mansoer, M.D.; Amrin Imran; Mardanas Poestaka, 12 Februari 1926, No. 12, Tahun Safwan; Asmaniar Z. Idris; dan Sidi I. IV, hlm. 263. Buchari. 1970. “Kesenian (Kunst dan Cultuur) Minangkabau; Sedjarah Minangkabau. Jakarta: Tari-Pentjak-Silat Jang Asli”. Oetoesan Bhratara. Minangkabau; Sasaran Penghoeloe, Mrazek, Rudolf. 1996. Medan Ra’jat, 20 Februari 1939. No. 3. Sjahrir; Politik dan Pengasingan di Tahun 1, hlm. 38. Indonesia. Terj. Jakarta: Yayasan Obor Mansveld, G. Indonesia. “Namen en Galars Onder de Maleijer Navis, A.A. 1986. in de Padangsche Bovenlanden; Alam Terkembang Jadi Guru; Adat dan bepaaldelijk in Noordelijk Agam”. Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Tijdschrift Bataviaasch Genootschap, Temprint. 1876. hlm. 442-457. Oktavianus dan Ike Rivita. 2013. “Oetoesan Orang Minangkabau”. Bintang Kesantunan dalam Bahasa Hindia, 1 Juni 1907, No. 4. Tahun V1, Minangkabau. Padang: Minangkabau hlm. 38-39. Press. Steinmetz, H.E. Panitia Buku Peringatan. 1984. “Inlandsche Onderwijs van Overheids- Seratus Tahun Haji Agus Salim. Jakarta: wege in de Padangsche Bovenlanden Sinar Harapan. voor 1850”. BKI No.64 Tahun 1924, hlm. 301-312. Reid, Anthony. 2012. Sumatera; Revolusi dan Elite 5. Internet Tradisional. Jakarta: Komunitas Bambu. “Minangkabau vrouwen uit Koto Gadang” Sjarifoedin, Amir. 2011. diakses dari media-kitlv.nl (kode foto Minangkabau; dari Dinasti Iskandar 75252), Tanggal 31 Agustus 2016, Zulkarnain sampai Tuanku Imam Pukul 10.45 WIB. Bonjol. Jakarta: Gria Media Prima. Zulqayyim. 2006. Boekittinggi Tempo Doeloe. Padang: Andalas University Press.

Konfrontasi Republik Indonesia dengan Militer Jepang..... (Halwi Dahlan) 61

KONFRONTASI REPUBLIK INDONESIA DENGAN MILITER JEPANG MENJELANG MASUKNYA SEKUTU 1945-1946 CONFRONTATION OF INDONESIA REPUBLIC WITH JAPANESE MILITARY AHEAD OF THE ENTRY OF THE ALLIES 1945-1946 M. Halwi Dahlan Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jln. Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung e-mail: [email protected]

Naskah Diterima:6 Januari 2017 Naskah Direvisi:14 Februari 2017 Naskah Disetujui:21 Februari 2017

Abstrak Perlawanan pejuang (laskar, BKR kemudian TKR) dengan militer Jepang di Indonesia ditandai dengan peristiwa perlucutan senjata oleh pejuang tersebut. Berbagai insiden terjadi disebabkan baru saja Jepang memperlihatkan sikap tegas dalam menjajah, tiba-tiba semua berubah dengan sikap menyerah kepada Sekutu. Bagi Indonesia kondisi ini sebenarnya merupakan peluang untuk melengkapi diri dari segi peralatan perang yang akan menjadi aset bagi pasukan perangnya. Tetapi hal itu menjadi sulit karena sesuai aturan hukum perang internasional tentang tawanan perang, selain pasukan Jepang turut diserahkan seluruh peralatan perangnya. Beberapa daerah sempat menerima atau pun merampas persenjataan tersebut, namun kemudian direbut kembali oleh Militer Jepang. Militer Jepang yang mempertahankan senjata mereka dan patuh pada konvensi Jenewa 1929, berhadapan dengan semangat kemerdekaan dari seluruh rakyat Indonesia. Di Jawa Barat insiden perlucutan senjata tersebut sempat terjadi tetapi tidak meluas, berbeda dengan di Jawa Timur yang hampir seluruh pejuangnya memiliki senjata rampasan. Perbedaan tersebut ternyata terletak pada lambatnya informasi yang sampai dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Jawa Barat diuntungkan karena jaraknya yang relatif dekat dengan Jakarta sehingga dengan cepat pemerintah daerah dan pimpinan BKR/TKR dapat mengkonsolidasi anggota pasukannya. Penulisan ini menggunakan metode kepustakaan dan historiografi yang dihasilkan bersifat deskriptif analisis. Untuk mendukung penulisan ini digunakan teori konfrontasi. Kata kunci: konfrontasi, pejuang, Indonesia, Jepang, sejarah. Abstract The resistance of fighters (paramilitary troops, BKR then the TKR) with the Japanese military in Indonesia was marked by events of disarmament by fighters. Various incident occurred just due to Japan showed a firm stance in colonizing, suddenly all changed with the attitude of surrender to the Allies. For Indonesia, this condition was actually an opportunity to equip themselves in terms of armaments that became an asset to the troops for war. But it was difficult because according to the rules of international law concerning prisoners of war, not only Japanese forces but also entirety of the war equipment were also should be handed. Some areas could receive or seize such weapons, but was later recaptured by the Japanese military. Japanese military retained their weapons and abided by the 1929 Geneva Convention, dealing with the spirit of independence of the entire people of Indonesia. In West Java, the disarmament incident had occurred but did not extend, unlike in East Java, where nearly all of the fighters had looted weapons. The difference lied in the slow of turning up information from central government to the regions. West Java had benefit because it was relatively close to the Jakarta, so the local government and the leadership of BKR/TKR could quickly consolidate the fighters. This study uses literature and historiography that produces a descriptive analysis. To support this study, the theory of confrontation is used. Keywords: confrontation, fighters, Indonesia, Japan, history. 62 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 61-76

A. PENDAHULUAN menjajah dengan cara masing-masing, Jatuhnya wilayah Hindia Belanda tetapi penguasa militer Jepang mencoba akibat pergerakan pasukan militer Jepang menggunakan kekuatan lokal dari rakyat dimulai dari dikuasainya Kepulauan pribumi untuk membantu pertahanan Tambelan di Laut Cina Selatan pada 27 Jepang. Pasukan cadangan perang buatan Desember 1941, selanjutnya berturut-turut militer Jepang yang terdiri dari pemuda- Tarakan dan Manado pada 11 Januari pemuda pribumi dengan nama Keibodan, 1942, Balikpapan 24 Januari 1942, Ambon Seinendan, Heiho, Peta, Gakkutotai, 2 Februari 1942, Makassar 9 Februari Jibakutai, Fujinkai, Kempeiho dan 1942, Palembang 15 Februari 1942, Timor sebagainya, nyaris tidak berfungsi ketika 20 Februari 1942, Banten 1 Maret 1942, pergerakan pasukan Sekutu menyerang dan Batavia sebagai pusat pemerintahan mereka. Mengapa demikian? Bagaimana- Hindia Belanda dikuasai pada 5 Maret pun juga sebagai penjajah tentu Jepang 1942, Sumatera Utara dan Sabang 12 tidak serta merta percaya seratus persen Maret 1942, Padang 17 Maret 1942, kepada pasukan cadangannya yang berasal Fakfak 1 April 1942, Sorong 4 April 1942, dari orang pribumi, pasukan ini tak lebih Ternate 7 April 1942, Jayapura 19 April dari kekuatan tambahan menyambut 1942, (Banda Neira, Pulau Buru, serangan balasan dari Sekutu, sehingga Kepulauan Sula, Lombok, dan Flores pada penggunaan sarana militer tidak Mei 1942), Kepulauan Natuna Juni 1942, sepenuhnya diberikan. Selama pelatihan (Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Key, dilakukan senjata yang digunakan adalah dan Kepulauan Aru pada Juli 1942), Sunda mokuju yaitu simulasi senjata dari bahan Kecil (Nusa Tenggara Timur) September kayu Jati dan takeyari atau bambu runcing 1942, hampir seluruh Papua kecuali (Asmadi, 1985: 31). Bahkan ketika senjata Merauke pada Desember 1942 (Wenri yang sebenarnya telah diberikan, baik Wanhar, 2014, 110-112). Jadi negara kecil dengan cara penyerahan baik-baik maupun seperti Jepang dengan kekuatan militernya dirampas ternyata tidak memakan waktu hanya membutuhkan waktu ± 3 bulan yang lama untuk menariknya kembali. Di untuk menganeksasi dan menguasai pusat sinilah terjadi konfrontasi antara pasukan pemerintahan Hindia Belanda di Batavia, militer Jepang dengan pasukan Republik dan 9 bulan kemudian menguasai seluruh Indonesia. Konfrontasi lainnya terjadi wilayah yang nantinya disebut Negara setelah terbentuknya pemerintahan Kesatuan Republik Indonesia. Republik Indonesia di mana sikap peme- Pergerakan pasukan Jepang sangat rintah sangat hati-hati kepada pemerintah sistematis, Hindia Belanda sebagai sasaran militer Jepang. dianeksasi dengan kekuatan militer darat, Satu keuntungan yang diperoleh laut maupun udara nyaris tidak mendapat Indonesia bahwa pasukan cadangan perang perlawanan dari tentara kolonial Belanda. Jepang dari rakyat pribumi ini justru Rupanya pemerintah Hindia Belanda sejak menjadi kekuatan militer sebuah negara tahun 1800 terlalu percaya diri terhadap baru di saat status pemerintahan militer kekuatan militernya tanpa menggalang Jepang demisioner sedangkan pemerintah kekuatan dengan potensi masyarakat Hindia Belanda telah tidak berfungsi jajahan kecuali hanya sebagian kecil saja, ketika Jepang menguasai Hindia Belanda. sehingga ketika terjadi serangan sporadis Suasana stagnan tersebut dimanfaatkan pemerintah Hindia Belanda hanya mampu oleh rakyat pribumi untuk mendirikan menyingkir dari Batavia dan berakhir di sebuah negara yang diberi nama Republik Bandung. Indonesia. Sejak itu peta kekuatan Giliran Jepang yang menjajah. penjajahan di Indonesia menjadi tidak jelas Hampir tidak ada bedanya dengan dan telah terbentuk sebuah negara yang pemerintah Hindia Belanda. Sama-sama memiliki perangkat pemerintahan serta Konfrontasi Republik Indonesia dengan Militer Jepang..... (Halwi Dahlan) 63 pasukan perang di tanah air sendiri. mengganggu operasi perlucutan terse- Pasukan perang yang tadinya terdiri dari but. pasukan cadangan militer Jepang harus - Sekutu memanfaatkan tentara Jepang berhadapan dengan pasukan induknya menjadi tameng untuk melindungi demikian pula berhadapan dengan pasukan mereka dari serangan pejuang yang Sekutu dan terakhir berhadapan dengan mengepung Hotel Preanger dan Savoy militer Belanda. Homan. Menulis sejarah perjuangan antara Catatan di atas menimbulkan tahun 1945 sampai 1950 bukanlah hal baru pertanyaan yaitu: dan telah banyak literatur yang dihasilkan - Mengapa militer Jepang di Indonesia dengan berbagai analis, ditambah lagi melakukan permusuhan terhadap para masih bisa dijumpainya pelaku sejarah pejuang, padahal mereka sendiri yang yang dapat menjadi sumber informasi membentuk pasukan cadangan? primer. Namun demikian karena berbagai - Sebagai sebuah kekuatan militer sebuah keterbatasan, maka tulisan tentang negara yang baru saja diproklamasikan Perlawanan Pejuang dengan Militer Jepang kemerdekaannya, TKR yang anggota- Menjelang Masuknya Sekutu di Kota nya pernah dididik dan dibina secara Bandung ini dilakukan dengan kajian militer oleh pasukan Jepang sebagai kepustakaan. Adapun tujuannya pasukan cadangan bahkan ditempatkan disesuaikan dengan judul tulisan ini yaitu dalam berbagai posisi dan diberi menggambarkan konfrontasi militer antara pangkat militer dalam pasukan, TKR dengan pasukan militer Jepang akhirnya harus berhadapan dengan menjelang masuknya pasukan Sekutu mantan komandan dan pelatih/ untuk melucuti tentara Jepang. Diskripsi instrukturnya itu dalam kondisi siap yang dimaksud meliputi latar belakang tempur. Mengapa kedua pasukan ini kehadiran militer Jepang di Bandung, tidak dapat bekerja sama secara utuh? posisi tentara Jepang di bawah kendali Misalnya militer Jepang menyerahkan Sekutu, dan konfrontasi yang terjadi antara secara total seluruh persenjataan militer Jepang dengan pejuang. mereka kepada TKR, toh pasukan Beberapa catatan penting tentang Jepang nantinya akan ditawan oleh aksi pasukan militer Jepang sebelum dan Sekutu. Mengapa militer Jepang malah sesudah pasukan Sekutu berada di mengambil sikap konfrontir kepada Bandung adalah: TKR? - Perintah Jenderal Mabuci panglima - Mengapa terjadi perbedaan sikap dalam Jepang untuk Jawa Barat agar perlucutan senjata Jepang antara melakukan razia untuk mengambil pejuang di Jawa Barat dengan pejuang kembali senjata-senjata yang pernah di Jawa Timur? dirampas pejuang dan mengumpul- Beberapa literatur menjadi pedoman kannya untuk kemudian diserahkan dalam penulisan ini, di antaranya Bandung bersamaan dengan perlucutan nantinya. Awal Revolusi 1945-1946 karya John R.W. - Pengamanan super ketat terhadap jalur- Smail yang berisi detail revolusi yang jalur masuk ke Bandung seperti di terjadi di Bandung dari peristiwa Cimahi, Lembang, Sumedang, kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 hingga Majalaya, Baleendah, Rancaekek, peristiwa Bandung Lautan Api 24 Maret Ujung Berung dijaga dengan kekuatan 1946. penuh untuk melancarkan masuknya Buku lainnya adalah Tanpa Pamrih pasukan Sekutu. Pengamanan ini Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan ditujukan kepada pasukan TKR dan 17 Agustus 1945 karya Mohamad Rivai, pejuang yang dikuatirkan akan berisi peristiwa heroik di Bandung menjelang dan hadirnya pasukan Sekutu 64 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 61-76 untuk melucuti pasukan Jepang. Sebagian C. HASIL DAN BAHASAN dari tulisan Rivai berisi pengalamannya 1. Pemerintah Hindia Belanda ketika peristiwa tersebut terjadi. Mengungsi Buku berikutnya berjudul Pelajar Berita pergerakan pasukan militer Pejuang karya Asmadi, berisi untaian Jepang di daratan Tiongkok terus peristiwa pasca-proklamasi terutama di mendapat pantauan negara-negara Eropa wilayah Jawa Timur. Buku ini menjadi dan Amerika, terutama setelah terjadi rujukan karena di dalamnya terdapat penggabungan dengan Jerman dan Italia informasi tentang aksi massa dalam pada September 1940 yang disebut Pakta merampas senjata tentara Jepang yang Poros Berlin-Roma-Tokyo yang masing- sudah menyerah kepada Sekutu. Aksi masing ingin meluaskan pengaruh mereka. massa ini yang akan menjadi pembanding Jerman dan Italia kemudian menyetujui antara kondisi di Jawa Timur dengan Jawa Kawasan Asia-Pasifik berada di bawah Barat pada situasi yang sama yaitu pengaruh Jepang. Pada tanggal 19 perlawanan terhadap tentara Jepang. September 1940 Jepang menegaskan Agar berimbang, maka pembahasan rencana “Kemakmuran Bersama Asia tentang pengaruh dan dampak pendudukan Timur Raya” yang meliputi wilayah inti Jepang di Indonesia dirujuk dari buku Di Jepang, Cina, dan Manchuria serta wilayah Bawah Matahari Terbit. Sejarah luas di India, Asia Tenggara, Pasifik, Pendudukan Jepang di Indonesia 1941- Australia, hingga Selandia Baru (Oktorino, 1946 karya Nino Oktorino. Keempat buku 2016:17-18). Semangat invasi Jepang tersebut berisi rangkaian peristiwa yang telah semakin menggebu sejak 1933 detail baik tentang peristiwa, peranan dilatarbelakangi slogan “Asia untuk Asia” orang, dan wilayah peristiwa. Adapun kemudian diubah menjadi “Jepang untuk tulisan ini menggabungkan beberapa Asia” oleh kalangan militer di Jepang rujukan yang diperoleh dari sumber- dipimpin oleh Konoye Fumimaru, Hirota sumber tertulis dan dirangkai menjadi Koki, Laksamana Saetsugu Nobusama, dan diskripsi satu babak sejarah revolusi Jenderal Matsui Iani (Oktorino, 2016: 28). kemerdekaan Republik Indonesia ketika Kerajaan Belanda yang menguasai peristiwa perlucutan senjata Jepang. wilayah di Asia Tenggara menjadi waspada terhadap keinginan Jepang terse- B. METODE PENELITIAN but. Runtuhnya negeri Belanda oleh Teknik pengumpulan data yang Jerman semakin mengkhawatirkan peme- digunakan dalam tulisan ini adalah rintah Hindia Belanda. Segera Jepang kepustakaan yang diolah sesuai dengan menyeru kepada pemerintah Hindia metode penelitian dan penulisan sejarah Belanda agar menyerahkan wilayah dimulai dari heuristik, kritik sumber baik jajahannya tanpa perlu peperangan. Jepang ekstern maupun intern, hingga menjadi sebenarnya telah mengekspansi Hindia suatu historiografi (Gottschalk, 1986: 34). Belanda secara ekonomi. Tahun 1920 Selain proses tersebut juga terdapat toko-toko Jepang menjamur di Hindia analisis dan interpretasi (Kuntowijoyo, Belanda memperdagangkan barang-barang 2013: 81), sehingga penyajian tulisan ini produksi langsung dari Jepang. Barang- bersifat diskriptif analisis (Helius barang seperti tekstil, perabot rumah Sjamsuddin, 2007:238) dan historiografi tangga, sepeda, bir, semen, dan lain-lain yang dihasilkan termasuk dalam kategori dijual bebas dan langsung menguasai pasar sejarah militer, (Kuntowijoyo, 2013:106). Hindia. Bank-bank, firma-firma, perusaha- an pelayaran turut mempertegas kekuasaan Jepang secara ekonomi tersebut. Akibatnya pada 1933 pemerintah Hindia Belanda sebagai penguasa memberlakukan

Konfrontasi Republik Indonesia dengan Militer Jepang..... (Halwi Dahlan) 65 pengetatan yang bertujuan membendung Kekaisaran memutuskan untuk dominasi ekonomi Jepang tersebut serta menantang suatu peperangan dengan melindungi industri tekstil dan perusahaan- Amerika Serikat, Inggris, dan perusahaan dagangannya (Oktorino, 2016: Belanda, dan akan berusaha 19-20). Otomatis sikap pemerintah Hindia menyelesaikan persiapan-persiapan Belanda ini menciptakan ketegangan militer pada akhir Oktober” dengan Jepang. Pada kondisi ini Jepang (Oktorino, 2016: 52). tidak mengendurkan semangat untuk Pernyataan sikap tersebut menjadi menguasai Hindia Belanda, karena di awal sinyal bahwa Japang akan memasuki Januari 1941 delegasi Jepang dipimpin Perang Dunia II dengan sasaran Amerika Yishizawa Kenkici melakukan Serikat, Inggris, dan Belanda. Sasaran perundingan dengan van Mook yang berisi untuk Belanda difokuskan pada wilayah tuntutan Jepang agar diberi keleluasaan Hindia Belanda di mana dalam jangka mengekplorasi alam Hindia Belanda mulai panjang jika berhasil menguasainya, maka dari kebebasan dalam pertambangan, Jepang akan mendapatkan sumber penangkapan ikan sampai kepada perizinan kekayaan alam yang melimpah dan akan terhadap masuknya imigran Jepang secara memakmurkan Jepang seperti makmurnya besar-besaran. Ini ditolak mentah-mentah negara Kerajaan Belanda. Penentuan oleh van Mook mewakili pemerintah persiapan pasukan perang Jepang hanya Hindia Belanda. Sikap ini mendorong satu bulan kurang, tetapi persiapan invasi Jepang melakukan jalan terakhir yaitu itu telah berlangsung lama sekali. Bulan perang. November 1941 menjadi bulan persiapan Ketika akhirnya Amerika mengem- yang sangat menentukan, laporan-laporan bargo Jepang pada Juli 1941, Inggris dan intelijen terus masuk baik kepada pihak Hindia Belanda mengikutinya. Hindia Jepang maupun Amerika Serikat. Pada Belanda malah melakukan langkah yang bulan ini pula armada Jepang berlayar mengakibatkan terhentinya pembayaran menuju Hawai dipimpin Laksaman Madya terhadap perdagangan Jepang. Akibatnya Nagumo. Pada 7 Desember 1941 beberapa kapal tanker Jepang tidak Laksamana Nagumo melancarkan mendapat pasokan minyak dan tertahan di serangan ke Pearl Harbour, bersamaan pelabuhan di Kalimantan dan Sumatera dengan itu berita pengeboman Jepang (Oktorino, 2016: 51). Hal ini semakin terhadap Siam, Filipina, Singapura, dan membuat geram pemerintah Jepang dan Malaya sudah diterima Gubernur Jenderal ingin segera melaksanakan perang semesta Tjarda van Starkenborgh, praktis Hindia tersebut. Belanda menunggu giliran berikutnya. Pada 6 September 1941 terjadi Sejak Desember 1941, pasukan pertemuan penting yang menentukan arah Jepang terus merangsek kedudukan Hindia kebijakan agresi militer Jepang di wilayah Belanda. Jepang menerapkan strategi Hindia Belanda. Di hadapan Kaisar khusus untuk menyerang Hindia Belanda Hirohito petinggi militer Jepang yaitu penyerangan di wilayah Timur memaparkan kondisi terkini yang sangat terhadap Maluku dan Timor untuk tidak menguntungkan Jepang seperti yang menghambat laju pasukan Australia, di disampaikan oleh Laksamana Nagamo wilayah Tengah menguasai Kalimantan Osami Kepal Staf Angkatan Laut Jepang, dan Sulawesi, di wilayah Barat penguasaan akhirnya dicapai keputusan untuk terhadap Sumatera segera dilakukan melaksanakan perang. Keputusan tersebut setelah menaklukkan Singapura, ini berbunyi: disebut Strategi Tiga Cabang (Oktorino, “Sehubungan dengan keinginan 2016: 84). Strategi ini ini dimaksudkan untuk mempertahankan diri dan untuk menjadikan ketiga wilayah tersebut demi kelangsungan hidupnya, sebagai pusat kekuatan untuk menyerbu 66 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 61-76

Jawa. Akhirnya memasuki tahun 1942 Bandung, tetap Bandung akan dikuasai satu per satu wilayah Hindia Belanda militer Jepang. Dipilihnya Bandung dikuasai. sebagai tempat pelarian adalah karena Tentara Jepang mendarat di Bandung memang telah dipersiapkan jauh Rembang, Eretan (Indramayu), dan Banten sebelum Jepang menyerang Hindia pada 1 Maret 1942. Sistem pertahanan Belanda sebagai pengganti Batavia. Belanda yang kurang kuat memberikan Bandung secara geografis, topografis, perlawanan tidak berarti sehingga laju geomorfologis, iklim dan lingkungannya pasukan Jepang nyaris tidak terbendung. sangat strategis menjadi ibu kota Hindia Pasukan penahan serangan Hindia Belanda Belanda menggantikan Batavia. Posisi yang terdiri dari pasukan KNIL dan tentara Bandung yang berada di cekungan Belanda lainnya dibantu tentara Australia dikelilingi pegunungan juga sangat dan Inggris. Menariknya tentara Belanda mendukung menjadi penahan alami yang tidak mampu membendung serangan terhadap serangan musuh dari luar1. Jepang tersebut akhirnya membuang Bandung dibangun berdasarkan surat senjata, mengganti seragam dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda H.W. pakaian penduduk setempat, dan pulang ke Daendels tertanggal 25 Mei 1810 yang rumah masing-masing (Asmadi, 1985:16). menghendaki agar ibu kota Kabupaten Pemerintah Hindia Belanda di Bandung terletak tidak jauh dari Jalan Batavia menyadari bahwa Raya Pos. Perintah tersebut kemudian mempertahankan Hindia Belanda sudah diwujudkan oleh Bupati Bandung R.A tidak mungkin lagi, maka segera politik Wiranatakusumah II dan secara resmi bumi hangus terhadap sarana dan memfungsikannya sebagai ibu kota prasarana perhubungan seperti jalan, Kabupaten Bandung pada 25 September jembatan, rel kereta api, sarana komunikasi 1810 (Hardjasaputra, 119-123). diterapkan, kondisi ini digambarkan Ketika Militer Jepang akan sebagai götterdammerung atau kiamat menguasai Batavia pada 5 Maret 1942, (Onghokham. 1989: 273) bahkan sang wali kota Batavia Ir. E.A. Voorneman dan Gubernur Jenderal mendahului Residen Mr. C.W.A. Abbenhuis meninggalkan Batavia menuju Bandung. mengeluarkan pengumuman resmi agar Bandung menjadi tujuan pelarian seluruh penduduk Batavia mengurangi petinggi Hindia Belanda dan akibat aktivitas dan bersikap tidak bermusuhan tindakan itu maka Bandung pun menjadi terhadap pasukan Jepang, dalam sasaran serangan utama militer Jepang. pengumuman itu juga disebutkan bahwa Disebut serangan utama karena Gubernur dukungan logistik mencukupi untuk Jenderal Hindia Belanda, wali kota seluruh warga kota (Wanhar, 2014:111). Batavia, panglima perang, dan pejabat Namun demikian gencarnya serangan Hindia Belanda lainnya memilih Bandung Jepang menyebabkan beberapa orang sebagai tempat pelarian, sedangkan bagi Belanda terutama pejabat-pejabat militer Jepang mendapatkan pengakuan pemerintahan dan orang penting lainnya menyerah dari petinggi Hindia Belanda segera melarikan diri ke Bandung tanpa adalah tujuan akhir untuk menguasai bekas membawa keluarga mereka (Onghokham. jajahan tersebut. Oleh karena itu judul sub 1989: 223-224). ini penulis anggap relevan sebagai latar Selain itu Gubernur Jenderal Tjarda belakang masuknya militer Jepang ke van Starkenborgh telah mengungsi duluan Bandung. Sekalipun fakta sejarah menyebutkan bahwa setiap daerah jajahan 1 http://geohistori.blogspot.co.id/ militer Jepang diperoleh dengan cara 2010/12/bandung-sebagai-ibukota- konfrontasi, sehingga sekalipun petinggi hindia.html, diakses 2 Maret 2016: 10.25 Hindia Belanda tidak mengungsi ke WIB.

Konfrontasi Republik Indonesia dengan Militer Jepang..... (Halwi Dahlan) 67 kemudian menyusul pejabat-pejabat kalahnya pemerintah Hindia Belanda lainnya seperti Jenderal Ter Poorten Wakil kepada Militer Jepang. Sepanjang Gubernur Jenderal yang nantinya menjadi pemerintah Hindia Belanda belum Panglima Perang Hindia Belanda. menyerah, maka pasukan Jepang terus Pengumuman wali kota Batavia yang mengejar. mencoba menenangkan warganya dengan Patut diperhatikan selama aneksasi menyebut ketersediaan logistik mencukupi Jepang di Hindia Belanda satu-satunya dan tidak perlu meninggalkan Batavia, wilayah yang tidak pernah diduduki oleh hanya berlaku bagi masyarakat lainnya, Militer Jepang adalah Merauke (Wanhar, ini dilakukan untuk mencegah agar 2014:112). Kenapa pemerintah Hindia Bandung tidak menjadi penuh sesak oleh Belanda tidak membangun pusat para pengungsi (Onghokham.1989:224- pemerintahan di sana? Malah memilih 254). Namun aliran deras pengungsi ke Bandung yang jaraknya relatif dekat Bandung akhirnya tidak terbendung, dengan Batavia dan dapat dengan mudah Bandung menjadi sesak karena beragam dijangkau dari segala arah. orang dengan profesi berbeda telah tiba, bahkan pasukan KNIL juga turut mundur 2. Jepang Mengejar ke Bandung ke Bandung, sehingga sikap pantang Pergerakan pasukan Jepang yang menyerah yang tadinya diperlihatkan demikian cepat tidak serta merta terjadi. petinggi Hindia Belanda2 melunak Pemerintah Jepang telah mempelajari terutama setelah ada tekanan dan ancaman seluruh kondisi Hindia Belanda sampai dari pimpinan tertinggi militer Jepang. pada progresivitas pergerakan rakyat Kota Bandung telah dipersiapkan pribumi. Orang-orang Jepang telah ada di sebagai pusat kegiatan pemerintahan Hindia Belanda sejak 1873 yaitu di Aceh, Hindia Belanda jika sewaktu-waktu kemudian 1883 di Jawa, dan seterusnya Batavia dikuasai musuh. Oleh karena itu (Astuti, 2008: 82-87). Keberadaan orang Bandung menjadi kota penentu takluk Jepang ini sebagai bagian dari Restorasi tidaknya pemerintah Hindia Belanda Meiji yaitu menjalin jaringan internasional kepada Militer Jepang. Dengan demikian (Astuti, 2008: 25). Mereka berprofesi Bandung dapat disebut sebagai pusat sebagai pedagang dan pemilik toko jika pemerintahan Hindia Belanda pasca- bermukim di perkotaan atau menjadi runtuhnya Batavia. Ternyata, setelah pemilik lahan perkebunan di pedesaan. menguasai Batavia, pasukan Jepang terus Beberapa di antara mereka menjadi aparat merangsek mengejar para petinggi Hindia sipil setelah pemerintahan militer didirikan Belanda. Tujuan mereka adalah menyerah di Indonesia seperti Sato Shigeru pemilik Toko Sato di Bandung menjadi pegawai 2 Menjelang akhir bulan Februari 1942 bidang kesehatan di Semarang (Astuti, Jenderal Ter Poorten menggunakan kalimat 2008:132). Ini menguatkan dugaan bahwa “liever staande sterven dan knielende mereka adalah mata-mata pemerintah leven” (lebih baik mati berdiri daripada Jepang di Hindia Belanda (Astuti, 2008: hidup bertekuk lutut) dan menjadi slogan di 132). Maka bisa dimengerti bahwa Jepang siaran radio stasiun NIROM di Bandung memahami keinginan bangsa pribumi, dan (Onghokham, 1989:254-257). Kalimat ini ini dimanfaatkan ketika mereka disampaikan sebagai penegas sikapnya menganeksasi pemerintah Hindia Belanda yang akan mempertahankan Hindia dan melakukan pendekatan dengan rakyat Belanda dan ini sesuai dengan perintah dari kabinet Belanda di London untuk tidak Indonesia dengan propaganda Gerakan 3A menyerah dalam keadaan apa pun, dan pembentukan Poetra. Akibatnya kemudian berubah dengan menyerah tanpa tentara Hindia Belanda tidak mendapat syarat pada tanggal 8 Maret 1942. pertolongan sama sekali dari rakyat Penyerahan ini diumumkan melalui radio pribumi ketika Jepang menyerang mereka. NIROM (Onghokham, 1989:263). 68 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 61-76

Setelah menguasai Batavia, Sejak itu militer Jepang memulai pasukan Jepang segera bergerak ke pendudukannya dengan mendirikan peme- Bandung. Untuk masuk ke Bandung 5000 rintahan militer sedangkan pemerintah pasukan Jepang yang dipimpin oleh Hindia Belanda sudah tidak ada. Kolonel Toshinori Shoji3 mendarat di Keberhasian yang cepat atas Eretan Wetan (sekarang dalam wilayah perang yang gencar dilakukan Kerajaan Kabupaten Indramayu) kemudian berhasil Jepang, ternyata tidak dibarengi dengan menguasai Subang pada 1 Maret 1942 pasukan pengelola administrasi pemerin- (Poesponegoro, 1993: 3). Setelah itu tahan. Onghokam menyebutkan bahwa mereka menguasai Lapangan Udara dalam situasi darurat tersebut ada indikasi Kalijati sesudah menaklukkan pasukan Imamura akan tetap menggunakan jasa KNIL di sana. Jarak dari Kalijati ke Binnenland Bestuur untuk menjalankan Bandung hanya 40 km. Setelah Subang, roda pemerintahan sipil, dan ini mendapat Kalijati, menyusul Lembang. Dengan sinyal persetujuan dari penguasa Hindia dikuasainya Lembang maka pintu utara Belanda (Onghokham, 1989: 271). menuju Bandung sudah terbuka. Apalagi Gubernur Jenderal memang Gerak cepat tentara Jepang dibawa merasa tidak pernah takluk kepada militer komando Panglima Tentara ke-16 Jenderal Jepang. Ini semakin meningkatkan keper- Hitoshi Imamura membuat pemimpin cayaan diri penguasa Hindia Belanda Hindia Belanda yang saat itu bahwa urusan rakyat Hindia Belanda berkedudukan di Bandung tidak dapat hanya bisa ditangani oleh pemerintah berbuat banyak, maka pada tanggal 8 Hindia Belanda. Sikap ini kemudian Maret 1942 dilakukanlah Perjanjian padam dengan sendirinya setelah pihak Kalijati di wilayah Kabupaten Subang Jepang menyodorkan surat bersedia antara Jenderal Ter Poorten4 selaku “sumpah setia” kepada tentara Jepang Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata (Onghokham, 1989: 269). Tentu saja Hindia Belanda dengan Jenderal Hitoshi harga diri Belanda menjadi tersinggung, Imamura sebagai pimpinan pasukan sejak memulai penjajahan mereka telah Jepang. Perjanjian ini sebagai tanda mendudukkan kasta-kasta di Hindia menyerah tanpa syaratnya pemerintah Belanda di mana orang-orang Belanda dan Hindia Belanda kepada militer Jepang5. Eropa berada di kasta tertinggi menyusul bangsa-bangsa lainnya dan bangsa pribumi

adalah bangsa yang paling rendah. 3 Nino Oktorino menulis nama Kolonel Shoji Sekarang tiba-tiba mereka diharuskan Toshishige (Oktorino, 2016: 185). 4 Penyerahan pimpinan perang kepada bersumpah setia kepada Jepang yang baru Jenderal Ter Poorten dari Gubernur saja menaklukkan mereka, maka yang Jenderal Hindia Belanda Tjarda Van menjadi pilihannya adalah tetap menjadi Stackenborg Stackhouwer berdasarkan pada tawanan. telegram peemerintah Kerajaan Belanda yang sedang mengungsi di London pada tanggal 5 Maret 1942 (Onghokham, 1989: bukan mewakili pemerintah sipil Hindia 262). Sejak itu urusan perang diserahkan Belanda. Sikap Ter Porten menurut kepada Jenderal Terporten sedangkan Gubernur Jenderal van Starkenborgh hanya Gubernur Jenderal hanya melakukan sebagai tanda menyerahnya pasukan KNIL kegiatan pemerintahan sipil saja. Oleh saja, sedangkan pemerintahan sipil Hindia sebab itu Gubernur Jenderal tidak dianggap Belanda masih tetap berjalan. Dengan lagi oleh Imamura sehingga keputusan demikian dia tidak melanggar perintah menyerahnya Hindia Belanda ada ditangan London untuk tidak boleh menyerah Jenderal Terporten (Onghokham, 1989: kepada Jepang (Oktorino, 2016: 191). 264-266). Sementara bagi Imamura menyerahnya Ter 5 Menyerahnya Panglima Tertinggi Hindia Porten sudah cukup sebagai tanda Belanda Jenderal Ter Porten dianggap persetujuan pemerintah Hindia Belanda. Konfrontasi Republik Indonesia dengan Militer Jepang..... (Halwi Dahlan) 69

Pemerintah militer Jepang yang akhirnya dipilih adalah tunduk kemudian membentuk pemerintahan kepada perintah kekaisaran yaitu menyerah pendudukan dengan menempatkan tak bersyarat yang ditandatangani pada 2 Indonesia di bawah komando Tentara September 1945 di atas kapal perang Wilayah Selatan yang berkedudukan di Amerika Serikat Missouri. Dalat, Vietnam dipimpin oleh Marsekal Beberapa informasi menyebutkan Terauchi Hisaichi. Indonesia kemudian bahwa di wilayah-wilayah terpencil di dibagi tiga wilayah yaitu: Samu Shudan Asia pasukan Jepang ada yang tidak mau untuk Jawa dan Madura markasnya di menyerah sampai berbulan-bulan bahkan Jakarta (Batavia tidak dipergunakan lagi), tahunan pasca perintah menyerah tersebut. Tomi Shudan untuk Sumatera markasnya Ini bisa jadi karena mereka tidak di Bukittinggi (sebelumnya di Singapura), mendapatkan informasi yang akurat dan dan Dai Ni Nankenkantai untuk kuatnya sikap pantang menyerah. Akan Kalimantan, dan bagian timur bermarkas di tetapi lambat laun mereka harus tunduk Makassar (Oktorino, 2016: 203-204). pada perintah kekaisaran tersebut. Sikap Dengan ketiga pusat pendudukan inilah pantang menyerah pasukan Jepang juga bekas Hindia Belanda diperintah secara diperlihatkan dimana ada beberapa bekas militer hingga Agustus 1945. tentara Jepang yang kemudian Demikianlah secepat gerakan menyerahkan senjatanya secara sukarela invasi militer Jepang tersebut, namun kepada pejuang, bahkan ada yang hanya memiliki masa kekuasaan yang bergabung dengan pejuang menghadapi pendek. Awal tahun 1943 gerakan militer Sekutu dan Belanda (Sufian, 1987:87). Sekutu telah mempersulit posisi Jepang di negeri jajahannya dan kekalahan demi 3. Konfrontasi kekalahan harus mereka terima. Konfrontasi mengandung arti Puncaknya setelah Hiroshima dan pertentangan atau permusuhan. Konfron- Nagasaki dibom atom oleh Amerika tasi adalah pertentangan atau permusuhan Serikat masing-masing pada 6 Agustus yang dilakukan secara langsung dan 1945 dan 9 Agustus 1945. Dua peristiwa berhadap-hadapan (Depdiknas, 2008: 723). ini yang membuat Kaisar Jepang harus Konfrontasi ini terjadi karena militer menyerah kepada Sekutu pada 15 Agustus Jepang yang sudah menyerah kepada 1945. Sekutu tetap tidak mau menyerahkan Berita takluknya Negeri Jepang senjatanya kepada pejuang, sehingga setelah Kaisar Hirohito menyatakan beberapa aksi perampasan sempat terjadi. menyerah kepada Sekutu segera menyebar Di lain pihak pasukan Jepang ke seluruh dunia terutama wilayah mempertahankan persenjataan mereka ekspansi pasukan militer Jepang. Aksi karena terikat pada kehendak Sekutu yang kamikase ketika awal penyerangan ke akan memperlakukan tawanan perang mancanegara berganti dengan kesedihan sesuai Konvensi Jenewa. dan rasa putus asa. Tidak sedikit yang Konfrontasi antara Republik melakukan harakiri (bunuh diri) untuk Indonesia dengan pemerintah militer menutupi rasa malu. Tetapi apa pun Jepang mencapai puncaknya terutama tindakan mereka, pelajaran berharga yang setelah terbentuknya susunan pemerin- telah diperlihatkan pasukan Jepang adalah tahan Republik Indonesia. Pemerintah kepatuhan yang tinggi terhadap kaisar bersikap hati-hati dan lebih memilih mereka. Bisa saja pasukan Jepang yang kesepakatan dengan Jepang, sementara bersenjata lengkap dan jauh dari negeri dalam waktu bersamaan para pemuda yang asalnya tersebut membangkang atau dimotori oleh mantan pasukan cadangan memberontak mumpung di negeri militer Jepang memilih sikap untuk segera jajahannya sedang berkuasa, tetapi sikap memanfaatkan keadaan lemahnya posisi 70 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 61-76

Jepang dan mumpung Sekutu belum tiba kemerdekaan dari Jepang akan dilak- dan melaksanakan tugasnya. Konfrontasi sanakan. yang terjadi dijabarkan sebagai berikut: Setelah proklamasi kemerdekaan dan susunan pemerintahan terbentuk, maka - Dengan Pemerintah Republik mulailah diplomasi atas nama bangsa Indonesia Indonesia kepada penguasa militer Jepang Di Indonesia, berita menyerahnya yang masih bertahan sebagai tentara Jepang kepada Sekutu tidak segera pendudukan. Diplomasi yang lebih tepat- diterima. Terbatasnya akses komunikasi nya disebut negosiasi itu terjadi karena menyebabkan informasi penting itu tidak sikap Jepang masih memosisikan diri sampai kepada seluruh rakyat Indonesia. sebagai penguasa dengan modal masih Bahkan berita menyerahnya kaisar Jepang memegang senjata. Walaupun janji menjadi berita yang sangat rahasia. kemerdekaan tidak pernah dipenuhinya. Pemerintah pendudukan masih tetap Pemerintah Indonesia terutama golongan melaksanakan tugas-tugasnya termasuk tua yang dipelopori Soekarno dan Hatta janji memerdekakan Indonesia. sangat berhati-hati dalam negosiasi Konstelasi politik terutama pada tersebut. Dalam pelantikan KNIP tanggal bulan Agustus 1945 di Indonesia semakin 29 Agustus 1945, Soekarno menyebutkan memanas. Informasi tentang pemboman bahwa sebagai pemegang status quo Sekutu di Negeri Jepang dan menyerahnya otoritas telah berada di tangan Indonesia Kaisar Hirohito sempat didengar oleh misalnya untuk posisi jabatan-jabatan beberapa pemuda dari siaran radio gelap. penting (menteri Republik sekaligus Informasi ini kemudian diteruskan kepada pejabat tinggi dalam hirarki pemerintahan tokoh-tokoh yang sedang merumuskan militer Jepang), sedangkan posisi militer kemerdekaan Indonesia sesuai janji Jepang adalah mempertahankan keamanan Jepang, tetapi mereka tidak mempercayai dan keteraturan sosial (ketertiban), informasi tersebut. Konsentrasi para tokoh sehingga alur diplomasi adalah tersebut adalah tanggal 24 Agustus 1945 gentlement’s agreements (Smail, 2011:35). Indonesia akan dimerdekakan oleh Jepang. Gentlement’s agreements adalah Berbagai persiapan dilakukan terutama kesepakatan tanpa saling merusak untuk setelah Soekarno dan Hatta resmi diangkat mencapai suau tujuan, dan tujuan sebagai ketua dan wakil ketua PPKI oleh pemerintah Republik Indonesia adalah Marsekal Terauchi Hisaichi, panglima kelak menjadi otoritas penuh untuk Tentara Jepang Wilayah Selatan Indonesia. Satu-satunya kesepakatan yang berkedudukan di Saigon. Sikap kedua masih diperhitungkan sebagai hal yang negarawan yang tetap kukuh agar prosedur rawan adalah membentuk pasukan militer kemerdekaan tersebut tetap melalui PPKI sebagai satu bagian penting terhadap mendapat perlawanan dari kaum muda berdirinya suatu negara. Karena kondisi ini yang lebih menghendaki agar terdapat posisi unik di bawah Menteri pengumuman kemerdekaan tersebut segera Keamanan yang dijabat oleh Otto Iskandar dilaksanakan karena Jepang tidak lagi Dinata yaitu, jika menteri lainnya memiliki berkuasa atas Indonesia setelah berita staf orang Indonesia, Otto memiliki menyerahnya kekaisaran Jepang kepada pasukan militer Jepang. Posisi Otto ini Sekutu. Akhirnya setelah melalui perde- hanya pelengkap kabinet saja karena batan yang cukup alot, disertai dengan kendali penuh terhadap militer Jepang drama penculikan terhadap Soekarno dan tetap ada pada penguasa Jepang. Hal ini Hatta, maka atas nama bangsa Indonesia berangsung hingga masuknya bulan Soekarno memproklamasikan kemerde- Oktober 1945 (Smail, 2011: 37). kaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus Bagi Indonesia, pembentukan unit 1945, tujuh hari sebelum janji militer adalah hal yang sangat penting di Konfrontasi Republik Indonesia dengan Militer Jepang..... (Halwi Dahlan) 71 masa itu tetapi menyampaikannya kepada yang lama dan bagi militer Jepang jika penguasa militer Jepang menjadi suatu nanti terjadi peperangan antara Sekutu permasalahan tersendiri. Tentu dapat dengan Republik maka Jepang yang berada dimengerti posisi Jepang saat itu adalah di tengah-tengah bisa jadi sebagai korban. taklukan Sekutu tetapi mereka masih memegang senjata sampai nanti akan - Dengan Pejuang dilucuti. Paling tidak ada dua alasan Pasukan cadangan perang Jepang di Jepang untuk tidak menyetujui pemben- Indonesia dibentuk untuk membantu tukan unit militer Republik apabila militer Jepang dalam menghadapi serangan diajukan dalam kesepakatan tersebut: balasan pasukan Sekutu dalam rangka Pertama, kekuatan pasukan Peta yang pertahanan semesta, sebagai antisipasi berjumlah 35.000 orang (Smail, 2011: 36) seranngan balik Sekutu. Anggota pasukan dengan kemampuan bertempur yang ini direkrut dari pemuda-pemuda Indonesia memadai (sekalipun belum pernah dari berbagai kalangan dan latar belakang. diturunkan dalam perang secara langsung), Mereka kemudian dididik dengan disiplin bisa jadi bumerang bagi Jepang. Kekuatan militer termasuk cara berperang dan tersebut meliputi penguasaan strategi dan pengenalan struktur dalam kemiliteran. persenjataan. Oleh sebab itu Jepang segera Pasca-proklamasi kemerdekaan, pasukan membubarkan Peta dan Heiho serta cadangan ini tidak lagi berada di bawah melucuti persenjataan yang ada pada kepemimpinan militer Jepang. Mereka mereka, karena kekuatan ini akan para mantan pasukan cadangan yang menyulitkan Jepang nantinya. Apalagi berasal dari Peta, Heiho, dan organisasi beberapa peristiwa yang dikategorikan semi militer lainnya ada yang bergabung militer Jepang sebagai pemberontakan dalam BKR sisanya bergabung dalam sempat terjadi seperti di Cot Plieng laskar-laskar atau milisi-milisi yang telah Lhokseumawe (1942) dan Meureudu Aceh bermunculan. (November 1944)6, Blitar (14 Februari Sebelum menjadi Tentara Keamanan 1945) (Arifin, 1996: 168-172), Rakyat (TKR), telah dibentuk BKR (Badan Karangampel (1943) dan Cilacap (21 April Keamanan Rakyat) pada 22 Agustus 1945 1945)7, Singaparna (1944) dan Cileunca oleh PPKI sebagai bagian dari Badan Pagalengan (4 Mei 1945) (Suryanegara, Penolong Keluarga Perang (BPKKP). 1996: 165-169, 237), dan Rengasdengklok BKR dibentuk sebagai organisasi (16 Agustus 1945) (Notosusanto, 1990: nonmiliter yang merupakan cikal bakal 81). Kedua, ketentuan Sekutu adalah pasukan tentara kebangsaan Indonesia militer Jepang menyerahkan diri bersama (Asmadi, 1985:102). Sebagai organisasi peralatan militernya sehingga jika Jepang nonmiliter ternyata anggota BKR menyerahkan persenjataan mereka kepada melakukan tindakan perampasan senjata Republik Indonesia akan memberi dampak terhadap anggota pasukan Jepang yang negatif bagi Sekutu karena Sekutu akan mereka temui. Akibatnya di Bandung bekerja keras untuk mengumpulkan atau pasukan Jepang yang tergabung dalam melucuti senjata-senjata tersebut nantinya. Dokuritsu Konsei Ryodan ke-27 dibuat Jika ini terjadi, maka proses pemulangan tidak berdaya dan dilucuti senjatanya. sisa tentara Jepang akan memakan waktu Aktivitas BKR terus meluas dengan menyerbu markas kodam Jepang seperti 6 http://sejarahbudayanusantara.weebly.com Seibu Jawa Bo-eitai, Chubu Jawa Bo-eitai, /jepang.html. Diakses 1 April 2017, 09.05 dan Tobu Jawa Bo-eitai. Tindakan BKR wib. ini memberikan hasil karena pada 5 7 http://astiannew.blogspot.co.id/2015/06/ Oktober 1945 pemerintah Indonesia di pemberontakan-peta-di-cilacap.html. Jakarta akhirnya membentuk Tentara Diakses 1 April 2017, pukul 08:35 wib.

72 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 61-76

Keamanan Rakyat (TKR) sebagai pasukan kekurangan persenjataan terutama yang perang Indonesia (Asmadi, 1985: 103). ada di Jawa Barat. Senjata-senjata yang Sebagai sebuah oranisasi militer ada adalah hasil rampasan itu pun tidak resmi sebuah negara maka diangkatlah semua pos militer dan markas militer Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo pada Jepang berhasil di lucuti. Persoalan pun 14 Oktober 1945 sebagai Kepala Staf bertambah karena sesuai perintah Sekutu, Umum TKR dan bermarkas di Yogyakarta. militer Jepang harus menyerahkan diri Tugas kepala staf ini adalah membentuk beserta persenjataan yang lengkap TKR di seluruh wilayah Indonesia di Jawa (Nasution, 1990:190). Perintah Sekutu ini dan Sumatera. Akhirnya terbentuklah 10 disampaikan sebagai syarat penarikan Divisi TKR di Jawa dan 6 Divisi di pasukan Jepang dari Indonesia bersama Sumatera lengkap dengan wilayah masing- persenjataan lengkap mereka, sesuai masing dan penentuan pimpinannya. dengan pasal 18 Konvensi Jenewa II tahun Untuk wilayah Priangan yang meliputi: 1929 yang tertulis: Bandung, Sumedang, Sukabumi, “All effects and articles of personal Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Cimahi, dan use, except arms, horses, military Cianjur dibentuk Divisi III dipimpin oleh equipment and military documents, Kolonel Arudji Kartawinata dan bermarkas shall remain in the possession of di Bandung. Wilayah Priangan lainnya prisoners of war, likewise their yaitu Bogor masuk dalam Divisi II metal helmets and gas masks and bersama Jakarta dan Cirebon dipimpin like articles issued for personal oleh Kolonel Asikin bermarkas di protection. Effects and articles used Linggajati (Asmadi, 1985: 107). Turut for their clothing or feeding shall diangkat pula Mayor Nasution sebagai likewise remain in their possession, Kepala Staf Komandemen TKR Jawa even if such effects and articles Barat. Dalam rangka pengisian organisasi belong to their regulation military militer ini, Nasution terus melakukan safari equipment.8 di wilayah Jawa Barat untuk membentuk Selain itu pada tanggal 15 Agustus resimen-resimen TKR. Bersamaan dengan 1945, Markas Besar Umum Kerajaan pembentukan TKR bermunculan juga Jepang mengeluarkan perintah yang pada organisasi-organisasi perjuangan seperti pokoknya agar seluruh pasukan Jepang Laskar Rakyat, Hisbullah, Barisan harus menghentikan perang melawan Pemberontak, Angkatan Pemuda Indonesia Sekutu serta meletakkan senjata. Turut (Nasution, 1990:175). Organisasi massa ditetapkan dalam perintah tersebut adalah ini tidak dapat diatur berdasarkan aturan agar para panglima Jepang di wilayah komandemen, sehingga segala tindakannya jajahan harus melucuti senjata seluruh sekehendak mereka. Inilah yang pasukan di bawah kekuasaan masing- melakukan penyerangan dan perlucutan masing dan peralatan militer harus senjata terhadap pos-pos Jepang. diserahkan lengkap dan utuh kepada Akibatnya mereka melakukan kekacauan Panglima Sekutu (Asmadi,1985: 52). yang mengancam eksistensi Republik Meski pengumuman tersebut Indonesia. Imbasnya kepada TKR yang dikeluarkan pada 15 Agustus 1945, namun disamakan dengan laskar atau milisi baru pada 11 Oktober 1945 Jenderal sebagai pemberontak dan perampok. Mabuci Panglima Jepang untuk wilayah Sejak dibentuknya TKR aktivitas Jawa Barat memerintahkan seluruh senjata penyerangan terhadap posisi tentara Jepang yang telah direbut oleh pejuang agar segera menjadi kancah peperangan dan dilakukan dikembalikan, oleh karena itu seluruh oleh sebuah organisasi militer Indonesia. Permasalahan yang muncul setelah terbentuknya TKR adalah anggota pasukan 8 http://www.un-documents.net/gc-3.htm. Diakses 11 Januari 2017, pukul 11:35 wib. Konfrontasi Republik Indonesia dengan Militer Jepang..... (Halwi Dahlan) 73 pasukan Jepang diperintahkan melakukan seharusnya diserahkan nantinya telah segala cara untuk mengumpulkan kembali dirampas oleh pejuang. senjata-senjata tersebut. Senjata-senjata Sementara bagi pemerintah dan dan peralatan militer lainnya nantinya akan pejuang Republik kondisi ini menimbulkan diserahkan bersamaan dengan perlucutan dilema, karena apabila tentara Jepang oleh Sekutu. diserang maka secara politis pemerintah Pasukan Jepang melakukan razia Indonesia dianggap melakukan besar-besaran di Kota Bandung, tujuan pelanggaran terhadap tawanan perang. Di razia ini adalah untuk merebut kembali sisi lain takluknya Jepang kepada Sekutu senjata yang telah dilucuti pejuang dan adalah modal besar dalam hal persenjataan. sebagai tindakan pengamanan menjelang Bagi pejuang biarlah tentara Jepang kedatangan Sekutu pada tanggal 12 dibawa oleh Sekutu tetapi senjata dan Oktober 1945. Dampak razia ini pasukan peralatan militernya diserahkan kepada pejuang tidak bisa berbuat banyak kecuali pemerintah Indonesia dalam hal ini TKR menghindar untuk sementara karena untuk menjadi alat pertahanan. melakukan tindakan balasan dengan Setelah Sekutu berhasil masuk ke kondisi persenjataan yang kurang akan Bandung, kembali tentara Jepang dijadikan berkesan seperti bunuh diri (Rivai, tameng untuk menghadapi pejuang. 1984:73). Pasukan Jepang kemudian Pengerahan pasukan Jepang ini adalah membuat barikade ketat di semua pintu untuk mengamankan para perwira Sekutu masuk ke Kota Bandung seperti di yang bermarkas di Hotel Preanger dan Lembang, Sumedang, Majalaya, Savoy Homan karena kedua hotel ini Baleendah, dan Ujungberung (Rivai, dikepung oleh pejuang. Tentara Jepang 1984:73). Peristiwa tersebut terjadi ketika mengerahkan panser-panser untuk Sekutu akan masuk ke Bandung dan sejak menghalau pejuang. Pejuang yang terdiri itu konfrontasi antara tentara Jepang dari laskar dan TKR menahan diri untuk dengan rakyat Indonesia terus berjalan. tidak berkonfrontasi dengan Jepang karena Aksi pasukan Jepang tersebut status pasukan Jepang adalah tawanan membuat TKR di Jawa Barat mengambil perang (Rivai, 1984: 91). Jika pasukan tindakan menahan diri, hal ini karena Jepang diserang, maka Indonesia akan sebelumnya pada tanggal 8 Oktober 1945 mendapat kecaman dunia internasional Gubernur Jawa Barat Sutardjo sebagai negara yang menyerang pasukan Kartohadikusumo, Residen Datuk Djamin, yang tidak berdaya dan dalam pengawasan dan Residen Ardiwinangun (ketua Komite Sekutu. Nasional Indonesia) telah mengumpulkan Posisi pejuang di Jawa Barat seluruh pimpinan TKR untuk diarahkan khususnya di Bandung memang dilematis, agar kedatangan Sekutu ke Bandung sebab ketika momen penting untuk disambut dengan damai tanpa ada melucuti senjata pasukan Jepang yang perlawanan (Asmadi,1985: 71) dan telah takluk tidak dapat dilaksanakan pasukan Jepang sebagai pihak yang nanti karena pemerintah Indonesia dapat dengan akan dilucuti oleh Sekutu tidak diserang cepat mencegah hal tersebut terjadi9. Ini karena telah menjadi urusan Sekutu untuk melucutinya. 9 Masa antara 15 Agustus sampai 11 Salah satu alasan yang digunakan pemerintah Indonesia agar pejuang menhan Oktober 1945 adalah masa paling pahit diri adalah pertemuan antara Mayor bagi pemerintah militer Jepang, sebab Jenderal Yamamoto Kepal Staf Tentara ke- dalam masa itu mereka diperintah untuk 16 Jepang dengan Bung Hatta. Yamamoto menyerah sebagai taklukan perang di lain menjelaskan bahwa bangsa Indonesia pihak beberapa persenjataan yang hendaknya memperlihatkan kesan kepada dunia sebagai bangsa yang tertib dan beraturan, bersatu padu melakukan gerakan 74 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 61-76 disebabkan jarak antara Jakarta dengan pertempuran di Surabaya pada 10 Bandung yang relatif dekat demikian pula November 1945. Karena kurangnya alur informasi dapat diakses dengan cepat informasi dari pusat, pesawat yang baik melalui kurir, telepon, telegraf, kereta membawa Presiden Soekarno dan Wapres api dan sebagainya, sehingga seluruh Hatta untuk menenangkan rakyat Surabaya informasi dan perintah dari pemerintah sempat diserang dengan gencar oleh TKR dapat segera sampai. Inilah yang kemudian Pelajar Stav IV (Asmadi, 1985: 143-145). menahan mereka untuk tidak bertindak Menghadirkan presiden dan wakil melucuti dan menyerang tentara Jepang, presiden oleh Sekutu adalah langkah putus sekalipun beberapa peristiwa sebelumnya asa pasukan Sekutu dalam menghadapi sempat dilakukan pelucutan tersebut yang sikap patriotik masyarakat Jawa Timur menyebabkan Jenderal Mabuci memerin- khususnya Surabaya. Tetapi ada yang unik tahkan razia untuk mengumpulkan kembali yaitu bahwa Sekutu kewalahan di senjata yang telah diambil pejuang Surabaya dan menempuh cara tersebut, ini tersebut. membuktikan bahwa Sekutu mengakui Demikianlah konfrontasi pejuang di hegemoni pemimpin Republik terhadap Jawa Barat khususnya di Kota Bandung rakyatnya dan sekaligus menjadi terhadap militer Jepang tidak seramai pengakuan terhadap kepemimpinan sebuah dengan di Jawa Timur. Konsolidasi negara. Terbukti pasca-turunnya presiden pasukan pejuang di Jawa Barat dan wakil presiden ke Jawa Timur, kondisi berlangsung terus menerus baik yang keamanan berangsur membaik meski para dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Barat, pejuang tetap bersiaga penuh karena Residen Bandung maupun oleh Kepala musuh yang sebenarnya yaitu kembalinya Staf Komandemen TKR Jawa Barat. Belanda semakin mendekati kenyataan. Berbeda dengan pejuang yang ada di Konfrontasi dalam bentuk perang wilayah Jawa Timur. Akibat jarak yang semesta terjadi nanti setelah Sekutu jauh dan sarana komunikasi yang terbatas memperlihatkan keinginan sebenarnya (bumi hangus terhadap sarana komunikasi yaitu menempatkan kembali Belanda seperti telepon oleh Belanda ketika Jepang sebagai penguasa atas Indonesia, yang akan menguasai Jawa Timur) sehingga mendapat perlawanan baik secara perintah dari pemerintah pusat terlambat diplomasi maupun beragam pertempuran bahkan tidak sampai. Oleh karena itu TKR hingga berlangsungnya Konferensi Meja dan laskar yang ada di Jawa Timur sempat Bundar di Den Haag tanggal 29 Desember melucuti seluruh pasukan Jepang di sana. 1949. Terhitung sejak 16 September 1945 sudah dimulai perlucutan senjata tersebut hingga D. PENUTUP 3 Oktober 1945 sehingga hampir seluruh Konfrontasi di masa revolusi kemer- anggota BKR sudah memiliki senjata dekaan Republik Indonesia terutama dalam demikian pula dengan anggota laskar babak pendudukan militer Jepang ditandai lainnya (Asmadi, 1985: 89-94). Ini dengan merdekanya Bangsa Indonesia menjadi modal mereka ketika terjadi sebelum waktu pemberian kemerdekaan yang dijanjikan oleh militer Jepang. Pasca-proklamasi ini sekalipun susunan secara teratur dengan jalan damai pemerintahan Republik telah terbentuk (mempertahankan kemerdekaan yang telah tetapi masih ada rangkap jabatan di mana diproklamasikan). Percakapan ini terjadi karena aksi perampokan (perlucutan) yang satu sisi menjadi menteri Republik sisi lain semakin menjadi terutama di Jawa Timur menjadi pejabat tinggi dalam pemerintahan (Nasution, 1990:151). Jadi pemerintah militer Jepang. Sistem pengambilan kepu- militer Jepang menganggap aksi tusan berdasarkan gentlement’s agreement perampasan senjata tak lebih dari aksi atau kesepakatan karena militer Jepang perampokan. Konfrontasi Republik Indonesia dengan Militer Jepang..... (Halwi Dahlan) 75 masih menganggap dirinya berkuasa atas dengan struktur jabatan dan kepangkatan Indonesia sampai penyerahan kepada yang jelas. Ketiga, pembelajaran yang Sekutu nantinya. Sikap kaum tua yang juga diperoleh adalah pola strategis dipelopori oleh Soekarno lebih memilih pengaturan pasukan dan gerakan militer negosiasi atau diplomasi dalam merebut yang patuh pada komando menjadi warisan kekuasaan militer Jepang, sedangkan sikap yang utama. Keempat, menjadi tambahan kaum muda menghendaki tindakan tegas wawasan berharga bagi militer Indonesia karena menganggap Jepang tidak lagi dalam menghadapi gerak dan kekuatan berkuasa atas Republik Indonesia. pasukan Belanda di kemudian hari seperti Konfrontasi juga terjadi antara milisi terciptanya ide perang gerilya. Dari yang terdiri dari pemuda-pemuda yang kesemuanya, yang paling utama adalah pernah dilatih militer oleh Jepang dengan bahwa menghadapi pasukan Belanda tidak sisa pasukan militer Jepang yang sudah perlu lagi secara sembunyi-sembunyi takluk kepada Sekutu. Perselisihan terjadi seperti masa-masa pergerakan, tetapi kemudian mengarah pada kekerasan berani menghadapi kekuatan Belanda seperti pembunuhan terhadap tentara dengan kemampuan sendiri. Satu-satunya Jepang dan perampasan senjata mereka, kelemahan pasukan Republik Indonesia puncaknya adalah perintah Jenderal adalah kurangnya senjata dan peralatan Mabuchi agar senjata yang telah dirampas militer lainnya. segera dikembalikan diikuti dengan Masa pemerintahan militer Jepang tindakan razia yang brutal. di Indonesia sangat singkat. Segala Pasukan Sekutu memanfaatkan hasil kekuasaan yang dibangun secara militer Konvensi Jenewa untuk menekan Jepang harus diserahkan kepada pasukan Sekutu. secara politis sehingga pelaksanaan Bahkan bukan cuma senjata, tetapi tentara perlucutan sisa tentara Jepang harus Jepang harus menjadi tawanan yang akan dengan perlengkapan militernya. Ini dikembalikan ke negerinya. Masa-masa bermakna dua arah: Pertama, bagi Sekutu inilah yang menjadi transisi bagi pengalaman diserang dengan gerak cepat penguasaan Indonesia oleh negeri lain. oleh militer Jepang sudah merupakan Para tokoh pergerakan memahami betul trauma yang harus dihindarkan sehingga bahwa kekalahan Jepang berarti Indonesia mengumpulkan segala peralatan militer tidak lagi mempunyai “tuan” sehingga tiba Jepang adalah hal yang sangat diperlukan. saatnyalah untuk menjadi “tuan” di negeri Kedua, Sekutu dalam perlucutan Jepang ini sendiri. Proklamasi pun dikumandangkan, tidak mau mengambil risiko mendapat segala persiapan pemerintahan negara serangan dari bekas tentara Jepang dan dirembuk dan diwujudkan, pembenahan cadangannya yang terdiri dari pejuang pertahanan negara juga dibangun dengan Republik jika peralatan militer tersebut dasar aturan yang pernah diterima dari diserahkan oleh Jepang kepada pemerintah pasukan Jepang. Seluruh lapisan rakyat Indonesia. siap membela kemerdekaan sehingga Bagi Indonesia, keberadaan militer terbentuklah badan-badan kelasykaran dan Jepang telah memberi banyak pelajaran di milisi-milisi sebagai pasukan pejuang yang antaranya; Pertama, Pemerintahan militer di antaranya memiliki tujuan tersendiri Jepang mau mendidik dan melatih pemuda tetapi dengan satu musuh utama Indonesia menjadi anggota militer menghalangi Belanda kembali menjajah sekalipun sebagai pasukan cadangan. Indonesia. Akibat pelatihan ini jiwa nasionalisme Jika masa kekuasaan pendudukan yang telah tumbuh di masa pemerintahan Jepang kira-kira tiga setengah tahun, maka Hindia Belanda menjadi sikap patriotik. usaha pembentukan pemerintahan Kedua, dengan latihan militer ini menjadi Republik Indonesia mulai dari proklamasi cikal bakal terbentuknya organisasi militer pembentukan Dasar Negara Pancasila (1 76 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 61-76

Juni 1945), (17 Agustus 1945), Undang Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Undang Dasar Negara (18 Agustus 1945), Notosusanto. 1990. pengangkatan presiden dan wakil presiden Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. oleh KNIP (29 Agustus 1945), dan Jakarta: Balai Pustaka. pembentukan TKR (5 Oktober 1945) Sjamsuddin, Helius. 2007. hanya berlangsung selama lima bulan. Metodologi Sejarah. Edisi Revisi. Yogyakarta: Ombak. DAFTAR SUMBER Smail, John R.W. 2011. 1. Buku Bandung Awal Revolusi 1945-1946. Arifin, Edy Burhan. 1996. Bandung: Ka Bandung. “Pemberontakan Peta di Blitar: Sebuah Kesaksian Sejarah”. Dalam Purbo S. Sufian, Hiroshi Maeda. 1987. Suwondo (ed.). PETA Tentara Sukarela Maeda Memilih Republik. Kisah Pembela Tanah Air di Jawa dan Perjuangan 1945. Bandung: ITB. Sumatera 1942-1945. Jakarta: Pustaka Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Sinar Harapan. Pemberontakan Tentara PETA di Asmadi, 1985. Cileunca Pangalengan Bandung Selatan. Pelajar Pejuang. Jakarta: Sinar Harapan. Jakarta: Yayasan Wira Patria Mandiri. Astuti, Meta Sekar Puji. 2008. Wanhar, Wenri. 2014. Apakah Mereka Mata-Mata? Orang- Jejak Intel Jepang. Kisah Pembelotan orang Jepang di Indonesia (1868-1942). Tomegoro Yoshizumi, Jakarta: Kompas. Yogyakarta: Ombak. 2. Internet Departemen Pendidikan Nasional, 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bhumi Widjayakusuma. “Pemberontakan Peta Bahasa. Cet. VII. Edisi IV. Jakarta: di Cilacap”, diakses dari Gramedia Pustaka Utama. http://astiannew.blogspot.co.id/2015/06/p emberontakan-peta-di-cilacap.html, Gottschalk, Louis. 1986. tanggal 1 April 2017, pukul 08:35 wib. Understanding History : A Primer of Historical Method, atau Mengerti Dokumens, United Nations. Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, Cet. “Gathering a body of global agreements”, V. Jakarta : UI-Press. diakses dari http://www.un- documents.net/gc-3.htm, tanggal 11 Hardjasaputra, A. Sobana. 2000. Januari 2017, Pukul 11:35 wib. “Bandung”, dalam Nina H. Lubis, dkk. Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat. Hermawan, Iwan. “Bandung Sebagai Ibukota Bandung: Alqaprint. Hindia Belanda”, diakses dari http://geohistori.blogspot.co.id/2010/12/b Kuntowijoyo. 2013. andung-sebagai-ibukota-hindia.html, Pengantar Ilmu Sejarah .Cet. I. tanggal 2 Maret 2016, Pukul 10.25 wib. Yogyakarta: Tiara Wacana. Nasution. 1990. Sejarah dan Budaya Nusantara “Penjajahan Memenuhi Panggilan Tugas. Jilid 1: Jepang”, diakses dari Kenangan Masa Muda. Jakarta : http://sejarahbudayanusantara. Masagung. weebly.com/jepang.html, tanggal 1 April 2017, 09.05 wib. Oktorino, Nino. 2016 Di Bawah Matahari Terbit. Sejarah Pendudukan Jepang di Indonesia, 1941- 1945. Jakarta: Elex Media Komputindo. Onghokham. 1989. Runtuhnya Hindia Belanda, Cetakan Kedua. Jakarta: Gramedia. Pengaruh Akulturasi Budaya..... (Lia Nuralia dan Iim Imadudin) 77

PENGARUH AKULTURASI BUDAYA TERHADAP DUALISME SISTEM EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG TUA DI KECAMATAN ABUNG TIMUR, KABUPATEN LAMPUNG UTARA

THE EFFECT ON CULTURE ACCULTURATION TOWARD THE DUALISM OF KAMPUNG TUA COMMUNITY ECONOMIC SYSTEM IN EASTERN DISTRICT OF ABUNG, NORTH DISTRICT LAMPUNG

1Lia Nuralia & 2Iim Imadudin 1Balai Arkeologi Jawa Barat 1Jl. Raya Cinunuk Km 17, Cileunyi, Bandung 40623 2Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat 2Jln. Cinambo No.136 Ujungberung-Bandung 42094 e-mail: [email protected] [email protected]

Naskah Diterima: 6 Januari 2017 Naskah Direvisi: 14 Februari 2017 Naskah Disetujui: 21 Februari 2017

Abstrak Tulisan ini bertujuan mengungkap sejarah dan budaya masyarakat adat Kampung Tua di Lampung. Sumber tulisan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan metode survey, dan teknik pengumpulan data melalui studi literatur, observasi langsung, dan wawancara. Kajian dilakukan dengan menerapkan konsep-konsep ilmu sosial, yaitu konsep akulturasi budaya dan sistem ekonomi dualistis (tradisional dan modern), menghasilkan sistem nilai yang unik dan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Tua. Akulturasi budaya tampak pada gaya bangunan rumah tinggal dan dua sistem adat lama (pepadun dan sebatin), beserta benda-benda upacara adat Begawi, sedangkan sistem ekonomi dualistis dengan keberadaan umbulan dan kuwayan. Tata nilai yang berlangsung mengalami perubahan dalam berbagai segi kehidupan, tetapi tetap berpedoman pada nilai-nilai kehidupan lama yang masih bertahan sampai sekarang. Perekonomian tradisional di wilayah umbulan dan kuwayan tergantikan dengan masuknya perekonomian modern. Kata kunci: akulturasi budaya, dualisme ekonomi, Kampung Tua.

Abstract This paper aims to reveal the history and culture of indigenous people in Kampung Tua of Lampung. The writing source is the result of research by using survey method, and the data is collected through the study of literature, direct observation, and interviews. The study is conducted by applying the concepts of social sciences, acculturation, and dualistic economic systems (traditional and modern), it produces a unique value system and guide people's daily lives of Kampung Tua. Acculturation can be seen from the style of houses and two old custom system (pepadun and sebatin), along with the customary ceremonial objects of Begawi. Meanwhile, the dualistic economic system can be seen from the existence of umbulan and kuwayan. The lasting value changes in various aspects of life, but remain guided by the values of the old life until now. Traditional economy in the region of kuwayan and umbulan is replaced by the entry of modern economy. Keywords: acculturation, economic dualism, Kampung Tua.

78 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 77-94

A. PENDAHULUAN manakah yang cepat menerima unsur- Sebagai salah satu bentuk proses unsur kebudayaan asing, atau sebaliknya; sosial, akulturasi erat kaitannya dengan (4) berbagai ketegangan dan krisis sosial pertemuan dua kebudayaan atau lebih. sebagai akibat terjadinya akulturasi Akibat pertemuan tersebut, kedua belah (Purwanto, 2000:186). pihak saling memengaruhi. Pada akhirnya Proses akulturasi, sebagaimana kebudayaan mereka mengalami perubahan dikemukakan Koentjaraningrat (1958), bentuk. Para antropolog sejak lama dapat dikaji menggunakan pendekatan lima menunjukkan minatnya akan peristiwa prinsip, yaitu: (1) Principle of integration terjadinya proses akulturasi, dengan tujuan (prinsip integrasi) yaitu suatu proses di mengetahui dan memahami sejauh mana mana unsur-unsur yang saling berbeda dari proses tersebut dapat menyebabkan dari kebudayaan mencapai keselarasan terjadinya perubahan baik perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat; (2) Principle maupun budaya. of function (prinsip fungsi), yaitu unsur- Para ahli memiliki beragam unsur yang tidak akan mudah hilang, pendapat tentang pengertian akulturasi. apabila unsur-unsur itu mempunyai fungsi Definisi klasik mengenai akulturasi yang penting dalam masyarakat; (3) dikemukakan Redfield, Linton, dan Principle of early learning, sebagai prinsip Herskovits (1936)“acculturation compre- yang terpenting dalam proses akulturasi, hends these phenomena which result when yang menyatakan bahwa unsur-unsur groups of individuals having different kebudayaan yang dipelajari paling dahulu, cultures come into continous firt-hand pada saat si individu pendukung contact, with subsequent changes in the kebudayaan masih kecil, akan paling sukar original cultural pattens of either or both diganti oleh unsur kebudayaan asing; (4) groups” (akulturasi meliputi fenomena Principle of utility, yaitu suatu unsur baru yang timbul sebagai hasil, jika kelompok- yang mudah diterima, bila unsur itu kelompok manusia yang mempunyai mempunyai guna yang besar bagi kebudayaan yang berbeda-beda bertemu, masyarakat; (5) Principle of concretness dan mengadakan kontak secara terus atau prinsip sifat konkret yaitu unsur-unsur menerus, yang kemudian menimbulkan konkret lebih mudah hilang diganti dengan perubahan dalam pola kebudayaan yang unsur-unsur asing, terutama unsur-unsur original dari salah satu kelompok atau kebudayaan jasmani, benda, alat-alat dan kedua-duanya) (Berry and Sam, 1997: sebagainya. 293). Lampung memiliki pengalaman Kajian pertemuan dua kebudayaan panjang dalam proses akulturasi. Hetero- atau lebih bukan hanya berlaku dari genitas Lampung memiliki dasar historis kalangan tribe dari suatu ras tertentu, interaksi ulun Lampung (Orang Lampung melainkan lebih menekankan pada suatu atau Etnis Lampung) dengan masyarakat kelompok kemasyarakatan (social groups). luar yang diperkirakan terjadi sejak Bahkan, dalam perkembangannya akultu- beberapa abad yang lalu, antara lain rasi memiliki makna yang lebih fleksibel, dengan Cina, Banten, Bugis, dan Jawa baik “the importing of culture by one people to melalui program kolonisasi maupun another (Poerwanto, 1999: 29). transmigrasi. Kemudian, interaksi yang Dalam kajian akulturasi terdapat berlangsung semakin ekstensif dengan empat masalah utama, yakni (1) unsur- masuknya kolonialisme dan kolonisasi ke unsur kebudayaan asing apakah yang bumi Lampung. Sejarah kontak ulun mudah diterima atau sukar diterima; (2) Lampung dengan etnis atau bangsa lain unsur-unsur kebudayaan apakah yang yang berlangsung selama ratusan tahun mudah diganti atau diubah oleh membuat mereka lebih terbuka dan kebudayaan asing; (3) individu-individu identitasnya semakin cair. Komposisi pen- Pengaruh Akulturasi Budaya..... (Lia Nuralia dan Iim Imadudin) 79 duduk berdasarkan suku bangsa di tahun Kampung Tua terbagi ke dalam 4 2000-an adalah Jawa sebesar 61,88%, bagian wilayah kampung sesuai dengan Lampung sebesar 11,92%, Sunda marga penduduk asli, sehingga sering (termasuk Banten) sebesar 11,27%, disebut Kampung Tua Empat Serangkai, Semendo dan Palembang sebesar 3,55%, yaitu: (1) Bumi Agung Marga, (2) dan suku bangsa lainnya (Bengkulu, Batak, Pungguk Lama, (3) Gedung Nyapah, dan Bugis, Minang dan lain-lain) sebesar (4) Penagan Ratu (Nuralia, 2014: 135). 11,35% (Irianto dan Margaretha, 2011: Keempat marga memiliki 141). Interaksi ulun Lampung dengan etnik kesamaan dalam adat dan meyakini berasal lain cenderung mengalami etnifikasi yaitu dari satu keturunan. Pada awalnya setiap proses pemarginalan penduduk setempat di marga bertempat tinggal mengelompok, tanah kelahirannya yang membuat mereka sesuai marganya dan dipimpin oleh ketua tidak berkuasa atas lahan tersebut. Para adat. migrannya telah membuat etnis lokal Ketika Belanda menginjakkan kaki- menjadi minoritas di daerah sendiri yang nya di bumi Ruwa Jurai sekitar abad ke- secara simbolik merupakan tanah tumpah 19, masyarakat Kampung Tua tetap eksis darah (Irianto dan Margaretha, 2011: 141). dengan budayanya, tetapi tidak lepas dari Masalah interaksi antarbudaya di pengaruh unsur-unsur budaya Barat yang Lampung dipandang sebagai isu yang masuk melalui kolonialisme Belanda, dan cukup mengkhawatirkan. Beberapa konflik menjadi bagian dari budaya mereka di yang terjadi belakangan ini dipandang kemudian hari. Pencampuran dua budaya, sebagai kegagalan akulturasi antaretnik di Timur dan Barat, tidak dapat dihindari. Lampung. Penelitian Humaedi (2014), Budaya Barat (asing) yang dibawa Belanda misalnya, melihat intensitas konflik yang adalah budaya luar yang memengaruhi terjadi di Lampung sebagai kegagalan budaya Timur (asli) penduduk Kampung akulturasi budaya antara etnis pendatang Tua. dengan Lampung yang dimulai prosesnya Proses akulturasi di Kampung Tua dari ketiadaan ruang sosial bersama. terjadi pada budaya materi dan nonmateri. Dalam skala mikro, agaknya perlu Akulturasi dari segi arsitektur adalah satu penelitian yang lebih khusus tentang proses akulturasi pada budaya materi. bagaimana akulturasi antarbudaya terjadi Bangunan rumah tua yang mengalami di wilayah Lampung. Tujuannya adalah sedikit perubahan. Pada budaya nonmateri bagaimana akulturasi harus dikelola tampak dalam upacara kenaikan takhta sehingga dapat menjadi resolusi konflik Begawi Sutan. Ada dua sistem adat, yaitu yang memadai. Keragaman merupakan pepadun dan sebatin. Adat sebatin memilih anugerah bagi keindonesiaan, namun ketua adat secara genealogis dan tidak bisa berpotensi mengancam kehidupan ber- digantikan orang lain. Adat pepadun lebih bangsa, khususnya kebijakan pemba- demokratis, siapa pun bisa menempati ngunan yang terkait dengan pengelolaan tahta ketua adat (Sutan Pusetes, 1973). kebudayaan. Budaya Barat yang dibawa Belanda Penelitian ini mengambil lokus di memengaruhi upacara adat tersebut, tetapi Kampung Tua Empat Serangkai, Keca- berada pada tataran permukaan. Substansi matan Abung Timur, Kabupaten Lampung adat tetap berjalan sesuai aslinya. Keadaan Utara, Provinsi Lampung. Kampung ini tersebut menjadi daya tarik tersendiri diperkirakan sudah ada jauh sebelum sebagai enclave budaya khas, budaya asli kolonialisme Belanda masuk dan meme- Kampung Tua yang masih bertahan sampai ngaruhi sendi-sendi kehidupan masyara- sekarang. katnya. Mereka bermukim dan menjalan- Fenomena menarik lain adalah kan rutinitas adat istiadat sesuai dengan keberadaan umbulan dan lokasi kuwayan. budaya asli mereka. Sebagai wilayah kantong perekonomian 80 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 77-94 penduduk setempat secara bersama, akulturasi budaya terhadap sistem ekonomi umbulan menerapkan sistem ekonomi dualistis pada masyarakat Kampung Tua. tradisional. Demikian juga lokasi kuwayan di tanah landai di tepi sungai, menjadi B. METODE PENELITIAN tempat penambatan perahu yang membawa Metode penelitian yang digunakan barang-barang dagangan dari dalam dan adalah metode penelitian survey dengan luar kampung. Telah terjadi perdagangan teknik pengumpulan data melalui studi antar kampung dengan sistem barter. literatur, observasi langsung, dan Sistem barter adalah salah satu cara wawancara. Observasi dilakukan terjun distribusi barang-barang pada masyarakat langsung ke lapangan, mencari dan tradisional. Cara distribusi tersebut sangat menemukan beberapa objek sejarah dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial budaya (data fisik). Pada saat observasi ekonomi suatu masyarakat. Ada tiga sistem dilakukan pengukuran, pemotretan, distribusi, yaitu: (1) natural/perekonomian pencarian titik koordinat, penggambaran, barter, (2) perekonomian uang, dan (3) serta pencatatan dan deskripsi. Datafisik 1 perekonomian kredit. dilengkapi dengan informasi kesejarahan Keberadaan umbulan dan bekas (data nonfisik) melalui wawancara terbuka lokasi kuwayan menyebabkan terjadinya kepada beberapa orang ketua adat marga sistem ekonomi dualistis pada masyarakat dan penduduk Kampung Tua. Sementara Kampung Tua. Sistem ekonomi dualistis itu, studi literatur dilakukan melalui buku- pada zaman Hindia Belanda hampir terjadi buku, artikel dalam jurnal ilmiah, dan di seluruh Indonesia, terutama wilayah- laporan hasil penelitian, serta internet. wilayah yang membuka lahan perkebunan- perkebunan besar (Nuralia, 2016: 182- C. HASIL DAN BAHASAN 183). Menurut J.H. Boeke (1983), seorang 1. Penduduk Asli Kampung Tua2 ahli ilmu ekonomi timur, sistem ekonomi Penduduk asli Kampung Tua dualistis adalah berjalannya dua sistem Empat Serangkai merupakan keturunan ekonomi yang berlawanan sifatnya, dalam Minak Semelasem dan Putri Minak satu masa dan wilayah yang sama. Surakarta. Mereka melahirkan anak Sistem ekonomi dualistis bisa juga bernama Minak Paduka, yang menjadi disebut sistem ekonomi campuran. Sistem nenek moyang penduduk asli Bumi Marga. ekonomi yang berusaha mengurangi Kemudian tiga bersaudara keturunan kelemahan-kelemahan sistem ekonomi Minak Gusti Selangu atau Minak Pulan terpusat dan sistem ekonomi pasar. Dalam Brajo Tua dari Cangok Gacak, yaitu Minak sistem ini pemerintah bekerja sama dengan Pulan Brajo, Minak Pengantin, dan tidak pihak swasta dalam menjalankan kegiatan diketahui namanya, menurunkan penduduk perekonomian (Kardiman, 2006: 80). asli Pungguk Lama, Penagan Ratu, dan Akulturasi budaya dan sistem Gedung Nyapah. Minak Gusti Selangu ekonomi dualistis masyarakat Kampung adalah adik dari Minak Semelasem. Tua menjadi permasalahan pokok dalam Kampung Penagan Ratu secara tulisan ini. Dengan demikian, tujuan kajian geografis terletak pada koordinat ini adalah mengungkap pengaruh 04 45ʹ15,6ʹ LS dan 104 46ʹ24,0ʹ BT; berjarak sekitar 12 km dari ibu kota kabupaten, yaitu Kotabumi; memiliki 1 Bruno Hildebrand, Die National Ekonomie batas-batas wilayah desa, yaitu (1) sebelah der gegenwart und Zukunfit (1848), http://www.encyclopedia.com/social- sciences/applied-and-social-sciences- 2Hasil wawancara dengan beberapa tokoh adat magazines/hildebrand-bruno, Kampung Tua (2012), ditambah data tertulis diakses 29 Desember 2016. pada Monografi Kecamatan Abung Timur, serta hasil observasi langsung di lapangan. Pengaruh Akulturasi Budaya..... (Lia Nuralia dan Iim Imadudin) 81 utara dengan Tulung Mas dan Gedung Kampung Bumi Agung Marga Jaya, (2) sebelah selatan dengan Tulung secara geografis terletak pada koordinat Udim, Senuli Raya, dan Gedung Harapan 4° 45' 15.5" LS dan 104° 56' 25.2" BT (3) sebelah barat dengan Gedung Nyapah, dengan ketinggian 55 meter di atas Pungguk Lama, dan Bumi Agung Marga, permukaan laut. Kampung ini memiliki (4) sebelah timur dengan Surakarta dan batas-batas wilayah desa sebagai berikut: Sumber Agung. (1) sebelah utara dengan Pungguk Lama

Peta 1. Keletakan Wilayah Kampung Tua Empat Serangkai dalam Peta Topografi dan Peta Wilayah Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung

Sumber: Tim Penyusun, 2012. dan Peraduan Waras, (2) sebelah selatan Penduduk asli Kampung Penagan dengan Sumber Harum, Candi Mas, dan Ratu berasal dari suku bangsa Melayu, Kembang Tanjung, (3) sebelah barat Lampung Benggali, Lampung Sungkai, dengan Margo Rejo dan Papan Rejo, (4) Bugis, Cina, dan Jawa. Mereka datang ke sebelah timur dengan Peraduan Waras dan Kotabumi Ilir, terus ke Bumi Agung Semuli Jaya. Bawang Sepulau, dan berlanjut ke Bumi Pendiri kampung Bumi Agung Agung Marga. Kemudian masyarakat Marga adalah Minak Peduko di Bawang Penagan Ratu, Gedung Nyapah, dan Sepulau, salah satu dari Minak Trio Deso. Pungguk Lama berasal dari bapak yang Dua lainnya Minak Penatih Tuha dan sama berlainan ibu. Nenek moyang mereka Minak Semelasem, keturunan Abung Siwo berasal dari Tali Tunggal bermukim di Mego3dari nenek moyang Datuk Di Bawang Tuba (1040), menurunkan 3 orang Puncak. Lokasi Bawang Sepulau sekarang anak (Roh Tunggal, Sang Bina Tunggal, berupa dusun, sedangkan dahulu daerah danSerapu Bisa), yang bermukim di Way induk tempat tinggal Nunyai gelar Minak Batang (1070-1130). Selanjutnya ada 3 Trio Deso yang menurunkan tokoh Abung keturunan bermukim di Gunung Kerinci Siwo Mego. Abung Sewo Mego terdiri Jambi, yaitu Biso Pu Gajah, Putra Guru, dari Marga Nunyai Gelar Minak Trio dan Sang Balai Puang (1140-1220). Ada Deso, Marga Unyi, Marga Subing, Marga juga 3 keturunan yang bermukim di Rejag Brak, yaitu Apu So Tubo, Apu Cangeh, 3Tokoh Abung Siwo Mego, salah satu tokoh dan Apu Serunting (1220-1340). adat Pepadun, di samping Pubian Telu Suku, Way Kanan, Sungkai dan Tulangbawang. 82 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 77-94

Peta 2. Denah Wilayah Kampung Tua Empat Serangkai .

Sumber: Tim Penyusun, 2012 Nuban, Marga Buay Bulan (kedudukannya (keturunan Minak Braja Musuh), dan Bilik diganti Buay Nyerupa), Marga Beliyuk, Libou (keturunan Minak Sengaji Kilin).4 Marga Selagai, Marga Buay Kunang dan Pungguk Lama5 berasal dari kata Marga Anak Tuha. mungguk yang berarti bukit kecil atau Kampung Gedung Nyapah secara tanah yang lebih tinggi dari daerah geografis pada koordinat 04 45ʹ15,0ʹ sekitarnya, sedangkan kata lama berarti LS dan 104 56ʹ15,2ʹ BT. Kampung ini tua. Letak secara geografis pada koordinat memiliki batas-batas wilayah sebagai 04 45ʹ08,1ʹLS dan 104 56ʹ04,7ʹBT. berikut: (1) sebelah utara dengan Gedung Kampung ini memiliki batas-batas wilayah Jaya, (2) sebelah selatan dengan Gedung desa sebagai berikut: (1) sebelah utara Harapan, (3) sebelah barat dengan dengan Papan Rejo, (2) sebelah selatan Pungguk Lama, dan (4) sebelah timur dengan Bumi Agung Marga, (3) sebelah dengan Penagan Ratu. barat dengan Margo Rejo, dan (4) sebelah Penduduk asli kampung Gedung timur dengan Gedung Nyapah. Nyapah berasal dari keturunan anak ke-3 Nama Pungguk Lama awalnya Minak Pulun Brajo Tua, dan satu lagi yang bernama Punggguk Tuha (tuhou), artinya tidak diketahui namanya. Kemudian Pungguk Tua atau Pungguk Lama. Sampai menurunkan 3 orang anak, yaitu Minak Senagan Agung, Minak Brajo Musuh, dan 4Berdasarkan informasi dari Ketua adat Minak Sengaji Kilin. Warga Kampung Kampung Gedung Nyapah sekarang, Bapak Gedung Nyapah terdiri dari 3 suku Indra Jaelani gelar Sutan Guna Marga. adat, yaitu: Bilik Gabou (keturunan Minak 5Menurut keterangan Ketua Adat Pungguk Senagan Agung), Ruang Tengah Lama, Bapak Ibnu Hajar gelar Sumbahan Ratu Anom. Pengaruh Akulturasi Budaya..... (Lia Nuralia dan Iim Imadudin) 83 sekarang bernama Pungguk Lama. bagian yang disebut bilik, yaitu tempat Penduduk asli Pungguk Lama berasal dari berdiam buay. Beberapa buay membentuk Cangok (si Bandar Putih), menyebar ke kesatuan teritorial genealogis yang disebut Bojong Penagan terus berjalan mengikuti marga. Dalam setiap bilik terdapat sebuah aliran Sungai Way Rarem. Mereka adalah rumah klan besar sebagi kerabat tertua tiga bersaudara, keturunannya mendiami yang mewarisi kekuasaan memimpin Pungguk, Gedung, dan Penagan. keluarga dan tanah milik keluarga Kampung Tua sebagai bagian dari (Saptono, 2014: 67). Keturunan pertama wilayah Lampung secara umum, terlebih berhak mewarisi Sessat. Sessat merupakan dahulu telah mendapat pengaruh budaya Lampung, juga tempat lokal lainnya yang ada di Indonesia, berunding ketika upacara adat Begawi. sebelum kedatangan Belanda. Lampung Rumah tinggal penduduk kampung pernah menjadi wilayah kekuasaan tua mengikuti alur tepian Sungai Way Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Rarem. Polanya mengelompok memanjang Sunda sampai abad ke-16 M (Guillot, sepanjang aliran sungai, berhadapan satu 1990: 19). Ketika Kerajaan Sunda sama lain dengan membentuk jalur jalan di ditaklukkan Kesultanan Banten, Lampung depan rumah-rumah berjejer memanjang. pun menjadi daerah kekuasaannya.Akan Pemukiman terbagi menjadi dua bagian tetapi, Kesultanan Banten (ketika itu jajaran rumah dengan arah hadap yang Sultan Hasanuddin) tidak mutlak berkuasa bertolak belakang antar kedua barisan. di Lampung, terjalin hubungan simbiosis Barisan pertama adalah rumah-rumah yang mutualistis antara kedua belah pihak. Pada menghadap ke sungai, sedangkan barisan tahun 1834, Belanda berhasil berkuasa di kedua membelakangi sungai. Keadaan ini Lampung setelah beberapa kali mengalami tampak di Gedung Nyapah, Penagan Ratu, kegagalan dalam ekspedisi kolonialisnya. dan Bumi Agung Marga. Kampung Ketika itu Lampung di bawah kekuasaan Pungguk Lama memiliki tata letak rumah Radin Imba Kusuma (Radin Inten II) membelah aliran Way Rarem, samping (Nuralia, 2014: 136-137, Tim Penyusun, rumah sejajar aliran sungai (Tim 2012: 155-156; Imadudin, 2017: 358). Penyusun, 2012). Perpotongan jalan sebagai Penghu- 2. Permukiman Kampung Tua bung antara Gedung Nyapah dan Penagan Kampung Tua memiliki topografi Ratu dengan Bumi Agung Marga dan yang tidak rata. Secara umum kampung ini Pungguk Lama. Di antaranya berdiri memiliki kesamaan dengan kawasan rumah-rumah saling berhadapan dan Lampung Utara, yang sebagian besar berseberangan. Beberapa rumah tinggal di permukaan tanahnya berupa pedataran. Bumi Agung Marga, Gedung Nyapah, dan Sebelah barat merupakan daerah Penagan Ratu dengan posisi samping perbukitan dengan ketinggian antara 450- rumah menghadap sungai, seperti di 1500 m dari permukaan laut. Pada bagian Pungguk Lama (Tim Penyusun, 2012). timur merupakan dataran rendah. Sungai Bangunan rumah tua sebagai pola yang mengalir di daerah Lampung Utara permukiman tingkat mikro dipengaruhi adalah Way Rarem dan Way Abung beberapa faktor, yaitu berkaitan dengan (Monografi Kec. Abung Timur, 2006). mata pencaharian, bahan bangunan, Permukiman di Kampung Tua lingkungan, keterampilan dan teknologi, Empat Serangkai disebut tiyuh6, struktur keluarga, kekayaan, dan status berorientasi pada sepanjang jalan utama. sosial (Mundardjito, 1990: 21-22). Rumah Setiap tiyuh terbagi lagi ke dalam beberapa hunian/tinggal di Kampung Tua adalah permukiman tingkat mikro, sedangkan 6Tiyuh digunakan masyarakat Lampung untuk wilayah Kampung Tua adalah tingkat semi menyebut perkampungan. Nama lain dari tiyuh adalah anek atau pekon (Saptono, 2014: 67) 84 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 77-94

mikro.7 Permukiman merupakan suatu membentuk rapat adat. Keempat kebuayan kawasan terdiri dari beberapa unsur tersebut sama-sama tertarik kepada Putri pembentuknya, menjadi indikasi adanya Bulan dari Banten, sehingga rapat adat wilayah hunian di masa lalu, seperti: ditunda karena terjadi keributan di antara rumah tinggal, kantor, pasar, kebun/ladang, mereka. Untuk menyelesaikan masalah WC umum, pemakaman umum, sarana dan tersebut diadakan musyawarah untuk prasarana transportasi (jalan, jembatan, mufakat dengan keputusan bahwa Putri sungai), rumah ibadah, dan lain-lain. Bulan diangkat menjadi saudara oleh keempat kebuayan tersebut.9 3. Akulturasi Budaya Masyarakat beradat Pepadun tidak Wujud akulturasi dalam budaya mengenal kelas sosial. Penggantian Ketua nonfisik, salah satunya dalam sistem adat Adat/Punyimbang Adat dapat dilakukan lama yang telah mengalami sedikit kapan saja dan diganti oleh siapa saja, pergeseran nilai-nilai dan penampakan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. penyelenggaraannya. Masyarakat adat Diperkirakan yang pertama kali Lampung secara umum terbagi dua sistem mendirikan adat Pepadun adalah adat adat lama, yaitu Lampung Pepadun8 masyarakat Abung sekitar abad ke-17 M di dan Lampung Sebatin atau adat Peminggir. zaman seba Banten. Pada masa ini telah Daerah adat Pepadun berada di Kota terjadi pencampuran dua budaya, Lampung Tanjungkarang sampai Giham dan Banten. Keduanya saling bersinergi (Belambangan Umpu), Way Kanan sampai sehingga menghasilkan sistem nilai yang Bukit Barisan sebelah barat. Sementara itu, baru, lebih demokratis dalam memilih daerah adat Sebatin ada di sepanjang ketua adat. Kemudian di abad ke-18 M, pantai selatan hingga ke barat dan ke utara adat Pepadun berkembang di daerah Way sampai ke Way Komering. Kanan/Buai Lima, Tulang Bawang/Empat Sistem adat Pepadun terbentuk Marga, Sungkai/Negeri Ujung Karang, sekitar abad ke-17 oleh empat kebuayan, Way Seputih (Pubian Telu Suku), dan yaitu Buay Unyai di Sungai Abung, Buay Abung Siwo Mego (Abung 9 marga). Unyi di Gunung Sugih, Buay Uban di Perkembangan terus terjadi seiring Sungai Batanghari dan Buay Ubin dengan masuknya nilai-nilai baru dari luar (Subing) di Sungai Terbangi, Labuhan (budaya asing), terutama setelah masuknya Maringgai. Keempat buay merupakan Belanda dengan budaya Baratnya. Pada utusan masing-masing wilayah yang permulaan abad ke-19 M, adat Pepadun disempurnakan dengan masyarakat

kebuayan inti dan kebuayan-kebuayan 7Ada tiga tingkatan Pola persebaran dan hubungan dalam permukiman, yaitu: (1) gabungan, sebagai berikut. tingkat mikro (individual buildings), 1. Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, mempelajari hubungan antarruang dalam satu Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, unit bangunan; (2) tingkat semi mikro Beliyuk, Selagai, Nyerupa). Masyara- (community layouts), mempelajari hubungan kat Abung mendiami 7 wilayah adat: antar unit ruang dalam satu komunitas (situs); Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, dan (3) tingkat makro (zonal pattern), Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung mempelajari hubungan antarsitus yang meliputi Sugih, dan Terbanggi; beberapa komunitas (Clarke, 1977: 2-3) 2. Mego Pak Tulangbawang (Puyang (Nuralia, 2014: 135-136). Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji,

8Pepadun adalah satu benda dari bahan kayu Puyang Tegamoan). Mendiami 4 yang dipahami sebagai tahta kerajaan atau kursi tempat duduk raja atau penguasa pada zaman dahulu (Wawancara dengan tokoh adat 9Kisah Putri Bulan, menurut cerita masyarakat Kampung Tua, 2012). setempat, sebagaimana disampaikan Bapak Khoiri. Pengaruh Akulturasi Budaya..... (Lia Nuralia dan Iim Imadudin) 85

wilayah adat: Menggala, Mesuji, masing-masing. Dalam hal ini telah terjadi Panaragan, dan Wiralaga; masyarakat adat ganda yang berjalan 3. Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha, beriringan dalam satu masa dan wilayah Minak Demang Lanca atau yang sama. Dengan demikian, akulturasi Suku Tambapupus, Minak Handak, terjadi dengan tidak menghilangkan Hulu/Suku Bukujadi). Masyarakat budaya asli. Substansi adat pun masih Pubian mendiami 8 wilayah adat: seperti aslinya, walau dalam pelaksanaan Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, ada beberapa perubahan disesuaikan Tegineneng, Seputih Barat, Padang dengan perkembangan zaman. Ratu, Gedungtataan, dan Pugung Manusia ditandai dengan peran Sungkay-Way Kanan Buay Lima historisitasnya, yaitu sebagai subjek (Pemuka, Bahuga, Semenguk, sekaligus objek sejarah. Dalam suatu Baradatu, Barasakti/lima keturunan lingkaran sejarah akan terjadi pergulatan Raja Tijang Jungur); dan batin berwujud inovasi-inovasi kreatif. Ini 4. Sungkay-Way Kanan mendiami 9 adalah ciri historisitas yang melekat pada wilayah adat: Negeri Besar, Ketapang, individu dan kelompok. Rekaman sejarah Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga dengan sendirinya akan mengabadikan Mayang, Belambangan Umpu, kontinuitas perkembangan peradaban, dan Baradatu, Bahuga, dan Kasui. akar tradisi yang mengandung nilai-nilai Masyarakat adat Lampung Sebatin menunjukkan identitas kolektif suatu mengenal golongan/kelas sosial. Ketua masyarakat (Heidegger, 1974: 183-189). adat Punyimbang Adat Sebatin diangkat Akar tradisi masyarakat Kampung Tua secara turun temurun (genealogis). telah dikemas dalam satu nilai-nilai Masyarakat beradat Sebatin mendiami 11 kehidupan lama. Salah satunya dalam wilayah adat, yaitu: Kalianda, Teluk penyelenggaraan upacara adat Begawi. Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Belalau, Liwa, dan Ranau, sebagian komering, serta sebagian Banten (Cikoneng). Masyarakat adat Sebatin atau Peminggir terdiri dari: (1) Peminggir Paksi Pak (Buay Belunguh, Buay Pernong, Buay Nyerupa, Buay Lapah di Way); dan (2) Komering-Kayuagung, sekarang termasuk Provinsi Sumatera Selatan. Masyarakat adat Sebatin adalah masyarakat adat yang menganut adat tidak Pepadun, yakni melaksanakan adat musyawarah tanpa menggunakan kursi Pepadun. Sebagian besar berdiam di tepi pantai, disebut juga adat Pesisir. Masyarakat adat Peminggir sukar untuk diperinci karena di setiap daerah kesebatinan terlalu banyak asal keturunan- Gambar 1. Tombak Igel duduk nya, terdiri atas: Masyarakat adat Sumber: Nuralia, 2012. Peminggir, Melinting Rajabasa, Peminggir Teluk, Peminggir Semangka, Peminggir Pada penyelenggaraan upacara Skala Brak, dan Peminggir Komering. adat Begawi, ada banyak instrumen yang Kedua sistem adat lama sampai digunakan. Di antaranya benda-benda sekarang masih bertahan dengan sifatnya pusaka atau barang-barang peninggalan. 86 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 77-94

Beberapa benda pusaka menunjukkan (tempat sirih) dan nampan berkaki (wadah bentuk khas budaya setempat yang telah hidangan untuk tamu). Kemudian yang mendapat pengaruh dari luar. disimpan di rumah Bapak fauzi, yaitu Salah satu benda pusaka berupa Maduari, kain penutup kepala pengantin tombak Igel Duduk (foto 1). Tombak wanita; dan Kekat Akin, penutup kepala tersebut diduga senjata yang menewaskan pengantin pria. Sementara itu, benda Minak Indah, Pepadun Tua Bumi Agung pusaka milik Bumi Agung Marga adalah Marga. Kemudian ada beberapa benda yang dianggap memiliki nilai tinggi bagi pemilik/pemegangnya, yaitu cepuk, piring, dan buli-buli keramik (foto 5), serta peralatan dari perunggu (foto 3). Benda- benda ini disimpan Bapak Syamsudin (ketua adat Pungguk Lama) di rumahnya.

Gambar 2. Patung Burung Garuda dan peralatan dari perunggu. Gambar 3. Mangkuk, Guci, dan Sumber: Nuralia, 2012. Tempayan Benda untuk upacara adat kebumian Sumber: Nuralia, 2012 yang memiliki nilai penting, yaitu patung tombak Jalang Bekisar, terbuat dari besi, burung garuda (foto 2), sebagai lambang sangat dikeramatkan, sehingga tidak dapat diperlihatkan kepada siapa pun. Tombak kebesaran dan ketinggian cita-cita. Patung tersebut disimpan di rumah Bapak Naria di ini milik Minak Patih Ngesiso, pernah Gedung Agung. Menurutnya, patung digunakan ketika perang dengan orang tersebut adalah milik Sutan Ratu Tunggal Terbanggi dari Gunung Sugih. Makamnya (suku Ruang Tengah Bumi Agung Marga). dapat ditemukan di Anek Banding (Umbul Dahulu ada juga benda peninggalan lain, Banding), umbulan Bumi Agung Marga. tombak jalang bekisar dan talo mulih Berdasarkan bentuk fisik beberapa agung (semacam gong kecil tidak benda pusaka, tampak sudah mendapat diketahui keberadaannya. Benda-benda sentuhan budaya luar. Seperti patung peninggalan yang masih ada adalah burung garuda dengan bentuk yang sudah tempayan, guci, buli-buli, mangkok besar dimodifikasi. Kemudian beberapa benda (pasu) dari keramik (foto 4). keramik dan gerabah, dilihat dari bentuk, Benda-benda upacara lainnya bahan glasir, ragam hias, dan warna terang tersimpan di rumah Bapak Syamsudin, pada bagian badan, menunjukkan adanya terbuat dari perunggu, yaitu pekinangan unsur-unsur budaya luar (Jawa, Cina, Pengaruh Akulturasi Budaya..... (Lia Nuralia dan Iim Imadudin) 87

Eropa). Demikian juga dengan peralatan Rumah panggung Kampung Tua perunggu, biasa ditemukan di wilayah (gambar 3) telah mengalami pergeseran budaya Jawa dan sekitarnya. dari segi bahan bangunan dan ornamennya. Salah satu pengaruh budaya Pada bagian tiang penyangga bangunan campuran pada masyarakat Kampung aslinya terbuat dari bahan kayu, setelah dapat diamati dari segi arsitektur mendapat pengaruh Belanda memakai bangunan. Rumah adat Kampung Tua tembok beton. Beberapa hiasan atau memiliki arsitektur tradisional khas, gaya ornament tidak lagi mencirikan secara utuh campuran antara Lampung dan Banten, budaya Lampung. Ukiran-ukiran flora dan serta unsur-unsur arsitektur Eropa fauna telah menjadi ukiran geometris (Nuralia, 2014: 137-138). (kubus, lingkaran, belah ketupat, dan lain Bentuk rumah adat Kampung Tua sebagainya), dan ada sentuhan modern memiliki unsur-unsur yang terdapat pada dengan pemakaian list horizontal dan tipikal tradisi arsitektural Austronesia vertikal pada daun pintu dan jendela, kuno. Beberapa prinsip tersebut, yaitu (1) sebagai hasil pengaruh budaya Barat. struktur kotak pada tiang fondasi kayu, Selain itu, rumah adat Sessat di desa-desa ditanam ke dalam tanah atau diletakkan dibangun tidak bertiang/tidak ditinggikan pada permukaan tanah dengan fondasi dari permukaan tanah, tetapi sejajar dengan batu, (2) lantai panggung, (3) atap miring permukaan tanah (depok) atau berlantai dengan jurai diperpanjang, dan (4) bagian keramik (Tim Penyusun, 2012). depan atap condong mencuat keluar Bervariasinya bentuk dan ukuran (Wisman, 2009: 28). Bentuk rumah rumah menunjukkan tingkat sosial Austronesia tampak luar berbentuk struktur ekonomi pemilik dan atau penghuninya tegak berupa tiang kayu, lantai ditinggikan (Nuralia, 2014: 146). Juga mencerminkan sebagai ruang keluarga, dan atap pelana keadaan sosial ekonomi masyarakat secara meruncing tinggi (Sahroni, 2012). umum. Keragaman juga disebabkan adanya pengaruh budaya luar, baik yang dibawa kaum pendatang maupun penduduk setempat yang kembali dari perantauan. Beberapa model rumah zaman dahulu ada yang masih mempunyai karakteristik khas, yaitu berbentuk rumah panggung bertiang sebagai rumah besar (nowou).10 Sebagai tempat tinggal, bentuk rumah penduduk asli Kampung Tua memiliki persamaan dengan rumah-rumah adat di wilayah Provinsi Lampung umumnya. Sekarang ini nowou-nowou telah banyak mengalami perubahan, mulai dari bentuk bangunan yang berlantai tanah, sampai jenis hiasan rumah tidak lagi sepenuhnya bercirikan kultur masyarakat Lampung. Hal ini

10Satu kampung dibagi menjadi beberapa bilik, Gambar 4. Rumah panggung di Gedung tempat kediaman suku. Di setiap bilik terdapat Nyapah dan Penagan Ratu. rumah besar disebut nowou balak atau nowou Sumber: Nuralia, 2012. menyanak, dan rumah-rumah keluarga lainnya. Dalam perkembangannya, di dalam satu tiyuh akan terdapat rumah kerabat tertua dan rumah- rumah kerabat baru, yang merupakan pecahan dari rumah tua (Saptono, 2014: 67). 88 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 77-94 diperkirakan disebabkan pengaruh seni Marga. Sesuai nama wilayahnya sehingga bangunan rumah yang terus berkembang, dinamakan Umbulan Banding, berupa juga seiring keadaan masyarakat Lampung kebun/ladang pohon karet. Di area kebun yang semakin majemuk. karet ini juga ditemukan gundukan tanah tampak berbentuk melingkar, diduga 4. Dualisme Ekonomi Masyarakat sebagai benteng tanah seperti bentuk parit, Kampung Tua yang berada di ujung area Umbulan di tepi Secara umum sistem mata sungai Way Banding. pencaharian masyarakat Kampung Tua Beberapa Umbulan Pungguk adalah berladang, dengan sistem nomaden. Lama, yaitu (1) Umbul Purus ditanami Masyarakat membuka hutan kemudian padi huma dan palawija, di seberang Way ditanami padi, kopi, lada, cengkeh, dan Rarem. Dahulunya merupakan umbulan palawija. Wilayah khusus untuk berladang paling awal milik masyarakat Kampung disebut wilayah umbulan (Hadikusuma, Pungguk Lama, (2) Umbul Semuli 1977/1978: 71-72). Karimengan ditanami kopi, lada, padi Pembukaan setiap Umbulan untuk huma, karet, singkong,dan lain-lain, (3) satu Kebuayan atau keturunan pembuka Umbul Buluh ditanami karet, lada, padi Umbulan. Pembukaan Umbulan menurut huma, palawija, dan lain-lain. Salah satu hukum adat dilakukan dengan sistem tokoh Umbul Purus adalah Sepulau Rayo, magih, yaitu pertama-tama menentukan tokoh Umbul Semuli Karimengan adalah dahulu titik pusat Umbulan ditandai Selibar Jagat, sedangkan tokoh Umbul dengan adanya pohon besar (metro atau Buluh adalah Waras gelar Tegi Neneng. kemelunggung).11 Upacara pembukaan Di wilayah Umbulan siapa saja Umbulan disebut Bebalay, membersihkan bisa bermukim untuk sementara sambil hutan dengan dibakar untuk berladang. mengerjakan ladang mereka, baik Prosesi Bebalay ada beberapa tahap, yaitu: penduduk asli maupun kaum pendatang. (1) bikin Satin, menyiapkan sajian beras Bagi kaum pendatang berhak berdiam dan ketan, gula merah, gula putih, dan kelapa berladang di wilayah Umbulan apabila kepada pemilik sebelumnya; (2) membakar sudah masuk ke dalam adat dengan menyan; (3) membacakan doa dipimpin melakukan upacara adat, sehingga menjadi tokoh adat; dan (4) Tebas, membersihkan bagian komunitas adat setempat. Setiap hutan untuk persiapan lahan garapan. Umbulan ada pemilik utama/penguasanya Wilayah Umbulan terpisah dan dinamakan pemilik/tokoh Umbul. Wilayah terletak jauh dari pemukiman penduduk Umbulan yang dihuni pendatang dari atau daerah induk, berupa hamparan kebun negeri seberang, biasanya pendatang dari dan ladang, yang digarap secara bersama Jawa. Sebelumnya berupa wilayah hutan dan kekeluargaan. Misalnya Penagan Ratu belantara. Penduduk asli yang bermukim di memiliki Umbulan di Derwati dan sekitar hutan, bermata pencaharian Penagan Jaya, dengan penduduk sekitar menangkap ikan dan beternak kerbau. 3000 KK, sedangkan di daerah induk Luas wilayah Umbulan biasanya hanya 800 KK. Di wilayah ini ditanam sekitar 4 hektar, digarap oleh beberapa tebu, karet, kelapa sawit, dan singkong. orang kepala keluarga dari kampung induk. Wilayah Umbulan Gedung Nyapah adalah Setiap kepala keluarga boleh ikut Gedung Jaya dan Gedung Harapan. mengusahakan Umbulan setelah mendapat Umbulan Kampung Bumi Agung Marga izin dari tokoh Umbul. Dalam hukum adat berada di Anek Banding, yang juga sebagai Lampung ditetapkan jarak wilayah dalam lokasi pemakaman umum Bumi Agung satu Umbulan adalah radius 3 pal (± 5 km) dari pusat Umbulan. Pada tahun 2000 wilayah umbulan telah berkembang pesat 11Keterangan diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa tokoh adat setempat (2012). Pengaruh Akulturasi Budaya..... (Lia Nuralia dan Iim Imadudin) 89 dengan dibukanya perkebunan kelapa beternak, dan berladang. Mata pencaharian sawit dan karet.12 tersebut merupakan sistem ekonomi Banyaknya hasil yang diperoleh tradisional sebagai ekonomi subsitensi. masing-masing keluarga sesuai luas tanah Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang yang digarapnya. Bagi kaum pendatang mengatur dan menjalin hubungan ekonomi yang sudah masuk adat masyarakat antarmanusia, dengan seperangkat setempat, untuk menggarap Umbulan kelembagaan. Sistem ekonomi tidak harus minta izin dahulu sebagai tatakrama berdiri sendiri, berkaitan dengan falsafah, adat, dengan memberi persembahan atau pandangan dan pola hidup masyarakat

Gambar 6. Bekas Lokasi Kuwayan Suku Ruang Tengah Bumi Agung Marga Sumber: Nuralia, 2012.

setempat, sebagai bagian kesatuan ideologi kehidupan masyarakat suatu negara (Dumairy, 1966), atau suatu komunitas Gambar 5.Umbul Banding sebagai bekas adat tertentuSumber:Nuralia di wilayah tertentu, 2012 pula.. lokasi Bumi Agung Marga tua. Selain keberadaan umbulan yang Sumber: Nuralia, 2012. menjadi ciri khas perekonomian tradisional masyarakat Kampung Tua, adalah lokasi membawa barang berupa gula, beras ketan, kuwayan. Kuwayan adalah satu bangunan kelapa, dan ayam. Barang-barang ini kecil berdinding dan berlantai papan kayu, diberikan kepada tokoh adat setempat. berada mengapung para permukaan air. Mengenai hasil panen tidak ada pembagian Bangunan kecil sederhana berdiri khusus dan tidak ada keharusan untuk di lokasi landai di tepian Sungai Way dibagi dengan kampung induk, tetapi ada Rarem, berfungsi sebagai tempat bersih- tatakrama berdasarkan kesepakatan. bersih (mandi dan cuci), disebut dengan Berladang dibarengi beternak kerbau istilah masyarakat setempat kuwayan. serta mencari ikan di sungai Way Rarem, Biasanya dibuat dari susunan bambu mata pencaharian utama masyarakat adat sebagai dinding penghalang (bilik), Kampung Tua. Masyarakat Lampung menyerupai kamar mandi terbuka tanpa zaman dahulu, memiliki sistem mata atap dan mengapung di atas permukaan air. pencaharian sebagaimana masyarakat Bilik bambu ini ditambatkan ke tanah, agraris umumnya, yaitu mencari ikan, seperti rakit. Setiap suku di Kampung Tua memiliki satu kuwayan atau lebih tergantung kebutuhan. 12Menurut keterangan Kasie Pemerintahan Kecamatan Abung Timur, Aswan, 2012. 90 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 77-94

Kuwayan ditempatkan di tepi Para pedagang yang singgah di sungai yang landai. Untuk mencapainya kuwayan berasal dari Bugis, Palembang, dibuat tangga menurun sampai ke tanah Kotabumi, dan Meranjat.13 Kuwayan datar. Masyarakat Kampung Tua zaman sebagai tempat perdagangan juga didukung dahulu memanfaatkan lokasi landai data sebaran artefak, berupa fragmen kuwayan sebagai prasarana transportasi air keramik yang cukup melimpah, yang untuk menambatkan perahu. Perahu yang diperkirakan berasal dari Cina, Thailand, dipergunakan berupa perahu lesung terbuat Vietnam, dan Eropa. dari batang pohon Leban. Jalur air sangat Beberapa lokasi kuwayan masih mendukung aktivitas perdagangan, sehing- dapat dijumpai di Kampung Pungguk ga kuwayan tersebut dimanfaatkan juga Lama dan Kampung Bumi Agung Marga, sebagai tempat transaksi perdagangan serta di Gedung Tuha Kampung Penagan masyarakat lokal dengan wilayah luar. Ratu. Bekas lokasi kuwayan di Kampung Sistem peradangannya dengan cara barter. Bumi Agung Marga, yaitu (1) Kuwayan Masyarakat lokal menukar hasil bumi Suku Ruang Tengah, (2) kuwayan Kam-

Gambar 7. Bekas lokasi kuwayan masya- Gambar 9. Fragmen keramik di sekitar rakat Kampung Pungguk Lama. bekas lokasi kuwayan Bumi Agung Sumber: Nuralia, 2012 Marga. Sumber: Nuralia, 2012.

pung Sengaji Suku Ruang Tengah, (3) Kuwayan Suku Bilik Libau (Minak Sang Nyata), (4) Kuwayan Suku Bilik Gabau. Di sekitar lokasi bekas kuwayan ini ditemukan beberapa fragmen keramik di permukaan tanah. Bekas lokasi kuwayan di Kampung Pungguk Lama tampak dari atas jembatan Way Rarem, menghubungkan Kampung Pungguk Lama dengan Umbulan Purus dan Umbulan Penagan di seberang sungai. Dahulunya di umbulan ini adalah bekas wilayah Kampung Pungguk Tuha Foto 8. Bekas lokasi kuwayan di Gedung sebelum pindah ke lokasi Pungguk Lama Tuha Penagan Ratu. sekarang. Ada 3 bekas lokasi kuwayan di Sumber: Nuralia, 2012. Kampung Pungguk Lama, yaitu (1) berupa padi, ikan, kopi, karet dan palawija dengan barang kebutuhan lain berupa guci, 13Seperti yang dikemukakan Bapak Saleh, piring, mangkok keramik atau tembikar. tokoh adat Gedung Nyapah (2012). Pengaruh Akulturasi Budaya..... (Lia Nuralia dan Iim Imadudin) 91

Kuwayan Rajo Muda, (2) Kuwayan Kanal, barang dengan cara barter, kepada sistem dan (3) Kuwayan Pasar, tetapi tidak ada ekonomi modern dengan pertukaran sisa-sisa kuwayan yang dapat dilihat uang/ekonomi uang. sekarang. Kemudian bekas lokasi kuwayan Perekonomian tradisional di di gedung Tuho (Kampung Penagan Ratu) pedesaan yang didominasi sektor ada 3 titik, tetapi tidak diketahui apa nama pertanian, bersifat subsistensi (memenuhi kuwayan dan juga tidak ditemukan kebutuhan sendiri), dengan pertumbuhan bekasnya penduduk tinggi mengakibatkan terjadi Peran penting lokasi kuwayan kelebihan supply tenaga kerja (Arthur menghilang seiring masuknya Belanda ke Lewis dalam Mulyani, 2007). Kampung Tua, sedangkan umbulan masih Bertambahnya jumlah penduduk Kampung bertahan. Sistem perdagangan barter tidak Tua secara otomatis jumlah tenaga kerja dilakukan lagi digantikan dengan ekonomi semakin bertambah, sehingga ekonomi uang. Profesi baru muncul14, seperti subsistensi yang terjadi Kampung Tua penjual jasa penyewaan alat-alat upacara mengalami pergeseran. adat, atau bekerja menjadi buruh/kuli di kota. Sistem ekonomi tradisional umbulan D. PENUTUP berhadapan dengan sistem ekonomi Masyarakat Kampung Tua sampai modern yang berpusat di kota kecamatan, sekarang masih mempertahankan nilai- memberi imbas ke wilayah Kampung Tua nilai budaya lama. Ada beberapa unsur dengan munculnya beragam profesi baru. luar yang masuk, tetapi hanya pelengkap Perekenomian masyarakat Kampung Tua dengan tidak menghilangkan budaya berkembang ke dua arah berlawanan atau aslinya (akulturasi budaya). Unsur-unsur perekonomian masyarakat ganda (Barat luar di antaranya budaya Banten dan Jawa dan Timur) menjelma sebagai kelompok Tengah, serta Eropa (Barat). masyarakat didominasi ekonomi kapitalis Wilayah Kampung Tua menjadi (Barat), ekonomi kapitalis/sosialis, atau wilayah masyarakat adat dengan ciri khas hubungan antara dua sistem sosial Barat perkampungan yang relatif masih asli. dan Timur (Sayogoyo, 1982: 2-3). Tampak dari arsitektur rumah tinggal dan Keadaan ini menyebabkan terjadinya dua adat lama, pepadun dan sebatin. Juga sistem ekonomi dualistis. upacara adat Begawi dalam kenaikan tahta Munculnya pekerjaan baru sebagai dan perkawinan. pegawai pemerintah atau buruh/kuli di Satu ciri khas lainnya adalah perkotaan, serta jasa15 menjadi profesi baru sistem ekonomi dualistis. Ditandai dengan yang digemari sebagian penduduk keberadaan umbulan dan bekas lokasi Kampung Tua. Kemunculan profesi baru kuwayan.Wilayah umbulan sebagai tersebut terutama terjadi pada masa kantong perekonomian tradisional masih Pemerintahan Belanda. Pada saat Belanda bertahan sampai sekarang. Sementara itu, berkuasa di Lampung, termasuk Kampung peran lokasi kuwayan sudah tergantikan Tua, sebagian penduduk kampung migrasi dengan berkembangnya profesi baru ke kota dalam rangka mencari kerja atau dengan sistem ekonomi modern/uang. penghasilan tambahan. Kondisi ini menunjukkan mulai bergesernya sistem UCAPAN TERIMA KASIH ekonomi tradisional dengan distribusi Penulis mengucapkan terima kasih pada para tetua adat dan warga Kampung 14Berdasarkan informasi dari beberapa orang Tua Kecamatan Abung Timur Kabupaten ketua adat marga (wawancara, 2012). Lampung Utara yang memberikan infor- 15Ketika penelitian dilakukan di tahun 2012, masi lisan terkait topik penelitian ini. penjual jasa di beberapa tempat di wilayah Kampung Tua semakin beragam. Di antaranya jasa penyewaan alat-alat upacara adat Begawi. 92 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 77-94

DAFTAR SUMBER Monografi, 2006. 1. Jurnal Buku Monografi Kecamatan Abung Humaedi, M. Alie. Timur, Kabupaten Lampung Utara, “Kegagalan Akulturasi Budaya dan Provinsi Lampung. Isu Agama dalam Konflik Boeke, J.H. 1983. Lampung”, Jurnal “Analisa” Prakapitalisme di Asia (The Interest Volume 21 Nomor 02 Desember of The Voiceless Far East, Introduc- 2014. Hlm.149-162. tion to Oriental Economics), terje- Imadudin, Iim. mahan D. Projosiswoyo. Jakarta: “Perdagangan lada di Lampung Yayasan Sinar Harapan bekerja sama dalam Tiga Masa (1653-1930)”, dengan Yayasan Tani Atsiri Wangi. dalam Patanjala Vol. 8 No. 3 2016. Dumairy. 1996. Hlm. 349-364. Perekonomian Indonesia. Bandung: Irianto, Sulistyowati dan Risma Erlangga Margaretha. Geertz, Clifford. 1992. “Piil Pesenggiri: Modal Budaya dan Tafsir Kebudayaan (terjemahan dari Strategi Identitas Ulun Lampung”, Interpretation of Culture). Makara, Sosial Humaniora, Vol. 15, Yogyakarta: Kanisius Press. No. 2, Desember 2011.Hlm.140- 150. Hadikusuma, H. Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Poerwanto, Hari. Lampung. Bandung: Mandar Maju. Asimilasi, Akulturasi,dan Integrasi Nasional, Humaniora, No. 12 Hadikusuma, Hilman. 1977/1978. September-Desember 1999. Hlm. Adat Istiadat Daerah Lampung. 29-37. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Buku Handinoto. 2010. Adat, Sutan Pusetes. 1973. Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa Sejarah Asal Mula Adat Pepadun. pada Masa Kolonial. Yogyakarta: Tanjung Karang. Graha Ilmu. Abdul Hakim dari Jaarboek van Batavia Heidegger, Martin. 1974. en Omstreken. Jakarta: Metro Pos. Identity and Difference. New York: Kuper, Adam. 1999. Harper. Culture. Cambridge: Harvard Kardiman et al. 2006. University Press. Ekonomi Dunia Kesehatan Kita. Berry, D.W. and J.L. Sam. “Acculturation Jakarta: Yudistira. and Adaptation”, in J.W. Berry, Kuntowijoyo. 2001. M.H. Segal, C. Kagitcibasi, 1997, Pengantar Ilmu Sejarah. Handbook of Cross-cultural Yogyakarta: Yayasan Bentang Psychology, Volume 3, “Social Budaya. Behavior and Aplications”, Boston: Allyn and Bacon. P. 291-326. Kuper, 1999. Culture. Cambridge: Harvard Mulyani, Endang et al. 2007. University Press. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Universitas Terbuka, Copyright Mundardjito. 1990. BMP. “Metode Penelitian Arkeologis”, Lembaran Sastra II, Edisi Khusus

Pengaruh Akulturasi Budaya..... (Lia Nuralia dan Iim Imadudin) 93

Monumen: Karya Persembahan Sumintarja, D. 1981. untuk Prof. Dr. R. Soekmono. Kompendium Sejarah Arsitektur, Depok: Fakultas Sastra Universitas Jilid I. Bandung: Yayasan Lembaga Indonesia. Hlm. 19-30. Penyelidikan Masalah Bangunan. Nuralia, Lia. 2012. Warganegara, Marwansyah. 1994. “Kearifan Lokal Masyarakat Riwayat Orang Lampung. Jakarta. Peladang di Situs Kabuyutan Wisman, Jan J.J.M. 2009. Ciburuy Kabupaten Garut.” Dalam “Posisi dan Peran Tradisi-tradisi Wanny Rahardjo W (Editor). Vernakuler Indonesia dan Langgam Arkeologi Identitas dan Karakter Bangunan Masa Lalu dalam Masa Budaya dalam Kajian Arkeologi. Kini”. Dalam Peter J.M. Nas dan Bandung: Al-Qaprint. Hlm. 75-94. Martien de Vletter (Penyunting), _____. 2014. Masa Lalu dalam Masa Kini: “Arsitektur Bangunan Rumah Adat Arsitektur di Indonesia. Alih Bahasa Kampung Tua di Kecamatan Abung Alex TriKantjono W (dkk). Jakarta: Timur, Lampung Utara.” Dalam Gramedia Pustaka Utama. Kresno Yulianto (Editor), Perkem- bangan Permukiman di Lampung 3. Makalah dalam Perspektif Arkeologi. Sahroni, Ade. 2012. Bandung: Balai Arkeologi Bandung. “Arsitektur Vernakular Indonesia: O’Malley, William J. 1988. Peran, Fungsi, dan Pelestarian di “Perkebunan 1830-1940: Ikhtisar”. dalam Masyarakat”. Dalam Makalah Dalam Anne Booth, William J. PIA 2011. Jakarta: Puslitbang O’Malley, Anna Weidermann Arkenas 19 Maret 2012. (Penyunting), Sejarah Ekonomi Tim Penyusun, 2012. Indonesia.Jakarta: LP3ES. Laporan Penelitian Arkeologi, Pusat Purwanto, Hari. 2000. Peradaban di Kabupaten Lampung Kebudayaan dan Lingkungan dalam Utara, Perkembangan Hunian dan Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Budaya. Bandung: Kementerian Pustaka Pelajar. Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Penelitian Arkeologi, Balai Arkeo- Reiner, G.J. 1997. logi Bandung (tidak diterbitkan). History Its Purpose and Methods.

London: George Allen and Unwim

Ltd. 4. Wawancara Aswan, di Bumi Agung Marga, 30 Saptono, Nanang. 2014. November 2012. “Pola Perkampungan dan Mata Ikmidar gelar Adi Sutan, di Bumi Agung Pencaharian Masyarakat”. Dalam Marga, Pungguk Lama, Gedung Kresno Yulianto (Editor), Perkem- Nyapah, Penagan Ratu, November- bangan Permukiman di Lampung Desember 2012. dalam Perspektif Arkeologi. Bandung: Balai Arkeologi Bandung, Khoiri Rujungan, di Kotabumi, Bumi Kementerian Pendidikan dan Agung Marga, Pungguk Lama, Kebudayaan. Hlm. 63-78. Gedung Nyapah, Penagan Ratu, November-Desember 2012. Sajogyo (penyunting). 1982. Bunga Rampai Perekonomian Desa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan

Yayasan Agro Ekonomika. 94 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 77-94

Syamsudin, Kotabumi, Bumi Agung Marga, Pungguk Lama, Gedung Nyapah, Penagan Ratu, November-Desember 2012.

5. Internet

Bruno Hildebrand, Die National Ekono- mie der gegenwart und Zukunfit (1848), http://www.encyclopedia. com/social-sciences/applied-and- social-sciences-magazines/hilde brand-bruno, diakses 29 Desember 2016.

Antoni Pengrajin Cetik..... (Yuzar Purnama) 95

ANTONI PENGRAJIN CETIK DARI KABUPATEN LAMPUNG BARAT; KAJIAN NILAI ETOS KERJA

ANTONI, A CETIK CRAFTSMAN FROM DISTRICT OF WEST LAMPUNG; A STUDY ON THE WORK ETHIC VALUE

Yuzar Purnama Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung. e-mail: [email protected]

Naskah Diterima: 9 Januari 2017 Naskah Direvisi: 15 Februari 2017 Naskah Disetujui:21 Februari 2017

Abstrak

Cetik/gamolan pekhing merupakan alat musik yang berasal dari Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung Barat. Cetik terbuat dari bambu, alat musik ini hanya digunakan untuk keperluan upacara adat dan pengiring dalam penyambutan tamu, karena cetik sulit untuk dipelajari. Pengrajin cetik di Provinsi Lampung jumlahnya relatif tidak banyak, mereka tetap menggeluti pekerjaan tersebut walaupun hasilnya tidak mencukupi. Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk meneliti tentang pengrajin cetik dan alat musik cetik. Penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang alat musik cetik dan pengrajinnya. Penulisan ini dibatasi dalam bentuk pertanyaan, apa cetik itu? Bagaimana membuatnya? Bagaimana perkembangannya? Bagaimana sosok Antoni sebagai pengrajin cetik? Apakah memiliki etos kerja? Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Kesimpulan penelitian, cetik mengalami kesulitan untuk dipelajari dan dimasyarakatkan, setelah dimodifikasi dari pentagonis menjadi diatonis, cetik lebih mudah dipelajari. Namun, cetik asli tetap dipertahankan dan dilestarikan. Pengrajin cetik harus begulat antara kebutuhan hidup dengan tanggung jawab sebagai penerus leluhur untuk melestarikan warisan budaya. Perjuangan hidup pengrajin cetik yang dilematis menciptakan etos kerja yang dapat diadopsi oleh generasi penerus bangsa. Kata kunci: Antoni pengrajin cetik, alat musik cetik, Lampung Barat, dan nilai etos kerja.

Abstract Cetik/gamolan pekhing is a musical instrument that originated from province of Lampung, especially in West Lampung District. Cetik is made from bamboo; this instrument is used only for ceremonial purposes and accompanist in welcoming guests, because cetik is difficult to learn. Cetik Craftsmen in Lampung Province relatively few in number, they still wrestle the job although the results are not sufficient. This is interesting for the writer to investigate about cetik craftsmen and cetik musical instruments. This research aims to obtain clear information about cetik musical instruments and craftsmen. The writing is restricted in the following questions: What is cetik? How to make it? What about its progress? How to figure Antoni as a cetik craftsman? Does he have work ethic? This research uses descriptive method with qualitative approach. The conclusion of this research is cetik faces a problem to be studied and promoted. After it is modified from pentatonic be diatonic, cetik is easier to be learnt. However, the original cetik is still maintained and preserved. Cetik craftsmen must struggle between the necessities of life with the responsibility as a successor to the ancestors for preserving cultural heritage. Life struggle of cetik craftsmen dilemma created a work ethic that can be adopted by the next generation. Keywords: Antoni, a cetik craftsman, cetik musical instruments, West Lampung, and the value of work ethic.

96 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 95-110

A. PENDAHULUAN cetik yang merupakan alat musik asli milik Kesenian tradisional yang menye- bangsa Indonesia. Beberapa seniman bar merata di hamparan bumi Pertiwi Lampung masih tetap mempertahankan merupakan khasanah kebudayaan bangsa cetik asli di antaranya cetik yang berada di dan negara Indonesia yang tidak terhingga Kabupaten Lampung Barat. Seorang jumlahnya. Sumbangsih kebudayaan yang pengrajin cetik dari Lampung Barat yang berasal dari setiap provinsi, kabupaten, dan bernama Antoni masih tetap menekuni kota yang berada di Nusantara merupakan permainan alat musik ini sambil tetap kekuatan sosial budaya yang dapat memproduksi alat musik cetik ini. Baginya memperkokoh NKRI. Sudah terbukti di menggeluti pembuatan alat musik cetik manca negara bahwa beberapa produk merupakan bakat yang diwariskan dari kebudayaan mewarnai dan memperkaya orang tuanya dan ingin terus melestarikan kebudayaan di dunia ini. Masyarakat dunia alat musik ini. Namun diakuinya pekerjaan mengenal tarian jaipong dan seni angklung sebagai pengrajin cetik tidak menjamin dari Provinsi Jawa Barat, tarian kecak kera masa depan baik untuk dirinya maupun dari Provinsi Bali, tarian shaman dari keluarga, karena para peminat yang ingin Provinsi Aceh, tarian serimpi dan teater membeli cetik sangat sedikit. Pada ketoprak dari Provinsi Daerah Istimewa kesempatan ini penulis ingin melihat Yogyakarta, dan lain-lain. kendala apa yang menyebabkan menjadi Satu sisi keberadaan sejumlah seorang pengrajin cetik mengalami pasang kesenian tradisional yang melimpah sangat surut, sehingga mata pencaharian ini tidak membanggakan, namun sisi lain ternyata dapat dijadikan sebagai mata pencaharian keberadaan beberapa kesenian tradisional utama. Oleh karena itu penulis tertarik sangat memprihatinkan. Beberapa kesenian untuk meneliti mengenai alat musik cetik tradisional ada yang nasibnya mati enggan dan Antoni sebagai pengrajinnya. hidup tak mau, karena keberadaannya Tujuan penulisan artikel ini adalah sudah kurang dikenal oleh masyarakat. untuk mendapatkan gambaran yang Jangankan dikenal masyarakat Indonesia, lengkap dan jelas tentang sosok Antoni dikenal generasi muda masyarakat sebagai pengrajin cetik dan alat musik pendukungnya pun sudah sangat memudar. cetik di Kabupaten Lampung Barat. Ruang Bahkan kita tidak menutup mata dengan lingkup penulisan dibuat dalam bentuk kenyataan bahwa beberapa kesenian pertanyaan, bagaimana sosok Antoni tradisional sudah punah. sebagai pengrajin cetik? Apakah cetik itu? Salah satu kesenian tradisional Bagaimana cara membuatnya? Bagaimana dalam hal ini keberadaan alat musiknya perkembangannya? yang perlu perhatian dan dorongan dari semua pihak adalah cetik, alat musik atau B. METODE PENELITIAN gamolan pheking dari Provinsi Lampung. Metode berasal dari bahasa Yunani Alat ini diperkirakan berasal dari yaitu dari kata methodos yang berarti cara Kabupaten Lampung Barat. Awalnya cetik atau jalan yang ditempuh. Metode adalah kondisinya sangat memprihatinkan karena cara, jalan, atau prosedur yang ditempuh hanya digunakan untuk upacara adat dan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam sebagai pengiring dalam penyambutan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tamu. Namun kini, setelah dimodifikasi Kamus versi online/daring (dalam dari alat musik pentagonis ke diatonis, jaringan), metode adalah cara teratur yang cetik mulai banyak penggemar dan disukai digunakan untuk melaksanakan suatu generasi muda. pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang Satu sisi hasil modifikasi cetik dikehendaki; cara kerja yang bersistem sangat menggembirakan, namun di sisi lain untuk memudahkan pelaksanaan suatu perubahan tersebut akan merusak keaslian Antoni Pengrajin Cetik..... (Yuzar Purnama) 97 kegiatan guna mencapai tujuan yang Langkah-langkah yang dilakukan ditentukan . dalam penulisan artikel ini dimulai dengan Metode penelitian adalah tata cara pencarian rujukan berupa teori dan metode bagaimana suatu penelitian akan dari buku-buku, internet, dan informasi dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan tertulis lainnya. Setelah itu dilaksanakan metode penelitian deskriptif. Metode pengumpulan dan penggalian data dengan penelitian deskriptif bertujuan untuk studi lapangan baik dengan wawancara mengumpulkan informasi aktual secara maupun observasi (pengamatan), kemu- rinci yang melukiskan gejala yang ada, dian pengklasifikasian data, dan pem- mengidentifikasi masalah atau memeriksa buatan tulisan. kondisi dan praktik-praktik yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan C. HASIL DAN BAHASAN menentukan apa yang dilakukan orang lain 1. Selayang Pandang Kabupaten dalam menghadapi masalah yang sama dan Lampung Barat belajar dari pengalaman mereka untuk Kabupaten Lampung Barat adalah menetapkan rencana dan keputusan pada salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, waktu yang akan datang. (Hasan, 2012: Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak 13). di Liwa. Kabupaten ini dibentuk Bachtiar mengatakan bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 metode deskriptif adalah kegiatan Tahun 1991 tanggal 16 Agustus 1991 yang pengumpulan data dengan melukiskannya merupakan hasil pemekaran dari sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan Kabupaten Lampung Utara. Kabupaten ini ulasan atau pandangan atau analisis dari dominan dengan perbukitan dan pegu- penulis (1987: 60-61). Adapun Intani nungan yang merupakan punggung Bukit menyebutkan bahwa metode deskriptif Barisan1. adalah mendeskripsikan secara rinci untuk Kabupaten Lampung Barat fenomena sosial tertentu (Intani, 2011: memiliki luas wilayah lebih kurang 123). 3.368,14 km² dan mempunyai garis pantai Adapun penelitian ini mengguna- sepanjang 260 km. Lampung Barat terletak kan pendekatan kualitatif. Pendekatan pada koordinat 4o,47',16" - 5o,56',42" kualitatif menurut Bogdan (1972: 5) Lintang Selatan dan 103o,35',08"- mendefinikan bahwa metode kualitatif 104o,33',51" Bujur Timur. Jumlah pendu- sebagai prosedur penelitian yang duk berdasarkan hasil sensus 2010, menghasilkan data deskriptif berupa kata- penduduk Kabupaten Lampung Barat kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berjumlah 419.037 jiwa yang terdiri atas perilaku yang dapat diamati. Hidayah pun 222.605 jiwa laki-laki dan 196.432 jiwa menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif perempuan. digunakan untuk memahami persoalan Kabupaten Lampung Barat terdiri sosial atau budaya manusia berdasarkan atas 15 kecamatan yaitu: Kecamatan Air pada suatu pengembangan gambaran yang Hitam, Balik Bukit, Bandar Negeri Suoh, kompleks dan holistis, dibangun dengan Batu Brak, Batu Ketulis, Belalau, Gedung susunan kata-kata, menyajikan pandangan Surian, Kabun Tebu, Lumbok Seminung, detail dari informan dan dilaksanakan di Pagar Dewa, Sekicau, Sukau, Sumber lingkungan alamiah (2006). Selanjutnya, Jaya, Suoh, dan kecamatan Way Tenong. Intani menyebutkan bahwa pendekatan Wilayah Lampung Barat berbatasan kualitatif dilakukan untuk memahami dengan: persoalan manusia dan kebudayaan, berdasarkan gambaran yang kompleks (Ibid, 2011: 123). 1https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lam pung_Barat, diakses tanggal 16 Desember 2016 jam 09.45 WIB 98 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 95-110

Sebelah Utara: Kabupaten Ogan tersebut memakai topeng serta dengan Komering Ulu Selatan (Provinsi berbagai busana yang unik. Sumatera Selatan), Festival Teluk Stabas, dalam acara Sebelah Selatan: Kabupaten Pesisir ini diadakan perlombaan kesenian dan Barat dan Kabupaten Tanggamus, budaya tradisional, antara lain: hadra, Sebelah Barat: Kabupaten Pesisir bedzikir, hahiwang, gambus, dan lomba Barat, tarian adat tradisional lainnya. Festival ini Sebelah Timur: Kabupaten Lampung dijadwalkan berlangsung pada setiap bulan Utara, Kabupaten Way Kanan, dan Juli. Kabupaten Tanggamus. Kesenian yang terdapat di Dalam bidang pertanian khususnya Kabupaten Lampung Barat memiliki holtikultura, Kabupaten Lampung Barat keunikan tersendiri, biasanya tari-tarian merupakan salah satu kabupaten penghasil tersebut sesuai dengan kondisi alam yang sayur mayur terbesar di Provinsi Lampung. terdiri dari daerah perhutanan dan lautan. Ada empat kecamatan yang merupakan Gerakan tari-tarian terinspirasi dari penghasil sayuran terbesar di Kabupaten lingkungan seperti kehidupan margasatwa Lampung Barat, yaitu Kecamatan Way banyak mengilhami gerakan tari-tarian di Tenong, Sekincau, Balik Bukit, dan Sukau. daerah Lampung Barat. Di daerah Balik Keempat kecamatan ini telah menyuplai Bukit terdapat tari kenui dan tari batin, dua beberapa jenis sayuran antara lain kentang, jenis tarian tersebut gerakannya meniru cabai merah, kubis, labu siam, tomat, burung elang. Tari batin biasanya wortel, buncis, dan sawi dengan luas panen dilakukan dalam penyambutan tamu-tamu dan jumlah produksi makin meningkat dari penting. Acara ini dilaksanakan secara tahun ke tahun. Ditambah lagi dengan daya rutin menyambut Hari Ulang Tahun dukung dan perhatian Pemerintah (HUT) Kabupaten Lampung Barat. Kabupaten Lampung Barat begitu besar, Wisata Tanjung Setia, dalam sehingga Kabupaten Lampung Barat kegiatan ini dilaksanakan berbagai mampu menjadi pendistribusi sayur-mayur perlombaan yang bernuansa bahari seperti ke daerah-daerah lain seperti Bandar selancar, kebut jukung, voli pantai, dan Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, sepak bola pantai. Selain itu ditampilkan Bengkulu, Padang, dan mulai juga beberapa atraksi kesenian. Festival ini menyuplai sebagian Jabotabek. dijadwalkan berlangsung pada setiap bulan Objek wisata budaya dan sejarah Juni. yang terdapat di Kabupaten Lampung Gebyar Pesona Lumbok Ranau, Barat di antaranya adalah situs megalitik di dalam kegiatan ini dilaksanakan berbagai Pekon Purajaya, rumah tradisional di Desa perlombaan yang bernuansa wisata tirta Sukadana, dan berbagai petilasan Patih seperti kebut jukung, memanah ikan, Gajah Mada di Kecamatan Lemong. memancing di danau. Selain itu Sedangkan wisata budaya yang terdapat di ditampilkan beberapa atraksi kesenian. Kabupaten Lampung Barat di antaranya: Festival ini dijadwalkan berlangsung pada pesta sakura, merupakan pesta topeng setiap bulan September. yang diadakan tiga hari setelah Hari Raya Idul Fitri, dimulai sejak jam 09.00 hingga 2. Antoni berakhir pada sore hari. Keunikan dari Antoni adalah sosok pria seder- pesta sakura ini ada even panjat pinang hana dengan perawakan sedang, karakter yang berhadiahkan berbagai barang yang polos, terbuka, dan ramah. Matanya yang digantung di puncak batang pinang. Para tajam dan jidatnya yang agak melebar pemanjatnya terdiri atas beberapa orang menandakan seorang yang serius dan pria (kelompok), dan para pemanjat tekun. Di depan rumahnya, memaparkan perjalanan hidupnya sebagai seorang Antoni Pengrajin Cetik..... (Yuzar Purnama) 99 pengrajin cetik dari Kabupaten Lampung banyak biasanya dari pejabat pemerintah Barat. Baginya mata pencaharian pengrajin setempat, dalam hal ini pejabat Dinas hanya sampingan, karena profesi utamanya Kebudayan Kabupaten Lampung Barat adalah sebagai seorang petani kopi. atau dari Provinsi Lampung. Membuat cetik dijadikan Setelah ada pesanan, baru dibuat pencaharian sampingan karena dari oleh Antoni, kemudian selesai membuat- penghasilan pengrajin belum bisa nya langsung dikirimnya. Dan untuk diandalkan. Satu unit cetik dijualnya mendapatkan order lagi waktunya cukup seharga Rp 250.000,- baik cetik dewasa lama, bila tidak mengerjakan pencaharian maupun cetik kecil untuk anak-anak. lain mungkin tidak dapat makan sehari- Bukan harga jualnya yang kurang mahal hari. Jadi kalau mau beli cetik buatan tapi konsumennya masih sangat terbatas. Antoni harus pesan terlebih dahulu. Di Hal ini berhubung dengan minat rumah hanya ada dua cetik, untuk contoh masyarakat setempat terhadap alat musik dan untuk dimainkan Antoni di saat-saat cetik tidak menggembirakan. Masyarakat luang waktu. Namun demikian, pencaha- jarang sekali yang tertarik dan berminat rian sampingannya sebagai seorang untuk membeli cetik dan memainkannya. pengrajin cetik tidak akan ditinggalkannya, Hal ini wajar karena alat musik ini belum karena baginya amanah sebagai seorang bisa digunakan untuk syair-syair lagu masa seniman cetik dari leluhurnya sudah sangat kini, karena notasinya yang berbeda. kuat. Antoni dengan gelar adat Batin Antoni pernah melewati pendidik- Penguta Agung, lahir tanggal 17 an di jenjang sekolah dasar dan sekolah November 1970. Tokoh budaya ini menengah pertama. Pada tahun 1983, merupakan satu-satunya pengrajin alat Antoni lulus dari Sekolah Dasar Negeri 1 musik cetik di Kabupaten Lampung Barat. (SDN 1) Kembahang. Pada tahun 1986, Selain sebagai seorang pengrajin cetik, beliau lulus dari Madrasah Tsanawiyah Antoni bermata pencaharian sebagai (MTs) Liwa. petani. Petani yang berkebun di gunung untuk mengolah kopi mulai dari menanam, merawat sampai mengolahnya menjadi serbuk kopi yang siap dipasarkan. Pantas saja ketika berkunjung ke sana bersama pejabat Dinas Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat, seorang pejabat mengatakan beruntung Pa Antoni sedang berada di rumah, biasanya beliau susah dihubungi karena selalu berada di gunung. Baginya menjadi seorang petani dan pengolah kopi lebih menguntungkan daripada menjadi seorang pengrajin cetik. Gambar 1. Antoni Pengrajin Cetik Hasil kopi banyak peminatnya baik di Sumber: BPNB Jawa Barat, 2016. kampungnya maupun dijual ke kota. Antoni adalah putra ketiga dari Banyak orang yang kesehariannya harus tujuh (7) bersaudara pasangan Yusrin dan minum kopi khususnya kaum pria, Nuryani yaitu Roslaini, Juwaita, Antoni, sedangkan peminat alat musik sangat Faurijal, Rusmiyati, Hasmin, Yulianti dan jarang. Biasanya yang beli hanyalah orang- Erlina. Antoni menikah dengan Sriwati dan orang seniman dan orang-orang tertentu dari pernikahannya ini dianugrahi 3 anak yang berminat belajar memainkan cetik, yaitu Refi Annisa lahir tahun 1998, itupun jumlahnya sangat sedikit. Paling- sekarang sedang belajar di Sekolah paling kalau ada pesanan yang cukup Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 100 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 95-110

Liwa. Putra kedua, Wela Renika lahir (gamolan). Profesi satu-satunya ini di tanggal 20 Oktober 2001, sekarang sedang Kabupaten Lampung Barat digeluti mulai belajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri tahun 1994. Keterampilan sebagai (MTsN) Liwa. Dan putra yang ketiga, Lira pengrajin cetik merupakan warisan dari Amanda lahir tanggal 5 Desember 2008, orang tuanya yaitu bapaknya. sekarang sedang belajar di Sekolah Dasar Alat musik cetik sebagian besar Negeri 1 (SDN 1) Kembahang. bahannya dari bambu. Bambu yang digunakan tidak sembarangan melainkan Antoni mengakui bahwa selama harus jenis bambu betung yaitu bambu ini beliau sudah mengantongi penghargaan yang besar dan tebal. Bahan lainnya yang untuk musik gambus Lampung dari digunakan adalah kayu dan senar nilon. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat Bagi Antoni, membuat alat musik cetik ini (Liwa) pada tahun 1995. Pada tahun 2010, adalah untuk keperluan di kampungnya. beliau pun menerima penghargaan yang Sementara ini belum dilakukan penjualan sama dari Pemerintah Kabupaten Lampung keluar dari Kabupaten Lampung Barat. Barat untuk kesenian tradisional gambus Biasanya kalau ada yang pesan, barulah Lampung. Hal tersebut disebabkan Antoni dibuatkan. Harga satu alat musik cetik baik memiliki keterampilan bermain gambus yang besar maupun yang kecil harganya pada kesenian tradisional gambus Rp 250.000,-. Cetik ukuran besar biasanya Lampung. digunakan untuk orang dewasa, sedangkan cetik ukuran kecil digunakan untuk anak- anak.

Gambar 2. Antoni sedang memainkan alat musik gambus Lampung. Sumber: BPNB Jawa Barat, 2016. Gambar 3. Cetik terbuat dari bambu betung. Harapan Antoni semoga keberada- Sumber: BPNB Jawa Barat, 2016. an kesenian tradisional Lampung khususnya cetik mengalami peningkatan Sementara ini cetik buatan Antoni lebih baik dari sekarang ini. Ke depan belum bisa berkolaborasi dengan gamelan kesenian tradisional Lampung diharapkan lainnya, karena notasinya masih 7 (Do-re- diharapkan berlanjut dan lebih berkembang mi-so-la-si-do) atau bernotasi pentagonis lagi. Selain itu, Antoni juga mengharapkan tidak bernotasi diatonis atau bernotasi 8 ada kader yang dapat bekerja sama dan (Do-re-mi-fa-so-la-si-do) seperti alat meneruskan keahliannnya itu baik sebagai musik modern pada umumnya. Alat musik pengrajin cetik maupun sebagai seniman ini hanya digunakan sebagai musik gambus Lampung jangan sampai punah. pembuka tunggal. Namun, cetik yang terdapat di Bandar Lampung sudah 3. Pengrajin Cetik dimodifikasi notasinya menjadi diatonis Antoni sebagai seorang pengrajin atau bernada 8 (delapan) sehingga bisa alat musik yang bernama cetik; cetik dikolaborasikan dengan alat musik lainnya merupakan alat musik sejenis gamelan seperti mengiringi tabuhan nyambay, Antoni Pengrajin Cetik..... (Yuzar Purnama) 101

tabuhan jahang, tabuhan sekli, dan tabuhan butan tamu, namun kini alat musik ini kesenian modern atau kontemporer. Begitu sudah berkolaborasi dengan alat musik juga, sekarang ini alat musik cetik dapat lainnya untuk mengiringi lagu-lagu atau mengiringi berbagai tari-tarian baik syair tertentu. tradisional maupun modern. Pada perkembangannya keberada- an alat musik ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu cetik yang biasa disebut gamelan pekhing dan cetik yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat. Perbedaannya sangat mencolok terutama pada jumlah penampang kayunya, irama (nada), dan kaki.

a. Cetik/Gamolan Pekhing Modifikasi Cetik atau yang disebut juga sebagai gamolan pekhing3 merupakan alat musik yang terdapat di Provinsi Lampung Gambar 4. Antoni mencoba memainkan cetik. terutama di Bandar Lampung. Cetik ini Sumber: BPNB Jawa Barat, 2016. merupakan modifikasi dari cetik asli yang Cetik yang terdapat di Bandar tadinya hanya 5 nada yaitu do-re-mi-so-la Lampung pernah bergabung dengan talo menjadi 7 nada yaitu do-re-mi-fa-so-la-si- balak di Taman Mini Indonesia Indah do. Modifikasi ini merupakan langkah (TMII) Jakarta, pentas di Yogyakarta dan perbaikan agar alat musik ini dapat pentas di Bandar Lampung sendiri. berkolaborasi dengan alat musik lainnya untuk mengiringi sebuah kesenian.

4. Cetik Cetik adalah alat musik yang terbuat dari bambu yang menghasilkan nada ketika dipukul menggunakan pemukul khusus. Cetik merupakan nama salah satu alat musik di Provinsi Lampung. Alat ini bentuknya mirip alat musik gamelan yang terdapat di masyarakat Jawa dan Sunda. Mirip juga alat musik kolintang dari Sulawesi. Alat ini bentuknya terdiri atas kaki dan badan yang di atasnya bergantung lima (5) atau tujuh (7) penampang kayu yang digantungkan pada dua buah tali senar kiri dan kanan. Gambar 5. Cetik/Gamolan Pekhing Modifikasi Sumber: https://suaranada.files.word- Penampang kayu fungsinya sebagai press.com/2011/08/cetik.jpg sumber bunyi yang keluar apabila dipukul dengan alat khusus. Di sisi lain modifikasi ini Menurut para ahli alat musik cetik merupakan langkah maju agar dapat lebih merupakan alat musik gamelan tertua di berkembang, namun ada sisi lainnya yang dunia2, alat musik ini sudah ada sejak abad sebenarnya cukup penting yaitu dengan 4 Masehi. Dahulu kala alat musik ini hanya langkah tersebut secara langsung sudah digunakan untuk acara-acara tertentu yang menghilangkan keaslian alat musik ini berkaitan dengan upacara dan penyam-

2 https://1.bp.blogspot.com/- diakses 16 3 http://kbbi.web.id/metode, diakses tanggal 6 Desember 2016 Jam 10.03 WIB Januari 2017 pukul 07.41 WIB 102 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 95-110 yang lahir tumbuh kembang di Provinsi lainnya karena hanya memiliki tujuh (7) Lampung. nada atau bernotasi pentagonis. Setelah dimodifikasi jumlah nadanya, alat musik ini pun bentuknya dimodifikasi pula terutama pada kakinya. Kakinya yang tadinya hanya merupakan potongan bambu betung yaitu bambu besar, diubah bak gamelan pada umumnya yaitu kakinya ada empat dan penampang bambunya digantung pada kayu berbentuk segi empat. Setelah dimodifikasi maka alat Gambar 6. Gamolan Peking/Cetik musik cetik ini dapat bermain ke mana- Sumber:https://www.google.co.id/search. mana untuk mengiringi lagu-lagu dan syair pada acara-acara tertentu untuk menghibur 5. Cetik Alat Musik dari Lampung masyarakat. Alat musik cetik kini makin Barat terkenal dan dikenal oleh masyarakat Dapat dibedakan menjadi dua Provinsi Lampung. Makin banyak pula yaitu cetik dari Kabupaten Lampung Barat orang-orang yang belajar untuk dapat dan cetik dari wilayah Provinsi Lampung memainkan alat musik khas Provinsi lainnya seperti cetik dari Bandar Lampung. Lampung ini, dan kini alat musik cetik ini Sebenarnya bukan berarti cetik dari dulu sudah diajukan oleh Pemerintah Provinsi ada dua jenis. Namun cetik yang ada di Lampung untuk dikukuhkan hak patennya Bandar Lampung merupakan contoh cetik sebagai milik budaya bangsa Indonesia. yang telah dimodifikasi. Cetik ini notasinya sudah disesuaikan dengan notasi b. Cetik/Gamolan Pekhing Asli nada lagu modern dengan 8 nada lagu atau Cetik yang masih relatif asli yang diatonis yaitu (do-re-mi-fa-so-la-si-do), belum dimodifikasi terdapat di Kabupaten sehingga dengan modifikasi tersebut, cetik Lampung Barat Provinsi Lampung. Cetik ini sudah dapat berkolaborasi dengan alat ini bentuknya masih asli yaitu penampang musik modern. Cetik ini bisa dimainkan bambunya bergantung pada tali senar di untuk mengiringi lagu-lagu atau syair lagu atas sepotong bambu besar. Bambu besar pada umumnya. Adapun cetik yang itu selain menjadi badan juga menjadi kaki menjadi bahan penulisan ini adalah cetik alat musik ini. yang tumbuhkembang di Kabupaten Alat musik cetik ini hanya Lampung Barat dan sampai sekarang digunakan dalam acara-acara tertentu saja masih dipertahankan keasliannya. Baik yaitu dalam rangka penyambutan tamu. notasinya maupun bentuk wujud alat Dalam posisinya di adat Lampung, cetik musiknya. dipakai dalam acara adat tertentu, yakni sebagai tabuh sambai agung untuk a. Bahan-bahan Membuat Cetik penyambutan tamu agung, tabuh jakhang Sebuah benda mata budaya untuk perpisahan, tabuh selekih untuk khususnya yang dibuat oleh seseorang atau selingan, dan tabuh labung angin yang kelompok manusia, membutuhkan bahan- bernada naik turun4. bahan untuk membuatnya. Begitu pula Alat musik cetik jenis ini tidak mata budaya cetik yang berasal dari dapat berkolaborasi dengan alat musik Kabupaten Lampung Barat. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan alat musik cetik sangat sederhana yaitu bambu, 4https://blog.djarumbeasiswaplus.org/suhandi/? kayu, dan tali senar. Adapun peralatan p=1311 16/12/16 jam 10.23 WIB yang dibutuhkan di antaranya gergaji,

Antoni Pengrajin Cetik..... (Yuzar Purnama) 103 golok, pisau serut, bor kayu, pernis, dan baik di Nusantara maupun di manca kuas. negara. Bambu adalah tanaman jenis Bambu yang menjadi bahan cetik rumput-rumputan dengan rongga dan ruas bukan bambu sembarangan, bambu yang di batangnya. Nama lain dari bambu dipilih adalah bambu betung yang adalah buluh, haur, awi, aur, pring, dan memiliki tekstur besar dan tebal. Kayu eru. Bambu diklasifikasikan ke lebih dari digunakan untuk menggantungkan atau 10 genus dan 1450 spesies. Di Indonesia, menjadi sandaran tali senar, adapun tali dapat dengan mudah ditemui 5 jenis senar digunakan sebagai alat untuk bambu yakni bambu tali, wulung, ampel, menggantungkan bilah-bilah bambu petung, kuning, dan bambu tulup. Spesies sebagai notasi alat musik tradisional bambu ditemukan di berbagai lokasi iklim, tersebut. dari iklim dingin pegunungan hingga Gergaji digunakan untuk memo- daerah tropis panas. Tanaman bambu tong bambu sebagai dasar atau kaki alat tumbuh dari sepanjang Asia Timur mulai musik cetik, fungsi lainnya untuk Sakhalin sampai ke sebelah utara memotong bilah-bilah bambu yang Australia, dan di bagian barat India hingga menghasilkan notasi alat musik, juga untuk ke Himalaya. Mereka juga terdapati di sub- memotong kayu sebagai sandaran tali Sahara Afrika, dan di Amerika dari senar. Golok digunakan untuk menebang pertengahan Atlantik Amerika Utara bambu dan merapikan bilah-bilah bambu. hingga ke selatan ke Argentina dan Cili, Pisau serut digunakan untuk menghaluskan mencapai titik paling selatan Bambu pada bilah-bilah bambu sesuai ukuran agar bisa 47 derajat Lintang Selatan6. menghasilkan notasi tertentu. Bor Secara umum semua jenis bambu digunakan untuk melubangi bilah bambu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: berakar yang berfungsi sebagai ikatan tali senar serabut, berkembang biak dengan agar bambu berada pada posisinya. tunas/rebung/bung (ada juga jenis bambu Biasanya satu bilah bambu ada empat yang bisa dengan mudah dikembang- lubang yang berpasangan sejajar dengan biakkan dengan cara stek batang yakni panjang bambu, setiap dua lubang tersebut bambu ampel), memiliki rongga di masing-masing berada di ujung bilah batangnya, memiliki ruas batang, dan daun bambu. Ampelas digunakan untuk bambu bertulang daun sejajar. menghaluskan permukaan bambu dan kayu Dari kelima jenis bambu yang sebebelum dicat dengan pernis. paling mudah ditemui di sekitar kita maka hanya jenis bambu betung/petung ini yang b. Cara Membuat Cetik akan dibahas berkaitan dengan bahan dasar Proses pembuatan alat musik cetik pembuatan alat musik cetik. Bambu betung cukup lama, bambunya juga harus bambu (dendrocalamus asper). Bambu ini pilihan yaitu bambu betung5. Hanya bambu memiliki aneka nama lokal seperti bambu dengan kualitas yang paling baik yang betung pada masyarakat Lampung; oloh disebut dengan mati temegi, artinya bambu otong pada masyarakat Gayo; trieng betung yang sudah tua atau mati dengan betong pada masyarakat Aceh; lewuo guru sendirinya, dan biasanya bambu seperti ini pada masyarakat Nias; awi bitung pada banyak terdapat di hutan. masyarakat Sunda; pring petung, deling Perlu kiranya untuk mengetahui petung, jajang betung pada masyarakat seputar tanaman jenis bambu, karena Jawa; pereng petong pada masyarakat tanaman ini hampir digunakan sebagai Medan; bulo patung, bambu patong pada bahan pembuatan alat musik tradisional masyarakat Makasar; awo petung pada

6http://www.ilmupengetahuanalam.com/2015/0 5 http://kbbi.web.id/metode, diakses tanggal 6 8/ciri-khusus-6-jenis-bambu-dan- Januari 2017 pukul 07.41 WIB fungsinya.html diakses 5/1-2016 8.33 104 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 95-110 masyarakat Bugis; dan bambu swanggi lima bagian, dan dibelah menjadi beberapa pada masyarakat Banda. bilah yang disesuaikan dengan kebutuhan Bambu betung adalah salah satu nada. Proses selanjutnya adalah pelarasan jenis bambu yang memiliki ukuran lingkar nada, kemudian bambu disusun di atas batang yang besar dan termasuk ke dalam bambu yang sudah dilubangi agar bilah suku rumput-rumputan. Bambu betung bambu menghasilkan resonansi suara yang merupakan tanaman yang memiliki bulat. Sepintas membuat alat musik ini dinding tebal dan kokoh serta berdiameter tidak begitu sulit, namun menyelaraskan dapat mencapai lebih dari 15 cm. Bambu nadanya yang agak sukar8. betung dapat tumbuh hingga mencapai Cara menentukan bambu yang baik tinggi lebih dari 20 meter. Bambu betung untuk bahan alat musik cetik bisa ini dapat dijumpai di daerah dataran rendah digunakan dengan cara memilih bambu hingga dataran tinggi (2000 meter) dan betung. Pemilihan bambu betung tumbuh subur pada lahan yang basah7. dimaksudkan untuk menghasilkan suara bunyi yang bagus. Dengan kata lain menggunakan jenis bambu lain pun bisa namun suaranya tidak sebagus menggunakan bambu betung. Setelah memilih bambu betung yang sudah tua dan kelihatannya baik untuk diolah, bambu tersebut tidak langsung diproses, namun harus dibiarkan beberapa saat atau diangin-angin selama 6 bulan sampai 1 tahun. Pemilihan bambu untuk bahan alat musik yang bagus dapat dilakukan juga Gambar 7. Bambu Betung/Petung Sumber: http://www.ilmupengetahuan- dengan cara lain, masyarakat setempat alam.com. melakukannya dengan cara melihat kera siamang. Salah satu cara untuk memilih Selain bisa dimanfaatkan untuk bambu betung yang sudah sangat tua. Ciri bahan pembuatan alat musik, jenis bambu bambu yang tua selain dapat dilihat secara ini biasa dimanfaatkan sebagai bahan langsung dengan kasat mata, dapat juga bangunan, terutama untuk tiang atau dilakukan dengan melihat bambu tersebut penyangga bangunan, untuk keperluan digelayuti sejenis kera siamang atau tidak. reng, untuk semah-semah perahu, saluran Bambu yang sering digelayuti kera air, tempat lahang air nira, furnitur, siamang membuktikan bahwa bambu peralatan rumah tangga, kerajinan, bubur tersebut sudah tua. Masyarakat Lampung kertas, sumpit, tusuk gigi, dan tunas Barat percaya bahwa siamang tidak akan betung atau biasa disebut rebung dapat sembarangan menggelayuti bambu, hanya dikonsumsi dibuat pecel, tumis atau sayur. bambu yang tua saja yang digunakan untuk Tahap awal dalam proses pembuatan alat bergelayutan jenis kera ini. Karena bambu musik cetik, didahului dengan penyediaan betung yang tua struktur batangnya sudah bambu betung. Bambu betung sepanjang kuat dan aman jika digelayuti kera siamang delapan meter kemudian disimpan selama ini. enam bulan sampai setahun, selanjutnya bambu tersebut dipotong-potong menjadi

7http://www.mangyono.com/2015/07/bambu- betung-awi-bitung-dendrocalamus-asper.html. 8 http://www.forda-mof.org/itto/index. diakses 5/1/16 jam 8.37 php/front/detailbudaya/83 16 des 10.18

Antoni Pengrajin Cetik..... (Yuzar Purnama) 105

6. Perkembangan Cetik Sriwijaya pada Dinasti Syailendra. Masyarakat adat di berbagai Terbukti bahwa kedua instrumen ini daerah di Indonesia relatif memiliki memiliki kesamaan dalam bentuk, bahan instrumen musik dari bambu. Selain azas yang digunakan yang berbeda. manfaat karena di wilayah Indonesia Ada pula yang memperkirakan banyak ditumbuhi berbagai jenis tanaman bahwa gamelan-lah atau gamelan yang bambu, juga ada anggapan atau tumbuh kembang di Pulau Jawa yang kepercayaan bahwa tanaman bambu menjadi inspirasi dibuatnya cetik/gamolan diyakini menghasilkan bunyi-bunyian yang pekhing. memberikan daya magis dalam musik yang Seorang peneliti asal Australia dihasilkan. Daya magis inilah yang tertarik untuk meneliti alat musik gamolan dipercaya memberikan nuansa berbeda ini. Menurutnya alat musik gamolan ini dalam suatu ritual dalam masyarakatnya. sudah ada dan lebih tua dari gamelan. Hal Begitu pula di Liwa, Kabupaten Lampung ini terbukti dengan ditemukannya gambar Barat, yang memiliki instrumen musik gamolan pada relief Candi . gamolan pekhing atau cetik. Instrumen ini Gamolan modern yang dapat ditemui di terbuat dari bambu9. Dan pada awal Lampung Barat dan Way Kanan, memiliki mulanya alat musik cetik atau gamolan perbedaan dibandingkan dengan gamolan pekhing digunakan masyarakat terdahulu kuno. Gamolan kuno memiliki delapan sebagai kelengkapan atau tetabuhan dalam bilah bambu yang sejajar di atas satu upacara adat dan penyambutan tamu yang bongkahan bulat bambu sebesar sekitar akan menciptakan nuansa khidmat, lengan orang dewasa. Delapan bilah khusyuk, dan sakral. bambu masing-masing mewakili delapan Beberapa pakar mencoba tangga nada, yaitu do re mi fa so la si do. memperkirakan awal mula atau sejarah Sementara, gamolan modern hanya mengenai cetik atau gamolan pekhing ini. memiliki tujuh bilah bambu yang mewakili Ada yang menyebutkan bahwa cetik ini tujuh tangga nada. Satu tangga nada yang sudah ada dan dimainkan oleh masyarakat hilang adalah tangga nada fa. Margaret Lampung kuno pada abad ke-410. Namun mengatakan, dirinya pun belum memahami sebagian masyarakat Lampung tidak alasan penghapusan tangga nada fa. mengetahui dan mengerti tentang sejarah Cetik atau gamolan pekhing cetik ini, sehingga mungkin saja ini termasuk alat musik yang lamban menjadi salah satu penyebab perkembangannya di dunia kesenian perkembangan cetik pada awal mulanya tradisional. Alat musik ini hampir tidak tidak berjalan dengan baik. dikenal oleh generasi muda masyarakat Ada yang memperkirakan bahwa Lampung, kalaupun ada yang mengeta- gamelan yang tumbuh kembang di Pulau huinya mereka tidak mau memainkan dan Jawa yaitu gamelan pada kesenian belajar alat musik ini. Hal itu disebabkan tradisional Jawa dan kesenian tradisional belum ada aturan main cara memainkan masyarakat Sunda merupakan alat musik tersebut. Juga kondisi alat pengembangan dari cetik atau gamolan musik ini saat itu belum bisa pekhing yang dibawa bersama masuknya dikolaborasikan atau dimainkan bersama alat musik lainnya.

9 Alat musik cetik sekitar tahun http://www.indonesiakaya.com/jelajah-indo nesia/detail/gamolan-pekhing-gamelan-bam- 1990 hanya dipakai sebagai perlengkapan bu-dari-lampung-barat. Diakses 16 Desember upacara adat dan sebagai alat musik dalam 2016 Jam 10.09 WIB. menyambut tamu. Alat musik ini nyaris 10 http://www.tradisikita.my.id/2014/05/alat- tidak digunakan dalam kegiatan-kegiatan musik-tradisional-provinsi-lampung.html 16 lain selain dua kegiatan di atas. Kala itu des 10.15. cetik dapat digolongkan sebagai alat musik

106 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 95-110 sakral yang digunakan pada saat upacara- kesenian tradisional Lampung mulai upacara adat yang di dalamnya mensosialisasikan permainan alat musik membutuhkan suasana sakral yang cetik, di antaranya Dewan Kesenian khidmat dan khusyuk, begitu pula dalam Lampung dengan semangatnya terus penyambutan tamu-tamu terhormat yang menerus melakukan dan mengadakan berwibawa membutuhkan nuansa sakral. pelatihan-pelatihan kepada para pemuda Cetik hanya dikuasai, dikenal, dan Lampung khususnya para pelajar dan dimainkan di lingkungan para seniman mahasiswa. Alat musik mulai dipelajari di tradisional Lampung dan para pemain sekolah-sekolah formal, dimasukkan ke kesenian tradisional yang terdapat pada dalam muatan lokal, menjadi kurikulum di sanggar-sanggar kesenian tradisional Sekolah Tinggi dan menjadi alat musik Lampung. Selain di lingkungan tersebut, pengiring ibadah. Kini alat musik cetik cetik tidak dikenal apalagi dimainkan oleh bisa tampil dengan alat musik lainnya masyarakat. Termasuk para generasi muda, termasuk alat musik modern seperti band pemuda, pelajar, dan mahasiswa tidak mau dan sebagainya. Alat musik cetik yang belajar dan menguasai cara memainkan dulunya hanya digunakan untuk keperluan alat musik tersebut. Padahal mereka pada upacara adat dan penyambutan tamu umumnya ada keinginan untuk mempela- sekarang sudah dapat mengiringi syair dan jari dan menguasai alat musik tradisional lagu-lagu modern, pengiring tutur lisan, sebagai kiprah mereka untuk menjaga, dan tarian-tarian. Sekarang alat musik cetik melindungi, dan melestarikan warisan sangat digemari oleh masyarakat nenek moyang. Namun karena, alat musik Lampung. tersebut belum memiliki kaidah-kaidah Alat musik cetik atau gamolan atau aturan baku dalam memainkan pekhing pun, kini mewarnai khazanah nadanya, hal ini yang menjadikan mereka kesenian kontemporer melalui kolaborasi enggan untuk berlatih atau mempelajari dengan instrumen-instrumen musik alat musik cetik. Karena dengan belum moderen. Cetik atau gamolan pekhing adanya aturan main atau kaidah baku cara menjadi salah satu identitas masyarakat memainkan nada cetik, akan mengakibat- Lampung yang ikut ditampilkan dalam kan kesulitan untuk mempelajarinya. perhelatan daerah seperti Festival Krakatau Akhirnya, para seniman Lampung yang rutin diadakan setiap tahun. mencari cara agar alat musik cetik dapat dimainkan beriringan dengan alat musik A. NILAI ETOS KERJA lainnya. Caranya yaitu dengan Perilaku baik atau konsep-konsep memodifikasi nada yang terdapat pada yang baik dapat dicari dari berbagai media cetik disamakan dengan nada alat musik dan pengalaman para pendahulu atau tokoh lainnya yang memiliki notasi (do-re-mi-fa- masyarakat yang diperkirakan dapat ditiru so-la-si-do). Namun tidak semua alat atau diadopsi oleh generasi muda. musik cetik bernotasi modern, sebagian Penggalian perilaku baik dan konsep- masyarakat seniman Lampung masih tetap konsep tersebut lumrahnya disebut sebagai mempertahankan alat musik cetik sesuai penggalian nilai-nilai luhur atau nilai aslinya, salah satunya adalah alat musik budaya yang dapat diestafetkan terhadap yang terdapat di Kabupaten Lampung generasi penerus seperti generasi muda, Barat. para pemuda, mahasiswa, dan pelajar. Hasil modifikasi ini, alat musik Biasanya penggalian nilai budaya cetik mulai bisa berkolaburasi dengan alat ini dibatasi pada nilai budaya yang baik musik lainnya dan cara mempelajarinya padahal nilai-nilai budaya yang buruk pun pun menjadi mudah. Seiring dengan harus digali. Penggalian atau penginventa- perubahan tersebut berbagai elemen risasian nilai buruk bertujuan untuk masyarakat yang peduli dengan kemajuan dijadikan cermin agar hal tersebut tidak Antoni Pengrajin Cetik..... (Yuzar Purnama) 107 terulang lagi di masa yang akan datang. yang memiliki kelebihan untuk dijadikan Seperti yang terjadi dalam peristiwa contoh kepada orang lain. Dalam hal ini, sejarah bangsa, andaikan ada peristiwa penulis akan menggali nilai budaya dalam sejarah yang tidak baik maka hal tersebut diri seorang pengrajin alat musik cetik dari dijadikan warning agar jangan diulang Kabupaten Lampung Barat yang bernama lagi. Seperti yang dikemukakan Kodarian Antoni. bahwa nilai budaya baik cenderung Penulis terlebih dahulu akan dijadikan contoh untuk tindakan yang membahas mengenai pengertian nilai harus dilakukan, sedangkan yang buruk budaya. Koentjaraningrat mengatakan cenderung dijadikan contoh untuk tidak bahwa yang dimaksud dengan nilai budaya diikuti dan berjaga-jaga jangan sampai adalah tingkat yang paling abstrak dari terjerumus dalam aktivitas yang buruk adat yang terdiri atas konsepsi-konsepsi, tersebut (Kodariah dkk., 2015: 114). yang hidup dalam alam pikiran sebagian Dalam penggalian nilai tidak besar warga masyarakat, mengenai hal-hal jarang ditemukan data nilai budaya yang yang harus mereka anggap bernilai bagi sudah tidak relevan lagi untuk masa kini. kehidupan manusia (1984: 25). Penulis biasanya mengabaikan data Selanjutnya Gazalba membagi konsepsi tersebut karena tidak layak untuk dijadikan nilai budaya menjadi: nilai sosial, nilai rujukan bagi generasi muda. Namun, ekonomi, nilai politik, nilai ilmu, nilai sebenarnya penggalian atau penginventa- kerja, nilai seni, nilai filsafat, dan nilai risasian data nilai budaya yang tidak agama (1973: 55). relavan pun seyogyanya dilakukan. Putra Nilai budaya yang disoroti dalam mengatakan bahwa apa yang tidak relevan perilaku Antoni pengrajin cetik ini adalah di masa sekarang sangat mungkin akan etos kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa kembali relevan di masa yang akan datang Indonesia (KBBI), pengertian etos kerja (Putra, 2007: 5). adalah semangat kerja yang menjadi ciri Berkaitan dengan nilai budaya, khas dan keyakinan seseorang atau suatu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kelompok (1995: 271). nilai adalah konsep mengenai masalah Nilai etos kerja yang diperlihatkan dasar yang sangat penting. Nilai adalah oleh Antoni sebagai seorang pengrajin alat sesuatu yang abstrak yang tidak dapat musik cetik di Kabupaten Lampung Barat, dilihat secara nyata (dalam Masduki, tampak dalam kehidupannya yang sangat 2011: 73). Sementara itu, Nisfiyanti sederhana, beliau tetap mempertahankan mengatakan bahwa tatanan nilai senantiasa keahliannya untuk membuat alat musik menyertai setiap manusia dalam cetik. Baginya, pekerjaan sebagai pengrajin mengarungi kehidupannya, baik sebagai alat musik cetik tidaklah menguntungkan, individu, anggota masyarakat maupun namun karena keahlian ini merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Keadilan, warisan dari orang tuanya maka pekerjaan kejujuran, kebenaran, dan kasih sayang ini tetap dilakukannya. adalah nilai-nilai yang dibutuhkan oleh Ketika ditanya kenapa terus manusia dalam memelihara keseimbangan mempertahankan sebagai pengrajin alat hidupnya (2015: 507). musik cetik? Kebulatan tekad untuk tetap Endraswara mengatakan bahwa mempertahankan warisan leluhur agar alat pengungkapan nilai dapat dilihat dari musik cetik sebagai salah satu kesenian percakapan, perilaku, benda-benda yang tradisional Kabupaten Lampung Barat digunakan dan lain-lain (2009: 32). Oleh khususnya dan Provinsi Lampung karena itu, penggalian nilai budaya dapat umumnya tidak hilang dan tidak musnah. dilakukan tidak saja dari hasil tulisan yang Tekadnya mendapat dukungan dari terdapat dalam media, tapi bisa juga bakat yang melekat pada dirinya. Bakat dilakukan terhadap perilaku seseorang seni sebagai seniman dan sebagai 108 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 95-110 pengrajin cetik merupakan warisan dari tadinya merupakan mata pencaharian orang tuanya yang tidak ternilai harganya. sampingan menjadi mata pencaharian Semua itu merupakan anugerah dari Sang pokok. Hal ini disebabkan orderan atau Ilahi. Banyak orang yang memiliki pesanan untuk membuat alat musik sangat perhatian untuk menjaga dan melestarikan jarang, akhirnya waktu Antoni lebih warisan budaya tapi tidak memiliki bakat banyak di kebun atau di gunung untuk seni yang memadai. Sehingga mengolah kopi. keinginannya tersebut tidak mudah untuk Seringkali manakala ada tamu direalisasikan dan harus mencari orang khususnya ketika pejabat dari Dinas yang menguasai dan ahli dalam seni yang Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat dimaksud. ada suatu keperluan, tidak mendapatkan Pekerjaan membuat alat musik Antoni di rumahnya. Karena pagi-pagi selain membutuhkan keuletan dan sekali Antoni sudah berangkat untuk ketekunan juga membutuhkan keahlian dan menjaga, memanen, mengolah kopi. Hasil bakat. Hal ini sudah melekat pada diri olahan dapat dipasarkan di sekitar Antoni, namun setelah sekian lama perkampung tempat tinggal, karena kopi menggeluti pekerjaan sebagai pengrajin sangat digemari dan banyak konsumennya. cetik, penghasilan yang didapatkan tidak dapat menjamin kebutuhan hidup. D. PENUTUP Sementara itu, keluarganya istri butuh Masyarakat tradisional di keperluan-keperluan sehari-hari baik Indonesia menjadikan bahan kesenian makan dan pakaian, anak selain umumnya dari bambu, termasuk alat musik membutuhkan makan dan pakaian juga tradisional dari Kabupaten Lampung Barat membutuhkan yang lainnya seperti khususnya dan Provinsi Lampung pendidikan dan kesehatan. Semua itu harus umumnya. Mereka mulanya menganggap disiapkan oleh penanggung jawab keluarga bambu memiliki kekuatan magis tersendiri sebagai pencari nafkah. misalnya cetik di Kabupaten Lampung Mengandalkan penghasilan dari Barat. Angklung gubrag pada masyarakat penjualan cetik, tentunya tidak memadai, Sunda Baduy di Kabupaten Lebak Banten, karena faktor pembeli yang dapat karinding pada masyarakat Sunda di dikatakan sangat jarang. Apalagi cetik Kabupaten Sumedang, Kabupaten yang dibuat oleh Antoni adalah jenis cetik Tasikmalaya, dan lain-lain. asli dari Kabupaten Lampung Barat yang Pada masyarakat Kabupaten belum dimodifikasi. Orang tidak tertarik Lampung Barat, alat musik cetik untuk membelinya karena alat musik jenis digunakan untuk pengiring upacara- ini sulit dipelajari dan hanya digunakan upacara adat dan penerimaan tamu. secara terbatas. Biasanya pembeli alat Penggunaan alat musik di sini adalah untuk musik cetik jenis ini terbatas pada para membuat suasana upacara adat atau seniman, pemilik sanggar, pemerhati penyambutan tamu lebih khidmat, sakral, budaya, dan instansi pemerintah terkait dan tampak khusyu. dengan kesenian dan kebudayaan. Seiring perkembangan zaman, Pemenuhan kebutuhan keluarga keberadaan alat musik tradisional dituntut yang tidak dapat ditunda dan dibiarkan, untuk lebih digunakan pada wilayah yang menuntut Antoni mencari pekerjaan lain, lebih luas lagi. Upaya ini sebagai salah yaitu sebagai petani kopi. Mata satu cara menjaga dan melestarikan budaya pencaharian sebagai pengrajin cetik yang warisan nenek moyang agar tidak punah tadinya merupakan mata pencaharian dan hilang begitu saja. Namun, kenyataan pokok, mengalami perubahan menjadi ini adakalanya tidak berjalan mulus dan mata pencaharian sampingan. Sementara ada saja kendala yang menyertainya. Satu itu, pekerjaan sebagai petani kopi yang sisi upaya pemasyarakatan alat musik Antoni Pengrajin Cetik..... (Yuzar Purnama) 109 tradisional semakin meningkatkan pendu- Baginya alat musik cetik sebagai warisan kungnya namun di sisi lain ternyata upaya leluhurnya tidak boleh hilang dan punah. ini adakalanya akan merusak keaslian produk budaya tersebut. Begitu juga yang DAFTAR SUMBER terjadi pada alat musik cetik, jika 1. Jurnal dipertahankan keasliannya alat musik ini Kodariah, Siti dan Gunardi, Gugun. “Nilai akan beku, vakum, dan hilang dengan Kearifan Lokal dalam Pribahasa sendirinya karena akan kehilangan Sunda; Kajian Semiotik” dalam masyarakat pendukung yang intensitasnya Patanjala Vol. 7 No. 1. Maret 2015. makin lama makin menurun. Namun, jika Hlm. 113-130. dilakukan dengan mengadakan modifikasi Masduki, Aam. “Nilai-nilai yang Terkandung ternyata alat musik ini lebih mudah dalam Puisi Sisindiran Bahasa Sunda dipelajari dan makin banyak penggemar- di Kabupaten Bandung”. Dalam nya, karena alat musik ini dapat Patanjala Vol. 3. Nomor 1. Maret berkolaborasi dengan alat musik manapun 2011. Hlm 50-68. yang bernitaso modern atau diatonis. Efek Nisfiyanti, Yanti. “Kajian Nilai Budaya yang sampingnya akan melenyapkan keaslian Terkandung dalam Cerita Rakyat dan kemurnian alat musik cetik yang asli. Betawi”. Vol.7 No. 3 September 2015: Akhirnya untuk memenuhi 493-508. keduanya harus ditempuh atau mencari Intani, Ria. “Nilai Budaya pada Dolanan jalan agar keduanya tetap berjalan dan Dermayon”. Patanjala Vol. 3. No.1. eksis. Upaya untuk menjaga keaslian dan Maret 2011:119-135). kemurnian alat musik warisan leluhur dilaksanakan, dan upaya untuk lebih 2. Buku mengembangkan pada tataran musik yang Ali, Lukman. 1995. lebih luas pun dilaksanakan.Itulah cetik Lampung masa kini, keduanya dapat Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. diakomodir dengan baik. Keberadaan alat musik cetik yang Endraswara, Suwardi. 2009. tetap eksis sampai kini, salah satunya Metodologi Penelitian Folklor: adalah jasa dari para pembuat atau Konsep, Teori, dan Aplikasi. pengrajin alat musik cetik ini. Tanpa Yogyakarta: Medpress. sumbangsih dan dukungan para senimanan Bachtiar, Wardi. 1997 dan pengrajin cetik, akan mustahil Metode Penelitian Ilmu Dakwah. keberadaan alat musik dapat bertahan dan Pamulang Timur Ciputat: Logos berkembang seperti sekarang ini. Namun, Wacana Ilmu. apa yang dirasakan oleh pengrajin cetik di Bogdan, Robert C. 1972 Kabupaten Lampung Barat yang Participant Oberservation in Organi- menggeluti cetik notasi pentagonis cukup zational Settings, Syracuse, N.Y.: memprihatinkan. Konsumen alat musik Syracuse Univercity Press. jenis ini sangat kurang, sehingga tidak Gazalba, Sidi. 1973. dapat diandalkan untuk jaminan hidup Sistematika Filsafat Pengantar Teori keluarga. Didorong dengan tekad dan etos Nilai. Jakarta : Bulan Bintang. kerja yang dimiliki pengrajin cetik yang Hasan, M. Iqbal. 2002 bernama Antoni, beliau tetap bergelut Pokok-pokok Materi Metodologi dalam dunia pembuatan cetik walau tidak Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: menjamin kebutuhan hidupnya. Mata Ghalia Indonesia. pencaharian pengrajin cetik ini beliau pertahankan untuk menjaga dan melestarikan alat musik warisan leluhur. 110 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 95-110

Hidayah, Zulyani. 2006. Metode Penelitian Kepercayaan Masyarakat, Makalah dalam Pena- taran Tenaga Teknis Pamong, Jakarta. Koentjaraningrat. et. al. 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pemba- ngunan. Jakarta: Gramedia. Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2007. Peran dan Fungsi Nilai Budaya dalam Kehidupan Manusia. Makalah dalam Kegiatan Diklat Peneliti Tingkat Lanjutan.

3. Internet https://1.bp.blogspot.com/-diakses 16 Desember 2016 Jam 10.03 WIB.

http://www.ilmupengetahuanalam.com/2015/0 8/ciri-khusus-6-jenis-bambu-dan- fungsinya.html diakses 5/1-2016 jam 08.33 WIB.

http://www.mangyono.com/2015/07/bambu- betung-awi-bitung-dendrocalamus- asper.html. diakses 5/1/16 jam 08.37 WIB.

http://www.forda-mof.org/itto/index. php/front/detailbudaya/83 16 des 10.18 WIB.

https://blog.djarumbeasiswaplus.org/suhandi/?p =1311 16/12/16 jam 10.23 WIB. http://www.indonesiakaya.com/jelajah- indonesia/detail/gamolan-pekhing- gamelan-bam-bu-dari-lampung-barat. Diakses 16 Desember 2016 Jam 10.09 WIB. https://www.google.co.id/search?q=cetik+lamp ung&newwindow=1&tbm=isch&tbo= u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKE wjjgZeBw8XRAhXEo48KHd5YBLY QsAQIIg&biw=1366&bih=657#imgrc =zdT4COTaYb6xuM%3A diakses 16 Januari 2017 Jam 08.41. https://suaranada.files.wordpress.com/2011/08/ cetik.jpg diakses 16 Januari 2017 Jam 08.51.

Makna Ritual Mulud..... (Risa Nopianti) 111

MAKNA RITUAL MULUD DALAM MEWUJUDKAN POPULARITAS GOLOK CIOMAS

THE RITUAL MEANING OF MULUD IN CIOMAS MACHETE POPULARITY

Risa Nopianti Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung Jalan Cinambo No.136 Ujungberung – Bandung e-mail : [email protected]

Naskah Diterima: 9 Januari 2017 Naskah Direvisi: 15 Februari 2017 Naskah Disetujui: 23 Februari 2017

Abstrak Penelitian difokuskan kepada ritual Mulud golok Ciomas yang diselenggarakan setiap tanggal 12 Mulud. Ritual ini berfungsi sebagai ajang silaturahmi para pemilik golok Ciomas, hingga golok Ciomas akhirnya dapat dikenal dan mengharumkan nama Ciomas. Prosesi ritual ngoles/ngulas pada golok Ciomas yang telah jadi, dan tempa pada besi bakal pembuatan golok Ciomas, merupakan filosofi bertemunya antara guru dan murid yang hanya terjadi satu tahun sekali yaitu pada bulan Mulud. Pertanyaannya kemudian bagaimana ritual tersebut diselenggarakan hingga menarik minat masyarakat, kemudian faktor-faktor apa saja yang ada dalam sistem ritual Mulud, yang menjadikan golok Ciomas begitu populer di mata masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografis. Adapun data diperoleh melalui proses wawancara, pengamatan, dan studi pustaka. Akhirnya penelitian ini menemukan bahwa kepopuleran golok Ciomas dicapai karena adanya usaha dan kerja sama yang erat antara beberapa stakeholder yang ada di lingkaran golok Ciomas yaitu pande golok, pemimpin ritual, dan pemegang pusaka godam Si Denok. Kata kunci: golok, Ciomas, ritual Mulud. Abstract The study focuses on the Mulud ritual of Ciomas machete held annually on 12 of Mulud. This ritual serves as a gathering place of Ciomas machete owners, and then Ciomas machete finally can be popular and becomes the icon of the Ciomas. Ritual procession of ngoles or ngulas of finished Ciomas machete, and wrought iron of Ciomas machete designate, become a meeting philosophy between teachers and students that only happens once in a year, i.e. in Mulud. The question is then how the ritual is held to attract people, and then what factors are presented in the system of Mulud ritual which makes Ciomas machete, becomes so popular. This research is conducted by applying a qualitative method with ethnographic approach. The data is obtained through interviews, observation, and literature study. Finally, it is found that the Ciomas machete achieved popularity for the efforts and close cooperation between multiple stakeholders in the circle of Ciomas. It is Pande, a leader of the ritual, and the holder of the heritage sledgehammer, Si Denok. Keywords: machete, Ciomas, Mulud ritual.

A. PENDAHULUAN sebagai makhluk sosial manusia secara Pada hakikatnya manusia adalah nyata diciptakan untuk hidup berkelom- makhluk individu, sosial, dan religius. pok, serta saling melengkapi antara satu Sebagai individu manusia dianugerahi akal dan yang lainnya. Kemudian yang terakhir untuk berpikir dan nafsu untuk menyalur- adalah manusia sebagai makhluk religius, kan keinginan biologisnya. Sedangkan yang berarti bahwa dengan akal yang 112 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 111-126 dimilikinya berpikir mengenai sesuatu akomodatif dengan nilai-nilai budaya yang yang besar yang terkait dengan keyakinan sedang dianut masyarakat bersangkutan akan hal-hal yang bersifat gaib dan sakral, (Ghazali, 2011: 31). hingga kemudian timbul suatu kepercayaan Dalam hal tersebut dikatakan dan keyakinan. bahwa agama memiliki fungsi sebagai Otak, pikiran, dan daya nalar yang integratif factor atau fungsi menyatukan, dimiliki manusia merupakan anugerah yaitu pengaruh yang bersifat positif atau yang paling sempurna yang diberikan pengaruh yang menyatukan. Atau dengan Tuhan. Melalui kesempurnaannya itu kata lain berfungsi untuk memelihara dan manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, menumbuhkan sikap solidaritas di antara dan bisa menentukan mana yang benar dan sesama individu atau kelompok. Solida- baik. Begitu pula mengenai kepercayaan ritas merupakan ekspresi dari tingkah laku dan keyakinannya terhadap Tuhan, yang beragama (Ghazali, 2011: 33). diperolehnya melalui proses berpikir. Sebagai wujud nyata dari Evolusi berpikir manusia mengenai solidaritas beragama adalah ritus atau keberadaan Tuhan dan agama telah ada ritual. Ritual juga menggambarkan sikap semenjak manusia hadir di muka bumi atau penghormatan masyarakat terhadap sesua- dalam arti lain, lahirnya agama dan tu yang berkuasa dengan persembahan- kepercayaan umurnya setua manusia itu persembahan di dalamnya. Salah satu ritual sendiri. Hingga beberapa ahli telah penghormatan kepada leluhur adalah ritual menelaah berbagai teori mengenai hal Mulud golok Ciomas, yang dimaksudkan tersebut, dimulai dari teori yang paling sebagai penghormatan kepada leluhur sederhana hingga yang paling kompleks. Ciomas, yaitu Ki Cengkuk yang telah Agama sebagai bentuk keyakinan berjasa menciptakan sebuah golok yang manusia terhadap sesuatu yang bersifat sangat istimewa. supernatural memiliki fungsi serta Golok tersebut kemudian dikenal berdampak cukup luas bagi manusia dalam dengan nama golok Ciomas. Popularitas kehidupannya sehari-hari. Agama memiliki golok Ciomas muncul karena keistimewa- nilai-nilai yang dijadikan petunjuk dan annya, dimulai dari proses pembuatannya pegangan hidup bagi kehidupan manusia yang dipenuhi oleh ritual-ritual dan sebagai orang per orang maupun dalam persyaratan-persyaratan tertentu, alat dan hubungannya dengan kehidupan bermasya- bahan yang khusus harus berasal dari rakat. Selain itu agama juga memiliki Ciomas, serta keberadaan pande atau fungsi sosial yaitu menciptakan suatu pembuat golok yang hanya mampu ikatan bersama baik antara anggota- dilakukan oleh satu keluarga saja. anggota beberapa masyarakat maupun Fenomena golok Ciomas menarik untuk dalam kewajiban-kewajiban sosial yang ditelusuri lebih jauh utamanya unsur-unsur mempersatukan mereka1. mistis, magis dan faktor-faktor lain yang Setiap kelompok masyarakat memi- melekat daripadanya, sehingga golok liki kebudayaannya masing-masing. Ciomas menjadi populer di masyarakat. Kebudayaan yang hidup pada suatu Beberapa penelitian mengenai masyarakat, pada dasarnya merupakan golok Ciomas pernah ditulis oleh para gambaran dari pola pikir, tingkah laku, dan peneliti, khususnya mereka yang konsen nilai yang dianut oleh masyarakat yang terhadap kebudayaan Banten. Beberapa di bersangkutan. Dari sudut pandang ini, antaranya adalah tulisan-tulisan Ayatullah agama di satu sisi memberikan kontribusi Humaeni mengenai Ritual, Kepercayaan terhadap nilai-nilai budaya yang ada, Lokal, dan Identitas Budaya Masyarakat sehingga agama pun berjalan atau bahkan Ciomas Banten. Dalam tulisannya ini Humaeni menganalisis bahwa ritual-ritual yang dilakukan oleh masyarakat Ciomas 1 Mahakarya, 2012. Makna Ritual Mulud..... (Risa Nopianti) 113 terkait dengan keberadaan golok Ciomas di menggambarkan atau menganalisis suatu dalamnya, memiliki fungsi untuk hasil penelitian tetapi tidak digunakan menghapus pandangan negatif yang untuk membuat kesimpulan yang lebih melekat pada citra jawara yang banyak luas.” terdapat di Ciomas, selain itu ritual-ritual Sebuah penelitian kualitatif lebih tersebut juga memiliki fungsi sosial yaitu menekankan proses daripada hasil. untuk merekatkan solidaritas sosial di Sehingga rangkaian proses yang ditempuh antara sesama masyarakat. Ayatullah haruslah sesuai dan sistematis. Sebagai- Humaeni juga menulis mengenai Makna mana yang disampaikan Moleong (2000: Kultural Mitos dalam Budaya Masyarakat 4-8) bahwa ciri penelitian kualitatif di Banten. Pada penelitian ini Humaeni antaranya; lingkungan alamiah sebagai menemukan bahwa keberadaan mitos pada sumber data, manusia sebagai alat, metode masyarakat Banten, sedikit banyak, kulitatif, analisis data secara induktif, berpengaruh terhadap kehidupan sosial grounded theory, deskriptif, ada batas yang keagamaan masyarakat Banten. Mitos, ditentukan fokus, lebih mementingkan dalam beberapa hal, juga memiliki fungsi proses daripada hasil, ada kriteria khusus dan peran yang cukup signifikan bagi untuk keabsahan data, desain bersifat masyarakat Banten seperti untuk sementara, hasil penelitian dirundingkan mengukuhkan sesuatu, menjaga identitas dan disepakati bersama. kultural dan solidaritas m Penelitian kualitatif dimulai asyarakat, serta mempertahankan prestise dengan mengumpulkan data-data primer dan status sosial. dan sekunder, yang diperoleh melalui Mengacu pada rujukan beberapa teknik wawancara, pengamatan, dan tulisan di atas, penulis tertarik pada pencermatan. Kemudian data diolah dan popularitas yang ada pada golok Ciomas. dianalisis secara induktif, sehingga dapat Hal tersebut dirasa penulis belum ada yang dipaparkan secara deskriptif dengan tujuan meneliti sebelumnya maka dengan ini utamanya menjawab pertanyaan penelitian penulis ingin mengetahui bagaimana, oleh yang telah diajukan. siapa saja, serta faktor-faktor apa saja yang menopang popularitas golok Ciomas, 1. Pendekatan Teoritis sehingga mampu menjadi ikon Banten a. Religi, Ritual, Mistis, dan Magis sekaligus kebanggaan masyarakat Banten, Agama atau para ahli lainnya sekaligus juga melihat bagaimana, oleh menyebut religi merupakan sesuatu yang siapa, dan seperti apa Ritual Mulud bersifat given yang telah ada pada diri dilaksanakan. manusia semenjak lahir. Menurut Durkheim agama adalah sesuatu yang B. METODE PENELITIAN bersifat sosial, artinya sekalipun agama Berdasarkan proses dan hasil yang sudah melekat pada diri individu-individu dilakukan, penelitian ini merupakan jenis namun hal tersebut bersifat sosial, artinya penelitian kualitatif2. Sebagaimana yang pilihan beragama tetap berada dalam diutarakan Sugiyono (2005: 21) bahwa kerangka sosial ((Pals, 2012: 164). penelitian kualitatif adalah ”Metode Menurut Koentjaraningrat (2005: deskriptif yang digunakan untuk 203-204) terdapat lima unsur dasar yang membentuk religi yaitu: emosi keagama- 2 Jenis penelitian kualitatif meledak ketika an, sistem kepercayaan, sistem ritus dan Lexy Moleong mengeluarkan buku mengenai upacara keagamaan, kelompok keagamaan, penelitian kualitatif pada tahun 1998, sekalipun serta alat-alat fisik yang digunakan dalam dikatakan sebagai penelitian kualitatif, tetapi ritus dan upacara. sebetulnya hanya bersifat deskriptif (Arikunto, Ritus adalah alat manusia untuk 2013: 21). melakukan perubahan. Bisa juga dikatakan

114 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 111-126 sebagai tindakan simbolis agama, atau keagamaan merupakan sebuah getaran jiwa ritual merupakan “agama dalam tindakan” yang menggerakkan seseorang atau (Ghazali, 2011: 50). Menurut Susane sekelompok orang untuk bersikap religius. Langer dalam (Ghazali, 2011: 52) ritual Dengan demikian segala hal yang memperlihatkan tatanan atas simbol- bersangkutan dengan perilaku keagamaan simbol yang diobjekkan. Simbol-simbol ini menjadi keramat atau sakral mengungkapkan perilaku dan perasaan (Koentjarangirat, 2005: 202). serta bentuk disposisi pribadi dan para Konsep sakral dalam pemikiran pemujanya. Menurutnya ritual dapat Durkheim merupakan bagian dari agama dibedakan menjadi empat macam: atau religi. Durkheim mengatakan bahwa Tindakan magi, yang dikaitkan agama adalah sistem kepercayaan dengan dengan penggunaan bahan-bahan perilaku-perilaku yang utuh dan selalu yang bekerja karena daya magis. dikaitkan dengan yang sakral. Tujuan yang Tindakan religius, kultus leluhur, juga sakral adalah menyatukan komunitas moral bekerja dengan cara yang pertama. atau emosi keagamaan dalam sebuah Ritual konstitutif, yang mengubah wadah komunitas atau kelompok hubungan sosial dengan merujuk keagamaan (Pals, 2012: 145). pengertian-pengertian mistis. Dalam teori-teori religi juga Ritual faktitif yang meningkatkan terdapat konsep mistis dan magis yang produktivitas atau kekuatan, atau keduanya mengandung pengertian yang pemurnian dan perlindungan, atau hampir sama karena bersifat rahasia, dan dengan kata lain meningkatkan gelap. Menurut Harun Nasution, intisari kesejahteraan materi suatu kelompok. mistisme, termasuk di dalamnya sufisme, Sedangkan menurut Durkheim (2011: yaitu kesadaran akan adanya komunikasi 433-557), ritual terbagi kedalam lima dan dialog antara roh manusia dengan bentuk yaitu: pemujaan negatif dan fungsi- Tuhan dengan mengasingkan diri dan fungsinya; pemujaan positif elemen- berkontemplasi (Nasution, 2014: 43). elemen pengurbanan, pemujaan positif Sedangkan menurut Frazer (Pals, ritus mimetik dan prinsip kausalitas, 2012: 146) magis serupa dengan agama pemujaan positif ritus representatif dan hanya dengan cara yang berbeda. Agama kommemoratif (peringatan)3; dan ritus- dan magis sama-sama berusaha ritus piakular. menjelaskan cara kerja alam agar dapat Ritual dan upacara keagamaan dikuasai oleh manusia. Lain halnya memiliki empat aspek di antaranya: tempat Durkheim yang mendefinisikan magis upacara keagamaan dilakukan; saat-saat sebagai hal-hal yang sifatnya pribadi dan upacara keagamaan dijalankan, benda- hampir tidak ada hubungannya dengan 4 benda dan alat-alat upacara; orang-orang yang sakral atau agama tadi . yang melakukan dan memimpin upacara (Koentjaraningrat, 2009: 296). b. Ritual sebagai Fungsi Sosial Kelima unsur dasar religi tersebut Konsep mengenai fungsi sosial ini saling memengaruhi satu sama lain, dilontarkan pertama kali oleh Radcliff- membentuk sebuah struktur dimana emosi Brown. Menurutnya istilah fungsi sosial keagamaan menjadi pusat dari berjalannya dapat digunakan untuk menyatakan efek sistem religi di masyarakat. Emosi 4 Durkheim mencontohkan tindakan magis seperti dukun mengobati pasiennya yang sakit, 3 Menurut Durkheim ritus representatif dan hal tersebut bersifat personal karena praktik kommemoratif bertujuan untuk membang- magis hanya dapat dilakukan oleh orang-orang kitkan ide dan perasaan, menggabungkan masa tertentu, sedangkan agama bersifat sosial. sekarang dan masa lalu, menggabungkan yang Seorang agamawan pastilah memiliki pengikut individu dan yang kolektif. (jemaat), tetapi seorang dukun tidak. Makna Ritual Mulud..... (Risa Nopianti) 115 dari suatu keyakinan, adat, atau pranata, Interaksionisme simbolik Blumer merujuk kepada solidaritas sosial dalam masyarakat pada suatu karakter interaksi khusus yang (Koentjaraningrat, 1987: 176). berlangsung antar-manusia. Aktor tidak Upacara religi atau upacara semata-mata bereaksi terhadap tindakan keagamaan yang dilakukan masyarakat yang lain tetapi dia menafsirkan dan memiliki fungsi sosial. Rumusan mengenai mendefinisikan setiap tindakan orang lain. hal tersebut dipaparkan oleh Radcliff- Terdapat tiga prinsip utama dalam Brown pada bab pertama bukunya The interaksionisme simbolik, yaitu tentang Andaman Islanders (1922) sebagai berikut: pemaknaan (meaning), bahasa (language), (1) agar suatu masyarakat dapat hidup dan pikiran (thought). Premis ini nantinya langsung, maka harus ada suatu mengantarkan kepada konsep “diri” sentimen dalam jiwa para warganya seseorang dan sosialisasinya kepada yang merangsang mereka untuk “komunitas” yang lebih besar yaitu berperilaku sesuai dengan kebutuhan masyarakat5. masyarakat; (2) tiap unsur dalam sistem sosial dan tiap gejala atau benda d. Struktur Sosial yang dengan demikian mempunyai Kata struktur menunjuk pada efek solidaritas masyarakat, menjadi aktivitas membangun sesuatu dan mengha- pokok orientasi dari sentimen tersebut; silkan produk yaitu mengembangkan suatu (3) sentimen itu ditimbulkan dalam tindakan. Kemudian konsep ini diperluas pikiran individu warga masyarakat pada hubungan bagian-bagian yang sebagai pengaruh hidup masyara- membentuk organ. Sosiologi menggunakan katnya; (4) adat-istiadat upacara adalah konsep ini yang menunjuk pada wahana dengan apa sentimen-sentimen masyarakat sebagai organisme secara itu dapat diekspresikan secara kolektif keseluruhan yang tereduksi pada individu dan berulang-ulang pada saat-saat dan berbagai tindakan mereka (Scott, tertentu; (5) ekspresi kolektif sentimen 2011-248). memelihara intensitas sentimen itu Menurut para ahli terdahulu di dalam jiwa masyarakat, dan bertujuan antaranya Koentjaraningrat mengatakan meneruskannya kepada generasi bahwa struktur sosial adalah kerangka berikutnya (Koentjaraningrat, 1987: yang dapat mengaitkan berbagai unsur 176). dalam masyarakat. Sedangkan Soeleman B. Taneko menjelaskan bahwa struktur c. Makna Simbolik sosial adalah keseluruhan jalinan antara Menurut Spredley (1997) makna unsur-unsur sosial yang pokok yakni menyampaikan pengalaman sebagian besar kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga umat manusia di masyarakat. Untuk sosial, kelompok-kelompok sosial serta mengungkapkan sebuah makna diperlukan lapisan-lapisan sosial (Setiadi dan Kolip, adanya kata, kalimat dan apa yang 2011: 39). dibutuhkan untuk berkomunikasi. (Sobur, Dalam struktur sosial terdapat 2013:255-256) komponen-komponen pokok yang saling Sebuah makna juga dapat berkaitan serta saling memengaruhi satu diungkap melalui simbol. Pada umumnya dengan yang lainnya, kelima komponen kata-kata juga merupakan sebuah simbol, utama yang mendukung terbentuk atau begitu pula sebuah objek, suara, sosok, dan berjalannya sebuah struktur sosial tersebut sebagaimya dapat dikategorikan sebagai adalah status dan peranan, lembaga sosial, sebuah simbol (Danesi, 2010:44). Sebuah teori untuk mengungkap makna yang ada di balik setiap peristiwa 5 adalah interaksionisme simbolik. Salah Dikutip dari http://yoonhyewon.blogspot. co.id/ 2013/08/teori-interaksionisme-simbolik- satu ahlinya adalah Herbert Blumer. h-blumer.html tanggal 30 Maret 2017. 116 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 111-126 pelapisan sosial, kelompok-kelompok sosial yang menopangnya. Dalam proses sosial, dan dinamika sosial. ritual Mulud, terdapat beberapa struktur Struktur sosial dengan komponen- sosial yang saling memengaruhi dan komponen yang membentuknya merupa- menopang terselenggaranya ritual Mulud kan bagian dari kebudayaan. Sedangkan tersebut. Struktur-struktur yang ada di kebudayaan terdiri dari unsur-unsur yang masyarakat Ciomas seperti pemegang saling terstruktur, sebagaimana halnya pusaka golok Si Rebo dan godam Si pada struktur sosial. Sebagaimana yang Denok, pande pembuat golok Ciomas, dirumuskan oleh Strauss mengenai konsep serta ulama pemimpin ritual serta para segi tiga kuliner6. Pemikiran Strauss tokoh masyarakat lain yang memiliki mengenai kebudayaan yang diibaratkan peranan yang cukup besar dalam makanan membentuk sebuah segi tiga penyelenggaraan ritual, bekerja keras dan yang saling berhubungan satu sama setiap kali menjelang dan pada saat ritual lainnya. Tiga unsur tersebut memiliki Mulud diselenggarakan. wujud dan fungsi yang berbeda, namun Keberadaan mereka sangat penting ketiganya saling mendukung membentuk sehingga ritual Mulud dapat terselenggara sebuah kebudayaan. Unsur-unsur alami, dengan baik, dan terlegitimasi oleh semi-alami, dan tidak alami menjadi pokok masyarakat sebagai sebuah ritual wajib utama pembentuk segi tiga kuliner Strauss. yang harus selalu ada untuk melestarikan tradisi dan warisan budaya leluhur 2. Kerangka Pemikiran masyarakat Ciomas. Ritual merupakan bagian dari religi Ulama Pemimpin Ritual yang dalam lingkup yang lebih besar termasuk ke dalam salah satu unsur kebudayaan. Terlepas dari apakah ritual tersebut diperuntukkan bagi yang sakral atau hanya sebatas praktik magis yang Ritual penuh dengan aroma mistis, pada dasarnya Mulud ritual-ritual tersebut memiliki fungsi sosial.

Begitu pula halnya dengan ritual muludan Pemegang Pusaka Pande di Kecamatan Ciomas, yang menjadikan Golok golok Ciomas sebagai elemen utama pelaksanaan ritual. Fungsi sosial pada 3. Hipotesa ritual Mulud sangat kentara terlihat Popularitas golok Ciomas yang manakala masyarakat Ciomas merasakan dikenal masyarakat secara luas saat ini, bahwa ritual Mulud sudah menjadi sebuah tidak terlepas dari adanya ritual Mulud kebutuhan bersama, sebagai akibat dari yang rutin digelar sebagai bentuk adanya sentimen-sentimen dari warga silaturahmi antara golok dan godam yang masyarakatnya terhadap keberadaan golok diibaratkan sebagai murid dan guru. Ciomas. Sedangkan ritual Mulud tetap lestari Pada dasarnya sentimen-sentimen semata karena adanya struktur masyarakat masyarakat yang terlembagakan dalam yang mendukung tetap terselenggaranya wujud ritual muludan, tidak cukup untuk kegiatan tersebut. Mereka adalah ahli waris tetap melanggengkan tradisi tersebut, pemegang godam, pandai golok, serta bahkan apabila harus diturunkan secara ulama pemimpin ritual. Yang ketiganya turun temurun sekalipun, sebab ritual diibaratkan membentuk sebuah segi tiga muludan membutuhkan lembaga-lembaga penopang unsur kebudayaan dalam hal ini ritual Mulud golok Ciomas di Kecamatan 6 Lihat Koentjaraningrat (1987) mengenai Ciomas. konsep segi tiga kuliner yang dirumuskan Claude Levi-Strauss. Makna Ritual Mulud..... (Risa Nopianti) 117

C. HASIL DAN BAHASAN Dayak di Kalimantan, keris dari Jawa, Kemajemukan ragam budaya kujang dari Sunda, celurit dari Madura, sejumlah suku bangsa di Indonesia dapat dan golok dari Banten. diketahui dari berbagai budaya yang ada, Menurut Kamus Besar Bahasa baik itu budaya lisan, tulisan, budaya Indonesia (2013: 457), golok adalah pisau bendawi dan nonbendawi. Menurut besar terbuat dari besi atau baja yang Koentjaningrat (2005: 12), melalui bagan digunakan untuk membelah atau kerangka kebudayaan yang diciptakannya, memotong. Menurut ukurannya dibedakan kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi antara golok dan parang. Golok ukurannya tujuh unsur besar yaitu; sistem pengeta- sejenis parang atau pedang yang berukuran huan, sistem teknologi dan peralatan pendek. Sedangkan parang sendiri hidup, sistem ekonomi dan mata berukuran lebih panjang daripada golok. pencaharian, organisasi sosial dan sistem Sedangkan pengertian golok dalam Kamus kekerabatan, religi dan sistem keper- Umum Basa Sunda (2006:24), golok cayaan, kesenian, dan bahasa. adalah bedog yaitu pakarang parati kudak Sistem teknologi adalah jumlah kadek atau alat yang berfungsi untuk keseluruhan dari teknik-teknik yang memotong. dimiliki oleh anggota suatu masyarakat, Golok (bedog) umumnya memiliki yaitu keseluruhan dari cara bertindak dan bilah dengan panjang lebih kurang 30 cm berbuat dalam hubungannya dengan sampai dengan 40 cm, namun ada pula pengumpulan bahan-bahan mentah dari bilah golok yang berukuran pendek atau lingkungannya dan memprosesnya menjadi kurang dari 30 cm. Golok (bedog) Sunda alat kerja, alat untuk menyimpan, yang memiliki panjang bilah lebih dari 40 makanan, pakaian, perumahan, alat-alat cm disebut kolewang atau gobang7. transportasi, dan kebutuhan lain yang Sedangkan di wilayah DKI Jakarta dan berupa materil (Harsojo, 1977: 223) Banten, umumnya digunakan sebagai Adapun yang dimaksud dengan sistem senjata pamor bagi para jawara silat, atau teknologi tradisional adalah peralatan serta dapat pula disimpan sebagai koleksi karena cara-cara mempergunakan peralatan nilai atau harganya yang cukup tinggi serta tersebut dalam kehidupan sehari-hari yang kandungan mistis di dalamnya. sifatnya masih sederhana dan diwariskan secara turun-temurun. Sistem teknologi 1. Golok Ciomas Sebuah Identitas tradisional dapat berupa sistem teknologi Golok Ciomas merupakan salah satu peralatan hidup, sistem arsitektur jenis senjata tradisional yang pembuatan- tradisional, sistem pembuatan kuliner, dan nya juga masih dilakukan dengan lain-lain. teknologi tradisional. Wilayah persebaran Sedangkan sistem teknologi golok di daerah Banten hampir merata di peralatan hidup, merujuk pada jenis setiap kota kabupaten, namun lebih khusus perkakas atau senjata yang biasa berada di Serang, Pandeglang, Lebak, dan digunakan oleh manusia dalam menunjang Rangkasbitung. Wilayah Kabupaten kehidupannya. Senjata tradisional memiliki Serang terpusat di Kecamatan Ciomas dan beberapa fungsi yang sangat penting dalam Kecamatan Petir, sedangkan di Kabupaten menunjang kehidupan manusia, selain Lebak golok lebih dikenal di wilayah adat sebagai alat untuk mempertahankan diri, Kanekes (Baduy). juga dapat memiliki fungsi estetis yang Sebagaimana dijelaskan sebelum- dapat disimpan sebagai koleksi. nya, secara umum kata golok dalam Beberapa jenis senjata tradisional sudah banyak dikenal oleh masyarakat, di 7 Dikutip dari antaranya, rencong dari Aceh, badik dari http://www.zhaloedistrosunda.com/2014/12/be suku Bugis di Makassar, mandau dari suku dog-sunda-atau-golok.html. tanggal 30 September 2016 118 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 111-126

Kamus Umum Bahasa Indonesia, diartikan Miniatur golok tersebut dibuat pada bulan- sebagai benda sejenis parang, atau sejenis bulan lain selain bulan Mulud. Hal tersebut pedang yang berukuran lebih pendek. dilakukan untuk mengisi waktu luang serta Jawara Banten sangat identik dengan menambah penghasilan mereka, karena kepemilikan golok, hal ini ditengarai apabila hanya mengandalkan pembuatan karena fungsi utamanya tadi yaitu sebagai golok yang hanya boleh dilakukan di bulan alat untuk membela diri. Sebagai seorang Mulud, tidak akan mampu mencukupi jawara yang memiliki kemampuan bela kebutuhan hidup sehari-hari. diri mumpuni, tentunya golok merupakan atribut pelengkap, tandangnya seorang jawara. Begitu pula halnya bagi seorang jawara debus, yang saat ini lebih banyak bergeser pada tatar seni budaya dan tradisi. Seorang jawara atau ahli debus pastilah memiliki golok, karena golok merupakan alat utama pertunjukan seni debus, di samping paku dan godam yang biasa Gambar 1. Golok Ciomas digunakan. Ketajaman sebilah golok Sumber: BPNB Jabar, 2015. biasanya selalu diujikan pada anggota Keistimewaan golok Ciomas sudah badan para jawara, dalam setiap tidak diragukan lagi, banyak yang pertunjukan seni debus. Kemampuan mengatakan bahwa pamor golok Ciomas kanuragan maupun trik-trik unik dilakukan berimbas pada pemiliknya. Barang siapa untuk menangkal ketajaman golok Banten, memiliki golok Ciomas, sudah jelas yang dikenal sangat tajam. mereka akan dihormati dan ditakuti. Golok Namun ternyata konsep ini semakin Ciomas juga konon katanya mampu hari bergeser pada bentuknya yang lain. melerai perselisihan hanya dengan Kepemilikan golok saat ini tidak hanya disandang saja tanpa harus dikeluarkan identik dengan keberadaan seorang jawara, dari sarangkanya. Golok Ciomas dikenal siapa pun dapat memiliki golok tanpa memiliki racun yang sangat mematikan, harus memiliki kemampuan bela diri. sehingga apabila tergores sedikit saja luka Pergeseran ini disebabkan golok telah yang ditimbulkan akan sangat buruk. menjadi benda koleksi yang memiliki nilai Begitu pula apabila ditebaskan pada estetis. pepohonan, racunnya dapat dengan cepat Golok Ciomas, yang sebagian besar mematikan tumbuhan tersebut. merupakan jenis golok pamor, sangat banyak diminati oleh masyarakat umum, 2. Ragam Jenis Golok Sulangkar sekalipun harganya cukup mahal. Harga Ciomas yang dibanderol demikian disebabkan Dari sekian banyak jenis golok golok Ciomas tidak dapat diproduksi Banten yang ada, salah satu yang paling besar-besaran karena khusus dibuat pada terkenal adalah golok Ciomas. Ketenaran bulan Mulud saja, sehingga jumlahnya golok Ciomas terjadi karena golok Ciomas terbatas. memiliki kharisma tersendiri sebagai Sebagai sebuah ikon, golok Ciomas sebuah golok. Umumnya golok Ciomas juga sering digunakan sebagai cenderamata digunakan sebagai golok pamor atau golok kepada para pejabat atau tamu-tamu koleksi. Jarang sekali dipergunakan istimewa yang berkunjung ke Ciomas. sebagai senjata atau bahkan perkakas. Hal Bahkan saat ini pandai golok Ciomas ini disebabkan harganya yang relatif mahal Bapak Sidik dan keluarganya bagi sebagian orang, serta sugesti mistis memproduksi miniatur golok Ciomas. yang ada di dalamnya. Sehingga golok Makna Ritual Mulud..... (Risa Nopianti) 119

Ciomas banyak diminati masyarakat gagang golok. Selain kata jawar juga khususnya mereka yang ingin memiliki identik dengan kata jawara. Sehingga benda langka dan memiliki nilai artistik golok sulangkar Ciomas terkenal sebagai tinggi. golok para jawara. Sedangkan Lebih khusus lagi salah satu jenis sarangkannya biasa terbuat dari kayu aren. golok Ciomas yang memiliki nilai dan Untuk membuat sebuah golok tingkat artistik tingggi adalah golok Ciomas asli diperlukan persyaratan khusus sulangkar. Dinamakan golok sulangkar yang harus dipenuhi pembuatnya, di karena diambil dari salah satu jenis besi antaranya (Solihin dan Supriatna, 2011: yang digunakan, yaitu besi sulangkar. Besi 49-60): sulangkar itu merupakan besi yang diambil a. Pembuatan golok sulangkar Ciomas dari injakan, undakan, foot step delman hanya dibuat setahun sekali di bulan yang sudah tua. Besi injakan delman itulah Mulud (Rabiul Awal). Waktu yang disebut besi sulangkar. Besi pelat pembuatan yang paling utama adalah sulangkar ini dapat juga diperoleh dari dari tanggal 1-12 Mulud, namun bekas pelat mobil bekas, kikir bekas, demikian melewati tanggal 12 juga bahkan ranjang besi bekas. Syaratnya jenis masih diperbolehkan asalkan tidak besi sulangkar yang dipergunakan harus melewati bulan Mulud. Waktu asli berasal dari jenis pelat hitam yang pembuatan golok pada bulan Mulud sudah tua dan pernah dipergunakan oleh sesuai dengan bulan kelahiran orang-orang zaman dulu atau bekas pakai. Rasulullah SAW pada tanggal 12 Karena menurut mitos yang beredar di Mulud maka dari itu ritual Mulud golok Ciomas, konon besi-besi kuno dipercayai Ciomas pun dilaksanakan bertepatan mengandung unsur mistis yang kuat, pada tanggal 12 Mulud. sehingga ketika dijadikan golok, aura b. Untuk menjadi sebuah golok Ciomas mistisnya akan ada di dalam golok asli terlebih dahulu harus ditempa atau tersebut. dioles oleh godam Si Denok pada saat Untuk mengetahui seluk beluk ritual Mulud. Setelah itu boleh Ciomas, golok Ciomas serta ritual Mulud dilanjutkan dengan godam biasa milik golok Ciomas, perlu mengetahui ragam pande. Penempaan bahan baku besi/baja jenis golok sulangkar yang ada saat ini di bakalan golok ini dilakukan oleh Ciomas. Setidaknya terdapat empat jenis penjaga pusaka golok Si Denok saat ini, golok yang ada di Ciomas, yaitu candung, yaitu Bapak Duhari. Sedangkan untuk mamancungan, kembang kacang, salam golok Ciomas yang sudah jadi, para nunggal dan sedikit jenis malapah gedang pemilik golok disarankan untuk dan bedul mungkuk. Masing-masing melakukan ritual pengolesan golok oleh memiliki ciri tersendiri. Hanya yang paling godam Si Denok. Maksud dari ritual ini banyak diproduksi adalah jenis candung. adalah sebagai ajang silaturahmi antara Gagang golok sulangkar Ciomas golok yang dianalogikan sebagai murid juga bervariasi sesuai bentuknya. Terdapat dengan godam Si Denok sebagai guru. lima jenis gagang golok di antaranya c. Bahan baku utama pembuatan golok jengkol sahulu, wawayangan, mamanukan, sulangkar Ciomas terdiri dari besi inti babalimbingan, dan jebug sapasi. (Solihin dan besi tambahan. Yang dimaksud dan Supriatna, 2011: 63-73). dengan besi inti adalah besi tua yang Adapun untuk gagang golok diperoleh dari daerah setempat, sulangkar Ciomas biasanya menggunakan khususnya daerah Pondok Kaharu dan jenis kayu jawar berwarna hitam. Tekstur Bojong Honje. Kualitas golok akan kayu jawar lunak namun keras sehingga lebih bagus apabila besi inti tersebut mudah diukir dan dibentuk, serta bersifat diperoleh melalui penggalian khusus anti rayap sehingga cocok untuk dibuat berdasarkan petunjuk dari orang yang 120 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 111-126

mampu menangkap ilafat „kabar gaib‟ beberapa kali, untuk menghasilkan sebuah tersebut. bilah golok yang diinginkan. d. Golok sulangkar Ciomas bukan Selanjutnya setelah golok jadi baru merupakan golok biasa, maka dari awal dilakukan finishing atau penghalusan pencarian bahan baku besi, kemudian dengan menggunakan kikir dan ampelas. ditempa oleh godam Si Denok, hingga Terlebih dahulu biasanya digunakan kikir selesai berbentuk golok, keberadaan listrik untuk meratakan dan membentuk sebuah golok Ciomas selalu diiringi bilah golok. Baru kemudian setelah bilah dengan ritual, bacaan dan mantra- golok terbentuk dengan permukaan rata mantra khusus. Khususnya pada tahap tanpa gelombang, bilah golok diampelas akhir untuk “mengisi” golok yang untuk menghaluskan detail, baru kemudian sudah jadi, dilakukan pembacaan diasah oleh batu asahan untuk memperoleh mantra melalui golok, supaya golok tingkat ketajaman golok yang diinginkan. yang dibuat dapat memberi manfaat Proses selanjutnya adalah mema- positif bagi pemiliknya. sangkan gagang. Gagang golok yang e. Dibuat di Ciomas, sesuai dengan terbuat dari kayu jawar terlebih dahulu sejarahnya dimana pada masa lalu Ki dipotong sesuai ukuran. Rata-rata sebuah Cengkuk pernah tinggal dan membuat gagang golok biasanya berukuran 20x10 golok pertama kali di Ciomas maka cm tergantung jenis gagang yang hingga saat ini yang dinamakan golok diinginkan. Baru kemudian kayu dipahat Ciomas harus dibuat di Ciomas. menggunakan golok untuk mendapatkan f. Air dari Babakan Ciomas, di daerah bentuk utama. Tahap selanjutnya Ciomas terdapat tujuh mata air yang pembuatan gagang golok, pada tahap ini memancarkan air jernih langsung dari alat yang digunakan adalah pisau ukir. perut bumi. Nama beberapa sumber Gagang golok yang telah terukir rapi mata air tersebut cukup unik yaitu sesuai dengan bentuk pesanan yang Cibunut, Cibikang, dan Cilalaki. Semua diinginkan, kemudian diampelas untuk sumber air tersebut sangat berlimbah selanjutnya diwarnai. airnya, dan tidak pernah kering walupun Sedangkan untuk membuat musim kemarau. Air yang diambil dari sarangka, kayu aren dipotong berdasarkan ketujuh sumber mata air ini selain panjang pendeknya ukuran golok yang digunakan untuk prosesi ritual Mulud akan diberi sarangka. Kayu dibelah golok Ciomas, juga digunakan oleh menjadi dua bagian, bagian dalam kedua pande sebagai air untuk mendinginkan belahan kayu tersebut diberi pola golok golok yang ditempa. Setelah menempuh pasangannya, kemudian dicukil secukup- sejumlah persyaratan yang harus dilalui nya supaya ketika golok dimasukkan oleh sebuah calon golok sulangkar ukurannya pas. Setelah selesai menggarap Ciomas maka tahap selanjutnya adalah bagian dalam sarangka, kedua bilah kayu proses penempaan hingga sebuah bahan sarangka disatukan dengan lem pada baku besi calon golok dapat dibentuk masing-masing sisinya, sedangkan bagian menjadi sebuah golok yang sempurna. dalamnya tidak supaya golok tidak Untuk membuat sebuah golok terhalang masuk. Baru kemudian setelah Ciomas, terlebih bahan baku besi inti dan sarangka terekatkan dibentuk dan campuran yang telah berbentuk lempengan dihaluskan. Tahap akhir adalah pema- disatukan oleh capit kemudian dibakar. sangan asesoris seperti sompal, simeut Lempengan yang telah menjadi bara meuting, dan cincin. kemudian ditempa hingga menjadi sebuah kesatuan. Kemudian dibakar lagi dan ditempa lagi begitu seterusnya hingga

Makna Ritual Mulud..... (Risa Nopianti) 121

3. Ritual 12 Mulud diawali dengan puasa dan pembacaan doa- a. Godam Si Denok dan Golok Si Rebo doa khusus atau tawasulan sebelum golok Keberadaan pusaka godam Si dibuat. Sebelum membuat golok, para Denok dan golok Si Rebo merupakan sesepuh di Ciomas yaitu tokoh-tokoh bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan terkait pembuat golok seperti Kyai keberadaan golok Ciomas. Golok Ciomas Muhaimin, Bapak Oman Solihin, dan lain- yang ada saat ini dan menjadi kebanggaan lain biasanya mengadakan acara masyarakat Ciomas, ada karena sejarah tawasulan, yaitu ziarah makam ke makam- godam Si Denok dan golok Si Rebo yang makam leluhur Ciomas, khususnya ke melegenda hingga saat ini. makam Ki Cengkuk sebagai tokoh utama Godam Si Denok merupakan keberadaan golok sulangkar Ciomas di godam milik Ki Cengkuk yang biasa daerah Ciomas. digunakan Ki Cengkuk untuk menempa Bahan baku golok yang digunakan golok, sedangkan golok Si Rebo bukan bahan sembarangan, melainkan merupakan golok pertama Ki Cengkuk berupa besi inti khusus yang harus digali yang dibuat menggunakan tempaan Si dari dalam tanah yang ada di wilayah Desa Denok. Panjang golok ini mencapai kurang Pondok Kahuru dan Bojong Honje. Untuk lebih 70 cm. Gagangnya sendiri sudah mendapatkan besi inti tidak mudah mesti hilang termakan usia, dan hingga saat ini melalui riyadhoh yakni melakukan wiridan belum diganti dengan yang baru, namun dan puasa jauh-jauh hari sebelum bulan dibiarkan begitu saja, hanya dibalut oleh Mulud. Sedangkan bahan campuran untuk kain putih. Sedangkan bilah golok Si Rebo membuat golok Ciomas digunakan sudah berkarat akibat korosi besi dan sebanyak tujuh campuran dan paling tumpul, dengan bagian perut bilah golok sedikit lima campuran. Adapun air yang sedikit bergerigi karena korosi tadi. digunakan untuk merendam atau Terbuat dari besi dan baja pilihan, kondisi menyepuh golok saat pembuatannya nanti godam Si Denok masih baik hingga saat pun harus berasal tujuh sampai sembilan ini, namun sedikit mengalami lumerisasi mata air yang ada di daerah Ciomas. pada bagian kepala godam akibat sering Proses ritual muludan dimulai digunakan untuk menempa golok. pada saat besi inti mulai ditemukan Kedua pusaka tersebut disimpan kemudian digali dan diambil sebagai bahan dengan sangat baik oleh pemegang pusaka. baku pembuatan golok. Setelah itu Disimpan dalam dua buah kotak kayu yang dilakukan pengumpulan air yang diambil berbeda, dan diberi wewangian. Setiap kali dari tujuh mata air di daerah Ciomas pada dibuka dan dipergunakan untuk ritual malam hari tanggal 11 Mulud menjelang Mulud, kedua pusaka tersebut diberi tanggal 12 Mulud. Keseluruhan proses wewangian lagi. Penanganan dan persiapan ini dilakukan oleh masyarakat pemeliharaan terhadap kedua benda pusaka Ciomas yang dipimpin oleh ulama tersebut menandakan bahwa mereka begitu setempat. dikeramatkan, sehingga memiliki nilai Pada waktu yang sama juga, godam sakralitas yang tinggi bagi masyarakat para Si Denok dibawa ke tempat pande. keturunan Ki Cengkuk khususnya dan Sebelum Si Denok di bawa ke pande, masyarakat Ciomas umumnya. Saat ini terlebih dahulu dilakukan tawasul dan godam dan golok pusaka warisan Ki tahlil oleh paling sedikit tiga orang, dan Cengkuk dijaga oleh Ki Duhari. salah satunya haruslah keturunan Ki Cengkuk (Solihin dan Supriatna, 2011: b. Prosesi Ritual Mulud 78). Ritual 12 Mulud merupakan ritual Puncaknya tanggal 12 Mulud puncak dari keseluruhan rangkaian seluruh tamu dan undangan, yaitu mereka pembuatan golok Ciomas. Ritual ini pemilik golok Ciomas yang berasal dari 122 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 111-126 berbagai daerah berkumpul di rumah 4. Struktur Sosial Golok Ciomas Bapak Duhari sebagai penjaga pusaka Dalam konsep sosiologi dan golok Si Rebo dan godam Si Denok. Pada antropologi kita mengenal adanya struktur saat itu seluruh golok dikumpulkan untuk sosial dalam tubuh sebuah masyarakat. ditempa atau dioles oleh godam Si Denok. Struktur sosial ini mengacu pada organisme masyarakat yang terdiri dari beberapa komponen sosial dalam membentuk sebuah tindakan sosial. Begitu pula halnya pada masyarakat Ciomas, terdapat beberapa komponen sosial dalam masyarakat yang menopang sebuah tindakan sosial yang bernama ritual Mulud. Dalam menjaga tradisi golok Ciomas sebagai sebuah warisan budaya leluhur masyarakat Gambar 2. Ritual Mulud Golok Ciomas Ciomas, terdapat setidaknya tiga struktur Sumber: Oman Solihin. yang saling berkaitan. Pertama adalah Supaya sebuah golok atau bakalan pande golok, pemegang pusaka godam Si golok dapat ditempa oleh Si Denok, ada Denok, dan pemimpin ritual Mulud. Ketiga mahar tersendiri yang harus dibayar oleh struktur ini tidak dapat berdiri sendiri- pemilik atau pemesan golok. Setiap sendiri, melainkan saling berkaitan antara genjreng (pukulan) pada zaman dahulu satu dengan yang lainnya. diistilahkan sagenjreng saringgit, dua Mereka adalah Bapak Duhari genjreng dua ringgit. Bila saat ini sebagai pemegang pusaka godam Si Denok dimaharkan sekitar lima puluh ribu dan golok Si Rebo, Bapak Muhaimin rupiah/genjreng. Tiap satu tempaan ulama yang biasa memimpin ritual Mulud, disertai bacaan tertentu yang hanya dan Bapak Sidik pande golok Ciomas. dilafalkan oleh Bapak Duhari. Adapun Ki Duhari merupakan keturunan untuk mengoles golok yang sudah dibuat ke-7 pemegang pusaka Ki Cingkuk sebelumnya, maharnya hanya persepuluh- tersebut. Adapun sebelum Ki Duhari, nya. sebelumnya dipegang oleh Ki Jamsari Tanggal 12 Mulud dipilih sebagai yang merupakan ayah dari Ki Duhari. waktu pelaksanaan ritual Mulud, sebab Berikut adalah silsilah pemegang pusaka masyarakat mempercayai bahwa tanggal godam Si Denok dan golok Si Rebo Ki tersebut merupakan tanggal baik karena Cengkuk : 1). Ki Buyut Cengkuk, 2). Ki bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Buyut Boma, 3). Ki Buyut Mala, 4). Ki Muhammad SAW. Selain itu ada juga Buyut Sakiman, 5). Ki Buyut Sandara, 6). yang mengatakan bahwa angka 12 Ki Jamsari, 7). Ki Duhari menunjukkan angka 12 yaitu jumlah Pemegang pusaka Si Denok dan Si Rukun Islam, Rukun Iman, dan Ihsan. Rebo saat ini adalah Bapak Duhari. Bapak Angka 12 juga sesuai dengan jumlah huruf Duhari merupakan keturunan Ki Cengkuk La Illaha Illallah. Angka 12 juga yang diwariskan pusaka Si Denok dan Si mengandung arti, syarat pemegang golok Rebo dari Bapak Jamsari yang tidak lain yakni enam syarat fisik, dan enam syarat adalah ayahnya sendiri. Sehari-hari Duhari batin8(Solihin dan Supriatna, 2011: 80). adalah seorang petani. Ia tinggal di Kampung Cihujan, Desa Lebak, Ciomas. Lalu bagaimana hingga akhirnya godam Si 8 6 syarat fisik yaitu bersuci, salat, zakat, puasa, Denok berada di tangan Duhari, bukan berhasil, dan fii sabilillah. 6 syarat batin yaitu tawakal, tafwidz, taubat, khauf, ridho, ikhlas, dan zuhud. Makna Ritual Mulud..... (Risa Nopianti) 123 keturunan Ki Cengkuk yang lain. Menurut Beliau adalah satu-satunya pande golok penuturan Duhari, bahwa hanya dirinyalah yang ada di Ciomas. Menurutnya hanya yang dianggap mampu memegang pusaka keturunan Ki Cengkuklah yang dapat tersebut, sebab keturunan Ki Cengkuk lain membuat golok Ciomas, sebab Ki tidak kuat. Umumnya mereka akan jatuh Cengkuklah yang pertama kali membuat sakit pada saat memegang pusaka tersebut. golok Ciomas dengan kekuatan tangannya. Hal ini berarti mereka tidak cocok menjaga Sehingga sampai saat ini, untuk membuat pusaka. Terbukti dengan dipindahkannya sebuah golok Ciomas tidak dapat pusaka tersebut, penyakit mereka seketika sembarangan, melainkan harus melalui sembuh. Tetapi hal tersebut tidak terjadi ritual dan tahapan tertentu. pada Duhari, sehingga Duhari dianggap Keahlian Bapak Sidik membuat mampu menjaga dan merawat godam Si golok diperolehnya secara turun temurun. Denok. Dari Ki Buyut Cengkuk, ilmu membuat Ritual Mulud syarat dengan ritual golok Ciomas berturut-turut diturunkan yang cukup panjang, sehingga dibutuhkan kepada Ki Boma, dari Ki Boma kepada Ki seseorang yang dapat memimpin ritual Mala, dari Ki Mala ke Ki Sakiman, dari Ki tersebut, beliau adalah Ki Muhaimin. Ki Sakiman ke Ki Sandara, dari Ki Sandara ke Muhaimin merupakan salah satu keturunan Ki Mad Sipa, dari Ki Mad Sipa ke Ki Ki Cengkuk. Dengan kemampuan ilmu Kardian, dari Ki Kardian ke Ki Santani, agamanya yang mumpuni sebagai ulama dari Ki Santani baru ke Bapak Sidik9. Saat dan tokoh masyarakat Ciomas, Ki ini Bapak Sidik juga tengah meregenerasi Muhaimin didaulat menjadi pemimpin kemampuannya membuat golok kepada ritual Mulud golok Ciomas. Ki Muhaimin anak-anak dan kerabatnya. banyak berperan dalam ritual Mulud, Di belakang rumah Bapak Sidik beliau juga mengetahui banyak tentang yang terletak di Kampung Sibopong ritual dan maknanya (Solihin dan Girang, Desa Citaman, Kecamatan Supriyadi, 2011: 40). Ciomas, terdapat sebuah tempat pande Ki Muhaimin, mulai menekuni sederhana yang dijadikan tempat untuk tradisi ritual Mulud sejak tahun 80-an, membuat dan menempa golok Ciomas. bersamaan dengan pembukaan pesantren Sehari-hari tempat pande ini sepi dari yang dipimpinnya, Sanabil Huda. Beliau kegiatan pembuatan golok, namun apabila merasa terpanggil untuk melestarikan bulan Mulud tiba, kegiatan di pande ini sejarah golok Ciomas semata supaya dapat hampir tidak pernah berhenti karena memberikan manfaat pada masyarakat banyaknya pesanan golok yang harus banyak (Solihin dan Supriyadi, 2011: 37). diselesaikan Sidik. Ki Muhaimin bertugas dari awal, Yang menarik dari tempat pande ini yaitu sejak pertama kali mendapatkan adalah sebuah alat yang dinamakan ubub10, ilafat atau petunjuk mencari lokasi besi ini alat ini sudah ada sejak lama, konon di daerah Ciomas hingga sebuah golok Ciomas selesai dibuat oleh pande. Pada hari H tanggal 12 Mulud Ki Muhaimin 9 Diakses dari http://indonesiana.merahputih. juga bertugas memimpin doa dan shalawat com/ budaya/2016/03/28/aneh-hanya- pembuka ritual untuk selanjutnya keturunan-ki-buyut-cengkuk-yang-bisa- didaulatkan kepada Bapak Duhari yang membuat-golok-ciomas/39688/ tanggal 10 November 2016. Pukul 09.35 wib. bertugas mengoles dan menempa golok 10 Ubub merupakan alat yang digunakan untuk dengan godam Si Denok. membuat angin. Terbuat dari kayu nangka Tokoh lain yang juga memiliki setinggi 1,5 m. Alat ini sangat diperlukan untuk peran dan andil cukup besar dalam mempertahankan bara api, cara kerjanya sama mengharumkan nama golok Ciomas ke seperti pompa angin digerakkan oleh kedua pelosok Nusantara adalah Sidik Santani. tangan secara bergantian. Alat ini terbuat dari kayu nangka dengan tinggi 1,5 m 124 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 111-126 katanya sudah digunakan oleh 12 turunan kehidupan manusia. Religi dalam konteks pande terhitung Bapa Sidik sebagai pande ini dianut oleh sebagian dari masyarakat terakhir yang masih ada. Apabila diambil kita, khususnya bagi mereka yang masih rata-rata usia pembuat Golok Ciomas ini hidup dalam kebersahajaan, dimana yang selama 50 tahun maka usia ubub saat ini gaib menjadi begitu penting dalam diperkirakan sudah mencapai 600 tahun kehidupan mereka. Durkheim menyebut- (Solihin dan Supriyadi, 2011: 37). Usia nya Yang Sakral. yang sudah cukup tua seiring keberadaan Religi sebagai perwujudan golok Ciomas. penghormatan kepada Yang Sakral Untuk membuat sebuah golok, memiliki lima pilar penting di dalamnya, biasanya Bapak Sidik melakukan ritual sebagaimana yang diuraikan khusus untuk meminta izin kepada pemilik Koentjaraningrat yaitu emosi keagamaan, gaib dimana besi keramat bekas dapat sistem kepercayaan, sistem ritus dan diambil11. Apabila pemilik gaib upacara keagamaan, kelompok keagamaan, menyetujuinya golok dapat dibuat, tetapi serta alat-alat fisik yang digunakan dalam apabila tidak maka Bapak Sidik akan ritus dan upacara. Emosi keagamaan lahir menyampaikannya kepada pemesannya. secara alamiah dalam diri setiap manusia. Sebagai solusinya Sidik akan mengambil Kesamaan persepsi terhadap emosi besi keramat di daerah lain yang disetujui keagamaan yang dimiliki oleh individu- pemilik gaib. Hal tersebut harus dilakukan individu kemudian dipersatukan dalam Sidik sebagai wujud tata krama kepada sebuah wadah yang dinamakan komunitas para makhluk gaib penjaga golok Ciomas. keagamaan. Komunitas atau kelompok keagamaan ini kemudian menciptakan 5. Struktur Sosial dalam Ritual Mulud sistemnya tersendiri dalam memaknai dan Sebagaimana yang diutarakan oleh melaksanakan ritualnya. Wujud konkrit Durkheim bahwa agama merupakan dari keberadaan komunitas religi ini adalah sesuatu yang bersifat sosial, artinya pelaksanaan ritual-ritual yang merupakan sekalipun agama sudah melekat pada diri hal yang penting dari keseluruhan sistem individu-individu namun hal tersebut religi, menurut Ghazali ritual merupakan bersifat sosial, artinya pilihan beragama tindakan simbolis agama. Secara tetap berada dalam kerangka sosial. keseluruhan emosi keagamaan inilah yang Seseorang berhak untuk memilih agama menjadi nafas utama sistem religi. dan kepercayaannya masing-masing sesuai Dalam hubungannya dengan golok dengan apa yang diyakininya benar. Ciomas, emosi keagamaan yang tercermin Intervensi terhadap seseorang untuk dalam sebuah ritual Mulud golok Ciomas menganut agama tertentu merupakan semakin mantap kedudukannya secara sebuah pelanggaran hak azasi manusia, sosial dalam masyarakat, karena didukung yang sudah dengan jelas termaktub dalam dengan adanya sentimen dalam jiwa para hukum negara kita. warganya. Sentimen ini bersifat umum, Berbeda dengan agama, religi namun kehadirannya dirasakan oleh jiwa- mencakup hal yang lebih luas tidak jiwa para individu masyarakat Ciomas terbatas pada percaya atau tidaknya akan yang dipengaruhi oleh masyarakat, keberadaan Tuhan, tetapi lebih kepada sehingga sentimen tersebut merangsang yang gaib, yang dianggap memiliki mereka untuk berperilaku sesuai dengan kekuatan besar dan berpengaruh terhadap kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masya- rakat Ciomas tentunya adalah adanya 11 Bisanya besi-besi bekas tersebut diperoleh pengakuan secara masal bahwa mereka didaerah Pondok Kahiru, Bojong Honje, memiliki dan mewarisi golok dengan jenis Ciomas, Rampones, dan Cileos. Lokasi yang terbaik yang prosesnya sangat istimewa terakhir disebut sebagai lokasi yang sudah dan langka. Hal tersebut merupakan langka besi keramat. Makna Ritual Mulud..... (Risa Nopianti) 125 refleksi dari adanya kebanggaan terhadap leluhur, dilakukan melalui sejumlah warisan budaya mereka. mekanisme ritual yang bersifat magis dan Sebagaimana dalam sebuah sistem mistis, hal ini ditujukan sebagai bentuk religi yang menjadikan sistem ritus dan komunikasi dua arah antara manusia upacara sebagai media untuk mempererat dengan roh-roh gaib. emosi keagamaan, dalam sentimen juga Dalam memaknai interaksi antara adat-istiadat dan upacara dapat diekspresi- pemimpin ritual Mulud dengan leluhur kan secara kolektif dan berulang-ulang. yang bersifat mistis tadi, diperlukan Hal inilah yang kemudian memperkuat adanya komunikasi-komunikasi yang sentimen yang diturunkan dari generasi ke bersifat sugestif terhadap masyarakat, yang generasi. Kondisi tersebut diimplementasi memperlihatkan bahwa apa yang dilakukan dalam ritual Mulud golok Ciomas. Ritual oleh pemimpin ritual tersebut benar sebagai bagian dari religi merupakan adanya. Sehingga masyarakat mampu wadah atau sarana bagi masyarakat mendefinisikan bahwa pada ritual Mulud, pendukungnya untuk menyalurkan senti- kharisma yang ada dalam golok Ciomas men-sentimen. Sentimen akan kebanggaan dipercaya dapat menguasai kekuatan- masyarakat terhadap golok Ciomas sebagai kekuatan gaib yang ada di alam untuk warisan budayanya terlanggengkan dengan kepentingan manusia. Hasilnya kemudian dilaksanakannya ritual Mulud golok banyak dari masyarakat beranggapan Ciomas. bahwa golok Ciomas memiliki aura mistis Namun ternyata sistem ritual ini sehingga pemiliknya tertular aura mistis- tidak dengan sendirinya terlaksana hanya nya hingga disegani orang. karena adanya sentimen positif dari masyarakat pendukungnya, melainkan D. PENUTUP harus digerakkan oleh seperangkat struktur Dari pemaparan teori, fakta, dan sosial yang ada di dalamnya. Struktur data di lapangan dapat diketahui bahwa sosial inilah yang kemudian memegang terdapat pengaruh yang cukup kuat dari peranan penting terlaksananya sebuah makna ritual Mulud golok Ciomas sistem ritual. Begitu pula halnya dalam terhadap popularitas golok Ciomas itu penyelenggaraan ritual Mulud golok sendiri. Faktor-faktor keberadaan struktur Ciomas, ritual ini pada dasarnya tidak sosial yang menopang berlangsungnya dapat terlaksana hanya sebatas sentimen ritual Mulud golok Ciomas, serta faktor dan emosi sosial saja tanpa adanya mistis dan magis yang menyertai jalannya penggerak. Penggerak dalam hal ini adalah ritual Mulud golok Ciomas, merupakan ketiga unsur struktur sosial penyangga, penyebab melambungnya popularitas penjaga dan pelestari golok Ciomas dan golok Ciomas di mata masyarakat umum. ritual Mulud golok Ciomas yaitu pande Kepopuleran golok Ciomas pada golok, pemimpin ritual, dan penjaga dasarnya merupakan kerja keras semua pusaka golok Si Rebo dan godam Si pihak termasuk masyarakat Ciomas Denok. sebagai pendukungnya. Tinggal bagaimana Ritual Mulud golok Ciomas ritual Mulud golok Ciomas sebagai tradisi merupakan sebuah simbol yang dimaknai masyarakat Banten mesti dilestarikan dan sebagai sebuah hal yang sakral bagi dijaga, demi kepentingan semua orang penganutnya. Simbol-simbol kesakralan bukan sekelompok orang yang berkepen- ritual ditandai dari mulai pencarian lokasi tingan saja. bahan baku pembuatan golok, pengam- bilan air dari tujuh mata air, hingga pengolesan golok dengan godam Si Denok. Ritual Mulud yang ditujukan sebagai media penghormatan dan syukur terhadap 126 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 111-126

DAFTAR SUMBER Nasution, Harun. 2014. 1. Jurnal Falsafat dan Mistisme dalam Islam. Humaeni, Ayatullah. “Makna Kultural Mitos Cetakan ke-12. Jakarta: Bulan Bintang. dalam Budaya Masyarakat Banten” Scott John (Editor). 2011. dalam Masyarakat Indonesia Vol. 33 Sosiologi The Key Consepts. Jakarta: No.3 September-Desember 2012. Hlm. Raja Grafindo Persada. 159-180. Sobur, Alex. 2013. Humaeni, Ayatullah. “The Local Tradisional Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. of Magical Practice in Banten Society” dalam El-Harakah Vol.14 No.1 Tahun Solihin, Oman dan Akhmad Supriatna. 2011. 2012. Hlm. 69-87. Golok Ciomas. Hikayat dan Keistime- waannya. Banten: LP-3SDMBD dan ____. “Ritual, Kepercayaan Lokal, dan PGRI Provinsi Banten. Identitas Budaya Masyarakat Ciomas Sugiyono, 2005. Banten” dalam El-Harakah Vol.17 No. Metode Penelitian Kualitatif. 2 Tahun 2015. Hlm. 157-181. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

2. Buku 3. Internet Arikunto, Suharsimi. 2013. Mahakarya, Reza. 2012. “Agama dan- Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan pengaruhnya dalam kehidupan individu Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. dan masyarakat” diakses dari https://eunchasiluets.wordpress.com/201 Danadibrat, R.A. 2006. 2/05/08/makalah-agama-dan- Kamus Basa Sunda. Bandung: Kiblat. pengaruhnya-dalam-kehidupan- Danesi, Marcel. 2010. individu-dan-masyarakat/ Tanggal 19 Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Oktober 2016. Jalasutra. Yoon, S. 2013. “Teori Interaksionisme Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Simbolik H. Blumer” diakses dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat http://yoonhyewon.blogspot.co.id/2013/ Bahasa Cetakan ke-4. Jakarta: 08/teori-interaksionisme-simbolik-h- Gramedia. blumer.html Tanggal 30 Maret 2017. Durkheim, Emile. 2011. ______. 2014. “Bedog Sunda Atau Golok” The Elemtary Forms of The Religious diakses dari http://www.zhaloedistro Life. Yogyakarta: IRCiSoD sunda.com/2014/12/bedog-sunda-atau- golok.html. Tanggal 30 September Harsojo.1977. 2016. Pengantar Antropologi. Jakarta: Bina ______.2016. “Aneh Hanya Keturunan Ki Cipta. Cengkuk yang Bisa Membuat Golok Koentjaningrat. 1987. Ciomas” diakses dari http://indonesiana. Sejarah Teori Antropologi I, Cetakan merahputih.com/budaya/2016/03/28/ane ke-2. Jakarta : UI Press. h-hanya-keturunan-ki-buyut-cengkuk- yang-bisa-membuat-golok-ciomas/ Koentjaraningrat. 2005. 39688/. Tanggal 10 November 2016. Pengantar Antropologi. Pokok-Pokok Etnografi II. Cetakan ke-3. Jakarta: Rineka Cipta.

______. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Cetakan ke-IX edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-11. Bandung: Remaja Rosdakarya. Gedung Merdeka..... (Nandang Firman N. dan Miftahul Falah) 127

GEDUNG MERDEKA SEBAGAI OBJEK WISATA DI KOTA BANDUNG

MERDEKA BUILDING AS A TOURISM OBJECT IN BANDUNG

Nandang Firman Nurgiansyah & Miftahul Falah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor 45363 e-mail: [email protected]

Naskah Diterima: 9 Januari 2017 Naskah Direvisi: 16 Februari 2017 Naskah Disetujui: 23 Februari 2017

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan upaya yang diperlukan bagi pengembangan fungsi Gedung Merdeka sebagai objek wisata. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yang terdiri dari tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan hasil penelitian, Gedung Merdeka belum dimanfaatkan secara optimal sebagai daya tarik wisata dan kurangnya fasilitas wisata di gedung tersebut. Gedung Merdeka memiliki daya tarik sebagai benda cagar budaya yang bernilai historis dan terdapat Museum KAA di salah satu bagian gedungnya. Museum tersebut mengoleksi dan memamerkan benda dan foto yang berkaitan dengan Konferensi Asia Afrika. Selain itu, sarana wisata yang perlu ditambah seperti cafetaria, coffee shop, tempat duduk dan bersantai untuk wisatawan dan ruangan audio visual yang lebih menarik. Oleh sebab itu, perlu optimalisasi fungsi komplek Gedung Merdeka sebagai daya tarik wisata.

Kata Kunci: Gedung Merdeka, pengembangan, pariwisata.

Abstract This research purpose is to explain the will or effort to develop the function of Merdeka Building as tourism object. This research use historical method which consist of several steps, there are; heuristic, critics, interpretation, and historiography. The result of the research proved that the building not yet optimized as one of the magnet of tourism because of lack of tourism facilities. The museum collects and exhibits the objects and photographs associated with the Asian-African Conference. The museum collects and exhibits objects and photos related to the Asian African Conference. In addition, tourist facilities that need to be added such as cafeteria, coffee shop, seating and relax for tourists and audio visual space more attractive. Therefore, it needs to optimize complex functions the Gedung Merdeka as a tourist attraction. Keywords: Merdeka Buildings, development, tourism.

A. PENDAHULUAN sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung dikenal sebagai Konsekuensi sebagai ibu kota provinsi, pusat pendidikan dan pemerintahan. Pada maka dibangun fasilitas umum yang lebih masa kolonial di kota ini berdiri lembaga lengkap. Kota ini dikenal juga sebagai pendidikan. Oleh sebab itu, Kota Bandung daerah tujuan wisata. Udaranya yang sejuk menjadi salah satu tujuan orang tua dari dan fasilitas hiburan yang lengkap menjadi berbagai daerah untuk menyekolahkan daya tarik wisatawan dari berbagai daerah anak mereka. Bandung juga dikenal untuk berkunjung. Selain itu, di kota ini 128 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 127-142 banyak berdiri pasar modern yang oleh wisatawan. Akan tetapi, ruangan- membuat keberadaannya semakin ramai ruangan lain belum dapat dikunjungi oleh dikunjungi oleh wisatawan. masyarakat, padahal bila semua ruangan Salah satu peristiwa penting yang dan bangunan yang berada di komplek terjadi Kota Bandung yaitu Konferensi Gedung Merdeka dapat dijadikan objek Asia Afrika (KAA) yang berlangsung di wisata maka akan menambah daya tarik Gedung Merdeka pada 1955. Tokoh untuk dikunjungi. Selain itu, masyarakat penting dari Indonesia, Ir. Soekarno umum belum banyak mengetahui tentang menyampaikan pidato pembukaan yang latar belakang pendirian Gedung Merdeka, memukau pemimpin bangsa-bangsa Asia serta nilai historis yang ada pada gedung dan Afrika. Dengan berlangsungnya tersebut. Konferensi Asia Afrika di Bandung maka Masalah utama dalam penelitian kota ini dikenal juga sebagai ibu kota Asia ini adalah Bagaimana upaya yang Afrika. Selain itu, gedung yang menjadi diperlukan untuk pengembangan fungsi saksi peristiwa bersejarah Konferensi Asia Gedung Merdeka sebagai objek wisata? Afrika dapat dinikmati hingga saat ini. Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu Konferensi yang menghasilkan Dasa Sila untuk menjelaskan upaya yang diperlukan Bandung telah membawa negara-negara di bagi pengembangan fungsi Gedung Asia dan Afrika untuk menjadi sebuah Merdeka sebagai objek wisata. bangsa yang dapat menciptakan perdamai- Buku yang menjadi tinjauan an dunia. Setelah konferensi tersebut, penulis untuk menyelesaikan penelitian ini, gedung ini pun sering digunakan antara lain, Braga; Jantung Parijs Van konferensi lain yang bertaraf nasional dan Java (2008) karya Ridwan Hutagalung dan internasional. Sebab itu, sudah seharusnya Taufanny Nugraha. Buku yang diterbitkan Gedung Merdeka dan peristiwa bersejarah oleh Ka Bandung ini menceritakan tentang yang berhubungan dengannya diketahui Jalan Braga pada awal abad ke-20. Dalam oleh masyarakat luas. buku ini diceritakan sejarah dan fungsi Adanya Gedung Merdeka yang bangunan yang berjejer di sekitar Jalan memiliki nilai sejarah dan masih berdiri Braga. Dalam karya ini juga di bahas sampai saat ini dapat ditawarkan ke tentang sejarah Societeit Concordia beserta masyarakat untuk menjadi objek wisata. kegiatan yang berlangsung di gedung ini. Setiap akhir pekan pun banyak wisatawan Dalam karya ini, dapat diketahui tentang yang berkunjung ke Kota Bandung. Hal ini fungsi Gedung Merdeka pada awal abad dapat dimanfaatkan untuk menarik ke-20 yang membuatnya menjadi salah wisatawan dari berbagai daerah untuk satu gedung paling ramai akan mengunjungi Gedung Merdeka. Selain kegiatannya. dapat dikembangkan untuk kepentingan Buku kedua adalah Panduan wisata, juga tidak kalah penting sebagai Museum Konferensi Asia Afrika (2004) sarana pendidikan terhadap masyarakat karya Edi S. Ekadjati. Buku ini diterbitkan mengenai peran diplomasi Bangsa oleh Departemen Luar Negeri RI. Dalam Indonesia untuk dunia. Selain itu, untuk buku ini dijelaskan tentang sejarah mengenalkan sejarah Konferensi Asia Museum Konferensi Asia Afrika, sejarah Afrika dengan cara melihat Gedung Merdeka, dan sejarah singkat peninggalannya yang ada di Museum Konferensi Asia Afrika. Buku ini KAA. Namun demikian, Gedung Merdeka dilengkapi juga dengan daftar nama dan sebagai aset bangsa yang memiliki nilai foto ketua delegasi negara peserta sejarah belum dimanfaatkan secara Konferensi Asia Afrika, foto Presiden optimal. Baru sayap kiri gedung yang telah Soekarno beserta rombongan menuju dimanfaatkan sebagai museum dan ruang Gedung Merdeka, dan denah Museum utama (main hall) yang dapat dikunjungi Konferensi Asia Afrika serta denah Gedung Merdeka..... (Nandang Firman N. dan Miftahul Falah) 129

Gedung Merdeka. Dari karya ini, dapat yang ditulis oleh A. Sobana Hardjasaputra. diketahui tentang gambaran umum Gedung Buku ini berupa disertasi yang terbit 2002 Merdeka dan Museum KAA. di Program Pascasarjana Fakultas Sastra Buku ketiga adalah Sejarah Universitas Indonesia di Depok. Buku ini Konferensi Asia Afrika yang terbit pada membahas tentang perubahan sosial di 2011. Buku ini merupakan hasil karya dari Bandung. Di dalamnya diuraikan apa saja panitia penulisan sejarah diplomasi yang menyebabkan Bandung menjadi Republik Indonesia. Buku tersebut sebuah kota yang berkembang menuju kota diterbitkan oleh MKAA, Dirjen Diplik modern. Buku ini sangat membantu untuk Kementerian Luar Negeri RI. Sebagaimana mengetahui sejarah dan perkembangan judulnya, buku ini menguraikan tentang Kota Bandung pada awal abad ke-20 serta sejarah Konferensi Asia Afrika. Dalam kegiatan pariwisata pada masa kolonial. buku tersebut dijelaskan mengenai konferensi sebelum KAA seperti B. METODE PENELITIAN Konferensi Kolombo dan Konferensi Penelitian ini dilakukan dengan Bogor. Setelah pemaparan kedua menggunakan metode sejarah. Metode konferensi tersebut, selanjutnya diuraikan sejarah terdiri dari tahapan heuristik, kritik, mengenai pelaksanaan Konferensi Asia interpretasi, dan historiografi (Herlina, Afrika. Dalam buku ini dilampirkan juga 2008: 15-16). Pada penelitian ini, penulis pidato pembukaan Presiden Soekarno yang melakukan teknik pengumpulkan data berjudul “Let a New Asia and a New sebagai berikut: Afrika Be Born” dan “Final Communique of the Asia Afrika Conference”. Buku ini 1. Studi Pustaka bermanfaat untuk mengetahui tentang Studi pustaka dilakukan untuk sejarah Konferensi Asia Afrika yang memeroleh data dan informasi yang didukung oleh foto saat konferensi berkaitan dengan Gedung Merdeka, berlangsung. Museum KAA, dan pengembangan objek Buku berikutnya adalah The wisata. Studi pustaka yang dilakukan Bandung Connection; Konferensi Asia penulis yaitu mengunjungi perpustakaan, Afrika di Bandung Tahun 1955 yang terbit museum, kantor arsip Pikiran Rakyat, dan pada 2011. Buku ini merupakan karya dari BPS Provinsi Jawa Barat untuk memeroleh Roeslan Abdulgani dan diterbitkan oleh sumber-sumber tertulis seperti buku, surat MKAA, Dirjen Diplik Kementerian Luar kabar, hasil-hasil penelitian, dan Negeri RI. Buku tersebut menceritakan sebagainya. Perpustakaan yang telah sejarah Asia Afrika. Dalam buku ini juga dikunjungi yaitu Perpustakaan Museum dijelaskan mengenai latar belakang sejarah KAA, Perpustakaan Museum Sri Baduga, KAA, situasi internasional menjelang Perpustakaan UPI, Perpustakaan ITB, KAA, dan suka duka menjelang Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) pembukaan konferensi. Selain itu Universitas Padjadjaran, Perpustakaan diceritakan pula mengenai pidato para Batu Api Jatinangor, dan Perpustakaan ketua delegasi dalam sidang pleno terbuka. Daerah Jawa Barat. Dalam buku ini juga dibahas seputar aktivitas di luar konferensi dan detik-detik 2. Observasi penutupan konferensi. Buku ini sangat Observasi yang dilakukan oleh bermanfaat untuk mengetahui peristiwa penulis dengan cara pengamatan dan KAA dari sudut pandang saksi sejarah mengunjungi komplek Gedung Merdeka KAA. Penulis buku ini terlibat langsung dan Museum KAA di Kota Bandung. pada saat KAA 1955. Dengan melakukan observasi, penulis Buku berikutnya adalah berusaha untuk mengetahui secara lang- Perubahan Sosial di Bandung 1810-1906 sung kondisi Gedung Merdeka dan 130 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 127-142

mengamati potensi yang dimilikinya untuk 4. Tersedia fasilitas something to see, dikembangkan sebagai objek wisata something to do, dan something to buy. budaya serta sarana pariwisata yang belum 5. Sarana-sarana akomodasi dan hal lain tersedia. Pada tahap ini penulis melakukan yang dianggap perlu untuk kepentingan dokumentasi terhadap gambar bangunan wisatawan (Yoeti, 1996: 159). dan fasilitas yang ada serta koleksi Pemasaran wisata perlu dilakukan Museum KAA. Teknik dokumentasi agar sebuah objek wisata dapat diketahui dilakukan dengan cara pengambilan foto dan dikunjungi oleh wisatawan. Pemasaran dengan memakai media kamera digital. pariwisata meliputi sejumlah kegiatan yang dimaksudkan untuk memengaruhi, 3. Wawancara menghimbau, dan merayu wisatawan Wawancara merupakan teknik potensial sebagai konsumen agar pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil keputusan untuk mengadakan mengadakan komunikasi kepada orang perjalanan wisata (Soekadijo dalam yang berada di Gedung Merdeka dan orang Rakhman, 2011: 12). Dalam yang dianggap mempunyai pengetahuan pengembangkan pariwisata perlu tentang topik penelitian. Pada tahap ini dilakukan suatu promosi. Promosi ini penulis melakukan wawancara dengan staf meliputi beberapa aspek, yaitu: Museum KAA, staf Badan Pengelola 1. Menarik perhatian wisatawan. Gedung Merdeka, dan wisatawan yang 2. Membangun suatu perjalanan dengan berkunjung ke Museum KAA. Selain itu, keuntungan yang ditawarkan. dalam penelitian ini digunakan pendekatan 3. Menciptakan sikap positif tentang apa pariwisata. yang telah dipromosikan. Dalam pengembangan suatu 4. Membangun tempat-tempat untuk daerah menjadi tujuan wisata maka harus pilihan wisatawan. memenuhi tiga syarat, yaitu: 5. Mendapatkan atau mencari wisatawan a. Something to see, artinya di tempat untuk berkunjung. tersebut ada yang dapat dilihat dan 6. Meyakinkan wisatawan untuk disaksikan. kembali lain waktu (Marpaung dalam b. Something to do, artinya di tempat Rakhman, 2011: 12). tersebut ada yang dapat dilakukan. c. Something to buy, artinya di tempat C. HASIL DAN BAHASAN tersebut harus tersedia fasilitas untuk 1. Proses Pendirian Gedung Merdeka berbelanja (Shopping), terutama Gedung Merdeka berlokasi di barang-barang souvenir dan kerajinan Jalan Asia Afrika No. 65. Arsitek yang daerah sebagai oleh-oleh (Yoeti, 1996: merancang gedung tersebut bernama Van 178). Gallen Last dan C. P. Wolff Schoemaker, Selain ketiga syarat itu yang perlu sedangkan ruangan yang sekarang dipakai dipenuhi untuk pengembangan sebuah oleh Museum Konferensi Asia Afrika objek wisata juga perlu diperhatikan sempat dirombak pada tahun 1940. Arsitek product style agar dapat memuaskan yang merancang ruangan tersebut ialah Ir. wisatawan. Product style tersebut seperti A.F. Aalbers (Hutagalung dan Nugraha, adanya: 2008: 34-36) 1. Objek wisata yang harus menarik untuk disaksikan maupun dipelajari. 2. Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek yang lain. 3. Prasarana menuju ke tempat wisata terpelihara dan baik. Gedung Merdeka..... (Nandang Firman N. dan Miftahul Falah) 131

berbagai macam kegiatan hiburan. Oleh sebab itu, ruangan tersebut sering dipakai dan disewa oleh salah satu kelompok perkumpulan kesenian yang ada di Kota Bandung. Kelompok tersebut bernama Persatuan Sandiwara Braga. Kelompok Persatuan ini belum memiliki gedung pertunjukan sendiri sehingga sering menyewa ruangan di Gedung Concordia untuk konser seni (Ekadjati, 2004: 10). Di Gambar 1. Peta Lokasi Gedung Merdeka dan gedung ini sering diadakan pertunjukan Museum KAA konser musik dan dansa pada setiap akhir Sumber: Koleksi Museum KAA. pekan. Selain itu, diselenggarakan suatu pertunjukan di halaman gedung yang Pada 1895 belum dikenal nama terbuka untuk umum. Gedung Merdeka. Pada masa itu, gedung Kegiatan di Gedung Societeit tersebut bernama Gedung Societeit Concordia biasanya terpusat pada saat Concordia. Gedung ini digunakan sebagai pengusaha perkebunan liburan. Mulai tempat rekreasi dan hiburan orang-orang Sabtu pagi anggota Societeit Concordia Belanda. Kelompok Belanda yang sering sudah berkumpul di Gedung Concordia berkumpul di gedung ini berasal dari untuk menikmati sajian orkes musik. Pada kalangan pengusaha perkebunan, perwira, malam Minggu digunakan untuk pesta pembesar, dan kalangan lainnya yang dansa. Mulai Minggu saatnya remaja cukup kaya dan mempunyai kedudukan Belanda yang meramaikan gedung (Ekadjati, 2004: 10). Societeit Concordia. Para pemuda Belanda bermain sepatu roda di ruang utama gedung tersebut (Hutagalung dan Nugraha, 2008: 39). Di Gedung Concordia difasilitasi juga dengan ruang makan, ruang dansa yang luas, ruang bola sodok, ruang bola gelinding, serta perpustakaan yang tergolong besar dan lengkap. Teras depan gedung ini memiliki daya tarik sendiri untuk bersantai sambil melihat keramaian Gambar 2. Gedung Concordia pada1895 kota (Hutagalung dan Nugraha, 2008: 42). Sumber: (Buitenweg, 1976: 46).

Aktivitas di gedung ini selalu ramai dengan berbagai macam kegiatan dan hiburan. Biasanya pada hari libur dijadikan ajang berkumpul dan rekreasi anggota perkumpulan Societeit Concordia. Puncak acara dan kegiatan tersebut berlangsung pada malam hari. Di dalam gedung ini diadakan pertunjukan kesenian, makan malam, dan hiburan menarik (Ekadjati, 2004: 10). Gambar 3. Suasana Pesta di Ruang Utama Di dalam Gedung Concordia (Main Hall) Gedung Concordia pada 1920 terdapat ruangan yang dapat menampung Sumber: (Buitenweg, 1976: 50).

132 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 127-142

Pada saat itu, Gedung perkum- pulan ini termasuk yang paling megah dan mewah. Kemewahan Concordia terlihat dari lantai yang terbuat dari marmer buatan Italia. Ruangan tempat makan-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout. Penerangannya dipakai lampu hias kristal yang gemerlapan (Ekadjati, 2004: 11). Pada tahun 1942-1945, Gedung Societeit Concordia dikuasai oleh tentara Pendudukan Jepang. Pada masa ini nama Gambar 4. Suasana Pesta dan Makan di Lobi gedung diubah menjadi nama yang berasal Baru Gedung Concordia pada 1928 dari bahasa Jepang yaitu Dai Toa Kaikan. Sumber: (Buitenweg, 1976: 49). Gedung ini berfungsi sebagai pusat kebudayaan. Meskipun demikian, kegiatan Perkumpulan Societeit Concordia yang berhubungan dengan kesenian dan juga sering mengadakan acara hiburan hiburan masih tetap berlagsung di gedung spesial. Acara khusus tersebut bernama ini (Ekadjati, 2004: 11). Bragabal. Acara ini diselenggarakan Setelah tahun 1945 gedung dalam jangka waktu tiga bulan sekali Concordia menjadi markas pemuda di dalam setahun. Acara ini ramai dengan Kota Bandung untuk menghadapi tentara kegiatan pesta musik dan pesta dansa. pendudukan Jepang. Pada saat itu, tentara Dalam pesta ini berbagai kelompok musik Jepang belum bersedia menyerahkan memakai pakaian yang warna-warni dan kekuasaannya. Akan tetapi, pada saat menarik perhatian (Hutagalung dan tentara Sekutu datang ke Kota Bandung, Nugraha, 2008: 40). gedung tersebut dijadikan tempat kegiatan Societeit ini juga sering pemerintah Kota Bandung. Setelah adanya mengadakan acara buat menyambut malam ultimatum dari pihak Sekutu, gedung pergantian tahun. Pada saat pesta malam tersebut ditinggalkan dari kegiatan tahun baru juga biasanya dihidangkan pemerintahan (Ekadjati, 2004: 11-13). makan malam. Restoran yang menyajikan Pada tahun 1954 pemerintah hidangan makan malam ialah dari Hotel Republik Indonesia menetapkan Bandung Savoy Homann. Hotel ini menyajikan sebagai tempat Konferensi Asia Afrika. makan malam buat pesta karena letaknya Dengan demikian, dibutuhkan gedung yang dekat dengan Gedung Concordia dan yang besar untuk tempat konferensi. Oleh termasuk hotel mewah di zamannya sebab itu, Gedung Societeit Concordia (Hutagalung dan Nugraha, 2008: 40-41). dipilih dan ditetapkan sebagai tempat Kegiatan-kegiatan yang ada di konferensi. Selain gedungnya yang megah Gedung Concordia mendapatkan dan mewah juga karena letaknya yang dukungan dari berbagai macam komunitas strategis serta berdekatan dengan hotel seni Kota Bandung. Komunitas tersebut terbaik yang ada di Kota Bandung. Hotel seperti komunitas seni, perkumpulan tersebut ialah Savoy Homann Bidakara, musik, perkumpulan tonil, kelompok dan Grand Preanger (Ekadjati, 2004: 11- paduan suara, dan komunitas lainnya. 13). Mulai dari pertunjukan tonil, konser Dengan dijadikannya Gedung musik, dansa, tari balet, pameran lukisan, Concordia sebagai tempat konferensi maka dan acara-acara khusus lain seperti dilakukan pemugaran. Perbaikan gedung perayaan akhir tahun yang diadakan oleh tersebut disesuaikan dengan fungsinya beberapa sekolah terkemuka di Bandung untuk tempat penyelenggaraan konferensi (Hutagalung dan Nugraha, 2008: 57) tanpa mengubah bentuk aslinya. Gedung Merdeka..... (Nandang Firman N. dan Miftahul Falah) 133

Pemugarannya ditangani oleh Jawatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat menunjuk pengelola Gedung Merdeka yang dipimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso pada September 1968. Pemerintah provinsi (Ekadjati, 2004: 13). pun mengambil alih pengelolaan Gedung Sebelum berlangsungnya Konfe- Merdeka dari pemerintah kotamadya pada rensi Asia Afrika, Gedung Concordia dan Maret 1969. Dengan demikian sejak saat Gedung Dana Pensiun diganti namanya itu pengelolaan Gedung Merdeka berada di oleh Presiden Soekarno. Gedung bawah pemerintah provinsi. Sebagai Concordia diubah menjadi Gedung kepala pengelolanya, maka ditunjuk Ibe Merdeka dan Gedung Dana Pensiun Jusuf. Berkaitan dengan adanya menjadi Gedung Dwi Warna. Pada saat perombakan organisasi di pemerintah Konferensi Asia Afrika berlangsung, provinsi, maka ditunjuk seorang manajer Gedung Merdeka digunakan untuk untuk mengelola Gedung Merdeka. R. memenuhi kebutuhan konferensi. Gedung Ipung Gandapraja sebagai manajer dan Ibe tersebut digunakan untuk upacara Yusuf sebagai asisten manajer (Ekadjati, pembukaan, sidang pleno, dan upacara 2004: 14). penutupan, sedangkan Gedung Dwi Warna Pada 24 April 1980 diselengga- digunakan untuk sidang komisi (Ekadjati, rakan peringatan ke-25 Konferensi Asia 2004: 14). Afrika di Gedung Merdeka. Pada puncak Semenjak tahun 1955, Gedung acara peringatan diadakan peresmian Merdeka difungsikan sebagai Gedung Museum Konferensi Asia Afrika oleh Konstituante. Akan tetapi, setelah Presiden Soeharto. Seluruh Gedung Konstituante dibubarkan maka gedung Merdeka ditetapkan sebagai lokasi tersebut ditempati oleh Badan Perancang Museum Konferensi Asia Afrika oleh Nasional. Lembaga tersebut tidak lama Pemerintah Republik Indonesia (Ekadjati, menempati gedung ini karena pada tahun 2004: 14-15). 1960 gedung tersebut menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Kegiatan MPRS mulai tahun 1971 dialihkan ke Jakarta (Ekadjati, 2004: 14). Pada saat tejadi pemberontakan 30 September, Gedung Merdeka dipakai oleh instansi militer. Sebagai ruang gedung tersebut juga dimanfaatkan sebagai tempat tahanan politik gerakan 30 September. Pada tahun 1966 pemeliharaan gedung ini diserahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Oleh Pemerintah daerah Jawa Barat, selanjutnya diserahkan pelaksana- annya kepada pemerintah Kotamadya Gambar 5. Denah Gedung Merdeka Bandung. Akan tetapi, pada 6 Juli 1968 Sumber: (Departemen Luar Negeri RI, 2011 pimpinan MPRS merevisi surat keputusan dan Ekadjati, 2004: 67). Gedung Merdeka. Dengan adanya surat revisi tersebut, maka bangunan yang 2. Museum Konferensi Asia Afrika berada di belakang gedung tersebut tetap di Museum Konferensi Asia Afrika bawah tanggung jawabnya (Ekadjati, 2004: lahir dari gagasan Mochtar Kusuma- 14). atmadja. Pada saat itu, Mochtar Kusumaatmadja menjabat sebagai Menteri 134 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 127-142

Luar Negeri Republik Indonesia. Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Sebagaimana tugasnya seorang Menteri Provinsi Jawa Barat,dan Universitas Luar Negeri, maka ia sering berkunjung ke Padjadjaran, sedangkan untuk perencanaan negara-negara sahabat, termasuk yang ada dan pelaksanaan teknis dikerjakan oleh PT di Benua Asia dan Afrika. Pada saat ia Decenta dari Kota Bandung (Ekadjati, bertemu dengan para pemimpin negara- 2004: 5). negara di dua kawasan tersebut, sering Pada saat puncak peringatan ditanya mengenai keberadaan Gedung Konferensi Asia Afrika yang ke-25, maka Merdeka dan Kota Bandung. Para diresmikan berdirinya Museum Konferensi pemimpin negara di Asia dan Afrika bukan Asia Afrika oleh Presiden Soeharto. Pada sekadar menanyakan keadaan Gedung 24 April 1980 bukan hanya acara Merdeka dan Bandung, tetapi ada peringatan sebuah konferensi yang keinginan untuk melihat dan bersejarah, tetapi lahir sebuah museum mengunjunginya langsung (Ekadjati, yang akan menjadi bukti akan tonggak 2004: 4). bersatunya negara di kawasan Asia dan Atas dasar adanya keinginan dari Afrika. Museum KAA merupakan museum pemimpin negara di kawasan Asia Afrika milik Pemerintah Republik Indonesia. Hal untuk melihat kondisi Gedung Merdeka ini Sesuai Surat Keputusan Bersama dan Kota Bandung, maka penting untuk Menteri Luar Negeri Nomor: menjadikan Gedung Merdeka sebagai 144/07/VI/80/01 dan Menteri Pendidikan sebuah museum. Alasan lain untuk dan Kebudayaan Nomor: 0185 a/U/1980 mendirikan museum yakni untuk pada 25 Juni 1980. Museum KAA berada mengabadikan Konferensi Asia Afrika dalam wilayah Departemen Pendidikan yang merupakan sebuah prestasi politik dan Kebudayaan, yang berada di ling- luar negeri Republik Indonesia, yang kungan Direktorat Jenderal Kebudayaan semangat dan pengaruhnya menyebar ke yang pengelolaannya ditunjang oleh kawasan Asia Afrika. Gagasannya untuk Departemen Luar Negeri dan Pemerintah mendirikan sebuah Museum Konferensi Provinsi Jawa Barat (Ekadjati, 2004: 4). Asia Afrika disampaikan pada saat rapat Kedudukan Museum KAA panitia peringatan ke-25 Konferensi Asia dialihkan dari Departemen Pendidikan dan Afrika. Dalam rapat tersebut hadir Direktur Kebudayaan ke Departemen Luar Negeri Jenderal Kebudayaan Haryati Soebadio pada 18 Juni 1986. Peralihan tersebut selaku wakil dari Departemen Pendidikan berdasarkan surat keputusan bersama dan Kebudayaan. Gagasan yang disampai- Menteri Luar Negeri Nomor: kan Mochtar Kusumaatmadja mendapat 62/OR/VI/86/01 dan Menteri Pendidikan sambutan baik, termasuk dari Presiden RI dan Kebudayaan Nomor: 0419 a/U/1986, Soeharto. Oleh sebab itu, salah satu yang dikukuhkan dengan keluarnya Surat aktivitas panitia peringatan ke-25 Keputusan Menteri Luar Negeri nomor: Konferensi Asia Afrika adalah mendirikan 173/ OT/X/97/01 pada 23 Oktober 1997. Museum Konferensi Asia Afrika (Ekadjati, Isi surat tersebut tentang organisasi dan 2004: 4). tata kerja Museum KAA yang isinya Pendirian Museum Konferensi menunjuk museum sebagai unit pelaksana Asia Afrika dilaksanakan oleh Joop Ave. teknis Badan Penelitian dan Pengem- Pada saat itu ia menjadi Ketua Harian bangan Masalah Luar Negeri. Dengan Peringatan Konferensi Asia Afrika dan adanya perubahan organisasi di tubuh sebagai Direktur Jenderal Protokol dan Departemen Luar Negeri pada 2002, Konsuler Departemen Luar Negeri RI. kedudukan Museum KAA dialihkan dari Untuk mewujudkannya itu, maka ia dan Badan Penelitian dan Pengembangan panitia peringatan bekerja sama dengan Masalah Luar Negeri ke Direktorat Departemen Penerangan, Departeman Jenderal Informasi, Diplomasi Publik, dan Gedung Merdeka..... (Nandang Firman N. dan Miftahul Falah) 135

Perjanjian Internasional (Ekadjati, 2004: Moh. Hatta beserta Perdana Menteri U Nu 6). dari Birma, Sir John Kotelawala dari Pada saat ini Museum Konferensi Srilanka, Ali Sastroamidjojo dari Asia Afrika berada di lingkungan Indonesia, Jawaharlal Nehru dari India, Kementerian Luar Negeri Republik dan Mohammed Ali dari Pakistan. Indonesia yang pengelolaannya oleh Ditjen Diorama tersebut dalam bentuk patung dan Informasi dan Diplomasi Publik yang memakai bahan fiberglass dengan ukuran berada di Direktorat Diplomasi Publik. satu berbanding satu (Ekadjati, 2004: 8). Pengelola Museum Konferensi Asia Afrika Dalam persiapan Konferensi mengusung Visi, Museum Konferensi Asia Tingkat Tinggi Asia Afrika pada 2005 ada Afrika sebagai museum bertaraf perubahan dalam tata pameran di Museum internasional dengan pengelolaan KAA. Penataan Museum KAA profesional. Misi Museum KAA, dilaksanakan oleh Departemen Luar mendorong kerja sama antarbangsa Asia Negeri RI bekerja sama dengan Sekretariat Afrika melalui pilar people to people Negara RI dan Pemerintah Provinsi Jawa contact. Meningkatkan pemahaman Barat. Pelaksanaan teknis penataan mengenai diplomasi Indonesia. Media museum dikerjakan oleh Vico Design dan penelitian dan pengkajian Asia Afrika, dan Wika Realty (Dokumen Museum KAA). mempromosikan predikat Bandung sebagai Dalam ruang pameran tetap terdapat foto ibu kota Asia Afrika (Departemen Luar dan benda peninggalan Konferensi Asia Negeri RI, 2011). Afrika sebagai berikut ini: 1. Diorama ruang sidang 3. Fasilitas Museum KAA 2. Bola dunia peta negara peserta KAA Pada saat diresmikan, Museum 1955 KAA memiliki satu ruang pameran tetap 3. Foto-foto Gedung Merdeka zaman yang memamerkan sejumlah barang dan dahulu foto peninggalan Konferensi Asia Afrika 4. Meja dan kursi yang digunakan KAA 1955 dan peringatan ke-25 Konferensi 1955 Asia Afrika tahun 1980. Fasilitas Museum 5. Mesin tik semasa KAA KAA bertambah dengan adanya 6. Audio visual (televisi plasma) perpustakaan dan ruang audio visual 7. Koleksi prangko (Ekadjati, 2004: 4). Fasilitas di Museum 8. Dasa Sila dalam 29 bahasa Konferensi Asia Afrika sebagai berikut: 9. Pidato pembukaan KAA oleh Presiden

Soekarno 3.1 Pameran Tetap 10. Koleksi buku Museum Konferensi Asia Afrika 11. Foto suasana dunia sebelum KAA memiliki ruang pameran tetap yang 12. Panel konferensi pendahuluan memamerkan sejumlah koleksi berupa 13. Panel kedatangan delegasi benda tiga dimensi dan foto dokumenter 14. Panel persiapan di Bandung peristiwa Pertemuan Tugu, Konferensi 15. Panel KAA Kolombo, Konferensi Bogor, dan 16. Panel suasana di luar sidang Konferensi Asia Afrika1955. Pada saat 17. Panel ulasan pers tentang KAA mengadakan sambutan terhadap 18. Panel kejadian dunia semasa KAA kunjungan Delegasi Konferensi Tingkat 19. Kamera yang digunakan semasa KAA Tinggi X Gerakan Non-Blok, pada tahun 20. Panel peristiwa Pasca-KAA 1992 dibuatlah diorama yang 21. Panel ulasan pers dan 25 tahun KAA menggambarkan situasi pembukaan 22. Panel konsepsi KAA Konferensi Asia Afrika1955. Pada diorama 23. Panel ide dan pemikiran tentang KAA tersebut tampak Presiden RI Soekarno 24. Panel foto dan pencetus gagasan KAA sedang menyampaikan pidato pembukaan 25. Panel para ketua delegasi dan di belakangnya duduk Wakil Presiden 136 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 127-142

26. Multimedia sejarah KAA, Gedung pun melewati depan gedung ini sehingga Merdeka dan Museum KAA dapat memudahkan bagi wisatawan yang 27. Multimedia profil negara peserta KAA berkunjung secara perorangan. 28. Multimedia keadaan Pasca-KAA 29. Ruang Perpustakaan 4.3 Amenitas 30. Ruang Audio Visual Amenitas adalah fasilitas 31. Ruang Souvenir pendukung demi kelancaran kegiatan yang juga ditunjukkan untuk memberikan 4. Potensi Gedung Merdeka sebagai kenyamanan kepada wisatawan. Di sekitar Objek Wisata Gedung Merdeka terdapat hotel, restoran, 4.1 Atraksi kafe, bank, dan apotek. Hotel yang Atraksi merupakan daya tarik dari berdekatan dengan Gedung Merdeka di objek wisata suatu daerah yang dapat antaranya Hotel Savoy Homann Bidakara menarik wisatawan untuk berkunjung ke dan Hotel Grand Preanger. Hotel ini tempat wisata. Gedung Merdeka memiliki termasuk salah satu hotel mewah yang ada daya tarik sebagai benda cagar budaya di Kota Bandung. Selain itu hotel ini juga yang bernilai historis. Gedung tersebut dibangun pada masa kolonial sehingga digunakan sebagai tempat Konferensi Asia memiliki corak yang khas. Di samping itu, Afrika 1955. Selain itu bangunan gedung hotel Savoy Homann dan Grand Preanger mencerminkan gaya art deco dan juga memiliki keterkaitan dengan peristiwa mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu Konferensi Asia Afrika. Dengan demikian pengetahuan, dan kebudayaan. Pada salah hotel ini dan Gedung Merdeka memiliki satu bagian Gedung Merdeka telah nilai sejarah tersendiri dan memiliki digunakan sebagai museum. Museum hubungan historis dengan penyelengaraan tersebut mengoleksi dan memamerkan Konferensi Asia Afrika. Oleh sebab itu, benda dan foto yang berkaitan dengan antara pihak hotel dan Gedung Merdeka Konferensi Asia Afrika. Dengan demikian, dapat menjalin kerja sama untuk menarik Gedung Merdeka memiliki daya tarik minat wisatawan. Gedung Merdeka pun wisata yang dapat menarik wisatawan. berada di kawasan Jalan Braga. Di kawasan ini terdapat restoran, kafe, bank, 4.2 Aksesibilitas perusahaan tour and travel, toko lukisan, Aksesbilitas adalah sarana yang toko cinderamata, toko kamera, toko buku, memberikan kemudahan kepada dan apotek, yang semuanya itu dapat wisatawan untuk mencapai daerah tujuan mendukung kegiatan wisata. wisata. Letak Gedung Merdeka yang berada di pusat kota memudahkan 5. Gedung Merdeka sebagai Destinasi wisatawan untuk berkunjung. Selain itu, Wisata posisi Gedung Merdeka yang berada di Pengembangan suatu daerah Jalan Asia Afrika mudah dijangkau dari sebagai destinasi harus memenuhi tiga terminal bus, stasiun kereta api, dan syarat, yaitu: bandara. Jarak dari Gedung Merdeka ke a. Something to see, artinya di tempat Terminal Bus Leuwi Panjang yaitu sekitar tersebut ada yang dapat dilihat dan dua kilometer, dengan Stasiun Kereta Api disaksikan. Kota Bandung berjarak sekitar satu b. Something to do, artinya di tempat setengah kilometer, dengan Bandara tersebut ada yang dapat dilakukan. Husein Sastranegara berjarak sekitar tiga Selain itu, harus ada fasilitas rekreasi kilometer. Dengan demikian wisatawan yang dapat membuat wisatawan tinggal dapat mudah menjangkau Gedung lebih lama. Merdeka dan Museum KAA dari jalur c. Something to buy, artinya di tempat manapun. Kendaraan umum (Bus Damri) tersebut harus tersedia fasilitas untuk Gedung Merdeka..... (Nandang Firman N. dan Miftahul Falah) 137

berbelanja (shopping), terutama pecinta seni Sunda. Selain itu apabila telah barang-barang souvenir dan kerajinan dijalin kerja sama dengan pihak kedutaan daerah sebagai oleh-oleh (Yoeti, 1996: negara-negara Asia Afrika, dapat juga 178). dipentaskan kesenian dari negara-negara Oleh sebab itu, dalam tersebut pengembangan Gedung Merdeka sebagai Di samping itu, perlu juga destinasi harus memenuhi syarat ditampilkan film tentang sejarah KAA, “something to see” yaitu adanya koleksi suasana Kota Bandung saat dipersiapkan Museum KAA melalui penataan pameran menyambut KAA, dan sejarah Museum dan penataan ruangan di Gedung Merdeka, KAA dalam bentuk tiga dimensi. Dalam “something to do” berupa aktifitas atau memutar film tiga dimensi harus kegiatan yang dilakukan wisatawan ketika disediakan ruangan yang lebih nyaman, mengunjungi Gedung Merdeka. Dalam hal luas, dan menarik serta sesuai kebutuhan ini dibutuhkan inovasi dan kreativitas dari wisatawan, misalnya seperti ruangan audio pihak pengelola dalam memandu wisata- visual di Museum Bank Indonesia, wan dan juga membuat program-program Museum Wayang di Jakarta, atau seperti yang dapat melibatkan pengunjung secara Bioskop XXI. Dengan demikian, ada unsur aktif. Syarat berikutnya yaitu “something entertainments di Gedung Merdeka. to buy” dengan menyediakan fasilitas untuk membeli cinderamata.

5.1 Pemenuhan Fasilitas Rekreasi dan Sarana Wisata Pengembangan Gedung Merdeka sebagai destinasi perlu memperhatikan sarana rekreasi dan sarana wisata untuk kebutuhan wisatawan. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu tujuan orang berwisata adalah untuk bersenang-senang, hiburan, dan rekreasi. Dengan demikian, sangat penting adanya berbagai macam sarana wisata yang bertujuan untuk menambah betah wisatawan mengunjungi Gedung Merdeka. Sarana wisata yang perlu ditambah dan diadakan seperti Gambar 6. Gedung Merdeka pada 2012 cafetaria, coffee shop, tempat duduk dan Sumber: Dokumentasi Pribadi (Foto diambil bersantai, ruang makan-minum untuk pada 10 Juli 2012). wisatawan. Dengan demikian, wisatawan selain dapat mengunjungi Museum KAA Koleksi pameran tetap di museum dan menelusuri Gedung Merdeka juga KAA perlu ditambah lagi dengan benda dapat makan, minum, dan bersantai di yang berhubungan dengan konferensi tempat yang telah disediakan. 1955. Salah satu benda yang dapat Setelah sarana wisata ditambah, dijadikan koleksi museum seperti mobil langkah selanjutnya yang harus sediakan yang digunakan oleh Presiden Soekarno, untuk pemenuhan kebutuhan wisatawan Moh. Hatta, Ali Sastroamidjoja, maupun ialah fasilitas rekreasi. Hal ini dapat kendaraan yang dipakai oleh perdana dilakukan dengan menyajikan pertunjukan menteri negara sponsor konferensi dan kesenian khas Bandung, misalnya dengan para pimpinan delegasi. Pihak pengelola menampilkan kesenian dari pelajar-pelajar museum harus dapat mencari keberadaan di Kota Bandung atau dari kelompok kendaraan tersebut untuk dipamerkan. Selain itu, busana yang dipakai oleh para 138 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 127-142 kepala negara dan kepala delegasi dapat memanfaatkan Jalan Cikapundung Timur dijadikan koleksi museum. Busana tersebut dan mencari alternatif lain. akan mencerminkan kebudayaan dan ciri khas negaranya dan akan menjadi sebuah 5.2 Optimalisasi Fungsi Gedung daya tarik apabila dipajangkan di museum. Merdeka Komplek Gedung Merdeka yang Museum KAA merupakan sebuah terdapat di Jalan Asia Afrika dan Jalan museum yang memamerkan peninggalan, Braga merupakan sebuah tempat favorit foto dan benda Konferensi Asia Afrika untuk para pecinta fotografi. Dengan 1955. Museum ini berada di sayap kiri demikian kegiatan fotografi ini dapat Gedung Merdeka. Selain melihat foto dijadikan sebagai daya tarik wisata. Pihak Konferensi Asia Afrika, wisatawan juga pengelola Gedung Merdeka dapat dapat menikmati fasilitas perpustakaan, memfasilitasi kegiatan fotografi dengan ruang audio visual, ruang bundar, mushola, cara menyediakan lokasi atau ruangan dan ruang souvenir. Akan tetapi, menurut yang cocok dan menarik untuk kegiatan penelitian penulis fungsi ruangan tersebut ini. Setelah itu, wisatawan yang selama ini belum dimanfaatkan secara berkunjung dapat memanfaatkan fasilitas maksimal untuk menarik wisatawan yang ini. Sebagai contoh kegiatan fotografi di berkunjung. Oleh sebab itu, perlu adanya lokasi bersejarah yaitu di kawasan Kota optimalisasi fungsi fasilitas yang ada di Tua Jakarta. Museum KAA untuk kepentingan wisatawan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengemasan yang lebih menarik lagi maupun penyajian ruangan tersebut yang lebih modern atau sesuai perkembangan kebutuhan wisatawan serta melakukan perawatan yang maksimal. Fasilitas yang ada dan perlu optimalisasi fungsi seperti:

a. Perpustakaan Perpustakaan yang ada sekarang ruangannya cukup kecil dan koleksinya pun perlu ditambah. Hal ini dapat diatasi dengan memanfaatkan gedung bekas perpustakaan daerah yang berada di belakang ruang utama (main hall) Gedung Gambar 7. Foto Grup Mahasiswa Ilmu Sejarah, Merdeka. Gedung ini terdiri dari dua lantai Usaha Perjalanan Wisata, dan dosen Unpad di dan bisa dimanfaatkan sebagai Gedung Main Hall Gedung Merdeka Perpustakaan KAA. Setelah itu, fasilitas Sumber: Dokumentasi Pribadi (Foto diambil Pada 13 September 2011). dan koleksi perpustakaan harus ditingkatkan dan penataan ruangan yang Selain itu, area parkir perlu artistik dan menarik. diperluas agar dapat menampung kendaraan lebih banyak, karena wisatawan b. Ruang Audio Visual yang berkunjung ke Museum KAA tidak Ruang audio visual merupakan hanya dari kalangan pendidikan melainkan ruangan tempat ditanyangkannya film-film masyarakat umum juga. Wisatawan dokumenter terkait Konferensi Asia biasanya berkunjung secara rombongan Afrika. Konsep ruangan ini seperti ruang dan memakai jasa angkutan bus pariwisata. perkuliahan yang disediakan proyektor dan Selain memanfaatkan tempat parkir yang kursi yang berjejer. Selain itu, tidak semua ada di sebelah Gedung Merdeka juga dapat pengunjung Museum KAA tertarik masuk ruangan ini karena pintu masuknya berada Gedung Merdeka..... (Nandang Firman N. dan Miftahul Falah) 139

di koridor belakang ruangan pameran utama. Di Samping itu, kurang informasi mengenai adanya pemutaran film dokumenter yang dapat dilihat di ruangan audio visual. Supaya menarik wisatawan masuk ke ruang audio visual, konsep dekorasi ruangan tersebut harus lebih menarik dan modern. Ruang audio visual agar lebih menarik wisatawan yang berkunjung diusahakan seperti ruangan Bioskop. Di samping itu, film-film yang disajikan tidak hanya dalam bentuk dokumenter, tetapi dalam bentuk film tiga dimensi seperti yang ada pada Museum Wayang di Kota Tua Jakarta. Gambar 8. Jenis Souvenir yang ditawarkan Penulis. c. Ruang Souvenir Sumber: Dokumentasi Pribadi, Ruang souvenir selama ini hanya 29 September 2012. menjual cinderamata yang berkaitan dengan Konferensi Asia Afrika. Setelah optimalisasi fungsi Cinderamata itu seperti pin, mug, fasilitas yang ada di Museum KAA untuk gantungan kunci, kaos yang gambarnya kepentingan wisatawan, langkah selanjut- bertema KAA. Hal ini sudah menarik nya yaitu optimalisasi fungsi ruangan dan untuk wisatawan membelinya, tetapi lokasi fasilitas yang ada di komplek Gedung tempat penjualannya yang kecil dan Merdeka. Ruangan VIP yang berada di berdekatan dengan toilet menjadi kurang sebelah ruang utama harus dapat dilihat strategis. Oleh sebab itu, ruangan souvenir dan dikunjungi wisatawan. Mengingat juga harus diperhatikan dan ditempatkan di ruang ini memiliki nilai historis serta ruangan yang luas dan strategis serta memiliki gaya yang khas serta jumlah penataan yang menarik dan membuat ruangannya lebih dari satu buah. Apabila wisatawan ingin mendatanginya. Di hal ini dijadikan daya tarik maka samping itu, ragam cinderamata yang pengunjung akan merasa lebih dijual dapat ditambah dengan kerajinan mendapatkan pengetahuan dan unsur khas Bandung atau Jawa Barat. Dengan rekreasi. demikian wistawan yang berkunjung ke Dengan cara melihat ruangan VIP, Gedung Merdeka akan mengetahui jenis wisatawan akan mengetahui tokoh dunia kerajinan khas Kota Bandung dan Jawa mana saja yang pernah berada di ruangan Barat. tersebut. Di samping itu, wisatawan juga akan mendapatkan pengalaman berharga bahwa ia telah mengetahui dan melihat langsung ruangan dan kursi yang dipakai para tamu negara ketika istirahat saat Konferensi Asia Afrika 1955. Dengan demikian, perlu adanya informasi yang jelas di setiap benda-benda yang ada di ruangan VIP dan komplek Gedung Merdeka. Gedung Merdeka merupakan ba- ngunan yang didirikan pada masa kolonial serta menjadi salah satu bangunan yang representatif untuk ukuran zamannya. Hal 140 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 127-142

tersebut dapat dilihat dari gaya arsitektur pengusaha ekonomi kreatif di Kota gedung serta langit-langit di dalam Bandung, perguruan tinggi, penggiat seni ruangan. Jika wisatawan mengunjungi dan hobi, bank, radio, serta media cetak ruangan VIP, maka akan terlihat unsur dan elektronik. Hal ini dimaksudkan agar kemegahan dan nilai estetis dari Gedung mendapat dukungan dan bantuan dalam Merdeka. Langit-langit di ruangan VIP penyelengaraan kegiatan yang direncana- masih memperlihatkan gaya arsitekturnya. kan, serta untuk pemasaran wisata. Di Bukan hanya ruangan VIP yang samping itu, pihak-pihak yang telah dapat dilihat dan dinikmati oleh bekerja sama dapat meramaikan dan wisatawan, tetapi ruangan yang berada di menghidupkan Gedung Merdeka dengan lantai dua pun perlu ditawarkan ke berbagai macam kegiatan dan hiburan serta wisatawan. Di ruangan tersebut masih dapat mengisi stand penjualan souvenir. terdapat lampu hias dan lantai yang Pelaksanaan kerja sama dapat dilakukan diperkirakan berasal dari masa kolonial melalui perjanjian yang dapat memberikan (Wawancara dengan Agus pada 26 keuntungan bagi kedua belah pihak. September 2012). Setelah itu ruangan bawah tanah pun perlu adanya perawatan 5.4 Promosi yang maksimal. Dengan perawatan dan Salah satu kegiatan untuk penataan yang baik, ruangan tersebut dapat mengenalkan sebuah objek wisata agar ditawarkan ke wisatawan untuk dikunjungi wisatawan adalah dengan dikunjungi. melakukan promosi. Dengan melakukan Dalam optimalisasi fungsi Gedung kegiatan promosi yang dilakukan secara Merdeka sebagai objek wisata perlu menarik dan sampai kepada calon diperhatikan juga beberapa aspek berikut: wisatawan, diharapkan dapat meningkat- a. Penampilan pintu masuk, petunjuk kan arus kunjungan. Promosi pariwisata arah dan denah lokasi, serta bagian bertujuan untuk memberitahukan segala informasi atau customer service. sesuatu yang berhubungan dengan b. Sirkulasi kunjungan wisatawan dalam kepariwisataan, membujuk calon wisatan mengunjungi area pameran dan tata untuk berkunjung ke Gedung Merdeka. letak ruangan di Gedung Merdeka. Promosi ini dapat dilakukan dengan cara c. Daya dukung bahan audio visual, pemasangan iklan di berbagai media cetak pengeras suara, dan pramuwisata yang dan elektronik, berbagai promosi menyajikan informasi yang menarik penjualan, hubungan masyarakat, dan tidak membosankan (Yoeti, 2006: penyelenggaraan paket wisata pengenalan 17). (Wahab, 1992: 252). Promosi dapat dilakukan dengan mendatangi secara 5.3 Kerja Sama langsung ke sekolah-sekolah. Di samping Dalam pengembangan Gedung itu, bekerja sama dengan biro perjalanan Merdeka sebagai objek wisata budaya di wisata sehingga Gedung Merdeka Kota Bandung dibutuhkan juga dukungan dimasukan dalam paket wisata. Promosi dari berbagai kalangaan. Oleh sebab itu, dapat juga dilakukan dengan mengikuti pengelola Gedung Merdeka dan Museum kegiatan dan pameran pariwisata, lewat KAA dituntut untuk dapat mengadakan radio, televisi, dan internet. Untuk promosi kerja sama dengan berbagai pihak. Kerja dengan media booklet dan brosur harus sama tersebut dapat dilakukan dengan tetap dilakukan oleh pihak pengelola. pemerintah kota, pihak swasta, dan Mengingat di Kota Bandung banyak masyarakat Kota Bandung. Kerja sama terdapat tempat strategis yang menjadi dengan pihak swasta dapat dilakukan pintu masuk wisatawan, maka promosi dengan pengusaha tour and travel, dengan menggunakan papan reklame harus organisasi kepariwisataan, hotel, restoran, diusahakan. Dengan adanya papan reklame Gedung Merdeka..... (Nandang Firman N. dan Miftahul Falah) 141 di lokasi strategis diharapkan dapat UCAPAN TERIMA KASIH memudahkan orang mengetahui adanya Ucapan terima kasih penulis Gedung Merdeka dan Museum Konferensi sampaikan kepada Asep Bahrimansyah Asia Afrika sebagai objek wisata di Kota Gunawan, M.Hum., beserta staf Museum Bandung. Konferensi Asia Afrika dan staf Badan Pengelola Gedung Merdeka yang telah D. PENUTUP berkenan menjadi narasumber dan Gedung Merdeka adalah salah satu membantu proses pengumpulan dokumen benda cagar budaya yang dapat dijadikan penelitian. sebagai objek wisata di Kota Bandung. Daya tarik wisata yang ditawarkan yaitu DAFTAR SUMBER adanya Museum Konferensi Asia Afrika 1. Laporan, Skripsi, dan Disertasi (KAA) dan nilai historis gedung tersebut BPS Kota Bandung. 2011. yang berhubungan dengan penyeleng- Kota Bandung dalam Angka Tahun 2011. garaan KAA 1955. Di dalam Museum KAA dipamerkan benda dan foto yang Departemen Luar Negeri RI. Direktorat berhubungan dengan peristiwa konferensi Diplomasi Publik; Ditjen Informasi dan keadaan fisik gedung tersebut yang dan Diplomasi Publik. 2011. masih kokoh. Komplek Gedung Merdeka Revitalisasi Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung; Kegiatan Tahun- sebagai bukti sejarah KAA 1955 belum Jamak 2008-2012. secara optimal dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Masih adanya ruangan yang Hardjasaputra, A. Sobana. 2002. belum dapat dikunjungi oleh wisatawan, “Perubahan Sosial di Bandung 1810- koleksi Museum KAA yang kurang 1906”. Disertasi. Depok: Program variatif, minimnya sarana wisata yang Pascasarjana Fakultas Sastra Universitas Indonesia. tersedia, dan promosi yang belum maksimal dilakukan sehingga membuat Rakhman, Krishna Taufiq. 2011. Museum KAA belum menjadi objek “Dinamika Pemasaran Objek wisata wisata unggulan. Cipanas Kabupaten Garut (1986- Gedung Merdeka dan Museum 2009)”. Skripsi. Jatinangor: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra KAA sangat penting untuk terus Universitas Padjadjaran. dikembangkan dan dilestarikan. Pengem- bangan tersebut dapat dilakukan melalui 2. Buku pariwisata. Pariwisata merupakan pilihan Abdulgani, Roeslan. 2011. yang sesuai untuk mendukung usaha The Bandung Connection; Konferensi pelestarian serta penyebarluasan semangat Asia Afrika di Bandung Tahun 1955. KAA. Oleh sebab itu, perlu optimalisasi MKAA, Dirjen Diplik Kemenlu RI. fungsi gedung tersebut sebagai daya tarik Buitenweg, Hein. 1976. wisata, pemenuhan sarana wisata, Bandoeng. Wassenaar: Servire B.V. menambah koleksi Museum KAA, pemutaran film tiga dimensi, dan Ekadjati, Edi S. 1981. Sejarah Kota Bandung Periode pertunjukan kesenian yang diharapkan Revolusi Kemerdekaan (1945-1950). dapat membuat wisatawan lebih tertarik Bandung: Pemerintah Kotamadya untuk berkunjung. Guna mewujudkan Daerah Tingkat II Bandung dan semua itu, diperlukan sebuah manajemen Universitas Padjadjaran. organisasi yang bertanggung jawab penuh atas komplek gedung tersebut sebagai objek wisata.

142 Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 127-142

______. 2004. Panduan Museum Konferensi Asia Afrika. Bandung: Museum Konferensi Asia Afrika. Herlina, Nina. 2008. Metode Sejarah. Bandung: Satya Historika. Hutagalung, Ridwan dan Taufanny Nugraha. 2008. Braga; Jantung Parijs Van Java. Depok: Ka Bandung. MKAA, Dirjen Diplik Kemenlu RI. 2011. Sejarah Konferensi Asia Afrika. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahab, Salah. 1992. Pemasaran Pariwisata (terjemahan). Jakarta: Pradnya Paramita. Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa ______. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa ______. 2006. Pariwisata Budaya: Masalah dan Solusinya. Jakarta: Pradnya Paramita.

3. Sumber Lisan Agus Bunyamin (44 Tahun). 2012. PNS Badan Pengelola Gedung Merdeka. Wawancara, Bandung, 26 September 2012.

Tinjauan Buku 143

Tinjauan Buku

JudulBuku : Jejak Rasa Nusantara, Sejarah Makanan Indonesia Penulis : Fadly Rahman Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tahun : 2016 Halaman : xxii + 395 hlm.

Membaca Sejarah Cita Rasa Kuliner di Indonesia

Menjelaskan dinamika dalam perkembangan makanan di Indonesia merupakan inti bahasan dari buku ini. Tujuan pokoknya ialah memahami unsur-unsur sejarah, berupa budidaya pangan, politik, ekonomi dan budaya yang membentuk perkembangan citra makanan di Indonesia dan memaparkan saling keterkaitan antara unsur-unsur tersebut. Buku sejarah makanan di Indonesia dalam persfektif global ini merupakan hasil penelitian Fadly Rahman untuk tesisnya dalam rangka memeroleh gelar Master of Arts dalam Bidang Sejarah di Universitas Gajah Mada. Fadly Rahman, seorang sejarawan, pengajar pada program studi Sejarah Universitas Padjadjaran, banyak menyoroti sejarah makanan. Tulisannya dalam bidang sejarah dan kuliner Indonesia dalam persfektif sejarah banyak tersebar di beberapa media massa nasional. Selain buku ini, sebelumnya pada tahun 2011, ia menerbitkan buku berjudul Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial (1870-1942) yang merupakan hasil penelitian dalam rangka Skripsinya di jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran. Ia juga menjadi kontributor dalam penyusunan buku mengenai sejarah dan budaya kuliner karya Sri Owen yang berjudul Indonesia Food (2009) dan Culture, Cuisene, Cooking: An East Java Peranakan Memoir (2015), Karya Siu Ling Ko. Menurut Fadly, Indonesia memiliki keragaman dan keunikan budaya serta kekayaan cita rasa kuliner yang terbentuk melalui proses berkurun waktu panjang, serta dipengaruhi berbagai unsur global. Dalam sistematika penulisannya, ia membagi struktur buku ini ke dalam delapan bab, yang dibuka dengan bagian Pendahuluan. Selanjutnya mengikuti alur rangkaian waktu dan tema-tema pada tiap bagiannya yang dipecah ke dalam enam Bab. Pada bagian akhir diletakkan bab penutup yang merangkum dan mengabstraksikan temuan-temuan hasil penelitiannya. Umumnya pada tulisan penelitian sejarah, banyak referensi dan catatan kaki yang digunakan penulis. Namun berbagai referensi dan catatan kaki tersebut diletakkan di bagian akhir buku, berupa Catatan Akhir. Tata letak seperti ini membantu pembaca, sehingga tidak terganggu dalam melahap 144 Patanjala Vol. 9 No. 1Maret 2017:143- 145 bacaannya, namun tetap memudahkan pembaca jika ingin mengetahui penjelasan yang lebih detail dari paparan penulis. Pada bagian awal buku, sebelum masuk pada bab pendahuluan, Fadly menyajikan „Prakata‟ yang menarik. Prakata ini sejajar dengan abstrak dalam penulisan hasil penelitian ilmiah. Abstrak merupakan bentuk ringkas dari suatu tulisan, yang berfungsi memudahkan pembaca untuk mengetahui isi tulisan tersebut tanpa membaca tulisan secara keseluruhan. Dalam prakatanya, Ia memberikan konteks dan gambaran umum yang mencakup hasil temuan dan kesimpulan dari penelitiannya yang tertuang dalam buku ini. “Kesimpulan dari buku ini menunjukkan bahwa perkembangan makanan di Indonesia adalah kelanjutan dari fase perkembangan makanan sejak masa kuno hingga kolonial yang berlangsung dalam proses menemu-ciptakan dan membaharui makanan” (hlm. xvi). Prakata tersebut seolah ingin menghantarkan pembaca untuk membaca lebih lanjut uraian-uraian yang tersaji dalam buku ini. Hal ini memudahkan pembaca untuk mencerna isi buku. Mengajak pembaca untuk „mencicipi‟ buku secara deduktif (dari umum ke khusus) terlebih dahulu, dan setelah itu, mempersilahkan „mengunyah‟ hidangan data yang kemudian dianalisis dan mengarah pada temuan-temuan serta kesimpulan yang bersifat induktif (dari khusus ke umum). Bab pendahuluan menampilkan konteks dan arti penting pembahasan mengenai sejarah kuliner Indonesia. Sedangkan pada bab satu hingga bab enam terpapar rangkaian narasi dan deskripsi yang membahas temuan-temuan penting terkait cita rasa Nusantara. Dimulai dengan deskripsi makanan Indonesia yang terdapat dalam naskah–naskah kuno, memaparkan ketika masyarakat masih membuat makanan dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar. Berlanjut kepada perjumpaan antara cita rasa lokal dengan cita rasa bangsa Tiongkok, India, Arab dan Eropa yang membawa bahan makanan, cara mengolah dan meracik makanan baru di Nusantara. Budaya asing yang membentuk selera Nusantara. Kemudian diceritakan pengaruh dari tradisi kelisanan ke keberaksaraan dalam kuliner Nusantara melalui terbitnya buku-buku kuliner. Salah satu temuan dalam penelitiannya ialah “perkembangan budidaya pangan sejak abad ke-19 hingga awal abad ke-20 memantik munculnya perkembangan ilmu makanan dan gastronomi sebagai wujud pembaharuan (innovation) makanan yang ditandai terciptanya Indische keuken (kuliner indis)” (hlm. xvi).Proses dan dinamika pembentukan cita rasa yang berlangsung dipengaruhi oleh perubahan lingkungan alam, sosial, politik dan budaya sepanjang sejarah yang dimulai dari sebelum terbentuknya negara bangsa Indonesia hingga zaman Indonesia merdeka. Pembahasan diakhiri dengan narasi proyek pengerjaan dan terbitnya buku masak nasional pertama di Indonesia, yaitu Mustika Rasa(1960-1967) yang menurutnya merupakan “suatu usaha dekonstruksi terhadap Indische keuken”(hlm. xvi). Di bagian penutup buku ini, Fadly mengkritik mengenai kecenderungan pengungkapan untuk mengoposisibiner-kan antara “makanan modern” dan “makanan tradisional” dalam konteks makanan Indonesia saat ini. Menurutnya, “Biner semacam itu sungguh menggelikan karena cenderung menjunjung satu cita rasa dan mengecilkan citarasa lainnya” (hlm. 286). Selanjutnya ia memberikan solusi terkait hal ini. “Hal penting untuk diwujudkan bukan dengan mereproduksi biner, tapi menyelisik adanya fakta keharmonisan antara unsur makanan global dan lokal yang telah menubuh dalam berbagai jenis makanan (masakan, kue dan minuman) di Indonesia” (hlm. 286). Kiranya benar apa yang dikatakan Fadly dalam bagian pendahuluan buku ini, “Perjalanan Sejarah makanan yang tertuang dalam buku ini menjadi sesuatu yang penting, yaitu untuk memahami bagaimana persoalan makanan Indonesia didudukkan dalam sejarah dan juga sebaliknya, bagaimana sejarah Indonesia dilihat dari persoalan makanan” (hlm. 16). Tinjauan Buku 145

Meskipun minim ilustrasi visual, namun dalam buku ini juga tercetak beberapa gambar ilustrasi sampul muka buku resep zaman dulu, yang menjadi hiburan tersendiri bagi pembaca narasi sejarah kuliner Nusantara ini. Melalui buku ini Fadly berhasil mendedah dinamika terbentuknya cita rasa Nusantara dari masa kuno hingga masa kolonial. Persoalan-persoalan pembentukan cita rasa makanan Indonesia sebagaimana dipaparkan buku ini, berkaitan erat dengan pertemuan-pertemuan budaya lokal dengan pengaruh global sepanjang sejarahnya. Jika ingin mengetahui sejarah terbentuknya cita rasa makanan Indonesia, buku ini tepat untuk dibaca sebagai rujukan. Fadly menceritakan sembari menunjukkan apa dan bagaimana citra makanan di Indonesia dan bagaimana (seharusnya) menyikapinya. Menyadarkan sekaligus mencerahkan(Arief Dwinanto).

Biodata Penulis

BIODATA PENULIS

DWI VINA LESTARI, lahir di Situjuh Batur pada 4 Oktober 1990. Memperoleh gelar Sarjana pada program studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran pada 2012. Skripsi S1 yang dirampungkannya berjudul “Dinamika Pembangunan Masyarakat Kabupaten Garut 1993-2008” (2012). Saat ini sedang merampungkan jenjang pasca sarjana dengan program studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran. Saat ini tinggal di Bandung.

M. HALWI DAHLAN, lahir di Makassar pada tanggal 15 April 1967. Memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Hassanudin (UNHAS) tahun 1991. Mulai bekerja pada BKSNT Bandung pada tahun 1998 hingga sekarang. Sekarang menduduki jabatan Peneliti Muda pada BPNB Jawa Barat. Hasil Penelitian yang diterbitkan, antara lain: Sejarah Pembangunan Kabupaten Lebak: Pelita V sampai Masa Reformasi (2005); Sejarah dan Perkembangan Transmigrasi di Indonesia: Gedongtataan di Propinsi Lampung (2006); Sejarah Kabupaten Pandeglang (1874-2003) (2006); Kabupaten Lampung Selatan. Suatu Tinjauan Sejarah Daerah (2007), Ronggeng Bugis dalam Tinjauan Sejarah Kebudayaan (2012), Perpindahan Penduduk dalam Tiga Masa: Kolonisasi, Kokuminggakari, dan Transmigrasi di Provinsi Lampung 1905-1979 (2014).

IIM IMADUDIN, lahir di Karawang pada tanggal 16 Januari 1975. Memeroleh gelar Sarjana Sejarah UNPAD tahun 1998. Memeroleh gelar Magister Humaniora Program Studi Ilmu-ilmu Sastra Konsentrasi Ilmu Sejarah UNPAD tahun 2013. Pada tahun 2000 menjadi PNS di BKSNT Padang, dan pindah ke BPSNT Bandung pada tahun 2005. Sekarang menjadi Peneliti Madya di BPNB (Balai Pelestarian Nilai Budaya) Jawa Barat. Hasil-hasil penelitian yang diterbitkan antara lain: Perlawanan Petani di Tanah Partikelir Tanjoeng Oost Batavia Tahun 1916 (2015); Pendidikan Kolonial dan Politik Asosiasi: Kajian atas Memoar Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat 1877-1943 (2015); H.M Arief Mahya: Ulama, Pejuang, dan Tokoh Pendidikan Lampung (2016), Perdagangan Lada di Lampung dalam Tiga Masa 1653-1930 (2016).

LIA NURALIA, lahir di Garut tanggal 5 November 1972. Memperoleh gelar Sarjana Sejarah di UNPAD Bandung tahun 1997, dan Magister Arkeologi di Universitas Indonesia tahun 2016. Sekarang menjabat sebagai Peneliti Madya pada Balai Arkeologi (BALAR) Bandung. Hasil penelitian yang sudah diterbitkan, antara lain: Peranan dan Fungsi Jalan Kereta Api Abad ke-19 sampai Abad ke-20 Masehi di Priangan Jawa Barat (2010); Objek Arkeologi di Kecamatan Leuwidamar: Beberapa Indikasi Keberadaan Kota Tua Abad XIX (2013); Peran Elite Pribumi dalam EksploitasiKapitalisme Kolonial : Komparasi Antara Prasasti dan Arsip (2015); dan Permukiman Emplasemen Perkebunan Batulawang di Afdeling Lemah Nendeut di Ciamis Jawa Barat (2016).

Patanjala Vol. 9 No.1Maret 2017

MIFTAHUL FALAH, lahir di Tasikmalaya pada 4 Agustus 1972. Memperoleh gelar Magister (S2) pada program studi Ilmu Sejarah, Universitas Padjadjaran. Saat ini bekerja sebagai dosen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran. Karya yang telah dipublikasikan, di antaranya: Sejarah Kabupaten Pangandaran (Pemkab Pangandaran, diterbitkan pada 2016), Sejarah Kebudayaan Sunda (Pemprov Jabar, diterbitkan pada 2015), Perjuangan Ki Bagus Rangin (Pemprov Jabar, 2015), Kota-Kota di Priangan Timur pada Abad XX (Tinjauan Sejarah dan Morfologi Kota) sebagai Bahan Kebijakan Tata Ruang Kota (PUPT Dikti, 2015), Perencanaan Kawasan Perkotaan di Priangan Timur Pada Abad XX-XXI; Studi Kasus Kota Tasikmalaya (Hibah Kompetitif Unpad, 2015).

NANDANG FIRMAN NURGIANSYAH, lahir di Subangpada 10 Oktober 1988. Memperoleh gelar sarjana Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran pada tahun 2012. Menyelesaikan jenjang S2 program studi Kajian Budaya, Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaranpada tahun 2015. Saat ini bekerja sebagai Dosen tidak tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Subang. Karya yang pernah dibuat, di antaranya: Objek Wisata Budaya Gedung Merdeka di Kota Bandung dan Upaya Pengembangannya, Kreasi Budaya Jaipong Layung Grup di Kabupaten Subang.

NANDANG RUSNANDAR, lahir di Purwakarta pada tanggal 8 Agustus 1962. Memeroleh gelar Sarjana Sastra Sunda di Universitas Padjadjaran (UNPAD) tahun 1986. Pada tahun 1990 bekerja di BKSNT Bandung. Pada 2009 menyelesaikan studi S-2 di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran. Sekarang menjadi Peneliti Madya pada BPNB Jawa Barat. Hasil-hasil penelitian yang sudah diterbitkan antara lain: Seba Puncak Ritual Masyarakat Baduy Kabupaten Lebak Provinsi Banten (2013);Arsitektur Tradisional di Kasepuhan Sinar ResmiKabupaten Sukabumi Jawa Barat (2014); Tata Cara dan Ritual Mendirikan Rumah di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya (2015), Beas Perelek; Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Purwakarta (2016).

RIA INTANI T., lahir di Yogyakarta pada tanggal 23 Desember 1963. Memperoleh gelar Sarjana Antropologi UNPAD tahun 1989. Mulai bekerja sebagai staf teknis di BKSNT Bandung pada tahun 1990. Sekarang menduduki jabatan Peneliti Madya pada BPNB Jawa Barat. Hasil-hasil penelitian yang sudah diterbitkan antara lain : Rumah Junti di Desa Juntikebon Kecamatan Juntiyuat Kecamatan Indramayu (2012); Konsep Tata Ruang Rumah Tinggal Masyarakat Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis (2013); Kiat Penjual Tradisional dalam Menembus Pasar (2014); Pengobatan Tradisional di Kalangan Anak-anak (Studi Kasus Kecamatan Soreang) (2015), Regenerasi Topeng Randegan (2016).

RISA NOPIANTI, lahir di Bandung pada tanggal 17 November 1979. Memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (UNPAD) tahun 2004. Mulai bekerja di Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional pada 2011. Sekarang menduduki jabatan sebagai PenelitiPertama di BPNB Jawa Barat. Hasil penelitian yang sudah diterbitkan berjudul Cingcowong dari Sakral ke Profan (2013);Dari Ronggeng Gunung ke Ronggeng Kaler: Perubahan Nilai dan Fungsi (2014); Interaksi Sosial dalam Pembentukan Kepribadian Masyarakat Cina Benteng (2015), Leuit si Jimat; Wujud Solidaritas Sosial Masyarakat Kasepuhan Sinarresmi (2016) . Biodata Penulis

YUZAR PURNAMA, lahir di Bandung tanggal 28 April 1964. Memeroleh gelar Sarjana Sastra Sunda tahun 1989. Pernah menjadi staf pengajar Bahasa Indonesia di SMP YP 17 Bandung. Sekarang menjabat Peneliti Madya di BPNB Jawa Barat. Hasil-hasil penelitian yang diterbitkan, antara lain: Arsitektur Masjid Agung Banten Lama (2011); Tradisi Kehidupan Pesantren Rancabogo Garut (2012);dan Fungsi dan Simbol Batik Khas Lampung (2013), Studi Kepercayaan Masyarakat Jatigede (2014); Dampak Pembangunan Waduk Jatigede terhadap Kehidupan Sosial Masyarakatnya (2015); Kearifan Lokal Masyarakat Jatigede dalam Pengobatan Tradisional (2016), Mitologi Saedah Saenih; Cerita Rakyat dari Indramayu (2016).

Judul Artikel… (nama penulis)

PANDUAN BAGI PENULIS JURNAL PATANJALA (font Berlin Sans FB 16, bold, spasi 1. Judul harus mencerminkan inti dari isi tulisan, bersifat spesifik, efektif, dan panjangnya maksimal 11 kata. Judul ditulis dengan huruf kapital tebal)

GUIDELINES FOR AUTHORS OF PATANJALA JOURNAL (font Berlin Sans FB 12, italic, spasi 1)

Nama Penulis (Times New Roman 11, Bold, spasi 1, tanpa menyebut gelar) Afiliasi lembaga (nama lembaga tempat penulis bekerja, alamat lembaga, tanpa nomor telp/fax lembaga) Alamat e-mail penulis (Times New Roman 10, spasi 1, spacing after 6 pt)

Abstrak (Times New Roman 10, Bold, spasi 1, before 0 pt, after 6 pt) Abstrak diletakkan di bawah email pribadi. Abstrak bukan ringkasan, melainkan esensi isi keseluruhan tulisan yang di dalamnya memuat: (1) tujuan penelitian; (2) metode yang digunakan; (3) pernyataan singkat hasil yang diperoleh dari lapangan; (4) kesimpulan. Panjang abstrak antara 100 sampai 150 kata, 1 spasi, dan ditulis dalam bentuk 1 paragraf. Di bawah abstrak dituliskan kata kunci antara 3-5 kata. Kata kunci dapat berupa kata tunggal dan kata majemuk. Kata kunci: panduan, penulis, artikel.

Abstract (Times New Roman 10, Bold, spasi 1, before 0 pt, after 6 pt) Abstract put under the email of author. Abstract is a brief description of the entire article that contains: (1) the purpose for the research, (2) the methods used, (3) a brief statement of the results obtained from the field; (4) conclution. Abstract length between 100 to 150 words, 1 spacing, and written in the form of one paragraph. Under the abstract, keyword written between 3-5 words. Keywords can be single word and compound words. Keywords: guidelines, author, article.

A. PENDAHULUAN B. METODE PENELITIAN (jenis huruf Albertus Extra Bold (Albertus Extra Bold 10) ukuran 10) Metode Penelitian memuat metode Pendahuluan memuat latar belakang, yang digunakan dan proses penelitian. permasalahan, tinjauan pustaka, teori, Metode Penelitian menggunakan font konsep-konsep, tujuan, dan ruang lingkup Times New Roman 11, spasi 1. (materi dan wilayah). Tinjauan pustaka tidak sekadar menilai isi buku, tetapi apa C. HASIL DAN BAHASAN yang membedakan artikel penulis dengan (Albertus Extra Bold 10) kajian terdahulu. Unsur-unsur dalam 1. Subbab Pendahuluan tersebut tidak perlu Subbab menggunakan angka: 1, 2, 3, dieksplisitkan. Panjang bagian selanjutnya a, b, c, dst. Selanjutnya 1), 2), Pendahuluan sekitar 2-3 halaman. Bagian 3), 4) dst. Selanjutnya a), b), c), d) dst. Pendahuluan menggunakan font Times Selanjutnya (1), (2), (3), dst. New Roman 11, spasi 1. Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 1 - 16

Hasil dan Bahasan, memuat uraian Tabel 1. Jumlah Perusahaan Industri dan data hasil lapangan dan analisisnya. Hasil Tenaga Kerja di Provinsi Lampung dan Bahasan menggunakan font Times Tahun Industri Besar New Roman 11, spasi 1.

2. Acuan Sumber (Albertus Extra Bold 10) Industri Tenaga Acuan sumber harus dicantumkan di kerja dalam teks. Acuan sumber di dalam teks, 1984 74 10.258 dicantumkan dalam kurung, dengan 1985 74 10.258 susunan: nama belakang penulis, tahun terbit, dan nomor halaman yang dikutip. 1986 76 11.925 Catatan kaki (footnote) berisi penjelasan tentang teks dan diketik di bagian bawah Sumber: Bappeda Tk.I Lampung, 1992. dari lembar teks yang dijelaskan. Khusus untuk sumber internet diletakkan di Penyajian instrumen pendukung footnote. dimaksudkan sebagai sarana informasi dalam melengkapi dan mendukung 3. Instrumen Pendukung (Albertus Extra deskripsi tulisan. Semua unsur dalam Bold 10) instrumen pendukung dapat terbaca dengan Instrumen pendukung dapat berupa jelas. gambar, foto, grafik, bagan, tabel, dan sebagainya. D. PENUTUP (Albertus Extra Bold 10, spasi 1) a. Instrumen Foto Penutup, memuat simpulan dan (Albertus Extra Bold 10) saran. Unsur-unsur dalam penutup tersebut Untuk instrumen pendukung berupa tidak perlu dieksplisitkan. foto, keterangan dan sumber dicantumkan di bawah foto. Penulisannya menggunakan huruf kapital di awal judul. UCAPAN TERIMA KASIH (Albertus Contoh foto: Extra Bold 10, spasi 1) Ucapan terima kasih kepada pihak atau institusi yang secara signifikan membantu penelitian. Dalam hal ini dinyatakan nama, tempat kerja, dan jenis bantuan yang diberikan. Ucapan terima kasih sifatnya tidak wajib.

DAFTAR SUMBER (Albertus Extra Bold 10, spasi 1) Jumlah acuan sumber minimal Gambar 5. Piduduk sepuluh, terdiri atas 80 persen sumber Sumber: Wajidi, 2014. primer (antara lain: jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi) dan 20 persen sumber b. Instrumen Tabel (Albertus Extra Bold 10) sekunder dan diwajibkan menggunakan Untuk instrumen pendukung berupa lima sumber terbaru (sepuluh tahun tabel, judul tabel dicantumkan di atas. terakhir). Derajat kebaruan tulisan yang Adapun sumber tabel dicantumkan di diacu dengan melihat proporsi terbitan bawah tabel. Tabel hanya menggunakan mutakhir merupakan tolok ukur mutu garis horizontal. Contoh Tabel: berkala ilmiah yang penting. Hal tersebut merupakan bagian dari state of the art ilmu

Judul Artikel… (nama penulis) dan kebaruan temuan bagi ilmu (novelties, Bunga Rampai Kehidupan Sosial new to science). Budaya Masyarakat Sumedang. Bandung: Balai Pelestarian Nilai 1. Jurnal, Makalah, Laporan Budaya Bandung. Penelitian, Skripsi, dan Tesis (Albertus Extra Bold 10, spasi 1) 3. Surat Kabar dan Majalah Abdalla, Ulil Abshar. Penulisan daftar sumber menggunakan huruf “Serat Centhini, Sinkretisme Islam dan Times New Roman, Ukuran 10. Untuk sumber Dunia Jawa”. Kompas, 4 Agustus 2000, berupa blog/internet tidak dapat dijadikan hlm. 27. rujukan utama. 4. Internet Anatona. “Antara Buruh dan Budak: Nasib Hardjasaputra, A. Sobana. “Dinamika Kuli Kontrak Perkebunan di Sumatera Kehidupan Sosial Ekonomi di Priangan Timur pada Akhir Abad ke-19 Hingga 1870-1906”,diaksesdari http://resources Awal Abad ke-20”, Makalah dalam .unpad.ac.id, tanggal 24 April 2011, Konferensi Nasional Sejarah IX, Pukul 9.14 WIB. Jakarta, 5-7 Juli 2011.

Damayanti, S. 2000. 5. Sumber Lisan/Informan Perbandingan Ibing Pencak Silat dan Kherustika, Zuraida (53 tahun). 2012. Pencak Silat Gaya Cimande dan Gaya Kepala Museum Negeri Provinsi Cikalong dan Sanggar Pager Kencana Lampung Ruwa Jurai. Wawancara, dan Sanggar Panglipur Bandung. Bandar Lampung, 26 November 2012. Skripsi. Bandung: FPBS UPI. Kuswandi Md (68 tahun). 2013. Purnama, Yuzar. “Fungsi dan Simbol Batik Pensiunan Sekretaris Direksi PTPN VIII. Wawancara, Bandung, 18 Juni Khas Lampung” dalam Patanjala Vol. 5 2013. No. 3. September 2013. Hlm. 505-519. Somantri, Ria Andayani dan Nina Merlina. Catatan: “Upacara Baritan pada Masyarakat  Redaksi menerima artikel hasil Betawi di Jakarta Timur” dalam penelitian sejarah dan nilai budaya di Patanjala Vol. 6 No. 3. September wilayah kerja BPNB Jawa Barat (Jawa 2014. Hlm. 381-396. Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung) khususnya, dan umumnya 2. Buku di Indonesia. Ekadjati, Edi S. 1984.  Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia Masyarakat Sunda dan Kebudayaan. atau bahasa Inggris dan ditik 1 spasi. Jakarta: Girimukti Pusaka. Banyaknya halaman adalah 16 (termasuk daftar sumber) dan dicetak Lubis, Nina H., Ade Makmur, Abdurrachman, pada kertas A4, dengan ketentuan Patji, Awaludin Nugraha. 2003. sebagai berikut: jenis huruf Times New Kota Bontang Sejarah Ekonomi. Roman ukuran 11, margin kiri 4 cm, Bandung: Satya Historika. margin kanan 3 cm, margin atas 4 cm, margin bawah 3 cm. Jumlah halaman Scott, James C. 1993. tersebut dalam format template (2 Perlawanan Kaum Tani. Jakarta: column). Tiap alinea menjorok 10 Yayasan Obor Indonesia. ketukan spasi atau satu ketukan tab.

Thee, Kian Wie. 1981.  Penulis dapat melakukan copy-paste Pemerataan Kemiskinan Ketimpangan. artikel ke dalam template Panduan Jakarta: Sinar Harapan. Jurnal Patanjala terbaru. Bagian yang di-copy dari artikel kemudian di-paste Muhsin, Mumuh dan Bambang Rudito (eds). 2014. Patanjala Vol. 9 No. 1 Maret 2017: 1 - 16

special, dan pilih menu unformatted text. File template disediakan redaksi.

 Untuk penulisan nama-nama lokal yang belum terdaftar KBBI (upacara, permainan, judul, kesenian, lagu) menggunakan huruf kecil dan miring.  Artikel yang masuk akan diedit oleh Dewan Redaksi terkait dengan format penulisan dan ditinjau substansinya oleh Mitra Bestari yang sesuai dengan kepakarannya. Dewan Redaksi berhak menolak artikel yang formatnya tidak sesuai dengan pedoman penulisan, gaya selingkung dan substansinya tidak memenuhi syarat berdasarkan hasil telaah Mitra Bestari.  Penulis melampirkan biodata meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, pendidikan terakhir, jabatan fungsional dalam instansi, 3 (tiga) judul hasil penelitian dalam 3 tahun terakhir. Biodata dilengkapi pasfoto yang diserahkan dalam bentuk file.