Download This PDF File

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Download This PDF File ISSN 2085-9937 Patanjala Volume 9 Nomor 1 Maret 2017 Patanjala bermakna air sungai yang tiada hentinya mengalir mengikuti alur yang dilaluinya hingga ke muara. Seperti halnya karakteristik air sungai, manusia harus bekerja dan beramal baik, serta fokus pada cita-citanya. Patanjala adalah majalah ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian tentang nilai budaya, seni, dan film serta kesejarahan yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat di wilayah kerja Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. Redaksi juga menerima artikel hasil penelitian di Indonesia pada umumnya. Patanjala diterbitkan secara berkala tiga kali setiap Maret, Juni, dan September dalam satu tahun. Siapa pun dapat mengutip sebagian isi dari jurnal penelitian ini dengan ketentuan menuliskan sumbernya. Pelindung Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Penanggung Jawab Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Redaksi Ketua : Iim Imadudin, S.S., M.Hum (Sejarah) Anggota : 1. Dra. Ria Intani T. (Antropologi) 2. Dra. Lina Herlinawati (Sastra Indonesia) 3. Dra. Lasmiyati (Sejarah) 4. Hary Ganjar Budiman, S.S. (Sejarah) 5. Erik Rusmana, S.S., M.Hum (Editor Bahasa Inggris) Redaktur Pelaksana Titan Firman, S.Kom. Mitra Bestari Prof. Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A. Dr. Ade Makmur K., M.Phil (Antropologi, UNPAD) Dr. T.M. Marwanti, Dra., M.Si (Antropologi, STKS) Dr. Mumuh Muhsin Z., M.Hum (Sejarah, UNPAD) Diterbitkan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung – Bandung 40294 Telp./Faks. (022) 7804942 e-mail: [email protected] http://bpsnt-bandung.blogspot.com http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar Penata Sampul: Hary Ganjar Budiman Gambar: Golok Ciomas Sumber: Dokumentasi Risa Nopianti Dicetak oleh CV. IZDA PRIMA Permata Kopo E-33 Bandung Telp./Fax. : (022) 5435496, e-mail: [email protected] Isi di luar tanggung jawab percetakan PENGANTAR REDAKSI Akulturasi, meski bukan gejala baru dalam masyarakat, masih menjadi tema yang menarik untuk dikaji. Pada Patanjala Vol. 9 No. 1, tema akulturasi mewarnai sejumlah artikel para penulis yang berasal dari latar belakang lembaga yang berbeda. Dalam pertemuan antarbudaya, ada unsur kebudayaan yang diterima dan diolah menjadi kebudayaan sendiri. Hasilnya, ada kebudayaan yang cenderung menunjukkan perubahan secara drastis, namun ada pula yang masih memperlihatkan bentuk aslinya. Interaksi antaretnik lokal menyumbang perubahan dalam kebudayaan yang saling memengaruhi. Ketika budaya kolonial masuk, berlangsung interaksi yang dinamis dengan budaya lokal. Budaya Indis mewarnai arsitektur bangunan pada kota-kota kolonial dan gaya hidup elit pribumi. Selain tema akulturasi di terbitan kali ini, ada pula artikel yang mengulas nilai-nilai dan etos kerja pengrajin tradisional. Di luar kedua tema itu, terdapat dua artikel dengan tema yang berbeda menggambarkan gejolak yang terjadi pada awal revolusi dan pengembangan objek wisata sejarah. Miftahul Falah, Nina Herlina, dan Kunto Sofianto mengkaji perubahan morfologi kota-kota di Priangan Timur pada Abad XX-XXI. Kota-kota yang dimaksud, yaitu Kota Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya. Perubahan morfologi kota secara genetis dapat ditinjau melalui tata ruang dan infrastruktur kota, simbol kota, bangunan, dan ruang terbuka. Pada awal pertumbuhannya, karena pengaruh struktur kota tradisional, Kota Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya menunjukkan kecenderungan yang sama. Namun, dalam perkembangannya, kecenderungan keberbedaan lebih nampak, yang ditunjukkan dengan pengabaian struktur dan pola kota tradisional menuju kota kolonial. Meskipun demikian, terjadi perpaduan yang mengakomodasikan tata kota tradisional dan kota kolonial. Salah satunya, tampak pada arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi budaya Indis. Ria Intani T. menulis kehidupan pembatik di Lembur Batik Cimahi. Kecenderungan menurunnya jumlah pembatik diamati oleh penulis. Dari belasan pembatik di sanggar tersebut, kini menyisakan seorang saja. Kebanyakan dari pembatik beralih profesi. Mereka bekerja di sektor informal. Peralihan profesi dilatarbelakangi oleh meningkatnya kebutuhan hidup. Dengan bekerja di sektor informal, mereka mendapat penghasilan yang lebih besar dibandingkan bekerja sebagai pengrajin. Sementara itu, sedikit saja dari pengrajin tetap bertahan. Hal ini boleh jadi dilatari rasa tanggung jawab dan kecintaan yang mendalam dengan dunia perbatikan. Nandang Rusnandar, Sri Sulastri, dan Yani Achdiani mengungkap internalisasi nilai-nilai dalam siklus hidup masyarakat Sunda. Pada masyarakat Sunda, sosialisasi nilai-nilai kehidupan bermula ketika masa kanak-kanak melalui kegiatan ngasuh budak. Setelah memasuki usia perkawinan dilakukan upacara ngeuyeuk seureuh yang bertujuan mempersiapkan anak muda menjadi pasangan suami istri. Kemudian, pada masa kehamilan diselenggarakan serangkaian upacara adat kehamilan, sehingga suami istri siap dalam menghadapi masa kehamilan dan menjadi orang tua. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, pendidikan informal pada keluarga melalui upacara tradisional mulai memudar dengan terjadinya perubahan struktur keluarga dan cara pandang terhadap pranata pendidikan. Dwi Vina Lestari, Nina Herlina Lubis, dan R.M. Mulyadi meneliti gaya hidup elite Minangkabau di Afdeeling Agam (1837-1942). Sejak penetrasi arus kolonial makin intensif, elite Minangkabau di Afdeeling Agam mengalami perubahan, baik dalam hal status, kekuasaan, maupun sumber penghasilan. Gaya hidup elite Minangkabau dipengaruhi oleh adanya akulturasi budaya asli Minangkabau dengan budaya Barat. Gaya hidup elite tradisional Minangkabau yang menduduki jabatan kolonial mencerminkan statusnya sebagai pegawai pemerintah dan pemimpin sukunya masing-masing, sedangkan gaya hidup elite intelektual lebih banyak dipengaruhi budaya Barat. Meskipun demikian, baik elite tradisional maupun elite intelektual tetap menunjukkan identitasnya sebagai orang Minangkabau. Hal tersebut terefleksikan dari praktik keagamaan dan adat-istiadat yang tetap lestari sampai sekarang. M. Halwi Dahlan menulis gejolak yang terjadi antara pejuang dengan militer Jepang pada permulaan revolusi kemerdekaan. Usaha para pejuang untuk melucuti senjata tentara Jepang terhambat oleh hukum perang internasional tentang tawanan perang. Di beberapa daerah sempat terjadi perampasan persenjataan tersebut, namun berhasil direbut kembali oleh militer Jepang. Militer Jepang yang mempertahankan senjata mereka berdasarkan konvensi Jenewa 1929, berhadapan dengan semangat kemerdekaan dari seluruh rakyat Indonesia. Di Jawa Barat, insiden perlucutan senjata tidak sempat meluas, karena solidnya pimpinan BKR/TKR mengontrol anggotanya. Lia Nuralia dan Iim Imadudin menganalisis pengaruh akulturasi budaya terhadap dualisme sistem ekonomi masyarakat Kampung Tua di Kecamatan Abung Timur, Kabupaten Lampung Utara. Wujud akulturasi budaya antaretnik tercermin dalam arsitektur bangunan rumah tinggal, dua sistem adat lama (pepadun dan saibatin), benda-benda upacara adat Begawai. Dalam perkembangannya, akulturasi juga berpengaruh pada sistem ekonomi yang bersifat dualistik. Sistem ekonomi tradisional berdampingan modern secara bersamaan. Meskipun nilai-nilai baru masuk dan diterima sebagai akibat perkembangan zaman, nilai tradisi juga dipertahankan sebagai sumber kearifan lokal yang tetap terpelihara hingga saat ini. Yuzar Purnama mendeskripsikan kehidupan pengrajin cetik di Kabupaten Lampung Barat. Pengrajin cetik jumlahnya tidak banyak. Kenyataan tersebut sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, mereka mengalami dilema antara kebutuhan hidup dengan tanggung jawab melestarikan budaya tradisional. Mereka tetap menggeluti pekerjaan tersebut walaupun hasilnya tidak mencukupi. Kedua, tidak semua orang dapat dengan mudah mempelajari cetik, apalagi untuk memasyarakatkannya. Namun dalam perkembangannya, setelah dimodifikasi dari pentagonis menjadi diatonis, cetik lebih mudah dipelajari. Semangat pengrajin cetik dalam melestarikan seni tradisionalnya dapat menjadi potret kegigihan pelaku pelestari budaya. Risa Nopianti mengulas makna yang terkandung dalam ritual mulud golok Ciomas yang diselenggarakan setiap tanggal 12 Mulud. Ritual ini berfungsi sebagai ajang silaturahmi para pemilik golok Ciomas. Prosesi ritual ngoles atau ngulas pada golok Ciomas, dan tempa pada besi bakal golok merupakan filosofi bertemunya antara guru dan murid. Ritual yang didukung oleh pelibatan pande golok, pemimpin ritual, dan pemegang pusaka godam Si Denok turut mendorong meningkatnya popularitas golok Ciomas di kalangan masyarakat. Nandang Firman mendeskripsikan pengembangan Gedung Merdeka sebagai objek wisata. Gedung yang mulanya bernama Societeit Concordia menyimpan sejarah panjang kejayaan Preanger planters hingga menjadi tempat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika 1955. Dengan nilai historisitas yang kuat, gedung ini semestinya dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang patut diperhitungkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menawarkan perlunya penguatan pada atraksi, aksesibilitas, dan amenitas yang ditopang manajemen organisasi yang baik. Selamat membaca! ISSN 2085-9937 Patanjala Volume 9 Nomor 1 Maret 2017 DAFTAR ISI Morfologi Kota-Kota di Priangan Timur pada Abad XX– XXI; 1 – 14 Studi Kasus Kota Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya Cities Morfologi in East Priangan of The 20th and 21 st Century: A Case Study of Garut, Ciamis and Tasikmalaya Miftahul Falah, Nina Herlina, Kunto Sofianto Aktor di Balik Selembar Batik 15 – 30 (Studi Kasus di Lembur Batik Cimahi) Actor Behind A Piece
Recommended publications
  • When Sukarno Sought the Bomb: Indonesian Nuclear Aspirations in the Mid-1960S
    ROBERT M. CORNEJO When Sukarno Sought the Bomb: Indonesian Nuclear Aspirations in the Mid-1960s ROBERT M. CORNEJO1 Robert M. Cornejo is a major in the US Army and a graduate of the United States Military Academy, West Point, New York. He recently earned an M.A. in National Security Affairs from the Naval Postgraduate School, Monterey, California, and is currently a student at the Singapore Command and Staff College. lthough Indonesia’s aspirations have been Sukarno’s successor, General Suharto, agreed to inter- largely forgotten today, in the mid-1960s, it national safeguards, thereby effectively ending concerns Asought to acquire and test nuclear weapons. In- that Indonesia might go nuclear. donesian government officials began publicizing their The purpose of this article is to tell the story of intent to acquire an atom bomb shortly after the People’s Indonesia’s nuclear aspirations, study Sukarno’s deci- Republic of China (PRC) exploded its first nuclear de- sion to support nuclear weapons, and identify variables vice in October 1964. By July 1965, Indonesian Presi- that may explain why he professed to seek the bomb. dent Sukarno was publicly vaunting his country’s future The article opens by tracing the evolution of Indonesia’s nuclear status. However, Indonesia did not have the in- nuclear aspirations, from a US Atoms for Peace pro- digenous capability necessary to produce its own nuclear gram of nuclear assistance that began in 1960, to weapon, and as a result, it would have had to secure Sukarno’s declared intention to acquire an atom bomb assistance from an established nuclear weapon state to in 1965.
    [Show full text]
  • Masyumi Dalam Kontestasi Politik Orde Lama 159
    Abdul Rahman / Masyumi dalam Kontestasi Politik Orde Lama 159 MASYUMI DALAM KONTESTASI POLITIK ORDE LAMA Abdul Rahman Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar Jl. A.P Pettarani, Kampus Gunungsari Timur, Makassar Email: [email protected] Abstrak - Masyumi pada awalnya didirikan 24 Oktober 1943 sebagai pengganti MIAI (Madjlisul Islamil A'laa Indonesia) karena Jepang memerlukan suatu badan untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia melalui lembaga agama Islam. Meskipun demikian, Jepang tidak terlalu tertarik dengan partai-partai Islam yang telah ada pada zaman Belanda yang kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola pikir modern, sehingga pada minggu-minggu pertama, Jepang telah melarang Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Indonesia (PII). Selain itu Jepang juga berusaha memisahkan golongancendekiawan Islam di perkotaan dengan para kyai di pedesaan. Para kyai di pedesaan memainkan peranan lebih penting bagi Jepang karena dapat menggerakkan masyarakat untuk mendukung Perang Pasifik, sebagai buruh maupun tentara. Setelah gagal mendapatkan dukungan dari kalangan nasionalis di dalam Putera (Pusat Tenaga Rakyat), akhirnya Jepang mendirikan Masyumi. Masyumi pada zaman pendudukan Jepang belum menjadi partai namun merupakan federasi dari empat organisasi Islam yang diizinkan pada masa itu, yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam Indonesia. Setelah menjadi partai, Masyumi mendirikan surat kabar harian Abadi pada tahun 1947. Kata Kunci: Masyumi, Politik, Orde
    [Show full text]
  • Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Pertanian 2016
    PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN PERTANIAN VI 2016 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA Peranan Hasil Penelitian Pertanian dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan untuk Kesejahteraan Petani PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN PERTANIAN VI 2016 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA i Peranan Hasil Penelitian Pertanian dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan untuk Kesejahteraan Petani PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN PERTANIAN 2016 Penyunting Dr. Tri Joko, S.P., M.Sc. M. Saifur Rohman, S.P., M.Eng., Ph.D. Dr. Suryanti, S.P., M.P. Dr. Agr. Cahyo Wulandari, S.P., M.P. Agus Dwi Nugroho, S.P., M.Sc. Erlina Ambarwati, S.P., M.P. Susana Endah Ratnawati, S.Pi., M.Sc. Dr. Makruf Nurudin, S.P., M.P. Saraswati Kirana Putri, S.P. I Made Yoga Prasada, S.P. Farid Setyawan, S.P. Nuria Tri Hastuti, S.P. Diterbitkan oleh : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017 PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN PERTANIAN VI 2016 ii FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA Peranan Hasil Penelitian Pertanian dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan untuk Kesejahteraan Petani DEWAN REDAKSI Diterbitkan oleh : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA Penanggungjawab : Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Penyunting : Dr. Tri Joko, S.P., M.Sc. M. Saifur Rohman, S.P., M.Eng., Ph.D. Dr. Suryanti, S.P., M.P. Dr. Agr. Cahyo Wulandari, S.P., M.P. Agus Dwi Nugroho, S.P., M.Sc. Erlina Ambarwati, S.P., M.P. Susana Endah Ratnawati, S.Pi., M.Sc. Dr. Makruf Nurudin, S.P., M.P. Saraswati Kirana Putri, S.P. I Made Yoga Prasada, S.P. Farid Setyawan, S.P. Nuria Tri Hastuti, S.P.
    [Show full text]
  • Maryunani, Salfitrie Roos. 2019. The
    Maryunani, Salfitrie Roos. 2019. The Making of a Creative City: Bandung and Its Creative Indus- tries Ecosystem. Doctoral thesis, Goldsmiths, University of London [Thesis] https://research.gold.ac.uk/id/eprint/27684/ The version presented here may differ from the published, performed or presented work. Please go to the persistent GRO record above for more information. If you believe that any material held in the repository infringes copyright law, please contact the Repository Team at Goldsmiths, University of London via the following email address: [email protected]. The item will be removed from the repository while any claim is being investigated. For more information, please contact the GRO team: [email protected] THE MAKING OF A CREATIVE CITY: BANDUNG AND ITS CREATIVE INDUSTRIES ECOSYSTEM By: Salfitrie Roos Maryunani 33167580 A thesis submitted for the degree of Master of Philosophy Institute for Creative and Cultural Entrepreneurship Goldsmiths University of London 2018 DECLARATION Declaration of Authorship I, Salfitrie Roos Maryunani, declare that the work presented in this thesis is my own. Signed: Salfitrie Roos Maryunani Date: 21 March 2018 1 Acknowledgment All the praises and thanks be to Allah who is the Lord of the worlds, that I finally have completed doing my MPhil. It is my pleasure to acknowledge the roles of several individuals who are instrumental for completion of this research. First of all, I would like to express my gratitude to Prof. Michael Hitchcock, for the guidance and supervision as well as providing invaluable information regarding this research and the support in completing this endeavour. Also to Prof.
    [Show full text]
  • Studia Islamika
    Volume 24, Number 2, 2017 ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺍﻟﺮﺍﺑﻌﺔ ﻭﺍﻟﻌﺸﺮﻭﻥ، ﺍﻟﻌﺪﺩ ٢، ٢٠١٧ T R K S S O S S: E L, E G Achmad Ubaedillah ‘R’ N -S: A B B D Mehmet Özay E I S L C S T C اﻟﺤﺮﻛﺎت اﻟﻤﻨﺎﻫﻀﺔ ﻟﻠﻤﺸﺎﻳﺦ Raihani واﻟﻌﻠﻤﺎء اﻟﺤﻤﺮ ﻓﻲ Priangan: P E C D ( I I U P (PSII اﻻﺗﺤﺎد اﻷﺧﻀﺮ ١٩٤٢-١٩٢٠ ﻧﻤﻮذﺟﺎ Valina Singka Subekti ﳏﻤﺪ ﺇﺳﻜﻨﺪﺭ E-ISSN: 2355-6145 STUDIA ISLAMIKA STUDIA ISLAMIKA Indonesian Journal for Islamic Studies Vol. 24, no. 2, 2017 EDITOR-IN-CHIEF Azyumardi Azra MANAGING EDITOR Oman Fathurahman EDITORS Saiful Mujani Jamhari Didin Syafruddin Jajat Burhanudin Fuad Jabali Ali Munhanif Saiful Umam Ismatu Ropi Dadi Darmadi Jajang Jahroni Din Wahid INTERNATIONAL EDITORIAL BOARD M. Quraish Shihab (Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, INDONESIA) Tauk Abdullah (Indonesian Institute of Sciences (LIPI), INDONESIA) M.C. Ricklefs (Australian National University, AUSTRALIA) Martin van Bruinessen (Utrecht University, NETHERLANDS) John R. Bowen (Washington University, USA) M. Kamal Hasan (International Islamic University, MALAYSIA) Virginia M. Hooker (Australian National University, AUSTRALIA) Edwin P. Wieringa (Universität zu Köln, GERMANY) Robert W. Hefner (Boston University, USA) Rémy Madinier (Centre national de la recherche scientique (CNRS), FRANCE) R. Michael Feener (National University of Singapore, SINGAPORE) Michael F. Laffan (Princeton University, USA) ASSISTANT TO THE EDITORS Testriono Muhammad Nida' Fadlan Endi Aulia Garadian ENGLISH LANGUAGE ADVISOR Dick van der Meij Daniel Peterson ARABIC LANGUAGE ADVISOR Tb. Ade Asnawi COVER DESIGNER S. Prinka STUDIA ISLAMIKA (ISSN 0215-0492; E-ISSN: 2355-6145) is an international journal published by the Center for the Study of Islam and Society (PPIM) Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, INDONESIA.
    [Show full text]
  • Indo 13 0 1107127212 183
    DIVISIONS AND POWER IN THE INDONESIAN NATIONAL PARTY, 1965-1966* Angus McIntyre The principal division which split the PNI into two sharply opposed factions in 1965-1966 had its origins as far back as 1957, when the PKI made spectacular advances in large part at PNI expense in the 1957 regional elections in Java and South Sumatra. In Central Java, where the PKI supplanted the PNI as the region's strongest party (based on the 1955 general elections results) , the PNI reaction at the time was most outspoken. Hadisubeno, the regional party chairman, blamed the party's poor showing on its past association with the PKI1 and accordingly urged the party's central executive council to re­ view this relationship. He suggested that the party consider forming an alliance with the Masjumi (the modernist Islamic party) and the Nahdatul Ulama (NU, the traditional Islamic party).2 A conference of the Central Java PNI passed a resolution forbidding cooperation with the PKI.3 These acts were interpreted by many as a slap at President Sukarno,** who had made it increasingly clear in the preceding months that to oppose the PKI was to oppose him as well; however, the party's central leadership, no less hostile to the PKI, was unwilling to risk such an interpretation and thereby further impair its relations with Sukarno. Indeed, only a few months before, Sukarno had indicated strong displeasure with the PNI in his address to the party on the occasion of its thirtieth anniversary celebrations. He implied that PNI members had lost their commitment to the goal of a socialist or marhaenist5 society, the realization of which had been his very reason * The writer would like to express his gratitude to the Jajasan Siswa Lokantara Indonesia for providing him with the opportunity to con- duct research in Indonesia in 1966 and 1967 and to the Myer Founda­ tion for giving him financial assistance in 1967.
    [Show full text]
  • 3. Sundanese Traditional Houses in Kampung Naga.Pdf
    Volume: 3 Issues: 8 [March, 2018] pp.57-65 Journal of Tourism, Hospitality and Environment Management eISSN: 0128-178X Journal Website: www.jthem.com SUNDANESE TRADITIONAL HOUSES IN KAMPUNG NAGA, WEST JAVA AS A PART OF INDONESIAN CULTURAL TOURISM Tessa Eka Darmayanti1 1Interior Design Department, Art and Design Faculty, Maranatha Christian University, Bandung - Indonesia Accepted date: 14 February 2018 Published date: 15 April 2018 To cite this document: Darmayanti, T. E. (2018). Sundanese Traditional Houses In Kampung Naga, West Java As A Part Of Indonesian Cultural Tourism. Journal of Tourism, Hospitality and Environment Management, 3(8), 57-65. __________________________________________________________________________________________ Abstract: Cultural tourism become a promising sector and one of it comes from West Java, Indonesia known as Kampung Naga. Kampung Naga is one of Sundanese traditional villages known as Kampung Adat. The village has its own characteristics which enable to conveyance of tremendous ancient tradition be upheld until today. Traditional houses in Kampung Naga as the belief in the existence of “soul” and “breath” that may embody the cosmological values. Tritangtu known as Sundanese cosmology is possible to bring another perspective to look in- depth into Indonesian cultural tourism, especially through traditional houses embodiment. This qualitative article use Sundanese cosmology approach which will give a positive contribution in documenting Sundanese traditional buildings as sacred spaces when the founder, the belief, and the nature spirit are interrelated. Therefore, it may deliver Indonesian cultural knowledge to the worldwide. Keywords: Sundanese Cosmology, Kampung Naga, Cultural Tourism. ___________________________________________________________________________ Introduction Traditional house or Rumah Adat of Kampung Naga is a cultural process, that’s one of reason become a part of cultural tourism which focus on the various elements of culture, both tangible and intangible.
    [Show full text]
  • Ekologi & Bencana Dalam Refleksi Kebudayaan Nusantara
    Ekologi & Bencana Dalam Refleksi Kebudayaan Nusantara (Sebuah Bunga Rampai Tulisan) Karya Dolorosa Sinaga Dolorosa Karya andemi tidak sebatas urusan virus yang mematikan. Lebih dari itu, pandemi juga masalah Plingkungan, budaya, sosial, dan politik pada suatu wilayah. Pandemi dapat mendorong dan menciptakan perubahan-perubahan sosial untuk mencari wujud penyelenggaraan kekuasaan yang lebih baik, dalam kekuasaan tradisional maupun modern. Buku BHŪMIŚODHANA, Ekologi dan Bencana dalam Refleksi Kebudayaan Nusantara adalah upaya refleksi terhadap pelbagai bencana dan pandemi yang terjadi di bumi Nusantara. Harapannya ada pemahaman dan upaya-upaya yang lebih baik dalam menghadapi pelbagai bencana dan pandemi di Nusantara. 19-23 November Virtual Festival @Studio Banjarmili, Yogyakarta Bhūmiśodhana Ekologi dan Bencana dalam Refleksi Kebudayaan Nusantara (Sebuah Bunga Rampai Tulisan) Dr. Sofwan Noerwidi | Dr. Ferry Fredy Karwur Dr. Karina Arifin | Dwi Woro Retno Mastuti, M.Hum Prof. Dr. I Made Bandem | Dr. Khanizar, M.Sn Dr. Tuti Gunawan | Dr. Juniator Tulius Dr. Marko Mahin, MA | Prof. Dr. Peter B.R. Carey Dr. Amrullah Amir | Prof. DR. Misri A. Muchsin Dr. Lutfi Yondri | Dr. Adolina V. Samosir Lefaan, M.Pd Bhūmiśodhana Ekologi dan Bencana dalam Refleksi Kebudayaan Nusantara (Sebuah Bunga Rampai Tulisan) Bhūmiśodhana Ekologi dan Bencana dalam Refleksi Kebudayaan Nusantara (Sebuah Bunga Rampai Tulisan) Penulis: Dr. Sofwan Noerwidi | Dr. Ferry Fredy Karwur Dr. Karina Arifin | Dwi Woro Retno Mastuti, M.Hum Prof. Dr. I Made Bandem | Dr. Khanizar, M.Sn Dr. Tuti Gunawan | Dr. Juniator Tulius Dr. Marko Mahin, MA | Prof. Dr. Peter B.R. Carey Dr. Amrullah Amir | Prof. DR. Misri A. Muchsin, Dr. Lutfi Yondri | Dr. Adolina V. Samosir Lefaan, M.Pd Editor: Romo Mudji Sutrisno, SJ Seno Joko Suyono Imam Muhtarom Tata letak isi: Marsus Cetakan ke-1, November 2020 15,5 x 23,5 cm., vi + 336 hlm ISBN: 978-623-6791-08-0 Borobudur Writers and Cultural Festival 2020 www.borobudurwriters.id Bekerja sama dengan Cv.
    [Show full text]
  • Sejarah Sumedang Dari Masa Ke Masa
    NASKAH AKHIR TENTANG 1. Pergerakan Kebangsaan dan Gejolak Politik Lokal; 2. Kehidupan Sosial Budaya; 3. Merebut dan Mempertahankan Kemer- dekaan; 4. Pembangunan Semasa Bupati Dr. H. Don Murdono, S. H., M. Si. Untuk buku Sejarah Sumedang dari Masa ke Masa kerja sama Pusat Kebudayaan Sunda (PKS), Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran Dengan Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Sumedang Untuk memenuhi persyaratan bagi pengajuan kenaikan Golongan/ Pangkat ke IIIc/Penata pada jabatan fungsional Lektor. BAGIAN KEDUA MASA KERAJAAN HINGGA BERDIRINYA KABUPATEN SUMEDANG 4. Pergerakan Kebangsaan dan Gejolak Politik Lokal Eksploitasi kolonial yang terjadi pada abad ke-19 di Nusantara telah menciptakan kondisi-kondisi yang mendorong rakyat untuk melakukan pergerakan sosial. Dominasi ekonomi, politik, dan budaya yang berlangsung terus menerus telah menimbulkan disorganisasi di kalangan masyarakat tradisional beserta lembaga- lembaganya. Dalam menghadapi pengaruh penetrasi Barat yang memiliki kekuatan disinteragtif, masyarakat tradisional mempunyai cara-cara tersendiri. Cara-cara tersebut dilakukan mengingat di dalam sistem pemerintahan kolonial tidak terdapat lembaga untuk menyalurkan rasa tidak puas ataupun untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Oleh karena itu, satu- satunya jalan yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan gerakan sosial sebagai bentuk proses sosial.1 Gerakan sosial yang menjadi fenomena dari gejolak politik tingkat lokal sejak akhir abad ke-19 pun terjadi di Sumedang. Gerakan sosial di Sumedang yang perlu dikemukakan di sini adalah Gerakan Nyi Aciah yang terjadi pada tahun 1870-1871 dan dikategorikan sebagai sebuah gerakan keagamaan.2 Gerakan Nyi Aciah terjadi ketika Pangeran Aria Suria Kusuma Adinata atau Pangeran Sugih menjabat sebagai Bupati Sumedang (1834-1882). Ditulis oleh Miftahul Falah, S. S. sebagai bagian dari buku Sumedang dari Masa ke Masa.
    [Show full text]
  • ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﻥ ١٦ ﺍﻟﻤﻴﻼﺩﻱ T M M  R   Psii: a C B  K.H
    Volume 20, Number 1, 2013 ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺍﻟﻌﺸﺮﻭﻥ، ﺍﻟﻌﺪﺩ ١، ٢٠١٣ B M I : ﺍﻟﺘﺼﺎﻟﺢ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺘﺼﻮﻑ Karel Steenbrink ﻭﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﺑﻨﻮﺳﻨﺘﺎﺭﺍ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﻥ ١٦ ﺍﻟﻤﻴﻼﺩﻱ T M M R PSII: A C B K.H. A A ﺇﺋﲔ ﺳﻮﺭﻳﺎﻧﻴﻨﺠﺴﻴﻪ Kevin W. Fogg ﺟﺪﻭﻝ ﺃﻋﻤﺎﻝ ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ ﺍﻻﺳﻼﻣﻴﺔ : A P H I W K ﻓﻲ ﺍﻧﺪﻭﻧﻴﺴﻴﺎ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﺮﺓ: ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻭﺍﻟﺪﻳﻤﻮﻗﺮﺍﻃﻴﺔ Faizal Amin ﺗﺎﲰﺎﻥ STUDIA ISLAMIKA STUDIA ISLAMIKA Indonesian Journal for Islamic Studies Vol. 20, no. 1, 2013 EDITORIAL BOARD: M. Quraish Shihab (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Tauk Abdullah (LIPI Jakarta) Nur A. Fadhil Lubis (IAIN Sumatra Utara) M.C. Ricklefs (Australian National University, Canberra) Martin van Bruinessen (Utrecht University) John R. Bowen (Washington University, St. Louis) M. Kamal Hasan (International Islamic University, Kuala Lumpur) Virginia M. Hooker (Australian National University, Canberra) EDITOR-IN-CHIEF Azyumardi Azra EDITORS Saiful Mujani Jamhari Jajat Burhanudin Oman Fathurahman Fuad Jabali Ali Munhanif Saiful Umam Ismatu Ropi Dina Afrianty ASSISTANT TO THE EDITORS Testriono Muhammad Nida' Fadlan ENGLISH LANGUAGE ADVISOR Melissa Crouch Simon Gladman ARABIC LANGUAGE ADVISOR Nursamad COVER DESIGNER S. Prinka STUDIA ISLAMIKA (ISSN 0215-0492) is a journal published by the Center for the Study of Islam and Society (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (STT DEPPEN No. 129/SK/DITJEN/PPG/ STT/1976). It specializes in Indonesian Islamic studies in particular, and South-east Asian Islamic Studies in general, and is intended to communicate original researches and current issues on the subject. is journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. All articles published do not necessarily represent the views of the journal, or other institutions to which it is affiliated.
    [Show full text]
  • Laporan Akhir Penelitian Fundamental
    i Kode/Nama Rumpun Ilmu : 733/Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup LAPORAN AKHIR PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN MITIGASI BENCANA BERBASIS KEARIFAN TRADISIONAL SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Ketua : Dr. Ir. Indarti Komala Dewi M.Si NIDN 0003025801 Anggota : Dr. Yossa Istiadi, MSi NIDN 9903015856 UNIVERSITAS PAKUAN November 2014 ii iii RINGKASAN Berbagai kejadian bencana telah memberikan pengalaman empiris pada masyarakat Indonesia dalam hal menghadapi dan mengurangi risiko bencana. Salah satu alternatif dalam mengurangi risiko bencana bencana adalah memanfaatkan kearifan tradisional. Oleh karena itu penggalian kembali kearifan tradisional sangat penting dalam upaya penyelamatan masyarakat dari risiko bencana. Dalam hal ini pendidikan memegang peran penting dalam membantu meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam mitigasi bencana Sebagian besar wilayah Kabupaten Tasikmalaya , dari segi fisik merupakan kawasan rawan bencana, salah satunya adalah kecamatan Salawu(Perda Kabupaten Tasikmalaya No 2/2012). Salah satu kampung di Kecamatan Salawu yang masih memegang kuat budaya dan adat adalah Kampung adat Naga. Kampung Naga secara geografis terletak pada Koordinat 7º21’49,024” - 7º21’31,757” Lintang Selatan dan 107º59’24,753” - 107º59’44,252” Bujur Timur. Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan penelitian adalah bagaimana masyarakat tradisional Kampung Naga memitigasi bencana, sehingga kampung atau tempat tinggal mereka dapat aman dari risiko bencana; apa saja bentuk kearifan tradisional yang dapat mitigasi bencana; dan bagaimana mengembangkan pengetahuan mitigasi bencana berdasarkan kearifan tradisional tersebut. Penelitian ini dilakukan selama 2 tahun. Untuk tahun pertama tujuan penelitian adalah : 1. Mengkaji dan memetakan mitigasi bencana berbasis kearifan tradisional di Kampung Naga 2. Mengkaji prospek dan fokus mitigasi bencana yang melembaga secara tradisi di Kampung Naga 3.
    [Show full text]
  • Kata Pengantar
    KATA PENGANTAR Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan mengamanatkan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk melaksanakan pengelolaan arsip statis berskala nasional yang diterima dari lembaga negara, perusahaan, organisasi politik, kemasyarakatan dan perseorangan. Pengelolaan arsip statis bertujuan menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban nasional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Arsip statis yang dikelola oleh ANRI merupakan memori kolektif, identitas bangsa, bahan pengembangan ilmu pengetahuan, dan sumber informasi publik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pengolahan arsip statis, maka khazanah arsip statis yang tersimpan di ANRI harus diolah dengan benar berdasarkan kaidah-kaidah kearsipan sehingga arsip statis dapat ditemukan dengan cepat, tepat dan lengkap. Pada tahun anggaran 2016 ini, salah satu program kerja Sub Bidang Pengolahan Arsip Pengolahan I yang berada di bawah Direktorat Pengolahan adalah menyusun Guide Arsip Presiden RI: Sukarno 1945-1967. Guide arsip ini merupakan sarana bantu penemuan kembali arsip statis bertema Sukarno sebagai Presiden dengan kurun waktu 1945-1967 yang arsipnya tersimpan dan dapat diakses di ANRI. Seperti kata pepatah, “tiada gading yang tak retak”, maka guide arsip ini tentunya belum sempurna dan masih ada kekurangan. Namun demikian guide arsip ini sudah dapat digunakan sebagai finding aid untuk mengakses dan menemukan arsip statis mengenai Presiden Sukarno yang tersimpan di ANRI dalam rangka pelayanan arsip statis kepada pengguna arsip (user). Akhirnya, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan ANRI, anggota tim, Museum Kepresidenan, Yayasan Bung Karno dan semua pihak yang telah membantu penyusunan guide arsip ini hingga selesai. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa membalas amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan.
    [Show full text]