Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, A 533-538 https://doi.org/10.32315/sem.1.a533 Transformasi Atap Masjid Raya Bandung Zuhrissa Putrimeidia Aswati Mahasiswa Program Sarjana, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. Korespondensi:
[email protected] Abstrak Masjid Raya Bandung, yang saat ini berstatus sebagai masjid provinsi Jawa Barat diperkirakan berdiri pada tahun 1812, telah mengalami perubahan berkali-kali. Eksterior bangunan terlihat berbeda pada masa kolonial Belanda dan masa setelah kemerdekaan RI. Atap menjadi salah satu bagian dari Masjid Raya Bandung yang banyak mengalami perubahan dari sejak masjid didirikan hingga sekarang. Salah satu perubahan yang mencolok terjadi ketika karakteristik masjid Priangan seperti atap tumpang yang dimiliki oleh Masjid Raya Bandung pada masa kolonial berubah menjadi atap berbentuk kubah seperti bawang bergaya timur tengah bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Tulisan ini bertujuan untuk membahas transformasi atap pada Masjid Raya Bandung dari masa ke masa. Hasil tulisan ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi berkali-kali pada atap Masjid Raya Bandung banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti teknologi, sumber daya, serta kondisi ekonomi, sosial, dan budaya pada masa itu. Kata-kunci : masjid, Bandung, perubahan, atap Pendahuluan Masjid Raya Bandung, yang dulu dikenal sebagai Masjid Agung Bandung, berstatus sebagai masjid provinsi Jawa Barat. Masjid ini diperkirakan berdiri pada tahun 1812 bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan kota Bandung ke pusat kota sekarang. Sejak didirikan, Masjid Raya Bandung telah mengalami delapan kali renovasi pada abad ke-19 kemudian lima kali pada abad ke-20, hingga direnovasi kembali pada tahun 2001 hingga peresmian oleh Gubernur Jawa Barat saat itu, H.R.