<<

Jurnal Seni Tari 7 (1) (2018)

Jurnal Seni Tari

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

WAYANG WONG DI SMA NEGERI 1 LASEM KABUPATEN REMBANG: PEMANFAATANNYA DALAM PROMOSI SEKOLAH

Gilang Surya Saputra, Hartono Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri ,

Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Wong SMA Negeri 1 Lasem merupakan yang men- Diterima April 2018 jadi ciri khas kegiatan seni diSMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang dan diguna- Disetujui Mei 2018 kan sebagai media promosi sekolah. Penelitian inibertujuan untuk mendeskripsikan Dipublikasikan Juli 2018 bentuk pertunjukan wayang wong di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang ser- ta menganalisis pemanfatan wayang wong dalam promosi sekolah. Penelitian yang Keywords: dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interdisiplin. Teknik wayang wong, utilization, pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. school promotion Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, triangsulasi teknik, dan triangulasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian ini adalah bentuk pertunjukan wayang wong SMA Negeri 1 Lasem dengan lakon Lahirnya Gathutkaca yang dipentaskan di Lapangan Desa Gowak pada tahun 2015 menggunakan kaidah bentuk pertunjukan wayang wong gaya meliputi gerak, musik iringan, tata rias dan busana yang dikena- kan. Struktur dramatik wayang wong SMA Negeri 1 Lasem terdiri dari Pathet Nem, Sanga, dan Manyura. Pemanfaatan wayang wong dalam promosi sekolah dilakukan melalui kegiatan sosialisasi di lembaga pendidikan dan pentas wayang wong di masyarakat. Hasil secara kuantitas menunjukkan sebanyak 16 siswa kelas X tahun ajaran 2016/2017 dari desa sasaran diterima sebagai siswa SMA Negeri 1 Lasem dan sebanyak 75 siswa tergabung dalam tim wayang wong. Hasil secara kualitas menunjukkan pandangan positif masyarakat mengenai SMA Negeri 1 Lasem yang diunggulkan dalam seni wayang wongnya.

Abstract Wayang Wong SMA Negeri 1 Lasem is a wayang wong that characterizes art activities in SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang and used as a school promotion media. This study aims to describe the form of wayang wong performances in SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang and analyze the wayang wong utilization in school promotion. The research used qualitative method with interdisciplinary approach. Data collection techniques used interview techniques, observation, and documentation. Data analysis techniques use data reduction, data presentation, and verification. Data validity techniques use source triangulation, technique triangulation, and time triangulation. The results of this research is the form of wayang wong SMA Negeri 1 Lasem with the play of Lahirnya Gathutkaca staged in Gowak Village Field in 2015 using form of Surakarta style wayang wong performances including motion, music accompaniment, make up and costume,and dramatic structure is pathet Nem, Sanga, and Ma- nyura Utilization of wayang wong in school promotion is done through socialization activities at educational institutions and wayang wong performances in village. Quantity results show as many as 16 students of class X academic year 2016/2017 from target villages accepted as high school students 1 Lasem and as many as 75 students joined in the team of wayang wong. Qua- lity results show a positive view of society to SMA Negeri 1 Lasem is featured in wayang wong.

 Alamat korespondensi: Gedung B2 Lantai 1 FBS Unnes © 2018 Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected] ISSN 2503-2585

Gilang Surya/ Jurnal Seni Tari 7 (1) (2018)

PENDAHULUAN mem-bahas mengenai kehidupan masyarakat Wayang Wong SMA Negeri 1 Lasem me- modern dan keterkaitannya dengan kesenian tra- rupakan wayang wong yang terdapat di Kabupa- disional, menyatakan bahwa masyarakat menga- ten Rembang serta menjadi ciri khas kegiatan ke- lami sedikit peluang mengenai seni dan budaya senian di SMA Negeri 1 Lasem. Wayang wong di yang ber-manfaat bagi masyarakat. Tujuan dari SMA Negeri 1 Lasem merupa-kan kegiatan ekt- penelitian yang dilakukan adalah untuk memp- rakurikuler yang berdiri sejak tahun 2012 sebagai romosikan dan meningkatkan kualitas hidup ma- peminatan khusus bagi anggota ekstrakurikuler syarakat modern melalui pengisahan cerita yang tari serta karawitan setelah mengalami proses berharga dengan menyajikan permainan wayang berlatih selama enam bulan. Tim wayang wong kulit tradisional dalam konversi animasi digital. dipersiapkan dalam kegiatan bakti sosial yang Pendekatan mendasar untuk penelitian adalah diselenggarakan oleh panitia bakti sosial SMA untuk men-dorong saling berbagi pengetahuan Negeri 1 Lasem dengan kegiatan pementasan dan cerita tentang isu-isu kehidupan, yang dalam wayang wong sebagai sarana hiburan sekaligus praktik reflektif akan memperkuat kebersamaan promosi sekolah kepada masyarakat, agar ma- dan kontribusi terhadap lingkungan budaya di syarakat lebih mengenal SMA Negeri 1 Lasem antara praktisi kerja sosial dan penjangkauan so- lebih dekat terlebih mengenai kegiatan kesenian sial. Hasilnya adalah animasi yang wayang wong di SMA Negeri 1 Lasem sebagai menceritakan kisah-kisah dapat dimanfaatkan langkah nyata dalam menerapkan pen-didikan sebagai media promosi untuk pemahaman yang karakter berbasis budaya lokal. lebih baik kepada masyarakat tentang timbulnya Peneliti menggunakan penelitian yang te- masa depan yang lebih baik. lah dilakukanoleh Rah Utami Nugrahani dan Sumaryono (2011: 160) menjelaskan bah- Reni Nuraeni yang termuat dalam Jurnal Pang- wa Wayang Wong adalah suatu dramatari yang gung volume XXV (1) tahun 2015 dengan judul merupakan duplikasi atau tiruan pertunjukan Transformasi Nilai Pertunjukan Wayang Orang wayang kulit. Musik pengiringnya adalah per- Tradisional dalam Opera Van di Stasiun Televisi mainan yang disebut karawitan. Lagu- Trans7. Nugrahani menggunakan metode kua- lagu dalam musik karawitan disebut gendhing litatif dengan analisis intertekstualitas Mikhail yang sering pula disertai nyanyian-nyanyian yang Bakhtin untuk menjawab permasalahan dalam dinamakan tembang. Cerita atau lakon yang di- penelitian. Permasalahan yang menjadi pokok bawakan bersumber dari kisah atau adalah mengenai transformasi nilai pertunjukan Mahabarata. Sumaryono juga mengemukakan wayang oorang tradisional yang ditayangkan bahwa sebagai duplikasi wayang kulit, maka per- oleh stasiun televisi Trans7 melalui program hi- tunjukan wayang wongmemiliki beberapa kesa- buran yaitu Opera Van Java (OVJ) yang faktanya maan. Hanya saja boneka wayang pada wayang di-kemas lebih modern dengan tidak hanya men- kulit digantikan manusia atau penari dalam wa- gangkat cerita dari kisah pewayangan ternyata yang wong. juga mengangkat cerita rakyat Indonesia mau- Prihatini (2007: 6) menjelaskan bahwa pun luar negeri juga biografi artis Indonesia mau- pembagian secara gender pada prinsipnya tari pun band musik. Hasil penelitian menjelaskan gaya Kasunanan Surakarta dibagi menjadi 2 transfor-masi nilai berupa parodi dalam program (dua) kelompok, yaitu tari putra atau beksan ka- sitkom (sinetron komedi) OVJ sebagai bentuk hu- kung dan tari putri atau beksan putri. Menurut mor dan dimaksudkan hanya untuk hiburan bagi kualitas, tari gaya Kasunanan Surakarta terbagi penonton dan pemain (wayang-wayang OVJ). Ti- menjadi 3 (tiga) macam kualitas tari yaitu kuali- dak ada sedikit ruang kritik seperti yang dimak- tas gagahan atau gagah (tari putra gagah), kuali- sud dalam hakekat pertunjukan parodi. Penayan- tas alusan atau halus (tari putra alus), dan kuali- gan OVJ parodi biografi banyak menggunakan tas putren atau putri (tari putri). referensi-alitas diri tokoh cerita untuk hiburan Menurut Soedarsono (1997: 213), Struk- dan kesan lucu semata. tur Dramatik dari wayang wong pada dasar-nya Penelitian yang dijadikan bahan referensi mengikuti struktur dramatik dari lakon wayang selanjutnya adalah penelitian Wan Nor Raihan kulit. Struktur atau bangunan cerita itu terdi- Wan Ramli, Farrah, dan Aini Lugiman yang ter- ri dari tiga bagian yang ditata oleh pathet, yaitu muat dalam Jurnal Pathet Nem, Pathet Sanga, dan Pathet Manyura. Su- Procedia: Social and Behavioral Science volu- mardjo (dalam Musman, 2017: 113) menjelaskan me 35 pada tahun 2012 yang berjudul The Contri- bahwa pola dramatik wayang terbagi menjadi bution of Shadow Puppet’s Show through Enganging 3 (tiga) pathet yaitu (1) Pather Nem, yaitu di da- Social Communication in Modern Society. Ramli lamnya terdapat permasalahan belum jelas, be-

26 Gilang Surya/ Jurnal Seni Tari 7 (1) (2018) lum ada wujud, belum menemukan bentuk, dan reaksi). Konsep tersebut selanjutnya diubah ke masih mecari masalah; (2) Pathet Sanga, yaitu di dalam sekumpulan simbol. Proses ini disebut pe- dalamnya mulai muncul konflik dan ada usaha nyampaian pesan (encoding). Setelah menerima pencarian makna hidup, manusia mengembara pesan, pemirsa harus mengubah simbol ke dalam dalam kehidupan, ingin mencari makna hidup sebuah ide atau konsep untuk melahirkan pen- duniawi dan rohani; (3) Pathet Manyura, segala gertian dari komuni-kasi tersebut. Aktivitas ini masalah dan konflik teratasi, sudah tercapai pe- disebut penerjemahan pesan (decoding). nyelesaian dan jawaban dari yang dicari. Sutomo (2012: 21) mengemukakan bahwa Terkait dengan pemanfaatan seni, Hartono sekolah sebagai institusi tidaklah berdiri sendiri. (2010: 2) menyatakan bahwa melalui pendidikan Sekolah terkait erat dengan nilai, budaya, dan ke- seni, anak dilatih untuk memperoleh keterampi- biasaan yang hadir di masyarakat. Sekolah me- lan dan pengalaman mencipta yang disesuaikan rupakan ujung tombak dari proses modernisasi dengan lingkungan alam dan budaya setempat, (agent of change) yang diupayakan melalui ke- serta untuk memahami, menganalisis, dan meng- bijakan pemerintah. Produk dari sebuah sekolah hargai karya seni. Sementara Mulasno (2013: 33) harus berupa lulusan yang memliki kompetensi menyatakan bahwa pada dasarnya, pertunjukan unggul agar mampu menghadapi kompetisi di wayang selain mampu tampil, baik dalam ben- jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau di pasar tuk-nya sebagai tontonan, juga dapat digunakan tenaga kerja. Sutomo (2012: 64) juga menjelas- sebagai sarana menyampaikan tuntunan hidup, kan bahwa Manajemen Hubungan Sekolah den- terutama dalam membentuk budi luhur dan sikap gan Masyarakat (Husemas) merupakan seluruh perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat. proses kegiatan yang direncanakan dan diusaha- Jazuli (2016: 53) mengemukakan bahwa fungsi kan secara sengaja den bersungguh-sungguh serta seni tari atau seni pertunjukan secara umum se- pembinaan secara kontinyu untuk mendapatkan bagai media komunikasi atau alat interaksi sosial simpati dari masyarakat pada umumnya serta yang bersifat persuasif tidak bisa mem-peroleh dari publiknya pada khususnya, sehingga kegia- umpan balik secara langsung atau tiba-tiba, me- tan operasional sekolah/pendidikan semakin lainkan membutuhkan pemikiran dan pertimban- efektif dan efisien, demi membantu tercapainya gan tertentu untuk mengakomodasi kepentingan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. (visi, misi, dan sistem nilai) yang membutuhkan Permasalahan yang mendasari peneliti ‘proses’ dan memakan waktu agar pesan yang adalah mengenai langkah SMA Negeri 1 Lasem diungkapkan sesuai dengan kepenting-an. Semu- yang bekerja sama dengan Sanggar Asri Budaya anya ‘memerlukan penyelidikan untuk mempe- Lasem dalam memanfaatkan kesenian wayang roleh informasi yang memadai’ dan dapat digu- wong yang terdapat di SMA Negeri 1 Lasem se- nakan sebagai modal atau ‘bahan’. bagai media dan bahan untuk mempromosikan Menurut Boyd (2000: 65-67), istilah pro- sekolah, khususnya pada masyarakat-masyarakat mosi banyak diartikan sebagai upaya mem-bujuk pedesaan di Kecamatan Lasem dan sekitarnya. orang untuk menerima produk, konsep, dan ga- Masalah yang dikaji adalah bentuk perunjukan gasan. Strategi promosi berarti sebuah program wayang wong di SMA Negeri 1 Lasem Kabu- terkendali dan terpadu dari metode komunikasi paten Rembang dan pemanfatan wayang wong dan material yang dirancang untuk menghadir- di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang kan perusahaan dan produk-produknya kepada dalam promosi sekolah. Penelitian ini bertujuan calon konsumen, menyampaikan ciri-ciri produk untuk mendeskripsikan bentuk pertunjukan wa- yang memuaskan kebutuhan untuk mendorong yang wong di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten penjual-an yang pada akhirnya memberi kont- Rembang serta menganalisis pemanfatan wayang ribusi pada kinerja laba jangka panjang. Perus- wong SMA Negeri 1 Lasem dalam promosi se- ahaan mengembangkan program pemasarannya kolah. melalui penggunaan iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat METODE PENELITIAN (komponen-komponen bauran promosi). Sebe- Penelitian yang berjudul Wayang Wong lum menentukan bauran promosi, pemasar harus di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang: memahami proses komu-nikasi di mana unsur- Pemanfaatannya dalam Promosi Sekolah, meng- unsur terpentingnya adalah sumber/source (peny- gunakan metode kualitatif. Menurut Tjetjep Ro- ampai komunikasi), pesan/message (sekumpulan hendi Rohidi (2011: 4), metode kualitatif meru- simbol-simbol), media/medium (saluran komuni- pakan sebuah penelitian mengenai perilaku dan kasi), penerima atau receiver (pendengar/pemirsa mencari informasi objek dengan cara melaku-kan sasaran), dan tanggapan/response (sekumpulan pengamatan, penelitian ini lebih bersifat subjektif

27 Gilang Surya/ Jurnal Seni Tari 7 (1) (2018) karena merupakan apa yang diamati oleh subjek mentasian dilakukan dengan pengambilan video penelitian. Penelitian ini menggunakan pende- pementasan, foto kegiatan latihan, foto kegiatan katan interdisiplin dengan menggunakan konsep wawancara, rekaman suara pada saat kegiatan analisis intraestetik untuk mendeskripsikan Ben- wawancara, serta foto kostum yang digunakan tuk dan Struktur Pertunjukan, serta disiplin ilmu pada saat pementasan wayang wong yang meru- Manajemen Sekolah untuk menganalisis promo- pakan kostum milik Sanggar Asri Budaya. si sekolah yang berkaitan dengan hubungan seko- lah dengan masyarakat. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian dilakukan di grup Wa- Wayang Wong di SMA Negeri 1 Lasem yang Wong yang terdapat di SMA Negeri 1 La- pertama kali dibentuk pada tahun 2012 sebagai sem, Sanggar Asri Budaya, serta Lapangan Desa upaya nyata dari SMA Negeri 1 Lasem yang Gowak Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. pada tahun 2010-2012 ditunjuk oleh provinsi se- Teknik pengumpulan data meng-gunakan teknik bagai salah satu pioneer dalam Nasionalisme dan wawancara, observasi, dan pengumpulan data Pendidikan Karakter. Berkaitan dengan kegiatan dokumen. Teknik analisis data menggunakan Bakti Sosial yang diadakan di desa terpencil yang reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Tek- menurut pihak SMA Negeri 1 Lasem memer- nik keabsahan datamenggunakan triangulasi lukan bantuan khusus yang sebelumnya sudah sumber, triangsulasi teknik, dan triangulasi wak- pernah dilakukan untuk pertama kalinya pada ta- tu untuk memeriksa. hun 2011, maka pada tahun 2012 sebagai tahun Wawancara dilakukan untuk mempero- kedua agar lebih menarik perhatian masyarakat leh data berdasarkan sudut pandang narasumber maka ditambahkan pementasan Wayang Wong yang kemudian dilakukan komparasi dengan SMA Negeri 1 Lasem untuk pertama kalinya narasumber lain untuk menganalisis kebenaran yang dilaksanakan di Desa Gowak Kecamatan data. Wawancara dilakukan kepada Karnoto (pe- Lasem dengan mengambil lakon Pergiwa Pergiwati latih wayang wong di SMA Negeri 1 Lasem se- Takon Bapa, bekerja sama dengan Sanggar Asri kaligus pimpinan Sanggar Asri Budaya Lasem), Budaya Lasem. Karnoto sebagai pelatih tari se- Sidiq Subagiyo (wakil kepala SMA Negeri 1 La- kaligus tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Lasem sem bidang kesiswaan), Nugraeni Saputri Nur mencoba untuk menggunakan wayang wong se- Hidayah (tenaga lepas harian Dinas Kebudayaan bagai wadah dalam mewujudkan pendidikan ka- dan Pariwisata Kabupaten Rembang), Heryan rakter serta memupuk rasa nasionalisme. Mushozin dan Rizqi Putri selaku pemain wayang Dipilihnya wayang wong karena secara wong di SMA Negeri 1 Lasem, Imron Rosyadi ‘pasar’, sekolah lain di Kabupaten Rembang se- (pemuda Desa Kajar, penduduk sekitar Lapan- dang marak-maraknya menggunakan kesenian gan Desa Gowak), Ervin (pemuda Desa Gowak, sehingga penggunaan Wayang Wong pemain wayang wong di SMA Negeri 1 Lasem), di SMA Negeri 1 Lasem dianggap sebagai tero- Rofiah selaku orang tua yang menyekolahkan bosan tersendiri, juga selaras dengan keinginan kedua putranya di SMA Negeri 1 Lasem (pendu- Karnoto untuk membangkitkan kesenian wayang duk sekitar Lapangan Desa Gowak), serta Prase- wong pada generasi muda dengan catatan tidak na dan Sihanto selaku seniman wayang wong di akan mempersulit garap wayang wong yang dise- Kota Semarang. suaikan dengan kemampuan siswa (Wawancara Observasi dilakukan ketika proses latihan Karnoto, 19 Mei 2017). atau gladhi wayang wong di Ruang Karawitan Pementasan Wayang Wong yang pertama SMA Negeri 1 Lasem maupun di Sanggar Asri mendapatkan respon positif dari masyarakat ser- Budaya serta kegiatan pentas wayang wong di ta pemerintah kabupaten, terbukti dengan di-pen- masyarakat. Kegiatan observasi dan pengambi- taskannya Wayang Wong SMA Negeri 1 Lasem lan data mengenai hasil pemanfaatan wayang dengan lakon Pergiwa Pergiwati Takon Bapa atau wong dalam promosi sekolah dilakukan di SMA juga disebut dengan lakon Cantrik Janaloka pada Negeri 1 Lasem dengan menganalisis data siswa tahun 2012 dalam Festival Rembang Bangkit di baru pada ajaran 2016/2017 dan data siswa pe- Halaman Parkir Taman Rekreasi Pantai (TRP) serta ekstrakurikuler yang diampu oleh Karnoto Kartini atau sekarang disebut Dampo Awang selaku penggerak kegiatan kesenian di SMA Ne- Beach sebagai rangkaian acara untuk memperin- geri 1 Lasem, melalui proses membandingkan gati Hari Jadi Kabupaten Rembang yang menjadi data-data yang diperoleh dengan pengamatan langkah awal dengan ditunjuknya Tim Wayang yang telah dilakukan di sekitar tempat pementa- Wong SMA Negeri 1 Lasem sebagai perwakilan san wayang wong terkait dengan apa yang ditang- eks-Karesidenan Pati dalam Festival Wayang kap oleh masyarakat terkait. Kegiatan pendoku- Orang Remaja Tingkat Jawa Tengah di Taman

28 Gilang Surya/ Jurnal Seni Tari 7 (1) (2018)

Budaya Raden Saleh (TBRS) Gedung Ki Narto Panggung. Bentuk Wayang Wong SMA Negeri Sabdo, Kota Semarang, yang mendapatkan du- 1 Lasem yang dikaji adalah pementasan dengan kungan dari Pemerintah Kabupaten Rembang lakon Lahirnya Gathutkaca (Laire Gathutkaca) yang sehingga dalam proses latihannya diawasi lang- dipentaskan pada tanggal 23 Mei tahun 2015 di sung oleh pakar seni pewayangan di Kabupaten Desa Gowak Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Kemudian, wayang wong dengan la- Rembang. kon yang sama dipentas-kan kembali dalam ke- Penari atau pemain wayang wong adalah giatan Budaya Bersih Desa Budaya di Grha Abhi siswa SMA Negeri 1 Lasem, berjumlah 17 pe- Mantrana Lasem (Aula SMA Negeri 1 Lasem) nari, yang masing-masing memerankan tokoh da- sebagai salah satu acara untuk mempromosikan lam cerita yang dipentaskan, kecuali Safi’i yang pariwisata Kota Lasem, bersama dengan keseni- memerankan tokoh Prajurit Raseksa dan tokoh an-kesenian kerakyatan yang tersebar di daerah Cakil dalam Perang Kembang. Para penari atau Lasem seperti Barongan dan Laesan. pemain wayang wong masing-masing memeran- Setelah pementasan pertama, keberadaan kan tokoh sebagai berikut: (1)Prabu Kala Pracona, Wayang Wong SMA Negeri 1 Lasem mulai di- diperankan oleh Andif; (2)Patih Kala Sekipu, dipe- perhitungkan dan menjadi ikon SMA Negeri 1 rankan oleh Miftahul; (3) Wadyabala (Prajurit Ra- Lasem sebagai SMA Budaya yang menggunakan seksa), diperankan oleh Safi’i dan Diwan; (4) Bat- basis kesenian Wayang Wong, selain SMA Ne- hara Narada, diperankan oleh Ervin; (5) Bathara geri Sumber yang juga merupakan SMA Buda- Indra, diperankan oleh Saiful; (6) Bathara Brama, ya yang menggunakan basis kesenian Ketoprak diperankan oleh Agung; (7) Bathara Panyarikan, (Pidato Sekda Rembang, Subekti, dalam Festival diperankan oleh Sultoni; (8) Raden Permadi, di- Rembang Bangkit tahun 2012 di Dampo Awang perankan oleh Muawanah; (9) Cakil, diperankan Beach Rembang). Pada tahun 2013, dilakukan oleh Safi’i; (10) , diperankan oleh Erik; (11) pentas wayang wong untuk yang kedua di Desa Gareng, diperankan oleh Lizam; (12) Petruk, dipe- Gambiran Kecamatan Pamotan Kabupaten rankan oleh Imam; (13) Bagong, diperankan oleh Rembang dengan mengambil lakon Laire Wi- Fajar; (14) Suryatmaja, diperankan oleh Nuke; sanggeni.Pada tahun 2014 dipentaskan di Desa (15) Arimbi, diperankan oleh Ayunda; (16) Sena, Tulung Kecamatan Pamotan dengan mengambil diperankan oleh Aldhita; (17) Gathutkaca, dipe- lakon Anoman Duta yang juga dipentaskan dalam rankan oleh Kiki. acara internal SMA Negeri 1 Lasem di Gedung Pemain Wayang Wong dipilah menu- Aula SMA Negeri 1 Lasem dan di Gedung La- rut Bentuk Ragawi Penari, Kualitas Gerak, dan wang Ijo, kawasan pecinan Soditan Lasem pada Kemampuan Antawecana atau Dialog. Bentuk saat Festival Lasem 2014. Pada tahun 2015, Wa- Ragawi Penari dipilah semirip mungkin dengan yang Wong SMA Negeri 1 Lasem menampilkan tokoh dalam pewayangan; yaitu tokoh Sena me- lakon Lahirnya Gathutkaca (Laire Gathutkaca) yang miliki fisik tinggi besar diperankan oleh Aldhita dipentaskan di Desa Gowak Kecamatan Lasem. yang memiliki perawakan tinggi besar, tokoh Kala Tahun 2016, tim Wayang Wong SMA Negeri 1 Pracona sebagai raja raksasa berpostur gemuk, de- Lasem mengangkat kisah punakawan yaitu den- mikian dalam tokoh Punakawan. Pemain yang gan lakon Gareng Dadi Ratu yang dipentaskan di memerankan tokoh sentral dipilih yang memiliki Desa Johogunung Kecamatan Pancur Kabupaten kualitas gerak tari dan kemampuan dialog secara Rembang. Setelahnya, akan dipentaskan wayang baik; yaitu pada tokoh Gathutkaca muda selain wong, dengan lakon Brajadhenta Mbalela, dan dipilih dari siswa yang bertubuh kecil juga memi- proses latihan rutin Wayang Wong di SMA Ne- liki kualitas gerak tari yang bagus dan pandai ber- geri 1 Lasem sudah dilakukan secara rutin. bicara. Dialog/Antawecana menggunakan basa pedhalangan yang secara kaidah terdapat tata cara Bentuk Pertunjukan Wayang Wong SMA Neg- berdialog yaitu Udanegara, terdiri dari 3 urutan eri 1 Lasem yaitu Bage-binage, Takon Pakaryan, dan Inti (Kar- Wayang Wong SMA Negeri 1 Lasem noto, wawancara 2 Juli 2017). Pada pertunjukan mengguna-kan teori yang dikemukakanSuma- wayang wong, pemain melakukan gerakan tari. ryono, bahwa wayang wong adalah suatu dra- Gerak tari menggunakan kaidah gerak tari gaya matari yang me-rupakan duplikasi atau tiruan Surakarta dan dibawakan pemain ketika mema- pertunjukan wayang kulit, maka bentuk pertun- suki panggung dan pada adegan tertentu seperti jukan wayang wong juga menggunakan kaidah- Kiprahan, Bambangan, maupun adegan perang. kaidah bentuk pertunjukan dramatari, yaitu meli- Gerak sebagai bagian dasar dalam tari, menggu- puti Penari, Dalang atau Sutradara, Lakon, Tata nakan gerak-gerak dasar tari klasik gaya Surakar- Rias dan Busana, Musik Pengiring, serta Tata ta yang dibawakan secara sederhana oleh pemain

29 Gilang Surya/ Jurnal Seni Tari 7 (1) (2018) wayang wong. nanan Surakarta, KGPH Wreksodiningrat IV, se- Sutradara dan Dalang dalam wayang hingga notasi yang tercipta dikenal dengan istilah wong di SMA Negeri 1 Lasem memiliki perbe- Notasi Kepatihan (Widodo, 2017: 8). daan secara tugas. Sutradara yang bertugas me- Tata Panggung yang dipakai meliputi rancang jalannya cerita dilakukan oleh Karnoto. Panggung/Jenis Panggung, Tata Suara, dan Tata Sementara Dalang yang mengatur jalannya cerita Lampu. Panggung berupa panggung portable yang dari setiap adegan dilakukan oleh Kartono (adik dipasang pada area outdoor dengan lantai berupa Karnoto) sebab pada saat pementasan Karnoto papan kayu. Tata suara menggunakan proses bertugas sebagai penabuh kendang. Pementasan amplifikasi untuk memperkuat suara dan terden- meng-angkat lakon Lahirnya Gathutkaca (Gathut- gar dari jarak yang relatif jauh, dengan pemasan- kaca Lair) yang diambil dari wiracarita Mahabha- gan mikrofon menggantung di atas area pentas rata, menceritakan Tetuka (putra Sena dan Arim- serta pada masing-masing ricikan gamelan dan bi) yang diceburkan oleh para Dewa ke Kawah sinden. Tata lampu menggunakan warna-warna Candradimuka setelah tali pusar Tetuka berhasil sederhana yaitu general, merah, biru, hijau serta dipotong, kemudian keluar dari Candradimuka lampu kilat atau blitz. dengan nama Gathutkaca dan ditugaskan untuk Struktur dramatik pertunjukan wayang menumpas pemberontakan PrabuKala Pracona wong SMA Negeri 1 Lasem meliputi tiga pathet. dan PatihKala Sekipu. Pathet Nem berisi adegan Jejer Kedhaton, Budhalan Tata Rias menggunakan rias karakter, (Jaranan), Paseban Jawi, Perang Gagal, dan adegan yaitu tata rias yang disesuaikan dengan karakter Permadi Palsu. Pathet Sanga terdiri dari adegan tokoh yang dibawakan dalam cerita (tokoh pewa- Bambangan atau masuknya tokoh Raden Perma- yangan), menggunakan warna-warna yang tegas di dan melakukan tapa, adegan Gara-gara atau agar ketika pentas di panggung tetap terlihat dari masuknya tokoh Punakawan untuk menghibur penonton yang letaknya jauh. Tata rias menggu- penonton, adegan Perang Kembang atau perang nakan kaidah rias karakter dalam wayang wong , dan Perang Suryatmaja-Permadi. klasik gaya Surakarta, yaitu Putra Gagah Theleng Pathet Manyura berisi Jejer Manyura yaitu tokoh (Sena), Putra Alus Luruh (Raden Permadi, Bat- utama mulai untuk melaksanakan tugasnya, dan hara Penyarikan), Putra Alus Lanyap (Suryatma- adegan Perang Brubuh yaitu ketika Gathutkaca ja, Bathara Indra), Putren (Arimbi), Rias Raseksa berhasil mengalahkan Kala Pracona dan Kala (Golongan Raksasa), Rias Gecul (Bathara Nara- Sekipu. da dan Punakawan), Rias Putra Gagah (Bathara Brama, Gathutkaca). Sama seperti tata rias, tata Pemanfatan Wayang Wong SMA Negeri 1 busana juga menggunakan kaidah busana wa- Lasem dalam Promosi Sekolah yang wong gaya Surakarta, yaitu menggunakan Wayang Wong SMA Negeri 1 Lasem seba- irah-irahan, sumping, praba (pada tokoh tertentu), gai salah satu kegiatan yang menjadi ekstrakuri- kelatbau, binggel, kalung/kace, udhet/stagen, sabuk kuler unggulan di SMA Negeri 1 Lasem memiliki cindhe, epek timang, uncal, bara samir, sampur, clana, andil yang besar dalam turut serta mem-promo- jarik, dan pada tokoh yang di-perankan oleh pe- sikan SMA Negeri 1 Lasem kepada masyarakat rempuan menggunakan mekak. secara langsung maupun lewat prestasi-prestasi Musik pengiring menggunakan Gamelan yang diraih sebagai bahan promosi yang diso- Ageng barlaras Pelog milik Sanggar Asri Budaya sialisasikan kepada sekolah-sekolah menengah namun ketika latihan diiringi dengan gamelan pertama (SMP sederajat) di Kecamatan Lasem. milik SMA Negeri 1 Lasem. Selain menggunakan Daya tarik tersendiri dari pemanfaaatan kegiatan gamelan, musik pengiring juga berupa Suluk yai- seni melalui Wayang Wong di SMA Negeri 1 La- tu aba-aba dalang yang diperkuat dengan dita- sem dalam promosi sekolah menarik untuk dite- buhnya Gedhog atau Keprak. Suluk berupa Ada- liti baik secara proses kegiatan promosi di lemba- ada (penguat suasana dalam pergantian adegan) ga pendidikan maupun masyarakat, peran aktif dan Pathetan (aba-aba tanda peralihan pathet). para pemain wayang wong yang turut andil da- Notasi gending ditulis pada lembar kertas untuk lam promosi sekolah di lingkungannya, maupun me-mudahkan tim karawitan siswa SMA Negeri dampak dari promosi sekolah melalui kegiatan 1 Lasem ketika mengiringi pertunjukan wayang. wayang wong terhadap income (umpan masuk) Kaidah penulisan notasi gending dalam Karawi- peserta didik baru dari daerah sasaran kegiatan tan Jawa menggunakan Notasi Kepatihan. Notasi promosi di lembaga pendidikan maupun kegia- atau dalam karawitan disebut TitilarasKepatihan. tan pementasan wayang wong di masyarakat. Notasi Kepatihan lahir pada zaman Sunan Paku- Kegiatan promosi dilakukan dengan per- buwana X tahun 1910 di kediaman Patih Kasu- siapan yang telah dirancang oleh sekolah. Pro-

30 Gilang Surya/ Jurnal Seni Tari 7 (1) (2018) ses pemanfaatan Wayang Wong SMA Negeri 1 dilakukan dengan cara mementaskan wayang Lasem sebagai media promosi meliputi tiga poin wong SMA Negeri 1 Lasem secara langsung di yaitu (1) memilih tema lakon; (2) memilih dan lingkungan masyarakat. Melalui pementasan memilah informasi yang akan disampaikan ke- wayang wong dan promosi secara langsung di pada masyarakat; dan (3) mengolah pesanpesan Lapangan Desa Gowak yang berbatasan dengan sebagai iklan sesuai misi sekolah. Agar kegiatan Desa Kajar dan Sendangasri, diperoleh jumlah promosi berjalan lancar, pementasan wayang peserta didik dari desa sasaran yaitu Desa Go- wong diper-siapkan sedini mungkin, melalui pro- wak dan sekitarnya (Gowak, Kajar, Sendangasri) ses pem-bentukan tim wayang wong untuk mem- yang diterima di SMAN 1 Lasem tahun ajaran bentuk pemain wayang wong yang siap untuk 2016/2017 adalah 16 Peserta Didik. Jumlah sis- dipentaskan di masyarakat, yang berlangsung da- wa kelas X dan XI tahun ajaran 2016/2017 yang lam 4 tahap, yaitu (1) Bedhah Naskah, (2) Casting, berbagung dalam Tim Wayang Wong SMAN 1 (3) Gladhi Rutin, dan (4) Tempuk Gendhing. Per- Lasem 75 siswa, dengan rincian kelompok Tari siapan pe-mentasan dilakukan ketika mendekati sebanyak 15 siswa; kelompok Karawitan 38 sis- hari pementasan. Kegiatan sebelum pementasan wa; pemain Wayang Wong 22 siswa. meliputi tempuk gendhing, gladhi resik, jajal busana, Hasil secara Kualitas tidak lepas dari tuju- dan blocking panggung. Pada malam pementasan, an ‘hubungan sekolah dengan masyarakat’dalam dilakukan promosi sekolah kepada masyarakat Manajemen Sekolah, yaitu meningkatkan po- selaku penonton. Sebenarnya, dengan kehadiran pularitas sekolah di mata masyarakat, sehingga tim Wayang Wong SMA Negeri 1 Lasem di ma- prestise (mutu harga diri) meningkat. Hasil secara syarakat, maka telah terjadi promosi, sebab ke- Kualitas berupa tanggapan positif dari Dinas Ke- hadirannya adalah sudah pasti membawa nama budayaan dan Pariwisata Kabupaten Rembang SMA Negeri 1 Lasem. serta masyarakat Desa Gowak dan sekitarnya ter- Kegiatan promosi selain terjadi di masya- hadap SMA Negeri 1 Lasem. Nugraeni (Pegawai rakat juga terjadi di lembaga pendidikan. Promo- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten si di Masyarakat berlangsung melalui dua proses, Rembang, Wawancara 10 Mei 2017) menutur- yaitu secara tidak langsung dengan melalui sosial kan bahwa langkah SMA Negeri 1 Lasem dalam media dan jagongan di warung, dan mempromo- memanfaatkan wayang wong dalam promosi se- sikan SMA Negeri 1 Lasem melalui pementasan kolah merupakan hal yang tepat karena kesenian wayang wong langsung di tengah masyarakat. wayang wong adalah kesenian yang jarang di- Kemudian promosi yang dilakukan melalui lem- pentaskan dan akan menjadi ciri khas bagi SMA baga pendidikan. Secara pokok terbagi menjadi Negeri 1 Lasem sebagai sekolah yang masih me- dua kegiatan yaitu (1) promosi melalui sosialisasi lestarikan wayang wong di Kabupaten Rembang. di sekolah formal (SMP sederajat), dan (2) pro- Prestiseatau mutu harga diri SMA Negeri 1 Lasem mosi melalui pendidikan nonformal di Sanggar menurut masyarakat Gowak dan sekitarnya me- Asri Budaya yang berafiliasi dengan SMA Negeri lalui hasil observasi dan wawancara dapat diketa- 1 Lasem.Setelah melalui beberapa proses, maka hui yaitu masyarakat menyebutkan bahwa SMA diperoleh hasil dari kegiatan promosi melalui pe- Negeri 1 Lasem merupakan sekolah yang aktif manfaatan wayang wong di SMA Negeri 1 La- mementaskan wayang wong di desa terpencil, sem, yang dipilah menjadi dua yaitu hasil secara sehingga masyarakat semakin mudah mengenali jumlah dan hasil secara kualitas. SMA Negeri 1 Lasem melalui wayang wongnya. Status SMA Negeri 1 Lasem memberikan Masyarakat menganggap SMA Negeri 1 Lasem dampak positif sehingga bagi sekolah-sekolah adalah sekolah favorit yang tidak hanya unggul menengah pertama rela memberikan undangan dalam ‘pelajaran’ atau akademik namun mampu secara khusus kepada SMA Negeri 1 Lasem un- mencetak lulusan yang masih menerap-kan sikap tuk diagendakan dalam sosialisasi sekolah di de- sopan santun dan tata krama serta berbudaya. pan siswa kelas IX. Pada saat sosialisasi itulah, SMA Negeri 1 Lasem mempromosikan beberapa PENUTUP keunggulan yang menjadi ciri khas SMA Nege- Simpulan ri 1 Lasem salah satunya adalah adanya Ekstra- Bentuk Pertunjukan Wayang Wong SMA kurikuler Wayang Wong yang pentas minimal se- Negeri 1 Lasem dengan lakon Lahirnya Gat- tahun sekali dan merupakan wujud nyata dalam hutkaca yang dipentaskan pada tanggal 23 Mei pendidikan karakter (Wawancara Sidiq Subagiyo, tahun 2015 di Desa Gowak Kecamatan Lasem, Wakasek Kesiswaan SMA Negeri 1 Lasem, 24 terdiri dari elemen-elemen pokok yaitu Penari Mei 2017). Selain melalui lembaga pendidikan, (aktor/aktrisnya), Sutradara atau Dalang, La- promosi sekolah melalui media wayang wong kon atau Cerita, Tata Rias dan Busana, Musik

31 Gilang Surya/ Jurnal Seni Tari 7 (1) (2018)

Pengiring, dan Tata Panggung. Pemain wayang ajaran 2016/2017 diterima sebagai siswa SMA wong adalah siswa SMA Negeri 1 Lasem yang Negeri 1 Lasem dan sebanyak 75 siswa tergabung tergabung dalam tim Wayang Wong SMA Negeri dalam tim Wayang Wong SMA Negeri 1 Lasem 1 Lasem, terdiri dari 17 pemain yang masing-ma- dengan rincian 15 orang penari, 22 orang pemain sing memerankan tokoh sesuai dengan tugasnya. wayang wong, dan 38 orang pengrawit. Selain Gerak tari dibawakan oleh pemain ketika mema- hasil secara Jumlah, hasil secara kualitas juga suki panggung dan pada adegan tertentu seperti menunjukkan pandangan positif masyarakat Kiprahan, Bambangan, maupun adegan perang, mengenai SMA Negeri 1 Lasem yang diunggul- menggunakan gerak-gerak dasar tari klasik gaya kan dalam wayang wongnya. Surakarta. Sutradara selaku pengatur jalannya Peneliti memiliki pandangan terkait per- cerita dilakukan oleh Karnoto, dan Kartono se- kembangan kegiatan wayang wong di SMA Ne- bagai dalang bertugas mengatur jalannya cerita geri 1 Lasem terlebih mengenai pemanfaatan-nya selama pementasan. Lakon yang dibawakanber- dalam promosi sekolah. Sehubungan dengan sumber dari kitab Mahabarata pada kisah Gathut- banyaknya event pariwisata di Lasem, Wayang kaca Lair. Wong SMA Negeri 1 Lasem baik tampil mandiri Pemain wayang wong menggunakan kos- maupun pentas gabungan dengan Sanggar Asri tum serta tata rias sesuai karakter tokoh pewa- Budaya turut tanpil dalam kegiatan pariwisata di yangan yang diperankan, dengan kaidah gaya Lasem.Secara implikatif, Wayang Wong SMA Surakarta. Pertunjukan wayang wong diiringi Negeri 1 Lasem memungkinkan tidak hanya di- menggunakan Gamelan Agengberlaras pelog oleh gunakan sebagai media promosi sekolah saja, Tim Karawitan SMA Negeri 1 Lasem dan diper- namun juga sebagai media promosi ‘kota’ Lasem kuat oleh empat orang pengrawit senior dari dalam pariwisata. Lasem yang sedang gencar Sanggar Asri Budaya. Panggung yang digunakan mengembangkan pariwisata dengan tagline La- menggunakan jenis Panggung Portable. Tata lam- sem Kota Pusaka (Lasem Heritage City) menjadi- pu lampu dipasang di bagian atas panggung, se- kan kegiatan budaya di Lasem semakin sering dang-kan mikrofon digantung pada rangka atas untuk diekspos, selain budaya di kampung nela- panggung menggunakan amplifikasi agar suara yan, kampung pecinan, budaya pesantren, tradisi terdengar hingga jarak jauh. Struktur dramatik tulis Lasem, hingga pertunjukan seni khas pertunjukan Wayang Wong SMA Negeri 1 La- daerah Lasem termasuk Wayang Wong SMA sem terdiri dari Pathet Nem, Pathet Sanga, dan Negeri 1 Lasem yang untuk saat ini merupakan Pathet Manyura, yang masing-masing terdapat satu-satunya wayang wong di daerah Rembang adegan. khusus-nya Lasem. Pemanfaatan wayang wong sebagai me- dia promosi dilakukan oleh SMA Negeri 1 La- Saran sem dalam mempromosikan sekolah kepada Wayang wong sebagai aset budaya di SMA masyara-kat agar lebih mengenal SMA Negeri Negeri 1 Lasem hendaknya sekolah lebih berupa- 1 Lasem. Supaya dalam pemanfaatan wayang ya mengembangkannya secara serius agar dalam wong dapat berjalan lancar, dilakukan proses sajiannya semakin menarik dan mampu menjadi mulai dari latihan rutin, persiapan pementasan, ikon bagi SMA Negeri 1 Lasem sehingga masy- hingga kegiatan promosi. Proses latihan dilaku- arakat luas khususnya di Kabupaten Rembang kan di Ruang Karawitan SMA Negeri 1 Lasem mengenal SMA Negeri 1 Lasem sebagai seko- dimulai dari bedhah naskah, selanjutnya dilaku- lah unggulan dengan tim wayang wongnya yang kan casting. Setelah dhapukan atau penokohan menjadikan SMA Negeri 1 Lasem sebagai tujuan terpenuhi, maka dilakukan gladhi rutin. Persia- masyarakat untuk bersekolah dan men-dapatkan pan pementasan dilakukan ketika mendekati pendidikan karakter yang berbudaya lokal. Peng- hari pementasan. Kegiatan sebelum pementasan gunaan Wayang Wong SMA Negeri 1 Lasem meliputi tempuk gendhing, gladhi resik, jajal busana, yang secara impliktif akan menimbulkan per- dan blocking panggung. Pementasan dilakukan di masalahan lanjutan perlu dikaji lebih lanjut bagi Desa Gowak Kecamatan Lasem. Desa sasaran akademisi yang berniat untuk turut mengkaji wa- dipilih pada desa terpencil untuk mengajak anak yang wong di SMA Negeri 1 Lasem dari sisi yang usia sekolah serta orang tua yang memiliki anak berbeda sehingga mampu memperkaya khasanah usia di bawah SMA agar mau untuk bersekolah keilmuan khususnya di bidang seni per-tunjukan. dan menekan angka putus sekolah. Pemanfaatan Bagi masyarakat, kesenian tradisional hidup dan wayang wong dalam promosi sekolah membuah- lestari bergantung kepada ada tidaknya masya- kan hasil yaitu sejumlah 16 siswa kelas X tahun rakat peminat untuk terus mementaskan suatu

32 Gilang Surya/ Jurnal Seni Tari 7 (1) (2018) kesenian tradisional. Masyarakat diimbau untuk CXVII: 74-80. memiliki pandangan bahwa wayang wong perlu Mardjono. 2012. Baratayuda Penyelesaian Konflik frekuensi pentas yang lebih banyak agar tetap les- Pandawa dan Kurawa dalam Pandangan Teori tari. Selain memberikan pengalaman estetis bagi Konflik Marx. Jurnal Ornamen. Vol.9 (2): 33- 58. pelaku wayang wong, dampak positif lain yang Mulasno, Tri. 2013. Fungsi dan Makna Pertunjukan terjadi adalah nama SMA Negeri 1 Lasem akan Wayang di Krecek. Jurnal Keteg. Vol. 13 (1): semakin dikenal dengan wayang wongnya. 29-50. Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi: Pengetahuan DAFTAR PUSTAKA Dasar Komposisi Tari. : Departemen Arisyanto, Prasena. 2017. Wayang Kulit Wong Lakon Pendidikan dan Kebudayaan. Menjunjung Langit Mencium Bumi: Kajian Musman, Asti. 2017. Agama Ageming Aji: Menelisik Teks Pertunjukan. Catharsis: Journal of Arts Akar Spiritualisme Jawa. : Pustaka Education . Vol. 6 (1) 74-81. Jawi. Aziz, Munawir. 2014. Lasem Kota Tiongkok Kecil: In- Nugrahani, Rah Utami dan Reni Nuraeni. 2015. teraksi Tionghoa, Arab, dan Jawa dalam Silang Transformasi Nilai Pertunjukan Wayang Budaya Pesisiran. Yogyakarta: Ombak. Orang Tradisional dalam Opera Van Java di Boyd, Walker, Larreche. 2000. Manajemen Pemasa- Stasiun Televisi Trans7. Jurnal Panggung. Vol. ran: Suatu Pendekatan Strategis dengan Orien- XXV (1): 40-45. tasi Global (Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga. Nurgiyantoto, Burhan. 2011. Wayang dan Pengemban- Budiarti, Endah. 2012. Lakon Baratayuda Versi Klat- gan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Kara- en: Kajian Struktur Naratif. Jurnal Resital. Vol. kter. Vol. I (1): 18-34. 13 (2): 166-180. Panggiyo. 2015. Akustika Resonator pada Gamelan. Emaluin Masfiroh. 2013. Language Style of Raden Jurnal Keteg. Vol. 15 (1): 1-10. Abimanyu in Wayang Orang Sekar Budaya Pranoto, Henry S. 2013. Sacrilegious Aspect of Java- Nusantara Entlitled Wahyu Cakraningrat. nese Gamelan: Past and Future. Harmonia: Thesis: Study Program of English. Faculty of Journal of Arts Research and Education. Vol. Cultural Studies. Universitas Brawijaya. XIII (1): 55-68. Endraswara, Suwardi. 2014. Metode Pembelajaraan Prihatini, Nanik Sri, dkk. 2007. Joged Tradisi Gaya Drama: Apresiasi, Ekspresi, dan Pengkajian. Kasunanan Surakarta. Surakarta: ISI Solo Yogyakarta: Center of Academic Publishing Press. Service (CAPS). Putut Bayu Pribadi. 2011. Dinamika Wayang Orang Hadi, Y. Sumadiyo. 2005. Sosiologi Tari: Sebuah Pen- Mangkunegaran dari Istana ke Publik (1881- genalan Awal. Yogyakarta: Pustaka. 1895). Skripsi: Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Hadiatmojo, Soeparno. 1984. Sulukan: Kawruh Ped- Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Univer- halangan Ringgit Purwa. Semarang: Ngesthi sitas Sebelas Maret Surakarta. Budaya. Ratna, Nyoman Kutha. 2014. Peranan Karya Sastra, Hartono. 2010. Pemanfaatan Media dalam Pembelaja- Seni, dan Budaya dalam Pendidikan Karakter. ran Tari di Taman Kanak-kanak Jural Harmo- Yogyakarta: Pustaka Pelajar. nia. Vol. 10 (1): 1-10. Reni Rasmawati. 2015. Antawecana dalam Way- Hartono.2017. Apresiasi Seni Tari. Semarang: Fakultas ang Orang Lakon Gatutkaca Wisudha di Pa- Bahasa dan Seni UNNES. guyuban Parikesit Klaten Jawa Tengah. Skripsi: Holt, Claire. 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri di Indonesia, terjemahan Soedarsono. Band- Yogyakarta. ung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metode Penelitian Jazuli, M. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara Sema- Seni. Surabaya: Unesa University Press. rang. Jazuli, M.2016. Peta Dunia Seni Tari. Sukoharjo: Far- Sainah. 2010. Tokoh dan Fungsi Punakawan dalam ishma Indonesia. Pertunjukan Wayang Orang Ngesti Pandhawa Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2012. Prinsip- di Semarang. Skripsi: Jurusan Seni Drama, prinsip Pemasaran. Edisi 13. Jilid. 1. Jakarta: Tari dan Musik. Fakultas Bahasa dan Seni. Erlangga. Universitas Negeri Semarang. Lanjari, Restu. 2016. Political Practice and Its Implica- Santoso, Iwan Budi. 2015. Proses Amplifikasi tion on Folk Art Marginalization (Case Study Gamelan Jawa dalam Pergelaran Karawitan. of Wayang Orang/ Human Puppet Ngesti Jurnal Keteg. Vol. 15 (1): 33-41. Pandhowo). Harmonia: Journal of Arts Re- Soedarsono, R.M. 1997. Wayang Wong: Drama Tari search and Education. Vol. 16 (2): 163-171. Ritual Kenegaraan di Keraton Yogyakarta. Yo- Lathief, Halilintar. 1986. Pentas: Sebuah Perkenalan. gyakarta: Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: Lagaligo. Soedarsono, R.M.2000. Masa Gemilang dan Memu- Macoveia, Sabina, dkk. 2013. Theoretical Arguments dar Wayang Wong Gaya Yogyakarta. Yogya- for Dance as a Means of Providing Aesthetic karta: Tarawang. Education in Primary School. Procedia. Vol. Soedarsono, R.M.2003. Seni Pertunjukan dari Perspe-

33 Gilang Surya/ Jurnal Seni Tari 7 (1) (2018)

ktif Politik, Sosial, dan Ekonomi. Yogyakarta: gyakarta, Indonesia. International Journal of Gadjah Mada University Press. Education and Research. Vol. 2 (5): 43-52. Sosodoro, Bambang. 2013. Karawitan Karaton Kasu- Triyogo, Rahno. 2010. Moral Seks dalam Cerita Pe- nanan dan Pura Mangkunegaran Pasca Perjan- wayangan. Jurnal Lakon. Vol. VII (1): 43-65. jian Giyanti. Jurnal Keteg. Vol. 13 (1): 51-70. Wadiyo. 2015. Music as an Integrated Education Tool Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Band- for Preschool Students. Harmonia: Journal of ung: Alfabeta. Arts Research and Education. Vol. 15 (2): 144- Sukamso. 2013. Konvensi-konvensi dalam pementasan 151. Karawitan Klenengan Tradisi Gaya Surakarta. Wahyudiyanto. 2008. Pengetahuan Tari. Surakarta: Jurnal Keteg. Vol. 15 (1): 49-59. ISI Press Solo. Sulistiyanto, Eko. 2013. Pemanfaatan Monumen Pala- Wahyudi, Aris. 2013. Transformasi Yudhistira Ma- gan Ambarawa sebagai Sumber Sejarah. Indo- habarata dalam Tradisi Pedhalangan. Jurnal nesian Journal of History Education. Vol. 2 Resital. Vol. 14 (1): 71-80. (1): 1-9. Ramli, Wan Nor Raihan Wan, dkk. 2012. The Con- Sumaryono. 2011. Antropologi Tari dalam Perspektif tribution of Shadow Puppet’s Show through Indonesia.Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yo- Enganging Social Communication in Modern gyakarta. Society. Procedia: Social and Behavioral Sci- Suneki, Sri. 2012. Dampak Globalisasi terhadap Eksis- ence. Vol. 35: 353-360. tensi Budaya Daerah. Jurnal Ilmiah CIVIS. Widodo. 2015. Laras in Gamelan Music’s Plurality. Vol. II (1): 307-321. Harmonia: Journal of Arts Research and Edu- Suneko, Anon. 2016. Pyang Pyung: Sebuah Komposisi cation. Vol. 15 (1): 34-45 Karawitan. Jurnal Resital. Vol. 17 (1): 1-11. Widodo, dkk. 2017. Laras concept and its triggers: A Supardi. 2013. Ricikan Struktural Salah Satu Indikator case study on garap of Jineman Uler Kambang. pada Pembentukan Gending dalam Karawitan Harmonia: Journal of Arts Research and Edu- Jawa. Jurnal Keteg. Vol. 13 (1): 2-28. cation. Vol. 17 (1): 75-86. Supendi, Eko. 2007. Wayang Orang sebagai Pertunju- Widodo. 2017. Bahan Ajar Mata Kuliah Pengetahuan kan Teater Tradisional dalam Tinjauan Semio- Karawitan Program Studi Pendidikan Seni tika. Jurnal Gelar. Vol. 5 (1):54-72. Drama, Tari, dan Musik. Fakultas Bahasa dan Sutomo, dkk. 2012. Manajemen Sekolah. Semarang: Seni. Universitas Negeri Semarang. Universitas Negeri Semarang Press. Winarto. 2017. (Sosok) Karnoto: Wajah Kemajemu- Taib, M. Fazli, dkk. 2014. Non-Formal Education as kan Lasem. Kompas, 6 Mei 2017. Hlm. 16. Culture Transformation Agent Towards The Widoyoko, Eko P. 2016. Teknik Penyusunan Instru- Development of Clasical Court Dance in Yo- men Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

34