<<

CATHARSIS 6 (1) 74-81 (2017)

Catharsis: Journal of Arts Education

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis

Wayang Kulit Wong Lakon Menjunjung Langit Mencium Bumi : Kajian Teks Pertunjukan

Prasena Arisyanto, Agus Cahyono, Hartono

Prodi Pendidikan Seni, Pascasarjana, Universitas Negeri ,

Info Artikel Abstrak ______Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pertunjukan Kulit Wong pada Diterima Januari 2017 lakon Menjunjung Langit Mencium Bumi. Metode penelitian kualitatif digunakan dalam Disetujui April 2017 penelitian ini. Penelitian difokuskan pada lakon Menjunjung Langit Mencium Bumi. Dipublikasikan Agustus Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumen. 2017 Teknik analisis data menggunakan konsep bentuk pertunjukan dengan empat langkah ______analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa Wong merupakan Keywords: Wayang Kulit Wong, bentuk pertunjukan yang baru. Wayang Kulit Wong merupakan gabungan dari Performance text, pertunjukan wayang wong dan wayang kulit purwa. Wayang Kulit Wong dapat Menjunjung Langit dipentaskan oleh siapapun, dimanapun, kapanpun tanpa ada syarat tertentu. Cerita Mencium Bumi story. yang dibawakan bisa bersumber dari berbagai hal. Musik pengiring dapat dipilih sesuai ______dengan kreativitas sutradara. Wayang Kulit Wong merupakan contoh pengembangan seni tradisi. Wayang Kulit Wong juga dapat digunakan sebagai materi apresiasi dan kreasi seni pada bidang pendidikan seni.

Abstrac

The purpose of this research is to analyze the performances of the Wayang Kulit Wong on Menjunjung Langit Mencium Bumi story. Qualitative research method used in this study. The research focused on Menjunjung Langit Mencium Bumi story. The data collection techniques used are observation, interviews, document studies. Technique of the data analysis using the concept of form performances with four steps of data analysis. The research result indicates that Wayang Kulit Wong is a form of new performances. Wayang Kulit Wong is a combination of performing wayang kulit purwa and wayang wong. Wayang Kulit Wong can be performed by anyone, anywhere, at any time without any specific terms. The story presented is sourced from various things. Music accompanist can be selected in accordance with the director's creativity. Wayang Kulit Wong is an example of the development of artistic traditions. Wayang Kulit Wong can also be used as a matter of appreciation and creation of art in the field of art education.

© 2017 Universitas Negeri Semarang

 Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6900 Kampus Pascasarjana Unnes, Jalan Kelud Utara III Semarang 50237 e-ISSN 2502-4531 E-mail: [email protected]

74

Prasena Arisyanto, Agus Cahyono, Hartono / Catharsis 6 (1) 74-81 (2017)

PENDAHULUAN Wayang Kulit Wong lakon Menjunjung Langit Mencium Bumi. Konsep yang digunakan dalam Wayang Kulit Wong bukanlah wayang penelitian ini adalah konsep bentuk pertunjukan wong, wayang kulit ataupun . Ki yang terdiri dari empat aspek yaitu pelaku, Sih Agung Prasetya sebagai dalang gerak, suara, dan rupa (Cahyono 2006: 70; menyebutnya wayang tanpa kelir, tanpa Jazuli 2007: 105; Kusmayati 2000: 77-96). , tanpa debog (Suara Merdeka 2015: 1). Pemainnya adalah manusia gunung, iringannya METODE berasal dari mulut sang dalang, dan ceritanya dapat disusun bersama dengan penonton. Metode penelitian yang digunakan adalah Wayang Kulit Wong menjebol pakem metode kualitatif dengan pendekatan konvensional wayang wong dan wayang kulit. monodisiplin. Penelitian ini dilakukan di SMA Jika pada pertunjukan wayang kulit terdapat Kristen Indonesia Kota Magelang. Penelitian kelir, gamelan sebagai musik pengiringnya, difokuskan pada satu lakon yaitu Menjunjung blencong dan dalang yang memainkan wayang Langit Mencium Bumi dengan mengamati pada dan mengolah cerita, atau pada wayang wong bentuk pertunjukannya. Konsep yang digunakan pemainnya melakukan dialog, maka pada untuk menganalisis permasalahan pada Wayang Kulit Wong tidak memerlukan kelir dan penelitian ini adalah konsep bentuk pertunjukan blencong. Wayang Kulit Wong merupakan yang terdiri dari aspek pelaku, gerak, suara dan kreativitas dari seniman dari Komunitas Lima rupa. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Gunung dan hanya ada di Komunitas Lima observasi, wawancara dan studi dokumen. Gunung. Wayang Kulit Wong telah beberapa Observasi yang digunakan adalah observasi kali melakukan pertunjukan yang salah satunya terlibat. Observasi dilakukan untuk melihat di SMA Kristen Indonesia Kota Magelang. bentuk pertunjukan, pemain, penonton, tata rias Wayang Kulit Wong menjadi menarik untuk pemain, musik pengiring, tata panggung, dan diteliti dikarenakan keunikan yang dimiliki keadaan ketika prapementasan-pementasan dalam pertunjukannya. Wayang Kulit Wong pascapementasan. merupakan kesenian yang bersifat kontemporer Wawancara mendalam dilakukan akan tetapi masih dalam kemasan tradisi. kepada seniman Wayang Kulit Wong yaitu Sih Menurut Sutanto (Suara Merdeka 2015: Agung Prasetya, S.Pd yang merupakan 2), Wayang Kulit Wong layak untuk menjadi sutradara dan dalang Wayang Kulit Wong. contoh bagi kesenian tradisional lain untuk Wawancara dilakukan terkait dengan bangkit berkembang. Kesenian tidak lagi hadir pertunjukan Wayang Kulit Wong, ide sebagai kesenian masa lampau. Kesenian harus penggarapan, fungsi pertunjukan, tanggapan dikembangkan dengan salah satu caranya pemain dan penonton mengenai Wayang Kulit adalah memperbarui unsur-unsur pendukungnya Wong. Studi dokumen dilakukan terkait dengan sehingga menjadi lebih dinamis dan dokumen yang berhasil didapat. Dokumen yang memunculkan makna yang baru. Wayang Kulit peneliti dapatkan berasal dari sumber elektronik Wong merupakan bentuk kesenian yang maupun cetak dengan mencari pertunjukan diperbarui unsur-unsur pembentuknya sehingga Wayang Kulit Wong di internet dan sumber memunculkan bentuk yang baru. Menarik untuk tertulis seperti surat kabar, artikel, maupun buku diteliti apa saja unsur kebaruan dari pertunjukan yang terkait dengan topik penelitian. Teknik Wayang Kulit Wong pada lakon Menjunjung analisis data dilakukan secara intraestetik Langit Mencium Bumi di Komunitas Lima dengan menggunakan konsep bentuk Gunung. Masalah dalam penelitian ini adalah pertunjukan. Tahap analisis menggunakan bagaimana pertunjukan Wayang Kulit Wong model analisis interaktif Miles dan Huberman lakon Menjunjung Langit Mencium Bumi. Tujuan (dalam Rohidi 2011: 240) yang menggunakan penelitian adalah menganalisis pertunjukan empat langkah dalam melakukan proses analisis

75

Prasena Arisyanto, Agus Cahyono, Hartono / Catharsis 6 (1) 74-81 (2017) yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian memanfaatkan peserta pada acara kirab budaya data, dan penarikan kesimpulan. Teknik tersebut. keabsahan data yang digunakan adalah Sutradara akhirnya memilih 6 orang triangulasi teknik dan sumber. siswa dan siswi untuk mementaskan lakon Menjunjung Langit Mencium Bumi. Mereka HASIL DAN PEMBAHASAN akan dibagi untuk berperan sebagai guru, siswa, dan tokoh suku bangsa yang ada di Indonesia. Wayang Kulit Wong Lakon Menjunjung Tiga puluh menit sebelum pertunjukan, dalang Langit Mencium Bumi mengumpulkan semua pemain wayang dan Pertunjukan Wayang Kulit Wong dalam memberikan arahan mengenai jalannya penelitian ini berlangsung pada tanggal 28 pementasan dan apa yang harus dilakukan Oktober 2016 yang bertempat di lapangan SMA pemain di atas panggung. Tidak ada naskah Kristen Indonesia, Kota Magelang. Wayang pertunjukan yang diberikan kepada para Kulit Wong ditampilkan pada kegiatan apresiasi pemain. Semua dialog dan alur cerita hanya dan kreasi seni, bahasa, dan budaya dengan diketahui oleh dalang. judul “Kenduri Budaya” yang dimulai dari Lakon Menjunjung Langit Mencium pukul 09.00-16.00 WIB. Acara yang Bumi diceritakan dalam seting kegiatan belajar ditampilkan antara lain pertunjukan Wayang mengajar yang berlangsung di sekolah. Pada Kulit Wong, tari, musik, puisi, cerpen, awal pertunjukan dalang Wayang Kulit Wong workshop wayang, workshop tari, dan workshop memberikan pengantar mengenai pertunjukan jurnalistik, dengan pengisi acara adalah siswa dan cerita yang akan dipentaskan. Dalang SMA Kristen Indonesia dan tamu undangan kemudian memanggil pemain wayang yang yang diminta untuk mengisi acara. pertama dan memberikan kode agar musik Pertunjukan Wayang Kulit Wong di dimainkan. Ketika pemain wayang pertama SMA Kristen Indonesia mengangkat judul atau sudah berada di atas panggung, dalang meminta lakon “Menjunjung Langit Mencium Bumi”. musik berhenti kemudian mengatur posisi Ceritanya adalah tentang perbedaan budaya wayang. Wayang yang pertama adalah wayang yang ada di Indonesia dan bagaimana pemeran ibu guru. seharusnya menghargai perbedaan kebudayaan dari masing-masing daerah sebagai alat pemersatu bangsa. Lakon Menjunjung Langit Mencium Bumi dipilih menyesuaikan dengan peringatan hari sumpah pemuda dan keadaan siswa SMA Kristen Indonesia yang plural karena siswa-siswanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia sehingga juga memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Acara kenduri budaya di SMA Kristen Indonesia diawali dengan kirab budaya keliling Gambar 1. Wayang Kulit Wong Lakon desa oleh semua siswa SMA Kristen Indonesia. Menjunjung Langit Mencium Bumi Beberapa diantara para siswa ada yang Foto: Sobali, 28 Oktober 2016 mengenakan pakaian adat dari daerahnya masing-masing. Hal ini tentunya memudahkan Dalang melakukan ada-ada kemudian sutradara untuk memilih pemain untuk memanggil wayang selanjutnya, musik berbunyi pertunjukan Wayang Kulit Wong lakon kemudian naik ke panggung 2 orang laki-laki Menjunjung Langit Mencium Bumi. Sutradara pemain wayang yang berperan sebagai siswa. tidak perlu repot memikirkan bagaimana kostum Musik berhenti kemudian dalang kembali untuk pemain karena sutradara dapat mengatur posisi wayang. Pemain wayang ke 2

76

Prasena Arisyanto, Agus Cahyono, Hartono / Catharsis 6 (1) 74-81 (2017) adalah pemeran siswa yang menggunakan Di akhir pertunjukan, dalang meminta pakaian sehari-hari berupa kaos, celana jins salah seorang pemeran wayang untuk pendek, dan bersepatu. Pemain wayang ke tiga memimpin semua penonton menyanyikan lagu adalah pemeran siswa yang menggunakan Bagimu Negeri. Lagu Bagimu Negeri seragam pramuka. Dalang mengatur posisi dinyanyikan untuk mengingatkan kepada para wayang dan kemudian memberikan tongkat pemain dan penonton untuk bersatu, mengabdi bambu kecil yang disebut tuding. Masing- kepada bangsa dan negara, dan menghargai masing wayang menerima 2 buah tuding yaitu segala perbedaan yang ada di Indonesia. tongkat kayu kecil dengan panjang sekitar 80- Menyanyikan bersama lagu Bagimu Negeri 100 cm dan diameter 0,5 cm yang dipegang di menandai berakhirnya pertunjukan Wayang tangan kanan dan kiri. Kulit Wong lakon Menjunjung Langit Mencium Dalang kemudian memberikan contoh Bumi. sikap berdiri dan cara berbicara kepada para Menjunjung langit artinya menjunjung wayang. Sikap pemain wayang yang berdiri tinggi adat atau aturan yang berlaku pada dengan memegang tuding mirip seperti sikap daerah tersebut, mencium bumi artinya berbakti berdiri boneka wayang kulit. Dalang juga kepada bumi, berbakti kepada tanah air. Pesan menjelaskan bahwa para wayang harus dari pertunjukan ini adalah kita harus mengikuti ucapan dalang tetapi tanpa suara atau menghormati budaya kita dan budaya orang lain disebut lipsing. Lipsing dilakukan agar pemain dimanapun tempatnya sebagai bentuk terlihat lebih hidup dan seolah-olah melakukan pengabdian kita kepada tanah air kita, Negara dialognya sendiri. Gerakan lipsing yang Kesatuan Republik Indonesia. Kita tidak boleh dilakukan oleh pemain Wayang Kulit Wong merasa diri kita atau budaya kita sebagai budaya mirip dengan pertunjukan wayang wong dimana yang paling unggul dan merendahkan budaya pemain wayang melakukan dialognya sendiri lain. Kita dilarang untuk saling menghina tanpa tergantung oleh dalang. Dalang kemudian kebudayaan, tetapi kita harus memanfaatkan memulai dialog antara ketiga pemain wayang kekayaan budaya yang ada di Indonesia sebagai tersebut setelah selesai memberikan penjelasan. alat untuk bersatu, untuk rukun satu sama lain Diceritakan bahwa di sebuah sekolah (Prasetya, wawancara 28 Oktober 2016). sedang berlangsung pelajaran mengenai kebudayaan Indonesia yang divisualisasikan Pelaku berupa tokoh guru dan siswa. Guru memberikan Pelaku adalah seniman atau penyaji yang pengantar mengenai kekayaan budaya yang terlibat langsung maupun tidak langsung untuk dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Guru kemudian mengetengahkan atau menyajikan bentuk seni memberikan contoh mengenai keragaman pertunjukan (Cahyono 2006: 70). Pelaku budaya di Indonesia dengan memanggil tiga pertunjukan Wayang Kulit Wong dalam lakon orang pemain wayang ke panggung. Tiga orang Menjunjung Langit Mencium Bumi adalah tersebut berasal dari Sumatra Utara, Jawa pemain, penonton, panitia, dan tamu undangan Tengah, dan Papua. Dalang lalu memberikan yang hadir. Pemainnya berjumlah 9 orang terdiri tuding kepada masing-masing pemain yang baru dari 7 laki-laki dan 2 perempuan. Para pemain naik panggung dan melanjutkan dialog. Dialog merupakan gabungan dari seniman Komunitas disampaikan dalam Bahasa Indonesia dengan Lima Gunung, siswa-siswi SMA Kristen sesekali menggunakan Bahasa Jawa. Bahasa Indonesia, dan mahasiswa Universitas Negeri Indonesia digunakan karena tidak semua siswa Semarang. Pembagian peran secara umum SMA Kristen Indonesia mengerti Bahasa Jawa adalah 1 orang dalang, 6 orang pemain wayang, karena berasal dari luar Jawa Tengah, sehingga dan 2 orang pemain musik. agar cerita yang dibawakan dapat dipahami oleh Sebagai dalang adalah Sih Agung semua penonton maka digunakan Bahasa Prasetya, S.Pd, 29 tahun, asal Kabupaten Indonesia hampir di sepanjang pertunjukan. Magelang. Sih Agung Prasetya adalah guru di

77

Prasena Arisyanto, Agus Cahyono, Hartono / Catharsis 6 (1) 74-81 (2017)

SMA Kristen 1 Magelang yang diundang untuk Gerak mengisi acara yang diadakan di SMA Kristen Gerak pemain wayang dalam pertunjukan Indonesia. Sih Agung Prasetya adalah salah satu Wayang Kulit Wong diatur oleh dalang, tetapi seniman yang menggagas munculnya terkadang wayang juga boleh berinisiatif untuk pertunjukan Wayang Kulit Wong di Komunitas bergerak sendiri baik untuk merespon dalang Lima Gunung. Pada acara Kenduri Budaya di maupun tidak. Para pemain wayang memegang SMA Kristen Indonesia, selain menampilkan tuding di kedua tangannya, dan melalui tuding pertunjukan Wayang Kulit Wong Sih Agung pula dalang menggerakkan pemain Wayang Prasetya juga memberikan workshop mengenai Kulit Wong. Pemain Wayang Kulit Wong yang wayang kulit. digerakkan oleh dalang merupakan gerakan Pemain wayang berjumlah 6 orang yang utama yang menjadi ciri dari Wayang Kulit semuanya adalah siswa-siswi kelas X-XII SMA Wong dan dapat digolongkan menjadi gesture Kristen Indonesia. Mereka berasal dari berbagai yaitu gerak yang diutarakan melalui simbol- daerah di Indonesia. Mereka adalah: simbol maknawi (Kusmayati 2000: 77). Gerak 1. Aurelia Gabrielle Sutejo, 15 tahun, pemain Wayang Kulit Wong melalui tuding siswi kelas X, asal Kab. Wonosobo, yang dipegang merupakan simbol dari gerak Jawa Tengah. Berperan sebagai Ibu tangan manusia ketika berbicara dan guru Agnes Wiwien Monika. menunjukan bahwa pemain Wayang Kulit 2. Kristian Lokael, 16 tahun, siswa kelas XII IPS, asal Kab. Sumba, Nusa Wong yang digerakan oleh dalang sedang Tenggara Barat. Berperan sebagai siswa melakukan dialog, sehingga digolongkan ke yang bernama Mukidi. dalam gerak gesture. Gerakan ini mirip dengan 3. Markus Gobaia, 17 tahun, siswa kelas gerak wayang kulit. XI IPS, asal Kab. Paniai, Papua. Berperan sebagai siswa yang bernama Kedua, terdapat gerak murni yang lebih Markus. mengutamakan keindahan dan tidak 4. Pamela Rumaropen, 15 tahun, siswi menyampaikan pesan maknawi (Kusmayati kelas X, asal Kab. Nabire, Papua. 2000: 77). Gerak murni yang terdapat pada Berperan sebagai orang Papua. pertunjukan Wayang Kulit Wong antara lain 5. Hizkia Panangian Tobing, 15 tahun, siswa kelas X, asal Kab. Samosir, gerakan ketika pemain wayang mengambil Sumatra Utara. Berperan sebagai orang tuding yang terlepas, gerakan pemain wayang Batak. yang mengetuk-ngetuk tuding ke lantai 6. Daniel Lea Alto Vieta, 17 tahun, siswa panggung, gerak alami seperti gerak berkedip kelas XII IPS, asal Jambi. Berperan dan bernafas. Gerakan tersebut membuat sebagai orang Jawa. Sebagai pemain gamelan adalah 2 orang wayang berkesan menjadi lebih hidup dan mahasiswa Universitas Negeri Semarang yaitu natural, sehingga pertunjukan Wayang Kulit Prasena Arisyanto, S.Pd, 25 tahun, asal Wong menjadi lebih menarik dan indah. Kabupaten Pemalang yang berperan sebagai Gerak yang ketiga adalah gerak baton pemain kendang dan Arifin, 20 tahun, asal signal yaitu gerak penguat ekspresi (Kusmayati Kabupaten Grobogan yang berperan sebagai 2000: 77). Gerak penguat ekspresi pada pemain saron. Pelaku pertunjukan juga pertunjukan Wayang Kulit Wong antara lain termasuk penonton, panitia, pihak keamanan, adalah gerak tangan tokoh guru yang sedang dan tamu undangan. Penonton terdiri dari menjelaskan pelajaran kepada tokoh siswa. seluruh siswa kelas X-XII. Panitia adalah guru Gerak tangan dalang yang menunjuk pada dan karyawan SMA Kristen Indonesia. Tamu sesuatu untuk memberi penegasan pada pemain undangan hadir atas undangan panitia baik wayang juga merupakan gerak penguat ekspresi. sebagai penonton maupun untuk mengisi acara Gerak yang dilakukan secara spontan oleh di kegaitan Kenduri Budaya. Pihak keamanan pemain Wayang Kulit Wong seperti gerak adalah 2 orang polisi dan tentara yang berasal tertawa, tersenyum, gerak kaki agar tidak kaku dari Polsek dan Koramil setempat. juga dapat digolongkan menjadi gerak baton

78

Prasena Arisyanto, Agus Cahyono, Hartono / Catharsis 6 (1) 74-81 (2017) signal karena dapat memperkuat ekspresi Suara eksternal muncul dari luar pemain wayang yang sedang berkomunikasi. Gerak- Wayang Kulit Wong antara lain berasal dari gerak ini merupakan gerak alami yang dilakukan instrumen gamelan, suara penonton ketika secara spontan oleh pemain wayang tanpa menjawab pertanyaan dalang dan tertawa yang arahan dalang, namun dapat memperkuat merupakan bentuk respon terhadap pertunjukan, ekspresi pemain wayang yang sedang dan suara yang dihasilkan oleh lingkungan. berkomunikasi terutama ketika pemain wayang Suara eksternal ini berfungsi sebagai pengiring tersebut sedang tidak berbicara atau dalam posisi pertunjukan, pembangun suasana maupun diam mendengarkan pemain lain yang sebagai ilustrasi (Jazuli 2007: 16). Suara yang berbicara. berasal dari instrumen musik berfungsi sebagai Jenis gerak yang ke empat adalah gerak pengiring pertunjukan. Adanya suara yang berpindah tempat (Kusmayati 2000: 77). Gerak berasal dari penonton menjadikan pertunjukan berpindah tempat yang dilakukan oleh pemain lebih hidup dan menunjukan bahwa pertunjukan Wayang Kulit Wong adalah dengan berjalan, Wayang Kulit Wong dapat dipahami oleh maju, mundur, maupun bergeser ke arah yang penonton. Suara lingkungan dihasilkan dari diperintahkan oleh dalang. Seluruh gerakan suara air hujan karena pada saat pertunjukan berpindah tempat diatur oleh dalang, namun berlangsung hujan yang cukup deras sedang jika dirasa perlu, pemain wayang diperbolehkan turun di wilayah Kota Magelang dan sekitarnya. untuk bergeser sedikit ke tempat yang tepat Suara yang berasal dari instrumen selama tidak berpindah dari area yang telah gamelan muncul dari instrumen kendang dan ditetapkan oleh dalang. Wayang yang dapat saron yang memainkan gending srepeg laras bergerak sendiri merupakan salah satu keunikan slendro pathet manyura sebagai musik pengiring dari Wayang Kulit Wong yang tidak bisa pertunjukan. Gending srepeg laras slendro dilakukan pada pertunjukan wayang kulit pathet manyura dipilih karena biasa digunakan purwa. dalam pertunjukan wayang kulit dan wayang wong. Instrumen yang dimainkan hanya Suara kendang ciblon dan saron barung slendro karena Suara atau musik dalam pertunjukan menyesuaikan dengan tempat dan pemain Wayang Kulit Wong dibagi menjadi dua yaitu gamelan yang ada. Bagi Sih Agung Prasetya suara internal dan suara eksternal. Suara yang yang penting dalam pertunjukan Wayang Kulit muncul dapat berasal dari suara pemain, suara Wong di SMA Kristen Indonesia ada musik instrumen musik, suara penonton, dan suara pengiringnya apapun bentuknya tidak menjadi lingkungan (Jazuli 2007: 16). Suara internal masalah (wawancara 12 September 2016). dalam pertunjukan Wayang Kulit Wong adalah Terkadang pertunjukan Wayang Kulit suara yang dilakukan oleh dalang ketika Wong tidak memerlukan gamelan sebagai musik melakukan dialog antar wayang. Suara dari para pengiring. Musik iringan dapat dilakukan pemain Wayang Kulit Wong ketika tertawa, dengan instrumen lain atau atau menggunakan menjawab pertanyaan dalang, dan bernyanyi suara internal oleh pemain Wayang Kulit juga termasuk ke dalam suara internal. Suara Wong, tetapi dikarenakan para pemain Wayang internal ini berfungsi untuk membawakan Kulit Wong di SMA Kristen Indonesia belum jalannya cerita, memperkuat gerak dan ekspresi pernah melihat pertunjukan Wayang Kulit yang dilakukan oleh para pemain wayang Wong dan tidak pernah dilakukan latihan (Kusmayati 2000: 86). Gerakan pemain Wayang sebelumnya maka dipilihlah gamelan untuk Kulit Wong ketika pertunjukan menjadi lebih mengiringi jalannya pertunjukan. kuat ketika mengeluarkan suara walaupun itu hanya tertawa atau dilakukan dengan volume Rupa yang kecil. Aspek rupa dalam pertunjukan Wayang Kulit Wong antara lain terdapat pada busana

79

Prasena Arisyanto, Agus Cahyono, Hartono / Catharsis 6 (1) 74-81 (2017) dan dekorasi panggung. Para pemain tidak Para pemeran tokoh wayang tidak memakai tata rias wajah, hanya memakai rias memakai rias wajah, tetapi pada tokoh Markus busana atau kostum dan tata rias rambut saja. dan Pamela dapat dikenali dengan mudah Tata rias busana dan rambut yang dipakai oleh bahwa kedua tokoh tersebut berasal dari daerah para pemain Wayang Kulit Wong berfungsi Indonesia Timur karena bentuk wajahnya yang sebagai identifikasi diri yang menunjukan khas. Tata rias rambut yang digunakan pada identitas tokoh (Supendi 2007: 66). tokoh orang Jawa, Batak, dan Pamela Tokoh dalang menggunakan busana mempunyai fungsi sebagai informasi tokoh yang dalang gaya berupa jarik parang, menunjuk pada budaya (Supendi 2007: 66). surjan hitam, blangkon dan keris. Tokoh ibu Sebagai contoh adalah blangkon yang dipakai guru mengenakan Pakaian Dinas Harian (PDH) oleh tokoh orang Jawa. Penonton tentunya akan guru berwarna hijau, bersepatu. Tokoh Mukidi dengan mudah mengenali bahwa tokoh yang mengenakan kaos hitam, celana jins pendek memakai blangkon berasal dari daerah Jawa. warna krem, bersepatu. Tokoh Markus Dekorasi panggung yang dibuat antara mengenakan seragam pramuka tanpa baret, lain berupa wayang kulit yang ditancapkan pada bersepatu. Tokoh orang Papua mengenakan batang pohon pisang, topeng yang terbuat dari kaos hitam, rok warna merah dengan pinggir gabus, anyaman yang terbuat dari rumput dan kuning, dan hiasan kepala berupa bulu merak. daun kelapa, replika matahari yang terbuat dari Tokoh orang Batak mengenakan celana jeans sandal japit yang ditata melingkar pada tampah, panjang hitam, jas hitam, kain ulos di bahu kain yang dibentangkan sebagai dekorasi kanan, hiasan kepala berupa bentuk segitiga, layar, dan tanaman di depan panggung. dan bersepatu. Tokoh orang Jawa mengenakan Dekorasi panggung yang dibuat tidak hanya jarik parang, surjan coklat, blangkon, dan selop. diperuntukan bagi pertunjukan Wayang Kulit Pemain saron mengenakan baju batik dan Wong saja, akan tetapi bagi seluruh pertunjukan celana jins panjang, sedangkan pemain kendang yang dipentaskan dalam acara Kenduri Budaya. menggunakan kostum Cakil karena juga Berbagai acara dalam kegiatan Kenduri Budaya mementaskan pertunjukan Tari Bambangan dilakukan secara bergantian di atas panggung Cakil sebagai pertunjukan apresiasi seni setelah dan di lapangan. Beberapa contohnya adalah pertunjukan Wayang Kulit Wong. workshop jurnalistik, pertunjukan drama, dan Kostum yang dipakai oleh pemeran pembacaan puisi. tokoh Wayang Kulit Wong lakon Menjunjung Langit Mencium Bumi mempunyai beberapa SIMPULAN fungsi yaitu fungsi tanda pembeda gender, asal suku, dan jabatan (Supendi 2007: 67). Fungsi Wayang Kulit Wong lakon Menjunjung pembeda gender terlihat dari tokoh Monika dan Langit Mencium Bumi merupakan pertunjukan Pamela yang menggunakan rok, sedangkan yang dipentaskan oleh seniman dari Komunitas tokoh laki-laki menggunakan celana panjang, Lima Gunung bekerjasama dengan siswa-siswi celana pendek, dan pada tokoh orang Jawa SMA Kristen Indonesia sebagai pemeran memakai jarik yang di wiru atau dilipat dan wayang. Pelaku, gerak, suara, dan rupa menjadi ditata di depan. Fungsi asal suku terlihat dari aspek pembentuk pertunjukan Wayang Kulit kostum tokoh Jawa, Batak, dan Papua yang Wong lakon Menjunjung Langit Mencium Bumi memakai kostum yang khas dengan pakaian yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. adat dari masing-masing suku. Fungsi pembeda Lakon Menjunjung Langit Mencium Bumi jabatan terlihat dari kostum tokoh Monika yang mengangkat tema budaya dan pendidikan yang mengenakan Pakaian Dinas Harian guru, dan terinspirasi dari peristiwa sumpah pemuda. tokoh Markus sebagai siswa yang mengenakan Pesan cerita yang ingin disampaikan adalah agar seragam pramuka. selalu menjaga persatuan bangsa, mensyukuri dan memanfaatkan keragaman budaya bangsa

80

Prasena Arisyanto, Agus Cahyono, Hartono / Catharsis 6 (1) 74-81 (2017) sebagai alat pemersatu bangsa. Wayang Kulit Kusmayati, Hermien. 2000. Arak-arakan Seni Wong merupakan contoh dari pengembangan Pertunjukan dalam Upacara Tradisional di seni tradisi. Madura. Yogyakarta: Tarawang Press. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi Penelitian

Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara. DAFTAR PUSTAKA Supendi, Eko. 2007. “Wayang Orang Sebagai

Pertunjukan Teater Tradisional Dalam Cahyono, Agus. 2006. “Seni Pertunjukan Arak- Tinjauan Semiotika (Sebuah Tinjauan Awal)”. arakan dalam Upacara Tradisional Dugdheran Jurnal Seni Budaya Gelar. 5 (1) Juli 2007 : 54- di Kota Semarang”. Jurnal Pengetahuan dan 72. Pemikiran Seni Harmonia. 7 (3) September- Triwikromo, Triyanto. 2015. Dari Gunung Desember 2006 : 67-77. Menggerakkan Renaisans Jawa. Suara Merdeka. Jazuli, Muhammad. 2007. Pendidikan Seni Budaya Semarang 21 Desember. Hlm 1-2. Suplemen Pembelajaran Seni Tari. Semarang: Unnes Press.

81