SISTEM FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK AMBON The

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

SISTEM FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK AMBON The SISTEM FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK AMBON The Phonology of the Malay with Ambon’s Dialect Language ERNIATI Kantor Bahasa Maluku Kompleks Perkantoran LPMP Provinsi Maluku Jalan Tihu Wailela, Rumah Tiga, Kota Ambon, Provinsi Maluku Telepon/faksimile: 0911349704/081344331200 Pos-el [email protected] Artikel diterima: 21 Januari 2019, revisi akhir: 22 November 2019 Abstrak: Bahasa Melayu Ambon adalah bahasa yang tergolong sebagai rumpun atau dialek dari bahasa Melayu standar yang dituturkan oleh masyarakat yang berada di wilayah Pulau Ambon, Pulau-pulau Lease, yaitu Saparua, Haruku Nusa Laut, Pulau Buano, Pulau Manipa, Pulau Kelang, dan Pulau Seram. Bahasa Melayu Ambon dipakai pula sebagai bahasa perdagangan di Kei, Banda, Kepulauan Watubela, Pulau Buru, Maluku Tenggara sampai Maluku Barat Daya. Bahasa Melayu Ambon memiliki 245.020 juta penutur yang tersebar di seluruh Kepulauan Maluku. Bahasa Melayu Ambon termasuk dalam rumpun bahasa Melayu Polinesia. Salah satu cara melestarikan bahasa Melayu Ambon ini diperlukan penelitian fonologi termasuk tentang karakteristik dan pendistribusiannya dalam kata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah fonem bahasa Melayu dialek Ambon dan distribusinya dalam kata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa fonem yang terdapat pada Bahasa Melayu Ambon terdiri atas lima fonem vokal dan sembilan belas fonem konsonan. Kata Kunci: Fonologi, Fonetik, Fonem Abstract: The Malay Ambonese language is a that is classified as a family or dialect of standard Malay language spoken by the people residing in Ambon Island, Lease Islands, Saparua, Haruku Nusa Laut, Buano Island, Manipa Island, Kelang Island and Seram Island . Malay Ambones language is also used as a trading language in Kei, Banda, Watubela Islands, Buru Island, Southeast Maluku to Southwest Maluku. The Malay Ambonese language has 245.020 million speakers spread throughout the Maluku Islands. Malay Ambonese language is included in the Polynesian Malay family. One way to preserve Malay Ambonese language is needed phonological research including the characteristics and distribution in the word. This study aims to determine the number of Malay language phonemes of Ambon dialect and its distribution in the word. Methode this research is qualitative-descriptive method. The analysis shows that the phoneme contained in Malay Ambonese language consists of five vowel phonemes and nineteen consonant phonemes. Keywords: Phonology, Phonetics, Phonemes . Sistem Fonologi Bahasa… (Erniati) PENDAHULUAN Pulau Buano, Pulau Manipa, Pulau Kelang, Pulau Seram serta dipakai pula sebagai bahasa Bangsa Indonesia memiliki bahasa daerah yang perdagangan di Kei, Banda, Kepulauan Watu sangat beragam. Bahasa daerah merupakan Bela, Pulau Buru, Maluku Tenggara sampai bagian integral dari kebudayaan daerah dan Maluku Barat Daya. kebudayaan nasional. Dalam UUD 1945, Bab Bahasa Melayu dialek Ambon XV, Pasal 36 dituliskan bahwa bahasa negara berbeda dari Bahasa Melayu Ternate. Ini ialah bahasa Indonesia. Pada penjelasannya disebabkan karena bahasa Melayu Ambon disebutkan bahwa di daerah-daerah yang mendapat banyak pengaruh dari bahasa Melayu mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh Makassar, kemudian pada abad ke-16, Bangsa rakyatnya dengan baik (misalnya bahasa Jawa, Portugis memasuki wilayah Maluku sehingga Sunda, Madura, dan sebagainya) bahasa-bahasa banyak kosa kata bahasa Portugis terserap ke itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh dalam bahasa Melayu Ambon. Terakhir bangsa negara. Bahasa-bahasa itu pun merupakan Belanda menjajah Maluku, sehingga serapan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup. bahasa Belanda juga banyak yang terserap ke Sebagai kebudayaan daerah, bahasa dalam bahasa Melayu Ambon. Bahasa Melayu daerah memiliki tempat yang sangat penting di Ambon ini memiliki penutur 245.020 juta antara berbagai jenis kebudayaan daerah suatu penutur. Selain itu, sebagai bahasa sehari-hari kelompok etnis. Hal ini disebabkan bahasa masyarakat,bahasa Melayu Ambon ini juga daerah selain mengemban fungsi sebagai alat dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah- komunikasi antarmasyarakat daerah, juga sekolah, di gereja-gereja, dan juga terjemahan berfungsi sebagai media pengembangan dalam alkitab. kebudayaan daerah. Oleh sebab itu, bahasa Bahasa Melayu Ambon merupakan daerah perlu diteliti sebagai upaya untuk salah satu bahasa yang masih digunakan oleh mengantisipasi kemungkinan kepunahannya. masyarakat. Bahasa ini merupakan bahasa Hal ini bisa saja terjadi, sebab bahasa itu terus- daerah yang memiliki kedudukan dan fungsi menerus berubah. Jika perubahan-perubahan itu yang sama dengan bahasa daerah lain di dibiarkan begitu saja, maka cepat atau lambat Indonesia. Oleh sebab itu, patut mendapat akan sampai ke titik kepunahan. Kehilangan prioritas dan perhatian yang sama dengan atau punahnya bahasa berarti kehilangan bahasa-bahasa daerah lain. sebuah kebudayaan nasional yang sangat tinggi Mengacu pada uraian di atas maka nilainya. dianggap perlu untuk meneliti struktur bahasa Dari 132 bahasa daerah yang ada di Melayu dialek Ambon yang dituturkan oleh Maluku, baru sebagian kecil yang sudah ditulis masyarakat. Penelitian ini membatasi pada oleh peneliti Summer Institute of Linguistics sistem fonem bahasa Melayu dialek Ambon. (SIL) dalam aspek tertentu. Selain itu, terdapat Dengan mengetahui karakteristik fonem bahasa beberapa penelitian bahasa daerah yang Melayu Ambon tersebut, diharapkan upaya dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, pada penanganan dalam rangka pembinaan bahasa umumnya dilaksanakan oleh Badan Indonesia ragam lisan dapat diarahkan dengan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Begitu lebih baik. Penelitian ini dilakukan untuk pun dengan bahasa Melayu dialek Ambon. menginvetarisasi fonem-fonem bahasa Melayu Bahasa Melayu dialek Ambon merupakan dialek Ambon. Selain itu, penelitian ini juga salah satu bahasa daerah yang dituturkan oleh dilakukan untuk melestarikan identitas bangsa. masyarakat di Provinsi Maluku. Bahasa Melayu Kedudukan Bahasa Melayu dialek Ambon Ambon merupakan tergolong sebagai rumpun sebagai bahasa daerah merupakan salah satu atau dialek dari bahasa Melayu standar yang unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh dituturkan di wilayah Provinsi Maluku yang negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa mencakup kota Ambon, pulau-Pulau Lease daerah , bahasa Melayu dialek Ambon yaitu Saparua, Haruku dan Nusa Laut, serta 114 BÉBASAN, Vol. 6, No. 2, edisi Desember 2019: 113—124 berfungsi sebagai lambang kebanggan daerah, fonem bahasa yang dapat dipecahkan atau identitas daerah, dan alat perhubungan di dalam dipisah-pisahkan dalam satu ruas. Sedangkan keluarga dan masyarakat daerah. bagian kedua adalah fonem bahasa yang Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan merupakan kebalikan dari fonem yang pertama, di atas, masalah penelitian ini adalah fonem ini tidak dapat dipisahkan menjadi bagaimanakah karakteristik fonem bahasa beberapa segmen. Melayu Ambon. Sedangkan tujuan penelitian Samsuri (2005:45) memberikan ini adalah untuk mengetahui karakteristik fonem petunjuk pokok-pokok pikiran yang disebut bahasa Melayu Ambon dan pendistribusian premis. Prinsip-prinsip yang yang dimaksud fonem tersebut dalam kata. berupa pernyataan-pernyataan umum mengenai sifat-sifat fonem bahasa. Premis tersebut ialah 1) fonem bahasa mempunyai kecenderungan 2. Teori dan Metode untuk dipengaruhi oleh lingkunannya dan 2) 2.1 Teori system fonem mempunyai kecenderungan Ada beberapa acuan yang mendukung kajian ini bersifat simetris. seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli Selain premis tersebut, Samsuri (2005:46) antara lain antara lain, Samsuri (2005:23), juga mengemukakan dua hipotesisi kerja yang Ramlan, Masnur Muchlis (2008:13),dan Nasir masing-masing disebut hipotesis kerja A dan Thoir dan I Wayan Simpen (2001:45). Teori- hipotesis kerja B. hipotesis kerja itu sebagai teori tersebut digunakan sebagai acuan untuk berikut: menentukan fonem beserta alofonnya, pola 1) Fonem-fonem bahasa yang mirip sebagai suku kata, morfofonologi, serta ortografi bahasa fonetis harus digolongkan ke dalam kelas- Melayu dialek Ambon. Masnur Muchlish kelas fonem atau fonem-fonem yang mengatakan bahwa dasar klasifikasi fonem berbeda, apabila terdapat pertentangan di segmental didasarkan berbagai macam kriteria, dalam lingkungan yang sama atau yang yaitu: (1) ada tidaknya gangguan maksudnya mirip: penyempitan dan penutupan yang dilakukan 2) Fonem-fonem yang mirip secara fonetis oleh alat-alat ucap atas arus udara dalam dan terdapat dalam lingkungan yang pembentukan fonem. Dilihat ada atau tidaknya komplementer harus dimasukkan ke dalam gangguan ketika fonem diucapkan, fonem dapat kelas-kelas fonem yang sama atau fonem dikelompokkan menjadi dua yaitu fonem yang sama. vokoid dan fonem kontoid. (2) mekanisme udara maksudnya bahwa dari mana datangnya Untuk melengkapi hipotetsis di atas digunakan udayra yang menggerakkan pita suara sebagai pula prinsip kerja lingkungan analogus sumber fonem, (3) arah udara, maksudnya (analogus empironmen) (Multamia, 1997:26). dilihat dari arah udara ketika fonem dihasilkan, Prinsip kerja ini menganjurkan jika ada fonem- (4) pita suara, maksudnya dilihat dari bergetar fonem yang meragukan, dapat diteliti lebih tidaknya pita suara yang dihasilkan, (5) lubang lanjut apakah keduanya merupakan satu fonem lewatan udara, maksudnya dilihat dari lewatan atau fonem yang berbeda dengan cara membuat udara ketika fonem dihasilkan, (6) mekanisme hipotesis dan menolak hipotesis. Ini
Recommended publications
  • Workpapers in Indonesian Languages and Cultures
    ( J WORKPAPERS IN INDONESIAN LANGUAGES AND CULTURES VOLUME 6 - MALUKU ,. PATTIMURA UNIVERSITY and THE SUMMER INSTITUTE OP LINGUISTICS in cooperation with THE DEPARTMENT OF EDUCATION AND CULTURE WORKPAPERS IN INDONESIAN LANGUAGES AND CULTURES VOLUME 6 - MALUKU Nyn D. Laidig, Edi tor PAT'I'IMORA tJlflVERSITY and THE SUMMER IRSTlTUTK OP LIRGOISTICS in cooperation with 'l'BB DBPAR".l'MElI'1' 01' BDUCATIOII ARD CULTURE Workpapers in Indonesian Languages and cultures Volume 6 Maluku Wyn D. Laidig, Editor Printed 1989 Ambon, Maluku, Indonesia Copies of this publication may be obtained from Summer Institute of Linguistics Kotak Pos 51 Ambon, Maluku 97001 Indonesia Microfiche copies of this and other publications of the Summer Institute of Linguistics may be obtained from Academic Book Center Summer Institute of Linguistics 7500 West Camp Wisdom Road l Dallas, TX 75236 U.S.A. ii PRAKATA Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang Masa Esa, kami menyambut dengan gembira penerbitan buku Workpapers in Indonesian Languages , and Cultures. Penerbitan ini menunjukkan adanya suatu kerjasama yang baik antara Universitas Pattimura deng~n Summer Institute of Linguistics; Maluku . Buku ini merupakan wujud nyata peran serta para anggota SIL dalam membantu masyarakat umumnya dan masyarakat pedesaan khususnya Diharapkan dengan terbitnya buku ini akan dapat membantu masyarakat khususnya di pedesaan, dalam meningkatkan pengetahuan dan prestasi mereka sesuai dengan bidang mereka masing-masing. Dengan adanya penerbitan ini, kiranya dapat merangsang munculnya penulis-penulis yang lain yang dapat menyumbangkan pengetahuannya yang berguna bagi kita dan generasi-generasi yang akan datang. Kami ucapkan ' terima kasih kepada para anggota SIL yang telah berupaya sehingga bisa diterbitkannya buku ini Akhir kat a kami ucapkan selamat membaca kepada masyarakat yang mau memiliki buku ini.
    [Show full text]
  • History of the Moluccan's Cloves As a Global Commodity Hatib
    History of the Moluccan's Cloves as a Global Commodity � Hatib Abdul Kadir1 Abstract This paper focuses on the history of spice trade in Moluccas. Using two main approaches of firstly, Braudel, I intend to examine the histoty of spice trade in Moluccas in the 16th century in relation with the changing of the structure of economy that affected the social and political relations of the Moluccans. Secondly, applying Wallerstein approaches, I find out that trading activities from the 16th century until today have created a wide gap between post-colonial Moluccas and the Europeans. To conclude, I argue that economic activities have always been accompanied by forcing political power, such as monopoly and military power. Consequently, they have created unequal relations between the state and society. Keywords: Moluccas, Spice, Braudel, Wallerstein, State-society Relations A. Introduction My research is about the clove trade as a long distance commodity exchange in the sixteenth century. I choose to look at a limited timeframe in order to see the Moluccan trade in connection with Fernand Braudel's work. Braudel focuses on a global trade in the period that centered in the Mediterranean during the sixteenth century. This paper examines the kind of social changes occurring in Moluccan society when cloves became a highly valued commodity in trade with the Portuguese during the sixteenth century. The aim of the paper is to see how the patterns of this trade represent the Portuguese as the 'core' and the Moluccans as the 'periphery.' By using Braudel's approach, the aims of the paper are to explore the global history of society that is connected through unfair relations or colonization.
    [Show full text]
  • USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK) PROJECT Final Report
    USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK) PROJECT Final Report November 20th, 2015 – June 30th, 2020 CONTRACT NO: AID-497-C-16-00003 I | FINAL REPORT – USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK) USAID.GOV USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK) PROJECT FINAL REPORT November 20th, 2015 – June 30th, 2020 Program Title: USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) Project Sponsoring USAID Office: USAID/Indonesia Office of Environment Contract Number: AID-497-C-16-00003 Contractor: DAI Date of Publication: April 2020 (revised June 30, 2020) Author: DAI Cover photo: © USAID APIK Photos of the three APIK Landscapes: East Java watershed (left), Southeast Sulawesi coastal areas (center), and Maluku small islands (right) The author’s views expressed in this publication do not necessarily reflect the views of the United States Agency for International Development or the United States Government. USAID.GOV FINAL REPORT – USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK) | II COVER STORY A Place-Based Approach to Building Resilience in Indonesia For over four years, USAID, through its Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) project, has been working to support the Government of Indonesia, communities and the private sector to better manage climate and disaster risk. This effort has been delivered using a place-based approach to building resilience in the three provinces; East Java, Southeast Sulawesi, and Maluku, which represent watershed, coastal, and small island landscapes respectively. The place-based approach emphasizes that climate vulnerability is directly linked to each locale’s unique landscape, as well as socioeconomic, and institutional characteristics. Therefore, strategies to build resilience to climate and disaster risk also need to take into account these diverse, context specific characteristics.
    [Show full text]
  • World Bank Document
    Document of The World Bank Report No: 17333-IND Public Disclosure Authorized PROJECT APPRAISAL DOCUMENT ON A PROPOSED LOAN IN THE AMOUNT OF US$6.9 MILLION AND A Public Disclosure Authorized GRANT FROM THE GLOBAL ENVIRONMENT FACILITY TRUST FUND IN THE AMOUNT OF SDR 3.1 MILLION (US$4.1 MILLION EQUIVALENT) TO THE REPUBLIC OF INDONESIA Public Disclosure Authorized FOR A CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROJECT IN SUPPORT OF THE FIRST PHASE OF THE CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM MARCH 4, 1998 Public Disclosure Authorized Rural Development and Natural Resources Sector Unit Indonesia Country Management Unit East Asia and Pacific Region CURRENCYEQUIVALENTS (As of February13, 1998) CurrencyUnit = IndonesianRupiah Rp. 1.0 = US$0.0002 US$1 = Rp. 5,000 FISCALYEAR Governmentof Indonesia: April 1-hlarch31 IBRD: July 1-June30 TO THE MEMORY OF DR. THAMRIN NURDIN Vice President:Jean-Michel Severino, EAP CountryDirector: Dennis de Tray, E-ACIF Sector Manager:Geoffrey Fox, EASRD Task Team Leader: Sofia Bettencourt,EASRD KEYABBREVIATIONS AND ACRONYMS Adat Traditionalorganization or practice IUCN WorldConservation Union ADB AsianDevelopment Bank JICA JapanIntemational Cooperation Agency AIG AltemativeIncome Generation KAMLA EnforcementAuthorities, including Navy AMDAL Environment.Impact Assessment Procedure andPolice KEHATI IndonesiaBiodiversity Foundation AMSAT AustralianMarine Science Consortium KepMen MinisterialDecree ANDAL EnvironmentalAssessment KOMDA ProvincialAMDAL Commission APL AdaptableProgram Loan Latupati MalukuTraditional
    [Show full text]
  • Countering Purism: Confronting the Emergence of New Varieties in a Training Program for Community Language Workers
    Language Documentation and Description ISSN 1740-6234 ___________________________________________ This article appears in: Language Documentation and Description, vol 2. Editor: Peter K. Austin Countering purism: confronting the emergence of new varieties in a training program for community language workers MARGARET FLOREY Cite this article: Margaret Florey (2004). Countering purism: confronting the emergence of new varieties in a training program for community language workers. In Peter K. Austin (ed.) Language Documentation and Description, vol 2. London: SOAS. pp. 9-27 Link to this article: http://www.elpublishing.org/PID/017 This electronic version first published: July 2014 __________________________________________________ This article is published under a Creative Commons License CC-BY-NC (Attribution-NonCommercial). The licence permits users to use, reproduce, disseminate or display the article provided that the author is attributed as the original creator and that the reuse is restricted to non-commercial purposes i.e. research or educational use. See http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ ______________________________________________________ EL Publishing For more EL Publishing articles and services: Website: http://www.elpublishing.org Terms of use: http://www.elpublishing.org/terms Submissions: http://www.elpublishing.org/submissions Countering purism: confronting the emergence of new varieties in a training program for community language workers Margaret Florey 1. Introduction Studies of language shift and language silence have reported extensive grammatical restructuring and the emergence of new varieties as knowledge and use of a language weakens among younger members of an language community. The ensuing high levels of variation between speakers can lead to a ‘language shift cycle’. The starting point for the cycle is the extensive variation which flourishes during rapid language shift.
    [Show full text]
  • Workpapers in Indonesian Languages and Cultures
    ( J WORKPAPERS IN INDONESIAN LANGUAGES AND CULTURES VOLUME 6 - MALUKU ,. PATTIMURA UNIVERSITY and THE SUMMER INSTITUTE OP LINGUISTICS in cooperation with THE DEPARTMENT OF EDUCATION AND CULTURE WORKPAPERS IN INDONESIAN LANGUAGES AND CULTURES VOLUME 6 - MALUKU Nyn D. Laidig, Edi tor PAT'I'IMORA tJlflVERSITY and THE SUMMER IRSTlTUTK OP LIRGOISTICS in cooperation with 'l'BB DBPAR".l'MElI'1' 01' BDUCATIOII ARD CULTURE Workpapers in Indonesian Languages and cultures Volume 6 Maluku Wyn D. Laidig, Editor Printed 1989 Ambon, Maluku, Indonesia Copies of this publication may be obtained from Summer Institute of Linguistics Kotak Pos 51 Ambon, Maluku 97001 Indonesia Microfiche copies of this and other publications of the Summer Institute of Linguistics may be obtained from Academic Book Center Summer Institute of Linguistics 7500 West Camp Wisdom Road l Dallas, TX 75236 U.S.A. ii PRAKATA Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang Masa Esa, kami menyambut dengan gembira penerbitan buku Workpapers in Indonesian Languages , and Cultures. Penerbitan ini menunjukkan adanya suatu kerjasama yang baik antara Universitas Pattimura deng~n Summer Institute of Linguistics; Maluku . Buku ini merupakan wujud nyata peran serta para anggota SIL dalam membantu masyarakat umumnya dan masyarakat pedesaan khususnya Diharapkan dengan terbitnya buku ini akan dapat membantu masyarakat khususnya di pedesaan, dalam meningkatkan pengetahuan dan prestasi mereka sesuai dengan bidang mereka masing-masing. Dengan adanya penerbitan ini, kiranya dapat merangsang munculnya penulis-penulis yang lain yang dapat menyumbangkan pengetahuannya yang berguna bagi kita dan generasi-generasi yang akan datang. Kami ucapkan ' terima kasih kepada para anggota SIL yang telah berupaya sehingga bisa diterbitkannya buku ini Akhir kat a kami ucapkan selamat membaca kepada masyarakat yang mau memiliki buku ini.
    [Show full text]
  • Typology and Inequality Between Island Clusters and Development Areas in Maluku Province
    Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 7 No. 2, September - October 2019 ISSN: 2338-4603 (print); 2355-8520 (online) Typology and inequality between island clusters and development areas in Maluku Province Husen Bahasoan1*; Dedi Budiman Hakim2; Rita Nurmalina2; Eka Intan K Putri2 1) Agriculture and Forestry Faculty, Universitas Iqra Buru Maluku, Indonesia 2) Economic and Manajemen Faculty, IPB University Bogor, Indonesia *To whom correspondence should be addressed. E-mail: [email protected] Abstract This study aims to analyze patterns of economic growth and island cluster inequality in Maluku Province during the period 2010-2016. The data in this study are secondary data using quantitative descriptive methods and analytical typology analysis tools and theil index. The results showed that the VIII-IX island cluster which was classified as advanced and fast growing but had a very high inequality compared to other island cluster groups was Tual City, Southeast Maluku Regency and Aru Islands Regency. The division of the Maluku region in the Klassen typology is based on the center of growth with the hinterland area. Southern Maluku as a development area is classified as developed and fast-growing where Tual City is a center of growth but has a very high inequality compared to Maluku in the northern region. Keywords: Growth center, Inequality, Island cluster, Klassen typology JEL classification: R10, R11 INTRODUCTION Regional development in general has the aim to develop the region in a better direction by utilizing the potential of the region to prosper the people in the region. The development of an area requires appropriate policies and strategies and programs.
    [Show full text]
  • Final Report on Dugong Workshop
    LAWAS, SARAWAK, MALAYSIA 26 – 29 July 2011 CONTENT PAGE 1.0 INTRODUCTION 1.1 Background 2 1.2 Objectives 2 1.3 Welcoming Speech 3 1.4 Opening Remarks 5 2.0 MESSAGES 2.1 Message from Minister 7 2.2 Message from SARAWAK FORESTRY 8 2.3 Message from UNEP/CMS Office - Abu Dhabi 9 3.0 MEETING 3.1 Dugong Range States Update: Country Reports 10 3.1.1 Cambodia 10 3.1.2 Indonesia 11 3.1.3 Japan 11 3.1.4 Malaysia 11 3.1.5 Myanmar 12 3.1.6 Philippines 12 3.1.7 Thailand 12 3.1.8 Timor-Leste 13 3.1.9 Singapore 13 3.1.10 Viet Nam 13 3.2 Enhancing Regional Dugong Conservation 13 3.3 Closing Remarks for the meeting 14 4.0 WORKSHOP 4.1 Development of Standardized Data Analysis Protocol 14 4.2 Review of Standard Data Analysis Protocol 15 5.0 RECOMMENDATIONS 15 6.0 APPENDICES 6.1 Workshop Agenda 16 6.2 Participants & Resource Persons 18 6.3 Country Reports 6.3.1 Cambodia 21 6.3.2 Indonesia 22 6.3.3 Malaysia 57 6.3.4 Myanmar 81 6.3.5 Philippines 87 6.3.6 Thailand 95 6.3.7 Viet Nam 99 6.4 Workshop Photographs 116 6.5 Field Visit Photographs 117 6.6 Workshop in Media 118 1 1.0 INTRODUCTION 1.1 Background A three-day UNEP/CMS1 for Southeast Asia Sub-Regional Meeting on Dugongs and Workshop on Developing Standardised Analysis Protocols for Dugong Questionnaire Survey Project Data was held in Sri Malaysia Hotel Lawas, Sarawak, Malaysia on 26 – 29 July 2011.
    [Show full text]
  • Coral Reef Fishes of Tuhaha Bay, Saparua Island, Maluku Province
    International Journal of Fisheries and Aquatic Studies 2018; 6(2): 105-109 E-ISSN: 2347-5129 P-ISSN: 2394-0506 (ICV-Poland) Impact Value: 5.62 Coral reef fishes of Tuhaha Bay, Saparua Island, (GIF) Impact Factor: 0.549 IJFAS 2018; 6(2): 105-109 Maluku province, Indonesia © 2018 IJFAS www.fisheriesjournal.com Received: 09-01-2018 Dicky Sahetapy, ASW Retraubun, DG Bengen and J Abrahamsz Accepted: 10-02-2018 Dicky Sahetapy Abstract a) Department of Aquatic Research on reef fishes of coral reefs of Tuhaha Bay Waters, Saparua Island was conducted on January Resources Management, Faculty 2016. Eleven stations of coral reef habitat were chosen randomly for this study and were observed by of Fisheries and Marine Science, using underwater visual census method. The transect area of 250 m2 (50 m length, 5 m width) was Pattimura University, Ambon, established at each station and reef fish found in each transect was identified to the species level using Indonesia reference literature. At least 35 families of reef fish which consist of 105 genera and 243 species were b) Marine Sience Postgraduate found during the study. Those reef fish species found can be categorized into target species (77 species), Program, Pattimura University major species (143 species) and indicator species (23 species). Coral Fish Diversity Index (CFDI) Ambon, Indonesia determined based on six main families indicate that relative diversity of reef fish in the study area can be classified into very poor to poor categories. Based on CFDI value, estimated number of reef fish in the ASW Retraubun coral reef habitat of Tuhaha Bay waters of Saparua Island was 434 species.
    [Show full text]
  • Updated Investment Strategy Marine and Coastal Ecosystems
    Updated Investment Strategy Marine and Coastal Ecosystems Wallacea Biodiversity Hotspot 2020 – 2025 Prepared by: Burung Indonesia On behalf of: Critical Ecosystem Partnership Fund Drafted by the ecosystem profiling team: Adi Widyanto Ria Saryanthi Jihad Pete Wood Lalu Abdi Wirastami Yudi Herdiana With the assistance of: Burung Indonesia CEPF Andi Faisal Alwi Dan Rothberg Ratna Palupi Vincentia Ismar Widyasari BirdLife International Andrew Plumptre Mike Crosby Gill Bunting With additional assistance from 96 individuals in Indonesia Baileo Rony J Siwabessy Baileo Nus Ukru Balang Institute Adam Kurniawan BARAKAT Benediktus Bedil Burung Indonesia Muhammad Meisa Burung Indonesia Agung Dewantara Burung Indonesia Amsurya Warman Burung Indonesia Tiburtius Hani Burung Indonesia Dwi W Central Sulawesi Marine Affairs and Fisheries M. Edward Yusuf. Agency Conservation International Abraham Sianipar Coral Triangle Center Marthen Welly Dept. of Fisheries Utilization, IPB University Budy Wiryawan Dinas Lingkungan Hidup Banggai Kepulauan Ferdy Salamat Hasanuddin University Abigail Mary Moore IMUNITAS Shadiq Maumbu Japesda Gorontalo Ahmad Bahsoan Khairun University Ternate M Nasir Tamalene Komunitas Teras Imran Tumora LPPM Maluku Piet Wairisal 2 Maluku Province Marine Affairs and Fisheries Zainal Agency Maluku Province Marine Affairs and Fisheries Elin Talahatu Agency Manengkel Solidaritas Viando Emanuel Manarisip Ministry of Marine Affairs and Fisheries Toni Ruchimat Ministry of Marine Affairs and Fisheries Andi Rusandi Ministry of Marine Affairs and
    [Show full text]
  • Building Maluku in the Character of the Island (A Critical Review)
    REVIEW OF INTERNATIONAL GEOGRAPHICAL EDUCATION ISSN: 2146-0353 ● © RIGEO ● 11(4), WINTER, 2021 www.rigeo.org Research Article Building Maluku in the Character of the Island (A Critical Review) Paulus Koritelu1 Program Study Sosiologi Universitas Pattimura [email protected] Abstract This study aims to explain the influence of Indonesian development which is more continental in nature with the influence of Malay culture on development in Maluku which is characterized by islands with Melanesian culture. By using some of the research results and thoughts of Effendi Ziwar (1987), Cooley (1997), Watloly cs, (2013) about the cultural facts of the islands in Maluku. This study contributes various thoughts about the character of the Maluku islands which are still dominated by the influence of Indonesian development with the influence of Malay culture with a continental approach. This research is qualitative by using interview and observation techniques. The results of the study prove that in the Reformation era which gave birth to the Regional Autonomy Law, it was not enough to realize the development of Maluku with an archipelagic character. Keywords Maluku, Archipelago Character, Dominant Culture To cite this article: Koritelu P. (2021). Building Maluku in the Character of the Island (A Critical Review). Review of International Geographical Education (RIGEO), 11(4), 1706-1720. doi: 10.48047/rigeo.11.04.158 Submitted: 20-03-2021 ● Revised: 15-04-2021 ● Accepted: 25-05-2021 © RIGEO ● Review of International Geographical Education 11(4), WINTER, 2021 Introduction Since the formation of Maluku Province with an archipelagic territory, it began when the RIS was merged into the Unitary State of the Republic of Indonesia on August 17, 1945 and after the rebellion of the Republic of South Maluku (RMS) was crippled in 195.
    [Show full text]
  • An Institutional Analysis of Sasi Laut in Maluku, Indonesia
    An Institutional Analysis of Sasi Laut in Maluku, Indonesia • Irene Novaczek • Ingvild H.T. Harkes • Juliaty Sopacua • Marcus D.D. Tatuhey 2001 An Institutional Analysis of Sasi Laut in Maluku, Indonesia Irene Novaczek Ingvild H.T. Harkes Juliaty Sopacua Marcus D.D. Tatuhey 2001 Published by ICLARM – The World Fish Center PO Box 500 GPO 10670 Penang, Malaysia I. Novaczek, I.H.T. Harkes, J. Sopacua, and M.D.D. Tatuhey. 2001. An Institutional Analysis of Sasi Laut in Maluku, Indonesia. ICLARM Tech. Rep. 59, 327 p. Perpustakaan Negara Malaysia. Cataloguing-in-Publication Data An institutional analysis of Sasi Laut in Maluku, Indonesia / Irene Novaczek. … [et al.]. Bibliography: p. … ISBN 983-2346-01-0 1. Fisheries—Maluku (Indonesia). 2. Fisheries— Research—Maluku (Indonesia). I. Novaczek, Irene. 639.2095985 Managing editor : Janet-Maychin Copyeditor : Kuperan Viswanathan Cover design and layout : Sam Studio Graphics ISBN 983-2346-01-0 ICLARM Contribution No. 1648 This work was carried out with the aid of a grant from the Danish International Development Assistance (DANIDA) and the International Development Research Centre (IDRC), Ottawa, Canada. Printed by Delimax (M) Sdn Bhd, Penang, Malaysia ICLARM – The World Fish Center is one of the 16 international research centers of the Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR) that has initiated the public awareness campaign, Future Harvest. ii Contents Foreword x Acknowledgments xi Map of central Maluku xii Section A – Introduction and Methodology Chapter 1 : Introduction
    [Show full text]