SISTEM FONOLOGI BAHASA MELAYU DIALEK AMBON

The Phonology of the Malay with Ambon’s Dialect Language

ERNIATI Kantor Bahasa Kompleks Perkantoran LPMP Provinsi Maluku Jalan Tihu Wailela, Rumah Tiga, Kota Ambon, Provinsi Maluku Telepon/faksimile: 0911349704/081344331200 Pos-el [email protected]

Artikel diterima: 21 Januari 2019, revisi akhir: 22 November 2019

Abstrak: Bahasa Melayu Ambon adalah bahasa yang tergolong sebagai rumpun atau dialek dari bahasa Melayu standar yang dituturkan oleh masyarakat yang berada di wilayah Pulau Ambon, Pulau-pulau Lease, yaitu , Haruku , Pulau Buano, Pulau Manipa, Pulau Kelang, dan Pulau Seram. Bahasa Melayu Ambon dipakai pula sebagai bahasa perdagangan di Kei, Banda, Kepulauan Watubela, Pulau Buru, Maluku Tenggara sampai Maluku Barat Daya. Bahasa Melayu Ambon memiliki 245.020 juta penutur yang tersebar di seluruh Kepulauan Maluku. Bahasa Melayu Ambon termasuk dalam rumpun bahasa Melayu Polinesia. Salah satu cara melestarikan bahasa Melayu Ambon ini diperlukan penelitian fonologi termasuk tentang karakteristik dan pendistribusiannya dalam kata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah fonem bahasa Melayu dialek Ambon dan distribusinya dalam kata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa fonem yang terdapat pada Bahasa Melayu Ambon terdiri atas lima fonem vokal dan sembilan belas fonem konsonan.

Kata Kunci: Fonologi, Fonetik, Fonem

Abstract: The Malay Ambonese language is a that is classified as a family or dialect of standard Malay language spoken by the people residing in , Lease Islands, Saparua, Haruku Nusa Laut, Buano Island, Manipa Island, Kelang Island and . Malay Ambones language is also used as a trading language in Kei, Banda, Watubela Islands, Buru Island, Southeast Maluku to Southwest Maluku. The Malay Ambonese language has 245.020 million speakers spread throughout the . Malay Ambonese language is included in the Polynesian Malay family. One way to preserve Malay Ambonese language is needed phonological research including the characteristics and distribution in the word. This study aims to determine the number of Malay language phonemes of Ambon dialect and its distribution in the word. Methode this research is qualitative-descriptive method. The analysis shows that the phoneme contained in Malay Ambonese language consists of five vowel phonemes and nineteen consonant phonemes.

Keywords: Phonology, Phonetics, Phonemes .

Sistem Fonologi Bahasa… (Erniati)

PENDAHULUAN Pulau Buano, Pulau Manipa, Pulau Kelang, Pulau Seram serta dipakai pula sebagai bahasa Bangsa Indonesia memiliki bahasa daerah yang perdagangan di Kei, Banda, Kepulauan Watu sangat beragam. Bahasa daerah merupakan Bela, Pulau Buru, Maluku Tenggara sampai bagian integral dari kebudayaan daerah dan Maluku Barat Daya. kebudayaan nasional. Dalam UUD 1945, Bab Bahasa Melayu dialek Ambon XV, Pasal 36 dituliskan bahwa bahasa negara berbeda dari Bahasa Melayu Ternate. Ini ialah bahasa Indonesia. Pada penjelasannya disebabkan karena bahasa Melayu Ambon disebutkan bahwa di daerah-daerah yang mendapat banyak pengaruh dari bahasa Melayu mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh Makassar, kemudian pada abad ke-16, Bangsa rakyatnya dengan baik (misalnya bahasa Jawa, Portugis memasuki wilayah Maluku sehingga Sunda, Madura, dan sebagainya) bahasa-bahasa banyak kosa kata bahasa Portugis terserap ke itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh dalam bahasa Melayu Ambon. Terakhir bangsa negara. Bahasa-bahasa itu pun merupakan Belanda menjajah Maluku, sehingga serapan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup. bahasa Belanda juga banyak yang terserap ke Sebagai kebudayaan daerah, bahasa dalam bahasa Melayu Ambon. Bahasa Melayu daerah memiliki tempat yang sangat penting di Ambon ini memiliki penutur 245.020 juta antara berbagai jenis kebudayaan daerah suatu penutur. Selain itu, sebagai bahasa sehari-hari kelompok etnis. Hal ini disebabkan bahasa masyarakat,bahasa Melayu Ambon ini juga daerah selain mengemban fungsi sebagai alat dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah- komunikasi antarmasyarakat daerah, juga sekolah, di gereja-gereja, dan juga terjemahan berfungsi sebagai media pengembangan dalam alkitab. kebudayaan daerah. Oleh sebab itu, bahasa Bahasa Melayu Ambon merupakan daerah perlu diteliti sebagai upaya untuk salah satu bahasa yang masih digunakan oleh mengantisipasi kemungkinan kepunahannya. masyarakat. Bahasa ini merupakan bahasa Hal ini bisa saja terjadi, sebab bahasa itu terus- daerah yang memiliki kedudukan dan fungsi menerus berubah. Jika perubahan-perubahan itu yang sama dengan bahasa daerah lain di dibiarkan begitu saja, maka cepat atau lambat Indonesia. Oleh sebab itu, patut mendapat akan sampai ke titik kepunahan. Kehilangan prioritas dan perhatian yang sama dengan atau punahnya bahasa berarti kehilangan bahasa-bahasa daerah lain. sebuah kebudayaan nasional yang sangat tinggi Mengacu pada uraian di atas maka nilainya. dianggap perlu untuk meneliti struktur bahasa Dari 132 bahasa daerah yang ada di Melayu dialek Ambon yang dituturkan oleh Maluku, baru sebagian kecil yang sudah ditulis masyarakat. Penelitian ini membatasi pada oleh peneliti Summer Institute of Linguistics sistem fonem bahasa Melayu dialek Ambon. (SIL) dalam aspek tertentu. Selain itu, terdapat Dengan mengetahui karakteristik fonem bahasa beberapa penelitian bahasa daerah yang Melayu Ambon tersebut, diharapkan upaya dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, pada penanganan dalam rangka pembinaan bahasa umumnya dilaksanakan oleh Badan Indonesia ragam lisan dapat diarahkan dengan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Begitu lebih baik. Penelitian ini dilakukan untuk pun dengan bahasa Melayu dialek Ambon. menginvetarisasi fonem-fonem bahasa Melayu Bahasa Melayu dialek Ambon merupakan dialek Ambon. Selain itu, penelitian ini juga salah satu bahasa daerah yang dituturkan oleh dilakukan untuk melestarikan identitas bangsa. masyarakat di Provinsi Maluku. Bahasa Melayu Kedudukan Bahasa Melayu dialek Ambon Ambon merupakan tergolong sebagai rumpun sebagai bahasa daerah merupakan salah satu atau dialek dari bahasa Melayu standar yang unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh dituturkan di wilayah Provinsi Maluku yang negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa mencakup kota Ambon, pulau-Pulau Lease daerah , bahasa Melayu dialek Ambon yaitu Saparua, Haruku dan Nusa Laut, serta

114 BÉBASAN, Vol. 6, No. 2, edisi Desember 2019: 113—124

berfungsi sebagai lambang kebanggan daerah, fonem bahasa yang dapat dipecahkan atau identitas daerah, dan alat perhubungan di dalam dipisah-pisahkan dalam satu ruas. Sedangkan keluarga dan masyarakat daerah. bagian kedua adalah fonem bahasa yang Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan merupakan kebalikan dari fonem yang pertama, di atas, masalah penelitian ini adalah fonem ini tidak dapat dipisahkan menjadi bagaimanakah karakteristik fonem bahasa beberapa segmen. Melayu Ambon. Sedangkan tujuan penelitian Samsuri (2005:45) memberikan ini adalah untuk mengetahui karakteristik fonem petunjuk pokok-pokok pikiran yang disebut bahasa Melayu Ambon dan pendistribusian premis. Prinsip-prinsip yang yang dimaksud fonem tersebut dalam kata. berupa pernyataan-pernyataan umum mengenai sifat-sifat fonem bahasa. Premis tersebut ialah 1) fonem bahasa mempunyai kecenderungan 2. Teori dan Metode untuk dipengaruhi oleh lingkunannya dan 2) 2.1 Teori system fonem mempunyai kecenderungan Ada beberapa acuan yang mendukung kajian ini bersifat simetris. seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli Selain premis tersebut, Samsuri (2005:46) antara lain antara lain, Samsuri (2005:23), juga mengemukakan dua hipotesisi kerja yang Ramlan, Masnur Muchlis (2008:13),dan Nasir masing-masing disebut hipotesis kerja A dan Thoir dan I Wayan Simpen (2001:45). Teori- hipotesis kerja B. hipotesis kerja itu sebagai teori tersebut digunakan sebagai acuan untuk berikut: menentukan fonem beserta alofonnya, pola 1) Fonem-fonem bahasa yang mirip sebagai suku kata, morfofonologi, serta ortografi bahasa fonetis harus digolongkan ke dalam kelas- Melayu dialek Ambon. Masnur Muchlish kelas fonem atau fonem-fonem yang mengatakan bahwa dasar klasifikasi fonem berbeda, apabila terdapat pertentangan di segmental didasarkan berbagai macam kriteria, dalam lingkungan yang sama atau yang yaitu: (1) ada tidaknya gangguan maksudnya mirip: penyempitan dan penutupan yang dilakukan 2) Fonem-fonem yang mirip secara fonetis oleh alat-alat ucap atas arus udara dalam dan terdapat dalam lingkungan yang pembentukan fonem. Dilihat ada atau tidaknya komplementer harus dimasukkan ke dalam gangguan ketika fonem diucapkan, fonem dapat kelas-kelas fonem yang sama atau fonem dikelompokkan menjadi dua yaitu fonem yang sama. vokoid dan fonem kontoid. (2) mekanisme udara maksudnya bahwa dari mana datangnya Untuk melengkapi hipotetsis di atas digunakan udayra yang menggerakkan pita suara sebagai pula prinsip kerja lingkungan analogus sumber fonem, (3) arah udara, maksudnya (analogus empironmen) (Multamia, 1997:26). dilihat dari arah udara ketika fonem dihasilkan, Prinsip kerja ini menganjurkan jika ada fonem- (4) pita suara, maksudnya dilihat dari bergetar fonem yang meragukan, dapat diteliti lebih tidaknya pita suara yang dihasilkan, (5) lubang lanjut apakah keduanya merupakan satu fonem lewatan udara, maksudnya dilihat dari lewatan atau fonem yang berbeda dengan cara membuat udara ketika fonem dihasilkan, (6) mekanisme hipotesis dan menolak hipotesis. Ini berarti jika artikulasi, maksudnya dengan mekanisme hipotesis diterima, maka kedua fonem artikulasi adalah alat ucap mana yang bekerja tersebutmerupakan fonem yang sama, tetapi jika atau bergerak ketika menghasilkan fonem hipotesis ditolak, berarti kedua fonem yang bahasa. Sedangkan Nazhir Thoir dan I wayan mencurigakan itu adalah fonem yang berbeda. Simpen mengatakan bahwa pada dasarnya Teori-teori merekalah yang bahwa fonem bahasa yang dihasilkan oleh alat- dipergunakan sebagai tuntunan dalam alat ucap manuasia dapat dibedakan menjadi menganalisis data secara keseluruhan.Selain dua bagian. Baagian yang pertama merupakan teori di atas, untuk menentukan diftong, peneliti menggunakan dasar teori yang dikemukakan

115 Sistem Fonologi Bahasa… (Erniati)

oleh Parera (2004….) . Teori dasar tersebut ialah tersebut sesuai kriteria klasifikasi fonem, sonoritas. Teori ini pada dasarnya menyarankan kemudian mendistribusikan setiap fonem ke bahwa bila ada dua bunyi atau lebih yang tidak dalam kata . setelah itu menganalisis data sesuai menunjukkan bunyi hamzah atau bunyi dengan tujuan penelitian. Langkah terakhir pelancar, maka harus diperhatikan dan dicatat adalah memaparkan hasil analisis dalam bentuk apakah salah satu vokal berkurang sonoritasnya paparan deskripsi. dan mengarah menjadi bunyi nonvokal. Apabila dalam urutan dua vokal itu ternyata salah satu 3. Hasil dan Pembahasan vokal berkurang atau menurun sonoritasnya dan mengarah menjadi nonvokal, maka terjadilah 3.1 Sistem Fonem Bahasa Melayu dialek diftong. Sedangkan untuk menentukan Ambon silabisasi, peneliti mendasari analisisnya pada pencatatan secara fonetis, fonemis, dan secara 3.1.1. Fonem Vokal morfologi. Vokal atau fonem vokal adalah bunyi-bunyi bahasa yang pada waktu pembentukannya udara keluar dari paru-paru sedikit atau sama 2.2 Metode sekali tidak mendapat halangan. Cara Metode yang digunakan dalam penelitian ini pembentukan fonem vokal ada 3 macam yatu : adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang 1. Berdasarkan naik turunnya lidah, ada dilakukan berdasarkan fakta yang ada atau fonem vokal atas, tengah, dan bawah fenomena yang secara empiris hidup pada 2. Berdasarkan maju mundurnya lidah, ada penuturnya. Hasil yang diperoleh berupa perian fonem vokal depan, tengah, dan belakang bahasa yang dapat dikatakan sebagai paparan 3. Berdasarkan membundar tidaknya bibir, apa adanya (Sudaryanto:1986:62). ada fonem vokal bundar dan tidak bundar Menggambarkan tentang fonem-fonem bahasa Melayu Ambon secara lengkap . Untuk Dari dasar pembentukan fonem vokal seperti itu, mendapatkan fonem bahasa secara sahih dalam dalam bahasa Melayu Ambon ada 5 buah suatu bahasa sangat ditentukan oleh sumber data fonem vokal, yaitu : dari bahasa yang bersangkutan. Karena dalam 1. Fonem vokal /i/, yang mempunyai ciri kajian fonologi yang diutamakan adalah data sebagai fonem atas, depan dan tidak primer dan berusaka menghindari data bundar. sekunder. Sementara itu, teknik pengumpulan 2. Fonem vokal /a/, yang mempunyai ciri data yang digunakan adalah teknik studi sebagai fonem bawah, depan dan tidak pustaka, mengajukan pertanyaan berdasarkan bundar kuesioner yang tersedia, dan catat-rekam. Data 3. Fonem vokal /e/, yang mempunyai ciri yang diperoleh dianalisis atas dasar analisis sebagai fonem vokal tengah dan tidak transkripsi secara fonetis maksudnya bahwa bundar. perekaman bunyi dalam bentuk lambang tulis 4. Fonem vokal /u/, yang mempunyai ciri atau lambang fonetis (fhonetic symbol) yang sebagai fonem vokal atas, belakang, bundar telah ditetapkan oleh The International 5. Fonem vokal /o/, yang mempunyai ciri Phoenetic Associations (IPA). Hasil transkripsi sebagai fonem vokal tengah, belakang, dan itulah yang kemudian diklasifikasikan bundar. berdasarkan jenis fonemnya. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan fonem

116

Kelima fonem vokal Bahasa Melayu Ambon yang disebutkan di atas, akan dideskripsikan 3.1.2. Fonem Konsonan sebagai berikut: Konsonan-konsonan Bahasa Melayu Ambon 1) Fonem Vokal [i] yang berhasil dideskripsikan yaitu: /p/, /b/, /f/,/t/, Vocal depan tinggi, atas, tak bulat [i] /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /?/, /s/,/m/, /n/, /y/, /h/, /l/, dengan struktur tertutup terjadi pada posisi /r/,/w/,/y/dan /G/. Jika dilihat dari daerah awal, tengah, dan akhir kata. artikulasinya, maka fonem-fonem itu dapat 2) Fonem Vokal [u] diklasifikasikan menjadi enam kelompok, yaitu Vocal belakang, tinggi, atas, bulat [u] empat fonem bilabial, enam fonem lamino- dengan struktur tertutup terjadi pada posisi alveolar, empat fonem lamino-palatal, satu awal, tengah,, dan akhir kata. fonem glotal, tiga fonem dorso-velar, dan satu 3) Fonem Vokal [e] fonem labio-dental. Vocal depan madya, bawah, tak bulat [e] Jika fonem-fonem tersebut dilihat dari dengan struktur semi terbuka terjadi pada segi sifat ujaran, maka kedelapan belas fonem posisi awal, tengah, dan akhir. konsonan itu dapat dibagi lagi atas, delapan 4) Fonem Vokal [o] fonem letup (empat fonem bersuara dan empat Vokal belakang, madya, bawah, bulat fonem tansuara), tiga fonem sengau (nasal) [o]dengan struktur semi terbuka, terjadi bersuara, satu fonem getar bersuara, dua fonem pada posisi awal, tengah, dan akhir. geseran (frikatif), dua fonem hampiran (semi 5) Fonem Vokal [a] vokal), dan satu fonem sampingan (lateral). Vokal tengah, rendah, tak bulat [a], dengan Agar lebih jelas, dapat dilihat tabel di bawah ini. struktur terbuka, terjadi pada posisi awal, tengah, dan akhir.

Fonem konsonan Bahasa Melayu Ambon yang berartikulator aktif, bibir bawah, dan dalam kata menempati posisi awal, tengah, dan beratikulator pasif bibir atas, terjadi pada akhir akan dideskripsikan sebagai berikut: posisi awal, tengah dan akhir kata. 1) Fonem Konsonan [p] adalah fonem 2) Fonem konsonan [b] adalah fonem konsonan hambat, letup, bilabial, tansuara, konsonan bilabial, hambat implosive, Sistem Fonologi Bahasa… (Erniati)

bersuara. Pada dasarnya sama dengan Fonem konsonan ini berdistribusi pada bilabial hambat letup tansuara. Konsonan awal dan tengah kata. ini ditemukan pada posisi awal dan tengah 8) Fonem konsonan [j] adalah konsonan kata. lamino-palatal, bersuara. konsonan ini 3) Fonem konsonan [t] adalah fonem terjadi jika articulator aktifnya tengah lidah konsonan hambat, letup, apiko-dental, tak dan articulator pasifnya langit-langit keras. bersuara dengan articulator aktif ujung lidah Fonem konsonan ini berdistribusi pada dan artuikulator pasif gigi atas bagian awal dan tengah kata. dalam. Konsonan ini ditemukan pada posisi 9) Fonem konsonan [?] adalah konsonan awal, tengah kata, dan akhir kata. hamzah. Konsonan ini terjadi dengan 4) Fonem konsonan [d] adalah fonem menekan rapat yang satu terhadap yang lain konsonan ingresif glotalik (implosif0, letup pada seluruh pita suara, langit-langit lunak afiko dental, bersuara, terjadi dengan beserta anak tekak ditekan ke atas sehingga articulator aktif, ujung lidah ditekankan arus udara terhambat beberapa saat. rapat pada langit-langit keras tadi dilepaskan Distribusi fonem konsonan ini pada posisi secara tiba-tiba, sehingga terjadi letupan tengah kata. udara (letupan masuk bukan sebaliknya). 10) Fonem konsonan [m] adalah fonem Konsonan ini ditemukan pada posisi awal konsonan hambat, nasal, bilabial, dengan dan tengah kata. articulator aktif bibir bawah dan articulator 5) Fonem konsonan [k] adalah fonem pasif bibir atas. Konsonan ini terjadi bila konsonan hambat, letup, dorso-velar, bibir bawah menekan rapat pada bibir atas; tansuara dengan articulator aktif pangkal langit-langit lunak beserta anak tekak lidah dan articulator pasif langit-langit lunak diturunkan, sehingga arus ujaran yang (velum) terjadi karena pangkal lidah keluar dari paru-paru terhambat dan keluar ditekankan rapat pada langit-langit. Langit- melalui rongga hidung. Distribusi konsonan langit lunak tersebut beserta anak tekaknya tersebut, pada posisi awal, tengah, dan akhir. dinaikkan sehingga hembusan suara dari 11) Fonem konsonan [s] adalah fonem paru-paru terhambat beberapa saat. konsonan frikatif, alveolar, tak bersuara dan Kemudian, tekanan pada langit-langit lunak lepas. Konsonan ini terjadi karena ujung itu dilepaskan secara tiba-tiba sehingga lidah ditempelkan pada gusi, bagian lidah terjadi letupan dari rongga mulut dan pita depan dinaikkan mendekati langit-langit suara dalam keadaan terbuka. Konsonan ini keras. Posisi gigi agak dirapatkan sementara menempati posisi awal, tengah, dan akhir langit-langit lembut dinikkan sehingga jalan kata. udara ke rongga hidung tertutup. Distribusi 6) Fonem konsonan [g] adalah fonem konsonan ini ditemukan pada posisi awal, konsonan dorso-velar, hambat, letup, tengah, dan pada akhir kata. bersuara, dengan articulator aktif pangkal 12) Fonem konsonan [n] adalah fonem lidah dan artikulator pasif langit-langit konsonan hambat, nasal, apiko-alveolar, lunak. Konsonan ini terjadi apabila pangkal yaitu konsonan yang beratikulator aktif lidah ditekankan rapat pada langit-langit ujung lidah dan articulator pasif gusi gigi lunak, sehingga udara yang keluar dari atas. Konsonan ini terjadi karena ujung paru-paru terhambat beberapa saat. lidah ditekankan rapat pada gusi gigi atas; Konsonan ini berdistribusi pada awal dan langit-langit lunak beserta jalan udara dari tengah. paru-paru melalui rongga mulut terhambat 7) Fonem konsonan [c] adalah konsonan letup dan akhirnya keluar melalui rongga hidung. medio-palatal, tak bersuara . konsonan ini Distribusi konsonan tersebut ditemukan terjadi jika articulator aktifnya tengah lidah pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. dan articulator pasifnya langit-langit keras.

118 BÉBASAN, Vol. 6, No. 2, edisi Desember 2019: 113—124

13) Fonem konsonan semi vocal [y] adalah Ambon yang berhasil dideskripsikan yaitu: fonem semi vocal, lamino-palatal, terjadi /p/,/b/, /d/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/,/f/, /m/, /n/, /r/, /s/, /t/, dengan articulator aktif lidah bagian tengah /c/,/w/, /y/, /ŋ/, /dan /?/. Jika dilihat dari daerah dan articulator pasif langit-langit keras. Atau artikulasinya, maka fonem-fonem itu dapat dengan kata lain, lidah bagian tengah diklasifikasikan menjadi enam kelompok, yaitu dinaikkan mendekati langit-langit keras empat fonem bilabial, enam fonem afiko- tetapi tidak rapat. Demikian juga, dengan dental, tiga fonem lamino-palatal, satu fonem langit-langit lunak beserta anak glotal, tiga fonem dorso-velar, dan satu fonem tekakdinaikkan sehingga udara tidak keluar faringal. melalui rongga hidung, melainkan melalui Jika fonem-fonem tersebut dilihat dari rongga mulut dengan sedikit terhambat. segi sifat ujaran, maka ke delapan belas fonem Semi vocal ini menempati posisi awal dan konsonan itu dapat dibagi lagi atas, delapan tengah. fonem letup (empat fonem bersuara dan empat 14) Fonem konsonan [h] adalah fonem fonem tansuara), tiga fonem sengau (nasal) konsonan yang merupakan konsonan bersuara, satu fonem getar bersuara, dua fonem glottal,geser, bersuara dan lepas. Proses geseran (frikatif), dua fonem hampiran (semi terjadinya fonem ini, udara dapat keluar vokal), dan satu fonem sampingan (lateral). sebagai geseran melalui glotis yang terbuka Agar lebih jelas, dapat dilihat tabel di bawah ini. lebar, kemudian udara itu keluar melalui Untuk membuktikan pernyataan di mulut dan selaput suara tidak bergetar. atas, berikut ini dikemukakan contoh melalui Distribusi konsonan ini dapat ditemukan kontras vokal dan konsonan Bahasa Melayu posisi awal dan tengah kata. Ambon 15) Fonem konsonan [f] adalah konsonan yang merupakanhasil dengan mempertemukan 3.3 Kontras fonem Vokal gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai articulator. Distribusi 1. Kontras Vokal /a/ dengan /i/ konsonan ini dapat ditemukan pada posisi Kedua fonem vokal di atas merupakan dua awal, tengah dan akhir. buah fonem yang bebeda. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.

3.2 Fonem Segmental Bahasa Melayu /da/ ‘selamat’ Ambon. /di/ ‘lihat’ Berdasarkan analisis data, fonem-fonem /ada/ ‘ada’ segmental bahasa Melayu Ambon, memiliki /adi/ ‘adik’ lima fonem vokal dan sembilan belas fonem konsonan. Vokal-vokal tersebut, yaitu /i/, /u/, /e/, 2. Kontras Vokal /a/ dan /o/ /o/, dan /a/. Kelima vokal ini memiliki ciri Kedua fonem vokal di atas merupakan dua artikulatoris tersendiri. Misalnya, jika ditinjau buah vonem yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari segi bentuk bibir ketika melafalkannya, pada contoh berikut. maka vokal-vokal tersebut terdiri atas tiga vokal /ada/ ‘ada’ tak bulat dan dua vokal bulat. Jika ditinjau dari /ado/ ‘pernyataan kesal’ segi naik turunnya lidah, maka vokal-vokal /jaga/ ‘dahan kayu’ tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, /jago/ ‘hebat’ yaitu dua vokal tinggi, dua vokal madya (sedang), dan satu vokal rendah. Sedangkan jika 3. Kontras Vokal /o/ dan /i/ ditinjau dari bagian lidah yang bergerak, maka Kedua fonem vocal di atas merupakan dua buah vokal-vokal tersebut terdiri dari dua vokal depan, vonem yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada satu vokal tengah, dan dua vokal belakang. contoh berikut. Sedangkan fonem konsonan Bahasa Melayu

119 Sistem Fonologi Bahasa… (Erniati)

/do/ ‘sebentar’ [O], terjadi pada suku terbuka yang mendapat /di/ ‘lihat’ tekanan; [o], terjadi pada tempat yang lain. 4. Kontras Vokal /u/ dan /i/ Kedua fonem vocal di atas merupakan dua buah Contoh: vonem yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada [adO] ‘kata yang menyatakan kesal’ contoh berikut. [amato] ‘selamat jalan’

/adu/ ‘kata seru yang menyatakan sakit atau gembira’ /adi/ ‘adik’ 3.4 Distribusi Fonem

5. Kontras Vokal /o/ dan /u/ 3.4.1 Distribusi Fonem Vokal Kedua fonem vocal di atas merupakan dua buah Fonem vokal Bahasa Melayu Ambon vonem yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada berdistribusi lengkap artinya fonem vokal contoh berikut. bahasa Melayu Ambon tersebut hadir pada awal, tengah, dan akhir kata. Untuk /ado/ ‘kata yang menyatakan kesal’ mempertegas uraian tersebut, berikut ini /adu/ ‘kata seru yang menyatakan gembira atau sakit’ deskripsi fonem vokal dalam kata. 1. Vokal /a/ Berdasarkan analisis data, selain kontras vokal, Contoh: juga ditemukan fonem vokal yang mengalami awal perubahan sesuai dengan lingkungannya. ‘habis’ [abis] Dengan kata lain, fonem itu dapat dipengaruhi ‘air’ [aer] oleh fonem yang sebelumnya atau sesudahnya tengah sehingga dapat terjadi pergeseran fonetis. ‘rusak’ [apaker] Pergeseran fonetis tersebut disebut alofon dari ‘menyerbu’ [atakereG] fonem yang bersangkutan. Fonem vokal yang memiliki alofon adalah sebagai berikut: akhir ‘cekatan’ [arika] ‘empat’ [ampa] 1. Vokal /e/ Fonem /e/ memiliki variasi atau alofon [E], dan [e]. Variasi tersebut terjadi sesuai dengan 2. Vokal /i/ lingkungannya masing-masing, yaitu: Contoh: awal [є], terjadi pada suku terbuka yang mendapat ‘hidung’ [idoG] tekanan; ‘ikan’ [ikaG] [e], terjadi pada tempat yang lain. tengah ‘mengikuti’ [baiko] ‘seikat’ [saika]

Contoh: akhir [gEpE] ‘mepet’ ‘suntik’ [jeksi] [aer] ‘air’ ‘kemiri’ [kamiri]

2. Vokal /o/ 3. Vokal /u/ Fonem /o/ memiliki variasi atau alofon [O], dan Contoh: [o]. Variasi-variasi tersebut terjadi sesuai dengan awal [usi] ‘kakak perempuan’ lingkungannya masing-masing, yakni: [upiG] ‘kecil sekali’

tengah

120 BÉBASAN, Vol. 6, No. 2, edisi Desember 2019: 113—124

[kalamumur] ‘kotembe’ [ubuG] ‘sambung’ 5. Vokal /o/ akhir Contoh: [upu] ‘ayah’ awal [unju] ‘tunjuk’ [oleG] ‘miring’ [oma] ‘nona’

4. Vokal /e/ tengah Contoh: [kombali] ‘kembali’ awal [kolaG] ‘lobang’ [eja] ‘olok’ [ewaG] ‘ hutan lebat’ akhir [iko] ‘usir’ tengah [konco] ‘teman’ [eleG] ‘segan’ [eksameG] ‘ujian’ Untuk mempertegas uraian di atas, berikut ini akhir tabel distribusi vokal. [gale] ‘cabut’ [eje] ‘olok’

3.4.2 Distribusi Fonem Konsonan 2. Konsonan /p/ Distribusi fonem konsonan Bahasa Melayu Contoh: Ambon dalam kata menempati posisi awal, awal tengah, dan akhir. Berikut ini deskripsi fonem [padede] ‘cengeng’ [pakansi] ‘libur’ konsonan dalam kata. tengah [tapake] ‘terkenal’ 3.4.2.1 Fonem konsonan yang berdistribusi [bapake] ‘memakai’ lengkap (awal, tengah, dan akhir akhir kata) [hidop] ‘hidup’

1. Konsonan /m/ 3. Konsonan /n/ Contoh: Contoh: awal ‘awal [mar] ‘tetapi’ [nai] ’naik’ [ma] ‘ibu’ [nanaku] ‘pedoman’ tengah tengah [mamboro] ‘berkelip’ [nanalu] ‘selalu’ [mampos] ‘mati’ [nonai] ‘umpan’ akhir akhir [om] ‘paman’ [non] ‘sebutan untuk wanita’ [sein] ‘isyarat/kode’

121 Sistem Fonologi Bahasa… (Erniati)

4. Konsonan /k/ 8. Konsonan /s/ Contoh: Contoh : awal awal [kalsang] ‘celana’ [seG] ‘tidak’ [kaluyu] ‘ikan hiu’ [salwir] ‘melayani’ tengah tengah [keku] ‘menjunjung’ [kase] ‘beri’ [kakarlak] ‘kecoa’ [kasta] ‘keturunan’ akhir akhir [sak] ‘saku’ [dos] ‘kotak’ [kes] ‘kera’

5. Konsonan /r/ 9. Konsonan /f/ Contoh: Contoh : awal awal [rai] ‘tebak’ [falau] ‘lemah [ruk-ruk] ‘suka marah’ [fam] ‘marga’ tengah tengah [rarobaG] ‘santan yang tidak jadi minyak’ [fufu] ‘proses pengobatan tradisional’ [saraGke] ‘seringkali’ akhir Akhir [feref] ‘pensil warna’ [salawar] ‘sial’ [samemer] ‘sangat besar’ 3.4.2.2 Fonem konsonan yang berdistribusi 6. Konsonan /l/ pada awal dan tengah kata Contoh: 1.Konsonan /d/ awal Contoh [lai] ‘lagi’ awal [laju] ‘cepat’ [do] ‘dahulu’ tengah [deG] ‘dengan’ [kele] ‘gandeng’ [ela] ‘ampas sagu’ tengah [dodeso] ‘perangkap’ akhir [dodomiG] ‘plasenta’ [embal] ‘kue sagu’ 2. Konsonan /b/ 7. Konsonan /t/ Contoh: Contoh : awal awal [bage] ‘beri’ [tabaku] ‘tembakau’ [badaki] ‘sangat kotor’ [tabaos] ‘pemberitahuan’ tengah tengah [babantiG] ‘membanting’ [stori] ‘bicara’ [ambe] ‘ambil’ [bastel] ‘bergaya’ 3. Konsonan /w/ akhir Contoh: [talat] ‘terlambat’ awal [warmus] ‘rakus’ [wapeG] ‘senjata’

122 BÉBASAN, Vol. 6, No. 2, edisi Desember 2019: 113—124

tengah tengah [skoGkol] ‘sepakat’ [kawaja] ‘pelit’ akhir 4. Konsonan /g/ [atoraG] ‘aturan’ [aniaG] ‘sepotong kain’ Contoh: awal [garos] ‘besar’ 3.4.2.4 Fonem konsonan yang berdistribusi [gai] ‘tarik’ pada tengah kata 1. Konsonan /?/ tengah Contoh [haga] ‘coba’ tengah [ba?abu] ‘berdebu’ 5.Konsonan /h/ [a?oG] ‘bekas kebun yang tumbuh’ Contoh: awal Tabel 3 [hala] ‘pikul’ Distribusi Fonem Konsonan dalam Kata [halia] ‘jahe’ Konsonan Awal Tengah Akhir Kata Kata Kata tengah P + + + [tahalaG] ‘terhalang’ M + + + [helahai] ‘mengeluh’ N + + + K + + + 6. Konsonan /y/ R + + + Contoh: L + + + awal T + + + [yas] ‘jas’ S + + + F + + + tengah D + + - [hayal] ‘bergaya’ B + + - W + + - 7. Konsonan /c/ G + + - Contoh: H + + - awal Y + + - [colo] ‘celup’ C + + - [cigi] ‘tarik’ J + + - ? - + - tengah G - + + [cecelepu] ‘tidak berguna’ Keterangan: [ecer] ‘menjual sedikit demi sedikit’ + = terjadi pada distribusi tersebut 8. Konsonan /j/ - = tidak terjadi pada distribusi tersebut Contoh awal [jua] ‘juga’ 4. Simpulan [jaG] ‘jangan’ Penelitian ini menghasilkan beberapa tengah kesimpulan, terutama mengenai hasil [eje] ‘olok’ fonemisasi, yaitu bahasa Melayu dialek Ambon [aju] ‘meniru’ memiliki dua puluh tiga fonem segmental, yang terdiri dari sembilan belas fonem konsonan dan 3.4.2.3 Fonem konsonan yang berdistribusi lima fonem vokal. pada tengah dan akhir kata 1. Konsonan /G/ Konsonan-konsonan bahasa Melayu Contoh Ambon yang berhasil dideskripsikan yaitu: /p/,/f/

123 Sistem Fonologi Bahasa… (Erniati)

/m/, /n/, /r/, /k/, /r/, /l/, /t/, /s/, /d/, /b/, /w/, /g/, /h/, /y/,/c/,/j/, /?/, dan /G/. Sedangkan fonem-fonem vokal terdiri dari vokal, depan, tinggi, tak bulat /i/; vokal, belakang, tinggi, bulat /u/; vokal, depan, sedang, tak bulat /e/, vokal, belakang, sedang, bulat /o/, dan vokal, rendah, tengah /a/.

Daftar Pustaka Daniel,Jos Parera. 1985. Pengantar Linguistik Umum. Ende Flores:Nusa Indah. Dharmojo, dkk. Fonologi Bahasa Ekagi. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Hadibrata, Halimi. 2007. Analisis Kontrastif Fonologi dan Morfologi Bahasa Indonesia dengan Bahasa Dayak Rentenukong di Kutai Barat Kalimantan Timur. Jakarta:Pusat Bahasa Iper, Dunis, dkk. 2000. Fonologi Bahasa Manyaan. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kridalksana Harimurti.1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Lapoliwa, Hans 1980. Analisis Fonologi. Jakarta:Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Lauder, Multamia RMT. 1987. Pedoman Pengenalan dan Penulisan Bunyi. Jakarta:Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Marsono. 1986. Fonetik. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Sanjoko, Yohanis, dkk. 2008. Fonologi Bahasa Orya. Papua:Balai Bahasa Papua. Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik. Jogjakarta:Gadja Mada University Pres

124