Dorong Pengembangan Mobil Listrik, Pemerintah Ubah Skema PPnBM

Dorong Pengembangan Mobil Listrik, Pemerintah Ubah Skema PPnBM

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Pemerintah siap memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Dalam aturan baru ini, PPnBM tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, namun pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Semakin rendah emisi, semakin rendah tarif PPnBM kendaraan. Skema itu tengah dikonsultasikan oleh pemerintah pada parlemen.

“Insentif baru yang dikeluarkan pemerintah ini disederhanakan menjadi berbasis emisi. Skema harmonisasi ini diharapkan bisa mengubah kendaraan produksi dalam negeri menjadi rendah emisi, meningkatkan investasi dan memperluas pasar ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (11/3). Menurut Airlangga, dalam aturan baru, pemerintah mengusulkan supaya prinsip pengenaan PPnBM melihat semakin rendah emisinya maka semakin rendah tarif pajaknya. Berbeda dengan aturan sekarang yang mempertimbangkan besaran kapasitas mesin mobil.

Harmonisasi skema PPnBM ini sekaligus memberikan insentif produksi motor dan mobil listrik di Tanah Air, sehingga PPnBM menjadi nol persen. Bila dalam aturan sebelumnya insentif hanya diberikan untuk kendaraan bermotor hemat energi dan harga terjangkau (KBH2), dalam aturan baru ini insentif diberikan kepada Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) atau kendaraan bermotor kategori beremisi karbon rendah.

Selain itu, kendaraan Hybrid Electric Vehicle (HEV) yang mengadopsi motor listrik dan baterai untuk peningkatan efisiensi, Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) yang dayanya dapat diisi ulang di luar maupun di luar kendaraan, dan Flexy Engine.

Airlangga mengatakan, perubahan skema PPnBM ini diproyeksikan berlaku pada tahun 2021. Hal tersebut mempertimbangkan pada kesiapan para pelaku usaha. Dengan tenggat waktu dua tahun, pelaku usaha akan mampu melakukan penyesuaian dengan teknologi atau bisa memenuhi syarat untuk mendapatkan tarif PPnBM yang lebih rendah lalu pelaku usaha baru bisa mendapatkan kepastian berusaha.

“Kami sudah berdiskusi dengan para pelaku usaha. Mereka sudah minta waktu dua tahun untuk menyesuaikan. Pabrikan Jepang yang sudah eksisting di industri otomotif sudah siap, juga pabrikan dari Eropa,” tuturnya.

Airlangga menuturkan, pertumbuhan industri otomotif di Tanah Air sangat meyakinkan dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor industri nonmigas sebesar 9,98 persen. Data ekspor kendaraan bermotor roda dua menunjukkan tren kenaikan sebesar 53 persen dan 44 persen pada 2016-2018.

“Kalau kita lihat dari unitnya roda empat ini produksinya 1,3 juta nilainya USD13,7 miliar dan ekspornya ke mancanegara 346 ribu atau USD4,7 miliar. Di ASEAN 297 ribu unit atau USD2,3 miliar,” ucapnya.

Peluang Ekspor

Di samping itu, Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) yang sudah resmi diteken, diproyeksikan mampu membuka lebih lebar peluang menggenjot ekspor mobil listrik ke Australia. Kerjasama ini juga akan memberi peluang Indonesia untuk ekspor mobil listrik dan hybrid ke Negeri Kanguru tersebut dengan tarif preferensi 0 persen. Dengan penandatanganan itu, 6.747 pos tarif barang asal Indonesia akan dibebaskan bea masuknya ke Australia.

Dalam sepuluh tahun terakhir, industri otomotif di Australia menutup pabriknya karena pasar negara kanguru tersebut dianggap tidak menguntungkan bagi para produsen mobil. Untuk memenuhi kebutuhan kendaraan roda empat, selama ini Australia mengandalkan impor dari beberapa negara seperti Thailand, Jepang, China, dan India. “Dengan demikian, potensi pasar otomotif di Australia sebesar 1,1 juta sudah terbuka bagi produsen Indonesia,” ungkapnya.

Berdasarkan tipe, permintaan mobil di Australia, jika digabung mobil penumpang dengan tipe (SUV), setiap tahun bisa mencapai 70 persen dari total pasar di negeri tersebut. Mobil penumpang kerap kali diisi jenis mobil sedan ataupun , sedangkan SUV serta mobil komersial yang paling banyak diburu tak lain adalah kabin ganda.

Daftar merek mobil paling laris di Australia antara lain 3, Corolla, Camry, Holden Toyota RAV 4, dan Hyundai i30. Selain itu, mobil-mobil kabin ganda seperti Toyota Hilux, Ford Ranger, serta D Max mencatatkan penjualan moncer. Rata-rata, penjualan Toyota di Australia mencapai 200.000 unit per tahun. Dengan hitungan tersebut, merek asal Jepang itu menguasai rata-rata 17,5 persen pasar otomotif. Sejak lima tahun belakangan, volume pasar mobil di sana tidak bergeser jauh. Permintaan pasar tertinggi terjadi pada 2016, sebanyak 1,17 juta unit. Karakter pasar itu pun hampir serupa dengan Indonesia. Mobil penumpang mendominasi permintaan pasar Australia.

Airlangga menambahkan, saat ini pesaing industri otomotif Indonesia di ASEAN hanya Thailand. Dengan dibukanya CEPA dengan Australia, ditargetkan ekspor otomotif Indonesia bisa melewati Thailand. Saat ini, produksi Thailand lebih tinggi dari Indonesia yakni sebesar 2,1 juta unit dengan ekspor 1,1 juta unit, sedangkan Indonesia produksinya 1,3 juta unit dan ekspor 346 ribu unit.

“Persentase ekspor Thailand 53 persen, Indonesia ekspornya 26 persen dan sebagai catatan Thailand sudah memiliki Free Trade agreement dengan Australia, New Zealand, India Jepang, Peru, Chile. Sedangkan Indonesia yang sudah berjalan baru dengan Jepang, Pakistan, Chile, Eropa,” imbuhnya.

Berdasarkan kategori, ekspor Thailand kebanyakan adalah jenus pick up dan mobil dengan berat satu ton kemudian mobil penumpang SUV dan sedan. “Yang membedakan dengan Indonesia, ekspor terbesar kita adalah MPV seperti Kijang dan kelompoknya yang tujuh penumpang, SUV dan hatchback,” jelas Airlangga. (G. Pangaribuan)

Kemenperin Akselerasi Lulusan Akademi Apple Rebut Pasar Digital

Kemenperin Akselerasi Lulusan Akademi Apple Rebut Pasar Digital

BANTEN, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Kementerian Perindustrian terus mengakselerasi penumbuhan pusat inovasi untuk menopang daya saing industri nasional. Langkah strategis ini sesuai penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0 dalam kesiapan memasui era digital.

“Selain meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan, upaya tersebut juga memacu sumber daya manusia (SDM) di Indonesia agar lebih kompeten. Ini merupakan amanat dari Bapak Presiden Joko Widodo,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara The First Apple Developer Academy Graduation Fair di BSD City, Tengerang, Banten, Selasa (12/3).

Menperin memberikan apresiasi kepada perusahaan teknologi Apple yang telah merealisasikan komitmen untuk mendirikan Apple Developer Academy di Indonesia. Lokasi yang dibangun di BSD City, yang juga merupakan pertama di Asia dan ketiga di dunia setelah Brasil dan Italia.

“Yang dilakukan Apple Indonesia ini berperan penting pula guna menciptakan produk yang bernilai tambah tinggi,” ujarnya. Bahkan, sejalan dengan kebijakan pemerintah mendorong pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), baik itu perangkat keras maupun perangkat lunak.

Pendirian akademi ini bagian dari proposal Apple untuk memenuhi ketentuan regulasi mengenai TKDN. Dalam proposalnya, PT Apple Indonesia memilih skema penghitungan TKDN berbasis pada pengembangan inovasi dengan nilai total investasi sebesar USD44 juta dengan jangka waktu tiga tahun, terhitung sejak tahun 2017.

Kesungguhan PT Apple Indonesia dalam membangun pusat inovasi di Indonesia telah ditunjukkan dengan akan segera diresmikannya dan beroperasinya Apple Developer Academy yang kedua di Surabaya, dan yang ketiga di Nongsa Digital Park, Batam pada tahun 2019.

Menperin optimistis, hadirnya pusat inovasi yang dibangun oleh Apple akan mampu menghasilkan pengembang yang dapat memberikan manfaat di tengah perkembangan era revolusi industri 4.0 di Indonesia. “Para lulusannya ini mempunyai kompetensi yang world class,” tegasnya.

Di samping itu, Apple Developer Academy bertujuan menantang dan menginspirasi siswa melalui pendekatan berbagai bidang dalam pengajaran dan pembelajaran. Selain itu, menjadi wadah yang disediakan oleh Apple untuk memberikan siswa mengenai kemampuan dalam membuat ide mereka menjadi aplikasi dan dipasarkan melalui App Store.

“Berdasarkan laporannya, sebanyak 70 perusahaan dari berbagai macam sektor sudah datang ke akademi sini. Mereka menghendaki talent-talent di sini segera dipekerjakan, sehingga demand-nya semakin tinggi. Lulusan ini juga didorong menjadi entrepreneur,” papar Airlangga. Pada batch perdana ini, Apple Developer Academy meluluskan sebanyak 166 siswa yang telah melakukan pelatihan satu tahun dengan fasilitas berteknologi canggih. Mereka telah menghasilkan 33 aplikasi yang sudah ada di App Store. Misalnya, aplikasi tentang donor darah, aplikasi mencari masjid terdekat, aplikasi artificial intelligence untuk cari pekerjaan, dan aplikasi tentang traveling.

Sedangkan, batch kedua akan dimulai pada 29 Maret 2019 dengan jumlah siswa sebanyak 200. “Semoga ini menjadi inspirasi bagi perusahaan lainnya dalam membangun ekosistem inovasi,” imbuhnya.

Menperin juga menginginkan, agar akademi ini melibatkan para penyandang disabilitas. Sebab, di tengah keterbatasan, mereka diyakini bisa berpotensi dalam upaya pengembangan teknologi digital. Apalagi, Indonesia memiliki peluang besar dalam penerapan ekonomi digital.

“Hingga tahun 2030, kita butuh 17 juta orang yang bekerja di bidang ekonomi digital, yang mana 4 persen akan bekerja di sektor manufaktur dan sisanya di jasa industri terkaitnya. Ini pun momentum kita dalam menikmati masa bonus demografi sampai 2030,” terangnya.

Potensi lainnya, Indonesia saat ini memiliki 30 juta orang yang menjadi konsumen e-commerce, baik itu mereka yang menjual maupun membeli produk dengan menggunakan teknologi digital. Bahkan, nilai potensi pasarnya diproyeksi dapat terus bertumbuh, dari yang saat ini sebesar USD8 miliar akan menjadi USD20miliar pada tahun 2022.

“Inilah kesempatannya untuk semua lulusan akademi Apple bisa merebut pasar terebut. Diharapkan, selain dapat meningkatkan pasar domestik, juga dapat memperluas untuk pasar ekspor. Sehingga semakin banyak lulusan yang mampu mengembangkan aplikasi iOS dan dapat mengembangkan ekonomi berbasis digital, tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia,” pungkasnya. (G. Pangaribuan)

Pacu Implementasi Making Indonesia 4.0, Menperin Lantik 9 Pejabat Eselon II

Pacu Implementasi Making Indonesia 4.0, Menperin Lantik 9 Pejabat Eselon II

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID |Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melantik sebanyak sembilan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau Eselon II di lingkungan Kementerian Perindustrian. Kepada para pejabat yang dilantik, Menperin meminta mereka ikut berkontribusi menciptakan iklim usaha yang konduif. Hal ini dapat memacu industri nasional agar lebih tangguh dan berdaya saing global terutama untuk mengimplementasikan peta jalan Making Indonesia 4.0 dalam menyongsong industri keempat.

“Kami menginginkan peran serta saudara-saudara untuk memberikan kontribusi terbaiknya dalam mewujudkan penerapan Making Indonesia 4.0 supaya berjalan dengan sukses. Kami sangat berharap kehadiran saudara sekalian sebagai pimpinan di lingkungan Kemenperin agar dapat mendorong efektivitas dan kemajuan industri sehingga industri Indonesia dapat bersaing di pasar global,” kata Menperin pada acara pelantikan tersebut di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (12/3).

Menurut Airlangga, pelantikan sembilan pejabat Eselon II ini merupakan langkah konsolidasi dalam rangka menata jabatan strategis guna meningkatkan kinerja kementerian. Selanjutnya, implementasi program kerja yang efektif diharapkan mendukung iklim investasi industri dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Adapun sembilan pejabat Eselon II Kemenperin yang dilantik, yakni R Hendro Marnoto sebagai Kepala Pusat Peningkatan Penguatan Produk Dalam Negeri, Yulia Astuti menjadi Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri, Jonni Afrizon sebagai Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri, M Arifin menjadi Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri, serta Dini Hanggandari sebagai Direktur Industri Logam.

Kemudian, Wawas Swathatafrijiah dilantik menjadi Inspektur IV, Iken Retnowulan sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Agro, serta Ali Murtopo Simbolin dilantik menjadi Kepala Balai besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri.

Menperin juga meminta para pejabat yang dilantik agar terus berinovasi dan tidak terjebak dalam rutinitas. Menurutnya, sebagai personel lembaga yang menjadi leading sector dari revolusi industri 4.0, para pejabat tidak boleh tertinggal dalam teknologi dan sistem yang digunakan sehari-hari. “Pemanfaatan inovasi dapat membantu tercapainya tujuan dan sasaran besar Kemenperin untuk kemajuan Indonesia,” ucapnya.

Pada kesempatan tersebut, Airlangga menegaskan, perlunya akselerasi secara maksimal beberapa program kerja utama Kemenperin, antara lain penguatan pendidikan vokasi melalui konsep dual system, pembangunan Politeknik dan Akademi Komunitas di kawasan industri, program Link and Match antara SMK dengan industri, Diklat 3 in 1, Sertifikat Kompetensi Tenaga Kerja Industri, serta Pengembangan SDM Industri 4.0.

Kemudian, pengembangan kawasan dan sentra industri. Pada periode 2015-2018, Pemerintah telah berhasil mengembangkan 13 kawasan industri baru di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, serta 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) di 22 Kota dan Kabupaten di luar Pulau Jawa.

Selanjutnya, pengembangan wirausaha baru, dengan target lahirnya 5.000 wirausaha baru di 2019 melalui program e-Smart IKM dan program Satripreneur yang menjangkau hingga 20 pondok pesantren. Selanjutnya, Program Low Carbon Emission Vehicle (LCEV), super tax deduction untuk investasi pada pendidikan vokasi dan inovasi, serta pengembangan ‘mobil pak tani’ Alat Mekanis Multi Guna Pedesaan (AMMDes) untuk mendorong pengembangan industri komponen kendaraan.

“Oleh karena itu, kami mengharapkan kontribusi dan kerja sama Saudara-Saudara sekalian demi tercapainya program prioritas sehingga tercapai tujuan dan sasaran Kemenperin,” tegasnya.

Airlangga menambahkan, program prioritas pengembangan SDM diperlukan untuk melahirkan SDM industri yang maju, unggul, dan andal. Mereka tidak hanya diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah mendasar seperti pemenuhan kebutuhan, namun juga mampu memenangkan persaingan global.

“Menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga momentum kinerja perekonomian kita yang tumbuh dengan positif dari segi industri. Berbagai reformasi untuk peningkatan investasi dan ekspor harus terus digulirkan untuk memperkuat kepercayaan para pelaku usaha, agar bisa menciptakan manfaat yang sebesar- besarnya, membuka lapangan pekerjaan, dan mengatasi pengangguran,” imbuhnya. (G. Pangaribuan)

Kemenperin Fasilitasi Pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Banten

Kemenperin Fasilitasi Pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Banten

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Kementerian Perindustrian memprioritaskan pengembangan industri kimia di dalam negeri agar semakin berdaya saing di kancah global. Salah satu upayanya melalui penyiapan sumber daya manusia yang kompeten sesuai kebutuhan dunia kerja saat ini. “Langkah strategis tersebut sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Apalagi, industri kimia merupakan satu dari lima sektor yang akan menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0 di Tanah Air,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar di Jakarta, Senin (11/3).

Haris menyampaikan hal itu pada acara penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kemenperin dengan Asosiasi dan Industri Petrokimia tentang Pembangunan dan Penyelenggaraan Politeknik Industri Petrokimia di Banten. PKS ini diteken oleh Sekjen Kemenperin dengan 14 pihak yang mewakili asosiasi dan industri petrokimia.

Ke-14 stakeholder tersebut, meliputi Federasi Industri Kimia Indonesia, INAPLAS, PT Chandra Asri Petrochemical, PT Lotte Chemical Titan Nusantara, PT Nippon Shokubai Indonesia, PT Mitsubishi Chemical Indonesia, PT Polytama Propindo, dan PT Asahimas Chemical.

Selanjutnya, PT Trans Pacific Petrochemical Indonesia, PT Trinseo Materials Indonesia, PT Petro Oxo Nusantara, PT Petrokimia Butadiene Indonesia, PT Cabot Indonesia, dan PT Pupuk Indonesia.

Haris menegaskan, Kemenperin bertekad untuk terus mendorong penumbuhan industri petrokimia melalui peningkatkan investasi, sehingga dapat mensubstitusi produk impor dan memacu nilai ekspor. Sasaran ini perlu ditopang penyiapan para tenaga kerja industri yang kompeten agar lebih produktif dan inovatif.

Pembangunan Politeknik Industri Petrokimia ini akan berdiri di atas lahan seluas dua hektare yang telah dihibahkan oleh PT Chandra Asri di Serang, Banten. Haris menyampaikan, politeknik ini merupakan milik bersama demi kemajuan industri petrokimia di Indonesia.

“Penyelenggaraan politeknik ini harus dilakukan secara bersama-sama antara Kemenperin dengan industri, mulai dari penyusunan kurikulum, rekrutmen calon mahasiswa, penyelenggaraan pendidikan, praktik kerja di Industri, hingga penempatan kerja lulusan pada perusahaan industri,” papar Haris.

Kurikulum pendidikan Politeknik Industri Petrokimia mengadopsi konsep pendidikan dual system melalui program Skill For Competitiveness (S4C) yang diadopsi dari Swiss. “Kami modifikasi dengan konsep 3-2-1, yakni 3 semester belajar di kampus, 2 semester magang di industri, dan semester terakhir kembali ke kampus untuk mengerjakan proyek inovasi terkait industri petrokimia,” ujarnya.

Adapun tiga program studi jenjang D3 yang akan dijalankan, sesuai kompetensi yang dibutuhkan saat ini. Program studi itu, teknologi proses industri petrokimia, teknologi mesin industri petrokimia, dan teknologi instrumentasi industri petrokimia.

“Kami akan mengutamakan pemberdayaan SDM lokal di sekitar perusahaan agar memenuhi syarat kompetensi sesuai kebutuhan industrinya. Artinya, calon mahasiswa dari masyarakat sekitar industri. Kemenperin juga akan memberikan beasiswa sampai lima tahun,” tuturnya.

Politeknik Industri Petrokimia akan dilengkapi dengan workshop dan laboratorium serta teaching factory dengan mesin dan peralatan yang sesuai dengan kondisi di Industri. Dengan begitu, pada saat praktik kerja di Industri, mahasiswa telah memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dan lulusan yang dihasilkan benar-benar siap kerja.

Memberikan apresiasi

Sekjen Kemenperin memberikan apresiasi terhadap antusias industri petrokimia yang terlibat dan mendukung dalam pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Banten. Hal ini merupakan salah satu bentuk nyata dalam komitmen mendorong pengembangan dan peningkatan daya saing industri petrokimia di Indonesia. “Politeknik Industri Petrokimia tidak hanya dimaksudkan sebagai penyedia tenaga kerja kompeten, tetapi fasilitasnya dapat dimanfaatkan untuk riset dan pengembangan industri petrokimia serta pelayanan kepada industri,” jelasnya.

Dalam perjanjian kerja sama, dituangkan tugas masing-masing pihak. Misalnya, tugas Kemenperin di antaranya menyiapkan kurikulum dan silabus, rekrutmen calon mahasiswa bersama industri, menyediakan anggaran penyelenggaraan pendidikan, dan menyediakan sarana prasarana kegiatan belajar mengajar.

Selanjutnya, mengkoordinasikan kegiatan magang dan praktik di industri, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan, fasilitasi penelitian pengembangan teknologi dan produk petrokimia, serta fasilitasi pelayanan kepada industri (jasa produksi, jasa pengujian dan sertifikasi kompetensi).

Sementara itu, membantu penyediaan tenaga pengajar. Sebanyak 50 persen tenaga pengajar akan berasal dari industri. Kemudian, menyediakan fasilitas pemagangan dan instruktur, menerima dan memfasilitasi untuk penempatan kerja lulusan, serta mengoptimalkan pemanfaatan teaching factory, mini plant dan workshop agar bermanfaat bagi industri dan politeknik.

“Kami berharap setelah penandatanganan perjanjian kerjasama, segera ditindaklanjuti proses izin penyelenggaraan politeknik kepada Kementerian Ristekdikti sehingga dapat memulai operasional pendidikan pada tahun ini dan dalam tiga tahun ke depan telah dihasilkan tenaga-tenaga ahli bidang petrokimia yang akan memperkuat daya saing industri petrokimia nasional,” imbuhnya.

Haris menyebutkan, tiga fungsi utama Politeknik Industri Petrokimia, yakni pusat penyedia tenaga kerja industri petrokimia yang kompeten melalui berbagai macam pendidikan, baik melalui pendidikan formal D3 maupun D1 dan Diklat 3in1.

“Seperti politeknik yang sudah dibangun, baik di Solo, Kendal, dan Morowali, benar-benar dimanfaatkan oleh perusahaan industri dalam mendapat tenaga kerja yang kompeten sesuai kebutuhan industri masing-masing,” jelasnya.

Fungsi selanjutnya, sebagai pusat inovasi teknologi dan pengembangan produk. Rencananya, politeknik ini akan dilengkapi dengan mini plant atau pusat inovasi pengembangan industri 4.0 khususnya industri petrokimia.

“Yang ketiga, pusat pelayanan industri, baik bidang jasa, pengujian dan sertifikasi. Kehadiran politeknik ini diupayakan untuk membantu perusahaan industri, untuk itu perlu dukungan perusahaan industri dalam perjanjian kerja sama,” paparnya.

Industri petrokimia turut memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Kemenperin mencatat pada tahun 2018, investasi di sektor industri kimia dan farmasi mencapai Rp39,31 triliun. Selain itu, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia menorehkan nilai ekspor sebesar USD13,93 miliar. (G. Pangaribuan)

Berbasis Padat Karya dan Orientasi Ekspor, Pemerintah Pacu Industri Furnitur Berbasis Padat Karya dan Orientasi Ekspor, Pemerintah Pacu Industri Furnitur

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID |Pemerintah semakin menggenjot kinerja industri manufaktur yang tergolong sektor padat karya dan berorientasi ekspor. Langkah strategis ini guna memacu penciptaan lapangan kerja dan menguatkan struktur perekonomian nasional.

“Salah satunya adalah industri furnitur dan kerajinan, pemerintah telah menetapkan sebagai bagian dari industri prioritas nasional. Apalagi, industri ini sebagai trademark Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pembukaan Pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2019 di Jakarta, Senin (11/3).

Menurut Menperin, pengembangan industri furnitur di dalam negeri masih cukup prospektif karena ditopang dengan ketersediaan sumber bahan baku yang melimpah, di antaranya kayu dan rotan. “Untuk itu, industri furnitur berperan penting dalam mendukung kebijakan hilirisasi karena berbasis sumber daya alam lokal, yang terus dipacu nilai tambahnya,” tuturnya.

Peluang itu, tercermin dari Indonesia sebagai penghasil 80 persen untuk bahan baku rotan dunia, dengan daerah penghasil rotan di Indonesia yag tersebar di berbagai pulau, terutama di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. “Kita punya 312 jenis spesies rotan, yang perlu dimanfaatkan untuk industri furnitur,” ungkap Airlangga.

Selain itu, sumber bahan baku kayu juga sangat besar, mengingat potensi lahan hutan di Indonesia yang sangat luas dengan total hingga 120,6 juta hektare, terdiri dari hutan produksi seluas 12,8 juta Ha.

“Dan, dengan anugerah Tuhan, kita memiliki iklim tropis sehingga berbagai jenis pohon dapat tumbuh cepat. Potensi sumber daya alam yang melimpah ini, seyogyanya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung perekonomian bangsa serta untuk kesejahteraan masyarakat,” paparnya.

Menperin menegaskan, industri furnitur merupakan sektor hilir yang produknya memiliki nilai tambah tinggi dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. “Capaian ini, antara lain dapat dilihat dari kontribusinya dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja dan perolehan devisa dari ekspor,” sebutnya.

Kementerian Perindustrian mencatat, sepanjang tahun 2018, kontribusi industri furnitur terhadap PDB industri nonmigas sebesar 1,36 persen. Di samping itu, pertumbuhan sektor industri furnitur di Indonesia memperlihatkan tren positif, di mana dari tahun ke tahun para pelaku usahanya semakin bertambah. Berdasarkan data BPS tahun 2017, tercatat sebanyak 1.918 unit usaha di skala menengah dan besar dengan menyerap tenaga kerja langsung hingga 200 ribu orang.

Selanjutnya, kinerja ekspor industri furnitur Indonesia dalam tiga tahun terakhir menunjukkan tren kenaikan. Pada tahun 2016, nilai ekspornya sebesar 1,60 miliar dolar AS, naik menjadi 1,63 miliar dolar AS di 2017. Sepanjang 2018, nilai ekspor produk furnitur nasional kembali mengalami kenaikan hingga 1,69 miliar dolar AS atau naik 4 persen dibanding tahun 2017.

“Kinerja ekspor tersebut masih bisa terus ditingkatkan lagi, melihat potensi bahan baku yang ada. Pemerintah berharap industri furnitur dapat berperan lebih besar lagi dalam perekonomian nasional dengan target peningkatan ekspor sebesar 5 miliar dolar AS,” tandasnya.

Untuk itu, Menperin menyambut baik atas penyelenggaraan IFEX yang dilaksanakan setiap tahun. Pameran furnitur terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara ini dihadiri lebih dari 4.000 pembeli potensial dari 127 negara.

“Dari pameran ini, ditargetkan nilai penjualannya sebesar USD300 juta dan berdasarkan pengalaman tahun lalu, dalam enam bulan ke depannya bisa mencapai USD800 juta,” ungkapnya. Jadi, ajang ini menjadi momen yang baik dalam upaya meningkatkan ekspor furntur nasional.

Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto menuturkan, pihaknya mengapresiasi langkah Kemenperin yang mendorong kebijakan hilirisasi industri. “Kita perlu mensyukuri kekayaan sumber daya alam kita, seperti bahan baku rotan dan kayu, dengan upaya mengoptimalkan nilai tambahnya,” ujarnya.

Soenoto menambahkan, industri furnitur nasional perlu bermitra dengan investor luar negeri seperti dari China. “Jadi, kita kita tidak perlu memusuhi China, karena harusnya kita ber- partner untuk membangun industri kita lebih berdaya saing. Kami yakin Bapak Airlangga Hartarto akan terus mendampingi kita, dan pemerintah membuat regulasi yang bagus buat pengusaha,” tegasnya.

Pusat riset

Pada kesempatan yang sama, Menperin menyampaikan, pihaknya telah memfasilitasi pusat riset dan inovasi untuk pengembangan industri furnitur di Palu, Sulawesi Tengah. Upaya strategis ini selain guna menciptakan produk unggulan, juga diharapkan mampu menarik investor.

“Ini menjadi tantangan untuk HIMKI agar di sana bisa dibangun seperti beyond Cirebon. Jadi, sebagai penghasil bahan baku, di Palu dapat pula dikembangkan atau ditumbuhkan industrinya. Ini akan bisa lebih berdaya saing karena terintegrasi, dibanding selama ini bahan baku itu dikumpul di Surabaya,” paparnya.

Apalagi, lanjut Airlangga, di Palu sudah berdiri kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus. Ini akan tersedia infrastruktur yang menunjang, sehingga dapat dimanfaatkan investor industri furnitur untuk lebih memacu produktivitas dan menggenjot ekspornya.

“Misalnya, kami telah mendorong klaster untuk industri furnitur di kawasan industri Kendal, dengan didukung pembangunan Politeknik Industri Furntur untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusianya. Sebab, di Jawa Tengah, memang dipersiapkan untuk sektor padat karya,” imbuhnya.

Menperin menyebutkan, dalam dua tahun terakhir, kawasan industri Kendal yang memiliki konsep terpadu sudah mampu mendatangkan sebanyak 50 investor dengan total nilai investasi sebesar USD500 juta dan membuka lapangan kerja hingga 5.000 orang. “ini yang perlu direplikasi ke daerah-daerah lainnya, dengan menarik investasi dapat menambah devisa dan tenaga kerja,” ujarnya

Untuk itu, Airlangga menambahkan, industri furnitur perlu mengembangkan produk sesuai dengan selera konsumen saat ini. Selain itu, industri furnitur mempunyai potensi untuk lebih berkembang, dengan mendorong penciptaan produk yang berbasis lifestyle (gaya hidup).

“Contohnya, produk yang bisa diminati oleh anak-anak muda dengan harga yang relatif terjangkau,” ungkapnya. Apalagi, peluang pasar e-commerce di Indonesia saat ini cukup besar senilai USD8 miliar dan diprediksi meningkat menjadi USD22 miliar pada tahun 2022.

“Jumlah masyarakat Indonesia yang berbelanja melalui ekonomi digital sudah mencapai 30 juta orang, ini menjadi salah satu yang dapat bergerak cepat mendorong industri berbasis lifestyle sepeti industri furnitur. Hal ini sejalan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0,” tuturnya.

Peluang lainnya, industri furnitur dapat mempeluas pasar dan menggenjot nilai ekspornya ke Australia. Ini seiring dengan telah ditandatangani perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif Indonesia dan Australia.

Iklim kondusif

Menperin pun mengemukakan, pemerintah terus berupaya menciptakan iklim usaha yang semakin kondusif dan mendorong pengembangan industri furnitur melalui beberapa langkah strategis. “Misalnya, mengenai kebijakan investasi, kami mengusulkan industri furnitur masuk pada kelompok industri yang mendapatkan insentif tax allowance,” ujarnya.

Selain itu, mengusulkan sektor pendukung industri furnitur seperti industri lem, industri grendel, dan aksesoris lainnya agar juga mendapatkan insentif tax allowance. “Sedangkan, terkait kebijakan untuk mendongkrak daya saingnya, kami telah mengusulkan insentif super deductible tax guna mendorong pengembangan SDM vokasi dan inovasi teknologi,” imbuhnya.

Kebijakan lainnya adalah menjamin ketersediaan bahan baku berupa larangan ekspor bahan baku log/kayu dan rotan asalan. Selanjutnya, diperlukan pula kebijakan pengembangan desain melalui market intelligence serta kemudahan akses ke bahan baku melalui sistem tata kelola logistik bahan baku kayu dan rotan.

“Kami juga telah membangun Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal untuk menyiapkan dan meningkatkan kompetensi SDM yang terampil dan entrepreneur baru. Selain itu, fasilitasi pembiayaan ekspor melalui LPEI,” ucapnya.

Airlangga menekankan pula agar industri furnitur nasional terus melakukan inovasi dan selalu melakukan eksplorasi kekayaan budaya nasional dengan kemasan modern serta mengikuti tren pasar global. Ini sesuai dengan implementasi program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0 dalam rangka kesiapan memasuki era industri 4.0

“Inovasi akan meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu produk, tak terkecuali untuk produk furnitur, terutama karena industri furnitur erat sekali kaitannya dengan lifestyle,” tegasnya. Di samping itu, Menperin turut menghimbau agar masyakakat semakin meningkatkan penggunaan produk furnitur dan kerajinan produksi dalam negeri.

“Seperti pembuatan bangku sekolah dari rotan. Bagi industri yang sudah bisa memproduksi, bisa memasukkan ke dalam e- katalog pemerintah. Kami sudah punya kebijakan mendorong lokal konten. Apabila barang produksi nasional harganya lebih murah 15 persen, itu akan diberikan prioritas untuk menggunakan barang tersebut,” imbuhnya. (G. Pangaribuan)

Terus Naik, Ekspor Furnitur Nasional Tembus 1,69 Miliar Dolar AS Terus Naik, Ekspor Furnitur Nasional Tembus 1,69 Miliar Dolar AS

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Industri furnitur nasional mampu menunjukkan daya saingnya di kancah global melalui berbagai produk unggulannya yang unik dan kompetitif. Kemampuan sektor padat karya berorientasi ekspor ini karena ditopang ketersediaan bahan baku, sumber daya manusia (SDM), dan desain menarik.

“Industri furnitur merupakan salah satu sektor strategis dalam menopang perekonomian nasional. Selain itu, berperan penting dalam mendukung kebijakan hilirisasi industri karena berbasis sumber daya alam lokal, yang terus dipacu nilai tambahnya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Minggu (10/3).

Kementerian Perindustrian mencatat, kinerja ekspor dari industri furnitur Indonesia dalam tiga tahun terakhir memperlihatkan tren yang positif. Pada tahun 2016, nilai ekspornya sebesar 1,60 miliar dolar AS, naik menjadi 1,63 miliar dolar AS di 2017. Sepanjang 2018, nilai ekspor produk furnitur nasional kembali mengalami kenaikan hingga 1,69 miliar dolar AS atau naik 4 persen dibanding tahun 2017.

“Kami bertekad untuk semakin memacu kinerja ekspor furnitur. Apalagi, dengan potensi bahan baku yang kita miliki,” ungkap Menperin. Indonesia merupakan penghasil 80 persen bahan baku rotan dunia, dengan daerah potensial rotan di Indonesia yang tersebar di berbagai pulau, terutama di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.

Selain itu, sumber bahan baku kayu di Indonesia juga sangat besar, mengingat potensi hutan yang sangat luas hingga 120,6 juta hektare dengan terdiri dari hutan produksi mncapai 12,8 juta Ha.

“Dan, dengan anugerah Tuhan, kita memiliki iklim tropis sehingga berbagai jenis pohon dapat tumbuh cepat. Potensi sumber daya alam yang melimpah ini, seyogyanya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung perekonomian bangsa serta untuk kesejahteraan masyarakat,” paparnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi industri furnitur nasional melalui beberapa kebijakan, antara lain melalui program bimbingan teknis produksi, promosi dan pengembangan akses pasar, serta penyiapan SDM industri furnitur yang kompeten.

“Kami berupaya untuk menciptakan tenaga kerja terampil dan inovatif yang mampu meningkatkan daya saing industri furnitur di dalam negeri,” imbuh Airlangga. Guna mencapai sasaran tersebut, Kemenperin telah memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah.

Menperin menambahkan, dalam upaya menggenjot daya saing industri furnitur nasional, diperlukan kreativitas dan inovasi desain produk yang mengikuti selera pasar terkini agar mampu kompetitif hingga kancah global. “Artinya, industri furnitur harus mampu creating the needs, deliver the needs (menciptakan sekaligus memenuhi kebutuhan). Apalagi, kita kaya dengan budaya,” terangnya.

Airlangga menyambut baik dengan penerapan sistem ganda (70 persen praktik dan 30 persen teori) pada proses pembelajaran di Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu. “Konsep dual system yang dikembangkan Swiss tersebut, diyakini akan menghasilkan lulusan yang benar-benar sesuai kebutuhan masa depan, terutama dalam memasuki era industri 4.0,” tuturnya.

Lebih lanjut, menurut Menperin, memfasilitasi pembangunan politeknik di kawasan industri sebagai salah satu program prioritas Kemenperin dalam pengembangan pendidikan vokasi industri. Hal ini juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang ingin tahun ini lebih fokus untuk gencar melakukan berbagai program dalam membangun kualitas SDM Indonesia. (G. Pangaribuan)

Tahun Depan, Kemenperin Fokus Pacu Kinerja Industri Berorientasi Ekspor JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Kementerian Perindustrian akan fokus memacu kinerja lima sektor industri yang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Lima sektor tersebut, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronika, dan kimia.

“Jadi, pada tahun depan (2019), kami akan genjot sektor itu agar juga mampu meningkatkan ekspor, terutama yang punya kapasitas lebih. Selain itu dapat mendorong pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Jumpa Pers Akhir Tahun 2018 di Jakarta, Rabu (19/12).

Menperin menjelaskan, langkah mendongkrak kinerja industri manufaktur berorientasi ekspor menjadi perhatian utama pemerintah guna memperbaiki neraca perdagangan sehingga semakin memperkuat struktur perekonomian nasional. “Apalagi, selama ini produk manufaktur sebagai kontributor terbesar pada nilai ekspor kita,” tegasnya. Nilai ekspor dari industri pengolahan nonmigas hingga akhir 2018 nanti diperkirakan menembus USD130,74 miliar. Capaian ini meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar USD125,10 miliar. “Saat ini, ekspor produk industri telah memberikan kontribusi 72,28 persen dari total ekspor nasional,” imbuhnya.

Airlangga menyampaikan, pemerintah sedang merancang kebijakan pemberian insentif fiskal yang dapat memicu industri lebih giat melakukan ekspor. “Selain itu perlu dilakukan harmonisasi tarif dan revisi PPnBM untuk menggairahkan industri otomotif di Indonesia memproduksi kendaraan sedan sebagai upaya memenuhi kebutuhan pasar mencanegara, seperti ke Australia,” ungkapnya.

Berdasarkan data Kemenperin, pada Januari-Oktober 2018, industri otomotif di Indonesia mengekspor kendaraan roda dua dengan total nilai sebesar USD1,3 miliar. Sedangkan, untuk kendaraan roda empat, dengan nilai USD4,7 miliar.

“Potensi ekspor lainnya juga ditunjukkan oleh industri pakaian, tekstil, dan alas kaki. Kemudian, industri makanan dan minuman. Seperti di sektor kimia, industri semen juga kita genjot untuk ekspor, karena kapasitas saat ini sebesar 100 juta ton per tahun, sementara kebutuhan domestik 70 juta ton per tahun. Namun demikian, memang perlu diperhatikan kombinasi pasar domestik dan ekspor supaya volumenya meningkat,” paparnya.

Di samping itu, Menperin mengemukakan, Indonesia masih menjadi negara tujuan utama untuk lokasi investasi. Bahkan, adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, dinilai membawa peluang bagi Indonesia. “Beberapa perusahaan ada yang sudah menyatakan minat investasi di Indonesia, seperti industri otomotif dari Korea dan Jerman. Juga ada salah satu perusahaan yang tengah melihat Batam untuk memproduksi smartphone,” sebutnya.

Hingga saat ini, investasi industri nonmigas diperkirakan mencapai Rp226,18 triliun. Dari penanaman modal tersebut, total tenaga kerja di sektor industri yang telah terserap sebanyak 18,25 juta orang. Jumlah tersebut naik 17,4 persen dibanding tahun 2015 di angka 15,54 juta orang.

Kontribusi manufaktur

Pada kesempatan yang sama, Menperin menerangkan, saat ini realitas di negara-negara dunia bahwa kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian rata-rata sekitar 17 persen. Merujuk data World Bank Tahun 2017, lima negara yang industrinya mampu menyumbang di atas rata-rata tersebut, yakni China (28,8%), Korea Selatan (27%), Jepang (21%), Jerman (20,6%), dan Indonesia (20,5%).

“Jadi, ini disebut sebagai norma baru. Kalau dibandingkan dengan tahun 2000-an, konteksnya berbeda. Pertumbuhan di China saat ini juga single digit. Sekarang PDB kita sudah masuk klub USD1 triliun,” ujarnya.

Oleh karena itu, dengan adanya peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah ingin mengembalikan industri manufaktur menjadi sektor andalan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pada saat ini, nilai tambah industri nonmigas mencapai USD236,69 miliar atau meningkat dari capaian di 2015 sebesar USD212,04 miliar. Hal ini turut mempengaruhi peningkatan pangsa pasar terhadap industri manufaktur global, yang mencapai 1,84 persen di tahun 2018.

Untuk mendorong hilirisasi di sektor industri pengolahan kelapa sawit, Pemerintah telah menetapkan kebijakan Mandatory B-20 yang diproyeksikan meningkatkan pertumbuhan pasar domestik produk hilir minyak sawit hingga 6,5 persen serta menumbuhkan pasar ekspor sebesar 7,4 persen.

“Saat ini, rasio ekspor produk hilir di industri CPO sebesar 80 persen dibandingkan produk hulu. Investasi mencapai USD1,2 miliar dengan penyerapan tenaga kerjalangusng sebanyak 2.000 orang dan 32.000 tenaga kerja tidak langsung,” paparnya. Pada 2019, pasokan biodiesel ditargetkan sebesar 6,1 juta ton yang didukung dengan pabrik biodiesel nasional berkapasitas terpasang mencapai 12,75 juta Kilo Liter.

Sementara itu, industri pengolahan kakao menikmati surplus hingga USD770 juta dengan peningkatan ekspor cocoa butter sebesar 19 persen dan cocoa powder 18 persen pada Januari- September 2018. Sedangkan, pertumbuhan di industri gula didukung oleh pembangunan tiga pabrik gula baru dengan total kapasitas 35.000 TCD.

“Di industri smelter, terdapat 24 proyek baru yang telah mencapai 100 persen. Total investasi smelter untuk stainless steel, tembaga, nikel dan aluminium mencapai Rp311,5 triliun,” lanjutnya.

Menperin menambahkan, industri manufaktur juga menjadi penyumbang pajak dan cukai yang cukup tinggi. Hingga 30 November 2018, penerimaan pajak dari sektor industri pengolahan tumbuh 12,74 persen dengan nominal realisasi Rp315,13 Triliun, kontribusinya sebesar 30 persen dari total seluruh penerimaan pajak. Sedangkan penerimaan cukai tumbuh 13,2 persen dengan realisasi Rp123,3 triliun.

Pertumbuhan industri yang positif ditopang oleh pertumbuhan masing-masing subsektor industri. Subsektor industri dengan rataan pertumbuhan tertinggi antara lain makanan dan minuman (8,71%), barang logam, komputer, barang elektronika, mesin dan perlengkapan (4,02%), alat angkutan (3,67%), serta kimia (3,40%).Sektor industri pengolahan non-migas pada 2018 memberikan kontribusi 17,66% terhadap total PDB nasional. Ini merupakan kontribusi terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya.

Selanjutnya, populasi industri besar dan sedang bertambah sebesar 6 ribu unit usaha. Industri kecil mengalami penambahan jumlah industri yang mendapatkan izin sebanyak 10 ribu unit usaha. Dalam upaya penumbuhan industri kecil dan menengah, telah dilakukan melalui berbagai bimbingan teknis kepada para pelaku IKM.

Pada periode 2015-2018, sebanyak 40.668 wirausaha baru dengan berbagai komoditas mendapatkan pelatihan dari Kemenperin dan sebanyak 10.774 IKM memperoleh legalitas usaha pada periode sama.

“Program Santripreneur meningkatkan produktivitas dan memperkuat perekonomian masyarakat dengan pemberdayaan para santri. Hingga 2018, program Santripreneur telah menjangkau 14 pondok pesantren dan membina sekitar 3.200 santri,” tuturnya.

Tumbuh 5,4 persen

Menperin pun mengungkapkan, pertumbuhan industri non-migas diproyeksikan tumbuh 5,4 persen pada 2019. Sektor-sektor yang diproyeksikan tumbuh tinggi, di antaranya industri makanan dan minuman (9,86%), permesinan (7%), tekstil dan pakaian jadi (5,61%), serta kulit barang dari kulit dan alas kaki (5,40%).

“Selain itu, kami juga memacu di sektor kimia, dengan menggenjot produksi olefin dari methanol di Kawasan industri Teluk Bintuni, Papua Barat dengan nilai investasi USD2,6 Miliar yang ditargetkan dapat berproduksi dengan kapasitas 2 juta ton per tahun dan mulai beroperasi tahun 2021,” paparnya.

Sedangkan di klaster Cilegon akan menghasilkan naphtha cracker dari dua perusahaan, yakni Chandra Asri Petrochemical dan Lotte Chemical dengan total kapasitas mencapai 4,5 juta ton per tahun yang akan mulai beroperasi secara bertahap pada 2019 hingga 2023.

“Pada tahun 2019, sektor IKM ditargetkan menghasilkan 5.000 wirausaha baru, mengikutsertakan 5.000 IKM dalam program e- Smart IKM dan 20 pesantren dalam program Santripreneur,” imbuhnya.

Pada tahun 2019, pemerintah akan semakin gencar melaksanakan program pendidikan dan pelatihan vokasi dalam meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. Dengan anggaran sebesar Rp1,78 triliun, Kemenperin menyelenggarakan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi menuju dual system, serta membangun politeknik atau akademi komunitas di Kawasan industri.

“MIsalnya, yang sedang kami fasilitasi, antara lain pembangunan politeknik industri petrokimia di Cilegon dan politeknik industri agro di Lampung. Selain itu meluncurkan program Link & Match antara SMK dan industri di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan target melibatkan 2.600 SMK dan 750 industri,” ungkapnya.

Kemudian pelaksanaan program diklat 3 in 1 untuk 72.000 orang, pembangunan kompetensi dan sertifikasi kompetensi, dan pembangunan SDM industri dalam mengantisipasi era industri 4.0. “Dalam penerapan roadmap Making Indonesia 4.0, Kemenperin sedang merumuskan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index atau INDI 4.0 pada 2019,” ujar Airlangga.

Menperin menambahkan, dengan terpilihnya Indonesia menjadi Official Partner Country di Hannover Messe 2020, Kemenperin akan berkesempatan memperkenalkan roadmap Making Indonesia 4.0 serta mendorong investasi di bidang manufaktur dan pengembangan infrastruktur digital. (Tim)

Jaringan Telkomsel Di Paluta Seperti Ulat Bulu PALUTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Sejumlah masyarakat di beberapa desa di wilayah Kecamatan Holongonan Timur, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) mengeluhkan jaringan Telkomsel yang lambat. Jaringannya seperti ulat bulu, lambat tapi makan pulsa.

“Akhir-akhir ini jaringan Telkomsel buruk sekali membuat kita kesal. Kita nelpon suara yang kita telepon gak jelas. Internetan makin parah, loading terus sampai panas Handphone, tapi pulsa kita ditelan,” ungkap MS Harahap, warga Desa Situmbaga.

“Telkomsel seharusnya melakukan pembenahan secepatnya, jangan sampai pelanggan kecewa dan mengganti kartunya dengan kartu lain. Persoalan ini harus segera diperbaiki dan diluruskan,” pintanya.

Hal sama juga dikatakan Ribun Marbun yang berprofesi sebagai wartawan, “Saya sangat menyayangkan jaringan Telkomsel, membuat semua pekerjaan jadi terhambat. Sebagai seorang wartawan saya sangat tergantung dengan jaringan, untuk melakukan pengiriman berita,” ujarnya.

Terkait hal ini juga dikeluhkan pegawai Kecamatan Holongonan Timur, membuat beberapa aktivitas mereka jadi terganggu.

Sebelumnya Selasa (18/12) awak media ini telah melakukan konfirmasi kepada Manejer MSP Edi Marta Ritonga Tekomsel Gunung Tua, Paluta. Ia mengatakan masalah seperti ini harusnya disampaikan ke kantor wilayah di Kota Padangsidimpuan. Namun, hal itu akan segera disampaikan.

“Kami akan menyampaikan apa yang menjadi pekanggan. saat ini PT telkomsel terus melakukan perbaikan di setiap jalur jaringan Base Tranceiver Station (BTS). Dan Jelas itu menjadi tugas kami untuk memuaskan pelanggan dan semuanya akan normal kembali seperti sedia kalanya,” kata Edi. (Zulpan)

Kemenperin Kebut Pembangunan 18 Kawasan Industri Luar Jawa Tahun 2019 JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus mengakselerasi pembangunan kawasan industri di luar Jawa dengan tujuan dapat mendorong pemerataan infrastruktur dan ekonomi di seluruh Indonesia. Pada tahun 2019, ditargetkan sebanyak 18 kawasan industri di luar Jawa sudah dapat beroperasi, yang di antaranya saat ini 8 kawasan industri dalam tahap konstruksi dan 10 masih tahap perencanaan.

“Sampai November 2018, telah beroperasi 10 kawasan industri yang termasuk proyek strategis nasional (PSN),” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (17/12). Ke-10 kawasan industri tersebut, berlokasi di Morowali, Bantaeng, Konawe, Palu, Sei Mangkei, Dumai, Ketapang, Gresik, Kendal, dan Banten.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN, terdapat 23 kawasan industri yang ditetapkan sebagai PSN. “Pengembangan kawasan industri menjadi perhatian utama pemerintah karena mampu mewujudkan perekonomian yang inklusif,” tutur Menperin.

Sebanyak 18 kawasan industri yang tengah dikebut pembangunannya sehingga diharapkan bisa selesai pada tahun depan, yaitu di Lhoukseumawe, Ladong, Medan, Tanjung Buton, Landak, Maloy, Tanah Kuning, dan Bitung. Kedelapan kawasan industri ini yang sedang tahap konstruksi.

Sementara itu, 10 kawasan industri yang masih tahap perencanaan adalah di Kuala Tanjung, Kemingking, Tanjung Api- api, Gandus, Tanjung Jabung, Tanggamus, Batulicin, Jorong, Buli dan Teluk Bintuni. “Kami memproyeksi nantinya terjadi peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas di luar Jawa sebesar 60 persen dibanding di Jawa,” ungkapnya.

Airlangga menjelaskan, kawasan industri di Jawa akan difokuskan pada pengembangan jenis industri tertentu, sedangkan pengembangan kawasan industri baru di luar Jawa diarahkan pada industri berbasis sumber daya alam dan pengolahan mineral.

“Misalnya di Sei Mangkei dan Kuala Tanjung akan menjadi klaster pengembangan industri berbasis agro dan aluminium karena di sana ada Inalum dan industri pengolah CPO,” ujarnya. Ini juga merupakan langkah Kemenperin memacu hilirisasi industri. “Seperti Inalum sudah memproduksi aluminium alloy yang bisa digunakan sektor otomotif untuk blok mesin,” imbuhnya.

Upaya strategis tersebut tentu untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri sehingga dapat mensubstitusi produk impor, meningkatkan penerimaan devisa dari hasil ekspor, dan melengkapi rantai pasok manufaktur di Indonesia. Selain itu mampu memperdalam struktur industri di Indonesia.

“Contohnya di Morowali, kita sudah berhasil melakukan hilirisasi terhadap nickel ore menjadi stainless steel. Kalau nickel ore dijual sekitar USD40-60, menjadi stainless steel harganya di atas USD2000. Kita sudah mampu ekspor dari Morowali senilai USD4 miliar, baik itu hot rolled coil maupun cold rolled coil ke Amerka Serikat dan China,” paparnya.

Airlangga menambahkan, pembangunan kawasan industri diyakini dapat meningkatkan nilai investasi di Indonesia. “Bahkan, dengan berdirinya pabrik akan menyerap banyak tenaga kerja lokal. Ini salah satu bukti dari multiplier effect aktivitas industrialisasi,” terangnya.

Hingga November 2018, realisasi investasi sektor industri mencapai Rp70,8 triliun atau 27,72 persen dari seluruh penanaman modal di Indonesia. Sementara, pada semester I-2018, jumlah tenaga kerja di sektor industri sudah memebus angka 17,92 juta orang.

“Pada era pemerintahan Bapak Jokowi, di klaster Cilegon, sudah ada beberapa tambahan investasi. Misalnya, Posco dan Krakatau Steel sebesar USD3 miliar dan beberapa minggu lalu Lotte melakukan ground breaking senilai USD3,5 miliar. Ini diharapkan dapat memberikan efek kepercayaan diri kepada investor lain karena dilakukan menjelang tahun politik. Artinya, investor tidak perlu lagi menunggu, bahwa kondisi ekonomi dan politik Indonesia dinilai stabil,” tegasnya.

Di samping itu, Menperin menyampaikan, pihaknya bertekad memfasilitasi pembangunan politeknik di kawasan industri. Upaya ini guna memudahkan perusahaan mendapatkan tenaga kerja kompeten sesuai kebutuhan zaman sekarang, terutama dengan perkembangan teknologi industri 4.0.

“Kami telah memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Logam di Morowali dan Politeknik Industri Kimia di Cilegon,” tandasnya. Langkah membangun kualitas sumber daya manusia ini sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0 serta program prioritas pemerintah pada tahun depan yang akan melaksanakan secara masif kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi. (Tim) Penuh Inovasi dan Alami, Menperin Apresiasi IKM Batik Jambi

JAMBI, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan apresiasi kepada para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sektor batik di Provinsi Jambi. Sebab, selain karena telah melestarikan budaya Tanah Air, mereka juga mampu membuat produk wastra yang bisa diminati oleh konsumen mancanegara.

“Artinya, batik nasional berdaya saing di pasar global. Tentunya tidak terlepas peran dari kreativitas para pengrajin, dengan menghasilkan inovasi motif yang beragam dan telah menggunakan pewarnaan alam,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat kunjungan kerja di Jambi, Minggu (16/12).

Salah satu pelaku IKM batik yang sukses di Jambi, yakni Azmiah, generasi kedua yang mewarisi usaha orang tuanya sejak tahun 1970-an. Ketika mengunjungi Rumah Batik Azmiah, Menperin mendapatkan penjelasan langsung mengenai perjalanan sejarah dalam proses pembuatan motif batik yang mengalami akulturasi budaya Melayu-Islam, Tiongkok, dan Jawa tersebut.

“Jadi, batik tidak hanya ada di Jawa, tetapi di seluruh penjuru daerah di Indonesia juga ada batik dengan kekhasan masing-masing budayanya, seperti di Jambi ini,” terangnya. Kemudian, Airlangga sempat memperhatikan proses pencelupan kain batik dengan pewarnaan alam. Batik Azmiah melalui lebih dari 6-12 kali pencelupan sehingga menghasilkan warna yang menarik.

“Berwarna khas nuansa merah-cokelat, batik Jambi tumbuh dan berkembang menjadi simbol perpaduan antarbudaya. Bahkan menariknya lagi, di sentra IKM batik ini, pengrajin yang terlibat merupakan para tetangga dari pemilik, yaitu Ibu Azmiah, sehingga spirit kebersamaannya kuat,” paparnya.

Selain dikenal dengan penggunaan warna alam, Batik Azmiah juga memiliki corak yang klasik nan unik. Beberapa motif unggulan yang diproduksinya antara lain kapal sanggat, tampuk manggis, bungo keladi, dan merak ngeram. Melalui capaiannya itu, pada tahun 2015, Kementerian Perindustrianmemberikan penghargaan One Village One Produk (OVOP) Bintang 3 Kategori Batik kepada Batik Azmiah.

Pada Juni 2018, Kemenperin memfasilitasi Batik Azmiah ikut serta dalam pameran internasional yang bertajuk “Indonesia Batik For The World” di UNESCO Headquarters, Paris, Perancis. Produk IKM batik kelas premium ini mampu menembus pasar Eropa. Dengan jumlah tenaga kerjanya yang mencapai 70 orang, Batik Azmiah rutin memproduksi batik cap kombinasi sebanyak 150 pcs per bulan dan batik tulis hingga 30 pcs per bulan.

Edy Sunarto, suami Azmiah yang lebih banyak bertugas sebagai desainer, menyebutkan bahwa produksi Azmiah diminati oleh kalangan istana bahkan sampai mancanegara. Tercatat, sudah dua kali pihak istana memesan batik khas Jambi produksinya.

Pertama, yaitu sebelum Presiden berkunjung ke Korea Selatan, Mei 2016 lalu. Edy mengatakan, saat itu istana memesan 70 lembar batik tulis. Kedua, pihak istana kembali memesan satu setengah koper batik Azmiah untuk seragam.

Kemenperin mencatat, nilai ekspor batik dan produk batik pada tahun 2017 mencapai USD58,46 juta dengan pasar utama eskpor ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Saat ini, industri batik didominasi oleh pelaku IKM yang tersebar di 101 sentra seluruh Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang terserap di sentra IKM batik mencapai 15 ribu orang.

Tidak hanya batik, Jambi pun berpotensi menumbuhkan IKM sektor kerajinan yang kompetitif baik di pasar domestik maupun internasional. Contohnya, produk kerajinan rakyat, seperti gelang dan kalung dari buah “sebalik sumpah”.

Selain itu, Songket Jambi juga terkenal keindahannya. Dalam kunjungannya, Airlangga menyempatkan melihat hasil karya Cik Mia Songket yang tahun ini mendapatkan penghargaan IKM OVOP Bintang 4 dari Kemenperin. Bahkan, IKM sektor makanan dan minuman di Jambi tidak kalah kreatif, seperti penghasil makanan kembang goyang dan minuman olahan buah pedada.

Turut mendampingi Menperin saat itu, Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih bersama Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi Ariansyah, serta dihadiri pula Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Dito Ganinduto. Pada agenda sebelumnya, Menperin bersama sejumlah menteri mendampingi Presiden Joko Widodo menyerahkan 92 Surat Keputusan (SK) Perhutanan Sosial seluas 91.997,54 hektare kepada masyarakat dari berbagai kabupaten di Provinsi Jambi. (Tim)