ARSITEKTUR BANGUNAN SUCI DI SITUS INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA Architecture the Sacred Building at the Indihiang Site of Tasikmalaya City
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ARSITEKTUR BANGUNAN SUCI DI SITUS INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA Architecture the Sacred Building at the Indihiang Site of Tasikmalaya City Endang Widyastuti Balai Arkeologi Jawa Barat Jalan Raya Cinunuk Km. 17 Cileunyi, Bandung E-mail: [email protected] Naskah diterima 26 April 2017 — Revisi terakhir 7 Juni 2017 Disetujui terbit 9 Juni 2017 — Diterbitkan secara online 22 Juni 2017 Abstract As it is known that until now the relics of the sacred building of the Hindu-Buddhist era are still rarely found in West Java. Given the scarcity of Hindu-Buddhist building, the purpose of this paper is to discover and illustrate the forms of Hindu-Buddhist archi- tecture in the Sundanese region. In uncovering the architectural form is applied com- parative method. The data used to reveal the architecture is the result of excavations that have been done in 2012 and 2013. After the data through excavation activities was collected, it is then synthesized with theories about the sacred building, especially in western Java. In the discussion, data that has been collected compared with other build- ings of the same era. In this paper the comparisons used are Bojongmenje Temple and Pananjung Temple. The results showed that the sacred building in Indihiang is a single batur. The roof of the building is made of perishable material with a single support. Keywords: Indihiang, architecture, shrines, Tasikmalaya Abstrak Sebagaimana diketahui bahwa sampai sekarang ini peninggalan yang berupa bangunan suci masa Hindu-Buddha masih jarang ditemukan di Jawa Barat. Mengingat langkanya tinggalan bangunan suci Hindu-Buddha tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menemukan dan menggambarkan bentuk arsitektur Hindu-Buddha di wilayah Tatar Sunda. Dalam mengungkap bentuk arsitektur tersebut diterapkan metode komparasi. Data yang digunakan untuk mengungkapan arsitektur tersebut adalah hasil ekskavasi yang telah dilakukan pada tahun 2012 dan 2013. Setelah melalui kegiatan ekskavasi terkumpul, data disintesiskan dengan teori-teori tentang bangunan suci khususnya di Jawa bagian barat. Dalam pembahasannya data yang telah terkumpul dibandingkan dengan bangunan lain yang sezaman. Dalam tulisan ini pembanding yang digunakan adalah Candi Bojongmenje dan Candi Pananjung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan suci di Indihiang berupa batur tunggal. Atap bangunannya terbuat dari bahan yang mudah rusak dengan ditopang umpak. Kata kunci: Indihiang, arsitektur, bangunan suci, Tasikmalaya 19 PURBAWIDYA Vol. 6, No. 1, Juni 2017: 19 – 31 PENDAHULUAN terdapat lumpang batu, kubur batu, dan Keberadaan bangunan suci di Jawa makam Islam (Prijono, 2015, hal. 113 Barat erat kaitannya dengan perkembangan - 116). N.J. Krom dalam Rapporten religi di daerah tersebut. Pada awalnya van den Oudheidkundigen Dienst in religi yang berkembang adalah Hindu. Nederlandsch-Indie 1914 Inventaris Selanjutnya berkembang pula agama der Hindoe-oudheden telah mencatat Buddha. Dalam perkembangan selanjutnya adanya beberapa tinggalan arkeologis di agama Hindu dan Buddha tersebut Kabupaten Tasikmalaya yang berasal dari bercampur dengan unsur kepercayaan asli masa pengaruh Hindu-Buddha. atau kepercayaan kepada nenek moyang Tinggalan-tinggalan arkeologis yang (Hardiati, 2009, hal. 409 - 410). Pada berupa temuan lepas sekarang tersimpan masa akhir ini bangunan suci lebih dikenal di Museum Nasional. Tinggalan-tinggalan dengan nama kabuyutan. tersebut adalah beberapa benda dari emas Objek bahasan dalam tulisan ini dan logam lainnya berupa anting-anting adalah bangunan suci di Situs Indihiang, emas berbentuk sapi dan sebuah hulu Kota Tasikmalaya. Pemerintahan Kota berbentuk naga yang berasal dari daerah Tasikmalaya berdiri sejak tahun 2001 Legok; dua gelang kaki berbahan perunggu berdasarkan Undang-Undang No. 10 dari Kampung Cimonyet, Tenjomaya, Tahun 2001 tentang Pembentukan Ciawi; dua gelang kaki berbahan perunggu Kota Tasikmalaya (Portal Resmi Kota yang berasal dari Kampung Lengkong, Tasikmalaya, 2013). Sebelumnya Cibahayu, Indihiang; dua cincin emas, Kota Tasikmalaya merupakan ibukota peluru kaca, dua peluru batu, mata uang Kabupaten Tasikmalaya. Dengan demikian berbentuk bundar dan persegi yang sejarah Kota Tasikmalaya mempunyai ditemukan di dalam periuk kecil dari kaca kaitan yang erat dengan sejarah Kabupaten berwarna hijau yang berasal dari Cipaku, Tasikmalaya. Kabupaten Tasikmalaya Singaparna; arca Wisnu dalam posisi duduk tercatat memiliki banyak tinggalan yang ditemukan di Taraju; sebuah prasasti arkeologis. Di Tasikmalaya tinggalan batu dan beberapa arca kecil yang berasal yang berasal dari masa prasejarah dari punggung gunung Geger Hanjuang diantaranya terdapat di daerah Cineam daerah Linggawangi, Singaparna. Selain dan Karangnunggal. Di Kawasan Cineam itu juga terdapat dua arca batu polinesis terdapat jejak aktivitas perbengkelan dari Gunung Galunggung (Krom, 1915, beliung persegi dari masa neolitik. Situs- hal. 73 - 78). situs neolitik di kawasan Cineam tersebut Menginjak masa pengaruh Islam, di berada di aliran Ci Goang dan Ci Riri Tasikmalaya tercatat adanya tinggalan (Laili, 2015, hal. 106). berupa sisa pusat pemerintahan yang Selain di Cineam tinggalan yang berlokasi di Kampung Empang, Desa berasal dari masa neolitik juga ditemukan Sukapura, Kecamatan Sukaraja. Jejak di kawasan Karangnunggal. Situs-situs yang masih dapat diamati adalah tersebut berada di aliran Ci Langla dengan bangunan pendopo kabupaten, sumur, anak-anak sungainya (Laili, 2016, hal. dan kolam (Boedi, 2013, hal. 199 - 200). 100). Tinggalan arkeologis juga ditemukan Masuknya Bangsa Eropa ke Indonesia di Situs Bumi Rongsok. Di situs tersebut juga memberikan warna pada bangunan- 20 Arsitektur Bangunan Suci ... (Endang Widyastuti) bangunan di Tasikmalaya. Bangunan- oleh Saleh Danasasmita (1987), yang bangunan yang bercorak kolonial dapat dikompilasikan dalam “Sewaka Darma, dijumpai pada beberapa bangunan milik Sanghyang Siksakanda ng Karesian, instansi pemerintah dan perseorangan Amanat Galunggung”. Naskah “Amanat (Penelitian, 2012, hal. 18 - 50). Galunggung” berisi ajaran moral, antara Kawasan Tasikmalaya mempunyai lain disebutkan bahwa kabuyutan harus sejarah budaya sejak masa prasejarah dipertahankan. Raja yang tidak bisa hingga masa kolonial. Salah satu sumber mempertahankan kabuyutan di wilayah sejarah yang menyebut mengenai daerah kekuasaannya lebih hina daripada kulit Tasikmalaya adalah naskah Amanat musang yang tercampak di tempat sampah Galunggung. Naskah ini menggunakan (Danasasmita, 1987, hal. 125 - 126). bahasa Sunda kuna dengan aksara Dengan demikian, dalam tata politik pada Sunda dan merupakan nasihat Rakeyan masa itu, pusat-pusat kegiatan intelektual Darmasiksa (penguasa di Saunggalah) dan keagamaan memiliki kedudukan yang kepada puteranya yang bernama Sang sangat penting. Kabuyutan tampaknya Lumahing Taman beserta seluruh menjadi salah satu pilar yang menopang keturunannya. Wilayah Saunggalah integritas negara sehingga tempat itu termasuk daerah Galunggung di selatan dilindungi oleh raja, bahkan dianggap Tasikmalaya (Danasasmita, 1987, hal. 8). sakral. Naskah Amanat Galunggung telah dikaji Gambar 1. Peta situasi Situs Indihiang. (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Bandung, 2012) 21 PURBAWIDYA Vol. 6, No. 1, Juni 2017: 19 – 31 Objek tulisan ini adalah Situs Indihiang Permasalahan yang akan dibahas Kota Tasikmalaya. Situs Indihiang dalam tulisan ini adalah arsitektur secara administratif terletak di Kampung bangunan suci di Situs Indihiang Nangkerok, Kalurahan Sukamaju Kidul, terutama mengungkap mengenai bentuk Kecamatan Indihiang. Lokasi situs berada bangunan suci. Permasalahan tersebut pada koordinat 108o11’23,65’’ BT dan akan diselesaikan dengan melakukan 07o17’47,96’’ LS dengan ketinggian 420 penelaahan terhadap data utama yaitu meter di atas permukaan laut (m dpl). hasil ekskavasi yang telah dilakukan dan Situs berada pada bukit memanjang arah kelengkapan struktur bangunan lainnya. tenggara – baratlaut yang terdiri atas dua Selanjutnya hasil lapangan tersebut puncak. Puncak di sebelah tenggara disebut dianalisis dan diperbandingkan dengan Bukit (Pasir) Cikabuyutan dan yang di bangunan-bangunan lain yang sejenis sebelah baratlaut disebut Pasir Gadung. Di yang terdapat di Jawa bagian barat yang sebelah baratdaya situs terdapat aliran Ci digunakan sebagai data pembanding Loseh yang merupakan anak Ci Tanduy. adalah Candi Bojongmenje di Kabupaten Bandung dan Candi Pananjung di Dalam penelitian yang telah dilakukan Pangandaran. oleh Balai Arkeologi Bandung pada tahun 2005 dengan tema Ikonografi masa Hindu-Buddha di Kabupaten Ciamis dan DATA DAN PEMBAHASAN Tasikmalaya, tercatat adanya temuan berupa lingga dan yoni di Situs Indihiang. Kota Tasikmalaya secara geografis o o Selain lingga dan yoni di lokasi tersebut juga terletak di antara 108 08’38” – 108 24’02” o o terdapat beberapa batu bulat (Widyastuti, BT dan 7 10’00” – 7 26’32” LS. 2005). Adanya temuan tersebut dan kajian Perbatasan wilayahnya adalah di sebelah terhadap bentuk, kawasan geomorfologi utara berbatasan dengan Kabupaten dan kawasan budaya mengindikasikan Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, bahwa Situs Indihiang merupakan sebuah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten bangunan suci pada masa pengaruh Tasikmalaya, sebelah selatan berbatasan Hindu-Buddha (Widyastuti, 2012, hal. dengan Kabupaten Tasikmalaya, dan 40). Selanjutnya pada tahun 2012 Balai di sebelah timur berbatasan dengan Arkeologi Bandung kembali melakukan kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten kegiatan penelitian berupa ekskavasi Ciamis. di Situs Indihiang. Kegiatan ekskavasi Arti nama