ANALISIS PRODUKSI SIARAN BERITA TELEVISI (Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu Di Trans Tv)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
Nurhasanah NIM: 107051102311
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M. ANALISIS PRODUKSI SIARAN BERITA TELEVISI (PROSES PRODUKSI SIARAN PROGRAM BERITA REPORTASE MINGGU DI TRANS TV)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Nurhasanah NIM : 107051102311
Pembimbing,
Drs. Sunandar, MA NIP : 19620626 199403 1 002
KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS PRODUKSI SIARAN BERITA TELEVISI (Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu Di Trans Tv) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 24 Maret 2011 Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota
Drs. Study Rizal, LK, MA Ade Rina Farida, M. Si. NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19770513 200701 2018
Anggota Penguji I Penguji II
Drs. Jumroni, M. Si. Rubiyanah, MA NIP. 19630515 199203 1 006 NIP. 19730822 199803 2 001
Pembimbing
Drs. H. Sunandar, M. Ag. NIP. 19620626 199403 1 002 LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 24 Maret 2011
Nurhasanah
ABSTRAK
Nurhasanah (107051102311) Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu di Trans Tv)
Televisi merupakan media massa yang saat ini banyak digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi. Oleh karenanya, demi memenuhi kebutuhan masyarakat, stasiun televisi menyediakan program news yang memberikan informasi mengenai berbagai peristiwa dalam kehidupan masyarakat. Trans Tv misalnya, dengan salah satu program newsnya, Reportase Minggu yang memberikan sajian news yang ringan dan juga beberapa informasi terkini yang terangkum dalam segmen Reportase Utama. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana proses produksi berita yang dilakukan redaksi Reportase Minggu? Serta siapa saja yang berperan dalam proses produksi beritanya? Berita diproduksi melalui proses yang bertahap yang meliputi pencarian berita dan pengumpulan bahan-bahan berita. Kemudian bahan berita yang telah diliput, ditulis dalam naskah. Kemudian naskah yang telah rapi akan didubbing. Setelah itu dilakukan proses editing dan selanjutnya hasil akhir editing akan diserahkan pada control room untuk dioperasikan oleh beberapa kru pada saat live. Saat itulah berita akan sampai pada penonton di rumah. Metodologi penelitian di sini menggunakan paradigma kualitatif dengan model deskriptif. Penulis tidak menguji hipotesis, dan hanya menjelaskan dan menggambarkan secara kualitatif sebuah proses produksi berita pada program Reportase Minggu di Trans tv. Data diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Semua data itu kemudian akan dianalisa dengan mengacu pada kerangka teori. Proses produksi sebuah berita yang melalui beberapa tahap itu sesuai dengan Teori Arus Berita milik Bass. Teori yang menyatakan bahwa dalam memproduksi berita melalui dua tahap yang saling berkaitan. Tahap pertama terjadi ketika para pencari berita membuat “berita kasar” menjadi atau “bahan berita”. Tahap kedua terjadi ketika para pengolah berita merubah atau menggabung-gabungkan bahan itu menjadi “hasil akhir” (sebuah siaran berita). Dengan melakukan penelitian dan pencarian data melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi, maka dapat disimpulkan bahwa redaksi Reportase Minggu melalui proses untuk menyampaikan beritanya pada masyarakat. Sesuai dengan teori Bass, tahap pertama yaitu penentuan tema dan ide oleh produser. Kemudian, pencarian bahan berita oleh tim liputan yang ditugaskan oleh korlip. Selanjutnya, reporter menulis naskah dari bahan berita yang diliput. Setelah naskah diedit oleh produser, maka dilakukan dubbing. Selanjutnya, gambar liputan yang dicapture ke komputer dan hasil dubbingan naskah telah diproses, maka seluruhnya siap diedit. Hasil akhir editing akan dipreview oleh produser. Jika sudah disetujui, maka akan diprint ke dalam bentuk kaset video atau data yang dikirim ke server. Di ruang control room lah, video itu dioperasikan untuk sampai ke televisi pemirsa. Itu dilakukan saat siaran live yang dikomando oleh seorang program director.
KATA PENGANTAR
Puji sukur, Alhamdulillah hanya bagi Sang Maha Penguasa Alam, Allah
SWT. Hanya dengan limpahan rahmat, nikmat, serta kebaikanNya lah skripsi ini dapat diselesaikan.
Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, Sang
Revolusioner dan mujahid sejati, pembawa kedamaian, penyebar ilmu, penangkis kejahiliyahan. Semoga kebaikan, rasa cinta kasih dan hakikat kehidupan yang disampaikan beliau akan terus memberi kesegaran pada kehidupan manusia.
Penulis sadari, selama penulisan karya ilmiah ini banyak sekali pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak. Terima kasih penulis ucapkan kepada mereka yang telah berperan dalam penulisan ini. Baik melalui doa, bimbingan, dukungan, maupun terlibat langsung dalam memberikan informasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Terima kasih kepada:
1. Orang tua, yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil
kepada penulis. Melalui doa, nasihat, kesabarannya membimbing, bahkan
keringat kerja kerasnya sehingga mampu menguliahkan penulis hinga
selesai.
2. Umi dan Alm. Abah, yang telah berbesar hati menjadi orang tua kedua
bagi penulis, serta senantiasa mendukung lewat doa dan nasihatnya yang
tak pernah berhenti.
3. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah, Dr. Arief Subhan, MA., Pembantu Dekan Bidang
i
Akademik, Drs. Wahidin Saputra, MA., Pembantu Dekan Bidang
Administrasi Umum, Drs. M. Mahmud Jalal, MA., dan Pembantu Dekan
Bidang Kemahasiswaan, Drs. Study Rizal LK, MA.
4. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Rubiyanah, MA serta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik, Ade Rina Farida, M.Si. Terima kasih telah banyak
membantu dan mendukung penulis.
5. Dosen pembimbing, Drs. Sunandar, MA, yang senantiasa membimbing
dan membantu penulis menemukan solusi permasalahan dan menambah
banyak informasi dalam menulis skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih
untuk semua ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis, bahkan sangat
bermanfaat sampai akhir penulisan skripsi ini.
7. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
8. Redaksi Reportase Minggu Trans Tv, Mba Yuli, Mba Ayu, Mba Fia, Mba
Irene, Mas Ivan, Mas Zulhaq, dan seluruh kru Reportase Minggu yang
bersedia memberikan bantuan, dukungan, serta informasi pada penulis.
9. Keluarga Besar H. Hafidz. Tante, Om, saudara sepupu, terima kasih yang
tak terhingga untuk kasih sayang, dukungan, serta nasihat kalian. Aku
cinta kalian.
10. Adik2 ku tersayang, terima kasih dukungannya.
11. Aa Salim Firdaus, yang selalu mendukung dan mendoakanku.
12. Teman-teman seperjuangan di bangku kuliah, Konsentrasi Jurnalistik
angkatan 2007. Terima kasih untuk kebersamaanya. Tak ada yang dapat
ii
menukar bahkan membayar harga kebersamaan kita. Singkat namun
sangat berarti.
13. Sahabat-sahabat di kampus, Nunu, Nia, Tya, Lola, dan Silvi, terima kasih
untuk “perlombaan” menuju kesuksesan serta kebersamaannya.
14. Teman-teman Kost Annida, Arya, Dewi, Neng, Anis, Indah. Terima kasih
untuk semua dukungannya. Aku akan terus merindukan kebersamaan kita.
15. Teman-teman VOC (Voice Of Communication), Alfi, Nunu, Nissa, Abda,
Angel, Dini, Tika, K’ Fitrah, K’ Dani, K’ Ina, K’ isna, Teh Nenk, dan
seluruh anggota lainnya yang tidak penulis sebutkan, namun tetap, terima
kasih untuk kalian semua yang ikut memberi dukungan dan semangat
kebersamaan.
16. Semua pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak.
Tanpa menyebutkan satu per satu, namun tidak mengurangi rasa terima
kasih penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang membacanya.
Jakarta, 24 Maret 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......
KATA PENGANTAR ...... i
DAFTAR ISI ...... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 6
C. Tujuan Penelitian ...... 6
D. Manfaat Penelitian ...... 7
E. Metodologi Penelitian ...... 7
F. Tinjauan Pustaka ...... 10
G. Sistematika Penulisan ...... 12
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Model Komunikasi Bass (Arus Berita) ...... 14
B. Proses Produksi ...... 15
C. Pengertian Siaran ...... 21
D. Program Berita (news) di Televisi ...... 22
E. Televisi ...... 24
1. Pengertian Televisi ...... 24
2. Sejarah Televisi ...... 25
3. Perkembangan Televisi ...... 27
iv 4. Televisi Sebagai Media Massa ...... 29
F. Berita ...... 31
1. Pengertian Berita ...... 31
2. Jenis-Jenis Berita ...... 32
3. Nilai Berita ...... 34
4. Format Berita ...... 37
5. Kaidah Berita ...... 43
BAB III GAMBARAN UMUM TRANS TV DAN PROGRAM REPORTASE
MINGGU
A. Trans Tv...... 46
1. Sejarah berdirinya Trans Tv ...... 46
2. Visi dan Misi Trans Tv ...... 49
3. Logo Trans Tv ...... 50
4. Struktur Organisasi Trans Tv ...... 50
5. Program Acara Trans Tv ...... 51
6. Penghargaan Trans Tv ...... 55
B. Program Berita Reportase Minggu ...... 60
1. Latar Belakang Program Berita Reportase Minggu ...... 60
2. Profil Reportase Minggu ...... 62
3. Redaksi Reportase Minggu ...... 63
4. Tagline “Lebih Dekat dan Berbeda” ...... 64
v BAB IV ANALISIS PROSES PRODUKSI SIARAN PROGRAM BERITA
REPORTASE MINGGU DI TRANS TV
A. Pelaksanaan Produksi Reportase Minggu di Trans Tv ...... 67
B. Teori Arus Berita (Bass) dalam Proses Produksi Berita Reportase
Minggu di Trans TV ………………………………………….82
C. Analisis Produksi Berita Reportase Minggu di Trans Tv ………93
D. Kendala dan Pendukung dalam Proses Produksi Berita Reportase
Minggu di Trans Tv ……………………………………………98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...... 105
B. Saran ...... 109
DAFTAR PUSTAKA ...... 111
LAMPIRAN
vi BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi saat ini
menuntut manusia untuk selalu tahu berbagai informasi. Media massa sebagai
sarana informasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Media
massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran
informasi secara massal atau menyeluruh.1 Melalui media massa dalam bentuk
cetak maupun elektronik, program maupun informasi gencar disajikan dalam
bentuk yang dikemas secara menarik. Media massa lah yang menjadi sumber
kebutuhan informasi masyarakat dewasa ini.
Karena media sangat berpengaruh bagi kehidupan, maka perlu
diketahui bagaimana media massa bekerja. Beberapa diantaranya yang perlu
direnungkan, melalui media massa, setiap orang mengetahui hampir segala
sesuatu diluar lingkungan mereka. Warga yang berpengetahuan dan aktif
sangat mungkin terwujud di dalam demokrasi modern hanya jika media massa
berjalan dengan baik. Setiap orang membutuhkan media massa untuk
mengekspresikan ide-ide mereka ke khalayak luas. Tanpa media massa,
gagasan seseorang hanya sampai kepada orang-orang di sekitarnya.2
1BurhanBungin, SosiologiKomunikasi, cet.ke-3. (Jakarta: KencanaPrenada, 2008),h . 72. 2 John Vivian, TeoriKomunikasi Massa (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2008), h.5.
1 2
Media massa saat ini yang ikut berperan dalam menyajikan informasi kepada masyarakat luas adalah televisi. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseharian dan kehidupan manusia. Bahkan bagi beberapa orang, tv dianggap sebagai teman dan sebagai cerminan perilaku masyarakat. Tak dapat dipungkiri, salah satu jenis media massa ini mampu menghipnotis para penikmatnya dengan sajian berbagai acara dan informasi yang memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
Menurut Peter Herford, setiap stasiun televisi dapat menayangkan berbagai program hiburan seperti film, musik, kuis, talk show, dan sebagainya, tetapi siaran berita merupakan program yang mengidentifikasikan suatu stasiun tv kepada pemirsanya. Program berita menjadi identitas khusus atau identitas lokal yang dimiliki suatu stasiun tv. Dengan demikian, stasiun tv tanpa program berita akan menjadi stasiun tanpa identitas setempat. Program berita juga menjadi bentuk kewajiban dan tanggung jawab pengelola tv kepada masyarakat yang menggunakan gelombang udara publik. 3
Media massa biasanya dianggap sebagai penyampai informasi. Inti dari fungsi media sebagai penyampai pesan informasi adalah berita (news).4
Menurut pakar komunikasi, JB Wahyudi, berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik dari sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik. Peristiwa atau pendapat tidak akan menjadi berita bila tidak
3 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Bandung: Kencana, 2008), h. 2.
4 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, h. 6. 3
dipublikasikan melalui media massa periodik.5 Berbagai keadaan di luar
lingkungan bisa diakses masyarakat melalui media massa dengan sajian
program beritanya.
Tidak salah jika salah satu program acara yang menjadi andalan
stasiun televisi di Indonesia adalah program berita. Stasiun televisi
berkompetisi merebut audiens dengan menyajikan program berita yang
tentunya dikemas dan disajikan semenarik mungkin. Disini lah tempat
diproduksinya berbagai informasi yang diharapkan mampu memenuhi
informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Sebagaimana suatu perusahaan, stasiun televisi memiliki struktur
organisasi yang sama seperti perusahaan lain pada umumnya. Dengan satu
departemen khusus, yakni depertemen atau bagian pemberitaan, segala hal
yang berkaitan dengan proses produksi siaran berita diatur.
Sebagian besar stasiun televisi membentuk bagian pemberitaan sebagai
departemen yang terpisah dari bagian program. Bagian pemberitaan biasanya
diketuai seorang manajer atau direktur pemberitaan yang bertanggung jawab
langsung kepada pimpinan stasiun televisi. Head and Sterling (1982)
mengatakan: “This separation (news) from entertainment programming arises
because of the timely natureof news.” (Pemisahan bagian pemberitaan dari
bagian hiburan disebabkan sifat berita yang sangat terikat oleh waktu). 6
Salah satu stasiun televisi yang memiliki program berita sebagai
andalannya yaitu Trans Tv. Melalui pengamatan sehari-hari, stasiun televisi
5 Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi Teknik Memburu dan Menulis Berita (PT Indeks, 2006), h. 4.
6 Ibid., h. 41-42. 4
Trans Tv memfokuskan penyajian berbagai programnya dalam bentuk hiburan. Namun, dari sekian banyak program acara hiburan milik Trans Tv, terdapat salah satu program berita yaitu Reportase. Reportase merupakan program bulletin berita milik Trans Tv yang hadir 4 kali sehari yaitu pagi, siang, sore, dan malam. Program berita Reportase terdiri dari banyak jenis, salah satu diantaranya adalah Reportase Minggu.
Reportase Minggu adalah program buletin dari divisi news Trans TV yang tayang tiap Minggu sore. Menariknya, pada Reportase Minggu, kumpulan news yang terdiri dari berbagai bentuk feature disajikan secara menarik dan berbeda. Bahkan presenternya menyampaikan informasi dengan melakukan perjalanan wisata. Sehingga, informasi berbagai feature menarik yang disampaikan akan semakin terasa santai dan lebih ringan.
Reportase Minggu berbeda dengan Reportase yang disajikan pada pagi, siang, sore dan malam di Senin-Jum’at yang lebih menitikberatkan pada berita “hard news”. Reportase Minggu disuguhkan dengan suasana lebih santai yang mengalir melalui informasi-informasi feature menariknya dari berbagai daerah.
Reportase Minggu menyampaikan berbagai liputan feature yang menarik, unik, edukatif dan informatif yang sesuai dengan akhir pekan.
Dengan penyampaiannya secara khas, unik dan akrab membuat Reportase
Minggu menjadi liputan yang sangat menarik untuk dilihat. Reportase Minggu juga tetap menyampaikan perkembangan terbaru yang menyangkut masalah 5
politik, ekonomi dan sosial budaya yang disampaikan dalam segmen
Reportase Utama.7
Dengan tagline “Lebih Dekat dan Berbeda”, program berita Reportase
Minggu berusaha menyajikan program beritanya dengan format yang berbeda
dengan program berita di stasiun televisi lainnya. Dengan dua presenternya
yang menyampaikan informasi dengan berjalan-jalan di luar studio atau lokasi
menarik di berbagai daerah, Reportase Minggu menyuguhkan berbagai
informasi berita yang memiliki unsur keunikan, berbeda, dan tentunya lebih
dekat dengan kehidupan masyarakat. Dengan penyampaian yang lugas,
informasi unik dan berbeda itu disampaikan pada masyarakat luas, bahkan
masyarakat kalangan manapun bisa menikmatinya.
Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser
professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan
pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment),
biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan
pelaksanaan produksi.8
Oleh karena itu, mengingat pentingnya mengetahui langkah-langkah
produksi dalam suatu produksi acara berita, termasuk program berita
Reportase Minggu di Trans Tv, maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Proses Produksi Siaran
Program Berita Reportase Minggu di Trans Tv)”
7“Reportase Minggu,” artikel diakses pada 24 November 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Reportase_(Trans_TV) 8 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Berita (Yogyakarta: Pinus, 2007), h. 23. 6
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan mempermudah dalam
penyusunan, maka penelitian ini akan dibatasi pada permasalahan
bagaimana proses produksi berita program Reportase Minggu di Trans Tv
dilaksanakan. Mulai dari bagaimana berita di peroleh hingga siap siar.
Serta faktor apa saja yang manjadi pendukung serta kendala dalam proses
produksi beritanya.
2. Rumusan Masalah
Penelitian ini bermaksud mengupas permasalahan utama untuk
dianalisa, yaitu:
a. Bagaimana proses produksi berita program Reportase Minggu di Trans
Tv dilaksanakan serta siapa saja yang berperan di dalamnya?
b. Apa saja kendala serta pendukung dalam proses produksi berita
program Reportase Minggu di Trans Tv?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah
diungkapkan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana proses produksi berita pada program Reportase
Minggu dilaksanakan serta siapa saja yang terlibat di dalamnya.
2. Mengetahui apa saja yang menjadi kendala serta pendukung dalam proses
produksi berita Reportase Minggu di Trans Tv. 7
D. Manfaat Penelitian
1. Akademis
Penelitian ini membantu pembaca untuk lebih mengetahui
pemaparan teori mengenai proses produksi berita. Bagaimana sebuah
siaran, berita khususnya, melalui beberapa tahap agar bisa tayang sebagai
sebuah program berita secara utuh. Oleh karena itu, penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya dalam
bidang jurnalistik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi
siaran berita.
2. Praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menemukan dan
menginformasikan mengenai proses dalam sebuah produksi siaran berita
secara menyeluruh. Dalam hal ini proses penyajian program berita
Reportase Minggu di Trans Tv.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Paradigma atau pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis atau model deskriptif. Penulis
menguraikan serta mendeskripsikan bagaimana proses produksi berita
pada program Reportase Minggu di Trans Tv. Pendekatan kualitatif ini 8
menitikberatkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan melalui
pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Dalam melakukan penelitian, penulis mengumpulkan
beberapa data yang nantinya membantu penulis dalam penulisan
skripsi. Salah satu teknik yang dilakukan adalah melalui observasi.
Observasi yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan
pengamatan pada objek yang akan diteliti secara langsung maupun
tidak langsung. Berbagai fakta dan data yang diperoleh lewat
pengamatan nantinya akan dikumpulkan untuk menarik sebuah
informasi.
b. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini yaitu melakukan tanya-
jawab secara langsung dengan pihak redaksi Reportase Minggu,
yaitu produser pelaksana, koordinator liputan, kameramen, reporter,
editor, dan program director. Teknik yang digunakan adalah tehnik
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kebebasan kepada penulis untuk bertanya, namun tetap
terarah pada masalah penelitian yang diangkat.
9
c. Dokumentasi
Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk
catatan, buku, naskah, dokumen ataupun arsip-arsip yang
terkait dengan pembahasan penelitian ini.
Dari dokumentasi tersebut, nantinya penulis gunakan
untuk mengumpulkan data dengan mempelajari bahan tertulis
sehingga dapat membantu penulis dalam mencari informasi
yang terkait dengan permasalahan penelitian.
3. Analisis Data
Untuk menganalisis data, penulis menjelaskan bagaimana produksi
siaran berita yang dilaksanakan pada program berita Reportase Minggu
di Trans Tv. Mulai dari bagaimana berita di peroleh, hingga siap siar.
Penulis melaporkan data dengan memberi gambaran mengenai
proses produksi program Reportase Minggu di Trans Tv. Sebagai sumber
data, penulis melakukan observasi langsung dan tidak langsung dan
wawancara dengan tim redaksi Reportase Minggu. Data yang diperoleh
dari observasi dan wawancara akan dideskriptifkan secara kualitatif
dengan didukung data-data yang didapat dari berbagai dokumen, literatur
serta data-data yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Maka,
penulis mendapatkan jawaban penelitian dengan menganalisa data
berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan studi dokumentasi dengan mengacu pada kerangka teori.
10
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah stasiun televisi Trans Tv.
Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses produksi
salah satu program berita di Trans Tv, yaitu Reportase Minggu.
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lokasi program berita Reportase Minggu
diproduksi, yaitu di Gedung Trans Tv, Jl. Kapten P. Tendean no. 12-14A,
Jakarta 12790.
6. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini menggunakan teknik yang mengacu
pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, diambil referensi dari beberapa pustaka dan
menggunakan pendekatan teori tertentu untuk memperkuat dan mempertajam
analisa. Penelitian dengan judul “Analisis Produksi Siaran Berita Televisi
(Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu di Trans Tv)” ini
terinspirasi dari beberapa skripsi yang telah ada sebelumnya. 11
Pertama, skripsi karya Yefhy Ardiyanti, mahasiswa Jurnalistik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005 dengan judul “Analisis Deskriptif Produksi Program Warta Pemilu Di TVRI”, yang membahas bagaimana sebuah program berita dalam periode pemilu di produksi. Yefhy mengangkat masalah bagaimana sebuah program berita dalam periode tertentu (masa pemilu) diprogram, sedangkan penulis lebih menitik beratkan pada berita yang secara rutinitas diproduksi.
Skripsi karya Irham Maulana dari universitas yang sama, dengan judul skripsi “Produksi Program Apa Kabar Indonesia di TV One” juga menginspirasi penulis dalam mengambil judul dan pembahasan. Irham menitikberatkan pada produksi program berita yang diproduksi secara live dengan format talkshow, sedangkan penulis membahas pembuatan suatu program berita yang secara rutin diproduksi dengan format penyajiannya, presenter berjalan-jalan di suatu daerah, yang juga di segmen akhirnya disajikan live dengan lokasi di studio.
Ketiga, skripsi milik Pessi Andayani yang berjudul “Analisis Produksi
Program Pemberitaan Dunia Dalam Berita di TVRI” yang secara khusus membahas produksi program berita Dunia Dalam Berita pada “ Thailand: prime Minister “. Sedangkan penulis lebih mengkhususkan pada pembahasan produksi berita secara keseluruhan (umum).
Dan terakhir, skripsi milik Wahyu Hidayat, mahasiswa jurusan Ilmu
Jurnalistik Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) dengan judul “Proses
Penyajian Berita Lintas Peristiwa di Televisi Pendidikan Indonesia”. Selain 12
menjadi pembanding, skripsi ini juga memberi tambahan masukan kepada
penulis dalam melengkapi skripsi yang penulis susun.
Melalui tinjauan pustaka ke perpustakaan utama Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan IISIP, juga menelusuri situs di
internet, skripsi dengan judul “Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Studi
Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu Di Trans Tv)”
belum pernah diteliti sebelumnya. Meskipun penulis terinspirasi dari keempat
skripsi sebelumnya yang telah disebutkan diatas, namun seluruh skripsi ini
memliki objek dan subjek penelitian yang berbeda, meski tak bisa disangkal
keempatnya memberikan banyak masukan untuk penulis dalam melakukan
penelitian.
Selain skripsi-skripsi di atas, buku Teknik Produksi Program Televisi
karya Fred Wibowo memberi sumbangan besar dalam ide penulisan skripsi
ini. Pemaparan mengenai berbagai hal yang harus dipikirkan secara matang
dalam produksi seperti materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya
produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan
produksi membantu penulis untuk menjelaskan mengenai apa saja yang perlu
diperhatikan dalam produksi program berita.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, terbagi ke dalam lima bab yang memiliki
pembahasan masing-masing. Kelima bab itu adalah sebagai berikut: 13
Bab I, pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan sistematika penulisan.
Bab II, kajian teoritis, berisi penjelasan teori arus berita milik Bass, proses produksi, pengertian siaran, tentang berita yang meliputi pengertian berita, jenis berita, nilai berita, format berita televisi, dan kaidah berita televisi. Seputar hal mengenai televisi, meliputi pengertian televisi, sejarah televisi, perkembangan televisi, serta televisi sebagai media massa. Terakhir subbab mengenai program berita (news) di televisi.
Bab III, gambaran umum Trans Tv dan program Reportase Minggu, berisi mengenai Trans Tv yang meliputi sejarah berdirinya Trans Tv, visi dan misi Trans Tv, logo Trans Tv, struktur organisasi Trans Tv, program acara
Trans Tv dan beberapa penghargaan Trans Tv yang pernah diraih. Juga berisi mengenai program berita Reportase Minggu yang meliputi, latar belakang program berita Reportase Minggu, profil Reportase Minggu, redaksi
Reportase Minggu dan makna dari tagline “Berbeda dan Lebih Dekat”.
Bab IV, pelaksanaan produksi program Reportase Minggu Trans Tv serta proses produksi berita Reportase Minggu di Trans TV, peran redaksi dalam produksi berita, dan faktor pendukung dan kendala dalam produksi berita Reportase Minggu.
Terakhir bab V, yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan yang berisi paparan jawaban dari hasil penelitian secara menyeluruh. Dan berisi saran dari hasil penelitian yang telah ditemukan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
B. Model Komunikasi Bass (Arus Berita)
Teori Bass menjelaskan proses pencarian dan pengumpulan bahan
berita atau proses produksi sebuah berita sebagai berikut:
Tindakan gatekeeping yang paling penting terjadi di dalam organisasi
pemberitaan, dan bahwa prosesnya dapat dibagi dalam dua tahap: perolehan
berita dan pengolahan berita, seperti pada gambar berikut:
Tahap I Tahap II
Bahan berita Pencari Berita Copy Berita Pengolah Produk Akhir
Misal: penulis, Misal: redaksi juruwarta copy reader editor lokal penterjemah
Bass menjelaskan tahap pertama terjadi ketika para pencari berita
membuat “berita kasar” (peristiwa, pidato dan konferensi pers) menjadi “copy
berita” atau “bahan berita”. Tahap kedua terjadi ketika para pengolah berita
merubah atau menggabung-gabungkan bahan itu menjadi “hasil akhir”
(sebuah surat kabar atau sebuah siaran berita) yang disiarkan kepada umum.1
1DennisMcQuail, Model-Model Komunikasi. AlihBahasaPutuLaxmanPendit (Jakarta: UniPrimas, 1985), h. 110.
14 15
C. Proses Produksi
Proses berasal dari bahasa Latin processus yang berarti geraknya,
jalannya, kemajuan, berhasil, perkara; berasal dari procession (bahasa Inggris)
yang artinya gerakan, maju, prosesi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
proses adalah rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang
menghasilkan suatu produk. Sedangkan produksi adalah barang yang
dihasilkan atau kegiatan yang menghasilkan suatu barang atau jasa.2
Setiap media massa pasti memiliki program yang akan disampaikan
kepada masyarakat luas. Begitu juga dengan televisi yang memiliki beragam
program untuk disuguhkan ke tengah khalayak luas. Program-program yang
akan disuguhkan itu sudah pasti melalui berbagai proses yang pada akhirnya
terbentuk satu program yang dapat dinikmati masyarakat. Proses dibuatnya
program di televisi biasa disebut dengan proses produksi. Dimana maksud dari
proses produksi adalah sekumpulan tindakan, pembuatan atau pengolahan
yang terarah dan teratur untuk menghasilkan sebuah produk atau program.
Produksi televisi merupakan proses pembuatan acara untuk
ditayangkan di televisi. Proses produksi ini merupakan perjalanan panjang
yang melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak sumber daya manusia
dengan berbagai keahlian, dan berbagai peralatan serta dukungan biaya.
Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser
professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan
pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment),
2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998), h. 701-703.
16
biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.
1. Materi Produksi
Adalah barang atau material yang akan diproduksi menjadi sebuah
tayangan yang layak siar dan layak jual sekaligus. Materi produksi dapat
berupa apa saja, seperti kejadian, pengalaman, hasil karya, benda,
binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi
produksi yang bermutu.
2. Sarana Produksi
Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang
terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Ada tiga tiga pokok
peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan
perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan
pencahayaan. Selebihnya berfungsi sebagai peralatan penunjang produksi.
Seperti alat transportasi untuk produksi luar studio dan unit studio dengan
dekorasi untuk produksi dalam studio.
3. Biaya Produksi
Seorang produser harus memikirkan sejauh mana biaya produksi
itu untuk memperoleh dukungan financial dari suatu pusat produksi atau
stasiun televisi.
17
4. Organisasi Pelaksana Produksi
Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan dengan lancar,
produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana
produksi yang serapi-rapinya. Suatu organisasi pelaksana produksi yang
tidak disusun dengan rapi akan menghambat jalannya produksi, berarti
kerugian waktu dan uang. Dalam hal ini, produser dapat dibantu dengan
asisten produser, Ia mendampingi dalam mengendalikan organisasi. 3
Pada divisi pemberitaan, secara umum organisasi pelaksana
produksi terdiri dari direktur pemberitaan, produser, asisten produser,
koordinator liputan, kameramen, editor, pengarah program, dan penyiar
berita.
5. Tahap Pelaksanaan Produksi
Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim
disebut standard operation procedure (SOP), yaitu;
a. Pra-Produksi (perencanaan dan persiapan)
Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut:
1) Penemuan Ide
Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide
atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta
penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah
riset.
3 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus, 2007), h. 23.
18
2) Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time
schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan
crew. Selain estimasi biaya dan rencana alokasi merupakan bagian
dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.
3) Persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan,
dan surat-menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting,
meneliti, dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua
persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja
(time schedule) yang sudah ditetapkan.
b. Produksi (pelaksanaan)
Sesudah perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan
produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew
mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan
(shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat
becerita. Selain sutradara, penata cahaya dan suara juga mengatur dan
bekerja agar gambar dan suara bisa tayang dengan baik.
c. Pasca-Produksi (penyelesaian dan penayangan)
Pasca-produksi memiliki beberapa langkah, yaitu:
19
1) Editing offline dengan teknik analog
Setelah shooting selesai, penulis skrip membuat logging
yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan
shooting dan gambar. Di dalam logging time code (nomor kode
yang berupa digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam
gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat. Kemudian
berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang
disebut editing offline sesuai dengan gagasan yang ada dalam
sinopsis dan treatment.4 Materi hasil shooting langsung dipilih dan
disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini,
hasilnya dilihat dalam screening. Setelah hasil editing offline dirasa
cukup, maka dibuat editing script. Di dalam naskah editing,
gambar dan nomor kode waktu tertulis jelas untu memudahkan
pekerjaan editor. Kemudian hasil shooting asli dan naskah editing
diserahkan kepada editor untuk dibuat editing online.
2) Editing online dengan teknik analog
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting
asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene)
dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing.
Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang
dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut
dengan mixing.
4 Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program.
20
3) Mixing (pencampuran gambar dengan suara)
Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga
sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online
sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah
editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi
dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling
manggangu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini sudah
selesai, secara menyeluruh produksi juga selesai. Setelah produksi
selesai, biasanya diadakan preview.
4) Editing offline dengan teknik digital atau non-linier:
Editing non-linier aatau editing digital adalah editing yang
menggunakan computer dengan peralatan khusus untuk editing.
Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan
seluruh hasil shoot (gambar) yang dalam catatan atau logging
memperoleh OK, ke dalam hardisk. Proses ini disebut capturing
atau digitizing, yaitu mengubah hasil gambar ke pita menjadi file.
Dalam editing offline dengan sistem digital ini, penyusunan tidak
harus mengikuti urutan adegan seperti dalam sistem analog.
Sesudah tersusun baik maka diurutkan kemudian dipersatukan agar
shoot-shoot yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh,
proses ini disebut render. Setelah render, dapat dilakukan
screening. Setelah semuanya dirasa memuaskan, boleh dikatakan
editing offline selesai. Bahan offline dalam computer langsung
dibuat menjadi online.
21
5) Editing online dengan teknik digital:
Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal
penyempurnaan hasil editing offline dalam computer, sekaligus
mixing dengan musik ilustrasi atau efek gambar dan suara (sound
effect atau narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah semua
sempurna, hasil online ini kemudian dimasukkan kembali dari file
menjadi gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas
broadcast sandart. Setelah program dimasukkan pita, boleh
dikatakan pekerjaan selesai. Selanjutnya adalah bagian dari
pekerjaan di stasiun televisi. 5
D. Pengertian Siaran
Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana
pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan
menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media
lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat
dengan perangkat penerima siaran.6
Penyiaran merupakan dunia yang selalu menarik perhatian bagi
masyarakat. Tak hanya dapat dinikmati sebagai tontonan atau didengarkan,
penyiaran merupakan lahan bisnis yang menggiurkan dan bisa mencapai
keuntungan yang besar jika program yang disiarkan dinikmati khalayak.
5 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus, 2007), h. 39. 6 FOKUSMEDIA, Undang-undang Penyiaran dan Pers (Bandung: Fokusmedia, 2005), h. 4.
22
Aktivitas penyiaran tidaklah semata merupakan kegiatan ekonomi, tetapi ia
juga memiliki peran sosial yang tinggi sebagai medium komunikasi.7
Siaran juga berarti mata acara atau rangkaian mata acara berupa pesan-
pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar yang dapat
didengar dan atau dilihat oleh khalayak dengan pesawat penerima siaran
dengan / tanpa alat bantu.
Media massa seperti televisi dan radio memiliki berbagai program
yang disajikan kepada masyarakat luas melalui kegiatan penyiaran, baik di
studio maupun di luar studio. Dengan proses siaran itu, berbagai program
mampu disuguhkan ke tengah khalayak penikmatnya.
E. Program Berita (news) di Televisi
Tidak dapat disangkal bahwa dalam media komunikasi, baik cetak
maupun audio-visual, kehadiran informasi atau berita merupakan faktor yang
sangat penting. Informasi dan berita memang menjadi tujuan utama dari media
komunikasi. Ia berada di posisi teratas dalam skala prioritas media
dibandingkan dengan pendidikan atau hiburan sebagai tujuan-tujuan lain.
Seiring dengan perkembangan wacana mengenai teknologi komunikasi yang
semakin berkembang pada masyarakat modern, informasi dan berita
menempati posisi yang sangat strategis. Ia menjadi salah satu kebutuhan yang
paling mendesak untuk segera dipenuhi pada masa kini.8
7 Drs. Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broadcasting (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), h. 2. 8 Tim Redaksi LP3ES, Jurnalisme Liputan6 SCTV: Antara Peristiwa dan Ruang Publik (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2006), h. 33.
23
Untuk memenuhi sifat keingintahuan manusia terhadap berbagai hal
yang terjadi di sekelilingnya, televisi bersaing menyajikan program-
programnya. Melalui berbagai jenis program yang disajikan itu, pengelola
stasiun televisi mengeksplorasi rasa keingintahuan masyarakat untuk menarik
sebanyak mungkin audien. Salah satu program andalan televisi dalam
memenuhi kebutuhan informasi masyarakat luas adalah program berita (news).
Program informasi (news) di televisi memberikan banyak informasi
untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap suatu hal. Program
informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memeberikan
tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Daya tarik
program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang „dijual‟ kepada
audien. Dengan demikian, program informasi tidak hanya melulu program
berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk
penyajian informasi termasuk talkshow (perbincangan) misalnya wawancara
dengan artis, orang terkenal, atau dengan siapa saja.9
Televisi dengan tayangan beritanya sudah menjadi bagian dari
kehidupan. Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu
mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya.10
Untuk berita di televisi, para redaksi harus mengusahakan secara baik
dalam menyajikan pendapat dari narasumber yang relevan secara langsung
dan orisinal. Dalam menyusun berita pada media televisi, reporter dituntut
untuk memiliki keterampilan dan kemampuan dalam mengombinasikan uraian
9 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana, 2008), h. 25. 10Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 59.
24
fakta, pendapat, dan penyajian pendapat yang relevan dari narasumber secara
dinamis dan lebih variatif sesuai dengan arah uraian dan ketentuan.
F. Televisi
1. Pengertian Televisi
Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti jarak dalam bahasa
Yunani dan kata visi yang berarti citra atau gambar dalam bahasa Latin.
Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suara dari
suatu tempat yang berjarak jauh.11
Pendapat lain menyebutkan, televisi dalam bahasa Inggris disebut
television. Televisi berasal dari kata tele (bahasa Yunani) dan vision
(bahasa Latin); yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan
melihat (vision). Jadi televisi berarti melihat dengan jauh.12
Televisi merupakan salah satu bentuk media massa sebagai alat
komunikasi massa. Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Media
komunikasi yang termasuk media massa yaitu radio siaran, televisi, film
yang dikenal sebagai media elektronik, serta surat kabar dan majalah yang
keduanya termasuk media cetak.13
11 Sutisno. P.C.S., Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio (Jakarta: PT Grasindo, 1993), h. 1. 12 Sunarjo Djoenaesih S, Himpunan Istilah Komunikasi, cet ke-2. (Yogyakarta: Liberty, 1983), h. 125. 13 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 3.
25
2. Sejarah Televisi
Tidak diragukan lagi, bahwa informasi sangat dibutuhkan untuk
berbagai kepentingan yang sifatnya sangat mendasar, karena itu
peranannya sangat luar biasa. Sejak munculnya Acta Diurna
(Pengumuman Pemerintah) dan Acta Senata (Pengumuman Senat) di
kerajaan Romawi Kuno saat Pemerintah Julius Caesar, tahun 59 SM, para
ahli menilai bahwa hal tersebut merupakan cikal bakal adanya penyebaran
informasi melalui tulisan.14
Selanjutnya muncul teknologi terbaru dalam hal cara mencetak
dengan huruf lepas yang ditemukan pada tahun 1423 serta penemuan
mesin pembuat kertas pada abad ke-18. Selanjutnya media radio ikut
memainkan peran dalam dunia informasi sejak seorang ilmuwan bernama
Dane menyatakan pada tahun 1802 bahwa pesan dapat dikirim melalui
kawat beraliran listrik dalam jarak pendek.
Seiring perjalanan waktu dan semakin pesatnya perkembangan
teknologi, muncullah media massa yang disebut televisi. Kemunculannya
memberikan warna baru dalam dunia informasi di dunia. Peranannya tak
kalah penting dengan media sebelumnya, surat kabar dan radio.
Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah
radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio
visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul
Nipkow dari Jerman pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah alat yang
kemudan disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe.
14 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 3.
26
Penemuannya tersebut melahirkan electrische teleskop atau televisi
elektris.15
Keterangan lainnya yaitu dalam buku Empat Windu TVRI
disebutkan, televisi merupakan media temuan orang-orang Eropa.
Perkembangan pertelevisian di dunia sejalan dengan kemajuan teknologi
elektonika yang bergerak pesat sejak ditemukannya transistor oleh Wiliam
Socley dan kawan-kawan pada tahun 1946.
Transistor yang dibuat dengan pasir silicon di California, amerika
Serikat ini merupakan benda sebesar pasir yang berfungsi sebagai
penghantar listrik bebas hambatan. Transistor ini sanggup menggantikan
fungsi tabung (vacuum tube) yang diciptakan oleh Lee De Fores pada
tahun 1912.
Selanjutnya pada tahun 1923, Vladimir Katajev Zworykin berhasil
menciptakan sistem televisi elektris. Dan tahun 1930 Philo T. Farnsworth
menciptakan sistem televisi. Penemuan dasar televisi ini terus berkembang
sampai akhirnya Paul Nipkow melahirkan televisi mekanik. Hal ini
dibuktikan ketika di New York World’s Fair tahun 1939 dipamerkan
pesawat televisi berukuran 8x10 inci. Dan pertama kalinya gambar televisi
mulai terlihat tahun 1920 di Amerika Serikat.16
15 Ibid., h. 4. 16 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 7.
27
3. Perkembangan Televisi
Penemuan baru di bidang teknologi komunikasi dan informasi
telah mendorong terus berkembangnya media elektronik. Berbagai
kemajuan dan perubahan terjadi dalam percepatan yang semakin
meningkat. Sejak ditemukannya radio dan televisi hitam putih dibutuhkan
waktu yang cukup lama. Tapi pada perkembangan berikutnya, mulai dari
TV berwarna sampai pada penemuan teknologi komunikasi interaktif
lewat internet, misalnya, perubahannya menjadi sangat cepat.17
Seperti yang telah diketahui, televisi mulai diperkenalkan pada
public pada acara pameran dunia tahun 1939, ketika berlangsungnya
World‟s Fair di New York, Amerika Serikat, tetapi Perang Dunia II telah
mnyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah
tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi. Pada saat itu di
seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja,
tetapi kemudian disebabkan suasana yang mengizinkan dan teknoligi yang
berkembang pesat, jumlah studio/pemancar tv meningkat dengan
hebatnya.18
Perkembangan televisi tidak hanya di Amerika saja, tetapi juga di
Inggris (1924). John Logle Baird mendemonstrasikan televisi pada tahun
1924. BBC, yang merupakan salah satu organisasi terbesar di dunia,
mencoba-coba mengadakan siaran sejak tahun 1929. Selanjutnya, setelah
perang usai, mengiringi pembangunan berbagai gedung-gedung yang
17 Asep Saiful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 95. 18Askurifai , Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, h. 12-13.
28
hancur serta perbaikan segala aspek, badan-badan siaran televisi juga muncul di Negara-negara lain. Di Perancis, Jerman Barat, Nederland,
Belgia, Luxemburg, Italia, Denmark, Austria, Swedia, Switzerland, dan negara lainnya. Televisi juga berkembang di Asia, yakni di Indonesia dan
Republik China (1962), Jepang (1953), Philipina (1953), Muangthai
(1955), Singapura (1963), dan kemudian disusul Malaysia.
Siaran televisi pertama kali di Indonesia diperkenalkan pada tahun
1962, ketika Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan pesta olahraga Asian Games di Jakarta. Saat itu, masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau. Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, namun siaran pertama televisi di Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Sementara puncak ketenaran
(booming) televisi di Indonesia sendiri dimulai tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan decoder atau alat pemancar.19 Saat ini, di Indonesia sudah mengudara satu televisi pemerintah, yakni TVRI, dan beberapa televisi swasta, antara lain SCTV, TPI, ANTV, Indosiar,
MetroTV, Trans TV, Trans7, TVOne, Global TV, serta stasiun televisi lokal seperti O Channel, JakTV, CTV Banten, dan lain-lain.
Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Perkembangan televisi swasta Indonesia saat ini justru tidak sehat bagi demokrasi, terutama bila dilihat dari perspektif kepentingan publik. Stasiun siaran swasta Indonesia kini memiliki kekuatan luar biasa. Salah satu kondisi yang kurang memperoleh perhatian
19 Ibid., h. 15.
29
namun sebenarnya sangat vital dalam sistem penyiaran Indonesia adalah
fakta bahwa selama lima stasiun televisi swasta dan stasiun televisi publik
memiliki jangkauan siaran nasional.20
4. Televisi Sebagai Media Massa
Kekuatan televisi dibandingkan dengan media lainnya adalah
kemampuannya untuk membawa penonton kelokasi kejadian dengan
meggunakan gambar. Gambar yang dikombinasikan denagan suara alami
adalah faktor yang membuat televisi memberikan pengaruh atau dampak
yang sangat kuat kepada penonton. Dikatakan bahwa gambar dapat
bercerita jauh lebih banyak dibandingkan kata-kata.
Televisi merupakan salah satu bentuk media massa sebagai alat
komunikasi massa. Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Media
komunikasi yang termasuk media massa yaitu radio siaran, televisi, film
yang dikenal sebagai media elektronik, serta surat kabar dan majalah yang
keduanya termasuk media cetak.21
Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi
massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
khalayak. Media ini mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu
bersifat audio visual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan
kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi ke
20 Direktorat Publikasi Pemerintah Badan Informasi dan Komunikasi Nasional, Sistem Komunikasi Indonesia: Suatu Bunga Rampai, h. 64. 21 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 3.
30
setiap rumah para pemirsa di manapun mereka berada.22 Selain itu, media
ini juga menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi,
maupun pendidikan dengan sangat memuaskan.
Penyebaran informasi melalui media massa, baik cetak, elektronik,
maupun online, seperti surat kabar, televisi, radio, film, dan internet telah
membentuk pengetahuan dan pendapat manusia mengenai berbagai
peristiwa atau hal yang menyangkut kehidupannya.23 Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Abdul Muis, salah seorang pakar komunikasi, dalam
tulisannya di majalah Analisis CSIS (1991): “… kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi menghadirkan aneka ragam saluran (media)
yang kian lama kian canggih dan memungkinkan segala macam
kejadian.”24 Akibat perkembangan teknologi komunikasi massa, dalam hal
ini televisi akan memberikan pengaruh-pengaruh (dampak) dalam
kehidupan manusia. Dampak atau efek komunikasi tersebut dapat dilihat
dari setiap perubahan yang terjadi di dalam diri penerima, yang menerima
pesan-pesan dari suatu sumber berita.25
Secara umum, media massa dengan berbagai program, pesan atau
tulisan yang disuguhkannya, termasuk juga media televisi memiliki fungsi-
fungsinya terhadap masyarakat, yaitu memberikan informasi, mendidik,
menghibur, dan mempengaruhi masyarakat melalui kendali atau kontrol
sosial.
22 Ibid., h. 40. 23 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2007), h. 136. 24 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media Televisi (Rineka Cipta, 1996), h. 1-2. 25 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, cet ke-1. (Jakarta: PT Grasindo, 2000), , h. 39.
31
G. Berita
1. Pengertian Berita
Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News
Writings yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (New Survey
Journalism) menyatakan bahwa:
“Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide
yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca.”
Sedangkan Mitchel V. Charnley dalam bukunya Reporting edisi III
(Holt-Reinhart &Winston, New York, 1975 halaman 44) menyebutkan:
“Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang
memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat
luas.”26
Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing menulis,
berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk
dimuat dalam surat kabar karena menarik minat atau mempunyai makna
bagi pembaca surat kabar atau karena dapat menarik para pembaca untuk
membaca berita tersebut.27
Ada pula sebuah pernyataan sederhana, yaitu: sebuah berita sudah
pasti sebuah informasi, tetapi sebuah informasi belum tentu sebuah berita.
Hal itu karena informasi baru dapat dikatakan berita apabila informasi itu
26 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 2. 27 A.S. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64.
32
memiliki unsur-unsur yang mempunyai „nilai berita‟ atau nilai jurnalistik
dan disebarluaskan kepada khalayak.28
Banyak para ahli lainnya yang mendefinisikan sebuah berita
dengan beragam pendapat. Dari sekian macam pengertian itu, belum ada
satupun definisi mengenai berita yang dapat dijadikan patokan secara
mutlak. Namun, sebagai pegangan, pengertian berita dapat dikemukakan
seperti berikut:
Berita ialah laporan terkini tentang fakta atau pendapat atau ide
terbaru yang aktual, benar, penting atau menarik bagi khalayak dan disebar
luaskan melalui media massa periodik seperti surat kabar, televisi, radio,
maupun media online atau internet.
2. Jenis-Jenis Berita
- Jenis berita berdasarkan jenis peristiwa dan penggalian data
1) Hard News (berita berat) artinya berita tentang peristiwa yang
dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok,
maupun organisasi. Berita tersebut misalnya mengenai mulai
diberlakukannya suatu kebijakan atau peraturan baru pemerintah.
2) Soft News (berita ringan) seringkali disebut dengan feature, yaitu berita
yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi
pemirsanya. Berita-berita semacam ini seringkali menitikberatkan pada
hal-hal yang dapat menakjubkan dan mengherankan pemirsa. Misalnya
28 Jani Yosef, To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV, Radio, dan Surat kabar yang Profesional (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 22.
33
tentang lahirnya hewan langka di kebun binatang atau masyarakat kecil
yang mendapatkan undian milyaran rupiah.
3) Investigative Reports (laporan penyelidikan atau investigasi) adalah
jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan,
tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Penyajian berita ini
membutuhkan waktu lama dan tentu akan menghabiskan energi
reporternya. 29
- Jenis berita berdasarkan sifat kejadiannya
1) Berita diduga, artinya peristiwa yang direncanakan atau sudah
diketahui sebelumnya, seperti lokal karya, pemilihan umum,
peringatan hari-hari bersejarah.
2) Berita tak terduga, artinya peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak
direncanakan, dan tidak diketahui sebelumnya, seperti kereta api
terguling, gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam,
pesawat dibajak, anak-anak sekolah disandera, atau terjadi ledakan
bom di pusat keramaian.30
- Jenis berita berdasarkan lokasi kejadian
1) Berita yang terjadi di tempat tertutup ( indoor news )
Berita tentang sidang kabinet, seminar, pengadilan, berlangsung di
tempat tertutup. Berita jenis ini umumnya masuk kategori berita ringan
29 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 40-42. 30 A.S. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 66.
34
(soft news), karena berita tersebut tidak sampai mengguncangkan
perhatian serta tidak menimbulkan dampak yang luas terhadap
masyarakat.
2) Berita yang terjadi di tempat terbuka ( outdoor news )
Berita tentang kerusuhan, bencana alam, peperangan, terjadi di tempat
terbuka. Berita jenis ini umumnya masuk kategori berita berat (hard
news).31
- Jenis berita berdasarkan isinya
Ditinjau dari segi cakupan isinya, berita terdiri dari berita politik,
ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, seni, agama, kejahatan,
olahraga, militer, laporan ilmu pengetahuan, dan teknologi, dan
sebagainya.32
3. Nilai Berita
Nilai pada berita adalah kriteria umum yang dapat dijadikan acuan
oleh para jurnalis untuk memilih dan memutuskan berbagai fakta yang
dianggap pantas dijadikan berita dan mana yang lebih baik untuk diangkat.
Dengan kriteria umum nilai berita, reporter dapat dengan mudah dalam
mendeteksi dan menentukan peristiwa mana saja yang harus diliput dan
dilaporkan. Begitu juga untuk editor, kriteria umum nilai berita membantu
editor untuk mempertimbangkan, memilih dan memutuskan berita terbaik
dan terpenting untuk dipublikasikan pada khalayak lewat media massanya.
31 Ibid., h. 66-67. 32 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 56.
35
Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George
Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting and
Editing (1980: 6-17) menunjuk pada Sembilan hal. Menurut pakar lain
terdapat dua hal lain yang juga termasuk kriteria umum nilai berita. Jadi,
terdapat 11 nilai berita secara umum, yaitu:33
1) Keluarbiasaan (Unusualness)
News is unusualness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam
pandangan jurnalistik, berita merupakan suatu peristiwa yang luar
biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita
yang ditimbulkannya.
2) Kebaruan (Newness)
News is new. Berita adalah semua yang terbaru. Semua hal yang baru
apapun namanya, pasti memiliki nilai berita.
3) Akibat (Impact)
News has impact. Berita adalah sesuatu yang berdampak luas.S uatu
peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan
masyarakat. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik
yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang
dikandungnya.
4) Aktual (Timeliness)
News is timeliness. Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru
terjadi. Aktual berarti menunujuk pada peristiwa yang baru atau yang
33 A.S. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 81-91.
36
sedang terjadi. Media massa harus memuat atau menyiarkan berita-
berita aktual yang sangat dibutuhkan masyarakat.
5) Kedekatan (Proximity)
News is nearby. Suatu pernyataan atau pendapat yang terjadi di dekat
khalayak, baik dekat secara geografis maupun dekat secara emosional
dapat menarik perhatian penonton, pendengar, dan pembaca.34
6) Informasi (Information)
News is information. Berita adalah informasi. Menurut Wilbur
Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan
ketidakpastian.
7) Konflik (Conflict)
News is conflict. Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang
mengandung unsure atau sarat dengan dimensi pertentangan.
8) Orang Penting (Public Figure, News Maker)
News is about people. Berita adalah tentang orang-orang penting,
ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Orang-orang penting,
terkemuka, dimanapun selalu dibuat berita.
9) Kejutan (Surprising)
News is surprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di
luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui
sebelumnya.
10) Ketertarikan Manusiawi (Human Interest)
34 Jani Yosef, To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV, Radio, dan Surat kabar yang Profesional (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 30.
37
News is interesting. Kadang-kadang suatu peristiwa tidak
menimbulkan efek berarti pada seseorang atau masyarakat, tetapi telah
menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam
perasaannya.
11) Seks (Sex)
News is sex. Berita adalah seks, seks adalah berita. Sepanjang sejarah
peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan pasti
menarik dan menjadi sumber berita.
4. Format Berita
Dalam dunia televisi dikenal sejumlah istilah yang terkait dalam
format yang digunakan dalam suatu berita. Kelompok istilah ini melihat
pada format yang berbeda digunakan untuk jenis berita yang berbeda.
Salah satu tantangan yang dihadapi pengelola berita adalah mencari cara
atau format terbaik dalam menyajikan setiap berita.
Dalam program berita televisi dikenal beberapa format berita yaitu
cara bagaimana satu berita itu ditampilkan atau disajikan. Format apa yang
akan dipilih tentunya tidak dapat dilakukan sesukanya saja. Terdapat
sejumlah kriteria atau persyaratan untuk menentukan suatu format berita
dalam suatu program berita televisi. Suatu format dipilih tentunya karena
terdapat alasan untuk itu. Suatu berita dapat disajikan dalam beberapa
bentuk yaitu:
38
1) Reader ( RDR ).
Sebuah cara paling dasar menyajikan berita. Presenter di
studio hanya membaca isi berita tanpa ada gambar pendukung. Format
seperti ini hanya digunakan jika sebuah berita penting terjadi pada saat
program berita masih “on air”. Tentu saja belum ada gambar yang
tersedia karena tim liputan belum dikirim ketempat kejadian tetapi
informasi yang penting itu harus segera dilaporkan setidaknya pada
fakta-fakta dasarnya saja. Dengan demikian, Reader merupakan fomat
berita singkat yang disampaikan presenter tanpa didukung gambar
(video). Format ini biasanya digunakan untuk melaporkan peristiwa
penting dan mendadak belum ada videonya. Dikenal istilah lain setelah
Reader seperti “berita copy” dan “invision only” yang memiliki
pengertian yang sama dengan reader.
Laporan dalam format reader dapat dimulai dengan kata-kata:
“Berita yang baru saja kami terima….” Format berita reader ini
biasanya diakhiri dengan kata-kata:” kami akan menyampaikan
perkembangan selanjutnya segera setelah kami merima informasi
terakhir.”
2) Voice Over (VO).
Sering disingkat dengan sebutan VO saja yang mana naskah
berita untuk VO dibacakan oleh presenter. Format VO menyajikan
video atau gambar pendek (biasanya sekitar satu menit) yang diiringi
dengan kata-kata penyiar. Format biasa ini digunakan untuk
menceritakan sebuah topik dalam waktu yang singkat. VO adalah
39
format berita dengan video yang keseluruhan narasinya melalui intro
hingga kalimat terakhir dibacakan oleh presenter. Presenter tampil di
depan kamera (on-cam) setelah itu muncul gambar berita namun suara
presenter tetap terdengar mengiringi gambar.
Dalam format ini presenter muncul didepan kamera untuk
membacakan intro (kata-kata yang diucapkan oleh presenter untuk
mengantarkan sebuah berita). Istilah lain untuk intro adalah lead atau
kepala berita) dan diikuti oleh pemutaran gambar video yang biasanya
berlangsung sekitar 45 detik sementara suara si presenter atau VO
terdengar membaca berita mengiringi gambar.
3) Reader Sound on Tape (RDR SOT).
Format berita Reader Sound on Tape (RDR SOT) terdiri
dari presenter yang muncul membacakan intro dan kemudian muncul
soundbite on tape (SOT) dari narasumber berita. SOT adalah cuplikan
suara dari narasumber atau cuplikan dari wawancara panjang dengan
narasumber. Istilah lain SOT adalah sync (baca “sing”). SOT
sebaiknya diusahakan pendek dan fokus sehingga bisa membantu
memberikan efek dramatis dari berita yang dibacakan sebelumnya.
Dalam intro presenter menjelaskan nama sumber dan informasi singkat
SOT-nya, namun tidak boleh sama persis (Parroting) dengan SOT-
nya. Format berita semacam ini sering disebut dengan Reader SOT.
Format berita semacam ini sering disebut dengan Reader SOT.
40
4) Voice Over-Sound on Tape (VO/SOT).
Format berita ini merupakan gabungan antara format VO dan
SOT yang mana VO mengenai peristiwa atau isu yang relevan atau ada
kaitannya dengan apa yang diungkapkan dalam SOT. Sedangkan SOT
adalah bagian pernyataan sumber yang penting atau spesifik berkaitan
dengan peristiwa (event) atau isu bersangkutan.
5) Reader-Grafis (RDR-GRF).
Format berita reader-grafis (RDR-GRF) biasanya digunakan
jika sebuah berita penting baru saja terjadi dalam stasiun televisi belum
mendapatkan akses untuk mengambil gambar dan merekamnya dalam
kaset video. Untuk menggantikan gambar video yang belum ada maka
digunakan ilustrasi berupa grafis. Pada banyak kasus terutama jenis
berita bencana maka grafis yang dibutuhkan adalah berupa peta yang
menujukan di mana lokasi bencana itu terjadi. Grafis dapat pula
muncul dalam bentuk foto seseorang, misalnya dalam menyampaikan
berita bahwa seseorang yang terkenal meninggal dunia atau
mengundurkan dari suatu jabatan.
Dalam format berita grafis, pertama-tama presenter muncul
membacakan intro (lead berita) dan kemudian muncul gambar grafis
sementara suara presenter terdengar membacakan kelanjutan berita
tersebut.
6) Paket (Package/PKG).
Paket adalah laporan berita lengkap dengan narasi (voice over)
yang direkam ke dalam pita kaset. Narasi dalam kaset dibacakan oleh
41
seorang pengisi suara atau dubber yang biasanya adalah reporter atau
penulis berita (writer). Dengan kata lain, format berita paket (package)
adalah format berita yang bersifat komprehensif dengan intro
dibacakan presenter sedangkan naskah paket dibacakan atau
dinarasikan sendiri oleh reporter atau pengisi suara (dubber). Jadi
berbeda dengan format VO dimana narasi dibacakan oleh presenter di
studio.
Biasanya rata-rata durasi sebuah paket dalam suatu program
berita adalah 1,5 hingga 2,5 menit. Tentu saja ada paket yang berdurasi
lebih lama, misalnya 5 menit atau bahkan 30 menit untuk sebuah
laporan khusus.
Dalam sebuah paket biasanya mengandung bagian-bagian sebagai
berikut: gambar, narasi, suara alami, kutipan langsung narasumber,
grafis dan laporan reporter di depan kamera (stand up). Paket selalu
dimulai dengan presenter membacakan intro.
7) Laporan Langsung (Live).
Jika suatu peristiwa yang mengandung berita masih
berlangsung sementara program berita masih “on air”, maka stasiun
televisi dapat menyampaikan berita dengan format laporan langsung
(live report). Hal ini dimungkinkan karena komunikasi dapat dilakukan
melalui hubungan satelit atau microwave. Dalam format seperti ini
presenter akan langsung berbicara dengan reporter yang berada di
lokasi yang sedang meliput suatu peristiwa; seperti pertemuan politik
yang penting atau sebuah kebakaran besar dan peristiwa penting
42
lainnya. Format seperti ini disebut juga sebagai format dua arah (two
way). Laporan langsung akan dimulai dengan layar yang terbagi dua
memperlihatkan presenter distudio pada bagian kiri layar dan reporter
dari lokasi berita pada bagian kanan layar.
Jika stasiun televisi atau reporter tidak mendapatkan
kesempatan untuk melakukan laporan langsung secara visual, maka
presenter dapat mewawancarai reporter dari lokasi melalui telepon
yang dikenal dengan istilah laporan langsung melalui telepon live by
phone (LBP). Dalam format seperti ini presenter akan tampil bersama
dengan grafis yang memperlihatkan foto reporter yang sedang
menyampaikan laporan atau sebuah peta atau gambar lokasi yang
sudah terkenal di mana si reporter menyampaikan laporannya.
Dalam suatu laporan langsung, narasumber tidak selalu harus
reporter tetapi bisa saja salah seorang yang benar-benar terlibat dalam
berita, yang tentu saja akan memberikan kredibilitas yang lebih baik
daripada sekedar laporan wartawan. Durasi bagi suatu laporan
langsung tidak terbatas dan bergantung terhadap peristiwa itu sendiri
8) Breaking News.
Berita yang sangat penting dan harus disiarkan, bila
memungkinkan bersamaan dengan terjadinya peristiwa tersebut.
Breaking news merupakan berita tidak terjadwal karena dapat terjadi
kapan saja. Misalnya: berita-berita kecelakaan besar, serangan teror,
bencana alam yang mengancam keselamatan jiwa, kerusuhan massa
yang berdampak luas, keputusan politik dan ekonomi yang sangat
43
penting dan berdampak pada hidup orang banyak, perang dan
pemecahan rekor dunia seperti bidang olahraga, film, dan musik.
Durasi breaking news mulai dari dua menit hingga tak terbatas.
9) Laporan Khusus.
Berita dengan format paket, lengkap dengan narasi dan
soundbite dan sejumlah narasumber yang memberikan pendapat dan
analisis mereka. Biasanya merupakan laporan panjang yang
komprehensif mengenai berbagai peristiwa atau isu seperti politik,
hukum, kriminal, dan bencana (sering disebut dengan current affair).
Laporan khusus biasanya disajikan dalam program tersendiri diluar
program berita karenanya memiliki durasi panjang (30 menit atau
lebih). 35
5. Kaidah Berita
Televisi merupakan media massa pandang dengar, artinya siaran
televisi dapat dilihat dan didengar sekaligus. Sebagai media audio visual,
maka siaran televisi harus memadukan unsur gambar, naskah, dan suara.
Ketiga unsur tersebut harus sinkron dan saling terkait. Begitu pun dalam
berita televisi, terdapat tiga kaidah yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Kaidah Gambar (video)
Gambar merupakan unsur pertama dalam berita televisi. Selain
itu, gambar merupakan kekuatan utama dalam berita televisi, karena
gambar ikut berbicara bahkan kadang lebih berbicara dari naskah dan
35 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana, 2008), h. 33-40.
44
audio. Agar gambar dalam berita televisi itu menarik, ada beberapa
unsur yang harus dimiliki, yakni:
1. Aktualitas, adalah gambar berita televisi yang ditampilkan dalam
berita harus aktual atau paling baru.
2. Sinkronisasi, yakni gambar berita televisi harus sinkron dengan
peristiwa yang diinformasikan, antara naskah dengan gambar harus
sesuai.
3. Simbolis, yakni gambar simbolis berarti bukan gambar
sesungguhnya dalam berita, tetapi hanya menggambarkan kejadian
yang diberitakan. Hal ini dikarenakan gambar yang sesungguhnya
sulit didapat.
4. Ilustrasi, adalah gambar berita yang dibuat atau direkayasa
berdasarkan suatu peristiwa yang memang terjadi, tetapi gambar
yang aktual, sinkron, dan simbolis tidak tersedia.
5. Dokumentasi, yakni dokumen gambar yang kadangkalanya
diperlukan kalau peristiwa itu sangat penting, sementara gambar
yang aktual, sinkron, dan simbolis tidak tersedia.
6. Estetika, yaitu gambar berita televisi harus bersifat estetis, agar
enak dipandang, kemudian gambar yang dihasilkan fokus,
komposisinya bagus, dan warna yang didapat jelas.
b. Kaidah Naskah
Naskah berita televisi sebagaimana naskah berita pada
umumnya harus memenuhi unsur 5W+1H. Ada dua bentuk penyajian
45
naskah berita yaitu: a) naskah reading adalah naskah berita yang
seluruh isinya, mulai dari lead sampai tubuhnya dibaca oleh presenter.
b) naskah voice over adalah naskah berita yang leadnya dibaca
presenter sedangkan tubuhnya di dubbing.
c. Kaidah Suara (audio)
Audio atau suara dalam berita televisi sangatlah penting,
disamping gambar dan naskah. Suatu berita biarpun ada naskah dan
gambarnya, tetapi tidak ada suara, maka berita tersebut tidak akan jelas
maksudnya. Selain gambar dan naskah, audio juga merupakan salah
satu unsur pada berita televisi, jadi apabila salah satu dari unsur
tersebut tidak ada, maka bukan berita namanya. Ada dua unsur audio
dalam berita televisi, yaitu: 1. Atmosfer, adalah suasana dari suatu
peristiwa yang gambarnya diberitakan. 2. Narasi, adalah suara reporter
baik berdasarkan naskah yang dibaca maupun melaporkan tanpa
naskah dan suara narasumber yang diwawawancarai.36
36 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 67-83.
BAB III
GAMBARAN UMUM TRANS TV DAN
PROGRAM REPORTASE MINGGU
A. Trans Tv
1. Sejarah Trans Tv
PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans Tv) merupakan
perusahaan yang dimiliki oleh Trans Corporation, yang juga merupakan
pemilik dari Trans7. Trans Tv memperoleh siaran pada bulan Oktober
1998. Trans Tv menyiarkan program yang bertajuk Trans Tune-In,
program ini dikemas dengan gaya radio untuk memperkenalkan Trans Tv
pada masyarakat. Mulai 1 Desember 2001, Trans Tune-In berganti dengan
Transvaganza, seiring dengan bertambahnya jam siaran Trans Tv. Setelah
dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan oleh tim antar
departemen pemerintah, maka sejak 15 Desember 2001, Trans Tv
memulai siaran secara resmi. Penambahan jam tayang secara bertahap ini
akan memuncak pada tanggal 1 Maret 2002, saat Trans Tv mulai siaran
penuh, yaitu 18 jam sehari pada hari Senin hingga Jum’at. Pada
September, Trans Tv mulai mengudara 20 jam setiap hari terkecuali hari
Sabtu yaitu 24 jam nonstop.
Mulai Selasa, 12 Juli 2005 hingga enam bulan ke depan,
dikeluarkan Peraturan Menteri Menkominfo No. 11/P/M.
Kominfo/7/2005, dimana dalam peraturan menteri tersebut diberlakukan
pembatasan jam siar hingga jam 01.00 dan mulai kembali siaran jam
05.00.
46 47
Trans Tv mulai saat diberlakukannya pembatasan jam siaran tersebut membatasi jam tayang dengan sing-off jam 02.00 dan sing-on kembali jam 04.00 dalam sehari mendapatkan libur 2 jam. Untuk jam tayang hari Sabtu dan Minggu terkadang tayang nonstop 24 jam.
Pada dasarnya, siaran Trans Tv menganut konsep General
Entertainment, sehingga pemirsa bisa menikmati berbagai tayangan hiburan drama maupun nondrama, serta tayangan berita. Pada tahun pertama, 50% tayangan stasiun ini berasal dari luar negeri dan 50% sisanya merupakan produk lokal. Pada tahun kedua, porsi produk lokal akan menjadi 70% dan sisanya merupakan produk asing. Pada tahun keempat sudah lebih 75% merupakan produk lokal.
Trans Tv dibangun dengan modal investasi Rp.600 milyar. Dana sebesar ini berasal dari grup Para sebesar Rp.300 milyar dan sisanya berupa dana pinjaman komersial dari Bank Mandiri. Dibawah “strategi partnership” Trans Tv-Tv7, pada awal Agustus 2006 telah ditandatangani nota kesepakatan antara Jakob Oetama, pemilik Tv7 dengan Chairul
Tanjung pemilik Trans Tv.
Nota kesepakatan strategic partnership antara Trans Tv dan TV7 dilakukan di Gedung Bank Mega (bagian dari grup para), di Jl. Kapten
Tendean, Jakarta pada 4 agustus 2006. Penandatanganan dilakukan
Chairman Trans Corp, Chairul Tanjung dan Presiden Direktur Kelompok
Kompas Gramedia (KKG), Jakob Oetama.
Berdasarkan kesepakatan itu, Trans Tv memiliki 49% dari saham
Tv7, sesuai dengan batasan kepemilikan saham untuk tambahan stasiun
48
televisi sebagaimana ditetapkan undang-undang. Dengan jumlah saham sebesar itu, Trans Corp, sebagai pemilik Trans Tv menjadi saham mayoritas. Karena itu diberi wewenang untuk memimpin pengelolaan Tv7.
Dalam konteks ini telah disepakati pada RUPS, tanggal 4 Agustus 2006.
Bertepat pada hari ulang tahun Trans Tv ke-5 pada tanggal 15 Desember
2006 diadakan acara relaunch Tv7 menjadi Trans7.
Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, Trans Tv memulai siaran secara resmi. Seluruh saham trans tv dikuasai oleh Chairul
Tanjung lewat kepemilikan 99,99 persen PT Para Inti Investindo (pada tahun 2006, diganti namanya dengan PT Trans Corpora, atau Trans Corp), dan sisanya PT Para Investindo. Keduanya dari kelompok bisnis Grup
Para milik Tanjung. Lahir diera reformasi, Trans Tv tidak memiliki stigma negatif warisan rezim Soeharto. Perusahaan Grup Para tidak ada yang masuk BPPN (Badan Penyehatam Perbankan Nasional), dan tidak pernah kena kasus kriminal seperti sebagian konglomerat era Orde Baru.
Kontribusi Trans Tv juga tidak kecil. Sekurang-kurangnya Trans
Tv sudah mengalami break event point by operation pada tahun kedua, sekitar Mei 2003. Artinya, sudah tak perlu kucuran dana lagi dari pemilik.
Titik balik keberhasilan Trans Tv berlangsung sejak kuartal satu 2002.
Menurut survey Nielsen media research, saat itu Trans Tv berada pada peringkat kelima sebagai peraih iklan terbanyak dari 10 stasiun televisi.
Nominalnya sebesar Rp. 149,2 milyar. Berbekal kesuksesan kinerja, dan
49
menyodok keurutan kedua pada 2005, Trans Tv lewat induk
perusahaannya Trans Corpora pada Juni 2006 membuat kejutan, dengan
membuat MoU untuk membeli saham mayoritas (55 persen) milik TV7.
Menurut Chairul Tanjung, pihaknya ingin membentuk aliansi seluas-
luasnya dengan kelompok kompas gramedia (KKG) yang memiliki TV7.
Selain pertimbangan bisnis, ada kesamaan visi antara Trans Tv dan TV7,
yaitu sama-sama merah putih dan ingin menyejahterakan serta
mencerdaskan masyarakat Indonesia.
2. Visi dan Misi Trans Tv
Visi:
Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun di ASEAN,
memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan
program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral
budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta
kecerdasan masyarakat.
Misi:
Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta
mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-
nilai demokrasi.1
1 Research and Development Trans Tv, “Visi dan Misi Trans Tv,” diakses pada 7 Februari 2011 dari http://www.transtv.co.id/
50
3. Logo Trans Tv
Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan
dan keabadian. Kilauannya mereflesikan kehidupan dan adat istiadat dari
berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan
serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang
mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.2
4. Struktur Organisasi Trans Tv
Komisaris Utama : Chairul Tanjung
Komisaris : Chairal Tanjung
Komisaris : Ishadi S.K
Direktur Utama : Wishnutama
Direktur Sales dan Marketing : Atiek Nur Wahyuni
2 Research and Development Trans Tv, “Logo Trans Tv,” diakses pada 7 Februari 2011 dari http://www.transtv.co.id/
51
Direktur Keuangan dan
Corp. Services : Warnedy
Kepala Divisi News : Gatot Triyanto
Kepala Divisi Tech.
and Facilities Services : Azuan Syahril
Kepala Divisi Finance : Hannibal K. Pertama
Kepala Divisi Programming : A. Ferizqo Irwan
Kepala Divisi Corporate Services : Latief Harnoko
Kepala Divisi Produksi : Roan Yandi A
Emil Syarief
5. Program Acara Trans Tv
Trans Tv memiliki berbagai program acara yang terdiri dari
berbagai kategori. Trans Tv bukan merupakan stasiun televisi yang secara
konsentrasi menyajikan program berita, di dalamnya juga terdapat
berbagai program acara yang dikemas secara menarik dan menghibur.
Bahkan,beberapa program berita yang ditayangkan juga dikemas secara
menarik dan menghibur.
Program acara Trans Tv terdiri dari beberapa kategori, yaitu: a. Series, terdiri dari program acara:
Suami Suami Takut Istri
Kejar Tayang
Two And A Half Man
MADtv
52
Tremors I
Fringe I
Battlestar Galactica 2
b. Movie, terdiri dari program acara:
Bioskop TransTV
Bioskop Indonesia
Bioskop Indonesia Siang
Sinema Dini Hari
Mr. Bean
Bioskop TRANSTV Spesial
Sinema Pagi
c. Entertainment, terdiri dari program acara:
Extravaganza Pilihan
Derings
Realigi
Sketsa
Termehek Mehek
Online
Sinden Sip Sip Sip
86
Loe Boleh Gila
Indonesia Mencari Bakat 2
53
Peppi The Explorer
Diary Indonesia Mencari Bakat 2
Ethnic Runaway
Ranking 1
Gaul Bareng Bule
Suara Indonesia
3 Sahabat
1001 Dongeng
Liga Premier Indonesia
Cinta Cenat Cenut
d. News, terdiri dari program acara:
Jelajah
Reportase Siang
Jelang Siang
Reportase Pagi
Reportase Sore
Reportase Malam
Benu Buloe
Hidup Ini Indah
Jika Aku Menjadi
Bosan Jadi Pegawai
John Pantau
Harmoni Alam
54
Makna Kehidupan
Para Pemburu
Belajar Indonesia
Bingkai Berita
The Camp
Hidup Kedua
Kenali Anak Negeri
e. Information, terdiri dari program acara:
Ceriwis Pagi Manis
Insert Pagi
Insert
Insert Sore
Gula Gula
Koper Dan Ransel
Ngulik
Ala Chef
Celebrity On Vacation
Griya Unik
Kuliner Pilihan
f. Religious, terdiri dari program acara:
Teropong Iman
Halal ?
55
Islam Itu Indah
IQRA
6. Penghargaan Trans Tv
Beberapa penghargaan yang pernah diperoleh Trans Tv adalah:
a. Pada tahun 2002, Trans Tv memperoleh:
CAKRAM, sebagai Kategori Media Pendatang Potensial
MAJELIS ULAMA INDONESIA, pada Anugerah Syiar
Ramadhan 1423 H, Kategori Siaran Pendukung Suasana
Ramadhan Terpuji
b. Pada tahun 2003, Trans Tv memperoleh:
CAKRAM, sebagai Kategori Televisi Nasional Terbaik
MAJELIS ULAMA INDONESIA, pada Anugerah Syiar
Ramadhan 1424 H, Kategori Siaran Menjelang Buka Puasa
Penghargaan III
c. Pada tahun 2004, Trans Tv memperoleh:
ASIAN TELEVISION AWARD 2004
1. Kategori Best Reality Program: Dunia Lain “Lawang Sewu”
2. Nominasi Best Music Program: Diva Dangdut Nirwana
FOR ALL NATION (FAN) CAMPUS, sebagai Kategori Media
Elektronik Peduli Narkoba
56
d. Pada tahun 2005, Trans Tv memperoleh:
PANASONIC AWARD
1. Kategori program Talk Show Terfavorit : Ceriwis
2. Pesenter Talk Show terfavorit: Indy Barends “Ceriwis”
ANUGERAH KEBUDAYAAN 2005; KEMENTERIAN
KEBUDAYAAN & PARIWISATA
1. Kategori Acara Anak: Surat Sahabat
2. Nominasi Kategori Features: Jelajah
THE ASIA PACIFIC BROADCASTING UNION (ABU) /
CASBAA UNICEF Child Rights Award 2005
Anugerah Kebudayaan untuk Acara Anak: Surat Sahabat episode
“Daman Anak Dayak Ngaju”
Sertifikat ISO 9001:2000
Revenue Cycle: Divisi Sales & Marketing, Divisi Finance &
Resource Development
In House Production: Divisi Produksi, Divisi News, Divisi
Production & Technical Services, dan Dept. Budget Management
Accounting e. Pada tahun 2006, Trans Tv memperoleh:
PANASONIC AWARD 2006
1. Program “Current Affair” Terfavorit: Kejamnya Dunia
2. Program Komedi/Lawak Terfavorit: Extravaganza
3. Program Anak-Anak Terfavorit: Dapur Klok-Klok
57
PENGHARGAAN JAWA POS
Grup Lawak Terfavorit 2006: Variety Show Extravaganza
SERTIFIKAT ISO 9001 : 2000
Unit Procurement, Divisi HC, Divisi GS, dan Divisi Programming f. Pada tahun 2007, Trans Tv memperoleh:
KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) AWARD 2007
Program Televisi Anak-Anak Terbaik: Surat Sahabat
WATER AND SANITATION PROGRAM (WORLD BANK)
Best Sanitation Reporting Award in East Asia Ministerial
Conference on Sanitation and Hygiene (EASAN) 2007 Media
Competition: Cerita Anak
ANUGERAH PESONA WISATA INDONESIA 2007
“Terbaik I” Kategori Media Televisi: Jelajah
PANASONIC AWARD 2007
1. Program Talkshow Terfavorit: Ceriwis
2. Program Komedi Terfavorit: Extravaganza
3. News Magazine Terfavorit: Jelang Siang
CAKRAM, Kategori Televisi Nasional Terbaik 2006
SERTIFIKAT ISO 9001 : 2000
Broadcast System: Dept. Promo On Air, Unit Marketing PR, Dept.
IT, Unit Corporate Legal
ISAS BC
Pengakuan Standard Operating Procedures (SOP) untuk
“Integrated Broadcast System” pertama di dunia
58
PERTAMINA PRESS AWARD
Feature TV: Reportase
MARKETING MIX
1. 2nd Biggest Number of Audience: Extravaganza Roadshow
2. 2n Best in Coverage: Extravaganza Roadshow
3. 3rd Best in Interaction: Extravaganza Roadshow g. Pada tahun 2008, Trans Tv memperoleh:
CITRA PARIWARA 2008
1. Best of 2008: TV Station for Inhouse Advertisement of The
Year 2008
2. Gold Award: Promo Badminton “Juice is Deuce”
3. Silver Award: Promo Bioskop “Loket Sepi”
4. Silver Award: Promo Badminton “Single or Double?”
XY Kids, Program Anak Favorit: Akhirnya Datang Juga h. Pada tahun 2009, Trans Tv memperoleh:
PANASONIC AWARD 2009
1. Program Reality Show Terfavorit: Termehek-Mehek
2. Program Komedi/Lawak Terfavorit: Extravaganza
3. Program Kuis & Game Show Terfavorit: Gong Show
4. Program News Magazine Terfavorit: KPK (Kumpulan Perkara
Korupsi)
5. Presenter Infotainment Terfavorit: Cut Tary (Insert)
6. Pelawak Terfavorit: Olga Syahputra Presenter Reality Show
Terfavorit
59
FESTIVAL FILM BANDUNG 2009
Sinetron Lepas Terpuji: Bioskop Indonesia “Baju Seragam Anak
Pemulung”
SWA Sembada
Word of Mouth Marketing Award (Most First Recommended
Brand 2009) TRANS TV : First Winner in Broadcast Television
Category
KPID JAWA BARAT, TRANS TV: Diversity of Content
LOMBA JURNALISTIK 2009 oleh Ikatan Jurnalis Televisi
Indonesia (IJTI), “Juara II” Kategori Jurnalis Televisi i. Pada tahun 2010, Trans Tv memperoleh:
CITRA PARIWARA 2010
"Gold Awards" Kategori Movie Promo: Spiderman Wayang
2010 PROMAX ASIA
Best Promo Not Using Programme Footage - Spider Puppet Show
Bioskop TRANS TV " Spiderman"
THE BEST CEO INDONESIA 2010
Survei oleh Majalah SWA
Direktur Utama TRANS TV: Bpk. Wishnutama
MARKETEERS AWARD: INDONESIA'S MOST
FAVORITE NETIZEN BRAND 2010, "Brand Favorit" Kategori
Television
ANUGERAH PEDULI PENDIDIKAN
60
Oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
TRANSCORP: Perusahaan yang Peduli Pendidikan
PANASONIC GOBEL AWARDS 2010
1. Program Feature Terfavorit: Griya Unik
2. Program Kuis & Game Show Terfavorit: Gong Show
3. Pelawak Terfavorit: Olga Syahputra (Saatnya Kita Sahur)
B. Program Berita Reportase Minggu
1. Latar Belakang Program Reportase Minggu
Reportase adalah program berita bulletin Trans TV. Hadir 4 kali
sehari yaitu pagi, siang, sore, dan malam. Nama Reportase pertama kali
digunakan untuk program berita bulletin pada Program Reportase Pagi.
Selanjutnya berturut-turut yaitu lahir Reportase Malam, Reportase Sore,
dan terakhir Reportase Siang.
Sementara di program berita sore hari sebelum akhirnya
menggunakan nama reportase Sore, sempat beberapa kali berganti-ganti
nama program dan jam tayang.
Tayang perdana pada 1 Austus 2002 dengan nama BERITA TRANS
PETANG (17.00 -17:30 WIB) dengan performa awal adalah TVR 0.9
dan TVS 5.7%. Berubah nama menjadi REPORTASE SORE per
tanggal 27 November 2003 (tayang 16:30-17:00 wib).
Pada tanggal 29 November 2004 dipercaya untuk head to head dengan
Liputan 6 Petang dan Seputar Indonesia di jam 18:00 WIB. Dan
setelah hampir satu tahun Reportase belum menunjukan seperti yang
61
dijanjikan, sehinga pada tanggal 3 Oktober 2005 “dilempar” ke jam
16:00 WIB atau 2 jam lebih awal. Dengan kondisi saat itu, Reportase
dianggap “kesiangan”, karena banyak peristiwa/materi berita datang
terlalu mepet, sehingga kesulitan dalam persiapan dan waktu editing
materi berita.
Pada 4 November 2006, tayang perdana Rep weekend, sabtu dengan
REPORTASE INVESTIGASI dan hari minggu menjadi REPORTASE
MINGGU.
Pada 8 November 2008 REPORTASE INVESTIGASI dan
REPORTASE MINGGU dipindahkan ke 16:30 WIB. Kini reportase
hadir dengan Tagline “lebih dekat dan berbeda”.3
Reportase Minggu hadir melengkapi Reportase Senin sampai
Jumat yang lebih menitikberatkan pada informasi hard news. Reportase
Minggu hadir dalam bentuk yang lebih soft menyerupai magazine, dimana
di dalamnya penuh informasi berbagai feature yang menarik, unik,
edukatif dan berbeda.
Mengingat bahwa mayoritas masyarakat Indonesia yang menjadi
audiens Trans Tv adalah kaum perempuan, maka Reportase Minggu
dihadirkan untuk menginformasikan berbagai macam informasi mengenai
kuliner, wisata, maupun kegiatan menarik lainnya yang cocok dengan
suasana akhir pekan. Selain itu juga, karena hari Minggu merupakan hari
santai kebanyakan orang, maka tidak salah jika Reportase Minggu
3 Research and Development Trans Tv, “ Sejarah Program News Trans Tv,” artikel diakses pada 11 Februari 2011 dari www.transtv.co.id
62
dihadirkan ke tengah pemirsanya untuk menginformasikan berbagai
feature menarik.
2. Profil Reportase Minggu
Reportase Minggu merupakan acara yang mewadahi berbagai
informasi yang lebih bersifat wisata keluarga, seperti informasi yang
menghibur, info wisata keluarga, kuliner sehat atau mainan yang bersifat
edukatif. Namun, tetap menyediakan informasi terkini di bidang politik,
hukum, budaya, atau kejadian yang sedang marak diperbincangkan, meski
porsinya sedikit dan tidak sebanyak hard news dalam Reportase sore hari
Senin sampai Jumat.
“Reportase Minggu adalah sebagai tempat atau sebuah acara yang mewadahi informasi yang lebih bersifat keluarga dan lebih soft. Setiap harinya kan sudah ada Senin sampai Jumat mainnya Reportase hard news, yaitu bulletin yang benar-benar hard news. Untuk mewadahi reportase yang lebih soft, semacam kuliner atau info wisata keluarga, itulah gunanya Reportase Minggu. Informasi yang lebih menginspirasi keluarga untuk berwisata, memilih kuliner sehat, atau permainan yang edukatif. Tapi semua itu dikemas secara news, bukan entertainment.”4
Tayang setiap hari Minggu pukul 17.00-17.30 WIB, Reportase
Minggu mengahadirkan berbagai informasi menarik seputar kuliner, lokasi
wisata, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keluarga dengan
pembagian tiga segmen.
Tiga segmen dalam waktu 30 menit itu diselingi commercial break
sebanyak dua kali. Segmen pertama berisi liputan presenter dengan lokasi
4 Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda, Kamis, 11 Februari 2011.
63
taping di luar studio dengan penyampaian liputan beberapa feature.
Segmen kedua, masih berisi liputan presenter dengan sajian soft newsnya.
Dan segmen ketiga dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi
lanjutan informasi soft news yang disampaikan presenter dari lokasi di luar
studio, atau sambil jalan-jalan, dan bagian kedua berisi informasi hard
news yang terangkum dalam Reportase Utama.
Sajian soft news Reportase Minggu hadir dengan memperhatikan
mayoritas audiens Trans Tv. Audiens Trans Tv yang kebanyakan adalah
perempuan membuat Reportase Minggu memiliki sasaran atau target
programnya bagi perempuan. Reportase Minggu biasanya menyajikan
berbagai informasi yang lebih bernuansa perempuan. Baik dari segi
kuliner ataupun tempat-tempat belanja dan wisata.
3. Redaksi Reportase Minggu Trans Tv
Kadept Bulletin & CA
Shanta Curanggana
Wapemred
Kasubdep Bulletin I
Ponco D Wijaya
Executive Produser
Reportase Minggu
64
Producer
Yuli Juanda
Producer Ast
Mulyantoro Rahmadi
(untuk setiap kru liputan, baik Reporter atau Kameramen, semua
disediakan oleh Koordinator Liputan)
4. Tagline “Lebih Dekat dan Berbeda”
Program berita Reportase di Trans Tv memiliki tagline “Lebih
Dekat dan Berbeda”. Tagline itu berlaku untuk semua program Reportase,
termasuk Reportase Minggu. Seperti pada program berita televisi lainnya,
tagline digunakan untuk mencirikan sebuah program tersebut.
Begitu juga dengan program berita Reportase Minggu di Trans Tv
yang juga menggunakan tagline “Lebih Dekat dan Berbeda”. Tagline
tersebut tidak muncul begitu saja tanpa makna. Tagline tersebut memiliki
arti dan kandungan makna tersendiri untuk program Reportase Minggu,
terutama berkaitan dengan ciri penyampaian informasinya.
Kata “lebih dekat” memiliki maksud bahwa Reportase dalam
menyampaikan informasinya berusaha untuk selalu dekat dengan
masyarakat. Menginformasikan berbagai fakta dan keadaan yang berada di
sekeliling masyarakat dengan pengemasan yang sederhana dan menarik.
Sehingga, kalangan masyarakat manapun bisa menikmatinya. Bahkan tak
65
jarang, seorang presenter harus turun langsung ke tengah masyarakat atau
lokasi dimana suatu informasi atau fakta diangkat menjadi sebuah berita.
Misalnya saja ketika menginformasikan masalah kemiskinan, presenter
terjun langsung dan melakukan liputan di tengah-tengah masyarakat
miskin. Atau bicara masalah sampah, presenternya pun menyampaikan
laporannya melalui tempat kejadian atau di tumpukan sampah.
“Reportase itu berbeda. Kehadiran presenternya di situ, di tempat kejadian. Misalnya hard news mengenai kemiskinan, presenter melaporkan di situ. Atau tentang sampah, reporter juga melaporkan di situ. Jadi lebih dekat dengan masyarakat dan kejadian. Kita memberikan sesuatu dari tempatnya dan dengan cara package yang berbeda. Misalnya tentang kenaikan BBM, Kita bicara dampaknya terhadap masyarakat, tidak menyampaikannya secara serta merta seperti itu.”5
Sedangkan kata “berbeda” memiliki makna bahwa Reportase
mengemas berbagai informasi yang akan disampaikan secara berbeda.
Berbeda dengan yang lainnya, berbeda dengan program berita di televisi
lain. Berbeda dalam pengemasan beritanya, seperti ketika
menginformasikan masalah kenaikan BBM. Redaksi tidak secara serta
merta mengemukakannya seperti itu, namun redaksi Reportase melihat sisi
lainnya. Misalnya saja mengangkat sisi dampaknya terhadap masyarakat
yang harus mengeluarkan uang lebih untuk transportasi karena mahalnya
harga BBM.
Dalam program berita Reportase Minggu sendiri, tagline “Lebih
Dekat dan Berbeda” terwujud dalam bentuk dan ciri penyampaian
informasinya. Feature atau berbagai informasi yang ditayangkannya
berasal dari lingkungan sekitar masyarakat yang begitu kental
5 Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda, Kamis, 11 Februari 2011.
66
menggambarkan suatu kehidupan masyarakat atau bahkan yang terlupakan oleh lingkungan di luarnya, namun hal itu ternyata menarik dan penting diketahui. Seperti misalnya liputan mengenai seorang nenek tua di Sleman
Jogjakarta. Kesehariannya sebagai pembuat mainan tradisional tidak begitu diketahui banyak orang. Dengan liputan yang khas dan berbeda,
Reportase Minggu berusaha mengangkat hal itu ke tengah masyarakat bahwa sebenarnya hal itu penting diketahui.
Konsep penyampaian informasi yang dilakukan di luar studio juga menggambarkan kedekatan terhadap lingkungan dan masyarakat. Taping dua presenter yang dilakukan di lokasi berbagai daerah menjadikan suasana keakraban semakin terasa. Bahkan tak jarang taping dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar.
BAB IV
PROSES PRODUKSI SIARAN PROGRAM BERITA
REPORTASE MINGGU DI TRANS TV
A. Pelaksanaan Produksi Reportase Minggu di Trans Tv
Dalam proses produksi sebuah program televisi, termasuk program
berita Reportase Minggu di Trans Tv pasti memerlukan beberapahal yang
dianggap penting. Hal-hal tersebut harus dengan matang dipikirkan oleh
seorang produser atau bagian yang bertanggung jawab terhadapnya.
Sesuai dengan pendapat Fred Wibowo dalam bukunya, Teknik
Produksi Program Televisi, seorang produser dihadapkan oleh lima hal
penting yang harus secara matang dipikirkan. Kelima hal itu adalah materi
produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksana produksi,
dan terakhir adalah tahapan pelaksanaan produksi.
Dalam program berita Reportase Minggu di Trans Tv juga sangat
memperhatikan kelima hal tersebut. Dalam proses produksi berita atau
informasinya, kelima hal itu jelas dipikirkan secara matang agar
mendapatkan hasil siaran yang baik dan diminati masyarakat. Terutama
agar menghasilkan siaran berita yang lebih dekat dengan kehidupan
audiensnya, dan berbeda dengan program berita lainnya. Sesuai dengan
tagline yang dimiliki Reportase, termasuk Reportase Minggu, yaitu,
“Lebih Dekat dan Berbeda”.
a. Materi Produksi
67 68
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa program
Reportase Minggu merupakan program news di Trans Tv yang lebih
menitikberatkan pada penyajian feature. Dikemas secara news, namun
bisa diterima di kalangan masyarakat. Karena sajian informasinya
berupa feature dan lebih soft dibanding dengan sajian news di program
Reportase lainnya, maka untuk materi beritanya pun berbeda.
“Untuk mewadahi reportase yang lebih soft semacam kuliner atau info wisata keluarga ada Reportase Minggu. Reportase Minggu, informasinya lebih menginspirasi keluarga untuk berwisata, untuk memilih kuliner sehat, juga permainan edukatif. Tapi semua itu dikemas secara news, bukan kemasan entertainment. Bentuknya news, tapi bisa diterima.”1
Materi produksi untuk program berita Reportase Minggu
adalah berbagai informasi yang lebih soft. Secara umum, materi
Reportase Minggu biasanya seputar kuliner, lokasi-lokasi wisata, atau
mainan edukatif. Pada intinya, materi ini disajikan sebagai pemberi
inspirasi bagi keluarga untuk berwisata, memilih kuliner sehat atau
permainan edukatif bagi putera-puterinya.
Karena bentuknya bukan penyajian hard news, materinya
didapat dari permintaan produser acara kepada koordinator liputan di
kantor redaksi. Biasanya permintaan produser terhadap apa yang akan
diliput sebagai bahan berita di Reportase Minggu adalah tema-tema
yang sebelumnya sudah didesign, istilahnya its all by designed.
Misalnya saja menjelang tahun baru Imlek, maka produser akan
meminta korlip untuk menyediakan kru yang bertugas meliput
1Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda, Kamis, 11 Februari 2011.
69
berbagai peristiwa yang bernuansa Imlek. Begitu juga dengan hari-hari
lainnya. Misalnya, saat tahun baru, Hari Bumi, Hari Pahlawan, dan
hari-hari penting lainnya. Itu semua akan di request oleh produser
kepada korlip sebagai bahan atau materi yang akan disajikan di
Reportase Minggu. Selanjutnya, korlip yang akan menugaskan para
kru untuk meliput permintaan produser tersebut.
Namun, produser punya pertimbangan sendiri dalam memilih
berita. Produser lebih mempertimbangkan sisi audiens Trans Tv yang
kebanyakan female. Penonton setia Trans Tv yang memiliki jumlah
lebih banyak adalah kaum perempuan, membuat produser memilih
berita dan mengemasnya dengan nuansa female. Begitu juga dengan
materinya, biasanya produser lebih utama memuat unsur perempuan
dalam informasinya.
Reportase Minggu juga menyajikan informasi terkini yang
terangkum dalam Reportase Utama. Alasannya, karena masyarakat
pun perlu tahu informasi terkini yang sedang terjadi atau bersifat
aktual. Maka, di segmen akhir Reportase Minggu, redaksi menyajikan
informasi yang bersifat hard news, meskipun porsinya tidak banyak.
“Biasanya tema berita itu diproyeksi oleh koordinator liputan. Selain itu, Kita searching sendiri, riset sendiri. Bisa dari internet, koran, atau mungkin informasi dari teman. Yang paling sering adalah melakukan riset. Kita biasanya riset terlebih dahulu. Setelah kita dapat ide, kita laporkan ke koordinator liputan atau produser mengenai riset yang kita miliki. Kemudian mereka yang memutuskan apakah menarik untuk diliput atau tidak.”2
2Wawancara Pribadi dengan Reporter Reportase Minggu Trans Tv, Ivan Kurnia, Minggu, 13 Februari 2011.
70
Untuk materi berita pada Reportase Utama berasal dari
berbagai informasi yang telah ditulis dalam daftar liputan pada sebuah
whiteboard di kantor redaksi. Barisan informasi ini telah diagendakan,
apa saja yang teraktual dan selanjutnya akan diliput. Dari barisan
daftar itu, selanjutnya produser lah yang akan menentukan berita mana
yang akan diangkat atau sajikan dalam segmen ini.
Selain dari yang telah diproyeksi atau ditentukan oleh
koordinator liputan sesuai permintaan produser atau memang sudah
diagendakan, materi biasanya di dapat dengan cara riset. Riset yang
dilakukan oleh reporter juga bisa diambil sebagai bahan materi
produksi berita.
Hasil riset yang telah disetujui oleh produser lah yang nantinya
akan menjadi bahan liputan sebagai materi berita di Reportase Minggu.
Selanjutnya kembali pada tugas koordinator liputan untuk menugaskan
siapa saja yang harus melakukan tugas liputan ke lokasi yang telah
ditentukan.
b. Sarana Produksi
Setiap proses produksi berita, distasiun televisi manapun pasti
memerlukan saranan pendukung demi lancarnya sebuah proses. Begitu
juga dengan program berita Reportase Minggu di Trans Tv. Dalam
peliputan ataupun saat produksi dan siap siar, Reportase Minggu
membutuhkan berbagai sarana sebagai pendukung terwujudnya
kelancaran dalam proses produksi.
71
Sarana pendukung dalam proses produksi berita Reportase
Minggu antara lain, kamera dan perangkatnya seperti baterai, tripod,
lampu pencahayaan, dan mic. Selain itu juga secara otomatis
membutuhkan apa yang disebut control room, yang nantinya sangat
dibutuhkan ketika siaran berita ditayangkan atau on air. Sarana lainnya
meliputi komputer, layanan internet, telepon, dan studio. Berbagai
saranan tersebut sangat diperlukan guna mendukung kelancaran proses
produksi berita pada program Reportase Minggu.
c. Biaya Produksi
Setelah materi dan sarana, selanjutnya hal yang diperlukan
dalam pelaksanaan produksi berita pada program Reportase Minggu
adalah biaya produksi. Proses produksi tanpa biaya, tidak akan
berjalan dengan lancar. Oleh karenanya, biaya produksi harus
direncanakan secara matang.
Biaya produksi dalam proses produki berita di Reportase
Minggu tidak selalu sama. Pengeluaran biaya bergantung atas lokasi
pelaksanaan produksinya.
“Per episode itu rata-rata tiga sampai lima jutaan. Tergantung, kalo ke luar kota, Bandung misalnya, bisa tiga sampai lima jutaan per episode. Tapi kalo di sini, tidak sampai nominal segitu.”3
Secara umum, biasanya untuk pengeluaran biaya produksi per
episode berkisar antara tiga hingga lima juta rupiah. Biaya itu bisa saja
dihabiskan untuk produksi yang dilakukan di luar kota seperti
3Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda, Kamis, 11 Februari 2011.
72
Bandung. Sedangkan untuk produksi yang dilakukan di dalam kota
Jakarta, maka biaya pengeluaran tidak sampai pada angka tersebut.
“Kalo di Trans Tv sendiri, masing-masing divisi punya tugas sendiri. Bagian news ya kewajibannya bikin news atau berita, nanti yang cari duit bagian marketing. Tapi bagian ini saling membantu, ketika program kita perform, tentu marketing akan dengan mudah cari duitnya.”4
Sesuai dengan keterangan dari wawancara dengan Yuli,
produser Reportase Minggu, biaya diperoleh dari divisi marketing
yang bertanggung jawab terhadap biaya pengeluaran dalam proses
produksi dalam program acara di Trans Tv. Begitu juga dengan proses
produksi berita pada Reportase Minggu, biaya yang didapatkan dari
divisi marketing. Meskipun seperti itu, divisi news yang bertugas
mencari news untuk program-program berita, termasuk Reportase
Minggu dengan divisi marketing yang bertugas menyediakan biaya
produksi saling melakukan kerja sama agar program tetap bisa berjalan
dengan lancar dan biaya pun bisa dipenuhi secara baik.
d. Organisasi Pelaksana Produksi
Dalam program berita Reportase Minggu ini, redaksinya
termasuk ke dalam divisi pemberitaan Trans Tv. Secara umum,
organisasi pelaksana produksi yang saling bekerja sama terdiri dari
direktur pemberitaan, produser, asisten produser, koordinator liputan,
reporter, kameramen, editor, pengarah program, dan penyiar berita.
4Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda.
73
- Direktur pemberitaan: adalah seseorang yang independen bahkan
ia harus independen dari pemilik stasiun TV itu sendiri (Peter
Herford, 2000). Untuk melaporkan berita secara akurat dan adil,
staf pemberitaan dan direktur pemberitaan harus bebas dari tekanan
politik dan ekonomi.
- Produser: orang yg bertanggung jawab untuk mempersiapkan
penayangan suatu program berita. Produser acara harus
memutuskan berita apa yang akan disiarkan dan ia mempersiapkan
segala sesuatu, agar berita itu dapat ditayangkan.5
- PA (Producer Assistance): membantu produser dalam persiapan
pra produksi suatu program maupun post production, membuat
direktur produksi pada saat pelaksanaan produksi, melakukan
control editing pada saat post production.
- Koordinator liputan: bertugas mengkoordinir wartawan dan
mengatur tugas-tugas liputan para wartawan. Ia merupakan
komando peliputan yang membawahi para reporter dan
cameramen.6
- Reporter: seseorang yang bertugas meliput suatu berita bersama
kameramen yang telah ditugaskan oleh korlip. Reporter juga
melakukan penulisan naskah terhadap peristiwa atau kejadian apa
yang telah diliput.
5Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 43-44.
6Zaenuddin HM, The Journalist (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 71.
74
- Kameramen: seseorang yang bertugas merekam gambar pada saat
peliputan. Kameramen juga bertugas mencatat time gambar yang
diperkirakan akan masuk dalam daftar editing gambar, agar lebih
mempermudah proses editing.
- Editor: seseorang yang bertanggung jawab terhadap proses editing
gambar. Ia juga bertugas menggabung-gabungkan potongan-
potongan bahan berita hingga menjadi kesatuan yang utuh.
- Pengarah program: seseorang yang bertugas mengarahkan program
pada saat live di studio. Ia menjadi komando atau pengarah atas
berlangsungnya siaran berita yang secara live ditayangkan dari
studio. Ia juga bekerja sama dengan semua kru yang berada di
studio maupun control room.
- Penyiar berita: seseorang yang juga disebut sebagai presenter
berita. Ia bertugas sebagai pembaca berita pada saat siaran live di
studio. Ia yang menyampaikan berbagai informasi yang telah
dibuat melalui proses-proses tertentu.
e. Tahapan Pelaksanaan Produksi
Sama seperti program berita lainnya, Reportase Minggu juga
melewati beberapa tahapan proses produksi beritanya. Mulai dari
bagaimana materi berita diperoleh, hingga materi berita yang sudah
siap siar.
75
Tahapan proses produksi menurut Fred Wibowo dalam bukunya Teknik Produksi Program Televisi, meliputi proses yang terdiri dari pra produksi, produksi, serta pasca produksi.
1. Pra produksi
Dalam tahapan pertama ini memiliki tiga bagian, sebagai berikut:
a. Penemuan ide
Tahap ini dimulai ketika seorang produser memiliki
atau menemukan ide dan gagasan dalam menentukan tema
maupun isi/konten materi berita yang akan diliput. Tidak hanya
produser, pihak lain seperti reporter pun juga bisa mengajukan
saran sebagai bahan liputan. Namun, semua itu harus dilakukan
terlebih dahulu apa yang dinamakan riset. Riset dilakukan
terhadap suatu hal atau peristiwa yang dianggap menarik
dijadikan materi liputan.
b. Perencanaan
Tahap ini dilakukan setelah penemuan ide selesai. Ide
atau gagasan yang kemudian dijadikan bahan atau materi
program selanjutnya akan dikoordinasikan kepada koordinator
liputan. Produser akan mengajukan idenya sebagaimana yang
telah dipikirkan secara matang, kemudian meminta koordinator
liputan untuk menyediakan kru liputan serta meliput berbagai
hal yang tertuang dalam ide tersebut.
Pada saat inilah, semua akan direncanakan. Penetapan
serta pengadaan tim liputan, penetapan jangka waktu liputan,
76
serta lokasi liputan. Selain estimasi biaya dan rencana alokasi
dana yang disediakan oleh bagian marketing juga harus
direncanakan secara hati-hati dan teliti.
c. Persiapan
Setelah semua apa yang menjadi gagasan selesai
direncanakan dengan matang dan baik, tahap selanjutnya
adalah melakukan persiapan.
Persiapan meliputi kegiatan pemberesan semua
perijinan dan surat-menyurat. Persiapan keberangkatan tim
liputan, persiapan atau latihan penampilan presenter,
pembuatan setting, meneliti berbagai keperluan, serta
melengkapi peralatan yang diperlukan untuk taping
selanjutnya. Persiapan ini dilakukan beberapa hari sebelum
taping dilakukan.
2. Produksi (pelaksanaan)
a. Liputan berita
Setelah semua gagasan selesai direncanakan dan
disiapkan dengan baik, maka pelaksanaan produksi dimulai.
Para kru liputan yang bertugas bekerja sama serta
berkoordinasi dengan koordinator liputan dan produser acara
untuk mewujudkan berbagai hal yang telah direncanakan serta
disiapkan sebelumnya.
77
Program Reportase Minggu memiliki sajian berbeda dengan Reportase lainnya. Pertama, dua presenter berita menyampaikan informasi dari lokasi di luar studio. Kedua, materi yang disajikan berupa sekumpulan feature yang menarik dan sesuai dengan suasana akhir pekan. Ketiga, program berita ini memiliki segmen Reportase Utama di akhir penayangan, dimana berita “hard news” disampaikan oleh seorang presenter yang secara live menyampaikannya di studio.
Oleh karena itu, produksi atau pelaksanaan ide dan gagasan yang telah disiapkan secara matang juga terdiri dari beberapa bentuk.
Pertama, pelaksanaan produksi dalam program berita
Reportase Minggu yaitu melakukan liputan yang telah ditentukan oleh produser. Produksi dimulai pada saat kru liputan melakukan taping ke suatu lokasi yang telah ditentukan sebagai lokasi shooting pengambilan gambar. Karena konsep dari Reportase Minggu adalah penyampaian informasi secara santai, maka produksi dilakukan di luar studio.
Kedua, produksi dilakukan oleh kru liputan yang juga ditugaskan untuk meliput berbagai hal yang akan dijadikan sebagai item-item berita untuk ditayangkan. Ini dilakukan oleh tim liputan ke berbagai daerah, sesuai yang ditugaskan oleh koordinator liputan.
78
Karena item berita yang akan ditayangkan pada
program Reportase Minggu memiliki dua bentuk, feature
menarik dan hard news (berita aktual), maka langkah
produksinya pun berbeda. Pada sajian feature, produser
menentukan tema yang akan diliput, kemudian
mengkoordinasikannya pada koordinator liputan untuk
selanjutnya koorlip menyediakan kru liputan. Sedangkan untuk
hard news, tema berita sudah terdaftar di list kantor redaksi.
Produser akan memilih apa yang akan diangkat sebagai meteri
berita, kemudian koorlip akan menugaskan tim liputan untuk
meliputnya.
Pada saat semua bahan berita diliput, pada saat itulah
berlangsung proses produksi gagasan-gagasan berita yang akan
diproses lebih lanjut untuk selanjutnya ditayangkan. b. Penulisan naskah dan dubbing
Setelah liputan berbagai bahan berita selesai, kemudian
para kru akan kembali ke kantor redaksi. Di sana, mereka
melakukan tugas selanjutnya. Para reporter di tugaskan
menuliskan naskah sesuai apa yang mereka liput. Sedangkan
kameramen, bertugas mengecek ulang gambar yang telah
diliput untuk kemudian dicapture ke komputer.
Reporter menulis naskah dari daftar gambar yang telah
diliput oleh kameramen. Reporter tidak diperbolehkan menulis
naskah dengan melebihkan atau mengurangi informasi. Naskah
79
ditulis sebagaimana fakta yang telah ia peroleh. Setelah
penulisan naskah selesai, naskah akan diserahkan kepada
produser untuk diedit dan ditulis kembali. Setelah naskah rapi,
maka selanjutnya adalah proses dubbing suara.
Dubbing bisa dilakukan oleh siapapun yang memiliki
suara baik dan mampu melakukan dubbing suara. Naskah
dibacakan oleh seorang dubber yang kemudian akan direkam
untuk selanjutnya digabungkan bersama gambar-gambar.
3. Pasca produksi (penyelesaian/penyuntingan dan penayangan)
Pasca produksi merupakan tahap selanjutnya setelah
gagasan ditemukan, direncanakan dan disiapkan secara matang,
serta diproduksi atau diliput dan ditulis dalam bentuk naskah yang
juga didubbing.
Tahapan ini meliputi proses penyuntingan atau editing
gambar serta penayangan secara live di studio.
a. Penyuntingan atau editing
Setelah meteri berita diliput, naskah rapi telah
didubbing, dan gambar liputantelah dipastikan tidak ada
masalah, maka selanjutnya adalah proses penyuntingan atau
editing.
Proses editing dilakukan setelah tersedianya kaset
rekaman gambar liputan dan naskah rapi yang telah didubbing.
Jika kedua hal itu telah siap, maka semua siap diedit. Editing
80
dilakukan dengan cara online dengan teknik digital. Editing online teknik digital ini merupakan metode atau cara mengedit yang lebih mudah dibandingkan dengan teknik analog. Karena proses editing materi berita Reportase Minggu tidak cut to cut, maka dalam mengedit gambar langsung menggunakan cara online.
Editing dimulai dengan proses pengcapturean gambar.
Artinya, memasukkan seluruh shoot gambar rekaman dalam bentuk kaset yang telah diliput kameramen. Seluruh gambar dipindah ke dalam komputer di ruang editing dan diubah ke dalam bentuk file. Penyusunan gambar tidak mesti berurutan, dan karenanya seorang editor kemudian melakukan tugas menyusun seluruh shoot atau gambar. Setelah seluruh gambar tersusun dengan baik, maka diurutkan dan disatukan agar seluruh gambar yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh. Setelah semua dirasa memuaskan, maka selanjutnya adalah proses mixing.
Mixing adalah proses dimana terdapat penggabungan antara gambar, suara asli, suara narasi atau dubbing, musik, sound effect, dan lainnya. Semua itu harus diseimbangkan sedemikian rupa agar tidak saling mengganggu dan dapat terdengar jelas.
Setelah proses mixing selesai, proses editing pun selesai. Biasanya, hasil editing akan dipreview kembali oleh
81
produser untuk memastikan kesinambungan gambar dan suara,
kecocokan gambar, durasi, dan sebagainya. Setelah produser
menyetujui hasil editing tersebut, maka hasil editing akan
diprint dalam bentuk kaset atau data yang dikirim melalui
server. Hasilnya akan disampaikan ke master control room
untuk kemudian ditayangkan. b. Penayangan
Tahap ini adalah tahapan terakhir setelah bahan berita
yang telah diedit diprint ke dalam bentuk kaset atau dikirim
dalam bentukn data ke server yang nantinya sampai pada
master control room.
Dalam proses penayangan, bagian production and
facilities bekerja sama dengan bagian news. Proses penayangan
berita secara keseluruhan akan dikendalikan oleh seorang
program director. Ia akan bekerja sama dengan dua bagian.
Pertama dengan bagian news yang memang merupakan tempat
dimana program itu dibuat dan berita-beritanya dihasilkan.
Kedua dengan bagian yang berada di master control room,
sebagai lokasi dimana program ini nantinya akan dikendalikan
dan ditayangkan dengan kerja sama para kru lainnya.
Di master control room atau studio yang banyak
bertanggung jawab saat penayangan dan berkaitan dengan
permasalahan durasi acara atau commercial break yang akan
ditayangkan, PD bekerja sama dengan banyak kru. Mereka
82
adalah switcher-person, bagian CG atau character generator
yang bertugas menyiapkan template, VTR-person yang
bertugas mengoperasikan video player, lighting-person, dan
seorang floor director yang merupakan kepanjangtanganan PD
yang berada di studio. Selain floor director, PD juga bekerja
sama dengan presenter, camera person, audio-person yang
bertugas mengatur suara saat live, TS, bagian yang lebih
banyak mengurusi urusan teknis, seperti kerusakan pada alat-
alat, dan MCR atau master control room yang lebih banyak
bertugas pada urusan live, serta bagian-bagian dan kru studio
lainnya yang cukup banyak.
Melalui alat komunikasi bernama “intercom”, seorang
PD mengkoordinasikan serta mengomunikasikan semua urusan
penayangan dengan para kru lainnya. Berbagai hal seperti
kapan berita ditayangkan, kapan presenter mulai, kapan
commercial break tayang, dan sebagainya dikoordinasikan
melalui alat tersebut.
B. Teori Arus Berita (Bass) dalam Proses Produksi Berita Reportase
Minggu di Trans Tv
Mengacu pada teori arus berita milik Bass yang menyatakan bahwa
dalam produksi sebuah berita, prosesnya akan melalui dua tahapan yang
saling berhubungan, penulis akan menghubungkannya dengan proses
produksi berita program Reportase Minggu di Trans Tv.
83
Bass menjelaskan tahap pertama terjadi ketika para pencari berita
membuat “berita kasar” (peristiwa, pidato dan konferensi pers) menjadi
“copy berita” atau “bahan berita”. Tahap kedua terjadi ketika para
pengolah berita merubah atau menggabung-gabungkan bahan itu menjadi
“hasil akhir” (sebuah surat kabar atau sebuah siaran berita) yang disiarkan
kepada umum.7
Dari penjelasan teori milik Bass tersebut, penulis memahami
bahwa proses produksi berita dalam sebuah sajian program berita yang
diproduksi oleh suatu organisasi pemberitaan dibagi ke dalam dua tahapan
yang saling terkait. Tahap pertama ditandai sebagai proses perolehan dan
pengumpulan bahan berita. Ini terjadi ketika pencari berita atau kru yang
bertugas mencari dan membuat berita “kasar” menjadi copy berita atau
bahan berita. Tahap kedua atau selanjutnya terjadi ketika pengolah berita
atau para kru yang bertugas merubah atau menggabung-gabungkan bahan
berita yang diperoleh sebelumnya menjadi sebuah hasil akhir, dalam hal
ini adalah sebuah siaran berita Reportase Minggu.
Tahap I:
a. Tahap pengumpulan bahan-bahan berita
Pada tahap ini, proses produksi berita dimulai dari sebuah
proses permintaan atau request liputan berita dari seorang produser
pada koordinator liputan. Karena program Reportase Minggu
merupakan sajian news yang berbentuk feature, maka produser lebih
menitikberatkan pada pemilihan berita yang bersifat feature atau lebih
7 DennisMcQuail, Model-Model Komunikasi. Alih Bahasa Putu Laxman Pendit (Jakarta: Uni Primas, 1985), h. 110.
84
soft dibandingkan dengan sajian berita pada program Reportase Sore di
Senin hingga Jumat.
Biasanya “berita kasar” ini ditentukan produser dengan melihat
moment-moment yang sedang “hangat” terjadi. Misalnya saja ketika
menjelang perayaan tahun baru Cina, maka produser akan merequest
pada koordinator liputan untuk meliput berbagai peristiwa yang
berkaitan dengan suasana Imlek. Namun, bentukinformasinya tetap
soft. Seperti mengulik informasi yang meliputi kuliner, tempat atau
lokasi-lokasi wisata menarik, atau berbagai informasi lainnya yang
tetap menggambarkan suasana Imlek.
Setelah produser meminta berita apa saja yang akan diliput,
selanjutnya tugas koordinator liputan untuk menentukan dan
menugaskan siapa saja kru yang terlibat dalam proses peliputan.
Namun, karena Reportase Minggu lebih menitikberatkan pada
informasi yang berbentuk feature, maka penting sekali apa sebuah
tindakan yang dinamakan riset. Riset dilakukan dengan tujuan
menentukan lokasi dan tema liputan. Dari riset akan diketahui apa
langkah selanjutnya yang harus dilakukan reporter dan timnya untuk
melakukan peliputan.
“Riset tujuannya untuk menentukan lokasi tapingnya mau dimana, lokasi liputannya mau dimana. Kekuatan riset itu sangat besar dalam program-program feature di Trans Tv.”8
Riset dilakukan sebelum liputan. Biasanya reporter juga
melakukan riset untuk menemukan bahan liputan. Selanjutnya bisa
8 Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda.
85
melaporkannya tentang apa yang di dapat dalam riset kepada produser
atau koordinator liputan. Produser lah yang nantinya akan menyetujui
dan memutuskan untuk diliput atau tidak.
Secara umum, riset dapat dirumuskan sebagai pencarian
pengetahuan atau setiap penyelidikan sistematis terhadap fakta-fakta
yang ada. Riset adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan
menerjemahkan informasi atau data secara sistematis, untuk
menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang
menarik perhatian.9
Dalam Reportase Minggu juga terdapat segmen yang dikenal
dengan Reportase Utama. Dalam segmen ini berisi informasi yang
sedang “hangat”. Informasi yang teraktual disajikan ke pemirsa dengan
jumlah atau porsi yang tidak banyak.
Pengumpulan bahan atau cara mendapatkan bahan beritanya
pun berbeda. Prinsip pemilihan materi atau bahan di segmen Reportase
Utama sama halnya dengan pemilihan materi di Reportase Sore.
Bahan-bahan itu biasanya telah tersusun dalam agenda yang rinciannya
di tulis di sebuah whiteboard kantor redaksi. Dari sekian bahan berita
yang tertulis disana, produser akan memilihnya untuk dijadikan bahan
berita dalam segmen Reportase Utama.
Bahan-bahan yang dipilih produser akan dilaporkannya pada
koordinator liputan, dan selanjutnya tugas koordinator liputan untuk
menentukan tim atau kru yang bertugas sebagai tim peliput.
9 Satrio Arismunandar, “Peran Riset Di Divisi News Trans Tv”, Artikel diakses pada 19 November 2010 dari http://satrioarismunandar6.blogspot.com.
86
Penugasan korlip kepada reporter dan kameramen untuk
meliput “berita kasar” yang prosesnya telah dijelaskan, adalah sebuah
langkah pertama proses peliputan. Ketika satu tim liputan telah
menuntaskan tugasnya dalam meliput, maka “berita kasar” tersebut
sudah di dapat dan selanjutnya menjadi “copy berita” atau “bahan
berita” yang akan di edit sebelum akhirnya disiarkan.
b. Tahap penulisan naskah berita
Tahap selanjutnya yaitu penulisan naskah yang dikerjakan oleh
reporter yang meliput. Dari liputan yang telah dilakukan oleh reporter
beserta kameramen, selanjutnya adalah menuangkan apa yang didapat
dalam peliputan ke dalam sebuah tulisan atau naskah yang berfungsi
sebagai penjelasan dari gambar yang direkam kameramen.
Copy berita atau bahan berita yang terdiri dari rekaman gambar
yang berhasil diliput oleh tim yang terdiri dari reporter dan
kameramen, selanjutnya akan di preview ulang setelah sampai di
kantor redaksi. Dari apa yang telah dilihat langsung di lapangan
sebagai bahan berita oleh reporter, maka akan dituangkan ke dalam
naskah atau tulisan pelengkap atau sebagai keterangan dari gambar
yang didapat.
Penulisan naskah harus singkat, jelas, dan padat dan sesuai
dengan gambar yang direkam kameramen. Naskah yang baik ditulis
oleh reporter dengan apa adanya seperti yang terlihat di lokasi
peristiwa. Dari naskah yang telah ditulis, selanjutnya reporter
87
menyerahkannya pada produser. Naskah yang telah sampai di tangan
produser, kemudian akan diedit sesuai dengan gambar yang telah
dilihat/preview. Proses yang dilalui setelah naskah ditulis rapi oleh
reporter dan kemudian diedit kembali oleh produser, adalah dubbing.
Mengisi suara atau dubbing untuk paket reporter dapat
dilakukan dengan cara merekam suara reporter terlebih dahulu
sebelum menyunting gambar dimulai. Tahapannya adalah sebagai
berikut, setelah naskah selesai disusun oleh reporter yang bersangkutan
lalu biasanya diserahkan kepada editor in chief untuk dikoreksi.
Selesai tahapan ini, reporter, redaktur, atau writer menulis kembali
naskah yang telah diperbaiki tersebut (rewriting). Pada tahapan ini
naskah sudah siap untuk dibacakan. Reporter pun dapat memulai
persiapan dubbing/voicing over yaitu antara lain dengan mempelajari
naskah yang akan dibacakannya terlebih dahulu.10
Dalam proses dubbing di program Reportase Minggu pun tidak
jauh berbeda dengan apa yang disebutkan di atas. Dubbing dilakukan
setelah naskah yang ditulis oleh reporter diedit dan ditulis kembali oleh
produser. Proses dubbing sendiri bisa dilakukan oleh reporter atau
siapapun yang dinilai bersuara baik.
10 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 156.
88
Tahap II : a. Tahap penyuntingan dan editing berita
Tahap kedua ini dilalui oleh dua proses, yakni penyuntingan
dan editing berita serta penayangan materi berita. Tahap pertama
adalah penyuntingan dan editing materi berita.
Editing berita dilakukan setelah gambar yang direkam oleh
camera person atau kameramen dicapture serta naskah yang telah
diedit produser selesai didubbing.
Video editing adalah pekerjaan memotong-motong dan
merangkaikan (menyambung) potongan-potongan gambar sehingga
menjadi film berita yang utuh dan dapat dimengerti. Pekerjaan ini
dilakukan di ruang editing yang dilakukan oleh editor gambar atau
penyunting gambar. Gambar dan suara yang direkam dengan bantuan
kamera sepanjang belasan ataupun puluhan menit harus dipotong-
potong dan “disusun kembali” hingga menjadi sepanjang beberapa
menit saja untuk dapat disiarkan menjadi berita singkat.11
Editing gambar merupakan proses yang dilakukan pada saat
post production. Artinya, kegiatan ini dilakukan setelah bahan berita
selesai diliput, dan produksi naskah maupun proses dubbing pun
selesai dilakukan.
Di ruang editing, kru yang dinamakan editor mulai melakukan
tugasnya untuk memotong-motong gambar dan menyatukannya
11 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Bandung: Kencana, 2008), h. 217.
89
kembali menjadi satu bagian yang utuh, lengkap dengan suara, maupun efek-efek musik.
Karena bahan berita Reportase Minggu diedit bukan secara cut to cut, maka teknik yang dipakai pada saat mengedit adalah editing online. Editing online akan lebih sederhana dan mudah dibandingkan dengan editing offline. Prosesnya dimulai dengan mengcapture seluruh gambar yang telah didapat oleh camera person atau bisa dikatakan memindahkan dan memasukkan seluruh hasil gambar yang telah dicatat ke dalam komputer. Sesudah tersusun baik maka diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot atau gambar yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh.
Langkah selanjutnya adalah mixing. Editor akan melakukan mixing dengan cara memasukkan berbagai musik ilustrasi yang dipilih, efek-efek gambar, ataupun dibentuk klip-klip. Selain itu juga memasukkan suara dubber yang telah dilalui dalam proses dubbing naskah tadi.
Tak jarang editor mengalami kekurangan gambar untuk membuat sebuah paket berita. Hal yang dilakukannya jika kekurangan gambar adalah mengulang-ulang gambar yang terdahulu dengan perbedaan dan perubahan segi shoot size atau angelnya. Hal ini dilakukan agar pengulangan gambar tersebut tidak terlalu terlihat oleh penonton.
“Kekurangan gambar sangat pernah dialami. Misalkan dari dubbingnya saja dua menit, gambarnya cuma satu menit. Pertama, konfirmasi dulu dengan produser mengenai naskah. Naskah yang sudah padat ada yang perlu dibuang atau tidak. Kalau bisa dibuang kan
90
terbantu dengan gambar yang sedikit. Tapi kalau tidak bisa, ya paling mengulang-ulang gambar.Tapi angel atau sizenya ya dirubah dan dibedakan. Biar tidak terlalu kelihatan ngulangnya, jadi di bedain shoot sizenya.”12
Setelah proses mixing selesai, maka editor akan melakukan
proses print dari apa yang telah digabung-gabungkan menjadi suatu
berita yang utuh. Print hasil editing itu bukan berupa kertas, melainkan
berupa kaset. Selain diprint dalam bentuk kaset, hasil editing tadi juga
bisa dikirim melalui server yang nantinya juga akan sampai di master
control room. Hanya saja, karena dikhawatirkan server mengalami
kerusakan yang nantinya mengakibatkan pada ketidaklancaran
penayangan, maka kaset hasil print tadi yang akan menjadi
penggantinya.
Di kantor redaksi Reportase Minggu, editor didampingi oleh
producer assistant dalam proses mengedit gambar menjadi satu paket
berita yang utuh. Dia juga yang mencatat durasi editing dan
selanjutnya memasukkan ke rundown acara. Setelah proses editing
selesai, producer assistat atau produser akan mempreview kembali
hasil akhir tersebut. Mereka lihat kembali kecocokan gambar dengan
naskah yang telah didubbing, atau bahkan durasi yang ternyata
melewati batas. Jika sudah seperti itu, biasanya editor akan
memperbaiki hasil editing tersebut.
Hasil akhir dari proses editing yang telah disetujui oleh
produser, selanjutnya akan diprint dalam bentuk kaset. Kaset itu akan
12Wawancara Pribadi dengan Editor Reportase Minggu Trans Tv, Reni Sofia, Minggu, 20 Februari 2011.
91
diberikan kepada VTR-person yang selanjutnya kru studio akan
mengoperasikannya di control room pada saat proses penayangan.
b. Tahap penayangan
Tahap penayangan merupakan tahap akhir dalam produksi
sebuah berita. Penayangan berita yang telah menjadi satu kesatuan
yang utuh biasanya disajikan secara live. Begitu juga dengan program
Reportase Minggu, selain beberapa segmennya terdiri dari tapingan
yang sudah diedit oleh editor, juga terdapat siaran berita live (siaran
langsung) dari studio. Dari studio, seorang presenter akan
menyampaikan berbagai informasi feature atau hard news dalam
Reportase Utama kepada pemirsa di rumah.
Tepat pukul 17.00 WIB, siaran Reportase Minggu berlangsung
di stasiun televisi Trans Tv. Selama 30 menit, penayangan berita
dimulai secara live. Berbagai informasi yang disajikan berasal dari
materi berita yang telah diedit oleh editor yang kemudian diubah
menjadi bentuk kaset atau pengiriman data melalui server kepada
komputer yang akan dioperasikan VTR-person di master control room.
Dalam proses penanayangan ini, kru dari production and
facilities bekerja sama dengan bagian news. Mereka yang akan
mengendalikan siaran berita hingga akhir durasi penayangan. Proses
penayangan berita, secara keseluruhan akan dikomando oleh seorang
program director (PD). Selama proses panayangan berlangsung, PD
bekerja sama dengan dua bagian. Pertama, dengan pihak news, yaitu
92
produser acara yang banyak bertanggung jawab terhadap masalah konten serta materi berita. Kedua dengan bagian di master control room yang bertanggung jawab terhadap permasalahan durasi acara dan iklan yang ditayangkan. Di master control room juga terdiri dari banyak kru yang bertugas pada saat live.
PD bekerja sama dengan kru di studio dalam melakukan tugas saat penayangan berita. Mereka adalah switcher-person, bagian CG atau character generator yang bertugas menyiapkan template, VTR- person yang bertugas mengoperasikan video player, lighting-person, dan seorang floor director yang merupakan kepanjangtanganan PD yang berada di studio. Selain floor director, PD juga bekerja sama dengan presenter, camera person, audio-person yang bertugas mengatur suara saat live, TS, bagian yang lebih banyak mengurusi urusan teknis, seperti kerusakan pada alat-alat, dan MCR atau master control room yang lebih banyak bertugas pada urusan live, serta bagian-bagian dan kru studio lainnya yang cukup banyak.
PD bertugas mengkomunikasikan berbagai instruksi, seperti kapan presenter harus memulai siaran. kapan berita-berita dalam segmen ditayangkan, atau mengenai perubahan yang terjadi pada saat penayangan, baik karena kesalahan teknis atau memang permintaan produser. Berbagai instruksi itu disampaikan kepada kru-kru yang saling bekerja sama melalui sebuah alat komunikasi bernama
“intercom”.
93
Dalam mengkomunikasikan berbagai intruksi, seorang PD
mengacu pada rundown acara yang diserahkan oleh produser beberapa
saat sebelum penayangan. Dari rundown, PD bisa mengetahui berbagai
keterangan waktu kapan berita atau segmen-segmen ditayangkan,
kapan commercial breaknya ditayangkan, atau kapan harus
menyiarkan soft news atau hard news. Semua materi berita itu sudah
dijahit dalam proses editing, PD hanya menjalankan saja dalam tahap
penyiaran atau penayangan.
Rundown biasanya diserahkan oleh produser pada PD atau kru
yang bertugas di master control room sekitar setengah jam sebelum
acara dimulai. Pada saat itu, mereka mempelajari itu untuk dijadikan
acuan pada saat penayangan. Walaupun pada kenyataannya, saat acara
berlangsung masih sering terjadi perubahan. Terutama jika berkaitan
dengan masalah durasi dan akibat kerusakan alat-alat teknis.
C. Analisis Produksi Berita Reportase Minggu di Trans Tv
Redaksi pemberitaan program berita Reportase Minggu di Trans
Tv harus melalui beberapa proses dalam memproduksi beritanya agar bisa
sampai ke tengah masyarakat melalui siaran di televisi.
Menurut Fred Wibowo dalam bukunya, Teknik Produksi Program
Televisi, program berita diproduksi melalui beberapa tahapan yang terdiri
dari proses pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
Pra produksi terdiri dari serangkaian kegiatan meliputi penemuan
ide, perencanaan, dan persiapan. Produksi sendiri meliputi kegiatan
94
peliputan berita, penulisan naskah, serta proses dubbing. Terakhir adalah
pasca produksi yang merupakan langkah akhir sebuah produksi yang
meliputi kegiatan editing serta penayangan berita secara live.
Dalam teori arus berita milik Bass juga menyatakan, setiap materi
berita di sebuah redaksi pemberitaan diproduksi melalui beberapa tahapan
yang saling berkaitan. Siaran televisi berupa program berita tidak begitu
saja hadir ke tengah masyarakat. Di dalamnya terdapat proses yang pada
akhirnya menghasilkan sebuah siaran televisi.
Bass menyatakan bahwa proses pembuatan atau produksi berita
dilalui dengan dua tahapan. Bass menjelaskan tahap pertama terjadi ketika
para pencari berita membuat “berita kasar” (peristiwa, pidato dan
konferensi pers) menjadi “copy berita” atau “bahan berita”. Tahap kedua
terjadi ketika para pengolah berita merubah atau menggabung-gabungkan
bahan itu menjadi “hasil akhir” (sebuah surat kabar atau sebuah siaran
berita) yang disiarkan kepada umum.13
Mulainya proses produksi ditandai dengan tahapan pertama yang
meliputi kegiatan pengumpulan bahan-bahan berita, penulisan naskah serta
dubbing suara. Sedangkan tahapan kedua sebagai tahapan terakhir dilalui
dengan proses editing, mixing, dan penayangan secara live agar informasi
bisa sampai ke tengah masyarakat.
Dalam program berita Reportase Minggu sendiri, proses
produksinya dilalui dengan kegiatan yang bertahap. Pertama,
pengumpulan bahan berita yang diawali dengan penentuan tema dari
13DennisMcQuail, Model-Model Komunikasi. AlihBahasaPutuLaxmanPendit (Jakarta: UniPrimas, 1985), h. 110.
95
produser. Tema tersebut dikoordinasikan bersama koordinator liputan untuk selanjutnya koorlip menugaskan kru liputan untuk meliput bahan berita yang telah diminta oleh produser. Kedua, bahan berita yang telah diliput oleh kru liputan kemudian dibawa kembali ke kantor redaksi.
Kameramen bertanggung jawab terhadap penyediaan gambar liputan, sedangkan reporter bertugas menulis naskah dari apa yang dia liput.
Naskah yang telah ditulis oleh reporter kemudian diserahkan kepada produser untuk kemudian diedit kembali agar lebih rapi. Setelah naskah rapi, maka naskah tersebut akan didubbing oleh siapapun yang mampu melakukan dan bersuara baik. Setelah naskah rapi, suara dubbing, dan kaset gambar liputan telah siap, maka semua itu siap diedit di ruang editing. Dalam proses editing, semua itu mengalami penggabung- gabungan agar menjadi kesatuan materi yang utuh. Gambar, efek suara, maupun suara dubbing disatukan secara rapi agar tidak mengalami gangguan dalam penanyangan dan agar bisa dilihat serta didengar dengan baik. Semua itu pada akhirnya akan diprint dalam bentuk kaset maupun data yang dikirim mealui server untuk sampai di master control room.
Video atau data itulah yang nantinya akan dioperasikan oleh VTR person dengan komando program director serta kerja sama para kru lainnya dalam proses penayangan secara live di televisi.
Kedua penjelasan mengenai proses produksi berita dalam sebuah program berita diatas pada dasarnya memiliki sebuah runtutan atau tahapan kegiatan yang tidak jauh berbeda. Intinya, setiap program,
96
termasuk program berita diproduksi melalui tahapan-tahapan yang saling berkaitan.
Menurut Fred Wiboowo dalam bukunya, Teknik Produksi Program
Televisi, bahwa setiap program televisi termasuk program berita memiliki tiga tahapan utama yang terdiri dari proses pra produksi, produksi, maupun pasca produksi. Dalam program berita di televisi banyak yang menggunakan tahapan ini meskipun dalam setiap prosesnya memiliki langkah-langkah yang terkadang berbeda. Misalnya saja pada tahap pra produksi. Ada beberapa program berita yang memulainya dengan langkah rapat redaksi terlebih dahulu, namun ada pula yang langsung memulai langkah produksinya dengan penentuan tema dari pihak yang berwenang, produser misalnya.
Sedangkan Bass dalam teorinya “Arus Berita” menjelaskan bahwa setiap berita dalam program berita diproduksi dengan tahapan yang saling berkaitan. Setiap langkah atau tahapan produksi tidak dibagi kedalam proses pra produksi, produksi, maupn pasca produksi. Bass menyatakan secara jelas urutan yang digunakan redaksi pemberitaan dalam menmproduksi beritanya. Langkah pertama, ia menyatakan setiap bahan berita akan diubah menjadi copy berita. Disini dilakukan oleh kru liputan maupun jajaran redaksi pemberitaan. Mereka melakukan pengumpulan bahan berita yang pada akhirnya menjadi berita mentah sebelum editing.
Setelah itu barulah dilakukan langkah kedua, dimana bahan berita mentah yang telah dikumpulkan tadi mengalami penggabungan melalui proses editing. Semua bagian disatukan agar menjadi satu kesatuan materi berita
97
yang utuh. Proses editing akan menghasilkan sebuah hasil akhir dari rangkaian proses produksi, yaitu sebuah siaran berita di televisi, dalam hal ini yaitu Reportase Minggu di Trans Tv.
Setelah penulis analisa berbagai sumber data yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi maupun buku-buku, serta wawancara mendalam dengan para kru atau redaksi Reportase Minggu, program berita dengan format seperti ini lebih sesuai dengan penggunaan teori Bass dalam meruntutkan langkah proses produksinya. Meskipun, sebenarnya tidak salah juga menggunakan serta menerapkan apa yang telah menjadi kebiasaan dalam sebuah proses produksi program televisi, yakni tahapan proses pra produksi, produksi, dan terakhir pasca produksi.
Teori Bass merupakan teori pendukung dari apa yang dikatakan
Fred Wibowo mengenai tahapan produksi. Hanya saja, Bass tidak membaginya dalam tiga proses seperti Fred. Bass secara lebih lugas merunutkan kegiatan produksi dengan menyebutkan siapa yang bertugas di dalamnya. Misalnya, pencari berita yang mengubah sebuah bahan berita
(ide) menjadi bahan berita mentah sebelum editing. Dan pengolah berita seperti seorang editor yang mengubah bahan berita mentah tadi menjadi sebuah hasil akhir berupa siaran televisi.
Karena penulis mengacu pada teori Bass dalam menjelaskan langkah produksi berita Reportase Minggu di Trans Tv, maka dengan menganalisa data dari wawancara, buku-buku dan pengamatan, penulis menyimpulkan proses produksi berita Reportase Minggu di Trans Tv sesuai dan menerapkan teori arus berita milik Bass.
98
D. Kendala dan Pendukung dalam Proses Produksi Berita Reportase
Minggu di Trans Tv
Dalam setiap produksi program acara televisi, pasti setiap
redaksinya mengalami berbagai faktor yang menjadi kendala dan
pendukung dalam melakukan proses produksi. Begitu juga dengan
program Reportase Minggu Trans Tv. Kru atau redaksi yang bertugas
dalam setiap tahap proses produksi beritanya juga mengalami hal-hal yang
menjadi faktor pendukung maupun kendala saat melakukan tugas.
Setiap kendala dan pendukung akan dialami setidaknya oleh
redaksi yang mengatur program Reportase Minggu. Mulai dari produser,
koordinator liputan, reporter, ataupun kameramennya akan menemui
berbagai kendala bahkan pendukung dalam mengerjakan tugasnya.
Beberapa kendala yang penulis ketahui melalui wawancara pribadi
dengan beberapa kru Reportase Minggu adalah seputar masalah peliputan
dan sumber daya manusianya atau kru itu sendiri.
Bagi produser, faktor yang dianggap sebagai kendala yaitu
ketiadaan tim. Memiliki ide konten atau bahan berita yang sebaik apapun
jika tidak didukung dengan kerja sama tim, maka tidak akan ada
maknanya bahan berita itu. Setidaknya, kerja sama tim akan sangat
membantu dalam proses mendapatkan berita yang baik, kerja yang efektif,
dan gambar berita yang menarik.
“Kendalanya, ketika tidak ada tim. Karena format dan bentuknya feature, maka kameramen paling tidak harus dua orang. Bukan satu kamera. Agar kerjanya lebih efektif, gambar lebih menarik, kerjanya lebih
99
cepat. Kalau satu kamera kan takenya harus diulang-ulang. Begitu juga dengan presenter. Harus ada dua orang biar lenih menarik.”14
Koordinator liputan juga mengalami kendala-kendala seperti itu,
yakni seputar permasalahn tim dan kru. Berubahnya konsep penampilan
presenter dari satu menjadi dua orang, secara otomatis juga berpengaruh
pada penambahan kameramen maupun kru lainnya. Semakin banyak
tuntutan penyediaan banyak kru untuk meliput, semakin menjadi kendala
bagi seorang koordinator liputan. Apalagi koorlip juga harus mengatur
jadwal para kru yang meliput. Memperhatikan betul kapan waktu mereka
libur dan bertugas. Mau tidak mau, korlip harus memenuhi kendala dan
keharusan itu. Penugasan banyak kru dalam liputan, merupakan suatu
keharusan yang semaksimal mungkin dilakukan koorlip demi mensupport
permintaan produser acara Reportase Minggu.
“Setiap taping, Reportase Minggu selalu membawa orang banyak, yang pasti presenternya dua dan kameramennya juga dua, jadi empat orang. Bagi kita di korlip, itu kendalanya yang pasti terjadi. Ya harus semaksimal mungkin mensupport permintaan Reportase Minggu yang berhubungan dengan orang.”15
Lain lagi dengan seorang reporter. Dalam melaksanakan tugasnya,
reporter mengalami kendala seputar masalah peliputan. Ketertinggalan
mengenai informasi merupakan kendala pertama bagi seorang reporter.
Jika informasi mengenai suatu kejadian atau peristiwa telat didapat,
otomatis kru peliputan pun akan telat sampai di TKP. Jika sudah seperti
itu, bisa saja informasi yang didapat kurang mendalam dan akurat atau
gambar terkadang kurang bagus.
14Wawancara Pribadi dengan Produser Acara Reportase Minggu Trans Tv, Yuli Juanda. 15Wawancara Pribadi dengan Koordinator Liputan Reportase Minggu Trans Tv, Irene Iriawati, Minggu, 13 Februari 2011.
100
“Kendalanya ketika Kita telat mendapatkan informasi. Jadi, tidak maksimal kita dapatkan beritanya di lapangan. Kita dapat informasi telat, terus kita menuju ke TKP ternyata kita kurang maksimal mendapat informasinya di sana, karena ketinggalan. Contoh peristiwa kebakaran. kita baru dapat informasi, kita telat sampai sana, kebakarannya sudah selesai. Pastinya informasinya kurang dan gambar kurang bagus.”16
Selain dari segi informasi yang telat didapat, cuaca juga dianggap
reporter sebagai suatu kendala. Bagitu juga dengan komunikasi yang
kurang baik antara reporter dengan kameramen ataupun driver yang
mengantar tim liputan.
Untuk pendukungnya, reporter menganggap pendukung utama itu
adalah komunikasi yang baik antara sesama tim peliput. Yaitu antara
reporter, kameramen, ataupun driver. Kekompakan lah yang pada
akhirnya dapat mendukung terhadap perolehan hasil lipuatan yang baik.
Seorang kameramen dalam program Reportase Minggu pun
mengaku memiliki kendala pada saat peliputan. Misalnya saja ketika
lokasi peliputan tidak memadai, sehingga perolehan gambar pun tidak
maksimal dan kurang bagus. Begitu juga dengan kondisi lingkungan
maupun keadaan penduduk yang berada di sekitar lokasi terkadang
menjadi faktor kendala juga.
Untuk segi teknis, kameramen mengaku belum pernah mengalami
hal-hal yang pada akhirnya menjadi sebuah kendala atau tidak mendukung
terhadap tugas seorang kameramen.
16Wawancara Pribadi dengan Reporter Reportase Minggu Trans Tv, Ivan Kurnia, Minggu, 13 Februari 2011.
101
“Kendala bagi seorang kameramen, terkadang ketika di lapangan. Seperti tempat atau lokasi yang tidak memadai. Keadaan lingkungan dan orang-orangnya, seperti itu. Kalau dari segi teknis, hampir tidak ada.”17
Begitu juga dengan seorang editor yang lebih banyak berperan
dalam proses editing gambar untuk menjadikannya kesatuan berita yang
utuh. Editor pun mengalami apa yang dianggapnya sebagai pendukung dan
penghambat dalam melakukan tugasnya.
Kendala bagi editor yang penulis wawancarai diantaranya adalah
suhu di ruangan editing yang sangat dingin. Suhu yang seperti itu
terkadang membuat pekerjaan editor terganggu, karena terkadang editor
mengalami sesak pada saat melakukan editing gambar. Akibatnya, tingkat
konsentrasinya dalam mengedit gambar terganggu. Sedangkan untuk
pendukungnya, perolehan gambar yang baik dari seorang kameramen akan
membantu editor dalam mengedit gambar. Gambar yang baik dan tepat
akan mengurangi durasi editing gambar. Maka dari itu, jika gambar yang
didapat kurang bagus dan terlalu panjang durasinya, justru itu menjadi
kendala bagi seorang editor.
Hal yang paling mempengaruhi pekerjaan seorang editor adalah
perolehan kualitas gambar dari seorang kameramen saat meliput, sehingga
hal itu juga berdampak pada durasi mengedit. Setidaknya, waktu yang
cukup panjang untuk persiapan mengedit akan menghasilkan sebuah
editan gambar yang baik pula.
17Wawancara Pribadi dengan Kameramen Reportase Minggu Trans Tv, ZulfikriHaq, Minggu, 13 Februari 2011.
102
“Yang mempengaruhi sekali itu kualitas gambar dan cepat atau tidaknya mengedit. Kalau waktunya lebih banyak kan editannya bisa bagus. Kalau terburu-buru juga, kualitasnya juga gak begitu bagus.”18
Pada saat materi berita yang telah diedit siap siar atau disiarkan,
bukan berarti segala kendala dan pendukung tidak dialami. Terutama bagi
seorang program director yang notabene memegang kendali sebagai
pengarah program atau komando acara agar berjalan dengan lancar. Saat
diwawancarai, ia pun mengemukakannya pada penulis mengenai apa yang
menjadi kendala serta pendukung saat bertugas.
Baginya, pendukung yang paling besar adalah ketika alat-alat yang
difasilitasi sudah cukup sempurna. Ia menganggap, alat-alat teknis itu
sudah memiliki standar broadcast. Kerusakan alat-alat atau masalah teknis
yang mengakibatkan gambar tidak mau bergerak, atau tidak muncul
misalnya, maka akan menjadi suatu kendala bagi tim yang bertugas pada
saat penayangan berita secara live. Kerusakan tiba-tiba seperti itu sudah
biasa dialami kru. Selanjutnya tugas TS lah yang mengecek dan
memperbaiki kembali kerusakan teknis tersebut. Bagi kru, hal seperti itu
bukan suatu kendala yang sangat besar, karena semua bisa segera diatasi.
Misalnya saja, ketika gambar tidak pindah, maka instruksi selanjutnya
adalah meminta presenter kembali melanjutkan berita selanjutnya dengan
sebelumnya meminta maaf kepada pemirsa atas kesalahan teknis itu.
Selain segi teknis, pendukung juga bisa datang dari hal yang
sifatnya non teknis. Misalnya saja komunikasi antar kru yang bertugas.
18Wawancara Pribadi dengan Editor Reportase Minggu Trans Tv, Reni Sofia, Minggu, 20 Februari 2011.
103
Kesalahan dalam menyampaikan komunikasi dapat berakibat fatal pada
saat penayangan berita secara live. Misalnya saja, kesalahan instruksi dari
PD untuk menayangkan commercial break, padahal waktunya belum
sampai untuk ke segmen itu, maka kemungkinannya adalah penayangan
yang membingungkan dan tidak berurutan. Bahkan bisa saja materi berita
yang harusnya disiarkan menjadi gagal siar karena durasi yang terbatas.
Terlebih lagi, seorang pengarah program (PD) dalam bertugas lebih
mendahulukan komunikasi yang baik dengan para kru. Karena dia seorang
komando yang menyampaikan berbagai instruksi, maka jika dia salah
mengkomunikasikan, maka acara akan gagal.
“Non teknis lebih ke bagaimana berkomunikasi. Seputar komunikasi dan koordinasi. Karena semua dituntut serba cepat, semuanya pun harus dikomunikasikan dari awal. Kalau mendadak tidak akan bisa. Komunikasi yang baik adalah pendukung. Kerja saya justru lebih ke situ, bagaimana mengomunikasikan instruksi-instruksi. Kalau saya salah mengomunikasikan bisa salah semuanya.Sesuatu itu bisa berjalan dengan lancar kalau sesuatu itu dikomunikasikan dengan baik dan benar juga.”19
Secara umum, kendala dalam proses produksi berita dalam
program Reportase Minggu terbagi ke dalam dua hal, yaitu teknis dan non
teknis.Dari segi teknis biasanya meliputi kerusakan-kerusakan alat-alat
pendukung yang digunakan untuk meliput sampai menyiarkan sebuah
berita. Tapi, sampai saat ini, kerusakan-kerusakan seperti itu masih bisa
diatasi secara baik. Sehingga, hal itu bukanlah menjadi kendala yang
sangat berarti. Kru yang bertugas sudah terlatih dan terbiasa menghadapi
hal itu, sehingga semua masih bisa berjalan secara baik dan lancar.
Sedangkan dari segi non teknis, biasanya kendalanya seputar masalah
19Wawancara Pribadi dengan Program Director Reportase Minggu Trans Tv, Asni Rahayu, Minggu, 20 Februari 2011.
104
komunikasi dan koordinasi. Karena sebuah produksi berita adalah tugas antar kru dan tugas satu tim, maka komunikasi antar kru menjadi sangat penting. Jalinan komunikasi yang tidak baik atau sering terjadinya kesalahpahaman komunikasi akan berakibat pada ketidaklancaran tugas produksi.
Ada kendala, ada pula pedukung. Dalam produksi berita Reportase minggu sendiri, secara umum pendukung juga terbagi ke dalam dua hal.
Pertama segi teknis, ini juga berkaitan dengan fasilitas alat-alat yang biasanya menjadi pendukung bagi kelancaran proses produksi berita. Alat- alat yang memfasilitasi para kru dalam melakukan tugasnya, rata-rata sudah memiliki standart broadcasting. Dimana alat-alat tersebut sudah memiliki kemampuan bekerja yang baik untuk sebuah proses produksi berita di sebuah stasiun televisi. Meski pada kenyataanya, sering timbul masalah-masalah kecil, seperti alat yang error. Namun, sampai saat ini masalah-masalah seperti itu masih bisa diatasi oleh para krunya, sehingga masih bisa melakukan proses produksi dengan baik.
Kedua dari segi non teknis. Hal ini berkaitan dengan komunikasi antar kru. Komunikasi yang baik merupakan satu kekuatan bagi kerja sama tim seperti dalam tim produksi berita Reportase Minggu.
Komunikasi yang terjalin dengan baik, serta koordinasi yang dilakukan secara baik akan menghasilkan produksi berita yang baik pula.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari apa yang telah penulis tulis dalam bab I hingga bab IV, karya
ilmiah ini memiliki beberapa kesimpulan yang menerangkan sebuah kesatuan
isi dalam penelitian yang diangkat. Kesimpulan ini berkaitan dengan
bagaimana proses produksi berita dalam program Reportase Minggu di Trans
Tv.
Berita yang disajikan dalam program Reportase Minggu melalui
beberapa proses dalam produksinya untuk sampai kepada pemirsa melalui
penyiaran di televisi. Proses yang dilaluinya meliputi dua tahapan.
1. Tahap pertama yaitu ketika para pencari berita membuat berita kasar
menjadi copy berita atau bahan berita.
Tahap ini meliputi dua hal:
a. Tahap pengumpulan bahan-bahan berita
Seorang produser menentukan berita kasar (ide) yang akan
diangkat menjadi materi dalam siaran berita. Setelah menentukan tema
yang dipilih, ia melaporkannya pada korlip. Selanjutnya korlip
menugaskan kru liputan, yang terdiri dari reporter dan kameramen.
Dari peliputan itulah, berita kasar diperoleh dan membentuk
bahan-bahan berita, namun masih dalam bentuk “mentah”, belum
diedit ataupun diproses lebih lanjut.
105 106
b. Tahap penulisan naskah berita
Setelah bahan berita didapat melalui liputan, selanjutnya adalah
tahap penulisan naskah sesuai dengan apa yang di dapat di lapangan.
Penulisan naskah berita dilakukan oleh seorang reporter yang meliput
berita itu. Reporter menulis naskah dengan apa adanya sesuai dengan
yang ia saksikan di lapangan.
Setelah reporter selesai menulis naskah, naskah itu diserahkan
kepada produser. Tugas produser berikutnya adalah mengedit dan
menulis ulang naskah yang diterimanya dari reporter. Naskah yang
sudah rapi, selanjutnya dibacakan oleh seorang dubber dalam proses
dubbing (mengisi suara). Dubber bisa siapa saja yang dinilai mampu
dan bersuara baik.
2. Tahap kedua yaitu ketika para pengolah berita merubah atau menggabung-
gabungkan bahan berita yang didapat menjadi sebuah hasil akhir berupa
siaran berita.
a. Tahap penyuntingan dan editing berita
Ketika kaset video yang berisi gambar dari camera person
sudah dicapture atau dipindahkan ke komputer dan naskah rapi sudah
selesai didubbing, barulah dimulai proses editing.
Editor didampingi oleh asisten produser dalam melakukan
editing gambar. Dalam proses editing online, editor memotong-motong
gambar yang dipilih untuk disiarkan, memasukkan suara dubber pada
107
gambar yang sesuai. Memberikan efek-efek musik atau gambar yang
menarik dan membuat klip-klip. Tujuannya agar lebih terlihat menarik
disajikan dalam bentuk feature. Untuk berita yang bersifat hard news,
editor tidak memberikan efek musik atau suara dan durasinya juga
lebih singkat agar tidak membosankan pemirsa yang melihatnya.
Setelah proses editing selesai, semua itu akan diprint dalam
bentuk kaset maupun data yang dikirim melalui server. Semua itu akan
diterima oleh VTR-person yang mengoperasikannya di master control
room.
b. Tahap penayangan
Tahap terakhir setelah proses editing adalah penayangan siaran
berita dalam bentuk live. Ini dilakukan setelah hasil akhir editing
diprint dalam bentuk kaset atau data yang dikirim melalui server dan
dioperasikan oleh VTR-person di master control room.
Dalam proses penayangan ini, semua dikendalikan oleh
program director sebagai pengarah program. Ia yang
mengkomunikasikan berbagai instruksi penyiaran dengan mengacu
pada rundown yang telah diterimanya dari produser beberapa saat
sebelum siaran dimulai.
Pukul 17.00 WIB, Reportase Minggu disiarkan secara live.
Selama tiga puluh menit acara berlangsung, PD mengomandokan
siaran tersebut hingga berjalan dengan lancar. Ia berkoordinasi dengan
banyak kru di studio selama penayangan siaran berita. Melalui alat
108
komunikasi bernama “intercom”, Ia menyampaikan instruksi pada kru lain. Termasuk floor director, kepanjangtanganannya di studio yang bertanggung jawab terhadap urusan penayangan di studio.
Semua berita yang disiarkan adalah hasil editing seluruh materi berita atau tapingan yang sudah diedit. PD dan kru produksi di studio dan di control room hanya bertugas menyiarkan dan menayangkannya.
Dalam proses produksi berita di Reportase Minggu, redaksi memiliki berbagai hal yang menjadi kendala serta pendukung terlaksananya proses produksi.
Kendala dalam proses produksi pada umumnya terbagi ke dalam dua bagian, teknis dan non teknis. Dari segi teknis biasanya meliputi kerusakan alat-alat produksi ataupun permasalahan yang timbul dari kesalahan-kesalahan teknis alat pada saat proses produksi.
Sedangkan dari segi non teknis berupa jalinan komunikasi yang tidak seimbang dan tidak terjalin dengan baik. Hal itu akan mengganggu jalannya proses produksi.
Faktor pendukung sendiri juga terdiri dari dua hal, taknis dan non teknis. Segi teknis ditandai dengan ketersediaan alat-alat produksi yang sudah sangat memadai. Apalagi alat-alat tersebut sudah memiliki standart broadcast. Yaitu alat-alat yang sudah memiliki kemampuan bekerja baik untuk sebuah proses produksi berita di sebuah stasiun televisi. Untuk segi non teknis juga berkaitan dengan komunikasi yang terjalin antar kru pemberitaan. Komunikasi yang terjalin dengan baik
109
akan menjadi pendukung kelancaran proses produksi berita di
Reportase Minggu.
B. Saran
Selama melakukan penelitian, penulis memiliki banyak hal sebagai bahan pengalaman. Dari banyak hal yang penulis temukan kemudian akan muncul beberapa saran untuk beberapa pihak terkait yang mungkin dapat digunakan sebagai masukan agar menjadi lebih baik.
1. Meski disajikan dalam bentuk soft news, sebaiknya program tersebut
menayangkan informasi yang mendidik dan menambah wawasan
masyarakat. Sehingga dapat ikut berkontribusi demi kesejahteraan dan
kecerdasan masyarakat.
2. Sebaiknya menghindari tayangan berita yang memperlihatkan dengan jelas
sebuah aksi kekerasan, pembunuhan, atau aniaya bahkan bernilai
pornografi.
3. Hendaknya semua kru yang bertugas memproduksi berita dengan mengacu
pada kode etik seorang jurnalis.
4. Hendaknya setiap kendala dalam proses produksi dapat ditangani dan
disikapi dengan baik, hingga berita tetap bisa disiarkan dengan baik pula.
Lebih baik lagi jika kendala bisa diatasi secara bertahap dan berangsur
menjadi pendukung proses produksi.
5. Hendaknya pendukung dalam proses produksi dapat tetap dipertahankan,
sehingga proses produksi bisa tetap berjalan dengan lancar.
110
6. Sebaiknya para kru tetap melakukan ibadah di sela-sela tugasnya
sebagaimana menjadi kewajiban utama disamping tugas mencari dan
memproduksi berita.
7. Hendaknya penonton siaran berita ini memiliki sikap kritis, sehingga bisa
menilai mana informasi yang benar dan mana yang dikonstruksi secara
berlebihan.
8. Hendaknya iklan yang ditayangkan saat segmen commercial break selaras
dengan visi misi program berita ini. Artinya selektif dari tayangan-
tayangan pornografi, pornoaksi dan kekerasan.
9. Hendaknya pembaca karya tulis ini tidak menjadikan tulisan ini sebagai
satu-satunya acuan. Tetapi bisa dilengkapi dan bahkan dibandingkan
dengan karya tulis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ardianto, Elvinaro dan Komala, Lukiati. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.
Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada, 2008.
Direktorat Publikasi Pemerintah Badan Informasi dan Komunikasi Nasional, Sistem Komunikasi Indonesia: Suatu Bunga Rampai.
FOKUSMEDIA. Undang-undang Penyiaran dan Pers. Bandung: Fokusmedia, 2005.
Harahap, Arifin S. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. PT Indeks Kelompok Gramedia, 2006.
HM, Zaenuddin. The Journalist. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
Iskandar Muda, Deddy. Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media Televisi. Rineka Cipta, 1996.
McQuail, Denis. Model-Model Komunikasi. Alih Bahasa Putu Laxman Pendit. Jakarta: Uni Primas, 1985.
Muhtadi, Asep Saiful. Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999.
Mulyana, Dedi. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosdakarya, 2004.
Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
P.C.S., Sutisno. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio. Jakarta: PT Grasindo, 1993.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2007.
Sumadiria, A.S. Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006.
111 112
Sunarjo, Djoenaesih S. Himpunan Istilah Komunikasi. Yogyakarta: Liberty, 1983.
Suprapto, Tommy. Berkarier di Bidang Broadcasting. Yogyakarta: Media Pressindo, 2006.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998.
Tim Redaksi LP3ES. Jurnalisme Liputan6 SCTV: Antara Peristiwa dan Ruang Publik. Jakarta: Pustaka LP3ES, 2006.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Wibowo, Fred. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus, 2007.
Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo, 2000.
Yosef, Jani. To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV, Radio, dan Surat Kabar yang Profesional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
B. Internet
Arismunandar, Satrio. “Peran Riset Di Divisi News Trans Tv. ” Artikel diakses pada 17 Februari 2011 dari http://satrioarismunandar6.blogspot.com.
“Reportase Minggu.” artikel diakses pada 24 November 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Reportase_(Trans_TV)
Research and Development Trans Tv. “Logo Trans Tv.” Diakses pada 7 Februari 2011 dari http://www.transtv.co.id/
Research and Development Trans Tv. “Sejarah Program News Trans Tv.” Diakses pada 11 Februari 2011 dari http://www.transtv.co.id/
C. Hasil Wawancara
Wawancara pribadi dengan Asni Rahayu, Program Director Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 20 Februari 2011. 113
Wawancara pribadi dengan Irene Iriawati, Koordinator Liputan Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 13 Februari 2011.
Wawancara pribadi dengan Ivan Kurnia, Reporter Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 13 Februari 2011.
Wawancara pribadi dengan Reni Sofia, Editor Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 20 Februari 2011.
Wawancara pribadi dengan Yuli Juanda, Produser Pelaksana Program Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 10 Februari 2011.
Wawancara pribadi dengan Zulfikar Haq, Kameramen Reportase Minggu Trans Tv, Jakarta, 13 Februari 2011.