BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Provinsi DIY Terletak Di Bagian Tengah-Selatan Pu
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Provinsi DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara astronomis terletak pada 7°33’-8°12’ Lintang Selatan dan 110°00’-110°50’ Bujur Timur, dengan luas 3.185,80 km2. Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438 kelurahan/desa, yaitu: a. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km2, terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan); b. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km2, terdiri dari 17 kecamatan dan 75 desa); c. Kabupaten Kulon Progo (luas 586,27 km2, terdiri dari 12 kecamatan dan 88 desa); d. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km2, terdiri dari 18 kecamatan dan 144 desa); e. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km2, terdiri dari 17 kecamatan dan 86 desa). Lahan pesisir di Provinsi DIY seluas ± 8.250 ha. membujur dari Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul sampai dengan Kabupaten Gunungkidul berpotensi untuk budidaya pertanian dalam arti luas. Dari luasan tersebut, 650 ha. dapat dikembangkan untuk 35 budidaya tambak udang/ikan. Panjang pantai yang membentang dari timur ke barat sepanjang 113 km, dengan potensi perikanan laut, ikan pelagis kecil sebesar 431.000 ton/tahun, sedangkan ikan demersal 135.000 ton per tahun, sedangkan tingkat pemanfaatan per tahun sekitar 22,77%. Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian Selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut dibatasi oleh wilayah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi: a. Kabupaten Klaten di sebelah Timur Laut; b. Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara; c. Kabupaten Purworejo di sebelah Barat; d. Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut. Dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara, sejarah kegiatan untuk kepentingan ilmu pengetahuan di Indonesia jauh lebih tua. Pada tanggal 24 April 1778 di Indonesia didirikan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschaapen yang merupakan cikal bakal museum sesuai dengan slogan Ten Nutte van het Gemeen atau untuk kepentingan umum. Setelah kemerdekaan namanya diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (1950). Selanjutnya museum warisan Belanda itu menjadi Museum Pusat (1962), dan kemudian menjadi Museum Nasional (1970). Menurut catatan sejarah, sebenarnya pada tahun 1662 Indonesia pernah memiliki museum yang didirikan oleh Rumphius di Ambon, 36 yaitu De Amboinsch Raritenkaimer. Sayangnya museum yang dapat dikatakan museum tertua di Indonesia itu telah lenyap ditelan waktu, seiring perginya sang pendiri. Di samping itu, penting juga untuk diketahui beberapa museum yang didirikan sebelum kemerdekaan, yaitu: a) Museum Radyapustaka (1890), b) Museum Zoologi Bogor (1894), c) Museum Rumah Adat Aceh (1915), d) Museum Purbakala Trowulan (1920), e) Museum Geologi Bandung (1929), f) Museum Bali (1932), g) Museum Rumah Adat Baanjuang Bukittinggi (1933), h) Museum Sonobudoyo (1935), i) Museum Simalungun (1941), dan j) Museum Herbarium di Bogor (1941). Pada tahun 1948 pemerintah mendirikan Jawatan Kebudayaan di Yogyakarta. Jawatan itu bertugas menggali, membina, dan mengembangkan kebudayaan bangsa yang dalam struktur organisasinya berada dalam Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Jawatan itu didirikan dengan maksud untuk menangkal masuknya pengaruh negatif di Indonesia. Pada tahun 1957 jawatan itu memiliki satu unit kerja yang bernama Urusan Museum. Urusan Museum itu pada tahun 1965 ditingkatkan menjadi Lembaga Museum- Museum Nasional. Selanjutnya (1986) Lembaga Museum-Museum Nasional itu dijadikan Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jendral Kebudayaan pada masa kabinet Ampera. Direktorat Museum kemudian disempurnakan menjadi Direktorat Permuseuman(1975). 37 Tahun 1971, Direktorat Museum mengelompokkan museum dalam tiga kelompok menurut jenis koleksinya, yaitu : Museum umum, Museum khusus, dan Museum lokal. Pada tahun 1975 pengelompokkan diubah, menjadi sebagai berikut: Museum umum, Museum khusus, dan Museum pendidikan. Pada tahun 1980, pengelompokkan tersebut diubah lagi menjadi dua kelompok, yaitu : Museum umum dan Museum Khusus. Museum-museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta berada di bawah Dinas Kebudayaan. Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta beralamat di Jln. Cendana No. 11 Yogyakarta (0274)582628. Dari sekian banyak museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya wilayah Kota Yogyakarta hanya ada satu museum yang di kelola oleh Pemerintah Daerah yaitu Museum Sonobudoyo. Sedangkan museum lainnya milik swasta atau dikelola oleh pemerintah pusat. Tugas pokok dan fungsi dinas kebudayaan seksi museum adalah melestarikan, membina, mengembangkan, dan memfasilitasi pengelolaan museum. Visi Terwujudnya tata nialai budaya masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai luhur budaya lokal didukung oleh pemerintah daerah yang katalistik. 38 Misi a. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui manajemen yang akuntabel professional dan beretika sesuai dengan tata nilai budaya masyarakat b. Melestarikan, melindungi dan mengembangkan asset budaya DIY sebagai upaya mewujudkan jati diri masyarakat c. Menjadikan ketahanan budaya sebagai jiwa dan semangat pemerintahan yang katalistik d. Menjadikan DIY sebagai pusat budaya dengan berbagai event budaya nasional dan internasional Struktur organisasi dinas kebudayaan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut: Unsur Organisasi Dinas Kebudayaan, terdiri dari : a. Pimpinan : Kepala Dinas. b. Pembantu Pimpinan : Sekretariat yang terdiri dari : 1) Subbagian Umum 2) Subbagian Keuangan 3) Subbagian Program dan Informasi. c. Pelaksana : 1) Bidang Nilai Budaya, terdiri dari: a) Seksi Rekayasa Budaya b) Seksi Bahasa dan Sastra 39 2) Bidang Tradisi, Seni dan Film, terdiri dari : a) Seksi Adat dan Tradisi b) Seksi Kesenian c) Seksi Perfilman 3) Bidang Sejarah, Purbakala dan Museum, terdiri dari : a) Seksi Sejarah b) Seksi Purbakala c) Seksi Museum 4) UPTD 5) Kelompok Jabatan Fungsional Museum Sonobudoyo merupakan UPTD dari Dinas Kebudayaan Propinsi Yogyakarta. Museum Sonobudoyo mempunyai fungsi pengelolaan benda museum yang memiliki nilai budaya ilmiah, meliputi koleksi pengembangan dan bimbingan edukatif cultural. Sedangkan tugasnya adalah mengumpulkan, merawat, pengawetan, melaksanakan penelitian, pelayanan pustaka, bimbingan edukatif cultural serta penyajian benda koleksi Museum Negeri Sonobudoyo. Lokasi Museum Sonobudoyo berada dalam lokasi yang strategis, yaitu di pusat kota, dengan alamat di Jl. Trikora 6 Yogyakarta. 40 Visi Pengembangan Museum Sonobudoyo : TERWUJUDNYA MUSEUM UNGGUL BERTARAF INTERNASIONAL YANG MENGEKSPRESIKAN BUDAYA JAWA Misi Pengembangan Museum Sonobudoyo : a. Mewujudkan museum berstandart internasional yang memiliki keunggulan kompetitif sebagai sumber daya budaya yang memiliki peran dan nilai strategis sebagai daya tarik utama kepariwisataan DIY b. Mewujudkan museum berstandart internasional dalam pengelolaan warisan budaya yaitu dalam pelestarian, preservasi dan diseminasi c. Mewujudkan museum berstandart internasional dalam hal manajemen permuseuman yang meliputi manajeman strategi, manajemen operasi, manajemen SDM, manajemen keuangan dan manjemen pemasaran. Sumber Daya Manusia yang ada di Museum Sonobudoyo sebanyak 74 orang terdiri dari kepala/direktur museum, kepala bagian tata usaha museum, kepala bagian kuratorial, kepala bagian konservasi dan preparasi, kepala bagian bimbingan dan publikasi, kepala bagian registrasi dan dokumentasi, dan perpustakaan. Rekapitulasi jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 41 Tabel. 3 Rekapitulasi jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan Jenis kelamin Jenjang pendidikan Laki-laki Perempuan Sekolah Dasar 8 - SLTP 7 2 SLTA 24 5 Diploma III 3 2 Sarjana 18 5 Jumlah 60 14 Sumber: Museum Sonobudoyo 2012 2. Hasil penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta salah satu kota besar yang menjadi tujuan untuk rekreasi atau liburan. Banyak sekali potensi wisata yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai dari wisata alam, wisata belanja, wisata sejarah dan wisata budaya. Daerah Istimewa Yogyakarta sangat kental dengan kebudayaannya, dan keraton Yogyakarta menjadi pusatnya. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke DIY memberikan dampak meningkatnya jumlah Pendapatan ASli Daerah (PAD). Perkembangan jumlah PAD dari sub sektor pariwisata dapat dilihat pada tabel 4. 42 Tabel 4. Perkembangan Jumlah PAD Sub Sektor Pariwisata Se-DIY Tahun 2008-2012 (per Kota/Kabupaten) No Dati II 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 1 Kodya Yogyakarta 39.341.021.095 46.541.889.348 50.472.624.960 56.368.254.594 76.842.342.512 2 Kab. Sleman 34.624.437.759 31.568.235.916 36.634.676.263 38.943.756.254 53.194.912.852 3 Kab. Bantul 2.273.648.275 4.558.527.130 5.098.131.002 7.399.158.783 12.529.643.331 4 Kab. Kulon Progo 541.467.760 523.516.100 1.610.886.594 1.177.811.000 2.110.851.769 5 Kab. Gunung Kidul 1.397.507.760 1.699.185.380 1.845.743.858 2.309.007.231 8.478.767.503 6 Pemda Prov DIY 11.000.000 19.000.000 21.180.000 17.581.175 17.876.510 Sumber: Buku statistik kepariwisataan 2012 Data diatas menunjukkan bahwa jumlah peningkatan PAD dipengaruhi oleh jumlah wisatawan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah wisatawan jumlah penerimaan PAD tahun 2008- 2012 ikut meningkat. Sehingga peningkatan jumlah wisatawan memberikan dampak positif terhadap jumlah PAD. DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 32 museum dan 3 calon