Spasialisasi Dan Konglomerasi Media Pada Kelompok Kompas Gramedia Elisabeth Rotua Simamora ([email protected]) (Magister Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Spasialisasi Dan Konglomerasi Media Pada Kelompok Kompas Gramedia Elisabeth Rotua Simamora (Elisabethrotuas@Yahoo.Com) (Magister Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP) Spasialisasi Dan Konglomerasi Media Pada Kelompok Kompas Gramedia Elisabeth Rotua Simamora ([email protected]) (Magister Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP) Abstract Spatialization is a part of the political economy. Media realize theta it is the process of overcoming the constraints of space and time through its two forms of renewal of corporate power, that is horizontal and vertical concentration. The growth of media is becoming the trend of economy and politic in the media industry and expanding the corporae ownership. By having a literatures study used, the writer found that mass media development nowdays is not only the company's abilities to provide and satisfy the information and entertainment needs which match the society needs, however it also developes the other business interest’s orientations. Keywords : Media, Politic Economy, Spatialization Pendahuluan spasialisasi, dan strukturasi. Komodifikasi merupakan proses transformasi barang Kunci pada karakter institusi media dengan nilai tukarnya, spasialisasi yang yang tidak biasa adalah bahwa aktivitasnya merupakan transformasi jarak dengan waktu tidak terpisahkan secara ekonomi maupun atau proses perpanjangan institusional, dan politik, sekaligus sangat tergantung pada strukturasi, proses struktur dengan lembaga teknologi yang terus menerus berubah. sosial (Mosco, 2009: 138). Ketiga konsep ini Aktivitas ini melibatkan produksi barang saling berkaitan dimana setiap perusahaan dan layanan yang seringkali bersifat pribadi atau sistem media akan terus menciptakan dan publik. Karakter publik media inovasi media yang diikuti dengan teknologi diturunkan terutama dari fungsi politik media sehingga menghasilkan transformasi media dalam demokrasi, tetapi juga fakta barang dengan nilai tukarnya, sehingga bahwa informasi, budaya dan gagasan menyebabkan adanya perluasan jarak dan dianggap sebagai kepemilikan kolektif. Hal waktu yang disebabkan oleh pemenuhan tersebut tercermin dalam berbagai kebutuhan masyarakat dan pada akhirnya mekanisme untuk mendukung, melindungi, mempengaruhi struktur dengan lembaga atau membatasi media atas nama apa yang sosial. seharusnya merupakan “kepentingan publik”. Terlepas dari hal ini media secara Sistem media (media system) umum harus beroperasi secara keseluruhan mengacu pada serangkaian media massa atau sebagian menurut dikte ekonomi pasar. aktual dalam suatu masyarakat nasional, Bahkan dalam aspek ini, media dapat terlepas dari fakta bahwa mungkin tidak ada menarik perhatian pemerintah untuk alasan hubungan formal antar elemen-elemennnya. yang sama yang membuat bisnis pribadi Didalam sistem media, jenis-jenis tertentu menjadi subjek berbagai bentuk regulasi yang berbeda ditemukan berdasarkan hukum dan ekonomi. teknologi media yang berbeda: cetak, televisi, radio, rekaman musik, internet, Mosko membagi Ekonomi Politik telekomunikasi dan sebagainya. Namun, dalam tiga konsep, yaitu: komodifikasi, jenis-jenis ini sering dibagi-bagi lagi THE MESSENGER, Volume VIII, Nomor 2, Edisi Juli 2016 100 menjadi “bentuk media” yang berbeda-beda, kekuatan media massa dan memiliki dampak misalnya media cetak menjadi buku, yang lebih luas bagi periklanan (McQuail, majalah atau surat kabar, media film dapat 2012: 256). mengacu pada sinema, video, DVD dan siaran televisi. Ini semua merupakan alat- Jumlah media massa di Indonesia alat distribusi yang berbeda, seringkali sangat banyak. Namun, ada 12 grup media berupa organisasi dan bisnis yang berbeda, yang mendominasi. Para Peneliti dari Centre meskipun biasanya terdapat suatu bentuk for Innovation Policy and Governance integrasi vertikal. Integrasi Vertikal ini (CIPG) mengumumkan hasil riset bahwa ada berkembang sesuai dengan kemajuan 12 grup besar yang menguasai hampir teknologi media massa. Dengan kata lain, seluruh kanal media di Indonesia. "Hasil penyebaran informasi media massa akan penelitian kami bekerja sama dengan menyesuaikan teknologi informasi baru. lembaga non pemerintah Hivos Asia Tenggara menunjukkan bahwa ada 12 grup Secara umum, konsentrasi media media besar yang menguasai Indonesia," telah dibedakan menurut bentuk kata Peneliti CIPG Yanuar Nugroho seperti “horizontal” dan “vertikal”. Konsentrasi yang dilansir dari Yahoo. 12 grup tersebut vertikal (vertical concentration) merujuk antara lain MNC Media Group, Jawa Pos pada pola kepemilikan yang meluas melalui Group, Kompas Gramedia Group, Mahaka tingkatan yang berbeda dari produksi dan Media Group, Elang Mahkota Teknologi, distribusi (misalnya studio film yang CT Corp, Visi Media Asia, Media Group, memiliki jaringan bioskop) atau secara MRA Media, Femina Group, Tempo Inti geografi (surat kabar nasional membeli surat Media dan Beritasatu Media Holding kabar lokal). Konsentrasi horisontal (http://www.infospesial.net/315/12-media- (horizontal concentration) merujuk pada besar-kuasai-indonesia/). gabungan (merger) di dalam pasar yang sama (misalnya antara dua lembaga surat Kompas Gramedia Group, kabar lokal atau nasional yang saling merupakan salah satu grup media terbesar di bersaing atau antara jaringan telepon dengan Indonesia. Perkembangan dari Kompas kabel). Kedua proses ini terjadi dalam skala Gramedia Group yang awal kelahirannya besar di sejumlah negara, walaupun efeknya dimulai dari terbitnya majalah bulanan mungkin berubah oleh pilihan media yang Intisari pada 17 Agustus 1963, oleh Petrus terus menerus serta munculnya media baru. Kanisius dan Jacob Oetama, bersama J. Keragaman seringkali dilindungi oleh Adisubrata dan Irawati SH. Hampir 3 tahun kebijakan publik melawan “kepemilikan kemudian, diterbitkan surat kabar Kompas lintas media” (media berbeda yang dimiliki yang hingga hari ini, harian Kompas dapat dan dijalankan oleh perusahaan yang sama, kita nikmati. Kompas Gramedia group terutama didalam pasar geografis yang melakukan komodifikasi yakni sama). Media juga dapat terlibat dalam menstransformasi nilai guna menjadi nilai konsentrasi horizontal, melalui tukar. Kompas Gramedia Group untuk dapat penggabungan perusahaan di industri yang mempertahankan bisnis perusahaannya berbeda, sehingga surat kabar atau saluran melakukan spasialisasi. Spasialisasi yang televisi dapat dimiliki oleh bisnis non media. dilakukan mengupayakan agar Kompas Hal ini tidak secara langsung mengurangi Gramedia Group dapat bertahan dan keragaman media, tetapi dapat menambah meningkatkan produk-produk media massa THE MESSENGER, Volume VIII, Nomor 2, Edisi Juli 2016 101 dan non media sehingga menembus batas- komunikasi untuk memperluas kekuasaan batas antar negara (borderless world). mereka melalui beragam bentuk konsentrasi. Adanya konsentrasi perusahaan Kompas Gramedia Group merupakan memungkinkan perusahaan-perusahaan salah satu dari 12 media besar yang memiliki kontrol yang lebih baik atas mendominasi di Indonesia. Untuk produksi, distribusi, dan pertukaran mempertahankan perusahaannya ini, komunikasi, dan juga membatasi kompetisi Kompas Gramedia Group melakukan sehingga muncul keberagaman informasi komodifikasi produk media massa, dan dan hiburan di masyarakat. Ada dua macam melakukan spasialisasi untuk mengatasi konsentrasi. Pertama konsentrasi horisontal, keterbatasan ruang dan waktu, sehingga terjadi ketika sebuah perusahaan media mencapai globalisasi. membeli saham yang besar di operasi media lainnya, tetapi tidak secara langsung Studi Putaka, merupakan pembahasan yang berhubungan dengan bisnis utamanya, atau berdasarkan pada buku-buku referensi atau ketika mengambil saham besar di sebuah berdasarkan hasil kegiatan ilmiah berupa perusahaan di luar media. Kedua konsentrasi penelitian ilmiah dengan menggunakan vertikal, terjadi ketika sebuah perusahaan berbagai metode penelitian terdahulu yang media memperluas kekuasaan proses bertujuan untuk memperkuat materi produksinya (Mosco, 2009:159-160). pembahasan. Yang pada akhirnya ketika spasialisasi Pembahasan telah tercapai akan membuat globalisasi perusahaan. Seperti yang Tomlinson Istilah spasialisasi yang diperkenalkan definisikan “Globalization refers to the oleh teoritis sosial Henri Lefebvre (1979) rapidly developing process of complex ini, merupakan sebuah proses untuk interactions between societies, cultures, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu institutions and individuals world-wide. It is dalam kehidupan sosial. Spasialisasi a social process which involves a memiliki signifikansi khusus bagi ahli compression of time and space, shrinking ekonomi politik komunikasi karena distances through a dramatic reduction in the komunikasi adalah salah satu sarana utama time taken-either physically or dalam memperkenalkan spasialisasi ke representational- to cross them, so making seluruh masyarakat dan akibatnya the world seem smaller and in a certain spasialisasi membuat industri komunikasi sense bringing human being closer to one sangat signifikan. Konsep lainnya dari another. Atau dengan kata lain globalisasi sosiolog Anthony Giddens (1990) yang mengacu pada proses berkembang pesat dari menggunakan istilah penjarakkan ruang dan interaksi kompleks antara masyarakat, waktu (time-space distanciation) untuk budaya, lembaga dan individu di seluruh memahami bagaimana waktu dan ruang dunia. Ini adalah proses sosial yang telah berkurang sebagai pengaruh melibatkan komparasi ruang dan waktu, pengendali di dunia. penyusutan jarak melalui pengurangan Mosco ingin memberikan dramatis dalam waktu yang diambil-baik pemahaman mengenai penggunaan secara fisik atau representatif - untuk spasialisasi dalam penelitian komunikasi, menyeberang mereka, sehingga membuat khususnya untuk menunjukkan bagaimana dunia tampak lebih kecil
Recommended publications
  • The Revival of Tradition in Indonesian Politics
    The Revival of Tradition in Indonesian Politics The Indonesian term adat means ‘custom’ or ‘tradition’, and carries connotations of sedate order and harmony. Yet in recent years it has suddenly become associated with activism, protest and violence. Since the resignation of President Suharto in 1998, diverse indigenous communities and ethnic groups across Indonesia have publicly, vocally, and sometimes violently, demanded the right to implement elements of adat in their home territories. This book investigates the revival of adat in Indonesian politics, identifying its origins, the historical factors that have conditioned it and the reasons for its recent blossoming. The book considers whether the adat revival is a constructive contribution to Indonesia’s new political pluralism or a divisive, dangerous and reactionary force, and examines the implications for the development of democracy, human rights, civility and political stability. It is argued that the current interest in adat is not simply a national offshoot of international discourses on indigenous rights, but also reflects a specifically Indonesian ideological tradition in which land, community and custom provide the normative reference points for political struggles. Whilst campaigns in the name of adat may succeed in redressing injustices with regard to land tenure and helping to preserve local order in troubled times, attempts to create enduring forms of political order based on adat are fraught with dangers. These dangers include the exacerbation of ethnic conflict, the legitimation of social inequality, the denial of individual rights and the diversion of attention away from issues of citizenship, democracy and the rule of law at national level. Overall, this book is a full appraisal of the growing significance of adat in Indonesian politics, and is an important resource for anyone seeking to understand the contemporary Indonesian political landscape.
    [Show full text]
  • Spasialisasi Dan Praktik Konglomerasi Media Kelompok Kompas Gramedia
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Crossref SPASIALISASI DAN PRAKTIK KONGLOMERASI MEDIA KELOMPOK KOMPAS GRAMEDIA Rahmawati Zulfiningrum Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Jl. Imam Bonjol No. 207 Semarang, Telp: (024) 3517261, Email: [email protected] Abstract This study aims to determine the spatialization and practices of media conglomeration by Kompas Gramedia group. This type of research is descriptive qualitative. In this research, data collection techniques used in-depth interviews, library research, and documentation. This study uses a technique Interactive Analysis Model Miles and Huberman. Spatialization as a process for overcoming space and time, map out the extent to which the media were able to present their products to the front of the reader, viewer, or consumers with the limits of space and time. The results indicate that the practice of spatialization conducted by Kompas Gramedia Group is to follow the model of industrial economy. It is characterized by the abundance of media and accelerate the results to get a low cost for the production or efficiency. This indicates the growth spirit of capitalism in the media industry. The media industry, which was built in the spirit of capitalism would produce media messages or product oriented capital increase. The conglomeration of media make the media do their efficiency is reflected in the value chain of media products. As the result, media also could not avoid about the content that will be the same. With equalizer for the content of these media, people in the audience do not have the freedom to select appropriate media content as what they want.
    [Show full text]
  • Olygopoli, Kepemilikan Media Dan Kebijakan Negara
    OLYGOPOLI, KEPEMILIKAN MEDIA DAN KEBIJAKAN NEGARA Oleh: Arsam Dosen Tetap STAIN Purwokerto Abstrak Salah satu dari ciri ciri persaingan pasar oligopoly adalah hanya ada beberapa pengusaha yang membuat barang atau jasa yang pada dasarnya hampir sama, kemudian para pengusaha yang hanya sedikit itu sangat tergantung antara satu dengan yang lain jika yang satu terlalu maju, yang lain akan tergeser. Inilah yang terjadi di Indonesia dimana media massa hanya dikuasai oleh empat kelompok besar yaitui PT. Bimantara Citra Tbk, Kompas Gramedia Group, Media Group dan Jawa Pos Group, sehingga pemerintah Indonesia mengambil keputusan dengan membuat peraturan berkaitan dengan kepemilikan media, yakni pemerintah membatasi kepemilikan media serta membatasi kepemilikannya terhadap media massa, agar media tidak dikuasai oleh segelintir orang saja. Sejak era Reformasi meluncur di Indonesia, media bermunculan secara amat tinggi. Namun demikian, media massa tetap dikuasai oleh segelintir orang saja seperti PT. Bimantara Citra Tbk, Kompas Gramedia Group, Media Group dan Jawa Pos Group. Kata Kunci : Kepemilikan, Oligopoly, dan Negara A. Pendahuluan. Kepemilikan media massa di Indonesia cendrung kerah pada praktik oligopoly dan monopoli. Salah satu indikasi bahwa praktik oligopoly dan monopoli terhadap media massa di Indonesia dapat dilihat dari kepemilikan media yang hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki banyak modal dan dikuasai oleh segelintir orang, serta mereka yang memiliki media lebih dari satu atau dua keatas. AT-TABSYIR, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam 149 Arsam Indikasi lainnya adalah bahwa dengan munculnya satu surat kabar yang kuat di suatu kota, kemudian surat kabar tersebut menerbitkan lagi surat kabar-surat kabar lainnya dikota yang sama, baik harian maupun mingguan. Kasus seperti ini terjadi misalnya di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Ujung pandang.
    [Show full text]
  • Peningkatan Awareness Dan Readership Koran Tribun Jateng Sebagai Production Manager
    PENINGKATAN AWARENESS DAN READERSHIP KORAN TRIBUN JATENG SEBAGAI PRODUCTION MANAGER KARYA BIDANG Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan tingkat Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Penyusun Nama : Lana Nastiti Mumpuni NIM : 14030112130059 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016 ABSTRAKSI Judul : Peningkatan Awareness Dan Readership Koran Tribun Jateng sebagai Production Manager Nama : Lana Nastiti Mumpuni NIM : 14030112130059 Tribun Jateng merupakan anak perusahaan dari Kompas Gramedia Group yang memiliki kantor pusat di Semarang. Pada awalnya, surat kabar ini masih bernama Warta -ateng dengan slogan —Lugas dan Bersahabat“, kemudian pada tanggal 29 April 2013 nama :arta -ateng dirubah menjadi Tribun -ateng dengan slogan —Spirit Baru Jawa Tengah“. :ilayah distribusi Tribun Jateng pun lebih luas dibanding Warta Jateng. Tiga bulan setelah berganti nama, Tribun Jateng akhirnya memiliki portal online yaitu jateng.tribunnews.com. Surat kabar Tribun Jateng semakin maju dengan mengedepankan peliputan berita yang jujur dan berimbang, serta tulisan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat. Mengingat visi Tribun Jateng yaitu menjadi kelompok usaha penerbitan media regional terbesar, tersebar dan terkemuka di Jawa Tengah maka surat kabar Tribun Jateng sedang berupaya untuk meningkatkan awareness dan readership pada masyarakat Jawa Tengah. Event Semarang Youth Community 2016 dan Jalan Sehat Tribun Jateng Melangkah Bersama Paramex merupakan sejumlah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan awareness dan readership surat kabar Tribun Jateng. Kegiatan Semarang Youth Community 2016, merupakan kegiatan yang mewadahi komunitas-komunitas di Kota Semarang untuk berkumpul, mengenalkan dan berbagi pengalaman tentang kegemaran mereka dengan sesama komunitas maupun dengan khalayak umum dan bertujuan untuk meningkatkan awareness dan readership masyarakat kota Semarang berusia 18-25 tahun.
    [Show full text]
  • Pengaruh Strategi Media Sosial Kompas Tv Terhadap Brand Awareness (Survei Pada Followers Akun Twitter @Kompas Tv)
    Tugas Akhir - 2012 PENGARUH STRATEGI MEDIA SOSIAL KOMPAS TV TERHADAP BRAND AWARENESS (SURVEI PADA FOLLOWERS AKUN TWITTER @KOMPAS TV) Ria Permatasari Santoso¹, Alila Pramiyanti S.sos.², Msi ; Refi Rifaldi W.g.³ ¹Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi Dan Bisnis, Universitas Telkom Fakultas Komunikasi dan Bisnis Program Studi S1 Ilmu Komunikasi Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Kompas TV sebuah perusahaan media yang menyajikan konten tayangan televisi inspiratif dan menghibur untuk keluarga Indonesia. Kompas TV dimiliki oleh Kompas Gramedia pertama kali mengudara pada tanggal 9 September 2011. Kompas TV diresmikan dengan pagelaran bertajuk “Simfoni Semesta Raya” yang diselenggarakan di Plenary Hall Jakarta Convention Center (JCC), dengan menghadirkan bintang tamu para penyanyi dan musisi papan atas Indonesia. Sesuai dengan visi misi yang diusung, Kompas TV mengemas program tayangan news, adventure, knowledge, dan entertainment yang mengedepankan kualitas. Dengan semboyan "Inspirasi Indonesia", KompasTV memang menghadirkan acara- acara yang diharapkan dapat memberikan inspirasi agar penonton semakin cinta Indonesia. Konten program tayangan Kompas TV menekankan pada eksplorasi Indonesia baik kekayaan alam, khasanah budaya, Indonesia kini, hingga talenta berprestasi. Kompas TV disiarkan dengan bergabung bersama televisi lokal dibeberapa kota besar di Indonesia yaitu, Jakarta, Surabaya, Batu & Malang, Semarang, Pontianak, Makassar, Denpasar, Bandung, dan Yogyakarta. Kompas TV juga hadir dengan televisi berbayar yaitu, Aora TV, Aora HD, Firstmedia, Centrin TV, 1 Fakultas Komunikasi dan Bisnis Program Studi S1 Ilmu Komunikasi Tugas Akhir - 2012 Skynindo, Orange TV, dan Telkomvision. Selain itu Kompas TV dapat di akses melalui Parabola, Livestreaming, dan Windows phone app. Tidak hanya berhenti pada program tayangan televisi, tersedia pula produksi film layar lebar dengan jalan cerita menarik dan didukung talenta seni berbakat Indonesia.
    [Show full text]
  • Where Communism Never Dies Violence, Trauma and Narration in the Last Cold War Capitalist Authoritarian State
    01 Heryanto (to) D 28/6/99 10:11 am Page 147 Downloaded from <arielheryanto.wordpress.com> ARTICLE INTERNATIONAL journal of CULTURAL studies Copyright © 1999 SAGE Publications London, Thousand Oaks, CA and New Delhi Volume 2(2): 147–177 [1367-8779(199908)2:2; 147–177; 008929] Where Communism never dies Violence, trauma and narration in the last Cold War capitalist authoritarian state ● Ariel Heryanto National University of Singapore ABSTRACT ● Indonesia’s militarist New Order, the last and longest-lasting Cold War capitalist authoritarianism, came to power in 1965 immediately after one of the bloodiest massacres in modern history. Vigorous cultural reproduction of the trauma of the events and continuous rehearsals of state violence on the nation’s body politic have been enormously responsible for the regime’s longevity. They constitute the most determining force in the identity-making of the powerless subjects, and in their everyday practices. Far from being systematic, however, the efficacy of the New Order’s authoritarianism is full of refractory and contradictory features. Neither instrumental political-economy nor cultural essentialism is adequate to explain them. Central to the enduring responses of the powerless Indonesians before the decisive protest in 1998, but most frequently misunderstood by scholars and human rights observers alike, is hyper- obedience, instead of resistance. ● KEYWORDS ● history ● hyper-obedience ● Indonesia ● narrative ● political violence ● popular culture ● simulacra Since the keyword ‘globalization’ has had the serious examination it deserves, its predecessor the ‘Cold War’ has been largely left alone. It seems there is a general perception that the Cold War is not only a dead thing of the past, but also essentially a clear-cut phenomenon.
    [Show full text]
  • INDONESIA and EAST TIMOR @WOMEN in INDONESIA & EAST TIMOR Standing Against Repression CONTENTS INTRODUCTION 1 1.POLITICAL
    £INDONESIA AND EAST TIMOR @WOMEN IN INDONESIA & EAST TIMOR Standing against repression CONTENTS INTRODUCTION 1 1.POLITICAL IMPRISONMENT ININDONESIA AND EAST TIMOR 3 Women prisoners of conscience 3 Arbitrary detention and harassmenton political grounds 4 Human rights violations against women labour activists 4 2.TORTURE AND ILL-TREATMENT 10 Background 10 Torture of women detainees 11 Ill-treatment of women detained as suspected prostitutes 12 East Timor 13 Ill-treatment in the context of family planning 15 3.EXTRAJUDICIAL EXECUTIONS,"DISAPPEARANCES" ANDTHE DEATH PENALTY 16 4.THE LEGACY OF HUMAN RIGHTSVIOLATIONS 18 Impunity 18 Impunity in East Timor 18 The women of Aceh: still suffering 19 The legacy of 1965 — the women's story 20 5.RECOMMENDATIONS 22 Endnotes 23 INTRODUCTION In May 1993 a woman in the Indonesian capital, Jakarta, was beaten up by 12 police officers as they came to arrest her on suspicion of conducting a gambling den in her house. A police spokesperson said that the police had "become emotional and slapped" the woman, and that the case had been settled on the spot. Two weeks later she was still being treated for cerebral haemorrhage in hospital. In December 1994, a female student activist was released from prison. She had been sentenced to one year's imprisonment for participating in a peaceful demonstration during which she had called on Indonesia's President Suharto to take responsibility for human rights violations committed by members of the security forces during his years in power. Women in Indonesia and East Timor suffer extrajudicial executions, "disappearances", torture, arbitrary arrest, unfair trial, imprisonment for peaceful expression of opposition to the government, and the death penalty.
    [Show full text]
  • Toward Just and Sustainable Forestry in Indonesia
    Supported by MINISTRY OF ENVIRONMENT AND FORESTRY REPUBLIC OF INDONESIA TOWARD JUST AND SUSTAINABLE FORESTRY IN INDONESIA Lessons learned from MFP3 experience in supporting the MoEF (2014-2018) Toward Just and Sustainable Forestry in Indonesia Copyright @2018, The Jakarta Post Publishing First published January 2018 Printed by Kompas-Gramedia Group Cover design: Zulkarnaen AL Layout: Darma Ahmadi All photos courtesy of MFP3, unless otherwise stated. Toward Just and Sustainable Forestry in Indonesia: Lessons learned from MFP3 experience in supporting the MoEF (2014-2018) Jakarta: The Jakarta Post Publishing, 2018 Jl. Palmerah Barat No. 142-143 Jakarta Pusat 10270 Email: [email protected] Website: publishing.thejakartapost.com; www.thejakartapost.com II TOWARD JUST AND SUSTAINABLE FORESTRY IN INDONESIA Lessons learned from MFP3 experience in supporting the MoEF (2014-2018) Editors and writers: Riyadi Suparno Ati Nurbaiti Writers: Suraya Afiff Hendarsyah Tarmizi Evi Mariani Fidelis Sastriastanti Copy editor: Hillary Michael Hagerty TABLE OF CONTENTS FOREWORD Bringing the spirit of collaboration into social forestry ............................................................. VI MFP3 leads multi-stakeholder processes in the forestry sector .......................................... VIII INTRODUCTION .................................................................................................................................... 2 CHAPTER 1 FACILITATING ACCESS, REDUCING INEQUALITY...................................................................
    [Show full text]
  • The League of Thirteen Media Concentration in Indonesia
    THE LEAGUE OF THIRTEEN MEDIA CONCENTRATION IN INDONESIA author: MERLYNA LIM published jointly by: PARTICIPATORY MEDIA LAB AT ARIZONA STATE UNIVERSITY & 2012 The league of thirteen: Media concentration in Indonesia Published jointly in 2012 by Participatory Media LaB Arizona State University Tempe, Arizona United States & The Ford Foundation This report is Based on the research funded By the Ford Foundation Indonesia Office. This work is licensed under a Creative Commons AttriBution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License How to cite this report: Lim, M. 2012. The League of Thirteen: Media Concentration in Indonesia. Research report. Tempe, AZ: Participatory Media LaB at Arizona State University. AvailaBle online at: http://www.puBlic.asu.edu/~mlim4/files/Lim_IndoMediaOwnership_2012.pdf. THE LEAGUE OF THIRTEEN: MEDIA CONCENTRATION IN INDONESIA By Merlyna Lim1 The demise of the Suharto era in 1998 produced several positive developments for media democratization in Indonesia. The Department of Information, once led By the infamous Minister Harmoko was aBandoned, followed By several major deregulations that changed the media landscape dramatically. From 1998 to 2002, over 1200 new print media, more than 900 new commercial radio and five new commercial television licenses were issued. Over the years, however, Indonesian media went ‘Back to Business’ again. Corporate interests took over and continues to dominate the current Indonesian media landscape. MEDIA OWNERSHIP From Figure 1 we can see that the media landscape in Indonesia is dominated By only 13 groups: the state (with public status) and 12 other commercial entities. There are 12 media groups (see Table 1) have control over 100% of national commercial television shares (10 out of 10 stations).
    [Show full text]
  • BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN 4.1 Profil Tribunnews.Com Tribunnews Merupakan Salah Satu Portal Berita Online Yang Ada Di Indo
    BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN 4.1 Profil Tribunnews.com Tribunnews merupakan salah satu portal berita online yang ada di Indonesia. Dilansir dari Tribunnews.com, situs berita ini dikelola oleh PT.Tribun Digital Online, divisi Koran Daerah Kompas Gramedia (Group of Regional Newspaper). Kantor pusat media ini berada di Jakarta, tepatnya di Jalan Palmerah Selatan No 3, Jakarta Pusat. Berita yang disajikan oleh situs ini meliputi berbagai berita yang berasal dari regional, nasional, internasional. Tribunnews.com juga mengelolah forum diskusi dan komunitas online melalui Facebook, Twitter, serta Google+. Untuk menyajikan informasi mengenai peristiwa yang terjadi, Tribunnews.com didukung oleh berbagai reporter. Selain didukung reporter yang bertugas di Jakarta, Tribunnews.com juga didukung oleh 28 jaringan koran daerah atau yang disebut dengan Tribun Network. Terdapat 500 wartawan yang tersebar di 22 kota penting di Indonesia. Portal berita ini merupakan induk bagi 26 situs berita daerah atau disebut Tribun Network. Selain itu, juga terdapat rubrik Tribuners dan Citizen Reporter yang turut serta menyajikan berbagai informasi. Adanya rubrik tersebut diharapkan kepada masyarakat untuk turut menyampaikan gagasan berupa ide serta pengalamannya yang dapat dijadikan suatu berita atau informasi kepada pembaca. 49 50 Tribunnews.com juga menyajikan halaman digital paper dari koran-koran Tribun Network. Digital paper ini merupakan koran yang hanya terbit secara online dalam format digital. Hal ini berbeda dengan epaper yang merupakan replika dari edisi cetak. Sebagai situs berita yang terhitung masih muda, Tribunnews.com mampu menempati posisi tiga besar setelah Detik.com dan Kopmas.com. Pencapaian itu diraih pada tahun ke 4, yakni pada tahun 2014. Serta pada tahun 2018 menurut penilaian Alexa, Tribunnews menepati posisi pertama dalam jajaran portal berita di Indonesia.
    [Show full text]
  • 1996 Indonesian Middle-Class Opposition in The
    Downloaded from <arielheryanto.wordpress.com> 9 Indonesian middle-class opposition in the 1990s Ariel Heryanto Indonesia’s sustained economic growth since the mid-1970s has unwittingly helped to revitalise two urban-based oppositional forces. They are the industrial workers and the middle-class professionals and activists (students, lawyers, non-government organisation (NGO) activists, journalists, artists, and religious leaders). Notwithstanding their dynamism, such oppositions encounter obstacles that constrain them as movements for far-reaching social change. Having been born out of, and having to operate within, the social structure they try to challenge, these oppositional groups find themselves in a position full of dilemmas and contradictions. What follows is a brief account of these new oppositional forces in the 1990s, and the difficulties they have to overcome before any radical transformation of the existing social order can be imagined. The main thrust of this chapter can be outlined as follows. The New Order regime achieved a hegemonic status on the basis of the extra-ordinary political violence in 1965– 6, and the continued reproduction of widespread fear in its protracted aftermath. The 1965–6 massacre took the lives of around one million people and jeopardised the lives of millions of survivors.1 That massive violence and subsequent terrorism provided the fundamental basis for sustained ‘political stability’ and successful economic development. However, the same events have generated new phenomena that increasingly undermine that basis. A new generation of middle classes and industrial workers has emerged. World capitalism incorporated Indonesia further into its structural relationships politically and economically, as well as culturally. Despite its continued success in keeping the economy of the nation growing, the New Order regime has been in steady political decline since the mid-1980s and more obviously in the 1990s.
    [Show full text]
  • A Case of Nyai Masriyah Amva from Cirebon, West Java
    Divine Love as a Base for Transformation: A Case of Nyai Masriyah Amva from Cirebon, West Java Sulaiman Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jl. Walisongo 3-5 Semarang, Central Java, Indonesia {[email protected]} Abstract. This paper examines the thoughts of Masriyah Amva, the leader of the Kebon Jambu Al-Islamy pesantren in Cirebon, West Java. The self- transcendence that occurred in Masriyah Amva was a very deep process of soul struggle so that she made God the Center. God became the object of Divine Love which aroused great fighting power for Masriyah Amva. With this Divine Love, she has an actual spirit and gives meaning and value to struggle as part of self-actualization towards perfection. The implication of Divine Love being the basis for transformative values encourages her to become a frame of mind and action, so that her thoughts and actions bring benefits to larger interests, no longer related to her personal interests. The implication of the former is Masriyah Amva's courage to give new colors to Islamic discourses that have been "taboo" in the pesantren world. She dared to discuss Divine Love as the basis of her struggle for social change. The most concern is women empowerment. She wants women to be independent and no longer have dreams of leaning on men. Because, the independence of women is also the independence of the future of their children who will create the nation's next generation.. Keywords : Divine Lov; God; Pesantren; Transformation; Masriyah Amva 1 Introduction The Divine Love occupies the most important position for Islamic mystics (Sufis).
    [Show full text]