Bab I Pendahuluan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian bisnis di Indonesia semakin terasa dengan banyak hadirnya perusahaan yang siap berdiri dan berinovasi serta berorientasi maju kedepan. Namun ternyata juga tidak sedikit perusahaan yang sudah tidak terlihat lagi keberadaannya, seakan dituntut untuk berusaha lebih keras mempertahankan esksitensinya di tengah masyarakat. Menyadari bahwa saat ini sudah berada dalam era disruption, dimana perubahan yang sangat dinamis semakin terasa sehingga mempengaruhi kehidupan organisasi/perusahaan. Perkembangan ini tentu berdampak kepada setiap perusahaan tidak terkecuali perusahaan media di Indonesia. Pada Juni 2017 PT Media Nusantara Informasi yang bernaung di bawah MNC Group milik Hary Tanoesudibyo harus menutup 8 biro koran Sindo. Dalam hal ini tidak hanya berbicara seberapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan setiap bulannya. Ada hal yang seharusnya menjadi pertimbangan sebuah perusahaan sebagai salah satu faktor dari keberlangsungan hidup perusahaan. Disinilah praktisi Public Relations (selanjutnya disebut PR) dalam sebuah perusahaan mengambil peran dalam mengusahakan dan membangun citra sebuah perusahaan di mata publiknya. Identitas perusahaan yang tercermin melalui nama perusahaan, logo dan tampilan lainnya seperti pelayanan, nilai perusahaan serta komunikasi dengan pubik internal dan eksternal menjadi pijakan pertama untuk membentuk sebuah citra. Keberadaan sebuah perusahaan sejatinya tidak bisa dipisahkan dengan 1 2 masyakarat sebagai publik eskternalnya. Adanya hubungan timbal balik, dimana kontribusi dan peran dari keduanya akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa serta kualitas kehidupan masyarakatnya. Kompas Gramedia Group sebagai salah satu perusahaan multi industri yang pondasi utamanya di bidang media massa. Perusahaan yang berkembang pesat terutama dalam bidang komunikasi ini membuktikan bahwa butuh usaha keras dalam membangun sebuah persepsi yang positif yang tidak dihasilkan hanya dengan waktu singkat. Perusahaan yang sudah melebarkan sayapnya itu selama 55 tahun sejak tahun 1963 mengetahui pentingnya sebuah corporate image bagi kelangsungan hidup perusahaan. Kompas gramedia Group yang berkantor pusat di Jl.Palmerah Selatan No.22-26, Jakarta Pusat, memiliki beberapa anak perusahaan atau bisnis dari media massa cetak maupung daring, percetakan, penerbitan, toko buku, radio, hotel, stasiun televisi , Event Organizer, hingga lembaga pendidikan dan universitas. Bertahannya Kompas Gramedia Group bukanlah tanpa usaha. Jatuh bangun yang dialami selama menjajaki dunia bisnis sudah dirasakan dan menjadi batu loncatan bagi perusahaan ini untuk terus melakukan ekspansi ke berbagai bidang bisnis. Kompas Gramedia Group terus bertranformasi dengan integritas dan terus bergerak secara dinamis memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Menyesuaikan perkembangan zaman membuat perusahaan ini memiliki tempat tersendiri di hati publik eskternalnya. Seiring berkembangnya perusahaan maka menjadikan perusahaan semakin sadar akan tanggung jawabnya sesuai dengan visi misinya. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa dikenal dengan nama Corporate Social Responsibility 3 yang seringkali disingkat dengan CSR juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa mendatang. Tertuang dalam Undang-undang No.40 Tahun 2007 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, CSR menjadi sebuah kewajiban yang utuh bagi setiap Perseroan Terbatas. Diluar wajib atau tidaknya, Kompas Gramedia Group menyadari pentingnya sebuah kontribusi khusunya untuk pengembangan masyarakat. Program Gerakan Literasi Nusantara #AkuBaca menjadi andalan Kompas Gramedia Group pada Mei 2017. Salah satu CSR dari perusahaan ini yang juga sejalan dengan visinya yaitu menciptakan masyarakat yang terdidik dan tercerahkan. Pasalnya berdasarkan studi Most Littered Nation In the World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara soal minat membaca. Sedangkan berdasarkan survei UNESCO pada tahun 2015, minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen, itu artinya dari 1000 orang, hanya 1 orang Indonesia yang suka membaca. Kenyataan miris ini menjadi salah satu yang mendorong Kompas Gramedia membuat sebuah gerakan literasi bertajuk #AkuBaca Semakin berkembangnya era digital, buku seakan menjadi barang yang sudah tidak terlalu populer lagi. Kepedulian Kompas Gramedia Group yang mayoritas bisnisnya bergerak sebagai perusahaan penerbitan ini dalam hal baca direalisasikan melalui kegiatan CSR. Perusahaan melihat salah satu cara menginvestasikan masa depan yaitu melalui membaca. CSR ini dibuat menjadi jembatan sebagai penyeimbang dalam era digital yang semua serba cepat berubah diluar dunia konvesional. Tentu hal ini membangun berbagai persepsi yang berbeda dari publik eskternalnya. 4 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dari itu penulis mengambil judul dengan tema: “Program Corporate Social Responsibility (CSR) Kompas Gramedia Group Dalam Mempertahankan Citra Perusahaan Melalui Gerakan Literasi Nusantara #AkuBaca” Maksud dan Tujuan Maksud 1. Untuk mengetahui bagaimana program CSR Kompas Gramedia Group dapat mempertahankan citra perusahaan 2. Untuk memberikan saran dan salah satu bentuk evaluasi kepada Kompas Gramedia Group dalam pelaksanaan CSR Gerakan Literasi Nusantara yang sudah berlangsung sejak Mei 2017. Tujuan Sedangkan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Diploma Tiga (D.III) Program Hubungan Masyarakat pada Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika (AKOM BSI) Jakarta. Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data Dalam hal pengumpulan data, ada beberapa teknik yang penulis lakukan diantaranya: 5 a. Observasi Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2015:145) mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. Sedangkan menurut Nasution dalam Sugiyono (2016:377) mengatakan bahwa, “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Sugiyono mengklasifikasikan (Sugiyono 2017:145) observasi dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data menjadi participant observation (observasi berperan serta) yaitu peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari pada orang yang diamati ataupun yang digunakan sebagai sumber data penelitian dan non participant observation (tidak berperan serta) yaitu dapat diterangkan bahwa peneliti hanya dapat melakukan pengamatan yang sifatnya terlihat jelas dan kasat mata. Dengan kata lain dapat dikatakan seorang peneliti hanya berperan sebagai “penonton” saja. Dalam hal ini penulis menggunakan non participant observation (observasi tidak berperan serta), dimana penulis tidak ikut terlibat langsung dalam aktivitas kegiatan CSR namun datang ke Kompas Gramedia untuk melakukan wawancara kepada pihak pelaksana di jadwal tertentu dan hanya sebagai pengamat independen. b. Wawancara Seperti yang dikemukakan oleh Esterberg dalam Sugiyono (2016:384) mendefinisikan interview sebagai berikut, “a meeting of two personsto exchange 6 information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. (wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu). Sejalan dengan yang dijelaskan oleh Mulyana (2013:180) yaitu, “wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu”. Esterberg dalam Sugiyono (2016:386), mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu: 1. Wawancara Terstruktur (structured interview) Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya juga telah disiapkan. 2. Wawancara Semiterstruktur (semistructure interview) Jenis wawancara termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan wawancara terstruktur. Pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tetapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas yang terkait dengan permasalahan. 3. Wawancara Tidak Terstruktur. (unstructured interview) 7 Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Dalam teknik wawancara terdapat dua jenis sumber informasi, yaitu: a. Key Informan Menurut Sugiyono (2017:225) Informan Kunci atau Key Informan adalah “orang yang memiliki kekuasaan pengetahuan umum dan mau membukakan pintu kepada peneliti untuk bisa menjelajahi semua objek yang diteliti”. b. Informan Menurut Moleong dalam Ardianto (2013:336) menyatakan bahwa, “informan adalah orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai masalah yang sedang diteliti dan dapat berperan sebagai narasumber selama proses penelitian”. Berdasarkan penjabaran diatas maka dalam hal ini penulis melakukan wawancara mendalam dimana