Mads Lange (Balinese Painting) the MADS LANGE CONNECTION a DANISH TRADER on BALI in the MIDDLE of the NINETEENTH CENTURY: BROKER and BUFFER* 1
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
Perkembangan Revitalisasi Kesenian Berbasis Budaya Panji Di Bali1) Oleh Prof
1 Perkembangan Revitalisasi Kesenian Berbasis Budaya Panji di Bali1) Oleh Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. Program Studi Sastra Jawa Kuna, FIB, UNUD Pendahuluan Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang diwariskan secara turun-temurun meliputi periode waktu yang panjang. Kekayaan budaya bangsa Indonesia yang terwarisi hingga hari ini ada yang berupa unsur budaya benda (tangible), seperti keris, wayang, gamelan, batik, candi, bangunan kuno, dan lain-lain; serta ada yang berupa unsur budaya tak benda (intangible), seperti sastra, bahasa, kesenian, pengetahuan, ritual, dan lain-lain. Kekayaan budaya bangsa tersebut merepresentasikan filosofi, nilai dasar, karakter, dan keragaman adab. Sastra Panji adalah salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia. Sastra Panji merupakan sastra asli Nusantara (Sedyawati, 2007:269). Sastra Panji diperkirakan diciptakan pada masa kejayaan Majapahit. Sastra Panji dapat dipandang sebagai revolusi kesusastraan terhadap tradisi sastra lama (tradisi sastra kakawin) (Poerbatjaraka,1988:237). Sebagaimana dikatakan Zoetmulder (1985:533) bahwa kisah-kisah Panji disajikan secara eksklusif dalam bentuk kidung dan menggunakan bahasa Jawa Pertengahan. Persebarannya ke pelosok Nusantara diresepsi ke dalam kesusastraan berbagai bahasa Nusantara. Sastra Panji telah banyak dibicarakan ataupun diteliti oleh para pakar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, antara lain Rassers (1922) menulis tentang kisah Panji dalam tulisan berjudul “De Pandji-roman”; Berg meneliti kidung Harsawijaya (1931) dan menerbitkan artikel -
Nilai Patriotisme Dalam Geguritan Wira Carita Puputan Margarana
1 NILAI PATRIOTISME DALAM GEGURITAN WIRA CARITA PUPUTAN MARGARANA PERSPEKTIF PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA I Wayan Cika dan I Made Soreyana Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana Jalan Nias 13 Denpasar. Kode Post:80114 Telp/Fax: (0361) 2224121, E-mail : [email protected] (Kode Makalah: P-PNL-163) ABSTRAK Salah satu karya sastra geguritan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah Geguritan Wira Carita Puputan Margarana (GWCPM). GWCPM sangat menarik untuk dikaji karena GWCPM berada antara fakta dan fiksi, artinya GWCPM ditulis dalam bentuk karya sastra geguritan dan isinya menceritakan fakta sejarah yang benar-benar terjadi, yaitu peristiwa perang antara pasukan I Gusti Ngurah Rai (Pasukan Ciung Wanara) melawan Belanda pada tanggal 20 November 1946. Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang dianalisis dengan menggunakan teori semiotika sebagai landasan, dibantu dengan teori objektif, dan ditunjang dengan metode hermeutika. Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka untuk mendapatkan naskah dan teks GWCPM. Hasil analisis menunjukkan bahwa GWCPM dibentuk oleh 9 pupuh dengan 15 pergantian. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Bali, Jawa Kuna, Sansekerta, dan bahasa Belanda. Tema yang diangkat adalah tentang patriotisme, yaitu kegigihan para pejuang untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan bangsa. Para pejuang tidak gentar mengorbankan jiwa dan raganya, demi kepentingan nusa dan bangsa. Selain itu, ditemukan juga nilai kejujuran, kesetiakawanan, nilai religius, nilai persatuan, dan nilai sejarah. Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan pedoman dalam membangun karakter bangsa. Amanat yang dapat dipetik adalah agar generasi muda dapat mengetahui, memahami dan meneladani nilai-nilai luhur yang tercermin dalam GWCPM dan bisa menghargai para pejuang yang telah gugur sebagai kusuma bangsa. -
The Making of Middle Indonesia Verhandelingen Van Het Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land- En Volkenkunde
The Making of Middle Indonesia Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte KITLV, Leiden Henk Schulte Nordholt KITLV, Leiden Editorial Board Michael Laffan Princeton University Adrian Vickers Sydney University Anna Tsing University of California Santa Cruz VOLUME 293 Power and Place in Southeast Asia Edited by Gerry van Klinken (KITLV) Edward Aspinall (Australian National University) VOLUME 5 The titles published in this series are listed at brill.com/vki The Making of Middle Indonesia Middle Classes in Kupang Town, 1930s–1980s By Gerry van Klinken LEIDEN • BOSTON 2014 This is an open access title distributed under the terms of the Creative Commons Attribution‐ Noncommercial 3.0 Unported (CC‐BY‐NC 3.0) License, which permits any non‐commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original author(s) and source are credited. The realization of this publication was made possible by the support of KITLV (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies). Cover illustration: PKI provincial Deputy Secretary Samuel Piry in Waingapu, about 1964 (photo courtesy Mr. Ratu Piry, Waingapu). Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Klinken, Geert Arend van. The Making of middle Indonesia : middle classes in Kupang town, 1930s-1980s / by Gerry van Klinken. pages cm. -- (Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, ISSN 1572-1892; volume 293) Includes bibliographical references and index. ISBN 978-90-04-26508-0 (hardback : acid-free paper) -- ISBN 978-90-04-26542-4 (e-book) 1. Middle class--Indonesia--Kupang (Nusa Tenggara Timur) 2. City and town life--Indonesia--Kupang (Nusa Tenggara Timur) 3. -
Mapping the Potential for Tourism Strategic Areas to Improve the Equality of Development in Bali
MATEC Web of Conferences 276, 02008 (2019) https://doi.org/10.1051/matecconf /201927602008 ICAnCEE 2018 Mapping the potential for tourism strategic areas to improve the equality of development in Bali Nyoman M. Jaya1*, Ngakan M. Anom Wiryasa1, Dewa Ketut Sudarsana1, and Putu D.P. Salain2 1Department of Civil Engineering, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia 2Department of Civil Engineering, Bali State Polytechnic, Bali, Indonesia Abstract. Government Regulation of the Republic of Indonesia (PPRI number 50/2011) indicates the declaration of the National Tourism Development Master Plan (RIPParNas) from 2010 to 2025. Eighty-eight (88) of the National Tourism Strategic Areas (KSPN) is spread on thirty four (34) provinces throughout the territory of the Republic of Indonesia. The province of Bali contributes greatest foreign exchange for Indonesia through the tourism sector. Eleventh (11th) of KSPN-Bali are reflecting a priority-program of Indonesian Government through equal development of Tourism Strategic Areas. Development for Bali still indicates gap between a remote regency and central city. The moratorium on rapid development of tourism facility in South Bali indicates quite difference with slower development of East and North Bali. Thus, efforts to increase the distribution of development require investigation and identification through mapping the potential of Natural Resources and Cultivation, especially, the area of tourism in South Bali (Denpasar/Badung) compared to East (Karangasem) and North (Buleleng). Literature review, field observation, and semi-structured interview data were analysed by combination of qualitative-verification methods and cognitive-mapping solutions. The result of case study was representing mapping the potentials for natural resources and cultivation that was identified in Sanur (Denpasar), Tulamben-Amed (Karangasem), and Bali-Utara (Buleleng). -
Identifikasi Potensi Monumen Puputan Klungkung Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Lokal”
“IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL” Oleh I Kadek Dwipayana, (NIM. 0914021009), (e-mail: [email protected] ) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui latar belakang didirikanya Monumen Puputan Klungkung, dan (2) mengetahui potensi yang dimiliki Monumen Puputan Klungkung sebagai media pembelajaran sejarah lokal. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) metode penentuan informan, (3) metode pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), (5) metode analisis data, dan (6) metode penulisan. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) ada dua faktor yang melatar belakangi pembangunan Monumen Puputan Klungkung dilihat dari faktor historis dan faktor pariwisata, (2) potensi yang dimiliki Monumen Puputan Klungkung sebagai media pembelajaran sejarah lokal yaitu makna struktur bangunan, patung Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe beserta pengikutnya yang gugur dalam perang puputan Klungkung, dan diorama yang ada dalam ruangan monumen. ABSTRACT This present research is aimed at (1) finding out the construction background of Puputan Klungkung Monument, and (2) finding out potency of Puputan Klungkung Monument as learning media for teaching local history. Data was gathered through qualitative method done in several steps: (1) the technique -
Chemical Engineering
Chemical Engineering 1 W E L C O M E T O B E S T 2 0 1 9 On behalf of the Organizing Committee, I take a great pride in welcoming all the attendees of the Broad Exposure to Science and Technology (BEST 2019). Allow me to express my sincere appreciation to all distinguished speakers and participants for joining the conference. I would also like to thank all the members of BEST 2019 Committee and the International Advisory Board for their support and effort in preparing this conference. They have prepared this event eagerly to assure all activities during the conference would proceed perfectly. BEST 2019 conference will include plenary lecturers and many oral communications to allow as many as possible attendants to present their scientific results on the different of engineering field. The manuscript which have presented orally will be published in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering under peer-reviewed process. I hope that the conference will provide you a wonderful forum to share your experiences and discuss recent issues in science and technology. It will give you the opportunity to meet and interact with the leading scientists, engineers, and researchers, friends and colleagues as well as sponsors and exhibitors. Finally, I would like to thank, Universitas Pendidikan Nasional, Denpasar, Sorbonne Universités - UTC Compiègne France, Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia, BKK-PII, for supporting this event. Hopefully, we can continue our collaboration in developing science and technology in upcoming activities. Thank you, Organizing Committee BEST 2019 ALFIRANO, Ph.D — Chairman Dr. Endarto Y. WARDHONO — Co-Chairman 2 REKTOR SPEECH Dear participans, On behalf of the international and local organizing committees of the Broad Exposure to Science and Technology 2019 (BEST-2019), I express my warmest welcome to all participants of the BEST-2019 conference. -
H. Hinzler Balinese Palm-Leaf Manuscripts In
H. Hinzler Balinese palm-leaf manuscripts In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Manuscripts of Indonesia 149 (1993), no: 3, Leiden, 438-473 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/06/2021 09:37:53AM via free access H.I.R. HINZLER BALINESE PALM-LEAF MANUSCRIPTS' 1. Introduction This article2 deals with a particular kind of writing material that was and still is being used in Bali and the western part of Lombok which is inhab- ited by Balinese. It is made of leaves, usually the fan-shaped leaves of the lontar palm tree (Borassus flabellifer oxflabelliformis, or Palmyra), and is still being used for rendering texts, particularly texts which are important to the owner because of containing information concerning his family, reli- gious practices, privileges, profession (for example, priest or exorcist) or the deeds of his Indian ancestors. For this reason, lontar are kept and venerated by many Balinese. Another palm tree, the gehang (Corypha gebanga), sometimes called 'wild lontar' (Ginarsa 1975:92), is also mentioned in connection with writing material (for instance in the introductory prayer of a wayang puppet performance by North Balinese dalang). However, the gehang was, at least in the 1930s, very rare in Bali, whereas lontar palms grew abundantly in the dry areas (Cox 1931:189). In Lombok the situation was the reverse: there, lontar palms had to be cultivated (Cox 1931:189). In the more remote eastem parts of the Lesser Sunda Islands, however, lon- tar palms were abundant (Cox 1931:189). Another plant fibre, the bract of the pudak (the flower of the pandanus shrub), may also serve as writing ' I wish to thank Ida I Déwa Catra from Karangasem and the late I Gusti Ngurah Ketut Sangka from Krambitan for their valuable information and support. -
Monografi Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia I MONOGRAFI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA
Monografi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia i MONOGRAFI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA Hak cipta dilindungi Undang-Undang All Rights Reserved Editor: Dr. Kustini Desain Cover & Layout: Sugeng Pujakesuma Diterbitkan oleh: LITBANGDIKLAT PRESS Jl. M. H. Thamrin No.6 Lantai 17 Jakarta Pusat Telepon: 021-3920688 Fax: 021-3920688 Website: balitbangdiklat.kemenag.go.id Anggota IKAPI No. 545/Anggota Luar Biasa/DKI/2017 Cetakan: Pertama Oktober 2019 ISBN: 978-602-51270-6-9 ii Monografi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia PENGANTAR EDITOR Buku ini berisi deskripsi pengalaman-pengalaman baik (best practices) terkait kerukunan umat beragama di empat daerah yang kemudian disusun menjadi sebuah monografi. Mengacu kepada Surat Edaran Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Nomor 3 Tahun 2015 tentang Standarisasi Kegiatan Pengembangan Bidang Kelitbangan di lingkungan Badan Litbang dan Diklat menyatakan bahwa monografi adalah karya tulis ilmiah hasil penelitian dan pengembangan yang rinci pada sebuah topik tertentu dengan pembahasan yang mendalam dan ditulis dengan berbagai pendekatan keilmuan dalam bentuk format buku dan dipublikasikan secara khusus. Bagi Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, kajian atau penelitian terkait kerukunan, sebagaimana yang tertuang dalam naskah ini, bukanlah hal yang baru. Sejak lembaga Badan Litbang Kementerian Agama ini dibentuk tahun 1975 dan memiliki satu unit eselon II yang saat ini dikenal dengan nomenklatur Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, telah banyak dilakukan kegiatan terkait kerukunan dan toleransi. Kajian dimaksud dapat berupa penelitian, diskusi, seminar, lokakarya maupun dialog pengembangan wawasan multikultural. Kegiatan yang disebut terakhir ini, yaitu Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural antara Pemuka Agama Pusat dan Daerah, telah dilakukan sejak tahun 2002 ke 34 provinsi. -
MAKNA SIMBOLIK DEWA WISNU DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus: Pura Parahyangan Jagat Guru Di Nusa Loka BSD, Tangerang Selatan)
MAKNA SIMBOLIK DEWA WISNU DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus: Pura Parahyangan Jagat Guru Di Nusa Loka BSD, Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S. Ag) Disusun Oleh: Muhammad Furqan Haqqy NIM: 11150321000026 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhammad Furqan Haqqy NIM : 11150321000026 Fakultas : Ushuluddin Jurusan/Prodi : Studi Agama-Agama Alamat Rumah : Jl. Pancoran Timur II D No. 29, RT:012/002, Pancoran, Jakarta Selatan Telp/HP : 082298399178 Judul Skripsi : MAKNA SIMBOLIK DEWA WISNU DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus: Pura Parahyangan Jagat Guru Di Nusa Loka BSD, Tangerang Selatan) Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam Skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain. Maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. ii MAKNA SIMBOLIK DEWA WISNU DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus: Pura Parahyangan Jagat Guru Di Nusa Loka BSD, Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S. Ag) Oleh: Muhammad Furqan Haqqy NIM: 11150321000026 Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag NUPN 9920112687 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH Skripsi berjudul “MAKNA SIMBOLIK DEWA WISNU DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus: Pura Parahyangan Jagat Guru di Nusa Loka BSD, Tangerang Selatan)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Juli 2021. -
DINAMIKA KEBUDAYAAN DI KOTA GIANYAR -.:: GEOCITIES.Ws
DINAMIKA KEBUDAYAAN DI KOTA GIANYAR : Dari Kota Keraton sampai Kota Seni, 1771 – 1980-an A.A. Bagus Wirawan Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Unud Denpasar Disampaikan pada Konferensi Nasional Sejarah VIII di Jakarta 14 – 17 Nopember 2006 1. Landasan Tipologi Kota. Dalam proses sejarah, sebagian besar kota berasal dari komonitas elite bangsawan atau berkat adanya pasar. Kebutuhan ekonomi dan kebutuhan politik daerah milik seorang bangsawan dapat mendorong orang untuk melakukan perdagangan guna memenuhi permintaan yang hanya dapat terlaksana dengan bekerja ataupun dengan menukar barang. Dalam kota yang berasal dari komunitas seperti itu, barang keperluan keraton, dan istana bangsawan (puri) itu seringkali merupakan sumber pendapatan, bahkan merupakan sumber pokok bagi penduduk daerah. Apabila kondisi demikian itu merupakan konfigurasi yang berlainan dengan desa, maka wajarlah bila kota itu menjadi tempat tinggal raja, para bangsawan, baudanda bhagawanta (keraton, puri) maupun tempat pasar, bencingah, alun-alun, dan lain-lainnya (Sartono Kartodirdjo, 1977). Landasan tipologi terbentuknya kota Gianyar dan untuk memahaminya mengikuti sejarah perkembangan kota, lokasi serta ekotipenya, fungsinya, dan unsur- unsur sosio-kultural adalah menggunakan konsep dan tipe-tipe kota seperti yang terdapat di pelbagai negeri (Sartono Kartodirdjo, 1977). Akan tetapi, untuk menyoroti kota Gianyar akan dipilih tipe kota yang relevan terutama kota-kota kuno di Asia (M. Irfan Mahmud, 2003 : Bab II). Di kota-kota Asia, apa yang disebut gilde belum sepenuhnya terlepas dari ikatan kerabat seperti ikatan klan; (kewangsaan) yang sebagai suatu komunitas ingin memegang monopoli dalam suatu pertukangan serta pemasaran hasil karyanya. Dalam kegiatan tukar menukar barang, muncul pula orang-orang asing misalnya Cina atau Arab. Mengenai lokasi kota-kota dapat dikatakan bahwa kota terletak di berbagai lokasi. -
ACCEPTED PARTICIPANTS for ISODEL 2018 Updated : 21 November 2018
ACCEPTED PARTICIPANTS FOR ISODEL 2018 Updated : 21 November 2018 1. ParIcipants who already sent Lecer of Assignment will get Registraon Confirmaon Lecer with a barcode inside. For those who haven't, kindly send your Lecer of Assignment immediately to [email protected] (Please ignore if you have already sent Note : it) 2. The organising commicee will cover symposium fee only; including 2 Imes coffee break, lunch and symposium kits for 3 days. 3. Transportaon and accomodaon during the event will be borne by personal account LETTER OF NO NAME INSTITUTION ASSIGNMENT (SURAT TUGAS) KINDERGARTEN TEACHERS (TK, PAUD) 1 Sri Rahayu S.Pd TK PKK 4 Argomulyo √ 2 Fadilatul Ummah TK DWP Kedungrejo Kec. Pujon √ 3 Maya Lindayani TK Dharma Wanita Persatuan 13 √ 4 Brotojoyo Retnowa, MPd PAUD Ibu Bangsa √ 5 Dwi Indrawa TK Al Muhajirin √ 6 Sri Handayani Kindergarten √ 7 Andriyani Akib BAN PAUD PNF Prop Sulsel √ 8 Ita RosIa Ichsan TK Aisyiyah Mamajang √ 9 Fahmia Nur Eka Safitri TK Pelangi Bulukumba √ 10 Mahdalina TK Ihad Dampang Bulukumba √ 11 HJ. Jihadi TK Baburrahman Galungberu Bulukumba √ 12 A. Ina Mumina TK Al Fauzan Bulukumba √ 13 Dyanthy Purnamasari BAN PAUD & PNF √ 14 Patmawa TK Khairul Ummah Bantaeng √ 15 Ermawa KB Pelangi √ 16 A. Ulfa AsIna Adnan KB Pelangi √ 17 Tri Ulfa Rosyda TK Ananda Kota Batu Jam √ 18 SuprapI TK Ahmad Yani Malang Jam 19 Novitri Kurniawa TK Aisyiyah 66 Surabaya 20 Ari SusanI TK Aisyiyah 22 Surabaya 21 Yulia RisanI PAUD 22 Ida Ayu CinIya Nurina TK Negeri Pembina Gianyar 23 I Made Oka PAUD Pom-Pom School LETTER OF NO -
The Gods & the Forge
ificah International Foundation of Indonesian Culture and Asian Heritage The Gods & the Forge Balinese Ceremonial Blades The Gods & the Forge in a Cultural Context This publication is the companion volume for the exhibition of the same name at the IFICAH Museum of Asian Culture in Hollenstedt-Wohlesbostel, Germany December 2015 to October 2016. Title number IFICAH V01E © IFICAH, International Foundation of Indonesian Culture and Asian Heritage Text: Dr. Achim Weihrauch, Efringen-Kirchen, Germany Dr. Udo Kloubert, Erkrath, Germany Adni Aljunied, Singapore Photography: Günther Heckmann, Hollenstedt, Germany Printing: Digital Repro Druck GmbH, Ostfildern, Germany Layout: S&K Kommunikation, Osnabrück, Germany Editing: Kerstin Thierschmidt, Düsseldorf, Germany Image editing: Concept 33, Ostfildern, Germany Exhibition design: IFICAH Display cases: Glaserei Ahlgrim, Zeven, Germany "Tradition is not holding onto the ashes, Metallbau Stamer, Grauen, Germany Conservation care: but the passing on of the flame." Daniela Heckmann, Hollenstedt, Germany Thomas Moore (1477–1535) Translation: Comlogos, Fellbach, Germany 04 05 Foreword Summer 2015. Ketut, a native of Bali, picks me Years earlier, the fishermen had sold the land up on an ancient motorcycle. With our feet bordering the beach to Western estate agents, clad in nothing more resilient than sandals, we which meant however that they can now no ride along streets barely worthy of the name longer access the sea with their boats ... to the hinterland. We meet people from dif- ferent generations who live in impoverished It is precisely these experiences that underline conditions by western standards and who wel- the urgency of the work carried out by IFICAH – come the "giants from the West" with typi- International Foundation of Indonesian Culture cal Balinese warmth.