“IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL”

Oleh I Kadek Dwipayana, (NIM. 0914021009), (e-mail: [email protected] ) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui latar belakang didirikanya Monumen Puputan Klungkung, dan (2) mengetahui potensi yang dimiliki Monumen Puputan Klungkung sebagai media pembelajaran sejarah lokal. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) metode penentuan informan, (3) metode pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), (5) metode analisis data, dan (6) metode penulisan. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) ada dua faktor yang melatar belakangi pembangunan Monumen Puputan Klungkung dilihat dari faktor historis dan faktor pariwisata, (2) potensi yang dimiliki Monumen Puputan Klungkung sebagai media pembelajaran sejarah lokal yaitu makna struktur bangunan, patung Raja Klungkung Ida Jambe beserta pengikutnya yang gugur dalam perang puputan Klungkung, dan diorama yang ada dalam ruangan monumen.

ABSTRACT

This present research is aimed at (1) finding out the construction background of Puputan Klungkung Monument, and (2) finding out potency of Puputan Klungkung Monument as learning media for teaching local history. Data was gathered through qualitative method done in several steps: (1) the technique of determining the location of the study, (2) the technique of determining informants, (3) techniques of data collection (observation, interviews, document review), (4) techniques of data authentication (data triangulation method), (5) techniques of data analysis, and (6) writing method. This present research found that (1) there are two factors of construction of Puputan Klungkung Monument which are historical factor and tourism factor, (2) potency of Puputan

Klungkung Monument as learning media for teaching local history are structure of the monument, statue of Ida Dewa Agung Jambe the Klungkung King and his people died in puputan Klungkung, and diorama inside of the Puputan Klungkung Monument.

Kata Kunci: monumen, potensi, sejarah lokal. *) Dosen Pembimbing

1

Pendidikan tidak bisa dilepaskan dari mengakibatkan proses pembelajaran di proses pembelajaran. Pembelajaran dalam kelas menjadi kurang menarik. diartikan sebagai suatu kegiatan pengajaran Kedua , faktor media yang digunakan kurang yang mengondisikan seseorang belajar. optimal, hal tersebut dapat dilihat dari Dengan demikian, pembelajaran lebih keterampilan guru dalam menyajikan media memfokuskan diri agar peserta didik dapat yang dirasa sangat kurang. Terlebih lagi belajar secara optimal melalui berbagai pemanfaatan peninggalan-peninggalan kegiatan edukatif yang dilakukan pendidik sejarah yang dekat dengan sekolah belum (Wahyudin, 2006: 30). Proses difungsikan secara optimal. pembelajaran merupakan proses Melihat kenyataan di atas sangat komunikasi. bertentangan dengan hakikat pendidikan, Dalam suatu proses komunikasi mengingat banyak peninggalan-peninggalan selalu melibatkan tiga komponen pokok, sejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai yaitu komponen pengirim pesan (guru), media pembelajaran sejarah, seperti komponen penerima pesan (siswa), dan Monumen Chura Dhira Wahana di Desa komponen pesan itu sendiri yang biasanya Bungkulan, Buleleng, Monumen Perjuangan berupa materi pelajaran (Sanjaya, 2006: Rakyat (Badjra Sandhi) di Kota 158). Dari pernyataan di atas, kita dapat , Monumen Perjuangan Dharma melihat bagaimana pentingnya proses Yudha Mandala di Desa Bondalem, pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan Buleleng dan Monumen Puputan Klungkung siswa pada setiap pelajaran. Namun dalam yang terdapat di Kota Semarapura. kenyataannya di lapangan tidak semua mata Dari keterangaan di atas, keberadaan pelajaran dapat disampaikan serta dikemas Monumen Puputan Klungkung tidak bisa dengan menarik oleh seorang guru. dilepaskan sebagai sebuah bangunan yang Contohnya saja pelajaran Sejarah. memiliki keunikan tersendiri. Keunikan

Pelajaran Sejarah pada umumnya monumen tersebut dapat di lihat dari bentuk kurang diminati oleh siswa, dikarenakan dan struktur bangunan serta diorama yang oleh beberapa faktor di antaranya; Pertama , ada di dalamnya. Monumen ini pada faktor guru yang lebih banyak menggunakan dasarnya dibangun untuk mengenang metode ceramah dalam mengajar sehingga peristiwa Puputan Klungkung yang terjadi

2

pada hari selasa 28 April 1908. Dari generasi muda khususnya siswa-siswi, keunikan bentuk dan struktur bangunan mengingat begitu heroiknya perlawanan tersebut ternyata tidak semua orang yang dilakukan oleh para pejuang di mengetahui makna yang terkandung di Klungkung dalam melawan penjajahan. dalamnya. Hal ini diperkuat dari hasil Namun kenyataanya keberadaan Monumen wawancara dengan salah seorang Puputan Klungkung yang berada di tengah pengunjung Monumen Puputan Klungkung Kota Semarapura belum di manfaatkan oleh yang bernama I Made Putra Wisnaya (28 guru di sekolah. Mengingat monumen Tahun). tersebut memiliki potensi yang amat besar serta dapat di aplikasikan dalam Kenyataan tersebut menjadi masalah pembelajaran sejarah untuk menunjang serta karena tidak sesuai antara teori dengan memupuk rasa cinta akan sejarah khususnya kenyataan. Mengapa masyarakat sekitar sejarah lokal bagi peserta didik. Monumen Puputan Klungkung tidak mengetahui bentuk serta makna bangunan Penelitian ini bertujuan untuk tersebut, hal ini perlu diteliti lebih lanjut mengetahui latar belakang didirikanya untuk mendapatkan jawaban mengenai Monumen Puputan Klungkung, dan makna dari bentuk serta struktur bangunan mengetahui potensi yang dimiliki Monumen Monumen Puputan Klungkung. Selain itu Puputan Klungkung sebagai media untuk mendapatkan jawaban mengenai pembelajaran sejarah lokal. Kajian teori sejarah didirikannya Monumen Puputan yang digunakan dalam penelitian Klungkung serta mengidentifikasi potensi menyangkut latar belakang pembangunan yang terkandung di dalamnya sebagai sebuah monumen yang bertujuan untuk media pembelajaran sejarah lokal. mengabadikan peristiwa penting di masa lalu (lihat Marhijanto, 1995: 414 ; Keberadaan Monumen Puputan Yandianto, 2000: 370 ; Poerwadarminta, Klungkung memiliki peran yang sangat 2003: 774 ; Saraswati, 2007: 9 ; Budiyasa, strategis untuk difungsikan sebagai media 2010: 18), serta pengertian media pembelajaran sejarah lokal. Monumen pembelajaran. Media pembelajaran tersebut memberikan kita gambaran tentang merupakan seluruh alat dan bahan yang peristiwa penting yang terjadi di masa lalu. dapat dipakai untuk mencapai tujuan Peristiwa tersebut harus tetap diingat oleh

3

pendidikan (lihat Sudirman, 1987: 205 ; HASIL Sanjaya, 2006: 161). Hasil penelitian menunjukan bahwa,

(1) ada dua faktor yang melatar belakangi

METODE PENELITIAN pembangunan Monumen Puputan Klungkung dilihat dari faktor historis dan Dalam penelitian ini, data faktor pariwisata, (2) potensi yang dimiliki dikumpulkan dengan menggunakan metode Monumen Puputan Klungkung sebagai kualitatif dengan tahap-tahap; (1) teknik media pembelajaran sejarah lokal yaitu penentuan lokasi penelitian. Lokasi yang di makna struktur bangunan dan diorama yang tuju yaitu di pusat kota semarapura, (2) ada dalam ruangan monumen. metode penentuan informan. Adapun informan yang ditunjuk untuk memperoleh data ialah I Nyoman Purnama selaku Kepala PEMBAHASA N Bidang Obyek Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klungkung yang Latar Belakang Pendirian Monumen mengetahui seluk beluk sejarah Puputan Klungkung pembangunan Monumen Puputan Klungkung; Tjokorda Raka Putra selaku Pembangunan Monumen Puputan pengelingsir Puri Agung Klungkung; Luh Klungkung dilatarbelakangi oleh dua faktor, Gede Darmi Aryawati sebagai guru sejarah yakni faktor historis dan faktor pariwisata. tingkat SMA; Siswa-siswi SMA di Faktor historis yang melatarbelakangi adalah Klungkung yakni I Kadek Merta Yoga, Ni peristiwa puputan Klungkung yang Luh Mirta Perianti, dan I Kadek Rony menyebabkan gugurnya raja Klungkung Ida Adiputra. (3) metode pengumpulan data Dewa Agung Jambe (1905-1908) bersama- (observasi, wawancara, kajian dokumen), sama dengan seluruh anggota keluarga (4) teknik penjamin keaslian data istana, para pembesar kerajaan, dan lebih (triangulasi data, triangulasi metode), (5) dari 1000 orang prajurit setia (Sidemen, metode analisis data, dan (6) metode 1983: 144). penulisan. Oleh karena itu untuk mengenang peristiwa besar serta menghormati pejuang

4

yang gugur pada saat peristiwa puputan bangunan mencerminkan tanggal 28 April Klungkung yang terjadi di masa silam 1908. Serta di dalam ruangan monumen tersebut maka dibangunlah Monumen terdapat patung raja Klungkung beserta Puputan Klungkung yang bertujuan agar pengikutnya dan diorama yang mengisahkan peristiwa penting dimasa silam dapat terus perjuangan rakyat Klungkung dalam dikenang oleh generasi selanjutnya. menghadapi Belanda. Sedangkan dari faktor pariwisata, pembangunan Monumen Puputan Klungkung ini juga diharapkan dapat Potensi Yang Dimiliki Monumen Puputan dijadikan sebagai salah satu objek wisata Klungkung Sebagai Media Pembelajaran sejarah di Kota Semarapura, karena Sejarah Lokal bangunan ini memiliki nilai sejarah yang Monumen Puputan Klungkung tinggi sehingga wisatawan menjadi tertarik memiliki potensi sebagai media untuk mengunjungi monumen ini sebagai pembelajaran sejarah lokal. Hal tersebut objek wisata sejarah yang dikemas satu terbukti dari keistimewaan struktur paket dengan Kertha Gosa, Bale Kambang, bangunan Monumen Puputan Klungkung Pemedal agung dan Museum Semarajaya. yang memiliki makna yang sangat mendasar yaitu melambangkan tanggal terjadinya Proses pembangunan Monumen peristiwa perang puputan Klungkung pada Puputan Klungkung ini melibatkan berbagai tanggal 28 April 1908, serta di dalam pihak diantaranya, dari Pemerintah Daerah ruangannya terdapat interior-interior yang Kabupaten Klungkung yaitu Tjokorda Gede mengandung nilai yang tinggi seperti patung Agung selaku penggagas, Ir. Ida Ayu dan diorama-diorama yang mengisahkan Armely sebagai perencana pembangunan, perjuangan rakyat Klungkung dalam serta Ida Bagus Tugur sebagai arsitek dalam melawan Belanda. pembangunan monumen tersebut. Proyek Potensi tersebut dapat dimanfaatkan pembangunan monumen ini berlangsung dalam berbagai model pembelajaran selama 6 (enam) tahun yakni dari tahun inovatif, seperti penerapan pendekatan 1986 sampai tahun 1992. pembelajaran CTL (Contextual Teaching Struktur bentuk Monumen Puputan and Learning ) yaitu dengan melakukan Klungkung berbentuk Lingga-Yoni, struktur kunjungan langsung ke Monumen Puputan

5

Klungkug. Selain melalui pembelajaran di Monumen Puputan Klungkung luar kelas, pemanfaatan potensi Monumen memiliki potensi sebagai media Puputan Klungkung juga dapat dilakukan pembelajaran sejarah lokal. Di dalam melalui pembelajaran di kelas yaitu dengan ruangannya terdapat interior-interior yang penerapan strategi pembelajaran inquiri mengandung nilai yang tinggi seperti patung (penemuan) dan penerapan metode dan diorama-diorama yang mengisahkan pembelaran picture and picture dengan perjuangan rakyat Klungkung dalam menampilkan video maupun gambar dari melawan Belanda. Potensi tersebut dapat diorama yang ada di dalam ruangan dimanfaatkan dalam berbagai model Monumen Puputan Klungkung. pembelajaran inovatif, seperti penerapan pendekatan pembelajaran CTL (Contextual SIMPULAN Teaching and Learning ) yaitu dengan Pembangunan Monumen Puputan melakukan kunjungan langsung ke Klungkung dilatarbelakangi oleh dua faktor, Monumen Puputan Klungkug. yakni faktor historis dan faktor pariwisata. Saran yang di sampaikan, antara lain: Faktor historis yang melatarbelakangi adalah Pihak-pihak sebagai agen pewarisan nilai peristiwa puputan Klungkung yang baik dalam pendidikan formal, informal dan menyebabkan gugurnya raja Klungkung Ida non-formal yakni orang tua, guru sejarah, Dewa Agung Jambe (1905-1908). masyarakat setempat dan pemerintah daerah. Sedangkan dari faktor pariwisata, pembangunan Monumen Puputan Ucapan terimakasih ditujukan kepada: Klungkung ini juga diharapkan dapat  dijadikan sebagai salah satu objek wisata I Wayan Mudana, selaku Pembimbing sejarah di Kota Semarapura, karena Akademik dan Pembimbing I yang telah bangunan ini memiliki nilai sejarah yang meluangkan waktunya kepada penulis tinggi sehingga wisatawan menjadi tertarik dalam memberikan pengetahuannya, untuk mengunjungi monumen ini sebagai memotivasi dan membimbing dari awal objek wisata sejarah yang dikemas satu penyusunan artikel menjadi lancar dan paket dengan Kertha Gosa, Bale Kambang, dapat terselesaikan dengan baik.  Pemedal agung dan Museum Semarajaya. I Ketut Margi, selaku Pembimbing II yang juga memberikan saran serta

6

motivasi dan membimbing penulis dalam diterbitkan). Singaraja: Universitas penyusunan artikel sehingga dapat Pendidikan Ganesha. terselesaikan dengan baik. Sidemen, Ida Bagus, dkk. 1983. Sejarah Klungkung Dari Smarapura Sampai DAFTAR RUJUKAN Puputan. Klungkung: Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Budiyasa, Wayan Teguh. 2010. Monumen Perjuangan Rakyat Desa Klungkung. Penarungan Mengwi, Badung, Bali (Latar Belakang Pendirian dan Sudirman, N, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan . Fungsinya Sebagai Pengembangan Bandung: Remadja Karya CV. Kesadaran Sejarah Bagi Generasi Wahyudin, Dinn, dkk. 2006. Pengantar Muda ) . “Skripsi” (tidak Pendidikan . Jakarta: Universitas diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Terbuka.

Marhijanto, Drs. Bambang. 1995. Kamus Yandianto, Drs. 2000. Kamus Umum Lengkap Bahasa Bahasa Indonesia . Bandung: M2S Populer . Surabaya: Bintang Timur Surabaya. Bandung.

Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Prenada Media.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Prenada Media.

Saraswati, Kadek Ngurah. 2007. Monumen Chura Dhira Wahana Sebagai Simbol Perjuangan Masyarakat Bungkulan Melawan Kolonialisme Belanda 1946-1947 dan Pemaknaannya. “Skripsi” (tidak

7