ARTIKEL

Judul MUSEUM SEMARAJAYASEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMAN 1 SEMARAPURA, KLUNGKUNG,

Oleh LUH PUTU AYU DIAH PRATIWI 1014021004

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014

0

Museum Semarajaya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMAN 1 Semarapura, Klungkung, Bali

Oleh: Luh Putu Ayu Diah Pratiwi, NIM. 1014021004 (e-mail: [email protected]) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Latar belakang pendirian Museum Semarajaya, (2) Koleksi dari Museum Semarajaya yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar Sejarah Lokal di SMAN 1 Semarapura (3) Latar belakang belum dimanfaatkannya Museum Semarajaya sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMAN 1 Semarapura berdasarkan Kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu: (1) tehnik penentuan informan; (2) tehnik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen) dan; (3) analisis data. Berdasarkan temuan di lapangan menunjukkan bahwa bangunan Museum Semarajaya menggunakan bangunan sekolah Belanda (MULO) dan mulai digunakan sebagai Museum pada tanggal 28 April 1992 untuk memperingati 84 tahun pasca perang Klungkung. Museum Semarajaya terbagi dalam tiga ruangan. Ruangan pertama menyimpan koleksi zaman praaksara seperti lesung, beliung, tempayan dan benda-benda praaksara lain yang ditemukan di sekitar Klungkung, ruangan kedua menyimpan koleksi zaman aksara dipamerkan benda-benda peninggalan Kerajaan Klungkung seperti tombak, keris, hiasan dinding, perhiasan, dan sebagainya, dan ruangan terakhir berisikan peralatan rumah tangga kerajaan Klungkung seperti di antaranya sebuah kursi antik serta foto-foto raja beserta keluarganya dalam memanfaatkan potensi yang ada dari koleksi yang dimiliki Museum Semarajaya sebagai sumber belajar guru dapat menggunakan metoda karya wisata. Metoda karya wisata digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Pada kegiatan karya wisata, siswa dapat melakukan observasi langsung terhadap koleksi praaksara dan aksara, kemudian saling berdiskusi dengan sesama teman dan guru. Selain itu siswa dapat memperoleh pengalaman nyata dan akan tumbuh motivasi belajar sejarah lebih aktif karena ternyata belajar sejarah tidak hanya dilakukan dalam kelas yang dapat membosankan.

Kata Kunci : Museum Semarajaya, Sumber Belajar

1

ABSTRACT

This study aims to know (1) The background of founding of Semarajaya Museum, (2) The collection of Semarajaya Museum that can be a source of the local history learning, (3) The background why of Semarajaya Museum‟s doesn‟t as a source of the local history learning in SMAN 1 Semarapura based on curriculum 2013. The use of Semarajaya Museum uses kualitatif approach including: (1) resources determination technique; (2) data collection technique (observation, interview, document) and; (3) data analysis. Based on the finding, it is found that Semarajaya Museum was built use Netherland school (MULO) and legitimated on 28th April 1992 to celebrate 84 years of Puputan Klungkung War. Semarajaya Museum is divided into three rooms. The first room contains the collection of before word age such as mortar, pickax, water jar, and other collection found in . Second room displays some collections from Klungkung such as spear, wavy double-bladed dagger called „keris‟, wall decoration, household equipment of such as antique chairs and the portraits of the king and his family. In using the potential of the collections of Semarajaya Museum as the learning source, the teachers can use study tour method. Study tour method is a way that can be done by the teachers by asking the students to go to a particular place to learn something associated to the subject in the school. In the study tour, the students can observe the collection of before history and history directly, then discuss it with their peers and teachers. Besides that the students can get real experience and motivate them to learn history because learning history is not only done in the class that can be boring.

Keywords: Museum Semarajaya, a source of the local history learning

2

I. Pendahuluan Diresmikan secara bersamaan tidak membuat kedua bangunan ini diminati dan Bali adalah daerah yang sangat kaya digunakan oleh masyarakat Klungkung akan berbagai kebudayaan serta secara bersama-sama. Kemegahan peninggalan sejarahnya. Salah satunya bangunan Monumen Puputan Klungkung Kabupaten Klungkung yang memiliki yang bentuknya menyerupai Monas warisan budaya dan peninggalan (Monumen Nasional) membuat sejarahnya seperti : Monumen Puputan Monumen Puputan Klungkung menjadi Klungkung, Kertha Gosha, Taman salah satu tujuan rekreasi keluarga diakhir Gili/Bale Kambang, Pemedal Agung, pekan. Berbeda halnya dengan Museum Museum Semarajaya. Salah satu Semarajaya, walaupunletaknya berada peninggalan sejarahnya adalah Museum dalam satu kawasan wisata Kerta Gosa, Semarajaya. Museum ini dibangun guna Museum Semarajaya ini jarang dikunjungi mengenang dan menghargai jasa-jasa para bahkan masyarakat Klungkung sendiri ada pahlawan ksatria yang telah gugur dalam yang tidak mengetahui adanya sebuah perang Puputan Klungkung yang museum bersejarah di Kabupaten merupakan salah satu perang terbesar Klungkung. masyarakat Klungkung menentang kolonialisme Belanda di Bali dan Dari hasil wawancara dengan Putu mengorbankan jiwa raganya serta harta Agus Permana (16 tahun), Ida Ayu Agung bendanya dalam mempertahankan dan Maheswari (16 tahun) dan Yusma menjunjung harga diri serta nusa dan Indrayanti (16 tahun) siswa SMA Negeri bangsa dari penjajah (Sujaya, 2008). di Semarapura mengatakan bahwa :

Untuk memperingati tonggak “Monumen Puputan Klungkung sangat mirip dengan Monas yang ada perjuangan perang Puputan Klungkung di Jakarta, di dalamnya juga ada yang tejadi pada tanggal 28 April 1908, diorama-diorama walau yang di Jakarta adanya diorama sejarah dibangunlah dua bangunan yang dijadikan , di sini hanya ada diorama tempat untuk memperingati perang sejarah Puputan Klungkung tapi sudah cukup menarik perhatian saya Puputan Klungkung yakni Monumen untuk mengetahui sejarah klungkung Puputan Klungkung dan Museum melalui diorama-diorama tersebut. Museum Semarajaya tidak begitu Semarajaya yang peresmiannya dilakukan akrab di telinga kemungkinan karena oleh Bapak Rudini yang menjabat sebagai tergabung dalam satu kompleks dengan Kertha Gosha dan yang lebih Mentri Dalam Negeri Indonesia pada membingungkan tidak adanya tanggal 28 April 1992. tulisan Semarajaya yang mengikuti

3

kata Museum di sebelah bangunan Klungkung sebenarnya sangat bermanfaat Pemedal Agung ini, sehingga kami apabila digunakan oleh guru-guru sejarah sebagai siswa pun tidak mengetahui bahwa Klungkung memiliki di Kabupaten Klungkung khususnya di Museum yang menyimpan benda- Semarapura. benda warisan sejarah Klungkung” (Hasil wawancara dengan Putu Agus Permana, Ida Ayu Agung Dalam observasi awal yang Maheswari, dan Yusma dilakukan penulis dilihat potensi yang Indrayantipada tanggal 27 Januari 2014). dimiliki Museum Semarajaya sebagai sumber belajar sejarah lokal, tampak jelas Klungkung sebagai sebuah daerah bahwa museum ini belum dimanfaatkan yang memiliki peranan dalam perjalanan secara maksimal sebagai sumber belajar sejarah Indonesia khususnya sejarah Bali sejarah oleh sekolah menengah di sangat disayangkan jika tidak dapat Kabupaten Klungkung. Keberadaan memelihara dan merawat segala jenis Museum Semarajaya dapat dijadikan “alat peninggalan budaya dan bangunan pelacak” kepada peristiwa sesungguhnya bersejarahnya. Karena peninggalan budaya pada masa lalu, kehadiran masa lalu inilah dan bangunan bersejarah inilah yang dapat yang dapat menumbuhkan wawasan menjadi bukti bagaimana kemegahan dan historis kepada generasi masa kini kewibawaan Klungkung sebagai raja di sehingga menumbuhkan keyakinan bahwa raja Bali pada abad ke 19. masa kini adalah kelanjutan dari masa lalu Nama Museum Semarajaya diambil dan pijakan bagi masa depan. Dengan dari nama Kerajaan Klungkung yaitu dasar wawasan historis inilah kesadaran Semarajaya. Bangunan Museum sejarah diharapkan akan tumbuh pada diri Semarajaya berada di sebelah barat Kertha seseorang (Maryati; 2004: 2). Sesuai Gosa dan Taman Gili, tampak seperti dengan Kurikulum 2013 pada mata bangunan megah dengan gaya arsitektur pelajaran Sejarah Indonesia wajib di kelas yang berkesan unik. Bentuk bangunannya XI terdapat Kompetensi Dasar yakni bergaya arsitektur Belanda zaman dulu Menganalisis perubahan, dan yang berpadu dengan gaya arsitektur keberlanjutan dalam peristiwa sejarah tradisional Bali. Banyaknya koleksi yang pada masa penjajahan asing hingga dimiliki oleh Museum Semarajaya sebagai proklamasi kemerdekaan Indonesia dan sebuah tempat penyimpan benda-benda Menganalisis proses masuk dan yang ditemukan di daerah Klungkung serta perkembangan penjajahan bangsa Barat beberapa sumbangan langsung dari puri (Portugis, Belanda dan Inggris) di

4

Indonesia yang berisikan materi pokok Dengan latar belakang tersebut maka tentang Perkembangan Kolonialisme dan penulis melihat perlu dilakukannya suatu Imperialisme Barat seperti Perubahan, dan penelitian yang berhubungan dengan keberlanjutan dalam peristiwa sejarah pemanfaatan Museum Semarajaya yang pada masa penjajahan asing hingga berada di Kabupaten Klungkung dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia, Proses pembelajaran sejarah lokal khususnya pada masuk dan perkembangan penjajahan siswa SMAN 1 Semarapura sebagai Bangsa Barat di Indonesia, dan Strategi sumber belajar. Menjadi motivasi penulis perlawanan bangsa Indonesia terhadap dalam mengangkat tema ini sebagai penjajahan Bangsa Barat di Indonesia sebuah penelitian. Sehingga diharapkan sebelum dan sesudah abad ke-20. Hal ini Museum Semarajaya sebagai warisan sebenarnya tepat sekali apabila saat nilai-nilai perjuangan yang dapat dijadikan pembelajaran sejarah Indonesia wajib pada sebagai salah satu momentum dalam Kelas XI semester I pada Kurikulum 2013 mengembalikan dan menanamkan Guru dapat memanfaatkan Museum semangat perjuangan dan patriotisme Semarajaya sebagai sumber pembelajaran. melalui pendidikan non-formal bagi Dengan melihat secara langsung benda- masyarakat khususnya generasi muda benda koleksi sejarah yang ada pada (siswa). Dengan demikian akan Museum Semarajaya yang juga membangkitkan kembali dan memberikan menyimpan benda-benda peninggalan dari suatu motivasi bagi kaum muda tentang perang Puputan Klungkung sebagai salah arti penting nilai-nilai perjuangan bagi satu perang terbesar masyarakat kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian Klungkung melawan kolonialisme Bangsa diatas, maka penulis ingin mengkaji lebih Barat (Belanda) pada 28 April 1908 silam, lanjut mengenai Museum Semarajaya di maka para siswa akan secara langsung kota semarapura Kabupaten Klungkung dapat melihat benda-benda yang karena penelitian ini belum pernah diteliti. digunakan ksatria-ksatria Klungkung Sehingga penelitian ini dilakukan dengan untuk mempertahankan kerajaan dari mengambil judul penelitian “Museum penjajahan Belanda saat itu. Hal inilah Semarajaya Sebagai Sumber Belajar yang dikatakan oleh Kamanto (2007:293) Sejarah Lokal di SMAN 1 Semarapura, sebagai pembelajaran yang konstektual Klungkung, Bali”. (CTL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang pendirian

5

Museum Semarajaya di Kota Semarapura, (Sutopo, 2006:73); (3) metode validitas Koleksi dari Museum Semarajaya yang data secara croos cek dengan metode dapat dijadikan sebagai sumber belajar triangulsi sumber; dan (4) Analisis data Sejarah Lokal, dan Latar belakang belum yaitu penarikan simpulan yang bersifat dimanfaatkannya Museum Semarajaya kasar melalui: pengumpulan data, reduksi sebagai sumber belajar sejarah lokal di data, sajian data, dan penarikan simpulan / SMA berdasarkan Kurikulum 2013. verifikasi data.

II. LANDASAN TEORI IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian teori yang digunakan adalah 1. Latar Belakang Pendirian Museum kajian teori yang berpedoman pada Semarajaya rumusan masalah yaitu: (1) Kajian latar Klungkung sebagai salah satu belakang pendirian Museum; (2) Kajian kabupaten kota di Bali yang memiliki Koleksi-koleksi dari Museum yang dapat perjalanan sejarah yang panjang serta dijadikan sebagai sumber belajar Sejarah adanya peristiwa-peristiwa yang juga Lokal; (3) Kajian tentang Motivasi belajar memberi kontribusi besar bagi Sejarah siswa serta kajian Museum sebagai sumber bangsa Indonesia pun ingin ikut membantu belajar sejarah lokal di SMA berdasarkan menjaga dan melestarikan kebudayaan Kurikulum 2013. masyarakat Klungkung melalui III. METODE PENELITIAN pembangunan Museum Semarajaya sebagai tempat yang dipercaya untuk Penelitian ini merupakan jenis menjaga dan merawat setiap koleksi dari penelitian kualitatif dengan bersandarkan peninggalan-peninggalan sejarah yang pada teknik – teknik pendekatan kualitatif dimiliki mauppun yang ditemukan di di antaranya: (1) Penentuan informan, sekitar daerah Klungkung dari masa pra- melalui Kepala Dinas Kebudayaan dan sejarah, masa perang puputan Klungkung Pariwisata Kabupaten Klungkung Drs. I tahun 1908 hingga sejarah Kontemporer Wayan Sujana, Kepala UPT Museum Klungkung. Semarajaya Kadek Putra Duarsa, dan Dra. Ni Ketut Soma Kartika selaku Guru Mata Museum Semarajaya menyimpan Pelajaran Sejarah di SMAN 1 Semarapura; benda-benda yang digunakan para ksatria (2) Metode Pengumpulan data, yaitu lewat Klungkung saat perang puputan itu terjadi. teknik pengamatan langsung, teknik benda tersebut berupa tombak, keris, wawancara, dan studi pustaka (dokumen) meriam, dan lain sebagainya. Puputan

6

Klungkung adalah merupakan tindakan perubahan sistem pemerintahan yang terakhir dimana raja Klungkung pada seluruhnya di tangani langsung oleh awalnya menerima ultimatum Belanda, Belanda sebagai pemenang perang. Pada tetapi ketegangan pun mulai muncul, pidato penobatan Ratu Belanda ketika Belanda ingin segera membuka Wilhelmina pada 17 September 1901 membuka monopoli madatnya sekalipun berisikan keinginan ratu untuk melakukan belum memiliki kendali politik. Tetapi politik Etis atau politik balas budi dengan Belanda tidak tinggal diam, mereka terus melakukan tiga hal penting yakni irigasi, berusaha menghapus monopoli madat transmigrasi, dan edukasi atau milik raja. pendidikan.Beberapa tahun setelah Belanda menghancurkan Puri Semarapura, Pada tanggal 28 April 1908 Dewa dan menandai mulai berkuasanya Belanda Agung Jambe II, Raja Klungkung beserta di kabupaten Klungkung, maka pada tahun seluruh anggota kerajaan dan para 1920 Belanda pun mendirikan sekolah pengikut setianya melakukan pengorbanan MULO (Meer Uitgebreid Lager dramatis, dimana Raja Klungkung Onderwijs) yakniSekolah Menengah mengumumkan Puputan. Pertama pada zaman kolonial Belanda di Puputan Klungkung yang diakhiri Indonesia dan hampir di setiap ibu kota dengan gugurnya Raja Klungkung, Ida I kabupaten di Jawa terdapat MULO. Jambe bersama para kerabat Namun hanya beberapa kabupaten di luar serta rakyat Klungkung menunjukkan Jawa yang mempunyai MULO salah bagaimana semangat perjuangan rakyat satunya yang terdapat di kabupaten Klungkung yang menempatkan Klungkung, corak arsitektur bangunannya kehormatan dan harga diri di atas pun merupakan kombinasi kolonial dan segalanya. Ketika cara diplomasi tidak bisa lokal.Sekolah Belanda yang terdapat di dilakukan lagi, maka jalan perang Kabupaten Klungkung ini banyak merupakan pilihan paling terhormat. mendapat perhatian masyarakat Bukan kemenangan fisik yang dicari, tapi Klungkung maupun diluar Klungkung. kemenangan kehormatan, harga diri, dan Banyak masyarakat yang ingin bersekolah spirit. di sekolah Belanda tersebut, namun tidak sembarang orang yang diterima bersekolah Setelah Klungkung akhirnya berhasil disana. dikuasai oleh Belanda pasca perang Puputan Klungkung tahun 1908, terjadi

7

Pernyataan di atas juga sempat sebuah museum yang digunakan sebagai dilontarkan oleh Ida Bagus Sunu (80 tonggak perjuangan dan kejayaan Tahun) yang mengatakan bahwa: Klungkung di masa lalu, dan museum dapat dimanfaatkan sebagai tempat “setelah Belanda berhasil menguasai Klungkung, sekitar tahun 1947 penyimpanan benda-benda peninggalan dibuatlah sebuah bangunan sekolah kerajaan Klungkung. Maka pada tahun menengah pertama Belanda yang merupakan Museum Semarajaya 1990 gedung sekolah SMP N 1 sekarang, banyak Putera-puteri Semarapura yang berada di dekat Pemedal keraton Gianyar, Karangasem dan daerah lainnya bersekolah di sekolah Agung ini dirubah menjadi sebuah belanda tersebut” museum. Nama Museum Semarajaya ini Hanya yang masih memiliki diambil dari nama Kerajaan Klungkung keturunan bangsawan yang diijinkan untuk yaitu Semarajaya yang berarti kemenangan bersekolah di sekolah menengah pertama di medan pertempuran. zaman kolonial Belanda tersebut. Pada Latar belakang pendirian Museum tanggal 1 Agustus 1947 sekolah MULO Semarajaya menurut hasil wawancara (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dengan Kadek Putra Duarsa (36 tahun) diganti menjadi SMP Negeri I Semarapura selaku Kepala UPT Museum Semarajaya oleh pemerintah Belanda sendiri hingga yang mengatakan bahwa : akhir 1990. “Pendirian Museum Semarajaya Barulah setelah hampir 82 tahun adalah Ide atau gagasan dari Bupati pasca perang Puputan Klungkung dan Klungkung yaitu dr. Tjokorde Gde Agung pada tahun 1991 yang ingin Indonesia telah merdeka dan lepas dari membangun sebuah tempat kolonialisme Belanda, mulai adanya peringatan untung mengenang jasa- jasa ksatria Klungkung melawan keinginan bupati Klungkung pertama pasukan Belanda dalam Perang yakni dr. Tjokorde Gde Agung pada tahun Puputan Klungkung maka beliau membangun Monumen Puputan 1990 yang ingin memberikan apresiasi dan Klungkung serta Museum penghargaan yang setinggi-tinggi kepada Semarajaya. Segeralah beliau membentuk tim khusus yang raja serta masyarakat Klungkung yang saat ditujukkan untuk mencari segala perang puputan Klungkung berperang jenis benda-benda peninggalan sejarah di sekitar Klungkung untuk hingga titik darah penghabisan disimpan dan dirawat serta mempertahankan Klungkung dari serbuan dipamerkan dalam Museum Semarajaya” (Hasil wawancara tentara Belanda, maka beliau memutuskan Kadek Putra Duarsa pada 18 untuk membangun sebuah monumen dan November 2013).

8

2. Koleksi–Koleksi dari Museum pahatan lembu untuk juru tulis dan Semarajaya pemanggil pesakitan, kursi berpahat Singa untuk petinggi Belanda, serta kursi dengan Museum Semarajaya di bagi menjadi ornamen kerbau untuk hakim. Benda tiga ruangan. Ruangan pertama bersejarah ini tampaknya telah memamerkan berbagai benda-benda memerlukan perawatan tangan-tangan ahli arkeologi yang ditemukan di Klungkung (Sidemen, 1983 ; 11). seperti lesung, beliung, pahat prasejarah dan lain-lain. Dengan demikian koleksi di Museum ini hampir semuanya Selanjutnya di ruangan kedua berhubungan dengan kehidupan serta dipamerkan benda-benda peninggalan perjalanan sejarah masyarakat Klungkung, Kerajaan Klungkung seperti tombak, keris, sehingga dapat dimanfaatkan oleh siswa hiasan dinding, perhiasan, dan sebagainya. Sekolah Menengah Atas (SMA) di Semuanya diletakkan di etalase kaca yang Kabupaten Klungkung sebagai sumber sangat terawat. Ruangan terakhir berisikan belajar sejarah khusunya sejarah lokal peralatan rumah tangga kerajaan Klungkung. Klungkung seperti diantaranya sebuah kursi antik serta foto-foto raja beserta 3. Latar Belakang Belum keluarganya. Pada dinding terpasang foto Dimanfaatkannya Museum lama Ida I Dewa Agung Gede Jambe pada Semarajaya Sebagai Sumber posisi duduk, diapit putera mahkota Ida I Belajar Sejarah Lokal di SMA Dewa Agung Gede Agung, saudara raja berdasarkan Kurikulum 2013. Ida Tjokorde Rake Pugog serta Anak Inti dari Kurikulum 2013, adalah Agung Gede Ngurah Pelodot. Ida I Dewa upaya penyederhanaan, dan tematik- Agung Gede Jambe naik tahta pada 1904, integratif. Kurikulum 2013 disiapkan gugur dalam Puputan Klungkung 28 April untuk mencetak generasi yang siap di 1908. Peninggalan enam buah kursi serta dalam menghadapi masa depan. Titik sebuah meja persegi tua berukir warna beratnya, bertujuan untuk mendorong keemasan di Museum Semarajaya, yang peserta didik atau siswa, mampu lebih baik sebelumnya digunakan dalam pengadilan dalam melakukan observasi, bertanya, adat Bale Kerta Gosa. Terdapat kursi bernalar, dan mengkomunikasikan berukir pahatan naga bermahkota pada (mempresentasikan), apa yang mereka senderan tangan untuk tempat duduk peroleh atau mereka ketahui setelah Brahmana dan raja, ada kursi dengan

9

menerima materi pembelajaran. Adapun melakukan aktivitas belajar yang lebih giat objek yang menjadi pembelajaran dalam dan semangat (Uno,2007: 03). penataan dan penyempurnaan kurikulum Namun dari hasil observasi yang 2013 menekankan pada fenomena alam, dilakukan peneliti pada peserta didik di sosial, seni, dan budaya. Sekolah Menengah Atas di Kabupaten

Melalui pendekatan itu diharapkan Klungkung ditemukan fakta bahwa siswa akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih mayoritas peserta didik yang tidak produktif, sehingga nantinya mereka bisa mengetahui adanya museum di Kabupaten sukses dalam menghadapi berbagai Klungkung. persoalan dan tantangan di zamannya, Dari hasil wawancara dengan Galuh memasuki masa depan yang lebih baik. Ika Safitri (16 Tahun), Siswa di SMA Maka dari itu perlu adanya tambahan Negeri di Semarapura mengatakan bahwa: motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa untuk dapat melaksanakan pendidikan “Peninggalan sejarah yang saya ketahui hanya Monumen Puputan berdasarkan Kurikulum 2013 dengan baik. Klungkung dan Kertha Gosa, itupun karena letaknya yang berada tepat di Motivasi dan belajar merupakan dua jantung kota Klungkung dan kedua tempat bersejarah tersebutpernah hal yang saling mempengaruhi. Belajar menjadi tugas kelompok oleh guru adalah perubahan tingkah laku secara sejarah” (Hasil wawancara dengan Galuh Ika Safitri, 27 Januari 2014). relatif permanen dan secara potensial Hal serupa juga diperkuat dari terjadi sebagai hasil dari praktik atau wawancara yang dilakukan dengan I penguatan yang dilandasi tujuan untuk Wayan Semadi Yasa (17 tahun) yang mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar mengatakan bahwa: dapat timbul karena dua faktor yakni faktor intrisik, berupa hasrat dan keinginan “Saya sudah pernah mengunjungi hasil dan dorongan kebutuhan belajar, Kertha Gosa, Bale Kambang dan juga Museum Semarajaya, tapi hanya untuk harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor jalan-jalan bersama teman-teman saja. ekstrisiknya adalah adanya penghargaan, Kurangnya petugas yang memberikan arahan tentang koleksi yang ada di lingkungan belajar yang kondusif, dan museum membuat saya hanya memahami kegiatan belajar yang menarik. Tetapi sendiri dari melihat keterangan yang terdapat di depan benda-benda yang harus diingat bahwa kedua faktor tersebut dipajang di museum.” (Hasil wawancara disebabkan oleh rangsangan tertentu, dengan Wayan Semadi Yasa, 27 Januari 2014). sehingga seseorang berkeinginan untuk

10

Adanya tujuan dan minat yang Mata Pelajaran Sejarah di SMA N 1 berbeda dari hasil wawancara yang Semarapura mengatakan bahwa: dilakukan peneliti memperkuat fakta “Belum dimanfaatkannya bahwa peningkatan dalam proses belajar Museum Semarajaya sebagai yang dilakukan siswa tergantung pada sumber belajar karena untuk dalam Kurikulum 2013, walau minat dan motivasi yang dimiliki tiap-tiap jam pada mata pelajaran sejarah siswa dalam menerima materi ditambah menjadi 3 jam, namun kepadatan materi dalam pembelajaran. kurikulum baru membuat tidak adanya waktu untuk membawa Dari hasil wawancara dengan Drs. siswa keluar sekolah, contohnya Museum Semarajaya. Selain itu, Gusti Suteja (54 Tahun) Guru Mata perlunya biaya masuk yang Pelajaran Sejarah di SMA N 2 Semarapura diperlukan dalam melakukan pembelajaran di luar kelas, dan mengatakan bahwa: koleksi-koleksi peninggalan sejarah di Museum Semarajaya “Setiap siswa memiliki minat dan kurang lengkap dan pengaturan motivasi yang berbeda saat tempat serta pengelompokan menerima materi pembelajaran. Ada barang berdasarkan zaman pra- yang memiliki motivasi sendiri aksara, Hindu-Budha, hingga untuk lebih mendalami materi datanganya Kolonialisme Belanda misalnya saat belajar sejarah di Indonesia tidak relevan” (Hasil terutama saat guru sedang membahas wawancara dengan Dra. I Ketut tentang perang puputan Klungkung, Soma Kartika, 12Desember siswa yang memiliki motivasi belajar 2013). tinggi pasti memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan pembenaran atas Hal serupa juga diungkapkan oleh apa yang telah disampaikan guru di Drs. Gusti Suteja (54 Tahun), selaku kelas, namun ada juga siswa yang hanya menunggu bimbingan guru Guru Mata pelajaran Sejarah di SMA N berupa pemberian tugas untuk dapat 2 Semarapura yang mengatakan bahwa: lebih mengerti tentang materi yang telah dibahas guru” (Hasil wawancara dengan Drs. Gusti “Kurang teraturnya posisi benda- Suteja, 27 Januari 2014). benda yang dimiliki Museum Semarajaya membuat siswa yang Untuk menindaklanjuti hal tersebut, melakukan penelitian dalam menyelesaikan tugas sekolah penulis pun melakukan observasi lanjutan merasa kebingungan. Selain itu dengan melakukan wawancara dengan kurangnya kerjasama yang dirasa antara pihak Museum, Kepala guru-guru Sejarah di SMAN 1 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Semarapura. serta Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung dengan Dari hasil wawancara dengan Dra. memberikan sosialisasi kepada guru-guru mata pelajaran sejarah Ni Ketut Soma Kartika (59 Tahun), Guru di Kabupaten Klungkung terkait

11

Museum Semarajaya” (Hasil suatu tempat atau obyek tertentu di luar wawancara dengan Drs. Gusti sekolah untuk mempelajari atau Suteja 12 Desember 2013). menyelidiki sesuatu seperti meninjau Dari wawancara yang peneliti museum, atau tempat-tempat peninggalan lakukan dngan kedua narasumber terlihat bersejarah dan sebagainya. bahwa keinginan narasumber sebagai Guru Mata Pelajaran Sejarah di SMA untuk Keunggulan metode karya wisata menjadikan Museum Semarajaya sebagai antara lain yaitu memiliki prinsip sumber belajar sejarah sangat tinggi. pengajaran modern yang memanfaatkan Namun beberapa alasan yang diutarakan lingkungan nyata dalam pengajaran, siswa seperti waktu untuk melakukan kunjungan dapat berpartisipasi dalam berbagai ke museum yang dirasa kurang kegiatan yang dilakukan oleh para petugas mencukupi, kurangnya dana yang di pada obyek karya wisata itu, serta anggarkan pihak sekolah untuk melakukan mengalami dan menghayati langsung apa proses belajar mengajar di luar sekolah pekerjaan mereka. Hal ini tidak mungkin serta kurang adanya kerjasama dari Dinas diperoleh di sekolah; sehingga kesempatan Pendidikan, Dinas Kebudayaan dan tersebut dapat mengembangkan bakat Pariwisata serta sosialisasi oleh UPT khusus atau keterampilan mereka, siswa museum Semarajaya kepada guru-guru dapat melihat berbagai kegiatan para Sejarah tentang proses penggunaan petugas secara individu maupun secara Museum Semarajaya agar bisa digunakan kelompok dan dihayati secara langsung sebagai sumber belajar menjadi latar yang akan memperdalam dan memperluas belakang utama belum dimanfaatkannya pengalaman mereka. Dalam kesempatan Museum Semarajaya sebagai sumber ini, siswa dapat bertanya jawab, belajar sejarah lokal di SMA berdasarkan menemukan sumber informasi yang kurikulum 2013. Untuk membantu siswa pertama untuk memecahkan segala dalam mengembangkan imajinasi dan persoalan yang dihadapinya, sehingga berikir kritisnya, perlu adanya suatu mungkin mereka menemukan bukti metode pembelajaran khusus dalam kebenaran teorinya, atau mencobakan menyampaikan materi pembelajaran yang teorinya ke dalam praktek. akan dibawa pada suatu tempat penelitian, Dalam penelitian yang dilakukan yakni metode Karya wisata. Metode karya penulis dengan mewawancarai guru-guru wisata, ialah cara mengajar yang Sejarah di SMA Negeri di Kabupaten dilaksanakan dengan mengajak siswa ke

12

Klungkung sangat setuju dengan mempermudah guru dalam memilih penggunaan dan penerapan metode Karya metode pembelajaran yang tepat. Wisata untuk meningkatkan tingkat V. SIMPULAN pemahaman dan kesadaran peserta didik pada benda maupun bangunan peninggalan Berdasarkan hasil pembahasan di sejarah. atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan Museum Semarajaya Berdasarkan hasil wawancara yang dilatarbelakangi oleh keinginan Bupati dilakukan Dra. Ni Ketut Soma Kartika (59 Klungkung I untuk mengenang dan Tahun), Guru Mata Pelajaran Sejarah di menyimpan barang-barang peninggalan SMA N 1 Semarapura mengatakan bahwa: peristiwa puputan Klungkung yang menyebabkan gugurnya raja Klungkung “Metode Karya wisata terlihat menarik karena memberikan peserta Ida Dewa Agung Jambe (1905 1908). didik inovasi baru dalam menerima Pembangunan Museum Semarajaya ini materi dalam proses belajar mengajar. Namun selain memiliki juga diharapkan dapat dijadikan sebagai keunggulan tersendiri, juga terdapat salah satu sumber belajar sejarah di Kota kelemahan yang signifikan dari metode ini, antara lain: fasilitas yang Semarapura, karena memiliki nilai sejarah diperlukan dan biaya yang yang tinggi sehingga cocok untuk diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, sangat digunakan sebagai sumber belajar bagi memerlukan persiapan dan guru dalam proses belajar mengajar dan perencanaan yang matang, memerlukan koordinasi dengan peserta didik menjadi tertarik untuk guru-guru bidang studi lain agar mengunjungi Museum Semarajaya ini tidak terjadi tumpang tindih waktu dan bila tempatnya jauh perlu sebagai sumber peninggalan sejarah yang memikirkan segi keamanan, dikemas satu paket dengan Kertha Gosa, kemampuan phisik siswa untuk menempuh jarak tersebut” (hasil Bale Kambang, Pemedal agung dan wawancara dengan Dra. Ni Ketut Monumen Puputan Klungkung. Soma Kartikapada 12 Desember 2013). Ucapan terima kasih ditujukan kepada : Dengan metode karya wisata guru dapat membuat langkah-langkah 1. Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA pembelajaran yang memanfaatkan selaku Pembimbing Akademik dan Museum Semarajaya milik Kabupaten Pembimbing I yang telah banyak Klungkung. Dengan langkah-langkah yang meluangkan waktunya kepada penulis disusun dalam RPP akan semakin dalam memberikan pengetahuannya,

13

memotivasi dan membimbing penulis Suwarna, 2008. Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidik dalam penyusunan artikel. Profesional. Jogjakarta : 2. Ketut Sedana Arta, S.Pd.,M.Pd Tiara Wicana.

sebagai Pembimbing II yang telah Wawancara 1: Dra. Ni Ketut Soma Kartika memberikan saran dan membimbing (Guru Sejarah di SMA N 1 Semarapura) wawancara penulis dalam penyusunan artikel. dilakukan pada tanggal 12 Desember 2013 Wawancara 2: Drs. Gusti Suteja (Guru Daftar Rujukan Sejarah di SMA N 2 Karwono, 2007. “Pemanfaatan Sumber Semarapura) wawancara Belajar dalam Upaya dilakukan pada tanggal 12 Peningkatan Kualitas dan Desember 2011 Hasil Belajar”. Makalah. Wawancara 3 : Putu Agus Permana (Siswa FKIP Universitas SMA Negeri di Muhhmadiyah Semarapura) wawancara dilakukan pada tanggal 27 Sidemen, Ida Bagus. (et.al). 1983. Sejarah Januari 2014 Klungkung: Dari Semarapura Sampai Wawancara 4 : Ida Ayu Agung Maheswari Puputan Klungkung: (Siswa SMA Negeri di Pemerintah Kabupaten Semarapura) wawancara Daerah Tingkat II dilakukan pada tanggal 27 Klungkung. Januari 2014 Sujaya, Made. 2008. “Refleksi Seabad Wawancara 5 : Yusma Indrayanti (Siswa Puputan Klungkung dan SMA Negeri di Kebangkitan Nasional Semarapura) wawancara dalam Masyarakat dilakukan pada tanggal 27 Multikultur”. Tersedia pada Januari 2014 http://puputan klungkung.go.id”. (diunduh Wawancara 6 : Ida Bagus Sunu (sesepuh tanggal 28 April 2013). Puri Klungkung) wawancara dilakukan Sutopo,H.B. 2006. Metodologi Penelitian tanggal 26 Januari 2014 Kualitatif. Surakarta :Pustaka Pelajar Wawancara 7 : Galuh Ika Safitri (Siswa SMA Negeri di Uno, M.Pd, Dr. Hamzah B. 2007. Teori Motivasi Semarapura) wawancara dan pengukurannya: analisis di dilakukan pada tanggal 27 bidang pendidikan. Jakarta: PT. Januari 2014 Bumi Aksara Wawancara 8 :Wayan Semadi Yasa (Siswa Zainuddin. 2008. Reformasi Pendidikan . SMA Negeri di Kritik Kurikulum dan Semarapura) wawancara Manajemen Berbasis dilakukan pada tanggal 27 Sekolah. Jogjakarta : Januari 2014 Pustaka Pelajar.

14

15