NIP.197410042002121001 Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

NIP.197410042002121001 Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra 1 Kronologi Pemerintahan Raja-Raja Bali Abad XIII-XIV Sejak Penaklukan Gajah Mada Buku Bahan Ajar Ikhtisar Sejarah Indonesia (Sejarah Kerajaan Bali) Oleh : Ida Bagus Sapta Jaya, S.S.M.Si NIP.197410042002121001 Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana 2013 2 Kata Pengantar Berkat Rahmat TuhanYang Maha Esa dan dodorong oleh keinginan yang tinggi, maka penulis dapat menyusun Buku ajar Ikhtisar Sejarah Indonesia khususnya yang berhubungan dengan sejarah kerajaaan Bali, dengan judul “Kronologi Raja-Raja Bali Abad XIII-XIV, Sejak Penaklukan Gajah Mada. Dikarenakan kepentingan publikasi dan pengembangan materi bahan ajar mata kuliah Ikhtisar Sejarah Indonesia maka buku ajar dipublikasikan. Buku ajar ini tidaklah sempurna, menyadari akan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang ada pada diri penulis, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun melengkapi tulisan ini. Tanpa mengurangi jasa manapun yang telah rela dan ikhlas membantu penulis, melalui tulisan ini mengucapkan terima kasih yang sebesarnya-besarnya kepada pihak-pihak sebagai berikut : 1. Bapak Prof Dr. I Wayan Cika, M.S., Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana yang telah membantu menyediakan fasilitas pendidikan dan kesempatan membuat tulisan ini. 2. Bapak Drs. I Wayan Srijaya, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Arkeologi fakultas Sastra Universitas Udayana. 3. Kepada Panitia Seminar Nasional Seri Sastra, sosial, dan Budaya Fakultas Sastra Universitas Udayana yang telah menyediakan fasilitas ruang seminar untuk mempublikasikan hasil karya tulis ini. 4. Lembaga Penelitian Universitas Udayana yang memberikan fasilitas menyusun laporan penelitian Hibah Bersaing Universitas Udayana. 3 5. Staf Dosen Jurusan Arkeologi yang banyak memberikan masukan dan kritisi dalam penyusunan karya buku ajar ini. Kepada team teaching (pengajar) Ikhtisar Sejarah Indonesia Ibu Zuraidah, S.S.M.Si mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam, penyusunan buku bahan ajar. 6. Para ahli Arkeologi, Sejarah, dan ahli khususnya penyusun salinan prasasti dan lontar-lontar maupun Babad-babad yang dapat dikaji dan dianalisis dalam penelitian ini. 7. Buku ajar ini disusun berkenaan dengan kepentingan arsip yang diserahkan kepada staf pegawai akademik untuk naik arsip naik pangkat Dosen di Fakultas Sastra Universitas Udayana. Mudah-mudahan atas semua jasanya yang telah diberikan kepada penulis, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya sesuai dengan amal perbuatannya. Akhirnya semoga karya tulis yang sederhana ini dapat diambil manfaatnya oleh para pembaca sebagai sumbangan kecil dalam ilmu pengetahuan pada umumnya dan disiplin ilmu Arkeologi pada khususnya. Penulis Denpasar, 20 September 2013 4 DAFTAR ISI Halaman JUDUL PENELITIAN……………………………………………………………………………………………………………………1 KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………….2 BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………………..5 I.ALASAN PEMILIHAN JUDUL............................................................................................................ .5 I.2.PENELITIAN DI MASA LALU............................................................................................................6 1.3.TUJUAN PENELITIAN.....................................................................................................................9 1.4. METODE PENYUSUNAN ..............................................................................................................9 1.5.SUMBER PENYUSUNAN.................................................................................. ……………………………10 BAB II. PEMBAHASAN 2.1.KRONOLOGI RAJA-RAJA BALI ABAD XII-XIIV……………………………………………...................................11 2.2. EKSPEDISI GAJAH MADA KE BALI.................................................................................................24 2.3.KERAJAAN BALI BERBEDA DENGAN PUSAT MAJAPAHIT ..............................................................25 2.4. GAJAH MADA SEBAGAI DUTA KE BALI.........................................................................................26 2.5. KEBO IWA DIPERDAYA ................................................................................................................28 2.6. TAKTIK DAN STRATEGI……………………………………………………………………………………………………………….30 2.7. KERAJAAN BEDAHULU JATUH……………………………………………………………………………………………………33 BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………………………………..35 3.1. SARAN-SARAN…………………………………………………………………………………………………………………………..36 3.2. ISTILAH SINGKATAN………………………………………………………………………………………………………………….37 - DAFTAR PUSTAKA 5 BAB I PENDAHULUAN Oleh : Ida Bagus Sapta Jaya, S.S.M.Si 1.1.Alasan Pemilihan Judul Adapun judul Penelitian ini yaitu “Kronologi Raja-raja Bali Abad XIV Sejak Penaklukan Gajah Mada” yang maksudnya adalah keadaan kerajaan di pulau Bali yang meliputi kurun waktu sejak ekspedisi panaklukan oleh Gajah Mada pada tahun 1343 sampai akhir abad XIV atau tahun 1398 Masehi. Alasan memilih judul ini yalah pertama karena mengingat sampai penelitian ini dilakukan disusun belum ada peneliti yang menguraikan kurun waktu itu secara keseluruhan. Walaupun penelitian telah banyak dilakukan dan dibicarakan dalam beberapa buah artikel namun sifatnya masih secara terpisah-pisah. Sebagai alasan kedua diadakan penelitian terhadap masalah tersebut di atas adalah berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian beberapa sumber menunjukan bahwa keadaan pemerintahan di pulau Bali setelah berada di bawah kekuasaan Majapahit mengalami perubahan baik dalam bidang pemerintahan maupun sosial budaya. Sehingga nantinya dapat dikemukakan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat baik mengenai struktur pemerintahan maupun tentang struktur masyarakatnya. Faktor-faktor seperti di makalah yang merupakan diperlukannya penelitian yang lebih spesifik dan mendalam. 6 1.2.Penelitian di masa lalu Penelitian terhadap masalah yang telah disebutkan di atas sebenarnya telah dimulai sejak masa lalu oleh beberapa orang sarjana baik sarjana luar negeri maupun dalam negeri. Pada tahun 1926 telah terbit hasil penelitian sarjana Belanda yang bernama Van Stein Callenfels dengan judul “Epigraphia Balica I” yang memuat ada 24 sampai 28 transkripsi prasasti huruf Latin dan salah satu diantaranya adalah prasasti nomor 902 Gobleg, Pura Batur C. (Callenfels, 1926 : 13). Tahun 1927-1928 Residen Caren menyuruh juru potret Cina untuk membuat foto-foto prasasti Bali. Kemudian hasilnya dikumpulkan merupakan koleksi Caren yang selanjutnya diberi kode CA. Dari Oudhedenkundige Dienst (Dinas Purbakala) juga membuat dikumentasi prasasti di Bali lalu hasilnya diberi kode OD. Dari sekian banyak foto prasasti baik koleksi Caron maupun koleksi Dinas Purbakala telah diteliti oleh Goris dan di antaranya terdapat dua buah prasasti yang memuat tentang kerajaan Bali menjelang diserang oleh Majapahit yaitu prasasti nomor 810 Gunung Panulisan E dan nomor 811 Langgahan. Kedua prasasti ini telah diteliti oleh Stuterheim dan Damais. (Stutterheim, 1929 : 17,18 ; Damais, 1952 : 96-97 ; Goris, 1954 : 44). Dalam prasasti disebutkan nama raja Cri Astasura Ratna Bumi Banten. Setelah penaklukan Gajah Mada tahun 1343 sampai dengan tahun 1398 Masehi sampai saat ini baru ditemukan dua buah prasasti yaitu prasasti nomor 901 Batur, Pura Abang C dan nomor 902 di muka. Kedua prasasti yang disebut belakangan ini menyebutkan nama raja Wijayarajasa dari Negara Wengker. (Goris, 1965 : 47). Tahun 1929 terbit hasil penelitian Berg dengan judul “Kidung Pamancangah”. Pamancangah ini menyebutkan antara lain nama raja Cri Kresna Kepakisan yang berissthana di Samprangan. (Berg, 1929 : 9). 7 Tahun 1931 hasil karya Krom diterbitkan kembali yang merupakan edisi kedua dengan judul “Hindoe Javaansehe Geschiedenis”. Di dalamnya disebutkan bahwa setelah penaklukan Gajah Mada dikirimlah Kresna Kepakisan menjadi raja di pulau Bali. Kemudian pada tahun 1384 raja Wijayarajasa dari Negara Wengker menetapkan prasasti nomor 901 Batur, Pura Abang C, sedangkan pada tahun 1398 Masehi dikatakan bahwa Wijayarajasa telah moksa di Wisnubhawana. Wijayarajasa adalah paman raja Hayam Wuruk. (Krom, 1931 : 384-410). Pada Tahun 1948 telah terbit hasil penelitian Goris dengan judul “Sejarah Bali Kuna”. Di dalamnya antara lain disebutkan bahwa sebelum penaklukan Gajah Mada pada tahun 1343 Masehi yang menjadi raja di Bali adalah Cri Astasura Ratna Bumi Banten.(Goris, 1948 : 13). Tahun 1952 terbit hasil karya Damais yang memuat daftar prasasti yang terpenting di Indonesia yang memakai tanggal dan angka tahun. Dalam daftar tersebut Damais mendaftar prasasti di Bali dengan kode D1 – D 67. Untuk prasasti nomor 810 dan 811 diberi kode D 67 dan 63. Sedangkan untuk prasasti nomor 901 dan 902 diberi kode D 65 dan D 66. (Goris, 1967 : 68). Sampai tahun 1954 di Bali makin banyak ditemukan prasasti baru. Goris bertugas di Bali sejak bulan September 1928 mendapat tugas rangkap yalah pertama menerbitkan piagam-piagam di Bali dalam bahasa Jawa Kuna (OJ) dan kedua untuk mengadakan penyelidikan tentang agama dan kepercayaan orang Bali. Namun mulai tahun 1932 tugas ini berubah yaitu dengan mendapat kebebasan untuk mengadakan koleksi dan terjemahan-terjemahan terhadap piagam-piagam yang ada di Bali. Maka mulai saat itu Goris menjelajah pelosok-pelosok desa di Bali ini, teristimewa daerah-daerah di sekitar bukit Kintamani. Setelah bekerja keras dalam waktu lebih dari 22 tahun barulah bisa diterbitkan hasil penelitiannya dengan judul “Prasasti Bali I da II” (1954). Buku ini 8 selain membuat ikhtisar tentang semua piagam-piagam yang ada di Bali (yang dibagi ke dalam
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar diperkirakan telah ada sejak akhir abad ke-17 Masehi.1 Koto Besar tumbuh dan berkembang bersama daerah-daerah lain yang berada di bekas wilayah Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi).2 Daerah-daerah ini merupakan kerajaan kecil yang bercorak Islam dan berafiliasi dengan Kerajaan Pagaruyung, seperti Pulau Punjung yang dikenal sebagai camin taruih (perpanjangan tangan) Pagaruyung untuk daerah Hiliran Batanghari, serta penguasa lokal di ranah cati nan tigo, yaitu Siguntur, Sitiung dan Padang Laweh.3 Koto Besar menjadi satu-satunya kerajaan di wilayah ini yang tidak berpusat di pinggiran Sungai Batanghari.4 Lokasi berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut merupakan daerah rantau dalam konsep alam Minangkabau.5 Pepatah adat Minangkabau mengatakan, 1 Merujuk pada tulisan yang tercantum pada stempel peninggalan Kerajaan Koto Besar yang berangkakan tahun 1697 Masehi. 2 Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi) adalah sebuah kerajaan yang bercorak Hindu Buddha dan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu Jambi yang bermigrasi dari muara Sungai Batanghari. Kerajaan Melayu Dharmasraya hanya bertahan sekitar dua abad (1183 – 1347), setelah dipindahkan oleh Raja Adityawarman ke pedalaman Minangkabau di Saruaso. Bambang Budi Utomo dan Budhi Istiawan, Menguak Tabir Dharmasraya, (Batusangkar : BPPP Sumatera Barat, 2011), hlm. 8-12. 3 Efrianto dan Ajisman, Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Dharmasraya, (Padang: BPSNT Press, 2010), hlm. 84. 4 Menurut Tambo Kerajaan Koto Besar dijelaskan bahwa Kerajaan Koto Besar berpusat di tepi Sungai Baye. Hal ini juga dikuatkan oleh catatan Kontroler Belanda Palmer van den Broek tanggal 15 Juni 1905. Lihat, Tambo Kerajaan Koto Besar, “Sejarah Anak Nagari Koto Besar yang Datang dari Pagaruyung Minangkabau”. Lihat juga, “Nota over Kota Basar en Onderhoorige Landschappen Met Uitzondering van Soengei Koenit en Talao”, dalam Tijdschrift voor Indische, “Taal, Land en Volkenkunde”, (Batavia: Kerjasama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dan Batavia Albrecht & Co., 1907), hlm.
    [Show full text]
  • Bab 2 Landasan Teori
    BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. Letak Geografis Sumatra Barat Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 00 54’ Lintang Utara sampai dengan 30 30’ Lintang Selatan serta 980 36’ – 1010 53’ Bujur Timur dengan luas wilayah 42.29730 Km2 atau 4.229.730 Ha. Luas perairan laut Provinsi Sumatera Barat kurang lebih 186.500 Km2 dengan jumlah pulau besar dan kecil sekitar 345 pulau. 2.1.2. Kedatangan Majapahit Di Minangkabau Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit, sekaligus melakukan beberapa penaklukan yang dimulai dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama Arya Damar sebagai bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1343. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman. Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, pada tahun 1347 masehi atau 1267 saka, Adityawarman memproklamirkan dirinya sebagai Maharajadiraja dengan gelar Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa dan menamakan kerajaannya dengan namaMalayapura. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu sebelumnya, dan memindahkan ibukotanya dari Dharmasraya ke daerah pedalaman (Pagaruyung atau Suruaso). Dengan melihat gelar yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada bangsa Mauli penguasa Dharmasraya, dan gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendra nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari 3 4 Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi. 2.1.3. Kerajaan Pagaruyung Masa Kebudayaan Islam Sultan Alif Khalifatullah naik tahta sekitar tahun 1560. Beliau merupakan raja (sultan) pertama di Kerajaan Pagaruyung yang memeluk agama Islam.
    [Show full text]
  • The Local Wisdom in Marine Resource Conservation for Strategies of Poverty Reduction in Indonesia
    TUMSAT-OACIS Repository - Tokyo University of Marine Science and Technology (東京海洋大学) The local wisdom in marine resource conservation for strategies of poverty reduction in Indonesia 学位名 博士(海洋科学) 学位授与機関 東京海洋大学 学位授与年度 2018 学位授与番号 12614博乙第35号 権利 全文公表年月日: 2019-06-25 URL http://id.nii.ac.jp/1342/00001758/ Doctoral Dissertation THE LOCAL WISDOM IN MARINE RESOURCE CONSERVATION FOR STRATEGIES OF POVERTY REDUCTION IN INDONESIA March 2019 LUCKY ZAMZAMI i To the Villagers of South Tiku ii TABLE OF CONTENTS Table of Contents ..................................................................................................... iii List of Tables ........................................................................................................... v List of Figures .......................................................................................................... vi List of Photos ........................................................................................................... vii Acknowledgment ..................................................................................................... viii Preface ..................................................................................................................... ix CHAPTER I: INTRODUCTION ......................................................................... 1 1. Background ........................................................................................................ 1 2. Ethnographical Setting ......................................................................................
    [Show full text]
  • Format Sisfo
    JURNAL BAHASA RUPA Vol. 1 No 2 - April 2018 p-ISSN 2581-0502 (Print), e-ISSN 2580-9997 (Online) Available Online at : http://jurnal.stiki-indonesia.ac.id/index.php/jurnalbahasarupa PERANCANGAN PERMAINAN DIGITAL “KRONIK MAJAPAHIT” SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH SUMPAH PALAPA UNTUK REMAJA Yanuar Rahman1, Hendy Hertiasa2 1Prodi DKV, Fakultas Industri Kreatif, Telkom University Bandung, Indonesia 2Prodi DKV, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia [email protected], [email protected] Received : Januari 2018 Accepted : Maret 2018 Published : April 2018 Abstrak Sejarah merupakan rekam jejak dan cerminan karakter bangsa yang tidak boleh dilupakan, karena banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa didapat dengan memahaminya. Namun dalam kenyataannya pelajaran sejarah tidak melulu mendapat tempat yang baik dalam proses belajar siswa di sekolah menengah. Penelitian ini ingin menggali lebih dalam dan mencari alternatif solusi untuk proses pembelajaran sejarah, khususnya tentang bagaimana cara memperkenalkan kronologis sejarah sumpah palapa melalui sebuah media game yang menarik sebagai bagian dari proses belajar kepada remaja. Proses penelitian ini juga mencari alternatif cara dalam merancang gameplay dan visual yang sesuai untuk game tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah action reserach yang sistematis dan bekelanjutan, untuk memahami konteks pembelajarannya digunakan metode belajar konstruktivisme, serta teori-teori yang terkait dalam ranah pendidikan dan psikologi agar memperkaya landasan pemikiran dari penelitian ini. Hasil dari penelitian yang dihasilkan melalui pengkajian pustaka, observasi, diskusi dan percobaan-percobaan untuk mendapatkan data, akan digunakan sebagai dasar dalam perancangan konten dan visual game. Dengan proses penelitian dan perancangan tersebut, game ini diharapkan dapat membantu para remaja Indonesia untuk bisa mengenal dan mempelajari lebih dalam tentang sejarah Nusantara, sehingga dapat membangkitkan rasa cinta dan karakter berbangsa dan bernegara.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang berada di persimpangan jalur lintas Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Terletak di ujung tenggara Sumatera Barat antara 00 47’ 7” LS – 10 41’56” LS & 1010 9’ 21” BT- 1010 54’ 27” BT. Kondisi dan topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas merupakan lahan datar dengan ketinggian dari 82 meter sampai 1.525 meter dari permukaan laut. Sebelah utara Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Provinsi Riau, sebelah selatan dan di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi sedangkan di sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Dharmasraya merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, yang juga merupakan Kabupaten paling muda di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.38 Tahun 2003. Secara geografi Kabupaten Dharmasraya berada di ujung tenggara Provinsi Sumatera Barat dengan topografi daerah bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar dengan variasi ketinggian dari 100 m – 1.500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Dharmasraya berkembang sebagai salah satu penghasil kelapa sawit dan karet, dan dua tanaman inilah yang menyumbang pendapatan daerah paling besar bagi Dharmasraya, sehingga ia merasa mampu 1 untuk menjadi Kabupaten sendiri memisahkan diri dari Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Nama Dharmasraya sendiri tentu tidak begitu asing di telinga kita dikarenakan Dharmasraya merupakan Ibukota Kerajaan Melayu di Swharnabhumi atau yang biasa kita ketahui sebagai Sumatra. Lalu jika kita mengkaji lebih dalam maka akan kita temui hubungan antara Kerajaan Dharmasraya dan juga Kabupaten Dharmasraya yang tidak lain merupakan wilayah Kerajaan Dharmasraya itu sendiri.
    [Show full text]
  • Rb03d41h-Hubungan Malayu-Pendahuluan.Pdf
    1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berita pertama mengenai keberadaan Kerajaan Malayu Kuno didapatkan dari catatan Dinasti Tang, yaitu mengenai datangnya utusan dari daerah Mo-lo-yeu di Cina pada tahun 644 dan 645 Masehi. Nama Mo-lo-yeu ini sangat mungkin dihubungkan dengan kerajaan Malayu yang letaknya di pantai timur Sumatra dengan pusatnya sekitar Jambi (Soemadio, (ed.), 1984: 81). Kerajaan Malayu berkembang pada pertengahan abad ke-7 Masehi sampai dengan akhir abad ke-14 Masehi. Sampai saat ini, baru ditemukan sekitar 30 buah prasasti yang berasal dari kerajaan itu. Prasasti-prasasti itu tersebar di berbagai tempat, sebagian ada di wilayah provinsi Jambi, sebagian lagi di wilayah provinsi Sumatra Barat dan ada pula satu prasasti yang ditemukan di daerah Malang, Jawa Timur, yaitu prasasti pada patung Amoghapāśa di Candi Jago. Penelitian terhadap prasasti-prasasti itu telah lama dilakukan, namun sebagian prasasti hingga saat ini masih dipermasalahkan. Keadaan ini ditambah lagi dengan terbatasnya sumber sejarah yang berkaitan dengan kerajaan Malayu sehingga beberapa bagian dari kisah kerajaan Malayu masih belum jelas, bahkan belum dapat diketahui sama sekali (Djafar, 1992: 2). Universitas Indonesia Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009 2 Prasasti-prasasti Kerajaan Malayu umumnya dipahatkan di beberapa jenis batu, logam dan di belakang arca. Prasasti-prasastinya antara lain terdiri dari angka tahun, kata-kata mantra Buddha (dalam jumlah besar) dan prasasti-prasasti pendek. Prasasti-prasasti yang panjang dan memuat data yang agak jelas dikeluarkan setelah tahun 1208 Masehi (abad ke-13 – 14 Masehi), yang merupakan puncak kejayaan Malayu Kuno, sehingga sulit mengetahui keadaan kerajaan Malayu Kuno sebelum abad ke-13 Masehi karena data tertulis tidak mendukungnya (Djafar, 1992: 3).
    [Show full text]
  • T1 152016008 BAB IV.Pdf
    BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Kerajaan Majapahit Awal Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan besar di Indonesia yang didirikan oleh Raden Wijaya yaitu menantu dari Kertanegara pada tahun 1293. Kerajaan Majapahit didirikan dengan usahanya sendiri bukan merupakan warisan dari Kertanegara. Kertanegara adalah raja terakhir Kerajaan Singasari sebelum runtuh akibat serangan Jayakatwang. Kertanegara dan permaisurinya wafat akibat serangan tersebut. Raden Wijaya dan pengikutnya melarikan diri dengan melakukan pengembaraan dari Rabut Carat ke Pamawaran, Trung, Kulwan, Kembang Sari,karena di wilayah ini Raden Wijaya dan pengikutnya dikejar musuh mereka berjalan kembali ke Desa Kudadu sampai akhirnya Raden Wijaya disarankan meminta bantuan Aria Wiraraja di Madura. Setelah tinggal beberapa waktu di Madura atau lebih tepatnya wilayah Aria Wiraraja, Raden Wijaya dan Aria Wiraraja menyusun siasat untuk merebut kekuasaan Jayakatwang. Dengan segala tipu muslihatnya, Raden Wijaya menyatakan seolah-olah takluk pada kekuasaan Jayakatwang. Takluknya Raden Wijaya diterima baik oleh Jayakatwang untuk mengabdi padanya. Raden Wijaya pun dihadiahi tanah Tarik yang waktu itu berupa hutan (sekarang Mojokerto) untuk menjadi daerah kedudukannya. Saat sedang melakukan pembukaan hutan Tarik, salah seorang pasukan Raden Wijaya menemukan buah maja. Raden Wijaya memakannya, tetapi ketika dimakan rasanya pahit. Oleh karena itu, wilayah hutan Tarik ini kemudian diberi nama Majapahit. Pada tahun 1293, tentara Tartar datang ke Jawa hendak menyerang Kertanegara karena telah melukai salah satu utusannya, namun Kertanegara sudah wafat. Pasukan Tartar dengan dibantu pasukan Raden Wijaya kemudian menyerang Jayakatwang dan berhasil menundukkan Jayakatwang. Kesempatan ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk menyerang balik tentara Tartar dan 8 memukul mundur tentara Tartar dari wilayah Singasari. Dengan berakhirnya kekuasaan Jayakatwang, Raden Wijaya menobatkan dirinya menjadi raja baru dengan nama kerajaan Majapahit.
    [Show full text]
  • Merujuk Pada Data Yang Tersedia Yaitu Prasasti Yang Bertitimangsa, Masa
    Panji Angreni; (10) Pengertian dan Skenario Perempuan dalam Beberapa Teks Tradisional Melayu; (11) Ningrumkusumah: Gambaran Kesempurnaan Seorang Wanita. Semoga penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberi inspirasi kepada kaum wanita untuk lebih berkiprah melalui prestasi dan karya- karyanya. Redaksi mengharapkan para peneliti, filolog, akademisi, mahasiswa dan pecinta naskah kuno untuk mengirim artikel-artikel yang bersumber dari naskah Nusantara. Kami menerima kritik dan saran penyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantara yang lebih baik. Selamat membaca dan terima kasih. /1/ Merujuk pada data yang tersedia yaitu prasasti yang bertitimangsa, Salam Redaksi masa Jawa Kuno terentang antara abad ke-8 M hingga berakhirnya kekuasaan Kerajaan Majapahit dalam awal abad ke-16 M. Pada masa itu digunakan bahasa pengantar, pendidikan, dan bahasa resmi pemerintahan adalah Jawa Kuno. Hal itu dapat diketahui melalui berbagai sumber tertulis yang berupa prasasti atau karya-karya sastra yang masih bertahan hingga sekarang. Dalam periode tersebut tumbuh beberapa kerajaan yang berkembang secara silih berganti, adalah Mataram kuno yang beribukotakan di beberapa tempat di Jawa tengah (abad ke-8 sampai ke-10 M). Menyusul beberapa kerajaan yang beribukota di Jawa bagian timur, seperti Kadiri yang berkembang antara abad ke-11 sampai ke-12 M, Singhasari tumbuh kembang dalam abad ke-13 M, dan diteruskan dengan Majapahit yang berkembang antara abad ke-14 sampai 15 M. Berhubung panjangnya rentang masa Jawa Kuno, maka kajian ini secara khusus hanya membincangkan peran perempuan periode Majapahit dengan beberapa alasan sebagai berikut: (a) Data yang tersedia tentang peran dan kedudukan perempuan dari periode tersebut cukup memadai. (b) Pada masa itu telah dikembangkan berbagai pencapaian di bidang kebudayaan. (c) Sistem masyarakat Jawa telah terbentuk secara ajeg yang pada akhirnya berlanjut dalam periode-periode berikutnya.
    [Show full text]
  • Inscriptions of Sumatra, IV
    Archipel Études interdisciplinaires sur le monde insulindien 100 | 2020 Varia Inscriptions of Sumatra, IV: An Epitaph from Pananggahan (Barus, North Sumatra) and a Poem from Lubuk Layang (Pasaman, West Sumatra) Inscriptions de Sumatra, IV : une épitaphe de Pananggahan (Barus, Sumatra- Nord) et un poème de Lubuk Layang (Pasaman, Sumatra-Ouest) Arlo Griffiths Édition électronique URL : http://journals.openedition.org/archipel/2067 DOI : 10.4000/archipel.2067 ISSN : 2104-3655 Éditeur Association Archipel Édition imprimée Date de publication : 15 December 2020 Pagination : 55-68 ISBN : 978-2-910513-84-9 ISSN : 0044-8613 Référence électronique Arlo Griffiths , « Inscriptions of Sumatra, IV: An Epitaph from Pananggahan (Barus, North Sumatra) and a Poem from Lubuk Layang (Pasaman, West Sumatra) », Archipel [En ligne], 100 | 2020, mis en ligne le 28 novembre 2020, consulté le 04 décembre 2020. URL : http://journals.openedition.org/archipel/ 2067 ; DOI : https://doi.org/10.4000/archipel.2067 Association Archipel Arlo Griffiths 1 Inscriptions of Sumatra, IV: An Epitaph from Pananggahan (Barus, North Sumatra) and a Poem from Lubuk Layang (Pasaman, West Sumatra) 2 12The preceding report by Daniel Perret, Heddy Surachman & Repelita Wahyu Oetomo on recent archaeological surveys in the northern half of Sumatra mentions inscriptions in Indic script found respectively near the Makam Ambar in Barus, North Sumatra, and at the village Kubu Sutan in nagari Lubuk Layang, kec. Rao Selatan, kab. Pasaman, West Sumatra. The purpose of this note is to publish my readings of these two inscriptions, both of which are written in Old Malay.3 The first, clearly an epitaph and almost certainly engraved to commemorate the death of a Muslim, according to the authors of the report, bears a date equivalent to 29 June 1350 CE, which makes it the earliest Islamic inscription in Indic script from Sumatra.
    [Show full text]
  • Lambang Raja Adityawarman (1347-1374 M) Sebuah
    LAMBANG RAJA ADITYAWARMAN (1347-1374 M) SEBUAH DESKRIPSI AWAL Oleh: Dodi Chandra Deskripsi Tanda Khusus pada Prasasti Adityawarman. Dalam sejarah Indonesia, nama Adityawarman termasuk salah satu tokoh sejarah yang populer di era abad ke-14 M. Adityawarman adalah salah satu raja Kerajaan Malayu yang memerintah dari tahun 1347 M (Prasasti Amoghapasa 1269 Saka) sampai 1374 M (Prasasti Saruaso I 1296 Saka) yang telah mengeluarkan sekitar 20 prasasti berbahan batu pasir dan batu andesit (Kusumadewi, 2012: 8). Secara keseluruhan, isi prasasti tersebut berisi tentang pemujaan terhadap kebesaran Adityawarman. Namun demikian, ada beberapa prasasti yang secara khusus menyebutkan tentang peristiwa tertentu, seperti pemberitaan tentang Adityawarman telah memberikan sumbangsih yang besar kepada rakyatnya dengan pembangunan saluran irigasi untuk mengairi taman dan lahan pertanian (Prasasti Bandar Bapahat), mendirian sebuah tempat pemujaan agama Buddha (Prasasti Pagaruyung I dan Prasasti Rambatan), membangun sebuah taman luas dan indah yang dilengkapi dengan tempat duduk bagi Raja Adityawarman (Prasasti Pagaruyung V). Pemberitaan lainnya menyebutkan tentang asal usul Adityawarman (Prasasti Ombilin), nama jabatan dan pemangku pada masa itu (Prasasti Pagaruyung VI, Prasasti Rambatan, Prasasti Lubuk Layang), dan juga tersirat mengenai komoditi perdagangan (Prasasti Pagaruyung I dan V) (Kusumadewi, 2012: 3). Penelitian sebelumnya, telah banyak membahas tentang prasasti Aditywarman baik dari sisi epigrafi, paleografi, dan kajian tematiknya. Namun, belum banyak yang melakukan telaah tentang tanda khusus/lambang/logo yang ada di beberapa prasasti, seperti di Prasasti Pagaruyung I, Prasasti Pagaruyung II, Prasasti Pagaruyung III, Prasasti Pagaruyung IV, Prasasti Saruaso II, Prasasti Kubu Rajo I, Prasasti Kubu Rajo II, Prasasti Prasasti Rambatan, Prasasti Ombilin, dan Prasasti Amoghapasa. Lambang, logo, stempel bisa menimbulkan banyak defenisi.
    [Show full text]
  • The Megalithic Complex of Highland Jambi an Archaeological Perspective
    DOMINIK BONATZ, JOHN DAVID NEIDEL AND MAI LIN TJOA-BONATZ The megalithic complex of highland Jambi An archaeological perspective Introduction The highlands of Sumatra remain one of the most neglected regions of insu- lar Southeast Asia in terms of history and archaeology. No comprehensive research program incorporating both a survey and excavations within a defined geographical or environmental zone has been carried out there since Van der Hoop (1932) conducted his study of the megaliths on the Pasemah plateau in the 1930s. Meanwhile, Van der Hoop’s investigations and several other archaeological research activities at places such as northwest Lampung (McKinnon 1993), Pasemah (Sukendar and Sukidjo 1983-84; Caldwell 1997; Kusumawati and Sukendar 2000), Kerinci (Laporan 1995a, 1996a), and the Minangkabau heartland (Miksic 1986, 1987, 2004) have placed special empha- sis on the megalithic remains. As a result, the megaliths are by far the best- known archaeological attraction of the Sumatran highlands. The morphological diversity of the stone sculptures in this vast and remote region suggests the existence of different cultural units in the prehistory of dominik bonatz is Professor at Free University Berlin, Chair of Ancient Near Eastern Ar- chaeology, and holds a PhD from the same university. His research interests are the social and cultural context of visual arts in ancient civilizations, and in comparative studies ranging from the Mediterranean to the Southeast Asian world. He is the author of Das syro-hethitische Grab- denkmal; Untersuchungen zur Entstehung einer neuen Bildgattung im nordsyrisch-südostanatolischen Raum in der Eisenzeit, Mainz: Von Zabern, 2000. With M. Heinz he edited Bild – Macht – Geschichte; Visuelle Kommunikation im Alten Orient, Berlin: Reimer, 2002.
    [Show full text]