KONSTRUKSI SEBAGAI AGAMA PERDAMAIAN DALAM

BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi

Almamater Wartawan Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :

ILHAM BAHARSYAH

NPM : 13.21.0014

KEKHUSUSAN : PUBLIC RELATIONS

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI

ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA

2017

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana wacana Islam sebagai agama perdamaian dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Untuk mengetahui bagaimana wacana dalam film tersebut, peneliti menggunakan metode riset perspektif Teun A. van Dijk. Ada tiga dimensi untuk menganalisis yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks. Di balik terciptanya pesan Islam agama perdamaian terdapat sutradara dan penulis naskah yang beragama Islam. Hanum Salsabiela sebagai penulis novel Bulan Terbelah di Langit Amerika memiliki pengalaman pahit mengenai bagaimana ia sebagai umat Islam mengalami diskriminasi di Eropa. Rizal Mantovani sebagai sutradara yang mengetahui bagaimana pemberitaan mengenai Islam di mancanegara memutuskan untuk memproduksi film tersebut di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan untuk menggambarkan Islam sebagai agama perdamaian dalam film tersebut sutradara menggunakan gambaran penduduk Amerika beragama Islam yang toleran dan memilih bersikap damai di tengah maraknya isu terorisme.

Kata Kunci : Konstruksi, Islam, Analisis Wacana, Teun A. van Dijk.

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ii PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI iii PERNYATAAN ORISINALITAS iv MOTTO v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI x DAFTAR GAMBAR xii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 4 1.3 Tujuan Penelitian 5 1.4 Manfaat Penelitian 5 1.4.1 Manfaat Teoritis 5 1.4.2 Manfaat Praktis 5 1.5 Kajian Pustaka 5 1.5.1 Film Sebagai Media Komunikasi 5 1.5.2 Konstruksi Sosial 6 1.5.3 Konstruksi Identitas 9 1.5.4 Konstruksi Media Terhadap Islam 11 1.5.5 Analisis Wacana 13

1.5.6 Wacana Perspektif Teun A. Van Dijk 14

1.6 Kerangka Berpikir 20 1.7 Metodologi Penelitian 21 1.7.1 Metode Riset 21 1.7.2 Jenis dan Sumber Data 21 1.7.3 Teknik Pengumpulan dan Pencatatan Data 21

ii

1.7.4 Teknik Analisis Data 22 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 24 2.1 Deskripsi Film 24

2.2 Kru dan Pemain Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika 25

2.3 Sinopsis Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 25

2.4 Daftar Penghargaan Untuk Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika Indonesia

Box Office Movie Awards 2016 26

2.5 Scene Obyek Penelitian 28

BAB III ANALISIS DATA 30 3.1 Penyajian dan Analisis Data 30 A. Teks 30 1. Tematik 30 2. Semantik 31 B. Kognisi Sosial 49 C. Konteks 55

BAB IV PENUTUP 58 4.1 Kesimpulan 58 4.2 Saran 60 DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 62

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Model : Teun A. van Dijk 16

Gambar 1.2 Elemen Analisis Wacana Teun A. van Djik 16

Gambar 2.1 Poster Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 24

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbagai prasangka terhadap umat Islam di seluruh dunia muncul, disebabkan oleh konten media yang memberitakan terorisme dengan identitas Islam. Prasangka terhadap umat

Islam mencapai puncaknya ketika Presiden Amerika Donald Trump, yang terang-terangan menolak orang dari negara Islam untuk memasuki Amerika Serikat. Berita yang dimuat

Kompas.com edisi Selasa, 8 Desember 2015 | 10:10 WIB, berjudul “Donald Trump: Larang

Semua Orang Muslim Masuk AS”, mengungkapkan bahwa Donald Trump yang menyerukan pencegahan total dan menyeluruh bagi orang-orang Muslim memasuki Amerika Serikat sampai perwakilan-perwakilan negara dapat mengetahui apa yang sedang terjadi," dalam bunyi siaran pers kampanye Trump.

Berita susulan mengenai larangan Trump memasuki Amerika dimuat Republika.co.id edisi Sabtu , 28 Januari 2017, 13:26 WIB, berjudul “Trump Larang Muslim dari Tujuh Negara

Ini Memasuki Masuk AS”, mengungkapkan bahwa Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif mengenai pembatasan pengungsi dari negara yang dihuni mayoritas Muslim.

Setidaknya ada tujuh negara mayoritas Muslim yang menjadi sasaran kebijakan Trump, yakni

Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman. Trump beralasan, dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (28/1), kebijakan tersebut akan membuat Amerika Serikat terbebas dari teroris Islam radikal.

Tak hanya sampai di situ, berbagai pernyataan buruk dari pejabat negara di Amerika

Serikat menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat Amerika Serikat terkait keberadaan Islam

di sana. Seperti yang peneliti kutip dari berita di Republika.co.id pada rubrik khazanah yang memuat berita Islami edisi Selasa, 01 Maret 2016, 20:36 WIB dengan judul berita „Muslim

Amerika: Lelucon Islamofobia Menyakitkan‟ yang isinya memberitakan tentang Muslimah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Tallahassee, Florida, Amerika Serikat yang menjadi sasaran

Islamofobia oleh sesama anggota Dewan.

Komentar bernada anti-Muslim diucapkan anggota legislatif dari Partai Republik, Tom

Goodson. Saat itu mereka berjalan bersama-sama menuju elevator. Tiba-tiba Goodson tampak ragu dan bertanya padanya, "oh, apakah aman untuk menaiki elevator bersama Anda?" lalu

"Semua orang tertawa," tulis Abdelaziz di akun Facebooknya, menanggapi peristiwa di hari

Kamis, 29 Februari 2016.

Republika.co.id Selasa, 01 Maret 2016, 11:12 WIB menulis dengan judul berita “Inggris

Dinilai Perlu Adopsi Islam di Indonesia” bahwa toleransi umat Islam di Indonesia menginspirasi negara – negara lain diantaranya Inggris. Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, menilai Inggris perlu mengadopsi sikap toleran umat Islam di Indonesia. ia mengaku kagum akan kerukunan umat beragama yang dibangun oleh umat Islam sebagai mayoritas.

Dalam berbagai faham mengenai Islam di seluruh dunia. Islam tetap di terapkan sebagai

Islam yang damai. Seperti diungkap oleh pengajar di Universitas Paramadina Mulya Luthfi

Assyaukanie, yang melihat ada empat agenda utama dari Islam Liberal. Empat agenda tersebut menjadi payung bagi persoalan-persoalan yang dibahas oleh para pembaru dan intelektual muslim saat ini. Yakni agenda politik, agenda toleransi agama, agenda emansipasi wanita dan agenda kebebasan berekspresi. Toleransi agama menjadi bagian penting dalam menciptakan kedamaian antar umat beragama di suatu negara.

Media massa diakui memiliki peran yang sangat penting dalam menyampaikan pesan secara lebih cepat dan luas. Media dapat membentuk opini atau cara pandang khalayaknya.

Bagaimana media menampilkan isu agama menjadi fenomena yang menarik untuk dicermati.

Agama sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga agama dianggap sebagai sesuatu yang ideal. Film bertema agama pun berkembang pesat. Menurut Lediana (2012) film dapat menjadi media efektif untuk menyampaikan pesan dan menggiring penontonnya pada keyakinan tertentu. Sementara realitas yang ditampilkan dalam sebuah film merupakan konstruksi pembuat film atas realitas yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, film tidak bebas nilai, karena telah mengalami proses kreatif sesuai tujuan atau motif si pembuat film.

Industri film yang 20 tahun terakhir ini berkembang sangat cepat di seluruh dunia berhasil menarik minat para penonton ataupun produser film untuk terus mengembangkan ide ide menarik. Ide ide ini terus berkembang dari hal paling sepele seperti kehidupan perseorangan, pertemanan, percintaan, hingga ke kehidupan masyarakat dalam arti luas. Banyak film yang membawa pesan konstruksi sosial yang ada. Misalnya, film 99 cahaya di langit eropa yang mengisahkan sikap dan prasangka bangsa eropa terhadap insan berkurudung yang merupakan tokoh beragama muslim dalam film tersebut. Ini menggambarkan bahwa bangsa Eropa masih menganggap teroris pada umumnya identik dengan Islam.

Penelitian ini bermaksud mengkaji bagaimana Islam dikonstruksikan sebagai agama perdamaian dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Berbeda dengan stereotype yang ditempelkan pada sosok muslim di mancanegara, Islam yang digambarkan dalam film ini merupakan orang-orang yang ramah, suka menolong, dan peduli pada sesama umat manusia.

Film ini produser menggambarkan Islam sebagai agama yang membawa perdamaian. Film ini menceritakan tentang wartawan yang akan menggali adanya tuduhan pada keluarga Islam atas

keterkaitannya dengan Tragedi WTC. Dalam film ini digambarkan diskriminasi terhadap penganut agama Islam karena pandangan masyarakat yang keliru bahwa mereka suka melakukan kerusuhan dan perpecahan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai wacana dalam film Bulan Terbelah Di Langit Amerika. Sebelumnya peneliti melakukan analisis konten guna mengidentifikasi teks yang memiliki makna Islam agama perdamaian. Setelah melakukan analisis konten, dialog antar tokoh beragama muslim tersebut yang menjadi unit analisis dalam peneltian ini.

Untuk mengetahui bagaimana Islam digambarkan sebagai agama yang damai, peneliti menggunakan analisis wacana model Teun A. Van Dijk. Karena model penelitian Van Dijk berfokus pada dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks untuk mengetahui latar belakang pembuatan teks.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana Konstruksi Islam sebagai agama perdamaian dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah, untuk mengungkapkan penggambaran Islam sebagai Agama Perdamaian dalam film

Bulan Terbelah di Langit Amerika

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kajian ilmu komunikasi,

yaitu dalam studi komunikasi massa dan kajian sinema khususnya. Hasil penelitian ini

diharapkan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang ada kaitannya dengan

konstruksi dalam film bagi pengembangan kajian ilmu komunikasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat praktis, yakni hasil penelitian

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat film, untuk tidak berlebihan

memberikan citra positf bagi agama tertentu.

1.5 Kajian Pustaka

1.5.1 Film Sebagai Media Komunikasi

Media komunikasi dan segala kerakteristiknya akan terus berkembang dan berubah

sesuai dengan tekanan ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang ada di masyarakat. Selain

itu salah satu unsur yang membuat media terus berkembang adalah kemajuan dari teknologi.

Media audio visual adalah alat – alat yang dapat didengar dan dilihat. Gunanya agar

komunikasi menjadi lebih efektif. Contoh audio visual adalah gambar, foto, pita kaset tape

recorder, film bersuara dan televisi.

Film merupakan sebuah bentuk komunikasi dan tanda karena di dalam proses

produksinya, film menciptakan tanda dan simbol dengan makna (pesan) tertentu. Simbol dan

tanda ini terkait dengan bahasa yang dalam prosesnya, film layaknya sebuah bahasa yang

dirangkai dengan bentuk simbol dan tanda yang membawa sebuah pesan tertentu

didalamnya.

Salah satu fungsi film menurut Ron Mottram adalah sebagai media yang komunikatif.

Film dianggap bagian penting dari sistem yang dipergunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).

Makna yang dimiliki oleh film bukan berasal dari film itu sendiri, melainkan dari hubungan antara pembuat film (produsen film, sutradara ataupun produser) dengan penonton atau penikmat film. Pemaknaan film dibentuk lewat proses produksi sebuah film terkait dengan “pengirim”, dimana proses produksi tersebut akan menentukan bagaimana pesan yang akan disampaikan kepada penonton film atau “penerima”. Film memiliki sistem makna tersendiri dimana melalui sistem makna tersebut, pesan yang terdapat dalam film bisa dikomunikasikan.

1.5.2 Konstruksi Sosial

Konstruksi citra (image) dibangun menggunakan symbol-simbol kelas sosial, simbol- simbol budaya populer; seperti kemewahan, kualitas, efektivitas, kenikmatan dan cita rasa, kemudahan, aktualisasi serta simbol budaya populer dan kelas sosial lainnya.

Wacana kajian berkembang melalui media interaksi simbolis dan „permainan semiotika‟ yang dikemas dalam wacana kreativitas, seni, sosial dan budaya populer yang spektakuler, sehingga menghasilkan sebuah tahap proses dalam koridor realitas sosial.

Realitas sosial ini adalah sebuah konstruksi pengetahuan dan/atau wacana dalam dunia kognitif yang hanya hidup dalam fikiran individu dan simbol-simbol masyarakat, namun sebenarnya tidak ditemukan dalam dunia nyata. Refleksi realitas itu baru terlihat saat individu mengidentikkan dirinya dengan lingkungan sosialnya, dalam bentuk-bentuk yang lebih konkret terlihat disaat mereka menentukan pilihan-pilihan mereka terhadap sebuah produk untuk dipakai. Koridor realitas inilah yang dimaksud dengan realitas media, artinya

realitas itu hanya ada dalam media. Realitas ini dikonstruksi orang oleh penulis naskah,

namun merupakan bagian dai rekonstruksi sosial masyarakatnya. Karena itu ketergantungan

mereka yang hidup dalam realitas media adalah mereka yang selalu memiliki kesadaran

realitas ini, sebagaimana ia menyadari dirinya sebagai bagian dari realitas itu sendiri.1

Dalam kehidupan sehari – hari, Berger dan Luckmann (1990: 29) mengatakan manusia

menggunakan dasar- dasar pengetahuan sehari – hari; obyektivasi (pengobyektivan) dari

proses dan makna-makna subyektif dengan mana dunia akal sehat intersubyektif itu

dibentuk.

Gagasan konstruksi sosial telah dikoreksi oleh gagasan dekonstruksi yang melakukan

interpretasi terhadap teks, wacana, dan pengetahuan masyarakat. Gagasan ini dimulai oleh

Derrida (1978) kemudian menjelaskan bahwa interpretasi yang digunakan individu terhadap

realitas sosial bersifat sewenang – wenang.

Gagasan Derrida sejalan dengan gagasan Habermas (1972) , bahwa terdapat hubungan

strategis antara pengetahuan manusia (baik empirirs-analitis, historis-hermeneutik, maupun

kritis) dengan kepentingan (teknis, praktis, atau yang bersifat emansipatoris) walau tidak

dapat disangkal bahwa yang terjadi juga bisa sebaliknya bahwa pengetahuan adalah produk

kepentingan (Nugroho, 1999: 123).

Menurut Berger dan Luckmann (1990: xx, Nugroho, 1999, 123), pengetahuan yang

dimaksud adalah realitas sosial masyarakat. Realitas sosial tersebut adalah pengetahuan

yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang dimasyarakat, seperti konsep,

kesadaran umum, wacana public, sebagai hasil dari konstruksi sosial. Realitas sosial

dikonstruksi melalui eksternalisasi, sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka dalam bab

1 Prof.Dr.H.M. Burhan Bungin S.Sos., M.Si. , Konstruksi Sosial Media Massa, PRENADAMEDIA GROUP, , 2008, hal.155-156

ini. Menurut Berger dan Luckmann pula, konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan – kepentingan.

Realitas sosial yang dimaksud oleh Berger dan Luckmann terdiri dari realitas obyektif, realitas ismbolis, dan realitas subyektif. Realitas obyektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia yang obyektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolis merupakan ekspresi simbolis dari realitas obyektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolis kepada individu melalui proses internalisasi (Henry, 1997: 93).

Gagasan – gagasan Berger dan Luckmann tentang konstruksi sosial selalu dihadapkan pada gagasan Derrida ataupun Habermas dan Gramsci. Dengan demikian gagasan – gagasan tersebut membentuk dua kutub dalam satu satu garis linier atau garis vertical. Kajian – kajian mengenai realitas sosial sosial dapat dimulai dari Derrida dan Habermas, yaitu dekonstruksi sosial atau dari Berger dan Luckmann yaitu konstruksi sosial. Kajian dekonstruksi selalu menempatkan menempatkan konstruksi sosial sebagai objek yang didekonstruksi sebagai bagian analisisnya tentang bagaimana individu memaknakan konstruksi sosial tersebut. Dengan demikian, maka dekonstruksi dan konstruksi sosial merupakan dua konsep gagasan yang senantiasa hadir dalam satu wacana perbincangan mengenai relitas sosial (Burhan Bungin, 2008:25)

1.5.3 Konstruksi Identitas

Individu berusaha mengonstruksi suatu narasi identitas yang sesuai, yakni saat diri membentuk suatu alur perkembangan dari masa lalu sampai masa depan yang dapat diperkirakan (Giddens, 1991: 75). Identitas bukan bersifat distingtif atau bahkan kumpulan

sifat-sifat yang dimiliki oleh individu. Identitas adalah diri seperti yang dipahami oleh orang dalam konteks biografinya. Identitas bukan sifat, entitas, benda, atau sesuatu yang kita miliki, melainkan bagaimana cara kita berpikir tentang diri kita. Cara berpikir ini dipengaruhi oleh ruang, waktu dan kondisi.

Identitas sosial diasosiasikan dengan hak-hak normatif, kewajiban, sanksi, yang ada pada kolektivitas tertentu membentuk peran. Pemakaian tanda-tanda yang terstandarisasi, khususnya yang terkait dengan atribut badaniah umur dan gender. Identitas adalah mengenai kesamaan dan perbedaan. Tentang aspek personal dan social, tentang kesamaan kita dan sejumlah orang dan apa yang membedakan kita dengan orang lain (weeks, 1990:89)

Di masyarakat modern identitas menjadi lebih bebas dan bergerak, berlipat ganda, personal, cinderung berubah, serta dapat dibuat. Identitas tersebut bersifat social dan berkaitan yang lainnya (kellner, 2010:315). Hegel dalam Kellner (2010) mencirikan identitas personal tersebut terkait dengan pengakuan orang lain terhadapnya yang disertai pembenahan diri. Pada masa ini, identitas relatif tetap dan terbatas, meskipun batasan tersebut terus berkembang.

Dalam identitas suatu agama, memungkinkan seseorang untuk para penganut agama memilih dan membuat identitas agamanya. Karena berkembangnya kemungkinan identitas yang dipilih, para penganut agama harus medapatkan pengakuan agar identitasnya dapat di definisikan secara sosial. Maka tak heran jika terjadi kecemasan karena para penganut agama tidak pernah yakin apakah mereka telah menentukan pilihan yang benar atas identitas sejati dari agamanya. (kellner, 2010:316-317 ).

Melalui proses sosial, identitas dibentuk, dipelihara, dan bahkan diperbaharui (Berger and Luckmann, 1966). Identitas tentu saja merupakan elemen realitas yang subjektif, karena

itu sangat bergantung pada konteks sebuah hubungan yang terjadi dalam realitas sosial tersebut. Lebih lanjut, Berger dan Luckmann menjelaskan bahwa identitas juga muncul bergantung pada struktur sosial. Masyarakat memilih histories tersendiri untuk menciptakan sebuah identitas, bergantung seseorang yang pertama kali menetapkan identitas tertentu sebelumya. Identitas tersebut kemudian dibangun menggunakan symbol-simbol yang dapat diinterpretasikan secara general.

Dalam modernitas, masalah identitas berakar pada bagaimana kita membentuk, merasa, menginterpretasikan, dan menampilkan diri kita pada orang lain. Dalam sudut pandang identitas suatu agama, tergantung bagaimana penganutnya membentuk, merasa, menginterpretasikan, dan menampilkan diri pada masyarakat sosial mengenai suatu agama.

Pemahaman mengenai konstruksi identitas ini digunakan peneliti untuk dapat memahamai bagaimana identitas sebuah agama terbentuk. Berkaitan dengan pengaruh lingkungan atau kondisi sosialnya, atau muncul dari dalam pemikirannya sendiri.

1.5.4 Konstruksi Media Terhadap Islam

Identitas postmodern dibentuk secara teatrikal melalui seni peran dan pembentukan citra. Sementara pusat identitas modern berkisar pada profesi atau fungsi seseorang dalam ruang publik, identitas postmodern berkisar pada kesenangan, terpusat pada penampilan, citra, dan konsumsi. (Barker, 2010:330 )

Identitas modern dan postmodern mengandung refleksivitas, suatu kesadaran bahwa identitas dipilih dan dibentuk, walaupun mengubah identitas dalam masyarakat kontemporer, dengan berubah mengikuti perkembangan dunia fashion, bisa jadi lebih alami.

Figur-figur media seperti selebritis menunjukkan bahwa identitas merupakan bentukan, bahwa ia dapa terus diubah, diperhalus, dan disesuaikan, bahwa identitas adalah persoalan

citra, gaya, penampilan. Banyak icon budaya media menyiratkan bahwa identitas adalah soal pilihan dan tindakan individu, dan tiap individu atau dalam konteks ini adalah agama dapat membuat identitasnya sendiri.

Identitas merupakan konstruksi artifisial, yakni mengisyarakatkan bahwa seseorang selalu dapat mengubah hidupnya, dibentuk ulang, dan bebas berubah dan melahirkan diri kembali sesuai dengan pilihannya.

Media, sebuah institusi yang memberikan sebuah konseptualitas tentang realita tidaklah berada di ruang hampa. Hal ini dikarenakan, media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan pelaku di baliknya (Sobur, 2006: 29).

Citra dan identitas yang kemudian dimunculkan di dalamnya tidaklah akan netral, bahkan menyesuaikan dengan kepentingan. Karena itulah, konstruksi media perlu dikritisi agar dapat melihat fenomena atau realitas secara berimbang.

Permasalahan muncul ketika realitas yang dikonstruksi oleh pihak-pihak berkepentingan ini dianggap sebagai sebuah kebenaran hakiki oleh khalayak. Akan terjadi semacam kegagalan pemaknaan tanda. Sobur (2006: 32) lebih lanjut menyebutkan bahwa banyak ditemukan berbagai kelompok yang memiliki kekuasaan mengendalikan makna yang ada dalam masyarakat melalui media massa. Dengan demikian setiap orang memiliki konstruksi yang berbeda-beda berdasarkan kepentingannya masing-masing.

Film sebagai salah satu bentuk media massa mempunyai peranan penting dalam sosiokultural, artistik, politik, dan dunia ilmiah. Pemanfaatan film sebagai media pembelajaran masyarakat dan penanaman nilai tertentu ini, dengan asumsi bahwa film memiliki kemampuan untuk mengantar pesan, dengan cara yang unik (McQuail, 2007). Film

menjadi media komunikasi yang dapat mengartikulasikan pesan dari para pembuatnya, termasuk bagaimana mereka menggambarkan ideologi dari film itu sendiri.

Media, termasuk film memberikan kemungkinan kepada seorang individu untuk mengidentifikasi sebuah identitas yang mereka munculkan sebagai bagian dari diri mereka.

Terjadi keterkaitan antara identitas yang direpresentasikan dengan pemahaman individu mengenaidirinya sendiri. Sedangkan media merepresntasikan sebuah identitas yang sesuai dengan kepentingan. Hal inilah yang ingin diamati peneliti, yakni bagaimana film Bulan

Terbelah di Langit Amerika mengonstruksi sebuah identitas Islam sebagai agama perdamaian.

1.5.5 Analisis Wacana

Menurut Eriyanto, wacana menunjuk pada kesatuan bahasa yang lengkap, umumya lebih besar dari kalimat, baik disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana adalah rangkaian kalimat serasi, yang menghubungkan proporsi satu dengan proporsi lain, kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan.

Wacana adalah terjemahan dari bahasa inggris yaitu “discourse”. Di beberapa kamus, wacana mempunyai beberapa artian, yaitu :

1. Komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide atau gagasan, konversasi atau

percakapan.

2. Komunikasi secara umum terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah

3. Risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah.

Beberapa tokoh mengemukakan pendapatnya mengenai definisi wacana. Fiske mengartikan wacana sebagai bahasa atau system representasi yang dibangun secara sosial dalam suatu tertib untuk membuat dan mengedarkan seperangkat makna yang koheren

tentang suatu topic yang penting. Definisi wacana menurut fiske senada dengan wacana menurut Ismail Marahmin yang mengartikannya sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urutan yang teratur dan semestinya.

Dari penjelasan tersebut wacana tidak hanya mencakup sesuatu yang tertulis, tetapi juga mencakupi bahasa lisan. Tetapi, yang menjadi factor penting adalah bentuk komunikasi tersebut harus berupa sistem representasi yang dibangun secara sosial untuk mengedarkan suatu makna koheren tentang suatu topik. Karenanya, wacana harus mempunyai dua unsur yang penting yakni kesatuan (unity) dan kepaduan (coherence).

Untuk menganalisis pesan islam agama perdamaian dalam film Bulan Terbelah Di

Langit Amerika, peneliti menggunakan metode analisis Teun A. Van Dijk karena ingin mengetahui bagaimana pesan dikontruksikan dalam film tersebut.

1.5.6 Wacana Perspektif Teun A. Van Dijk

Model analisis wacana kritis yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai

“kognisi sosial”. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus diamati. Disini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga memeroleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.

Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi, teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana.

Van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukkan bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh wartawan atau media, disisi lain ia

menggambarkan bagaimana nilai-nilai masyarakat yang patriarkal itu menyebar dan diserap oleh kognisi wartawan, dan akhirnya digunakannya untuk membuat teks berita.

Untuk menggambarkan modelnya tersebut, van Dijk membuat banyak sekali studi analisis pemberitaan media. Titik perhatian van Dijk terutama pada studi mengenai rasialisme. Dari berbagai kasus, dengan ribuan berita, van Dijk terutama menganalisis bagaimana wacana media turut memperkuat rasialisme yang ada dalam masyarakat. Banyak sekali rasialisme yang diwujudkan dan diekspresikan melalui teks.

Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi atau bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan tiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Model dari analisis van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Konteks

Kognisi Sosial Teks

Gambar 1.1 Model : Teun A. van Dijk

a. Dimensi Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing- masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang di kedepankan dalam suatu berita. Kedua,

superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur makro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.

Gambar 1.2 Elemen Analisis Wacana Teun A. van Djik

STRUKTUR HAL YANG DIAMATI ELEMEN

WACANA

Struktur Makro Tematik Topik

Tema/ topik yang dikedepankan

dalam suatu berita

Superstruktur Skematik Skema

Bagaimana bagian dan urutan

berita diskemakan dalam teks

berita utuh

Struktur Mikro Semantik Latar, Detil,

Makna yang ingin ditekankan Maksud, Pra-

dalam teks berita. Misal dengan anggapan,

memberi detail pada satu sisi atau Nominalisasi

membuat eksplisit satu sisi dan

mengurangi detil sisi lain

Struktur Mikro Sintaksis Bentuk

Bagaimana kalimat (bentuk, kalimat,

susunan) yang dipilih Koherensi,

Kata ganti

Struktur Mikro Stilistik Leksikon

Bagaimana pilihan kata yang

dipakai dalam teks berita

Struktur Mikro Retoris Grafis,

Bagaimana dan dengan cara Metafora,

penekanan dilakukan Ekspresi

b. Dimensi Kognisi Sosial

Dalam pandangan van Dijk, pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks

tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih

tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Setiap teks pada dasarnya dihasilkan

lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa.

Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema. Van Dijk menyebut

skema ini sebagai model2. Model sangat berkaitan dengan representasi sosial (social

representation), yakni bagaimana pandangan, kepercayaan, dan prasangka yang berkembang

dalam masyarakat.

Model adalah sesuatu yang sentral dalam analisis van Dijk, karena penafsiran atas suatu

peristiwa didasarkan pada model ini. Model adalah sesuatu yang personal dan subjektif. Ia

menampilkan bagaimana individu melihat dan menafsirkan peristiwa atau persoalan.

Menurut van Dijk ada dua model yang digunakan oleh individu ketika memahami dan

menafsirkan suatu peristiwa. Pertama, event model, yakni model yang digunakan oleh

individu ketika menilai peristiwa konkret yang terjadi sehari-hari. Kedua, context model,

2 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2011), hal. 221.

yakni model yang dipakai oleh seseorang secara kontekstual yang dihubungkan dengan

situasi komunasi tertentu. Context model menggambarkan bagaimana pengetahuan dan

pendapat seseorang yang disampaikan dalam konteks situasi yang khusus.

Elemen lain yang juga sangat penting dalam proses kognisi sosial selain model adalah

memori. Secara umum, memori terdiri atas dua bagian3. Pertama, memori jangka pendek

(short term memory), yakni memori yang dipakai untuk mengingat peristiwa, kejadian, atau

hal yang ingin kita acu yang terjadi beberapa waktu lalu. Kedua, memori jangka panjag

(long term memory), yakni memori yang dipakai untuk mengingat atau mengacu peristiwa,

objek yang terjadi dalam kurun waktu yang lama.

c. Konteks

Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah konteks. Wacana adalah bagian dari

wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan

analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan

dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan

bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik

diskursus dan legitimasi.

3 Michael W. Eysenck, Principle of Cognitive Psychology, Hillsdale, Lawrence Erlbaum Associates, 1993 hal. 66-67 dalam Eriyanto ibid hal. 264.

1.6 Kerangka Berfikir

Islamofobia di Amerika Serikat dan Eropa

Potret dan Stereotype Islam di dunia

Film Bulan Terbelah di Langit Amerika

Konstruksi Sosial Analisis Wacana

Film

Analisis Karakter Tokoh Dalam Fillm

Konstruksi Islam sebagai Agama Perdamaian

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Metode Riset

Tipe penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti

adalah jenis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang saat ini

berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan

menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian

deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan

yang ada yang berkaitan dengan obyek penelitian.

1.7.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diteliti adalah teks yang ada di dalam film Bulan Terbelah

Di Langit Amerika baik verbal maupun non verbal, meliputi dialog, yang menggambarkan

Islam adalah agama perdamaian. Tokoh yang menjadi focus utama penelitian ini adalah

Hanum, Rangga, Ibrahim Husein, Azima Husein, Penjual hot dog beragama muslim, dan

Philipus Brown.

1.7.3 Teknik Pengumpulan dan Pencatatan Data

Dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah

data-data yang di peroleh peneliti yang di dapat langsung dari objek penelitian yakni film

Bulan Terbelah di Langit Amerika. Untuk dapat mengumpulkan data primer, peneliti akan

menonton film Bulan Terbelah di Langit Amerika dari DVD Original. Tidak hanya

menonton, peneliti juga mencatat tiap adegan, yang merupakan bagian yang diperlukan dan

relevan dengan penelitian ini dan peneliti anggap penting untuk mengetahui kebenaran. Data

sekunder adalah data-data yang peneliti kumpulkan untuk mendukung data primer misalnya

literatur atau penelitian sebelumnya, wawancara.

1.7.4 Teknik Analisis Dan Interpretasi Data

Teknik analisis yang digunakan adalah model analisis wacan Teun A Van Dijk karena memiliki struktur yang jelas dan sesuai untuk diaplikasikan pada analisis wacana dalam film. Gambaran model analisis Van Dijk dapat dilihat seperti ini :

Ketiga dimensi wacana diatas digabung ke dalam satu kesatuan analisis. Dimensi teks meneliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana digunakan untuk memperjelas suatu tema. Struktur teks, kognisi sosial, maupun konteks sosial adalah bagian yang integral dalam kerangka van Dijk.

Struktur teks, kognisi sosial, maupun konteks sosial adalah bagian yang integral dalam kerangka van Dijk. Skema penelitian dan metode yang dilakukan dalam kerangka van

Dijk sebagai berikut:

Struktur Metode

Teks Tematik dan semantik

Menganalisis bagaimana strategi

wacana yang dipakai untuk

menggambarkan seseorang atau

peristiwa tertentu. Bagaimana strategi

tektual yang dipakai untuk

menyingkirkan atau memarjinalkan

suatu kelompok, gagasan, atau

peristiwa tertentu.

Kognisi Sosial Latar Belakang sutradara dan

Menganalisis bagaimana kognisi penulis naskah

pembuat teks dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu.

Konteks Studi pustaka, penelusuran

Menganalisis bagaimana wacana perkembangan film bergenre yang berkembang dalam masyarakat, religi. proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa yang digambarkan.

BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

2.1 Deskripsi Film

(Gambar 2.1 Poster Film Bulan Terbelah di Langit Amerika)

Judul Film : Bulan Terbelah Di Langit Amerika

Genre : Drama, Fiktif

Durasi : 92 menit

Produksi : Maxima Pictures

Tanggal Rilis : 17 Desember 2015

2.2 Kru dan Pemain Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika

Sutradara : Rizal Mantovani

Produser : Rizal Mantovani

Penulis Naskah : Hanum Salsabiela Rais

Pemain :

Acha Septriasa Sebagai Hanum Salsabiela Rais

Abimana Aryasatya Sebagai Rangga

Nino Fernandez Sebagai Stefan

Rianti Cartwright Sebagai Azima Husein

Hannah Al Rashid Sebagai Jasmine

Michael Abts Sebagai Alex

Hailey Franco Sebagai Sarah Colins

Gys de Villiers Sebagai Reinhard

Daniel Danielson Sebagai Chris / Supir Taksi

2.3 Sinopsis Film Bulan Terbelah di Langit Amerika

Film Bulan Terbelah di Langit Amerika ini diangkat dari novel best seller dengan judul yang sama yang ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais. Film ini menceritakan tentang seorang jurnalis wanita yang bernama Hanum diperankan oleh . Namun, Hanum juga harus menemani suaminya bernama Rangga diperankan oleh untuk sekolah di Wina. Selain itu, Hanum juga mendapat tugas dari atasannya yang bernama Gertrude

Robinson untuk membuat artikel yang bertema “Would the world be better without Islam ?”.

Artikel tersebut nantinya akan dimuat dalam sebuah koran. Gertrude juga meminta Hanum

supaya mewawancarai dua narasumber dari pihak muslim dan non muslim di Amerika Serikat.

Narasumber tersebut merupakan para keluarga korban serangan World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 di New York, yakni Azima Hussein yang diperankan Rianti Cartwright, seorang mualaf yang bekerja di sebuah museum, dan anaknya Sarah Hussein.

Di saat yang sama, Rangga juga ditugasi oleh profesornya untuk mewawancara seorang jutawan dan philantropi Amerika bernama Phillipus Brown, demi melengkapi persyaratan S3nya.

Brown sendiri dikenal eksentrik, misterius, dan tidak mudak berbicara dengan media. Rangga diminta untuk bertemu dengan Stefan yang diperankan Nino Fernandez dan kekasihnya Jasmine diperankan Hannah Al Rasyid yang berada di New York yang telah mengatur pertemuan eksklusif dengan Brown.

Rangga dan Stefan yang berusaha mengungkap apa yang membuat Brown menjadi jutawan yang dermawan menemukan jawabannya. Pada hari dimana tragedy WTC 9/11 Brown didatangi oleh Ibrahim Husein yang hendak meminta bantuan dari Brown untuk menolong masyarakat kelaparan di Syria. Namun, Brown menolak karena merasa perusahaan miliknya tidak membutuhkan perbaikan citra.

Sampai tiba saat gedung WTC meledak, orang-orang yang ada di dalam gedung sibuk menyelamatkan dirinya sendiri. Brown yang terinjak kerumunan orang diselamatkan oleh

Ibrahim. Setelah berhasil menyelamatkan Brown, Ibrahim tidak meninggalkan gedung dan memilih menyelamatkan orang yang masih terjebak di dalam gedung WTC. Melihat sikap

Ibrahim tersebut, Brown menyadari bahwa orang Islam adalah orang yang mencintai kedamaian.

Walaupun Brown menolak memberikan bantuan kepada masyarakat Syria, namun Ibrahim tetap memberikan bantuan meski harus menorbankan nyawanya sendiri.

2.4 Daftar Penghargaan Untuk Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika

Indonesia Box Office Movie Awards 2016

Kategori Film Box Office Terbaik : Bulan Terbelah Di Langit Amerika (nominasi)

Kategori Pemeran Utama Pria Terbaik : Abimana Aryasatya (nominasi)

Kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik : Acha Septriasa, Rianti Cartwright (nominasi)

Kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik : Nino Fernandez (Pemenang)

Kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik : Rianti Cartwright (nominasi)

Kategori Sutradara Terbaik : Rizal Mantovani (nominasi)

Kategori Pendatang Baru Wanita Terbaik : Hanna Al Rashid (nominasi)

Kategori Poster Film Terbaik : Terbelah Di Langit Amerika (nominasi)

Kategori Trailer Film Terbaik : Bulan Terbelah Di Langit Amerika (nominasi)

Kategori Behind The Scene Terbaik : Bulan Terbelah Di Langit Amerika (nominasi)

Kategori Original Soundtrack Film Terbaik : Bulan Terbelah Di Langit Amerika, Ridho Rhoma

(nominasi)

Kategori Ensemble Talent Terbaik : Bulan Terbelah Di Langit Amerika (nominasi)

Kategori Aktor/Aktris Terlaris : Abimana Aryasatya (Pemenang)

2.5 Scene Obyek Penelitian

Potongan Gambar Keterangan

Scene 1

Kode Waktu :

00:35:00 – 00:35:40

Scene 2

Kode Waktu :

00:39:23 – 00:40:29

Scene 3

Kode Waktu :

00:46:10 – 00:46:35

Scene 4

Kode Waktu :

01:22:00 – 01:23:40

Scene 5

Kode Waktu :

01:25:53 – 01:28:00

BAB III

ANALISIS DATA

3.1 Penyajian dan Analisis Data

Pada bab ini, peneliti akan menyajikan data dan analisis mengenai konstruksi Islam sebagai agama perdamaian dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Data yang disajikan berupa sample dialog dan scene yang dipilih secara acak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode riset Teun A. van Dijk, yang menganalisis tiga dimensi, yakni teks, kognisi sosial dan konteks. Data yang diperoleh sebagai berikut :

A. Teks

1. Tematik

Tema menunjuk pada gambaran umum suatu teks, bisa juga disebut sebagai gagasan

inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Teks dalam penelitian ini adalah berupa

potongan dialog atau ucapan yang di lakukan oleh tokoh dalam film Bulan Terbelah di

Langit Amerika. Tema yang ditunjukan dalam film secara makro adalah mengenai

bagaimana umat Islam di Amerika menunjukkan bahwa Islam merupakan Agama yang

membawa perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

Sutradara menunjukan melalui scene mengenai perbedaan antara umat Islam dan

masyarakat Amerika. Umat Islam dalam film digambarkan dapat mengatasi issue dan

tekanan dengan damai dari perlakuan beberapa masyarakat Amerika, untuk memunculkan

pesan kedamaian. Kebencian yang ditampilkan secara eksplisit dari beberapa scene

dimunculkan untuk menciptakan perbedaan yang kontras antara pesan negatif dari tokoh

masyarakat non-muslim Amerika, dan pesan positif dari tokoh beragama Islam.

Perbedaan yang kontras mengenai karakter dalam film digunakan sebagai tema makro.

Menurut Berger dan Luckmann (1966) Dalam modernitas, masalah identitas berakar pada

bagaimana kita membentuk, merasa, menginterpretasikan, dan menampilkan diri kita pada

orang lain. Dalam sudut pandang identitas suatu agama, tergantung bagaimana penganutnya

membentuk, merasa, menginterpretasikan, dan menampilkan diri pada masyarakat sosial

mengenai suatu agama.1 Sehingga Tema makro dalam film Bulan Terbelah di Langit

Amerika adalah identitas Islam sebagai agama perdamaian.

2. Semantik

Scene 1

1 Berger, Peter L. dan Thomas, Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality. A Treatise in the Sociology of Knowledge.

Dalam Bungin, B. 2008, Konstruksi Sosial Media Massa, Kencana, Jakarta.

Scene & Durasi Dialog Analisis Struktur Semantik

1. Rangga : “Apakah sulit Latar :

Rangga bersama Stefan bagimu tinggal disini sebagai- Percakapan santai antara Penjual

hendak membeli Hot seorang muslim ?” Hot Dog, Rangga dan Stefan.

Dog Halah yang dijual Penjual Hot Dog - Di trotoar Brooklyn, New York.

oleh pedagang muslim “Tidak sama sekali, saya- Yang menjadi latar belakang

dan terjadi percakapan. selalu mengatakan pembicaraan tokoh penjual hot

Durasi : Alhamdulillah (bentuk rasa dog, Rangga dan Stefan adalah

00:35:00 – 00:35:40 bersyukur) setiap saat dalam demonstrasi yang terjadi di

hidup saya. Allah cukup Brooklyn yang di dalangi oleh

untuk kita semua dan dia Tokoh Michael Jones sebagai

maha penolong” koordinator demo. Ia tidak

Stefan menyetujui pembangunan masjid

“Tunggu, Kamu tahu Michael disana karena sejarah yang

Jones (Koordinator menganggap bahwa umat islam

demonstrasi pembangunan menjadi bagian dari tradgedi

masjid di New York) ? kamu WTC 9/11.

pasti tahu dia, apa Detil :

pendapatmu soal dia ?” - penjual hot dog adalah umat

Penjual Hot Dog Islam yang pemeran tokohnya

“Ya, saya tahu dia. Dia cukup berwajah timur tengah

populer belakangan ini.- berjenggot

meskipun saya tidak tahu- mengenakan batu akik

kenapa dia membenci kami- Penjual Hot Dog murah senyum.

(umat Islam) terutama orang Maksud :

arab.” Dari jawaban penjual hot dog

yang santai dengan tersenyum, di

Rangga tambah dengan adegan

“Kamu tidak membenci mencontohkan Michael Jones

Michael Jones ?” yang membenci orang arab

dengan cincin batu akik yang

Penjual Hot Dog digunakan oleh penjual hot dog,

“tidak, untuk apa membenci ? bermaksud menunjukan bahwa

kalian tahu batu akik ini ? penjual hot dog menerima segala

setiap akik memiliki warna perbedaan seperti penjual hot dog

unik dan istimewa, begitu yang tetap menggunakan batu

juga manusia. Jones seperti akik yang bagus, dan yang jelek

batu akik yang buruk bagi sebagai cincin di jarinya.

saya. Tapi saya masih

memakainya di jari saya.

Saya tidak bisa

membencinya. Karena itu

membuat batu akik yang lain

dan hidup saya lebih

berwarna.”

Scene 2

Scene & Durasi Dialog Analisis Struktur Semantik

2 Azima Husein Latar :

Billy (tetangga Azima “Hai Billy, kau- Kediaman Azima Hussein di Fullton 45

Husein, yang anak dan tidak suka kuenya ? street 32nd Avenue, nomor 78. istrinya tewas dalam Sarah membuatnya- Billy hendak mengembalikan kue tragedi WTC) hendak khusus untukmu.” Pemberian Azima. mengembalikan kue - Billy merupakan tetangga Azima yang buatan Sarah Husein Billy kehilangan seluruh anggota keluarganya

(Anak Azima dan “Kue ini tidak akan dalam tragedy WTC 9/11.

Ibrahim Husein). mengembalikan - Billy salah satu dari sebagian

Namun, Hanum berusaha keluargaku, kue ini masyarakat Amerika yang percaya meyakinkan dengan baik tidak ada artinya bahwa teroris beragama Islam ikut serta bahwa umat islam bagiku ! jangan dalam tagedi WTC 9/11. diajarkan untuk saling memohon Detil : bertetangga dengan baik. kepadaku!” - Billy tampak marah dengan membawa

Durasi : kue ke rumah Azima

00:39:23 – 00:40:29 Hanum Salsabilla - Azima tidak mengenakan hijab

“kue ini memang- Azima tidak berargumen ketika Billy

tidak bisa mengembalikan kue pemberiannya

mengembalikan - Hanum mengenakan hijab

anak atau istrimu.- Hanum menjelaskan kepada Billy

Tapi aku tahu apa dengan tersenyum

yang Julia (Nama- Billy tampak menerima penjelasan dr panggilan Azima) Hanum dengan raut menyesal. inginkan. Yaitu agar- Billy membawa kembali kue pemberian kamu dan dia Azima menjadi tetangga Maksud : yang baik, yang Tokoh Hanum digunakan komunikator saling menjaga.” untuk menyampaikan pesan sesuai

dengan yang dikatakan Berger dan

Luckmann dalam (Berger and

Luckmann, 1966) Melalui proses

sosial, identitas dibentuk, dipelihara,

dan bahkan diperbaharui dengan cara

memperbarui. Hanum dimunculkan di

tengah – tengah proses sosial antara

Azima dan Billy, untuk mengubah

sejarah yang ada di benak Billy

mengenai Umat Islam yang tertuang

dalam film sebagai teroris, menjadi

umat yang menjaga hubungan baik dan

saling menjaga dengan tetangga.

Scene 3

Scene & Durasi Dialog Analisis Struktur Semantik

3 Hanum Salsabila Latar :

Hanum bertanya soal “Jadi kamu (kepada- Di ruang tamu rumah Azima

Ibrahim Husein dan Azima) percaya- Membicarakan mengenai Ibrahim

Azima menceritakan rasa bahwa Abe adalah Hussein yang selama ini diduga curiga masyarakat bahwa salah satu orang yang sebagai teroris yang meletakkan Bom

Ibrahim sebagai orang menaruh bom di dalam Tragedi WTC 9/11. islam telah meletakkan gedung itu?” - Azima Memutarkan video ulang tahun bom pada tragedy WTC. sarah dimana di dalam video Ibrahim

Namun sarah Sarah Husein Husein memberikan hadiah kepada menyangkal. “Tidak Hanum! Sarah.

Durasi : lihatlah ayahku, Detil :

00:46:10 – 00:46:35 ayahku orang yang- Hanum berhijab

penyayang. Dia tidak- Hanum mengamati video ulang tahun

akan melakukan hal Sarah di masa kecil.

itu (pengeboman) Ibu- Sarah nampak tidak setuju dengan katakanlah bahwa pendapat Hanum mengenai ayahnya ayah menyayangi- Dalam video, tampak Ibrahim Husein kita.” ayah yang menyayangi putrinya

- Ibrahim Husein berjenggot dan

mengenakan baju gamis serta peci

sebagai atribut keagamaan

Maksud :

Dalam Scene 3, Ibrahim husein

sebagai tokoh yang merepresentasikan

orang beragama Islam dengan atribut

keagamaan seperti berjenggot,

mengenakan peci dan gamis.

Komunikator menggunakan tokoh

Sarah untuk menyampaikan pesan

bahwa Ibrahim tokoh yang dalam film

beragama Islam adalah sosok muslim

yang penyayang dan juga mencintai

kedamaian.

Scene 4

Scene & Durasi Dialog Analisis Struktur Semantik

4 Ibrahim Hussein Latar :

Philipus Brown “Tuan Morgan, jika- Di dalam gedung WTC beberapa menceritakan waktu Morgan Stanway menit sebelum tragedi WTC 9/11 didatangi oleh Ibrahim berpartisipasi dalam terjadi.

Husein (Dalam adegan proyek ini, saya yakin- Ibrahim Husein telah mengumpulkan

Flashback) untuk diajak akan mendorong dokumen mengenai anak-anak menolong anak – anak nama besar dan citra kelaparan di Suriah untuk di serahkan yang membutuhkan perusahaan ini” kepada perusahaan Morgan Stanway bantuan demi nama baik sebagai CSR (Coorporate Social

Morgan Stanway. Philipus Brown Responsibility).

Durasi : “Kamu gila- Phillipus Brown yang telah ditinggal

01:22:00 – 01:23:40 sahabatku, ini mati oleh anak dan istrinya merasa

membutuhkan banyak tidak perlu membantu siapapun.

uang, dan nama Brown menilai Morgan Stanway dan

perusahaanku baik – dirinya yang perlu untuk dibantu. baik saja. Dan saya- Suasana terlihat kaku karena Phillipus tidak peduli dengan Tidak menyetujui dokumen yang anak – anak ini” ditawarkan Ibrahim

Detil :

Ibrahim Husein - Dokumen dari Ibrahim Hussein yang

“Pak, dalam agama berisi foto anak-anak suriah yang saya, kami yakin ada kelaparan dan tidak memiliki rumah kekuatan dalam- Ibrahim mengenakan baju hem memberi. berkerah koko, peci, dan jas.

Berdasarkan - Ibrahim Berjenggot ketulusan dan- Ibrahim menjelaskan dengan pengabdian kami tersenyum. pada tuhan” - Phillipus Brown mengenakan jas

- Phillipus Brown menampakkan raut

Ibrahim Husein wajah tak acuh, tidak tertarik dengan

“Tolong pak, jika penawaran Ibrahim. anda membantu Maksud : proyek ini anda akan Ibrahim Hussein sebagai tokoh yang membantu diri anda paling merepresentasikan islam sendiri”. melalui atribut keagamaan yang

Philipus Brown dikenakan, digunakan sebagai

“itu keyakinanmu, komunikator untuk menegaskan

bukan keyakinanku. bahwa umat Islam adalah umat yang

Keyakinanmu itu peduli melalui proposal permohonan

konyol dan bodoh. bantuan untuk anak-anak di Suriah.

Dalam hidup, hadiah

terbesar adalah

dengan bekerja keras,

pada sesuatu yang

pantas di upayakan.

Ini tak pantas di

upayakan.”

Scene 5

Scene & Durasi Dialog Analisis Struktur Semantik

5 Philipus Brown Latar :

Philipus Brown “Michael Jones, saya ingin- Di dalam gedung WTC saat menceritakan dalam memberitahumu sesuatu. tragedi 9/11. pidatonya saat Saya melihat Husein- Orang-orang sibuk memenangkan berusaha menyelamatkan menyelamatkan dirinya sendiri penghargaan “Hero Of istrimu anna dan- Gedung Terbakar dan berasap

The Year” bahwa ia telah mempertaruhkan nyawanya Detil : didatangi oleh Ibrahim sendiri. Ketika orang – orang- Ibrahim mengenakan peci,

Husein (Dalam adegan berlarian dan mereka sekarat. baju hem berkerah koko, dan

Flashback). Phillpus Saya yakin akan mati, saya jas

Brown menceritakan terinjak injak” - Ibrahim berjenggot. kebaikan Ibrahim - Phillipus Brown mengenakan

Hussein karena telah Ibrahim Husein jas dan berambut rapi. menolongnya saat “Berhenti, Berhenti,- Phillipus Brown tersengal tragedy WTC 9/11. Astaghfirullah. Brown, anda sengal karena banyak

Durasi : baik – baik saja ? gunakan menghirup asap

01:25:53 – 01:28:00 masker ini untuk melindungi- Ibrahim Panik

mulutmu dan pernafasanmu- Ibrahim membopong Phillipus

dari asap”. Brown

- Ibrahim memberi masker

Korban WTC 1 kepada Phillipus.

“Tolong.. tolong..” Maksud :

Dalam Scene 5, Ibrahim

Philipus Brown digambarkan menggunakan

“Hussein, apa yang kamu atribut keagamaan Islam

lakukan ?” seperti berjenggot,

mengenakan peci dan baju

Ibrahim Husein. berkerah koko. Dalam adegan

“seseorang membutuhkan terlihat bahwa komunikator

bantuanku” menciptakan gambaran pria

yang penolong pada tokoh

Philipus Brown yang beragama Islam.

“istrimu membutuhkan

bantuanmu, keluargamu

membutuhkan bantuanmu

kemana kamu akan pergi ?”

Ibrahim Husein

“Brown, andai saya tidak

selamat. Saya mohon berikan

ini pada istri saya.

Sampaikan saya

menyayanginya dan putrid

saya. Saya harus

melaksanakan kewajiban

saya, dalam amalan saya,

semua orang akan mati, tapi

amalan akan hidup

selamanya. Pergi brown!”

B. Kognisi Sosial

Van Dijk memperkenalkan model kognisi sosial yang menghubungkan antara teks dengan masyarakat. Menurut Van Dijk hal ini didasari oleh studi klasik sosiolinguistik, yang

menghubungkan antara bahasa dan wacana di satu sisi, dengan masyarakat di sisi lain. Kognisi sosial dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika menyangkut proses produksi dan kesadaran mental dari konsumen film. Inti pemahaman produksi teks ini dengan meneliti proses terbentuknya suatu teks.

Masyarakat Barat seperti Amerika dan Inggris umumnya melakukan kesalahan dalam memahami Islam. Hal itu terjadi karena masyarakat Barat umumnya mempelajari dan memahami

Islam dari buku-buku orientalis, sedangkan para orientalis mengkaji Islam dengan tujuan untuk menimbulkan miskonsepsi terhadap Islam atau menyelewengkan ajaran Islam. Umumnya ketika berbicara tentang Islam, pandangan dan analisis para orientalis tidak adil, karena sudah bercampur dengan subjektivisme dan kepentingan tertentu. Karenanya pandangan mereka bias dan berat sebelah. Hasilnya adalah kesalahpahaman Islam di dunia barat. Citra Islam yang tampak di masyarakat Barat adalah kekejaman, kekerasan, fanatisme, kebencian, keterbelakangan, dan entah apa lagi.

Hal itu diperparah dengan sajian media massa Barat yang menampilkan Islam tidak secara utuh. Islam yang dikenalkan bukan “Islam Kebanyakan” (Sunni), melainkan Islam Syi’ah yang hanya dianut oleh 10% umat Islam di dunia. Kesalahpahaman tersebut diperparah oleh gencarnya serangan propaganda Barat melalui berbagai media massanya untuk memojokkan agama dan umat Islam. Dalam pengemasan berita tentang umat Islam, Barat kerap memberitakan cap-cap seperti “fundamentalisme”, “militanisme”, “radikalisme”, “ekstremisme”, bahkan

“terorisme” yang arahnya jelas yakni untuk mendikreditkan Islam.

Menurut peneliti, sutradara menunjukan dari suatu peristiwa dari tiap scene yang diambil sebagai sampel, secara garis besar menunjukkan peristiwa mengenai umat Islam yang damai meski di bawah tekanan issue negatif di Amerika yang negatif mengenai Islam. Mengapa Islam

dikonstruksikan damai, ditinjau dari dimensi kognisi sosial , karena ideologi pembuatnya.

Penulis naskah Hanum Salsabilla dan sutradara Rizal Mantovani yang memiliki ideologi tertentu yang memengaruhi produksi teks dalam bentuk film Bulan Terbelah di Langit Amerika.

Film Bulan Terbelah di Langit Amerika ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais setelah kesuksesannya dalam film dan novel 99 Cahaya Di Langit Eropa. Dengan kesuksesan film sebelumnya, Hanum melanjutkan menulis naskah film ini. Hanum merupakan anak dari tokoh

Muhammadiyah di Indonesia yakni Amin Rais. Masyarakat beragama Islam menjadi mayoritas di Indonesia. Hanum memutuskan untuk ikut dengan suami dengan meninggalkan Indonesia dan tinggal di Eropa. Hal tersebut menjadi berbeda bagi muslim Indonesia yang tinggal di luar negeri, di mana umat Islam menjadi minoritas. Selain menghadapi culture shock, Hanum merasa harus menyesuaikan diri dalam beribadah, mengonsumsi produk halal, sampai mencari pekerjaaan. Tak terkecuali pada mereka perempuan berhijab di negeri asing.

Fakta tersebut merupakan bukti bagaimana umat Islam diperlakukan di manca negara.

Indonesia yang dinilai oleh beberapa negara asing sebagai negara yang memiliki toleransi yang baik antar umat beragama. Padahal bila melihat ke tingkat internasional, justru negara yang dianggap paling demokratis adalah negara Inggris dan Amerika Serikat yang sebenarnya merupakan negara yang berkelakuan paling tidak demokratis. Contoh paling dekat adalah invasi ke Irak, yang dilakukan tanpa persetujuan PBB. Belum lagi sepanjang sejarah Perang Dingin saat

Amerika Serikat banyak melanggar kedaulatan negara yang tidak sesuai dengannya.

Namun, pengalaman pahit hingga manisnya tersebut menjadi inspirasi untuk menghasilkan karya buku yang laris di Indonesia. Akhirnya, tahun 2011 novel karya Hanum bersama suami terbit dengan judul Berjalan di Atas Cahaya dan 99 Cahaya di Langit Eropa yang kemudian

diadaptasi menjadi film 99 Cahaya di Langit Eropa dan 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2.

Tidak hanya di Eropa, pada tahun 2015 Hanum mendapat kesempatan untuk tinggal beberapa bulan di Amerika untuk melakukan proses syuting film yang diadaptasi dari novelnya dengan judul yang sama, yaitu Bulan Terbelah di Langit Amerika. Kognisi sosial juga menyangkut apa yang dikenali oleh publik yang berkaitan dengan film ini. Keadaan penulis naskah pada tahun sebelum film dibuat dapat menjadi acuan bagaimana akhirnya teks diproduksi.

Rizal Mantovani sebagai sutradara memiliki andil utama dalam penyampaian Islam yang damai secara visual. Rizal Mantovani terlahir dalam keluarga muslim. Peneliti menduga sutradara dan penulis naskah dengan sadar melakukan konstruksi bagaimana islam sebagai agama yang damai, yang digambarkan dalam setting sebuah negara yang sebagian besar masyarakatnya menganggap sebaliknya. Bulan yang terbelah merupakan metafor terpecahnya perdamaian antara masyarakat AS dengan kaum muslim pasca tragedi 9/11. Hanum, yang merupakan seorang jurnalis, berusaha menuliskan berita yang mampu menjawab pertanyaan dunia “Apakah dunia lebih baik tanpa Islam?” yang di akhir film dengan jawaban “Tidak.” .

Rizal Mantovani menggunakan model atau skema peristiwa dalam film, dengan memasukkan opini, sikap, perspektif dan informasi lainnya. Dalam analisis kognisis sosial, ada beberapa strategi yang dilakukan oleh pembuat teks untuk menampilkan suatu peristiwa yang terjadi dalam film.

Peneliti menganalisis dari sang pembuat pesan (Rizal Mantovani) menstimuli masyarakat dengan judul yang berbunyi Bulan Terbelah di langit Amerika. Film ini tidak diputar di Amerika, namun pembuatan film ber-setting di Amerika yang melibatkan beberapa warga disana.

Pemilihan tagline “Apakah dunia lebih baik tanpa Islam?” digunakan sutradara untuk

mempertanyakan pandangan yang menganggap dunia akan lebih baik tanpa Islam yang di identikkan dengan terorisme.

Rizal Mantovani mengatakan bahwa di dalam film terdapat pesan positif, namun ia enggan menyebutkan secara eksplisit seperti apa pesan itu dimunculkan dalam film. Dalam Viva.co.id yang di muat pada Minggu, 20 November 2016 | 14:16 WIB. Menurutnya film garapannya memberikan nilai-nilai positif sesuai dengan keadaan umat muslim saat ini. "Nilai Positif pasti ada. Tapi biar masyarakat sendiri yang mengambil kesimpulan terhadap pesan atau nilai positif dari film ini. Karena, saya memang tidak men-driver nya sedemikian agar mengikuti keinginan kita,".

Tentu berbagai realitas sosial juga dikembangkan untuk membangun image Islam sebagai agama perdamaian. Berbagai sumber informasi yang telah didapat mulai dikembangkan, dalam scene 1 digambarkan bahwa penjual hot dog adalah umat beragama Islam yang berwajah Arab, berjenggot, dan mengenakan batu akik. Pemakaian tanda-tanda yang terstandarisasi, dengan atribut keagamaam seperti jenggot panjang yang digunakan untuk menggambarkan tokoh penganut agama Islam. Dikatakan Ali Mustafa Yaqub bahwa Rasulullah memerintahkan umat

Islam untuk membedakan diri dengan memelihara jenggot dan tidak berkumis.2

Tahap selanjutnya berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan diringkas. Dalam film ini ditunjukkan bahwa orang Islam tidak seperti yang sebagian masyarakat Amerika bayangkan. Untuk menampakkan perbedaan antara persepsi sebagian masyarakat Amerika mengenai orang Islam yang anarki, Komunikator menggambarkan perbedaan beberapa tokoh antara orang islam yang baik dan masyarakat Amerika yang membenci dalam scene 1

Rangga : “Kamu tidak membenci Michael Jones ?”

2 Yaqub, Ali Mustafa. 2016. Kalau Istiqomah Ga Bakal Takut Ga Bakal Sedih. PT Mizan Publika : Jakarta Selatan.

Penjual Hot Dog : “Tidak, untuk apa membenci ? kalian tahu batu akik ini ? setiap akik memiliki warna unik dan istimewa, begitu juga manusia. Jones seperti batu akik yang buruk bagi saya. Tapi saya masih memakainya di jari saya. Saya tidak bisa membencinya. Karena itu membuat batu akik yang lain dan hidup saya lebih berwarna.”

Weeks (1990:89) bahwa Identitas adalah mengenai kesamaan dan perbedaan. Tentang aspek personal dan social, tentang kesamaan kita dan sejumlah orang dan apa yang membedakan kita dengan orang lain. Pembuat film ingin menekankan perbedaan antara identitas kedua tokoh, penjual hot dog, Hanum Salsabiela sebagai penganut agama Islam memilih untuk berdamai dengan menerima perbedaan. Namun, juga digambarkan tokoh Michael Jones yang mengecam perbedaan.

Selanjutnya berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan. Pada tahap sebelumnya komunikator menekankan perbedaan, dan juga kebalikan yang kontras dari pemberitaan negativ mengenai orang beragama Islam. Pada peristiwa yang ditampilkan lagi-lagi komunikator berusaha menampilkan persepsi kebalikan dari pandangan sebagian orang. Pada scene 2 tokoh Billy menolak pemberian kue dari Azima, dengan prasangka Azima ingin menunjukkan niat baik yang percuma. Namun, Tokoh Hanum menjelaskan niat baik lain yang tokoh Billy tidak ketahui :

Hanum Salsabiela : “Kue ini memang tidak bisa mengembalikan anak atau istrimu. Tapi aku tahu apa yang Julia (Nama panggilan Azima) inginkan. Yaitu agar kamu dan dia menjadi tetangga yang baik, yang saling menjaga.”

Tokoh Hanum digunakan komunikator untuk menyampaikan pesan sesuai dengan yang dikatakan Berger dan Luckmann (1966) Melalui proses sosial, identitas dibentuk, dipelihara, dan bahkan diperbaharui. Hanum dimunculkan di tengah – tengah proses sosial antara Azima dan Billy, untuk mengubah image yang ada di benak Billy tentang Islam. Billy merasa bahwa kebaikan Azima dengan memberikan kue tidak mengubah kesedihannya paska WTC 9/11.

Hanum menjelaskan bahwa tujuan Azima memberikan kue bukan untuk menghapus

kesdihannya, melainkan untuk menjaga hubungan baik dengan tetangga.

C. Konteks

Dalam sub-bab ini peneliti akan membahas mengenai situasi dan kondisi yang terjadi seputar

pembuatan film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Situasi mengenai apa yang terjadi turut andil

dalam produksi teks, dan turut memberi makna pada teks.

Pada masa film ini diproduksi, umat Islam di negara lain diperlakukan buruk, karena

dianggap sebagai penyebar kebencian dan terror. Sementara itu, Islam di Indonesia justru dikenal

sebagai yang paling toleran di hampir antara negara – negara Islam di dunia. Guru Besar

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Nasarudin Umar, MA, berbicara

dalam World Summit di Gedung Putih pada 18 Desember 2015, setelah Presiden Obama. Saat

itu, terungkap fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak,

tapi justru pengikut ISIS-nya paling sedikit dibanding negara-negara lain. (news.okezone.com,

18 Desember 2015).

Anggapan bangsa luar mengenai Islam yang negativ, mendorong tim produksi membuat film

yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang toleran. Film ini ingin menyampaikan pesan

bahwa Islam adalah agama perdamaian. Selain itu, dalam sudut pandang produser film, Film –

film dengan genre drama religi di Indonesia juga mulai banyak digemari dalam 10 tahun

terakhir. Film tidak diproduksi hanya berdasarkan keinginan pembuat teks. Namun, karena

meningkatnya peminat film di genre ini. Di mulai sejak film Ayat – Ayat Cinta yang tayang pada

28 Februari 2008. Film ini sukses menarik 3,5 juta penonton dengan asumsi pendapatan kotor sebesar Rp 46 Miliar.

Kesuksesan film Ayat – Ayat Cinta di tahun 2008 membawa pengaruh besar pada larisnya film bergenre religi yang dirilis setelahnya, termasuk Ketika Cinta Bertasbih dan Ketika Cinta

Bertasbih 2 yang diangkat dari novel karya penulis yang sama dengan Ayat – Ayat Cinta yakni

Habiburrahman El Shirazy. Masyarakat Indonesia yang 85 persen beragama Islam menjadi pasar bagi novel dan film bergenre drama religi. Jika Ayat – Ayat Cinta berlatar negara Islam, seperti kota Kairo,Mesir. 99 Cahaya Di Langit Eropa hadir melalui novel dengan menunjukkan kontras kehidupan seorang Muslim di negara dengan mayoritas penduduk non – muslim. Novel yang ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais menarik rasa penasaran masyarakat Indonesia tentang bagaimana kehidupan seorang muslim di benua Eropa.

Film 99 Cahaya Di Langit Eropa disaksikan lebih dari satu juta penonton pada penayangannya. Melihat animo masyarakat yang baik pada film yang diadaptasi dari novel, membuat Maxima Pictures selaku Production House tidak ragu untuk melanjutkan produksi film dari novel Hanum Salsabiela. Hal ini lantas digunakan Maxima Pictures menjadikan Hanum sebagai penulis naskah film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Bila pada tahun 2000 pangsa pasar film nasional hanya 7,46 persen, maka pada 2008 mencapai 50 persen (Servia 2007, dikutip dalam Barker 2011).

Tidak hanya mengenai cerita bagaimana umat muslim bertahan sebagai minoritas di negara lain, film yang mengambil gambar dengan latar di luar negeri menjadi daya tarik. Pengambilan gambar yang dilakukan di Amerika dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika menjadi strategi alternatif. Tragedi WTC 9/11 yang disinggung dalam film dikaitkan dengan pandangan sebagian masyarakat Amerika tentang Islam. Film – film yang diproduksi dengan menarik

menggunakan latar tempat dan cerita yang dekat dengan masyarakat Indonesia secara religi mampu menaikkan angka penonton Indonesia. Film ini berhasil menarik 561.302 penonton pada penayangannya, dan masuk pada urutan ke-7 kategori 10 film terlaris (dalam bintang.com).

Bahkan, Corporate Secretary Cinema 21 Catherine Keng berpendapat, pendorong meningkatnya jumlah penonton karena makin banyak film yang diproduksi dengan baik dan berkualitas.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis wacana model Teun A. Van Dijk konstruksi Islam agama perdamaian dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika, peneliti mendapatkan kesimpulan sebagai berikut

:

1. Dalam film ini ditunjukkan bahwa orang Islam tidak seperti yang sebagian masyarakat

Amerika bayangkan. Sutradara menggunakan peran tokoh melalui perilaku dan ucapan

untuk mengubah pandangan masyarakat Amerika yang sebelumnya memandang Islam

sebagai teroris menjadi Islam sebagai agama perdamaian.

2. Kebencian yang ditampilkan secara eksplisit dari beberapa scene dimaksudkan untuk

menciptakan perbedaan yang kontras antara pesan negatif dari tokoh masyarakat non-

muslim Amerika, dan pesan positif dari tokoh beragama Islam.

3. Islam dikonstruksikan damai, ditinjau dari dimensi kognisi sosial , karena ideologi

pembuatnya. Penulis naskah Hanum Salsabilla dan sutradara Rizal Mantovani memiliki

latar belakang sosial budaya dan agama Islam di Indonesia. Sutradara menyampaikan

sudut pandangnya mengenai perbedaan antar umat Islam dan masyarakat Amerika. Umat

Islam digambarkan dapat mengatasi Isu negatif dan perlakuan buruk beberapa kalangan

masyarakat Amerika dengan sikap penuh kedamaian.

4. Terdapat alasan dibalik produksi film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Pada masa film

ini diproduksi, umat Islam di negara lain diperlakukan buruk, karena dianggap sebagai

penyebar kebencian dan terror. Sementara itu, Islam di Indonesia justru dikenal sebagai

yang paling toleran di antara negara – negara Islam di dunia. Anggapan bangsa luar

mengenai Islam yang negatif, mendorong tim produksi membuat film yang menunjukkan

bahwa Islam adalah agama yang toleran. Film ini ingin menyampaikan pesan bahwa

Islam adalah agama perdamaian.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika, peneliti ingin memberikan saran yang ditujukan pada :

1. Pembuat Film

Untuk para sineas agar mampu membuat film yang menunjukkan sisi lain dari

sebuah issue yang sedang terjadi untuk mendamaikan gejolak sosial.

2. Peneliti Ilmu Komunikasi

Untuk para peneliti yang menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk untuk

dapat melakukan penyesuaian struktur dan elemen – elemen dalam metode Van Dijk,

karena penelitian ini hanya mengkaji bagaimana pesan dibuat, bukan mengkritisi.

Single dan Bulan Terbelah di Langit Amerika Tembus Rekor Baru

Puput Puji Lestari

03 Jan 2016, 15:42 WIB Bintang.com, Jakarta Terus bertambahnya jumlah penonton film Single dan Bulan Terbelah di Langit Amerika menciptakan rekor baru untuk daftar 10 film terlaris 2015. Film Bulan Terbelah di Langit Amerika langsung masuk ke urutan tujuh dengan 589.925 penonton. Sementara film Single merangkak naik keposisi empat dengan 780.866 penonton.

Kekuatan promosi film Single membuat Single selalu dibicarakan di lini massa dan membuat orang penarasan. Terlebih setelah menonton film yang dibintangi dan disutradarai oleh Raditya Dika ini, banyak penonton yang memberikan sanjungan. Bahkan beberapa dari mereka sampai nonton lebih dari satu kali.

Sementara itu Bulan Terbelah di Langit Amerika merupakan sekuel dari film 99 Cahaya di Langit Eropa. Film ini juga diadaptasi dari novel laris dari judul yang sama. Kekuatan sekuel dan novel laris mampu mendongkrak penonton untuk melihat cerita film Bulan terbelah di Langit Amerika.

Data yang diambil dari filmindonesia.or.id pada 1 Januari 2016 menunjukkan film Komedi Modern Gokil harus turun dari daftar 10 film terlaris karena pencapaian baru diatas. Data ini kemungkinan masih akan terus berubah karena kedua film masih diputar di bioskop saat ini. Apalagi dengan libur tahun baru yang membuat banyak keluarga memiliki waktu ke bioskop untuk nonton film Indonesia.

Film-film Indonesia terbaik yang diputar pada libur akhir tahun ini mendapat sambutan hangat. Negeri Van Oranje mendapat 171.252 penonton dan Sunshine Becomes You mendapat 128.523 selama satu minggu penayangannya. Film Ngenest menyusul terakhir di libur pergantian tahun 2015-2016.

Jumlah Penonton Film Indonesia Bisa Meningkat pada Tahun 2020 Angga Rulianto | 21 Maret 2015 09:00

Muvila.com – Jumlah penonton film Indonesia kini terus berkurang. Menurut data filmindonesia.or.id, tren merosotnya jumlah penonton film Indonesia sudah terlihat sejak empat tahun terakhir. Pada tahun 2012, jumlah penonton memang melejit hingga lebih dari 16 juta orang. Tapi, hal itu terjadi karena tingginya jumlah penonton film Habibie & Ainun di akhir tahun yang mencapai 4,4 juta penonton.

Tanpa film biopic itu, jumlah penonton film Indonesia pada tahun 2012 hanya sekitar 14 juta penonton. Jumlah tersebut jelas lebih sedikit dari tahun sebelumnya yang mencapai 15 juta penonton. Selama tahun 2010-2012, jumlah rata-rata penonton setiap film Indonesia sekitar antara 170 ribu-190 ribu penonton. Bahkan, kondisi lebih buruk terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah rata-rata 129 ribu penonton.

Adapun tahun 2014, indikasi masih menurunnya jumlah penonton film Indonesia makin kentara. Hingga Mei

2014, distribusi jumlah penonton cenderung timpang. Ada film-film yang meraih lebih dari satu juta penonton seperti Comic 8 dan The Raid 2: Berandal, tapi ada juga film Indonesia yang meraih 5.000 penonton saja.

Apabila jumlah penonton Comic 8 dan The Raid 2: Berandal diabaikan, maka rata-rata jumlah penonton dari 42 film berjumlah 81.414 penonton.

Masalah berkurangnya jumlah penonton film Indonesia ini dapat teratasi jika para pelaku industri perfilman mampu memanfaatkan momentum bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2020-2030. Saat itu, jumlah penduduk di Indonesia dengan usia produktif akan sangat besar, sedangkan usia mudanya semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.

FILM INDONESIA: 2016, Jumlah Penonton Capai 34,5 Juta

Bisnis.com, JAKARTA - Selama lima tahun terakhir, jumlah penonton film Indonesia terus bertambah.

Di 2016, jumlah penonton film Indonesia mecapai 34,5 juta penonton. Angka ini meningkat lebih dari 100% dari jumlah penonton film Indonesia di 2015, yakni 16,2 juta penonton.

Kesuksesan perfilman nasional di 2016 jauh berbeda dengan perolehan penonton di 2015. Pada 2015, hanya tiga film Indonesia yang mampu meraih lebih dari 1 juta penonton, yakni Surga yang Tak dirindukan, Single, dan Comic 8: Casion Kings Part 1. Film Surga yang Tak dirindukan yang menjadi film terlaris kala itu hanya mampu meraih 1.523.617 penonton.

Corporate Secretary Cinema 21 Catherine Keng berpendapat pendorong meningkatnya jumlah penonton karena makin banyak film yang diproduksi dengan baik dan berkualitas. Selain itu, para sineas juga mulai memproduksi film yang sesuai dengan keinginan dan disukai penonton.

Eksebitor juga berperan melakukan seleksi untuk film nasional, sehingga yang tayang di bioskop adalah film- film dengan nilai produksi yang baik. Jika respon atas sebuah film membludak, maka bioskop juga mendorong dengan menambah layar sesuai minat penonton.

Catherine menyebut dari 124 judul film Indonesia yang beredar di jaringan 21 pada 2016, hanya 8% dari total film yang mampu meraih lebih dari angka 1 juta penonton. Adapun, 6% diantaranya meraih angka 500.000 - 1 juta penonton. Menurutnya, masih butuh lebih banyak film yang dapat mencetak angka minimal 500.000 penonton untuk bisa meningkatkan market share film nasional. Di 2016, market share film nasional di jaringan 21 sebesar 32%, meningkat 12% dibanding tahun sebelumnya.

Dia optimis industri perfilman nasional akan terus tumbuh di 2017. Pertumbuhan ini dapat dicapai jika produser dan pembuat film konsisten untuk melahirkan film yang berkualitas dan sesuai dengan minat penonton. “Jika lihat slate film nasional tahun ini tentu kami berharap film-film tersebut akan membawa penonton ke bioskop, karena pada akhirnya penonton yang akan menentukan berapa lama sebuah film tayang di bioskop,” tuturnya.

Siapa Penonton Film Indonesia? Kajian :: Wednesday, 08 January 2014 :: Penulis: Dyna Herlina S

Film hanya akan bermakna jika bertemu dengan penontonnya! Oleh karena itu kesediaan penonton menyaksikan film Indonesia menjadi hal yang sangat penting. Jika ditilik dari jumlah, penonton sinema nasional merangkak naik. Bila pada tahun 2000 pangsa pasar film nasional hanya 7,46 persen, maka pada 2008 mencapai 50 persen (Servia 2007, dikutip dalam Barker 2011).

Tahun 2008-2009 dapat dikatakan sebagai puncak perolehan penonton karena mencapai 30 juta. Dengan jumlah produksi film yang tak terlalu berbeda, ketertarikan penonton memilih film nasional terus menurun sejak 2010 hingga 2013 (Kristanto dan Pasaribu, 2011). Siapakah penonton di tahun-tahun puncak dan mengapa mereka tidak kembali menonton film nasional?

Mari kita perhatikan catatan film-film terlaris dalam sejak 2008-2012 berturut-turut: Laskar Pelangi (Riri Riza), Ketika Cinta Bertasbih (Chaerul Umam), Sang Pencerah (Hanung Bramantyo), Surat Kecil untuk Tuhan (Harris Nizam), Habibie & Ainun (Faozan Rizal), Cinta Brontosaurus (Fajar Nugros). Jika dicermati ada beberapa kecenderungan film terlaris tersebut. Beberapa di antaranya film berbasis novel laris seperti Laskar Pelangi, Ketika Cinta Bertasbih, Surat Kecil untuk Tuhan, Cinta Brontosaurus. Sedangkan kedua film lainnya yaitu Sang Pencerah dan Habibie & Ainun adalah biografi tokoh terkenal yaitu KH. Ahmad Dahlan (pendiri ormas Islam terbesar Muhammadiyah) dan BJ Habibie (mantan Presiden RI).

Popularitas film-film terlaris Indonesia bersandar pada budaya populer lain yaitu novel dan biografi tokoh. Dapat dikatakan penonton datang ke bioskop bukan karena film itu sendiri tetapi buzz berita yang melingkupi judul film tersebut seperti popularitas novel dan tokoh. Maka dapat disimpulkan pecinta film Indonesia sebetulnya belum terbentuk benar. Selera mereka masih belum dapat diidentifikasi dengan tegas.

Penelitian

Tafsiran kondisi penonton berdasarkan film terlaris tersebut sejalan dengan penelitian yang saya lakukan pada 2012. Studi tersebut bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang memengaruhi keputusan konsumen memilih film di bioskop. Penelitian dilakukan di Yogyakarta, seluruh informan dan responden didapatkan di Studio 21 dan Empire XXI di kota tersebut.

Ada dua tahap yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahap pertama, peneliti melakukan tiga kali focus group discussion yang melibatkan 20 informan. Berdasarkan hasil analisis kualitatif, ditemukan lima faktor utama yang terdiri dari 18 faktor pendukung yaitu komunikasi pemasaran (iklan dan publisitas), sumber informasi netral (ulasan film dan komunikasi dari mulut ke mulut), karakteristik film (genre, sutradara, remake, asal negara, pemain, karya saduran, rumah produksi), konten (cerita, objectionable content, teknologi), kemudahan (waktu pemutaran dan judul).

Bersandar pada identifikasi faktor tersebut disusun seperangkat kuesioner yang terdiri dari 45 pernyataan. Kuesioner tersebut berisi pernyataan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi/diperhatikan sebelum menentukan film yang akan ditonton di bioskop. Kuesioner disebarkan pada 225 responden. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan analisis faktor, hasilnya, ada 9 faktor yang dianggap signifikan secara statistik yaitu: sinopsis dan ulasan film, sutradara dan aktor, genre, film adaptasi, cerita, sumber informasi netral, jadwal pemutaran, efek visual dan objectionable content.

Dari kesembilan hal tersebut, faktor yang menonjol secara statistik adalah cerita film. Kehadiran dunia maya membuat penonton dengan mudah menemukan sinopsis sebelum memutuskan menonton film di bioskop. Maka pilihan produser film mengangkat cerita novel populer ke layar kaca menjadi strategi yang jitu. Film berbasis novel tersebut kemudian laris di bioskop karena penonton tersebut sejatinya adalah pembaca novel.

Selain cerita, hal penting lain adalah popularitas sutradara dan terutama aktor film menjadi penentu pilihan penonton. Karena konsumen film Indonesia sebagian besar adalah remaja maka tak heran jika pengaruh perbicangan sosial secara langsung maupun melalui media sosial juga sangat berperan dalam penentuan film. Faktor lain yang dijadikan patokan produser adalah waktu penayangan film di bioskop. Banyak produser berebut slot ketika musim liburan sekolah dan lebaran tiba, karena pada masa itu banyak penonton datang ke bioskop mengisi liburan.

 by Fauziah Muslimah 25 Mar 2016

Hanum Salsa Rais: Ketika Saya Menjadi Muslim Minoritas di Eropa dan Amerika

Sebagai seorang muslim yang hidup di Indonesia, di mana Islam adalah agama mayoritas, membuat kita mudah mendapatkan dan melakukan apa pun. Mulai dari produk halal sampai kebebabasan beribadah sudah bisa kita penuhi dimana saja dan kapan saja. Hal tersebut menjadi berbeda bagi muslim Indonesia yang harus tinggal di luar negeri, di mana Islam adalah agama minoritas. Selain menghadapi culture shock, mereka juga harus menyesuaikan diri dalam beribadah, mengonsumsi produk halal, sampai mencari pekerjaaan. Tak terkecuali pada mereka perempuan berhijab di negeri asing.

Hal tersebut juga terjadi pada seorang wanita kelahiran Yogyakarta, 12 April 1982 yang merasakan kehidupan menjadi seorang muslim di negeri asing bersama sang suami. Uniknya, pengalaman pahit hingga manisnya tersebut menjadi inspirasi untuk menghasilkan karya buku yang laris di Indonesia. Selain itu, melalui perjalanan di negeri asing, dia juga akhirnya memutuskan untuk berhijab. Katanya, banyak hal yang bisa dia pelajari ketika menjadi seorang muslim minoritas.

Adalah Hanum Salsabiela Rais, putri mantan Ketua MPR RI Amien Rais ini, yang sudah menerbitkan buku-buku tentang pengalamannya menjadi seorang muslim di Eropa dan Amerika.

Ketika sang suami yang bernama Rangga Almahendra yang berprofesi sebagai dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) melanjutkan kuliah di Eropa, Hanum memulai petualangannya. Selama menemani suaminya kuliah, Hanum mencari kegiatan dengan bekerja untuk proyek video podcast Executive Academy di WU Vienna selama dua tahun. Ia juga tercatat sebagai koresponden detik.com bagi kawasan Eropa dan sekitarnya.

Kisah perjalanannya di Eropa menjadi inspirasi untuk menulis sebuah buku. Akhirnya, tahun 2011 novel karya Hanum bersama suami terbit dengan judul Berjalan di Atas Cahaya dan 99 Cahaya di Langit Eropa yang kemudian diadaptasi menjadi film 99 Cahaya di Langit Eropa dan 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2. Sebelumnya pada 2010, Hanum juga pernah menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Menapak Jejak Amien Rais: Persembahan Seorang Putri untuk Ayah Tercinta. Buku itu adalah novel biografi tentang kepemimpinan, keluarga dan mutiara hidup dari sosok sang ayah, Amien Rais.

Tidak hanya di Eropa, akhir tahun lalu, Hanum mendapat kesempatan untuk tinggal beberapa bulan di Amerika untuk melakukan proses syuting film yang diadaptasi dari novelnya dengan judul yang sama, yaitu Bulan Terbelah di Langit Amerika. Hanum bercerita, awalnya dia sempat takut tak mendapatkan izin untuk melakukan proses syuting film Islam di Amerika. Tapi setelah melakukan penjelasan film ini tentang apa, Hanum dan tim akhirnya diberi izin.

Sabtu , 09 January 2016, 21:26 WIB

'Persentase Umat Islam di Indonesia Jadi 85 Persen' Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi umat Islam di Indonesia menunjukkan fenomena bertolak belakang dengan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Meski kaum Muslim masih menjadi mayoritas di negeri ini, namun jumlahnya terus menurun.

Ketua Yayasan Rumah Peneleh Aji Dedi Mulawarman mengatakan, ketika pemeluk Islam secara global naik signifikan, di Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia persentasenya malah menurun.

"Umat Islam (di Indonesia) dari 95 persen menjadi 85 persen, ada anomali di dalam pusat Islam di Nusantara," kata Aji dalam diskusi 'Refleksi Perjalanan Politik Kaum Muslimin di Indonesia' di Jakarta, Sabtu (9/1).

Menurut dia, umat Islam dari waktu ke waktu seolah tidak berdaya. Di bidang politik, misalnya trend suara politik umat Islam cenderung menurun. Dia menuding ada agenda liberalisme, individualisme, deislamisasi, dan depolitisasi yang membuat umat semakin tersisih.

Dia mencontohkan, ketika Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan membesar, ada kekuatan sistematis yang menghancurkannya. Adapun, Partai Bulan Bintang (PBB) tidak memiliki struktur dan pengaderan yang masif hingga tidak bisa berkembang.

"Tahun 2024, umat Islam di Indonesia sebagai simbol umat Islam dunia akan seperti apa? Angka 24 menjadi penting dalam upaya konsolidasi umat agar tidak menjadi buih," kata Aji.

Dia meyakini, ada hadis terkait pembaharu 100 tahun, di mana umat akan bangkit pada Pemilu 2024 kalau konsolidasi dimulai sekarang. Dia menyatakan, Rasulullah lahir tahun 624, Yazid 724, Al Ma'mun 824, Sabrang Lor dan Trenggono 1524, Diponegoro 1824, dan Tjokroaminoto 1924. "Siklus 100 tahun, setiap perubahan selalu terjadi konsolidasi umat."

Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra mengatakan, harus diakui umat Islam seolah menjadi tamu di negeri sendiri. Padahal, kata dia, wakil presiden pertama RI, Moh Hatta, telah melarang orang timur asing menjadi presiden dan memiliki tanah di Indonesia. "Sebab mereka tidak ikut berjuang, karena masa penjajahan Belanda, Jepang mereka membantu," ujar Yusril.

Saat ini, sambung dia, sebanyak 74 persen tanah di Indonesia dimiliki korporasi besar, seperti Ciputra dan Podomoro yang mereka juga menguasai perkebunan. "Ini berbeda dengan apa yang diinginkan Moh hatta, kalau tanah ini tidak boleh dimiliki timur asing," kata mantan menteri sekretaris negara tersebut.

Jum'at, 18 Desember 2015 - 12:39 wib Islam Indonesia Jadi Rujukan Dunia JAKARTA - Saat ini perdamaian dunia tengah terusik dengan ulah kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dengan berbagai aksi kekerasan dan propaganda radikal terorisme. Ironisnya aksi-aksi itu selalu mengatasnamakan Islam. Namun saat ini stigma-stigma negatif itu sudah mulai berkurang setelah mereka mengetahui Islam di Indonesia. “Tanpa embel-embel negara Islam, banyak yang kagum dengan Pancasila. Kita perlu belajar dari Piagam Hudaibiyah dan Piagam Jakarta. Ternyata Islam yang damai ya Islam yang diajarkan founding father kita,” ujar Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Nasarudin Umar, MA, Jumat (18/12/2015).

Ia menambahkan, beberapa waktu lalu ia diundang dalam World Summit di Gedung Putih dan mendapat kesempatan berbicara setelah Presiden Obama. Saat itu, terungkap fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak, tapi justru pengikut ISIS- nya paling sedikit.

“Itu tidak lepas dari keberadaan BNPT dan FKPT yang tidak pernah lelah menjalankan program pencegahan terorisme. Insya Allah kita tidak akan pernah rugi membicarakan dan berbuat hal yang sangat mulia ini. Bahkan karena fakta itu, banyak negara-negara Islam datang untuk belajar bagaimana hidup damai seperti di Indonesia,” imbuh mantan Wakil Menteri Agama Republik Indonesia ini.

Tidak hanya itu, saat ia mengikuti acara di Liberia, Afrika, ia mendengar khutbah dengan menggunakan Bahasa Inggris. Dalam khutbah itu, khotib mengatakan bangga memiliki saudara seperti Indonesia yang sudah bisa mengekspor pesawat dan bisa hidup berdampingan dengan berbagai suku bangsa dan agama.

“Fakta inilah yang seharusnya membuat bangsa Indonesia bangga. Saat orang-orang luar negeri melihat Indonesia, mereka pasti menjadi tahu apa sebenarnya Islam Indonesia itu. Intinya Indonesia tidak identik dengan terorisme karena Islam Indonesia adalah Islam Rahmatan Lil Alamin,” terang Prof Nasar.

Mengutip kitab suci Alquran surat Al Baqarah ayat 30, Prof Nasar mengatakan bahwa pertumpahan darah itu tidak akan berakhir selama manusia itu ada. Dengan demikian, sudah menjadi tugas bangsa Indonesia untuk bisa mengeliminir kemungkinan terjadinya pertumpahan darah. Caranya adalah mengaktifkan fungsi di BNPT.

Menurut Nasarudin, sudah menjadi kewajiban seluruh rakyat Indonesia untuk bersama membantu dan mendukung BNPT dalam menjalankan program penanggulangan terorisme di negeri kita ini. Pasalnya, tugas ini sangat mulia dalam menciptakan perdamaian dan ketentraman di Bumi Nusantara. Kendati demikian, aksi kekerasan atau terorisme itu tidak bisa dihilangkan 100 persen dari muka bumi ini karena dan akan ada selama manusia itu masih ada.

"Sejak manusia ada sampai sekarang dan akan datang, aksi kekerasan dan terorisme itu akan tetap ada. Mustahil manusia bisa kompak bersatu seperti yang diimajinasikan. Kini tugas kita adalah melatih hidup ditengah perbedaan, bukan menyatukan perbedaan itu demi untuk menciptakan perdamaian untuk meminimalisir aksi kekerasan atau pun terorisme,” pungkasnya.

PROFIL RIZAL MANTOVANI

Laki-Laki

22 Agustus 1967, Jakarta PERSONAL Rizal Mantovani dikenal sebagai sutradara video klip dan film layar lebar. Karya-karya video klipnya telah berhasil memboyong sejumlah penghargaan, di antaranya Video Musik Indonesia, dan MTV Video Music Award. Rizal yang lahir di Jakarta, 22 Agustus 1967 itu adalah putra pasangan mantan Duta Besar Mohamad Saleh dan Widji Andarini. Sebagai anak diplomat, Rizal hidup berpindah-pindah di beberapa negara di mana orang tuannya bertugas saat itu.

KARIR Ketertarikannya pada dunia 'gambar hidup' dimulai ketika masih duduk di bangku kuliah, hingga dirinya pernah kerja part time untuk membuat kartun komik. Rizal juga pernah bekerja dalam sebuah tim kreatif TV dan mengawali membuat acara-acara televisi sendiri, mulai dari iklan hingga video klip.

Sementara di dunia perfilman, dirinya bersama Mira Lesmana, Nan T. Achnas dan Riri Riza membuat film KULDESAK(1998). Rizal pun mempelajari proses menulis cerita sampai penggarapannya. Filmnya kemudian menyusul JELANGKUNG (2001), sebuah film horor yang dinilai sukses di pasaran.

Dan film terakhirnya berjudul JATUH CINTA LAGI (2006). Di tahun yang sama ia menggarap KUNTILANAK yang sukses di pasaran, bahkan dibuat sekuelnya, KUNTILANAK 2 (2007) dan KUNTILANAK 3 (2008). Tak ingin lekat dengan trademark horor, Rizal pun menjajal genre yang berbeda, yakni drama, ADA KAMU AKU ADA (2008). Pun begitu Rizal masih membuat film bertema horor, seperti KESURUPAN di 2008.

Lama tak membesut film horor yang telah menjadi trademark Rizal. Di tahun 2009, Rizal merilis film terbarunya, masih bergenre horor, MATI SURI. Bedanya kali ini, Rizal membuat ending yang menggantung.

Dari horor, Rizal mencoba genre thriller lewat AIR TERJUN PENGANTIN (2009). Sebelum premiere- nya film ini sudah mencuri perhatian masyarakat dengan adanya adegan-adegan pemainnya, terutama Tamara Blezynski yang tampil berani dalam balutan bikini.

FILMOGRAFI Sutradara KULDESAK (1999) JELANGKUNG (2001) JATUH CINTA LAGI (2006) KUNTILANAK (2006) KUNTILANAK 2 (2007) KUNTILANAK 3 (2008) ADA KAMU, AKU ADA (2008) KESURUPAN (2008) MATI SURI (2009) AIR TERJUN PENGANTIN (2009) TARING (2010) CEWEK GOKIL (2011) JENGLOT PANTAI SELATAN (2011) PUPUS (2011)

Produser KULDESAK (1999) (co-producer) SATU KECUPAN (2004) (executive producer) KUNTILANAK (2006) (executive producer)

Editor KULDESAK (1999) JELANGKUNG (2001)

Production Designer KULDESAK (1999) JELANGKUNG (2001)

Penulis cerita KUNTILANAK (2006)

Rizal Mantovani Bicara Film Bulan Terbelah di Langit Amerika Film drama itu dibintangi Acha Septriasa dan Abimana Aryasatya. Minggu, 20 November 2016 | 14:16 WIB Oleh : Beno Junianto VIVA.co.id – Hadirnya film Bulan Terbelah di Langit Amerika 2 (BTDLA2) bukan hanya dinanti oleh para pecinta film Indonesia saja. Umat muslim di Indonesia pun menantikan film yang akan tayang serentak diseluruh bioskop di Indonesia pada tanggal 8 Desember 2016 ini.

Sutradara Bulan Terbelah di Langit Amerika 2, Rizal Mantovani mengungkapkan, film garapannya kali ini memberikan nilai-nilai positif sesuai dengan keadaan umat muslim saat ini.

"Nilai Positif pasti ada. Tapi biar masyarakat sendiri yang mengambil kesimpulan terhadap pesan atau nilai positif dari film ini. Karena, saya memang tidak men-driver nya sedemikian agar mengikuti keinginan kita," ujar Rizal, Minggu 20 November 2016.

Bukan hanya itu, Rizal merasa banyak pelajaran yang dapat diambil dari film Bulan Terbelah di Langit Amerika Part 2 ini.

"Film ini akan memberikan kesejukan hati bagi penontonnya. Banyak juga sejarah Islam di Amerika yang diangkat film ini. Mudah-mudahan penonton bisa mendapatkan sesuatu setelah menonton film ini nanti,” ungkap Rizal.

Selain itu, Rangga Almahendra, sebagai salah satu penulis novel dan skenario Bulan Terbelah di Langit Amerika 2 ini, mengungkapkan dalam film ini banyak mengungkapkan penemuan- penemuan oleh kaum muslim.

"Di film ini kita akan banyak melihat penemuan yang dipelopori oleh muslim di Amerika, demikian pula dengan kisah muslim Hui di China yang banyak mengalami penindasan dan diskriminasi juga ada dikisahkan di film ini. Film ini akan membuka mata kalau sebenarnya umat muslim memiliki peran yang besar di Amerika,” ungkap Rangga.

Lebih lanjut Rangga menuturkan, dalam film ini penonton akan melihat dan mendapat pencerahan bagaimana sebenarnya muslim hidup berdampingan dengan etnis Tionghoa.

"Bikinnya harus fair, bahwa ada muslim yang cinta damai, yang anti dengan anarkisme. Harus diberi kesempatan ini diangkat supaya bisa mengurai suasana yang sedang high tention itu," ujar Rangga.

Rangga Almahendra berharap, pesan positif dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 2 akan sampai kepada penontonnya. “Film ini membawa pesan positif, yakni perdamaian. Film ini bisa dijadikan media yang tepat untuk menyuarakan sesuatu,” ujar Rangga.

Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 2 diperankan oleh Abimana Aryasatya, Acha Septriasa, Nino Fernandez, Hannah Al Rashid, Boy Williams, Rianti Cartwright, dan Ira Wibowo. Film yang diangkat dari novel karya Hanum Rais Salsabiela dan Rangga Almahendra ini disutradarai oleh Rizal Mantovani.

CELEB Daftar Lengkap Pemenang IBOMA 2016 di SCTV henryhens

18 Mar 2016, 01:30 WIB

Bintang.com, Jakarta Malam puncak penganugerahan Indonesian Box Ofiice Movie Awards (IBOMA) 2016 akhirnya sukses diselenggarakan pada hari Kamis (17/3/2016). Bertempat di Studio 6 Emtek City, Daan Mogot, Jakarta Barat, IBOMA ditayangkan live oleh SCTV mulai pukul 19.00 WIB.

IBOMA tercetus sebagai konsep baru dari anugerah penghargaan perfilman Tanah Air. Jika kebanyakkan penghargaan memilih nominator berdasarkan pilihan juri, maka tidak dengan IBOMA yang mengikutsertakan penonton ke dalam proses seleksi. Adapun jumlah kategori yang diperebutkan di tahun pertama IBOMA ini yaitu 17.

Selain sejumlah kategori umum di bidang perfilman, ada tiga dari kategori khusus karena belum ditemukan dalam ajang penghargaan perfilman lainnya. Tiga kategori tersebut yaitu Poster Film Terbaik, Behind The Scene Terbaik, dan Trailer Terbaik.

Film Surga yang Tak Dirindukan berhasil menjadi pemenang utama dengan meraih enam piala, termasuk di kategori Film Box Office Terbaik. Berikut ini daftar lengkap pemenang Indonesian Box Ofiice Movie Awards (IBOMA) 2016 yang diselenggarakan oleh SCTV.

1. Kategori Film Box Office Terbaik Surga Yang Tak Dirindukan - Pemenang Single Comic 8: Casino Kings Part 1 Bulan Terbelah Di Langit Amerika Magic Hour Ngenest Di Balik 98 3 Dara Negeri Van Oranje Air Mata Surga

2. Kategori Pemeran Utama Pria Terbaik Fedi Nuril - Pemenang Raditya Dika Babe Cabita Abimana Aryasatya Dimas Anggara Ernest Prakasa Donny Alamsyah Adipati Dolken Chicco Jerikho Richard Kevin

3. Kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik - Pemenang Annisa Rawles Prisia Nasution Acha Septriasa Michelle Ziudith Lala Karmela Chelsea Islan Rianti Cartwright

Tatjana Saphira Dewi Sandra

4. Kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik Tanta Ginting Babe Cabita Indro Warkop Nino Fernandez -Pemenang Rizky Nazar Morgan Oey Teuku Rifnu Wikana Indra Birowo Morgan Oey

5. Kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik - Pemenang Tinna Harahap Sophia Latjuba Rianti Cartwright Nadya Arina Olga Lydia Alya Rohali Farali Khan Maudy Koesnaedi Adhitya Putri

6. Kategori Sutradara Terbaik Kuntz Agus Raditya Dika Anggy Umbara Rizal Mantovani Asep Kusdinar Ernest Prakasa Lukman Sardi - Pemenang Ardy Octaviand Endri Pelita Hestu Saputra

7. Kategori Penulis Skenario Terbaik Alim Sudio Raditya Dika, Sunil Soraya, Donny Dhirgantoro Fajar Umbara Alim Sudio, Baskoro Adi Tisa Ts Ernest Prakasa - Pemenang Syamsul Hadi, Ifan Ismail Nataya Bagya Titien Watimena Rahabi Mandra, Titien Watimena, Lintang Pramudya Wardani

8. Kategori Pendatang Baru Pria Terbaik Chandra Liow Pandji Pragiwaksono Hans De Kreker Kevin Anggara - Pemenang Arne Luintang

9. Kategori Pendatang Baru Wanita Terbaik Elvira Devinamira Hanna Al Rashid Lala Karmela - Pemenang Melayu Nicole Hall Andania Suri

10. Kategori Poster Film Terbaik Surga Yang Tak Dirindukan Single Comic 8: Casino Kings Part 1- Pemenang Bulan Terbelah Di Langit Amerika

Magic Hour Ngenest Di Balik 98 3 Dara Negeri Van Oranje Air Mata Surga

11. Kategori Trailer Film Terbaik Surga Yang Tak Dirindukan Single Comic 8: Casino Kings Part 1 - Pemenang Bulan Terbelah Di Langit Amerika Magic Hour Ngenest Di Balik 98 3 Dara Negeri Van Oranje Air Mata Surga

12. Kategori Behind The Scene Terbaik Surga Yang Tak Dirindukan Single Comic 8: Casino Kings Part 1 Bulan Terbelah Di Langit Amerika Magic Hour Ngenest Di Balik 98 3 Dara Negeri Van Oranje - Pemenang Air Mata Surga

13. Kategori Original Soundtrack Film Terbaik Surga Yang Tidak Dirindukan, Krisdayanti - Pemenang Sementara Sendiri, Geisha Judi, Comic 8 Feat Indro Warkop Bulan Terbelah Di Langit Amerika, Ridho Rhoma Dan Fazura Magic Hour, Rendy Matari Mungkin, The Overtunes Di Balik Pintu Istana, Saint Locco Turning Back To You, Citra Scholastika Cinta Cinta Cinta, Wizzy Feat Sandhy Sandhoro Air Mata Surga, Dewi Sandra

14. Kategori Ensemble Talent Terbaik Surga Yang Tak Dirindukan Single - Pemenang Comic 8: Casino Kings Part 1 Bulan Terbelah Di Langit Amerika Magic Hour Ngenest Dibalik 98 3 Dara Negeri Van Oranje Air Mata Surga

15. Kategori Aktor/Aktris Terlaris Abimana Aryasatya

16 Produser Terbaik Frederica (Falcon Pictures)

17. Film Box Office Terlaris Surga yang Tak Dirindukan

Donald Trump: Larang Semua Orang Muslim Masuk AS

Kompas.com - 08/12/2015, 10:10 WIB KOMPAS.com — Bakal calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, Senin (7/12/2015) waktu setempat, menyerukan pencegahan semua orang Muslim memasuki Amerika Serikat (AS).

"Donald Trump menyerukan pencegahan total dan menyeluruh orang-orang Muslim memasuki Amerika Serikat sampai perwakilan-perwakilan negara dapat mengetahui apa yang sedang terjadi," bunyi siaran pers kampanye Trump.

Trump, yang sebelumnya telah menyerukan pengawasan terhadap masjid-masjid dan mengatakan ia terbuka untuk membangun sebuah database bagi semua orang Muslim yang tinggal di AS, membuat seruan kontroversial terbarunya itu dalam sebuah siaran pers.

Pesannya itu muncul terkait dengan penembakan massal mematikan di San Bernardino, California, oleh tersangka simpatisan ISIS dan sehari setelah Presiden Barack Obama meminta warga AS tidak "melawan satu sama lain" karena takut.

Berdasarkan sejumlah jajak pendapat, Donald Trump saat ini mengungguli para bakal calon lain dari Partai Rebuplik untuk maju sebagai calon dari partai itu dalam pemilihan presiden AS tahun depan.

"Tanpa melihat berbagai data polling, jelas bagi siapa saja bahwa kebencian sudah luar biasa. Dari mana asal kebencian ini dan mengapa, kita harus mencari tahunya," kata Trump dalam sebuah pernyataan.

"Sampai kita dapat menentukan dan memahami masalah ini dan ancaman berbahaya yang dimunculkannya, negara kita tidak boleh menjadi korban serangan mengerikan dari orang-orang yang hanya yakin pada kekerasan, yang tidak memiliki akal sehat, atau tidak menghormati kehidupan manusia."

Trump menambahkan dalam siaran pers itu bahwa larangan tersebut harus tetap berlaku "sampai perwakilan negara kita bisa mengetahui apa yang sedang terjadi".

Siaran pers itu merujuk ke sebuah polling online dari Center for Security Policy yang kontroversial, yang mengklaim bahwa seperempat kaum Muslim yang tinggal di AS percaya kekerasan terhadap Amerika dibenarkan sebagai bagian dari kampanye militan global. Sejumlah pengamat telah mempertanyakan keandalan informasi organisasi tersebut.

Manajer kampanye Trump, Corey Lewandowski, mengatakan kepada CNN pada Senin bahwa larangan tersebut akan berlaku tidak hanya untuk Muslim yang ingin berimigrasi ke AS, tetapi juga untuk umat Islam yang ingin mengunjungi AS sebagai turis.

"Semua orang," kata Lewandowski ketika ditanya apakah larangan itu juga akan berlaku untuk wisatawan Muslim.

"Pengawasan dan kewaspadaan besar harus diterapkan," kata Trump dalam sebuah pernyataan tambahan yang diberikan Lewandowski kepada CNN.

"Kami ingin untuk sangat adil, tetapi terlalu banyak hal buruk yang terjadi dan persentase kebencian itu terlalu besar. Orang-orang yang sedang berusaha untuk menghancurkan negara kita harus dilaporkan."

Dalam sebuah wawancara di Fox News pada Senin malam, Trump menegaskan bahwa kebijakan itu tidak akan berlaku untuk umat Islam yang saat ini berada di AS.

Selasa , 01 March 2016, 11:12 WIB Inggris Dinilai Perlu Adopsi Islam di Indonesia Rep: c25/ Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap toleransi umat Islam di Indonesia memang banyak menginspirasi. Inggris menjadi salah satu negara yang mendambakan toleransi seperti di Indonesia.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, menilai Inggris perlu mengadopsi kondisi umat Islam yang ada di Indonesia. Sebab, ia mengaku kagum akan kerukunan umat beragama yang banyak diciptakan umat Islam sebagai mayoritas. "Kita perlu institusi Islam di Indonesia untuk menunjukkan keberanian dan menginspirasi," kata Moazzam, Selasa (1/3).

Ia merasa masyarakat dan umat Islam di Inggris harus mulai belajar dari Indonesia. Karena, ada banyak sekali yang dapat dipelajari. Menurut Moazzam, mereka harus datang dan melihat sendiri bagaimana kerukunan dan toleransi berjalan di Indonesia.

Terkait radikalisme, Moazzam berpendapat, persoalan itu merupakan masalah dan tanggung jawab bersama semua pemeluk agama. Pasalnya, paham dan gerakan radikalisme jelas mengancam kehidupan umat beragama, tidak cuma satu atau dua agama.

Meski bukan berasal dari institusi agama, Moazzam meyakini komunitas-komunitas agama dapat memberi peran lebih terhadap kelangsungan hidup umat beragama. Karena itu, ia mengimbau untuk memperdalam dialog antarkomunitas sehingga dapat mengeksplore lebih dalam kekuatan yang ada.

Selasa , 01 March 2016, 20:36 WIB Muslim Amerika: Lelucon Islamofobia Menyakitkan Rep: MGROL57/ Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, TALLAHASSEE -- Muslimah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Tallahassee, Florida, Amerika Serikat jadi sasaran Islamofobia oleh sesama anggota Dewan. Dilansir dari Yahoo News, Sabtu (26/2), Laila Abdelaziz tak asing dengan serangan Islamofobia. Namun selama ini Abdelaziz belum pernah mengalami serangan di mana ia secara personal menjadi target.

Akan tetapi pekan ini Abdelaziz menjadi sasaran komentar bernada Islamofobia untuk pertama kali. Apa yang membuatnya cukup tercengang adalah komentar tersebut muncul dari sesama anggota dewan di depan banyak orang. Namun setelah mendengar komentar itu, orang- orang yang berada di dekatnya saat kejadian sama sekali tidak memperlihatkan rasa tak nyaman atau membela Abdelaziz.

Komentar bernada anti-Muslim diucapkan anggota legislatif dari Partai Republik, Tom Goodson. Saat itu mereka berjalan bersama-sama menuju elevator. Tiba-tiba Goodson tampak ragu dan bertanya padanya, "oh, apakah aman untuk menaiki elevator bersama Anda?"

"Semua orang tertawa," tulis Abdelaziz di akun Facebooknya, menanggapi peristiwa di Kamis (25/2) lalu.

"Semua orang yang ada di sana tertawa (Demokrat, Republik, kulit putih, kulit hitam, tua, muda) dan saya diremehkan dengan komentar yang tidak sopan itu karena saya Muslim, dan anggota dewan itu (Goodson, red) merasa takut menaiki elevator bersama saya. Itu tidak lucu, itu menyakitkan."

Fakta tidak ada yang membelanya sama sekali semakin membuat Abdelaziz merasa tak nyaman dengan 'lelucon' itu. Menurutnya, orang- orang yang tertawa dan tampak permisif dengan dilontarkannya gurauan Islamofobia tersebut adalah hal yang salah dalam situasi seperti itu. Baginya, itu semacam menaburkan garam di atas luka.