5 Film Indonesia Masuk Ke Pasar Internasional, Nomor 1 Sulit Tayang Di Dalam Negeri

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

5 Film Indonesia Masuk Ke Pasar Internasional, Nomor 1 Sulit Tayang Di Dalam Negeri 5 Film Indonesia Masuk Ke Pasar Internasional, Nomor 1 Sulit Tayang di Dalam Negeri Realitarakyat.com – Beberapa film Indonesia tak hanya berhasil di dalam negeri, tapi juga menemukan kesuksesan di mancanegara, baik melalui ajang penghargaan internasional maupun pemutaran terbatas di festival film bergengsi. Dari aksi, horor, hingga drama, film-film nasional berikut ini sukses membawa nama Indonesia naik di kancah perfilman internasional. 1. Rumah Dara (2010) Rumah Dara, disebut Macabre di kancah internasional, adalah film horor slasher garapan The Mo Brothers, yaitu Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto. Rumah Dara merupakan salah satu film horor pertama yang tak mengangkat tema setan dan hantu, melainkan manusia pembunuh yang haus darah. Film ini dibintangi Shareefa Daanish, Julie Estelle, Ario Bayu, dan Daniel Mananta. Rumah Dara mengisahkan kelompok pertemanan yang memberi tumpangan kepada seorang perempuan linglung dan mengantarkannya ke sebuah rumah di pinggiran kota. Tak disangka, pemilik rumah itu adalah keluarga kanibal yang gemar membunuh serta menyantap daging manusia. Anak- anak dalam kelompok pertemanan itu pun harus mencari jalan keluar agar tak berakhir di dalam lambung keluarga sadis tersebut. Film ini pertama kali tayang di Bucheon International Fantastic Film Festival Korea Selatan tahun 2009, dan disusul rilis perdana di bioskop Singapura. Meski digemari penonton internasional, Rumah Dara kesulitan tayang di Indonesia pada 2010. Meski tak sukses di rumah sendiri, film ini berhasil dibeli oleh Overlook Entertainment asal Paris yang menjadi distributor Rumah Dara di Amerika dan Eropa. 2. The Raid (2011) The Raid yang memiliki judul asli Serbuan Maut, adalah film aksi dan thriller garapan sutradara Gareth Evans. Meski berasal dari luar negeri, film ini melibatkan lebih dari 90% kru serta aktor dari Indonesia. The Raid juga menjadi salah satu film yang menaikkan nama Iko Uwais, Joe Taslim, dan Yayan Ruhian di kancah perfilman internasional. Film ini bercerita tentang Rama, seorang anggota Brimob yang bertugas memimpin penyerbuan sebuah apartemen yang diduga menjadi sarang gembong narkoba. Tak disangka, para penghuni apartemen adalah preman-preman yang sangat kompeten dan berhasil menghabisi para anggota polisi satu per satu. Misi Rama pun berubah, tak lagi berusaha meringkus sang pemimpin gembong narkoba, tetapi keluar dari bangunan tersebut hidup-hidup. Film ini berhasil rilis di Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Spanyol setelah hak distribusinya dibeli oleh Sony Pictures. Selain di tiga kawasan tersebut, The Raid juga berhasil tayang di Jepang, Jerman, Kanada, Inggris, Australia, dan banyak negara lain. Film ini sempat tayang di berbagai festival internasional seperti TIFF dan SXSW yang berhasil menaikkan nama Indonesia di awal 2010-an. Karena kesuksesannya, film ini melahirkan sebuah sekuel berjudul The Raid 2: Berandal. 3. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) Film Marlina adalah salah satu pionir dalam genre Western yang diciptakan di Indonesia dan mendapat sebutan “satay Western”, mirip dengan sebutan “spaghetti Western” bagi film koboi buatan Italia. Disutradarai Mouly Surya, film ini dibintangi Marsha Timothy sebagai Marlina. Membawa tema feminisme yang kental, Marlina mengisahkan seorang perempuan yang tinggal sendirian setelah ditinggal mati suaminya. Pada suatu hari, segerombol preman mendatangi rumah Marlina untuk merampok dan memperkosa Marlina. Ia pun, setelah dilecehkan selama semalaman, meracuni preman-preman tersebut dan memenggal kepala si ketua preman. Takut didatangi preman lain, Marlina akhirnya berjalan ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang ia alami. Tentu dengan berbagai halangan yang ada, dari beberapa anggota preman yang mencarinya dan alam Sumba yang masih belum dikembangkan pemerintah. Film ini menjadi film keempat dari Indonesia yang mendapat gelar official selection di Festival Film Cannes. Selain itu, Marlina juga sempat mendatangi berbagai festival seperti TIFF, AFI Fest, dan Golden Horse Film Festival. Setelah berhasil tayang di Indonesia, Marlina juga rilis di Jerman, Italia, Belanda, Malaysia, Yunani, Jepang, dan Amerika Serikat sekaligus membawa alam Sumba ke bioskop luar negeri. 4. Pengabdi Setan (2017) Pengabdi Setan menjadi pintu gerbang horor Indonesia era baru yang jauh dari eksploitasi tubuh perempuan. Disutradarai Joko Anwar dan dibintangi Tara Basro dan Bront Palarae, film ini sukses memulai tren horor sinematik di Indonesia yang membawa cerita nan mencekam dan aktor yang ekspresif alih-alih adegan jumpscare murah plus aktris seksi yang bisa diobyektifikasi. Menjadi sebuah soft-reboot dan prekuel film Pengabdi Setan terdahulu, film ini mengisahkan Rini dan keluarganya yang harus tinggal di rumah nenek dan dihantui sosok sang ibu yang meninggal karena penyakit misterius. Setelah bertemu kawan lama nenek, akhirnya terungkap bahwa sang ibu pernah bergabung dengan sebuah sekte pemuja setan agar bisa dikaruniai anak dan berjanji mengorbankan anak termudanya kepada sang iblis. Kematiannya pun mendatangkan para anggota sekte yang mengepung rumah Rini untuk menagih janji sang ibu. Setelah tayang di Indonesia, sutradara membawa film ini ke kancah perfilman internasional melalui berbagai festival. Selain ditayangkan, Pengabdi Setan juga berhasil memenangkan berbagai nominasi di Overlook Film Festival, Popcorn Frights Film Festival, dan Toronto After Dark Film Festival. Pengabdi Setan berhasil pula tayang di 42 negara dunia. 5. Gundala (2019) Tak hanya horor dan aksi, Indonesia juga berhasil menciptakan film superhero yang sukses di dunia internasional. Disutradarai Joko Anwar dan dibintangi Abimana Aryasatya, Gundala menjadi adaptasi komik pahlawan super Indonesia yang mengangkat tema konflik kelas dan heroisme. Sancaka adalah seorang yatim piatu yang datang dari keluarga tak berpunya. Tumbuh besar di lingkungan kumuh, Sancaka behasil mendapat pekerjaan sebagai satpam. Suatu hari, Sancaka tak sengaja terjebak dalam perseteruan antara preman dan pedagang pasar, yang membuatnya harus jadi sosok pahlawan bagi warga tertindas. Selain tanggung jawab yang berat, Sancaka juga mendapatkan kekuatan misterius setelah ia tersambar petir. Menjadikannya sosok superhero yang mengancam bisnis salah satu sosok keji dunia gelap, Pengkor. Gundala pertama rilis pada Agustus 2019 di Indonesia sebelum dibawa oleh Joko ke TIFF pada September 2019. Film ini pun diakuisisi oleh Premiere Entertainment Group yang mencarikan pasar untuk Gundala pada November 2019. Akhirnya, pada pertengahan tahun 2020, Well Go USA Entertainment menjadi distributor resmi film Gundala di Amerika serta merilis film tersebut dalam bentuk DVD dan Blu-Ray.(Din).
Recommended publications
  • Paspor Yang Digadai Ke Mr Li Tak Akan Kembali
    SUARA.COM.HK Silahkan scan kode QR disamping untuk mendapatkan berita terbaru Pilihan Anda yang Tepat Vol.XVII No.341 Koran Ini Gratis 9 November 2018 @koransuara Halaman 6 Subsidi Transportasi Mulai Januari 2019 Halaman 17 Pekerja Migran Indonesia aksi solidaritas untuk PMI Tuti yang dieksekusi mati tanpa notifikasi, Minggu (4/11/2018). Foto: Anis Safitri/ Sunat Perempuan Paspor yang digadai ke masih dilakukan Mr Li tak akan kembali Oleh Ario Adityo barang bukti, jadi tidak akan keluar dari “Bagi PMI yang masa berlaku kon- PMI sebagai jaminan pinjaman hutang kantor polisi dan tidak mungkin bisa di- trak kerjanya lebih dari setahun akan para PMI. Berdasarkan informasi dari Halaman PASPOR yang digadaikan oleh Peker- ambil,” ujar konjen. mendapatkan paspor biasa, sedangkan KJRI Hong Kong dari jumlahtersebut 19 ja Migran Indonesia (PMI) ke rentenir Karena tidak dapat dikembalikan, pi- untuk yang kontrak kerjanya kurang saat ini ada 501 melapor ke KJRI Hong bernama Mr. Li tidak akan dikemba- hak KJRI Hong Kong akan menerbitkan setahun akan mendapatkan SPLP,” ujar Kong, dari jumlah pelapor itu 358 orang PMI Hong likan. Hal ini disampaikan oleh Kon- dokumen perjalanan baru bagi mereka Konsul Imigrasi KJRI Hong Kong Chicco sudah menadapatkan dokumen perjala- jen Ri Hong Kong Tri Tharyat pada yang telah menggadaikan paspornya. Ahmad Muttaqin, Minggu (21/10/2018). nan pengganti, 73 orang mendapatkan Kong gelar aksi jumpa pers terkait isu tersebut, Minggu Penggantian dokumen akan diberikan Sebelumnya telah dilaporakan oleh paspor dan 285 orang diberikan Surat (21/10/2018). sesuai dengan masa berlaku kontrak SUARA bahwa seorang rentenir asal Perjalanan Laksana Paspor (SPLP).
    [Show full text]
  • Komunikasi ISKI, Vol
    Jurnal Komunikasi ISKI, Vol. 03 (01), 2018. 1•11 J U R N A L E-ISSN: 2503-0795 KOMUNIKAS I P-ISSN: 2548-8740 I K A T A N S A R J A N A K O M U N I K A S I I N D O N E S I A The Capitalization of Backpacking Tourism Culture in Indonesian Films http://dx.doi.org/10.25008/jkiski.v3i1.143 Agustinus Rusdianto Berto Universitas Indonesia Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta 10430, Indonesia [email protected] Abstract A film, as a media, acts significantly in popularizing the culture of backpacking tourism, which is closely related to the capitalist values. This research attempts to reveal the capitalist values in Indonesian backpacking films. The data are obtained by applying qualitative content-analysis to 2 (two) Indonesian films, namely Haji Backpacker and Laura & Marsha. The analysis leads to several interesting findings. First, Indonesian backpacking films, either explicitly or implicitly, more-likely prefer foreign tourist destinations. Second, the backpacker ideologies are presented more obviously in the implicit backpacking movie, Laura & Marsha rather than in the more explicit one, Haji Backpacker. Third, films contribute in shifting the ideological meaning of backpacking, which now emphasizes on principle of progress or recency (standardization), individualism (pseudo-individualization and social-cement), and efficiency (fetishism). Further researchers should analyze the effects of the shifting of the meaning based the perspective of the audience and content producers. Keywords: Backpacking, Capitalism, Qualitative Content Analysis, Film Abstrak Sebagai sebuah media, film memiliki peranan penting dalam mempopulerkan budaya wisata backpacking yang erat kaitannya dengan nilai-nilai kapitalisme.
    [Show full text]
  • Sony Pictures Classics and Stage 6 Films to Unleash the Raid 2
    SONY PICTURES CLASSICS AND STAGE 6 FILMS TO UNLEASH THE RAID 2 NEW YORK (November 5, 2013) – Sony Pictures Classics and Stage 6 Films announced today that they will theatrically release THE RAID 2 in the United States. The highly-anticipated sequel to the action thriller THE RAID: REDEMPTION, the new film THE RAID 2 was once again written and directed by Gareth Evans. The film was produced by Ario Sagantoro for Merantau Films, and Aram Tertzakian and Nate Bolotin of XYZ Films. The film was executive produced by Rangga Maya Barack-Evans for Merantau Films, Irwan D. Mussry, and Nick Spicer and Todd Brown on behalf of XYZ. Matt Flannery (THE RAID: REDEMPTION) and Dimas Imam Subhono served as cinematographers with Joseph Trapanese (THE BOURNE LEGACY), Aria Prayogi (THE RAID: REDEMPTION) and Fajar Yuskemal (THE RAID: REDEMPTION) scoring the picture. THE RAID: REDEMPTION was released theatrically in March 2012 by Sony Pictures Classics to great success. Currently in post-production, THE RAID 2 picks up right where the first film left off and follows Rama (Iko Uwais) as he goes undercover and infiltrates the ranks of a ruthless Jakarta crime syndicate in order to protect his family and uncover the corruption in his own police force. ABOUT SONY PICTURES CLASSICS Michael Barker and Tom Bernard serve as co-presidents of Sony Pictures Classics—an autonomous division of Sony Pictures Entertainment they founded with Marcie Bloom in January 1992, which distributes, produces, and acquires independent films from around the world. Barker and Bernard have released prestigious films that have won 31 Academy Awards® (27 of those at Sony Pictures Classics) and have garnered 135 Academy Award® nominations (109 at Sony Pictures Classics) including Best Picture nominations for AMOUR, MIDNIGHT IN PARIS, AN EDUCATION, CAPOTE, HOWARDS END, AND CROUCHING TIGER, HIDDEN DRAGON.
    [Show full text]
  • The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema
    The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema Ekky Imanjaya Thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy University of East Anglia School of Art, Media and American Studies December 2016 © This copy of the thesis has been supplied on condition that anyone who consults it is understood to recognise that its copyright rests with the author and that use of any information derived there from must be in accordance with current UK Copyright Law. In addition, any quotation or extract must include full attribution. 1 Abstract Classic Indonesian exploitation films (originally produced, distributed, and exhibited in the New Order’s Indonesia from 1979 to 1995) are commonly negligible in both national and transnational cinema contexts, in the discourses of film criticism, journalism, and studies. Nonetheless, in the 2000s, there has been a global interest in re-circulating and consuming this kind of films. The films are internationally considered as “cult movies” and celebrated by global fans. This thesis will focus on the cultural traffic of the films, from late 1970s to early 2010s, from Indonesia to other countries. By analyzing the global flows of the films I will argue that despite the marginal status of the films, classic Indonesian exploitation films become the center of a taste battle among a variety of interest groups and agencies. The process will include challenging the official history of Indonesian cinema by investigating the framework of cultural traffic as well as politics of taste, and highlighting the significance of exploitation and B-films, paving the way into some findings that recommend accommodating the movies in serious discourses on cinema, nationally and globally.
    [Show full text]
  • ANALISIS SEMIOTIK PESAN DAKWAH DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan
    ANALISIS SEMIOTIK PESAN DAKWAH DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Nurul Latifah NIM. 1112051000118 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M ANALISIS SEMIOTIK PESAN DAKWAH DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Nurul Latifah NIM. 1112051000118 Di Bawah Bimbingan: Prof. DR. H. M. Yunan Yusuf, MA NIP. 19490119 198003 1 001 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tangerang Selatan, 1 September 2016 Nurul Latifah ABSTRAK Nurul Latifah NIM: 11120510001118 Analisis Semiotik Pesan Dakwah dalam Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” Film adalah media dakwah yang penting, sebab ia merupakan media audio- visual yang dapat dinikmati dimana dan kapan saja. Film Bulan Terbelah di Langit Amerika yang diproduksi oleh Maxima Picture mengisahkan perilaku seorang muslim Pasca tragedi World Trade Center (WTC) 11 September 2001 dalam kehidupan bersosial sehari-hari ditengah kehidupan masyarakat Amerika yang notabene sebagian besar mereka ialah masyarakat non Muslim.
    [Show full text]
  • KONSTRUKSI ISLAM SEBAGAI AGAMA PERDAMAIAN DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA SKRIPSI Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Il
    KONSTRUKSI ISLAM SEBAGAI AGAMA PERDAMAIAN DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA SKRIPSI Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi Disusun Oleh : ILHAM BAHARSYAH NPM : 13.21.0014 KEKHUSUSAN : PUBLIC RELATIONS SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA 2017 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana wacana Islam sebagai agama perdamaian dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Untuk mengetahui bagaimana wacana dalam film tersebut, peneliti menggunakan metode riset perspektif Teun A. van Dijk. Ada tiga dimensi untuk menganalisis yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks. Di balik terciptanya pesan Islam agama perdamaian terdapat sutradara dan penulis naskah yang beragama Islam. Hanum Salsabiela sebagai penulis novel Bulan Terbelah di Langit Amerika memiliki pengalaman pahit mengenai bagaimana ia sebagai umat Islam mengalami diskriminasi di Eropa. Rizal Mantovani sebagai sutradara yang mengetahui bagaimana pemberitaan mengenai Islam di mancanegara memutuskan untuk memproduksi film tersebut di negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan untuk menggambarkan Islam sebagai agama perdamaian dalam film tersebut sutradara menggunakan gambaran penduduk Amerika beragama Islam yang toleran dan memilih bersikap damai di tengah maraknya isu terorisme. Kata Kunci : Konstruksi, Islam, Analisis Wacana, Teun A. van Dijk. DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ii PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI iii PERNYATAAN ORISINALITAS iv MOTTO v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI x DAFTAR GAMBAR xii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 4 1.3 Tujuan Penelitian 5 1.4 Manfaat Penelitian 5 1.4.1 Manfaat Teoritis 5 1.4.2 Manfaat Praktis 5 1.5 Kajian Pustaka 5 1.5.1 Film Sebagai Media Komunikasi 5 1.5.2 Konstruksi Sosial 6 1.5.3 Konstruksi Identitas 9 1.5.4 Konstruksi Media Terhadap Islam 11 1.5.5 Analisis Wacana 13 1.5.6 Wacana Perspektif Teun A.
    [Show full text]
  • 03-27-2014.Pdf
    Lawmakers pass tax relief bill State House and Senate agree on $395 million in tax relief ... Page 6A. Crowe portrays Noah; Schwarzenegger stars in ‘Sabotage’ See these and other films opening this week as well as local performances ... Page 1B. Volume XXXVI, No. 36 www.TBNweekly.com March 27, 2014 INSIDE Cybercriminals hit Largo tech firm Largo police assist in arrests, recovery of $20,000 of equipment in Canada By JULIANA A. TORRES was shipped overseas, likely to Russia or to log on to Tech Data Canada’s website of attacks, he said. Rarely, however, is possibly Ukraine, said Tech Data fraud as the victim and place an order using such an attack on Tech Data’s websites LARGO – Computer equipment valued manager Scott Heim. their account. successful. at $59,805 was delivered to a home in The scam started with a Zeus virus or Heim said it’s a problem the company “We catch almost all of them. It’s less Canada Feb. 19 before Tech Data, an in- a similar variant that infected one of has been dealing with in the United than 1 percent that actually get fulfilled,” ternational IT distributor based in Largo, their customer’s computers, Heim said. States and Canada for about two years. Heim said. “Slips though, occasionally realized their customer had been a victim The virus, specifically a keylogger Trojan, “All the major tech distributors are deal- will occur, and it’s nice to know that we of a Russian cybercrime. was designed to track keystrokes and ing with the same activity,” he explained.
    [Show full text]
  • Sydney Film Festival Reveals Weird and Wonderful Freak Me out Program
    MEDIA RELEASE EMBARGOED UNTIL 10:00 WEDNESDAY 7 MAY SYDNEY FILM FESTIVAL REVEALS WEIRD AND WONDERFUL FREAK ME OUT PROGRAM The 61 st Sydney Film Festival today announced six films in the popular and strange Freak Me Out program strand. Dedicated to horror, fantasy, shock, schlock and extreme arthouse cinema, Freak Me Out brings a decidedly demented dimension to SFF. “Freak Me Out is for everyone from hard-core gore hounds and students to cinephiles and mainstream audiences curious about the wild side of cinema,” says SFF Freak Me Out guest programmer, Richard Kuipers . “Freak Me Out embraces material that until recently was largely restricted to genre-specific film festivals. Thanks to many factors including the wealth of information and weird material now available on the Internet, Freak Me Out has been able to capture a substantial audience in a prestigious festival such as SFF.” This selection includes the official Sundance selection title Dead Snow 2: Red vs. Dead, which follows the entertaining plight of a small zombie squad battling a brutal horde of undead Nazis; Willow Creek , a found-footage horror from iconic indie comedy director Bobcat Goldthwait; horror- musical Stage Fright , in which the cast of a musical theatre summer camp is terrorised by a kabuki- masked, knife-wielding slasher; French comedy-horror film Goal of the Dead , an eclectic combination of soccer and zombies; the first ever Indonesian-Japanese horror film Killers from LA Screamfest award-winning director duo the Mo brothers; and Love Eternal , the recent winner of the inaugural Fresh Blood award at the Black Bear Film Festival in Warsaw, an adaptation of Kei Oishi’s intense Japanese novel ‘Loving the Dead’, set in Ireland.
    [Show full text]
  • Bab I Pendahuluan
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman yang makin maju mengakibatkan perlunya perubahan dalam strategi promosi atau pemasaran. Strategi pemasaran konvensional seperti direct marketing dan sales promotion bukan berarti tidak bermanfaat lagi di masa sekarang ini, namun tentunya perlu mempertimbangkan sebuah media baru maupun strategi baru untuk dijadikan pemasaran yang tepat dan efektif. Media baru tersebut adalah internet, di mana hal tersebut sudah menjadi hal yang makin sering digunakan kebanyakan orang. Dengan adanya internet maka berkembang pula jejaring sosial seperti friendster, facebook, twitter, youtube dan jejaring sosial lainnya, mereka dapat menjadi suatu peluang untuk pemasar memasarkan produknya. Sosial media mengalami perkembangan yang sangat signifikan dari tahun ketahun, jika pada tahun 2002 Friendster merajai sosial media dengan jumlah pengguna lebih dari 1 juta pengguna. Kini telah banyak bermunculan sosial media dengan keunikan dan karakteristik masing – masing. Terdapat MySpace pada tahun 2003, Facebook pada tahun 2004, Youtube pada tahun 2005, Twitter pada tahun 2006 dan beberapa situs lainnya. Hingga saat ini pengguna sosial media semakin meningkat setiap tahunnya. (http://teknojurnal.com diakses pada 6 Oktober 2014) Menurut comScore survey pada tahun 2010, di Indonesia pengguna internet terbanyak adalah pengunjung situs sosial media. Gambar 1.1 Grafik Pengguna Internet di Indonesia tahun 2010 1 Sumber: http://teknojurnal.com/perkembangan-internet-di-indonesia-pada-tahun- 2010/ (diaksespada 5 Juni 2014
    [Show full text]
  • God Loves Uganda | the Hooping Life | Tim’S Vermeer | the Address | Life According to Sam | the Story of the Jews Scene & He D
    July-August 2014 VOL. 29 THE VIDEO REVIEW MAGAZINE FOR LIBRARIES N O . 4 IN THIS ISSUE God Loves Uganda | The Hooping Life | Tim’s Vermeer | The Address | Life According to Sam | The Story of the Jews scene & he d LET BAKER & TAYLOR’S SCENE & HEARD TEAM HELP MAKE BUILDING AND MAINTAINING YOUR A/V COLLECTION EASIER WITH OUR PROFESSIONAL DIGITAL MEDIA PROCESSING (DMP) SERVICES! DMP off s a v iety of key benefi ts and feat es including: ■ Digitally reproduced original cover artwork ■ Personalized library contact information ■ Detailed content checklists and messaging ■ Circulation-tough polyvinyl CD and DVD cases ■ Single, double, multiple and locking security cases available ■ Large assortment of customized, embedded labels — genre, spine and more! To learn about DMP and other A/V products and services, contact your Sales Consultant today to discuss a custom-tailored solution for all your needs! 800-775-2600 x2050 [email protected] www.baker-taylor.com STAY CONNECTED: Spotlight Review God Loves Uganda streets, LGBT activists identified in newspa- HHH1/2 pers, and finally to a killing. Williams seems (2013) 83 min. DVD: to be everywhere with his camera (although $24.95. First Run he also makes assiduous use of archival and Publisher/Editor: Randy Pitman Features (avail. from other material): on buses with young Ameri- most distributors). Closed can ministers in Uganda, in parliamentary Associate Editor: Jazza Williams-Wood captioned. session, and at town hall-like meetings where Copy Editor: Kathleen L. Florio Stunning in its rev- gay pornography is shown (even to children) elations about the ways Editorial Assistant: Chris Pitman with the intent of fomenting intolerance.
    [Show full text]
  • 73 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Kisah Di Balik Layar 1. Profil Rumah Produksi Maxima Pictures Gambar 4.1 : Logo Maxima
    BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Kisah Di Balik Layar 1. Profil Rumah Produksi Maxima Pictures Gambar 4.1 : Logo Maxima Pictures Maxima Pictures adalah sebuah rumah produksi film yang didirikan pada 9 Desember 2004 oleh Ody Mulya Hidayat dan Yoen K. Maxima International atau lebih dikenal Maxima Pictures, baik secara sendiri maupun dengan rumah produksi lain, telah menghasilkan lebih dari 20 film sejak film perdananya, Cinta Pertama bekerjasama dengan Rapi Films. Film ini menjadi tonggak awal perjalanan Maxima Pictures. Maxima pernah terjun ke pertelevisian melalui produksi FTV yang sempat tayang di SCTV tahun 2007. Hingga Saat ini, Maxima International bagian dari Falcon Pictures mempunyai anak rumah produksi seperti Movie Eight (8), MMA Production (Luntang-Lantung), dan Unlimited Productions.1 1 https://id.wikipedia.org/wiki/Maxima_Pictures 73 74 Gambar 4.2 : Pemain Film Bulan Terbelah Di LAngit Amerika dengan beberapa Crew Maxima Pictures Sukses dengan debutnya lewat 99 Cahaya di Langit Eropa yang keluar dalam tiga film, 99 Cahaya di Langit Eropa (2013), 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 (2014) dan 99 Cahaya di Langit Eropa Final Edition (2014), kini kelanjutan dari kisah yang diangkat dari novel karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra tersebut telah siap diproduksi. Gambar 4.3 : Novel Bulan Terbelah Di Langit Amerika 75 Maxima Pictures yang kini berganti nama menjadi Maxima International, tentunya, sebagai production house yang mendapat hak untuk memfilmkan novel berjudul Bulan Terbelah di Langit Amerika ini sekarang tengah bersiap-siap untuk melangsungkan proses produksi filmnya di New York, Amerika Serikat. Hal tersebut diketahui dari acara Syukuran & Buka Puasa Bersama Film Bulan Terbelah di Langit Amerika yang dilangsungkan di Istanbul Turkey Restaurant, Ampera, Jakarta Selatan, Sabtu (20/6) malam.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada Awal
    BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada awal perkembangannya, film tidak lebih dari pertunjukan hiburan dalam bentuk gambar bergerak (motion action) dan berlangsung tanpa pelengkap suara. Bentuk hiburan ini dimulai oleh seorang Edward Muybridge ketika berusaha mengambil foto kuda yang sedang berlari melalui sebuah rangkaian kameranya. Kreatifitas ini kemudian terus berlanjut hingga dalam bentuknya seperti yang dapat kita tonton hari ini. Sebagai media komunikasi massa, film dapat memainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang lazimnya disebut dakwah. (Saeful, 2012:112). Salah satu film yang di dalamnya menyampaikan pesan dakwah adalah film “3;Alif Lam Mim”. Film ini merupakan gabungan 3 genre (action, drama, dan religi), dengan Umbara bersaudara yaitu Anggy Umbara, Bounty Umbara dan Fajar Umbara sebagai penulis naskah skenarionya. Silat dalam film Alif Lam Mim selain digambarkan sebagai budaya bangsa juga menunjukkan suatu identitas religius, santri dan silat (pesantren dan silat) dua perpaduan yang menjadi bagian panjang sejarah bangsa Indonesia. Film Alif Lam Mim bercerita tentang pesahabatan Alif (Cornelio Sunny), Herlam (Abimana Aryasatya) dan Mimbo (Agus Kuncoro) yang tumbuh besar dan menempa latihan silat bersama di lingkungan pesantren Al-Ikhlas pimpinan Kyai Mukhlis. Ketiganya memiliki cita-cita yang berbeda, Alif ingin menjadi aparat penegak hukum mengabdi pada Negara menangkap semua penjahat dan pembunuh, hal ini dilatar belangkangi oleh kejadian pembunuhan terhadap kedua orang tuanya, Herlam ingin menjadi Jurnalis agar dengan tulisan-tulisannya dia bisa menyampaikan kebenaran sedangkan Mimbo ingin tetap mengabdi di pesantren menyebarkan kebaikan melalui agama. 1 2 Film Alif Lam Min sendiri bersetting Jakarta pada tahun 2036, tercatat sebagai film laga futuristik pertama di Indonesia.
    [Show full text]