5 Film Indonesia Masuk Ke Pasar Internasional, Nomor 1 Sulit Tayang Di Dalam Negeri
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
5 Film Indonesia Masuk Ke Pasar Internasional, Nomor 1 Sulit Tayang di Dalam Negeri Realitarakyat.com – Beberapa film Indonesia tak hanya berhasil di dalam negeri, tapi juga menemukan kesuksesan di mancanegara, baik melalui ajang penghargaan internasional maupun pemutaran terbatas di festival film bergengsi. Dari aksi, horor, hingga drama, film-film nasional berikut ini sukses membawa nama Indonesia naik di kancah perfilman internasional. 1. Rumah Dara (2010) Rumah Dara, disebut Macabre di kancah internasional, adalah film horor slasher garapan The Mo Brothers, yaitu Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto. Rumah Dara merupakan salah satu film horor pertama yang tak mengangkat tema setan dan hantu, melainkan manusia pembunuh yang haus darah. Film ini dibintangi Shareefa Daanish, Julie Estelle, Ario Bayu, dan Daniel Mananta. Rumah Dara mengisahkan kelompok pertemanan yang memberi tumpangan kepada seorang perempuan linglung dan mengantarkannya ke sebuah rumah di pinggiran kota. Tak disangka, pemilik rumah itu adalah keluarga kanibal yang gemar membunuh serta menyantap daging manusia. Anak- anak dalam kelompok pertemanan itu pun harus mencari jalan keluar agar tak berakhir di dalam lambung keluarga sadis tersebut. Film ini pertama kali tayang di Bucheon International Fantastic Film Festival Korea Selatan tahun 2009, dan disusul rilis perdana di bioskop Singapura. Meski digemari penonton internasional, Rumah Dara kesulitan tayang di Indonesia pada 2010. Meski tak sukses di rumah sendiri, film ini berhasil dibeli oleh Overlook Entertainment asal Paris yang menjadi distributor Rumah Dara di Amerika dan Eropa. 2. The Raid (2011) The Raid yang memiliki judul asli Serbuan Maut, adalah film aksi dan thriller garapan sutradara Gareth Evans. Meski berasal dari luar negeri, film ini melibatkan lebih dari 90% kru serta aktor dari Indonesia. The Raid juga menjadi salah satu film yang menaikkan nama Iko Uwais, Joe Taslim, dan Yayan Ruhian di kancah perfilman internasional. Film ini bercerita tentang Rama, seorang anggota Brimob yang bertugas memimpin penyerbuan sebuah apartemen yang diduga menjadi sarang gembong narkoba. Tak disangka, para penghuni apartemen adalah preman-preman yang sangat kompeten dan berhasil menghabisi para anggota polisi satu per satu. Misi Rama pun berubah, tak lagi berusaha meringkus sang pemimpin gembong narkoba, tetapi keluar dari bangunan tersebut hidup-hidup. Film ini berhasil rilis di Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Spanyol setelah hak distribusinya dibeli oleh Sony Pictures. Selain di tiga kawasan tersebut, The Raid juga berhasil tayang di Jepang, Jerman, Kanada, Inggris, Australia, dan banyak negara lain. Film ini sempat tayang di berbagai festival internasional seperti TIFF dan SXSW yang berhasil menaikkan nama Indonesia di awal 2010-an. Karena kesuksesannya, film ini melahirkan sebuah sekuel berjudul The Raid 2: Berandal. 3. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) Film Marlina adalah salah satu pionir dalam genre Western yang diciptakan di Indonesia dan mendapat sebutan “satay Western”, mirip dengan sebutan “spaghetti Western” bagi film koboi buatan Italia. Disutradarai Mouly Surya, film ini dibintangi Marsha Timothy sebagai Marlina. Membawa tema feminisme yang kental, Marlina mengisahkan seorang perempuan yang tinggal sendirian setelah ditinggal mati suaminya. Pada suatu hari, segerombol preman mendatangi rumah Marlina untuk merampok dan memperkosa Marlina. Ia pun, setelah dilecehkan selama semalaman, meracuni preman-preman tersebut dan memenggal kepala si ketua preman. Takut didatangi preman lain, Marlina akhirnya berjalan ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang ia alami. Tentu dengan berbagai halangan yang ada, dari beberapa anggota preman yang mencarinya dan alam Sumba yang masih belum dikembangkan pemerintah. Film ini menjadi film keempat dari Indonesia yang mendapat gelar official selection di Festival Film Cannes. Selain itu, Marlina juga sempat mendatangi berbagai festival seperti TIFF, AFI Fest, dan Golden Horse Film Festival. Setelah berhasil tayang di Indonesia, Marlina juga rilis di Jerman, Italia, Belanda, Malaysia, Yunani, Jepang, dan Amerika Serikat sekaligus membawa alam Sumba ke bioskop luar negeri. 4. Pengabdi Setan (2017) Pengabdi Setan menjadi pintu gerbang horor Indonesia era baru yang jauh dari eksploitasi tubuh perempuan. Disutradarai Joko Anwar dan dibintangi Tara Basro dan Bront Palarae, film ini sukses memulai tren horor sinematik di Indonesia yang membawa cerita nan mencekam dan aktor yang ekspresif alih-alih adegan jumpscare murah plus aktris seksi yang bisa diobyektifikasi. Menjadi sebuah soft-reboot dan prekuel film Pengabdi Setan terdahulu, film ini mengisahkan Rini dan keluarganya yang harus tinggal di rumah nenek dan dihantui sosok sang ibu yang meninggal karena penyakit misterius. Setelah bertemu kawan lama nenek, akhirnya terungkap bahwa sang ibu pernah bergabung dengan sebuah sekte pemuja setan agar bisa dikaruniai anak dan berjanji mengorbankan anak termudanya kepada sang iblis. Kematiannya pun mendatangkan para anggota sekte yang mengepung rumah Rini untuk menagih janji sang ibu. Setelah tayang di Indonesia, sutradara membawa film ini ke kancah perfilman internasional melalui berbagai festival. Selain ditayangkan, Pengabdi Setan juga berhasil memenangkan berbagai nominasi di Overlook Film Festival, Popcorn Frights Film Festival, dan Toronto After Dark Film Festival. Pengabdi Setan berhasil pula tayang di 42 negara dunia. 5. Gundala (2019) Tak hanya horor dan aksi, Indonesia juga berhasil menciptakan film superhero yang sukses di dunia internasional. Disutradarai Joko Anwar dan dibintangi Abimana Aryasatya, Gundala menjadi adaptasi komik pahlawan super Indonesia yang mengangkat tema konflik kelas dan heroisme. Sancaka adalah seorang yatim piatu yang datang dari keluarga tak berpunya. Tumbuh besar di lingkungan kumuh, Sancaka behasil mendapat pekerjaan sebagai satpam. Suatu hari, Sancaka tak sengaja terjebak dalam perseteruan antara preman dan pedagang pasar, yang membuatnya harus jadi sosok pahlawan bagi warga tertindas. Selain tanggung jawab yang berat, Sancaka juga mendapatkan kekuatan misterius setelah ia tersambar petir. Menjadikannya sosok superhero yang mengancam bisnis salah satu sosok keji dunia gelap, Pengkor. Gundala pertama rilis pada Agustus 2019 di Indonesia sebelum dibawa oleh Joko ke TIFF pada September 2019. Film ini pun diakuisisi oleh Premiere Entertainment Group yang mencarikan pasar untuk Gundala pada November 2019. Akhirnya, pada pertengahan tahun 2020, Well Go USA Entertainment menjadi distributor resmi film Gundala di Amerika serta merilis film tersebut dalam bentuk DVD dan Blu-Ray.(Din).