Desain Dan Tata Letak Peralatan Dapur Di Ruang Makan Griya Satria Pusdiklatpassus Batujajar
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
DESAIN DAN TATA LETAK PERALATAN DAPUR DI RUANG MAKAN GRIYA SATRIA PUSDIKLATPASSUS BATUJAJAR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Akhir Program Diploma III Oleh: DELLA MARFIAN Nomor Induk: 201319302 JURUSAN HOSPITALITI PROGRAM STUDI MANAJEMEN TATA BOGA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan dan minuman adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk melangsungkan hidup. Manusia yang hidup di abad ke-21 sekarang ini lebih memilih untuk menikmati makan di luar rumah dibandingkan dengan zaman dahulu. Saat ini, berbagai jenis makanan dan minuman banyak tersedia untuk dinikmati. Tempat pelayanan makanannya pun bermacam – macam, seperti di restoran, café, kedai, dan ada pula tempat kerja yang menyediakan fasilitas ruang makan untuk para pegawainya. Sebagai contoh, makanan yang tersedia di tempat kerja sebagian besar pelayanannya disajikan oleh jasa catering. Namun, ada pula yang menggunakan jasa pelayanan dari tim dapur untuk mengolah makanannya di kantor ataupun institusi pemerintah. Seperti yang diungkapkan Lawson (2002:2) bahwa pelayanan makanan dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu: a. Bersifat Komersil (commercial food service or consumer catering). b. Bersifat Non-komersil (institutional food service). Dalam hal ini pelayanan makanan yang bersifat non-komersil melayani konsumen yang berbeda dengan pelayanan yang bersifat komersil. Pelayanan 1 2 komersil melayani konsumen umum yang tiap harinya akan berbeda dan berupa badan usaha yang mencari keuntungan. Sedangkan pelayanan non-komersil dimana konsumennya merupakan penghuni tetap seperti yang ada di kantor, pabrik dan juga markas militer tanpa mencari keuntungan. Pelayanan yang ada di markas militer memiliki karakteristik yang berbeda dengan pelayanan di restoran ataupun institusi lainnya. Di markas militer, makanan yang disajikan merupakan hasil olahan dari tim dapur dan dilaksanakan di dapur yang sudah disediakan beserta dengan ruang makannya dan dalam penyajian makanannya menyesuaikan dengan golongan jabatan yang ada di militer itu sendiri. Markas militer di seluruh Indonesia harus memiliki dapur dan ruang makan untuk menunjang kegiatan rutin para prajurit TNI setiap harinya. Sebuah dapur harus didesain untuk memenuhi kebutuhan penerimaan, penyimpanan, persiapan, dan pengolahan makanan bagi konsumen. Hal ini didukung oleh pernyataan Fuller (1979:412) bahwa: “A kitchen is designed as an area where food is received, stored, prepared, and cooked prior to its presentation to the customer.” Disamping itu, unsur yang menjadi pendukung dari pembentukkan dapur dalam pemilihan peralatan salah satunya adalah menu. Walker dan Lundberg (2001:260) mengungkapkan: “The menu determines the equipment. Other variable include: a. The project volume of sales for each menu item: how many pieces of equipment will be needed b. Fixed or changing menu: fixed menu needs fewer kinds of equipment 3 c. Menu size: larger menu may call for a greater variety of equipment d. Speed of service desired: fast service may call for equipment of larger capacity e. Nutrition awareness and equipment selected: interest in nutrition brings an increased interest in the method of food preparation used” Dari ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa unsur yang menentukan penggunaan peralatan dapur adalah banyaknya jenis bahan makanan yang dipergunakan, menu yang dimiliki, banyak porsi yang disajikan, ketepatan peletakan peralatan dan metode pemasakan yang akan digunakan. Hal ini didukung oleh ungkapan dari Pauli (1989:197) yaitu: “The menu must be planned to distribute the work load between the various pieces of equipment and to utilize all the equipment.” Maksud dari ungkapan di atas adalah menu harus direncanakan untuk menentukan banyaknya peralatan dapur yang dibutuhkan dan menentukan penataan peralatan dapurnya agar dapat memanfaatkan peralatan sesuai dengan kegunaannya dalam operasional kegiatan di dapur. Dalam hal ini, desain dapur yang tepat juga dapat dilihat dari tata letak peralatan dapurnya. Tata letak peralatan dapur sangat penting untuk menentukan kinerja seseorang dalam memasak. Dengan adanya tata letak peralatan dapur yang benar dan tepat, alur kerja seseorang menjadi terstruktur dan rapi sesuai dengan work triangle. Seperti yang dikemukakan oleh Lynch (2007:96) bahwa: “The work triangle is a layout 4 concept that lets you develop theory proposes that the sink, range and refrigerator be arranged in a triangular layout according to the following guidelines: a. Position of the triangle should be such that traffic flow will not disrupt the main function of the kitchen. b. Total distance between the corner of the triangle should be no more than 26 ft. And no less than 12 ft. c. Each side of the triangle should be between 4 ft. And 9 ft. in lenght.” Maksud dari work triangle adalah sebuah konsep tata letak peralatan dapur yang memungkinkan petugas/juru masak untuk bergerak di dalam wilayah kerja, terbatas meliputi area pencucian (sink), area masak dan area penyimpanan makanan di suatu bagian dapur. Contohnya dalam mempersiapkan nasi maka juru masak hanya bergerak di area kerja untuk mencuci beras, memasak nasi, dan menyiapkan nasi tersebut. Pemahaman penulis dari hasil studi pustaka tentang tata letak peralatan adalah susunan peralatan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien. Seperti yang diungkapkan oleh Birchfield (2008:119) bahwa: “Layout is the arrangement of equipment to create efficient, safe, and ergonomically correct work areas.” Dengan terciptanya keamanan, kenyamanan, dan kebebasan bergerak dalam penataan peralatan dapur yang sesuai, maka petugas/juru masak menjadi lebih leluasa dalam melakukan pekerjaan. Menurut Lowe’s (2006:6) terdapat 5 (lima) tipe dapur yang ditentukan oleh tata letak peralatan dapur didalamnya, yaitu: 5 1. L-Shape Layout: Great for easy, efficient movement, and continuous counter space. Memiliki makna: jenis tata letak berbentuk huruf L yang mempermudah pergerakan petugas/juru masak untuk melakukan pekerjaannya. 2. U-Shape Layout: Very accessible layout for a single cook, but can also accommodate two. Memiliki makna: jenis tata letak berbentuk huruf U yang sangat menguntungkan petugas/juru masak yang bekerja sendirian maupun berdua dari sisi jarak jangkau saat bekerja. 3. G-Shape Layout: Adding on to a U-shape layout, can provide an extra section of cabinet and appliance, or create a convenient spot for dining or serving. Memiliki makna: jenis tata letak berbentuk huruf G yang menyempurnakan U-Shape Layout. 4. Corridor or Galley: Create a very different workspace for a single cook, but will be cramped for two. Good way to maximize space in a small area. Memiliki makna: jenis tata letak dengan kapasitas ruang kerja yang kecil untuk petugas/juru masak tunggal yang dapat memaksimalkan ruang dapur agar dapat bekerja secara efektif. 5. One-wall: The work triangle becomes a single line. This option can reduce the kitchen area and open the room for entertaining. Memiliki makna: jenis tata letak yang memanfaatkan ruang dapur menjadi satu garis lurus agar dapat mengurangi pergerakan yang tidak diperlukan. Sebuah dapur juga memerlukan penataan letak peralatan yang baik agar tidak menimbulkan alur kerja yang berantakan yang dapat mengganggu operasional dapur dalam penyajian makanan. Selain itu, penataan peralatan yang tepat sangat dibutuhkan agar mampu menciptakan kenyamanan, keamanan dan keleluasaan dalam bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh Birchfield (2008:119) bahwa: 6 “When work areas are logically arranged according to the principles of good design and the equipment is carefully selected to meet the specific criteria of the operation, the space will yield a high level of efficiency and employee productivity. Effective layout thus depends on access to raw materials, attention to the flow of food and personnel in the production process, access to utensils and equipment, and ease of cleaning and sanitation.” Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa apabila penataan peralatan diatur secara efektif dapat mempermudah operasional dan dapat menciptakan efisiensi dalam penggunaan peralatan serta alur kerja petugas/juru masak di dapur. Selain penataan peralatan, desain yang sesuai juga dibutuhkan dalam proses perancangan dan penataan letak peralatan dapur karena desain merupakan tata cara pengaturan fungsi dari seluruh peralatan. Sesuai ungkapan dari Powell (2005:1) bahwa: “Designing kitchen necessitates the integration of functional requirement, together with space which are pleasant to work in.” Untuk menunjang perancangan desain seperti yang diungkapkan Powell di atas, dibutuhkan tata letak peralatan yang harus disesuaikan dengan fungsi dari dapur itu sendiri, seperti yang diungkapan oleh Birchfield (2008:130) yaitu: “To create an efficient layout, each area of the food facility must be considered according to its function.” Adapun prinsip – prinsip dasar dari desain yang diperlukan agar menjadi efektif dan efisien dikutip dari Birchfield (2008:62) adalah sebagai berikut: “Efficient and effective designs should: Consider hazard analysis and critical control point 7 Be flexible and modular Basic Design Principles Show simplicity Create an efficient flow of materials and personnel Facilitate ease of sanitation and promote food safety Create ease of supervision Use space efficiently” Adapun pemahaman ungkapan di atas, untuk menciptakan ruangan dapur efektif dan efisien yang harus dilakukan adalah adanya analisis bahaya, dapat bergerak secara leluasa, menampilkan