1 POLITIK HUKUM PEMBERLAKUAN KEMBALI GARIS BESAR HALUAN NEGARA SEBAGAI PANDUAN PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA Oleh : Moza Dela F

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

1 POLITIK HUKUM PEMBERLAKUAN KEMBALI GARIS BESAR HALUAN NEGARA SEBAGAI PANDUAN PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA Oleh : Moza Dela F POLITIK HUKUM PEMBERLAKUAN KEMBALI GARIS BESAR HALUAN NEGARA SEBAGAI PANDUAN PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA Oleh : Moza Dela Fudika, S.H.,M.H, & Prof. Dr.Hj. Ellydar Chaidir, S.H.,M.Hum, Fakultas Hukum Universitas Islam Riau Jl.Kaharuddin Nasution No.113 Marpoyan Damai Pekanbaru [email protected], [email protected] Abstrak Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membawa konsekuensi salah satunya keberadaan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dihapuskan keberadaannya dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Hal ini berdampak kepada proses pembangunan yang output dan outcome-nya tidak sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Dikarenakan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dianggap tidak mencerminkan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Berdasarkan permasalahan tersebut muncul gagasan untuk memberlakukan kembali GBHN sebagai panduan pembangunan nasional Indonesia. Kata Kunci : Pemberlakuan – Garis Besar Haluan Negara Abstrack The amendments to the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia brought consequences, one of which was the elimination of the State Guidelines (GBHN) in the constitutional system of the Republic of Indonesia. This has an impact on the development process whose outputs and outcomes are not in accordance with those mandated by the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, because the National Development Planning System as stated in the National Long- Term Development Plan (RPJPN) is deemed not to reflect the principles of sustainable development in the constitutional system of the Republic of Indonesia. Based on these problems, an idea emerged to reimpose the GBHN as a guide for Indonesia's national development. Keywords: Enforcement - Outline of State Policy I. PENDAHULUAN sebagaimana yang dicita-citakan.1 Sehingga A. Latar Belakang Masalah perencanaan pembangunan menjadi Sebagai negara berkembang supremasi tertinggi dalam melaksanakan Indonesia memerlukan konsep pembagunan pengelolaan pembangunan dalam suatu yang konkret dan jelas untuk mewujudkan negara terkait untuk menentukan tindakan pembangunan nasional yang mengarah yang nyata dan tepat di waktu yang akan kepada kesejahteraan masyarakat indonesia. datang melalui urutan skala prioritas Hal tersebut akan menjadi suatu pembangunan dengan mempertimbangkan keniscayaan yang mutlak keberadaanya, sumber daya yang tersedia. apabila tanpa dimulai dengan suatu perencanaan yang matang maka tidak akan 1 Muhammad Hasbi Arbi, “UUD-1945 dan GBHN mungkin dapat mewujudkan pembangunan Sebagai Kendali Yuridis Dalam Pembangunan Nasional” Variasi : Vol. 4 No.12, Juni-Juli 2013, hlm.3 1 Setelah masa Orde Baru, GBHN haluan negara merupakan perumusan kata- sebagai pedoman utama dalam perumusan kata yang menyimpang dari tata bahasa rencana pembangunan negara telah yang baik dan benar. Namun, kesalahan ditiadakan dalam kedudukannya. Hal ini gramatikal tersebut dimanfaatkan untuk sebagai akibat dari perubahan Undang- mengembangkan penafsiran bahwa yang Undang Republik Indonesia Tahun 1945 dimaksud dengan garis-garis besar daripada yang mencantumkan secara eksplisit adanya haluan negara mencakup dua pengertian, GBHN. Sehingga pasca reformasi hingga yaitu garis-garis besar haluan negara dalam saat ini GBHN tidak lagi dicantumkan arti sempit, dan dalam arti luas. Yang sebagai landasan utama, namun hanya dipahami dalam arti sempit adalah Garis- berdasar kepada Sistem Perencanaan Garis Besar Haluan Negara, sebagaimana Pembangunan Nasional (SPPN) yang yang ditetapkan setiap lima tahunan yang diteruskan selanjutnya menjadi sebuah dijadikan acuan bagi Presiden untuk rencana pembangunan jangka panjang melaksanakan tugas-tugas pembangunan, (RPJP), rencana pembangunan jangka sedangkan yang dipahami dalam arti luas menengah (RPJM) dan rencana pembangun adalah segala arahan bagi haluan negara tahunan (RPT). yang diperlukan selain naskah Garis Besar Terbentuknya gagasan mengenai Haluan Negara tersebut.2 pemberlakuan GBHN ini dilatarbelakangi Gagasan untuk memberlakukan oleh terdapatnya berbagai kekurangan di kembali GBHN pasca reformasi dipelopori dalam proses perencanaan hingga oleh kalangan para intelektual salah satunya. pelaksanaan pembangunan yang Dalam pertemuan Forum Rektor Indonesia direncanakan dan diperoleh hasilnya tidak (FRI), Konvensi Kampus ke X, dan sesuai dengan yang diamanatkan Konstitusi. pertemuan Himpunan Indonesia untuk Proses arah pembangunan pada saat Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS) sekarang terlampau menekankan kepada di Universitas Sebelas Maret (UNS) pada sudut pandang yang terbatas pada ruang akhir Januari 2014, salah satu hasil penting lingkup Presiden atau Kepala Daerah, yang dari diskusi tersebut adalah adanya menyebabkan terjadinya disparitas proses keinginan untuk memberlakukan kembali arah pembangunan diberbagai wilayah GBHN dan menginisiasi amandemen daerah. Berdampak kepada output konstitusi dengan mendorong MPR untuk pembangunan yang tidak sesuai dengan mennyetujuinya guna mencantumkan harapan sebagaimana yang dituangkan kembali kedudukan dan kewenangan MPR dalam UUD 1945. sebagai lembaga yang berwenang untuk Sebelum dilakukannya amandemen menetapkan GBHN. Bunyi lengkap dari terhadap Undang-Undang Dasar Tahun hasil pertemuan FRI tersebut adalah sebagai 1945, kewenangan untuk menetapkan garis- berikut:3 garis besar daripada haluan negara “Forum Rektor Indonesia memperkuat merupakan kewenangan dari Majelis upaya untuk mengembalikan kedaulatan Permusyawaratan Rakyat. Sebgaimana yang rakyat dalam perencanaan pembangunan disebutkan dalam Pasal 3 Undang-Undang nasional melalui kewenangan Majelis Dasar Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk “Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan 2 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Dan Konstitusionalisme garis-garis besar daripada haluan negara”. Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta:2010, Hlm. 266 Perumusan kata garis-garis besar daripada 3 “Rumusan Konvensi”. http://fri.or.id/rumusan- konvensi/.Diakses tanggal 02 Maret 2020 . 2 menyusun dan menetapkan Garis-Garis memberikan suatu analisis apabila GBHN Besar Haluan Negara (GBHN), berdasarkan dikembalikan sebagai panduan nilai-nilai Pancasila dan memperkuat pembangunan nasional pasca amendemen, nasionalisme serta mendorong sinkronisasi seperti apa kedudukan Garis Besar Haluan peran antar kelembagaan baik unsur Negara nantinya dalam sistem lembaga perwakilan rakyat, kementerian ketatanegaraan republik indonesia, dan dan lembaga-lembaga lainnya agar implikasi yang terjadi disebabkan terbangun integrasi perencanaan dan dikembalikannya Garis Besar Haluan pengganggaran pembangunan nasional yang Negara yang sejatinya sudah dihapus berdemensi kerakyatan dan partisipatif.” setelah amendemen UUD NKRI1945. Atas hal tersebut, maka penulis Sejalan dengan pandangan tersebut, melakukan penelitian dan pembahasan Presiden Joko Widodo juga menghendaki dalam suatu tulisan ilmiah dalam bentuk haluan yang jelas tentang pembangunan makalah dengan judul “Politik Hukum Indonesia.Sebagaimana ditulis harian ini, Pemberlakuan Kembali Garis Besar Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia Haluan Negara (GBHN) sebagai harus memiliki haluan yang jelas tentang Panduan Pembangunan Nasional kemana arah Indonesia. Pembangunan Indonesia.” Nasional Semesta Berencana menjadi B. Rumusan Masalah pekerjaan rumah yang harus dirumuskan 1. Bagaimanakah politik hukum sejak sekarang untuk memperjelas pemberlakuan kembali Garis Besar pembangunan ke depan.4 Pandangan lain Haluan Negara (GBHN) sebagai yang mendukung bahwa GBHN Panduan Pembangunan Nasional diberlakukan kembali dikarenakan Indonesia? mengingat bobroknya sistem pembangunan C. Tujuan Penulisan negara yang semakin tidak jelas dan hanya 1. Untuk mengetahui politik hukum didominasi oleh pembangunan berjangka pemberlakuan kembali Garis Besar pendek. Hal tersebut dikarenakan, pada saat Haluan Negara (GBHN) sebagai rotasi kepemimpinan dilaksanakan, Panduan Pembangunan Nasional berdampak kepada pergantian terhadap visi- Indonesia. misi dan program perencanaan D. Metode Penelitian pembangunan negara Republik Indonesia. 1. Jenis dan Sifat Penelitian Bahkan, konsep pembangunan negara yang Jenis penelitian yang dijadikan diprogramkan oleh pemimpin sebelumnya pedoman oleh penulis adalah berbentuk sebagai instrumen sistem Perncanaan penelitian hukum normatif. Penelitian Pembangunan Nasional justru tidak hukum normatif merupakan jenis penelitian dijalankan lagi sebagai pembangunan hukum kepustakaan,5diarenakan berkelanjutan oleh pemimpin selanjutnya menjadikan bahan-bahan kepustakaan yang salah satunya dikarenakan tidak sebagai landasan utama dalam penelitian. jelasnya instrumen Pembangunan Nasional Berdasarkan tinjauan normatif, hukum yang harus dicapai. disebut norma, baik yang disamakan dengan Atas permasalahan tersebut penulis keadilan yang harus diwujudkan (ius tertarik untuk melakukan pengkajian dan 5 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum 4Http://Nasional.Kompas.Com/Read/2016/01/12/153200 Normatif, Suatu Tinjauan 71/Wacana.Menghidupkan.GARIS BESAR HALUAN Singkat,PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. NEGARA?Page=All, Diakses 02D esember2020. 23. 3 constituendum) maupun disamakan dengan bahan hukum Primer dan bahan Hukum norma yang telah diwujudkan sebagai Sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa perintah yang jelas dan secara positif telah Indonesia (KBBI), Kamus Hukum
Recommended publications
  • Laporan Penelitian Pusham
    LAPORAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2019 SKEMA PENELITIAN PUSAT STUDI HUKUM DAN HAM (PUSHAM) JUDUL PENELITIAN POLA PENYELESAIAN SENGKETA LAHAN UNRI PANAM AKIBAT TUKAR GULING DALAM MENUNDUKUNG JAMINAN HAK ASASI MASYARAKAT RIAU DIBIDANG PENDIDIKAN TINGGI KETUA: DR. MUKHLIS R,SH.,MH NIDN : 0015057907 Anggota 1: Tengku Arif Hidayat Anggota 2: Dean Prakasa Hanif Sumber Dana : DIPA Universitas Riau Tahun 2019 Nomor Kontrak: 211/UN.19.5.1.3/PT.01.03/2019 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS RIAU 2019 HALAMAN RINGKASAN PENELITIAN Tanah mempunyai multiple value, maka sebutan tanah air dan tumpah darah dipergunakan oleh bangsa Indonesia, secara konstitusi dinyatakan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berkaitan dengan bumi atau tanah, maka dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Dasar Agraria. Pentingnya Lahan bagi kepentingan dunia pendidikan sejalan dengan Pasal 31 UUD 1945 Menegaskan, ayat (1) hak mendapat pendidikan, Pada ayat (3) kewajiban Pemerintah, selain merupakan Hak Asasi sebagaimana Pasal 28 C ayat (1) UUD 1945, tentang Hak Asasi di bidang pendidikan. Demikian pentingnya pendidikan dan sarana yang menunjang pelaksanaan system pendidikan nasional, khususnya pendidikan tinggi, sehingga perlu jaminan ketersediaan tanah untuk menunjang pembangunan fasilitas pendidikan tinggi secara berkelanjutan. Sering kali karena pentingnya peran tanah dalam kehidupan manusia, tanah menjadi objek yang rawan terhadap perselisihan atau sengketa antar manusia bahkan terjadinya berbagai tindak pidana disebabkan oleh faktor tanah sebagai objek kepemilikan, hal ini terjadi karena kebutuhan manusia akan tanah semakin meningkat, namun persediaan tanah relatif tetap. Kondisi obyektif tersebutlah yang menimbulkan berbagai konflik dan bentuk tindak pidana di bidang pertanahan yang terjadi, begitu juga halnya konflik pertanahan yang terjadi di atas lahan kampus UNRI Panam, yang berdiri di atas lahan setifikas 14 milik Pemerintah Provinsi Riau dan Lahan sertifikat 15 Milik Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
    [Show full text]
  • Inclusion of Criminal News in Daily Online Newspaper Haluan Padang: Theo Van Leeuwen Perspective
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 263 International Conference on Language, Literature, and Education (ICLLE 2018) Inclusion Of Criminal News In Daily Online Newspaper Haluan Padang: Theo Van Leeuwen Perspective Reski Rahmayati, Ermanto, Harris Effendi Thahar Universitas Negeri Padang [email protected] Abstract-This study aimed to analyze the using of inclusion perspective of Van Leeuwen's strategy in criminal news with narcotics theme in daily Online Newspaper Haluan Padang edition of February 2018th. There were 3 steps to collect the data (1) to read and understand discourse with narcotics theme in daily Online Newspaper Haluan Padang edition of February 2018th the goal is gain comprehension with the object of the research, (2) to mark the parts of discourse related to the inclusion perspective of Van Leeuwen's strategy, and (3) to inventory the phrase in the discourse associated with the inclusion perspective of Van Leeuwen's strategy data format inventory. This research type was qualitative research by using the descriptive method. Based on the results of the study it can be concluded that the inclusion strategy of Van Leeuwen's perspective found in five crime articles with narcotics theme in daily Online Newspaper Haluan Padang edition of February 2018 with total four from seven kinds of inclusions, objectivities-abstraction, nomination-categorization, assimilation-individualization, and association-disasosiasi. In the study of this analysis can be concluded that in writing criminal news with the theme of narcotics as whole journalists do not side with the perpetrators or actors. The form of non-alignment of journalists to perpetrators is to mention the name and crime of the perpetrator and sanctions to be given to the perpetrator for the deed he has done.
    [Show full text]
  • Shoot Died in the Unexpected Terroris in Review of Catching Processes from the Principle of Due Process of Law Pjaee, 17 (10) (2020)
    SHOOT DIED IN THE UNEXPECTED TERRORIS IN REVIEW OF CATCHING PROCESSES FROM THE PRINCIPLE OF DUE PROCESS OF LAW PJAEE, 17 (10) (2020) SHOOT DIED IN THE UNEXPECTED TERRORIS IN REVIEW OF CATCHING PROCESSES FROM THE PRINCIPLE OF DUE PROCESS OF LAW July Wiarti1 , Heni Susanti2 1,2Faculty of Law, Universitas Islam Riau Kaharuddin Nasution Street, Pekanbaru, Riau, Indonesia, Email: [email protected], [email protected] July Wiarti , Heni Susanti. Shoot Died In The Unexpected Terroris In Review Of Catching Processes From The Principle Of Due Process Of Law-- Palarch‟s Journal Of Archaeology Of Egypt/Egyptology 17(10), 294-304. ISSN 1567-214x Key Words: Dead Shoot; Suspected Terrorist; Arrest; Due Process Of Law ABSTRACT The act of shooting dead is one of the actions that are often taken by the authorities in carrying out the process of arresting those suspected of being terrorists. Shooting dead means taking the life rights of a person even though it is uncertain whether they are indeed considered guilty or not. This means that they are sentenced not to go through the judicial process. In this case, it should also apply the name Due Process of Law. The issue raised is How are Arrangements about the Action of Dead Shoot According to Applicable Law? How is the shooting action on suspected terrorists in the Arrest process in terms of the Due Process of Law Principle? The results obtained by the author are actions that can be taken by the authorities in the use of weapons. Its use is also because there will be a harmful impact on the authorities and the community, there is no other way that can be done to stop the perpetrators, and to prevent the perpetrators from running.
    [Show full text]
  • Contribution to the Development of Kaharuddin Nasution Regional Riau (1960-1966)
    1 CONTRIBUTION TO THE DEVELOPMENT OF KAHARUDDIN NASUTION REGIONAL RIAU (1960-1966) Kiki Amalia*, Drs. Kamaruddin, M.Si**, Bunari, S.Pd, M.Si*** Email: [email protected], [email protected], [email protected] Cp: 081365097432 History Education Studies Program Education Department of Social Sciences Faculty of Teacher Training and Education University of Riau Abstract: Kaharuddin Nasution was a military man who had served as governor of Riau. Its success in the insurgency in Riau made he was appointed Governor of Riau and replaces SM Amin on January 6, 1960. Methods used ini writing this is a historical method is Heuristic (Collection Source), Verification (Feedback Source), Interpretation, and the last is Historiography (Writing). Heuristic on stage using two authors is methods references dan methods field. Of research indicates that Kahruddin Nasution figures are a society which was instrumental in Riau regional development. At the time of Governor Riau, he was appointed, he built start of facilities and infrastucture. As for the construction of is Jalan Sudirman Pekanbaru, Jalan Gajah Mada, Jalan Diponegoro, University of Riau, Islamic University of Riau, Mosque An-Nur, Dwikora Stadium, and other like. Kaharuddin Nasution known to the public as a highly idealistic. Not only that, Kaharuddin Nasution also referred to as The Father of Riau Architecture. Keyword: Contribution, Kaharuddin Nasution, Development, Riau 2 KONTRIBUSI KAHARUDDIN NASUTION TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH RIAU (1960-1966) Kiki Amalia*, Drs.Kamaruddin, M.Si**, Bunari,S.Pd,M.Si*** Email: [email protected], [email protected], [email protected] Cp: 081365097432 Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Abstrak: Kaharuddin Nasution adalah seorang militer yang pernah menjabat sebagai gubernur di Riau.
    [Show full text]
  • Understanding Principal Values of Minangkabau's Outmigration In
    REVIEW OF INTERNATIONAL GEOGRAPHICAL EDUCATION ISSN: 2146-0353 ● © RIGEO ● 11(4), WINTER, 2021 www.rigeo.org Research Article Understanding Principal Values of Minangkabau’s Outmigration in Indonesia Misnal Munir1 Moses Glorino Rumambo Pandin2 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia [email protected] [email protected] 1Corresponding Author: E-mail: [email protected] Abstract Outmigration is a unique characteristic of the Minangkabau people who can be found in almost all regions of Indonesia. Historically, the Minangkabau migrants have coexisted peacefully with local communities in which they settle, and there is no record of conflict between the Minangkabau migrants and local inhabitants. This study attempted to determine the values espoused by this nomadic community. The study was grounded in literature study approach of philosophical hermeneutics and utilized methodical elements, such as description, induction deduction, synthesis analysis, and heuristics. The study also applied observation, and interviews with the Minangkabau migrants. The findings revealed that the culture of this ethnic group explicitly encourages young people to venture abroad. The ethical values that form the basis of the outmigration’s of the Minangkabau community are affirmed by the adat (local) proverbs that prescribe strong work ethics, mutual respect, and an understanding of the local culture to which they outmigrate. Keywords outmigration, principle, outmigration-values, Minangkabau To cite this article: Munir, M; Pandin, M, G, R. (2021) Understanding Principal Values of Minangkabau’s Outmigration In Indonesia. Review of International Geographical Education (RIGEO), 11(4), 127-137. doi: 10.48047/rigeo.11.04.10 Submitted: 02-02-2021 ● Revised: 16-04-2021 ● Accepted: 26-05-2021 © RIGEO ● Review of International Geographical Education 11(4), WINTER, 2021 Introduction The cultural traditions of the Minangkabau people are rich in values derived from indigenous wisdom.
    [Show full text]
  • Desain Dan Tata Letak Peralatan Dapur Di Ruang Makan Griya Satria Pusdiklatpassus Batujajar
    DESAIN DAN TATA LETAK PERALATAN DAPUR DI RUANG MAKAN GRIYA SATRIA PUSDIKLATPASSUS BATUJAJAR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Akhir Program Diploma III Oleh: DELLA MARFIAN Nomor Induk: 201319302 JURUSAN HOSPITALITI PROGRAM STUDI MANAJEMEN TATA BOGA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan dan minuman adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk melangsungkan hidup. Manusia yang hidup di abad ke-21 sekarang ini lebih memilih untuk menikmati makan di luar rumah dibandingkan dengan zaman dahulu. Saat ini, berbagai jenis makanan dan minuman banyak tersedia untuk dinikmati. Tempat pelayanan makanannya pun bermacam – macam, seperti di restoran, café, kedai, dan ada pula tempat kerja yang menyediakan fasilitas ruang makan untuk para pegawainya. Sebagai contoh, makanan yang tersedia di tempat kerja sebagian besar pelayanannya disajikan oleh jasa catering. Namun, ada pula yang menggunakan jasa pelayanan dari tim dapur untuk mengolah makanannya di kantor ataupun institusi pemerintah. Seperti yang diungkapkan Lawson (2002:2) bahwa pelayanan makanan dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu: a. Bersifat Komersil (commercial food service or consumer catering). b. Bersifat Non-komersil (institutional food service). Dalam hal ini pelayanan makanan yang bersifat non-komersil melayani konsumen yang berbeda dengan pelayanan yang bersifat komersil. Pelayanan 1 2 komersil melayani konsumen umum yang tiap harinya akan berbeda dan berupa badan usaha yang mencari keuntungan. Sedangkan pelayanan non-komersil dimana konsumennya merupakan penghuni tetap seperti yang ada di kantor, pabrik dan juga markas militer tanpa mencari keuntungan. Pelayanan yang ada di markas militer memiliki karakteristik yang berbeda dengan pelayanan di restoran ataupun institusi lainnya.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama Pemerintahan
    1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama pemerintahan Orde Baru, TNI dan Polri yang menyatu dalam ABRI, telah terjadi dominasi militer pada hampir di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Militer juga difungsikan sebagai pilar penyangga kekuasaan. Konsep ini muncul sebagai dampak dari implementasi konsep dwifungsi ABRI yang telah menjelma menjadi multifungsi. Akibatnya peran ABRI dalam kehidupan bangsa telah melampaui batas-batas konvensional keberadaannya sebagai alat negara di bidang pertahanan dan keamanan. Integrasi status Polri yang berwatak sipil ke dalam tubuh ABRI dapat dikatakan sebagai pengingkaran terhadap prinsip demokrasi. Pengukuhan ABRI sebagai kekuatan sosial politik baru terjadi secara legal formal setelah keluarnya UU No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara. Lahirnya UU ini untuk lebih memantapkan landasan hukum dwifungsi ABRI, yang sebelumnya hanya diatur dalam Ketetapan MPR. Dalam UU No. 20 Tahun 1982 ditegaskan bahwa pengaturan peran sosial politik ABRI adalah sebagai kekuatan sosial yang bertindak selaku dinamisator dan stabilisator. Hal ini sebenarnya merupakan sebuah contradiction in terminis, karena bagaimana mungkin dinamisator dan stabilisator sekaligus dipegang oleh orang yang sama. Setidak-tidaknya ada dua pasal yang mendukungnya. Pasal 26 menyebutkan, Angkatan Bersenjata mempunyai fungsi sebagai kekuatan 1 2 pertahanan keamanan dan sebagai fungsi kekuatan sosial. Pasal 28 ayat (1) menegaskan, Angkatan Bersenjata sebagai kekuatan sosial bertindak selaku dinamisator dan stabilisator yang bersama-sama kekuatan sosial lainnya memikul tugas dan tanggungjawab mengamankan dan mensukseskan perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Sementara itu dalam ayat (2) menyatakan, bahwa dalam melaksanakan fungsi sosial, Angkatan Bersenjata diarahkan agar secara aktif mampu meningkatkan dan memperkokoh ketahanan nasional dengan ikut serta dalam pengambilan keputusan mengenai masalah kenegaraan dan pemerintahan, serta mengembangkan Demokrasi Pancasila dan kehidupan konstitusionil berdasarkan UUD 1945.
    [Show full text]
  • The Local Wisdom in Marine Resource Conservation for Strategies of Poverty Reduction in Indonesia
    TUMSAT-OACIS Repository - Tokyo University of Marine Science and Technology (東京海洋大学) The local wisdom in marine resource conservation for strategies of poverty reduction in Indonesia 学位名 博士(海洋科学) 学位授与機関 東京海洋大学 学位授与年度 2018 学位授与番号 12614博乙第35号 権利 全文公表年月日: 2019-06-25 URL http://id.nii.ac.jp/1342/00001758/ Doctoral Dissertation THE LOCAL WISDOM IN MARINE RESOURCE CONSERVATION FOR STRATEGIES OF POVERTY REDUCTION IN INDONESIA March 2019 LUCKY ZAMZAMI i To the Villagers of South Tiku ii TABLE OF CONTENTS Table of Contents ..................................................................................................... iii List of Tables ........................................................................................................... v List of Figures .......................................................................................................... vi List of Photos ........................................................................................................... vii Acknowledgment ..................................................................................................... viii Preface ..................................................................................................................... ix CHAPTER I: INTRODUCTION ......................................................................... 1 1. Background ........................................................................................................ 1 2. Ethnographical Setting ......................................................................................
    [Show full text]
  • A Critical Discourse Analysis
    Mass Media Construction of Irwan Prayitno’s Leadership: A Critical Discourse Analysis Indonesian Journal of EFL and Linguistics Vol. 5 No. 1, 2020 eISSN: 2503-4197, pISSN: 2527-5070 www. indonesian-efl-journal.org Mass Media Construction of Irwan Prayitno’s Leadership: A Critical Discourse Analysis Hetti Waluati Triana State Islamic University Imam Bonjol Padang e-mail: [email protected] Martin Kustati State Islamic University Imam Bonjol Padang e-mail: [email protected] Muhammad Ilham State Islamic University Imam Bonjol Padang e-mail: [email protected] Reflinaldi State Islamic University Imam Bonjol Padang e-mail: [email protected] Awliya Rahmi State Islamic University Imam Bonjol Padang e-mail: [email protected] Abstract: This study aims to investigate Irwan Prayitno's characters that were constructed by the mass media and the construction patterns used by each of the mass media. The study applied a descriptive model by applying mixing methods; qualitative and quantitative. The research data were obtained from Padang Ekspress, Singgalang, and Haluan print media. Following the research orientation, the data were collected from the August-November 2015 issues. Various characteristics of Irwan Prayitno’s leadership Indonesian Journal of EFL and Linguistics, 5(1), 2020 1 Hetti Waluati Triana, et al were reported with different patterns in each mass media. The differences were influenced by the practice of discourse and social practices that underlie the emergence of news. From the perspective of discourse practice, although each editor in chief emphasized the independence of media in politics, they did not deny that the owners of each media had a close relationship with certain political figures, including Irwan Prayitno.
    [Show full text]
  • Mitra Kerjasama
    Mitra Kerjasama Kerjasama Luar Negeri Dayeh University Taiwan Co2 Operate Belanda Chung Yuan Yuan University Kebangsaan Christian University Malaysia National Yunlin University Taiwan of Science and Technology, Chinese Culture University, Taiwan Taiwan Chang Jung Christian Hsing Wu University, University, Taiwan Taiwan University Pendidikan Central Taiwan University Sultan Idris Malaysia of Science and Technology, Taiwan Kainan University, Taiwan DAAD RISE Jerman Wenzao Ursuline University of Languages, Tajen University, Taiwan Taiwan Chrisrian Albert University, Tunghai University, Jerman Taiwan Providence University Yuan Ze University, Taiwan Taiwan I-Shou University Taiwan Pingtung University of Science and Technology Viperwold, Jerman Sicily Wildlife Fund-SWF ONLUS Perguruan Tinggi Dalam Negeri Universitas Pendidikan Universitas Islam Riau Indonesia Bandung Universitas PGRI Indraprasta Universitas PGRI Palembang Universitas Internasional Universitas PGRI Batam Ronggolawe Universitas PGRI Semarang Universitas Andalas Universitas PGRI Adibuana Universitas PGRI Surabaya Yogyakarta Universitas Nusantar PGRI Kediri IKIP PGRI Pontianak IKIP PGRI Kalimantan Universitas Negeri Padang Timur Universitas PGRI Kanjuruan Malang IKIP PGRI Bali Universitas PGRI Palangkaraya IKIP PGRI Jember Institut Seni Indonesia IKIP PGRI Madiun Padang Panjang Universitas PGRI Banyuwangi STKIP PGRI Lubuk Linggau Pemerintahan Kopertis Wilayah X Dinas Pendidikan Kabupaten Pesisir Selatan Balai Diklat Koperasi Sumatera Dinas Pendidikan Kabupaten Barat Solok Balitpu
    [Show full text]
  • Blografl Tokoh Perempuan Dari Surnatera
    b I do .run\ 801) v k 1 all( Vd/aalr - ~J(s) '* ya D. If2 2ed b 1 :' 1. , --L BlOGRAFl RANGKAYO H.J= SYAMSJDAR YAHYA (1914-1975) Tokoh Perempuan dari Surnatera Pusat Kajian iosialdudaya & Ekonorni (PKSBE), Fakultas Ilmu-llmu Sosial (FIS), Universitas Negeri Padang '2010 BIOGRAFI RANGKAYO HJ. SYAMSIDAR YAHYA (191 4-1 975) Tokoh Perempuan Sumatera KATA ASKAH asli tulisan ini berasal dari serangkaian penelitian pendahuluan yang dikerjakan dalam beberapa tahap sejak pertengahan 2008. Mula-mula kami meminta kesediaan Sdr. Ferawati S.S., anggota tim peneliti freelance di Pusat Kajian Sosial-Budaya & Ekonomi (PKSBE), FIS, Universitas Negeri Padang untuk melakukan riset lapangan. Sembari melengkapi data penelitiannya, sejak pertengahan 2008 Ferawati sudah mulai membuat catatan- catatan lepas ke dalam draf -draf kasar dalam beberapa bab yang belurn lengkap datanya. Masih banyak bagian-bagian yang kosong, tetapi bagiamanapun ia sudah berhasil mengmpulkan sejumlah informasi awal yang dapat digunakan untuk memulai penulisan draft pertama pada akhir 2009. Draf awal naskah ini baru dapat dirampungkan akhir 2008. Itu pun masih ada sejumlah data lapangan yang mesti dilengkapi sambil meneruskan studi pustaka tankahan sekedarnya sebelum naskah ini dapat disempurnakan. Draf kedua mengalami penundaan karena Sdr Ferawati makin terlibat dengan kesibukan barunya , menyiapkan studi lanjutan dan kursus-kursus Inggris untuk ke Belanda. Tadinya saya sangat mengharapkan kesediaan Sdr Dr. Siti Fatimah,M.Hwn untuk menuntaskan buku ini. Terlebih lagi karena keahliannya dalam women studies. Namun karena keterikatannya dengan kesibukan yang tak terelakkan, beliau 'membenar ' kepada saya agar dicarikan yang lain saja, yang memiliki cukup waktu untuk melanjutkan riset ini. PKSBE akhirnya menemukan orang yang tepat untuk tugas in2 tatkala menemukan orang muda yang enerjetik.
    [Show full text]
  • Ambivalent Identities Decentralization and Minangkabau Political Communities
    FRANZ and KEEBET VON BENDA-BECKMANN Ambivalent identities Decentralization and Minangkabau political communities Introduction After the fall of the Suharto regime, Indonesia has embarked on a large scale process of renegotiating its administrative, political and social boundaries. A body of legislation laid the foundation for this negotiating process, loosening the boundaries between the central state and the regions and shifting power to lower administrative levels, most notably districts.1 However, the process of redrawing boundaries that ensued extends far beyond the devolution of power to lower levels of administration. This chapter explores two separate but closely related consequences of the decentralization policies characteristic for West Sumatra that have important implications for the drawing of social boundaries.2 The first concerns the reorganization of village government. The Law on Village Administration of 1979 put into effect in 1983 in West Sumatra had introduced a nation-wide unified village structure based on the Javanese desa. The West Sumatran villages called nagari were much larger than the average desa in Indonesia. To avoid financial disadvantage for the region the nagari were split up in smaller administrative units now called desa. From its incipi- 1 See Kingsbury and Aveling 2003; Sakai 2002; Holtzappel, Sanders and Titus 2002; Aspinall and Fealy 2003; Schulte-Nordholt and Asnan 2003; Avonius 2004; Fanany 2003; Turner et al. 2003; F. and K. von Benda-Beckmann 2001, 2005. 2 The research on decentralization which we have conducted since 1999 was carried out with the assistance of Alfan Miko, Aidinil Zetra and Indraddin of the Studies Centre for Development and Socio-cultural Change (SCDev) and in cooperation with Andalas University in Padang.
    [Show full text]