POLITIK HUKUM PEMBERLAKUAN KEMBALI GARIS BESAR HALUAN NEGARA SEBAGAI PANDUAN PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh : Moza Dela Fudika, S.H.,M.H, & Prof. Dr.Hj. Ellydar Chaidir, S.H.,M.Hum, Fakultas Hukum Universitas Islam Jl.Kaharuddin Nasution No.113 Marpoyan Damai [email protected], [email protected]

Abstrak Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membawa konsekuensi salah satunya keberadaan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dihapuskan keberadaannya dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Hal ini berdampak kepada proses pembangunan yang output dan outcome-nya tidak sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Dikarenakan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dianggap tidak mencerminkan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Berdasarkan permasalahan tersebut muncul gagasan untuk memberlakukan kembali GBHN sebagai panduan pembangunan nasional Indonesia. Kata Kunci : Pemberlakuan – Garis Besar Haluan Negara

Abstrack The amendments to the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia brought consequences, one of which was the elimination of the State Guidelines (GBHN) in the constitutional system of the Republic of Indonesia. This has an impact on the development process whose outputs and outcomes are not in accordance with those mandated by the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, because the National Development Planning System as stated in the National Long- Term Development Plan (RPJPN) is deemed not to reflect the principles of sustainable development in the constitutional system of the Republic of Indonesia. Based on these problems, an idea emerged to reimpose the GBHN as a guide for Indonesia's national development. Keywords: Enforcement - Outline of State Policy

I. PENDAHULUAN sebagaimana yang dicita-citakan.1 Sehingga A. Latar Belakang Masalah perencanaan pembangunan menjadi Sebagai negara berkembang supremasi tertinggi dalam melaksanakan Indonesia memerlukan konsep pembagunan pengelolaan pembangunan dalam suatu yang konkret dan jelas untuk mewujudkan negara terkait untuk menentukan tindakan pembangunan nasional yang mengarah yang nyata dan tepat di waktu yang akan kepada kesejahteraan masyarakat indonesia. datang melalui urutan skala prioritas Hal tersebut akan menjadi suatu pembangunan dengan mempertimbangkan keniscayaan yang mutlak keberadaanya, sumber daya yang tersedia. apabila tanpa dimulai dengan suatu perencanaan yang matang maka tidak akan 1 Muhammad Hasbi Arbi, “UUD-1945 dan GBHN mungkin dapat mewujudkan pembangunan Sebagai Kendali Yuridis Dalam Pembangunan Nasional” Variasi : Vol. 4 No.12, Juni-Juli 2013, hlm.3

1 Setelah masa Orde Baru, GBHN haluan negara merupakan perumusan kata- sebagai pedoman utama dalam perumusan kata yang menyimpang dari tata bahasa rencana pembangunan negara telah yang baik dan benar. Namun, kesalahan ditiadakan dalam kedudukannya. Hal ini gramatikal tersebut dimanfaatkan untuk sebagai akibat dari perubahan Undang- mengembangkan penafsiran bahwa yang Undang Republik Indonesia Tahun 1945 dimaksud dengan garis-garis besar daripada yang mencantumkan secara eksplisit adanya haluan negara mencakup dua pengertian, GBHN. Sehingga pasca reformasi hingga yaitu garis-garis besar haluan negara dalam saat ini GBHN tidak lagi dicantumkan arti sempit, dan dalam arti luas. Yang sebagai landasan utama, namun hanya dipahami dalam arti sempit adalah Garis- berdasar kepada Sistem Perencanaan Garis Besar Haluan Negara, sebagaimana Pembangunan Nasional (SPPN) yang yang ditetapkan setiap lima tahunan yang diteruskan selanjutnya menjadi sebuah dijadikan acuan bagi Presiden untuk rencana pembangunan jangka panjang melaksanakan tugas-tugas pembangunan, (RPJP), rencana pembangunan jangka sedangkan yang dipahami dalam arti luas menengah (RPJM) dan rencana pembangun adalah segala arahan bagi haluan negara tahunan (RPT). yang diperlukan selain naskah Garis Besar Terbentuknya gagasan mengenai Haluan Negara tersebut.2 pemberlakuan GBHN ini dilatarbelakangi Gagasan untuk memberlakukan oleh terdapatnya berbagai kekurangan di kembali GBHN pasca reformasi dipelopori dalam proses perencanaan hingga oleh kalangan para intelektual salah satunya. pelaksanaan pembangunan yang Dalam pertemuan Forum Rektor Indonesia direncanakan dan diperoleh hasilnya tidak (FRI), Konvensi Kampus ke X, dan sesuai dengan yang diamanatkan Konstitusi. pertemuan Himpunan Indonesia untuk Proses arah pembangunan pada saat Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS) sekarang terlampau menekankan kepada di Universitas Sebelas Maret (UNS) pada sudut pandang yang terbatas pada ruang akhir Januari 2014, salah satu hasil penting lingkup Presiden atau Kepala Daerah, yang dari diskusi tersebut adalah adanya menyebabkan terjadinya disparitas proses keinginan untuk memberlakukan kembali arah pembangunan diberbagai wilayah GBHN dan menginisiasi amandemen daerah. Berdampak kepada output konstitusi dengan mendorong MPR untuk pembangunan yang tidak sesuai dengan mennyetujuinya guna mencantumkan harapan sebagaimana yang dituangkan kembali kedudukan dan kewenangan MPR dalam UUD 1945. sebagai lembaga yang berwenang untuk Sebelum dilakukannya amandemen menetapkan GBHN. Bunyi lengkap dari terhadap Undang-Undang Dasar Tahun hasil pertemuan FRI tersebut adalah sebagai 1945, kewenangan untuk menetapkan garis- berikut:3 garis besar daripada haluan negara “Forum Rektor Indonesia memperkuat merupakan kewenangan dari Majelis upaya untuk mengembalikan kedaulatan Permusyawaratan Rakyat. Sebgaimana yang rakyat dalam perencanaan pembangunan disebutkan dalam Pasal 3 Undang-Undang nasional melalui kewenangan Majelis Dasar Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk “Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan 2 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Dan Konstitusionalisme garis-garis besar daripada haluan negara”. Indonesia, Sinar Grafika, :2010, Hlm. 266 Perumusan kata garis-garis besar daripada 3 “Rumusan Konvensi”. http://fri.or.id/rumusan- konvensi/.Diakses tanggal 02 Maret 2020 .

2 menyusun dan menetapkan Garis-Garis memberikan suatu analisis apabila GBHN Besar Haluan Negara (GBHN), berdasarkan dikembalikan sebagai panduan nilai-nilai Pancasila dan memperkuat pembangunan nasional pasca amendemen, nasionalisme serta mendorong sinkronisasi seperti apa kedudukan Garis Besar Haluan peran antar kelembagaan baik unsur Negara nantinya dalam sistem lembaga perwakilan rakyat, kementerian ketatanegaraan republik indonesia, dan dan lembaga-lembaga lainnya agar implikasi yang terjadi disebabkan terbangun integrasi perencanaan dan dikembalikannya Garis Besar Haluan pengganggaran pembangunan nasional yang Negara yang sejatinya sudah dihapus berdemensi kerakyatan dan partisipatif.” setelah amendemen UUD NKRI1945. Atas hal tersebut, maka penulis Sejalan dengan pandangan tersebut, melakukan penelitian dan pembahasan Presiden Joko Widodo juga menghendaki dalam suatu tulisan ilmiah dalam bentuk haluan yang jelas tentang pembangunan makalah dengan judul “Politik Hukum Indonesia.Sebagaimana ditulis harian ini, Pemberlakuan Kembali Garis Besar Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia Haluan Negara (GBHN) sebagai harus memiliki haluan yang jelas tentang Panduan Pembangunan Nasional kemana arah Indonesia. Pembangunan Indonesia.” Nasional Semesta Berencana menjadi B. Rumusan Masalah pekerjaan rumah yang harus dirumuskan 1. Bagaimanakah politik hukum sejak sekarang untuk memperjelas pemberlakuan kembali Garis Besar pembangunan ke depan.4 Pandangan lain Haluan Negara (GBHN) sebagai yang mendukung bahwa GBHN Panduan Pembangunan Nasional diberlakukan kembali dikarenakan Indonesia? mengingat bobroknya sistem pembangunan C. Tujuan Penulisan negara yang semakin tidak jelas dan hanya 1. Untuk mengetahui politik hukum didominasi oleh pembangunan berjangka pemberlakuan kembali Garis Besar pendek. Hal tersebut dikarenakan, pada saat Haluan Negara (GBHN) sebagai rotasi kepemimpinan dilaksanakan, Panduan Pembangunan Nasional berdampak kepada pergantian terhadap visi- Indonesia. misi dan program perencanaan D. Metode Penelitian pembangunan negara Republik Indonesia. 1. Jenis dan Sifat Penelitian Bahkan, konsep pembangunan negara yang Jenis penelitian yang dijadikan diprogramkan oleh pemimpin sebelumnya pedoman oleh penulis adalah berbentuk sebagai instrumen sistem Perncanaan penelitian hukum normatif. Penelitian Pembangunan Nasional justru tidak hukum normatif merupakan jenis penelitian dijalankan lagi sebagai pembangunan hukum kepustakaan,5diarenakan berkelanjutan oleh pemimpin selanjutnya menjadikan bahan-bahan kepustakaan yang salah satunya dikarenakan tidak sebagai landasan utama dalam penelitian. jelasnya instrumen Pembangunan Nasional Berdasarkan tinjauan normatif, hukum yang harus dicapai. disebut norma, baik yang disamakan dengan Atas permasalahan tersebut penulis keadilan yang harus diwujudkan (ius tertarik untuk melakukan pengkajian dan 5 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum 4Http://Nasional.Kompas.Com/Read/2016/01/12/153200 Normatif, Suatu Tinjauan 71/Wacana.Menghidupkan.GARIS BESAR HALUAN Singkat,PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. NEGARA?Page=All, Diakses 02D esember2020. 23.

3 constituendum) maupun disamakan dengan bahan hukum Primer dan bahan Hukum norma yang telah diwujudkan sebagai Sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa perintah yang jelas dan secara positif telah Indonesia (KBBI), Kamus Hukum dirumuskan dengan jelas (ius constitutum ) (Dictionary Law), dan ensiklopedia. untuk menjamin kepastian, dan juga berupa norma-norma yang merupakan produk dari 3. Teknik Pengumpulan Data majelis hakim (judgements) pada waktu Metode yang digunakan penulis dalam hakim memutuskan suatu perkara dengan penelitian ini adalahdalam bentuk memperhatikan terwujudnya kemanfaatan kepustakaan atau studi dokumen, sehingga dan kemaslahatan bagi para pihak yang penelitian ini disebut sebagai penelitian berperkara.6 hukum normatif (legal search) sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini 2. Sumber Data adalah data sekunder. a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan ilmu Dalam penelitian hukum normatif ini, hukum yang berkaitan langsung dengan penulis menggunakan penelitian dengan pengkajian permasalahan yang akan pendekatan asas hukum dan sejarah hukum diteliti, yaitu: yang dilakukan dengan cara mengadakan 1. Undang-Undang Dasar Negara identifikasi terlebih dahulu terhadap suatu Republik Indonesia Tahun 1945, sistem yang mengatur pengaturan tentang sebelum dan sesudah amendemen. “larangan Presiden merangkap jabatan yang 2. UU No. 25 Tahun 2004 tentang secara yuridis diperbandingkans dengan Sistem Perencanaan Pembangunan konstitusi yang pernah berlaku”. Nasional 3. UU No. 17 Tahun 2007 tentang 4. Analisis Data Rencana Pembangunan Jangka Dalam penelitian ini, penulis akan Panjang Nasional Tahun 2005-2025. menggunakan analisis berupa analisis 4. UU No. 23 Tahun 2014 tentang kualitatif merupakan suatu bentuk data Pemerintahan Daerah. analisis yang tidak menggunakan statistik b. Bahan Hukum Sekunder atau matematika ataupun sejenisnya, tetapi Merupakan bahan hukum yang hanya menguraikan secara deskriptif dari memberikan penjelasan dan membahas data yang diperoleh. lebih lanjut hal yang telah dikaju pada bahan hukum primer, yaitu: II. TINJAUAN UMUM 1. Buku yang relevan dengan penelitian A. Tinjauan Umum Garis Besar Haluan serta data tertulis yang terkait dengan Negara (GBHN) permasalahan penelitian 2. Berbagai Jurnal, makalah, majalah, 1. Pengertian GBHN surat kabar, dokumen, dan data-data Garis-garis Besar Haluan Negara dari internet yang berkaitan dengan adalah suatu Haluan Negara dalam garis penelitian. garis besar sebagai pernyataan kehendak c. Bahan Hukum Tertier rakyat yang pada hakekatnya adalah suatu Merupakan bahan-bahan yang Pola Umum Pembangunan Nasional yang memberikan penjelasan daripada bahan- ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.7 6 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum Cetakan ke-7, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2013 7 Tap Mpr Nomor : IV/MPR/1978 Tentang Garis-Garis hlm. 33. Besar Haluan Negara

4 masyarakat adil dan makmur. Baik 2. Maksud dan Tujuan spriritual maupun materiil berdasarkan Garis-garis Besar Haluan Negara pancasila. ditetapkan dengan maksud untuk Menurut Azhari, konsep Negara memberikan arah bagi perjuangan bangsa hukum pancasila memiliki ciri-ciri antara lain : (1) ada hubungan yang erat antara Indonesia dalam mengisi kemerdekaannya agama dan Negara; (2) bertumpu pada dengan tujuan mewujudkan kondisi yang Ketuhanan Yang Maha Esa; (3) kebebasan diinginkan, baik dalam jangka sedang 5 beragama dalam arti positif; 4) ateisme tahun maupun dalam jangka panjang 25 tidak dibenarkan dan komunisme dilarang; Tahun, sehingga seccara bertahap cita-cita serta (5) asas kekeluargaan dan bangsa Indonesia seperti yang termaktub kerukunan.9 dalam Undang-undang Dasar 1945 dapat Dalam Negara hukum Pancasila, dicapai, yaitu terwujudnya masyarakat freedom of religion atau kebebasan Indonesia yang adil dan makmur. beragama sangat dijamin. Akan tetapi, kebebasan beragama di Negara hukum 3. Landasan Pancasila selalu dalam konotasi yang Garis-garis Besar Haluan Negara positif. Artinya, tiada tempat bagi ateisme disusun dengan Pancasila sebagai landasan atau propaganda anti-agama di bumi idiil, dan Undang Undang Dasar 1945 Indonesia. Dalam Negara hukum Pancasila sebagai Landasan Konstitusional.8 tidak boleh menjadi pemisah antara agama dan Negara, baik secara mutlak maupun 4. Pelaksanaan secara nisbi. Hal itu karena akan bertentangan dengan Pancasila dan UUD Garis-garis Besar Haluan Negara 10 yang telah ditetapkan oleh Majelis 1945. Negara hukum Pancasila bertitik Permusyawaratan Rakyat dilaksanakan oleh pangkal dari asas kekeluargaan dan asas Presiden/ Mandataris Majelis kerukunan secara terpadu. Kepentingan Permusyawaratan Rakyat, yang rakyat banyak lebih diutamakan, tetapi pelaksanaannya dituangkan dalam bentuk harkat dan martabat manusia tetap dihargai. peraturan perundangan dan atau dalam Negara hukum Pancasila menghendaki garis-garis kebijaksanaan Pemerintah. Tiap keserasian hubungan antara pemerintah lima tahun sekali Garis-garis Besar Haluan dan rakyat mengedepankan asas kerukunan. Negara ditinjau kembali untuk disesuaikan Di samping itu Negara hukum dengan perkembangan kehidupan Rakyat Pancasila juga mengedepankan prinsip dan Bangsa Indonesia. persamaan sebagai elemen atau unsur penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Persamaan dihadapan B. Negara Hukum hukum misalnya adalah persoalan Rukmana Amanwinata menyebut urgensial yang harus pula mendapat Negara Indonesia sebagai Negara hukum perhatian pihak penyelenggara Negara. yang memiliki karakteristik mandiri, Bahkan secara konstitusional UUD 1945 karena tujuan yang hendak dicapai oleh 9 Negara Indonesia adalah terwujudnya Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum Suatu Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara Madinah 8 Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-Garis dan Masa Kini, Kencana, Jakarta, 2003, hlm.97. Besar Haluan Negara 10 Ibid, hlm.94.

5 memberikan landasan untuk lebih Karena tidak dapat ditemukan perihal apa menghargai dan menghayati prinsip saja yang menjadi patokan maupun syarat persamaan ini dalam kehidupan Negara keberhasilan terhadap suatu pemerintahan hukum Pancasila, antara lain:11 Negara secara nyata. 1. Setiap orang berhak atas pengakuan, Dihapusnya keberadaan GBHN dari jaminan, perlindungan dan kepastian sistem ketatanegaraan Indonesia pasca hukum yang adil serta perlakuan yang amandemen hanya sebagai akibat dari sama di hadapan hukum; upaya mengurangi tugas dan kewenangan 2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta MPR yang sebelum perubahan konstitusi mendapat imbalan dan perlakuan yang adil berkedudukan sebagai lembaga tertinggi dan layak dalam hubungan kerja; negara Indonesia. Sehingga dapat 3. Setiap warga Negara berhak memperoleh disimpulkan bahwa penghapusan GBHN kesempatan yang sama dalam bukanlah disebabkan karna permasalahan pemerintahan. dari keberadaaan GBHN itu sendiri melainkan hanya untuk mengurangi kewenangan MPR. Jika ditinjau secara III.PEMBAHASAN historis, sejak berlakunya GBHN sebagai A. Politik Hukum Pemberlakuan Kembali instrumen panduan pembangunan hukum Garis Besar Haluan Negara (GBHN) nasional, tidak ditemukan sejumlah sebagai Panduan Pembangunan Nasional permasalahan yang membuktikan bahwa Indonesia.” keberadaan GBHN itu sendiri menimbulkan 1. Urgensi pemberlakuan kembali GBHN berbagai persoalan bagi pelaksanaaan roda GBHN merupakan instrument haluan pemerintahan negara Indonesia. negara tentang penyelenggaraan negara Rencana Pembangunan lima tahun dalam garis-garis besar sebagai pernyataan merupakan rencana pembangunan yang kehendak rakyat secara menyeluruh dan dilaksanakan para penyelenggara Negara terpadu. Sebagai haluan negara, kedudukan khususnya oleh pihak eksekutif dalam dan keberadaan GBHN memiliki tempat periode waktu tertentu yang mempunyai yang strategis dan penentu. Dengan GBHN, sasaran serta target yang harus dicapai. maka arah dan tujuan pelaksanaan roda Repelita dipergunakan sebagai instrumen pemerintahan lebih jelas dipahami sehingga penjabaran lebih lanjut dari GBHN dimasa akan mempermudah dalam pengkoreksian awal pemerintahan Presiden Soeharto bidang tingkat keberhasilan dan pencapaian sampai masa reformasi. Sehingga harapan yang dicapai oleh suatu pemerintahan yang masyarakat dan kenyataan yang diperoleh sedang berjalan. bisa dengan mudah diukur dengan sumber- Keberadaan GBHN yang telah sumber dokumen tersebut. Bahkan dihapuskan dari sistem ketatanegaraan pengukuran kinerja pemerintahan, berimplikasi kepada sulitnya untuk didasarkan pada kesungguhan dan menentukan tingkat keberhasilan suatu tata keberhasilan eksekutif dalam mengartikan kelola pemerintahan yang dilaksanakan. dan menjalankan GBHN tersebut. Benyaknya persoalan yang muncul dalam pembangunan selama ini, diakibatkan 11 Bachtiar, Problematika Implementasi Putusan salah satunya karena terjadinya Mahkamah Konstitusi Pada Pengujian Undang-Undang Terhadap Undang-Undang Dasar, Raih Asa Sukses, inkonsistensi dan tidak adanya sinergi Jakarta, 2015, hlm.52 antara RPJP dengan konsep perencanaan “turunannya”. Hal tersebut merupakan

6 dampak dari karakter proses perencanaan bahwa sebelum melakukan amandemen, pembangunan yang tidak hanya MPR harus merumuskan dan menetapkan permasalahan teknis manajemen, namun GBHN terlebih dulu. Dalam pasal tersebut juga merupakan permasalahan yang diterangkan pula bahwa GBHN merupakan dominan unsur politisnya, karena ketetapan MPR. menyangkut berbagai kepentingan para sehingga jika ditinjau dari proses pihak. pembentukannya GBHN lebih Dalam konsep perencanaan mencerminkan kedaulatan rakyat pembangunan suatu negara yaitu Indonesia, dikarenakan dibentuk oleh MPR yang metoda perencanaan yang dibentuk merupakan gabungan antara DPR dan DPD diharapkan mampu mencapai hal apa saja sebagai badan perwakilan seluruh rakyat yang menjadi urgensi kebutuhan sebuah Indonesia. Kedua lembaga tersebut negara dan masyarakatnya dengan meninjau merupakan organ yang merepresentasikan perubahan terhadap perencanaan yang ada rakyat dari dua perspektif yang berbeda secara berkala atau periodik. Sehingga, yakni dari aspirasi politik dan aspirasi langkah untuk mewujudkan tujuan daerah sehingga mampu dikatakan sebagai bernegara secara berkelanjutan akan dapat penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia terealisasi. Meskipun tuntutan kebutuhan (Ver-tretungsorgan des willens des suatu negara tidak selalu sama dari masa ke Staatsvolkes).13 masa, namun hal tersebut harus dipahami Sebaliknya, proses perumusan RPJPN sebagai bentuk langkah cepat dan konkrit yang ada pada hari ini tidak mencerminkan dari tujuan pokok Negara yang ingin dicapai. konsep kedaulatan rakyat tersebut. RPJPN Jikapun ditemukan penjabaran lebih spesifik yang terdapat dalam Sistem Perencanaan yang selalu membutuhkan langkah dan Pembangunan Nasional merupakan pemutakhiran, hal tersebut tidak dibenarkan ketetapan yang dibentuk oleh Pemerintah untuk menyimpangi tujuan pokok yang beserta jajarannya sehingga SPPN dan telah ditentukan sebelumnya. turunannya disebut sebagai executive perspective. 2. GBHN disebutkan Sebagai Perwujudan Kendati RPJPN nantinta ditetapkan Kedaulatan Yang Konkret Ditinjau Dari dalam sebuah UU yaitu UU No.17 tahun Proses Pembentukannya 2007, bentuk kompromi politik pragmatis Berdasarkan “Pasal 1 ayat (2) Undang- antar kepentingan pihak-pihak tertentu Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa kemungkinan tidak terlepas dari perumusan kedaulatan berada di tangan rakyat dan undang-undang yang sifatnya terlalu mudah dilaksanakan menurut Undang-Undang dirubah jika hanya diatur dalam tingkatan Dasar.” Menurut Profesor Jimly Pasal selevel undang-undang, sehingga tersebut harus dimaknai bahwa rakyatlah menimbulkan persoalan seperti berdampak sebagai pemegang kekuasaan paling tinggi tidak efektifnya rencana-rencana di dalam suatu negara.12 pembangunan yang telah disahkan itu. Pasal 3 Undang-Undang Dasar (UUD) Keberadaan perencanaan pembangunan 1945 sebelum perubahan menyatakan, nasional yang hanya dituangkan dalam MPR menetapkan UUD dan Garis-garis bentuk undang-undang juga akan berpotensi Besar Haluan Negara. Dijelaskan juga untuk membentuk pemerintahan yang minim prestasi dan kemajuan khususnya 12 Jimly Asshidiqie, Makalah Berjudul Gagasan Kedaulatan Lingkungan Demokrasi Versus Ekorasi, , 13 Dimyati Hartono, Problematik dan Solusi Amandemen hlm.6. UUD 1945, Jakarta : Gramedia, 2009, hlm 121.

7 dalam pembangunan dan bahkan tak Pemberlakuan kembali GBHN sebagai mampu untuk melakukan berbagai upaya instrumen pembangunan hukum nasional dan terobosan dalam rangka membangun akan mewujudkan suatu bentuk prinisp sistem pemerintahan yang lebih kondusif check an balances diantara kekuasaan dan efektif. Ditinjau dari prosedur yang negara terutama antara eksekutif dan berlaku, mekanisme pembentukan dan legislatif. Mengingat bahwa, MPR dengan perubahan undang-undang dianggap jauh adanya GBHN dapat mengontrol pelaksaaan lebih mudah apabila dibandingkan dengan GBHN tersebut oleh pemerintah. Kondisi mekanisme pembentukan TAP MPR, demikian akan lebih memberikan rasa sehingga unsur politis dalam undang- tanggungjawab bagi eksekutif untuk undang lebih dominan atau sarat jika semaksimal mungkin melaksanakan hal-hal dibandingkan dengan TAP MPR. yang telah diprogramkan dalam GBHN oleh MPR. 3. GBHN Sebagai Penguatan Prinsip Check Tujuan dari adanya sistem checks and and Balances Sistem Ketatanegaraan. balances adalah untuk mengatur hubungan Menghindari pemusatan kekuasaan yang antara satu lembaga dengan lembaga negara dapat mengarah pada kesewenang- lainnya agar tercipta suatu kondisi yang wenangan, maka perlu diadakan pembagian saling mengimbangi dan mengawasi agar kekuasaan negara. Salah satu teori mampu menghindari terjadinya pemusatan pembagian kekuasaan adalah teori kekuasaan yang berpotensi menimbulkan Montesquieu yang membagi kekuasaan otoriterisme serta penyalahgunaan negara menjadi kekuasaan legislatif, kekuasaan dan wewenang.15 eksekutif, dan yudikatif. Agar tiga bidang Melekatnya wewenang MPR untuk kekuasaan tersebut dapat saling mengontrol menetapkan GBHN merupakan salah satu dan terjadi keseimbangan kekuasaan perlu kekuatan yang menjadi penentu dan diterapkan prinsip checks and balances. berpengaruh bagi kelembagaan MPR. Sistem ketatanegaraan Indonesia pasca Dengan dimilikinya kewenangan itu oleh amandemen UUD 1945 menganut prinsip MPR, berimplikasi kepada MPR berhak tersebut di mana kedudukan DPR sebagai memiliki kekuatan dan kewenangan untuk lembaga legislatif, Presiden sebagai meminta pertanggungjawaban Presiden dan lembaga eksekutif, dan Mahkamah Agung Wakil Presiden terkait dengan pelaksanaan beserta Mahkamah Konstitusi sebagai tata kelola pemerintahan apakah telah sesuai lembaga yudikatif dapat saling mengontrol atau tidak dengan rumusan-rumusan yang dan terjadi keseimbangan kekuasaan antar terdapat didalam GBHN. Meskipun untuk lembaga-lembaga tersebut. saat sekarang, jika terjadi situasi penolakan Sejalan dengan diamendemennya MPR terhadap laporan pertanggungjawaban Undang-Undang Dasar Negara Republik Presiden dan Wakil Presiden terkait dengan Indonesia Tahun 1945 telah banyak pelaksanaan pemerintahan tidak secara perubahan yang terjadi dalam konteks otomatis akan dapat melengserkan posisi ketatanegaraan di Indonesia. Salah satunya dan kedudukan Presiden dan Wakil adalah diterapkannya sistem baru yang Presiden. Tetapi jika kewenangan penetapan dinamakan sebagai mekanisme checks and GBHN masih melekat pada kelembagaan balances.14 MPR, maka hal tersebut akan dapat

14 Denny Indrayana, Amendemen UNDANG- 15 Yudi Latief, Gerak Politik Yang Tertawan: UNDANG DASAR 1945 : Antara Mitos dan Menggagas Ulang Prinsip-Prinsip Lembaga Pembongkaran, : Mizan, 2007, h.47. Kepresidenan, Jakarta : CPPS, 2004, hlm.60.

8 menjamin sistem kelembagaan yang cukup merosot tajam hingga menjadi 14% pada kuat bagi MPR. tahun 1990.18 (4) GBHN juga berhasil Terlebih lagi saat ini prosedur SPPN menyediakan kebutuhan primer masyarakat yang termuat dalam RPJP berdasarkan pasal Indonesia berupa rumah atau papan. 7 ayat (1) Undang-Undang No. 17 Tahun Dimana berkat arahan pembangunan dari 2007 sama sekali tidak merefleksikan GBHN pemerintah Indonesia berhasil semangat checks and balances karena mulai membangun 441.923 unit rumah dan dari pembuatan, pelaksanaan, pengendalian dilengkapi dengan kebijakan KPR atau dan bahkan proses evaluasi semuanya kredit kepemilikan rumah.19 (5) Sektor dilakukan oleh Presiden seseorang tanpa pertanian juga menjadi suatu prestasi adanya keterlibatan dari lembaga lain. khusus karena bertumbuh sangat signifikan Sehingga muncul pertanyaan bagaimana dengan salah satunya adalah peningkatan untuk mewujudkan prinsip check and produktivitas padi.20 balances apabila proses pelaksanaan, Permasalah lain yang kerap terjadi pada pengawasan dilakukan oleh satu lembaga SPPN dan tidak terjadi pada GBHN adalah yang sama, yang akan membuat kekuasaan tidak adanya jaminan bahwa SPPN maupun cenderung untuk disalahgunakan. RPJPN itu dilaksanakan secara konsisten oleh pemangku kepentingan terkait karena 4. GBHN Mampu Mewujudkan tidak adanya mekanisme yang jelas untuk Pembangunan Nasional Yang Lebih untuk menilai apakah dokumen-dokumen Sukses, Konsisten dan perencanaan tersebut dibuat sebagai tindak Berkesinambungan. lanjut dari RPJPN seperti di level nasional, Berikut adalah beberapa bukti RPJMN, Renstra- KL, RKP, RKK dan di kesuksesan GBHN yang pernah terjadi: (1) level daerah yaitu RPJMD, Renstra SKPD, Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang RKPD, Renja SKPD memang sudah semula tengah minus 2,25% pada tahun merujuk kepada RPJP ataukah tidak. 1963, kemudian sejak diberlakukannya Apalagi jika ditambahkan dengan keharusan GBHN berhasil meningkat hingga untuk mengintegrasikan penjabaran visi dan menyentuh angka 12% pada tahun 1969, misi Presiden/ Kepala Daerah terpilih, maka atau rata-rata 7,2% hingga tahun 1997.16 (2) potensi ketidaksinambungan dengan RPJP Harapan hidup (Life Expectancy) yang tentunya menjadi lebih besar lagi. Logika semula hanya berkisar pada angka 56 tahun, yang relevan untuk dipakai adalah semakin kemudian sejak GBHN diberlakukan banyak lapisan yang ada tentunya akan dibuatlah fasilitas-fasilitas kesehatan yang semakin membuka peluang memadai seperti puskesmas di tiap ketidaksinambungan antara dokumen- kecamatan dan peningkatan kualitas rumah dokumen perencanaan tersebut, terlebih lagi sakit yang menyebabkan angka harapan dengan tidak adanya mekanisme hidup meningkat menjadi 71 tahun.17 (3) penyelarasan antar dokumen tentunya Angka kemiskinan absolut yang semula membuat masalah ketidaksinambungan mencapai angka 60% pada tahun 1966 18 Hisanori Kanto, Agama dan Peradaban : Islam dan Terciptanya Masyarakat Demokratis Yang Beradab di 16 Yanuar Nugroho, “Sekilas Profil Ekonomi Indonesia Indonesia, Jakarta : Dian Rakyat, 2002, hlm.4. Setelah 28 Tahun Pembangunan” 19 Susiyanti, Evaluasi Kelayakan Metodologi, Tesis http://www.elsppat.or.id/download/file/w3_a1.pdf, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010. diakses pada 02 Desember 2020. 20 Sofyan Saleh dan Nurdjaman Arsjad, Perekonomian 17 Badan Pusat Statistik, Statistik 60 Tahun Indonesia Indonesia Dalam Perspektif Waktu, Jakarta : Pamator, Merdeka, Jakarta : Badan Pusat Statistik, 2005, hlm.17. 2000, hlm.57.

9 sebagai sesuatu yang tidak dapat dielakan. kedaulatan rakyat dalam Negara demokrasi. Sehingga dapatlah kita simpulkan bahwa Namun, selama berpikir memberikan dasar didalam SPPN terdapat persoalan yang hukum dengan Ketetapan MPR, posisi MPR mendasar dan sistematis karena memicu sebagai lembaga tertinggi akan secara terjadinya inkonsitensi dan otomatis hidup kembali. Dalam soal ini ketidaksinambungan antara berbagai macam penting dicatat, desain GBHN seperti zaman dokumen perencanaan lanjutan sebagai Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto turunan dari RPJP Nasional sebagai hanya mungkin diterima dengan cara induknya. Hal ini pada akhirnya mengadopsi posisi MPR dalam Undang- mengakibatkan proses pembangunan Undang Dasar Negara Republik Indonesia seolah-olah berjalan sendiri-sendiri dan Tahun 1945 sebelum perubahan. menjadi tidak berpola, sedangkan kondisi Permasalahan mendasar yang perlu seperti ini hampir tidak pernah terjadi pada dianalisis, menjadikan MPR sebagai era sebelumnya karena pada saat itu hanya lembaga negara tertinggi akan berimplikasi GBHN lah yang merupakan rujukan utama kepada penggeseran kembali lokus proses perencanaan pembangunan baik di pengelolaan negara ke tangan lembaga level nasional maupun di daerah. 21 perwakilan/ legislatif. Apabila lokus kekuasaan bergeser ke lembaga perwakilan, 5. Implikasi pemberlakuan kembali Garis berdampak kepada perubahan sistem Besar Haluan Negara terhadap struktur pemerintahan yang berubah menjadi sistem kelembagaan MPR parlementer. Dalam kondisi demikian, tidak Usulan perubahan yang berkaitan bisa dihindarkan jika GBHN dibuat MPR, dengan pemberlakuan kembali GBHN pihak yang menjalankan kuasa eksekutif berhubungan langsung dengan penataan (presiden) terikat dan memiliki tanggung kewenangan MPR. Artinya, peletakan jawab kepada pembuat GBHN. Dalam teori kembali kedudukan GBHN tidak mungkin ilmu politik dan hukum tata negara, apabila dilakukan selama kedudukan MPR pemegang kuasa eksekutif tunduk dan bukanlah sebagai lembaga tertinggi negara bertanggung jawab kepada lembaga sebagaimana diatur Konstitusi sebelum legislatif, maka sistem pemerintahannya amendemen. adalah sistem parlementer. Apabila keinginan pembentukan GBHN Sehingga, yang paling dikhawatirkan, hampir sama dengan GBHN ketika zaman keinginan untuk menghidupkan kembali Orde Lama dan Orde Baru, penyusunan GBHN dengan melakukan penataan wewenang MPR tentu perlu dilaksanakan, wewenang MPR akan menciptakan praktik yaitu mengembalikan kedudukan MPR pada ketatanegaraan sistem parlementer di posisi lembaga tertinggi Negara dan Negara Indonesia. Oleh karena itu, jika sekaligus sebagai pemegang tertinggi sejumlah pihak mulai memikirkan rencana perubahan tersebut akan bermuara pada 21 Mudiyati Rahmatunnisa, Sistem Perencanaan perubahan proses pemilihan presiden dan Pembangunan Nasional, Garis-Garis Besar aluan wakil presiden dari pemilihan langsung Negara dan Peran MPR, makalah disampaikan pada menjadi pemilihan tidak langsung atau Seminar Nasional Ketatanegaraan Indonesia : sistem pemilihan berbentuk perwakilan. Reformulasi Model GBHN: Tinjauan Terhadap Peran dan Fungsi MPR RI dalam Sistem Perencanaan Bagaimanapun, mempertahankan Pembangunan Nasional, Kerjasama MPR dengan konsep pemilihan langsung dengan Universitas Padjadjaran, Hotel Aston Tropicana keharusan presiden untuk menjalankan Cihampelas, Kamis 25 April 2013 GBHN yang dibuat MPR akan

10 menghadirkan permasalahan serius dalam hasilnya tidak sesuai dengan yang desain demokrasi bersistem pemerintahan diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar presidensial. Demikian penguatan sistem negara Republik Indonesia Tahun 1945. check and Balances yang sering kita Proses pembangunan diangggap terlalu dengungkan akan terbantahkan apabila menekankan kepada sudut terbatas dalam kelembagaan negara tidak memiliki pada ruang lingkup Presiden atau Kepala Posisi yang sama yaitu sebagai lembaga Daerah, sehingga mengakibatkan negara tinggi Negara. kesenjangan proses pembangunan Sehingga sekirany perlu dilakukan diberbagai wilayah daerah. GBHN pengkajian lebih dalam terhadap gagasan disebutkan sebagai perwujudan kedaulatan untuk menghidupkan atau membentuk yang konkret ditinjau dari proses kembali GBHN dalam bingkai Negara pembentukannya, GBHN disebutkan Kesatuan Republik Indonesia. GBHN sebagai penguatan prinsip Check and merupakan arah atau kompas sekaligus Balances, GBHN disebutkan terbukti pedoman dan panduan bagi perjalanan mampu mewujudkan pembangunan bangsa Indonesia ke depannya. Oleh karena nasional yang lebih sukses, konsisten dan itu, maka keberadaannya sangatkan berkesinambungan. dibutuhkan demi membangun masa depan B. Saran bangsa yang lebih terarah dan terukur. Kepada Pihak Pemerintah baik Pusat dan Untuk dapat mewujudkan hal dimaksud, Daerah, Setiap adanya rencana maka tiada jalan lain selain melakukan pembangunan, sebaiknya lebih amandemen kelima terhadap UUD NRI diikutsertakan masyarakat bawah dalam Tahun 1945 dengan menghidupkan atau mendapatkan saran-saran untuk mengembalikan ketentuan Pasal 3 UUD pengambilan keputusan pembangunan, NRI Tahun 1945, khususnya terkait sehingga hasil pembangunan yang kewenangan menetapkan GBHN. Memang direncanakan benar-benar bermanfaat bagi saat ini, sejak dilakukannya amandemen masyarakat di tingkat bawah. Setiap terhadap UUD NRI Tahun 1945, proses dan perencanaan pembangunan sebaiknya mekanisme perubahan terhadap UUD NRI diprioritaskan untuk ke-makmuran Tahun 1945 mengalami tingkat keketatan. masyarakat banyak atau hasil pembangunan dapat bermanfaat langsung bagi IV. PENUTUP kesejahteraan rakyat. Selain SPPN sebagai A. Kesimpulan referensi perencanaan pembangunan, Politik hukum pemberlakuan kembali sebaiknya perencanaan juga berpedoman GBHN dilatarbelakangi oleh adanya kepada budaya dan adat istiadat penduduk kekecewaan banyak pihak terkait proses setempat, sehingga hasil permbangunan pembangunan yang perencanaan dan lebih cepat diterima oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

11 Bachtiar, Problematika Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Pada Pengujian Undang-Undang Terhadap Undang-Undang Dasar, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2015. Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum Cetakan ke-7, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2013. Badan Pusat Statistik, Statistik 60 Tahun Indonesia Merdeka, Jakarta : Badan Pusat Statistik, 2005, hlm.17. Denny Indrayana, Amendemen UNDANG-UNDANG DASAR 1945 : Antara Mitos dan Pembongkaran, Bandung : Mizan, 2007. Dimyati Hartono, Problematik dan Solusi Amandemen UUD 1945, Jakarta: Gramedia, 2009. Hisanori Kanto, Agama dan Peradaban : Islam dan Terciptanya Masyarakat Demokratis Yang Beradab di Indonesia, Jakarta : Dian Rakyat, 2002. Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Dan Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta:2010. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007. Sofyan Saleh dan Nurdjaman Arsjad, Perekonomian Indonesia Dalam Perspektif Waktu, Jakarta : Pamator, 2000. Yudi Latief, Gerak Politik Yang Tertawan: Menggagas Ulang Prinsip-Prinsip Lembaga Kepresidenan, Jakarta : CPPS, 2004, hlm.60.

B. Jurnal/Artikel Ilmiah

Jimly Asshidiqie, Makalah Berjudul Gagasan Kedaulatan Lingkungan Demokrasi Versus Ekorasi, 2014, hlm.6. Mudiyati Rahmatunnisa, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Garis-Garis Besar aluan Negara dan Peran MPR, makalah disampaikan pada Seminar Nasional Ketatanegaraan Indonesia : Reformulasi Model GBHN: Tinjauan Terhadap Peran dan Fungsi MPR RI dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kerjasama MPR dengan Universitas Padjadjaran, Hotel Aston Tropicana Cihampelas, Kamis 25 April 2013. Muhammad Hasbi Arbi, “UUD-1945 dan GBHN Sebagai Kendali Yuridis Dalam Pembangunan Nasional” Variasi : Vol. 4 No.12, Juni-Juli 2013, hlm.3 Susiyanti, Evaluasi Kelayakan Metodologi, Tesis Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010, hlm.67.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebelum dan sesudah amendemen. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

12 D. Internet Http://Nasional.Kompas.Com/Read/2016/01/12/15320071/Wacana.Menghidupkan. GARIS BESAR HALUAN NEGARA?Page=All, Diakses 02 Desember 2020. Rumusan Konvensi”. http://fri.or.id/rumusan-konvensi/.Diakses tanggal 02 Desember 2020 . Yanuar Nugroho, “Sekilas Profil Ekonomi Indonesia Setelah 28 Tahun Pembangunan” http://www.elsppat.or.id/download/file/w3_a1.pdf, diakses pada 02 Desember 2020.

13