Kajian Ikonografis Ornamen Pada Interior Klenteng Sanggar Agung
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Interior Interior merupakan ruang-ruang dalam bangunan yang mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk bernaung sekaligus mengatur bentuk aktivitasnya, serta bertujuan untuk memperbaiki fungsi, memperkaya nilai estetika dan meningkatkan aspek psikologis ruang itu sendiri (Ching 46). Sebuah interior terbentuk dari elemen pembentuk ruang yang terdiri atas: 1. Lantai Lantai merupakan alas ruang yang berfungsi sebagai penahan beban dari seluruh isi ruang namun demikian elemen lantai juga berfungsi sebagai penghubung antara ruang yang satu dengan yang lain (Suptandar 123). Berdasarkan terminologie, istilah flooring berasal dari kata floor; ‘Any material used in laying is a floor’ yaitu segala macam bahan yang digunakan sebagai alas. Sedangkan floor sendiri berarti : a. The surface within a room on which one walks. (Permukaan di dalam ruang dimana orang berjalan). b. A division between one storey and another formed by a horizontal surface composed of an assemblage of components (as framing) or a continous mass of material (as reinforced concrete). Pembagian antara tingkat yang satu dengan tingkat yang berikutnya dibentuk oleh permukaan horizontal yang terdiri dari komponen-komponen yang tersusun (sebagai kerangka) atau massa yang berkesinambungan dari material (seperti beton bertulang). Menurut Dipl. Ing. Mangunwijaya, lantai merupakan bagian yang berada di bawah dan dipijak (Suptandar 124). 2. Pengertian Dinding Dinding merupakan unsur penting dalam pembentukan ruang, baik sebagai unsur penyekat/pembagi ruang maupun unsur dekoratif. Dalam proses perancangan suatu “ruang dalam” dinding mempunyai peranan yang cukup dominan dan memerlukan perhatian khusus, disamping unsur-unsur lain seperti 8 Universitas Kristen Petra 9 tata letak, desain furniture serta peralatan-peralatan lain yang akan disusun bersama dalam suatu kesatuan dengan dinding (Suptandar 147). 2. Pengertian Plafon Plafon/ceiling merupakan sebuah bidang yang terletak diatas garis pandangan normal manusia, berfungsi sebagai pelindung lantai atau atap dan sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya (Suptandar 161). 2.2. Klenteng 2.2.1. Pengertian Klenteng Klenteng merupakan bangunan tempat memuja dan melakukan upacara- upacara keagamaan bagi penganut kepercayaan Khong Hu Cu (Poerwadarminta 648). Istilah klenteng sendiri di Indonesia untuk menyebut kuil China (Fox 56), selain itu juga digunakan untuk menyebut tempat ibadah Tri Dharma. 2.2.2. Asal Mula Kata Klenteng Dari mana asal mula kata Kelenteng. Ada dua versi tentang asal mula kata Kelenteng. Banyak dari kita yang mengira kata Kelenteng adalah istilah luar. Tetapi sebenarnya kata Kelenteng hanya dapat ditemui di Indonesia. Kalau ditilik kebiasaan orang Indonesia yang sering memberi nama kepada suatu benda atau mahluk hidup berdasarkan bunyi-bunyian yang ditimbulkan – seperti Kodok Ngorek, Burung Pipit, Tokek – demikian pula halnya dengan Kelenteng. Ketika di Kelenteng diadakan upacara keagamaan, sering digunakan genta yang apabila dipukul akan berbunyi ‘klinting’ sedang genta besar berbunyi ‘klenteng’. Maka bunyi-bunyian seperti itu yang keluar dari tempat ibadat orang Cina dijadikan dasar acuan untuk merujuk tempat tersebut. (Moertiko 97) Versi lain menurut ‘Kronik Tionghoa di Batavia’, disebutkan bahwa sekitar tahun 1650, Letnan Tionghoa, Guo Xun-guan mendirikan sebuah tempat ibadah untuk menghormati Guan yin di Glodok. Guan yin adalah Dewi welas asih Buddha yang lazim dikenal sebagai Kwan Im. Pada abad ke-17 waktu umat kristen Jepang dianiaya, patung Dewi Kwan Im menggantikan patung Bunda Universitas Kristen Petra 10 Maria untuk menyesatkan mata-mata polisi Jepang. Tempat ibadah di Glodok itu disebut Guan Yin Ting atau tempat ibadah Dewi Guan Yin (Kwan Im). Kata Tionghoa Yin-Ting ini disebut dalam kata Indonesia menjadi Klenteng, yang kini menjadi lazim bagi semua tempat ibadah Tionghoa di Indonesia. (Heuken 181). 2.2.3. Kategori Klenteng Berdasarkan dari jumlah dewa yang dimuliakan, klenteng dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu (Ratnawaty 9-11): a. Klenteng Umum Merupakan klenteng yang terbuka bagi umum dan kepengurusannya biasanya ditangani oleh yayasan. Dalam klenteng umum lazim ditemui beberapa dewa- dewi dari agama Budha, Tao, dan Khong Hu Cu. b. Klenteng Spesifik Merupakan klenteng umum yang hanya memuliakan satu dewa saja, selain memuliakan Tuhan. c. Klenteng Keluarga Merupakan klenteng yang didirikan oleh sebuah keluarga atau marga tertentu untuk menghormati dewa-dewi yang dianggap sebagai pelindung keluarga tersebut. Pada umumnya klenteng keluarga tidak menutup diri bagi umat lain yang ingin beribadah. Dengan perkembangan umat yang semakin banyak, klenteng keluarga dapat berubah menjadi klenteng umum. 2.2.4. Syarat Bangunan Klenteng Dalam sebuah bangunan klenteng biasanya memiliki syarat-syarat tersendiri dalam penataan ruangnya, dimana dari penataan tersebut memiliki urutan-urutan tersendiri. Untuk ruang suci utama sebuah klenteng pada umumnya terdiri dari (Tjahjono 75): A. Altar utama dengan patung dewa utama kuil, yang kadang-kadang diapit oleh para pendamping. B. Meja altar terletak di depan altar utama tempat persembahan diletakkan. C. Lampu yang terus menyala. D. Altar tambahan dengan dewa-dewa pembantu. Universitas Kristen Petra 11 E. Wadah berisi pasir tempat batang dupa ditancapkan oleh orang yang bersembahyang. Dupa memberitahukan kehadiran para pemuja, dan mengundang dewa-dewa untuk mendenggarkan doa mereka. Tiang pengapit altar beragam hias ular naga. Makhluk mitos ini digambarkan sedang memuntahkan mutiara ke dalam altar. Pada umumnya bangunan klenteng dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1. Denah Klenteng Pada Umumnya (Sumber : Ratnawaty 54) 2.2.5. Fungsi Klenteng Fungsi klenteng bisa dibagi menjadi dua jenis, dengan tinjauan sebagai berikut: 1. Segi Keagamaan Merupakan tempat suci untuk menjalankan ibadah ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan penghormatan kepada para suci serta para nabi, selain itu sebagai tempat untuk menampung semua aktivitas yang berhubungan dengan para dewa di sana baik hanya untuk konsultasi dan sekedar komunikasi. Universitas Kristen Petra 12 2. Segi Sosial Dalam segi ini, klenteng memiliki fungsi sebagai tempat pemberian amal/bantuan bagi umat yang tidak mampu, selain itu juga berfungsi sebagai tempat bermalam bagi umat yang membutuhkannya. 2.2.6. Kegiatan Dalam Klenteng Dalam sebuah klenteng biasanya pengurus maupun pengunjung melakukan kegiatan atau aktivitas seperti: a. Ibadah/sembahyang Bagi penganut agama budha/aliran kepercayaan, klenteng merupakan sarana bagi mereka dalam melakukan ibadah, doa/sembahyang. Di klenteng terdapat peralatan dan perlengkapan yang disediakan untuk pengunjung yang ingin sembahyang. b. Melakukan upacara ritual/keagamaan Selain ibadah/sembahyang, para penganut agama Budha/aliran kepercayaan juga melakukan berbagai macam upacara yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan mereka. c. Menyucikan diri Di klenteng, para penganut agama/kepercayaan dapat menyucikan diri mereka dengan konsentrasi dalam doa. Dalam proses penyucian diri ini mereka tidak melakukan hal-hal yang berkaitan dengan duniawi. d. Memohon petunjuk (Jiam Sie) Banyak pengunjung klenteng yang memohan petunjuk bagi kehidupan mereka seperti nasib, jodoh, dan lain-lain dengan melakukan Jiam Sie (ramal nasib). Sebelum melakukan Jiam Sie mereka harus sembahyang terlebih dahulu dan setelah melakukan Jiam Sie dan memperoleh petunjuk, mereka dapat menanyakan arti dari petunjuk yang telah diperoleh tersebut melalui petugas yang ada di klenteng tersebut. Jiam Sie sebenarnya bukan ajaran Budha, melainkan berasal dari ahli-ahli nujum/ramal negara Cina yang membuatnya. Universitas Kristen Petra 13 2.2.7. Syarat Pengunjung Datang Klenteng Untuk Mengunjungi klenteng, baik yang ingin sembahyang atau hanya ingin berkunjung saja, maka pengunjung harus menuruti beberapa persyaratan/peraturan yang telah ditetapkan, antara lain: a. Berpakaian sopan dan rapi b. Harus mempunyai pikiran dan hati yang bersih, baik secara jasmani maupun rohani. c. Ikut menjaga kebersihan dan kesucian dengan mentaati tata tertib peraturan yang berlaku d. Khusus bagi wanita yang sedang haid, dilarang untuk melakukan ibadah di klenteng tersebut, bagi keluarga yang dalam keadaan berkabung dilarang masuk dalam klenteng, begitu juga dengan orang yang baru datang dari melayat, terkecuali jika mereka perlu untuk sembahyang, ada tugas khusus dan dapat ijin dari pengurus setempat. 2.2.8. Peralatan dan Perlengkapan Ibadah Setiap klenteng selalu menyediakan peralatan dan perlengkapan bagi para pengunjung untuk dapat melakukan ibadah dan upacara ritual yang bernilai spiritual religius, berikut adalah perlengkapan dan peralatan yang terdapat dalam klenteng: a. Altar/meja sembahyang Biasanya terbuat dari kayu dan dipenuhi ukiran. b. Penerangan Berbagai jenis sumber yang melambangkan penerangan seperti lilin, pelita dan lampu selalu tersedia dalam klenteng. Pelita harus tetap menyala, sedangkan lilin dinyalakan apabila ada tamu. Semua jenis penerangan melambangkan kehidupan, pembebasan dari kegelapan menuju pencerahan dan penerangan sempurna, dari kematian menuju kebangkitan rohani, dari kepalsuan kepada kebenaran sejati dan masih banyak lagi sifat dan sikap pembaharuan diri. Universitas Kristen Petra 14 c. Dupa Biasanya terdapat dua macam dupa bila dilihat dari bentuk dan ukurannya, yaitu dupa besar dan dupa kecil, untuk dupa sendiri mempunyai sebutan lain yang biasa disebut dengan Hio/Yo Shua dalam bahasa mandarinnya. d. Bunga Bunga diletakkan diatas