Kajian Ikonografis Ornamen Pada Interior Klenteng Sanggar Agung

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kajian Ikonografis Ornamen Pada Interior Klenteng Sanggar Agung 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Interior Interior merupakan ruang-ruang dalam bangunan yang mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk bernaung sekaligus mengatur bentuk aktivitasnya, serta bertujuan untuk memperbaiki fungsi, memperkaya nilai estetika dan meningkatkan aspek psikologis ruang itu sendiri (Ching 46). Sebuah interior terbentuk dari elemen pembentuk ruang yang terdiri atas: 1. Lantai Lantai merupakan alas ruang yang berfungsi sebagai penahan beban dari seluruh isi ruang namun demikian elemen lantai juga berfungsi sebagai penghubung antara ruang yang satu dengan yang lain (Suptandar 123). Berdasarkan terminologie, istilah flooring berasal dari kata floor; ‘Any material used in laying is a floor’ yaitu segala macam bahan yang digunakan sebagai alas. Sedangkan floor sendiri berarti : a. The surface within a room on which one walks. (Permukaan di dalam ruang dimana orang berjalan). b. A division between one storey and another formed by a horizontal surface composed of an assemblage of components (as framing) or a continous mass of material (as reinforced concrete). Pembagian antara tingkat yang satu dengan tingkat yang berikutnya dibentuk oleh permukaan horizontal yang terdiri dari komponen-komponen yang tersusun (sebagai kerangka) atau massa yang berkesinambungan dari material (seperti beton bertulang). Menurut Dipl. Ing. Mangunwijaya, lantai merupakan bagian yang berada di bawah dan dipijak (Suptandar 124). 2. Pengertian Dinding Dinding merupakan unsur penting dalam pembentukan ruang, baik sebagai unsur penyekat/pembagi ruang maupun unsur dekoratif. Dalam proses perancangan suatu “ruang dalam” dinding mempunyai peranan yang cukup dominan dan memerlukan perhatian khusus, disamping unsur-unsur lain seperti 8 Universitas Kristen Petra 9 tata letak, desain furniture serta peralatan-peralatan lain yang akan disusun bersama dalam suatu kesatuan dengan dinding (Suptandar 147). 2. Pengertian Plafon Plafon/ceiling merupakan sebuah bidang yang terletak diatas garis pandangan normal manusia, berfungsi sebagai pelindung lantai atau atap dan sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya (Suptandar 161). 2.2. Klenteng 2.2.1. Pengertian Klenteng Klenteng merupakan bangunan tempat memuja dan melakukan upacara- upacara keagamaan bagi penganut kepercayaan Khong Hu Cu (Poerwadarminta 648). Istilah klenteng sendiri di Indonesia untuk menyebut kuil China (Fox 56), selain itu juga digunakan untuk menyebut tempat ibadah Tri Dharma. 2.2.2. Asal Mula Kata Klenteng Dari mana asal mula kata Kelenteng. Ada dua versi tentang asal mula kata Kelenteng. Banyak dari kita yang mengira kata Kelenteng adalah istilah luar. Tetapi sebenarnya kata Kelenteng hanya dapat ditemui di Indonesia. Kalau ditilik kebiasaan orang Indonesia yang sering memberi nama kepada suatu benda atau mahluk hidup berdasarkan bunyi-bunyian yang ditimbulkan – seperti Kodok Ngorek, Burung Pipit, Tokek – demikian pula halnya dengan Kelenteng. Ketika di Kelenteng diadakan upacara keagamaan, sering digunakan genta yang apabila dipukul akan berbunyi ‘klinting’ sedang genta besar berbunyi ‘klenteng’. Maka bunyi-bunyian seperti itu yang keluar dari tempat ibadat orang Cina dijadikan dasar acuan untuk merujuk tempat tersebut. (Moertiko 97) Versi lain menurut ‘Kronik Tionghoa di Batavia’, disebutkan bahwa sekitar tahun 1650, Letnan Tionghoa, Guo Xun-guan mendirikan sebuah tempat ibadah untuk menghormati Guan yin di Glodok. Guan yin adalah Dewi welas asih Buddha yang lazim dikenal sebagai Kwan Im. Pada abad ke-17 waktu umat kristen Jepang dianiaya, patung Dewi Kwan Im menggantikan patung Bunda Universitas Kristen Petra 10 Maria untuk menyesatkan mata-mata polisi Jepang. Tempat ibadah di Glodok itu disebut Guan Yin Ting atau tempat ibadah Dewi Guan Yin (Kwan Im). Kata Tionghoa Yin-Ting ini disebut dalam kata Indonesia menjadi Klenteng, yang kini menjadi lazim bagi semua tempat ibadah Tionghoa di Indonesia. (Heuken 181). 2.2.3. Kategori Klenteng Berdasarkan dari jumlah dewa yang dimuliakan, klenteng dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu (Ratnawaty 9-11): a. Klenteng Umum Merupakan klenteng yang terbuka bagi umum dan kepengurusannya biasanya ditangani oleh yayasan. Dalam klenteng umum lazim ditemui beberapa dewa- dewi dari agama Budha, Tao, dan Khong Hu Cu. b. Klenteng Spesifik Merupakan klenteng umum yang hanya memuliakan satu dewa saja, selain memuliakan Tuhan. c. Klenteng Keluarga Merupakan klenteng yang didirikan oleh sebuah keluarga atau marga tertentu untuk menghormati dewa-dewi yang dianggap sebagai pelindung keluarga tersebut. Pada umumnya klenteng keluarga tidak menutup diri bagi umat lain yang ingin beribadah. Dengan perkembangan umat yang semakin banyak, klenteng keluarga dapat berubah menjadi klenteng umum. 2.2.4. Syarat Bangunan Klenteng Dalam sebuah bangunan klenteng biasanya memiliki syarat-syarat tersendiri dalam penataan ruangnya, dimana dari penataan tersebut memiliki urutan-urutan tersendiri. Untuk ruang suci utama sebuah klenteng pada umumnya terdiri dari (Tjahjono 75): A. Altar utama dengan patung dewa utama kuil, yang kadang-kadang diapit oleh para pendamping. B. Meja altar terletak di depan altar utama tempat persembahan diletakkan. C. Lampu yang terus menyala. D. Altar tambahan dengan dewa-dewa pembantu. Universitas Kristen Petra 11 E. Wadah berisi pasir tempat batang dupa ditancapkan oleh orang yang bersembahyang. Dupa memberitahukan kehadiran para pemuja, dan mengundang dewa-dewa untuk mendenggarkan doa mereka. Tiang pengapit altar beragam hias ular naga. Makhluk mitos ini digambarkan sedang memuntahkan mutiara ke dalam altar. Pada umumnya bangunan klenteng dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1. Denah Klenteng Pada Umumnya (Sumber : Ratnawaty 54) 2.2.5. Fungsi Klenteng Fungsi klenteng bisa dibagi menjadi dua jenis, dengan tinjauan sebagai berikut: 1. Segi Keagamaan Merupakan tempat suci untuk menjalankan ibadah ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan penghormatan kepada para suci serta para nabi, selain itu sebagai tempat untuk menampung semua aktivitas yang berhubungan dengan para dewa di sana baik hanya untuk konsultasi dan sekedar komunikasi. Universitas Kristen Petra 12 2. Segi Sosial Dalam segi ini, klenteng memiliki fungsi sebagai tempat pemberian amal/bantuan bagi umat yang tidak mampu, selain itu juga berfungsi sebagai tempat bermalam bagi umat yang membutuhkannya. 2.2.6. Kegiatan Dalam Klenteng Dalam sebuah klenteng biasanya pengurus maupun pengunjung melakukan kegiatan atau aktivitas seperti: a. Ibadah/sembahyang Bagi penganut agama budha/aliran kepercayaan, klenteng merupakan sarana bagi mereka dalam melakukan ibadah, doa/sembahyang. Di klenteng terdapat peralatan dan perlengkapan yang disediakan untuk pengunjung yang ingin sembahyang. b. Melakukan upacara ritual/keagamaan Selain ibadah/sembahyang, para penganut agama Budha/aliran kepercayaan juga melakukan berbagai macam upacara yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan mereka. c. Menyucikan diri Di klenteng, para penganut agama/kepercayaan dapat menyucikan diri mereka dengan konsentrasi dalam doa. Dalam proses penyucian diri ini mereka tidak melakukan hal-hal yang berkaitan dengan duniawi. d. Memohon petunjuk (Jiam Sie) Banyak pengunjung klenteng yang memohan petunjuk bagi kehidupan mereka seperti nasib, jodoh, dan lain-lain dengan melakukan Jiam Sie (ramal nasib). Sebelum melakukan Jiam Sie mereka harus sembahyang terlebih dahulu dan setelah melakukan Jiam Sie dan memperoleh petunjuk, mereka dapat menanyakan arti dari petunjuk yang telah diperoleh tersebut melalui petugas yang ada di klenteng tersebut. Jiam Sie sebenarnya bukan ajaran Budha, melainkan berasal dari ahli-ahli nujum/ramal negara Cina yang membuatnya. Universitas Kristen Petra 13 2.2.7. Syarat Pengunjung Datang Klenteng Untuk Mengunjungi klenteng, baik yang ingin sembahyang atau hanya ingin berkunjung saja, maka pengunjung harus menuruti beberapa persyaratan/peraturan yang telah ditetapkan, antara lain: a. Berpakaian sopan dan rapi b. Harus mempunyai pikiran dan hati yang bersih, baik secara jasmani maupun rohani. c. Ikut menjaga kebersihan dan kesucian dengan mentaati tata tertib peraturan yang berlaku d. Khusus bagi wanita yang sedang haid, dilarang untuk melakukan ibadah di klenteng tersebut, bagi keluarga yang dalam keadaan berkabung dilarang masuk dalam klenteng, begitu juga dengan orang yang baru datang dari melayat, terkecuali jika mereka perlu untuk sembahyang, ada tugas khusus dan dapat ijin dari pengurus setempat. 2.2.8. Peralatan dan Perlengkapan Ibadah Setiap klenteng selalu menyediakan peralatan dan perlengkapan bagi para pengunjung untuk dapat melakukan ibadah dan upacara ritual yang bernilai spiritual religius, berikut adalah perlengkapan dan peralatan yang terdapat dalam klenteng: a. Altar/meja sembahyang Biasanya terbuat dari kayu dan dipenuhi ukiran. b. Penerangan Berbagai jenis sumber yang melambangkan penerangan seperti lilin, pelita dan lampu selalu tersedia dalam klenteng. Pelita harus tetap menyala, sedangkan lilin dinyalakan apabila ada tamu. Semua jenis penerangan melambangkan kehidupan, pembebasan dari kegelapan menuju pencerahan dan penerangan sempurna, dari kematian menuju kebangkitan rohani, dari kepalsuan kepada kebenaran sejati dan masih banyak lagi sifat dan sikap pembaharuan diri. Universitas Kristen Petra 14 c. Dupa Biasanya terdapat dua macam dupa bila dilihat dari bentuk dan ukurannya, yaitu dupa besar dan dupa kecil, untuk dupa sendiri mempunyai sebutan lain yang biasa disebut dengan Hio/Yo Shua dalam bahasa mandarinnya. d. Bunga Bunga diletakkan diatas
Recommended publications
  • I LAMBANG ORNAMEN LANGIT
    LAMBANG ORNAMEN LANGIT - LANGIT RUANG KWAN TEE KOEN KLENTENG KWAN TEE KIONG YOGYAKARTA DITINJAU DARI FILSAFAT CHINA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh Nanda Harya Hellavikarany NIM. 11206241003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2015 i MOTTO Segala sesuatu yang terbentuk, kelak akan terurai. Segala sesuatu berawal dari kosong, dan kembali kosong. Kehidupan bagaikan roda yang terus - menerus berputar tanpa henti. Setiap sesuatu mengalami dua jalan tersebut (terbentuk dan terurai; terbentuk dan terurai; terbentuk dan terurai; begitu seterusnya), tiada jalan lain. Oleh karenanya, kehidupan diwarnai dengan yin dan yang. Keseluruhan Alam Semesta adalah satu mekanisme. Jika salah satu bagian darinya keluar dari aturan, maka bagian lainnya juga akan keluar dari aturan. Segala sesuatu cenderung menarik sesuatu yang sejenis dengannya. Oleh karenanya, jika salah satu berjalan sesuai kebenaran, maka keseluruhan yang lain juga akan berjalan sesuai kebenaran. Pembalikan adalah ketetapan hukum alam. Ketika sesuatu telah mencapai titik ekstrem, maka cenderung akan berbalik darinya. Segala sesuatu memiliki batasan kekuatan, seperti bola yang dilambungkan ke atas, setelah ia mencapai titik tertingginya, maka bola akan kembali ke tempat semulanya (jatuh). Oleh karenanya, segala sesuatu harus hidup sewajarnya, mengambil jalan tengah, jangan terlalu sedikit dan terlalu banyak (jangan mengambil langkah ekstrem). v PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil „alamin. Ridho-Mu senantiasa menyertaiku. Sebuah langkah usai sudah. Satu cita telah ada di tanganku. Namun… Itu bukanlah akhir dari perjalanan. Melainkan awal dari satu perjuangan. Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan. Begitu juga hidup takkan indah tanpa tujuan / harapan dan tantangan.
    [Show full text]
  • Vihara Data Jumlah Rumah Ibadah Per Kecamatan
    DATA JUMLAH RUMAH IBADAH PER KECAMATAN TAHUN 2015 DI KOTA SURABAYA VIHARA NO NAMA ALAMAT PENGURUS KECAMATAN KELURAHAN KET 1 VIHARA MAHA VIRA GRAHA JL. PASAR BESAR WETAN No. 4 SUHU CHUANG HUI BUBUTAN ALON-ALON CONTONG 2 VIHARA SANGGAR AGUNG JL. SUKOLILO No. 100 SETYADI YUDHO BULAK SUKOLILO 3 VIHARA BUDHA MATREYIA JL. KUPANG INDAH VIII/18 JENNY DUKUH PAKIS DUKUH PAKIS 4 VIHARA KASIH ABADI JL. KUPANG INDAH 17/50 A3 5 VIHARA UTIR RUMAH SUCI JL. GENTENG SAYANGAN No. 29 - 31 LAOSHE WILLY SIM GENTENG GENTENG 6 BUDI BHAKTI HUTAMA JL. GENTENG MUHAMMADIYAH No. 43 SUCINDRA 7 VIHARA DANA MAITREYA JL. KALISARI II/23 SLAMET KAPASARI 8 VIHARA VIDYA DHARMA JL. MANYAR SAMBONGAN No. 62 GUBENG KERTAJAYA 9 VIHARA JL. NGAGEL TAMA SELATAN 3/5 KAMAWATI PUCANG SEWU 10 SHAN POO YHAY DJIEN/BAH RATU JL. DEMAK ONG KA HWEI KREMBANGAN MOROKREMBANGAN 11 VIHARA IKA DHARMA LOKA JL. BABATAN PANTAI UTARA 9/67 TAN TJIONG STE HEND MULYOREJO DUKUH SUTOREJO 12 VIHARA DAMMAJAYA JL. DK. SAMBISARI RT. 01 RW.III WIDIA SABIKEREP LONTAR 13 VIHARA SANGGRAHA BUDHIS MUKA DUKUH BULU RT. 02 RW. IV SLAMET 14 VIHARA MUDITAMAMAITREYA JL. SIMOLAWANG BARU TAMAN SELATAN 20 SIMOKERTO SIMOKERTO 15 JL. KENJERAN No. 587 KAPASAN 16 KAPASAN DALAM 17 KAPASAN DALAM 18 VIHARA BUDHA MAETREA JL. DUKUH KUPANG UTARA I/1 - 4 JIMMI CHENDRAWAN SAWAHAN 19 VIHARA YAYASAN CHONG ZHENG JL. DUKUH KUPANG TIMUR NO. 872 AYONG 20 VIHARA BUDAYANA JL. RAYA PUTATA GEDE 3 IWAN PONTO SUKOMANUNGGAL PUTAT GEDE 21 VIHARA PERUM WISMA MUKTI SUKOLILO KLAMPISNGASEM 22 VIHARA BHUMI FAJRA JL.
    [Show full text]
  • FUNGSI TARI REJANG ADAT KLASIK DALAM UPACARA PIODALAN DI PURA SANGGAR AGUNG DESA BEBANDEM KABUPATEN KARANGASEM BALI Skripsi
    FUNGSI TARI REJANG ADAT KLASIK DALAM UPACARA PIODALAN DI PURA SANGGAR AGUNG DESA BEBANDEM KABUPATEN KARANGASEM BALI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh: Ni Luh Enita Maharani NIM 11209241026 JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 FUNGSI TARI REJANG ADAT KLASIK DALAM UPACARA PIODALAN DI PURA SANGGAR AGUNG DESA BEBANDEM KABUPATEN KARANGASEM BALI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh: Ni Luh Enita Maharani NIM 11209241026 JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 i PERSETUJUAN Skripsi yang be{udul F*ngsi Tari RoJang Adat Klasik D.alsm Upaeara Fiodalan Di Pxra SafiSgor Agilrtg Boao Bebwdsm Knbupaten Karangasem Baliimtel& disqiui oi& peurbimbing unfuk diqjikan, Yogyakart&3t Maret 20 I 6 Yogyakarta,r,t Maret 2016 Pmbimbing I, Pembinrbing II, \W! Ni Nyomm Ser{ati, M.tfum Drs. Bambang Suharjana, M.Sn NIF. 19621231 198803 2 003 NIP. 19610906 19890r r 001 b-- PENGESAIIAN Skripsi yang berjudul Fungsi Tari Rejang Adat Klasik dalam Upacara Piodalan di Puro Sanggar Aguftg Dcso Bebandent Kabupaten,Karangasem Bqli ini telah dipertahankan di depan Dewan Pengpji pada 13 April 2016 dan dinyatakan lulus. Tanggal ...!.?./*."..'..? Dm. Barnbang S !!l*1.'9 Dr. Sutiyono, M '.1/*],? Dra. NiNyoman 'Y*if l5April 2016 bkultas Bahasa dan Srmi ffi i Purbani, M.A. 19610s24 199001 2001 $l E't' L PERI{YATAAII Yang bertandatangan di bawah ini, saya Nama Ni Luh Enita Maharani NIM 1t20924rc26 Program Studi Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.
    [Show full text]
  • Signs of Multilingualism at Religious Places in Surabaya: a Linguistic Landscape Study
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), volume 228 International Conference on Language Phenomena in Multimodal Communication (KLUA 2018) Signs of Multilingualism at Religious Places in Surabaya: A Linguistic Landscape Study Ali Wafa, Universitas Airlangga Sheila Wijayanti, Universitas Airlangga Abstract This paper aims to present the languages used as public signs at the places of worship in Surabaya. The area is selected for its multilingual society. The data is in the forms of photos of outdoor and indoor signs and is taken from ten outstanding religious places in the city namely two mosques, two churches, two Chinese temples (klenteng), two Hindu temples (pura), and two Buddhist temples (vihara). Three hundred and eighty six public signs are collected. As stated by Landry and Bourhis (1997) the collected data is then analyzed based on the landscape linguistic theory. The results demonstrate that the languages as public signs found in the ten places of worship vary, i.e., Indonesian, Balinese, Javanese, Madurese, Malay, English, Chinese, Arabic, Pāli language, Latin language, German, French, Dutch and Japanese. However, Indonesian remains the most used language at mosques, churches, and Buddhist temples. However, Chinese language is the most frequently used at Chinese temples. Meanwhile, Indonesian and Balinese language almost have the same position at Hindu temples. Keywords: buddhist temples; chinese temples; churches; hindu temples; linguistic landscape; mosques; multilingualism 1. Introduction Surabaya, like other cities in the world, has developed and become center of business and economic activities in East Java. As a result, many people from different regions and countries come and live in the city.
    [Show full text]
  • Refleksi Seni Rupa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2000
    DAFTAR REFERENSI Ali, Samsjiah.Teladan Kehidupan. Surabaya, 2012. Anas, Biranul (et.al). Refleksi Seni Rupa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2000. “Arti Kelenteng”. Kelenteng.Com. 2013. 31 Januari 2013. <http://kelenteng.com/arti-kelenteng/> Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Chai, Chin Fern. “Chinese Gods, Ghosts, Ancestors and their Neighbours: An observation through fieldwork”. researchgate.net Publication (17 April 2013): 1-17. Chen Dawei. Illustrate Ancient Chinese Armour. Shanghai: Shanghai Booksotre Publishing House, 2009. Ching, Francis D.K. Ilustrasi Desain Interior. Penerbit Erlangga, 1996. Chung, Robert. “Chinese Design: A Myth? A Wherefrom? A Whereto?”. Warrane College Monograph No.20 (April 2010): 1-57. Fernie, Eric. Art history and Its Methods.London: Phaidon, 1995. Indonesian Heritage: Agama dan Upacara Vol.9. Jakarta: Buku Anak Bangsa- Grolier International, 2002. Indonesian Heritage: Seni Rupa Vol.7. Jakarta: Buku Anak Bangsa-Grolier International, 2002. Johnston, Reginald Fleming. Buddhist China. London: John Murray, Albemarle Street, W, 1913. “Kajian Ikonografis Ornamen pada Interior Klenteng Sanggar Agung Surabaya”. Petra Christian University Library. 2013. 31 Januari 2013. <http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_6832.html> “Kajian Ikonografis Ornamen pada Klenteng Kwan Sing Bio Tuban”. Petra Christian University Library. 2013. 31 Januari 2013. <http://dewey.petra.ac.id/dgt_res_detail.php?knokat=6855> Kleinsteuber, Asti dan Maharadjo, Syafri M. Kelenteng-Kelenteng Kuno di Indonesia. Genta Kreasi Nusantara, 2010. Langley, Myrtle. Religion. London: Dorling Kindersley Limited, 2012. 149 Universitas Kristen Petra McCreery, John L. “Why do the gods look like that?: Material Embodiment of Shifting Meanings”. Open Anthropology Cooperative Press www.openanthcoop.net/press (2010): 1-22. Margolis, Eric. The Handbook of Visual Research.
    [Show full text]
  • Kajian Ikonografis Ornamen Pada Interior Klenteng Sanggar Agung Surabaya
    KAJIAN IKONOGRAFIS ORNAMEN PADA INTERIOR KLENTENG SANGGAR AGUNG SURABAYA Sriti Mayang Sari, Raymond Soelistio Pramono Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra - Surabaya e-mail: [email protected] ABSTRAK Klenteng Sanggar Agung Surabaya menunjukkan bentuk yang tidak umum pada klenteng di Indonesia. Bentuk dalam hal ini tidak berdiri sendiri tetapi terkait erat dengan aspek fungsi dan makna. Penelitian ini mengkaji hubungan antara bentuk, fungsi, dan makna ornamen pada interior Klenteng Sanggar Agung Surabaya, dengan pendekatan ikonografi. Hasil analisis menunjukkan bahwa ornamen-ornamen yang ada pada interior bangunan itu didominasi oleh ornamen-ornamen tradisional Bali. Tetapi, ornamen-ornamen Bali yang digunakan di sini polos, tidak serumit ornamen-ornamen yang dibuat oleh orang Bali. Hal ini bisa terwujud karena pemilik klenteng menyewa seorang desainer dari Bali. Dari segi fungsi, makna ornamen-ornamen tersebut masih merujuk pada ajaran Tri Dharma. Kata kunci: Bentuk, fungsi, makna dan ornamen klenteng ABSTRACT The Sanggar Agung Temple in Surabaya has an extraordinary form when compared to other temples in Indonesia, not only physically but also in relation to aspects of function and meaning. This research observes the relationship between the form, function and meaning of ornaments applied in the interior of the Sanggar Agung Temple in Surabaya, using the iconographical approach. The results show that the ornaments applied in the interior of the temple are mostly traditional ornaments from Bali. However, the Balinese ornaments used are more plain in form and are not as complex as those produced in Bali. This is because the owner of the temple hired a designer from Bali.
    [Show full text]
  • Arahan Pengembangan Desa Wisata Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Berdasarkan Daya Dukung Lingkungan
    TUGAS AKHIR – RP 141501 ARAHAN PENGEMBANGAN DESA WISATA ARGOSARI KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG BERDASARKAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN ERLINA MAGHFIROH NRP 3613 100 022 Dosen Pembimbing : Arwi Yudhi Koswara, S.T, M.T DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 i ii TUGAS AKHIR – RP 141501 ARAHAN PENGEMBANGAN DESA WISATA ARGOSARI KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG BERDASARKAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN ERLINA MAGHFIROH NRP 3613 100 022 Dosen Pembimbing : Arwi Yudhi Koswara, S.T, M.T DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 iii FINAL PROJECT – RP 141501 THE DEVELOPMENT DIRECTION OF TOURISM VILLAGE ARGOSARI SENDURO DISTRICT LUMAJANG REGENCY BASED ON THE ENVIROMENTAL CARRYING CAPACITY ERLINA MAGHFIROH NRP 3613 100 022 Advisor : Arwi Yudhi Koswara, S.T, M.T DEPARTMENT REGIONAL AND URBAN PLANNING Faculty Civil Engineering and Planning Institute Technology of Sepuluh Nopember Surabaya 2017 iv LEMBAR PENGESAHAN ARAHAN PENGEMBANGAN DESA WISATA ARGOSARI KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG BERDASARKAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh : ERLINA MAGHFIROH NRP. 3613 100 022 Disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir : Arwi Yudhi Koswara, S.T, M.T NIP. 1980051220050110003 SURABAYA, JULI 2017 v ARAHAN PENGEMBANGAN DESA WISATA ARGOSARI KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG BERDASARKAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN Nama Mahasiswa : Erlina Maghfiroh NRP : 3613 100 022 Departemen : Perencanaan Wilayah dan Kota Dosen Pembimbing : Arwi Yudhi Koswara, S.T, M.T Abstrak Desa Wisata Argosari merupakan salah satu Desa Wisata yang terletak di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang yang menawarkan suasana Desa pegunungan masyarakat tengger yang khas dan ditunjang dengan sarana maupun prasarana pariwisata.
    [Show full text]
  • The Sacred Site: the Conservation Based on the Local People in Tengger Community and Its Potential As Ecotourism Activities
    Journal of Socioeconomics and Development Widyagama Vol 1, No 1, April 2018, 7 – 15 DOI: 10.31328/jsed.v1i1.517 The Sacred Site: The Conservation Based on The Local People in Tengger Community and Its Potential as Ecotourism Activities Purnomo1*, Anggraeni In Oktaviani1, and Iwan Nugroho2 1 Graduate Program in Environmental Resource Management and Development, Brawijaya University 2 Agribusiness Department, Widyagama University of Malang (Received April 25, 2017; Accepted February 22, 2018; Published April 5, 2018) ABSTRACT. Tengger is one of the Java sub-tribes that has a belief system in the form of a life view called Kejawen. Kejawen's life is a view that is considered holistic in looking at the environment. The traditional wisdom of the Tengger community in the management of natural resources is one of the living and sustainable local wisdom in Indonesia. One of the local wisdom associated with environmental management is the existence of sacred areas as a part of environmental conservation. This research was conducted in Ngadas Village, Poncokusumo District, Malang Regency. The purpose of this study is to study the types of areas that are sacred by the Tengger community and the factors behind the existence of the area as a part of the conservation-based ecotourism. This research was conducted by interviewing the key person of the traditional leader. The interview materials in questions include the types of sacred places and the reason behind the area is sacred. The research results showed that the form of preservation of certain sacred areas has a unique ecosystem and shows the historical ties.
    [Show full text]
  • 20 a Guide Book for International Student Annual Events A
    Excellent in Education Excellent in Science Strong A Guide Book for International 20 Student Located Jl. Lidah Wetan, Surabaya (60213) T: +6231-99423002 F: +6231-99424002 Email: [email protected] A Guide Book for International Student A Guide Book For International Student 1 Foreword I wholeheartedly welcome you all to Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Unesa is one of state universities in Surabaya predicated A, ranked by National Accreditation Board of Higher Education, Republic of Indonesia. As one of the top universities in Indonesia, we provide interdisciplinary research and offer 62 study programs from bachelor to doctoral degrees. We open all departments to foreign students, delivered both in Indonesian language and a few in English. Thus, you will mostly learn various Indonesian cultures as well as conceptual values which we update continuously. All classes and teaching and learning activities lie on our University jargon, Growing with Characters. In order to serve our students, we put forward good characters in the heart of our service, teaching and learning programs. The university is also supported by professional administrative staff who will help you in adapting with Indonesian cultures. I assure you that you will get help and supporting systems to ensure your comfortable stay and study at Unesa. Thus, do not hesitate to ask any queations if you need a help. 2 A Guide Book For International Student A Guide Book For International Student 3 Table of Content Academic Why This Campus? 7 Design Your Degree 9 Design Your Degree
    [Show full text]
  • The Linguistic Landscape of Educational Tourism in Mojokerto
    THE LINGUISTIC LANDSCAPE OF EDUCATIONAL TOURISM IN MOJOKERTO THESIS BY: EKA WIDYA NUR WIJAYANTI REG. NUMBER: A73216058 ENGLISH DEPARTMENT FACULTY OF ARTS AND HUMANITIES UIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2020 i DECLARATION I am the undersigned below: Name : Eka Widya Nur Wijayanti NIM : A73216058 Department : English Department Faculty : Arts and Humanities University : UIN Sunan Ampel Surabaya Truly state that the thesis I wrote entitled “The Linguistic Landscape of Educational Tourism In Mojokerto” is really my original work, and not a plagiarism in part or in whole. If in the future it is proven that this thesis results from plagiarism, either in part or in full, then I am willing to accept sanctions for such actions in accordance with the applicable provisions. Surabaya, 09 March 2020 Who make the statement Eka Widya Nur Wijayanti i APPROVAL SHEET THE LINGUISTIC LANDSCAPE OF EDUCATIONAL TOURISM IN MOJOKERTO by Eka Widya Nur Wijayanti Reg. Number: A73216058 Approved to be examined by the Board of Examiners, English Department, Faculty of Arts and Humanities, UIN Sunan Ampel Surabaya Surabaya, February 25th, 2020 Thesis Advisor Dr. A. Dzo’ul Milal, M. Pd NIP. 196005152000031002 Acknowledged by: Head of The English Department Dr. Wahju Kusumajanti, M.Hum NIP.197002051999032002 ii EXAMINER SHEET This thesis has been approved and accepted by the Board of Examiners, English Department, Faculty of Arts and Humanities, UIN Sunan Ampel Surabaya on The Board of Examiners are: Examiner 1 Examiner 2 Dr. A. Dzo’ul Milal, M. Pd Dr. Mohammad Kurjum, M.Ag NIP. 196005152000031002 NIP. 196909251994031002 Examiner 3 Examiner 4 Raudlotul Jannah, M. App.
    [Show full text]
  • Dawai-47.Pdf
    contents 47 ajaran alam semesta . news on kedatangan buddhisme di myanmar . jing ming-bersih terang . talk show patria . interview with nathalia sunaidi . jalan jalan menemukan polonnaruwa . orang bijak thich nhat hanh . pandegiling news seminar 'hipnosis, hipnoterapi, dan kamma' . liputan dhamma talk vihara sinar borobudur . latihan meditasi di sanggar agung surabaya . resensi buku kronologi hidup buddha . dasar pandangan agama buddha . many lives, many masters . film bagus the pursuit of happyness . do you know? meditasi merangkul . antibiotika . kisah raja kebaikan yang agung . strip jadilah pelita . talk benih buddha dalam diri kita . agenda . donatur periode februari- mei 2007 . laporan keuangan dawai . tabel alam-alam kehidupan anda punya ide, kritik, saran, respon, atau komentar? atau mungkin anda tertarik menulis untuk dawai? boleh saja. apapun itu, kirimkan ke [email protected] atau [email protected] atau melalui sms ke 0817 318 147 kami tunggu... A J A R A N 04 alam semesta Alam semesta (universe) yang terbayang dalam benak orang awam biasanya adalah tentang luar angkasa, planet-planet, bintang, tata surya, galaksi, dan sebagainya. Alam semesta adalah suatu tempat yang sangat luas, di mana semua benda, materi, makhluk, atau apa saja yang pernah kita ketahui ataupun belum kita ketahui terdapat di dalamnya. Namun, apakah hanya sebatas itu gambaran kita (sebagai Buddhis) tentang alam semesta? Jika kita mau sedikit mengeksplorasi literatur-literatur Buddhisme, maka kita mungkin akan takjub karena ternyata Sang Buddha telah mampu mendeskripsikan dan menguraikan segala sesuatu tentang alam semesta dengan begitu rinci dan jauh. Ilmu pengetahuan (sains) memang telah melahirkan banyak teori dan penjelasan mengenai asal usul dan komposisi alam semesta. Sebagian dari kita semua sudah banyak belajar sains di bangku pendidikan, dan kemudian kita menjadi tahu bahwa alam semesta menyimpan banyak sekali misteri.
    [Show full text]
  • Bab Iv Paparan Data Dan Temuan Penelitian A
    BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. PAPARAN DATA 1. Profil Sesuai dengan lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti, maka profil dari kedua lokasi tersebut di Pantai Ria Kenjeran Surabaya dan Pantai Utara Lamongan adalah sebagai berikut: a. Profil Kenjeran Park Surabaya Kenpark atau Kenjeran Park merupakan salah satu wahana wisata yang berada di Surabaya. Lokasi wisata ini memiliki lahan yang begitu luas bahkan rimbun dengan pepohonan, sehingga menjadikan pengunjung nyaman. Lokasi yang luas, nyaman dan rimbun menjadi salah satu daya tarik wisatawan lokal maupun luar kota. Memiliki lahan luas tersebut tentu tidak hanya dibiarkan begitu saja, namun seiring berjalannya waktu, pembaharuan-pembaharuan dilakukan agar memiliki nilai jual dan semakin dikenal masyarakat luas. Lebih dari itu Kenjeran Park merupakan satu-satunya dunia fantastik yang ada di Surabaya. Disamping dilakukan pembaharuan- pembaharuan terhadap sarana dan prasarana jumlah pengunjung semakin bertambah dari berbagai kota di Indonesia. Dahulunya Kenjeran adalah pantai yang kumuh dan banyak 97 sampah, namun dewasa ini kawasan pantai ini dibagi menjadi dua lokasi kenjeran lama yang dikelola oleh Pemerintah dan Kenjeran Baru yang dikelola oleh pihak swasta dengan menyajikan Atlantis Land yang dijadikan sebagai Icon utama. Kawasan pantai Kenjeran Baru saat ini lebih baik dari pada dahulu, telah banyak lokasi-lokasi yang telah banyak dirombak menjadi lebih baik. Adapula fasilitas untuk menunggang kuda berkeliling kenjeran dengan biaya yang tidak mahal. Selain itu memasuki kawasan Atlantis Land menjadi salah satu lokasi yang bisa digunakan sebagai spot berfoto, misalnya tempat peribadatan Budha serta Konghucu seperti Pagoda Tian Ti, Patung Budha Empat Wajah, Klenteng Sanggar Agung serta Patung Dewi Kwan Im.
    [Show full text]