ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SIMBOL ORNAMEN PADA BANGUNAN CHI KUNG TIEN KOTA MEDAN 棉兰殿宝佛济寺 庙象征地势功能 与意义分析 Miánlán diàn bǎo fú jì sìmiào xiàngzhēng dìshì gōngnéng yǔ yìyì fēnxī

SKRIPSI

OLEH:

SANTO JOHANNES P SIREGAR

140710049

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lembar Pengesahan

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SIMBOL ORNAMEN PADA BANGUNAN VIHARA CHI KUNG TIEN KOTA MEDAN 棉兰殿宝佛济寺庙象征地势功能与意义分析 (Miánlán diàn bǎo fú jì sìmiào xiàngzhēng dìshì gōngnéng yǔ yìyì fēnxī)

SKRIPSI SARJANA OLEH: SANTO JOHANNES P SIREGAR 140710049

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu budaya dan telah disetujui: Medan, 27 juli 2018

Pembimbing

T. Kasa Rullah Adha, S.S.,MTCSOL

NIP 199006252018031001

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGESAHAN

Diterima Oleh: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra Dalam Bidang Ilmu Sastra Cina Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 27 Juli2018 Hari : Jumat

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S NIP 1960080519870310

Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Mhd. Pujiono, M.Hum.,Ph.D ......

2. T. Kasa Rullah Adha, S.S.,MTCSOL ......

3. Niza Ayunintias, S.S.,MTCSOL ......

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Analisis Fungsi dan Makna Simbol Ornamen Pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan”. Rumusan masalah penelitian ini adalah 1) Bagaimana fungsi dan makna simbol yang terdapat pada bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan? 2) Bagaimana fungsi dan makna ornamen yang terdapat pada bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan? Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan diuraikan secara deskriptif. Teori yang digunakan untuk menjawab kedua rumusan masalah diatas adalah Teori Fungsionalisme dari Bronislaw Malinowski dan Teori Semiotik dari Ferdinan de Sausure. Teknik yang digunakan adalah: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian menganalisis fungsi dan makna simbol ornamen dan membuat kesimpulan dari fungsi dan makna simbol ornamen pada bangunan Vihara Chi Kung Tien. Hasil yang diperoleh: 1) Fungsi Simbol pada bangunan Vihara Chi Kung Tien diklasifikasikan menjadi empat bagian, (i) Simbol alat kebaktian : sebagai alat pelengkap umat untuk melakukan aktivitas ibadah (ii) simbol hewan tumbuhan : memiliki fungsi estetik untuk menambah keindahan dari bangunan vihara (iii) simbol dewa dewi : sebagai media komunikasi spiritual dengan penguasa alam semesta (iv) simbol umum bangunan vihara : sebagai ragam hias estetik 2) Dari hasil penelitian terdapat ornamen pada bangunan Vihara Chi Kung Tien yaitu: (i) ornamen naga, (ii) ornamen Qilin dan (iii) ornamen Burung Phoenix dan. Ornamen-ornamen tersebut terukir pada bangunan utama Vihara Chi Kung Tien. Adapun makna ornamen-ornamen tersebut sebagai berikut: ornamen naga yang melambangkan kekuatan dan kebaikan, keberanian dan pendirian teguh, keberanian dan daya tahan, ornamen Naga ini diletakkan pada pilar dan langit-langit altar pemujaan Dewi Kuan Im Pu Sat. Ornamen qilin yang melambangkan panjang umur, kemegahan, kebahagian, dan kebijaksanaan, ornamen qilin ini diletakkan pada kontruksi kayu atap bagian depan. Ornamen burung phoenix melambangkan keabadian, keselarasan dan keberuntungan, ornamen burung phoenix diletakkan pada kontruksi kayu atap bagian depan.

Kata kunci: Vihara Chi Kung Tien, Bangunan, Fungsi, Makna, Kota Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRACT

The title of this research is "Function Analysis and Meaning of Ornament Symbol at Chi Kung Tien Temple Medan City". The formulation of this research problem is 1) How the function and meaning of the symbol contained in Chi Kung Tien Temple Medan City? 2) How does the function and meaning of ornaments contained in the Chi Kung Tien Vihara Temple of Medan? The research method used is qualitative research method and described descriptively. The theory used to answer the two formulation of the above problems is the Functionalist Theory of Bronislaw Malinowski and Semiotic Theory of Ferdinan de Sausure. The techniques used are: observation, interview, and documentation. Then analyze the function and meaning of the ornament symbol and make the conclusion of the function and meaning of the ornament symbol on Chi Kung Tien Temple. The results obtained: 1) The function of the symbol on the building of the Chi Kung Tien Temple is classified into four parts, (i) Symbol of the devotional tool: as a complementary tool for the worship activities (ii) the symbol of plant animals: it has the aesthetic function to add to the beauty of the monastery (iii) the symbol of the goddess: as a medium of spiritual communication with the ruler of the universe (iv) the general symbol of the temple building: as a decorative aesthetic 2) From the results of research there are ornaments in Chi Kung Tien Temple are: (i) dragon ornaments, (ii) ) Qilin ornaments and (iii) the ornaments of the phoenix. The ornaments are engraved on the main building of Chi Kung Tien Vihara. As for the meaning of the ornaments are as follows: dragon ornaments that symbolize strength and goodness, courage and firm stance, courage and endurance, Dragon ornaments are placed on the pillars and ceiling of the altar worship Dewi Kuan Im Pu Sat. Ornaments that symbolize qilin longevity, splendor, happiness, and wisdom, qilin ornaments are placed on the construction of the roof of the front roof. The phoenix ornament symbolizes immortality, harmony and luck, the phoenix ornament is placed on the front roof construction.

Keywords: Chi Kung Tien Temple, Building, Function, Meaning, Medan City

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Simbol Ornamen Pada Bangunan

Vihara Chi Kung Tien Kota Medan”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dari Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan doa kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan segenap hati ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mhd Pujiono, M.Hum., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Sastra

Cina Universitas Sumatera Utara, sekaligus DosenPenguji yang telah

memberikan masukan dan kritikan yang membangun selama proses

penyempurnaan penulisan karya ilmiah ini.

3. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL, selaku Sekretaris Program Studi

Sastra Cina Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji yang

telah memberikan masukan dan kritikan yang membangun selama proses

penyempurnaan penulisan karya ilmiah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4. Bapak Tengku Kasa Rullah Adha, S,S., MTCSOL selaku Dosen

Pembimbing yang telah memberikan masukan, motivasi, semangat serta

kritikan yang membangun selama proses penyempurnaan penulisan

karya ilmiah ini.

5. Bapak Drs. Muhammad Takari M.Hum, Ph.D selaku dosen penasehat

akademik yang telah memberikan bimbingan, masukanyang membangun

kepada penulis selama berlangsungnya proses perkuliahan Program Studi

Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya

Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara.

7. Keluarga penulis yang sangat luar biasa, orangtua tercinta Ayahanda

Moses Partogi Siregar dan Ibunda Rosenti Lumban Tobing yang telah

mendidik penulis dari kecil, mencintaidan mendoakan penulis dengan

sepenuh dan setulus hati.

8. Saudara penulis Fernando Rian Parasian Siregar dan Sion Parluhutan

Siregar serta saudari penulis Ester Rosalinda Parsaulian Siregar yang

selalu memberi semangat, serta mendoakan.

9. Sahabat yang selalu bisa memberi saran, dan motivasi kepada penulis,

Sahabat terbaik yang selalu mendengar suka duka dan canda tawa

penulis, Fiska Aya, Jade Eklesia, Noven, Taufik Akbar Yogia Yose S

Sembiring, Martin Leonardi, Mhd Dicki Praksasa, Rizka Aniza, Neylan

Syarah, Mei Veronika, Ony Naraulita, dan Christina Sitorus yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memberi semangat, mendoakan dan selalu mengingatkan penulis dalam

pengerjaan skripsi ini.

10. Seluruh pengurus dan pengelola Yayasan Vidya Carita, Bapak

Jansen, Ibu Maria, Ibu Farida Hanum, Ibu Lina Lim dan kepada semua

pengurus Vihara Chi Kung Tien yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu. Kepada informan yang telah memberikan banyak informasi

kepada saya hingga terselesaikannya skripsi ini.

11. Civitas Akademika Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)

Komisariat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

12. Seluruh teman-teman sastra cina 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu, teman yang memberikan warna-warni selama perkuliahan.

Semoga kita tetap kompak dan sukses. Jiayou!

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis sajikan ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan agar nantinya skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak di kemudian hari.

Medan, 27Juli 2018 Penulis,

Santo Johannes P Siregar 140710049

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR GAMBAR ...... xi DAFTAR TABEL ...... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...... Error! Bookmark not defined. 1.1Latar Belakang Masalah ...... Error! Bookmark not defined. 1.2Rumusan Masalah ...... Error! Bookmark not defined. 1.3 Batasan Penelitian ...... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan Penelitian ...... Error! Bookmark not defined. 1.5 Manfaat Penelitian ...... Error! Bookmark not defined. 1.5.1 Manfaat Praktis ...... Error! Bookmark not defined. 1.5.2Manfaat Teoritis ...... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... Error! Bookmark not defined. 2.1 Konsep ...... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Fungsi ...... Error! Bookmark not defined. 2.1.2Makna...... Error! Bookmark not defined. 2.1.3Simbol ...... Error! Bookmark not defined. 2.1.4 Ornamen ...... Error! Bookmark not defined. 2.1.5 Bangunan ...... Error! Bookmark not defined. 2.1.6 Vihara ...... Error! Bookmark not defined. 2.1.7 Kota Medan ...... Error! Bookmark not defined. 2.2 Landasan Teori ...... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Teori Fungsionalisme ...... Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Teori Semiotik...... Error! Bookmark not defined. 2.3 Tinjauan Pustaka ...... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ...... Error! Bookmark not defined. 3.1Metode Penelitian ...... Error! Bookmark not defined.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.1.1 Pendekatan Penelitian ...... Error! Bookmark not defined. 3.2 Lokasi Penelitian ...... Error! Bookmark not defined. 3.3 Persyaratan Informan...... Error! Bookmark not defined. 3.4Data dan Sumber Data ...... Error! Bookmark not defined. 3.4.1Data ...... Error! Bookmark not defined. 3.4.2Sumber Data ...... Error! Bookmark not defined. 3.5Metode Pengumpulan Data ...... Error! Bookmark not defined. 3.5.1 Dokumentasi ...... Error! Bookmark not defined. 3.5.2 Studi Kepustakaan...... Error! Bookmark not defined. 3.5.3 Observasi Lapangan ...... Error! Bookmark not defined. 3.5.4Wawancara ...... Error! Bookmark not defined. 3.6Metode Analisis Data ...... Error! Bookmark not defined. 3.7 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ...... Error! Bookmark not defined. BAB IV GAMBARAN UMUM ...... Error! Bookmark not defined. 4.1 Gambaran Umum Kota Medan ...... Error! Bookmark not defined. 4.1.1Letak Geografis ...... Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Kota Medan secara Demografis ...... Error! Bookmark not defined. 4.2 Sejarah dan Denah Vihara Chi Kung Tien Kota Medan ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Sejarah Vihara Chi Kung Tien Kota ..... Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Denah Vihara Chi Kung Tien ...... 59

BAB V ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SIMBOL ORNAMEN PADA BANGUNAN VIHARA CHI KUNG TIEN...... 77 5.1.Analisis Fungsi dan Makna Simbol Vihara Chi Kung Tien ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.1Fungsi Simbol Alat Kebaktian Vihara Chi Kung Tien...... Error! Bookmark not defined. 5.1.1.1 Fungsi Simbol Lonceng ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.1.2 Fungsi Simbol Tambur ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.1.3 Fungsi Simbol Hiolo ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.1.4 Fungsi Simbol Lilin ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.1.5 Fungsi Simbol Dupa ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.2 Makna Simbol Alat Kebaktian Vihara Chi Kung Tien...... Error! Bookmark not defined.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.2.1 Makna Simbol Lonceng ...... 67 5.1.2.2 Makna Simbol Tambur ...... 67 5.1.2.3 Makna Simbol Hiolo ...... 68 5.1.2.4 Makna Simbol Lilin...... 68 5.1.2.5 Makna Simbol Dupa ...... 69

5.1.3Fungsi Simbol Hewan dan Tumbuhan Vihara Chi Kung Tien...... Error! Bookmark not defined. 5.1.3.1 Fungsi Simbol Kuda ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.3.2 Fungsi Simbol Gajah ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.3.3 Fungsi Simbol Ikan Koi ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.3.4 Fungsi Simbol Rusa ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.3.5 Fungsi Simbol Harimau ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.3.6 Fungsi Simbol Naga ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.3.7 Fungsi Simbol Burung Bangau ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.3.8 Fungsi Simbol Bunga Mei Hua ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.3.9 Fungsi Simbol Bunga TerataiError! Bookmark not defined. 5.1.4 Makna Simbol Hewan Tumbuhan Vihara Chi Kung Tien ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.4.1 Makna Simbol Kuda ...... 80 5.1.4.2 Makna Simbol Gajah ...... 80 5.1.4.3 Makna Simbol Ikan Koi ...... 80 5.1.4.4 Makna Simbol Rusa...... 81 5.1.4.5 Makna Simbol Harimau ...... 81 5.1.4.6 Makna Simbol Naga ...... 82 5.1.4.7 Makna Simbol Burung Bangau...... 83 5.1.4.8 Makna Simbol Bunga Mei Hua ...... 83 5.1.4.9 Makna Simbol Bunga Teratai ...... 84

5.1.5 Fungsi Simbol Dewa- Dewi Vihara Chi Kung Tien ...... Error! Bookmark not defined.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.5.1 Fungsi Simbol Pemujaan Dewa .. Error! Bookmark not defined. 5.1.5.2 Fungsi Simbol Dewi Kuan Im Pu Sat . Error! Bookmark not defined. 5.1.5.3 Fungsi Simbol Dewa Wu Lu Chai Sen ...... 88 5.1.5.4 Fungsi Simbol Dewa Khai San Ta Ti . Error! Bookmark not defined. 5.1.5.5 Fungsi Simbol Dewa Tio Thien Su .... Error! Bookmark not defined. 5.1.5.6 Fungsi Simbol Dewa Chi Tien Ta Shen .... Error! Bookmark not defined. 5.1.5.7 Fungsi Simbol Dewa Milek Pu Sat ..... Error! Bookmark not defined. 5.1.5.8 Fungsi Simbol Dewa Wen Chai Sen Ye .... Error! Bookmark not defined. 5.1.5.9 Fungsi Simbol Dewa Thai Soei Ya Kong .. Error! Bookmark not defined. 5.1.5.10 Fungsi Simbol Dewa Shek Cia Mo Ni Fo Error! Bookmark not defined. 5.1.5.11 Fungsi Simbol Chi Kung Hua Fo ..... Error! Bookmark not defined. 5.1.5.12 Fungsi Simbol Dewa Tao Tek Thien Cun Error! Bookmark not defined. 5.1.5.13 Fungsi Simbol Dewa Pek Ho Ya Kong ... Error! Bookmark not defined. 5.1.5.14 Fungsi Simbol Dewa Yen Se Thien Cun . Error! Bookmark not defined. 5.1.5.15 Fungsi Simbol Dewa Ling Pao Thien Cun ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.5.16 Fungsi Simbol Dewa Te Cu Kong .... Error! Bookmark not defined. 5.1.5.17 Fungsi Simbol Dewa Pintu . Error! Bookmark not defined. 5.1.5.18 Fungsi Simbol Dewa Toa Pek Kong Error! Bookmark not defined. 5.1.6 Makna Simbol Dewa-Dewi Vihara Chi Kung Tien Kota Medan .. Error! Bookmark not defined.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.6.1 Makna Simbol Pemujaan Dewa Tian .... 10Error! Bookmark not defined. 5.1.6.2 Makna Simbol Dewi Kuan Im Pu Sat . Error! Bookmark not defined. 5.1.6.3 Makna Simbol Dewa Wu Lu Chai Sen ...... 107 5.1.6.4 Makna Simbol Dewa Khai San Ta Ti ...... 108 5.1.6.5 Makna Simbol Dewa Tio Thien Su .... Error! Bookmark not defined. 5.1.6.6 Makna Simbol Dewa Chi Tien Ta Shen ...... 110 5.1.6.7 Makna Simbol Dewa Milek Pu Sat ...... 110 5.1.6.8 Makna Simbol Dewa Wen Chai Sen Ye .... Error! Bookmark not defined. 5.1.6.9 Makna Simbol Dewa Thai Soei Ya Kong . Error! Bookmark not defined. 5.1.6.10 Makna Simbol Dewa Shek Cia Mo Ni Fo ...... 111 5.1.6.11 Makna Simbol Dewa Chi Kung Hua Fo ...... 112 5.1.6.12 Makna Simbol Dewa Tao Tek Thien Cun ...... 113 5.1.6.13 Makna Simbol Dewa Pek Ho Ya Kong ...... 113 5.1.6.14 Makna Simbol Dewa Yen Se Thien Cun . Error! Bookmark not defined. 5.1.6.15 Makna Simbol Dewa Ling Pao Thien Cun ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.6.16 Makna Simbol Dewa Te Cu Kong .... Error! Bookmark not defined. 5.1.6.17 Makna Simbol Dewa Pintu . Error! Bookmark not defined. 5.1.6.18 Makna Simbol Dewa Toa Pek Kong Error! Bookmark not defined.

5.1.7 Fungsi Simbol Umum Vihara Chi Kung Tien Kota Medan...... 116 5.1.7.1 Fungsi Simbol Bendera Buddhis ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.7.2 Fungsi Simbol Lampion ...... 118 5.1.7.3 Fungsi Simbol Lentera ...... 119 5.1.7.4 Fungsi Simbol Svastika ...... 120

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.8 Makna Simbol Umum Vihara Chi Kung Tien Kota Medan ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.8.1 Makna Simbol Bendera Buddhis ...... 121 5.1.8.2 Makna Simbol Lampion ...... 122 5.1.8.3 Makna Simbol Lentera ...... Error! Bookmark not defined. 5.1.8.4 Makna Simbol Svastika ...... 123

5.2 Analisis Fungsi dan Makna Ornamen Vihara Chi Kung Tien ...... 124 5.2.1.Fungsi Ornamen Vihara Chi Kung Tien Kota Medan Error! Bookmark not defined. 5.2.1.1 Fungsi Ornamen Qilin ...... Error! Bookmark not defined. 5.2.1.2 Fungsi Ornamen Burung Phoenix ...... Error! Bookmark not defined. 5.2.1.3 Fungsi Ornamen Naga pada Pilar Bangunan ...... Error! Bookmark not defined. 5.2.1.4 Fungsi Ornamen Naga pada langit-langit ukiran altar . Error! Bookmark not defined.

5.2.2. Makna Ornamen Vihara Chi Kung Tien Kota Medan ...... Error! Bookmark not defined. 5.2.1.1 Makna Ornamen Qilin ...... Error! Bookmark not defined. 5.2.1.2 Makna Ornamen Burung Phoenix ..... Error! Bookmark not defined. 5.2.1.3 Makna Ornamen Naga pada Pilar Bangunan ...... Error! Bookmark not defined. 5.2.1.4 Makna Ornamen Naga pada langit-langit ukiran altar.. Error! Bookmark not defined.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...... Error! Bookmark not defined. 6.1 Kesimpulan ...... Error! Bookmark not defined. 6.2 Saran-Saran...... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Kota Medan ...... 5 Gambar 1.2 Klenteng Kong Miao di Shandong Tiongkok ...... 12 Gambar 1.3 Lukisan Dewa-Dewi pada Lorong Vihara Chi Kung Tien ...... 14 Gambar 4.1 Vihara Chi Kung Tien ...... 54 Gambar 4.2 Peta Vihara Chi Kung Tien ...... 55 Gambar 4.3 Peresmian Vihara Chi Kung Tien Tahun 2010 ...... 56 Gambar 4.4 Denah Vihara Chi Kung Tien Kota Medan ...... 59 Gambar 5.1 Simbol Lonceng ...... 62 Gambar 5.2 Simbol Tambur ...... 63 Gambar 5.3 Simbol Hiolo ...... 64 Gambar 5.4 Simbol Lilin ...... 65 Gambar 5.5 Simbol Dupa ...... 66 Gambar 5.6 Simbol Kuda ...... 71 Gambar 5.7 Simbol Gajah ...... 72 Gambar 5.8 Simbol Ikan Koi ...... 73 Gambar 5.9 Simbol Rusa ...... 74 Gambar 5.10 Simbol Harimau ...... 75 Gambar 5.11 Simbol Naga ...... 76 Gambar 5.12 Simbol Burung Bangau ...... 77 Gambar 5.13 Simbol Bunga Mei Hua ...... 78 Gambar 5.14 Simbol Bunga Teratai ...... 79 Gambar 5.15 Simbol Pemujaan Dewa Tian ...... 86 Gambar 5.16 Simbol Dewi Kuan Im Pu Sat ...... 87 Gambar 5.17 Simbol Dewa Wu Lu Chai Sen ...... 88 Gambar 5.18 Simbol Dewa Khai San Ta Ti ...... 90 Gambar 5.19 Simbol Dewa Tio Thien Su ...... 91 Gambar 5.20 Simbol Dewa Chi Tien Ta Shen ...... 92 Gambar 5.21 Simbol Dewa Milek Pu Sat ...... 93 Gambar 5.22 Simbol Dewa Wen Chai Sen Ye ...... 94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 5.23 Simbol Dewa Thai Soei Ya Kong ...... 96 Gambar 5.24 Simbol Dewa Shek Cia Mo Ni Fo ...... 97 Gambar 5.25 Simbol Chi Kung Hua Fo ...... 98 Gambar 5.26 Simbol Dewa Tao Tek Thien Cun ...... 99 Gambar 5.27 Simbol Dewa Pek Ho Ya Kong ...... 100 Gambar 5.28 Simbol Dewa Yen Se Thien Cun ...... 101 Gambar 5.29 Simbol Dewa Ling Pao Thien Cun ...... 102 Gambar 5.30 Simbol Dewa Te Cu Kong ...... 103 Gambar 5.31 Simbol Dewa Pintu ...... 104 Gambar 5.32 Simbol Dewa Toa Pek Kong ...... 105 Gambar 5.33 Simbol Bendera Buddhis ...... 117 Gambar 5.34 Simbol Lampion ...... 118 Gambar 5.35 Simbol Lentera ...... 119 Gambar 5.36 Simbol Swastika ...... 120 Gambar 5.37 Ornamen Qilin ...... 125 Gambar 5.38 Ornamen Burung Phoenix ...... 126 Gambar 5.39 Ornamen Naga pada Pilar Bangunan ...... 127 Gambar 5.40 Ornamen Naga yang terdapat pada langit-langit ukiran ...... 128

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan 52

Tabel 4.2 Perbandingan Suku Bangsa Di Kota Medan 53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara Bangsa, yang sangat kaya akan sumber daya budaya. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan budaya bangsa memberikan keunikan tersendiri dan juga menjadikan bangsa ini sebagai Negara yang sangat multikultur. Hampir setiap suku yang ada, memiliki sub kultur sebagai identitas yang menjiwai etnik tersebut dalam inventarisasi secara baik. Melihat fakta tersebut membuktikan bahwa bangsa Indonesia sangat kaya akan potensi kultural dan nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai simbol untuk mempersatukan bangsa.

Dengan melihat fakta bahwa begitu besar potensi budaya di Indonesia maka perlu mendapatkan skala prioritas dalam berbagai kajian. Menurut

Koentjaranigrat (1993:3), Kajian tentang kesukubangsaan lebih penting, karena sebagian besar Negara-negara di dunia bersifat multi etnik. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat pula dilihat dari berbagai ragam adat-istiadat maupun bahasa, yang tentunya memiliki kekhasan karakter pada setiap komunitas budaya itu. Walaupun terdapat keanekaragaman bahasa dan budaya pada masing-masing daerah ternyata memiliki dasar yang sama, maksudnya berasal dari rumpun bahasa dan jenis budaya yang sama yaitu Astronesia.(Weda Kusuma,2005:59).

Kemajemukan masyarakat Indonesia tidak hanya terwujud dalam berbagai struktur sosial yang dikembangkan sebagai perwujudan adaptasi aktif mereka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terhadap lingkungan, melainkan juga dalam keanekaragaman kebudayaan

Indonesia itu tidak hanya bersifat mendasar dan mencerminkan pola-pola adaptasi setetempat yang berbeda, dan memiliki sifat tegak lurus, ini dikarenakan perbedaan pengalaman sejarah yang berbeda. Kenyataan sosial dan kebudayaan tersebut sangat besar pengaruhnya dalam pembangunan bangsa yang dirintis sejak awal kebangkitan bangsa. (Budhisantosa,2001:1).

Provinsi Sumatera Utara yang terletak diantara 1° - 4° Lintang Utara dan

98° - 100° Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di

Kawasan palung Pasifik Barat. Daerah ini berbatasan di sebelah Utara dengan

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), disebelah Timur dengan Selat

Malaka, di sebelah Selatan dengan daerah Provinsi dan Provinsi Sumatera

Barat serta di sebelah Barat dengan Samudra Indonesia. Secara geografis daerah

Provinsi Sumatera Utara dengan luas 71.680 km2 terbagi atas wilayah pantai

Timur, wilayah Pantai Barat, dan wilayah dataran tinggi serta memiliki topografi, kontur dan iklim beraneka ragam. Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 26.360 km2 atau 63,23% dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur yang mempunyai kelembaban tinggi dengan curah hujan yang juga relatif tinggi.Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 45.320 km2 atau 63,25% dari luas Wilayah Sumatera Utara yang sebagian besar merupakan pegunungan yang memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi, dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sumatera Utara yang beribukotakan Medan, adalah sebuah provinsi di

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dihuni oleh beragam etnik dengan kebudayaan dan agamanya yang beragam. Mereka menyatu dalam bingkai integrasi sosial yang memang diperlukan dalam rangka hidup secara sosial bersama-sama, sambil menghargai, menghormati, dan menerima kelompok yang lain kebudayaannya dari setiap warga Sumatera Utara. Apalagi dalam gagasan kebangsaan Indonesia, bangsa Indonesia adalah bhinneka tunggal ika, artinya walau berbeda-beda namun tetap satu juga.

Berdasarkan kelompok etnik atau suku bangsa, masyarakat 1 Sumatera

Utara dapat dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori. (a) Yang pertama adalah etnik-etnik setempat (natif), yang terdiri dari etnik: Karo, Pakpak-Dairi,

Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir, Nias, dan Melayu. Selain itu ada juga suku minoritas di kawasan budaya Mandailing-Angkola yaitu suku

Lubu dan Siladang. (b) Yang kedua adalah etniketnik-etnik pendatang

Nusaantara, yang terdiri dari suku-suku Aceh Rayeuk, Simeulue, Tamiang, Pidie,

Alas, Gayo, Minangkabau ,Sunda, Jawa, Ambon, dan lain-lainnya. (c) Yang ketiga adalah etnik-etnik pendatang Dunia, yang terdiri etnik Tamil, Punjab,

Hindustani, yang lazim disebut orang India. Juga adapula kelompok etnik

Hokkian, Hakka, Khek, Teo-Chiu, dan lainnya yang lazim disebut orang

Tionghoa atau Tiongkok. Selain itu ada pula orang-orang Arab, Belanda, Inggris,

1Masyarakat (society) adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (lihat Koentjaraningrat, 1974:11). Menurut J.L. Gillin dan J.P. Gillin, yang dimaksud masyarakat adalah: "... the largest grouping in which common customs, traditions, attitudes and feelings of unity are operative,"--yang artinya: "kelompok manusia yang terbesar, yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan lain-lainnya. Mereka ini umumnya tinggal menetap dan menjadi warga

Sumatera Utara. Sebahagian kecil adalah merantau dan tinggal sementara di kawasan ini

Para pendatang atau imigran dari berbagai penjuru dunia ini, datang

(migrasi) ke Sumatera Utara untuk berbagai tujuan terutama ekonomis. Artinya mereka datang ke kawasan ini ingin meningkatkan taraf hidup dan perekonomian.

Di tanah leluhurnya mereka mengalami masalah sosioekonomi. Namun ada juga motif kedatangan imigran ini karena faktor agama dan budaya. Mereka yang datang ke Sumatera Utara ini tetap memelihara kebudayaan dari mana mereka berasal sambil beradaptasi dengan penduduk Sumatera Utara, dalam kerangka integrasi sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 1.1 Peta Kota Medan

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan 2008)

Kota Medan (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya) adalah ibu kotaprovinsi Sumatera Utara, Indonesia.Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar

(265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar.

Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98°

35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring keutara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.

Pada dasarnya, masyarakat Tionghoamulai datang ke Sumatera Utara sekitar abad ke-16 sampai kira-kira pertengahan abad ke-19. Para imigran dari

Tiongkok ini berasal dari beberapa suku bangsa (etnik) dan dari daerah yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berbeda. Umumnya mereka berasal dari Provinsi Fukien bagian selatan dan

Kwantung.

Keberadaan etnis Tionghoa di kota Medan bervariasi dan juga dalam jangka waktu yang berbeda. Gelombang pertama dimulai pada abad ke-15, ketika armada perdagangan Tiongkok datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur dan melakukan hubungan dagang dengan sistem barter. Hubungan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga sebagian para pedagang tersebut ada yang menetap di Sumatera Timur.

Gelombang kedua berlangsung pada tahun 1863. Pada saat itu, Belanda mulai bergerak di bidang perkebunan tembakau. Usaha ini terus berkembang, tenaga kerja yang cukup banyak juga semakin dibutuhkan. Pihak Belanda merasa tidak cocok dengan buruh Pribumi. Karena itu, pengusaha perkebunan mencoba mendatangkan tenaga kerja dari negeri Tiongkok. Pada abad ke 19, dengan bantuan pemerintah Hindia Belanda dan kaum pengusaha di tanah Deli, orang

Tionghoa dapat memonopoli seluruh sektor pengangkutan di kawasan tanah Deli.

Etnis Tionghoa di kota Medan berasal dari berbagai suku. Menurut data

Etnis Tionghoa yang paling banyak di kota Medan adalah suku Hokkian

(82,11%). Walaupun etnis Tionghoa di kota Medan terdiri dari berbagai suku, namun dalam kehidupan sehari-hari keberagaman suku tersebut tidak menonjol karena yang tampak hanyalah suatu kesatuan etnik sebagai etnis Tionghoa.

Sebagian besar etnis Tionghoa yang berada di kota Medan berprofesi sebagai pedagang. Sesuai dengan jenis pekerjaan, makamereka mencari kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh penghasilan yang besar. Posisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sosio-ekonomi etnik Tionghoa di Medan rata-rata berada di atas level menengah ke atas. Etnis Tionghoa dikota Medan termasuk kelompok masyarakat yang berhasil menguasai industri, pertokoan, perhotelan, perbankan dan perdagangan umum serta distribusi. Etnis Tionghoa dianggap kelompok masyarakat lain sebagai kelompok yang memiliki banyak uang. Etnis Tionghoa di kota Medan tidak jarang dijadikan sasaran pemerasan oleh para preman setempat tempat mereka tinggal dan membuka usaha. (Mika, 2013 : 45)

Kelompok masyarakat Tionghoa dikota Medan cenderung bertempat tinggal di pusat kota atau pusat perdagangan. Mereka lebih senang tinggal di tempat usahanya yang cukup ramai dan dekat dengan keluarganya. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa pemukiman eksklusif kelompok-kelompok etnik di kota berfungsi sebagai “kepompong” atau yang dimanfaatkan oleh mereka sebagai benteng etnik. Orang Tionghoa yang keluar dari pemukiman

Tiongkok (Chinese Qurter) tersebut dianggap sebagai pembelotan dari jaringan sosial mereka. Dengan demikian suasana etnik dan ras (ethnic race-spaces) di perkampungan etnik tersebut menguatkan. (Sugiharto, 2012 : 17).

Dari tahun ke tahun jumlah orang Tionghoa di Medan terus bertambah.

Menurut Harian Medan Bisnis, hingga saat ini, sesuai dengan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, jumlah masyarakat

Tionghoa di Medan sekitar 202.839 jiwa. Mayarakat Tionghoa di Medan terdiri atas berbagai kelompok suku bangsa dan satu hal yang dapat membedakan kesukuan mereka adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan. Sedikitnya, ada empat suku bangsa Tionghoa yang bermukim di Medan, di antaranya adalah suku:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hokkian, Hakka, Khek, dan Kwong Fu. Dari tahun ke tahun jumlah orang

Tionghoa di Medan terus bertambah. Menurut Harian Medan Bisnis, hingga saat ini, Komunitas Tionghoa di Medan cukup besar, sekitar 25% jumlah total.Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah Masjid,Gereja,Vihara

Tionghoa yang banyak tersebar di Seluruh Ibu Kota.

Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan seperti semi, teknik, tata ruang, geografi, dan sejarah. Oleh karena itu, ada beberapa pengertian tentang arsitektur baik bila ditinjau berdasarkan beberapa sudut pandang.

Dipandang dari sudut seni manapun sudut pandang lainnya, arsitektur terkait dengan bangunan termasuk bentuk dan ragam hiasnya. Secara teknik, arsitektur adalah sistem mendirikan bangunan, termasuk proses perancangan kontruksi, struktur, dan dalam hal ini juga menyangkut aspek dekorasi dan keindahan. Dipandang sudut ruang, arsitektur adalah pemenuhan kebutuhan ruang oleh manusia atau kelompok manusia untuk melaksanakan aktivitas tertentu. Lain halnya apabila arsitektur dipandang dari segi sejarah, kebudayan dan geografi, maka arsitektur merupakan sebagai ungkapan fisik dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan waktu dan tempat tertentu (Sumalyo, 1997:1)

Arsitektur dunia yang paling berpengaruh, mempunyai ciri khas dan menjadi arsitektur utama dunia adalah klasik Eropa, arsitektur dan arsitektur

Tiongkok. Bangsa Eropa memiliki sejarah arsitektur bangunan dan peradaban yang panjang dimana seni bangunan dan ilmu struktur berkembang secara menakjubkan. Ciri-ciri arsitektur klasik Eropa biasanya memiliki bentuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bangunan dengan pilar-pilar besar, bentuk lengkungan pada bagian atas pintu, atap berbentuk kubah, dinding yang terbuat dari bata yang bagian luarnya didekorasi dengan bermacam-macam pola dan ikatan, sementara bagian interior biasanya dilapisi atau ditutupi dengan marmer, mozaik, lukisan-lukisan atau pahatan. Kuil Apollo di Pompei, Italia yang penampilan bangunannya masih terlihat sakral seperti 2000 tahun lalu merupakan contoh bangunan klasik Eropa yang terkenal karena menggambarkan tentang kemapanan, kehormatan dan kemewahan (Tsabit dan Eni, 2012:81)

Bangsa Tiongkok adalah sebuah bangsa yang sangat besar dengan peradaban, seni dan budaya yang telah berlangsung selama ribuan tahun lamanya.

Bangsa Tiongkok juga mewarisi kekayaan yang melimpah hingga ke pelosok dunia, termasuk dalam perancangan arsitektur dan desain interior sebagai salah satu hasil karya manusia. Salah satu ciri khas dari kebesaran kebudayaan bangsa

Tiongkok yang diakui dunia adalah arsitektur bangunannya. Arsitektur Tiongkok adalah satu-satunya sistem arsitektur di dunia yang mengutamakan bangunan struktur kayu. Struktur ini merupakan manifestasi mendalam persepsi bangsa

Tiongkok tentang etika, estetika, nilai dan alam. Ciri utama seni bangunan

Tiongkok yang didasarkan pada tradisi budaya yang tebal dan mendalam menonjolkan ide tentang kekuasaan raja merupakan segalanya dan hierarki yang ketat. Istana, Kuil, atau Klenteng, Gerbang (Pai Lou), Tembok Raksasa sekitar

3000 kilometer, Kuburan, Pagoda (5-7 tingkat) adalah contoh bangunan arsitektur utama bangsa Tiongkok. (Sentosa, 2008:32).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tradisi rakyat bangsa Tiongkok dan hubungan keluarga yang erat tampak dengan jelas pada bentuk dan simbolisasi dalam bangunan Tiongkok. Mereka memperlakukan rumah sebagai penghormatan terhadap alam semesta dan keyakinan ini telah turun temurun sampai ke generasi saat ini. Simbolisasi dan ornamen yang dipergunakan pada rumah Tiongkok melahirkan hubungan penting dengan banyak aspek terutama yang berkaitan dengan kepercayaan mereka sehingga banyak simbol-simbol dibuat dengan harapan akan mendapat hubungan baik dengan para leluhur,para dewa, alam semesta.

Vihara merupakan tempat dimana kegiatan keagamaan umat Buddha dilangsungkan. Kegiatan keagamaan umat Budhha akan melibatkan umat dan pengunjung di dalamnya, oleh karena itu vihara harus dapat menampung pengunjung, dan juga memfasilitasi kegiatan yang dilakukan pengunjung, supaya kegiatan berlangsung dengan baik.

Vihara Chi Kung Tien merupakan salah satu vihara yang ada di kota

Medan. Vihara ini dibangun pada tahun 2002 dan mulai beroperasi pada tahun

2010. Vihara Chi Kung Tien ini digunakan sebagai tempat dimana melakukan segala macam bentuk upacara keagamaan menurut keyakinan, kepercayaan, dan tradisi agama Budha, serta tempat umat awam melakukan ibadah menurut keyakinan, kepercayaan, dan tradisi masing-masing baik secara perorangan maupun kelompok. Letak bangunan, arsitektur, dan ornamen Vihara Chi Kung

Tien memiliki nilai dan makna bagi pendiri dan bagi etnis Tionghoa ditinjau dari segi tata aturan umum arsitektur bangunan Tiongkok serta aturan .Bangunan Tiongkok akan menerapkan aturan umum arsitektur Tiongkok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang pada umumnya dapat diketahui karena berdekorasi mewah,susunan warna dan motif dekorasi didasarkan pada lambang-lambang yang mengandung pengertian dan seni keindahan. Atap, bubungan, balok-balok, tiang-tiang penyangga, dan penahan lantai memiliki lambang yang menggambarkan harapan baik. Arsitektur bangunan Tiongkok termasuk vihara memiliki komponen bagian dasar, tubuh dan atap yang dapat dilihat dari denah bangunan,pola penataan ruang, langggam dan gaya,serta dua konsep ruang yakni ruang sakral dan ruang profan.

Terdapat dua model dasar kuil Tiongkok yaitu kung atau istana dan miu

(miao).Model kuil adalah lapangan terbuka yang lebar dengan altar berada pada pusat dengan sepanjang dinding utara terdapat lebih dari tiga altar.Sedangkan miu merupakan bangunan yang terdapat lubang di atas sebagai pusat dengan altar utama berada di tengah pada dinding belakang.

Vihara Chi Kung Tien memiliki ornamen yang berupa ukiran yang sebagian besar berbentuk simbol, yang digunakan sebagai sarana komunikasi atau penyampaian pesan kepada jemaatnya. Vihara Chi Kung Tien ini juga terdapat simbol-simbol yang berhubungan dengan bangunannya. Simbol- simbol ini diwujudkan dalam bentuk fisik dan non fisik. Simbol fisik ini diwujudkan dalam bentuk ornamen dan warna-warna pada bangunan dengan berbagai macam detail, sesuai dengan makna apa yang dikandungnya.

Sedangkan simbol non fisik terlihat dari prosesi-prosesi maupun kebiasaan pada saat prosesi ritual. Menurut Yu ( 2001 ), terdapat beberapa ornamen yang biasanya terletak pada dinding, atap, pilar dan elemen interior lainnya sesuai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan sifat dan maknanya. Jenis ornamen yang biasa digunakan di Vihara dibagi menjadi tiga, yaitu ornamen hewan, tumbuhan dan manusia.

Yu dalam bukunya “Mu Ching”, menuliskan adanya hubungan antara proporsi tiap-tiap bagian dalam bangunan, yang terbagi atas tiga bagian yaitu bagian atas adalah bagian yang terdapat di atas kontruksi penopang atap ( yang disebut tou kung), bagian tengah adalah bagian yang terdapat antara dasar bangunan dan konstruksi penopang atap, termasuk di kolom, dan bagian yang ketiga adalah bagian bawah yaitu bagian podium sebagai kaki bangunan.

Penerapan adanya bagian atas, tengah dan bawah ini adalah juga merupakan simbolisasi alam mikrokosmos yang menyimbolkan bagian atas sebagai dunia keilahian, bagian tengah sebagai tempat hidup manusia, dan bagian bawah sebagai tembat roh-roh yang buruk.

Gambar 1.2 Klenteng Kong Miao di Shandong Tiongkok

(Sumber : Wikipedia.org 2007)

Banyak keunikan-keunikan pada bangunan vihara Chi Kung Tien ini yaitu mirip dengan Klenteng Kong Miao di QuFu Provinsi Shan Dong,

Tiongkok.Yang memiliki kemiripan bentuk dengan Vihara Chi Kung Tien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kota Medan. Klenteng tersebut merupakan Klenteng umat agama Kong Hu Cu terbesar di Tiongkok.Dapat kita amati pada bentuk bangunan berupa atap, pilar, pagar dan tangga dalam menuju ruang utama sembahyang vihara. Pada bagian atap vihara menyerupai perahu layar yang memiliki makna bahwa nenek moyang etnis Tionghoa datang ke Indonesia menggunakan perahu layar.

Keunikan selanjutnya adalah dalam hal segi keamanan bahwa ketika akan memasuki bangunan utama vihara harus melewati pagar dan memasuki lorong setengah lingkaran dimana disisi kiri dan kanan terdapat lukisan-lukisan Dewa-

Dewi Tionghoa,setelah melewati lukisan tersebut, selanjutnya akan memasuki halaman vihara yang terdapat pilar, patung, dan bangunan pagoda. Salah satu pengurus vihara menjelaskan bahwa pilar yang ada pada Vihara Chi Kung Tien didatangkan langsung dari Negara Republik Rakyat Tiongkok.Sebagaimana dikemukakan oleh Maria salah satu informan sekaligus penjaga vihara bahwa

Vihara Chi Kung Tien merupakan satu-satunya vihara di Kota Medan yang tiang pilarnya didatangkan dari Tiongkok.Desain interior yang ada pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ini berbentuk 四合院 (Sìhéyuàn; ke empat sudut berbentuk bujur sangkar). Sedangkan desain eksterior yang ada pada bangunan ini lebih didominasi dengan ornamen – ornamen hewan mitologi

Tiongkok dan beberapa jenis tumbuhan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 1.3 Lukisan Dewa-Dewi pada Lorong Vihara Chi Kung Tien

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Bangunan Vihara ini juga didominasi oleh warna merah dan kuning yang memiliki makna tersendiri. Filosofi arsitektur Tiongkok ini sangat dipengaruhi oleh filosofi kepercayaan dan ajaran Konfusianisme, Taoisme dan

Budhisme. Terdapat simbol dan lambang – lambang dari bentuk ideal dan keharmonisan dalam tatanan masyarakat ( G. Lin, 1989 ).Dahulunya vihara ini adalah sebuah Klenteng yang terletak di Jalan Aksara kota Medan, namun sering disalahgunakan sebagai tempat penyembuhan penyakit, meminta rezeki tetapi masih menggunakan sistem tradisi bukan sesuai ajaran agama, oleh sebab itu ada beberapa umat dari klenteng tersebut yang berinisiatif untuk membangun bangunan klenteng tersebut menjadi vihara di lokasi yang berbeda dari lokasi sebelumnnya,akhirnya dibangunlah Vihara Chi Kung Tien. Dalam pembangunan vihara tersebut memakan waktu delapan tahun terhitung mulai dari tahun 2002 sampai 2010, dan mulai diresmikan di tahun 2010 oleh Kanwil

Kementrian Agama Sumatera Utara. Menurut Yu ( 2001 ), terdapat beberapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ornamen yang biasanya terletak pada, atap, pilar dan elemen interior lainnya sesuai dengan fungsi dan maknanya. Jenis ornamen yang biasa digunakan di

Vihara dibagi menjadi tiga, yaitu ornamen hewan, tumbuhan dan manusia

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam dan berniat untuk melakukan suatu penelitian yang memfokuskan pada fungsi dan makna simbol,ornamen yang terdapat pada bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan di Jalan Pukat Banting 1/ Rahayu

No 94 Kota Medan. Dengan demikian peneliti membuat judul penelitian, yaitu

“Analisis Fungsi dan Makna Simbol Ornamen pada Bangunan Vihara Chi

Kung Tien Kota Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana fungsi dan makna simbol yang terdapat pada bangunan Vihara

Chi Kung Tien Kota Medan ?

2. Bagaimana fungsi dan makna ornamen yang terdapat pada bangunan

Vihara Chi Kung Tien Kota Medan ?

1.3 Batasan Penelitian

Setiap pelaksanaan penelitian karya ilmiah pasti selalu bertolak dari adanya masalah yang dihadapi dan harus disimpulkan.Agar penelitian skripsi ini dapat terarah dan pembahasannya juga tidak mengambang, maka peneliti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA membatasi ruang lingkup penelitian dengan membatasi permasalahan yang dipaparkan sesuai dengan judul skripsi yaitu : Analisis Fungsi dan Makna

SimbolOrnamen pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang dicapai dalam penelitian menjadi kerangka yang selalu dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang diperoleh. Tujuan dalam sebuah penelitian harus terarah dan dirumuskan untuk mendapatkan catatan yang jelas tentang hasil yang akan dicapai.

1. Mendeskripsikan fungsi dan maknasimbolyang terdapat pada bangunan

Vihara Chi Kung Tien Kota Medan.

2. Mendeskripsikan fungsi dan maknaornamen pada bangunan Vihara Chi

Kung Tien.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua manfaat yaitu manfaat praktis yang yang menekankan kepada aspek guna dan fungsinya,sedangkan manfaat teoritis lebih menekankan kepada aspek-aspek budaya yang lebih abstrak. Sebagaimana yang telah diungkapkan pada latar belakang, rumusan masalah dan tujuan masalah. Maka manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Memberikan informasi mengenai fungsi dan makna simbol, ornamen yang

terdapat pada Vihara Chi Kung Tien.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan

penelitian lanjutan mengenai simbol dan ornamen bangunan yang bergaya

Tiongkok.

3. Memberikan informasi lebih kepada peneliti dan penulis lain agar dapat

lebih mengetahui kebudayaan Tiongkok.

1.5.1 Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian nantinya diharapkan memberikan pengalaman

tersendiri bagi peneliti dan menambah wawasan mengenai fungsi dan

makna simbol ornamen yang terdapat pada bangunan vihara dan juga

sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana di Universitas Sumatera

Utara

b. Bagi Perguruan Tinggi

Hasil dari penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai salah

satu sumber belajar mahasiswa baik sebagai referensi, guna menambah

wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai simbol dan

ornamen pada bangunan utama vihara dan dapat dijadikan sebagai

bahan referensi dalam kegiatan belajar mengajar yang ada diperguruan

tinggi yang menawarkan program studi Sastra Tiongkok Universitas

Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

c. Bagi Masyarakat

Dengan dijadikannya Vihara Chi Kung Tien sebagai obyek penelitian,

dapat memberikan sumbangan informasi mengenai fungsi dan makna

simbol ornamen yang terdapat pada bangunan Vihara Chi Kung Tien bagi

masyarakat Kota Medan pada khususnya dan masyarakat lain pada

umumnya, serta melengkapi kepustakaan tentang Vihara.

1.5.2 Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini,diharapkan hasil yang akan dicapai dari karya tulis yang dilakukan mengenai fungsi makna simbol dan ornamen pada bangunan Vihara Chi Kung TienKota Medan ini,dapat memberikan sumbangan pemikiranbagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menambah referensi dibidang seni ornamen pada suatu bangunan.Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan masalah ini, sehingga hasilnya dapat lebih luas dan mendalam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata (Soedjadi, 2009:14). Dalam hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang di gunakan secara mendasar. Selain itu juga sebagai penyamaan persepsi tentang apa yang akan di teliti serta menghindari kesalahan pada penelitian. Berdasarkan penelitian ini, konsep yang dibahas adalah mengenai: (1) Fungsi, (2) Makna, (3) Simbol, (4) Ornamen, (5) Bangunan

(6) Vihara dan (7) Kota Medan.

2.1.1 Fungsi

Fungsi adalah penggambaran baru dari objek yang sangat berbeda dari aslinya. Menurut Nurmala (2013:167-168) menyebutkan, “Pandangan para pakar perencanaan kota, arsitek, dan pengamat bangunan bersejarah dalam upaya pelestarian fungsi bangunan, antara lain:

1. Fungsi bangunan mengacu pada Undang-Undang baru Cagar Budaya No. 11

Tahun 2010 untuk kepentingan agama, sosial, parawisata, ilmu pengetahuan,

dan kebudayaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Fungsi diberikan pada bangunan kuno harus fleksibel, tidak hanya terkait

dengan fungsi semula. Fungsi bisnis sangat memungkinkan karena

keuntungan dapat digunakan untuk biayai perawatan bangunan.

3. Fungsi menjamin bangunan kuno sebagai indentitas sehingga fungsi dapat

berbeda dengan yang terdahulu, fungsi dapat memberikan pendapatan

pemeliharaan bangunan. Fungsi diberikan adalah fungsi yang menonjolkan

keberadaan bangunan produktif.

4. Fungsi bangunan kuno sebaiknya mengikuti fungsi yang ada sekarang, tetapi

yang penting untuk dilestarikan adalah fungsi beberapa kawasan tertentu atau

yang tercermin dalam objek pelestarian”.

2.1.2 Makna

Menurut Boediono (dalam KBBI, 2009:384) menyebutkan, “Makna adalah arti atau maksud penting didalamnya”. Sedangkan menurut Budiharjo (dalam

Pontoh, 1992:36)menyebutkan, “Makna pada bangunan mempunyai manfaat yang dapat diperoleh dari upaya pelestarian antara lain memperkaya pengalaman visual, memberi pilihan dan berkerja disamping lingkungan modern, memberi suasana permanen yang menyegarkan, sebagai bukti fisik sejarah,mewariskan arsitektur, menyediakan catatan historis masa lalu, melambangkan keterbatasan hidup manusia, dan aset komersial dalam kegiatan wisata internasional”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.3 Simbol

Menurut Budiono (1984: 10) simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepadaseseorang. Sedangkan menurut Poespoprodjo (2004: 117), menjelaskan bahwa kata simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu sumballo yang berarti menghubungkan atau menggabungkan. Simbol dapat berupa gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda, ataupun jumlah sesuatu.

Jadi simbol digunakan untuk menjelaskan makna, menyampaikan berita, juga sebagai peninggalan bukti sejarah. Simbol dapat menjadi bagian terkecil dari sebuah isyarat dan tanda, sementara isyarat dan tanda bisa jadi mengandung makna simbolis di dalamnya. Simbolisme sudah merasuk dalam semua aspek kehidupan orang Tiongkok (Lilian Too, 1994: 149). Keberadaan simbol-simbol

Tiongkok ini memiliki arti atau makna yang tersendiri. Simbol-simbol ini dapat berupa hewan, bunga, tumbuhan, buah ataupun dewa dan semuanya itu menjadi perlambangan Tiongkok yang melambangkan nasib baik. Simbol tersebut biasanya diterapkan pada lukisan, patung dan jenis benda lainnya.

2.1.4 Ornamen

Menurut Soepratno (1984: 11) bahwa ornamen berasal dari bahasa

Yunani yaitu dari kata ornane yang berarti hiasan atau perhiasan. Ragam hias atau ornamen itu sendiri terdiri dari berbagai jenis motif dan motif-motif itulah yang digunakan sebagai penghias sesuatu yang ingin kita hiasi. Oleh karena itu motif adalah dasar untuk menghias sesuatu ornamen. Lebih lanjut Soepratno

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menjelaskan bahwa ornamen dimaksudkan untuk menghiasi sesuatu bidang atau benda, sehingga benda tersebut menjadi indah seperti yang kita lihat pada hiasan kulit, buku, piagam, kain batik, tempat bunga dan barang-barang yang lainnya.

Menurut Gustami (2008: 4) ornamen merupakan komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Disamping tugasnya implisit menyangkut segi-segi keindahan, juga untuk menambah indahnya suatu barang sehingga lebih bagus dan menarik, akibatnya mempengaruhi pula dalam segi penghargaannya, baik dari segi spiritual maupun segi material/finansial. Dari pendapat diatas maka dapat ditarik pengertian bahwa ornamen merupakan penerapan hiasan pada suatu produk.

Bentuk hiasan yang menjadi ornamen fungsi utamanya adalah untuk memperindah benda produk atau barang yang dihias.

2.1.5 Bangunan

Bangunan adalah suatu susunan elemen-elemen yang membentuk fungsi untuk mewadahi aktivitas manusia dengan segala komponen yang dibutuhkan dalam aktivitasnya. Ia memiliki bentuk dan dimensi yang dapat menaungi dengan memiliki kekakuan dan kekokohan yang dapat melindungi manusia dan segala aktivitas didalamnya dari segala gangguan. Karena bangunan berfungsi untuk mewadahi aktivitas manusia maka ia harus mempunyai keadaan yang dibutuhkan oleh manusia yaitu kenyamanan, keamanan, dan efisiensi, serta kebutuhan- kebutuhan manusia yang lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Bangunan adalah kata benda, dengan kata kerjanya bangun atau membangun, sehingga bangunan dapat diartikan sebagai yang dibangun atau yang didirikan. Bangunan adalah segala sesuatu yang dibangun untuk suatu kepentingan tertentu. Dengan definisi demikian, hampir semua bentuk yang didirikan atau dibangun dapat disebut sebagai bangunan, seperti gedung, rumah, jembatan,jalan, tugu, kios, warung dan banyak lagi contoh yang dapat disebutkan.

Sehingga kita dapat menyebut ada bangunan kapal, bangunan irigasi, bangunan permanen, bangunan tidak permanen dan seterusnya.

Bangunan sering digunakan untuk tempat-tempat produksi, meskipun tidak selalu demikian. Misalnya pabrik, galangan, bangsal, penjara, tenda, bengkel, gudang, serta mesjid sering menggunakan yang disebut bangunan, walau ada juga tempat-tempat itu yang dibangun dengan arsitektur dengan nilai seni tinggi yang tidak kalah menariknya wujud yang lain (Afrilliani, 2015:37).

2.1.6 Vihara

Vihara merupakan tempat dimana keagamaan umat Buddha dilangsungkan. Kegiatan keagamaan umat Budhha akan melibatkan umat dan pengunjung di dalamnya, oleh karena itu Vihara harus dapat menampung pengunjung, dan juga memfasilitasi kegiatan yang dilakukan pengunjung, supaya kegiatan berlangsung dengan baik.

Pada awalnya pengertian vihara sangat sederhana, yaitu merupakan pondokan atau tempat tinggal atau tempat penginapan para bhikku, bhikkuni, samanera, dan samaneri. Namun kini pengertian vihara mulai berkembang, yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA vihara merupakan tempat dimana melakukan segala macam bentuk upacara keagamaan menurut keyakinan, kepercayaan, dan tradisi agama Buddha, serta tempat umat awam melakukan ibadah atau sembahyang menurut keyakinan, kepercayaan, dan tradisi masing-masing baik secara perorangan maupun bentuk kelompok. Di dalam vihara terdapat satu atau lebih ruangan untuk penempatan altar (Suwarno, 1999: 908).

Vihara merupakan wadah toleransi dalam sembahyang yang dipuja oleh tiga umat dengan aliran yang berbeda, yakni Tao-is, Buddhis, dan Konfucian atau yang disebut dengan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD).

Aliran Tao-is, aliran yang dibawa oleh seorang filsafat Tiongkok jaman kuno bernama Lao Tse, yang oleh penganutnya dianggap sebagai Nabi dari Taois.

Nabi Lao Tse dikenal juga sebagai seorang yang mengajarkan tentang perhitungan alam, yaitu manusia hidup selaras dengan alam. Diadakan masyarakat Tionghoa dikenal pula dengan istilah Hong Shui/Feng Shui, yaitu salah satu cara untun menselaraskan alam dengan kehidupan manusia. FengShui adalah metode pengaturan tata letak bangunan yang berpedoman padakeseimbangan lingkungan dan alam. Feng Shui merupakan ilmu untuk menganalisa sifat, bentuk, kondisi dan situasi bumi yang menjadi lokasi/tempat manusia berada. Beberapa hal yang mempengaruhi Feng Shui menyangkut: kondisi tanah pada lokasi (tapak), arah bangunan, ukuran dan bentuk lahan bangunan.

Aliran Buddha, aliran yang berkembang dari tanah India, yaitu ditandai dengan kelahiran seorang pangeran Shidharta. Pangeran Shidharta meninggalkan keluarga dan istrinya untuk mencari kebenaran sejati bagi kebahagiaan semesta,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yaitu dengan jalan menjadi seorang pertapa dan berguru. Pangeran Shidharta mencapai apa yang ingin didapatkannya pada usia genap 35 tahun, yaitu dengan menjadi Buddha yang maha sempurna, guru yang agung sekalian alam, umat manusia dan para Dewa. Dalam Agama Buddha ada ritual dan juga tempat yang dianggap sakral yang dikenal dengan Vihara. Umat Buddha menganggap tempat sakral (Vihara) sebagai pusat kegiatan keagamaan yang dapat meningkatkan moral dan budi pekerti yang luhur dalam kehidupan beragama bagi umat beragama, bagi umat Buddha, baik dalam lingkungan.

Aliran Konghucu, aliran yang diturunkan Tuhan di tanah Tiongkok dengan Nabi Khongcu. Nabi Khongcu adalah Raja Seng Thong dari dinasti

Sang. Agama Konghucu dalam istilah aslinya memiliki makna agama bagi yang lembut hati, yang terbimbing dan yang terpelajar. Ajaran Konghucu mengacu pada filsafat Konfusianisme. Ajaran Konfusianisme dibawa oleh seorang Confusius. Ajaran tersebut mengajarkan tentang tata cara menjalanikehidupan dan bagaimana berfikir dengan bijak. Confucianisme tidak dianggap sebagai satu agama yang berunsurkan ketuhanan tetapi merupakan ajaran yang mengajarkan tentang prinsip-prinsip hidup yang lebih baik.

Confucianisme berasaskan ajaran yang menekankan perasaan perikemanusiaan terhadap masyarakat lain dan harga diri.

Di Tiongkok secara umum terdapat Vihara Tao, Budha dan Konfusius.

Di Beijing terdapat Vihara Budha dan Vihara Tao, tetapi sangat sedikit ditemui

Vihara Konfusius. Di Tiongkok Utara dan Tiongkok Tengah terdapat pemisahan yang jelas antara Vihara Budha dan Vihara Tao. Vihara yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terdapat di wilayah Tiongkok Selatan terutama di daerah Hokkian di provinsi

Fujian (Fukien) dan daerah-daerah di provinsi Guangdong (Kwantung) memiliki kesamaan dengan Vihara yang ada di Indonesia yang memfokuskan pemujaan kepada Buddha, Tao dan leluhur, hal ini dikarenakan orang

Tiongkok yang paling awal datang ke Indonesia. Setelah menetap di Indonesia mereka melanjutkan tradisi keagamaan dan budaya mereka. Penamaan jenis

Vihara Tao, Buddha dan Konghucu berbeda-beda, untuk Vihara Tao: Gong dan

Guang, Vihara Buddha: Si dan An, Vihara Konghucu: Lintang, Ci,Miao dan

Bio.

2.1.7 Kota Medan

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan , serta kota terbesar di luar Pulau Jawa. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan

Belawan dan Bandar Udara Internasional Kuala Namu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses dari pusat kota menuju pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan kereta api. Medan adalah kota pertama di Indonesia yang mengintegrasikan bandara dengan kereta api.

Berbatasan dengan Selat Malaka menjadikan Medan kota perdagangan, industri, dan bisnis yang sangat penting di Indonesia. Medan adalah kota multietnis yang mana penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Selain Melayu sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penghuni awal, Medan didominasi oleh etnis Jawa, Batak, Tionghoa,

Mandailing, dan India. Mayoritas penduduk Medan bekerja di sektor perdagangan, sehingga banyak ditemukan ruko di berbagai sudut kota. Di samping kantor-kantor pemerintah provinsi, di Medan juga terdapat kantor- kantor konsulat dariberbagai negara seperti AmerikaSerikat,Jepang, dan Jerman.

2.2 Landasan Teori

Pemaparan teori didasarkan pada pemikiran bahwa ilmu tidak dimulai dengan halaman kosong. Pemaparan teori disusun sendiri secara elektrik dan dapat berupa teori yang digunakan seorang ahli. Kerangka teoritis adalah teori yang digunakan untuk kerangka kerja penelitian tentang topik yang diambil untuk diteliti. Teori adalah hasil pengamatan tentang kehidupan sosial dalam satu pola terpadu, misalnya ide tau pikiran tentang masyarakat dan kehidupan sosial dari para ahli sosiologi yang tulisannya menjadi bahan diskusi sebagai fenomena sosial.

Menurut Ahimsa Putra (dalam Sulasman 2013:86) menyebutkan, “Teori sebagai pernyataan, pendapat pandangan mengenai (1). Hakikat kenyataan suatu fakta. (2). Hubungan antara fakta tersebut dengan fakta lain dan kebenaran pernyataan tersebut telah diuji melalui metode dan prosudur tertentu”.

Dalam suatu kajian atau analisis sudah sewajarnya memakai landasan teori tertentu. Teori digunakan sebagai landasan untuk memahami, menjelaskan, menilai suatu objek atau data yang dikumpulkan sekaligus sebagai pembimbing yang menuntun dan memberi arah dalam penelitian. Landasan teori yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berhubungan dengan permasalahan penelitian yang peneliti gunakan adalah teori semiotik dan fungsionalisme. Teori semiotik digunakan untuk mengkaji makna simbol dan ornamen pada bangunan Vihara Chi Kung Tien.Teori fungsional digunakan untuk mengkaji sejauh apa fungsi simbol ornamen-ornamen pada bangunan Vihara Chi Kung Tien di Kota Medan. Namun demikian, untuk memperjelas pemahaman konseptual, maka kedua teori ini peneliti uraikan sebagai berikut :

2.2.1 Teori Fungsionalisme

Untuk melihat fungsi bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan, peneliti menggunakan teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Bronislaw

Malinowski. Teori fungsionalisme adalah satu teori dipergunakan dalam ilmu antropologi, menekankan saling ketergantungan atara institusi dan kebiasaan dalam masyarakat. Fungsionalisme adalah penekanan dominan dalam studi antropologi khususnya penelitian etnografis selama beberapa dasawarsa.

Fungsionalisme kaidah yang bersifat mendasar bagi suatu antropologi yang berorientasi pada teori diktum metodologis bahwa kita harus mengekplorasi ciri sistemis budaya. Artinya harus mengetahui ketertarikan antara institusi atau struktur suatu masyarakat sehingga membentuk sistem yang dibuat. Kemungkinan lain adalah memandang budaya mempunyai ciri yang tersendiri, khas dan tanpa kaitan, karena kesamaan historis (Kaplan & Manners, 2002:111).

Malinowski mengatakan unsur kebudayaan merupakan bagian terpenting dalam masyarakat karena unsur tersebut memiliki fungsi tertentu. Setiap pola adat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kebiasaan merupakan sebagian fungsi dasar sebuah kebudayaan Garna (dalam

Setia Gumilar dkk 2013:113). Teori-teori fungsional mencakup konsep sebagai berikut:

1. Sebagai sistem yang terikat dan terbatas, masyarakat mengatur dirinya sendiri

dan cenderung menjadi suatu sistem yang tetap serta serasi.

2. Sebagai suatu sistem yang mengatur dirinya sendiri sama dengansuatu

organisme, masyarakat mungkin mempunyai kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi, apabila keserasian yang ingin dipertahankan.

3. Analisa sosiologis terhadap sistem yang mengatur dirinya sendiri dengansegala

kebutuhannya harus dipusatkan pada fungsi-fungsi bagian sistem dalam

memenuhi kebutuhan dan memelihara keserasiannya.

4. Dalam sistem dengan berbagai kebutuhan mungkin tipe struktur tertentuharus

ada untuk menjaminketahanannya.

Salah satu yang megembangkan teori fungsionalisme adalah seorang antropologi yang bernama Bronislaw Malinowski. Bronislaw Malinowskimengembangkan teori dalam mengenalisa fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya adalah teori fungsional tentang kebudayaan atau “a functional theory of culture”.

Menurut Bronislaw Malinowski (1984:216) menyatakan bahwa:

“Pada dasarnya kebutuhan manusia sama, dalam kebutuhan bersifat biologis dan kebutuhan bersifat psikologis dalam kebudayaan memenuhi kebutuhan tersebut didalamnya. Kondisi pemenuhan kebutuhan tidak terlepas dari proses dinamika perubahan kontruksi nilai yang disepakati bersama didalam sebuah masyarakat (bahkan proses yang dimaksudkan akan tetap terus bereproduksi) dan dari nilai-nilai akhirnya berbentuk tindakan yang terlembagakan dan dimaknai oleh masyarakat. Akhirnya memunculkan tradisi-tradisi berbagai macam upacara seperti: perkawinan, tata cara, dan lain sebagainya yang terbentuk dan terlembaga untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Bronislaw Malinowski mengembangkan teori fungsi unsur kebudayaan yang kompleks. Inti dari teori tersebut adalah pendirian bahwa aktifitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupanya. Contoh salah satu unsur kebudayaan terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan kebutuhan nalurunya akan keindahan. Menurut Bronislaw Malinowski ada tiga tingkatan yang harus ada dalam kebudayaan yaitu:

“(1) Suatu kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan pangan dan prokreasi, (2) sebuah kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan hukum dan pendidikan, (3) sebuah kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti kebutuhan agama dan kesenian.”

Pandangan dari fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa pola kelakuan sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap merupakan dari kebudayaan suatu masyarakat, yang memenuhi fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan. Pemikiran Bronislaw Malinowski secara fungsional di kembangkanya dalam konsepnya mengenai fungsi sosial dari kebudayaan, adalah :

“(1) Unsur kebudayaan dalam tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, tingkah laku masyarakat dan pranata sosial masyarakat, (2) unsur kebudayaan dalam tingkat abstraksi ke dua mengenai pengaruh atau efek terhadap kebutuhan suatu adat untuk mencapai maksud, yang dikonsepsikan warga masyarakat bersangkutan, (3) unsur kebudayaan dalam tingkat abstraksi ke tiga mengenai pengaruh dan efek terhadap kebutuhan mutlak berlangsungnya integrasi suatu sistem sosial tertentu.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Konsep fungsionalisme Bronislaw Malinowski menjelaskan fungsi dari unsur budaya adalah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yaitu kebutuhan pokok manusia. Seperti halnya kebutuhan gizi (nutrition), berkembang biak

(reproduction), kenyamanan (bodily comfort), keamanan (safety), kesantaian

(relaxation), gerak (movement), dan pertumbuhan (growth). Jadi menurut pandangan Bronislaw Malinowski tentang kebudayaan, semua unsur kebudayaan dipandang sebagai hal memenuhi kebutuhan dasar masyarakat (Ihromi, 1980:60).

Menurut Bronislaw Malinowski pendekatan fungsional mempunyai nilai praktis:

“Nilai praktis dari teori fungsionalisme adalah bahwa teori ini mengajarkan kita tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang beragam, bagaimana kebiasaan itu tergantung satu dengan yang lainnya, bagaimana harus dihadapi oleh para penyiar agama, oleh penguasa kolonial dan oleh para ekonomis mengeksploatir perdagangan dan tenaga masyarakat primitif.”

Bronislaw Malinowski (1984:217) mengatakan beberapa unsur kebudayaan yang meliputi pokok-pokok kebudayaan yaitu:

“(1) Sebuah sistem normatif adalah sistem norma yang berkerjasama dengan para anggota masyarakat yang dapat menguasai alam di sekelilingnya, (2) organisasi ekonomi, (3) mechanism and agencies of education merupakan alat-alat dan lembaga dengan kata lain petugas untuk pendidikan. Misalnya keluarga merupakan lembaga resmi pendidikan selain lembaga resmi yang ada, (4) organisasi kekuatan”.

Bronislaw Malinowski penganut teori fungsionalisme selalu mencari fungsi dan kegunaan setiap unsur kebudayaanpada keperluan masyarakat. Keberatan teori fungsionalisme Bronislaw Malinowski adalah bahwa teori ini tidak menjelaskan mengenai adanya aneka ragam kebudayaan manusia, pola budaya,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan tidak mengemukakan dalil yang menerangkan mengapa kebudayaan berbeda- beda memiliki unsur budaya dan mengapa terjadinya perubahan budaya.

Teori fungsionalisme dikemukakan Bronislaw Malinowski mengatakan kebudayaan memenuhi kebutuhan biologis, istrumental, dan integratif sebuah kebudayaan.Teori fungsionalisme Bronislaw Malinowski mengatakan pendapat bahwa fungsi yang telah mengalami perubahan ke arah nilai dan telah berdampak bagi nilai tersebut, telah berubah menjadi makna yang disepakati masyarakat.

Sesuai dengan diuraikan Bronislaw Malinowski dengan teori fungsionalisme maka, peneliti menganalisis fungsi bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan yang menjadi cakupan pembatasan permasalahan didalam penelitian. Vihara Chi

Kung Tien Kota Medan memiliki fungsi biologis sebagai bangunan yang memenuhi kebutuhan kreasi hasil masyarakat, instrumental sebagai pendidikan dan sarana pengetahuan bagi masyarakat, serta fungsi integratif memenuhi kebutuhan agama bagi masyarakat. Bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan memiliki makna tersendiri bagi masyarakat, dari segi bangunan Vihara, alat kebaktian, patung, dan relif bangunan.

Tujuan utama pembangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan adalah untuk memberikan ruang atau tempat bagi masyarakat yang beraliran agama Buddha untuk beribadah. Selain itu memberikan kesempatan bagi umat dalam pengembangan ajaran agama yang dianut. Jika dikaitkan dengan teori fungsionalisme Bronislaw Malinowski, bangunan Vihara Chi Kung Tien memiliki fungsi yang cukup berarti bagi masyarakat etnis tionghoa di Kota Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sesuai dengan teori fungsionalisme Bronislaw Malinowski mengatakan semua unsur kebudayaan berfungsi dalam kehidupan masyarakatnya. Bronislaw

Malinowski mengatakan kebudayaan bersifat biologis dalam kesenian dan keagamaan. Sesuai fungsi Vihara Chi Kung Tien berfungsi sebagai tempat ibadah dan berdoa. Vihara Chi Kung Tien berfungsi sebagai tempat melakukan upacara perayaan keagamaan bagi seluruh umat yang beraliran ajaran agama Tridarma.

2.2.2 Teori Semiotik

Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkaitan dengan sebuah tanda dansimbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengetahui cara memaknai sebuah bangunan. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.

Istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Semiotika adalah studi tanda dan segala yang berhubungan denganya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Sudjiman dan Zoest,

1991:5). Semiotik dapat menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan lambang, penggunaan lambang, pemaknaan pesan dan cara penyampaiannya.

Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinan de Saussure melalui sistem tanda: signified dan signifier. Konsep ini melihat bahwa makna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA akan mucul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi antara yang ditandai(signified) dengan yang menandai(signifier). Bagian tanda yang ditangkap oleh penerima tanda dan merujuk langsung kepada objeknya.

Teori semiotik mengarahkan perhatiannya pada tanda, yakni “sesuatu yang mewakili sesuatu”. Secara lebih khusus kita dapat mengatakanbahwa sesuatu yang diwakili itu adalah “pengalaman manusia,” baik pengalaman fisik maupun pengalaman mental. Pengalaman ada yang bersifat langsung dan tidak langsung.

Pengalaman tak langsung dialami melalui tanda.

Semiotika memiliki enam prinsip dasar, yaitu:

1. Prinsip Struktural. Tanda dilihat sebagai sebuah kesatuan antara sesuatu

yang bersifat material dan konseptual. Yang menjadi fokus penelitian

adalah relasi antara unsur-unsur tersebut, karena dari relasi tersebut akan

menghasilkan makna.

2. Prinsip Kesatuan. Sebuah tanda merupakan kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan antara bidang penanda yang bersifat konkrit atau material

dengan bidang petanda.

3. Prinsip Konvensional. Relasi antara penanda (signifier) dan petanda

(signified) sangat tergantung pada apa yang disebut konvensi, yaitu

kesepakatan sosial tentang bahasa (tanda dan makna) di antara komunitas

bahasa.

4. Prinsip Sinkronik. Tanda dipandang sebagai sebuah sistem yang tetap di

dalam konteks waktu yang dianggap konstan, stabil dan tidak berubah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Prinsip Representasi. Tanda merepresentasikan suatu realitas yang menjadi

rujukan atau referensinya.

6. Prinsip Kontinuitas. Relasi antara sistem tanda dan penggunanya secara

sosial dipandang sebagai sebuah continue, mengacu pada struktur yang

tidak pernah berubah.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah hasil peninjauan, pandangan, ataupun pendapat yang sudah di lakukan terhadap buku, jurnal, skripsi, artikel, dan lainnya. Hal ini dilakukan membantu peneliti dalam penyusunan. Adapun beberapa tinjauan pustaka yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

Miskaningsih (2017), dalam skripsinya yang berjudul “Makna Simbolis

Ornamen pada Bangunan Utama Vihara Avalokitesvara di Kawasan Banten

Lama.” skripsi ini mendeskripsikan dan makna-makna budaya khas Tiongkok yang terdapat pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien. Skripsi ini juga memuat tentang makna-makna simbolis yang berupa naga, lampion, burung rajawali, tiang penyangga. Skripsi ini sangat membantu peneliti dalam menganalisis mengenai bentuk dan makna simbolis yang bergaya Tiongkok pada bangunan Vihara.

Afrilliani (2015), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Semiotik budaya terhadap bangunan mesjid Jami’ Tan Kok Liong di Kota Bogor” skripsi ini mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terdapat pada mesjid Jami’ Tan Kok

Liong dan makna-makna budaya khas Tiongkok yang terdapat pada mesjid Jami’

Tan kok Liong. Skripsi ini juga memuat tentang makna-makna simbolis yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berupa naga, lampion, burung rajawali, tiang penyangga hingga yang lainnya masjid Jami’ Tan Kok Liong menggunakan arsitektur khas Tionghoa. Skripsi ini sangat membantu peneliti dalam menganalisis mengenai bentuk dan makna simbolis yang bergaya Tiongkok.

Rudiansyah (2014), dalam skripsi berjudul Makna dan Tipologi Rumah

Tjong A Fie di Kota Medan. Dalam penelitiannya memaparkan makna simbolis pada elemen rumah tinggal Tjong A Fie di kota Medan. Menjelaskan elemen fisik meliputi tipologi, atap dan ornamen bangunan sebagai komponen utama dan elemen non fisik meliputi kebudayaan Tiongkok dan kehidupan sosial budaya sebagai komponen penunjang. Skripsi ini juga sedikit memuat tentang model bangunan khas Tiongkok. Skripsi ini membantu peneliti dalam mempelajari mengenai model bangunan Tiongkok.

Sitepu (2014), dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk, fungsi dan Makna

Bangunan Pagoda Shwedagon di Brastagi”. Dalam penelitianya mendeskripsikan bentuk fungsi dan makna bangunan pagoda shwedagon di Brastagi. Skripsi ini sangat membantu peneliti dalam memahami mengenai bentuk dan makna bangunan pagoda pada halaman Vihara Chi Kung Tiien Kota Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah rangkaian dari cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian dan didasari oleh pandangan filosofis, asumsi dasar, dan ideologis serta pertanyaan dan isu yang dihadapi. Sebuah penelitian memiliki rancangan penelitian tertentu. Rancangan ini menjelaskan prosedur atau langkah-langkah yang harus dijalani, waktu penelitian, kondisi data dikumpulkan, sumber data serta dengan cara apa data tersebut dibuat dan diolah. Tujuan dari rancangan ini adalah menggunakan metode penelitian yang baik dan tepat, dirancang kegiatan yang bisa memberikan jawaban yang benar terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Penelitian deskriptifadalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya

(Best,1982:119). Penelitian deskriptif ini juga sering disebut noneksperimen,

karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan manipulasi

variabel penelitian. Dengan penelitian metode deskriptif, memungkinkan peneliti

untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan

generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (West,

1982). Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian dimana

pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan

objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

3.1.1Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bersifat deskritif yang dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan berupa angka-angka. Menurut Strauss dalam (Ahmadi,

2014: 15) penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang tidak dapat diperoleh (dicapai) menggunakan prosedur- prosedur statistik atau alat-alat kuantifikasi (pengukuran) lainnya. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah mendeskripsikan suatu objek yang diteliti sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Dalam penelitian kualitatif ini data yang dikumpulkan berupa deskritif

(Prastowo, 2012: 43). Peneliti ini bertujuan untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan tentang fungsi makna simbol ornamen yang terdapat pada bangunan Vihara Chi Kung Tien, dan dibutuhkan analisis data dari yang diperoleh melalui beberapa sumber kepustakaan maupun data dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2004:

330).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.2 Penelitian

Lokasi penelitian menurut Iskandar (2008:219) adalah situasi dan kondisi lingkungan tempat yang berkaitan dengan masalah penelitian. Moelong (2000:86) menyatakan bahwa dalam penentuan lokasi penelitian cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantive dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan. Guna memperoleh data, maka penelitian ini dilakukan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota

Medan yang beralamat pada Jalan.Pukat Banting I/ Rahayu No.94 Kecamatan

Medan Tembung, Kelurahan Bantan Timur, Medan Sumatera Utara.

3.3 Persyaratan Informan

Menurut pendapat Spradley dalam Faisal (1990:45) informan harus memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu :

1. Subjek yang telah lama minimal lima tahun dan intensif menyatu

dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau

perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan

memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan

kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan unuk dimintai

informasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam

memberikan informasi.

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposivesampling, di mana pemilihan dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteriayang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

3.4 Data dan Sumber Data

3.4.1 Data

Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti “sesuatu yang diberikan”.

Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra. Data dalam penelitian ini adalah semua informasi yang berkaitan dengan bangunan Vihara

Chi Kung Tien Kota Medan.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah berasal dari informan kunci sebagai berikut:

Sumber Data Primer : 1. Jansen Tan

Profesi : Pengelola Yayasan Indonesia Vidya Carita, Wiraswasta

Usia : 44 Tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sumber Data Primer: 2. Maria

Profesi : Sekretaris Yayasan Indonesia Vidya Carita

Usia : 38 Tahun

Sumber Data Primer : 3.Farida Hanum

Profesi : Pengelola dan Penjaga Vihara Chi Kung Tien Wiraswasta

Usia : 43 Tahun

Sumber Data Primer : 4.Lina lim

Profesi : Sejarawan Tiongkok, Wiraswasta

Usia : 66 Tahun

Yang dimaksud dengan informan kunci atau informan pangkal, juga disebut narasumber kunci (key informant) adalah seorang pemberi data yang memiliki kapasitas dan kapabilitas terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Data yang diperoleh informan kunci inilah yang menjadi bahan kajian utama dalam penelitian kualitatif. Dengan demikian, penelitian kualitatif sangat bergantung dari data yang diperoleh dari informan kunci.

Sedangkan sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, artikel, skripsi dan data pendukung lainnya yang berkaitan dengan ornamen khas negara Tiongkok.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data juga diperoleh melalui skripsi, tesis, buku sejarah dan kebudayaan Tiongkok, internet, jurnal dan artikel, yang kemudian dipilah-pilih. Secara metodologi dikenal beberapa macam teknik pengumpulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA data, diantaranya studi dokumentasi, kepustakaan, observasi lapangan, dan wawancara. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, studi dokumentasi atau studi kepustakaan (Abdurrahmat, 2005:104). Studi dokumentasi adalah langkah-langkah dan cara pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari buku, jurnal, skripsi dan juga artikel yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5.1 Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari sebuah tulisan, wasiat, buku, foto dan sebagainya. Dalam artian umum dokumentasi merupakan sebuah pencarian, penyelidikan, pengumpulan, pengawetan, penguasaan, pemakaian dan penyediaan dokumen. Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan penerangan pengetahuan serta bukti penelitian.

Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah.

Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati(Arikunto, 2011:237).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.5.2 Studi Kepustakaan

Defini studi kepustakaan menurut Moh. Nazir (2005:111): “Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan- laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.”

Dalam pengumpulan data peneliti melakukan beberapa tahapan, yaitu :

1. Mencari buku, skripsi, jurnal, makalah, artikel, informasi data

mengenai simbol dan ornamen Tiongkok dan mengumpulkannya.

2. Mengklasifikasikan dan mengkategorikannya berdasarkan fungsi dan

maknanya.

3.5.3 Observasi Lapangan

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada objek penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Dengan pengamatan secara langsung lebih memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan situasi penelitian. Dengan observasi maka peneliti dapat melihat secara langsung fenomena-fenomena atau momen yang tumbuh dan berkembang.

Adapun lokasi observasi dilaksanakan di bangunan Vihara Chi Kung

Tien pada Jalan Pukat Banting I / Rahayu No.94 Kecamatan Medan Tembung,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kelurahan Bantan Kota Medan. Di kawasan inilah peneliti melakukan penelitian terkait mengenai fungsi dan makna ornamen vihara.

3.5.4 Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah tehnik wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan brtanya secara langsung kepada subjek penelitian. Sebagai modal awal peneliti berpedoman pada pendapat

Koentjaraningrat (1981:136) yang mengatakan, ”... kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatat data hasil wawancara.”

Lebih jauh Koentjaraningrat (1981:139) juga menemukakan bahwa wawancara itu sendiri terdiri dari beberapa bagian yaitu: wawancara terfokus, bebas dan sambil lalu. Wawancara terfokus diskusi berpusat pada pokok permasalahan. Dalam wawancara bebas diskusi langsung dari suatu masalah ke masalah lain tetapi tetap menyangkut pokok permasalahan. Wawancara sambil lalu adalah diskusi langsung yang dilakukan untuk menambah/melengkapi data yang sudah terkumpul.

Sesuai dengan pendapat dari Koentjaraningrat dan Soehartono mengenai kegiatan wawancara maka peneliti sebelum wawancara telah mempersiapkan hal- hal yang berhubungan denga kegiatan wawancara demi kelancaran seperti alat tulis, daftar pertanyaan dan tape recorder untuk merekam. Tehnik bertanya yang peneliti kemukakan berdasarkan dari daftar pertanyaan dan pencatat hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA wawancara peneliti lakukan begitu mendapat jawaban dan yang tidak sempat dicatat masih bisa didengarkan dari hasil rekaman.

Pada saat peroses wawancara berlangsung peneliti menerapkan metode wawancara bebas. Dimana pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan kepada informan berlangsung dari satu masalah ke masalah lain tetapi tidak keluar dari topik permasalahan

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab secara langsung antara peneliti dan narasumber

(informan). Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa

informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya

sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu

tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu

kelancaran wawancara.

2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan

diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang

ingin digali dari responden.

3.6 Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data peneliti mendeskripsikan data yang ada dan selanjutnya mengelompokkan simbol dan ornamen Tiongkok pada bangunan

Vihara Chi Kung Tien berdasarkan makna dan fungsinya, setelah itu membuat kesimpulan dari semua data yang ada, agar diketahui fungsi dan makna, yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diekspresikan pada setiap unsur simbol dan ornamen Tiongkok yang terdapat pada bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan. Adapun proses yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Mewawancarai beberapa tokoh masyarakat Tionghoa, untuk memudahkan

peneliti untuk mengerjakan tulisan ini, serta mendapatkan informasi tentang

simbol dan ornamen yang mereka gunakan.

2. Mengumpulkan buku-buku atau jurnal-jurnal yang diharapkan dapat

mendukung tulisan ini kemudian memilih data yang diangggap paling penting

dan penyusunannya secara sistematis.

3. Berdasarkan data-data yang diambil, lalu peneliti dapat membuat kesimpulan

dari hasil yang diteliti dalam proses jalannya membuat penelitian ini

4. Mengklasifikasi data-data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan penelitian.

5. Membaca dan memutar ulang hasil rekaman yang diperoleh. Juga membaca

buku dan tulisan tangan tentang hal bangunan beberapa Vihara , yang

didapatkan dari informan yang diberikan kepada peneliti.

6. Memilah dan menyusun data tersebut menjadi sistematis sehingga pembaca

dapat mengerti maksud yang ingin disampaikan peneliti.

7. Mengklasifikasikan data dan menganalisis menggunakan teori fungsionalisme

Bronislaw Malinowski, dengan metode penelitian kualitatif deskriftif.

8. Menyimpulkan dan merangkum data-data yang telah berisikan informasi

yang relevan agar dapat dijadikan penunjang dalam penelitian penelitian ini.

9. Menyusun dan mendeskripsikan data yang telah diperoleh menjadi penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.7 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penyajian análisis data adalah metode

Miles dan Huberman (1992:16-19) mengemukakan bahwa aktivitas dalam análisis data ada tiga (3) tahap, yaitu reduksi data (data reduction). Penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusión drawing).

1. Reduksi Data (Data Reduktion)

Reduksi data merupakan suatu bentuk análisisyang menajamkan,menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan- kesimpulan finalnya dapat ditarik dan divertifikasi.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah berikutnyaadalah penyajian data.

Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Flowchart dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan vertifikasi. Penarikan kesimpulan ini merupakan sebagian dari suatu kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Hasil kesimpulan pada análisis data ini berupa fungsi dan makna simbol ornamen pada bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

4.1.1 Letak Geografis

0 0 Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30’-3 43’ Lintang Utara

0 0 2 dan 98 35’-98 44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km . Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kota

Medan sebagian besar secara topografi cenderung miring ke utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Secara administratif Kota Medan terbagi menjadi 21 Kecamatan dan batas wilayah Kota

Medan adalah sebagai berikut :

-Utara : Selat Malaka

-Barat : Kabupaten Deli Serdang

-Selatan : Kabupaten Deli Serdang

-Timur : Kabupaten Deli Serdang

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut 0 0 Stasiun Polonia berkisar antara 22,7 C – 24,1 C dan suhu maksimum berkisar

0 0 antara 31,0 C – 33,7 C serta menurut stasiun Sampali suhu minimumnya

0 0 0 berkisar antara 23,3 C – 24,4 C dan suhu maksimum berkisar antara 30,9 C –

0 33,6 C.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain.

Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2017 diperkirakan telah mencapai

2.321.053 jiwa. Secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi

Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951,

Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul dikeluarkannya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal

21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota

Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.

Berdasarkan luas administrsi yang sama maka melalui Surat Persetujuan

Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Keluarahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7

Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan

Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi

Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151

Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat

Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber

Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,

Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat

Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

4.1.2 Kota Medan secara Demografis

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.

Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikirr masyarakat dan perubahan sosial ekonominya.

Faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian. Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi.

Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat.(BPS Kota Medan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun tingkat kematian sudah tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun cultural. Menurut tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang balik (commuters) mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Tabel: 4.1

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun 2013-2017.

Luas Kepadatan

Jumlah

Tahun Wilayah Penduduk

Penduduk

(KM²) (Jiwa/KM²)

2013 2.136.185 265,10 7.681

2014 2.167.288 265,10 7.798

2015 2.210.156 265,10 7.858

2016 2.252.105 265,10 7.929

2017 2.301.053 265,10 8.001

Sumber : BPS Kota Medan

Keanekaragaman yang ada di Kota Medan membuat Kota Medan dinobatkan menjadi kota multikultural yang damai dan berjalan harmonis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (Waspada, 2007). Tidak heran, pengukuhan Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB) dilakukan di Kota Medan pada tanggal 31 Juli 2007 periode 2007-2012.

Penyebaran suku bangsa di Kota Medan dapat dilihat dalam Tabel 4.2:

Tabel 4.2

Perbandingan Suku Bangsa di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000

Suku bangsa Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun

2000

Jawa 24,9% 29,41% 33,03%

Batak 10,7% 14,11% --

Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65%

Mandailing 6,43% 11,91% 9,36%

Minangkabau 7,3% 10,93% 8,6%

Melayu 7,06% 8,57% 6,59%

Karo 0,12% 3,99% 4,10%

Aceh -- 2,19% 2,78%

Sunda 1,58% 1,90% --

Lain-lain 16,62% 4,13% 3,95%

Sumber: 1930 dan 1980; 2000: BPS Sumut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.2 Sejarah dan Denah Vihara Chi Kung Tien Kota Medan

4.2.1 Sejarah Vihara Chi Kung Tien Kota

Gambar 4.1 Vihara Chi Kung Tien

Sumber : www.google.com

Vihara Chi Kung Tien Kota Medan merupakan salah satu vihara yang terletak di Kota Medan. Vihara ini berlokasi di Jalan Pukat Banting 1 atau Jalan

Rahayu No 94 Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Bantan, Medan Sumatera

Utara. Dahulunya vihara ini adalah sebuah klenteng yang berbentuk ruko terletak di Jalan Aksara Kota Medan, seringkali banyak umat yang menyalahgunakan sebagai tempat penyembuhan penyakit, meminta rezeki tetapi masih menggunakan sistem tradisi bukan sesuai ajaran agama, oleh sebab itu ada beberapa umat dari klenteng tersebut yang berinisiatif untuk membangun bangunan klenteng tersebut menjadi vihara di lokasi yang berbeda dari lokasi sebelumnnya, akhirnya dibangunlah Vihara Chi Kung Tien. Pada tahun 2002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dibangunlah sebuah Vihara seluas kurang lebih 2.250 m² dengan panjang bangunan 45 meter dan lebar bangunan 50 meter. Dalam pembangunan vihara tersebut memakan waktu delapan tahun terhitung mulai dari tahun 2002 sampai

2010, dan mulai diresmikan di tahun 2010 oleh Kanwil Kementrian Agama

Sumatera Utara.

Gambar 4.2 : Peta Vihara Chi Kung Tien

Sumber : Google Maps

Pada hari selasa tanggal 24 Agustus 2010 merupakan hari yang bersejarah bagi masyarakat Tionghoa terutama untuk umat Vihara Chi Kung Tien di Kota

Medan. Momen bersejarah tersebut merupakan hari peresmian Vihara Chi Kung

Tien Kota Medan. Acara peresmian vihara ini dihadiri oleh ribuan masyarakat juga para pembina dan pengurus dari Yayasan Indonesia Vidya Carita. Acara tersebut dihadiri juga oleh Rohaniawan dari Sangha Agung Indonesia yaitu

Bhiksu Jina Dhammo Mahathera, dan diresmikan langsung oleh Pembinas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Buddha Kanwil Kementrian Agama Sumatera Utara Ketut Supardi S.Ag.M.Si serta tidak kalah pentingnya panitia-panitia yang telah ikut berpartisipasi didalamnya.

Gambar 4.3 : Peresmian Vihara Chi Kung Tien Tahun 2010

Sumber : Pengelola Vihara Chi Kung Tien

Vihara Chi Kung Tien Kota Medan ini termasuk dalam kategori vihara umum, karena terbuka untuk umum dan kepengurusan vihara ini ditangani oleh Yayasan

Indonesia Vidya Carita. Vihara ini memiliki fungsi sebagai tempat suci dalam menjalankan ibadah, dan fungsi sosial sebagai tempat beraktifitas masyarakat baik itu dari kegiatan sosial bernuasa keagamaan maupun kebudayaan.

Bangunan Vihara Chi Kung Tien ini menghadap ke arah Barat dan secara umum vihara ini memiliki fisik bangunan yang berupa halaman depan, ruang suci utama, ruang pemujaan dewa bangunan samping, bangunan tambahan. Di halaman depan vihara biasa digunakan sebagai tempat upacara keaagamaan dan tempat bakti sosial. Disisi kanan vihara terdapat pagoda. Pada halaman vihara terdapat juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sepasang patung singa jantan dan betina serta beberapa altar pemujaan dewa.

Bagian utama ruangan ini terdapat ruangan sebagai tempat pemujaan Tian, dan disisi kanan dan kiri ruang utama dari bangunan ini terdapat altar yang terbagi menjadi sebelas altar pemujaan yang memiliki nama berbeda-beda antara satu altar dengan altar yang lain.

Dari kesebelas ruang atau altar pemujaan tersebut, masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda antar satu altar dengan altar yang lainnya, sesuai dengan dewa yang terdapat di dalamnya, yang urutannya dimulai dari depan, terus kekanan lalu kekiri dan akhirnya ke belakang melewati lorong.

Sebelum memasuki halaman utama vihara kita akan melewati lorong sepanjang

10 meter. Lorong tersebut disisi kanan dan kirinya terdapat lukisan yang bermakna kisah hidup dan perjanalan Sang Siddharta Gautama.

Pada bagian belakang Vihara memiliki halaman yang luas dan terdapat bangunan penunjang berupa Aula yang berfungsi untuk tempat pertemuan, ruang masak yang berfungsi tempat untuk memasak makanan biasanya digunakan ketika anak-anak belajar sekolah minggu, hari-hari besar keagamaan dan kegiatan bakti sosial, gudang dan dilengkapi dengan fasilitas toilet masing-masing untuk pria dan wanita.

Adapun susunan-susunan kepengurusan Yayasan Indonesia Vidya Carita adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SUSUNAN KEPENGURUSAN YAYASAN INDONESIA VIDYA CARITA

Dewan Pembina : Paula Kelan Hendrik Wong

Ketua :Gunawan S.E Sekretaris : Maria Bendahara : Chandra Wong Wakil Bendahara : Leo Wirajaya Pengawas : Tony

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.2.2 Denah Vihara Chi Kung Tien Kota Medan

Gambar 4.4 Denah Vihara Chi Kung Tien Kota Medan

Keterangan: 1. Pemujaan Tian 2. Ruang Pemujaan Toa Pek Kong/ Te Cu Kong 3. Ruang Pemujaan Thai Soe Ya Kong 4. Ruang Pemujaan Tao Tek Thien Cun 5. Ruang Pemujaan Yen Se Thien Cun 6. Ruang Pemujaan Ling Pao Thien Cun 7. Ruang Pemujaan Kuan Im Pu Sat 8. Ruang Pemujaan Shek Cia Mo Ni Fo 9. Ruang Pemujaan Chi Kung Hua Fo 10. Ruang Pemujaan Chi Tien Ta Shen 11. Ruang Pemujaan Milek Pu Sat 12. Ruang Pemujaan Wen Chai Sen Ye 13. Ruang Pemujaan Datuk 14. Ruang Pemujaan Lie Sen Jin Pek Pek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15. Ruang Pemujaan Pek Ho Ya Kong 16. Patung Shi Lin 17. Patung Shi Lin 18. Ruang Pemujaan Zhe Leng 19. Pagoda 20. Ruang Pemujaan Khai San Ta Ti 21. Ruang Pemujaan Wu Lu Chai Sen 22. Ruang Pemujaan Tio Thien Su 23. Gazebo 24. Aula 25. Ruang Masak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB V ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SIMBOL ORNAMEN PADA BANGUNAN VIHARA CHI KUNG TIEN KOTA MEDAN

5.1. Analisis Fungsi dan Makna Simbol pada bangunan Vihara Chi Kung Tien

Simbolisasi yang dipergunakan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien melahirkan hubungan penting dengan banyak aspek terutama yang berkaitan dengan kepercayaan umat Buddha sehingga banyak simbol-simbol dibuat dengan harapan hal tersebut akan dapat menjalin hubungan baik dengan para leluhur, para dewa, alam semesta (termasuk didalamnya keluarga, manusia lain, hewan dan tumbuhan, langit, bumi, dan lain-lain) dan dengan Tuhan. Dengan adanya hubungan baik ini mereka yakin bahwa kebahagiaan dan kemakmuran akan datang dengan sendirinya dan sebaliknya kemalangan akan pergi dari mereka.

Fungsi dan makna simbol pada bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan masing-masing akan dipaparkan dalam tiga bagian yaitu : simbol alat kebaktian, simbol hewan tumbuhan, simbol dewa dewi dan simbol umum bangunan vihara.

5.1.1. Fungsi Simbol Alat Kebaktian pada bangunan Vihara Chi Kung Tien.

Kegiatan yang biasa dilakukan umat maupun pengunjung dalam sebuah vihara adalah aktivitas ibadah/sembahyang dengan peralatan alat kebaktian serta perlengkapan yang telah disediakan untuk dapat digunakan ketika upacara ritual/keagamaan. Simbol dari alat kebaktian yang terdapat pada bangunan Vihara

Chi Kung Tien Kota Medan memiliki fungsi masing-masing. Alat kebaktian yang terdapat pada bangunan Vihara Chi Kung Tien berupa: lonceng, hiolo (tempat pembakaran dupa), tambur, lilin , dupa dan lain-lain. Berikut merupakan uraian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA fungsi simbol alat kebaktian pada bangunan Vihara Chi Kung Tien yang digunakan saat sembahyang dan kegiatan keagamaan lainnya :

5.1.1.1 Fungsi Simbol Lonceng

Gambar 5.1 Simbol Lonceng

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi simbol lonceng dalam sembahyang berfungsi sebagai aba-aba atau petunjuk kepada umat yang berdoa bahwa sembahyang akan segera dilakukan, sehingga seluruh umat datang bersembhayang untuk mengambil tempat dan sikap memulai sembahyang. Lonceng berfungsi sebagai alat memberikan petunjuk kepada umat untuk berdiri atau berlutut, sebagai aba-aba penukaran posisi tangan meditasi atau sebaliknya. Dalam upacara, lonceng juga hanya boleh dipukul atau dibunyikan oleh bikkhu yang ditentukan.. Lonceng pada bangunan vihara ini terbuat dari kuningan dan di setiap sisinya memiliki ayat-ayat kitab suci.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.1.2 Fungsi Simbol Tambur

Gambar 5.2 Simbol Tambur

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Simbol tambur digunakan oleh biksuu sebagai alat dalam memimpin kebaktian yang berfungsi untuk menentukan cepat atau lambatnya nyanyian pujian Buddha dinyanyikan. Jika alat ini dipukul sebelum kebaktian dimulai, maka hal ini memberitahukan kepada umat bahwa kebaktian akan segera dimulai.

Perlu diketahui bahwa alat ini hanya boleh dibunyikan atau digunakan oleh bikkhu yang telah ditentukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.1.3 Fungsi Simbol Hiolo

Gambar 5.3 Simbol Hiolo

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi simbol Hiolo pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah sebagai tempat untuk meletakkan atau menancapkan hio atau dupa yang sudah dibakar pada saat sembahyang atau berdoa. Tempat pembakaran dupa tersebut juga berfungsi sebagai wadah untuk melakukan puja doa umat dalam pembakaran kemeyan dan kemenyan tidak mengotori lantai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.1.4 Fungsi Simbol Lilin

Gambar 5.4 Simbol Lilin

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Lilin merupakan salah satu simbol yang wajib yang ada di vihara, berfungsi sebagai tempat umat Buddha memulai pembakaran dupa sebelum sembahyang dan berdoa kepada Sang Buddha Gautama. Fungsi simbol lilin adalah sebagai alat dalam upacara sembahyang sekaligus sebagai tindakan simbolis. Lilin juga tanda fisik ketika dinyalakan akan menghasilkan cahaya. Lilin juga berfungsi sebagai alat penerang ketika umat sedang melakukan sembahyang.

Pada Vihara ini lilin biasanya terdapat masing masing dua buah pada tiap-tiap altar pemujaan. Lilin tersebut dihiasi oleh kertas yang bergambar naga pada pelindung nya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.1.5 Fungsi Simbol Dupa

Gambar 5.5 Simbol Dupa

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi dari simbol dupa ialah sebagai alat perlengkapan sembahyang oleh umat ketika berdoa. Dupa mempunyai warna-warna dan keharuman yang berbeda.

Beberapa jenis dupa berbentuk bubuk halus, yang lainnya berbentuk batangan atau bentuk kue dengan bau yang berbeda. Juga dalam macam-macam warna ungu, hitam, kuning, hijau dan coklat. Tetapi tanpa memandang bau atau warna ketika dupa dibakar bau dan warnanya berubah dan menjadi satu dalam asap.

5.1.2 Makna Simbol Alat Kebaktian pada bangunan Vihara Chi Kung Tien.

Alat kebaktian bangunan Vihara Chi Kung Tien terdapat: lonceng, hiolo

(tempat penyimpanan dupa), tambur, lilin, dupa, peralatan perang. Berikut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA merupakan uraian makna simbol alat kebaktian pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien yang digunakan saat sembahyang dan kegiatan keagamaan lainnya :

5.1.2.1 Makna Simbol Lonceng Lonceng dalam sembahyang merupakan alat kebaktian memiliki arti makna isi batin hati seseorang menuju ke arah pencerahan hati dalam menjalankan ibadah. Lonceng juga bermakna bahwa kehidupan setiap makhluk berlangsung terus menerus mengikuti waktu tanpa henti-hentinya dan dengan berkumandangnya suara lonceng itulah mengingatkan umat Buddha akan hal tersebut di atas. Bila di perhatikan lonceng yang melambangkan bahwa kehidupan duniawi ini penuh dengan kemelekatan dan pemuasan nafsu indera, sehingga manusia berusaha dengan kekuatannya sendiri mengikis kemelakatan dan hawa nafsu inderanya untuk mencapai kesucian batin (Nibbana /Nirvana).

Menurut informan zaman dahulu belum ada jam penunjuk waktu, jika ada juga masih berupa jam air yang tidak semua keluarga bisa memilikinya. Ini menunjukkan bahwa lonceng memiliki peranan sebagai petunjuk waktu pada masa lampau. Jadi agar orang-orang tahu waktu yang sedang berjalan.

5.1.2.2 Makna Simbol Tambur

Tambur dalam sembahyang salah satu alat kebaktian memiliki makna kesadaran akan panggilan diri kepada tuhan dan perhatian khusus, bagi orang yang mendengarkan suara dari pukulan tambur yang dibunyikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.2.3 Makna Simbol Hiolo Makna dari simbol hiolo adalah menandai semangat dari kesucian dan persembahan diri. Pembakaran kemenyan sembahyang merupakan sebagai alat kebaktian yang ada memiliki makna sebagai pemberian rasa hormat dan cinta kasih kepada Dewa dan Dewi atas apa yang telah diberikan. Ukiran naga terdapat pada hiolo (tempat penyimpanan dupa) bangunan Vihara Chi Kung Tien, yaitu dua naga yang saling berhadapan. Dua naga tersebut diibaratkan sedang bermain dengan mutiara dalam posisi yang berhadapan secara frontal ke depan. Bentuk dua naga yang bermain dengan mutiara merupakan bentukan manusia yang mencari inti kehidupan sebagai pencapaian manusia yang paling tertinggi.

5.1.2.4 Makna Simbol Lilin Lilin adalah tanda fisik yang berupa lilin yang dinyalakan dan menghasilkan cahaya. Lilin ini merepresentasikan hal lain di luar bentuk fisiknya, yaitu bermakna sebagai penerang kegelapan, menyinarisekitarnya walau harus terbakar habis. Lilin itu sendiri adalah berupa simbol, yakni simbol penyucian diri, penerangan hati, dan keberhasilan dalam hidup seperti yang selalu diucapkan oleh masyarakat Tiongkok.

Lilin sebagai penanda (signifier) adalah berupa sebuah lilin yang dinyalakan.

Selanjutnya lilin ini memiliki petanda (signified) yaitu bermakna untuk penerangan hidup agar tidak dalam kegelapan.

Lilin dan cahayanya secara eksplisit dan denotatif memiliki makna sebagai penerang dalam kegelapan, dan usaha akan menjadi sukses. Namun di balik makna denotatif ini terkandung pula makna konotatif, bahwa lilin bermakna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sebagai lambang kedamaian, penerangan hati dan hidup, simbol dari rela berkorban untuk orang lain walau badan sakit, dan lain-lainnya.

5.1.2.5 Makna Simbol Dupa Pembakaran dupasaat seseorang membakar dupa mengeluarkan aroma bau wangi setelah dibakar. Penggunaan pembakaran dupa diartikan sebagai jalan suci berasal dari kesatuan hatiku (Too Yu Siem Hap), hatiku dibawa melalui keharuman dupa (Siem Ka Hiang Thwan). Dupa dapat membuat pikiran menjadi tenang, memudahkan konsentrasi, dan meditasi. Dupa memiliki makna menyampaikan mengirimkan doa melalui bau harum yang menjunjung tinggi ke segala arah sampai ke langit, dan menyampaikan doa ke pada Dewa Dewi.

Berikut uraian macam dan arti warna dupa atau hio adalah :

1. Hio yang bergagang Hijau :berguna khusus untuk bersembahyang di

depan jenazah keluarga sendiri atau dalam masa perkabungan.

2. Hio yang bergagang merah :berguna untuk bersembahyang pada umumnya.

(contoh : ke altar Tuhan, altar dewa, para suci, dan leluhur).

3. Hio yang tidak bergagang, berbentuk piramida, bubukan dsb-nya : berguna

untuk menenteramkan pikiran, mengheningkan cipta, mengusir hawa jahat.

4. Hio yang berbentuk spiral, seperti obat nyamuk : berguna untuk bau harum.

5. Hio besar bergagang panjang: berguna khusus untuk upacara sembahyang

besar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Hio tanpa gagang berbentuk panjang lurus, dibakar pada kedua ujungnya :

berguna untuk bersembahyang kepada Tuhan dalam masalah gawat sekali,

urgent memohon pertolongan sang dewa dengan segera.

5.1.3 Fungsi Simbol Hewan dan Tumbuhan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien.

Budaya Tionghoa kaya akan simbol dan makna, khususnya yang berhubungan dengan mahluk hidup. Masyarakat Tionghoa sering mengkaitkan sifat-sifat hewan dengan nilai-nilai hidup menuju kesempurnaan yang diingini oleh setiap manusia. Vihara merupakan salah satu tempat aplikasi budaya

Tionghoa yang penuh dengan simbol mahluk hidup. Pada Vihara Chi Kung Tien

Kota Medan, penerapan simbol mahluk hidup banyak sekali ditemukan seperti : naga , kuda, rusa, gajah, ikan, burung bangau, bunga mei hua dan bunga teratai yang melambangkan nilai-nilai kehidupan seperti kesehatan,panjang umur, kekuatan, kemakmuran, dan perlindungan. Penggunaan simbol hewan dan tumbuhan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan banyak mengadopsi mahluk hidup, khususnya hewan untuk melambangkan kehidupan yang dikehendaki oleh manusia. Hal ini membuktikan betapa berharganya mahluk hidup dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa. Keinginan untuk mencapai nilai- nilai hidup menuju kesempurnaan (kesehatan, panjang umur, kekuatan, kemakmuran, dan perlindungan terhadap segala marabahaya) dimaknai melalui simbol-simbol mahluk hidup yang diaplikasikan pada berbagai elemen bangunan

Vihara Chi Kung Tien Kota Medan. Simbol hewan dan tumbuhan pada bangunan

Vihara Chi Kung Tien terdapat: naga, kuda, rusa, burung bangau, gajah, ikan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bunga mei hua, dan bunga teratai. Berikut merupakan uraian fungsi simbol hewan dan tumbuhan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien :

5.1.3.1 Fungsi Simbol Kuda

Gambar 5.6 Simbol Kuda

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi simbol kuda pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai hiasan. Sebagai ragam hias yang menambah keindahan dan membuat bangunan terlihat indah, sebagai simbolis atau pelambang yang mempunyai makna tertentu.

Selain berfungsi sebagai ragam hiasan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien, kuda juga berfungsi sebagai simbol religi, keagamaan, simbolik dan identitas budaya. Fungsi simbol estetik tersebut dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.3.2 Fungsi Simbol Gajah

Gambar 5.7 Simbol Gajah

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi simbol gajah pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai hiasan. Sebagai ragam hias yang menambah keindahan dan membuat bangunan terlihat indah, sebagai simbolis atau pelambang yang mempunyai makna tertentu.

Selain berfungsi sebagai ragam hiasan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien, gajah juga berfungsi sebagai simbol religi, keagamaan, simbolik dan identitas budaya. Fungsi simbol estetik tersebut dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.3.3 Fungsi Simbol Ikan Koi

Gambar 5.8 Simbol Ikan Koi

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi simbol ikan koi pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai hiasan. Sebagai ragam hias yang menambah keindahan dan membuat bangunan terlihat indah, sebagai simbolis atau pelambang yang mempunyai makna tertentu. Selain berfungsi sebagai ragam hiasan pada bangunan Vihara Chi

Kung Tien, ikan koi juga berfungsi sebagai simbol religi, keagamaan, simbolik dan identitas budaya. Fungsi simbol estetik tersebut dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.3.4 Fungsi Simbol Rusa

Gambar 5.9 Simbol Rusa

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi simbol rusa pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai hiasan. Sebagai ragam hias yang menambah keindahan dan membuat bangunan terlihat indah, sebagai simbolis atau pelambang yang mempunyai makna tertentu.

Selain berfungsi sebagai ragam hiasan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien, rusa juga berfungsi sebagai simbol religi (keagamaan) dan identitas budaya. Fungsi simbol estetik tersebut dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.3.5 Fungsi Simbol Harimau

Gambar 5.10 Simbol Harimau

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi simbol harimau pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai hiasan. Sebagai ragam hias yang menambah keindahan dan membuat bangunan terlihat indah, sebagai simbolis atau pelambang yang mempunyai makna tertentu. Selain berfungsi sebagai ragam hiasan pada bangunan Vihara Chi

Kung Tien, harimau juga berfungsi sebagai simbol religi (keagamaan) dan identitas budaya. Fungsi simbol estetik tersebut dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.3.6 Fungsi Simbol Naga

Gambar 5.11 Simbol Naga

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi simbol naga pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai hiasan. Sebagai ragam hias yang menambah keindahan dan membuat bangunan terlihat indah, sebagai simbolis atau pelambang yang mempunyai makna tertentu.

Selain berfungsi sebagai ragam hiasan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien, naga juga berfungsi sebagai simbol religi (keagamaan) dan identitas budaya.

Fungsi simbol estetik tersebut dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.3.7 Fungsi Simbol Burung Bangau

Gambar 5.12 Simbol Burung Bangau

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi simbol burung bangau pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai hiasan. Sebagai ragam hias yang menambah keindahan dan membuat bangunan terlihat indah, sebagai simbolis atau pelambang yang mempunyai makna tertentu. Selain berfungsi sebagai ragam hiasan pada bangunan Vihara Chi

Kung Tien, burung bangau juga berfungsi sebagai simbol religi (keagamaan) dan identitas budaya. Fungsi estetik tersebut dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.3.8 Fungsi Simbol Bunga Mei Hua

Gambar 5.13 Simbol Bunga Mei Hua

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi simbol bunga mei hua pada Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai alat penghias dan pelengkap dekorasi pada bangunan vihara tersebut. Sebagai ragam hias yang menambah keindahan dan membuat bangunan terlihat indah ,sebagai simbolis atau pelambang yang mempunyai makna tertentu. Simbol bunga mei hua juga untuk menambah nilai interior bangunan vihara tersebut akan sangat banyak jumlahnya ketika Hari Raya Imlek. Bunga ini memiliki daun yang kecil-kecil berwarna merah muda dengan kombinasi keputih-putihan. Saat imlek tiba, pohon meihua ini suka ditambahkan pernak-pernik aksesoris, seperti angpao- angpao kecil, lampion-lampion kecil dari kertas warna.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.3.9 Fungsi Simbol Bunga Teratai

Gambar 5.14 Simbol Bunga Teratai

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

` Fungsi simbol bunga teratai pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai alat penghias dan pelengkap dekorasi pada bangunan vihara tersebut.

Sebagai ragam hias yang menambah keindahan dan membuat bangunan terlihat indah, sebagai simbolis atau pelambang yang mempunyai makna tertentu. Simbol bunga teratai juga untuk menambah nilai interior bangunan vihara tersebut. Bunga ini sebagai hiasan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien dan sebagai simbol religi

(keagamaan) dan identitas budaya sebagai ragam hias dan estetika yang dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.4 Makna Simbol Hewan Tumbuhan pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien

5.1.4.1 Makna Simbol Kuda Makna simbol kuda pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah simbol dari kecepatan, keberanian, kekuatan. Sering kali makhluk ini digunakan sebagai elemen dekorasi. Kuda merupakan salah satu simbol yang penting dalam astrologi Tiongkok. Selain makna simbol kuda sebagai kecepatan, keberanian dan kekuatan, mahluk anggun yang dianggap perkasa ini juga dipercaya melambangkan kegoyahan dalam hidup. Dalam kepercayaan orang Tionghoa, kuda juga merupakan mahluk yang melambangkan jalan dari sebuah kehidupan lama ke sebuah kehidupan yang baru (Tatt, 1993:150-151).

5.1.4.2 Makna Simbol Gajah Makna simbol gajah pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah melambangkan simbol kekuasaan (kedudukan), perlindungan dan mendatangkan rezeki. Kepercayaan masyarakat etnis Tionghoa juga menganggap gajah sebagai penopang dan penyangga alam semesta.

5.1.4.3 Makna Simbol Ikan Koi Makna simbol ikan koi pada banngunan Vihara Chi Kung Tien adalah melambangkan keberuntungan, pertanda baik, panjang umur dan rezeki melimpah.

Meskipun ikan memiliki jenis yang begitu banyak, namun ada satu ikan yang paling banyak diyakini sebagai simbol keberuntungan hidup. Menurut informan memelihara ikan koi dirumah dianggap dapat menjaga keutuhan keluarga karena mereka biasanya berenang secara berpasangan. Ikan koi juga merupakan lambang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kesuburan karena cepat bereproduksi dalam jumlah yang banyak. Ikan koi disimbolkan sebagai ikan pembawa keberuntungan maka ikan koi tidak boleh untuk dikonsumsi.

5.1.4.4 Makna Simbol Rusa Makna simbol rusa pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah sebagai lambang binatang yang memiliki umur panjang sehingga dijadikan lambang panjang umur atau dewa kehidupan. Binatang ini satu-satunya binatang yang dapat memperoleh cendawan suci dari keabadian para dewa. Bangsa Tiongkok suka mengkonsumsi cendawan dalam jumlah dan biaya yang sangat besar dengan harapan dapat memperpanjang umur.

5.1.4.5 Makna Simbol Harimau Harimau merupakan pimpinan tertinggi dewa binatang dalam kebudayaan

Tiongkok dan merupakan simbol alami dari keagungan, kemuliaan, keberanian dan kekuatan. Harimau dilambangkan selalu duduk di depan pintu, sehingga menentukan letak pintu depan sebuah bangunan. Gambar harimau yang diletakkan pada dinding dan pintu dipercaya mampu mengusir roh jahat. Harimau identik dengan kejayaan masa panen dan dipercaya dapat mengusir roh jahat yang menyebabkan kegagalan panen. Selain itu, Harimau dianggap sebagai dewa pelindung anak-anak. Para orang tua percaya harimau mampu melindungi anak- anak mereka dari roh jahat. Mereka juga berharap bahwa anak-anak mereka dapat tumbuh sekuat harimau. Harimau memiliki kedudukan tertinggi diantara hewan lainnya. Roh harimau yang terkenal yaitu Lin Chun, dengan jimatnya yang mampu memberikan perlindungan terhadap roh-roh jahat. Beberapa harimau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dianggap baik, walau ada beberapa pula diantaranya yang memangsa manusia.

Harimau dipercaya hanya akan memangsa manusia yang berdosa dan patut dihukum , menurut perintah dewa-dewi (Tatt, 1993:104-113).

5.1.4.6 Makna Simbol Naga Makna simbol Naga yang ada pada bangunan Vihara Chi Kung Tien merupakan simbol dari keagungan dari Maha Kuasa dalam bentuk makhluk mitologi. Naga merupakan salah satu syarat pada bangunan-bangunan suci, salah satunya adalah vihara, karena naga merupakan perwujudan kaisar yang hadir di dalam bangunan-bangunan suci. Simbol naga juga bermakna sebagai kekuasaan, manusia sejak dahulu selalu mencari suatu kekuatan yang ada diatasnya, dan percaya bahwa kekuatan itu dapat memberikan kebaikan dan keuntungan bagi diri mereka. Ketika kekuatan itu tidak dapat memberikan mereka kebaikan dan keberuntungan, maka manusia akan meninggalkan kekuatan itu. Simbol naga bisa dijumpai pada seni hias di Tiongkok, baik pada peninggalan arsitektural maupun pada porselin ataupun lukisan-lukisan. Ciri-ciri simbol naga adalah mempunyai mulut yang bergerigi tajam,berkumis panjang dan jarang mempunyai tanduk yang bercabang seperti menjangan, berambut panjang seperti rambut kuda, badan panjang bersisik, bersirip atas dan mempunyai kaki seperti cakar elang dan ekor seperti burung merak atau bola api. Naga dalam mitologi Tiongkok merupakan binatang yang nafasnya menyerupai angin. Suara naga dianggap halilintar dan dapat menciptakan hujan. Karena keaktifannya di langit maka kehadirannya dianggap Dewa Langit. Dalam budaya Tiongkok, naga adalah binatang suci. Naga mampu terbang ke langit, dan bahkan membawa manusia dan dewa-dewi ke surga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Naga yang ditampilkan dalam lukisan-lukisan, adalah simbol idealisme Tiongkok menaklukkan alam (Yin, 2015:49).

5.1.4.7 Makna Simbol Burung Bangau Makna simbol burung bangau pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah adalah lambang umum daripanjang umur dan seringkali digambarkan dibawah pohon pinus, sebagai simbol kehidupan. Masyarakat Tionghoa mengatakan bahwa ada empat jenis burung bangau, yaitu bangau hitam, kuning, putih dan biru, di mana bangau hitam yang paling panjang umurnya. Bangau dipercaya dapat hidup hingga 600 tahun dan saat menjejaki usia tersebut, mahluk ini tidak lagi makan dan hanya minum air. Manusia telah berulang kali berubah menjadi bangau untuk melambangkan panjang umur yang sejahtera (Williams,

1974:101-102).

5.1.4.8 Makna Simbol Bunga Mei Hua Simbol bunga mei hua ini tidak hanya sekedar pelengkap dekorasi ruangan saat imlek saja. Bunga meihua juga dianggap sebagai lambang harapan, keuletan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Uniknya, ternyata pohon ini mampu berkembang di sepanjang musim, tidak peduli musim dingin ataupun musim panas. Bunga meihua adalah tanda fisik yang berupa serumpun pohon bunga. Bunga ini merepresentasikan atau melambangkan rezeki yang diperoleh dari keikhlasan niat dan keuletan usaha. Bunga meihua adalah lambang dari kebenaran melawan ketamakan. Makna di luar fisik bunga ini sangat kental jika dikaitkan dengan legenda Da Shou dan Da Jui. Makna nama mereka juga adalah sebagai ikon orang

Tionghoa. Da Shou berarti tangan besar dan Da Jui berarti mulut besar. Jadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dalam hidup ini lebih baik giat bekerja dan berkarya dengan hati yang tulus ikhlas dalam mengisinya dalam panduan ajaran Tuhan, dibandingkan hanya mengandalkan perkataan-perkataan yang bohong dan penuh fitnah untuk kepentingan pribadi. Intinya bekerja lebih baik dengan hanya sekedar bicara saja.

Bunga meihua sebagai penanda (signifier) adalah berupa serumpun bunga yang indah. Seterusnya bunga ini memiliki petanda (signified) yaitu bermakna keuletan, kemakmuran, dan rezeki.

Bunga meihua secara eksplisit dan denotatif memiliki makna sebagai rezeki dan kemakmuran dunia dan akhirat. Namun di balik makna denotatif ini terkandung pula makna konotatif, bahwa bunga meihua secara spiritual adalah berbentuk emas dan perak, sebagai ikon rezeki yang melimpah ruah. Bunga ini memiliki nilai-nilai cerita yang dapat diteruskan hingga ke hari ini dari legenda

Tiongkok Kuno. Di balik bentuk fisik bunga ini terselip ajaran budaya bahwa untuk mendapatkan rezeki dan kemakmuran itu kita harus bekerja keras, ulet, gigih, dan terampil, disertai dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk dapat berbagi sesamanya. Dalam mendapatkan rezeki kita tidak bisa menghalalkan segala cara, jangan ambil hak orang lain. Itulah makna budaya dibalik bungameihua ini.

5.1.4.9 Makna Simbol Bunga Teratai Bunga Teratai merupakan simbol dalam budaya Tiongkok, yang melambangan kesucian, di dunia bunga teratai ini lebih dikenal dengan nama

Water Lily, selain itu bunga teratai disebut juga kembang padma. Bunga teratai ini dianggap mewakili kemurnian pikiran dan jiwa. Dalam ajaran agama Buddha dan

Hindu, bunga teratai ini menegaskan bahwa proses mekarnya bunga teratai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA merupakan lambang pencapaian kesempurnaan menuju nirwana. Benih, kuncup dan bunga mekar pada teratai melambangkan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Benih merupakan lambang masa lalu, yang asal mulainya dari kosong.

Kuncup merupakan lambang masa sekarang, yang kemudian menjadi ada, dari yang kosong menjadi ada dan dari yang tidak berbentuk menjadi berbentuk dan puncak mekar pada bunga teratai yang merupakan lambang masa depan ini menjadi tanda telah tercapainya kesempurnaan.

Bunga teratai adalah lambang yang sangat dikenal dalam agama Buddha.

Ini disebutkan dalam sejarah agama Buddha ketika Sang Buddha dilahirkan

(sebagai Pangeran Siddhartta) di Taman Lumbini. Tujuh kuntum bunga teratai mekar dari bumi untuk menyambut kelahiran seorang bayi suci yang berjalan tujuh langkah di atasnya. Bunga Teratai berakar dalam lumpur, muncul di atas air, tumbuh di atas permukaan air, dan mekar dalam kecantikan dan kemurnian untuk menyambut sinar matahari yang pertama.Begitu pula umat manusia, berakar dalam lumpur kegelapan dan ketidaktahuan. Adalah Buddha Gautama yang mempunyai hal istimewa untuk mengangkat dirinya ke atas permukaan air. Dia adalah bunga teratai dari umat manusia. Oleh karena itu para pengikutnya harus berpikir tunggal dan harus sepenuh hati, selalu bekerja keras untuk keluar dari rawa dan air kotor dari nafsu dan keinginan sampai mereka bebas dan cukup suci untuk menyambut sinar pertama dari penerangan Buddha yang tak terbatas.

Banyak khotbah yang telah diuraikan oleh Sang Buddha dengan mengumpamakan bunga teratai terhadap pikiran. Dikatakan bahwa pikiran Buddha bersih bagaikan bunga teratai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.5 Fungsi Simbol Dewa- Dewi pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan

Jenis simbol dewa-dewi yang biasa digunakan sangat banyak Dewi Kuan

Im Pu sat, Men Sin yaitu sepasang Dewa Pintu perwira penjaga pintu masuk,

Dewa Wen Chai Sen Ye, Dewa Toa Pek Kong dan lain-lain yang dianggap sebagai dewa-dewa pelindung. Simbol ini biasanya dipakai pada meja altar.

Berikut uraian dari fungsi simbol dewa-dewi pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien :

5.1.5.1 Fungsi Simbol Pemujaan Dewa Tian

Gambar 5.15 Simbol Pemujaan Dewa Tian

Dokumentasi : Santo Johannes 2018 Fungsi Simbol Dewa Tian pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta. Sebagai obyek perenungan dalam meditasi untuk umat merenungkan perilaku dan sifat-sifat sang Buddha dalam maneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwab Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.2 Fungsi Simbol Dewi Kuan Im Pu Sat

Gambar 5.16 Simbol Dewi Kuan Im Pu Sat

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Simbol Dewi Kuan Im Pu Sat pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta.Sebagai obyek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perenungan dalam meditasi umat Buddha dalam merenungkan perilaku dan sifat - sifat sang Buddha untuk meneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha.

Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan

Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwab Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha

Tahu, dan Maha Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi sebagai penjaga vihara dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaanya.

5.1.5.3 Fungsi Simbol Dewa Wu Lu Chai Sen

Gambar 5.17 Simbol Dewa Wu Lu Chai Sen

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Fungsi Simbol Dewa Wzu Lu Chai Sen pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta. Sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Buddha merenungkan perilaku dan sifat –sifat beliau untuk meneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi sebagai penjaga vihara dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.5.4 Fungsi Simbol Dewa Khai San Ta Ti

Gambar 5.18 Simbol Dewa Khai San Ta Ti

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Simbol Dewa Khai San Ta Ti pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta.Sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Buddha merenungkan perilaku dan sifat-sifat beliau untuk maneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.5 Fungsi Simbol Dewa Tio Thien Su

Gambar 5.19 Simbol Dewa Tio Thien Su

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Simbol Dewa Tio Thien Su pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta.Sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Buddha dalam merenungkan perilaku dan sifat - sifat beliau untuk maneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.6 Fungsi Simbol Dewa Chi Tien Ta Shen

Gambar 5.20 Simbol Dewa Chi Tien Ta Shen

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Simbol Dewa Chi Tien Ta Shen pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta.Sebagai obyek perenungan dalam meditasi .kita merenungkan perilaku dan sifat -sifat beliau untuk meneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.7 Fungsi Simbol Dewa Milek Pu Sat

Gambar 5.21 Simbol Dewa Milek Pu Sat

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Simbol Dewa Milek Pu Sat pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah sebagai alat komunikasi atau media spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta. Sebagai obyek perenungan dalam meditasi .kita merenungkan perilaku dan sifat –sifat beliau untuk maneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.8 Fungsi Simbol Dewa Wen Chai Sen Ye

Gambar 5.22 Simbol Dewa Wen Chai Sen Ye

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Simbol Dewa Wen Chai Sen Ye pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta. Sebagai obyek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perenungan dalam meditasi umat Buddha merenungkan perilaku dan sifat - sifat beliau untuk meneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi sebagai penjaga vihara dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.5.9 Fungsi Simbol Dewa Thai Soei Ya Kong

Gambar 5.23 Simbol Dewa Thai Soei Ya Kong

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Simbol Dewa Thai Soey Ya Kong pada bangunan Vihara Chi

Kung Tien adalah sebagai alat/media komunikasi yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta.Simbol tersebut juga berupa obyek perenungan dalam meditasi, saat umat merenungkan perilaku dan sifat- sifat Dewa Thai Soey Ya Kong untuk meneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Simbol Dewa Thai Soey Ya Kong juga berfungsi dalam memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan.

Menurut informan fungsi religius ini menyadarkan bahwa hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwab Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang maha Tahu, dan Maha Hakim di dunia ini. Fungsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA simbol dewa ini juga melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.10 Fungsi Simbol Dewa Shek Cia Mo Ni Fo

Gambar 5.24 Simbol Dewa Shek Cia Mo Ni Fo

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Simbol Dewa Shek Cia Mo Ni Fo pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta.sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Buddha dalam merenungkan perilaku dan sifat

–sifat beliau untuk maneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha.

Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan

Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha

Tahu, dan Maha Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi sebagai penjaga vihara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.11 Fungsi Simbol Chi Kung Hua Fo

Gambar 5.25 Simbol Chi Kung Hua Fo

Dokumentasi : Santo Johannes 2018 Fungsi Simbol Dewa Chi Kung Hua Fo pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien adalah sebagai media/alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta. Sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Buddha dalam merenungkan perilaku dan sifat – sifat beliau untuk meneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.12 Fungsi Simbol Dewa Tao Tek Thien Cun

Gambar 5.26 Simbol Dewa Tao Tek Thien Cun

Dokumentasi : Santo Johannes 2018 Fungsi Simbol Dewa Tao Tek Thien Cun pada bangunan Vihara Chi

Kung Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta. Sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Buddha dalamn merenungkan perilaku dan sifat

–sifat beliau untuk maneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha.

Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan

Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha

Tahu, dan Maha Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA rumah atau vihara dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.13 Fungsi Simbol Dewa Pek Ho Ya Kong

Gambar 5.27 Simbol Dewa Pek Ho Ya Kong

Dokumentasi : Santo Johannes 2018 Fungsi Simbol Dewa Pek Ho Ya Kong pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta. Sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Budhha merenungkan perilaku dan sifat –sifat beliau untuk maneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.14 Fungsi Simbol Dewa Yen Se Thien Cun

Gambar 5.28 Simbol Dewa Yen Se Thien Cun

Dokumentasi : Santo Johannes 2018 Fungsi Simbol Dewa Yen Se Thien Cun pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta.sebagai obyek perenungan dalam meditasi .kita merenungkan perilaku dan sifat –sifat beliau untuk maneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwab Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.15 Fungsi Simbol Dewa Ling Pao Thien Cun

Gambar 5.29 Simbol Dewa Ling Pao Thien Cun

Dokumentasi : Santo Johannes 2018 Fungsi Simbol Dewa Ling Pao Thien Cun pada bangunan Vihara Chi

Kung Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta. Sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Buddha merenungkan perilaku dan sifat

–sifat beliau untuk meneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha.

Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan

Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha

Tahu, dan Maha Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi sebagai penjaga vihara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.16 Fungsi Simbol Dewa Te Cu Kong

Gambar 5.30 Simbol Dewa Te Cu Kong

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Simbol Dewa Te Cu Kong pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta.Sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Buddha merenungkan perilaku dan sifat-sifat beliau untuk meneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya.

5.1.5.17 Fungsi Simbol Dewa Pintu

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Gambar 5.31 Simbol Dewa Pintu Fungsi Simbol Dewa Pintu pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta.Sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Buddha merenungkan perilaku dan sifat-sifat beliau untuk maneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius ini hanya dengan iman dan cinta terhadap sesama, manusia menyadari bahwa

Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Maha Tahu, dan Maha Hakim di dunia ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.5.18 Fungsi Simbol Dewa Toa Pek Kong

Gambar 5.32 Simbol Dewa Toa Pek Kong

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Simbol Dewa Toa Pek Kong pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah sebagai alat komunikasi spiritual yang tak langsung sebagai salah satu cara dalam berhubungan dengan penguasa alam semesta.Sebagai obyek perenungan dalam meditasi umat Buddha merenungkan perilaku dan sifat –sifat beliau untuk maneladani dan melaksanakan semua ajaran Buddha. Berfungsi sebagai memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Fungsi religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang maha Tahu, dan Maha

Hakim di dunia ini. Fungsi melindungi dan sebagai penjaga rumah atau vihara dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA juga sebagai tradisi budaya yang secara turun temurun harus dijaga keberadaannya

5.1.6 Makna Simbol Dewa-Dewi pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan

Dalam mitologi Tiongkok, banyak tokoh yang dapat dijadikan panutan bagi pengembangan batin dan moralitas. Tak ada batasan strata maupun gender yang menjadi aral dalam pembentukan karakter bijaksana tersebut. Mereka dapat dari kalangan apa saja baik dari kaum bangsawan ataupun jelata, laki-laki maupun perempuan. Sebab sosok demikian, murni lahir dan berangkat dari sebuah cita luhur. Maka dalam perkembangan zaman, mereka tidak pernah dapat dilupakan oleh rakyat. Menjadi legenda turun-temurun, diteladani dan disanjung setinggi langit. Mereka adalah maharesi yang mengisi dunia ini dengan cinta dan kasih.

Berikut uraian makna simbol dewa-dewi pada bangunan Vihara Chi Kung tien

Kota Medan :

5.1.6.1 Makna Simbol Pemujaan Dewa Tian

Makna simbol pemujaan Dewa Tian Pada ruang suci ini terdapat altar yang pertama, yaitu altar Tian (Tuhan Yang Maha Esa), altar ini merupakan rumah atau pintu yang terbuka, karena ibadah dilakukan menghadap kelangit karena Tuhan tidak dapat diidentifikasikan. Tuhan Yang Maha Esa dala bahasa

Pali adalah “Atthi Ajatang Abhutang AkatangAsamkhatang”yang berarti sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma danyang mutlak. Dalam hal ini Ketuhanan

Yang Maha Esa adalah sesuatu yang “Tanpa Aku” (anatta/anatman), yang tidak dapat dipersonifikasikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.6.2 Makna Simbol Dewi Kuan Im Pu Sat

Makna Simbol Dewi Kuan im Pu Sat adalah seabagai simbol kasih sayang dan welas asih. Pada ruang suci ini terdapat altar yang ketiga, pada ruangan ini terdapat patung Dewi Kuan Im Pu Sat (Dewi Welas Asih). Dewi Kuan Im Pu Sat merupakan dewi yang paling dicintai dan banyak dipuja dari semua dewa dewi

Tiongkok. Dewi Kuan Im Pu Sat adalah dewi kasih sayang, yang memiliki banyak bentuk, namun bagi orang Tiongkok diwujudkan sebagai seorang wanita.

5.1.6.3 Makna Simbol Dewa Wu Lu Chai Sen

Makna Simbol Dewa Wu Lu Chai Sen adalah Dewa Harta dari Lima Jalan atau Dewa Harta Lima Penjuru Mata Angin yang berarti dewa pembawa rezeki dari lima jalan dan lima mata angin dalam artian rezeki bisa datang dari mana saja.

Dalam mitologi Tiongkok, tokoh Dewa Wu Lu Chai Sen yang dapat dijadikan panutan bagi pengembangan batin dan moralitas. Maka dalam perkembangan zaman, Dewa Wu Lu Chai Sen tidak pernah dapat dilupakan oleh umat. Menjadi legenda turun-temurun, diteladani dan disanjung setinggi langit.

Ia bersama keempat pengiringnya itu sering ditampilkan secara bersama- sama disebut Wu Lu Cai Shen.

Keempatnya adalah:

1. Zhao Bao Tian Zun Xiao Sheng (Malaikat Pemanggil Mustika).

Xiao Sheng adalah Dewa Harta Timur.

2. Na Zhen Tian Zun Zen Bao / (Malaikat Pemungut Benda Berharga)

Cao Bao adalah Dewa Harta Barat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Hao Chai Shi Zhe Chen Jiu Gong / (Duta Pemanggil Kekayaan)

Chen Jiu Gong adalah Dewa Harta Selatan.

4. Li Shi Xian Guan Yao Shao Si / Pejabat Dewa Keuntungan)

Yao Shao Si adalah Dewa Harta Utara.

5.1.6.4 Makna Simbol Dewa Khai San Ta Ti

Makna Simbol Dewa Khai San Ta Ti adalah memohon pengobatan dan dijauhkan dari segala macam jenis penyakit. Dahulunya dalam mitologi Tiongkok

Dewa Khai San Ta Ti adalah ahli obat yang sangat populer dipropinsi Fu Jian dan

Guan Dong.

Semenjak kecil Dewa Khai San Ta Ti sudah tertarik pada masalah pengobatan. Seorang petapa sakti karena tertarik oleh bakat Dewa Khai San Ta Ti ini, mengajarkan bermacam macam ilmu pengobatan dan memberikan kitab yang berisi kumpulan obat obat yang mujarab. Beliau juga memberikan beberapa macam ilmu kesaktian untuk mengusir iblis dan menaklukkan roh roh jahat dengan menulis “HU”. Setelah dewasa beliau terkenal sebagai tabib dewa. Beliau pernah mengikuti ujian sastra dan lulus. Kemudian beliau memangku jabatan sebagai YU SHI (semacam jabatan pencatatan sejarah di istana).

Menurut informan dahulunya Dewa Khai San Ta Ti pernah meminjam pengawal Sien Dien Shang Ti yaitu Jenderal Chao Kong Ming dan Jenderal Kang sebagai pengawal pribadi, dan bersama sama mereka berkelana mengadakan pengobatan dan mengusir iblis roh roh jahat. Beliau pernah mengarang buku pengobatan untuk penyakit dalam dan luar sebanyak 13 Jilid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.6.5 Makna Simbol Dewa Tio Thien Su

Makna Simbol Dewa Tio Thien Su adalah dewa untuk memohon panjang umur. Tio Thien Su memang dianggap sebagai pendiri dari Dao Jiao (Agama

Taoisme). Keahliannya membuat obat-obat panjang umur yang didapat dari buku kuno, dan menciptakan berbagai jimat atau kias untuk menolak berbagai macam penyakit dan bala, telah menempatkan tingkatan tertinggi dimata pengikut- pengikutnya. Sejak itulah maka pengikuti Taoisme mulai mempraktekkan pengobatan dan pengusiran setan.

Beliau dilukiskan dengan jubah yang indah, membawa pedang di tangan kanan , sedangkan tangan kirinya membawa mangkok yang berisi ramuan panjang umur dan menunggang harimau. Harimau tersebut, satu kaki didepannya tampak mencengkeram medali wasiat dan kaki lainnya menginjak lima binatang berbisa, seperti kadal, ular, laba- laba, katak dan belalang.

5.1.6.6 Makna Simbol Dewa Chi Tien Ta Shen

Makna Simbol Dewa Chi Tien Ta Shenadalah sebagai objek pemujaan untuk berdoa kepada hakim akhirat. Ruang pemujaan ini terletak disebelah kanan atau utara ruang suci, di dalam ruangan ini terdapat patung chi tien ta shen.

Ruangan ini sebagai tempat pemujaan kepada Dewa chi tien ta shen yang merupakan hakim akhirat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.6.7 Makna Simbol Dewa Milek Pu Sat

Makna Simbol Dewa Milek Pu Sat adalah sebagai objek pemujaan untuk berdoa kepada dewa panglima perang.Milek Pu Satdipuja karena kejujuran dan kesetiaan. DewaMilek Pu Sat adalahlambang teladan, sifat ksatria sejati yang selalu menepati janji dan setia pada sumpahnya.

5.1.6.8 Makna Simbol Dewa Wen Chai Sen Ye

Makna Simbol Dewa Wen Chai Sen Ye adalah sebagai objek pemujaan untuk memohon kekayaan. Dewa ini mempunyai wilayah pemujaan yang luas dan termasuk yang paling popular karena kepercayaan yang menyatakan bahwa dari tangannyalah rejeki manusia berasal. Wen Chai Shen Ye adalah perwujudan dari dewa-dewa rejeki (dewa harta) ada yang dari kalangan sipil adapula yang dari kalangan militer, bahkan ada yang dari kalangan budhis, dewa-dewa ini sangat banyak sering kali para umat salah mengartikan Wen Chai Shen Ye, sosok rupang

Wen Chai Shen Ye memang di buat sedemikian rupa tetapi itu hanya sebagai perwujudan.

5.1.6.9 Makna Simbol Dewa Thai Soei Ya Kong

Makna Simbol Dewa Thai Soei Ya Kong adalah salah satu dari dewa bintang dan dewa pelindung. Masing- masing dewa bintang menguasai nasib seseorang dalam setahun. Menurut informan perhitungan Thian Kan (Pilar Langit) dan Tee Ci (Cabang Bumi), Bintang Thai Soei Ya Kong muncul pada 60 tahun dari satu periode perhitungan astrologi Tiongkok. Dalam kata lain ada 60 Bintang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Thai Soei Ya Kong. Di salah satu kuil Pek In Koan di Beijing terdapat altar yang menghormati ke-60 Dewa Bintang tersebut.

Menurut perhitungan tersebut, bila shio seseorang sama dengan lambang

(shio) pada tahun berjalan, maka kondisi semacam ini dinamakan Ciong Thay

Swee (kurang harmonis). Ia harus lebih banyak melakukan sembahyang kepada Thai Soei Ya Kong supaya terhindar dari hal-hal yang merugikannya.

5.1.6.10 Makna Simbol Dewa Shek Jia Mo Ni Fo

Makna Simbol Dewa Shek jia Mo Ni Fo adalah sebagai objek pemujaanyang kepadaNya kita memohon dan meminta segala sesuatu (apakah supaya menjadi kaya, banyak rezeki, usaha lancar, penyakit dapat disembuhkan, menginginkan anak sesuai apa yang diinginkan ataupun jodoh) ataupun sebagai sasaran untuk mengadu segala keluh kesah yang dihadapi oleh manusia atau sebagai tempat untuk meminta ampun atas segala kesalahan yang telah dilakukan ataupun meminta bantuan/pertolongan. Dewa Shek Jia Mo Ni Fo ( Buddha

Maitreya) merupakan simbol dari bukti nyata bahwa ada seorang manusia yang telah mencapai penerangan sempurna yang telah memaparkan Dhamma yang mulia, yang indah pada awalnya, yang indah pada pertengahannya, dan indah pula pada pengakhirannya. Beliau adalah Guru Agung umat manusia yang memiliki kebijakaan yang agung, kesucian yang luhur, dan welas asih yang universal, yang telah dikembangkan dan diwujudkan dalam kehidupannya, hal tersebut dilakukan selama 45 tahun setelah beliau mencapai penerangan sempurna. Perjuangan dan pengorbanan beliaulah yang membuat manusia menjadikan sosok Buddha sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kiblat atau sebagai fokus yang diletakan diatas altar. Buddha sesungguhnya bukanlah objek yang wajib karena tanpa Buddha umat Buddha dapat melakukan aktifitas Dhamma didalam kehidupan sehari hari detik perdetik. Dengan demikian merupakan pernyataan yang salah, apabila dinyatakan bahwa umat Buddha menyembah berhala, karena umat Buddha yang benar adalah umat Buddha yang melakukan pujabhatti. Sesungguhnya patung Buddha digunakan sebagai :

Lambang penghormatan sebagai terimakasih, atas upaya beliau mencapai penerangan sempurna sehingga sampai hari ini banyak umat yang tertolong dan terbantu dengan Dhamma yang telah beliau uraikan, sarana atau objek untuk bermeditasi karena keagungan,kemuliaan dan cinta kasih yang universal yang beliau pancarkan apabila melihat rupam-nya saja kita telah dapat merasakan kebahagiaan, kedamaian dan ketentraman serta segan atas dedikasi dan wibawa.

5.1.6.11 Makna Simbol Dewa Chi Kung Hua Fo

Makna Simbol Dewa Chi Kung Hua Foadalah sebagai objek pemujaan untuk berdoa kepada dewa samudra. Ruang pemujaan ini terletak disebelah kiri atau selatan ruang suci, di dalam ruangan ini terdapat patung Thien Hou Nio Nio.

Ruangan ini sebagai tempat pemujaan kepada Dewa Thien Hou Nio Nio. yang merupakan Dewa Samudra. Dewa ini yang menguasai samudra yang ada di seluruh dunia.

5.1.6.12 Makna Simbol Dewa Tao Tek Thien Cun Makna Simbol Dewa Tao Tek Thien Cun adalah sebagai objek pemujaan untuk memohon tolak bala. Ruang pemujaan ini terletak dibagian belakang ruang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA suci utama, yang tedapat di belakang lorong di dalam ruangan ini terdapat patung

Fun Sun. Ruangan ini sebagai tempat pemujaan kepada Fun Sun atau Dewa

Macan Putih yang merupakan sebagai tolak bala.

5.1.6.13 Makna Simbol Dewa Pek Ho Ya Kong Makna Simbol Dewa Pek Ho Ya Kong adalah sebagai objek pemujaan untuk memohon keberanian agar menjadi kuat dan gagah. Dalam budaya

Tionghoa dan Taoisme, harimau dipuja atau diasosiasikan dengan dewa tertentu karena memiliki sifat yang garang sehingga dijadikan simbol otoritas dan keberanian. Pemujaan kepada Pek Ho Ya Kong ini ditujukan terhadap harimau yang pernah ditaklukkan oleh dewa tertentu dan menjadi jinak. Harimau pemeliharaan dewa itu kemudian menjadi tempat sembahyang anak anak, dengan harapan agar kelak setelah dewasa, ia dapat menjadi orang yang kuat dan gagah seperti harimau. Sering kali pula di tempat Pek Ho Ya Kong dipakai untuk memohon tolak tolak bala.Simbol Dewa Pek Ho Ya Kong ditampilkan dalam bentuk seekor atau lebih harimau loreng yang gagah, dan sebagian umat mempercayai berwarna putih (Pek Houw/ Bai Hu).

Di Vihara Chi Kung Tien Dewa pek ho ya kongmerupakan salah satu dewa yang seringkali dipuja dan memiliki altar hampir di setiap vihara, baik altar khusus maupun bergabung dengan altar dewa lainnya. Biasanya altar Dewa

Harimau selevel dengan lantai, yaitu mendampingi Te Cu Gong dan memiliki satu atau lebih arca, berupa macan loreng atau berwarna putih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.6.14 Makna Simbol Dewa Yen Se Thien Cun Makna Simbol Dewa Yen Se Thien Cun adalah Dewa Alam Semesta, dewa ini yang memisahkan antara terang dan gelap, daratan dan lautan dan berwenang atas seluruh kejadian yang terjadi pada alam semesta. Menurut informan Dewa

Yen Se Thien Cun berada di kutub atas dunia dan juga mengatur peredaran dan menyelaraskan hubungan antara Yin dan Yang.

5.1.6.15 Makna Dewa Ling Pao Thien Cun Makna Dewa Ling Pao Thien Cun adalah sebagai objek pemujaan untuk memohon pengobatan agar disembuhkan dari segala macam jenis penyakit.

Simbol Dewa Ling Pao Thien Cun yang ahli dalam menyembuhkan penyakit banyak pihak telah memperoleh berkah dalam bentuk kesembuhan secara ajaib dari penyakitnya, sebab itu Dewa Ling Pao Thien Cun sebagai guru pengobatan amat dekat dihati umat Buddha.

5.1.6.16 Makna Dewa Te Cu Kong Makna Dewa Te Cu Kong adalah sebagai Dewa Bumi, Dewa Penguasa

Berkah dan Kebajikan. Menurut informan dewa ini juga terkenal dengan dewa kemakmuran dan terkenal dengan kutipan DewaTe Cu Kong“ Kemakmuran datang dari sepuluhribu arah dan bisnis datang dari ribuan mil”.

5.1.6.17 Makna Simbol Dewa Pintu Makna simbol dewa pintu adalah sebagai objek memberikan rasa aman dari gangguan roh-roh jahat melainkan juga untuk mengundang nasib baik dan keberuntungan bagi Vihara Chi Kung Tien dan orang yang melakukan sembahyang pada Dewa Pintu. Simbol Dewa Pintu sangat bermakna pada umat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA vihara yang sedang melakukan sembahyang. Simbol Dewa Pintu dalam hal ini bermakna denotasi dalam aspek psikologi masyarakat Tionghoa. Simbol Dewa

Pintu memberikan sebuah sugesti bagi masyarakat Tionghoa bahwa mereka akan mendapat rasa aman/tentram saat berada dalam rumah atau memberikan rasa nyaman ketika mereka melakukan sembahyang di vihara. Sebuah sugesti yang mereka ajarkan secara turun temurun sehingga mereka percaya bahwa roh jahat atau setan tidak akan mengganggu aktivitas mereka. Ini merupakan sebuah fenomena yang tampak dalam tradisi masyarakat Tionghoa dalam hal pemujaan

Dewa Dewi, terkhususnya Dewa Pintu.

Simbol Dewa Pintu merupakan “signifier” (petanda) dan rasa aman/tentram merupakan signified (penanda). Dengan adanya korelasi antar

Simbol Dewa Pintu dengan makna yang ditimbulkanya terhadap masyarakat

Tionghoa , Simbol Dewa Pintu memiliki makna denotasi (nyata) dalam aspek psikologi masyarakat Tionghoa

5.1.6.18 Makna Simbol Dewa Toa Pek Kong Makna Simbol yang merupakan Dewa Bumi setempat atau dewa yang menunggu setempat. Orang-orang desa memanggil "Hok Tek Ceng Sin" Tuhan

Buddha yang pertama, dahulu di Tiongkok belum ada ajaran agama Buddha sudah ada Dewa Tua Pek Kong, Dewa yang paling lama. Pertama orang She Cang memanggil Hok Tek Ceng Sin atau Tua Pek Kong, orang desa memanggil Toh Te

Kong, Hok Te Je, Hok Tek Kong, Dewa Tempat, Dewa Tanah, ada juga menyebutnya Dewa belakang Tanah, akhirnya Tua Pek Kong umatnya banyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sampai sekarang turun-temurun ajaran Nenek Moyang kalau ada tanah ada Tua

Pek Kong atau Toh Te Kong.

Kaum Petani menganggap Hok Tek Cin Sin sebagai Dewa Pelindung-nya.

Kaum Pedagang memandang-nya sebagai Roh Suci yang mendatangkan rezeki.

Masyarakat umum memandang-nya sebagai Pelindung Keselamatan. Oleh karena itu-lah Perayaan dan Sembahyang kepada Hok Tek Cin Sin paling banyak dilakukan dalam setahun.

5.1.7 Fungsi Simbol Umum pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan.

Simbol umum yang pada bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah simbol yang umum yang ditemui pada vihara-vihara lain yang tidak termasuk bagian inti kegiatan ibadah pada vihara tersebut. Berikut uraian fungsi dari fungsi simbol umum pada bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.7.1 Fungsi Simbol Bendera Buddhis

Gambar 5.33 Simbol Bendera Buddhis

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi dari simbol bendera buddhis ialah untuk melengkapi interior dari bangunan Vihara Chi Kung Tien. Warna-warni pada bendera Buddhis adalah warna biru, kuning, merah, putih, dan jingga atau merah muda yang disusun secara vertikal, ditambah garis vertikal keenam yang terdiri dari lima warna yang disusun horizontal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.7.2 Fungsi Simbol Lampion

Gambar 5.34 Simbol Lampion

Dokumentasi : Santo Johannes, 2018

Fungsi simbol lampion pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai hiasan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien dan sebagai simbol religi, keagamaan, simbolik dan identitas budaya. Fungsi simbol lampion ini juga sebagai ragam hias dan estetika yang dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.7.3 Fungsi Simbol Lentera

Gambar 5.35 Simbol Lentera

Dokumentasi : Santo Johannes, 2018

Fungsi simbol lentera pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai hiasan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien dan sebagai simbol religi, keagamaan, simbolik dan identitas budaya. Fungsi simbol lentera ini juga sebagai ragam hias dan estetika yang dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.7.4 Fungsi Simbol Swastika

Gambar 5.36 Simbol Swastika

Dokumentasi : Santo Johannes, 2018

Fungsi simbol svastika pada bangunan Vihara Chi Kung Tien ialah sebagai hiasan pada bangunan Vihara Chi Kung Tien dan sebagai simbol religi, keagamaan, simbolik dan identitas budaya. Fungsi simbol svastika ini juga sebagai ragam hias dan estetika yang dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1.8 Makna Simbol Umum pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan

Berikut uraian fungsi dari fungsi simbol umum pada bangunan Vihara Chi Kung

Tien Kota Medan.

5.1.8.1 Makna Simbol Bendera Buddhist Makna dari simbol bendera Buddhis adalah tidak adanya diskriminasi ras maupun kebangsaan, kedaerahan, atau warna kulit, bahwa semua makhluk berpotensi mencapai kesucian menjadi Buddha dan memiliki karakteristik kebuddhaan. Warna-warni yang terdapat pada bendera Buddhis adalah warna biru, kuning, merah, putih, dan oranye. Warna-warni ini disusun secara vertikal lalu di sebelahnya ada gabungan kelima warna ini yang disusun secara horizontal. Setiap warna mempunyai arti yang berbeda. Warna-warni horizontal melambangkan perdamaian abadi dari ras-ras yang ada di dunia dan keharmonisan dalam kehidupan bersama. Warna vertikal melambangkan perdamaian di dunia ini.

Makna Panji Buddhis Enam Warna atau Sadvarna Dvhaja

1. Biru (Nīla) dari warna rambut Sang Buddha melambangkan bakti atau

pengabdian,

2. Kuning emas (Pīta) dari warna kulit Sang Buddha melambangkan

kebijaksanaan,

3. Merah tua (Lohita) dari warna darah Sang Buddha melambang cinta kasih,

4. Putih (Odāta) dari warna tulang dan gigi Sang Buddha melambang

kesucian,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Jingga (Manjesta) dari warna telapak tangan, kaki dan bibir Sang Buddha

yang melambangkan semangat,

Gabungan kelima warna di atas (Prabhasvara) melambangkan gabungan kelima faktor yang tersebut di atas (makna sebenarnya istilah Prabhasvara adalah bersinar sangat terang atau cemerlang).

5.1.8.2 Makna Simbol Lampion Lampion pada budaya Tiongkok memiliki arti tersendiri. Lampion perlambang budaya, mau menekankan bahwa yang memasang adalah orang yang masih chinese oriented. Budaya lampion bagi masyarakat Tiongkok, disamping sebagai simbol penerangan, juga pertanda bahwa menggantungkan keberkahan dan harapan di tempat yang bagus. Bila terdapat lampu menyala di dalamnya, berarti lambang penerangan, agar harapan kita untuk mendapat bimbingan berada di jalan yang tepat. Salah satu filosofi orang Tiongkok adalah tidak boleh kehilangan harapan. Harus selalu punya harapan, punya kemampuan untuk memunculkan harapan tersebut, tidak boleh putus asa. Kultur Tiongkok tidak mendidik orang untuk putus asa. Budaya yang dilaksanakan memunculkan harapan. Memohon sebenarnya salah satu filosofi orang Tiongkok untuk membangun harapan.

5.1.8.3 Makna Simbol Lentera Lentera di Tiongkok tidak hanya sekedar untuk perangkat pencahayaan.

Lentera juga merupakan seni yang sering diterapkan oleh masyarakat Tiongkok dan lentera berwarna merah dianggap sebagai simbol dasar dari budaya Tiongkok,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA simbol kecerahan, kebahagiaan dan rasa kekeluargaan yang erat. Lentera yang memiliki lukisan naga pada bangunan Vihara Chi Kung Tien memiliki makna untuk menghalau roh jahat ketika lentera dinyalakan dengan suasana merah sebagai lambang keberuntungannya. Selain dari fungsinya untuk memberi penerangan pada malam hari, lentera merupakan ciri khas dari kebudayaan

Tiongkok. Naga yang tergambar pada lampion masih sama dengan bentuk bentuk naga pada posisi lainnya yaitu, naga hijau atau biru yang sedang mengejar mutiara dengan dekorasi awan. Bentuk bentuk seperti ini menunjukkan bahwa naga merupakan yang mengatur awan dan angin sehingga dapat menurunkan hujan.

5.1.8.4 Makna Simbol Swastika Swastika (Svastika) berasal dari bahasa Sanskerta ‘su’ yang artinya menjadi; dan ‘ka’ sebagai akhiran. Jadi, swastika memiliki arti ‘keadaan menuju baik’. Swastika terdiri atas sebuah palang dengan panjang ke empat lengan yang sama. Ujung setiap lengannya mengarah kearah kanan. Terkadang beberapa titik ditambahkan pada masing-masing lengannya

Swastika merupakan simbol kuno yang telah digunakan oleh berbagai budaya untuk melambangkan kehidupan, matahari, kekuasaan, kekuatan dan keberuntungan. Begitu pula dalam tradisi ajaran Agama Buddha, swastika melambangkan hal-hal yang baik dan positif. Selain itu, swastika juga merepresentasikan jejak kaki Guru Agung Buddha (Buddhapada). Swastika kerap kali digunakan sebagai tanda atau icon dalam sebuah teks Buddhis. Di Republik

Rakyat Tiongkok dan di Jepang, swastika digambarkan sebagai symbol kemajemukan, kebahagiaan, kesejahteraan dan umur yang panjang. Saat ini,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA swastika masih digunakan sebagai tanda istimewa pada patung-patung Guru

Agung Buddha dan vihara-vihara. Dalam ajaran Agama Buddha aliran Tibet, swastika juga digunakan sebagai dasar dalam pola pakaian.

Bagi Agama Buddha simbol ini melambangkan asal, keberadaan dan kekalahan atau perpanjangan yang tak terbatas dari kelangsungan kelahiran.

Persamaan swastika dengan roda juga mengingatkan kita terhadap ajaran Sang

Buddha ke seluruh dunia dengan sebuah pesan kedamaian dan jasa baik. Swastika dikenal sejak zaman Raja Asoka di India.

5.2 Analisis Fungsi dan Makna Ornamen pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien

Ciri yang khas pada bangunan Vihara ialah adanya penerapan ornamen pada hampir setiap elemen arsitektur yang ada. Istilah ‘ornamen’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu ornare yang artinya hiasan atau perhiasan. Dalam

Ensiklopedi Internasional, ornamen diartikan dalam dua pengertian. Pertama, ornamen yang merupakan struktur, di sini ornamen merupakan bagian yang integral dari suatu benda, misalnya bagian kepala (atas) pada kolom di Yunani.

Kedua, ornamen sebagai tambahan dekoratif dari suatu benda yang tetap berfungsi walaupun tanpa ornamen tersebut. Dari Kamus Bahasa Indonesia Populer, ornamen berarti hiasan dalam arsitektur. Sedangkan dari Encyclopedia of

Britanica, didapatkan bahwa di dalam musik, ornamen merupakan perhiasan melodi, baik dengan penambahan nada-nada ataupun dengan memodifikasikan irama. Ornamentasi ditambahkan pada komposisi yang sudah lengkap untuk memberikan keindahan yang lebih besar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.2.1. Fungsi Ornamen pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan

Berikut uraian fungsi ornamen pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien

Kota Medan :

5.2.1.1 Fungsi Ornamen Qilin yang terdapat pada bagian kontruksi kayu atap bagian depan Viraha Chi Kung Tien

Gambar 5.37 Ornamen Qilin

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Ornamen Qilin yang terdapat pada bagian kontruksi kayu atap bagian depan Viraha Chi Kung Tien adalah sebagai hiasan untuk memperindah bangunan vihara serta menenkankan nilai estetis dari ornamen tersebut. Fungsi ornamen ini juga sebagai ragam hias dan estetika yang dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat. Fungsi ornamen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tersebut juga menambah nilai sakral dari ornamen tersebut terhadap bangunan vihara.

5.2.1.2 Fungsi Ornamen Burung Phoenix yang terdapat pada bagian kontruksi kayu atap bagian depan Viraha Chi Kung Tien

Gambar 5.38 Ornamen Burung Phoenix

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Ornamen Burung Phoenix yang terdapat pada bagian kontruksi kayu atap bagian depan Viraha Chi Kung Tien adalah sebagai ragam hias dan estetika yang dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat. Fungsi ornamen tersebut juga menambah nilai sakral dari ornamen tersebut terhadap bangunan vihara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.2.1.3 Fungsi Ornamen Naga pada Pilar Bangunan

Gambar 5.39 Ornamen Naga pada Pilar Bangunan

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi ornamen naga pada pilar bangunan Vihara Chi Kung Tien adalah sebagai ragam hias dan estetika yang dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat. Fungsi ornamen tersebut juga menambah nilai sakral dari ornamen tersebut terhadap bangunan vihara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.2.1.4 Fungsi Ornamen Naga yang terdapat pada langit-langit ukiran pada altar pemujaan Dewi Kwan Im, Dewa Shek Cia Mo Ni Fo dan Dewa Chi Kung Hua Fo

Gambar 5.40 Ornamen Naga yang terdapat pada langit-langit ukiran

Dokumentasi : Santo Johannes 2018

Fungsi Ornamen Naga yang terdapat pada langit-langit ukiran pada altar pemujaan Dewi Kwan Im, Dewa Shek Cia Mo Ni Fo dan Dewa Chi Kung Hua

Fo adalah sebagai ragam hias dan estetika yang dapat menunjang keindahan dari bangunan vihara tersebut serta akan terlihat indah dan menarik bagi siapapun umat atau pengunjung vihara yang melihat. Fungsi ornamen tersebut juga menambah nilai sakral dari ornamen tersebut terhadap bangunan vihara.

5.2.2. Makna Ornamen pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien Kota Medan

Berikut uraian makna ornamen pada Bangunan Vihara Chi Kung Tien

Kota Medan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.2.2.1 Makna Ornamen Qilin yang terdapat pada bagian kontruksi kayu atap bagian depan Viraha Chi Kung Tien Makna Ornamen Qilin ini terdapat dibagian kontruksi kayu pada atap bagian depan adalah melambangkan panjang umur, kemegahan, kebahagian, dankebijaksanaan. Qilin ini berwatak lemah lembut dan ramah serta memiliki semua kualitas kebaikan di antara semua makhluk berkaki empat. Qilin merupakan perwujudan makhluk mistis dari serigala, kambing, sapi, kuda dan rusa. Qilin ini memiliki bentuk, bertubuh rusa, kepalanya tumbuh tanduk panjang, diatas tanduknya ada gumpalan daging, kakinya seperti kaki kuda dan ekornya seperti ekor sapi. Ada perbedaan jenis kelamin antara Qilin jantan dan betina, yang jantan disebut Chi dan yang betina disebut Li, sehingga dikombinasikan menajadi Kili (Qilin) dan merupakan hewan yang identik dengan kemurahan hati.

Qilin betina tidak memiliki tanduk. Qilin memiliki lima warna kulit yang sebagai simbol dari warna-warna kekaisaran, yaitu merah, kuning, biru, putih dan hitam.

Qirin sering disebut memiliki hubungan erat dengan naga, kura-kura, dan burung phoenix.Qirin adalah kejujuran, burung phoenix adalah kestabilan, kura-kura adalahkebaikan dan keburukan, serta naga merupakan perubahan. Pada kepercayaan masyarakat Tiongkok di Hongkong, Macau, dan Asia Tenggara,

Qilin sering digunakan sebagai benda dan ornamen hongshui untuk mendatangkan kemakmuran, penangkal kejahatan, dan tidak pernah digunakan untuk melukai orang lain. Dalam ornamen tersebut menggunakan warna emas. Warna emas yang terdapat pada burung Qilin ini memiliki unsur tanah, yang melambangkan kemuliaan, kerajaan dan kemakmuran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.2.2.2Makna Ornamen Burung Phoenix yang terdapat pada bagian kontruksi kayu atap bagian depan Viraha Chi Kung Tien Makna ornamen burung Phoenix ini terdapat dibagian kontruksi kayu pada atap bagian depan melambangkan pertanda baik. Makhluk ini melambangkan berkah panjang umur, kemakmuran, kebahagiaan, dan kebijakan. Makna tersebut megarahkan pada usaha untuk memperoleh posisi yang terbaik sehingga mendatangkan kebaikan. Kebaikan yang di maksud adalah berkah bagi kehidupan pengguna maupun penghuni bangunan tersebut.

Motif pokok ornamen ini adalah burung Phoenix, terdapat motif pendukung yang berupa lung-lungan dan juga awan. Pada bagian tepi terdapat motif geometris yang disusun secara berulang. Dalam ornamen tersebut menggunakan warna emas, hijau, merah, dan biru. Warna emas yang terdapat pada burung Phoenix ini memiliki unsur tanah, yang melambangkan kemuliaan, kerajaan dan kemakmuran. Warna merah yang terdapat pada bunga teratai ini memiliki unsur api dan merupakan warna Yang. Warna Hijau yang terdapat pada lung-lungan ini merupakan unsur kayu yang melambangkan musim semi, permulaan yang baru, dan masa pertumbuhan. Warna hijau ini merupakan warna

Yin. Warna biru yang terdapat pada air merupakan unsur kayu, yang memiliki makna sebagai kedamaian, keselarasan, dan keabadian

Burung Phoenix ini digambarkan memiliki kepala seperti pelikan, leherseperti ular, ekor bersisik seperti ikan, bermahkota burung merak, bertulang punggung seperti naga, dan berkulit keras seperti kura-kura. Burung Phoenix melambangkan keabadian, keselarasan dan keberuntungan. Burung Phoenix dianggap sebagai Raja Burung oleh bangsa Tiongkok. Jika membaca buku-buku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sejarah simbol Tiongkok, di situ dikatakan bahwa sejarahnya Burung Phoenix hidup selama 500 tahun. Burung Phoenix juga dipercaya akan mengumpulkan kayu cendana atau ranting pohon parasol Tiongkok kemudian membakar dirinya hingga menjadi abu untuk mengalami kelahiran kembali Kebangkitannya dari abu itu membuat bulu-bulunya lebih indah, suara lebih jernih dan jiwanya lebih bersih.

Kondisi itu disebut Nirwana Burung Phoenix, hal ini menjadi simbol "semangat menghadapi kesulitan tanpa rasatakut, terus meningkatkan dan memperbarui diri" atau dalam bahasa modern saat ini adalah apa yang tidak membunuhmu, membuatmu lebih kuat. Menurut informan dulu ada perbedaan jenis kelamin antara Burung Phoenix jantan dan betina, yang jantan disebut feng dan yang betina disebut huang, namun keduanya menjadi kesatuan feminin yang tunggal yang menjadilambang ratu atau permaisuri, sehingga Burung Phoenix ini dipasangkan dengan sang Naga yang berkonotasi jantan yang menjadi lambang kaisar. Kemudian banyak dijadikan hiasan pakaian, perhiasan, dan perabot istana.

Terutama yang berhubungan dengan kaum wanit, maka dari itu pengantin wanita sering digambarkan sebagai burung Feng, dipadu dengan Long, menjadi lambang perjodohan yang ideal dan harmonis.

Burung Phoenix merupakan salah satu dari empat lambang mata angin, yaitu arah Selatan (kekuatan api) yang menguasai musim panas. Burung Phoenix melambangkan sifat dasar manusia, bulu yang terdapat pada sayap Burung

Phoenix ini berwarna lima dasar yaitu, hitam, putih, merah, hijau, dan kuningyang melambangkan lima moralitas Kong Zi, yaitu ren, yi, li, zhi dan xin. Ren melambangkan kebajikan, kebenaran, dan cinta kasih. Yi melambangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kejujuran, dan membela kebenaran. Li melambangkan kesusilaan, dan tata krama.

Zhi melambangkan pengetahuan dan kearifan. Dan xin melambangkan dapatdipercaya, kesetiaan dan intergritas. Pada tubuh Burung Phoenix terdapat lima kualitas manusia, kepalanya adalah kebajikan, sayapnya adalah tugas mulia, punggungnya adalah tindakan benar, dadanya adalah kemanusiaan, dan perutnya adalah dapat dipercaya.

5.2.2.3 Makna Ornamen Naga pada Pilar Bangunan

Pada Vihara Chi Kung Tien, ragam hias naga dijumpai pada bagian tiang pilar penyangga bangunan, dan diaplikasikan dalam bentuk tiga dimensi dimana bagian perut dan ekor naga mengikat tiang pilar. Hal ini, merupakan salah satu aplikasi simbol naga Chih-wen, diukir pada balok penyangga jembatan dan pada atap rumah, untuk menjauhkan bangunan dari bahaya kebakaran. Naga sebagai simbol kekuatan yang mampu menjaga dan melindungi ditempatkan pada bagian pilar sebagai salah satu struktur penopang. Pasangan feminin mahluk naga, yaitu semacam burung yang dinamakan phoenix (feng atau fenghuang) ini juga dianggap dapatmembawa nasib baik dan melambangkan kaisar wanita dan kemakmuran. Mahluk feminin ini bersayap lebar dan menyerupai segala sifat yang ada dari burung merak(Williams,danbangau1974:34). Terdapat dua naga yang saling berhadapan, dua naga sedang bermain dengan mutiara dalam posisi yang berhadapan secara formal ke depan. Bentuk dua naga yang sedang bermain dengan mutiara dalam posisi yang berhadapan secara frontal ke depan. Bentuk dua naga yang bermain dengan mutiara merupakan simbol dari manusia yang mencari inti kehidupan sebagai pencapaian manusia yang paling tertinggi. Bentuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tiang yang dimiliki vihara ini merupakan bentuk geometris, dimana bentuk ini dapat menciptakan keharmonisan. Kondisi bentuk dan ukuran tiang yang proporsional dan simetris menunjukkan keadaan seimbang. Disamping itu dengan bentuk dudukan tiang kolom yang bundar ini dapat membawa energi mengalir dengan lembut disekelilingnya.

5.2.2.4 Makna Ornamen Naga yang terdapat pada langit-langit ukiran pada altar pemujaan Dewi Kuan Im, Dewa Shek Cia Mo Ni Fo dan Dewa Chi Kung Hua Fo Ornamen Naga yang terdapat altar pemujaann Dewi Kwan Im, Dewa Shek

Cia Mo Ni Fo dan Dewa Chi Kung Hua Fo ini merupakan dua naga yang sedang memperebutkan mustika. Bentuk ini menyiratkan dua manusia yang sedang mengejar ilmu yang sejati. Mustika merupakan perlambangan pengetahuan sejati atau kunci kebahagiaan. Pada penerapannya naga sering digambarkan dalam posisi mengejar atau menelan mustika tersebut. Hal ini sesuai dengan ajaran

Buddha yang menjelaskan bahwaseseorang berhasil menemukan pengetahuan sejati (inti sari kehidupan diri sendiri dalam agama Buddha) akan menemukan kehidupan.

Ornamen Naga yang sedang memperebutkan mustika. Naga tersebut memiliki kepala seperti unta, mata seperti kelinci, tanduk seperti rusa, sisik seperti ikan, badan seperti ikan, paha seperti harimau dan cakar seperti elang. Ornamen

Naga melambangkan kekuatan dan kebaikan, keberanian dan pendirian teguh, keberanian dan daya tahan. Naga ini menunjukkan semangat perubahan, mengembalikan kehidupan. Naga membawa hujan yang memberikan kehidupan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan demikian Naga melambangkan kekuatan produktif dari alam (Lillian Too,

1995).

Ornamen naga ini terdapat pada kayu, yang finishingnya menggunakan cat berwarna emas. Motif pokok ornamen ini adalah naga untuk lung-lungan dan bunga teratai yang terdapat pada kayu ini merupakan motif pendukung. Warna emas mewakili tanah, yang merupakan simbol kemuliaan, kerajaan, kekukuhan dan kemakmuran.

Menurut Enigma (2010), ada 9 jenis Naga dalam pandangan Tiongok kuno, yaitu: Tianlong, Shenlong, Fucanglong, Dilong, Yinglong, Qiulong,Panlong,

Huanglong, dan Long Wang. Tianlong merupakan Naga langit yangbertugas menarik kereta para dewa dan menjaga istana-istana para dewa. Shenlong merupakan dewa (Naga) pengendali angin dan hujan. Fucanglong merupakan

Naga dunia bawah bumi yang bertugas menjaga harta karun yang ada didalamnya.

Dilong merupakan Naga bumi yang bertugas memimpin sungai. Yinglong merupakan Naga yang tertua dari semua Naga Timur dan satu-satunya Naga bersayap. Qiulong merupakan Naga terkuat. Panlong merupakan Naga air yang diyakini sebagian besar mendiami danau Timur. Huanglong merupakan Naga kuning yang bertugas menjaga Sungai Luo, dan Long Wang merupakan raja Naga yang berkuasa atas masing-masing empat lautan (Timur, Selatan, Barat, dan

Utara).

Naga juga beranak sembilan. Sembilan anak tersebut, yaitu: Pulao,Qiuniu,

Ciwen, Chaofeng, Yaxi, Bixi, Bi’an, Suami, dan Baxia. Pulao merupakanNaga yang suka berteriak, biasanya diukir pada pegangan genta atau lonceng. Agar saat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA lonceng dipukul, mengeluarkan bunyi yang keras sekeras kekuatan Naga berteriak.

Qiuniu merupakan Naga yang suka akan lagu, biasanya diukir pada alat musik.

Agar alat musik saat dimainkan, mengeluarkan suara merdu nan indah. Ciwen merupakan Naga yang suka menelan, biasanya ditempatkan pada atap bangunan.

Agar segala anasir jahat yang mengancam isi dan fisik bagunan ditelan oleh Naga

Ciwen. Chaofeng merupakan Naga yang suka menantang bahaya, biasanya ditempatkan pada empat sudut bumbung. Agar mara bahaya yang masuk ke dalam bangunan meskipun dari berbagai arah, ditantang oleh Naga Chaofeng.

Yaxi merupakan Naga yang suka membunuh, diukir pada peganganpedang.

Agar saat berperang seseorang yang memegang pedang tersebut tidak terkalahkan karena kesatian dari pedang tersebut. Bixi merupakan Naga yang suka akan sastra, diukir di tepi tugu kubur. Bi’an merupakan Naga yang suka penghujat, diukir di atas pintu penjara. Agar seseorang dalam penjara tidak dapat melarikan diri meskipun dalam berbagai cara. Suami merupakan Naga yang suka duduk, diukir di bawah kaki Buddha. Dan Baxia merupakan Naga yang suka memikul beban, diukir di bawah tugu kubur. Semua Naga tersebut diukir pada sebuah benda yang sesuai dengan sifatnya, yang bertujuan agar benda tersebut dapat menangkap energi Ch’i dari Naga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, peneliti mempunyai kesimpulan sebagai berikut :

Simbol di Vihara Chi Kung Tien Kota Medan keberadaanya memberikan nuansa yang sakral. Simbol juga dapat mengingatkan tentang jenis kegiatan, menyatakan kekuasaan, status atau hal-hal pribadi, menampilkan dan mendukung keyakinan keyakinan tertentu, menyampaikan informasi. Dilihat dari simbol simbol yang ada di vihara tersebut, vihara ini memiliki ciri-ciri yang secara umum di temukan di tempat lain. Seperti dari segi arsitektur, warna dan simbol-simbol yang terdapat di dalam vihara tersebut. Adapun simbol yang ada di vihara tersebut meliputi simbol alat kebaktian, simbol dewa-dewi, simbol hewan tumbuhan dan simbol umum vihara. Untuk simbol alat kebaktian yang ada di vihara meliputi: Tambur, lonceng, lilin, , dupa, hiolo, dan lain lain.

Untuk simbol dewa-dewi yang ada di Vihara Chi Kung Tien meliputi : Dewi

Kwam In Pu Sat, Dewa Milek Pu Sat, Dewa Thai Soey Ya Kong, Dewa Wen

Chai sen Ye, Dewa Shek Cia Mo Ni Fo, Dewa Ling Pao Thien Cun dan lain- lain. Untuk simbol hewan dan tumbuhan meliputi : Burung bangau, kuda, gajah, ikan, harimau, naga, rusa, bunga mei hua, bunga teratai. Sedangkan untuk simbol umum vihara ada lampion, lentera, svastika. Simbol simbol tesebut mempunyai makna dan karakter yang khas. Pada kelompok masyarakaat tertentu akhirnya dapat dapat di kemukakan bahwa simbol yang ada di Vihara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Chi Kung Tien ini merupakan salah satu bentuk pemuasaan kebutuhan religi, selain itu simbol dapat menjadi sarana untuk mengkomunikasikan konsep, ajaran, falsafah, dalam sebuah kepercayaan tesebut. Simbol simbol yang ada di vihara tersebut jelas memiliki makna dan bukan hanya pajangan dan keindahan semata.

Lonceng : Makna simbol lonceng adalah isi batin hati seseorang menuju ke arah pencerahan hati dalam menjalankan ibadah.

Tambur : Kesadaran akan panggilan diri kepada tuhan dan perhatian khusus, bagi orang yang mendengarkan suara dari pukulan tambur yang dibunyikan.

Lilin : bermakna sebagai penerang kegelapan,penyucian diri dan menyinari sekitarnya walau harus terbakar habis.

Dupa :menyampaikan mengirimkan doa melalui bau harum yang menjunjung tinggi ke segala arah sampai ke langit, dan menyampaikan doa ke pada Dewa

Dewi.

Hiolo : makna yang terkandung pada hiolo adalah sebagaipendamping dupa maksudnya di sini, bila dupa dibakar maka akan pasti diletakan di hiolo.

Begitupun dengan ajaran Dhamma yang saling beriringan dengan kebaikan- kebaikan lain.

Patung para dewa : dijadikan panutan bagi pengembangan batin dan moralitas serta sebagai komunikasi antara manusia dan ilahi.

Serta makna makna pada simbol hewan tumbuhan meliputi, naga : naga dalam agama Buddha merupakan binatang yang di sucikan serta mengandung unsur kebaikan dan keberuntungan. Simbol simbol itu bukan saja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memberikan imajinasi terhadap penganutnya namun memberikan gambaran hubungan komunikasi antara manusia dan ilahi.

Kaitan antara agama, kebudayaan dan kesenian tercermin dalam desain yang mengandung makna simbolis spiritual dalam karya seni. Perwujudan kesenian diwujudkan atas ide, bentuk dan gaya serta dasar keperayaan dan mitologi.

Fungsi Ornamen yang terdapat pada Viraha Chi Kung Tien adalah sebagai hiasan untuk memperindah bangunan vihara serta menenkankan nilai estetis dari ornamen tersebut.

Makna Ornamen Qilin ini terdapat dibagian kontruksi kayu pada atap bagian depan adalah melambangkan panjang umur, kemegahan, kebahagian, dankebijaksanaan. Ornamen Naga Naga sebagai simbol kekuatan yang mampu menjaga dan melindungi ditempatkan pada bagian pilar sebagai salah satu struktur penopang.

Demikian paparan kesimpulan dari skripsi yang peneliti buat . yang mana peneliti ingin menganrakan pembaca agar tidak berburuk sangka terhadap semua benda benda yang ada di vihara tersebut. karena menurut keyakinan mereka.

Benda benda tersebut mempunyai makna bukan hanya sebatas nilai estetika semata.

6.2 Saran-Saran

Adapun saran-saran yang peneliti sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Jika melihat simbol-simbol yang ada di vihara mintalah untuk menemui humas Vihara tersebut agar menjelaskan makna-makna yang terkandung yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terdapat di dalamnya. Karena semua simbol yang ada di vihara tersebut bukan hanya sebuah nilai estetika semata.

2. Selain itu juga dari kalangan instansi yang berwnang bisa menjadikan vihara ini sebagai sarana wisata realigi.

3.Akademisi sebagai wadah intelektual haruslah memberikan penyuluhan/penelitian. Untuk memajukan nilai-nilai intektual. Karena bukan saja konteksnya tentang sejarah dan simbol yang dapat di gali pada vihara tersebut, akan tetapi banyak sekali baik dari kerukunan antara AgamaIslam dan Buddha karena memang Vihara tersebut berdiri di tengah tengah wilayah kaum muslim, toleransi agama yang tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Daftar Pustaka

A. Buku dan Skripsi

Abdi. 2009.Teori Semiotik. Jakarta : Bina Anugerah

Abdurrahmat, H. Fathoni, 2006. Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: Rhineka Cipta

Afrilliani, Elysa. 2015. Analisis Semiotik Budaya terhadap Bangunan Mesjid Jami’ Tan Kok Liong di Kota Bogor. Skripsi USU.

Ahmadi, Rulam. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka cipta

Best, William R., 1982. “The Forms of Research.”Journal of America. Volume 78, nomor 307, Januari-Maret 1982.

Brownislaw Malionowski, 1967. A Functional Theory of Culture. Belanda

Budiono.2009.Kamus Besar Indonesia.Jakarta:PT. Elex Media Komputindo

Budhisantosa, Irwan. 2001. Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Gillin, J.L. dan J.P. Gillin. 1954. For A Science of Social Man. New Yor: McMillan

Gumilar, Setia dkk. 2013. Teori-Teori Kebudayaan. Bandung: Cv. Pustaka Setia.

Handinoto, 1990. “Sekilas tentang Arsitektur Cina Pada Akhir Abad ke 19 di Pasuruan”. Jurnal Dimensi Arsitektur, Vol,15/juli 1990.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Handinoto. 2009. Perkembangan Arsitektur Tionghoa di Indonesia. Dalam A. H. Kustara (Ed.). Peranakan Tionghoa Indonesia: Sebuah Perjalanan Budaya (hlm.70-92). Jakarta: PT Intisari Mediatama dan Komunitas-Lintas Budaya Indonesia

Hoed, Benny, 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Jakarta: Komunitas Bambu.

J. Moleong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roskarya

Kaplan, David Dan Robert A. Manners. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Koentjaraningrat. 1980. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Rineka Cistra.

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Lilaan Too. 1994. Inventarisasi Karya Arsitektur Cina Di Kawasan Pecinan Surabaya. Tidak Dipublikasikan. Surabaya: Teknik UK Petra.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Miskaningsih.2017. Makna Simbolis Ornamen pada Bangunan Utama Vihara Avalokitesvara di Kawasan Banten Lama.Skripsi.Universitas Negeri Yogyakarta

Moh. Nazir.2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Moedjiono. 2011. “Ragam Hias dan Warna Sebagai Simbol Dalam Arsitektur Cina”. Modul, Volume 11, No. 1, Januari 2011.

Nurmala. 2013. Panduan Pelestarian Bangunan Tua/Bersejarah Di Kawasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pecinan-Pasar Baru Bandung. Tugas Akhir. Tidak Dipublikasikan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Pontoh, N. K. 1992. Preservasi Dan Konservasi Suatu Tinjauan Teori. Jurnal PWK IV (6): 34-39.

Rudiansyah. 2014. Makna Simbolis dan Tipologi Rumah Tjong A Fie di Kota Medan. skripsi USU. Said, Abdul Aziz.2004. Simbol Unsur Rumah Tradisional.Jogjakarta : Ombak. Salmon, Claudine & K.K. Siu (eds.), 2002. Chinese Epgraphic Materials in Indonesia. : EPEO & Archipel.

Sitepu, Donna. 2014. Bentuk, Fungsi dan Makna Bangunan Pagoda Shwedagon di Brastagi I . Skripsi USU.

Spradley Faisal,1990 . Analisis Data Penelitian Kualitatif . Jakarta: Gramedia

Strauss, A, & Corbin, J. 1990. Qualitative Analysis For Social Scientists. New York: Cambridge University Press. Sulasman dan Setia Gumilar. 2013. Teori-Teori Kebudayaan. Bandung: Cv. Pustaka Setia.

Suryanto, Pdt. Markus T., 1996. Mengenal Adat Istiadat Tionghoa. Jakarta: Pelkrindo (Pelayanan Literatur Kristen Indonesia).

Tigor, Sandi, 2004. Arsitektur Tiongkok. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tantri, A.W. 2006. Karakteristik Kawasan Pecinan Kota Kediri. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya.

Tsabit dan Eni. 2012. Arsitektur Kuno & Modren Tunisia-Afrika Utara. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. West Brown, A.R., 1982.Structure and Function in Validity Data. Glencoe: Free Press.

Widayati, N. & Sumintardja, D. 2003. Permukiman Cina di Jakarta Barat (Gagasan Awal Mengenai Evaluasi SK Gubernur No. 475/1993). Jurnal Kajian Teknologi. 5 (1): 1-24.

Wiliam, Bangau.1974. Ornamen Tiongkok Kota Semarang. Semarang : Gita Marsawa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Wang Gungwu, 1981. Community and Nation: Essays on and the Chinese. Kuala Lumpur: Heinemann.

Yu,QingHua. 2001. Visual Dictionary of Chinese Architecture, China. Everbest Printing Company

B. Jurnal

Harry Pujianto Yoswara, Imam Santosa, Naomi Haswanto. 2010. Simbol dan Makna Bentuk Naga (Studi Kasus: Vihara Satya Buddhi Bandung. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Mayang Sari, Sriti dan Soelistio P, Raymond. 2008. Kajian Ikonografis Ornamen Pada Interior Klenteng Sanggar Agung Surabaya. Surabaya: Kristen Petra Press

Widayati, N. & Sumintardja, D. 2003. Permukiman Cina di Jakarta Barat (Gagasan Awal Mengenai Evaluasi SK Gubernur No. 475/1993). Jurnal Kajian Teknologi. 5 (1): 1-24.

C. Internet www.wikipedia.com,sejarah kota Medan (diakses 7 maret 2018 pukul 18.45) www.wikipedia.com Badan Pusat Statistik Kota Medan 2008 (diakses 18 Maret 2018 pukul 12.25) www.google.com Harian Medan Bisnis (diakses 11 Maret 2018 puku 16.00) http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58328/Chapter%20II.pdf;j sessionid=C62FE4775C28F4F8EFFF73493FF228A2?sequence=3 (diakses 13 April 2018 pukul 22.00)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN

Data Diri Informan

Informan 1

Nama : Bapak Jansen Tan Umur : 44 Tahun Status Profesi : Pengelola Yayasan Indonesia Vidya Carita, Wiraswasta

Informan 2

Nama : Ibu Maria

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Umur : 38 Tahun

Status Profesi : Sekretaris Yayasan Indonesia Vidya Carita

Informan 3

Nama : Ibu Farida Hanum

Umur : 43 Tahun

Status Profesi : Pengelola dan Pengurus Vihara Chi Kung Tien Kota Medan

Informan 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama : Ibu Lina Lim

Umur : 66 tahun

Status Profesi : Sejarawan Tiongkok , Wiraswasta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nama Informan : Maria

No. Pertanyaan Jawaban 1. Siapa nama anda dan sudah berapa Nama saya Maria tinggal disini lama anda tinggal didaerah ini? selama 7 tahun. 2. Berapakah usia anda dan apakah Usia saya 38 tahun, profesi saya profesi anda? wiraswasta

3. Seberapa sering anda mengunjungi Setiap hari bangunan Vihara Chi Kung Tien?

4. Siapa pemilik yayasan Vihara Chi Pemilik yayasan vihara ini Kung Tien? adalah Indonesia Vidya Carita

5. Tahun berapaVihara dibangun dan Vihara ini dibangun pada tahun berapakah luas tanahnya? 2002 selesai nya tahun 2010. Luas tanahnya 2.250 m2 dengan panjang 45 meter dan lebar 50 meter. 6. Bagaimana sejarah bangunan Sejarah bangunan ini dahulunya Vihara Chi Kung Tien? sebuah klenteng yang terletak di jalan aksara, namun klenteng tersebut sering disalahgunakan sebagai tempat penyembuhan penyakit, meminta rezeki tetapi masih menggunakan sistem tradisi bukan sesuai ajaran agama, oleh sebab itu ada beberapa umat berinisiatif untuk membangun klenteng tersebut menjadi vihara namun dilokasi yang berbeda maka dibangunlah Vihara Chi Kung Tien. 7. Bagaimanakah lokasi Vihara dan Menurut saya lokasi strategis apakah terdapat yang tinggal biksu dapat dijangkau umat. Tidak ada didalam Vihara ? bhiksu yang tinggal di vihara.

8. Bagaimanakah fungsi, dan makna Untuk fungsi simbol dewa itu simbol bangunan Vihara Chi Kung semuanya pastinya sebagai alat Tien Medan, menurut anda? atau media komunikasi untuk beribadah dengan penguasa alam semesta, kalau untuk simbol alat kebaktian fungsinya sebagai alat perlengkapan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ibadah. Makna tiap benda juga berbeda 9. Kegiatan apa saja dapat dilakukan Kegiatan yang sering kami dalam bangunan Vihara Chi Kung lakukan di vihara adalah bakti Tien? sosial kami berbagi dengan semua umat lintas agama 10. Apa keunikan Vihara Chi Kung Keunikan bangunan ini dari Tien dibandingkan bangunan yang arsitekturnya, lukisan-lukisan lain? yang terdapat dilorong bangunan vihara, dan pagoda yang ada di vihara. 11. Apakah setiap ornamen Vihara Chi Ya Pastinya misalnya untuk Kung Tien memiliki makna ornamen Qilin yang terdapat tertentu ? pada kontruksi atap itumelambangkan panjang umur, kemegahan, kebahagian, dankebijaksanaan. 12. Adakah upaya masyarakat Upaya yang tepat menurut saya mempertahankan, melestarikan nilai adalah dengan rajin beribadah seni danbudaya Vihara Chi Kung dan sering ikut kegiatan- kegiatan yang diadakan di Tien? vihara. 13. Suku apa saja yang terdapat Semua suku yang ada di Medan didaerah Medan dan berkunjung ke pernah berkunjung pada vihara dalam bangunan Vihara Chi Kung dan kami sangat welcome. Tien?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nama Informan : Jansen

No. Pertanyaan Jawaban 1. Siapa nama anda dan sudah berapa Nama saya Maria tinggal disini lama anda tinggal didaerah ini? selama 7 tahun. 2. Berapakah usia anda dan apakah Usia saya 38 tahun, profesi profesi anda? saya wiraswasta

3. Seberapa sering anda mengunjungi Saya mengunjungi vihara bangunan Vihara Chi Kung Tien? dalam seminggu ada empat kali. 4. Siapa nama pemilik yayasan bangunan Sepengetahuan saya vihara ini Vihara Chi Kung Tien? bernaung di Yayasan Indonesia Vidya Carita 5. Tahun berapaVihara dibangun dan Sepengetahuan saya vihara ini berapakah luas tanahnya? dibangun pada tahun 2002 sampai 2010. Luas tanahnya menurut saya sekitar 2000m2. 6. Bagaimana sejarah bangunan Vihara Ok jadi dahulunya vihara ini Chi Kung Tien? adalah sebuah klenteng yang berbentuk ruko kecil yang terletak di jalan aksara namun kebanyakan umat meminta rezeki dan perlindungan masih menggunakan sistem tradisi bukan dengan sesuai ajaran dari Sang uddha, maka sebagian umat berinisiatif membangun vihara di Jalan Rahayu ini. 7. Bagaimanakah lokasi Vihara dan Lokasi Vihara ini sangat apakah terdapat biksu didalam strategis karena di daerah sini Vihara ? itu banyak yang beretnis tionghoa dan beragama Buddha. 8. Bagaimanakah fungsi, dan makna Untuk simbol sendiri biasanya simbol bangunan Vihara Chi Kung memiliki fungsi berupa alat Tien Medan, menurut anda? ibadah untuk kebaktian

9. Kegiatan apa saja dapat dilakukan Banyak kegiatan yang di lakukan di vihara yaitu, dalam bangunan Vihara Chi Kung kegiatan sembahyang, ulang Tien? tahun dewa, hari raya imlek dan yang paling sering adalah kegiatan bakti sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10 Apa keunikan Vihara Chi Kung Tien Menurut saya keunikan bangunan ini dari arsitekturnya dibandingkan bangunan yang lain? model atap, tiang pilar dan lukisan-lukisan yang terdapat dilorong bangunan vihara. 11 Apakah setiap ornamen Vihara Chi Ya setiap ornamen yang ada di Vihara ini memiliki makna Kung Tien memiliki makna tertentu ? masing-masing

12 Adakah upaya masyarakat Tidak meninggalkan budaya yang ada dari dulu serta tetap mempertahankan, melestarikan nilai rajin mengikuti kegiatan seni danbudaya Vihara Chi Kung pertunjukan budaya tionghoa seperti barongsai dan lain-lain, Tien?

13 Suku apa saja yang terdapat didaerah Suku Tionghoa, Suku Jawa, Medan dan berkunjung ke dalam Suku Batak dan lain-lain. bangunan Vihara Chi Kung Tien?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nama Informan : Farida Hanum

No. Pertanyaan Jawaban

1. Siapa nama anda dan sudah Nama saya Farida Hanum tinggal bberapa lama anda tinggal disini selama 9 tahun. didaerah ini? 2. Berapakah usia anda dan Usia saya 43 tahun profesi saya wiraswasta. apakah profesi anda?

3. Seberapa sering anda Hampir setiap hari mengunjungi bangunan Vihara Chi Kung Tien?

4. Siapa nama pemilik yayasan Sepengetahuan saya pemilik vihara ini bangunan Vihara Chi Kung Yayasan Indonesia Vidya Carita Tien?

5. Tahun berapaVihara Vihara ini dibangun pada tahun 2002 sampai tahun 2010, untuk luas dibangun dan berapakah tanahnya saya kurang tahu. luas tanahnya?

6. Bagaimana sejarah Untuk sejarahnya saya kurang tahu . bangunan Vihara Chi Kung Tien?

7. Bagaimanakah lokasi Menurut saya lokasi vihara cukup strategis , tidak ada biksu yang tinggal Vihara dan apakah terdapat di vihara ini biksu didalam Vihara ?

8. Bagaimanakah fungsi, dan Untuk fungsi simbol yang pastinya makna simbol Vihara Chi sebagai tanda simbolis atau media Kung Tien Medan, menurut umat untuk beribadah kepada sang pencipta, untuk makna nya biasanya anda? untuk memohon hal-hal baik dalam hidup. 9. Kegiatan apa saja dapat Kegiatan yang rutin adalah bakti sosial serta diadakan acara makan dilakukan dalam bangunan bersama dengan anak-anak yatim piatu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Vihara Chi Kung Tien?

10. Apa keunikan Vihara Chi Keunikan Vihara ini dari vihara lain adalah adanya lorong masuk yang Kung Tien dibandingkan dihiasi dengan lukisan dewa dan bangunan yang lain? berbeda dengan vihara lain.

11. Apakah setiap ornamen Ya seperti ornamen naga pada pilar yang bermakna kemuliaan, kerajaan, Vihara Chi Kung Tien kekukuhan, dan kemakmuran. memiliki makna tertentu ?

12. Adakah upaya masyarakat Upaya yang konkrit adalah dengan sering mengunjungin vihara dan mempertahankan, diadakan kegiatan-kegiatan yang melestarikan nilai seni dapat melestarikan budaya tiongkok. danbudaya Vihara Chi Kung Tien?

13. Suku apa saja yang terdapat Menurut saya semua suku yang ada di didaerah Medan dan Medan sering mengunjungi vihara berkunjung ke dalam biasanya mereka berfoto-foto. bangunan Vihara Chi Kung Tien?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nama Informan : Lina Lim No. Pertanyaan Jawaban 1. Siapa nama anda dan sudah Nama saya Lina saya tinggal berapa lama anda tinggal disini? didaerah sini sekitar 20 tahun 2. Berapakah usia anda dan Usia saya 66 tahun, saya seorang wiraswasta dan sejarawan tiongkok apakah profesi anda?

3. Seberapa sering anda Tiap bulan satu kali tapi lebih intens ketika imlek karena saya disini mengunjungi bangunan Vihara mengunjungi vihara selama 30 hari Chi Kung Tien? setelah imlek untuk membantu umat berkonsultasi dan menuliskan permohonan umat dikertas untuk didoakan kepada dewa. 4. Siapa nama pemilik yayasan Pemilik Yayasan Indonesia Vidya bangunan Vihara Chi Kung Carita Tien?

5. Tahun berapaVihara dibangun Vihara ini dibangun pada tahun 2002 dan selesai pada tahun 2010, luas dan berapakah luas tanahnya? tanahnya sekitar 2000m2.

6. Bagaimana sejarah bangunan Untuk sejarah sendiri saya kurang paham betul, mungkin bisa Vihara Chi Kung Tien? ditanyakan langsung sama Ibu Maria dan Bapak Jansen mereka lebih tahu. 7. Bagaimanakah lokasi Vihara Untuk lokasi nya sendiri udaranya sangat segar, biksu tidak ada tinggal dan apakah terdapat biksu di dalam vihara. didalam Vihara ?

8. Bagaimanakah fungsi, dan Untuk fungsi dan makna simbol itu fungsinya beragam dan makna nya makna simbol bangunan beragam pada masing-masing benda Vihara Chi Kung Tien Medan, misalnya dupa itu fungsinya sebagai alat ibadah dalam kebaktian namun menurut anda? maknanya sebagai ucapan permohonan kepada dewa melalui asap dupa tersebut. 9. Kegiatan apa saja dapat Ya bermacam macam ada kebaktian, meditasi, imlek, sekolah minggu dan dilakukan dalam bangunan paling rutin kita laksanakan itu Vihara Chi Kung Tien? kegiatan bakti sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10. Apa keunikan Vihara Chi Ya Keunikan Vihara ini dari vihara lain adalah adanya lorong masuk Kung Tien dibandingkan yang dihiasi dengan lukisan dewa bangunan yang lain? dan berbeda dengan vihara lain. Serta bangunan vihara ini memiliki sebuah pagoda yang cukup tinggi sekitar 15 meter. 11. Apakah setiap ornamen Vihara Ya contohnya misalnya Ornamen Chi Kung Tien memiliki Naga yang sedang memperebutkan makna tertentu ? mustika pada langit langit altar dewa bermakna melambangkan kekuatan dan kebaikan, keberanian dan pendirian teguh, keberanian dan daya tahan. 12. Adakah upaya masyarakat Menurut saya upaya yang harus mempertahankan, melestarikan dilaakukan untuk nilai seni danbudaya Vihara mempertahankannya adalah dengan Chi Kung Tien? tetap mengingat nilai nilai seni dari etnis kita Tionghoa seperti imlek dan semacam pertunjukan seni khas Tionghoa. 13. Suku apa saja yang terdapat Untuk suku nya sendiri saya kurang didaerah Medan dan tahu nanti boleh ditanya sama Ibu berkunjung ke dalam bangunan Maria dan Bapak Jansen saja. Vihara Chi Kung Tien?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 苏北大学

中文系本科生毕业论文

论文题目 :棉兰殿宝佛济寺庙象征地势功能与意义分析

学生姓名 : 何穗玲

学号 : 140710049 导师姓名 : 郭余辉 学院 : 人文学院 学系 : 中文系

苏 北 大 学 中 文 系 2018 年 7 月 27 日

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 摘要

本文的标题是“棉兰殿宝佛济寺庙象征地势功能与意义分析”。问题的形成 是 1)棉兰殿宝佛济 寺庙功能与象征意义?2)棉兰殿宝佛济 寺庙功能 与地势意义?。本文研究的方法是定性和描述性的。本文用于回答问题 的两个解释的理论是 Bronislaw Malinowski 的功能主义理论和 Ferdinand de Saussure 的意义。结果发现,寺庙里的象征包括礼拜的象征、神的象征、 植物的象征和寺庙的共同象征。寺庙里的礼拜仪式的象征包括:塔伯、钟、 蜡烛、熏香、希罗等。动物和植物的符号包括:鹳、马、象、鱼、老虎、 龙、鹿、梅花、荷花。至于寺院的一般象征,有灯笼、灯笼。

关键词:棉兰,历史,殿宝佛济寺庙象,征意,意义,。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 目录

目录 ...... i 摘要 ...... ii 第一章绪论 ...... 1 1.1 选题背景 ...... 1 1.2 研究目的 ...... 2 第二章文献综述 ...... 3 2.1 章概念 ...... 3 2.1.1 功能 ...... 3 2.1.2 意义 ...... 3 2.1.3 象征 ...... 3 2.1.4 地势...... 4 2.1.5 建筑...... 4 2.1.6 寺庙...... 4 2.1.7 棉兰...... 5 2.2 前人研究 ...... 5 2.3 理论意义 ...... 5 2.4 实践意义 ...... 7 2.5 研究方法 ...... 7 2.6 研究方法 ...... 7 2.7 访谈法 ...... 8 第三章棉兰殿宝佛济的历史 ...... 10 3.1 棉兰地理 ...... 10 3.2 棉兰殿宝佛济的历史 ...... 10 第四章分析和符号的意义在棉兰殿宝佛济寺的庙 ...... 12 4.1 函数分析和符号的意义在棉兰殿宝佛济寺的庙 ...... 12 4.2 分析功能和意义的饰品在棉兰殿宝佛济寺庙 ...... 39 第五章结论和建议 ...... 42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.1 结论 ...... 44 5.2 建议 ...... 44 参考文献 ...... 46

致谢 ...... 47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 第一章绪论

1.1 选题背景

中国传统文化是深受儒家思想影响的文化,历代文人士子们皆醉心于

儒家所确立的齐家治国平天下的最高人生理想的实现。这样的人生设计决定

了社会化、政治化的人生,与庙堂有着不可分割的联系,即所谓居庙堂之高,

则忧其民处江湖之远,则忧其君。从这一角度讲,中国的传统文化其实质就是

一种庙堂文化,历史上/致君尧舜上,再使风俗淳的强烈使命,海县清一,寰宇

大定的宏伟抱负,匈奴未灭,何以家为的无私奉献,请君暂上凌烟阁,若个书

生万户侯的豪迈意气都是这种文化的深刻内涵。中国式的庙门制度。自明代

以后,那种阿拉伯式拱券大门在内地巳不多见,它已为中国式的寺庙大门所代

替。

随着时间过去,每个国家有自己的文化,每个文化有自己民族的特点,

如印尼有马达族、卡罗族、亚齐、抓哇、怕朴雅、华族等。棉兰有一座特色

的寺庙,殿宝佛济寺庙。那座寺庙花了 8 年建筑,2010 年宗教部门开着殿

宝佛济寺庙。而寺庙像模仿中国南方山东的寺庙。按照寺庙安全系统,在进

去时,我们可见一张墙、有一个半洞、左边和右边有中国的神,观音和如来

佛。以前那个寺庙不是在现状的地方,而只用恢复身体健康、幸福发财,但

在那两个活动还是用传统艺术,不是按照宗教。 看以前情况,某些人主动

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 把寺庙建在另外的地方而想把寺庙做一个宗教地方。按那些阐述,本本文已

解释殿宝佛济寺庙的地势包括功能与意义。

1.2 研究目的

通过这个研究,本文想解释

(1)棉兰殿宝佛济 寺庙功能与象征意义

(2)棉兰殿宝佛济 寺庙功能与地势意义

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 第二章 文献综述

2.1 章概念

2.1.1 功能

函数是对一个与原对象非常不同的对象的一种新的描述。

Nurmala(2013: 167-168)提到,“城市规划专家、建筑师和历史建筑观察

者的观点是为了保护建筑功能。”

2.1.2 意义

根据 Boediono(在 KBBI, 2009: 384)中提到,“意义是它的意义或

重要目的”。同时,根据 Budiharjo(Pontoh,1992:36)提到,“建筑受益于保

护工作的重要性等丰富的视觉体验,提供选择和工作除了现代环境,提供一个

清新永久大气,作为历史的实物证据,遗留建筑,提供过去的历史记录,象征着

人类生命的局限性,和商业资产在国际旅游活动”。

2.1.3 象征

根据 Budiono(1984: 10)的说法,这个符号源自希腊语的“symbolos“,

意思是告诉某人某事的符号或特征。与此同时,根据 Poespoprodjo(2004:

117)的说法,符号一词来源于希腊语“sumballo”,意思是连接或结合。符

号可以是图像,形状,或表示一个想法,一件东西,或某物的量的物体。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.4 地势

根据 Gustami(2008: 4)的设计,装饰品是为了装饰而添加或特意制

造的艺术产品的组成部分。除了他在美方面所隐含的职责之外,他还在精神

和物质/经济方面增加了一件物品的美,使它更美好、更有趣,从而也影响

了欣赏。从上面的观点来看,装饰品是装饰品在产品上的应用这一概念是可

以收回的。装饰成为其主要功能的装饰形式是美化产品或装饰项目的对象。

2.1.5 建筑

建筑是一种元素的排列,它构成一个功能,以容纳人类活动和其活动

所需的所有组件。它具有形状和尺寸,可以通过刚度和坚固性来遮蔽,它可

以保护人类和它内部的所有活动免受任何干扰。因为建筑是为了适应人类的

活动,所以他必须具备人类的必要条件,即舒适、安全、高效和其他人类需

求。

2.1.6 寺庙

寺庙是举行佛教宗教活动的地方。佛教的宗教活动会涉及到人与游客,

所以寺庙应该能够容纳游客,同时也能促进活动的进行,使活动进行得很好。

最初,寺院的含义非常简单,即僧侣、比丘尼、萨马尼拉和萨马尼里

的住所或住所。但是现在 vihara 的理解开始发展,修道院是一个根据佛教

的信仰,信仰和传统进行各种宗教仪式的地方,是一个俗人根据他们的信仰,

信仰和传统分别和群体形式崇拜或崇拜的地方。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.7 棉兰

与马六甲海峡接壤的棉兰是印尼重要的商业、工业和商业城市。棉兰

是一个多民族的城市,人口由不同的文化和宗教背景的人组成。除了早期的

马来人以外,棉兰人还被爪哇人、巴塔克人、提斯高人、曼德勒和印度人所

统治。棉兰的大多数人口都在贸易部门工作,所以很多人都在城市的各个角

落找到。

2.2 前人研究

蔡燕《从寺庙到街市:柳永文化身份的游移与词的俗化》(2014)本

文阐述北宋以东京为代表的都市随着封闭性的坊市制解体,新型的开放性的

街市空间形成,对文人精神生活的影响是不容忽视的。唐代以前,正统文人

的人生流向在儒道之间:从庙堂到山林田园。而唐宋以后,随着城市经济的

繁荣,街市民间文化生活呈现出绚丽多姿的色彩,文人士子在功名冷落之时

也就不必墨守隐逸一途,人生流向有了另一种可能:从庙堂到街市。其中的

代表人物柳永,表现出这种走向对文学创作影响的重要层面:词学观念和创

作姿态充分市井化、平民化,并进而影响他对词的传统题材的变革和对词的

形式体制的选择,形成其词独特的美学趣味和语言风格。通过本人的研究结

果,本文获得一些消息关于中国功能。

弟安夏(2014)《印尼棉兰华人民居研究》本文讲述张阿辉(Tjong A

Fie)的屋子,包括建筑里面、风水文化与这对我们华人的建筑现状。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 副利沙(2015)《茂物 tan kok liong 清真寺文化符号分析》本文

解释 tan kok liong 清真寺,包括建筑、清真寺的活动、将来的 tan kok liong 清真寺对茂物建筑。

宋先梅《三国演义》--庙堂文化的审视与消解(2014)本文阐述国传

统文化所确立的,齐家治国平天下的人生期许,决定了文人学士社会化、政

治化的人生,这样的人生与庙堂有着不可分割的联系,三国演义正是这种庙堂

文化的集中展示。小说将其放置在以历史为经,以山林隐士的视角为纬的时

空坐标上反复参照,揭示了这种庙堂文化与社会现实之间不可调和的矛盾,因

而在一定程度上对其崇高意义进行了消解和颠覆,小说的价值也在这一意义

上得到升华。通过本人的研究结果,本文获得一些消息关于中国寺庙。

2.3 理论意义

本文使用 Bronislaw Malinowski,解释:“fungsionalisme adalah satu teori dipergunakan dalam ilmu antropologi, menekankan saling ketergantungan atara institusi dan kebiasaan dalam masyarakat”. “Pada dasarnya kebutuhan manusia sama, dalam kebutuhan bersifat biologis dan kebutuhan bersifat psikologis dalam kebudayaan memenuhi kebutuhan tersebut didalamnya. Kondisi pemenuhan kebutuhan tidak terlepas dari proses dinamika perubahan kontruksi nilai yang disepakati bersama di dalam sebuah masyarakat (bahkan proses yang dimaksudkan akan tetap terus bereproduksi) dan dari nilai akhirnya berbentuk tindakan yang terlembagakan dan dimaknai masyarakat. Akhirnya memunculkan tradisi berbagai macam upacara seperti: perkawinan, tata cara, dan lain sebagainya yang terbentuk dan terlembaga untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 本文使用 Ferdinan de Saussure,解 :Konsep ini melihat bahwa makna akan mucul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi antara yang ditandai(signified) dengan yang menandai(signifier). Bagian tanda yang ditangkap oleh penerima tanda dan merujuk langsung kepada objeknya.

Teori semiotik mengarahkan perhatiannya pada tanda, yakni “sesuatu yang mewakili sesuatu”. Secara lebih khusus kita dapat mengatakanbahwa sesuatu yang diwakili itu adalah “pengalaman manusia,” baik pengalaman fisik maupunpengalaman mental. Pengalaman ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Pengalaman tak langsung dialami melalui tanda.

2.4 实践意义

1、首先本文去棉兰殿宝佛济寺庙

2、本文旨在了解棉的采访兰殿宝佛济寺庙

3、最后,本文收集一些信息关于棉兰殿宝佛济寺庙包括面试结果。

2.5 研究方法

1.文献研究法对前人的相关文献进行研究。

2. 访谈法对一些土生化人比较理解三保洞庙堂形式、功能与意义

2.6 研究方法

语言研究不仅要对语言现象作出恰当的描写,而且要对语言现象进行合

理的解释。乔姆斯基指出,进行语言研究,要尽可能做到观察充分、描写充分、

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 解释充分。语言学研宄的主要工作不应当只是搜集语言素材加以归纳,更应

当对语言现象进行解释。只有加以充分的解释,才能认识到语言现象内在的

发生机制。本文想阐述殿宝佛济寺庙象征地势功能与意义分析。

2.7 访谈法

对一些老年华人理解巴东 see hin kiong 殿宝佛济寺庙象征地势功能与

意义分析。本文已选择个华人要访谈。他们是

名字 :Jansen Tan

年龄 : 44 岁

职业 : 殿宝佛济 主席

名字 :Maria

年龄 : 38 岁

职业 : 殿宝佛济 主席

名字 :Farida Hanum

年龄 : 43 岁

职业 : 基金会经理

名字 :Lina lim

年龄 : 66 岁

职业 : 中国历史学家

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 第三章

3.1 棉兰地理

棉兰市是北苏门答腊省省会,印度尼西亚西部地区的国际大门。作为

行政和经济中心,棉兰市目前分为 21 个镇,151 个乡行政区。市内居住着

很多民族和氏族,比如:马来由(Melayu)族,卡洛(Karo)族,巴达

(Batak)族,印度族,爪哇(Jawa)族,华族,米囊(Minang)族,曼待

令(Mandailing)族,亚齐(Aceh)族等等。所有的民族都能和平共处,安

居乐业。

棉兰市面积 26.510 公顷(265.10 平方公里),占北苏门答腊省全宿

的 3。6%。欤 E 县和市相比,棉兰市的面积相对地不大。可是人口众多,

从地理位置来说:市于北纬 3. 30,到 3。43',东经 98'35,到 98。44.棉兰

市的地形向北倾斜,A 麂是 2,5 到 37,5 米。棉兰市的西边,东边和南边都与

Deli Serdang 县交界,而从行政制度划分,马六甲海峡。

3.2 棉兰殿宝佛济的历史

棉兰殿宝佛济寺的庙是一个寺庙坐落在棉兰的城市。该修道院位于苏

门答腊北部班坦村的 Jalan Pukat Banting 1 / Jalan Rahayu No 94 Medan

Tembung 区。以前这个修道院是一个形状的宝塔坐落在道路 Aksara 棉兰市,

通常很多人虐待的地方治疗疾病,要求食物但仍使用传统的系统不是根据宗

教教义,因此有些人的宝塔主动构建圣殿成为修道院位置不同于之前的位置,

最后建立棉兰殿宝佛济寺庙。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 年 8 月 24 日,星期二是中国社会尤其是对棉的历史性的一天兰

殿宝佛济寺的庙。这一历史性时刻的就职日棉兰殿宝佛济寺的庙。成千上万

的人参加了就职典礼,还有印度尼西亚基金会 Vidya Carita 的建设者和管

理者。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 第四章

4.1 函数分析和符号的意义在棉兰殿宝佛济寺的庙。

编号用于棉兰殿宝佛济寺庙创建了一个重要的关系与许多方面尤其是

佛教信仰有关,许多符号是希望它能与祖先建立良好关系,众神,宇宙。建筑符

号的功能和意义的棉兰殿宝佛济寺庙都将在三个部分:崇拜的象征, 越来越多

的动物的象征, 女神和常见的象征符号寺庙。

4.1.1 象征虔诚的设备功能在棉兰殿宝佛济寺的庙。

以下是一个象征性的描述函数的崇拜棉兰殿宝佛济寺祈祷和其他宗教

活动期间使用的庙:

4.1.1.1 钟形符号的功能

图 4-1: 钟形符号 在祷告中,钟的功能是作为一个信号或指引,向那些祈祷的人,祈祷

将很快完成。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.1.2 锣符号的功能

图 4-2 : 锣符号

僧人们用鼓的符号作为一种工具来引导一种虔诚的仪式来决定是否歌

颂佛教的赞美诗。

4.1.1.3 香的燃烧符号函数

图 4-3 : 香的燃烧符号 香的功能的燃烧象征在棉兰殿宝佛济寺的庙是一个地方来存放或粘香,

烧的时候祈祷或祈祷。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.1.4 函数符号的蜡烛

图 4-4 : 符号的蜡烛

蜡烛是寺院里必不可少的象征之一,是佛教徒在向乔达摩佛祈祷之前

先烧香的地方。

4.1.1.5 香的符号功能

图 4-5 : 香的符号

香象征的功能是人们祈祷的工具。香有不同的颜色和香味。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.2 虔诚的设备符号的意义在棉兰殿宝佛济寺的庙

赤公馆的建筑有:钟、舌、鼓、蜡烛、熏香、战争装备。以下是在祷

告及其他宗教活动期间,在赤公铁心外原寺举行崇拜仪式的象征意义的描述:

4.1.2.1 钟形符号的含义

祈祷中的钟声是一种敬拜的手段,在奔跑的敬拜中,有一个人内心对

心的启示的内涵。

4.1.2.2 锣符号的含义

在敬拜的鼓中,有一种崇拜的工具,它的意思是意识到自己对神的呼

召和特别的注意,对于听到鼓声的人。

4.1.2.3 香库的含义

贮藏香的象征意义是象征圣洁和自我牺牲的精神。敬拜的焚香是敬拜

的一种方式,有一种意义,是对神和女神的尊敬和爱的礼物。

4.1.2.4 蜡烛符号的含义

蜡烛是以点燃并产生光的蜡烛形式出现的物理标志。这支蜡烛代表了

另一种超越其物理形式的东西,意思是有意义的,就像黑暗的光,照亮它周

围的一切,即使它必须燃烧殆尽。蜡烛本身就是一种象征,是自我净化、启

蒙和成功的象征,这是中国人民一直以来所说的。

4.1.2.5 香的象征意义

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 熏香的含义是通过一种芳香的香味向天空发出祈祷,并向女神发送祈

祷。

4.1.3 建筑中动植物符号的功能。

中国文化中有丰富的符号和意义,特别是与生物有关的。中国社会经

常把动物的特性与生命的价值联系在一起,以达到每个人都想要的完美。

4.1.3.1 马符号函数

图 4-6 : 马符号

棉兰殿宝佛济寺马象的功能是作为装饰。作为一种增加美感、使建筑

看起来美观的装饰品,具有一定的象征意义或象征意义。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.3.2 大象符号的功能

图 4-7 : 大象符号 大象象征的功能在棉兰殿宝佛济寺中作为装饰。作为一种增加美感、

使建筑看起来美观的装饰品,具有一定的象征意义或象征意义。

4.1.3.3 鱼符号函数

图 4-8 : 鱼符号 棉兰殿宝佛济寺鱼的象征功能是一种装饰。作为一种增加美感、使建

筑看起来美观的装饰品,具有一定的象征意义或象征意义。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.3.4 鹿的符号功能

图 4-9 : 鹿符号

棉兰殿宝佛济寺鹿的象征功能是一种装饰。作为一种增加美感、使建

筑看起来美观的装饰品,具有一定的象征意义或象征意义。

4.1.3.5 老虎符号函数

图 4-10 : 老虎符号

棉兰殿宝佛济寺中龙的象征功能是一种装饰。作为一种增加美感、使

建筑看起来美观的装饰品,具有一定的象征意义或象征意义。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.3.6 龙象征功能

图 4-11 : 龙符号

棉兰殿宝佛济寺中龙的象征功能是一种装饰。作为一种增加美感、使

建筑看起来美观的装饰品,具有一定的象征意义或象征意义。

4.1.3.7 鹳的功能符号

图 4-12 : 鹳符号

棉兰殿宝佛济寺原寺的仙鹤象征是一种装饰。作为一种增加美感、使

建筑看起来美观的装饰品,具有一定的象征意义或象征意义。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.3.8 梅花符号的功能

图 4-13 : 梅花符号

美花在棉兰殿宝佛济寺原的象征功能是寺院建筑的装饰和装饰工具。

作为一种增加美感、使建筑看起来美观的装饰品,具有一定的象征意义或象

征意义。

4.1.3.9 荷花符号的功能

图 4-14 : 荷花符号

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 棉兰殿宝佛济寺莲花符号的功能是装饰和装饰伟原楼。作为一种增加

美感、使建筑看起来美观的装饰品,具有一定的象征意义或象征意义。

4.1.4

4.1.4.1 马的符号含义

马象征的意义在棉兰殿宝佛济寺庙是速度的象征,勇气,力量。这些生

物通常被用作装饰元素。马是中国占星术中最重要的符号之一。除了马的象

征意义如速度、勇气和力量之外,这种优雅的超自然存在也被认为象征着生

命的动摇。

4.1.4.2 大象符号的含义

大象象征的意义在棉兰殿宝佛济寺庙是象征权力的象征(位置),保护和

带食物。华人社区的信仰也认为大象是宇宙的支撑和缓冲。

4.1.4.3 锦鲤鱼的象征意义

锦鲤鱼象征的意义上的棉兰殿宝佛济寺庙是象征着运气,吉兆,寿命长,

营养丰富。

4.1.4.4 鹿的象征意义

赤公田薇原建筑中的鹿的象征意义是作为长寿动物的象征,是长寿的

象征或生命之神。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.4.5 老虎符号的含义

老虎是中国文化中动物神的最高领袖,是伟大、荣耀、勇气和力量的

自然象征。

4.1.4.6 龙的象征意义

奇宫天原建筑中现存的龙的象征意义,以神话生物的形式象征着万能

之神的威严。龙是对神圣建筑的要求之一,其中之一是修道院,因为龙是皇

帝在神圣建筑中的化身。龙的象征也意味着力量。

4.1.4.7 鹳的符号含义

在赤公田伟原建筑中,鹳的象征意义是长寿的象征,常被描绘在松树

下,作为生命的象征。

4.1.4.8 梅花的象征意义

梅花的象征不仅仅是春节期间房间的补充装饰。梅花也是希望、坚韧、

幸福和幸福的象征。

4.1.4.9 莲花符号的含义

莲花是中国文化的象征,象征着神圣。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.5 气功天神威哈拉大厦中诸神的功能象征

4.1.5.1 天神崇拜符号的功能。

图 4-15 : 天神崇拜符号符号

神田的符号的功能在棉兰殿宝佛济一样一个间接的传统沟通方式的一

种方法结合宇宙的统治者。作为冥想的对象,在冥想中思考佛陀的行为和属

性,以例证和实践所有的佛教教义。

4.1.5.2 功能符号神 Kuan Im Pu Sat

图 4-16 : 符号神 Kuan Im Pu Sat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 观音菩萨的象征作用是作为传统交流的一种间接手段,是与宇宙统治

者联系的一种方式。作为禅修的对象,在禅修中反思佛的行为和属性,要效

法和实践所有的佛道。

4.1.5.3 Wu lu chai shen 神的功能象征

图 4-17 : Wu Lu Chai Shen 符号神 奇宫天原建筑中神吴路柴森的功能象征,是与宇宙统治者联系的一种

间接的传统沟通方式。作为禅修中冥想的对象,佛教徒反思自己的行为和属

性,去模仿和实践所有的佛教教义

4.1.5.4 Khai San Ta Ti 神的功能象征

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 图 4-18 : Khai San Ta Ti 神符号 的功能的象征的神 Khai San Ta Ti 在棉兰殿宝佛济寺庙是一个间接的

传统通信的一种方式结合宇宙的统治者。作为禅修冥想的对象,禅修反映了

他的行为和操纵和实践所有佛教教义的属性。

4.1.5.5 Tio Thien Su 神的功能符号

图 4-19 : Tio Thien Su 神符号

函数的象征神 Tio Thien Su 在棉兰殿宝佛济寺庙是一个间接的手段传

统通信的一种方式结合宇宙的统治者。作为禅修的对象,在禅修中反思自己

的行为和属性,去操作和实践佛陀的所有教诲。

4.1.5.6 Chi Tien Ta Shen 神的功能象征

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 图 4-20: Chi Tien Ta Shen 神符号

函数的象征上帝 Chi Tien Ta Shen 棉兰殿宝佛济寺庙是一个间接的手

段传统通信的一种方式结合宇宙的统治者。作为冥想的对象,我们冥想他的

行为和属性来模仿和实践所有的佛教教义。

4.1.5.7Milek Pu Sat 神的功能象征

图 4-21 : Milek Pu Sat 神符号

函数的象征神 Milek Pu Sat 在棉兰殿宝佛济寺庙是传统媒体作为一种

交流工具或间接连接宇宙的统治者。作为默想的对象,我们默想他的行为和

属性,以操纵和实践所有的佛教教义。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.5.8 Wen Chai Sen Ye 神的功能象征

图 4-22 : Wen Chai Sen Ye 神符号 象征神 Wen Chai Sen ye 的函数在棉兰殿宝佛济寺庙是一个间接的传

统通信的一种方式结合宇宙的统治者。作为禅修中冥想的对象,佛教徒反思

自己的态度和属性,去效仿和实践所有的佛教教义。

4.1.5.9 Thai Soei Ya Kong 神的功能象征

图 4-23 : Thai Soei Ya Kong 神符号

的功能的象征的神 Thai Soei Ya Kong 在棉兰殿宝佛济寺庙一样一个

间接的沟通方式的一种方法结合宇宙的统治者。在禅修中,这个符号也是冥

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 想的对象,因为人们思考着 Thai Soey Ya Kong 的行为和属性,以模仿和实

践所有的佛教教义。

4.1.5.10 Shek Cia Mo Ni Fo 神的功能象征

图 4-24 : Shek Cia Mo Ni Fo 神符号 神的功能 Shek CiaMo Ni Fo 的象征棉兰殿宝佛济寺的庙是一种间接

的方式传统通信的一种方式结合宇宙的统治者。作为禅修的对象,反思他的

行为和属性,以模仿和实践所有的佛法。

4.1.5.11 Chi Kung Hua Fo 神的功能象征

图 4-25: Chi Kung Hua Fo 神符号

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 函数的象征神 Chi Kung Hua Fo 在棉兰殿宝佛济寺庙是作为媒介/间接

传统通信工具作为一种连接宇宙的统治者。作为禅修的对象,反思他的行为

和属性,以模仿和实践所有的佛法。

4.1.5.12 Tao Tek Thien Cun 神的功能象征

图 4-26: Tao Tek Thien Cun 神符号

的功能 Tao Tek Thien Cun 象征的棉兰殿宝佛济寺的庙是一种间接的

方式传统通信的一种方式结合宇宙的统治者。作为禅修的对象,在禅修中反

思自己的行为和属性,去操作和实践佛陀的所有教诲。

4.1.5.13 Pek Ho Ya Kong 神的功能象征

图 4-27: Pek Ho Ya Kong 神符号

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 的功能的象征油 Pek Ho Ya Kong 在棉兰殿宝佛济寺庙是一种间接的

方式传统通信的一种方式结合宇宙的统治者。作为禅修中冥想的对象,佛教

徒反思自己的行为和属性,并执行所有的佛教教义。

4.1.5.14 Yen Se Thien Cun 神的功能象征

图 4-28: Yen Se Thien Cun 神符号

函数的象征神 Yen Se Thien Cun 在棉兰殿宝佛济寺庙是一个间接的手

段传统通信的一种方式结合宇宙的统治者。作为冥想冥想的对象,我们反思

他的行为和操纵和实践佛陀所有教义的属性。

4.1.5.15 Ling Pao Thien Cun 神的功能象征

图 4-29: Ling Pao Thien Cun 神符号

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

函数象征神 Ling Pao Thien Cun 在棉兰殿宝佛济寺庙是一个间接的传

统交流方式之一处理宇宙的统治者。作为禅修中冥想的对象,佛教徒反思自

己的态度和属性,去效仿和实践所有的佛教教义。

4.1.5.16 Te Cu Kong 神的功能象征

图 4-30: Te Cu Kong 神符号 神的功能 Te Cu Kong 象征的棉兰殿宝佛济寺的庙是一种间接的方式

传统通信的一种方式结合宇宙的统治者。作为禅修中冥想的对象,佛教徒反

思自己的行为和属性,去模仿和实践所有的佛教教义。

4.1.5.17 门神的功能 象征

图 4-31: 门神符号

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 神门的功能符号棉兰殿宝佛济寺庙是一种间接的方式传统通信的一种

方式结合宇宙的统治者。作为禅修中冥想的对象,佛教徒反思自己的行为和

操纵和实践所有佛教教义的属性。

4.1.5.18 Toa Pek Kong 神的功能象征

图 4-32: Toa Pek Kong 神符号

神的功能 Toa Pek Kong 符号棉兰殿宝佛济寺的庙是一种间接的方式

传统通信的一种方式结合宇宙的统治者。作为禅修中冥想的对象,佛教徒反

思自己的行为和操纵和实践所有佛教教义的属性。

4.1.6 神的意义符号在棉兰殿宝佛济寺的庙

在中国神话中,许多人物都可以成为内在发展和道德的楷模。在这些

聪明的人物的形成过程中,没有任何阶层或性别的限制。这是一个描述神的

象征的意义的建筑棉兰殿宝佛济寺庙:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.6.1 天神崇拜的意义

天神崇拜的象征意义在这个神圣的空间里有第一个祭坛,天神(万能的上帝),

这个祭坛是一个敞开的房子或门,因为崇拜是面向天空进行的,因为上帝无

法识别。

4.1.6.2 Kuan Im Pu Sat 神象征的意义

女神符号的 Kuan im Pu Sat 是同情和同情的象征

4.1.6 3 五路柴神象征的意义

五路柴神的象征意义是五道之宝神,或者说是风眼五角之宝神。在中

国神话中,吴璐柴森勋爵的形象可以成为内在发展和道德的楷模。

4.1.6.4 Khai San Ta Ti 神象征的意义

神的象征 Khai San Ta Ti 的含义是祈求治疗,远离各种疾病。

4.1.6.5 Tio Thien Su

Tio Thien Su 神的象征意义是一个祈求长命百岁的神。

4.1.6.6 Chi Tien Ta Shen 神象征的意义

Chi Tien Ta Shen 神的象征意义是作为崇拜的对象,向来世的法官们

祈祷。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.6.7 Milek Pu Sat 神象征的意义

Milek Pu Sat 神的象征意义是作为敬拜的对象,向军阀的神祈祷。

4.1.6.8 Wen Chai Sen Ye 神象征的意义

Wen Chai Sen Ye 神的象征的意义是一个崇拜的对象,以祈求财富。

4.1.6.9 Thai Soei Ya Kong 神象征的意义

Thai Soei Ya Kong 神的象征意义是星星的神之一,是保护的神。每一

个星神都在一年内掌握自己的命运。

4.1.6.10 Shek Jia Mo Ni Fo 神象征的意义

Shek Jia Mo Ni Fo 神的象征的意义是一个崇拜的对象,我们问,要求一

切(是否丰富,食物,顺利工作,疾病是可以治愈的,希望孩子们根据需要或约会)

或目标抱怨人类所面临的任何不满或作为任何错误的地方请大家原谅已经完

成或寻求帮助。

4.1.6.11 Chi Kung Hua Fo 神象征的意义

Chi Kung Hua Fo 神的象征意义是作为崇拜对象向海洋之神祈祷。

4.1.6.12 Tao Tek Thien Cun 神象征的意义

Tao Tek Thien Cun 神的象征的意义是作为敬拜的对象来乞求援军。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.6.13 Pek Ho Ya Kong 神象征的意义

Pek Ho Ya Kong 神的象征意义是作为一种崇拜的对象,祈求有勇气

变得强壮和英俊。

4.1.6.14 Yen Se Thien Cun 神象征的意义

Yen Se Thien Cun 神的象征意义是作为人们崇拜的对象来乞求寄托。

4.1.6.15 Ling Pao Thien Cun 神象征的意义

Ling Pao Thien Cun 神的意义是敬拜的对象,要求治疗各种疾病。

4.1.6.16 Te Cu Kong 神象征的意义

Te Cu Kong 神的意义是作为一个崇拜婴儿的对象。

4.1.6.17 门神象征的意义

门神象征的意义是为了提供一种不受邪灵干扰的安全感,同时也能带

来好运和好运。

4.1.6.18 Toa Pek Kong 象征的意义

Toa Pek Kong 神的象征意义是对当地土神或当地等待的神的崇拜。

4.1.7 通用符号函数在棉兰殿宝佛济寺庙

这是函数的通用符号函数的描述在棉兰殿宝佛济寺庙:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.7.1 佛教旗帜符号功能

图 4-33: 佛教旗帜符号 佛教的标志符号的功能是完成室内棉兰殿宝佛济寺的庙

4.1.7.2 彩色灯符号函数

图 4-34 : 彩色灯符号

灯的功能符号在气功 Tien 寺院庙宇装饰的棉兰殿宝佛济寺庙和宗教

的象征,宗教、象征意义和文化身份。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.7.3 灯笼符号函数

图 4-34 : 灯笼符号

灯的功能符号在棉兰殿宝佛济寺庙建筑,装饰在棉兰殿宝佛济寺庙和

宗教的象征,宗教、象征意义和文化身份。

4.1.7.4 纳粹符号函数

图 4-35 : 纳粹符号

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 纳粹符号的功能在棉兰殿宝佛济寺庙是装饰棉兰殿宝佛济寺的庙和象

征宗教,宗教、符号和文化身份。

4.1.8 通用符号的意义在棉兰殿宝佛济寺的庙

这是一个描述常见的符号的意义棉兰殿宝佛济寺庙:

4.1.8.1 佛教旗帜符号的含义

佛教旗帜的含义是没有种族歧视,没有民族、地域主义或肤色,所有

的生物都有可能在佛教中获得纯洁,并具有佛性的特征。

4.1.8.2 灯笼符号的含义

灯笼文化对于中国社会来说,除了是照明的象征外,也是在一个好地

方挂着祝福和希望的标志。

4.1.8.3 彩灯符号的含义

灯笼也是中国社会经常使用的一种艺术,红灯笼被视为中国文化的基

本象征,是光明、幸福和亲情的象征。

4.1.8.4 万字符号的含义

十字记号是一种古老的象征,它被各种文化所使用,象征着生命、太

阳、力量、力量和运气。同样,在佛教的传统中,十字记号象征着美好和积

极的东西。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.2 分析功能和意义的饰品在棉兰殿宝佛济寺庙

装饰作为装饰的附加物,即使没有装饰也能保持功能。从流行的印尼

词典中,装饰物是指建筑、手工艺品、绘画和装饰品的装饰。

4.2.1。函数点缀在棉兰殿宝佛济寺庙

以下的描述函数的饰品棉兰殿宝佛济寺庙:

4.2.1.1 函数饰品麒麟包含在前面的屋顶屋面构造棉兰殿宝佛济寺庙

图 4-36 : 品麒麟包含在前面的屋顶屋面构造

麒麟点缀功能包含在前面的屋顶结构的一部分棉兰殿宝佛济寺庙是装

饰美化寺庙建筑和强调装饰的审美价值。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.2.1.2 凤凰鸟装饰的功能包含在前面的屋顶结构的一部分棉兰殿宝佛济寺

图 4-37 : 凤凰鸟装饰的功能包含在前面的屋顶结构

凤凰鸟装饰的功能包含在前面的屋顶结构部分的棉兰殿宝佛济寺庙是

装饰美化修道院建筑和估算装饰品的审美价值。

4.2.1.3 建筑柱子上的龙饰品功能

图 4-38 : 建筑柱子上的龙饰品

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 在建筑的柱子上装饰龙的功能是美化寺院建筑,赋予装饰的审美价值。

这种装饰的功能也可以作为装饰和美学来支持建筑的美感。

4.2.1.4 神坛崇拜女神雕花天花板上的龙饰功能

图 4-39 : 神坛崇拜女神雕花天花板上的龙饰

神龙饰品功能包含在神坛祭祀女神的天花板上,作为装饰来美化寺院

建筑和装饰的审美价值。

4.2.2。意义的饰品棉兰殿宝佛济寺庙

以下描述的意义饰品在棉兰殿宝佛济寺庙 :

迴圈麒麟饰品的意义包含在前面的屋顶屋面构造棉兰殿宝佛济寺的庙

4.2.2.1 麒麟饰品的意义包含在前面的屋顶屋面构造棉兰殿宝佛济寺的庙

麒麟象征着长寿、辉煌、幸福和智慧。麒麟温顺友好,在所有四条腿

的生物中都具有善良的品质。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.2.2.2 凤凰鸟装饰的意义包含在前面的屋顶结构的一部分棉兰殿宝佛济寺

凤凰象征着永恒、和谐和好运。凤凰被中华民族认为是鸟类之王。如

果你读过中国象征的历史书,据说凤凰的历史有 500 年的历史。

4.2.2.3 建筑柱子上的龙饰含义

龙作为力量的象征,能够保护和保护在柱子上作为支撑结构之一。

4.2.2.4 神龛上雕刻天花板上的龙饰含

为穆萨提卡而战的龙饰。龙有骆驼一样的头,兔子一样的眼睛,鹿一

样的角,鱼一样的鳞片,鱼一样的身体,大腿一样的腿和爪子一样的鹰。龙

饰象征力量和善良,勇气和坚定的立场,勇气和耐力。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 第五章 结论和建议

5.1 结论

从前一章的描述中,研究者得出以下结论:

符号在棉兰殿宝佛济寺庙给其一个神圣的细微差别。符号也可以提醒

人们活动的类型,表达权力、地位或个人事物,展示和支持某些信仰信念,

传递信息。从修道院的象征符号中可以看出,这座修道院具有其他地方常见

的特征。就建筑而言,修道院中包含的颜色和符号。寺庙里的象征包括礼拜

的象征、神的象征、植物的象征和寺庙的共同象征。寺庙里的礼拜仪式的象

征包括:塔伯、钟、蜡烛、熏香、希罗等。神的象征的棉兰殿宝佛济寺庙包

括:戴维·Kwam Im Pu Sat 神, Milek Pu Sat 神,Thai Soey Ya Kong 神。

神文采森业、神石中情局莫尼佛、神陵炮天村等。动物和植物的符号包括:

鹳、马、象、鱼、老虎、龙、鹿、梅花、荷花。至于寺院的一般象征,有灯

笼、灯笼、。符号象征,但具有典型的意义和特征。

5.2 建议

研究人员给出的建议如下:

如果你看到这些符号在殿里要求满足寺庙经纪人解释中所包含的意义。因为

所有的符号寺的庙不仅仅是审美价值。

2。此外还从历史的机构扮演的角色可以让这个寺庙作为教育的一种手段。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 学者作为知识的容器应该提供咨询/研究。提高知识分子的价值。因为这不

仅是历史的背景和符号可以挖掘在棉兰殿宝佛济寺庙,而且在伊斯兰和佛教

之间有很大的和谐,因为修道院位于穆斯林领土的中间,高度的宗教宽容。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 参考文献

[1] Donna Sitepu..蓝比尼园仰光金塔佛教建筑分析. Skripsi USU,2014 .

[2] 蔡燕《从寺庙到街市:柳永文化身份的游移与词的俗化》.[J].四川大

学宗教学研究所

[3] 弟安夏.《印尼棉兰华人民居研究》.[M].苏北大学中文系,2014.

[4]副利沙.《茂物 tan kok liong 清真寺文化符号分析》.[M].2015 苏北大

学中文系

[5] 宋先梅.《三国演义》--庙堂文化的审视与消解.[J].时代建筑,2014 年.

致谢

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

在撰写本论文时,作者获得了帮助,并得到了很多指导,无论是道德上

和材料上都支持作者的支持,在这个场合,作者首先向父母作家 MOSES

PARTOGI SIREGAR 和 ROSENTI LUMBAN TOBING 以及作家家族表示非

常感谢一直以来都一直支持和祈祷,激励和关注作者,作者非常感谢所有人:

对中国文学课程的所有讲师和工作人员苏北大学中文系工作人员感谢您在北

部的支持。论文工作发生。对于 JANSEN 先生,MARIA, FARIDA HANUM

和 LINA LIM 帮助作者在论文写作中获得数据的线人,所以作者可以很容易

地完成本论文的撰写。谁总是对棉兰殿宝佛济寺庙象征地势功能与意义分析

的所有钥匙都可以提供信息鼓励,作者的精神和容易完成写这篇论文。特别

是所有中国文学大学生,斯坦布克学生科学,中国文化学苏北大学中文系。

感谢您在中国文学研究计划中四年的友谊,并为作者提供了鼓励。

何穗玲

2018 年 07 月 27 日

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA